BAB III HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB III HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN"

Transkripsi

1 BAB III HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian Berdasarkan penelitian yang dilakukan penulis mengenai Gugatan Citizen Lawsuit dalam kasus kemacetan di DKI Jakarta, maka berikut ini hasil penelitian yang diperoleh dari berkas perkara Nomor: 53/PDT.G/2012/PN.JKT.PST. yang akan disajikan dan dianalisa penulis, sebagai berikut: 1. Identitas Para Pihak a. Penggugat: Agustinus Dawarja, S.H., Drs. Yohanes Tangur, S.H., dan Ngurah Anditya Ari Firnanda, S.H., M.H.Li; Advokat dan Konsultan Hukum pada Lex Regis Agustinus Dawarja & Partners, beralamar di Menara Duta Lantai 6, Wing C, Jalan H.R. Rasuna Said Kav. B-9 Jakarta 12910, Indonesia. Selanjutnya disebut sebagai Para Penggugat. b. Tergugat: 1) Pemerintah Provinsi DKI Jakarta, yang beralamat di Jalan Merdeka Selatan, Jakarta. Selanjutnya disebut sebagai Tergugat I; 2) Dewan Perwakilan Rakyat Daerah DKI Jakarta, yang beralamat di Gedung DPRD, Jalan Kebon Sirih Nomor 18 Jakarta Pusat. Selanjutnya disebut sebagai Tergugat II; 3) Negara Republik Indonesia cq. Pemerintah Republik Indonesia cq. Presiden Republik Indonesia, yang beralamat di Istana Negara, Jalan Veteran Nomor 16, Jakarta. Selanjutnya disebut sebagai Tergugat III; 4) Dewan Pimpinan Pusat Partai Demokrat, yang beralamat di Jalan Kramat Jaya Nomor 146, Jakarta Pusat. Selanjutnya disebut sebagai Turut Tergugat I; 5) Dewan Pimpinan Pusat Partai Keadilan Sejahtera, yang beralamat di MD Building, Jalan TB. Simatupang Nomor 82, Pasar Minggu, Jakarta Selatan. Selanjutnya disebut sebagai Turut Tergugat II; 22

2 23 6) Dewan Pimpinan Pusat Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan, yang beralamat di Jalan Lenteng Agung Jakarta Selatan. Selanjutnya disebut sebagai Turut Tergugat II; 7) Dewan Pimpinan Pusat Partai Golongan Karya, yang beralamat di Jalan Anggrek Neli Murni, Slipi, Jakarta Barat. Selanjutnya disebut sebagai Turut Tergugat IV; 8) Dewan Pimpinan Pusat Partai Persatuan Pembangunan yang beralamat di Jalan Diponegoro Nomor 60, Jakarta Pusat. Selanjutnya disebut sebagai Turut Tergugat V; 9) Dewan Pimpinan Pusat Partai Gerakan Indonesia Raya, yang beralamat di Jalan Harsono Nomor 54, Ragunan, Pasar Minggu, Jakarta Selatan. Selanjutnya disebut sebagai Turut Tergugat VI; 10) Dewan Pimpinan Pusat Partai Amanat Nasional, yang beralamat di Jalan Warung Buncit Raya Nomor 17, Jakarta Pusat. Selanjutnya disebut sebagai Turut Tergugat VII; 11) Dewan Pimpinan Pusat Partai Damai Sejahtera, yang beralamat di Jalan Letjen. S. Parman Nomor 6G, Bundaran Slipi, Jakarta Barat. Selanjutnya disebut sebagai Turut Tergugat VIII; 12) Dewan Pimpinan Pusat Partai Hati Nurani Rakyat, yang beralamat di Jalan Imam Bonjol Nomor 4, Jakarta Pusat. Selanjutnya disebut sebagai Turur Tergugat IX; 13) Dewan Pimpinan Pusat Partai Kebangkitan Bangsa, yang beralamat di Jalan Kalibata Timur Nomor 12, Jakarta Selatan. Selanjutnya disebut sebagai Turut Tergugat X. 2. Duduk Perkara Para Penggugat dengan surat gugatannya tertanggal 30 Januari 2012 yang terlah terdaftar di Kepaniteraan Pengadilan Negeri Jakarta Pusat pada tanggal 31 Januari 2012 dibawah Register Nomor: 53/PDT.G/2012/PN.JKT.PST. telah mengemukakan hal-hal sebagai berikut: a. Bahwa Para Penggugat adalah Warga Negara Republik Indonesia, yang berprofesi sebagai Advokat dan bekerja di Jakarta, yang selama ini

3 24 menggunakan seluruh ruas jalan di DKI Jakarta sebagai fasilitas umum yang seharusnya berhak atas rasa nyaman dengan lancarnya perjalanan saat melalui ruas jalanan di DKI Jakarta; b. Bahwa rasa nyaman tersebut, disebabkan karena tidak sebandingnya jumlah kendaraan dengan ruas jalan yang ada di DKI Jakarta, yang pada akhirnya mengakibatkan kemacetan yang luar biasa hebatnya. Kemacetan di seluruh ruas jalan di DKI Jakarta, terjadi hampir setiap jam kerja dan hal ini dapat mengganggu keselamatan dalam berkendara karena kemacetan tersebut menimbulkan kelelahan yang sangat, dalam berkendara; c. Bahwa kemacetan akan lebih bertambah parah apabila kota DKI Jakarta sedang diguyur hujan. Sehingga dapat dipastikan hampir seluruh ruas jalanjalan di DKI Jakarta akan macet total; d. Bahwa banyaknya jumlah kendaraan di DKI Jakarta saat ini, tidak diikuti dengan penambahan ruas jalan yang memadai, sehingga dapat dipastikan kemacetan di ruas jalanan di DKI Jakarta terjadi hampir sepanjang waktu; e. Bahwa kemacetan di seluruh ruas jalan di DKI Jakarta, tidak hanya mengganggu kesehatan fisik dan psikis Para Penggugat semata, tetapi juga menimbulkan pemborosan yang sangat luar biasa terhadap penggunaan bahan bakar kendaraan, yang selalu diserukan oleh Pemerintah Republik Indonesia untuk berhemat penggunaanya; f. Bahwa akibat kemacetan ini maka Tergugat I akan sangat diuntungkan sebab berdasarkan ketentuan Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah, maka setiap bahan bakar yang digunakan untuk kendaraan, akan dikenakan pajak, sehingga kesimpulannya adalah semakin boros pengunaan bahan bakar, maka Tergugat I akan semakin diuntungkan; g. Bahwa sejatinya Tergugat III telah memberikan peringatan kepada Pemerintah Provinsi DKI Jakarta, agar segera melakukan tindakan untuk mencegah kemacetan di DKI Jakarta. Namun faktanya sampai surat gugatan ini diajukan, belum ada tindakan nyata yang membawa dampak signifikan

4 25 untuk mengatasi kemacetan di DKI Jakarta, bahkan kemacetan yang terjadi justru semakin bertambah parah; h. Bahwa selain itu, angkutan umum (termasuk Transjakarta) yang disediakan oleh Tergugat I untuk mengatasi kemacetan, faktanya dari sisi jumlah masih sangat jauh lebih apabila dibandingkan dengan para masyarakat yang menggunakannya, sehingga sering kali Para Penggugat harus menunggu sampai dari 1 jam agar bisa menaiki angkutan umum tersebut. Terlebih saat menaiki angkutan umum tersebut, Para Penggugat sering kali harus berdiri berdesakan dengan sangat lama, karena jalanan tetap macet; i. Bahwa Tergugat I, Tergugat II dan Tergugat III sebagai penyelenggara negara, dalam menjalankan pemerintahannya harus tunduk kepada ketentuan Undang-Undang Dasar Tahun 1945, yang di dalamnya mengamatkan pada pemerintah untuk menjamin hak-hak warga negara termasuk untuk mendapatkan rasa aman dan nyaman. Namun sebagai penyelenggara negara yang memiliki otoritas penuh, dengan tidak mengeluarkan suatu kebijakan yang dapat mengatasi kemacetan di DKI Jakarta dengan segera, maka Tergugat I, Tergugat II dan Tergugat III telah melakukan perbuatan melawan hukum karena merugikan hak-hak asasi Para Penggugat sebagai warga negara yang menggunakan fasilitas umum berupa ruas jalanan di DKI Jakarta. Selanjutnya, Turut Tergugat sebagai pemegang amanah rakyat, pada faktanya juga hanya berdiam diri dan tidak melakukan usaha apapun dalam memperjuangkan bebasnya Jakarta dari kemacetan yang telah nyata membawa kerugian bagi warga negara yang berada di DKI Jakarta; j. Bahwa ketentuan Undang-Undang yang dilanggar oleh Tergugat I, Tergugat II dan Tergugat III adalah sebagai berikut: 1) Pasal 28H ayat (1) Undang-Undang Dasar Tahun 1945 yang berbunyi Setiap orang berhak hidup sejahtera lahir dan batin, bertempat tinggal dan sehat serta berhak memperoleh pelayanan kesehatan ;

5 26 2) Pasal 9 ayat (3) Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia yang berbunyi Setiap orang berhak atas lingkungan hidup yang baik dan sehat ; 3) Pasal 35 Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusi yang berbunyi Setiap orang berhak hidup di dalam tatanan masyarakat dan kenegaraan yang damai, aman dan tenteram yang menghormati, melindungi, dan melaksanakan sepenuhnya hak asasi manusia dan kewajiban dasar manusia sebagaimana diatur dalam Undang-Undang ini. k. Bahwa dengan demikian, menjadi patut apabila Tergugat I, Tergugat II dan Tergugat III dinyatakan telah melakukan perbuatan melawan hukum sebagaimana diatur di dalam ketentuan Pasal 1365 KUHPerdata yang berbunyi Tiap perbuatan melanggar hukum yang membawa kerugian kepada seorang lain, mewajibkan orang yang karena salahnya menerbitkan kerugiann itu, mengganti kerugian tersebut, selanjutnya Pasal 1366 KUHPerdata yang berbunyi Setiap orang bertanggung jawab tidak saja untuk kerugian yang disebabkan kelalaian atau kurang hati-hatinya ; l. Bahwa daripada memilih diam dan tidak melakukan apapun, sesungguhnya ada beberapa pilihan kebijakan yang dapat diambil oleh Tergugat I dan Tergugat II untuk mengurangi kemacetan yang terjadi di DKI Jakarta, antara lain: 1) Menambah jumlah angkutan umum yang saat ini, sehingga masyarakat tidak harus menunggu lama, untuk dapat naik angkutan umum; 2) Menaikkan pajak kendaraan bermotor milik pribadi dengan sangat tinggi, baik itu roda empat maupun roda dua, sehingga pertumbuhan jumlah kendaraan pribadi dapat ditekan; 3) Menaikkan tarif parkir di pinggir-pinggir jalan di DKI Jakarta atau melarang parkir seluruh kendaraan, sehingga tidak ada kendaraan yang parkir di badan jalan dan menghambat laju lalu lintas; 4) Melarang seluruh pedangan kaki lima untuk berjualan di trotoar atau di pinggir jalan-jalan di DKI Jakarta;

6 27 5) Pembatasan kendaraan bermotor berdasarkan usia kendaraan; dan 6) Moratorium kendaraan baru di wilayah Jabodetabek selama 6 (enam) sampai 12 (dua belas) bulan ke depan. Bahwa berdasarkan hal di atas, Para Penggugat mohon kepada Ketua Pengadilan Negeri Jakarta Pusat untuk menerima, memeriksa dan memutus perkara ini dengan amar putusan sebagai berikut: Primair a. Menerima gugatan Para Penggugat untuk seluruhnya; b. Menyatakan Gugatan Citizen Lawsuit Para Penggugat adalah sah; c. Menyatakan bahwa Tergugat I, Tergugat II dan Tergugat III dan Turut Tergugat telah melakukan perbuatan melawan hukum; d. Menyatakan bahwa Tergugat I, Tergugat II dan Tergugat III dan Turut Tergugat telah lalai dalam menjalankan kewajibannya untuk memenuhi dan melindungi Hak Asasi Penggugat termasuk Hak Asasi warga kota Jakarta; e. Menghukum Tergugat I, Tergugat II dan Tergugat III mengeluarkan kebijakan dengan segera untuk mengatasi kemaceta di Jakarta. Antara lain: 1) Menambah jumlah angkutan umum yang ada saat ini; 2) Menaikkan pajak kendaraan bermotor dengan sangat tinggi, baik itu roda empat maupun roda dua milik pribadi; 3) Menaikkan tarif parkir di pinggir-pinggir jalan di DKI Jakarta dan melarang parkir seluruh kendaraan di badan jalan; 4) Menertibkan (sterialisasi jalan) parkir liar yang ada di ruas-ruas jalan di DKI Jakarta; 5) Melarang seluruh pedagang kaki lima, untuk berjualan di trotoar atau di pinggir jalan-jalan utama di DKI Jakarta; 6) Melarang angkutan umum berhenti (ngetem) di pinggir jalan untuk menaikkan dan menurunkan penumpang, kecuali memang tersedia tempat yang diperuntukkan untuk hal tersebut; 7) Pembatasan kendaraan bermotor berdasarkan usia kendaraan; dan 8) Moratorium kendaraan baru di wilayah Jabodetabek selama 6 (enam) sampai 12 (dua belas) bulan ke depan.

7 28 f. Menghukum Tergugat I, Tergugat II, Tergugat III dan Turut Tergugat untuk meminta maaf secara tertulis kepada Penggugat dan warga kota Jakarta dalam sekurang-kurangnya 2 media cetak Nasional; g. Memerintahkan Tergugat I, Tergugat II, Tergugat III dan Turut Tergugat untuk membayar biaya perkara. Subsidair Mohon putusan yang seadil-adilnya (ex aequo et bono). 3. Proses Pemeriksaan Perkara a. Mediasi Majelis Hakim telah mengusahakan penyelesaian melalui proses mediasi sesuai dengan PERMA Nomor 1 Tahun 2008 tentang Prosedur Mediasi melalui Hakim Mediator tetapi tidak berhasil. b. Jawab menjawab Pemeriksaan perkara ini dimulai dengan pembacaan gugatan oleh Para Penggugat yang isinya sebagaimana tersebut di atas dan tetap dipertahankan oleh Para Penggugat. Dikarenakan gugatan Para Penggugat adalah Gugatan Citizen Lawsuit maka diberlakukan hukum acara Citizen Lawsuit sehingga pihak Tergugat diberikan kesempatan untuk memberikan tanggapan terhadap bentuk formil surat gugatan Citizen Lawsuit Para Penggugat yang berupa Tanggapan Legal Standing. Adapun Tanggapan Legal Standing dari Tergugat I yang pada pokoknya sebagai berikut: Tanggapan Legal Standing 1) Gugatan Citizen Lawsuit belum diatur dalam hukum positif Indonesia Bahwa Gugatan Citizen Lawsuit hanya dikenal dalam sistem hukum common law dan belum diatur dalam hukum positif di Indonesia. Namun demikian, sesuai ketentuan Pasal 10 ayat (1) Undang-Undang Nomor 48 Tahun 2009 tentang Kekuasaan Kehakiman mengatur Pengadilan dilarang menolak untuk memeriksa, mengadili, memutus suatu perkara yang diajukan dengan dalil tidak ada atau kurang jelas, melainkan wajib untuk memeriksa dan mengadili. Selain itu, untuk memeriksa suatu perkara yang belum diatur dalam hukum positif Indonesia, hakim harus

8 29 mencari dan menemukan hukumnya (rechtviding), namun demikian sesuai dengan ketentuan Pasal 5 ayat (1) Undang-Undang Nomor 48 Tahun 2009 tentang Kekuasaan Kehakiman menyebutkan Hakim dan Hakim Konstitusi wajib menggali, mengikuti dan memahami nilai-nilai hukum dan rasa keadilan yang hidup di dalam masyarakat pengertian kata menggali diartikan bahwa hukumnya sudah ada dalam aturan perundangan tetapi masih samar-samar, sehingga untuk menemukan hukumnya harus berusaha mencari dengan menggali nilai-nilai yang hidup di dalam masyarakat. Bahwa untuk menemukan hukum, hakim harus mencarinya dengan menggunakan metode interpretasi dan konstruksi. Metode interprestasi adalah penafsiran terhadap teks undang-undang, masih tetap berpegang pada bunyi teks itu. Sedangkan metode konstruksi hakim mempergunakan penalaran logisnya untuk mengembangkan lebih lanjut suatu teks undang-undang, dimana hakim tidak lagi terikat dan berpegang pada bunyi teks itu, tetapi dengan syarat hakim tidak mengabaikan hukum sebagai suatu sistem. Berdasarkan hal tersebut, karena Gugatan Citizen Lawsuit belum diatur dalam hukum positif Indonesia sudah seharusnya hakim yang mengadili perkara a quo menolak gugatan Para Penggugat atau apabila hakim yang mengadili perkara a quo menerima, harus menyebutkan dengan jelas dasar dan metode yang dipakai untuk menerima perkara a quo sebagai suatu penemuan hukum (rechtviding). 2) Gugatan tidak memenuhi syarat sebagai Gugatan Citizen Lawsuit Di negara-negara yang sudah terlebih dahulu mengadopsi mekanisme Citizen Lawsuit seperti di Amerika, India dan Australia serta dalam prakteknya berdasarkan beberapa gugatan yang pernah dilakukan di Indonesia, Citizen Lawsuit termasuk gugatan a quo harus memenuhi syarat-syarat sebagai berikut:

9 30 a) Adanya standing sebagai syarat pengajuan gugatan Standing dapat diartikan secara luas yaitu akses perorangan atau kelompok masyarakat atau organisasi di Pengadilan sebagai pihak penggugat. Para Penggugat dalam posita gugatan angka 1 menyebutkan Bahwa Para Penggugat adalah Warga Negara Republik Indonesia, yang berprofesi sebagai Advokat dan bekerja di Jakarta, yang selama ini menggunakan seluruh ruas jalan di DKI Jakarta sebagai fasilitas umum, selanjutnya dalam posita angka 2 menyebutkan Bahwa rasa tidak nyaman tersebut, disebabkan karena tidak nyaman tersebut, disebabkan karena tidak sebandingnya jumlah kendaraan dengan ruas jalan yang ada. Kemudian dalam petitum gugatan a quo, Para Penggugat sama sekali tidak meminta adanya penambahan agar dilakukan penambahan ruas jalan sehingga antara posita dan petitum bertentangan. Karena pertentangan antara posita dan petitum dalam gugatan a quo semakin menerangkan tidak jelasnya kepentingan umum apa yang hendak dibela Para Penggugat dan kepentingan siapa yang hendak dibela Para Penggugat atau justru Para Penggugat mengajukan gugatan untuk kepentingan pribadi untuk mendapatkan popularitas dan juga agar lancar menggunakan mobil pribadinya di jalanan. Selain itu Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia Nomor 1075 K/SIP/1982 menyebutkan karena petitum bertentangan dengan posita gugatan, gugatan tidak dapat diterima. Dengan demikian, tidak adanya dasar (standing) Para Penggugat untuk mengajukan gugatan a quo menyebabkan gugatan harus ditolak dan dinyatakan tidak dapat diterima. b) Adanya notifikasi Gugatan Citizen Lawsuit mensyaratkan adanya proses pemberitahuan (notifikasi). Peraturan mengenai Citizen Lawsuit berbeda dengan notifikasi seperti dalam Gugatan Class Action. Dalam gugatan perwakilan kelompok (Class Action) proses penreritahuan dilakukan

10 31 oleh wakil kelompok (class member) untuk ikut (opt-in) atau keluar (opt-out) dari kelompok kepentingan, jadi pemberitahuan ada pada unsur penggugat. Sedangkan pada hak gugat warga negara (Citizen Lawsuit) proses pemberitahuan di lakukan oleh penggugat (warga negara) terhadap gugatan (negara/pemerintah). Pemberitahuan (notifikasi) tersebut harus dibuat dalam bentuk tertulis, setidak-tidak memuat: (1) Informasi tentang pelaku pelanggaran dan lembaga yang relevan dengan pelanggaran; (2) Jenis pelanggaran; (3) Peraturan perundang-undangan yang dilanggar. Bahwa Para Penggugat dalam mengajukan gugatan a quo ke pengadilan tanpa terlebih dahulu mengajukan notifikasi atau pemberitahuan kepada pihak pemerintah merupakan tindakan yang prematur dan tidak memenuhi syarat untuk mengajukan gugatan dengan metode Citizen Lawsuit. Sudah seharusnya Para Penggugat mengajukan notifikasi (pemberitahuan) kepada Para Tergugat sebelum mengajukan gugatan a quo sehingga memberikan kesempatan secara adil kepada Tergugat I lakukan untuk mengatasi kemacetan untuk membuktikan Tergugat I tidak melakukan pembiaran seperti yang didalikan Para Penggugat dalam gugatannya sehingga proses pemberian penjelasan tersebut tidak perlu dilakukan melalui pengadilan. Pengajuan notifikasi (pemberitahuan) tersebut juga wajib dilaksanakan agar Para Penggugat dalam mengajukan gugatan dilengkapi dengan bukti dan fakta yang akurat. Dalam gugatan a quo, Para Penggugat sama sekali tidak mendasari dalil-dalilnya dengan bukti-bukti yang akurat sehingga dalil tersebut tidak berdasar dan harus ditolak. 3) Gugatan Citizen Lawsuit hanya dapat diajukan apabila Penggugat membuktikan negara dalam keadaan diam atau tidak melakukan tindakan apapun untuk kepentingan warga negaranya

11 32 Bahwa dalam gugatan a quo, Para Penggugat sama sekali tidak mampu memberikan bukti jika negara atau pemerintah diam atau tidak melakkan tindakan apapun. Justru dalam mengutip dari gugatannya, Para Penggugat dengan tegas mengakui bahwa negara atau pemerintah tidak diam dan telah melakukan tindakan untuk mengatasi kemacetan di Jakarta. Dengan demikian, Penggugat telah dengan tegas mengakui negara (Tergugat I) tidak diam dan telah melakukan langkah-langkah untuk mengatasi kemacetan di Jakarta. 4) Tergugat I mohon kebijaksanaan majelis hakim yang mengadili perkara a quo agar melalui gugatan a quo tidak terjadi gejolak sosial di masyarakat Kemacetan di Jakarta merupakan msalah yang sangat komplek, harus berkoordinasi dengan banyak pihak dan lintas daerah serta butuh penanganan yang mempertimbangkan banyak faktor khususnya rasa keadilan di masyarakat. Apabila petitum Para Penggugat dikabulkan untuk segera dilaksanakan, seperti menaikkan pajak kendaraan bermotor sangat tinggi, menaikkan tarif parkir, melarang parkir di seluruh ruas jalan, melarang angkutan umum berhenti (ngetem) di pinggir jalan kecuali tersedia tempat yang diperuntukkan untuk hal tersebut dan petitum lainnya pasti akan terjadi gejolak sosial di masyarakat. Bahwa sampai saat ini Pemerintah terus berupaya melakukan tindakantindakan untuk mengatasi kemacetan tanpa menimbulkan gejolak sosial di tengah-tengah masyarakat dan menyediakan sarana prasarana untuk mengatasi kemacetan dan masyarakat beralih ke transportasi umum/massal. Sekiranya Majelis Hakim yang memeriksa dan mengadili perkara a quo berkenan memutus perkara sebagai berikut: Primair 1) Menerima Tanggapan Legal Standing Tergugat I; 2) Menyatakan Para Penggugat tidak mempunyai hak (standing) untuk mengajukan Gugatan Citizen Lawsuit;

12 33 3) Menyatakan gugatan Para Penggugat tidak memenuhi syarat sebagai Gugatan Citizen Lawsuit sehingga tidak dapat diterima; 4) Menghukum Para Penggugat untuk membayar segala biaya perkara yang ditetapkan. Subsidair Apabila pengadilan berpendapat lain, mohon putusan yang seadil-adilnya (ex aequo et bono) Selain mengajukan tanggapan Legal Standing terhadap Gugatan Citizen Lawsuit, Tergugat I juga mengajukan Jawaban yang pada pokoknya sebagai berikut: Dalam Eksepsi 1) Eksepsi Kompetensi Absolut Kebijakan/keputusan yang diminta oleh Para Penggugat agar dikeluarkan oleh Para Tergugat masuk ke dalam rumusan Pasal 1 angka 3 Undang- Undang Nomor 5 Tahun 1986 tentang Peradilan Tata Usaha Negara sebagaiman telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2004 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1986 tentang Peradilan Tata Usaha (UU PTUN) yakni penetapan tertulis yang dikeluarkan oleh Badan/Pejabat Tata Usaha Negara yang berisi tindakantindakan tata usaha negara yang bersifat konkrit, individual dan final sehingga menimbulkan akibat hukum bagi seseorang atau badan hukum. Berdasarkan Pasal 3 ayat (1) UU PTUN menerangkan Badan atau Pejabat Tata Usaha Negara yang tidak mengeluarkan keputusan sedangkan itu menjadi kewajibannya maka hal tersebut disamakan dengan Keputusan Tata Usaha Negara. Oleh karena yang menjadi pokok gugatan Penggugat sebagaimana telah diuraikan oleh Tergugat I adalah sengketa tata usaha negara, maka berdasarkan Pasal 4 UU PTUN yang menyebutkan "Peradilan Tata Usaha Negara adalah salah satu pelaku kekuasaan kehakiman bagi rakyat pencari keadilan terhadap sengketa Tata Usaha Negara", Pengadilan yang berwenang untuk memeriksa dan

13 34 mengadili perkara a quo adalah Pengadilan Tata Usaha Negara dan bukan Pengadilan Negeri Jakarta Pusat. Bahwa sesuai Yurisprudensi Mahkamah Agung Nomor 620 K/Pdt/1999 tertanggal 29 Desember 1999, bila yang digugat adalah Badan atau Pejabat Tata Usaha Negara dan obyek gugatan menyangkut perbuatan yang menjadi wewenang pejabat tersebut, maka yang berwenang mengadili perkara tersebut adalah Peradilan Tata Usaha Negara bukan wewenang peradilan negeri, maka berdasarkan Pasal 134 HIR dan Pasal 132 Rv, maka mohon agar Majelis Hakim yang mengadili perkara a quo menyatakan tidak berwenang untuk memeriksa, mengadili dan memutus perkara a quo. 2) Gugatan Penggugat Tidak Memenuhi Syarat Formil Gugatan Citizen Lawsuit Bahwa sesuai dengan Buku Class Action & Citizen Lawsuit, Laporan Penelitian, terbitan Mahkamah Agung Tahun 2009 disebutkan beberapa kasus Gugatan Citizen Lawsuit yang pernah didaftarkan di Indonesia, dan dari seluruh Gugatan Citizen Lawsuit dapat ditarik kesimpulan bahwa Majelis Hakim yang menangani dan memutus perkara-perkara tersebut menjadikan notifikasi sebagai syarat penting terpenuhinya syarat formil suatu Gugatan Citizen Lawsuit, dimana walaupun belum diatur sebagai hukum positif di Indonesia namun telah menjadi hukum yang hidup di dunia peradilan (Living Law) dan diikuti oleh hakim-hakim dalam memutus perkara Citizen Lawsuit. Notifikasi sebagai syarat formil mengajukan Gugatan Citizen Lawsuit diperlukan agar masyarakat tidak sembarangan mengajukan gugatan kepada Pemerintahan yang justru dapat mengganggu Pemerintahan dalam melakukan pembangunan. Bahwa dalam gugatan a quo, Para Penggugat sama sekali tidak mengajukan notifikasi terlebih dahulu sebelum mengajukan gugatan a quo sehingga cukup beralasan bagi Majelis Hakim yang mengadili perkara a quo untuk memutus dengan menyatakan gugatan Para

14 35 Penggugat tidak memenuhi syarat formil gugatan sehingga gugatan Para Penggugat tidak dapat diterima. 3) Gugatan Penggugat Kurang Pihak Penggugat dalam gugatannya telah menjadikan data yang dimiliki Polda Metro Jaya dan data yang dimiliki Dinas Perhubungan Provinsi DKI Jakarta sehingga Penggugat mengakui Kepolisian RI (Polda Metro Jaya) dan Dinas Perhubungan Provinsi DKI Jakarta merupakan lembaga yang berwenang di bidang lalu lintas dan angkutan jalan namun tidak menjadikannya pihak dalam gugatan a quo. Berdasarkan alasan-alasan tersebut di atas dan sejalan dengan Yurisprudensi Nomor 151 K/Sip/1975 tanggal 13 Mei 1975 yang menyebutkan pihak-pihak yang berperkara harus dicantumkan secara lengkap maka gugatan Para Penggugat yang kurang pihak harus dinyatakan batal tidak dapat diterima. 4) Gugatan Kabur dan Tidak Jelas (Obscuur Libel) Bahwa gugatan Para Penggugat menjadi kabur dan tidak jelas karena Penggugat tidak menerangkan secara jelas di ruas jalan mana kemacetan terjadi dan pada waktu kapan kemacetan tersebut terjadi. Kemudian Para Penggugat tidak konsisten dengan dalil gugatannya karena di satu sisi Para Penggugat menyebutkan Para Tergugat telah mengeluarkan kebijakan untuk mengatasi kemacetan di Provinsi DKI Jakarta, namun di sisi lain Para Penggugat menyebutkan Para Tergugat tidak mengeluarkan kebijakan dan hanya memilih diam serta tidak melakukan kegiatan apapun. Hal ini semakin menunjukkan gugatan yang disusun Para Penggugat sangat kabut dan tidak jelas (obscuur libel). Bahwa berdasarkan seluruh penjelasan di atas maka gugatan Penggugat adalah kabur dan tidak jelas (Obscuur Libel) sehingga sudah layak dan sepantasnya jika gugatan a quo Penggugat dinyatakan tidak dapat diterima. 5) Gugatan Premature Bahwa Para Penggugat tidak memiliki informasi yang cukup dan pengetahuan yang cukup di bidang transportasi dan lalu lintas sehingga

15 36 sangat terburu-buru mengajukan permasalahan a quo ke Pengadilan. Namun demikian, Tergugat I menganggap gugatan a quo terjadi sebagai bentuk aspirasi dari Para Penggugat untuk mengatasi kemacetan Provinsi DKI Jakarta namun tidak tahu kemana menyalurkan aspirasinya tersebut. Selain itu, saat ini telah ada Dewan Transportasi Kota Jakarta yang merupakan lembaga multi stakeholder untuk mengurus pengembangan masalah transportasi di Jakarta. Dengan adanya Dewan Transportasi Kota Jakarta tersebut Para Penggugat seharusnya dapat menyalurkan aspirasinya untuk memberikan masukan kepada Pemerintah mengenai kebijakan apa yang sebaiknya diambil untuk mengatasi kemacetan di Provinsi DKI Jakarta, sehingga penyelesaian perkara a quo melalui Pengadilan dapat menjadi upaya terakhir setelah Para Penggugat memiliki informasi yang cukup dan telah melakukan upaya-upaya di luar Pengadilan menyalurkan aspirasinya untuk mengatasi kemacetan di Provinsi DKI Jakarta. Bahwa berdasarkan seluruh penjelasan di atas maka gugatan Penggugat adalah premature sehingga sudah layak dan sepantasnya jika gugatan a quo Penggugat dinyatakan tidak dapat diterima. 6) Petitum Gugatan Bertentangan Dengan Posita Gugatan Bahwa Tergugat I menolak petitum yang diajukan Penggugat yang meminta Majelis Hakim dalam perkara a quo memutus dengan menyatakan Tergugat I telah melakukan perbuatan melawan hukum dan lalai menjalankan kewajibannya untuk memenuhi hak asasi Penggugat termasuk hak asasi warga kota Jakarta padahal tidak ada satu-pun uraian gugatan yang mendasari permintaan tersebut atau dengan kata lain antara posita dan petitum tersebut saling bertentangan. Kemudian Tergugat I menolak petitum nomor 5 Para Penggugat yang meminta Para Tergugat mengeluarkan kebijakan untuk mengatasi kemacetan di Provinsi DKI Jakarta namun dalam posita, Para Penggugat sama sekali tidak menjelaskan apa dasar kebijakan tersebut harus diambil, siapa saja yang berwenang mengambil kebijakan tersebut sesuai dengan peraturan

16 37 perundang-undangan yang berlaku di bidang lalu lintas dan angkutan jalan dan Para Penggugat sama sekali tidak mengetahui kebijakan apa saja yang telah diambil oleh Para Tergugat namun atas dasar ketidaktahuannya tersebut Para Penggugat dalam petitumnya meminta agar Para Tergugat mengeluarkan kebijakan yang sesungguhnya sudah ada. Selain itu, dalam petitum nomor 5 huruf h yang meminta moratorium kendaraan baru di wilayah Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang dan Bekasi (Jabodetabek) merupakan petitum yang mengadaada dan bertentangan dengan posita. Gugatan a quo adalah terkait kemacetan di Provinsi DKI Jakarta namun tanpa dalil apapun di posita dan petitum Para Penggugat yang meminta adanya kebijakan meliputi wilayah Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang dan Bekasi (Jabodetabek) merupakan petitum yang mengada-ada dan tidak bisa dikabulkan. Bahwa Mahkamah Agung dalam Putusan Mahkamah Agung Rl No K/SIP/1982 menyatakan : karena petitum bertentangan dengan posita gugatan, gugatan tidak dapat diterima sehingga dengan demikian gugatan Para Penggugat sudah seharusnya dinyatakan tidak dapat diterima. Dalam Pokok Perkara 1) Bahwa Tergugat I dengan tegas menolak dalil Penggugat dalam angka 11 dan angka 14 Surat Gugatan karena Para Penggugat sama sekali tidak mampu memberikan bukti jika negara atau pemerintah diam atau tidak melakukan tindakan apapun. Justru Para Penggugat telah dengan tegas mengakui bahwa negara atau pemerintah tidak diam dan telah melakukan tindakan untuk mengatasi kemacetan di Jakarta; 2) Bahwa selain itu, Tergugat I telah melakukan berbagai upaya untuk mengatasi kemacetan di Provinsi DKI Jakarta antara lain memperbaiki dan membangun jalur Bus Transjakarta, membangun jalan layang non tol, membangun Mass Rapid Transit (MRT) dan masih banyak kebijakan dan upaya lainnya;

17 38 3) Bahwa dengan demikian Penggugat telah dengan tegas mengakui negara (Tergugat I) tidak diam dan telah melakukan langkah-langkah untuk mengatasi macet di Jakarta serta Tergugat I juga telah melakukan berbagai upaya untuk mengatasi kemacetan di Provinsi DKI Jakarta sehingga gugatan Para Penggugat tidak terbukti dan tidak memenuhi syarat sebagai Gugatan Citizen Lawsuit; 4) Bahwa Para Penggugat dalam gugatannya sama sekali tidak menguraikan unsur-unsur perbuatan melawan hukum secara terperinci berdasarkan ketentuan Pasal 1365 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata (KUH Perdata) yang telah dilakukan oleh Tergugat I; 5) Bahwa berdasarkan penjelasan tersebut di atas, Tergugat I menolak dengan tegas dalil Penggugat dalam angka 11, angka 12 dan angka 13 Surat Gugatan karena Para Penggugat tidak mampu menjelaskan sekaligus membuktikan perbuatan melawan hukum yang dilakukan oleh Tergugat I; 6) Bahwa dalam gugatan a quo, Para Penggugat meminta agar Para Tergugat mengeluarkan kebijakan (sesuai petitum angka 5 Surat Gugatan) namun Para Penggugat mengajukan petitum tersebut tanpa menjelaskan dalam posita apa yang menjadi dasar petitum tersebut dan peraturan perundang-undangan mana yang dapat dijadikan dasar petitum tersebut sehingga petitum yang diminta oleh Para Penggugat menjadi petitum yang tidak berdasar atau petitum yang tidak bisa dibuktikan oleh Para Penggugat dan petitum yang tidak sesuai dengan peraturan perundang-undangan; 7) Bahwa Penggugat dalam gugatannya tidak bisa membuktikan Tergugat I dalam keadaan diam atau tidak melakukan tindakan apapun (omisi) karena sesungguhnya sudah banyak kebijakan yang diambil pemerintah untuk mengatasi kemacetan di Provinsi DKI Jakarta dan Penggugat meminta dalam petitumnya kebijakan yang bertentangan dengan peraturan perundang-undangan sehingga terbukti gugatan Penggugat adalah gugatan yang tidak berdasar dan sudah seharusnya ditolak.

18 39 Berdasarkan hal-hal tersebut di atas, Tergugat I memohon kiranya Majelis Hakim yang memeriksa dan mengadili perkara a quo berkenan memutus perkara sebagai berikut: Pramair Dalam Eksepsi 1) Menyatakan Pengadilan Negeri Jakarta Pusat tidak berwenang mengadili perkara; 2) Menyatakan gugatan Penggugat tidak dapat diterima; 3) Menghukum Penggugat untuk membayar biaya perkara. Dalam Pokok Perkara 1) Menolak gugatan Penggugat untuk seluruhnya; 2) Menghukum Penggugat untuk membayar segala biaya/ongkos perkara yang ditetapkan. Subsidair Apabila Majelis Hakim yang memeriksa serta mengadili perkara a quo berkehendak lain, maka mohon putusan yang seadil-adilnya (ex aequo et bono). Selanjutnya Tergugat III mengajukan Tanggapan Legal Standing, sebagai berikut: Tanggapan Legal Standing 1) Gugatan Para Penggugat dengan Mekanisme Citizen Lawsuit tidak diatur/tidak diakomodir dalam Peraturan Perundang-Undangan Indonesia Penggugat di dalam posita gugatan baik Poin 1 sampai dengan Poin 15 tidak menyebutkan dasar/peraturan Perundang-Undangan Indonesia yang melandasi dasar pengajuan Gugatan Citizen Lawsuit karena memang tidak ada satupun yang mengatur mengenai mekanisme Citizen Lawsuit tersebut. Gugatan Citizen Lawsuit adalah gugatan perbuatan melawan hukum atas nama kepentingan umum (on behalf of the public interest) yang dikenal dalam sistem hukum common law yang diajukan oleh setiap orang dengan pengaturan Negara atau dengan "kata lain harus ada

19 40 aturannya terlebih dahulu. Hal ini dimaksudkan agar mekanisme gugatan seperti ini tidak ditaklukan secara asal- asalan atau asal menggugat organ Pemerintah/ Negara atau pihak swasta. Gugatan Citizen Lawsuit tidak dikenal dan tidak diatur dalam ketentuan perundang- undangan di Indonesia. Oleh karena itu Tergugat III secara tegas menolak segala bentuk gugatan apa pun yang belum/tidak diatur dalam ketentuan peraturan perundang- undangan di Indonesia. Hal ini dimaksudkan agar tertib hukum dan kepastian hukum yang ada ditengah masyarakat tetap terpelihara dan terjaga. Gugatan perwakilan yang diakui di Indonesia adatah Gugatan Perwakilan Kelompak/Class Action (vide Peraturan Mahkamah Agung Rl Nomor : 1 Tahun 2002 tentang Acara Gugatan Perwakilan Kelompok) dan Gugatan Legal Standing yang diatur dalam beberapa peraturan perundangundangan antara lain: Undang Undang Nomor 23 Tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup; Undang Undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan, dan Undang Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen. Dengan demikian mekanisme Gugatan Citizen Lawsuit tidak dikenal dalam ketentuan peraturan perundang-undangan di Indonesia. Oleh karena gugatan para Penggugat dalam bentuk Citizen Lawsuit sama sekati belum diatur atau belum dikenal dalam sistem hukum dan peraturan perundang-undangan di Indonesia, maka mohon Majelis Hakim yang memeriksa dan mengadili perkara a quo menyatakan gugatan Penggugat tidak dapat diterima. 2) Gugatan Penggugat Tidak Memenuhi Syarat-Syarat Gugatan Citizen Lawsuit Gugatan Citizen Lawsuit yang merupakan gugatan perbuatan melawan hukum atas nama kepentingan umum terhadap negara atau pemerintah yang pertama sekali di negara Amerika Serikat, yang mensyaratkan bahwa orang perorangan/warga negara yang akan mengajukan gugatan harus melakukan pemberitahuan (notice) terlebih dahulu tentang maksud dan tujuan dari pengajuan Gugatan Citizen Lawsuit sebelum pendaftaran

20 41 dan pengajuan gugatan dilakukan. Notifikasi menjadi suatu prasyarat untuk dapat diajukannya suatu Gugatan Citizen Lawsuit. Pemberitahuan (notice) tersebut merupakan suatu "mini statement" (pernyataan singkat) tentang kasus dan dibuat sesuai dengan syarat-syarat notifikasi yang Notifikasi tersebut harus mengidentifikasikan pelanggaran dan tuntutan spesifik yang kemudian menjadi dasar pengajuan gugatan. Bahwa sampai dengan didaftarkannya gugatan ini di Pengadilan Negeri Jakarta Pusat, Tergugat III belum pernah menerima notifikasi dari Penggugat, sedangkan salah satu tujuan yang hendak dicapai dengan adanya kewajiban melakukan notifikasi adalah memberikan kesempatan secara fair kepada Tergugat/para Tergugat untuk mengajukan bantahan dalam kesempatan awal dari proses penanganan perkara. Bahwa isi Somasi adalah akan diajukan suatu Gugatan Citizen Lawsuit terhadap penyelenggara Negara atas kelalaian negara dalam pemenuhan hak-hak warga negaranya dan memberikan kesempatan bagi negara untuk melakukan pemenuhan jika tidak ingin gugatan diajukan. Pada prakteknya somasi ini harus diajukan selambat- lambatnya 2 (dua) butan sebelum gugatan didaftarkan. 3) Penggugat Tidak Mempunyai Hak (Standing) Untuk Mengajukan Gugatan Citizen Lawsuit Bahwa seandainya Majelis Hakim berpendapat lain dalam perkara ini bahwa Gugatan Citizen Lawsuit sebagaimana praktek yang dikenal di negara lain seperti di Amerika Serikat dapat diterapkan di negara Republik Indonesia, maka pengajuan gugatan seperti ini mengharuskan pengadilan memeriksa dan menentukan terlebih dahulu apakah pihak Penggugat memiliki hak dan kapasitas (standing) untuk mengajukan Gugatan Citizen Lawsuit, Gugatan Citizen Lawsuit dimaksud untuk melindungi kepentingan umum dan masyarakat, tidak setiap orang dapat mengajukan Gugatan Citizen Lawsuit. Terlebih dahulu harus dipenuhi persyaratan yang menumbuhkan hak (standing) bagi seseorang untuk mengajukan gugatan seperti itu. Hak (standing) pada dasarnya berupa

21 42 tuntutan bahwa seorang Penggugat memiliki kepentingan nyata dan pribadi dalam sengketa, dan benar-benar menderita kerugian. Asas dasar utama yang penting dalam hukum acara perdata kita adalah asas POINT D'INTERET PAINT DACTION yang berarti barang siapa mempunyai kepentingan dapat mengajukan tuntutan hak atau gugatan. Kepentingan disini bukan asal kepentingan, tetapi kepentingan hukum secara langsung, yaitu kepentingan yang dilandasi dengan adanya hubungan hukum antara Penggugat dan Tergugat dan hubungan hukum itu langsung diatami sendiri secara kongkrit oleh Penggugat. Jika setiap orang dimungkinkan untuk menggugat tanpa syarat adanya "kepentingan hukum yang langsung" maka dapat dipastikan pengadilan akan kebanjiran gugatan-gugatan bahkan di negara yang mengenal adanya bentuk Gugatan Citizen Lawsuit, untuk melindungi kepentingan umum dan masyarakat, tidak setiap orang dapat mengajukan Gugatan Citizen Lawsuit, karena tertebih dahulu harus dipenuhi persyaratan yang menimbutkan hak (standing) bagi seseorang untuk mengajukan gugatan semacam itu. Berdasarkan praktek di Amerika Serikat, untuk dapat mengajukan gugatan dalam bentuk Citizen Lawsuit, para Penggugat harus menunjukkan adanya kerugian yang diderita, namun dalam gugatan a quo para Pengugat tidak menunjukkan adanya kerugian yang diderita. Hal ini sesuai dengan isi petitum gugatan yang pada intinya Tergugat III meminta maaf secara tertulis kepada Penggugat dan warga kota Jakarta dalam sekurang-kurangnya 2 media cetak Nasional. Para Penggugat tidak memiliki hak dan kapasitas (standing) untuk mengajukan gugatan Citizen Lawsuit, karena apabila seseorang ingin mengajukan tuntutan hak atau gugatan terlebih dahulu harus dipenuhi persyaratan yang menimbulkan hak (standing) bagi seseorang untuk mengajukan gugatan. Jika setiap orang dimungkinkan untuk menggugat tanpa syarat adanya "kepentingan hukum langsung" maka dapat dipastikan pengadilan akan kebanjiran

22 43 gugatan-gugatan. Oleh karena itu sudah selayaknya bagi Majelis Hakim untuk menyatakan gugatan tidak dapat diterima. Berdasarkan uraian, mengenai Legal Standing Penggugat tersebut diatas, Tergugat III mohon dengan hormat kepada Majelis Hakim yang memeriksa dan mengadili perkara a quo untuk berkenan memberikan putusan dengan amar sebagai berikut: Primair 1) Menerima Tanggapan Citizen Lawsuit Tegugat III; 2) Menyatakan Para Penggugat tidak mempunyai hak (standing) untuk mengajukan Gugatan Citizen Lawsuit; 3) Menyatakan gugatan Penggugat tidak dapat diterima; 4) Membebankan biaya/ongkos perkara kepada Penggugat. Subsidair Apabila pengadilan berpendapat lain, mohon putusan yang seadil-adilnya (ex aequo et bono). Selain itu mengajukan tanggapan terhadap Legal Standing, Tergugat III juga mengajukan jawaban sebagai berikut: Dalam Eksepsi 1) Eksepsi Kewenangan Mengadili Absolut Bahwa dalam menyelenggarakan tugas pemerintahan yang berkaitan dengan kebijakan/policy tidak dapat dinilai/tidak tunduk dalam kewenangan mengadili oleh Badan peradilan dan merupakan kebijakan/policy pemerintah. Dengan demikian lembaga peradilan termasuk Pengadilan Negeri Jakarta Pusat yang saat ini sedang memeriksa dan mengadili perkara a quo tidak mempunyai kewenangan untuk menilai atau menguji secara hukum suatu kebijakan terkait dengan merumuskan dan melaksanakan kebijakan tentang mengatasi suatu kemacetan di DKI Jakarta sebagaimana Yurisprudensi Mahkamah Agung Rl Nomor: 8383K/Sip/1970 tanggal 3 Maret 1971 pada intinya

23 44 menyebutkan bahwa perbuatan kebijakan penguasa (dalam hal ini Pemerintah Rl) tidak termasuk kompetensi pengadilan untuk menilainya. Selain itu berdasarkan Surat Edaran Mahkamah Agung Rl Nomor: MA/ Pem/0159/77 tanggal 25 Februari 1977 yang ditujukan kepada semua Ketua Pengadilan Tinggi, Pengadilan Negeri dan Hakim di seluruh Indonesia memberikan petunjuk: "Bahwa kebijakan penguasa tidak termasuk kompetensi pengadilan untuk memeriksanya". Uraian tersebut menunjukan bahwa Pengadilan Negeri Jakarta Pusat tidak berwenang untuk memeriksa dan mengadili gugatan para Penggugat, sehingga cukup alasan bagi Majelis Hakim untuk menyatakan gugatan Penggugat tidak dapat diterima. 2) Gugatan Penggugat Kurang Pihak Gugatan yang diajukan penggugat dalam Gugatan Citizen Lawsuit terkait dengan kemacetan di DKI Jakarta adalah kurang pihak karena salah satu unsur pelaksana yang berwenang mengatur kelancaran lalu lintas dan angkutan di jalan raya tidak ditarik sebagai tergugat yang dalam hal ini adalah Polisi lalu lintas yang bertugas menyelenggarakan tugas kepolisian mencakup penjagaan, pengaturan, pengawalan dan patroli, pendidikan masyarakat dan rekayasa lalu lintas, registrasi dan identifikasi pengemudi atau kendaraan bermotor, penyidikan kecelakaan lalu lintas dan penegakan hukum dalam bidang lalu lintas, guna memelihara keamanan, ketertiban dan kelancaran lalu lintas. Pada dasarnya banyak faktor yang mempengaruhi terjadinya kemacetan lalu lintas di jalan raya salah satunya adalah perilaku berkendara yang tidak tertib dalam mematuhi rambu-rambu lalu lintas sehingga peran Kepolisian Republik Indonesia melalui Polantas sangat dominan mengatasi dan mengatur kelancaran lalu lintas di jalan raya. Dengan demikian apabila Kepolisian Negara Republik Indonesia Cq Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia sebagaimana yang diatur dalam Pasal 5 ayat (3) Undang- Undang Nomor 22 tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan tidak ditarik sebagai pihak dalam perkara a quo maka gugatan adalah

24 45 kurang pihak "plurium litis consortium", sehingga cukup beralasan bagi Majelis Hakim untuk menyatakan gugatan Penggugat tidak dapat diterima. 3) Gugatan Penggugat Kabur (Obscuur Libel) Bahwa Gugatan Citizen Lawsuit Para Penggugat adalah tidak jelas dan kabur (obscuur libel) dengan pokok sebagai berikut: a) Adanya kontradiksi dalam posita Dalam gugatannya Penggugat secara tegas Penggugat mengakui bahwa Tergugat III telah memberikan peringatan, tetapi dikarenakan DKI Jakarta adalah Daerah otonom yang merupakan kesatuan masyarakat hukum yang mempunyai batas-batas wilayah yang berwenang mengatur dan mengurus urusan pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat menurut prakarsa sendiri berdasarkan aspirasi masyarakat dalam sistem Negara Kesatuan Republik Indonesia maka untuk mengatasi kemacetan yang didalilkan oleh Penggugat sepenuhnya menjadi kewenangan DKI Jakarta sebagai daerah otonomi. Di sisi lain Penggugat menyatakan bahwa sebagai penyelengara negara yang memiliki otoritas penuh, dengan tidak mengeluarkan suatu kebijakan yang dapat mengatasi kemacetan di DKI Jakarta dengan segera, maka Tergugat I, Tergugat II dan tergugat III, telah melakukan perbuatan melawan hukum. Faktanya Tergugat III tidak membiarkan adanya kemacetan yang didalilkan oleh penggugat, peringatan yang diberikan oleh Tergugat III kepada pemerintah Provinsi DKI Jakarta merupakan wujud dari tanggung jawab negara dalam melakukan pembinaan yang meliputi perencanaan, pengendalian, pengaturan dan pengawasan untuk penyelenggaraan operasional manajemen dan rekayasa lalu lintas dan angkutan jalan sebagaimana yang diamanatkan Undang-undang Nomor 22 tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan.

25 46 b) Tidak jelasnya antara posita dan petitum Lazimnya dalam Gugatan Citizen Lawsuit suatu posita berisi data-data yang jelas, lengkap dan terperinci tentang adanya suatu peristiwa hukum yang dalam hal ini didalilkan oleh Para Penggugat disebabkan karena Tergugat III tidak membuat kebijakan sehingga terjadi kemacetan di DKI Jakarta yang pada akhimya dianggap sebagai suatu perbuatan melawan hukum. Dalil-dalil yang disampaikan harus didukung data-data yang empiris yang menjelaskan bahwa adanya kemacetan di DKI Jakarta disebabkan oleh tidak adanya kebijakankebijakan sebagaimana petitum Penggugat. Tetapi pada kenyataanya posita yang diuraikan oleh Para Penggugat hanya merupakan informasi dari situs-situs pemberitaan berbagai media online yang dikutip secara serampangan, seharusnya informasi tersebut diolah melalui metode penelitian yang hasilnya kemudian dipublikasikan secara resmi sebagai naskah akademis yang ditujukan kepada penyelengara negara dalam rangka membuat kebijakan. Dengan hanya didasarkan pada suatu informasi tersebut maka posita menjadi tidak jelas, padahal posita merupakan landasan pemeriksan dan penyelesaian perkara dan juga beban wajib bukti kepada penggugat untuk membuktikan gugatannya sebagaimana yang diatur Pasal 1865 KUHPerdata dan Pasal 163 HIR, setiap orang yang mendalilkan suatu hak, atau guna meneguhkan haknya maupun membantah hak orang lain diwajibkan membuktikan hak atau peristiwa tersebut. Dari uraian di atas menunjukkan secara jelas bahwa gugatan Para Pengugat di dalam perkara ini merupakan gugatan kabur, sehingga cukup alasan bagi Majelis Hakim untuk menyatakan gugatan tidak dapat diterima. Dalam Pokok Perkara 1) Para Penggugat mendalilkan bahwa Tergugat III telah melakukan perbuatan melawan hukum yang diatur dalam Pasal 1365 KUH Perdata yang menyatakan "Tiap perbuatan melanggar hukum yang membawa

26 47 kerugian yang kepada orang lain yang disebabkan perbuatannya, mewajibkan orang karena salahnya menerbitkan kerugian orang itu, mengganti kerugian tersebut ; 2) Ketentuan Pasal 1365 KUHPerdata menegaskan bahwa agar suatu perbuatan dapat dipandang sebagai perbuatan melawan hukum maka harus dipenuhi unsur-unsur, yaitu: a) Perbuatan melawan hukum; b) Harus ada kesalahan yang dapat diukur secara objektif dan subjektif; c) Harus ada kerugian yang ditimbulkan; d) Harus ada hubungan kasual antara perbuatan dengan kerugian yang ditimbulkan. 3) Terhadap dalil Para Penggugat tersebut yang dalam perkara ini yang menyatakan bahwa Tergugat III sebagai Penyelengara Negara tidak membuat suatu kebijakan untuk mengatasi kemacetan di DKI Jakarta sehingga dapat dikategorikan sebagai perbuatan melawan hukum; 4) Bahwa DKI Jakarta sebagai daerah otonom mempunyai kewenangan penuh untuk menetapkan dan melaksanakan kebijakan di bidang tata ruang, lingkungan hidup dan transportasi dalam rangka pelaksanaan penyelenggaraan lalu lintas yang dalam hal ini adalah untuk mengatasi kemacetan sebagaimana petitum Para Penggugat, pelaksanaan penyelengaraan lalu lintas tersebut bertujuan untuk mengetahui keadaan keamanan, keselamatan, ketertiban, dan kelancaran lalu lintas dan angkutan jalan; 5) Sedangkan Tergugat III sebagai Penyelenggara Negara tidak mempunyai kewenangan untuk menggeluarkan suatu kebijakan yang terkait dengan kemacetan di Provinsi DKI Jakarta karena secara ketatanegaraan Tergugat III terikat pada prinsip-prinsip otonomi yang merupakan hak dan wewenang dan juga kewajiban daerah otonom untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat sesuai dengan peraturan perundang-undangan, sehingga tidak

27 48 ada alasan yang logis mengaitkan Tergugat III atas permasalah kemacaten yang terjadi di sebagain ruas jalan di DKI Jakarta; Berdasarkan uraian kami tersebut di atas perkenankanlah Tergugat III mengajukan permohonan agar Yang Terhormat Majelis Hakim yang memeriksa dan mengadili perkara ini berkenan untuk memberikan putusan dengan amar sebagai berikut: Primair Dalam Eksepsi 1) Menerima eksepsi yang diajukan oleh Tergugat III; 2) Menyatakan Pengadilan Negeri Jakarta Pusat tidak berwenang untuk memeriksa dan mengadili perkara a quo; 3) Menyatakan gugatan Para Penggugat tidak dapat diterima. Dalam Pokok Perkara 1) Menolak gugatan Para Penggugat untuk seluruhnya; 2) Menyatakan Tergugat III tidak melakukan Perbuatan Melawan Hukum; 3) Menghukum Para Penggugat untuk membayar biaya perkara. Subsidair Apabila Majelis Hakim berpendapat lain, mohon putusan yang seadiladilnya (ex aequo et bono). Bahwa atas gugatan Para Penggugat, Kuasa Turut Tergugat III telah mengajukan eksepsi di dalam jawaban yang pada pokoknya mengemukakan hal-hal sebagai berikut: Dalam Eksepsi 1) Majelis Hakim Pengadilan Negeri Jakarta Pusat yang memeriksa dan mengadili perkara a quo tidak berwenang memeriksa dan mengadili perkara a quo/kompetensi absolut Bahwa gugatan yang diajukan oleh Penggugat pada pokoknya menerangkan yang menjadi dasar gugatan Penggugat adalah mengenai kebijakan yang harus dikeluarkan oleh Para Tergugat untuk mengatasi kemacetan yang terjadi di Provinsi DKI Jakarta. Kebijakan/keputusan

28 49 yang diminta oleh Penggugat agar dikeluarkan oleh Para Tergugat masuk ke dalam rumusan Pasal 1 angka 3 Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1986 tentang Peradilan Tata Usaha Negara sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2004 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1986 tentang Peradilan Tata Usaha Negara (UU PTUN) yakni penetapan tertulis yang dikeluarkan oleh Badan/Pejabat Tata Usaha Negara yang berisi tindakan hukum tata usaha negara yang bersifat konkrit, individual dan final sehingga menimbulkan akibat hukum bagi seseorang atau badan hukum. Oleh karena yang menjadi pokok gugatan Penggugat adalah sengketa tata usaha negara, maka berdasarkan Pasal 4 UU PTUN yang menyebutkan "Peradilan Tata Usaha Negara adalah salah satu pelaku kekuasaan kehakiman bagi rakyat pencari keadilan terhadap sengketa Tata Usaha Negara, Pengadilan yang berwenang untuk memeriksa dan mengadili perkara a quo adalah Pengadilan Tata Usaha Negara dan bukan Pengadilan Negeri Jakarta Pusat. Bahwa sesuai Yurisprudensi Mahkamah Agung Nomor: 620 K/Pdt/1999 tanggal 29 Desember 1999, bila yang digugat adalah Badan atau Pejabat Tata Usaha Negara dan obyek gugatan menyangkut perbuatan yang menjadi wewenang pejabat tersebut, maka yang berwenang mengadili perkara tersebut adalah Peradilan Tata Usaha Negara bukan wewenang peradilan negeri, maka mohon agara Majelis Hakim Pengadilan Negeri Jakarta Pusat yang memeriksa dan mengadili perkara a quo menyatakan tidak berwenang mengadili perkara a quo dan menyatakan Gugatan Para Penggugat tidak dapat diterima. 2) Turut Tergugat tidak mempunyai hubungan hukum dengan Para Penggugat Bahwa dari seluruh uraian dalil Gugatan Para Penggugat, dimana Para Penggugat dengan panjang lebar membahas masalah kemacetan di Jakarta dan dampaknya bagi Para Penggugat, namun Para Penggugat tidak bisa menjelaskan alasan ataupun menerangkan keterlibatan Turut

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 21/PUU-XVI/2018

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 21/PUU-XVI/2018 RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 21/PUU-XVI/2018 Wewenang DPR Memanggil Paksa Setiap Orang Menggunakan Kepolisian Negara Dalam Rapat DPR Dalam Hal Pihak Tersebut Tidak Hadir Meskipun Telah Dipanggil

Lebih terperinci

RINGKASAN PERBAIKAN PERMOHONAN

RINGKASAN PERBAIKAN PERMOHONAN RINGKASAN PERBAIKAN PERMOHONAN Perkara Nomor 113/PUU-XII/2014 Keputusan Tata Usaha Negara yang Dikeluarkan atas Dasar Hasil Pemeriksaan Badan Peradilan Tidak Termasuk Pengertian Keputusan Tata Usaha Negara

Lebih terperinci

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Registrasi Nomor 16/PUU-VIII/2010 Tentang UU Kekuasaan Kehakiman, UU MA dan KUHAP Pembatasan Pengajuan PK

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Registrasi Nomor 16/PUU-VIII/2010 Tentang UU Kekuasaan Kehakiman, UU MA dan KUHAP Pembatasan Pengajuan PK RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Registrasi Nomor 16/PUU-VIII/2010 Tentang UU Kekuasaan Kehakiman, UU MA dan KUHAP Pembatasan Pengajuan PK I. PEMOHON Herry Wijaya, yang selanjutnya disebut sebagai Pemohon

Lebih terperinci

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 43/PUU-XIV/2016 Kewenangan Jaksa Agung Untuk Mengenyampingkan Perkara Demi Kepentingan Umum

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 43/PUU-XIV/2016 Kewenangan Jaksa Agung Untuk Mengenyampingkan Perkara Demi Kepentingan Umum RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 43/PUU-XIV/2016 Kewenangan Jaksa Agung Untuk Mengenyampingkan Perkara Demi Kepentingan Umum I. PEMOHON Drs. Rahmad Sukendar, SH. Kuasa Hukum Didi Karya Darmawan, SE.,

Lebih terperinci

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Registrasi Nomor : 16/PUU-X/2012 Tentang KEWENANGAN KEJAKSAAN DALAM PENYIDIKAN TINDAK PIDANA KORUPSI

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Registrasi Nomor : 16/PUU-X/2012 Tentang KEWENANGAN KEJAKSAAN DALAM PENYIDIKAN TINDAK PIDANA KORUPSI RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Registrasi Nomor : 16/PUU-X/2012 Tentang KEWENANGAN KEJAKSAAN DALAM PENYIDIKAN TINDAK PIDANA KORUPSI I. Pemohon 1. Iwan Budi Santoso S.H. 2. Muhamad Zainal Arifin S.H. 3. Ardion

Lebih terperinci

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 25/PUU-XVI/2018

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 25/PUU-XVI/2018 RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 25/PUU-XVI/2018 Wewenang Mahkamah Kehormatan Dewan Mengambil Langkah Hukum Terhadap Perseorangan, Kelompok Orang, Atau Badan Hukum yang Merendahkan Kehormatan DPR Dan

Lebih terperinci

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 52/PUU-XIV/2016 Penambahan Kewenangan Mahkamah Kontitusi untuk Mengadili Perkara Constitutional Complaint

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 52/PUU-XIV/2016 Penambahan Kewenangan Mahkamah Kontitusi untuk Mengadili Perkara Constitutional Complaint RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 52/PUU-XIV/2016 Penambahan Kewenangan Mahkamah Kontitusi untuk Mengadili Perkara Constitutional Complaint I. PEMOHON Sri Royani II. OBJEK PERMOHONAN Pengujian Materiil

Lebih terperinci

RINGKASAN PERMOHONAN Perkara Nomor 85/PUU-XIV/2016 Kewajiban Yang Harus Ditaati Oleh Pelaku Usaha Dalam Melaksanakan Kerjasama Atas Suatu Pekerjaan

RINGKASAN PERMOHONAN Perkara Nomor 85/PUU-XIV/2016 Kewajiban Yang Harus Ditaati Oleh Pelaku Usaha Dalam Melaksanakan Kerjasama Atas Suatu Pekerjaan RINGKASAN PERMOHONAN Perkara Nomor 85/PUU-XIV/2016 Kewajiban Yang Harus Ditaati Oleh Pelaku Usaha Dalam Melaksanakan Kerjasama Atas Suatu Pekerjaan I. PEMOHON PT. Bandung Raya Indah Lestari.... selanjutnya

Lebih terperinci

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Registrasi Nomor : 37/PUU-X/2012 Tentang Peraturan Perundang-Undangan Yang Tepat Bagi Pengaturan Hak-Hak Hakim

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Registrasi Nomor : 37/PUU-X/2012 Tentang Peraturan Perundang-Undangan Yang Tepat Bagi Pengaturan Hak-Hak Hakim RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Registrasi Nomor : 37/PUU-X/2012 Tentang Peraturan Perundang-Undangan Yang Tepat Bagi Pengaturan Hak-Hak Hakim I. PEMOHON Teguh Satya Bhakti, S.H., M.H. selanjutnya disebut

Lebih terperinci

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 6/PUU-XV/2017 Hak Konstitusional Guru Dalam Menjalankan Tugas dan Kewajiban Menegakkan Disiplin dan Tata Tertib Sekolah (Kriminalisasi Guru) I. PEMOHON 1. Dasrul (selanjutnya

Lebih terperinci

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 33/PUU-XV/2017 Eksploitasi Ekonomi Terhadap Anak

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 33/PUU-XV/2017 Eksploitasi Ekonomi Terhadap Anak RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 33/PUU-XV/2017 Eksploitasi Ekonomi Terhadap Anak I. PEMOHON Tajudin bin Tatang Rusmana. Kuasa Hukum: Abdul Hamim Jauzie, S.H., Ahmad Muhibullah, SH, dkk, para advokat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia adalah makhluk sosial dan makhluk politik (zoonpoliticon). Sebagai makhluk sosial, manusia senantiasa berhubungan dengan sesamanya, dan sebagai makhluk politik

Lebih terperinci

RINGKASAN PERBAIKAN PERMOHONAN PERKARA Registrasi Nomor : 20/PUU-X/2012 Tentang Peralihan Saham Melalui Surat Kesepakatan Bersama

RINGKASAN PERBAIKAN PERMOHONAN PERKARA Registrasi Nomor : 20/PUU-X/2012 Tentang Peralihan Saham Melalui Surat Kesepakatan Bersama RINGKASAN PERBAIKAN PERMOHONAN PERKARA Registrasi Nomor : 20/PUU-X/2012 Tentang Peralihan Saham Melalui Surat Kesepakatan Bersama I. PEMOHON Haji Agus Ali, sebagai Direktur Utama PT. Igata Jaya Perdania.

Lebih terperinci

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 80/PUU-XIV/2016 Hak Konstitusional Untuk Mendapatkan Status Kewarganegaraan Indonesia Bagi Anak Belum Berusia 18 Tahun Atau Belum Kawin Yang Lahir Dari Ibu Warga Negara

Lebih terperinci

PUTUSAN Nomor 88/PUU-XII/2014 DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA

PUTUSAN Nomor 88/PUU-XII/2014 DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA PUTUSAN Nomor 88/PUU-XII/2014 DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA [1.1] Yang mengadili perkara konstitusi pada tingkat pertama dan terakhir, menjatuhkan

Lebih terperinci

I. PEMOHON Imam Ghozali. Kuasa Pemohon: Iskandar Zulkarnaen, SH., MH., berdasarkan surat kuasa khusus tertanggal 15 Desember 2015.

I. PEMOHON Imam Ghozali. Kuasa Pemohon: Iskandar Zulkarnaen, SH., MH., berdasarkan surat kuasa khusus tertanggal 15 Desember 2015. RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 12/PUU-XIV/2016 Waktu Penyelesaian, Produk Hukum penyelesaian BNP2TKI, dan Proses Penyelesaian Sengketa Antara TKI dengan PPTKIS Belum Diatur Di UU 39/2004 I. PEMOHON

Lebih terperinci

I. PEMOHON Lembaga Penjamin Simpanan (LPS), diwakili oleh Kartika Wirjoatmodjo selaku Kepala Eksekutif

I. PEMOHON Lembaga Penjamin Simpanan (LPS), diwakili oleh Kartika Wirjoatmodjo selaku Kepala Eksekutif RINGKASAN PERBAIKAN PERMOHONAN Perkara Nomor 27/PUU-XII/2014 Tugas Dan Kewenangan Lembaga Penjamin Simpanan Untuk Mengambilalih Dan Menjalankan Segala Hak Dan Wewenang Pemegang Saham Dalam Penanganan Bank

Lebih terperinci

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 8/PUU-XVI/2018 Tindakan Advokat Merintangi Penyidikan, Penuntutan, dan Pemeriksaan di Sidang Pengadilan

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 8/PUU-XVI/2018 Tindakan Advokat Merintangi Penyidikan, Penuntutan, dan Pemeriksaan di Sidang Pengadilan RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 8/PUU-XVI/2018 Tindakan Advokat Merintangi Penyidikan, Penuntutan, dan Pemeriksaan di Sidang Pengadilan I. PEMOHON Barisan Advokat Bersatu (BARADATU) yang didirikan berdasarkan

Lebih terperinci

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA : 33/PUU-X/2012

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA : 33/PUU-X/2012 RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Registrasi Nomor : 33/PUU-X/2012 Tentang Pembatasan Kekuasaan dan Kewenangan Kepolisian Republik Indonesia I. PEMOHON Erik.. selanjutnya disebut sebagai Pemohon. II. POKOK

Lebih terperinci

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 4/PUU-XV/2017 Pemilihan Pimpinan DPR oleh Anggota DPR Dalam Satu Paket Bersifat Tetap

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 4/PUU-XV/2017 Pemilihan Pimpinan DPR oleh Anggota DPR Dalam Satu Paket Bersifat Tetap RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 4/PUU-XV/2017 Pemilihan Pimpinan DPR oleh Anggota DPR Dalam Satu Paket Bersifat Tetap I. PEMOHON Julkifli, SH. Kuasa Hukum Ahmad Irawan, SH., Dading Kalbuadi, SH., M.Kn.,

Lebih terperinci

5. Kosmas Mus Guntur, untuk selanjutnya disebut sebagai Pemohon V; 7. Elfriddus Petrus Muga, untuk selanjutnya disebut sebagai Pemohon VII;

5. Kosmas Mus Guntur, untuk selanjutnya disebut sebagai Pemohon V; 7. Elfriddus Petrus Muga, untuk selanjutnya disebut sebagai Pemohon VII; RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 26/PUU-XVI/2018 Ketentuan Pemanggilan Paksa oleh DPR, Frasa merendahkan kehormatan DPR dan anggota DPR dan Pemanggilan Anggota DPR Yang Didasarkan Pada Persetujuan Tertulis

Lebih terperinci

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 42/PUU-XV/2017 Tafsir Frasa Tidak dapat Dimintakan Banding atas Putusan Praperadilan

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 42/PUU-XV/2017 Tafsir Frasa Tidak dapat Dimintakan Banding atas Putusan Praperadilan RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 42/PUU-XV/2017 Tafsir Frasa Tidak dapat Dimintakan Banding atas Putusan Praperadilan I. PEMOHON 1. Ricky Kurnia Margono, S.H., M.H. 2. David Surya, S.H., M.H. 3. H. Adidharma

Lebih terperinci

RINGKASAN PERBAIKAN PERMOHONAN Nomor 33/PUU-XIV/2016 Kewenangan Mengajukan Permintaan Peninjuan Kembali. Anna Boentaran,. selanjutnya disebut Pemohon

RINGKASAN PERBAIKAN PERMOHONAN Nomor 33/PUU-XIV/2016 Kewenangan Mengajukan Permintaan Peninjuan Kembali. Anna Boentaran,. selanjutnya disebut Pemohon I. PEMOHON RINGKASAN PERBAIKAN PERMOHONAN Nomor 33/PUU-XIV/2016 Kewenangan Mengajukan Permintaan Peninjuan Kembali Anna Boentaran,. selanjutnya disebut Pemohon Kuasa Hukum: Muhammad Ainul Syamsu, SH.,

Lebih terperinci

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 23/PUU-XIV/2016 Perselisihan Hubungan Industrial

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 23/PUU-XIV/2016 Perselisihan Hubungan Industrial RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 23/PUU-XIV/2016 Perselisihan Hubungan Industrial I. PEMOHON 1. Joko Handoyo, S.H.,.. Pemohon I 2. Wahyudi, S.E,. Pemohon II 3. Rusdi Hartono, S.H.,. Pemohon III 4. Suherman,.....

Lebih terperinci

RINGKASAN PERMOHONAN Perkara Nomor 99/PUU-XIV/2016 Korelasi Perjanjian Kerja Untuk Waktu Tertentu dan Perjanjian Kerja Untuk Waktu Tidak Tertentu

RINGKASAN PERMOHONAN Perkara Nomor 99/PUU-XIV/2016 Korelasi Perjanjian Kerja Untuk Waktu Tertentu dan Perjanjian Kerja Untuk Waktu Tidak Tertentu RINGKASAN PERMOHONAN Perkara Nomor 99/PUU-XIV/2016 Korelasi Perjanjian Kerja Untuk Waktu Tertentu dan Perjanjian Kerja Untuk Waktu Tidak Tertentu I. PEMOHON Hery Shietra, S.H...... selanjutnya disebut

Lebih terperinci

II. OBJEK PERMOHONAN Pengujian Materiil Pasal 53 ayat (3) Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2014 tentang Administrasi Pemerintahan (UU 30/2014).

II. OBJEK PERMOHONAN Pengujian Materiil Pasal 53 ayat (3) Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2014 tentang Administrasi Pemerintahan (UU 30/2014). RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 61/PUU-XIV/2016 Perbedaan Akibat Hukum dalam Hal Jangka Waktu Terlampaui bagi Badan dan/atau Pejabat Pemerintahan untuk Menetapkan dan/atau Melakukan Keputusan dan/atau

Lebih terperinci

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR...TAHUN... TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 24 TAHUN 2003 TENTANG MAHKAMAH KONSTITUSI

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR...TAHUN... TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 24 TAHUN 2003 TENTANG MAHKAMAH KONSTITUSI RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR...TAHUN... TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 24 TAHUN 2003 TENTANG MAHKAMAH KONSTITUSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

P U T U S A N. NOMOR 0000/Pdt.G/2016/PTA. BTN DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

P U T U S A N. NOMOR 0000/Pdt.G/2016/PTA. BTN DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA P U T U S A N NOMOR 0000/Pdt.G/2016/PTA. BTN بسم الرحمن الرحيم DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA Pengadilan Tinggi Agama Banten yang memeriksa dan mengadili perkara waris dalam persidangan

Lebih terperinci

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 74/PUU-XV/2017

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 74/PUU-XV/2017 RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 74/PUU-XV/2017 Keterangan Saksi Yang Diberikan di Bawah Sumpah dan Tidak Hadir Dalam Persidangan Disamakan Nilainya dengan Keterangan Saksi Di Bawah Sumpah Yang Diucapkan

Lebih terperinci

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 80/PUU-XV/2017 Pembebanan Pajak Penerangan Jalan Kepada Pengusaha

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 80/PUU-XV/2017 Pembebanan Pajak Penerangan Jalan Kepada Pengusaha RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 80/PUU-XV/2017 Pembebanan Pajak Penerangan Jalan Kepada Pengusaha I. PEMOHON Asosiasi Pengusaha Indonesia (APINDO), yang dalam hal ini diwakili oleh Ketua Umum yaitu

Lebih terperinci

I. PEMOHON Imam Ghozali. Kuasa Pemohon: Iskandar Zulkarnaen, SH., MH., berdasarkan surat kuasa khusus tertanggal 15 Desember 2015.

I. PEMOHON Imam Ghozali. Kuasa Pemohon: Iskandar Zulkarnaen, SH., MH., berdasarkan surat kuasa khusus tertanggal 15 Desember 2015. RINGKASAN PERBAIKAN PERMOHONAN Nomor 12/PUU-XIV/2016 Waktu Penyelesaian, Produk Hukum penyelesaian BNP2TKI, dan Proses Penyelesaian Sengketa Antara TKI dengan PPTKIS Belum Diatur Di UU 39/2004 I. PEMOHON

Lebih terperinci

RINGKASAN PERBAIKAN PERMOHONAN Perkara Nomor 84/PUU-XI/2013 Penyelenggaraan RUPS

RINGKASAN PERBAIKAN PERMOHONAN Perkara Nomor 84/PUU-XI/2013 Penyelenggaraan RUPS I. PEMOHON Nofrialdi, Amd.EK. RINGKASAN PERBAIKAN PERMOHONAN Perkara Nomor 84/PUU-XI/2013 Penyelenggaraan RUPS II. III. IV. OBJEK PERMOHONAN Pengujian Pasal 86 ayat (7) dan ayat (9) Undang -Undang Nomor

Lebih terperinci

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 26/PUU-XV/2017 Pembatalan Putusan Arbitrase

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 26/PUU-XV/2017 Pembatalan Putusan Arbitrase I. PEMOHON Zainal Abidinsyah Siregar. Kuasa Hukum: RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 26/PUU-XV/2017 Pembatalan Putusan Arbitrase Ade Kurniawan, SH., Heru Widodo, SH., MH., dkk, advokat/ penasehat hukum

Lebih terperinci

RINGKASAN PERMOHONAN Perkara Nomor 102/PUU-XIII/2015 Pemaknaan Permohonan Pra Peradilan

RINGKASAN PERMOHONAN Perkara Nomor 102/PUU-XIII/2015 Pemaknaan Permohonan Pra Peradilan RINGKASAN PERMOHONAN Perkara Nomor 102/PUU-XIII/2015 Pemaknaan Permohonan Pra Peradilan I. PEMOHON - Drs. Rusli Sibua, M.Si. ------------------------------- selanjutnya disebut Pemohon. Kuasa Hukum: -

Lebih terperinci

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 3/PUU-XIV/2016 Nota Pemeriksaan Pegawai Pengawas Ketenagakerjaan Sebagai Dokumen Yang bersifat Rahasia

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 3/PUU-XIV/2016 Nota Pemeriksaan Pegawai Pengawas Ketenagakerjaan Sebagai Dokumen Yang bersifat Rahasia RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 3/PUU-XIV/2016 Nota Pemeriksaan Pegawai Pengawas Ketenagakerjaan Sebagai Dokumen Yang bersifat Rahasia I. PEMOHON 1. Agus Humaedi Abdillah (Pemohon I); 2. Muhammad Hafidz

Lebih terperinci

TERBANDING, semula PENGGUGAT;

TERBANDING, semula PENGGUGAT; PUTUSAN Nomor 432/Pdt/2015/PT.Bdg. DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA Pengadilan Tinggi Bandung di Bandung, yang memeriksa dan mengadili perkara perdata dalam tingkat banding telah menjatuhkan

Lebih terperinci

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 42/PUU-XI/2013 Tentang Nota Kesepakatan Bersama Tentang Pengurangan Masa Tahanan Bagi Tindak Pidana Umum, Pemeriksaan Cepat dan Restorative Justice I. PEMOHON Fahmi Ardiansyah

Lebih terperinci

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 103/PUU-XIII/2015 Penolakan Pendaftaran Calon Peserta Pemilukada

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 103/PUU-XIII/2015 Penolakan Pendaftaran Calon Peserta Pemilukada RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 103/PUU-XIII/2015 Penolakan Pendaftaran Calon Peserta Pemilukada I. PEMOHON 1. Imran, SH. (Pemohon I); 2. H. Muklisin, S.Pd. (Pemohon II); Secara bersama-sama disebut

Lebih terperinci

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 43/PUU-XV/2017

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 43/PUU-XV/2017 RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 43/PUU-XV/2017 Wilayah Jabatan Notaris I. PEMOHON Donaldy Christian Langgar II. OBJEK PERMOHONAN Pasal 17 ayat (1) Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2014 tentang Jabatan Notaris

Lebih terperinci

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 93/PUU-XIV/2016 Kepengurusan Partai Politik Yang Berselisih Harus Didaftarkan dan Ditetapkan dengan Keputusan Menteri Hukum dan HAM Meskipun Kepengurusan Tersebut Telah

Lebih terperinci

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Registrasi Nomor : 18/PUU-IX/2011 Tentang Verifikasi Partai

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Registrasi Nomor : 18/PUU-IX/2011 Tentang Verifikasi Partai RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Registrasi Nomor : 18/PUU-IX/2011 Tentang Verifikasi Partai I. PEMOHON Drs. H. Choirul Anam dan Tohadi, S.H., M.Si. KUASA HUKUM Andi Najmi Fuadi, S.H., M.H, dkk, adalah advokat

Lebih terperinci

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 90/PUU-XV/2017 Larangan Bagi Mantan Terpidana Untuk Mencalonkan Diri Dalam Pilkada

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 90/PUU-XV/2017 Larangan Bagi Mantan Terpidana Untuk Mencalonkan Diri Dalam Pilkada RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 90/PUU-XV/2017 Larangan Bagi Mantan Terpidana Untuk Mencalonkan Diri Dalam Pilkada I. PEMOHON Dani Muhammad Nursalam bin Abdul Hakim Side Kuasa Hukum: Effendi Saman,

Lebih terperinci

RINGKASAN PERBAIKAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 34/PUU-XVI/2018 Langkah Hukum yang Diambil DPR terhadap Pihak yang Merendahkan Kehormatan DPR

RINGKASAN PERBAIKAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 34/PUU-XVI/2018 Langkah Hukum yang Diambil DPR terhadap Pihak yang Merendahkan Kehormatan DPR RINGKASAN PERBAIKAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 34/PUU-XVI/2018 Langkah Hukum yang Diambil DPR terhadap Pihak yang Merendahkan Kehormatan DPR I. PEMOHON Nining Elitos...(Pemohon 1) Sunarno...(Pemohon 2) Eduard

Lebih terperinci

RINGKASAN PERBAIKAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 5/PUU-XIII/2015 Pengecualian Pembina dalam Menerima Gaji, Upah, atau Honorarium Pengurus

RINGKASAN PERBAIKAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 5/PUU-XIII/2015 Pengecualian Pembina dalam Menerima Gaji, Upah, atau Honorarium Pengurus RINGKASAN PERBAIKAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 5/PUU-XIII/2015 Pengecualian Pembina dalam Menerima Gaji, Upah, atau Honorarium Pengurus I. PEMOHON Dahlan Pido II. OBJEK PERMOHONAN Pengujian Materiil Undang-Undang

Lebih terperinci

PUTUSAN SELA NOMOR: 001/PUU-XI/2015/MM.UI DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

PUTUSAN SELA NOMOR: 001/PUU-XI/2015/MM.UI DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA PUTUSAN SELA NOMOR: 001/PUU-XI/2015/MM.UI DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA Mahkamah Mahasiswa yang memeriksa dan mengadili perkara Pengujian Peraturan Perundang-undangan IKM UI terhadap

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG DEWAN PERWAKILAN MAHASISWA UNIVERSITAS INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2009 TENTANG MAHKAMAH MAHASISWA UNIVERSITAS INDONESIA

UNDANG-UNDANG DEWAN PERWAKILAN MAHASISWA UNIVERSITAS INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2009 TENTANG MAHKAMAH MAHASISWA UNIVERSITAS INDONESIA UNDANG-UNDANG DEWAN PERWAKILAN MAHASISWA UNIVERSITAS INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2009 TENTANG MAHKAMAH MAHASISWA UNIVERSITAS INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA DEWAN PERWAKILAN MAHASISWA UNIVERSITAS

Lebih terperinci

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Registrasi Nomor /PUU-VII/2009 Tentang UU Tindak Pidana Terorisme Tindak pidana terorisme

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Registrasi Nomor /PUU-VII/2009 Tentang UU Tindak Pidana Terorisme Tindak pidana terorisme RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Registrasi Nomor /PUU-VII/2009 Tentang UU Tindak Pidana Terorisme Tindak pidana terorisme I. PARA PEMOHON 1. Umar Abduh; 2. Haris Rusly; 3. John Helmi Mempi; 4. Hartsa Mashirul

Lebih terperinci

BAB 3 ANALISA PUTUSAN 3.1. DUDUK PERKARA PT AYUNDA PRIMA MITRA MELAWAN PT ADI KARYA VISI

BAB 3 ANALISA PUTUSAN 3.1. DUDUK PERKARA PT AYUNDA PRIMA MITRA MELAWAN PT ADI KARYA VISI BAB 3 ANALISA PUTUSAN 3.1. DUDUK PERKARA PT AYUNDA PRIMA MITRA MELAWAN PT ADI KARYA VISI Awal permasalahan ini muncul ketika pembayaran dana senilai US$ 16.185.264 kepada Tergugat IX (Adi Karya Visi),

Lebih terperinci

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 39/PUU-XV/2017

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 39/PUU-XV/2017 RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 39/PUU-XV/2017 Pembubaran Ormas yang bertentangan dengan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Tahun 1945 I. PEMOHON Perkumpulan Hisbut Tahrir Indonesia, organisasi

Lebih terperinci

III. KEWENANGAN MAHKAMAH KONSTITUSI Penjelasan Pemohon mengenai kewenangan Mahkamah Konstitusi untuk menguji Undang-Undang adalah:

III. KEWENANGAN MAHKAMAH KONSTITUSI Penjelasan Pemohon mengenai kewenangan Mahkamah Konstitusi untuk menguji Undang-Undang adalah: RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 8/PUU-XV/2017 Pemidanaan Perbuatan Yang Dapat Menimbulkan Gangguan Fisik Dan Elektromagnetik Terhadap Penyelenggaraan Telekomunikasi I. PEMOHON 1. Rusdi (selanjutnya

Lebih terperinci

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 33/PUU-XIV/2016 Kewenangan Mengajukan Permintaan Peninjuan Kembali. Anna Boentaran,. selanjutnya disebut Pemohon

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 33/PUU-XIV/2016 Kewenangan Mengajukan Permintaan Peninjuan Kembali. Anna Boentaran,. selanjutnya disebut Pemohon I. PEMOHON RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 33/PUU-XIV/2016 Kewenangan Mengajukan Permintaan Peninjuan Kembali Anna Boentaran,. selanjutnya disebut Pemohon Kuasa Hukum: Muhammad Ainul Syamsu, SH., MH.,

Lebih terperinci

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 45/PUU-XV/2017 Kewajiban Pengunduran Diri Bagi Anggota DPR, DPD dan DPRD Dalam PILKADA

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 45/PUU-XV/2017 Kewajiban Pengunduran Diri Bagi Anggota DPR, DPD dan DPRD Dalam PILKADA RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 45/PUU-XV/2017 Kewajiban Pengunduran Diri Bagi Anggota DPR, DPD dan DPRD Dalam PILKADA I. PEMOHON Abdul Wahid, S.Pd.I. Kuasa Hukum: Dr. A. Muhammad Asrun, SH., MH., Ai

Lebih terperinci

RINGKASAN PERMOHONAN Perkara Nomor 21/PUU-XII/2014 Penyidikan, Proses Penahanan, dan Pemeriksaan Perkara

RINGKASAN PERMOHONAN Perkara Nomor 21/PUU-XII/2014 Penyidikan, Proses Penahanan, dan Pemeriksaan Perkara RINGKASAN PERMOHONAN Perkara Nomor 21/PUU-XII/2014 Penyidikan, Proses Penahanan, dan Pemeriksaan Perkara I. PEMOHON Bachtiar Abdul Fatah. KUASA HUKUM Dr. Maqdir Ismail, S.H., LL.M., dkk berdasarkan surat

Lebih terperinci

RINGKASAN PERBAIKAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 71/PUU-XIII/2015 Penyalahgunaan Wewenang oleh Pejabat

RINGKASAN PERBAIKAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 71/PUU-XIII/2015 Penyalahgunaan Wewenang oleh Pejabat RINGKASAN PERBAIKAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 71/PUU-XIII/2015 Penyalahgunaan Wewenang oleh Pejabat I. PEMOHON 1. Rahadi Puguh Raharjo, SE. (Pemohon I); 2. Ma mun Murod, SH. (Pemohon II); 3. Mutaqin (Pemohon

Lebih terperinci

KUASA HUKUM Munathsir Mustaman, S.H., M.H. dan Habiburokhman, S.H., M.H. berdasarkan surat kuasa hukum tertanggal 18 Desember 2014

KUASA HUKUM Munathsir Mustaman, S.H., M.H. dan Habiburokhman, S.H., M.H. berdasarkan surat kuasa hukum tertanggal 18 Desember 2014 RINGKASAN PERMOHONAN Perkara Nomor 15/PUU-XIII/2015 Hak Interpelasi, Hak Angket, Hak Menyatakan Pendapat, dan komposisi jabatan wakil komisi Dewan Perwakilan Rakyat I. PEMOHON Abu Bakar. KUASA HUKUM Munathsir

Lebih terperinci

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 85/PUU-XV/2017 Akses Informasi Keuangan Untuk Kepentingan Perpajakan

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 85/PUU-XV/2017 Akses Informasi Keuangan Untuk Kepentingan Perpajakan RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 85/PUU-XV/2017 Akses Informasi Keuangan Untuk Kepentingan Perpajakan I. PEMOHON E. Fernando M. Manullang. II. III. OBJEK PERMOHONAN Pengujian formil dan pengujian materil

Lebih terperinci

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 69/PUU-XV/2017

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 69/PUU-XV/2017 RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 69/PUU-XV/2017 Tenggang Waktu Pengajuan Permohonan Peninjauan Kembali I. PEMOHON Donaldy Christian Langgar. II. OBJEK PERMOHONAN Pengujian materiil Pasal 69 Undang-Undang

Lebih terperinci

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 75/PUU-XV/2017

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 75/PUU-XV/2017 RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 75/PUU-XV/2017 Kelembagaan Penyelenggara Pemilu di Aceh I. PEMOHON 1. Hendra Fauzi (selanjutnya disebut sebagai Pemohon I); 2. Robby Syahputra (selanjutnya disebut sebagai

Lebih terperinci

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR...TAHUN... TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 24 TAHUN 2003 TENTANG MAHKAMAH KONSTITUSI

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR...TAHUN... TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 24 TAHUN 2003 TENTANG MAHKAMAH KONSTITUSI RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR...TAHUN... TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 24 TAHUN 2003 TENTANG MAHKAMAH KONSTITUSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

RINGKASAN PERBAIKAN PERMOHONAN Perkara Nomor 68/PUU-XII/2014 Syarat Sahnya Perkawinan (Agama)

RINGKASAN PERBAIKAN PERMOHONAN Perkara Nomor 68/PUU-XII/2014 Syarat Sahnya Perkawinan (Agama) RINGKASAN PERBAIKAN PERMOHONAN Perkara Nomor 68/PUU-XII/2014 Syarat Sahnya Perkawinan (Agama) I. PEMOHON 1. Damian Agata Yuvens, sebagai Pemohon I; 2. Rangga sujud Widigda, sebagai Pemohon II; 3. Anbar

Lebih terperinci

RINGKASAN PERBAIKAN PERMOHONAN PERKARA Registrasi Nomor : 74/PUU-IX/2011 Tentang Pemberlakuan Sanksi Pidana Pada Pelaku Usaha

RINGKASAN PERBAIKAN PERMOHONAN PERKARA Registrasi Nomor : 74/PUU-IX/2011 Tentang Pemberlakuan Sanksi Pidana Pada Pelaku Usaha RINGKASAN PERBAIKAN PERMOHONAN PERKARA Registrasi Nomor : 74/PUU-IX/2011 Tentang Pemberlakuan Sanksi Pidana Pada Pelaku Usaha I. PEMOHON Organisasi Advokat Indonesia (OAI) yang diwakili oleh Virza Roy

Lebih terperinci

RINGKASAN PERBAIKAN PERMOHONAN Nomor 21/PUU-XIV/2016 Frasa Pemufakatan Jahat dalam Tindak Pidana Korupsi

RINGKASAN PERBAIKAN PERMOHONAN Nomor 21/PUU-XIV/2016 Frasa Pemufakatan Jahat dalam Tindak Pidana Korupsi RINGKASAN PERBAIKAN PERMOHONAN Nomor 21/PUU-XIV/2016 Frasa Pemufakatan Jahat dalam Tindak Pidana Korupsi I. PEMOHON Drs. Setya Novanto. Kuasa Pemohon: Muhammad Ainul Syamsu, SH., MH., Syaefullah Hamid,

Lebih terperinci

PENGGUGAT KONTRAK KARYA FREEPORT TAK PUNYA LEGAL STANDING

PENGGUGAT KONTRAK KARYA FREEPORT TAK PUNYA LEGAL STANDING PENGGUGAT KONTRAK KARYA FREEPORT TAK PUNYA LEGAL STANDING www.kompasiana.com Majelis hakim Pengadilan Negeri Jakarta Selatan yang dipimpin Suko Harsono menyatakan gugatan Indonesian Human Right Comitte

Lebih terperinci

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 28/PUU-XIV/2016 Dualisme Penentuan Unsur Pimpinan DPR Provinsi Papua dan Papua Barat

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 28/PUU-XIV/2016 Dualisme Penentuan Unsur Pimpinan DPR Provinsi Papua dan Papua Barat RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 28/PUU-XIV/2016 Dualisme Penentuan Unsur Pimpinan DPR Provinsi Papua dan Papua Barat I. PEMOHON 1. Apolos Paulus Sroyer, (selanjutnya disebut sebagai Pemohon I); 2. Paulus

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA Teks tidak dalam format asli. Kembali: tekan backspace LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.98, 2003 (Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4316) UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA

Lebih terperinci

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 17/PUU-XV/2017 Keberatan terhadap keharusan memenuhi pembayaran Sumbangan Wajib Dana Kecelakaan Lalu Lintas Jalan (SDWKLLJ) I. PEMOHON Suprayitno II. OBJEK PERMOHONAN

Lebih terperinci

II. OBJEK PERMOHONAN Pengujian materiil Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2004 tentang Penyelesaian Perselisihan Hubungan Industrial (UU 2/2004).

II. OBJEK PERMOHONAN Pengujian materiil Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2004 tentang Penyelesaian Perselisihan Hubungan Industrial (UU 2/2004). RINGKASAN PERBAIKAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 68/PUU-XIII/2015 Implikasi Interpretasi Frasa Anjuran Mediator dan Konsiliator pada Penyelesaian Sengketa Hubungan Industrial I. PEMOHON 1. Muhammad Hafidz

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2003 TENTANG MAHKAMAH KONSTITUSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2003 TENTANG MAHKAMAH KONSTITUSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2003 TENTANG MAHKAMAH KONSTITUSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa Negara Kesatuan Republik Indonesia merupakan

Lebih terperinci

I. PEMOHON Tomson Situmeang, S.H sebagai Pemohon I;

I. PEMOHON Tomson Situmeang, S.H sebagai Pemohon I; RINGKASAN PERMOHONAN Perkara Nomor 72/PUU-XII/2014 Pembatasan Kewenangan Hakim, Jaksa Penuntut Umum dan Penyidik dalam hal Pengambilan Fotokopi Minuta Akta dan Pemanggilan Notaris I. PEMOHON Tomson Situmeang,

Lebih terperinci

RINGKASAN PERBAIKAN PERMOHONAN Perkara Nomor 51/PUU-XI/2013 Tentang Kewenangan KPU Dalam Menetapkan Partai Politik Peserta Pemilu

RINGKASAN PERBAIKAN PERMOHONAN Perkara Nomor 51/PUU-XI/2013 Tentang Kewenangan KPU Dalam Menetapkan Partai Politik Peserta Pemilu RINGKASAN PERBAIKAN PERMOHONAN Perkara Nomor 51/PUU-XI/2013 Tentang Kewenangan KPU Dalam Menetapkan Partai Politik Peserta Pemilu I. PEMOHON Partai Serikat Rakyat Independen (Partai SRI), dalam hal ini

Lebih terperinci

DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA P U T U S A N Nomor 31/Pdt.G/2015/PTA Mks. BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA Pengadilan Tinggi Agama Makassar yang memeriksa dan mengadili perkara perdata pada

Lebih terperinci

RINGKASAN PERMOHONAN Perkara Nomor 79/PUU-XII/2014 Tugas dan Wewenang DPD Sebagai Pembentuk Undang-Undang

RINGKASAN PERMOHONAN Perkara Nomor 79/PUU-XII/2014 Tugas dan Wewenang DPD Sebagai Pembentuk Undang-Undang RINGKASAN PERMOHONAN Perkara Nomor 79/PUU-XII/2014 Tugas dan Wewenang DPD Sebagai Pembentuk Undang-Undang I. PEMOHON Dewan Perwakilan Daerah (DPD), dalam hal ini diwakili oleh Irman Gurman, S.E., MBA.,

Lebih terperinci

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 35/PUU-XVI/2018 Frasa Organisasi Advokat Bersifat Multitafsir

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 35/PUU-XVI/2018 Frasa Organisasi Advokat Bersifat Multitafsir RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 35/PUU-XVI/2018 Frasa Organisasi Advokat Bersifat Multitafsir I. PEMOHON Dr. Iur. (Cand) Bahrul Ilmi Yakup, S.H., M.H., CGL, selanjutnya disebut sebagai Pemohon I. H.

Lebih terperinci

RINGKASAN PERMOHONAN Perkara Nomor 31/PUU-XIV/2016 Pengelolaan Pendidikan Tingkat Menengah Oleh Pemerintah Daerah Provinsi

RINGKASAN PERMOHONAN Perkara Nomor 31/PUU-XIV/2016 Pengelolaan Pendidikan Tingkat Menengah Oleh Pemerintah Daerah Provinsi RINGKASAN PERMOHONAN Perkara Nomor 31/PUU-XIV/2016 Pengelolaan Pendidikan Tingkat Menengah Oleh Pemerintah Daerah Provinsi I. PEMOHON 1. Drs. Bambang Soenarko,...... Pemohon I 2. Enny Ambarsari, S.H. Pemohon

Lebih terperinci

Kuasa Hukum : - Fathul Hadie Utsman, berdasarkan Surat Kuasa Khusus tertanggal 20 Oktober 2014;

Kuasa Hukum : - Fathul Hadie Utsman, berdasarkan Surat Kuasa Khusus tertanggal 20 Oktober 2014; RINGKASAN PERBAIKAN PERMOHONAN Perkara Nomor 8/PUU-XIII/2015 Syarat Pengunduran Diri Bagi Calon Anggota Legislatif dan Calon Kepala Daerah Yang Berasal Dari Pegawai Negeri Sipil I. PEMOHON 1. Prof. DR.

Lebih terperinci

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 36/PUU-XV/2017

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 36/PUU-XV/2017 RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 36/PUU-XV/2017 Hak Angket DPR Terhadap KPK I. PEMOHON 1. Achmad Saifudin Firdaus, SH., (selanjutnya disebut sebagai Pemohon I); 2. Bayu Segara, SH., (selanjutnya disebut

Lebih terperinci

Makalah Peradilan Tata Usaha Negara BAB I PENDAHULUAN

Makalah Peradilan Tata Usaha Negara BAB I PENDAHULUAN Makalah Peradilan Tata Usaha Negara BAB I PENDAHULUAN Peradilan Tata Usaha Negara merupakan salah satu peradilan di Indonesia yang berwenang untuk menangani sengketa Tata Usaha Negara. Berdasarkan Undang-Undang

Lebih terperinci

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN. TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 24 TAHUN 2003 TENTANG MAHKAMAH KONSTITUSI

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN. TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 24 TAHUN 2003 TENTANG MAHKAMAH KONSTITUSI RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN. TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 24 TAHUN 2003 TENTANG MAHKAMAH KONSTITUSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

Lebih terperinci

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 105/PUU-XIV/2016

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 105/PUU-XIV/2016 MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA --------------------- RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 105/PUU-XIV/2016 PERIHAL PENGUJIAN UNDANG-UNDANG NOMOR 24 TAHUN 2003 TENTANG MAKAMAH KONSTITUSI SEBAGAIMANA DIUBAH

Lebih terperinci

PERBAIKAN RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Registrasi Nomor 26/PUU-VII/2009 Tentang UU Pemilihan Presiden & Wakil Presiden Calon Presiden Perseorangan

PERBAIKAN RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Registrasi Nomor 26/PUU-VII/2009 Tentang UU Pemilihan Presiden & Wakil Presiden Calon Presiden Perseorangan PERBAIKAN RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Registrasi Nomor 26/PUU-VII/2009 Tentang UU Pemilihan Presiden & Wakil Presiden Calon Presiden Perseorangan I. PEMOHON Sri Sudarjo, S.Pd, SH, selanjutnya disebut

Lebih terperinci

PUTUSAN Nomor 23/PUU-XII/2014 DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA

PUTUSAN Nomor 23/PUU-XII/2014 DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA PUTUSAN Nomor 23/PUU-XII/2014 DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA [1.1] Yang mengadili perkara konstitusi pada tingkat pertama dan terakhir, menjatuhkan

Lebih terperinci

RINGKASAN PERMOHONAN Perkara Nomor 85/PUU-XI/2013 Pengelolaan Sumber Daya Air Oleh Negara

RINGKASAN PERMOHONAN Perkara Nomor 85/PUU-XI/2013 Pengelolaan Sumber Daya Air Oleh Negara RINGKASAN PERMOHONAN Perkara Nomor 85/PUU-XI/2013 Pengelolaan Sumber Daya Air Oleh Negara I. PEMOHON 1. Pimpinan Pusat Muhammadiyah, diwakili oleh Prof. Dr. H. M Din Syamsuddin, MA dalam kedudukannya sebagai

Lebih terperinci

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia Direktori Putusan M P U T U S A N Nomor 1170 K/Pdt/2016 DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA M A H K A M A H A G U N G memeriksa perkara perdata pada tingkat kasasi telah memutus sebagai berikut

Lebih terperinci

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 136/PUU-XIII/2015 Pembagian Hak dan Kewenangan Pemerintah Kabupaten Dengan Pemerintah Pusat

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 136/PUU-XIII/2015 Pembagian Hak dan Kewenangan Pemerintah Kabupaten Dengan Pemerintah Pusat RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 136/PUU-XIII/2015 Pembagian Hak dan Kewenangan Pemerintah Kabupaten Dengan Pemerintah Pusat I. PEMOHON Drs. Kasman Lassa, SH., (Bupati Kabupaten Donggala). Kuasa Hukum

Lebih terperinci

OBJEK PERMOHONAN Pengujian Materiil Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara terhadap Undang-Undang Dasar 1945.

OBJEK PERMOHONAN Pengujian Materiil Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara terhadap Undang-Undang Dasar 1945. RINGKASAN PERMOHONAN Perkara Nomor 8/PUU-XIII/2015 Syarat Pengunduran Diri Bagi Calon Anggota Legislatif dan Calon Kepala Daerah Yang Berasal Dari Pegawai Negeri Sipil I. PEMOHON 1. Fathul Hadie Utsman,

Lebih terperinci

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 44/PUU-XV/2017

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 44/PUU-XV/2017 RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 44/PUU-XV/2017 Persentase Presidential Threshold Pada Pemilihan Umum I. PEMOHON Habiburokhman, SH., MH. Kuasa Hukum: Kris Ibnu T Wahyudi, SH., Hisar Tambunan, SH., MH.,

Lebih terperinci

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 56/PUU-XIV/2016 Pembatalan Perda Oleh Gubernur dan Menteri

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 56/PUU-XIV/2016 Pembatalan Perda Oleh Gubernur dan Menteri RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 56/PUU-XIV/2016 Pembatalan Perda Oleh Gubernur dan Menteri I. PEMOHON 1. Abda Khair Mufti (selanjutnya disebut sebagai Pemohon I); 2. Muhammad Hafidz (selanjutnya disebut

Lebih terperinci

P U T U S A N. Nomor: xxx/pdt.g/2013/ms-aceh

P U T U S A N. Nomor: xxx/pdt.g/2013/ms-aceh P U T U S A N Nomor: xxx/pdt.g/2013/ms-aceh DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA Mahkamah Syar'iyah Aceh yang mengadili perkara cerai gugat pada tingkat banding dalam persidangan Majelis Hakim

Lebih terperinci

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 123/PUU-XIII/2015 Hak Tersangka Untuk Diadili Dalam Persidangan

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 123/PUU-XIII/2015 Hak Tersangka Untuk Diadili Dalam Persidangan RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 123/PUU-XIII/2015 Hak Tersangka Untuk Diadili Dalam Persidangan I. PEMOHON Forum Kajian Hukum dan Konstitusi (FKHK), diwakili oleh: 1. Victor Santoso Tandiasa, SH. MH.

Lebih terperinci

RINGKASAN PERMOHONAN Perkara Nomor 40/PUU-XIII/2015 Pemberhentian Sementara Pimpinan Komisi Pemberantasan Korupsi

RINGKASAN PERMOHONAN Perkara Nomor 40/PUU-XIII/2015 Pemberhentian Sementara Pimpinan Komisi Pemberantasan Korupsi RINGKASAN PERMOHONAN Perkara Nomor 40/PUU-XIII/2015 Pemberhentian Sementara Pimpinan Komisi Pemberantasan Korupsi I. PEMOHON Dr. Bambang Widjojanto, sebagai Pemohon. KUASA HUKUM Nursyahbani Katjasungkana,

Lebih terperinci

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 86/PUU-XIV/2016 Pemidanaan Bagi Penyedia Jasa Konstruksi Jika Pekerjaan Konstruksinya Mengalami Kegagalan Bangunan

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 86/PUU-XIV/2016 Pemidanaan Bagi Penyedia Jasa Konstruksi Jika Pekerjaan Konstruksinya Mengalami Kegagalan Bangunan RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 86/PUU-XIV/2016 Pemidanaan Bagi Penyedia Jasa Konstruksi Jika Pekerjaan Konstruksinya Mengalami Kegagalan Bangunan I. PEMOHON Rama Ade Prasetya. II. OBJEK PERMOHONAN

Lebih terperinci

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 40/PUU-XVI/2018 Dua Kali Masa Jabatan Bagi Presiden atau Wakil Presiden

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 40/PUU-XVI/2018 Dua Kali Masa Jabatan Bagi Presiden atau Wakil Presiden RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 40/PUU-XVI/2018 Dua Kali Masa Jabatan Bagi Presiden atau Wakil Presiden I. PEMOHON 1. Syaiful Bahari, SH (selanjutnya disebut sebagai Pemohon I); 2. Aryo Fadlian (selanjutnya

Lebih terperinci

PUTUSAN. Nomor 024/PUU-IV/2006 DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA

PUTUSAN. Nomor 024/PUU-IV/2006 DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA PUTUSAN Nomor 024/PUU-IV/2006 DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA Yang memeriksa, mengadili, dan memutus perkara konstitusi pada tingkat pertama dan

Lebih terperinci

RINGKASAN PERBAIKAN PERMOHONAN PERKARA Registrasi Nomor : 49/PUU-X/2012 Tentang Persetujuan Majelis Pengawas Daerah Terkait Proses Peradilan

RINGKASAN PERBAIKAN PERMOHONAN PERKARA Registrasi Nomor : 49/PUU-X/2012 Tentang Persetujuan Majelis Pengawas Daerah Terkait Proses Peradilan RINGKASAN PERBAIKAN PERMOHONAN PERKARA Registrasi Nomor : 49/PUU-X/2012 Tentang Persetujuan Majelis Pengawas Daerah Terkait Proses Peradilan I. PEMOHON Kan Kamal Kuasa Hukum: Tomson Situmeang, S.H., dkk

Lebih terperinci

KUASA HUKUM Heru Widodo, S.H., M.Hum., dkk berdasarkan surat kuasa hukum tertanggal 22 Januari 2015.

KUASA HUKUM Heru Widodo, S.H., M.Hum., dkk berdasarkan surat kuasa hukum tertanggal 22 Januari 2015. RINGKASAN PERBAIKAN PERMOHONAN Perkara Nomor 22/PUU-XIII/2015 Pertimbangan DPR Dalam Rangka Pengangkatan Kapolri dan Panglima TNI Berkaitan Dengan Hak Prerogatif Presiden I. PEMOHON 1. Prof. Denny Indrayana,

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 2004 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 14 TAHUN 1985 TENTANG MAHKAMAH AGUNG

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 2004 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 14 TAHUN 1985 TENTANG MAHKAMAH AGUNG UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 2004 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 14 TAHUN 1985 TENTANG MAHKAMAH AGUNG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang:

Lebih terperinci

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 5/PUU-XVI/2018

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 5/PUU-XVI/2018 RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 5/PUU-XVI/2018 Penundaan Penyaluran Anggaran Transfer ke Daerah dan Dana Desa I. PEMOHON 1. Gerakan G20 Mei, dalam hal ini diwakili oleh Irwan, S.IP (selanjutnya disebut

Lebih terperinci

I. PEMOHON Bastian Lubis, S.E., M.M., selanjutnya disebut Pemohon.

I. PEMOHON Bastian Lubis, S.E., M.M., selanjutnya disebut Pemohon. RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Registrasi Nomor 143 /PUU-VII/2009 Tentang UU Surat Berharga Syariah Negara Penggunaan barang milik negara sebagai dasar penerbitan Surat Berharga Syariah Negara I. PEMOHON

Lebih terperinci

HUKUM ACARA PERADILAN TATA USAHA NEGARA

HUKUM ACARA PERADILAN TATA USAHA NEGARA 1 HUKUM ACARA PERADILAN TATA USAHA NEGARA I. Pengertian, asas & kompetensi peradilan TUN 1. Pengertian hukum acara TUN Beberapa istilah hukum acara TUN, antara lain: Hukum acara peradilan tata usaha pemerintahan

Lebih terperinci

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Registrasi Nomor 13/PHPU.D-X/2012 Tentang Permohonan Pembatalan Penetapan Hasil Penghitungan Suara Pemilukada Kabupaten Kolaka Utara Terhadap Keputusan Komisi Pemilihan Umum

Lebih terperinci