BAB I PENDAHULUAN. kehidupan masyarakat Indonesia. Kemiskinan membuat jutaan anak-anak tidak
|
|
- Erlin Gunardi
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Masalah Kemiskinan adalah suatu masalah besar dan serius yang sedang terjadi ditengahtengah kehidupan masyarakat Indonesia. Kemiskinan membuat jutaan anak-anak tidak mengenyam pendidikan yang berkulitas, kesulitan membiayai kesehatan, kurangnya tabungan dan tidak adanya investasi, kurangnya akses ke pelayanan publik, kurangnya lapangan pekerjaan, kurangnya jaminan sosial dan perlindungan terhadap keluarga. Bahkan lebih parah lagi, kemiskinan menyebabkan jutaan rakyat memenuhi kebutuan pangan, sandang, dan papan secara terbatas. 1 Jumlah penduduk miskin di Indonesia pada September 2011 sebesar 29,89 juta orang (12,36%) dari jumlah penduduk Indonesia. Dibandingkan dengan penduduk miskin pada Maret 2011 yang berjumlah 30,02 juta (12,49%), jumlah penduduk miskin berkurang 0,13 juta orang selama enam bulan tersebut. 2 Gustavo Guiterrez menjelaskan bentuk-bentuk dan yang menyebabkan kemiskinan tersebut, yaitu individual dan struktural; dan material dan spiritual. 3 Bentuk kemiskinan individual adalah kemiskinan yang disebabkan oleh malas, tidak kreatif, dan tidak kompetitif, tidak tekun dan tidak disiplin. Bentuk kemiskinan struktural adalah kemiskinan yang disebabkan oleh penghisapan dan penindasan dimana adanya penyimpangan-penyimpangan struktur dan yang cenderung korup dan adanya praktek pengabaian hak-hak rakyat. Sedangkan kemiskinan material ialah kemiskinan yang mengalami ketiadaan barang-barang yang mutlak perlu demi kelangsungan hidup. Kemiskinan spiritual ialah sikap seseorang yang 1 Agustinus Pengarapenta Purba, Menuju Kemandirian Dana GBKP, Kabanjahe: Abdi Karya, 2010, 55 2 Berita Resmi Statistik No. 06/01/Th. XV, 2 Januari 2012 diunduh tanggal 16 Juni Martin Chen Pr, Teologi Gustavo Guiterrez, Yogyakarta: Kanisius, 2002,
2 secara aktif terbuka dan terarah kepada pewahyuan Kerajaan Allah. Kemiskinan spiritual juga berarti sikap miskin dihadapan Allah, dan bisa juga berarti terikat kepada barang-barang duniawi. Sementara J.B. Banawitratma, SJ dan J. Muller, SJ menjelaskan pembagian kemiskinan yang terdiri dari kemiskinan mutlak dan kemiskinan relatif. 4 Kemiskinan mutlak berarti kebutuhan-kebutuhan pokok yang primer seperti pangan, sandang, papan, kesehatan, kerja yang wajar dan pendidikan dasar yang tidak terpenuhi; apalagi kebutuhan sekunder seperti misalnya partisipasi, rekreasi atau lingkungan hidup yang menyenangkan. Jadi, orangorang miskin hidup dalam kemelaratan yang sangat jelas, sehingga kemiskinan mutlak harus diberantas bagaimana pun caranya. Kemiskinan relatif menyangkut pembagian pendapatan nasional dan berarti bahwa ada perbedaan yang mencolok antara berbagai lapisan atau kelas dalam masyarakat. Melihat realita perekonomian warga jemaat dan masyarakat yang semakin sulit seperti itu Gereja terpanggil untuk melakukan tugas panggilan Gereja yakni Marturia, Koinonia, dan Diakonia dalam menyatakan cinta kasih Allah kepada ciptaannya. 5 Tugas panggilan Gereja, bukan hanya memberitakan Berita Kesukaan secara verbal akan tetapi harus secara holistik. Tugas panggilan Gereja yang sangat dibutuhkan oleh jemaat dan masyarakat dalam realita perekonomian sekarang adalah Diakonia (Pelayanan). Pada umumnya cara berdiakonia dapat dibagi 3 (tiga), yaitu diakonia karitatif, diakonia reformatif (developmentalist-pembangunan) dan diakonia transformatif (pembebasan). 6 Diakonia karitatif merupakan bentuk diakonia paling tua yang dipraktekkan oleh Gereja dan pekerja sosial yang sering diwujudkan dalam bentuk pemberian makanan, pakaian 4 J.B. Banawitratma, SJ dan J. Muller, SJ, Berteologi Sosial Lintas Ilmu, Yogyakarta:Kanisius, 1993, Jusden Sinaga, Sola Ekonomika.htm di unduh tanggal 2 maret Josef. P. Widyatmadja, Diakonia sebagai Misi Gereja, Yogyakarta: Kanisius, 2009, 109 2
3 untuk orang miskin, menghibur orang sakit dan perbuatan amal kebajikan lainnya. 7 Diakonia ini mendapat dukungan dari Gereja khususnya sebelum tahun 1950 karena dapat memberikan manfaat langsung yang dapat dilihat, memberikan penampilan yang baik terhadap sipemberi, memusatkan perhatian pada hubungan pribadi, bisa menarik seseorang yang dibantu menjadi anggota Gerejanya, menciptakan hubungan subjek-objek (ketergantungan). Diakonia Reformatif lebih dikenal sebagai diakonia pembangunan. 8 Selama dekade pembangunan, diakonia ini banyak dipakai oleh banyak Gereja. Secara sepintas, pembangunan ini seolah-olah memberikan harapan pada orang miskin dan negara dunia ketiga tetapi nyatanya harapan itu hanyalah impian. Kata pembangunan bisa menjadi ideologi untuk merampas hak asasi rakyat kecil untuk bersuara dan berserikat, dan mengusir mereka dari tempat asalnya. Diakonia reformatif/pembangunan bisa dikatakan tidak mampu menyelesaikan kemiskinan rakyat, sebab diakonia ini hanya memberi perhatian pada pertumbuhan ekonomi, bantuan modal dan teknik, tetapi mengabaikan sumber kemiskinan yaitu ketidakadilan dan pemerataan. Diakonia Transformatif/pembebasan adalah diakonia yang bertujuan membebaskan rakyat kecil dari belenggu struktur yang tidak adil, bukan sekedar diakonia yang berfungsi sebagai palang merah yang menolong korban tanpa berusaha mencegah dan mengurangi sebab terjadinya korban sosial. 9 Diakonia transformatif dimaksudkan agar terjadi perubahan total dalam fungsi-fungsi dan penampilan dalam kehidupan bermasyarakat, suatu perubahan sosial, budaya, ekonomi dan politik. Metode diakonia transformatif antara lain adalah pengorganisasian masyarakat. Dengan menggunakan pengorganisasian masyarakat dalam melayani orang miskin dan 7 Ibid, Ibid, Ibid,
4 tersisih, maka fokus dari diakonia transformatif adalah masyarakat sebagai subjek dari sejarah bukan objek, tidak karitatif melainkan preventif, tidak didorong oleh belas kasihan tetapi keadilan, menstimulir partisipasi rakyat, dan memakai analisis sosial dalam memahami sebab-sebab kemiskinan. Tanah Karo merupakan sebuah kabupaten yang mempunyai sumber daya alam yang sangat melimpah dan tanah yang sangat subur. Adanya sumber daya alam yang melimpah dan tanah yang subur tidak dibarengi oleh sumber daya manusia yang memadai dan juga modal yang cukup dalam mengolah sumber daya alam dan tanah yang subur. Sehingga menyebabkan adanya masyarakat Karo yang berada dalam situasi kemiskinan. Selain tidak adanya sumber daya manusia yang memadai dan modal yang kurang, kemiskinan yang ada dalam masyarakat Karo juga disebabkan oleh adanya struktur yang salah dalam pemerintahan serta ketidakpedulian pemerintah terhadap masyarakat yang berada dalam situasi kemiskinan. Dilihat dari statistik yang ada, masih banyak masyarakat Karo yang berada dalam situasi kemiskinan. Berdasarkan statistik daerah kabupaten Karo tingkat kemiskinan di Kabupaten Karo pada tahun 2009 tercatat 41,82 ribu jiwa (14,2 %) dari jumlah penduduk Karo hasil Sensus Penduduk tahun 2000 berjumlah jiwa dan diperkirakan pada pertengahan tahun 2009 mencapai jiwa. 10 Situasi kemiskinan seperti ini ternyata dimanfaatkan oleh sebagian pihak. Kurangnya modal untuk melakukan usaha menyebabkan masyarakat miskin meminjam dari rentenir (ijon) yang memberlakukan bunga yang tinggi. Hal ini tidaklah membantu masyarakat untuk keluar dari kemiskinan, melainkan menciptakan kemisikinan yang baru. Sehingga tercipta yang kaya semakin kaya dan yang miskin semakin miskin. Melihat realita seperti ini, GBKP yang merupakan Gereja yang terbesar dan berpusat di Tanah Karo tidak dapat lepas tangan. Gereja perlu membangun sebuah lembaga keuangan 10 Statistik Daerah Kabupaten Karo 2010 diunduh tanggal 16 Juni
5 yang membangun kehidupan perekonomian jemaat dan masyarakat yang tidak mengikuti sistem kapitalis, melainkan bersifat kemitraan dan memberdayakan. Untuk mewujudkan pelayaan Gereja yang diakonal sudah saatnya Gereja turut aktif dalam pemberdayaan ekonomi jemaat. Kepedulian Gereja kepada kehidupan ekonomi masyarakat tidak hanya retorika tetapi harus ada wujud nyata yang dilakukan di tengah-tengah warga Gereja dan masyarakat sebagai keikutsertaan dalam membangun dan peningkatan ekonomi masyarakat untuk menuju kehidupan yang sejahtera. Credit Union (CU) merupakan salah satu bentuk pelayan GBKP yang bertanggungjawab melakukan pelayanan secara lebih luas dan menyentuh kehidupan anggotanya untuk membebaskan jemaat dan masyarakat dari kemiskinan, kesengsaraan, kejahatan, penyakit, kebodohan, ketidakadilan, keputusasaan dan ketidaksejahteraan. 11 Credit Union (CU) menjadi salah satu alternatif yang dapat diakses oleh jemaat dan masyarakat miskin yang membutuhkan modal, keterampilan, dan jaringan pemasaran produksi untuk mengembangkan usaha. 12 Program pembentukan dan pengembangan Credit Union (CU) masih perlu terus dilakukan karena masih banyak jemaat dan masyarakat membutuhkan modal meningkatkan usaha karena masih tergantung pada rentenir, lintah darat, tidak tersedianya anggaran/dana Gereja untuk dimanfaatkan jemaat dan masyarakat dalam pengadaan modal, tidak tersedianya lembaga keuangan formal yang dapat diakses masyarakat miskin dan memberikan pinjaman dengan bunga yang rendah. Credit Union (CU) pada awalnya dibentuk oleh Friedric Wilhelm Raiffeisen seorang Walikota Flammersfeld di Jerman Barat pada tahun 1849 karena masyarakatnya mengalami kesulitan ekonomi akibat revolusi industri. 13 Buruh-buruh pabrik yang di PHK dengan terpaksa berusaha menciptakan pekerjaan baru sebagai petani yang awalnya tidak mempunyai 11 Agustinus Pengarapenta Purba, Menuju Kemandirian Dana GBKP, Ibid, Ibid, 57 5
6 modal usaha. Situasi dan kondisi petani Jerman yang demikian itu menggugah hati F.W. Raiffeisen untuk memberikan bantuan. Ia berusaha menghimpun dana dari para dermawan untuk menolong kaum miskin. Dana yang terkumpul dijadikannya sebagai modal usaha bagi kaum miskin-para petani Jerman. Namun uang yang dibagikannya itu tidak pernah cukup karena penggunaannya tidak terkontrol. Raiffeisen kemudian mengumpulkan roti dari pabrik dan membagikannya kepada kaum melarat. Tetapi usaha ini pun gagal karena hanya menciptakan ketergantungan bagi kaum miskin. Pengalaman tersebut membawa F.W. Raiffeisen berkesimpulan: Derma tidak akan menolong manusia tetapi merendahkan martabat manusia yang menerimanya. Kesulitan si miskin hanya dapat diatasi oleh si miskin itu sendiri. Gagasan Credit Union (CU) oleh Friedric Wilhelm Raiffeisen berhasil menghapuskan usaha-usaha lintah darat (rentenir) yang pada masa itu sudah merajalela melakukan pemerasan terhadap petani. Credit Union (CU) menjadi salah satu gerakan pemberdayaan masyarakat dengan mengembangkan swadaya kemampuan/potensi yang ada. Berdasarkan kesimpulan tersebut F.W. Raiffeisen bersama dengan kaum buruh mencetuskan Tiga prinsip utama Credit Union (CU) yaitu: 1. Tabungan hanya diperoleh dari para anggotanya (asas swadaya). 2. Pinjaman hanya diberikan pada para anggota (asas dari, oleh, dan untuk anggota). 3. Jaminan terbaik bagi pinjaman adalah watak peminjam itu sendiri (asas solidaritas). 6
7 Ketiga prinsip tersebut dianut karena mencerminkan adanya usaha swadaya dari kelompok masyarakat yang senasib sepenanggungan, berdasarkan naluri kerjasama, karena dilakukan DARI, OLEH dan UNTUK ANGGOTA. Usahanya adalah melalui simpan pinjam berdasarkan kerjasama dan saling percaya. Filosofi yang harus dipahami oleh seluruh anggota adalah Credit Union bukan mencari keuntungan semata, bukan untuk tujuan amal/derma tetapi adalah untuk pelayanan. Pemahaman tentang Credit Union (CU) GBKP dan upaya peningkatan ekonomi masyarakat Karo (suatu tinjauan dalam perspektif Diakonia Transformatif) berdasarkan teori diakonia yang ada dalam Gereja khususnya Diakonia Transformatif. Credit Union (CU) juga melakukan diakonia kepada jemaat GBKP dan masyarakat yang mengalami permasalahan ekonomi. Berdasarkan latar belakang di atas maka penulis mengambil judul : Credit Union (CU) GBKP dan Upaya Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat Karo (Suatu Tinjauan dalam Perspektif Diakonia Transformatif) I.2. Perumusan Masalah Berdasarkan uraian diatas, akhirnya pertanyaan yang timbul adalah: 1. Apa falsafah Credit Union (CU) GBKP dalam memberdayakan ekonomi jemaat dan masyarakat. 2. Apa upaya dan dampak Credit Union (CU) dalam memberdayakan ekonomi jemaat dan masyarakat? 7
8 I.3. Tujuan Penulisan Tujuan yang ingin dicapai dari penulisan ini adalah: 1. Mendeskripsikan falsafah Credit Union (CU) GBKP dalam memberdayakan ekonomi jemaat dan masyarakat 2. Mendeskripsikan upaya dan dampak Credit Union (CU) dalam memberdayakan ekonomi jemaat dan masyarakat. I.4. Signifikansi Penulisan 1. Membangkitkan motivasi Gereja dan jemaat dalam melakukan pembebasan bagi sesama. 2. Memberikan konsep dasar bagi para teolog untuk membangun Teologi Pembebasan di Indonesia. 3. Memberikan sumbangan pemikiran akademik dalam hal ini lembaga fakultas Teologi UKSW terkhususnya mata kuliah Teologi Kontekstual. I.5. Metode Penelitian Penulisan skripsi ini menggunakan metode deskriptif kualitatif. Penelitian deskriptif, bertujuan untuk menggambarkan secara tepat sifat-sifat suatu individu, keadaan, gejala atau kelompok tertentu, atau menentukan frekuensi adanya hubungan tertentu antara suatu gejala dan gejala lain dalam masyarakat. 14 Penulis menggunakan kualitatif agar penelitian tentang Credit Union (CU) GBKP dan Upaya Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat Karo (Suatu Tinjauan dalam Perspektif Diakonia Transformatif) dapat dijelaskan secara mendalam. 14 Koentjaraningrat, Metode-Metode Penelitian Masyarakat, Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 1997, 29 8
9 Teknik pengumpulan data di lapangan yang dipakai penulis adalah dengan menggunakan metode wawancara dan Focus Group Discussion ( FGD ). Wawancara merupakan salah satu metode pengumulan data dengan jalan komunikasi, yakni melalui kontak atau hubungan pribadi antara pengumpul data (pewawancara) dengan sumber data (informan). Komunikasi tersebut dilakukan secara langsung maupun tidak langsung. Secara tidak langsung menggunakan daftar pertanyaan yang dikirim kepada responden, dan responden menjawab pertanyaan yang diajukan oleh peneliti. Secara langsung, wawancara dilakukan dengan face-to-face, artinya pewawancara berhadapan langsung dengan responden untuk menanyakan secara lisan hal-hal yang diinginkan, dan jawaban responden dicatat pewawancara. 15 Dalam menggunakan metode ini saya menggunakan model wawancara terbuka, yaitu responden menyadari dan mengetahui tujuan wawancara. 16 Untuk melakukan wawancara, terlebih dahulu dipersiapkan pedoman wawancara, namun pada situasi tertentu, wawancara dilakukan secara spontan, seperti dalam pembiacaraan sehari-hari tetapi tetap terfokus pada masalah penelitian. Fasilitas telekomunikasi seperti handphone juga menjadi salah satu alat penting yang mendukung terjalinnya komunikasi yang baik antara peneliti dengan informan, disamping wawancara langsung yang lebih dominan. FGD yang dimaksud adalah peneliti melakukan Wawancara secara bersama atau kelompok dengan beberapa informan agar lebih terfokus kepada permasalahan penelitian. Selain menggunakan teknik wawancara dan Focus Group Discusion (FGD), penulis juga mengunakan metode studi pustaka. Studi pustaka yaitu mengumpulkan bahan dari berbagai buku dan dokumen lainnya, yang dapat mendukung dan membantu dalam proses penelitian ini. 15 Rianto Adi, Metodologi Penelitian Sosial & Hukum, Jakarta: Ranit, 2004, Burhan Bungin, Metodologi penelitian Kualitatif : Aktualisasi Metodologis ke Arah Ragam Varian Kontemporer, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2007, 155 9
10 Dalam penyusunan dan penulisan karya ini, penulis mendapatkan informasi dengan membaca, lalu menganalisa sebuah bahan. Kemudian analisa-analisa yang didapatkan akan dibanding-bandingkan dan akhirnya akan ditarik sebuah kesimpulan. Informasi-informasi diperoleh dari wawancara, buku-buku, majalah, artikel di perpustakaan. Selain itu, bahanbahan informasi juga diperoleh penulis dari pencarian di internet. I.6. Sistematika Penulisan BAB I : Pendahuluan Menguraikan latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, signifikansi penelitian, metodologi penelitian, dan sistematika penelitian. BAB II : Tanggungjawab Gereja Terhadap Kemiskinan Dalam bagian ini akan dibicarakan secara teoritis tentang tanggungjawab gereja terhadap kemiskinan diakonia Gereja BAB III : Credit Union (CU) GBKP Pada bagian ini, penulis akan meneliti Credit Union (CU) yang ada dalam GBKP dalam upaya GBKP memberdayakan Ekonomi masyarakat Karo. BAB IV : Credit Union (CU) dalam Perspektif Diakonia Transformatif Pada bagian ini penulis akan menganalisa hasil dari penelitian terhadap Credit Union (CU) yang ada dalam GBKP. Selanjutnya akan dikaitkan dengan teori diakonia transformatif, untuk menemukan hubungan Credit Union (CU) GBKP dan Upaya Peningkatan Ekonomi Masyarakat Karo (Suatu Tinjauan dalam Perspektif Diakonia Transformatif). 10
11 BAB V : Penutup Pada bagian ini, penulis akan menyimpulkan apa yang telah dideskripsikan pada bab-bab terdahulu dan memberikan saran-saran praktis baik itu bagi Gereja maupun bagi lembaga fakultas Teologi UKSW. 11
UKDW BAB I PENDAHULUAN
BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang 1.1.1. Jakarta dan realita permasalahan ekonomi Jakarta sebagai ibukota negara Indonesia memiliki daya tarik tersendiri bagi masyarakat untuk datang dan mencari peruntungan
Lebih terperinciBAB IV CREDIT UNION DALAM PERSEPEKTIF DIAKONIA TRANSFORMATIF. kehidupan masyarakat. Kemiskinan membuat jutaan anak-anak tidak mengenyam
BAB IV CREDIT UNION DALAM PERSEPEKTIF DIAKONIA TRANSFORMATIF Kemiskinan adalah suatu masalah besar dan serius yang sedang terjadi ditengahtengah kehidupan masyarakat. Kemiskinan membuat jutaan anak-anak
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. material sampai pada segi yang bersifat mental, sehingga tidak mudah untuk menemukan dan
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Kemiskinan merupakan masalah serius yang sedang diperhadapkan dalam kehidupan bermasyarakat. Kemiskinan mempunyai banyak segi dan dimensi mulai dari yang bersifat
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pengertian koperasi adalah badan usaha yang memiliki anggota orang atau badan hukum yang didirikan dengan berlandaskan asas kekeluargaan serta demokrasi ekonomi. Koperasi
Lebih terperinciUKDW BAB I. PENDAHULUAN 1. LATAR BELAKANG
BAB I. PENDAHULUAN 1. LATAR BELAKANG Teologi merupakan suatu usaha atau kegiatan untuk mencermati kehadiran Tuhan Allah di mana Allah menyatakan diri-nya di dalam kehidupan serta tanggapan manusia akan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG PERMASALAHAN
BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG PERMASALAHAN Gereja merupakan lembaga keagamaan yang ada dalam dunia ini. Sebagai sebuah lembaga keagamaan tentunya gereja juga membutuhkan dana untuk mendukung kelancaran
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sebagai kelompok sosial yang terdiri dari sejumlah individu di dalamnya tentu memiliki
BAB I PENDAHULUAN 1. 1. Latar Belakang Kehidupan manusia yang seiring berjalan waktu semakin berkembang, dalam kenyataannya ada berbagai macam hal yang membawa pengaruh positif maupun negatif dalam perkembangan
Lebih terperinciBAB IV. Pandangan jemaat GPIB Bukit Harapan Surabaya tentang diakonia
BAB IV Pandangan jemaat GPIB Bukit Harapan Surabaya tentang diakonia 4.1. Diakonia sebagai perwujudan Hukum Kasih Gereja dapat dikatakan sebagai gereja apabila dia sudah dapat menjalankan fungsinya, yaitu
Lebih terperinciWARUNG TIBERIAS. (Suatu studi kasus tentang aspek pelayanan diakonia di lingkungan warga jemaat. GKI Salatiga) Skripsi
WARUNG TIBERIAS (Suatu studi kasus tentang aspek pelayanan diakonia di lingkungan warga jemaat GKI Salatiga) Skripsi Diajukan dalam rangka memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Sains
Lebih terperinciBab I PENDAHULUAN. Bdk Abun Sanda, Pemerintah Blum Adil Pada Rakyatnya Sendiri, Kompas, 14 Desember hl. 1 dan Bdk Sda
Bab I PENDAHULUAN A. Permasalahan A.1. Latar belakang masalah Dalam kehidupan sosial, akan terdapat keberagaman di dalam masyarakat. Ada keberagaman golongan, suku, dan agama. Keberagaman bukanlah sebuah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. masyarakat dalam menjalankan usaha ataupun produksinya. Namun dengan suku
BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Dalam sejarahnya rentenir atau tengkulak adalah pemodal yang bersentuhan langsung dengan masyarakat, atau dengan kata lain berada dalam lingkungan masyarakat. Kelompok
Lebih terperinciMILIK UKDW BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan Misi pembebasan ialah upaya gereja sebagai mitra Allah dalam perjuangan kemanusiaan melawan kemiskinan, ketidakadilan sosial, perbudakan, kebodohan, politik,
Lebih terperinciUKDW BAB I PENDAHULUAN
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan Indonesia merupakan negara di wilayah Asia secara geografis yang diwarnai oleh dua kenyataan, yaitu kemajemukan agama dan kebudayaan, serta situasi kemiskinan
Lebih terperinciBAB IV. Diakonia dan Warung Tiberias
BAB IV Diakonia dan Warung Tiberias Seperti kita ketahui bersama, bahwa kemiskinan adalah sebuah masalah yang amat sangat penting untuk mendapatkan perhatian dari semua pihak dan elemen masyarakat termasuk
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara dengan jumlah penduduk terbesar di dunia. Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2014, jumlah penduduk Indonesia
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Dewasa ini, pertumbuhan ekonomi yang semakin pesat tidak dapat
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dewasa ini, pertumbuhan ekonomi yang semakin pesat tidak dapat dihindari. Menurut Badan Pusat Statistik (BPS), Rabu (10/2), mencatat ekonomi Indonesia tumbuh
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. termasuk kepada anak-anak. Mandat ini memberikan tempat bagi anak-anak untuk
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Ketika Tuhan Yesus naik ke surga, Ia memberikan mandat kepada seluruh murid untuk pergi ke seluruh dunia dan menjadikan semua bangsa menjadi muridnya (Matius
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Kehidupan perekonomian masyarakat pedesaan pada umumnya ditandai dengan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kehidupan perekonomian masyarakat pedesaan pada umumnya ditandai dengan permodalan yang lemah. 1 Hal ini disebabkan oleh aktivitas ekonomi yang cenderung monoton,
Lebih terperinciBullying: Tindak Kekerasan Antara Siswa Laki-Laki Dan Siswa Perempuan Dalam Perspektif Jender di SMA Negeri 2 Ambon
Bullying: Tindak Kekerasan Antara Siswa Laki-Laki Dan Siswa Perempuan Dalam Perspektif Jender di SMA Negeri 2 Ambon I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tindakan kekerasan atau violence umumnya dilakukan
Lebih terperinciBAB II TANGGUNGJAWAB GEREJA TERHADAP KEMISKINAN. kehidupan masyarakat bahkan juga ditengah-tengah dunia. Kemiskinan dalam arti,
BAB II TANGGUNGJAWAB GEREJA TERHADAP KEMISKINAN Kemiskinan adalah suatu masalah besar dan serius yang sedang terjadi ditengahtengah kehidupan masyarakat bahkan juga ditengah-tengah dunia. Kemiskinan dalam
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Dilihat dari segi bahasa, secara umum koperasi berasal dari kata-kata Latin
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dilihat dari segi bahasa, secara umum koperasi berasal dari kata-kata Latin yaitu Cum yang berarti dengan, dan Aperari yang berarti bekerja. Dari dua kata ini, dalam
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. PERMASALAHAN
BAB I PENDAHULUAN A. PERMASALAHAN A.1. Latar Belakang Masalah Memberitakan Injil dalam wacana kekristenanan dipandang sebagai tugas dan tanggung jawab melanjutkan misi Kristus di tengah dunia. Pemahaman
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Hidup yang layak merupakan dambaan kehidupan setiap orang. Terpenuhinya
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Hidup yang layak merupakan dambaan kehidupan setiap orang. Terpenuhinya kebutuhan dasar, seperti makanan, pakaian, perumahan, pendidikan dan perawatan kesehatan,
Lebih terperinciPELAKSANAAN PERJANJIAN KREDIT PEMILIKAN RUMAH DAN TATA CARA PENYELESAIAN WANPRESTASI PADA BANK BTN DI SURAKARTA
PELAKSANAAN PERJANJIAN KREDIT PEMILIKAN RUMAH DAN TATA CARA PENYELESAIAN WANPRESTASI PADA BANK BTN DI SURAKARTA SKRIPSI Disusun dan Diajukan untuk Melengkapi Tugas-tugas dan Syarat-syarat Guna Mencapai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Gereja adalah sebuah persekutuan orang-orang percaya, sebagai umat yang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Gereja adalah sebuah persekutuan orang-orang percaya, sebagai umat yang terpanggil dan dihimpun oleh Allah Bapa, keluar dari kegelapan menuju kepada Yesus Kristus
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Hidup Menggereja Kontekstual, (Yogyakarta : 2001), p. 28.
BAB 1 PENDAHULUAN 1. 1 PERMASALAHAN 1. 1. 1 Latar Belakang Permasalahan Di Indonesia, pada umumnya konteks yang sekarang ini sedang dihadapi adalah konteks kemiskinan yang parah dan keberagaman agama.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Menurut Undang-Undang Nomor 13 Tahun 1998 tentang Kesejahteraan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Menurut Undang-Undang Nomor 13 Tahun 1998 tentang Kesejahteraan Lanjut Usia, yang dimaksud dengan lanjut usia adalah penduduk yang telah mencapai usia 60 tahun
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dalam Pasal 27 ayat (2) dan Pasal 28 UUD 1945 yang menyatakan: Tiap-tiap
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sejak negara ini didirikan, bangsa Indonesia telah menyadari bahwa pekerjaan merupakan kebutuhan asasi warga negara sebagaimana diamanatkan dalam Pasal 27
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. disebut dengan Credit Union. Credit Union (CU), diambil dari bahasa Latin
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sistem perekonomian Negara Indonesia sebagaimana diatur dalam ketentuan Pasal 33 Undang-Undang Dasar Republik Indonesia tahun 1945 menganut prinsip kekeluargaan,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Kemiskinan merupakan hal klasik yang belum tuntas terselesaikan terutama
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kemiskinan merupakan hal klasik yang belum tuntas terselesaikan terutama di negara berkembang, artinya kemiskinan menjadi masalah yang dihadapi dan menjadi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Kebebasan Pers. Seperti yang sering dikemukakan, bahwa kebebasan bukanlah semata-mata
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Banyak orang terutama kaum awam (karena tidak tahu) bahwa pers memiliki sesuatu kekhususan dalam menjalankan Profesi nya yaitu memiliki suatu Kemerdekaan dan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. bertemunya masyarakat yang beragama, yang disebut juga sebagai jemaat Allah. 1
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Persekutuan di dalam Yesus Kristus dipahami berada di tengah-tengah dunia untuk dapat memberikan kekuatan sendiri kepada orang-orang percaya untuk dapat lebih kuat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Fenomena kemiskinan perdesaan bukan merupakan suatu gejala yang baru.
1.1. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN Fenomena kemiskinan perdesaan bukan merupakan suatu gejala yang baru. Secara absolut jumlah penduduk Indonesia yang masih hidup dibawah garis kemiskinan masih
Lebih terperinciDASAR-DASAR KOPERASI KREDIT
DASAR-DASAR KOPERASI KREDIT Bab 2 dari Buku Dasar-Dasar Manajemen Koperasi Kredit (Credit Union) Disalin dan ditata letak oleh bagian Pendidikan dan Pelatihan Pusat Koperasi Kredit Bali Artha Guna www.puskopditbag.org
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. PERMASALAHAN. A.1 Latar Belakang Permasalahan
BAB I PENDAHULUAN A. PERMASALAHAN A.1 Latar Belakang Permasalahan Keberadaan gereja tidak bisa dilepaskan dari tugas dan tanggung jawab pelayanan kepada jemaat dan masyarakat di sekitarnya. Tugas dan tanggung
Lebih terperinciUKDW BAB I PENDAHULUAN
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Gereja hidup di tengah masyarakat. Gereja kita kenal sebagai persekutuan orangorang percaya kepada anugerah keselamatan dari Allah melalui Yesus Kristus. Yesus Kristus
Lebih terperinciBAB V PENUTUP. revolusi 1952 dalam novel al-lish-shu wal-kila b karya Najib Machfuzh, maka
5.1 Kesimpulan BAB V PENUTUP Berdasarkan analisis data yang telah diuraikan dan dijabarkan, dalam kaitannya dengan kemiskinan dan pertentangan kelas masayarakat Mesir pasca revolusi 1952 dalam novel al-lish-shu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kemiskinan dengan meluncurkan program-program pemberdayaan. Sejak periode
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Berbagai upaya telah dilakukan oleh bangsa Indonesia untuk menanggulangi kemiskinan dengan meluncurkan program-program pemberdayaan. Sejak periode tahun 1974-1988,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Kemiskinan dan pengangguran menjadi masalah yang penting saat ini di
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kemiskinan dan pengangguran menjadi masalah yang penting saat ini di Indonesia, sehingga menjadi suatu fokus perhatian bagi pemerintah Indonesia. Masalah kemiskinan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Ditegaskan bahwa tujuan Negara Indonesia adalah untuk melindungi segenap. ekonomi, maupun sosial budaya bahkan pertahanan-keamanan.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembangunan di Indonesia merupakan amanat konstitusi (UUD 1945). Ditegaskan bahwa tujuan Negara Indonesia adalah untuk melindungi segenap bangsa Indonesia dan
Lebih terperinci1.2 Menegakkan Kerajaan Allah dalam Modernisasi Indonesia: O. Notohamidjojo...33
DAFTAR ISI KATA PENGANTAR...v DAFTAR ISI...x DAFTAR SINGKATAN...xv DISSERTATION ABSTRACT... xvii PENDAHULUAN 1. Latar Belakang...1 2. Pokok Studi...5 2.1 Studi-Studi Sebelumnya dan Pentingnya Studi Ini...5
Lebih terperinci2014 PELAKSANAAN PROGRAM PENDIDIKAN KECAKAPAN HIDUP DALAM UPAYA PENINGKATAN PENDAPATAN MASYARAKAT.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Kemiskinan merupakan masalah sosial yang saling berkaitan dengan faktor lainnya seperti ekonomi, sosial dan budaya. Kemiskinan bukan hanya menjadi masalah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Indonesia. Banyak cara yang telah dilakukan oleh Indonesia untuk menyelesaikan
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitan Kemiskinan merupakan salah satu masalah sosial yang saat ini masih dialami oleh negara-negara berkembang yang ada di dunia, termasuk negara Indonesia. Banyak
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. imannya itu kepada Kristus dalam doa dan pujian. Doa, pujian dan kegiatan-kegiatan liturgi
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penulisan Gereja adalah persekutuan umat beriman yang percaya kepada Kristus. Sebagai sebuah persekutuan iman, umat beriman senantiasa mengungkapkan dan mengekspresikan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 2004, hlm Muhammad Ridwan, Manajemen Baitul Maal Watamwil (BMT), UII Pres Yogyakarta,
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dewasa ini kemiskinan hingga saat ini masih menjadi problem yang terjadi bangsa indonesia. Kemiskinan biasanya diukur dengan pendapatnya. Kemiskinan pada dasarnya dapat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kebutuhan yang besar akan jasa keuangan di kalangan masyarakat yang
9 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Fakta tentang kemiskinan dan pengangguran menunjukkan bahwa terdapat kebutuhan yang besar akan jasa keuangan di kalangan masyarakat yang berpenghasilan rendah/rumah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1986, h Afra Siauwarjaya, Membangun Gereja Indonesia 2: Katekese Umat dalam Pembangunan Gereja
BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang dan Kerangka Teori. Gereja, dalam ekklesiologi, dipahami sebagai kumpulan orang percaya yang dipanggil untuk berpartisipasi dalam perutusan Kristus yaitu memberitakan
Lebih terperinciBab 1. Pendahuluan UKDW
Bab 1 Pendahuluan 1. 1 Latar Belakang Keadilan menjadi salah satu persoalan di abad ke-21 ini. Persoalan keadilan muncul karena jauhnya ketimpangan antara orang-orang kaya dengan orang-orang miskin. Ketimpangan
Lebih terperinciPENDAHULUAN Latar Belakang
PENDAHULUAN Latar Belakang Kemiskinan merupakan salah satu isu penting dalam pelaksanaan pembangunan, bukan hanya di Indonesia melainkan hampir di semua negara di dunia. Dalam Deklarasi Millenium Perserikatan
Lebih terperinciKemiskinan di Indonesa
Kemiskinan di Indonesa Kondisi Kemiskinan Selalu menjadi momok bagi perekonomian dunia, termasuk Indonesia Dulu hampir semua penduduk Indonesia hidup miskin (share poverty), sedangkan sekarang kemiskinan
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
52 BAB III METODE PENELITIAN 53 A. Pendekatan dan Jenis Penelitian Penelitian yang mengkaji tentang model komunikasi kelompok dalam pembentukan citra anak jalanan ini menggunakan pendekatan kualitatif
Lebih terperinciBAB V PENUTUP. diberikan saran penulis berupa usulan dan saran bagi GMIT serta pendeta weekend.
BAB V PENUTUP Setelah melalui tahap pembahasan dan analisis, maka selanjutnya pada bab ini akan dipaparkan mengenai kesimpulan yang dapat diambil berdasarkan analisis dan pembahasan yang telah dilakukan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Tujuan pembangunan nasional adalah mewujudkan masyarakat adil dan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tujuan pembangunan nasional adalah mewujudkan masyarakat adil dan makmur yang merata material dan spiritual berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Republik
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. indikator pekerjaan, tempat tinggal, kesehatan dan pendidikan.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada Era globalisasi yang semakin berkembang maka pertumbuhan ekonomi semakin meningkat, hal ini menyebabkan taraf memenuhi kebutuhan hidup dan angka pertumbuhan
Lebih terperinciVIII. EVALUASI PROGRAM PENANGGULANGAN KEMISKINAN
VIII. EVALUASI PROGRAM PENANGGULANGAN KEMISKINAN 8.1 Program Pemerintah dalam Penanggulangan Kemiskinan Upaya untuk menanggulangi kemiskinan di masyarakat perlu terus dilakukan. Untuk mengatasi kemiskinan,
Lebih terperinciBAB III PENDEKATAN LAPANG
21 BAB III PENDEKATAN LAPANG 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di Kampung Sinar Resmi, Desa Sinar Resmi, Kecamatan Cisolok, Kabupaten Sukabumi, Propinsi Jawa Barat. Pemilihan lokasi penelitian
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. feminisme yang berkembang mulai abad ke-18 telah menjadi salah satu penanda
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kaum perempuan hari ini tidak hanya beraktifitas di ranah domestik saja. Namun, di dalam masyarakat telah terjadi perubahan paradigma mengenai peran perempuan di
Lebih terperinciSKRIPSI. Memperoleh. Oleh : Nanda Permana C
SKRIPSI TINJAUAN YURIDIS TERHADAP KEGIATAN KOPERASI PEGAWAI NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERASAAN SATU BANYUDONO BOYOLALI Disusun dan Diajukan Untuk Melengkapi Syarat-syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. Tinjauan pustaka dilakukan untuk menyeleksi masalah-masalah yang akan
11 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan pustaka Tinjauan pustaka dilakukan untuk menyeleksi masalah-masalah yang akan dijadikan topik penelitian. Dimana dalam tinjauan pustaka akan dicari teori atau konsep-konsep
Lebih terperinciUKDW BAB I PENDAHULUAN I.1 LATAR BELAKANG
BAB I PENDAHULUAN I.1 LATAR BELAKANG Gereja yang ada dan hadir dalam dunia bersifat misioner sebagaimana Allah pada hakikatnya misioner. Yang dimaksud dengan misioner adalah gereja mengalami bahwa dirinya
Lebih terperinciIII. METODOLOGI PENELITIAN
III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Dusun Selo Ngisor dan Dusun Kaliduren yang terletak di Desa Batur, Kecamatan Getasan, Kabupaten Semarang. Lokasi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pertumbuhan dan perkembangan ekonomi di Indonesia tidak dapat di
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pertumbuhan dan perkembangan ekonomi di Indonesia tidak dapat di pisahkan dari pertumbuhan dan perkembangan para pelaku ekonomi yang secara terus menerus dari waktu
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Kesempatan kerja bagi setiap warga Negara Indonesia merupakan hak yang dijamin
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesempatan kerja bagi setiap warga Negara Indonesia merupakan hak yang dijamin oleh undang-undang dasar Negara kita, khususnya dalam pasal 27 ayat 2 yang berbunyi :
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang tangguh, dan mandiri yang berakar dalam masyarakat serta mampu memajukan ekonomi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Koperasi merupakan salah satu wadah kegiatan ekonomi rakyat diarahkan agar makin memiliki kemampuan menjadi badan usaha yang efisien dan menjadi gerakan ekonomi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. penyimpanan dan peminjaman dana kepada anggota koperasi dengan tujuan
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Koperasi simpan pinjam atau koperasi kredit adalah salah satu jenis koperasi yang mempunyai kegiatan utama adalah menyediakan jasa penyimpanan dan peminjaman
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. terhadap barang dan jasa, kesehatan, geografis, gender, dan kondisi lingkungan.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kemiskinan merupakan masalah global yang dipengaruhi oleh berbagai faktor yang saling berkaitan, satu sama lain seperti: tingkat pendapatan, pendidikan, akses
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. musibah. Manusia dalam menjalankan kehidupannya selalu dihadapkan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada dasarnya dalam kehidupan ini manusia selalu dihadapkan dengan dua kejadian yaitu kejadian yang terjadi secara terencana dan kejadian yang muncul secara
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dari persaingan usaha yang tidak sehat. Kriteria UKM menurut UU No. 9
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah UKM (Usaha Kecil Menengah) merupakan kegiatan ekonomi rakyat yang berskala kecil dengan bidang usaha yang secara mayoritas merupakan kegiatan usaha kecil dan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara berkembang yang sedang giat-giatnya melaksanakan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara berkembang yang sedang giat-giatnya melaksanakan pembangunan nasional disegala bidang, salah satunya dalam sektor ketenagakerjaan. Pelaksanaan
Lebih terperinciBAB II GAMBARAN UMUM
BAB II GAMBARAN UMUM 2.1. Jepang Pasca Perang Dunia II Pada saat Perang Dunia II, Jepang sebagai negara penyerang menduduki negara Asia, terutama Cina dan Korea. Berakhirnya Perang Dunia II merupakan kesempatan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Kekomplekkan ini telah menciptakan suatu sistem dan pesaing baru dalam dunia
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan dunia perbankan telah terlihat kompleks, dengan berbagai macam jenis produk dan sistem usaha dalam berbagai keunggulan kompetitif. Kekomplekkan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. secara terus menerus untuk mewujudkan cita-cita berbangsa dan bernegara, yaitu
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembangunan merupakan serangkaian proses multidimensial yang berlangsung secara terus menerus untuk mewujudkan cita-cita berbangsa dan bernegara, yaitu terciptanya
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Dalam era globalisasi saat ini, banyak orang. yang menulis dan meneliti tentang sumber daya
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Masalah Dalam era globalisasi saat ini, banyak orang yang menulis dan meneliti tentang sumber daya manusia. Cardoso (2003) mengatakan salah satu sumber daya yang terdapat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. untuk memenuhi kebutuhan sendiri maupun untuk masyarakat". untuk kebutuhan sendiri atau untuk masyarakat.
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pasal 1 ayat (2) Undang-Undang No. 13 tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan menyatakan, "Tenaga kerja adalah setiap orang yang mampu melakukan pekerjaan guna
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. mempermudah aktivitas, baik yang dilakukan perorangan maupun kelompok.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan teknologi informasi dewasa ini berlangsung sangat pesat, banyak penemuan mutahir dapat memberikan sumbangan yang besar dalam mempermudah aktivitas,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. publik terhadap kehidupan anak anak semakin meningkat. Semakin tumbuh dan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Di Indonesia, dalam beberapa tahun terakhir ini perhatian pemerintah dan publik terhadap kehidupan anak anak semakin meningkat. Semakin tumbuh dan berkembangnya organisasi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Kekerasan dalam rumah tangga (KDRT) sebenarnya bukan hal yang baru
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kekerasan dalam rumah tangga (KDRT) sebenarnya bukan hal yang baru di Indonesia, namun selama ini selalu dirahasiakan atau ditutup-tutupi oleh keluarga maupun
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dengan permodalan yang lemah. Hal ini disebabkan oleh aktivitas ekonomi yang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pembangunan ekonomi di Indonesia tidak lepas dari peranan sektor industri yang sangat mempengaruhi kesinambungan pertumbuhan ekonomi Indonesia. Hal ini akan
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian mengenai representasi materialisme pada program Take Me Out
BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Tipe Penelitian Penelitian mengenai representasi materialisme pada program Take Me Out Indonesia menggunakan tipe penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Pada
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN. 1980an. Pemikirannya dinamai post-positivisme. Paham ini menentang
BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Paradigma Penelitian Paradigma yang digunakan oleh Peneliti adalah paradigma post positivisme. Munculnya gugatan terhadap positivisme di mulai tahun 1970-1980an. Pemikirannya
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Pembiayaan murabahan..., Claudia, FH UI, 2010.
1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Kehidupan sehari-hari manusia tidak dapat dilepaskan dari dunia ekonomi. Aspek dunia ekonomi yang dikenal saat ini sangat luas. Namun yang sering digunakan oleh masyarakat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Kemiskinan merupakan masalah yang dialami secara global dan telah
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kemiskinan merupakan masalah yang dialami secara global dan telah terjadi sejak dahulu kala. Kemiskinan sangat terkait dengan kepemilikan modal, kepemilikan lahan,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. tercapainya kemakmuran rakyat, sebagaimana termuat dalam Pasal 33 ayat (3) Undang-Undang Dasar 1945 yang berbunyi:
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara agraris yang sebagian besar penduduknya mengandalkan hidup dari tanah pertanian sehingga tanah merupakan kebutuhan bagi setiap orang.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Pada zaman sekarang ini, terjadi krisis ekonomi global yang hampir terjadi di
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pada zaman sekarang ini, terjadi krisis ekonomi global yang hampir terjadi di berbagai belahan dunia, termasuk Indonesia. Salah satu akibat terjadinya krisis ekonomi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pasal 27 ayat (2) bahwa, tiap-tiap warga negara berhak atas pekerjaan dan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Semua warga negara Indonesia diharapkan memiliki pekerjaan untuk memenuhi kebutuhan, sehingga pemerintah berupaya untuk membuat peraturan perundangan yang mengatur warga
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dapat menyentuh kalangan bawah (grass rooth). Semula harapan ini hanya
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kehadiran Bank Muamalat Indonesia pada tahun 1992, telah memberikan inspirasi untuk membangun kembali sistem keuangan yang lebih dapat menyentuh kalangan bawah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Jurnalisme online pada saat sekarang ini lebih banyak diminati oleh
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Jurnalisme online pada saat sekarang ini lebih banyak diminati oleh masyarakat dikarenakan pada era kemajuan teknologi, masyarakat lebih cenderung memanfaatkan
Lebih terperinciPENGARUH PEMBERIAN KREDIT TERHADAP PENINGKATAN PENDAPATAN PEDAGANG KECIL PADA KOPERASI MELALUI PUK (PEREMPUAN USAHA KECIL) DI MASARAN SRAGEN
PENGARUH PEMBERIAN KREDIT TERHADAP PENINGKATAN PENDAPATAN PEDAGANG KECIL PADA KOPERASI MELALUI PUK (PEREMPUAN USAHA KECIL) DI MASARAN SRAGEN Disusun oleh : TINUK AMBARWATI B 100 050 103 FAKULTAS EKONOMI
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. upaya dan kegiatan aktifitas ekonomi masyarakat tersebut. Untuk mencapai kondisi
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kesejahteraan masyarakat pada suatu wilayah adalah merupakan suatu manifestasi yang diraih oleh masyarakat tersebut yang diperoleh dari berbagai upaya, termasuk
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kebutuhan fisik seperti makan, minum, pakaian dan perumahan tetapi juga non. (ketetapan-ketetapan MPR dan GBHN 1998).
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembangunan Indonesia diarahkan untuk pembangunan manusia seutuhnya dan masyarakat seluruhnya. Termasuk dalam proses pembangunan adalah usaha masyarakat untuk
Lebih terperinciDocuCom PDF Trial. Nitro PDF Trial BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang
17 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Generasi muda adalah bagian dari penduduk dunia yang sangat potensial dan memiliki sumbangan teramat besar bagi perkembangan masa depan dunia. Namun permasalahan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. (http://www.bps.go.id/brs_file/tenaker-15mei09.pdf). kekuatan posisi tawar (Bargaining Power) yang sejajar dengan pengusaha dan
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Berdasarkan hasil Sensus Penduduk tahun 2010, jumlah angkatan kerja Indonesia berjumlah 107,7 juta jiwa. Dari jumlah tersebut, yang bekerja sebagai buruh sebanyak
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dicapai. Pertumbuhan ekonomi diartikan sebagai peningkatan kemampuan suatu
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dewasa ini bangsa Indonesia sedang giat-giatnya melaksanakan pembangunan. Hal ini dilakukan supaya pertumbuhan ekonomi yang hendak dicapai pemerintah dalam meningkatkan
Lebih terperinciTINJAUAN HUKUM PENOLAKAN PERMOHONAN KREDIT BANK TERHADAP NASABAH (Studi Kasus di Bank Rakyat Indonesia (Persero) Cabang Solo Kartasura)
i TINJAUAN HUKUM PENOLAKAN PERMOHONAN KREDIT BANK TERHADAP NASABAH (Studi Kasus di Bank Rakyat Indonesia (Persero) Cabang Solo Kartasura) Disusun dan Diajukan untuk Melengkapi Tugas-tugas dan Syarat-syarat
Lebih terperinci@UKDW BAB I PENDAHULUAN I.I LATAR BELAKANG MASALAH
BAB I PENDAHULUAN I.I LATAR BELAKANG MASALAH Berhadapan langsung dengan perkembangan ekonomi pasar global, tentunya masyarakat Indonesia bukanlah masyarakat yang posisinya berada di luar lingkaran praktekpraktek
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN I.1. LATAR BELAKANG MASALAH
1 BAB I PENDAHULUAN I.1. LATAR BELAKANG MASALAH Negara Indonesia terdiri dari berbagai macam budaya, agama, adat istiadat, bahasa, dan sukusuku bangsa yang tersebar dari Sabang sampai Merauke. Hal ini
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. tidaklah semata-mata untuk pangan dan sandang saja, tetapi mencakup kebutuhan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kebutuhan masyarakat dewasa ini semakin luas, dimana kebutuhan tersebut tidaklah semata-mata untuk pangan dan sandang saja, tetapi mencakup kebutuhan yang lain seirng
Lebih terperinciLOYALITAS DAN PARTISIPASI PEMUDA DALAM GEREJA ETNIS DI HKBP SALATIGA
LOYALITAS DAN PARTISIPASI PEMUDA DALAM GEREJA ETNIS DI HKBP SALATIGA Skripsi ini diajukan kepada Fakultas Teologi untuk memperoleh gelar Sarjana Sains Teologi (S.Si Teol) Oleh David Sarman H Pardede Nim
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Etos kerja mendeskripsikan segi-segi kualitas akhlak yang baik pada manusia, bersumber dari kualitas diri, diwujudkan berdasarkan tata nilai sebagai implementasi
Lebih terperinciMILIK UKDW BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan Tidak dapat dipungkiri bahwa ada begitu banyak tuntutan, tanggungjawab dan kewajiban yang tidak bisa diabaikan oleh seorang pendeta jemaat. Dengan berbagai
Lebih terperinci