Dra. Dyah Puspita, MSi., Psikolog

Transkripsi

1 Dra. Dyah Puspita, MSi., Psikolog Tempat, tanggal lahir : Magelang, 6 April 2014 Alamat : Jl. Tembok no. 4 Kayu Putih, Jakarta HP : Pendidikan : S1 dan S2 Fakultas Psikologi UI Pekerjaan : - Pimpinan Rumah Belajar Tata Jakarta - Konsultan Pendidikan Lanjutan Individu Autistik Lentera Asa, Cibubur Organisasi Profesi : Himpsi Publikasi : - Untaian Duka Taburan Mutiara (Qanita Mizan 2004) - Warna Warni Kehidupan (YAI 2008) - Komunikasi Tanpa Bicara (Yay. LenteraAsa 2014)

2 Mengupayakan seksualitas positif pada anak dan remaja Dra. Dyah Puspita, MSi, psikolog

3 Ketika terjadi peristiwa luar biasa seperti ini, timbul kegelisahan dan persepsi simpang siur atas masalah seksualitas. Ada apa? Kenapa?

4 Kekerasan seksual hubungan seks? seksualitas

5 Seksualitas Pengertian (Berk, 2005) kesadaran diri pribadi sebagai laki-laki atau perempuan; bagaimana manusia mendapatkan pengalaman erotis dan mengekspresikan dirinya sebagai makhluk seksual; kapasitas yang mereka miliki atas pengalaman erotis dan tanggapan atas pengalaman itu; bagaimana seseorang tertarik (atau tidak) oleh orang lain tertampil dalam bentuk perilaku khas seksual meliputi aspek budaya, politis, hukum, filosofis, moralitas, etika, spiritualitas, dan agama.

6 seksualitas Sesuai rencana/harapan Anak paham ciri gender Tertarik pada lawan jenis Pacaran-menikah sesuai norma agama, negara dan budaya Menjalani kehidupan rumah tangga sesuai norma agama, negara dan budaya Berketurunan Di luar rencana Segala hal terjadi tidak seperti orang lain / tidak lazim / tidak biasa. Terjadi hubungan seksual suka sama suka sebelum pernikahan Terjadi hubungan seksual atas dasar paksaan

7 Pengamatan kejadian Kekerasan seksual di Indonesia pada 2014 (lipsus.kompas.com): Siswa TK di JIS, April 2014 Emon (pedofilia) Sukabumi, Mei 2014 Siswa playgroup di Santa Monica, Juni 2014 Pelecehan oleh teman (usia 10 th) di Koja, Juni 2014 Guru Agama di Semarang, Oktober

8 Pengamatan kejadian Fokus masyarakat sesudah ada KLB : Pelaku: ditangkap dan dihukum Korban: menarik diri, keluarga langsung bungkam, pindah sekolah atau pindah rumah, semua berusaha dikubur dan dilupakan sambil terus menjalani hidup seolah tidak ada apa-apa Pembahasan terus menerus terhadap kejadian, pelaku, korban, keluarga korban *tanpa ada solusi bagi yang terlibat dalam kejadian

9 Pengamatan kejadian Fokus masyarakat sesudah ada KLB : Muncul upaya pencegahan dalam bentuk sosialisasi (film, artikel, pembahasan) tapi seringkali sifatnya sesaat Pembahasan sampai pada kritik terhadap isi acara televisi dan materi buku, tetapi tidak selalu diikuti tindak lanjut konkrit Orangtua tidak mengikuti pesatnya perubahan akibat kemajuan teknologi

10 Pengamatan kejadian Era internet bebas murah mudah (media sosial, unggah, unduh, melalui telpon seluler) Anak-anak tidak ada yang mengawasi atau mendampingi, orangtua sibuk Belum ada standardisasi pendidikan seksualitas (baru heboh sesudah kejadian) Belum ada sistem penanganan/perlindungan untuk korban.

11 Bagaimana baiknya bersikap? 1. Pencegahan perilaku menyimpang = mutlak 2. Pengawasan / pendampingan = absolut 3. Pencegahan melalui pendidikan seksualitas positif sejak usia sangat dini (pra-tk) Beda laki perempuan Boleh tidak boleh disentuh (oleh siapa) Contoh perilaku seksual positif oleh keluarga Tindakan bila ada kejadian luar biasa *film, buku, pelajaran di sekolah, poster sosialisasi

12

13

14

15 Bagaimana baiknya bersikap 3. Pencegahan = melalui gaya pengasuhan (parenting skills) yang tepat: Pendidikan seksualitas sejak usia sangat dini, terutama mengenai perilaku baik/buruk berkaitan dengan tubuhnya Pemberian kegiatan positif di waktu luang, di lingkungan positif *dilakukan sejak usia sangat dini Pendampingan dan pengawasan melekat tanpa memperhitungkan usia Terus menerus menampilkan contoh perilaku positif (setiap keluarga beda budaya, spiritualitas, sistem nilai)

16 didikan orangtua sekolah/ pergaulan masyarakat

17 SITUASI BERBEDA Bila perkembangan seksualitas mengalami penyimpangan

18 Situasi berbeda? Kejadian luar biasa (KLB): Sebagai korban atas kekerasan seksual Sebagai pelaku atas pelecehan / kekerasan seksual Sebagai pelaku kegiatan suka sama suka Keluarga masing-masing pihak (orangtua, kakakadik) Apa dampaknya kepada pihak-pihak tersebut?

19

20

21

22 Kejadian luar biasa Korban kekerasan seksual Penanganan trauma (pedoman penanganan anak korban kekerasan seksual Kementerian Pemberdayaan Anak dan Perempuan, Jan 11) Konseling berkala dan terus menerus (apalagi bila terjadi kehamilan) Rekonstruksi kehidupan sebagai individu

23 Kejadian luar biasa Pelaku kekerasan seksual Penanganan akibat perbuatannya (dimintai pertanggung jawaban pidana/perdata, dihakimi masyarakat) Konseling berkala dan terus menerus (terutama pada pelaku usia remaja / pelajar ) Rekonstruksi kehidupan sebagai individu

24 Kejadian luar biasa Pelaku perilaku seks bebas Penanganan akibat perbuatannya (penyakit, kehamilan remaja, terganggunya hubungan antar manusia akibat perilakunya) Konseling berkala dan terus menerus (terutama pada pelaku usia remaja / pelajar ) Rekonstruksi kehidupan sebagai individu

25 KESIMPULAN Upaya membentuk perkembangan seksualitas positif dimulai sejak anak masih berusia pra- TK, melibatkan semua unsur terkait (orangtua, keluarga terdekat, guru, teman dan lingkungan yang sehat). Pemantauan, pendampingan dan bimbingan mutlak terus menerus diberikan.

26 KESIMPULAN Penanganan tidak bisa hanya fokus pada korban tetapi harusnya mencakup penanganan terhadap pelaku mengingat kejadian dapat berulang (pada orang lain).

27 Daftar pustaka Berk, Laura (2003) Child Development, 6 th edition, Pearson Education Inc. Papalia, Diane (2007) Human Development, 10 th edition, Mc. Graw Hill International Kekerasan Seksual pada Anak di Indonesia; topikpilihanlist/ ; diunduh 20 Oktober 2014 Parenting Today; diunduh 20 Oktober 2014 Peraturan Menteri Negara Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Republik Indonesia, nomor 02 th 2011 tentang Pedoman Penanganan Anak Korban Kekerasan