GAMBARAN TINGKAT CAREGIVER BURDEN ORANG DENGAN MASALAH KEJIWAAN PADA ANGGOTA SELF-HELP GROUP ONLINE

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "GAMBARAN TINGKAT CAREGIVER BURDEN ORANG DENGAN MASALAH KEJIWAAN PADA ANGGOTA SELF-HELP GROUP ONLINE"

Transkripsi

1 GAMBARAN TINGKAT CAREGIVER BURDEN ORANG DENGAN MASALAH KEJIWAAN PADA ANGGOTA SELF-HELP GROUP ONLINE Skripsi diajukan sebagai syarat kelulusan sarjana keperawatan Disusun Oleh MIRANTI EKA TRISNASARI NIM: PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2017

2 ii

3 ii

4 ii

5 FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA Skripsi, Juni 2017 Miranti Eka Trisnasari, NIM: GAMBARAN TINGKAT CAREGIVER BURDEN ORANG DENGAN MASALAH KEJIWAAN PADA ANGGOTA SELF-HELP GROUP ONLINE ABSTRAK Orang dengan masalah kejiwaan adalah orang yang mempunyai masalah fisik, mental, sosial, pertumbuhan dan perkembangan, dan/atau kualitas hidup sehingga memiliki risiko mengalami gangguan jiwa. Orang dengan masalah kejiwaan (ODMK) apabila gejala dibiarkan, seringkali mengalami self-care deficit. Oleh karena itu, ODMK membutuhkan caregiver. Caregiver mempunyai tugas sebagai emotional support, merawat penderita (memandikan, memakaikan baju, menyiapkan makan, mempersiapkan obat), mengatur keuangan, membuat keputusan tentang perawatan dan berkomunikasi dengan pelayanan kesehatan formal. Akibat fokus merawat ODMK, caregiver seringkali mengalami beban perawatan karena kebutuhan fisik dan sosialnya terabaikan akibat fokus merawat ODMK. Metode penelitian dilakukan secara deskriptif dengan pengambilan sampel cross-sectional dengan sampel yang mengembalikan kuesioner sebanyak 34 orang. Pada hasil penelitian menunjukkan caregiver mengalami beban Berat sebesar 2,9% dengan frekuensi 1 orang, Beban Ringan-Sedang sebesar 35,3% dengan frekuensi sebesar 12 orang dan Sedang-berat sebesar 50% dengan frekuensi 17 orang. sementara caregiver yang menunjukkan Tidak ada beban-beban Ringan sebesar 11,8% dengan frekuensi 4 orang. Penelitian ini dapat digunakan untuk mengkaji masalah-masalah yang dialami caregiver masalah kejiwaan dan juga pengembangan self-help group di Indonesia. Kata Kunci: Orang dengan masalah kejiwaan (ODMK), beban caregiver, self-help group ii

6 FACULTY OF MEDICINE AND HEALTH SCIENCES NURSING MAJOR UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA Undergraduate Thesis, June 2017 Miranti Eka Trisnasari, NIM: PSYCHIATRIC CAREGIVER BURDEN ON ONLINE SELF-HELP GROUP MEMBERS: A DESCRIPTIVE RESEARCH People with psychiatric problems are people who have physical, mental, social, growth and developmental problems, and / or quality of life so they have a risk of mental disorders. If symptoms are persisted, they often have self-care deficit. Therefore, people with psychiatric problems requires a caregiver. Caregivers have tasks as emotional support, caring for patients (bathing, dressing, preparing meals, preparing medications), managing finances, making decisions about care and communicating with formal health services. Due to the focus on caring for them over the years, caregivers often experience burden because their physical and social needs are neglected due to the focus on caring for people with psychiatric problems. One way to reduce the load of a caregiver is to follow a self-help group. The research method was done descriptively with crosssectional sampling with sample returning questionnaire as many as 34 people. The results showed that caregiver experience severe burden of 2.9% with frequency 1 person, lowmoderate burden at 35.3% with frequency of 12 people and Medium-severe burden of 50% with frequency 17 people. While the caregiver showed No burden-light burden of 11,8% with a frequency of 4 people. This research can be used to examine the problems experienced by caregiver and also the development of self-help group in Indonesia. Keywords: psychiatric patients, caregiver, burden, self-help group. ii

7 DAFTAR RIWAYAT HIDUP Nama : Miranti Eka Trisnasari Tempat, tanggal Lahir: Bogor, 7 Oktober 1995 Jenis Kelamin Agama Status : Perempuan : Islam : Belum Menikah Alamat : Perumahan Tamansari persada blok d8 no. 2 Bogor, HP : Fakultas/Jurusan : memiramiranti@gmail.com : Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan/Program Studi Ilmu Keperawatan PENDIDIKAN 1. SDIT Ummul Quro Bogor SMP Negeri 4 Bogor SMA Negeri 3 Bogor Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta 2013 Sekarang ORGANISASI 1. Ketua Divisi Dana Usaha OSIS SMAN 3 Bogor Co-Founder Indonesian Millennial Forum 2015 ii

8 KATA PENGANTAR Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh, Pertama-tama marilah kita panjatkan syukur kepada Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan karunia-nya sehingga saya diberi kekuatan untuk dapat menyelesaikan penyusunan hasil yang berjudul Gambaran Tingkat Caregiver Burden Orang Dengan Masalah Kejiwaan Pada Anggota Self-Help Group Online yang diajukan sebagai persyaratan untuk memperoleh gelar sarjana keperawatan. Saya selaku peneliti menyadari bahwa dalam penulisan hasil ini banyak mengalami kendala namun berkat bantuan, bimbingan, serta dukungan dari berbagai pihak, peneliti dapat menyelesaikan penyusunan hasil ini dengan sebaik-baiknya. Dengan ini peneliti ingin mengucapkan terimakasih dan penghargaan yang sebesar-besarnya kepada yang terhormat: 1. Prof. Dr. Dede Rosyada, MA selaku rektor Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. 2. Prof. Dr. H. Arif Sumantri, S.KM., M.Kes selaku dekan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. 3. Ibu Maulina Handayani, S.Kp, M.Sc, selaku ketua Prodi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. 4. Bapak Ns. Waras Budi Utomo, S.Kep., MKM dan Bapak Karyadi selaku dosen pembiming, terimakasih sebesar-besarnya kepada beliau yang telah meluangkan waktu serta memberi arahan kepada saya selama proses pembuatan hasil ini. 5. Seluruh dosen Program Studi Ilmu Keperawatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah membekali peneliti dengan ilmu yang sangat bermanfaat selama perkuliahan. 6. Seluruh staf dan karyawan Program Studi Ilmu Keperawatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. 7. Kedua orangtua saya (Bapak Sutrisna dan Ibu Rini Ratnasari) yang memberi saya dukungan dan kasih sayang secara material, emosional, dan spiritual selama ini. 8. Teman-teman tercinta di prodi ilmu keperawatan (Feti, Karen, Alin, Lisnani, Nabilah, Sari, Yuni), teman-teman satu bimbingan (Sarah, Desti, Tiko, Farrah), ii

9 yang telah memberikan bantuan, semangat, motivasi selama perkuliahan sampai saat ini. 9. Ibu Fajriyah selaku dosen ahli yang telah meluangkan waktunya untuk saya. 10. Teman-teman tercinta di rumah 84, terimakasih telah menjadi keluarga kedua saya dan memberi dukungan dan pelajaran hidup selama ini. Atas bantuan serta dukungan yang telah diberikan, semoga Allah SWT senantiasa membalas dengan pahala yang berlimpah. Sangat besar harapan saya hasil penelitian ini dapat bermanfaat bagi banyak pihak. Semoga kita semua senantiasa diberikan petunjuk, limpahan rahmat dan hidayah yang tak terhingga oleh Allah SWT. Wassalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh Ciputat, Januari 2017 Miranti Eka Trisnasari ii

10 DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... ix DAFTAR ISI...vi DAFTAR SINGKATAN...iv DAFTAR BAGAN...vi DAFTAR TABEL...vi DAFTAR LAMPIRAN...vi BAB I... 1 PENDAHULUAN... 1 A. Latar Belakang... 1 B. Rumusan Masalah... 5 C. Tujuan Penelitian... 5 D. Manfaat Penelitian... 5 BAB II... 7 TINJAUAN PUSTAKA... 7 A. Kesehatan Jiwa... 7 B. Teori Self-Care... 8 C. Teori Self-Care Deficit D. Konsep Caregiver Definisi Jenis Caregiver Tugas dan Peran Caregiver Beban pada Caregiver Dukungan dan Kebutuhan Caregiver J. Konsep Dasar Self-help group Premis-premis Self-help group Praktek Bantuan-Diri dalam Kelompok Peran Pemimpin Self-help group Tujuan Self-help group iv

11 5. Evaluasi Self-help group K. Penelitian Terkait L. Kerangka teori BAB III KERANGKA KONSEP, HIPOTESIS, DAN DEFINISI OPERASIONAL A. Kerangka konsep BAB IV METODOLOGI PENELITIAN A. Desain Penelitian B. Lokasi dan Waktu Penelitian C. Populasi, Sampel dan Teknik Sampling E. Pengumpulan Data F. Uji Validitas dan Realibilitas Analisa Data Etika Penelitian BAB VI PEMBAHASAN A. Karakteristik Responden B. Gambaran tingkat beban caregiver C. Keterbatasan penelitian BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN v

12 DAFTAR SINGKATAN ODMK: Orang Dengan Masalah Kejiwaan ODGJ: Orang Dengan Gangguan Jiwa vi

13 DAFTAR BAGAN Kerangka Teori 33 Kerangka Konsep vii

14 DAFTAR TABEL Definisi Operasional..35 ix

15 DAFTAR LAMPIRAN Kuesioner A: Data Demografi 47 Kuesioner B: Caregiver Burden Assesment...48 xi

16 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesehatan Jiwa adalah kondisi dimana seorang individu dapat berkembang secara fisik, mental, spiritual, dan sosial sehingga individu tersebut menyadari kemampuan sendiri, dapat mengatasi tekanan, dapat bekerja secara produktif, dan mampu memberikan kontribusi untuk komunitasnya. Orang Dengan Masalah Kejiwaan (ODMK) adalah orang yang mempunyai masalah fisik, mental, sosial, pertumbuhan dan perkembangan, dan/atau kualitas hidup sehingga memiliki risiko mengalami gangguan jiwa. Sementara Orang Dengan Gangguan Jiwa (ODGJ) adalah orang yang mengalami gangguan dalam pikiran, perilaku, dan perasaan yang termanifestasi dalam bentuk sekumpulan gejala dan/atau perubahan perilaku yang bermakna, serta dapat menimbulkan penderitaan dan hambatan dalam menjalankan fungsi orang sebagai manusia (UU RI no. 18: 2014) Orang dengan masalah kejiwaan (ODMK) apabila gejala dibiarkan, seringkali mengalami self-care deficit. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Susanti (2010) menjelaskan bahwa pentingnya membantu penderita dalam mengatasi defisit perawatan diri salah satunya dengan menggunakan aplikasi teori Orem (2001). Orem menjelaskan bahwa kebutuhan dasar manusia tidak hanya sebatas makan, mandi, BAK/BAB, dan menghias diri. Tetapi juga kebutuhan sosial dan ekonomi. Caregiver adalah individu yang secara umum merawat dan mendukung individu lain (penderita) dalam kehidupannya (Awad dan Voruganti, 2008 : 87). Caregiver 1

17 2 mempunyai tugas sebagai emotional support, merawat penderita (memandikan, memakaikan baju, menyiapkan makan, mempersiapkan obat), mengatur keuangan, membuat keputusan tentang perawatan dan berkomunikasi dengan pelayanan kesehatan formal (Kung, 2003: 3). Caregiver terdiri dari caregiver formal dan tidak formal. Caregiver formal merupakan perawatan yang disediakan oleh rumah sakit, psikiater, pusat perawatan ataupun tenaga profesional lainnya yang diberikan dan melakukan pembayaran. Sedangkan caregiver yang tidak formal merupakan perawatan yang dilakukan di rumah dan tidak profesional dan tanpa melakukan pembayaran seperti keluarga penderita yaitu istri/suami, anak perempuan/laki-laki, dan anggota keluarga lainnya. (Sarafino,2006 : 55) Caregiver seringkali mengalami beban akibat mengalami rintangan baik fisik maupun psikis selama merawat penderita. Beban caregiver merupakan stress multidimensi yang tampak pada diri seorang caregiver. Pengalaman caregiving berhubungan dengan respon yang multidimensi terhadap tekanan-tekanan fisik, psikologis, emosi, sosial dan finansial (Tantono, 2006). Hasil penelitian Fitrikasari et all (2012), pada caregiver penderita skizofrenia didapatkan bahwa nilai skor BAS (Burden Assessment Schedule) antara 18 sampai dengan 40, dengan rata rata 26,41. Sebanyak 89 responden (89%) merasa terbebani dengan kondisi penderita. Beban caregiver terbukti dapat mengancam kondisi fisik, psikologis, emosional dan kesehatan fungsional caregiver (Zarit et al. 1980, Parks & Novielli 2000, Etters et al. 2008, Carretero et al dalam Savundranayagam 2010). Ada 3 faktor beban caregiver yaitu efek dalam kehidupan pribadi dan sosial caregiver, beban psikologis dan perasaan bersalah. Caregiver harus memberikan sejumlah waktu energi dan uang. Tugas ini dirasakan tidak menyenangkan, menyebabkan

18 3 stress psikologis dan melelahkan secara fisik. Beban psikologis yang dirasakan oleh caregiver antara lain rasa malu, marah, tegang, tertekan, lelah dan tidak pasti. Faktor terakhir berhubungan dengan perasaan bersalah seperti seharusnya dapat melakukan lebih banyak, tidak dapat merawat dengan baik dan sebagainya (Anneke, 2009). Perawatan yang dilakukan caregiver tergantung pada level ketidakmampuan penderita (progress penyakit). Lefley (1996, dalam Sales, 2003), menjabarkan beban caregiver dengan penyakit kronis secara rinci antara lain: (1) Ketergantungan ekonomi penderita, (2) Gangguan rutinitas harian, (3) Manajemen perilaku, (4) Permintaan waktu dan energi, (5) Interaksi yang membingungkan atau memalukan dengan penyedia layanan kesehatan, (6) Biaya pengobatan dan perawatan, (7) Penyimpangan kebutuhan anggota keluarga lain, (8) Gangguan bersosialisasi, (9) Ketidakmampuan menemukan setting perawatan yang memuaskan. Kelompok adalah kumpulan individu yang memiliki hubungan satu dengan yang lain, saling bergantung dan mempunyai norma yang sama. Anggota kelompok mungkin datang dari berbagai latar belakang yang harus ditangani sesuai dengan keadaannya, seperti agresif, takut, kebencian, kompetitif, kesamaan, ketidaksamaan, kesukaan, dan menarik. Semua kondisi ini akan memengaruhi dinamika kelompok Stuart & Laraia tahun 2001 (di kutip dalam Keliat & Akemat, 2004). Kelompok berfungsi sebagai tempat berbagi pengalaman dan saling membantu satu sama lain, untuk menemukan cara menyelesaikan masalah. Kelompok merupakan laboratorium tempat mencoba dan menemukan hubungan interpersonal yang baik, serta perilaku yang adaptif. Angggota kelompok merasa dimiliki, diakui, dan dihargai eksistensinya oleh anggota kelompok yang lain (Keliat, 2004). Self Help Group sering disebut juga kelompok yang saling menolong, saling membantu, atau kelompok dukungan didefinisikan sebagai suatu kelompok yang menyediakan dukungan bagi setiap anggota kelompok. Anggota

19 4 kelompok ini berpegangan pada pandangan bahwa orang-orang yang mengalami masalah dapat saling membantu satu sama lain dengan empati yang lebih besar dan lebih membuka diri (Keliat, 2008). Dalam Self Help Group, kelompok bantuan timbal balik didasarkan pada premis bahwa kelompok berbagi masalah umum secara kolektif dapat saling mendukung dan mengurangi atau menghilangkan masalah dan konsekuensi pribadi dan sosial. Anggota belajar tentang masalah mereka dan berbagi pengalaman mereka, kekuatan dan harapan untuk pemulihan, kesempatan untuk menjadi model peran (Magura, S. 2007). Self Help Group merupakan kelompok-kelompok termasuk orang dengan ikatan bersama yang secara sukarela datang bersama-sama untuk berbagi, menjangkau dan belajar satu sama lain dalam lingkungan yang terpercaya, mendukung dan terbuka (Knight, 2007). Sekitar 10 juta warga Amerika menggunakan layanan self-help group dan 25 juta orang ikut dalam suatu self-help group minimal satu kali pada masa hidupnya (Kessler, Mickelson, & Zhao, 1997). Self-help group yang sangat terkenal di Amerika adalah alcoholics anonymous (kelompok yang membantu masalah pada penderita kecanduan minuman beralkohol) ada 500,000 self-help group lain di amerika (Jacobs & Goodman, 1989). Beberapa penelitian menyimpulkan bahwa self-help group efektif untuk setiap anggotanya, baik dalam jangka waktu singkat atau permanen. Kelompok ini juga membantu meningkatkan kualitas kesehatan dan menghindari masalah sosial berhubungan penyakit. Bloom menunjukkan bahwa sebuah self-help group pada perempuan yang menderita kanker payudara dapat meningkatkan kualitas hidup secara signifikan. Anggotanya memiliki sedikit gangguan mood, mengurangi kecemasan, dan tingkat rasa nyeri. (Spiegel et al., 1989). Pada penelitian Sutini pada tahun 2009 menunjukkan peningkatan koping keluarga dan caregiver anak dengan retardasi mental di sumedang telah menunjukkan peningkatan setelah membentuk self-help group. Setelah 6

20 kali pertemuan, kelompok yang diberikan terapi self-help group mengalami peningkatan koping secara bermakna dari maladaptif menjadi adaptif. 5 Berdasarkan uraian di atas, peneliti tertarik melakukan penelitian berjudul Gambaran Tingkat Caregiver Burden Orang Dengan Masalah Kejiwaan Pada Anggota Self-Help Group Online B. Rumusan Masalah Pada studi pendahuluan yang dilakukan baik mendatangi sekretariat Komunitas Peduli Skizofrenia Indonesia yang berlokasi di kampung melayu, Jakarta dan pada forum-forum online per regional, ditemukan beberapa masalah dalam caregiver salama merawat orang dengan skizofrenia. Masalah yang paling banyak dikeluhkan adalah penertiban dalam minum obat, kesulitan mencari obat, dan juga fase pengembalian orang dengan skizofrenia agar diterimadalam lingkungan sosialnya. Sementara itu, tingkat caregiver burden belum terkaji sepenuhnya baik secara fisik maupun psikologis. Sehingga rumusan masalah dalam penelitian ini adalah Bagaimana gambaran tingkat Caregiver Burden pada Anggota Support Group Online. C. Tujuan Penelitian Tujuan penelitan ini adalah untuk mengetahui tingkat caregiver burden pada anggota self-help group online pada responden caregiver yang menjadi anggota self-help group online. D. Manfaat Penelitian 1. Bagi anggota Caregiver Mengukur tingkat burden yang dialami selama menjadi caregiver ODMK.

21 6 2. Bagi Komunitas Mengetahui tingkat burden pada anggota dan ikut mengkaji masalah-masalah yang dialami caregiver selama merawat ODMK.

22 7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kesehatan Jiwa Definisi sehat menurut kesehatan dunia (WHO) adalah suatu keadaan sejahtera yang meliputi fisik, mental dan sosial yang tidak hanya bebas dari penyakit atau kecacatan. Maka secara analogi kesehatan jiwa pun bukan hanya sekedar bebas dari gangguan tetapi lebih kepada perasan sehat, sejahtera dan bahagia ( well being ), ada keserasian antara pikiran, perasaan, perilaku, dapat merasakan kebahagiaan dalam sebagian besar kehidupannya serta mampu mengatasi tantangan hidup sehari-hari. (Keliat, 2005) Definisi kesehatan jiwa menurut UU no. 18 tahun 2014 tentang kesehatan jiwa menyebutkan bahwa Kesehatan Jiwa adalah kondisi dimana seorang individu dapat berkembang secara fisik, mental, spiritual, dan sosial sehingga individu tersebut menyadari kemampuan sendiri, dapat mengatasi tekanan, dapat bekerja secara produktif, dan mampu memberikan kontribusi untuk komunitasnya. Efendi dan Makhfudli (2009) mengatakan gangguan jiwa berat merupakan bentuk gangguan dalam fungsi alam pikiran berupa disorganisasi (kekacauan) dalam isi pikiran yang ditandai antara lain oleh gejala gangguan pemahaman (delusi waham), gangguan persepsi berupa halusinasi atau ilusi, serta dijumpai daya nilai realitas yang terganggu yang ditunjukkan dengan perilaku aneh (bizzare). Penanganan pada klien dengan masalah kesehatan jiwa

23 8 merupakan tantangan yang unik karena masalah kesehatan jiwa mungkin tidak dapat dilihat secara langsung, seperti pada masalah kesehatan fisik yang memperlihatkan berbagai macam gejala dan disebabkan berbagai hal kejadian masa lalu yang sama dengan kejadian saat ini, tetapi mungkin muncul gejala yang berbeda banyak klien dengan masalah kesehatan jiwa tidak dapat menceritakan masalahnya bahkan mungkin menceritakan hal yang berbeda dan kontradiksi. Kemampuan mereka untuk berperan dan menyelesaikan masalah juga bervariasi. (Keliat, 2005). B. Teori Self-Care Untuk memahami teori self-care, perlu dipahami terlebih dahulu tentang konsep self-care, unsur self-care, faktor-faktor kondisi dasar dan kebutuhan akan self-care yang terapeutik. Self-care adalah penampilan atau aktivitas praktek berdasarkan keinginan individu dan dilaksanakan untuk mempertahankan hidup, sehat dan kesejahteraan. Bila self-care dilaksanakan secara efektif, itu akan menolong untuk memelihara integritas dirinya dan fungsi kemanusiaan serta berkontribusi terhadap perkembangan kemanusian (Orem, 2001). Unsur self-care adalah kemampuan yang dimiliki oleh manusia atau kekuatan untuk terlibat di dalam self-care. Kemampuan individu untuk terlibat dalam self-care dipengaruhi oleh faktor-faktor kondisi dasar. Yang termasuk faktor-faktor kondisi dasar adalah : umur, jenis kelamin, status perkembangan, status kesehatan, orientasi sosio-kultural, faktor sistem pelayanan kesehatan (diagnostik dan pengobatan), faktor sistem keluarga, pola hidup (aktivitas secara teratur), faktor lingkungan serta sumber-sumber yang adekuat dan terjangkau. Secara normal, orang dewasa secara sukarela memelihara dirinya sendiri. Bayi,

24 anak-anak, orang tua, orang sakit dan orang cacat membutuhan perawatan secara menyeluruh atau bantuan dalam aktivitas self-care. 9 Kebutuhan Self-Care yang terapeutik adalah totalitas dari tindakan selfcare yang diperlihatkan dalam jangka waktu tertentu dengan tujuan untuk memenuhi kebutuhan self-care yang sudah diketahui dengan menggunakan metode yang valid dan seperangkat kegiatan dan tindakan yang berhubungan. Kebutuhan self-care yang terapeutik dijadikan model pada tindakan yang disengaja, yaitu tindakan yang sengaja dilakukan oleh sekelompok orang untuk menghasilkan peristiwa dan hasil yang memberikan keuntungan kepada orang lain secara spesifik. Persayaratan self-care yang Universal dihubungkan dengan proses kehidupan dan pemeliharaan integritas kemanusiaan beserta fungsifungsinya. Hal tersebut umum pada setiap manusia selama seluruh siklus kehidupan dan harus dipandang sebagai faktor yang saling berhubungan, saling mempengaruhi satu sama lain. Istilah umum untuk persyaratan tersebut adalah aktivitas kehidupan sehari-hari (activity of daily living). Orem (1991) mengidentifikasi persyaratan self-care sebagai berikut : (1) Pemeliharaan terhadap kecukupan udara, (2) Pemelihraan teradap kecukupan air, (3) Pemeliharaan terhadap kecukupan makanan, (4) Perlengkapan yang berhubungan dengan proses eliminasi dan sisa eliminasi, (5) Pemeliharaan keseimbangan antara aktivitas dan istirahat, (6) Pemeliharaan keseimbangan antara kesendirian dan interaksi social, (7) Pencegahan terhadap bahaya kehidupan, fungsi manusia dan kesejahteraan manusia, (8) Peningkatan fungsi-fungsi manusia dan perkembangan dalam kelompok sosial yang sejalan dengan potensi manusia, tahu keterbatasan manusia, dan keinginan manusia untuk menjadi normal.

25 10 C. Teori Self-Care Deficit Teori self-care deficit merupakan inti dari teori umum keperawatan Orem. Penyimpangan kesehatan self-care ditemukan dalam kondisi sakit, injuri, penyakit atau yang disebabkan oleh tindakan medis yang diperlukan untuk memperbaiki kondisi. Penyakit atau injuri tidak hanya mempengaruhi struktur tubuh tertentu dan fisiologisnya atau mekanisme psikologis tapi juga mempengaruhi fungsi sebagai manusia. Keperawatan dibutuhkan untuk orang dewasa atau orang-orang yang ada dibawah tanggungannya dalam keadaan tidak mampu atau keterbatasan dalam memberikan self-care yang efektif secara terus menerus. Keperawatan diberikan jika kemampuan merawat berkurang dari yang dibutuhkan untuk memenuhi kebutuhan self-care yang sebenarnya sudah diketahui atau kemampuan self-care atau kemandirian berlebihan atau sama dengan kebutuhan untuk memenuhi kebutuhan self-care tetapi dimasa yang akan datang dapat diperkirakan kemampuan merawat akan berkurang baik kualitatif maupun kuantitatif dalam kebutuhan perawatan atau kedua-duanya. Orem mengidentifikasi lima metode bantuan: (1) Tindakan untuk berbuat untuk orang lain, (2) Membimbing dan mengarahkan, (3) Memberikan dukungan fisik dan psikologis, (4) Memberikan dan mempertahankan lingkungan yang mendukung perkembangan individu, (5) Pendidikan (George, 1995). Perawat dapat membantu individu dengan menggunakan semua metode ini untuk memberikan bantuan self-care. Aktivitas yang melibatkan perawat saat mereka memberikan asuhan keperawaran dapat digunakan untuk menggambarkan domain keperawatan. Lima area aktivitas untuk praktek keperawatan, yaitu : (1) Masuk ke dalam dan mempertahankan hubungan perawat-klien dengan individu, keluarga atau kelompok sampai klien secara sah

26 11 dikeluarkan dari keperawatan, (2) Menentukan apakah dan bagaimana klien dapat ditolong melalui keperawatan, (3) Berespons terhadap permintaan, keinginan dan kebutuhan klien akan kontak dan bantuann keperawatan, (4) Merumuskan, memberikan dan mengatur bantuan langsung pada klien dan orang-orang terdekat dalam bentuk bantuan keperawatan, (5) Mengkoordinasi dan mengintegrasikan keperawatan dengan kehidupan sehari-hari klien, pelayanan kesehatan lain yang dibutuhkan atau diterima dan pelayanan sosial dan pendidikan yang dibutuhkan dan diterima klien (George, 1995). D. Pernyataan Teori Sistem Model Neuman Teori model Neuman menggambarkan partisipasi aktif perawat terhadap klien dengan tingkatan yang menyangkut bermacam-macam pengaruh terhadap respon klien akibat tekanan atau stress. Klien dalam hubungannya timbal balik dengan lingkungan sekitarnya selalu membuat keputusan yang menyangkut hal atau sesuatu yang akan berakibat kepadanya. Ada 4 faktor yang merupakan konsep mental klien : 1. Individu atau pasien itu sendiri Pada teori Neuman, individu merupakan suatu sistem terbuka yang selalu mencari keseimbangan dari harmoni dan merupakan satu kesatuan dari fisiologis, psikologis, sosiokultural, perkembangan dan spiritual. 2. Lingkungan sekitarnya Model teori neuman ini adalah konsep dimana manusia berhubungan konstan (tetap) terhadap lingkungannya. Dapat di defenisikan lingkungan sebagai tekanan internal dan eksternal bagi manusia. Neuman menyatakan bahwa pembentukan lingkungan adalah dinamis dan mewakili mobilitas bahwa sadar

27 12 klien ( termasuk di dalamnya faktor energi, melalui integrasi dan stabilitas system). 3. Kesehatan Neuman melihat kesehatan sebagai rangkaian kesatuan bukan sebagai dikotomi (pembagian atas dua kelompok yg saling bertentangan) antara penyakit dan kesehatan.konsep dalam tulisannya mendefenisikan system terminology sebagai berikut : a. kesehatan : keadaan penjenuhan, keadaan lembam/ tetap walaupun terdapat sesuatu yang mengganggu. b. Penyakit : keadaan tidak mencukupi sehingga labil terhadap adanya sesuatu yang mengganggu. 4. Pelayanan / Keperawatan Neuman memandang keperawatan sebagai profesi unik karena berhubungan dengan variabel (sesuatu tang dapat berubah) yang mempengaruhi respon manusia terhadap stressor, dengan perhatian utama pada manusia secara keseluruhan. Neuman menyatakan bahwa perawat membantu individu, keluarga, dan kelompok dalam memperoleh dan menjaga kesehatan melalui campur tangan dan perselisihan antara dua pihak (orang, golongan, Negara, dll). E. Mengintegrasikan Model Sistem Neuman Model Sistem Neuman (1982) dapat digunakan untuk menjelaskan kerangka konsep duka cita. Variabel yang tidak bisa dipisahkan dalam sistem klien, yaitu : fisiologis, psikilogis, rohani, perkembangan, dan sosial budaya, dapat digunakan untuk menguraikan atribut dari duka cita. Kehilangan di masa lalu dapat dijelaskan sebagai sebuah stressor, dan akibat dari duka cita diartikan sebagai suatu proses yang

28 13 serupa dengan konsep Neuman yaitu rekonstitusi. Intervensi untuk membantu klien dalam menghadapi pengalaman duka cita dapat dikatagerikan sebagai upaya pencegahan primer, sekunder, dan tersier (Reed,2003). Penggunaan terminologi dari teori Neuman untuk menguraikan konsep duka cita dimulai dengan terlebih dahulu mengidentifikasi permasalahan-permasalahan yang muncul sebelumnya. Dalam terminologi Neuman, kejadian di masa lalu merupakan stressor, dan dalam kasus duka cita, stressor adalah perasaan kehilangan. Perasaan kehilangan mugkin bersifat intra-personal (misalnya : kehilangan salah satu anggota badan. Kehilangan peran atau fungsi), interpersonal (misalnya : berpisah dengan pasangannya, anak, atau orangtua), atau ekstra-personal (misalnya : hilangnya pekerjaan, rumah, atau hilangnya limgkungan yang dikenal).neuman (1995) menyatakan bahwa dampak dari stressor dapat didasarkan pada dua hal, yaitu : kekuatan stressor dan banyaknya stressor. Modifikasi terhadap respon duka cita diidentifikasi sebagai kombinasi dari beberapa pengalaman yang bersifat individual dan dipengaruhi oleh banyak faktor yang terdiri dari hubungan antara orang yang berduka dengan objek yang hilang, sifat alami dari kehilangan, dan kehadiran sistem pendukung (support system). Faktorfaktor lain memiliki efek yang kuat pada perasaan duka cita, seeperti penglaman individu yang sama sebelumnya,kepercayaan spiritual dan budaya yang dianut. Penjelasan mengenai modofikasi respon duka cita sama halnya dengan gagasan Neuman mengenai interaksi antar variabel (fisik, psikologis, sosial budaya, perkembangan, dan rohani). Kombinasi beberapa variabel yang unik pada diri seseorang (pengalaman sebelumnya dengan duka cita, nilai-nilai, kepercayaan spiritual, status fisiologis, batasan sosial budaya, dan yang lainnya) dapat dibandingkan dengan variabel-variabel yang menyusun garis pertahanan normal

29 14 (normal lines of defense) dan garis perlawanan. Masing-masing garis pertahanan dan garis perlawanan memodifikasi pada tingkatan tertentu dimana stressor mempumyai efek yang negatif pada diri seseorang. Garis pertahanan normal membantu sistem klien untuk menyeduaikan dengan stres akibat kehilangan ; garis perlawanan bertindak sebagai kekuatan untuk membantu klien kembali ke kondisi yang stabil. Faktor yang lain, seperti pengalaman individu sebelumnya dengan perasaan kehilangan dan duka cita, budaya, dan kepercayaan religius menjadibagian dari struktur dasar individu. Garis pertahanan dan perlawanan melindungi struktur dasar dari gangguan stres yang menimpa individu (Reed, 1993). F. Konsep Caregiver 1. Definisi Definisi caregiver dalam Merriam-Webster Dictionary (2012) adalah orang yang memberikan perawatan langsung pada anak atau orang dewasa yang menderita penyakit kronis. Elsevier (2009) menyatakan caregiver sebagai seseorang yang memberikan bantuan medis, sosial, ekonomi, atau sumber daya lingkungan kepada seseorang individu yang mengalami ketergantungan baik sebagian atau sepenuhnya karena kondisi sakit yang dihadapi individu tersebut. Definisi caregiver dari literatur bahasa Indonesia, dikemukakan oleh Subroto (2012) sebagai:.. seseorang yang bertugas untuk membantu orang-orang yang ada hambatan untuk melakukan kegiatan fisik sehari-hari baik yang bersifat

30 15 kegiatan harian personal (personal activity daily living) seperti makan, minum, berjalan, atau kegiatan harian yang bersifat instrumental (instrumental daily living) seperti memakai pakaian, mandi, menelpon atau belanja. Menurut Mifflin (2007) menyatakan caregiver sebagai seseorang dalam keluarga, baik itu orang tua angkat, atau anggota keluarga lain yang membantu memenuhi kebutuhan anggota keluarga yang mengalami ketergantungan. Caregiver keluarga (family caregiver) didefinisikan sebagai individu yang memberikan asuhan keperawatan berkelanjutan untuk sebagai waktunya secara sungguh-sungguh setiap hari dan dalam waktu periode yang lama, bagi anggota keluarganya yang menderita penyakit kronis (Pfeiffer, dalam Tantono dkk, 2006). Caregiving merupakan suatu istilah yang berarti memberikan perawatan kepada seseorang dengan kondisi medis yang kronis. Informal atau lay caregiving adalah aktivitas membantu individu yang memiliki hubungan personal dengan caregiver (Tantono, 2006). 2. Jenis Caregiver Caregiver dibagi menjadi caregiver informal dan caregiver formal. Caregiver informal adalah seseorang individu (anggota keluarga, teman, atau tetangga) yang memberikan perawatan tanpa di bayar, paruh waktu atau sepanjang waktu, tinggal bersama maupun terpisah dengan orang yang dirawat, sedangkan formal caregiver adalah caregiver yang merupakan bagian dari sistem pelayanan, baik di bayar maupun sukarelawan (Sukmarini, 2009). Timonen (2009) menyebutkan terdapat dua jenis caregiver, yaitu formal dan informal. Caregiver formal atau disebut juga penyedia layanan kesehatan adalah anggota suatu organisasi yang dibayar dan dapat menjelaskan

31 16 norma praktik, profesional, perawat atau relawan. Sementara informal caregiver bukanlah anggota organisasi, tidak memiliki pelatihan formal dan tidak bertanggung jawab terhadap standar praktik, dapat berupa anggota keluarga ataupun teman. Dengan demikian caregiver keluarga merupakan bagian dari informal caregiver. Family caregiver atau caregiver keluarga menurut Wenberg (2011) adalah pasangan, anak dewasa, kenalan pasangan atau teman yang memiliki hubungan pribadi dengan pasien, dan memberikan berbagai bantuan yang tidak dibayar untuk orang dewasa yang lebih tua dengan kondisi kronis atau lemah. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa caregiver adalah seseorang yang bersedia dan bertanggung jawab dalam merawat serta memberikan dukungan secara fisik, sosial, emosional pada penderita skizofrenia hingga pulih atau bahkan hingga akhir hayatnya. 3. Tugas dan Peran Caregiver Fungsi dari caregiver adalah menyediakan makanan, membawa pasien ke dokter, dan memberikan dukungan emosional, kasih sayang dan perhatian (Tantono, 2006). Caregiver juga membantu pasien dalam mengambil keputusan apabila berkaitan dengan pengobatan dan terkadang kehidupan pasiennya apabila pasien dalam bantuan total (Total Care). Keluarga sebagai caregiver merupakan penasihat yang sangat penting dan diperlukan oleh pasien (Tantono, 2006). Penelitian kualitatif yang dilakukan oleh Arksey, et al (2005) tentang tugas-tugas yang dilakukan caregiver di United Kingdom, antara lain termasuk: a. Bantuan dalam perawatan diri yang terdiri dari dressing, bathing, toileting.

32 17 b. Bantuan dalam mobilitas seperti: berjalan, naik atau turun dari tempat tidur c. Melakukan tugas keperawata seperti: memberikan obat dan mengganti balutan luka. d. Memberikan dukungan emosional e. Menjadi pendamping f. Melakukan tugas-tugas rumah tangga seperti: memasak, belanja, pekerjaan kebersihan rumah, dan g. Bantuan dalam masalah keuangan dan pekerjaan kantor. Milligan (2004) dalam penelitiannya menarik perhatian terhadap fakta tugas caregiver pada lansia. Tugas yang dilakukan caregiver tidak hanya terbatas kepada pekerjaan rumah tangga, akan tetapi dibagi ke dalam 4 kategori, sebagai berikut: a. Physical Care/Perawatan fisik, yaitu: memberi makan, mengganti pakaian, memotong kuku, membersihkan kamar, dan lain-lain. b. Social Care/ Kepedulian sosial, antara lain: mengunjungi tempat hiburan, menjadi supir, bertindak sebagai sumber informasi dari seluruh dunia di luar perawatan di rumah. c. Emotional Care, yaitu menunjukkan kepedulian, cinta dan kasih sayang kepada pasien yang tidak selalu ditunjukkan ataupun dikatakan namun ditunjukkan melalui tugas-tugas lain yang dikerjakan. d. Quality care, yaitu: memantau tingkat perawatan, standar pengobatan, dan indikasi kesehatan, serta berurusan dengan masalah yang timbul.

33 18 4. Beban pada Caregiver Beban caregiver (caregiver burden) didefinisikan sebagai tekanantekanan mental atau beban yang muncul pada orang yang merawat lansia, penyakit kronis, anggota keluarga atau orang lain yang cacat. Beban caregiver merupakan stress multidimensi yang tampak pada diri seorang caregiver. Pengalaman caregiving berhubungan dengan respon yang multidimensi terhadap tekanan-tekanan fisik, psikologis, emosi, sosial dan finansial (Tantono, 2006). Beban caregiver dibagi atas dua yaitu beban subjektif dan beban objektif. Beban subjektif caregiver adalah respon psikologis yang di alami caregiver sebagai akibat perannya dalam merawat pasien. Sedangkan beban objektif caregiver yaitu masalah praktis yang di alami oleh caregiver, seperti masalah keuangan, gangguan pada kesehatan fisik, masalah dalam pekerjaan, dan aktivitas sosial (Sukmarini, 2009). Ada 3 faktor beban caregiver yaitu efek dalam kehidupan pribadi dan sosial caregiver, beban psikologis, dan perasaan bersalah. Caregiver harus memberikan sejumlah waktu energi dan uang. Tugas ini dirasakan tidak menyenangkan, menyebabkan stress psikologis dan melelahkan secara fisik. Beban psikologis yang dirasakan oleh caregiver antara lain rasa malu, marah, tegang, tertekan, lelah dan tidak pasti. Faktor terakhir berhubungan dengan perasaan bersalah seperti seharusnya dapat melakukan lebih banyak, tidak dapat merawat dengan baik dan sebagainya (Anneke, 2009). Perawatan yang dilakukan caregiver tergantung pada level ketidakmampuan pasien (progress penyakit). Lefley (1996, dalam Sales, 2003), menjabarkan beban caregiver dengan penyakit kronis secara rinci antara lain: (1) Ketergantungan ekonomi pasien, (2) Gangguan rutinitas harian, (3) Manajemen

34 19 perilaku, (4) Permintaan waktu dan energi, (5) Interaksi yang membingungkan atau memalukan dengan penyedia layanan kesehatan, (6) Biaya pengobatan dan perawatan, (7) Penyimpangan kebutuhan anggota keluarga lain, (8) Gangguan bersosialisasi, (9) Ketidakmampuan menemukan setting perawatan yang memuaskan. Penelitian yang dilakukan Aoun (2004), menemukan dampak caregiving pada caregiver dengan pasien paliatif di Australia, yaitu: a. Pendapatan sering tidak cukup karena biaya yang dikeluarkan selama perawatan. b. Dampak kesehatan yang umum pada caregiver, akan tetapi caregiver sering mengabaikannya atau mengurangi pentingnya menjaga kesehatan. c. Gangguan tidur menyebabkan kelelahan caregiver. d. Berkurangnya kegiatan sosial dan aktivitas fisik caregiver sehingga mengakibatkan isolasi sosial. e. Perawatan pada pasien dengan paliative care secara emosional menuntut caregiver sehingga mengalami rasa bersalah, kecemasan, kemarahan, frustasi, takut, depresi, kehilangan kendali, dan perasaan tidak mampu. 5. Dukungan dan Kebutuhan Caregiver Dukungan yang diberikan oleh caregiver adalah penting untuk membantu kesembuhan pasien baik dari segi fisik, psikososial, dan spiritual. Tujuan dari rencana pendidikan kesehatan juga berbeda antara pasien dan caregiver. Caregiver mungkin membutuhkan bantuan dalam mempelajari perawatan fisik dan teknik penggunaan alat bantu perawatan., menemukan sumber home care, menempatkan peralatan, menata lingkungan rumah untuk mengakomodasi kesembuhan pasien (Lewis, et al, 2011). Pasien dan caregiver

35 20 mungkin memiliki kebutuhan akan pengajaran yang berbeda. Pemberian rencana pengajaran yang sukses disarankan untuk melihat dari kebutuhan pasien dan kebutuhan caregiver yang merawat pasien (Lewis, et al, 2011). Penelitian Yedidia dan Tiedemann, (2008) berdasarkan tugas caregiver, menyimpulkan kebutuhan caregiver yaitu: (1) Kebutuhan akan informasi tentang pelayanan yang tersedia, (2) Manajemen stress dan strategi koping, (3) Masalah keuangan dan asuransi, (4) Masalah komunikasi dengan profesional kesehatan, (5) Informasi tentang penyakit, (6) Menggunakan bantuan yang kompeten, (7) Bantuan tentang tugas-tugas perawatan, (8) Bantuan berkomunikasi dengan pasien, (9) Nasihat hukum, (10) Informasi tentang obat, (11) Bantuan mengatasi masalah akhir kehidupan, (12) Panduan memindahkan pasien ke fasilitas yang mendukung, (13) Bantuan berurusan dengan keluarga. Kebutuhan-kebutuhan caregiver tersebut hendaknya dapat dikaji oleh perawat agar beban yang dirasakan caregiver dapat berkurang. WGBH (Western Great Blue Hill) Educational Foundation (2008) menyatakan bahwa dalam memenuhi kebutuhannya dan mencapai tujuan caring, caregiver diharapkan memiliki keahlian dalam: a. Berkomunikasi Mengekspresikan kebutuhan dan perasaan serta mampu mendengar kebutuhan dan perasaan orang lain merupakan keterampilan penting dalam menangani penderita. Saat perasaan pasien dan caregiver mampu diutarakan, hal tersebut dapat mendukung satu sama lain, dan mengurangi stres yang diikuti oleh kemarahan atau kesedihan. Dengan melepaskan masalah,

36 21 perawatan pasien dapat ditata sedemikian rupa sehingga pengobatan dapat lebih efektif. b. Menemukan informasi Kebutuhan akan informasi sangat diperlukan untuk membuat keputusan, memecahkan masalah, dan mencari pertolongan. Dengan mencari informasi, caregiver akan lebih mampu memahami penyakit dan pengobatan, seperti halnya dengan menentukan sumber dan dukungan caring. c. Membuat keputusan Individu dengan skizofrenia dapat mengalami masalah dalam kemampuan kognitif dan pengambilan keputusan. Dengan adanya caregiver, penderita akan dibantu dalam pengambilan keputusan terutama menghadapi masalah sosial dan keuangan. d. Memecahkan masalah Masalah yang dilalui oleh penderita setelah terdiagnosa membuat penderita dapat merasa terpuruk sehingga dibutuhkan caregiver untuk bersama-sama memecahkan masalah yang dialami oleh penderita. e. Bernegosiasi Dengan adanya persetujuan kerja bagi masing-masing orang, akan mengurangi ketegangan peran caregiver. f. Memberanikan diri Menghilangkan keraguan untuk mencari bantuan apa saja untuk caregiver sendiri dan pasien. Menurut Walker (2007), beban yang dirasakan caregiver, dapat dibagi atas 2 hal, yaitu: respon emosi caregiver dan kesehatan fisik caregiver.

37 22 1) Respon emosi caregiver Distres pada caregiver biasanya diperlihatkan sebagai depresi atau beban caregiver. Depresi caregiver adalah gangguan mood yang dihasilkan dari stress penyedia layanan keperawatan, yang dimanifestasikan oleh perasaan kesendirian, isolasi, ketakutan dan merasa mudah diganggu. Hirst (2005) menemukan masalah kesehatan mental yang timbul secara langsung terhadap caregiver dalam proses perawatan pasien. Hasil penelitian menunjukkan bahwa caregiver yang memberikan perawatan kepada pasien/ keluarga lebih dari 20 jam atau lebih per minggu adalah dua kali lipat berisiko mengalami tekanan psikologis dan efek ini lebih besar pada caregiver wanita. Penelitian yang dilakukan Kelliat (2000) di Selandia Baru pada caregiver pasien stroke, menemukan terdapat kelelahan emosional dikaitkan dengan gejala kelelahan, depersonalisasi, dan penurunan prestasi pribadi. Cameron et al (2006) menemukan sebesar 44% dari 94 orang caregiver berkebangsaan Kanada pada pasien stroke beresiko terkena depresi klinis. 2) Kesehatan fisik caregiver Pengalaman caregiver akan kondisi yang menghasilkan stres kronik yang kemudian menimbulkan respon dengan melepas glukokortikoid dan katekolamin sebagai hasil progres penyakit dan pengobatan yang lama, dimana dapat berdampak negatif pada sistem imunitas caregiver dan mempengaruhi kesehatannya. Hasil survey yang dilakukan oleh Vitaliano, et al (2003, 2004) menemukan dampak kesehatan fisik bagi caregiver pada lansia dengan demensia. Pada

38 23 penelitian tersebut, caregiver melaporkan mengalami gangguan kesehatan fisik dan membutuhkan pengobatan yang lebih sering dibandingkan bukan caregiver. Sebesar 23% terjadi peningkatan hormon stres pada caregiver. Hasil lain menunjukkan bahwa caregiver menghasilkan produksi antibodi yang rendah, tingginya gangguan tidur dan kurang adekuatnya diet. Sebagian besar caregiver adalah wanita. Menurut Montgomery, Rowse, dan Kosloski (2007), wanita diketahui memiliki waktu istirahat dan latihan yang kurang dibandingkan pria. Sehingga terjadi perubahan kardiovaskuler seperti tekanan darah meningkat. Kurangnya waktu untuk merawat diri sendiri karena permintaan rawatan yang berkesinambungan dapat berdampak negatif pada kesehatan caregiver. J. Konsep Dasar Self-help group Self-help group adalah kumpulan dua orang atau lebih yang datang bersama untuk membuat kesepakatan saling berbagi masalah yang mereka hadapi, kadang disebut juga kelompok pemberi semangat. Terapi self-help group berfokus pada pengalaman keluarga dalam merawat salah satu anggota keluarganya yang mengalami gangguan untuk berbagi solusi saat mengalami masalah. Persyaratan dilakukannya self-help group adalah anggota memiliki pengalaman yang sama, tetapi kelompok tersebut bukan kelompok terapi formal atau terstruktur (Varcarolis, 2006). Self-Help Group merupakan cara yang dilakukan oleh sekelompok orang yang memiliki persamaan ideologi dan tema yang melandasi kesatuan anggota untuk mencapai satu tujuan bersama. Self-help group merupakan suatu cara yang efektif untuk menangani masalah-masalah seperti stres,

39 24 kesulitan, dan rasa sakit. Kelompok-kelompok ini dapat digolongkan sebagai berikut: a. Kelompok yang membantu orang dan keluarga dengan mengutamakan aspek fisik atau masalah kesehatan mental, misalnya kelompok bagi keluarga yang mempunyai anggota keluarga yang menderita depresi kronis. b. Kelompok yang memberi bantuan pengembangan perilaku gangguan adiktif, misalnya bagi orang-orang yang ketergantungan alkohol atau obat-obatan terlarang. c. Kelompok yang memberi dukungan sosial bagi orang yang mengalami masa transisi yang sulit, misalnya orang yang berada dalam masa tua yang sendirian atau orang- orang yang kehilangan. d. Kelompok perlindungan untuk populasi khusus, misalnya orang-orang yang cacat atau manula. e. Kelompok yang bekerja menentang diskriminasi, misalnya perbedaan gender atau perbedaan ras. f. Kelompok yang menangani masalah dan kondisi umum, misalnya kecemasan yang berlebihan. 1. Premis-premis Self-help group a. Terdapat sejumlah kesulitan besar individual, maka kemungkinan banyak orang yang dibantu melalui cara bekerja dengan orang lain yang berlatar belakang sama. (Pearson,1986) 2. Keanggotaan yang homogen dalam satu kelompok sangat membantu dalam memajukan perubahan.

40 25 b. Ada faktor terapeutik dalam kelompok ini yang didasarkan atas dimensi afektif, behavioral, dan kognitif. (Cole, 1983 ; Yalom, 1985) c. Pengaruh kelompok dapat menjadi positif untuk seseorang, baik selama maupun setelah ia menjadi anggota. (Pearson,1986 ; Yalom, 1985) 2. Praktek Bantuan-Diri dalam Kelompok Dengan mengutamakan saling membantu, self-help group ini disebut juga sebagai mutual-help group atau kelompok saling bantu. Pandangan tersebut diambil dari konsep bantuan-diri (self-help) yang diasosiasikan dengan sesuatu yang dikerjakan secara individual untuk diri seseorang. Selfhelp group melibatkan pengarahan langsung. Kelompok ini bergantung pada kerelaan pemimpin kelompok dan difokuskan pada anggota kelompok. Kualitas yang mempengaruhi pelaksanaan self-help group ini terfokus pada kesamaan peserta atau anggota. Dengan kesamaan tersebut, anggota kelompok memperoleh manfaat seperti kekompakkan dan identitas, motivasi dan perubahan persepsi serta perilaku dari anggota yang lebih berpengalaman. Praktek kelompok ini memungkinkan anggota yang baru sewaktuwaktu menjadi orang yang membantu (helper). Faktor tersebut membantu anggota menjadi mandiri, tidak ketergantungan, dapat melihat masalah secara positif, dan menjadi lebih merasa berguna secara sosial (Gartner dan Reissman, 1984). Peserta atau anggota dalam self-help group diperkaya dengan kehormatan diri (self-respect) dan harga diri (self-esteem). Anggota juga merasa lebih empatik terhadap orang lain dan memperoleh rasa percaya diri yang besar (Lieberman dan Borman, 1979). Kelompok ini memberi kesempatan pada pesertanya untuk berubah dan didorong untuk mencapai

41 tujuan mereka sendiri. Jika mereka tidak dapat mencapai tujuan, mereka tetap diterima di kelompok dan didorong untuk mencoba lagi agar berhasil Peran Pemimpin Self-help group Pemimpin self-help group dipilih dengan sukarela, banyak pemimpin kelompok ini yang memperoleh posisi mereka dari pengalaman dan masa kerja (Reordan & Beggs, 1987). Pemimpin kelompok dapat juga lahir melalui pemilihan. Silverman (1980) menyatakan dalam beberapa kasus, kriteria pemimpin self-help group ialah harus: a. Mau menjadi helper b. Mau berbagi tentang pengalamannya sendiri, baik pengalaman yang berhasil maupun yang gagal c. Memperoleh akomodasi atau resolusi terhadap masalahnya d. Memberi bantuan dari pengalaman pribadinya sendiri, baik dari bacaan maupun dari pendidikan formal e. Memiliki cukup waktu dan energi untuk bekerja Secara keseluruhan, pimpinan kelompok berperan untuk menciptakan lingkungan yang akrab dan menyenangkan bagi anggota kelompok agar menjaga keutuhan kelompok dan membantu anggota mencapai tujuan terapi. Jika hal tersebut tercapai, maka kelompok akan berfungsi sebagai kelompok yang memberi dan menerima (take and give), serta anggota akan merasa lebih menyenangkan dan bermanfaat. 4. Tujuan Self-help group Ada dua hal yang diinginkan dari kerja self-help group, yang pertama pada tingkat kelompok global, dan yang kedua pada tingkat personal. Pada

42 27 tingkat global, anggota diharapkan mampu mengidentifikasi dan saling membantu satu sama lain. Pada tingkat personal, individu harus mampu mengubah persepsi dan perilaku sebagai hasil dari pengalaman self-help group. Untuk dapat mencapai pertumbuhan pribadi yang menyeluruh, individu dalam self-help group harus mencapai keadaan berikut ini (Reordan & Biggs, 1987): a. Merasa tertarik pada orang lain dalam kelompok b. Merasa mendapat bantuan melalui penerimaan bantuan c. Rela mengambil resiko d. Berpartisipasi aktif sebagai anggota kelompok d. Memiliki tanggung jawab diri 5. Evaluasi Self-help group Keuntungan yang dapat diperoleh dalam self-help group adalah homogenitas anggota kelompok yang menonjol menjadikan anggota sangat terspesialisasi. Kondisi tersebut sangat menguntungkan kelompok, karena akan menopang kekompakkan dan kekhususan masalah yang dihadapi. Melalui self-help group, individu mengembangkan dan meningkatkan kepercayaan diri dan identitas diri mereka. Keuntungan lain yang didapat ialah cara anggota menstruktur waktu dan prinsip saling dukung di antara sesama anggota. Dilihat dari manfaatnya, biaya penyelenggaraan kelompok ini cukup efisien dan dapat dipakai melalui bentuk psikoterapi, bimbingan, pendidikan-psikologis dan dukungan untuk memungkinkan orang menjadi lebih terintegrasi dan menyeluruh secara personal. Selain itu, individu tidak hanya memperoleh pengetahuan dan menyadari perasaan, tapi juga mendapat teman (Cole, 1983).

43 28 K. Penelitian Terkait Dalam penelitian ini, peneliti terinspirasi dari beberapa penelitian sebelumnya yang berkaitan dengan latar belakang dibuatnya penelitian ini. Adapun penelitian-penelitian yang terkait adalah sebagai berikut: 1. Penelitian Pinedendi et all (2016) mengenai pengaruh Penerapan Asuhan Keperawatan Defisit Perawatan Diri Terhadap Kemandirian Personal Hygiene Pada Pasien Di Rsj. Prof. V. L. Ratumbuysang Manado menjelaskan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan terhadap penerapan asuhan keperawatan defisit perawatan diri pada pasien (p=0.003). berdasarkan hasil penelitian maka dapat disimpulkan bahwa personal hygiene sebelum dan sesudan diberikan intervensi menunjukan paling banyak berada pada kategori ketergantungan sedang. 2. Penelitian Fitrikasari et all (2012), pada caregiver penderita skizofrenia didapatkan bahwa nilai skor BAS (Burden Assessment Schedule) antara 18 sampai dengan 40, dengan rata rata 26,41. Sebanyak 89 responden (89%) merasa terbebani dengan kondisi penderita. Sementara pada penelitian Annisa (2015) pada Caregiver keluarga pasien skizofrenia di Surabaya menyatakan beban caregiver dilaporkan sebesar 77.50% selama memberikan pelayanan kepada pasien di rumah. Mereka beban yang diprediksi oleh keparahan dirasakan mereka penyakit pasien, sikap terhadap gangguan skizofrenia, dan dukungan sosial sebesar 51% dari varians. 3. Pada penelitian deskriptif analitik yang dilakukan Patricia, Helena (2015) yang berjudul Hubungan Beban dengan Kualitas Hidup pada Caregiver Klien Skizofrenia dengan pendekatan cross sectional study pada 186

SELF-HELP GROUP BAB I PENDAHULUAN

SELF-HELP GROUP BAB I PENDAHULUAN SELF-HELP GROUP BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kebutuhan akan bimbingan dan konseling sangat diperlukan individu, karena individu merupakan pribadi yang unik yang sedang berkembang kearah kematangan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berkaitan dengan suatu gejala penderitaan (distress) di dalam satu atau lebih. fungsi yang penting dari manusia (Komarudin, 2009).

BAB I PENDAHULUAN. berkaitan dengan suatu gejala penderitaan (distress) di dalam satu atau lebih. fungsi yang penting dari manusia (Komarudin, 2009). 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Gangguan jiwa adalah sindrom atau pola perilaku psikologik seseorang, yang secara klinik cukup bermakna, dan yang secara khas berkaitan dengan suatu gejala penderitaan

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT DEPRESI DENGAN KEMANDIRIAN DALAM ACTIVITY of DAILY LIVING (ADL) PADA PASIEN DIABETES MELLITUS DI RSUD PANDAN ARANG BOYOLALI

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT DEPRESI DENGAN KEMANDIRIAN DALAM ACTIVITY of DAILY LIVING (ADL) PADA PASIEN DIABETES MELLITUS DI RSUD PANDAN ARANG BOYOLALI HUBUNGAN ANTARA TINGKAT DEPRESI DENGAN KEMANDIRIAN DALAM ACTIVITY of DAILY LIVING (ADL) PADA PASIEN DIABETES MELLITUS DI RSUD PANDAN ARANG BOYOLALI SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan

Lebih terperinci

ABSTRAK. Kata Kunci: Manajemen halusinasi, kemampuan mengontrol halusinasi, puskesmas gangguan jiwa

ABSTRAK. Kata Kunci: Manajemen halusinasi, kemampuan mengontrol halusinasi, puskesmas gangguan jiwa ABSTRAK Halusinasi adalah gangguan jiwa pada individu yang dapat ditandai dengan perubahan persepsi sensori, dengan merasakan sensasi yang tidak nyata berupa suara, penglihatan, perabaan, pengecapan dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. keadaan tanpa penyakit atau kelemahan (Riyadi & Purwanto, 2009). Hal ini

BAB I PENDAHULUAN. keadaan tanpa penyakit atau kelemahan (Riyadi & Purwanto, 2009). Hal ini 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesehatan adalah keadaan sehat fisik, mental dan sosial, bukan semata-mata keadaan tanpa penyakit atau kelemahan (Riyadi & Purwanto, 2009). Hal ini berarti seseorang

Lebih terperinci

A. Pengertian Defisit Perawatan Diri B. Klasifikasi Defisit Perawatan Diri C. Etiologi Defisit Perawatan Diri

A. Pengertian Defisit Perawatan Diri B. Klasifikasi Defisit Perawatan Diri C. Etiologi Defisit Perawatan Diri A. Pengertian Defisit Perawatan Diri Kurang perawatan diri adalah gangguan kemampuan untuk melakukan aktifitas perawatan diri (mandi, berhias, makan, toileting) (Maslim, 2001). Kurang perawatan diri adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Prevalensi penderita skizofrenia pada populasi umum berkisar 1%-1,3% (Sadock

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Prevalensi penderita skizofrenia pada populasi umum berkisar 1%-1,3% (Sadock BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penderita skizofrenia dapat ditemukan pada hampir seluruh bagian dunia. Prevalensi penderita skizofrenia pada populasi umum berkisar 1%-1,3% (Sadock dan Sadock,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menyesuaikan diri yang mengakibatkan orang menjadi tidak memiliki. suatu kesanggupan (Sunaryo, 2007).Menurut data Badan Kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. menyesuaikan diri yang mengakibatkan orang menjadi tidak memiliki. suatu kesanggupan (Sunaryo, 2007).Menurut data Badan Kesehatan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Menurut Chaplin,gangguan jiwa adalah ketidakmampuan menyesuaikan diri yang mengakibatkan orang menjadi tidak memiliki suatu kesanggupan (Sunaryo, 2007).Menurut data

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. merupakan penyebab kematian urutan ke-3 di negara-negara maju setelah

BAB I PENDAHULUAN. merupakan penyebab kematian urutan ke-3 di negara-negara maju setelah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Stroke masih menjadi salah satu masalah kesehatan yang utama dan merupakan penyebab kematian urutan ke-3 di negara-negara maju setelah penyakit kardiovaskuler dan kanker.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kasus gangguan jiwa berat mendapatkan perhatian besar di berbagai negara. Beberapa

BAB I PENDAHULUAN. Kasus gangguan jiwa berat mendapatkan perhatian besar di berbagai negara. Beberapa BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kasus gangguan jiwa berat mendapatkan perhatian besar di berbagai negara. Beberapa peneliti melaporkan kasus gangguan jiwa terbesar adalah skizofrenia. Menurut capai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. muncul dalam masyarakat, diantaranya disebabkan oleh faktor politik, sosial

BAB I PENDAHULUAN. muncul dalam masyarakat, diantaranya disebabkan oleh faktor politik, sosial BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada era globalisasi seperti sekarang ini banyak permasalahan sosial yang muncul dalam masyarakat, diantaranya disebabkan oleh faktor politik, sosial budaya serta krisis

Lebih terperinci

BAB I 1.1 Latar Belakang

BAB I 1.1 Latar Belakang BAB I 1.1 Latar Belakang Gangguan jiwa yaitu suatu sindrom atau pola perilaku yang secara klinis bermakna yang berhubungan dengan distres atau penderitaan dan menimbulkan gangguan pada satu atau lebih

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan jiwa pada manusia. Menurut World Health Organisation (WHO),

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan jiwa pada manusia. Menurut World Health Organisation (WHO), 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Multi krisis yang menimpa masyarakat dewasa ini merupakan salah satu pemicu yang menimbulkan stres, depresi dan berbagai gangguan kesehatan jiwa pada manusia.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. World Health Organitation (WHO) mendefinisikan kesehatan sebagai

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. World Health Organitation (WHO) mendefinisikan kesehatan sebagai BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang World Health Organitation (WHO) mendefinisikan kesehatan sebagai keadaan sehat fisik, mental, dan sosial, bukan semata-mata keadaan tanpa penyakit atau kelemahan. Definisi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Stroke masih merupakan masalah kesehatan yang utama. Di dunia, stroke

BAB I PENDAHULUAN. Stroke masih merupakan masalah kesehatan yang utama. Di dunia, stroke BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Stroke adalah sindrom yang terdiri dari tanda dan/atau gejala hilangnya fungsi sistem saraf pusat fokal (atau global) yang berkembang cepat (dalam detik atau menit).

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. merupakan penyebab kematian urutan ke-3 di negara-negara maju setelah

BAB I PENDAHULUAN. merupakan penyebab kematian urutan ke-3 di negara-negara maju setelah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Stroke masih menjadi salah satu masalah kesehatan yang utama dan merupakan penyebab kematian urutan ke-3 di negara-negara maju setelah penyakit kardiovaskuler dan kanker.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Krisis multi dimensi yang melanda masyarakat saat. ini telah mengakibatkan tekanan yang berat pada sebagian

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Krisis multi dimensi yang melanda masyarakat saat. ini telah mengakibatkan tekanan yang berat pada sebagian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Krisis multi dimensi yang melanda masyarakat saat ini telah mengakibatkan tekanan yang berat pada sebagian besar masyarakat dunia pada umumnya dan Indonesia pada khususnya.

Lebih terperinci

/BAB I PENDAHULUAN. yang dapat mengganggu kelompok dan masyarakat serta dapat. Kondisi kritis ini membawa dampak terhadap peningkatan kualitas

/BAB I PENDAHULUAN. yang dapat mengganggu kelompok dan masyarakat serta dapat. Kondisi kritis ini membawa dampak terhadap peningkatan kualitas 1 /BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesehatan jiwa merupakan salah satu dari empat masalah kesehatan utama di negara - negara maju. Meskipun masalah kesehatan jiwa tidak dianggap sebagai gangguan yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan jiwa menurut WHO (World Health Organization) adalah ketika

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan jiwa menurut WHO (World Health Organization) adalah ketika 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesehatan jiwa menurut WHO (World Health Organization) adalah ketika seseorang tersebut merasa sehat dan bahagia, mampu menghadapi tantangan hidup serta dapat menerima

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Departemen Kesehatan (1988, dalam Effendy 1998)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Departemen Kesehatan (1988, dalam Effendy 1998) BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep Dukungan Keluarga 1. Pengertian Keluarga Menurut Departemen Kesehatan (1988, dalam Effendy 1998) Keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri dari kepala

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Manusia adalah mahkluk biologis, psikologis, sosial,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Manusia adalah mahkluk biologis, psikologis, sosial, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Manusia adalah mahkluk biologis, psikologis, sosial, kultural, dan spiritual yang utuh dan unik, artinya yang merupakan satu kesatuan yang utuh dari aspek

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan jiwa merupakan salah satu dari empat masalah kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan jiwa merupakan salah satu dari empat masalah kesehatan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesehatan jiwa merupakan salah satu dari empat masalah kesehatan utama di negara-negara maju. Meskipun masalah kesehatan jiwa tidak dianggap sebagai gangguan yang menyebabkan

Lebih terperinci

ASUHAN KEPERAWATAN PADA Nn. L DENGAN GANGGUAN KONSEP DIRI: HARGA DIRI RENDAH DI RUANG SRIKANDI RUMAH SAKIT JIWA DAERAH SURAKARTA

ASUHAN KEPERAWATAN PADA Nn. L DENGAN GANGGUAN KONSEP DIRI: HARGA DIRI RENDAH DI RUANG SRIKANDI RUMAH SAKIT JIWA DAERAH SURAKARTA ASUHAN KEPERAWATAN PADA Nn. L DENGAN GANGGUAN KONSEP DIRI: HARGA DIRI RENDAH DI RUANG SRIKANDI RUMAH SAKIT JIWA DAERAH SURAKARTA KARYA TULIS ILMIAH Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Mendapatkan Gelar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Keperawatan jiwa adalah proses interpersonal yang berupaya untuk

BAB I PENDAHULUAN. Keperawatan jiwa adalah proses interpersonal yang berupaya untuk BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keperawatan jiwa adalah proses interpersonal yang berupaya untuk meningkatkan dan mempertahankan perilaku yang mengkonstribusi pada fungsi yang terintegrasi. Pasien

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Gangguan jiwa (Mental Disorder) merupakan salah satu dari empat

BAB 1 PENDAHULUAN. Gangguan jiwa (Mental Disorder) merupakan salah satu dari empat BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Gangguan jiwa (Mental Disorder) merupakan salah satu dari empat masalah kesehatan utama di Negara-negara maju, modern dan industri. Keempat masalah kesehatan tersebut

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian Hasil penelitian di RSJ dr. Amino Gondohutomo Semarang, ditampilkan pada tabel dibawah ini: 1. Karakteristik Responden a. Umur Tabel 4.1 Distribusi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kanker merupakan penyebab utama kematian di seluruh dunia dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kanker merupakan penyebab utama kematian di seluruh dunia dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kanker merupakan penyebab utama kematian di seluruh dunia dan menyumbang 7,6 juta kematian (sekitar 13% dari semua kematian) pada tahun 2008. Diantaranya terdapat kanker

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Manusia merupakan mahluk sosial, dimana untuk mempertahankan kehidupannya

BAB I PENDAHULUAN. Manusia merupakan mahluk sosial, dimana untuk mempertahankan kehidupannya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia merupakan mahluk sosial, dimana untuk mempertahankan kehidupannya manusia memerlukan hubungan interpersonal yang positif baik dengan individu lainnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penyimpangan dari fungsi psikologis seperti pembicaraan yang kacau, delusi,

BAB I PENDAHULUAN. penyimpangan dari fungsi psikologis seperti pembicaraan yang kacau, delusi, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Skizofrenia merupakan sekelompok reaksi psikotik yang mempengaruhi berbagai area fungsi individu, termasuk fungsi berfikir dan berkomunikasi, menerima dan menginterpretasikan

Lebih terperinci

PERAN DUKUNGAN KELUARGA PADA PENANGANAN PENDERITA SKIZOFRENIA

PERAN DUKUNGAN KELUARGA PADA PENANGANAN PENDERITA SKIZOFRENIA PERAN DUKUNGAN KELUARGA PADA PENANGANAN PENDERITA SKIZOFRENIA SKRIPSI Untuk memenuhi sebagian persyaratan dalam mencapai derajat Sarjana S-1 Diajukan Oleh : ESTI PERDANA PUSPITASARI F 100 050 253 FAKULTAS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dengan adanya distress ( tidak nyaman, tidak tentram dan rasa nyeri ), disabilitas

BAB I PENDAHULUAN. dengan adanya distress ( tidak nyaman, tidak tentram dan rasa nyeri ), disabilitas BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Gangguan jiwa adalah suatu keadaan dengan adanya gejala klinis yang bermakna berupa sindrom pola perilaku dan pola psikologik, yang berkaitan dengan adanya distress

Lebih terperinci

GAMBARAN STRES KELUARGA DENGAN ANGGOTA KELUARGA YANG MENGALAMI GANGGUAN JIWA DI POLI JIWA RUMAH SAKIT JIWA DAERAH PROVSU MEDAN

GAMBARAN STRES KELUARGA DENGAN ANGGOTA KELUARGA YANG MENGALAMI GANGGUAN JIWA DI POLI JIWA RUMAH SAKIT JIWA DAERAH PROVSU MEDAN GAMBARAN STRES KELUARGA DENGAN ANGGOTA KELUARGA YANG MENGALAMI GANGGUAN JIWA DI POLI JIWA RUMAH SAKIT JIWA DAERAH PROVSU MEDAN SKRIPSI Oleh: AHMAD SYAHIDIN SINAGA 121121015 FAKULTAS KEPERAWATAN UNIVERSITAS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. emosional serta hubungan interpersonal yang memuaskan (Videbeck, 2008).

BAB I PENDAHULUAN. emosional serta hubungan interpersonal yang memuaskan (Videbeck, 2008). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesehatan jiwa merupakan kondisi sehat baik secara emosional, psikologi, perilaku, koping yang efektif, konsep diri yang positif, kestabilan emosional serta hubungan

Lebih terperinci

1. Bab II Landasan Teori

1. Bab II Landasan Teori 1. Bab II Landasan Teori 1.1. Teori Terkait 1.1.1. Definisi kecemasan Kecemasan atau dalam Bahasa Inggrisnya anxiety berasal dari Bahasa Latin angustus yang berarti kaku, dan ango, anci yang berarti mencekik.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. siklus kehidupan dengan respon psikososial yang maladaptif yang disebabkan

BAB I PENDAHULUAN. siklus kehidupan dengan respon psikososial yang maladaptif yang disebabkan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Keperawatan jiwa adalah pelayanan kesehatan professional yang didasarkan pada ilmu perilaku, ilmu keperawatan jiwa pada manusia sepanjang siklus kehidupan dengan

Lebih terperinci

RENCANA TESIS OLEH : NORMA RISNASARI

RENCANA TESIS OLEH : NORMA RISNASARI PENGARUH TERAPI AKTIFITAS KELOMPOK PENYALURAN ENERGI (OLAHRAGA) TERHADAP ACTIVITY OF DAILY LIVING (ADL) PADA PENDERITA GANGGUAN JIWA DI PUSKESMAS REJOSO KEDIRI RENCANA TESIS OLEH : NORMA RISNASARI JUDUL

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Halusinasi adalah gangguan terganggunya persepsi sensori seseorang,dimana tidak terdapat stimulus. Pasien merasakan stimulus yang sebetulnya tidak ada. Pasien merasa

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. akibat adanya kepribadian yang tidak fleksibel menimbulkan perilaku

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. akibat adanya kepribadian yang tidak fleksibel menimbulkan perilaku BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. PENGERTIAN Isolasi sosial merupakan suatu gangguan interpersonal yang terjadi akibat adanya kepribadian yang tidak fleksibel menimbulkan perilaku maladaptif dan mengganggu fungsi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Jumlah penduduk lansia semakin meningkat dari tahun ke tahun diperkirakan ada 500 juta dengan usia rata-rata 60 tahun dan diperkirakan pada tahun 2025 akan mencapai

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. utama dari penyakit degeneratif, kanker dan kecelakaan (Ruswati, 2010). Salah

PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. utama dari penyakit degeneratif, kanker dan kecelakaan (Ruswati, 2010). Salah BAB I Pendahuluan PENDAHULUAN A. Latar Belakang Gangguan jiwa (mental disorder) merupakan salah satu masalah kesehatan utama dari penyakit degeneratif, kanker dan kecelakaan (Ruswati, 2010). Salah satu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. (WHO, 2005). Kesehatan terdiri dari kesehatan jasmani (fisik) dan

BAB I PENDAHULUAN. (WHO, 2005). Kesehatan terdiri dari kesehatan jasmani (fisik) dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesehatan merupakan keadaan dimana kesejahteraan fisik, mental dan sosial yang lengkap, tidak hanya bebas dari penyakit dan kecacatan (WHO, 2005). Kesehatan terdiri

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. melangsungkan pernikahan dengan calon istrinya yang bernama Wida secara

BAB I PENDAHULUAN. melangsungkan pernikahan dengan calon istrinya yang bernama Wida secara BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tidak pernah terbayangkan sebelumnya, Dadang yang awalnya ingin melangsungkan pernikahan dengan calon istrinya yang bernama Wida secara serentak batal menikah, karena

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan jiwa menurut undang undang Kesehatan Jiwa Tahun 2014

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan jiwa menurut undang undang Kesehatan Jiwa Tahun 2014 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesehatan jiwa menurut undang undang Kesehatan Jiwa Tahun 2014 merupakan suatu kondisi dimana seorang individu dapat berkembang secara fisik, mental, spiritual dan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. sendiri. Kehidupan yang sulit dan komplek mengakibatkan bertambahnya

BAB 1 PENDAHULUAN. sendiri. Kehidupan yang sulit dan komplek mengakibatkan bertambahnya 1 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan yang pesat dalam berbagai bidang kehidupan manusia yang meliputi bidang ekonomi, teknologi, sosial, dan budaya serta bidangbidang yang lain telah membawa

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. stressor, produktif dan mampu memberikan konstribusi terhadap masyarakat

BAB 1 PENDAHULUAN. stressor, produktif dan mampu memberikan konstribusi terhadap masyarakat BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sehat jiwa adalah keadaan mental yang sejahtera ketika seseorang mampu merealisasikan potensi yang dimiliki, memiliki koping yang baik terhadap stressor, produktif

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Kanker payudara merupakan jenis kanker yang paling banyak ditemui

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Kanker payudara merupakan jenis kanker yang paling banyak ditemui BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kanker payudara merupakan jenis kanker yang paling banyak ditemui pada wanita. Setiap tahun lebih dari 250.000 kasus baru kanker payudara terdiagnosa di Eropa dan kurang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Psychiatric Association,1994). Gangguan jiwa menyebabkan penderitanya tidak

BAB I PENDAHULUAN. Psychiatric Association,1994). Gangguan jiwa menyebabkan penderitanya tidak BAB I PENDAHULUAN 1,1. Latar Belakang Gangguan jiwa adalah suatu sindroma atau pola psikologis atau perilaku yang penting secara klinis yang terjadi pada seseorang dan dikaitkan dengan adanya distress

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Menuju era globalisasi manusia disambut untuk memenuhi kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN. Menuju era globalisasi manusia disambut untuk memenuhi kebutuhan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menuju era globalisasi manusia disambut untuk memenuhi kebutuhan hidupnya di tengah-tengah persaingan yang semakin ketat di segala kehidupan. Tidak orang semua orang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kesehatan jiwa menurut Undang-Undang No. 3 Tahun 1966 merupakan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kesehatan jiwa menurut Undang-Undang No. 3 Tahun 1966 merupakan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kesehatan jiwa menurut Undang-Undang No. 3 Tahun 1966 merupakan suatu kondisi yang memungkinkan perkembangan fisik, intelektual dan emosional yang optimal dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengatasi tantangan hidup, dapat menerima orang lain apa adanya dan

BAB I PENDAHULUAN. mengatasi tantangan hidup, dapat menerima orang lain apa adanya dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesehatan jiwa merupakan perasaan sehat dan berbahagia mampu mengatasi tantangan hidup, dapat menerima orang lain apa adanya dan mempunyai sikap positif terhadap diri

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Pada bab ini akan dibahas mengenai latar belakang dari masalah yang diteliti, rumusan masalah, tujuan umum dan tujuan khusus dari penelitian, serta manfaat penelitian. 1.1. Latar Belakang

Lebih terperinci

5. KESIMPULAN, DISKUSI, DAN SARAN

5. KESIMPULAN, DISKUSI, DAN SARAN 109 5. KESIMPULAN, DISKUSI, DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran harapan dan konsep Tuhan pada anak yang mengalami kanker, serta bagaimana mereka mengaplikasikan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. sehat, serta mampu menangani tantangan hidup. Secara medis, kesehatan jiwa

BAB 1 PENDAHULUAN. sehat, serta mampu menangani tantangan hidup. Secara medis, kesehatan jiwa BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kesehatan jiwa adalah bagian dari kesehatan secara menyeluruh, bukan sekedar terbebas dari gangguan jiwa, tetapi pemenuhan kebutuhan perasaan bahagia, sehat, serta

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada masa sekarang ini depresi menjadi jenis gangguan jiwa yang paling sering dialami oleh masyarakat (Lubis, 2009). Depresi adalah suatu pengalaman yang menyakitkan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Kualitas Hidup. individu mengenai posisi individu dalam hidup, konteks budaya dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Kualitas Hidup. individu mengenai posisi individu dalam hidup, konteks budaya dan BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kualitas Hidup 1. Pengertian Menurut WHOQOL Group (1997) kualitas hidup adalah persepsi individu mengenai posisi individu dalam hidup, konteks budaya dan sistem nilai dimana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dewasa kini banyak pola hidup yang kurang sehat di masyarakat sehingga

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dewasa kini banyak pola hidup yang kurang sehat di masyarakat sehingga BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dewasa kini banyak pola hidup yang kurang sehat di masyarakat sehingga menimbulkan beberapa macam penyakit dari mulai penyakit dengan kategori ringan sampai

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. sisiokultural. Dalam konsep stress-adaptasi penyebab perilaku maladaptif

BAB 1 PENDAHULUAN. sisiokultural. Dalam konsep stress-adaptasi penyebab perilaku maladaptif BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Gangguan jiwa merupakan penyakit dengan multi kausal, suatu penyakit dengan berbagai penyebab yang bervariasi. Kausa gangguan jiwa selama ini dikenali meliputi kausa

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI Hospitalisasi atau Rawat Inap pada Anak Pengertian Hospitalisasi. anak dan lingkungan (Wong, 2008).

BAB II LANDASAN TEORI Hospitalisasi atau Rawat Inap pada Anak Pengertian Hospitalisasi. anak dan lingkungan (Wong, 2008). BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Hospitalisasi atau Rawat Inap pada Anak 2.1.1. Pengertian Hospitalisasi Hospitalisasi adalah suatu keadaan dimana seseorang yang sakit yang membutuhkan perawatan secara intensif

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Masa dewasa awal adalah masa peralihan dari masa remaja menuju masa

BAB I PENDAHULUAN. Masa dewasa awal adalah masa peralihan dari masa remaja menuju masa BAB I PENDAHULUAN I. A. Latar Belakang Masalah Masa dewasa awal adalah masa peralihan dari masa remaja menuju masa dewasa. Menurut Hurlock (1999), masa dewasa awal dimulai pada umur 18 40 tahun, saat perubahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Skizofrenia adalah gangguan mental yang sangat berat. Gangguan ini ditandai dengan gejala-gejala positif seperti pembicaraan yang kacau, delusi, halusinasi, gangguan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Menurut (Nugroho. T, 2010: 94) Aquired Immune Deficiency Syndrome

BAB I PENDAHULUAN. Menurut (Nugroho. T, 2010: 94) Aquired Immune Deficiency Syndrome BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Menurut (Nugroho. T, 2010: 94) Aquired Immune Deficiency Syndrome adalah penyakit yang merupakan kumpulan gejala akibat menurunnya sistem kekebalan tubuh yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. keadaan sempurna baik fisik, mental dan sosial tidak hanya bebas dari. kesehatan dan Keadaan Sejahtera Badan, Jiwa dan Sosial yang

BAB I PENDAHULUAN. keadaan sempurna baik fisik, mental dan sosial tidak hanya bebas dari. kesehatan dan Keadaan Sejahtera Badan, Jiwa dan Sosial yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menurut World Health Organization (WHO) kesehatan adalah keadaan sempurna baik fisik, mental dan sosial tidak hanya bebas dari penyakit dan cacat, juga dapat diukur

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kesehatan merupakan sesuatu yang sangat berharga bagi setiap manusia.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kesehatan merupakan sesuatu yang sangat berharga bagi setiap manusia. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesehatan merupakan sesuatu yang sangat berharga bagi setiap manusia. Manusia dapat menjalankan berbagai macam aktivitas hidup dengan baik bila memiliki kondisi kesehatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. suatu kondisi perkembangan individu secara fisik, mental, spiritual, dan sosial

BAB I PENDAHULUAN. suatu kondisi perkembangan individu secara fisik, mental, spiritual, dan sosial BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Kesehatan Jiwa menurut Undang-undang kesehatan jiwa tahun 2014 adalah suatu kondisi perkembangan individu secara fisik, mental, spiritual, dan sosial sehingga

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kesalahpahaman, dan penghukuman, bukan simpati atau perhatian.

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kesalahpahaman, dan penghukuman, bukan simpati atau perhatian. BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Skizofrenia merupakan suatu sindrom penyakit klinis yang paling membingungkan dan melumpuhkan. Gangguan psikologis ini adalah salah satu jenis gangguan yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Secara global, diperkirakan sebanyak 24 juta orang telah menderita skizofrenia (WHO, 2009). Di Indonesia, menurut Riskesdas (2007), sebanyak 1 juta orang atau sekitar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dikenali meliputi kausa pada area organobiologis, area psikoedukatif, dan area sosiokultural.

BAB I PENDAHULUAN. dikenali meliputi kausa pada area organobiologis, area psikoedukatif, dan area sosiokultural. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Gangguan jiwa atau penyakit jiwa merupakan penyakit dengan multi kausal, suatu penyakit dengan berbagai penyebab yang sangat bervariasi. Kausa gangguan jiwa selama

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. kelompok atau masyarakat yang dapat dipengaruhi oleh terpenuhinya kebutuhan dasar

BAB 1 PENDAHULUAN. kelompok atau masyarakat yang dapat dipengaruhi oleh terpenuhinya kebutuhan dasar BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesehatan merupakan unsur terpenting dalam kesejahteraan perorangan, kelompok atau masyarakat yang dapat dipengaruhi oleh terpenuhinya kebutuhan dasar hidup seperti

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 1. Konsep koping 1.1. Pengertian mekanisme koping Koping adalah upaya yang dilakukan oleh individu untuk mengatasi situasi yang dinilai sebagai suatu tantangan, ancaman, luka, dan

Lebih terperinci

DUKUNGAN KELUARGA DAN HARGA DIRI PASIEN KANKER PAYUDARA DI RSUP H. ADAM MALIK MEDAN

DUKUNGAN KELUARGA DAN HARGA DIRI PASIEN KANKER PAYUDARA DI RSUP H. ADAM MALIK MEDAN DUKUNGAN KELUARGA DAN HARGA DIRI PASIEN KANKER PAYUDARA DI RSUP H. ADAM MALIK MEDAN Christine Handayani Siburian*, Sri Eka Wahyuni** * Mahasiswa Fakultas Keperawatan USU **Dosen Departemen Keperawatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perawat atau Nurse berasal dari bahasa Latin yaitu dari kata Nutrix yang berarti

BAB I PENDAHULUAN. Perawat atau Nurse berasal dari bahasa Latin yaitu dari kata Nutrix yang berarti BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perawat atau Nurse berasal dari bahasa Latin yaitu dari kata Nutrix yang berarti merawat atau memelihara. Profesi perawat diharapkan dapat membantu mempertahankan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengadaptasikan keinginan-keinginan dengan kenyataan-kenyataan yang

BAB I PENDAHULUAN. mengadaptasikan keinginan-keinginan dengan kenyataan-kenyataan yang BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Pada masa globalisasi saat ini dengan kehidupan modern yang semakin kompleks, manusia cenderung akan mengalami stress apabila ia tidak mampu mengadaptasikan keinginan-keinginan

Lebih terperinci

ASUHAN KEPERAWATAN PADA Bp. J DENGAN GANGGUAN KONSEP DIRI: HARGA DIRI RENDAH DI RUANG SENA RUMAH SAKIT JIWA SURAKARTA

ASUHAN KEPERAWATAN PADA Bp. J DENGAN GANGGUAN KONSEP DIRI: HARGA DIRI RENDAH DI RUANG SENA RUMAH SAKIT JIWA SURAKARTA ASUHAN KEPERAWATAN PADA Bp. J DENGAN GANGGUAN KONSEP DIRI: HARGA DIRI RENDAH DI RUANG SENA RUMAH SAKIT JIWA SURAKARTA KARYA TULIS ILMIAH Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Mendapat Gelar Ahli Madya Keperawatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kesehatan adalah keadaan sehat fisik, mental dan sosial, bukan sematamata

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kesehatan adalah keadaan sehat fisik, mental dan sosial, bukan sematamata BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesehatan adalah keadaan sehat fisik, mental dan sosial, bukan sematamata keadaan tanpa penyakit atau kelemahan (WHO, 2001). Hal ini berarti seseorang dikatakan sehat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Filariasis merupakan penyakit zoonosis menular yang banyak

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Filariasis merupakan penyakit zoonosis menular yang banyak BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Filariasis merupakan penyakit zoonosis menular yang banyak ditemukan di daerah tropis seluruh dunia. Filariasis atau penyakit kaki gajah adalah suatu infeksi

Lebih terperinci

PENATALAKSANAAN PASIEN GANGGUAN JIWA DENGAN ISOLASI SOSIAL: MENARIK DIRI DI RUANG ARIMBI RSJD Dr. AMINO GONDOHUTOMO SEMARANG. Oleh

PENATALAKSANAAN PASIEN GANGGUAN JIWA DENGAN ISOLASI SOSIAL: MENARIK DIRI DI RUANG ARIMBI RSJD Dr. AMINO GONDOHUTOMO SEMARANG. Oleh PENATALAKSANAAN PASIEN GANGGUAN JIWA DENGAN ISOLASI SOSIAL: MENARIK DIRI DI RUANG ARIMBI RSJD Dr. AMINO GONDOHUTOMO SEMARANG Oleh Afandi 1), Y.Susilowati 2) 1) Alumni Akademi Keperawatan Krida Husada,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang sering juga disertai dengan gejala halusinasi adalah gangguan manic depresif

BAB I PENDAHULUAN. yang sering juga disertai dengan gejala halusinasi adalah gangguan manic depresif BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Halusinasi merupakan salah satu gejala yang sering ditemukan pada klien dengan gangguan jiwa. Halusinasi sering diidentikkan dengan skizofrenia. Dari seluruh skizofrenia,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ketidaktahuan keluarga maupun masyarakat terhadap jenis gangguan jiwa

BAB I PENDAHULUAN. ketidaktahuan keluarga maupun masyarakat terhadap jenis gangguan jiwa BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hingga saat ini penanganan penderita penyakit Skizofrenia belum memuaskan terutama di negara berkembang, ini disebabkan karena ketidaktahuan keluarga maupun masyarakat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. serta ketidakpastian situasi sosial politik membuat gangguan jiwa menjadi

BAB I PENDAHULUAN. serta ketidakpastian situasi sosial politik membuat gangguan jiwa menjadi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tingginya beban ekonomi, makin lebarnya kesenjangan sosial, serta ketidakpastian situasi sosial politik membuat gangguan jiwa menjadi suatu hal yang mengancam bagi setiap

Lebih terperinci

PENGARUH ORIENTASI TERHADAP TINGKAT KECEMASAN ANAK PRA SEKOLAH DI BANGSAL ANAK RUMAH SAKIT BHAKTI WIRA TAMTAMA SEMARANG. Eni Mulyatiningsih ABSTRAK

PENGARUH ORIENTASI TERHADAP TINGKAT KECEMASAN ANAK PRA SEKOLAH DI BANGSAL ANAK RUMAH SAKIT BHAKTI WIRA TAMTAMA SEMARANG. Eni Mulyatiningsih ABSTRAK PENGARUH ORIENTASI TERHADAP TINGKAT KECEMASAN ANAK PRA SEKOLAH DI BANGSAL ANAK RUMAH SAKIT BHAKTI WIRA TAMTAMA SEMARANG 6 Eni Mulyatiningsih ABSTRAK Hospitalisasi pada anak merupakan suatu keadaan krisis

Lebih terperinci

: Evi Karota Bukit, SKp, MNS NIP : : Kep. Jiwa & Kep. Komunitas. : Asuhan Keperawatan Jiwa - Komunitas

: Evi Karota Bukit, SKp, MNS NIP : : Kep. Jiwa & Kep. Komunitas. : Asuhan Keperawatan Jiwa - Komunitas Nama : Evi Karota Bukit, SKp, MNS NIP : 19671215 200003 1 002 Departemen Mata Kuliah Topik : Kep. Jiwa & Kep. Komunitas : Keperawatan Komunitas : Asuhan Keperawatan Jiwa - Komunitas LAPORAN WHO (2002)

Lebih terperinci

3. Model System Henderson Keperawatan menurut Henderson di deinisikan membantu individu yang sakit dan sehat dalam melaksanakan

3. Model System Henderson Keperawatan menurut Henderson di deinisikan membantu individu yang sakit dan sehat dalam melaksanakan Konsep Keperawatan Menurut Para Ahli Posted 26 January 2013 by Rahma Muti Hidayah in Uncategorized. Leave a Comment 1. Model system Dorothea Orem Model konsep menurut Dorothea Orem yang dikenal dengan

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT KECEMASAN DENGAN KEMANDIRIAN PELAKSANAAN AKTIVITAS HARIAN PADA KLIEN SKIZOFRENIA DI RUMAH SAKIT JIWA DAERAH SURAKARTA SKRIPSI

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT KECEMASAN DENGAN KEMANDIRIAN PELAKSANAAN AKTIVITAS HARIAN PADA KLIEN SKIZOFRENIA DI RUMAH SAKIT JIWA DAERAH SURAKARTA SKRIPSI HUBUNGAN ANTARA TINGKAT KECEMASAN DENGAN KEMANDIRIAN PELAKSANAAN AKTIVITAS HARIAN PADA KLIEN SKIZOFRENIA DI RUMAH SAKIT JIWA DAERAH SURAKARTA SKRIPSI Diajukan sebagai syarat untuk memperoleh Gelar S-1

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perpecahan antara pemikiran, emosi dan perilaku. Stuart, (2013) mengatakan

BAB I PENDAHULUAN. perpecahan antara pemikiran, emosi dan perilaku. Stuart, (2013) mengatakan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Skizofrenia merupakan gangguan kesehatan serius yang perlu mendapatkan perhatian dari keluarga. Townsend (2014), mengatakan skizofrenia yaitu terjadi perpecahan antara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lansia. Semua individu mengikuti pola perkemban gan dengan pasti. Setiap masa

BAB I PENDAHULUAN. lansia. Semua individu mengikuti pola perkemban gan dengan pasti. Setiap masa BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Setiap individu atau Manusia dalam hidupnya mengalami perkembangan dalam serangkaian periode yang berurutan, mulai dari periode prenatal hingga lansia. Semua

Lebih terperinci

makalah teori keperawatan

makalah teori keperawatan makalah teori keperawatan BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Konsep merupakan suatu ide dimana terdapat suatu kesan yang abstrak yang dapat diorganisir menjadi simbol - simbol yang nyata, sedangkan konsep

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pasien dengan penyakit kronis pada stadium lanjut tidak hanya mengalami

BAB I PENDAHULUAN. Pasien dengan penyakit kronis pada stadium lanjut tidak hanya mengalami BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Penyakit kronik merupakan suatu kondisi dimana terjadi keterbatasan pada kemampuan fisik, psiologis dan kognitif dalam melakukan fungsi harian, atau kondisi yang memerlukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. World Health Organization (WHO) (2009) memperkirakan 450 juta. orang di seluruh dunia mengalami gangguan mental, sekitar 10% orang

BAB I PENDAHULUAN. World Health Organization (WHO) (2009) memperkirakan 450 juta. orang di seluruh dunia mengalami gangguan mental, sekitar 10% orang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang masalah World Health Organization (WHO) (2009) memperkirakan 450 juta orang di seluruh dunia mengalami gangguan mental, sekitar 10% orang dewasa mengalami gangguan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mental dan sosial yang lengkap dan bukan hanya bebas dari penyakit atau. mengendalikan stres yang terjadi sehari-hari.

BAB I PENDAHULUAN. mental dan sosial yang lengkap dan bukan hanya bebas dari penyakit atau. mengendalikan stres yang terjadi sehari-hari. BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Kesehatan jiwa adalah suatu kondisi dimana seorang individu dapat berkembang secara fisik, mental, spiritual, dan sosial sehingga individu tersebut menyadari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. seiring dengan dinamisnya kehidupan masyarakat. Masalah ini merupakan

BAB I PENDAHULUAN. seiring dengan dinamisnya kehidupan masyarakat. Masalah ini merupakan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penderita gangguan jiwa di dunia diperkirakan akan semakin meningkat seiring dengan dinamisnya kehidupan masyarakat. Masalah ini merupakan masalah yang sangat serius.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Depkes RI (2007 dalam Nastiti, 2012) menjelaskan bahwa Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Depkes RI (2007 dalam Nastiti, 2012) menjelaskan bahwa Indonesia BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Depkes RI (2007 dalam Nastiti, 2012) menjelaskan bahwa Indonesia merupakan salah satu negara berkembang yang saat ini sedang mengalami masa peralihan, dari masyarakat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. meliputi keadaan fisik, mental, dan sosial, dan bukan saja keadaan yang bebas dari

BAB I PENDAHULUAN. meliputi keadaan fisik, mental, dan sosial, dan bukan saja keadaan yang bebas dari BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menurut Undang-undang No.9 tahun 1960 kesehatan merupakan keadaan yang meliputi keadaan fisik, mental, dan sosial, dan bukan saja keadaan yang bebas dari sakit, cacat,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TEORI. dengan orang lain (Keliat, 2011).Adapun kerusakan interaksi sosial

BAB II TINJAUAN TEORI. dengan orang lain (Keliat, 2011).Adapun kerusakan interaksi sosial BAB II TINJAUAN TEORI A. KONSEP DASAR 1. Pengertian Isolasi sosial adalah keadaan dimana seseorang individu mengalami penurunan atau bahkan sama sekali tidak mampu berinteraksi dengan orang lain disekitarnya.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kualitas yang melayani, sehingga masalah-masalah yang terkait dengan sumber

BAB I PENDAHULUAN. kualitas yang melayani, sehingga masalah-masalah yang terkait dengan sumber 1 BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Masalah Fungsi utama Rumah Sakit yakni melayani masyarakat yang membutuhkan pelayanan kesehatan. Seiring dengan berjalannya waktu dan semakin majunya teknologi kedokteran,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. melanjutkan kelangsungan hidupnya. Salah satu masalah kesehatan utama di dunia

BAB 1 PENDAHULUAN. melanjutkan kelangsungan hidupnya. Salah satu masalah kesehatan utama di dunia 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kesehatan merupakan salah satu modal penting bagi setiap individu untuk melanjutkan kelangsungan hidupnya. Salah satu masalah kesehatan utama di dunia yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian. Lanjut usia (lansia) adalah perkembangan terakhir dari siklus kehidupan.

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian. Lanjut usia (lansia) adalah perkembangan terakhir dari siklus kehidupan. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Lanjut usia (lansia) adalah perkembangan terakhir dari siklus kehidupan. Terdapat beberapa siklus kehidupan menurut Erik Erikson, salah satunya adalah siklus

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. fungsinya secara normal (Soematri, 2012).Secara global lebih dari 500 juta

BAB I PENDAHULUAN. fungsinya secara normal (Soematri, 2012).Secara global lebih dari 500 juta BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Gagal ginjal adalah suatu kondisi dimana ginjal tidak dapat menjalankan fungsinya secara normal (Soematri, 2012).Secara global lebih dari 500 juta orang mengalami GGK,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. serta perhatian dari seluruh masyarakat. Beban penyakit atau burden of disease

BAB 1 PENDAHULUAN. serta perhatian dari seluruh masyarakat. Beban penyakit atau burden of disease BAB 1 PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Masalah kesehatan jiwa di Indonesia merupakan masalah kesehatan masyarakat yang sangat penting dan harus mendapat perhatian sungguh-sungguh dari seluruh jajaran lintas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perannya dalam masyarakat dan berperilaku sesuai dengan norma dan aturan

BAB I PENDAHULUAN. perannya dalam masyarakat dan berperilaku sesuai dengan norma dan aturan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kesehatan merupakan hal yang penting dalam kehidupan. Seseorang dikatakan dalam keadaan sehat apabila orang tersebut mampu menjalani perannya dalam masyarakat

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. deskriminasi meningkatkan risiko terjadinya gangguan jiwa (Suliswati, 2005).

BAB 1 PENDAHULUAN. deskriminasi meningkatkan risiko terjadinya gangguan jiwa (Suliswati, 2005). BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Gangguan jiwa yang terjadi di era globalisasi dan persaingan bebas ini cenderung semakin meningkat. Peristiwa kehidupan yang penuh dengan tekanan seperti kehilangan

Lebih terperinci