KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan. 1. Sistem pertanaman agroforestry dengan komposisi

Transkripsi

1 VI. I KESIMPULAN DAN SARAN 6.1. Kesimpulan 1. Sistem pertanaman agroforestry dengan komposisi Kayu AfrikalPadi gogo/jagung/singkong dan Kayu Afrika/Padi gogo/singkong, dapat lebih mampu menahan tanah terhadap erosi dan aliran permukaan yang terjadi pada lahan kering pertanian berlereng curam dari pada sistem pertanaman tanaman semusim atau Kayu Afrika. Jumlah tanah tererosi yang terjadi pada sistem pertanaman Kayu AfrikalPadi gogo/jagung/ singkong sebesar ton/ha/tahun pada lahan berlereng 20% dan sebesar ton/ha/tahun pada lahan berlereng 40%. Jumlah aliran permukaan yang terjadi sebesar m3/ha/tahun pada lahan berlereng 20% dan sebesar m3/ha/tahun pada lahan berlereng 40%. Pada komposisi Kayu Afrika/Padi gogo/singkong jumlah tanah tererosi sebesar ton/ha/tahun pada lahan berlereng 20% dan sebesar ton/ha/tahun pada lahan berlereng 40%. Aliran permukaan yang terjadi sebesar m3 /ha/ tahun pada lahan berlereng 20% dan sebesar m3/ha/tahun pada lahan berlereng 40%. 2. Sistem pertanaman agroforestry dengan komposisi Kayu AfrikalPadi gogo/jagung/singkong dan Kayu Afrika/ Padi gogo/jagung dan Singkong layak diusahakan,

2 menguntungkan petani dan memberikan pendapatan total yang sama dengan pendapatan sistem pertanaman tanaman semusim dan lebih besar daripada pendapatan dari Kayu Afrika. Hasil nisbah penerimaan dan biaya (R/Cl) usaha tani agroforestry sebesar 4.18 untuk petani golongan I dan 4.04 golongan 11. Hasil nisbah R/C2 sebesar 5.98 petani golongan I dan sebesar 6.83 untuk petani untuk untuk petani golongan 11. Untuk meningkatkan produksi usaha tani agroforestry diperlukan penambahan luas lahan garapan dan pemakaian pestisida. Sedangkan penggunaan benih, pupuk, tenaga kerja dan sewa/pajak lahan yang lebih besar dari jumlah yang dimiliki petani tidak akan effisien lagi. 3. Alokasi penggunaan lahan kering pertanian yang berlereng curam dengan sistem pertanaman agroforestry yang dilakukan petani di DAS Cimanuk, Jawa Barat (~armaraja- Wado, Kabupaten ~umedan~) ; belum optimal karena mempunyai simpangan negatif 7 yang besar terhadap target produksi yang di konsumsi dan pendapatan, serta simpangan positif untuk modal pada petani golongan I dan golongan 11. Alokasi penggunaan lahan dengan sistem pertanaman agroforestry yang optimal untuk :

3 a. Petani golongan I.(0.31 ha) terdiri dari : - Kayu Afrika seluas 0.13 ha (44%) dengan populasi 63 pohon pada jarak tanam 3 m x 7 m, - padi gogo seluas 0.16 ha (51%) dengan populasi rumpun pada jarak tanam 25 cm x 25 cm, - singkong seluas 0.02 ha (5%) dengan populasi 160 tanaman pada jarak tanam 1 m x 1 m. b. Petani golongan I1 (0.64 ha) terdiri dari: - Kayu Afrika seluas 0.16 ha (24%) dengan populasi 74 pohon pada jarak tanam 3 m x 7 m, - padi gogo seluas 0.33 ha (52%) dengan populasi rumpun pada jarak tanam 25 cm x 25 cm, - jagung seluas 0.07 ha (11%) dengan populasi 700 rumpun pada jarak tanam 1 m x 1 m, - singkong seluas 0.08 ha (13%) dengan populasi 820 tanaman pada jarak tanam 1 m x 1 m. Alokasi luas lahan yang optimal untuk petani golongan I dengan luas lahan garapan 0.31 ha pada curahan tenaga kerja hanya 13% dari jumlah tenaga kerja keluarga yang tersedia dapat memenuhi seperempat dari kebutuhan produksi yang di konsumsi, kebutuhan makanan dan bahan bakar selama satu tahun.

4 Sedangkan untuk petani golongan I1 dengan luas lahan garapan 0.64 ha, alokasi luas lahan yang optimal pada curahan tenaga kerja 19% dari jumlah tenaga kerja keluarga yang tersedia dapat memenuhi sepertiga dari kebutuhan tersebut di atas. 4. Alokasi penggunaan lahan kering pertanian yang ber- lereng curam dengan sistem pertanaman agroforestry yang optimal, dapat meningkatkan daya dukung lahan. Daya dukung lahan garapan petani golongan I sebesar 0.16 orang per hektar dan petani golongan I1 sebesar 0.32 orang per hektar. Alokasi lahan yang optimal untuk lahan garapan petani golongan I daya dukung lahan menjadi 0.73 orang per hektar, dan untuk lahan garapan petani golongan I1 daya dukung lahan menjadi 1.10 orang per hektar. 5. Keefektifan sistem pertanaman agroforestry terhadap kelestarian produktifitas lahan kering pertanian berlereng curam, disebabkan : a. mempunyai tajuk pertanaman yang membentuk empat, atau tiga strata, b. memperbaiki sifat fisik tanah dengan peningkat- an nilai indeks kemantapan agregat tanah dan porositas total, c. mempunyai laju infiltrasi yang tinggi dibanding dengan sistem pertanaman tanaman semusim atau Kayu Afrika,

5 d. mengurangi jumlah curah hujan yang jatuh kepermukaan tanah, karena terintersepsi oleh tajuk pohon Kayu Afrika sebesar 22%. 6. Keberadaan pohon Kayu Afrika (Maesopsis eminii) pada pertanaman tanaman semusim,. dapat menekan jumlah tanah yang tererosi sebesar 3.21 dan 9.91 ton/ha/tahun ( 22% - 45%) pada lahan berlereng 20%, serta sebesar dan ton/ haltahun- (30% - 37%)- pada lahan berlereng 40%. Jumlah aliran permukaan berkurang sebesar 38% sampai 46% pada lahan berlereng 20%, sedangkan pada lahan 40% berku- rang sebesar 16% sampai 33%. 1. Supaya hasil usahatani agroforestry bisa memenuhi sepenuhnya kebutuhan petani terhadap produksi yang di konsumsi, makanan dan bahan bakar untuk satu tahun, maka lahan garapan petani perlu ditambah luasnya menjadi 0.74 ha untuk golongan I dan 1.03 ha untuk golongan Usaha intensifikasi perlu dilakukan, mengingat usaha penambahan luas lahan garapan sulit dilaksanakan. Disamping itu dalam penggunaan jenis tanaman

6 sebaiknya dipilih yang memenuhi syarat sebagai berikut : a. sesuai dengan keadaan lingkungan tempat pertanaman (tinggi tempat, jenis tanah dan iklim). b. disenangi atau sesuai dengan keinginan dan kebutuhan masyarakat setempat, c. tanaman semusim mempunyai sifat tahan naungan atau menyenangi sedikit sinar matahari dan berdaya hasil tinggi (tanaman dari golongan C3 atau tanaman yang di ambil hasil vegetatifnya : umbi, ubi dan daun), d. kombinasi tanaman tidak menimbulkan interaksi negatif, oleh karena itu diusahakan kombinasi tanaman yang bersifat komplementer. 3. Pohon Kayu Afrika penanamannya perlu disebarluaskan kepada petani, karena banyak manfaatnya. Tetapi untuk daerah yang curah hujannya rendah sebaiknya tidak digunakan jenis ini, melainkan dipilih pohon dari golongan C4 antara lain kemiri (AZeurites moluccana ) dan kesambi (Schleichera oleosa). 4. Peranan keberadaan tanaman Kayu Afrika bisa digantikan oleh tanaman tahunan pertanian (industri dan perkebunan), dengan harapan dapat lebih mening- katkan nilai ekonominya.

7 5. Untuk kelancaran penerapan usaha tani agroforestry dan agar diperoleh hasil yang optimal, diperlukan bantuan modal secara kredit. Bantuan modal ditujukan terutama untuk petani golongan I (0.31 ha), karena untuk usaha taninya kekurangan modal sebesar 7.2%- 6. Perlu adanya usaha penelitian dan penyuluhan yang internsif secara terpadu yang terdiri dari ahli-ahli pertanian, kehutanan dan lingkungan, dalam usaha menyebarluaskan penerapan sistem pertanaman agroforestry- Misalnya dengan mengadakan demonstrasi plot atau pilot proyek secara terpadu. 7. Implementasi model perencanaan penggunaan lahan dengan sistem pertanaman agroforestry ini, memerlukan data dan informasi yang sangat banyak serta asumsi-asumsi yang menyertainya. Dalam penggunaan model ini masih diperlukan pengembangan dan penyempurnaan lebih lan jut.