BAB I PENDAHULUAN. (MEA), sehingga diperlukan penyiapan tenaga kerja unggul yang kompeten di

Transkripsi

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Globalisasi dan tekanan internasional menuntut organisasi agar dapat meningkatkan kinerjanya. Salah bentuk bentuk dari globalisasi dan tekanan internasional adanya persaingan pasar global Masyarakat Ekonomi Asean (MEA), sehingga diperlukan penyiapan tenaga kerja unggul yang kompeten di bidang tertentu. Kunci pembeda dari keunggulan kompetitif di era baru ini adalah pekerja yang ada pada suatu organisasi. Pekerja diharapkan untuk memberikan sesuatu yang lebih pada organisasi, baik dari sisi usaha, keterampilan dan fleksibilitas, artinya ketika pekerja bekerja pada suatu organisasi, mereka harus dapat bekerja secara profesional guna peningkatan organisasi tersebut. Selain itu, pekerja harus bisa beradaptasi dengan tuntutan yang semakin meningkat dari berbagai macam peran yang dimilikinya maupun tuntunan dari stakeholder organisasi meskipun sumber daya yang terbatas. Oleh karena itu, organisasi perlu memonitor dan meningkatkan efektivitas pekerja dalam menyesuaikan diri terhadap tuntutan-tuntutan yang baru yang semakin meningkat. Hal ini akan menstimulasi perkembangan dan meningkatkan well-being pekerja seiring dengan meningkatnya kinerja organisasi (Rothman & Joubert, 2007). Adanya well-being pada setiap organisasi diharapkan mampu menciptakan sumber daya manusia unggul dan kompeten. Sumber daya manusia unggul dan kompeten diperlukan dalam meningkatkan kualitas dan kuantitas dalam pengelolaan sumber daya alam. 1

2 Perum Perhutani sebagai Badan Usaha Milik Negara (BUMN) mengelola sebagian besar pengelolaan hutan di Pulau Jawa yang terdiri beberapa kelas perusahaan. Salah satunya adalah kelas perusahaan hutan pinus (Pinus merkusii Jungh et de Vriese) yang perlu dilestarikan guna keberlangsungan kelestarian ekonomi dan ekologi bagi kepentingan perusahaan dan masyarakat. Adanya wellbeing untuk pekerja, biasanya perusahaan memiliki suatu standarisasi dalam melakukan suatu kegiatan yang biasaya dikenal sebagai Standar Operasional prosedur (SOP) Berdasarkan survei awal yang telah dilakukan, pada bulan Januari- Februari 2014 di RPH Kemiri terdapat sekitar 74 orang penyadap getah pinus yang berdomisili di Desa Purbayan, Kecamatan Kemiri, Kabupaten Purworejo, Jawa Tengah. Para penyadap getah menjadi pelaku penting dalam kegiatan pengelolaan hutan khususnya kegiatan penyadapan getah pinus, maka penyadap diwajibkan mematuhi aturan-aturan dalam proses penyadapan getah tersebut. Dalam melakukan kegiatan penyadapan, penyadap diwajibkan mematuhi aturanaturan atau Standar Operasional Prosedur (SOP) dalam proses penyadapan getah tersebut. SOP dibuat untuk menghidari terjadinya penyimpangan-penyimpangan dalam proses pelaksanaan kegiatan yang dapat mengganggu kinerja secara keseluruhan. Standar operasional prosedur meliputi peraturan-peraturan dalam mengaplikasikan proses-proses sesuai dengan ketentuan yang sudah ditentukan. Pelaksanaan setiap dan tugas dilakukan dengan ketepatan yang ditentukan lebih dulu untuk tiap fungsi dan tugas itu, yang bersumber pada kebijaksanaan. 2

3 Keberadaan SOP diharapkan mampu menjamin bahwa tindakan pengelolaan hutan yang diputuskan harus sesuai, aman, dan memenuhi standar. SOP diharapkan nantinya kuantitas dan kualitas hasil dari suatu proses kegiatan dapat maksimal dan memberi kentungan dalam berbagai hal terutama kesejahteraan para pengelola hutan. Selain itu, Kepatuhan terhadap SOP merupakan perilaku keselamatan spesifik terhadap objek lingkungan kerja (Geller, 2001). Standar tersebut akan menjamin keselamatan dari pengelolan hutan tersebut. Perilaku manusia merupakan sesuatu yang dapat bersifat sederhana ataupun kompleks. Sifat deferential menjadi salah satu karakteristik dari perilaku manusia yang unik dimana suatu jenis rangsangan akan menghasilkan banyak respons yang berbeda dan sebaliknya beberapa stimulus dapat menghasilkan satu respon yang sama (Azwar, 2002). Penyadap getah juga manusia yang memiliki akal untuk menentukan perilaku atau tindakan. Perilaku nantinya akan mempengaruhi setiap keputusan yang diambil termasuk penyadapan getah pinus. Berdasarkan uraian di atas peneliti tertarik untuk meneliti kepatuhan penyadap getah pinus terhadap standar operasional penyadapan di daerah Desa RPH Kemiri, BKPH Purworejo, KPH Kedu Selatan, apakah sudah sesuai dengan standar yang ditetapkan oleh pihak Perum Perhutani Rumusan Masalah Rumusan masalah dalam penelitian ini diantaranya : 1. Bagaimana karakteristik penyadap getah pinus yang terdapat di Desa Purbayan dilihat dari sudut pandang sosial ekonomi? 3

4 2. Bagaimana tingkat pemahaman penyadap getah pinus terhadap standar operasioanl prosedur penyadapan pinus yang berlaku di Perhutani? 3. Apakah para penyadap sudah patuh terhadap standar operasioal prosedur penyadapan pinus? 4. Apakah terdapat hubungan karakarkteritis penyadap getah pinus terhadap tingkat kepatuhan berdasarkan standar operasional prosedur? 1.3. Tujuan Penelitian Tujuan yang akan dicapai dalam peneltian ini diantaranya : 1. Mengetahui karakteristik sosial ekonomi penyadap getah pinus. 2. Mengetahui pemahaman penyadap terhadap standar operasional prosedur. 3. Mengetahui tingkat kepatuhan penyadap terhadap standar operasional prosedur. 4. Mengetahui hubungan antara karakteristik penyadap getah pinus terhadap tingkat kepatuhan berdasarkan standar operasional prosedur Manfaat Penelitian Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini antara lain: 1. Bagi Perum Perhutani Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi salah satu masukan bagi Perum Perhutani dalam upaya meningkatkan kinerja penyadap getah dengan penyuluhan mengenai pengelolaan hutan. 4

5 2. Bagi peneliti Memberikan gambaran informasi dan pengetahuan mengenai proses dan kondisi sebenarnya yang terdapat di lapangan dalam hal proses penyadapan dan pengelolaan hutan pinus oleh penyadap getah pinus. 3. Bagi peneliti lain Secara akademis dapat dipergunakan sebagai bahan informasi dan referensi bagi penelitian. 5