KATA PENGANTAR. Banda Aceh, Desember Tim Penyusun. Daftar Isi - i

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "KATA PENGANTAR. Banda Aceh, Desember Tim Penyusun. Daftar Isi - i"

Transkripsi

1 KATA PENGANTAR Puji dan syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas izin dan karunia-nya Laporan Akhir Pekerjaan Identifikasi dan Inventarisasi Kawasan Budidaya Tambak di Pantai Timur NAD ini dapat diselesaikan. Laporan Akhir ini dibuat untuk memenuhi ketentuan dalam kontrak kerja yang telah disepakati. Laporan ini berisikan latar belakang studi, tujuan dan sasaran pekerjaan, ruang lingkup pekerjaan, metode pekerjaan, gambaran umum wilayah kajian, keragaan tambak di pantai timur NAD, kelayakan dan daya dukung lingkungan kawasan budidaya tambak di pantai timur NAD, proyeksi produksi tambak dan kebutuhan sarana pendukung berbasis kesesuaian lahan, konsep dan strategi pengembangan kawasan budidaya tambak terpadu, indikasi program pengembangan kawasan budidaya terpadu hasil analisis dan rekomendasi dari hasil kajian di enam kabupaten. Ucapan terima kasih kami sampaikan kepada Tim Teknis Satuan Kerja BRR NAD-Nias dan semua pihak yang telah memberikan masukan dan arahan dalam penyempurnaan Laporan Akhir ini. Akhir kata, kami sebagai tim pelaksana PT. Lavita Inti Konsultan yang bekerjasama dengan PT. Demensi Ronakon berharap Laporan pekerjaan ini dapat bermanfaatan bagi pembangunan perikanan, khususnya perikanan budidaya di Provinsi NAD. Banda Aceh, Desember 2007 Tim Penyusun Identifikasi dan Inventarisasi Kawasan BudidayaTambak di Pantai Timur NAD Daftar Isi - i

2 DAFTAR ISI KATA PENGANTAR i DAFTAR ISI ii DAFTAR TABEL v DAFTAR GAMBAR xii DAFTAR LAMPIRAN xvi Bab.1 PENDAHULUAN Latar Belakang Permasalahan 1-1. Tujuan dan Sasaran Ruang Lingkup Kegiatan Hasil yang Diharapkan 1-8 Bab.2 METODE PEKERJAAN Pendekatan Studi Input Proses Output Metode Pengumpulan Data Pengumpulan Data Keragaan Tambak Pengumpulan Data Lingkungan Perairan Pengumpulan Data Keragaan Tanah Pengumpulan Data Oseanografi Pengumpulan Data Sosial Ekonomi Analisis Data Analisis Kesesuaian Lahan Tambak Analisis Oseanografi Analisis Sosial Ekonomi Analisis Spasial Sistem Informasi Geografis (SIG) Analisis Strategik 2-22 Bab. GAMBARAN UMUM WILAYAH KAJIAN Umum Kondisi Fisik Wilayah Kajian Kabupaten Bireuen Kabupaten Aceh Utara Kabupaten Aceh Timur Kota Langsa Kabupaten Aceh Tamiang Kondisi Demografi Wilayah Kajian - 18 Identifikasi dan Inventarisasi Kawasan BudidayaTambak di Pantai Timur NAD Daftar Isi - ii

3 .4 Kondisi Perikanan Budidaya di Wilayah Kajian Kondisi Umum Perikanan Budidaya di Provinsi NAD Kondisi Umum Perikanan Budidaya Tambak di Kabupaten Pidie Kondisi Umum Perikanan Budidaya Tambak di Kabupaten Bireuen Kondisi Umum Perikanan Budidaya Tambak di Kabupaten Aceh Utara Kondisi Umum Perikanan Budidaya Tambak di Kabupaten Aceh Timur Kondisi Umum Perikanan Budidaya Tambak di Kota Langsa Kondisi Umum Perikanan Budidaya Tambak di Kabupaten Aceh Tamiang - 7 Bab 4 KERAGAAN TAMBAK DI PANTAI TIMUR NANGGROE ACEH DARUSSALAM Kabupaten Pidie Lingkungan Pesisir Keragaan Teknis Tambak Sosial Ekonomi Petambak Proses Pasca Panen Hasil Budidaya Kelembagaan Perikanan Budidaya Tambak Kabupaten Bireuen Lingkungan Pesisir Keragaan Teknis Tambak Sosial Ekonomi Petambak Proses Pasca Panen Hasil Budidaya Kelembagaan Perikanan Budidaya Tambak Kabupaten Aceh Utara Lingkungan Pesisir Keragaan Teknis Tambak Sosial Ekonomi Petambak Proses Pasca Panen Hasil Budidaya Kelembagaan Perikanan Budidaya Tambak Kabupaten Aceh Timur Lingkungan Pesisir Keragaan Teknis Tambak Sosial Ekonomi Petambak Proses Pasca Panen Hasil Budidaya Kelembagaan Perikanan Budidaya Tambak Kota Langsa Lingkungan Pesisir Keragaan Teknis Tambak Sosial Ekonomi Petambak Identifikasi dan Inventarisasi Kawasan BudidayaTambak di Pantai Timur NAD Daftar Isi - iii

4 Proses Pasca Panen Hasil Budidaya Kelembagaan Perikanan Budidaya Tambak Kabupaten Aceh Tamiang Lingkungan Pesisir Keragaan Teknis Tambak Sosial Ekonomi Petambak Proses Pasca Panen Hasil Budidaya Kelembagaan Perikanan Budidaya Tambak Bab.5 KELAYAKAN DAN DAYA DUKUNG LINGKUNGAN KAWASAN BUDIDAYA TAMBAK DI PANTAI TIMUR NANGGROE ACEH DARUSSALAM Kabupaten Pidie Kabupaten Bireuen Kabupaten Aceh Utara Kabupaten Aceh Timur Kota Langsa Kabupaten Aceh Tamiang 5-1 Bab.6 PROYEKSI PRODUKSI TAMBAK DAN KEBUTUHAN SARANA PENDUKUNG BERBASIS KESESUAIAN LAHAN Proyeksi Produksi Tambak Estimasi Sarana Produksi dan Penunjangnya 6 - Bab.7 KONSEP DAN STRATEGI PENGEMBANGAN KAWASAN BUDIDAYA TAMBAK TERPADU Konsep Pengembangan Budidaya Tambak Terpadu Analisis Permasalahan dan Lingkungan Strategis Permasalahan Umum Analisis Faktor Lingkungan Strategis Strategi Pengembangan Budidaya Tambak Terpadu Arahan dan Prioritas Pengembangan Arahan Pengembangan Prioritas Pengembangan 7-17 Bab.8 INDIKASI PROGRAM PENGEMBANGAN KAWASAN BUDIDAYA TERPADU Dasar Penyusunan Indikasi Program Perumusan Indikasi Program 8 - Bab.9 PENUTUP Kesimpulan Saran dan Rekomendasi 9 - Identifikasi dan Inventarisasi Kawasan BudidayaTambak di Pantai Timur NAD Daftar Isi - iv

5 DAFTAR TABEL TABEL Halaman Tabel 2. 1 Parameter Lingkungan Perairan yang Diamati dan Alat/Metode Pengukurannya Tabel 2. 2 Parameter Kualitas Tanah Tambak yang Diukur Tabel 2. Jenis Parameter Keragaan Tanah yang Diamati Tabel 2. 4 Tujuan, Metode, Jenis dan Analisis Data Sosial Ekonomi Tabel 2. 5 Kesesuaian Lahan untuk Tambak Tabel 2. 6 Matrik SWOT (Strengths, Weaknesses, Opportinities, Threats) Tabel 2. 7 Jenis-jenis Pendekatan dan Analisis Data yang Digunakan Tabel. 1 Kabupaten/kota berdasarkan Wilayah Perairan Tabel. 2 Data Komponen Pasang Surut Stasiun Sabang Tabel. Data Komponen Pasang Surut Stasiun Blanglancang Tabel. 4 Data Komponen Pasang Surut Stasiun Teluk Aru Tabel. 5 Jumlah Penduduk dan Tingkat Kepadatannya di Pantai Timur NAD yang menjadi Wilayah Kajian Pada Tahun Tabel. 6 Kondisi Jenis Usaha Perikanan Budidaya Perikanan di Provinsi NAD periode tahun Tabel. 7 Perkembangan Produksi Menurut Jenis Usaha Perikanan Budidaya di Provinsi NAD Periode Tahun Tabel. 8 Perkembangan Nilai Produksi Menurut Jenis Usaha Perikanan Budidaya di Provinsi NAD Periode Tahun Tabel Jumlah Rumah Tangga Pembudidaya Ikan Menurut Usahanya di Provinsi NAD Periode Tahun Tabel. 10 Produktivitas Usaha Perikanan Budidaya Perikanan di Provinsi NAD periode tahun Tabel. 11 Perkembangan Luas Areal, Jumlah RTP dan Ratio Luasan Usaha di Kabupaten Pidie Periode Tahun Tabel. 12 Perkembangan Produksi dan Nilai Produksi Perikanan Budidaya Tambak di Kabupaten Pidie Periode Tahun Tabel. 1 Daftar Tambak yang Direhabilitasi di Kabupaten Pidie Tahun 2006 dan Tabel. 14 Perkembangan Luas Areal, Jumlah RTP dan Petani Tambak di Kabupaten Bireuen Periode Tahun Identifikasi dan Inventarisasi Kawasan BudidayaTambak di Pantai Timur NAD Daftar Isi - v

6 Tabel. 15 Perkembangan Produksi dan Nilai Produksi Perikanan Budidaya Tambak di Kabupaten Bireuen Periode Tahun Tabel. 16 Daftar Tambak yang Direhabilitasi di Kabupaten Bireuen Tahun 2006 dan Tabel. 17 Perkembangan Luas Areal, Jumlah RTP dan Petani Tambak di Kabupaten Aceh Utara Periode Tahun Tabel. 18 Perkembangan Produksi dan Nilai Produksi Perikanan Budidaya Tambak di Kabupaten Aceh Utara Periode Tahun Tabel. 19 Daftar Tambak yang Direhabilitasi di Kabupaten Aceh Utara Tahun 2006 dan Tabel. 20 Perkembangan Luas Areal, Jumlah RTP dan Petani Tambak di Kabupaten Aceh Timur Periode Tahun Tabel. 21 Perkembangan Produksi dan Nilai Produksi Perikanan Budidaya Tambak di Kabupaten Aceh Timur Periode Tahun Tabel. 22 Daftar Tambak yang Direhabilitasi di Kabupaten Aceh Timur Tahun Tabel. 2 Perkembangan Luas Areal, Jumlah RTP dan Petani Tambak di Kota Langsa Periode Tahun Tabel. 24 Perkembangan Produksi dan Nilai Produksi Perikanan Budidaya Tambak di Kota Langsa Periode Tahun Tabel. 25 Daftar Tambak yang Direhabilitasi di Kota Langsa Tahun Tabel. 26 Perkembangan Luas Areal, Jumlah RTP dan Petani Tambak di Kabupaten Aceh Tamiang Periode Tahun Tabel. 27 Perkembangan Produksi dan Nilai Produksi Perikanan Budidaya Tambak di Kabupaten Aceh Tamiang Periode Tabel. 28 Daftar Tambak yang Direhabilitasi di Kabupaten Aceh Tamiang Tahun Tabel 4. 1 Hasil Pengukuran Parameter Fisik Lingkungan di Tujuh Lokasi Berbeda Tabel 4. 2 Parameter Lingkungan di Perairan Muara, Dalam Tambak dan Saluran Tambak di Kabupaten Pidie Tabel 4. Luas Lahan Tambak di Kabupaten Pidie Tabel 4. 4 Luas Tambak, Tahun Terakhir Operasional, Luas Tambak menurut Komoditas, Luas Tambak Aktif dan Luas Tambak yang Tidak Ada Data Peruntukan di Kabupaten Pidie Identifikasi dan Inventarisasi Kawasan BudidayaTambak di Pantai Timur NAD Daftar Isi - vi

7 Tabel 4. 5 Tabel 4. 6 Tabel 4. 7 Tabel 4. 8 Tabel 4. 9 Jenis Budidaya Monokultur, Padat Tebar, Produksi dan Waktu Produksi Tambak di tiap Desa Di Kabupaten Pidie Sumber/Produsen Benih untuk Komoditas Budidaya Tambak pada Semua Kecamatan di Kabupaten Pidie Pendapatan dan R/C Pembudidaya Responden di Kabupaten Pidie menurut Kecamatan Tahun Jumlah Pemilik, Pemilik-Penggarap dan Penggarap Tambak menurut Desa dan Kecamatan di Kabupaten Pidie, Total Luas Tambak, Sebaran Luasan dan Rata-rata Luas per Pemilik menurut Desa dan Kecamatan di Kab. Pidie, Tabel Jumlah Petakan, Kisaran Jumlah Petakan dan Ratarata Petakan per Pemilik menurut Desa dan Kecamatan di Kab. Pidie, Tabel Jumlah Pembudidaya berdasar Komoditas dan Sebaran Tahun Terakhir Produksi menurut Desa dan Kecamatan di Kab. Pidie Tahun Tabel Daftar Nama Penyuluh menurut Wilayah Kerja di Kabupaten Pidie Tahun Tabel 4. 1 Hasil Pengukuran Parameter Fisik Lingkungan di Dua Belas Lokasi Berbeda Tabel Parameter Lingkungan di Perairan Muara, Dalam Tambak dan Saluran Tambak di Kabupaten Bireuen Tabel Luas Lahan Tambak di Kabupaten Bireuen Tabel Luas Tambak, Tahun Terakhir Operasional, Luas Tambak menurut Komoditas, Luas Tambak Aktif dan Luas Tambak yang Tidak Ada Data Peruntukan di Kabupaten Bireuen Tabel Padat Tebar, Kisaran Produksi dan Tahun Produksi Budidaya Tambak Menurut Desa Di Kabupaten Bireuen Tabel Sumber/Produsen Benih untuk Komoditas Budidaya Tambak pada Semua Kecamatan di Kabupaten Bireuen Tabel Pendapatan dan R/C Pembudidaya Responden di Kabupaten Bireuen menurut Kecamatan Tahun Tabel Jumlah Pemilik, Pemilik Penggarap dan Penggarap Tambak menurut Desa dan Kecamatan di Kab. Bireuen Tahun Tabel Total Luas Tambak, Sebaran Luasan dan Rata-rata Luas per Pemilik menurut Desa dan Kecamatan di Kab. Bireuen Tahun Tabel Jumlah Petakan, Kisaran Jumlah Petakan dan Ratarata Petakan per Pemilik menurut Desa dan Kecamatan di Kab. Bireuen Tahun Identifikasi dan Inventarisasi Kawasan BudidayaTambak di Pantai Timur NAD Daftar Isi - vii

8 Tabel 4. 2 Jumlah Pembudidaya berdasar Komoditas dan Sebaran Tahun Terakhir Produksi menurut Desa dan Kecamatan di Kab. Bireuen Tahun Tabel Daftar Nama Penyuluh menurut Wilayah Kerja di Kabupaten Bireuen Tahun Tabel Hasil Pengukuran Parameter Fisik Lingkungan di Empat Lokasi Berbeda Tabel Parameter Lingkungan di Perairan Muara, Dalam Tambak dan Saluran Tambak di Kabupaten Aceh Utara Tabel Luas Lahan Tambak di Kabupaten Aceh Utara Tabel Luas Tambak, Tahun Terakhir Operasional, Luas Tambak menurut Komoditas, Luas Tambak Aktif dan Luas Tambak yang Tidak Ada Data Peruntukan di Kabupaten Aceh Utara Tabel Padat Tebar, Kisaran Produksi dan Tahun Produksi Budidaya Tambak Menurut Desa Di Kabupaten Aceh Utara Tabel 4. 0 Sumber/Produsen Benih untuk Komoditas Budidaya Tambak pada Semua Kecamatan di Kabupaten Aceh Utara Tabel 4. 1 Pendapatan dan R/C Pembudidaya Responden di Kabupaten Aceh Utara menurut Kecamatan Tahun Tabel 4. 2 Jumlah Pemilik, Pemilik-Penggarap dan Penggarap Tambak menurut Desa dan Kecamatan di Kabupaten Aceh Utara Tahun Tabel 4. Total Luas Tambak, Sebaran Luasan dan Rata-rata Luas per Pemilik menurut Desa dan Kecamatan di Kabupaten Aceh Utara Tahun Tabel 4. 4 Jumlah Petakan, Kisaran Jumlah Petakan dan Ratarata Petakan per Pemilik menurut Desa dan Kecamatan di Kabupaten Aceh Utara Tahun Tabel 4. 5 Jumlah Pembudidaya berdasar Komoditas dan Sebaran Tahun Terakhir Produksi menurut Desa dan Kecamatan di Kabupaten Aceh Utara Tahun Tabel 4. 6 Daftar Nama Penyuluh menurut Wilayah Kerja di Kabupaten Aceh Utara Tahun Tabel 4. 7 Hasil Pengukuran Parameter Fisik Lingkungan di Empat Lokasi Berbeda Tabel 4. 8 Parameter Lingkungan di Perairan Muara, Dalam Tambak dan Saluran Tambak di Kabupaten Aceh Timur Tabel 4. 9 Luas lahan tambak di Kabupaten Aceh Timur Tabel Luas Tambak, Tahun Terakhir Operasional, Luas Tambak menurut Komoditas, Luas Tambak Aktif dan Luas Tambak yang Tidak Ada Data Peruntukan di Kabupaten Aceh Timur Identifikasi dan Inventarisasi Kawasan BudidayaTambak di Pantai Timur NAD Daftar Isi - viii

9 Tabel Padat Tebar, Kisaran Produksi dan Tahun Produksi Budidaya Tambak Menurut Desa Di Kabupaten Aceh Timur Tabel Sumber/Produsen Benih untuk Komoditas Budidaya Tambak pada Semua Kecamatan di Kabupaten Aceh Timur Tabel 4. 4 Pendapatan dan R/C Pembudidaya Responden di Kabupaten Aceh Timur menurut Kecamatan Tahun Tabel Jumlah Pemilik, Pemilik yang Menggarap dan Penggarap Tambak menurut Desa dan Kecamatan di Kabupaten Aceh Timur Tahun Tabel Total Luas Tambak, Sebaran Luasan dan Rata-rata Luas per Pemilik menurut Desa dan Kecamatan di Kabupaten Aceh Timur Tahun Tabel Jumlah Petakan, Kisaran Jumlah Petakan dan Ratarata Petakan per Pemilik menurut Desa dan Kecamatan di Kabupaten Aceh Timur Tahun Tabel Jumlah Pembudidaya berdasar Komoditas dan Sebaran Tahun Terakhir Produksi menurut Desa dan Kecamatan di Kabupaten Aceh Timur Tahun Tabel Daftar Nama Penyuluh menurut Wilayah Kerja di Kabupaten Aceh Timur Tahun Tabel Parameter Lingkungan di Perairan Muara, Dalam Tambak dan Saluran Tambak di Kota Langsa Tabel Luas Lahan Tambak di Kabupaten Langsa Tabel Luas Tambak, Tahun Terakhir Operasional, Luas Tambak menurut Komoditas, Luas Tambak Aktif dan Luas Tambak yang Tidak Ada Data Peruntukan di Kota Langsa Tabel Padat Tebar, Kisaran Produksi dan Tahun Produksi Budidaya Tambak Menurut Desa di Kota Langsa Tabel 4. 5 Sumber/Produsen Benih untuk Komoditas Budidaya Tambak di Kabupaten Langsa Tabel Pendapatan dan R/C Pembudidaya Responden di Kota Langsa menurut Kecamatan Tahun Tabel Jumlah Pemilik, Pemilik yang Menggarap dan Penggarap Tambak menurut Desa dan Kecamatan di Kota Langsa Tahun Tabel Total Luas Tambak, Sebaran Luasan dan Rata-rata Luas per Pemilik menurut Desa dan Kecamatan di Kota Langsa Tahun Tabel Jumlah Petakan, Kisaran Jumlah Petakan dan Ratarata Petakan per Pemilik menurut Desa dan Kecamatan di Kota Langsa Tahun Tabel Jumlah Pembudidaya berdasar Komoditas dan Sebaran Tahun Terakhir Produksi menurut Desa dan Kecamatan di Kota Langsa Tahun Identifikasi dan Inventarisasi Kawasan BudidayaTambak di Pantai Timur NAD Daftar Isi - ix

10 Tabel Nama-nama Kelompok Pembudidaya Tambak di Kecamatan Langsa Barat dan Langsa Timur Tabel Daftar Nama Penyuluh menurut Wilayah Kerja di Kota Langsa Tahun Tabel Nama-nama Perusahaan Interinsuler yang Bergerak dalam Bidang Pemasaran Komoditas Perikanan di Kota Langsa Tabel Hasil Pengukuran Parameter Fisik Lingkungan di Tiga Lokasi Berbeda Tabel 4. 6 Parameter Lingkungan di Perairan Muara, Dalam Tambak dan Saluran Tambak di Kabupaten Aceh Tamiang Tabel Luas lahan tambak di Kabupaten Aceh Tamiang Tabel Luas Tambak, Tahun Terakhir Operasional, Luas Tambak menurut Komoditas, Luas Tambak Aktif dan Luas Tambak yang Tidak Ada Data Peruntukan di Kabupaten Aceh Tamiang Tabel Padat Tebar, Kisaran Produksi dan Tahun Produksi Budidaya Tambak Menurut Desa di Kabupaten Aceh Tamiang Tabel Sumber/Produsen Benih untuk Komoditas Budidaya Tambak pada Semua Kecamatan di Kabupaten Aceh Tamiang Tabel Pendapatan dan R/C Pembudidaya Responden di Kabupaten Aceh Tamiang menurut Kecamatan Tahun Tabel Jumlah Pemilik, Pemilik Penggarap dan Penggarap Tambak menurut Desa dan Kecamatan di Kabupaten Aceh Tamiang Tahun Tabel Total Luas Tambak, Sebaran Luasan dan Rata-rata Luas per Pemilik menurut Desa dan Kecamatan di Kabupaten Aceh Tamiang Tahun Tabel Jumlah Petakan, Kisaran Jumlah Petakan dan Ratarata Petakan per Pemilik menurut Desa dan Kecamatan di Kabupaten Aceh Tamiang Tahun Tabel Jumlah Pembudidaya berdasar Komoditas dan Sebaran Tahun Terakhir Produksi menurut Desa dan Kecamatan di Kabupaten Aceh Taming Tahun Tabel 4. 7 Nama-nama Kelompok Pembudidaya Tambak di Kecamatan Bunda Mulia dan Manyak Payed Tabel Nama-nama Perusahaan Interinsuler yang Bergerak dalam Bidang Pemasaran Komoditas Perikanan di Kabupaten Aceh Tamiang Tabel 5. 1 Kriteria Kesesuaian Lahan untuk Budidaya Tambak Tabel 5. 2 Peruntukan Pengembangan Budidaya Tambak Sesuai Prioritas Kesesuaian Komoditi Identifikasi dan Inventarisasi Kawasan BudidayaTambak di Pantai Timur NAD Daftar Isi - x

11 Tabel 5. Tabel 5. 4 Tabel 5. 5 Tabel 5. 6 Tabel 5. 7 Tabel 5. 8 Daya Dukung dan Luas Tambak yang Direkomendasikan di Kabupaten Pidie Daya Dukung dan Luas Tambak yang Direkomendasikan di Kabupaten Bireuen Daya Dukung dan Luas Tambak yang Direkomendasikan di Kabupaten Aceh Utara Daya Dukung dan Luas Tambak yang Direkomendasikan di Kabupaten Aceh Timur Daya Dukung dan Luas Tambak yang Direkomendasikan di Kota Langsa Daya Dukung dan Luas Tambak yang Direkomendasikan di Kabupaten Aceh Tamiang Tabel 6. 1 Luas Lahan Tambak Eksisting dan Lahan Tambak yang Sesuai Daya Dukung di Lokasi Kajian Tabel 6. 2 Proyeksi Produksi Budidaya Tambak Udang di Lokasi Kajian Berdasarkan Pendekatan Kesesuaian Lahan Tabel 6. Proyeksi Produksi Budidaya Tambak Bandeng di Lokasi Kajian Berdasarkan Pendekatan Kesesuaian Lahan Tabel 6. 4 Estimasi Kebutuhan Ideal Benih dan Hatchery Udang di Setiap Lokasi Kajian Berdasarkan Pendekatan Produksi dari Kesesuaian Lahan Tambak Tabel 6. 5 Estimasi Kebutuhan Pakan Udang di Setiap Lokasi Kajian Berdasarkan Pendekatan Produksi Udang di Kategori Lahan Sesuai Tabel 6. 6 Estimasi Kebutuhan Es di Setiap Lokasi Kajian Berdasarkan Pendekatan Kesesuaian Lahan Tabel 6. 7 Estimasi Kebutuhan Pabrik Es dengan Kapasitas 10 Ton/Hari di Setiap Lokasi Kajian Berdasarkan Pendekatan Kesesuaian Lahan Tabel 7. 1 Unsur-Unsur Faktor Lingkungan Internal Tabel 7. 2 Unsur-unsur Faktor Lingkungan Eksternal Tabel 8. 1 Tabel 8. 2 Perbandingan Produksi Budidaya Tambak Sebelum dan Setelah Tsunami pada 6 Daerah Kajian Matrik Indikasi Program Pengembangan Budidaya Tambak Terpadu Identifikasi dan Inventarisasi Kawasan BudidayaTambak di Pantai Timur NAD Daftar Isi - xi

12 DAFTAR GAMBAR Halaman Gambar 1.1 Gambar 2. 1 Gambar 2. 2 Lokasi Kegiatan Pantai Timur NAD meliputi Kabupaten Pidie, Kabupaten Bireuen, Kabupaten Aceh Utara, Kota Langsa, Kabupaten Aceh Timur dan Kabupaten Aceh Tamiang Kerangka Pendekatan Studi Identifikasi dan Inventarisasi Kawasan Budidaya Tambak di Pantai Timur NAD Diagram Proses Penyusunan Sistem Informasi Geografis dan Peta Tematik Gambar. 1 Peta Geografi Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam (Bakosurtanal, 2006) Gambar. 2 Mawar Angin dari Persentase Kejadian Angin Rerata Periode Gambar. Mawar Angin dari Persentase Kejadian Angin Maksimum Periode Gambar. 4 Curah Hujan Bulanan di Daerah Studi (Sumber: Stasiun Klimatologi Bandara Blang Bintang) Gambar. 5 Curah Hujan Tahunan di Daerah Studi (Sumber: Stasiun Klimatologi Bandara Blang Bintang) Gambar. 6 Gambaran Umum Kedalaman Air di Perairan Pantai Utara-Timur NAD Gambar. 7 Fluktuasi Muka Laut di Stasiun Sabang pada 1 0 September Gambar. 8 Fluktuasi Muka Laut di Stasiun Blanglancang pada 1 0 September Gambar. 9 Fluktuasi Muka Laut di Stasiun Teluk Aru pada 1 0 September Gambar. 10 Perbandingan Pasang Surut di Stasiun Sabang, Blanglancang dan Teluk Aru selama 2 hari (1- September 2007) Gambar. 11 Peta Penggunaan Lahan di Provinsi NAD Gambar. 12 Foto Salah Satu Daerah Pertambakan di Kabupaten Pidie Gambar. 1 Foto Salah Satu Daerah Pertambakan di Kabupaten Bireuen Gambar. 14 Foto Salah Satu Daerah Pertambakan di Kabupaten Aceh Utara Gambar. 15 Foto Salah Satu Daerah Pertambakan di Kabupaten Aceh Timur Identifikasi dan Inventarisasi Kawasan BudidayaTambak di Pantai Timur NAD Daftar Isi - xii

13 Gambar. 16 Foto Salah Satu Daerah Pertambakan di Kota Langsa Gambar. 17 Foto Salah Satu Sungai Sebagai Sumber Air untuk Daerah Pertambakan di Kabupaten Aceh Tamiang Gambar 4. 1 Lokasi Sampling Parameter Fisik Lingkungan di Kabupaten Pidie Gambar 4. 2 Tampak Atas Areal Tambak di Kabupaten Pidie Gambar 4. Transek untuk Melihat Profil Kelerengan Lahan dan Kedalaman di Kabupaten Pidie Gambar 4. 4 Profil Kelerengan Lahan dan Kedalaman pada Transek A dan B di Kabupaten Pidie Gambar 4. 5 Profil Kelerengan Lahan dan Kedalaman pada Transek C di Kabupaten Pidie Gambar 4. 6 Peta Kedalaman Laut di Pantai Kabupaten Pidie Gambar 4. 7 Peta Kedalaman Laut di Pantai Kabupaten Pidie Gambar 4. 8 Beberapa Pohon Mangrove di Dalam Tambak di Gambar 4. 9 Kabupaten Pidie Contoh Digitasi Saluran Primer Tambak di Kabupaten Pidie (Google 2007) Gambar Foto Salah Satu Contoh Saluran Tambak di Kabupaten Pidie Gambar Kondisi Tambak dan Pintu Air yang Tidak Terawat di Kabupaten Bireuen Gambar Vegetasi Kelapa di Pinggiran Tambak di Kabupaten Bireuen Gambar 4. 1 Lokasi Sampling Parameter Fisik Lingkungan di Kabupaten Bireuen Gambar Tampak Atas Salah Satu Areal Tambak di Kabupaten Bireuen Gambar Transek untuk Melihat Profil Kelerengan Lahan dan Kedalaman Laut di Kabupaten Bireuen Gambar Profil Kelerengan Lahan dan Kedalaman Pada Transek A dan B di Kabupaten Bireuen Gambar Profil Kelerengan Lahan dan Kedalaman pada Transek C dan D di Kabupaten Bireuen Gambar Peta Kedalaman Laut di Pantai Utara Kabupaten Bireuen Gambar Peta Kedalaman Laut di Pantai Utara Kabupaten Bireuen Gambar Contoh Digitasi Saluran Tambak di Kabupaten Bireuen (Foto udara, BRR 2006) Gambar Foto Tambak dan Saluran-Salurannya di Kabupaten Bireuen Gambar Lokasi sampling Lingkungan Fisik di Kabupaten Aceh Utara Gambar 4. 2 Bentangan Tambak yang Masih Aktif dengan Kondisi yang Masih Relatif Baik Gambar Tampak Atas Areal Tambak di Kabupaten Aceh Utara Identifikasi dan Inventarisasi Kawasan BudidayaTambak di Pantai Timur NAD Daftar Isi - xiii

14 Gambar Transek untuk Melihat Profil Kelerengan Lahan dan Kedalaman di Kabupaten Aceh Utara Gambar Profil Kelerengan Lahan dan Kedalaman pada Transek A dan B di Kabupaten Aceh Utara Gambar Profil Kelerengan Lahan dan Kedalaman pada Transek C di Kabupaten Aceh Utara Gambar Peta Kedalaman Laut di Pantai Utara Kabupaten Aceh Utara Gambar Contoh Digitasi Saluran Tambak di Kabupaten Aceh Utara (Google 2007) Gambar 4. 0 Foto Tambak dan Saluran-Salurannya di Salah Satu Lokasi di Kabupaten Aceh Utara Gambar 4. 1 Kondisi Tambak Yang Tidak Aktif di Kabupaten Aceh Timur Gambar 4. 2 Vegetasi Mangrove di Sekitar Kawasan Tambak di Kabupaten Aceh Timur Gambar 4. Lokasi Sampling di Kabupaten Aceh Timur Gambar 4. 4 Transek untuk Melihat Profil Kelerengan Lahan dan Kedalaman di Kabupaten Aceh Timur Gambar 4. 5 Profil Kelerengan Lahan dan Kedalaman pada Transek A dan B di Kabupaten Aceh Timur Gambar 4. 6 Profil Kelerengan Lahan dan Kedalaman pada Transek C di Kabupaten Aceh Timur Gambar 4. 7 Peta Kedalaman Laut di Pantai Kabupaten Aceh Timur Gambar 4. 8 Peta Kedalaman Laut di Pantai Kabupaten Aceh Timur Gambar 4. 9 Contoh Digitasi Saluran Tambak di Kabupaten Aceh Timur (Google 2007) Gambar Salah Satu Foto Saluran Tambak di Kabupaten Aceh Timur Gambar Kondisi Jalan yang Baik di Kawasan Tambak di Kota Langsa Gambar Lokasi Sampling Tambak di Kota Langsa Gambar 4. 4 Vegetasi Mangrove di Sekitar Kawasan Tambak di Kota Langsa Gambar Tampak Atas Areal Tambak di Kota Langsa Gambar Transek untuk Melihat Profil Kelerengan Lahan dan Kedalaman di Kota Langsa Gambar Profil Kelerengan Lahan dan Kedalaman pada Transek A dan B di Kota Langsa Gambar Profil Kelerengan Lahan dan Kedalaman pada Transek C di Kota Langsa Gambar Peta kedalaman laut di Pantai timur Kota Langsa Gambar Contoh Digitasi Saluran Primer Tambak di Kota Langsa (Google 2007) Gambar Foto Salah Satu Saluran Tambak di Kota Langsa Identifikasi dan Inventarisasi Kawasan BudidayaTambak di Pantai Timur NAD Daftar Isi - xiv

15 Gambar Saluran Utama (Primer) Tambak yang Merupakan Sungai Kecil Gambar Lokasi Sampling di Kabupaten Aceh Tamiang Gambar 4. 5 Tampak Atas Areal Tambak di Kabupaten Aceh Tamiang Gambar Transek untuk Melihat Profil Kelerengan Lahan dan Kedalaman di pantai timur Aceh Tamiang Gambar Profil Kelerengan Lahan dan Kedalaman pada Transek A dan B di Kabupaten Aceh Tamiang Gambar Profil Kelerengan Lahan dan Kedalaman pada Transek C di Kabupaten Aceh Tamiang Gambar Peta Kedalaman Laut di Pantai Kabupaten Aceh Tamiang Gambar Contoh Hasil Digitasi Saluran Primer Tambak di Kabupaten Aceh Tamiang (Google 2007) Gambar Foto Tambak dan Saluran-salurannya Kabupaten Aceh Tamiang Gambar Tanaman Darat dan Kebun Kelapa Sawit di atas Lahan Bekas Tambak di Kabupaten Aceh Tamiang Gambar 5. 1 Peta Kesesuaian Lahan Tambak di Kabupaten Pidie Gambar 5. 2 Peta Kesesuaian Lahan Tambak di Kabupaten Bireuen Gambar 5. Peta Kesesuaian Lahan Tambak di Kabupaten Aceh Utara Gambar 5. 4 Peta Kesesuaian Lahan Tambak di Kabupaten Aceh Timur Gambar 5. 5 Peta Kesesuaian Lahan Tambak di Kota Langsa dan Kabupaten Aceh Tamiang Identifikasi dan Inventarisasi Kawasan BudidayaTambak di Pantai Timur NAD Daftar Isi - xv

16 DAFTAR LAMPIRAN Halaman Lampiran 1. Galeri Foto Kegiatan Survei Lapangan... L - 1 Lampiran 2. Daya Dukung Lingkungan Untuk Pengembangan Budidaya Tambak Di Kabupaten Pidie... L - 1 Lampiran. Daya Dukung Lingkungan Untuk Pengembangan Budidaya Tambak Di Kabupaten Bireuen... L - 18 Lampiran 4. Daya Dukung Lingkungan Untuk Pengembangan Budidaya Tambak Di Kabupaten Aceh Utara... L - 2 Lampiran 5. Daya Dukung Lingkungan Untuk Pengembangan Budidaya Tambak Di Kabupaten Aceh Timur... L - 28 Lampiran 6. Daya Dukung Lingkungan Untuk Pengembangan Budidaya Tambak Di Kota Langsa... L - Lampiran 7. Daya Dukung Lingkungan Untuk Pengembangan Budidaya Tambak Di Kabupaten Aceh Tamiang... L - 6 Lampiran 8. Luas Kesesuaian Lahan Untuk Budidaya Tambak Di Lokasi Kajian... L - 41 Lampiran 9. Hasil Analisis Laboratorium... L - 4 Identifikasi dan Inventarisasi Kawasan BudidayaTambak di Pantai Timur NAD Daftar Isi - xvi

17 Bab.1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pencanangan Revitalisasi Pertanian, Perikanan dan Kehutanan (RPPK) oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono pada tanggal 11 Juni 2005 di Jatiluhur Jawa Barat pada dasarnya merupakan momentum akselerasi pembangunan untuk mewujudkan kebijakan Triple-P (Pro-growth, Pro-poor dan Pro-job) dan dimulainya peningkatan investasi swasta dan pemerintah di bidang Pertanian, Perikanan dan Kehutanan untuk jangka panjang hingga tahun Substansi pokok RPPK adalah strategi umum untuk: (1) meningkatkan kesejahteraan petani, nelayan dan petani hutan; (2) meningkatkan daya saing produk pertanian, perikanan dan kehutanan; serta () menjaga kelestarian sumberdaya pertanian, perikanan dan kehutanan. Sementara itu, arah kebijakan RPPK adalah mendorong diversifikasi, peningkatan produktivitas dan nilai tambah produk pertanian, peternakan, perkebunan, perikanan dan kehutanan. Hal ini mengandung makna perlunya dilakukan reorientasi dalam sistem produksi pertanian dalam arti luas, yakni dari pendekatan komoditas ke pendekatan produk. Dalam implementasinya, upaya-upaya ke arah peningkatan pasca panen (pengolahan dan pemasaran) harus lebih diintensifkan lagi dan mendapat prioritas tinggi dalam pembangunan ke (tiga) sektor tersebut. Apabila usaha pengolahan dan pemasaran berkembang, maka dapat menjadi lokomotif bagi pengembangan usaha di bagian hulunya. Di bidang perikanan, revitalisasi pengolahan dan pemasaran mencakup (tiga) aspek, yaitu (1) peningkatan mutu dan keamanan pangan, (2) pengembangan produk (product development), dan () penguatan serta pengembangan pemasaran hasil perikanan. Peningkatan mutu dan keamanan pangan dilakukan dalam rangka meningkatkan sediaan (pasok) Bab 1-1

18 bahan baku yang memenuhi standar mutu industri pengolahan di dalam negeri dan meningkatkan daya saing produk perikanan Indonesia di pasar global. Sedangkan pengembangan produk dimaksudkan untuk menggeser dominasi produk benilai tambah rendah (low added-value product) dalam struktur produksi perikanan di Indonesia, diganti oleh produk bernilai tambah tinggi (high added-value products). Sementara itu, penguatan dan pengembangan pemasaran dimaksudkan untuk mempertahankan pangsa pasar yang telah dikuasai dan meningkatkan akses pasar, baik domestik maupun internasional. Secara nasional revitalisasi perikanan mencakup (tiga) komoditas yang telah ditetapkan untuk dikembangkan, yaitu Tuna, Udang dan Rumput Laut, sebagai harapan dapat menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari dokumen revitalisasi perikanan secara keseluruhan. Khusus bagi perikanan budidaya sebagai unggulan komoditasnya adalah udang, bandeng dan rumput laut yang dibudidayakan di kawasan pantai seluruh Indonesia dengan teknologi yang berwawasan lingkungan dan sesuai dengan konsep Aquaculture Ecology Zone. Revitalisasi perikanan budidaya difokuskan terhadap udang hasil budidaya, yaitu jenis Udang Windu dan Vaname serta diarahkan untuk meningkatkan nilai tambah dan ekspor komoditas tersebut. Hal itu akan dilakukan melalui peningkatan mutu dan keamanan produk, pengembangan produk (product development) dari produk-produk bernilai rendah (low value products) ke produk-produk bernilai tinggi (high value products) serta penguatan dan pengembangan pemasaran luar negeri. Sesuai dengan arah pengembangan dan tren permintaan pasar tersebut di atas, apabila mempertimbangkan asumsi produksi udang sebesar ton, pemanfaatan produksi untuk ekspor sebesar 72%, komposisi ekspor terdiri dari bentuk block frozen (head-less) 65% dan bentuk value added 65%, sehingga pada 5 (lima) tahun ke depan (2012) perolehan devisa hanya dari ekspor komoditas udang tambak saja diperkirakan mencapai US $ 2,57 milyar. Bab 1-2

19 1.2 Permasalahan Areal lahan bagi kegiatan perikanan budidaya tambak di wilayah pesisir Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam (NAD) pada tahun 2004 diperkirakan mencapai luas sekitar 6.916,9 Ha. Dari total luasan tersebut, sekitar 96% atau seluas 5.98, Ha tambak berada di kawasan pantai timur NAD dan hanya sekitar 4% atau seluas 1.518,6 Ha yang berada di kawasan pantai barat NAD. Kegiatan budidaya tambak di provinsi ini meliputi kegiatan budidaya tambak yang dikelola secara intensif, semi-intensif dan tradisional. Selanjutnya, jenis komoditas budidaya perikanan tambaknya yang telah dikembangkan sampai saat ini adalah ikan bandeng, udang, dengan produksi total pada tahun 2005 tercatat sebanyak 22.74,6 ton. Berdasarkan pendekatan luasan areal tambak yang ada, maka dapat diestimasi produktivitas tambak rata-rata di provinsi ini, yakni sekitar 0,606 ton/ha. Tingkat produktivitas tersebut, secara teknis budidaya perikanan tambak masih termasuk ke dalam kategori produktivitas rendah. Kemudian, perbedaan jumlah luasan areal tambak antara kawasan pantai barat dan pantai timur yang sangat besar di provinsi ini, memang karena adanya perbedaan potensi lahan sebagai akibat sifat alamiah dan daya dukung lahan, yang berbeda. Diduga yang paling berpengaruh dalam perkembangan luasan areal pertambakan ini adalah adanya perbedaan tipe tanah dan kondisi topografi yang cukup besar antara kawasan pantai barat dan kawasan pantai timur Provinsi NAD. Kawasan budidaya tambak di pantai timur NAD tersebar di beberapa kabupaten mulai dari Kabupaten Pidie yang berada di sebelah utara Pantai Timur NAD hingga Kabupaten Aceh Tamiang yang berada di sebelah selatan Pantai Timur NAD. Permasalahan utama yang terjadi untuk pengembangan budidaya perikanan tambak di wilayah pesisir NAD adalah sebagian kawasan tambak yang turut mengalami kerusakan, baik sarana maupun prasarananya, akibat adanya tsunami pada akhir tahun 2004 yang lalu, yakni mulai dari Kabupaten Aceh Barat ke pantai utara dan timur sampai ke Kabupaten Aceh Utara. Sementara Bab 1 -

20 di kabupaten lain, juga menghadapi permasalahan lain yang cukup serius untuk segera ditangani, yakni terjadinya pendangkalan saluran input, baik pada saluran irigasi tambak maupun muara sungai, pada sebagian kawasan tambaknya dan juga belum adanya penataan irigasi yang optimal untuk pengembangan kawasan pertambakannya. Namun sayangnya hingga kini, ketersediaan data dan informasi yang komprehensif, aktual, dan akurat tentang keragaan budidaya perikanan tambak di provinsi ini masih terbatas, sehingga sering menghambat dalam membuat perencanaan yang tepat dan efektif untuk pengembangan subsektor ini. Oleh karena itu, perlu segera dilakukan identifikasi dan inventarisasi kawasan budidaya tambak, utamanya di pantai timur NAD yang merupakan sentra usaha tambak, guna membangun suatu sistem monografi pertambakan yang andal dan sistematis. Tujuan 1. Tujuan dan Sasaran Secara umum identifikasi dan inventarisasi kawasan budidaya tambak di pantai Timur NAD adalah merupakan bagian integral dari revitalisasi perikanan yang ditujukan untuk mempercepat implementasi pembangunan perikanan budidaya tambak dalam rangka mendukung pemulihan ekonomi daerah melalui pemanfaatan sumberdaya kelautan dan perikanan secara optimal, berkelanjutan dan berwawasan lingkungan. Dengan mempercepat implementasi pembangunan perikanan budidaya tambak yang optimal, diharapkan secara khusus akan dapat: (1) Meningkatkan kesejahteraan pembudidaya ikan/petani tambak dan masyarakat pesisir serta pelaku ekonomi perikanan. (2) Menyediakan lapangan kerja dan kesempatan berusaha disektor kelautan dan perikanan. () Meningkatkan konsumsi ikan dan penyediaan bahan baku industri. (4) Meningkatkan ekspor hasil perikanan dan penerimaan devisa. (5) Meningkatkan penerimaan daerah melalui hasil perikanan. Bab 1-4

21 Sasaran Sasaran yang diharapkan dapat dicapai dari identifikasi dan inventarisasi kawasan budidaya tambak di pantai Timur NAD, adalah: (1) Teridentifikasi lahan budidaya tambak berdasarkan kepemilikan dan luas areal yang mengacu pada Aquaculture Ecology Zone, kawasan Pantai Timur NAD, dalam bentuk monografi pertambakan. (2) Teridentifikasi kesesuaian usaha budidaya tambak untuk mengetahui kualitas lahan dan jenis komoditas budidaya yang sesuai dengan penerapan teknologi budidayanya. () Terinventarisasi sarana dan prasarana perikanan budidaya, mulai dari sarana perbenihan, saluran tambak, sumber air tawar, sarana prosesing (cold storage), kebutuhan pakan, sarana pemasaran serta sarana penunjang lainnya. (4) Teridentifikasi kesiapan sumber daya manusia (pembudidaya tambak dan tenaga penyuluh perikanan) dalam rangka pelaksanaan program pengembangan budidaya tambak. (5) Meningkatnya mutu dan keamanan pangan dalam rangka menyediakan produk perikanan berbasis sumberdaya alam yang aman untuk memenuhi kebutuhan konsumsi dalam negeri dan ekspor, dalam rangka meningkatkan pendapatan daerah dan devisa. Ruang Lingkup Wilayah Kegiatan 1.4 Ruang Lingkup Kegiatan Wilayah yang akan dikaji adalah sepanjang Pantai Timur NAD, meliputi Kabupaten Pidie, Bireuen, Aceh Utara, Kota Langsa, Aceh Timur dan Aceh Tamiang (Gambar 1.1). Bab 1-5

22 Gambar 1.1 Lokasi Kegiatan Pantai Timur NAD meliputi Kabupaten Pidie, Kabupaten Bireuen, Kabupaten Aceh Utara, Kota Langsa, Kabupaten Aceh Timur dan Kabupaten Aceh Tamiang Ruang lingkup materi kegiatan Adapun ruang lingkup dan materi pekerjaan identifikasi dan inventarisasi kawasan Budidaya Tambak di pantai Timur NAD ini adalah sebagai berikut: (1) Melakukan identifikasi dan inventarisasi luas lahan dan kepemilikan tambak, kondisi sosial ekonomi serta kondisi kegiatan budidaya dan tingkat teknologi yang diterapkan. (2) Melakukan identifikasi dan inventarisasi sarana dan prasarana budidaya tambak dan sarana pendukung lainnya serta kondisi yang ada saat ini. () Melakukan inventarisasi kemampuan sumberdaya lokal yang ada serta kelembagaannya. Bab 1-6

23 (4) Mengidentifikasi kesesuaian lahan tambak untuk mengetahui kualitas lahan pada masing-masing zona (kawasan), sehingga dapat diketahui komoditas yang cocok dan sesuai dengan pola musim tanam di Pantai Timur NAD. (5) Mengumpulkan data primer dan sekunder yang meliputi: a) Data fisika, kimia dan biologi lahan (tanah dan air) yang sesuai dengan tujuan kegiatan. b) Data pasang surut, iklim, debit air, kondisi ekosistem mangrove dan vegetasi pantai lainnya. c) Data sedimentasi sekitar sungai dan saluran tambak. d) Identifikasi tata guna lahan pantai dan peruntukkannya bagi pemanfaan lahan. e) Identifikasi kesiapan pembudidaya tambak (masyarakat lokal) dalam rangka pelaksanaan program revitalisasi perikanan budidaya yang berorientasi pada peningkatan ekspor dan devisa. (6) Pengolahan dan Analisis data a) Menyusun konsep dan model Aquaculture Ecologi Zone yang berbasis pada GIS. b) Analisis daya dukung dan kesesuaian lahan untuk budidaya tambak. c) Analisis laboratorium fisika, kimia dan biologi tanah dan air. d) Analisis karakter sedimentasi sungai dan muara sungai. e) Analisis debit sungai. f) Analisis sarana dan prasarana pendukung dan sosial ekonomi perikanan budidaya. g) Penyajian hasil berupa: peta topografi, peta land use (penggunaan lahan) peta jenis tanah, peta daya dukung lahan, peta unit lahan, dan kesesuaian lahan. h) Rekomendasi pemecahan masalah dan pentahapan indikasi program dalam rangka revitalisasi perikanan budidaya tambak di pantai Timur NAD. Bab 1-7

24 i) Pembuatan laporan dan album peta berbentuk hardcopy dan softcopy. 1.5 Hasil yang Diharapkan Keluaran atau hasil yang diharapkan dari kegiatan ini meliputi: 1) Monografi pertambakan yang menggambarkan tingkat kepemilikan, luas areal tambak dan kondisi sosial ekonomi petani. 2) Peta kualitas lahan dan jenis komoditas budidaya tambak dan penerapan teknologi budidayanya. ) Hasil inventarisasi sarana dan prasarana perikanan budidaya tambak, sarana perbenihan, saluran tambak, sumber air tawar, sarana prosesing (cold storage), kebutuhan pakan, sarana pemasaran serta sarana pendukung lainnya. 4) Hasil identifikasi kesiapan sumber daya manusia (pembudidaya tambak dan tenaga penyuluh perikanan) dalam rangka pelaksanaan program pengembangan budidaya serta kelembagaan ekonomi petani tambak. 5) Rekomendasi strategi dan kebijakan dalam mengelola lingkungan dan potensi perikanan di tiap wilayah secara umum dalam jangka pendek maupun jangka panjang. Bab 1-8

25 Bab.2 METODE PEKERJAAN 2.1 Pendekatan Studi Untuk mencapai tujuan dan sasaran pekerjaan identifikasi dan inventarisasi kawasan budidaya tambak di pantai timur NAD yang diinginkan, maka digunakan beberapa pendekatan studi yang dianggap tepat dan sesuai dengan kebutuhan studi, yakni: (1) Pendekatan pembangunan perikanan yang bertanggung jawab Dengan pendekatan ini, maka diharapkan akan disusun suatu basis data yang andal dan tepat guna untuk mendukung pengembangan perikanan di NAD, dalam hal ini adalah pembangunan perikanan budidaya tambak di pantai timur, yang dapat meningkatkan ekonomi masyarakat dan daerah, memperhatikan kelestarian lingkungan, menghormati nilai-nilai sosial yang dimiliki masyarakat, dan sesuai dengan ketentuan internasional. (2) Pendekatan sistem perikanan budidaya tambak Hal ini dimaksudkan agar didapatkan suatu data dan informasi yang utuh guna menyusun suatu perencanaan pembangunan perikanan budidaya tambak yang efektif dan tepat di pantai timur NAD, sehingga akan menghasilkan usaha budidaya tambak yang tangguh dan berkelanjutan. Dengan pendekatan sistem ini, berarti akan mengintegrasikan semua komponen dan aktivitas yang saling terkait satu sama lainnya, mulai dari pengadaan dan penyaluran sarana produksi sampai kepada pemasaran produk-produk yang dihasilkan dalam usaha budidaya perikanan tambak tersebut. () Pendekatan partisipatif dan kelembagaan Dalam pendekatan partisipatif ini, komponen masyarakat akan dilibatkan secara aktif guna memberikan masukan dan aspirasinya utamanya dalam menginventarisasi semua kekuatan, potensi dan kendala yang ada untuk mengembangkan subsektor perikanan budidaya tambak di Bab 2-1

26 pantai timur NAD. Dengan pendekatan ini, masyarakat juga akan didorong untuk menyatakan kebutuhannya, bukan kebutuhan yang semata datang dari pihak luar saja. Namun demikian, setiap aspirasi yang muncul dari masyarakat akan disesuaikan dengan kemampuan dan kondisi umum lingkungan strategisnya. Kemudian, disamping pendekatan partisipatif juga dilakukan pendekatan kelembagaan yang melibatkan banyak pihak, baik institusi pemerintahan, seperti: Dinas Perikanan dan Kelautan, Pemerintah Kecamatan dan Pemerintah Desa, juga akan melibatkan institusi swasta, lembaga swadaya masyarakat maupun lembaga adat yang terkait. Pendekatan kelembagaan dalam pelaksanaan pekerjaan ini akan didasarkan atas peran dan fungsi masing-masing lembaga atau institusi tersebut, baik sebagai lembaga pembina, lembaga fasilitator maupun lembaga penunjang, utamanya yang terkait dengan upaya pembangunan perikanan budidaya tambak di pantai timur NAD. 2.2 Kerangka Pendekatan Studi Penyusunan kerangka pendekatan studi harus mencerminkan tahapan kerja yang akan dilalui dan dilakukan untuk mencapai tujuan pekerjaan ini. Secara umum langkah pekerjaan Identifikasi dan Inventarisasi Kawasan Budidaya Tambak di Pantai Timur NAD dapat dikelompokkan ke dalam (tiga) tahap, yaitu: (1) Input, (2) Proses, () Output Input Pada tahap ini akan dilakukan identifikasi dan inventarisasi sarana dan prasarana budidaya tambak di pantai timur NAD; identifikasi lahan, kondisi lingkungan dan potensi wilayahnya; identifikasi kondisi sosial ekonomi dan keragaan sumber daya manusianya; dan inventarisasi peta dasar yang terkait dengan kondisi pantai timur NAD. (1) Identifikasi dan inventarisasi sarana dan prasarana budidaya tambak di pantai timur NAD Bab 2-2

27 Kondisi sarana dan prasarana budidaya perikanan tambak yang akan diidentifikasi dan diinventarisasi meliputi jenis komoditi yang diusahakan, produksi dan produktivitas tambak, luasan tambak, teknologi yang digunakan, penyediaan saprokan (sumber, jumlah dan harga dari benih, pakan, pupuk, obat dan BBM), kondisi tambak dan saluran-salurannya, dan fasilitas pendukung lainnya, seperti listrik, air bersih, cold storage, pasar, akses jalan dan komunikasi. (2) Identifikasi kondisi lahan dan lingkungan budidaya tambak di pantai timur NAD serta potensi wilayahnya Kondisi lahan dan lingkungan budidaya tambak yang akan diidentifikasi adalah tata guna lahan, jenis dan kondisi lahan, kemiringan lahan, sumber air, kuantitas dan kualitas air, luas potensial dan efektif tambak, potensi patogen/penyakit, potensi pencemaran, kesuburan perairan muara dan pantai, kondisi ekologi pesisir, kondisi pasang surut dan arus air laut, kondisi abrasi dan sedimentasi, kondisi ekosistem mangrove dan vegetasi pantai lainnya, kondisi sungai/saluran primer, dan kualitas lingkungan lainnya yang terkait dengan usaha budidaya tambak dan daya dukung. Kemudian, untuk potensi wilayah yang akan diidentifikasi meliputi kegiatan pengelolaan usaha budidaya perikanan tambak saat ini, kondisi pemanfaatan sumber daya alam yang ada di pesisir, kondisi ekonomi dan keamanan serta potensi infrastruktur pendukung lainnya yang terkait dengan usaha budidaya tambak. () Identifikasi kondisi sosial ekonomi dan sumber daya manusia budidaya tambak di pantai timur NAD Identifikasi kondisi sosial ekonomi yang akan dilakukan meliputi status kepemilikan lahan, harga lahan, nilai produksi, profitabilitas usaha budidaya tambak, potensi konflik pemanfaatan sumber daya alam, pemasaran (lokal, regional dan internasional), potensi pengembangan usaha, kelembagaan dan sosial-budaya serta keragaan perekonomian wilayah. Sementara itu, untuk kondisi sumber daya manusia yang akan diidentifikasikan adalah kuantitas dan kualitas petani tambak, serta keragaan demografi wilayah. Bab 2 -

28 (4) Inventarisasi peta dasar pantai timur NAD Peta dasar yang akan diinventarisasi meliputi peta administratif Provinsi NAD, peta topografi pantai timur NAD, peta tata guna lahan pesisir pantai timur NAD, peta bathymetri perairan pantai timur NAD, dan foto citra satelit untuk wilayah pantai timur NAD Proses Pada tahap proses ini, berbagai analisis data akan dilakukan, seperti: analisis keragaan sarana dan prasarana budidaya tambak, analisis daya dukung lingkungan kawasan tambak, analisis sosial ekonomi, analisis kesenjangan dan analisis lingkungan strategis. Kemudian, dilanjutkan dengan analisis pengembangan dan penyusunan basis datanya. Dan proses terakhir, dilanjutkan dengan mendesain sistem informasi geografis untuk monografi pertambakan di pantai timur NAD. (1) Analisis data (a) Analisis keragaan sarana dan prasarana budidaya tambak Analisis ini dimaksudkan untuk menggambarkan status kini keragaan sarana dan prasarana budidaya tambak di pantai timur NAD yang meliputi: tingkat produksi dan produktivitas per jenis komoditi per wilayah tambak, sebaran luasan tambak dan teknologi yang digunakan, sebaran dan tingkat kecukupan sarana produksi pertambakan, tingkat pemanfaatan tambak dan saluran-salurannya, serta kondisi dan tingkat kecukupan fasilitas-fasilitas pendukung lainnya. Analisis ini akan dilakukan secara kuantitatif dan kualitatif (deskriptif), baik dalam bentuk tabulasi, grafik maupun gambar. (b) Analisis daya dukung dan kesesuaian kawasan tambak Analisis daya dukung dan kesesuaian kawasan tambak dimaksudkan untuk mengetahui kondisi fisik, kimia dan biologi lahan pertambakan, kondisi kualitas dan kuantitas air untuk budidaya tambak, jenis dan sebaran pathogen/penyakit pada komoditi tambak, tingkat pencemaran, tingkat kesuburan perairan, status kondisi ekologi pesisir, tipe pasang surut, arah dan kecepatan arus laut, tingkat Bab 2-4

29 abrasi dan sedimentasi, status kondisi sungai/saluran primer, status kondisi ekosistem mangrove dan vegetasi pantai lainnya, serta tingkat kualitas lingkungan lainnya yang terkait dengan usaha budidaya tambak dan daya dukungnya. Analisis ini akan dilakukan dengan mengukur beberapa parameter lingkungan yang terkait dengan aktivitas pertambakan secara pengukuran langsung (in situ) dan analisis laboratorium. (c) Analisis sosial ekonomi Keragaan sosial ekonomi pembudidaya tambak akan dilakukan dengan analisis deskriptif dan pendapatan usaha untuk mendeskripsikan status kepemilikan lahan, kisaran nilai lahan, tingkat perkembangan nilai produksi, tingkat pendapatan usaha petani tambak, pemetaan potensi konflik, pola dan rantai pemasaran hasil tambak, tingkat peluang pengembangan usaha, peran dan fungsi kelembagaan yang ada dan status kondisi sosial-budaya petani tambak, tingkat perkembangan perekonomian wilayah, dan sebaran kuantitas dan kualitas petani tambak. (d) Analisis kesenjangan (gap analysis) Analisis kesenjangan adalah analisis yang dilakukan secara deskriptif untuk membandingkan kondisi yang ideal dalam pengembangan perikanan budidaya tambak dengan kondisi yang ada saat ini berdasarkan aspek potensi wilayah berdasarkan isu sosial-budaya, lingkungan dan sumber daya, kelembagaan, ekonomi, teknologi, infrastruktur dan keamanan. (e) Analisis kelayakan usaha Kegiatan usaha selalu diarahkan untuk menghasilkan penciptaan nilai tambah (keuntungan), lapangan kerja, pemanfaatan sumber daya dan pemenuhan pasar. Oleh karena itu, analisis kelayakan senantiasa perlu dilakukan dalam kajian pemasaran dan teknis teknologis (Kadariah 1978). Pada prinsipnya analisis kelayakan dapat dilakukan dengan dua pendekatan, yaitu: (i) pendekatan finansial yang dilakukan apabila yang berkepentingan langsung dalam proyek Bab 2-5

30 adalah individu atau kelompok individu dan (ii) pendekatan ekonomi yang dilakukan apabila yang berkepentingan langsung dalam proyek adalah pemerintah atau masyarakat secara keseluruhan. (2) Analisis strategi dan pengembangan Analisis strategi dan pengembangan dilakukan untuk memberikan rekomendasi kebijakan yang tepat dan efektif guna mendukung pengembangan perikanan budidaya tambak yang efisien, produktif dan ramah lingkungan secara optimal berdasarkan kapasitas daya dukung lingkungan alami maupun buatan manusia yang tersedia, dan serta peluang. Analisis ini akan dilakukan secara kuantitatif dan kualitatif (deskriptif), baik dalam bentuk tabulasi, grafik maupun gambar. () Penyusunan basis data Penyusunan basis data dilakukan untuk mengelola semua data dan informasi terkait agar dapat terintegrasi dan terkoneksi secara cepat, akurat, dan efisien untuk menunjang pengembangan sistem informasi geografi monografi pertambakan dan peta tematiknya. (4) Sistem informasi geografis Mendesain rancang bangun sistem informasi geografis (SIG) monografi pertambakan dengan memperhatikan bentuk basis data spasial dan atribut yang tersedia, ketersediaan peta dasar, masukan dari calon pengguna, dan juga mempertimbangkan tingkat kesederhanaan serta efisiensi dalam penggunaannya Output Pada tahap output akan dilakukan penyusunan sistem informasi geografis monografi pertambakan, pembuatan peta tematik keragaan budidaya tambak dan rekomendasi strategi dan kebijakan pengembangan kawasan budidaya perikanan tambak di pantai timur NAD. (1) Penyusunan sistem informasi geografis monografi pertambakan Penyusunan sistem informasi geografis ini, dilakukan dengan beberapa tahapan, yakni: akuisisi data, digitasi peta dan data, pemasukan dan Bab 2-6

31 penyuntingan data dan melakukan tumpang susun (overlay) terhadap semua data spatial dan atribut di atas peta digitasinya. (2) Pembuatan peta tematik budidaya perikanan tambak Peta tematik yang akan dibuat mengacu kepada peta dasar, hasil survey lapang (ground truthing), analisis penginderaan jauh (remote sensing imaginary) dan foto udara. Selain menggunakan data primer, pembuatan peta tematik ini menggunakan pula data sekunder, baik dalam bentuk hard copy maupun soft copy, yang diperoleh dari berbagai lembaga penghasil peta tematik, seperti: Badan Pertanahan Nasional (BPN), Dinas Pekerjaan Umum, Pusat Penelitian Geoteknologi LIPI, Pusat Penelitian Tanah, dan instansi lainnya. () Perumusan strategi dan kebijakan pengembangan kawasan budidaya tambak Berdasarkan pertimbangan kondisi berbagai faktor yang dianalisis, maka dapat dirumuskan rekomendasi strategi dan kebijakan yang sesuai untuk pengembangan kawasan budidaya tambak di pantai timur NAD yang optimal dan berkelanjutan. Secara ringkas kerangka pendekatan studi yang akan dilakukan dalam penyelesaian pekerjaan Identifikasi dan Inventarisasi Kawasan Budidaya Tambak di Pantai Timur NAD dapat dilihat pada Gambar Bab 2-7

32 INPUT INPUT PROSES PROSES OUTPUT OUTPUT IDENTIFIKASI DAN IVENTARISASI SARANA DAN PRASARANA BUDIDAYA TAMBAK DI PANTAI TIMUR NAD IDENTIFIKASI LAHAN DAN LINGKUNGAN BUDIDAYA TAMBAK DI PANTAI TIMUR NAD SERTA POTENSI WILAYAHNYA IDENTIFIKASI KONDISI SOSEK DAN SDM BUDIDAYA TAMBAK DI PANTAI TIMUR NAD PETA DASAR PANTAI TIMUR NAD (peta rupa bumi dan citra lansat) ANALISIS DATA: 1) ANALISIS KERAGAAN SARANA DAN PRASARANA BUDIDAYA TAMBAK 2) ANALISIS DAYA DUKUNG DAN KESUAIAN KAWASAN TAMBAK ) ANALISIS SOSIAL EKONOMI 4) ANALISIS KESENJANGAN 5) ANALISIS KELAYAKAN USAHA BUDIDAYA TAMBAK ANALISIS STRATEGI PENGEMBANGAN PENYUSUNAN BASIS DATA SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS MONOGRAFI PERTAMBAKAN PETA TEMATIK BUDIDAYA PERIKANAN TAMBAK REKOMENDASI STRATEGI DAN KEBIJAKAN PENGEMBANGAN KAWASAN BUDIDAYA PERIKANAN TAMBAK Gambar 2. 1 Kerangka Pendekatan Studi Bab 2-8

33 2. Metode Pengumpulan Data Dalam melakukan pengumpulan data, hal yang selalu diperhatikan dan dipertimbangkan adalah mengenai tingkat kesahihan/kebenaran data, tingkat kecukupannya serta ketepatannya. Kemudian, metode yang digunakan dalam melakukan pengumpulan data adalah sebagai berikut: (1) Desk study (Studi literatur) yakni, dengan melakukan penelusuran berbagai referensi atau literatur dalam upaya memperoleh data dan/atau informasi yang berkaitan dengan kondisi budidaya perikanan tambak di pantai timur NAD guna lebih melengkapi materi dan memperkaya bobot hasil pekerjaan ini. (2) Survai lapangan yakni, dengan melakukan kunjungan lapangan dengan menitikberatkan pada pengambilan sampel dan pengamatan langsung dilapangan guna memperoleh data terkini yang dapat menggambarkan keragaan kondisi nyata di lapangan, sehingga dapat membantu dalam pengambilan keputusan yang tepat untuk langkah pengembangannya ke depan. () Wawancara dan Diskusi (Dialog) Pendekatan ini dimaksudkan untuk mengetahui saran dan pendapat dari para stakeholders, utamanya masyarakat pelaku. Pengumpulan data dan informasi primer dilakukan dengan mengisi kuesioner dari hasil wawancara langsung dengan responden atau pihak-pihak terkait. Kuesioner dirancang sesederhana dan seringkas mungkin agar pengumpulan data lebih efektif dan efisien. Selain itu, pengumpulan data dan informasi primer juga dilakukan melalui suatu diskusi kelompok terfokus atau Focus Group Discussion (FGD) yang melibatkan seluruh stakeholders kunci. Secara garis besar ada 2 jenis data yang akan dikumpulkan, yakni data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh melalui pengukuran sampel dan observasi lapangan serta dari hasil wawancara dan diskusi dengan para responden dan pihak terkait. Sementara, data sekunder diperoleh dari berbagai instansi pemerintah dan non-pemerintah yang terkait. Bab 2-9

34 2..1 Pengumpulan Data Keragaan Tambak Data yang dikumpulkan meliputi data primer dan data sekunder. Data primer akan dikumpulkan melalui wawancara dengan para petani tambak dan pengukuran dan pengamatan langsung dilapangan untuk beberapa parameter terkait dengan kondisi fisik tambak dan saluran-salurannya. Sementara itu, untuk data sekundernya dikumpulkan melalui instansi terkait seperti Dinas Kelautan dan Perikanan Daerah, BRR NAD-Nias, Bappeda, Bakosurtanal, Google Earth, dan instansi terkait lainnya. Beberapa parameter yang datanya akan diambil adalah: luasan tambak, status kepemilikan, tipe tambak, jenis komoditas yang dibudidayakan, luasan tambak yang masih beroperasi, produktivitas tambak, saluran tambak, kualitas air tambak, debit air sungai, tingkat kebutuhan dan sediaan sarana produksi tambak (benih, pakan, obat), dan tingkat kebutuhan dan ketersedíaan prasarana produksi tambak (listrik, akses jalan dll) Pengumpulan Data Lingkungan Perairan Untuk penetapan tingkat degradasi aspek perairan diperlukan berbagai data, yang meliputi biologi, kualitas air, kualitas substrat dan pencemaran. Data plankton dan khlorofil dapat menggambarkan daya dukung biologis tambak, sedangkan kualitas air dan substrat menggambarkan daya dukung lingkungan tambak serta dapat juga mendeskripsikan kualitas lingkungan, serta ancaman pencemaran yang akan menurunkan daya dukung budidaya tambak. Parameter lingkungan perairan yang diamati beserta alat/metode pengukurannya disajikan pada Tabel Data tersebut diperoleh dengan melakukan pengambilan sampel dan pengukuran langsung pada 40 titik pengamatan di sepanjang pantai timur Provinsi NAD. Selain itu, juga dilakukan sampling pengukuran parameter sedimentasi dan debit air pada sungai dan saluran tambak utama. Bab 2-10

35 Tabel 2. 1 Parameter Lingkungan Perairan yang Diamati dan Alat/Metode Pengukurannya Parameter Alat/Metode Keterangan Biologi 1. Plankton Plankton net Analisis Laboratorium 2. Khlorofil Micro filter Analisis Laboratorium. Mangrove Transek Data primer dan sekunder Kualitas Air (di kolam tambak, saluran tambak, sumber air/sungai, dan laut) 1. Oksigen terlarut DO meter/ Winkler Insitu/Laboratorium 2. Salinitas Salinometer Insitu. ph ph meter Insitu 4. TSS Spektrofotometer Analisis laboratorium 5. Amonia Spektrofotometer Analisis laboratorium 6. Nitrat Spektrofotometer Analisis laboratorium 7. Fosfat Spektrofotometer Analisis laboratorium 8. Suhu Termometer Insitu Kualitas Substrat 1. ph ph meter Insitu 2. Tekstur substrat Analisis fraksi Analisis laboratorium Pencemaran 1. Logam berat Contoh air Analisis laboratorium (Pb dan Hg) 2. Pestisida Contoh air Analisis laboratorium 2.. Pengumpulan Data Keragaan Tanah Penetapan tingkat degradasi tanah ditentukan oleh (tiga) parameter utama yakni kualitas tanah, erosi tanah, dan penutupan lahan. Untuk menentukan kualitas tanah dikaitkan dengan kemampuan tanah dalam mendukung pengembangan usaha budidaya tambak. Berbagai faktor kualitas tanah, seperti: tingkat kesuburan tanah, kemiringan lahan, keadaan banjir dan lainlain akan menentukan kualitas tanah. Kriteria penilaian kondisi aspek tanah disajikan pada Tabel 2.2. Tabel 2. 2 Parameter Kualitas Tanah Tambak yang Diukur Parameter Unit Kemiringan tanah % Tekstur tanah Komposisi partikel Ketebalan tanah cm Bab 2-11

36 Tingkat kesesuaian lahan untuk tambak diukur dengan mengkombinasikan parameter-parameter tersebut di atas sehingga dihasilkan luasan tambak yang sesuai untuk pengembangan budidaya tambak. Tambak merupakan suatu wadah budidaya udang atau ikan yang terdiri dari tanah dan media air, sehingga penggunaan kedua kompartemen lingkungan ini akan memiliki dampak terhadap lingkungan sekitarnya. Sebagai contoh, air buangan dari tambak selain membawa partikel-partikel tersuspensi yang sebagian besar tersusun dari partikel liat dan partikel organik sisa pakan atau kotoran udang, juga alirannya akan cenderung menggerus dinding saluran atau pematang pembuangan. Semua bahan tersuspensi ini biasanya akan dibawa ke muara saluran pembuang dan akan didepositkan sepanjang muara dan pesisir sekitar muara. Untuk itu di dalam kegiatan survei ini dilakukan pengambilan contoh tanah yang diambil dari dalam tambak dan di sekitar muara saluran pembuang. Substrat tanah yang diambil merupakan contoh tanah terganggu dengan berat sekitar 1 kg dan diambil pada dasar tambak dan saluran pembuang sampai kedalaman sekitar 10 cm dari permukaan tanah. Sifat tanah yang dianalisis di laboratorium adalah : 1). sifat fisika tanah yang diduga terkait erat dengan kejadian degradasi lingkungan di wilayah studi, yaitu tekstur dan konsistensi tanah, 2). sifat kimia tanah yang meliputi parameter kandungan N- total, P, besi (Fe) dan sulfur (S). Pengukuran tekstur tanah menggunakan metode pipet, sedang konsistensi tanah diukur dengan metode lapangan. Pengukuran sifat kimia dan biologi tanah dilakukan dengan metode analisis yang rutin dilakukan di laboratorium tanah. Lokasi pengambilan sampel tanah di tambak dan saluran pembuangan dilakukan di setiap lokasi kajian. Pengukuran kualitas substrat tanah ini dimaksudkan untuk mendapatkan data tentang kualitas fisika, kimia dan biologi tanah. Jenis parameter keragaan tanah yang diamati pada Tabel 2.. Data yang didapat akan dipakai sebagai bahan analisis dalam melihat daya dukung kondisi kualitas lahan dalam menunjang aktivitas budidaya tambak di lokasi kajian maupun untuk melihat potensi yang ada dari kualitas substrat tersebut terhadap degradasi lingkungan yang terjadi di lokasi kajian. Bab 2-12

37 Tabel 2. Jenis Parameter Keragaan Tanah yang Diamati No Parameter 1 Sondir 2 Weight unit Specific gravity 4 Atterberg unit 5 Sieve analysis 6 Permeability falling head 7 Permeability constant head 8 NPK (kesuburan tanah) 9 Unsur mikro/logam berat & organic 10 ph tanah Kesesuaian tanah untuk areal budidaya perikanan tambak dinilai berdasarkan parameter-parameter yang berpengaruh, baik untuk wadah budidaya (konstruksi) maupun terhadap ikan atau udang yang dipelihara. Untuk menentukan tingkat kesesuaian, parameter kualitas tanah yang dihasilkan dibandingkan dengan kriteria kualitas tanah bagi budidaya perikanan tambak, yang antara lain bertekstur lempung berliat (clay loam), liat berpasir (sandy clay), lempung berdebu (silty loam), atau liat (clay) dan N total kurang dari 1,0 mg/100 gr ( Miller, 1992) Pengumpulan Data Oseanografi Data dan informasi tentang kondisi oseanografi perairan pantai timur NAD pada 6 kabupaten yang menjadi lokasi kajian akan diperoleh dengan dua cara, yakni 1). melakukan pengukuran secara langsung (in situ) di lapangan terhadap beberapa parameter fisika oseanografi (kedalaman air, suhu, salinitas, arus, angin, gelombang, pasut, debit sungai dan sedimen) yang dikenal dengan data primer dan 2). mengumpulkan data dan informasi dari berbagai referensi atau pustaka ilmiah yang berkaitan dengan kondisi oseanografis perairan pantai di lokasi kajian tersebut dikenal dengan data sekunder. Kemudian, juga tidak menutup kemungkinan untuk melakukan Bab 2-1

38 wawancara langsung dengan penduduk setempat untuk mengetahui hal-hal yang tidak atau belum dipublikasikan di dalam jurnal atau buku. Berikut ini adalah penjelasan tentang metode dan alat yang digunakan di lapangan untuk mendapatkan data yang diinginkan: (1) Batimetri Informasi mengenai kedalaman perairan di sepanjang pantai dari 6 kabupaten tersebut akan diperoleh dari Peta Kedalaman yang dikeluarkan oleh Dinas Hidro-Oseanografi TNI-AL. Pada waktu melakukan survei di lapangan kedalaman perairan juga diukur dengan Echosounder (GPS Echosounder) atau dengan tali berskala yang diturunkan di setiap stasiun bersamaan dengan pengambilan contoh bentos. (2) Suhu dan Salinitas Parameter suhu dan salinitas diukur dengan menggunakan alat CTD (Conductivity Temperature Depth) meter. Pengukuran dilakukan di setiap stasiun pengamatan. Alat CTD diturunkan secara perlahan sampai mendekati dasar, alat akan mencatat secara otomatis data suhu dan konduktifitas berdasarkan kedalaman. () Arus Gerak air laut atau arus diukur dengan Metode Lagrangian, yakni memakai benda apung (floating drough). Panjang lintasan yang ditempuh dalam satuan waktu tertentu merupakan kecepatan aliran air dalam unit (cm/detik). Arah gerakan air ditentukan dengan magnetik kompas, dimana arah utara sama dengan 0 o atau 60 o. Cara lain yang akan digunakan adalah metode Euler yakni mengukur kecepatan aliran massa air pada satu titik tetap dalam jangka waktu tertentu. Alat ukur yang akan digunakan adalah current meter. (4) Pasang Surut (Pasut) Pasang surut diukur dengan menggunakan papan berskala yang dilengkapi dengan pipa transparan (slang) untuk mengukur fluktuasi muka laut setiap 0 menit selama 6 jam pengamatan. Alat ini ditaruh pada tempat yang aman, dimana pada saat surut terendah masih Bab 2-14

39 terendam air sebaliknya pada saat air pasang tertinggi masih bisa terbaca, mudah dilihat, dan tidak berhadapan langsung terhadap arah hempasan gelombang laut. Pengukuran lapangan tinggi muka air ini perlu dilakukan untuk mengoreksi data ramalan pasut yang rutin dikeluarkan oleh DISHIDROS TNI-AL. (5) Gelombang Kondisi gelombang di lokasi penelitian diturunkan dari data angin yang dapat diperoleh dari stasiun meteorologi dan geofisika terdekat. Selama melakukan survei di lapangan parameter gelombang juga diamati dengan metode visual dengan melihat tinggi gelombang dengan kasat mata Pengumpulan Data Sosial Ekonomi Data sosial dan ekonomi pembudidaya tambak serta data lembaga dan pemasaran hasil tambak yang dikumpulkan terdiri dari data primer dan data sekunder. Data primer dikumpulkan melalui wawancara dengan responden. Responden untuk pengumpulan data sosial ekonomi terdiri dari pembudidaya tambak, pedagang pengumpul, serta pengurus dan anggota kelompok pembudidaya tambak. Tabel 2. 4 Tujuan, Metode, Jenis dan Analisis Data Sosial Ekonomi Tujuan Metode Jenis Data Analisis Data Identifikasi kondisi sosial pembudidaya tambak Identifikasi kondisi ekonomi pembudidaya tambak Survai lapang Survai lapang Data primer (wawancara) Data primer (wawancara) Deskriptif Analisis pendapatan Identifikasi lembaga pembudidaya tambak Identifikasi saluran pemasaran hasil tambak Identifikasi sarana pemasaran hasil tambak Survai lapang Survai lapang Survai lapang Data primer (wawancara) Data primer (wawancara) dan data sekunder Data primer (wawancara) Deskriptif Deskriptif deskriptif Bab 2-15

40 2.4 Analisis Data Analisis Kesesuaian Lahan Tambak Analisis kesesuaian lahan tambak dilakukan dengan membandingkan pengukuran parameter lingkungan dengan matrik kesesuaian (Tabel 2. 5). Tingkat kesesuaian lahan tambak dikelompokkan empat kategori, yaitu: (1) Sangat Sesuai, (2) Sesuai, () Sesuai bersyarat, (4) Tidak sesuai. Analisis kesesuaian dilakukan dengan menggunakan software GIS ArcView versi.2 berdasarkan klasifikasi persentase nilai skor : S1 ( 75%), S2 (50 - <75%), S (25 - <50), N (< 25%). Nilai tingkat kesesuaian diperoleh dari persentase penjumlah nilai skoring karakteristik lingkungan dengan nilai skoring maksimum (56) dari 14 parameter. Tabel 2. 5 Kesesuaian Lahan untuk Tambak Karakteristik Kesesuaian Lingkungan S1 S2 S N TANAH Kemiringan (%) >8 Kedalaman tanah (cm) > < 75 Tekstur Agak halus sedang Halus Kasar Jarak dari pantai (m) > <200 >4000 Jarak dari Sungai (m) > > >000 Drainase Tergenang periodik Agak jarang tergenang Jarang tergenang Tidak tergenang AIR Oksigen terlarut (mg/l) >5-5 1-< <1 Salinitas (permil) >20-5 >5-50 >50 Suhu ( 0 C) 28-0 > <28 12-<18 <12 >5 ph > <7.5 > <6 <4 >11 Amonia (mg/l) < > >0.5 HIDROOSEANOGRAFI Amplitudo pasut (m) <1.5 > <1.5 >.0-.5 <0.5 >.5 Curah hujan (mm/th) < <2000 > <1000 >500 Bulan kering (<60 mm) 1-2 >2- >-5 >5 Sumber: Hardjodiwegeno et al. (2001); Bakosurtanal (1996) Analisis daya dukung tambak dihitung berdasarkan rata-rata persentase kesesuaian lahan tambak berdasarkan parameter kesesuaian yang digunakan. Daya dukung ditentukan oleh kualitas parameter yang ditentukan dengan skor dan bobot. Bobot semua parameter diasumsikan sama karena Bab 2-16

41 pengembangan budidaya untuk tambak tradisional. Sedangkan skor ditentukan berdasarkan tingkat kesesuaian dengan skor tertinggi 4 untuk tingkat paling sesuai (S1) dan 1 untuk tingkat tidak sesuai (N). Perhitungan daya dukung lahan tambak dihitung dari persentase lahan yang sesuai (S2) dan sangat sesuai (S1), sedangkan lahan yang kategori sesuai bersyarat (S) dan tidak bersyarat (N) tidak direkomendasikan untuk pengembangan lahan tambak. Formula yang digunakan untuk menghitung daya dukung lahan tambak adalah sebagai berikut: DDT = n i= 1 Spi x100% 4n Keterangan: DDT = Daya Dukung Lahan Tambak Spi = Nilai Skor Parameter ke-i n = Jumlah Parameter yang Digunakan Analisis Oseanografi Data yang diperoleh, baik melalui pengukuran atau pengamatan di lapangan dan pengumpulan data sekunder kemudian dianalisis dan disajikan ke dalam format yang informatif. Data suhu dan salinitas diplot ke dalam diagram T-S, yakni grafik yang menyatakan hubungan fungsi salinitas dan suhu. Vektor arus hasil pengukuran diuraikan ke dalam komponen utara-selatan (v) dan timur-barat (u) mengikuti persamaan berikut; u = V cosφ v = V sinφ dimana, V = kecepatan arus hasil pengukuran (m/det) φ = arah arus (derajat) Bab 2-17

42 Kemudian masing-masing komponen diplotkan ke dalam vektor arus. Tipe pasang surut di lokasi studi ditentukan secara kuantitatif dengan menggunakan bilangan Formzahl, yakni bilangan yang dihitung dari nilai perbandingan antara amplitudo (tinggi gelombang) komponen harmonik pasang surut tunggal utama dan amplitudo komponen harmonik pasang surut ganda utama, secara matematis formula tersebut ditulis sebagai berikut; F = O M K 1 + S 2 dimana, F = bilangan Formzahl O 1 = amplitudo komponen pasang surut tunggal utama yang disebabkan oleh gaya tarik bulan, K 1 = amplitudo komponen pasang surut tunggal utama yang disebabkan oleh gaya tarik bulan dan matahari, M 2 = amplitudo komponen pasang surut ganda utama yang disebabkan oleh gaya tarik bulan, dan S 2 = amplitudo komponen pasang surut ganda utama yang disebabkan oleh gaya tarik matahari. Berdasarkan nilai F, tipe pasang surut kemudian dikelompokkan sebagai berikut; F<0,25 : pasang surut tipe ganda 0,26<F<1,50 : pasang surut campuran condong bertipe ganda 1,51<F<,00 : pasang surut campuran condong bertipe tunggal F>,00 : pasang surut tunggal. Tinggi gelombang (H) diprediksi dengan data kecepatan angin dengan menggunakan formulasi yang dikembangkan oleh The US Army Corps of Engineer sebagai berikut; H = 0.029U a tanh A U = a U s Bab 2-18

43 R A = B tanh tanh B gd B = 0.50 U a gf R = Ua dimana, U s = kecepatan angin (m/det.) g = percepatan gravitasi F = panjang etch (km) d = kedalaman air (m) 2.4. Analisis Sosial Ekonomi Data sosial ekonomi yang terkumpul dianalisis secara kualitatif dan kuantitatif. Data kondisi sosial pembudidaya tambak, keragaan lembaga pembudidaya, saluran pemasaran hasil tambak dan keadaan sarana pemasaran hasil tambak dianalisis secara kualitatif. Beberapa parameter yang dikumpulkan untuk analisis ini diantaranya umur, tingkat pendidikan, luas lahan milik/garapan, status lahan yang dikelola, sumber modal, pengalaman usaha, mata pencaharian lain, jenis dan kondisi lembaga pertambakan, daerah tujuan pemasaran hasil tambak, jenis lembaga pemasaran dan ketersediaan sarana pemasaran. Hasil analisis disajikan dalam bentuk tabulasi, grafik atau diagram jika diperlukan. Untuk mengetahui kondisi ekonomi pembudidaya tambak, khususnya tingkat pendapatan, dilakukan pengukuran analisis pendapatan usaha dan analisis revenue cost ratio. 1) Analisis Pendapatan Usaha Analisis ini bertujuan untuk mengetahui komponen-komponen input dan output yang terlibat di dalam kegiatan/usaha dan besar keuntungan (π) yang diperoleh dari usaha yang dilakukan, dengan menggunakan rumus (Djamin, 1984) : Bab 2-19

44 π = Total Penerimaan (TR) Total Biaya (TC) Kriteria: TR > TC, maka usaha menguntungkan TR = TC, maka usaha impas TR < TC, maka usaha rugi 2) Analisis Imbangan Penerimaan dan Biaya (Revenue Cost Ratio) Analisis ini bertujuan untuk mengetahui sejauh mana hasil yang diperoleh dari kegiatan/usaha selama periode tertentu (1 tahun) cukup menguntungkan. Rumus yang digunakan (Riyanto, 1989) : R/C = Total Penerimaan Total Biaya Kriteria: R/C > 1, maka usaha menguntungkan R/C = 1, maka usaha dalam keadaan impas R/C < 1, maka usaha tidak menguntungkan Analisis Spasial Sistem Informasi Geografis (SIG) Proses penyusunannya dilakukan dengan melalui beberapa tahapan kegiatan. Seluruh tahapan tersebut merupakan satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan. Adapun tahapan pekerjaan yang dilakukan untuk penyusunan SIG ini antara lain : 1) Akuisisi data, meliputi pengumpulan data-data yang diperlukan, baik data yang berupa peta, data tabel dan lain sebagainya. Data tersebut meliputi : peta dasar skala, peta penggunaan lahan, peta batimetri, peta lingkungan pantai dan peta-peta lain yang diperlukan serta data-data alfanumerik (tabular) 2) Penyusunan basis data digital, bertujuan untuk merubah data analog yang berupa peta-peta di atas menjadi format digital. Selain itu juga mengubah data-data digital yang sudah tersedia menjadi format yang diinginkan, Bab 2-20

45 sehingga terbentuk keseragaman format data digital. Perangkat lunak yang digunakan adalah software Arcinfo version.5 (data spasial) dan Dbase (data tabular), sedangkan untuk tampilan petanya menggunakan software ArcView versi.2 ) Analisis overlay, pekerjaan ini bertujuan untuk mengetahui potensi sumber daya yang ada dengan menggunakan metode tumpang susun masingmasing data spasial dan atribut parameter-parameter kesesuaian. Dari proses overlay dihasilkan satu peta yang telah memiliki informasi spasial dari setiap tema. Metode analisis dilakukan dengan cara memberikan pembobotan (pemberian nilai yang didasarkan dari ukuran/dimensi dan besaran dari suatu komponen lingkungan yang telah dispekati sebagai atribut dalam analisis yang dilakukan) terhadap data lapangan, sehingga dari pembobotan ini dapat diperoleh analisis data yang diperlukan. Metode ini akhirnya dapat digunakan untuk pengambil keputusan, melakukan optimasi, interpretasi daerah potensial dan pembuatan peta-peta tematik untuk berbagai penggunaan. Untuk memperoleh hasil analisis spasial dilakukan teknik overlay dari beberapa peta tematik. Pada prinsipnya informasi spasial yang dihasilkan didasarkan pada nilai-nilai digit yang baru sesuai hasil perpaduan antara nilai digit yang sama. Secara skematis proses penyusunan Sistem Informasi Geografis dan Peta Tematik disajikan pada Gambar Bab 2-21

46 ANALISIS INDRAJA PETA DASAR (LPI,RBI) DATA PRIMER/SURVEY CITRA Scaning/digitasi KOREKSI GEOMETRIK Editing PENAJAMAN CITRA Cek Lapangan BASIS DATA NON SPASIAL KLASIFIKASI PETA TEMATIK - 1 PETA TEMATIK - 2 PETA TEMATIK - N KONVERSI DATA RASTER KE VEKTOR OVERLAY MODELING PENYAJIAN HASIL 1. DISPLAY PADA GUI PLATFORM GIS SOFTWARE 2. CETAK PETA SKALA 1 : dan 1 : SHARING DATA DIGITAL SPASIAL PADA WEBGIS ANALISIS SPASIAL DAN ANALISIS TABULAR PETA TEMATIK KESESUAIAN KAWASAN KRITERIA KESESUAIAN KAWASAN Gambar 2. 2 Diagram Proses Penyusunan Sistem Informasi Geografis dan Peta Tematik Analisis Strategik Umumnya dalam penyusunan perencanaan strategik (strategic plan) suatu sektor selalu mengacu pada faktor-faktor strategis pada kondisi faktual yang ada, seperti: kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman. Analisis strategik yang digunakan pada pekerjaan ini adalah analisis SWOT (Strengths, Weaknesses, Opportinities, Threats). Analisis SWOT dilakukan dengan cara mengidentifikasi berbagai faktor strategis secara sistematis untuk merumuskan strategi dalam penyusunan dan pelaksanaan suatu kegiatan. Analisis ini didasarkan pada logika yang dapat memaksimalkan kekuatan dan peluang namun secara bersamaan dapat meminimalkan kelemahan dan ancaman. Secara umum, analisis SWOT disusun ke dalam suatu matrik seperti yang dapat dilihat pada Tabel Bab 2-22

47 Tabel 2. 6 Matrik SWOT (Strengths, Weaknesses, Opportinities, Threats). Faktor Internal Faktor Eksternal STRENGTHS (S) WEAKNESSES (W) OPPORTUNITIES (O) Strategi SO Ciptakan strategi yang menggunakan kekuatan untuk memanfaatkan peluang. Strategi WO Ciptakan strategi yang meminimalkan kelemahan untuk memanfaatkan peluang THREATS (T) Strategi ST Ciptakan strategi yang menggunakan kekuatan untuk mengatasi ancaman. Strategi WT Ciptakan strategi yang meminimalkan kelemahan dan menghindari ancaman. Kemudian, secara ringkas semua analisis data yang digunakan dalam kajian ini disajikan pada Tabel Tabel 2. 7 Jenis-jenis Pendekatan dan Analisis Data yang Digunakan Jenis Analisis No. Tujuan Pendekatan Hasil Data Data 1. Kepentingan perikanan budidaya tambak 2. Konflik kepentingan. Identifikasi kawasan budidaya tambak 4. Alternatif tek. budidaya tambak 5. Alternatif tek. pasca panen perikanan tambak 6. Kelayakan usaha budidaya tambak Pengkajian dokumen-dokumen resmi Kepentingan sektor lain atas wilayah laut Survai lapang dan deep interview Pengkajian dokumen-dokumen resmi hasil penelitian Pengkajian dokumen-dokumen resmi hasil penelitian Pengkajian keuntungan usaha budidaya tambak Data pustaka Data wawancara Data kuesioner Data pustaka Data pustaka Data kuesioner Deskripsi Deskripsi Deskripsi Deskripsi Deskripsi Analisis Pendapatan usaha dan Derajat kepentingan Inventarisasi konflik Inventarisasi kawasan budidaya tambak Teknologi yang tepat untuk pengembangan budidaya tambak Teknologi yang tepat untuk pengembangan pasca panen Tingkat kesejahteraan dan keragaan finansial Bab 2-2

48 No. Tujuan Pendekatan Jenis Data Analisis Data Revenue Cost Ratio Hasil usaha budidaya tambak 7. Pengukuran lingkungan perairan Pengukuran langsung dan pengambilan sampel air dan plankton di kawasan tambak dan sekitarnya Data in situ Analisis fisika, kimia dan biologi Tingkat kualitas air di kawasan budidaya tambak 8. Pengukuran substrat tanah Pengamatan langsung dan pengambilan sampel tanah di kawasan tambak dan sekitarnya Data in situ Analisis fisika, kimia dan biologi Tingkat kualitas substrat tanah di kawasan budidaya tambak 9. Pengukuran kondisi oseanografi Pengukuran langsung di perairan pantai timur NAD Data in situ dan pustaka Analisis fisika, kimia dan biologi Kondisi oseanografi di Pantai Timur NAD 10. Pola pemasaran Pengkajian distribusi pemasaran Data kuesioner Deskripsi Tingkat kompleksitasnya (variasinya) 12. GIS Monografi Tambak Peta dasar (topografi dan citra) dan data spasial serta atribut Data wawancara dan pustaka Overlay modelling, Digitasi dan Lay out Peta Tematik Kawasan budidaya tambak di pantai Timur NAD 1. Strategi pengembangan Kajian seluruh potensi wilayah, peluang dan permasalahan Data wawancara dan pustaka Analisis strategik Rekomendasi kebijakan pengembangan Bab 2-24

49 Bab. GAMBARAN UMUM WILAYAH KAJIAN.1 Umum Secara umum, wilayah pantai di Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam (NAD) dapat dibagi menjadi dua kawasan yang spesifik, yaitu: kawasan pantai timur yang berbatasan langsung dengan Selat Malaka dan kawasan pantai barat yang berbatasan langsung dengan Samudera Hindia. Kawasan pantai timur NAD meliputi 7 (tujuh) daerah kabupaten/kota, yaitu: Kabupaten Pidie, Kabupaten Bireuen, Kabupaten Aceh Utara, Kota Lhokseumawe, Kabupaten Aceh Timur, Kota Langsa dan Kabupaten Aceh Tamiang. Sementara, kawasan pantai barat NAD meliputi 10 (sepuluh) daerah kabupaten/kota, yakni: Kabupaten Simeulue, Kabupaten Aceh Singkil, Kabupaten Aceh Selatan, Kabupaten Aceh Barat Daya, Kabupaten Nagan Raya, Kabupaten Aceh Barat, Kabupaten Aceh Jaya, Kabupaten Aceh Besar, Kota Banda Aceh dan Kota Sabang. Selain itu, di Provinsi NAD terdapat pula 4 (empat) daerah kabupaten yang tidak memiliki kawasan pesisir pantai, yakni: Kabupaten Aceh Tenggara, Kabupaten Aceh Tengah, Kabupaten Gayo Lues dan Kabupaten Bener Meriah. Tabel. 1 Kabupaten/kota berdasarkan Wilayah Perairan No WILAYAH PERAIRAN Pantai Barat Pantai Timur 1 Kabupaten Aceh Selatan Kabupaten Pidie 2 Kabupaten Aceh Singkil Kabupaten Bireuen Kabupaten Aceh Barat Kota Lhokseumawe 4 Kabupaten Simeulue Kabupaten Aceh Utara 5 Kabupaten Aceh Besar Kabupaten Aceh Timur 6 Kabupaten Aceh Jaya Kota Langsa 7 Kabupaten Nagan Raya Kabupaten Aceh Tamiang 8 Kabupaten Aceh Barat Daya 9 Kota Banda Aceh 10 Kota Sabang Bab - 1

50 Secara umum karakteristik wilayah perairan antara pantai barat dan pantai timur cukup berbeda, karena adanya perbedaan yang nyata dari kondisi oseanografi dan topografi di kedua wilayah tersebut. Keadaan ini tentu menimbulkan karakteristik potensi sumber daya alam yang berbeda pula pada kedua wilayah ini. Sebagai contoh, lahan di kawasan pantai timur NAD memiliki potensi yang lebih baik sebagai kawasan budidaya tambak dibandingkan dengan kawasan pantai baratnya. Terjadinya bencana alam gempa bumi dan tsunami di Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam (NAD) pada tanggal 26 Desember 2004 telah mengakibatkan banyak sarana dan prasarana sektor perikanan rusak, masyarakat perikanan di pesisir menjadi korban, rusaknya ekosistem laut, pesisir dan pulau-pulau kecil, serta gagalnya produksi perikanan, baik dari kegiatan penangkapan di laut maupun panen dari kegiatan perikanan budidaya. Pada daerah yang terkena dampak langsung gelombang tsunami, baik di kawasan pantai barat maupun pantai timur NAD, juga menyebabkan terjadinya perubahan konfigurasi penggunaan lahan. Kawasan yang sebelumnya merupakan areal mangrove, pemukiman penduduk, ladang/tegalan serta persawahan telah berubah menjadi tanah terbuka. Sebelum bencana tsunami, sektor perikanan merupakan salah satu pilar ekonomi lokal di Provinsi NAD, yang pada tahun 2004 dapat menyumbangkan sebesar 6,5 persen dari Pendapatan Daerah Bruto (PDB) provinsi senilai 1,59 triliun (Dinas Perikanan dan Kelautan NAD, 2005). Namun, setelah terjadinya tsunami, sektor perikanan mengalami kerugian ekonomi paling besar yang berasal dari hilangnya sumber pendapatan daerah, baik dari subsektor perikanan tangkap maupun budidaya. Hilangnya sejumlah besar sumber daya manusianya dan hilang/rusaknya sarana dan prasarana perikanan juga menambah angka kerugian menjadi semakin besar. Diperkirakan produksi perikanan di NAD mengalami penurunan hingga 60 persen. Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) memperkirakan 956 unit perahu/kapal ikan hancur atau tenggelam, 8 unit tempat pendaratan ikan rusak berat, dan sekitar hektar tambak di 11 Bab - 2

51 Kabupaten/Kota rusak berat. Diperkirakan total kerugian langsung akibat bencana ini mencapai 50% nilai total aset. Sementara total nilai kerugian tak langsung mencapai Rp.,8 milyar yang sebagian besar berasal dari kerusakan tambak. Hal ini akibat kerusakan tambak budidaya yang hampir tersebar merata. Bahkan di daerah yang tidak terlalu parah dampak tsunaminya, seperti tambak-tambak yang hanya terkena tergenang, tetap tidak mudah untuk merehabilitasinya agar dapat dipergunakannya kembali..2 Kondisi Fisik Wilayah Kajian Kondisi Geografis Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam (NAD) merupakan satu-satunya provinsi di Indonesia yang terletak paling barat. Provinsi ini membentang dari garis bujur 95 o BT sampai ke garis bujur 98 o BT dan dari garis lintang 2 o LU ke utara sampai hampir mencapai garis lintang 6 o LU. Luas daerah Provinsi NAD adalah 5765 km 2, di sebelah barat berbatasan langsung dengan Samudera Hindia, di sebelah utara dengan Laut Andaman, di sebelah timur dengan Selat Malaka dan di selatan dengan Provinsi Sumatera Utara. Sumbu memanjang/utama Provinsi NAD berada pada posisi garis arah tenggara dan barat laut. Di sepanjang garis sumbu utama dari posisi memanjang provinsi ini terdapat barisan pegunungan yang merupakan bagian dari Bukit Barisan dengan bagian-bagian dataran tingginya terdiri dari pegunungan Tangse, Gayo dan Alas (Gambar. 1). Puncak tertinggi dari dataran tinggi tersebut adalah Leuser (.466m), Ucop Molu (.187 m), Abong - abong (.015 m), Peut Sago (2.786 m), Geureudong (2.295 m) dan Burni Telong (2.566 m). Barisan Pegunungan Aceh Raya memiliki puncak Seulawah Agam (1.762 m) dan Seulawah Inong (865 m). Barisan penggunungan yang memanjang di sepanjang sumbu utama inilah yang membagi Provinsi NAD menjadi dua daerah yang memiliki karakter fisik sangat berbeda, di daerah pesisir barat NAD memiliki daratan yang curam, terbuka ke laut lepas dan dataran rendah yang sempit. Sedangkan di daerah Bab -

52 pesisir utara-timur NAD memiliki topografi yang datar dan dataran rendah sangat luas. Sungai-sungai besar yang bermuara ke perairan Selat Malaka adalah Krueng Aceh di Kabupaten Aceh Besar, Krueng Peusangan di Kabupaten Bireuen, Krueng Peureulak di Kabupaten Aceh Timur, Krueng Tamiang di Kabupaten Aceh Tamiang. Di pantai barat bermuara ke Samudera Hindia adalah Krueng Teunom, Krueng Meureubo, Krueng Simpang Kanan dan Krueng Simpang Kiri. Gambar. 1 Peta Geografi Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam (Bakosurtanal, 2006) Bab - 4

53 Iklim Variasi dari variabel iklim di Indonesia lebih besar terjadi pada curah hujan bila dibandingkan dengan suhu dan tekanan udara. Negara kepulauan seperti Indonesia hampir seluruhnya memiliki tipe iklim tropis. Rata-rata suhu udara di wilayah pesisir sebesar 28 o C, sedangkan di daerah pegunungan sekitar 26 o C. Rata-rata nilai kelembaban udara pada kisaran 70-90%. Kondisi angin umumnya dapat diprediksi dengan baik karena di daerah ini berkembang sistem muson dengan jelas. Umumnya musim tenggara angin bertiup dari selatan dan timur pada bulan Juni-September, sebaliknya pada musim barat laut angin bertiup dari barat laut pada bulan Desember-Maret. Gambar. 2 dan Gambar. merupakan data yang diolah dari Stasiun Meteorologi Malaikul Saleh selama 16 tahun ( ) dalam bentuk mawar angin kejadian rata-rata dan maksimum. Selama 16 tahun perekaman data, rata-rata angin bertiup dari arah timur dan timur laut dengan kecepatan >5 knot sebesar 12,27-1,71%. Persentase kejadian angin dengan kecepatan maksimum juga terjadi pada saat angin bertiup dari arah timur dan timur laut serta tenggara. Persentase kejadian angin maksimum (>10 knot) adalah 2,64-4,61%. Secara umum curah hujan yang terjadi di daerah kajian mengikuti pola yang berkaitan dengan sistem muson. Curah hujan tinggi umumnya terjadi pada bulan Desember-Maret, sedangkan curah hujan rendah terjadi pada bulan Juni-September. Data curah hujan selama 15 tahun di sekitar lokasi kegiatan (tahun 1990 hingga 2004) menunjukkan bahwa rata-rata curah hujan bulanan berada pada kisaran mm/bulan (Gambar. 4). Curah hujan bulanan relatif tinggi terjadi pada bulan Oktober hingga Desember, yaitu berkisar antara mm/bulan. Curah hujan rata-rata tahunan adalah 219 mm/tahun dengan kisaran antara mm (Gambar. 5). Bab - 5

54 Gambar. 2 Mawar Angin dari Persentase Kejadian Angin Rerata Periode Gambar. Mawar Angin dari Persentase Kejadian Angin Maksimum Periode Bab - 6

55 Curah hujan bulanan (mm) Jan Feb Mar Apr May Jun Jul Aug Sep Oct Nov Dec Bulan Gambar. 4 Curah Hujan Bulanan di Daerah Studi (Sumber: Stasiun Klimatologi Bandara Blang Bintang) 7000 Curah hujan rata-rata tahunan (mm) Tahun Gambar. 5 Curah Hujan Tahunan di Daerah Studi (Sumber: Stasiun Klimatologi Bandara Blang Bintang) Bab - 7

56 Kondisi Oseanografi Pantai Timur NAD Batimetri Secara umum kondisi kedalaman perairan di pantai utara-timur NAD dapat terlihat pada Gambar. 6. Hamparan kedalaman perairan <100 m terlihat adanya variasi, terutama di daerah yang berada di dekat semenanjung, hamparan tersebut sangat sempit, sedangkan pada tempat yang lain di daerah yang menyerupai teluk tampak lebih lebar. Tidak jauh dari garis pantai kedalaman perairan >750 m juga dapat dilihat pada peta batimetri tersebut. Secara detil gambaran kedalaman laut dari masing-masing kabupaten digambarkan sebagai berikut. Kedalaman (m) Lintang (derajat) Sabang Blanglancang SAMUDRA HINDIA Bujur (derajat) SELAT MALAKA Teluk Aru Kab. Pidie Kab. Aceh Timur Kab. Lain Kab. Bireun Kab. Aceh Utara Kota Langsa Kab. Aceh Tamiang Stasiun Pasut 0 km 50 km 100 km Gambar. 6 Gambaran Umum Kedalaman Air di Perairan Pantai Utara- Timur NAD Bab - 8

57 Pasang Surut Data pasang surut yang digunakan dalam laporan ini adalah data pasut yang dikeluarkan oleh DISHIDROS TNI-AL pada buku daftar pasang surut kepulauan Indonesia tahun 2007 pada bulan September. Adapun stasiun pasang surut yang digunakan adalah : 1) Sabang, 2) Blanglancang, dan ) Teluk Aru (Gambar. 6). Berdasarkan hasil perhitungan bilangan Formzahl (F = 0,15) dari Tabel. 2, maka pasang surut di wilayah Sabang memiliki tipe Semidiunal, yaitu dalam satu hari terjadi dua kali pasang dan dua kali surut. Hal ini juga sesuai dengan tipe yang dibentuk pada Gambar. 7 yang menunjukkan tipe Semidiurnal. Tabel. 2 Data Komponen Pasang Surut Stasiun Sabang So M2 S2 N2 K2 K1 O1 P1 M4 MS4 Fasa (deg) Amplitudo (cm) Grafik Ramalan Pasang Surut Stasiun Sabang (Tanggal : 1-0 September 2007 Posisi : 95.0º BT dan 5.90º LU) 180 HW = 176 cm 160 Tinggi muka air (Cm) MSL = 90 cm LW = cm 1-Sep-07 2-Sep-07 -Sep-07 4-Sep-07 5-Sep-07 6-Sep-07 7-Sep-07 8-Sep-07 9-Sep Sep Sep Sep-07 1-Sep Sep Sep Sep Sep Sep Sep Sep Sep Sep-07 2-Sep Sep Sep Sep Sep Sep Sep-07 0-Sep-07 1-Oct-07 Tanggal Gambar. 7 Fluktuasi Muka Laut di Stasiun Sabang pada 1 0 September 2007 Grafik pasang surut selama satu bulan (September 2007) pada stasiun pasang surut Sabang (Gambar. 7) menunjukkan muka air tertinggi (HW) sebesar 176 cm, muka air rata-rata (MSL=Mean Sea Level) sebesar 90 cm Bab - 9

58 dan muka air terendah sebesar cm dengan tunggang pasut sebesar 1,7 meter. Berdasarkan hasil perhitungan bilangan Formzahl (F = 0,14) dari Tabel., maka pasang surut di wilayah Blanglancang memiliki tipe Semidiunal, yaitu dalam satu hari terjadi dua kali pasang dan dua kali surut. Hal ini juga sesuai dengan tipe yang dibentuk pada Gambar. 8 yang menunjukkan tipe Semidiurnal. Tabel. Data Komponen Pasang Surut Stasiun Blanglancang So M2 S2 N2 K2 K1 O1 P1 M4 MS4 Fasa (deg) Amplitudo (cm) Grafik Ramalan Pasang Surut Stasiun Blanglancang (Tanggal : 1-0 September 2007 Posisi : 97.15º BT dan 5.20º LU) 200 HW = 206 cm Tinggi muka air (Cm) MSL = 110 cm 50 0 LW = 1 cm 1-Sep-07 2-Sep-07 -Sep-07 4-Sep-07 5-Sep-07 6-Sep-07 7-Sep-07 8-Sep-07 9-Sep Sep Sep Sep-07 1-Sep Sep Sep Sep Sep Sep Sep Sep Sep Sep-07 2-Sep Sep Sep Sep Sep Sep Sep-07 0-Sep-07 1-Oct-07 Tanggal Gambar. 8 Fluktuasi Muka Laut di Stasiun Blanglancang pada 1 0 September 2007 Grafik pasang surut selama satu bulan (September 2007) pada stasiun pasang surut Blanglancang (Gambar. 8) menunjukkan muka air tertinggi (HW) sebesar 206 cm, muka air rata-rata (MSL) sebesar 110 cm dan muka air terendah sebesar 1 cm dengan tunggang pasut sebesar 1,9 meter. Berdasarkan hasil perhitungan bilangan Formzahl (F = 0,25) dari Tabel. 4, maka pasang surut di wilayah Teluk Aru memiliki tipe Semidiunal, yaitu dalam Bab - 10

59 satu hari terjadi dua kali pasang dan dua kali surut dan hampir membentuk pola campuran dominan ganda. Hal ini juga sesuai dengan tipe yang dibentuk pada Gambar. 9 yang menunjukkan tipe Semidiurnal dan hampir mendekati tipe campuran dominan ganda. Tabel. 4 Data Komponen Pasang Surut Stasiun Teluk Aru So M2 S2 N2 K2 K1 O1 P1 M4 MS4 Fasa (deg) Amplitudo (cm) Grafik Ramalan Pasang Surut Stasiun Teluk Aru (Tanggal : 1-0 September 2007 Posisi : 98.20º BT dan 4.10º LU) HW = 278 cm 250 Tinggi muka air (Cm) MSL = 150 cm 50 0 LW = 22 cm 1-Sep-07 2-Sep-07 -Sep-07 4-Sep-07 5-Sep-07 6-Sep-07 7-Sep-07 8-Sep-07 9-Sep Sep Sep Sep-07 1-Sep Sep Sep Sep Sep Sep Sep Sep Sep Sep-07 2-Sep Sep Sep Sep Sep Sep Sep-07 0-Sep-07 1-Oct-07 Tanggal Gambar. 9 Fluktuasi Muka Laut di Stasiun Teluk Aru pada 1 0 September 2007 Grafik pasang surut selama satu bulan (September 2007) pada stasiun pasang surut Teluk Aru (Gambar. 9) menunjukkan muka air tertinggi (HW) sebesar 278 cm, muka air rata-rata (MSL) sebesar 150 cm dan muka air terendah sebesar 22 cm dengan tunggang pasut sebesar 2,56 meter. Bab - 11

60 Grafik Ramalan Pasang Surut Stasiun Sabang, Blanglancang dan Teluk Aru (Tanggal : 1 - September 2007) Tinggi muka air (Cm) Sep-07 2-Sep-07 Tanggal Sabang Teluk Aru Blanglancang -Sep-07 Gambar. 10 Perbandingan Pasang Surut di Stasiun Sabang, Blanglancang dan Teluk Aru selama 2 hari (1- September 2007) Provinsi NAD dibagi menjadi 17 kabupaten dan 4 kota, yang terdiri dari 228 kecamatan, 642 mukim dan desa serta 112 kelurahan. Luas Provinsi NAD sekitar 57.65,57 km 2 atau ha, dan miliki panjang garis pantai ± km dengan wilayah perairan laut seluas km 2 yang terdiri dari km 2 merupakan perairan teritorial dan perairan kepulauan seluas dan km 2 merupakan perairan zona ekonomi eksklusif (ZEE). Kemudian, berdasarkan zona penggunaan lahannya, Provinsi NAD terbagi atas dapat dibagi menjadi 11 (sebelas) zona, yaitu (1) Perkampungan, (2) Industri, () Persawahan (4) Pertanian, (5) Kebun, (6) Perkebunan, (7) Padang, (8) Hutan, (9) Perairan Darat, (10) Tanah Terbuka dan (11) lain-lain. Kawasan zona hutan dan perkebunan merupakan zona yang paling dominan di wilayah ini dengan persentase masing-masing sebesar 66,79% dan 9,74%. Gambaran umum penggunaan lahan di Provinsi NAD dapat dilihat pada Gambar. 11. Bab - 12

61 Gambar. 11 Peta Penggunaan Lahan di Provinsi NAD Bab - 1

62 .2.1 Kabupaten Pidie Kabupaten Pidie terletak pada garis 04,0 o - 04,60 o Lintang Utara dan 95,75 o - 96,20 o Bujur Timur. Kabupaten ini secara administratif berbatasan dengan: Sebelah timur : Berbatasan dengan Kabupaten Bireuen Sebelah barat : Berbatasan dengan Kabupaten Aceh Besar Sebelah utara : Berbatasan dengan Selat Malaka Sebelah selatan : Berbatasan dengan Kabupaten Aceh Jaya Luas wilayah Kabupaten Pidie adalah 4.160,55 Km 2 dengan jumlah kecamatan sebanyak 1. Kecamatan Mane merupakan wilayah terluas di Kabupaten Pidie. Ditinjau dari sisi topografi, wilayah Kabupaten Pidie ada yang terletak pada dataran rendah pantai dan ada pula yang berada pada dataran tinggi. Dari klasifikasi lereng, Kabupaten Pidie umumnya merupakan daerah dataran tinggi, yakni sekitar 67,6% wilayahnya memiliki kelas lereng lebih besar dari 40%. Sementara sisanya merupakan daerah pesisir pantai yang memiliki klasifikasi lereng 0-2%. Perbandingan kawasan budidaya dan kawasan lindung di Kabupaten Pidie berkisar 60% dan 40%. Penggunaan lahan terluas adalah pemukiman dan pertanian/perkebunan, sisanya adalah hutan lindung. Dari seluruh lahan baru sekitar 17,52% lahan yang telah di gunakan, sedangkan sisanya merupakan hutan lebat dan kawasan yang belum dimanfaatkan. Kabupaten Pidie memiliki 5 sungai utama, yaitu Kreung Kale, Kreung Baton, Kreung Tepin Raya, Kreung Geumpang, dan Kreung Meureudu. Kabupaten Pidie termasuk ke dalam wilayah beriklim tropis basah, temperatur berkisar dari suhu minimum C sampai dengan suhu maksimum 0-5 C. Selama ini curah hujan paling tinggi terjadi pada bulan Januari, sedangkan curah hujan tetap terjadi pada bulan Oktober dan Desember..2.2 Kabupaten Bireuen Kabupaten Bireuen secara geografis terletak pada 4 o 54-5 o 18 Lintang Utara dan 96 o o 21 Bujur Timur. Sebelah utara berbatasan dengan Selat Malaka, sebelah selatan berbatasan dengan Kabupaten Bener Meriah, Bab - 14

63 sebelah timur dengan Kabupaten Aceh Utara dan sebelah barat berbatasan langsung dengan Kabupaten Pidie. Luas wilayah Kabupaten Bireuen adalah 1.901,21 km 2 yang terdiri dari 17 kecamatan. Wilayah kecamatan yang terluas di Kabupaten Bireuen adalah Kecamatan Peudada yakni sekitar 20,58% dari total luas wilayah Kabupaten Bireuen. Keadaan topografi wilayah Kabupaten Bireuen terdiri atas tanah datar dan perbukitan, yang terdapat di dalam area pantai, lembah, lereng dan dataran. Sebagian besar wilayah kabupaten ini merupakan daerah datar. Selain itu, di Kabupaten Bireuen mengalir 12 sungai utama, yaitu Kreung Samalanga, Kreung Jeunib, Kreung Nalan, Kreung Peudada, Kreung Tambue, Kreung Bandrah, Kreung Bugeng, Kreung Jeumpa, Kreung Juli, Kreung Leubu, Kreung Mane, dan Kreung Peusangan. Seluruh sungai tersebut semuanya bermuara ke Selat Malaka..2. Kabupaten Aceh Utara Kabupaten Aceh Utara secara geografis terletak pada posisi 4 o 46-5 o 40 Lintang Utara dan 96 o o 1 Bujur Timur. Batas wilayah kabupaten ini adalah sebelah utara berbatasan dengan Kota Lhoksemauwe dan Selat Malaka, sebelah selatan berbatasan dengan Kabupaten Aceh Tengah, sebelah timur dengan Kabupaten Aceh Timur dan sebelah barat berbatasan dengan Kabupaten Bireuen. Luas wilayah Kabupaten Aceh Utara adalah.296 Km 2 yang terdiri dari 22 kecamatan. Wilayah kecamatan yang paling luas adalah Kecamatan Paya Bokong yang meliputi 12,69% dari total luas wilayah Kabupaten Aceh Utara, sedangkan wilayah kecamatan yang paling sempit daerahnya adalah Kecamatan Syamtalira Aron dengan luas hanya 28,1 km 2. Kondisi topografi wilayah Kabupaten Aceh Utara terdiri atas dataran dan daerah yang berbukit-bukit. Sebanyak 760 desa di Aceh Utara terletak di dataran sedangkan di daerah perbukitan terdapat 92 desa. Di Wilayah Kabupaten Aceh Utara mengalir 8 sungai yang bermuara ke Selat Malaka, yakni Krueng Buloh, Krueng Lambanyung, Krueng Keureutou, Krueng Gunci, Krueng Keukuh, Krueng Ceuko, Krueng Peuto dan Krueng Jambo Aye. Selain Bab - 15

64 sungai, di kabupaten ini terdapat pula 4 gunung dengan ketinggian berkisar antara 776 m hingga 2.89 m. Kondisi suhu di Kabupaten Aceh Utara berkisar antara 26 o C dengan kelembaban nisbi rata-rata 85%. Di wilayah Aceh Utara, curah hujan yang terjadi selama tahun 2004 relatif tinggi. Setiap bulan terjadi hujan dengan rata-rata perbulannya 1 hari..2.4 Kabupaten Aceh Timur Kabupaten Aceh Timur secara geografis terletak pada garis 04 o Lintang Utara dan 97 o o 4 Bujur Timur. Batas wilayah kabupaten ini adalah sebelah utara berbatasan dengan Selat Malaka, sebelah selatan berbatasan dengan Kabupaten Aceh Tenggara, sebelah timur dengan Kabupaten Aceh Tamiang dan Kota Langsa, sebelah barat berbatasan dengan Kabupaten Aceh Utara. Luas wilayah Kabupaten Aceh Timur mencapai 6.040,60 km 2 yang terdiri dari 21 kecamatan. Wilayah kecamatan yang paling luas adalah Kecamatan Serbajadi yang meliputi 51,15% dari total luas wilayah Kabupaten Aceh Timur. Adapun wilayah kecamatan yang paling sempit adalah Kecamatan Indra Makmur dengan luas wilayah sebesar 1,47% dari total luas wilayah Kabupaten Aceh Timur. Sebagian besar wilayah Kabupaten Aceh Timur (4,14%) merupakan dataran rendah dan landai dengan kemiringan lereng 0-2%. Di wilayah Kabupaten Aceh Timur mengalir 10 sungai yang bemuara ke Selat Malaka, yakni Krueng Raja Tuha, Krueng Peureulak, Krueng Peudawa Rayek, Krueng Idi Rayek, Krueng Peunarun, Krueng Julok Cut, Krueng Julok Rayeuk, Krueng Golok Rayeuk, Krueng Geureubak, dan Krueng Arakundo. Kondisi suhu di Kabupaten Aceh Timur berkisar antara 26 o C dengan kelembaban nisbi rata-rata 75%. Kabupaten Aceh Timur tergolong wilayah yang memiliki intensitas hujan cukup tinggi. Rata-rata jumlah curah hujan di wilayah ini adalah sekitar 150 mm. Dari catatan yang ada, curah hujan tertinggi umumnya terjadi selama bulan September, sedangkan curah hujan terendah terjadi selama bulan Februari. Bab - 16

65 .2.5 Kota Langsa Kota Langsa secara geografis terletak pada posisi 04 o o Lintang Utara dan 97 o 5-98 o 04 Bujur Timur. Posisi Kota Langsa dibatasi oleh Selat Malaka pada sebelah utara, Kabupaten Aceh Timur di sebelah selatan dan barat, serta Kabupaten Aceh Tamiang di sebelah timur. Total luas wilayah Kota Langsa adalah 262,41 km 2 yang terdiri dari 5 kecamatan, yaitu, Kecamatan Langsa Timur, Kecamatan Langsa Kota, Kecamatan Langsa Barat, Kecamatan Langsa Teungoh dan Kecamatan Langsa Lama. Wilayah kecamatan yang paling luas adalah Kecamatan Langsa Timur dengan luas wilayah mencapai 121,24 km 2. Kota Langsa hanya dialiri oleh 1 sungai utama yang bemuara ke Selat Malaka, yakni Krueng Langsa. Kota ini tergolong wilayah yang kering. Hal tersebut terlihat dari rendahnya curah hujan dan jumlah hari hujan yang terjadi selama setahun. Rata-rata jumlah hari hujan pada tahun 200 hanya,58 hari dengan curah hujan 48,17 mm..2.6 Kabupaten Aceh Tamiang Kabupaten Aceh Tamiang secara geografis terletak pada garis ' Lintang Utara dan 97 44' ' BT Bujur Timur. Batas wilayah kabupaten ini adalah sebelah utara berbatasan dengan Selat Malaka dan Kota Langsa, sebelah selatan dan timur berbatasan dengan Kabupaten Langkat Provinsi Sumatera Utara, sedang akan di sebelah barat berbatasan dengan Kabupaten Aceh Timur dan Kabupaten Gayo Lues. Kabupaten Aceh Tamiang memiliki luas wilayah sebesar 1.99,72 km 2 dan terdiri dari 8 Kecamatan, 1 kelurahan dan 208 Desa. Diantara kedelapan Kecamatan tersebut, Kecamatan Tamiang Hulu merupakan wilayah yang paling luas yaitu 2,04% dari total luas wilayah Kabupaten Aceh Tamiang. Berdasarkan kelas ketinggian, wilayah Kabupaten Aceh Tamiang didominasi oleh kelas ketinggian meter di atas permukaan laut yakni sekitar 6,02% dari luas keseluruhan wilayah Kabupaten Aceh Tamiang. Sementara, kelas ketinggian yang paling rendah jumlahnya adalah ketinggian lebih dari Bab - 17

66 1000 meter di atas permukaan laut yakni sekitar,84% dari total luas wilayah Kabupaten Aceh Tamiang. Di wilayah Kabupaten Aceh Tamiang hanya mengalir 1 sungai utama yang bemuara ke Selat Malaka, yakni Krueng Seruway. Menurut sistem klasifikasi Schmidt dan Ferguson, wilayah Aceh Tamiang tergolong dalam tipe yang relatif kering sampai basah. Namun, disisi lain curah hujannya terdistribusi merata sepanjang tahun. Berdasarkan catatan yang ada, terlihat bahwa curah hujan rata-rata tahunan di wilayah Kabupaten Aceh Tamiang adalah sekitar mm, dengan rata-rata hari hujan sebesar 77 hari/tahun. Pada bulan - bulan September sampai Desember, curah hujan bulanan mencapai maksimal yaitu >100 mm dengan jumlah hari hujan berkisar antara 6-1 hari dalam satu bulan. Sedangkan jumlah curah hujan paling rendah terjadi pada bulan Februari dengan rata-rata curah hujan sebesar 40 mm dengan jumlah hari hujan sebanyak 2 hari.. Kondisi Demografi Wilayah Kajian Pada tahun 2006, penduduk di wilayah pantai timur NAD yang menjadi lokasi kajian tercatat sebanyak jiwa. Kepadatan penduduk rata-rata di wilayah kajian ini adalah sebesar 117 orang/km 2, dan wilayah kajian yang paling padat penduduknya adalah Kota Langsa (1.278 orang/km 2 ). Distribusi sebaran penduduk di setiap wilayah kajian dan tingkat kepadatannya dapat dilihat pada Tabel. 5. Tabel. 5 Jumlah Penduduk dan Tingkat Kepadatannya di Pantai Timur NAD yang menjadi Wilayah Kajian Pada Tahun 2006 No Kabupaten/ Kota Luas wilayah Jumlah Kepadatan (Km²) penduduk (orang/km²) 1 Pidie dan Pidie Jaya Bireuen Aceh Utara Kota Langsa Aceh Timur Aceh Tamiang JUMLAH Sumber: diolah dari Aceh dalam Angka, 2006 Bab - 18

67 .4 Kondisi Perikanan Budidaya di Wilayah Kajian.4.1 Kondisi Umum Perikanan Budidaya di Provinsi NAD Budidaya perikanan adalah merupakan kegiatan atau usaha memelihara dan atau membesarkan organisme di tempat tertentu selama periode tertentu dengan tujuan secara ekonomis untuk memperoleh keuntungan. Dengan batasan tersebut maka kegiatan budidaya perikanan termasuk kedalam suatu kegiatan ekonomi. Kegiatan budidaya perikanan ini sangat dipengaruhi oleh daya dukung lahan, sehingga dalam melakukan usaha budidaya perikanan harus mempertimbangkan kesesuaian dan daya dukung lahan sebagai faktor kunci keberhasilan dalam membudidaya ikan. Potensi luas areal budidaya perikanan Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam tahun 2006 seluas 47.5,70 Ha, terdiri dari budidaya keramba 0,8 Ha, sawah 2.447,9 Ha, kolam 2.898,6 Ha dan tambak ,60 Ha. Bila dibandingkan dengan tahun 2005, terjadi peningkatan luas areal budidaya perikanan sebesar 6.799,58 Ha. Peningkatan ini, lebih banyak disebabkan oleh penambahan luas areal pertambakan yang cukup signifikan, yakni sebesar 7.111,1 Ha. Pertambahan areal pertambakan ini sebagian besar adalah karena adanya bantuan pasca gempa tsunami, yang banyak melakukan rehabilitasi kawasan pertambakan yang mengalami kerusakan. Sementara itu, walaupun tidak semua luas areal budidaya mengalami peningkatan, seperti budidaya sawah yang luas arealnya mengalami penurunan seluas 884,00 Ha, dari.61,00 Ha pada tahun 2005 menjadi 2.477,00 Ha pada tahun 2006, namun jumlahnya masih jauh lebih kecil bila dibandingkan dengan jumlah peningkatan luas areal pertambakan. Sama seperti pada budidaya tambak, luas areal budidaya kolam dan keramba juga terjadi peningkatan, walaupun tidak terlalu besar. Secara rinci kondisi perkembangan luas areal perikanan budidaya menurut jenis usahanya di Provinsi NAD periode tahun disajikan pada Tabel. 6. Bab - 19

68 Tabel. 6 Kondisi Jenis Usaha Perikanan Budidaya Perikanan di Provinsi NAD periode tahun Jenis Tahun Usaha Perkembangan Keterangan Keramba 0,12 Ha 2,60 Ha 2,48 Ha Keramba Sawah.61,00 Ha 2.477,00 Ha -884,00 Ha Sawah Kolam 2.26,80 Ha 2.898,60 Ha 571,80 Ha Kolam Tambak 4.845,50 Ha ,60 Ha 7111,10 Ha Tambak Sumber: Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi NAD, 2007 Selanjutnya, untuk produksi perikanan budidaya di Provinsi NAD pada tahun 2006 untuk setiap jenis usaha budidaya perikanan mengalami peningkatan sebesar 5.058, ton dibandingkan tahun 2005 (Tabel. 7). Pada tahun 2006 produksi budidaya perikanan tercatat sebesar 1.904,80 ton, sedangkan pada tahun 2005 tercatat sebesar ,50 ton. Peningkatan terbesar terjadi pada jenis usaha pertambakan, dari ,60 ton tahun 2005 menjadi sebesar ,0 ton tahun Sementara, pada jenis usaha budidaya ikan lainnya juga mengalami peningkatan, akan tetapi secara total jumlahnya masih lebih sedikit dibandingkan dengan peningkatan produksi budidaya tambak. Tabel. 7 Perkembangan Produksi Menurut Jenis Usaha Perikanan Budidaya di Provinsi NAD Periode Tahun Jenis Usaha Tahun Selisih (ton) Keterangan Keramba 47,0 89,4 42,4 Meningkat Sawah 2.92,1.26, 40,2 Meningkat Kolam 8.727, , 288,5 Meningkat Tambak , ,0 4747,4 Meningkat Jumlah , , , Meningkat Sumber: Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi NAD, 2007 Peningkatan produksi ini juga mempengaruhi nilai produksi yang dihasilkannya, dimana terjadi peningkatan nilai sebesar Rp ,- dari Rp ,- pada tahun 2005 menjadi Rp ,- pada tahun Perkembangan nilai produksi berbagai jenis usaha perikanan budidaya di Provinsi NAD dapat dilihat pada Tabel. 8. Bab - 20

69 Tabel. 8 Perkembangan Nilai Produksi Menurut Jenis Usaha Perikanan Budidaya di Provinsi NAD Periode Tahun Jenis Usaha Tahun (x Rp 1.000) Selisih (x Rp 1.000) Keterangan Keramba Meningkat Sawah Meningkat Kolam Meningkat Tambak Meningkat Jumlah Meningkat Sumber: Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi NAD, 2007 Kemudian, untuk jumlah rumah tangga pembudidaya ikan di Provinsi NAD tahun 2006 secara total mengalami peningkatan bila dibandingkan dengan tahun 2005, yakni sebanyak.821 rumah tangga perikanan budidaya. Peningkatan terjadi akibat bertambahnya rumah tangga budidaya kolam yang cukup signifikan, yaitu dari rumah tangga tahun 2005 menjadi sebesar rumah tangga tahun Selain itu, pada jenis usaha budidaya ikan di sawah dan karamba juga mengalami peningkatan jumlah rumah tangga. Untuk budidaya tambak, walaupun jumlah luas areal dan produksi meningkat, namun jumlah rumah tangganya justru menunjukkan penurunan sebanyak 78 rumah tangga. Secara lengkap jumlah pembudidaya ikan menurut usahanya di Provinsi NAD periode tahun ditunjukkan pada Tabel. 9. Tabel. 9 Jumlah Rumah Tangga Pembudidaya Ikan Menurut Usahanya di Provinsi NAD Periode Tahun Jenis Usaha Tahun Selisih (orang) Keterangan Keramba Meningkat Sawah Meningkat Kolam Meningkat Tambak Menurun Jumlah Meningkat Sumber: Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi NAD, 2007 Dalam periode 5 tahun terakhir ( ), produktivitas usaha budidaya perikanan tertinggi secara rata-rata pernah terjadi pada tahun 2002, yakni sebesar 0,886 ton/ha. Produktivitas usaha budidaya perikanan di Provinsi NAD mengalami penurunan yang cukup drastis pada tahun 2005, yakni sekitar 25% dibandingkan produktivitas usaha tahun Hal ini diperkirakan akibat penurunan luas areal lahan dan aktivitas pembudidaya Bab - 21

70 ikan yang belum sepenuhnya memulai usahanya secara optimal serta keterbatasan dana akibat adanya bencana alam gempa dan Tsunami. Kondisi ini, tentu merupakan permasalahan serius, yang perlu segera untuk dilakukan upaya pemulihannya kembali. Secara lengkap perkembangan tingkat produktivitas usaha perikanan budidaya menurut usahanya di Provinsi NAD periode tahun ditunjukkan pada Tabel. 10. Tabel. 10 Produktivitas Usaha Perikanan Budidaya Perikanan di Provinsi NAD periode tahun Tahun Luas Lahan Produksi Produktivitas (Ha) (Rp) (ton/ha) , ,80 0, , ,40 0, , ,80 0, , ,50 0, , ,80 0,674 Sumber: Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi NAD, Kondisi Umum Perikanan Budidaya Tambak di Kabupaten Pidie Luas areal budidaya perikanan tambak di Kabupaten Pidie dalam periode 5 tahun terakhir ( ) relatif cenderung menurun. Sementara, jumlah rumah tangga perikanan (RTP) budidaya tambak dalam periode yang sama di kabupaten ini cenderung meningkat, yakni dari 2.45 RTP pada tahun 2002 menjadi.857 RTP pada tahun Dengan demikian, berarti bahwa rasio luasan areal tambak per RTP di Kabupaten Pidie cenderung mengalami penurunan, dari 2,16 Ha/RTP pada tahun 2002 menjadi 1,25 Ha/RTP pada tahun Hal ini menunjukkan bahwa luasan areal tambak yang dikelola oleh setiap RTP budidaya tambak secara rata-rata semakin berkurang. Hal ini menunjukkan bahwa bila tingkat produktivitas tambak tidak meningkat, maka akan menurunkan tingkat produksi rata-rata yang diterima rumah tangga petani tambak. Perkembangan luas areal, jumlah RTP dan petani tambak di Kabupaten Pidie periode tahun dapat dilihat pada Tabel. 11. Bab - 22

71 Tabel. 11 Perkembangan Luas Areal, Jumlah RTP dan Ratio Luasan Usaha di Kabupaten Pidie Periode Tahun Tahun Ratio Luas Areal Tambak Jumlah RTP Tambak Luasan Usaha (Ha.) (orang) (Ha./RTP) , , , , , , , , , ,25 Sumber: Diolah dari Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi NAD, 2007 Perkembangan produksi perikanan budidaya tambak di Kabupaten Pidie dalam 5 tahun terakhir ( ) cenderung mengalami penurunan, sejalan dengan penurunan luas areal tambak relatif. Penurunan tersebut juga ditambah dengan menurunnya tingkat produktivitas tambak dan/atau tidak semua areal tambak yang ada diusahakan dengan baik. Namun, penurunan produksi ini tidak diikuti dengan penurunan nilai produksinya. Perkembangan produksi dan nilai produksi perikanan budidaya tambak dalam kurun waktu 5 tahun terakhir di Kabupaten Pidie ditunjukkan pada Tabel. 12. Tabel. 12 Perkembangan Produksi dan Nilai Produksi Perikanan Budidaya Tambak di Kabupaten Pidie Periode Tahun Nilai Produksi Produksi Tambak Tahun Tambak (ton) (Rp) , , , , , Sumber: Diolah dari Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi NAD, 2007 Untuk membantu memulihkan dan menggiatkan kembali perikanan budidaya tambak di Kabupaten Pidie yang terkena dampak langsung maupun tidak langsung akibat bencana tsunami, maka pada tahun 2006 BRR NAD-Nias dan ADB ETESP Fisheries tahun 2007 telah melakukan rehabilitasi tambak di beberapa lokasi. Daftar tambak di kabupaten ini yang telah direhabilitasi pada tahun 2006 disajikan pada Tabel. 1. Kemudian, foto salah satu daerah pertambakan di Kabupaten Pidie dapat dilihat pada Gambar. 12. Bab - 2

72 Tabel. 1 Daftar Tambak yang Direhabilitasi di Kabupaten Pidie Tahun 2006 dan 2007 KELOMPOK Luas Hasil KECAMATAN NAMA GAMPONG/DESA KOORDINAT Mapping KETUA KELOMPOK (Ha) JANGKA BUYA Pantee Ara M. Nur Rusli Jurong Ara N E ,0 Sub Total 59,0 MEUREUDU Ie Mns Balek Zakaria Majid Mns Balek N E ,45 Sub Total,45 TRIENGGADENG Kuala Gadeng Fikri Sulaiman Mee Pangwa N E ,29 Sub Total 29,29 MEURAH DUA Meurah Baru Amiruddin Puteh Meurah Baru N E ,56 Sub Total 4,56 MUARA TIGA Pantee Laweung M. Diyah Tuha Beheue N5 2.0 E ,59 Sub Total 0,59 Kuala Lheue M. Ali Husen N E ,00 Alue Kuwieng Zulkifli Ismail N E Cot Jaja SIMPANG TIGA Raseuki Zulkifli Ali N E ,00 Beuratana Sub Total 155,00 PANTERAJA Raja PantaI Nurdin Ahmad Tu dan Hagu N E ,00 Sub Total 45,00 Pinggir Pantai A. Latif Gani Grong-grong Capa N E ,00 ULIM Hidup Baru Abdullah H. Nafi Geulanggang dan Bueng N E ,00 Sub Total 89,00 Kel II Cot Nyong 22,06 Kel III Cot Nyong 16,12 BANDAR BARU Kel IV Cot Nyong 12,55 Kel V Cot Nyong 1,61 Sub Total 64,4 Total 549,26 Sumber : BRR NAD-Nias, 2006 dan ADB ETESP Fisheries, 2007 Gambar. 12 Foto Salah Satu Daerah Pertambakan di Kabupaten Pidie Bab - 24

73 .4. Kondisi Umum Perikanan Budidaya Tambak di Kabupaten Bireuen Data keragaan budidaya perikanan tambak di Kabupaten Bireuen yang tersedia di Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi NAD adalah mulai dari tahun 200 hingga Secara umum luas areal budidaya perikanan tambak di Kabupaten Bireuen dalam periode 4 tahun terakhir ini cenderung mengalami penurunan. Namun, jumlah rumah tangga perikanan (RTP)-nya dalam periode yang sama di kabupaten ini malah cenderung meningkat, yakni dari.45 RTP pada tahun 200 menjadi 5.00 RTP pada tahun Dengan demikian, jelas bahwa rasio luasan areal tambak per RTP di Kabupaten Bireuen cenderung mengalami penurunan yang signifikan, dari 1,54 Ha/RTP pada tahun 200 menjadi 0,9 Ha/RTP pada tahun Hal ini menunjukkan bahwa luasan areal tambak yang dikelola oleh setiap RTP budidaya tambak secara rata-rata semakin berkurang. Luasan rata-rata yang dikelola setiap rumah tangga petani tambak di kabupaten ini diperkirakan masih cukup memadai, yakni rata-rata masih mengelola hampir 1 Ha tambak. Perkembangan luas areal, jumlah RTP dan petani tambak di Kabupaten Bireuen periode tahun dapat dilihat pada Tabel. 14. Tabel. 14 Perkembangan Luas Areal, Jumlah RTP dan Petani Tambak di Kabupaten Bireuen Periode Tahun Tahun Luas Areal Ratio Jumlah RTP Tambak Tambak Luasan Usaha (orang) (Ha.) (Ha./RTP) ,7.45 1, , , , , , ,9 Sumber: Diolah dari Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi NAD, 2007 Perkembangan produksi perikanan budidaya tambak di Kabupaten Bireuen dalam 4 tahun terakhir ( ) mengalami fluktuasi, walaupun perkembangan luas areal tambak yang ada cenderung menurun. Hal ini dapat disebabkan oleh efektivitasnya penggunaan lahan tambak dan penggunaan teknologi yang sesuai serta pemilihan komoditi yang tepat. Namun demikian, peningkatan produksi ini tidak diikuti dengan peningkatan nilai produksinya. Hal ini dapat menggambarkan tentang masih lemahnya Bab - 25

74 penanganan aspek pasca panennya dan sistem pemasarannya. Perkembangan produksi dan nilai produksi perikanan budidaya tambak dalam kurun waktu 4 tahun terakhir di Kab. Bireuen ditunjukkan pada Tabel. 15. Tabel. 15 Perkembangan Produksi dan Nilai Produksi Perikanan Budidaya Tambak di Kabupaten Bireuen Periode Tahun Tahun Nilai Produksi Produksi Tambak Tambak (ton) (x Rp 1.000,-) , , , , Sumber: Diolah dari Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi NAD, 2007 Untuk membantu memulihkan dan menggiatkan kembali perikanan budidaya tambak di Kabupaten Bireuen yang terkena dampak langsung maupun tidak langsung akibat bencana tsunami, maka pada tahun 2006 BRR NAD-Nias dan ADB ETESP Fisheries tahun 2007 telah melakukan rehabilitasi tambak di beberapa lokasi. Daftar tambak di kabupaten ini yang telah direhabilitasi pada tahun 2006 disajikan pada Tabel. 16. Kemudian, foto salah satu daerah pertambakan di Kabupaten Bireuen dapat dilihat pada Gambar. 16. Gambar. 1 Foto Salah Satu Daerah Pertambakan di Kabupaten Bireuen Bab - 26

75 Tabel. 16 Daftar Tambak yang Direhabilitasi di Kabupaten Bireuen Tahun 2006 dan 2007 KECAMATAN KELOMPOK Luas Hasil GAMPONG/ NAMA KOORDINAT Mapping KETUA DESA KELOMPOK (Ha) Kuala Tambue Syamaun Arsyad Lancang N E ,12 Tgk. Dirheum Huslaimi Nurdin Bale N E ,91 Dzakaria Tgk. Tabuee I N E ,00 Daud Keude Tambuee Ibrahim Ben Tgk. Tabuee II N E ,00 Dade Poeb Lhee Syamaun Razi 16,5 Pante Siren Mawardi AR Blang Panyang 15,96 Tgk Jemulok Fazli M. Jamal 12,10 SIMPANG MAMPLAM PANDRAH PEUDADA GANDAPURA JANGKA Ujung Raja Roiyani A Gani 10,8 Aron Jaya Bustami IS 8,87 Ulee Kareung M. Yusuf Aron Baru 9,25 Usman Ade Beurata Bahagia 12,45 Makmu Mulia Hadiani Gani 8,76 Bagi Beusaban Muktar Jalil Calok 14,72 Makmu Beusare Jalaluddin Muhammad 14,47 Pusong Teungoh Husaini Abd 18,00 Jabet Boihaqi Alue Leuhop 15,51 Tanoh Puteh Muhammad Ali 11,09 Sub Total 280,57 Sadar I A. Gani Ali N E Sadar II H. Sanusi Ben N E Umar Nase Mee 67,60 Sadar III Tgk. Nasruddin N E Sadar Burhanudin Ali 14,07 Barona Munir Nase Mee 12,88 Sejahtera Sanusi 15,00 Sepakat A Gani Ali 14,56 Sub Total 124,11 Udang Windu Anwar Usman Mns. Blang N E ,00 Kerambil Tiga HaRdi Ilyas Kukue N E ,00 Sub Total 4,00 Kuala Bu Said Muktaruddin Mon Keulayu N E ,00 Makmur Jaya H. Husen Samuti Makmur N E ,00 Bunga Karang Amirullah Ilyas Ie Rhob N E ,00 Sub Total 84,00 M. Yusuf Beuna Mupakat 1,51 Hasin Jangka Alue Bie Beuratana Rafinus Jangka Alue Bie 8,68 Zainudin Selat Malaka 1,2 Ismail Jangka Alue Bie Bab - 27

76 KECAMATAN KELOMPOK Luas Hasil GAMPONG/ NAMA KOORDINAT Mapping KETUA DESA KELOMPOK (Ha) Beuna Raseuki Fauzi Usman Jangka Alue Bie 11,80 Udep Sare M. Isa Ibrahim Jangka Alue Bie 11,49 Beuna Rahmat Iswadi Arani Jangka Alue Bie 10,85 Bandeng Jaya Saiful Mahmud Jangka Alue U 17,26 Kepiting Jaya Sofyan Ali Jangka Alue U 15,11 Windu Jaya Syukran Ridwan Jangka Alue U 16,80 Swallow Jaya Furqan Asalam Jangka Alue U 18,25 Telaga Biru Safwan Ali Jangka Alue U 17,11 Rawa Jaya Abdullah Jalil Jangka Mesjid 12,2 Rawa Sakti Saridin Jangka Mesjid 7,66 Jeumpa Puteh Rahmadi Pante Ranub 11,98 Damai Syuib Pante Ranub 1,41 Beuratana Sarbini Syafaruddin Pante Ranub 16,2 Makmu Beusare Jamaluddin Abd Pante Ranub 9, Suka Maju Munawar Pante Ranub 1,82 28,9 Total 770,61 Sumber : BRR NAD-Nias, 2006 dan ADB ETESP Fisheries tahun Kondisi Umum Perikanan Budidaya Tambak di Kabupaten Aceh Utara Luas areal budidaya perikanan tambak di Kabupaten Aceh Utara dalam periode 5 tahun terakhir ( ) cenderung semakin berkurang. Demikian pula dengan jumlah rumah tangga perikanan (RTP)-nya, dalam periode yang sama juga mengalami penurunan cukup signifikan, yakni dari 7.00 RTP pada tahun 2002 menjadi RTP pada tahun Karena laju penurunan jumlah RTP lebih besar dibandingkan laju penurunan luas areal tambak, maka rasio luasan areal tambak per RTP di Kabupaten Aceh Utara cenderung mengalami peningkatan, dari 1,50 Ha/RTP pada tahun 2002 menjadi 2,0 Ha/RTP pada tahun Hal ini menunjukkan bahwa luasan areal tambak yang dikelola oleh setiap RTP budidaya tambak secara rata-rata semakin bertambah. Dengan demikian, luasan tambak yang dikelola rumah tangga petani tambak di kabupaten ini dianggap masih memadai, yakni setiap petani tambak secara rata-rata masih mengelola sekitar 2 Ha tambak. Tabel. 17 menunjukkan perkembangan luas areal, jumlah RTP dan petani tambak di Kabupaten Aceh Utara untuk periode tahun Bab - 28

77 Tabel. 17 Perkembangan Luas Areal, Jumlah RTP dan Petani Tambak di Kabupaten Aceh Utara Periode Tahun Tahun Luas Areal Ratio Jumlah RTP Tambak Tambak Luasan Usaha (orang) (Ha.) (Ha./RTP) , , ,0.57 2, ,6.78 2, ,7.85 2, , ,0 Sumber: Diolah dari Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi NAD, 2007 Perkembangan produksi perikanan budidaya tambak di Kabupaten Aceh Utara dalam 5 tahun terakhir ( ) cenderung mengalami penurunan. Hal ini sejalan dengan perkembangan luas areal tambak yang juga cenderung mengalami penurunan. Namun, perkembangan nilai produksinya untuk tahun terakhir dibandingkan dengan satu tahun sebelumnya justru mengalami peningkatan. Perkembangan produksi dan nilai produksi perikanan budidaya tambak dalam kurun waktu 5 tahun terakhir di Kabupaten Aceh Utara dapat dilihat pada Tabel. 18. Tabel. 18 Perkembangan Produksi dan Nilai Produksi Perikanan Budidaya Tambak di Kabupaten Aceh Utara Periode Tahun Tahun Produksi Tambak Nilai Produksi Tambak (ton) (x Rp 1.000,-) , , , , , Sumber: Diolah dari Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi NAD, 2007 Untuk membantu memulihkan dan menggiatkan kembali perikanan budidaya tambak di Kabupaten Aceh Utara yang tekena dampak langsung maupun tidak langsung akibat bencana tsunami, maka pada tahun 2006 BRR NAD- Nias dan ADB ETESP Fisheries tahun 2007 telah melakukan rehabilitasi tambak di beberapa lokasi. Daftar tambak di kabupaten ini yang telah direhabilitasi pada tahun 2006 disajikan pada di kabupaten ini yang telah direhabilitasi pada tahun 2006 disajikan pada Tabel. 19. Kemudian, foto salah satu daerah pertambakan di Kabupaten Aceh Utara dapat dilihat pada Gambar. 14. Bab - 29

78 Tabel. 19 Daftar Tambak yang Direhabilitasi di Kabupaten Aceh Utara Tahun 2006 dan 2007 KECAMATAN KELOMPOK Luas Hasil GAMPONG/ NAMA KOORDINAT Mapping KETUA DESA KELOMPOK (Ha) KUB. Nacan Raya Baktiar Lhok Puuk N E ,75 Alue Lipah Ibrahim S Tutong Uile Titi N E ,00 Makmu Tambak M. Yunus N E ,00 Laga Batang Idris N E ,00 Mtg. Puntong Ka Jaya Mahmuddin N E ,00 Barona Ishak Alibasyah 12,6 Teupin Kuyun Sapu Kheun Azwar Umar 12,92 Lamkuta M. Yusuf Usman 14,59 Pucok Alue A. Fadli 12,89 Alue Dua Sulaiman Is 15,7 Piadah Barat Tgk Syik Puteh 15,9 Blang Ubit Razali Is 1,9 Udep Beusare M. Yusuf Idris Meunasah Sagou 12,58 Cot Ibouh Abdullah Ahmad 11,45 SEUNUDDON Abuek Itek Nasruddin Usman 7,7 Ingin Jaya Baihaqi 1,67 Samarata Ibrahim Amin 15,88 Leubok Kuta Syahrul Ys 14,59 Melati Putih M. Amin Ab 15,4 Sapu Kheun Almsyah Ab 15,22 Bungong Jaroe M. Yahya Zakaria 20,91 Malem Diwa M. Saleh Ismail 2,24 Kembang Desa Alawaddin Wahab 29,21 Kerjasama Tarmizi Idris 15,88 Bintang Kala Tgk Razali Matang Lada 15,06 Ikan Bawal M. Nasir Sabil 15,0 Abeuk Pulo A. Aziz Husen 2,50 Makmu Beusare M. Tayeb Usman 19,86 Makmu Beurata Alamsyah Rasyid 20,59 Bungong Seulanga Nurdin Usman 15,94 Sub Total 648,66 KUB. Bina Karya M. Saleh Adam Kuala Keureutou N E ,92 Maju Jaya Samiun N E TANAH Matang Baroh 46,00 Bina Karya M. Saleh Adam N E PASIR Keurape M. Jamil N E ,00 Kl. Keureuto Barat Turak Sayarboini N E ,00 Sub Total 14,92 Udep Bersama M. Jalil Syaid Glp. Umpung N E ,00 TANAH Radja Medoulat Anwar Puteh Umno N E ,00 JAMBO AYE Sub Total 212,00 Ustan Tarmizi N E ,00 BAKTIYA Blang Rheu Alue Paya Kartimin N E ,00 BARAT Sub Total 1,00 Maju Jaya Abd. Rafat Krueng Mate N E ,00 Sarena Syafruddin Kuta Krueng N E ,00 SAMUDERA Beusama M. Yusuf 12,72 Beumakmu H. Nurdin Puuk 10,01 Beu Meu Asee Malikun 12,82 Bab - 0

79 KECAMATAN SYAMTALIRA BAYU DEWANTARA MUARA BATU KELOMPOK Luas Hasil GAMPONG/ NAMA KOORDINAT Mapping KETUA DESA KELOMPOK (Ha) Tgk Ie Saleh M. Yakop Syeh 15,61 Putro Roem Bustami BA 12,92 Sare Musibah Tgk H. Cut Malem 12,42 Blang Nibong Ingin Sukses Syahbuddin 20,45 Mita Beurata Bukhari Ismail 18,84 Bina Rawa Rahman Ben 14,4 Tabah Mulia H. Zulkifli 15,1 Udep Beusare Hasan Basri Ubit 12,65 Usaha Tani Tambak Ruslan Lui 14,46 Sawang Tabah Jaya Muktarudin Usman 10,45 Bungong Seuke Yusuf Katibin 8,6 Tgk Dilampoh Syahid Tgk. Mawardi Hasbi 8,55 Sub Total 4,27 Bawal Cut Asyah Lancok N E ,00 Sarena Bustaman DayahTuha N E ,00 Sub Total 54,00 Kuala Bungkah M. Adam Glp. Sulu Timu N E ,82 Ingin Jaya Asnawi Tgk. Cut Blukat Tubai N E ,00 Sub Total 45,82 Udep Beusare Buchari AB Pante Gurah N E ,0 Raja Kuala Azhar Bungkah N E ,00 Sub Total 17,0 Total 1.597,97 Sumber: BRR NAD-Nias, 2007 Gambar. 14 Foto Salah Satu Daerah Pertambakan di Kabupaten Aceh Utara Bab - 1

80 .4.5 Kondisi Umum Perikanan Budidaya Tambak di Kabupaten Aceh Timur Luas areal budidaya perikanan tambak di Kabupaten Aceh Timur dalam periode 5 tahun terakhir ( ) relatif cenderung mengalami peningkatan. Namun, jumlah rumah tangga perikanan (RTP)-nya dalam periode yang sama justru cenderung mengalami penurunan, yakni dari RTP pada tahun 2002 menjadi 4.60 RTP pada tahun Oleh karena itu, rasio luasan areal tambak per RTP di Kabupaten Aceh Timur secara umum cenderung mengalami peningkatan. Hal ini menunjukkan bahwa luasan areal tambak yang dikelola oleh setiap RTP budidaya tambak secara rata-rata bertambah luas dalam 5 tahun terakhir ini. Luasan tambak yang dikelola RTP petani tambak di kabupaten ini dianggap masih memadai, yakni setiap petani tambak secara rata-rata masih mengelola sekitar Ha tambak. Perkembangan luas areal, jumlah RTP dan petani tambak di Kabupaten Aceh Timur periode tahun dapat dilihat pada Tabel. 20. Tabel. 20 Perkembangan Luas Areal, Jumlah RTP dan Petani Tambak di Kabupaten Aceh Timur Periode Tahun Tahun Luas Areal Tambak (Ha.) Jumlah RTP Tambak (orang) Ratio Luasan Usaha (Ha./RTP) , , , , , , , , , ,9 Sumber: Diolah dari Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi NAD, 2007 Perkembangan produksi perikanan budidaya tambak di Kabupaten Aceh Timur dalam 5 tahun terakhir ( ) cenderung mengalami penurunan, namun pada tahun terakhir (2006) mulai menunjukkan peningkatan dibandingkan tahun Hal ini sejalan dengan perkembangan luas areal tambak yang juga cenderung mengalami peningkatan. Demikian pula dengan perkembangan nilai produksinya yang secara umum cenderung menurun, namun pada tahun 2006 juga mulai menunjukkan peningkatan dibandingkan tahun sebelumnya (2005). Perkembangan produksi dan nilai produksi perikanan budidaya tambak dalam kurun waktu 5 tahun terakhir di Kabupaten Aceh Timur ditunjukkan dalam Tabel. 21. Bab - 2

81 Tabel. 21 Perkembangan Produksi dan Nilai Produksi Perikanan Budidaya Tambak di Kabupaten Aceh Timur Periode Tahun Tahun Nilai Produksi Produksi Tambak Tambak (ton) (x Rp 1.000,-) , , , , , Sumber: Diolah dari Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi NAD, 2007 Untuk membantu memulihkan dan menggiatkan kembali perikanan budidaya tambak di Kabupaten Aceh Timur yang terkena dampak langsung maupun tidak langsung akibat bencana tsunami, maka pada tahun 2006 BRR NAD- Nias telah melakukan rehabilitasi tambak di beberapa lokasi. Daftar tambak di kabupaten ini yang telah direhabilitasi pada tahun 2006 disajikan pada Tabel. 22. Kemudian, foto salah satu daerah pertambakan di Kabupaten Aceh Timur dapat dilihat pada Gambar. 15. Tabel. 22 Daftar Tambak yang Direhabilitasi di Kabupaten Aceh Timur Tahun 2006 Kelompok Kecamatan Gampong/Desa Koordinat Nama Kelompok Ketua SUNGAI RAYA PEUREULAK TIMUR SIMPANG ULIM JULOK Aneuk Nanggroe Alfian Geulumpang Payung Luas Hasil Mapping (Ha) N E ,64 Beuna Ta Saba M.Yusuf Burhan Buket Selamat N E ,29 Kuala Jaya II Abdul Gani Kuala Parek N E ,00 Sub Total 167,9 Nikmat Damee Abdul Rani Seuneubok Punti N E ,49 Intat Beurata Usman Razali Seunebok Rawang N E , Meutuah Syamhrul Seuneubok Walidin Rawang N E ,00 Matang Dama M. Yunus Sulaiman Alue Bugeng N E ,00 Sub Total 129,82 Aceh Damai Jafaruddin AB Lueng Peut N E ,75 Saban Jaya T. Amir Hamzah Pante Bayam N E ,1 Alue Raya Sungoe Blah Tgk. M. Yusuf Matang Cot Paseh N E ,1 Aroen Tujoeh M. Hasan N E ,00 Kw. Simpang Ulim Leubok Jaya Dahlan AB N E ,00 Sub Total 22,01 Bina Kawan Abdul Manaf Naleung N E ,1 Na Usaha Sabe A. Wahab Seumatang N E ,96 Bab -

82 Kecamatan IDI RAYEUK MADAT DARUL AMAN PEUREULAK BARAT PEUREULAK KOTA Kelompok Luas Hasil Nama Kelompok Ketua Gampong/Desa Koordinat Mapping (Ha) Empat Belas Ramli Ali Mtg. Neuheun N E ,02 Udep Sari Anwar Mahmud N E ,00 Kw. Glumpang Mata Rambong Nur Abbas N E ,00 Sub Total 17,29 Ingin Jaya Sulaiman AR Matang Rayeuk N E ,78 Kurnia Nazaruddin Mtg. Pineueng N E ,70 Sub Total 55,48 Alue Geurutong Musliadi N E ,00 Sehati Tgk. Wahyudin N E ,00 Menasah Asan Sinar Harapan M. Arifin Usman N E ,00 Makmu Beusare Razali Saleh N E ,00 Cempaka Tgk. Cut Alif Arsi Lueng I N E ,00 Sub Total 19,00 Udep Baru M. Yani Abdul Kuala Idi Cut N E ,00 Bi Beurata Ibrahim Majid Bagok Panah Sa Sub Total 2,00 Maju Tani Rusli Jafar Alue Bue Jalan N E ,00 Sama Rasa Syahrul Yusuf Paya Gajah Kuala Jaya Muhammad Hatta Kuala Beukah/Paya Lipah Sub Total 1,00 N E ,00 Aneuk Laut Ibrahim Kuala Bugak N E ,00 Seumatang Muda Itam Sumber: BRR NAD-Nias, 2006 M. Darwis Seumatang Muda Itam N E ,00 Sub Total 6,00 Total 996,5 Bab - 4

83 Gambar. 15 Foto Salah Satu Daerah Pertambakan di Kabupaten Aceh Timur.4.6 Kondisi Umum Perikanan Budidaya Tambak di Kota Langsa Data time series budidaya perikanan tambak di Kota Langsa yang tersedia di Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi NAD dimulai sejak tahun 200 hingga Secara umum luas areal budidaya perikanan tambak di Kota Langsa dalam periode 4 tahun terakhir ini cenderung mengalami peningkatan. Demikian pula dengan jumlah rumah tangga perikanan (RTP)-nya dalam periode yang sama juga cenderung meningkat cukup tajam, yakni dari 125 RTP pada tahun 200 menjadi 61 RTP pada tahun Akibat laju peningkatan RTP jauh lebih tinggi dari laju peningkatan luas areal tambak, maka jelas bahwa rasio luasan areal tambak per RTP di Kota Langsa cenderung mengalami penurunan yang signifikan, dari 16,98 Ha/RTP pada tahun 200 menjadi,81 Ha/RTP pada tahun Hal ini menunjukkan bahwa luasan areal tambak yang dikelola oleh setiap RTP budidaya tambak secara rata-rata semakin berkurang. Luasan rata-rata yang dikelola setiap RTP petani tambak di kota ini termasuk cukup luas, yakni rata-rata setiap RTP petani tambak mengelola hampir 4 Ha lahan tambak. Perkembangan luas areal, jumlah RTP dan petani tambak di Kota Langsa periode tahun dapat dilihat pada Tabel. 2. Bab - 5

84 Tabel. 2 Perkembangan Luas Areal, Jumlah RTP dan Petani Tambak di Kota Langsa Periode Tahun Tahun Ratio Luas Areal Tambak Jumlah RTP Tambak Luasan Usaha (Ha.) (orang) (Ha./RTP) , , , , , , ,0 61,81 Sumber: Diolah dari Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi NAD, 2007 Perkembangan produksi perikanan budidaya tambak di Kota Langsa dalam tahun terakhir ( ) cenderung berfluktuasi. Demikian pula dengan perkembangan nilai produksinya yang juga cenderung berfluktuasi. Perkembangan produksi dan nilai produksi perikanan budidaya tambak dalam kurun waktu 5 tahun terakhir di Kota Langsa ditunjukkan pada Tabel. 24. Tabel. 24 Perkembangan Produksi dan Nilai Produksi Perikanan Budidaya Tambak di Kota Langsa Periode Tahun Produksi Tambak Nilai Produksi Tambak Tahun (ton) (Rp) , , Sumber: Diolah dari Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi NAD, 2007 Untuk membantu memulihkan dan menggiatkan kembali perikanan budidaya tambak di Kota Langsa yang terkena dampak langsung maupun tidak langsung akibat bencana tsunami, maka pada tahun 2006 BRR NAD-Nias telah melakukan rehabilitasi tambak di beberapa lokasi. Daftar tambak di kota ini yang telah direhabilitasi pada tahun 2006 disajikan pada Tabel. 25. Kemudian, foto salah satu daerah pertambakan di Kota Langsa dapat dilihat pada Gambar. 16. Tabel. 25 Daftar Tambak yang Direhabilitasi di Kota Langsa Tahun 2006 KELOMPOK Luas Hasil KECAMATAN NAMA GAMPONG/DESA KOORDINAT Mapping KETUA KELOMPOK (Ha) LANGSA TIMUR Banna Raseuki Surbaini Cinta Raja N E ,2 Sumber: BRR NAD-Nias, 2006 Total 96,2 Bab - 6

85 Gambar. 16 Foto Salah Satu Daerah Pertambakan di Kota Langsa.4.7 Kondisi Umum Perikanan Budidaya Tambak di Kabupaten Aceh Tamiang Data time series budidaya perikanan tambak di Kabupaten Aceh Tamiang yang tersedia di Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi NAD dimulai sejak tahun 200 hingga Secara umum luas areal budidaya perikanan tambak di Kabupaten Aceh Tamiang dalam periode 4 tahun terakhir ini relatif tetap. Sementara, jumlah rumah tangga perikanan (RTP)-nya dalam periode ini cenderung mengalami peningkatan, yakni dari RTP pada tahun 200 menjadi.617 RTP pada tahun Oleh karena itu, jelas bahwa rasio luasan areal tambak per RTP di Kabupaten Aceh Tamiang dalam tahun terakhir cenderung mengalami penurunan, dari 1,74 Ha/RTP pada tahun 200 menjadi 1,60 Ha/RTP pada tahun Hal ini menunjukkan bahwa rata-rata luasan areal tambak yang dikelola oleh setiap RTP budidaya tambak cenderung semakin berkurang. Sementara, jumlah petani tambak di kabupaten ini cenderung meningkat, dari orang pada tahun 200 menjadi orang pada tahun Kondisi ini tentu akan menyebabkan perkembangan luasan kepemilikan tambak untu setiap petani tambak di kabupaten ini cenderung mengalami penurunan. Luasan kepemilikan tambak rata-rata yang dikelola setiap petani tambak di Kabupaten Aceh Tamiang Bab - 7

86 dapat dinyatakan cukup memadai, yakni sekitar 1,60 Ha. Selanjutnya, perkembangan luas areal, jumlah RTP dan petani tambak di Kabupaten Aceh Tamiang periode tahun dapat dilihat pada Tabel. 26. Tabel. 26 Perkembangan Luas Areal, Jumlah RTP dan Petani Tambak di Kabupaten Aceh Tamiang Periode Tahun Tahun Luas Areal Ratio Jumlah RTP Tambak Tambak Luasan Usaha (orang) (Ha.) (Ha./RTP) , , , , , , , ,10 Sumber: Diolah dari Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi NAD, 2007 Perkembangan produksi perikanan budidaya tambak di Kabupaten Aceh Tamiang dalam 4 tahun terakhir ( ) cenderung mengalami peningkatan, walaupun perkembangan luas areal tambak yang ada baru mengalami peningkatan pada tahun Hal ini kemungkinan disebabkan oleh efektivitasnya penggunaan lahan tambak dan penggunaan teknologi yang sesuai serta pemilihan komoditi yang tepat. Perkembangan produksi yang meningkat ini, diikuti pula dengan perkembangan nilai produksinya yang meningkat. Perkembangan produksi dan nilai produksi perikanan budidaya tambak dalam kurun waktu 4 tahun terakhir di Kabupaten Aceh Tamiang ditunjukkan pada Tabel. 27. Tabel. 27 Perkembangan Produksi dan Nilai Produksi Perikanan Budidaya Tambak di Kabupaten Aceh Tamiang Periode Tahun Nilai Produksi Produksi Tambak Tambak (ton) (x Rp 1.000,-) , , , , Sumber: Diolah dari Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi NAD, 2007 Untuk membantu memulihkan dan menggiatkan kembali perikanan budidaya tambak di Kabupaten Aceh Tamiang yang terkena dampak langsung maupun tidak langsung akibat bencana tsunami, maka pada tahun 2006 BRR NAD- Bab - 8

87 Nias telah melakukan rehabilitasi tambak di beberapa lokasi. Daftar tambak di kabupaten ini yang telah direhabilitasi pada tahun 2006 disajikan pada Tabel. 28. Kemudian, foto salah satu sungai sebagai sumber air untuk daerah pertambakan di Kabupaten Aceh Tamiang dapat dilihat pada Gambar. 17. Tabel. 28 Daftar Tambak yang Direhabilitasi di Kabupaten Aceh Tamiang Tahun 2006 KELOMPOK Luas Hasil KECAMATAN NAMA GAMPONG/DESA KOORDINAT Mapping KETUA KELOMPOK (Ha) Bina Sejahtera Abdul Bakri Meunasah Paya N E MANYAK PAYED BENDAHARA SERUWAY BANDA MULIA Ujong Pulo Usman Seunebok Cantek N E Jasa Laut Erman Abd. Meurandeh N E Iskandar Muda M. Jamil A. Dagang Setia N E Sentang Windu M. Ali Rasyid Alue Sentang N E Makmu Beusaree Tgk. Rani Meurandeh N E Sub Total Tuah Daka Sa'ibon Bandar Khalifah N E Windu Lestari Amirsyah Bandar Khalifah N E Penaga Jaya Tgk. Syarifuddin Kuala Peunaga N E Sub Total Seruway Windu Amri Anuar Kampung Baru N E Sinar Bahari M. Bakri Kampung Baru N E Bina Karya M. Amin Sungai Kuruk Tiga N E Seruway Marina Khairil Azman Pekan Seruway N E Sub Total Putra Bahari Maimun Alur Nunang N E Sinar Windu Bustamam Matang Speng N E Keramat Windu Safrial HN. Tanjung Keramat N E Sub Total Total 616,0 Bab - 9

88 Gambar. 17 Foto Salah Satu Sungai Sebagai Sumber Air untuk Daerah Pertambakan di Kabupaten Aceh Tamiang Bab - 40

89 Bab 4 KERAGAAN TAMBAK DI PANTAI TIMUR NANGGROE ACEH DARUSSALAM Ekosistem pesisir di kawasan pertambakan Aceh wilayah pantai timur secara umum didominasi oleh jenis-jenis vegetasi pantai, seperti pohon kelapa dan waru laut, namun untuk beberapa lokasi di Aceh Utara dan Aceh Tamiang, ada juga terdapat kebun sawit. Ekosistem mangrove, secara umum hanya dijumpai berupa spot-spot pohon mangrove di beberapa area pertambakan maupun sekitar pertambakan, kecuali di Kota Langsa dan Aceh Tamiang. Ekosistem mangrove di pesisir atau sekitar kawasan pertambakan Kota Langsa dan Kabupaten Aceh Tamiang secara umum kondisinya masih cukup baik, walaupun dijumpai pula adanya bekas-bekas penebangan pohon mangrove. Ukuran pohon yang dijumpai umumnya berukuran besar dan ketinggiannya cukup seragam serta dengan kerapatan tanam yang cukup tinggi. Ekosistem mangrove di pesisir Kota Langsa ini didominasi oleh jenis Rhizopora sp. Selain itu, di Kota Langsa ini, banyak dijumpai daerah-daerah pembibitan mangrove dan merupakan salah satu pusat penyedia bibit mangrove untuk wilayah Provinsi NAD. Secara umum, kawasan lahan pertambakan di pesisir Aceh wilayah timur ini topografinya berupa dataran rendah, banyak berupa hamparan dan cenderung sejajar dengan permukaan laut. Adapun secara visual teramati tekstur lahan secara umum didominasi pasir-lempung atau lempung berpasir. Di beberapa lokasi kandungan pasirnya cukup tinggi, seperti di Kabupaten Bireuen, tetapi secara umum kondisi lahan kawasan pertambakan di Aceh wilayah timur kandungan lempungnya lebih tinggi dibanding kandungan pasirnya. Kelayakan lahan budidaya tambak sangat dipengaruhi oleh kesesuaian lingkungan dan daya dukung kawasan terhadap tambak. Pada beberapa lokasi, beberapa parameter berada pada nilai di bawah baku mutu, seperti nilai DO dan ph di stasiun pengamatan St-1 Kabupaten Pidie, St-6 Bab 4-1

90 Kabupaten Aceh Utara, St-6 Kabupaten Aceh Timur, St-1 Kota Langsa, ST-1 dan St-4 Aceh Tamiang, nilai-nilainya sedikit di bawah baku mutu. Berdasarkan pengamatan di lapang, stasiun-stasiun tersebut merupakan sungai atau saluran air yang didominasi oleh pohon nipah dan secara visual airnya berwarna agak kemerah-merahan. Namun demikian, dengan perkembangan teknologi, air tersebut masih dapat dipergunakan untuk kegiatan budidaya tambak udang setelah diberi perlakuan terlebih dahulu sebelum masuk ke petak udang. Kemudian pada beberapa saluran air tambak dan sebelum muara sungai, juga ada dijumpai nilai salinitas yang cukup rendah. Hal tersebut dikarenakan banyak muara sungai tertutup oleh pasir atau tingkat sedimentasi cukup tinggi sehingga air yang dominan di saluran tersebut adalah air tawar. 4.1 Kabupaten Pidie Kabupaten Pidie terletak di daerah pesisir yang dipengaruhi oleh ekosistem sungai dan laut. Salah satu pemanfaatan kawasan yang dominan di daerah pesisir adalah budidaya tambak. Kualitas tambak sangat ditentukan oleh lingkungan kualitas air dan tanah Lingkungan Pesisir Tujuh stasiun pengukuran parameter fisik lingkungan dipilih untuk diukur nilainilai parameternya (seperti suhu air, salinitas air, dan kecepatan aliran). Lokasi dari ketujuh stasiun pengukuran tersebut telah diplotkan ke dalam peta google (Gambar 4. 1). Bab 4-2

91 Gambar 4. 1 Lokasi Sampling Parameter Fisik Lingkungan di Kabupaten Pidie Nilai dari parameter yang diukur di tujuh lokasi tersebut ditabulasikan pada Tabel Kisaran suhu air yang terukur pada saat di lapangan adalah 0 - o C, kisaran salinitas air berkisar antara 0-26 o oo. Dari data salinitas tersebut dapat dipahami bahwa air laut terintrusi masuk ke arah daratan cukup tinggi. Sedangkan debit masing-masing saluran tambak sangat bervariasi bergantung kepada kecepatan aliran dan luas penampang saluran. Secara rinci data debit dapat dilihat pada Tabel Gambaran umum morfologi pantai di Muara Jeumpa, Kabupaten Pidie dapat terlihat pada Gambar Di muara-muara sungai terlihat adanya pendangkalan dan muncul delta serta sering dijumpai adanya perubahan posisi mulut sungai. Pendangkalan mulut sungai dan pembelokan sungai dapat menghalangi aliran air baik pada saat pasang maupun surut. Tabel 4. 1 Hasil Pengukuran Parameter Fisik Lingkungan di Tujuh Lokasi Berbeda No Stasiun Suhu ( o C) Salinitas ( ) Debit (m /det) Keterangan 1 PD PD Jembatan Utue PD Pekan Toho 4 PD Manyang Lancok 5 PD J. Trenggadeng 6 PD Ulim 7 PD J. S. Meredue Bab 4 -

92 Parameter utama perairan untuk kegiatan budidaya tambak udang, yaitu oksigen terlarut (dissolve oxygen/do), ph, salinitas dan suhu di lingkungan kawasan pertambakan udang (meliputi perairan tambak dan saluran tambak serta sungai pensuplai air untuk pertambakan) di Kabupaten Pidie berada pada kisaran yang masih baik atau layak untuk kegiatan budidaya tambak udang (berdasarkan Kepmen LH No. 51/2004 untuk Biota Laut). Nilai parameter DO berkisar, 9,7 ppm, ph antara 6,60 8,44; salinitas antara promil di daerah muara dan tambak, dan suhu 28,7,4 0 C (Tabel 4. 2). Tabel 4. 2 Parameter Lingkungan di Perairan Muara, Dalam Tambak dan Saluran Tambak di Kabupaten Pidie Parameter Satuan St-1 St-2 St- St-4 St-5 St-6 St-7 Baku mutu *) FISIKA TSS mg/l ph 6,60 7,88 7,2 6,9 7 7,9 8,44 DO mg/l, 7,6 5,5,9 5,6 8,5 9,7 Suhu 0C,4 1,6 29,9 28,7 29 2,0 1,2 Salinitas 0/ KIMIA Ammonia total (NH-N) mg/l 0,876 <0,005 <0,005 0,009 0,150 <0,005 <0,005 - Fosfat (PO4-P) mg/l <0,005 <0,005 <0,005 0,08 <0,005 <0,005 0,55 1 Nitrat (NO-N) mg/l 0,00 0,249 0,006 0,589 0,242 0,017 <0, LOGAM Besi (Fe) mg/l 0,46 0,084 0,047 0,079 0,068 0,047 0,068 - Tembaga (Cu) mg/l 0,07 <0,01 <0,01 <0,01 0,005 <0,01 <0,01 0,02 Timah hitam (Pb) mg/l <0,01 <0,01 0,75 <0,01 <0,001 0,97 0,90 0,0 Kadmium (cd) mg/l <0,01 0,02 <0,01 <0,01 <0,001 0,10 <0,01 0,01 Raksa (Hg) mg/l 0,0005 <0,0002 <0,0002 <0,0002 <0,0002 <0,0002 0,002 BIOLOGI Chlorophyll-a µg/l 16,925 8,102 9,770 10,79 8,617 14,747 16,451 - St-1=Geulanggang, St-2=Meunasah Lhok, St-=Manyang, St-4=Dayah Lampoh Awe,St-5=Blang Paseh, St-6=Neuheun, St-7=Gampong Kulee Pesisir utara Kabupaten Pidie memiliki kemiringan lahan yang landai, artinya lahan rata yang landai sangat luas. Pada Gambar 4. ada garis transek yang ditarik atau dipasang untuk melihat secara menyeluruh profil lahan di Kabupaten Pidie dilakukan transek sebanyak (A, B dan C). Lokasi transek yang dipilih secara jelas ditarik garis merah dari batas terdalam kawasan, kemudian ke arah laut dengan kemiringan yang landai (Gambar 4. 4 dan Gambar 4. 5). Dari tiga transek yang dipilih, transek B yang memiliki kemiringan lahan yang tinggi, sedangkan dua transek lainnya terlihat lebih landai. Bab 4-4

93 Gambar 4. 2 Tampak Atas Areal Tambak di Kabupaten Pidie Gambar 4. Transek untuk Melihat Profil Kelerengan Lahan dan Kedalaman di Kabupaten Pidie Bab 4-5

94 Gambar 4. 4 Profil Kelerengan Lahan dan Kedalaman pada Transek A dan B di Kabupaten Pidie Bab 4-6

95 Gambar 4. 5 Profil Kelerengan Lahan dan Kedalaman pada Transek C di Kabupaten Pidie Untuk melihat gambaran tentang kondisi kedalaman atau batimetri di pantai utara Kabupaten Pidie dilakukan pengumpulan data dan peta batimetri. Gambar 4. 6 dan Gambar 4. 7 merupakan peta kedalaman laut yang diperoleh dari CMap, Di utara Ujung Pidie garis kontur kedalaman (isodepth) 200 m berada lebih dekat ke pantai bila dibandingkan dengan pantai utara Pante Raja. Kondisi tersebut mempunyai arti fisik bahwa pantai di Pante Raja lebih landai bila dibandingkan dengan pantai utara Ujung Pidie. Jarak kontur kedalaman 10 m (isodepth 10 m) hampir merata di sepanjang pantai utara Kabupaten Pidie. Demikian juga kerapatan garis kontur 100 m dan 200 m cukup bervariasi, artinya ada yang dekat dan ada juga yang lebih jauh. Hal tersebut berarti kemiringan atau slope dasar laut antara kedalaman 100 m dan 200 m tidak sama di sepanjang pantai, tetapi bervariasi. Kondisi ini berdampak kepada penerimaan energi gelombang yang diterima. Bab 4-7

96 Gambar 4. 6 Peta Kedalaman Laut di Pantai Kabupaten Pidie Gambar 4. 7 Peta Kedalaman Laut di Pantai Kabupaten Pidie Lingkungan tambak di daerah Pidie umumnya menempati daerah habitat mangrove yang saat ini sudah hampir habis. Vegetasi mangrove hanya ditemukan beberapa pohon di dalam tambak (Gambar 4. 8). Padahal fungsi ekosistem mangrove sangat penting dalam menopang produktivitas perikanan termasuk perikanan tangkap dan budidaya tambak. Bab 4-8

97 Gambar 4. 8 Beberapa Pohon Mangrove di Dalam Tambak di Kabupaten Pidie Sebagian besar kondisi tambak tidak terawat dan tidak beroperasi. Hal ini disebabkan produktivitas tambak sudah berkurang. Penurunan produksi tambak disebabkan oleh kualitas air tambak tidak baik yang mengakibatkan udang terserang penyakit. Ada dua hal yang menyebabkan penurunan kualitas air tambak di Kabupaten Pidie. Pertama, sistem irigasi tambak menggunakan sistem saluran tunggal (primer) dan kedua, pemanfaatan lahan tambak sudah ada yang melebihi daya dukung kawasan. Saluran Tambak Kawasan tambak dapat dilihat secara menyeluruh dengan menggunakan foto udara. Gambar 4. 9 merupakan salah satu contoh hasil foto udara yang didownload dari Google. Panjang saluran baik primer, sekunder dan tersier di kawasan tambak dapat diukur panjangnya dengan teliti dengan teknik digitasi gambar saluran sehingga mendapatkan nilai panjang. Kondisi tambak dan saluran juga dilihat dan diamati di lapangan. Kondisi tambak dan saluran juga dilihat dan diamati di lapangan. Gambar adalah salah satu foto saluran tambak yang sempat diambil di Kabupaten Pidie. Hasil digitasi peta diperoleh Bab 4-9

98 panjang saluran primer dan sekunder di Pidie sepanjang berturut-turut adalah 4,20 km (4200 m) dan 24,2 km (2420 m). Gambar 4. 9 Contoh Digitasi Saluran Primer Tambak di Kabupaten Pidie (Google 2007) Gambar Foto Salah Satu Contoh Saluran Tambak di Kabupaten Pidie Keragaan Teknis Tambak A. Lahan Pantai di Kabupaten Pidie memiliki tipe yang landai dan banyak sungai yang bermuara ke pantai tersebut, sehingga menjadikan lahan tersebut cocok Bab 4-10

99 untuk pengembangan perikanan budidaya air payau (tambak). Lahan pertambakan umum pantai timur umumnya berasal dari konversi hutan bakau, sawah, kebun dan hutan nipah menjadi petak tambak. Musibah tsunami tahun 2004 telah menyebabkan kerusakan pada pertambakan, meliputi kerusakan konstruksi tambak, saluran, pendangkalan dan atau penyempitan pada saluran primer dan muara sungai. Kabupaten Pidie memiliki tambak seluas 614,7 ha yang tersebar di 11 kecamatan. Total dan kisaran luas tambak setiap desa dan kecamatan di Kabupaten Pidie dapat dilihat pada Tabel 4.. Tabel 4. 4 menunjukkan bahwa Kecamatan Batee memiliki tambak paling luas, yaitu 189,41 ha (8,44%), diikuti oleh Kecamatan Glumpang Baro 420,6 ha (11,64%), Simpang Tiga 69,17 ha (10,21%), Ulim 01 ha (8,%), Muara Tiga 256,7 ha (7,1%), Trieng Gadeng 246 ha (6,81%), Kembang Tanjung 200,5 ha (5,55%), Jangka Buya 167,50 ha (4,6%), Kota Sigli 120,6 ha (,4%), Panteraja 107 ha (2,96%), dan Meurah Dua seluas 6,5 ha (1,00%). Luas tambak di Kabupaten Pidie dapat dilihat pada Tabel 4. di bawah ini. Tabel 4. Luas Lahan Tambak di Kabupaten Pidie No Kecamatan Desa Total Luas Kisaran Tambak (ha) Luas (ha) 1 Batee Pasi Beurandeh 42,55 0,05-4,0 Aron Kulee 1, 0,-2,0 Dayah Baroh 14,5 0,5- Teupin Jeu 62,5 0,5-7 Rungkom 58,75 0,25-5 Alue Lada 46 0,5-2 Krueng 107,5 1-4 Kulam 2,7 0,25-2 Bintang Hu 114,5 0,5-25 Geunteng Barat 82,61 1,12- Pulo Bungong 121 0,25-15 Neuheun 1, 0,2-6 Pulo Tukok 52 0,25-.5 Mee ,2 Mesjid 42,5 1-4 Geunteng Timur 102, Seulatan Dayah Tuha 58,2 0,2- Glumpang Lhee SUB JUMLAH 189, Glumpang Baro Kumbang 95,5 0,25-7 Palong 6,5 0,25-4 Bab 4-11

100 No Kecamatan Desa Total Luas Kisaran Tambak (ha) Luas (ha) Ukee 261,6 0,6-18 SUB JUMLAH 420, Muara Tiga Mesjid 4 2 Keupula 15,45 0,7-4,5 Sukajaya Gle Cut 1 1 Krueng,5 0,5-2 Ie Masen 40, 0,25-5 Sagoe 29,4 0,1-4 Ujong Pi 15,5 0,5- Blang Raya 4 1-1,5 Batee 0,25 0,25- Cot 95,5 0,5-8 SUB JUMLAH 256, Kota Sigli Gampong Asan 5,8 0,1-1,7 Blok Sawah 15,5 1-,5 Pasi Peukan Baro 2,5 0,5-1,5 Kramat Luar 10,5 0,5-7 Lampoih Krueng 11,95 0,1-1,5 Pante Teungoh Blang Paseh 29,5 0,5-8 Pasi Rawa 27,8 0,2-7,5 SUB JUMLAH 120, Jangka Buya Jurong Binje Gampong Cot 4 0,5- Jurong Teungoh 2 0,25-,5 Kiran Baroh 22 0,5-1,5 Meunasah Beurembang 1 0,5-2 Jurong Ara 9,1 0,4-,5 Meunasah Lueng 4,4 0,4-1,5 Keudee Jangka Buya 1 0,5 SUB JUMLAH 167, Meurah Dua Mns Jurong 2,5 0,5- Leung Bimba 12,75 0,2-1,6 SUB JUMLAH 6, Panteraja Hagu 9 1 Reudeup 6 1 Peuradeu 49 0,5-1,5 Keudee Pante Raja 1 Tunong Pantee Raja 19,5 0,5-1,5 SUB JUMLAH Trienggadeng Rawasari 1 0,5-2 Cot Lheu Rheng 72,5 0,5-4 Mee Pangwa 28,5 0,25- Meue 1,25 0,25-2 Tung Kleut 14,75 0,25- Dayah Pangwa 79,5 0,5-5 Meucat Pangwa 6, SUB JUMLAH Ulim Pulo Ulim 25,5 0,5-6 Tijin Daboh 17,75 0,25-2 Mesjid Ulim Baroh 22,5 0,5-2 Bab 4-12

101 No Kecamatan Desa Total Luas Kisaran Tambak (ha) Luas (ha) Tijin Husen 27,25 0,25-1,5 Siblah Coh 45,4 0,5-4 Mns Bueng 41,5 0,5-2 Grong-grong Capa 62,1 0,1-11 Geulanggang 59 0,5-5 SUB JUMLAH Kembang Tanjung Jemeurang 9 0, Sukon ,5 Ara 5,5 1,7 Baro 7 1 Kampung Panjou 52 0,25-2 SUB JUMLAH 200, Simpang Tiga Raya Paleue 47,67 0,25-2 Cot Jaja 10,5 0,5-6 Ujong Gampong Lheue Kupula Mesjid Gigieng Pulo Gajah Mate Peukan Sot SUB JUMLAH 69,17 0,25-7 JUMLAH 614,7 Selanjutnya, Tabel 4. 4 menunjukkan sebaran luas tambak yang aktif saat ini, tahun atau setelah tsunami, dan sebelum tsunami (<2004), luasan tambak per komoditas, dan persentase tambak yang operasional saat ini serta komoditas yang dibudidayakan. Sebagian besar tambak di Kabupaten Pidie tidak aktif lagi; sebanyak 40,24% (1454,45 ha) tidak operasional sebelum tsunami (tahun <2004) dan 20,09% (726,15 ha) setelah tsunami ( ). Terdapat 1,28% (110,7 ha) luasan tambak tidak diketahui kapan tidak operasional lagi. Tambak yang masih digunakan saat ini hanya seluas 0,5 ha atau 8.9% dari luas tambak yang ada di Kabupaten Pidie. Pada awalnya, tambak di Kabupaten Pidie digunakan untuk budidaya monokultur udang (1028,78 ha atau 28,46%) dan bandeng (850,2 ha atau 2,52%), serta polikultur udang dan bandeng (1061, ha atau 29,6%). Tambak polikultur sebagian besar terdapat di Kecamatan Batee yaitu 659, ha atau 46,96% luas tambak Batee, sisanya terdapat di Kecamatan Kembang Tanjung (107.5 ha atau 5.62% luas tambak Kecamatan Kembang Tanjung) Bab 4-1

102 dan Kecamatan Simpang Tiga (294.5 ha atau 79,77% luas tambak Kecamatan Simpang Tiga). Namun demikian, saat ini hanya tinggal 46,85 ha atau 1,29% untuk tambak udang dan 2,0 ha atau 0,06% untuk tambak bandeng. Sedangkan untuk tambak polikultur seluas 254,5 ha atau 7,04% dari luas total tambak di Kabupaten Pidie. Tambak udang tersebut terdapat di Kecamatan Meurah Dua seluas 7,6 ha (22,52% luas tambak Meurah Dua), Kecamatan Trienggadeng 0,25 ha (0,1% luas tambak Trienggadeng) dan Kecamatan Kembang Tanjung 9 ha (19,45% luas tambak Kembang Tanjung). sedangkan untuk tambak bandeng terdapat di Kecamatan Batee seluas 2,0 ha dan Kecamatan Kembang Tanjung seluas 0,0 ha. Untuk tambak polikultur terdapat di Kecamatan Kembang Tanjung (6 ha) dan Kecamatan Simpang Tiga (191.5 ha). B. Sistem dan Teknologi Budidaya Komoditas budidaya tambak yang dikembangkan di Kabupaten Pidie adalah budidaya udang dan bandeng, dengan sistem monokultur dan polikultur (Tabel 4. 5). Luas tambak monokultur udang adalah 985, ha, bandeng seluas 850,4 ha, sementara untuk polikultur udang-bandeng seluas 659, ha yang hanya terdapat di Kecamatan Batee. Teknologi budidaya udang yang digunakan adalah tradisional atau semiintensif, dengan padat tebar berkisar 0,1-12 ekor/m 2 dan tingkat produksi kg/ha/siklus. Sementara itu budidaya bandeng bersifat tradisional, dengan padat tebar 0,0- ekor/m 2 dan tingkat produksi kg/ha/siklus. Bab 4-14

103 Tabel 4. 4 Luas Tambak, Tahun Terakhir Operasional, Luas Tambak menurut Komoditas, Luas Tambak Aktif dan Luas Tambak yang Tidak Ada Data Peruntukan di Kabupaten Pidie BATEE Kecamatan GLUMPANG BARO JANGKA BUYA MEURAH DUA MUARA TIGA PANTERAJA KOTA SIGLI TRIENGGADENG ULIM KEMBANG TANJUNG Luas tambak (ha, %) (8.44) (11.64) (4.6) 6.25 (1.00) (7.10) (2.96) (.4) (6.81) 01 (8.) (5.55) Tahun terakhit operasional (ha, %) (0.14) (21.84) (20.97) (79.0) <2004 Udang Bandeng (7.) (100.00) (100.00) (4.15) (100.00) 5.00 (2.99).75 (9.10) (0.10) - 102,00 (50.88).00 (2.80) (12.77) (21.95) 01 (100.00) 2,5 (1.25) (97.20) (77.95) - 46,5 (25.69) (100.00) (4.84) (85.16) (6.40) 4,48 (21.69) Luasan tambak per komoditas (ha, %) (8.70) Udang & Bandeng (46.96) Kepiting Kerapu Nila udang bandeng (1.64) Luasan tambak aktif tahun 2007 per komoditas (ha, %) Udang & bandeng Kepiting Kerapu Nila Tidak ada data peruntukan atau tahun operasional (40.07)* (97.01) 2.50 (6.90) (100.00) (22.52) (65.16) 6.50 (14.84) (6.76) 0,0 (0.01) (0.10) (100.00)* (87.2)* (5.62) ,00 (19.45) 0,0 (0.01) 6 (1.42) 49.5 (24.69) SIMPANG TIGA (10.21) (51.87) 15 (4.06) (79.77) (51.87) (44.06) TOTAL (100.00) 0.5 (8.9) (20.09) (40.24) (28.46) (2.52) (29.6) Keterangan: Persentase tambak aktif merupakan rasio antara tambak aktif untuk suatu komoditas budidaya dengan total luasan tambak untuk komoditas bersangkutan *tidak ada data tahun terakhir tambak operasional (1.29) 2.0 (0.06) (7.04) (1,28)* Bab 4-15

104 Tabel 4. 5 Jenis Budidaya Monokultur, Padat Tebar, Produksi dan Waktu Produksi Tambak di tiap Desa Di Kabupaten Pidie Padat Tebar (ekor/m 2 ) Kisaran Produksi (kg/ha/siklus) Tahun Produksi Terakhir No. Kecamatan Desa Bandeng & Bandeng & Udang Bandeng Udang Bandeng Udang Bandeng/Udang/ Udang bandeng & udang 1 Batee Pasi Beurandeh Aron Kulee //1999 Dayah Baroh - - 0, //1999 Teupin Jeu - - 0,14-, Rungkom Alue Lada - - 0, // Krueng - - 1,0-, //2001 Kulam - - 0, Bintang Hu - - 0,15-0,/1, // Geunteng Barat - - 0,7/ Pulo Bungong - - 0, Neuheun 0, ,2-0, // Pulo Tukok - - 0,/ // Mee - - 0,/ Mesjid - - 0,/1, // Geunteng Timur - - 0,0-0,9/0, / // Seulatan - - 0, // Dayah Tuha - 0,15-7, / / 2 Glumpang Baro Glumpang Lhee - 0, //2000 Kumbang /2002/ Palong /2002/ Ukee /2002/ Muara Tiga Mesjid 0, // Keupula 0, Suka Jaya 0, Gle Cut 0, Krueng 0, Iamasen 0, Sagoe 0, Ujung PI 0, Blang Raya 0, Batee 0, Bab 4-16

105 Padat Tebar (ekor/m 2 ) Kisaran Produksi (kg/ha/siklus) Tahun Produksi Terakhir No. Kecamatan Desa Bandeng & Bandeng & Udang Bandeng Udang Bandeng Udang Bandeng/Udang/ Udang bandeng & udang Cot 0, Kota Sigli Gampong Asan 0,02-0, Blok Sawah 0,15-0, Pasi Peukan Baro 0, Kramat Luar 0, Lampoih Krueng 0,0-0, Pante Teungoh 0,15-0, Blang Paseh 0,07-0, - 0, Pasi Rawa 0, // 5 Jangka Buya Jurong Binje 0,1-0, // Gampong Cot 0,05-0,2 0,15-0, /2002/ Jurong 0,025- Teungoh 0, // Kiran Baroh 0,01-0, // Meunasah Beurembang 0,015-0, // Jurong Ara 0,05-0, // Meunasah Lueng 0,04-0, // Keudee Jangka Buya 0, // 6 Meurah Dua Mns Jurong / / Leung Bimba - 0, / / 7 Panteraja Hagu / / Reudeup / / Peuradeu - 1, / / Mesjid Pante Raja / / Keude Panteraja / / Tunong Pantee Raja - 1, / / Bab 4-17

106 Padat Tebar (ekor/m 2 ) Kisaran Produksi (kg/ha/siklus) Tahun Produksi Terakhir No. Kecamatan Desa Bandeng & Bandeng & Udang Bandeng Udang Bandeng Udang Bandeng/Udang/ Udang bandeng & udang 8 Trienggadeng Rawasari / / Cot Lheu Rheng 0, / / Mee Pangwa - 0, / / Meue Trienggadeng - 2, / / Gampong Teungkut 2, / / Trienggadeng Dayah Pangwa 0,-1,5 1-4, / / Meucat Pangwa / / 9 Ulim Pulo Ulim 0,-0,6-4, / / Tijin Daboh 0,-0,6 1, / / Mesjid Ulim Baroh 0,-0,6 1, / / Tijin Husen 0,-0, / / Siblah Coh 0,15-1, / / Mns Bueng 0,15-0,75 1, / / Grong-grong Capa 0,6-1, / / Geulanggang 0,15-0, // 10 Kembang Tanjung Jemeurang Sukon - - 0,1/ / Ara Baro - - 0,1/ / Kampung Panjou - - 0,1-0, Simpang Tiga Raya Paleue Cot Jaja - - 0, Ujong Gampong - - 0,1-1,2/0, Lheue - - 0,01-0,5/0, Kupula - - 0, Bab 4-18

107 Padat Tebar (ekor/m 2 ) Kisaran Produksi (kg/ha/siklus) Tahun Produksi Terakhir No. Kecamatan Desa Bandeng & Bandeng & Udang Bandeng Udang Bandeng Udang Bandeng/Udang/ Udang bandeng & udang Mesjid Gigieng - - 0,1/ / Pulo Gajah Mate - - 0,1-0,/0, / Peukan Sot - - 0,05-0,8/0, / Bab 4-19

108 Tabel 4. 6 Sumber/Produsen Benih untuk Komoditas Budidaya Tambak pada Semua Kecamatan di Kabupaten Pidie No Kecamatan Sumber/Asal Benih Udang Bandeng Kerapu Kepiting Kakap Nila/mujair 1 Batee GT Windu-GT Timur, GT Windu-GT Timur, GT GT Jaya, Pulo Jaya, Pulo Bugong, Bugong, Trieng Trieng Gadeng, alam Gadeng, alam 2 Glumpang Baro Pasi Lhok, Pasi Lhok, Kb.Tanjong Kb.Tanjong Pidie Pidie Jangka Buya Aron Jaya dan Samudera Windu- Pasi Anom Aron Jaya dan Samudera Windu- Pasi Anom Meurah Dua TIDAK ADA DATA TIDAK ADA DATA Muara Tiga Alam (pantai Sakleung) Panteraja Dilla Dilla Kota Sigli Hatchery dan alam Alam (Selat Malaka) Trienggadeng Hatchery: Rahmat dan CV Asri Pendederan: Rahmat (Trieng Gadeng); Alam: (Trienggadeng); Alam: Laut/Kuala Pangwa laut/kuala Pangwa; Bandar Buana, Kuala Sireen 9 Ulim Bali Bali Kembang Tanjung TIDAK ADA DATA TIDAK ADA DATA Simpang Tiga TIDAK ADA DATA TIDAK ADA DATA Bab 4-20

109 C. Sumber Benih Kuesioner dan survei telah dilakukan untuk mengetahui sumber-sumber benih (benur dan nener) untuk tambak di Kabupaten Pidie. Rekapitulasi hasil kuesioner ditunjukkan pada Tabel Benur dan nener diperoleh dari hatchery (panti benih), pendederan dan alam. Hatchery penyuplai benur dan nener adalah seperti GT. Windu, Samudera Windu, Rahmat dan CV. Asri yang berada di NAD, serta dari Bali. Sumber benih alam seperti dari Pasi Lhok, Kuala Pangwa, dan Kuala Sireen. Survei dilakukan di Kecamatan Trienggadeng di hatchery udang Sungai Kasih milik Bapak Zaenal Abidin. Induk udang betina yang digunakan merupakan hasil tangkapan dari alam, dan tersedia sepanjang tahun. Bila hasil tangkapan nelayan di sekitar hatchery kurang, induk didatangkan dari Aceh Timur. Induk udang yang dibeli hanya betina dan telah dibuahi oleh jantan. Induk yang dibeli tidak pernah diperiksa apakah membawa penyakit atau tidak, sehingga kadang-kadang pembenih mengalami kegagalan karena benur yang dihasilkan terserang penyakit (virus atau bakteri) yang terbawa oleh induk. Penyakit yang sering menyerang adalah penyakit putih (white spot virus) yang bisa mematikan semua benur dalam waktu jam. Bakteri penyebab penyakit kunang-kunang juga terkadang menyerang, namun tidak sampai mematikan semua benur. Harga induk udang betina bervariasi tergantung kualitasnya; induk kualitas A seharga Rp ,- per ekor, kualitas B Rp ,- per ekor, kualitas C Rp ,- sedangkan kualitas D seharga Rp ,-Kualifikasi induk tersebut ditentukan berdasarkan fenotipe secara visual berdasarkan pengalaman pembenih. Kualifikasi induk tersebut berhubungan dengan jumlah benur yang dihasilkan. Induk kategori A umumnya menghasilkan benur (PL 12-1), induk B sebanyak benur, induk C benur, sedangkan induk D kurang dari benur per induk. Harga PL 12-1 adalah Rp 80,- Jumlah hatchery yang operasional tahun 2007 di Trienggadeng sebanyak 10 unit. Setiap hatchery rata-rata memiliki Bab 4-21

110 0 induk betina. Induk yang telah digunakan dikonsumsi oleh pemilik hatchery. D. Permasalahan Hasil studi di Kabupaten Pidie menunjukkan bahwa beberapa permasalahan yang dihadapi petani tambak dalam melakukan aktivitas dan pengembangan usaha. Musibah tsunami telah menyebabkan rusaknya areal pertambakan dan sarana pendukungnya, antara lain adalah rusaknya konstruksi tambak, saluran, penyempitan dan pendangkalan saluran dan muara sungai. Permasalahan lain yang dihadapi adalah harga jual yang berfluktuasi, keterbatasan teknologi, timbulnya penyakit, banjir pada musim hujan, dan pemasaran. Sistem irigasi/pengairan tambak di Kabupaten Pidie hanya menggunakan sistem tunggal dari saluran primer. Selanjutnya pembagian tambak dilakukan melalui antar tambak. Air yang keluar dari tambak, kualitasnya lebih buruk sebelum air masuk tambak. Kualitas air akan semakin menurun apabila rantai tambak semakin panjang. Bila ada penyakit, maka penyebarannya akan cepat dan luas Sosial Ekonomi Petambak Jumlah pembudidaya yang menjadi responden untuk pengumpulan data sosial ekonomi di Kabupaten Pidie sebanyak 590 orang. Rata-rata umur pembudidaya responden di kabupaten ini bervariasi 4 tahun hingga 65 tahun. Rata-rata umur responden terendah terdapat di Desa Kiran Baroh, Pasi Peukan Baro dan Neuheun, sedang yang tertinggi terdapat di Desa Krueng. Umur terendah responden pembudidaya 22 tahun sedang umur tertinggi 76 tahun. Responden pembudidaya tambak di Kabupaten Pidie sebagian besar memiliki tingkat pendidikan SD yaitu sebanyak 175 orang. Respoden yang berpendidikan SMP dan SMU juga cukup banyak masing-masing 144 orang dan 168 orang. Responden dengan pendidikan PT 0 orang. Namun Bab 4-22

111 demikian masih ada responden yang tidak pernah bersekolah sebanyak 56 orang. Responden pembudidaya tambak di Kabupaten Pidie memiliki rata-rata jumlah anggota keluarga yang cukup tinggi yaitu 5 orang per pembudidaya. Kisaran rata-rata jumlah anggota keluarga responden pembudidaya bervariasi dari 2 orang hingga 6 orang per pembudidaya. Responden pembudidaya tambak di Kabupaten Pidie ada yang membudidayakan komoditi udang, bandeng atau polikultur udang-bandeng. Pendapatan rata-rata yang tertinggi diperoleh responden pembudidaya udang-bandeng di Kecamatan Batee dengan nilai Rp 28,89 juta per musim tanam. Sedang pembudidaya bandeng di Kecamatan Trienggadeng memiliki pendapatan rata-rata terendah yaitu Rp per musim tanam (Tabel 4. 7). Responden pembudidaya pada tiga kecamatan, yaitu Kecamatan Batee, Meurah Dua dan Kota Sigli, memiliki rata-rata nilai rasio R/C lebih besar dari dua, yang berarti bahwa secara umum usaha yang dilakukan responden cukup menguntungkan. Namun responden pembudidaya udang di Kecamatan Trienggadeng memiliki rata-rata nilai rasio R/C lebih kecil dari 1. Hal ini berarti usaha budidaya udang responden mengalami kerugian usaha karena penerimaan yang diperolehnya lebih kecil dari biaya yang dikeluarkannya. Tabel 4. 7 Pendapatan dan R/C Pembudidaya Responden di Kabupaten Pidie menurut Kecamatan Tahun 2007 Pendapatan Kecamatan Komoditi Ratarata Min Max Rata-rata Min Max Batee Udang Bandeng Udang Bandeng ( ) ,58 6,40 2,50 Meurah Dua Udang ,00 6,00,6 Bandeng Udang Bandeng Kota Sigli Udang Bandeng ,75 5,00 2,95 Udang Bandeng Trienggadeng Udang ( ) ,41 1,9 0,95 Bandeng ( ) ,86 1,20 1,0 Udang Bandeng Keterangan: angka dalam kurung berarti rugi/minus Sumber : Hasil Perhitungan (2007) R/C Bab 4-2

112 Areal tambak di Kabupaten Pidie terdapat di 87 desa. Desa-desa tersebut berada pada 11 kecamatan yang meliputi Kecamatan Batee (20 desa), Glumpang Baro ( desa), Muara (11 desa), Kota Sigli (8 desa), Jangka Buya (8 desa), Meurah Dua (2 desa), Panteraja (6 desa), Trienggadeng (7 desa), Ulim (8 desa), Kembang Tanjung (6 desa) dan Simpang Tiga (8 desa). Jumlah total pemilik tambak di Kabupaten Pidie sebanyak 014 orang. Dari jumlah tersebut sebanyak 2066 orang menggarap sendiri tambaknya (Tabel 4. 8). Sedang jumlah pembudidaya yang berstatus penggarap berjumlah 887 orang. Para penggarap umumnya memperoleh hak garap dengan cara menyewa lahan tambak dari pemiliknya. Kecamatan Batee merupakan daerah utama tambak di Kabupaten Pidie. Hal ini terlihat dari paling banyaknya jumlah pemilik tambak di kecamatan ini dibandingkan daerah lainnya. Jumlah pemilik tambak di Batee sebanyak 111 orang atau 7,52% dari total jumlah pemilik di Kabupaten Pidie. Kecamatan lain yang memiliki jumlah pemilik tambak cukup banyak yaitu Kecamatan Ulim (27 orang), Simpang Tiga (297 orang) Glumpang Baro (252 orang), Trienggadeng (28 orang) dan Kembang Tanjung (20 orang). Tabel 4. 8 Jumlah Pemilik, Pemilik-Penggarap dan Penggarap Tambak menurut Desa dan Kecamatan di Kabupaten Pidie, 2007 Jumlah Jumlah Pemilik- Kecamatan Desa Pemilik Penggarap (orang) (orang) Jumlah Penggarap (orang) Batee Pasi Beurandeh Aron Kulee Dayah Baroh Teupin Jeu Rungkom Alue Lada Krueng Kulam Bintang Hu Geunteng Barat Pulo Bungong Neuheun Pulo Tukok Mee Mesjid Geunteng Timur Bab 4-24

113 Kecamatan Desa Jumlah Pemilik (orang) Jumlah Pemilik- Penggarap (orang) Jumlah Penggarap (orang) Seulatan Dayah Tuha Glumpang Lhee Glumpang Baro Kumbang Palong Ukee Muara Tiga Mesjid Keupula Suka Jaya 8 5 Gle Cut Krueng 2 1 Iamasen Sagoe Ujung PI Blang Raya 0 Batee Cot Kota Sigli Gampong Asan Blok Sawah Pasi Peukan Baro 0 Kramat Luar 8 5 Lampoih Krueng Pante Teungoh Blang Paseh Pasi Rawa Jangka Buya Jurong Binje Gampong Cot Jurong Teungoh Kiran Baroh Meunasah Beurembang Jurong Ara Meunasah Lueng Keudee Jangka Buya Meurah Dua Mns Jurong Leung Bimba Panteraja Hagu Reudeup Peuradeu Mesjid Pante Raja Keude Panteraja 0 Tunong Pantee Raja Trienggadeng Rawasari Cot Lheu Rheng Mee Pangwa Meue Trienggadeng Gampong Teungkut Bab 4-25

114 Kecamatan Desa Jumlah Pemilik (orang) Jumlah Pemilik- Penggarap (orang) Jumlah Penggarap (orang) Trienggadeng Dayah Pangwa Meucat Pangwa Ulim Pulo Ulim Tijin Daboh Mesjid Ulim Baroh Tijin Husen Siblah Coh Mns Bueng Grong-grong Capa Geulanggang Kembang Tanjung Jemeurang Sukon Ara Baro 7 4 Kampung Panjou Simpang Tiga Raya Paleue Cot Jaja Ujong Gampong Lheue Kupula Mesjid Gigieng Pulo Gajah Mate Peukan Sot JUMLAH Sumber : Hasil Pengolahan Data, 2007 Jumlah pemilik tidak sama dengan jumlah pemilik penggarap ditambah jumlah penggarap karena ada penggarap yang menggarap tambak lebih dari 1 pemilik. Total luas areal tambak di Kabupaten Pidie seluas 614,7 ha. Areal tambak yang paling luas di kabupaten ini terdapat di Kecamatan Batee yaitu 189,41 ha atau 8,44% dari total luas tambak kabupaten ini (Tabel 4. 9). Di Kecamatan Batee terdapat enam desa yang memiliki luas tambak di atas 100 ha. Kelima desa tersebut yaitu Desa Aron (118 ha), Krueng (107,5 ha), Bintang Hu (114,5 ha), Neuheun (1, ha), Genteng Timur (102,5 ha) dan Glumpang Lhee (10 ha). Bab 4-26

115 Sebaran luas tambak per pembudidaya di Kabupaten Pidie, bervariasi dari yang terendah 0,05 ha/orang hingga yang tertinggi 25 ha/orang. Pemilikan luas tambak 0,05 ha/orang terdapat di Desa Pasi Beurandeh. Pemilikan luas tambak 25 ha/orang terdapat di Desa Bintang Hu. Selain itu terdapat 4 desa lainnya yang memiliki pemilikan tambak di atas 10 ha/orang yaitu Desa Pulo Bungong (15 ha/orang), Ukee (18 ha/orang), Jemeurang (15 ha/orang) dan Grong Grong Capa (11 ha/orang) (Tabel 4. 9). Tabel 4. 9 Total Luas Tambak, Sebaran Luasan dan Rata-rata Luas per Pemilik menurut Desa dan Kecamatan di Kab. Pidie, 2007 Kecamatan Desa Total Luas Tambak (ha) Sebaran Luas (ha) Rata-rata luas/pemilik (ha/orang) Batee Pasi Beurandeh 42,55 0,05-4 1,12 Aron ,07 Kulee 1,0 0,-2 0,64 Dayah Baroh 14, ,7 Teupin Jeu 62, ,1 Rungkom 58, ,11 Alue Lada ,02 Krueng 107, ,1 Kulam 2, ,95 Bintang Hu 114, ,45 Geunteng Barat 82, ,66 Pulo Bungong ,44 Neuheun 1, ,69 Pulo Tukok ,78 Mee , Mesjid 42, ,5 Geunteng Timur 102, ,05 Seulatan ,96 Dayah Tuha 58, ,04 Glumpang Lhee ,49 Glumpang Baro Kumbang 95, ,09 Palong 6, ,27 Ukee 261, ,2 Muara Tiga Mesjid Keupula 15, ,9 Suka Jaya ,25 Gle Cut Krueng, ,17 Iamasen 40, ,92 Sagoe 29, ,95 Ujung PI 15, 0.5-1,29 Blang Raya , Batee 0, ,04 Bab 4-27

116 Kecamatan Desa Total Luas Tambak (ha) Sebaran Luas (ha) Rata-rata luas/pemilik (ha/orang) Cot 95, ,65 Kota Sigli Gampong Asan 5, ,41 Blok Sawah 15, ,94 Pasi Peukan Baro 2, ,8 Kramat Luar 10, ,1 Lampoih Krueng 11, ,54 Pante Teungoh ,4 Blang Paseh 29, ,28 Pasi Rawa 27, ,9 Jangka Buya Jurong Binje ,94 Gampong Cot 4 0,5-1,21 Jurong Teungoh 2 0,25-,5 1,05 Kiran Baroh 22 0,5-1,5 0,58 Meunasah Beurembang 1 0,5-2 1,08 Jurong Ara 9,1 0,4-,5 1,09 Meunasah Lueng 4,4 0,4-1,5 0,7 Keudee Jangka Buya 1 0,5 0,5 Meurah Dua Mns Jurong 2,5 0,5-1,18 Leung Bimba 12,75 0,2-1,6 0,6 Panteraja Hagu Reudeup Peuradeu ,98 Mesjid Pante Raja 20, ,025 Keude Panteraja 1 1 Tunong Pantee Raja 19, ,975 Trienggadeng Rawasari 1 0,5-2 0,97 Cot Lheu Rheng 72,5 0,5-4 1,2 Mee Pangwa 28,5 0,25-0,66 Meue Trienggadeng 1,25 0,25-2 0,5 Gampong Teungkut Trienggadeng 14,75 0,25-0,78 Dayah Pangwa 79,5 0,5-5 1,5 Meucat Pangwa 6, ,54 Ulim Pulo Ulim 25,5 0,5-6 1,225 Tijin Daboh 17,75 0,25-2 0,66 Mesjid Ulim Baroh 22,5 0,5-2 0,64 Tijin Husen 27,25 0,25-1,5 0,62 Siblah Coh 45,4 0,5-4 1,2 Mns Bueng 41,5 0,5-2 0,8 Grong-grong Capa 62,1 0,1-11 0,96 Geulanggang 59 0,5-5 1,2 Kembang Jemeurang 9 0, ,2 Tanjung Sukon ,5 1,14 Ara 5,5 1,7,55 Baro Kampung Panjou 52 0,25-2 0,84 Simpang Tiga Raya Paleue 47,67 0,25-2 0,74 Bab 4-28

117 Kecamatan Desa Total Luas Tambak (ha) Sebaran Luas (ha) Rata-rata luas/pemilik (ha/orang) Cot Jaja 10,5 0,5-6 2,26 Ujong Gampong ,54 Lheue ,6 Kupula ,56 Mesjid Gigieng ,5 Pulo Gajah Mate ,2 Peukan Sot ,06 JUMLAH 614,7 Sumber : Hasil Pengolahan Data, 2007 Rata-rata pemilikan tambak per pembudidaya di Kabupaten Pidie seluas 1,26 ha per orang. Rata-rata pemilikan tambak di Kabupaten Pidie berkisar dari 0,6 ha per orang di Desa Leung Bimba hingga,28 ha per orang di Desa Blang Paseh (Tabel 4. 9). Dari 87 desa yang terdapat di Kabupaten Pidie terdapat 29 desa yang memiliki rata-rata pemilikan tambak di bawah 1 ha per orang. Jumlah petakan tambak di Kabupaten Pidie sebanyak 4561 unit, jumlah tersebut tidak termasuk di Kecamatan Glumpang Baro. Sehingga jika dibandingkan dengan total luas lahan tambak di Kabupaten Pidie, maka setiap petak rata-rata memiliki luas lahan 1,59 ha. Jumlah petakan tambak terbanyak terdapat di Kecamatan Batee yaitu 1828 unit atau 40,08% dari total jumlah petakan di Kabupaten Pidie. Tabel Jumlah Petakan, Kisaran Jumlah Petakan dan Rata-rata Petakan per Pemilik menurut Desa dan Kecamatan di Kab. Pidie, 2007 Kecamatan Desa Jumlah Rata-rata Kisaran Petakan petakan/ Petakan (unit) (unit) pemilik Batee Pasi Beurandeh ,4 Aron ,7 Kulee ,2 Dayah Baroh ,1 Teupin Jeu ,56 Rungkom ,4 Alue Lada ,8 Krueng ,46 Kulam ,28 Bintang Hu ,48 Geunteng Barat ,2 Pulo Bungong ,51 Bab 4-29

118 Kecamatan Desa Jumlah Petakan (unit) Kisaran Petakan (unit) Rata-rata petakan/ pemilik Neuheun ,2 Pulo Tukok ,1 Mee ,94 Mesjid Geunteng Timur ,14 Seulatan ,84 Dayah Tuha ,4 Glumpang Lhee ,06 Glumpang Baro Kumbang Palong Ukee Muara Tiga Mesjid Keupula ,6 Suka Jaya ,8 Gle Cut Krueng 7 2-2, Iamasen ,95 Sagoe ,42 Ujung PI ,5 Blang Raya ,67 Batee ,41 Cot ,81 Kota Sigli Gampong Asan ,14 Blok Sawah ,88 Pasi Peukan Baro Kramat Luar ,25 Lampoih Krueng ,14 Pante Teungoh 1 1-1,86 Blang Paseh ,78 Pasi Rawa ,45 Jangka Buya Jurong Binje 2 1-1,44 Gampong Cot 8 1-1,6 Jurong Teungoh ,27 Kiran Baroh Meunasah Beurembang ,17 Jurong Ara ,22 Meunasah Lueng , Keudee Jangka Buya Meurah Dua Mns Jurong , Leung Bimba ,1 Panteraja Hagu ,44 Reudeup ,8 Peuradeu ,44 Mesjid Pante Raja ,2 Keude Panteraja ,67 Tunong Pantee Raja ,4 Bab 4-0

119 Kecamatan Desa Jumlah Petakan (unit) Kisaran Petakan (unit) Rata-rata petakan/ pemilik Trienggadeng Rawasari ,1 Cot Lheu Rheng ,02 Mee Pangwa ,21 Meue Trienggadeng ,16 Gampong Teungkut Trienggadeng Dayah Pangwa ,42 Meucat Pangwa Ulim Pulo Ulim 0 1-1,5 Tijin Daboh 1-2 1,22 Mesjid Ulim Baroh ,08 Tijin Husen ,9 Siblah Coh ,68 Mns Bueng , Grong-grong Capa ,88 Geulanggang ,2 Kembang Tanjung Jemeurang , Sukon ,06 Ara ,5 Baro ,29 Kampung Panjou ,1 Simpang Tiga Raya Paleue ,61 Cot Jaja ,59 Ujong Gampong ,6 Lheue ,48 Kupula ,72 Mesjid Gigieng ,7 Pulo Gajah Mate Peukan Sot ,6 JUMLAH ,59 Keterangan : *) tidak termasuk jumlah di Kecamatan Glumpang Baro Sumber : Hasil Pengolahan Data, 2007 Kisaran pemilikan petakan tambak per pembudidaya di Kabupaten Pidie bervariasi dari yang terendah 1 petak/orang hingga 16 petak/orang (Tabel 4. 10). Terdapat 10 desa di kabupaten ini dimana terdapat sebagian pembudidaya yang memiliki jumlah petakan tambak lebih dari 5 petak/orang. Desa-desa tersebut meliputi Desa Kampung Panjou, Grong Grong Capa, Ujong Pi, Sagoe, Keupula, Geunteng Barat, Genteng Timur, Rungkom, Jemeurang dan Lheue. Rata-rata pemilikan petakan tambak per pembudidaya di Kabupaten Pidie 1,59 petak per orang (Tabel 4. 10). Dari 87 desa tambak di kabupaten ini, hanya terdapat 18 desa yang memiliki nilai Bab 4-1

120 rata-rata pemilikan tambak per pembudidaya 2 petak per orang. Hal ini berarti sebagian besar pembudidaya di daerah ini hanya memiliki 1 petak lahan untuk usaha budidaya tambak. Dalam melakukan usaha budidaya tambak, sebagian besar pembudidaya di Kabupaten Pidie menerapkan teknologi polikultur udang-bandeng untuk mengurangi resiko kerugian. Jumlah pembudidaya polikultur udang sebanyak 1262 orang atau 4,64% dari jumlah pembudidaya di daerah ini (Tabel 4. 11). Sisanya sebanyak 98 orang membudidayakan komoditas udang dan 648 orang membudidayakan komoditas bandeng. Di Kecamatan Batee sebagian besar pembudidaya membudidayakan bandeng-udang, kecuali pembudidaya di Pasi Beurandeh, Neuheun dan Dayah Tuha. Komoditas bandeng dibudidayakan oleh sebagian besar pembudidaya di Kecamatan Muara Tiga, Kota Sigli, Jangka Buya dan Ulim. Sedang komoditas udang dibudidayakan oleh sebagian besar pembudidaya di Kecamatan Glumpang Baro, Meurah Dua, Panteraja dan Trienggadeng. Tabel Jumlah Pembudidaya berdasar Komoditas dan Sebaran Tahun Terakhir Produksi menurut Desa dan Kecamatan di Kab. Pidie Tahun 2007 Kecamatan Desa Bandeng Komoditas BD Udang Bandeng Udang Tahun Terakhir Produksi Batee Pasi Beurandeh 8 Aron 57 Kulee Dayah Baroh Teupin Jeu 27 Rungkom 5 Alue Lada Krueng Kulam 25 Bintang Hu Geunteng Barat 125 Pulo Bungong 84 Neuheun Pulo Tukok Mee 18 Mesjid Geunteng Timur Seulatan Bab 4-2

121 Kecamatan Glumpang Baro Komoditas BD Tahun Desa Bandeng Terakhir Bandeng Udang Udang Produksi Dayah Tuha Glumpang Lhee Kumbang Palong Ukee Muara Tiga Mesjid Keupula 6 Suka Jaya 8 Gle Cut 1 Krueng Iamasen 21 Sagoe 1 Ujung PI 12 Blang Raya Batee 29 Cot 6 Kota Sigli Gampong Asan 14 Blok Sawah 6 2 Pasi Peukan Baro Kramat Luar 8 Lampoih Krueng 22 Pante Teungoh 4 Blang Paseh 6 Pasi Rawa Jangka Buya Jurong Binje Gampong Cot Jurong Teungoh Kiran Baroh Meunasah Beurembang Jurong Ara Meunasah Lueng Keudee Jangka Buya Meurah Dua Mns Jurong Leung Bimba Panteraja Hagu Reudeup Peuradeu Mesjid Pante Raja Keude Panteraja Tunong Pantee Raja Trienggadeng Rawasari Cot Lheu Rheng Mee Pangwa Meue Trienggadeng Gampong Teungkut Trienggadeng Dayah Pangwa Bab 4 -

122 Komoditas BD Tahun Kecamatan Desa Bandeng Terakhir Bandeng Udang Udang Produksi Meucat Pangwa Ulim Pulo Ulim Tijin Daboh Mesjid Ulim Baroh Tijin Husen Siblah Coh Mns Bueng Grong-grong Capa Geulanggang Kembang Tanjung Jemeurang Sukon Ara Baro Kampung Panjou Simpang Tiga Cot Jaja Ujong Gampong Lheue Kupula Mesjid Gigieng Pulo Gajah Mate Peukan Sot JUMLAH Sumber : Hasil Pengolahan Data, 2007 Jika melihat data pada Tabel 4. 11, terlihat bahwa sebagian besar tambak di Kabupaten Pidie sudah banyak yang tidak dimanfaatkan pada saat studi ini dilakukan. Desa yang tambaknya masih dimanfaatkan untuk usaha hingga tahun 2007 meliputi di Desa Neuheun, Leung Bimba, Gampong Teungkut Trienggadeng, Jemeurang, Sukon, Baro, Cot Jaja, Ujong Gampong, Lheue, Kupula, Mesjid Giigeng, Pulo Gajah Mate, Peukan Sot Proses Pasca Panen Hasil Budidaya Kegiatan pascapanen yang dilakukan terhadap komoditas bandeng dan udang windu masih terbatas dalam hal penanganan (handling), yaitu penanganan ketika panen sampai ke agen-agen pembeli yang datang langsung ke lokasi tambak. Selama penanganan dan transportasi prinsip mempertahankan kesegaran ikan/udang dengan menggunakan es sudah dilakukan, hanya saja belum memperhitungkan perbandingan antara es Bab 4-4

123 dengan ikan/udang dan teknik penataan ikan/udang dalam wadah (blong atau keranjang plastik). Di Kabupaten Pidie terdapat unit pabrik es yang masing-masing berlokasi di Kecamatan Simpang Tiga 1 unit, milik swasta PT COMPI; Kota Sigli 1 unit, milik pemerintah dengan tujuan utama untuk melayani keperluan kapal penangkap ikan/nelayan; dan Kecamatan Batee 1 unit, milik perorangan. Selain itu para pembudidaya juga menggunakan es yang diperoleh dari kulkas rumah tangga. Kegiatan pengolahan ikan dan atau udang baik dalam skala rumah tangga, usaha mikro-kecil-menengah belum ada. Kesemuanya hasil tambak (bandeng dan udang) dipasarkan dalam bentuk segar dengan tujuan utama Medan, dan sebagian kecil ke Kota Banda Aceh. Bentuk olahan ikan/udang yang dilakukan masyarakat dalam rangka memenuhi kebutuhan akan protein adalah dengan digoreng atau disayur dengan penambahan bumbu-bumbu Kelembagaan Perikanan Budidaya Tambak Lembaga Penentu Kebijakan Pemerintah daerah Kabupaten Pidie, menyerahkan urusan kelautan dan perikanan kepada Dinas Kelautan dan Perikanan. Dinas ini diberikan wewenang untuk menentukan kebijakan kelautan dan perikanan termasuk tambak di Kabupaten Pidie. Kebijakan pemerintah daerah Kabupaten Pidie yang memisahkan urusan perikanan dan kelautan ini sangat tepat mengingat begitu besar potensi dan permasalahan tambak yang dihadapi oleh Kabupaten Pidie. Jumlah staf Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Pidie sebanyak 6 orang, terdiri dari 25 orang berstatus PNS dan 11 orang berstatus honorer. Jumlah ini sebenarnya cukup memadai, jika ditunjang oleh adanya kesesuaian pendidikan dan pengalaman dalam bidang perikanan. Bab 4-5

124 Kelompok Petani Tambak Kelompok petani tambak berdomisili pada level desa. Beberapa petani tambak membentuk kelompok untuk mewadahi kepentingan-kepentingan mereka dalam berhubungan dengan pihak lain. Kelompok-kelompok tersebut kemudian pada level kecamatan membentuk organisasi yang dinamakan Badan Musyawarah Petani Tambak (BMPT) yang berkedudukan di setiap kecamatan yang mempunyai lahan tambak. Lembaga Penyuluh Lapangan Fungsi penyuluhan dan diseminasi teknologi perikanan tambak di Kabupaten Pidie dilakukan oleh lembaga penyuluh lapangan. Namun jumlah penyuluh lapang perikanan di kabupaten ini masih sangat kurang. Dari data yang diperoleh informasi bahwa hanya terdapat 10 orang tenaga penyuluh di kabupaten ini (Tabel 4. 12), padahal jumlah pembudidaya tambak cukup banyak dan luas areal tambak sangat luas sehingga pembinaan terhadap pembudidaya oleh para penyuluh menjadi kurang optimal. Jumlah kecamatan yang memiliki areal tambak di daerah ini sebanyak 11 buah sehingga ada kecamatan yang tidak memiliki tenaga penyuluh. Dari Tabel terlihat bahwa kecamatan yang memiliki penyuluh hanya 6 kecamatan yaitu Kecamatan Bandar Dua, Meurah Dua, Meureudu, Glumpang Tiga, Kembang Tanjong dan Pidie. Tabel Daftar Nama Penyuluh menurut Wilayah Kerja di Kabupaten Pidie Tahun 2007 No Nama Wilayah Kerja 1 M. Hasan, S.P Koordinator BPP Kecamatan Bandar Dua 2 Arifin, S.P Koordinator BPP Kecamatan Meurah Dua Mansur, S.Pi PPL Kecamatan Meurah Dua 4 Zulkifli, S.Pi PPL Kecamatan Meurah Dua 5 Fauzi PPL Kecamatan Meurah Dua 6 Fauzi Koordinator BPP Kecamatan Meureudu 7 Burhanddin, S.P Koordinator BPP Kecamatan Glumpang Tiga 8 Abu Bakar PPL Kecamatan Kembang Tanjong 9 Tarmizi, S.P Koordinator BPP Kecamatan Pidie 10 Ellyzar, S.Pi Staf BPP Kecamatan Pidie Sumber : Dinas Perikanan dan Kelautan Kabupaten Pidie Tahun 2007 Bab 4-6

125 Lembaga Permodalan Lembaga permodalan di Kabupaten Pidie kurang berkembang dengan baik. Padahal, petani tambak di Pidie sangat membutuhkan bantuan modal dari pihak lain. Sebagai akibatnya, untuk memulai usaha pertambakan mereka membutuhkan bantuan permodalan dari pihak donatur pemerintah maupun donatur lainnya. Lembaga Pengolah dan Lembaga Pemasaran Hasil utama tambak di Kabupaten Pidie adalah udang dan bandeng. Secara umum, belum ada introduksi peningkatan nilai tambah terhadap produk pertambakan di Kabupaten Pidie. Produk tambak masih diperdagangkan dalam bentuk segar. Lembaga pengolah hasil tambak di Kabupaten Pidie belum berkembang dengan baik. Produk bandeng, dijual ke luar daerah melalui saluran pedagang pengumpul yang kemudian dijual ke Medan dan pedagang pengecer yang dijual langsung ke konsumen. Pasar ikan yang permanen yang dibentuk secara fisik dan sistem oleh pemerintah yang mampu mendorong terciptanya iklim pemasaran hasil tambak di Kabupaten Pidie relatif berkembang dengan baik. Pada beberapa kecamatan telah tersedia pasar ikan yang berfungsi sebagai tempat transaksi produk perikanan termasuk hasil tambak. Jumlah pasar ikan yang terdapat di kabupaten ini sebanyak 12 buah yang terdapat pada 11 kecamatan. Lembaga pemasaran yang ada terdiri dari pedagang pengumpul lokal, pedagang pengumpul dan pedagang besar. Pedagang pengumpul lokal yang berkedudukan di level desa, mempunyai peranan yang sentral dalam perdagangan hasil tambak. Pemasaran produk tambak, baik itu udang atau bandeng, dilakukan oleh pedagang pengumpul. Pedagang pengumpul biasanya akan datang ke lokasi tambak untuk melakukan pembelian bandeng atau udang. Namun tidak jarang, karena jumlah yang relatif sangat kecil, petani tambak datang ke pedagang pengumpul untuk menjual hasil panennya. Bab 4-7

126 Hasil tambak udang dan bandeng sebagian dijual ke pasar lokal dan sebagian lagi dijual ke pasar regional. Daerah tujuan pemasaran udang bahkan sampai dengan ke Medan, khususnya untuk udang windu yang berkualitas ekspor, karena banyak perusahaan pengolahan di kota ini. Penjualan udang ke Medan biasanya dilakukan oleh pedagang besar. Jika produk udang windu relatif sedikit biasanya dijual di pasar lokal atau ke Pasar Ikan Penayong di Banda Aceh. Lembaga Penyedia Sarana Produksi Bahan-bahan sarana produksi seperti pakan, pupuk dan obat cukup tersedia dengan baik di Kabupaten Pidie. Secara umum, petani ikan tidak menemui hambatan berarti dalam penyediaan sarana produksi. Lembaga penyedia sarana produksi tambak di Kabupaten Pidie relatif baik Kabupaten Bireuen Lingkungan Pesisir Potensi lahan tambak di Kabupaten Bireuen cukup tinggi dengan luas tambak eksisting 4271,64 hektar. Namun demikian kondisi tambak saat ini banyak yang tidak beroperasional dan tidak terawat (Gambar 4. 11). Lingkungan habitat mangrove juga masih perlu untuk mendapat perhatian dalam mendukung daya dukung tambak. Pada umumnya tambak sudah terletak di pinggir laut, sedangkan mangrove yang seharusnya sebagai green belt sudah tidak ada. Vegetasi kelapa umumnya ditemukan tipis dipinggir tambak (Gambar 4. 12). Bab 4-8

127 Gambar Kondisi Tambak dan Pintu Air yang Tidak Terawat di Kabupaten Bireuen Gambar Vegetasi Kelapa di Pinggiran Tambak di Kabupaten Bireuen Dua belas stasiun pengukuran parameter fisik lingkungan dipilih untuk diukur nilai-nilai parameternya (seperti suhu air, salinitas air, kecepatan aliran, dan debit saluran). Lokasi kedua belas stasiun pengukuran tersebut telah diplotkan ke dalam peta google (Gambar 4. 1). Bab 4-9

128 Gambar 4. 1 Lokasi Sampling Parameter Fisik Lingkungan di Kabupaten Bireuen Nilai parameter yang diukur di dua belas lokasi tersebut ditabulasikan pada Tabel 4. 1 dan Tabel Kisaran suhu air yang terukur pada saat pengukuran di lapangan adalah 29-2 o C, kisaran salinitas air berkisar antara Dari data salinitas tersebut dapat dipahami bahwa air laut terintrusi masuk ke arah daratan cukup besar. Sedangkan debit masing-masing saluran tambak sangat bervariasi tergantung kecepatan aliran dan luas penampang saluran dan dapat dilihat pada Tabel Tabel 4. 1 Hasil Pengukuran Parameter Fisik Lingkungan di Dua Belas Lokasi Berbeda No Stasiun Suhu ( o C) Salinitas ( ) Debit (m /det) Keterangan 1 BR ~ Kuala Jeumpa 2 BR BR ~ Sungai Cot Bada 4 BR ~ 5 BR BR BR Kreung Arongan 8 BR S. Air Hitam 9 BR S. Pandera 10 BR S. Nalan 11 BR S. Peudada 12 BR Kuala Kondisi lingkungan perairan pesisir untuk mendukung kegiatan budidaya tambak di Kabupaten Bireuen relatif masih baik. Parameter utama perairan Bab 4-40

129 untuk kegiatan budidaya tambak udang, yaitu oksigen terlarut (dissolve oxygen/do), ph, salinitas dan suhu di lingkungan kawasan pertambakan udang (meliputi perairan tambak dan saluran tambak serta sungai pensuplai air untuk pertambakan) di Kabupaten Bireuen berada pada kisaran yang masih baik atau layak untuk kegiatan budidaya tambak udang (berdasarkan Kepmen LH No. 51/2004 untuk Biota Laut). Nilai parameter DO berkisar 4,7 6,6 ppm, ph antara 6,51 8,46; salinitas antara - 26 promil di daerah muara dan tambak, dan suhu 26,5,2 0 C (Tabel 4. 14). Tabel Parameter Lingkungan di Perairan Muara, Dalam Tambak dan Saluran Tambak di Kabupaten Bireuen Parameter Satuan St-1 St-2 St- St-4 St-5 St-6 St-7 Baku mutu *) FISIKA TSS mg/l ph 6,6 8 7,50 6,60 8,46 7,06 6,51 DO mg/l 5,7 10,89 6,6 5,0 Ttd 5, 4,7 Suhu 0C 26,5 1,9,2 0,4,1 1, 26,5 Salinitas 0/ KIMIA Ammonia total (NH-N) mg/l 0,080 1,162 0,105 <0,005 <0,005 0,042 <0,005 - Fosfat (PO4-P) mg/l 0,010 0,006 <0,005 <0,005 <0,005 0,08 <0,005 1 Nitrat (NO-N) mg/l 0,642 0,155 0,649 0,777 0,140 0,526 0, LOGAM Besi (Fe) mg/l 0,687 0,079 0,598 1,741 0,257 0,068 0,158 - Tembaga (Cu) mg/l 0,01 0,00 <0,01 <0,01 <0,01 0,01 <0,01 0,02 Timah hitam (Pb) mg/l 0,2 0,005 0,82 0,20 0,82 <0,01 <0,01 0,0 Kadmium (cd) mg/l <0,01 <0,001 0,07 0,11 <0,01 <0,01 <0,01 0,01 Raksa (Hg) mg/l 0,0004 0,0054 <0,0002 0,0056 <0,0002 0,002 BIOLOGI Chlorophyll-a µg/l 6,215 1,904 11,467 6,806 25,495 15,202 4,420 - St-1=Gampong Baro, St-2=Meunasah Tambo, St-=Teupin Keupula, St-4=Meunasah Leung, St-5=Matang Pasi, St-6=Cot Geurundong, St-7=Pulo Iboh Gambaran umum morfologi pantai utara Kabupaten Bireuen dapat terlihat pada Gambar Di muara sungai terlihat terjadi pendangkalan dan muncul delta serta sering dijumpai adanya perubahan posisi mulut sungai. Pendangkalan mulut sungai dan pembelokan sungai dapat menghalangi aliran air baik pada saat pasang maupun surut. Bab 4-41

130 Gambar Tampak Atas Salah Satu Areal Tambak di Kabupaten Bireuen Gambar Transek untuk Melihat Profil Kelerengan Lahan dan Kedalaman Laut di Kabupaten Bireuen Pesisir utara Kabupaten Bireuen memiliki kemiringan lahan yang landai, artinya lahan rata yang landai sangat luas. Pada Gambar ada 4 garis transek (A, B, C dan D) yang ditarik atau dipasang untuk melihat secara menyeluruh profil lahan di Kabupaten Pidie. Lokasi transek yang dipilih secara jelas ditarik garis merah dari batas terdalam kawasan, kemudian ke arah laut dengan kemiringan yang landai (Gambar dan Gambar 4. 17). Bab 4-42

131 Dari empat transek yang dipilih, transek B yang memiliki kemiringan lahan yang lebih tinggi, sedangkan tiga transek lainnya terlihat lebih landai. Gambar Profil Kelerengan Lahan dan Kedalaman Pada Transek A dan B di Kabupaten Bireuen Bab 4-4

132 Gambar Profil Kelerengan Lahan dan Kedalaman pada Transek C dan D di Kabupaten Bireuen Untuk melihat gambaran tentang kondisi kedalaman atau batimetri di pantai utara Kabupaten Bireuen dilakukan pengumpulan data dan peta batimetri. Bab 4-44

133 Gambar dan Gambar merupakan peta kedalaman laut yang diperoleh dari CMap, Rata-rata jarak garis kontur kedalaman (isodepth) 200 m di pantai utara Bireuen adalah hampir sama. Kondisi tersebut mempunyai arti fisik bahwa tidak ada variasi kedalaman yang signifikan di pantai utara Kabupaten Bireuen. Jarak kontur kedalaman 10 m (isodepth 10 m) hampir merata di sepanjang pantai utara Kabupaten Bireuen. Demikian juga kerapatan garis kontur 100 m dan 200 m cukup bervariasi, artinya ada yang dekat dan ada juga yang lebih jauh. Hal tersebut berarti kemiringan atau slope dasar laut antara kedalaman 100 m dan 200 m tidak sama di sepanjang pantai, tetapi bervariasi. Kondisi ini berdampak kepada penerimaan energi gelombang yang diterima. Gambar Peta Kedalaman Laut di Pantai Utara Kabupaten Bireuen Gambar Peta Kedalaman Laut di Pantai Utara Kabupaten Bireuen Bab 4-45

134 Saluran Tambak Kawasan tambak dapat dilihat secara menyeluruh dan dihitung dengan menggunakan foto udara, untuk Kabupaten Bireuen pengukuran saluran tambak dilakukan dengan menggunakan foto udara (BRR 2006). Gambar merupakan salah satu contoh hasil foto udara di salah satu area di Kabupaten Bireuen. Panjang saluran primer dan sekunder berturut-turut adalah 6,6 km (6.60 m) dan 47,57 km ( m). Kondisi tambak dan saluran juga dilihat dan diamati di lapangan. Gambar adalah salah satu foto saluran tambak yang sempat diambil di Kabupaten Bireuen. Pada saluran tersebut terlihat adanya pendangkalan walaupun telah dilakukan perbaikan saluran. Pendangkalan saluran tersebut dapat menghalangi masuknya air laut pada saat pasang. Gambar Contoh Digitasi Saluran Tambak di Kabupaten Bireuen (Foto udara, BRR 2006) Bab 4-46

135 Gambar Foto Tambak dan Saluran-Salurannya di Kabupaten Bireuen Keragaan Teknis Tambak A. Lahan Pantai di Kabupaten Bireuen memiliki tipe landai dengan sungai besar bermuara pada pantai. Kondisi tersebut sesuai dengan kebutuhan lahan untuk budidaya tambak, sehingga potensial untuk dikembangkan dan dipertahankan sebagai lahan budidaya air payau. Lahan pertambakan berasal dari hutan bakau yang dibuka. Tsunami yang terjadi pada tahun 2004 telah merusak lahan pertambakan mulai dari konstruksi tambak hingga sarana pendukung berupa tersumbatnya muara sungai/saluran primer, dan saluran sekunder. Luas tambak di Kabupaten Bireuen adalah 4271,64 ha yang tersebar di 12 kecamatan. Total dan kisaran luas tambak setiap desa dan kecamatan di Kabupaten Pidie dapat dilihat pada Tabel Kecamatan Gandapura memiliki luasan tambak terbesar, yaitu 754,94 ha atau 17,86% dari total luas tambak Kabupaten Bireuen, sedangkan paling sedikit adalah Kecamatan Plimbang (12,25 ha atau 2,91% total luasan tambak Kabupaten Bireuen). Bab 4-47

136 Tabel Luas Lahan Tambak di Kabupaten Bireuen No Kecamatan Desa Total Luas Kisaran Tambak Luas (ha) (ha) 1 Gandapura Ie Rhob 5,10 0,5-7 Samuti Makmur 9,00 0,5-5 Blang Keude 2,40 0,5-2,5 Lapang Barat 59,94 0,2-6 Cot Mane 7,70 0,-4 Mon Jeurejak 94,40 0,-10 Lingka Kuta 1,42 0,45-2,86 Alue Mangki 41,0 0,06-4 Samuti Aman 0,50 0,5-1,5 Mon Keulayu 161,58 0,1-8 Samuti Krueng 54,91 0,1-4,7 Lhok Mambang 7,96 0,15-8 SUB JUMLAH 754,94 2 Jangka Alue Kuta 145,60 0,2-12 Tanjongan 9,67 0,0-1 Pulo Iboh 84,60 0,-4,5 Jangka Alue 6,75 0,1-5 Alue Buya 6,0 0,1-,5 Tanoh Anoe 19,72 0,01-1,6 Alue Buya Pasie 50,10 0,2- Pante Sukon 7,00 0,5-1,2 Bugeng 6,00 0,5-1 Punjot 2,00 0,5-6 Pante Paku 24,20 0,4-5 Pulo Pineung Meunasah II 21,50 0,5- Bugak Mesjid 7,40 0,5-1 Jangka Keutapang 6,80 0,2-2 Jangka Alue Bie 24,4 0,065-,5 Jangka Alue U 20,60 0,1-2,6 Alue Bayeu Utang 25,90 0,2-2 Ulee Ceue 86,10 0,1-9 Kuala Ceurape 57,55 0,5-7 Jangka Mesjid 19,0 0,05-,7 Pante Ranub 66,41 0,07-4,42 SUB JUMLAH 828,14 Jeumpa Teupok Tunong 8,40 0,-1,7 Teupok Baroh 40,90 0,05-2,5 Pulo Lawang 2,90 0,4-1 Cot Geurundong 0,70 0,2-0,5 Beurawang 7,10 0,1-1 Lipah Cut 4,74 0,14-1 Cot Bada 17,10 0,-2, Kuala Jeumpa 10,85 1,-1,5 Lipah Rayeuk 4,19 0,8-0,9 Blang Dalam 1,10 0,1-0,5 Mon Jambee 0,80 0,-0,5 Bab 4-48

137 No Kecamatan Desa Total Luas Tambak (ha) Kisaran Luas (ha) Batee Timoh 1,50 0,1-0,6 SUB JUMLAH 100,28 4 Jeunib Blang Mee Barat 4,50 0,1-1 Matang Teungoh 29,50 0,5-5 Matang Bangka 25,00 0,5-5 Blang Mee Timur 4,40 0,5-5 Teupin Keupula 92,50 0,5-8 Blang Lancang 16,15 0,2-2 Matang Nibong 12,00 0,5-2 Lancang 41,00 0,5-5 SUB JUMLAH 264,05 5 Kuta Blang Jambo Kajeung 4,10 0,8-1,5 SUB JUMLAH 4,10 6 Kuala Kareung 141,0 0,1-5 Cot U Sibak 80,0 0,4-6,5 Weu Jangka 44,50 0,02- Kuala Raja 70,00 0,5-5,5 Ujong Blang Mesjid 24,05 0,2- Krueng Juli Timur 1,90 0,1-5 Krueng Juli Barat 8,20 0,05-1 Lancok Lancok 150,00 0,15-7 SUB JUMLAH 52,25 7 Pandrah Nase Me 141,78 0,1-6 Alue Igeueh 25,70 0,5-,5 Lancok Ulim 44,70 0,5-9 Uteun Kruet 5,50 0,4-5 SUB JUMLAH 247,68 8 Plimbang Padang Kasab,00 1,2 Seuneubok Seumawe 56,40 0,2-5 Seuneubok Teungoh 4,65 0,2-0,6 Kareung Baro 16,70 0,4-2,5 Seuneubok Plimbang 27,00 0,2-8 Rambong Payong 15,50 0,5-4 SUB JUMLAH 12,25 9 Peudada Blang Kubu 4, Meunasah Blang 2, Kukue 2, Kampong Baro 68, Matang Pasi 26, Seuneubok Paya 21,46 0,1-4,6 Matang Reuleut 8, Paya 1, Pulo Lawang 4, SUB JUMLAH 259,8 10 Peusangan Cot Puuek 44, Pulo Naleung 58, Cot Rabo Baroh 24, Bab 4-49

138 No Kecamatan Desa Total Luas Tambak (ha) Kisaran Luas (ha) Mata Mamplam 90, Alue Glumpang Ba 119, Cot Rabo Tunong 1, SUB JUMLAH 67,80 11 Samalanga Sangso 59, Ankieng Barat 44, Meuliek 29, Kampung Baro 4, Pineung Siri Bee 29, Matang Teungoh 5, Tanjong Baro 27, Pante Rheeng 0, Mns Lancok, SUB JUMLAH 29,02 12 Simpang Mamplam Lancang 52, Rheum Barat, Blang Kuta Coh 5,00 5 Arongan 15, Meunasah Asan 20, Rheum Timur 0, Rheum Baroh 97, Blang Teumulek 27, Keude Tambue 50, Blang Panyang 50, Ulee Karueng 18, Cure Tunong 9, Blang Kuta 2 Meunasah 28, Blang Tambue 1, Alue Leuhob 57, SUB JUMLAH 508,69 JUMLAH TOTAL 4271,64 Selanjutnya, lebih dari setengah total luasan tambak di Kabupaten Bireuen tidak digunakan lagi. Sebagian besar tambak tersebut tidak digunakan setelah terjadi tsunami. Tambak yang masih dioperasikan sekitar 42%, yang tersebar hampir di semua kecamatan. Semua tambak yang terdapat di Kecamatan Kota Balang, Pandrah dan Peusangan tidak dioperasikan lagi. Pada awalnya, sebagian besar tambak di Kabupaten Bireuen digunakan untuk budidaya polikultur udang-bandeng (209,24 ha atau 54,62%). Tambak bandeng memiliki luasan terbesar kedua; seluas 127,52 ha atau 29,27% dari total luasan tambak. Luasan tambak udang adalah 44,92 ha, budidaya kerapu seluas 7 ha (0,17%), dan ikan nila seluas ha (0,07%). Bab 4-50

139 Saat ini, tambak polikultur udang-bandeng yang masih operasional hanya tinggal 664,5 ha atau 28,78% dari luasan awal. Tambak bandeng yang masih digunakan seluas 854,65 ha atau sekitar 70% dari luas tambak banding. Tambak udang yang masih operasional seluas ha atau sekitar 5% luas awal tambak udang. Semua tambak untuk kerapu masih operasional. Sementara itu, tambak ikan nila tidak digunakan lagi. Tambak kerapu di Kecamatan Samalanga dan Simpang Mamplan, sementara tambak ikan nila hanya terdapat di Kecamatan Kuala. B. Sistem dan Teknologi Budidaya Sistem budidaya tambak dikembangkan di Kabupaten Bireuen adalah monokultur dan polikultur. Tambak monokultur mencakup komoditas udang, bandeng, kepiting, kerapu dan ikan nila, sementara tambak polikultur adalah udang dan bandeng. Sebagian besar tambak Kabupaten Bireuen digunakan untuk polikultur udang-bandeng (Tabel 4. 16). Teknologi budidaya udang yang digunakan adalah tradisional dan semiintensif, dengan padat tebar berkisar 1-51 ekor/m 2 dan tingkat produksi kg/ha/siklus. Sementara itu budidaya bandeng, kerapu dan nila bersifat tradisional. Padat tebar bandeng 1-98 ekor/m 2 dan tingkat produksi kg/ha/siklus. Padat tebar ikan kerapu 1 ekor/m 2 dengan tingkat produksi 7200 kg/ha/siklus. Dari hasil survei diketahui bahwa selain usaha pembesaran, juga dilakukan pendederan kerapu (kerapu lumpur) di Kecamatan Samalanga. Pendederan tersebut menggunakan hapa yang dipasang dalam tambak seluas sekitar 1000 m 2. Ukuran hapa yang digunakan adalah 1x2,5x1 m dan 1x1,5x1 m. Setiap hapa ditebar benih kerapu ukuran panjang 2 cm sebanyak 000 ekor. Benih kerapu hasil pendederan dipanen setelah dipelihara sekitar 1,5 bulan. Pakan yang digunakan berupa udang jambret dan ikan rucah. Usaha pendederan kerapu ini memiliki prospek yang bagus untuk dikembangan lebih luas lagi. Bab 4-51

140 Tabel Luas Tambak, Tahun Terakhir Operasional, Luas Tambak menurut Komoditas, Luas Tambak Aktif dan Luas Tambak yang Tidak Ada Data Peruntukan di Kabupaten Bireuen Kecamatan GANDAPURA JANGKA JEUMPA JEUNIB KOTA BALANG KUALA PANDRAH PLIMBANG PEUDADA PEUSANGAN SAMALANGA SIMPANG MAMPLAM TOTAL Luas tambak (ha, %) (17.86) (16.14) (2.7) (6.25) (.54) (12.59) (5.86) (2.91) (6.1) (8.70) (6.9) (12.0) (100.00) Tahun terakhit operasional (ha, %) (8.2) (72.5) 75.9 (75.18) (75.8) (45.27) (7.79) (16.57) (21.6) 6.00 (1.18) (41.) (1.1) (26.59) (22.9) (22.4) (100.00) (54.7) (6.86) 1.0 (10.79) (44.06) (40.02) (74.80) (25.22) (7.02) <2004 Udang Bandeng (6.60) (7.76).24 (.2) (9.75) Luasan tambak per komoditas (ha, %) (54.62) 14.0 (46.01) 28.5 (28.27) 2.0 (0.87) (4.52) (6.) (1.62) (0.51) (7.60) (14.51) 8.60 (7.25) (6.92) (82.27) (8.81) 4.00 (2.72) (16.70) (76.57) (17.7) (19.69) (10.7) (28.90) Udang & Bandeng (5.81) (45.28) 67.9 (67.20) (57.11) (100.00) 8.10 (15.61) (92.07) Kepiting Kerapu Nila udang bandeng (91.97) (100.00) 1.4 (41.6) (66.17) 18.7 (77.20) 10.1 (98.76) (58.91) 1.0 (56.52) Luasan tambak aktif tahun 2007 per komoditas (ha, %) Udang & bandeng (98.4) (42.5) 57.5 (85.10) (85.08) Kepiting Kerapu Nila Tidak ada data peruntukan atau tahun operasional (.6) (0.95) (1.89) (2.28) (0.56) 8.60 (100.00) (49.14) 2.10 (2.5) (1.62) (64.14) (97.28) (81.42) (98.82) (5.92) (9.47).75 (16.42) (15.47) 1.4 (18.84) 22.0 (18.09) (7.75) (0.4) 6.00 (1.18) (27.99) (20.19) Keterangan: Persentase tambak aktif merupakan rasio antara tambak aktif untuk suatu komoditas budidaya dengan total luasan tambak untuk komoditas bersangkutan (0.16).00 (0.07) (5.49) (19.96) (15.52) (100.00) 6.00 (100.00) 7.00 (0.16) (59.98) (.05) (7.7) Bab 4-52

141 Tabel Padat Tebar, Kisaran Produksi dan Tahun Produksi Budidaya Tambak Menurut Desa Di Kabupaten Bireuen No. Kecamatan Desa 1 Gandapura Bandeng Padat Tebar (ekor/m 2 ) Kisaran Produksi (kg/ha/siklus) Tahun Produksi Terakhir Bandeng/ Bandeng Ikan Bandeng Ikan Udang/bandeng Udang Udang Kerapu Bandeng Udang Kerapu Lainnya Udang Lainnya udang//kerapu//ikan lainnya Ie Rhob Samuti Makmur Bab , / / // /2006/ Blang Keude , 200 Lapang Barat /-/2007// Cot Mane /2007/2007// Mon Jeurejak /-/2007// Lingka Kuta / Alue Mangki , /2007/2007// Samuti Aman , /-/2007// Mon Keulayu /-/2007// Samuti Krueng /2007/ Lhok Mambang /-/2007// 2 Jangka Tanjongan /2007/ Pulo Iboh /2007/ Jangka Alue /2007/ Alue Buya /2007/ Tanoh Anoe /2007/2007// Alue Buya Pasie /2007/2007// Pante Sukon / Bugeng / Punjot /2007/ Pante Paku / Pulo Pineung Meunasah II /-/2007// Bugak Mesjid / Jangka Keutapang /-/2007// Jangka Alue Bie /-/2007// 00 -

142 Padat Tebar (ekor/m 2 ) Kisaran Produksi (kg/ha/siklus) Tahun Produksi No. Kecamatan Desa Terakhir Bandeng/ Bandeng Ikan Bandeng Ikan Udang/bandeng Bandeng Udang Udang Kerapu Bandeng Udang Kerapu Lainnya Udang Lainnya udang//kerapu//ikan lainnya Jangka Alue U /-/ // Alue Bayeu Utang /-/2006// Ulee Ceue /-/2006// Kuala Ceurape /-/ // Jangka Mesjid /-/ // Pante Ranub /-/ // Jeumpa Teupok / Tunong 150 -/2007/2007// Teupok Baroh / /-/2007// 50 Pulo Lawang / /-/2007// Cot Geurundong 200/20-0 -/-/2007// Beurawang /12- -/-/2007// 120 Lipah Cut /2007/2007// Cot Bada / Kuala Jeumpa /-/2007// Lipah Rayeuk / /-/ // Blang Dalam /2004/ Mon Jambee /2004/ Batee Timoh /1-17 -/-/ // 4 Jeunib 80- Blang Mee /150- Barat 200 -/2006/2006// 100- Matang /200- Teungoh /2006/2006// Matang Bangka /2006/2006// Bab 4-54

143 Padat Tebar (ekor/m 2 ) Kisaran Produksi (kg/ha/siklus) Tahun Produksi No. Kecamatan Desa Terakhir Bandeng/ Bandeng Ikan Bandeng Ikan Udang/bandeng Bandeng Udang Udang Kerapu Bandeng Udang Kerapu Lainnya Udang Lainnya udang//kerapu//ikan lainnya 100- Blang Mee /250 Timur /2007/2007// 60- Teupin /200- Keupula 800 -/2007/2007// Blang / Lancang /2007/2007// 150- Matang /80- Nibong /2007/2007// Lancang / /2007/2007// 5 Kota Balang Jambo Kajeung /-/2006// Alue Kuta ,5 -/-/2006// 6 Kuala Kareung / /-/2006//-//2006 Cot U Sibak /2007/ Weu Jangka /2007/ Kuala Raja / Ujong Blang Mesjid / Krueng Juli Timur / /-/2007// 7 Pandrah Krueng Juli Barat Lancok Lancok Bab / /-/2007// /-/-//-//2006 Nase Me Alue Igeueh 15 Lancok Ulim / / / /2004/ // -/-/2004// -/-/ //

144 Padat Tebar (ekor/m 2 ) Kisaran Produksi (kg/ha/siklus) Tahun Produksi No. Kecamatan Desa Terakhir Bandeng/ Bandeng Ikan Bandeng Ikan Udang/bandeng Bandeng Udang Udang Kerapu Bandeng Udang Kerapu Lainnya Udang Lainnya udang//kerapu//ikan lainnya 60- Uteun Kruet / /-/ // 8 Plimbang Padang Kasab / / 9 Peudada Seuneubok Seumawe Seuneubok Teungoh / / / / Kareung Baro Seuneubok Plimbang Rambong Payong / / / Blang Kubu Meunasah Blang /2004/ // / /2006// Kukue Kampong Baro Matang Pasi Seuneubok Paya Matang Reuleut Paya / / / /2004// -/-/ // 2006/-/ / / // 2004/-/ // / / / / / / /-/ // Pulo Lawang / /-/200- Bab 4-56

145 Padat Tebar (ekor/m 2 ) Kisaran Produksi (kg/ha/siklus) Tahun Produksi No. Kecamatan Desa Terakhir Bandeng/ Bandeng Ikan Bandeng Ikan Udang/bandeng Bandeng Udang Udang Kerapu Bandeng Udang Kerapu Lainnya Udang Lainnya udang//kerapu//ikan lainnya // 10 Peusangan Cot Puuek /-/2005// Pulo Naleung /-/-// Cot Rabo Baroh /-/2004// Mata Mamplam /-/-/-// Alue -/ / Glumpang Ba 2005// Cot Rabo Tunong /-/-// 11 Samalanga Sangso Ankieng Barat Meuliek 14 1 Kampung Baro Pineung Siri Bee Matang Teungoh Tanjong Baro Pante Rheeng Mns Lancok / / / // -/ / // /-/ //2007// -/-/ // -/ / // -/ / // / / / / / / / / / / // -/ / // -/-/ // Bab 4-57

146 No. Kecamatan Desa 12 Simpang Mamplam Padat Tebar (ekor/m 2 ) Kisaran Produksi (kg/ha/siklus) Tahun Produksi Terakhir Bandeng/ Bandeng Ikan Bandeng Ikan Udang/bandeng Bandeng Udang Udang Kerapu Bandeng Udang Kerapu Lainnya Udang Lainnya udang//kerapu//ikan lainnya Lancang /-/ // Rheum Barat /-/ // Blang Kuta Coh /-/200// Arongan /-/ // Meunasah Asan /-/ // Rheum Timur /-/ // Rheum Baroh /-/ //2007// Blang Teumulek /-/ // Keude Tambue /-/ // Blang Panyang /-/ // Ulee Karueng /-/ // Cure Tunong /-/ // Blang Kuta 2 Meunasah /-/ //2007// Blang Tambue /-/ // Alue Leuhob /-/ // Bab 4-58

147 Tabel Sumber/Produsen Benih untuk Komoditas Budidaya Tambak pada Semua Kecamatan di Kabupaten Bireuen No Kecamatan Sumber/Asal Benih Udang Bandeng Kerapu Kepiting Kakap Nila/mujair 1 Ganda Pura PT. Fondi, Bungkah Bungkah Jangka Asri-Bireuen/Ganda Pura, Hatchery-Ujong Bilang Bir ; alam:perairan Jangka-kuala raja, ganda dura, Kerung Juli, Kualaraja, Kuala Ceurape, Gandapura, Bina Ata Kana, Tani baru, Bintang Kejora, dan Krung Juli Asri-Bireuen/Ganda Pura, Pendederan -Ujong Bilang Bir ; alam:perairan Jangka-kuala raja, Bintang kejora- Matangglumpang dua, Popapan, Cx Citra Lestari, ganda dura, Kerung Juli, Kualaraja, Kuala Ceurape, Gandapura, Bina Ata Kana, Tani baru, Bintang Kejora, dan Krung Juli, BBI Jeumpa Hatchery Ujong Blang, alam Pendederan Ujong Blang, alam (Kuala Jeumpa) (Kuala Jeumpa) Jeunib alam (MTG GIP Dua, Jeunib), alam (MTG GIP Dua, Jeunib), semai, plimbing semai, plimbing Kota Balang Geuregok, Krung Juli, Geuregok, Krung Juli, Ganda Ganda Pura, Jangka 6 Kuala Hatchery (CV. Kautsar, Krueng Juli Brt; Windu Indah Kr Juli Barat), Samalanga, Kareung Juli 7 Pandrah Tgk Juri dan Swadaya Udang 8 Plimbang Sejahtera, SNG Seumawe; Swadaya Bireuen; CV Narahmad, CV Dua saudara, CV Dua Saudara, CV Kerja sama, CV Bagi rata Pura, Jangka Pendederan (CV. Tua Bahari, Krung Juli Timu; CV Sabgus Kuala Raja), alam (laut Kuala), Pendederan telaga Windu Krung Juli Timur, Samalanga, Kareung Juli Tgk Juri dan Swadaya Udang Dua Saudara, Tringgadeng; Budi Utama Kota Sigli; Budi Jaya, Bireuen Bab 4-59

148 No Kecamatan 9 Peudada Hatchery (Brawang, Buyeng, BP), Ujung Blang-Buyeng) dan alami Selta Malaka 10 Peusangan hatchery:kuala Raya; hatchery : Ujoeng Blang; alam: Cot Puuek; alam:pantai 11 Samalanga alam dan hatchery (Pasi Aron), CV Buana Trieng gandeng dan hatchery (Matang Gip dua) 12 Simpang Mamplan Hatchery (Ule Kareung, Sarina Windu), alam (Calok, Cure Tunong, Rheum Baroh, Rheum Baroji) Sumber/Asal Benih Udang Bandeng Kerapu Kepiting Kakap Nila/mujair Pendederan (Brawang, Buyeng, BP), Ujung Blang- Buyeng) dan alami Selta Malaka Pendederan:Kuala Raya; Pendederan: Ujoeng Blang; alam: Cot Puuek; alam:pantai alam dan Pendederan (Pasi Aron), CV Buana Trieng gandeng dan pendederan (Matang Gip dua) Pendederan (Ule Kareung, Sarina Windu), alam (Calok, Cure Tunong, Rheum Baroh, Rheum Baroji) Alam Medan (Tambak di Desa Ankieng Barat) Medan (Tambak di Desa Ankieng Barat) Bab 4-60

149 C. Sumber Benih Rekapitulasi hasil kuesioner untuk sumber benih (benur dan nener) untuk tambak di Kabupaten Bireuen ditunjukkan pada Tabel Benur udang dan nener bandeng diperoleh dari hatchery (panti benih), pendederan, dan alam. Hatchery penyuplai benur udang adalah seperti PT. Fondi (Bungkah), CV. Kautsar, CV. Tua Bahari (Krueng Juli Timur), CV. Sabgus (Kuala Raja), CV. Narahmad, CV. Dua Saudara, CV Kerja Sama, CV. Bagi Rata, Telaga Windu, dan BBI. Sumber benih alam seperti dari Laut Kuala, Kuala Jeumpa, dan Gandapura. Sumber benih untuk kerapu diperoleh dari Medan, yang dibeli dari Bali. Sementara itu, benih nila/mujair diperoleh dari alam. D. Permasalahan Permasalahan yang dihadapi petani tambak dalam melakukan kegiatan budidaya di tambak muncul akibat alam, sumberdaya manusia, lingkungan, teknologi serta pemasaran. Bencana tsunami telah merusak konstruksi pertambakan yang ada, pendangakalan dan penyempitan muara, saluran primer/sekunder. Hal ini mengakibatkan irigasi dan drainase aeral pertambakan terganggu, bahkan tambak rusak atau mengalami pendangkalan akibat tertimbun pasir/lumpur. Dengan demikian suplai air secara kualitas maupun kuantitas tidak terpenuhi sesuai dengan kebutuhan produksi. Tingkat teknologi yang digunakan masih tradisional akibat rendahnya pengetahuan dan kurangnya modal, serta saprodi yang terbatas. Timbulnya penyakit dan penyebaran virus udang menambah kesulitan petani tambak untuk produksi karena udang mati sebelum ukuran ekonomis udang untuk dipanen. Kemampuan modal petani yang terbatas menyebabkan ketidakmampuan untuk kembali produksi pada siklus berikutnya setelah siklus sebelumnya terkena penyakit. Permasalahan lain adalah jaringan pemasaran yang belum memberi keuntungan proporsional kepada petani tambak, dimana petani mendapatkan harga cenderung rendah/menurun. Pasar udang terbesar adalah Medan dan untuk mencapai pasar tersebut harus melalui rantai tataniaga yang panjang dan belum disertai dengan sarana pendukung (cold storage, pabrik es, sarana transportasi, dan sistem rantai dingin yang Bab 4-61

150 memadai) yang masih terbatas. Disisi lain harga saprodi, terutama pakan (pellet) terus meningkat. Sistem irigasi/pengairan tambak dan daya dukung kawasan merupakan kelemahan sistem pertambakan di Kabupaten Bireuen. Sistem saluran air masih mengandalkan sistem saluran primer, dan hal ini akan menurunkan kualitas air tambak yang terletak di ujung sistem pengairan. Penyakit dan lambatnya pertumbuhan udang merupakan permasalahan yang disebabkan oleh kualitas air yang tidak baik Sosial Ekonomi Petambak Beberapa data sosial ekonomi pembudidaya tambak dikumpulkan dengan cara mengambil sampel responden dari setiap desa yang memiliki areal tambak. Jumlah responden di Kabupaten Bireuen sebanyak 781 orang. Rata-rata umur responden pembudidaya tambak pada setiap desa di kabupaten ini bervariasi dari 4 tahun yang ada di Desa Uteun Kruet, Kecamatan Pandrah hingga 56,25 tahun yang ada di Desa Beurawang, Kecamatan Jeumpa. Umur termuda responden pembudidaya tambak di Kabupaten Bireuen yaitu 20 tahun, sedang umur tertinggi 78 tahun. Pendidikan para pembudidaya yang menjadi responden di Kabupaten Bireuen bervariasi dari mulai yang sama sekali tidak bersekolah hingga lulusan perguruan tinggi. Sebagian besar responden pembudidaya memiliki tingkat pendidikan SMP (27 orang) dan SMU (271 orang). Sisanya sebanyak 174 orang berpendidikan SD, 2 orang berpendidikan PT dan 8 orang tidak pernah bersekolah. Responden pembudidaya tambak di Kabupaten Bireuen rata-rata memiliki jumlah anggota keluarga 5 orang per pembudidaya. Kisaran jumlah anggota keluarga responden pembudidaya di kabupaten ini dari 2 orang hingga 12 orang per KK pembudidaya. Terdapat desa yang memiliki rata-rata jumlah anggota keluarga paling sedikit 5 orang. Hal ini berarti jumlah anak yang telah dimiliki minimal orang. Bab 4-62

151 Pembudidaya tambak yang menjadi responden di Kabupaten Pidie membudidayakan udang, bandeng dan polikultur udang-bandeng. Pendapatan pembudidaya tambak yang menjadi responden di daerah ini bervariasi. Responden pembudidaya polikultur udang-bandeng di Kecamatan Simpang Mamplan memiliki pendapatan rata-rata paling tinggi yaitu Rp 8,76 juta per orang per bulan (Tabel 4. 19). Responden pembudidaya bandeng-udang dari Kecamatan Pandrah dan pembudidaya udang dari Kuala juga memiliki pendapatan rata-rata cukup tinggi masing-masing Rp 18,65 juta dan Rp 10,116 juta per orang per musim tanam. Secara umum usaha budidaya tambak di Kabupaten Bireuen masih cukup menguntungkan, hal ini terlihat dari nilai rasio R/C rata-rata pada seluruh lokasi kecamatan yang bernilai diatas 1. Rata-rata nilai rasio R/C paling tinggi diperoleh oleh responden pembudidaya udang dari Kecamatan Kuala yaitu 4,2. Tabel Pendapatan dan R/C Pembudidaya Responden di Kabupaten Bireuen menurut Kecamatan Tahun 2007 Pendapatan R/C Kecamatan Komoditi Ratarata Min Max Rata-rata Min Max Gandapura Bandeng ( ) ,25,00 2,2 Udang ( ) ,25 6,67 1,92 Bandeng Udang Jangka Bandeng ( ) ,55 6,67 2,00 Udang ,62,15 2,2 Bandeng Udang ,86 2,08 1,97 Jeumpa Bandeng ,0 1,92 1,1 Udang Bandeng Udang Jeunib Bandeng Udang (10.000) ,92 8,07 2,11 Bandeng Udang ,10 1,95 1,46 Kuala Bandeng ( ) ,87, 1,81 Udang ,86 6,86 4,2 Bandeng Udang Pandrah Bandeng Udang Bandeng Udang ( ) ,76 4,9 2,62 Plimbang Bandeng Udang ( ) ,79 2,55 1,2 Bandeng Udang Peudada Bandeng Udang Bandeng Udang ,02,49 1,81 Peusangan Bandeng ( ) ,4 4,50 1,4 Udang ,87 5,25 2,80 Bandeng Udang Samalanga Bandeng Udang ,02,75 1,4 Bandeng Udang ( ) ,87 2,86 1,14 Simpang Mamplam Bandeng Udang Bandeng Udang ,29 5,50,65 Keterangan: angka dalam kurung berarti rugi/minus Sumber : Hasil Perhitungan (2007) Bab 4-6

152 Kabupaten Bireuen memiliki areal tambak yang cukup luas. Areal tambak di kabupaten ini terdapat di 111 desa yang berada di 12 kecamatan seperti terlihat pada Tabel Jumlah pemilik tambak di Kabupaten Bireuen sebanyak 647 orang. Dari jumlah tersebut sebanyak 29 orang menggarap sendiri tambak miliknya dan sebanyak 476 orang merupakan pembudidaya yang menggarap tambak milik orang lain. Tabel Jumlah Pemilik, Pemilik Penggarap dan Penggarap Tambak menurut Desa dan Kecamatan di Kab. Bireuen Tahun 2007 Kecamatan Desa Jumlah Jumlah Jumlah Pemilik- Pemilik Penggarap Penggarap (orang) (orang) (orang) Gandapura Ie Rhob Samuti Makmur Blang Keude Lapang Barat Cot Mane 6 6 Mon Jeurejak Lingka Kuta 1 10 Alue Mangki Samuti Aman Mon Keulayu Samuti Krueng Lhok Mambang Jangka Tanjongan Pulo Iboh Jangka Alue Alue Buya Tanoh Anoe Alue Buya Pasie Pante Sukon Bugeng Punjot Pante Paku Pulo Pineung Meunasah II Bugak Mesjid Jangka Keutapang 8 8 Jangka Alue Bie Jangka Alue U Alue Bayeu Utang 5 5 Ulee Ceue Kuala Ceurape Jangka Mesjid Pante Ranub Jeumpa Teupok Tunong Teupok Baroh Pulo Lawang 5 5 Cot Geurundong 2 2 Beurawang Lipah Cut Cot Bada Kuala Jeumpa Bab 4-64

153 Kecamatan Desa Jumlah Pemilik (orang) Jumlah Pemilik- Penggarap (orang) Jumlah Penggarap (orang) Lipah Rayeuk 7 7 Blang Dalam 4 4 Mon Jambee 2 2 Batee Timoh 6 6 Jeunib Blang Mee Barat Matang Teungoh Matang Bangka Blang Mee Timur Teupin Keupula Blang Lancang Matang Nibong Lancang 9 9 Kota Balang Jambo Kajeung 4 1 Alue Kuta Kuala Kareung Cot U Sibak Weu Jangka Kuala Raja Ujong Blang Mesjid Krueng Juli Timur Krueng Juli Barat Lancok Lancok Pandrah Nase Me Alue Igeueh Lancok Ulim Uteun Kruet Plimbang Padang Kasab 2 2 Seuneubok Seumawe Seuneubok Teungoh Kareung Baro Seuneubok Plimbang Rambong Payong 1 1 Peudada Blang Kubu Meunasah Blang Kukue 5 5 Kampong Baro Matang Pasi Seuneubok Paya Matang Reuleut 1 1 Paya 0 0 Pulo Lawang Peusangan Cot Puuek Pulo Naleung Cot Rabo Baroh Mata Mamplam Alue Glumpang Ba Cot Rabo Tunong Samalanga Sangso 7 7 Ankieng Barat Meuliek Kampung Baro Pineung Siri Bee 2 2 Matang Teungoh Tanjong Baro Bab 4-65

154 Kecamatan Simpang Mamplam Desa Jumlah Pemilik (orang) Jumlah Pemilik- Penggarap (orang) Jumlah Penggarap (orang) Pante Rheeng Mns Lancok Lancang Rheum Barat 4 4 Blang Kuta Coh 1 1 Arongan Meunasah Asan Rheum Timur Rheum Baroh Blang Teumulek Keude Tambue Blang Panyang Ulee Karueng 5 5 Cure Tunong Blang Kuta 2 Meunasah Blang Tambue Alue Leuhob Jumlah Sumber : Hasil Pengolahan Data, 2007 Dari Tabel juga terlihat bahwa pemilik tambak yang paling banyak terdapat di Kecamatan Jangka yaitu sebanyak 65 orang atau 17,41% dari total jumlah pemilik tambak di kabupaten ini. Kecamatan lain yang memiliki jumlah pemilik tambak cukup banyak yaitu Kecamatan Gandapura (609 orang), Kuala (442 orang) dan Simpang Mamplam (61 orang). Jika merinci jumlah pemilik tambak per desa, terlihat ada desa yang memiliki jumlah pemilik tambak lebih dari 100 orang. Ketiga desa tersebut yaitu Desa Nase Me (140 orang), Kareung (19 orang) dan Mon Keulayu (108 orang). Total luas tambak di Kabupaten Bireuen mencapai 4.271,64 ha (Tabel 4. 21). Kecamatan Gandapura memiliki areal tambak yang paling luas yaitu 754,94 ha atau 17,69% dari total luas tambak di Kabupaten Bireuen. Selain Kecamatan Gandapura, terdapat kecamatan lainnya yang memiliki areal tambak di atas 500 ha. Ketiga kecamatan tersebut yaitu Kecamatan Jangka (669,25 ha), Kuala (52,25 ha) dan Simpang Mamplam (505,69 ha). Bab 4-66

155 Tabel Total Luas Tambak, Sebaran Luasan dan Rata-rata Luas per Pemilik menurut Desa dan Kecamatan di Kab. Bireuen Tahun 2007 Kecamatan Desa Total Luas Tambak (ha) Kisaran Luas (ha) Rata-rata luas/pemilik (ha/orang) Gandapura Ie Rhob 5, ,06 Samuti Makmur ,52 Blang Keude 2, ,81 Lapang Barat 59, ,4 Cot Mane 7, ,17 Mon Jeurejak 94, ,15 Lingka Kuta 1, ,0 Alue Mangki 41, ,62 Samuti Aman 0, ,02 Mon Keulayu 161, ,5 Samuti Krueng 54, ,98 Lhok Mambang 7, ,16 Jangka Tanjongan 9, ,29 Pulo Iboh 84, ,54 Jangka Alue 6, ,92 Alue Buya 6, ,41 Tanoh Anoe 19, ,26 Alue Buya Pasie 50, ,52 Pante Sukon ,7 Bugeng ,6 Punjot ,29 Pante Paku 24, ,4 Pulo Pineung Meunasah II 21, ,26 Bugak Mesjid 7, ,74 Jangka Keutapang 6, ,85 Jangka Alue Bie 24, ,97 Jangka Alue U 20, ,86 Alue Bayeu Utang 25, ,74 Ulee Ceue 86, ,16 Kuala Ceurape 57, ,22 Jangka Mesjid 19, ,84 Pante Ranub 66, ,6 Jeumpa Teupok Tunong 8, ,7 Teupok Baroh 40, ,77 Pulo Lawang 2, ,58 Cot Geurundong 0, ,5 Beurawang 7, ,47 Lipah Cut 4, ,49 Cot Bada 17, ,78 Kuala Jeumpa 10, ,68 Lipah Rayeuk 4, ,61 Blang Dalam 1, ,28 Mon Jambee 0, ,4 Batee Timoh 1, ,25 Jeunib Blang Mee Barat 4, ,45 Matang Teungoh 29, ,4 Bab 4-67

156 Kecamatan Desa Total Luas Tambak (ha) Kisaran Luas (ha) Rata-rata luas/pemilik (ha/orang) Matang Bangka ,9 Blang Mee Timur 4, ,81 Teupin Keupula 92, ,6 Blang Lancang 16, ,6 Matang Nibong ,71 Lancang ,05 Kota Balang Jambo Kajeung 4, ,0 Alue Kuta 145, ,75 Kuala Kareung 141, ,02 Cot U Sibak 80, ,07 Weu Jangka 44, ,75 Kuala Raja ,67 Ujong Blang Mesjid 24, ,96 Krueng Juli Timur 1, ,4 Krueng Juli Barat 8, ,4 Lancok Lancok ,8 Pandrah Nase Me 141, ,01 Alue Igeueh 25, ,71 Lancok Ulim 44, ,79 Uteun Kruet 5, ,42 Plimbang Padang Kasab 1,2 1,5 Seuneubok Seumawe 56, ,18 Seuneubok Teungoh 4, ,1 Kareung Baro 16, ,98 Seuneubok Plimbang ,08 Rambong Payong 15, ,19 Peudada Blang Kubu 4, ,94 Meunasah Blang 2, ,82 Kukue 2, ,68 Kampong Baro ,51 Matang Pasi 26, ,96 Seuneubok Paya 21, ,91 Matang Reuleut ,62 Paya 1, ,05 Pulo Lawang 4, ,7 Peusangan Cot Puuek 44, ,97 Pulo Naleung 58, ,02 Cot Rabo Baroh 24, ,42 Mata Mamplam 90, ,48 Alue Glumpang Ba 119, ,22 Cot Rabo Tunong ,07 Samalanga Sangso 59, ,61 Ankieng Barat 44, ,89 Meuliek ,81 Kampung Baro ,79 Pineung Siri Bee 29, ,27 Matang Teungoh 5, ,48 Tanjong Baro 27, ,6 Pante Rheeng 0, ,28 Bab 4-68

157 Kecamatan Desa Total Luas Tambak (ha) Kisaran Luas (ha) Rata-rata luas/pemilik (ha/orang) Mns Lancok, ,75 Simpang Lancang 52, ,87 Mamplam Rheum Barat, ,77 Blang Kuta Coh Arongan 15, ,55 Meunasah Asan 20, ,45 Rheum Timur ,7 Rheum Baroh 94, ,1 Blang Teumulek 27, ,25 Keude Tambue ,67 Blang Panyang 50, ,12 Ulee Karueng 18, ,5 Cure Tunong ,29 Blang Kuta 2 Meunasah 28, ,66 Blang Tambue 1, ,12 Alue Leuhob 57, ,2 Jumlah 4.271,64 1,17 Sumber : Hasil Pengolahan Data, 2007 Luas lahan tambak pembudidaya di Kabupaten Bireuen memiliki kisaran dari yang terkecil 0,01 ha per pembudidaya hingga yang terbesar 12 ha per pembudidaya(. Lahan tambak pembudidaya terkecil terdapat di Desa Tanah Anoe, Kecamatan Jangka, sedang lahan tambak pembudidaya terbesar terdapat di Desa Alue Kuta, Kecamatan Kota Balang. Rata-rata pemilikan tambak per pembudidaya di Kabupaten Bireuen 1,17 ha per orang. Rata-rata pemilikan terendah terdapat di Desa Batee Timoh, Kecamatan Jeumpa, seluas 0,25 ha/orang, sedang pemilikan tertinggi terdapat di Desa Punjot, Kecamatan Jangka, seluas 2,29 ha/orang(tabel 4. 21). Secara umum banyak desa-desa di Bireuen yang pemilikan tambak per pembudidaya di bawah 1 ha. Selain Desa Punjot, terdapat desa lagi yang memiliki rata-rata pemilikan tambak di atas 2 ha/orang yaitu Desa Alue Leuhob, Cot Rabo Tunong dan Mon Jeurejak. Sebanyak 41 desa memiliki rata-rata pemilikan lahan tambak di bawah 1 ha per orang. Total jumlah petakan tambak yang ada di Kabupaten Bireuen mencapai 8219 unit. Jika dibandingkan dengan luas lahan tambak yang mencapai 4267, ha, maka berarti rata-rata luas setiap petakan tambak di kabupaten ini sekitar 0,52 ha per petak. Kecamatan Jangka memiliki jumlah petakan terbanyak Bab 4-69

158 dibandingkan daerah lainnya yaitu sebanyak 1547 unit atau 18,8% dari total petakan di kabupaten ini. Tiga kecamatan lain yang memiliki jumlah petakan tambak cukup banyak yaitu Kecamatan Gandapura (1508 unit), Kecamatan Kuala (109 unit) dan Kecamatan Simpang Mamplan (907 unit). Jika melihat per desa, maka Desa Nase Me memiliki jumlah petakan paling banyak sebanyak 74 unit. Selain Desa Nase Me terdapat 5 desa lain yang memiliki jumlah petakan lebih dari 200 unit yaitu Desa Mon Keulayu (268 unit), Uleu Ceu (21 unit), Kareng (27 unit), Cok Usibah (229 unit) dan Lancok Lancok (2 unit). Tabel Jumlah Petakan, Kisaran Jumlah Petakan dan Rata-rata Petakan per Pemilik menurut Desa dan Kecamatan di Kab. Bireuen Tahun 2007 Kecamatan Desa Jumlah Petakan (unit) Kisaran Petakan (unit) Rata-rata petakan/ pemilik Gandapura Ie Rhob ,12 Samuti Makmur , Blang Keude ,79 Lapang Barat ,64 Cot Mane ,94 Mon Jeurejak ,48 Lingka Kuta ,1 Alue Mangki ,42 Samuti Aman 7 2-2,4 Mon Keulayu ,48 Samuti Krueng ,66 Lhok Mambang ,11 Jangka Tanjongan ,18 Pulo Iboh ,5 Jangka Alue ,55 Alue Buya ,22 Tanoh Anoe ,7 Alue Buya Pasie , Pante Sukon ,1 Bugeng ,2 Punjot ,14 Pante Paku 9 1-2,17 Pulo Pineung Meunasah II ,29 Bugak Mesjid , Jangka Keutapang ,88 Jangka Alue Bie Jangka Alue U ,04 Alue Bayeu Utang ,29 Ulee Ceue ,88 Kuala Ceurape ,68 Jangka Mesjid ,65 Bab 4-70

159 Kecamatan Desa Jumlah Petakan (unit) Kisaran Petakan (unit) Rata-rata petakan/ pemilik Pante Ranub ,02 Jeumpa Teupok Tunong , Teupok Baroh , Pulo Lawang ,2 Cot Geurundong Beurawang , Lipah Cut ,7 Cot Bada ,45 Kuala Jeumpa ,25 Lipah Rayeuk ,4 Blang Dalam Mon Jambee Batee Timoh , Jeunib Blang Mee Barat ,7 Matang Teungoh ,76 Matang Bangka ,56 Blang Mee Timur Teupin Keupula ,91 Blang Lancang ,67 Matang Nibong ,59 Lancang ,64 Kota Balang Jambo Kajeung Alue Kuta ,94 Kuala Kareung ,71 Cot U Sibak ,05 Weu Jangka ,47 Kuala Raja ,05 Ujong Blang Mesjid ,24 Krueng Juli Timur ,25 Krueng Juli Barat Lancok Lancok ,14 Pandrah Nase Me ,67 Alue Igeueh ,47 Lancok Ulim ,96 Uteun Kruet ,84 Plimbang Padang Kasab Seuneubok Seumawe ,88 Seuneubok Teungoh ,07 Kareung Baro Seuneubok Plimbang ,48 Rambong Payong ,1 Peudada Blang Kubu ,78 Meunasah Blang , Kukue ,09 Kampong Baro ,58 Matang Pasi ,7 Seuneubok Paya ,5 Matang Reuleut ,2 Paya ,7 Bab 4-71

160 Kecamatan Desa Jumlah Petakan (unit) Kisaran Petakan (unit) Rata-rata petakan/ pemilik Pulo Lawang ,08 Peusangan Cot Puuek ,57 Pulo Naleung ,2 Cot Rabo Baroh ,24 Mata Mamplam ,2 Alue Glumpang Ba ,96 Cot Rabo Tunong ,27 Samalanga Sangso ,22 Ankieng Barat ,86 Meuliek Kampung Baro 1 1-1,69 Pineung Siri Bee ,5 Matang Teungoh ,27 Tanjong Baro ,45 Pante Rheeng ,79 Mns Lancok ,16 Simpang Mamplam Lancang ,82 Rheum Barat ,79 Blang Kuta Coh Arongan 8 1-1,1 Meunasah Asan 2 1-1,64 Rheum Timur ,8 Rheum Baroh ,68 Blang Teumulek ,91 Keude Tambue ,67 Blang Panyang ,42 Ulee Karueng ,29 Cure Tunong Blang Kuta 2 Meunasah ,65 Blang Tambue ,67 Alue Leuhob ,65 Jumlah ,25 Sumber : Hasil Pengolahan Data, 2007 Kisaran pemilikan petakan per pembudidaya di Kabupaten Bireuen bervariasi mulai dari yang terkecil 1 petak per orang hingga yang terbanyak 15 petak per orang (Tabel 4. 22). Pemilik petakan terbanyak terdapat di Desa Seuneubok Plimbang. Rata-rata pemilikan petakan per pembudidaya di Kabupaten Bireuen yaitu 2,25 petak per orang. Jika merinci per desa, terlihat terdapat 10 desa yang memiliki angka rata-rata pemilikan petakan per pembudidaya di atas petak per orang. Kesepuluh desa tersebut meliputi Desa Alue Luhob (,65 petak/orang), Blang Payang (,42 petak/orang), Cot Rabo Baroh (,24 Bab 4-72

161 petak/orang), Alu Igeh (,47 petak/orang), Kuala Raja (,05 petak/orang), Cot Usibah (,05 petak/orang), Pante Ranub (,02 petak/orang), Lhok Mambang (,11 petak/orang), Punjot (,14 petak/orang) dan Alue Buya (,22 petak/orang). Sebagian besar pembudidaya di Kabupaten Bireuen melakukan usaha budidaya polikultur bandeng udang yaitu sebanyak 1951 orang. Pembudidaya monokultur bandeng sebanyak 1170 orang dan pembudidaya monokultur udang sebanyak 574 orang (Tabel 4. 2). Selain itu terdapat 16 orang yang membudidayakan komoditas lain, sebanyak 1 orang membudidayakan ikan nila dan orang membudidayakan ikan kerapu. Banyaknya pembudidaya polikultur udang-bandeng disebabkan seringnya para pembudidaya mengalami kegagalan dalam budidaya udang. Tabel 4. 2 Jumlah Pembudidaya berdasar Komoditas dan Sebaran Tahun Terakhir Produksi menurut Desa dan Kecamatan di Kab. Bireuen Tahun 2007 Kecamatan Desa Komoditas BD Bandeng Udang BU ikan lainnya Tahun Terakhir Produksi Gandapura Ie Rhob Samuti Makmur Blang Keude Lapang Barat Cot Mane Mon Jeurejak Lingka Kuta Alue Mangki Samuti Aman Mon Keulayu Samuti Krueng Lhok Mambang Jangka Tanjongan Pulo Iboh Jangka Alue Alue Buya Tanoh Anoe Alue Buya Pasie Pante Sukon Bugeng Punjot Pante Paku Pulo Pineung Meunasah II Bugak Mesjid Jangka Keutapang Bab 4-7

162 Kecamatan Desa Komoditas BD Bandeng Udang BU ikan lainnya Tahun Terakhir Produksi Jangka Alue Bie Jangka Alue U Alue Bayeu Utang Ulee Ceue Kuala Ceurape Jangka Mesjid Pante Ranub Jeumpa Teupok Tunong Teupok Baroh Pulo Lawang Cot Geurundong Beurawang Lipah Cut Cot Bada Kuala Jeumpa Lipah Rayeuk Blang Dalam Mon Jambee Batee Timoh Jeunib Blang Mee Barat Matang Teungoh Matang Bangka Blang Mee Timur Teupin Keupula Blang Lancang Matang Nibong Lancang Kota Balang Jambo Kajeung Alue Kuta Kuala Kareung Cot U Sibak Weu Jangka Kuala Raja Ujong Blang Mesjid Krueng Juli Timur Krueng Juli Barat Lancok Lancok Pandrah Nase Me Alue Igeueh Lancok Ulim Uteun Kruet Plimbang Padang Kasab 2 200,2004 Seuneubok Seumawe Seuneubok Teungoh Kareung Baro Seuneubok Plimbang Rambong Payong Peudada Blang Kubu Meunasah Blang Bab 4-74

163 Kecamatan Desa Komoditas BD Bandeng Udang BU ikan lainnya Tahun Terakhir Produksi Kukue Kampong Baro Matang Pasi Seuneubok Paya Matang Reuleut Paya Pulo Lawang Peusangan Cot Puuek Pulo Naleung Cot Rabo Baroh Mata Mamplam Alue Glumpang Ba Cot Rabo Tunong 15 Samalanga Sangso Ankieng Barat Meuliek Kampung Baro Pineung Siri Bee Matang Teungoh Tanjong Baro Pante Rheeng Mns Lancok Simpang Mamplam Lancang Rheum Barat Blang Kuta Coh Arongan Meunasah Asan Rheum Timur Rheum Baroh Blang Teumulek Keude Tambue Blang Panyang Ulee Karueng Cure Tunong Blang Kuta 2 Meunasah Blang Tambue Alue Leuhob Jumlah Sumber : Hasil Pengolahan Data, 2007 Dari Tabel 4. 2 juga terlihat data bahwa sebagian tambak di Kabupaten Bireuen ada yang sudah tidak beroperasi ketika studi ini dilakukan. Tambak di 1 desa yang berada di Kecamatan Simplang Mamplam terakhir kali produksi pada tahun Demikian juga dengan tambak-tambak yang berada di Kecamatan Pandrah dan Peusangan, terakhir kali berproduksi pada tahun Bab 4-75

164 Proses Pasca Panen Hasil Budidaya Penanganan dengan menggunakan es merupakan aktivitas utama pascapanen hasil tambak, baik terhadap komoditas bandeng maupun udang di Kabupaten Bireuen. Es diperoleh dari pabrik es yang berlokasi di Kecamatan Peudada yang merupakan fasilitas dari PPI Peudada. Selain itu agen-agen pembeli hasil tambak juga sudah membawa es sendiri yang dibeli dari tempat lain seperti Kabupaten Pidie atau Kota Langsa. Kesemuanya hasil tambak dijual dalam bentuk segar dan tidak ada pengolahannya. Sebenarnya di Kecamatan Peudada juga tersedia fasilitas cold storage yaitu mobile cold storage yang merupakan bantuan dari pemerintah Itali, namun saat ini mobile cold storage tersebut tidak berfungsi. Seperti halnya kabupaten-kabupaten lain di pantai timur Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam (NAD) masyarakat setempat mengkonsumi hasil perikanan termasuk bandeng dan udang masih terbatas dalam bentuk digoreng atau disayur. Belum ada bentuk-bentuk diversifikasi pengolahan terhadap komoditas perikanan Kelembagaan Perikanan Budidaya Tambak Lembaga Penentu Kebijakan Kabupaten Bireuen mempunyai potensi perikanan dan kelautan yang sangat besar. Menyadari akan potensi dan permasalahan perikanan dan kelautan yang begitu besar, urusan pengelolaan perikanan dan kelautan diserahkan kepada dinas teknis yang berdiri sendiri, yaitu Dinas Kelautan dan Perikanan. Dinas ini diberikan wewenang untuk menentukan kebijakan kelautan dan perikanan. Kelompok Petani Tambak Petani tambak di Kabupaten Bireuen, membentuk kelompok petani tambak dengan anggota petani tambak yang lokasinya berdekatan. Lembaga ini bukan didasarkan pada domisili pemilik tambak,tetapi pada lokasi tambak. Tujuan dari pembentukan kelompok ini adalah untuk mewadahi kepentingan- Bab 4-76

165 kepentingan mereka dalam berhubungan dengan pihak lain. Kelompokkelompok tersebut kemudian pada level kecamatan membentuk organisasi yang dinamakan Badan Musyawarah Petani Tambak (BMPT) yang berkedudukan di setiap kecamatan. Meskipun demikian, BMPT di Kabupaten Bireuen kurang berkembang dengan baik. Pasca tsunami, untuk mewadahi kelompok petambak yang mendapatkan bantuan dari lembaga-lembaga donor, kemudian dibentuk UPP berdasarkan obyek produksi, UPP tambak sendiri ada sebanyak 11 unit yang tersebar di beberapa desa. Namun demikian, UPP ini juga kurang berkembang dengan baik. Di Kabupaten Bireuen terdapat 11 UPP Tambak. Pada tahun 2006 sebagian UPP tambak memperoleh bantuan modal usaha, namun hanya beberapa UPP saja yang masih berjalan. Tidak berjalannya UPP tambak di Bireuen disebabkan oleh belum kuatnya dasar kelembagaan UPP terutama dari sisi aturan, pengelolanya atau sumberdaya manusianya dan belum siapnya pembudidaya tambak untuk membentuk lembaga ekonomi. Lembaga Penyuluh Lapangan Untuk kepentingan diseminasi teknologi dan penyuluhan, di Kabupaten Bieureun telah dibentuk tenaga penyuluh lapangan. Tenaga penyuluh lapangan kelautan dan perikanan di Kabupaten Bieureun dibagi berdasarkan bidang usahanya, yaitu: penyuluh untuk budidaya dan penyuluh untuk penangkapan ikan. Penyuluh lapangan berkedudukan di level kecamatan. Dalam satu kecamatan biasanya mempunyai 1- orang penyuluh lapangan. Penyuluh-penyuluh lapangan dari beberapa kecamatan, dalam tugasnya dikoordinasi oleh seorang koordinator. Berdasarkan wilayah kerjanya, koordinator penyuluh lapangan di Kabupaten Bireuen terbagi menjadi koordinator yang disebut dengan WPP. Ketiga WPP tersebut terdiri dari WPP Samalanga, WPP Jeumpa dan WPP Gandapura. Jumlah seluruh penyuluh di Kabupaten Bireuen berdasar data DKP Kabupaten Bireuen sebanyak 2 orang (Tabel 4. 24). Pada sisi lain jumlah kecamatan yang memiliki areal tambak sebanyak 12 kecamatan dan jumlah desa pada setiap kecamatan bervariasi hingga yang terbanyak 22 desa, Bab 4-77

166 sehingga jika jumlah penyuluh hanya 1- orang per kecamatan, tentunya akan berpengaruh terhadap intensitas pembinaan terhadap pembudidaya. Tabel Daftar Nama Penyuluh menurut Wilayah Kerja di Kabupaten Bireuen Tahun 2007 No Nama Penyuluh Wilayah Kerja 1 Ir. Zulkifli Samalanga 2 Sulaiman M.Haji Kabupaten Bireuen A.Salam,SP Kabupaten Bireuen 4 Faisal, SP Gandapura 5 Jufriadi Jeumpa 6 Samhati,A.Md Kabupaten Bireuen 7 T.M.Yahya Peudada 8 Bustami, SP Peudada 9 Alfian,S.Pi Kota Juang 10 Darmawati,S.Pi Kabupaten Bireuen 11 Nazaruddin Gandapura 12 M.Nasir Samalanga 1 Rizani Gandapura 1 Hanan,S.Pi Plimbang 14 Zuhri Jangka 15 Fauzi Gandapura 16 Ramadhan Peudada 17 Fandi Sulasa Makmur 18 Erlita Peusangan 19 Erlina Siblah Krueng 20 Usadi Kuta Blang 21 Jumaidi Peusangan Selatan 22 Maidun Juli 2 Iskandar Jangka 24 Bustami Kuala 25 Jamaliah, SP Kota Juang 26 Fitriani, SP Kuala 27 Ita Afrida, SP Jeumpa 28 Saflima Jeumpa 29 Eliana Jeunieb 0 Darwati, SP Pandrah 1 Husniati Samalanga 2 Ismawati Sp.Mamplam Lembaga Permodalan Lembaga permodalan yang memberikan bantuan modal kepada petani tambak di Kabupaten Bireuen kurang berkembang dengan baik. Hal ini karena lembaga permodalan sudah tidak tertarik lagi terhadap kegiatan pertambakan. Sejak tambak tidak memberikan hasil produksi yang baik, lembaga permodalan kurang tertarik lagi untuk mendanai usaha tambak. Padahal, secara umum permodalan pertambakan petani tambak di Bireuen Bab 4-78

167 bersumber dari modal sendiri dan modal pihak lain. Sehingga secara umum petani tambak sangat mengharapkan bantuan permodalan dari donatur baik dari pemerintah maupun dari lembaga donor. Lembaga Pengolah dan Lembaga Pemasaran Produk udang atau bandeng biasanya dijual dalam bentuk segar ke pedagang pengumpul untuk kemudian dijual ke Medan. Sedangkan untuk produk bandeng, selain dijual ke luar daerah melalui saluran pedagang pengumpul, juga dilakukan oleh pedagang pengecer. Belum ada sentuhan pengolahan untuk meningkatkan nilai tambah produk. Lembaga pemasaran hasil tambak yang ada di daerah ini terdiri dari pedagang pengumpul lokal, pedagang pengumpul dan pedagang besar. Lembaga pemasaran yang sangat berperan penting dalam pemasaran hasil tambak di Bireuen adalah pedagang pengumpul lokal. Selama ini, pengumpul lokal berperan sebagai lembaga level pertama dalam rantai pemasaran hasil tambak. Dalam kondisi yang seperti ini,biasanya posisi tawar petambak masih sangat lemah. Harga secara umum masih ditentukan dari pedagang besar. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa lembaga pemasaran hasil tambak di Kabupaten Bireuen relatif telah berkembang dengan baik meskipun dari sisi penetapan harga terkadang pembudidaya hanya bertindak sebagai penerima harga (price taker). Bila waktu panen tiba, pedagang pengumpul biasanya akan datang ke lokasi tambak untuk melakukan pembelian bandeng atau udang. Namun tidak jarang, karena jumlah yang relatif sangat kecil, petani tambak datang ke pedagang pengumpul untuk menjual hasil panennya. Prasarana pemasaran produk perikanan, termasuk untuk memasarkan hasil tambak, telah ada di beberapa kecamatan di kabupaten ini. Jumlah pasar ikan 4 buah, masing-masing terdapat di Kecamatan Jeunib, Bireuen, Samalanga dan Simpang Mamplam. Jumlah ini tentunya masih kurang memadai jika memperhatikan luasnya dan banyaknya produksi perikanan tambak yang dihasilkan pembudidaya di daerah ini. Bab 4-79

168 Lembaga Penyedia Sarana Produksi Sarana produk di Kabupaten Bireuen cukup tersedia dengan baik. Petani tambak di lokasi kajian tidak menemui hambatan berarti dalam pengadaan sarana produksi. Lembaga penyedia sarana produksi tambak di Kabupaten Bireuen, seperti toko saprodi dan bibit cukup tersedia dengan baik. 4.. Kabupaten Aceh Utara Lingkungan Pesisir Pengukuran parameter fisik lingkungan dilakukan di empat lokasi atau stasiun pengukuran. Parameter fisik lingkungan yang diukur nilai-nilai parameternya adalah suhu air, salinitas air, kecepatan aliran dan debit saluran. Lokasi dari ke empat stasiun pengukuran tersebut telah diplotkan ke dalam peta google (Gambar 4. 22). Gambar Lokasi sampling Lingkungan Fisik di Kabupaten Aceh Utara Bab 4-80

169 Nilai parameter yang diukur di empat lokasi tersebut ditabulasikan pada Tabel dan Tabel Kisaran suhu air yang terukur pada saat di lapangan adalah 29-1 o C, kisaran salinitas air berkisar antara 0 5. Dibandingkan dua kabupaten sebelumnya salinitas air hanya terukur maksimum 5 artinya air laut sulit mengalir masuk ke areal tambak. Sedangkan debit masing-masing saluran tambak sangat bervariasi bergantung kepada kecepatan aliran dan luas penampang saluran. Hasil pengukuran debit aliran dapat dilihat pada Tabel Tabel Hasil Pengukuran Parameter Fisik Lingkungan di Empat Lokasi Berbeda No Stasiun Suhu ( o C) Salinitas ( ) Debit (m /det) Keterangan 1 AU ~ Desa Mengklayu 2 AU Kreung Mane AU S. Ajo 4 AU S. Kuala Pase Parameter utama perairan untuk kegiatan budidaya tambak udang, yaitu oksigen terlarut (dissolve oxygen/do), ph, salinitas dan suhu di lingkungan kawasan pertambakan udang (meliputi perairan tambak dan saluran tambak serta sungai pensuplai air untuk pertambakan) di Kabupaten Aceh Utara umumnya berada pada kisaran yang masih baik atau layak untuk kegiatan budidaya tambak udang (berdasarkan Kepmen LH No. 51/2004 untuk Biota Laut). Nilai parameter DO berkisar, 9,7 ppm, ph antara 6,4 8,14; salinitas antara 4-29 promil di daerah tambak, saluran tambak, dan pelabuhan; dan suhu 28,2 2, 0 C (Tabel 4. 26). Potensi tambak di Kabupaten Aceh Utara relatif tinggi bila dilihat bentangan tambak yang luas dan kondisi tambak sebagian besar relatif masih baik (Gambar 4. 2). Permasalahan pengelolaan tambak masih pada permasalahan penyakit udang, sama halnya permasalahan yang ditemui pada tambak-tambak Kabupaten Pidie dan Bireuen. Sehingga banyak tambak-tambak saat ini tidak beroperasional. Sebagian tambak aktif berisi ikan bandeng, tidak memelihara udang yang mempunyai resiko yang tinggi terhadap penyakit. Bab 4-81

170 Tabel Parameter Lingkungan di Perairan Muara, Dalam Tambak dan Saluran Tambak di Kabupaten Aceh Utara Parameter Satuan St-1 St-2 St- St-4 St-5 St-6 St-7 Baku mutu *) FISIKA TSS mg/l ph 7,5 6,4 6,5 7,95 7,75 6,5 8,5 DO mg/l 5,56 6,8 5,05 8, 6,8,,87 Suhu 0C 29,0 28,2 26,4 1,8 2, 1, 26,7 Salinitas 0/ KIMIA Ammonia total (NH-N) mg/l 0,08 <0,005 1,218 <0,005 <0,005 <0,005 2,05 - Fosfat (PO4-P) mg/l <0,005 0,007 <0,005 0,010 <0,005 0,006 <0,005 1 Nitrat (NO-N) mg/l 0,181 0,042 0,14 0,109 0,046 0,509 0, LOGAM Besi (Fe) mg/l <0,005 0,289 0,089 0,414 1,091 1,79,702 - Tembaga (Cu) mg/l 0,004 0,02 0,005 0,01 <0,01 0,06 0,007 0,02 Timah hitam (Pb) mg/l 0,014 <0,01 0,0 0,40 0,87 0,09 0,02 0,0 Kadmium (cd) mg/l 0,001 <0,01 <0,001 <0,01 <0,01 0,01 <0,001 0,01 Raksa (Hg) mg/l 0,0005 0,001 <0,0002 0,0055 0,002 BIOLOGI Chlorophyll-a µg/l 8,604 5,952 99,012 1,759 7,02 18,64 25,720 - St-1=Kamban, St-2=Uteun Geulinggang, St-=Laga Baro, St-4=Matang Baroh, St-5=Alue Serdang St-6=Matang Karieng, St-7=Meunasah Dayah Gambar 4. 2 Bentangan Tambak yang Masih Aktif dengan Kondisi yang Masih Relatif Baik Gambaran umum morfologi pantai timur Kabupaten Aceh Utara dapat terlihat pada Gambar Pada mulut sungai terbentuk spit (suatu bentuk endapan yang memanjang dan ujungnya berbentuk kait). Bentuk pantai seperti ini dipengaruhi oleh pasokan sedimen yang cukup dan pengaruh energi gelombang yang besar. Perubahan bentuk mulut sungai dipengaruhi oleh musim. Pendangkalan mulut sungai dan pembelokan sungai dapat menghalangi aliran air baik pada saat pasang maupun surut. Bab 4-82

171 Gambar Tampak Atas Areal Tambak di Kabupaten Aceh Utara Gambar Transek untuk Melihat Profil Kelerengan Lahan dan Kedalaman di Kabupaten Aceh Utara Pesisir utara Kabupaten Aceh Utara memiliki kemiringan lahan yang kurang landai, artinya kemiringan pantai >5%. Pada Gambar ada garis transek (A, B dan C) yang ditarik atau dipasang untuk melihat secara menyeluruh profil lahan di Kabupaten Aceh Utara. Lokasi transek yang dipilih secara jelas ditarik garis merah dari batas terdalam kawasan, kemudian ke Bab 4-8

172 arah laut dengan kemiringan yang landai (Gambar 4. 26). Dari tiga transek yang dipilih, transek B yang memiliki kemiringan lahan yang paling landai, sedangkan dua transek lainnya terlihat lebih curam. Gambar Profil Kelerengan Lahan dan Kedalaman pada Transek A dan B di Kabupaten Aceh Utara Bab 4-84

173 Gambar Profil Kelerengan Lahan dan Kedalaman pada Transek C di Kabupaten Aceh Utara Untuk melihat gambaran tentang kondisi kedalaman atau batimetri di pantai utara-timur Kabupaten Aceh Utara dilakukan pengumpulan data dan peta batimetri. Gambar merupakan peta kedalaman laut yang diperoleh dari CMap, Kontur kedalaman (isodepth) 200 m berada lebih jauh dari pantai bila dibandingkan dengan dua kondisi dua kabupaten sebelumnya. Kondisi tersebut mempunyai arti fisik bahwa pantai utara-timur Kabupaten Aceh Utara adalah landai. Jarak kontur kedalaman 10 m (isodepth 10 m) tidak merata di sepanjang pantai utara-timur Kabupaten Aceh Utara yang berhadapan dengan Selat Malaka. Kerapatan garis kontur 100 m dan 200 m cukup bervariasi, artinya ada yang dekat dan ada juga yang lebih jauh. Hal tersebut berarti memiliki kemiringan atau slope dasar laut antara kedalaman 100 m dan 200 m tidak sama di sepanjang pantai, tetapi bervariasi. Kondisi ini berdampak kepada penerimaan energi gelombang yang sampai ke pantai. Bab 4-85

174 Gambar Peta Kedalaman Laut di Pantai Utara Kabupaten Aceh Utara Saluran Tambak Gambar merupakan salah satu contoh hasil foto udara yang diperoleh dari Google yang menampilkan satu daerah kawasan tambak di Kabupaten Aceh Utara. Panjang saluran tambak baik primer, sekunder dan tersier di kawasan tambak diukur panjangnya dengan teliti dengan mendigitasi gambar saluran sehingga mendapatkan nilai panjang. Hasil digitasi peta diperoleh panjang saluran primer dan sekunder di Kabupaten Aceh Utara berturut-turut sepanjang 19,10 km ( m) dan 8,44 km (8.440 m). Kondisi tambak dan saluran juga dilihat dan diamati di lapangan. Gambar 4. 0 adalah salah satu foto saluran tambak yang sempat diambil di Kabupaten Aceh Utara. Bab 4-86

175 Gambar Contoh Digitasi Saluran Tambak di Kabupaten Aceh Utara (Google 2007) Gambar 4. 0 Foto Tambak dan Saluran-Salurannya di Salah Satu Lokasi di Kabupaten Aceh Utara Keragaan Teknis Tambak A. Lahan Pesisir Aceh Utara merupakan daerah yang telah dikembangkan untuk digunakan sebagai lahan pertambakan. Kondisi ini dimungkinkan karena tipe lahan pesisir yang landai memiliki tipe landai dengan salinitas payau yang cocok bagi budidaya tambak karena beberapa sungai besar bermuara pada Bab 4-87

176 pantai. Pertambakan dibangun hasil dari konversi hutan bakau di masa lalu, selain itu merupakan konversi dari lahan kebun dan sawah. Dampak tsunami yang terjadi pada tahun 2004 walaupun tidak besar terhadap pertambakan, namun diduga akibat perubahan struktur dasar laut di pesisir pantai menyebabkan masuknya pasir/lumpur ke muara sungai/saluran primer tambak. Hal ini menyebabkan terganggunya suplai air laut untuk pertambakan dan juga menghambat aliran air dari hulu, terutama pada saat musim hujan sering menyebabkan banjir. Luas tambak Kabupaten Aceh Utara adalah 651,70 ha yang tersebar di 10 kecamatan (Tabel 4. 27). Tambak di Kecamatan Seunudon adalah paling luas, yaitu 2499,5 ha atau 9,52% dari total luas tambak Kabupaten Aceh Utara, sedangkan yang paling sedikit adalah Kecamatan Muara Batu, yaitu 41,42 ha atau 0,65% dari total luas tambak Kab. Aceh Utara. Tabel Luas Lahan Tambak di Kabupaten Aceh Utara No Kecamatan Desa Total Luas Kisaran Tambak (ha) Luas (ha) 1 Baktiya Tanjong Glumpang 144, Alue Buya 8,50 0,5-1 Matang Raya Barat 22,00 0,4-8 Sub Jumlah 76,00 2 Baktiya Barat Matang Sijuek Barat 146,50 0,5-18 Matang Sijuek Teungoh 24,50 0,5-10 Cot Usen 29,50 0,5-20 Sub Jumlah 410,50 Muara Batu Cot Seurani 11,67 0,25-1 Keude Mane 4,50 0,5-1 Pante Gurah 4,55 0, Ulee Madon 4,00 0,5-1 Keude Bungkaih 16,70 0,1- Sub Jumlah 41,42 4 Samudera Beuringen 61, Kuta Krueng 64,50 0,5-7,5 Lancang 4,10 0,1- Gampong Kruet Mate 81, Mantang Puntong 0,00 0,5-2 Laga Baro 26,00 0,5- Sawang 18,00 0,5-1 SUB JUMLAH 24,70 5 Seunudon Matang Puntong 58,90 0,12-4 Cot Trueng 4,00 0,5-19,5 Simpang Peut 51,00 1,5-,5 Meunasah Sagou 108,10 0,1-6 Mane Kawan 59, Paya Dua Uram 10,70 0,-1,2 Bab 4-88

177 No Kecamatan Desa Total Luas Kisaran Tambak (ha) Luas (ha) Matang Karieng 124,10 0,1-7 Matang Lada 260,10 0,1-8 Matang Anou 1, Cot Kapiraton 150,50 0,5-12 Cot Patisah 91,70 0,5-6 Ulee Matang 291,00 0,5-20 Ulee Rubek Barat 179,50 0,5-,5 Ulee Rubek Timur 78,80 0,1-8 Lhok Rambideng 6,50 0,5-4 Lhok Geuletuet 7,80 0,-2 Lhok Puuk 26,0 0,5-6 Alue Campli 240,50 0,5-12 Matang Panyang 101,5 0,1-5,5 SUB JUMLAH 2499,5 6 Syamtalira Bayu Lancok 79,50 0,5-6 Dayah Tuha 10,70 0,7-, Punti 60,1 0,012-6 Dayah Baro 10,50 1-2,5 Baroh Blang Rimuengi 82,50 0,5-6 Sub Jumlah 24,51 7 Tanah Pasir Mns Prey 46,50 5-0,5 Me Merbo 44,00 7 Matang Janeng 47,40 0,2-1,5 Gampong Pande 4,78 1,7-015 Keude Jrat Manyang 10,75 0,25- Mns Cangguek 27,00 0,5- Teupin Gapeuh 84,70 0,5-5 Mns Cibrek 60,50 0,5- Keutapang 9,00 0,5-2 Kuala Keureutou Barat 2,18 0,06-2 Keureutou 72,80 0,-7 SUB JUMLAH 490,61 8 Tanah Jambo Aye Meunasah Dayah 104,00 1-7,5 Meunasah Geudong 127,00 1,5-5 Geulumpang 148,00 1,5-8 Umpung Unuo Seuneubok Dhou 0,50 1- Meunasah Merbo 88,00 1,5-5 Matang Jurong 105, Teupin Gajah 85, SUB JUMLAH 687,5 9 Lapang Kuala Keureutou 74,95 0,1-2 Tanjung Dama 6,80 0,-1 Kuala Cangkoy 87,50 0,2-15 Merbo Lama 71,00 0,25-4,5 Geulanggang Baro 145,10 0,2-15 Lueng Baro 97,50 0,5-6 Matang Baroh 99,40 0,1-,9 Merbo Jurong 81,70 0,2-7 Matang Tunong 190,10 0,5-5 SUB JUMLAH 854,05 10 Dewantara Ulee Reuleung,58 0,1-0,464 Paloh Igeuh 12,52 0,25-1 Ulee Pulo 10,25 0,15-0,8 Bab 4-89

178 No Kecamatan Desa Total Luas Kisaran Tambak (ha) Luas (ha) Bangka Jaya 22,50 0,1-2,5 Glp Sulu Barat 20,55 0,-,8 Lc. Barat 190,27 0,1-5,42 Paloh Gadeng 58,60 0,5- Bluka Teubai 48,57 0,1-,7 Glp Sulu Timur 29,82 0,1-1 SUB JUMLAH 96,72 JUMLAH TOTAL 651,70 Selanjutnya, pada Tabel diperlihatkan sebaran luas tambak yang masih aktif saat ini, aktif tahun atau setelah tsunami, dan aktif sebelum tsunami (<2004), luasan tambak per komoditas, dan persentase tambak yang operasional saat ini serta komoditas yang dibudidayakan. Sebagian besar (75,20%) tambak di Kabupaten Aceh Utara masih aktif saat ini, yaitu seluas 4755,66 ha. Tambak-tambak tersebut tersebar di 9 kecamatan; hanya Kecamatan Tanah Jambo Aye yang tambaknya sudah tidak operasional lagi setelah terjadi tsunami. Luas tambak udang Kabupaten Aceh Utara adalah 2809,5 ha atau 44,42% dari total luas tambak yang ada. Luas tambak untuk bandeng dan polikultur udang-bandeng masing-masing adalah 142,81 ha dan 1764,20 ha. Luas tambak udang dan tambak bandeng di Kec. Baktiya, Baktiya Barat dan Syamtalira Bayu adalah relatif sama, sementara tambak polikultur lebih luas dibandingkan dengan yang lain untuk tambak di Kecamatan Muara Batu dan Tanah pasir, bahkan semua tambak di Kecamatan Lapang dan Dewantara menerapkan budidaya polikultur. Saat ini, sebagian besar atau semua tambak yang ada di Kabupaten Aceh Utara masih aktif, kecuali di Kecamatan Baktiya dan Baktiya Barat tambak yang aktif berkisar antara 18-8% dari luasan tambak untuk komoditas udang atau bandeng yang ada di kecamatan tersebut. B. Sistem dan Teknologi Budidaya Komoditas budidaya tambak yang dikembangkan di Kabupaten Pidie adalah budidaya udang dan bandeng, dengan sistem monokultur dan polikultur (Tabel 4. 29). Sebagian besar tambak digunakan untuk membudidayakan Bab 4-90

179 udang dengan sistem monokultur, sekitar 28% polikultur udang-bandeng dan 2% untuk budidaya bandeng. Teknologi budidaya udang yang digunakan adalah tradisional atau semiintensif, dengan padat tebar berkisar 0,1-10 ekor/m 2 dan tingkat produksi kg/ha/siklus. Sementara itu budidaya bandeng bersifat tradisional, dengan padat tebar 0,05- ekor/m 2 dan tingkat produksi kg/ha/siklus. C. Sumber Benih Sumber benur udang dan nener ikan bandeng untuk tambak di Kabupaten Aceh Utara juga diperoleh dari dua sumber utama, yakni dari hatchery (panti benih) dan alam (Tabel 4. 0), baik yang berada di Kabupaten Aceh Utara sendiri maupun dari luar Aceh Utara. Sumber benih dari dalam kabupaten berasal dari Kecamatan Dewantara dan Samudera. Sementara sumber benih dari luar kabupaten berasal dari Kecamatan Trienggadeng (Kab. Pidie). Bab 4-91

180 Tabel Luas Tambak, Tahun Terakhir Operasional, Luas Tambak menurut Komoditas, Luas Tambak Aktif dan Luas Tambak yang Tidak Ada Data Peruntukan di Kabupaten Aceh Utara Kecamatan Luas tambak (ha, %) Tahun terakhit operasional (ha, %) <2004 Udang Bandeng Luasan tambak per komoditas (ha, %) Udang & Bandeng Kepiting Kerapu udang bandeng Luasan tambak aktif tahun 2007 per komoditas (ha, %) Udang & bandeng Kepiting Kerapu Tidak ada data peruntukan atau tahun operasional Baktiya (5.95) (18.22) (2.14) (58.64) (48.99) (51.01) (17.64) 4.00 (17.7) Baktiya Barat (6.49) (29.2) 2.00 (56.76) (14.01) (45.4) (54.57) (18.50) (8.17) Muara Batu (0.65) (7.8) (51.18) (10.26) 5.60 (1.52) 1.57 (76.22) (94.12) (6.97) (10.99) Samudera (5.1) (78.90) (21.10) -.00 (10.16) (89.84) (92.42) (78.75) Seunudon (9.52) (96.24) (89.45) (6.71) 2.00 (0.08) (100.00) (100.00) 2.00 (100.00) (.76) Syamtalira Bayu (.85) (9.24) (6.56) (49.84) (49.96) (92.60) (94.26) Tanah Pasir (7.76) (99.18) 4.00 (0.82) (2.19) (97.81) (100.00) (99.17) Tanah Jambo Aye (10.87) (67.42) -.50 (4.87) (62.55) (2.58) Lapang (1.50) (91.22) (8.78) (100.00) (91.22) Dewantara (6.27) (100.00) (100.00) (100.00) TOTAL (100.00) (75.20) (15.1) (4.40) (44.42) (22.66) (27.90) (8.90) (9.99) (26.) (5.10) Keterangan: Persentase tambak aktif merupakan rasio antara tambak aktif untuk suatu komoditas budidaya dengan total luasan tambak untuk komoditas bersangkutan Bab 4-92

181 Tabel Padat Tebar, Kisaran Produksi dan Tahun Produksi Budidaya Tambak Menurut Desa Di Kabupaten Aceh Utara No. Kecamatan Desa Bandeng Udang Padat Tebar (ekor/m 2 ) Bandeng Udang Kerapu Kepiting Bandeng Udang Kisaran Produksi (kg/ha/siklus) Bandeng Udang Kerapu Kepiting Tahun Produksi Terakhir Bandeng/ Udang/bandeng udang//kerapu// kepiting / / 1 Baktiya Tanjong Glumpang 0,1 0,7-1, Alue Buya 0,2 0,2-1, / Matang / Raya Barat 0,05-0,65 0,1-4, Baktiya Barat Matang / Sijuek Barat 0,6-0, / Matang Sijuek / Teungoh 0, / Cot Usen 0,01-1, / Muara Batu Cot Seurani - - 0,1-, /-/2007// Keude Mane - - 0,8-0,75 / 7, / /-/2004// Pante Gurah - - 0,08-6 / 0, / Ulee Madon /2007/ Keude - - Bungkaih 0,1-1 0, /-/2004// 4 Samudera / Beuringen 0,1-2 0, / Kuta Krueng 0, /2007/ Lancang 0,1-0,5 1,8-7, /2007/ Gampong Kruet Mate 0,1-0,2 1,5-2, /2007 Mantang Puntong 0,1-0, / Laga Baro 0,1-0, / Sawang 0,2-0, / 5 Seunudon Matang 0, Puntong 1,7 8, /2007/ Cot Trueng 0,1-0, Bab 4-9

182 No. Kecamatan Desa 6 Syamtalira Bayu Bandeng Udang Padat Tebar (ekor/m 2 ) Bandeng Udang Kerapu Kepiting Bandeng Udang Kisaran Produksi (kg/ha/siklus) Bandeng Udang Kerapu Kepiting Tahun Produksi Terakhir Bandeng/ Udang/bandeng udang//kerapu// kepiting Simpang Peut 0,1 0,-0, Meunasah Sagou 0,1 0, /2007/ Mane Kawan 0,5 0, /2007/ Paya Dua Uram 4,2 5-16, /2007/ Matang Karieng 0, 0, /2007/ Matang Lada 0,5 0, /2007/ Matang Anou 0,5 0, /2007/ Cot Kapiraton 0, / Cot Patisah 0, /2007/ Ulee Matang 0,2 0, /2007/ Ulee Rubek /2007/ Barat 0,4 0, Ulee Rubek Timur 0,4 0, /2007/ Lhok Rambideng 0,1 0, /2007/ Lhok Geuletuet 0,2 0, /2007/ Lhok Puuk 0,1 0, /2007/ Alue Campli 0,2 0, /2007/ Matang /2007/ Panyang 0,2 0, Lancok 0,1-0,8 0, /2007/ Dayah Tuha 0,1-0, 0, /2007/ Punti 0,1-0, 0, /2007/ Dayah Baro 0,1-1,5 1-1, /2006/ Baroh Blang / Rimuengi 0,1-1,4 0,1-1, / 7 Tanah Pasir Mns Prey - - 0,1/ / /-/2007// Me Merbo - - 1/ / /-/2007// Bab 4-94

183 No. Kecamatan Desa 8 Tanah Jambo Aye Bandeng Udang Padat Tebar (ekor/m 2 ) Bandeng Udang Kerapu Kepiting Bandeng Udang Kisaran Produksi (kg/ha/siklus) Bandeng Udang Kerapu Kepiting Tahun Produksi Terakhir Bandeng/ Udang/bandeng udang//kerapu// kepiting Matang Janeng 0,1/1 200/100 -/-/2007// Gampong Pande 0,1/1 200/100 -/-/2007// Keude Jrat Manyang /2007/ Mns Cangguek 0,1/1 200/100 -/-/2007// Teupin Gapeuh 0,1/1 200/100 -/-/2007// Mns Cibrek - - 0,1/ / /-/2007// Keutapang - - 0,1/ / /-/2007// Kuala Keureutou Barat ,1/1 200/100 -/-/2007// Keureutou - - 0,1/ /100 -/-/2007// Meunasah Dayah 0, / Meunasah Geudong 0, / Geulumpang Umpung Unuo 0,1-0, Seuneubok Dhou 0, / Meunasah Merbo 0, / Matang Jurong 0, / Teupin Gajah 0, /2006/ 9 Lapang Kuala Keureutou 0,1/1 200/ /-/2004// Tanjung Dama 0,1/1 200/ /-/2004// Kuala 200/ Cangkoy 0,1/ /-/2007// Merbo Lama - - 0,1/ / /-/2007// Bab 4-95

184 No. Kecamatan Desa 10 Dewantara Ulee Reuleung Bandeng Udang Padat Tebar (ekor/m 2 ) Bandeng Udang Kerapu Kepiting Bandeng Udang Kisaran Produksi (kg/ha/siklus) Bandeng Udang 200/100 Kerapu Kepiting Geulanggan g Baro 0,1/1 Lueng Baro - - 0,1/ / /-/2007// Matang 200/100 -/-/2007// Baroh 0,1/1 Merbo 200/100 -/-/2007// Jurong 0,1/1 Matang 200/100 -/-/2007// Tunong 0,1/1 0,0-0,08 / / -/-/2007// ,5-0, ,0-0,1 / / -/-/2007// Paloh Igeuh 0,6-2, ,0-0,1/ / -/-/2007// Ulee Pulo 0, ,05-0,1/ / -/-/2007// Bangka Jaya 0, Glp Sulu 0,05-0,8/ / -/-/2007// Barat 0,6-2, ,02-1/ / -/-/2007// Lc. Barat 0,05-7, Paloh 0,25-1 / / -/-/2007// Gadeng 1, Bluka 0,02-0,7/ / -/-/2007// Teubai 0, Glp Sulu 0,02-0,2/ / -/-/2007// Timur 0,5-2, Tahun Produksi Terakhir Bandeng/ Udang/bandeng udang//kerapu// kepiting -/-/2007// Bab 4-96

185 Tabel 4. 0 Sumber/Produsen Benih untuk Komoditas Budidaya Tambak pada Semua Kecamatan di Kabupaten Aceh Utara Sumber/Asal Benih No Kecamatan Udang Bandeng Kerapu Kepiting Kakap Nila 1 Baktiya Barat Hatchery dan pedagang Baktiya Alam Alam dan pendederan Dewantara LC Barat, Ulee Madon, BLK Teubai, GLP Sulu, Kr Mane, Kr Geukeuh 4 Lapang Hatchery, Matang Geulempang Dua, Blang Me, Samudera, Seunudon 5 Muara Batu Hatchery, Dewantara, Muara Batu, Dakuta, Keude Blang, dan alam 6 Samudera Gampong kt Hueng, Kuta Krueng, Bireuen BLK Teubai, LC. Barat, Ulee Madon, Kr Mane, Kr Geukeuh pendederan, Matang Glumpang Dua Alam: Keude Blang Gampong Beuringen, Kuta Krueng, Bireuen Seunudon - Pendederan Syamtalira Bayu Trieng Gadeng, Gedhong, Pidie, Matang Gelumpong 9 Tanah Jampo Aye Alam dan hatchery, Meunasah Merbo Gedhong, Teupin Taya, Matang Gelumpong, Trieng Gadeng, Matang Gelumpang Dua, Matang Alam, Meunasah Merbo, Matang jurong, Geulumpang Umpung Unge Tanah Pasir Blang Me, Samudera, Bungkah, Dewantara Blang Me, Samudera, Bungkah, Dewantara Bab 4-97

186 D. Permasalahan Permasalahan tambak udang disebabkan konstruksi yang belum ditata dengan baik. Sistem saluran air tambak masih mengandal saluran utama dan sangat jarang terdapat saluran sekunder dan tersier. Penyempitan muara sungai dan saluran primer serta pendangkalan/ penyempitan saluran tambak merupakan masalah utama di Aceh Utara. Selain itu timbulnya penyakit udang, kurang modal, dan keterbatasan teknologi, dan limbah rumah tangga berupa sampah juga merupakan masalah yang juga dihadapi oleh petani tambak di daerah ini. Banjir merupakan masalah besar yang dihadapi petani tambak terutama pada musim hujan Sosial Ekonomi Petambak Terdapat 565 orang pembudidaya di Aceh Utara yang menjadi responden pengumpulan data sosial ekonomi. Rata-rata umur pembudidaya responden di kabupaten ini bervariasi dari 4 tahun di Desa Mane Kawan hingga 57 tahun di Desa Glp Sulu Barat. Umur terendah responden pembudidaya di kabupaten ini yaitu 22 tahun, sedang umur tertinggi 77 tahun. Secara keseluruhan tingkat pendidikan responden pembudidaya tambak di Kabupaten Aceh Utara relatif baik, dimana sebagian besar responden memiliki tingkat pendidikan SD dengan jumlah 55 orang. Responden yang berpendidikan SMP, SMU dan PT masing-masing 88 orang, 96 orang dan 15 orang. Hanya orang responden yang belum pernah bersekolah. Pembudidaya tambak di Kabupaten Aceh Utara yang menjadi responden memiliki rata-rata jumlah anggota keluarga 5 orang. Dari 79 desa tambak di Aceh Utara, hanya 2 desa yang memiliki jumlah anggota keluarga maksimal 4 orang. Hal ini berarti bahwa sebagian besar responden memiliki jumlah anak paling sedikit orang atau lebih. Bab 4-98

187 Pendapatan rata-rata pembudidaya tambak yang menjadi responden di Kabupaten Aceh Utara bervariasi mulai dari yang paling rendah Rp per musim tanam oleh pembudidaya bandeng di Kecamatan Baktiya Barat hingga yang paling tinggi Rp 7,621 juta per musim tanam oleh pembudidaya udang di Kecamatan Syamtalira Bayu (Tabel 4. 1). Dari Tabel 4. 1 juga terlihat bahwa responden pembudidaya bandeng di Kecamatan Samudra memiliki rata-rata pendapatan negatif atau mengalami kerugian sebesar Rp 1,79 juta per musim tanam. Secara umum responden pembudidaya di Aceh Utara memperoleh keuntungan dari usaha budidaya tambaknya seperti terlihat dari nilai rata-rata rasio R/C yang lebih besar dari 1, kecuali responden pembudidaya bandeng di Kecamatan Samudra yang rata-rata rasio R/C -nya 0,99. Responden pembudidaya udang di Kecamatan Baktiya memiliki ratarata nilai R-C Rasio paling tinggi yaitu 4,6. Tabel 4. 1 Pendapatan dan R/C Pembudidaya Responden di Kabupaten Aceh Utara menurut Kecamatan Tahun 2007 Pendapatan Kecamatan Komoditi Ratarata Min Max Rata-rata Min Max Baktiya Bandeng ( ) ,75 8,,59 Udang ,80 8,89 4,6 Bandeng Udang Baktiya Barat Bandeng ( ) ,40 2,89 1,9 Udang ,18 6,00 2,78 Bandeng Udang Muara Batu Bandeng Udang Bandeng Udang ( ) ,88 2,10 1,5 Samudra Bandeng ( ) ( ) 0,47 1,12 0,88 Udang ,71 2,86 2,01 Syamtalira Bayu Bandeng Udang Bandeng ( ) ,0,75 1,01 Udang ,67 5,60,41 Bandeng Udang Keterangan: angka dalam kurung berarti rugi/minus Sumber : Hasil Perhitungan (2007) Kabupaten Aceh Utara merupakan salah satu daerah sentra tambak di Provinsi NAD. Areal tambak di kabupaten ini terdapat di 79 desa yang berada dalam 10 Kecamatan. Kesepuluh kecamatan tersebut meliputi Kecamatan Baktiya ( desa), Baktiya Barat ( desa), Muara Batu (5 desa), Samudra (7 desa), Seunudon (20 desa), Syamtalira Bayu (5 desa), Tanah R/C Bab 4-99

188 Pasir (11 desa), Tanah Jambo Aye (7 desa), Lapang (9 desa) dan Dewantara (9 desa). Jumlah pemilik tambak di Kabupaten Aceh Utara sebanyak 4471 orang. Dari jumlah tersebut, sebanyak 490 pemilik menggarap sendiri tambak miliknya. Sedang jumlah pembudidaya penggarap di daerah ini sebanyak 118 orang (Tabel 4. 2). Tabel 4. 2 Jumlah Pemilik, Pemilik-Penggarap dan Penggarap Tambak menurut Desa dan Kecamatan di Kabupaten Aceh Utara Tahun 2007 Kecamatan Desa Jumlah Pemilik (orang) Jumlah Pemilik- Penggarap (orang) Jumlah Penggarap (orang) Baktiya Tanjong Glumpang Alue Buya 1 1 Matang Raya Barat Baktiya Barat Matang Sijuek Barat 5 5 Matang Sijuek Teungoh Cot Usen Muara Batu Cot Seurani Keude Mane 8 8 Pante Gurah Ulee Madon 6 6 Keude Bungkaih Samudera Beuringen Kuta Krueng Lancang Gampong Kruet Mate Mantang Puntong 0 0 Laga Baro Sawang 4 4 Seunudon Matang Puntong Cot Trueng Simpang Peut Meunasah Sagou Mane Kawan Paya Dua Uram Matang Karieng 6 6 Matang Lada Matang Anou Cot Kapiraton Cot Patisah Ulee Titi Ulee Matang Ulee Rubek Barat Ulee Rubek Timur Lhok Rambideng Lhok Geuletuet Bab 4-100

189 Kecamatan Desa Jumlah Pemilik (orang) Jumlah Pemilik- Penggarap (orang) Jumlah Penggarap (orang) Lhok Puuk 8 8 Alue Campli Matang Panyang Syamtalira Bayu Lancok Dayah Tuha 6 6 Punti 2 2 Dayah Baro 6 6 Baroh Blang Rimuengi Tanah Pasir Mns Prey 4 4 Me Merbo 7 7 Matang Janeng Gampong Pande Keude Jrat Manyang 1 1 Mns Cangguek Teupin Gapeuh Mns Cibrek Keutapang Kuala Keureutou Barat 0 0 Keureutou Tanah Jambo Aye Meunasah Dayah Meunasah Geudong Geulumpang Umpung Unuo Seuneubok Dhou Meunasah Merbo 4 4 Matang Jurong Teupin Gajah Lapang Kuala Keureutou Tanjung Dama Kuala Cangkoy Merbo Lama Geulanggang Baro Lueng Baro Matang Baroh Merbo Jurong Matang Tunong Dewantara Ulee Reuleung Paloh Igeuh Ulee Pulo Bangka Jaya 8 8 Glp Sulu Barat Lc. Barat Paloh Gadeng Bluka Teubai Glp Sulu Timur Jumlah Sumber : Hasil Pengolahan Data, 2007 Bab 4-101

190 Dari Tabel 4. 2 juga terlihat bahwa jumlah pemilik tambak yang terbanyak terdapat di Kecamatan Seunudon. Jumlah pemilik tambak di kecamatan ini sebanyak 159 orang atau 5,6% dari total jumlah pemilik tambak di Aceh Utara. Tiga kecamatan lain yang memiliki jumlah pemilik tambak cukup banyak yaitu Kecamatan Lapang (707 orang), Dewantara (621 orang), Tanah Pasir (5 orang) dan Tanah Jambo Aye (264 orang). Total luas tambak di Kabupaten Aceh Utara mencapai 651,70 ha. Kecamatan Seunudon memiliki areal tambak yang paling luas di kabupaten ini. Luas tambak di Seunudon mencapai 2499,5 ha atau 9,5% dari total luas tambak di Aceh Utara (Tabel 4. ). Kecamatan lain yang memiliki tambak cukup luas yaitu Kecamatan Lapang (852,55 ha), Tanah Jambo Aye (687,5 ha) dan Tanah Pasir (490,21 ha). Jika merinci ke data desa, dari Tabel 4. terlihat bahwa terdapat 5 desa yang memiliki areal tambak di atas 200 ha. Kelima desa tersebut yaitu Matang Sijuek Teungoh (24,5 ha), Matang Lada (260,1 ha), Matang Anou (1,5 ha), Lhok Puuk (26, ha) dan Alue Campli (240,5 ha). Tabel 4. Total Luas Tambak, Sebaran Luasan dan Rata-rata Luas per Pemilik menurut Desa dan Kecamatan di Kabupaten Aceh Utara Tahun 2007 Kecamatan Desa Luas Tambak (ha) Sebaran Luas (ha) Rata-rata luas/pemilik (ha/orang) Baktiya Tanjong Glumpang 144, ,7 Alue Buya 8, ,65 Matang Raya Barat 22 0,4-8 1,62 Baktiya Barat Matang Sijuek Barat 146, ,87 Matang Sijuek Teungoh 24, ,1 Cot Usen 29, ,95 Muara Batu Cot Seurani 11, ,5 Keude Mane 4, ,56 Pante Gurah 4, ,8 Ulee Madon ,67 Keude Bungkaih 16, ,11 Samudera Beuringen 61, ,12 Kuta Krueng 64, ,15 Lancang 4, ,94 Gampong Kruet Mate 81, ,72 Mantang Puntong Bab 4-102

191 Kecamatan Desa Luas Tambak (ha) Sebaran Luas (ha) Rata-rata luas/pemilik (ha/orang) Laga Baro ,9 Sawang ,5 Seunudon Matang Puntong 58, ,79 Cot Trueng ,1 Simpang Peut ,1 Meunasah Sagou 108, ,2 Mane Kawan ,27 Paya Dua Uram 10, ,54 Matang Karieng 124, ,97 Matang Lada 260, ,67 Matang Anou 1, ,16 Cot Kapiraton 150, ,09 Cot Patisah 91, ,9 Ulee Titi Ulee Matang ,2 Ulee Rubek Barat 179, ,25 Ulee Rubek Timur 78, ,4 Lhok Rambideng 6, ,4 Lhok Geuletuet 7, ,6 Lhok Puuk 26, ,85 Alue Campli 240, ,5 Matang Panyang 101, ,56 Syamtalira Bayu Lancok 79, ,41 Dayah Tuha 10, ,78 Punti 60, ,88 Dayah Baro 10, ,75 Baroh Blang Rimuengi 82, ,5 Tanah Pasir Mns Prey 46,5 0,5-5 1,08 Me Merbo ,5 Matang Janeng 47 0,2-1,5 0,56 Gampong Pande 4,78 1,7-15 0,5 Keude Jrat Manyang 10,75 0,25-0,8 Mns Cangguek 27 0,5-1,08 Teupin Gapeuh 84,7 0,5-5 0,88 Mns Cibrek 60,5 0,5-1,26 Keutapang 9 0,5-2 1,05 Kuala Keureutou Barat 2,18 0,06-2 0,77 Keureutou 72,8 0,-7 1,46 Tanah Jambo Aye Meunasah Dayah ,47 Meunasah Geudong ,54 Geulumpang Umpung Unuo ,08 Seuneubok Dhou 0,5 1-1,9 Meunasah Merbo ,6 Matang Jurong ,9 Teupin Gajah ,98 Bab 4-10

192 Kecamatan Desa Luas Tambak (ha) Sebaran Luas (ha) Rata-rata luas/pemilik (ha/orang) Lapang Kuala Keureutou 74,95 0,1-2 0,68 Tanjung Dama 5, 0,-1 0,62 Kuala Cangkoy 87,5 0,2-15 1,5 Merbo Lama 71 0,25-4,5 1,7 Geulanggang Baro 145,1 0,2-15 1,5 Lueng Baro 97,5 0,5-6 1,41 Matang Baroh 99, ,82 Merbo Jurong 81, ,08 Matang Tunong 190,1 0,5-5 1,81 Dewantara Ulee Reuleung,58 0,1-0,464 0,256 Paloh Igeuh 12,52 0,25-1 0,5 Ulee Pulo 10,25 0,15-0,8 0,4 Bangka Jaya 22,5 0,1-2,5 0,59 Glp Sulu Barat 20,55 0,-,8 0,7 Lc. Barat 190,58 0,1-5,42 0,72 Paloh Gadeng 58,6 0,5-0,75 Bluka Teubai 48,57 0,1-,7 0,61 Glp Sulu Timur 29,82 0,1-1 0,1 Jumlah 651,70 1,420 Sumber : Hasil Pengolahan Data, 2007 Kisaran pemilikan lahan tambak per pembudidaya di Kabupaten Aceh Utara bervariasi dari yang terendah 0,012 ha per orang hingga yang tertinggi 20 ha per orang (Tabel 4. ). Di Desa Cot Usen terdapat pembudidaya yang memiliki luas lahan tertinggi yaitu 20 ha. Beberapa Desa di Aceh Utara memiliki kisaran pemilikan lahan yang rendah seperti Desa Ulee Reuleung (0,1 0,464 ha), Ulee Pulo (0,15-0,8 ha) dan Pante Gurah (0,15-0,5 ha). Hal ini berarti di ketiga desa tersebut tidak ada pembudidaya yang memiliki lahan di atas 1 ha. Rata-rata pemilikan lahan tambak per pembudidaya di Kabupaten Aceh Utara seluas 1,42 ha per orang (Tabel 4. ). Dari 72 desa tambak di kabupaten ini, sebanyak 0 desa memiliki rata-rata pemilikan lahan tambak di bawah 1 ha per orang. Sedangkan desa yang memiliki rata-rata pemilikan lahan tambak di atas 2 ha per orang berjumlah 19 desa. Seluruh desa di Kecamatan Dewantara memiliki nilai rata-rata pemilikan lahan tambak di bawah 1 ha per orang. Bab 4-104

193 Jumlah petakan tambak di Kabupaten Aceh Utara sebanyak 876 unit (Tabel 4. 4). Jika dibandingkan dengan luas total lahan tambak di daerah ini (651,7 ha), maka berarti rata-rata luasan setiap petak tambak 0,7 ha per petak. Beberapa kecamatan di Aceh Utara memiliki jumlah petakan yang banyak yaitu Kecamatan Seunudon (18 unit), Lapang (14 unit), Dewantara (1011 unit) dan Tanah Pasir (894 unit). Tabel 4. 4 Jumlah Petakan, Kisaran Jumlah Petakan dan Rata-rata Petakan per Pemilik menurut Desa dan Kecamatan di Kabupaten Aceh Utara Tahun 2007 Kecamatan Desa Jumlah Petakan (unit) Kisaran Petakan (unit) Rata-rata petakan/ pemilik Baktiya Tanjong Glumpang ,78 Alue Buya ,2 Matang Raya Barat ,27 Baktiya Barat Matang Sijuek Barat ,6 Matang Sijuek Teungoh , Cot Usen ,2 Muara Batu Cot Seurani ,14 Keude Mane ,5 Pante Gurah ,08 Ulee Madon ,67 Keude Bungkaih ,06 Samudera Beuringen ,45 Kuta Krueng ,96 Lancang ,45 Gampong Kruet Mate ,7 Mantang Puntong ,97 Laga Baro ,25 Sawang ,09 Seunudon Matang Puntong ,6 Cot Trueng ,4 Simpang Peut ,67 Meunasah Sagou ,45 Mane Kawan ,8 Paya Dua Uram , Matang Karieng ,52 Matang Lada ,6 Matang Anou ,95 Cot Kapiraton ,65 Cot Patisah ,71 Ulee Titi ,1 Ulee Matang ,69 Ulee Rubek Barat , Ulee Rubek Timur ,55 Lhok Rambideng ,81 Bab 4-105

194 Kecamatan Desa Jumlah Petakan (unit) Kisaran Petakan (unit) Rata-rata petakan/ pemilik Lhok Geuletuet 7 1-1,22 Lhok Puuk ,77 Alue Campli ,62 Matang Panyang ,2 Syamtalira Bayu Lancok ,09 Dayah Tuha , Punti ,69 Dayah Baro Baroh Blang Rimuengi ,81 Tanah Pasir Mns Prey ,14 Me Merbo ,85 Matang Janeng ,9 Gampong Pande ,29 Keude Jrat Manyang Mns Cangguek ,68 Teupin Gapeuh ,87 Mns Cibrek ,6 Keutapang ,0 Kuala Keureutou Barat ,5 Keureutou ,94 Tanah Jambo Aye Meunasah Dayah ,19 Meunasah Geudong ,84 Glp Umpung Unuo ,5 Seuneubok Dhou 6 1-2,25 Meunasah Merbo ,67 Matang Jurong ,2 Teupin Gajah , Lapang Kuala Keureutou ,09 Tanjung Dama Kuala Cangkoy ,18 Merbo Lama ,15 Geulanggang Baro ,12 Lueng Baro ,14 Matang Baroh ,24 Merbo Jurong ,68 Matang Tunong ,89 Dewantara Ulee Reuleung ,21 Paloh Igeuh 1 1-1,24 Ulee Pulo ,67 Bangka Jaya ,55 Glp Sulu Barat ,82 Lc. Barat ,42 Paloh Gadeng ,2 Bluka Teubai ,61 Glp Sulu Timur ,6 Jumlah 876 1,95 Sumber : Hasil Pengolahan Data, 2007 Bab 4-106

195 Kisaran pemilikan petakan tambak per pembudidaya di Kabupaten Aceh Utara bervariasi mulai dari 1 petak hingga 22 petak per orang. Dari Tabel 4. 4 terlihat pembudidaya di beberapa desa memiliki jumlah petakan lebih dari 10 petak, seperti di Desa Geulanggang Baro, Matang Jurong, Matang Janeng, Keureutou, Alue Campli, Mane Kawan, Cot Usum dan Matang Sijuek Barat. Jika melihat rata-rata pemilikan petakan per pembudidaya, terlihat 0 desa memiliki nilai rata-rata pemilikan petakan lebih dari 2 petak per pemilik. Pembudidaya tambak di Kabupaten Aceh Utara membudidayakan dua jenis komoditi yaitu bandeng dan udang. Untuk mengurangi resiko kerugian usaha, sebagian besar pembudidaya di kabupaten ini menerapkan teknologi budidaya polikultur udang-bandeng yaitu sebanyak 1961 orang (Tabel 4. 5). Sebanyak 740 orang membudidayakan komoditi bandeng dan 1712 orang membudidayakan komoditi udang. Seluruh pembudidaya di Kecamatan Lapang dan Dewantara melakukan budidaya polikultur bandeng-udang, demikian juga dengan sebagian besar pembudidaya di Kecamatan Muara Batu dan Tanah Pasir. Tabel 4. 5 Jumlah Pembudidaya berdasar Komoditas dan Sebaran Tahun Terakhir Produksi menurut Desa dan Kecamatan di Kabupaten Aceh Utara Tahun 2007 Komoditas BD Tahun Kecamatan Desa Terakhir Bandeng Udang BU Produksi Baktiya Tanjong Glumpang Alue Buya Matang Raya Barat Baktiya Barat Matang Sijuek Barat Matang Sijuek Teungoh Cot Usen Muara Batu Cot Seurani Keude Mane Pante Gurah Ulee Madon Keude Bungkaih Samudera Beuringen Kuta Krueng Lancang Gampong Kruet Mate Mantang Puntong Bab 4-107

196 Komoditas BD Tahun Kecamatan Desa Terakhir Bandeng Udang BU Produksi Laga Baro Sawang Seunudon Matang Puntong Cot Trueng 14 Simpang Peut 1 2 Meunasah Sagou Mane Kawan Paya Dua Uram Matang Karieng Matang Lada Matang Anou Cot Kapiraton Cot Patisah Ulee Titi Ulee Matang Ulee Rubek Barat 1 14 Ulee Rubek Timur Lhok Rambideng Lhok Geuletuet Lhok Puuk Alue Campli Matang Panyang Syamtalira Bayu Lancok Dayah Tuha 2007 Punti Dayah Baro Baroh Blang Rimuengi Tanah Pasir Mns Prey Me Merbo Matang Janeng Gampong Pande Keude Jrat Manyang Mns Cangguek Teupin Gapeuh Mns Cibrek Keutapang Kuala Keureutou Barat Keureutou Tanah Jambo Aye Meunasah Dayah Meunasah Geudong Geulumpang Umpung Unuo 48 Seuneubok Dhou Meunasah Merbo Matang Jurong Teupin Gajah Lapang Kuala Keureutou Bab 4-108

197 Komoditas BD Tahun Kecamatan Desa Terakhir Bandeng Udang BU Produksi Tanjung Dama Kuala Cangkoy Merbo Lama Geulanggang Baro Lueng Baro Matang Baroh Merbo Jurong Matang Tunong Dewantara Ulee Reuleung Paloh Igeuh Ulee Pulo Bangka Jaya Glp Sulu Barat Lc. Barat Paloh Gadeng Bluka Teubai Glp Sulu Timur JUMLAH Sumber : Hasil Pengolahan Data, 2007 Dari Tabel 4. 5 terlihat bahwa sebagian besar tambak-tambak yang ada di Kabupaten Aceh Utara masih aktif dimanfaatkan hingga saat studi ini dilakukan. Sedang di Kecamatan Tanah Jambo Aye, pemanfaatan terakhir tambak di seluruh kecamatan ini tahun Proses Pasca Panen Hasil Budidaya Kondisi eksisting penanganan pascapanen hasil tambak baik udang maupun bandeng juga utamanya masih terbatas pada penanganannya saja belum ke pengolahannya. Untuk memenuhi kebutuhan es dalam penanganannya, para agen-agen pembeli sudah membawanya sendiri yang diperoleh dari tempat lain di luar Kabupaten Aceh Utara. Sampai saat ini Kabupaten Aceh Utara belum memiliki fasilitas pabrik es. Tetapi direncanakan akan dibangun pabrik es yang berlokasi di Kecamatan Sineudon dengan kapasitas 5 ton/hari yang dibiayai dari proyek FAO. Walaupun para agen-agen pembeli sudah menerapkan system rantai dingin (cold chain system), tetapi mereka belum memperhitungkan perbandingan Bab 4-109

198 antara jumlah es yang diperlukan dengan jumlah ikan/udang dan teknik penataan ikan/udang dalam wadah (blong atau keranjang plastik) yang masih seenaknya. Kegiatan pengolahan ikan dan atau udang juga belum ada. Semua hasil panen dipasarkan dalam bentuk segar dengan tujuan utama Medan dan sebagian kecil ke Banda Aceh. Untuk keperluan sehari-hari yaitu sebagai lauk-pauk, masyarakat setempat melakukan pengolahan dalam bentuk digoreng atau disayur Kelembagaan Perikanan Budidaya Tambak Lembaga Penentu Kebijakan Dinas teknis penentu kebijakan kelautan dan perikanan di Kabupaten Aceh Utara diserahkan kepada Dinas Kelautan dan Perikanan. Kebijakan pemerintah daerah Kabupaten Aceh Utara dengan menyerahkan urusan perikanan dan kelautan kepada lembaga tersendiri ini merupakan langkah yang sangat tepat mengingat begitu besar potensi dan permasalahan tambak yang dihadapi oleh Kabupaten Aceh Utara. Kelompok Petani Tambak Badan Musyawarah Petani Tambak (BMPT) merupakan organisasi kelompok petani tambak yang berdomisili di level kecamatan. Lembaga tersebut, membawahi kelompok-kelompok petambak yang berdomisili di level desa yang lokasinya berdekatan. Tujuan dari pembentukan kelompok ini adalah untuk mewadahi kepentingan-kepentingan mereka dalam berhubungan dengan pihak lain. Dari informasi yang dihimpun di lapangan, BMPT di Kabupaten Aceh Utara kurang berkembang dengan baik. Pasca tsunami, untuk mewadahi kelompok petambak yang mendapatkan bantuan dari lembaga-lembaga donor, kemudian dibentuk UPT-UPT berdasarkan obyek produksi, UPT tambak sendiri ada sebanyak 11 unit yang tersebar di Bab 4-110

199 beberapa desa. Namun demikian, UPT ini juga kurang berkembang dengan baik. Lembaga Penyuluh Lapangan Tugas pembinaan dan penyebaran informasi kepada petambak di Kabupaten Aceh Utara diserahkan kepada Penyuluh Lapangan. Penyuluh lapangan di Kabupaten Aceh Utara, berkedudukan di level kecamatan. Dalam satu kecamatan biasanya mempunyai 1- orang penyuluh lapangan. Disamping penyuluh lapangan, Dinas Kelautan dan Perikanan di Kabupaten Aceh Utara juga mengangkat pejabat selevel Kepala Cabang Dinas yang berkedudukan di level kecamatan. Jumlah PPL di Aceh Utara menurut informasi Kepala Penyuluhan Pertanian Aceh Utara sebanyak 27 orang, yang terdiri dari 16 orang PNS dan 11 orang honorer. Pada sisi lain jumlah kecamatan di kabupaten ini sebanyak 27 kecamatan, sehingga 1 orang PPL harus melayani 1 kecamatan. Daftar nama penyuluh di daerah ini disajikan pada Tabel Tabel 4. 6 Daftar Nama Penyuluh menurut Wilayah Kerja di Kabupaten Aceh Utara Tahun 2007 No Nama Wilayah Kerja 1 M. Jamil Kecamatan Langkahan 2 Munadir, S.P Kecamatan Simpang Keramat Sri Rahayu Kecamatan Syamtalira Bayu 4 Musliadi Kecamatan Syamtalira Bayu 5 Syadli Kecamatan Syamtalira Bayu 6 Fitri Hartini Kecamatan Dewantara 7 Samsul Bahri Kecamatan Dewantara 8 Muchliani, SST Kecamatan Dewantara 9 Syamsul Bahri, Amd. Pi Kecamatan Muara Batu V 10 Lahmuddin Syah, S.Pi Kecamatan Muara Batu 11 Nur Hasanah Kecamatan Muara Batu 12 Cut Latifah Hanum Kecamatan Samudera Geudong 1 Darmawan Kecamatan Samudera 14 Rita Asmiati Kecamatan Samudera 15 Ilyas Kecamatan Samudera 16 Musafir Kecamatan Baktiya Barat 17 Ishak Kecamatan Baktiya Barat 18 Munthasir Kecamatan Lhoksukon 19 Ida Delvina, S.Pi Kecamatan Lhoksukon 20 Mansur Kecamatan Seunuddon 21 Darwis, S.P Kecamatan Seunuddon Bab 4-111

200 No Nama Wilayah Kerja 22 Zulkifli Kecamatan Geredong Pase 2 Aisyah Kecamatan Sawang 24 Tarmizi, S.Pi Kecamatan Tanah Jambo Aye 25 M. Nasir, SST Kecamatan Tanah Pasir 26 Syamsul Bahri Kecamatan Panton Labuh 27 Syafrudin Kecamatan Lapang Sumber : Dinas Perikanan dan Kelautan Kabupaten Aceh Utara Tahun 2007 Lembaga Permodalan Sejak tambak tidak memberikan hasil produksi yang baik, lembaga permodalan kurang tertarik lagi untuk mendanai usaha tambak. Akibatnya para pembudidaya banyak yang tidak mampu melanjutkan usaha budidaya karena ketiadaan modal usaha. Selain dari modal sendiri, secara umum petani tambak sangat mengharapkan bantuan permodalan dari donatur baik dari pemerintah maupun dari lembaga donor. Lembaga Pengolah dan Lembaga Pemasaran Secara umum, petani tambak di Aceh Utara belum mengembangkan teknologi peningkatan nilai tambah. Hasil tambak masih dijual dalam bentuk segar. Produk udang dalam bentuk segar, biasanya dijual ke pedagang pengumpul untuk kemudian dijual ke Medan. Sedangkan untuk produk bandeng, selain dijual ke luar daerah melalui saluran pedagang pengumpul, juga dilakukan oleh pedagang pengecer yang menjual ikan segar langsung ke konsumen. Rantai pemasaran produk tambak di Kabupaten Aceh Utara relatif sederhana. Lembaga pemasaran hasil tambak di Kabupaten Aceh Utara relatif berkembang dengan baik. Lembaga pemasaran yang ada terdiri dari pedagang pengumpul lokal, pedagang pengumpul dan pedagang besar. Pedagang pengumpul lokal, secara tradisional masih memegang peranan yang sangat penting dalam rantai pemasaran hasil tambak. Pemasaran produk tambak, baik itu udang atau bandeng masih dilakukan oleh pedagang pengumpul. Pedagang pengumpul biasanya akan datang ke lokasi tambak untuk melakukan pembelian bandeng atau udang. Namun tidak jarang, Bab 4-112

201 karena jumlah yang relatif sangat kecil, petani tambak datang ke pedagang pengumpul untuk menjual hasil panennya. Daerah tujuan pemasaran produk hasil tambak, khususnya udang dan bandeng, dijual ke pasar lokal maupun pasar regional. Bahkan untuk udang daerah pemasaran mencakup kota Lhokseumawe, Banda Aceh dan Medan, Sumatra Utara. Pemasaran udang ke Medan dilakukan oleh para pedagang besar. Lembaga Penyedia Sarana Produksi Sarana produksi memegang peranan yang penting dalam keberhasilan usaha tambak. Dengan keberadaan lembaga penyedia sarana produksi yang memadai, maka kebutuhan akan bibit, pupuk maupun obat dapat dipenuhi dengan baik. Toko-toko sarana produksi di Aceh Utara sudah banyak tersebur di lokasi pertambakan dengan jarak yang relatif dekat Kabupaten Aceh Timur Lingkungan Pesisir Kawasan tambak di Kabupaten Aceh timur relatif luas dengan bentangan 14.7,85 hektar. Karakteristik lingkungan tambak dicirikan dengan hamparan datar dan habitat mangrove. Kondisi tambak di Kabupaten Aceh Timur tidak jauh berbeda dengan kondisi tambak di kabupaten lainnya. Sebagian besar tambak tidak terawat dengan baik (Gambar 4. 1). Bab 4-11

202 Gambar 4. 1 Kondisi Tambak Yang Tidak Aktif di Kabupaten Aceh Timur Pada waktu survei lapangan sebanyak lima stasiun pengukuran parameter fisik lingkungan dipilih untuk diukur nilai-nilai parameternya (seperti suhu air, salinitas air, kecepatan aliran dan debit saluran). Lokasi dari kelima stasiun pengukuran tersebut telah diplotkan ke dalam peta google (Gambar 4. ). Hasil pengukuran terhadap parameter fisik mendapatkan nilai suhu berkisar antara 0 1 o C, salinitas berkisar antara Dari data salinitas tersebut dapat dipahami bahwa air laut terintrusi masuk ke arah daratan tergolong sedang. Sedangkan debit masing-masing saluran tambak sangat bervariasi tergantung kecepatan aliran dan luas penampang saluran dan dapat dilihat pada Tabel Tabel 4. 7 Hasil Pengukuran Parameter Fisik Lingkungan di Empat Lokasi Berbeda No Stasiun Suhu Salinitas Debit ( o C) ( ) (m /det) Keterangan 1 AT Kali Alu Kepula 2 AT S. Rantau Panjang Bayen AT S. Rea/ Kreung Sei Raya 4 AT S. Alue Nireh 5 AT Kreung Peurelak Bab 4-114

203 Lingkungan perairan kawasan tambak di Kabupaten Aceh Timur dipengaruhi oleh ekosistem sungai dan laut. Parameter utama perairan untuk kegiatan budidaya tambak udang, yaitu oksigen terlarut (dissolve oxygen/do), ph, salinitas dan suhu di lingkungan kawasan pertambakan udang (meliputi perairan tambak dan saluran tambak serta sungai pensuplai air untuk pertambakan) di Kabupaten Aceh Timur umumnya berada pada kisaran yang masih baik atau layak untuk kegiatan budidaya tambak udang (berdasarkan Kepmen LH No. 51/2004 untuk Biota Laut). Nilai parameter DO berkisar,8 6,0 ppm, ph antara 6,46 6,97; salinitas antara 2-14 promil di daerah tambak, dan sungai; dan suhu 0,5 2,2 0 C (Tabel 4. 8). Tabel 4. 8 Parameter Lingkungan di Perairan Muara, Dalam Tambak dan Saluran Tambak di Kabupaten Aceh Timur Parameter Satuan St-1 St-2 St- St-4 St-5 St-6 St-7 Baku mutu *) FISIKA TSS mg/l ph 8,0 8,0 7,5 7,5 6,97 6,46 6,69 DO mg/l 5,2 5,84 4,41 5,4 5,8,8 4,9 Suhu 0 C 29, 28,8 27,5 27, 2,0 0,5 2,2 Salinitas 0 / KIMIA Ammonia total (NH-N) mg/l 0,10 0,068 0,94 0,77 <0,005 <0,005 <0,005 - Fosfat (PO4-P) mg/l <0,005 <0,005 <0,005 <0,005 <0,005 <0,005 <0,005 1 Nitrat (NO-N) mg/l 0,085 0,080 0,02 0,186 0,854 0,288 0,14 20 LOGAM Besi (Fe) mg/l 0,026 0,147 0,126 0,098 0,425 0,441 0,210 - Tembaga (Cu) mg/l 0,006 0,005 0,006 0,004 0,05 0,0 <0,01 0,02 Timah hitam (Pb) mg/l 0,08 0,021 0,08 0,068 <0,01 <0,01 0,1 0,0 Kadmium (cd) mg/l <0,001 <0,001 <0,001 0,001 <0,01 <0,01 <0,01 0,01 Raksa (Hg) mg/l 0,005 0,001 <0,0002 0,002 BIOLOGI Chlorophyll-a µg/l 10,678 0,085 15,84 20,544 9,898 26,051 9,152 - St-1=Teupin Mamlam, St-2=Kampong Baro, St-=Kuala Geulumpang, St-4=Kuala Bugak, St-5=Kuala Leuge, St-6=Alue Kumba, St-7=Bayeun Habitat mangrove masih terdapat di sekitar kawasan tambak di Kabupaten Aceh Timur (Gambar 4. 2). Keberadaan ekosistem mangrove dapat meningkatkan daya dukung tambak. Luas tambak di Kabupaten Aceh Timur saat ini adalah 12251,20 hektar. Bab 4-115

204 Gambar 4. 2 Vegetasi Mangrove di Sekitar Kawasan Tambak di Kabupaten Aceh Timur Gambaran umum morfologi pantai di pantai timur Kabupaten Aceh Timur dapat terlihat pada Gambar 4.. Di muara-muara sungai terlihat adanya pendangkalan dan muncul delta serta sering dijumpai adanya perubahan posisi mulut sungai. Pendangkalan mulut sungai dan pembelokan mulut sungai dapat menghalangi aliran air masuk dan keluar saat pasang maupun surut. Pesisir timur Kabupaten Aceh memiliki variasi kemiringan lahan yang tinggi, artinya ketinggian lahan dari muka laut rerata tidak homogen. Pada Gambar 4. 4 ada garis transek yang ditarik atau dipasang untuk melihat secara menyeluruh profil lahan di Kabupaten Aceh Timur (A, B dan C). Lokasi transek yang dipilih secara jelas ditarik garis merah dari batas terdalam kawasan, kemudian ke arah laut dengan kemiringan yang landai (Gambar 4. 5 dan Gambar 4. 6). Dari tiga transek yang dipilih, hanya transek B yang memiliki kemiringan lahan landai, sedangkan dua transek lainnya terlihat lebih curam. Bab 4-116

205 Gambar 4. Lokasi Sampling di Kabupaten Aceh Timur Bab 4-117

206 Gambar 4. 4 Transek untuk Melihat Profil Kelerengan Lahan dan Kedalaman di Kabupaten Aceh Timur Bab 4-118

207 Gambar 4. 5 Profil Kelerengan Lahan dan Kedalaman pada Transek A dan B di Kabupaten Aceh Timur Bab 4-119

208 Gambar 4. 6 Profil Kelerengan Lahan dan Kedalaman pada Transek C di Kabupaten Aceh Timur Untuk melihat gambaran tentang kondisi kedalaman atau batimetri di pantai timur Kabupaten Aceh Timur dilakukan pengumpulan data dan peta batimetri. Gambar 4. 7 dan Gambar 4. 8 merupakan peta kedalaman laut yang diperoleh dari CMap, Di pantai timur Kabupaten Aceh Timur terlihat bahwa garis kontur kedalaman (isodepth) 50 m berada pada jarak yang sama, kecuali di sebelah timur Semenanjung Peureulak garis isodepth 50 m berjarak lebih ke tengah. Jarak kontur kedalaman 10 m (isodepth 10 m) hampir merata mengikuti sebaran yang dilakukan garis kontur kedalaman 50 m. Demikian juga kerapatan garis kontur 0 m dan 40 m cukup bervariasi, artinya ada yang dekat dan ada juga yang lebih jauh. Hal tersebut berarti kemiringan atau slope dasar laut antara kedalaman 0 m dan 40 m tidak sama di sepanjang pantai, tetapi bervariasi. Kondisi ini berdampak kepada penerimaan energi gelombang yang sampai ke pantai. Bab 4-120

209 Gambar 4. 7 Peta Kedalaman Laut di Pantai Kabupaten Aceh Timur Gambar 4. 8 Peta Kedalaman Laut di Pantai Kabupaten Aceh Timur Saluran Tambak Kawasan tambak dapat dilihat secara menyeluruh dengan menggunakan foto udara. Gambar 4. 9 merupakan salah satu contoh hasil foto udara yang diperoleh dari Google. Panjang saluran baik primer, sekunder dan tersier di kawasan tambak dapat diukur panjangnya dengan teliti dengan mendigitasi gambar saluran sehingga mendapatkan nilai panjang. Hasil digitasi peta diperoleh panjang saluran primer dan sekunder di Kabupaten Aceh Timur berturut-turut sepanjang 15,12 km (15120 m) dan 90,87 km (90870 m). Bab 4-121

210 Kondisi tambak dan saluran juga dilihat dan diamati di lapangan. Gambar adalah salah satu foto saluran tambak yang sempat dikunjungi di Kabupaten Aceh Timur. Gambar 4. 9 Contoh Digitasi Saluran Tambak di Kabupaten Aceh Timur (Google 2007) Gambar Salah Satu Foto Saluran Tambak di Kabupaten Aceh Timur Bab 4-122

211 Keragaan Teknis Tambak A. Lahan Kabupaten Aceh Timur secara umum memiliki pantai yang landai dan banyak sungai yang bermuara ke laut, sehingga menjadikan lahan tersebut cocok untuk pengembangan perikanan budidaya air payau (tambak). Lahan pertambakan umumnya dikonversi dari lahan hutan bakau. Sebagian kecil dikonversi dari lahan rawa dan sawah. Musibah tsunami tahun 2004 telah menyebabkan kerusakan pada pertambakan, meliputi kerusakan konstruksi tambak, saluran, pendangkalan dan atau penyempitan pada saluran primer dan muara sungai. Luas tambak Kabupaten Aceh Timur adalah 14.7,85 ha yang tersebar di 1 kecamatan (Tabel 4. 9). Kecamatan Simpang Ulim memiliki luasan tambak paling besar, yaitu 1766,95 ha atau 14,42% dari total luas tambak Kabupaten Aceh Timur, sedangkan yang paling sedikit adalah Kecamatan Idi Rayeuk, yaitu 208,10 ha atau 1,70% dari total luas tambak Kab. Aceh Timur (Tabel 4. 40). Tabel 4. 9 Luas lahan tambak di Kabupaten Aceh Timur No Kecamatan Desa Total Luas Kisaran Tambak (ha) Luas (ha) 1 Birem Bayeun Paya Peulawi 14, Birem Rayeuk 81,85 0,-6 Keude Birem 124,80 0,2-10 Aramiah 100,00 0,25-4 Sub Jumlah 740,65 2 Darul Aman Meunasah Blang 269, Seuneubok Aceh 7,50 1-2,5 Bagok Panah 91,40 0,4-6 Teupin Drum 45,50 0,5-2 Matang Pineung 22,50 0,5-5 Kuala Idi Cut 48,00 1- Seuneubok Barong,70 0,1-6 Kampung Keude 8,80 0,4- Sub Jumlah 68,90 Idi Rayeuk Alue Dua Muka O 47,70 0,5-16 Alue Dua Muka S 6,0 0,4-1,8 Tanjong Kapai 24,20 0,5- Matang Bungong 14,60 0,4-0,8 Bab 4-12

212 No Kecamatan Desa Total Luas Kisaran Tambak (ha) Luas (ha) Matang Rayeuk Sub Muku 12,70 0,2-2,2 Kuala PD Puntong 24,00 0,-4 Ulee Blang 11,50 0,5-2 Calok Geuliman 10,60 0,-2 Keutapang Mameh 9,90 0,2-5 Seuneubok Rambong 14,00 0,5- Matang Rayeuk 2,60 0,2-4 Sub Jumlah 208,10 4 Julok Gampong Baro 6,00 0,5-8 Blang Uyok 11, Ulee Tanoh 142,70 1-9,5 Simpang Lhee 42, Naleung 647,40 0,1-40 Ulee Blang 82,00 2 Seumatang 149,40 0,5-8 Labohan 156,0 0,5-10 Kuala Geulumpang 205,00 1,5-45 Sub Jumlah 157,80 5 Madat Meunasah Tingkeum 99, lueng Peut 196,00 0,5-6 Leung Sa 250,00 2 Matang Keupula Lhee 48, Ule Ateung 17,00 1-2,5 Abeuk Gelateu 101,50 1- Pantee Bayam 26, Tanjung Ara 161, Meunasah Asan 254, Matang Guru 18,00 1- Lueng Dua 24,50 1-1,5 Sub Jumlah 1406,0 6 Nurussalam Mtg Kunyet 2,50 0,5- Baroh Bugeng 165, Peulawi 48,00 0,5-4 Kampung Keude Bagok 56,50 0,5-6 Kuala Bagok 191, Teupin Pukat 7,00 0,5-4 Meudang Ara 20,70 0,5-2.5 Asan Tanjong 217,50 0,5-25 Keude Bagok 9, Mtg Neuheun 188, Sub Jumlah 918,20 7 Peudawa Kampung Keude 1,00 1 Matang Rayeuk 10,00 0,5-2 Alue Ie Itam 19,50 0,5-2 Kampung Kuala 8,00 0,5-1 Paya Dua 10, SUB JUMLAH 278,80 Bab 4-124

213 No Kecamatan Desa Total Luas Kisaran Tambak (ha) Luas (ha) 8 Peureulak Barat Alue Bu Tuha 151, Alue Bu Jalan 78, Paya Gajah 178, Sub Jumlah 407,00 9 Peureulak Kota Paya Lidah 81,00 1- Seuneubok Peusangan 120, Balee Buya 4,00 1- Seuneubok Aceh 75, Leuge 76,00 1- Alue Nimbong 5,00 1 Bangka Rimueng 7,50 0,5-4 Cot Muda Itam 27,00 0,5-7 Matang Peawi 88, Beusa Meurano 64,0 0,-15 Kuala Bugak 7,50 0,5-5,5 Dama Tutong 76, Seuneubok Pidie 121, Pasir Putih Dusun Cot 147, Kulam Matang Gluem 149, Seumatang Muda Itam 98, Kuala Leuge 254, Sub Jumlah 150,80 10 Peureulak Timur Seunebok Teupin 129,50 0,5-8 Seunebok Rawang 4, Seunebok Dalam 119, Alue Bu Alu Nireh 20,50 0,5- Seumatang Keude 61, Geulanggang Merak 7, Seunebok Paya 12,00 0,5-8 Alue Bugeng 60, Seunebok Puntii 58, Seunebok Lapang 8,50 0,5-2,5 Jeungki 26,50 0,5-2,5 Krut Lintang 26,00 0,5- Babah Krueng 66,50 0,5-5 Sub Jumlah 105,00 11 Rantau Selamat Simpang Aneuh 40,50 0,5-5 Seunebok Dalam 64, Alue Kumba 22,50 0,5-10 Sarah Teubeh 56,50 0,5-8 Rantau Panjang 178,50 0,5-20 Alue Raya 57,00 1,5-6 Gampong Bayeun 66, Sub Jumlah 686,00 12 Simpang Ulim Gampong Blang 87, Keude Tuha 151, Teupin Breh 60, Bab 4-125

214 No Kecamatan Desa Total Luas Kisaran Tambak (ha) Luas (ha) Bantayan Dusun Alu Parang 100,00 2 Bantayan 155,00 0,5-16 Teupin Mamplan 41,20 0,5-25 Alue Buloh Satu 16,50,5-1 Alue Buloh Dua 54, Lampuh Rayeuk 15,25 0,25-2 Kuala Simpang Ulim 59, SUB JUMLAH 1766,95 1 Sungai Raya Bukit Selamat 256, Kuala Parek 221,00 1,5-7 Labuhan Keude 182,00 1,5-8 Geulumpang Payong 2,70 0,5-9 Alue Rangan 24,00 0,5- SUB JUMLAH 1015,70 JUMLAH TOTAL Seperti ditunjukkan pada Tabel bahwa 6652,40 ha tambak Aceh Timur sudah tidak operasional lagi, tidak termasuk tambak yang tidak diketahui kapan mulai tidak digunakan (seluas 1096,90 ha atau sekitar 10%). Sebagian besar (44,75%) tambak tidak aktif setelah terjadi Tsunami di NAD ( ), yaitu seluas 5511,50 ha. Tambak yang masih digunakan untuk kegiatan budidaya ikan saat ini seluas 456,10 ha. Kecamatan Peureulak Kota menduduki uratan pertama terluas yang tambaknya masih aktif, yaitu seluas 666,0 ha atau 5, 41% dari total luas tambak Aceh Timur, sementara yang paling sedikit adalah Kec. Peudawa (seluas 2,10 ha atau 0,19%). Selanjutnya, lebih dari 50% total luasan tambak Kabupaten Aceh Timur digunakan untuk budidaya monokultur bandeng (seluas 609,70 ha). Urutan kedua terluas pemanfaatan tambak adalah untuk budidaya monokultur udang, yaitu seluas 4266,85 ha atau 4,8% dari total luas tambak Aceh Timur. Sebagian kecil luasan tambak Aceh Timur digunakan untuk budidaya polikultur udang-bandeng (560,50 ha atau 4,67%) serta monokultur kepiting (4,25 ha atau 0,04%) dan kerapu (0,5 ha atau 0,004%). Saat ini, budidaya bandeng masih menduduki urutan pertama dalam luasan tambak yang masih aktif, yaitu seluas 2425,50 ha atau 20,27% dari luasan tambak Aceh Timur. Urutan kedua adalah untuk budidaya udang (177,5 ha Bab 4-126

215 atau 14,55%) dan menyusul secara berturut-turut untuk budidaya polikultur udang-bandeng (197,00 ha atau 1,69%), budidaya kepiting (1,25 ha atau 0,01%) dan budidaya kerapu (0,0 ha atau 0,002%). B. Sistem dan Teknologi Budidaya Budidaya tambak di Kabupaten Aceh Timur menggunakan sistem monokultur dan polikultur (Tabel 4. 41). Sistem budidaya monokultur lebih banyak digunakan daripada sistem polikultur. Persentase luasan tambak untuk budidaya monokultur sekitar 87%. Selanjutnya budidaya monokultur bandeng (609,70 ha atau 52,70) lebih banyak daripada monokultur udang (4266,85 ha atau 4,8%) dan komoditas budidaya lainnya. Teknologi budidaya udang yang digunakan adalah umumnya tradisional. Padat tebar benur udang berkisar 0,02-6 ekor/m 2 dan tingkat produksi kg/ha/siklus. Budidaya bandeng juga memiliki tingkatan teknologi tradisional, dengan padat tebar 0,0-4 ekor/m 2 dan tingkat produksi kg/ha/siklus. Budidaya monokultur kerapu dan kepiting telah dikembangkan pula dengan tingkatan produksi masing-masing kg/ha/siklus dan kg/ha/siklus. C. Sumber Benih Budidaya tambak di Kabupaten Aceh Timur menggunakan benih dari hatchery, pedagang atau dari alam (Tabel 4. 42). Benur udang disuplai dari hatchery seperti BBI, CV. Budi, Kuala Windu, dan Swadaya. Pedagang penyuplai benur misalnya Bapak H. Rusli dan H. Amin (Payah Lipah). Nener diperoleh dari pendederan di BBI, CV. Budi, Kuala Windu dan dari hatchery yang terdapat di Bireuen. Pedagang yang menjual benur juga menyuplai nener bandeng. Benih kerapu dapat diperoleh dari hatchery dari luar propinsi dan dari alam, sementara pembudidaya memperoleh benih kepiting dari hasil tangkapan di alam. Bab 4-127

216 Tabel Luas Tambak, Tahun Terakhir Operasional, Luas Tambak menurut Komoditas, Luas Tambak Aktif dan Luas Tambak yang Tidak Ada Data Peruntukan di Kabupaten Aceh Timur Kecamatan Birem Gampong Bayeun Darul Aman Idi Rayeuk Julok Madat Nurussalam Peudawa Peureulak Barat Peureulak Kota Peureulak Timur Rantau Selamat Simpang Ulim Sungai Raya Luas tambak (ha, %) (6.05) (5.58) (1.70) (12.85) (11.48) (7.49) (2.28) (.98) (11.8) (8.45) (5.60) (14.42) (8.29) Tahun operasional (ha, %) Luasan tambak per komoditas (ha, %) Tambak aktif per komoditas tahun 2007 (ha, %) Tidak ada data (44.76) (76.81) (68,72) (8.50) (6.54) (16.8) 2.10 (8.28) (9.24) (45,96) (17.58) 6.50 (9.26) 1.75 (18.78) (9.80) (27.22) (2.04) (21.86) (11.5) (7.7) (69.61) (7.12) (60.5) (9.00) (79.71) (9.26) (26.97) (89.91) <2004 Udang Bandeng (28.02) 1.00 (0.15) 6.90 (.2) (5.15) (12.7) (12.80) (9.94) 2.00 (0.41) (6.5) (2.71) (9.40) (19.64).00 (0.0) (9.45) 7.80 (1.14) 7,40 (5.27) (54,2) (7.11) (8.88) (55.70) (51.4) (48.7) (5.94) 2.00 (47.08) (1.81) (47.26) (6.55) (57.70) (64.49) (45,77) (79.8) (88.84) Udang & Bandeng Kepiting Kerapu udang bandeng (42.6) (41.16) (46.15) (0.24) (12.09) (2.29) 4.00 (0.28) (48.57) (42.58) (64.06) 6.00 (52.92) (45.90) (52.74) (5.66) 0.25 (0.01) (6.5) (69.57) 5.00 (5.00) (17.18) 7.00 (4.51) (9.44) (40.55) (.20) (19.04) (58.81) 4.00 (8.96) 6.50 (75,26) (81.78) (71.91) (100.00) (44.77) (17.22) Udang & Bandeng Kepiting Kerapu (70.69) peruntukan atau tahun operasional (18.77) (60.00) (6.10) (4.71) 1.00 (25.00) (1.72) (0.76) (40.0) 8.80 (62.17) 6.00 (9.50) 2.00 (0.55) (2.18) (10.55) (44.66) (8.69) (100.00) (4.62) TOTAL (100.00) (7.06) (44.76) (8.27) (4.8) (52.70) (4.67) 4.25 (0.04) 0.50 (0.004) (14.55) (20.27) (1.69) 1.25 (0.01) 0.0 (0.002) (9.91) Keterangan: Persentase tambak aktif merupakan rasio antara tambak aktif untuk suatu komoditas budidaya dengan total luasan tambak untuk komoditas bersangkutan Bab 4-128

217 Tabel Padat Tebar, Kisaran Produksi dan Tahun Produksi Budidaya Tambak Menurut Desa Di Kabupaten Aceh Timur No. Kecamatan Desa 1 Birem Bayeun 2 Darul Aman Meunasah Idi Rayeuk Alue Dua Padat Tebar (ekor/m 2 ) Kisaran Produksi (kg/ha/siklus) Tahun Produksi Bandeng Udang Terakhir Bandeng/ Bandeng Bandeng Kerapu Kepiting Bandeng Udang Kerapu Kepiting Udang/bandeng Udang Udang udang//kerapu//kepiting Paya Peulawi 0,01-0,15 1,8-2, / / Birem Rayeuk 0,10-0,15 0,9-2, / / Keude Birem 0,1-0,2 1-2, / / Aramiah 0,1-0,15 1,5-2, / / - - 0,05-0,24/ / - - Blang / // Seuneubok Aceh / Bagok Panah / Teupin Drum , /2006/ Matang Pineung 0,1-0, / Kuala Idi Cut 0,15-0,75 1, /2004/ Seuneubok Barong 0, / Kampung ,6-4 Keude 0, / / Gampong Baro 0, / Beunot 0, / Muka O 0,06-0,25 0, /2007/ Alue Dua Muka S 0,2, /2007/ Tanjong Kapai 0,1-0, /2007/ Matang Bungong 0, /2007/ Matang Rayeuk Sub Muku 1-4, Kuala PD Puntong 0,2-0, Bab / /

218 Leung Sa 0,2-0, 1 0,15-0,2 1-1,2 Matang Keupula Lhee 0,25-0, / Ule Ateung 0, Abeuk - - 0, / /- Gelateu 0, //-//2006 Pantee Bayam 0, / / Tanjung Ara 0, / Mns Asan 0,-0, / / Matang Guru 0, / Lueng Dua 0, / / 6 Nurussalam Mtg Kunyet 0, Baroh Bugeng 0, / / Bab / / Padat Tebar (ekor/m 2 ) Kisaran Produksi (kg/ha/siklus) Tahun Produksi Terakhir Bandeng/ No. Kecamatan Desa Bandeng Bandeng Bandeng Udang Kerapu Kepiting Bandeng Udang Kerapu Kepiting Udang/bandeng Udang Udang udang//kerapu//kepiting Ulee Blang 0, / / Calok Geuliman 0,2-0, / Keutapang /2006/-//2006- Mameh 0,2-0, 1-2 0, Seuneubok Rambong 0, / Matang Rayeuk 0,1-0,8 0, / / 4 Julok Gampong Baro /2007// Blang Uyok / / Ulee Tanoh / / Simpang Lhee / Naleung 0, / Ulee Blang /2007/ Seumatang /2007/ Labohan 0, /2007/ Kuala Geulumpang / / 5 Madat Meunasah Tingkeum 0,2-0, 2, / / lueng Peut 0, / / /2001//-//

219 Padat Tebar (ekor/m 2 ) Kisaran Produksi (kg/ha/siklus) Tahun Produksi Terakhir Bandeng/ No. Kecamatan Desa Bandeng Bandeng Bandeng Udang Kerapu Kepiting Bandeng Udang Kerapu Kepiting Udang/bandeng Udang Udang udang//kerapu//kepiting Peulawi 0, / Kampung /2004- Keude 0,2 0,25 600/ / // Bagok 0,15-0,25 / Kuala Bagok / Teupin Pukat 0, / Meudang Ara 0, / Asan Tanjong 0, / Keude Bagok 0,2 0,2 / 1, / /-/ // Mtg Neuheun 0, / 7 Peudawa Kampung Keude Matang Rayeuk Alue Ie Itam Kampung Kuala Paya Dua - 0, Peureulak Alue Bu Barat Tuha ,2 0, / Paya Lidah 0,2 1, / / Alue Bu Jalan 0,2 1, / / Paya Gajah 0, / / 9 Peureulak Seuneubok 0, Kota Peusangan 0,15-0,2 2, / / Balee Buya 0,2 1, / / Seuneubok Aceh 0,2 1,5-, / / Leuge 0,2 0, /2007/ Alue Nimbong 0,15-0, / / Bangka Rimueng 0,15-0,4 0,2-2, / / Cot Muda Itam 0, / / Matang 0,2-0, /2007/ Bab 4-11

220 Padat Tebar (ekor/m 2 ) Kisaran Produksi (kg/ha/siklus) Tahun Produksi Terakhir Bandeng/ No. Kecamatan Desa Bandeng Bandeng Bandeng Udang Kerapu Kepiting Bandeng Udang Kerapu Kepiting Udang/bandeng Udang Udang udang//kerapu//kepiting Peawi Beusa Meurano 0,15-0, /2007/ Kuala Bugak 0,2 0, / / Dama Tutong 0,2-2,5 1,5-2, / / Seuneubok Pidie 1, / Pasir Putih Dusun Cot / / Kulam 0,0-4 0, Matang Gluem 0, / / Seumatang Muda Itam 0,18-0, 1, / / Kuala Leuge 0,2 1, / / 10 Peureulak Seunebok Timur Teupin 0,1-0, 1-2, / / Seunebok Rawang 01,-0,4 0, / / Seunebok Dalam 0,1-0, 1, / / Alue Bu Alu Nireh 0,10-0, / / Seumatang Keude 0,1-0, / Geulanggan g Merak 0,2-0, / / Seunebok Paya 0,2-1, / Alue Bugeng 0, / / Seunebok Puntii 0, / / Seunebok Lapang 1, / / Jeungki 0,2-0, / / Krut Lintang 0, / Babah Krueng 0, / Rantau Simpang Selamat Aneuh 0,1-0, / / Seunebok 0,1-0, / / Bab 4-12

221 Padat Tebar (ekor/m 2 ) Kisaran Produksi (kg/ha/siklus) Tahun Produksi Terakhir Bandeng/ No. Kecamatan Desa Bandeng Bandeng Bandeng Udang Kerapu Kepiting Bandeng Udang Kerapu Kepiting Udang/bandeng Udang Udang udang//kerapu//kepiting Dalam Alue Kumba 0,1-0,2 1,8-2, / / Sarah Teubeh / / Rantau Panjang 0,1-0,2 1,8-2, / Alue Raya 0,1-0, / / Gampong Bayeun 0,15 1,8-2, / / 12 Simpang Gampong Ulim Blang 0,1-0,2 0, / / Keude Tuha Teupin Breh / / Bantayan Dusun Alu /2001// Parang 0,06/0,2 160/40 Bantayan 0,1-0,7 0,-5, / / Teupin Mamplan Alue Buloh Satu Alue Buloh Dua /2005/ Lampuh Rayeuk 0,15-0, /2007/-//-//2007 Kuala Simpang / Ulim 0,05-1, Sungai Raya Bukit Selamat 0,1-0, / / Kuala Parek 0, / / Labuhan Keude 0,15-0,2 1, / / Bab 4-1

222 Tabel Sumber/Produsen Benih untuk Komoditas Budidaya Tambak pada Semua Kecamatan di Kabupaten Aceh Timur Sumber/Asal Benih No Kecamatan Udang Bandeng Kerapu Kepiting Kakap Nila 1 Darul Aman Hatchery Pendederan Idi Rayek Hatchery (Matang Rayeuk) dan alam Pendederan (Matang Rayeuk) dan alam Julok Hatchery Pendederan dan alam 4 Madat Hatchery (CV. Budi) dan Pendederan (CV. alam (Mns Asan, Ulei Budi) dan alam Reube) (Pesisir pantai Mns Asan, Ulei Reube) Alam (untuk tambak di Desa Matang Keupula Lhee) - Alam (tambak di Desa Keutapang Mameh) Peureulak Barat Kuala Windu (Gudang), Swadaya, dan pedagang (H. Rusli) 6 Peureulak Kota Mitra Kuala Windu (Swadaya), pedagang (H. Rusli, Hj.Husaini), Malahayati, Sederhana, dan hatchery 7 Peureulak Timur Kuala Windu, Usaha Pendederan di Cot Keh, swadaya, H. Rusli (Paya Lipah), Kota Sigli, Kwala Windu, Usaha Pendederan (Kuala Legee) Swadaya (Gudang) Mitra Kuala Windu, Swadaya (Gudang), dan pedagang (H. Rusli) Bungkah, Bireuen, Usaha Pendederan di Cot Keh, Usaha Pendederan (Kuala Legee) Bab 4-14

223 No Kecamatan 8 Rantau Selamat Kuala Windu, H. Rusli (Paya Lipah), H. Amin (Paya Lipah) 9 Simpang Ulim Hatchery, Kuala Sp. Ulim, Bungkah, BBI, Bireuen, dan alam 10 Sungai Raya Swadaya dan Kuala Windu Sumber/Asal Benih Udang Bandeng Kerapu Kepiting Kakap Nila Kuala Windu, H. Rusli (Paya Lipah), H. Amin (Paya Lipah), Bireuen Pendederan, Kuala Sp. Ulim, Bungkah, BBI, Bireuen, dan Hatchery dan alam alam Swadaya dan Bungkah Bab 4-15

224 D. Permasalahan Hasil studi di Kabupaten Aceh Timur menunjukkan bahwa umumnya petani menghadapi permasalahan modal, penyakit, dan harga udang/ikan tidak stabil. Di beberapa daerah, petani menghadapi permasalahan dalam hal keamanan, transportasi dan saluran air Sosial Ekonomi Petambak Jumlah pembudidaya di Kabupaten Aceh Timur yang menjadi responden untuk pengumpulan data sosial ekonomi sebanyak 809 orang. Pada sebagian besar desa-desa tambak di kabupaten ini pembudidaya responden memiliki umur ratarata di atas 40 tahun, hanya pada 14 desa yang memiliki responden dengan umur rata-rata di bawah 40 tahun. Umur terendah responden 20 tahun sedang umur tertinggi 82 tahun. Responden pembudidaya tambak di Kabupaten Aceh Timur secara umum memiliki tingkat pendidikan yang cukup tinggi. Sebagian besar responden memiliki tingkat pendidikan SMP yaitu sebanyak 29 orang. Responden yang berpendidikan SD, SMU dan PT masing-masing sebanyak 26 orang, 178 orang dan 9 orang. Namun masih ada responden yang tidak bersekolah yaitu sebanyak 0 orang. Responden pembudidaya di Aceh Timur dalam menjalankan usaha budidaya tambak ada yang memperoleh keuntungan namun ada juga yang mengalami kerugian. Rata-rata keuntungan usaha responden pembudidaya di daerah ini bervariasi dari Rp 2,595 juta per musim tanam oleh pembudidaya bandeng di Kecamatan Darul Aman hingga Rp 4,802 juta oleh pembudidaya udang di Birem Bayeun (Tabel 4. 4). Sedang rata-rata kerugian usaha bervariasi dari (Rp 4,98) juta hingga (Rp ) per musim tanam. Rata-rata nilai rasio R/C bervariasi dari 0,68 yang diperoleh pembudidaya bandeng di Kecamatan Idi Rayeuk hingga 4,86 yang diperoleh pembudidaya bandeng di Birem Bayeun. Bab 4-16

225 Tabel 4. 4 Pendapatan dan R/C Pembudidaya Responden di Kabupaten Aceh Timur menurut Kecamatan Tahun 2007 Pendapatan R/C Kecamatan Komoditi Ratarata Min Max Rata-rata Min Max Birem Bayeun Udang , 5,50 2,7 Bandeng ,00 5,50 4,86 Bandeng Udang Darul Aman Udang Bandeng ( ) ,5 1,92 1,27 Bandeng Udang Idi Rayeuk Udang ,4,5 2,40 Bandeng ( ) ( ) 0,48 1,14 0,68 Bandeng Udang Peureulak Barat Peureulak Kota Peureulak Timur Rantau Selamat Udang ,40,20 2,08 Bandeng ( ) ( ) 0,51 1,4 0,94 Bandeng Udang Udang ,20 4,67 2,6 Bandeng ( ) ( ) 0,7 1,40 0,85 Bandeng Udang Udang ,14 2,29 2,15 Bandeng ( ) ,60 2,00 1,22 Bandeng Udang Udang ,00 2,29 1,6 Bandeng ( ) (4.98.) 0,50 1,40 0,76 Bandeng Udang Simpang Ulim Udang ( ) ,86 6,67 2,6 Bandeng ( ) , 5,00,08 Bandeng Udang Sungai Raya Udang ,71 2,29 1,86 Bandeng ( ) ,51 2,40 1,9 Bandeng Udang Sumber : Hasil Perhitungan (2007) Pembudidaya di Kecamatan Simpang Ulim memiliki nilai rasio R/C rata-rata tertinggi dibanding kecamatan lainnya yaitu dengan nilai 2,99. Nilai rasio R/C yang cukup tinggi juga diperoleh oleh para pembudidaya responden dari Kecamatan Birem Bayeun dan Peureulak Kota masing-masing dengan nilai 2,7 dan 2,00. Sedang pembudidaya di kecamatan lainnya memiliki nilai rasio R/C di bawah 2. Kawasan tambak di Kabupaten Aceh Timur terdapat di 11 desa yang berada di 1 Kecamatan. Ketiga belas kecamatan tersebut meliputi Kecamatan Birem Bayeun, Darul Aman, Idi Rayeuk, Julok, Madat, Nurussalam, Peudawa, Peureulak Barat, Peureulak Kota, Peureulak Timur, Rantau Selamat, Simpang Ulim dan Sungai Raya. Total jumlah pemilik tambak di daerah ini sebanyak 4507 orang. Dari jumlah tersebut sebanyak 4261 orang pemilik langsung menggarap Bab 4-17

226 tambaknya sendiri (Tabel 4. 44). Sedang jumlah penggarap tambak, yaitu petambak yang mengolah tambak milik orang lain, berjumlah 81 orang. Tabel Jumlah Pemilik, Pemilik yang Menggarap dan Penggarap Tambak menurut Desa dan Kecamatan di Kabupaten Aceh Timur Tahun 2007 Kecamatan Desa Jumlah Pemilik (orang) Jumlah Pemilik- Penggarap (orang) Jumlah Penggarap (orang) Birem Bayeun Paya Peulawi 1 1 Birem Rayeuk Keude Birem Aramiah Darul Aman Meunasah Blang Seuneubok Aceh 4 1 Bagok Panah 2 2 Teupin Drum Matang Pineung Kuala Idi Cut 2 2 Seuneubok Barong Kampung Keude Idi Rayeuk Alue Dua Muka O Alue Dua Muka S 7 7 Tanjong Kapai Matang Bungong Matang Rayeuk Sub Muku Kuala PD Puntong Ulee Blang Calok Geuliman Keutapang Mameh Seuneubok Rambong Matang Rayeuk Julok Gampong Baro Blang Uyok Ulee Tanoh Simpang Lhee Naleung Ulee Blang Seumatang Labohan Kuala Geulumpang Madat Meunasah Tingkeum 0 0 lueng Peut 9 9 Leung Sa Matang Keupula Lhee Ule Ateung Abeuk Gelateu Pantee Bayam Tanjung Ara Meunasah Asan 1 1 Bab 4-18

227 Kecamatan Desa Jumlah Pemilik (orang) Jumlah Pemilik- Penggarap (orang) Jumlah Penggarap (orang) Matang Guru Lueng Dua Nurussalam Mtg Kunyet Baroh Bugeng Peulawi Kampung Keude Bagok Kuala Bagok 6 6 Teupin Pukat Meudang Ara Asan Tanjong Keude Bagok 5 5 Mtg Neuheun Peudawa Kampung Keude 1 1 Matang Rayeuk Alue Ie Itam Kampung Kuala 1 1 Paya Dua Peureulak Barat Alue Bu Tuha Paya Lidah Alue Bu Jalan 1 1 Paya Gajah Peureulak Kota Seuneubok Peusangan Balee Buya Seuneubok Aceh Leuge Alue Nimbong Bangka Rimueng Cot Muda Itam Pasir Putih Dusun Matang Pelawi 5 5 Beusa Meurano Kuala Bugak Dama Tutong Seuneubok Pidie Pasir Putih Dusun Cot Kulam Matang Gluem Seumatang Muda Itam Kuala Leuge Peureulak Timur Seunebok Teupin Seunebok Rawang Seunebok Dalam 4 4 Alue Bu Alu Nireh Seumatang Keude Geulanggang Merak Seunebok Paya Alue Bugeng Seunebok Puntii Seunebok Lapang Bab 4-19

228 Kecamatan Desa Jumlah Pemilik (orang) Jumlah Pemilik- Penggarap (orang) Jumlah Penggarap (orang) Jeungki Krut Lintang Babah Krueng Rantau Selamat Simpang Aneuh Seunebok Dalam Alue Kumba Sarah Teubeh Rantau Panjang Alue Raya Gampong Bayeun Simpang Ulim Gampong Blang Keude Tuha Teupin Breh 6 6 Bantayan Dusun Alu Parang Bantayan Teupin Mamplan Alue Buloh Satu Alue Buloh Dua Lampuh Rayeuk 1 1 Kuala Simpang Ulim 9 9 Sungai Raya Bukit Selamat Kuala Parek Labuhan Keude Geulumpang Payong Alue Rangan 1 1 JUMLAH Sumber : Hasil Pengolahan Data, 2007 Berdasarkan Tabel terlihat bahwa Kecamatan Peureulak Kota memiliki jumlah desa yang terbanyak yang memiliki areal tambak yaitu sebanyak 16 desa. Jumlah pemilik tambak di Kecamatan Peureulak Kota juga yang paling banyak dibanding daerah lain yaitu sebanyak 629 orang atau 12,25% dari total jumlah pemilik tambak di Kabupaten Aceh Timur. Kecamatan lain yang memiliki jumlah desa yang memiliki areal tambak cukup banyak yaitu Peureulak Timur 1 desa, Idi Rayeuk 11 desa, Madat 11 desa, Nurussalam 10 desa dan Simpang Ulim 10 desa. Total luas areal tambak di Kabupaten Aceh Timur mencapai 14.7,85 ha. Kecamatan yang paling luas memiliki areal tambak yaitu Kecamatan Simpang Ulim dengan luas tambak 1.662,95 ha atau 1,45% dari total luas tambak di Bab 4-140

229 kabupaten tersebut (Tabel 4. 45). Selain Kecamatan Simpang Ulim, terdapat 6 kecamatan lain di Aceh Timur yang memiliki areal tambak di atas 1000 ha yaitu Kecamatan Julok (157,8 ha), Kecamatan Peureulak Kota (1445,8 ha), Kecamatan Madat (1406, ha), Kecamatan Birem Bayeun (1205,9 ha), Kecamatan Peureulak Timur (105 ha) dan Kecamatan Sungai Raya (1015,7 ha). Sedang 6 kecamatan lainnya memiliki luas areal tambak di bawah 1000 ha. Tabel Total Luas Tambak, Sebaran Luasan dan Rata-rata Luas per Pemilik menurut Desa dan Kecamatan di Kabupaten Aceh Timur Tahun 2007 Kecamatan Desa Luas Tambak (ha) Sebaran Luas (ha) Rata-rata luas/pemilik (ha/orang) Birem Bayeun Paya Peulawi 411,5 1-60,09 Birem Rayeuk 81, ,19 Keude Birem 124, ,5 Aramiah 287, ,91 Darul Aman Meunasah Blang 269, ,84 Seuneubok Aceh 7, ,88 Bagok Panah 91, ,86 Teupin Drum 45, , Matang Pineung 22, ,25 Kuala Idi Cut ,5 Seuneubok Barong, ,2 Kampung Keude 8, ,7 Idi Rayeuk Alue Dua Muka O 47, ,49 Alue Dua Muka S 6, ,9 Tanjong Kapai 24, ,4 Matang Bungong 14, ,52 Matang Rayeuk Sub Muku 12, ,85 Kuala PD Puntong ,14 Ulee Blang 11, ,88 Calok Geuliman 10, ,71 Keutapang Mameh 9, ,24 Seuneubok Rambong ,08 Matang Rayeuk 2, ,8 Julok Gampong Baro ,57 Blang Uyok ,69 Ulee Tanoh 142, ,4 Simpang Lhee ,21 Naleung 647, ,1 Ulee Blang Seumatang 149, ,78 Labohan 156, ,59 Kuala Geulumpang ,2 Madat Meunasah Tingkeum , lueng Peut ,11 Leung Sa Bab 4-141

230 Kecamatan Desa Luas Tambak (ha) Sebaran Luas (ha) Rata-rata luas/pemilik (ha/orang) Matang Keupula Lhee ,5 Ule Ateung ,7 Abeuk Gelateu 101,5 1-2,0 Pantee Bayam 26,5 2-20,64 Tanjung Ara 161, ,09 Meunasah Asan ,19 Matang Guru ,8 Lueng Dua 24, ,02 Nurussalam Mtg Kunyet 2, ,94 Baroh Bugeng 165,5 1-8,1 Peulawi ,71 Kampung Keude Bagok 56, ,88 Kuala Bagok ,0 Teupin Pukat ,76 Meudang Ara 20, ,22 Asan Tanjong 217, ,4 Keude Bagok ,8 Mtg Neuheun 188, ,9 Peudawa Kampung Keude Matang Rayeuk ,71 Alue Ie Itam 19, ,98 Kampung Kuala ,62 Paya Dua ,06 Peureulak Barat Alue Bu Tuha ,7 Paya Lidah ,62 Alue Bu Jalan ,52 Paya Gajah ,51 Peureulak Kota Seuneubok Peusangan ,61 Balee Buya 4 1-1,62 Seuneubok Aceh ,88 Leuge ,58 Alue Nimbong Bangka Rimueng 7, ,4 Cot Muda Itam ,29 Matang Peawi 88, ,5 Beusa Meurano 64, ,57 Kuala Bugak 7, ,9 Dama Tutong ,85 Seuneubok Pidie ,47 Pasir Putih Dusun Cot Kulam ,6 Matang Gluem ,04 Seumatang Muda Itam ,51 Kuala Leuge ,7 Peureulak Timur Seunebok Teupin 129, ,77 Seunebok Rawang 4, ,09 Seunebok Dalam ,59 Alue Bu Alu Nireh 20, ,21 Seumatang Keude ,0 Geulanggang Merak 7,5 1-12,5 Bab 4-142

231 Kecamatan Desa Luas Tambak (ha) Sebaran Luas (ha) Rata-rata luas/pemilik (ha/orang) Seunebok Paya Alue Bugeng 60, ,42 Seunebok Puntii ,2 Seunebok Lapang 8, ,6 Jeungki 26, ,06 Krut Lintang ,9 Babah Krueng 66, , Rantau Selamat Simpang Aneuh 40, ,25 Seunebok Dalam ,56 Alue Kumba 22, ,6 Sarah Teubeh 56, ,2 Rantau Panjang 178, ,7 Alue Raya ,28 Gampong Bayeun ,64 Simpang Ulim Gampong Blang ,44 Keude Tuha ,7 Teupin Breh ,5 Bantayan Dusun Alu Parang Bantayan ,52 Teupin Mamplan 41, ,27 Alue Buloh Satu 16, ,66 Alue Buloh Dua ,91 Lampuh Rayeuk 15, ,17 Kuala Simpang Ulim ,8 Sungai Raya Bukit Selamat ,57 Kuala Parek ,7 Labuhan Keude ,64 Geulumpang Payong 2, , Alue Rangan ,85 JUMLAH 14.7,85 2,74 Sumber : Hasil Pengolahan Data, 2007 Sebaran luas tambak per pemilik di Kabupaten Aceh Timur bervariasi dari yang terkecil 0,1 ha hingga 120 ha (Tabel 4. 45). Luasan tambak pemilik yang terkecil (0,1 ha) terdapat di Desa Seuneubok Barong Kecamatan Darul Aman. Sedang luasan pemilik yang terbesar (120 ha) terdapat di Desa Kuala Leuge, Kecamatan Peureulak Kota. Tambak terluas tersebut milik PT Gazali. Rata-rata luas pemilikan tambak per pembudidaya di Kabupaten Aceh Timur seluas 2,74 ha per pemilik (Tabel 4. 45). Variasi luas pemilikan tambak per pembudidaya berkisar dari 0,62 ha/orang hingga 1,7 ha/orang. Dari Tabel terlihat di Aceh Timur terdapat 9 desa yang memiliki rata-rata luas pemilikan Bab 4-14

232 tambak per orang lebih dari 5 ha, yaitu Desa Keude Tuha (1,7 ha/orang), Desa Bukit Selamat (5,57 ha/orang), Desa Kuala Simpang Ulim (6,8 ha/orang), Desa Gampong Blang (5,44 ha/orang), Desa Kuala Leuge (7,7 ha/orang), Desa Meunasah Asan (8,19 ha/orang), Desa Tanjung Ara (8,09 ha/orang), Desa Kuala Geulumpang (7,2 ha/orang) dan Desa Naleung (5,1 ha/orang). Jumlah petakan tambak di Kabupaten Aceh Timur mencapai petak (Tabel 4. 46). Jika dibandingkan dengan luas areal tambaknya yang mencapai 12.65,15 ha, maka rata-rata luas tambak di daerah ini 0,912 ha per petaknya. Kecamatan Peureulak Kota memiliki petakan tambak yang terbanyak di Aceh Timur yaitu 2062 unit atau 15,2% dari total petakan tambak di kabupaten ini. Selain Peureulak Kota, terdapat 5 kecamatan lain yang memiliki jumlah petakan tambak lebih dari 1000 unit yaitu Kecamatan Bireum Bayeum (1696 unit), Kecamatan Julok (1425 unit), Kecamatan Madat (1407 unit), Kecamatan Nurussalam (16 unit) dan Kecamatan Sungai Raya (128 unit). Tabel Jumlah Petakan, Kisaran Jumlah Petakan dan Rata-rata Petakan per Pemilik menurut Desa dan Kecamatan di Kabupaten Aceh Timur Tahun 2007 Kecamatan Desa Jumlah Petakan (unit) Kisaran Petakan (unit/orang) Rata-rata petakan/ pemilik Birem Bayeun Paya Peulawi ,08 Birem Rayeuk ,0 Keude Birem ,4 Aramiah ,6 Darul Aman Meunasah Blang ,58 Seuneubok Aceh Bagok Panah ,59 Teupin Drum ,94 Matang Pineung Kuala Idi Cut ,78 Seuneubok Barong ,04 Kampung Keude ,17 Idi Rayeuk Alue Dua Muka O ,1 Alue Dua Muka S Tanjong Kapai ,44 Matang Bungong ,57 Matang Rayeuk Sub Muku ,6 Kuala PD Puntong ,86 Ulee Blang ,54 Calok Geuliman ,27 Bab 4-144

233 Kecamatan Desa Jumlah Petakan (unit) Kisaran Petakan (unit/orang) Rata-rata petakan/ pemilik Keutapang Mameh ,25 Seuneubok Rambong ,62 Matang Rayeuk ,8 Julok Gampong Baro ,04 Blang Uyok ,95 Ulee Tanoh ,48 Simpang Lhee ,5 Naleung ,9 Ulee Blang ,15 Seumatang ,76 Labohan ,2 Kuala Geulumpang ,29 Madat Meunasah Tingkeum ,9 lueng Peut ,28 Leung Sa Matang Keupula Lhee Ule Ateung Abeuk Gelateu ,56 Pantee Bayam ,25 Tanjung Ara ,65 Meunasah Asan ,74 Matang Guru ,1 Lueng Dua ,92 Nurussalam Mtg Kunyet ,68 Baroh Bugeng ,28 Peulawi ,9 Kampung Keude Bagok ,1 Kuala Bagok ,44 Teupin Pukat ,76 Meudang Ara ,18 Asan Tanjong ,84 Keude Bagok ,2 Mtg Neuheun ,46 Peudawa Kampung Keude Matang Rayeuk ,21 Alue Ie Itam ,15 Kampung Kuala ,85 Paya Dua ,76 Peureulak Barat Alue Bu Tuha ,66 Paya Lidah Alue Bu Jalan ,06 Paya Gajah ,11 Peureulak Kota Seuneubok Peusangan ,28 Balee Buya ,22 Seuneubok Aceh ,77 Leuge ,17 Alue Nimbong Bangka Rimueng ,9 Cot Muda Itam ,29 Matang Peawi ,06 Bab 4-145

234 Kecamatan Desa Jumlah Petakan (unit) Kisaran Petakan (unit/orang) Rata-rata petakan/ pemilik Beusa Meurano ,68 Kuala Bugak ,87 Dama Tutong 1 1-9,24 Seuneubok Pidie ,27 Pasir Putih Dusun Cot Kulam ,27 Matang Gluem ,8 Seumatang Muda Itam ,8 Kuala Leuge ,96 Peureulak Timur Seunebok Teupin 82 1,2 1,12 Seunebok Rawang ,7 Seunebok Dalam ,15 Alue Bu Alu Nireh Seumatang Keude ,1 Geulanggang Merak ,4 Seunebok Paya Alue Bugeng ,8 Seunebok Puntii ,84 Seunebok Lapang ,42 Jeungki ,96 Krut Lintang ,55 Babah Krueng ,6 Rantau Selamat Simpang Aneuh Seunebok Dalam ,12 Alue Kumba ,72 Sarah Teubeh ,5 Rantau Panjang ,5 Alue Raya ,04 Gampong Bayeun ,04 Simpang Ulim Gampong Blang ,88 Keude Tuha ,09 Teupin Breh ,18 Bantayan Dusun Alu Parang Bantayan ,2 Teupin Mamplan ,55 Alue Buloh Satu 1-2 1,2 Alue Buloh Dua ,7 Lampuh Rayeuk ,5 Kuala Simpang Ulim ,2 Sungai Raya Bukit Selamat ,61 Kuala Parek ,5 Labuhan Keude ,62 Geulumpang Payong ,17 Alue Rangan ,2 JUMLAH ,97 Sumber : Hasil Pengolahan Data, 2007 Bab 4-146

235 Kisaran jumlah pemilikan petak tambak di Kabupaten Aceh Timur bervariasi mulai dari 1 petak per orang hingga 60 petak per orang. Kisaran tertinggi pemilikan petak tambak terdapat di Desa Kuala Geulumpang, Kecamatan Julok, yaitu 60 petak/orang. Tambak tersebut milik PT Tunggal. Dari Tabel juga terlihat terdapat 2 desa yang memiliki pemilikan petak tambak minimal petak per orang yaitu Desa Pasir Putih Dusun Cot Kulam, Kecamatan Peureulak Kota, dan Desa Alue Buloh Dua, Kecamatan Simpang Ulim. Pemilikan petak rata-rata per pembudidaya di Kabupaten Aceh Timur yaitu 2,97 petak per orang. Sedang variasi pemilikan petak tambak per pembudidaya berkisar dari 1 petak/orang hingga 8,29 petak per orang. Dari Tabel terlihat 8 desa memiliki pemilikan petak per pembudidaya lebih dari 5 petak/orang seperti Desa Geulumpang Payong, Labuhan Keude, Alue Buloh Dua, Kuala Bagok, Mtg Neuheun, Meunasah Asan dan Kuala Geulumpang. Pada saat studi dilakukan komoditas yang paling banyak dibudidayakan oleh pembudidaya tambak di Aceh Timur yaitu Bandeng dengan jumlah pembudidaya sebanyak 2265 orang. Jumlah pembudidaya udang berada pada urutan kedua yaitu 1918 orang. Sedang sisanya 29 orang menanam udang bandeng bersamaan atau polikultur dan sisanya 4 orang membudidayakan kepiting dan 2 orang membudidayakan ikan kerapu. Tabel Jumlah Pembudidaya berdasar Komoditas dan Sebaran Tahun Terakhir Produksi menurut Desa dan Kecamatan di Kabupaten Aceh Timur Tahun 2007 Komoditas BD Tahun Kecamatan Desa Terakhir Bandeng Udang B-U Lainnya* Produksi Birem Bayeun Paya Peulawi Birem Rayeuk Keude Birem Aramiah Darul Aman Meunasah Blang Seuneubok Aceh Bagok Panah Teupin Drum Matang Pineung Kuala Idi Cut Bab 4-147

236 Komoditas BD Tahun Kecamatan Desa Terakhir Bandeng Udang B-U Lainnya* Produksi Seuneubok Barong Kampung Keude Idi Rayeuk Alue Dua Muka O Alue Dua Muka S Tanjong Kapai Matang Bungong Matang Rayeuk Sub Muku 15 Kuala PD Puntong Ulee Blang Calok Geuliman Keutapang Mameh Seuneubok Rambong Matang Rayeuk Julok Gampong Baro Blang Uyok Ulee Tanoh Simpang Lhee Naleung Ulee Blang Seumatang Labohan Madat Kuala Geulumpang Meunasah Tingkeum lueng Peut Leung Sa Matang Keupula Lhee Ule Ateung 10 Abeuk Gelateu Pantee Bayam Tanjung Ara Meunasah Asan Matang Guru Lueng Dua Nurussalam Mtg Kunyet Baroh Bugeng Peulawi Kampung Keude Bagok Kuala Bagok Teupin Pukat Meudang Ara Asan Tanjong Keude Bagok Mtg Neuheun Peudawa Kampung Keude Matang Rayeuk Bab 4-148

237 Kecamatan Peureulak Barat Peureulak Kota Peureulak Timur Rantau Selamat Komoditas BD Tahun Desa Terakhir Bandeng Udang B-U Lainnya* Produksi Alue Ie Itam Kampung Kuala Paya Dua Alue Bu Tuha Paya Lidah Alue Bu Jalan Paya Gajah Seuneubok Peusangan Balee Buya Seuneubok Aceh Leuge Alue Nimbong Bangka Rimueng Cot Muda Itam Matang Peawi Beusa Meurano Kuala Bugak Dama Tutong Seuneubok Pidie Pasir Putih Dusun Cot Kulam Matang Gluem Seumatang Muda Itam Kuala Leuge Seunebok Teupin Seunebok Rawang Seunebok Dalam Alue Bu Alu Nireh Seumatang Keude Geulanggang Merak Seunebok Paya Alue Bugeng Seunebok Puntii Seunebok Lapang Jeungki Krut Lintang Babah Krueng Simpang Aneuh Seunebok Dalam Alue Kumba Sarah Teubeh Rantau Panjang Alue Raya Gampong Bayeun Simpang Ulim Gampong Blang Keude Tuha 11 Teupin Breh Bab 4-149

238 Komoditas BD Tahun Kecamatan Desa Terakhir Bandeng Udang B-U Lainnya* Produksi Bantayan Dusun Alu Parang Bantayan Teupin Mamplan Alue Buloh Satu 25 Alue Buloh Dua Lampuh Rayeuk Kuala Simpang Ulim Sungai Raya Bukit Selamat Kuala Parek Labuhan Keude Geulumpang Payong Alue Rangan 7 6 JUMLAH Sumber : Hasil Pengolahan Data, 2007 Keterangan : *) = kepiting dan kerapu Dari Tabel terlihat bahwa sebagian besar tambak-tambak yang ada di Kabupaten Aceh Timur tetap melakukan aktivitas produksi sampai dengan tahun 2007 ketika studi ini dilakukan. Kecuali tambak-tambak yang terdapat di Kecamatan Birem Bayeun yang tahun terakhir produksinya berkisar dari tahun , demikian juga dengan tambak-tambak di sebagian desa yang ada di Kecamatan Peureulak Timur dan Rantau Selamat yang tahun terakhir produksinya berkisar dari tahun Proses Pasca Panen Hasil Budidaya Kondisi eksisting terhadap aktivitas penanganan pascapanen hasil tambak baik udang maupun bandeng di Kabupaten Aceh Timur juga masih terbatas pada penanganannya saja belum ke pengolahannya. Teknik penanganan yang dilakukan adalah dengan menggunakan es. Untuk memenuhi kebutuhan es dalam penanganannya, para agen-agen pembeli sudah membawanya sendiri yang diperoleh dari tempat lain di luar Kabupaten Aceh Timur. Sampai saat ini Kabupaten Aceh Timur belum memiliki fasilitas pabrik es maupun cold storage. Hal ini dikarenakan pada mulanya Kabupaten Aceh Bab 4-150

239 Timur, Kota Langsa dan Kabupaten Aceh Tamiang merupakan satu kabupaten, dimana setting awalnya pembagunan cold storage dan pabrik es berlokasi di Kota Langsa. Kebutuhan es di Kabupaten Aceh Timur disuplai dari pabrik es yang berada di Kota Langsa, karena lokasinya yang bersebelahan. Dalam proses penanganan dan distribusinya, para agen-agen pembeli sudah menerapkan sistem rantai dingin (cold chain system). Akan tetapi mereka belum memperhitungkan perbandingan yang optimal antara jumlah es yang diperlukan dengan jumlah ikan/udang yang mampu mempertahakan kesegaran ikan/udang dalam waktu yang relatif lama dengan mutu yang bagus, termasuk belum juga mempertimbangkan teknik penataan ikan/udang dalam wadah (blong atau keranjang plastik) yang masih dilakukan sesukanya Kelembagaan Perikanan Budidaya Tambak Lembaga Penentu Kebijakan Sadar akan potensi perikanan dan kelautan yang begitu besar di wilayahnya, pemerintah Kabupaten Aceh Timur menyerahkan urusan pembinaan dan pengelolaan perikanan dan kelautan di bawah kendali Dinas Kelautan dan Perikanan. Kebijakan pemerintah daerah Kabupaten Aceh Timur untuk menyerahkan urusan perikanan dan kelautan kepada lembaga tersendiri yang mandiri ini sangat tepat mengingat begitu besar potensi dan permasalahan perikanan dan kelautan, khususnya tambak yang dihadapi oleh Kabupaten Aceh Timur. Lembaga ini diberikan kewenangan sebagai penentu kebijakan dalam menangani tambak di Kabupaten Aceh Timur. Kelompok Petani Tambak Untuk tujuan mewadahi kepentingan-kepentingan petani tambak dalam berhubungan dengan pihak lain, petani tambak di Kabupaten Aceh Timur membentuk kelompok petani tambak dengan anggota petani tambak yang lokasinya berdekatan. Karena antar tambak saling membutuhkan dan Bab 4-151

240 mempunyai kepentingan yang sama dalam memanfaatkan sarana dan prasarana tambak yang sama, pembentukan lembaga ini bukan didasarkan pada domisili pemilik tambak, tetapi pada lokasi tambak. Pada level kecamatan, kelompok-kelompok tersebut kemudian membentuk organisasi yang dinamakan Badan Musyawarah Petani Tambak (BMPT) yang berkedudukan di setiap kecamatan. Berdasarkan informasi dan pengamatan yang dilakukan di lapangan, BMPT di Kabupaten Aceh Timur kurang berkembang dengan baik. Lembaga Penyuluh Lapangan Diseminasi dan pembinaan, merupakan hal yang penting dalam pengelolaan pertambakan. Untuk kepentingan tersebut, pemerintah Kabupaten Aceh Timur membentuk Unit Pelaksana Teknis Dinas (UPTD) yang berfungsi melakukan kegiatan penyuluhan lapangan terhadap para pembudidaya tambak. Mengingat areal tambak yang luas, dibentuk 2 UPTD yaitu UPTD Peureulak dan UPTD Julok. Masing-masing UPTD memiliki 7 orang tenaga penyuluh lapangan sehingga total jumlah penyuluh sebanyak 14 orang. Penyuluh lapangan berkedudukan di level kecamatan dan masing-masing mempunyai wilayah kerja berdasarkan kecamatan. Daftar nama para penyuluh menurut wilayah kerjanya disajikan pada Tabel Tabel Daftar Nama Penyuluh menurut Wilayah Kerja di Kabupaten Aceh Timur Tahun 2007 No Nama Wilayah Kerja UPTD PEUREULAK 1 Cut Esmanilawati Kecamatan Birem Bayeun 2 Sulastri Kecamatan Peureulak Kota Irawati Kecamatan Peureulak Kota 4 M. Radhi Kecamatan Peureulak Barat 5 Bustamam Kecamatan Peureulak Timur 6 Aidil Putra Kecamatan Rantau Selamat 7 Husna, S.P Kecamatan Sungai Raya UPTD JULOK 1 Jubir Kecamatan Peudawa 2 Khairul Husna Kecamatan Idi Rayeuk Iqbal Farabi Kecamatan Nurussalam 4 Nurmiati Kecamatan Darul Aman 5 Mahdi, S.P Kecamatan Julok 6 Zulkifli Kecamatan Simpang Ulim 7 M. Haris Kecamatan Madat Sumber : Dinas Perikanan dan Kelautan Kabupaten Aceh Timur Tahun Bab 4-152

241 Lembaga Permodalan Selain dari modal sendiri, untuk memenuhi kebutuhan permodalannya petani tambak di Aceh Timur juga mengharapkan bantuan dari pihak lain. Hal ini karena secara umum permodalan petani tambak masih sangat jauh dari cukup untuk memenuhi kebutuhan modalnya. Berdasarkan fakta tersebut, petani tambak sangat mengharapkan bantuan permodalan dari donatur baik dari pemerintah maupun dari swasta. Namun demikian, sejak hasil tambak kurang menguntungkan lagi, lembaga permodalan kurang tertarik untuk mendanai usaha tambak. Pada saat udang masih memberikan hasil yang baik, pedagang biasanya akan memberikan pinjaman modal produksi kepada petani tambak. Tetapi, sejak hasil tambak semakin menurun, praktek ini sudah tidak berjalan lagi, mengingat kerugian yang dialami petambak. Lembaga Pengolah dan Lembaga Pemasaran Hasil produksi pertambakan di Aceh Timur secara umum masih diperdagangkan secara tradisional,yaitu dalam bentuk segar tanpa adanya sentuhan pengolahan yang signifikan. Kondisi ini menandakan bahwa lembaga pengolah hasil tambak di Kabupaten Aceh Timur belum berkembang dengan baik. Udang atau bandeng dijual dalam bentuk segar ke pedagang pengumpul untuk kemudian dijual ke Medan. Sedangkan untuk produk bandeng, selain dijual ke luar daerah melalui saluran pedagang pengumpul, juga dilakukan oleh pedagang pengecer. Pedagang pengecer menjual ikan segar langsung ke konsumen. Jalur pemasaran produk tambak di Kabupaten Aceh Timur hampir sama dengan lembaga pemasaran di kabupaten lainnya. Pemasaran produk tambak, masih menggunakan jalur-jalur tradisional yang kurang menguntungkan kepada petambak karena penetapan harga bandeng atau udang lebih banyak ditentukan oleh pedagang besar. Lembaga pemasaran yang terlibat dalam pemasaran hasil tambak di daerah ini terdiri dari pedagang pengumpul lokal, pedagang pengumpul dan pedagang Bab 4-15

242 besar. Pada level pertama pemasaran produk tambak, baik itu udang atau bandeng, dilakukan oleh pedagang pengumpul lokal. Bila musim panen tiba, pedagang pengumpul biasanya akan datang ke lokasi tambak untuk melakukan pembelian bandeng atau udang. Namun tidak jarang, karena jumlah yang relatif sangat kecil, petani tambak datang ke pedagang pengumpul untuk menjual hasil panennya. Pedagang pengumpul kemudian menjual udang ke pedagang besar. Oleh pedagang besar selanjutnya udang dijual kepada perusahaan pengolahan yang ada di Kota Langsa atau Medan. Untuk bandeng, selain dijual kepada pedagang pengumpul, juga dijual kepada pedagang pengecer,untuk kemudian dijual kepada konsumen. Lembaga Penyedia Sarana Produksi Sarana produksi tambak di Kabupaten Aceh Timur relatif mudah didapatkan di lokasi. Kebutuhan pakan, obat, atau sarana produksi lainnya dapat dicukupi oleh took-toko yang berada di lokasi. Secara umum patani tambak tidak menghadapi hambatan dalam penyediaan sarana produksi di desanya Kota Langsa Lingkungan Pesisir Kawasan tambak di Kota Langsa relatif tidak terlalu luas dibandingkan dengan luas tambak di kabupaten-kabupaten lainnya, namun persentase kualitas tambak relatif lebih baik. Tambak-tambak di Kota Langsa didukung infrastruktur yang lebih baik seperti aksesibilitas yang mudah dan kondisi jalan yang baik (Gambar 4. 41). Bab 4-154

243 Gambar Kondisi Jalan yang Baik di Kawasan Tambak di Kota Langsa Empat stasiun pengukuran ditentukan sebelum ke lapangan, namun di lapangan stasiun yang dikunjungi ternyata berupa sawah. Penampakannya dalam peta google yang kurang jelas menimbulkan ketidak cocokan dengan yang ada di lapangan. Hanya satu stasiun yang mendapatkan hasil (Gambar 4. 42). Gambar Lokasi Sampling Tambak di Kota Langsa Bab 4-155

244 Nilai dari parameter yang diukur pada lokasi tersebut adalah suhu 0 o C, salinitas 1 dan kecepatan aliran 0,1 m/det dan debit saluran sebesar 0,8 m /det. Dari data salinitas tersebut dapat dipahami bahwa air laut masih sampai pada jarak yang cukup jauh dari garis pantai. Lingkungan perairan tambak di Kota Langsa yang dipengaruhi oleh ekosistem sungai dan laut relatif masih baik. Parameter utama perairan untuk kegiatan budidaya tambak udang, yaitu oksigen terlarut (dissolve oxygen/do), ph, salinitas dan suhu di lingkungan kawasan pertambakan udang (meliputi perairan tambak dan saluran tambak serta sungai pensuplai air untuk pertambakan) di Kota Langsa umumnya berada pada kisaran yang masih baik atau layak untuk kegiatan budidaya tambak udang (berdasarkan Kepmen LH No. 51/2004 untuk Biota Laut). Nilai parameter DO berkisar,2 11,8 ppm, ph antara 6,17 8,01; salinitas antara 5-1 promil di daerah tambak, saluran tambak, dan pelabuhan; dan suhu 1,7,4 0 C (Tabel 4. 49). Tabel Parameter Lingkungan di Perairan Muara, Dalam Tambak dan Saluran Tambak di Kota Langsa Parameter Satuan St-1 St-2 St- St-4 Baku mutu *) FISIKA TSS mg/l ph 6,17 8,01 7,65 6,91 DO mg/l,2 11,8 9,1 6, Suhu 0C 1,7,4,4 2,0 Salinitas 0 / KIMIA Ammonia total (NH-N) mg/l 0,96 1,052 0,115 <0,005 - Fosfat (PO4-P) mg/l <0,005 0,020 0,007 <0,005 1 Nitrat (NO-N) mg/l 0,124 0,107 0,261 0,08 20 LOGAM Besi (Fe) mg/l 1,212 0,876 0, Tembaga (Cu) mg/l 0,0 0,02 0,01 <0,01 0,02 Timah hitam (Pb) mg/l 0,91 0,6 0,60 0,22 0,0 Kadmium (cd) mg/l <0,01 0,0 0,02 0,01 0,01 Raksa (Hg) mg/l 0,0005 0,0010 0,0047 <0,0002 0,002 BIOLOGI Chlorophyll-a µg/l 12,192 45,505 59,25 1,078 - St-1=Cinta Raja, St-2=Alue Pineung, St-=Alue Merbau, St-4=Matang Ceungai Bab 4-156

245 Kawasan tambak di Kota Langsa masih memiliki vegetasi mangrove yang tumbuh di sekitar kawasan tambak (Gambar 4. 4). Keberadaan mangrove mempunyai fungsi untuk mempertahankan daya dukung tambak. Luas tambak di Kota Langsa adalah 275,15 hektar yang terdiri dari tambak aktif maupun tambak yang tidak aktif. Gambar 4. 4 Vegetasi Mangrove di Sekitar Kawasan Tambak di Kota Langsa Gambaran umum morfologi pantai timur Kota Langsa dapat terlihat pada Gambar Banyak terdapat sungai dengan bukaan mulut sungai yang lebar. Sama seperti daerah-daerah lainnya pendangkalan cukup tinggi, bedanya di Langsa banyak tumbuh mangrove sehingga memberikan nilai ekologis yang tinggi. Bab 4-157

246 Gambar Tampak Atas Areal Tambak di Kota Langsa Gambar Transek untuk Melihat Profil Kelerengan Lahan dan Kedalaman di Kota Langsa Bab 4-158

247 Gambar Profil Kelerengan Lahan dan Kedalaman pada Transek A dan B di Kota Langsa Bab 4-159

248 Gambar Profil Kelerengan Lahan dan Kedalaman pada Transek C di Kota Langsa Untuk melihat gambaran tentang kondisi kedalaman atau batimetri di pantai timur Kota Langsa dilakukan pengumpulan data dan peta batimetri. Gambar merupakan peta kedalaman laut yang diperoleh dari CMap, Morfologi pantai timur Kota Langsa sangat komplek, karena pantainya cenderung berbentuk teluk dengan muara-muara sungai yang lebar. Percampuran massa air laut dan tawar memberikan karakter yang unik. Kontur kedalaman (isodepth) 20 m berada jauh dari garis pantai apalagi yang terdapat di bagian teluk yang menjorok ke dalam. Luasan perairan dangkal <10 meter sangat luas (ditandai dengan warna biru muda) yang artinya pada saat surut hamparan pantai tersebut terekspose ke udara. Jarak antar kontur kedalaman 10 m (isodepth 10 m) dan 20 m serta 0 m tidak merata di sepanjang pantai timur Kota Langsa. Demikian juga kerapatan Bab 4-160

249 garis kontur 10 m, 20 m dan 0 m cukup bervariasi, artinya ada yang dekat dan ada juga yang lebih jauh. Gambar Peta kedalaman laut di Pantai timur Kota Langsa Saluran Tambak Kawasan tambak dapat dilihat secara menyeluruh dengan menggunakan foto udara. Gambar merupakan salah satu contoh hasil foto udara yang didownload dari Google. Panjang saluran baik primer, sekunder dan tersier di kawasan tambak dapat diukur dengan teliti dengan mendigitasi gambar saluran sehingga mendapatkan nilai panjang. Hasil analisis saluran dengan teknik digitasi untuk saluran primer di Kota Langsa adalah sepanjang,00 km (.000 m), untuk saluran sekunder mencapai panjang 42,8 km (42.80 m). Kondisi tambak dan saluran juga dilihat dan diamati di lapangan. Gambar adalah salah satu foto saluran tambak yang sempat diambil di Kota Langsa. Bab 4-161

250 Gambar Contoh Digitasi Saluran Primer Tambak di Kota Langsa (Google 2007) Gambar Foto Salah Satu Saluran Tambak di Kota Langsa Bab 4-162

251 Keragaan Teknis Tambak A. Lahan Kabupaten Langsa secara umum memiliki pantai yang landai, dan banyak sungai yang bermuara ke pantai, sehingga menjadikan lahan tersebut cocok untuk pengembangan perikanan budidaya air payau (tambak). Berdasarkan data hasil kuesioner, lahan pertambakan di Kabupaten Langsa merupakan konversi hutan bakau atau nipah. Luas tambak di Kabupaten Langsa adalah 275,15 ha yang tersebar relatif merata di kecamatan (Tabel 4. 50). Kecamatan Langsa Barat memiliki tambak seluas 97,70 ha atau 5,60% dari luas total tambak, Kec. Langsa Kota memiliki 814,40 ha atau 29,78%, sementara Kec. Langsa Timur seluas 947,05 ha atau 4,6% dari luas total tambak di Kab. Langsa (Tabel 4. 51). Tabel Luas Lahan Tambak di Kabupaten Langsa No Kecamatan Desa Total Luas Kisaran Tambak Luas (ha) (ha) 1 Langsa Barat Alue Dua 205, Birem Puntong 96, Seuriget 20, Simpang Lhee 147,50 0,5-10 Lhok Banie 294, Sub Jumlah 97,70 2 Langsa Kota Kuala Langsa 77,90 0,1-6 Alue Berawe 118,50 0,5-6 Sungai Pauh 579, Telaga Tujuh 9, Sub Jumlah 814,40 Langsa Timur Matang Panyang 67,95 0,16-20 Langsa Lama 11,60 0,8-11 Sukarejo 69,50 1,5-7 Sungai Lueng 454,00 0,5-8 Cinta Raja 224,00 1-9,5 SUB JUMLAH 947,05 JUMLAH TOTAL 275,15 Bab 4-16

252 Selanjutnya, seperti ditunjukkan pada Tabel bahwa terdapat 5,26% atau seluas 1456,66 ha tambak masih aktif digunakan untuk kegiatan budidaya, 5,72% tidak aktif sejak sebelum tsunami terjadi (<2004), 10,07% setelah terjadi tsunami ( ), dan 0,95% sisanya tidak diketahui kapan mulai tidak dioperasikan. Sebagian besar tambak di Langsa Kota dan Langsa Timur masih aktif. Tambak yang aktif di Langsa Kota seluas 702,90 ha atau 86,1% dari luas total tambak di Langsa Kota. Langsa Timur memiliki tambak aktif seluas 58,26 ha atau 61,59% dari total luas tambak Langsa Timur. Sementara itu, Langsa Barat hanya memiliki 170,5 ha atau 17,51% tambak yang masih aktif, sebagian besar (62,62%) sudah tidak aktif sejak sebelum tsunami (<2004). Pada awalnya, 2477,55 ha atau 90,58% dari total luas tambak Kabupaten Lansa digunakan untuk budidaya monokultur udang, budidaya bandeng seluas 82,5ha (,02%), kepiting 0,5 ha (0,02%), dan kerapu 17 ha (0,72%). Sementara itu, luas tambak untuk polikultur udang-bandeng adalah 11,60 ha atau 4,81% dari total luas tambak yang ada. Saat ini, terdapat 168,66 ha atau 50,04% luasan tambak untuk udang masih aktif; masing-masing 681,9 ha atau 85,95% tambak udang Langsa Kota, 575,26 ha atau 7,4% untuk Langsa Timur dan 111,5 ha atau 12,8% dari total luas tambak udang Langsa Barat masih aktif. Sementara itu, semua tambak bandeng di Kecamatan Langsa Kota dan Langsa Timur masih aktif, sedangkan luas tambak bandeng Langsa Barat yang aktif adalah 59 ha atau 8,1%. Semua tambak kepiting dan kerapu di Kecamatan Langsa Kota masih aktif. Tambak kepiting terdapat di Desa Alue Berawe, sementara tambak kerapu di Desa Kuala Langsa. B. Sistem dan Teknologi Budidaya Sistem budidaya tambak di Kabupaten Langsa Pidie adalah monokultur udang dan bandeng, serta polikultur udang-bandeng (Tabel 4. 52). Luas tambak monokultur udang adalah 2477,55ha, bandeng seluas 82,50 ha, kepiting 0,50 ha, Bab 4-164

253 dan tambak kerapu seluas 17,00 ha. Tambak polikultur udang-bandeng seluas 11,60 ha dan hanya terdapat di Kecamatan Langsa Timur, yaitu di Desa Langsa Lama. Budidaya kepiting dan kerapu hanya terdapat di Kecamatan Langsa Kota. Teknologi budidaya udang yang digunakan adalah tradisional atau semi-intensif, dengan padat tebar berkisar 0,1-15 ekor/m 2 dan tingkat produksi kg/ha/siklus. Sementara itu budidaya bandeng bersifat tradisional, dengan padat tebar 0,1-8 ekor/m 2 dan tingkat produksi kg/ha/siklus. Budidaya kerapu juga cukup berkembang, dengan padat tebar 0,-0,8 ekor/m 2 dan tingkat produksi kg/ha/siklus. Padat tebar untuk kepiting 0,025 ekor/m 2 dan tingkat produksi 500 kg/ha/siklus. C. Sumber Benih Berdasarkan hasil Kuesioner, benur dan nener untuk budidaya tambak di Kabupaten Langsa diperoleh dari hatchery, pendederan dan dari alam (Tabel 4. 5). Hatchery penghasil benur udang dan pendederan nener bandeng terdapat di Peureulak. Sementara benih alam diperoleh di daerah Laweng dan Kuala Langsa. Selanjutnya, semua benih untuk budidaya kerapu dan kepiting berasal dari alam. D. Permasalahan Hasil survei melalui Kuesioner menunjukkan bahwa umumnya petani tambak di Kabupaten Langsa menghadapi masalah dalam hal harga jual produk rendah, modal terbatas dan penyakit. Sebagian petani menghadapi masalah pencemaran (khusus Kuala Langsa Kec. Langsa Kota), pendangkalan saluran, kurang pembinaan, keterbatasan sarana dan prasarana, dan konflik (Langsa Timur dan sebagian besar Langsa Kota). Bab 4-165

254 Tabel Luas Tambak, Tahun Terakhir Operasional, Luas Tambak menurut Komoditas, Luas Tambak Aktif dan Luas Tambak yang Tidak Ada Data Peruntukan di Kota Langsa Kecamatan Langsa Barat Langsa Kota Langsa Timur Luas tambak (ha, %) (5.60) (29.78) (4.6) Tahun terakhit operasional (ha, %) (17.51) (86.1) (61.59) (19.67) 2.00 (0.25) (8.65) <2004 Udang Bandeng (62.62) (1.45) (27.2) (92.50) (97.42) (82.7) Luasan tambak per komoditas (ha, %) (7.29).50 (0.4) 8.00 (0.84) Udang & Bandeng Kepiting Kerapu Nila udang bandeng (1.90) 0.50 (0.06) (2.09) (12.8) (85.95) (7.4) Luasan tambak aktif tahun 2007 per komoditas (ha, %) (8.10).50 (100.00) 8.00 (100.00) Udang & bandeng Kepiting Kerapu Nila Tidak ada data peruntukan atau tahun operasional (0.21)* (100.00) (100.00) (2.5)* TOTAL (100.00) (5.26) (10.07) (5.72) (90.58) (.02) (4.81) Keterangan: Persentase tambak aktif merupakan rasio antara tambak aktif untuk suatu komoditas budidaya dengan total luasan tambak untuk komoditas bersangkutan *tidak ada data tahun terakhir tambak operasional 0.50 (0.02) (0.72) (50.04) (2.58) (0.02) (0.62) (0.95)* Bab 4-166

255 Tabel Padat Tebar, Kisaran Produksi dan Tahun Produksi Budidaya Tambak Menurut Desa di Kota Langsa No. Kecamatan Desa 1 Langsa Barat 2 Langsa Kota Langsa Timur Alue Dua Birem Puntong Seuriget Bandeng Udang Padat Tebar (ekor/m 2 ) Bandeng Udang Kerapu Kepiting Bandeng Udang 0,1-1,5 1,0-2, ,2 1,0-5, ,1-1,5 1,0-, Kisaran Produksi (kg/ha/siklus) Bandeng Udang Kerapu Kepiting Tahun Produksi Terakhir Bandeng/ Udang/Bandeng Udang/Kerapu/ Kepiting / /// 2007/ /// 2007/ /// Simpang Lhee 1,0-5, / /// Lhok Banie 0, / /// Kuala Langsa 0,1-6 0,-0, /2007//2007/ Alue /1990-1,0-6,0 0,5 0, Berawe 2007//1991/1999 Sungai Pauh 1, /2007/// Telaga 2007/ , Tujuh 2007/// Matang / /// 0, Panyang Langsa Lama 0, //2000// Sukarejo 2007/1999-0,5-0,8 1,0-8, /// Sungai Lueng 1, / /// Cinta Raja 1,0-5, / // Bab 4-167

256 Tabel 4. 5 Sumber/Produsen Benih untuk Komoditas Budidaya Tambak di Kabupaten Langsa No Kecamatan 1 Langsa Barat Alam dan hatchery (Peureulak) 2 Langsa Kota Alam dan hatchery Langsa Timur Alam dan hatchery Sumber/Asal Benih Udang Bandeng Kerapu Kepiting Kakap Nila/mujair Alam (Laweng dan Kuala Langsa) dan pendederan (Peureulak) Alam dan pendederan Alam (Kuala Langsa) dan pendederan Alam Alam Bab 4-168

257 4.5.. Sosial Ekonomi Petambak Pembudidaya di Kota Langsa yang menjadi responden pengambilan data sosial ekonomi sebanyak 107 orang. Rata-rata umur pembudidaya responden di desa-desa tambak bervariasi mulai dari 6 tahun hingga 55 tahun. Umur responden terendah 20 tahun, sedang yang tertinggi 74 tahun. Responden pembudidaya tambak di Kota Langsa secara umum sudah memiliki tingkat pendidikan yang relatif tinggi. Sebagian besar responden memiliki tingkat pendidikan SD yaitu sebanyak 4 orang. Tiga orang responden belum pernah bersekolah, 26 responden memiliki tingkat pendidikan SMP, 29 orang berpendidikan SMA dan 5 orang berpendidikan PT. Pendapatan pembudidaya tambak yang menjadi responden di Kota Langsa bervariasi, bahkan ada responden yang mengalami kerugian usaha hingga Rp 78 juta yaitu di Kecamatan Langsa Kota. Seluruh responden di Kota Langsa membudidayakan komoditi udang. Namun secara rata-rata pendapatan pembudidaya responden baik Langsa Kota maupun Langsa Timur relatif sama yaitu masing-masing Rp 29,757 juta dan 24,7 juta per orang per musim tanam (Tabel 4. 54). Namun jika melihat nilai rata-rata rasio R/C, terlihat bahwa responden pembudidaya di Langsa Kota memiliki nilai rasio R/C yang lebih tinggi (2,0) dibanding (1,75). Tabel Pendapatan dan R/C Pembudidaya Responden di Kota Langsa menurut Kecamatan Tahun 2007 Kecamatan Pendapatan (Rp/orang/MT) R/C Terendah Tertinggi Rata-rata Terendah Tertinggi Rata-rata Langsa Kota ( ) ,22 11,67 1,75 Langsa Timur (96.000) ,70 6,00 2,0 Sumber : Hasil Perhitungan (2007) Kawasan tambak di Kota Langsa terdapat di 14 desa yang berada pada Kecamatan yaitu Kecamatan Langsa Barat, Langsa Kota dan Langsa Timur. Total jumlah pemilik tambak di Kota Langsa sebanyak 800 orang. Sebanyak 782 orang pemilik menggarap sendiri tambaknya, sedang sisanya 18 orang pemilik tidak menggarap tambaknya melainkan digarap oleh 11 orang penggarap. Hal ini berarti ada penggarap yang mengelola lahan lebih dari 1 Bab 4-169

258 orang pemilik. Penggarap biasanya memperoleh hak mengelola tambak dengan cara sewa. Secara rinci jumlah pemilik, pemilik-penggarap dan penggarap tambak di Kota Langsa disajikan pada Tabel Tabel Jumlah Pemilik, Pemilik yang Menggarap dan Penggarap Tambak menurut Desa dan Kecamatan di Kota Langsa Tahun 2007 Kecamatan Desa Jumlah Pemilik (orang) Jumlah Pemilik- Penggarap (orang) Jumlah Penggarap (orang) Langsa Barat Alue Dua Birem Puntong 2 2 Seuriget Simpang Lhee 5 5 Lhok Banie Langsa Kota Kuala Langsa 8 8 Alue Berawe Sungai Pauh Telaga Tujuh Langsa Timur Matang Panyang 1 1 Langsa Lama Sukarejo Sungai Lueng Cinta Raja JUMLAH Sumber : Hasil Pengolahan Data, 2007 Berdasar Tabel di atas juga terlihat bahwa jumlah pembudidaya pemilik yang terbanyak terdapat di Desa Sungai Lueng yaitu sebanyak 169 orang, urutan kedua di Desa Sungai Pauh sebanyak 118 orang. Total luas tambak di Kota Langsa mencapai 275,15 ha. Desa Sungai Pauh memiliki areal tambak yang paling luas dibanding desa-desa lainnya, yaitu 579 ha (Tabel 4. 56). Desa-desa lain yang cukup luas areal tambaknya yaitu Desa Sungai Lueng (454 ha), Desa Lhok Banie (294,5 ha), Desa Seuriget (20,2 ha), Desa Cinta Raja (224 ha) dan Desa Alue Dua (205,5 ha). Kisaran luas tambak per pemilik di Kota Langsa bervariasi dari yang terkecil 0,1 ha hingga yang terluas 50 ha. Pemilik tambak yang paling kecil luasnya terdapat di Desa Kuala Langsa yaitu 0,1 ha (Tabel 4. 56). Sedang pemilik tambak yang paling besar luasnya terdapat di Desa Lhok Banie yaitu 50 ha. Bab 4-170

259 Tabel Total Luas Tambak, Sebaran Luasan dan Rata-rata Luas per Pemilik menurut Desa dan Kecamatan di Kota Langsa Tahun Kecamatan Desa Total Luas Tambak (ha) Kisaran Luas (ha) Rata-rata luas/pemilik (ha/orang) LANGSA BARAT Alue Dua 205,5 2-20,81 Birem Puntong ,17 Seuriget 20,2 1-1,9 Simpang Lhee 147, ,78 Lhok Banie 294, ,66 LANGSA KOTA Kuala Langsa 77, ,05 Alue Berawe 118, ,19 Sungai Pauh ,91 Telaga Tujuh 9 2-6,55 LANGSA TIMUR Matang Panyang 67, ,19 Langsa Lama 11, ,29 Sukarejo 69, ,09 Sungai Lueng ,69 Cinta Raja ,77 Jumlah 275,15,419 Sumber : Hasil Pengolahan Data, 2007 Rata-rata luas pemilikan tambak per pemilik di Kota Langsa yaitu,419 ha per orang (Tabel 4. 56). Rata-rata luas tambak per pemilik yang tertinggi terdapat di Desa Lhok Banie yaitu 5,66 ha per pemilik, sedang yang terendah terdapat di Desa Kuala Langsa yaitu 2,05 ha per pemilik. Jika melihat data pada Tabel terlihat bahwa rata-rata pemilikan tambak di Kota Langsa relatif tinggi karena setiap pembudidaya tambak rata-rata minimal memiliki lahan 2 ha. Jumlah petakan tambak di Kota Langsa sebanyak 1640 petak. Jika dibandingkan dengan total luas tambak yang mencapai 275,15 ha, maka rata-rata luas petakan tambak di Kota Langsa mencapai 1,67 ha per petak. Hal ini menunjukan bahwa rata-rata luasan per petak tambak di daerah ini cukup luas. Desa Sungai Pauh memiliki jumlah petakan yang terbanyak yaitu 288 unit, sedang desa yang paling sedikit petakan tambaknya yaitu Desa Telaga Tujuh sebanyak 17 unit (Tabel 4. 56). Kisaran pemilikan petakan per pembudidaya di Kota Langsa bervariasi mulai dari 1 petak per pemilik hingga yang terbanyak yaitu 0 petak per pemilik. Data ini menunjukkan terdapat ketimpangan yang cukup besar dalam pemilikan tambak di daerah ini. Bab 4-171

260 Tabel Jumlah Petakan, Kisaran Jumlah Petakan dan Rata-rata Petakan per Pemilik menurut Desa dan Kecamatan di Kota Langsa Tahun 2007 Kecamatan Desa Jumlah Petakan (unit) Kisaran Petakan (unit) Rata-rata petakan/ pemilik LANGSA BARAT Alue Dua ,19 Birem Puntong ,09 Seuriget ,5 Simpang Lhee ,08 Lhok Banie ,6 LANGSA KOTA Kuala Langsa ,6 Alue Berawe ,1 Sungai Pauh ,5 Telaga Tujuh ,8 LANGSA TIMUR Matang Panyang ,86 Langsa Lama ,7 Sukarejo ,59 Sungai Lueng ,26 Cinta Raja ,5 Jumlah ,05 Sumber : Hasil Pengolahan Data, 2007 Rata-rata setiap pemilik tambak di Kota Langsa memiliki 2,05 petak (Tabel 4. 57). Variasi rata-rata petakan per pemilik tambak berkisar dari yang terendah yaitu 1,26 petak/pemilik di Desa Sungai Lueng hingga yang tertinggi yaitu,5 petak/pemiliki di Desa Seuriget. Selain Desa Seuriget juga terdapat dua desa yang memiliki rata-rata petakan/pemilik di atas yaitu Desa Alue Dua, Birem Puntong. Pola budidaya tambak yang dilakukan oleh para pembudidaya tambak di Kota Langsa terdiri dari monokultur udang, monokultur bandeng dan polikultur udang bandeng. Jumlah yang paling banyak yaitu pembudidaya monokultur udang sebanyak 746 pembudidaya (Tabel 4. 58). Jumlah pembudidaya monokultur bandeng 17 orang dan jumlah pembudidaya polikultur bandeng-udang sebanyak 40 orang. Selain itu juga ada pembudidaya yang membudidayakan komoditi kerapu sebanyak 6 orang dan pembudidaya kepiting sebanyak 1 orang. Bab 4-172

261 Tabel Jumlah Pembudidaya berdasar Komoditas dan Sebaran Tahun Terakhir Produksi menurut Desa dan Kecamatan di Kota Langsa Tahun 2007 Kecamatan Desa Komoditas BD Bandeng Udang B-U Ikan lainnya Tahun Terakhir Produksi LANGSA BARAT Alue Dua Birem Puntong Seuriget Simpang Lhee Lhok Banie LANGSA KOTA Kuala Langsa Alue Berawe Sungai Pauh Telaga Tujuh LANGSA TIMUR Matang Panyang Langsa Lama Sukarejo Sungai Lueng Cinta Raja Jumlah Sumber : Hasil Pengolahan Data, 2007 Tambak-tambak yang berada di Kota Langsa sebagian besar masih dimanfaatkan hingga saat studi dilakukan. Dari 14 desa yang memiliki areal tambak di Kota Langsa, hanya satu desa yang tambaknya sudah tidak dimanfaatkan yaitu tambak di Desa Langsa Lama. Tambak di desa tersebut terakhir kali berproduksi pada tahun Proses Pasca Panen Hasil Budidaya Sebelum bencana alam tsunami melanda Provinsi NAD, Kota Langsa mempunyai perusahaan cold storage yaitu PT. Ujung Timur, PT Putri Anemon Sakti, dan PT Karya Abadi Sakti. Kondisi eksisting saat ini yang beroperasi adalah PT Karya Abadi Sakti, sedangkan PT Ujung Timur dalam persiapan untuk beroperasi kembali dan PT Putri Anemon Sakti belum ada rencana untuk beroperasi kembali. Sampai saat ini hanya PT Karya Abadi Sakti yang beroperasi dengan menyewa fasilitas Pelindo Kuala Langsa, kapasitas produksi terpasang 4 ton/hari dengan produk udang beku HO (head on) yang diekspor ke Malaysia dan mempekerjakan karyawan sebanyak 40 orang. PT Karya Abadi Sakti Bab 4-17

262 telah mendapat Sertifikat Kelayakan Pengolahan (SKP Good Manufacturing Practices ) dari Direktorat Jenderal Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perikanan DKP dengan nilai B. PT Ujung Timur sampai saat ini masih dalam proses perbaikan fasilitas setelah lama tidak beroperasi. Fasilitas yang dimiliki oleh PT Ujung Timur antara lain cold storage sebanyak 2 buah masing-masing berkapasitas 50 ton, air blast freezer 1 unit, ice flake maker 1 unit dan pabrik es balok 1 unit dengan kapasitas 10 ton/hari (220 balok/hari); sedangkan fasilitas yang dimiliki oleh PT. Putri Anemon Sakti antara lain cold storage 1 unit, air blast freezer 1 unit, ice flake maker 1 unit dan pabrik es balok 1 unit. Pada saat berproduksi PT Ujung Timur dan PT Putri Anemon Sakti masingmasing mampu menyerap tenaga kerja sebanyak 60 dan 500 orang. Jenisjenis produk yang dihasilkan oleh kedua perusahaan tersebut adalah udang beku head on (HO), headless (HL), peeled and deveined (PD), peeled undeveined (PUD), peeled and deveined tailon (PDTO) dan butterfly. Pada saat itu, produk diekspor ke Jepang; sedangkan untuk pasaran Uni Eropa belum bisa terealisasikan. Hal ini dikarenakan pada waktu akan dilakukan inspeksi, Komisi Eropa tidak memberikan ijin karena alasan keamanan; padahal hal tersebut perlu dilakukan sebagai langkah awal untuk dapat membuka pasar di Eropa. Dengan kondisi tersebut di atas, sampai saat ini udang hasil panen tambak di wilayah kabupaten/ kota di Pantai Timur Provinsi NAD dibawa ke Medan untuk diproses lebih lanjut dalam kondisi segar (hanya dengan penambahan es) dan tanpa mengalami pengolahan. Hanya sebagian kecil saja yang ditampung oleh PT Karya Abadi Sakti karena perusahaan ini hanya menerima udang berukuran besar yaitu size di atas 25 (25 ekor per pound atau kurang). Karena kondisi cold storage di Kota Langsa yang belum pulih kembali, maka pembelian udang dan bandeng dilakukan oleh agen-agen yang biasanya sudah bekerjasama dengan perusahaan di Medan khususnya untuk udang. Dalam proses pengangkutannya baik udang maupun bandeng telah menggunakan es, hanya perbandingannya yang tidak pasti. Kegiatan Bab 4-174

263 pengolahan menjadi produk bernilai tambah (added value) dengan melihat kondisi cold storage tersebut juga tidak atau belum dapat dilakukan. Diharapkan kedepannya setelah cold storage berfungsi kembali, maka kegiatan penanganan dan pengolahan untuk menghasilkan produk bernilai tambah dapat dilakukan kembali Kelembagaan Perikanan Budidaya Tambak Lembaga Penentu Kebijakan Lembaga penentu kebijakan, dalam hal ini dinas teknis yang menangani tambak di Kota Langsa di bawah kendali Sub Dinas Kelautan dan Perikanan. Kebijakan pemerintah daerah Kabupaten Kota Langsa ini sangat tepat mengingat begitu besar potensi dan permasalahan tambak yang dihadapi oleh Kabupaten Kota Langsa. Jumlah pegawai Sub Dinas Kelautan dan Perikanan Kota Langsa pada tahun 2004 sebanyak 9 orang, yang terdiri dari 5 orang berstatus pegawai negeri dan 4 orang tenaga honorer. Jumlah ini masih sangat kurang memadai jika dibandingkan dengan jumlah nelayan dan pembudidaya yang harus dilayani. Oleh karena itu diperlukan penambahan jumlah pegawai dinas ini agar pelayanan dan pembinaan terhadap pembudidaya tambak khususnya dapat ditingkatkan. Kelompok Petani Tambak Lembaga yang mewadahi kepentingan petani tambak di Kabupaten Kota Langsa, adalah kelompok petani tambak. Lembaga ini beranggotakan petani tambak yang lokasinya berdekatan. Lembaga ini bukan didasarkan pada domisili pemilik tambak, tetapi pada lokasi tambak. Kelompok-kelompok tersebut kemudian pada level kecamatan membentuk organisasi yang dinamakan Badan Musyawarah Petani Tambak (BMPT) yang berkedudukan di setiap kecamatan. Tujuan dari pembentukan kelompok ini adalah untuk mewadahi kepentingan-kepentingan mereka dalam berhubungan dengan Bab 4-175

264 pihak lain. Meskipun demikian, BMPT di Kabupaten Kota Langsa kurang berkembang dengan baik. Menurut data kuesioner pembudidaya, terdapat beberapa kelompok pembudidaya tambak di Kecamatan Langsa Barat dan Langsa Timur, meskipun aktivitasnya belum dirasakan optimal oleh para anggota. Berikut ini disajikan beberapa nama kelompok pembudidaya tambak di Langsa Barat dan Langsa Timur (Tabel 4. 59). Tabel Nama-nama Kelompok Pembudidaya Tambak di Kecamatan Langsa Barat dan Langsa Timur Kecamatan Desa Nama Kelompok Langsa Barat Lhok Bani Harapan Tani Seuriget Berkah Alue Dua Alue Dua Langsa Timur Sungai Lueng Bena Harapan I Langsa Lama Karya Subur Jumlah seluruh kelompok pembudidaya tambak di Kota Langsa, menurut data Sub Dinas Kelautan dan Perikanan Kota Langsa, sebanyak 14 kelompok. Lima kelompok terdapat di Kecamatan Langsa Barat, kelompok di Langsa Kota dan 6 kelompok di Langsa Timur. Lembaga Penyuluh Lapangan Pemerintah Daerah Kota Langsa menyerahkan urusan diseminasi teknologi dan penyuluhan bagi para pembudidaya tambak kepada tenaga penyuluh lapangan. Penyuluh lapangan berkedudukan di level kecamatan. Jumlah PPL perikanan di Kota Langsa hanya 1 orang, sedang jumlah desa yang ada tambaknya sebanyak 14 desa (Tabel 4. 60). Hal ini tentunya masih sangat kurang, sehingga diperlukan adanya penambahan jumlah PPL di Kota Langsa. Tabel Daftar Nama Penyuluh menurut Wilayah Kerja di Kota Langsa Tahun 2007 No Nama Wilayah Kerja 1 Eti Trisnawati, S.Pi Kecamatan Langsa Kota, Langsa Timur, Langsa Barat Sumber : Dinas Perikanan dan Kelautan Kota Langsa Tahun 2007 Bab 4-176

265 Lembaga Permodalan Pasca kemunduran tambak udang, lembaga permodalan di Kota Langsa kurang tertarik lagi untuk mendanai usaha tambak. Padahal dukungan dari lembaga keuangan sangat dibutuhkan oleh petani tambak. Struktur modal usaha petani tambak secara umum biasanya berasal dari modal sendiri dan pihak lain. Sehingga, untuk mengatasi persoalan yang ada, secara umum petani tambak sangat mengharapkan bantuan permodalan dari donatur baik dari pemerintah maupun dari swasta. Lembaga Pengolah dan Lembaga Pemasaran Lembaga pengolah hasil perikanan di Langsa, sebenarnya sudah berkembang dengan baik. Namun demikian, dalam beberapa tahun terakhir mengalami penurunan produktivitas. Meskipun dari level produsen produk tambak masih diperdagangkan dalam bentuk segar, namun rantai pemasaran sudah relatif pendek. Hampir sama dengan kabupaten lainnya produk bandeng di Kota Langsa selain dijual ke luar daerah melalui saluran pedagang pengumpul, juga dilakukan oleh pedagang pengecer. Pedagang pengecer menjual ikan segar langsung ke konsumen. Pabrik pengolahan yang ada di Kota Langsa buah yaitu PT Ujung Timur, PT Karya Abadi Sakti dan PT Putri Anemon Sakti. Namun saat survei dilakukan hanya 2 perusahaan yang masih beroperasi. Akibat sedikitnya pabrik pengolahan yang ada, maka sebagian besar udang windu yang diproduksi oleh para pembudidaya udang di 8 kabupaten/kota yang berada di Pantai Timur Aceh dijual kepada pabrik pengolahan yang berada di Medan. Hal ini tentunya mengakibatkan nilai tambah (added value) produksi udang lebih besar diterima oleh pelaku usaha yang berada di Medan karena udang yang dijual oleh pembudidaya masih dalam bentuk bahan baku (raw material). Lembaga pemasaran hasil tambak di Kota Langsa terdiri dari pedagang pengumpul lokal, pedagang pengumpul dan pedagang besar. Kegiatan pemasaran produk tambak di Kota Langsa diperankan secara sentral oleh pedagang pengumpul lokal. Meskipun sering merugikan petambak, karena Bab 4-177

266 penentuan harga yang secara sepihak oleh pedagang perantara, namun petambak masih menggantungkan pemasaran hasil tambaknya kepada pedagang perantara. Bila musim panen tiba, pedagang pengumpul biasanya akan datang ke lokasi tambak untuk melakukan pembelian bandeng atau udang. Namun tidak jarang, karena jumlah yang relatif sangat kecil, petani tambak datang ke pedagang pengumpul untuk menjual hasil panennya. Pemasaran hasil perikanan, termasuk produksi hasil tambak, di Kota Langsa dijual pada beberapa pasar ikan. Jumlah pasar ikan yang tersedia di Kota Langsa sebanyak 9 buah. Pasar ikan yang resmi dibentuk pemerintah yang secara formal mampu mengontrol produk maupun harga telah tersedia. Berikut disajikan nama-nama perusahaan interinsuler yang bergerak dalam bidang pemasaran komoditas perikanan yang berada di Kota Langsa (Tabel 4. 61). Seluruh terdapat 9 perusahaan menurut data Sub Dinas Kelautan dan Perikanan Kota Langsa. Tabel Nama-nama Perusahaan Interinsuler yang Bergerak dalam Bidang Pemasaran Komoditas Perikanan di Kota Langsa Nama Perusahaan Jenis Komoditas Alamat UD Bina Bersama Udang dan ikan Langsa Barat UD Mitra Laut Udang dan ikan Langsa Barat CV Meuteuh Bagi Udang, ikan dan kepiting Langsa Barat CV Jasa Laut Induk udang Langsa Kota Kopdiskan Udang, ikan dan kepiting Langsa Kota UD Hana Tentei Udang, ikan dan kepiting Langsa Timur CV Hikmah Induk udang Langsa Timur Fa Usaha Bersama Udang, ikan dan kepiting Langsa Timur CV Riza Udang, ikan dan kepiting Langsa Kota Sumber : Dinas Perikanan dan Kelautan Kota Langsa Tahun 2007 Selain perusahaan interinsuler di atas, di Kota Langsa juga banyak terdapat pedagang pengumpul komoditas perikanan. Menurut data Sub Dinas Kelautan dan Perikanan (2004) terdapat 1 orang pedagang pengumpul komoditas perikanan yang terdiri dari 17 pedagang pengumpul udang, 7 pedagang pengumpul ikan, 6 pedagang pengumpul kepiting dan 1 pedagang pengumpul induk udang. Bab 4-178

267 Lembaga Penyedia Sarana Produksi Ketersediaan sarana produksi, memegang kunci keberhasilan produksi tambak. Lembaga penyedia sarana produksi tambak di Kabupaten Kota Langsa biasanya diperankan oleh toko-toko saprodi yang tersebar di lokasi tambak. Dengan banyaknya toko-toko saprodi yang berdomisili di dekat lokasi tambak, secara umum dapat disimpulkan bahwa petani tambak tidak menghadapi hambatan yang berarti dalam penyediaan sarana produksi di desanya Kabupaten Aceh Tamiang Lingkungan Pesisir Kawasan tambak di Kabupaten Aceh Tamiang terletak pada lahan yang datar sehingga sebaran lahan tambak dan mangrove cukup luas ke arah daratan. Aksesibilitas di kawasan tambak relatif masih perlu ditingkatkan. Sistem pengairan pada kawasan tambak masih menggunakan sistem tunggal (saluran primer) (Gambar 4. 51). Hal ini akan melemahkan daya dukung tambak karena kualitas air akan menurun pada kawasan tambak yang terletak jauh dari saluran primer. Bab 4-179

268 Gambar Saluran Utama (Primer) Tambak yang Merupakan Sungai Kecil Permasalahan yang sama terjadi untuk wilayah Aceh Tamiang, dari tujuh stasiun pengukuran yang direncanakan hanya 1 stasiun yang dapat diukur. Lima stasiun lainnya yang diplot sebelumnya berupa kawasan kelapa sawit dan satu stasiun merupakan daerah persawahan. Lokasi ke tiga stasiun diplotkan pada peta google (Gambar 4. 52). Gambar Lokasi Sampling di Kabupaten Aceh Tamiang Bab 4-180

269 Nilai dari parameter fisik yang diukur di tiga lokasi tersebut ditabulasikan pada Tabel Kisaran suhu air yang terukur pada saat di lapangan adalah 0 o C, nilai salinitas air 0 dengan kecepatan aliran sebesar 0,1 m/det dan debit saluran sebesar 4,2 m /det. Dari data salinitas tersebut dapat dipahami bahwa air laut tidak sampai masuk ke daratan dimana ketiga titik sampling tersebut diukur. Tabel Hasil Pengukuran Parameter Fisik Lingkungan di Tiga Lokasi Berbeda No Stasiun Suhu Salinitas Debit ( o C) ( ) (m /det) Keterangan 1 TM-01 (Stasiun 1-) Kebun sawit 2 TM-02 (Stasiun 4) Sawah TM-0 (Stasiun 5-7) Titi Besi (Stasiun 5-6 kebun sawit) Lingkungan perairan tambak Kabupaten Aceh Tamiang dipengaruhi oleh ekosistem sungai dan laut. Parameter utama perairan untuk kegiatan budidaya tambak udang, yaitu oksigen terlarut (dissolve oxygen/do), ph, salinitas dan suhu di lingkungan kawasan pertambakan udang (meliputi perairan tambak dan saluran tambak serta sungai pensuplai air untuk pertambakan) di Kabupaten Aceh Tamiang umumnya berada pada kisaran yang masih baik atau layak untuk kegiatan budidaya tambak udang (berdasarkan Kepmen LH No. 51/2004 untuk Biota Laut). Nilai parameter DO berkisar 2,7,1 ppm, ph antara 5,65 8,64; salinitas antara 0-20 promil di daerah saluran sawah/kebun dan saluran tambak; dan suhu 1,1 4,9 0 C (Tabel 4. 6) Gambaran umum morfologi pantai di sebelah timur Kabupaten Aceh Tamiang dapat terlihat pada Gambar Konfigurasi pantai yang cenderung berbentuk seperti teluk dengan muara-muara sungai yang besar memberikan sumbangan sedimen yang besar ke pantai. Seperti dikenal dengan baik bahwa di muara sungai umumnya terjadi pelambatan aliran karena energi dari laut dan sungai dari daratan saling bertemu sehingga terjadi peristiwa saling melemahkan. Kondisi ini menyebabkan peluang bagi sedimen tersuspensi mengendap ke dasar. Tidak jarang fenomena fisik ini diikuti dengan Bab 4-181

270 pertumbuhan bakau yang pesat. Hal seperti ini tercermin di daerah pantai timur Kabupaten Aceh Tamiang. Tabel 4. 6 Parameter Lingkungan di Perairan Muara, Dalam Tambak dan Saluran Tambak di Kabupaten Aceh Tamiang Parameter Satuan St-1 St-2 St- St-4 St-5 St-6 St-7 Baku mutu *) FISIKA TSS mg/l ph 5,65 7,0 7,5 5,65 8,0 7,5 8,64 DO mg/l,1 5,40 7,79 2,7 2,91,55 Ttd Suhu 0 C 1,1 28,7 29, 1,8 28, 29,0 4,9 Salinitas 0 / KIMIA Ammonia total (NH-N) mg/l 0,079 0,800 0,527 <0,005 0,11 0,200 0,49 - Fosfat (PO4-P) mg/l <0,005 <0,005 <0,005 <0,005 <0,005 <0,005 0,012 1 Nitrat (NO-N) mg/l 0,08 0,160 0,157 0,74 1,086 0,071 0, LOGAM Besi (Fe) mg/l 2,187 0,16 0,108 0,168 0,047 0,084 0,168 - Tembaga (Cu) mg/l 0,04 0,004 0,005 <0,01 0,00 0,009 <0,01 0,02 Timah hitam (Pb) mg/l 0,22 0,00 0,022 0,58 0,008 0,01 0,58 0,0 Kadmium (cd) mg/l <0,01 0,002 <0,001 0,02 <0,001 <0,001 0,02 0,01 Raksa (Hg) mg/l 0,0005 0,0058 0,0058 0,002 BIOLOGI Chlorophyll-a µg/l 16,49 10,025 7,411 6,442 19,507 6,906 11,0 - St-1=Geulanggang Merak, St-2=Pahlawan, St-=Matang Teupah, St-4=Tumpok Tegah, St-5=Gampong Baru, St-6=Sei Kuruk, St-7=Sidodadi Gambar 4. 5 Tampak Atas Areal Tambak di Kabupaten Aceh Tamiang Bab 4-182

271 Gambar Transek untuk Melihat Profil Kelerengan Lahan dan Kedalaman di pantai timur Aceh Tamiang Pesisir timur Kabupaten Aceh Tamiang memiliki kemiringan lahan yang landai sangat luas. Pada Gambar ada garis transek yang ditarik atau dipasang untuk melihat secara menyeluruh profil lahan di Kabupaten Aceh Tamiang yakni transek A, B dan C. Lokasi transek yang dipilih secara jelas ditarik garis merah dari batas terdalam kawasan tambak ke arah laut (Gambar dan Gambar 4. 56). Hampir semua transek yang dipilih, memiliki kemiringan lahan yang rendah alias landai. Bab 4-18

272 Gambar Profil Kelerengan Lahan dan Kedalaman pada Transek A dan B di Kabupaten Aceh Tamiang Bab 4-184

273 Gambar Profil Kelerengan Lahan dan Kedalaman pada Transek C di Kabupaten Aceh Tamiang Untuk melihat gambaran tentang kondisi kedalaman atau batimetri di pantai utara Kabupaten Aceh Tamiang dilakukan pengumpulan data dan peta batimetri. Gambar merupakan peta kedalaman laut yang diperoleh dari CMap, Di Ujung Tamiang garis kontur kedalaman (isodepth) 20 m berada lebih dekat ke pantai bila dibandingkan dengan bagian pantai yang ada di sebelah utara dan selatan semenanjung Ujung Tamiang. Jarak kontur kedalaman 10 m (isodepth 10 m) dari garis pantai tidak merata di sepanjang pantai timur Kabupaten Aceh Tamiang. Demikian juga kerapatan garis kontur 10 m dan 20 m cukup bervariasi, artinya ada yang dekat dan ada juga yang lebih jauh. Hal tersebut berarti kemiringan atau slope dasar laut antara kedalaman 10 m dan 20 m tidak sama di sepanjang pantai. Bab 4-185

274 Gambar Peta Kedalaman Laut di Pantai Kabupaten Aceh Tamiang Saluran Tambak Kawasan tambak dapat dilihat secara menyeluruh dengan menggunakan foto udara. Gambar merupakan salah satu contoh hasil digitasi foto udara yang di-download dari Google. Panjang saluran baik primer, sekunder dan tersier di kawasan tambak dapat diukur dengan teliti dengan mendigitasi gambar saluran sehingga mendapatkan nilai panjang. Hasil digitasi dari seluruh saluran primer dan sekunder di Kabupaten Aceh Tamiang berturutturut sebesar 59,98 km ( m) dan 82,01 km ( m). Kondisi tambak dan saluran juga dilihat dan diamati di lapangan. Gambar adalah salah satu foto saluran tambak yang sempat diambil di Kabupaten Aceh Tamiang. Kondisi saluran cukup baik dan ditumbuhi pohon bakau. Bab 4-186

275 Gambar Contoh Hasil Digitasi Saluran Primer Tambak di Kabupaten Aceh Tamiang (Google 2007) Gambar Foto Tambak dan Saluran-salurannya Kabupaten Aceh Tamiang Keadaan tambak di Kabupaten Aceh Tamiang hampir sama dengan tambaktambak di kabupaten lain, sebagian tambak ada yang tidak aktif. Bahkan beberapa kawasan tambak sudah berubah fungsi menjadi perkebunan kelapa sawit dan vegetasi daratan (Gambar 4. 60). Faktor penyebabnya adalah penurunan produksi dan serangan penyakit. Hal ini berkaitan dengan Bab 4-187

276 penurunan kualitas air dalam tambak dan daya dukung kawasan tambak. Luas tambak eksisting di Aceh Tamiang adalah 469,01 hektar. Gambar Tanaman Darat dan Kebun Kelapa Sawit di atas Lahan Bekas Tambak di Kabupaten Aceh Tamiang Keragaan Teknis Tambak A. Lahan Pantai Timur memiliki tipe yang landai dan banyak sungai yang bermuara ke pantai tersebut, sehingga menjadikan lahan tersebut cocok untuk pengembangan perikanan budidaya air payau (tambak). Berdasarkan informasi yang diperoleh menyatakan bahwa pertambakan tertua berasal dari pantai timur Aceh. Lahan pertambakan pantai timur umumnya berasal dari konversi hutan bakau, sawah, kebun dan hutan nipah. Musibah tsunami tahun 2004 telah menyebabkan kerusakan pada tambak, meliputi kerusakan konstruksi tambak, saluran, pendangkalan dan atau penyempitan pada saluran primer dan muara sungai. Kabupaten Aceh Tamiang memiliki tambak dengan total luasan 5.025,76 ha yang tersebar di 4 kecamatan (Tabel 4. 64). Lebih dari setengah luasan tambak tersebut terdapat di Kecamatan Manyak Payed, yaitu 52,49% atau seluas 1820,90 ha (Tabel 4. 65). Urutan kedua ditempati oleh Kecamatan Seruway dengan luasan 165,64 ha, menyusul adalah berturut-turut Kecamatan Bendahara dan Bandamulia. Bab 4-188

277 Tabel Luas lahan tambak di Kabupaten Aceh Tamiang Total Luas No Kecamatan Desa Tambak (ha) Kisaran Luas (ha) 1 BANDA MULIA Matang Sepeng 10,00 1 Telaga Meku 28,00 1- Kampung Besar 10,00 1 Tanjung Keramat 0, Telaga Meku Dua 16, Alur Kuning 29, SUB JUMLAH 12,00 2 Gampong Bandar BENDAHARA Khalifah 101,97 0,15- Seuneubok Aceh 25,00 1 Kuala Peunaga 2, SUB JUMLAH 159,47 MANYAK PAYED Pahlawan 100, Simpang Lhee 8,00 1- Dagang Setia 87, Geudham 7,10 0,5-1 Ujong Tanjong 10,10 0,4-2 Meunasah Paya 84, Seuneubok Cantek 1,00 0,5-11,5 Mesjid 49,00 0,5- Meurandeh 766, Alue Sentang 545, SUB JUMLAH 1820,90 4 SERUWAY Lubuk Damar 608,10 94 Matang Sentang,94 0,16-10 Kw Pusung Kapal 14,60 0,4-2,5 Alur Alim 6, Air Masin 4,00 1-1,5 Tualang 10,00 0,5-2 Sei Kuruk II 499,60 0,-60 Kampung Baru 189,40 0,5-12 SUB JUMLAH 165,64 JUMLAH TOTAL 5025,76 Seperti ditunjukkan pada Tabel bahwa tidak semua tambak yang ada di Aceh Tamiang digunakan untuk kegiatan budidaya ikan saat ini. Persentase luasan tambak yang masih aktif tahun 2007 adalah 1,2% atau seluas 1086,46 ha. Sebanyak 26,18% dan 7,66% total luasan masing-masing tidak aktif pada tahun dan <2004. Persentase luasan tambak aktif di setiap kecamatan berturut-turut: 46,07% di Kecamaran Bendahara (7,46 ha), 6,04% di Kecamatan Manyak Payed (656,0 ha), 25,90% di Kecamatan Seruway (5,70 ha) dan 2,44% di Kecamatan Bandamulia ( ha). Sebanyak 4,84% luasan tambak Kabupaten Aceh Tamiang, di Kecamatan Manyak Bab 4-189

278 Payed tidak diketahui kapan mulai tidak digunakan atau komoditas budidayanya. Umumnya tambak Kabupaten Aceh Tamiang digunakan untuk budidaya udang, bahkan di Kecamatan Bandamulia dan Seruway semuanya digunakan untuk budidaya udang. Sementara di Kecamatan Bendahara terdapat budidaya polikultur udang-bandeng (7,10% luasan tambak) dan monokultur bandeng (2,7%). Di Kecamatan Manyak Payed, terdapat budidaya monokultur bandeng (1,1% luasan tambak), kakap (0,%), kerapu (0,08%) dan kepiting (0,0%), tetapi tidak ada budidaya polikultur. Saat ini, tambak udang yang masih operasional di Aceh Tamiang seluas 1070,64 ha atau 0,86% dari total luas tambak. Sebanyak 61,07% dari luas tambak udang yang aktif tersebut terdapat di Kecamatan Manyak Payed (65,80 ha),,04% di Kecamatan Seruway (5,70 ha), 5,62% di Kecamatan Bendahara (60,14 ha), dan sisanya di Kecamatan Bandamulia ( ha). Tambak bandeng yang masih digunakan seluas 6, ha atau 25,9% dari total luas tambak bandeng. Semua tambak bandeng Kec. Bendahara masih aktif, sedangkan di Kec. Manyak Payed tinggal 10% (2 ha). Tambak polikultur yang masih operasional saat ini seluas 9,02 ha, tambak kerapu seluas 0,5 ha, sedangkan semua tambak kepiting dan kakap tidak operasional lagi. B. Sistem dan Teknologi Budidaya Sistem budidaya tambak di Kabupaten Aceh Tamiang meliputi monokultur dan polikultur (Tabel 4. 66). Sistem budidaya yang umum dikembangkan adalah budidaya monokultur udang. Seperti dijelaskan di atas bahwa 9,90% dari total luas tambak Kabupaten Aceh Tamiang digunakan untuk budidaya monokultur udang. Sistem monokultur bandeng menggunakan tambak seluas 0,70%, kakap 0,17%, kerapu 0,04% dan kepiting 0,01% dari total luas tambak Aceh Tamiang. Budidaya polikultur udang-bandeng hanya terdapat di Kecamatan Bendahara, seluas 11,2 ha atau 0,% dari total luas tambak Kabupaten Aceh Tamiang. Bab 4-190

279 Teknologi budidaya udang yang digunakan adalah umumnya tradisional. Padat tebar benur berkisar 0,02-10 ekor/m 2 dan tingkat produksi kg/ha/siklus. Budidaya bandeng juga umumnya memiliki tingkatan teknologi tradisional, dengan padat tebar 0,05- ekor/m 2 dan tingkat produksi kg/ha/siklus. Budidaya kerapu telah dikembangkan pula dengan tingkatan produksi kg/ha/siklus. C. Sumber Benih Benih untuk tambak di Kabupaten Aceh Tamiang diperoleh dari hatchery, pedagang atau dari alam. Benur udang disuplai dari hatchery seperti CV. Sabena, CV. Payet, CV. Bungkah dan CV. Lestari Kuala Langsa. Nener bandeng diperoleh dari CV. Bungkah dan CV. Lestari, sementara benih kakap dari CV. Lestari.(Tabel 4. 67) Bab 4-191

280 Tabel Luas Tambak, Tahun Terakhir Operasional, Luas Tambak menurut Komoditas, Luas Tambak Aktif dan Luas Tambak yang Tidak Ada Data Peruntukan di Kabupaten Aceh Tamiang Kecamatan Banda Mulia Bendahara Manyak Payed Seruway Luas tambak (ha, %) (.55) (4.60) (52.49) (9.7) TOTAL (100.00) Tahun terakhir operasional (ha, %) (2.44) 7.46 (46.07) (6.04) 5.70 (25.90) (1.2) (82.9) (52.96) (8.48) (41.54) (26.18) <2004 Udang Bandeng (14.6) 1.55 (0.97) (46.25) (2.56) (7.66) (100.00) (90.21) (89.24) (100.00) (9.90) Luasan tambak per komoditas (ha, %) Udang & Bandeng Kepiting Kerapu Nila Kakap udang bandeng (2.70) (1.10) 11.2 (7.10) (0.0) 1.50 (0.08) (0.) (0.70) 11.2 (0.) 0.50 (0.01) 1.50 (0.04) (0.17) Luasan tambak aktif tahun 2007 per komoditas (ha, %) Udang & bandeng Kepiting Kerapu Nila Kakap Tidak ada data peruntukan atau tahun operasional (2.44) (79.67) (41.81) (100.00) (10.00) (9.2) (40.24) (.) (25.90) (0.18) 9.02 (0.26) (4.84) (0.86) (0.01) Keterangan: Persentase tambak aktif merupakan rasio antara tambak aktif untuk suatu komoditas budidaya dengan total luasan tambak untuk komoditas bersangkutan *tidak ada data tahun terakhir tambak operasional Bab 4-192

281 Tabel Padat Tebar, Kisaran Produksi dan Tahun Produksi Budidaya Tambak Menurut Desa di Kabupaten Aceh Tamiang No. Kecamatan Desa 1 Banda Mulia 2 Bendahara Manyak Payed Bandeng Padat Tebar (ekor/m 2 ) Udang Matang Sepeng 2 Bandeng Udang Ikan lainnya Bandeng Kisaran Produksi (kg/ha/siklus) Udang Bandeng Udang Ikan lainnya Tahun Produksi Terakhir Bandeng/ Udang/Bandeng Udang/Ikan lainnya /2006// Telaga Meku 0, / // Kampung Besar / // Tanjung Keramat 0, / // Telaga Meku Dua 0, /2005// Alur Kuning 0, / // Gampong 55-0,4-5 0,1-0, Bandar Khalifah /// Seuneubok Aceh / // Kuala Peunaga 0, / // Pahlawan 0, /2007// Simpang Lhee 0, / // Dagang Setia 0,05-0,1 0,5 0, / //2005 Geudham / // Ujong Tanjong / // Meunasah Paya 0,4-10 0, /2006//2006 Seuneubok 70-0,1 0, Cantek / // Mesjid / //2007 Meurandeh 0,1-0, / // Bab 4-19

282 No. Kecamatan Desa 4 Seruway Bandeng Alue Sentang 0,1 Padat Tebar (ekor/m 2 ) Udang 0,- 0,4 Bandeng Udang Ikan lainnya Bandeng Kisaran Produksi (kg/ha/siklus) Udang Bandeng Udang Ikan lainnya Tahun Produksi Terakhir Bandeng/ Udang/Bandeng Udang/Ikan lainnya / // Lubuk Damar 0, / // Matang Sentang 0, , 00 / // Kw Pusung 0,4-51- Kapal 1,4 200 / // Alur Alim 0, / // Air Masin 0, /2007// Tualang 0, / // Sei Kuruk II 0, / // Kampung Baru 0, / // Bab 4-194

283 Tabel Sumber/Produsen Benih untuk Komoditas Budidaya Tambak pada Semua Kecamatan di Kabupaten Aceh Tamiang Sumber/Asal Benih No Kecamatan Udang Bandeng Kerapu Kepiting Kakap Nila 1 Banda Mulia CV. Sabena, CV. Payet, dan pedagang Bendahara CV. Sabena, Peureulak, Idi, Aceh Timur, Kuala Langsa Manyak Payed UD. Bersama, CV. Bungkah, dan CV. Lestari Kuala Langsa, serta pedagang CV. Bungkah (untuk tambak di Desa Seuneubok Cantek), CV. Lestari (untuk tambak di Desa Dagang Setia), dan pedagang - - CV. Lestari (untuk tambak di Desa Dagang Setia) - Bab 4-195

284 D. Permasalahan Hasil studi di Kabupaten Aceh Tamiang menunjukkan bahwa terdapat beberapa permasalahan yang dihadapi petani tambak dalam melakukan aktivitas dan pengembangan usaha. Masalah yang paling banyak diungkapkan petani adalah harga tidak stabil dan ketersediaan modal usaha. Masalah lainnya yang juga sangat berpengaruh terhadap keberlanjutan usaha petani tambak adalah rusaknya konstruksi tambak, saluran, penyempitan dan pendangkalan saluran dan muara sungai. Permasalahan lain yang dihadapi adalah harga jual yang berfluktuasi, keterbatasan teknologi, timbulnya penyakit, banjir pada musim hujan, dan pemasaran. Masalah penyakit khususnya banyak diungkapkan oleh petani di Kecamatan Seruway, di Kecamatan Banua Mulia hanya di Desa Telaga Meku Dua, sementara di Kecamatan lainnya bukan menjadi menjadi permasalahan utama Sosial Ekonomi Petambak Terdapat 211 orang pembudidaya di Kabupaten Aceh Tamiang yang menjadi responden untuk pengumpulan data sosial ekonomi. Pada setiap desa tambak rata-rata umur pembudidaya responden di kabupaten ini bervariasi dari 2 tahun 49 tahun. Umur responden terendah 22 tahun dan tertinggi 71 tahun. Tingkat pendidikan responden pembudidaya di Aceh Tamiang sudah relatif baik. Sebagian besar responden memiliki tingkat pendidikan SD yaitu sebanyak 99 orang. Responden yang memiliki tingkat pendidikan SMP, SMU dan PT masing-masing 58 orang, 49 orang dan orang. Sedang responden yang tidak bersekolah sebanyak orang. Pendapatan pembudidaya yang menjadi responden di Kabupaten Aceh Tamiang bervariasi. Seluruh responden pembudidaya di kabupaten ini membudidayakan komoditi udang. Di Kecamatan Bunda Mulia dan Seruway ada pembudidaya yang mengalami kerugian dari usaha budidaya yang dilakukannya. Pendapatan rata-rata pembudidaya yang tertinggi terdapat di Bab 4-196

285 Kecamatan Seruway yaitu Rp 11,666 juta per orang per musim tanam, sedang yang terendah di Kecamatan Manyak Panyed yaitu Rp,125 juta per orang per musim tanam (Tabel 4. 68). Sedang jika melihat rata-rata hasil analisis rasio R/C, terlihat bahwa pembudidaya di Kecamatan Manyak Panyed memiliki nilai rasio R/C yang paling tinggi yaitu 4,24. Di Kecamatan Bunda Mulia dan Seruway terdapat pembudidaya responden yang memiliki nilai rasio R/C di bawah 1 atau mengalami kerugian dari usaha budidayanya. Tabel Pendapatan dan R/C Pembudidaya Responden di Kabupaten Aceh Tamiang menurut Kecamatan Tahun 2007 Kecamatan Pendapatan (Rp/orang/MT) R/C Terendah Tertinggi Rata-rata Terendah Tertinggi Rata-rata Bunda Mulia ( ) ,2 7,5 1,6 Bendahara ,14 2,67 1,9 Manyak Panyed ,40 7,00 4,24 Seruway ( ) ,52 4,00 1,58 Sumber : Hasil Perhitungan (2007) Areal pertambakan di Kabupaten Aceh Tamiang terdapat di 27 buah desa yang terdapat pada empat kecamatan. Keempat kecamatan tersebut yaitu Kecamatan Banda Mulia (6 desa), Bendahara ( desa), Manyak Payed (10 desa) dan Seruway (8 desa). Jumlah pemilik tambak di Aceh Taming sebanyak 1718 orang, terdiri dari 150 orang pemilik yang menggarap sendiri tambak miliknya dan 40 orang yang menggarap tambak milik orang lain (Tabel 4. 69). Cara memperoleh garapan tambak yang berlaku di Aceh Tamiang umumnya dengan cara menyewa dari pemilik tambak. Dari Tabel terlihat bahwa jumlah pemilik tambak yang terbanyak di Aceh Tamiang terdapat di Kecamatan Manyak Payed yaitu sebanyak 755 orang atau 4,95% dari total jumlah pemilik di daerah ini. Kecamatan lain yang memiliki jumlah pemilik tambak cukup banyak yaitu Kecamatan Seruway sebanyak 254 orang (14,7%). Sedang jika melihat berdasar desa, jumlah pemilik tambak terbanyak terdapat di Desa Meurandeh, Kecamatan Manyak Payed, yaitu sebanyak 261 orang, kemudian Desa Alur Nunang (222 orang), Desa Alue Sentang (198 orang), Desa Tanjung Keramat (120 orang), Desa Matang Sepeng (110 orang) dan Desa Sei Kuruk II (109 orang). Di Desa Sei Bab 4-197

286 Kuruk II terdapat PT Pedong Pakat yang memiliki areal tambak yang luas, namun tambaknya digarap 2 orang penggarap. Sedang di Desa Kampung Baru terdapat tambak plasma atau tambak inti rakyat dengan jumlah penggarap sebanyak 126 orang. Tabel Jumlah Pemilik, Pemilik Penggarap dan Penggarap Tambak menurut Desa dan Kecamatan di Kabupaten Aceh Tamiang Tahun 2007 Kecamatan Desa Jumlah Pemilik (0rang) Jumlah Pemilik- Penggarap (orang) Jumlah Penggarap (orang) Banda Mulia Matang Sepeng Telaga Meku Kampung Besar 5 5 Tanjung Keramat Telaga Meku Dua Alur Nunang Bendahara Gampong Bandar Khalifah Seuneubok Aceh Kuala Peunaga Manyak Payed Pahlawan Simpang Lhee Dagang Setia Geudham 9 9 Ujong Tanjong M. Paya Seuneubok Cantek Mesjid Meurandeh Alue Sentang Seruway Lubuk Damar Matang Sentang Kw Pusung Kapal Alur Alim 4 4 Air Masin Tualang Sei Kuruk II Kampung Baru Jumlah Sumber : Hasil Pengolahan Data, 2007 Total luas tambak di Kabupaten Aceh Tamiang mencapai 5025,76 ha. Kecamatan Manyak Payed memiliki areal tambak paling luas di kabupaten ini yaitu 188,9 ha atau 6,59% dari total luas tambak di kabupaten ini. Jika melihat luas tambak tiap desa, maka desa yang paling luas areal tambaknya yaitu Desa Meurandeh, Kecamatan Manyak Payed, dengan luas tambak Bab 4-198

287 766,7 ha. Selain Desa Meurandeh, terdapat 10 desa lain yang memiliki luas tambak di atas 100 ha, yaitu Desa Matang Sepeng (48,5 ha), Tanjung Keramat (24,5 ha), Alur Kuning (748,75 ha), Gampong Bandar Khalifah (101,97 ha), Pahlawan (118 ha), Seuneubok Cantek (1 ha), Alue Sentang (545,5 ha), Lubuk Damar (608,1 ha), Sei Kuruk II (499,6 ha) dan Kampung Baru (189,4 ha). Tabel Total Luas Tambak, Sebaran Luasan dan Rata-rata Luas per Pemilik menurut Desa dan Kecamatan di Kabupaten Aceh Tamiang Tahun 2007 Kecamatan Desa Luas Tambak (ha) Kisaran Luas (ha) Rata-rata luas/pemilik (ha/orang) BANDA MULIA Matang Sepeng 48,5 0,5-10 2,6 Telaga Meku 1 1-1,11 Kampung Besar Tanjung Keramat 24, ,7 Telaga Meku Dua ,15 Alur Kuning 748,75 0,25-0, BENDAHARA Gampong Bandar Khalifah 101, ,62 Seuneubok Aceh Kuala Peunaga 2, ,71 MANYAK PAYED Pahlawan ,46 Simpang Lhee 8 1-1,1 Dagang Setia ,61 Geudham 7, ,79 Ujong Tanjong 10, ,12 M. Paya 84, ,84 Seuneubok Cantek ,46 Mesjid ,04 Meurandeh 766, ,94 Alue Sentang 545, ,76 SERUWAY Lubuk Damar 608,1 0,1-94 7,8 Matang Sentang, ,26 Kw Pusung Kapal 14, ,91 Alur Alim ,5 Air Masin , Tualang ,8 Sei Kuruk II 499, ,57 Kampung Baru 189, ,5 Jumlah 5025,76 2,92 Sumber : Hasil Pengolahan Data, 2007 Luas tambak per pemilik di Kabupaten Aceh Taming memiliki kisaran yang bervariasi. Luas tambak per pemilik yang terkecil yaitu 0,16 ha yang terdapat Bab 4-199

288 di Desa Matang Sentang. Sedang luas tambak per pemilik yang terluas yaitu 94 ha yang terdapat di Desa Lubuk Damar. Rata-rata luas pemilikan tambak per pembudidaya di Aceh Tamiang yaitu 2,92 ha per orang (Tabel 4. 70). Rata-rata pemilikan luas terkecil terdapat di Desa Gampong Bandar Khalifah yaitu 0,62 ha per orang, sedang rata-rata tertinggi terdapat di Desa Lubuk Damar sebesar 7,8 ha per orang. Selain Desa Gampong Bandar Khalifah yang memiliki rata-rata pemilikan di bawah 1 ha per orang, juga terdapat 4 desa lainnya yaitu Desa Tualang (0,8 ha/orang), Kw Pusung Kapal (0,91 ha/orang) dan Geudham (0,79 ha/orang). Sempitnya pemilikan lahan tambak tentunya akan berpengaruh terhadap rendahnya pendapatan usaha budidaya yang mereka lakukan. Jumlah total petakan tambak di Kabupaten Aceh Tamiang sebanyak 81 unit. Petakan tambak terbanyak terdapat di Kecamatan Manyak Payed yaitu sebanyak 1162 unit atau 4,7% dari total petakan tambak di kabupaten ini. Jika melihat per desa, maka Desa Alur Nunang merupakan desa yang paling banyak memiliki jumlah petakan tambak yaitu 529 unit. Selain desa tersebut, terdapat 5 desa lainnya yang memiliki jumlah petakan tambak di atas 200 unit yaitu Desa Meurandeh (89 unit), Gampong Bandar Khalifah (249 unit), Alue Sentang (26 unit), Sei Kuruk II (04 unit) dan Kampung Baru (208 unit) (Tabel 4. 71). Di Kabupaten Aceh Tamiang, pemilikan jumlah petakan per pembudidaya bervariasi dari yang terendah 1 petak per orang hingga yang tertinggi 0 petak per orang. Pemilik petakan per orang tertinggi terdapat di Desa Alur Kuning (Tabel 4. 71). Rata-rata pemilikan petakan per pembudidaya di Aceh Tamiang sebesar 1,97 petak per orang. Terdapat 6 desa di Aceh Tamiang yang memiliki rata-rata pemilikan petakan per pembudidaya di atas 2 unit yaitu Desa Matang Sepeng (2,16 unit/orang), Alur Kuning (2,5 unit/orang), Matang Sentang (2,2 unit/orang), Kw Pusung Kapal (2,56 unit/orang), Alur Alim (2,25 unit/orang) dan Sei Kuruk II (2,17 unit/orang). Bab 4-200

289 Tabel Jumlah Petakan, Kisaran Jumlah Petakan dan Rata-rata Petakan per Pemilik menurut Desa dan Kecamatan di Kabupaten Aceh Tamiang Tahun 2007 Kecamatan Desa Jumlah Petakan (unit) Kisaran Petakan (unit) Rata-rata petakan/ pemilik BANDA MULIA Matang Sepeng ,16 Telaga Meku ,14 Kampung Besar Tanjung Keramat ,5 Telaga Meku Dua ,44 Alur Kuning ,5 BENDAHARA Gampong Bandar Khalifah ,51 Seuneubok Aceh Kuala Peunaga ,25 MANYAK PAYED Pahlawan ,52 Simpang Lhee ,55 Dagang Setia , Geudham Ujong Tanjong ,78 M. Paya ,54 Seuneubok Cantek ,56 Mesjid , Meurandeh ,49 Alue Sentang 1-8 1,68 SERUWAY Lubuk Damar ,58 Matang Sentang 1-5 2,2 Kw Pusung Kapal ,56 Alur Alim 9 1-2,25 Air Masin , Tualang ,75 Sei Kuruk II ,17 Kampung Baru ,49 Jumlah 81 1,97 Sumber : Hasil Pengolahan Data, 2007 Sebagian besar pembudidaya tambak di Aceh Tamiang membudidayakan komoditi udang yaitu 199 orang (Tabel 4. 72). Sedang yang membudidayakan komoditi bandeng hanya 18 orang, yang melakukan polikultur udang bandeng berjumlah 16 orang. Selain itu terdapat 6 orang yang membudidayakan komoditi kerapu dan kakap. Bab 4-201

290 Tabel Jumlah Pembudidaya berdasar Komoditas dan Sebaran Tahun Terakhir Produksi menurut Desa dan Kecamatan di Kabupaten Aceh Taming Tahun 2007 Kecamatan Desa Komoditas BD Bandeng Udang B-U Ikan lainnya Tahun Terakhir Produksi BANDA MULIA Matang Sepeng Telaga Meku Kampung Besar Tanjung Keramat Telaga Meku Dua Alur Kuning BENDAHARA MANYAK PAYED Gampong Bandar Khalifah Seuneubok Aceh Kuala Peunaga Pahlawan Simpang Lhee Dagang Setia Geudham Ujong Tanjong M. Paya Seuneubok Cantek Mesjid Meurandeh Alue Sentang SERUWAY Lubuk Damar Matang Sentang Kw Pusung Kapal Alur Alim Air Masin 2007 Tualang Sei Kuruk II Kampung Baru Jumlah Sumber : Hasil Pengolahan Data, 2007 Sebagian tambak di Kabupaten Aceh Tamiang masih berproduksi hingga studi dilakukan. Namun di beberapa desa terdapat tambak yang tidak dimanfaatkan pada saat studi dilakukan, seperti di Desa Matang Sepeng yang tahun terakhir produksinya tahun 2006, Desa Telaga Meku Dua tahun terakhir produksi tahun 2005, Desa Tanjung Keramat, Desa Alur Kuning, Seuneubok Aceh, Kuala Peunaga, Dagang Setia, Geudham, Ujong Tanjong dan Meunasah Paya. Bab 4-202

291 Proses Pasca Panen Hasil Budidaya Tipologi Kabupaten Aceh Tamiang dan Kabupaten Aceh Timur hampir sama, karena pada awalnya kedua kabupaten tersebut masuk ke dalam satu wilayah kabupaten termasuk Kota Langsa. Kondisi eksisting terhadap aktivitas penanganan pascapanen hasil tambak baik udang maupun bandeng di Kabupaten Aceh Tamiang juga masih terbatas pada penanganannya saja belum ke pengolahannya. Teknik penanganan yang dilakukan adalah dengan menggunakan es. Untuk memenuhi kebutuhan es dalam penanganannya, para agen-agen pembeli sudah membawanya sendiri yang diperoleh dari tempat lain di luar Kabupaten Aceh Tamiang terutama dari Medan karena letaknya secara geografis berbatasan dengan Provinsi Sumatera Utara. Sampai saat ini fasilitas pabrik es maupun cold storage belum dimiliki oleh Kabupaten Aceh Tamiang. Hal ini dikarenakan pada mulanya Kabupaten Aceh Timur, Kota Langsa dan Kabupaten Aceh Tamiang merupakan satu kabupaten, dimana setting awalnya pembagunan cold storage dan pabrik es berlokasi di Kota Langsa. Walaupun para agen-agen pembeli sudah menerapkan system rantai dingin (cold chain system), tetapi mereka belum memperhitungkan perbandingan antara jumlah es yang diperlukan dengan jumlah ikan/udang dan teknik penataan ikan/udang dalam wadah (blong atau keranjang plastik) yang masih sesukanya. Kegiatan pengolahan ikan dan atau udang juga belum ada. Kesemuanya hasil panen dipasarkan dalam bentuk segar dengan tujuan utama Medan karena lokasinya yang bersebelahan. Untuk keperluan sehari-hari yaitu sebagai lauk-pauk, masyarakat setempat melakukan pengolahan dalam bentuk digoreng atau disayur. Bab 4-20

292 Kelembagaan Perikanan Budidaya Tambak Lembaga Penentu Kebijakan Pemerintah Kabupaten Aceh Tamiang, menugaskan Kantor Kelautan dan Perikanan sebagai lembaga teknis yang mengurusi tentang perikanan termasuk pertambakan. Kebijakan pemerintah daerah Kabupaten Aceh Tamiang ini sangat tepat mengingat begitu besar potensi dan permasalahan tambak yang dihadapi oleh Kabupaten Aceh Tamiang. Untuk melaksanakan urusan kebijakan perikanan Kantor Kelautan dan Perikanan Kabupaten Aceh Tamiang memiliki staf sebanyak 25 orang. Jumlah tersebut terbagi menjadi dua kelompok yaitu 10 orang berstatus pegawai negeri dan 15 orang berstatus honorer. Sedikitnya staf yang berstatus PNS tertentunya cukup berpengaruh terhadap kinerja pembinaan terhadap pelaku usaha perikanan, termasuk terhadap pembudidaya tambak. Kelompok Petani Tambak Untuk kepentingan ekonomis dan administratif, petani tambak yang berlokasi berdekatan di Kabupaten Aceh Tamiang membentuk kelompok petani tambak dengan anggota petani tambak. Lembaga ini bukan didasarkan pada domisili pemilik tambak, tetapi pada lokasi tambak. Tujuan dari pembentukan kelompok ini adalah untuk mewadahi kepentingan-kepentingan mereka dalam berhubungan dengan pihak lain. Kelompok-kelompok tersebut kemudian pada level kecamatan membentuk organisasi yang dinamakan UPP yang berkedudukan di setiap kecamatan. Meskipun demikian, UPP di Kabupaten Aceh Tamiang belum bisa berkembang dengan baik. Terdapat 4 UPP di Aceh Tamiang yaitu UPP Bunda Mulia, UPP Manyak Payed, UPP Seruway, dan UPP Bendahara. Dari hasil kuesioner pembudidaya diperoleh data bahwa di beberapa desa di Kecamatan Bunda Mulia dan Manyak Payed terdapat responden yang Bab 4-204

293 menjadi anggota kelompok pembudidaya atau koperasi. Berikut disajikan nama kelompok pembudidaya yang ada di lokasi tersebut (Tabel 4. 7). Tabel 4. 7 Nama-nama Kelompok Pembudidaya Tambak di Kecamatan Bunda Mulia dan Manyak Payed Kecamatan Desa Nama Kelompok Bunda Mulia Tanjung Keramat UPP Telaga Meku Dua Tani Tampak Manyak Payed A Sentang Sentang Windu Dagang Setia BMPT Seuneubok Cantek Usaha Baru Hidup Baru Mesjid KUD Suka Maju Sumber : Dinas Perikanan dan Kelautan Kabupaten Aceh Tamiang Tahun 2007 Lembaga Penyuluh Lapangan Tugas diseminasi teknologi dan penyuluhan tambak di Kabupaten Aceh Tamiang diserahkan kepada penyuluh lapangan. Penyuluh lapangan berkedudukan di level kecamatan. Dalam satu kecamatan biasanya mempunyai 1-2 orang penyuluh lapangan. Dari data yang didapat jumlah PPL dan PTL di Aceh Tamiang masing-masing sebanyak 11 0rang dan 7 orang. Jumlah ini tentunya masih kurang mencukupi mengingat luasnya areal pertambakan yang ada di daerah ini. Lembaga Permodalan Secara umum, lembaga permodalan baik lembaga formal maupun informal di Kabupaten Aceh Tamiang kurang berkembang dengan baik. Apalagi, sejak tambak tidak memberikan hasil produksi yang baik, lembaga permodalan kurang tertarik lagi untuk mendanai usaha tambak. Selain dari modal sendiri, secara umum petani tambak sangat mengharapkan bantuan permodalan dari donatur baik dari pemerintah maupun dari swasta. Lembaga Pengolah dan Lembaga Pemasaran Lembaga pengolah hasil tambak di Kabupaten Aceh Tamiang belum berkembang dengan baik. Produk tambak masih diperdagangkan dalam bentuk segar. Udang atau bandeng akan dijual dalam bentuk segar ke Bab 4-205

294 pedagang pengumpul untuk kemudian dijual ke Medan. Sedangkan untuk produk bandeng, selain dijual ke luar daerah melalui saluran pedagang pengumpul, juga dilakukan oleh pedagang pengecer. Pedagang pengecer menjual ikan segar langsung ke konsumen. Daerah pemasaran hasil tambak dari daerah ini selain dijual ke pasar lokal juga dijual ke pasar regional. Pasar regional mencakup Kota Langsa dan Medan, khususnya untuk komoditi udang. Di Kedua kota tersebut terdapat pabrik pengolahan udang. Lembaga pemasaran hasil tambak di Kabupaten Aceh Tamiang terdiri dari pedagang pengumpul lokal, pedagang pengumpul dan pedagang besar. Pemasaran produk tambak, baik itu udang atau bandeng, pada tingkat pertama dilakukan oleh pedagang pengumpul lokal. Pedagang pengumpul biasanya akan datang ke lokasi tambak untuk melakukan pembelian bandeng atau udang. Namun tidak jarang, karena jumlah yang relatif sangat kecil, petani tambak datang ke pedagang pengumpul untuk menjual hasil panennya. Pada saat udang masih memberikan hasil yang baik, pedagang biasanya akan memberikan pinjaman modal produksi kepada petani tambak. Tetapi, sejak hasil tambak semakin menurun, praktek ini sudah tidak berjalan lagi, mengingat kerugian yang sering dialamioleh petani tambak. Menurut data Kantor Kelautan dan Perikanan Kabupaten Aceh Tamiang terdapat 14 perusahaan interinsular yang bergerak dalam bidang perikanan. Jenis komoditi yang dipasarkan terdiri dari induk udang, udang, kepiting, dan berbagai jenis ikan tambak (Tabel 4. 74). Selain perusahaan perikanan, di Kabupaten Aceh Tamiang juga terdapat sebanyak 45 orang pedagang pengumpul hasil perikanan, yang terdiri dari 22 orang pedagang pengumpul udang, 6 orang pedagang pengumpul ikan, 10 orang pendagang pengumpul kepiting dan 7 orang pedagang pengumpul induk udang. Bab 4-206

295 Tabel Nama-nama Perusahaan Interinsuler yang Bergerak dalam Bidang Pemasaran Komoditas Perikanan di Kabupaten Aceh Tamiang Nama Perusahaan Jenis Komoditas Alamat PT Peudong Pakat Induk udang, udang Seruway PT Kwarta Pati Seruway CV Young Dhi Lestari Udang, ikan, kepiting Seruway CV Bahtera Agung Udang, ikan Seruway CV Tamiang Windu Udang, ikan, kepiting, Seruway induk udang Koperasi Sukma Jaya Udang, ikan, kepiting Seruway Koperasi Biara Jaya Udang, ikan, kepiting Seruway PT Bahari Lestari Induk udang, udang Bendahara PT Matang Speng Induk udang, udang Bendahara PT Bendahara Marine Culture Induk udang, udang Bendahara PT Usaha Tani Induk udang, udang Bendahara UD Aseng Induk udang, udang Bendahara UD Usaha Bersama Induk udang, udang Bendahara PT Mount Kelayu Induk udang, udang Manyak Payed Sumber : Dinas Perikanan dan Kelautan Kabupaten Aceh Tamiang Tahun 2007 Lembaga Penyedia Sarana Produksi Lembaga penyedia sarana produksi tambak di Kabupaten Aceh Tamiang relatif baik. Secara umum petani tambak tidak menghadapi hambatan dalam penyediaan sarana produksi di desanya. Hal ini dipengaruhi oleh letak kabupaten ini yang relatif lebih dekat dengan Kota Medan, dimana sebagian besar suplai sarana produksi tambak untuk Provinsi NAD berasal dari Kota Medan. Bab 4-207

296 Bab.5 KELAYAKAN DAN DAYA DUKUNG LINGKUNGAN KAWASAN BUDIDAYA TAMBAK DI PANTAI TIMUR NANGGROE ACEH DARUSSALAM Pengelolaan budidaya tambak berkelanjutan dapat dilakukan melalui rasionalisasi kawasan dan efisiensi sesuai dengan daya dukung kawasan. rasionalisasi kawasan tambak merupakan suatu upaya untuk melihat kondisi kawasan apakah layak untuk budidaya tambak berdasarkan kriteria persyaratan lingkungan untuk pengembangan budidaya tambak. Beberapa persyaratan lingkungan utama yang harus dipenuhi untuk pengelolaan budidaya tambak antara lain: kelerengan tanah, kedalaman tanah, tekstur tanah, jarak dari sungai (sumber air tawar), jarak dari pantai, sistem drainase, oksigen terlarut, salinitas, suhu, ph, ammonia, amplitudo pasang surut, curah hujan dan bulan kering (Tabel 5. 1). Tabel 5. 1 Kriteria Kesesuaian Lahan untuk Budidaya Tambak Karakteristik Kesesuaian (Skor) Lingkungan S1 (4) S2 () S (2) N (1) TANAH Kemiringan (%) >8 Kedalaman tanah (cm) > < 75 Tekstur Agak halus sedang Halus Kasar Jarak dari pantai (m) > <200 >4000 Jarak dari Sungai (m) > > >000 Drainase Tergenang periodik Agak jarang tergenang Jarang tergenang Tidak tergenang AIR Oksigen terlarut (mg/l) >5-5 1-< <1 Salinitas (permil) >20-5 >5-50 >50 <12 Suhu ( 0 C) 28-0 > <28 12-<18 <12 >5 ph > <7.5 > <6 <4 >11 Amonia (mg/l) < > >0.5 HIDROOSEANOGRAFI Amplitudo pasut (m) <1.5 > <1.0 >.0-.5 <0.5 >.5 Curah hujan (mm/th) < <2000 > <1000 >500 Bulan kering (<60 mm) 1-2 >2- >-5 >5 Sumber: Hardjodiwegeno et al. (2001); Bakosurtanal (1996) S1= Sangat sesuai, S2= Sesuai, S=Bersyarat, N=Tidak sesuai Bab 5-1

297 Klasifikasi kesesuaian dapat dikelompokkan pada empat kriteria yaitu (1) Sangat sesuai, (2) Sesuai, () Sesuai dengan bersyarat, dan (4) Tidak sesuai. Kesesuai lahan tambak di Pantai Timur Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam disyaratkan untuk memenuhi kriteria S1 (sangat sesuai) dan S2 (sesuai). Kesesuaian lahan tambak per jenis komoditi secara umum dapat dilakukan dengan pendekatan tingkat kesesuaian (Tabel 5. 2). Tingkat kesesuai S1 merupakan lahan yang ideal untuk pengembangan tambak udang dan bandeng, namun demikian karena nilai ekonomi udang lebih tinggi maka lahan yang masuk kategori S1 di prioritaskan untuk tambak udang. Sedangkan lahan kategori kesesuaian S2 dapat dikembangkan tambak udang dengan sentuhan teknologi atau dapat dikembangkan untuk tambak bandeng. Penentuan jenis komoditi juga mempertimbang aspek ekonomi sehingga lahan kategori S2 diprioritaskan untuk pengembangan tambak udang atau tambak bandeng. Kesesuaian lahan kategori S diprioritaskan untuk tambak bandeng. Sedangkan kategori N tidak direkomendasikan untuk pengembangan tambak. Tabel 5. 2 Peruntukan Pengembangan Budidaya Tambak Sesuai Prioritas Kesesuaian Komoditi Tingkat Kesesuaian Nilai Kesesuaian (%) Jenis Komoditi yang diprioritaskan S1 75 Udang S < 75 Bandeng, atau Udang plus teknologi S 25 - < 50 Bandeng N < 25 Tidak direkomendasi 5.1. Kabupaten Pidie Analisis penilaian kategori kesesuaian lahan tambak di Kabupaten Pidie dapat dilihat pada Lampiran 2. Dari analisis tersebut, dapat diestimasi luasan lahan tambak di Kabupaten Pidie berdasarkan kategori kesesuaian lahan tambak, yaitu: (Gambar 5. 1): (1) Sangat sesuai (S1) : ,07 m 2 (5.86,58 hektar). (2) Sesuai (S2) : ,09 m 2 (1.066,50 hektar). Bab 5-2

298 () Sesuai bersyarat (S): ,49 m 2 (9.99,6 hektar). (4) Tidak sesuai (N) : ,05 m 2 (26.471,84 hektar). Kawasan tambak yang direkomendasikan untuk dikembangkan adalah luas kawasan yang masuk kategori sangat sesuai (S1) dan sesuai (S2), sehingga luas tambak yang direkomendasikan di Kabupaten Pidie adalah 6.45,09 hektar. Pengembangan tambak dengan konsep berkelanjutan mensyaratkan agar pemanfaatan sumberdaya berada di bawah daya dukung kawasan. (Tabel 5. ). Tabel 5. Daya Dukung dan Luas Tambak yang Direkomendasikan di Kabupaten Pidie Lokasi Luas lahan tambak yang sesuai (ha) Daya Dukung (%) Luas Tambak sesuai daya dukung (ha) Lokasi 1: Batee 910, ,64 Lokasi 2: Batee, Kota Sigli 494, ,87 Lokasi : Kota Sigli, Kembang Tanjung, Simpang Tiga 891, ,26 Lokasi 4: Kembang Tanjung, Glumpang Tiga, Bandar 1.974, ,09 Baru, Trieng Gadeng/Pulau Raja Lokasi 5: Trieng Gadeng/Pulau Raja, Meureudu 1.01, ,55 Lokasi 6: Meureudu, Ulim 206, ,4 Lokasi 7: Ulim, Bandar dua 280, ,19 Total luas sesuai daya dukung 5.018,94 Daya dukung lahan untuk pengembangan budidaya tambak di Kabupaten Pidie dari tujuh lokasi berkisar 80,6 89,29 persen dari luas lahan yang sesuai untuk pengembangan tambak (Tabel 5. ). Luas tambak yang dapat dikembangkan sesuai dengan daya dukung di Kabupaten Pidie adalah 5.018,94 hektar. Bab 5 -

299 Gambar 5. 1 Peta Kesesuaian Lahan Tambak di Kabupaten Pidie Bab 5-4

300 5.2. Kabupaten Bireuen Analisis kesesuaian lahan untuk budidaya tambak di kawasan pesisir di Kabupaten Bireuen menunjukkan lahan dikelompokkan berdasarkan kategori kesesuaian lahan tambak, yaitu (Lampiran dan Gambar 5. 2) : (1) Sangat sesuai (S1) : ,98 m 2 (5.506,52 hektar). (2) Sesuai (S2) : ,25 m 2 (2.777,21 hektar). () Sesuai bersyarat (S) : ,12 m 2 (4.74,9 hektar). (4) Tidak sesuai (N) : ,5 m 2 (11.900,57 hektar). Berdasarkan analisis kesesuaian peruntukan kawasan tambak Kabupaten Bireuen yang direkomendasikan adalah luas kawasan yang masuk kategori sangat sesuai dan sesuai, yaitu 8.28,74 hektar. Pengembangan tambak dengan konsep berkelanjutan mensyaratkan agar pemanfaatan sumberdaya berada di bawah daya dukung kawasan. (Tabel 5. 4). Tabel 5. 4 Daya Dukung dan Luas Tambak yang Direkomendasikan di Kabupaten Bireuen Lokasi Luas lahan tambak yang sesuai (ha) Daya dukung (%) Luas Tambak sesuai daya dukung (ha) Lokasi 1: Bandar Dua, Samalanga, Jeunieb 1.125, ,27 Lokasi 2: Jeunieb 1.68, ,26 Lokasi : Jeunieb, Peudada 1.78, ,24 Lokasi 4: Peudada, Jeunieb 1.666, ,72 Lokasi 5: Peudada, Jeumpa 1.51, ,15 Lokasi 6: Jeumpa, Peusangan 400, ,76 Lokasi 7: Peusangan, Jeumpa, Gandapura 1.925, ,22 Total luas sesuai daya dukung 7.409,6 Daya dukung lahan untuk pengembangan budidaya tambak di Kabupaten Bireuen dari tujuh lokasi berkisar 75,00 82,14 persen dari luas lahan yang sesuai untuk pengembangan tambak (Tabel 5. 4). Luas tambak yang dapat dikembangkan sesuai dengan daya dukung di Kabupaten Bireuen adalah 7.409,6 hektar. Bab 5-5

301 Gambar 5. 2 Peta Kesesuaian Lahan Tambak di Kabupaten Bireuen Bab 5-6

302 5.. Kabupaten Aceh Utara Lahan pesisir Kabupaten Aceh Utara merupakan hamparan relatif datar yang banyak dimanfaatkan untuk tambak. Analisis penilaian kategori kesesuaian lahan tambak di Kabupaten Aceh Utara dapat dilihat pada Lampiran 5. Dari analisis tersebut, dapat diestimasi luasan lahan tambak di Kabupaten ini berdasarkan kategori kesesuaian lahan tambak, yaitu: (Gambar 5. ) : (1) Sangat sesuai (S1) : ,96 m 2 (7.601,86 hektar). (2) Sesuai (S2) : ,09 m 2 (1.006,58 hektar). () Sesuai bersyarat (S) : ,19 m 2 (7.056,76 hektar). (4) Tidak sesuai (N) : ,60 m 2 (20.076,16 hektar). Kesesuaian peruntukan kawasan tambak Kabupaten Aceh Utara yang direkomendasikan berdasarkan analisis kesesuaian adalah luas kawasan yang masuk kategori sangat sesuai dan sesuai, yaitu 8.608,4 hektar. Pengembangan tambak dengan konsep berkelanjutan mensyaratkan agar pemanfaatan sumberdaya berada di bawah daya dukung kawasan. (Tabel 5. 5). Tabel 5. 5 Daya Dukung dan Luas Tambak yang Direkomendasikan di Kabupaten Aceh Utara Lokasi Luas lahan tambak yang sesuai (ha) Daya dukung (%) Luas Tambak sesuai daya dukung (ha) Lokasi 1: Gandapura, Muara Batu, Dewantara 1.48, ,58 Lokasi 2: Dewantara 87, ,58 Lokasi : Blang Mangat, Syamtalira Bayu, 1.054, ,71 Samudera, Syamtalira Aron, Tanah Pasir Lokasi 4: Samudera, Syamtalira Aron, Tanah Pasir, 1.041, ,15 Bhaktiya Lokasi 5: Tanah Pasir, Bhatiya, Seuneudon 1.21, ,88 Lokasi 6: Bhaktiya, Seuneudon, Tanah Jamboe Aye 988, ,7 Lokasi 7: Seuneudon, Tanah Jamboe Aye, Simpang Ulim.047, ,26 Total luas sesuai daya dukung 7.764,54 Bab 5-7

303 Daya dukung lahan untuk pengembangan budidaya tambak di Kabupaten Aceh Utara dari tujuh lokasi berkisar 75,00 87,50 persen dari luas lahan yang sesuai untuk pengembangan tambak (Tabel 5. 5). Luas tambak yang dapat dikembangkan sesuai dengan daya dukung di Kabupaten Aceh Utara adalah 7.764,54 hektar. Bab 5-8

304 Gambar 5. Peta Kesesuaian Lahan Tambak di Kabupaten Aceh Utara Bab 5-9

305 5.4. Kabupaten Aceh Timur Bentuk lahan pesisir Kabupaten Aceh Timur relatif datar. Berdasarkan analisis kesesuaian lahan tambak (Lampiran 6), kawasan pesisir di Kabupaten Aceh Timur dapat dikategorikan sebagai berikut: (Gambar 5. 2) (1) Sangat sesuai (S1) : ,0 m 2 (14.267,66 hektar). (2) Sesuai (S2) : ,7 m 2 (5.22,91 hektar). () Sesuai bersyarat (S) : ,76 m 2 (10.94,80 hektar). (4) Tidak sesuai (N) : ,68 m 2 (26.922,98 hektar). Kawasan tambak yang direkomendasikan berdasarkan analisis kesesuaian untuk dikembangkan adalah luas kawasan yang masuk kategori sangat sesuai dan sesuai, sehingga luas tambak yang direkomendasikan di Kabupaten Aceh Timur adalah ,57 hektar. Pengembangan tambak dengan konsep berkelanjutan mensyaratkan agar pemanfaatan sumberdaya berada di bawah daya dukung kawasan (Tabel 5. 6). Tabel 5. 6 Daya Dukung dan Luas Tambak yang Direkomendasikan di Kabupaten Aceh Timur Lokasi Luas lahan tambak yang sesuai (ha) Daya Dukung (%) Luas Tambak sesuai daya dukung (ha) Lokasi 1: Simpang Ulim 2.600, ,00 Lokasi 2: Simpang Ulim, Julok, Nurrussalam 1.707, ,42 Lokasi : Julok, Nurrussalam, Darrul Alam, Idi Rayeuk 4.258, ,89 Lokasi 4: Idi Rayeuk, Rantau Pemeulak, Peureulak 2.689, ,48 Lokasi 5: Peureulak, Rantau Selamat 2.111, ,86 Lokasi 6: Rantau Selamat 2.078, ,0 Lokasi 7: Birem Bayeum, Rantau Selamat 1.679, ,10 Total luas sesuai daya dukung 14.44,78 Daya dukung lahan untuk pengembangan budidaya tambak di Kabupaten Aceh Timur dari tujuh lokasi berkisar 78,57 91,07 persen dari luas lahan yang sesuai untuk pengembangan tambak (Tabel 5. 6). Luas tambak yang Bab 5-10

306 dapat dikembangkan sesuai dengan daya dukung di Kabupaten Aceh Timur adalah 14.44,78 hektar. Gambar 5. 4 Peta Kesesuaian Lahan Tambak di Kabupaten Aceh Timur Bab 5-11

307 5.5. Kota Langsa Lahan pesisir Kota Langsa merupakan hamparan relatif datar, namun dibandingkan dengan kabupaten-kabupaten lain di Pantai Timur NAD, peruntukan lahan tambaknya tidak terlalu luas. Berdasarkan analisis kesesuaian lahan untuk budidaya tambak di kawasan pesisir Kota Langsa (Lampiran 7), luas lahan yang dapat dimanfaatkan sebagai lahan tambak, yaitu (Gambar 5. 5) : (1) Sangat sesuai (S1) : ,8 m 2 (1.18,00 hektar). (2) Sesuai (S2) : ,26 m 2 (81,29 hektar). () Sesuai bersyarat (S) : ,87 m 2 (1.910,09 hektar). (4) Tidak sesuai (N) : ,67 m 2 (6.270,1 hektar). Dari analisis ini, peruntukan kawasan tambak Kota Langsa yang direkomendasikan adalah luas kawasan yang masuk kategori sangat sesuai dan sesuai, yaitu 1.951,29 hektar. Konsep pengembangan tambak Kota Langsa berkelanjutan mensyaratkan agar pemanfaatan sumberdaya berada di bawah daya dukung kawasan. Tabel 5. 7 menunjukkan luas tambak di Kota Langsa yang dapat dikembangkan sesuai daya dukung. Tabel 5. 7 Daya Dukung dan Luas Tambak yang Direkomendasikan di Kota Langsa Lokasi Luas lahan tambak yang sesuai (ha) Daya dukung (%) Luas Tambak sesuai daya dukung (ha) Lokasi 1: Birem Bayeum, Langsa Barat 602, ,4 Lokasi 2: Langsa Barat 41, ,4 Lokasi : Langsa Barat 450, ,84 Lokasi 4: Langsa Barat 78, ,45 Total luas sesuai daya dukung 1.44,96 Daya dukung lahan untuk pengembangan budidaya tambak di Kota Langsa dari empat lokasi berkisar 78,57 85,71 persen dari luas lahan yang sesuai untuk pengembangan tambak (Tabel 5. 7). Dengan demikian, luas lahan Bab 5-12

308 tambak yang dapat dikembangkan sesuai dengan daya dukung di Kota Langsa adalah 1.44,96 hektar Kabupaten Aceh Tamiang Lahan pesisir Kabupaten Aceh Tamiang merupakan hamparan relatif datar dan dicirikan dengan habitat mangrove. Lahan pesisir ini banyak dimanfaatkan bagi peruntukan tambak. Berdasarkan analisis kesesuaian lahan tambak (Lampiran 8), lahan yang layak untuk dapat dimanfaatkan sebagai lahan tambak dapat dikelompokkan ke dalam kategori, yaitu: (Gambar 5. 5) : (1) Sangat Sesuai (S1) : ,8 m 2 (4.276,99 hektar). (2) Sesuai (S2) : ,21 m 2 (1.91,14 hektar). () Sesuai Bersyarat (S) : ,18 m 2 (9.178,5 hektar). (4) Tidak sesuai (N) : ,95 m 2 (26.24,10 hektar). Kesesuaian lahan pesisir Kabupaten Aceh Tamiang relatif tinggi, dan berdasarkan analisis kesesuaian peruntukan kawasan tambak Kabupaten Aceh Tamiang yang direkomendasikan adalah luas kawasan yang masuk kategori sangat sesuai dan sesuai, yaitu 5.668,1 hektar. Pengembangan tambak dengan konsep berkelanjutan mensyaratkan agar pemanfaatan sumberdaya berada di bawah daya dukung kawasan. Kawasan pesisir Aceh Tamiang merupakan habitat mangrove yang relatif baik dan memiliki fungsi ekologis penting seperti: (1) peredam gelombang dan angin badan, pelindung pantai dari abrasi, penahan lumpur dan perangkap sedimen, (2) penghasil sejumlah detritus sebagai sumber nutrien bagi biota air, () daerah asuhan (nursery ground), daerah mencari makanan (feeding ground), daerah memijah/bertelur (spawning ground) berbagai biota air (ikan, udang, kepiting dan kerang-kerangan) (Tabel 5. 7). Bab 5-1

309 Tabel 5. 8 Daya Dukung dan Luas Tambak yang Direkomendasikan di Kabupaten Aceh Tamiang Lokasi Luas lahan tambak yang sesuai (ha) Daya dukung (%) Luas Tambak sesuai daya dukung (ha) Lokasi 1: Langsa Barat, Manyak Payed 658, ,25 Lokasi 2: Manyak Payed 59, ,17 Lokasi : Bendahara, Manyak Payed 1.112, ,22 Lokasi 4: Bendahara 1.712, ,78 Lokasi 5: Bendahara, Seruway dua 607, ,20 Lokasi 6: Seruway dua 819, ,50 Lokasi 7: Seruway dua 787, ,0 Total luas sesuai daya dukung 4.97,15 Daya dukung tambak di Kabupaten Aceh Tamiang banyak dipengaruhi oleh kondisi topografi dan keberadaan ekosistem mangrove. Daya dukung lahan untuk pengembangan budidaya tambak di Kabupaten Aceh Tamiang dari tujuh lokasi berkisar 7,21 8,9 persen dari luas lahan yang sesuai untuk pengembangan tambak (Tabel 5. 8). Luas tambak yang dapat dikembangkan sesuai dengan daya dukung di Kabupaten Aceh Tamiang adalah 4.97,15 hektar. Bab 5-14

310 Gambar 5. 5 Peta Kesesuaian Lahan Tambak di Kota Langsa dan Kabupaten Aceh Tamiang. Bab 5-15

311 Bab.6 PROYEKSI PRODUKSI TAMBAK DAN KEBUTUHAN SARANA PENDUKUNG BERBASIS KESESUAIAN LAHAN Secara umum, luas total lahan tambak eksisting di wilayah Pantai Timur Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam (NAD) yang menjadi lokasi kajian terdata sebesar 6.6,8 hektar. Sementara itu, berdasarkan analisis kesesuaian lahan tambak, wilayah Pantai Timur Provinsi NAD yang layak dikembangkan untuk budidaya tambak sesuai dengan daya dukung diperkirakan seluas ,00 hektar. Area kawasan tambak yang direkomendasikan layak untuk dikembangkan adalah luas kawasan yang masuk kategori sangat sesuai (S1) dan sesuai (S2). Dengan melihat luasan tambak di atas, maka diperkirakan masih terdapat sekitar 1% peluang pengembangan untuk perluasan kawasan tambak sesuai daya dukung di 6 lokasi kajian kabupaten/kota di Pantai Timur Provinsi NAD. Namun, bila dilihat pada setiap kabupaten/kota yang menjadi lokasi kajian, tidak semua kabupaten/kota tersebut memiliki peluang untuk penambahan luasan kawasan tambak, ada dua wilayah kajian yaitu Kota Langsa dan Kabupaten Aceh Tamiang yang direkomendasikan untuk mengurangi jumlah luasan tambak eksistingnya masing-masing sebesar 47% dan 2% (Tabel 6. 1). Tabel 6. 1 Luas Lahan Tambak Eksisting dan Lahan Tambak yang Sesuai Daya Dukung di Lokasi Kajian Luas Lahan Luas Lahan Tambak Peluang Wilayah Kajian Tambak Eksisting yang Sesuai Pengembangan (Ha) (Ha) Kab. Pidie.614, ,94 9% Kab. Bireuen 4.271, ,6 7% Kab. Aceh Utara 6.51, ,54 22% Kab. Aceh Timur 14.7, ,78 1% Kota Langsa 2.75, ,96-47% Kab. Aceh Tamiang 5.025, ,15-2% TOTAL 6.6, ,00 1% Identifikasi dan Inventarisasi Kawasan BudidayaTambak di Pantai Timur NAD Bab 6-1

312 6.1. Proyeksi Produksi Tambak Komoditi yang direkomendasikan untuk dikembangkan pada kawasan lahan tambak kategori S1 atau lahan yang sangat sesuai adalah udang, sedangkan jenis komoditi yang direkomendasikan untuk kawasan lahan tambak kategori S2 atau lahan yang sesuai adalah ikan bandeng. Kemudian, tingkat teknologi budidaya udang yang direkomendasikan untuk diterapkan pada lahan tambak kategori S1 adalah teknologi tradisional, sedangkan tingkat teknologi budidaya bandeng yang direkomendasikan untuk diterapkan pada lahan tambak kategori S2 cukup dengan teknologi tradisional. Kemudian, proyeksi produksi tambak berdasarkan pola rekomendasi tersebut diatas dapat diestimasikan dengan menggunakan pendekatan beberapa asumsi sebagai berikut: 1. Produktivitas budidaya tambak udang dengan teknologi tradisional di lahan kategori S1 (sangat sesuai) sebesar 00 kg/ha/panen 2. Produktivitas budidaya tambak bandeng dengan teknologi tradisional di lahan kategori S2 (sesuai) sebesar 400 kg/ha/panen. Dalam satu tahun dilakukan 2 kali panen. Berdasarkan pendekatan dan asumsi tersebut diatas diperoleh produksi udang sebesar ,57 ton dan ikan bandeng sebesar 9.882,90 ton. Rincian perhitungan estimasi jumlah produksi budidaya tambak udang dan bandeng dapat dilihat pada Tabel 6. 2 dan Tabel 6.. Selanjutnya, dengan nilai estimasi produksi tambak yang akan dihasilkan dari luasan lahan tambak optimalnya, kemudian, akan dapat diestimasi pula beberapa kebutuhan sarana pendukungnya, seperti: kebutuhan benih dan induk, kebutuhan pakan, unit hatchery, unit pabrik es, dan unit cold storage. Identifikasi dan Inventarisasi Kawasan BudidayaTambak di Pantai Timur NAD Bab 6-2

313 Tabel 6. 2 Proyeksi Produksi Budidaya Tambak Udang di Lokasi Kajian Berdasarkan Pendekatan Kesesuaian Lahan Luas Lahan Wilayah Kelas S1 (Ha) Kab. Pidie 5.86,58 Produktivitas (ton/ha) Estimasi Produksi (ton/tahun).21,95 Kab. Bireuen 5.506,52.0,91 Kab. Aceh Utara 7.601, ,11 0,00 Kab. Aceh Timur , ,60 Kota Langsa 1.18,00 682,80 Kab. Aceh Tamiang 4.276, ,19 TOTAL ,57 Tabel 6. Proyeksi Produksi Budidaya Tambak Bandeng di Lokasi Kajian Berdasarkan Pendekatan Kesesuaian Lahan Wilayah Luas Lahan Kelas S2 (Ha) Produktivitas (ton/ha)) Estimasi Produksi (ton/tahun) Kab. Pidie 1.066,50 85,20 Kab. Bireuen 2.777, ,77 Kab. Aceh Utara 1.006,58 805,26 0,400 Kab. Aceh Timur 5.22, ,12 Kota Langsa 81,29 650,6 Kab. Aceh Tamiang 1.91, ,91 TOTAL 9.822, Estimasi Sarana Produksi dan Penunjangnya Estimasi kebutuhan sarana produksi, seperti kebutuhan benih, induk dan pakan, yang diperlukan di wilayah kajian Pantai Timur NAD, dapat didekati dengan nilai estimasi produksi budidaya tambak udang yang seperti tertera pada Tabel Kemudian, untuk mengestimasi kebutuhan sarana produksi ini juga diperlukan beberapa asumsi sebagai berikut: 1. Survival Rate (SR) untuk benih udang 60 % 2. Udang yang dipanen adalah size 0 (1 kg = 0 ekor udang). Setiap induk udang rata-rata dapat menghasilkan benur/benih udang 4. Setiap hatchery udang rata-rata mengelola 0 induk udang per tahun 5. Pakan hanya diberikan pada budidaya dengan teknologi semi intensif. 6. Untuk pola usaha budidaya tambak udang dengan teknologi tradisional, food conversion ratio (FCR) nya adalah 1 Identifikasi dan Inventarisasi Kawasan BudidayaTambak di Pantai Timur NAD Bab 6 -

314 7. Kapasitas pabrik pakan yang ideal adalah 50 ton/hari 8. Jumlah hari kerja unit pabrik pakan dalam satu tahun adalah 250 hari. Berdasarkan pendekatan dengan nilai estimasi produksi tambak dan dengan pendekatan beberapa asumsi diatas, dapat diduga jumlah kebutuhan benih udang, induk udang dan unit hatchery-nya serta kebutuhan pakan dan unit pabrik pakannya. Berdasarkan kesesuaian lahan, tambak udang di wilayah kajian pantai timur memerlukan benih udang setiap tahunnya sebanyak benur, sementara kebutuhan untuk setiap wilayah kajiannya dapat dilihat pada Tabel Kemudian, untuk kebutuhan induk udangnya, bila rata-rata setiap induk menghasilkan benur, maka diperkirakan memerlukan sebanyak ekor/tahun. Selanjutnya, dengan asumsi setiap hatchery mengelola 0 induk udang per tahunnya, maka jumlah minimal dibutuhkan hatchery sebanyak 76 unit. Tabel 6. 4 Estimasi Kebutuhan Ideal Benih dan Hatchery Udang di Setiap Lokasi Kajian Berdasarkan Pendekatan Produksi dari Kesesuaian Lahan Tambak Wilayah Produksi Kebutuhan Ideal Kebutuhan ideal Udang (ton) Benur (ekor) hatchery (unit) Kabupaten Pidie.21, Kabupaten Bireuen.0, Kabupaten Aceh Utara 4.561, Kabupaten Aceh Timur 8.560, Kota Langsa 682, Kabupaten Aceh Tamiang 2.566, TOTAL Seperti disebutkan dalam asumsi bahwa pakan hanya diberikan pada usaha budidaya tambak udang saja, maka estimasi kebutuhan pakan hanya dihitung untuk komoditi udang yang dibudidayakan di lahan tambak dengan kategori S2 (sesuai). Estimasi kebutuhan pakan udang secara keseluruhan di lokasi kajian pantai timur NAD adalah sebanyak 11.45,28 ton per tahun, sedangkan kebutuhan pakan untuk setiap wilayah kajiannya dapat dilihat pada Tabel Selanjutnya dengan asumsi kapasitas pabrik pakan 50 ton/hari dan beroperasi selama 250 hari kerja per tahun, maka untuk wilayah pantai timur NAD ini cukup memerlukan 1 unit pabrik pakan saja. Identifikasi dan Inventarisasi Kawasan BudidayaTambak di Pantai Timur NAD Bab 6-4

315 Disarankan lokasi pendirian pabriknya berada di wilayah Kota Langsa, karena wilayah ini telah berdiri beberapa cold storage dan juga tersedia pelabuhan laut yang cukup memadai. Tabel 6. 5 Estimasi Kebutuhan Pakan Udang di Setiap Lokasi Kajian Berdasarkan Pendekatan Produksi Udang di Kategori Lahan Sesuai Wilayah Produksi Total Kebutuhan Udang (ton) Pakan (ton/thn) Kab. Pidie.21, ,98 Kab. Bireuen.0, ,96 Kab. Aceh Utara 4.561, ,56 Kab. Aceh Timur 8.560, ,0 Kota Langsa 682,80 41,40 Kab. Aceh Tamiang 2.566, ,10 TOTAL 11.45,28 Untuk sarana penunjang yang diperlukan di wilayah kajian Pantai Timur NAD, seperti: pabrik es dan cold storage, juga dapat diestimasi dengan pendekatan nilai estimasi produksi budidaya tambak udang dan bandeng seperti tertera pada Tabel 6. 2 dan Tabel 6.. Asumsi-asumsi yang digunakan dalam mengestimasi kebutuhan sarana penunjang ini adalah: 1. Kapasitas pabrik es sebesar 10 ton per hari 2. Ratio ideal es terhadap bandeng adalah 1 : 1. Ratio ideal es terhadap udang adalah 2 : 1 4. Kapasitas coldstorage sebesar 10 ton per hari 5. Komoditi hasil tambak yang diproses di coldstorage adalah hanya udang 6. Koefisien pengolahan untuk udang yang diproses di coldstorage sebesar 80% 7. Jumlah hari kerja unit pabrik pakan dalam satu tahun adalah 250 hari. Dengan jumlah estimasi produksi udang dan bandeng per tahun masingmasing sebesar kg dan kg, maka diperlukan kebutuhan es sebesar kg/tahun. Sementara pabrik es yang tersedia hanya mampu menyediakan es sekitar kg/tahun yang di suplai dari pabrik es di Kabupaten Pidie dan 1 pabrik es di Kab. Bireuen. Identifikasi dan Inventarisasi Kawasan BudidayaTambak di Pantai Timur NAD Bab 6-5

316 Untuk memenuhi kekurangan tersebut maka secara bertahap perlu dibangun tambahan pabrik es sebanyak 41 buah dengan kapasitas produksi per hari masing-masing 10 ton dengan perincian masing-masing seperti tertera pada Tabel 6. 6 dan Tabel Tabel 6. 6 Estimasi Kebutuhan Es di Setiap Lokasi Kajian Berdasarkan Pendekatan Kesesuaian Lahan Wilayah Udang Kebutuhan Es Kebutuhan Es Total Kebutuhan Bandeng (ton/thn) (ton/thn) Es (ton/thn) Kab. Pidie Kab. Bireuen Kab. Aceh Utara Kab. Aceh Timur Kota Langsa Kab. Aceh Tamiang TOTAL Tabel 6. 7 Estimasi Kebutuhan Pabrik Es dengan Kapasitas 10 Ton/Hari di Setiap Lokasi Kajian Berdasarkan Pendekatan Kesesuaian Lahan Wilayah Total Kebutuhan Kebutuhan Pabrik Es Tambahan Pabrik Es (ton/thn) Pabrik Es (unit) yang ada (unit) Es yg diperlukan (unit) Kab. Pidie Kab. Bireuen Kab. Aceh Utara Kab. Aceh Timur Kota Langsa Kab. Aceh Tamiang Total 18 Kemudian, untuk dapat melakukan pemasaran keluar daerah provinsi dan juga pemasaran ekspor produk udang hasil tambak diperlukan proses pembekuan udang melalui industri pembekuan atau cold storage. Dengan estimasi produksi udang sebesar kg dan menggunakan asumsi bahwa koefisien pengolahan udang 80%, kapasitas cold storage 10 ton/hari dan jumlah hari kerja 250 hari per tahun, maka sedikitnya dibutuhkan cold storage sebanyak 7 unit. Saat ini di kawasan pantai timur NAD telah terdapat unit cold storage yang semuanya berada di Kota Langsa. Namun dari ketiga cold storage tersebut baru 1 unit yang sudah berjalan baik. Berdasarkan kondisi ini maka perlu diupayakan untuk memberdayakan kembali 2 unit cold storage yang telah ada tersebut dan menambah secara bertahap 4 unit cold storage. Di rekomendasikan semua unit cold storage ini dibangun di Kota Langsa dalam suatu kawasan industri perikanan yang Identifikasi dan Inventarisasi Kawasan BudidayaTambak di Pantai Timur NAD Bab 6-6

317 berlokasi dekat dengan pelabuhan lautnya. Hal ini dipertimbangkan karena fasilitas yang tersedia di wilayah Kota Langsa sudah memadai ditambah lagi dengan tersedianya pelabuhan laut yang representatif untuk melakukan kegiatan ekspor. Berdasarkan hasil dari suatu penelitian menyebutkan bahwa setiap 0 metrik ton ikan/udang akan memerlukan 1000 hari orang kerja (HOK), sehingga bila 7 unit cold storage ini dapat berdiri, maka diperkirakan akan menyerap tenaga kerja sebanyak 2.44 orang. Identifikasi dan Inventarisasi Kawasan BudidayaTambak di Pantai Timur NAD Bab 6-7

318 Bab.7 KONSEP DAN STRATEGI PENGEMBANGAN KAWASAN BUDIDAYA TAMBAK TERPADU 7.1. Konsep Pengembangan Budidaya Tambak Terpadu Di masa lalu pembangunan sering dipahami sebagai kapasitas dari sebuah perekonomian untuk menciptakan kenaikan pendapatan tahunan berdasarkan Product Domestic Regional Bruto (PDRB) maupun pendapatan per kapita (income per capita) atau dengan kata lain untuk tujuan peningkatan pertumbuhan (economic growth). Namun demikian pelaksanaan paradigma pembangunan tersebut di Indonesia telah menimbulkan berbagai permasalahan. Pembangunan didasarkan skala prioritas dan lebih diarahkan pada sektor dan wilayah yang berpotensi besar dalam memacu pertumbuhan ekonomi tersebut. Akibat dari proses seperti ini diantaranya adalah: (1) Terjadi ketimpangan ekonomi antar sektor karena terjadinya pengeksploitasian secara besar-besaran pada sektor tertentu di wilayah tertentu dan pengabaian pembangunan sektor lain yang dianggap tidak memberikan hasil yang signifikan terhadap pertumbuhan. Pada kondisi ini, biasanya peran pembangunan yang berbasis sumberdaya alam dan potensi lokal (termasuk sektor perikanan) dikurangi untuk selanjutnya digantikan dengan proses industrialisasi secara besar-besaran yang tidak menyentuh langsung potensi lokal di seluruh wilayah yang menghilangkan kesempatan bagi masyarakat untuk memiliki akses dalam upaya pengembangan ekonomi wilayahnya. (2) Terjadinya kerusakan sumberdaya alam termasuk potensi sumberdaya ikan yang terutama di wilayah perairan pesisir pantai karena pengeksploitasian sumberdaya tersebut biasanya dipacu Bab 7-1

319 sedemikian rupa untuk mengejar target-target pertumbuhan ekonomi, termasuk kebijakan pemanfaatan sumberdaya perikanan tanpa adanya pengelolaan yang berkelanjutan. Dengan demikian, diperlukan adanya suatu perubahan pemahaman tentang perencanaan pembangunan seluruh sektor, termasuk sektor perikanan, yang lebih bersifat multidimensional yang mencakup berbagai perubahan mendasar atas struktur sosial, sikap-sikap masyarakat dan institusi-institusi, kelestarian sumberdaya alam, di samping tetap mengejar akselerasi pertumbuhan ekonomi, penanganan ketimpangan pendapatan serta pengentasan kemiskinan. Dengan pemahaman seperti itu, maka pada dasarnya tujuan pembangunan untuk pencapaian pembangunan yang berkelanjutan mencakup tiga aspek yang bersifat umum yaitu : (1) Tujuan-tujuan ekonomi yang meliputi pertumbuhan, pemerataan dan efisiensi yang dibangun melalui kegiatan ekonomi sektor riil dengan fasilitas sarana dan prasarana yang memadai; (2) Tujuan-tujuan sosial yang meliputi pemberdayaan masyarakat, peningkatan partisipasi masyarakat dalam perencanaan, proses dan monitoring pembangunan dan penguatan kelembagaan yang mendukung tujuan semua aspek tujuan pembangunan ekonomi; () Tujuan-tujuan ekologi yang meliputi integrasi ekosistem, memperhatikan daya dukung suatu sumberdaya yang mendukung semua aspek tujuan pembangunan ekonomi. Pelaksanaan pembangunan perikanan budidaya nasional diarahkan kepada: (1) peningkatan ekspor hasil perikanan budidaya, (2) peningkatan konsumsi ikan masyarakat dalam rangka ketahanan nasional, () pengentasan kemiskinan masyarakat pembudidaya ikan/udang untuk mendukung penguatan perekonomian nasional, dan (4) rehabilitasi dan pengendalian pemanfatan sumberdaya lahan perikanan budidaya untuk mendukung pembangunan nasional berkelanjutan. Kemudian, untuk pengembangan budidaya ke depan akan dihadapkan pada keharusan untuk mampu mengikuti tatanan perikanan dunia yang tertuang dalam Code of Conduct for Bab 7-2

320 Responsible Fisheries, dengan mendorong kemampuan masyarakat pembudidaya untuk dapat menerapkan teknologi ramah lingkungan, hemat lahan dan hemat air. Secara umum, pengembangan perikanan budidaya tambak di Pantai Timur NAD masih menghadapi beberapa kendala internal dan eksternal. Hambatan internalnya antara lain adalah: (a) terbatasnya penguasaan teknologi pembenihan, (b) jangkauan irigasi teknis untuk tambak belum merata, (c) penanganan penyakit ikan/udang dan kesehatan lingkungan tambak belum terintegrasi, (d) informasi pasar dan promosi produk belum berjalan baik, dan (e) pengolahan hasil budidaya tambak masih terbatas. Sementara itu, hambatan eksternalnya antara lain: (a) belum terjaminnya tata ruang lahan tambak, (b) lemahnya dukungan permodalan bagi petambak ikan/udang skala kecil, (c) mekanisme penyuluhan belum berjalan efektif dan belum didukung dengan jumlah tenaga penyuluh yang memadai, dan (d) prasarana jaringan listrik dan jalan penghubung ke beberapa sentra budidaya tambak belum memadai. Berdasarkan dari kondisi tersebut di atas, maka konsep pembangunan perikanan budidaya tambak harus berorientasi pada pengembangan kawasan budidaya tambak terpadu. Konsep ini menekankan kepada efisiensi (ekonomis) dan efektivitas, berkelanjutan dan ramah lingkungan serta terkontrol dalam usaha budidaya. Kawasan terpadu tersebut terdiri dari unit usaha budidaya tambak dengan teknologi, pola tanam, standar proses produksi, komoditas, sumber dan kualitas sarana produksi ikan yang relatif seragam/serentak, serta pasar produk yang pasti (dapat diprediksi). Kondisi tersebut mengharuskan penyediaan sarana dan prasarana dari hulu hingga hilir (saprokan, hatchery, irigasi, energi listrik, cold storage, transportasi, kontrol penanganan limbah, kelembagaan) yang terpadu dan terkonsentrasi pada suatu kawasan. Bab 7 -

321 Khusus dalam penanganan limbah akibat aktivitas budidaya dapat diterapkan pola Trophic Level Based Aquaculture, dengan pola ini diharapkan produksi udang (trophic tertinggi) tidak terganggu akibat limbah organik budidayanya, karena limbah akan direduksi dan dikonversi menjadi biomassa kerang dan rumput laut yang sengaja dibudidayakan secara terintegrasi dalam kawasan tersebut. Kerang dan rumput laut kelak akan menjadi komoditas tambahan dari kawasan budidaya tambak terpadu tersebut. Selain itu pula diperlukan SDM dengan kemampuan yang tinggi dan merata untuk mengelola kawasan tersebut, serta kerjasama yang harmonis dengan instansi terkait. Untuk maksud tersebut diperlukan luasan minimum agar kawasan dapat beroperasi secara efektif dan efisien (ekonomis), diperkirakan minimal luasan pertambakan sebesar 5000 ha (perlu studi perhitungan lanjut) untuk membangun kawasan budidaya terpadu. Produksi perikanan hasil tambak, seperti udang dan bandeng, sebagaimana produk hasil pangan lainnya harus diproduksi memenuhi standar food safety dan biosecurity. Hasil tambak dapat saja terkontaminasi sejak dari proses budidaya di tambak sampai dengan sesaat sebelum dikonsumsi. Hal ini mendorong banyak negara, terutama negara-negara maju mengeluarkan peraturan yang berkaitan dengan ikan sebagai produk pangan. FAO, dalam rangka melakukan perlindungan terhadap konsumen ikan, akan mengembangkan pengendalian kualitas secara total, dimulai dari lokasi budidaya/penangkapan sampai dengan siap saji (from farm to table). Walaupun inisiatif ini khususnya datang dari negara-negara Uni Eropa, tetapi implikasi atas kebijakan global ini akan sangat signifikan bagi negara-negara produsen ikan yang memasarkan produknya pada pasar ekspor. Bahkan standar mutu tersebut telah menjadi prasyarat untuk produk-produk yang akan memasuki pasar atau negara tertentu. Mengantisipasi semakin ketatnya persyaratan standar mutu dan standar kesehatan produk hasil budidaya tambak, maka penerapan good aquaculture practices mutlak harus diimplementasikan agar produk tambak yang dihasilkan mampu bersaing di pasar dunia. Bab 7-4

322 7.2. Analisis Permasalahan dan Lingkungan Strategis Permasalahan Umum Pasar domestik dan internasional menunjukkan peningkatan konsumsi dunia akan perikanan, kesadaran akan manfaat makan ikan, isu kemiskinan, kerawanan pangan, lapangan kerja, kerawanan sosial, flu burung, penyakit sapi gila, pengawet formalin, dan pencemaran lingkungan menyebabkan pengembangan budidaya perikanan di tambak menjadi salah satu usaha yang prospektif dan strategis, sekaligus penuh dengan tantangan/hambatan. Ketersediaan sumberdaya manusia yang kompeten, kelembagaan terkait yang mendukung pengembangan SDM, IPTEKS, dan kebijakan yang memadai (Perguruan tinggi, lembaga riset, laboratorium, dinas, BMPT, penyuluh) merupakan potensi yang harus dimanfaatkan dan diberdayakan untuk pengembangan perikanan budidaya. Berdasarkan data dan informasi yang dikumpulkan, dapat diindikasikan beberapa permasalahan umum yang dijumpai di kabupaten/kota yang menjadi lokasi studi di wilayah pantai timur Provinsi NAD, dapat digambarkan sebagai berikut: 1) Tidak tersedianya data akurat mengenai luas lahan dan kondisi lahan tambak serta distribusinya. 2) Terbatasnya prasarana dan sarana penunjang kegiatan perikanan budidaya tambak, terutama ketersediaan irigasi khusus pertambakan. ) Munculnya penyakit (virus) udang dan ketersediaan benih bebas virus yang terbatas (umumnya masih impor dengan harga yang relatif mahal). 4) Pola tanam yang tidak terpadu, penerapan teknologi yang beragam, sistem saluran yang sambung-menyambung antar tambak serta distribusi yang luas dari lokasi areal budidaya, menyulitkan untuk memutus rantai penyebaran penyakit. 5) Pakan dan bahan pakan utama (tepung ikan) yang merupakan komponen utama pakan udang masih impor, sehingga ketersediaannya masih sangat tergantung pada luar negeri. Bab 7-5

323 6) Perluasan kawasan industri dan pemukiman yang tidak tertata dengan baik, sehingga dapat mengancam lahan produktif pertambakan, akibat adanya potensi pencemaran yang terjadi, seperti limbah industri dan rumah tangga. 7) Terjadinya kerusakan kawasan hutan bakau yang cukup parah di beberapa wilayah pesisir pantai timur Provinsi NAD pada saat ini yang harus segera direhabilitasi kembali agar kegiatan perikanan budidaya tambak dapat berjalan secara berkelanjutan. 8) Daya dukung lingkungan perairan yang cenderung menurun, akibat aktivitas di hulu (seperti: pencemaran industri, pengrusakan hutan) dan hilir (rusaknya hutan mangrove) yang belum dapat terkendali dengan baik. 9) Luas kepemilikan lahan per petani tambak yang cenderung semakin kecil, sehingga skala ekonomi usahanya menjadi tidak efisien, akibatnya tidak mampu untuk meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan petambak. 10) Kegiatan pemasaran hasil budidaya tambak yang masih terbatas dan penetapan harga masih ditentukan oleh pengumpul atau pedagang besar. 11) Kegiatan pengolahan hasil budidaya tambak juga belum berkembang dengan baik, sehingga belum memberikan nilai tambah yang optimal bagi pertumbuhan ekonomi daerah setempat. Kondisi umum permasalahan di atas pada dasarnya mengacu pada 5 (lima) aspek, yaitu sumberdaya manusia, sumberdaya perikanan budidaya tambak dan daya dukungnya, infrastruktur, kelembagaan dan sosial-ekonomi. (a) Sumberdaya manusia Keterkaitan peranan sumberdaya manusia dalam upaya pembangunan perikanan budidaya tambak akan berhubungan erat dengan keberadaan masyarakat petambak, aparat pemerintah (baik dinas teknis dan litbang), perguruan tinggi, tenaga profesional bidang manajemen, lingkungan, teknologi, pengolahan dan pemasaran. Bab 7-6

324 Masyarakat petambak di Pantai Timur NAD kebanyakan memiliki modal usaha yang terbatas. Bekerja sebagai petambak karena berdasarkan pengalaman yang turun menurun dengan perolehan pendapatan yang berfluktuasi dan tidak optimal, karena kurangnya menerima pembinaan yang cukup dalam aspek teknis dan manajemen. Kondisi sosial budaya bagi masyarakat petambak juga turut menentukan keberhasilan dalam usaha budidaya tambak yang dilakukannya. Aparat pemerintah dalam lingkup dinas teknis juga berada pada sisi yang tidak lebih baik dari petambak, selain perolehan pendapatan yang relatif masih rendah, juga terhadap kesempatan dalam menimba ilmu dan pengalaman yang terukur dalam bidangnya masing-masing. Akibatnya kemampuan dalam tugas dan fungsinya untuk dapat melakukan kegiatan pembinaan tidak berjalan sesuai dengan harapan. Aparat pemerintah lainnya dan Perguruan Tinggi sebagai potensi sumberdaya manusia yang bekerja dalam lingkup lembaga penelitian dan pengembangan berada pada jalur kegiatan yang bersifat spesifik bagi kegiatan penelitian dan pendidikan. Bidang kegiatannya kadang kala tidak memiliki kesinambungan yang baik terhadap permasalahanpermasalahan yang terjadi di daerah. Sehingga upaya-upaya kegiatan pembinaan teknis dan manajemen tidak berjalan dengan baik. Tenaga profesional lainnya dalam bidang manajemen, teknologi dan pemasaran lebih banyak berada dalam suatu lingkungan yang bersifat eksklusif dan memiliki arti yang sangat penting bagi berjalannya operasional usaha budidaya tambak yang dilakukan oleh perusahaan. Keberadaan mereka tidak dapat dijadikan andalan bagi pemerintah daerah untuk tujuan berjalannya transfer teknologi dan manajemen terhadap masyarakat petambak lainnya juga aparat. Perusahaan budidaya tambak dengan modal yang sangat besar menempatkan tenaga-tenaga profesional tersebut untuk dapat mengakses segala informasi dan solusi permasalahan hanya dalam kegiatan usaha yang dijalankannya. Bab 7-7

325 (b) Sumberdaya perikanan budidaya tambak dan daya dukungnya Salah satu aspek penting berjalannya usaha bidang perikanan budidaya tambak adalah keberadaan potensi sumberdaya udang/ikan dan lingkungan yang mendukungnya. Jenis sumberdaya udang/ikan ada yang dapat dijadikan kegiatan usaha dengan output komoditi perikanan yang bersifat eksportabel. Dengan demikian, lingkungan yang mendukung bagi usaha budidaya tambak tentunya akan meningkatkan aktivitas ekonomi usaha bidang perikanan budidaya tambak serta industri turunannya. Kemudian aktivitas manusia yang memanfaatkan sumberdaya lahan tambak perikanan dengan tingkat upaya dan teknologi yang tidak tepat akan menimbulkan permasalahan terhadap keberlanjutan potensi sumberdaya lahan tambak itu sendiri. Kegiatan pengelolaan sumberdaya lahan tambak dengan menggunakan teknologi yang bersifat merusak tentunya akan berdampak terhadap rusaknya ekosistem dan habitat sumberdaya perikanan tersebut. (c) Infrastruktur Salah satu aspek yang sangat menentukan dalam pembangunan dan pengembangan perikanan budidaya tambak adalah tersedianya fasilitas pendukung atau infrastruktur yang memadai. Beberapa syarat standar internasional yang patut diperhatikan adalah proses dan cara-cara pembudidayaan yang baik (menggunakan teknologi ramah lingkungan), proses penanganan hasil budidaya tambak saat panen, dan proses penanganan hasil budidaya tambak saat akan diolah di industri pengolahan. Untuk dapat memenuhi persyaratan standar internasional tersebut, maka solusi yang dapat dikedepankan dalam aspek infrastruktur adalah keberadaan lahan tambak yang layak, ketersediaan sarana produksi udang/ikan (saprokan), dan penggunaan teknologi budidaya, pemanenan dan pengolahan yang tepat. Ketersediaan infrastruktur yang baik akan berdampak bagi keberlanjutan usaha perikanan budidaya tambak. Dukungan lainnya yang tidak kalah pentingnya Bab 7-8

326 adalah ketersediaan fasilitas air bersih, listrik, pusat bisnis atau pemasaran, dan sarana transportasi. (d) Kelembagaan Aspek kelembagaan yang terkait dengan aktivitas perikanan budidaya tambak, baik secara langsung maupun tidak langsung adalah kelompok petani tambak, Badan Musyawarah Petani Tambak (BMPT), lembaga penyuluh perikanan budidaya tambak (UPP), perusahaan budidaya tambak, Laboratorium pengujian mutu (LPPMHP), lembaga penelitian dan pengembangan, perguruan tinggi, dinas teknis, lembaga keuangan, Bappeda, dan lain sebagainya. Setiap institusi/kelembagaan memiliki peran spesifik terhadap tugas dan fungsinya yang dijalankan untuk kepentingan lembaga masing-masing dan kepentingan yang bersifat umum. Permasalahan umum yang sering terjadi biasanya adalah pada kegiatan yang bersifat lintas sektoral, dimana koordinasi atau kerjasama yang dilakukannya secara umum belum berjalan secara harmoni dan sinergis, malah kadang dapat menghambat suatu proses kegiatan tersebut, misalnya masalah tata ruang penggunaan lahan yang seringkali kepentingan usaha budidaya tambak tidak diakomodir. (e) Sosial ekonomi Kondisi sosial dan ekonomi dari setiap pelaku perikanan akan menentukan keberhasilan kegiatan usaha yang dilakukannya. Keterbatasan dalam kepemilikan modal usaha umumnya akan menjadi pemicu kegagalan usaha yang sedang dijalankannya terkait dengan kesalahan dalam aspek teknis, manajemen usaha dan kendala-kendala eksternal lainnya (seperti kenaikan BBM). Sementara itu kondisi aksesibilitas yang rendah bagi masyarakat petani tambak dalam perolehan skim kredit permodalan dari lembaga perbankan formal maupun informal juga akan menambah permasalahan bagi operasionalisasi usaha yang sedang dijalankannya. Kurangnya perhatian pemerintah daerah dalam aspek pembinaan dan penyediaan program bantuan teknis bagi masyarakat petambak akan menyebabkan Bab 7-9

327 rendahnya pendapatan yang diperoleh. Dengan demikian aspek permodalan akan sangat terkait dengan aspek pendukung kebutuhan operasionalisasi usaha perikanan tangkap mulai dari hulu hingga hilir termasuk kondisi keuangan daerah dan pusat akan mempengaruhi kebijakan implementasi program pembinaan yang sangat diperlukan bagi masyarakat petambak Analisis Faktor Lingkungan Strategis Konsep pembangunan perikanan budidaya tambak terpadu di suatu kawasan, secara umum akan dipengaruhi oleh lingkungan strategis wilayahnya, baik lingkungan internal maupun eksternal, yang dapat menentukan tingkat keberhasilan pengembangan serta pelaksanaan pembangunannya. Faktor internal dan eksternal secara sinergis akan menentukan kekuatan dan kelemahan pemerintah daerah untuk tetap berada pada jalur kewenangannya dalam menyingkapi permasalahan yang ada maupun yang akan datang. Kondisi tersebut akan menempatkan eksistensi yang sangat baik bagi perencanaan pengembangan dan pembangunan perikanan budidaya daerah. a. Faktor lingkungan internal Lingkungan internal merupakan semua kondisi dan faktor yang berasal dari dalam lingkungan sendiri, yakni berupa kekuatan dan kelemahan. Untuk memperoleh strategi yang tepat dalam upaya mengembangkan perikanan budidaya tambak terpadu, faktor lingkungan internal akan dilihat dari beberapa aspek. Unsur-unsur dari faktor lingkungan internal ini secara lengkap disajikan pada Tabel Bab 7-10

328 Tabel 7. 1 Unsur-Unsur Faktor Lingkungan Internal No Aspek 1. Budidaya Tambak Unsur-Unsur Lingkungan Internal No Kekuatan No Kelemahan 1. Lahan budidaya tambak 1. Tidak tersedia benur bebas yang luas virus berkualitas tinggi 2. Tersedia induk udang 2. Ketersediaan pakan belum windu alam yang mencukupi dan masih berkualitas tinggi tergantung dari luar daerah. Jumlah petani tambak yang relatif memadai 4. Adanya dukungan dari Pemerintah Pusat dan Daerah 2. Lingkungan 1. Kuantitas air tawar memadai 2. Kuantitas air laut memadai. Kemiringan pantai landai (<5%) 4. Tunggang pasang surut (tidal range) cukup memadai yakni 1,9 m (1,1-2,1 m). Kelembagaan 1. Kemauan petambak untuk memperbaiki diri 2. Keinginan pemerintah daerah NAD untuk memperbaiki kondisi pertambakan. Pranata sosial yang tumbuh dan berkembang di masyarakat provinsi. Belum ada standar pola tanam dan penggunaan teknologi budidaya tambak 4. Ketersediaan prasarana dan sarana pendukung aktivitas perikanan budidaya tambak masih minim. 5. Adanya penyebaran penyakit udang/ikan 6. Saluran irigasi tambak masih terbatas dan belum tertata dengan baik 1. Pintu air tambak belum memadai 2. Saluran tambak banyak yang rusak. Pendangkalan mulut sungai tinggi 4. Debit aliran rendah di saluran sekunder dan tersier 5. Kedalaman air tambak masih <0.5m 6. Penurunan luas jalur hijau (green belt) 1. Kelembagaan Permodalan Lemah 2. Keterbatasan Modal Usaha. Kapasitas sumberdaya perikanan (aparat, pembudidaya ikan) masih rendah 4. Tumpang tindih penggunaan dan kepemilikan lahan tambak 5. Kelembagaan yang belum terstruktur dengan baik 6. Koordinasi antar lembaga yang masih lemah 7. Jumlah tenaga penyuluh lapangan yang masih kurang 8. Lembaga pemasaran yang belum berkembang dengan baik 9. Rentenir yang menyediakan dana permodalan dengan bunga tinggi Bab 7-11

329 No Aspek Unsur-Unsur Lingkungan Internal No Kekuatan No Kelemahan 4. Pemasaran 1. Lembaga pemasaran hasil tambak ada sampai ke tingkat desa 1. Peran pedagang pengumpul terlalu dominan sehingga bisa menekan harga di tingkat pembudidaya 2. Sebagian pembudidaya tambak telah menjadi anggota kelompok tambak 2. Kelompok pembudidaya tambak belum berperan dalam kegiatan pemasaran produk tambak. Industri pengolahan udang belum banyak di Provinsi NAD 5. Sosial Ekonomi 6. Penanganan dan Pengolahan 1. Para pembudidaya tambak telah memiliki pengalaman usaha budidaya tambak yang lama 2 Tingkat pendidikan sebagian pembudidaya tambak relatif cukup baik 1. Ketersediaan bahan baku udang dan bandeng hasil tambak terjamin. 2. Sudah ada industri pembekuan udang dan 1. Umur sebagian pembudidaya tambak telah cukup tua 2. Sebagian pembudidaya memiliki lahan budidaya yang sangat sempit (di bawah 0,5 ha/orang). Sebagian besar pembudidaya tidak memiliki modal yang cukup 1. Jumlah pabrik es belum memadai. 2. Industri pembekuan udang dan cold storage belum beroperasi secara optimal. cold storage. Sudah tersedia pabrik es. Laboratorium pengujian mutu berlokasi jauh dari industri pembekuan udang dan cold storage. 4. Kuantitas SDM penanganan dan pengolahan hasil tambak mencukupi. 4. Kualitas SDM yang terampil untuk penanganan, pembekuan dan pengolahan hasil tambak relatif sedikit. 5. Teknologi pengolahan bandeng belum ada b. Faktor Lingkungan Eksternal Lingkungan eksternal merupakan semua kondisi dan faktor yang berasal dari luar lingkungan, yakni berupa peluang dan ancaman. Seperti pada lingkungan internal, faktor lingkungan eksternal juga akan dilihat dari beberapa aspek, guna mendapatkan strategi yang tepat untuk mengembangkan perikanan budidaya tambak terpadu. Unsur-unsur dari faktor lingkungan eksterna ini secara lengkap disajikan pada Tabel Bab 7-12

330 Tabel 7. 2 Unsur-unsur Faktor Lingkungan Eksternal No Aspek 1. Budidaya Tambak Unsur-Unsur Lingkungan Eksternal No Peluang No Ancaman 1. Permintaan akan 1. Limbah industri dan rumah ikan/udang cenderung tangga meningkat sejalan dengan pertambahan penduduk 2. Harga komoditi hasil 2. Bencana banjir budidaya cukup tinggi. Program Revitalisasi Perikanan 4. Tersedianya bantuan dana dari negara-negara donor yang relatif cukup besar 2. Lingkungan 1. Rehabilitasi fisik tambak dan saluran dari BRR 2. Perhatian terhadap kelestarian lingkungan cenderung meningkat, baik oleh lembaga pemerintah maupun non pemerintah. Kelembagaan 1. Otonomi daerah khusus yang memberikan wewenang mengurus daerah lebih luas. 2. Program revitalisasi pertanian, perikanan dan kehutanan yang salah satunya bertujuan meningkatkan produksi 4. Sosial Ekonomi dan Pemasaran 5. Sosial Ekonomi udang 1. Komoditi udang menjadi komoditi unggulan dalam program Revitalisasi Pembangunan Sektor Perikanan 2. Permintaan udang di pasar dunia masih tetap tinggi 1. Komoditi udang menjadi komoditi unggulan dalam program Revitalisasi Pembangunan Sektor Perikanan. Harga bahan bakar minyak (BBM) yang cenderung meningkat 1. Sedimentasi di muara sungai 2. Saat hujan terjadi banjir. Abrasi pantai 4. Kenaikan muka laut yang dapat menggenangi tambak akibat pemanasan global 1. Lembaga pemasaran yang masih dikuasai oleh pedagang dari Medan 2. Masih adanya pungutan tidak resmi yang memberatkan petani 1. Penetapan standar mutu yang tinggi dari negara importir udang 2. Negara pesaing (Vietnam, China dan lain-lain) semakin meningkatkan kualitas dan kuantitas produksinya 1. Dukungan finansial pihak perbankan untuk membantu pengembangan modal pembudidaya masih lemah 6. Penanganan dan Pengolahan 2. Perhatian Pemerintah Daerah terhadap pengembangan usaha budidaya tambak semakin meningkat 1. Terbukanya peluang pasar domestik dan ekspor perikanan tambak. 2. Tersedianya sarana pelabuhan ekspor di wilayah pantai timur NAD. 2. Lembaga penyuluhan bagi pembudidaya tambak belum berperan maksimal 1. Tuntutan terhadap jaminan mutu dan keamanan pangan yang semakin ketat di pasar ekspor. 2. Persaingan usaha pengolahan hasil tambak yang tidak sehat Bab 7-1

331 7.. Strategi Pengembangan Budidaya Tambak Terpadu Berdasarkan hasil analisis lingkungan strategis dan dengan pendekatan matrik SWOT, maka dihasilkan beberapa strategi dan kebijakan untuk pengembangan budidaya tambak terpadu di Pantai Timur NAD sebagai berikut: 1) Pengembangan zonasi khusus kawasan budidaya udang windu terpadu. 2) Pengembangan dan revitalisasi industri pembenihan udang dan ikan. ) Pengembangan dan revitalisasi industri pakan udang dan ikan. 4) Standarisasi sistem budidaya tambak yang produktif, efisien dan ramah lingkungan. 5) Penguatan keterampilan teknis pembudidaya melalui program pelatihan 6) Pengembangan silvo-fisheries (dengan kepiting). 7) Optimalisasi teknis inlet dan outlet aliran air tambak 8) Rehabilitasi saluran tambak 9) Pengerukan muara sungai 10) Pemeliharaan saluran dan pengerukan saluran air 11) Rehabilitasi hutan bakau dan hutan pantai 12) Pemeliharaan dan penataan DAS (Daerah Aliran Sungai) secara terpadu 1) Penataan kawasan hutan bakau 14) Membangun perlindungan pantai 15) Penguatan dan penataan organisasi pembudidaya tambak yang berbasis masyarakat 16) Peningkatan kapasitas dan kualitas sumberdaya manusia perikanan budidaya tambak dengan pendidikan formal maupun informal 17) Melembagakan pola kemitraan usaha pertambakan 18) Melakukan koordinasi dengan lembaga sub sektor lain yang terkait 19) Penambahan dan penataan lembaga penyuluh lapangan 20) Penguatan lembaga penyuluhan perikanan, khususnya untuk pembudidaya tambak 21) Menyusun tata ruang pemanfaatan pesisir lintas sektor Bab 7-14

332 22) Penguatan modal usaha untuk petambak skala kecil melalui pembentukan lembaga bantuan modal pada level kabupaten 2) Mendirikan sentra-sentra perdagangan dan industri pengolahan ikan/udang di Provinsi NAD 24) Penyusunan aturan retribusi perikanan budidaya tambak yang resmi oleh pemerintah daerah 25) Memfasilitasi hubungan kelompok pembudidaya tambak dengan pedagang hasil tambak melalui kesepakatan bersama. 26) Membangun sistem informasi pasar untuk produk-produk hasil tambak 27) Program landreform bagi pembudidaya yang memiliki lahan di bawah 0,5 ha 28) Pembentukan lembaga permodalan yang mendukung usaha budidaya tambak 29) Membangun saluran sekunder dan tersier untuk mengatur kuantitas dan kualitas air yang masuk ke tambak 0) Penyuluhan penanganan produk tambak (good handling practices) kepada anggota kelompok pembudidaya dan pedagang 1) Penyuluhan good manufacturing practices kepada industri pengolahan udang 7.4. Arahan dan Prioritas Pengembangan Arahan Pengembangan Pembangunan perikanan budidaya nasional ke depan diarahkan sebagai salah satu sumber pertumbuhan ekonomi andalan yang diwujudkan melalui sistem usaha budidaya yang berdaya saing, berkelanjutan dan berkeadilan. Sistem usaha budidaya yang berdaya saing dimaksudkan untuk mewujudkan usaha perikanan budidaya dalam suatu sistem akuabisnis terpadu dengan menerapkan sistem manajemen kualitas secara total, sehingga mampu menghasilkan produk yang berkualitas secara efisien. Sementara itu, sistem usaha budidaya yang berkelanjutan bertujuan untuk mewujudkan usaha perikanan budidaya yang memperhatikan daya dukung lahan, kelestarian Bab 7-15

333 sumber daya alam dan lingkungan hidup, sehingga usaha yang dikembangkan dapat berjalan secara berkesinambungan. Kemudian, untuk sistem usaha budidaya yang berkeadilan dimaksudkan untuk mewujudkan usaha perikanan budidaya yang mampu mensejahterakan masyarakat pelaku usaha secara adil, baik dalam kepemilikan sumber daya, manfaat usaha, dan pengembangan perekonomian wilayah. Lima dasar pertimbangan dalam pengembangan kawasan budidaya, yakni: (1) orientasi dorongan permintaan pasar (market driven oriented), (2) dapat dikelola secara ekonomis (managable), () partisipasi masyarakat pembudidaya (participatory), (4) keterpaduan sistem usaha budidaya (integrated system), dan (5) kelengkapan sarana dan prasarana (infrastructure capacity) Arahan pengembangan kawasan budidaya terpadu adalah sebagai berikut: 1. Luasan tambak di Pantai Timur NAD sangat luas dengan teknologi tradisional (dominan), dengan kepadatan rendah, pengelolaan air yang kurang baik ; air masukan dan keluaran bercampur, sehingga produktivitas rendah, timbul penyakit dan terjadi penyebaran penyakit. Oleh karena itu, diperlukan penataan kawasan pertambakan, perbaikan teknologi dan peningkatan kemampuan menggunakan teknologi bagi petani tambak sehingga kualitas air optimal untuk budidaya, mengurangi timbul dan menyebarnya penyakit. 2. Penataan kawasan dilakukan dengan cara: a. membuat sistem pemasukan dan pengeluaran terpisah yang relatif jauh b. Membuat kawasan tambak tertutup, sehingga biodiversity terjamin c. pembuatan green belt d. sebagian petakan tambak dijadikan tempat tandon, tempat memelihara rumput laut dan kerang-kerangan. Peningkatan teknologi budidaya ke arah intensif pada daerah dengan memiliki daya dukung lingkungan memadai dalam rangka optimalisasi pemanfaatan lahan pesisir untuk pertambakan. Bab 7-16

334 4. Penjaminan dan penyediaan benih bebas virus. Hal ini dapat dilakukan bila terbentuk kawasan budidaya tambak terpadu dimana mengharuskan benih yang masuk harus dikontrol kualitasnya. Benur bebas virus, diproduksi melalui serangkaian program breeding yang kontinyu. 5. Pengendalian dan penanggulangan pencemaran dapat dilakukan dengan melokalisasi dan mengotrol areal budidaya dalam cluster-cluster daerah budidaya atau komoditas. 6. Keamanan produk dapat dicapai dengan mengontrol bahan-bahan saprokan dan obat-obatan/bahan kimia serta peralatan yang digunakan untuk proses produksi dalam suatu kawasan. Kemudian, untuk mewujudkan arah pengembangan budidaya tambak di Pantai Timur NAD ke depan, maka kebijakan yang perlu ditempuh adalah melalui pengembangan kawasan budidaya tambak terpadu yang menerapkan sistem usaha yang berdaya saing, berkelanjutan dan berkeadilan. Kawasan budidaya tersebut dibangun melalui penerapan azas kebersamaan ekonomi antar petambak ikan/udang sebagai anggota kelompok atau koperasi dalam suatu kawasan untuk mengintegrasikan pemenuhan kebutuhan sarana produksi, pelaksanaan proses produksi, pengolahan dan pemasaran hasil, serta pengelolaan lingkungan dalam suatu sistem yang mantap, sehingga diperoleh nilai tambah dan efisiensi dalam proses produksi, pengolahan dan pemasaran hasil serta dalam menjaga kelestarian sumberdaya dan lingkungannya Prioritas Pengembangan Berdasarkan hasil analisis identifikasi dan inventarisasi pertambakan dapat disusun prioritas pengembangan sebagai berikut: 1. Komoditas budidaya tambak yang bernilai ekonomis tinggi adalah udang, khususnya udang windu. Udang ini merupakan spesies endogeneous perairan provinsi NAD. Induk dari daerah ini merupakan salah satu yang terbaik untuk induk udang windu di Indonesia. Oleh karena itu, udang Bab 7-17

335 windu harus dikembangkan sebagai spesies budidaya utama dalam tambak di NAD. Program breeding udang windu harus segera dimulai. 2. Ketersediaan stok induk alami yang cenderung semakin langka, mengharuskan dilakukan pengendalian atau pelarangan penangkapan induk alam dan konservasi daerah perkembangan induk alami, yang disertai dengan pengembangan induk melalui program breeding udang windu. Restocking benih udang windu berkualitas dengan hasil pembenihan.. Peningkatan kualitas genetik induk dan benih udang windu dengan pemberdayaan dan perbaikan teknologi pembenihan. 4. Perbaikan saluran tambak mulai dari muara hingga saluran sekunder, akan meningkatkan kembali kegiatan budidaya oleh petani tambak secara luas. 5. Penataan kembali tata ruang daerah pesisir dan tata letak dan konstruksi (dimensi) sistem irigasi, petakan dan pintu air kawasa pertambakan, sehingga irigasi dan drainase tambak optimal, distribusi saprodi dan produk budidaya ke konsumen lancar. 6. Peningkatan teknologi budidaya udang, bandeng, rumput laut dan kerapu untuk efisiensi produksi. 7. Penyediaan saprodi yang murah dan dengan distribusi yang luas sehingga mudah diakses petani, dapat mengurangi biaya tinggi penyediaan saprodi akibat adanya ikatan antara pembudidaya dengan agen atau pedagang pengumpul tertentu. 8. Peningkatan kapasitas dan peran kelembagaan bidang perikanan dan kelautan. Mengingat besarnya potensi budidaya dan luas areal tambak maka pembinaan dan pengelolaan usaha budidaya tambak harus dilakukan secara intensif dan terencana yang memerlukan dana besar dan SDM yang kompeten, sehingga diperlukan lembaga khusus yang menangani bidang ini yang tidak digabung dengan bidang lainnya. 9. Pembentukan dan penguatan peran penyuluh (monovalen) perikanan untuk meningkatkan pembinaan petani tambak, yang terkoordinasi dengan dinas perikanan dan kelautan. Bab 7-18

336 10. Pengembangan sistem informasi harga untuk membantu petani memperoleh harga pasar yang sebenarnya. 11. Pembentukan dan penguatan peran BMPT atau lembaga petani tambak lainnya dalam memperlancar pengadaan saprodi yang berkualitas dan murah, pengembangan teknologi dan informasi harga. 12. Pengembangan pascapanen dengan perbaikan transportasi rantai dingin, sehingga petani mendapatkan harga yang tinggi karena kualitas produk tetap segar. 1. Pengembangan teknologi budidaya ramah lingkungan (zero waste system) dan menjamin keamanan pangan (pelarangan penggunaan bahan kimia berbahaya, antibiotik). 14. Pengendalian banjir pada musim hujan dengan pembuatan tanggul pada daerah sumber banjir dan pengerukan muara dan saluran secara periodik. 15. Pengembangan kawasan budidaya tambak terpadu yang memiliki lahan layak untuk tambak yang luas, jauh dari pencemaran industri dan pemukiman, yang didukung dengan infrastruktur pendukung (jalan, listrik, saprokan dan cold storage) yang memadai. 16. Pengembangan hatchery udang windu khususnya hatchery yang menghasilkan benur yang SPF. 17. Pengembangan pendederan ikan kerapu di tambak pada beberapa daerah seperti di Bireuen dan Pidie. Usaha ini cukup menguntungkan dan membutuhkan lahan yang tidak terlalu luas. 18. Pengembangan hatchery ikan kerapu untuk mendukung pengembangan pendederan ikan kerapu. Sebelum tsunami, beberapa daerah di Pantai Timur NAD merupakan sumber alami beberapa jenis benih kerapu. 19. Pengembangan budidaya rumput laut dan kerang-kerangan (moluska) sebagai komoditi alternatif. Namun pengembangan ini harus didukung dengan ketersediaan pasar output. Bab 7-19

337 Bab.8 INDIKASI PROGRAM PENGEMBANGAN KAWASAN BUDIDAYA TERPADU 8.1. Dasar Penyusunan Indikasi Program Pantai Timur Provinsi NAD merupakan daerah pertambakan yang sudah lama berkembang. Pada beberapa kabupaten seperti Kabupaten Pidie dan Bireuen, menurut informasi dari beberapa pembudidaya, tambak di daerah tersebut sudah ada sejak abad 19. Menurut data sekunder areal lahan bagi kegiatan perikanan budidaya tambak di wilayah pesisir Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam (NAD) pada tahun 2004 diperkirakan mencapai luas sekitar 6.916,9 Ha. Dari total luasan tersebut, sekitar 96% atau seluas 5.98, Ha tambak berada di kawasan pantai timur NAD dan hanya sekitar 4% atau seluas 1.518,6 Ha yang berada di kawasan pantai barat NAD. Kegiatan budidaya tambak di provinsi ini meliputi kegiatan budidaya tambak yang dikelola secara semi-intensif dan tradisional. Jenis komoditas budidaya tambak yang dikembangkan sampai saat ini terdiri dari bandeng dan udang, dengan produksi total pada tahun 2005 tercatat sebanyak 22.74,6 ton. Pada beberapa lokasi telah berkembang juga budidaya ikan kerapu di Kabupaten Bireuen, Kota Langsa dan Aceh Timur. Budidaya kepiting pernah ada di Kabupaten Aceh Timur, Kota Langsa dan Aceh Tamiang, sedang budidaya ikan nila dilakukan oleh pembudidaya di Bireuen. Sektor perikanan merupakan salah satu pilar ekonomi lokal di Provinsi NAD. Pada tahun 2004 sektor perikanan menyumbangkan sebesar 6,5 persen dari Pendapatan Daerah Bruto (PDB) provinsi senilai 1,59 triliun (Dinas Perikanan dan Kelautan NAD, 2005). Namun, setelah terjadinya tsunami, sektor perikanan, baik subsektor perikanan tangkap maupun budidaya, mengalami kerugian ekonomi paling besar yang berasal dari hilangnya sumber pendapatan daerah. Diperkirakan produksi perikanan di NAD mengalami Bab 8-1

338 penurunan hingga 60 persen. Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) memperkirakan 956 unit perahu/kapal ikan hancur atau tenggelam, 8 unit tempat pendaratan ikan rusak berat, dan sekitar hektar tambak di 11 Kabupaten/Kota rusak berat. Diperkirakan total kerugian langsung akibat bencana ini mencapai 50% nilai total aset. Sementara total nilai kerugian tak langsung mencapai Rp.,8 milyar yang sebagian besar berasal dari kerusakan tambak. Hal ini akibat kerusakan tambak budidaya yang hampir tersebar merata. Bahkan di daerah yang tidak terlalu parah dampak tsunaminya, seperti tambak-tambak yang hanya terkena genangan tsunami, tidak mudah untuk merehabilitasi tambak tersebut agar dapat dipergunakan kembali. Jika membandingkan data produksi sebelum dan setelah tsunami pada ke enam kabupaten lokasi kajian, terlihat adanya penurunan produksi setelah tsunami sebesar 24,65% jika dibandingkan dengan sebelum tsunami (Tabel 8. 1). Meskipun demikian pada dua daerah terjadi peningkatan produksi setelah tsunami yaitu di Kabupaten Bireuen (95,58%) dan Kabupaten Aceh Tamiang (51,8%). Tabel 8. 1 Perbandingan Produksi Budidaya Tambak Sebelum dan Setelah Tsunami pada 6 Daerah Kajian No Kabupaten Produksi Tambak (ton) Pertumbuhan Tahun 2004 Tahun 2005 (%) 1. Pidie 269, ,0 2. Bireuen 2705,4 5291,2 95,58. Aceh Utara 4866, 895,9-19,94 4. Aceh Timur , -82,19 5. Kota Langsa 41,4 124,1-69,98 6. Aceh Tamiang ,8 JUMLAH 1992, ,5-24,65 Dalam rangka membantu meningkatkan produksi tambak yang terganggu akibat tsunami, BRR NAD-Nias telah melakukan rehabilitasi tambak pada ke enam daerah kajian. Namun jika melihat isu dan permasalahan yang ditulis pada bab sebelumnya, maka upaya untuk meningkatkan kembali produksi budidaya tambak di Pantai Timur Provinsi NAD harus dilakukan secara Bab 8-2

339 terintegrasi. Pengembangan usaha budidaya tambak di daerah ini harus memperhatikan empat sub sistim yang akan mendukung sistim agribisnis budidaya tambak. Empat sub sistim tersebut meliputi : 1) Sub Sistim Proses Produksi; sub sistim ini mencakup : prakonstruksi, konstruksi tambak, manajemen air, manajemen pakan, manajemen kesehatan udang/ikan dan manajemen panen. 2) Sub Sistim Sarana Produksi; sub sistim ini mencakup : penyediaan benih, pakan, BBM, kapur, pupuk, obat-obatan dan lain-lain. ) Sub Sistem Faktor Pendukung; sub sistim ini mencakup : tata ruang tambak, perizinan dan iklim investasi, prasarana irigasi, prasarana transportasi dan komunikasi, teknologi dan permodalan. 4) Sub Sistim Pengolahan dan Pemasaran; sub sistim ini mencakup industri pengolahan hasil tambak, penyediaan informasi harga, penyediaan sarana pemasaran hasil tambak. Pembangunan sub sektor perikanan budidaya tambak di Pantai Timur NAD akan lebih cepat berkembang jika dipenuhi beberapa prasyarat sebagai berikut : 1) Adanya jaminan keamanan atas investasi yang ditanamkan oleh investor baik untuk kegiatan budidaya tambak maupun industri pendukung budidaya tambak. 2) Adanya dukungan permodalan dari pihak perbankan. ) Tersedianya sarana dan prasarana penunjang yang memadai seperti prasarana transportasi, komunikasi, listrik dan lain-lain. 4) Tersedianya tenaga kerja yang memiliki keterampilan yang cukup baik dalam bidang budidaya tambak maupun industri pendukung lainnya Perumusan Indikasi Program Industri budidaya tambak di Pantai Timur Provinsi NAD sangat terpengaruh oleh bencana alam tsunami pada akhir tahun Padahal sebelum Bab 8 -

340 tsunami daerah tersebut merupakan salah satu sentra produksi udang dan ikan-ikan hasil tambak lainnya. Upaya rehabilitasi tambak di Pantai Timur NAD yang telah dilakukan oleh BRR NAD-Nias harus didukung dengan penyusunan program pengembangan kawasan budidaya tambak yang terpadu. Berikut disajikan indikasi program pengembangan kawasan budidaya tambak terpadu di kawasan Pantai Timur NAD (Tabel 8. 2). Bab 8-4

341 Tabel 8. 2 Matrik Indikasi Program Pengembangan Budidaya Tambak Terpadu Periode Tahun ke No Program Dimensi Instansi Penanggung Jawab 1 Rehabilitasi tambak X X DKP & Dinas Perikanan dan Kelautan 2 Pembangunan balai benih udang dan ikan tambak, atau pengembangan balai benih udang dan ikan yang sudah ada Pembangunan pusat broodstock udang 4 Pembentukan kawasan konservasi untuk induk udang X X X X DKP & Dinas Perikanan dan Kelautan X X X X DKP & Dinas Perikanan dan Kelautan X X X X X DKP & Dinas Perikanan dan Kelautan, Dinas Lokasi Pidie, Bireuen, Aceh Utara, Aceh Timur, Kota Langsa dan Aceh Tamiang Bireuen, Aceh Timur dan Aceh Tamiang Aceh Timur dan Aceh Tamiang Pidie, Aceh Timur, Aceh Tamiang Kehutanan 5 Rehabilitasi saluran tambak X X Kimpraswil Pidie, Bireuen, Aceh Utara, Aceh Timur, Kota Langsa dan Aceh Tamiang 6 Penataan saluran tambak X X X X X X Kimpraswil Pidie, Bireuen, Aceh Utara, Aceh Timur, Kota Langsa dan Aceh Tamiang 7 Pelatihan teknis bagi pembudidaya tambak 8. Pelatihan tenaga penyuluh perikanan X X X X DKP & Dinas Perikanan dan Kelautan X X X X DKP & Dinas Perikanan dan Kelautan Pidie, Bireuen, Aceh Utara, Aceh Timur, Kota Langsa dan Aceh Tamiang Pidie, Bireuen, Aceh Utara, Aceh Timur, Kota Langsa dan Aceh Tamiang Bab 8-5

342 No Program Dimensi 9. Penambahan jumlah tenaga penyuluh perikanan 10. Penataan kelembagaan penyuluhan perikanan Periode Tahun ke Instansi Penanggung Jawab X X X X DKP & Dinas Perikanan Lokasi Pidie, Bireuen, Aceh Utara, Aceh Timur, Kota Langsa dan Aceh Tamiang dan Kelautan X X X Pidie, Bireuen, Aceh Utara, Aceh Timur, Kota Langsa dan Aceh Tamiang 11. Pembangunan industri pengolahan udang dan ikan X X X X X X X X X Pemda dan Swasta 12. Pembangunan pabrik pakan X X X X X X X X X Pemda dan dan obat-obatan Swasta 1. Pembangunan pabrik es X X X X X Pemda dan Swasta 14. Penyediaan informasi harga udang dan ikan tambak 15. Pembangunan tempat pelelangan hasil tambak 16. Penyusunan Perda Tata Ruang Pesisir untuk kawasan budidaya tambak di Pantai Timur NAD 17. Penataan DAS dan daerah hulu yang berhubungan dengan kawasan tambak 18. Penyusunan Perda tentang Investasi Tambak yang kondusif bagi investor X X X X X X X X X X Dinas Perikanan dan Kelautan X X X X Dinas Perikanan dan Kelautan Kota Langsa Kota Langsa Pidie, Bireuen, Aceh Utara, Aceh Timur, Kota Langsa dan Aceh Tamiang Pidie, Bireuen, Aceh Utara, Aceh Timur, Kota Langsa dan Aceh Tamiang Pidie, Bireuen, Aceh Utara, Aceh Timur, Kota Langsa dan Aceh Tamiang X X Pemprov Pantai Timur NAD X X X X Pemprov dan Pemda X X X Pemprov dan Pemda Pidie, Bireuen, Aceh Utara, Aceh Timur, Kota Langsa dan Aceh Tamiang Pidie, Bireuen, Aceh Utara, Aceh Timur, Kota Langsa dan Aceh Tamiang Bab 8-6

343 No Program Dimensi 19. Rehabilitasi jalan raya ke kawasan pertambakan 20. Penyediaan jaringan listrik dan telepon yang menjangkau kawasan pertambakan 21. Penyediaan kredit usaha tambak 22. Pelatihan manajemen usaha budidaya tambak Periode Tahun ke Instansi Penanggung Lokasi Jawab X X X X X X X X X Pemda Pidie, Bireuen, Aceh Utara, Aceh Timur, Kota Langsa X X X X X X X X X X PLN dan PT Telkom dan Aceh Tamiang Pidie, Bireuen, Aceh Utara, Aceh Timur, Kota Langsa dan Aceh Tamiang X X X X X X X X X X Perbankan Pidie, Bireuen, Aceh Utara, Aceh Timur, Kota Langsa dan Aceh Tamiang X X Dinas Perikanan dan Kelautan Pidie, Bireuen, Aceh Utara, Aceh Timur, Kota Langsa dan Aceh Tamiang Bab 8-7

344 Bab.9 PENUTUP 9.1. Kesimpulan 1. Enam kabupaten/kota lokasi kajian yang terdapat di Pantai Timur Provinsi NAD memiliki luas tambak eksisting sebesar 6.6,8 hektar. Jumlah pemilik tambak sebanyak orang, sedangkan jumlah petakan tambaknya sebanyak buah. 2. Masih cukup banyak pembudidaya tambak yang memiliki luas lahan di bawah 1 ha. Pada beberapa kecamatan, seperti Kecamatan Idi Rayeuk di Aceh Timur; Kecamatan Muara Batu, Tanah Pasir dan Dewantara di Aceh Utara; Kecamatan Jeumpa dan Peudada di Bireuen; dan Kecamatan Meurah Dua, Panteraja dan Ulim di Pidie, rata-rata luas pemilikan tambaknya di bawah 1 ha per pembudidaya.. Tingkat teknologi yang diterapkan dalam budidaya udang dan bandeng saat ini adalah teknologi tradisional dan tradisional plus. Sistem budidaya yang dikembangkan adalah monokultur udang, bandeng dan polikultur udang-bandeng. Sebanyak 7791 pembudidaya menanam komoditi udang, 5412 orang pembudidaya menanam komoditi bandeng, 5120 orang pembudidaya melakukan polikultur udang-bandeng. Sebanyak 5 orang pembudidaya membudidayakan beberapa jenis komoditi lain seperti kerapu, nila dan kepiting. 4. Areal lahan di pantai timur NAD yang layak untuk budidaya tambak sebesar ,00 hektar dan diprioritaskan untuk pengembangan komoditas budidaya udang dan bandeng. 5. Permasalahan utama yang dihadapi oleh petani tambak adalah kerusakan penyempitan dan pendangkalan sungai, muara, saluran primer diperkirakan sepanjang 114 km dan sekunder sepanjang 99 km. Selain itu keterbatasan modal, timbulnya penyakit (virus) udang, rendahnya tingkat teknologi, harga produk tambak yang murah dan harga saprodi yang tinggi. Kondisi ini menjadi penyebab utama produktivitas tambak rendah. Bab 9-1

345 6. Tingkat pendidikan para pembudidaya tambak yang menjadi responden pada enam lokasi kajian sudah cukup baik, dimana meskipun sebagian besar masih berpendidikan SD tetapi juga cukup banyak yang berpendidikan SMP dan SMU. Namun pembudidaya yang berpendidikan perguruan tinggi relatif sangat sedikit. 7. Jumlah tenaga penyuluh lapangan yang berperan dalam membina dan membimbing para pembudidaya tambak pada keenam lokasi kajian secara kuantitas dan kualitas masih sangat kurang memadai. Setiap kecamatan di lokasi kajian umumnya hanya memiliki tenaga PPL 1- orang, bahkan ada 1 PPL yang harus membina kecamatan. 8. Kelompok pembudidaya tambak pasca tsunami sudah dicoba untuk diaktifkan kembali dengan membentuk UPP Petambak. Namun sebagian UPP Petambak dan kelompok-kelompok tambak yang menjadi binaannya cenderung hanya aktif jika ada program bantuan baik dari pemerintah maupun dari NGO. 9. Pasar produk tambak jauh dari sentra produksi sehingga petani mendapat harga rendah sebagai konsekuensi biaya transportasi yang tinggi. Daerah pemasaran hasil tambak mencakup pasar lokal, pasar regional dan pasar nasional. Sebagian besar produk udang yang memiliki kualitas ekspor dijual kepada perusahaan pengolahan yang berada di Medan. 10. Hutan mangrove yang menjadi green belt atau penyangga daerah pantai keberadaannya sudah terancam dengan konversi menjadi lahan tambak. Kawasan hutan mangrove yang masih tersedia cukup baik hanya terdapat di Kabupaten Aceh Tamiang, Aceh Timur dan Kota Langsa, sedang di Kabupaten Pidie, Bireuen dan Aceh Utara hutan mangrove sudah banyak yang dikonversi menjadi tambak. Bab 9-2

346 9.2. Saran dan Rekomendasi 1. Ditinjau dari biofisik, pemanfaatan lahan kawasan pertambakan sebaiknya diarahkan pada pengembangan budidaya udang windu, bandeng, pendederan kerapu, dan rumput laut. 2. Peningkatan daya dukung lingkungan kawasan pertambakan dapat ditingkatkan dengan recovery mangrove dan mempertahankan sistem budidaya tradisional, serta pengembangan budidaya tambak ramah lingkungan (zero waste).. Perbaikan muara (muara sungai dan saluran primer) dan saluran sekunder harus segera dilakukan untuk mempercepat revitalisasi usaha budidaya tambak. Pengelolaan saluran primer dan saluran sekunder untuk areal pertambakan harus melibatkan instansi lintas sektoral khususnya Dinas Kelautan dan Perikanan, Dinas Pengairan dan Dinas Pertanian Tanaman Pangan. 4. Pengembangan kawasan budidaya tambak terpadu disarankan untuk meningkatkan efektivitas pemanfaatan lahan dan efisiensi usaha budidaya khususnya udang. Pengembangan kawasan juga memungkinkan pengendalian pencemaran, penyebaran penyakit dan pengontrolan keamanan pangan produk tambak dapat dilakukan lebih mudah dan terintegrasi. 5. Pengembangan kawasan budidaya tambak terpadu dapat dilakukan dengan pengembangan usaha budidaya komoditas tertentu pada daerah tertentu, sehingga terbentuk kluster kawasan budidaya berdasarkan komoditas. 6. Ditinjau dari kondisi sosial masyarakat, budidaya tambak merupakan usaha utama masyarakat di sekitar kawasan pertambakan. Pengelolaan kawasan pertambakan diarahkan pada community-based management untuk mendapatkan hasil yang optimal. Hal ini dapat dilakukan dengan menyadarkan masyarakat, terutama petani tambak akan pentingnya kondisi lingkungan, seperti kawasan konservasi mangrove, menebar benih bebas virus, menghindari penggunaan bahan kimia berbahaya bagi Bab 9 -

347 lingkungan dan kesehatan manusia, serta meminimalkan waste yang dilepas ke lingkungan dengan menerapkan sistem polikultur, sistem trophic level based aquaculture, dan tumpang sari (silvofisheries). Sehingga sustainability usaha tambak dapat terjamin, karena lingkungan tetap optimal dan produk dapat diterima market domestik dan internasional. 7. Penetapan kawasan konservasi mangrove sebagai green belt perlu segera ditetapkan dengan membentuk peraturan daerah tentang kawasan pesisir. Keberadaan green belt akan sangat membantu usaha budidaya tambak yang dilakukan oleh masyarakat baik sebagai penyangga terjadi abrasi maupun sebagai wilayah nursery ground, spawning ground dan feeding ground beberapa jenis ikan dan udang. 8. Revitalisasi kelompok-kelompok pembudidaya tambak juga perlu dilakukan seiring dengan upaya-upaya lain untuk meningkatkan produksi tambak. Keberadaan organisasi seperti Badan Musyawarah Petani Tambak (BMPT) perlu segera dilakukan untuk lebih mengaktifkan dan melibatkan pembudidaya tambak dalam perencanaan kegiatan budidaya tambak di daerah masing-masing. 9. Penambahan jumlah tenaga penyuluh perikanan lapang (PPL) harus segera dilakukan karena jumlahnya pada saat ini masih sangat kurang jika dibandingkan dengan luasnya wilayah budidaya dan banyaknya jumlah pembudidaya tambak yang harus dibina. Upaya peningkatan kompetensi PPL juga harus dilakukan agar dapat membina dan membimbing pembudidaya tambak dengan perkembangan teknologi budidaya tambak yang selalu berkembang. 10. Kota Langsa, karena memiliki fasilitas yang lebih lengkap dan aksesibilitas yang baik, sangat tepat untuk dijadikan pusat industri pembekuan dan pengolahan udang serta pabrik pakan udang di wilayah pantai timur Provinsi NAD. 11. Untuk memenuhi kebutuhan pakan udang di kawasan pantai timur NAD, direkomendasikan membangun 2 unit pabrik pakan udang di Kota Langsa dengan kapasitas produksi 50 ton per hari. Bab 9-4

348 12. Diperlukan tambahan pabrik es sebanyak 18 buah dengan kapasitas produksi 10 ton per hari, dengan perincian di Kab. Bireuen sebanyak unit, Kab. Aceh Utara sebanyak 4 unit, Kab. Aceh Timur sebanyak 9 unit, Kota Langsa sebanyak 1 unit, dan Kab. Aceh Tamiang sebanyak 2 unit. 1. Untuk dapat melakukan pengolahan pembekuan udang hasil tambak maka diperlukan pemberdayaan kembali 2 unit cold storage yang sudah ada dan penambahan secara bertahap sebanyak 4 unit cold storage baru dengan kapasitas produksi sebesar 10 ton per hari dan kapasitas simpan 100 ton. 14. Untuk menunjang kegiatan ekspor udang beku, maka di Kota Langsa perlu dibangun fasilitas laboratorium pengujian yang merupakan cabang dari laboratorium pengujian di Banda Aceh. Pembangunan laboratorium untuk pengujian harus mengacu pada standar yang telah ditetapkan yaitu ISO yang memuat Persyaratan Umum Kompetensi Laboratorium Pengujian dan Laboratorium Kalibrasi. Bab 9-5

349 LAMPIRAN 1. GALERI FOTO KEGIATAN SURVEI LAPANGAN Identifikasi dan Inventarisasi Kawasan Budidaya Tambak di Pantai Timur Nanggroe Aceh Darussalam Identifikasi dan Inventarisasi Kawasan BudidayaTambak di Pantai Timur NAD Lampiran - 1

350 Salah satu kondisi sarana jalan tambak di Kabupaten Pidie Salah satu sarana tempat melakukan jual beli ikan/udang di Kabupaten Pidie Identifikasi dan Inventarisasi Kawasan BudidayaTambak di Pantai Timur NAD Lampiran - 2

351 Salah satu muara sungai yang ada di Kabupaten Pidie Salah satu kondisi saluran yang menjadi sumber air tambak di Kabupaten Pidie Identifikasi dan Inventarisasi Kawasan BudidayaTambak di Pantai Timur NAD Lampiran -

352 Pengukuran aliran air di salah satu saluran tambak di Kabupaten Pidie dengan menggunakan flow meter Pengambilan sampel kualitas air pada salah satu saluran tambak di Kabupaten Pidie Identifikasi dan Inventarisasi Kawasan BudidayaTambak di Pantai Timur NAD Lampiran - 4

353 Kondisi jalur hijau (green belt) antara laut dan tambak di salah satu pantai Kabupaten Pidie Sisa green belt yang tipis di sepanjang pantai Kabupaten Pidie Identifikasi dan Inventarisasi Kawasan BudidayaTambak di Pantai Timur NAD Lampiran - 5

354 Kondisi tambak yang telah direhabilitasi di Kabupaten Pidie Salah satu pintu air dari saluran ke petak tambak di Kabupaten Pidie Identifikasi dan Inventarisasi Kawasan BudidayaTambak di Pantai Timur NAD Lampiran - 6

355 Pembentukan delta di salah satu muara sungai di kabupaten Pidie yang dapat menghambat aliran masuk dan keluar volume air yang dibangkitkan oleh pasang surut Proses abrasi terhadap tanggul-tanggul petak tambak pada salah satu lokasi di Kabupaten Pidie Identifikasi dan Inventarisasi Kawasan BudidayaTambak di Pantai Timur NAD Lampiran - 7

356 Salah satu kondisi pertambakan di Kabupaten Bireuen, dimana posisi muka air tambak lebih tinggi dari posisi muka air sungai Pendangkalan karena pembentukan delta di Kuala Jeumpa, Kabupaten Bireuen Identifikasi dan Inventarisasi Kawasan BudidayaTambak di Pantai Timur NAD Lampiran - 8

357 Salah satu kondisi pertambakan di Kabupaten Aceh Utara Kegiatan Focus Group Discussion (FGD) di Kabupaten Aceh Utara Identifikasi dan Inventarisasi Kawasan BudidayaTambak di Pantai Timur NAD Lampiran - 9

358 Kegiatan Focus Group Discussion (FGD) di Kabupaten Aceh Timur Kegiatan Focus Group Discussion (FGD) di Kabupaten Aceh Timur Identifikasi dan Inventarisasi Kawasan BudidayaTambak di Pantai Timur NAD Lampiran - 10

359 Salah satu kondisi pertambakan di Kota Langsa Kegiatan wawancara dengan salah satu pedagang pengumpul hasil tambak di Kota Langsa Identifikasi dan Inventarisasi Kawasan BudidayaTambak di Pantai Timur NAD Lampiran - 11

360 Kegiatan Focus Group Discussion (FGD) di Kabupaten Aceh Tamiang Kegiatan Focus Group Discussion (FGD) di Kabupaten Aceh Tamiang Identifikasi dan Inventarisasi Kawasan BudidayaTambak di Pantai Timur NAD Lampiran - 12

361 LAMPIRAN 2. DAYA DUKUNG LINGKUNGAN UNTUK PENGEMBANGAN BUDIDAYA TAMBAK DI KABUPATEN PIDIE Identifikasi dan Inventarisasi Kawasan Budidaya Tambak di Pantai Timur Nanggroe Aceh Darussalam Identifikasi dan Inventarisasi Kawasan BudidayaTambak di Pantai Timur NAD Lampiran - 1

362 Stasiun 1: Daerah Geulanggang Jenis Parameter Nilai paramater Kelas kesesuaian Skor % skor Topografi : Lereng (%) 0-2 S Tanah : Kedalaman (cm) Tekstur Drainase Jarak dari sungai (m) Jarak dari pantai (m) Air: Oksigen terlarut (mg/l) Salinitas (ppt) Suhu ( 0 C) ph Amonia (mg/l) >150 Sedang Tergenang periodik , S1 S2 S1 S1 S Hidrologi: Amplitudo pasut (m) 1.5 S Iklim: Bulan kering Curah hujan (mm/th) Stasiun 2: Daerah Meunasah Lhok Jenis Parameter Nilai paramater S1 S S2 S2 N S1 S Kelas kesesuaian Skor Persen dukungan % skor Topografi : Lereng (%) 0-2 S Tanah : Kedalaman (cm) Tekstur Drainase Jarak dari sungai (m) Jarak dari pantai (m) Air: Oksigen terlarut (mg/l) Salinitas (ppt) Suhu ( 0 C) ph Amonia (mg/l) >150 Sedang Agak jarang tergenang <0.005 Hidrologi: Amplitudo pasut (m) 1.4 S Iklim: Bulan kering Curah hujan (mm/th) 219 S1 S2 S2 S1 S2 S1 S2 S2 S1 S1 S2 S Persen dukungan Identifikasi dan Inventarisasi Kawasan BudidayaTambak di Pantai Timur NAD Lampiran - 14

363 Stasiun : Daerah Manyang Jenis Parameter Nilai paramater Kelas kesesuaian Skor % skor Topografi : Lereng (%) 0-2 S Tanah : Kedalaman (cm) Tekstur Drainase Jarak dari sungai (m) Jarak dari pantai (m) Air: Oksigen terlarut (mg/l) Salinitas (ppt) Suhu ( 0 C) ph Amonia (mg/l) >150 Sedang Tergenang periodik <0.005 S1 S2 S1 S1 S1 S1 S S1 S2 S Hidrologi: Amplitudo pasut (m) 17 S Iklim: Bulan kering Curah hujan (mm/th) 219 S2 S Persen dukungan Stasiun 4 : Daerah Dayah Lampoh Awe Jenis Parameter Nilai paramater Kelas kesesuaian Skor % skor Topografi : Lereng (%) 0-2 S Tanah : Kedalaman (cm) Tekstur Drainase Jarak dari sungai (m) Jarak dari pantai (m) >150 Sedang Tergenang periodik S1 S2 S1 S1 S Persen dukungan Air: Oksigen terlarut (mg/l) Salinitas (ppt) Suhu ( 0 C) ph Amonia (mg/l) S2 S S1 S2 S Hidrologi: Amplitudo pasut (m) 1.20 S2 75 Iklim: Bulan kering Curah hujan (mm/th) 219 S2 S Identifikasi dan Inventarisasi Kawasan BudidayaTambak di Pantai Timur NAD Lampiran - 15

364 Stasiun 5 : Daerah Blang Paseh Jenis Parameter Nilai paramater Kelas kesesuaian Skor % skor Topografi : Lereng (%) 0-1 S Tanah : Kedalaman (cm) Tekstur Drainase Jarak dari sungai (m) Jarak dari pantai (m) >150 Sedang Tergenang periodik S1 S2 S1 S2 S Persen dukungan Air: Oksigen terlarut (mg/l) Salinitas (ppt) Suhu ( 0 C) ph Amonia (mg/l) S1 S S1 S2 S Hidrologi: Amplitudo pasut (m) 1.40 S2 75 Iklim: Bulan kering Curah hujan (mm/th) Stasiun 6 : Daerah Neuheun Jenis Parameter Nilai paramater S S Kelas kesesuaian 2 2 Skor % skor Topografi : Lereng (%) 0-1 S Tanah : Kedalaman (cm) Tekstur Drainase Jarak dari sungai (m) Jarak dari pantai (m) Air: Oksigen terlarut (mg/l) Salinitas (ppt) Suhu ( 0 C) ph Amonia (mg/l) >150 Sedang Tergenang periodik <0.005 S1 S2 S1 S1 S2 S1 S1 S2 S1 S Hidrologi: Amplitudo pasut (m) 1.60 S Iklim: Bulan kering Curah hujan (mm/th) 219 S2 S 2 Persen dukungan Identifikasi dan Inventarisasi Kawasan BudidayaTambak di Pantai Timur NAD Lampiran - 16

365 Stasiun 7 : Daerah Gampong Kulee Jenis Parameter Nilai paramater Kelas kesesuaian Skor % skor Topografi : Lereng (%) 0-2 S Tanah : Kedalaman (cm) Tekstur Drainase Jarak dari sungai (m) Jarak dari pantai (m) Air: Oksigen terlarut (mg/l) Salinitas (ppt) Suhu ( 0 C) ph Amonia (mg/l) >150 Sedang Tergenang periodik <0.005 S1 S2 S1 S1 S2 S1 S2 S2 S1 S Hidrologi: Amplitudo pasut (m) 1.45 S2 75 Iklim: Bulan kering Curah hujan (mm/th) 219 S2 S 2 Persen dukungan Identifikasi dan Inventarisasi Kawasan BudidayaTambak di Pantai Timur NAD Lampiran - 17

366 LAMPIRAN. DAYA DUKUNG LINGKUNGAN UNTUK PENGEMBANGAN BUDIDAYA TAMBAK DI KABUPATEN BIREUEN Identifikasi dan Inventarisasi Kawasan Budidaya Tambak di Pantai Timur Nanggroe Aceh Darussalam Identifikasi dan Inventarisasi Kawasan BudidayaTambak di Pantai Timur NAD Lampiran - 18

367 Stasiun 1: Daerah Gampong Baro Jenis Parameter Nilai paramater Kelas kesesuaian Skor % skor Topografi : Lereng (%) 0-2 S Tanah : Kedalaman (cm) Tekstur Drainase Jarak dari sungai (m) Jarak dari pantai (m) Air: Oksigen terlarut (mg/l) Salinitas (ppt) Suhu ( 0 C) ph Amonia (mg/l) >150 Sedang Agak jarang tergenang Hidrologi: Amplitudo pasut (m) 1.4 S2 75 Iklim: Bulan kering Curah hujan (mm/th) Stasiun 2 (Meunasah Tambo) Jenis Parameter 219 Nilai paramater S1 S2 S2 S1 S2 S1 S S2 S2 S1 S2 S Kelas kesesuaian Skor Persen dukungan % skor Topografi : Lereng (%) 0-4 S2 75 Tanah : Kedalaman (cm) Tekstur Drainase >150 Sedang Agak jarang tergenang periodik Jarak dari sungai (m) Jarak dari pantai (m) S1 S Air: Oksigen terlarut (mg/l) 10.8 S Salinitas (ppt) 10 S 2 50 Suhu ( 0 C) 1.9 S2 75 ph 8 S Amonia (mg/l) N 1 25 Hidrologi: Amplitudo pasut (m) 1.8 S2 75 Iklim: Bulan kering Curah hujan (mm/th) 219 S1 S2 S2 S2 S Persen dukungan Identifikasi dan Inventarisasi Kawasan BudidayaTambak di Pantai Timur NAD Lampiran - 19

368 Stasiun : Daerah Teupin Keupula Jenis Parameter Nilai paramater Kelas kesesuaian Skor % skor Topografi : Lereng (%) 0-1 S Tanah : Kedalaman (cm) Tekstur Drainase Jarak dari sungai (m) Jarak dari pantai (m) Air: Oksigen terlarut (mg/l) Salinitas (ppt) Suhu ( 0 C) ph Amonia (mg/l) >150 Sedang Agak jarang tergenang Hidrologi: Amplitudo pasut (m) 0.87 S 2 50 Iklim: Bulan kering Curah hujan (mm/th) 219 S1 S2 S2 S1 S2 S1 S2 S2 S1 S1 S2 S Persen dukungan Stasiun 4 : Daerah Meunasah Leung Jenis Parameter Nilai paramater Kelas kesesuaian Skor % skor Topografi : Lereng (%) 0-2 S Tanah : Kedalaman (cm) Tekstur Drainase Jarak dari sungai (m) Jarak dari pantai (m) Air: Oksigen terlarut (mg/l) Salinitas (ppt) Suhu ( 0 C) ph Amonia (mg/l) >150 Sedang Agak jarang tergenang <0.005 Hidrologi: Amplitudo pasut (m) 1.10 S2 75 Iklim: Bulan kering Curah hujan (mm/th) 219 S1 S2 S2 S2 S2 S2 S S2 S2 S1 S2 S Persen dukungan Identifikasi dan Inventarisasi Kawasan BudidayaTambak di Pantai Timur NAD Lampiran - 20

369 Stasiun 5 : Daerah Matang Pasi Jenis Parameter Nilai paramater Kelas kesesuaian Skor % skor Topografi : Lereng (%) 0-4 S2 75 Tanah : Kedalaman (cm) Tekstur Drainase Jarak dari sungai (m) Jarak dari pantai (m) Air: Oksigen terlarut (mg/l) Salinitas (ppt) Suhu ( 0 C) ph Amonia (mg/l) >150 Sedang Agak jarang tergenang <0.005 Hidrologi: Amplitudo pasut (m) 0.98 S 2 50 Iklim: Bulan kering Curah hujan (mm/th) 219 Stasiun 6 : Daerah Cot Geurundong Jenis Parameter Nilai paramater S1 S2 S2 S2 S2 N S2 S2 S1 S1 S2 S Kelas kesesuaian Skor % skor Topografi : Lereng (%) 0-2 S Tanah : Kedalaman (cm) Tekstur Drainase Jarak dari sungai (m) Jarak dari pantai (m) Air: Oksigen terlarut (mg/l) Salinitas (ppt) Suhu ( 0 C) ph Amonia (mg/l) >150 Sedang Tergenang periodik S1 S2 S1 S1 S2 S1 S S2 S2 S Hidrologi: Amplitudo pasut (m) 1.45 S2 75 Iklim: Bulan kering Curah hujan (mm/th) 219 S2 S Persen dukungan Persen dukungan Identifikasi dan Inventarisasi Kawasan BudidayaTambak di Pantai Timur NAD Lampiran - 21

370 Stasiun 7 : Daerah Pulo Iboh Jenis Parameter Nilai paramater Kelas kesesuaian Skor % skor Topografi : Lereng (%) 0-2 S Tanah : Kedalaman (cm) Tekstur Drainase Jarak dari sungai (m) Jarak dari pantai (m) Air: Oksigen terlarut (mg/l) Salinitas (ppt) Suhu ( 0 C) ph Amonia (mg/l) >150 Sedang Agak jarang tergenang <0.005 Hidrologi: Amplitudo pasut (m) 0.80 S 2 50 Iklim: Bulan kering Curah hujan (mm/th) 219 S1 S2 S1 S1 S2 S2 S S2 S2 S1 S2 S Persen dukungan Identifikasi dan Inventarisasi Kawasan BudidayaTambak di Pantai Timur NAD Lampiran - 22

371 LAMPIRAN 4. DAYA DUKUNG LINGKUNGAN UNTUK PENGEMBANGAN BUDIDAYA TAMBAK DI KABUPATEN ACEH UTARA Identifikasi dan Inventarisasi Kawasan Budidaya Tambak di Pantai Timur Nanggroe Aceh Darussalam Identifikasi dan Inventarisasi Kawasan BudidayaTambak di Pantai Timur NAD Lampiran - 2

372 Stasiun 1: (Kamban) Jenis Parameter Nilai paramater Kelas kesesuaian Skor % skor Topografi : Lereng (%) 0- S Tanah : Kedalaman (cm) Tekstur Drainase Jarak dari sungai (m) Jarak dari pantai (m) Air: Oksigen terlarut (mg/l) Salinitas (ppt) Suhu ( 0 C) ph Amonia (mg/l) >150 Sedang Agak jarang tergenang Hidrologi: Amplitudo pasut (m) 0.90 S 2 50 Iklim: Bulan kering Curah hujan (mm/th) 219 Stasiun 2: (Uteun Geulinggang) Jenis Parameter Nilai paramater S1 S2 S2 S2 S2 S1 S S2 S1 S1 S2 S Kelas kesesuaian Skor Persen dukungan % skor Topografi : Lereng (%) 0-2 S Tanah : Kedalaman (cm) Tekstur Drainase Jarak dari sungai (m) Jarak dari pantai (m) Air: Oksigen terlarut (mg/l) Salinitas (ppt) Suhu ( 0 C) ph Amonia (mg/l) >150 Sedang Agak jarang tergenang <0.005 Hidrologi: Amplitudo pasut (m) 1.5 S2 75 Iklim: Bulan kering Curah hujan (mm/th) 219 S1 S2 S2 S1 S2 S1 S S1 S2 S1 S2 S Persen dukungan Identifikasi dan Inventarisasi Kawasan BudidayaTambak di Pantai Timur NAD Lampiran - 24

373 Stasiun : Daerah Laga Baro Jenis Parameter Nilai paramater Kelas kesesuaian Skor % skor Topografi : Lereng (%) 0-2 S Tanah : Kedalaman (cm) Tekstur Drainase Jarak dari sungai (m) Jarak dari pantai (m) Air: Oksigen terlarut (mg/l) Salinitas (ppt) Suhu ( 0 C) ph Amonia (mg/l) >150 Sedang Agak jarang tergenang S1 S2 S2 S1 S Hidrologi: Amplitudo pasut (m) 1.50 S Iklim: Bulan kering Curah hujan (mm/th) 219 S1 S S2 S2 N S2 S Persen dukungan Stasiun 4 : Daerah Matang Baroh Jenis Parameter Nilai paramater Kelas kesesuaian Skor % skor Topografi : Lereng (%) 0- S Tanah : Kedalaman (cm) Tekstur Drainase Jarak dari sungai (m) Jarak dari pantai (m) Air: Oksigen terlarut (mg/l) Salinitas (ppt) Suhu ( 0 C) ph Amonia (mg/l) >150 Sedang Agak jarang tergenang <0.005 Hidrologi: Amplitudo pasut (m) 1.10 S2 75 Iklim: Bulan kering Curah hujan (mm/th) 219 S1 S2 S1 S2 S2 S1 S S2 S1 S1 S2 S Persen dukungan Identifikasi dan Inventarisasi Kawasan BudidayaTambak di Pantai Timur NAD Lampiran - 25

374 Stasiun 5 : Daerah Alue Serdang Jenis Parameter Nilai paramater Kelas kesesuaian Skor % skor Topografi : Lereng (%) 0-2 S Tanah : Kedalaman (cm) Tekstur Drainase Jarak dari sungai (m) Jarak dari pantai (m) Air: Oksigen terlarut (mg/l) Salinitas (ppt) Suhu ( 0 C) ph Amonia (mg/l) >150 Sedang Tergenang periodik <0.005 S1 S2 S1 S1 S2 S1 S2 S2 S1 S Hidrologi: Amplitudo pasut (m) 1.50 S Iklim: Bulan kering Curah hujan (mm/th) 219 Stasiun 6 : Daerah Matang Karieng Jenis Parameter Nilai paramater S2 S Kelas kesesuaian 2 Skor Persen dukungan % skor Topografi : Lereng (%) 0-4 S2 75 Tanah : Kedalaman (cm) Tekstur Drainase Jarak dari sungai (m) Jarak dari pantai (m) Air: Oksigen terlarut (mg/l) Salinitas (ppt) Suhu ( 0 C) ph Amonia (mg/l) >150 Sedang Agak jarang tergenang <0.005 Hidrologi: Amplitudo pasut (m) 0.95 S 2 50 Iklim: Bulan kering Curah hujan (mm/th) 219 S1 S2 S2 S1 S2 S2 S S2 S2 S1 S2 S Persen dukungan Identifikasi dan Inventarisasi Kawasan BudidayaTambak di Pantai Timur NAD Lampiran - 26

375 Stasiun 7 : Daerah Meunasah Dayah Jenis Parameter Nilai paramater Kelas kesesuaian Skor % skor Topografi : Lereng (%) 0- S Tanah : Kedalaman (cm) Tekstur Drainase Jarak dari sungai (m) Jarak dari pantai (m) Air: Oksigen terlarut (mg/l) Salinitas (ppt) Suhu ( 0 C) ph Amonia (mg/l) >150 Sedang Tergenang periodik S1 S2 S1 S1 S2 S2 S1 S2 S1 N Hidrologi: Amplitudo pasut (m) 1.45 S2 75 Iklim: Bulan kering Curah hujan (mm/th) 219 S2 S 2 Persen dukungan Identifikasi dan Inventarisasi Kawasan BudidayaTambak di Pantai Timur NAD Lampiran - 27

376 LAMPIRAN 5. DAYA DUKUNG LINGKUNGAN UNTUK PENGEMBANGAN BUDIDAYA TAMBAK DI KABUPATEN ACEH TIMUR Identifikasi dan Inventarisasi Kawasan Budidaya Tambak di Pantai Timur Nanggroe Aceh Darussalam Identifikasi dan Inventarisasi Kawasan BudidayaTambak di Pantai Timur NAD Lampiran - 28

377 Stasiun 1: (Teupin Mamplam) Jenis Parameter Nilai paramater Kelas kesesuaian Skor % skor Topografi : Lereng (%) 0- S Tanah : Kedalaman (cm) Tekstur Drainase Jarak dari sungai (m) Jarak dari pantai (m) Air: Oksigen terlarut (mg/l) Salinitas (ppt) Suhu ( 0 C) ph Amonia (mg/l) >150 Sedang Tergenang periodik S1 S2 S1 S1 S2 S1 S1 S1 S1 S Hidrologi: Amplitudo pasut (m) 1.75 S Iklim: Bulan kering Curah hujan (mm/th) 219 S2 S 2 Persen dukungan Stasiun 2: (Gampong Baro) Jenis Parameter Nilai paramater Kelas kesesuaian Skor % skor Topografi : Lereng (%) 0-2 S Tanah : Kedalaman (cm) Tekstur Drainase Jarak dari sungai (m) Jarak dari pantai (m) Air: Oksigen terlarut (mg/l) Salinitas (ppt) Suhu ( 0 C) ph Amonia (mg/l) >150 Sedang Tergenang periodik S1 S2 S1 S1 S2 S1 S1 S1 S1 S Hidrologi: Amplitudo pasut (m) 1.40 S2 75 Iklim: Bulan kering Curah hujan (mm/th) 219 S2 S 2 Persen dukungan Identifikasi dan Inventarisasi Kawasan BudidayaTambak di Pantai Timur NAD Lampiran - 29

378 Stasiun : Daerah Kuala Geulumpang Jenis Parameter Nilai paramater Kelas kesesuaian Skor % skor Topografi : Lereng (%) 0- S Tanah : Kedalaman (cm) Tekstur Drainase Jarak dari sungai (m) Jarak dari pantai (m) Air: Oksigen terlarut (mg/l) Salinitas (ppt) Suhu ( 0 C) ph Amonia (mg/l) >150 Sedang Tergenang periodik S1 S2 S1 S2 S2 S2 S1 S2 S1 S Hidrologi: Amplitudo pasut (m) 1.5 S2 75 Iklim: Bulan kering Curah hujan (mm/th) 219 Stasiun 4 : Daerah Kuala Bugak Jenis Parameter Nilai paramater S2 S Kelas kesesuaian 2 Skor Persen dukungan % skor Topografi : Lereng (%) 0- S Tanah : Kedalaman (cm) Tekstur Drainase Jarak dari sungai (m) Jarak dari pantai (m) Air: Oksigen terlarut (mg/l) Salinitas (ppt) Suhu ( 0 C) ph Amonia (mg/l) >150 Sedang Tergenang periodik S1 S2 S1 S1 S2 S1 S1 S2 S1 N Hidrologi: Amplitudo pasut (m) 1.40 S2 75 Iklim: Bulan kering Curah hujan (mm/th) 219 S2 S 2 Persen dukungan Identifikasi dan Inventarisasi Kawasan BudidayaTambak di Pantai Timur NAD Lampiran - 0

379 Stasiun 5 : Daerah Kuala Leuge Jenis Parameter Nilai paramater Kelas kesesuaian Skor % skor Topografi : Lereng (%) 0-4 S2 75 Tanah : Kedalaman (cm) Tekstur Drainase Jarak dari sungai (m) Jarak dari pantai (m) Air: Oksigen terlarut (mg/l) Salinitas (ppt) Suhu ( 0 C) ph Amonia (mg/l) >150 Sedang Agak jarang tergenang <0.005 Hidrologi: Amplitudo pasut (m) 1.20 S2 75 Iklim: Bulan kering Curah hujan (mm/th) 219 Stasiun 6 : Daerah Alue Kumba Jenis Parameter Nilai paramater S1 S2 S2 S1 S2 S1 S S2 S2 S1 S2 S Kelas kesesuaian Skor Persen dukungan % skor Topografi : Lereng (%) 0- S Tanah : Kedalaman (cm) Tekstur Drainase Jarak dari sungai (m) Jarak dari pantai (m) Air: Oksigen terlarut (mg/l) Salinitas (ppt) Suhu ( 0 C) ph Amonia (mg/l) >150 Sedang Agak jarang tergenang <0.005 Hidrologi: Amplitudo pasut (m) 1.40 S2 75 Iklim: Bulan kering Curah hujan (mm/th) 219 S1 S2 S1 S1 S2 S2 S S2 S2 S1 S2 S Persen dukungan Identifikasi dan Inventarisasi Kawasan BudidayaTambak di Pantai Timur NAD Lampiran - 1

380 Stasiun 7 : Daerah Gampong Bayeun Jenis Parameter Nilai paramater Kelas kesesuaian Skor % skor Topografi : Lereng (%) 0- S Tanah : Kedalaman (cm) Tekstur Drainase Jarak dari sungai (m) Jarak dari pantai (m) Air: Oksigen terlarut (mg/l) Salinitas (ppt) Suhu ( 0 C) ph Amonia (mg/l) >150 Sedang Tergenang periodik <0.005 S1 S2 S1 S1 S2 S2 S1 S2 S2 S Hidrologi: Amplitudo pasut (m) 1.50 S Iklim: Bulan kering Curah hujan (mm/th) 219 S2 S 2 Persen dukungan Identifikasi dan Inventarisasi Kawasan BudidayaTambak di Pantai Timur NAD Lampiran - 2

381 LAMPIRAN 6. DAYA DUKUNG LINGKUNGAN UNTUK PENGEMBANGAN BUDIDAYA TAMBAK DI KOTA LANGSA Identifikasi dan Inventarisasi Kawasan Budidaya Tambak di Pantai Timur Nanggroe Aceh Darussalam Identifikasi dan Inventarisasi Kawasan BudidayaTambak di Pantai Timur NAD Lampiran -

382 Stasiun 1: (Cinta Raja) Jenis Parameter Nilai paramater Kelas kesesuaian Skor % skor Topografi : Lereng (%) 0- S Tanah : Kedalaman (cm) Tekstur Drainase Jarak dari sungai (m) Jarak dari pantai (m) Air: Oksigen terlarut (mg/l) Salinitas (ppt) Suhu ( 0 C) ph Amonia (mg/l) >150 Sedang Tergenang periodik S1 S2 S1 S1 S Hidrologi: Amplitudo pasut (m) 1.0 S2 75 Iklim: Bulan kering Curah hujan (mm/th) 219 S2 S S2 S2 S2 S2 S Persen dukungan Stasiun 2: (Alue Pineung) Jenis Parameter Nilai paramater Kelas kesesuaian Skor % skor Topografi : Lereng (%) 0- S Tanah : Kedalaman (cm) Tekstur Drainase Jarak dari sungai (m) Jarak dari pantai (m) Air: Oksigen terlarut (mg/l) Salinitas (ppt) Suhu ( 0 C) ph Amonia (mg/l) >150 Sedang Tergenang periodik S1 S2 S1 S1 S2 S1 S S2 S1 N Hidrologi: Amplitudo pasut (m) 1.0 S2 75 Iklim: Bulan kering Curah hujan (mm/th) 219 S2 S 2 Persen dukungan Identifikasi dan Inventarisasi Kawasan BudidayaTambak di Pantai Timur NAD Lampiran - 4

383 Stasiun : Daerah Alue Merbau Jenis Parameter Nilai paramater Kelas kesesuaian Skor % skor Topografi : Lereng (%) 0- S Tanah : Kedalaman (cm) Tekstur Drainase Jarak dari sungai (m) Jarak dari pantai (m) Air: Oksigen terlarut (mg/l) Salinitas (ppt) Suhu ( 0 C) ph Amonia (mg/l) >150 Sedang Tergenang periodik S1 S2 S1 S1 S2 S1 S S2 S1 S Hidrologi: Amplitudo pasut (m) 1.25 S2 75 Iklim: Bulan kering Curah hujan (mm/th) 219 Stasiun 4 : Daerah Matang Ceungai Jenis Parameter Nilai paramater S2 S Kelas kesesuaian 2 Skor Persen dukungan % skor Topografi : Lereng (%) 0- S Tanah : Kedalaman (cm) Tekstur Drainase Jarak dari sungai (m) Jarak dari pantai (m) Air: Oksigen terlarut (mg/l) Salinitas (ppt) Suhu ( 0 C) ph Amonia (mg/l) >150 Sedang Tergenang periodik <0.005 S1 S2 S1 S1 S2 S1 S1 S2 S2 S Hidrologi: Amplitudo pasut (m) 1.0 S2 75 Iklim: Bulan kering Curah hujan (mm/th) 219 S2 S 2 Persen dukungan Identifikasi dan Inventarisasi Kawasan BudidayaTambak di Pantai Timur NAD Lampiran - 5

384 LAMPIRAN 7. DAYA DUKUNG LINGKUNGAN UNTUK PENGEMBANGAN BUDIDAYA TAMBAK DI KABUPATEN ACEH TAMIANG Identifikasi dan Inventarisasi Kawasan Budidaya Tambak di Pantai Timur Nanggroe Aceh Darussalam Identifikasi dan Inventarisasi Kawasan BudidayaTambak di Pantai Timur NAD Lampiran - 6

385 Stasiun 1: (Geulanggang Merak) Jenis Parameter Nilai paramater Kelas kesesuaian Skor % skor Topografi : Lereng (%) 0- S Tanah : Kedalaman (cm) Tekstur Drainase Jarak dari sungai (m) Jarak dari pantai (m) Air: Oksigen terlarut (mg/l) Salinitas (ppt) Suhu ( 0 C) ph Amonia (mg/l) >150 Sedang Agak jarang tergenang Hidrologi: Amplitudo pasut (m) 1.0 S2 75 Iklim: Bulan kering Curah hujan (mm/th) Stasiun 2: (Pahlawan) Jenis Parameter 219 Nilai paramater S1 S2 S2 S1 S2 S2 S S2 S S1 S2 S Kelas kesesuaian Skor % skor Topografi : Lereng (%) 0-2 S Tanah : Kedalaman (cm) Tekstur Drainase Jarak dari sungai (m) Jarak dari pantai (m) Air: Oksigen terlarut (mg/l) Salinitas (ppt) Suhu ( 0 C) ph Amonia (mg/l) >150 Sedang Tergenang periodik S1 S2 S1 S1 S2 S1 S S1 S2 N Hidrologi: Amplitudo pasut (m) 1.45 S2 75 Iklim: Bulan kering Curah hujan (mm/th) 219 S2 S Persen dukungan Persen dukungan Identifikasi dan Inventarisasi Kawasan BudidayaTambak di Pantai Timur NAD Lampiran - 7

386 Stasiun : Daerah Matang Teupah Jenis Parameter Nilai paramater Kelas kesesuaian Skor % skor Topografi : Lereng (%) 0- S Tanah : Kedalaman (cm) Tekstur Drainase Jarak dari sungai (m) Jarak dari pantai (m) Air: Oksigen terlarut (mg/l) Salinitas (ppt) Suhu ( 0 C) ph Amonia (mg/l) >150 Sedang Tergenang periodik S1 S2 S1 S1 S2 S1 S S1 S1 N Hidrologi: Amplitudo pasut (m) 1.40 S2 75 Iklim: Bulan kering Curah hujan (mm/th) 219 Stasiun 4 : Daerah Tumpok Tengah Jenis Parameter Nilai paramater S2 S Kelas kesesuaian 2 Skor Persen dukungan % skor Topografi : Lereng (%) 0-4 S2 75 Tanah : Kedalaman (cm) Tekstur Drainase >150 Sedang Agak jarang tergenang Jarak dari sungai (m) Jarak dari pantai (m) S1 S Air: Oksigen terlarut (mg/l) 2.7 S 2 50 Salinitas (ppt) 0 S 2 50 Suhu ( 0 C) 1.8 S2 75 ph 5.65 S 2 50 Amonia (mg/l) <0.005 S Hidrologi: Amplitudo pasut (m) 1.40 S2 75 Iklim: Bulan kering Curah hujan (mm/th) 219 S1 S2 S2 S2 S Persen dukungan Identifikasi dan Inventarisasi Kawasan BudidayaTambak di Pantai Timur NAD Lampiran - 8

387 Stasiun 5 : Daerah Gampong Baru Jenis Parameter Nilai paramater Kelas kesesuaian Skor % skor Topografi : Lereng (%) 0- S Tanah : Kedalaman (cm) Tekstur Drainase Jarak dari sungai (m) Jarak dari pantai (m) Air: Oksigen terlarut (mg/l) Salinitas (ppt) Suhu ( 0 C) ph Amonia (mg/l) >150 Sedang Tergenang periodik S1 S2 S1 S1 S2 S S S1 S1 S Hidrologi: Amplitudo pasut (m) 1.45 S2 75 Iklim: Bulan kering Curah hujan (mm/th) 219 S2 S 2 Persen dukungan Stasiun 6 : Daerah Sei Kuruk Jenis Parameter Nilai paramater Kelas kesesuaian Skor % skor Topografi : Lereng (%) 0- S Tanah : Kedalaman (cm) Tekstur Drainase Jarak dari sungai (m) Jarak dari pantai (m) Air: Oksigen terlarut (mg/l) Salinitas (ppt) Suhu ( 0 C) ph Amonia (mg/l) >150 Sedang Tergenang periodik S1 S2 S1 S1 S2 S2 S S1 S1 S Hidrologi: Amplitudo pasut (m) 1.45 S2 75 Iklim: Bulan kering Curah hujan (mm/th) 219 S2 S Persen dukungan Identifikasi dan Inventarisasi Kawasan BudidayaTambak di Pantai Timur NAD Lampiran - 9

388 Stasiun 7 : Daerah Sidodadi Jenis Parameter Nilai paramater Kelas kesesuaian Skor % skor Topografi : Lereng (%) 0-1 S Tanah : Kedalaman (cm) Tekstur Drainase Jarak dari sungai (m) Jarak dari pantai (m) Air: Oksigen terlarut (mg/l) Salinitas (ppt) Suhu ( 0 C) ph Amonia (mg/l) >150 Sedang Tergenang periodik S1 S2 S1 S1 S2 S S1 S2 S2 S Hidrologi: Amplitudo pasut (m) 1.40 S2 75 Iklim: Bulan kering Curah hujan (mm/th) 219 S2 S 2 Persen dukungan Identifikasi dan Inventarisasi Kawasan BudidayaTambak di Pantai Timur NAD Lampiran - 40

389 LAMPIRAN 8. LUAS KESESUAIAN LAHAN UNTUK BUDIDAYA TAMBAK DI LOKASI KAJIAN Identifikasi dan Inventarisasi Kawasan Budidaya Tambak di Pantai Timur Nanggroe Aceh Darussalam Identifikasi dan Inventarisasi Kawasan BudidayaTambak di Pantai Timur NAD Lampiran - 41

390 Lokasi Kajian S1 S2 Jumlah (Ha) m2 Ha m2 Ha Kab. Pidie , , , , ,09 Kab. Bireuen , , , , ,74 Kab. Aceh Utara , , , , ,4 Kab. Aceh Timur , , ,7 5.22, ,57 Kota Langsa ,8 1.18, ,26 81, ,29 Kab. Aceh Tamiang , , , , ,1 Lokasi Kajian S N Jumlah (Ha) m2 Ha m2 Ha Kab. Pidie , , , , ,19 Kab. Bireuen , , , , ,96 Kab. Aceh Utara , , , , ,92 Kab. Aceh Timur , , , , ,78 Kota Langsa , , , , ,40 Kab. Aceh Tamiang , , , , ,6 Keterangan : S1 = S2 = S = N = Sangat Sesuai Sesuai Sesuai Bersyarat Tidak Sesuai Identifikasi dan Inventarisasi Kawasan BudidayaTambak di Pantai Timur NAD Lampiran - 42

391 LAMPIRAN 9. HASIL ANALISIS LABORATORIUM Identifikasi dan Inventarisasi Kawasan Budidaya Tambak di Pantai Timur Nanggroe Aceh Darussalam Identifikasi dan Inventarisasi Kawasan BudidayaTambak di Pantai Timur NAD Lampiran - 4

392 Identifikasi dan Inventarisasi Kawasan BudidayaTambak di Pantai Timur NAD Lampiran - 44

393 Identifikasi dan Inventarisasi Kawasan BudidayaTambak di Pantai Timur NAD Lampiran - 45

394 Identifikasi dan Inventarisasi Kawasan BudidayaTambak di Pantai Timur NAD Lampiran - 46

395 Identifikasi dan Inventarisasi Kawasan BudidayaTambak di Pantai Timur NAD Lampiran - 47

396 Identifikasi dan Inventarisasi Kawasan BudidayaTambak di Pantai Timur NAD Lampiran - 48

397 Identifikasi dan Inventarisasi Kawasan BudidayaTambak di Pantai Timur NAD Lampiran - 49

398 Identifikasi dan Inventarisasi Kawasan BudidayaTambak di Pantai Timur NAD Lampiran - 50

399 Identifikasi dan Inventarisasi Kawasan BudidayaTambak di Pantai Timur NAD Lampiran - 51

400 Identifikasi dan Inventarisasi Kawasan BudidayaTambak di Pantai Timur NAD Lampiran - 52

401 Identifikasi dan Inventarisasi Kawasan BudidayaTambak di Pantai Timur NAD Lampiran - 5

402 Identifikasi dan Inventarisasi Kawasan BudidayaTambak di Pantai Timur NAD Lampiran - 54

403 Identifikasi dan Inventarisasi Kawasan BudidayaTambak di Pantai Timur NAD Lampiran - 55

404 Identifikasi dan Inventarisasi Kawasan BudidayaTambak di Pantai Timur NAD Lampiran - 56

405 Identifikasi dan Inventarisasi Kawasan BudidayaTambak di Pantai Timur NAD Lampiran - 57

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 2012 TENTANG SISTEM INFORMASI LAHAN PERTANIAN PANGAN BERKELANJUTAN

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 2012 TENTANG SISTEM INFORMASI LAHAN PERTANIAN PANGAN BERKELANJUTAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 2012 TENTANG SISTEM INFORMASI LAHAN PERTANIAN PANGAN BERKELANJUTAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa

Lebih terperinci

BAB V. EVALUASI HASIL PENELITIAN Evaluasi Parameter Utama Penelitian Penilaian Daya Dukung dengan Metode Pembobotan 124

BAB V. EVALUASI HASIL PENELITIAN Evaluasi Parameter Utama Penelitian Penilaian Daya Dukung dengan Metode Pembobotan 124 DAFTAR ISI Halaman Judul Halaman Persetujuan Kata Pengantar Pernyataan Keaslian Tulisan Daftar Isi Daftar Tabel Daftar Gambar Daftar Peta Daftar Lampiran Intisari Abstract i ii iii iv v ix xi xii xiii

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 2012 TENTANG SISTEM INFORMASI LAHAN PERTANIAN PANGAN BERKELANJUTAN

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 2012 TENTANG SISTEM INFORMASI LAHAN PERTANIAN PANGAN BERKELANJUTAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 2012 TENTANG SISTEM INFORMASI LAHAN PERTANIAN PANGAN BERKELANJUTAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 2012 TENTANG SISTEM INFORMASI LAHAN PERTANIAN PANGAN BERKELANJUTAN

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 2012 TENTANG SISTEM INFORMASI LAHAN PERTANIAN PANGAN BERKELANJUTAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 2012 TENTANG SISTEM INFORMASI LAHAN PERTANIAN PANGAN BERKELANJUTAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : Mengingat

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR 58/Permentan/OT.140/9/2012 TENTANG

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR 58/Permentan/OT.140/9/2012 TENTANG PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR 58/Permentan/OT.140/9/2012 TENTANG PERLINDUNGAN, PEMELIHARAAN, PEMULIHAN, SERTA PENINGKATAN FUNGSI LAHAN BUDIDAYA HORTIKULTURA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI

Lebih terperinci

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sektor pertanian memiliki peranan strategis dalam struktur pembangunan perekonomian nasional. Selain berperan penting dalam pemenuhan kebutuhan pangan masyarakat, sektor

Lebih terperinci

dan (3) pemanfaatan berkelanjutan. Keharmonisan spasial mensyaratkan bahwa dalam suatu wilayah pembangunan, hendaknya tidak seluruhnya diperuntukkan

dan (3) pemanfaatan berkelanjutan. Keharmonisan spasial mensyaratkan bahwa dalam suatu wilayah pembangunan, hendaknya tidak seluruhnya diperuntukkan KERANGKA PEMIKIRAN Dasar teori yang digunakan dalam penelitian ini mengacu pada konsep pembangunan berkelanjutan, yaitu konsep pengelolaan dan konservasi berbasis sumberdaya alam serta orientasi perubahan

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Atas dukungan dari semua pihak, khususnya Bappeda Kabupaten Serdang Bedagai kami sampaikan terima kasih. Sei Rampah, Desember 2006

KATA PENGANTAR. Atas dukungan dari semua pihak, khususnya Bappeda Kabupaten Serdang Bedagai kami sampaikan terima kasih. Sei Rampah, Desember 2006 KATA PENGANTAR Untuk mencapai pembangunan yang lebih terarah dan terpadu guna meningkatkan pembangunan melalui pemanfaatan sumberdaya secara maksimal, efektif dan efisien perlu dilakukan perencanaan, pelaksanaan

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 37 TAHUN 2012 TENTANG PENGELOLAAN DAERAH ALIRAN SUNGAI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 37 TAHUN 2012 TENTANG PENGELOLAAN DAERAH ALIRAN SUNGAI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 37 TAHUN 2012 TENTANG PENGELOLAAN DAERAH ALIRAN SUNGAI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa sesuai ketentuan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Kawasan pesisir Teluk Bone yang terajut oleh 15 kabupaten/kota di Provinsi Sulawesi Selatan dan Sulawesi Tenggara dan membentang sepanjang kurang lebih 1.128 km garis pantai

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 42 TAHUN 2008 TENTANG PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 42 TAHUN 2008 TENTANG PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 42 TAHUN 2008 TENTANG PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. perekonomian nasional. Peran terpenting sektor agribisnis saat ini adalah

I. PENDAHULUAN. perekonomian nasional. Peran terpenting sektor agribisnis saat ini adalah I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor agribisnis merupakan sektor ekonomi terbesar dan terpenting dalam perekonomian nasional. Peran terpenting sektor agribisnis saat ini adalah kemampuannya dalam menyerap

Lebih terperinci

2013, No BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Pemerintah ini yang dimaksud dengan: 1. Rawa adalah wadah air beserta air dan daya air yan

2013, No BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Pemerintah ini yang dimaksud dengan: 1. Rawa adalah wadah air beserta air dan daya air yan LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.180, 2013 SDA. Rawa. Pengelolaan. Pengawasan. Pencabutan. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5460) PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan yang merupakan suatu proses perubahan untuk meningkatkan taraf hidup manusia tidak terlepas dari aktifitas pemanfaatan sumberdaya alam (Bengen 2004). Peluang

Lebih terperinci

2012, No.62 2 Mengingat : 1. Pasal 5 ayat (2) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945; 2. Undang-Undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang K

2012, No.62 2 Mengingat : 1. Pasal 5 ayat (2) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945; 2. Undang-Undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang K LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.62, 2012 LINGKUNGAN HIDUP. Pengelolaan. Daerah Aliran Sungai. Pelaksanaan. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5292) PERATURAN PEMERINTAH

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Bencana Gempa dan Tsunami yang terjadi di beberapa wilayah di Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam (NAD) pada 26 Desember 2004 telah menimbulkan dampak yang sungguh luar

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Pertambahan penduduk Indonesia setiap tahunnya berimplikasi pada semakin meningkatkan kebutuhan pangan sebagai kebutuhan pokok manusia. Ketiadaan pangan dapat disebabkan oleh

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. (21%) dari luas total global yang tersebar hampir di seluruh pulau-pulau

I. PENDAHULUAN. (21%) dari luas total global yang tersebar hampir di seluruh pulau-pulau I. PENDAHULUAN 1. 1. Latar Belakang Indonesia memiliki hutan mangrove terluas di dunia yakni 3,2 juta ha (21%) dari luas total global yang tersebar hampir di seluruh pulau-pulau besar mulai dari Sumatera,

Lebih terperinci

Peranan Aplikasi GIS Dalam Perencanaan Pengembangan Pertanian

Peranan Aplikasi GIS Dalam Perencanaan Pengembangan Pertanian Peranan Aplikasi GIS Dalam Perencanaan Pengembangan Pertanian Disusun Oleh : Adhi Ginanjar Santoso (K3513002) Pendidikan Teknik Informatika dan Komputer Fakultas Keguruan dan Ilmu Pengetahuan Universitas

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN * 2009 ** Kenaikan ratarata(%)

I. PENDAHULUAN * 2009 ** Kenaikan ratarata(%) I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia dikenal sebagai negara bahari dan kepulauan yang dikelilingi oleh perairan laut dan perairan tawar yang sangat luas, yaitu 5,8 juta km 2 atau meliputi sekitar

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Sumber: Badan Pusat Statistik (2009)

I. PENDAHULUAN. Sumber: Badan Pusat Statistik (2009) I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertanian merupakan sektor yang memiliki peranan penting bagi perekonomian Negara Indonesia. Sebagian besar masyarakat Indonesia menggantungkan kehidupan mereka pada sektor

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang dapat dimanfaatkan untuk menuju Indonesia yang maju dan makmur. Wilayah

BAB I PENDAHULUAN. yang dapat dimanfaatkan untuk menuju Indonesia yang maju dan makmur. Wilayah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara maritim, kurang lebih 70 persen wilayah Indonesia terdiri dari laut yang pantainya kaya akan berbagai jenis sumber daya hayati dan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. titik berat pada sektor pertanian. Dalam struktur perekonomian nasional sektor

I. PENDAHULUAN. titik berat pada sektor pertanian. Dalam struktur perekonomian nasional sektor 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sasaran pembangunan nasional diantaranya adalah pertumbuhan ekonomi dengan titik berat pada sektor pertanian. Dalam struktur perekonomian nasional sektor pertanian memiliki

Lebih terperinci

2.8 Kerangka Pemikiran Penelitian Hipotesis.. 28

2.8 Kerangka Pemikiran Penelitian Hipotesis.. 28 DAFTAR ISI Halaman HALAMAN JUDUL HALAMAN PENGESAHAN PERNYATAAN PRAKATA DAFTAR ISI... i DAFTAR TABEL... v DAFTAR GAMBAR... vii DAFTAR LAMPIRAN.. ix INTISARI... x ABSTRACK... xi I. PENDAHULUAN... 1 1.1 Latar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia masih merupakan negara pertanian, artinya pertanian memegang peranan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia masih merupakan negara pertanian, artinya pertanian memegang peranan 13 BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Indonesia masih merupakan negara pertanian, artinya pertanian memegang peranan penting dari keseluruhan perekonomian nasional. Hal ini dapat ditunjukkan dari banyaknya

Lebih terperinci

BAB IV VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN Visi dan Misi Dinas Pertanian, Perikanan dan Kehutanan Kota Tasikmalaya

BAB IV VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN Visi dan Misi Dinas Pertanian, Perikanan dan Kehutanan Kota Tasikmalaya BAB IV VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN 4.1. Visi dan Misi Dinas Pertanian, Perikanan dan Kehutanan Kota Tasikmalaya A. Visi Perumusan visi dan misi jangka menengah Dinas Pertanian,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. terjadinya krisis moneter, yaitu tahun 1996, sumbangan industri non-migas

I. PENDAHULUAN. terjadinya krisis moneter, yaitu tahun 1996, sumbangan industri non-migas I. PENDAHULUAN 1. 1. Latar Belakang Berbagai studi menunjukkan bahwa sub-sektor perkebunan memang memiliki peran yang sangat penting dalam perekonomian Indonesia sebagai sumber pertumbuhan ekonomi dan

Lebih terperinci

Prospek dan Arah Pengembangan AGRIBISNIS PADI. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Departemen Pertanian 2005

Prospek dan Arah Pengembangan AGRIBISNIS PADI. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Departemen Pertanian 2005 Prospek dan Arah Pengembangan AGRIBISNIS PADI Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Departemen Pertanian 2005 MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA SAMBUTAN MENTERI PERTANIAN Atas perkenan dan ridho

Lebih terperinci

Laporan Akhir Kajian Iventarisasi Potensi Sumber Daya Alam di Kabupaten Pelalawan Tahun 2009 PENDAHULUAN

Laporan Akhir Kajian Iventarisasi Potensi Sumber Daya Alam di Kabupaten Pelalawan Tahun 2009 PENDAHULUAN BA B PENDAHULUAN I 1.1. Latar Belakang Sebagai bangsa yang besar dengan kekayaan potensi sumber daya alam yang luar biasa, sebenarnya Indonesia memiliki peluang yang besar untuk menjadi pelaku ekonomi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. rumah kaca yang memicu terjadinya pemanasan global. Pemanasan global yang

I. PENDAHULUAN. rumah kaca yang memicu terjadinya pemanasan global. Pemanasan global yang I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dunia diramaikan oleh isu perubahan iklim bumi akibat meningkatnya gas rumah kaca yang memicu terjadinya pemanasan global. Pemanasan global yang memicu terjadinya perubahan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pembangunan yang dilakukan di negara-negara dunia ketiga masih menitikberatkan

I. PENDAHULUAN. Pembangunan yang dilakukan di negara-negara dunia ketiga masih menitikberatkan 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan yang dilakukan di negara-negara dunia ketiga masih menitikberatkan pada sektor pertanian. Di Indonesia sektor pertanian memiliki peranan besar dalam menunjang

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia memiliki lautan yang lebih luas dari daratan, tiga per empat wilayah Indonesia (5,8 juta km 2 ) berupa laut. Indonesia memiliki lebih dari 17.500 pulau dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memiliki prospek cerah untuk dikembangkan, karena ikan lele merupakan. air tawar yang sangat digemari oleh masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN. memiliki prospek cerah untuk dikembangkan, karena ikan lele merupakan. air tawar yang sangat digemari oleh masyarakat. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ikan lele (Clarias sp) adalah salah satu satu komoditas perikanan yang memiliki prospek cerah untuk dikembangkan, karena ikan lele merupakan komoditas unggulan. Dikatakan

Lebih terperinci

PROSPEK DAN ARAH PENGEMBANGAN AGRIBISNIS KAKAO

PROSPEK DAN ARAH PENGEMBANGAN AGRIBISNIS KAKAO PROSPEK DAN ARAH PENGEMBANGAN AGRIBISNIS KAKAO Edisi Kedua Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Departemen Pertanian 2007 AGRO INOVASI BHINEKA TUNGGAL IKA SAMBUTAN MENTERI PERTANIAN Atas perkenan

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 31 TAHUN 2009 TENTANG PERLINDUNGAN WILAYAH GEOGRAFIS PENGHASIL PRODUK PERKEBUNAN SPESIFIK LOKASI

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 31 TAHUN 2009 TENTANG PERLINDUNGAN WILAYAH GEOGRAFIS PENGHASIL PRODUK PERKEBUNAN SPESIFIK LOKASI PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 31 TAHUN 2009 TENTANG PERLINDUNGAN WILAYAH GEOGRAFIS PENGHASIL PRODUK PERKEBUNAN SPESIFIK LOKASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN

GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN Pada awalnya Kabupaten Tulang Bawang mempunyai luas daratan kurang lebih mendekati 22% dari luas Propinsi Lampung, dengan pusat pemerintahannya di Kota Menggala yang telah

Lebih terperinci

Prospek dan Arah Pengembangan AGRIBISNIS KAKAO. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Departemen Pertanian 2005

Prospek dan Arah Pengembangan AGRIBISNIS KAKAO. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Departemen Pertanian 2005 Prospek dan Arah Pengembangan AGRIBISNIS KAKAO Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Departemen Pertanian 2005 MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA SAMBUTAN MENTERI PERTANIAN Atas perkenan dan ridho

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tambah (value added) dari proses pengolahan tersebut. Suryana (2005: 6)

BAB I PENDAHULUAN. tambah (value added) dari proses pengolahan tersebut. Suryana (2005: 6) BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan pertanian dewasa ini tidak lagi bagaimana meningkatkan produksi, tetapi bagaimana sebuah komoditi mampu diolah sehingga diperoleh nilai tambah (value added)

Lebih terperinci

PROSPEK DAN ARAH PENGEMBANGAN AGRIBISNIS JAGUNG. Edisi Kedua. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Departemen Pertanian AGRO INOVASI

PROSPEK DAN ARAH PENGEMBANGAN AGRIBISNIS JAGUNG. Edisi Kedua. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Departemen Pertanian AGRO INOVASI PROSPEK DAN ARAH PENGEMBANGAN AGRIBISNIS JAGUNG Edisi Kedua Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Departemen Pertanian 2007 AGRO INOVASI MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA SAMBUTAN MENTERI PERTANIAN

Lebih terperinci

MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA. PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR: 07/Permentan/OT.140/2/2012

MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA. PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR: 07/Permentan/OT.140/2/2012 MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR: 07/Permentan/OT.140/2/2012 TENTANG PEDOMAN TEKNIS KRITERIA DAN PERSYARATAN KAWASAN, LAHAN, DAN LAHAN CADANGAN PERTANIAN PANGAN BERKELANJUTAN

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN. Indonesia memiliki sektor pertanian yang terus dituntut berperan dalam

1. PENDAHULUAN. Indonesia memiliki sektor pertanian yang terus dituntut berperan dalam 1 1. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Indonesia memiliki sektor pertanian yang terus dituntut berperan dalam perekonomian nasional melalui pembentukan Produk Domestik Bruto (PDB), perolehan devisa,

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 31 TAHUN 2009 TENTANG PERLINDUNGAN WILAYAH GEOGRAFIS PENGHASIL PRODUK PERKEBUNAN SPESIFIK LOKASI

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 31 TAHUN 2009 TENTANG PERLINDUNGAN WILAYAH GEOGRAFIS PENGHASIL PRODUK PERKEBUNAN SPESIFIK LOKASI PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 31 TAHUN 2009 TENTANG PERLINDUNGAN WILAYAH GEOGRAFIS PENGHASIL PRODUK PERKEBUNAN SPESIFIK LOKASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Demikian Laporan Pendahuluan ini kami sampaikan, atas kerjasama semua pihak yang terkait kami ucapkan terima kasih.

KATA PENGANTAR. Demikian Laporan Pendahuluan ini kami sampaikan, atas kerjasama semua pihak yang terkait kami ucapkan terima kasih. [Type text] [Type text] [Type tex[type text] [T KATA PENGANTAR Puji dan syukur dipanjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat dan karunia-nya Laporan Akhir Studi Penerapan Mekanisme Insentif

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1. Pertumbuhan PDB Kelompok Pertanian di Indonesia Tahun

BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1. Pertumbuhan PDB Kelompok Pertanian di Indonesia Tahun 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Indonesia merupakan negara kepulauan yang di dalamnya terdapat berbagai macam potensi. Sebagian besar wilayah Indonesia merupakan daerah lautan dengan luas mencapai

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. berkaitan dengan sektor-sektor lain karena sektor pertanian merupakan sektor

I. PENDAHULUAN. berkaitan dengan sektor-sektor lain karena sektor pertanian merupakan sektor I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor pertanian merupakan sektor yang memiliki peran besar dalam perekonomian di Indonesia. Hal ini dikarenakan pertanian merupakan penghasil bahan makanan yang dibutuhkan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Bila suatu saat Waduk Jatiluhur mengalami kekeringan dan tidak lagi mampu memberikan pasokan air sebagaimana biasanya, maka dampaknya tidak saja pada wilayah pantai utara (Pantura)

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 37 TAHUN 2012 TENTANG PENGELOLAAN DAERAH ALIRAN SUNGAI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 37 TAHUN 2012 TENTANG PENGELOLAAN DAERAH ALIRAN SUNGAI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 37 TAHUN 2012 TENTANG PENGELOLAAN DAERAH ALIRAN SUNGAI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa sesuai ketentuan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

I. PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara 88 I. PENDAHULUAN Kawasan pesisir memerlukan perlindungan dan pengelolaan yang tepat dan terarah. Keseimbangan aspek ekonomi, sosial dan lingkungan hidup menjadi tujuan akhir yang berkelanjutan. Telah

Lebih terperinci

Penataan Ruang. Kawasan Budidaya, Kawasan Lindung dan Kawasan Budidaya Pertanian

Penataan Ruang. Kawasan Budidaya, Kawasan Lindung dan Kawasan Budidaya Pertanian Penataan Ruang Kawasan Budidaya, Kawasan Lindung dan Kawasan Budidaya Pertanian Kawasan peruntukan hutan produksi kawasan yang diperuntukan untuk kawasan hutan yang mempunyai fungsi pokok memproduksi hasil

Lebih terperinci

KAJIAN BIOFISIK LAHAN HUTAN MANGROVE DI KABUPATEN ACEH TIMUR ISWAHYUDI

KAJIAN BIOFISIK LAHAN HUTAN MANGROVE DI KABUPATEN ACEH TIMUR ISWAHYUDI KAJIAN BIOFISIK LAHAN HUTAN MANGROVE DI KABUPATEN ACEH TIMUR ISWAHYUDI SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2008 DAFTAR ISI DAFTAR ISI DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR... DAFTAR LAMPIRAN xi xv

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. (Bahari Indonesia: Udang [29 maret 2011Potensi]

I. PENDAHULUAN.  (Bahari Indonesia: Udang [29 maret 2011Potensi] I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perikanan merupakan sektor agribisnis yang hingga saat ini masih memberikan kontribusi yang cukup besar pada perekonomian Indonesia. Dari keseluruhan total ekspor produk

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2011 TENTANG PENETAPAN DAN ALIH FUNGSI LAHAN PERTANIAN PANGAN BERKELANJUTAN

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2011 TENTANG PENETAPAN DAN ALIH FUNGSI LAHAN PERTANIAN PANGAN BERKELANJUTAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2011 TENTANG PENETAPAN DAN ALIH FUNGSI LAHAN PERTANIAN PANGAN BERKELANJUTAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang

Lebih terperinci

Potensi Kota Cirebon Tahun 2010 Bidang Pertanian SKPD : DINAS KELAUTAN PERIKANAN PETERNAKAN DAN PERTANIAN KOTA CIREBON

Potensi Kota Cirebon Tahun 2010 Bidang Pertanian SKPD : DINAS KELAUTAN PERIKANAN PETERNAKAN DAN PERTANIAN KOTA CIREBON Potensi Kota Cirebon Tahun 2010 Bidang Pertanian SKPD : DINAS KELAUTAN PERIKANAN PETERNAKAN DAN PERTANIAN KOTA CIREBON No. Potensi Data Tahun 2009 Data Tahun 2010*) 1. Luas lahan pertanian (Ha) 327 327

Lebih terperinci

Bab 4 GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN

Bab 4 GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN Bab 4 GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN 4.1 Kondisi Fisik Kabupaten Dompu secara geografis terletak di antara 117 o 42 dan 180 o 30 Bujur Timur dan 08 o 6 sampai 09 o 05 Lintang Selatan. Kabupaten Dompu

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Indonesia memiliki hutan mangrove yang terluas di dunia. Hutan

PENDAHULUAN. Indonesia memiliki hutan mangrove yang terluas di dunia. Hutan PENDAHULUAN Latar Belakang Indonesia memiliki hutan mangrove yang terluas di dunia. Hutan mangrove merupakan komunitas vegetasi pantai tropis, yang didominasi oleh beberapa jenis pohon bakau yang mampu

Lebih terperinci

KONDISI TERKINI BUDIDAYA IKAN BANDENG DI KABUPATEN PATI, JAWA TENGAH

KONDISI TERKINI BUDIDAYA IKAN BANDENG DI KABUPATEN PATI, JAWA TENGAH Kondisi terkini budidaya ikan bandeng di Kabupaten Pati, Jawa Tengah (Septyan Andriyanto) KONDISI TERKINI BUDIDAYA IKAN BANDENG DI KABUPATEN PATI, JAWA TENGAH Septyan Andriyanto Pusat Penelitian dan Pengembangan

Lebih terperinci

DAMPAK POLA PENGGUNAAN LAHAN PADA DAS TERHADAP PRODUKTIVITAS TAMBAK DI PERAIRAN PESISIR LAMPUNG SELATAN

DAMPAK POLA PENGGUNAAN LAHAN PADA DAS TERHADAP PRODUKTIVITAS TAMBAK DI PERAIRAN PESISIR LAMPUNG SELATAN SEMINAR NASIONAL PERIKANAN DAN KELAUTAN 2016 Pembangunan Perikanan dan Kelautan dalam Mendukung Kedaulatan Pangan Nasional Bandar Lampung, 17 Mei 2016 DAMPAK POLA PENGGUNAAN LAHAN PADA DAS TERHADAP PRODUKTIVITAS

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. lainnya yang berbahasa Melayu sering disebut dengan hutan bakau. Menurut

TINJAUAN PUSTAKA. lainnya yang berbahasa Melayu sering disebut dengan hutan bakau. Menurut TINJAUAN PUSTAKA Hutan Manggrove Hutan mangrove oleh masyarakat Indonesia dan negara Asia Tenggara lainnya yang berbahasa Melayu sering disebut dengan hutan bakau. Menurut Kusmana dkk (2003) Hutan mangrove

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Meureudu, 28 Mei 2013 Bupati Pidie Jaya AIYUB ABBAS

KATA PENGANTAR. Meureudu, 28 Mei 2013 Bupati Pidie Jaya AIYUB ABBAS KATA PENGANTAR Sesuai Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang, Pasal 11 ayat (2), mengamanatkan pemerintah daerah kabupaten berwenang dalam melaksanakan penataan ruang wilayah kabupaten

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara kepulauan yang mempunyai jenis tanah yang subur. Berdasarkan karakteristik geografisnya Indonesia selain disebut sebagai negara

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. Abstrak... i Kata Pengantar... ii Daftar Isi... iv Daftar Tabel... viii Daftar Gambar... xii

DAFTAR ISI. Abstrak... i Kata Pengantar... ii Daftar Isi... iv Daftar Tabel... viii Daftar Gambar... xii DAFTAR ISI Abstrak... i Kata Pengantar... ii Daftar Isi... iv Daftar Tabel... viii Daftar Gambar... xii BAB 1 BAB 2 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang... 1-1 1.2 Perumusan Masalah... 1-3 1.2.1 Permasalahan

Lebih terperinci

BUPATI CIAMIS PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI CIAMIS NOMOR 32 TAHUN 2015 TENTANG SENTRA PRODUKSI PERIKANAN UNGGULAN DI KABUPATEN CIAMIS

BUPATI CIAMIS PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI CIAMIS NOMOR 32 TAHUN 2015 TENTANG SENTRA PRODUKSI PERIKANAN UNGGULAN DI KABUPATEN CIAMIS 1 BUPATI CIAMIS PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI CIAMIS NOMOR 32 TAHUN 2015 TENTANG SENTRA PRODUKSI PERIKANAN UNGGULAN DI KABUPATEN CIAMIS Menimbang DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI CIAMIS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan ekonomi dalam wilayah tersebut. Masalah pokok dalam pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan ekonomi dalam wilayah tersebut. Masalah pokok dalam pembangunan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pembangunan ekonomi daerah adalah suatu proses di mana pemerintah daerah dan masyarakatnya mengelola setiap sumberdaya yang ada dan membentuk suatu pola kemitraan

Lebih terperinci

IDENTIFIKASI KAWASAN RAWAN KONVERSI PADA LAHAN SAWAH DI KECAMATAN 2 X 11 ENAM LINGKUNG KABUPATEN PADANG PARIAMAN BERBASIS GIS

IDENTIFIKASI KAWASAN RAWAN KONVERSI PADA LAHAN SAWAH DI KECAMATAN 2 X 11 ENAM LINGKUNG KABUPATEN PADANG PARIAMAN BERBASIS GIS IDENTIFIKASI KAWASAN RAWAN KONVERSI PADA LAHAN SAWAH DI KECAMATAN 2 X 11 ENAM LINGKUNG KABUPATEN PADANG PARIAMAN BERBASIS GIS (GEOGRAPHIC INFORMATION SYSTEM) Fakultas Teknologi Pertanian, Kampus Limau

Lebih terperinci

IDENTIFIKASI POTENSI DAN PEMETAAN SUMBERDAYA PULAU-PULAU KECIL

IDENTIFIKASI POTENSI DAN PEMETAAN SUMBERDAYA PULAU-PULAU KECIL IDENTIFIKASI POTENSI DAN PEMETAAN SUMBERDAYA PULAU-PULAU KECIL Nam dapibus, nisi sit amet pharetra consequat, enim leo tincidunt nisi, eget sagittis mi tortor quis ipsum. PENYUSUNAN BASELINE PULAU-PULAU

Lebih terperinci

KERUSAKAN MANGROVE SERTA KORELASINYA TERHADAP TINGKAT INTRUSI AIR LAUT (STUDI KASUS DI DESA PANTAI BAHAGIA KECAMATAN MUARA GEMBONG KABUPATEN BEKASI)

KERUSAKAN MANGROVE SERTA KORELASINYA TERHADAP TINGKAT INTRUSI AIR LAUT (STUDI KASUS DI DESA PANTAI BAHAGIA KECAMATAN MUARA GEMBONG KABUPATEN BEKASI) 1 KERUSAKAN MANGROVE SERTA KORELASINYA TERHADAP TINGKAT INTRUSI AIR LAUT (STUDI KASUS DI DESA PANTAI BAHAGIA KECAMATAN MUARA GEMBONG KABUPATEN BEKASI) Tesis Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 77 TAHUN 2001 TENTANG I R I G A S I PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 77 TAHUN 2001 TENTANG I R I G A S I PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 77 TAHUN 2001 TENTANG I R I G A S I PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa perubahan sistem pemerintahan daerah sebagaimana diatur dalam Undang-undang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Peranan sektor pertanian dalam pembangunan di Indonesia tidak perlu diragukan lagi. Garis Besar Haluan Negara (GBHN) telah memberikan amanat bahwa prioritas pembangunan

Lebih terperinci

Rencana Strategis

Rencana Strategis - PP Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan Antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi, dan Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota - PP Nomor 42/2008 tentang Pengelolaan Sumber Daya

Lebih terperinci

agribisnis untuk mencapai kesejahteraan wilayah pedesaan (prospherity oriented) (Bappeda Kabupaten Lampung Barat, 2002). Lebih lanjut Bappeda

agribisnis untuk mencapai kesejahteraan wilayah pedesaan (prospherity oriented) (Bappeda Kabupaten Lampung Barat, 2002). Lebih lanjut Bappeda 16 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pada era otonomi daerah, pembangunan ekonomi menghadapi berbagai tantangan, baik dari dalam daerah maupun faktor eksternal, seperti masalah kesenjangan dan isu

Lebih terperinci

PEDOMAN TEKNIS KRITERIA DAN PERSYARATAN KAWASAN, LAHAN, DAN LAHAN CADANGAN PERTANIAN PANGAN BERKELANJUTAN

PEDOMAN TEKNIS KRITERIA DAN PERSYARATAN KAWASAN, LAHAN, DAN LAHAN CADANGAN PERTANIAN PANGAN BERKELANJUTAN 2012, No.205 4 LAMPIRAN PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 07/Permentan/OT.140/2/2012 TENTANG PEDOMAN TEKNIS KRITERIA DAN PERSYARATAN KAWASAN, LAHAN, DAN LAHAN CADANGAN PERTANIAN, PANGAN

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2011 TENTANG PENETAPAN DAN ALIH FUNGSI LAHAN PERTANIAN PANGAN BERKELANJUTAN

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2011 TENTANG PENETAPAN DAN ALIH FUNGSI LAHAN PERTANIAN PANGAN BERKELANJUTAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2011 TENTANG PENETAPAN DAN ALIH FUNGSI LAHAN PERTANIAN PANGAN BERKELANJUTAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang:

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor pertanian mempunyai peranan yang sangat penting bagi perekonomian Indonesia. Peranan pertanian antara lain adalah : (1) sektor pertanian masih menyumbang sekitar

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2009 TENTANG PERTAMBANGAN MINERAL DAN BATUBARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2009 TENTANG PERTAMBANGAN MINERAL DAN BATUBARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2009 TENTANG PERTAMBANGAN MINERAL DAN BATUBARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa mineral dan batubara yang

Lebih terperinci

PROVINSI ACEH PERATURAN BUPATI BIREUEN NOMOR 35 TAHUN 2015 TENTANG PENGEMBANGAN KAWASAN PERDESAAN PERKEBUNAN DI KABUPATEN BIREUEN

PROVINSI ACEH PERATURAN BUPATI BIREUEN NOMOR 35 TAHUN 2015 TENTANG PENGEMBANGAN KAWASAN PERDESAAN PERKEBUNAN DI KABUPATEN BIREUEN PROVINSI ACEH PERATURAN BUPATI BIREUEN NOMOR 35 TAHUN 2015 TENTANG PENGEMBANGAN KAWASAN PERDESAAN PERKEBUNAN DI KABUPATEN BIREUEN DENGAN RAHMAT ALLAH YANG MAHA KUASA BUPATI BIREUEN, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sektor pertanian dan perkebunan memegang peranan penting dan

BAB I PENDAHULUAN. Sektor pertanian dan perkebunan memegang peranan penting dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor pertanian dan perkebunan memegang peranan penting dan merupakan sektor dalam perekonomian negara berkembang termasuk Indonesia. Pentingnya sektor-sektor pertanian

Lebih terperinci

Bab V POTENSI, MASALAH, DAN PROSPEK PENGEMBANGAN WILAYAH. 5.1 Potensi dan Kendala Wilayah Perencanaan

Bab V POTENSI, MASALAH, DAN PROSPEK PENGEMBANGAN WILAYAH. 5.1 Potensi dan Kendala Wilayah Perencanaan Bab V POTENSI, MASALAH, DAN PROSPEK PENGEMBANGAN WILAYAH 5.1 Potensi dan Kendala Wilayah Perencanaan Dalam memahami karakter sebuah wilayah, pemahaman akan potensi dan masalah yang ada merupakan hal yang

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 44 TAHUN 2004 TENTANG PERENCANAAN KEHUTANAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 44 TAHUN 2004 TENTANG PERENCANAAN KEHUTANAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 44 TAHUN 2004 TENTANG PERENCANAAN KEHUTANAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan lebih lanjut ketentuan Bab IV Undang-undang Nomor

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. komparatif karena tersedia dalam jumlah yang besar dan beraneka ragam serta dapat

BAB I PENDAHULUAN. komparatif karena tersedia dalam jumlah yang besar dan beraneka ragam serta dapat BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sumber daya kelautan berperan penting dalam mendukung pembangunan ekonomi daerah dan nasional untuk meningkatkan penerimaan devisa, lapangan kerja dan pendapatan penduduk.

Lebih terperinci

Oleh : Apollonaris Ratu Daton A

Oleh : Apollonaris Ratu Daton A ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI JAMBU MENTE (Anacardium Occidentale L.) (Kasus di Desa Ratulodong, Kecamatan Tanjung Bunga, Kabupaten Flores Timur, Propinsi Nusa Tenggara Timur ) Oleh : Apollonaris Ratu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang tabel 1.1

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang tabel 1.1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kota Tegal terletak di pantai utara Jawa Tengah dengan wilayah pantai dan laut yang berbatasan dengan Kabupaten Tegal oleh Sungai Ketiwon di sebelah timur dan dengan

Lebih terperinci

KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS (KLHS) Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Polewali Mandar

KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS (KLHS) Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Polewali Mandar BAB II PROFIL WILAYAH KAJIAN Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS) adalah rangkaian analisis yang sistematis, menyeluruh dan partisipatif untuk memastikan bahwa prinsip pembangunan berkelanjutan telah

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara kepulauan yang memiliki sekitar pulau

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara kepulauan yang memiliki sekitar pulau 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara kepulauan yang memiliki sekitar 17.504 pulau dengan 13.466 pulau bernama, dari total pulau bernama, 1.667 pulau diantaranya berpenduduk dan

Lebih terperinci

KAMAR DAGANG DAN INDUSTRI INDONESIA. Ketahanan Pangan. Dalam Kerangka Revitalisasi Pertanian, Perikanan, Kehutanan

KAMAR DAGANG DAN INDUSTRI INDONESIA. Ketahanan Pangan. Dalam Kerangka Revitalisasi Pertanian, Perikanan, Kehutanan INDONESIA Ketahanan Pangan Dalam Kerangka Revitalisasi Pertanian, Perikanan, Kehutanan Harmonisasi Kebijakan & Program Aksi Presentasi : Pemicu Diskusi II Bp. Franky O. Widjaja INDONESIA BIDANG AGRIBISNIS,

Lebih terperinci

PROSPEK DAN ARAH PENGEMBANGAN AGRIBISNIS: Tinjauan Aspek Kesesuaian Lahan. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Departemen Pertanian 2005

PROSPEK DAN ARAH PENGEMBANGAN AGRIBISNIS: Tinjauan Aspek Kesesuaian Lahan. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Departemen Pertanian 2005 PROSPEK DAN ARAH PENGEMBANGAN AGRIBISNIS: Tinjauan Aspek Kesesuaian Lahan Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Departemen Pertanian 2005 MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA SAMBUTAN MENTERI PERTANIAN

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia memiliki wilayah perairan yang luas, yaitu sekitar 3,1 juta km 2 wilayah perairan territorial dan 2,7 juta km 2 wilayah perairan zona ekonomi eksklusif (ZEE)

Lebih terperinci

DEPARTEMEN KEHUTANAN DIREKTORAT JENDERAL REHABILITASI LAHAN DAN PERHUTANAN SOSIAL PEDOMAN INVENTARISASI DAN IDENTIFIKASI LAHAN KRITIS MANGROVE

DEPARTEMEN KEHUTANAN DIREKTORAT JENDERAL REHABILITASI LAHAN DAN PERHUTANAN SOSIAL PEDOMAN INVENTARISASI DAN IDENTIFIKASI LAHAN KRITIS MANGROVE DEPARTEMEN KEHUTANAN DIREKTORAT JENDERAL REHABILITASI LAHAN DAN PERHUTANAN SOSIAL PEDOMAN INVENTARISASI DAN IDENTIFIKASI LAHAN KRITIS MANGROVE JAKARTA, MEI 2005 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hutan mangrove

Lebih terperinci

Pangkalanbalai, Oktober 2011 Pemerintah Kabupaten Banyuasin Badan Perencanaan Pembangunan Daerah dan Penanaman Modal

Pangkalanbalai, Oktober 2011 Pemerintah Kabupaten Banyuasin Badan Perencanaan Pembangunan Daerah dan Penanaman Modal Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Banyuasin Tahun 2012 2032merupakan suatu rencana yang disusun sebagai arahan pemanfaatan ruang di wilayah Kabupaten Banyuasin untuk periode jangka panjang 20

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 2012 TENTANG SISTEM INFORMASI LAHAN PERTANIAN PANGAN BERKELANJUTAN

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 2012 TENTANG SISTEM INFORMASI LAHAN PERTANIAN PANGAN BERKELANJUTAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 2012 TENTANG SISTEM INFORMASI LAHAN PERTANIAN PANGAN BERKELANJUTAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : Mengingat

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. Halaman DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR LAMPIRAN... I. PENDAHULUAN Latar Belakang...

DAFTAR ISI. Halaman DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR LAMPIRAN... I. PENDAHULUAN Latar Belakang... DAFTAR ISI Halaman DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR LAMPIRAN... x xiii xv xvi I. PENDAHULUAN... 1 1.1. Latar Belakang... 1 1.2. Rumusan Masalah... 5 1.3.Tujuan dan Kegunaan Penelitian...

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. telah mendapat prioritas utama dalam pembangunan nasional karena. pembangunan ekonomi diharapkan dapat menjadi motor penggerak

BAB I PENDAHULUAN. telah mendapat prioritas utama dalam pembangunan nasional karena. pembangunan ekonomi diharapkan dapat menjadi motor penggerak BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Seiring dengan pertumbuhan penduduk, kebutuhan masyarakat semakin meningkat dari tahun ke tahun. Pembangunan Bangsa Indonesia bidang ekonomi telah mendapat prioritas

Lebih terperinci

PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan pertanian sebagai bagian dari pembangunan nasional adalah pembangunan yang berkelanjutan dan berkawasan lingkungan yang bertujuan untuk meningkatkan hasil

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.4, 2009 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA PERTAMBANGAN. KETENTUAN-KETENTUAN POKOK. Pencabutan. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4959) UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN Latar Belakang. Mangrove merupakan ekosistem unik dengan fungsi yang unik dalam

I. PENDAHULUAN Latar Belakang. Mangrove merupakan ekosistem unik dengan fungsi yang unik dalam 2 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Mangrove merupakan ekosistem unik dengan fungsi yang unik dalam lingkungan hidup. Oleh karena adanya pengaruh laut dan daratan, di kawasan mangrove terjadi interaksi

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 48 TAHUN 2013 TENTANG BUDI DAYA HEWAN PELIHARAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 48 TAHUN 2013 TENTANG BUDI DAYA HEWAN PELIHARAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 48 TAHUN 2013 TENTANG BUDI DAYA HEWAN PELIHARAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. lahan pertambakan secara besar-besaran, dan areal yang paling banyak dikonversi

PENDAHULUAN. lahan pertambakan secara besar-besaran, dan areal yang paling banyak dikonversi PENDAHULUAN Latar Belakang Meningkatnya harga udang windu di pasaran mendorong pembukaan lahan pertambakan secara besar-besaran, dan areal yang paling banyak dikonversi untuk pertambakan adalah hutan mangrove.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan merupakan usaha yang meliputi perubahan pada berbagai aspek

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan merupakan usaha yang meliputi perubahan pada berbagai aspek BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Pembangunan merupakan usaha yang meliputi perubahan pada berbagai aspek termasuk di dalamnya struktur sosial, sikap masyarakat, serta institusi nasional dan mengutamakan

Lebih terperinci

berbagai macam sumberdaya yang ada di wilayah pesisir tersebut. Dengan melakukan pengelompokan (zonasi) tipologi pesisir dari aspek fisik lahan

berbagai macam sumberdaya yang ada di wilayah pesisir tersebut. Dengan melakukan pengelompokan (zonasi) tipologi pesisir dari aspek fisik lahan I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Indonesia adalah negara bahari dan negara kepulauan terbesar di dunia dengan keanekaragaman hayati laut terbesar (mega marine biodiversity) (Polunin, 1983).

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Ujang Muhaemin A, 2015

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Ujang Muhaemin A, 2015 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia sebagai Negara yang memiliki penduduk yang padat, setidaknya mampu mendorong perekonomian Indonesia secara cepat, ditambah lagi dengan sumber daya

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Tanaman hortikultura merupakan salah satu tanaman yang menunjang pemenuhan gizi masyarakat sebagai sumber vitamin, mineral, protein, dan karbohidrat (Sugiarti, 2003).

Lebih terperinci