BAB VI KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB VI KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN"

Transkripsi

1 BAB VI KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN VI.1 Konsep Non Arsitektural Pengembangan konsep berawal dari isu tidak adanya wadah yang layak bagi komunitas Rinding Gumbeng yang saat ini sudah memiliki anggota lebih dari 50 orang termasuk anakanak untuk berlatih dan mengajar kesenian Rinding Gumbeng. Selain itu potensi yang dimiliki kesenian ini tidak dibarengi dengan publikasi yang dilakukan, sehingga tidak banyak masyarakat yang mengetahui keberadaan kesenian ini. Dari kedua itu dirumuskanlah konsep kegiatan edukasi dan publikasi yang dikemas ke dalam konsep besar fleksibilitas ruang. Gambar 6.1 Konsep Pusat Komunitas Sumber: Analisa Penulis Kegiatan edukasi dalam pusat komunitas ini terdiri dari empat kegiatan utama. Berikut akan dijelaskan masing-masing kegiatannya. Latihan kesenian Rinding Gumbeng. Kegiatan ini berfungsi untuk memfasilitasi komunitas Rinding Gumbeng itu sendiri untuk lathina rutin maupun latihan untuk pertunjukan-pertunjukan tertentu. 136

2 Hal ini juga sebagai tanggapan atas isu yang sudah dijelaskan diatas. Belajar memainkan kesenian Rinding Gumbeng Pelaku kegiatan ini adalah komunitas Rinding Gumbeng itu sendiri sebagai fasilitator dan pengunjung umum terutama anak-anak. Pengunjung akan diajari bagaimana cara memainkan alat musik kesenian Rinding Gumbeng ini satu per satu. Selain memiliki tujuan edukasi, kegiatan ini juga adalah salah satu upaya untuk memperkenalkan kesenian Rinding Gumbeng ini ke masyarakat luas (publikasi). Belajar membuat alat musik kesenian Rinding Gumbeng Pelaku kegiatan ini adalah komunitas Rinding Gumbeng itu sendiri sebagai fasilitator dan pengunjung umum. Pengunjung akan diajari bagaimana cara membuat alat musik kesenian Rinding Gumbeng ini satu per satu. Tujuan dari kegiatan ini adalah untuk mengajarkan bagaimana cara kerja alat musik kesenian ini dan dan dari mana sumber suaranya. Selain memiliki tujuan edukasi, kegiatan ini juga adalah salah satu upaya untuk memperkenalkan kesenian Rinding Gumbeng ini ke masyarakat luas (publikasi). Belajar tarian tradisional Sebagai elemen pendukung penampilan kesenian Rinding Gumbeng, warga desa Beji akan memfasilitasi kegiatan belajar tarian tradisional bangu pengunjung yang berminat. Kegiatan ini memiliki tujuan agar masyarakat modern juga mengenal kesenian tradisional. Kegiatan publikasi dalam pusat komunitas ini terdiri dari dua kegiatan utama. Berikut akan dijelaskan masing-masing kegiatannya. Rekaman musik kesenian Rinding Gumbeng Kegiatan ini berfungsi untuk memfasilitasi komunitas kesenian Rinding Gumbeng itu sendiri dalam mendokumentasikan musik yang mereka mainkan. Pada tahap selanjutanya diharapkan musik yang di dokumentasikan tersebut dapat dipublikasikan ke masyarakat luas menggunakan media digital. Penampilan kesenian Rinding Gumbeng 137

3 Berisi kegiatan pentas seni Rinding Gumbeng dimana kesenian ini akan dipertontonkan pada waktu-waktu tertentu ke masyarakat luas. Selain sebagai sarana publikasi kesenian ini sendiri, kegiatan ini diharapkan mampu menarik wisatawan untuk berkunjung ke desa Beji. VI.2 Konsep Arsitektural Konsep fleksibilitas ruang yang diterapkan dalam pusat komunitas kesenian Rinding Gumbeng memiliki artian bahwa di dalam sebuah bangunan yang permanen terdapat ruangruang yang yang dapat difungsikan untuk lebih dari satu aktifitas yang berbeda. Tujuan dari konsep ini adalah ruang-ruang dalam bangunan ini dapat disesuaikan ke dalam berbagai macam keadaan dan perubahan kegiatan yang terjadi di pusat komunitas kesenian Rinding Gumbeng. Dengan begitu diharapkan bangunan menjadi lebih efektif dan efisien menjalankan fungsinya. Pada perkembangan selanjutnya penerapan konsep fleksibilitas ini tidak hanya pada skala ruang, namun juga skala siteplan/masterplan (lebih besar dari ruang) dan skala furnitur yang ada di bangunan ini (lebih kecil dari ruang). Penerapan ke dalam skala furnitur terkait erat dengan fungsi ruang itu sendiri. Penerapan konsep kedalam desain akan dijelaskan dalam bagian-bagian sebagai berikut. VI.2.1 Masterplan VI Zonasi Zonasi pada pusat komunitas ini dibagi menjadi dua, yaitu zona pusat komunitas itu sendiri dan zona pendukung. Pada zona pendukung berfungsi sebagai area palkir kendaraan pengunjung. Site pada kedua zona ini terpisah oleh jalan penghubung antar desa Beji utara dan selatan. Pemisahan kedua zona ini bertujuan untuk memberikan kenyamanan pada fungsi pusat komunitas kesenian Rinding Gumbeng. 138

4 Gambar 6.2 Konsep Zonasi Pusat Komunitas Sumber: Google Earth dan Analisa Penulis Peletakkan area pusat komunitas di bagian barat karena berdekatan dengan tempat latihan komunitas Rinding Gumbeng itu sendiri. Selain itu site ini mudah dilihat dari segala arah dan strategis. Area pusat komunitas memiliki kontur yang bisa dimanfaatkan kedalam desain, sedangkan area penunjang untuk palkir memiliki permukaan tanah yang relatif datar. VI Tata letak fungsi Gambar 6.3 Konsep Tata Letak Fungsi Sumber: Google Earth dan Analisa Penulis 139

5 Penataan fungsi disini menjelaskan mengenai tata letak fungsi utama yaitu studio latihan musik, studio tari, studio rekaman, bengkel workshop, dan panggung seni. Selain itu terdapat pula area penunjang seperti warung yang diletakkan di zona pusat kesenian, dan palkir pada zona penunjang. Dasar dari peletakan formasi fungsi adalah kebutuhan dan karakter ruang itu sendiri terhadap site. Ruang seperti studio latihan musik, studio rekaman, dan panggung seni diletakkan di depan jalan utama untuk memberikan daya tarik bangunan. Bengkel workshop dan studio diletakkan di sisi barat untuk memberikan ketenangan namun tetap mudah diakses. Area warung diletakkan di bagian yang memiliki kualitas view yang menarik. VI Sirkulasi Gambar 6.4 Konsep Sirkulasi Sumber: Google Earth dan Analisa Penulis Sirkulasi kendaraan langsung diarahkan ke zona palkir kecuali kendaraan besar yang perlu manuver seperti bus bisa memakai area jalan di sisi utara. Setelah dari area palkir, pengunjung yang akan ke pusat komunitas akan menyeberangi jalan di area yang sudah disediakan. Area tersebut didesain agar dapat memberi kenyamanan dan keamanan kepada penyebrang jalan. 140

6 Gambar 6.5 Area Penyeberangan Jalan Sumber: Sirkulasi pada bangunan pusat komunitas merupakan sirkulasi menerus dimana semua ruang dapat terhubung. Dalam konsep sirkulasi ini merupakan salah satu penerapan konsep pendekatan fleksibilitas dimana pengunjung maupun komunitas dibebaskan memilih aktifitas apa saja yang akan dilakukan dan masuk ke ruangan mana saja. VI Penerapan konsep fleksibilitas skala masterplan Terdapat beberapa hal yang dalam skala masterplan yang menerapkan konsep fleksibilitas. Yang pertama sudah dijelaskan diatas yaitu sirkulasi di zona pusat komunitas, yaitu sirkulasi yang salaing menghubungkan semua fungsi pusat komunitas bertujuan untuk memberikan kebebasan kepada pengunjung dalam memilih aktifitas apa saja yang akan dilakukan. Yang kedua pada desain landscape zona pusat komunitas. Desain taman sebagai area terbuka hijau sekaligus area bermain dapat juga difungsikan sebagai area duduk penonton saat berlangsung pentas seni. Dengan memanfaatkan kontur site, desain ini membuat taman menjadi lebih fungsional di segala macam kondisi kegiatan yang ada di pusat komunitas ini. 141

7 Gambar 6.6 Contoh Desain Taman Sumber: Penerapan fleksibilitas dapat dilihat juga di zona pendukung (palkir). Pada zona ini tidak semua lahan difungsikan sebagai palkir, namun juga untuk area berdagang pagi penjual keliling yang datang di area tersebut ketika ada acara-acara besar. Dengan begitu desain zona ini dituntut untuk mampu mewadahi keduanya dengan baik. Menghilangkan pembatas-pembatas parkir dan menggantinya dengan elemen alam merupakan salah satu upaya untuk mencapai konsep fleksibilitas sekaligus juga memberikan keunggulan dari sisi ekologis. Penambahan kanopi yang diperkeras bisa dimanfaatkan juga sebagai ruang aktifitas maupun sebagai taman. 142

8 Gambar 6.7 Contoh Desain Parkir Sumber: Gambar 6.8 Desain Kanopi Parkir Sumber: VI.2.2 Ruang VI Layout Pada lantai satu pusat komunitas ini berisikan ruang-ruang yang bersifat publik dan terbuka seperti lobby, dan warung. Pada lobby pengunjung akan disambut dengan galeri seni dan bisa memilih kegiatan apa yang akan dilakukan pada pusat komunitas 143

9 kesenian Rinding Gumbeng ini. Fungsi warung diletakkan di lantai satu untuk memudahkan akses supply bahan dan limbah. Studio rekaman bersifat tertutup diletakkan di bagian utara. Fungsi plaza diletakkan pada area terbuka hijau di sebelah barat. Gambar 6.9 Layout Lantai 1 Sumber: Analisan Penulis Pada lantai dua berisi fungsi-fungsi seperti studio latihan musik sedang, besar, gudang workshop, dan bengkel workshop. Ketika sedang diadakan pentas seni, bengkel workshop akan difungsikan sebaai panggung, sedangkan area penonton utama berada di plaza bawah (ruang terbuka hijau) dan area studio latihan musik besar. Ruang studio latihan tari sedang dialihkan menjadi backstage. 144

10 Gambar 6.10 Layout Lantai 2 Sumber: Analisa Penulis Gambar 6.11 Aksonometri Layout Sumber: Analisa Penulis VI Penerapan Fleksibilitas Ruang Berdasarkan analisa penerapan fleksibitas ruang di bab V, diambil kesimpulan 145

11 pemilihan blok fungsi ruang seperti gambar dibawah. Ruang bengkel workshop dijadikan satu ruang dengan panggung dan studio tari 3, studio latihan musik (kecil) dijadikan satu dengan studio rekaman, studio latihan musik (sedang) dijadikan satu dengan studio tari 1, dan yang terakhir studio latihan musik (besar) akan dijadikan sati dengan studio tari 2. Penggabungan ini bertujuan agar setiap ruangan dapat berfungsi dengan maksimal di semua kondisi kegiatan. Selain itu setiap ruangan juga harus mampu mengantisipasi perubahan kegiatan yang terjadi di dalamnya. Inilah yang menjadi tujuan dari pendekatan fleksibilitas ruang dalam pusat komunitas kesenian Rinding Gumbeng ini. Ruang-ruang tersebut merupakan ruangan yang mewadahi fungsi utama dalam pusat komunitas ini. Fungsi tambahan seperti lobby, plaza, dan warung memiliki ruangan yang terpisah. BW = PS = ST SL-K = SR SL-S = ST SL-B = ST Gambar 6.12 Blok Simbol Ruang Sumber: Penulis Gambar 6.13 Aksonometri Simbol Ruang Sumber: Penulis Tahap selanjutnya adalah melihat perubahan fungsi ruang kedalam kondisi aktifitas yang berbeda-beda yang mungkin terjadi dalam pusat komunitas ini. 146

12 a. Saat ada kegiatan pentas di panggung seni Pada saat berlangsung pentas seni diasumsikan semua kegiatan lain ditiadakan. Studio latihan sedang dialihkan menjadi backstage (BS), studio rekaman menjadi ruang persiapan (RP), dan studio latihan besar menjadi area penonton (AP). PS RP BS AP Gambar 6.13 Blok Ruang Saat Pentas Sumber: Penulis Gambar 6.14 Aksonometri Ruang Saat Pentas Sumber: Penulis b. Saat tidak ada kegiatan rekaman musik Ruang studio rekaman dijadikan fungsi studio latihan musik kecil. Karena studio latihan sudah memiliki dua ruangan, maka studio latihan musik besar difungsikan sebagai studio tari 2. BW SL-K SL-S ST Gambar 6.15 Blok Ruang Saat Tidak Ada Rekaman Sumber: Penulis 147

13 Gambar 6.16 Aksonometri Ruang Saat Tidak Ada Rekaman Sumber: Penulis c. Saat tidak ada jadwal latihan musik Semua ruang studio latihan dialihkan menjadi studio rekaman, studio tari 1, dan studio tari 2. BW SR ST ST Gambar 6.17 Blok Ruang Saat Tidak Ada Latihan Musik Sumber: Penulis Gambar 6.18 Aksonometri Ruang Saat Tidak Ada Latihan Musik Sumber: Penulis 148

14 d. Saat tidak ada jadwal latihan tari Studio tari 1 dan studio tari 2 dialihkan menjadi studio latihan musik (sedang) dan studio latihan musik (besar). Karena studio latihan musik sudah memiliki dua ruangan, maka studio latihan musik (kecil) dialihkan menjadi studio rekaman. BW SR SL-S SL-B Gambar 6.19 Blok Ruang Saat Tidak Ada Latihan Tari Sumber: Penulis Gambar 6.20 Aksonometri Ruang Saat Tidak Ada Latihan Tari Sumber: Penulis e. Saat tidak ada jadwal workshop Bengkel workshop dialihkan menjadi studio tari 3. Studio tari 1 dan studio tari 2 dialihkan menjadi studio latihan musik (sedang) dan studio latihan musik (besar). Karena studio latihan musik sudah memiliki dua ruangan, maka studio latihan musik (kecil) dialihkan menjadi studio rekaman. ST SR SL-S SL-B Gambar 6.21 Blok Ruang Saat Tidak Ada Workshop 149

15 Sumber: Penulis Gambar 6.22 Aksonometri Ruang Saat Tidak Ada Workshop Sumber: Penulis VI Sirkulasi Sirkulasi pada bangunan pusat komunitas ini dibagi menjadi dua. Sirkulasi pengunjung dari tempat palkir langsung disambut oleh lobby, dari lobby pengunjung bebas memilih ruang apa saja tanpa haris melewati ruang lainnya. Sirkulasi servis memanfaatkan jalan setapak dibagian selatan untuk akses supply bahan dan pembuangan. Gambar 6.23 Layout Lantai 2 Sumber: Google Earth dan Penulis 150

16 VI Material Material yang digunakan sebagai struktur utama adalah portal beton bertulang. Pemilihan material ini dengan pertimbangan kemudahan konstruksi, tahan cuaca, dan tahan lama. Material ini juga mudah dicari dan banyak tukang bangunan lokal yang mempu mengerjakannya, sehingga tidak memerlukan sumber daya manusia dari luar. Pada bagian dalam bangunan menggunakan material alami dan berkelanjutan berupa kayu yang telah difinishing. Material ini dipilih karena mudah didapat dan mudah dikerjakan. Penambahan treatment finishing pada kayu berguna untuk menambah umur kayu itu sendiri. Kayu yang digunakan bisa menggunakan kayu pohon jati, sengon ataupun bambu. Material interior ini juga diperhalus agar aman dan nyaman digunakan untuk anak-anak sebagai user utama. Gambar 6.24 Kayu Sebagai Material Interior Sumber: Gambar 6.25 Kayu Bambu Sebagai Material Interior Sumber: 151

17 Selain menggunakan material alami pada interior, material-material lain sebagai pendukung fungsi juga dipakai. Material tersebut seperti gypsum board dan acoustic panel yang berfungsi untuk peredam dan pemantul suara yang diletakkan di studio latihan musik. Material cermin juga berfungsi untuk mendukung fungsi studio tari. Gambar 6.26 Acoustic Panel Sumber: VI Suasana Gambar 6.27 Acoustic Panel dari kayu Sumber: Suasana yang ingin dicapai pada bangunan ini adalah suasana yang membaur dengan alam dan lingkungan. Dimana pengunjung yang berada di pusat komunitas ini tetap merasakan menjadi bagian yang hidup dari lingkungan desa Beji dan lingkunan alam hutan Wonosadi. Tujuannya adalah agar terjadi interaksi yang kuat antara aktifitas 152

18 di puast komunitas ini dengan lingkungannya. Gambar 6.28 Desain Bangunan Menanggapi Lingkungan di Sekitarnya Sumber: Gambar 6.29 Menghadirkan Elemen Alam ke Dalam Bangunan Sumber: 153

19 VI.2.3 Furnitur Penerapan konsep fleksibilitas pada skala furnitur tidak lepas dari program kegiatan dimana dalam satu ruang dapat difungsikan untuk lebih dari satu macam kegiatan. Untuk itu perlu didukung dengan desain furnitur yang juga mampu mengakomodasi kegiatankegiatan yang terjadi di dalam ruangan itu. Desain yang digunakan pada pusat komunitas ini adalah dengan menyembunyikan furnitur itu sendiri kedalam elemen dinding, atap, maupun lantai. Dengan begitu ketika dibutuhkan maka furnitur itu bisa dikeluarkan, namun ketika tidak diguanakan furnitur itu bisa disembunyikan. Keuntungan dari desain ini adalah terciptanya ruang yang bersih dan bisa digunakan untuk kegiatan lainnya. Gambar 6.30 Furnitur pada Didomestic Sumber: Penerapan konsep fleksibilitas pada skala furnitur lainnya adalah partisi yang memiliki dua desain di masing-masing sisinya seperti yang sudah dibahas di bab V. Ketika terjadi perubahan fungsi ruang, partisi ini juga dapat dirubah dengan mekanisme pivot ball bearing. Berikut ini adalah macam-macam desain partisi pada pusat komunitas kesenian Rinding Gumbeng. 154

20 Tabel 6.1 Desain Partisi Partisi Absorber Partisi Diffuser Partisi Bass Trap Partisi White Board 155

21 Partisi Cermin Partisi Modul-Slot Rak Selanjutnya desain partisi tersebut diimplementasikan ke dalam layout ruang untuk memperlihatkan penerapan desain di kedua sisi partisi dan perubahannya saat terjadinya perubahan fungsi ruang. Gambar 6.31 Penerapan Model Partisi Lantai 1 dan 2 Sumber: Analisa Penulis 156

22 Tabel 6.2 Penerapan Partisi Nomor Partisi Keterangan 1 Berupa partisi fix yang permanen dengan desain satu sisi. Desain tersebut merupakan perpaduan dari absorber, diffuser, dan bass trap. Fungsinya untuk mendukung kegiatan di studio rekaman. 2 Partisi kedua terletak diantara galeri dan studio rekaman musik. Desain yang dipakai memiliki sisi satu panel akustik dan sisi yang lain berupa modul-slot. Ketika studio rekaman musik difungsikan sebagai studio musik yang membutuhkan rak untuk menggantung alat musik, desain modul-slot ini dapat difungsikan. 3 Partisi ketiga berada diantara dapur dan ruang makan. Kedua sisinya memiliki desain modul-slot. Berfungsi sebagai rak untuk menaruh alat masak di dapur dan meletakkan furniture lainnya di ruang makan. 4 Berfungsi untuk mendukung kegiatan latihan musik maupun latihan tari. Merupakan partisi satu sisi dengan perpaduan desain cermin dan panel akustik. 5 Berada diantara studio latihan musik besar dan sedang. Partisi ini memiliki desain sisi pertama dari panel akustik dan sisi kedua dari cermin atau papan tulis. 6 Berada diantara studio latihan musik berukuran sedang dangudang alat workshop. Partisi ini memiliki desain sisi pertama panel papan tulis dan cermin, dan sisi kedua adalah modul slot rak. 7 Partisi ini lebih berfungsi untuk mendukung fungsi baik bengkel workshop maupun panggung seni. Desainnya panel 157

23 akustik di sisi pertama dan modul slot rak di sisi kedua. Pusat komunitas ini mengincar user utama yaitu anak-anak. Desain furnitur pada bangunan ini harus disesuaikan dengan skala anak-anak dan sesuai standar keamanan dan kenyamanan anak-anak. Walaupun tidak menutup kemungkinan bisa dipakai untuk user dalam segmen yang berbeda. Gambar 6.32 Furnitur untuk User Anak-Anak Sumber: VI.2.4 Sistem VI Struktur Struktur utama pada bangunan ini adalah beton bertulang sebagai portal. Pemilihan struktur ini dengan pertimbangan kemudahan konstruksi, tahan cuaca, dan tahan lama. Struktur ini juga mudah dicari dan banyak tukang bangunan lokal yang mempu mengerjakannya, sehingga tidak memerlukan sumber daya manusia dari luar. Pada atap menggunakan atap limasan dengan struktur kuda-kuda baja ringan. Pemilihan struktur ini karena pertimbangan keawetan barang. 158

24 Gambar 6.33 Portal Beton Bertulang Sumber: Gambar 6.34 Rangka Baja Ringan Sumber: VI Utilitas VI Jaringan listrik Sumber listrik utama pada pusat komunitas ini didapatkan dari PLN, sedangkan cadangannya adalah genset apabila terdapat gangguan dari PLN. Kebutuhan listrik pun tidak akan begitu banyak karena hanya akan didominasi untuk penerangan di malam hari. Pada siang hari bangunan memanfaatkan potensi cahaya matahari. 159

25 Gambar 6.35 Genset Sebagai Cadangan Listrik Sumber: Energi listrik alternatif juga bisa didapat dari panel surya yang dipasang di atap bangunan. Walaupun tidak menghasilkan listrik yang banyak, namun pemanfaatan panel surya ini mampu menurunkan biaya operasional bangunan. Gambar 6.36 Panel Surya Sumber: VI Jaringan Air Bersih Sumber air bersih pada pusat komunitas ini bersumber dari air sumur yang merupakan sumber air yang dihasilkan hutan Wonosadi di utara site. Karena kebutuhan air bersih pada bangunan ini tidak banyak, hanya untuk mendukung fungsi warung dan toilet maka penggunaan air sumber tidak akan mengganggu ketersediaan air untuk lingkungan sekitar. VI Jaringan air kotor Jaringan air kotor pada bangunan ini dibagi menjadi tiga, yaitu air kotor dapur, air kotor toilet, dan air hujan. Air kotor dapur sisa memasak dan 160

26 mencuci berupa air lemak yang akan dialirkan ke bak penampungan terlebih dahulu untuk memisahkan lemak sebelum masuk ke sumur peresapan. Air kotor toilet/wastafel bisa langsung ke sumur peresapan dengan bak kontrol pada jarak tertentu. Namun untuk kotoran, harus masuk ke septic tank terlebih dahulu. Air hujan yang jatuh dari atap dialirkan melalui parit atau pipa tertentu. Air ini akan ditampung di dalam bak khusus yang nantinya akan digunakan untuk menyiram tanaman dan persediaan air toilet. VI Sampah Sampah atau limbah sisa makanan tidak semata-mata akan langsung dibuang. Limbah ini harus dipilah terlebih dahulu karena untuk limbah makanan, kertas/kardus pembungkus, atau hal sejenis bisa dikomposting sehingga mampu untuk merawat tanah pada site dan juga media hidup cacing sebagai pakan ikan. VI Pencahayaan Pencahayaan pada pusat komunitas ini dibagi menjadi dua, yaitu pencahayaan pada waktu siang hari dan malam hari. Karena pusat komunitas ini merupakan bangunan dengan banyak bukaan untuk mendapatkan view maka cahaya alami matahari yang akan membantu pencahayaan siang hari. Penggunaan shading dan kisi-kisi berguna untuk mengurangi intensitas cahaya matahari yang masuk pada sisi-sisi tertentu dan memberikan suasana yang berbeda pada tiap ruang. Tidak semua ruang menggunakan cahaya matahari untuk pencahayaan di siang hari. Studio rekaman musik membutuhkan pencahayaan buatan karena kondisi ruangnya yang tertutup tanpa bukaan. 161

27 Gambar 6.37 Pencahayaan Alami Sumber: Pada malam hari, sepenuhnya menggunakan lampu. Namun penataan dan jenis lampu harus diperhatikan. Lampu-lampu dengan warna cerah dapat meningkatkan konsentrasi pada area edukasi seperti studio musik dan tari. Sedangkan permainan lampu spotlight dan sorot dapat diterapkan di aarea panggung. Pada area outdoor permainan lampu dengan berbagai ambience bisa memberikan pengalaman tersendiri bagi pengunjung dan memberikan efek dramatis pada bangunan. Banyak contoh permainan lampu pada area outdoor yang akan diterapkan. Gambar 6.38 Pencahayaan Interior Sumber: 162

28 Gambar Permainan lampu silhouetting dan shadowing Sumber : Landscapelight Gambar Permainan lampu dengan menyinari vegetasi Sumber : Landscapelight Gambar Permainan lampu untuk menciptakan jalur atau pola Sumber : Landscapelight VI Penghawaan Tidak jauh berbeda dengan sistem pencahayaan alami. Bangunan restoran yang memiliki banyak bukaan akan memasukkan udara alami ke dalam. Struktur atap tinggi mampu menampung udara panas dari bawah yang kemudian segera digantikan oleh udara yang lebih sejuk. Dengan konsep ini maka pengunjung dapat membaur dengan alam hutan Wonosadi dengan 163

29 merasakan langsung udara asli pada site. VI Transportasi Sistem transportasi dibagi menjadi dua, yakni dalam dan luar bangunan. Pada bagian dalam bangunan akan terdapat 2 (dua) jenis tangga sebagai transportasi vertikal ke lantai dua, pengunjung dan komunitas dijadikan satu. Sedangkan pada luar bangunan, area lansekap akan dibuat mengikuti kontur yang ada. Jalur tangga dan ramp dimanfaatkan untuk menaiki atau menuruni kontur. Dengan ini semua pengunjung di berbaai kondisi dapat mengakses semua bagian bangunan. VI Pencegahan kebakaran Sistem pencegahan kebakaran pada bangunan ini adalah sebagai berikut: Smoke and heat detector Springkel Fire extinguisher VI Jaringan komunikasi Sistem komunikasi akan sangat mendukung komunitas dan juga sebagai failitas bagi pengunjung. berikut sistem komunikasi yang digunakan : Intercom, untuk komunikasi antar ruang. Telepon, untuk telekomunikasi dari dan atau luar pusat komunitas. Jaringan internet dengan sistem wi-fi sebagai fasilitas pengunjung. 164

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN 5.1 Konsep Makro 5.1.1 Site terpilih Gambar 5.1 Site terpilih Sumber : analisis penulis Site terpilih sangat strategis dengan lingkungan kampus/ perguruan tinggi

Lebih terperinci

BAB IV KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB IV KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN BAB IV KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN Rumusan konsep ini merupakan dasar yang digunakan sebagai acuan pada desain studio akhir. Konsep ini disusun dari hasil analisis penulis dari tinjauan pustaka

Lebih terperinci

BAB V KONSEP 5.1 Konsep Tata Ruang Luar Gambar 5.1 Skema Site Plan

BAB V KONSEP 5.1 Konsep Tata Ruang Luar Gambar 5.1 Skema Site Plan BAB V KONSEP 5.1 Konsep Tata Ruang Luar 5.1.1 Konsep Site Plan Dalam standarnya, area parkir pengunjung harus berada di bagian depan site agar terlihat langsung dari jalan. Untuk itu, area parkir diletakkan

Lebih terperinci

BAB V PROGRAM DASAR PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB V PROGRAM DASAR PERENCANAAN DAN PERANCANGAN BAB V PROGRAM DASAR PERENCANAAN DAN PERANCANGAN 5.1 Program Perencanaan Didasari oleh beberapa permasalahan yang ada pada KOTA Kudus kususnya dibidang olahraga dan kebudayaan sekarang ini, maka dibutuhkan

Lebih terperinci

BAB VI HASIL RANCANGAN. dalam perancangan yaitu dengan menggunakan konsep perancangan yang mengacu

BAB VI HASIL RANCANGAN. dalam perancangan yaitu dengan menggunakan konsep perancangan yang mengacu 153 BAB VI HASIL RANCANGAN 6.1 Dasar Rancangan Di dalam perancangan Sekolah Seni Pertunjukan Tradisi Bugis terdapat beberapa input yang dijadikan dalam acuan perancangan. Aplikasi yang diterapkan dalam

Lebih terperinci

BAB V. KONSEP PERANCANGAN

BAB V. KONSEP PERANCANGAN BAB V. KONSEP PERANCANGAN A. KONSEP MAKRO 1. Youth Community Center as a Place for Socialization and Self-Improvement Yogyakarta sebagai kota pelajar dan kota pendidikan tentunya tercermin dari banyaknya

Lebih terperinci

Bab V Konsep Perancangan

Bab V Konsep Perancangan Bab V Konsep Perancangan A. Konsep Makro Konsep makro adalah konsep dasar perancangan kawasan secara makro yang di tujukan untuk mendefinisikan wujud sebuah Rest Area, Plasa, dan Halte yang akan dirancang.

Lebih terperinci

BAB V KONSEP DAN PROGRAM DASAR PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR

BAB V KONSEP DAN PROGRAM DASAR PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR BAB V KONSEP DAN PROGRAM DASAR PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR 5.1. Tujuan Perencanaan dan Perancangan a. Merancang bangunan Showroom dan Service Station Vespa di Semarang yang mengakomodasi segala

Lebih terperinci

BAB VI KONSEP PERANCANGAN

BAB VI KONSEP PERANCANGAN BAB VI KONSEP PERANCANGAN 6.1 Konsep Utama Perancanaan Youth Center Kota Yogyakarta ini ditujukan untuk merancang sebuah fasilitas pendidikan non formal untuk menghasilkan konsep tata ruang dalam dan luar

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN OBJEK GEDUNG KESENIAN GDE MANIK SINGARAJA

BAB II TINJAUAN OBJEK GEDUNG KESENIAN GDE MANIK SINGARAJA BAB II TINJAUAN OBJEK GEDUNG KESENIAN GDE MANIK SINGARAJA Pada bab ini akan dilakukan evaluasi mengenai Gedung Kesenian Gde Manik (GKGM) dari aspek kondisi fisik, non-fisik, dan spesifikasi khusus GKGM

Lebih terperinci

BAB V PROGRAM DASAR PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. Pelatihan

BAB V PROGRAM DASAR PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. Pelatihan BAB V PROGRAM DASAR PERENCANAAN DAN PERANCANGAN 5.1 Konsep Perancangan 5.1.1 Aspek Fungsional Pengelompokan berdasarkan area aktivitas besar : Pelatihan pelatihan kerja (teori&praktek) uji sertifikasi,informasi

Lebih terperinci

BAB VI PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB VI PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN BAB VI PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN 6.1 Dasar Pendekatan Metode pendekatan ditujukan sebagai acuan dalam penyusunan landasan perencanaan dan perancangan arsitektur. Dengan metode pendekatan diharapkan

Lebih terperinci

BAB VI HASIL RANCANGAN. Redesain terminal Arjosari Malang ini memiliki batasan-batasan

BAB VI HASIL RANCANGAN. Redesain terminal Arjosari Malang ini memiliki batasan-batasan BAB VI HASIL RANCANGAN Redesain terminal Arjosari Malang ini memiliki batasan-batasan perancangan. Batasan-batasan perancangan tersebut seperti: sirkulasi kedaraan dan manusia, Ruang Terbuka Hijau (RTH),

Lebih terperinci

BAB VI HASIL RANCANGAN

BAB VI HASIL RANCANGAN BAB VI HASIL RANCANGAN 6.1 Dasar Perancangan Pusat Pengembangan Seni Karawitan ini merupakan sebuah sarana edukasi yang mewadahi fungsi utama pengembangan berupa pendidikan dan pelatihan seni karawitan

Lebih terperinci

Lapas Kelas I A Kedungpane

Lapas Kelas I A Kedungpane BAB V PROGRAM PERANCANGAN DAN PERENCANAAN LEMBAGA PEMASYARAKATAN WANITA 5.1. Tapak Terpilih Lokasi tapak dipilih berdasarkan rencana pembangunan lapas wanita oleh Kemenkumham Kanwil Jawa Tengah, yaitu

Lebih terperinci

BAB VI HASIL RANCANGAN. tema Sustainable Architecture yang menerapkan tiga prinsip yaitu Environmental,

BAB VI HASIL RANCANGAN. tema Sustainable Architecture yang menerapkan tiga prinsip yaitu Environmental, BAB VI HASIL RANCANGAN 6.1 Dasar perancangan Hasil perancangan sentra industri batu marmer adalah penerapan dari tema Sustainable Architecture yang menerapkan tiga prinsip yaitu Environmental, Social dan

Lebih terperinci

BAB V KONSEP PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERANCANGAN BAB V KONSEP PERANCANGAN 5.1 Konsep Dasar Perancangan Gedung pusat kebugaran ini direncanakan untuk menjadi suatu sarana yang mewadahi kegiatan olahraga, kebugaran, dan relaksasi. Dimana kebutuhan masyarakat

Lebih terperinci

BAB 6 HASIL RANCANGAN. Perubahan Konsep Tapak pada Hasil Rancangan. bab sebelumnya didasarkan pada sebuah tema arsitektur organik yang menerapkan

BAB 6 HASIL RANCANGAN. Perubahan Konsep Tapak pada Hasil Rancangan. bab sebelumnya didasarkan pada sebuah tema arsitektur organik yang menerapkan BAB 6 HASIL RANCANGAN 6.1 Perubahan Konsep Tapak pada Hasil Rancangan 6.1.1 Bentuk Tata Massa Konsep perancangan pada redesain kawasan wisata Gua Lowo pada uraian bab sebelumnya didasarkan pada sebuah

Lebih terperinci

BAB V KONSEP PERANCANGAN BANGUNAN

BAB V KONSEP PERANCANGAN BANGUNAN BAB V KONSEP PERANCANGAN BANGUNAN Konsep perancangan bangunan didapatkan dari hasil studi literatur dan lapangan berdasarkan topik terkait. Penjelasan pemikiran penulis pada pendekatan konsep yang telah

Lebih terperinci

BAB V PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN TEMPAT ISTIRAHAT KM 166 DI JALAN TOL CIKOPO-PALIMANAN

BAB V PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN TEMPAT ISTIRAHAT KM 166 DI JALAN TOL CIKOPO-PALIMANAN BAB V PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN TEMPAT ISTIRAHAT KM 166 DI JALAN TOL CIKOPO-PALIMANAN 5.1 Program Dasar Perencanaan Program dasar perencanaan Tempat Istirahat KM 166 di Jalan Tol Cipoko-Palimanan

Lebih terperinci

Zona lainnya menjadi zona nista-madya dan utama-madya.

Zona lainnya menjadi zona nista-madya dan utama-madya. 6.1 KONSEP ZONASI 5.1.1 Zonasi Bangunan zona. BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN Zonasi pada bangunan mengikuti prinsip sanga mandala dan dibagi menjadi 9 Gambar 5. 2 Pembagian 9 Zona Sanga Mandala

Lebih terperinci

BAB VI HASIL RANCANGAN

BAB VI HASIL RANCANGAN BAB VI HASIL RANCANGAN Perancangan wisata budaya dan karapan sapi Madura di sini mengintegrasikan antara tema regionalisme, karakter umum orang Madura (jujur, terbuka dan tegas) dan wawasan keislaman sebagai

Lebih terperinci

BAB V PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN REST AREA TOL SEMARANG BATANG. Tabel 5.1. Besaran Program Ruang

BAB V PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN REST AREA TOL SEMARANG BATANG. Tabel 5.1. Besaran Program Ruang BAB V PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN REST AREA TOL SEMARANG BATANG 5.1 Program Dasar Perencanaan Program dasar perencanaan Rest Area Tol Semarang - Batang ini berisi mengenai hasil perhitungan program

Lebih terperinci

BAB VI. KONSEP DESAIN MUSEUM dan PUSAT PELATIHAN BENCANA di YOGYAKARTA

BAB VI. KONSEP DESAIN MUSEUM dan PUSAT PELATIHAN BENCANA di YOGYAKARTA BAB VI KONSEP DESAIN MUSEUM dan PUSAT PELATIHAN BENCANA di YOGYAKARTA 6.1. Ide Bentuk Disain Gambar 6.1 Ide disain 6.2. Konsep Perancangan Karakter Komunikatif, rekreatif, dan atraktif serta analogi bencana

Lebih terperinci

SEKOLAH MENENGAH TUNANETRA BANDUNG

SEKOLAH MENENGAH TUNANETRA BANDUNG V. KONSEP PERANCANGAN 5.1 Konsep Dasar Untuk memperoleh hasil yang maksimal dalam merancang sebuah sekolah mengengah luar biasa tunanetra ialah dengan cara membuat skenario perancangan pada desain yang

Lebih terperinci

Dari pertimbangan diatas dibuat konsep tata ruang

Dari pertimbangan diatas dibuat konsep tata ruang 81 memanfaatkan unsur-unsur alam yang ada sebagai faktor perancangan. Dari pertimbangan tersebut diatas maka dibuat konsep : - Dengan bentuk site daerah pegunungan yang masih alamiah maka bentuk pengolahan

Lebih terperinci

BAB VI KLASIFIKASI KONSEP DAN APLIKASI RANCANGAN. dirancang berangkat dari permasalahan kualitas ruang pendidikan yang semakin

BAB VI KLASIFIKASI KONSEP DAN APLIKASI RANCANGAN. dirancang berangkat dari permasalahan kualitas ruang pendidikan yang semakin BAB VI KLASIFIKASI KONSEP DAN APLIKASI RANCANGAN Pusat Pendidikan dan Pelatihan Bagi Anak Putus Sekolah Di Sidoarjo dirancang berangkat dari permasalahan kualitas ruang pendidikan yang semakin menurun.

Lebih terperinci

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN A. KONSEP PERUANGAN 1. Konsep Kebutuhan Ruang Berdasarkan analisa pola kegiatan dari pelaku pusat tari modern, mak konsep kebutuhanruang pada area tersebut adalah

Lebih terperinci

BAB 5 KONSEP PERANCANGAN. Terakota di Trawas Mojokerto ini adalah lokalitas dan sinergi. Konsep tersebut

BAB 5 KONSEP PERANCANGAN. Terakota di Trawas Mojokerto ini adalah lokalitas dan sinergi. Konsep tersebut BAB 5 KONSEP PERANCANGAN Konsep dasar yang digunakan dalam perancangan Griya seni dan Budaya Terakota ini adalah lokalitas dan sinergi. Konsep tersebut berawal dari tema utama yaitu Re-Inventing Tradition

Lebih terperinci

BAB V HASIL RANCANGAN

BAB V HASIL RANCANGAN BAB V HASIL RANCANGAN 5.1 Perancangan Tapak 5.1.1 Pemintakatan Secara umum bangunan dibagi menjadi beberapa area, yaitu : Area Pertunjukkan, merupakan area dapat diakses oleh penonton, artis, maupun pegawai.

Lebih terperinci

TEMA DAN KONSEP. PUSAT MODE DAN DESAIN Tema : Dinamis KONSEP RUANG KONSEP TAPAK LOKASI OBJEK RANCANG

TEMA DAN KONSEP. PUSAT MODE DAN DESAIN Tema : Dinamis KONSEP RUANG KONSEP TAPAK LOKASI OBJEK RANCANG TEMA DAN KONSEP T E M A Trend dalam berpakaian dari tahun ke tahun akan TEMA terus berputar, dan akan berkembang lagi seiring berjalannya waktu eksplorasi tentang suatu pergerakan progressive yang selalu

Lebih terperinci

Bab V. PROGRAM PERENCANAAN dan PERANCANGAN MARKAS PUSAT DINAS KEBAKARAN SEMARANG. No Kelompok Kegiatan Luas

Bab V. PROGRAM PERENCANAAN dan PERANCANGAN MARKAS PUSAT DINAS KEBAKARAN SEMARANG. No Kelompok Kegiatan Luas Bab V PROGRAM PERENCANAAN dan PERANCANGAN MARKAS PUSAT DINAS KEBAKARAN SEMARANG 5.1. Program Dasar Perencanaan 5.1.1. Program Ruang No Kelompok Kegiatan Luas 1 Kegiatan Administrasi ± 1.150 m 2 2 Kegiatan

Lebih terperinci

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. 5.1 Konsep Tapak Bangunan Pusat Pengembangan dan Pelatihan Mesin Industri Zoning

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. 5.1 Konsep Tapak Bangunan Pusat Pengembangan dan Pelatihan Mesin Industri Zoning Handrail diperlukan di kedua sisi tangga dan harus ditancapkan kuat ke dinding dengan ketinggian 84.64 cm. 6. Pintu Ruangan Pintu ruang harus menggunakan panel kaca yang tingginya disesuaikan dengan siswa,

Lebih terperinci

BAB V KONSEP. V.1.1. Tata Ruang Luar dan Zoning Bangunan

BAB V KONSEP. V.1.1. Tata Ruang Luar dan Zoning Bangunan BAB V KONSEP V.1. Konsep Perencanaan dan Perancangan V.1.1. Tata Ruang Luar dan Zoning Bangunan Gambar 34. Zoning dan Pola Sirkulasi Main entrance berada pada bagian selatan bangunan. Warna biru menunjukan

Lebih terperinci

BAB VI PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB VI PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN BAB VI PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN 6.1 Program Dasar Perencanaan 6.1.1 Program Ruang Dari hasil perhitungan besaran ruang pada bab sebelumnya, maka didapat program ruang sebagai berikut: GEDUNG

Lebih terperinci

4 BAB IV KONSEP PERANCANGAN

4 BAB IV KONSEP PERANCANGAN 4 BAB IV KONSEP PERANCANGAN 4.1 Konsep Fungsi Dalam merancang sebuah bangunan, hal yang utama yang harus diketahui adalah fungsi bangunan yang akan dirancang, sehingga terciptalah bangunan dengan desain

Lebih terperinci

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. menghasilkan keuntungan bagi pemiliknya. aktivitas sehari-hari. mengurangi kerusakan lingkungan.

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. menghasilkan keuntungan bagi pemiliknya. aktivitas sehari-hari. mengurangi kerusakan lingkungan. BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN V.1. Konsep Umum Perancangan V.1.1. Dasar Perancangan Rusun dan pasar di Jakarta Barat merupakan bangunan yang bersifat sosial dan komersial dimana bangunan nantinya

Lebih terperinci

BAB IV KONSEP PERANCANGAN

BAB IV KONSEP PERANCANGAN BAB IV KONSEP PERANCANGAN A. Konsep Makro Konsep makro merupakan konsep dasar perancangan bangunan secara makro yang bertujuan untuk menentukan garis besar hotel bandara yang akan dirancang. Konsep makro

Lebih terperinci

BAB VI PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB VI PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN BAB VI PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN 6.1 Program Dasar Perencanaan 6.1.1. Program Ruang Jenis ruang dan kebutuhan luasan ruang kelompok utama Pusat Informasi Budaya Baduy dapat dilihat pada tabel

Lebih terperinci

BAB VI HASIL RANCANGAN. terdapat pada Bab IV dan Bab V yaitu, manusia sebagai pelaku, Stadion Raya

BAB VI HASIL RANCANGAN. terdapat pada Bab IV dan Bab V yaitu, manusia sebagai pelaku, Stadion Raya 165 BAB VI HASIL RANCANGAN 6.1. Dasar Rancangan Hasil perancangan diambil dari dasar penggambaran konsep dan analisa yang terdapat pada Bab IV dan Bab V yaitu, manusia sebagai pelaku, Stadion Raya sebagai

Lebih terperinci

BAB V PROGRAM DASAR PERENCANAAN DAN PERANCANAGAN

BAB V PROGRAM DASAR PERENCANAAN DAN PERANCANAGAN BAB V PROGRAM DASAR PERENCANAAN DAN PERANCANAGAN 5.1 Program Perencanaan 5.1.1 Program Ruang Tabel 5.1 Program ruang Sumber : Analisa Jenis Ruang Luas Kegiatan Administrasi Kepala Dinas 42,00 Sekretariat

Lebih terperinci

BAB V KONSEP PERANCANGAN. tema perancangan dan karakteristik tapak, serta tidak lepas dari nilai-nilai

BAB V KONSEP PERANCANGAN. tema perancangan dan karakteristik tapak, serta tidak lepas dari nilai-nilai BAB V KONSEP PERANCANGAN Konsep perancangan ini pada dasarnya diperoleh dari hasil analisis pada bab analisis perancangan yang kemudian disimpulkan (sintesis). Sintesis di dapat berdasarkan pendekatan

Lebih terperinci

Terminal Antarmoda Monorel Busway di Jakarta PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN TERMINAL ANTARMODA

Terminal Antarmoda Monorel Busway di Jakarta PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN TERMINAL ANTARMODA BAB V PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN TERMINAL ANTARMODA 5.1 Program Dasar Perencanaan 5.1.1 Program a. Kelompok Kegiatan Utama Terminal Antarmoda Tabel 5.1 Program Kegiatan Utama Fasilitas Utama Terminal

Lebih terperinci

BAB V KONSEP PERANCANGAN PASAR. event FESTIVAL. dll. seni pertunjukan

BAB V KONSEP PERANCANGAN PASAR. event FESTIVAL. dll. seni pertunjukan BAB V KONSEP PERANCANGAN 5.1. Konsep Dasar Konsep dasar pada perancangan Pasar Astana Anyar ini merupakan konsep yang menjadi acuan dalam mengembangkan konsep-konsep pada setiap elemen perancangan arsitektur

Lebih terperinci

Tabel 5.1 : Rekapitulasi Program Ruang Depo Lokomotif

Tabel 5.1 : Rekapitulasi Program Ruang Depo Lokomotif BAB V KONSEP DAN PROGRAM DASAR PERENCANAAN DAN PERANCANGAN 5.1 Konsep Dasar Perencanaan Konsep dasar perencanaan Pengembangan Stasiun Alastua sebagai Depo Penyimpanan dan Perawatan Kereta Api adalah untuk

Lebih terperinci

BAB 4 KONSEP PERANCANGAN

BAB 4 KONSEP PERANCANGAN BAB 4 KONSEP PERANCANGAN 4.1 Ide Awal Ide awal rancangan bangunan perpustakaan ini adalah bangunan sebagai fitur taman. Masyarakat yang menggunakan ruang terbuka kota/taman Maluku ini dapat sekaligus menggunakan

Lebih terperinci

5.1 Konsep Perencanaan Konsep Lokasi dan Tapak Memuat persyaratan-persyaratan atau batasan dan paparan kondisi tapak serta luasan tapak.

5.1 Konsep Perencanaan Konsep Lokasi dan Tapak Memuat persyaratan-persyaratan atau batasan dan paparan kondisi tapak serta luasan tapak. BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN 5.1 Konsep Perencanaan 5.1.1 Konsep Lokasi dan Tapak Memuat persyaratan-persyaratan atau batasan dan paparan kondisi tapak serta luasan tapak. Alamat : JL. Hayam

Lebih terperinci

Bab IV Analisa Perancangan

Bab IV Analisa Perancangan Bab IV Analisa Perancangan 4.1 Analisa Pemilihan Tapak Kriteria Pemilihan Tapak Pasar Baru Pasar baru adalah salah satu ruang publik diantara banyak ruang publik yang ada di jakarta yang persis bersebelahan

Lebih terperinci

BAB IV KONSEP PERANCANGAN

BAB IV KONSEP PERANCANGAN BAB IV KONSEP PERANCANGAN IV.1 KONSEP TAPAK DAN RUANG LUAR IV.1.1 Pengolahan Tapak dan Ruang Luar Mempertahankan daerah tapak sebagai daerah resapan air. Mempertahankan pohon-pohon besar yang ada disekitar

Lebih terperinci

Tabel 5.1 Perhitungan Besaran Program Ruang Gelanggang a. Pengelola. No Ruang Kapasitas Standar Ruang Luas Ruang Sumber

Tabel 5.1 Perhitungan Besaran Program Ruang Gelanggang a. Pengelola. No Ruang Kapasitas Standar Ruang Luas Ruang Sumber BAB V PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN PENGEMBANGAN GELANGGANG FUTSAL UNDIP 5.1 Program Dasar Perencanan 5.1.1 Program Ruang Berdasarkan hasil analisa dan perhitungan, maka diperoleh hasil besaran ruang

Lebih terperinci

BAB VI HASIL RANCANGAN. wadah untuk menyimpan serta mendokumentasikan alat-alat permainan, musik,

BAB VI HASIL RANCANGAN. wadah untuk menyimpan serta mendokumentasikan alat-alat permainan, musik, BAB VI HASIL RANCANGAN Perancangan Museum Anak-Anak di Kota Malang ini merupakan suatu wadah untuk menyimpan serta mendokumentasikan alat-alat permainan, musik, serta film untuk anak-anak. Selain sebagai

Lebih terperinci

BAB 5 HASIL RANCANGAN

BAB 5 HASIL RANCANGAN BAB 5 HASIL RANCANGAN 6. Desain Bangunan Desain bangunan pertunjukan seni ini memiliki bentuk kotak masif untuk efisiensi bentuk bangunan dan ruang bangunan. Bentuk bangunan yang berbentuk kotak masif

Lebih terperinci

BAB VI KONSEP PERENCANAAN DAN PROGRAM DASAR PERANCANGAN

BAB VI KONSEP PERENCANAAN DAN PROGRAM DASAR PERANCANGAN BAB VI KONSEP PERENCANAAN DAN PROGRAM DASAR PERANCANGAN 6.1. TUJUAN PERENCANAAN DAN PERANCANGAN Gedung Pertunjukan Seni di Yogyakarta direncanakan akan menjadi suatu fasilitas publik sebagai wadah seni

Lebih terperinci

BAB IV KONSEP PERANCANGAN

BAB IV KONSEP PERANCANGAN BAB IV KONSEP PERANCANGAN IV.1 KONSEP DASAR Konsep dasar dalam perancangan hotel ini adalah menghadirkan suasana alam ke dalam bangunan sehingga tercipta suasana alami dan nyaman, selain itu juga menciptakan

Lebih terperinci

BAB V KONSEP DAN PROGRAM DASAR PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB V KONSEP DAN PROGRAM DASAR PERENCANAAN DAN PERANCANGAN BAB V KONSEP DAN PROGRAM DASAR PERENCANAAN DAN PERANCANGAN 5.1 Tujuan Perencanaan dan Perancangan Perencanaan dan perancangan Penataan PKL Sebagai Pasar Loak di Sempadan Sungai Kali Gelis Kabupaten Kudus

Lebih terperinci

BAB V KONSEP PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERANCANGAN BAB V KONSEP PERANCANGAN V.1 Konsep Dasar Perancangan Untuk mendukung tema maka konsep dasar perancangan yang di gunakan pada Sekolah Tinggi Musik di Jakarta ini adalah perjalanan dari sebuah lagu, dimana

Lebih terperinci

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN V.1 Konsep Perencanaan dan Perancangan Topik dan Tema Proyek wisma atlet ini menggunakan pendekatan behavior/perilaku sebagai dasar perencanaan dan perancangan.

Lebih terperinci

BAB V KONSEP PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERANCANGAN BAB V KONSEP PERANCANGAN 5.1 Konsep Perancangan Konsep dari akuarium terumbu karang ini didasari dari karakteristik laut. Dalam perancangan akuarium terumbu karang ini diharapkan mampu menyampaikan kekayaan

Lebih terperinci

BAB V KONSEP PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERANCANGAN BAB V KONSEP PERANCANGAN V.1. Konsep Makro Indonesia merupakan Negara yang kaya keberagaman tradisi dan budaya. Salah satu daerah di Indonesia yang masih kental dengan budaya, kerajinan dan kesenian adalah

Lebih terperinci

Tabel 5.1. Kapasitas Kelompok Kegiatan Utama. Standar Sumber Luas Total Perpustakaan m 2 /org, DA dan AS 50 m 2

Tabel 5.1. Kapasitas Kelompok Kegiatan Utama. Standar Sumber Luas Total Perpustakaan m 2 /org, DA dan AS 50 m 2 BAB V PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN RUMAH AKULTURASI BUDAYA KAMPUNG LAYUR 5.1 Program Dasar Perencanaan 5.1.1. Program Berdasarkan analisa mengenai kebutuhan dan besaran ruang pada Rumah Akulturasi

Lebih terperinci

PUSAT MODIFIKASI MOBIL BAB V KONSEP PERANCANGAN KONSEP METAFORA PADA BANGUNAN Beban angin pada ban lebih dinamis.

PUSAT MODIFIKASI MOBIL BAB V KONSEP PERANCANGAN KONSEP METAFORA PADA BANGUNAN Beban angin pada ban lebih dinamis. PRODUCED BY AN AUTODESK EDUCATIONALPRODUCT PUSAT MODIFIKASI MOBIL BAB V KONSEP PERANCANGAN 5.1. KONSEP METAFORA PADA BANGUNAN Beban angin pada ban lebih dinamis. Berangkat Dari Ide Ban Kendaraan yang Bersifat

Lebih terperinci

BAB V PROGRAM PERENCANAAN dan PERANCANGAN MUSEUM PALEONTOLOGI PATIAYAM

BAB V PROGRAM PERENCANAAN dan PERANCANGAN MUSEUM PALEONTOLOGI PATIAYAM BAB V PROGRAM PERENCANAAN dan PERANCANGAN MUSEUM PALEONTOLOGI PATIAYAM 5.1 Program Dasar Perencanaan Konsep dan program dasar perencanaan dan perancangan merupakan hasil dari pemikiran menyeluruh, dan

Lebih terperinci

BAB V PROGRAM PERENCANAAN & PERANCANGAN KOLAM RENANG INDOOR UNDIP

BAB V PROGRAM PERENCANAAN & PERANCANGAN KOLAM RENANG INDOOR UNDIP BAB V PROGRAM PERENCANAAN & PERANCANGAN KOLAM RENANG INDOOR UNDIP 5.1 Dasar Pendekatan Kolam Renang Universitas Diponegoro merupakan kolam renang tipe C. Program perencanaannya berdasarkan pada tinjauan

Lebih terperinci

BAB V PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN RELOKASI PASAR IKAN HIGIENIS REJOMULYO SEMARANG

BAB V PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN RELOKASI PASAR IKAN HIGIENIS REJOMULYO SEMARANG BAB V PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN RELOKASI PASAR IKAN HIGIENIS REJOMULYO SEMARANG 5.1 Program Dasar Perencanaan Program Dasar Perencanaan Relokasi Pasar Ikan Higienis Rejomulyo ini didasarkan pada

Lebih terperinci

BAB VII RENCANA. 7.1 Mekanisme Pembangunan Rusunawa Tahapan Pembangunan Rusunawa

BAB VII RENCANA. 7.1 Mekanisme Pembangunan Rusunawa Tahapan Pembangunan Rusunawa BAB VII RENCANA 7.1 Mekanisme Pembangunan Rusunawa 7.1.1 Tahapan Pembangunan Rusunawa Agar perencanaan rumah susun berjalan dengan baik, maka harus disusun tahapan pembangunan yang baik pula, dimulai dari

Lebih terperinci

ASRAMA PELAJAR DAN MAHASISWA

ASRAMA PELAJAR DAN MAHASISWA BAB V KONSEP DASAR PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ASRAMA PELAJAR DAN MAHASISWA SULAWESI SELATAN DI YOGYAKARTA 5.1. KONSEP DASAR PERENCANAAN DAN PERANCANGAN 5.1.1. Penentuan Zoning Pembagian zone ruang pada

Lebih terperinci

BAB VI KONSEP DASAR PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR. Aktivitas Utama Ruang Jumlah Kapasitas Luas (m 2 ) Entrance hall dan ruang tiket

BAB VI KONSEP DASAR PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR. Aktivitas Utama Ruang Jumlah Kapasitas Luas (m 2 ) Entrance hall dan ruang tiket BAB VI KONSEP DASAR PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR 6.1 Program Dasar Perencanaan 6.1.1. Program Ruang a. Aktivitas Utama Aktivitas Utama Ruang Jumlah Kapasitas Luas (m 2 ) Entrance hall

Lebih terperinci

lib.archiplan.ugm.ac.id

lib.archiplan.ugm.ac.id BAB 5 KONSEP PERANCANGAN 5.1. BENTUK KEGIATAN DAN RUANG 5.1.1. Pelaku Kegiatan Pelaku utama kegiatan dalam Movie Square dimayoritaskan penduduk WNI yang tinggal di kota Yogyakarta, tidak hanya dikhususkan

Lebih terperinci

BAB IV PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN GOR BASKET DI KAMPUS UNDIP TEMBALANG. sirkulasi/flow, sirkulasi dibuat berdasarkan tingkat kenyamanan sbb :

BAB IV PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN GOR BASKET DI KAMPUS UNDIP TEMBALANG. sirkulasi/flow, sirkulasi dibuat berdasarkan tingkat kenyamanan sbb : BAB IV PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN GOR BASKET DI KAMPUS UNDIP TEMBALANG 4.1. Program Ruang Besaran ruang dan kapasitas di dalam dan luar GOR Basket di kampus Undip Semarang diperoleh dari studi

Lebih terperinci

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. disesuaikan dengan tema bangunan yaitu sebuah fasilitas hunian yang

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. disesuaikan dengan tema bangunan yaitu sebuah fasilitas hunian yang BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN V.1 Konsep Dasar Perancangan Dasar dari perancangan Rumah Susun dan Pasar di Jakarta Barat ini disesuaikan dengan tema bangunan yaitu sebuah fasilitas hunian yang

Lebih terperinci

AR 40Z0 Laporan Tugas Akhir Rusunami Kelurahan Lebak Siliwangi Bandung BAB 5 HASIL PERANCANGAN

AR 40Z0 Laporan Tugas Akhir Rusunami Kelurahan Lebak Siliwangi Bandung BAB 5 HASIL PERANCANGAN BAB 5 HASIL PERANCANGAN 5.1 Konsep Dasar Bangunan yang baru menjadi satu dengan pemukiman sekitarnya yang masih berupa kampung. Rumah susun baru dirancang agar menyatu dengan pola pemukiman sekitarnya

Lebih terperinci

REDESAIN RUMAH SAKIT ISLAM MADINAH TULUNGAGUNG TA-115

REDESAIN RUMAH SAKIT ISLAM MADINAH TULUNGAGUNG TA-115 BAB I PENDAHULUAN Laporan perancangan ini sebagai tindak lanjut dari Landasan Program Perencanaan dan Perancangan Arsitektur dan menjadi satu rangkaian dengan perancangan fisik Rumah sakit Islam Madinah

Lebih terperinci

Asrama Mahasiswa Universitas Atma Jaya Yogyakarta

Asrama Mahasiswa Universitas Atma Jaya Yogyakarta BAB VI KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN 6.1. Konsep perencanaan 6.1.1. Pelaku dan kategori kebutuhan ruang, dan Besaran Ruang. 6.1.1.1. Pelaku Dan Kategori Kebutuhan Ruang Dari analisis yang telah dilakukan

Lebih terperinci

BAB V KONSEP PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERANCANGAN BAB V KONSEP PERANCANGAN V.1. Konsep Perancangan Makro V.1.1. Konsep Manusia Pelaku kegiatan di dalam apartemen adalah: 1. Penyewa meliputi : o Kelompok orang yang menyewa unit hunian pada apartemen yang

Lebih terperinci

LP3A REDESAIN TERMINAL BUS BAHUREKSO KENDAL TIPE B BAB V KONSEP DAN PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN TERMINAL BUS BAHUREKSO KENDAL

LP3A REDESAIN TERMINAL BUS BAHUREKSO KENDAL TIPE B BAB V KONSEP DAN PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN TERMINAL BUS BAHUREKSO KENDAL BAB V KONSEP DAN PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN TERMINAL BUS BAHUREKSO KENDAL 5.1. Pendekatan Perancangan 5.1.1. Kelompok Pelaku Kegiatan Pelaku yang ada di Terminal Bus Bahurekso yaitu: a) Pemimmpin

Lebih terperinci

BAB VI HASIL PERANCANGAN. Perancangan Gumul Techno Park di Kediri ini menggunakan konsep

BAB VI HASIL PERANCANGAN. Perancangan Gumul Techno Park di Kediri ini menggunakan konsep BAB VI HASIL PERANCANGAN Perancangan Gumul Techno Park di Kediri ini menggunakan konsep Representasi Citra High Tech Architecture yang berkaitan erat dengan aspek teknologi kekinian atau modernisasi. konsep

Lebih terperinci

BAB V KONSEP PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERANCANGAN BAB V KONSEP PERANCANGAN 5.1 KONSEP DASAR Museum kereta api merupakan bangunan yang mewadahi aktivitas memajang / memamerkan lokomotif, dan menampung pengunjung museum dan aktivitas yang terjadi dalam

Lebih terperinci

SMK PERTANIAN DI TAWANGMANGU DENGAN PENDEKATAN ARSITEKTUR EKOLOGIS

SMK PERTANIAN DI TAWANGMANGU DENGAN PENDEKATAN ARSITEKTUR EKOLOGIS KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN SMK PERTANIAN DI TAWANGMANGU DENGAN PENDEKATAN ARSITEKTUR EKOLOGIS TUGAS AKHIR Diajukan sebagai Syarat untuk Mencapai Gelar Sarjana Teknik Arsitektur Universitas Sebelas

Lebih terperinci

BAB V KONSEP PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERANCANGAN BAB V KONSEP PERANCANGAN Konsep perancangan merupakan proses pengambilan keputusan dalam melakukan desain pengembangan kawasan Agrowisata berdasarkan analisis perancangan. Konsep perancangan tersebut di

Lebih terperinci

BAB VI HASIL RANCANGAN. Hasil perancangan diambil dari dasar penggambaran konsep yang terdapat

BAB VI HASIL RANCANGAN. Hasil perancangan diambil dari dasar penggambaran konsep yang terdapat BAB VI HASIL RANCANGAN 6.1. Dasar Rancangan Hasil perancangan diambil dari dasar penggambaran konsep yang terdapat pada Bab V yaitu, konsep from nature to nature yang sesuai dengan prinsip prinsip green

Lebih terperinci

b. Kebutuhan ruang Rumah Pengrajin Alat Tenun

b. Kebutuhan ruang Rumah Pengrajin Alat Tenun BAB V PROGRAM DASAR PERENCANAAN DAN PERANCANGAN Konsep program dasar perencanaan dan perancangan yang merupakan hasil dari pendekatan perencanaan dan perancangan, yang berupa segala sesuatu mengenai kebutuhan

Lebih terperinci

4.1 IDE AWAL / CONSEPTUAL IDEAS

4.1 IDE AWAL / CONSEPTUAL IDEAS BAB IV KONSEP DESAIN 4.1 IDE AWAL / CONSEPTUAL IDEAS Beberapa pertimbangan yang muncul ketika hendak mendesain kasus ini adalah bahwa ini adalah sebuah bangunan publik yang berada di konteks urban. Proyek

Lebih terperinci

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN V.1 Dasar Perencanaan dan Perancangan Arsitektur yang didasarkan dengan perilaku manusia merupakan salah satu bentuk arsitektur yang menggabungkan ilmu pengetahuan

Lebih terperinci

Fire Extinguisher. Samisse Hydrant Hydrant

Fire Extinguisher. Samisse Hydrant Hydrant Fire Protection Pencegahan dan penaggulangan bahaya kebakaran aktif Penanggulangan bahaya kebakaran dilakukan dengan media air( dari pasokan air utama tendon atas). Adapun alat yang dipersiapkan untuk

Lebih terperinci

BAB V KONSEP PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERANCANGAN BAB V KONSEP PERANCANGAN V.1. KONSEP DASAR PERANCANGAN Dalam konsep dasar pada perancangan Fashion Design & Modeling Center di Jakarta ini, yang digunakan sebagai konsep dasar adalah EKSPRESI BENTUK dengan

Lebih terperinci

BAB VI HASIL PERANCANGAN

BAB VI HASIL PERANCANGAN BAB VI HASIL PERANCANGAN 6.1 Konsep Dasar Perancangan Konsep dasar perancangan Pusat Studi dan Budidaya Tanaman Hidroponik ini adalah Arsitektur Ekologis. Adapun beberapa nilai-nilai Arsitektur Ekologis

Lebih terperinci

5 BAB V KONSEP DASAR PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

5 BAB V KONSEP DASAR PERENCANAAN DAN PERANCANGAN 5 BAB V KONSEP DASAR PERENCANAAN DAN PERANCANGAN Konsep perancangan mengacu pada karakteristik arsitektur organik, yaitu 1. Bukan meniru bentuk dari alam tapi mengembangkan prinsip yang ada di alam Mengembangkan

Lebih terperinci

BAB V KONSEP PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERANCANGAN 5.1 Konsep Umum Perancangan BAB V KONSEP PERANCANGAN Gambar 1 Bagan Pemikiran Umum Konsep Sumber : Pemikiran Penulis Kegiatan yang ada di dalam Planetarium secara umum dapat dibagi menjadi 3 aktivitas

Lebih terperinci

BAB V KONSEP PERANCANGAN. Konsep dasar yang dipakai pada perancangan ini adalah Ekologis

BAB V KONSEP PERANCANGAN. Konsep dasar yang dipakai pada perancangan ini adalah Ekologis BAB V KONSEP PERANCANGAN 5.1 KONSEP DASAR Konsep dasar yang dipakai pada perancangan ini adalah Ekologis Berkelanjutan yaitu merupakan konsep perancangan yang menyatukan kolaborasi antara bangunan dengan

Lebih terperinci

BAB V LANDASAN PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN SEKOLAH ALAM

BAB V LANDASAN PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN SEKOLAH ALAM BAB V LANDASAN PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN SEKOLAH ALAM 5.1 Program Dasar Perencanaan 5.1.1 Pelaku Kegiatan Berdasarkan analisa pada bab sebelumnya, didapatkan jumlah pelaku kegiatan di Sekolah

Lebih terperinci

BAB VI HASIL RANCANGAN. Perancangan Kembali Citra Muslim Fashion Center di Kota Malang ini

BAB VI HASIL RANCANGAN. Perancangan Kembali Citra Muslim Fashion Center di Kota Malang ini BAB VI HASIL RANCANGAN Perancangan Kembali Citra Muslim Fashion Center di Kota Malang ini memiliki sebuah konsep berasal dari obyek yang dihubungkan dengan baju muslim yaitu Libasuttaqwa (pakaian taqwa)

Lebih terperinci

BAB V KONSEP PERANCANGAN UMUM

BAB V KONSEP PERANCANGAN UMUM BAB V KONSEP PERANCANGAN UMUM 5.1. Konsep Perancangan Umum Yogyakarta merupakan sebuah kota dengan beragam budaya dan seni. Dari Yogyakarta lahir para seniman-seniman dan arsitek-arsitek handal yang menjadi

Lebih terperinci

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN V.1. Dasar Perencanaan dan Perancangan Arsitektur Tropis merupakan salah satu bentuk arsitektur yang dapat memahami kondisi iklim tropis beserta permasalahannya.

Lebih terperinci

BAB VI PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN TERMINAL TIPE B DI KAWASAN STASIUN DEPOK BARU

BAB VI PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN TERMINAL TIPE B DI KAWASAN STASIUN DEPOK BARU BAB VI PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN TERMINAL TIPE B DI KAWASAN STASIUN DEPOK BARU Program perencanaan dan perancangan Terminal Tipe B di Kawasan Stasiun Depok Baru merupakan hasil analisa dari pendekatan-pendekatan

Lebih terperinci

BAB VI HASIL PERANCANGAN

BAB VI HASIL PERANCANGAN BAB VI HASIL PERANCANGAN Hasil perancangan merupakan aplikasi dari konsep ekowisata pada pengembangan kawasan agrowisata sondokoro yang meliputi bebera aspek, diantaranya: 6.1. Dasar Pengembangan Dasar

Lebih terperinci

BAB V KONSEP PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERANCANGAN BAB V KONSEP PERANCANGAN Konsep perancangan pada Perancangan Kembali Citra Muslim Fashion Center menggunakan tema Metafora Intangible Libasuttaqwa. Yang diperoleh dari hasil analisis yang kemudian disimpulkan(sintesis).

Lebih terperinci

BAB 6 HASIL PERANCANGAN. konsep Hibridisasi arsitektur candi zaman Isana sampai Rajasa, adalah candi jawa

BAB 6 HASIL PERANCANGAN. konsep Hibridisasi arsitektur candi zaman Isana sampai Rajasa, adalah candi jawa BAB 6 HASIL PERANCANGAN 6.1. Hasil Perancangan Hasil perancangan Pusat Seni dan Kerajinan Arek di Kota Batu adalah penerapan konsep Hibridisasi arsitektur candi zaman Isana sampai Rajasa, adalah candi

Lebih terperinci

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. kendaraan dan manusia akan direncanakan seperti pada gambar dibawah ini.

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. kendaraan dan manusia akan direncanakan seperti pada gambar dibawah ini. BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN 5.1 Konsep Perancangan Tapak 5.1.1 Pintu Masuk Kendaraan dan Manusia Dari analisa yang telah dibahas pada bab sebelumnya pintu masuk kendaraan dan manusia akan

Lebih terperinci

DENAH LT. 2 DENAH TOP FLOOR DENAH LT. 1

DENAH LT. 2 DENAH TOP FLOOR DENAH LT. 1 0.15 8.60 2.88 Pada area lantai,1 ruang parkir di perluas dari yang sebelumnya karena faktor jumlah kendaraan pada asrama yang cukup banyak. Terdapat selasar yang difungsikan sebagai ruang tangga umum

Lebih terperinci

BAB 5 KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. dengan lingkungannya yang baru.

BAB 5 KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. dengan lingkungannya yang baru. BAB 5 KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN 5.1 Dasar Perencanaan dan Perancangan Beberapa hal yang menjadi dasar perencanaan dan perancangan Asrama Mahasiwa Bina Nusantara: a. Mahasiswa yang berasal dari

Lebih terperinci