ARTIKEL. LOKAL TERHADAP JENTIK NYAMUK Aedes aegypti dan

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "ARTIKEL. LOKAL TERHADAP JENTIK NYAMUK Aedes aegypti dan"

Transkripsi

1 ARTIKEL EFIKASI Bacillus thuringiensis 2 isolat serotipe H-10 GALUR LOKAL TERHADAP JENTIK NYAMUK Aedes aegypti dan Anopheles aconitus Blondine Ch.P Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Vektor dan Reservoir Penyakit, Salatiga. blondine157@gmail.com Efficacy Two Isolates of Bacillus thuringiensis Local Strains Towards Aedes aegypti and Anopheles aconitus Larvae Abstrak Bacillus thuringiensis serotipe H-10 telah diketahui dapat mengendalikan jentik nyamuk (Diptera) berdasaarkan tipe kristal protein toksin yang dihasilkan. Tujuan penelitian adalah menentukan efikasi 2 isolat (isolat KT dan isolat PS) B. thuringiensis serotipe H-10 galur lokal terhadap jentik nyamuk Aedes aegpti dan Anopheles aconitus. Untuk memperoleh B. thuringiensis H-10 dilakukan dengan cara isolasi, identifikasi dan uji serologi dari habitat tanah yang dilakukan di laboratorium Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Vektor dan Reservoir Penyakit Salatiga dan Bioteknologi Perkebunan Bogor. Isolat KT pada konsentrasi 148,95 ppm dan 341,21 ppm mampu mematikan jentik Ae. aegypti berturut-turut sebesar 50 % dan 90 %. Sedangkan pada konsentrasi 49,44 ppm dan 147,07 ppm dapat mematikan jentik An. aconitus berturut-turut sebesar 50 % dan 90 %. Isolat B. thuringiensis H-10 (isolat PS) pada konsentrasi 159,98 ppm dan 341,91 ppm mampu mematikan jentik Ae. aegypti berturut-turut sebesar 50 % dan 90 %. Sedangkan pada konsentrasi 50,84 ppm dan 141,46 ppm dapat mematikan jentik An. aconitus berturut-turut sebesar 50 % dan 90 %. Jumlah sel hidup B. thuringiensis H-10 isolat KT dan PS berturut-turut sebesar 10,7 x 10 7 sel/ml dan 9,3 x 10 7 sel/ml. Sedangkan masing-masing mempunyai jumlah spora sebesar 10,5 x 10 7 spora/ml dan 10,1 x 10 7 spora/ml. Hasil toksisitas residual isolat B. thuringiensis H-10 (isolat KT) dengan konsetrasi 341,21 ppm dan B. thuringiensis H-10 (isolat PS) dengan konsentrasi 341,91 ppm terhadap jentik Ae. aegypti instar III akhir menunjukkan persentase kematian lebih besar dari 70 % berturut-turut pada hari ke 5 dan ke 4. Sedangkan toksisitas residual isolat B. thuringiensis H-10 (isolat KT) dengan konsetrasi 147,07 ppm dan isolat PS dengan konsentrasi 141,46 ppm terhadap jentik An. aconitus. instar III akhir menunjukkan persentase kematian lebih besar dari 70 % berturut-turut pada hari ke 4. Untuk meningkatkan daya bunuh isolat B. thuringiensis H-10 galur lokal perlu dibuat formulasi bakteri tersebut dalam bentuk cair atau bubuk (powder). Kata kunci: B. thuringiensis H-10, Galur lokal, Ae. aegypti, An. aconitus Abstract Bacillus thuringiensis serotype H-10 known to control the mosquito larvae (Diptera) based on type of crystal protein toxin produced. The research objective was to determine the efficacy of two isolates (KT isolates and PS isolates B. thuringiensis serotype H-10 local strains against of Aedes aegypti mosquito larvae and Anopheles aconitus. To obtain B. thuringiensis H-10 conducted by the isolation, identification and serologic testing of the soil habitat conducted in the laboratory of IVRCRD Salatiga and Institute of Biotechnology Bogor. Isolates KT at a concentration of ppm and ppm could kill larvae of Ae. aegypti, respectively for 50% and 90%. The concentration of ppm and ppm can kill larvae An. aconitus respectively by 50% and 90%. Isolates of B. thuringiensis H-10 ( isolates PS) at a concentration of ppm and ppm could kill larvae of Ae. aegypti, respectively for 50% and 90%. While the concentration of ppm and ppm can kill larvae An. aconitus respectively by 50% and 90%. Total Viable Spore Count (TVSC) B. thuringiensis H-10 isolates KT and PS respectively of 10.7 x 10 7 cells / ml and 9.3 x 10 7 cells / ml. Each isolates has a number of spores was 10.5 x 10 7 spores / ml and 10.1 x 10 7 spores / ml. The results of residual toxicity isolate B. thuringiensis H-10 (KT isolates) with a concentration of ppm and B. thuringiensis 28 Jurnal Vektora Vol. V No. 1, Juni 2013

2 H-10 (PS isolate) with a concentration of ppm against the larvae of Ae. aegypti instar III shows the percentage of mortality was greater than 70%, respectively on day 5 and 4. While the residual toxicity of isolated B. thuringiensis H-10 (KT isolates) with a concentration of ppm and PS isolates with ppm concentration against larvae An. aconitus instar III shows the percentage of mortality was greater than 70%, respectively on day 4. The investigation shoud be developed further for formulation liquid and powder the local strain of B. thuringiensis H-10. Keywords: B. thuringiensis H-10, the local strain, Ae. aegypti, An. aconitus Submitted: 28 Maret 2013, Review 1: 3 April 2013, Review 2: 17 Mei 2013, Eligible article: 24 Mei Pendahuluan Demam Berdarah Dengue (DBD) dan malaria meru pakan masalah kesehatan masyarakat. Demam Berdarah Dengue yang ditularkan oleh nyamuk Ae. aegypti banyak di daerah perkotaan dan sekitarnya yang padat pemukiman penduduk serta ada juga di pedesaan, sedangkan malaria yang ditularkan nyamuk Anopheles aconitus lebih banyak terjadi di daerah persawahan bertingkat. Penyakit malaria sering menimbulkan Kejadian Luar Biasa (KLB) dengan angka kematian yang tinggi. Pengendalian penyakit DBD dan malaria serta penyakit menular lainnya didasarkan atas pemutusan rantai penularan. Penelitian menunjukkan bahwa penggunaan insektisida kimia untuk pengendalian vektor dalam waktu lama dan frekuensi tinggi dapat menimbulkan resistensi. Penggunaan larvasida kimia temephos 1% dalam waktu lama mengakibatkan penurunan status kerentanan jentik Aedes aegypti (Depkes, 2003). Kejadian penurunan status kerentanan vektor terhadap insektisida dan mempertimbangkan keamanan lingkung an mendo rong dikembangkan bioinsektisida. Pengendalian secara biologi saat ini telah menjadi alternatif dalam pengendalian vektor karena tidak menim bulkan pengaruh samping yang buruk baik terhadap pekerja, maupun masyarakat dan lingkungan. Salah satu pengendali hayati yang saat ini dikembangkan adalah B. thuringiensis serotipe israelensis (H-14), yang telah dijadikan sebagai bahan bioinsektisida untuk pengendali larva nyamuk dan lalat hitam (WHO, 1979). Bakteri ini bersifat gram positif, dan dapat memproduksi kristal protein toksin (delta endotoksin) selama proses sporulasi. Mempunyai efek toksisitas yang tinggi terhadap serangga vektor, bersifat spesifik target dan belum menyebabkan resistensi vektor (Mulla dkk, 1986). Bacillus thuringiensis bersifat kosmopolitan antara lain dapat diisolasi dari tamah misalnya tanah yang ber ada di bawah pohon, cabang dan lobang pohon yang sudah tua umurnya, tanah yang berbecek, tempat perinduk an jentik nyamuk maupun jentik yang sakit. Telah ditemukan B. thuringiensis H-14 galur lokal hasil isolasi tanah di wilayah Salatiga, dan toksisitasnya tinggi terhadap jentik Ae. aegypti, An.aconitus dan Cx.quenquefasciatus di Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Vektor dan Reservoir Penyakit (B2P2VRP) (Blondine, 2003). Keanekaragaman ekosistem di Indonesia memberi peluang ditemukan berbagai patogen jentik nyamuk. Selain B. thuringiensis H-14 galur lokal ditemukan pula B. thuringiensis H-10 yang diisolasi dari habitat tanah(blondine dkk, 1998/1999). Bacillus thuringiensis H-10, mempunyai protein paraspora berbentuk tidak beraturan toksik terhadap golongan Diptera dan Lepidoptera (Leodegario. dkk, 1980). Tujuan: Tujuan Umum: Menentukan efikasi 2 serotipe Bacillus thuringiensis H-10 galur lokal terhadap jentik nyamuk Ae. aegypti dan An. aconitus Tujuan khusus: a. Menghitung jumlah sel hidup dan spora hidup 2 serotipe H-10 B. thuringiensis galur lokal b. Menentukan toksisitas residual 2 serotipe H-10 B. thuringiensis galur lokal terhadap jentik nyamuk Ae. aegypti dan An. aconitus. Metodologi Penelitian Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di Laboratorium B2P2VRP Salatiga pada tahun Variabel Penelitian Variabel bebas Dua serotipe H-10 Bacillus thuringiensis galur lokal Variabel Terikat Jurnal Vektora Vol. V No. 1, Juni

3 Jumlah kematian jentik Ae. aegypti dan An. aconitus Variabel Pengganggu terukur Suhu air dan ph air Disain Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian dasar dengan rancangan eksperimental murni Populasi dan Sampel Populasi penelitian ini adalah jentik nyamuk Ae.aegypti dan An. aconitus hasil pemeliharaan laboratorium B2P2VRP. Sampel penelitian adalah jentik Ae.aegypti dan An. aconitus masing-masing instar III akhir. Pengambilan sampel pada kelompok perlakuan dan pembanding dilakukan secara completely randomized sampling. Hal ini disebabkan percobaan bersifat homogen. Randomisasi dilakukan dengan menempatkan perlakuan secara random terhadap unit percobaan ( Nasir,M. 1983). Ulangan atau replikasi Banyaknya ulangan untuk uji efikasi dihitung menurut rumus (Kemas, 1993) sebagai berikut: (t 1) (r 1) > 15 (9 1) (r 1) > 15 r > 2.8 ~ 3 Keterangan: t = jumlah perlakuan r = jumlah ulangan Cara Pengumpulan data Data primer kematian jentik Ae. aegypti dan An. aconitus pada uji efikasi B.thuringiensis H-10 di laboratorium Data primer jumlah sel dan spora hidup pada biakan. Bahan dan Cara Kerja Bahan dan Alat Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah Nutrien agar, TPB, Akuades, peralatan jarum ose, plat petri untuk isolasi dan pengembangbiakan B.thuringiensis H-10 di laboratorium. Cara Kerja Uji hayati (Bioassay Test) (Chilcott dan Wigley, 1988). Diambil 2 ose penuh kultur murni isolat KT B. thuringiensis H-10 dari media NA /NYSMA miring dan dimasukkan ke dalam shake glass (gelas kocok) ukur an 250 ml yang diisi dengan 50 ml TPB, sampel tersebut digojog dengan menggunakan penggojog pada suhu kamar selama 48 jam. Sebanyak 15 ml sampel yang sudah digojog dimasukan ke dalam mangkok plastik yang diisi dengan 150 ml air suling dan 20 ekor jentik Aedes aegypti instar III akhir. Sebagai kontrol mangkok plastik hanya diisi dengan 150 ml air suling dan 25 ekor jentik Ae. aegypti instar III. Ulangan dilakukan sebanyak 3 kali. Pengamatan dilakukan 24 jam sesudah perlakuan. Perlakuan yang sama dilakukan pula terhadap jentik An. aconitus. Uji toksisitas isolat PS B. thuringiensis H-10 terhadap jentik Ae. aegypti dan An. aconitus dilakukan dengan cara yang sama. Perhitungan persentase kematian jentik uji dengan rumus: Kematian x 100 % Jumlah jentik Koreksi Abbott digunakan apabila pada kelompok kontrol terdapat kematian 5 20 % sebagai berikut: AK (%) Uji AK (%) Kontrol Akk (%) = x % - AK (%) Kontrol Keterangan: AKk : Angka Kematian koreksi AK : Angka Kematian jentik Penentuan LC50 dan LC90 2 isolat B.thuringiensis H-10 galur lokal Dilakukan penentuan LC50 dan LC90 dari 2 isolat B. thuringiensis H-10 yang ditemukan (WHO, 1989) 10. Perlakuannya sebagai berikut: Satu ml larutan stok kultur murni isolat KT B.thuringiensis H-10 galur lokal dimasukkan ke dalam beaker glass yang berisi 99 ml air, dikocok sampai homogen, kemudian dari biakan murni diambil 30 µl, 50 µl, 70 µl, 90 µl, 100 µl, 300 µl, 500 µl, 700 µl, 900 µl menggunakan Gilson micropipet E A dan dimasukkan kedalam mangkok plastik berisi 20 ekor jentik nyamuk,dengan volume total 100ml. Kematian jentik diamati selama 24 dan 48 jam pengujian. Untuk mendapatkan LC50 dan LC90 B.thuringiensis H-10 yang dibiakkan dengan media TPB digunakan analisis Probit (Finney, 1971). Penentuan LC50 dan LC 90 isolat PS B. thuringiensis H-10 dilakukan dengan cara yang sama. Penghitungan Jumlah sel hidup dan spora hidup (Soesanto,1994) B. thuringiensis H-10 galur lokal adalah sebagai berikut: 30 Jurnal Vektora Vol. V No. 1, Juni 2013

4 Penghitungan jumlah sel hidup Formulasi cair isolat KT B.thuringiensis H-10 yang diperoleh diambil sebanyak 1 ml dan ditambahkan 9 ml akuades dalam tabung gelas, kemudian dikocok sampai homogen, kemudian dibuat pengenceran seri dalam akuades. Dari masing masing pengenceran diambil 0,1 ml dan ditaburkan kedalam cawan petri dan ditambahkan agar nutrien sebanyak 20 ml. Selanjutnya diinkubasikan selama 48 jam pada suhu 30 0 C. Dihitung jumlah sel hidup B.thuringiensis H-10 galur lokal yang tumbuh pada petri berisi agar nutrien. Penentuan jumlah sel hidup isolat PS B. thuringiensis H-10 dilakukan dengan cara yang sama. Penghitungan jumlah spora hidup Untuk memperoleh jumlah spora hidup, maka kultur bakteri B.thuringiensis H-10 isolat KT yang berada dalam media pengembangbiakan masing-masing pengenceran dipanaskan selama 30 menit pada suhu 60 0 C. Maksud pemanasan itu adalah untuk mematikan bakteri non spora (Streptococcus, Sthaphilococcus, Pseudomonas). Dari masing- masing pengenceran formulasi cair B.thuringiensis H-10 diambil sebanyak 0,1 ml dan ditaburkan ke dalam plat Petri, kemudian ditambahkan agar nutrien sebanyak 20 ml. Kemudian diinkubasikan selama 48 jam pada suhu 30 0 C. Sesudah itu dihitung jumlah spora B.thuringiensis H -10 yang tumbuh pada plat Petri berisi agar nutrien. Begitupula untuk isolat PS B. thuringiensis H-10 dihitung denan cara yang sama. Pengujian efek residu B. thuringiensis H-10 galur lokal: Efek residu 2 isolat (KT dan PS) B.thuringiensis H-10 galur lokal yang masing-masing dikembangbiakan dalam media TPB terhadap jentik Ae. aegypti dan An. aconitus dilakukan setelah diperoleh konsentrasi yang tepat pada LC90. Percobaan dilakukan menggunakan wadah plastik yang berisi 500 ml air dan 20 ekor jentik Ae. aegypti instar III akhir. Untuk kontrol, wadah plastik hanya diisi air 500 ml dan dimasukkan 20 ekor jentik nyamuk Ae. aegypti. Pengamatan kematian jentik dilakukan 24 jam sesudah perlakuan. Jentik yang mati dan yang masih hidup dikeluarkan dari wadah plastik. Penggantian jentik dilakukan sesudah pengamatan, sebanyak 20 ekor. Setiap 3 hari dilakukan penambahan air agar volume air tetap seperti semula (500 ml). Selama percobaan wadah ditutup dengan kain kasa. Pengamatan dilakukan setiap 24 jam, sampai kematian jentik nyamuk menurun kurang dari 70 %. Perlakuan yang sama dilakukan juga terhadap jentik An. aconitus. Hasil Penelitian Hasil pengujian efikasi 2 isolat (KT dan PS) B. thuringiensis H-10 yang diperoleh menunjukkan bahwa isolat KT pada konsentrasi 148,95 ppm dan 341,21 ppm mampu mematikan jentik Ae. aegypti berturut-turut sebesar 50 % dan 90 %. Sedangkan pada konsentrasi 49,44 ppm dan 147,07 ppm dapat mematikan jentik An. aconitus berturut-turut sebesar 50 % dan 90 % (Tabel 1). Isolat B. thuringiensis H-10 (isolat PS) pada konsentrasi 159,98 ppm dan 341,91 ppm mampu mematikan jentik Ae. aegypti berturut-turut sebesar 50 % dan 90 %. Sedangkan pada konsentrasi 50,84 ppm dan 141,46 ppm dapat mematikan jentik An. aconitus berturut-turut sebesar 50 % dan 90 % (Tabel 1). Jumlah sel hidup dan spora hidup yang diperoleh dari 2 isolat (KT dan PS) B. thuringiensis H-10 galur lokal disajikan pada Tabel 2. Tabel 1. Uji efikasi dua isolat B. thuringiensis H-10 galur lokal terhadap jentik Ae. aegypti dan An aconitus Kondisi laboratorium Ae. aegypti An. aconitus Isolat Bt H-10 LC50 (ppm) LC90 (ppm) LC50 (ppm) LC90 (ppm) 90% C.L* 90% C.L* 90% C.L* 90% C.L* 24 jam 24 jam KT PS ph air : 7 Suhu air : C Suhu udara : C Kelembaban nisbi udara : 77-92% * = Hasil pengenceran pada kematian 50 dan 90% serta berturut-turut mempunyai batas kepercayaan dalam logaritma Keterangan : LC50 : Lethal concentration 50% LC90 : Lethal concentration 90% ppm : part per million Jurnal Vektora Vol. V No. 1, Juni

5 Jumlah sel hidup B. thuringiensis H-10 isolat KT dan PS berturut-turut sebesar 10,7 x 10 7 sel/ml dan 9,3 x 10 7 sel/ml. Sedangkan masing-masing mempunyai jumlah spora sebesar 10,5 x 10 7 spora/ml dan 10,1 x 10 7 spora/ml (Tabel 2). Hasil efikasi residual isolat (KT) B. thuringiensis H-10 pada konsetrasi 341,21 ppm dan isolat PS dengan konsentrasi 341,91 ppm terhadap jentik Ae. aegypti instar III akhir menunjukkan persentase kematian lebih besar dari 70 % berturut-turut pada hari ke 5 dan ke 4. Hasil efikasi residual isolat B. thuringiensis H-10 isolat KT dengan konsetrasi 147,07 ppm dan isolat PS dengan konsentrasi 141,46 ppm terhadap jentik An. aconitus. instar III akhir menunjukkan persentase kematian lebih besar dari 70 % berturut-turut pada hari ke 4 Tabel 2. Jumlah sel hidup dan spora hidup B. thuringiensis H-10 galur lokal isolat KT dan PS Serotipe -H Isolat Jumlah sel/ml Jumlah spora/ml 10 KT 10,7 x ,5 x10 7 PS 9,3 x ,1 x 10 7 Pembahasan Isolat KT dan PS B. thuringiensis H-10 galur lokal membutuhkan konsentrasi besar untuk mematikan jentik Ae. aegypti dan An. aconitus. Nilai LC50 dan LC90 isolat KT dan PS untuk mematikan jentik Ae. aegypti ternyata membutuhkan konsentrasi 16 sampai 35 kali lebih besar dibandingkan dengan B. thuringiensis H-14 galur lokal serta 6 15 kali lebih besar dibandingkan dengan B. thuringiensis H-14 galur lokal untuk mematikan jentik An. aconitus yaitu LC50 = 10,22 ppm dan LC90 = 27,11 ppm (Blondine, 2002). Begitupula penelitian yang dilakukan oleh Leodegario dkk (1980) dimana membutuhkan konsentrasi yang lebih kecil untuk mematikan jentik Ae. aegypti dan Culex sp. Perbedaan konsentrasi yang diperoleh mungkin disebabkan oleh daya bunuh di dalam usus tengah jentik tidak sama. Re aksi daya bunuh isolat KT dan PS B. thuringiensis H-10 di dalam usus tengah jentik memerlukan waktu yang lebih lama dari B. thuringiensis H-14 galur lokal maupun B. thuringiensis H-10 yang dilakukan oleh Leo degario dkk (1980). Telah diketahui bahwa B. thuringiensis H-14 merupakan isolat yang lebih dominan dalam mematikan jentik nyamuk dibandingkan dengan serotipe lain. Perbedaan patogenisitas dapat juga disebabkan oleh banyak sedikitnya toksin (kristal) bakteri yang termakan oleh jentik serta disebabkan pula oleh per bedaan serotipe. Walaupun jumlah sel dan spora hi dup tidak sama pada kedua isolat B. thuringiensis H-10 galur lokal, hal ini tidak merupakan prinsp. Yang lebih penting adalah toksisitas (bioassay test) dari bakteri ter se but dalam menentukan aktivitas larvasidanya. Hal ini didukung pula oleh Bulla dkk dalam Blondine dan Damar, 2000 yang menyatakan bahwa hasil pengujian toksisitas lebih penting untuk menentukan aktivitas larvasidanya. Toksisitas residual isolat KT dan PS terhadap jentik Ae. aegypti dan An. aconitus instar IIII akhir dalam wadah plastik masing-masing pada konsentrasi LC90 hanya bertahan lebih dari 70 % sekitar 4-5 hari diban dingkan B. thuringiensis H-14 galur lokal yang sampai 13 hari. Perbedaan tersebut dapat disebabkan oleh ke rentanan serangga sasaran terhadap toksin serta kemampuan cairan usus untuk melarutkan kristal protein toksin. Untuk memperoleh efek residual yang optimal terhadap jentik vektor demam berdarah maupun malaria, maka faktor lingkungan, kondisi alamiah air, bentuk formulasi, pembuangan dan penambahan air pada tempat pembiakan jentik juga merupakan faktor yang dapat berpengaruh pada aktivitas larvisial B. thuringiensis. Walaupun bakteri B. thuringiensis H-10 dengan bentuk kristal tidak beraturan. dapat mematikan jentik nyamuk akan tetapi untuk meningkatkan keefektifan dari bakteri ini perlu diperhatikan beberapa hal seperi bentuk formulasi, kemurnian dari bakteri tersebut. Bentuk formulasi dari bakteri tersebut berpengaruh khususnya pada tingkat sedimentasi/pengendapan yang merupakan sasaran makan jentik yang diuji. Berdasarkan penelitian ini iso lat B. thuringiensis serotipe 10 akan dikembangkan lebih lanjut di laboratorium untuk kemudian digunakan dalam pengendalian jentik nyamuk di lapangan. Kesimpulan dan Saran Kesimpulan Efikasi B. thuringiensis H-10 isolat KT sebesar 50 % dan 90 % terhadap jentik Ae. aegypti dan An. aconitus berturut-turut pada konsentrasi 148,95 ppm dan 341,21 ppm serta 49,44 ppm dan 147,07 ppm mampu mematikan jentik Ae. aegypti berturut-turut sebesar 50 % dan 90 %. Bacillus thuringiensis H-10 (isolat PS) pada konsentrasi 159,98 ppm dan 341,91 ppm serta konsentrasi 50,84 ppm dan 141,46 ppm berturut-turut dapat mematikan jentik Ae. aegypti dan An. aconitus sebesar 50 % dan 90 %. Jumlah sel hidup B. thuringiensis H-10 isolat KT dan PS berturut-turut sebesar 10,7 x 10 7 sel/ml dan 9,3 x 10 7 sel/ml. Sedangkan masing-masing mempunyai jumlah spora sebesar 10,5 x 10 7 spora/ml dan 10,1 x 10 7 spora/ml. Toksisitas residual isolat B. thuringiensis H-10 (isolat KT) dan (isolat PS) terhadap jentik Ae. aegypti 32 Jurnal Vektora Vol. V No. 1, Juni 2013

6 instar III akhir menunjukkan persentase kematian lebih besar dari 70 % berturut-turut pada hari ke 5 dan ke 4. Sedangkan isolat B. thuringiensis H-10 (isolat KT) dan isolat PS dengan terhadap jentik An. aconitus instar III akhir menunjukkan persentase kematian lebih besar dari 70 % berturut-turut pada hari ke 4. Saran Penelitian ini perlu dilanjutkan untuk membuat formulasi B. thuringiensis H-10 dalam bentuk cair dan bubuk (powder) agar dapat meningkatkan daya bunuh. Ucapan terima kasih Dengan selesainya penelitian ini kami mengucapkan terima kasih kepada Kepala Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Vektor dan Reservoir Penyakit di Salatiga, Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Semarang, Kabupaten Magelang dan Kabupaten Kulon Progo berserta stafnya yang telah membantu dalam pelaksanaan penelitian ini. Ucapan terima kasih, kami sampaikan juga kepada semua pihak yang telah aktif membantu dalam pelaksanaan penelitian ini. Daftar Pustaka 1. Blondine Ch.P Patogenisitas 2 Formulasi (bubuk dan cair) dari Bacillus thuringiensis H-14 Galur Lokal Terhadap Jentik Anopheles aconitus dan Culex quinquefasciatus di dalam Laboratorium. Jurnal Kedokteran YARSI. 11(3): Blondine Ch. P, Widyastuti U, Widiarti, Sukarno, Subiantoro.1998/1999. Uji Serologi Isolat Bacillus thuringiensis dan Patogenisitasnya Terhadap Jentik Nyamuk Vektor 3. Buletin Penelitian Kesehatan. 26 (2 &3): Blondine Ch.P Efikasi Formulasi Cair dan Toksisitas Residual dari Galur Lokal Bacillus thuringiensis H-14 dan Vectobac 12 AS (Bt H-14) Terhadap Jentik Anopheles maculatus (penelitian laboratorium). 10(3); Blondine Ch..P. dan Damar T.B Pengendalian Vektor (Larva) Demam Berdarah Dengue, Malaria dan Filariasis Menggunakan Strain Lokal Bacillus thuringiensis varietas israelensis. Jurnal Kedokteran YARSI. 8(1), Chilcott, C.W, Wigley P.J Technical note an Improved Method for Differential Staining of Bacillus thuringiensis crystals. Letters in Applied Microbio logy. 7: DepKes RI WHO. Pencegahan dan Penanggulangan Penyakit Demam Dengue dan Demam Berdarah Dengue, Jakarta. 8. Finney, D.J., Probit Analysis, 3rd, ed., Cambridge Univ. Press. London. 9. Kemas, A.H Rancangan Percobaan Teori dan Aplikasi. Rajawali Press, Jakarta. 10. Leodegario E. Padua, Michio Ohba, Keio Aizawa The Isolate of Bacillus thuringiensis Serotype 10 with a Highly Preferential Toxicity to Mosquito Larvae, Journal of Invertebrata Pathology. 36: Mulla, M.S., Darwazeh, A.M., C. Aly, Laboratory and Field Studies on New Formulations of Two Microbial Control Agent Mosquitoes. Bull Soc.Vector Ecol. 11(2) : Nasir, M Metode Penelitian, Ghalia Indonesia, Jakarta, Soesanto, Prospek Bacillus thuringiensis dalam Pengendalian Hama, Kumpulan Makalah Seminar Bacillus thuringiensis, Komisi Pestisida, Departemen Pertanian,Jakarta. 14. WHO Data Sheet on the Biologial Control Agent Bacillus thuringiensis serotype H-14. WHO/ VBC/ WHO Informal Consultation of Bacterial Formulations for Cost Effective Vector Control in Ende mic Area. WHO/VBC? Jurnal Vektora Vol. V No. 1, Juni

Lulus Susanti dan Blondine Ch.P Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Vektor dan Reservoir Penyakit Jl. Hasanudin No.

Lulus Susanti dan Blondine Ch.P Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Vektor dan Reservoir Penyakit Jl. Hasanudin No. EFIKASI Bacillus thuringiensis H-14 YANG DIBIAKAN DALAM MEDIA KELAPA PADA PENYIMPANAN SUHU KAMAR DAN REFRIGERATOR (SUHU 4 C) TERHADAP VEKTOR DBD DAN MALARIA Lulus Susanti dan Blondine Ch.P Balai Besar

Lebih terperinci

PENGARUH ph AIR KELAPA TERHADAP PATOGENISITAS LARVASIDA Bacillus thuringiensis H-14 GALUR LOKAL PADA LARVA Aedes aegypti dan Aopheles aconitus

PENGARUH ph AIR KELAPA TERHADAP PATOGENISITAS LARVASIDA Bacillus thuringiensis H-14 GALUR LOKAL PADA LARVA Aedes aegypti dan Aopheles aconitus PENGARUH ph AIR KELAPA TERHADAP PATOGENISITAS LARVASIDA Bacillus thuringiensis H-14 GALUR LOKAL PADA LARVA Aedes aegypti dan Aopheles aconitus Blondine Ch.P dan Lulus Susanti Balai Besar Penelitian dan

Lebih terperinci

ARTIKEL. Blondine Ch.P*

ARTIKEL. Blondine Ch.P* ARTIKEL LAMA PENYIMPANAN GALUR LOKAL Bacillus thuringiensis H?14 DALAM BUAH KELAPA DAN UJIEFIKASINYA TERHADAP BERBAGAIJENTIK NYAMUK VEKTOR DI LABORATORIUM Blondine Ch.P* Abstract An investigation using

Lebih terperinci

ARTIKEL. Blondine Ch.P,* Lulus Susanti*

ARTIKEL. Blondine Ch.P,* Lulus Susanti* ARTIKEL PENGEMBANGBIAKAN Bacillus thuringiensis H-14 GALUR LOKAL PADA BERBAGAI MACAM PH MEDIA AIR KELAPA DAN TOKSISITASNYA TERHADAP JENTIK NYAMUK VEKTOR Aedes.aegypti DAN Anopheles aconitus Blondine Ch.P,*

Lebih terperinci

ARTIKEL. R.A. Yuniarti,* Blondine Ch.P.

ARTIKEL. R.A. Yuniarti,* Blondine Ch.P. ARTIKEL PENGEMBANGBIAKAN Bacillus thuringiensis H-14 GALUR LOKAL MENGGUNAKAN MEDIA AIR CUCIAN BERAS DAN PATOGENISITASNYA TERHADAP JENTIK Culex quinquefasciatus R.A. Yuniarti,* Blondine Ch.P. Abstrak Bacillus

Lebih terperinci

EFIKASI Bacillus thuringiensis H-14 ISOLAT SALATIGA SEDIAAN BUBUK DAN CAIR TERHADAP JENTIK Culex quinquefasciatus

EFIKASI Bacillus thuringiensis H-14 ISOLAT SALATIGA SEDIAAN BUBUK DAN CAIR TERHADAP JENTIK Culex quinquefasciatus Efikasi Bacillus Thuringiensis H-14... (Yusnita M. Anggraeni, et. al) EFIKASI Bacillus thuringiensis H-14 ISOLAT SALATIGA SEDIAAN BUBUK DAN CAIR TERHADAP JENTIK Culex quinquefasciatus Yusnita M. Anggraeni,

Lebih terperinci

PENGENDALIAN JENTIK NYAMUK VEKTOR DEMAM BERDARAH, MALARIA DAN FILARIASIS MENGGUNAKAN STRAIN LOKAL BACILLUS THURINGZENSZS H-14

PENGENDALIAN JENTIK NYAMUK VEKTOR DEMAM BERDARAH, MALARIA DAN FILARIASIS MENGGUNAKAN STRAIN LOKAL BACILLUS THURINGZENSZS H-14 PENGENDALIAN JENTIK NYAMUK VEKTOR DEMAM BERDARAH, MALARIA DAN FILARIASIS MENGGUNAKAN STRAIN LOKAL BACILLUS THURINGZENSZS H-14 ABSTRACT Blondine c~.p*, Rendro ~ianto' dan Sukarno* THE MOSQUITO LARVAE CONTROL

Lebih terperinci

merupakan salah satu vektor limphatik quinquefasciatus telah diupayakan dengan

merupakan salah satu vektor limphatik quinquefasciatus telah diupayakan dengan EFIKASI LARVASIDA BERBAHAN AKTIF BENZOYL PHENIL UREA SEBAGAI INSECT GROWTH REGULATOR TERHADAP LARVA Culex quinquefasciatus DI LABORATORIUM Siti Alfiah, Riyani Setiyaningsih Balai Besar Penelitian dan Pengembangan

Lebih terperinci

ISOLASI BACILLUS THURINGIENSIS DARI LARVA DAN PENGUJIAN PATOGENISITASNYA TERHADAP LARVA NYAMUK VEKTOR

ISOLASI BACILLUS THURINGIENSIS DARI LARVA DAN PENGUJIAN PATOGENISITASNYA TERHADAP LARVA NYAMUK VEKTOR ISOLASI BACILLUS THURINGIENSIS DARI LARVA DAN PENGUJIAN PATOGENISITASNYA TERHADAP LARVA NYAMUK VEKTOR Blondine Ch. P *, Umi Widyastuti *, dan Widiarti * ABSTRACT A study to evaluate pathogenic organisms

Lebih terperinci

ARTIKEL. PENGENDALIAN VEKTOR DBD Aedes aegypti MENGGUNAKAN Bacillus thuringiensis H-14 GALUR LOKAL FORMULASI BUBUK (POWDER) DIKOTA SALATIGA

ARTIKEL. PENGENDALIAN VEKTOR DBD Aedes aegypti MENGGUNAKAN Bacillus thuringiensis H-14 GALUR LOKAL FORMULASI BUBUK (POWDER) DIKOTA SALATIGA ARTIKEL PENGENDALIAN VEKTOR DBD Aedes aegypti MENGGUNAKAN Bacillus thuringiensis H-14 GALUR LOKAL FORMULASI BUBUK (POWDER) DIKOTA SALATIGA Blondine Ch,P,* Damar T.B* Abstrak Efektivitas Bacillus bubuk

Lebih terperinci

LAPORAN PENELITIAN ANALISIS EFEKTIVITAS PEMBIAYAAN SEDIAAN BIOLARAS DALAM RANGKA KEMANDIRIAN BAHAN BAKU BIOLARVASIDA

LAPORAN PENELITIAN ANALISIS EFEKTIVITAS PEMBIAYAAN SEDIAAN BIOLARAS DALAM RANGKA KEMANDIRIAN BAHAN BAKU BIOLARVASIDA LAPORAN PENELITIAN ANALISIS EFEKTIVITAS PEMBIAYAAN SEDIAAN BIOLARAS DALAM RANGKA KEMANDIRIAN BAHAN BAKU BIOLARVASIDA Yusnita Mirna Anggraeni, Selma Siahaan, Esti Rahardianingtyas, Wening Wijayanti, Revi

Lebih terperinci

Abstract. Keywords : toxicity, Bacillus thuringiensis israelensis, cassava juice, Aedes aegypti. Pendahuluan

Abstract. Keywords : toxicity, Bacillus thuringiensis israelensis, cassava juice, Aedes aegypti. Pendahuluan STUDI LABORATORIUM UJI TOKSISITAS ISOLAT Bacillus thuringiensisisraelensis DALAM MEDIA AIR PERASAN SINGKONG TERHADAP LARVA NYAMUK Aedes aegypti Wulan Kusuma Jati Email : wulankusumajati@gmail.com Abstract

Lebih terperinci

Naskah masuk :04 April 2016 Revisi I : 01 September 2016 Revisi II : 12 Oktober 2016 Naskah Diterima :16 Maret 2017

Naskah masuk :04 April 2016 Revisi I : 01 September 2016 Revisi II : 12 Oktober 2016 Naskah Diterima :16 Maret 2017 Efikasi Bacillus thuringiensis israelensis yang... (Reni Yunus, et. al) Efikasi Bacillus thuringiensis israelensis Yang Ditumbuhkan Pada Media Air Cucian Beras Mekongga Terhadap Larva Aedes aegypti Strain

Lebih terperinci

Hasan Boesri dan Damar Tri Boewono Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Vektor dan Reservoir Penyakit Salatiga

Hasan Boesri dan Damar Tri Boewono Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Vektor dan Reservoir Penyakit Salatiga PENGENDALIAN NYAMUK Aedes aegypti dan Culex quinquefasciatus DENGAN PENYEMPROTAN SISTEM PENGASAPAN (THERMAL FOGGING) MENGGUNAKAN INSEKTISIDA LADEN 500EC Hasan Boesri dan Damar Tri Boewono Balai Besar Penelitian

Lebih terperinci

JS V 31 (1), Juli 2013 SAIN VETERINER ISSN :

JS V 31 (1), Juli 2013 SAIN VETERINER ISSN : JS V 31 (1), Juli 2013 JURNAL SAIN VETERINER ISSN : 0126-0421 Uji Daya Bunuh Ekstrak Kristal Endotoksin Bacillus thuringiensis israelensis (H-14) terhadap Jentik Aedesaegypti, Anopheles aconitus dan Culexquinquefasciatus

Lebih terperinci

Pengaruh Ketinggian. (Lulus Susanti, Blondine Ch. P)

Pengaruh Ketinggian. (Lulus Susanti, Blondine Ch. P) Pengaruh Ketinggian. (Lulus Susanti, Blondine Ch. P) PENGARUH KETINGGIAN HABITAT KELAPA (Cocos nucifera) TERHADAP PENGEMBANGBIAKAN Bacillus thuringiensis H-14 DAN TOKSISITASNYA TERHADAP JENTIK (Anopheles

Lebih terperinci

Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Yogyakarta, 2 Bagian Parasitologi Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Yogyakarta, 2 Bagian Parasitologi Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Yogyakarta Perbandingan Efektivitas Bacillus thuringiensis israelensis (Bti) terhadap Larva Aedes aegypti Laboratorium dan Daerah Endemik Demam Berdarah di Yogyakarta The Comparison of Bacillus thuringiensis israelensis

Lebih terperinci

UJI SEROLOGI ISOLAT BACILLUS THURINGIENSIS DAN PATOGENISITASNYA TERHADAP JENTIK NYAMUK VEKTOR'

UJI SEROLOGI ISOLAT BACILLUS THURINGIENSIS DAN PATOGENISITASNYA TERHADAP JENTIK NYAMUK VEKTOR' ABSTRACT UJI SEROLOGI ISOLAT BACILLUS THURINGIENSIS DAN PATOGENISITASNYA TERHADAP JENTIK NYAMUK VEKTOR' BIondine Ch.P.*, Widyastuti u.*, ~idiarti*, Sukarno* dan Subiantoro* SEROLOGY TEST OF BACILLUS THURINGIENSIS

Lebih terperinci

Pengaruh Pengasapan (Thermal Fogging) Insektisida Piretroid (Malation 95%) Terhadap Nyamuk Aedes aegypti dan Culex quinquefasciatus di Pemukiman

Pengaruh Pengasapan (Thermal Fogging) Insektisida Piretroid (Malation 95%) Terhadap Nyamuk Aedes aegypti dan Culex quinquefasciatus di Pemukiman Pengaruh Pengasapan (Thermal Fogging) Insektisida Piretroid (Malation 95%) Terhadap Nyamuk Aedes aegypti dan Culex quinquefasciatus di Pemukiman Hasan Boesri 1, Damar Tri Boewono 1 Abstracts. The evaluation

Lebih terperinci

UJI EFIKASI LARVISIDA BERBAHAN AKTIF PYRIPROXYFEN SEBAGAI INSECT GROWTH REGULATOR (IGR) TERHADAP LARVA Anopheles aconitus DI LABORATORIUM

UJI EFIKASI LARVISIDA BERBAHAN AKTIF PYRIPROXYFEN SEBAGAI INSECT GROWTH REGULATOR (IGR) TERHADAP LARVA Anopheles aconitus DI LABORATORIUM UJI EFIKASI LARVISIDA BERBAHAN AKTIF PYRIPROXYFEN SEBAGAI INSECT GROWTH REGULATOR (IGR) TERHADAP LARVA Anopheles aconitus DI LABORATORIUM Siti Alfiah, Astri Maharani I.P & Damar Tri Boewono Balai Besar

Lebih terperinci

DI KABUPATEN DAN KOTA MAGELANG DAN PATOGENITAS TERHADAP JENTIK NYAMUK Aedes aegypti

DI KABUPATEN DAN KOTA MAGELANG DAN PATOGENITAS TERHADAP JENTIK NYAMUK Aedes aegypti Vektora Volume 6 Nomor 1, Juni 2014: 13-18 ISOLASI Bacillus thuringiensis DARI BERBAGAI HABITAT DI KABUPATEN DAN KOTA MAGELANG DAN PATOGENITAS TERHADAP JENTIK NYAMUK Aedes aegypti Esti Rahardianingtyas,

Lebih terperinci

Effectiveness of Storage Time Formulation of Bacillus Thuringiensis Against Aedes aegypti Larvae (Linnaeus, 1757)

Effectiveness of Storage Time Formulation of Bacillus Thuringiensis Against Aedes aegypti Larvae (Linnaeus, 1757) Effectiveness of Storage Time Formulation of Bacillus Thuringiensis Against Aedes aegypti Larvae (Linnaeus, 1757) Melanie 1*, Mia Miranti Rustama 2, Inriyani Sintia Sihotang 2 dan Hikmat Kasmara 2 1 Mahasiswa

Lebih terperinci

EFEKTIVITAS Bacillus thuringiensis H-14 STRAIN LOKAL DALAM BUAH KELAPA TERHADAP LARVA Anopheles sp dan Culex sp di KAMPUNG LAUT KABUPATEN CILACAP

EFEKTIVITAS Bacillus thuringiensis H-14 STRAIN LOKAL DALAM BUAH KELAPA TERHADAP LARVA Anopheles sp dan Culex sp di KAMPUNG LAUT KABUPATEN CILACAP EFEKTIVITAS Bacillus thuringiensis H-14 STRAIN LOKAL DALAM BUAH KELAPA TERHADAP LARVA Anopheles sp dan Culex sp di KAMPUNG LAUT KABUPATEN CILACAP THE EFFECTIVITY OF BACILLUS THURINGIENSIS H-14 LOCAL STRAIN

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara yang beriklim tropis, dimana negara

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara yang beriklim tropis, dimana negara I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara yang beriklim tropis, dimana negara dengan iklim tropis ini hanya memiliki dua musim, yaitu musim penghujan dan musim kemarau. Pergantian

Lebih terperinci

Peran Serta Masyarakat Secara Mandiri dalam Melestarikan Bacillus thuringiensis H-14 Galur Lokal dalam Buah Kelapa untuk

Peran Serta Masyarakat Secara Mandiri dalam Melestarikan Bacillus thuringiensis H-14 Galur Lokal dalam Buah Kelapa untuk JURNAL KEDOKTERAN YARSI 16 (1) : 033-038 Peran Serta Masyarakat Secara Mandiri dalam Melestarikan Bacillus thuringiensis H-14 Galur Lokal dalam Buah Kelapa untuk Mengendalikan Jentik Anopheles sp di Kampung

Lebih terperinci

UJI EFIKASI REPELEN X TERHADAP NYAMUK Aedes aegypti, Culex quinquefasciatus DAN Anopheles aconitus DI LABORATORIUM

UJI EFIKASI REPELEN X TERHADAP NYAMUK Aedes aegypti, Culex quinquefasciatus DAN Anopheles aconitus DI LABORATORIUM UJI EFIKASI REPELEN X TERHADAP NYAMUK Aedes aegypti, Culex quinquefasciatus DAN Anopheles aconitus DI LABORATORIUM Hadi Suwasono dan Blondine Ch. Pattipelohy Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Vektor

Lebih terperinci

ABSTRACT. Blondine ~H.P.', Yusniar A.*, Rendro w.* dan ~ukarno* Stasiun Penelitian Vektor Penyakit, Puslit Ekologi Kesehatan, Badan Litbangkes.

ABSTRACT. Blondine ~H.P.', Yusniar A.*, Rendro w.* dan ~ukarno* Stasiun Penelitian Vektor Penyakit, Puslit Ekologi Kesehatan, Badan Litbangkes. UJI COBA STRAIN LOKAL BACILLUS THURINGIENSIS H-14 YANG DITUMBUHKAN DALAM MEDIA AIR KELAPA TERHADAP JENTIK NYAMUK ANOPHELES ACONITUS DAN CULEX PIPIENS QUINQUEFASCIA TUS PERANGKAP SENTINEL DI KOLAM KOTAMADIA

Lebih terperinci

1 Blondine Ch. P. dan Umi Widyastuti *

1 Blondine Ch. P. dan Umi Widyastuti * P E N C W DAN ISOLASI PATOGEN SERTA PENGUJIAN POTENSINYA SEBAGAI PENGENDALI JENTIK NYAMUK 1 Blondine Ch. P. dan Umi Widyastuti * ABSTRACT IDENTIFIU TIONAND ISOLATION OF PATHOGENS AND THEIR POTENCY IN THE

Lebih terperinci

Deny Silvina Pandy, Sang Gede Purnama, I Gede Sudiana PS. Ilmu Kesehatan Masyarakat, Universitas Udayana, Denpasar

Deny Silvina Pandy, Sang Gede Purnama, I Gede Sudiana PS. Ilmu Kesehatan Masyarakat, Universitas Udayana, Denpasar PKMT-2-14-1 PEMANFAATAN LIMBAH CAIR INDUSTRI PENGOLAHAN TAHU UNTUK MEMPRODUKSI SPORA BACILLUS THURINGIENSIS SEROVAR ISRAELENSIS DAN APLIKASINYA SEBAGAI BIOKONTROL LARVA NYAMUK ABSTRAK Deny Silvina Pandy,

Lebih terperinci

Hasan Boesri dan Damar Tri Boewono Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Vektor dan Reservoir Penyakit Jl. Hasanudin 123 Salatiga

Hasan Boesri dan Damar Tri Boewono Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Vektor dan Reservoir Penyakit Jl. Hasanudin 123 Salatiga PENGARUH PENGGUNAAN GLIKOL PADA INSEKTISIDA AQUA-K-OTHRINE 20 EW (b.a. Deltamethrin 21.9 g/l) TERHADAP NYAMUK Aedes aegypti dan Culex quinquefasciatus DENGAN METODA PENGASAPAN(Thermal Fogging) Hasan Boesri

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. post test only controlled group design. Reservoir Penyakit (B2P2VRP) Salatiga, Jawa Tengah.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. post test only controlled group design. Reservoir Penyakit (B2P2VRP) Salatiga, Jawa Tengah. BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian ini besifat eksperimental dengan rancangan penelitian the post test only controlled group design. B. Lokasi Penelitian Penelitian dilakukan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. tepat pada garis lintang khatulistiwa. Hal tersebut. manusia, melainkan merugikan bagi manusia karena

I. PENDAHULUAN. tepat pada garis lintang khatulistiwa. Hal tersebut. manusia, melainkan merugikan bagi manusia karena I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia secara geografis grafis terletak et pada a 60 LU - 110 LS dan 950 BT - 1410 BT dan berada tepat pada garis lintang khatulistiwa. Hal tersebut menyebabkan Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN UKDW. kesehatan masyarakat selama 41 tahun terakhir. Sejak tahun 1968 telah terjadi

BAB I PENDAHULUAN UKDW. kesehatan masyarakat selama 41 tahun terakhir. Sejak tahun 1968 telah terjadi 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Di Indonesia Demam Berdarah Dengue (DBD) telah menjadi masalah kesehatan masyarakat selama 41 tahun terakhir. Sejak tahun 1968 telah terjadi peningkatan persebaran

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Peneiltian Penelitian ini menggunakan eksperimen murni dengan metode post test only control group design. Desain penelitian ini dipilih karena perlakuannya dilakukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Serangga mempunyai berbagai peran di ekosistem yang oleh manusia

BAB I PENDAHULUAN. Serangga mempunyai berbagai peran di ekosistem yang oleh manusia BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Serangga mempunyai berbagai peran di ekosistem yang oleh manusia dikelompokan menjadi serangga yang menguntungkan atau merugikan. Serangga yang dianggap merugikan misalnya

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. penelitan the post test only control group design. 1) Larva Aedes aegypti L. sehat yang telah mencapai instar III

BAB III METODE PENELITIAN. penelitan the post test only control group design. 1) Larva Aedes aegypti L. sehat yang telah mencapai instar III 20 BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian ini bersifat eksperimental laboratorik dengan rancangan penelitan the post test only control group design. B. Lokasi Penelitian Penelitian ini

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan dari Bulan April sampai dengan Juni 2013, di

METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan dari Bulan April sampai dengan Juni 2013, di 17 III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian ini dilakukan dari Bulan April sampai dengan Juni 2013, di Laboratorium Mikrobiologi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas

Lebih terperinci

ABSTRAK. EFEKTIVITAS EKSTRAK ETANOL BUAH PARE (Momordica charantia) SEBAGAI LARVASIDA AEDES AEGYPTI

ABSTRAK. EFEKTIVITAS EKSTRAK ETANOL BUAH PARE (Momordica charantia) SEBAGAI LARVASIDA AEDES AEGYPTI ABSTRAK EFEKTIVITAS EKSTRAK ETANOL BUAH PARE (Momordica charantia) SEBAGAI LARVASIDA AEDES AEGYPTI Wilma Angela, 2009, Pembimbing I : Meilinah Hidayat,dr.,M.Kes. Pembimbing II : Sri Utami Sugeng, Dra.,

Lebih terperinci

STANDAR PENGASAPAN (THERMAL FOGGING) DAN PENGABUTAN (ULTRA LOW VOLUME) TERHADAP PERSENTASE KEMATIAN NYAMUK AEDES AEGYPTI DAN CULEX QUINQUEFASCIATUS

STANDAR PENGASAPAN (THERMAL FOGGING) DAN PENGABUTAN (ULTRA LOW VOLUME) TERHADAP PERSENTASE KEMATIAN NYAMUK AEDES AEGYPTI DAN CULEX QUINQUEFASCIATUS STANDAR PENGASAPAN (THERMAL FOGGING) DAN PENGABUTAN (ULTRA LOW VOLUME) TERHADAP PERSENTASE KEMATIAN NYAMUK AEDES AEGYPTI DAN CULEX QUINQUEFASCIATUS Hasan Boesri dan Damar Tri Boewono Balai Besar Penelitian

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat di negara negara

I. PENDAHULUAN. merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat di negara negara I. PENDAHULUAN A. Latar belakang Nyamuk Aedes aegypti merupakan salah satu vektor yang dapat menyebabkan penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD). Penyakit DBD merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian the post test only control group design. Yogyakarta pada tanggal 21 Desember Januari 2016.

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian the post test only control group design. Yogyakarta pada tanggal 21 Desember Januari 2016. BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian ini bersifat eksperimental laboratorik dengan rancangan penelitian the post test only control group design. B. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian

Lebih terperinci

Comparison of effectivity of abate usage models in Laboratory of Kesehatan Lingkungan Poltekkes Kemenkes Banjarmasin in 2011

Comparison of effectivity of abate usage models in Laboratory of Kesehatan Lingkungan Poltekkes Kemenkes Banjarmasin in 2011 Penelitian Jurnal Epidemiologi dan Penyakit Bersumber Binatang (Epidemiology and Zoonosis Journal) Vol. 4, No. 3, Juni 3 Hal : 3-43 Penulis :. Tien Zubaidah. Darmiah Korespondensi : P o l i t e k n i k

Lebih terperinci

Resistensi Malathion 0,8% dan Temephos 1% pada Nyamuk Aedes Aegypti Dewasa dan Larva di Kecamatan Buah Batu Kota Bandung

Resistensi Malathion 0,8% dan Temephos 1% pada Nyamuk Aedes Aegypti Dewasa dan Larva di Kecamatan Buah Batu Kota Bandung Prosiding Pendidikan Dokter ISSN: 2460-657X Resistensi Malathion 0,8% dan Temephos 1% pada Nyamuk Aedes Aegypti Dewasa dan Larva di Kecamatan Buah Batu Kota Bandung 1 Merty Dwi K, 2 Tini Rusmartini, 3

Lebih terperinci

Karakterisasi Bakteri Bacillus thuringiensis asal Hutan Lindung Kampus Uncen Jayapura, serta Deteksi Toksisitasnya terhadap Larva Nyamuk Anopheles

Karakterisasi Bakteri Bacillus thuringiensis asal Hutan Lindung Kampus Uncen Jayapura, serta Deteksi Toksisitasnya terhadap Larva Nyamuk Anopheles JURNAL BIOLOGI PAPUA ISSN: 2086-3314 Volume 4, Nomor 1 April 2012 Halaman: 19 24 Karakterisasi Bakteri Bacillus thuringiensis asal Hutan Lindung Kampus Uncen Jayapura, serta Deteksi Toksisitasnya terhadap

Lebih terperinci

UJI AKTIVITAS LARVASIDA EKSTRAK DAUN KELADI BIRAH (Alocasia indica Schott) TERHADAP LARVA NYAMUK Culex sp. ABSTRAK

UJI AKTIVITAS LARVASIDA EKSTRAK DAUN KELADI BIRAH (Alocasia indica Schott) TERHADAP LARVA NYAMUK Culex sp. ABSTRAK UJI AKTIVITAS LARVASIDA EKSTRAK DAUN KELADI BIRAH (Alocasia indica Schott) TERHADAP LARVA NYAMUK Culex sp. Mira Susanti*, Hadi Kuncoro, Laode Rijai Laboratorium Penelitian dan Pengembangan FARMAKA TROPIS,

Lebih terperinci

PEMANFAATAN AIR KELAPA DAN AIR RENDAMAN KEDELAI SEBAGAI MEDIA PERBANYAKAN BAKTERI Bacillus thuringiensis BARLINER

PEMANFAATAN AIR KELAPA DAN AIR RENDAMAN KEDELAI SEBAGAI MEDIA PERBANYAKAN BAKTERI Bacillus thuringiensis BARLINER ISSN 1411 0067 Jurnal Ilmu-Ilmu Pertanian Indonesia. Volume 9, No. 1, 2007, Hlm. 64-70 64 PEMANFAATAN AIR KELAPA DAN AIR RENDAMAN KEDELAI SEBAGAI MEDIA PERBANYAKAN BAKTERI Bacillus thuringiensis BARLINER

Lebih terperinci

Sang Gede Purnama, Deny Silvina Pandy, I Gd. Sudiana Program Studi Ilmu Kesehatan Masyarakat, Universitas Udayana

Sang Gede Purnama, Deny Silvina Pandy, I Gd. Sudiana Program Studi Ilmu Kesehatan Masyarakat, Universitas Udayana PEMANFAATAN LIMBAH CAIR INDUSTRI PENGOLAHAN TAHU UNTUK MEMPRODUKSI SPORA BACILLUS THURINGIENSIS SEROVAR ISRAELENSIS DAN APLIKASINYA SEBAGAI BIOKONTROL LARVA NYAMUK Sang Gede Purnama, Deny Silvina Pandy,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Malaria merupakan salah satu jenis penyakit yang masih menjadi masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. Malaria merupakan salah satu jenis penyakit yang masih menjadi masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Malaria merupakan salah satu jenis penyakit yang masih menjadi masalah kesehatan masyarakat di Indonesia dan salah satu prioritas program Millennium Development Goals

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Bahan

BAHAN DAN METODE. Bahan 9 BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Patologi Serangga, dan Laboratorium Fisiologi dan Toksikologi Serangga, Departemen Proteksi Tanaman, Fakultas Pertanian,

Lebih terperinci

Kata Kunci: Aedes aegypti, Ekstrak Buah Pare (Momordica Charantia)

Kata Kunci: Aedes aegypti, Ekstrak Buah Pare (Momordica Charantia) Ar kel Peneli an EFEKTIFITAS EKSTRAK BUAH PARE (Momordica Charan a) DALAM MEMATIKAN JENTIK AEDES AEGYPTI Diterima 13 Agustus 2015 Disetujui 12 September 2015 Dipublikasikan 1 Oktober 2015 Ilham Syam 1,

Lebih terperinci

Toksisitas Insektisida Organofosfat Dan Karbamat Terhadap Jentik Nyamuk Culex quinquefasciatus

Toksisitas Insektisida Organofosfat Dan Karbamat Terhadap Jentik Nyamuk Culex quinquefasciatus Toksisitas Insektisida Organofosfat Dan Karbamat Terhadap Jentik Nyamuk Culex quinquefasciatus Endang Puji A., Yuneu Yuliasih, Titin Delia, Marliah Santi Toxicities of Organophosphate and Carbamat Insecticide

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan metode eksperimental laboratorium. dengan Rancangan Acak Lengkap (RAL) atau completely randomized

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan metode eksperimental laboratorium. dengan Rancangan Acak Lengkap (RAL) atau completely randomized III. METODE PENELITIAN A. Rancangan Penelitian Penelitian ini menggunakan metode eksperimental laboratorium dengan Rancangan Acak Lengkap (RAL) atau completely randomized design yang terdiri dari 4 perlakuan

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Tanaman, serta Laboratorium Lapang Terpadu, Fakultas Pertanian, Universitas

III. BAHAN DAN METODE. Tanaman, serta Laboratorium Lapang Terpadu, Fakultas Pertanian, Universitas 13 III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Hama dan Penyakit Bidang Proteksi Tanaman, serta Laboratorium Lapang Terpadu, Fakultas Pertanian, Universitas

Lebih terperinci

POTENSI JAMUR ENTOMOPATOGEN METARHIZIUM ANISOPLIAE DAN BEAUVARIA BASSIANA DALAM PENGENDALIAN POPULASI AEDES AEGYPTI (LINNAEUS, 1762) FASE IMAGO

POTENSI JAMUR ENTOMOPATOGEN METARHIZIUM ANISOPLIAE DAN BEAUVARIA BASSIANA DALAM PENGENDALIAN POPULASI AEDES AEGYPTI (LINNAEUS, 1762) FASE IMAGO POTENSI JAMUR ENTOMOPATOGEN METARHIZIUM ANISOPLIAE DAN BEAUVARIA BASSIANA DALAM PENGENDALIAN POPULASI AEDES AEGYPTI (LINNAEUS, 1762) FASE IMAGO Melanie 1, Hikmat Kasmara 2,Zelan Dzulhimmatul Aliana 3,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Demam berdarah dengue (DBD) merupakan penyakit menular yang. disebabkan oleh virus dengue dan ditularkan oleh vektor nyamuk betina

I. PENDAHULUAN. Demam berdarah dengue (DBD) merupakan penyakit menular yang. disebabkan oleh virus dengue dan ditularkan oleh vektor nyamuk betina I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Demam berdarah dengue (DBD) merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh virus dengue dan ditularkan oleh vektor nyamuk betina Aedes aegypti. DBD ditunjukkan empat manifestasi

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. faktorial yang terdiri dari dua faktor dengan 4 kali ulangan. Faktor pertama adalah

BAB III METODE PENELITIAN. faktorial yang terdiri dari dua faktor dengan 4 kali ulangan. Faktor pertama adalah BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian Rancangan penelitian ini menggunakan RAL (Rancangan Acak Lengkap) faktorial yang terdiri dari dua faktor dengan 4 kali ulangan. Faktor pertama adalah

Lebih terperinci

EFIKASI KELAMBU BERINSEKTISIDA PERMANET VESTERGAARD - FRANDSEN YANG DIGUNAKAN UNTUK PEMBERANTASAN MALARIA DI DARAH ENDEMIS BUKIT MANOREH

EFIKASI KELAMBU BERINSEKTISIDA PERMANET VESTERGAARD - FRANDSEN YANG DIGUNAKAN UNTUK PEMBERANTASAN MALARIA DI DARAH ENDEMIS BUKIT MANOREH EFIKASI KELAMBU BERINSEKTISIDA PERMANET VESTERGAARD - FRANDSEN YANG DIGUNAKAN UNTUK PEMBERANTASAN MALARIA DI DARAH ENDEMIS BUKIT MANOREH Barodji dan Damar Tri Boewono Balai Besar Penelitian dan Pengembangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang. Nyamuk merupakan salah satu golongan serangga yang. dapat menimbulkan masalah pada manusia karena berperan

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang. Nyamuk merupakan salah satu golongan serangga yang. dapat menimbulkan masalah pada manusia karena berperan BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Nyamuk merupakan salah satu golongan serangga yang dapat menimbulkan masalah pada manusia karena berperan sebagai vektor penyakit seperti demam berdarah dengue (DBD),

Lebih terperinci

PEMANFAATAN DAUN PANDAN WANGI (Pandanus amaryllifolius Roxb) UNTUK MEMBUNUH LARVA Aedes aegypti ABSTRAK

PEMANFAATAN DAUN PANDAN WANGI (Pandanus amaryllifolius Roxb) UNTUK MEMBUNUH LARVA Aedes aegypti ABSTRAK PEMANFAATAN DAUN PANDAN WANGI (Pandanus amaryllifolius Roxb) UNTUK MEMBUNUH LARVA Aedes aegypti Astin Labuga 1), Helina Jusuf 2), Sunarto Kadir 3) 1 fakultas Ilmu-Ilmu Kesehatan Dan Keolahragaan, Universitas

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Bacillus thuringiensis merupakan salah satu bakteri patogen serangga yang

I. PENDAHULUAN. Bacillus thuringiensis merupakan salah satu bakteri patogen serangga yang 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bacillus thuringiensis merupakan salah satu bakteri patogen serangga yang telah dikembangkan menjadi salah satu bioinseksitisida yang patogenik terhadap larva nyamuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. utama di Asia Tenggara termasuk Indonesia. Pada tahun 2010, Indonesia UKDW

BAB I PENDAHULUAN. utama di Asia Tenggara termasuk Indonesia. Pada tahun 2010, Indonesia UKDW BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Demam berdarah dengue (DBD) telah menjadi masalah kesehatan utama di Asia Tenggara termasuk Indonesia. Pada tahun 2010, Indonesia menduduki urutan tertinggi kasus

Lebih terperinci

Hari Laksmi Santi *, Sang Gede Purnama Program Studi Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran Universitas Udayana *)

Hari Laksmi Santi *, Sang Gede Purnama Program Studi Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran Universitas Udayana *) Arc. Com. Health Juni 2016 ISSN: 2527-3620 Vol. 3 No. 1 : 14-23 UJI PATOGENITAS Bacillus thuringiensis var. israelensis TERHADAP LARVA NYAMUK Aedes sp. SEBAGAI BIOKONTROL PENYEBAB PENYAKIT DEMAM BERDARAH

Lebih terperinci

ABSTRAK. EFEKTIVITAS LARVISIDA EKSTRAK ETANOL KULIT MANGGIS (Garcinia mangostana L.) TERHADAP Aedes sp.

ABSTRAK. EFEKTIVITAS LARVISIDA EKSTRAK ETANOL KULIT MANGGIS (Garcinia mangostana L.) TERHADAP Aedes sp. ABSTRAK EFEKTIVITAS LARVISIDA EKSTRAK ETANOL KULIT MANGGIS (Garcinia mangostana L.) TERHADAP Aedes sp. Jericho Immanuela O., 2016; Pembimbing I : Dr. Rita Tjokropranoto, dr., M.Sc. Pembimbing II : Kartika

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Desain Penelitian pada penelitian ini adalah eksperimental dengan

III. METODE PENELITIAN. Desain Penelitian pada penelitian ini adalah eksperimental dengan 31 III. METODE PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Desain Penelitian pada penelitian ini adalah eksperimental dengan menggunakan rancangan acak lengkap (RAL) dengan pola post test only control group design.

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Rancangan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah

III. METODE PENELITIAN. Rancangan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah III. METODE PENELITIAN A. Rancangan Penelitian Rancangan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah eksperimental dengan menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL). B. Waktu dan Tempat Penelitian

Lebih terperinci

UJI RESISTENSI LARVA NYAMUK AEDES AEGYPTI TERHADAP ABATE (TEMEPHOS) 1% DI KELURAHAN MAYANG MANGURAI KOTA JAMBI PADA TAHUN 2016

UJI RESISTENSI LARVA NYAMUK AEDES AEGYPTI TERHADAP ABATE (TEMEPHOS) 1% DI KELURAHAN MAYANG MANGURAI KOTA JAMBI PADA TAHUN 2016 UJI RESISTENSI LARVA NYAMUK AEDES AEGYPTI TERHADAP ABATE (TEMEPHOS) % DI KELURAHAN MAYANG MANGURAI KOTA JAMBI PADA TAHUN 06 Angeline Fenisenda, Ave Olivia Rahman, Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan

Lebih terperinci

EFEKTIVITAS EKSTRAK DAUN PANDAN WANGI (Pandanus amaryllifolius Roxb.) DALAM MEMBUNUH LARVA Aedes aegypti

EFEKTIVITAS EKSTRAK DAUN PANDAN WANGI (Pandanus amaryllifolius Roxb.) DALAM MEMBUNUH LARVA Aedes aegypti EFEKTIVITAS EKSTRAK DAUN PANDAN WANGI (Pandanus amaryllifolius Roxb.) DALAM MEMBUNUH LARVA Aedes aegypti Skripsi ini Disusun untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memproleh Ijazah S1 Kesehatan Masyarakat Disusun

Lebih terperinci

JKMA. EFEKTIFITAS EKSTRAK BUAH PARE (Momordica Charantia) DALAM MEMATIKAN JENTIK AEDES AEGYPTI. Ilham Syam 1, Esse Puji Pawenrusi 1

JKMA. EFEKTIFITAS EKSTRAK BUAH PARE (Momordica Charantia) DALAM MEMATIKAN JENTIK AEDES AEGYPTI. Ilham Syam 1, Esse Puji Pawenrusi 1 Artikel Penelitian EFEKTFTAS EKSTRAK BUAH PARE (Momordica Charantia) DALAM MEMATKAN JENTK AEDES AEGYPT Diterima 13 Agustus 2015 Disetujui 12 September 2015 Dipublikasikan 1 Oktober 2015 lham Syam 1, Esse

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METDE PENELITIAN A. Jenis penelitian Penelitian ini merupakan jenis penelitian Eksperimen murni (Design Randomized Complete Blok) dengan rancangan post test only with control group design yaitu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. manusia melalui perantara vektor penyakit. Vektor penyakit merupakan artropoda

BAB I PENDAHULUAN. manusia melalui perantara vektor penyakit. Vektor penyakit merupakan artropoda BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Vector borne disease merupakan penyakit-penyakit yang ditularkan pada manusia melalui perantara vektor penyakit. Vektor penyakit merupakan artropoda yang dapat menularkan

Lebih terperinci

Pembimbing I : Dr. Rita Tjokropranoto, dr., M.Sc. Pembimbing II: Cherry Azharia, dr., M.Kes.

Pembimbing I : Dr. Rita Tjokropranoto, dr., M.Sc. Pembimbing II: Cherry Azharia, dr., M.Kes. ABSTRAK Efek Ekstrak Etanol Buah Apel Manalagi (Malus sylvestris Mill) Sebagai Larvisida Aedes sp. Ganesa Eka, 2016, Pembimbing I : Dr. Rita Tjokropranoto, dr., M.Sc. Pembimbing II: Cherry Azharia, dr.,

Lebih terperinci

Strategi Pemberantasan Nyamuk Aman Lingkungan: Potensi Bacillus thuringiensis Isolat Madura Sebagai Musuh Alami Nyamuk Aedes aegypti

Strategi Pemberantasan Nyamuk Aman Lingkungan: Potensi Bacillus thuringiensis Isolat Madura Sebagai Musuh Alami Nyamuk Aedes aegypti 1 Strategi Pemberantasan Nyamuk Aman Lingkungan: Potensi Bacillus thuringiensis Isolat Madura Sebagai Musuh Alami Nyamuk Aedes aegypti Safe Strategy to Control Mosquito: The Potential of Bacillus thuringiensis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara tropis terbesar di dunia. Iklim tropis menyebabkan timbulnya berbagai penyakit tropis yang disebabkan oleh nyamuk dan sering

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. masalah cukup besar yang menyangkut kesehatan masyarakat di negara-negara dengan

BAB 1 PENDAHULUAN. masalah cukup besar yang menyangkut kesehatan masyarakat di negara-negara dengan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Nyamuk pada umumnya dan Aedes aegypti pada khususnya merupakan masalah cukup besar yang menyangkut kesehatan masyarakat di negara-negara dengan iklim tropis termasuk

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis / Rancangan Penelitian dan Metode Pendekatan Jenis penelitian ini adalah explanatori research, dan pelaksanaanya menggunakan metode eksperimen murni, hal ini berfungsi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN UKDW. yang menjadi vektor dari penyakit Demam Berdarah ini dikenal dengan

BAB I PENDAHULUAN UKDW. yang menjadi vektor dari penyakit Demam Berdarah ini dikenal dengan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Nyamuk dikenal sebagai hewan yang menjadi vektor berbagai jenis penyakit. Salah satu penyakit yang penyebarannya melalui nyamuk adalah penyakit Demam Berdarah atau Demam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan masalah utama kesehatan masyarakat dan merupakan penyakit endemis di Indonesia. 1 Data Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah menunjukkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Serangga merupakan hewan yang paling banyak jumlah dan ragamnya di

BAB I PENDAHULUAN. Serangga merupakan hewan yang paling banyak jumlah dan ragamnya di BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Serangga merupakan hewan yang paling banyak jumlah dan ragamnya di muka bumi. Hampir 80% spesies hewan yang ada di bumi berasal dari kelas Insekta. Serangga telah ada

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Penyakit demam berdarah dengue (DBD) merupakann penyakit yang. berkaitan erat dengan kenaikan populasi vektor Aedes aegypty.

I. PENDAHULUAN. Penyakit demam berdarah dengue (DBD) merupakann penyakit yang. berkaitan erat dengan kenaikan populasi vektor Aedes aegypty. I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit demam berdarah dengue (DBD) merupakann penyakit yang berkaitan erat dengan kenaikan populasi vektor Aedes aegypty. Menurut Wijana, (1982) Ae. aegypty adalah satu-satunya

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Lokasi Pengambilan Sampel

BAHAN DAN METODE Lokasi Pengambilan Sampel BAHAN DAN METODE Lokasi Pengambilan Sampel Nyamuk untuk bahan uji dalam penelitian ini berasal dari telur Aedes aegypti yang diperoleh dari wilayah Jakarta Timur yang memiliki kasus demam berdarah tertinggi.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) masih me rupakan salah satu masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) masih me rupakan salah satu masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) masih me rupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat yang utama di Indonesia. Jumlah penderita dan luas daerah penyebarannya

Lebih terperinci

Perbandingan kematian nyamuk Aedes Aegypti pada penyemprotan Aerosystem menggunakan Bifenthrin dengan sistem Thermal Fogging menggunakan Malathion

Perbandingan kematian nyamuk Aedes Aegypti pada penyemprotan Aerosystem menggunakan Bifenthrin dengan sistem Thermal Fogging menggunakan Malathion Perbandingan kematian nyamuk Aedes Aegypti pada penyemprotan Aerosystem menggunakan Bifenthrin dengan sistem Thermal Fogging menggunakan Malathion Comparison of mortality in Aedes Aegypti mosquito on Bifenthrin

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan September - Oktober 2014 di

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan September - Oktober 2014 di III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan September - Oktober 2014 di Laboratorium Zoologi Jurusan Biologi Fakultas Matematika Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas

Lebih terperinci

BAB III METODE PERCOBAAN. Kelompok (RAK) Faktorial dengan 2 faktor perlakuan, yaitu perlakuan jenis

BAB III METODE PERCOBAAN. Kelompok (RAK) Faktorial dengan 2 faktor perlakuan, yaitu perlakuan jenis BAB III METODE PERCOBAAN 3.1 Rancangan Penelitian Rancangan yang digunakan dalam penelitian ini adalah Rancangan Acak Kelompok (RAK) Faktorial dengan 2 faktor perlakuan, yaitu perlakuan jenis isolat (HJMA-5

Lebih terperinci

UJI TOKSISITAS ISOLAT Bacillus thuringiensis dari Kabupaten Lahat, Palembang, Sumatera Selatan TERHADAP LARVA NYAMUK Culex sp.

UJI TOKSISITAS ISOLAT Bacillus thuringiensis dari Kabupaten Lahat, Palembang, Sumatera Selatan TERHADAP LARVA NYAMUK Culex sp. UJI TOKSISITAS ISOLAT Bacillus thuringiensis dari Kabupaten Lahat, Palembang, Sumatera Selatan TERHADAP LARVA NYAMUK Culex sp. Welianto Chandra, A. Wibowo Nugroho Jati., B. Boy Rahardjo Sidharta Program

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) adalah penyakit menular disebabkan oleh virus dengue dan ditularkan melalui gigitan aegypti dan albopictus. [1] Nyamuk ini bersifat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. banyak ditemukan didaerah tropis dan sub-tropis. Data dari seluruh dunia

BAB I PENDAHULUAN. banyak ditemukan didaerah tropis dan sub-tropis. Data dari seluruh dunia BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Demam berdarah dengue (DBD) merupakan masalah kesehatan yang banyak ditemukan didaerah tropis dan sub-tropis. Data dari seluruh dunia menunjukan Asia menempati urutan

Lebih terperinci

BAB I. Pendahuluan UKDW. data dari World Health Organization (WHO) bahwa dalam 50 tahun terakhir ini

BAB I. Pendahuluan UKDW. data dari World Health Organization (WHO) bahwa dalam 50 tahun terakhir ini BAB I Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Demam Berdarah Dengue (DBD) telah menjadi masalah kesehatan utama di negara - negara Asia Tenggara termasuk Indonesia. Hal ini diperkuat dengan data dari World Health

Lebih terperinci

EFEKTIVITAS LARVASIDA INSECT GROWTH REGULATOR (IGR) BERBAHAN AKTIF PYRIPROXIFEN 0.5%, TERHADAP JENTIK NYAMUK VEKTOR MALARIA Anopheles aconitus

EFEKTIVITAS LARVASIDA INSECT GROWTH REGULATOR (IGR) BERBAHAN AKTIF PYRIPROXIFEN 0.5%, TERHADAP JENTIK NYAMUK VEKTOR MALARIA Anopheles aconitus EFEKTIVITAS LARVASIDA INSECT GROWTH REGULATOR (IGR) BERBAHAN AKTIF PYRIPROXIFEN 0.5%, TERHADAP JENTIK NYAMUK VEKTOR MALARIA Anopheles aconitus KONDISI LABORATORIUM Damar Tri Boewono, Lulus Susanti, Hasan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. dengan menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan konsentrasi

BAB III METODE PENELITIAN. dengan menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan konsentrasi BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah eksperimental dengan menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan konsentrasi ekstrak ethanol

Lebih terperinci

BAB l PENDAHULUAN. manusia. Nyamuk yang memiliki kemampuan menularkan penyakit ini

BAB l PENDAHULUAN. manusia. Nyamuk yang memiliki kemampuan menularkan penyakit ini BAB l PENDAHULUAN A. Pendahuluan Nyamuk sering dikaitkan dengan masalah kesehatan karena gigitan nyamuk tidak hanya menimbulkan gatal saja tetapi beberapa spesies nyamuk juga dapat menularkan berbagai

Lebih terperinci

PENGARUH KEPADATAN DAN SPESIES JENTIK NYAMUK TERHADAP KEMAMPUAN MAKAN MESOCYCLOPS (COPEP0I)A : CYCLOPOIDA)*

PENGARUH KEPADATAN DAN SPESIES JENTIK NYAMUK TERHADAP KEMAMPUAN MAKAN MESOCYCLOPS (COPEP0I)A : CYCLOPOIDA)* PENGARUH KEPADATAN DAN SPESIES JENTIK NYAMUK TERHADAP KEMAMPUAN MAKAN MESOCYCLOPS (COPEP0I)A : CYCLOPOIDA)* RA. Yuniarti**, Umi Widyastuti** dan Sustriayu Nalim** THE INFLUENCE OF DENSITY AND SPECIES MOSQUITOES

Lebih terperinci

DAYA LARVASIDA EKSTRAK DAUN KEMANGI (OCIMUM CITRIODORUM) TERHADAP LARVA NYAMUK AEDES AEGYPTI

DAYA LARVASIDA EKSTRAK DAUN KEMANGI (OCIMUM CITRIODORUM) TERHADAP LARVA NYAMUK AEDES AEGYPTI DAYA LARVASIDA EKSTRAK DAUN KEMANGI (OCIMUM CITRIODORUM) TERHADAP LARVA NYAMUK AEDES AEGYPTI Fitri Nadifah, Anik Nuryati, Nurdina Irawati STIKES Guna Bangsa Yogyakarta ABSTRACT Background: Dengue fever

Lebih terperinci

APLIKASI INSEKTISIDA PORTAFOG 3,8PL (ALLETHRIN 3,8%) TERHADAP SERANGGA PENGGANGGU RUMAH TANGGA DAN VEKTOR PENYAKIT. Lulus Susanti dan Hasan Boesri

APLIKASI INSEKTISIDA PORTAFOG 3,8PL (ALLETHRIN 3,8%) TERHADAP SERANGGA PENGGANGGU RUMAH TANGGA DAN VEKTOR PENYAKIT. Lulus Susanti dan Hasan Boesri APLIKASI INSEKTISIDA PORTAFOG 3,8PL (ALLETHRIN 3,8%) TERHADAP SERANGGA PENGGANGGU RUMAH TANGGA DAN VEKTOR PENYAKIT Lulus Susanti dan Hasan Boesri BALAI BESAR PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN VEKTOR DAN RESERVOIR

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan November Proses ekstraksi

METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan November Proses ekstraksi 30 III. METODE PENELITIAN A. Rancangan Penelitian Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimental dengan menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL). B. Waktu dan Tempat

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Zoologi Jurusan Biologi Fakultas

METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Zoologi Jurusan Biologi Fakultas III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Zoologi Jurusan Biologi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Lampung pada bulan Januari

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis / Rancangan Penelitian dan Metode Pendekatan Penelitian ini merupakan jenis penelitian explanatory research yaitu menjelaskan hubungan antara variabel melalui pengujian

Lebih terperinci

PERBEDAAN PENGARUH ANTARA CHLORPYRIFOS DENGAN LAMDA SIHALOTRIN TERHADAP KEMATIAN NYAMUK Aedes aegypti. Yadi ABSTRAK

PERBEDAAN PENGARUH ANTARA CHLORPYRIFOS DENGAN LAMDA SIHALOTRIN TERHADAP KEMATIAN NYAMUK Aedes aegypti. Yadi ABSTRAK PERBEDAAN PENGARUH ANTARA CHLORPYRIFOS DENGAN LAMDA SIHALOTRIN TERHADAP KEMATIAN NYAMUK Aedes aegypti Yadi ABSTRAK Penyakit menular melalui vektor merupakan masalah kesehatan masyarakat yang belum dapat

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 40 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. HASIL 1. Uji Efektivitas Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Zoologi dan Laboratorium Kimia Organik Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA) Universitas

Lebih terperinci

ABSTRAK. EFEK LARVASIDA INFUSA DAUN GANDARUSA (Justicia gendarussa Burm. f.) TERHADAP Aedes sp. SEBAGAI VEKTOR DEMAM BERDARAH DENGUE

ABSTRAK. EFEK LARVASIDA INFUSA DAUN GANDARUSA (Justicia gendarussa Burm. f.) TERHADAP Aedes sp. SEBAGAI VEKTOR DEMAM BERDARAH DENGUE ABSTRAK EFEK LARVASIDA INFUSA DAUN GANDARUSA (Justicia gendarussa Burm. f.) TERHADAP Aedes sp. SEBAGAI VEKTOR DEMAM BERDARAH DENGUE Selly Laurencia Rudolfo, 2014 ; Pembimbing : Rita Tjokropranoto, dr.,m.sc.

Lebih terperinci