ARTIKEL. Oleh: SILVIA WAHYUNI MONIKA ARYUSDI NPM:

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "ARTIKEL. Oleh: SILVIA WAHYUNI MONIKA ARYUSDI NPM:"

Transkripsi

1 PERAN GURU BK DALAM MENCEGAH PENYALAHGUNAAAN NARKOBA DENGAN MENGGUNAKAN LAYANAN INFORMASI DAN LAYANAN BIMBINGAN KELOMPOK DI KELAS XII SMK NEGERI 5 PADANG ARTIKEL Oleh: SILVIA WAHYUNI MONIKA ARYUSDI NPM: PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN (STKIP) PGRI SUMATERA BARAT PADANG 2016

2 PERAN GURU BK DALAM MENCEGAH PENYALAHGUNAAAN NARKOBA DENGAN MENGGUNAKAN LAYANAN INFORMASI DAN LAYANAN BIMBINGAN KELOMPOK DI KELAS XII SMK NEGERI 5 PADANG Oleh: Silvia Wahyuni Monika Aryusdi* Gusneli, S.S., M.Pd** Rici Kardo, M.Pd** Mahasiswa Bimbingan dan Konseling STKIP PGRI Sumatera Barat ABSTRAK Penelitian ini dilatarbelakangi oleh remaja yang mudah terpengaruh oleh lingkungan karena rasa keingintahuannya yang tinggi terkadang membuat remaja berperilaku menyimpang, seperti penyalahgunaan narkoba. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan upaya guru bk dalam pencegahan penyalahgunaan narkoba di kelas XII informasi dan layanan bimbingan kelompok. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kuantitatif. Populasi penelitian adalah peserta didik SMK Negeri 5 kelas XII semua jurusan, dengan sampel 75 orang, menggunakan teknik proposional random sampling. Instrumen yang digunakan angket. Data dianalisis menggunakan teknik persentase. Hasil penelitian diketahui bahwa upaya guru BK dalam pencegahan penyalahgunaan narkoba melalui layanan informasi dan layanan bimbingan kelompok dari 75 responden terdapat 57 peserta didik (76,00%) berada pada ketegori cukup banyak, dan 18 peserta didik (24,00%) berada pada kategori sedikit. Kata Kunci: Penyalahgunaan narkoba, layanan informasi, layanan bimbingan kelompok. PENDAHULUAN Manusia mengalami beberapa periode perkembangan dalam hidupnya yaitu, periode perkembangan anak-anak, periode perkembangan remaja, dan periode perkembangan dewasa. Salah satu periode perkembangan dalam kehidupan manusia adalah periode masa remaja. Masa remaja adalah salah satu periode dalam rentangan kehidupan manusia yang memerlukan penyesuaian agar tidak timbul kesulitan bagi remaja itu sendiri dan diperlukannya bantuan dari orang dewasa untuk membantu mengatasi kesulitan yang dialami oleh remaja. Perubahan merupakan suatu proses alami yang harus dijalani oleh setiap manusia dalam hidupnya. Salah satu perubahan siklus hidup yang harus dijalani oleh manusia yaitu ketika berada pada masa remaja. Elida (2002:14) menyatakan Periode remaja adalah periode dimana individu meninggalkan masa kanak-kanaknya dan mulai memasuki masa dewasa yang di dalamnya terjadi perubahan biologis, perubahan psikologis, dan perubahan sosial. Santrock (2003:26) mengartikan Remaja sebagai masa perkembangan transisi antara masa anak dan masa dewasa yang mencakup perubahan biologis, kognitif, dan sosialemosional. Dalam periode ini individu mengalami banyak tantangan dalam menjalani perkembangannya, baik tantangan dari dalam dirinya maupun tantangan dalam menjalani perkembangannya, dan tantangan dari lingkungan. Tantangan dari dalam diri sendiri seperti perubahan fisik yang sangat menonjol, yang memerlukan penyesuaian yang tinggi agar tidak menimbulkan kesulitan bagi remaja itu sendiri. Salah satu tantangan dari lingkungan adalah godaan yang banyak untuk melakukan pergaulan bebas dan penyalahgunaan narkoba. Pada periode ini remaja mudah terpengaruh oleh lingkungan karena rasa keingintahuannya yang tinggi terkadang membuat remaja berperilaku menyimpang, seperti penyalahgunaan narkoba. Hasil Survei yang dilakukan oleh BNN bekerjasama dengan Puslitkes UI pada tahun 2011 tentang Survei Nasional Perkembangan Penyalahgunaan Narkoba di Indonesia, diketahui bahwa Angka prevalensi penyalahguna Narkoba di Indonesia telah 1

3 mencapai 2,2% atau sekitar 3,8 juta orang dari total populasi penduduk (berusia tahun). Hal ini mengalami peningkatan sebesar 0,21% bila dibandingkan dengan prevalensi pada tahun 2008, yaitu sebesar 1,99% atau sekitar 3,3 juta orang, (Sukandar, 2012:1). Oleh karena itu sangat penting bagi remaja untuk diberikan bimbingan agar rasa ingin tahunya yang tinggi dapat terarah kepada kegiatankegiatan yang positif, kreatif dan produktif. Namun pada kenyataannya yang terjadi adalah para remaja melakukan kegiatan yang mengarah ke arah negatif seperti penyalahgunaan narkoba. Lydia (2006:17) menyatakan Penyalahgunaan narkoba adalah penggunaan narkoba yang dilakukan tidak untuk maksud pengobatan, tetapi karena ingin menikmati pengaruhnya, dalam jumlah berlebihan yang secara kurang teratur, dan berlangsung cukup lama, sehingga menyebabkan gangguan kesehatan fisik, mental, dan kehidupan sosialnya. Menurut Taufik (2003:53) Faktorfaktor penyebab penggunaan narkoba terbagi atas dua faktor utama yakni faktor internal penyebabnya antara lain: perasaan egois, kehendakingin bebas, kegoncangan jiwa, rasa ingin tahu. Selain itu ada faktor eksternal yang penyebabnya antara lain: keadaan ekonomi, pergaulan/lingkungan, kemudahan, kurangnya pengawasan, ketidaksenangan dengan lingkungan sosial. Penyalahgunaan narkoba terutama dikalangan pelajar, pada umumnya diawali atau dilakukan dengan coba-coba, lalu ketagihan. Menurut Sudirman (2000:14) Masalah narkoba bukan hanya menjadi masalah nasional, namun telah menjadi masalah internasional. Apabila keadaan ini dibiarkan berkelanjutan secara terus menerus maka generasi penerus bangsa akan rusak, untuk itu sangat perlu dilakukan upaya pencegahan. Menurut Lydia (2006:3) pencegahan adalah Mencegah seseorang memakai narkoba ketika ada yang menawarkan dengan melatih keterampilan psikososial dan mengembangkan percaya diri. Yuanita (2007:101) Menyatakan yang menjadi sasaran tindakan preventif, penyalahgunaan narkoba ini ada tiga lembaga salah satunya yaitu sekolah. Dan sekolah dapat membuat suatu program yang mengacu kepada sekolah yang bebas narkoba. Menurut Lydia (2006:38) Program sekolah bebas narkoba adalah program yang disusun dan dikembangkan secara komprehensif dan terpadu di lingkungan sekolah/kampus, dengan membangun budaya anti narkoba, anti kekerasan, dan penegakan disiplin, untuk mencegah dan menanggulangi masalah penyalahgunaan narkoba dan kekerasan. Menurut Badan Narkotika Nasional (2010:19) Program pencegahan dapat berupa pendidikan pencegahan melalui kurikulum pendidikan sekolah baik secara terpadu dengan mata pelajaran, maupun secara khusus, baik intra maupun ektra kurikuler. Adapun sistem yang bisa diandalkan sebagai salah satu problem solver yang efektif dalam penanggulangan narkoba di lembaga pendidikan formal yaitu memasukan materi yang berkaitan dengan narkoba kedalam mata pelajaran. Materi yang diberikan adalah sejumlah bahan yang disampaikan oleh guru tentang penyalahgunaan narkoba di kalangan remaja. Untuk mata pelajaran yang memungkinkan dimasukannya materi narkoba, maka materi disampaikan seperti materi pelajaran pada umumnya. Sedangkan untuk mata pelajaran yang tidak berkaitan langsung dengan narkoba, maka materi ini dapat disusun dalam bentuk bahan bacaan, tema diskusi ataupun dikemas dalam bentuk contoh-contoh. Materi tersebut meliputi materi tentang pengertian narkoba, jenis-jenis narkoba, penyalahgunaan dan penanggulangan narkoba serta prinsip atau pola hidup sehat. Menurut Lydia (2006:61) Materi dan metode yang dapat diberikan dalam pencegahan penyalahgunaan narkoba harus memenuhi beberapa syarat yaitu: (1) Dapat dipertanggungjawabkan dari sudut ilmiah kesehatan, pedagogik dan psikologik serta up to date,(2) pesan narkoba harus jelas, tidak ada tawar menawar atau toleransi untuk penggunaannya. Waspadai pesan terselubung pro narkoba yang mempromosikan penggunaan, pemasokan, peredaran, dan jual beli, (3) materi harus meliputi napza, termasuk rokok dan minuman keras, (4) harus jelas dinyatakan bahwa anak bertanggung jawab atas keputusannya sendiri dan tidak member peluang untuk alasan lain, (5) tidak memberikan ilustrasi atau dramatisasi yang dapat mengajarkan anak cara memperoleh, menyiapkan atau menggunakannya, (6) materi harus disesuaikan dengan umur, minat, dan kebutuhan anak, (7) merefleksikan pemahaman budaya kelompok sasaran, dan (8) tidak boleh menggunakan eks pecandu sebagai role model(kecuali bagi siswa SMA kelas 2-3, atau orang tua siswa). 2

4 Menurut Lydia (2006:38) Program pencegahan tersebut melibatkan seluruh komponen sekolah yaitu, peserta didik, personil sekolah, orang tua, dan tokoh masyarakat, dengan dukungan lembaga pelayanan kesehatan, sosial, agama, penegakan hukaum, agar tercipta lingkungan sekolah bebas narkoba, sebagai bagian dari lingkungan masyarakat bebas narkoba. Menurut Badan Narkotika Nasional (2010:18) Pencegahan penyalahgunaan narkoba dilakukan di sekolah melalui kegiatan komunikasi, informasi, dan edukasi dengan menggunakan berbagai metode diantaranya yaitu, ceramah, seminar, lokakarya, dialog Interaktif, diskusi, tanya jawab, simulasi, testimony, pemutaran film, dinamika kelompok, pembagian poster, stiker, leaflet, dll. Jadi berbagai metode dapat digunakan oleh guru dalam penyampaian materi pencegahan penyalahgunaan narkoba. Selanjutnya Libertus (2006:62) menyatakan Penerapan aturan dan tata tertib disekolah memiliki peran yang sangat penting. Dengan penerapan yang tegas dan kondusif membuat peserta didik terkontrol. Peserta didik pengguna narkoba dapat diteksi melalui pemantauan sejauh mana mereka mentaati peraturan sekolah. Bila sekolah menemukan kasus peserta didik sering tidak masuk, sering bolos, tidak betah dikelas, kurang perhatian terhadap mata pelajaran, menunggak bayaran sekolah, atau pandai berbohong patut ditelusuri lebih lanjut janganjangan dia memakai narkoba. Jaringan anti narkoba di sekolah perlu dibentuk sebagai tanda bahwa sekolah sangat serius dalam menangani narkoba. Salah satu caranya adalah dengan memfungsikan komponen-komponen penting yang ada di sekolah, seperti bagian kesiswaan, guru bimbingan dan konseling, wali kelas, guru mata pelajaran terkait, Organisasi Siswa Intra Sekolah (OSIS), perwakilan kelas dan unsur-unsur lainnya. Unsur luar yang dapat dikoordinasikan dengan jaringan ini adalah orang tua siswa, alumni, masyarakat sekitar sekolah, Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM), medis dan kepolisian. Di sekolah guru bimbingan dan konseling berperan penting dalam melakukan upaya preventif, dengan memberikan layananlayanan bimbingan dan konseling yang berkaitan dengan mencegah penyalahgunaan narkoba melalui pemberian layanan dengan materi, seperti: bahaya narkoba, dampak penyalahgunaan narkoba, dan lain-lain. Unit layanan bimbingan perlu dikembangkan secara fungsional disetiap sekolah yang beranjak dari program Bimbingan dan Konseling (BK) yang ada di sekolah dengan tenaga konselor terlatih. Menurut Lydia (2006:98) Unit layanan bimbingan peserta didik mempunyai tugas membantu memberikan layanan BK kepada peserta didik yaitu, melakukan deteksi dini dan pertolongan dini dalam penyalahgunaan narkoba dan masalah psikososial lainya, merujuk ke tenaga profesi di sekolah (konselor, psikolog, dokter UKS), memberikan layanan konseling di sekolah, merujuk kasus ke profesi lain di luar sekolah atau lembaga pendidikan, mengadakan tindak lanjut. Salah satu tugas dari guru BK melakukan pencegahan penyalahgunaan narkoba di sekolah dengan memberikan layanan BK seperti, layanan informasi, bimbingan kelompok, dengan menggunakan metode-metode yang menarik. Selanjutnya Lydia (2006:98) menyatakan Tugas guru BK dalam melaksanakan program sekolah bebas narkoba yaitu, mendata faktor resiko tinggi pesera didik dan keluarga dari buku catatan pribadi, melaksanakan pendidikan pencegahan penyalahgunaan narkoba di sekolah, melatih peserta didik sebagai konselor sekolah, mendata kasus penyalahgunaan narkoba, kekerasan, dan pelanggaran disiplin, memberikan bimbingan dan konseling secara proaktif, merujuk kasus kepada ahlinya, atau ketempat rujukan jika perlu, menyelenggarakan pertemuan teratur dengan orang tua peserta didik dan personel sekolah lain untuk membahas dan mengevaluasi pelaksanaan program. Menurut Lydia (2006:5) Pendidikan pencegahan adalah pendidikan yang ditunjukan kepada individu atau kelompok masyarakat terutama anak-anak dan remaja untuk mencegah dan mengurangi atau menghentikan pemakai narkoba, dengan mengubah perilaku dan pola pikirnya, serta memberikan keterampilan psikososial yang diperlukan dan melihat perubahan kognitif (pemahaman), afektif (sikap) dan psikomotor (perilaku) dari pendidikan pencegahan yang telah dilakukan. Berdasarkan pendapat ahli di atas diketahui bahwa belum optimalnya pemberian informasi tentang pencegahan penyalahgunaan narkoba di sekolah, belum optimalnya pemberian materi tentang bahaya penyalahguna narkoba, dan intensitas waktu yang digunakan pun sedikit, selain itu banyak peserta didik yang terindikasi terjerumus menyalahgunakan narkoba sehingga perlu 3

5 dilakukan usaha pencegahan sejak dini oleh berbagai pihak terkait di antaranya pihak sekolah, instansi terkait, dan lain sebagainya. Dilandasi oleh pemikiran tersebut peneliti tertarik untuk mengungkapkan bagaimana upaya guru BK dalam pencegahan penyalahgunaan narkoba di SMK Negeri 5 Padang. Berdasarkan wawancara yang peneliti lakukan pada tanggal 16 Oktober 2015 dengan lima orang peserta didik SMK Negeri 5 Padang mengenai pencegahan penyalahgunaan narkoba di sekolah diketahui bahwa pemberian informasi yang diberikan guru BK dalam pencegahan penyalahgunaan narkoba kurang menarik, metode yang digunakan dalam pemberian layanan informasi oleh guru BK masih belum menggunakan media yang menunjang pencegahan penyalahgunaan narkoba di sekolah, informasi yang didapatkan peserta didik tentang bahaya narkoba masih sedikit, kurangnya waktu dalam pemberian layanan informasi pencegahan penyalahgunaan narkoba dan media yang digunakan guru BK kurang kreatif karna masih menggunakan media gambar belum video yang membuat peseta didik bosan. Wawancara yang peneliti lakukan pada tanggal 16 oktober 2015 dengan guru BK dalam pencegahan penyalahgunaan narkoba di sekolah diketahui bahwa, media yang dipakai masih menggunakan ceramah, tanya jawab dan gambar belum menggunakan video yang mendukung karena kurangnya LCD Proyektor sekolah yang belum bisa digunakan untuk memperlihatkan video yang menunjang pencegahan penyalahgunaan narkoba. Berdasarkan hasil wawancara dengan peserta didik dan guru BK di atas dapat disimpulkan upaya yang dilakukan guru BK dalam pencegahan penyalahgunaan narkoba di SMK Negeri 5 Padang kurang karena masih banyak menggunakan metode ceramah belum menggunakan video yang menujang pencegahan penyalahgunaan narkoba yang membuat peserta didik bosan karna hanya melihat gambar. Berdasarkan identifikasi yang telah diuraikan di atas, maka peneliti membatasi permasalahan penelitian pada permasalah pencegahan penyalahgunaan narkoba, berkaitan dengan: 1. Peran guru BK dalam mencegah SMK Negeri 5 melalui layanan informasi dilihat dari segi kognitif, afektif dan psikomotor. 2. Peran guru BK dalam mencegah bimbingan kelompok dilihat dari segi kognitif, afektif dan psikomotor. Berdasarkan batasan masalah di atas maka dapat dirumuskan Bagaimana peran guru BK dalam mencegah penyalahgunaan narkoba dengan menggunakan layanan informasi dan layanan bimbingan kelompok di kelas XII SMK Negeri 5 padang? Dari latar belakang permasalahan maka tujuan dari penelitian ini yaitu untuk mengatahui bagaimana: Berdasarkan rumusan masalah tersebut, maka tujuan penelitian ini yaitu untuk mendeskripsikan tentang: 1. Peran guru BK dalam mencegah informasi dilihat dari segi kognitif, afektif dan psikomotor. 2. Peran guru BK dalam mencegah bimbingan kelompok dilihat dari segi kognitif, afektif dan psikomotor. METODE PENELITIAN Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode kuantitatif dengan pendekatan deskriptif. Menurut Arikunto (2010:3) Penelitian deskriptif memaparkan atau menggambarkan sesuatu hal, misalnya keadaan, kondisi, situasi, peristiwa, kegiatan dan lain-lain. Populasi dalam penelitian ini adalah peserta didik kelas XII SMKN 5 Padang, sebanyak 300 orang. Dalam pengambilan sampel, peneliti menggunakan teknik proportional random sampling dengan jumlah 75 orang. Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data interval. Menurut Menurut Riduwan (2010:85) Data interval adalah data yang menunjukkan jarak antara satu data dengan data yang lain dan mempunyai bobot yang sama. Sumber data dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Sumber 4

6 data primer dalam penelitian ini adalah peserta didik di SMK Negeri 5 Padang, sedangkan data sekunder diperoleh dari administrasi di SMK Negeri 5 Padang. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah angket. Menurut Yusuf (2005:252) Kuesioner adalah suatu rangkaian pertanyaan yang berhubungan dengan topik tertentu, diberikan kepada sekelompok individu dengan maksud untuk memperoleh data. Untuk pengolahan data dilakukan dengan menggunakan rumus persentase. Menurut Sudijono (2010: 43) persentase dapat dihitung dengan rumus: Keterangan: P : Persentase f : Frekuensi Jawaban N : Jumlah frekuensi atau banyaknya individu 100 : Bilangan tetap HASIL DAN PEMBAHASAN 1. Peran Guru BK dalam Mencegah Penyalahgunaan Narkoba dengan menggunakan Layanan Informasi dan Layanan Bimbingan Kelompok di Kelas XII SMK Negeri 5 Padang melalui Layanan Informasi Berdasarkan hasil analisis data pada tabel di atas, dapat diketahui bahwa peran guru BK dalam mencegah penyalahgunaan narkoba dengan menggunakan layanan informasi dan layanan bimbingan kelompok di kelas XII SMK Negeri 5 Padang melalui layanan informasi dilihat dari segi kognitif (pemahaman) berada pada kategori kurang baik, dari segi afektif (sikap) berada pada kategori baik dan dari segi psikomotor (perilaku) berada pada kategori baik. Berdasarkan hasil rekapitulasi hasil dari peran guru BK dalam mencegah penyalahgunaan narkoba dengan menggunakan layanan informasi dan layanan bimbingan kelompok di kelas XII informasi guru BK diharapkan lebih banyak lagi memberikan layanan informasi tentang bahaya penyalahgunaan narkoba agar peserta didik lebih paham akan bahaya narkoba baik bagi dirinya sendiri maupun di lingkungan tempat tinggal. Karna hasil rekapitulasi dari peran guru BK dalam mencegah penyalahgunaan narkoba dengan menggunakan layanan informasi dan layanan bimbingan kelompok di kleas XII SMK Negeri 5 Padang melalui layanan informasi peserta didik dari segi afektif (sikap) dan psikomotor (perilaku) sudah baik. Menurut Lydia (2006:5) Pendidikan pencegahan adalah pendidikan yang ditunjukan kepada individu atau kelompok masyarakat terutama anak-anak dan remaja untuk mencegah dan mengurangi atau menghentikan pemakai narkoba, dengan mengubah perilaku dan pola pikirnya, serta memberikan keterampilan psikososial yang diperlukan dan melihat perubahan kognitif (pemahaman), afektif (sikap) dan psikomotor (perilaku) dari pendidikan pencegahan yang telah dilakukan. Berdasarkan pernyataan di atas, peran guru BK dalam mencegah informasi dilihat dari segi kognitif (pemahaman), afektif (sikap) dan psikomotor (perilaku) peserta didik setelah melakukan layanan bimbingan kelompok peserta didik sudah banyak yang mengetahui bahaya narkoba dan bisa terhindar dari bahaya narkoba. Dan guru BK lebih meningkatkan lagi upaya pencegahan penyalahgunaan narkoba di sekolah dengan memberikan pemutaran film pendek kepada peserta didik agar peserta didik lebih mengetahui lebih jelas. 2. Peran Guru BK dalam Mencegah Penyalahgunaan Narkoba dengan menggunakan Layanan Informasi dan Layanan Bimbingan Kelompok di Kelas XII SMK Negeri 5 Padang melalui Layanan Bimbingan Kelompok Berdasarkan hasil analisis data pada tabel di atas, dapat diketahui bahwa peran guru BK dalam mencegah penyalahgunaan narkoba dengan menggunakan layanan informasi dan layanan bimbingan kelompok di kelas XII SMK Negeri 5 Padang melalui layanan bimbingan kelompok dilihat dari segi kognitif (pemahaman) berada pada kategori sangat baik, dari segi afektif (sikap) berada pada kategori cukup baik dan psikomotor (perilaku) berada pada ketegori baik. Berdasarkan hasil rekapitulasi hasil dari peran guru BK dalam mencegah 5

7 bimbingan kelompok peserta didik sudah banyak yang memahami dalam melakukan bimbingan kelompok dengan teman sebaya dan diharapkan peserta didik dapat memberikan informasi tentang bahaya penyalahgunaan narkoba kepada lingkungan keluarga dan tempat tinggal. Karena dari hasil peran guru BK dalam mencegah penyalahgunaan narkoba dengan menggunakan layanan informasi dan layanan bimbingan kelompok di kelas XII bimbingan kelompok dilihat dari segi kognitif (pemahaman), afektif (sikap) dan psikomotor (perilaku) peserta didik sudah sangat baik. Menurut Lydia (2006:5) Pendidikan pencegahan adalah pendidikan yang ditunjukan kepada individu atau kelompok masyarakat terutama anak-anak dan remaja untuk mencegah dan mengurangi atau menghentikan pemakai narkoba, dengan mengubah perilaku dan pola pikirnya, serta memberikan keterampilan psikososial yang diperlukan dan melihat perubahan kognitif (pemahaman), afektif (sikap) dan psikomotor (perilaku) dari pendidikan pencegahan yang telah dilakukan. Berdasarkan pernyataan di atas, peran guru BK dalam mencegah bimbimngan kelompok dilihat dari segi kognitif (pemahaman), afektif (sikap) dan psikomotor (perilaku) peserta didik setelah melakukan layanan bimbingan kelompok peserta didik sudah banyak yang mengetahui bahaya narkoba dan bisa terhindar dari bahaya narkoba. Dan guru BK lebih meningkatkan lagi upaya pencegahan penyalahgunaan narkoba di sekolah dengan memberikan pemutaran film pendek kepada peserta didik agar peserta didik lebih mengetahui lebih jelas. KESIMPULAN Berdasarkan analisis data dan pembahasan maka dapat diambil kesimpulan mengenai peran guru BK dalam pencegahan layanan bimbingan kelompok di kelas XII SMK Negeri 5 Padang adalah sebagai berikut: 1. peran guru BK dalam mencegah informasi dilihat dari segi kognitif (pemahaman), afektif (sikap) dan psikomotor (perilaku) berada pada ketegori banyak. Dapat disimpulkan dengan layanan informasi peserta didik dapat mengetahui jenis, dampek dan bahaya narkoba dengan diberikanya informasi oleh guru BK dan peserta didik dapat menghindari narkoba yang dapat merusak kehidupan diri sendiri dan bangsa. 2. Peran guru BK dalam mencegah menggunakan layanann informasi dan bimbingan kelompok dilihat dari segi kognitif (pemahaman), afektif (sikap) dan psikomotor (perilaku) peserta didik setelah diberikan layanan bimbingan kelompok berada pada kategori sangat baik. Dapat disimpulkan dengan layanan bimbingan kelompok peserta didik memahami tentang bahaya narkoba bersama dengan teman sebaya dan peserta didik mengetahui bahaya narkoba bagi diri sendiri dan dapat merusak masa depan. Jadi peserta didik dapat menghindari bahaya narkoba di lingkungan sekolah dan masyarakat. SARAN Berdasarkan hasil penelitian yang telah dikemukakan pada bagian terdahulu, berikut dikemukakan beberapa saran kepada. 1. Peserta didik, dari hasil penelitian ini diharapkan agar peserta didik dapat waspada pada apa yang ditawarkan teman dan lebih hati-hati dalam bergaul dan memilih teman agar tidak terjerumus narkoba yang dapat merusak masa depan. 2. Guru BK, agaar dapat bekerja sama dengan guru dan personil lainnya untuk dapa meningkatkan informasi pencegahan penyalahgunaan narkoba agar peserta didik tidak terjerumus narkoba. 3. Kepala sekolah dan personil sekolah lainnya untuk dapat menunjang dan bekerja sama dengan pihak yang mendukung pencegahan penyalahgunaan narkoba agar peserta didik bebas dari bahaya narkoba yang dapat merusak masa depan bangsa. 6

8 4. Pengelola program Studi Bimbingan dan Konseling, agar menjadikan penelitian tentang upaya guru BK dalam pencegahan penyalahgunaan narkoba di sekolah ini sebagai bahan kajian lanjutan kepada mahasiswa Bimbingan dan Konseling yang akan melaksanakan pelatihan di lapangan nantinya. 5. Peneliti selanjutnya diharapkan dapat menambah wawasan dan pengetahuan dalam pencegahan penyalahgunaan narkoba dan mempedomaninya sebagai bahan masukan untuk menyusun skripsi karena penelitian ini sangat menarik. Undang-Undang Nomor 35 Tahun (2012). Narkotika. Yogyakarta: Pustaka Yustisia Yuanita Fachril. (2007). Narkoba, Mengenal untuk Menangkal. Bandung: Sarana Penunjang Pendidikan. KEPUSTAKAAN A. Muri Yusuf. (1997). Statistik Pendidikan. Padang : FIP IKIP Ali Sudirman. (2000). Narkotika dan Preventif. Padang: Republika Badan Narkotika Nasional. (2010). Pencegahan Pemberantasan Penyalahgunaan dan Peredaran Gelap Narkoba (P4GN) Bidang Pemberdayaan Masyarakat. Bandung: Erlangga Elida Prayitno. (2002). Psikologi Perkembangan Remaja. Padang: UNP Libertus Jehani. (2006). Mencegah Terjerumus Narkoba. Tanggerang: Visimedia Lydia Harlina Martono & Satya Joewana. (2006). Pencegahan dan Penanggulangan Penyalahgunaan Narkoba Berbasis Sekolah. Jakarta: Balai Pustaka. Moh. Taufik Makarao, Dkk. (2003). Tindak Pidana Narkotika. Jakarta: Ghalia Riduwan. (2010). Belajar Mudah Penelitian. Bandung: Alfabeta Santrock, J. W. (2003). Adolescence: Perkembangan Remaja. Diterjemahkan oleh Sherly Saragih. Jakarta: Erlangga. Suharsimi Arikunto. (2010). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta Sukandar, Julia Magdalena Wuysang, & Sabran Achyar. (2012). Implementsi Instruksi Presiden RI No.12 Tahun 2011 Tentang Pelaksanaan Pencegahan Pemberantasan Penyalahgunaan dan Peredaran Gelap Narkoba (P4GN). Pontianak : Universitas Tanjungpura Pontianak 7

BAB 1 PENDAHULUAN. Masyarakat dunia khususnya bangsa Indonesia, saat ini sedang dihadapkan

BAB 1 PENDAHULUAN. Masyarakat dunia khususnya bangsa Indonesia, saat ini sedang dihadapkan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masyarakat dunia khususnya bangsa Indonesia, saat ini sedang dihadapkan pada keadaan yang sangat mengkhawatirkan akibat semakin maraknya penggunaan narkoba, kekhawatiran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sosialisasi, transisi agama, transisi hubungan keluarga dan transisi moralitas.

BAB I PENDAHULUAN. sosialisasi, transisi agama, transisi hubungan keluarga dan transisi moralitas. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masa transisi merupakan faktor risiko utama timbulnya masalah kesehatan pada usia remaja. Masa transisi pada remaja meliputi transisi emosional, transisi sosialisasi,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN Bahaya penyalahgunaan narkoba ditingkat pelajar mencapai angka yang sangat menghawatirkan, Badan Narkotika Nasional Republik Indonesia merupakan lembaga pemerintah yang bergerak untuk

Lebih terperinci

Faktor-Faktor Penyebab Penyalahgunaan Narkotika Oleh Frans simangunsong, S.H., M.H

Faktor-Faktor Penyebab Penyalahgunaan Narkotika Oleh Frans simangunsong, S.H., M.H Faktor-Faktor Penyebab Penyalahgunaan Narkotika Oleh Frans simangunsong, S.H., M.H A. Pendahuluan Perkembangan peredaran dan penyalahgunaan narkoba akhir-akhir ini, telah mencapai situasi yang mengkhawatirkan,

Lebih terperinci

ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA BAB I PENDAHULUAN. anak-anak, remaja, dan generasi muda pada umumnya (Waluyo, 2011).

ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA BAB I PENDAHULUAN. anak-anak, remaja, dan generasi muda pada umumnya (Waluyo, 2011). BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyalahgunaan NAPZA merupakan salah satu ancaman yang cepat atau lambat dapat menghancurkan generasi muda. Negara Indonesia merupakan negara yang tidak lepas dari

Lebih terperinci

GAMBARAN PENGETAHUAN DAN UPAYA PENCEGAHAN TERHADAP PENYALAHGUNAAN NARKOBA PADA REMAJA DI SMK NEGERI 2 SRAGEN KABUPATEN SRAGEN

GAMBARAN PENGETAHUAN DAN UPAYA PENCEGAHAN TERHADAP PENYALAHGUNAAN NARKOBA PADA REMAJA DI SMK NEGERI 2 SRAGEN KABUPATEN SRAGEN GAMBARAN PENGETAHUAN DAN UPAYA PENCEGAHAN TERHADAP PENYALAHGUNAAN NARKOBA PADA REMAJA DI SMK NEGERI 2 SRAGEN KABUPATEN SRAGEN Putri Eka Hidayati, Indarwati Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Aisyiyah Surakarta

Lebih terperinci

PROGRAM SEKOLAH DALAM UPAYA PENCEGAHAN PENYALAHGUNAAN NARKOTIKA DI SMAN 13 DAN SMAN 7 BANDA ACEH

PROGRAM SEKOLAH DALAM UPAYA PENCEGAHAN PENYALAHGUNAAN NARKOTIKA DI SMAN 13 DAN SMAN 7 BANDA ACEH Jurnal Ilmiah Mahasiswa Bimbingan dan Konseling Volume 1 Nomor 2 Tahun 2016 Hal 8 13 Periode Wisuda November 2016 PROGRAM SEKOLAH DALAM UPAYA PENCEGAHAN PENYALAHGUNAAN NARKOTIKA DI SMAN 13 DAN SMAN 7 BANDA

Lebih terperinci

Ratna Indah Sari Dewi 1. Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Syedza Saintika Padang 1 ABSTRAK

Ratna Indah Sari Dewi 1. Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Syedza Saintika Padang 1 ABSTRAK E A T Volume7, Nomor 1, Juni 2016 Jurnal Kesehatan Medika Saintika Vol 7 (1) Jurnal Kesehatan Medika Saintika http://jurnal.syedzasaintika.ac.id KARAKTERISTIK INDIVIDU PENGGUNA DAN POLA PENYALAHGUNAAN

Lebih terperinci

FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA HUBUNGAN ANTARA KEMATANGAN EMOSI DAN KEPERCAYAAN DIRI DENGAN PERILAKU PENYALAHGUNAAN NAPZA PADA WANITA DEWASA Skripsi Untuk memenuhi persyaratan Dalam mencapai derajat Sarjana S-1 Psikologi Disusun oleh

Lebih terperinci

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga BAB I PENDAHULUAN. sebanyak orang dan WNA sebanyak 127 orang 1.

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga BAB I PENDAHULUAN. sebanyak orang dan WNA sebanyak 127 orang 1. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tindak Pidana Narkotika merupakan salah satu tindak pidana yang cukup banyak terjadi di Indonesia. Tersebarnya peredaran gelap Narkotika sudah sangat banyak memakan

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA INTERAKSI SOSIAL SISWA DENGAN TINGKAT PENGETAHUAN SISWA TENTANG NAPZA DI SMK BATIK 1 SURAKARTA SKRIPSI

HUBUNGAN ANTARA INTERAKSI SOSIAL SISWA DENGAN TINGKAT PENGETAHUAN SISWA TENTANG NAPZA DI SMK BATIK 1 SURAKARTA SKRIPSI HUBUNGAN ANTARA INTERAKSI SOSIAL SISWA DENGAN TINGKAT PENGETAHUAN SISWA TENTANG NAPZA DI SMK BATIK 1 SURAKARTA SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Meraih Derajat Sarjana S -1 Keperawatan

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. remaja. Perubahan yang dialami remaja terkait pertumbuhan dan perkembangannya harus

BAB 1 : PENDAHULUAN. remaja. Perubahan yang dialami remaja terkait pertumbuhan dan perkembangannya harus BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Keberhasilan pembangunan sumber daya manusia salah satunya ditentukan oleh kualitas upaya kesehatan pada setiap periode kehidupan sepanjang siklus hidup, termasuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Masa remaja merupakan masa yang kritis, yaitu saat untuk berjuang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Masa remaja merupakan masa yang kritis, yaitu saat untuk berjuang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masa remaja merupakan masa yang kritis, yaitu saat untuk berjuang untuk melepaskan ketergantungan kepada orang tua dan berusaha mencapai kemandirian sehingga dapat diterima

Lebih terperinci

UPAYA GURU BK DALAM MEMPERBAIKI CARA BELAJAR PESERTA DIDIK MELALUI LAYANAN PENGUASAAN KONTEN DI SMP NEGERI 18 PADANG ARTIKEL

UPAYA GURU BK DALAM MEMPERBAIKI CARA BELAJAR PESERTA DIDIK MELALUI LAYANAN PENGUASAAN KONTEN DI SMP NEGERI 18 PADANG ARTIKEL UPAYA GURU BK DALAM MEMPERBAIKI CARA BELAJAR PESERTA DIDIK MELALUI LAYANAN PENGUASAAN KONTEN DI SMP NEGERI 18 PADANG ARTIKEL Oleh: DONI HERIANTO NPM: 12060106 PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING SEKOLAH

Lebih terperinci

SKRIPSI. UPAYA REHABILITASI BAGI PENYALAHGUNA NARKOTIKA OLEH BADAN NARKOTIKA NASIONAL (BNNK/KOTA) PADANG (Studi Kasus di BNNK/Kota Padang)

SKRIPSI. UPAYA REHABILITASI BAGI PENYALAHGUNA NARKOTIKA OLEH BADAN NARKOTIKA NASIONAL (BNNK/KOTA) PADANG (Studi Kasus di BNNK/Kota Padang) SKRIPSI UPAYA REHABILITASI BAGI PENYALAHGUNA NARKOTIKA OLEH BADAN NARKOTIKA NASIONAL (BNNK/KOTA) PADANG (Studi Kasus di BNNK/Kota Padang) Diajukan Untuk Memenuhi Sebahagian Syarat Untuk Memperoleh Gelar

Lebih terperinci

S A L I N A N DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PROBOLINGGO,

S A L I N A N DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PROBOLINGGO, 02 Maret 2015 BERITA DAERAH KABUPATEN PROBOLINGGO NOMOR 29 S A L I N A N PERATURAN BUPATI PROBOLINGGO NOMOR : 29 TAHUN 2015 TENTANG PENCEGAHAN DAN PEMBERANTASAN PENYALAHGUNAAN DAN PEREDARAN GELAP NARKOBA

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. 1998, dimana banyak terjadi peristiwa penggunaan atau pemakaian barang-barang

I. PENDAHULUAN. 1998, dimana banyak terjadi peristiwa penggunaan atau pemakaian barang-barang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Istilah narkoba tergolong belum lama, istilah narkoba ini muncul sekitar tahun 1998, dimana banyak terjadi peristiwa penggunaan atau pemakaian barang-barang yang termasuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Saat ini peredaran dan penggunaan narkoba di kalangan masyarakat Indonesia nampaknya sudah sangat mengkhawatirkan dan meningkat tiap tahunnya. Kepala Badan Narkotika

Lebih terperinci

MASALAH BELAJAR PESERTA DIDIK YANG TIDAK TINGGAL DENGAN ORANG TUA (Suatu Kajian di SMA Negeri I Rao Kabupaten Pasaman) E-JURNAL

MASALAH BELAJAR PESERTA DIDIK YANG TIDAK TINGGAL DENGAN ORANG TUA (Suatu Kajian di SMA Negeri I Rao Kabupaten Pasaman) E-JURNAL MASALAH BELAJAR PESERTA DIDIK YANG TIDAK TINGGAL DENGAN ORANG TUA (Suatu Kajian di SMA Negeri I Rao Kabupaten Pasaman) E-JURNAL SILVIA RINA NPM: 10060102 PROGAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING SEKOLAH TINGGI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Psikotropika, dan Zat adiktif lainnya) adalah sejenis zat (substance) yang

BAB I PENDAHULUAN. Psikotropika, dan Zat adiktif lainnya) adalah sejenis zat (substance) yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Narkoba (Narkotika dan obat-obat terlarang) atau Napza (Narkotika, Psikotropika, dan Zat adiktif lainnya) adalah sejenis zat (substance) yang penggunaannya di

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pergaulan dalam hidup masyarakat merupakan hubungan yang terjadi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pergaulan dalam hidup masyarakat merupakan hubungan yang terjadi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pergaulan dalam hidup masyarakat merupakan hubungan yang terjadi setiap hari antara anggota-anggota masyarakat yang satu dengan yang lainnya. Pergaulan tersebut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kanak-kanak menuju masa dewasa. Batasan usia remaja menurut WHO (2007) adalah

BAB I PENDAHULUAN. kanak-kanak menuju masa dewasa. Batasan usia remaja menurut WHO (2007) adalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Remaja adalah mereka yang mengalami masa transisi (peralihan) dari masa kanak-kanak menuju masa dewasa. Batasan usia remaja menurut WHO (2007) adalah 12-24 tahun.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Permasalahan penyalahgunaan dan peredaran gelap narkoba (narkotika,

I. PENDAHULUAN. Permasalahan penyalahgunaan dan peredaran gelap narkoba (narkotika, 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan penyalahgunaan dan peredaran gelap narkoba (narkotika, psikotropika dan bahan adiktif lainnya non tembakau dan alkohol) baik di tingkat global, regional

Lebih terperinci

BUPATI JEMBER SALINAN PERATURAN BUPATI JEMBER NOMOR 7 TAHUN 2015 TENTANG

BUPATI JEMBER SALINAN PERATURAN BUPATI JEMBER NOMOR 7 TAHUN 2015 TENTANG BUPATI JEMBER SALINAN PERATURAN BUPATI JEMBER NOMOR 7 TAHUN 2015 TENTANG PENCEGAHAN DAN PEMBERANTASAN PENYALAHGUNAAN DAN PEREDARAN GELAP NARKOBA (P4GN) DI KABUPATEN JEMBER DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah penyalahgunaan dan peredaran gelap Narkoba di Indonesia saat ini menunjukkan kecenderungan yang terus meningkat dan telah sampai ke semua lapisan masyarakat.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. lalu lintas, dan lain sebagainya (Soekanto, 2007: 101). undang-undang yang berlaku secara sah, sedangkan pelaksananya adalah

I. PENDAHULUAN. lalu lintas, dan lain sebagainya (Soekanto, 2007: 101). undang-undang yang berlaku secara sah, sedangkan pelaksananya adalah 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah 1. Latar Belakang Setiap individu mengalami perubahan melalui serangkaian tahap perkembangan. Pelajar dalam hal ini masuk dalam tahap perkembangan remaja.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Permasalahan penyalangunaan narkoba di Indonesia telah menjadi ancaman

BAB I PENDAHULUAN. Permasalahan penyalangunaan narkoba di Indonesia telah menjadi ancaman BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Permasalahan penyalangunaan narkoba di Indonesia telah menjadi ancaman nasional yang perlu mendapatkan perhatian yang serius oleh segenap element bangsa. Ancaman

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam kurun waktu adalah memerangi HIV/AIDS, dengan target

BAB I PENDAHULUAN. dalam kurun waktu adalah memerangi HIV/AIDS, dengan target 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan kesehatan adalah upaya yang dilaksanakan oleh semua komponen bangsa yang bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap

Lebih terperinci

RARA NINGRUM NPM:

RARA NINGRUM NPM: 0 PROFIL KEPRIBADIAN REMAJA AWAL DILIHAT DARI LIFE POSITION DI JORONG PADANG BUNGUR KECAMATAN KOTO BESAR KABUPATEN DHARMASRAYA JURNAL Oleh: RARA NINGRUM NPM: 11060262 PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING

Lebih terperinci

2017, No d. bahwa untuk belum adanya keseragaman terhadap penyelenggaraan rehabilitasi, maka perlu adanya pengaturan tentang standar pelayanan

2017, No d. bahwa untuk belum adanya keseragaman terhadap penyelenggaraan rehabilitasi, maka perlu adanya pengaturan tentang standar pelayanan No.1942, 2017 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BNN. Standar Pelayanan Rehabilitasi. PERATURAN BADAN NARKOTIKA NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2017 TENTANG STANDAR PELAYANAN REHABILTASI BAGI

Lebih terperinci

MENGEMBANGKAN PERILAKU ASERTIF UNTUK PENCEGAHAN PENYALAHGUNAAN NARKOBA. Kata kunci: narkoba; asertif; bimbingan kelompok

MENGEMBANGKAN PERILAKU ASERTIF UNTUK PENCEGAHAN PENYALAHGUNAAN NARKOBA. Kata kunci: narkoba; asertif; bimbingan kelompok MENGEMBANGKAN PERILAKU ASERTIF UNTUK PENCEGAHAN PENYALAHGUNAAN NARKOBA Rahmi Sofah, Harlina, Rani Mega Putri, Vira Afriyanti Universitas Sriwijaya E-mail: rani@konselor.org ABSTRAK Narkoba adalah satu

Lebih terperinci

PELAKSANAAN LAYANAN BIMBINGAN KELOMPOK DALAM MENINGKATKAN DISIPLIN BELAJAR PESERTA DIDIK DI KELAS VIII SMP NEGERI 1 SUTERA JURNAL

PELAKSANAAN LAYANAN BIMBINGAN KELOMPOK DALAM MENINGKATKAN DISIPLIN BELAJAR PESERTA DIDIK DI KELAS VIII SMP NEGERI 1 SUTERA JURNAL 0 PELAKSANAAN LAYANAN BIMBINGAN KELOMPOK DALAM MENINGKATKAN DISIPLIN BELAJAR PESERTA DIDIK DI KELAS VIII SMP NEGERI 1 SUTERA JURNAL LAURA SUKMAWATI NPM: 11060152 PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING SEKOLAH

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Peredaran gelap narkotika di Indonesia menunjukkan adanya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Peredaran gelap narkotika di Indonesia menunjukkan adanya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Peredaran gelap narkotika di Indonesia menunjukkan adanya kecenderungan yang terus meningkat. Hal ini merupakan ancaman yang serius bukan saja terhadap kelangsungan

Lebih terperinci

efek stupor atau bingung yang lama dalam keadaan yang masih sadar serta menimbulkan adiksi atau kecanduan (Fransiska, 2012).

efek stupor atau bingung yang lama dalam keadaan yang masih sadar serta menimbulkan adiksi atau kecanduan (Fransiska, 2012). 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Fenomena penggunaan narkoba di kalangan generasi muda semakin mencemaskan. Narkoba adalah singkatan dari narkotika, psikotropika dan bahan adiktif lainnya. Menurut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Della Alvialli Suwanto, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Della Alvialli Suwanto, 2013 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Narkoba atau napza bersifat mempengaruhi kerja sistem otak dan memiliki resiko kecanduan. Apabila dipakai tidak sesuai dengan aturannya, narkoba atau napza

Lebih terperinci

PENGARUH LAYANAN BIMBINGAN SOSIAL TERHADAP KENAKALAN REMAJA PADA SISWA KELAS VII SMP NEGERI 1 SUMBER GEMPOL TULUNGAGUNG TAHUN PELAJARAN 2014/2015

PENGARUH LAYANAN BIMBINGAN SOSIAL TERHADAP KENAKALAN REMAJA PADA SISWA KELAS VII SMP NEGERI 1 SUMBER GEMPOL TULUNGAGUNG TAHUN PELAJARAN 2014/2015 PENGARUH LAYANAN BIMBINGAN SOSIAL TERHADAP KENAKALAN REMAJA PADA SISWA KELAS VII SMP NEGERI 1 SUMBER GEMPOL TULUNGAGUNG TAHUN PELAJARAN 2014/2015 SKRIPSI Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat guna

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. 19 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang. Bahwa visi atau tujuan Nasional Negara Republik Indonesia adalah untuk mencapai masyarakat yang adil dan makmur berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Narkotika Psikotropika dan Zat Adiktif. Semua istilah ini baik narkoba atau napza

BAB I PENDAHULUAN. Narkotika Psikotropika dan Zat Adiktif. Semua istilah ini baik narkoba atau napza BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Narkoba adalah singkatan dari narkotika dan obat/bahan berbahaya. Selain narkoba, istilah yang di perkenalkan khususnya oleh Departemen Kesehatan Republik Indonesia

Lebih terperinci

PROFIL PENYESUAIAN DIRI REMAJA YANG PUTUS SEKOLAH DENGAN TEMAN SEBAYA DI KAMPUNG KAYU GADANG KECAMATAN SUTERA KABUPATEN PESISIR SELATAN JURNAL

PROFIL PENYESUAIAN DIRI REMAJA YANG PUTUS SEKOLAH DENGAN TEMAN SEBAYA DI KAMPUNG KAYU GADANG KECAMATAN SUTERA KABUPATEN PESISIR SELATAN JURNAL PROFIL PENYESUAIAN DIRI REMAJA YANG PUTUS SEKOLAH DENGAN TEMAN SEBAYA DI KAMPUNG KAYU GADANG KECAMATAN SUTERA KABUPATEN PESISIR SELATAN JURNAL Diajukan sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada masa remaja berlangsung proses-proses perubahan secara biologis,

BAB I PENDAHULUAN. Pada masa remaja berlangsung proses-proses perubahan secara biologis, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada masa remaja berlangsung proses-proses perubahan secara biologis, psikologis, dan sosiologis. Remaja mengalami kebingungan sehingga berusaha mencari tempat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia merupakan salah satu negara dengan jumlah penduduk yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia merupakan salah satu negara dengan jumlah penduduk yang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan salah satu negara dengan jumlah penduduk yang padat, yaitu mencapai 248,8 juta jiwa dengan jumlah penduduk berusia 10 sampai 19 tahun mencapai

Lebih terperinci

NOMOR 8 TAHUN 2015 TENTANG PENCEGAHAN DAN PEMBERANTASAN PENYALAHGUNAAN DAN PEREDARAN GELAP NARKOBA (P4GN) DI KABUPATEN BANYUWANGI

NOMOR 8 TAHUN 2015 TENTANG PENCEGAHAN DAN PEMBERANTASAN PENYALAHGUNAAN DAN PEREDARAN GELAP NARKOBA (P4GN) DI KABUPATEN BANYUWANGI BUPATI BANYUWANGI SALINAN PERATURAN BUPATI BANYUWANGI NOMOR 8 TAHUN 2015 TENTANG PENCEGAHAN DAN PEMBERANTASAN PENYALAHGUNAAN DAN PEREDARAN GELAP NARKOBA (P4GN) DI KABUPATEN BANYUWANGI DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kelompok umur tahun dengan total jiwa, jenis kelamin

BAB I PENDAHULUAN. kelompok umur tahun dengan total jiwa, jenis kelamin BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menurut World Health Organization remaja merupakan mereka yang berada pada tahap transisi antara anak-anak dan dewasa pada rentang usia 10-19 tahun dan menurut Badan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. anastesi yang dapat mengakibatkan tidak sadar karena pengaruh system saraf

BAB I PENDAHULUAN. anastesi yang dapat mengakibatkan tidak sadar karena pengaruh system saraf BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH NAPZA adalah singkatan dari narkotika, psikotropika, dan zat adiktif. Narkotika disebut juga sebagai obat-obatan yang dipakai untuk anastesi yang dapat mengakibatkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada masa remaja seseorang akan mengalami tugas-tugas perkembangan

BAB I PENDAHULUAN. Pada masa remaja seseorang akan mengalami tugas-tugas perkembangan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masa remaja merupakan masa transisi dari masa anak-anak ke masa dewasa yang tumbuh dan berkembang, bukan hanya dalam dimensi fisik tetapi juga dalam kompetensi kognitif

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. masa sekarang dan yang akan datang. Namun kenyataan yang ada, kehidupan remaja

I. PENDAHULUAN. masa sekarang dan yang akan datang. Namun kenyataan yang ada, kehidupan remaja I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Remaja adalah generasi masa depan, penerus generasi masa kini yang diharapkan mampu berprestasi, bisa dibanggakan dan dapat mengharumkan nama bangsa pada masa sekarang

Lebih terperinci

PERSEPSI SISWA TENTANG LAYANAN INFORMASI KESEHATAN REPRODUKSI REMAJA YANG DIBERIKAN GURU BK SMAN 1 KUBUNG

PERSEPSI SISWA TENTANG LAYANAN INFORMASI KESEHATAN REPRODUKSI REMAJA YANG DIBERIKAN GURU BK SMAN 1 KUBUNG Volume 2 Nomor 1 Januari 2013 KONSELOR Jurnal Ilmiah Konseling http://ejournal.unp.ac.id/index.php/konselor Info Artikel: Diterima17/02/2013 Direvisi 04/03/2013 Dipublikasikan 01/03/2013 PERSEPSI SISWA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Meningkatnya penyalahgunaan narkoba di kalangan pelajar dapat dikatakan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Meningkatnya penyalahgunaan narkoba di kalangan pelajar dapat dikatakan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Meningkatnya penyalahgunaan narkoba di kalangan pelajar dapat dikatakan tanggung-jawab bersama, karena penyelesaiannya melibatkan banyak faktor dan kerjasama

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Persoalan narkoba ataupun dalam penyalahgunaanya merupakan masalah. perkembangan tingkat peradaban umat manusia serta mempengaruhi

BAB I PENDAHULUAN. Persoalan narkoba ataupun dalam penyalahgunaanya merupakan masalah. perkembangan tingkat peradaban umat manusia serta mempengaruhi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Persoalan narkoba ataupun dalam penyalahgunaanya merupakan masalah abadi dalam kehidupan umat manusia, karena ia berkembang sejalan dengan perkembangan tingkat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Gaya hidup masyarakat dewasa ini menimbulkan banyak masalah yang mengancam berbagai aspek kehidupan masyarakat terutama generasi muda. Salah satunya adalah penyalahgunaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Masyarakat Indonesia sesuai Visi Indonesia Sehat 2010 ditandai dengan

BAB I PENDAHULUAN. Masyarakat Indonesia sesuai Visi Indonesia Sehat 2010 ditandai dengan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masyarakat Indonesia sesuai Visi Indonesia Sehat 2010 ditandai dengan penduduknya yang hidup dalam lingkungan dan perilaku sehat, memiliki kemampuan untuk menjangkau

Lebih terperinci

Faktor Penyebab dan Peranan Orang Tua terhadap Remaja Penyalahguna Narkoba di Yayasan Lantera Minangkabau. Oleh: Melyulida Putri

Faktor Penyebab dan Peranan Orang Tua terhadap Remaja Penyalahguna Narkoba di Yayasan Lantera Minangkabau. Oleh: Melyulida Putri Faktor Penyebab dan Peranan Orang Tua terhadap Remaja Penyalahguna Narkoba di Yayasan Lantera Minangkabau Oleh: Melyulida Putri Marwisni Hasan Yusnetti Mahasiswa Bimbingan dan Konseling STKIP PGRI Sumatera

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Perkembangan pergaulan masyarakat di Indonesia mengalami peningkatan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Perkembangan pergaulan masyarakat di Indonesia mengalami peningkatan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan pergaulan masyarakat di Indonesia mengalami peningkatan yang sangat pesat. Hal ini disebabkan oleh tingginya arus globalisasi yang masuk ke Indonesia baik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di Indonesia tingkat kenakalan yang dilakukan remaja akhir-akhir ini sudah melebihi batas dan mulai meresahkan para orang tua.banyak remaja, yang masihduduk dibangku

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA PENGENDALIAN DIRI DENGAN PERILAKU MEMBOLOS PADA SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 2 PAKEL TAHUN PELAJARAN 2015/2016

HUBUNGAN ANTARA PENGENDALIAN DIRI DENGAN PERILAKU MEMBOLOS PADA SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 2 PAKEL TAHUN PELAJARAN 2015/2016 Artikel Skripsi HUBUNGAN ANTARA PENGENDALIAN DIRI DENGAN PERILAKU MEMBOLOS PADA SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 2 PAKEL TAHUN PELAJARAN 2015/2016 SKRIPSI Diajukan Untuk Penulisan Skripsi Guna Memenuhi Salah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masa remaja merupakan masa seorang individu mengalami peralihan dari

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masa remaja merupakan masa seorang individu mengalami peralihan dari 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masa remaja merupakan masa seorang individu mengalami peralihan dari masa anak-anak ke masa dewasa. Pada masa remaja ini mengalami berbagai konflik yang semakin

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Keterbatasan pengetahuan tentang narkoba masih sangat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Keterbatasan pengetahuan tentang narkoba masih sangat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Keterbatasan pengetahuan tentang narkoba masih sangat terbatas. Keterbatasan pengetahuan tentang narkoba itulah yang mendorong terjadinya penyalahgunaan terhadap

Lebih terperinci

UPAYA GURU PEMBIMBING UNTUK MENCEGAH PERILAKU SISWA MENYIMPANG

UPAYA GURU PEMBIMBING UNTUK MENCEGAH PERILAKU SISWA MENYIMPANG UPAYA GURU PEMBIMBING UNTUK MENCEGAH PERILAKU SISWA MENYIMPANG SRI WAHYUNI ADININGTIYAS Dosen Prodi Bimbingan Konseling FKIP Universitas Riau Kepulauan Batam Akhir-akhir ini di sekolah sering ditemui siswa

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. banyak orang dan terus menerus dibicarakan dan dipublikasikan. Bahkan,

BAB 1 PENDAHULUAN. banyak orang dan terus menerus dibicarakan dan dipublikasikan. Bahkan, BAB 1 PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Masalah penyalahangunaan narkoba saat ini menjadi banyak perhatian banyak orang dan terus menerus dibicarakan dan dipublikasikan. Bahkan, masalah penyalahgunaan menjadi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. untuk siswa sekolah menengan atas (SMA) bentuk kenakalan remaja sangatlah

BAB I PENDAHULUAN. untuk siswa sekolah menengan atas (SMA) bentuk kenakalan remaja sangatlah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah kenakalan remaja dewasa ini dirasakan semakin meresahkan. Khususnya untuk siswa sekolah menengan atas (SMA) bentuk kenakalan remaja sangatlah beragam, dan yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Manusia senantiasa membutuhkan kehadiran orang lain untuk berinteraksi

BAB I PENDAHULUAN. Manusia senantiasa membutuhkan kehadiran orang lain untuk berinteraksi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia senantiasa membutuhkan kehadiran orang lain untuk berinteraksi dalam hidupnya. Guna memenuhi kebutuhan tersebut, manusia harus dapat melakukan penyesuaian

Lebih terperinci

PENDIDIKAN MELALUI EDUTAINMENT FILM

PENDIDIKAN MELALUI EDUTAINMENT FILM PENDIDIKAN MELALUI EDUTAINMENT FILM UNTUK MENINGKATAN PENGETAHUAN DAN SIKAP SEJAK DINI TENTANG BAHAYA PENYALAHGUNAAN NARKOBA PADA ANAK SEKOLAH DASAR DI KECAMATAN LIMBANGAN KABUPATEN KENDAL Arulita Ika

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Perilaku kesehatan reproduksi remaja semakin memprihatinkan. Modernisasi,

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Perilaku kesehatan reproduksi remaja semakin memprihatinkan. Modernisasi, BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perilaku kesehatan reproduksi remaja semakin memprihatinkan. Modernisasi, globalisasi teknologi, dan informasi serta berbagai faktor lainnya turut mempengaruhi pengetahuan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masa remaja adalah masa peralihan dari masa anak-anak ke masa dewasa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masa remaja adalah masa peralihan dari masa anak-anak ke masa dewasa BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masa remaja adalah masa peralihan dari masa anak-anak ke masa dewasa yang memiliki banyak masalah, seperti masalah tentang seks. Menurut Sarwono (2011), menyatakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. legal apabila digunakan untuk tujuan yang positif. Namun

BAB I PENDAHULUAN. legal apabila digunakan untuk tujuan yang positif. Namun 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang UU No.35 Tahun 2009 tentang Narkotika menyebutkan bahwa salah tujuan dari pengaturan narkotika adalah untuk menjamin ketersediaan narkotika untuk kepentingan pelayanan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dapat mencapai sebuah tujuan bersama yang dipakai oleh atasan dengan bawahan maupun oleh

BAB I PENDAHULUAN. dapat mencapai sebuah tujuan bersama yang dipakai oleh atasan dengan bawahan maupun oleh BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam suatu organisasi atau Perusahaan, disiplin kerja termasuk hal yang paling penting demi kelancaran organisasi tersebut. Disiplin kerja merupakan alat untuk

Lebih terperinci

Pencegahan dan Penanganan Penyalahgunaan NARKOBA (P3N)

Pencegahan dan Penanganan Penyalahgunaan NARKOBA (P3N) Pencegahan dan Penanganan Penyalahgunaan NARKOBA (P3N) I. LATAR BELAKANG Penyalahgunaan narkoba merupakan masalah yang menyangkut seluruh aspek kehidupan manusia, baik fisik, biologik, psikologik, dan

Lebih terperinci

Jurnal Konseling dan Pendidikan

Jurnal Konseling dan Pendidikan Jurnal Konseling dan Pendidikan ISSN Cetak: 2337-6740 - ISSN Online: 2337-6880 http://jurnal.konselingindonesia.com Volume 2 Nomor 2, Juni 2014, Hlm 9-13 dan Info Artikel: Diterima 05/06/2014 Direvisi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pembangunan nasional Indonesia bertujuan mewujudkan manusia

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pembangunan nasional Indonesia bertujuan mewujudkan manusia BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembangunan nasional Indonesia bertujuan mewujudkan manusia Indonesia seutuhnya dan masyarakat Indonesia seluruhnya yang adil dan makmur, sejahtera, tertib dan

Lebih terperinci

CAPAIAN TUGAS PERKEMBANGAN SOSIAL SISWA DENGAN KELOMPOK TEMAN SEBAYA DAN IMPLIKASINYA TERHADAP PROGRAM PELAYANAN BIMBINGAN DAN KONSELING

CAPAIAN TUGAS PERKEMBANGAN SOSIAL SISWA DENGAN KELOMPOK TEMAN SEBAYA DAN IMPLIKASINYA TERHADAP PROGRAM PELAYANAN BIMBINGAN DAN KONSELING Volume 1 Nomor 1 Januari 2012 KONSELOR Jurnal Ilmiah Konseling Halaman 1-5 http://ejournal.unp.ac.id/index.php/konselor CAPAIAN TUGAS PERKEMBANGAN SOSIAL SISWA DENGAN KELOMPOK TEMAN SEBAYA DAN IMPLIKASINYA

Lebih terperinci

- 1 - BUPATI TAPIN PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN TAPIN NOMOR 11 TAHUN 2016 TENTANG

- 1 - BUPATI TAPIN PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN TAPIN NOMOR 11 TAHUN 2016 TENTANG - 1 - SALINAN BUPATI TAPIN PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN TAPIN NOMOR 11 TAHUN 2016 TENTANG PENGENDALIAN MINUMAN BERALKOHOL DAN PENYALAHGUNAAN OBAT OPLOSAN SERTA ZAT ADIKTIF LAINNYA

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Remaja yang dalam bahasa Inggris adolesence, berasal dari bahasa latin

BAB 1 PENDAHULUAN. Remaja yang dalam bahasa Inggris adolesence, berasal dari bahasa latin BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masa remaja merupakan periode terjadinya pertumbuhan dan perkembangan yang pesat baik secara fisik, psikologis, maupun intelektual. Sifat khas remaja mempunyai rasa

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Remaja merupakan kelompok individu yang mengalami pertumbuhan dan perkembangan yang pesat, baik dalam hal fisik, mental, intelektual maupun sosial emosional (Hurlock 1991,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Remaja adalah bagian yang penting dalam masyarakat, terutama di negara

BAB I PENDAHULUAN. Remaja adalah bagian yang penting dalam masyarakat, terutama di negara BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Remaja adalah bagian yang penting dalam masyarakat, terutama di negara berkembang, remaja merupakan bagian terbesar dalam populasi. Data demografi menunjukkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. generasi baik secara kualitas maupun kuantitas. sesuatu yang mengarah pada aktivitas positif dalam pencapaian suatu prestasi.

BAB I PENDAHULUAN. generasi baik secara kualitas maupun kuantitas. sesuatu yang mengarah pada aktivitas positif dalam pencapaian suatu prestasi. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan nasional yang berkaitan dengan penyalahgunaan dan peredaran gelap narkoba di Indonesia tidak kunjung tuntas dan semakin memprihatinkan bahkan sampai mengancam

Lebih terperinci

Pelaksanaan Layanan Penempatan dan Penyaluran dalam Program Peminatan di Kelas X SMA Negeri 2 Sijunjung Kabupaten Sijunjung

Pelaksanaan Layanan Penempatan dan Penyaluran dalam Program Peminatan di Kelas X SMA Negeri 2 Sijunjung Kabupaten Sijunjung 1 2 Pelaksanaan Layanan Penempatan dan Penyaluran dalam Program Peminatan di Kelas X SMA Negeri 2 Sijunjung Kabupaten Sijunjung By: *Student ** lecturers Fita Nurwahyuni * Ahmad Zaini, S.Ag., M.Pd ** Yasrial

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. United Nation, New York, telah menerbitkan World Drugs Report 2015 yang

BAB 1 : PENDAHULUAN. United Nation, New York, telah menerbitkan World Drugs Report 2015 yang 1 BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang United Nations Office on Drugs and Crime (UNODC) yang bermarkas besar di United Nation, New York, telah menerbitkan World Drugs Report 2015 yang melaporkan bahwa

Lebih terperinci

Disusun Oleh: PRIYONO NPM : P

Disusun Oleh: PRIYONO NPM : P EFEKTIFITAS PENGGUNAAN BIMBINGAN KELOMPOK MELALUI ROLE PLAYING UNTUK MENINGKATKAN DISIPLIN MENGIKUTI PELAJARAN PADA SISWA KELAS VII DI SMP NEGERI 6 TULUNGAGUNG TAHUN PELAJARAN 2014/2015 SKRIPSI Diajukan

Lebih terperinci

FAKTOR PENYEBAB KURANG LANCARNYA REMAJA AWAL DALAM MELAKSANAKAN TUGAS-TUGAS PERKEMBANGAN DI SMP NEGERI 25 PADANG JURNAL

FAKTOR PENYEBAB KURANG LANCARNYA REMAJA AWAL DALAM MELAKSANAKAN TUGAS-TUGAS PERKEMBANGAN DI SMP NEGERI 25 PADANG JURNAL FAKTOR PENYEBAB KURANG LANCARNYA REMAJA AWAL DALAM MELAKSANAKAN TUGAS-TUGAS PERKEMBANGAN DI SMP NEGERI 25 PADANG JURNAL Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (Strata

Lebih terperinci

FAKTOR YANG MEMPENGARUHI HUBUNGAN SOSIAL PESERTA DIDIK DI SMP NEGERI 10 PADANG JURNAL

FAKTOR YANG MEMPENGARUHI HUBUNGAN SOSIAL PESERTA DIDIK DI SMP NEGERI 10 PADANG JURNAL FAKTOR YANG MEMPENGARUHI HUBUNGAN SOSIAL PESERTA DIDIK DI SMP NEGERI 10 PADANG JURNAL FERA ARDANTI. Z NPM. 10060140 PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN (STKIP)

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA KEMAMPUAN PENGELOLAAN EMOSI DENGAN PERILAKU BULLYING SISWA KELAS VIII DI SMP NEGERI 1 KAUMANTULUNGAGUNG TAHUN PELAJARAN 2014/ 2015

HUBUNGAN ANTARA KEMAMPUAN PENGELOLAAN EMOSI DENGAN PERILAKU BULLYING SISWA KELAS VIII DI SMP NEGERI 1 KAUMANTULUNGAGUNG TAHUN PELAJARAN 2014/ 2015 HUBUNGAN ANTARA KEMAMPUAN PENGELOLAAN EMOSI DENGAN PERILAKU BULLYING SISWA KELAS VIII DI SMP NEGERI 1 KAUMANTULUNGAGUNG TAHUN PELAJARAN 2014/ 2015 SKRIPSI Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat guna

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. atau kesulitan lainnya dan sampai kepada kematian tahun). Data ini menyatakan bahwa penduduk dunia menggunakan

BAB I PENDAHULUAN. atau kesulitan lainnya dan sampai kepada kematian tahun). Data ini menyatakan bahwa penduduk dunia menggunakan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah penyalahgunaan narkoba terus menjadi permasalahan global. Permasalahan ini semakin lama semakin mewabah, bahkan menyentuh hampir semua bangsa di dunia ini.

Lebih terperinci

BNN TES URINE PEGAWAI BPK SUMUT

BNN TES URINE PEGAWAI BPK SUMUT BNN TES URINE PEGAWAI BPK SUMUT Kamis, 11 September 2014 10:28:28 Medan (SIB)- Badan Narkotika Nasional Provinsi melakukan tes urine terhadap pegawai Badan Pemeriksa Keuangan Sumatera Utara di kantor perwakilan

Lebih terperinci

BUPATI SANGGAU PROVINSI KALIMANTAN BARAT

BUPATI SANGGAU PROVINSI KALIMANTAN BARAT BUPATI SANGGAU PROVINSI KALIMANTAN BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN SANGGAU NOMOR 3 TAHUN 2017 TENTANG FASILITASI PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN TERHADAP PENYALAHGUNAAN NARKOTIKA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sosial, dan politik dalam dunia internasional, Indonesia telah ikut berpatisipasi

BAB I PENDAHULUAN. sosial, dan politik dalam dunia internasional, Indonesia telah ikut berpatisipasi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ancaman bahaya narkoba telah melanda sebagian besar negara dan bangsa di dunia. Kecenderungan peredaran narkoba sebagai salah satu cara mudah memperoleh keuntungan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan dunia (WHO), definisi remaja (adolescence) adalah periode usia

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan dunia (WHO), definisi remaja (adolescence) adalah periode usia BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Remaja berarti tumbuh menjadi dewasa. Menurut organisasi kesehatan dunia (WHO), definisi remaja (adolescence) adalah periode usia antara 10 sampai 19 tahun. Sementara

Lebih terperinci

UPAYA GURU BK DALAM MENGEMBANGKAN HUBUNGAN SOSIAL PESERTA DIDIK DIKLAT DI SMA NEGERI 5 PADANG Oleh:

UPAYA GURU BK DALAM MENGEMBANGKAN HUBUNGAN SOSIAL PESERTA DIDIK DIKLAT DI SMA NEGERI 5 PADANG Oleh: 1 UPAYA GURU BK DALAM MENGEMBANGKAN HUBUNGAN SOSIAL PESERTA DIDIK DIKLAT DI SMA NEGERI 5 PADANG Oleh: Elvia Erviana * Yarmis Syukur** Rahma Wira Nita ** Program Studi Bimbingan dan Konseling Sekolah Tinggi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. konsekuen dan konsisten. Menurut NIDA (National Institute on Drug Abuse), badan

BAB 1 PENDAHULUAN. konsekuen dan konsisten. Menurut NIDA (National Institute on Drug Abuse), badan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penyalahgunaan obat seperti narkotika, psikotropika dan zat adiktif lainnya merupakan masalah yang sangat kompleks dan memerlukan upaya penanggulangan secara komprehensif

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Rentang kehidupan individu mengalami fase perkembangan mulai dari

BAB I PENDAHULUAN. Rentang kehidupan individu mengalami fase perkembangan mulai dari BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Rentang kehidupan individu mengalami fase perkembangan mulai dari masa pranatal, bayi, kanak-kanak, remaja, dewasa, dan masa tua. Masing-masing fase memiliki

Lebih terperinci

PENCEGAHAN PENYALAHGUNAAN BAHAYA NARKOBA PADA SISWA KELAS VIII-E MELALUI LAYANAN BIMBINGAN KELOMPOK DI SMP NEGERI 1 LUBUK PAKAM

PENCEGAHAN PENYALAHGUNAAN BAHAYA NARKOBA PADA SISWA KELAS VIII-E MELALUI LAYANAN BIMBINGAN KELOMPOK DI SMP NEGERI 1 LUBUK PAKAM PENCEGAHAN PENYALAHGUNAAN BAHAYA NARKOBA PADA SISWA KELAS VIII-E MELALUI LAYANAN BIMBINGAN KELOMPOK DI SMP NEGERI 1 LUBUK PAKAM Rumidah Guru Bimbingan dan Konseling SMP Negeri 1 Lubuk Pakam Surel : s.rumidah@yahoo.co.id

Lebih terperinci

FAKTOR YANG MEMPENGARUHI HARGA DIRI PESERTA DIDIK DI SMP NEGERI 10 PADANG JURNAL ESA JUNITA NPM

FAKTOR YANG MEMPENGARUHI HARGA DIRI PESERTA DIDIK DI SMP NEGERI 10 PADANG JURNAL ESA JUNITA NPM FAKTOR YANG MEMPENGARUHI HARGA DIRI PESERTA DIDIK DI SMP NEGERI 10 PADANG JURNAL ESA JUNITA NPM. 10060168 PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN (STKIP) PGRI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan manusia juga ditujukan, agar masyarakat semakin sejahtera, sehat jiwa

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan manusia juga ditujukan, agar masyarakat semakin sejahtera, sehat jiwa BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan manusia tidak hanya dilakukan secara fisik, tetapi pembangunan manusia juga ditujukan, agar masyarakat semakin sejahtera, sehat jiwa dan raga. Masalah yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan zaman yang semakin pesat memberikan pengaruh kepada manusia dalam kehidupannya. Manusia mengalami perkembangan bertahap dalam kehidupannya, termasuk

Lebih terperinci

BUPATI HULU SUNGAI UTARA PROVINSI KALIMANTAN SELATAN

BUPATI HULU SUNGAI UTARA PROVINSI KALIMANTAN SELATAN BUPATI HULU SUNGAI UTARA PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN HULU SUNGAI UTARA NOMOR 4 TAHUN 2014 TENTANG PELARANGAN MINUMAN BERALKOHOL, PENYALAHGUNAAN ALKOHOL, MINUMAN DAN OBAT OPLOSAN

Lebih terperinci

SKRIPSI IDENTIFIKASI FAKTOR PENYEBAB KENAKALAN REMAJA PADA SISWA SMP PGRI 4 KOTA JAMBI. Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh

SKRIPSI IDENTIFIKASI FAKTOR PENYEBAB KENAKALAN REMAJA PADA SISWA SMP PGRI 4 KOTA JAMBI. Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh SKRIPSI IDENTIFIKASI FAKTOR PENYEBAB KENAKALAN REMAJA PADA SISWA SMP PGRI 4 KOTA JAMBI Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana pendidikan Pada Program Ekstensi Bimbingan dan Konseling

Lebih terperinci

BAB IV PENUTUP. A. Kesimpulan. Dari hasil penelitian yang telah dibahas mengenai strategi Badan

BAB IV PENUTUP. A. Kesimpulan. Dari hasil penelitian yang telah dibahas mengenai strategi Badan BAB IV PENUTUP A. Kesimpulan Dari hasil penelitian yang telah dibahas mengenai strategi Badan Narkotika Nasional Provinsi (BNNP) Sumatera Barat dalam pencegahan penyalahgunaan narkotika dikalangan remaja,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan hasil pembagunan baik fisik maupun mental sosial. tanggungjawab dan bermanfaat sesuai dengan Pancasila dan UUD 1945.

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan hasil pembagunan baik fisik maupun mental sosial. tanggungjawab dan bermanfaat sesuai dengan Pancasila dan UUD 1945. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Remaja sebagai bagian dari generasi muda merupakan suatu kekuatan sosial yang sangat berperan dalam pembangunan bangsa dan negara. Remaja merupakan modal pembangunan

Lebih terperinci

PERSEPSI SISWA TENTANG PENYALAGUNAAN NARKOBA DI SMK BATANGHARI KOTA JAMBI

PERSEPSI SISWA TENTANG PENYALAGUNAAN NARKOBA DI SMK BATANGHARI KOTA JAMBI ARTIKEL ILMIAH PERSEPSI SISWA TENTANG PENYALAGUNAAN NARKOBA DI SMK BATANGHARI KOTA JAMBI Oleh : ROSMIATI HARAHAP NIM. ERA1D009108 PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dapat ditarik beberapa

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dapat ditarik beberapa BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI A. KESIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dapat ditarik beberapa kesimpulan yaitu penyalahgunaan narkotika di Kabupaten Indramayu disebabkan banyak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Penyalahgunaan narkotika pada akhir-akhir tahun ini dirasakan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Penyalahgunaan narkotika pada akhir-akhir tahun ini dirasakan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penyalahgunaan narkotika pada akhir-akhir tahun ini dirasakan semakin meningkat. Dapat kita amati dari pemberitaan-pemberitaan baik di media cetak maupun elektronika

Lebih terperinci