BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Kualitas Hidup. individu mengenai posisi individu dalam hidup, konteks budaya dan
|
|
- Surya Santoso
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kualitas Hidup 1. Pengertian Menurut WHOQOL Group (1997) kualitas hidup adalah persepsi individu mengenai posisi individu dalam hidup, konteks budaya dan sistem nilai dimana individu hidup dan hubungannya dengan tujuan, harapan, standar yang ditetapkan, dan perhatian seseorang. Kualitas hidup merupakan konsep luas yang dipengaruhi dalam cara kompleks yaitu dengan kesehatan fisik seseorang, keadaan psikologis, tingkat kemandirian, hubungan sosial, keyakinan pribadi dan hubungan mereka dengan fitur yang menonjol dari lingkungan hidup mereka. Kualitas hidup merupakan tindakan yang telah banyak digunakan dan cenderung berkembang menuju hasil yang lebih berpusat pada kesabaran, tidak hanya berdasarkan pada kelangsungan hidup (Heath J, dkk, 2011). Menurut Hawthorne et al., (Shuo Hu, 2008) kualitas hidup didefinisikan sebagai konstrak multidimensional termasuk kesehatan fisik, kepercayaan diri, kebahagiaan psikologis, peran fungsi, dan pengertian subjektif atas hidup termasuk kepuasan, hubungan sosial, dan hubungan dengan kegiatan sosial. Ikalius dkk (Khotimah, 2013) mendefinisikan kualitas hidup adalah kemampuan individu untuk berfungsi dalam berbagai peran yang diinginkan dalam masyarakat serta merasa puas dengan peran tersebut. Rahmi (Terok, dkk, 2012) mendefinisikan kualitas 13
2 14 hidup dalam kesehatan sebagai nilai yang diberikan selama hidup dan dapat berubah karena adanya penurunan nilai fungsional, persepsi, sosial yang dipengaruhi oleh cedera, penyakit dan pengobatan. Meeberg (Galloway, 2006) mendefinisikan kualitas hidup sebagai sebuah rasa puas individu dengan hidupnya, kapasitas mental individu dalam mengevaluasi memuaskan atau tidak kehidupannya, sebuah kondisi fisik, mental, sosial dan emosional kesehatan yang dapat diterima individu sebagaimana ditentukan oleh individu tersebut, dan penilaian obyektif oleh orang lain terhadap kondisi individu tersebut mampu dan tidak mengancam jiwa. Grant dkk (Bowling, 1999) mendefinisikan kualitas hidup sebagai pernyataan pribadi individu dalam menilai positif atau negatif dari sifat yang menjadi karasteristik kehidupan seseorang. Diener dkk (Theofilou, 2013) juga mengungkapkan bahwa konsep kualitas hidup secara luas mencakup bagaimana seorang individu mengukur kebaikan dari beberapa aspek hidup mereka. Evaluasi ini meliputi reaksi emosional seseorang didalam setiap kejadian yang ada di kehidupan individu, disposisi, rasa kepuasan atas terpenuhinya hidup yang diinginkan, dan kepuasan dengan pekerjaan dan hubungan pribadi. Berdasarkan beberapa definisi diatas dapat disimpulkan bahwa kualitas hidup adalah pandangan dan persepsi individu atas posisi mereka dalam kehidupan di dalam konteks budaya dan sistem nilai di mana mereka tinggal, dalam kaitannya dengan tujuan, harapan, standar dan
3 15 kekhawatiran, dan dalam melihat kemampuan mereka untuk berfungsi dalam berbagai peran yang diinginkan dalam masyarakat serta merasa puas dengan peran tersebut. 2. Aspek-aspek Kualitas Hidup Aspek-aspek kualitas hidup menurut WHOQOL Group (1996) yaitu: a. Kesehatan Fisik Kesehatan fisik mencakup aktifitas sehari-hari, ketergantungan obat dan bantuan kesehatan, energi dan lelah, gerakan, sakit, dan kegelisahan, tidur dan istrahat, dan kapasitas kerja. b. Kesejahteraan Psikologis Kesejahteraan psikologis mencakup pandangan diri tentang tubuh dan rupa, perasaan negatif, harga diri, spritualitas, agama, kepercayaan diri, fikiran, belajar, memori, dan konsentrasi. c. Hubungan Sosial Hubungan sosial mencakup hubungan personal, dukungan sosial, dan aktifitas seksual. d. Kesejahteraan di Lingkungan Kebahagiaan lingkungan mencakup sumber keuangan, kebebasan, keamanan fisik, kesehatan dan kepedulian sosial, lingkungan rumah, kesempatan untuk memperoleh informasi dan keterampilan baru, partisipasi dan kesempatan untuk rekreasi dan memiliki waktu luang,
4 16 lingkungan fisik yang meliputi polusi, kebisingan, kemacetan, dan suasana lingkungan, dan transportasi. Aspek-aspek Kualitas Hidup menurut Felce dan Perry (1997) yaitu: a. Kesejahteraan Fisik Kesejahteraan fisik mencakup kesehatan, kebugaran, keamanan fisik, mobilitas, dan keamanan. b. Kesejahteraan Material Kesejahteraan material mencakup pendapatan, kualitas lingkungan hidup, privasi, kepemilikan, makanan, alat transportasi, lingkungan tempat tinggal, keamanan, dan transportasi. c. Kesejahteraan Sosial Kesejahteraan sosial mencakup hubungan dengan keluarga atau kehidupan rumah tangga, hubungan dengan kerabat keluarga besar, dan hubungan dengan teman atau rekan. Dimensi keterlibatan dalam masyarakat yang meliputi aktifitas individu dalam masyarakat, besarnya penerimaan atau dukungan masyarakat. d. Kesejahteraan Emosional Kesejahteraan emosional mencakup afek atau mood, kepuasan atau pemenuhan kebutuhan, kesehatan mental atau stres, harga diri, status atau kehormatan, seksualiti, dan kepercayaan atau iman.
5 17 e. Produktivitas Produktivitas yang mencakup kompetensi, independensi, pilihan dan kontrol, produktivitas atau kontribusi, dan yang berkaitan dengan pekerjaan, kehidupan rumah tangga, dan pendidikan. Berdasarkan teori kualitas hidup menurut WHOQOL Group (1996) dapat disimpulkan bahwa aspek kualitas hidup yaitu kesehatan fisik, kesejahteraan psikologis, hubungan sosial, dan kesejahteraan di lingkungan. 3. Faktor-faktor yang mempengaruhi Kualitas Hidup Menurut Moons dkk (Nofitri, 2009) faktor-faktor yang mempengaruhi kualitas hidup yaitu: a. Jenis Kelamin Pendapat Moons dkk (2004) dibuktikan oleh penelitian yang dilakukan Bain dkk (2003), mereka menemukan bahwa adanya perbedaan kualitas hidup antara laki-laki dan perempuan. Kualitas hidup laki-laki cenderung lebih baik daripada kualitas hidup perempuan. b. Usia Pendapat Moons dkk dibuktikan oleh penelitian yang dilakukan oleh Warner dkk (2004) pada responden berusia tua yang menemukan adanya kontribusi dari faktor usia terhadap kualitas hidup karena individu pada masa tua sudah melewati masa untuk melakukan
6 18 perubahan hidupnya sehingga mereka cenderung mengevaluasi hidupnya dengan lebih positif dibandingkan saat masa mudanya. c. Pendidikan Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Wahl dkk (2004) mengungkapkan bahwa kualitas hidup akan meningkat seiring dengan lebih tingginya tingkat pendidikan yang didapatkan oleh individu. d. Pekerjaan Moons dkk (2004) mengatakan bahwa terdapat perbedaan kualitas hidup antara penduduk yang berstatus sebagai pelajar, penduduk yang bekerja, penduduk yang tidak bekerja, dan penduduk yang tidak mampu bekerja. e. Status Pernikahan Moons dkk (2004) mengatakan bahwa terdapat perbedaan kualitas hidup antara individu yang menikah, janda, tidak menikah, bercerai, dan kohabitasi. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh De Castro dkk (2012) dijelaskan bahwa efikasi diri merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi kualitas hidup karena keyakinan seseorang atas kemampuannya dalam merawat diri memiliki pengaruh dalam upaya meningkatkan kesehatan. Selain itu juga keyakinan efikasi diri dalam diri individu dapat memberikan motivasi agar individu dapat merasakan kesejahteraan, kepuasan diri, dan mendapatkan hasil dari usahanya.
7 19 Berdasarkan faktor-faktor yang mempengaruhi kualitas hidup menurut Moons dkk (Nofitri, 2009) dan De Castro (2012) dapat disimpulkan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi kualitas hidup yaitu jenis kelamin, usia, pendidikan, pekerjaan, status pernikahan, dan efikasi diri. B. Efikasi Diri 1. Pengertian Menurut Bandura (1999) efikasi diri adalah dasar dari perilaku manusia, yang merupakan keyakinan individu bahwa mereka dapat mencapai tujuan sesuai dengan usaha mereka dan sedikit dorongan untuk bertindak dan bertahan dalam menghadapi kesulitan. Bandura (2006) juga menyebutkan efikasi diri adalah keyakinan seseorang akan kemampuan atau kompetensinya atas kinerja tugas yang diberikan, yang mempengaruhi individu untuk mencapai suatu tujuan dan memenuhi tanggung jawabnya. Menurut Zulkosky (2009) efikasi diri adalah suatu keyakinan yang ada pada diri seseorang terhadap kemampuannya untuk menunujukannya dalam berbagai kegiatan agar mencapai hasil yang pasti. Alwisol (2006) juga menyatakan bahwa efikasi diri sebagai persepsi diri sendiri mengenai seberapa bagus diri dapat berfungsi dalam situasi tertentu, efikasi diri berhubungan dengan keyakinan bahwa diri memiliki kemampuan melakukan tindakan yang diharapkan.
8 20 Baron dan Byrne (2004) menambahkan bahwa efikasi diri adalah keyakinan seseorang akan kemampuan, kompetensinya atas kinerja tugas yang diberikan untuk mencapai suatu tujuan, dan keyakinan dalam mengatasi sebuah hambatan. Efikasi diri juga didefinisikan oleh Wade dan Tavris (2007) sebagai keyakinan seseorang bahwa dirinya mampu meraih hasil yang diinginkan, seperti penguasaan suatu keterampilan baru atau mencapai suatu tujuan. Beberapa definisi diatas dapat disimpulkan bahwa efikasi diri adalah sebuah keyakinan individu pada kemampuannya untuk menyelesaikan tugas dengan baik untuk mencapai suatu tujuan dan mengatasi sebuah hambatan. 2. Aspek-aspek Efikasi Diri Bandura (1997) menyebutkan tiga aspek efikasi diri, diantaranya adalah: a. Level (tingkatan) Level merupakan tingkat kesulitan dari suatu tugas atau tuntutan yang diterima individu. Efikasi diri yang dirasakan oleh seorang individu berbeda dengan individu lainnya. Keyakinan maupun apa yang dirasakan individu berbeda dalam menilai bahwa tuntutan tugas yang diberikan merupakan tuntutan tugas yang sederhana, tuntutan tugas yang cukup sulit, atau tuntutan yang paling berat diantara tuntutan lain. Kisaran kemampuan yang dirasakan pada individu yang diberikan tuntutan diukur berdasarkan tingkat tuntutan tugas yang mewakili
9 21 berbagai tingkat tantangan dan hambatan yang menghambat keberhasilan individu. Jika individu mampu menyelesaikan tugas atau tuntutan yang sulit, maka efikasi dirinyapun tinggi. b. Strength (kekuatan) Strength merupakan tingkat kepercayaan individu dalam menyelesaikan tugas atau tuntutan yang diterima individu. Kepercayaan individu dalam menyelesaikan tugas atau tuntutan diukur dari seberapa besar individu memiliki kepercayaan pada kekuatan dan kemampuan yang dimilikinya dalam menyelesaikan tugas. c. Generality (Generalitas) Generality merupakan keyakinan individu dalam menilai kemampuan dirinya hanya mampu mengerjakan dalam bidang kegiatan dan fungsi tertentu saja. Generality dilihat dari berbagai macam aktifitas, modal kemampuan yang ditunjukkan (perilaku, kognitif, dan afekktif), dan dalam berbagai situasi. Berdasarkan teori efikasi diri menurut Bandura (1997) dapat disimpulkan bahwa aspek efikasi diri yaitu level (tingkatan), strength (kekuatan), dan generality (generalitas). C. Penyakit Gagal Ginjal Kronis Menurut World Health Organization (WHO) penyakit kronis didefinisikan sebagai penyakit durasi panjang (lebih dari tiga bulan) dan perkembangan umumnya lambat (Corrigan, 2011). Penyakit kronis sekarang diperkirakan
10 22 menjadi sebuah tekanan, khususnya saat menempatkan bagaimana parahnya penyakit dan banyaknya pengobatan mengganggu kehidupan sehari-hari seperti tidur, makan, bekerja, dan menikmati aktifitas rekreasi. Untuk pasien dengan rasa sakit yang lebih banyak, merasakan kesulitan seperti kesulitan saat mandi, memakai baju, menggunakan toilet, bergerak, dan makan tanpa bantuan. Penderita penyakit kronis lebih mungkin sekali akan menderita depresi, kecemasan, dan distress (Taylor, 2006). Penyakit kronis pada anak-anak sering meningkatkan ketergantungan pada pengasuh dan mengurangi partisipasi dalam interaksi dengan sebaya dan kegiatan sekolah, sehingga mempengaruhi pencapaian perkembangan (Heath J, dkk, 2011). Didalam penelitian ini penyakit kronis yang akan dibahas adalah penyakit gagal ginjal kronis. The National Kidney Foundation (2002) mendefinisikan gagal ginjal kronik sebagai adanya kerusakan ginjal, atau menurunnya tingkat fungsi ginjal untuk jangka waktu tiga bulan atau lebih. Gagal ginjal kronik ini dapat dibagi lagi menjadi 5 tahap, tergantung pada tingkat keparahan kerusakan ginjal dan tingkat penurunan fungsi ginjal. Tahap 5 Chronic Kidney Disease (CKD) disebut sebagai stadium akhir penyakit ginjal (end stage renal disease/ end stage renal failure). Tahap ini merupakan akhir dari fungsi ginjal. Ginjal bekerja kurang dari 15% dari normal (Corrigan 2011). Saat menderita penyakit gagal ginjal kronis, pasien mengalami pengalaman sakit fisik mendadak, pengobatan yang luas atau berbeda, dalam situasi ketidakpastian, dan ketegangan pribadi yang intens yang dapat memiliki dampak yang mendalam dan abadi. Tanggapan individu terhadap penyakit kronis
11 23 bervariasi. Beberapa individu memiliki tanggapan positif, tetapi tidak sedikit yang memberikan tanggapan negatif. Tanpa tindakan untuk mengatasi penyebab dan tanggapan terhadap penyakit, diperkirakan bahwa kematian akibat penyakit kronis akan meningkat sebesar 17% antara tahun 2005 dan Salah satu penyakit kronis yang meningkat saat ini adalah gagal ginjal kronis (Corrigan, 2011). D. Hubungan Antara Kualitas Hidup dengan Efikasi Diri Kualitas hidup pada penderita penderita penyakit kronis diperkirakan menjadi sebuah tekanan, khususnya saat menempatkan bagaimana parahnya penyakit dan banyaknya pengobatan mengganggu kehidupan sehari-hari seperti tidur, makan, bekerja, dan menikmati aktifitas rekreasi. Untuk pasien dengan rasa sakit yang lebih banyak, merasakan kesulitan seperti kesulitan saat mandi, memakai baju, menggunakan toilet, bergerak, dan makan tanpa bantuan (Taylor, 2006). Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Kaltsouda dkk (2011) penyakit gagal ginjal kronis adalah kondisi yang mengancam jiwa, bersifat tetap untuk jangka waktu lama dan membutuhkan terapi farmakologi seumur hidup dan pembatasan dalam hal makanan. Stadium akhir penyakit ginjal atau yang biasa disebut End-Stage Renal Disease (ESRD) memaksakan kendala tambahan karena kebutuhan vital bagi sesi reguler dialisis ginjal. Kualitas hidup dilihat dari seberapa baik pasien menyesuaikan dengan penyakit kronis. Temuan ini mungkin memiliki implikasi klinis yang penting ketika mempertimbangkan nilai prognostik kesehatan yang berhubungan dengan kualitas hidup di beberapa penyakit kronis, termasuk stadium akhir penyakit
12 24 ginjal. Penurunan kesehatan yang berhubungan dengan kualitas hidup telah berulang kali dikaitkan dengan peningkatan angka orang yang sakit, rawat inap, peningkatan angka kematian, dan kepatuhan cara hidup pasien stadium akhir penyakit ginjal yang menjalani hemodialisis (Kaltsouda A., dkk, 2011). Hemodialisis merupakan salah satu bagian dari terapi penggantian ginjal bagi pasien gagal ginjal kronis. Bagi pasien gagal ginjal kronis hemodialisis dapat mencegah kematian, namun hemodialisis tidak bersifat menyembuhkan. Berbagai dampak dan komplikasi dapat terjadi selama pasien gagal ginjal kronis menjalani terapi hemodialisis (Sulistyaningsih, 2010). Berdasarkan penelitian Krueger (Sulistyaningsih, 2010) dampak-dampak psikologis yang muncul akibat ketidaknyamanan terapi hemodialisis adalah kesedihan yang muncul akibat kelemahan dan kelelahan yang menyebabkan ketidakmampuan untuk berpartisipasi dalam kegiatan, melaksanakan peran dan tanggung jawab. Gangguan-gangguan yang muncul dikarenakan penyakit gagal ginjal kronis akan sangat mempengaruhi kualitas hidup penderitanya. Kualitas hidup adalah persepsi individu mengenai posisi individu dalam hidup dalam konteks budaya dan sistem nilai dimana individu hidup dan hubungannya dengan tujuan, harapan, standar yang ditetapkan, dan perhatian seseorang. Menurut De Castro dkk (2012) kualitas hidup dipengaruhi oleh adalah efikasi diri. Efikasi diri merupakan keyakinan seseorang akan kemampuan, kompetensinya atas kinerja tugas yang diberikan untuk mencapai suatu tujuan, dan keyakinan dalam mengatasi sebuah hambatan (Baron dan Byrne, 2004). Maka dari itu, persepsi seseorang mengenai tujuan hidupnya dipengaruhi oleh bagaimana keyakinan seseorang akan
13 25 kemampuan atau kompetensinya atas kinerja tugas yang diberikan, untuk mencapai suatu tujuan, atau mengatasi sebuah hambatan. Kualitas hidup telah dikaitkan dengan konsep yang berbeda dari jenisnya karena kualitas hidup memiliki dimensi psikologis, dan salah satunya adalah efikasi diri. Menurut Bandura (De Castro dkk, 2012) efikasi diri terdiri dari keyakinan dan atau persepsi yang individu miliki tentang potensi mereka sendiri untuk mengembangkan semua jenis kegiatan yang direncanakan agar menghasilkan hasil yang diinginkan. Keyakinan pada kemampuan diri yang dipersiapkan memberikan dasar motivasi bagi manusia, kesejahteraan, pemenuhan diri dan harapan pada hasilnya. Bukti ditemukan didalam penelitian De Castro dkk (2012) bahwa efikasi diri merupakan hal yang penting dalam menghasilkan kesehatan yang lebih baik. Efikasi diri dan kualitas hidup ketika dilakukan penelitian antara kedua variabel tersebut merupakan konsep yang telah dikaitkan dengan hasil yang baik dalam kesehatan (De Castro dkk, 2012). Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Sulistyaningsih (2012) training efikasi merupakan salah satu cara untuk meningkatkan kepatuhan terhadap intake cairan yang dilakukan melalui pemberian informasi atau edukasi. Pemberian edukasi ini termasuk dalam sumber efikasi persuasi sosial. Informasi tentang kemampuan yang disampaikan secara verbal oleh seseorang yang berpengaruh biasanya digunakan untuk meyakinkan seseorang bahwa ia cukup mampu melakukan suatu tugas. Dengan demikian diharapkan pasien akan terbentuk keyakinannya bahwa ia mampu melakukan berbagai pembatasan termasuk salah satunya adalah pembatasan terhadap cairan. Dengan keyakinan maka seseorang
14 26 akan optimis untuk mencapai tujuan walaupun menghadapi berbagai hambatan dan rintangan. Keyakinan seseorang akan kemampuan dalam mengatasi masalah memegang peranan yang penting dalam mengatur status emosi (Bandura, 1997). Ketika pasien gagal ginjal kronis mengikuti prosedur terapi kesehatan sesuai yang dianjurkan dokter, maka kualitas hidup pasien gagal ginjal kronis dari aspek kesehatan fisik akan membaik. Maka dari itu efikasi diri merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi tingkat kualitas hidup pasien gagal ginjal kronis. Teori efikasi diri diterapkan secara luas dalam memprediksi kesehatan terkait perilaku oleh Bandura (1997) yang didefinisikan sebagai keyakinan individu pada kemampuannya untuk melakukan perilaku tertentu atau tugas. Meningkatkan persepsi efikasi diri memiliki efek positif dalam mempromosikan kesehatan, motivasi, gaya berpikir, dan kesehatan emosional dalam mengatasi penyakit fisik kronis. Self care efikasi diri didefinisikan sebagai kepercayaan seseorang dalam kemampuannya untuk melakukan kegiatan selfcare atau perawatan diri yang relevan (Rayyani, dkk 2014). Penelitian Sulistyaningsih (2012) didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Rayyani dkk (2014) ditemukan fakta bahwa pasien gagal ginjal kronis yang menerima hemodialisis di Iran tenggara tidak memiliki selfcare efikasi diri yang memadai dan mereka memiliki kualitas hidup yang buruk. Rayyani dkk (2014) juga mengungkapkan bahwa pasien yang memiliki selfcare efikasi diri yang lebih tinggi mengalami kualitas hidup yang lebih baik. Oleh karena itu, sangat penting sekali untuk memberikan perhatian lebih pada selfcare efikasi diri untuk mengurangi kebutuhan untuk perawatan kesehatan, memfasilitasi pasien agar
15 27 mematuhi pengobatan yang harus dijalani, meningkatkan status kesehatan fungsional, dan kualitas hidup pasien yang menjalani hemodialisis. Temuan dari studi ini menunjukkan bahwa dengan tujuan memperbaiki kualitas hidup pasien, para profesional perawatan kesehatan harus mengidentifikasi terlebih dahulu pasien hemodialisis yang kurang memiliki selfcare efikasi diri yang dibutuhkan untuk perawatan diri, dan kemudian fokus pada pendidikan khusus intervensi untuk membangun kepercayaan selfcare efikasi diri selama sesi hemodialisis. Berdasarkan uraian di atas, serta adanya dukungan pernyataan dari berbagai penelitian yang telah dilakukan, maka dapat disimpulkan bahwa melakukan perawatan diri atau selfcare efikasi diri selama sesi hemodialisis bagi pasien gagal ginjal kronis perlu ditingkatkan agar meningkat pula kualitas hidup pasien gagal ginjal kronis. E. Hipotesa Berdasarkan uraian di atas, hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah ada hubungan antara efikasi diri dengan kualitas hidup pasien gagal ginjal kronis. Semakin tinggi efikasi diri maka semakin tinggi pula kualitas hidup pada pasien gagal ginjal kronis. Semakin rendah efikasi diri maka semakin rendah juga kualitas hidup pasien gagal ginjal kronis.
BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Penyakit gagal ginjal kronis atau yang biasa dikenal sebagai Chronic Kidney
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penyakit gagal ginjal kronis atau yang biasa dikenal sebagai Chronic Kidney Disease (CKD) adalah kelainan struktur atau fungsi ginjal dalam jangka waktu lebih
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. A. Identifikasi Variabel-Variabel Penelitian. B. Definisi Operasional Variabel Penelitian
BAB III METODE PENELITIAN A. Identifikasi Variabel-Variabel Penelitian 1. Variabel Tergantung : Kualitas Hidup 2. Variabel Bebas : Efikasi Diri B. Definisi Operasional Variabel Penelitian 1. Variabel Tergantung
Lebih terperinciBAB IV PELAKSANAAN DAN HASIL PENELITIAN. A. Orientasi Kancah dan Persiapan Penelitian. jalan yang banyak dikunjungi oleh customer dan menjadi produk
BAB IV PELAKSANAAN DAN HASIL PENELITIAN A. Orientasi Kancah dan Persiapan Penelitian 1. Orientasi Kancah Rumah sakit PKU Muhammadiyah Yogyakarta Unit 1 adalah salah satu rumah sakit swasta di Yogyakarta,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. multipel. Semua upaya mencegah gagal ginjal amat penting. Dengan demikian,
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Gagal ginjal adalah hilangnya fungsi ginjal. Karena ginjal memiiki peran vital dalam mempertahankan homeostasis, gagal ginjal menyebabkan efek sistemik multipel. Semua
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. berkaitan dengan gejala-gejala atau kecacatan yang membutuhkan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit kronis adalah kondisi medis atau masalah kesehatan yang berkaitan dengan gejala-gejala atau kecacatan yang membutuhkan penatalaksanaan medis dan keperawatan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Masa dewasa awal adalah masa peralihan dari masa remaja menuju masa
BAB I PENDAHULUAN I. A. Latar Belakang Masalah Masa dewasa awal adalah masa peralihan dari masa remaja menuju masa dewasa. Menurut Hurlock (1999), masa dewasa awal dimulai pada umur 18 40 tahun, saat perubahan
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Proses pengumpulan data penelitian ini dilaksanakan di RSUD Kota
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil 1. Gambaran Umum Penelitian Proses pengumpulan data penelitian ini dilaksanakan di RSUD Kota Yogyakarta pada tanggal 9 Agustus - 1 September 2016. Data dikumpulkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. disease) saat ini masih menjadi masalah yang besar, sebagaimana prediksi
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit Ginjal Kronik yang selanjutnya disebut CKD (chronic kidney disease) saat ini masih menjadi masalah yang besar, sebagaimana prediksi penderita akan meningkat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Gagal ginjal kronik (GGK) atau Chronic Kidney Diseases (CKD) dalam jangka waktu yang lama (Black & Hawks, 2014).
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Gagal ginjal kronik (GGK) atau Chronic Kidney Diseases (CKD) merupakan gangguan fungsi ginjal yang progresif dan tidak dapat pulih kembali, dimana tubuh tidak mampu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Orang tua merupakan sosok yang paling terdekat dengan anak. Baik Ibu
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Orang tua merupakan sosok yang paling terdekat dengan anak. Baik Ibu maupun Ayah memiliki hak yang sama dalam merawat dan membesarkan anak. Membesarkan anak bukanlah
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Kualitas Hidup. kualitas hidup sebagai persepsi individu dari posisi individu dalam
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kualitas Hidup 1. Definisi Kualitas Hidup WHOQoL Group (dalam Billington dkk, 2010) mendefinisikan kualitas hidup sebagai persepsi individu dari posisi individu dalam kehidupan
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. sampling selama kegiatan IPE berjalan dari bulan Juni 2015 Desember Tabel 1. Karakteristik responden penelitian
24 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian. Karakteristik Responden Responden pada penelitian ini yaitu pasien rawat jalan yang terpapar proses pembelajaran IPE di AMC Yogyakarta. Kuesioner ini
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA
BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Pengertian Self Efficacy Konsep mengenai self efficacy ini pada dasarnya melibatkan banyak kemampuan yang terdiri dari aspek kegiatan sosial dan kemampuan untuk bertingkah laku.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ginjal merupakan salah satu organ tubuh yang mempunyai peran penting dalam sistem ekskresi dan sekresi pada tubuh manusia. Apabila ginjal gagal melakukan fungsinya,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Estimasi Badan Kesehatan Dunia (WHO) menyebutkan pertumbuhan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Estimasi Badan Kesehatan Dunia (WHO) menyebutkan pertumbuhan jumlah penderita gagal ginjal pada tahun 2013 telah meningkat 50% dari tahun sebelumnya. Di Amerika Serikat,
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. dan cukup lanjut. Penyakit gagal ginjal kronis mengakibatkan laju filtrasi
1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit gagal ginjal kronis dapat diartikan suatu sindrome klinis yang disebabkan penurunan fungsi ginjal yang bersifat menahun, berlangsung progresif dan cukup
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Prevalensi penderita skizofrenia pada populasi umum berkisar 1%-1,3% (Sadock
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penderita skizofrenia dapat ditemukan pada hampir seluruh bagian dunia. Prevalensi penderita skizofrenia pada populasi umum berkisar 1%-1,3% (Sadock dan Sadock,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. aktivitas sehari-hari. Menurut WHO (World Health Organization) sehat adalah
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kesehatan merupakan hal yang sangat penting bagi semua manusia karena tanpa kesehatan yang baik, maka setiap manusia akan sulit dalam melaksanakan aktivitas
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Congestive Heart Failure (CHF) atau gagal jantung merupakan salah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Congestive Heart Failure (CHF) atau gagal jantung merupakan salah satu diagnosis kardiovaskular yang paling cepat meningkat jumlahnya (Schilling, 2014). Di dunia,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. merupakan penyebab kematian urutan ke-3 di negara-negara maju setelah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Stroke masih menjadi salah satu masalah kesehatan yang utama dan merupakan penyebab kematian urutan ke-3 di negara-negara maju setelah penyakit kardiovaskuler dan kanker.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Kanker merupakan salah satu jenis penyakit tidak menular yang insidennya
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kanker merupakan salah satu jenis penyakit tidak menular yang insidennya semakin meningkat dari tahun ke tahun. Menurut World Health Organization (WHO) pada tahun 2012
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Indonesia mencapai 150 ribu orang dan yang membutuhkan terapi pengganti ada
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit ginjal kronis merupakan masalah yang sangat penting dalam bidang ilmu penyakit dalam khususnya bagian ginjal hipertensi atau nefrologi (Firmansyah, 2010). Menurut
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. secara biologis maupun psikologis. Memasuki usia tua berarti mengalami
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Lansia atau lanjut usia adalah tahap akhir dari proses penuaan. Pada tahap ini biasanya individu tersebut sudah mengalami kemunduran fungsi fisiologis organ tubuhnya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Penderita gagal ginjal kronik menurut estimasi World Health Organization
10 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penderita gagal ginjal kronik menurut estimasi World Health Organization (WHO) secara global lebih dari 500 juta orang dan sekitar 1,5 juta orang harus menjalani
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Manusia adalah mahkluk biologis, psikologis, sosial,
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Manusia adalah mahkluk biologis, psikologis, sosial, kultural, dan spiritual yang utuh dan unik, artinya yang merupakan satu kesatuan yang utuh dari aspek
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Kualitas Hidup. Menurut World Health Organization Quality of Life (WHOQOL)
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kualitas Hidup 1. Pengertian Kualitas Hidup Menurut World Health Organization Quality of Life (WHOQOL) (1996), kualitas hidup adalah persepsi individu mengenai posisi individu
Lebih terperinciBAB 1 : PENDAHULUAN. Kanker payudara dapat tumbuh di dalam kelenjer susu, saluran susu dan jaringan ikat
BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kanker payudara adalah tumor ganas yang tumbuh di dalam jaringan payudara. Kanker payudara dapat tumbuh di dalam kelenjer susu, saluran susu dan jaringan ikat pada
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. PROLANIS 1. Pengertian Prolanis PROLANIS merupakan suatu sistem pelayanan kesehatan dan pendekatan proaktif yang dilaksanakan secara terintegratif yang melibatkan peserta, Fasilitas
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Holmes dan Rahe tahun 1967 dengan menggunakan Live Event Scale atau biasa
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia pada dasarnya menginginkan dirinya selalu dalam kondisi yang sehat, baik sehat secara fisik maupun secara psikis, karena hanya dalam kondisi yang sehatlah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dalam tubuh, mengatur konsentrasi garam dalam darah, dan mengatur keseimbangan asambasa
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ginjal memiliki peranan yang sangat vital sebagai organ tubuh manusia terutama dalam sistem urinaria. Ginjal manusia berfungsi untuk mengatur keseimbangan cairan dalam
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Perubahan gaya hidup menyebabkan terjadi pergeseran penyakit di
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Perubahan gaya hidup menyebabkan terjadi pergeseran penyakit di Indonesia. Pergeseran tersebut terjadi dari penyakit menular menjadi penyakit degeneratif.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 2009). Gagal ginjal yang terjadi secara mendadak disebut gagal ginjal akut,
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Gagal ginjal merupakan penyakit sistemik dan merupakan jalur akhir yang umum dari berbagai penyakit traktus urinarius dan ginjal (Sumaryanto & Madjid, 2009). Gagal
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Usia lanjut merupakan tahap akhir kehidupan manusia. Seseorang pada
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Usia lanjut merupakan tahap akhir kehidupan manusia. Seseorang pada tahap ini ditandai dengan menurunnya kemampuan kerja tubuh (Nugroho, 2007). Semakin bertambahnya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sebesar 15,2%, prevalensi PGK pada stadium 1-3 meningkat menjadi 6,5 % dan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit ginjal kronik (PGK) sebagai suatu proses patofisiologi yang menyebabkan kerusakan struktural dan fungsional ginjal ini masih menjadi permasalahan serius di
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya dapat dicapai melalui
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya dapat dicapai melalui penyelenggaraan berbagai upaya kesehatan dengan menghimpun seluruh potensi bangsa. Secara
Lebih terperinciHUBUNGAN ANTARA TINGKAT DEPRESI DENGAN KEMANDIRIAN DALAM ACTIVITY of DAILY LIVING (ADL) PADA PASIEN DIABETES MELLITUS DI RSUD PANDAN ARANG BOYOLALI
HUBUNGAN ANTARA TINGKAT DEPRESI DENGAN KEMANDIRIAN DALAM ACTIVITY of DAILY LIVING (ADL) PADA PASIEN DIABETES MELLITUS DI RSUD PANDAN ARANG BOYOLALI SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. serta dapat menjalar ke ke tempat yang jauh dari asalanya yang disebut metastasis.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kanker adalah sebuah penyakit yang ditandai pertumbuhan sel yang tidak normal atau terus menerus dan tidak terkendali, dapat merusak jaringan sekitarnya serta dapat
Lebih terperinciBAB 2 LANDASAN TEORI. Teori yang akan dibahas dalam bab ini adalah teori mengenai self-efficacy dan
BAB 2 LANDASAN TEORI Teori yang akan dibahas dalam bab ini adalah teori mengenai self-efficacy dan prestasi belajar. 2.1 Self-Efficacy 2.1.1 Definisi self-efficacy Bandura (1997) mendefinisikan self-efficacy
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kualitas yang melayani, sehingga masalah-masalah yang terkait dengan sumber
1 BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Masalah Fungsi utama Rumah Sakit yakni melayani masyarakat yang membutuhkan pelayanan kesehatan. Seiring dengan berjalannya waktu dan semakin majunya teknologi kedokteran,
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. disebabkan oleh kuman Mycobacterium Tuberculosis. Penyakit ini tergolong
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit tuberkulosis merupakan penyakit menular langsung yang disebabkan oleh kuman Mycobacterium Tuberculosis. Penyakit ini tergolong penyakit yang penularannya melalui
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. merupakan penyebab kematian urutan ke-3 di negara-negara maju setelah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Stroke masih menjadi salah satu masalah kesehatan yang utama dan merupakan penyebab kematian urutan ke-3 di negara-negara maju setelah penyakit kardiovaskuler dan kanker.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Disease: Improving Global Outcomes Quality (KDIGO) dan the Kidney Disease
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit ginjal kronik hampir selalu bersifat asimtomatik pada stadium awal. Definisi dari penyakit ginjal kronik yang paling diterima adalah dari Kidney Disease:
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. CKD merupakan masalah kesehatan di seluruh dunia yang berdampak besar pada
BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG CKD merupakan masalah kesehatan di seluruh dunia yang berdampak besar pada masalah medik, ekonomi dan sosial yang sangat besar bagi pasien dan keluarganya, baik di
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Penyakit ginjal kronik (PGK) merupakan gangguan fungsi ginjal yang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit ginjal kronik (PGK) merupakan gangguan fungsi ginjal yang progresif dan irreversible dimana kemampuan tubuh gagal untuk mempertahankan metabolisme dan keseimbangan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. berfungsi menggantikan sebagian fungsi ginjal. Terapi pengganti yang. adalah terapi hemodialisis (Arliza, 2006).
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Gagal Ginjal Kronik merupakan salah satu masalah kesehatan yang penting mengingat selain insidens dan pravelensinya yang semakin meningkat, pengobatan pengganti
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kesehatan tubuh secara menyeluruh karena ginjal adalah salah satu organ vital
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ginjal mempunyai peran yang sangat penting dalam menjaga kesehatan tubuh secara menyeluruh karena ginjal adalah salah satu organ vital dalam tubuh. Ginjal berfungsi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. paling banyak terjadi pada wanita (Kemenkes, 2012). seluruh penyebab kematian (Riskesdas, 2013). Estimasi Globocan,
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kanker adalah penyakit tidak menular yang ditandai dengan pertumbuhan sel tidak normal dan tidak terkendali yang dapat merusak jaringan sekitarnya serta dapat menjalar
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. komposisi kimia darah, atau urin, atau kelainan radiologis (Joannidis et al.,
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit ginjal kronik didefinisikan sebagai kerusakan ginjal yang terjadi lebih dari 3 bulan, berupa kelainan struktural atau fungsional, dengan atau tanpa penurunan
Lebih terperinciPERBEDAAN TINGKAT KECEMASAN PASIEN DENGAN KATEGORI MODERATE CARE DI RUANG PERAWATAN KELAS VIP KELAS I DAN KELAS II DI RUMAH SAKIT ISLAM SURAKARTA
PERBEDAAN TINGKAT KECEMASAN PASIEN DENGAN KATEGORI MODERATE CARE DI RUANG PERAWATAN KELAS VIP KELAS I DAN KELAS II DI RUMAH SAKIT ISLAM SURAKARTA Skripsi Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Meraih Derajat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. lain dan kelak dapat hidup secara mandiri merupakan keinginan setiap orangtua
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Anak yang tumbuh dan berkembang sehat sebagaimana anak pada umumnya memiliki kecerdasan, perilaku yang baik, serta dapat bersosialisasi dengan orang lain dan kelak
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Kualitas Hidup. ketenangan dari lingkungan. Kualitas hidup adalah keadaan yang dipersepsikan
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kualitas Hidup 1. Pengertian Kualitas Hidup WHO (1997) mendefinisikan kualitas hidup sebagai persepsi individu sebagai laki-laki atau perempuan dalam hidup, ditinjau dari konteks
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. bidang pelayanan kesehatan tempat yang mendukung rujukan dari pelayanan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Rumah sakit merupakan salah satu bentuk organisasi yang bergerak di bidang pelayanan kesehatan tempat yang mendukung rujukan dari pelayanan tingkat dasar. Sebagai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Gagal ginjal kronis atau penyakit renal tahap akhir adalah gangguan pada
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Gagal ginjal kronis atau penyakit renal tahap akhir adalah gangguan pada fungsi ginjal, dimana tubuh tidak mampu untuk mempertahankan metabolisme dan keseimbangan cairan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian. Lanjut usia (lansia) adalah perkembangan terakhir dari siklus kehidupan.
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Lanjut usia (lansia) adalah perkembangan terakhir dari siklus kehidupan. Terdapat beberapa siklus kehidupan menurut Erik Erikson, salah satunya adalah siklus
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Keberhasilan pembangunan di berbagai bidang khususnya di bidang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Keberhasilan pembangunan di berbagai bidang khususnya di bidang kesehatan, pendidikan, dan pengetahuan telah membawa kemajuan salah satunya yaitu meningkatnya usia
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. usia tua di Indonesia akan mencapai 23,9 juta atau 9,77% dan usia harapan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penduduk Lanjut usia di Indonesia meningkat dari tahun ke tahun, ini disebabkan karena meningkatnya usia harapan hidup. Pada tahun 1980 usia harapan hidup di Indonesia
Lebih terperinciGAMBARAN KUALITAS HIDUP PADA WANITA LANJUT USIA DI PANTI SOSIAL TRESNA WREDHA BUDI PERTIWI BANDUNG
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Kesehatan merupakan aset yang paling berharga bagi manusia, karena dengan sehat manusia bisa terus menjalankan aktivitas kehidupan tanpa mengalami masalah.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada saat ini penyakit gagal ginjal kronis menduduki peringkat ke- 12 tertinggi angka kematian atau angka ke-17 angka kecacatan diseluruh dunia, serta sebanyak
Lebih terperinciKOMISI ETIK PENELITIAN KESEHATAN FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS DIPONEGORO DAN RSUP
KOMISI ETIK PENELITIAN KESEHATAN FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS DIPONEGORO DAN RSUP Dr. KARIADI SEMARANG Sekretariat : Kantor Dekanat FK Undip Lt.3 Telp. 024-8311523/ Fax. 024-8446905 1. Nama Penelitian
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. secara progresif dan ireversibel, saat ini angka kejadian gagal ginjal kronik
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Gagal ginjal kronik (GGK) juga dikenal sebagai penyakit gagal ginjal tahap akhir, merupakan sindroma yang ditandai dengan kehilangan fungsi ginjal secara progresif
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. penurunan fungsi ginjal secara optimal untuk membuang zat-zat sisa dan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Gagal ginjal merupakan suatu keadaan dimana terjadinya penurunan fungsi ginjal secara optimal untuk membuang zat-zat sisa dan cairan yang berlebihan dari dalam tubuh
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. didefenisikan sebagai kerusakan ginjal yang terjadi lebih dari 3 bulan berupa
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Gagal ginjal merupakan suatu kondisi dimana fungsi ginjal mengalami penurunan, sehingga tidak mampu lagi untuk melakukan filtrasi sisa metabolisme tubuh dan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. juta orang mengalami gagal ginjal. Data dari The United State Renal Data System
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Estimasi dari Badan Kesehatan Dunia (WHO), secara global lebih dari 500 juta orang mengalami gagal ginjal. Data dari The United State Renal Data System (USRDS) tahun
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit Ginjal Kronik (PGK) kini telah menjadi masalah kesehatan serius di dunia. Menurut (WHO, 2002) dan Burden of Disease, penyakit ginjal dan saluran kemih telah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. diperlukan untuk menjaga homeostatis dan kehidupan itu sendiri. Kebutuhan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia mempunyai kebutuhan tertentu yang harus dipenuhi secara memuaskan melalui proses homeostasis, baik fisiologis maupun psikologis. Kebutuhan merupakan suatu hal
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Selain itu, ginjal juga berfungsi mengatur keseimbangan cairan dan elektrolit
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ginjal merupakan salah satu organ tubuh yang berfungsi membersihkan darah dari zat toksin dan berbagai zat sisa metabolisme tubuh yang tidak diperlukan. Selain itu,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kerusakan ginjal (renal damage) yang terjadi lebih dari tiga bulan, dikarakteristikan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Berdasarkan National Kidney Foundation penyakit ginjal kronik adalah kerusakan ginjal (renal damage) yang terjadi lebih dari tiga bulan, dikarakteristikan dengan kelainan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dan progresif, kadang sampai bertahun-tahun, dengan pasien sering tidak
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Chronic Kidney Disease adalah kondisi ireversibel di mana fungsi ginjal menurun dari waktu ke waktu. CKD biasanya berkembang secara perlahan dan progresif, kadang sampai
Lebih terperinci5. KESIMPULAN, DISKUSI, DAN SARAN
109 5. KESIMPULAN, DISKUSI, DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran harapan dan konsep Tuhan pada anak yang mengalami kanker, serta bagaimana mereka mengaplikasikan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Diabetes Melitus (DM) merupakan salah satu kelompok penyakit metabolik yang ditandai oleh hiperglikemia karena gangguan sekresi insulin, kerja insulin, atau keduanya.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Kasus gangguan jiwa berat mendapatkan perhatian besar di berbagai negara. Beberapa
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kasus gangguan jiwa berat mendapatkan perhatian besar di berbagai negara. Beberapa peneliti melaporkan kasus gangguan jiwa terbesar adalah skizofrenia. Menurut capai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dan gawat darurat (Undang - Undang No 44 tahun 2009). Rumah sakit didirikan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Rumah Sakit adalah Institusi yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna, yang menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan dan gawat darurat
Lebih terperinciA. Pengertian Defisit Perawatan Diri B. Klasifikasi Defisit Perawatan Diri C. Etiologi Defisit Perawatan Diri
A. Pengertian Defisit Perawatan Diri Kurang perawatan diri adalah gangguan kemampuan untuk melakukan aktifitas perawatan diri (mandi, berhias, makan, toileting) (Maslim, 2001). Kurang perawatan diri adalah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. fungsinya secara normal (Soematri, 2012).Secara global lebih dari 500 juta
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Gagal ginjal adalah suatu kondisi dimana ginjal tidak dapat menjalankan fungsinya secara normal (Soematri, 2012).Secara global lebih dari 500 juta orang mengalami GGK,
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. deskriminasi meningkatkan risiko terjadinya gangguan jiwa (Suliswati, 2005).
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Gangguan jiwa yang terjadi di era globalisasi dan persaingan bebas ini cenderung semakin meningkat. Peristiwa kehidupan yang penuh dengan tekanan seperti kehilangan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. perilaku dan gaya hidup yang dijalani oleh masyarakat. Saat pendapatan tinggi,
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Seiring dengan kemajuan ekonomi yang terus meningkat, berubah pula perilaku dan gaya hidup yang dijalani oleh masyarakat. Saat pendapatan tinggi, orang cenderung
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. timbulnya berbagai penyakit. Salah satu penyakit yang dapat terjadi yaitu diabetes
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pola hidup yang tidak sehat dapat mempengaruhi kesehatan individu. Kebiasaan mengkonsumsi makanan cepat saji dan kurangnya olahraga telah menjadi pola hidup masyarakat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Statistik (2013), angka harapan hidup perempuan Indonesia dalam rentang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keberhasilan pembangunan di bidang kesehatan berdampak pada penurunan angka kelahiran, angka kesakitan dan angka kematian serta peningkatan angka harapan hidup penduduk
Lebih terperinciLampiran 1. PERMOHONAN MENJADI RESPONDEN. Koping Pasien Gagal Ginjal Kronik yang Menjalani Hemodialisis di RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta.
LAMPIRAN Lampiran 1. PERMOHONAN MENJADI RESPONDEN Kepada Yth.Sdra/i Responden Di Unit Hemodialisis PKU Muhammadiyah 2 Yogyakarta Yogyakarta, Dengan hormat, Saya yang bertanda tangan dibawah ini : Nama
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Karyawan perusahaan sebagai makhluk hidup merupakan sumber daya
BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Karyawan perusahaan sebagai makhluk hidup merupakan sumber daya dinamis yang mempunyai pemikiran, perasaan dan tingkah laku yang beraneka ragam. Jika terjadi pengelolaan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Kanker adalah istilah umum yang digunakan untuk satu kelompok besar penyakit
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kanker adalah istilah umum yang digunakan untuk satu kelompok besar penyakit yang dapat mempengaruhi setiap bagian dari tubuh (WHO, 2015). Menurut National
Lebih terperinciGAMBARAN KONSEP DIRI PADA PASIEN LUKA GANGREN DIABETIK DI POLIKLINIK KAKI DIABETIK TAHUN 2014
GAMBARAN KONSEP DIRI PADA PASIEN LUKA GANGREN DIABETIK DI POLIKLINIK KAKI DIABETIK TAHUN 2014 Sri Ayu Lestari 1, Warjiman 2, Antia Barewe 3 Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Suaka Insan Banjarmasin sriayulestari182@yahoo.co.id,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Usia tua adalah periode penutup dalam rentang hidup individu, yaitu suatu masa
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Usia tua adalah periode penutup dalam rentang hidup individu, yaitu suatu masa dimana individu telah beranjak jauh dari periode terdahulu yang lebih menyenangkan atau
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Gangguan jiwa (Mental Disorder) merupakan salah satu dari empat
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Gangguan jiwa (Mental Disorder) merupakan salah satu dari empat masalah kesehatan utama di Negara-negara maju, modern dan industri. Keempat masalah kesehatan tersebut
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. serta ketidakpastian situasi sosial politik membuat gangguan jiwa menjadi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tingginya beban ekonomi, makin lebarnya kesenjangan sosial, serta ketidakpastian situasi sosial politik membuat gangguan jiwa menjadi suatu hal yang mengancam bagi setiap
Lebih terperinciBAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Diabetes mellitus merupakan salah satu penyakit degeneratif yang menjadi
BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Diabetes mellitus merupakan salah satu penyakit degeneratif yang menjadi perhatian utama secara global dalam kesehatan. Setiap tahun terjadi peningkatan kasus dengan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. orang disepanjang hidup mereka pasti mempunyai tujuan untuk. harmonis mengarah pada kesatuan yang stabil (Hall, Lindzey dan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Setiap manusia pasti mempunyai harapan-harapan dalam hidupnya dan terlebih pada pasangan suami istri yang normal, mereka mempunyai harapan agar kehidupan mereka
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit ginjal kronik adalah kondisi jangka panjang ketika ginjal tidak dapat berfungsi dengan normal dan pada umumnya berakhir dengan gagal ginjal. Penyakit ginjal
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Angka penderita gangguan ginjal tergolong cukup tinggi dan menjadi masalah kesehatan bukan hanya di Indonesia bahkan di negara maju. Di Amerika Serikat misalnya, angka
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. ginjal yang bersifat menahun, berlangsung progresif dan cukup lanjut. Hal ini bila
1 BAB I PENDAHULUAN Bab ini akan membahas tentang latar belakang, rumusan penelitian, tujuan penelitian dan manfaat penelitian. A. Latar Belakang Gagal ginjal kronis adalah suatu sindrom klinis yang disebabkan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN TEORETIS
BAB II TINJAUAN TEORETIS 2.1 Stroke 2.1.1 Defenisi Stroke Stroke adalah berhentinya pasokan darah ke bagian otak sehingga mengakibatkan gangguan pada fungsi otak (Smeltzer dan Bare, 2002). Kurangnya aliran
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Psoriasis adalah salah satu penyakit kulit termasuk dalam kelompok
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Psoriasis adalah salah satu penyakit kulit termasuk dalam kelompok dermatosis eritroskuamosa, bersifat kronis residif dengan lesi yang khas berupa plak eritema berbatas
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sakit merupakan keadaan dimana terjadi suatu proses penyakit dan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sakit merupakan keadaan dimana terjadi suatu proses penyakit dan keadaan dimana fungsi fisik, emosional, intelektual, sosial dan perkembangan atau spiritual seseorang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi sekarang ini mampu
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi sekarang ini mampu merubah gaya hidup manusia yang semakin konsumtif dan menyukai sesuatu yang cepat, praktis serta ekonomis.
Lebih terperinciBAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Gagal ginjal kronik (Chronic Kidney Disease) merupakan salah satu penyakit
BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Gagal ginjal kronik (Chronic Kidney Disease) merupakan salah satu penyakit tidak menular (non-communicable disease) yang perlu mendapatkan perhatian karena telah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Gagal ginjal kronik merupakan kerusakan ginjal atau penurunan kemampuan
9 BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Gagal ginjal kronik merupakan kerusakan ginjal atau penurunan kemampuan filtrasi glomerulus (Glomerular Filtration Rate/GFR) kurang dari 60 ml/min/1.73 m 2 selama
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Gagal ginjal kronis (Chronic Renal Failure) adalah kerusakan ginjal progresif
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Gagal ginjal kronis (Chronic Renal Failure) adalah kerusakan ginjal progresif yang berakibat fatal bagi tubuh, sehingga tubuh tidak mampu untuk mempertahankan keseimbangan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. masyarakat yang dapat dilakukan adalah pengendalian penyakit tidak menular. 2
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya dapat dicapai melalui penyelenggaraan berbagai upaya kesehatan dengan menghimpun seluruh potensi bangsa. 1 Secara
Lebih terperinciLAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN TERMINAL (KEPUTUSASAAN )
LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN TERMINAL (KEPUTUSASAAN ) A. PENGERTIAN Keputusasaan adalah keadaan emosional subjektif yang terus-menerus dimana seorang individu tidak melihat ada alternative
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Indonesia. Adapun peningkatan tajam terjadi pada kelompok penduduk lanjut
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Peningkatan jumlah penduduk terjadi secara global, tidak terkecuali di Indonesia. Adapun peningkatan tajam terjadi pada kelompok penduduk lanjut usia (lansia), yakni
Lebih terperinci