Perubahan Musiman Kerapatan Populasi Tikus Sawah di Ekosistem Sawah Irigasi

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Perubahan Musiman Kerapatan Populasi Tikus Sawah di Ekosistem Sawah Irigasi"

Transkripsi

1 Perubahan Musiman Kerapatan Populasi Tikus Sawah di Ekosistem Sawah Irigasi Sudarmaji, Rahmini, N.A. Herawati dan A.W. Anggara Balai Penelitian Tanaman Padi Jln. Raya 9 Sukamandi Subang Jawa Barat ABSTRACT. Seasonal Fluctuation of Rice Field Rat Population, Rattus argentiventer (Rob & Kloss), in An Irrigated Rice Field Ecosystem. Rice field rat causes the most rice crop damage in Indonesia and seeking out of an effort is crucial to overcome this problem. The study was conducted in the irrigated rice area in Cilamaya Sub-district, Karawang District, West Java Province, commenced from January 1999 to September The study sites were two farmers fields which covered around 100 ha of farmers land for each block. The purpose of this research was to study the seasonal fluctuation of rice field rat population as a guidance on the integrated rodent pest management. Capture Mark Release (CMR) method was used to study the rat population. The rats were trapped by using a Linear Trap Barrier System (LTBS), that were placed in the five main rat habitats such as creek, rice field, road bank, irrigation channel bank and village border. Monthly trapping were conducted during crop and fallow seasons for three consecutive nights. The results showed that rice field rat density was influenced by the crop stages. There was only one population peak in one crop season. It was also depicted that their density tended to fluctuate extremely. The breeding season in previous rice generative stage which produced more young rats led the population peak to occur in the fallow periode after harvest. Since the food sources and shelters in the field were depleted during the fallow period, a seasonal migration from the field to village was a consequence. Thus, the implications of these results is to control rodent earlier before the breeding season. As an alternative migration during fallow period, village habitat is the main target to be concerned on rat control. It could be conducted by implementing LTBS as a fence between the rice field and village during the harvest-fallow period when the rat mobility was very high. Keywords: Population, seasonal, rice field rat, irrigated rice field. ABSTRAK. Tikus sawah Rattus argentiventer (Rob & Kloss) merupakan hama penyebab kerusakan terbesar pada tanaman padi di Indonesia, sehingga diperlukan pemahaman yang lebih mendasar untuk mengatasi masalah tersebut. Serangkaian penelitian dilaksanakan di lahan sawah irigasi di Kecamatan Cilamaya Kabupaten Karawang Jawa Barat, dimulai Januari 1999 dan berakhir pada September Lokasi penelitian adalah dua blok hamparan sawah petani dengan luas masing-masing sekitar 100 ha. Penelitian bertujuan untuk mempelajari perubahan kerapatan populasi tikus sawah musiman sebagai dasar pengendalian hama tikus secara terpadu. Capture Mark Release (CMR) yaitu menandai, melepaskan dan menangkap kembali tikus sawah sebagai metode pengamatan populasi tikus. Pengambilan sampel dilakukan dengan pemerangkapan (trapping) menggunakan Linear Trap Barrier System (LTBS). Lokasi pengambilan sampel meliputi lima habitat tikus di ekosistem sawah irigasi yaitu parit sawah, habitat tengah sawah, jalan sawah, tanggul irigasi, dan tepi kampung. Pengambilan sampel pada setiap habitat dilakukan selama tiga malam pemerangkapan dengan interval satu bulan. Kegiatan pemerangkapan dilakukan secara berkelanjutan dalam jangka panjang baik pada musim tanam padi maupun pada sawah bera. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat kerapatan populasi tikus sawah dipengaruhi oleh fase tanaman padi. Populasi tikus di ekosistem sawah irigasi berfluktuasi sangat tajam dan puncak populasi hanya terjadi satu kali dalam satu musim tanam padi. Puncak populasi terjadi pada periode sawah bera (setelah panen), akibat kelahiran tikus pada saat padi dalam fase generatif sebelumnya. Penurunan populasi setelah terjadi puncak populasi terutama disebabkan oleh berkurangnya pakan dan tempat berlindung tikus pada periode sawah bera, sehingga terjadi emigrasi dari persawahan ke perkampungan. Implikasi dari hasil penelitian ini, pengendalian tikus supaya dilakukan secara dini sebelum terjadi periode perkembangbiakan.salah satu habitat yang menjadi target pengendalian adalah kampung, sebagai lokasi tujuan pelarian tikus sawah pada periode bera. Dalam pelaksanaannya di lapangan, dilakukan dengan cara memasang LTBS di tepi kampung ketika panen dan bera karena tingginya mobilitas tikus sawah. Kata kunci: Populasi, musiman, tikus sawah, sawah irigasi. Tikus sawah Rattus argentiventer (Rob & Kloss) merupakan hama penyebab kerusakan terbesar tanaman padi di Indonesia (Murakami et al. 1992, Geddes 1992, Singleton et al. 1997, Sudarmaji and Rochman 1997, Sudarmaji et al. 2003). Rata-rata luas serangan tikus di Indonesia setiap tahun selama periode adalah ha, dan ha di antaranya mengalami puso (Ditjen Bina Produksi Tanaman Pangan 2003). Kehilangan hasil padi akibat serangan tikus sawah selama kurun waktu lima tahun ( ) diperkirakan mencapai ton gabah kering panen (GKP) atau setara dengan Rp800 milyar (Direktorat Perlindungan Tanaman 2001). Nilai kerugian tersebut belum termasuk kerugian yang terjadi pada pesemaian, stadium padi vegetatif, dan penyimpanan hasil padi di gudang. Tikus sawah juga mengakibatkan kerusakan pada berbagai komoditas lain, baik tanaman pangan, hortikultura, maupun tanaman perkebunan. Oleh karena itu, tikus dikenal sebagai hama lintas agroekosistem dan komoditas pertanian. Pengendalian tikus di Indonesia sampai saat ini masih mengandalkan penggunaan rodentisida (kimiawi) dan pengendalian secara fisik, yaitu dengan membunuh tikus secara langsung (Elsen and Fliert 1990, Priyono 1992, Sudarmaji et al. 2003). Pengendalian yang hanya mengandalkan cara-cara tersebut kurang menguntungkan untuk diterapkan dalam jangka panjang, karena kompensasi populasi merupakan konsekuensi akhir, walaupun pada awalnya populasi dapat diturunkan (Singleton et al. 1999, Krebs 1994). Sejauh ini, pengendalian hama di Indonesia telah menganut konsep 119

2 SUDARMADJI ET AL.: POPULASI TIKUS DI LAHAN IRIGASI pengendalian hama terpadu (PHT). Penerapan pengendalian hama tikus secara terpadu dalam pelaksanaannya harus didasarkan pada pemahaman ekologi hama sasaran, termasuk dinamika populasinya (Wood and Liau 1984, Redhead and Singleton 1988, Singleton 1989, Brown et al. 1998). Informasi tentang terjadinya perubahan musiman populasi tikus sawah dalam jangka panjang pada ekosistem sawah irigasi sangat membantu upaya mengatasi masalah tikus secara lebih mendasar. Tulisan ini menyajikan hasil penelitian tentang perubahan populasi tikus sawah di ekosistem sawah irigasi sebagai dasar upaya pengendalian. BAHAN DAN METODE Penelitian dilakukan di Desa Pasirukem dan Sukatani, Kecamatan Cilamaya, Kabupaten Karawang, Jawa Barat, yang terletak pada 06 o 14 Lintang Selatan dan 107 o 34 Bujur Timur. Penelitian berlangsung dari bulan Januari 1999 hingga September Lokasi penelitian merupa-kan lahan sawah petani dalam dua hamparan dengan luas areal masing-masing kurang lebih 100 ha. Studi populasi tikus sawah dilakukan dengan metode penandaan atau Capture Mark Release (CMR) (Richards 1982, Krebs 1994, Tarumingkeng 1994; Soegianto 1994, Leirs 1995). Teknik pengamatan dan pengambilan sampel dilakukan dengan cara pemerangkapan menggunakan metode sistem bubu perangkap linier (Linear Trap Barrier System, LTBS) seperti disajikan pada Gambar 1. Satu unit LTBS terdiri atas pagar plastik sepanjang 120 m, ajir bambu berukuran 3 cm x 80 cm sebanyak 120 buah, dan enam buah bubu perangkap. Bentangan pagar plastik setinggi 60 cm ditegakkan dengan ajir bambu pada setiap jarak 1 m. Enam buah bubu perangkap dipasang di bagian bawah kedua sisi pagar plastik tersebut dengan lubang corong bubu menghadap ke arah yang berlawanan. Bubu perangkap dipasang menempel pada lubang pagar plastik berukuran 10 cm x 10 cm pada setiap jarak 20 m (Leung and Sudarmaji 1999, Sudarmaji and Herawati 2001, Sudarmaji and Rahmini 2001, Aplin et al. 2003). Lima jenis habitat utama tikus sawah ditentukan sebagai lokasi pengambilan sampel, yaitu parit sawah, jalan sawah, tengah sawah, tanggul irigasi, dan tepi kampung. Masing-masing habitat ditandai dan digunakan sebagai lokasi pemerangkapan selama berlangsungnya penelitian. Pemasangan LTBS untuk penangkapan tikus dilakukan satu kali pada setiap awal bulan, selama tiga hari berturut-turut. LTBS dibongkar pada hari ke 4 dan dipasang kembali di tempat yang sama untuk periode pemerangkapan pada bulan berikutnya. Jumlah keseluruhan unit LTBS yang dipasang untuk satu periode pemerangkapan di lapangan adalah 10 unit. Total bubu perangkap yang digunakan 60 buah dengan lama pemasangan tiga hari, sehingga terdapat 180 malam-perangkap (trap-night) untuk setiap periode pengambilan sampel. Pengamatan populasi tikus dilakukan dengan cara menghitung hasil tangkapan tikus sawah dari setiap LTBS yang dipasang pada setiap periode pengambilan sampel. Gambar 1. Bubu perangkap tikus terbuat dari ram kawat berukuran 60 cm x 25 cm x 25 cm (a), dan skema pemasangan unit sistem bubu perangkap linier (LTBS) untuk pengambilan sampel tikus sawah (b). 120

3 Setiap tikus sawah yang tertangkap, langsung dilepaskan kembali di habitatnya, setelah dilakukan pengamatan dan penandaan. Untuk penandaan tikus digunakan anting logam bernomor yang dipasang pada bagian telinga (Krebs 1994). Pengamatan juga dilakukan terhadap status perkembangbiakan tikus betina. Metode perabaan (palpasi) sepanjang bagian abdomen tikus betina digunakan untuk mengamati kebuntingan, sedangkan tikus yang sedang menyusui diamati melalui kondisi puting susunya (Aplin et al. 2003). Perbedaan tingkat kerapatan populasi tikus di antara stadium padi (bera, vegetatif, dan generatif) diuji dengan menggunakan analisis varian. Pergerakan tikus ke arah kampung, selama ada pertanaman padi dan periode bera, diukur berdasarkan jumlah tangkapan pada LTBS yang dipasang di habitat tepi kampung yang lubang corong bubu perangkapnya menghadap ke arah sawah. Tingkat kerapatan populasi tikus sawah dihitung secara relatif berdasarkan metode trap success (Coughley 1977) sebagai berikut: Jumlah tikus tertangkap (ekor) Trap success = x 100% Jumlah perangkap x lama pemasangan (hari) HASIL DAN PEMBAHASAN Jenis Tikus di Ekosistem Sawah Irigasi Total hasil pemerangkapan dengan LTBS selama periode Januari 1999 sampai September 2002 mencapai individu, yang terdiri atas 90% (4.818 ekor) tikus sawah dan 10% lainnya hewan bukan bukan sasaran. Tiga jenis tikus hidup di ekosistem sawah irigasi Cilamaya, Karawang, Jawa Barat, yaitu tikus sawah (Rattus argentiventer), tikus rumah (Rattus rattus diardii), dan tikus wirok (Bandicota indica) (Tabel 1). Tabel 1. Komposisi spesies tikus dan binatang lain yang terperangkap pada LTBS di ekosistem sawah irigasi di Cilamaya, Karawang, Jawa Barat, periode Jenis (spesies) Jumlah tangkapan Populasi (ekor) (%) Tikus sawah (R. argentiventer) ,3 Tikus rumah (R. rattus diardii) 21 0,4 Tikus wirok (B. indica) 47 0,9 Binatang lain *) 448 8,4 Total Di antara tikus yang telah diidentifikasi, R. argentiventer merupakan spesies dominan yang hidup di ekosistem sawah irigasi. Dominansi tersebut menunjukkan bahwa tikus sawah telah beradaptasi dengan baik pada ekosistem sawah irigasi. Kemampuan adaptasi di antara spesies tikus di setiap agroekosistem berbeda-beda. Suwalan et al. (1993) melaporkan bahwa di lahan pasang surut Sumatera Selatan yang belum lama dibuka untuk pertanian, dihuni oleh tiga spesies tikus, yaitu R. argentiventer (49%), R. exulans (44,2%), dan R. rattus diardii (6,8%). Di lahan pasang surut yang telah lama ditanami padi, R. argentiventer bergeser menjadi spesies dominan (90,2%), sedangkan populasi R. exulans dan R. rattus diardii menurun menjadi 7,6% dan 2,2% (Rochman and Sudarmaji 2001). Di Vietnam, pada sawah irigasi di Delta Sungai Mekong terdapat 12 spesies tikus dengan komposisi R. argentiventer 60%, R. losea 15% dan 10 spesies lainnya 25% (Brown et al. 1999). Hal tersebut menunjukkan bahwa tikus sawah hampir selalu merupakan spesies dominan yang hidup di daerah sawah dengan tanaman padi intensif. Tikus rumah (R. rattus diardii) dan tikus wirok (B. indica) yang tertangkap selama penelitian umumnya berada di habitat sawah yang berbatasan dengan kampung. Keberadaan tikus rumah dan tikus wirok di daerah tersebut diduga merupakan bagian dari aktivitas tikus untuk mendapatkan pakan, khususnya pada saat stadium padi matang panen. Tikus rumah diketahui menghuni rumah atau gudang, dan digolongkan sebagai salah satu hama gudang, sedangkan tikus wirok termasuk hama padi yang hidup di dekat perkampungan dan merusak tanaman padi ketika bermalai dan membawa bulir padi ke dalam sarangnya. Tingkat Kerapatan Populasi Selama 45 kali pengambilan sampel dari Januari 1999 hingga September 2002 telah ditandai dan dilepaskan sebanyak ekor tikus sawah, dan 253 ekor tikus sawah telah terlepas sebelum ditandai. Selama kurun waktu tersebut, tikus sawah yang berhasil ditangkap kembali (recaptured) hanya 230 ekor (5,0%). Rendahnya tangkapan kembali tikus-tikus yang telah ditandai dan dilepaskan tersebut diduga berkaitan dengan jera perangkap (trap shyness). Tikus-tikus yang pernah terperangkap sebelumnya dan dilepaskan kembali menjadi sulit ditangkap kembali. Hal tersebut dapat menyebabkan bias dalam perhitungan kerapatan populasi dengan metode CMR. Oleh karena itu, perhitungan pendugaan kerapatan populasi tikus sawah dihitung secara relatif berdasarkan keberhasilan pemerangkapan (trap success). *) ular, katak, kadal, kepiting sawah, ikan, burung, dan cecurut 121

4 SUDARMADJI ET AL.: POPULASI TIKUS DI LAHAN IRIGASI Berdasarkan hasil analisis kerapatan populasi terdapat satu kali puncak populasi dalam satu musim tanam padi. Pada pola tanam padi dua kali dalam satu tahun terdapat dua kali puncak populasi tikus sawah. Perubahan puncak populasi selalu berulang (repeated pattern) dari musim ke musim dan dari tahun ke tahun, mengikuti pertumbuhan tanaman padi. Puncak populasi tikus sawah tertinggi terjadi pada periode bera (Gambar 2). Terjadinya fluktuasi populasi tikus yang tajam selama periode pertanaman padi dan bera dipengaruhi oleh aktivitas budi daya padi pada setiap musim tanam yang mengakibatkan perubahan lingkungan yang berlangsung cepat. Dalam satu musim tanam padi terjadi perubahan lingkungan dari periode bera, pengolahan tanah, pesemaian, tanam, fase vegetatif, fase generatif, dan panen. Tikus sawah sebagai anggota komunitas dalam ekosistem akan merespon terjadinya perubahan lingkungan yang cepat dengan beradaptasi dan melakukan strategi untuk dapat bertahan hidup. Tikus sawah merupakan hama dengan strategi-r dalam mempertahankan kelangsungan hidupnya. Kararteristik hama dengan strategi-r antara lain mempunyai laju perkembangbiakan yang tinggi, sehingga pada suatu saat tertentu dapat terjadi peningkatan populasi dengan cepat dalam waktu singkat (MacDonald and Fenn 1994). Populasi tikus sawah di ekosistem sawah irigasi terkait erat dengan fase pertumbuhan tanaman padi yang menjadi pakan utamanya. Hal tersebut dapat dibuktikan dengan terjadinya peningkatan populasi yang cepat pada fase generatif dan mencapai puncak populasi pada periode bera. Adanya puncak populasi tikus sawah pada tanaman padi juga pernah dilaporkan oleh Murakami et al. (1992), Rochman (1992), Wood (1994), dan Leung et al. (1999). Puncak populasi tikus sawah yang terjadi pada periode bera berhubungan erat dengan meningkatnya jumlah individu baru dari kelahiran pada fase generatif sebelumnya. Berdasarkan hasil pengambilan sampel periode diketahui bahwa perkembangbiakan tikus sawah pada ekosistem sawah irigasi mempunyai pola musiman yang teratur. Sebagian besar perkembangbiakan tikus terjadi pada fase generatif dan relatif kecil pada periode bera awal. Status perkembangbiakan didasarkan pada hasil tangkapan tikus betina bunting dan menyusui anaknya. Kebuntingan tikus betina dimulai bersamaan waktunya dengan buntingnya tanaman padi. Hal tersebut diduga berkaitan erat dengan tersedianya kualitas pakan padi, yaitu pada tanaman padi dalam fase generatif yang mengandung karbohidrat tinggi sebagai sumber energi. Pada fase generatif bulan kedua (pengisian malai) ditemukan hampir 100% tikus Gambar 2. Rata-rata tingkat kerapatan populasi relatif tikus sawah di ekosistem sawah irigasi dengan pola tanam padi-padibera di Cilamaya, Karawang, Jawa Barat,

5 Populasi betina bunting + menyusui (%) Populasi (ekor/180 malam-perangkap) Gambar 3. Siklus perkembangbiakan tikus sawah dan terjadinya puncak populasi di ekosistem sawah irigasi Cilamaya, Karawang, Jawa Barat, betina sedang berkembangbiak. Tingginya populasi tikus pada periode bera dapat dipastikan merupakan akumulasi individu-individu yang berasal dari kelahiran yang terjadi pada fase generatif sebelumnya. Terjadinya kelahiran tersebut berpengaruh nyata terhadap peningkatan populasi tikus sawah sehingga terjadi puncak populasi pada periode bera (Gambar 3). Tikus sawah mampu melahirkan anak dalam jumlah banyak dan memiliki periode kebuntingan yang singkat, yaitu tiga kali kelahiran dalam satu musim tanam padi dengan rata-rata 10 ekor anak setiap kelahiran (Murakami et al. 1992, Sudarmaji et al. 1996). Hal ini berpengaruh nyata terhadap peningkatan populasi tikus. Anak-anak tikus yang dilahirkan tersebut baru berhasil terjaring oleh LTBS setelah meninggalkan sarang dan terjadi pemencaran. Mobilitas yang tinggi pada periode bera tersebut menyebabkan tikus lebih mudah terperangkap ke dalam LTBS. Analisis beda rata-rata dari tangkapan tikus di antara fase vegetatif, genetatif dan periode bera, menunjukkan adanya perbedaan yang nyata kerapatan populasi tikus (Tabel 2). Populasi terendah terjadi pada fase padi generatif, bertepatan dengan periode perkembangbiakan tikus dan lebih banyak tinggal di sarang. Pada periode tersebut tikus sawah lebih sulit diperangkap karena pergerakan tikus betina hanya terbatas di dekat sarang, sedangkan Tabel 2. Rata-rata tingkat kerapatan populasi tikus sawah pada berbagai fase tanaman padi di ekosistem sawah irigasi di Cilamaya, Karawang, Jawa Barat, Stadium padi (n=28) Vegetatif Generatif Bera Rata-rata populasi (ekor/180 malam-perangkap) 33,6 ± 5,1 b 12,2 ± 3,7 a 116,3 ± 20,9 c Angka-angka yang diikuti oleh huruf berbeda berbeda nyata pada taraf 0,05 uji DMRT Analisis dengan data transformasi (x+1) tikus jantan pada musim kawin (padi fase generatif) lebih banyak berada di areal pertanaman padi (Sudarmaji 1994). Pada fase generatif, peningkatan populasi tikus dari kelahiran belum dapat terdeteksi melalui hasil pemerangkapan dengan LTBS. Peningkatan populasi baru dapat diketahui setelah satu sampai dua bulan berikutnya, yaitu pada periode bera. Peningkatan populasi dari fase generatif sampai bera terlihat nyata dan mencapai 10 kali lipat dari populasi tikus pada saat padi dalam fase generatif. Populasi tikus menurun sangat tajam pada awal tanam. Hal ini antara lain disebabkan oleh emigrasi tikus sawah dari daerah persawahan menuju perkampungan atau lahan-lahan yang tidak dibudidayakan oleh petani 123

6 SUDARMADJI ET AL.: POPULASI TIKUS DI LAHAN IRIGASI Persentase tangkapan tikus yang menuju ke arah kampung (%) Stadium padi Gambar 4. Persentase populasi tikus sawah yang menuju ke arah kampung (berdasarkan tangkapan dari LTBS di habitat kampung) selama padi vegetatif, generatif, dan bera di Cilamaya, Karawang, Jawa Barat, di sekitar daerah persawahan. Emigrasi tikus disebabkan oleh berkurangnya ketersediaan pakan padi dan tanaman sebagai tempat berlindung (shelter), serta terganggunya habitat tikus karena proses budi daya padi, antara lain sanitasi dan pengolahan tanah. Di samping itu, petani umumnya melakukan pengendalian tikus pada saat awal tanam (Sudarmaji et al. 2003). Hasil analisis terhadap tangkapan tikus pada LTBS yang dipasang di tepi kampung, khususnya pada bubu perangkap yang pintu masuknya menghadap ke arah sawah, menunjukkan adanya perbedaan populasi tikus yang menuju ke arah kampung. Pada periode bera, tingkat pergerakan tikus ke arah kampung paling tinggi (69%) dibandingkan dengan fase generatif (33%), dan fase vegetatif (40%) (Gambar 4). Pada fase generatif, tidak banyak tikus yang meninggalkan sawah menuju ke daerah perkampungan. Hal tersebut disebabkah karena pakan padi di daerah persawahan masih cukup tersedia dan bahkan berlimpah. Tanaman padi yang rimbun juga merupakan tempat berlindung tikus yang baik. Setelah padi dipanen (batang padi telah dibabat dan gabah diangkut keluar sawah), tikus akan mencari pakan alternatif dan tempat berlindung keluar dari persawahan. Pada periode pengolahan tanah, petani juga melakukan sanitasi gulma di lingkungan persawahan dan pembongkaran sarang tikus, yang mengakibatkan terganggunya habitat tikus. Kondisi tersebut juga memicu terjadinya emigrasi tikus dari persawahan menuju ke perkampungan, pinggir sungai, dan lahan-lahan kosong lainnya (refuge habitats). Pada akhirnya emigrasi menyebabkan penurunan tingkat populasi tikus di daerah persawahan. 33 Vegetatif Generatif Bera 69 KESIMPULAN 1. Kerapatan populasi tikus sawah di ekosistem sawah irigasi berfluktuasi sangat tajam dengan puncak populasi terjadi pada periode bera. Puncak populasi terjadi satu kali dalam satu musim tanam padi, sehingga pada daerah dengan pola tanam padipadi-bera terjadi puncak populasi dua kali dalam satu tahun. 2. Penyebab utama peningkatan populasi tikus adalah terjadinya akumulasi individu baru dari proses kelahiran pada saat padi dalam fase generatif. Penurunan puncak populasi disebabkan oleh berkurangnya pakan dan tempat berlindung tikus pada periode sawah bera, sehingga terjadi migrasi tikus ke daerah perkampungan di sekitarnya. 3. Terjadinya puncak populasi tikus yang disebabkan oleh kelahiran pada saat padi dalam fase generatif dan penurunan populasi karena migrasi tikus ke daerah perkampungan pada periode bera, dapat digunakan sebagai dasar dalam pengendalian hama tikus secara terpadu. SARAN Berdasarkan hasil penelitian ini disarankan bahwa pengendalian tikus harus dilaksanakan secara dini (pratanam) untuk menurunkan populasi tikus betina dewasa sebelum terjadi perkembangbiakan pada periode padi generatif. Habitat kampung di sekitar persawahan agar dijadikan target utama daerah pengendalian, karena habitat tersebut merupakan lokasi alternatif pelarian tikus (refuge habitats) pada periode sawah bera. UCAPAN TERIMA KASIH Penghargaan dan terima kasih disampaikan kepada Dr. G.R. Singleton (CSIRO Sustainable Ecosystems, Australia) dan Dr. John Copland (ACIAR Australia) atas kerja sama penelitian yang berjalan baik di Indonesia. Ucapan terima kasih juga disampaikan kepada saudara Tedi Purnawan, Elon Rasdan, Alm. Jumanta, SP. yang telah membantu pengambilan data di lapangan. Penghargaan dan terima kasih juga disampaikan kepada Dr. A. Hasanuddin, Dr. S. Kartaatmadja, dan Dr. Irsal Las sebagai pembina dalam kerja sama penelitian tikus ACIAR di Balai Penelitian Tanaman Padi. Penelitian ini sebagian dibiayai oleh ACIAR dalam kerja sama penelitian tikus ASI/98/

7 DAFTAR PUSTAKA Aplin, K.P., Brown, P.R., Jacob, J., Krebs, C.J. and Singleton, G.R Field methods for rodent studies in Asia and Indo-Pacific. ACIAR Monograph No p. Brown, P.R., Hung, N.Q., Hung, N.M. and Wensveen, M.V Population ecology and management of rodent pests in the Mekong River Delta, Vietnam. In: Singleton, G.R., Hinds, L.A., Leirs, H, Zhang, Z. (eds.), Ecologically-based Management of Rodent Pests. ACIAR, Canberra. Brown, P.R., Singleton, G.R., Dunn, S.C. and Jones, D.A The management of house mice in agricultural landscapes using farm management practices: An Australian perspective. In: Baker, R.O. and Crabb, A.C., (eds.). Proceedings of the 18 th Vertebrate Pest Conference, Costa Mesa, California, USA. 2-5 March Davis University of California, USA. pp Coughley, G Analysis of vertebrate population. London, John Wiley & Sons. Direktorat Perlindungan Tanaman Kebijakan pengendalian hama terpadu tikus. Diskusi panel pengendalian hama tikus di Jatisari. Jakarta. Direktorat Jenderal Bina Produksi Tanaman Pangan Hama tikus dan rekomendasi pengendaliannya di Indonesia. Makalah Reviu proyek ACIAR ASI/98/36. Jakarta. Elsen, K.V., and Fliert, E.V.D Development of a communitybased programme on integrated rodent management in rice in Indonesia. In: Quick, G.R. (eds.). Rodents and rice. International Rice Research Institute, Philippines. Geddes, A.M.W The relative importance of pre-harvest crop pest in Indonesia. Chatham, U.K., Natural Resources Institute Bulletin 47. Krebs, C.J Ecology. The experimental analysis of distribution and abundance. Fourth edition. Harper Collins Pub. New York. Leirs, H Population ecology of Mastomys natalensis (Smith, 1834). Implication for rodent control in Africa. Agric. ed-nr 35. BADC, Brussels. Leung, K.P. and Sudarmaji Techniques for Trapping the Rice- Field Rat, Rattus argentiventer. Malayan Nature Journal 53(4): Leung, L. K-P., Singleton, G.R., Sudarmaji, and Rahmini Ecologically-based population management of the rice-field rat in Indonesia. In: Singleton, G.R., Hinds, L.A., Leirs, H, Zhang, Z. (eds.), Ecologically-based Management of Rodent Pests. ACIAR, Canberra. Macdonald, D.W.and Fenn, M.G.P The natural history of rodents: Pre-adaptations to pestilence. In: Buckle, A.P. and Smith, A.H. (eds.). Rodent pest and their control. CAB International, University Press, Cambridge. Murakami, O., Kirana, V.L.T., Priyono, J. dan Tristiani, H Tikus Sawah. Laporan akhir kerjasama Indonesia-Jepang bidang perlindungan tanaman pangan (ATA-162). Direktorat Bina Perlindungan Tanaman, Jakarta. Priyono, J Pengendalian hama tikus secara kultur teknik, fisik dan mekanik. Makalah seminar pengendalian hama tikus terpadu. Program Nasional PHT Bapenas, Cisarua, Bogor. Redhead, T.D. and Singleton, G.R The PICA strategy for the prevention of losses caused by plagues of Mus domisticus in rural Australia. EPPO (European Plant Protection Organization) Bulletin. 18: Richards, C Sampling small mammal populations. Compilation on lecture note on small mammal biology. Biotrop, Bogor. Rochman dan Sudarmaji Ragam dan sebaran spesies tikus di lahan pasang surut Sumatera Selatan. Penelitian Pertanian. 20 (1): Rochman Biologi dan ekologi tikus sebagai dasar pengendalian hama tikus. Makalah seminar pengendalian hama tikus terpadu. Program Nasional PHT Bapenas, Cisarua, Bogor. Singleton, G.R, Sudarmaji and Suryapermana, S An experimental field study to evaluate a trap barrier system and fumigation for controlling the rice-field rat, Rattus argentiventer, in rice crops in West Java. Crop Protection 17 (1): Singleton, G.R Population dynamics of an outbreak of house mice (Mus domisticus) in the Mallee wheatlands of Australiahypothesis of plague formation. J. Zool. 219: Singleton, G.R., Leirs, H., Hinds, L.A. and Zhibin, Z Ecologically-based management of rodent pest-reevaluating our approach to an old problem. In: Singleton, G.R., Hinds, L.A., Leirs, H. and Zhibin, Z (eds.). Ecologically-based management of rodent pests. ACIAR, Canberra. Soegianto, A Ekologi kuantitatif-metoda analisis populasi dan komunitas. Usaha Nasional, Surabaya. Sudarmaji dan Rahmini Evaluasi metode LTBS untuk menangkap tikus sawah pada berbagai ragam habitat. Prosiding Lokakarya Padi. Puslitbangtan, Bogor. p Sudarmaji dan Herawati, N.A Metode sederhana pendugaan populasi tikus sebagai dasar pengendalian dini di ekosistem sawah irigasi. Penelitian Pertanian 20 (2): Sudarmaji dan Rochman Populasi tikus sawah Rattus argentiventer di berbagai tipe habitat ekosistem padi sawah. Prosiding III Seminar Nasional Biologi XV. PBI Cabang Lampung dan UNILA, Bandar Lampung. Hal Sudarmaji, Hasanuddin, A., and Scuffins, M Breeding and age structure of the ricefield rat (R. argentiventer) in West Java Indonesia. 2 nd Project planning meeting management of rodent pests in Southeast Asia. UPM, Malaysia. Sudarmaji, Singleton. G.R., Herawati. N.A., Djatiharti A., and Rahmini Farmer perceptions and practices in rat management in West Java, Indonesia. In: Singleton, G.R., Hind, L.A., Krebs, C.J. and Spratt, M.D. (eds.). Rat, mice and people: Rodent biology and management. ACIAR, Canberra. Sudarmaji Pengetahuan daya dukung dan tempat tinggal tikus sawah (Rattus argentiventer) sebagai dasar usaha pengendalian. Makalah Latihan PHT untuk PPL Ciasem, Subang. Suwalan, S., Ismail, I.G. dan Rochman Hama utama tanaman pangan pada sistem usahatani di lahan pasang surut asumatra selatan. Pros. Simposium Penel. Tan. Pangan III. Puslitbangtan Bogor. Tarumingkeng, R.C Dinamika populasi kajian ekologi kuantitatif. Pustaka Sinar Harapan dan Universitas Kristen Krida Wacana, Jakarta. Wood, B.J Rodents in agriculture and forestry. In: Buckle, A.P. and Smith, A.H. (eds.), Rodent pest and their control. CAB International. University Press, Cambridge. Wood, B.J. and Liau,S.S A long term study of Rattus tiomanicus populations in an oil palm plantation in Johore, Malaysia. III. Bionomics and natural regulation. Journal of applied Ecology 21:

Mengenal Tikus Sawah

Mengenal Tikus Sawah AgroinovasI Mengenal Tikus Sawah Tikus sawah (Rattus argentiventer Rob & Kloss) merupakan hama utama tanaman padi dari golongan mammalia (binatang menyusui), yang mempunyai sifat-sifat yang sangat berbeda

Lebih terperinci

Tikus sawah (Rattus argentiventer) merupakan

Tikus sawah (Rattus argentiventer) merupakan PENELITIAN PERTANIAN TANAMAN PANGAN VOL. 25 NO. 1 26 Pengendalian Tikus Sawah dengan Sistem Bubu Perangkap di Ekosistem Sawah Irigasi Sudarmaji dan A.W. Anggara Balai Besar Penelitian Tanaman Padi Jl.

Lebih terperinci

Perkembangan Populasi Tikus Sawah pada Lahan Sawah Irigasi dalam Pola Indeks Pertanaman Padi 300

Perkembangan Populasi Tikus Sawah pada Lahan Sawah Irigasi dalam Pola Indeks Pertanaman Padi 300 SUDARMAJI DAN HERAWATI: POPULASI TIKUS SAWAH PADA INDEKS PERTANAMAN PADI 300 Perkembangan Populasi Tikus Sawah pada Lahan Sawah Irigasi dalam Pola Indeks Pertanaman Padi 300 Population Growth of the Rice

Lebih terperinci

Pengendalian Hama Tikus Terpadu Tikus memiliki karakter biologi

Pengendalian Hama Tikus Terpadu Tikus memiliki karakter biologi Pengendalian Hama Tikus Terpadu Tikus memiliki karakter biologi yang berbeda dibanding hama padi yang lain seperti serangga dan moluska (bangsa siput). Oleh karena itu, penanganan hama tikus di lapangan

Lebih terperinci

Tikus sawah (Rattus argentiventer) merupakan

Tikus sawah (Rattus argentiventer) merupakan PENELITIAN PERTANIAN TANAMAN PANGAN VOL. 26 NO. 2 27 Karakteristik Perkembangbiakan Tikus Sawah pada Ekosistem Sawah Irigasi dan Implikasinya untuk Pengendalian Sudarmaji 1, J. Jacob 2, J. Subagja 3, S.

Lebih terperinci

Si Pengerat Musuh Petani Tebu..

Si Pengerat Musuh Petani Tebu.. Si Pengerat Musuh Petani Tebu.. Embriani BBPPTP Surabaya Gambar. Tanaman Tebu Yang Terserang Tikus Hama/pest diartikan sebagai jasad pengganggu bisa berupa jasad renik, tumbuhan, dan hewan. Hama Tanaman

Lebih terperinci

Sistem Bubu TBS dan LTBS. TBS (Trap Barrier System)

Sistem Bubu TBS dan LTBS. TBS (Trap Barrier System) Sistem Bubu TBS dan LTBS TBS (Trap Barrier System) TBS atau sistem bubu perangkap adalah teknik pengendalian tikus yang mampu menangkap banyak tikus sawah terus menerus selama musim tanam (sejak tanam

Lebih terperinci

Inovasi Teknologi Pengendalian Tikus Pemasangan pagar plastik

Inovasi Teknologi Pengendalian Tikus Pemasangan pagar plastik 16 Agro inovasi Inovasi Teknologi Pengendalian Tikus Pemasangan pagar plastik 2.800/kg. Sebagai akibat lebih besarnya biaya panen pada MH ini, maka total biaya yang dikeluarkan pada MH lebih tinggi dibanding

Lebih terperinci

PENGENDALIAN HAMA TIKUS SAWAH MENGGUNAKAN TEKNOLOGI TBS DAN LTBS

PENGENDALIAN HAMA TIKUS SAWAH MENGGUNAKAN TEKNOLOGI TBS DAN LTBS PENGENDALIAN HAMA TIKUS SAWAH MENGGUNAKAN TEKNOLOGI TBS DAN LTBS Sigid Handoko BALAI PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN JAMBI Disampaikan pada TEMU APLIKASI TEKNOLOGI BALAI PELATIHAN PERTANIAN JAMBI, 5 Mei

Lebih terperinci

MENGIDENTIFIKASI dan MENGENDALIKAN HAMA PADA PADI. Oleh : M Mundir BP3K Nglegok

MENGIDENTIFIKASI dan MENGENDALIKAN HAMA PADA PADI. Oleh : M Mundir BP3K Nglegok MENGIDENTIFIKASI dan MENGENDALIKAN HAMA PADA PADI Oleh : M Mundir BP3K Nglegok I. LATAR BELAKANG Organisme Pengganggu Tanaman (OPT) adalah semua organisme yang menggangu pertumbuhan tanaman pokok dalam

Lebih terperinci

PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara agraris dimana mata pencaharian mayoritas penduduknya adalah melakukan budidaya berbagai komoditas pertanian. Secara geografis Indonesia merupakan

Lebih terperinci

1 Menerapkan pola tanam yang teratur dan waktu tanam yang serempak (tidak lebih dari 2 minggu)

1 Menerapkan pola tanam yang teratur dan waktu tanam yang serempak (tidak lebih dari 2 minggu) Hama dan penyakit merupakan cekaman biotis yang dapat mengurangi hasil dan bahkan dapat menyebabkan gagal panen. Oleh karena itu untuk mendapatkan hasil panen yang optimum dalam budidaya padi, perlu dilakukan

Lebih terperinci

TINGKAH LAKU TIKUS DAN PENGENDALIANNYA

TINGKAH LAKU TIKUS DAN PENGENDALIANNYA TINGKAH LAKU TIKUS DAN PENGENDALIANNYA Syamsuddin Balai Penelitian Tanaman Serealia, Maros ABSTRAK Hama tikus sangat sulit dikendaliakn karena hewan ini mempunyai kemampuan berkembang biak dengan cepat

Lebih terperinci

Mahasiswa Program Studi Agroteknologi Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta

Mahasiswa Program Studi Agroteknologi Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta EFEKTIVITAS TRAP BARRIER SYSTEM DALAM MENANGKAP TIKUS SAWAH Novialita Herlina 1), Retno Wijayanti 2), Supriyadi 2) 1) Mahasiswa Program Studi Agroteknologi Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. D.I.Yogyakarta tahun mengalami penurunan. Pada tahun 2013

I. PENDAHULUAN. D.I.Yogyakarta tahun mengalami penurunan. Pada tahun 2013 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Daerah Istimewa Yogyakarta (D.I.Yogyakarta) masih memiliki areal pertanian yang cukup luas dan merupakan salah satu daerah pemasok beras dan kebutuhan pangan lainnya di

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Pengujian Tingkat Kejeraan Tikus Sawah (R. argentiventer) dan Tikus Rumah (R. rattus diardii) terhadap Rodentisida Seng Fosfida

HASIL DAN PEMBAHASAN. Pengujian Tingkat Kejeraan Tikus Sawah (R. argentiventer) dan Tikus Rumah (R. rattus diardii) terhadap Rodentisida Seng Fosfida 28 HASIL DAN PEMBAHASAN Pengujian Tingkat Kejeraan Tikus Sawah (R. argentiventer) dan Tikus Rumah (R. rattus diardii) terhadap Rodentisida Seng Fosfida Pengujian tingkat kejeraan tikus sawah dan tikus

Lebih terperinci

Abstrak

Abstrak APLIKASI TRAP BARRIER SYSTEM (TBS) UNTUK MENANGGULANGI HAMA TIKUS PADA PERTANIAN PADI RAMAH LINGKUNGAN DI SUBAK TIMBUL DESA GADUNG SARI, KECAMATAN SELEMADEG TIMUR, KABUPATEN TABANAN BALI. I Nyoman Ardika

Lebih terperinci

PERMASALAHAN HAMA TIKUS DAN STRATEGI PENGENDALIANNYA (CONTOH KASUS PERIODE TANAM )

PERMASALAHAN HAMA TIKUS DAN STRATEGI PENGENDALIANNYA (CONTOH KASUS PERIODE TANAM ) PERMASALAHAN HAMA TIKUS DAN STRATEGI PENGENDALIANNYA (CONTOH KASUS PERIODE TANAM 2003-2004) Djoko Pramono Pusat Penelitian Perkebunan Gula Indonesia (P3GI) PENDAHULUAN Serangan tikus terjadi setiap tahun

Lebih terperinci

TEKNIK PENGAMATAN POPULASI ORGANISME PENGGANGGU TANAMAN DAN MUSUH ALAMI SERTA ANALISIS KERUSAKAN

TEKNIK PENGAMATAN POPULASI ORGANISME PENGGANGGU TANAMAN DAN MUSUH ALAMI SERTA ANALISIS KERUSAKAN TEKNIK PENGAMATAN POPULASI ORGANISME PENGGANGGU TANAMAN DAN MUSUH ALAMI SERTA ANALISIS KERUSAKAN TEKNIK PENGAMATAN POPULASI ORGANISME PENGGANGGU TANAMAN DAN MUSUH ALAMI SERTA ANALISIS KERUSAKAN Yos. F.

Lebih terperinci

SKRIPSI KELIMPAHAN POPULASI WERENG BATANG COKLAT PADA BEBERAPA VARIETAS PADI DENGAN PEMBERIAN ZEOLIT DAN PENERAPAN KONSEP PHT

SKRIPSI KELIMPAHAN POPULASI WERENG BATANG COKLAT PADA BEBERAPA VARIETAS PADI DENGAN PEMBERIAN ZEOLIT DAN PENERAPAN KONSEP PHT SKRIPSI KELIMPAHAN POPULASI WERENG BATANG COKLAT PADA BEBERAPA VARIETAS PADI DENGAN PEMBERIAN ZEOLIT DAN PENERAPAN KONSEP PHT Oleh Ndaru Priasmoro H0709078 PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN

Lebih terperinci

PEMANFAATAN BURUNG HANTU UNTUK MENGENDALIKAN TIKUS DI KECAMATAN SEMBORO KABUPATEN JEMBER

PEMANFAATAN BURUNG HANTU UNTUK MENGENDALIKAN TIKUS DI KECAMATAN SEMBORO KABUPATEN JEMBER PEMANFAATAN BURUNG HANTU UNTUK MENGENDALIKAN TIKUS DI KECAMATAN SEMBORO KABUPATEN JEMBER Nanang Tri Haryadi 1), Moh. Wildan Jadmiko 2), Titin Agustina 3) 1 Fakultas Pertanian, Universitas Jember email:

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Rencana Strategis Kementrian Kesehatan (2011), Pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Rencana Strategis Kementrian Kesehatan (2011), Pembangunan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menurut Rencana Strategis Kementrian Kesehatan (2011), Pembangunan kesehatan diarahkan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap

Lebih terperinci

AGROVIGOR VOLUME 6 NO. 2 SEPTEMBER 2013 ISSN

AGROVIGOR VOLUME 6 NO. 2 SEPTEMBER 2013 ISSN AGROVIGOR VOLUME 6 NO. 2 SEPTEMBER 2013 ISSN 1979 5777 145 PREFERENSI DAN EFIKASI RODENTISIDA BRODIFAKUM TERHADAP TIGA JENIS TIKUS HAMA Swastiko Priyambodo dan Rizky Nazarreta Dept. Proteksi Tanaman, Fak.

Lebih terperinci

PREFERENSI TIKUS (Rattus argentiventer) TERHADAP JENIS UMPAN PADA TANAMAN PADI SAWAH

PREFERENSI TIKUS (Rattus argentiventer) TERHADAP JENIS UMPAN PADA TANAMAN PADI SAWAH PREFERENSI TIKUS (Rattus argentiventer) TERHADAP JENIS UMPAN PADA TANAMAN PADI SAWAH Preference of Rat (Rattus argentiventer) to Kinds of Baits on Rice Crop Alfian Rusdy* dan Irvandra Fatmal Jurusan HPT

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Tikus Rumah, Tikus Pohon, dan Tikus Sawah Klasifikasi dan Morfologi Bioekologi

TINJAUAN PUSTAKA Tikus Rumah, Tikus Pohon, dan Tikus Sawah Klasifikasi dan Morfologi Bioekologi 3 TINJAUAN PUSTAKA Tikus Rumah, Tikus Pohon, dan Tikus Sawah Klasifikasi dan Morfologi Berdasarkan karakter dan ciri morfologi yang dimiliki, tikus rumah (Rattus rattus diardii) digolongkan ke dalam kelas

Lebih terperinci

SKRIPSI. Oleh Okky Ekawati H

SKRIPSI. Oleh Okky Ekawati H SKRIPSI PERAN TUMBUHAN BERBUNGA DALAM MENJAGA KEBERADAAN PARASITOID HAMA PENTING PADI Oleh Okky Ekawati H0709086 PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA commit

Lebih terperinci

POLA FLUKTUASI POPULASI Plutella xylostella (L.) (LEPIDOPTERA: PLUTELLIDAE) DAN MUSUH ALAMINYA PADA BUDIDAYA BROKOLI DENGAN PENERAPAN PHT DAN ORGANIK

POLA FLUKTUASI POPULASI Plutella xylostella (L.) (LEPIDOPTERA: PLUTELLIDAE) DAN MUSUH ALAMINYA PADA BUDIDAYA BROKOLI DENGAN PENERAPAN PHT DAN ORGANIK Jurnal HPT Volume 2 Nomor 2 April 2014 ISSN : 2338-4336 POLA FLUKTUASI POPULASI Plutella xylostella (L.) (LEPIDOPTERA: PLUTELLIDAE) DAN MUSUH ALAMINYA PADA BUDIDAYA BROKOLI DENGAN PENERAPAN PHT DAN ORGANIK

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Latar Belakang

PENDAHULUAN. Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Rodensia merupakan salah satu hewan yang tergolong sangat banyak spesiesnya. Terdapat lebih dari 2700 spesies rodensia di dunia Menurut Aplin et al. (2003), 42% dari semua spesies

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Bahan dan Alat Metode Penelitian

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Bahan dan Alat Metode Penelitian BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian dilaksanakan pada bulan November 2011 Maret 2012. Persemaian dilakukan di rumah kaca Balai Besar Penelitian Bioteknologi dan Sumber Daya Genetik Pertanian,

Lebih terperinci

LAND CONVERSION AND NATIONAL FOOD PRODUCTION

LAND CONVERSION AND NATIONAL FOOD PRODUCTION Prosiding Seminar Nasional Multifungsi dan Konversi Lahan Pertanian Penyunting: Undang Konversi Kurnia, F. Lahan Agus, dan D. Produksi Setyorini, Pangan dan A. Setiyanto Nasional KONVERSI LAHAN DAN PRODUKSI

Lebih terperinci

Keefektivan Tiga Teknik Pengendalian Tikus Sawah (Rattus argentiventer Rob & Kloss) di Desa Murante, Kecamatan Suli, Kabupaten Luwu.

Keefektivan Tiga Teknik Pengendalian Tikus Sawah (Rattus argentiventer Rob & Kloss) di Desa Murante, Kecamatan Suli, Kabupaten Luwu. Keefektivan Tiga Teknik Pengendalian Tikus Sawah (Rattus argentiventer Ro & Kloss) di Desa Murante, Kecamatan Suli, Kaupaten Luwu. Eka Sudartik Universitas Cokroaminoto Palopo ABSTRAK Tikus sawah (Rattus

Lebih terperinci

PERBANDINGAN DISTRIBUSI PENDAPATAN KELUARGA PETANI KELAPA SAWIT RAKYAT DENGAN PETANI PADI SAWAH

PERBANDINGAN DISTRIBUSI PENDAPATAN KELUARGA PETANI KELAPA SAWIT RAKYAT DENGAN PETANI PADI SAWAH PERBANDINGAN DISTRIBUSI PENDAPATAN KELUARGA PETANI KELAPA SAWIT RAKYAT DENGAN PETANI PADI SAWAH (Studi Kasus : Desa Ujung Kubu, Kecamatan Tanjung Tiram, Kabupaten Batubara) Nessy Anali Utami, Thomson Sebayang,

Lebih terperinci

PENGARUH UMUR BIBIT TERHADAP PRODUKTIVITAS PADI VARIETAS INPARI 17

PENGARUH UMUR BIBIT TERHADAP PRODUKTIVITAS PADI VARIETAS INPARI 17 PENGARUH UMUR BIBIT TERHADAP PRODUKTIVITAS PADI VARIETAS INPARI 17 Khairatun Napisah dan Rina D. Ningsih Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Kalimantan Selatan Jl. Panglima Batur Barat No. 4 Banjarbaru,

Lebih terperinci

ANALYSIS OF COST EFFICIENCY AND CONRTIBUTION OF INCOME FROM KASTURI TOBACCO, RICE AND CORN TO THE TOTAL FARM HOUSEHOLD INCOME

ANALYSIS OF COST EFFICIENCY AND CONRTIBUTION OF INCOME FROM KASTURI TOBACCO, RICE AND CORN TO THE TOTAL FARM HOUSEHOLD INCOME ANALISIS EFISIENSI PENGGUNAAN BIAYA DAN KONTRIBUSI PENDAPATAN USAHA TANI TEMBAKAU KASTURI, PADI DAN JAGUNG TRHADAP TOTAL PENDAPATAN USAHA TANI KELUARGA ANALYSIS OF COST EFFICIENCY AND CONRTIBUTION OF INCOME

Lebih terperinci

Rintisan Metode Pengamatan Hama Penggerek Buah Kopi (Hypothenemus hampei Ferr.) di Kabupaten Dairi Propinsi Sumatera Utara.

Rintisan Metode Pengamatan Hama Penggerek Buah Kopi (Hypothenemus hampei Ferr.) di Kabupaten Dairi Propinsi Sumatera Utara. Rintisan Metode Pengamatan Hama Penggerek Buah Kopi (Hypothenemus hampei Ferr.) di Kabupaten Dairi Propinsi Sumatera Utara. OLEH: Syahnen, Yenni Asmar dan Ida Roma Tio Uli Siahaan Laboratorium Lapangan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Biologi dan Ekologi Tikus Sawah Rattus rattus argentiventer Rob & Kloss

TINJAUAN PUSTAKA. Biologi dan Ekologi Tikus Sawah Rattus rattus argentiventer Rob & Kloss TINJAUAN PUSTAKA Biologi dan Ekologi Tikus Sawah Rattus rattus argentiventer Rob & Kloss Tikus merupakan salah satu hama utama pada kegiatan pertanian. Kerusakan yang ditimbulkan oleh serangan hama tikus

Lebih terperinci

SKRIPSI EFEKTIVITAS TRAP BARRIER SYSTEMDALAM MENANGKAP TIKUS SAWAH. Oleh Novialita Herlina H

SKRIPSI EFEKTIVITAS TRAP BARRIER SYSTEMDALAM MENANGKAP TIKUS SAWAH. Oleh Novialita Herlina H SKRIPSI EFEKTIVITAS TRAP BARRIER SYSTEMDALAM MENANGKAP TIKUS SAWAH Oleh Novialita Herlina H0712140 PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2016 EFEKTIVITAS TRAP

Lebih terperinci

PENGARUH AKSESI GULMA Echinochloa crus-galli TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI PADI

PENGARUH AKSESI GULMA Echinochloa crus-galli TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI PADI PENGARUH AKSESI GULMA Echinochloa crus-galli TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI PADI ABSTRAK Aksesi gulma E. crus-galli dari beberapa habitat padi sawah di Jawa Barat diduga memiliki potensi yang berbeda

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Hasil. Kondisi Umum

HASIL DAN PEMBAHASAN. Hasil. Kondisi Umum 14 HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Kondisi Umum Tanaman padi saat berumur 1-3 MST diserang oleh hama keong mas (Pomacea caanaliculata). Hama ini menyerang dengan memakan bagian batang dan daun tanaman yang

Lebih terperinci

JENIS_JENIS TIKUS HAMA

JENIS_JENIS TIKUS HAMA JENIS_JENIS TIKUS HAMA Beberapa ciri morfologi kualitatif, kuantitatif, dan habitat dari jenis tikus yang menjadi hama disajikan pada catatan di bawah ini: 1. Bandicota indica (wirok besar) Tekstur rambut

Lebih terperinci

KAJIAN POTENSI PRODUKSI PADI DAERAH IRIGASI PARSAGUAN DI KECAMATAN PANEI KABUPATEN SIMALUNGUN SKRIPSI

KAJIAN POTENSI PRODUKSI PADI DAERAH IRIGASI PARSAGUAN DI KECAMATAN PANEI KABUPATEN SIMALUNGUN SKRIPSI KAJIAN POTENSI PRODUKSI PADI DAERAH IRIGASI PARSAGUAN DI KECAMATAN PANEI KABUPATEN SIMALUNGUN SKRIPSI TRIDOLAN SARAGIH 110308055 PROGRAM STUDI KETEKNIKAN PERTANIAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA

Lebih terperinci

STUDI POTENSI RODENTISIDA NABATI BIJI JENGKOL UNTUK PENGENDALIAN HAMA TIKUS PADA TANAMAN JAGUNG

STUDI POTENSI RODENTISIDA NABATI BIJI JENGKOL UNTUK PENGENDALIAN HAMA TIKUS PADA TANAMAN JAGUNG STUDI POTENSI RODENTISIDA NABATI BIJI JENGKOL UNTUK PENGENDALIAN HAMA TIKUS PADA TANAMAN JAGUNG Terry Pakki 1), Muhammad Taufik 1),dan A.M. Adnan 2) 1). Jurusan Agroteknologi, Konsentrasi Hama dan Penyakit

Lebih terperinci

PENGARUH PUPUK MAJEMUK PELET DARI BAHAN ORGANIK LEGUM COVER CROP (LCC) TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL PADI VARIETAS IR 64 PADA MUSIM PENGHUJAN

PENGARUH PUPUK MAJEMUK PELET DARI BAHAN ORGANIK LEGUM COVER CROP (LCC) TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL PADI VARIETAS IR 64 PADA MUSIM PENGHUJAN PENGARUH PUPUK MAJEMUK PELET DARI BAHAN ORGANIK LEGUM COVER CROP (LCC) TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL PADI VARIETAS IR 64 PADA MUSIM PENGHUJAN SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Syarat Mencapai Derajat

Lebih terperinci

MENINGKATKAN PROUKSI PADI DENGAN PENERAPAN TEKNOLOGI HEMAT AIR

MENINGKATKAN PROUKSI PADI DENGAN PENERAPAN TEKNOLOGI HEMAT AIR MENINGKATKAN PROUKSI PADI DENGAN PENERAPAN TEKNOLOGI HEMAT AIR Oleh : Ir. Indra Gunawan Sabaruddin Tanaman Padi (Oryza sativa L.) adalah tanaman penting karena merupakan makanan pokok sebagian besar penduduk

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Gambar 1 Kurungan tunggal

BAHAN DAN METODE. Gambar 1 Kurungan tunggal 15 BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Vertebrata Hama, Departemen Proteksi Tanaman, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Penelitian ini dimulai dari bulan

Lebih terperinci

STATUS KEBERADAAN HAMA POTENSIAL PADA PERTANAMAN PADI HIBRIDA, NON-HIBRIDA DAN PENENTUAN PERIODE KRITIS

STATUS KEBERADAAN HAMA POTENSIAL PADA PERTANAMAN PADI HIBRIDA, NON-HIBRIDA DAN PENENTUAN PERIODE KRITIS STATUS KEBERADAAN HAMA POTENSIAL PADA PERTANAMAN PADI HIBRIDA, NON-HIBRIDA DAN PENENTUAN PERIODE KRITIS SKRIPSI Oleh Lisa Adah Khafidhotul Hidayah NIM. 021510401007 JURUSAN HAMA DAN PENYAKIT TUMBUHAN FAKULTAS

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Padi (Oryza sativa L.) tergolong ke dalam Famili Poaceae, Sub- family

II. TINJAUAN PUSTAKA. Padi (Oryza sativa L.) tergolong ke dalam Famili Poaceae, Sub- family 4 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tanaman Padi Padi (Oryza sativa L.) tergolong ke dalam Famili Poaceae, Sub- family Oryzoideae dan Genus Oryza. Organ tanaman padi terdiri atas organ vegetatif dan organ generatif.

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN POPULASI SIPUT SETENGAH CANGKANG (Parmarion sp.) DAN UMUR TANAMAN TERHADAP KERUSAKAN DAN PRODUKSI KUBIS BUNGA

PERKEMBANGAN POPULASI SIPUT SETENGAH CANGKANG (Parmarion sp.) DAN UMUR TANAMAN TERHADAP KERUSAKAN DAN PRODUKSI KUBIS BUNGA 1 PERKEMBANGAN POPULASI SIPUT SETENGAH CANGKANG (Parmarion sp.) DAN UMUR TANAMAN TERHADAP KERUSAKAN DAN PRODUKSI KUBIS BUNGA SKRIPSI OLEH: DHIKY AGUNG ENDIKA 060302029 HPT DEPARTEMEN HAMA DAN PENYAKIT

Lebih terperinci

DI Wilayah IP3OPT PINRANG MT.2011/2012

DI Wilayah IP3OPT PINRANG MT.2011/2012 KEMAMPUAN TANAMAN PERANGKAP MENANGKAP TIKUS DI Wilayah IP3OPT PINRANG MT.2011/2012 (Kelurahan Marawi, Kec.Tiroang, Kab.Pinrang) INSTALASI PENGAMATAN PERAMALAN DAN PENGENDALIAN OPT (IP3OPT) TIROANG - PINRANG

Lebih terperinci

ABSTRACT SITI ROMELAH. Intensive farming practices system by continuously applied agrochemicals,

ABSTRACT SITI ROMELAH. Intensive farming practices system by continuously applied agrochemicals, ABSTRACT SOIL QUALITY ANALYSIS AND ECONOMIC BENEFITS IN THE COW- PALM OIL INTEGRATED SYSTEM TO ACHIEVE SUSTAINABLE AGRICULTURE (CASE STUDY: KARYA MAKMUR VILLAGE, SUBDISTRICT PENAWAR AJI, TULANG BAWANG

Lebih terperinci

Penggunaan Tenaga Kerja Keluarga Petani Peternak Itik pada Pola Usahatani Tanaman Padi Sawah di Kecamatan Air Hangat Kabupaten Kerinci

Penggunaan Tenaga Kerja Keluarga Petani Peternak Itik pada Pola Usahatani Tanaman Padi Sawah di Kecamatan Air Hangat Kabupaten Kerinci Penggunaan Tenaga Kerja Keluarga Petani Peternak Itik pada Pola Usahatani Tanaman Padi Sawah di Kecamatan Air Hangat Kabupaten Kerinci Fatati 1 Intisari Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui penggunaan

Lebih terperinci

AGROFORESTRY : SISTEM PENGGUNAAN LAHAN YANG MAMPU MENINGKATKAN PENDAPATAN MASYARAKAT DAN MENJAGA KEBERLANJUTAN

AGROFORESTRY : SISTEM PENGGUNAAN LAHAN YANG MAMPU MENINGKATKAN PENDAPATAN MASYARAKAT DAN MENJAGA KEBERLANJUTAN AGROFORESTRY : SISTEM PENGGUNAAN LAHAN YANG MAMPU MENINGKATKAN PENDAPATAN MASYARAKAT DAN MENJAGA KEBERLANJUTAN Noviana Khususiyah, Subekti Rahayu, dan S. Suyanto World Agroforestry Centre (ICRAF) Southeast

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Pengujian Ketertarikan Tikus Sawah terhadap Rodentisida dan Umpan (Choice Test) Konsumsi Tikus Sawah terhadap Empat Formulasi Rodentisida Bromadiolon Tikus sawah yang mempunyai habitat

Lebih terperinci

commit to users I. PENDAHULUAN

commit to users I. PENDAHULUAN I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Seiring dengan bertambahnya jumlah dan tingkat kesejahteraan penduduk, maka kebutuhan akan hasil tanaman padi ( Oryza sativa L.) yang berkualitas juga semakin banyak. Masyarakat

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Tikus Sawah Klasifikasi dan Morfologi Biologi dan Ekologi

TINJAUAN PUSTAKA Tikus Sawah Klasifikasi dan Morfologi Biologi dan Ekologi 4 TINJAUAN PUSTAKA Tikus Sawah Klasifikasi dan Morfologi Tikus sawah merupakan hewan pengerat yang termasuk dalam Filum Chordata, Subfilum Vertebrata, Kelas Mamalia, Subkelas Theria, Infrakelas Eutheria,

Lebih terperinci

Oleh. Putri Putika Puspita Sari NIM: SKRIPSI

Oleh. Putri Putika Puspita Sari NIM: SKRIPSI Pengetahuan Lokal dan Pemanfaatan Biota dalam Pertanian Padi di Jawa Tengah dan Yogyakarta (Local Knowledge and Biota Utilization in Paddy Farming in Central Java and Yogyakarta) Oleh NIM: 412010003 SKRIPSI

Lebih terperinci

KEANEKARAGAMAN JENIS MAMALIA KECIL PADA TIGA HABITAT YANG BERBEDA DI LHOKSEUMAWE PROVINSI ACEH

KEANEKARAGAMAN JENIS MAMALIA KECIL PADA TIGA HABITAT YANG BERBEDA DI LHOKSEUMAWE PROVINSI ACEH KEANEKARAGAMAN JENIS MAMALIA KECIL PADA TIGA HABITAT YANG BERBEDA DI LHOKSEUMAWE PROVINSI ACEH Muhammad Nasir, Yulia Amira dan Abdul Hadi Mahmud Jurusan Biologi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Aktivitas penyerbukan terjadi pada tanaman sayur-sayuran, buah-buahan, kacangkacangan,

I. PENDAHULUAN. Aktivitas penyerbukan terjadi pada tanaman sayur-sayuran, buah-buahan, kacangkacangan, 1 I. PENDAHULUAN A. Latar belakang Serangga merupakan golongan hewan yang dominan di muka bumi. Dalam jumlahnya serangga melebihi jumlah semua hewan melata yang ada baik di darat maupun di air, dan keberadaannya

Lebih terperinci

Widyana Rahmatika 1 1) Agriculture Faculty of Kadiri Islamic University

Widyana Rahmatika 1 1) Agriculture Faculty of Kadiri Islamic University PERTUMBUHAN TANAMAN PADI (Oryza sativa.l) AKIBAT PENGARUH PERSENTASE N (Azolla dan urea) RICE PLANT (Oryza sativa.l) GROWTH CAUSED BY PERCENTAGE OF N (Azolla dan Urea) INFLUENCED Widyana Rahmatika 1 1)

Lebih terperinci

KAJIAN PADI VARIETAS UNGGUL BARU DENGAN CARA TANAM SISTEM JAJAR LEGOWO

KAJIAN PADI VARIETAS UNGGUL BARU DENGAN CARA TANAM SISTEM JAJAR LEGOWO KAJIAN PADI VARIETAS UNGGUL BARU DENGAN CARA TANAM SISTEM JAJAR LEGOWO Yati Haryati dan Agus Nurawan Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Jawa Barat Jl. Kayuambon No. 80 Lembang, Bandung Email : dotyhry@yahoo.com

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Besar Penelitian Tanaman Padi, tikus sawah merupakan hama utama penyebab

BAB I PENDAHULUAN. Besar Penelitian Tanaman Padi, tikus sawah merupakan hama utama penyebab BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tikus sawah (Rattus argentiventer) merupakan salah satu spesies hewan pengerat yang mengganggu aktivitas manusia terutama petani. Menurut Balai Besar Penelitian

Lebih terperinci

Inovasi Pertanian Sumatera Selatan Mendukung Swasembada Beras Nasional

Inovasi Pertanian Sumatera Selatan Mendukung Swasembada Beras Nasional Inovasi Pertanian Sumatera Selatan Mendukung Swasembada Beras Nasional Dewasa ini, Pemerintah Daerah Sumatera Selatan (Sumsel) ingin mewujudkan Sumsel Lumbung Pangan sesuai dengan tersedianya potensi sumber

Lebih terperinci

Keragaan Galur Jagung Genjah pada Lahan Kering Provinsi Riau

Keragaan Galur Jagung Genjah pada Lahan Kering Provinsi Riau Keragaan Galur Jagung Genjah pada Lahan Kering Provinsi Riau Yunizar dan Jakoni Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Riau Fax. (0761) 674206; E-mail bptpriau@yahoo.com Abstrak Peningkatan produksi jagung

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Alat dan Bahan

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Alat dan Bahan 19 BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Vertebrata Hama, Departemen Proteksi Tanaman, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor serta daerah pengambilan tikus uji

Lebih terperinci

Daya Adaptasi Perubahan Iklim Terhadap Pedapatan Petani Padi Di Kecamatan Gemuh Kabupaten Kendal

Daya Adaptasi Perubahan Iklim Terhadap Pedapatan Petani Padi Di Kecamatan Gemuh Kabupaten Kendal Daya Adaptasi Perubahan Iklim Terhadap Pedapatan Petani Padi Di Kecamatan Gemuh Kabupaten Kendal (The Climate Change Adaptation To Rice Farmer Income In Gemuh District Kendal Regency) Siti Zaenun*),Titik

Lebih terperinci

BIRD PREFERENCE HABITATS AROUND SERAYU DAM BANYUMAS CENTRAL JAVA

BIRD PREFERENCE HABITATS AROUND SERAYU DAM BANYUMAS CENTRAL JAVA BIRD PREFERENCE HABITATS AROUND SERAYU DAM BANYUMAS CENTRAL JAVA Enggar Lestari 12/340126/PBI/1084 ABSTRACT Interaction between birds and habitat is the first step to determine their conservation status.

Lebih terperinci

VARIASI TINGKAT PENAMBAHAN PENDAPATAN PETANI DARI TUMPANG SARI PALAWIJA + KAPAS (Studi Kasus di Desa Bejiharjo, Karangmojo, Gunung Kidul)

VARIASI TINGKAT PENAMBAHAN PENDAPATAN PETANI DARI TUMPANG SARI PALAWIJA + KAPAS (Studi Kasus di Desa Bejiharjo, Karangmojo, Gunung Kidul) VARIASI TINGKAT PENAMBAHAN PENDAPATAN PETANI DARI TUMPANG SARI PALAWIJA + KAPAS (Studi Kasus di Desa Bejiharjo, Karangmojo, Gunung Kidul) Retno Utami H. dan Eko Srihartanto Balai Pengkajian Teknologi Pertanian

Lebih terperinci

Pengelolaan Sumbedaya Air untuk Meningkatkan Produksi Tanaman Padi Secara Berkelanjutan di Lahan Pasang Surut Sumatera Selatan

Pengelolaan Sumbedaya Air untuk Meningkatkan Produksi Tanaman Padi Secara Berkelanjutan di Lahan Pasang Surut Sumatera Selatan Pengelolaan Sumbedaya Air untuk Meningkatkan Produksi Tanaman Padi Secara Berkelanjutan di Lahan Pasang Surut Sumatera Selatan Water Resource Management to Increase Sustainably of Rice Production in Tidal

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI PADI SAWAH PADA BEBERAPA VARIETAS DAN PEMBERIAN PUPUK NPK. Oleh:

PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI PADI SAWAH PADA BEBERAPA VARIETAS DAN PEMBERIAN PUPUK NPK. Oleh: PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI PADI SAWAH PADA BEBERAPA VARIETAS DAN PEMBERIAN PUPUK NPK SKRIPSI Oleh: CAROLINA SIMANJUNTAK 100301156 PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Lebih terperinci

DAMPAK PENERAPAN TEKNOLOGI PENGELOLAAN TANAMAN TERPADU (PTT) TERHADAP PENDAPATAN PETANI PADI SAWAH

DAMPAK PENERAPAN TEKNOLOGI PENGELOLAAN TANAMAN TERPADU (PTT) TERHADAP PENDAPATAN PETANI PADI SAWAH DAMPAK PENERAPAN TEKNOLOGI PENGELOLAAN TANAMAN TERPADU (PTT) TERHADAP PENDAPATAN PETANI PADI SAWAH (Studi Kasus : Desa Pematang Setrak, Kec Teluk Mengkudu, Kabupaten Serdang Bedagai) Ikram Anggita Nasution

Lebih terperinci

PENDAMPINGAN KALENDER TANAM (KATAM) MENDUKUNG SLPTT PADI DI SUMATERA UTARA

PENDAMPINGAN KALENDER TANAM (KATAM) MENDUKUNG SLPTT PADI DI SUMATERA UTARA PENDAMPINGAN KALENDER TANAM (KATAM) MENDUKUNG SLPTT PADI DI SUMATERA UTARA BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERTANIAN BALAI BESAR PENGKAJIAN DAN PENGEMBANGAN TEKNOLOGI PERTANIAN BALAI PENGKAJIAN TEKNOLOGI

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. ton/hektar turun sekitar 0,13 ton/hektar menjadi 6,17 ton/hektar di tahun 2014

II. TINJAUAN PUSTAKA. ton/hektar turun sekitar 0,13 ton/hektar menjadi 6,17 ton/hektar di tahun 2014 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Produksi Pertanian Padi D.I.Yogyakarta Produktivitas dan produksi padi sawah D.I.Yogyakarta tahun 2013-2014 mengalami penurunan. Pada tahun 2013 produktivitas padi ladang sekitar

Lebih terperinci

PROSPEK PENGEMBANGAN USAHA SAPI POTONG DI BENGKULU DALAM MENDUKUNG AGRIBISNIS YANG BERDAYA SAING

PROSPEK PENGEMBANGAN USAHA SAPI POTONG DI BENGKULU DALAM MENDUKUNG AGRIBISNIS YANG BERDAYA SAING PROSPEK PENGEMBANGAN USAHA SAPI POTONG DI BENGKULU DALAM MENDUKUNG AGRIBISNIS YANG BERDAYA SAING (Prospect of Beef Cattle Development to Support Competitiveness Agrivusiness in Bengkulu) GUNAWAN 1 dan

Lebih terperinci

KAJIAN ADAPTASI BEBERAPA VARIETAS UNGGUL BARU PADI SAWAH DI LAHAN PASANG SURUT KABUPATEN SERUYAN. Astri Anto, Sandis Wahyu Prasetiyo

KAJIAN ADAPTASI BEBERAPA VARIETAS UNGGUL BARU PADI SAWAH DI LAHAN PASANG SURUT KABUPATEN SERUYAN. Astri Anto, Sandis Wahyu Prasetiyo KAJIAN ADAPTASI BEBERAPA VARIETAS UNGGUL BARU PADI SAWAH DI LAHAN PASANG SURUT KABUPATEN SERUYAN Astri Anto, Sandis Wahyu Prasetiyo Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Kalimantan Tengah Jl. G.

Lebih terperinci

Muhammad Sayuthi Laboratorium Hama Fakultas Pertanian Universitas Syiah Kuala

Muhammad Sayuthi Laboratorium Hama Fakultas Pertanian Universitas Syiah Kuala RAYAP MACROTERMES GILVUS (HAGEN) (ISOPTERA: TERMITIDAE) SEBAGAI HAMA PENTING PADA TANAMAN JARAK PAGAR (J. CURCAS) DI KEBUN INDUK JARAK PAGAR (KIJP) PAKUWON SUKABUMI JAWA BARAT (The Macrotermes gilvus Hagen

Lebih terperinci

Gambar 1. Gejala serangan penggerek batang padi pada stadium vegetatif (sundep)

Gambar 1. Gejala serangan penggerek batang padi pada stadium vegetatif (sundep) HAMA PENGGEREK BATANG PADI DAN CARA PENGENDALIANNYA Status Penggerek batang padi merupakan salah satu hama utama pada pertanaman padi di Indonesia. Berdasarkan luas serangan pada tahun 2006, hama penggerek

Lebih terperinci

Asda Rauf; Amelia Murtisari Jurusan Agribisnis Fakultas Ilmu-Ilmu Pertanian Universitas Negeri Gorontalo

Asda Rauf; Amelia Murtisari Jurusan Agribisnis Fakultas Ilmu-Ilmu Pertanian Universitas Negeri Gorontalo Jurnal Jurnal Perspektif Perspektif Pembiayaan Pembiayaan dan Pembangunan dan Pembangunan Daerah Daerah Vol. 2. Vol. 2, 2 Oktober-Desember. 1, Juli - September 2014 2014 ISSN: 2338-4603 Penerapan Sistem

Lebih terperinci

ANALISIS PENDAPATAN DAN PRODUKSI PADI DI KABUPATEN ACEH UTARA TESIS. Oleh ZURIANI

ANALISIS PENDAPATAN DAN PRODUKSI PADI DI KABUPATEN ACEH UTARA TESIS. Oleh ZURIANI ANALISIS PENDAPATAN DAN PRODUKSI PADI DI KABUPATEN ACEH UTARA TESIS Oleh ZURIANI 107039001 PROGRAM STUDI MAGISTER AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2012 Judul : Analisis Produksi

Lebih terperinci

ANALISIS DAYA SAING KEDELAI TERHADAP TANAMAN PADI DAN JAGUNG

ANALISIS DAYA SAING KEDELAI TERHADAP TANAMAN PADI DAN JAGUNG 97 Buana Sains Vol 11 No 1: 97-102, 2011 ANALISIS DAYA SAING KEDELAI TERHADAP TANAMAN PADI DAN JAGUNG Rininta Saraswati 1, Salyo Sutrisno 2 dan T. Adisarwanto 3 1 & 2)Magister Manajemen Agribisnis Program

Lebih terperinci

PREFERENSI DAN KEMAMPUAN MAKAN TIKUS RUMAH (Rattus rattus diardii) PADA BEBERAPA VARIETAS BERAS (Oryza sativa L.) DI PENYIMPANAN

PREFERENSI DAN KEMAMPUAN MAKAN TIKUS RUMAH (Rattus rattus diardii) PADA BEBERAPA VARIETAS BERAS (Oryza sativa L.) DI PENYIMPANAN JURNAL AGROTEKNOS Maret 2014 Vol. 4 No. 1. Hal 66-70 ISSN: 2087-7706 PREFERENSI DAN KEMAMPUAN MAKAN TIKUS RUMAH (Rattus rattus diardii) PADA BEBERAPA VARIETAS BERAS (Oryza sativa L.) DI PENYIMPANAN Preference

Lebih terperinci

PENYEDIAAN PROTEIN HEWANI UNTUK MENINGKATKAN KONSUMSI TIKUS POHON DAN TIKUS SAWAH TERHADAP RODENTISIDA ARIEF YANA FUJILESTARI

PENYEDIAAN PROTEIN HEWANI UNTUK MENINGKATKAN KONSUMSI TIKUS POHON DAN TIKUS SAWAH TERHADAP RODENTISIDA ARIEF YANA FUJILESTARI PENYEDIAAN PROTEIN HEWANI UNTUK MENINGKATKAN KONSUMSI TIKUS POHON DAN TIKUS SAWAH TERHADAP RODENTISIDA ARIEF YANA FUJILESTARI DEPARTEMEN PROTEKSI TANAMAN FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

Lebih terperinci

KERAGAAN PRODUKTIFITAS BEBERAPA KLON UNGGUL KARET RAKYAT DI PROPINSI BENGKULU. Some variability Productivity Superior Rubber Clone People in Bengkulu

KERAGAAN PRODUKTIFITAS BEBERAPA KLON UNGGUL KARET RAKYAT DI PROPINSI BENGKULU. Some variability Productivity Superior Rubber Clone People in Bengkulu KERAGAAN PRODUKTIFITAS BEBERAPA KLON UNGGUL KARET RAKYAT DI PROPINSI BENGKULU Afrizon, Dedi Sugandi, dan Andi Ishak (Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Bengkulu) afrizon41@yahoo.co.id Pengkajian Keragaan

Lebih terperinci

TINGKAT SERANGAN HAMA PENGGEREK TONGKOL, ULAT GRAYAK, DAN BELALANG PADA JAGUNG DI SULAWESI SELATAN. Abdul Fattah 1) dan Hamka 2)

TINGKAT SERANGAN HAMA PENGGEREK TONGKOL, ULAT GRAYAK, DAN BELALANG PADA JAGUNG DI SULAWESI SELATAN. Abdul Fattah 1) dan Hamka 2) TINGKAT SERANGAN HAMA PENGGEREK TONGKOL, ULAT GRAYAK, DAN BELALANG PADA JAGUNG DI SULAWESI SELATAN Abdul Fattah 1) dan Hamka 2) 1) Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Sulawesi Selatan 2) Balai Proteksi

Lebih terperinci

APLIKASI MODEL PERAMALAN ORGANISME PENGGANGGU TUMBUHAN TANAMAN PADI

APLIKASI MODEL PERAMALAN ORGANISME PENGGANGGU TUMBUHAN TANAMAN PADI APLIKASI MODEL PERAMALAN ORGANISME PENGGANGGU TUMBUHAN TANAMAN PADI Oleh: Edi Suwardiwijaya Balai Besar Peramalan Organisme Pengganggu Tumbuhan Direktorat Jenderal Tanaman Pangan Jl. Raya Kaliasin. Tromol

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Perkembangan Populasi Kepinding Tanah ( S. coarctata

HASIL DAN PEMBAHASAN Perkembangan Populasi Kepinding Tanah ( S. coarctata 15 HASIL DAN PEMBAHASAN Perkembangan Populasi Kepinding Tanah (S. coarctata) Secara umum tampak bahwa perkembangan populasi kepinding tanah terutama nimfa dan imago mengalami peningkatan dengan bertambahnya

Lebih terperinci

TEKNIK PENDUKUNG DITEMUKANNYA PURUN TIKUS (ELEOCHARIS DULCIS) SEBAGAI INANG ALTERNATIF BAGI HAMA PENGGEREK BATANG PADI PUTIH (SCIRPOPHAGA INNOTATA)

TEKNIK PENDUKUNG DITEMUKANNYA PURUN TIKUS (ELEOCHARIS DULCIS) SEBAGAI INANG ALTERNATIF BAGI HAMA PENGGEREK BATANG PADI PUTIH (SCIRPOPHAGA INNOTATA) Temu Teknis Fungsional Non Peneliti 2001 TEKNIK PENDUKUNG DITEMUKANNYA PURUN TIKUS (ELEOCHARIS DULCIS) SEBAGAI INANG ALTERNATIF BAGI HAMA PENGGEREK BATANG PADI PUTIH (SCIRPOPHAGA INNOTATA) ZAINUDIN DAN

Lebih terperinci

PENGUJIAN EFEKTIVITAS BEBERAPA FUMIGAN TERHADAP TIKUS SAWAH Rattus argentiventer (Rob.&Klo.) oleh: PRAKARSA SITEPU A

PENGUJIAN EFEKTIVITAS BEBERAPA FUMIGAN TERHADAP TIKUS SAWAH Rattus argentiventer (Rob.&Klo.) oleh: PRAKARSA SITEPU A PENGUJIAN EFEKTIVITAS BEBERAPA FUMIGAN TERHADAP TIKUS SAWAH Rattus argentiventer (Rob.&Klo.) oleh: PRAKARSA SITEPU A44104003 PROGRAM STUDI HAMA DAN PENYAKIT TUMBUHAN FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI JAGUNG DI DESA LABUAN TOPOSO KECAMATAN LABUAN KABUPATEN DONGGALA

ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI JAGUNG DI DESA LABUAN TOPOSO KECAMATAN LABUAN KABUPATEN DONGGALA e-j. Agrotekbis 4 (4) : 456-460, Agustus 2016 ISSN : 2338-3011 ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI JAGUNG DI DESA LABUAN TOPOSO KECAMATAN LABUAN KABUPATEN DONGGALA Income Analysis of Corn Farming Systemin Labuan

Lebih terperinci

TEKNIK PENGAMATAN HAMA DAN PENYAKIT TUMBUHAN (PNH 3162, SKS 2/1) A. SILABUS

TEKNIK PENGAMATAN HAMA DAN PENYAKIT TUMBUHAN (PNH 3162, SKS 2/1) A. SILABUS TEKNIK PENGAMATAN HAMA DAN PENYAKIT TUMBUHAN (PNH 3162, SKS 2/1) Pengertian dan arti penting pengamatan dalam pengelolaan hama dan penyakit tumbuhan. Teknik pengambilan contoh: kelebihan dan kekurangan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pes merupakan penyakit yang disebabkan oleh infeksi bakteri Yersinia pestis.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pes merupakan penyakit yang disebabkan oleh infeksi bakteri Yersinia pestis. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pes merupakan penyakit yang disebabkan oleh infeksi bakteri Yersinia pestis. Pes termasuk penyakit karantina internasional. Di Indonesia penyakit ini kemungkinan timbul

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Padi sawah (Oryza sativa L.) merupakan salah satu komoditas andalan Provinsi

I. PENDAHULUAN. Padi sawah (Oryza sativa L.) merupakan salah satu komoditas andalan Provinsi I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Padi sawah (Oryza sativa L.) merupakan salah satu komoditas andalan Provinsi Lampung pada sektor tanaman pangan. Produksi komoditas padi di Provinsi Lampung

Lebih terperinci

Seminar Nasional : Menggagas Kebangkitan Komoditas Unggulan Lokal Pertanian dan Kelautan Fakultas Pertanian Universitas Trunojoyo Madura

Seminar Nasional : Menggagas Kebangkitan Komoditas Unggulan Lokal Pertanian dan Kelautan Fakultas Pertanian Universitas Trunojoyo Madura Juni, 2013 Seminar Nasional : Menggagas Kebangkitan KERAGAAN BEBERAPA VARIETAS UNGGUL BARU PADI SAWAH IRIGASI DENGAN MENERAPKAN PENGELOLAAN TANAMAN TERPADU (PTT) DI KABUPATEN KLATEN PERFORMANCE OF SOME

Lebih terperinci

(Rattus tiomanicus MILLER) MENUJU. Dhamayanti A.

(Rattus tiomanicus MILLER) MENUJU. Dhamayanti A. METODE PENGENDALIAN HAMA TIKUS (Rattus tiomanicus MILLER) MENUJU PERTANIAN BERKELANJUTAN oleh Dhamayanti A. PENGENDALIAN TIKUS, Rattus tiomanicus MILLER Sebelum th 1970, rodentisida (Klerat, ratropik dengan

Lebih terperinci

kelas Mammalia, ordo Rodentia, famili Muridae, dan genus Rattus (Storer et al.,

kelas Mammalia, ordo Rodentia, famili Muridae, dan genus Rattus (Storer et al., Tikus Sawah (Raftus argentiventer Rob. & Klo. ) Tikus sawah (Rattzts argentiventer) diklasifikasikan dalam filum Chordata, kelas Mammalia, ordo Rodentia, famili Muridae, dan genus Rattus (Storer et al.,

Lebih terperinci

STRATEGI PENGEMBANGAN AGRIBISNIS CABAI MERAH DI KAWASAN AGROPOLITAN KABUPATEN MAGELANG

STRATEGI PENGEMBANGAN AGRIBISNIS CABAI MERAH DI KAWASAN AGROPOLITAN KABUPATEN MAGELANG STRATEGI PENGEMBANGAN AGRIBISNIS CABAI MERAH DI KAWASAN AGROPOLITAN KABUPATEN MAGELANG Tesis Untuk memenuhi sebagian persyaratan Mencapai derajat Sarjana S-2 pada Program Studi Agribisnis Budi Pamilih

Lebih terperinci

PENGENDALIAN TIKUS PADA TANAMAN PADI MELALUI PENDEKATAN EKOLOGI 1)

PENGENDALIAN TIKUS PADA TANAMAN PADI MELALUI PENDEKATAN EKOLOGI 1) Pengendalian Pengembangan tikus Inovasi pada Pertanian tanaman padi 4(1),... 2011: 47-62 47 PENGENDALIAN TIKUS PADA TANAMAN PADI MELALUI PENDEKATAN EKOLOGI 1) Djafar Baco Balai Pengkajian Teknologi Pertanian

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI TIGA VARIETAS PADI GOGO (Oryza sativa L.) TERHADAP PERBANDINGAN PEMBERIAN KASCING DAN PUPUK KIMIA

PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI TIGA VARIETAS PADI GOGO (Oryza sativa L.) TERHADAP PERBANDINGAN PEMBERIAN KASCING DAN PUPUK KIMIA PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI TIGA VARIETAS PADI GOGO (Oryza sativa L.) TERHADAP PERBANDINGAN PEMBERIAN KASCING DAN PUPUK KIMIA ALLEN WIJAYA 070301024 DEPARTEMEN BUDIDAYA PERTANIAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS

Lebih terperinci

PENGELOLAAN KEBUN PANGKAS HIBRID ACACIA (A. mangium x A. auriculiformis) Sri Sunarti Balai Besar Penelitian Bioteknologi dan Pemuliaan Tanaman Hutan

PENGELOLAAN KEBUN PANGKAS HIBRID ACACIA (A. mangium x A. auriculiformis) Sri Sunarti Balai Besar Penelitian Bioteknologi dan Pemuliaan Tanaman Hutan PENGELOLAAN KEBUN PANGKAS HIBRID ACACIA (A. mangium x A. auriculiformis) Sri Sunarti Balai Besar Penelitian Bioteknologi dan Pemuliaan Tanaman Hutan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hibrid Acacia adalah

Lebih terperinci

ANALISIS TINGKAT ADOPSI PETANI DENGAN PENDEKATAN PTT PADI DI DESA BUNGARAYA KECAMATAN BUNGARAYA KABUPATEN SIAK ABSTRAK

ANALISIS TINGKAT ADOPSI PETANI DENGAN PENDEKATAN PTT PADI DI DESA BUNGARAYA KECAMATAN BUNGARAYA KABUPATEN SIAK ABSTRAK Jurnal Dinamika Pertanian Volume XXVIII Nomor 1 April 2013 (39-44) P: ISSN 0215-2525 E: ISSN 2549-7960 ANALISIS TINGKAT ADOPSI PETANI DENGAN PENDEKATAN PTT PADI DI DESA BUNGARAYA KECAMATAN BUNGARAYA KABUPATEN

Lebih terperinci

TATA CARA PENELITIN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. B. Bahan dan Alat Penelitian

TATA CARA PENELITIN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. B. Bahan dan Alat Penelitian III. TATA CARA PENELITIN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini telah dilakukan di areal perkebunan kelapa sawit rakyat di Kecamatan Kualuh Hilir Kabupaten Labuhanbatu Utara, Provinsi Sumatera Utara.

Lebih terperinci