PENGARUH PENERAPAN MODEL PBMP DIPADU MIND MAPPING TERHADAP PEMAHAMAN KONSEP DAN RETENSI BELAJAR IPA SISWA SMP

Transkripsi

1 PENGARUH PENERAPAN MODEL PBMP DIPADU MIND MAPPING TERHADAP PEMAHAMAN KONSEP DAN RETENSI BELAJAR IPA SISWA SMP Siti Aminathin N*, A Duran Corebima, dan Murni Sapta Sari. Jurusan Biologi, FMIPA, Universitas Negeri Malang. Jalan Semarang, 5 Malang * sitiaminathin@gmail.com ABSTRAK: Proses pembelajaran menitikberatkan pada nilai dan pencapaian materi dalam kurikulum. Akibatnya, pembelajaran yang dilakukan cenderung bersifat informatif, teacher-centered, dan kurang memberdayakan proses berpikir siswa. Permasalahan tersebut dapat diatasi dengan penerapan model pembelajaran PBMP dipadu teknik Mind Mapping. Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui perbedaan penerapan model pembelajaran PBMP, PBMP dipadu Mind Mapping, dan konvensional terhadap pemahaman konsep dan retensi belajar IPA siswa SMP. Desain penelitian merupakan penelitian quasi eksperimen dengan menggunakan Pre-test-Post-test Nonequivalent Control Group Design atau Nonrandomized Control Group Pre-test-Post-test Design. Sampel penelitian adalah siswa kelas VII-H, VII-I, dan VII-J SMPN Malang tahun ajaran 014/015. Hasil penelitian menunjukkan: (1) Tidak ada perbedaan pengaruh yang signifikan antara model PBMP dengan model PBMP dipadu Mind Mapping terhadap pemahaman konsep IPA siswa SMP; () Ada perbedaan pengaruh yang signifikan antara pembelajaran konvensional dengan model PBMP dan PBMP dipadu Mind Mapping terhadap pemahaman konsep IPA siswa SMP. Model PBMP dan PBMP dipadu Mind Mapping memberikan hasil pemahaman konsep yang lebih baik dibandingkan dengan pembelajaran konvensional; (3) Tidak ada perbedaan pengaruh yang signifikan antara model PBMP dan PBMP dipadu Mind Mapping terhadap retensi belajar IPA siswa SMP; (4) Ada perbedaan pengaruh yang signifikan antara pembelajaran konvensional dengan model PBMP dan PBMP dipadu Mind Mapping terhadap retensi belajar IPA siswa SMP. Kata kunci: Pemberdayaan Berpikir Melalui Pertanyaan (PBMP), Mind Mapping, Pemahaman Konsep, Retensi Belajar. ABSTRACT: The learning process only focuses on reaching the mark and finishing the curriculum materials. As a result, the learning process is tended to be informative, teacher-centered, and less thinking empowering. These problems can be overcome by applying TEQ learning strategies combined with Mind Mapping technique. The objectives of this research were to know the difference between the apllying TEQ, TEQ combined with Mind Mapping, and conventional learning strategies on conceptual understanding of science and learning retention of junior high school (SMP) students. The research design used was quasi experiment with pre-test-post-test Nonequivalent Control Group Design. The samples were students of class VII-H, VII-I, and VII-J SMPN Malang academic year 014/015. The results showed: (1) There is no significant difference between the applying TEQ learning strategies and TEQ combined with Mind Mapping on conceptual understanding of science of junior high school students; () There is a significant difference between the conventional learning strategies compared to TEQ and TEQ combined with Mind Mapping on conceptual understanding of science of junior high school students. TEQ and TEQ combined with Mind Mapping show the better result of conceptual understanding compared to conventional learning strategies; (3) There is no significant difference between TEQ and TEQ combined with Mind Mapping on the learning retention of junior high school students; (4) There is a significant difference between the conventional learning strategies compared to TEQ and TEQ combined with Mind Mapping on learning retention of junior high school students. Keyword: TEQ, Mind Mapping, Conceptual Understanding, Learning Retention. Pendidikan merupakan usaha manusia untuk membentuk cara berpikir, bersikap, dan bertindak yang benar sehingga mampu menyelesaikan masalah dalam kehidupan sehari-hari. Masih (014) mengungkapkan bahwa kualitas proses pembelajaran yang terjadi masih menitikberatkan pada pencapaian materi dalam kurikulum. Pembelajaran yang hanya menitikberatkan pada pencapaian materi berorientasi pada kelulusan dan kompetensi ketuntasan minimal (KKM),

2 sehingga cenderung menjadi pembelajaran yang informatif. Sanjaya (009) menyatakan bahwa pembelajaran yang informatif menyebabkan siswa kurang didorong untuk mengembangkan kemampuan berpikir, sehingga hanya diarahkan kepada kemampuan siswa untuk menghafal informasi. Pemahaman konsep yang dangkal dapat menyebabkan siswa sering mengalami peristiwa lupa. Peristiwa lupa merupakan indikasi rendahnya retensi belajar. Retensi berkaitan dengan kemampuan mengolah dan menyimpan informasi dalam jangka waktu tertentu. Apabila retensi belajar siswa rendah, maka penanaman konsep harus dilakukan secara berulang dalam waktu yang lebih panjang. SMP Negeri Malang menunjukkan masalah yang serupa, yaitu rendahnya pemahaman konsep dan retensi belajar IPA. Wawancara dengan Ibu Zunif Setyorini, S.Pd. selaku guru matapelajaran IPA di SMPN Malang dilakukan pada tanggal 3 Februari 015. Berdasarkan hasil wawancara tersebut, ditemukan bahwa meskipun penguatan konsep selalu diberikan pada saat pembelajaran, nilai ulangan harian siswa selalu memiliki rata-rata yang rendah. Lebih dari 50% siswa memperoleh nilai di bawah KKM (< 75). Nilai rata-rata kelas hampir selalu kurang dari 80. Proses pembelajaran seharusnya bersifat student-centered dan memberdayakan kemampuan berpikir siswa selama proses pembelajaran berlangsung. Proses pembelajaran yang bersifat studentcentered tentu tidak bersifat informatif. Pada kenyataannya, pembelajaran yang terjadi masih bersifat informatif dan berorientasi pada pencapaian nilai KKM. Upaya yang dapat dilakukan adalah dengan menerapkan model pembelajaran yang tidak bersifat informatif dan memberdayakan proses berpikir siswa, sehingga mampu meningkatkan pemahaman konsep dan retensi belajar IPA. Salah satu model pembelajaran yang tidak bersifat informatif adalah Pemberdayaan Berpikir Melalui Pertanyaan (PBMP). Penelitian yang dilakukan Sukmawati (013), PBMP terbukti dapat memberdayakan keterampilan berpikir serta hal-hal lain terkait keterampilan berpikir seperti pemahaman konsep dan pemikiran kritis. Penelitian yang dilakukan Ekoningtyas (013) membuktikan bahwa pembelajaran dengan strategi Think Pair Share (TPS) dipadu dengan PBMP dapat meningkatkan pemahaman konsep dan retensi belajar lebih baik daripada pembelajaran multistrategi. Model Pemberdayaan Berpikir Melalui Pertanyaan (PBMP) dapat diterapkan dengan teknik Mind Mapping. Mind map atau peta pikiran merupakan teknik pencatatan yang dikembangkan oleh Tony Buzan pada tahun 1970-an dan didasarkan pada riset tentang bagaimana cara kerja otak sebenarnya. Mind Mapping dibuat dengan menggunakan pengingat visual (garis, gambar, lambang, atau kata) dan sensorik. Menurut DePorter & Hernacki (008: 17), kelebihan peta pikiran adalah fleksibel, dapat memusatkan perhatian, meningkatkan pemahaman, dan menyenangkan. PBMP dan Mind Mapping memiliki keunggulan masing-masing. Model PBMP dapat diterapkan dengan menggunakan teknik Mind Mapping dengan tujuan agar dapat meningkatkan pemahaman konsep dan retensi belajar IPA siswa SMP. METODE Rancangan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian quasi eksperimen dengan menggunakan Pre-test-Post-test Nonequivalent Control Group Design atau Nonrandomized Control Group Pre-test-Post-test Design. Pada awal pembelajaran, diberikan pretest pada kelas eksperimen, kelas kontrol, dan kelas konvensional. Kemudian menerapkan model Pemberdayaan Berpikir Melalui Pertanyaan dengan teknik Mind Mapping pada kelas eksperimen dan penerapan model PBMP pada kelas kontrol, dan pembelajaran konvensional (pembelajaran yang sering digunakan di sekolah tersebut) pada kelas konvensional. Pada akhir pembelajaran, diberikan post-test pada kelas eksperimen, kelas kontrol, dan kelas konvensional. Pre-test dan post-test kemudian dibandingkan hasilnya.

3 Penelitian ini dilaksanakan pada siswa kelas VII tahun ajaran 014/015 dan kelas VIII tahun ajaran 015/016 SMPN Malang. Data pada penelitian ini termasuk jenis data kuantitatif. Data yang diambil adalah pemahaman konsep dan retensi belajar siswa terhadap materi IPA. Data pemahaman konsep diperoleh dari nilai hasil pre-test dan post-test. Data retensi belajar diperoleh dari hasil post-test, dan tes retensi yang dilakukan minggu setelah pelaksanaan post-test. Dengan teknik analisa data menggunakan uji normalitas, uji homogenitas, dan uji hipotesis. HASIL DAN PEMBAHASAN Pemahaman konsep pada ketiga kelas tersebut diukur dengan memberikan tes sebelum diberi perlakuan (pre-test) dan memberikan tes setelah diberi perlakuan (post-test). Rata-rata nilai awal dan nilai akhir pemahaman konsep, serta peningkatannya dapat dilihat pada tabel 1.1 sebagai berikut. Tabel 1.1 Rata-rata Nilai Pemahaman Konsep Awal dan Akhir No Variabel Pembelajaran Rata-rata Awal Akhir Selisih Peningkatan (%) 1. PBMP dipadu Mind Mapping 44,94 75,99,05 69,10. PBMP 39,76 71,1,36 78,89 3. Konvensional 41,03 47,86 6,8 16,63 Data nilai rata-rata tes retensi siswa diukur menggunakan tes retensi siswa yang dilakukan minggu setelah dilakukan post-test. Rata-rata nilai awal dan nilai akhir tes retensi belajar dan selisihnya dapat dilihat pada tabel 1. berikut. Tabel 1. Rata-rata Nilai Post-test dan Tes retensi Siswa Rata-rata Persentase Retensi No. Variabel Pembelajaran Selisih Awal Akhir (%) 1. PBMP dipadu Mind Mapping 75,99 67,36-8,64 88,63%. PBMP 71,1 58,58-1,55 8,36% 3. Konvensional 47,86 43,83-4,03 91,58% Hasil uji normalitas data pada pre-test pemahaman konsep diperoleh angka signifikansi sebesar 0,799, pada post-test sebesar 0,585, dan pada tes retensi sebesar 0,693. Signifikansi pada pretest dan post-test pemahaman konsep serta hasil retensi pada ketiga kelas menunjukkan bahwa Ho diterima, yaitu data tidak menyimpang dari distribusi normal. Ringkasan hasil uji normalitas dengan uji One-Simple Kolmogorov Smirnov terdapat pada Tabel 1.3 berikut. Tabel 1.3 Ringkasan Hasil Uji Normalitas Variabel Mean Std Deviation Asymp sig. Keterangan Pemahaman Konsep Pre-test Post-test 4,3 66,97 7,513 13,757 0,799 0,585 Normal Normal Retensi 58,9 13,449 0,693 Normal Uji homogenitas data yang dilakukan pada data nilai pre-test dan post-test, dan nilai tes retensi hasil penelitian menunjukkan bahwa varian data tidak berbeda atau homogen. Ringkasan hasil uji homogenitas data pada penelitian ini ditunjukkan pada Tabel 1.4 berikut.

4 Tabel 1.4 Ringkasan Hasil Uji itas Variabel F df1 df Sig. Keterangan Pemahaman Konsep Pre-test Post-test,551 0,454 0,094 0,639 Retensi Post-test Retention-test 4,613 1,41 0,05 0,303 Uji Beda Notasi Terkecil (BNT) dengan taraf signifikansi 0,05 dilakukan untuk mengetahui signifikansi perbedaan antara ketiga kelas yang digunakan. Hasil uji ini dilihat berdasarkan notasi LSD. Apabila notasi antara kelas sama, maka artinya hasil antara kelas tidak berbeda secara signifikan, sedangkan apabila notasi antara kelas tidak sama, maka artinya hasil antara kelas berbeda secara signifikan. Ringkasan hasil uji Post Hoc serta notasi LSD pada pemahaman konsep dapat dilihat pada Tabel 1.5. Tabel 1.5 Hasil Uji Post Hoc dengan Notasi LSD Pemahaman Konsep Rata-rata Rata-rata Rata-rata Kelas Selisih Peningkatan (%) Notasi LSD Pre-test Post-test Terkoreksi konvensional 41,03 47,86 6,83 48,54 16,63 a PBMP 39,76 71,1,36 7,54 78,88 b PBMP+Mind Mapping 44,94 75,99,05 74,44 69,10 b hasil uji Post Hoc dengan notasi LSD menunjukkan notasi kelas konvensional (a) berbeda dengan kelas eksperimen (b) dan kelas kontrol (b), sehingga hasil pemahaman konsep yang dicapai kelas kontrol (PBMP) tidak berbeda secara signifikan dengan hasil pemahaman konsep yang dicapai kelas eksperimen (PBMP dipadu Mind Mapping), tetapi berbeda secara signifikan dengan hasil pemahaman konsep yang dicapai kelas konvensional. Dalam penelitian ini, hasil pemahaman konsep pada penerapan model PBMP dan PBMP dipadu Mind Mapping tidak berbeda signifikan. Hal ini dapat disebabkan oleh beberapa faktor, seperti faktor sintaks dan faktor siswa. Faktor sintaks, yaitu tidak ada perbedaan yang menonjol antara sintaks antara PBMP dan PBMP dipadu Mind Mapping. Siswa di kelas PBMP dipadu Mind Mapping melaksanakan proses pembelajaran yang sama persis dengan sintaks PBMP kemudian melakukan Mind Mapping pada setiap akhir bab. Seharusnya teknik Mind Mapping diterapkan pada setiap akhir pertemuan. Faktor siswa yaitu siswa SMP sebagian besar belum memahami betul tentang Mind Map dan proses Mind Mapping, sehingga cenderung hanya menyalin Mind Map dari internet, membuat Mind Map berdasarkan contoh dari lembaga bimbingan belajar, atau hanya sekedar membuat pemetaan tanpa memperhatikan hubungan antarkonsep dan subkonsep. Pada saat proses Mind Mapping, siswa mengalami proses-proses kognitif yang berkaitan dengan pemahaman konsep menurut Anderson & Krathwol (010: ), yaitu: (1) menafsirkan siswa mengubah bentuk informasi dari verbal menjadi visual; () mencontohkan siswa membuat contoh atau ilustrasi tentang konsep; (3) mengklasifikasikan siswa mengelompokkan konsepkonsep; (4) merangkum siswa meringkas konsep menjadi kata kunci atau frase; (5) menyimpulkan siswa menemukan model dari konsep-konsep yang berkaitan; (6) membandingkan siswa mencari kesamaan dan perbedaan antar konsep untuk dapat mengklasifikasikannya; (7) menjelaskan siswa menemukan model hubungan antar konsep. Hasil dari proses-proses kognitif tersebut kemudian menghasilkan kata kunci-kata kunci serta ilustrasi-ilustrasi yang menggambarkan keseluruhan konsep. Keseluruhan konsep tersebut kemudian disusun dalam Mind Map (peta pikiran) yang memperlihatkan keterkaitan antar konsep, sehingga konsep lebih mudah dipahami. Penelitian yang dilakukan oleh Rahmawati (014) menemukan bahwa penerapan teknik Mind Mapping dalam pembelajaran IPA memberikan pengaruh positif terhadap pemahaman konsep siswa. Demikian pula penelitian yang dilakukan oleh Ananggih (013),

5 menunjukkan bahwa model pembelajaran dengan teknik Mind Mapping dapat meningkatkan pemahaman siswa secara signifikan. Ringkasan hasil uji Post Hoc serta notasi LSD pada hasil retensi dapat dilihat pada Tabel 1.6. Tabel 1.6 Hasil Uji Post Hoc dengan Notasi LSD Retensi Rata-rata Rata-rata Rata-rata Persentase Notasi Kelas Selisih Pre-test Post-test Terkoreksi Retensi (%) LSD PBMP 71,1 58,58-1,54 53,68 8,36% a PBMP+Mind Mapping 75,99 67,36-8,64 56,71 88,63% a Konvensional 47,86 43,83-4,03 66,37 91,58% b hasil uji Post Hoc dengan notasi LSD menunjukkan notasi kelas kontrol (a) sama dengan kelas eksperimen (a), tetapi berbeda dengan kelas konvensional (b). Notasi LSD menunjukkan retensi belajar yang dicapai kelas kontrol (PBMP) tidak berbeda signifikan dengan retensi belajar yang dicapai kelas eksperimen (PBMP dipadu Mind Mapping), tetapi berbeda secara signifikan dengan retensi belajar yang dicapai kelas konvensional. Hasil retensi pada penelitian ini belum sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Wijayanti (010) dan Lestari (013). Kedua penelitian tersebut membuktikan bahwa penerapan model pembelajaran yang dipadukan dengan teknik Mind Mapping dapat meningkatan retensi belajar secara signifikan. Dalam penelitian ini, hasil retensi belajar pada kelas PBMP dan PBMP dipadu Mind Mapping tidak berbeda secara signifikan antara lain dikarenakan faktor siswa. Siswa tidak menggunakan Mind Map sebagai teknik mencatat, tetapi sebagai tugas ringkasan di setiap akhir bab. Seharusnya Mind Map digunakan sebagai teknik mencatat dan diberikan setiap akhir pertemuan pembelajaran, sehingga siswa memahami cara belajar dengan teknik Mind Mapping. Pembelajaran dengan model PBMP dan PBMP dipadu Mind Mapping terbukti berpengaruh positif terhadap retensi belajar IPA siswa. Jensen (00:1) menyatakan bahwa ingatan dibentuk melalui proses berpikir, bergerak, mengalami rangsangan inderawi. Dalam penelitian ini, pembelajaran dengan model PBMP dan PBMP dipadu Mind Mapping membentuk pemahaman dan ingatan siswa dengan memberdayakan proses berpikir, bergerak, dan mengalami rangsangan inderawi. Proses berpikir siswa diberdayakan dengan penerapan model PBMP dalam pembelajraan, terutama pada bagian Renungkan dan Pikirkan. Proses bergerak diwujudkan dalam kerja kelompok serta kegiatan praktikum IPA. Kemudian rangsangan inderawi diperoleh melalui Mind Mapping konsep dan subkonsep yang telah dipelajari. PENUTUP Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan, diperoleh kesimpulan sebagai berikut. 1. Tidak ada perbedaan yang signifikan antara pola PBMP dengan pola PBMP dipadu Mind Mapping terhadap pemahaman konsep IPA siswa SMP.. Ada perbedaan yang signifikan antara pembelajaran konvensional dengan pola PBMP dan PBMP dipadu Mind Mapping terhadap pemahaman konsep IPA siswa SMP. Pemahaman konsep pada kelas PBMP mengalami peningkatan sebesar 78,89%, kelas PBMP dipadu Mind Mapping sebesar 69,10%, sedangkan kelas konvensional sebesar 16,63%. 3. Tidak ada perbedaan yang signifikan antara pola PBMP dan PBMP dipadu Mind Mapping terhadap retensi belajar IPA siswa SMP. 4. Ada perbedaan yang signifikan antara pembelajaran konvensional dengan pola PBMP dan PBMP dipadu Mind Mapping terhadap retensi belajar IPA siswa SMP. Pembelajaran konvensional memberikan hasil retensi belajar yang paling baik dengan selisih -4,03, tetapi jumlah informasi yang dapat diserap pada kelas konvensional paling sedikit yaitu sebesar 16,63%.

6 Berdasarkan pembahasan, saran yang dapat diberikan untuk penelitian lain adalah sebagai berikut: 1. Pola PBMP sebaiknya diaplikasikan dalam pembelajaran di sekolah karena telah terbukti memberdayakan proses berpikir sehingga dapat meningkatkan pemahaman konsep dan retensi belajar siswa.. Teknik Mind Mapping sebaiknya dikenalkan sejak awal kepada siswa, agar siswa mengetahui lebih banyak alternatif teknik dalam belajar. 3. Apabila terdapat penelitian dengan menggunakan teknik Mind Mapping, sebaiknya teknik Mind Mapping diterapkan sebagai teknik mencatat pada setiap pertemuan, sehingga siswa memahami cara menggunakan Mind Map dan terampil dalam Mind Mapping. 4. Penelitian lanjutan terkait dengan pengaruh penerapan pola PBMP dan PBMP dipadu Mind Mapping perlu dilakukan dengan memperbaiki pelaksanaan sintaks pembelajaran PBMP dipadu Mind Mapping, agar mendapatkan hasil yang lebih pasti mengenai pengaruh Mind Mapping.

7 DAFTAR RUJUKAN Ananggih, G. W Penerapan Model Pembelajaran Mind Mapping sebagai Upaya Meningkatkan Pemahaman Logika Matematika pada Kelas X di SMA Negeri 1 Garum. Skripsi tidak diterbitkan. Malang : Jurusan Matematika FMIPA UM. Anderson, L.W. & Krathwohl, D.R Kerangka Landasan untuk Pembelajaran, Pengajaran, dan Asesmen (Revisi Taksonomi Pendidikan Bloom).Yogyakarta: PUSTAKA PELAJAR. DePorter, B., Hernacki, M Quantum Learning: Membiasakan BelajarNyaman dan Menyenangkan. Bandung: PT Mizan Pustaka. Ekoningtyas, M Pengaruh Pembelajaran Think-Pair_share dipadu Pola Pemberdayaan Berpikir melalui Pertanyaan terhadap Keterampilan Metakognitif, Berpikir Kreatif, Pemahaman Konsep IPA dan Retensinya serta Sikap Siswa. Jurnal Pendidikan Sains Desember 013, (Online), 4(1):33-34, ( diakses 10 Februari 015. Jensen, E., Makowitz, K. (00). Otak Sejuta Gygabite: Buku Pintar Membangun Ingatan Super. Kaifa : Bandung. Lestari, I Pengaruh Multimedia Berbasis Mind Mapping terhadap Hasil dan Retensi Belajar Siswa pada Materi Hidrokarbon. (Online), ( diakses 1 Maret 015. Masih, N W e-journal PPs Universitas Pendidikan Ganesha volume 4 tahun 014 : Pengaruh Pengajaran Kuantum terhadap Hasil Belajar dan Karakter Siswa SMP. (Online), ( diakses 1 November 014. Rahmawati, M. M. A Pengaruh Mind Mapping dan Gaya belajar terhadap Pemahaman Konsep Siswa pada Pembelajaran IPA. Jurnal Inovasi Teknologi Pendidikan, (Online), (1): , ( diakses 10 februari 015. Sanjaya, W Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta: Kencana Prenada Media Group. Sukmawati, I Perbandingan Keterampilan Metakognitif, Hasil Belajar Kognitif, dan Retensi Pembelajaran Biologi Melalui Strategi PBMP dan PBMP Dipadu dengan TPS di Kalangan Siswa Berkemampuan Akademik Rendah. Skripsi tidak diterbitkan. Malang: FMIPA UM. Wijayanti, V Penerapan Strategi Reciprocal Teaching dengan Teknik Mind Mapping dalam Pembelajaran Fisika di SMP. Skripsi Jurusan Pendidikan MIPA FKIP Universitas Jember, (Online), ( uence=1), diakses 1 Maret 015.