BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang"

Transkripsi

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tulisan ini akan membahas peran Relawan Demokrasi segmen difabel kota Yogyakarta dalam memberikan sosialisasi pada pemilih pemula difabel khususnya penyandang tuna grahita (penyandang tuna mental). Relawan Demokrasi sendiri merupakan kelompok yang dibentuk oleh Komisi Pemilihan Umum dalam rangka meningkatkan kualitas pemilu Menurunnya angka partisipasi pemilih pada beberapa periode pelaksanaan pemilihan umum menjadi salah satu alasan pembentukan Relawan Demokrasi. Jika dilihat partisipasi pemilih mengalami penurunan, pada pemilu nasional 2004 pemilih hanya mencapai 84% dan pemilu 2009 sejumlah 71%. 1 Sementara di Kota Yogyakarta sendiri partisipasi pemilih pada pemilu 2004 berkisar 82% 2 dan pada tahun 2009 hanya sekitar 66,54% 3 Menurunnya partisipasi pemilih tersebut membuat KPU Kota Yogyakarta menugaskan Relawan Demokrasi untuk menjalankan agenda sosialisasi dan pendidikan pemilih pada pemilu 2014 demi meningkatkan kualitas pemilu. Pada dasarnya program Relawan Demokrasi yang digagas oleh KPU melibatkan kelompok masyarakat yang berasal dari 5 segmen yang dianggap strategis, diantaranya adalah segmen pemilih pemula, segmen perempuan, segmen difabel, segmen agama, dan segmen pinggiran. Namun dalam hal ini penulis ingin melihat lebih mendalam pada salah satu segmen Relawan Demokrasi yaitu segmen difabel. Relawan Demokrasi segmen difabel adalah kelompok yang secara khusus memberikan sosialisasi kepada penyandang difabel. Perlu 1 Komisi Pemilihan Umum, Petunjuk Pelaksanaan Program Relawan Demokrasi Pemilu Tahun Partisipasi Pemilih Kota Yogya Terendah, dilihat pada 8 Juni Dalam, LIH%20DAN%20TIDAK.pdf, dilihat pada 11 November

2 dijelaskan dalam hal ini istilah difabel (people with different ability) merupakan kata ganti dari penyebutan cacat pada seseorang. Sedangkan penyandang difabel adalah seseorang yang mengalami kesulitan dalam kehidupan pribadi, keluarga, masyarakat baik di bidang ekonomi, sosial maupun psikologis yang disebabkan oleh ketidaknormalan psikis, fisiologis, maupun tubuh dan ketidakmampuannya dalam mengatasi masalah yang dihadapi. 4 Terdapat beberapa macam kecacatan pada penyandang difabel terdiri dari penyandang cacat fisik, penyandang cacat mental, dan penyandang cacat fisik dan mental. 5 Terdapat beberapa dasar hukum yang melandasi hak politik difabel yaitu dalam Undang-undang No.4 Tahun 1997 Tentang Penyandang Cacat pasal 1 yang menyebutkan bahwa: 1. Penyandang cacat adalah setiap orang yang mempunyai kelainan fisik dan/atau mental, yang dapat mengganggu atau merupakan rintangan dan hambatan baginya untuk melakukan secara selayaknya, yang terdiri dari : a. penyandang cacat fisik; b. penyandang cacat mental; c. penyandang cacat fisik dan mental. 2. Derajat kecacatan adalah tingkat berat ringannya keadaan cacat yang disandang seseorang. 3. Kesamaan kesempatan adalah keadaan yang memberikan pe-luang kepada penyandang cacat untuk mendapatkan kesempatan yang sama dalam segala aspek kehidupan dan penghidupan. 4. Aksesibilitas adalah kemudahan yang disediakan bagi penyandang cacat guna mewujudkan kesamaan kesempatan dalam segala aspek kehidupan dan penghidupan. 4 PRSBD Prof. Dr. Soeharsono, Booklet Ministry Of Social Affairs the National Rehabilitation Centre for the Physically Handicapped Persons, PRSBD Surakarta, 1997, h Undang-Undang No. 4 Tahun 1997 Tentang Penyandang Cacat 2

3 5. Rehabilitasi adalah proses refungsionalisasi dan pengembangan untuk memungkinkan penyandang cacat mampu melaksanakan fungsi sosialnya secara wajar dalam kehidupan masyarakat. 6. Bantuan sosial adalah upaya pemberian bantuan kepada penyandang cacat yang tidak mampu yang bersifat tidak tetap, agar mereka dapat meningkatkan taraf kesejahteraan sosialnya. 7. Pemeliharaan taraf kesejahteraan sosial adalah upaya perlindung-an dan pelayanan yang bersifat terus menerus, agar penyandang cacat dapat mewujudkan taraf hidup yang wajar. Selanjutnya dipertegas pada pasal 5 mengenai hak penyandang difabel yaitu: Setiap penyandang cacat mempunyai hak dan kesempatan yang sama dalam segala aspek kehidupan dan penghidupan. Pada pasal ini yang dimaksud dengan aspek kehidupan dan penghidupan yaitu meliputi antara lain aspek agama, kesehatan, pendidikan, sosial, ketenagakerjaan, ekonomi, pelayanan umum, hukum, budaya, politik, pertahanan, olahraga, rekreasi dan informasi. Sehingga penyandang difabel baik fisik ataupun mental memiliki hak dan kesempatan sama dalam politik. Sementara dalam pasal 19 Undang-undang No.12 Tahun 2012 Tentang Pemilihan Umum Legislatif menyebutkan bahwa: 1. Warga Negara Indonesia yang pada hari pemungutan suara telah genap berumur 17 (tujuh belas) tahun atau lebih atau sudah/pernah kawin mempunyai hak memilih. 2. Warga Negara Indonesia sebagaimana dimaksud pada ayat (1) didaftar 1 (satu) kali oleh penyelenggara Pemilu dalam daftar Pemilih. Sehingga dapat disimpulkan bahwa penyandang difabel baik fisik ataupun mental memiliki hak dan kesempatan yang sama sebagai warga negara dalam pelaksanaan pemilu. Penyelenggaraan pemilu merupakan sarana dalam menghasilkan pemimpin negara atau wakil rakyat yang mempunyai wewenang mengatur jalannya pemerintahan, termasuk juga penyandang difabel yang pada akhirnya 3

4 akan menjadi bagian penerima manfaat dari program dan kebijakan pemerintah. Bila penyandang difabel ikut berpartisipasi dalam pemilu, berarti mereka juga ikut mengambil pengaruh dalam memilih pemimpin/wakil rakyat. Sementara pada pelaksanaan pemilu, penyandang difabel masih mengalami kendala dalam tata cara memilih. Seperti surat suara yang masih sulit digunakan oleh penyandang tuna netra. Sedangkan penyelenggaraan pemilu 2014 mengalami perubahan dalam tata cara pemberian suara dari pemilu sebelumnya, namun di sisi lain pemahaman penyandang tuna grahita tentang format penyelenggaraan pemilu masih relatif terbatas. Tidak sedikit penyandang tuna grahita yang belum bisa menentukan pilihan atas partai politik maupun pilihan atas calon legislatif yang dipandang bisa mewakili aspirasinya ataupun mengetahui peserta pemilu. Pentingnya peran Relawan Demokrasi dalam menjalankan tugas menurut pandangan penulis merupakan hal menarik untuk diteliti karena kelompok sasaran yang dituju memiliki ciri yang berbeda dan perlu pendekatan yang berbeda pula untuk dapat masuk ke dalam kelompok tersebut. Hal ini yang kemudian menimbulkan pertanyaan, apakah Relawan Demokrasi segmen difabel mampu memberikan sosialisasi yang sesuai kepada penyandang tuna grahita? Kesadaran akan pentingnya hak memilih tentunya menjadi tantangan Relawan Demokrasi segmen difabel Kota Yogyakarta dalam melakukan sosialisasi semaksimal mungkin kepada penyandang tuna grahita. Apalagi dalam pemilihan legislatif pemilih dihadapkan pada empat surat suara yang harus digunakan dalam proses pemilihan. Penyandang tuna grahita membutuhkan pengarahan khusus yang berbeda dengan pemilih lainnya. Relawan Demokrasi dalam memberikan sosialisasi pemilu harus dapat meyakinkan mereka untuk terlibat aktif dalam pemilu dan memahami pentingnya pemilu dalam demokrasi. Di sisi lain penyandang difabel memiliki kesensitifan pada keterbatasan diri mereka jika sosialisasi dilakukan oleh individu yang dianggap normal. Hal inilah yang kemudian menjadikan penulis tertarik untuk mengkaji lebih dalam untuk melihat peran Relawan Demokrasi segmen difabel dalam mensosialisasikan pemilu pada penyandang tuna grahita yang dilakukan di beberapa Sekolah Luar 4

5 Biasa (SLB C) Kota Yogyakarta. 6 Penyandang tuna grahita dalam penelitian ini adalah seseorang yang memiliki kemampuan intelektual dibawah rata-rata, lemah mental atau gangguan mental. 7 Penyandang tuna grahita yang bersekolah di SLB pun masih jarang menerima isu-isu seputar pemilu ataupun pendidikan politik. Alasan tersebut menjadikan penulis memilih lokus penyandang tuna grahita di beberapa SLB. Sebab mata pelajaran yang diterima penyandang tuna grahita lebih mengarah pada pelatihan ketrampilan (pelajaran akademis 40% dan ketrampilan (non-akademis) 60% pada SMPLB dan SMALB) dan kurikulum yang digunakan berbeda dengan kurikulum sekolah pada umumnya. Sementara mayoritas dari mereka juga baru pertama kali mengikuti pemilu. Kemudahan dalam mengakses informasi secara lebih mendalam dengan melibatkan guru/ pihak sekolah juga menjadi alasan penulis untuk memilih lokasi di SLB. Beberapa sekolah yang menjadi sasaran oleh Relawan Demokrasi diantaranya adalah SLBN 1 Yogyakarta, SLBN 2 Yogyakarta, SLBN Pembina, SLB Dharma Rena Ring Putra 1 dan SLB Dharma Rena Ring Putra 2. Beberapa sekolah tersebut juga yang akan menjadi lokasi dalam penelitian ini. Penelitian lain dengan tema serupa yang juga pernah dilakukan ialah penelitian yang dilakukan oleh Agustina Rukmindani Trisini, dengan judul Peran Gereja Dalam Proses Sosialisasi Pemilu Tulisan tersebut menganalisis peran gereja dalam proses sosialisasi sesuai dengan ajaran agama yang dilakukan oleh tokoh agama. Perbedaan tulisan ini dengan penelitian terdahulu yaitu dalam penelitian ini difokuskan untuk melihat upaya sosialisasi yang dilakukan oleh Relawan Demokrasi pada penyandang tuna grahita, dan juga penulis melihat dampak yang dirasakan oleh penyandang tuna grahita pasca sosialisasi. B. Rumusan Masalah Dari uraian latar belakang diatas, maka kajian ini difokuskan untuk mengetahui lebih jauh mengenai peran Relawan Demokrasi segmen difabel yang 6 SLB C adalah Sekolah Luar Biasa yang khusus untuk mendidik penyandang tuna grahita. 7 S. Somantri, Psikologi Anak Luar Biasa, Bandung Rafika Aditaman, 2006, h

6 ikut berusaha mensukseskan pemilu legislatif Maka penelitian ini ditujukan untuk menjawab pertanyaan: Bagaimana upaya Relawan Demokrasi dalam mensosialisasikan pemilu pada penyandang tuna grahita dalam pemilu legislatif 2014 di Kota Yogyakarta? C. Tujuan 1. Mengetahui peran Relawan Demokrasi dalam proses sosialisasi pemilu kepada pemilih tunagrahita. 2. Mengetahui keterlibatan pemilih tunagrahita dalam pemilu legislatif 2014 dari adanya sosialisasi pemilu. D. Kerangka Konsep Untuk mendapatkan hasil yang sesuai dengan fokus penelitian, penulis mengkerangkai konsep yang berhubungan dengan penelitian. Kerangka konsep diharapkan mampu untuk menjelaskan fenomena dalam penelitian tersebut. I. Sosialisasi Politik Sosialisasi merupakan sebuah proses seumur hidup yang berkenaan dengan bagaimana individu mempelajari cara-cara hidup, norma, dan nilai sosial yang terdapat dalam kelompoknya agar dapat berkembang menjadi pribadi yang dapat diterima oleh kelompoknya. Sosialisasi sangat dibutuhkan dalam kehidupan bermasyarakat, sebab pada dasarnya manusia tidak dapat hidup sendiri. Sementara warga negara dalam kehidupan sehari-hari hampir selalu bersinggungan dengan aspek-aspek politik praktis, baik secara langsung ataupun tidak langsung. Kehidupan politik dalam keseharian membuat warga negara berinteraksi dengan lembaga pemerintah dan lembaga non-pemerintah yang kemudian membentuk berbagai pandangan dan pengetahuan mengenai praktik perilaku politik 6

7 dalam sistem politik. Hal inilah yang kemudian membuat warga negara perlu untuk mengetahui sistem politik negara, dan secara singkat upaya pengenalan terhadap sistem politik oleh warga negara disebut sebagai sosialisasi politik. I. A. Pengertian Sosialisasi Politik Untuk mendapatkan pemahaman lebih mendalam mengenai sosialisasi politik ada baiknya untuk mendiskusikan pengertian beberapa ahli tentang sosialisasi politik, antara lain: 1. M. Rush dan P. Althoff Sosialisasi politik sebagai suatu proses memperkenalkan sistem politik pada seseorang, dan bagaimana orang tersebut menentukan tanggapan serta reaksi-reaksinya terhadap gejalagejala politik Gabriel Almond...Sosialisasi politik adalah bagian dari proses sosialisasi yang khusus membentuk nilai-nilai politik, yang menunjukkan bagaimana seharusnya masing-masing anggota berpartisipasi dalam sistem politiknya Freed. I Greenstein, dalam International Encylopedia of The Social Sciences menjelaskan bahwa sosialisasi politik yaitu penanaman informasi politik yang disengaja, nilai-nilai dan praktek-praktek yang oleh badan-badan instruksional secara formal ditugaskan untuk tanggung jawab ini. (dan) semua usahanya mempelajari politik baik formal maupun informal, disengaja ataupun tidak terencanakan, pada setiap tahap siklus kehidupan, dan termasuk di dalamnya tidak hanya secara eksplisit masalah belajar politik saja akan tetapi juga secara nominal 8 Rush & Althoff, Pengantar Sosiologi Politik, Jakarta, Raja Grafindo Persada, 1997, h Gabriel Almond, Perbandingan Sistem Politik. ed Mohtar M, Colin MacAndrews. Yogyakarta. Gadjah Mada University Press, 2001, h

8 belajar bersikap non-politik mengenai karakteristik-karakteristik kepribadian yang bersangkutan. 10 Dari beberapa definisi diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa sosialisasi politik berkaitan dengan proses dan tujuan. Penulis dalam penelitian ini lebih merujuk pada konsep sosialisasi politik menurut Rush dan Althoff. Sosialisasi politik sebagai suatu proses memperkenalkan sistem politik pada seseorang, dan bagaimana orang tersebut menentukan tanggapan serta reaksireaksinya terhadap gejala-gejala politik. Sosialisasi politik ditentukan oleh lingkungan sosial, ekonomi, dan kebudayaan dimana individu berada. Serta dipengaruhi juga oleh interaksi pengalaman-pengalaman serta kepribadiaannya. 11 Terdapat dua hal penting yang perlu diperhatikan mengenai proses sosialisasi politik, pertama, sosialisasi berjalan secara terus menerus selama hidup seseorang. Sikap-sikap yang terbentuk selama masa kanak-kanak selalu disesuaikan atau diperkuat sementara ia menjalani berbagai pengalaman sosial. Seperti pengaruh keluarga selama masa kanak-kanak berubah yang dipengaruhi pendidikan dan lingkungan sosial. Kedua, sosialisasi politik dapat berupa transmisi dan pengajaran secara langsung dan tak langsung. Sosialisasi bersifat langsung ketika melibatkan komunikasi informasi, nilai-nilai, atau perasaan-perasaan mengenai politik secara eksplisit. Sementara sosialisasi politik tak langsung sangat kuat terasa pada masa anak-anak seperti pendidikan pelajaran kewarganegaraan di sekolah. I. B. Agen Sosialisasi Politik 10 Rush & Althoff, op. cit., h Ibid., h

9 Sosialisasi dijalankan oleh berbagai macam lembaga, lembaga tersebut menjadi sarana/agen sosialisasi politik untuk menyampaikan pesan dan informasi politik. Rush dan Althoff menggariskan beberapa agen sosialisasi politik tersebut diantaranya adalah: 1. Keluarga. Keluarga merupakan primary groups dan agen sosialisasi utama yang memebentuk karakter politik individu karena mereka adalah lembaga sosial yang paling dekat. Peran ayah, ibu, saudara memberi pengaruh yang besar terhadap pandangan politik seorang individu. 2. Sekolah. Sekolah merupakan lembaga yang memberi pengetahuan kepada kaum muda tentang dunia politik dan peranan mereka didalamnya. Sekolah memberikan pandangan yang lebih konkrit tentang lembaga-lembaga politik dan hubungan-hubungan politik melalui pelajaran yang didapat siswa. Sehingga orang yang terpelajar atau mengenyam pendidikan di sekolah lebih sadar akan pengaruh pemerintah terhadap kehidupan mereka, lebih memperhatikan kehidupan politik, memperoleh lebih banyak informasi proses-proses politik dan kompeten dalam tingkah laku politiknya. 3. Peer Group/Kelompok pergaulan. Kelompok pergaulan merupakan sarana sosialisasi karena kelompok pertemanan menciptakan ikatan-ikatan yang membuat individu satu dengan yang lain menjadi memiliki kesamaan pendapat, seperti juga sikap mereka terhadap politik yang kemungkinan muncul dari individu lain di dalam kelompok pergaulan tersebut. 4. Media massa. Media massa merupakan agen sosialisasi politik secondary group. Tidak perlu disebutkan lagi 9

10 pengaruh media massa terhadap seorang individu. Beritaberita yang dikemas dalam media audio visual (televisi), surat kabar cetak, internet ataupun radio, yang berisikan berita situasi pemerintah atau partai politik banyak mempengaruhi masyarakat. meskipun tidak memiliki kedalaman, tetapi media massa mampu menyita perhatian individu karena sifatnya yang terkadang menarik atau cenderung berlebihan. 5. Pemerintah. Pemerintah merupakan agen yang memiliki kepentingan langsung atas sosialisasi politik. Pemerintah dalam hal ini menjalankan sistem politik dan stabilitasnya. Pemerintah melibatkan diri dalam politik pendidikan, seperti beberapa mata pelajaran ditujukan untuk memperkenalkan siswa pada sistem politik negara. 6. Partai politik. Partai politik membawa kepentingan nilai spesifik dari warga negaranya, seperti agama, kebudyaan, keadilan, nasionalisme dan sejenisnya. Melalui partai politik dan kegiatannya, individu dapat mengetahui kegiatan politik di negara, pemimpin-pemimpin baru, dan kebijakankebijakan yang ada. 12 I. C. Metode Sosialisasi Politik Dari beberapa agen tersebut, menurut Rush dan Althoff transmisi dan pengajaran sosialisasi politik dapat dilakukan dalam beberapa variasi, diantaranya yaitu: - Imitasi (peniruan), merupakan peniruan (copy) terhadap tingkah laku individu-individu lain, dan merupakan hal yang amat penting dalam sosialisasi pada masa kanak-kanak. Walaupun pada dasarnya tidak dibatasi pada tingkah laku anak-anak saja, 12 Ibid., h

11 meskipun imitasi murni lebih banyak terdapat di kalangan kanak-kanak karena pada masa ini keluarga menjadi agen yang memberikan sosialisasi secara langsung. - Instruksi, merupakan peristiwa penjelasan diri, harus ditekankan bahwa hal tersebut tidak terbatas pada proses belajar formal saja. Hal ini juga dapat terjadi secara informal dan eksplisit seperti pada individu yang terlibat dalam kelompok-kelompok diskusi atau organisasi yang membuat dan membentuk tingkah laku politik seseorang. - Motivasi, disebutkan oleh Robert Le Vine adalah bentuk tingkah laku yang tepat-cocok yang dipelajari melalui proses mencoba dan gagal (trial anda error). Dalam hal ini individu yang bersangkutan secara langsung belajar dari pengalaman mengenai tindakan-tindakan sama-cocok dengan sikap dan pendapat sendiri, atau dengan kata lain penyesuaian diri terhadap pilihan identitas diri atas norma yang dianut. Sementara menurut Ramlan Surbakti terdapat dua macam sosialisasi politik dilihat dari metode penyampaian pesan yaitu: a. Pendidikan politik, proses dialogis diantara pemberi pesan dan penerima pesan. Dalam hal ini anggota masyarakat mempelajari simbol politik, norma maupun nilai politik di negaranya. Melalui proses ini para anggota masyarakat mengenal dan mempelajari nilai-nilai norma-norma dan simbol-simbol politik negaranya dari berbagai pihak seperti sekolah, pemerintah, dan partai politik. 13 b. Indoktrinasi politik, yaitu proses sepihak yang terjadi ketika penguasa memobilisasi dan memanipulasi warga masyarakat 13 Ramlan Surbakti, Memahami Ilmu Politik, Jakarta, Gramedia Widiasarana Indonesia, 1999, h

12 untuk menerima nilai, norma dan simbol yang dianggap pihak berkuasa sebagai ideal dan baik. Sedangkan proses sosialisasi secara langsung terjadi melalui: - Pendidikan politik, pendidikan politik dapat dilakukan di keluarga, sekolah, lembaga-lembaga politik atau pemerintah dan berbagai kelompok dan organisasi di masyarakat. Pendidikan politik sangat penting bagi kelestarian suatu sistem politik. Di satu pihak, warga negara memerlukan informasi tentang hak-hak dan kewajiban yang mereka miliki untuk masuk dalam arena politik. Di lain pihak warga negara juga harus memperoleh pengetahuan mengenai seberapa jauh hak-hak mereka telah dipenuhi oleh pemerintah. - Imitasi, proses menyerap atau mendapatkan orientasi politik dengan cara meniru orang lain. Imitasi dapat dilakukan secara sadar dan tidak sadar. - Pengalaman politik, pembelajaran langsung dalam kegiatankegiatan politik. seperti keterlibatan langsung dalam kegiatan partai politik. - Sosialisasi antisipatoris, sosialisasi dilakukan untuk mengantisipasi peranan-peranan politik yang diinginkan atau akan diemban oleh aktor. Orang yang berharap akan menjalani pekerjaan-pekerjaan profesional atau posisi sosial yang tinggi biasanya sudah mulai memberikan nilai dan pola perilaku yang berkaitan dengan peranan tersebut sejak dini. Sosialisasi politik menurut Hyman merupakan suatu proses belajar yang kontinyu dan melibatkan pembelajaran secara emosional dan indoktrinasi politik yang nyata dan dimedia (sarana komunikasi) oleh segala partisipasi dan pengalaman individu. Hal 12

13 ini menunjukkan komunikasi politik dalam proses sosialisasi politik saling berhubungan dan tidak dapat dipisahkan. Sosialisasi dipahami sebagai proses transmisi nilai-nilai politik yang menunjukkan bagaimana seharusnya masing-masing anggota masyarakat berpartisipasi dalam sistem politiknya. Sedangkan komunikasi politik berada dalam proses sosialisasi (transmisi informasi yang relevan secara politis dari satu bagian sistem politik kepada sistem politik lain, dan antara sistem sosialisasi dan sistem politik. Komunikasi politik merupakan unsur dinamis dari suatu sistem politik dan proses sosialisasi, partisipasi tergantung pada komunikasi. 14 Proses komunikasi dalam bentuk dan tingkat apapun akan melibatkan sejumlah pesan-pesan komunikasi, seperti nilainilai dan informasi politik dalam fungsi sosialisasi politik yang kemudian diwujudkan dalam proses komunikasi politik. Almond berpendapat bahwa komunikasi politik merupakan salah satu dari empat fungsi input dalam sistem politik. Pendekatan komunikasi politik dalam sistem politik menjadikan komunikasi politik sebagai penyebab bekerjanya seluruh fungsi dalam sistem politik. 15 Relawan Demokrasi melakukan sosialisasi politik yang merupakan bagian dari upaya peningkatan partisipasi pemilu, dimana pemilu merupakan bagian penting dalam sistem politik demokrasi. Dan dalam hal ini Relawan Demokrasi menjadi salah satu agen/sarana dari lembaga pemerintah yang dapat kita lihat juga sebagai komunikator dalam proses sosialisasi untuk meberikan informasi, pengetahuan dan nilai-nilai politik. Sehingga Relawan Demokrasi dalam proses sosialisasi turut melakukan komunikasi politik dengan mentransmisikan perihal pemilu kepada penyandang tuna grahita. Sedangkan penyandang tuna grahita dalam hal ini adalah penerima pesan dari adanya sosialisasi. 14 Rush & Althoff, op. cit.., h Alfian, Komunikasi Politik dan Sistem Politik, Jakarta, PT. Gramedia Pustaka Utama, 1991, h

14 E. Definisi Konseptual 1) Sosialisasi politik Secara umum sosialisasi politik merupakan proses pengenalan sistem politik pada seseorang yang kemudian individu memiliki tanggapan dan reaksi terhadap gejala-gejala politik. Pada proses sosialisasi terdapat informasi dan pengetahuan yang ditransmisikan pada individu-individu dan hal tersebut dapat dilakukan secara langsung maupun tidak langsung. Transmisi dilakukan agen sosialisasi dalam menyebar informasi pengetahuan, norma dan nilai sistem politik negara pada invidividu-individu mengarah pada kestabilan politik negara. Peran Relawan Demokrasi segmen difabel dapat dikatakan memiliki peran dalam sosialisasi politik yang secara khusus memberikan sosialisasi mengenai kepemiluan pada penyandang tuna grahita yang minim akan informasi perihal pemilu. Transmisi informasi dan pengetahuan mengenai pemilu kepada penyandang tuna grahita salah satu upaya untuk menjaga stabilitas sistem demokrasi di Indonesia. F. Definisi Operasional F.1 Sosialisasi Politik - Proses transmisi informasi dan pengetahuan politik kepada masyarakat. - Terdapat agen sosialisasi dalam mentransmisikan informasi, dalam kajian ini yaitu Relawan Demokrasi. - Melibatkan masyarakat sebagai individu-individu yang menerima sosialisasi. - Proses sosialisasi metode dapat berjalan secara langsung maupun tidak langsung. F.2 Penyandang Tuna Grahita 14

15 - Seseorang yang mempunyai kemampuan intelektual dibawah ratarata. - Penyandang tuna grahita ringan memiliki tingkat IQ Penyandang tuna grahita sedang memiliki tingkat IQ Penyanang tuna grahita berat memiliki tingkat IQ G. Metode Penelitian Sesuai dengan permasalahan dan uraian pada latar belakang, maka penelitian ini dilakukan dengan menggunakan pendekatan studi kasus merupakan salah satu metode dalam pendekatan kualitatif. Pendekatan kualitatif digunakan penulis untuk mendapatkan informasi yang lebih mendalam. Selain itu penelitian ini memiliki batasan waktu yaitu pada masa kerja Relawan Demokrasi (sebelum pelaksanaan pemilu legislatif 2014 dan sesudah pemilu. Penulis menggunakan metode studi kasus karena sosialisasi pemilu yang dilakukan kepada penyandang tuna grahita baru kali ini dilakukan, serta Relawan Demokrasi sendiri juga baru dilaksanakan pada pemilu tahun Tipe studi kasus yang digunakan dalam penelitian ini adalah tipe studi kasus deskriptif. Menurut Nazir (1998) metode deskriptif analisis adalah suatu metode dalam meneliti status sekelompok manusia, suatu objek, suatu set kondisi, suatu sistem pemikiran dengan tujuan untuk membuat deskripsi, gambaran atau lukisan secara sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta-fakta serta hubungan antar fenomena yang diselidiki. Dengan metode yang dipilih studi ini diharapkan mampu memberikan gambaran serta penjelasan mengenai peran Relawan Demokrasi dalam mensosialisasikan pemilu terhadap penyandang tuna grahita. G.1 Lokasi Penelitian Mengingat fokus studi ini adalah melihat peran Relawan Demokrasi segmen difabel dalam sosialisasi pemilu pada penyandang tuna grahita, dan untuk mempersempit lingkup kajian agar tidak terlalu luas dan 15

16 melebar dalam analisa maka penulis membatasi lokus penelitian yaitu pada sasaran sosialisasi Relawan Demokrasi. Adapun pembatasan yang dilakukan pada sasaran sosialisasi Relawan Demokrasi adalah penyandang tuna grahita yang terdaftar sebagai pelajar di beberapa Sekolah Luar Biasa (SLB) yang ada di Kota Yogyakarta. Lokasi ini dipilih penulis karena penyandang tuna grahita yang berada di lingkungan sekolah lebih mudah diakses karena untuk berkomunikasi dapat melibatkan guru sekolah. Selain itu karena isu-isu seputar pemilu maupun pendidikan politik jarang diterima siswa SLB. Sebab mata pelajaran yang diterima siswa lebih pada pelatihan ketrampilan dan memiliki kurikulum yang berbeda. Beberapa sekolah yang menjadi sasaran oleh Relawan Demokrasi diantaranya adalah SLBN 1 Yogyakarta, SLBN 2 Yogyakarta, SLBN Pembina, SLB Dharma Rena Ring Putra 1 dan SLB Dharma Rena Ring Putra 2. G.2 Teknik Pengumpulan Data Untuk mendapatkan pembahasan yang mendalam terhadap kasus secara mendetail, maka dibutuhan kelengkapan data dan pengumpulan data yang memadai. Mengingat hal tersebut, dalam penelitian ini penulis akan menggunakan beberapa teknik. Pada penelitian ini sumber data dibagi menjadi sumber data primer dan data sekunder, data primer diperoleh dari wawancara dan observasi. Sedangkan data sekunder diperoleh dari survey, dokumen, dan kajian pustaka. Secara lebih lanjut beberapa teknik pengumpulan yang digunakan penulis diantaranya yaitu: 1. Wawancara: informasi dapat diperoleh dengan mewawancarai informan dengan teknik indepth interview dan terbuka. Informan yang diwawancarai tidak hanya merespon secara pasif tetapi turut aktif dalam memberikan masukan informasi dan membangun data penelitian. Pertanyaan besifat terbuka sehingga pertanyaan dapat berkembang sesuai dengan situasi di lapangan. Wawancara dilakukan untuk mengetahui lebih jauh mengenai data atau informasi yang akan 16

17 diperoleh. Namun dalam hal ini peneliti juga membatasi wawancara agar tidak terjadi pembicaraan yang terlalu luas yang justru membingungkan peneliti, sehingga dalam hal ini peneliti juga menggunakan interview guide agar informasi yang didapat memenuhi maksud dan tujuan penelitian. Sedangkan dalam penelitian ini wawancara akan dilakukan dengan anggota Relawan Demokrasi segmen difabel kota Yogyakarta, anggota KPU kota Yogyakarta terutama pada divisi sosialisasi dan pendidikan pemilih. Wawancara dengan anggota Relawan Demokrasi dilakukan guna mengetahui lebih mendalam apa yang tidak dapat diperoleh dalam kegiatan observasi. Sedangkan wawancara dengan anggota KPU untuk melengkapi data seperti regulasi dan hal-hal teknis menyangkut Relawan Demokrasi. Serta tidak lupa wawancara dilakukan pada pihak sekolah dan para siswa yang mendapatkan sosialisasi dari Relawan Demokrasi. 2. Observasi: tidak hanya dengan mewawancarai informan, untuk mendapatkan data yang komprehensif, penulis akan melakukan observasi ketika Relawan Demokrasi melakukan kegiatan sosialisasi kepada penyandang tuna grahita di lokasi penelitian. 3. Kuesioner: untuk mendapatkan data yang lengkap maka penulis mengajukan sejumlah pertanyaan dalam kuesioner pada penyandang tuna grahita untuk mendapatkan informasi dari sudut pandang penyandang tuna grahita yang menjadi sasaran Relawan Demokrasi. 4. Dokumen dan laporan: Teknik pengumpulan data dengan dokumentasi ialah pengambilan data yang diperoleh melalui dokumen-dokumen. Untuk mendapatkan kelengkapan data yang memadai, penulis akan mengumpulkan data baik berupa dokumen ataupun laporan peninjauan program Relawan Demokrasi. Data yang diperoleh berupa artikel, kliping, arsip laporan, dan artikel internet. 5. Penelitian Pustaka: Penulis percaya bahwa penelitian dengan tema yang sama pernah dilakukan oleh penulis lain meskipun dengan fokus 17

18 kajian yang berbeda. Atas dasar tersebut, penulis melakukan penelitian pustaka dengan tujuan meninjau penelitian yang pernah dilakukan oleh orang lain. G.3 Teknik Pemilihan Informan Informan adalah orang yang dianggap mampu dan mempunyai kompetensi untuk menjelaskan hal-hal yang berkaitan dengan masalah yang akan diteliti. Pemilihan narasumber atau informan dalam suatu penelitian difokuskan pada representasi atas masalah yang diteliti. Selain itu pemilihan informan juga memperhatikan kebutuhan kelengkapan data. Sehingga pada studi ini informan yang dianggap berkapasitas untuk memberikan informasi mendalam bagi penelitian yaitu anggota KPU kota Yogyakarta Divisi Sosialisasi dan Pendidikan Pemilih, Relawan Demokrasi segmen difabel, penyandang tuna grahita dari beberapa sekolah yang menjadi sasaran sosialisasi dan pihak sekolah yang mendapat kunjungan sosialisasi. Meski pemetaan informan awal dilakukan namun dalam hal ini penulis juga menggunakan teknik snowball dalam wawancara untuk mendapat data yang lebih mendalam dan memadai. G.4 Teknik Analisa Data Untuk menganalisis data, diperlukan pengolahan data yang telah didapat dari lapangan. Setelah data-data yang diperlukan dari berbagai sumber tersebut terkumpul dan dirasa cukup untuk memenuhi analisa, data diolah dengan reduksi data, mengumpulkan data dan mengkategorisasikan data dari mulai hasil data observasi, hasil wawancara, dokumen, dan sebagainya. Selanjutnya dilakukan pengecekan data agar diperoleh keabsahan data dan memiliki kredibilitas yang memenuhi untuk menjawab 18

19 rumusan masalah yang diperkuat oleh teori dengan hasil data yang diperoleh. Analisa yang kuat akan menyeimbangkan teori dengan data yang diperoleh, sehingga jika analisa telah dirasa kuat dan mampu menemukan jawaban yang ada mengenai peran Relawan Demokrasi dalam mensosialisasikan proses pemilu kepada penyandang tuna grahita yang kemudian ditarik kesimpulan yang mampu memberikan tujuan dan manfaat bagi pembaca. H. Sistematika Penulisan Bab Tulisan ini akan dibagi ke dalam lima bab. Bab I merupakan pendahuluan yang menjelaskan latar belakang penelitian, perumusan masalah, kerangka konsep dalam membingkai kasus yang diteliti dan penjabaran mengenai metode penelitian yang digunakan dalam penelitian. Kemudian pada Bab II berisi penjelasan mengenai permasalahan yang sering terjadi pada penyandang tuna grahita dan penjelasan hadirnya Relawan Demokrasi segmen difabel sebagai problem solver. Pada Bab III berikutnya masuk ke bagian analisa untuk menjelaskan upaya yang dilakukan Relawan Demokrasi dalam proses sosialisasi. Selanjutnya Bab IV yaitu penjelasan dampak dari adanya sosialisasi dengan melihat permasalahan yang sering terjadi dan merefleksikan pada sudut pandang penyandang tuna grahita sebagai penerima sosialisasi. Pada akhirnya, analisaanalisa sebelumnya akan ditarik kesimpulan di Bab akhir yaitu Bab V yang merupakan kesimpulan akhir dan rekomendasi. 19

BAB V PENUTUP. A. Kesimpulan

BAB V PENUTUP. A. Kesimpulan BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Sosialisasi politik merupakan salah satu cara dalam menyebarluaskan informasi politik, sehingga fungsi sosialisasi politik yaitu untuk memberikan pengetahuan dan pembelajaran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Simbol manifestasi negara demokrasi adalah gagasan demokrasi dari

BAB I PENDAHULUAN. Simbol manifestasi negara demokrasi adalah gagasan demokrasi dari 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Simbol manifestasi negara demokrasi adalah gagasan demokrasi dari rakyat, oleh rakyat dan untuk rakyat. Pemilihan Umum (Pemilu) menjadi bagian utama dari gagasan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA II. TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Tentang Peran Menurut Abdulsyani (1994) peran atau peranan adalah apabila seseorang melaksanakan hak dan kewajibannya sesuai dengan kedudukannya. Peran merupakan suatu

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian dengan metode kombinasi ( mixed

METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian dengan metode kombinasi ( mixed III. METODE PENELITIAN A. Tipe Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian dengan metode kombinasi ( mixed methods). Metode penelitian kombinasi adalah metode penelitian yang menggabungkan antara metode

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. aspirasi dan memilih pemimpin dengan diadakannya pemilihan umum.

I. PENDAHULUAN. aspirasi dan memilih pemimpin dengan diadakannya pemilihan umum. 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Negara Indonesia merupakan suatu negara yang menganut paham demokrasi, dan sebagai salah satu syaratnya adalah adanya sarana untuk menyalurkan aspirasi dan memilih pemimpin

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. masyarakatnya heterogen. Salah satu ciri sistem demokrasi adalah adanya

I. PENDAHULUAN. masyarakatnya heterogen. Salah satu ciri sistem demokrasi adalah adanya I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara yang menganut sistem demokrasi, dan kondisi masyarakatnya heterogen. Salah satu ciri sistem demokrasi adalah adanya partisipasi politik.

Lebih terperinci

KEPUTUSAN KOMISI PEMILIHAN UMUM PROVINSI KALIMANTAN BARAT. NOMOR : 21/Kpts/KPU-Prov-019/2012 TENTANG

KEPUTUSAN KOMISI PEMILIHAN UMUM PROVINSI KALIMANTAN BARAT. NOMOR : 21/Kpts/KPU-Prov-019/2012 TENTANG KEPUTUSAN KOMISI PEMILIHAN UMUM PROVINSI KALIMANTAN BARAT NOMOR : 21/Kpts/KPU-Prov-019/2012 TENTANG PEDOMAN TEKNIS PELAKSANAAN SOSIALISASI PENYELENGGARAAN PEMILIHAN UMUM GUBERNUR DAN WAKIL GUBERNUR KALIMANTAN

Lebih terperinci

Bab I Pendahuluan. Sekolah Luar Biasa Tunagrahita di Bontang, Kalimantan Timur dengan Penekanan

Bab I Pendahuluan. Sekolah Luar Biasa Tunagrahita di Bontang, Kalimantan Timur dengan Penekanan Bab I Pendahuluan 1.1. Latar belakang 1.1.1 Judul Sekolah Luar Biasa Tunagrahita di Bontang, Kalimantan Timur dengan Penekanan Karakteristik Pengguna 1.1.2 Definisi dan Pemahaman Judul Perancangan : Berasal

Lebih terperinci

IMPLEMENTASI NILAI-NILAI DEMOKRASI PADA PEMILIH PEMULA. (Studi Kasus Pada Pemilih Pemula di Pemilihan Kepala Desa (Pilkades) Kebak

IMPLEMENTASI NILAI-NILAI DEMOKRASI PADA PEMILIH PEMULA. (Studi Kasus Pada Pemilih Pemula di Pemilihan Kepala Desa (Pilkades) Kebak IMPLEMENTASI NILAI-NILAI DEMOKRASI PADA PEMILIH PEMULA (Studi Kasus Pada Pemilih Pemula di Pemilihan Kepala Desa (Pilkades) Kebak Kecamatan Kebakkramat Kabupaten Karanganyar Tahun 2013) NASKAH PUBLIKASI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pemuda sebagai generasi penerus bangsa idealnya mempunyai peran

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pemuda sebagai generasi penerus bangsa idealnya mempunyai peran BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pemuda sebagai generasi penerus bangsa idealnya mempunyai peran dalam kemajuan bangsa. Pentingya peran generasi muda, didasari atau tidak, pemuda sejatinya memiliki

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. politik yang demokratis adalah melalui Pemilu. Pemilu diselenggarakan dengan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. politik yang demokratis adalah melalui Pemilu. Pemilu diselenggarakan dengan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Demokrasi adalah bentuk atau sistem pemerintahan yang segenap rakyat turut serta memerintah dengan perantaraan wakil-wakilnya atau pemerintahan rakyat. Demokrasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berbagai cara yang sekiranya bisa menarik masyarakat untuk memilih. calonnya, calon pasangan kepala daerah untuk Wilayah Kabupaten

BAB I PENDAHULUAN. berbagai cara yang sekiranya bisa menarik masyarakat untuk memilih. calonnya, calon pasangan kepala daerah untuk Wilayah Kabupaten BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pelaksanaan pemilihan Kepala Daerah di Banyumas suasana politik semakin hangat. Banyak yang mempromosikan calonnya dengan berbagai cara yang sekiranya bisa menarik masyarakat

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Pada penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif dengan

III. METODE PENELITIAN. Pada penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif dengan III. METODE PENELITIAN A. Tipe Penelitian Pada penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif, yang bertujuan untuk mencoba menggambarkan faktafakta dan data secara

Lebih terperinci

BAB I Pendahuluan 1.1 Latar Belakang

BAB I Pendahuluan 1.1 Latar Belakang BAB I Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Istilah difabel sebagai kepanjangan dari Different Abled People atau orang yang memiliki kemampuan berbeda, sudah dikenal sejak tahun 1988. Istilah tersebut secara

Lebih terperinci

LAPORAN RISET PENINGKATAN PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PEMILU

LAPORAN RISET PENINGKATAN PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PEMILU LAPORAN RISET PENINGKATAN PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PEMILU LITERASI POLITIK KAUM DIFABEL (Studi Kasus Pada Pemilih Tunanetra Di Kabupaten Banjarnegara Dalam Pemilu Legislatif Dan Pemilu Presiden 2014)

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN Dalam penulisan skripsi ini digunakan beberapa macam metode untuk mengumpulkan informasi maupun data berkaitan erat dengan masalah peringatan maulid Nabi Muhammad Saw, kemudian

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. Responden dalam penelitian ini adalah masyarakat Kabupaten Way Kanan

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. Responden dalam penelitian ini adalah masyarakat Kabupaten Way Kanan 56 V. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Karakteristik Identitas Responden Responden dalam penelitian ini adalah masyarakat Kabupaten Way Kanan yang berjumlah 100 responden. Identitas responden selanjutnya didistribusikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pemilihan umum sebagai sarana demokrasi telah digunakan di sebagian besar

BAB I PENDAHULUAN. Pemilihan umum sebagai sarana demokrasi telah digunakan di sebagian besar 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemilihan umum sebagai sarana demokrasi telah digunakan di sebagian besar negara di dunia termasuk Indonesia. Negara Kesatuan Republik Indonesia sejak reformasi telah

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan tipe penelitian deskriptif kualitatif. Dimaksud

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan tipe penelitian deskriptif kualitatif. Dimaksud 20 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Pendekatan Penelitian Penelitian ini menggunakan tipe penelitian deskriptif kualitatif. Dimaksud dengan pendekatan kualitatif dalam penelitian ini merupakan suatu proses

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. terlalu sulit untuk dipecahkan. Menurut Joko Subagyo :

BAB III METODE PENELITIAN. terlalu sulit untuk dipecahkan. Menurut Joko Subagyo : 24 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Metode yang digunakan Dalam memecahkan suatu permasalahan yang ada pada setiap penelitian, berbagai metode digunakan oleh para peneliti. Dengan penggunaan suatu metode,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. realitas subyektif yang dianut oleh objek penelitian, dalam hal ini adalah Jaringan

BAB III METODE PENELITIAN. realitas subyektif yang dianut oleh objek penelitian, dalam hal ini adalah Jaringan BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Disain Penelitian Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan mempertimbangkan : 1) realitas subyektif yang dianut oleh objek penelitian, dalam hal ini adalah Jaringan

Lebih terperinci

PERILAKU POLITIK PEMILIH PEMULA PADA PEMILIHAN KEPALA DAERAH KABUPATEN KONAWE SELATAN TAHUN 2015 DI KECAMATAN MOWILA JURNAL PENELITIAN

PERILAKU POLITIK PEMILIH PEMULA PADA PEMILIHAN KEPALA DAERAH KABUPATEN KONAWE SELATAN TAHUN 2015 DI KECAMATAN MOWILA JURNAL PENELITIAN PERILAKU POLITIK PEMILIH PEMULA PADA PEMILIHAN KEPALA DAERAH KABUPATEN KONAWE SELATAN TAHUN 2015 JURNAL PENELITIAN OLEH: NILUH VITA PRATIWI G2G115106 PROGRAM PASCA SARJANA UNIVERSITAS HALU OLEO KENDARI

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. lokasi, pendekatan, bidang ilmu dan sebagainya. Agar suatu penelitian dapat. digunakan harus ditentukan terlebih dahulu.

III. METODE PENELITIAN. lokasi, pendekatan, bidang ilmu dan sebagainya. Agar suatu penelitian dapat. digunakan harus ditentukan terlebih dahulu. 35 III. METODE PENELITIAN A. Tipe Penelitian Pada suatu penelitian terdapat banyak ragamnya tergantung dari pada tujuan, lokasi, pendekatan, bidang ilmu dan sebagainya. Agar suatu penelitian dapat mencapai

Lebih terperinci

BAB VII KESIMPULAN DAN REKOMENDASI Kesimpulan. 1. Persepsi Mahasiswa Penyandang Disabilitas Tentang Aksesibilitas Pemilu

BAB VII KESIMPULAN DAN REKOMENDASI Kesimpulan. 1. Persepsi Mahasiswa Penyandang Disabilitas Tentang Aksesibilitas Pemilu BAB VII KESIMPULAN DAN REKOMENDASI 7.1. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, maka dapat disimpulkan beberapa kesimpulan sebagai berikut: 1. Persepsi Mahasiswa Penyandang Disabilitas

Lebih terperinci

PERATURAN KOMISI PEMILIHAN UMUM NOMOR 11 TAHUN 2010 TENTANG

PERATURAN KOMISI PEMILIHAN UMUM NOMOR 11 TAHUN 2010 TENTANG PERATURAN KOMISI PEMILIHAN UMUM NOMOR 11 TAHUN 2010 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN SOSIALISASI PENYELENGGARAAN PEMILIHAN UMUM KEPALA DAERAH DAN WAKIL KEPALA DAERAH KOMISI PEMILIHAN UMUM, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

TINGKAT PARTISIPASI POLITIK MASYARAKAT DALAM PEMILIHAN KEPALA DAERAH KOTA PADANG TAHUN 2013

TINGKAT PARTISIPASI POLITIK MASYARAKAT DALAM PEMILIHAN KEPALA DAERAH KOTA PADANG TAHUN 2013 TINGKAT PARTISIPASI POLITIK MASYARAKAT DALAM PEMILIHAN KEPALA DAERAH KOTA PADANG TAHUN 2013 Yuliantika 1, Nurharmi 1, Hendrizal 1 1 Program Studi Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan Fakultas Keguruan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. terhadap paradigma positivis. Menurut paradigma konstruktivistik, realitas sosial

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. terhadap paradigma positivis. Menurut paradigma konstruktivistik, realitas sosial 41 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Paradigma Paradigma yang digunakan dalam penelitian ini adalah paradigma konstruktivistik. Paradigma konstruktivistik dalam ilmu sosial merupakan kritik terhadap paradigma

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kolektif bagi tujuan-tujuan kolektif. Politik juga melekat dalam lingkungan hidup

BAB I PENDAHULUAN. kolektif bagi tujuan-tujuan kolektif. Politik juga melekat dalam lingkungan hidup BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Politik adalah aspek dari semua perbuatan yang berkenaan dengan usaha kolektif bagi tujuan-tujuan kolektif. Politik juga melekat dalam lingkungan hidup manusia,

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Isaac dan Michael menyebutkan bahwa metode deskriptif bertujuan melukiskan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Isaac dan Michael menyebutkan bahwa metode deskriptif bertujuan melukiskan BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Tipe Penelitian Tipe penelitian yang digunakan penulis dalam penelitian ini adalah deskriptif. Isaac dan Michael menyebutkan bahwa metode deskriptif bertujuan melukiskan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian Dalam penelitian ini sesuai dengan masalah yang akan dibahas, penulis menggunakan pendekatan kualitatif. Sugiyono (2009 hlm. 15) mengatakan bahwa : Penelititian

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. karena keberhasilan suatu perusahaan atau organisasi terletak pada kemampuan

BAB 1 PENDAHULUAN. karena keberhasilan suatu perusahaan atau organisasi terletak pada kemampuan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Seiring dengan perkembangan zaman segala sesuatu aktifitas kerja dilakukan secara efektif dan efisien serta dibutuhkan sumber daya manusia yang berkualitas,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kelahiran seorang anak di dunia ini adalah kebanggaan tersendiri bagi keluarga, manusia tidak dapat meminta anaknya berwajah cantik atau tampan sesuai dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Peran Berita Politik Dalam Surat Kabar Pikiran Rakyat Terhadap Pengetahuan Politik Mahasiswa Ilmu Sosial se-kota Bandung

BAB I PENDAHULUAN. Peran Berita Politik Dalam Surat Kabar Pikiran Rakyat Terhadap Pengetahuan Politik Mahasiswa Ilmu Sosial se-kota Bandung BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Seiring berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi di era globalisasi ini, terutama teknologi informasi dan komunikasi yang semakin berkembang dengan cepat,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. demokrasi electoral atau demokrasi formal. Demokrasi merupakan

BAB I PENDAHULUAN. demokrasi electoral atau demokrasi formal. Demokrasi merupakan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan Negara demokrasi. Josep Schumpeter, mengartikan demokrasi sebagai kompetisi memperoleh suara rakyat. Pengertian pada esensi itu merupakan pengertian

Lebih terperinci

LAPORAN HASIL PENELITIAN

LAPORAN HASIL PENELITIAN LAPORAN HASIL PENELITIAN PEMETAAN PERSEPSI ATAS PENYELENGGARAAN SOSIALISASI KEPEMILUAN, PARTISIPASI DAN PERILAKU PEMILIH DI KABUPATEN BANGLI Kerjasama Komisi Pemilihan Umum Kabupaten Bangli dan Fakultas

Lebih terperinci

S A L I N A N. Lampiran : KEPUTUSAN KOMISI PEMILIHAN UMUM KABUPATEN NGANJUK Nomor : 03/Kpts/KPU-Kab/ /2012 Tanggal : 7 Mei 2012

S A L I N A N. Lampiran : KEPUTUSAN KOMISI PEMILIHAN UMUM KABUPATEN NGANJUK Nomor : 03/Kpts/KPU-Kab/ /2012 Tanggal : 7 Mei 2012 Lampiran : KEPUTUSAN KOMISI PEMILIHAN UMUM KABUPATEN NGANJUK Nomor : 03/Kpts/KPU-Kab/014.329801/2012 Tanggal : 7 Mei 2012 PEDOMAN TEKNIS PELAKSANAAN SOSIALISASI PENYELENGGARAAN PEMILIHAN UMUM BUPATI DAN

Lebih terperinci

NASKAH PUBLIKASI EKA MARTININGSIH SRI RAHAYU A PENDIDIKAN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

NASKAH PUBLIKASI EKA MARTININGSIH SRI RAHAYU A PENDIDIKAN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN PERAN ANGGOTA LEGISLATIF PEREMPUAN DALAM PEMBERDAYAAN POLITIK PADA MASYARAKAT WONOGIRI (Studi Kasus Pada Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten Wonogiri) NASKAH PUBLIKASI EKA MARTININGSIH SRI

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis dan Pendekatan Penelitian Jenis penelitian yang penulis lakukan adalah penelitian kualitatif. Oleh karena itu, penelitian ini bersifat penelitian penelitian lapangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Anak-anak yang dikategorikan memiliki kelainan dalam aspek fisik meliputi kelainan indra penglihatan (tuna netra), kelainan indra pendengaran (tuna rungu), kelainan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. dipengaruhi atau ditentukan oleh tepat tidaknya penelitian atau penentuan metode

BAB III METODE PENELITIAN. dipengaruhi atau ditentukan oleh tepat tidaknya penelitian atau penentuan metode BAB III METODE PENELITIAN Metode adalah salah satu faktor yang terpenting dan sangat menentukan dalam penelitian, hal ini disebabkan karena berhasil tidaknya suatu penelitian banyak dipengaruhi atau ditentukan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN Metode merupakan suatu hal yang sangat penting karena salah satu upaya yang menyangkut cara kerja untuk dapat memahami dan mengkritisi objek, sasaran suatu ilmu yang sedang diselidiki.

Lebih terperinci

Noeng Muhadjir, Metodologi Penelitian Kualitatif, Rake Sarasin, Yogyakarta, 2000, hal. 6. 2

Noeng Muhadjir, Metodologi Penelitian Kualitatif, Rake Sarasin, Yogyakarta, 2000, hal. 6. 2 BAB III METODE PENELITIAN Metode penelitian merupakan ilmu yang mempelajari tentang cara penelitian, ilmu tentang alat-alat dalam suatu penelitian.1 Oleh karena itu metode penelitian membahas tentang konsep

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. pelaksanaan penelitian. Dalam penelitian ini metode yang digunakan

BAB III METODE PENELITIAN. pelaksanaan penelitian. Dalam penelitian ini metode yang digunakan BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Desain penelitian merupakan proses yang diperlukan dalam pelaksanaan penelitian. Dalam penelitian ini metode yang digunakan adalah metode penelitian deskriptif

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. masyarakat. Kekuatan audio dan visual yang diberikan televisi mampu

BAB 1 PENDAHULUAN. masyarakat. Kekuatan audio dan visual yang diberikan televisi mampu BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Televisi adalah media massa yang sangat diminati dan tetap menjadi favorit masyarakat. Kekuatan audio dan visual yang diberikan televisi mampu merefleksikan kehidupan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha 1

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Keberhasilan suatu bangsa tak lepas dari poros penggerak anak muda. Potensi dan jati diri anak muda lah yang merupakan potensi penerus masa depan yang cerah. Namun

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Menurut Whitney, metode deskriptif adalah pencarian fakta dengan interpretasi

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Menurut Whitney, metode deskriptif adalah pencarian fakta dengan interpretasi 34 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Tipe Penelitian Dalam penelitian ini tipe yang digunakan adalah tipe penelitian deskriptif. Menurut Whitney, metode deskriptif adalah pencarian fakta dengan interpretasi

Lebih terperinci

SALINAN KOMISI PEMILIHAN UMUM KABUPATEN TUBAN KEPUTUSAN KOMISI PEMILIHAN UMUM KABUPATEN TUBAN. NOMOR : 12/Kpts/KPU Kab /2010 TENTANG

SALINAN KOMISI PEMILIHAN UMUM KABUPATEN TUBAN KEPUTUSAN KOMISI PEMILIHAN UMUM KABUPATEN TUBAN. NOMOR : 12/Kpts/KPU Kab /2010 TENTANG SALINAN KOMISI PEMILIHAN UMUM KABUPATEN TUBAN KEPUTUSAN KOMISI PEMILIHAN UMUM KABUPATEN TUBAN NOMOR : 12/Kpts/KPU Kab 014329920/2010 TENTANG TATA CARA PELAKSANAAN SOSIALISASI PENYELENGGARAAN PEMILIHAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bentuk perwujudan dan bentuk partisipasi bagi rakyat Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. bentuk perwujudan dan bentuk partisipasi bagi rakyat Indonesia. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Setelah berakhirnya masa jabatan Soesilo Bambang Yudhoyono sebagai presiden Republik Indonesia maka dimulai jugalah acara pesta demokrasi pemilihan umum untuk presiden

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1 SLB Golongan A di Jimbaran. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1 SLB Golongan A di Jimbaran. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendidikan nasional memiliki peranan yang sangat penting bagi warga negara. Pendidikan nasional bertujuan untuk mencerdaskan berdasarkan bab III ayat 5 dinyatakan bahwa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan politik di landasi oleh Undang-Undang No 2 Tahun 2011 Tentang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan politik di landasi oleh Undang-Undang No 2 Tahun 2011 Tentang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan politik di landasi oleh Undang-Undang No 2 Tahun 2011 Tentang Partai Politik pasal 11 huruf a,b,c,d, dan e. Partai politik berfungsi sebagai, a) sarana

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. demokrasi pada negara yang menganut paham demokrasi seperti Indonesia.

I. PENDAHULUAN. demokrasi pada negara yang menganut paham demokrasi seperti Indonesia. 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pemilihan umum (pemilu) menjadi bagian terpenting dalam penyelenggaraan demokrasi pada negara yang menganut paham demokrasi seperti Indonesia. Pemilu sering diartikan

Lebih terperinci

KOMISI PEMILIHAN UMUM PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA KEPUTUSAN KOMISI PEMILIHAN UMUM PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA

KOMISI PEMILIHAN UMUM PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA KEPUTUSAN KOMISI PEMILIHAN UMUM PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA KOMISI PEMILIHAN UMUM PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA KEPUTUSAN KOMISI PEMILIHAN UMUM PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA NOMOR: 10/Kpts/KPU-Prov-010/2011 TENTANG PEDOMAN TEKNIS PELAKSANAAN SOSIALISASI

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Kehidupan Partai Politik tidak akan lepas dari kesadaran politik masyarakat

BAB 1 PENDAHULUAN. Kehidupan Partai Politik tidak akan lepas dari kesadaran politik masyarakat BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Kehidupan Partai Politik tidak akan lepas dari kesadaran politik masyarakat (anggota) yang menjadi cikal bakal dari partisipasi politik. Dalam meningkatkan

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DATA. Analisis data merupakan proses mengatur aturan data, mengorganisasikannya ke dalam suatu pola, kategori dan satu uraian dasar.

BAB IV ANALISIS DATA. Analisis data merupakan proses mengatur aturan data, mengorganisasikannya ke dalam suatu pola, kategori dan satu uraian dasar. 106 BAB IV ANALISIS DATA Analisis data merupakan proses mengatur aturan data, mengorganisasikannya ke dalam suatu pola, kategori dan satu uraian dasar. Pada tahap ini data yang diperoleh dari berbagai

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 50 BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Pendekatan Penelitian Penelitian ini dilaksanakan menggunakan jenis penelitian kualitatif. Menurut Sugiyono (2014:1) penelitian kualitatif adalah penelitian yang digunakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian juta 66,9 juta (67 juta) Golput atau suara penduduk

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian juta 66,9 juta (67 juta) Golput atau suara penduduk BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Partisipasi politik masyarakat merupakan syarat pokok yang harus dilakukan oleh setiap warga negara terutama pada negara yang menganut paham demokrasi. Tingginya

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 56 BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan Penelitian Adapun pengertian dari metodologi adalah proses, prinsip dan prosedur yang digunakan untuk mendekati permasalahan dan mencari jawaban, dengan kata

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada tahun-tahun pertama kehidupan, mendengar adalah bagian. terpenting dari perkembangan sosial, emosional dan kognitif anak.

BAB I PENDAHULUAN. Pada tahun-tahun pertama kehidupan, mendengar adalah bagian. terpenting dari perkembangan sosial, emosional dan kognitif anak. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada tahun-tahun pertama kehidupan, mendengar adalah bagian terpenting dari perkembangan sosial, emosional dan kognitif anak. Kehilangan pendengaran yang ringan

Lebih terperinci

Konsep Dasar Metodologi adalah pengetahuan tentang cara-cara (science of methods). Dalam kontek penelitian, metodologi adalah totalitas cara untuk men

Konsep Dasar Metodologi adalah pengetahuan tentang cara-cara (science of methods). Dalam kontek penelitian, metodologi adalah totalitas cara untuk men Metodologi Penelitian Psikologi Rahayu Ginintasasi Konsep Dasar Metodologi adalah pengetahuan tentang cara-cara (science of methods). Dalam kontek penelitian, metodologi adalah totalitas cara untuk meneliti

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN Metode penelitian adalah rancangan penelitian yang meliputi prosedur atau langkah-langkah yang harus ditempuh, waktu penelitian, sumber data, serta dengan cara apa data tersebut

Lebih terperinci

PERATURAN KPU TENTANG SOSIALISASI DAN PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PEMILIHAN GUBERNUR DAN WAKIL GUBERNUR, BUPATI DAN WAKIL BUPATI, DAN/ATAU WALIKOTA

PERATURAN KPU TENTANG SOSIALISASI DAN PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PEMILIHAN GUBERNUR DAN WAKIL GUBERNUR, BUPATI DAN WAKIL BUPATI, DAN/ATAU WALIKOTA PERATURAN KPU TENTANG SOSIALISASI DAN PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PEMILIHAN GUBERNUR DAN WAKIL GUBERNUR, BUPATI DAN WAKIL BUPATI, DAN/ATAU WALIKOTA DAN WAKIL WALIKOTA 1. Menambahkan sasaran pelaksanaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Demokrasi lebih dari sekedar seperangkat aturan dan prosedur konstitusional yang menentukan suatu fungsi pemerintah. Dalam demokrasi, pemerintah hanyalah salah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kedaulatan rakyat ini juga dicantumkan di dalam Pasal 1 butir (1) Undang-Undang

BAB I PENDAHULUAN. kedaulatan rakyat ini juga dicantumkan di dalam Pasal 1 butir (1) Undang-Undang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pemilihan Umum untuk selanjutnya disebut Pemilu yang diselenggarakan secara langsung merupakan perwujudan kedaulatan rakyat. Pengakuan tentang kedaulatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. didefenisikan sebagai suatu kelompok kecil yang disatukan dalam ikatan perkawinan, darah,

BAB I PENDAHULUAN. didefenisikan sebagai suatu kelompok kecil yang disatukan dalam ikatan perkawinan, darah, BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Masalah Keluarga adalah kelompok primer yang terpenting dalam masyarakat. Secara historis terbentuk paling dari satuan yang merupakan organisasi terbatas, dan mempunyai

Lebih terperinci

BAB 1 PENGANTAR Latar Belakang. demokrasi sangat tergantung pada hidup dan berkembangnya partai politik. Partai politik

BAB 1 PENGANTAR Latar Belakang. demokrasi sangat tergantung pada hidup dan berkembangnya partai politik. Partai politik BAB 1 PENGANTAR 1.1. Latar Belakang Partai politik merupakan sebuah institusi yang mutlak diperlukan dalam dunia demokrasi, apabila sudah memilih sistem demokrasi dalam mengatur kehidupan berbangsa dan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Televisi adalah media yang paling mudah dijangkau oleh berbagai kalangan, baik kalangan atas, menengah, maupun kalangan bawah. Harga televisi yang ramah di kantung

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan mengembangkan kemampuan anak didiknya. Aktivitas kegiatan seorang

BAB I PENDAHULUAN. dan mengembangkan kemampuan anak didiknya. Aktivitas kegiatan seorang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam proses pembelajaran tersusun atas sejumlah komponen yang saling berkaitan satu dengan yang lainnya. Peranan guru dalam pembelajaran sangat penting untuk menentukan

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. dalam data pemilih pada pemilihan Peratin Pekon Rawas Kecamatan Pesisir

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. dalam data pemilih pada pemilihan Peratin Pekon Rawas Kecamatan Pesisir 59 V. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Responden Responden dalam penelitian ini adalah para pemilih pemula yang tercatat dalam data pemilih pada pemilihan Peratin Pekon Rawas Kecamatan Pesisir Tengah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ketidakmampuan. Orang yang lahir dalam keadaan cacat dihadapkan pada

BAB I PENDAHULUAN. ketidakmampuan. Orang yang lahir dalam keadaan cacat dihadapkan pada BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Setiap orang ingin lahir dalam keadaan normal, namun pada kenyataannya ada orang yang dilahirkan dengan keadaan cacat. Bagi orang yang lahir dalam keadaan cacat

Lebih terperinci

B A B III METODE PENELITIAN. penelitian yang dipakai adalah studi kasus. Menurut Bogdan dan Biklen

B A B III METODE PENELITIAN. penelitian yang dipakai adalah studi kasus. Menurut Bogdan dan Biklen 44 B A B III METODE PENELITIAN A. Pendekatan dan Jenis Penelitian Penelitian ini adalah penelitian deskriptif kualitatif dengan metode penelitian yang dipakai adalah studi kasus. Menurut Bogdan dan Biklen

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN Metode penelitian pada dasarnya menerangkan proses penelitian yang dilaksanakan oleh peneliti yang meliputi penjelasan lokasi, strategi dan jenis penelitian, sumber data yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang Masalah. Perlindungan terhadap tenaga kerja yang di maksudkan untuk

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang Masalah. Perlindungan terhadap tenaga kerja yang di maksudkan untuk BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Masalah Perlindungan terhadap tenaga kerja yang di maksudkan untuk menjamin hak-hak dasar pekerja. Selain itu juga menjamin kesamaan kesempatan serta perlakuan tanpa

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN Secara umum, metode penelitian dapat diartikan sebagai cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu. 1 Metode merupakan suatu hal yang sangat penting,

Lebih terperinci

2016 MINAT SISWA PENYANDANG TUNANETRA UNTUK BERKARIR SEBAGAI ATLET

2016 MINAT SISWA PENYANDANG TUNANETRA UNTUK BERKARIR SEBAGAI ATLET BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tuhan telah memberikan karunia kepada umat manusia secara adil. Masingmasing individu diberikan kelebihan dan kekurangan dalam menjalani hidupnya. Setiap manusia

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 32 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Tipe Penelitian Penelitian menggunakan pendekatan yang bersifat deskriptif. Dalam penelitian deskriptif data yang dikumpulkan adalah berupa kata-kata, gambar, dan bukan

Lebih terperinci

Lampiran: Pengumuman Nomor: 145/PP.08-PU/1503/KPU-Kab/III/2018 Tentang Pendaftaran Kursus SIngkat Kepemiluan (Election Shortcourse)

Lampiran: Pengumuman Nomor: 145/PP.08-PU/1503/KPU-Kab/III/2018 Tentang Pendaftaran Kursus SIngkat Kepemiluan (Election Shortcourse) Lampiran: Pengumuman Nomor: 145/PP.08-PU/1503/KPU-Kab/III/2018 Tentang Pendaftaran Kursus SIngkat Kepemiluan (Election Shortcourse) PETUNJUK PELAKSANAAN KEGIATAN KURSUS SINGKAT KEPEMILUAN (ELECTION SHORTCOURSES)

Lebih terperinci

KOMISI PEMILIHAN UMUM,

KOMISI PEMILIHAN UMUM, KOMISI PEMILIHAN UMUM PERATURAN KOMISI PEMILIHAN UMUM NOMOR 23 TAHUN 2008 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN SOSIALISASI DAN PENYAMPAIAN INFORMASI PEMILIHAN UMUM ANGGOTA DEWAN PERWAKILAN RAKYAT, DEWAN PERWAKILAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bulan Mei 1998, telah menghantarkan rakyat Indonesia kepada perubahan di

BAB I PENDAHULUAN. bulan Mei 1998, telah menghantarkan rakyat Indonesia kepada perubahan di BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Reformasi yang dimulai sejak berakhirnya pemerintahan Orde Baru pada bulan Mei 1998, telah menghantarkan rakyat Indonesia kepada perubahan di segala bidang, terutama

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. peran-peran pihak terkait, dengan prosedur yang telah ditentukan dalam. dewan perwakilan rakyat daerah (Mashudi, 1993:23).

BAB I PENDAHULUAN. peran-peran pihak terkait, dengan prosedur yang telah ditentukan dalam. dewan perwakilan rakyat daerah (Mashudi, 1993:23). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pemilihan umum merupakan pilar bagi suatu negara yang mengaku dirinya sebagai suatu negara demokrasi, sebab tidak ada demokrasi tanpa adanya pemilihan umum. Terselenggranya

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. merupakan deskripsi dari objek penelitian. Metodologi penelitian merupakan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. merupakan deskripsi dari objek penelitian. Metodologi penelitian merupakan BAB III METODOLOGI PENELITIAN Metodologi penelitian adalah aspek yang sangat penting dan besar pengaruhnya terhadap berhasil tidaknya suatu penelitian, terutama untuk mengumpulkan data. Sebab data yang

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Pendekatan Penelitian 1. Jenis Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian lapangan (field research) 1 yaitu semua data yang terkumpul diperoleh dari lapangan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan hal yang terpenting dalam kehidupan, karena

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan hal yang terpenting dalam kehidupan, karena BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan hal yang terpenting dalam kehidupan, karena pendidikan menyangkut seluruh aspek kehidupan manusia dan dianggap memiliki peran yang strategis

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. Responden penelitian ini adalah masyarakat adat Lampung Abung Siwo Mego

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. Responden penelitian ini adalah masyarakat adat Lampung Abung Siwo Mego V. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Identitas Responden Responden penelitian ini adalah masyarakat adat Lampung Abung Siwo Mego Buay Subing di Desa Labuhan Ratu Kecamatan Labuhan Ratu Kabupaten Lampung Timur yang

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Berdasarkan masalah pokok yang akan diteliti, yaitu Bagaimana

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Berdasarkan masalah pokok yang akan diteliti, yaitu Bagaimana 41 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Tipe Penelitian Berdasarkan masalah pokok yang akan diteliti, yaitu Bagaimana Manajemen Media Relations Humas PT. Kereta Api Indonesia Daerah Operasi 1 Jakarta dalam

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pemilihan umum (selanjutnya disebut Pemilu) adalah sarana pelaksanaan kedaulatan rakyat yang

I. PENDAHULUAN. Pemilihan umum (selanjutnya disebut Pemilu) adalah sarana pelaksanaan kedaulatan rakyat yang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pemilihan umum (selanjutnya disebut Pemilu) adalah sarana pelaksanaan kedaulatan rakyat yang diselenggarakan secara langsung, umum, bebas, rahasia, jujur dan adil dalam

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini merupakan tipe penelitian deskriptif. Penelitian deskriptif

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini merupakan tipe penelitian deskriptif. Penelitian deskriptif BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Tipe Penelitian Penelitian ini merupakan tipe penelitian deskriptif. Penelitian deskriptif merupakan penelitian yang berusaha mendeskripsikan dan menginterpretasikan sesuatu,

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Menjelang Pemilihan Umum 2014, lahir gerakan-gerakan yang diinisiasi oleh masyarakat untuk mendukung jalannya pemilihan umum. Aktivitas gerakan-gerakan tersebut beragam, mulai

Lebih terperinci

KERANGKA PEMIKIRAN. Penelitian ini dimulai dengan melihat karakteristik orang tua tunggal dan

KERANGKA PEMIKIRAN. Penelitian ini dimulai dengan melihat karakteristik orang tua tunggal dan KERANGKA PEMIKIRAN Kemandirian menentukan keberhasilan dalam kehidupan seseorang. Kemandirian meliputi aspek emosi, ekonomi, intelektual dan sosial. Kemandirian anak ditandai dengan kemampuan berinisiatif

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kehidupan politik, setiap individu mempunyai hak-hak politik dan peranan

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kehidupan politik, setiap individu mempunyai hak-hak politik dan peranan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan Dalam kehidupan politik, setiap individu mempunyai hak-hak politik dan peranan politiknya termasuk di dalamnya untuk turut berpatisipasi memberikan suaranya

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 1) Pendekatan Penelitian Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif. Peneliti memilih menggunakan penelitian kualitatif sesuai dengan pendapat Strauss dan Corbin (Basrowi&

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ada kecacatan. Setiap manusia juga ingin memiliki tubuh dan alat indera yang

BAB I PENDAHULUAN. ada kecacatan. Setiap manusia juga ingin memiliki tubuh dan alat indera yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Setiap manusia ingin terlahir sempurna, tanpa ada kekurangan, tanpa ada kecacatan. Setiap manusia juga ingin memiliki tubuh dan alat indera yang lengkap untuk dapat

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. pemimpin negara dan secara langsung atau tidak langsung mempengaruhi

I. PENDAHULUAN. pemimpin negara dan secara langsung atau tidak langsung mempengaruhi 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Partisipasi politik adalah kegiatan sesorang atau kelompok orang untuk ikut serta secara aktif dalam kehidupan politik, antara lain dengan jalan memilih pemimpin

Lebih terperinci

PARTISIPASI POLITIK MASYARAKAT DALAM PEMILUKADA DI KECAMATAN SIAU BARAT SELATAN KABUPATEN SITARO 1. 0leh : Arther Muhaling 2

PARTISIPASI POLITIK MASYARAKAT DALAM PEMILUKADA DI KECAMATAN SIAU BARAT SELATAN KABUPATEN SITARO 1. 0leh : Arther Muhaling 2 PARTISIPASI POLITIK MASYARAKAT DALAM PEMILUKADA DI KECAMATAN SIAU BARAT SELATAN KABUPATEN SITARO 1 0leh : Arther Muhaling 2 ABSTRAK Kabupaten Sitaro telah dua kali melaksanakan pemilukada secara langsung.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN Secara umum metode penelitian diartikan sebagai cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu 1 yang digunakan untuk usaha untuk menemukan, mengembangkan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. putra-putri terbaik untuk menduduki jabatan-jabatan politik dan pejabatpejabat

BAB I PENDAHULUAN. putra-putri terbaik untuk menduduki jabatan-jabatan politik dan pejabatpejabat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Partai politik di era reformasi ini memiliki kekuasaan yang sangat besar, sesuatu yang wajar di negara demokrasi. Dengan kewenanangannya yang demikian besar itu, seharusnnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembelajaran adalah kegiatan yang memungkinkan guru dan siswa terlibat dalam suatu interaksi, dimana guru berperan sebagai pemberi pesan ataupun informasi dan siswa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pengarang serta refleksinya terhadap gejala-gejala sosial di sekitarnya (Iswanto

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pengarang serta refleksinya terhadap gejala-gejala sosial di sekitarnya (Iswanto BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra lahir di tengah-tengah masyarakat sebagai hasil imajinasi pengarang serta refleksinya terhadap gejala-gejala sosial di sekitarnya (Iswanto dalam

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 39 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Tipe Penelitian Berdasarkan tujuan penelitian, yaitu ingin mengetahui strategi humas Departemen Agama dalam mengkampanyekan penyelenggaraan ibadah haji untuk meningkatkan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Reformasi politik yang sudah berlangsung sejak berakhirnya pemerintahan Orde Baru di bawah kepemimpinan Presiden Soeharto pada bulan Mei 1998, telah melahirkan perubahan besar

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Tipe dan Sifat Penelitian Penelitian ini adalah penelitian yang bersifat deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Dalam penelitian dengan pendekatan kualitatif, data

Lebih terperinci