STUDI ANALISA HUBUNGAN FREKUENSI DENGAN PENENTUAN TRANSFER DAYA PADA JALUR INTERKONEKSI SUBSISTEM SUMSEL LAMPUNG (JURNAL)

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "STUDI ANALISA HUBUNGAN FREKUENSI DENGAN PENENTUAN TRANSFER DAYA PADA JALUR INTERKONEKSI SUBSISTEM SUMSEL LAMPUNG (JURNAL)"

Transkripsi

1 STUDI ANALISA HUBUNGAN FREKUENSI DENGAN PENENTUAN TRANSFER DAYA PADA JALUR INTERKONEKSI SUBSISTEM SUMSEL LAMPUNG (JURNAL) Oleh Muhammad Hakam Sidiq (1) Drs. Agus Santoso, ST., MT (2) Yenni Afrida, ST., M,Pd.T (3) PROGRAM STUDI TEKNIK ELEKTRO FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH LAMPUNG BANDAR LAMPUNG 2016

2 STUDI ANALISA HUBUNGAN FREKUENSI DENGAN PENENTUAN TRANSFER DAYA PADA JALUR INTERKONEKSI SUBSISTEM SUMSEL LAMPUNG Muhammad Hakam Sidiq (1) Drs. Agus Santoso, ST., MT (2) Yenni Afrida, ST., M,Pd.T (3) Abstract: The subsystem Lampung occur disconnections between power generation with load power, which supplies power generation Lampung is still lacking compared to consumers who are in the subsystem Lampung. So, to meet the power shortage the data transfer occurs between subsystem Southern Sumatra to Lampung. Evacuation of Sumsel Lampung power subsystem that uses path backbone conductive Bukit Asam Baturaja 1.2 is very susceptible to interference, so it is possible the occurrence of a total blackout for power evacuation difficult path due to reduction in the frequency subsystem of Sumsel Lampung pretty high on the Lampung subsystem that can touch settings under frequency relay on plants in Lampung subsystem. To anticipate that is necessary for the calculation of the value of the transfer restrictions on interconnection lines Sumsel Lampung subsystem in order to avoid a total blackout subsystem Lampung. Key words : Frequency, Interconnection, Power Transfer.. Abstrak: Pada Subsistem Lampung terjadi ketidakseimbangan antara daya pembangkitan dengan daya beban, dimana pasokan daya pembangkitan Lampung masih kurang dibandingkan dengan beban konsumen yang berada di subsistem Lampung. Maka untuk memenuhi kekurangan daya tersebut terjadi transfer daya antara Subsistem Sumsel dengan Subsistem Lampung. Evakuasi daya subsistem Sumsel Lampung yang menggunakan jalur Backbone penghantar Bukit Asam Baturaja 1.2 sangat rentan terhadap gangguan. Sehingga sangat memungkinkan terjadinya pemadaman total subsistem atau blackout parcial akibat tripnya jalur evakuasi daya subsistem Sumsel Lampung akibat penurunan frekuensi cukup tinggi pada subsistem Lampung sehingga dapat menyentuh seting under Frekuensi relay pada pembangkit di subsistem Lampung. Untuk mengantisipasi hal tersebut, maka diperlukan perhitungan untuk pembatasan nilai transfer pada jalur interkoneksi subsistem Sumsel Lampung agar tidak terjadinya pemadaman total subsistem Lampung. Kata kunci : Frekuensi, Interkoneksi,Transfer Daya. s 1 Mahasiswa Teknik Elektro 2 Dosen Pembimbing I 3 Dosen Pembimbing 2

3 1 1. PENDAHULUAN Untuk keperluan penyediaan tenaga listrik bagi para pelanggan, diperlukan berbagai peralatan listrik. Berbagai peralatan listrik ini dihubungkan satu sama lain mempunyai interelasi dan secara keseluruhan membentuk suatu sistem tenaga listrik. Yang dimaksud dengan sistem tenaga listrik disini adalah sekumpulan pusat listrik dan gardu induk (pusat beban) yang satu sama lain dihubungkan oleh jaringan transmisi sehingga merupakan sebuah kesatuan interkoneksi. Sistem tenaga listrik harus mampu menyediakan tenaga listrik bagi konsumen dengan frekuensi yang konstan, oleh karena itu antara daya pembangkit dengan daya beban diupayakan agar seimbang. Terjadinya kenaikan frekuensi berarti daya pembangkitan lebih besar dari daya beban, sebaliknya apabila beban yang dilayani lebih besar dari daya yang dibangkitkan maka akan terjadi penurunan frekuensi. Dalam operasi real time, frekuensi sistem selalu berubah-ubah dikarenakan beberapa hal, antara lain beban yang selalu dinamis, pemutusan beban secara mendadak akibat gangguan pada saluran transmisi atau distribusi, dan gangguan pada pembangkit yang sedang beroperasi. Ketiga hal di atas tentu sangat mempengaruhi keamanan operasi dari pembangkit karena generator sinkron cenderung beroperasi stabil pada rentang frekuensi tertentu. Sistem tenaga listrik di Sumbagsel terdiri dari tiga Subsistem yang saling berinterkoneksi, yaitu Subsistem Sumsel, Subistem Lampung dan Subsistem Bengkulu. Penghubung jalur interkoneksi antara Subsistem Sumsel dengan Lampung ialah SUTT Bukit Asam Baturaja, sedangkan antara Subsistem Sumsel dengan Bengkulu ialah SUTT Lubuk Linggau - Pekalongan. Subsistem Sumsel dengan sumber daya alam berupa gas dan batubara yang banyak menjadikan Subsistem Sumsel memiliki daya pembangkitan yang lebih besar dibandingkan dengan Subsistem yang lainnya. Pada Subsistem Lampung terjadi ketidakseimbangan antara daya pembangkitan dengan daya beban, dimana pasokan daya pembangkitan Lampung masih kurang dibandingkan dengan beban konsumen yang berada di subsistem Lampung. Maka untuk memenuhi kekurangan daya tersebut terjadi transfer daya antara Subsistem Sumsel dengan Subsistem Lampung. Tripnya pembangkit secara mendadak akibat gangguan internal atau gangguan pada saluran transmisi jalur backbone Subsistem Lampung dapat mengakibatkan penurunan frekuensi cukup tinggi pada sistem. Penurunan frekuensi akan mengganggu kestabilan dari pembangkit yang sedang beroperasi.

4 2 Sesuai Aturan Jaringan PLN Sumatera, range pengaturan frekuensi pada sistem adalah (50 ± 0,5Hz) agar pembangkit dapat beroperasi secara normal dan setelan under frekuensi relay pada pembangkit adalah sama (47.5 Hz) pada setiap pembangkit kecuali permintaan PLN P3B Sumatera sehingga sangat mungkin terjadi pemadaman total subsistem atau blackout partial akibat tripnya jalur evakuasi daya subsistem Sumsel Lampung akibat penurunan frekuensi cukup tinggi pada subsistem Lampung sehingga dapat menyentuh setting under Frekuensi relay pada pembangkit di subsistem Lampung. Oleh karena itu, perlu ditentukan pembatasan nilai transfer pada jalur interkoneksi subsistem Sumsel Lampung. 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori Sistem Interkoneksi Permintaan beban konsumen pada umumnya sangat dinamis setiap saat untuk berbagai ragam penggunaan yang tidak bisa diprediksi secara pasti. Keadaan ini perlu diantisipasi dengan penyediaan pasokan listrik yang cukup dan dapat merespon kondisi beban yang dinamis tersebut. Pusat-pusat Pembangkit listrik umumnya jauh dari bebannya dan tersebar di wilayah yang berbeda-beda. Kondisi ini membutuhkan sistem jaringan interkoneksi antar pembangkit dan demand di sejumlah wilayah yang secara teknis dan topologis masih memenuhi kriteria keandalan dan keenomian. Tujuan interkoneksi Sistem Tenaga Listrik adalah untuk alasan ekonomis dan keandalan pasokan listrik ke pelanggan yang terus meningkat. Interkoneksi sistem tenaga sangat dibutuhkan dalam upaya mengikuti tuntutan demands saat ini dan antisipasi perkembangan sistem ke depan yang semakin luas dan komplek. Gambar 2.1 Sistem Tenaga Listrik Interkoneksi Daya aktif dan Frekuensi Daya aktif mempunyai hubungan erat dengan nilai frekuensi dalam sistem, sedangkan beban sistem selalu berubah sepanjang waktu. Sehubungan dengan hal ini, maka untuk mempertahankan frekuensi dalam batas toleransi yang diperbolehkan, penyediaan / pembangkitan daya aktif dalam sistem harus disesuaikan dengan kebutuhan pelanggan atas daya aktif. Penyesuaian daya aktif ini dilakukan dengan mengatur besarnya kopel penggerak generator. Penambahan kopel pemutar generator memerlukan tambahan bahan bakar pada unit pembangkit termis dan pada unit PLTA memerlukan penambahan air. Oleh

5 3 karenanya produksi MW memerlukan bahan bakar pada unit pembangkit termis dan memerlukan sejumlah air pada unit PLTA. Menurut hukum Newton ada hubungan antara kopel penggerak mekanis penggerak generator dengan perputaran generator, yaitu : Hal ini berarti bahwa pengaturan frekuensi dalam sistem berarti pula pengaturan kopel penggerak generator atau juga pengaturan daya aktif dari generator. Ditinjau dari segi mesin penggerak generator ini berarti bahwa pengaturan frekuensi sistem adalah pengaturan pemberian bahan bakar pada unit termis dan pengaturan pemberian air pada unit PLTA. Ditinjau dari segi beban sistem, frekuensi akan turun apabila daya aktif yang dibangkitkan tidak mencukupi kebutuhan beban dan sebaliknya frekuensi akan naik apabila ada surplus daya aktif dalam sistem. (Tg Tb) = T < 0, maka dω / < 0, frekuensi turun (Tg Tb) = T > 0, maka dω / > 0, frekuensi naik Transfer Daya Pada suatu sistem tenaga listrik terjadi ketidakseimbangan antara daya pembangkit dan beban maka akan mempengaruhi besarnya nilai frekuensi dimana jika beban yang dilayani lebih besar dari kemampuan pembangkit akan menyebabkan penurunan frekuensi pada sistem tersebut. Sebaliknya apabila daya pembangkitan lebih besar dari beban akan terjadi kenaikan frekuensi. Pada suatu sistem dapat terdiri dari beberapa subsistem, dimana subsistem ini akan saling membantu dalam memenuhi ketidaksetimbangan daya. Dimana jika terdapat suatu subsistem yang mengalami kekurangan daya pembangkit, maka subsistem lain yang memiliki daya pembangkit yang lebih akan mentransfer daya melalui SUTT (Saluran Udara Tegangan Tinggi) untuk memenuhi kebutuhan daya subsistem yang mengalami kekurangan daya tersebut Faktor Faktor yang Mempengaruhi Penurunan Frekuensi Persentase Beban Lebih Besarnya beban lebih ditentukan dengan membandingkan daya pembangkit yang hilang dengan daya pembangkit yang masih beroperasi atau membandingkan jumlah beban yang tidak dapat dipikul yang disebabkan hilangnya pembangkitan dengan beban yang

6 4 masih dapat dipikul oleh pembangkit yang tersisa. Persentase kelebihan beban (persen overload = OL) didefinisikan sebagai berikut: OL = Beban sisa daya pembangkitan Sisa daya pembangkitan Atau x 100% (2.1) OL Daya pembangkitan yang ilang = x 100% (2.2) Sisa daya pembangkitan Definisi persentase kelebihan beban secara matematis dapat dinyatakan sebagai berikut: OL = P L (P G0 P G ) P G0 P G x 100% (2.3) Atau OL = Dimana: P L P G P G0 P G x 100% (2.4) = kebutuhan beban sistem P G0 = daya pembangkitan mula-mula P G = daya pembangkitan yang hilang Jadi dengan mengetahui persentase kelebihan beban, dapat diketahui tingkat ketidakseimbangan antara daya pembangkitan dengan kebutuhan beban suatu system Konstanta Inersia Sistem Energi kinetik dari suatu sistem tenaga listrik adalah merupakan jumlah energi kinetik dari unit-unit pembangkit ditambah dengan energi kinetik dari bebannya sendiri. Hal ini dapat dirumuskan sebagai berikut: E t = k i=1 E i Sehingga: E t = k i=1 Dimana: + Energi kinetik beban (2.5) E i = G i. H i (2.6) G i. H i + Energi kinetik beban (2.7) E t = Energi kinetik total sistem (MW.detik) E i = Energi kinetik yang tersimpan di pembangkit ke-1 (MW.detik) G i = Rating unit pembangkit ke-1 (MVA) H i = Konstanta (MW.detik/MVA) K = jumlah pembangkit inersia mesin ke-1 Harga konstanta inersia (H) dari suatu unit pembangkit biasanya telah ditentukan oleh pabrik pembuatannya atau dapat juga ditentukan dengan persamaan berikut: Energi kinetik mesin (MW. detik) H = rating mesin (MVA) (2.8) Pada saat terjadinya kekurangan pembangkit, maka kelebihan beban tersebut mula mula dilayani sebagai energi kinetik yang dimiliki mesin mesin. Setelah energi kinetik tersebut habis maka frekuensi akan turun hingga nilai tertentu.

7 5 Konstanta inersia sistem hanya berpengaruh pada masa peralihan setelah suatu ketidakseimbangan terjadi untuk memberikan waktu yang cukup bagi pengaturan primer dan sekunder untuk menambah daya pembangkit. Makin besar harga H makin lambat sistem mencapai frekuensi akhirnya. Jadi besaran H ini merupakan ukuran dari kekakuan dari sistem. Semakin besar harga H semakin kaku pula sistem itu terhadap gangguan Indeks Karakteristik Frekuensi Daya Beban (d) Jika P L0 adalah permintaan beban pada frekuensi normal (f 0 ) maka beban yang terdiri bermacam macam jenis itu dapat dinyatakan sebagai daya yang tergantung secara eksponensial terhadap frekuensi, yang dapat dinyatakan sebagai berikut: P L = P L0 f f 0 d (2.9) Dimana: P L = Permintaan beban pada frekuensi sembarang f = frekuensi sembarang d = suatu indeks yang berhubungan dengan karakteristik frekuensinya Pengaruh daya akibat perubahan frekuensi, Jika beban sistem seluruhnya bersifat tahanan (resistif murni) maka harga d akan mendekati nol, artinya permintaan beban tidak dipengaruhi frekuensi. Jika komposisi beban makin bersifat induktif maka harga d akan makin besar Perhitungan Penurunan Frekuensi karena Gangguan Unit Pembangkit Penambahan beban secara mendadak mempunyai dampak menurunkan frekuensi sistem, begitu pula apabila ada unit pembangkit yang terganggu dan trip (jatuh) dari sistem, dampaknya juga menurunkan frekuensi. Sebelum ada unit pembangkit yang trip, keadaan adalah seimbang, artinya daya yang dibangkitkan dalam sistem P G = beban P B. Jika unit pembangkit yang trip sebelum trip membangkitkan daya sebesar P S ke dalam sistem, maka pada saat unit ini trip dalam sistem terjadi kekurangan daya yang dibangkitkan sebesar P S. Kekurangan daya inilah yang menyebabkan frekuensi turun. Secara fisik, kekurangan daya ini menyebabkan kopel yang dihasilkan generator generator dalam sistem T G menjadi lebih kecil daripada kopel beban T G sehingga menurut persamaan dibawah ini: T = T G T B adalah < 0 Nilai T < 0 ini menyebabkan terjadinya percepatan negatif atas kecepatan sudut rotor generator, karena T = I dω (2.10)

8 Dimana I = nilai momen inersia bagian bagian yang berputar dalam sistem. Dinyatakan dengan frekuensi melalui persamaan ω = 2πf didapat: P S0 = 2πI ω 0 P S0 = 2π I ω 0 (2.14) (2.15) 6 F 0 T = I. 2π = frekuensi sistem (2.11) P G0 = besarnya daya yang dibangkitkan dalam sistem sebelum ada gangguan unit pembangkit P S0 = besarnya selisih daya antara yang dibangkitkan dengan beban setelah ada gangguan, dalam hal ini = sebenarnya daya yang dibangkitkan oleh unit yang terganggu P B0 = baban sistem sebelum gangguan T 0 = saat terjadinya gangguan unit pembangkit Maka: T G. ω 0 =P 0 (2.12) Tω 0 = P 0 P S0 P B0 = P S0 (2.13) P 0 = P B0 karena sebelum gangguan daya dibangkitkan adalah sama dengan beban tanda negatif menunjukkan adanya kekurangan daya yang dibangkitkan. Persamaan (2.11 ) bersama persamaan (2.13 ) menghasilkan: Karena ω 0 = 2π I f 0 selanjutnya didapat: P S0 = 2π I 2π f 0 = 4π 2 f 0 I (2.16) Nilai yang menyangkut energi mekanik dinyatakan dengan H, yaitu besarnya energi mekanik per MW terpasang. Energi mekanik dalam sistem: H = 1 2 = 1 2 I ω2 I (2πf)2 H = 2π 2 I f 2 (2.17) I = H 2π 2 f 2 (2.18) Persamaan (2.18) dimasukkan ke dalam persamaan (2.16 ) menjadi: P S0 = 4π 2 H f 0. 2π 2 2 f. 0 = 2H. f 0 Atau = f 0 2H. P S0 (2.19) Dengan persamaan (2.19) dapat dihitung nilai untuk persamaan nilai P S0 tertentu sesaat

9 7 setelah gangguan terjadi. Tanda negatif menunjukkan terjadinya penurunan frekuensi dengan terjadinya gangguan unit pembangkit yang sebelumnya menyumbangkan daya ke dalam sistem sebesar P S0. H adalah energi kinetis dalam sistem dibagi daya terpasang dalam sistem yang dinyatakan dalam MW. Untuk keperluan menghitung yang dinyatakan oleh persamaan (2.19), energi kinetis maupun daya terpasang yang dipakai untuk menghitung nilai H, haruslah dari sistem tanpa kebesaran unit yang terganggu. Karena merupakan energi kinetis perdaya terpasang, jadi dalam per unit maka P S0 yang dinyatakan dalam per unit adalah: P S0 P G0T P S0T Dimana: (2.19a) P G0T = daya yang terpasang dalam MW dari unit unit pembangkit yang beroperasi sebelum ada gangguan P S0T = daya terpasang dalam MW dari unit yang mengalami gangguan Dengan menggunakan kebesaran kebesaran per unit seperti yang dipakai untuk H maka persamaan (2.19) menjadi: = f 0 2H P S0 P G0T P S0T (2.20) Keharusan menyatakan nilai P S0 dalam per unit kalau nilai H dinyatakan dalam per unit adalah agar dimensi ruas kiri dan dimensi ruas kanan persamaan (2.20) menjadi sama yaitu Hertz detik. Dengan turunnya nilai frekuensi, besarnya beban juga turun, dimana untuk perubahan frekuensi sebesar f akan terjadi perubahan beban sebesar : PB = D x f Dalam hal ini D = PB / f adalah sebuah faktor yang menggambarkan besarnya perubahan beban yang terjadi dalam sistem sebagai akibat terjadinya sebuah frekuensi. Pada akhir selang waktu yang pertama merupakan permulaan selang waktu yang kedua, yaitu pada saat t1, nilai frekuensi adalah : F 1 = F 0 (/) 0-1 x (t 1 -t 0 ) Dimana (/) 0-1 adalah nilai / dalam selang waktu antara (t 0- t 1 ) Begitu seterusnya dapat dilakukan perhitungan yang serupa untuk selang selang waktu berikutnya 3. METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Pendahuluan Secara umum metodologi yang digunakan dalam Tugas Akhir

10 8 ini digambarkan pada flowchart sebagai berikut: - Baturaja sebagai jalur evakuasi daya dari Subsistem Sumsel ke Subsistem Lampung. 5. Kesimpulan Memberikan kesimpulan dari studi yang telah dilakukan dengan penentuan nilai ideal transfer daya dari Subsistem Sumsel ke Subsistem Lampung Gambar 3.1. Flowchart Metodologi penelitian Penjelasan dari flowchart metodelogi penelitian di atas adalah : 1. Studi Referensi Mengumpulkan bahan-bahan bacaan yang berkaitan dengan judul penelitan dari berbagai media seperti buku-buku penunjang, jurnal, internet, dan lain-lain. 2. Pengumpulan Data Mengambil data-data realisasi operasi berupa beban sistem, beban pembangkit, inersia pembangkit, serta topologi Subsistem Sumbagsel dari Sumber PT PLN (Persero) UPB Sumbagsel. 3. Perhitungan Menghitung pengaruh pelepasan SUTT 150 kv Bukit Asam - Baturaja sebagai jalur evakuasi daya dari Subsistem Sumsel ke Subsistem Lampung terhadap penuruan frekuensi. 4. Hasil Mendapatkan hasil perhitungan penurunan frekuensi dari pengaruh pelepasan SUTT 150 kv Bukit Asam 3.2 Lokasi Analisa Data Analisa perhitungan Tugas Akhir ini dilakukan pada sistem Tenaga Listrik Subsistem Lampung dan data yang diperlukan untuk penyusunan Tugas Akhir ini didapatkan dari PT. PLN (Persero) UPB Sumbagsel. 3.3 Variabel Analisis Data Diagram satu garis Subsistem Lampung Data pembangkitan Subsistem Lampung Beban Subsistem Lampung 3.4 Teknik pengumpulan dan pengolahan data 1. Pengambilan Data Data yang diperoleh dari pengambilan data di PT PLN (Persero) UPB Sumbagsel. 2. Perhitungan Data Data yang telah diperoleh kemudian dihitung dengan menggunakan persamaan swing generator. 3. Analisa Data

11 9 Dari hasil perhitungan kemudian dianalisa sehingga dapat ditentukan transfer ideal dari Subsistem Sumsel ke Subsistem Lampung pada waktu beban puncak, luar waktu beban puncak hari kerja dan waktu beban puncak, luar waktu beban puncak hari libur. 4. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Perhitungan Perubahan Frekuensi Perhitungan pada Hari Kerja Waktu Beban Puncak Pada hari kerja WBP, yaitu Tanggal 4 Mei Sesuai dengan data beban hari kerja WBP sebesar 846,1 MW. Data lengkap sebagai berikut : Tabel 4.1 Data Perhitungan Hari Kerja WBP Selanjutnya kita akan menghitung perubahan frekuensi terhadap waktu saat tie-line SUTT 150 kv Bukit Asam Baturaja lepas secara tiba-tiba. Prosedur perhitungannya sebagai berikut : 1. Hitung besar perubahan (/) penurunan frekuensi akibat gangguan Penghantar 150 kv Bukit Asam Baturaja trip. = f 2H = 50 2X3,99815 Pso Pgot Psot ,1 360 = 0,62576 Hz/sec 2. Hitung frekuensi akibat gangguan Penghantar 150 kv Baturaja-Blambangan Umpu- Bukit Kemuning trip. Selisih waktu yang kita gunakan adalah 0,1 sekon. Nilai n dimulai dari 0. f n+1 = fn + ( t) f 1 = 50 0,62576(0,1) f 1 = 49,94 Hz 3. Tentukan beban sistem setelah perubahan frekuensi (Pb) waktu ke n dengan selang waktu masing-masing t = 0,1sekon. Pb n+1 = f n+1 xpb n f 0 Pb1 = 49,94 50 x846,1 Pb1 = 845,038 MW 4. Lanjutkan perhitungan s.d frekuensi mencapai frekuensi terendah 49,31 Hz. Pada WBP hari kerja, frekuensi mencapai 49,314 Hz dalam waktu 1 detik dengan nilai transfer 80 MW.

12 10 = f 2H Pso Pgot Psot Gambar 4.1. Grafik Penurunan Frekuensi pada Saat Hari Kerja WBP Perhitungan pada Hari Kerja Luar Waktu Beban Puncak Pada hari kerja LWBP, yaitu Tanggal 4 Mei Sesuai dengan data beban hari kerja LWBP pada sub bab diatas adalah sebesar 574,9 MW. Data lengkap sebagai berikut : Tabel 4.2 Data Perhitungan Hari Kerja LWBP Selanjutnya kita akan menghitung perubahan frekuensi terhadap waktu saat tie-line SUTT 150 kv Bukit Asam Baturaja lepas secara tiba-tiba. Prosedur perhitungannya sebagai berikut : 1. Hitung besar perubahan (/) penurunan frekuensi akibat gangguan Penghantar 150 kv Bukit Asam Baturaja trip. = X3, = 0,62886 Hz/sec 2. Hitung frekuensi akibat gangguan Penghantar 150 kv Baturaja-Blambangan Umpu- Bukit Kemuning trip. Selisih waktu yang kita gunakan adalah 0,1 sekon. Nilai n dimulai dari 0. f n+1 = fn + ( t) f 1 = 50 0,62886(0,1) f 1 = 49,94 Hz 3. Tentukan beban sistem setelah perubahan frekuensi (Pb) waktu ke n dengan selang waktu masing-masing t = 0,1sekon. Pb n+1 = f n+1 xpb n f 0 Pb1 = 49,94 50 x574,9 Pb1 = 574,177 MW 4. Lanjutkan perhitungan s.d frekuensi mencapai frekuensi terendah 49,31 Hz. Pada LWBP hari kerja, frekuensi mencapai 49,3126 Hz dalam waktu 1 detik dengan nilai transfer 68 MW.

13 11 gangguan Penghantar 150 kv Bukit Asam Baturaja trip. = f 2H Pso Pgot Psot Gambar 4.2. Grafik Penurunan Frekuensi pada Saat Hari Kerja LWBP Perhitungan pada Hari Libur Waktu Beban Puncak Pada hari libur WBP, yaitu Tanggal 8 Mei Sesuai dengan data beban hari libur WBP pada sub bab diatas adalah sebesar 826,9 MW. Data lengkap sebagai berikut : Tabel 4.3 Data Perhitungan Hari Libur WBP Selanjutnya kita akan menghitung perubahan frekuensi terhadap waktu saat tie-line SUTT 150 kv Bukit Asam Baturaja lepas secara tiba-tiba. Prosedur perhitungannya sebagai berikut : 1. Hitung besar perubahan (/) penurunan frekuensi akibat = 50 2X3, ,3 360 = 0,62664 Hz/sec 2. Hitung frekuensi akibat gangguan Penghantar 150 kv Baturaja-Blambangan Umpu- Bukit Kemuning trip. Selisih waktu yang kita gunakan adalah 0,1 sekon. Nilai n dimulai dari 0. f n+1 = fn + ( t) f 1 = 50 0,62664(0,1) f 1 = 49,94 Hz 3. Tentukan beban sistem setelah perubahan frekuensi (Pb) waktu ke n dengan selang waktu masing-masing t = 0,1sekon. Pb n+1 = f n+1 xpb n f 0 Pb1 = 49,94 50 x826,9 Pb1 = 825,864 MW 4. Lanjutkan perhitungan s.d frekuensi mencapai frekuensi terendah 49,31 Hz. Pada WBP hari libur, frekuensi mencapai

14 12 49,315 Hz dalam waktu 1 detik dengan nilai transfer 77 MW. Gambar 4.3. Grafik Penurunan Frekuensi pada Saat Hari Libur WBP Perhitungan pada Hari Libur Luar Waktu Beban Puncak Pada hari libur LWBP, yaitu Tanggal 8 Mei Sesuai dengan data beban hari libur WBP adalah sebesar 557,1 MW. Data lengkap sebagai berikut : Tabel 4.4 Data Perhitungan Hari Libur LWBP 1. Hitung besar perubahan (/) penurunan frekuensi akibat gangguan Penghantar 150 kv Bukit Asam Baturaja trip. = f 2H = 50 2X3,69305 Pso Pgot Psot = 0,62886 Hz/sec 2. Hitung frekuensi akibat gangguan Penghantar 150 kv Baturaja-Blambangan Umpu- Bukit Kemuning trip. Selisih waktu yang kita gunakan adalah 0,1 sekon. Nilai n dimulai dari 0. f n+1 = fn + ( t) f 1 = 50 0,62886(0,1) f 1 = 49,94 Hz 3. Tentukan beban sistem setelah perubahan frekuensi (Pb) waktu ke n dengan selang waktu masing-masing t = 0,1sekon. Pb n+1 = f n+1 f 0 xpb n Selanjutnya kita akan menghitung perubahan frekuensi terhadap waktu saat tie-line SUTT 150 kv Bukit Asam Baturaja lepas secara tiba-tiba. Prosedur perhitungannya sebagai berikut : Pb1 = 49,94 50 x557,1 Pb1 = 556,399 MW 4. Lanjutkan perhitungan s.d frekuensi mencapai frekuensi terendah 49,31 Hz. Pada WBP

15 13 hari libur, frekuensi mencapai 49,3126 Hz dalam waktu 1 detik dengan nilai transfer 68 MW. sumsel-lampung tidak dapat lebih dari 80 MW pada saat WBP dan 68 MW pada saat LWBP agar penurunan frekuensi tidak menyentuh skema ufr tahapan. Gambar 4.4. Grafik Penurunan Frekuensi pada Saat Hari Libur LWBP 4.6. Pembahasan Tabel 4.5 Resume Hasil Perhitungan Dari tabel diatas, dapat dilihat : 1. Penurunan frekuensi berbanding lurus terhadap kesiapan pembangkit di Subsitem Lampung dan beban Subsistem Lampung. 2. Transfer daya yang dapat dikirimkan dari Subsistem 5. KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 KESIMPULAN 1. Pada hari kerja WBP, dengan beban Subsistem Lampung sebesar 846,1 MW dan pembangkit Lampung sebesar 521,6 MW maka transfer maksimal yang dapat disalurkan dari subsistem Sumsel-Lampung sebesar 80 MW dengan frekuensi akhir menjadi 49,314 Hz. 2. Pada hari kerja LWBP, dengan beban Subsistem Lampung sebesar 574,9 MW dan pembangkit Lampung sebesar 382 MW maka transfer maksimal yang dapat disalurkan dari subsistem Sumsel-Lampung sebesar 68 MW dengan frekuensi akhir menjadi 49,3126 Hz. 3. Pada hari libur WBP, dengan beban Subsistem Lampung sebesar 826,9 MW dan pembangkit Lampung sebesar 470,1 MW maka transfer maksimal yang dapat disalurkan dari subsistem Sumsel-Lampung sebesar 77 MW dengan frekuensi akhir menjadi 49,315 Hz. 4. Pada hari kerja LWBP, dengan beban Subsistem Lampung

16 14 sebesar 557,1 MW dan pembangkit Lampung sebesar 368,3 MW maka transfer maksimal yang dapat disalurkan dari subsistem Sumsel-Lampung sebesar 68 MW dengan frekuensi akhir menjadi 49,3126 Hz. 5. Berdasarkan beban tertinggi pada Subsistem Lampung, maka Subsistem lampung membutuhkan penambahan daya pembangkit sebesar ± 244 MW. Marsudi, Djiteng Operasi Sistem Tenaga Listrik. Penerbit Graha Ilmu : Yogyakarta. Pusat Pendidikan dan Pelatihan Overview Operasi Sistem. Jakarta : PLN 5.2 SARAN Hasil perhitungan ini diharapkan dapat menjadi acuan dan referensi untuk PLN dalam menambah pasokan daya pembangkit di Subsistem Lampung untuk mengantisipasi gangguan frekuensi rendah pada Subsistem Lampung saat terjadi gangguan pada Pht 150 kv Bukit Asam Baturaja 1.2. DAFTAR PUSTAKA Idris, K Analisis Sistem Tenaga Listrik. Penerbit Erlangga : Jakarta. Ir. Sulasno Analisis Sistem Tenaga Listrik. Penerbit Universitas Diponegoro : Semarang. Marsudi, Djiteng Pembangkitan Energi Listrik. Penerbit Erlangga : Jakarta.

Tugas Mingguan Peserta OJT Angkatan 13 Th. 2009

Tugas Mingguan Peserta OJT Angkatan 13 Th. 2009 Tugas Mingguan Peserta OJT Angkatan 13 Th. 2009 WATAK FREKUENSI SISTEM PADA SAAT TERJADI HILANG DAYA PEMBANGKIT Disusun oleh: Haryo Praminta Sedewa YG/ES/0282 PT PLN(persero) AP2B Sistem Kalselteng WATAK

Lebih terperinci

STUDI SKEMA PELEPASAN GENERATOR PADA FREKUENSI BERLEBIH SEBAGAI PENGAMAN UNIT PEMBANGKIT SUBSISTEM SUMBAGSEL

STUDI SKEMA PELEPASAN GENERATOR PADA FREKUENSI BERLEBIH SEBAGAI PENGAMAN UNIT PEMBANGKIT SUBSISTEM SUMBAGSEL Mikrotiga, Vol 1, No. 3 November 214 ISSN : 2355-457 37 STUDI SKEMA PELEPASAN GENERATOR PADA FREKUENSI BERLEBIH SEBAGAI PENGAMAN UNIT PEMBANGKIT SUBSISTEM SUMBAGSEL Yudha Prahara Gurun 1*, Rudyanto Thayib

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. merupakan sebuah kesatuan interkoneksi. Komponen tersebut mempunyai fungsi

BAB I PENDAHULUAN. merupakan sebuah kesatuan interkoneksi. Komponen tersebut mempunyai fungsi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sistem tenaga listrik merupakan sekumpulan pusat listrik dan gardu induk atau pusat beban yang satu sama lain dihubungkan oleh jaringan transmisi sehingga merupakan

Lebih terperinci

2 BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sistem Distribusi Listrik Bagian dari sistem tenaga listrik yang paling dekat dengan pelanggan adalah sistem distribusi. Sistem distribusi juga merupakan bagian yang paling

Lebih terperinci

STUDI PENGARUH PENAMBAHAN KAPASITOR SHUNT PADA SISTEM KELISTRIKAN 150 KV LAMPUNG UTARA 1)

STUDI PENGARUH PENAMBAHAN KAPASITOR SHUNT PADA SISTEM KELISTRIKAN 150 KV LAMPUNG UTARA 1) Jurnal Desiminasi Teknologi, Volume 1, No. 2, Juli 2013 STUDI PENGARUH PENAMBAHAN KAPASITOR SHUNT PADA SISTEM KELISTRIKAN 150 KV LAMPUNG UTARA 1) Ichsandi 2), Yuslan Basir 3), Yusro Hakimah 4) Abstrak

Lebih terperinci

DINAMIKA FREKUENSI SISTEM KARENA GANGGUAN UNIT PEMBANGKIT

DINAMIKA FREKUENSI SISTEM KARENA GANGGUAN UNIT PEMBANGKIT DINAMIKA FREKUENSI SISTEM KARENA GANGGUAN UNIT PEMBANGKIT Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Program Studi Teknik Elektro Disusun Oleh: Nama : HANIF GUNTORO Nim : 01400 037

Lebih terperinci

MITIGASI GANGGUAN TRANSMISI AKIBAT PETIR PADA PT. PLN (PERSERO) P3B SUMATERA UPT TANJUNG KARANG

MITIGASI GANGGUAN TRANSMISI AKIBAT PETIR PADA PT. PLN (PERSERO) P3B SUMATERA UPT TANJUNG KARANG 1 MITIGASI GANGGUAN TRANSMISI AKIBAT PETIR PADA PT. PLN (PERSERO) P3B SUMATERA UPT TANJUNG KARANG Handy Wihartady, Eko Prasetyo, Muhammad Bayu Rahmady, Rahmat Hidayat, Aryo Tiger Wibowo PT. PLN (Persero)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penting dalam kehidupan masyarakat, baik pada sektor rumah tangga, penerangan,

BAB I PENDAHULUAN. penting dalam kehidupan masyarakat, baik pada sektor rumah tangga, penerangan, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kebutuhan akan energi listrik semakin meningkat seiring perkembangan kemajuan teknologi dan pembangunan. Penggunaan listrik merupakan faktor yang penting dalam kehidupan

Lebih terperinci

BAB III SISTEM PROTEKSI DENGAN RELAI JARAK. terutama untuk masyarakat yang tinggal di kota-kota besar. Kebutuhan tenaga

BAB III SISTEM PROTEKSI DENGAN RELAI JARAK. terutama untuk masyarakat yang tinggal di kota-kota besar. Kebutuhan tenaga BAB III SISTEM PROTEKSI DENGAN RELAI JARAK 3.1. Umum Tenaga listrik merupakan suatu kebutuhan pokok dalam kehidupan manusia, terutama untuk masyarakat yang tinggal di kota-kota besar. Kebutuhan tenaga

Lebih terperinci

Indar Chaerah G, Studi Penurunan Frekuensi pada Saat PLTG Sengkang Lepas dari Sistem

Indar Chaerah G, Studi Penurunan Frekuensi pada Saat PLTG Sengkang Lepas dari Sistem MEDIA ELEKTRIK, Volume 4 Nomor 1, Juni 2009 STUDI LAJU PENURUNAN FREKUENSI PADA SAAT PLTG SENGKANG LEPAS DARI SISTEM SULSELTRABAR Indar Chaerah G Jurusan Teknik Elektro Fakultas Teknik Universitas Hasanuddin

Lebih terperinci

ANALISIS SUSUT ENERGI PADA SISTEM KELISTRIKAN BALI SESUAI RENCANA OPERASI SUTET 500 kv

ANALISIS SUSUT ENERGI PADA SISTEM KELISTRIKAN BALI SESUAI RENCANA OPERASI SUTET 500 kv ANALISIS SUSUT ENERGI PADA SISTEM KELISTRIKAN BALI SESUAI RENCANA OPERASI SUTET 500 kv I N Juniastra Gina, W G Ariastina 1, I W Sukerayasa 1 Teknik Elektro, Fakultas Teknik, Universitas Udayana 1 Staff

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berbagai peralatan listrik. Berbagai peralatan listrik tersebut dihubungkan satu

BAB I PENDAHULUAN. berbagai peralatan listrik. Berbagai peralatan listrik tersebut dihubungkan satu 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Untuk keperluan penyediaan tenaga listrik bagi pelanggan, diperlukan berbagai peralatan listrik. Berbagai peralatan listrik tersebut dihubungkan satu sama lain mempunyai

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Penelitian Terdahulu Tentang Pentanahan Netral

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Penelitian Terdahulu Tentang Pentanahan Netral 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penelitian Terdahulu Tentang Pentanahan Netral Dalam kaitan dengan pentanahan netral sistem tenaga, beberapa penelitian terdahulu telah diidentifikasi, misalnya dalam pemilihan

Lebih terperinci

STUDI PELEPASAN BEBAN PADA SKEMA PERTAHANAN (DEFENCE SCHEME) JARINGAN SISTEM KHATULISTIWA

STUDI PELEPASAN BEBAN PADA SKEMA PERTAHANAN (DEFENCE SCHEME) JARINGAN SISTEM KHATULISTIWA STUDI PELEPASAN BEBAN PADA SKEMA PERTAHANAN (DEFENCE SCHEME) JARINGAN SISTEM KHATULISTIWA Erni Noviyani 1), Junaidi 2), Purwo Harjono 3) Jurusan Teknik Elektro Fakultas Teknik Universitas Tanjungpura e-mail:

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Pengerjaan tugas akhir ini bertempat di Laboratorium Terpadu Teknik Elektro

BAB III METODE PENELITIAN. Pengerjaan tugas akhir ini bertempat di Laboratorium Terpadu Teknik Elektro 22 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Pengerjaan tugas akhir ini bertempat di Laboratorium Terpadu Teknik Elektro Fakultas Teknik Universitas Lampung pada bulan Juli 2012 sampai

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Stabilitas Transien dan Perancangan Pelepasan Beban pada Joint Operating

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Stabilitas Transien dan Perancangan Pelepasan Beban pada Joint Operating BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Pustaka Rujukan penelitian yang pernah dilakukan untuk mendukung penulisan tugas akhir ini antara lain: a. Berdasarkan hasil penelitian Denny Yusuf Sepriawan (2014)

Lebih terperinci

Analisis Kestabilan Transien dan Pelepasan Beban Pada Sistem Integrasi 33 KV PT. Pertamina RU IV Cilacap akibat Penambahan Beban RFCC dan PLBC

Analisis Kestabilan Transien dan Pelepasan Beban Pada Sistem Integrasi 33 KV PT. Pertamina RU IV Cilacap akibat Penambahan Beban RFCC dan PLBC B19 Analisis Kestabilan Transien dan Pelepasan Beban Pada Sistem Integrasi 33 KV PT. Pertamina RU IV Cilacap akibat Penambahan Beban RFCC dan PLBC Firdaus Ariansyah, Ardyono Priyadi, dan Margo Pujiantara

Lebih terperinci

BAB II JARINGAN DISTRIBUSI TENAGA LISTRIK. karena terdiri atas komponen peralatan atau mesin listrik seperti generator,

BAB II JARINGAN DISTRIBUSI TENAGA LISTRIK. karena terdiri atas komponen peralatan atau mesin listrik seperti generator, BAB II JARINGAN DISTRIBUSI TENAGA LISTRIK II.1. Sistem Tenaga Listrik Struktur tenaga listrik atau sistem tenaga listrik sangat besar dan kompleks karena terdiri atas komponen peralatan atau mesin listrik

Lebih terperinci

ANALISIS PENGOPERASIAN SPEED DROOP GOVERNOR SEBAGAI PENGATURAN FREKUENSI PADA SISTEM KELISTRIKAN PLTU GRESIK

ANALISIS PENGOPERASIAN SPEED DROOP GOVERNOR SEBAGAI PENGATURAN FREKUENSI PADA SISTEM KELISTRIKAN PLTU GRESIK ANALISIS PENGOPERASIAN SPEED DROOP GOVERNOR SEBAGAI PENGATURAN FREKUENSI PADA SISTEM KELISTRIKAN PLTU GRESIK Oleh : Patriandari 2206 100 026 Dosen Pembimbing : Prof. Ir. Ontoseno Penangsang, M.Sc, PhD.

Lebih terperinci

Analisis Kestabilan Transien dan Mekanisme Pelepasan Beban di PT. Pertamina (Persero) Refinery Unit (RU) VI Balongan

Analisis Kestabilan Transien dan Mekanisme Pelepasan Beban di PT. Pertamina (Persero) Refinery Unit (RU) VI Balongan Presentasi Seminar Tugas Akhir Analisis Kestabilan Transien dan Mekanisme Pelepasan Beban di PT. Pertamina (Persero) Refinery Unit (RU) VI Balongan Nama : Syahrul Hidayat NRP : 2209100161 Pembimbing :

Lebih terperinci

PENGARUH PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA UAP (PLTU) TERHADAP PERILAKU SISTEM TENAGA LISTRIK SULAWESI SELATAN DALAM KEADAAN TRANSIEN

PENGARUH PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA UAP (PLTU) TERHADAP PERILAKU SISTEM TENAGA LISTRIK SULAWESI SELATAN DALAM KEADAAN TRANSIEN PRO S ID IN G 20 1 2 HASIL PENELITIAN FAKULTAS TEKNIK PENGARUH PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA UAP (PLTU) TERHADAP PERILAKU SISTEM TENAGA LISTRIK SULAWESI SELATAN DALAM KEADAAN TRANSIEN Jurusan Teknik Elektro

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Load Flow atau studi aliran daya di dalam sistem tenaga merupakan studi

BAB 1 PENDAHULUAN. Load Flow atau studi aliran daya di dalam sistem tenaga merupakan studi BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Load Flow atau studi aliran daya di dalam sistem tenaga merupakan studi yang mengungkapkan kinerja dan aliran daya (nyata dan reaktif) untuk keadaan tertentu ketika

Lebih terperinci

Studi Penerapan Metode Island Operation Sebagai Defence Scheme Pada Gardu Induk Teluk Lembu

Studi Penerapan Metode Island Operation Sebagai Defence Scheme Pada Gardu Induk Teluk Lembu Studi Penerapan Metode Island Operation Sebagai Defence Scheme Pada Gardu Induk Teluk Lembu Muhamad Al Khausar, Firdaus Jurusan Teknik Elektro Fakultas Teknik Universitas Riau Kampus Bina widya Km 12,5

Lebih terperinci

Studi Kestabilan Sistem dan Pelepasan Beban (Load Shedding) Berdasarkan Standar IEEE di PT. Pertamina (Persero) Refinery Unit IV

Studi Kestabilan Sistem dan Pelepasan Beban (Load Shedding) Berdasarkan Standar IEEE di PT. Pertamina (Persero) Refinery Unit IV Studi Kestabilan Sistem dan Pelepasan Beban (Load Shedding) Berdasarkan Standar IEEE di PT. Pertamina (Persero) Refinery Unit IV N. Nuswantara 1 W.G. Ariastina 2 A. A. N. Amrita 3 Jurusan Teknik Elektro,

Lebih terperinci

Penentuan Pelepasan Beban Pada PT. Inalum Asahan Saat Penurunan Frekuensi

Penentuan Pelepasan Beban Pada PT. Inalum Asahan Saat Penurunan Frekuensi Penentuan Pelepasan Beban Pada PT. Inalum Asahan Saat Penurunan Frekuensi Suwarno, Pardamean Sinurat Teknik Elektro ITM Medan arno_itm@yahoo.com ; suwarno@itm.ac.id dameland03@yahoo.com Abstrak-Pertumbuhan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Cilacap, Jl. Letjen Haryono MT. 77 Lomanis, Cilacap, Jawa Tengah, Indonesia.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Cilacap, Jl. Letjen Haryono MT. 77 Lomanis, Cilacap, Jawa Tengah, Indonesia. BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Lokasi Penelitian Lokasi penelitian tugas akhir berada di PT Pertamina (Persero) RU IV Cilacap, Jl. Letjen Haryono MT. 77 Lomanis, Cilacap, Jawa Tengah, Indonesia. Gambar

Lebih terperinci

Simulasi dan Analisis Stabilitas Transien dan Pelepasan Beban pada Sistem Kelistrikan PT. Semen Indonesia Pabrik Aceh

Simulasi dan Analisis Stabilitas Transien dan Pelepasan Beban pada Sistem Kelistrikan PT. Semen Indonesia Pabrik Aceh B-468 JURNAL TEKNIK ITS Vol. 5 No. (016) ISSN: 337-3539 (301-971 Print) Simulasi dan Analisis Stabilitas Transien dan Pelepasan Beban pada Sistem Kelistrikan PT. Semen Indonesia Pabrik Aceh David Firdaus,

Lebih terperinci

JURNAL TEKNIK ITS Vol. 5, No. 2, (2016) ISSN: ( Print)

JURNAL TEKNIK ITS Vol. 5, No. 2, (2016) ISSN: ( Print) JURNAL TEKNIK ITS Vol. 5, No. 2, (216) ISSN: 2337-3539 (231-9271 Print) A121 Studi Analisa Stabilitas Transien Sistem Jawa-Madura-Bali (Jamali) 5kV Setelah Masuknya Pembangkit Paiton MW Pada Tahun 221

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. konsumen. Suplai daya listrik dari pusat-pusat pembangkit sampai ke konsumen

BAB I PENDAHULUAN. konsumen. Suplai daya listrik dari pusat-pusat pembangkit sampai ke konsumen BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Suatu sistem tenaga listrik yang besar pada umumnya memiliki beberapa pusat pembangkit yang terdiri dari banyak generator (multimesin). Generator berfungsi untuk mensalurkan

Lebih terperinci

Operasi Sistem Tenaga Listrik

Operasi Sistem Tenaga Listrik Daftar Isi i ii Operasi Sistem Tenaga Listrik Daftar Isi iii OPERASI SISTEM TENAGA LISTRIK Oleh: Djiteng Marsudi Edisi Kedua Cetakan Pertama, 2006 Hak Cipta Ó 2006 pada penulis, Hak Cipta dilindungi undang-undang.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menyalurkan energi listrik dengan gangguan pemadaman yang minimal.

BAB I PENDAHULUAN. menyalurkan energi listrik dengan gangguan pemadaman yang minimal. BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Kebutuhan energi listrik terus meningkat dari tahun ke tahun. Hal ini tentu saja menuntut PLN guna meningkatkan pasokan tenaga listrik. Di dalam penyaluran energi listrik,

Lebih terperinci

EVALUASI KERJA AUTO RECLOSE RELAY TERHADAP PMT APLIKASI AUTO RECLOSE RELAY PADA TRANSMISI 150 KV MANINJAU PADANG LUAR

EVALUASI KERJA AUTO RECLOSE RELAY TERHADAP PMT APLIKASI AUTO RECLOSE RELAY PADA TRANSMISI 150 KV MANINJAU PADANG LUAR EVALUASI KERJA AUTO RECLOSE RELAY TERHADAP PMT APLIKASI AUTO RECLOSE RELAY PADA TRANSMISI 150 KV MANINJAU PADANG LUAR Edo Trionovendri (1), Ir. Cahayahati, M.T (2), Ir. Ija Darmana, M.T (3) (1) Mahasiswa

Lebih terperinci

OLEH : TITIN DESTIARINI Tugas Akhir ini Diajukan Untuk Melengkapi Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh. Gelar Sarjana Teknik

OLEH : TITIN DESTIARINI Tugas Akhir ini Diajukan Untuk Melengkapi Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh. Gelar Sarjana Teknik STUDI & ANALISA ALIRAN DAYA PADA SISTEM SUMATERA UTARA NANGROE ACEH DARUSSALAM DENGAN MENGGUNAKAN PROGRAM POWER SYSTEM SIMULATION ENGINEERING (PSS/E) VERSI 31.0.0 OLEH : TITIN DESTIARINI 060422011 Tugas

Lebih terperinci

EVALUASI LOSSES DAYA PADA SISTEM TRANSMISI 150 KV SUMATERA BARAT

EVALUASI LOSSES DAYA PADA SISTEM TRANSMISI 150 KV SUMATERA BARAT EVALUASI LOSSES DAYA PADA SISTEM TRANSMISI 150 KV SUMATERA BARAT Rahmadhian (1), Ir. Cahayahati, MT (2), Ir. Ija Darmana, MT (2) (1) Mahasiswa dan (2) Dosen Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknologi Industri,

Lebih terperinci

Analisis Kestabilan Transien dan Mekanisme Pelepasan Beban di PT. Pertamina (Persero) Refinery Unit (R.U.) VI Balongan Jawa Barat

Analisis Kestabilan Transien dan Mekanisme Pelepasan Beban di PT. Pertamina (Persero) Refinery Unit (R.U.) VI Balongan Jawa Barat JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (013) 1-6 1 Analisis Kestabilan Transien dan Mekanisme Pelepasan Beban di PT. Pertamina (Persero) Refinery Unit (R.U.) VI Balongan Jawa Barat Syahrul Hidayat, Ardyono

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. apabila terjadi gangguan di salah satu subsistem, maka daya bisa dipasok dari

BAB I PENDAHULUAN. apabila terjadi gangguan di salah satu subsistem, maka daya bisa dipasok dari 1 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Permintaan energi listrik di Indonesia menunjukkan peningkatan yang cukup pesat dan berbanding lurus dengan pertumbuhan ekonomi dan pertambahan penduduk. Dalam rangka

Lebih terperinci

Analisa Stabilitas Transien dan Koordinasi Proteksi pada PT. Linde Indonesia Gresik Akibat Penambahan Beban Kompresor 4 x 300 kw

Analisa Stabilitas Transien dan Koordinasi Proteksi pada PT. Linde Indonesia Gresik Akibat Penambahan Beban Kompresor 4 x 300 kw Analisa Stabilitas Transien dan Koordinasi Proteksi pada PT. Linde Indonesia Gresik Akibat Penambahan Beban Kompresor 4 x 300 kw Nama : Frandy Istiadi NRP : 2209 106 089 Pembimbing : 1. Dr. Ir. Margo Pujiantara,

Lebih terperinci

III PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

III PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA III PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA 3.1. Umum Berdasarkan standard operasi PT. PLN (Persero), setiap pelanggan energi listrik dengan daya kontrak di atas 197 kva dilayani melalui jaringan tegangan menengah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Seiring dengan pertumbuhan penduduk kebutuhan energi listrik semakin meningkat, maka dibutuhkan penambahan pasokan listrik hingga tercukupi. Selain penambahan energi

Lebih terperinci

ANALISA ALIRAN DAYA OPTIMAL PADA SISTEM KELISTRIKAN BALI

ANALISA ALIRAN DAYA OPTIMAL PADA SISTEM KELISTRIKAN BALI ANALISA ALIRAN DAYA OPTIMAL PADA SISTEM KELISTRIKAN BALI E D Meilandari 1, R S Hartati 2, I W Sukerayasa 2 1 Alumni Teknik Elektro, Fakultas Teknik, Universitas Udayana 2 Staff Pengajar Teknik Elektro,

Lebih terperinci

TEKNIK TENAGA LISTRIK DASAR

TEKNIK TENAGA LISTRIK DASAR TEKNIK TENAGA LISTRIK DASAR Oleh : Hamzah Berahim Edisi Pertama Cetakan Pertama, 2011 Hak Cipta 2011 pada penulis, Hak Cipta dilindungi undang-undang. Dilarang memperbanyak atau memindahkan sebagian atau

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. banyak daerah-daerah terpencil yang belum tersentuh oleh program

BAB I PENDAHULUAN. banyak daerah-daerah terpencil yang belum tersentuh oleh program BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Persoalan krisis energi listrik merupakan salah satu persoalan besar yang dihadapi oleh negara Indonesia. Ketidakseimbangan antara peningkatan kebutuhan daya listrik

Lebih terperinci

USAHA MENGATASI RUGI RUGI DAYA PADA SISTEM DISTRIBUSI 20 KV. Oleh : Togar Timoteus Gultom, S.T, MT Sekolah Tinggi Teknologi Immanuel Medan ABSTRAK

USAHA MENGATASI RUGI RUGI DAYA PADA SISTEM DISTRIBUSI 20 KV. Oleh : Togar Timoteus Gultom, S.T, MT Sekolah Tinggi Teknologi Immanuel Medan ABSTRAK USAHA MENGATASI RUGI RUGI DAYA PADA SISTEM DISTRIBUSI 20 KV Oleh : Togar Timoteus Gultom, S.T, MT Sekolah Tinggi Teknologi Immanuel Medan ABSTRAK Beban tidak seimbang pada jaringan distribusi tenaga listrik

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Proses Penyaluran Tenaga Listrik Gambar 2.1. Proses Tenaga Listrik Energi listrik dihasilkan dari pusat pembangkitan yang menggunakan energi potensi mekanik (air, uap, gas, panas

Lebih terperinci

TUGAS AKHIR ANALISIS STABILITAS TRANSIEN DAN PELEPASAN BEBAN DI PT. WILMAR NABATI GRESIK AKIBAT ADANYA PENGEMBANGAN SISTEM KELISTRIKAN FASE 2

TUGAS AKHIR ANALISIS STABILITAS TRANSIEN DAN PELEPASAN BEBAN DI PT. WILMAR NABATI GRESIK AKIBAT ADANYA PENGEMBANGAN SISTEM KELISTRIKAN FASE 2 TUGAS AKHIR ANALISIS STABILITAS TRANSIEN DAN PELEPASAN BEBAN DI PT. WILMAR NABATI GRESIK AKIBAT ADANYA PENGEMBANGAN SISTEM KELISTRIKAN FASE 2 WIJAYA KHISBULLOH -------2208100001-------- Dosen Pembimbing

Lebih terperinci

PENGARUH PENAMBAHAN JARINGAN TERHADAP DROP TEGANGAN PADA SUTM 20 KV FEEDER KERSIK TUO RAYON KERSIK TUO KABUPATEN KERINCI

PENGARUH PENAMBAHAN JARINGAN TERHADAP DROP TEGANGAN PADA SUTM 20 KV FEEDER KERSIK TUO RAYON KERSIK TUO KABUPATEN KERINCI PENGARUH PENAMBAHAN JARINGAN TERHADAP DROP TEGANGAN PADA SUTM 0 KV FEEDER KERSIK TUO RAYON KERSIK TUO KABUPATEN KERINCI Erhaneli (1), Aldi Riski () (1) Dosen Jurusan Teknik Elektro () Mahasiswa Jurusan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Di era modern saat ini, tenaga listrik memegang peranan penting dalam

BAB I PENDAHULUAN. Di era modern saat ini, tenaga listrik memegang peranan penting dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di era modern saat ini, tenaga listrik memegang peranan penting dalam perkembangan sektor industri, salah satunya PT. Pupuk Kalimantan Timur (PKT). Sebagai perusahaan

Lebih terperinci

SIMULASI PEMISAHAN BEBAN BERDASARKAN TINGKAT FLUKTUASI BEBAN PADA SUBSISTEM TENAGA LISTRIK 150KV

SIMULASI PEMISAHAN BEBAN BERDASARKAN TINGKAT FLUKTUASI BEBAN PADA SUBSISTEM TENAGA LISTRIK 150KV SIMULASI PEMISAHAN BEBAN BERDASARKAN TINGKAT FLUKTUASI BEBAN PADA SUBSISTEM TENAGA LISTRIK 150KV Samia Sofyan, I. Made Ardita Y. Program Studi Teknik Elektro, Fakultas Teknik, Universitas Indonesia, Depok

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Berdasarkan data PLN APB Jawa Barat tahun 2014, subsistem Cirata 150 kv disuplai oleh dua unit IBT 500 MVA pada tegangan 500/150 kv di Gardu Induk Tegangan

Lebih terperinci

Analisa Stabilitas Transien Pada Sistem Transmisi Sumatera Utara 150 kv 275 kv Dengan Penambahan PLTA Batang Toru 4 X 125 MW

Analisa Stabilitas Transien Pada Sistem Transmisi Sumatera Utara 150 kv 275 kv Dengan Penambahan PLTA Batang Toru 4 X 125 MW B202 Analisa Stabilitas Transien Pada Sistem Transmisi Sumatera Utara 150 kv 275 kv Dengan Penambahan PLTA Batang Toru 4 X 125 MW Danar Tri Kumara, Prof. Ir Ontoseno Penangsang M.Sc,Ph.D, dan Ir. NI Ketut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sistem transmisi memegang peranan yang sangat penting dalam proses penyaluran daya listrik. Oleh karena itu pengaman pada saluran transmisi perlu mendapat perhatian

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. dalam melakukan kehidupan sehari-hari. Besar kecilnya beban serta perubahannya

I. PENDAHULUAN. dalam melakukan kehidupan sehari-hari. Besar kecilnya beban serta perubahannya I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada zaman sekarang, kelistrikan sudah menjadi salah satu hal terpenting dalam melakukan kehidupan sehari-hari. Besar kecilnya beban serta perubahannya tergantung pada

Lebih terperinci

Nama : Ririn Harwati NRP : Pembimbing : 1. Prof. Ir. Ontoseno Penangsang, M.Sc, PhD 2. Prof. Dr. Ir. Adi Soeprijanto, MT.

Nama : Ririn Harwati NRP : Pembimbing : 1. Prof. Ir. Ontoseno Penangsang, M.Sc, PhD 2. Prof. Dr. Ir. Adi Soeprijanto, MT. Nama : Ririn Harwati NRP : 2206 100 117 Pembimbing : 1. Prof. Ir. Ontoseno Penangsang, M.Sc, PhD 2. Prof. Dr. Ir. Adi Soeprijanto, MT. Presentasi Sidang Tugas Akhir (Genap 2010) Teknik Sistem Tenaga Jurusan

Lebih terperinci

ANALISIS TEORITIS PENEMPATAN TRANSFORMATOR DISTRIBUSI MENURUT JATUH TEGANGAN DI PENYULANG BAGONG PADA GARDU INDUK NGAGEL

ANALISIS TEORITIS PENEMPATAN TRANSFORMATOR DISTRIBUSI MENURUT JATUH TEGANGAN DI PENYULANG BAGONG PADA GARDU INDUK NGAGEL Analisis Teoritis Penempatan Transformator Distribusi Menurut Jatuh Tegangan Di Penyulang Bagong ANALISIS TEORITIS PENEMPATAN TRANSFORMATOR DISTRIBUSI MENURUT JATUH TEGANGAN DI PENYULANG BAGONG PADA GARDU

Lebih terperinci

ABSTRAK Kata Kunci :

ABSTRAK Kata Kunci : ABSTRAK Transformator 3 pada GI Pesanggaran mendapat penambahan 4 blok pembangkit dengan daya maksimum sebesar 60 MW daya dari keempat blok pembangkit tersebut digunakan untuk mensuplai beban penyulang

Lebih terperinci

SISTEM TENAGA LISTRIK

SISTEM TENAGA LISTRIK SISTEM TENAGA LISTRIK SISTEM TENAGA LISTRIK Sistem Tenaga Listrik : Sekumpulan Pusat Listrik dan Gardu Induk (Pusat Beban) yang satu sama lain dihubungkan oleh Jaringan Transmisi sehingga merupakan sebuah

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Distributed Generation Distributed Generation adalah sebuah pembangkit tenaga listrik yang bertujuan menyediakan sebuah sumber daya aktif yang terhubung langsung dengan jaringan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kelangsungan hidup manusia. Dapat dikatakan pula bahwa energi listrik menjadi

BAB I PENDAHULUAN. kelangsungan hidup manusia. Dapat dikatakan pula bahwa energi listrik menjadi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Energi lsitrik merupakan salah satu kebutuhan penting dalam kelangsungan hidup manusia. Dapat dikatakan pula bahwa energi listrik menjadi salah satu faktor yang menentukan

Lebih terperinci

ANALISA SETTING GROUND FAULT RELAY (GFR) TERHADAP SISTEM PENTANAHAN NETRAL PENYULANG PANDEANLAMPER 06 JTM 20 KV SEMARANG

ANALISA SETTING GROUND FAULT RELAY (GFR) TERHADAP SISTEM PENTANAHAN NETRAL PENYULANG PANDEANLAMPER 06 JTM 20 KV SEMARANG ANALISA SETTING GROUND FAULT RELAY (GFR) TERHADAP SISTEM PENTANAHAN NETRAL PENYULANG PANDEANLAMPER 06 JTM 20 KV SEMARANG Muhammad Iqbal, Moh Toni Prasetyo, Luqman Assaffat 1) 1) Jurusan Teknik Elektro

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. untuk menunjang kehidupan manusia sekarang ini. Di era globalisasi sekarang ini

I. PENDAHULUAN. untuk menunjang kehidupan manusia sekarang ini. Di era globalisasi sekarang ini I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Energi listrik merupakan salah satu bentuk energi yang sangat penting untuk menunjang kehidupan manusia sekarang ini. Di era globalisasi sekarang ini tingkat pertumbuhan

Lebih terperinci

STUDI KESTABILAN SISTEM BERDASARKAN PREDIKSI VOLTAGE COLLAPSE PADA SISTEM STANDAR IEEE 14 BUS MENGGUNAKAN MODAL ANALYSIS

STUDI KESTABILAN SISTEM BERDASARKAN PREDIKSI VOLTAGE COLLAPSE PADA SISTEM STANDAR IEEE 14 BUS MENGGUNAKAN MODAL ANALYSIS STUDI KESTABILAN SISTEM BERDASARKAN PREDIKSI VOLTAGE COLLAPSE PADA SISTEM STANDAR IEEE 14 BUS MENGGUNAKAN MODAL ANALYSIS OLEH : PANCAR FRANSCO 2207100019 Dosen Pembimbing I Prof.Dr. Ir. Adi Soeprijanto,

Lebih terperinci

BAB II HARMONISA PADA GENERATOR. Generator sinkron disebut juga alternator dan merupakan mesin sinkron yang

BAB II HARMONISA PADA GENERATOR. Generator sinkron disebut juga alternator dan merupakan mesin sinkron yang BAB II HARMONISA PADA GENERATOR II.1 Umum Generator sinkron disebut juga alternator dan merupakan mesin sinkron yang digunakan untuk menkonversikan daya mekanis menjadi daya listrik arus bolak balik. Arus

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Energi listrik dalam era sekarang ini sudah merupakan kebutuhan primer, dengan perkembangan teknologi, cara hidup, nilai kebutuhan dan pendapatan perkapita serta

Lebih terperinci

D. Kronologis Gangguan (2)

D. Kronologis Gangguan (2) D. Kronologis Gangguan (2) Kasus 1_SC : Hubung singkat pada bus bkr 14 Kasus 2_SWD&Stama_off : Generator SewaDiesel dan Swatama lepas Page 21 D. Kronologis Gangguan (3) Kasus 31_LS1 : Pl Pelepasan Bb Beban

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan dari bulan Februari s.d. September 2014 dan

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan dari bulan Februari s.d. September 2014 dan III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan dari bulan Februari s.d. September 2014 dan bertempat di Laboratorium Sistem Tenaga Listrik Universitas Lampung. Sedangakan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Zenny Jaelani, 2013

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Zenny Jaelani, 2013 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Listrik adalah sumber energi yang sangat dibutuhkan oleh masyarakat sehingga dalam penyaluran energi tersebut harus benar-benar handal, listrik merupakan salah satu

Lebih terperinci

Koordinasi Rele Pada Jaringan Transmisi 150 kv

Koordinasi Rele Pada Jaringan Transmisi 150 kv Koordinasi Rele Pada Jaringan Transmisi 50 kv Anharul Azmi, Eddy Hamdani Jurusan Teknik Elektro Fakultas Teknik Universitas Riau Kampus Binawidya Km 2,5 Simpang Baru Panam, Pekanbaru 28293 Jurusan Teknik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Transmisi, dan Distribusi. Tenaga listrik disalurkan ke masyarakat melalui jaringan

BAB I PENDAHULUAN. Transmisi, dan Distribusi. Tenaga listrik disalurkan ke masyarakat melalui jaringan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tenaga Listrik disalurkan ke konsumen melalui Sistem Tenaga Listrik. Sistem Tenaga Listrik terdiri dari beberapa subsistem, yaitu Pembangkitan, Transmisi, dan Distribusi.

Lebih terperinci

Studi Kemampuan Transfer Daya Maksimum Dengan Kendala Stabilitas Tegangan Pada Interkoneksi Sumbagsel

Studi Kemampuan Transfer Daya Maksimum Dengan Kendala Stabilitas Tegangan Pada Interkoneksi Sumbagsel Studi Kemampuan Transfer Daya Maksimum Dengan Kendala Stabilitas Tegangan Pada Interkoneksi Sumbagsel Jaka Wibowo, Lukmanul Hakim, Endah Komalasari Jurusan Teknik Elektro Universitas Lampung Jl. Prof.

Lebih terperinci

BAB 3 PELEPASAN BEBAN PADA SISTEM TENAGA LISTRIK. CNOOC SES Ltd NORTH BUSINIESS UNIT DENGAN TEGANGAN OPERASI 13.8 KV

BAB 3 PELEPASAN BEBAN PADA SISTEM TENAGA LISTRIK. CNOOC SES Ltd NORTH BUSINIESS UNIT DENGAN TEGANGAN OPERASI 13.8 KV BAB 3 PELEPASAN BEBAN PADA SISTEM TENAGA LISTRIK CNOOC SES Ltd NORTH BUSINIESS UNIT DENGAN TEGANGAN OPERASI 13.8 KV 3.1 UNIT BISNIS CNOOC SES Ltd China National Offshore Oil Company South East Sumatra

Lebih terperinci

1. BAB I PENDAHULUAN

1. BAB I PENDAHULUAN 1. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada zaman modern ini tidak dapat dipungkiri bahwa seluruh umat manusia saat ini memiliki ketergantungan yang sangat besar dengan energi listrik. Listrik sudah menjadi

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. a. Pusat pusat pembangkit tenaga listrik, merupakan tempat dimana. ke gardu induk yang lain dengan jarak yang jauh.

BAB II DASAR TEORI. a. Pusat pusat pembangkit tenaga listrik, merupakan tempat dimana. ke gardu induk yang lain dengan jarak yang jauh. BAB II DASAR TEORI 2.1. Sistem Jaringan Distribusi Pada dasarnya dalam sistem tenaga listrik, dikenal 3 (tiga) bagian utama seperti pada gambar 2.1 yaitu : a. Pusat pusat pembangkit tenaga listrik, merupakan

Lebih terperinci

BAB IV. ANALISA SETTING RELAI JARAK 150 kv GARDU INDUK KELAPA GADING

BAB IV. ANALISA SETTING RELAI JARAK 150 kv GARDU INDUK KELAPA GADING BAB IV ANALISA SETTING RELAI JARAK 150 kv GARDU INDUK KELAPA GADING 4.1 Umum Relai jarak pada umumnya dipakai untuk proteks isaluran transmisi. Relai jarak mempunyai zona zona proteksi yang disetel dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Sistem Tenaga Listrik adalah suatu sistem yang terdiri atas sistem

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Sistem Tenaga Listrik adalah suatu sistem yang terdiri atas sistem 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sistem Tenaga Listrik adalah suatu sistem yang terdiri atas sistem pembangkit listrik, sistem transmisi tenaga listrik, sistem distribusi tenaga dan sistem proteksi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perusahaan Listrik Negara ( PLN ) mempunyai sistem transmisi listrik di Pulau Jawa yang terhubung dengan Pulau Bali dan Pulau Madura yang disebut dengan sistem interkoneksi

Lebih terperinci

ESTIMASI PEMBEBANAN TRANSFORMATOR GARDU INDUK 150 KV

ESTIMASI PEMBEBANAN TRANSFORMATOR GARDU INDUK 150 KV ISSN: 085 645 99 ESTIMASI PEMBEBANAN TRANSFORMATOR GARDU INDUK 150 KV Elias K. Bawan 1, DiahSuwarti W. 1 Staf Pengajar Teknik Elektro Universitas Negeri Papua elias_kondorura@yahoo.com Jurusan Teknik Elektro

Lebih terperinci

BAB III SISTEM TENAGA LISTRIK INTERKONEKSI JAWA-BALI

BAB III SISTEM TENAGA LISTRIK INTERKONEKSI JAWA-BALI BAB III SISTEM TENAGA LISTRIK INTERKONEKSI JAWA-BALI 3.1 SISTEM TENAGA LISTRIK JAWA-BALI Sistem tenaga listrik Jawa-Bali dihubungkan oleh Saluran Udara Tegangan Ekstra Tinggi (S.U.T.E.T.) 500 kv dan Saluran

Lebih terperinci

OLEH : BAKTI MULYOSO Tugas Akhir ini Diajukan Untuk Melengkapi Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh. Gelar Sarjana Teknik

OLEH : BAKTI MULYOSO Tugas Akhir ini Diajukan Untuk Melengkapi Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh. Gelar Sarjana Teknik OPTIMALISASI DAYA REAKTIF UNTUK MEMPERBAIKI TEGANGAN PADA SISTEM TENAGA LISTRIK DENGAN MENGGUNAKAN PROGRAM PSSE VERSI 31.0.0 (Aplikasi PT PLN (Persero) UPB Sumbagut) OLEH : BAKTI MULYOSO 060422013 Tugas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pasokan energi listrik yang cukup merupakan salah satu komponen yang penting dalam mendorong pertumbuhan perekonomian di dalam suatu negara, sehingga penyedia energi

Lebih terperinci

Strategi Interkoneksi Suplai Daya 2 Pembangkit di PT Ajinomoto Indonesia, Mojokerto Factory

Strategi Interkoneksi Suplai Daya 2 Pembangkit di PT Ajinomoto Indonesia, Mojokerto Factory 1 Strategi Interkoneksi Suplai Daya 2 di PT Ajinomoto Indonesia, Mojokerto Factory Surya Adi Purwanto, Hadi Suyono, dan Rini Nur Hasanah Abstrak PT. Ajinomoto Indonesia, Mojokerto Factory adalah perusahaan

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Seiring dengan tumbuh dan berkembangnya jumlah penduduk maka sistem distribusi tenaga listrik juga berkembang. Kebutuhan tenaga listrik semakin meningkat dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pasokan energi listrik yang cukup merupakan salah satu komponen penting dalam mendorong pertumbuhan perekonomian di dalam suatu negara. Penyedia energi listrik dituntut

Lebih terperinci

Analisis Stabilitas Transien di PT. Pupuk Sriwidjaja Palembang Akibat Penggantian Sebuah Unit Pembangkit GTG 18 MW Menjadi STG 32 MW

Analisis Stabilitas Transien di PT. Pupuk Sriwidjaja Palembang Akibat Penggantian Sebuah Unit Pembangkit GTG 18 MW Menjadi STG 32 MW Analisis Stabilitas Transien di PT. Pupuk Sriwidjaja Palembang Akibat Penggantian Sebuah Unit Pembangkit GTG 1 MW Menjadi STG 3 MW Chico Hermanu B A, Adi Soeprijanto, Margo Pujiantara Jurusan Teknik Elektro-FTI

Lebih terperinci

Pengaruh Kapasitor Shunt Terhadap Susut Transmisi Sistem Interkoneksi Sulselbar Berbasis DIgSILENT Power Factory 15.1.

Pengaruh Kapasitor Shunt Terhadap Susut Transmisi Sistem Interkoneksi Sulselbar Berbasis DIgSILENT Power Factory 15.1. Journal INTEK, April 06, Volume (): 0-5 0 Pengaruh Kapasitor Shunt Terhadap Transmisi Sistem Interkoneksi Sulselbar Berbasis DIgSILENT Power Factory 5.. Marwan, Nurhayati, Andi Sultan A. Al Qahfi,a dan

Lebih terperinci

ANALISIS PENYEBAB KEGAGALAN KERJA SISTEM PROTEKSI PADA GARDU AB

ANALISIS PENYEBAB KEGAGALAN KERJA SISTEM PROTEKSI PADA GARDU AB ANALISIS PENYEBAB KEGAGALAN KERJA SISTEM PROTEKSI PADA GARDU AB 252 Oleh Vigor Zius Muarayadi (41413110039) Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknik, Universitas Mercu Buana Sistem proteksi jaringan tenaga

Lebih terperinci

ANALISIS KESTABILAN TRANSIEN DAN PELEPASAN BEBAN PADA SISTEM INTEGRASI 33 KV PT. PERTAMINA RU IV CILACAP AKIBAT PENAMBAHAN BEBAN RFCC DAN PLBC

ANALISIS KESTABILAN TRANSIEN DAN PELEPASAN BEBAN PADA SISTEM INTEGRASI 33 KV PT. PERTAMINA RU IV CILACAP AKIBAT PENAMBAHAN BEBAN RFCC DAN PLBC TUGAS AKHIR TE 141599 ANALISIS KESTABILAN TRANSIEN DAN PELEPASAN BEBAN PADA SISTEM INTEGRASI 33 KV PT. PERTAMINA RU IV CILACAP AKIBAT PENAMBAHAN BEBAN RFCC DAN PLBC Firdaus Ariansyah NRP 2213106062 Dosen

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN ANALISIS

BAB IV HASIL DAN ANALISIS BAB IV HASIL DAN ANALISIS Gambar 4.1 Lokasi PT. Indonesia Power PLTP Kamojang Sumber: Google Map Pada gambar 4.1 merupakan lokasi PT Indonesia Power Unit Pembangkitan dan Jasa Pembangkitan Kamojang terletak

Lebih terperinci

ANALISIS RUGI- RUGI DAYA PADA PENGHANTAR SALURAN TRANSMISI TEGANGAN TINGGI 150 KV DARI GARDU INDUK KOTO PANJANG KE GARDU INDUK GARUDA SAKTI PEKANBARU

ANALISIS RUGI- RUGI DAYA PADA PENGHANTAR SALURAN TRANSMISI TEGANGAN TINGGI 150 KV DARI GARDU INDUK KOTO PANJANG KE GARDU INDUK GARUDA SAKTI PEKANBARU ANALISIS RUGI- RUGI DAYA PADA PENGHANTAR SALURAN TRANSMISI TEGANGAN TINGGI 150 KV DARI GARDU INDUK KOTO PANJANG KE GARDU INDUK GARUDA SAKTI PEKANBARU Muhammad Radil, Riad Syech, Sugianto Jurusan Fisika

Lebih terperinci

Analisis Pengaruh Penambahan Unit Pembangkit Baru terhadap Arus Gangguan ke Tanah pada Gardu Induk Grati

Analisis Pengaruh Penambahan Unit Pembangkit Baru terhadap Arus Gangguan ke Tanah pada Gardu Induk Grati Analisis Pengaruh Penambahan Unit Pembangkit Baru terhadap Arus Gangguan ke Tanah pada Gardu Induk Grati Galuh Indra Permadi¹, Drs. Ir. Moch. Dhofir, MT.², Ir. Mahfudz Shidiq, MT.³ ¹Mahasiswa Teknik Elektro,

Lebih terperinci

TUGAS AKHIR - TE STUDI PENGONTROL BEBAN ELEKTRONIK PADA PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA MIKROHIDRO SELOLIMAN, TRAWAS KABUPATEN MOJOKERTO

TUGAS AKHIR - TE STUDI PENGONTROL BEBAN ELEKTRONIK PADA PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA MIKROHIDRO SELOLIMAN, TRAWAS KABUPATEN MOJOKERTO TUGAS AKHIR - TE091398 STUDI PENGONTROL BEBAN ELEKTRONIK PADA PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA MIKROHIDRO SELOLIMAN, TRAWAS KABUPATEN MOJOKERTO ARDHA SANDY P NRP 2206 100 132 Dosen pembimbing Ir. Sjamsjul Anam,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Sistem Distribusi 1 Bagian dari sistem tenaga listrik yang paling dekat dengan pelanggan adalah sistem distribusi. Sistem distribusi adalah bagian sistem tenaga listrik yang

Lebih terperinci

STUDY KASUS BLACKOUT 30 SEPTEMBER 2007 SISTEM SUSELTRABAR

STUDY KASUS BLACKOUT 30 SEPTEMBER 2007 SISTEM SUSELTRABAR STUDY KASUS BLACKOUT 30 SEPTEMBER 2007 SISTEM SUSELTRABAR Indar Chaerah Gunadin Jurusan Teknik Elektro Fakultas Teknik Universitas Hasanuddin email :indar_chaerah@yahoo.com Abstrak Pada sistem interkoneksi

Lebih terperinci

SIMULASI PELEPASAN BEBAN DENGAN MENGGUNAKAN RELE FREKUENSI PADA SISTEM TENAGA LISTRIK CNOOC SES LTD.

SIMULASI PELEPASAN BEBAN DENGAN MENGGUNAKAN RELE FREKUENSI PADA SISTEM TENAGA LISTRIK CNOOC SES LTD. SIMULASI PELEPASAN BEBAN DENGAN MENGGUNAKAN RELE FREKUENSI PADA SISTEM TENAGA LISTRIK CNOOC SES LTD. Ari Nugraheni 1, Rudy Setiabudy 2 1. Departemen Teknik Elektro, Fakultas Teknik, Universitas Indonesia,

Lebih terperinci

ESTIMASI UMUR PAKAI DAN RUGI DAYA TRANSFORMATOR. The Estimated Age of Use and Loss Power Transformer

ESTIMASI UMUR PAKAI DAN RUGI DAYA TRANSFORMATOR. The Estimated Age of Use and Loss Power Transformer Techno, ISSN 1410-8607 Volume 15 No. 2, Oktober 2014 Hal. 50 55 ESTIMASI UMUR PAKAI DAN RUGI DAYA TRANSFORMATOR The Estimated Age of Use and Loss Power Transformer Winarso Program Studi Teknik Elektro,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dapat mempertahankan frekuensi nominalnya. peningkatan kualitas sistem kelistrikannya agar didapatkan sistem yang dapat bekerja

BAB I PENDAHULUAN. dapat mempertahankan frekuensi nominalnya. peningkatan kualitas sistem kelistrikannya agar didapatkan sistem yang dapat bekerja BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perkembangan sistem tenaga listrik yang terinterkoneksi harus beroperasi pada frekuensi nominal dengan batas toleransi yang diizinkan, akan tetapi karena variasi beban

Lebih terperinci

STUDI ALIRAN DAYA PADA SISTEM KELISTRIKAN SUMATERA BAGIAN UTARA (SUMBAGUT) 150 kv DENGAN MENGGUNAKAN SOFTWARE POWERWORLD VERSI 17

STUDI ALIRAN DAYA PADA SISTEM KELISTRIKAN SUMATERA BAGIAN UTARA (SUMBAGUT) 150 kv DENGAN MENGGUNAKAN SOFTWARE POWERWORLD VERSI 17 STUDI ALIRAN DAYA PADA SISTEM KELISTRIKAN SUMATERA BAGIAN UTARA (SUMBAGUT) 50 kv DENGAN MENGGUNAKAN SOFTWARE POWERWORLD VERSI 7 Adly Lidya, Yulianta Siregar Konsentrasi Teknik Energi Listrik, Departemen

Lebih terperinci

Prosiding Seminar Nasional Aplikasi Sains & Teknologi (SNAST) 2014ISSN: X Yogyakarta,15 November 2014

Prosiding Seminar Nasional Aplikasi Sains & Teknologi (SNAST) 2014ISSN: X Yogyakarta,15 November 2014 ANALISIS PERBAIKAN TEGANGAN PADA SUBSISTEM DENGAN PEMASANGAN KAPASITOR BANK DENGAN ETAP VERSI 7.0 Wiwik Handajadi 1 1 Electrical Engineering Dept. of Institute of Sains & Technology AKPRIND Yogyakarta

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Dalam menyalurkan daya listrik dari pusat pembangkit kepada konsumen

TINJAUAN PUSTAKA. Dalam menyalurkan daya listrik dari pusat pembangkit kepada konsumen TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Sistem Distribusi Sistem distribusi merupakan keseluruhan komponen dari sistem tenaga listrik yang menghubungkan secara langsung antara sumber daya yang besar (seperti gardu transmisi)

Lebih terperinci

SIMULASI PELEPASAN BEBAN DENGAN MENGGUNAKAN RELE FREKUENSI PADA SISTEM TENAGA LISTRIK CNOOC SES Ltd. SKRIPSI

SIMULASI PELEPASAN BEBAN DENGAN MENGGUNAKAN RELE FREKUENSI PADA SISTEM TENAGA LISTRIK CNOOC SES Ltd. SKRIPSI UNIVERSITAS INDONESIA SIMULASI PELEPASAN BEBAN DENGAN MENGGUNAKAN RELE FREKUENSI PADA SISTEM TENAGA LISTRIK CNOOC SES Ltd. SKRIPSI ARI NUGRAHENI 07 06 163602 FAKULTAS TEKNIK PROGRAM STUDI TEKNIK ELEKTRO

Lebih terperinci

ANTISIPASI GANGGUAN DAN PEMELIHARAAN JARINGAN TEGANGAN MENENGAH

ANTISIPASI GANGGUAN DAN PEMELIHARAAN JARINGAN TEGANGAN MENENGAH Makalah Seminar Kerja Praktek ANTISIPASI GANGGUAN DAN PEMELIHARAAN JARINGAN TEGANGAN MENENGAH 20kV DI PT. PLN (PERSERO) UNIT PELAYANAN JARINGAN SEMARANG TENGAH Brecia Nurastu (L2F006022) Jurusan Teknik

Lebih terperinci