Pendahuluan. Epidemiologi

Transkripsi

1 Pendahuluan Swine influenza atau dikenal sebagai flu babi adalah penyakit pernapasan yang disebabkan oleh virus influenza A. Secara umum, penyakit flu babi mirip dengan influenza biasa (influenza Like Illness / ILI). Walaupun keduanya mengganggu pernapasan akut dan gejala penyakit yang umum, tetapi virus penyebab flu babi berbeda dengan flu biasa. 1 Swine flu disebabkan oleh serangan virus influenza tipe A yang memiliki banyak subtipe antara lain H1NI, H1N2, H3N2. Swine flu (2009) baru yang merebak saat ini diduga kuat disebabkan oleh virus influenza A subtipe H1N1. Paling umum, kasus-kasus ini terjadi pada orang dengan paparan langsung dengan babi. Gejala swine flu diperkirakan mirip dengan gejala influenza musiman manusia biasa termasuk demam, lesu, kurang nafsu makan dan batuk. Beberapa orang dengan flu babi juga telah melaporkan pilek, sakit tenggorokan, mual, muntah dan diare. 1,2 Epidemiologi Pada sekitar bulan Maret 2009, suatu perjangkitan penyakit pernapasan pertama dicatat di Mexico, yang dengan cepat dikenali sebagai penyakit yang berhubungan dengan Influenza A H1N1. Perjangkitan menyebar dengan cepat ke Amerika Serikat, Canada, dan berbagai negara lainnya. Pada 11 Juni 2009, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menaikkan tingkatan pandemi penyakit tersebut pada tingkatan yang paling tinggi, tahap 6, yang menandakan transmisi penyebaran ke masyarakat luas pada sedikitnya dua benua. Kecenderungan umum mulai 10 Januari 2010, di seluruh dunia telah ada sedikitnya kematian yang dilaporkan laboratorium kasus pandemic influenza A H1N1. 1,2 Pada satu studi pengawasan ada kemungkinan atau ditetapkan kasus tentang pandemi H1N1 penyakit Influenza di California, 31 persen pasien telah diakui sebagai unit gawat darurat dan 11 persen meninggal. Kebanyakan kematian telah dihubungkan dengan kegagalan pernapasan sebagai hasil dari radang paru-paru berat dengan penyusupan multifokal dan sindrom susah bernapas akut (ARDS). 1,2 Kira-Kira 2 dari 5 persen kasus yang ditetapkan di Amerika Serikat dan Canada sudah diperlukan perawatan rumah sakit bandingkan dengan 6 persen di Mexico. Bagaimanapun, sejak banyaknya kasus penyakit ringan yang hampir pasti dibawah pengawasan, persentase pasti dari kasus yang diperlukan perawatan rumah sakit mungkin lebih rendah dan telah 1

2 diperkirakan menjadi 0,3 persen kasus di Amerika Serikat. Pertimbangan yang paling umum untuk masuk rumah sakit adalah radang paru paru dan dehidrasi. Angka kesakitan dan kematian dilihat dari tingkatan umur telah dicatat antara anak-anak dan orang dewasa muda diseluruh dunia. Di Amerika Serikat antara 30 Agustus sampai 10 Oktober 2009, berdasarkan laporan laboratorium kasus pandemi infeksi influenza A H1N1 di AS, dilaporkan jiwa dirawat dirumah sakit. 1,2,3 Etiologi Penyebab swine influenza adalah sub type dari virus influensa A yang merupakan virus RNA berselubung dan memiliki genom yang bersegmen yang terdiri atas 8 gen. Virus influenza tipe A ini termasuk Famili Orthomyxoviridae. Virus ini erat kaitannya dengan penyebab swine influenza, equine influenza dan avian influenza (fowl plaque). Ukuran virus tersebut berdiameter nm. Virus ini digambarkan sebagai subtipe baru dari influenza tipe A (H1N1) yang sebelumnya tidak terdeteksi di babi atau manusia. Tahun 2009 virus flu babi tipe A (H1N1) triple reassortment mengandung campuran yang tidak biasa ada pada segmen gen. Pengurutan genetik sampel di Centers for Disease Control (CDC) Atlanta menunjukkan bahwa virus flu baru berisi empat segmen dari virus yang berbeda. Virus flu babi yang telah terisolasi pada babi ada 4, yaitu: H1N1, H1N2, H3N2, dan H3N1. Virus flu babi klasik yang pertama di temukan yaitu virus influenza tipe A. 3.4 Orang yang Berisiko Tinggi Bila Terinfeksi Virus Influenza rh1n1 Menurut Center for disease control and preventions (CDC and Prevention) Amerika Serikat, kelompok orang yang dianggap mempunyai risiko tinggi untuk mendapat komplikasi infeksi virus influenza H1N1 adalah sama dengan kelompok orang yang mempunyai risiko tinggi untuk mendapat komplikasi jika diinfeksi oleh influenza musiman. Kelompok tersebut yaitu : 4,5 1. Anak berumur di bawah 5 tahun dan yang mempunyai risiko paling tinggi adalah anak yang berumur kurang dari 2 tahun 2. Orang dewasa yang berumur lebih dari 65 tahun 3. Orang yang menderita: Penyakit paru kronis (termasuk asma), penyakit kardiovaskuler (kecuali hipertensi), penyakit neurologis, penyakit ginjal, hepar, hematologis (termasuk penyakit sel sickle), neuromuskuler, penyakit metabolik (termasuk diabetes) Penyakit imunosupresif, termasuk yang disebabkan oleh obat dan HIV. 2

3 Ibu hamil Orang yang berumur kurang dari 19 tahun yang mendapat pengobatan aspirin jangka panjang Orang yang bekerja di rumah perawatan dan fasilitas perawatan penyakit kronis lain Patogenesis Flu babi adalah penyakit influenza yang disebabkan oleh virus influenza tipe A yang dapat ditularkan melalui binatang, terutama babi, dan penularan dimungkinkan antar manusia. Adapun cara penularan flu babi menginfeksi manusia tiap tahun biasanya ditemukan pada orang-orang yang bersentuhan dengan babi, virus menyebar antar babi secara aerosol (udara) dan kontak (kontak tangan dengan selaput lendir), baik langsung maupun tidak langsung dengan babi yang sakit atau karier dan dapat juga melalui kontak langsung dengan penderita flu babi. Masa inkubasinya tiga sampai lima hari. Flu babi dapat menyebar 3

4 dengan cepat sekali. Virusnya dapat ditularkan dari babi ke manusia, tetapi juga sebaliknya. Maka dari itu, sebagian besar reservoir-nya adalah manusia dan babi. 4 Pada penyakit swine influenza klasik, virus masuk melalui saluran pernafasan atas kemungkinan lewat udara. Virus menempel pada trakea dan bronchi dan berkembang secara cepat yaitu dari 2 jam dalam sel epithel bronchial hingga 24 jam pos infeksi. Hampir seluruh sel terinfeksi virus dan menimbulkan eksudat pada bronchiol. Infeksi dengan cepat menghilang pada hari ke 9. Lesi akibat infeksi sekunder dapat terjadi pada paru-paru karena aliran eksudat yang berlebihan dari bronkhi. Lesi ini akan hilang secara cepat tanpa meninggalkan adanya kerusakan. Kontradiksi ini berbeda dengan lesi pneumonia enzootica babi yang dapat bertahan lama. Pneumonia sekunder biasanya karena serbuan Pasteurella multocida, terjadi pada beberapa kasus dan merupakan penyebab kematian. 4 Orang yang menderita flu babi menurut para ahli akan tetap menularkan penyakitnya sampai hari ketujuh. Jika sampai hari ketujuh ternyata penyakitnya belum membaik maka dianggap orang tersebut masih dapat menularkan penyakitnya sampai gejala flu benar benar hilang. Anak-anak khususnya balita memiliki potensi waktu penularan yang lebih panjang. Akan tetapi, periode penularan penyakit flu babi masih terggantung lagi pada jenis virus H1N1. Jika pasien di rawat di rumah maka dianjurkan untuk tidak keluar rumah dahulu sampai penyakit yang diderita benar benar sembuh kecuali yang bersangkutan segera ke dokter atau ke rumah sakit. 4 4

5 Manifestasi klinis Masa inkubasi yaitu sekitar 3 sampai 5 hari, dengan gejala yang hampir sama dengan gejala akibat virus influenza pada umumnya. Pada sebagian kecil pasien periode inkubasi dapat mencapai hingga 7 hari. 4 Infeksi yang disebabkan oleh virus H1N menyebabkan gejala klinis yang cukup luas (beragam). Sakit yang ringan tanpa adanya demam pernah dilaporkan pada 8 hingga 32% pasien yang terinfeksi. Kebanyakan pasien memperlihatkan gejala tipical seperti terserang influenza pada umumnya seperti demam dan batuk yang disertai dengan sakit tenggorokan dan rinorea. Gejala yang berkaitan dengan sistem pencernaan (gastrointestinal syndrome) seperti mual, muntah dan diare sering terjadi terutama mada orang dewasa. Dyspnea, takipnea pada anak, nyeri dada, hemoptysis atau sputum yang purulen, demam yang lama atau recurrent, perubahan status mental, manifestasi dehidrasi dan tampak adanya perburukan gejala saluran pernapasan merupakan pertanda progresivitas penyakit atau bahkan komplikasi. 4,5 Gejala utama yang harus diperhatikan untuk segera merawat pasien ke rumah sakit adalah gejala pneumonitis viral yang berhubungan dengan hipoksemia, ARDS dan terkadang adanya syok dan gagal ginjal. Gejala ini didapatkan pada sekitar 49-72% pasien di ICU akibat infeksi virus H1N Progresivitas penyakit biasnya timbul pada hari ke empat atau ke lima setelah awal onset penyakit. 4,5 Pada pemeriksaan radiologi sering dijumpai infiltrat pada alveolus dan interstisial paru secara difus, terkadang distribusinya bersifat lobar atau multilobaris, terutama pada pasien dengan ko-infeksi bakteri. Dari pemeriksaan CT-scan dada dapat dijumpai multiple area dengan gambaran opasitas, bronkogram udara dan konsolidasi alveolus, terutama pada lobus inferior. Efusi pleura ringan atau empiema dapat terjadi. 4,5 Beberapa gejala penting lainnya seperti eksaserbasi dari COPD atau asma (14-15% pasien), ko-infeksi bakteri, dan dekom[pensasi yang serius dari kondisi penyerta. Pada pasien yang dirawar di rumah sakit akibat infeksi virus H1N1, riwayat asma pernah dilaporkan pada 24-50% pasien anak dan dewasa, serta COPD pada 36% pasien dewasa. 4,5 Pada hasil pemeriksaan laboratorium pasien dengan keadaan yang berat didapatkan jumlah leukosit normal-rendah dengan limfositopenia dan peningkatan level serum aminotransferase, LDH, kreatin kinase, dan kreatinin. Miositis dan rabdomiolisis juga dapat terjadi pada kasus yang berat. Prognosis yang buruk berhubungan dengan peningkatan level 5

6 LDH, kretin kinase dan kreatinin, dan juga adanya trombositopenia serta asidosis metabolik. 4,5 Populasi khusus Pada anak-anak dengan infeksi virus H1N1 baru yang berat dapat ditandai dengan adanya iritabilitas, letargi, penurunan nafsu makan, dehidrasi hingga syok. Komplikasi dapat berupa gejala akibat ko-infeksi bakteri, ensefalopati atau ensefalitis dan ketoasidosis diabetik. Adanya bronkiolitis pada bayi dan balita memerlukan penanganan di rumah sakit. Kemungkinan transmisi transplasental dari virus H1N1 pernah dilaporkan, dan transimisi melalui jalur respiratori dari ibu yang simptomatik kepada bayinya dapat terjadi post partum. Pada bayi baru lahir yang terkena dapat dijumpai apnea, takipnea, sianosis dan letargi. Ibu hamil yang terinfeksi memiliki resiko yang tinggi untuk menderita peyakit yang berat, mengalami aborsi spontan, kelahiran prematur serta distres fetal. 4 Diagnosis Definisi kasus a. Kasus dugaan (suspek) : seseorang dengan gejala ILI disertai dengan riwayat : 2,5 Kontak dengan kasus konfirmasi virus influenza A baru H1N1 2009, 7 hari sebelum sakit Berkunjung ke daerah yang terdapat satu atau lebih kasus konfirmasi virus influenza A baru H1N1 2009, 7 hari sebelum sakit Bertempat tinggal di daerah yang terdapat satu atau lebih kasus konfirmasi b. Kasus probable : seseorang dengan gejala dugaan (suspek) dari hasil pemeriksaan laboratorium positif influenza A virus, tetapi tidak dapat mendeteksi suptipenya, atau seseorang dengan gejala klinis sesuai dengan ILI, yang meninggal karena gagal napas akut yang tidak dapat dijelaskan penyebabnya dan berhubungan secara epidemiologi dengan kasus probable atau konfirmasi. c. Kasus pasti (konfirmasi) : seseorang dari hasil pemeriksaan laboratorium terinfeksi oleh virus influenza A bari H1N1 2009, melalui satu atau lebih pemeriksaan : Real Time PCR (RT-PCR) Kultur virus 6

7 Peningkatan 4 kali antibodi spesifik virus influenza A baru H1N1 dengan tes netralisasi. Pemeriksaan Pemeriksaan Penunjang Diagnostik untuk diagnosis pandemi virus influenza A H1N1 atau flu babi telah dirilis oleh Amerika Serikat Centers for Disease Control and Prevention (CDC), yaitu sebagai berikut : 5,6,7 1. Real-time reverse transcriptase (RT)-PCR adalah pengujian yang paling sensitif dan spesifik untuk tes diagnosis pandemi infeksi virus influenza A H1N1, karena RT-PCR atau kultur virus dapat juga digunakan pada orang yang sudah meninggal yang dicurigai atau dikonfirmasikan telah infeksi Influenza A H1N1 atau flu babi. 2. Polymerase chain reaction - tes amplifikasi asam nukleat, seperti halnya real-time reverse transcriptase (RT)-PCR, adalah yang paling sensitif dan tes spesifik untuk diagnosis infeksi virus influenza. Namun, mungkin tidak tersedia dan / atau mungkin memerlukan beberapa hari untuk diproses karena banyak rumah sakit dan klinik harus mengirimkan sampel untuk diproses pada kesehatan umum atau laboratorium komersial. Hasil tes tergantung pada individu RT-PCR digunakan, serta kualitas sampel yang diperoleh. 3. Rapid tes antigen merupakan pengujian secara cepat yang menggunakan tes antigen influenza sebagai bagian dari evaluasi pasien yang diduga menderita pandemi influenza A H1N1 atau flu babi, tetapi hasilnya harus ditafsirkan dengan hati-hati. Tes antigen influenza yang tersedia secara komersial dapat membedakan antara influenza A dan B virus, tetapi tidak dapat membedakan antara berbagai subtipe influenza A (misalnya, pandemi influenza A H1N1 musiman versus H1N1 atau H3N2 influenza A). Konfirmasi pandemi influenza A H1N1 infeksi hanya dapat dilakukan oleh realtime reverse-transcriptase (RT)-PCR atau kultur virus. Tes sensitivitas antigen dengan cepat mendeteksi infeksi virus influenza A H1N1 berkisar antara persen dibandingkan dengan RRT-PCR. 4. Tes antibodi Immunofluorescent - secara langsung atau tidak langsung (DFA atau IFA) dapat membedakan antara influenza A dan B, tetapi tidak membedakan antara berbagai influenza A subtipe. Penatalaksanaan 7

8 Penatalaksanaan pasien dengan influenza A baru H1N1 2009, harus mempertimbangkan dari derajat berat ringannya penyakit, resiko terjadinya komplikasi dan hasil laboratorium. Hampir sebagian besar kasus influenza A baru H1N tidak terjadi komplikasi dan durasinya singkat. MRS dan pemberian anti virus cenderung tidak dibutuhkan untuk sebagian besar pasien. 2,5,6 Penatalaksanaan umum pasien : 2,6 1. Kasus ringan : terapi suportif seperti pemberian antipiretik, rehidrasi 2. Kasus sedang (rawat inap) : terapi simptomatis, rehidrasi, antiviral, antibiotik bila terbukti terjadi infeksi sekunder, terapi cairan dan nutrisi. 3. Kasus berat (perawatan di ICU) : Koreksi hipoksia dengan pemberian oksigen dan pemasangan ventilator untuk strategi penatalaksanaan ARDS Monitor hemodinamik untuk penatalaksanaan syok septik Antiviral dan antibiotik Nutrisi enteral dan parenteral Penatalaksanaa pasien tidak lepas dari pemberian terapi medikamentosa yaitu dengan pemberian antivirus. 4,5,8 Virus influenza A baru H1N1 sensitif terhadap neuraminidase inhibitor yaitu oseltamivir (Tamiflu) dan zanamivir (Relenza), tetapi resisten terhadap amantadine atau rimantadin. Pemberian neuraminidase inhibitor sangat penting khususnya pada kelompok dengan resiko tinggi seperti ibu hamil dan kasus berat (progresif). 4,8 Pemberian antivirus dapat menurunkan beratnya penyakit, meringankan gejala, lamanya sakit, mencegah progresifitas penyakit ke arah kematian dan mengurangi lamanya rawat inap. Dari hasil penelitian pemberian antivirus bermanfaat bila diberikan maksimal 48 jam setelah onset penyakit. Lamanya pemberian terapi yaitu 5 hari untuk pasien yang dirawat inap, untuk pasien dengan infeksi berat atau pasien yang dirawat di ICU pemberian terapi lebih lama. Jika terdapat hasil adanya infeksi sekunder karena bakteri dapat diberikan antibiotik. 4,8 8

9 Cara pencegahan Cara pencegahan menurut WHO, penyakit flu babi sampai saat ini belum ditemukan vaksinya. Namun, ada upaya yang dapat dilakukan untuk mencegah masuknya virus tersebut ke dalam tubuh dan mencegah persebarannya. 2,6 Kegiatan sehari-hari yang dapat membantu mencegah penyebaran virus : Menutup hidung dan mulut dengan tisu ketika batuk atau bersin Mencuci tangan dengan sabun dan air sesering mungkin, terutama setelah batuk atau bersin. Untuk hasil yang efektif gunakan pemersih tangan dengan bahan dasar alcohol. 9

10 Hindari menyentuh mata, hidung atau mulut, karena kuman dapat menyebar melalui hal tersebut. Hindari kontak langsung dan intensif dengan orang yang sakit. Jika sakit influenza, lebih baik istirahat dari bekerja, atau sekolah dan kurangi kontak dengan orang lain untuk menghindari penularan pada mereka. Selain itu, dapat juga dilakukan pemberian profilaksis pada : Seseorang dengan riwayat kontak dekat pasien kasus konfirmasi, probable, suspek selama periode infeksius. Pasien beresiko tinggi mengalami komplikasi. Petugas kesehatan yang kontak dengan pasien kasus konfirmasi, probable, suspek selama periode infeksius. Penutup Swine flu disebabkan oleh serangan virus influenza tipe A. Virus influenza tipe A memiliki banyak subtipe antara lain H1NI, H1N2, H3N2. Tahun 2009 virus flu babi tipe A (H1N1) triple reassortment mengandung campuran yang tidak biasa ada pada segmen gen yang mengakibatkan virus ini infeksius pada manusia. Keluhan dan gejala Influenza A H1N1 serupa dengan influenza musiman. Keluhan dan gejala influenza yang disebabkan oleh pandemi virus influenza A bervariasi pada orang dewasa dan anak-anak, diantaranya yaitu : demam,batuk dan/sakit tenggorokan, rinorea, sakit kepala dan/nyeri badan, kedinginan, kelelahan, muntah-muntah dan diare. Penatalaksanaan medikamentosa kasus swine flu yaitu dapat diberikan antiviral. Virus influenza A baru H1N1 sensitif terhadap neuraminidase inhibitor yaitu Oseltamivir (Tamiflu) dan Zanamivir (Relenza), tetapi resisten terhadap Amantadine atau Rimantadin. Pemberian neuraminidase inhibitor sangat penting khususnya pada kelompok dengan resiko tinggi seperti ibu hamil dan kasus berat (progresif). Upaya pencegahan yang dapat dilakukan dengan meningkatkan personal higiene dan perilaku hidup bersih dan sehat. Penyakit swine flu (flu babi) mempunyai prognosis yang baik, karena masa hidup virus flu babi didalam tubuh yaitu 7 hari, ditunjang dengan pengobatan yang intensif. Kemungkinan terjadinya kematian disebabkan karena penderita tidak mendapat perawatan kesehatan yang baik. 10