BAB II TINJAUAN PUSTAKA. banyak kaum awam yang menyalahartikan kata depresi, sehingga definisi dari

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II TINJAUAN PUSTAKA. banyak kaum awam yang menyalahartikan kata depresi, sehingga definisi dari"

Transkripsi

1 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Depresi Defenisi Depresi Kata depresi mungkin sudah tidak asing lagi di telinga kita, akan tetapi banyak kaum awam yang menyalahartikan kata depresi, sehingga definisi dari depresi menjadi kabur. Menurut American Psychological Association (APA) (dalam Fitriani & Hidayah, 2012), depresi merupakan perasaan sedih atau kosong yang disertai dengan penurunan minat terhadap aktivitas yang menyenangkan, gangguan tidur dan pola makan, penurunan kemampuan berkonsentrasi, perasaan bersalah yang berlebihan, dan munculnya pikiran tentang kematian atau bunuh diri Gejala Depresi Berdasarkan DSM-IV-TR (dalam Kring dkk, 2007, hal. 231), Major Depressive Disorder memiliki kriteria seperti depressed mood serta kehilangan kesenangan dengan berbagai aktivitas dan setidaknya diikuti minimal empat simptom sebagai berikut: 1. Mengalami masalah dalam tidur (insomnia): kesulitan untuk tidur; kesulitan untuk kembali tidur pada malam hari, bangun lebih awal dari biasanya atau tidur terlalu lama; 2. Mengalami gangguan psikomotorik; 3. Kehilangan nafsu makan dan berat badan atau meningkatnya nafsu makan dan berat badan.; 4. Kurang berenergi; 7

2 8 5. Merasa tidak berharga; 6. Mengalami kesulitan untuk berkonsentrasi, berpikir, atau mengambil keputusan; 7. Berpikir tentang kematian dan bunuh diri. Gejalanya muncul hampir setiap hari, bahkan hampir sepanjang hari, dan minimal selama dua minggu. Beck (dalam Nora & Widuri, 2011) mengemukakan depresi sebagai suatu keadaan dengan ciri sebagai berikut : a. Perubahan suasana hati yang spesifik, seperti kesedihan, kesepian, dan apatis. b. Keinginan - keinginan menghukum diri sendiri, seperti keinginan untuk menghindar, bersembunyi, keinginan untuk bunuh diri. c. Konsep diri negatif yang berhubungan dengan penyalahan diri dan mencela diri. d. Perubahan dalam fungsi fisik, seperti anoreksia, insomnia, hipersomnia dan hilangnya nafsu makan. e. Perubahan dalam tingkat aktivitas, seperti menurunnya aktivitas motorik ataupun mudah merasa lelah. Ada dua pola simtom yang sangat berbeda, yakni depresi yang ditandai oleh kelambanan (retarded depression) dan depresi yang ditandai dengan ketidaktenangan (agitated depression). Depresi yang ditandai oleh kelambanan lebih sering terjadi dan cirinya ialah tingkat energi berkurang sehingga tugas yang paling kecil sekalipun

3 9 kelihatannya sulit atau tidak mungkin untuk diselesaikan. Sebaliknya, individu yang yang ditandai oleh ketidaktenangan tidak mampu duduk dengan tenang, mereka melangkah bolak-balik, tangan diremas-remas, dan rambut atau kulit mereka ditariktarik atau digosok-gosok. Kalau dilihat sepintas, depresi yang ditandai oleh ketidaktenangan ini menunjukkan banyak simtom kecemasan dan kadang-kadang sulit sekali membedakan depresi dengan kecemasan (Semiun, 2006) Menurut Mullaney (dalam Semiun, 2006), depresi terkadang disertai oleh kecemasan. Dan hal ini khususnya terjadi pada tahap awal atau prodomal ketika pola simtom terwujud. Dalam tahap ini, individu merasa bahwa segala sesuatu berjalan secara salah, bingung, dan cemas serta melakukan banyak hal yang mencemaskan. Selama tahap prodomal terkadang sulit membedakan apakah individu tersebut sedang mengalami serangan depresi atau menderita suatu keadaan kecemasan. Meskipun kecemasan tetap merupakan komponen gangguan depresi, tetapi lama kelamaan tingkat kecemasan berkurang dan tingkat depresi makin meningkat (Semiun, 2006). Seseorang yang depresi mungkin menggambarkan diri mereka sebagai orang yang putus asa, tidak berdaya, lemah, atau cemas. Mereka juga mudah frustasi, mudah marah terhadap diri mereka sendiri, dan dapat marah terhadap orang lain. (Videbeck, 2008). Fava dan Rosenbaum (dalam Videbeck, 2008) melaporkan bahwa sekitar 40% klien yang mengalami depresi mengalami serangan marah. Ungkapan kemarahan yang intens dan tiba-tiba ini biasanya terjadi dalam situasi ketika individu yang depresi merasakan situasi emosional yang tidak menyenangkan. Serangan marah mencakup ekspresi kemarahan secara verbal atau kemarahan yang tidak dapat dikendalikan. Serangan marah yang terlihat pada beberapa klien depresi dapat

4 10 berhubungan dengan mood yang cepat marah, reaksi berlebihan terhadap gangguan minor (kecil), dan kemampuan koping yang menurun. Secara psikodinamik, depresi merupakan agresivitas yang dibalik yang kemudian dihantamkan pada diri sendiri. Rasa sesal dan kemarahan itu dibalik pada diri sendiri. Jadi penderita depresi cenderung merusak diri sendiri dengan menolak makan, menolak obat, melakukan tindakan berbahaya, sampai mencoba untuk bunuh diri (Wicaksana, 2008). Dalam berbagai penelitian-penelitian untuk mendeteksi seseorang mengalami depresi yaitu melalui gejala-gejalanya. Salah satu alat tes yang umum digunakan yaitu Center for Epidemiologic Studies Depression Scale (CES-D) yang dikembangkan oleh Radloff (1977). CES-D terdiri dari 20 item dimana item-itemnya disusun berdasarkan empat faktor yaitu (Antony & Barlow, 2010): 1. Depressed Affect merupakan perasaan-perasaan, emosi, atau suasana hati yang negatif, seperti perasaan sedih, tertekan, kesepian, dan menangis. 2. Positive Affect merupakan perasaan, emosi, atau susasana hati yang positif, seperti perasaan gembira, senang, memiliki harapan, dan merasa diri baik. 3. Somatic and Retarded Activity merupakan gejala psikologis yang dirasakan berkaitan dengan kondisi/keadaan tubuh, seperti merasa terganggu, berkuran/bertambahnya nafsu makan, membutuhkan usaha lebih besar dalam mengerjakan sesuatu, kesulitan tidur atau tidur tidak nyenyak, dan sulit untuk memulai sesuatu. 4. Interpersonal merupakan perasaan negatif yang dirasakan individu yang berkaitan dengan perilaku orang lain, seperti tidak bersahabat dan merasa tidak disukai.

5 Penyebab Depresi Menurut Askin (dalam Izgar, 2009) depresi dipandang sebagai gangguan emosional yang mungkin muncul dengan sendirinya atau sebagai hasil sekunder yang berasal dari masalah dengan menggunakan alkohol dan obat-obatan (narkoba), stimulan, dan obat atau menderita beberapa jenis penyakit metabolik seperti kanker. Peneliti mengidentifikasi terdapat lima bagian dari kehidupan yang dapat menyebabkan depresi, yaitu situation, thoughts, emotions, physical state, dan actions. Kelima bagian ini saling berhubungan satu sama lain dan membentuk suatu lingkaran (Bilsker, 2007) Situation -Loss of relationship -Loneliness - Arguing and conflict Thoughts - Negative thinking habits - Unfair self-critism Actions -Withdrawal from others -Reduce activity -Poor self-care Emotions - Sadness - Despair -Emptiness -Anxiety Physical State - Poor sleep - Low energy - Appetite changes Sumber: Bilsker (2007) Gambar 2.1 Lingkaran Penyebab Depresi

6 12 Situation (Situasi) Beberapa situasi yang dapat meningkatkan kemungkinan terjadinya depresi : - Hilangnya relasi dengan orang lain, misalnya kematian, kehilangan sahabat, atau putus dengan pacar - Konflik dengan orang lain, misalnya berdebat dengan orang tua, berselisih dengan teman, diintimidasi, dan lain-lain - Kesepian, misalnya menjadi seorang yang pemalu, keluarga berpergian, tidak dapat menemukan seseorang yang memiliki minta yang sama - Kinerja yang buruk di sekolah, misalnya kesulitan untuk berkonsentrasi, ketidakmampuan untuk belajar, tugas-tugas sekolah yang berat. Terkadang remaja memakai obat-obatan terlarang dan meminum minuman beralkohol sebagai jalan keluarnya. Thoughts (Pemikiran/Pola Pikir) Setiap orang memiliki jalan pemikiran sendiri mengenai situasi dan memikirkan efek yang ditimbulkan. Depresi pada remaja seringkali ditimbulkan karena memikirkan tentang situasi yang dihadapinya dan hal tersebut membuat pemikiran mereka mengarah ke negative distorted. Ini berarti bahwa pemikiran mereka mengarah ke arah hal yang negatif. Pemikiran seperti ini cenderung melebihlebihkan situasi yang buruk dan mengabaikan hal-hal yang positif. - Pemikiran yang tidak realistis mengenai situasi yang dihadapi - Pemikiran yang negatif mengenai diri sendiri - Memikirkan hal-hal yang tidak realistis mengenai masa depan.

7 13 Emotions (Emosi) Depresi biasanya diawali dengan perasaan kehilangan semangat atau sedih. Jika hal itu semakin memburuk, akan menimbulkan rasa putus asa. Kebanyakan orang yang depresi merasa tidak menikmati lagi hal-hal yang biasa dilakukan. Apabila perasaan depresi itu semakin parah, akan mengakibatkan mati rasa dan merasa kekosongan/hampa seperti tidak memiliki perasaan. Dengan begitu dapat mematikan emosi. Orang yang terkena depresi memiliki pemikiran tentang situasi dan diri mereka yang negatif. Dengan begitu dapat mempengaruhi emosi dan menimbulkan emosi yang negatif. Misalnya ketika seseorang sedang naik pesawat dan berpikir bahwa pesawatnya akan jatuh, maka itu dapat menyebabkan ia merasa takut dan cemas. Semua ketakutan dan kecemasan tersebut berasal dari pemikiran negatif yang tidak realistis. Physical State (Kondisi Fisik) Depresi seringkali merupakan bagian dari masalah fisik. Salah satu masalahnya adalah tidur. Seseorang yang depresi mengalami kesulitan untuk tidur atau terlalu banyak tidur. Disamping bermasalah dengan tidur, remaja yang depresi juga seringkali merasa tidak berenergi/bersemangat, hilangnya nafsu makan, atau merasa cepat lapar. Mereka mengalami kesulitan konsentrasi di sekolah. Pada akhirnya, remaja yang terkena depresi, mengalami ketidakseimbangan dalam nervous system mereka.

8 14 Actions Orang yang mengalami depresi seringkali memiliki perliaku sebagai berikut: - Menarik diri dari keluarga dan teman - Tidak peduli dengan diri sendiri - Tidak melakukan hal-hal/aktivitas yang menyenangkan Menurut Semiun (2006), ada dua teori kognitif tentang depresi, yakni teori yang pertama yang mengemukakan bahwa kemapanan-kemapanan kognitif yang negatif (negative cognitive sets) menyebabkan individu akan melihat segala sesuatu secara negatif; dan dengan demikian, akan menyebabkan depresi. Teori kedua mengemukakan bahwa ketidakberdayaan yang dipelajari (learned helpless) dalam mengontrol aspek-aspek negatif kehidupan; dan dengan demikian, ia merasa tidak berdaya sehingga menyebabkan depresi. Salah satu kepribadian yang berperan dalam depresi adalah kepribadian introvert. Kepribadian yang introvert mungkin ikut menyebabkan depresi karena individu yang introvert mungkin kurang mendapat dukungan sosial dan menggunakan strategi-strategi yang kurang efektif untuk menangani stres; dan faktor-faktor tersebut membuat individu lebih mudah diserang oleh pengaruhpengaruh stres yang dapat menimbulkan depresi (Semiun, 2006). Seseorang yang memiliki konsep diri yang negatif, memiliki sedikit pengetahuan tentang siapa dirinya dan menilai dirinya secara negatif, sehingga akibat yang parah karena seseorang memiliki konsep diri yang negatif adalah mudah mengalami depresi (Tim Pustaka Familia, 2006).

9 Remaja Remaja didefinisikan sebagai masa peralihan dari masa kanak-kanak ke dewasa. Batasan usia remaja menurut WHO (dalam Efendi & Makhfudli, 2009, hal.221) adalah tahun. Namun, jika pada usia remaja seseorang sudah menikah, maka ia tergolong dalam dewasa, bukan lagi remaja. Sebaliknya, jika usia sudah bukan lagi remaja tetapi masih tergantung pada orang tua (tidak mandiri), maka tetap dimasukkan ke dalam kelompok remaja. Menurut Santrock (dalam Agustina, 2006) remaja adalah periode peralihan antara masa anak-anak dan dewasa yang disertai dengan perubahan biologis, kognitif, dan sosial-emosional. Untuk mendeskripsikan remaja dari waktu ke waktu memang berubah sesuai dengan perkembangan zaman. Ditinjau dari segi pubertas, 100 tahun terakhir usia remaja putri mendapatkan haid pertama semakin berkurang dari 17,5 tahun menjadi 12 tahun, demikian pula remaja pria. Kebanyakan orang menggolongkan remaja dari usia tahun dan beberapa literatur yang menyebutkan tahun. Hal yang terpenting adalah seseorang mengalami perubahan pesat dalam hidupnya di berbagai aspek (Efendi & Makhfudli, 2009, hal.221).

10 Pertumbuhan dan Perkembangan Masa Remaja Tabel 2.1 Perubahan Fase Remaja Awal, Tengah, dan Akhir Masa Remaja Awal (11-14 tahun) Pertumbuhan Laju pertumbuhan terjadi dengan cepat Puncak kecepatan pertumbuhan Karakteristik seks sekunder muncul Masa Remaja Pertengahan (15-17 tahun) Perubahan melambat pada remaja putri Tinggi badan mencapai 95% tinggi badan dewasa Karakteristik seks sekunder berkembang dengan baik Masa Remaja Akhir (18-20 tahun) Matang secara fisik Pertumbuhan struktur dan reproduktif hampir lengkap Kognitif Mengeksplorasi Perkembangan Memperhatikan kemampuan yang kemampuan untuk pemikiran abstrak baru ditemukan tentang pikiran abstrak yang terbatas berpikir abstrak Menikmati kekuatan intelektual, Dapat menerima dan bertindaka pada rentang pilihan yang Mencari-cari dengan seringkali sesuai luas canggung nilai-nilai dan energi baru dengan idealistis Perhatian terhadap Mampu memandang suatu masalah Membandingkan masalah filosofi, secara komprehensif normalitas dengan teman sebaya yang sejenis politik, dan sosial Penetapan identitas intelektual dan fungsional Identitas Mereka senang Memodifikasi citra Definisi citra tubuh dengan perubahan tubuh dan peran gender

11 17 tubuh yang cepat Sangat berfokus hampir diperoleh Mengujicobakan berbagai peran pada diri sendiri, narsisme meningkat Identitas seksual telah matang Pengukuran daya tarik berdasarkan penerimaan atau penolakan teman sebaya Penyesuaian dengan norma-norma kelompok Cenderung melihat pada pengalaman dari dalam dan hasil temuan sendiri Kaya dengan fantasi kehidupan Idelaistis Mampu menerima implikasi di masa depan terhadap Fase konsolidasi identitas Stabilitas harga diri Nyaman dengan pertumbuhan fisik Peran sosial didefinisikan dan dilaksanakan dengan baik perilaku dan keputusan saat ini; penerapannya beragam Hubungan Mendefinisikan Konflik utama Perpisahan dengan orang batasan kemandirian- terjadi pada emosional dan fisik tua kebergantungan kemandirian dan dari orang tua telah Keinginan kuat untuk pengendalian tercapai tetap bergantung pada Hubungan orang tua Mandiri dari orang tua sementara dan anak berada keluarga dengan mencoba untuk pada titik rendah sedikit knflik terpisah dari orang tua Dorongan terbesar untuk bebas; Kebebasan hampir dicapai Tidak ada konflik pemutusan besar yang terjadi di hubungan bawaha kontrol orang tua Pelepasan emosional akhir dan bersifat irevisibel

12 18 dari orang tua Hubungan Mencari kelompok Kebutuhan identitas Kelompok teman dengan sebaya untuk yang kuat untuk sebaya tidak lagi teman sebaya menghadapi memperkuat citra penting dalam ketidakstabilan yang diri hubungan individu disebabkan oleh perubahan yang cepat Standar perilaku yang ditetapkan Menguji voba hubungan antara Meningkatnya oleh kelompok pria-wanita terhadap kedekatan, persahabatan yang ideal dengan anggota lain yang sejenis Penerimaan teman sebaya sangat penting; takut ditolak kemungkinan hubungan yang permanen Hubungan dicirikan Berebut kekuasaan terjadi di dalam kelompok teman sebaya Mengekplorasi kemampuan untuk menarik perhatian teman dan lawan dengan memberi dan berbagi jenis Seksualitas Mengeksplorasi dan Berhubungan Membentuk mengevaluasi dirinya dengan orang hubungan yang Kencan terbatas biasanya kelompok banyak Keyakinan untuk stabil dan perlekatan kepada orang lain Keintiman terbatas kecenderungan heteroseksual Pertumbuhan kapasitas untuk Eksplorasi terhadapt daya tarik seks Perasaan jatuh cinta Membangun hubungan sementara bersama dan menjalani hubungan timbal balik Berkencan sebagai pasangan priawanita Keintiman lebih melibatkan

13 19 komitmen daripada ekplorasi dan romantisme Kesehatan Ketidakstabilan mood Kecenderungan Emosi lebih konstan psikologis masih besar Mimpi di siang hari masih sering dan kuat Marah diekspresiakn dengan kemurungan, luapan rasa marah, dan ejekan secara verbal serta terhadap pengalaman dari dalam dirinya, lebih introspektif Kecenderungan untuk menarik diri jika merasa sedih atau terluka Kemarahan lebih cenderung disembunyikan pemberian julukan Kebimbangan emosi dalam waktu dan rentang tertentu Perasaan tidak adekuat umum ditemukan, kesulitan meminta bantuan Sumber: Wong, dkk (2002) Kenakalan Remaja Kenakalan remaja biasa disebut dengan istilah juvenile berasal dari bahasa latin juvenilis, yang artinya anak-anak, anak muda, sifat khas pada periode remaja, sedangkan delinquency berasal dari bahasa latin delinquere yang berarti terabaikan, mengabaikan, yang kemudian diperluas artinya menjadi jahat, nakal, anti sosial, kriminal, pelanggar aturan, pembuat ribut, dan lain sebagainya. Juvenile delinquency atau kenakalan remaja adalah perilaku jahat atau kenakalan anak-anak muda, merupakan gejala sakit (patologis) secara sosial pada remaja Istilah kenakalan

14 20 remaja mengacu pada suatu rentang yang luas, dari tingkah laku yang tidak dapat diterima sosial sampai pelanggaran status hingga tindan kriminal (Kartono, 2006). Menurut Kartono (2006), Juvenile delinquency (kenakalan remaja) mempunyai karakteristik umum, yaitu: a. Perbedaan struktur intelektual Pada umumnya intelegensi mereka tidak berbeda dengan intelegensi remaja yang normal, namun jelas terdapat fungsi-fungsi kognitif khusus yang berbeda biasanya kenakalan remaja mendapatkan nilai lebih tinggi untuk tugas-tugas prestasi daripada nilai untuk keterampilan verbal (tes Wechsler). b. Perbedaan fisik dan psikis Remaja yang nakal lebih idiot secara moral dan memiliki perbedaan ciri karakteristik yang jasmani sejak lahir jika dibandingkan dengan remaja normal. Bentuk tubuh mereka lebih kekar, berotot, kuat, dan pada umumnya bersikap lebih agresif. Hasil penelitian juga menunjukan ditemukannya fungsi fisiologis dan neurologis yang khas pada remaja nakal: mereka kurang bereaksi terhadap stimulus kesakitan dan menunjukan ketidakmatangan jasmaniah atau anomali perkembangan tertentu. Jensen (dalam Sarwono, 2012) membagi kenakalan remaja menjadi empat aspek yaitu:

15 21 a. Kenakalan yang menimbulkan korban fisik pada orang lain: perkelahian, perkosaan, perampokan, pembunuhan, dan lain-lain. b. Kenakalan yang menimbulkan korban materi: perusakan, pencurian, pencopetan, pemerasan, dan lain-lain. c. Kenakalan sosial yang tidak menimbulkan korban di pihak orang lain: pelacuran, penyalahgunaan obat, dan hubungan seks bebas. d. Kenakalan yang melawan status anak sebagai pelajar dengan cara membolos, kabur dari rumah, dan membantah perintah orang tua. 2.3 Kerangka Berpikir Mengalami berbagai macam perubahan dalam diri dan masalah di lingkungannya Melakukan tindakan kriminal Masuk Lapas dan menjadi Andikpas Mengalami Depresi Perubahan lingkungan secara mendadak Gambar 2.2 Skema Kerangka Berpikir Sumber: Olahan Peneliti Pada dasarnya para remaja mengalami berbagai macam perubahan di dalam dirinya dan juga berbagai macam pengaruh dan masalah dari lingkungannya. Seorang remaja yang berhasil melewati tahap perkembangan serta dapat melewati perubahan yang ada dalam lingkungan hidupnya, mereka akan survive, dan apabila

16 22 seorang remaja mengalami masalah dalam perkembangan dirinya serta mengalami masalah dalam menghadapi lingkungannya baik dalam keluarga, masyarakat, maupun peer groupnya, ia akan melakukan perilaku yang menyimpang dari kebiasaan atau melanggar hukum. Suatu perbuatan yang menyimpang dari kebiasaan atau melanggar hukum yang dilakukan pada usia remaja atau transisi masa anak-anak dan dewasa disebut sebagai kenakalan remaja. Dari kenakalan tersebut dapat mengakibatkan tindakan kriminal. Seorang remaja yang tinggal di Lapas mengalami berbagai macam perubahan terutama pada perubahan lingkungan secara mendadak dan mereka akan mengalami berbagai kesulitan dalam beradaptasi dengan lingkungan barunya, sehingga para remaja dapat mengalami depresi. Melalui penelitian ini, penulis ingin melihat seberapa banyak Andikpas yang mengalami depresi dengan menggunakan alat ukur depresi. Setelah mendapatkan Andikpas yang mengalami depresi, penulis kemudian melakukan wawancara dan tes gambar. Dengan melakukan tes-tes tersebut, peneliti ingin melihat gambaran para Andikpas yang mengalami depresi. Dengan melakukan penelitian ini, juga bermanfaat agar dapat mencegah terjadinya silent epidemic depresi, sehingga para Andikpas dapat diberikan perhatian lebih khusus untuk mencegah terjadinya depresi yang lebih tinggi yang dapat mengakibatkan kematian.

BAB I PENDAHULUAN. Remaja adalah masa dimana manusia mengalami transisi dari masa anakanak

BAB I PENDAHULUAN. Remaja adalah masa dimana manusia mengalami transisi dari masa anakanak BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Remaja adalah masa dimana manusia mengalami transisi dari masa anakanak menuju masa dewasa. Pada masa transisi tersebut remaja berusaha untuk mengekspresikan dirinya

Lebih terperinci

BAB IV ANALISI HASIL. Dalam penelitian ini, peneliti mengambil seluruh Andikpas baru sebanyak 43

BAB IV ANALISI HASIL. Dalam penelitian ini, peneliti mengambil seluruh Andikpas baru sebanyak 43 37 BAB IV ANALISI HASIL 4.1 Gambaran Subjek Penelitian Dalam penelitian ini, peneliti mengambil seluruh Andikpas baru sebanyak 43 orang. Karakteristik sampel yang diambil memiliki usia kisaran 14-19 tahun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Intany Pamella, 2014

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Intany Pamella, 2014 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Remaja berasal dari kata latin adolensence yang berarti tumbuh atau tumbuh menjadi dewasa. Hurlock (2004: 206) menyatakan bahwa Secara psikologis masa remaja adalah

Lebih terperinci

GAMBARAN DEPRESI ANDIKPAS DI LEMBAGA PEMASYARAKATAN ANAK PRIA TANGERANG

GAMBARAN DEPRESI ANDIKPAS DI LEMBAGA PEMASYARAKATAN ANAK PRIA TANGERANG GAMBARAN DEPRESI ANDIKPAS DI LEMBAGA PEMASYARAKATAN ANAK PRIA TANGERANG Vicky Wardhana & Istiani Universitas Bina Nusantara, Jurusan Psikologi Jl. Siantan 5 No. 8, Cengkareng, 08194277773, wardhanav@yahoo.com

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. oleh orang dewasa maka akan mendapat sangsi hukum.

BAB II LANDASAN TEORI. oleh orang dewasa maka akan mendapat sangsi hukum. BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Kenakalan Remaja 2.1.1. Pengertian Kenakalan Remaja Menurut Arif Gunawan (2011) definisi kenakalan remaja adalah : Istilah juvenile berasal dari bahasa Latin juvenilis, yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dapat diabaikan dalam kehidupan manusia. Namun demikian, orang tua masih

BAB I PENDAHULUAN. dapat diabaikan dalam kehidupan manusia. Namun demikian, orang tua masih BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah perilaku seksual pada remaja saat ini menjadi masalah yang tidak dapat diabaikan dalam kehidupan manusia. Namun demikian, orang tua masih menganggap tabu untuk

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TEORI. yang luas, dari tingkah laku yang tidak dapat diterima secara sosial

BAB II TINJAUAN TEORI. yang luas, dari tingkah laku yang tidak dapat diterima secara sosial BAB II TINJAUAN TEORI A. Kenakalan Remaja 1. Pengertian Kenakalan Remaja Kenakalan remaja (juvenile delinquency) mengacu pada suatu rentang yang luas, dari tingkah laku yang tidak dapat diterima secara

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. menyakiti, mengancam atau membahayakan individu-individu atau objek-objek

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. menyakiti, mengancam atau membahayakan individu-individu atau objek-objek BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Agresi 2.1.1 Definisi Agresivitas adalah segala bentuk perilaku yang dimaksudkan untuk menyakiti orang lain baik secara fisik maupun mental (Aziz & Mangestuti, 2006). Perilaku

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. disebut sebagai periode pubertas, pubertas (puberty) adalah perubahan cepat pada. terjadi selama masa remaja awal (Santrock, 2003).

PENDAHULUAN. disebut sebagai periode pubertas, pubertas (puberty) adalah perubahan cepat pada. terjadi selama masa remaja awal (Santrock, 2003). 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Remaja merupakan masa dimana seorang manusia mengalami peralihan dari masa anak-anak menuju masa dewasa. Pada masa peralihan ini setiap remaja meninggalkan identitas

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. masa sekarang dan yang akan datang. Namun kenyataan yang ada, kehidupan remaja

I. PENDAHULUAN. masa sekarang dan yang akan datang. Namun kenyataan yang ada, kehidupan remaja I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Remaja adalah generasi masa depan, penerus generasi masa kini yang diharapkan mampu berprestasi, bisa dibanggakan dan dapat mengharumkan nama bangsa pada masa sekarang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. manusia, ditandai dengan perubahan-perubahan biologis, kognitif dan sosial-emosional

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. manusia, ditandai dengan perubahan-perubahan biologis, kognitif dan sosial-emosional BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masa remaja merupakan masa kehidupan yang penting dalam rentang hidup manusia, ditandai dengan perubahan-perubahan biologis, kognitif dan sosial-emosional (Santrock,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masa remaja merupakan salah satu periode perkembangan yang dialami oleh setiap individu, sebagai masa transisi dari masa kanak-kanak menuju masa dewasa. Masa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masa remaja merupakan masa peralihan dari usia anak-anak ke usia dewasa.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masa remaja merupakan masa peralihan dari usia anak-anak ke usia dewasa. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masa remaja merupakan masa peralihan dari usia anak-anak ke usia dewasa. Di masa ini, remaja mulai mengenal dan tertarik dengan lawan jenis sehingga remaja

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Narkoba adalah zat kimia yang dapat mengubah keadaan psikologi seperti

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Narkoba adalah zat kimia yang dapat mengubah keadaan psikologi seperti BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kasus penggunaan narkoba pada remaja sudah sering dijumpai di berbagai media. Maraknya remaja yang terlibat dalam masalah ini menunjukkan bahwa pada fase ini

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. mencapai kedewasaan sesuai dengan norma-norma yang ada dalam

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. mencapai kedewasaan sesuai dengan norma-norma yang ada dalam BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pola Asuh Orangtua Pola asuh orangtua merupakan interaksi antara anak dan orangtua selama mengadakan kegiatan pengasuhan. Pengasuhan ini berarti orangtua mendidik, membimbing,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memasuki masa dewasa (Rumini, 2000). Berdasarkan World Health. Organization (WHO) (2010), masa remaja berlangsung antara usia 10-20

BAB I PENDAHULUAN. memasuki masa dewasa (Rumini, 2000). Berdasarkan World Health. Organization (WHO) (2010), masa remaja berlangsung antara usia 10-20 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masa remaja merupakan masa peralihan dari masa anak dengan masa dewasa yang mengalami perkembangan semua aspek atau fungsi untuk memasuki masa dewasa (Rumini, 2000).

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kehidupan merupakan suatu anugerah yang diberikan oleh Tuhan yang maha Esa

BAB I PENDAHULUAN. Kehidupan merupakan suatu anugerah yang diberikan oleh Tuhan yang maha Esa BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kehidupan merupakan suatu anugerah yang diberikan oleh Tuhan yang maha Esa yang harus disyukuri oleh setiap orang. Kehidupan yang diberikan kepada setiap manusia merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Saat ini dunia pendidikan sedang berkembang, banyak sekolah-sekolah yang berdiri dengan kegiatan-kegiatan yang menarik untuk mendukung proses belajar siswa mereka, namun

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. bahasa latin juvenilis yang artinya anak-anak, anak muda, sifat khas

BAB II KAJIAN PUSTAKA. bahasa latin juvenilis yang artinya anak-anak, anak muda, sifat khas BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kenakalan Remaja 2.1.1. Pengertian Kenakalan Remaja Kenakalan remaja biasa disebut dengan istilah juvenile berasal dari bahasa latin juvenilis yang artinya anak-anak, anak muda,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sudah menjadi masalah emosi yang umum. Depresi merupakan salah satu

BAB I PENDAHULUAN. sudah menjadi masalah emosi yang umum. Depresi merupakan salah satu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dewasa ini, depresi sudah menjadi wabah dalam kehidupan modern dan sudah menjadi masalah emosi yang umum. Depresi merupakan salah satu gangguan psikologis yang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Masa remaja adalah suatu tahap antara masa kanak kanak dengan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Masa remaja adalah suatu tahap antara masa kanak kanak dengan 8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Remaja 1. Definisi Masa remaja adalah suatu tahap antara masa kanak kanak dengan masa dewasa. Dalam masa ini, remaja itu berkembang kearah kematangan seksual, memantapkan identitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN Perkembangan merupakan perubahan ke arah kemajuan menuju terwujudnya hakekat manusia yang bermartabat atau berkualitas. Usia lahir sampai dengan pra sekolah

Lebih terperinci

Hubungan Remaja dengan Orangtua,Saudara kandung & Teman Sebaya

Hubungan Remaja dengan Orangtua,Saudara kandung & Teman Sebaya Hubungan Remaja dengan Orangtua,Saudara kandung & Teman Sebaya Remaja, Orang tua, dan Keluarga Remaja dan Orang tua pada masa remaja, sering terjadi ketegangan / tekanan dalam diri remaja karena ingin

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai mahluk sosial, manusia senantiasa hidup bersama dalam sebuah

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai mahluk sosial, manusia senantiasa hidup bersama dalam sebuah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Sebagai mahluk sosial, manusia senantiasa hidup bersama dalam sebuah masyarakat. Manusia senantiasa berhubungan dengan manusia lain untuk memenuhi berbagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pada hakikatnya manusia pasti mengalami proses perkembangan baik dari

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pada hakikatnya manusia pasti mengalami proses perkembangan baik dari BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada hakikatnya manusia pasti mengalami proses perkembangan baik dari segi fisik maupun psikologis. Manusia mengalami perkembangan sejak bayi, masa kanak- kanak,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa yang penting di dalam suatu kehidupan. manusia. Teori Erikson memberikan pandangan perkembangan mengenai

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa yang penting di dalam suatu kehidupan. manusia. Teori Erikson memberikan pandangan perkembangan mengenai BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masa remaja merupakan masa yang penting di dalam suatu kehidupan manusia. Teori Erikson memberikan pandangan perkembangan mengenai kehidupan manusia dalam beberapa

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Remaja merupakan masa transisi dari anak-anak menuju dewasa yang menghadapi

BAB 1 PENDAHULUAN. Remaja merupakan masa transisi dari anak-anak menuju dewasa yang menghadapi BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Remaja merupakan masa transisi dari anak-anak menuju dewasa yang menghadapi perubahan pertumbuhan dan perkembangan. Masa remaja mengalami perubahan meliputi perubahan

Lebih terperinci

LAPORAN PENELITIAN HUBUNGAN ANTARA EGOSENTRISME DAN KECENDERUNGAN MENCARI SENSASI DENGAN PERILAKU AGRESI PADA REMAJA. Skripsi

LAPORAN PENELITIAN HUBUNGAN ANTARA EGOSENTRISME DAN KECENDERUNGAN MENCARI SENSASI DENGAN PERILAKU AGRESI PADA REMAJA. Skripsi LAPORAN PENELITIAN HUBUNGAN ANTARA EGOSENTRISME DAN KECENDERUNGAN MENCARI SENSASI DENGAN PERILAKU AGRESI PADA REMAJA Skripsi Untuk memenuhi sebagian persyaratan dalam mencapai derajat Sarjana S-1 Diajukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dewasa dimana usianya berkisar antara tahun. Pada masa ini individu mengalami

BAB I PENDAHULUAN. dewasa dimana usianya berkisar antara tahun. Pada masa ini individu mengalami BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masa remaja merupakan masa transisi atau peralihan dari masa anak menuju masa dewasa dimana usianya berkisar antara 12-21 tahun. Pada masa ini individu mengalami berbagai

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Jenis Kelamin Tahun Agustus Agustus

BAB 1 PENDAHULUAN. Jenis Kelamin Tahun Agustus Agustus BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan penyalahgunaan Narkoba yang ada saat ini khususnya di kalangan remaja terbilang cukup tinggi. Berdasarkan data yang terhimpun pada Data Direktorat Reserse

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. latin adolensence, diungkapkan oleh Santrock (2003) bahwa adolansence

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. latin adolensence, diungkapkan oleh Santrock (2003) bahwa adolansence BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan Perkembangan dari masa kanak-kanak menuju dewasa ditandai dengan adanya masa transisi yang dikenal dengan masa remaja. Remaja berasal dari kata latin adolensence,

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORITIS. reaksi fisik yang disebabkan karena persepsi seseorang terhadap kehilangan (loss).

BAB II LANDASAN TEORITIS. reaksi fisik yang disebabkan karena persepsi seseorang terhadap kehilangan (loss). BAB II LANDASAN TEORITIS A. GRIEF 1. Definisi Grief Menurut Rando (1984), grief merupakan proses psikologis, sosial, dan reaksi fisik yang disebabkan karena persepsi seseorang terhadap kehilangan (loss).

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai manusia yang telah mencapai usia dewasa, individu akan

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai manusia yang telah mencapai usia dewasa, individu akan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sebagai manusia yang telah mencapai usia dewasa, individu akan mengalami masa transisi peran sosial, individu dewasa awal akan menindaklanjuti hubungan dengan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. masyarakat pada anak-anaknya (Friedman et al., 2010). yang masih bertanggung jawab terhadap perkembangan anak-anaknya.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. masyarakat pada anak-anaknya (Friedman et al., 2010). yang masih bertanggung jawab terhadap perkembangan anak-anaknya. BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Orang Tua 1. Pengertian Orang tua adalah orang yang lebih tua atau orang yang dituakan, terdiri dari ayah dan ibu yang merupakan guru dan contoh utama untuk anakanaknya karena

Lebih terperinci

BAB I. Kekerasan Dalam Rumah Tangga atau KDRT diartikan setiap perbuatan. terhadap seseorang terutama perempuan yang berakibat timbulnya kesengsaraan

BAB I. Kekerasan Dalam Rumah Tangga atau KDRT diartikan setiap perbuatan. terhadap seseorang terutama perempuan yang berakibat timbulnya kesengsaraan BAB I 1.1 Latar Belakang Masalah Kekerasan Dalam Rumah Tangga atau KDRT diartikan setiap perbuatan terhadap seseorang terutama perempuan yang berakibat timbulnya kesengsaraan atau penderitaan secara fisik,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perilaku menyimpang. Dalam perspektif perilaku menyimpang masalah sosial

BAB I PENDAHULUAN. perilaku menyimpang. Dalam perspektif perilaku menyimpang masalah sosial 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kenakalan remaja dalam studi masalah sosial dapat dikategorikan ke dalam perilaku menyimpang. Dalam perspektif perilaku menyimpang masalah sosial terjadi karena

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Menurut WHO masa remaja merupakan masa peralihan dari masa. anak-anak ke masa dewasa. Masa remaja adalah masa perkembangan yang

BAB I PENDAHULUAN. Menurut WHO masa remaja merupakan masa peralihan dari masa. anak-anak ke masa dewasa. Masa remaja adalah masa perkembangan yang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menurut WHO masa remaja merupakan masa peralihan dari masa anak-anak ke masa dewasa. Masa remaja adalah masa perkembangan yang paling penting, karena pada masa ini

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Remaja merupakan fase yang disebut Hall sebagai fase storm and stress

BAB I PENDAHULUAN. Remaja merupakan fase yang disebut Hall sebagai fase storm and stress BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Remaja merupakan fase yang disebut Hall sebagai fase storm and stress (santrock, 2007 : 200). Masa remaja adalah masa pergolakan yang dipenuhi oleh konflik dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. riskan pada perkembangan kepribadian yang menyangkut moral,

BAB I PENDAHULUAN. riskan pada perkembangan kepribadian yang menyangkut moral, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Anak usia sekolah mempunyai berbagai resiko yang lebih mengarah pada kecerdasan, moral, kawasan sosial dan emosional, fungsi kebahasaan dan adaptasi sosial.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa transisi dari masa anak-anak ke masa

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa transisi dari masa anak-anak ke masa BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Masalah Masa remaja merupakan masa transisi dari masa anak-anak ke masa dewasa, yang mencakup perubahan biologis, kognitif, dan sosial emosional. Pada masa ini, individu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Remaja atau Adolescene berasal dari bahasa latin, yaitu adolescere yang

BAB I PENDAHULUAN. Remaja atau Adolescene berasal dari bahasa latin, yaitu adolescere yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Remaja atau Adolescene berasal dari bahasa latin, yaitu adolescere yang berarti pertumbuhan menuju kedewasaan. Dalam kehidupan seseorang, masa remaja merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kebutuhan mencari pasangan hidup untuk melanjutkan keturunan akan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kebutuhan mencari pasangan hidup untuk melanjutkan keturunan akan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kebutuhan mencari pasangan hidup untuk melanjutkan keturunan akan menjadi prioritas dalam hidup jika seseorang sudah berada di usia yang cukup matang dan mempunyai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. jangka waktunya berbeda bagi setiap orang tergantung faktor sosial dan budaya.

BAB I PENDAHULUAN. jangka waktunya berbeda bagi setiap orang tergantung faktor sosial dan budaya. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masa remaja adalah masa peralihan antara tahap anak dan dewasa yang jangka waktunya berbeda bagi setiap orang tergantung faktor sosial dan budaya. Dengan terbukanya

Lebih terperinci

BAB I PENGANTAR A. LATAR BELAKANG

BAB I PENGANTAR A. LATAR BELAKANG BAB I PENGANTAR A. LATAR BELAKANG Kesepian merupakan salah satu masalah psikologis yang tidak dapat dipisahkan dalam kehidupan manusia. Setiap manusia pernah menghadapi situasi yang dapat menyebabkan kesepian.

Lebih terperinci

Hamilton Depression Rating Scale (HDRS)

Hamilton Depression Rating Scale (HDRS) Hamilton Depression Rating Scale (HDRS) Pilihlah salah satu pilihan yang sesuai dengan keadaan anda, beri tanda silang (X) pada kolom yang tersedia untuk setiap pertanyaan. 1. Keadaan perasaan sedih (sedih,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sampai pelanggaran status hingga tindak kriminal (Kartono, 2013:6).

BAB I PENDAHULUAN. sampai pelanggaran status hingga tindak kriminal (Kartono, 2013:6). 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masa remaja merupakan salah satu periode dari perkembangan manusia. Masa ini merupakan masa perubahan atau peralihan dari kanak-kanak menuju dewasa yang meliputi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Masa remaja awal merupakan masa transisi, dimana usianya berkisar antara 13 sampai 16 tahun atau yang biasa disebut dengan usia belasan yang tidak menyenangkan, dimana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Masa remaja merupakan masa dimana seseorang akan mulai

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Masa remaja merupakan masa dimana seseorang akan mulai BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masa remaja merupakan masa dimana seseorang akan mulai mempertanyakan tentang identitas dirinya, remaja merasa sebagai seseorang yang unik, seseorang dengan perubahan-perubahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Gaya kehidupan anak-anak remaja sekarang ini banyak mengalami perubahan. Perubahan itu meliputi cara berpikir, tata cara bertingkah laku, bergaul dan berbagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI Remaja, Karakteristik dan Tugas Perkembangannya. adolescence yang diadopsi dari bahasa latin adolescere yang artinya

BAB II LANDASAN TEORI Remaja, Karakteristik dan Tugas Perkembangannya. adolescence yang diadopsi dari bahasa latin adolescere yang artinya BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Kenakalan Remaja 2.1.1 Remaja, Karakteristik dan Tugas Perkembangannya Menurut Hurlock (1999), kata remaja berasal dari bahasa Inggris adolescence yang diadopsi dari bahasa latin

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. awal yaitu berkisar antara tahun. Santrock (2005) (dalam

BAB I PENDAHULUAN. awal yaitu berkisar antara tahun. Santrock (2005) (dalam 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Usia sekolah menengah pertama pada umumnya berada pada usia remaja awal yaitu berkisar antara 12-15 tahun. Santrock (2005) (dalam http:// renika.bolgspot.com/perkembangan-remaja.html,

Lebih terperinci

PERSOALAN DEPRESI PADA REMAJA

PERSOALAN DEPRESI PADA REMAJA Artikel PERSOALAN DEPRESI PADA REMAJA Mardiya Depresi merupakan penyakit yang cukup mengganggu kehidupan. Saat ini diperkirakan ratusan juta jiwa penduduk di dunia menderita depresi. Depresi dapat terjadi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sebuah pemberitaan di Jakarta menyatakan ham p ir 40% tindak

BAB I PENDAHULUAN. Sebuah pemberitaan di Jakarta menyatakan ham p ir 40% tindak BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sebuah pemberitaan di Jakarta menyatakan ham p ir 40% tindak kriminalitas dilakukan oleh remaja (Republika, 2 0 0 5 ). Tindak kriminal yang dilakukan oleh remaja sangat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Hampir setiap hari kasus perilaku agresi remaja selalu ditemukan di media

BAB I PENDAHULUAN. Hampir setiap hari kasus perilaku agresi remaja selalu ditemukan di media BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Hampir setiap hari kasus perilaku agresi remaja selalu ditemukan di media massa, dimana sering terjadi di kota-kota besar seperti Jakarta, Surabaya dan Medan

Lebih terperinci

`BAB I PENDAHULUAN. mengalami kebingungan atau kekacauan (confusion). Suasana kebingunan ini

`BAB I PENDAHULUAN. mengalami kebingungan atau kekacauan (confusion). Suasana kebingunan ini 1 `BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Siswa sekolah menengah umumnya berusia antara 12 sampai 18/19 tahun, yang dilihat dari periode perkembangannya sedang mengalami masa remaja. Salzman (dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. apabila individu dihadapkan pada suatu masalah. Individu akan menghadapi masalah yang lebih

BAB I PENDAHULUAN. apabila individu dihadapkan pada suatu masalah. Individu akan menghadapi masalah yang lebih BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Setiap masalah yang muncul akan selalu memerlukan penyelesaian, baik penyelesaian dengan segera maupun tidak. Penyelesaian masalah merupakan sesuatu yang harus

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dasar perilaku perkembangan sikap dan nilai kehidupan dari keluarga. Salah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dasar perilaku perkembangan sikap dan nilai kehidupan dari keluarga. Salah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Keluarga merupakan lingkungan sosial pertama bagi anak yang memberi dasar perilaku perkembangan sikap dan nilai kehidupan dari keluarga. Salah satunya adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dengan masa remaja, kemudian masa dewasa. Masa remaja adalah masa. fisik, kognitif dan sosial emosional (Santrock, 2003).

BAB I PENDAHULUAN. dengan masa remaja, kemudian masa dewasa. Masa remaja adalah masa. fisik, kognitif dan sosial emosional (Santrock, 2003). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Proses perkembangan manusia dimulai dari masa anak-anak, dilanjutkan dengan masa remaja, kemudian masa dewasa. Masa remaja adalah masa peralihan dari masa anak-anak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian A. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN Remaja merupakan fase perubahan baik itu dalam bentuk fisik, sifat, sikap, perilaku maupun emosi. Seiring dengan tingkat pertumbuhan fisik yang semakin berkembang,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Manusia tidak dapat hidup seorang diri karena manusia merupakan

BAB I PENDAHULUAN. Manusia tidak dapat hidup seorang diri karena manusia merupakan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Manusia tidak dapat hidup seorang diri karena manusia merupakan makhluk sosial yang membutuhkan kehadiran individu lain dalam kehidupannya. Tanpa kehadiran

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Remaja merupakan masa peralihan dari masa anak-anak ke masa dewasa.

BAB 1 PENDAHULUAN. Remaja merupakan masa peralihan dari masa anak-anak ke masa dewasa. BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Remaja merupakan masa peralihan dari masa anak-anak ke masa dewasa. Masa ini sering disebut dengan masa pubertas. Istilah pubertas juga istilah dari adolescent yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan sosial. Dalam kenyataannya, kenakalan remaja merusak nilai-nilai

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan sosial. Dalam kenyataannya, kenakalan remaja merusak nilai-nilai BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kenakalan remaja merupakan salah satu problem sosial yang sangat mengganggu keharmonisan, juga keutuhan segala nilai dan kebutuhan dasar kehidupan sosial. Dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan sosial anak telah dimulai sejak bayi, kemudian pada masa kanak-kanak dan selanjutnya pada masa remaja. Hubungan sosial anak pertamatama masih sangat

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA POLA ASUH ORANG TUA DENGAN KECEMASAN KOMUNIKASI PADA REMAJA DI JAKARTA BAB 1 PENDAHULUAN

HUBUNGAN ANTARA POLA ASUH ORANG TUA DENGAN KECEMASAN KOMUNIKASI PADA REMAJA DI JAKARTA BAB 1 PENDAHULUAN HUBUNGAN ANTARA POLA ASUH ORANG TUA DENGAN KECEMASAN KOMUNIKASI PADA REMAJA DI JAKARTA BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pola asuh merupakan interaksi yang diberikan oleh orang tua dalam berinteraksi

Lebih terperinci

MAYOR DEPRESSION DISORDER

MAYOR DEPRESSION DISORDER STIKES MW-KENDARI PRODI S1-KEPERAWATAN MAYOR DEPRESSION DISORDER IRMAN DINEJAD By : Group ONE Tuesday, October 2014 GARIS BESAR MATERI 1 2 3 4 5 6 Definisi MDD Etiologi MDD Faktor Risiko MDD Manifestasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kecemasan merupakan suatu emosi yang paling sering di alami oleh manusia. Kadang-kadang kecemasan sering disebut sebagai bentuk ketakutan dan perasaan gugup yang dialami

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. asing bisa masuk ke negara Indonesia dengan bebas dan menempati sector-sektor

BAB I PENDAHULUAN. asing bisa masuk ke negara Indonesia dengan bebas dan menempati sector-sektor BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Memasuki era globalisasi ini membawa Indonesia dalam tantangan yang berat, khususnya dalam sektor tenaga kerja. Sebab pada era globalisasi ini tenaga kerja asing bisa

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Definisi Teoritis

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Definisi Teoritis BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Definisi Teoritis 1. Depresi a. Pengertian Depresi Depresi termasuk gangguan alam perasaan yang ditandai dengan respon emosional yang berat dikenal melalui intensitas dan pengaruhnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. selalu sehat, dan dijauhkan dari berbagai penyakit, tetapi pada kenyataannya yang

BAB I PENDAHULUAN. selalu sehat, dan dijauhkan dari berbagai penyakit, tetapi pada kenyataannya yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Setiap manusia pada umumnya memiliki harapan dengan memiliki tubuh yang selalu sehat, dan dijauhkan dari berbagai penyakit, tetapi pada kenyataannya yang terjadi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHALUAN. A. Latar Belakang Masalah. status sebagai orang dewasa tetapi tidak lagi sebagai masa anak-anak. Fase remaja

BAB I PENDAHALUAN. A. Latar Belakang Masalah. status sebagai orang dewasa tetapi tidak lagi sebagai masa anak-anak. Fase remaja BAB I PENDAHALUAN A. Latar Belakang Masalah Remaja adalah fase kedua dalam kehidupan setelah fase anak-anak. Fase remaja disebut fase peralihan atau transisi karena pada fase ini belum memperoleh status

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS BAB 2 TINJAUAN TEORITIS 2.1. Remaja 2.1.1. Pengertian Remaja Istilah adolescence atau remaja berasal dari bahasa latin adolescare (kata menjadi dewasa (Hurlock, 1999). Remaja adalah suatu masa yang dianggap

Lebih terperinci

Perkembangan Sepanjang Hayat

Perkembangan Sepanjang Hayat Modul ke: Perkembangan Sepanjang Hayat Memahami Masa Perkembangan Dewasa Awal dalam Aspek Psikososial Fakultas PSIKOLOGI Hanifah, M.Psi, Psikolog Program Studi Psikologi http://mercubuana.ac.id Masa Dewasa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah termasuk negara yang memasuki era penduduk

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah termasuk negara yang memasuki era penduduk BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia adalah termasuk negara yang memasuki era penduduk berstruktur lanjut usia (aging structured population) karena dari tahun ke tahun, jumlah penduduk Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Periode remaja merupakan periode peralihan antara masa anak-anak dan dewasa. Periode remaja merupakan masa kritis karena individu yang berada pada masa tersebut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masa kanak-kanak, masa remaja, masa dewasa yang terdiri dari dewasa awal,

BAB I PENDAHULUAN. masa kanak-kanak, masa remaja, masa dewasa yang terdiri dari dewasa awal, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia akan mengalami perkembangan sepanjang hidupnya, mulai dari masa kanak-kanak, masa remaja, masa dewasa yang terdiri dari dewasa awal, dewasa menengah,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan pengurus pondok pesantren tersebut. Pesantren memiliki tradisi kuat. pendahulunya dari generasi ke generasi.

BAB I PENDAHULUAN. dan pengurus pondok pesantren tersebut. Pesantren memiliki tradisi kuat. pendahulunya dari generasi ke generasi. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masa remaja adalah masa yang penuh dengan kekalutan emosi, instropeksi yang berlebihan, kisah yang besar, dan sensitivitas yang tinggi. Masa remaja adalah masa pemberontakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dijalanan maupun ditempat-tempat umum lainnya (Huraerah, 2007).

BAB I PENDAHULUAN. dijalanan maupun ditempat-tempat umum lainnya (Huraerah, 2007). 1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Anak jalanan di Indonesia mengalami peningkatan pesat dalam beberapa tahun belakangan. Seseorang bisa dikatakan anak jalanan apabila berumur dibawah 18 tahun, yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dalam kehidupan remaja, karena remaja tidak lagi hanya berinteraksi dengan keluarga

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dalam kehidupan remaja, karena remaja tidak lagi hanya berinteraksi dengan keluarga BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Lingkungan sering menilai seseorang berdasarkan pakaian, cara bicara, cara berjalan, dan bentuk tubuh. Lingkungan mempunyai pengaruh yang sangat besar dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Memasuki ambang millennium ketiga, masyarakat Indonesia mengalami

BAB I PENDAHULUAN. Memasuki ambang millennium ketiga, masyarakat Indonesia mengalami BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Memasuki ambang millennium ketiga, masyarakat Indonesia mengalami perubahan-perubahan di berbagai bidang, seperti ilmu pengetahuan, teknologi, politik, ekonomi,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Keberadaan manusia sebagai makhluk sosial tidak lepas dari hubungan

BAB 1 PENDAHULUAN. Keberadaan manusia sebagai makhluk sosial tidak lepas dari hubungan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Keberadaan manusia sebagai makhluk sosial tidak lepas dari hubungan dengan orang lain yang meliputi interaksi di lingkungan sekitarnya. Sepanjang hidup, manusia akan

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA PERILAKU ASERTIF DENGAN PERILAKU SEKSUAL PRANIKAH PADA REMAJA PUTRI. Skripsi

HUBUNGAN ANTARA PERILAKU ASERTIF DENGAN PERILAKU SEKSUAL PRANIKAH PADA REMAJA PUTRI. Skripsi HUBUNGAN ANTARA PERILAKU ASERTIF DENGAN PERILAKU SEKSUAL PRANIKAH PADA REMAJA PUTRI Skripsi Untuk memenuhi sebagian persyaratan dalam mencapai derajat Sarjana S-1 Diajukan oleh : Putri Nurul Falah F 100

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. terhadap orang lain, khususnya terhadap lawan jenis. Perasaan saling mencintai,

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. terhadap orang lain, khususnya terhadap lawan jenis. Perasaan saling mencintai, BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Cinta adalah sebuah perasaan natural yang dirasakan oleh seseorang terhadap orang lain, khususnya terhadap lawan jenis. Perasaan saling mencintai, saling memiliki,

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. tersebut mempelajari keadaan sekelilingnya. Perubahan fisik, kognitif dan peranan

BAB II LANDASAN TEORI. tersebut mempelajari keadaan sekelilingnya. Perubahan fisik, kognitif dan peranan BAB II LANDASAN TEORI A. KEMANDIRIAN REMAJA 1. Definisi Kemandirian Remaja Kemandirian remaja adalah usaha remaja untuk dapat menjelaskan dan melakukan sesuatu yang sesuai dengan keinginannya sendiri setelah

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Bab ini menguraikan teori teori yang berkaitan dengan pola asuh orang tua, remaja, narkoba, kerangka berpikir dan hipotesis

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Bab ini menguraikan teori teori yang berkaitan dengan pola asuh orang tua, remaja, narkoba, kerangka berpikir dan hipotesis BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Bab ini menguraikan teori teori yang berkaitan dengan pola asuh orang tua, remaja, narkoba, kerangka berpikir dan hipotesis 2.1 Pola Asuh Orang Tua 2.1.1 Definisi Pola Asuh Orang

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA POLA ASUH DEMOKRATIS ORANG TUA DAN KEMANDIRIAN DENGAN KEMAMPUAN MENYELESAIKAN MASALAH PADA REMAJA SKRIPSI

HUBUNGAN ANTARA POLA ASUH DEMOKRATIS ORANG TUA DAN KEMANDIRIAN DENGAN KEMAMPUAN MENYELESAIKAN MASALAH PADA REMAJA SKRIPSI HUBUNGAN ANTARA POLA ASUH DEMOKRATIS ORANG TUA DAN KEMANDIRIAN DENGAN KEMAMPUAN MENYELESAIKAN MASALAH PADA REMAJA SKRIPSI Untuk memenuhi sebagian persyaratan Dalam mencapai derajat Sarjana S-1 Oleh: LINA

Lebih terperinci

INTERVENSI KRISIS DI SEKOLAH. Farida Harahap Tim: Nanang EG, M.Ed

INTERVENSI KRISIS DI SEKOLAH. Farida Harahap Tim: Nanang EG, M.Ed INTERVENSI KRISIS DI SEKOLAH Farida Harahap Tim: Nanang EG, M.Ed nanang_eg@uny.ac.id Pendekatan dalam menangani siswa bermasalah di sekolah (Sudrajat, 2008) Sofyan S. Willis (2004) mengemukakan tingkatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pada masa remaja, salah satunya adalah problematika seksual. Sebagian besar

BAB I PENDAHULUAN. pada masa remaja, salah satunya adalah problematika seksual. Sebagian besar BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dewasa ini, masalah-masalah yang muncul dalam kehidupan remaja sering menimbulkan berbagai tantangan bagi para orang dewasa. Banyak hal yang timbul pada masa remaja,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Prevalensi depresi di dunia diperkirakan 5-10% per tahun dan life time prevalence

BAB I PENDAHULUAN. Prevalensi depresi di dunia diperkirakan 5-10% per tahun dan life time prevalence BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Istilah depresi kini sudah tidak asing lagi bagi masyarakat karena dapat menyerang seluruh usia dan lapisan masyarakat. Depresi merupakan gangguan suasana perasaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan dan kemajuan teknologi tidak

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan dan kemajuan teknologi tidak BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan dan kemajuan teknologi tidak selalu membawa kebaikan bagi kehidupan manusia, kehidupan yang semakin kompleks dengan tingkat stressor

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA KONSEP DIRI DENGAN KENAKALAN REMAJA PELAKU TATO

HUBUNGAN ANTARA KONSEP DIRI DENGAN KENAKALAN REMAJA PELAKU TATO HUBUNGAN ANTARA KONSEP DIRI DENGAN KENAKALAN REMAJA PELAKU TATO SKRIPSI Diajukan oleh : Bonnie Suryaningsih F. 100020086 FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA JULI 2010 BAB I PENDAHULUAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masa dewasa dan merupakan periode kehidupan yang paling banyak terjadi

BAB I PENDAHULUAN. masa dewasa dan merupakan periode kehidupan yang paling banyak terjadi 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masa remaja merupakan masa peralihan dari masa anak-anak menuju masa dewasa dan merupakan periode kehidupan yang paling banyak terjadi konflik pada diri seseorang.

Lebih terperinci

BAB II Enuresis Stres Susah buang air besar Alergi TINJAUAN PUSTAKA

BAB II Enuresis Stres Susah buang air besar Alergi TINJAUAN PUSTAKA Faktor psikis A. Enuresis Pada Anak Stres a. Pengertian Psikologi Lingkungan Faktor fisik Genetik/familial Hambatan perkembangan Pola tidur Toilet trainning yang tidak adekuat Infeksi saluran kencing Stres

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Salah satunya adalah krisis multidimensi yang diderita oleh siswa sebagai sumber

BAB I PENDAHULUAN. Salah satunya adalah krisis multidimensi yang diderita oleh siswa sebagai sumber 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Dunia pendidikan Indonesia saat ini kembali tercoreng dengan adanya tindak kekerasan yang dilakukan oleh para siswanya, khususnya siswa Sekolah Menengah

Lebih terperinci

BAB 1 PENGANTAR. A. Latar Belakang Masalah. Perjalanan hidup manusia mengalami beberapa tahap pertumbuhan.

BAB 1 PENGANTAR. A. Latar Belakang Masalah. Perjalanan hidup manusia mengalami beberapa tahap pertumbuhan. 1 BAB 1 PENGANTAR A. Latar Belakang Masalah Perjalanan hidup manusia mengalami beberapa tahap pertumbuhan. Dimulai dari masa bayi, anak-anak, remaja, dewasa dan masa tua. Pada setiap masa pertumbuhan manusia

Lebih terperinci

Bab 5. Ringkasan. Setelah melakukan analisis pada bab tiga, penulis mengambil kesimpulan bahwa

Bab 5. Ringkasan. Setelah melakukan analisis pada bab tiga, penulis mengambil kesimpulan bahwa Bab 5 Ringkasan Setelah melakukan analisis pada bab tiga, penulis mengambil kesimpulan bahwa tokoh Kazue Sato mengalami gejala gangguan kepribadian ambang, karena ditemukan 5 kriteria gangguan kepribadian

Lebih terperinci

Bagan 2. Konflik Internal Subyek. Ketidakmampuan mengelola konflik (E) Berselingkuh

Bagan 2. Konflik Internal Subyek. Ketidakmampuan mengelola konflik (E) Berselingkuh Bagan 2 Kondisi keluarga : penuh tekanan, memandang agama sebagai rutinitas dan aktivitas, ada keluarga besar yang selingkuh, Relasi ayah-ibu : ibu lebih mendominasi dan selalu menyalahkan sedangkan ayah

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sesuai dengan posisi sosial yang diberikan baik secara formal maupun

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sesuai dengan posisi sosial yang diberikan baik secara formal maupun BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Peran Ayah 1. Definisi Peran Peran adalah serangkaian perilaku yang diharapkan pada seseorang sesuai dengan posisi sosial yang diberikan baik secara formal maupun informal (Supartini,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Keluarga merupakan unit sosial terkecil di dalam lingkungan masyarakat. Bagi anak, keluarga merupakan tempat pertama mereka untuk berinteraksi. Keluarga yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. masa ke masa. Santrok (2007) mendefinisikan masa remaja adalah periode transisi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. masa ke masa. Santrok (2007) mendefinisikan masa remaja adalah periode transisi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan Masa remaja merupakan masa yang selalu menarik untuk dibahas dari masa ke masa. Santrok (2007) mendefinisikan masa remaja adalah periode transisi perkembangan

Lebih terperinci