BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. TB MDR adalah kasus TB yang disebabkan oleh basil M. tuberculosis yang
|
|
- Leony Susanto
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 10 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. TB MDR Pengertian TB MDR adalah kasus TB yang disebabkan oleh basil M. tuberculosis yang telah resisten terhadap INH dan rifampisin secara bersamaan, dengan atau tanpa resistensi terhadap OAT lini pertama lainnya. Secara umum resistensi terhadap obat anti tuberkulosis dibagi menjadi : a. Resistensi primer ialah apabila pasien sebelumnya tidak pernah mendapat pengobatan OAT atau telah mendapat pengobatan OAT kurang dari 1 bulan b. Resistensi initial ialah apabila kita tidak tahu pasti apakah pasien sudah ada riwayat pengobatan OAT sebelumnya atau belum pernah c. Resistensi sekunder ialah apabila pasien telah mempunyai riwayat pengobatan OAT minimal 1 bulan Kategori TB-MDR Terdapat 5 kategori resistensi terhadap obat anti TB, yaitu: a. Monoresistan: resisten terhadap salah satu OAT, misalnya resistan isoniazid (H) b. Poliresistan: resisten terhadap lebih dari satu OAT, selain kombinasi isoniazid (H) dan rifampisin (R), misalnya resistan isoniazid dan ethambutol (HE), rifampicin ethambutol (RE), isoniazid ethambutol dan streptomisin (HES), rifampicin ethambutol dan streptomisin (RES). 10
2 11 c. Multi Drug Resistan (MDR): resistan terhadap isoniazid dan rifampisin, dengan atau tanpa OAT lini pertama yang lain, misalnya resistan HR, HRE, HRES. d. Ekstensif Drug Resistan (XDR): TB MDR disertai resistensi terhadap salah salah satu obat golongan fluorokuinolon dan salah satu dari OAT injeksi lini kedua (kapreomisin, kanamisin, dan amikasin). e. Total Drug Resistan (Total DR). Resistensi terhadap semua OAT (lini pertama dan lini kedua) yang sudah dipakai saat ini Faktor yang Memengaruhi terjadinya Tuberkulosis Resisten Obat Lima sumber utama penyebab terjadinya TB MDR ( SPIGOTS ) : a. Pemberian terapi TB yang tidak adekuat akan menyebabkan mutants resisten. Hal ini amat ditakuti karena dapat terjadi resisten terhadap OAT lini pertama b. Masa infeksius yang terlalu panjang akibat keterlambatan diagnosis akan menyebabkan penyebaran galur resitensi obat..penyebaran ini tidak hanya pada pasien di rumah sakit tetapi juga pada petugas rumah sakit, asrama, penjara dan keluarga pasien c. Pasien dengan TB MDR diterapi dengan OAT jangka pendek akan tidak sembuh dan akan menyebarkan kuman. Pengobatan TB MDR sulit diobati serta memerlukan pengobatan jangka panjang dengan biaya mahal d. Pasien dengan OAT yang resisten terhadap kuman tuberkulosis yang mendapat pengobatan jangka pendekdengan monoterapi akan menyebabkan bertambah banyak OAT yang resisten ( The amplifier effect ). Hal ini menyebabkan seleksi mutasi resisten karena penambahan obat yang tidak multipel dan tidak efektif
3 12 e. HIV akan mempercepat terjadinya terinfeksi TB menjadi sakit TB dan akan memperpanjang periode infeksius. Berdasarkan Kemenkes RI 2013 faktor utama penyebab terjadinya resistensi kuman terhadap OAT adalah ulah manusia sebagai akibat tata laksana pengobatan pasien TB yang tidak dilaksanakan dengan baik. Penatalaksanaan pasien TB yang tidak adekuat tersebut dapat ditinjau dari sisi : 1. Pemberi jasa/petugas kesehatan, yaitu karena : a. Diagnosis tidak tepat, b. Pengobatan tidak menggunakan paduan yang tepat, c. Dosis, jenis, jumlah obat dan jangka waktu pengobatan tidak adekuat Pemberian terapi TB yang tidak adekuat akan menyebabkan mutants resisten. Hal ini amat ditakuti karena dapat terjadi resisten terhadap OAT lini pertama d. Penyuluhan kepada pasien yang tidak adequat 2. Pasien, yaitu karena : a. Tidak mematuhi anjuran dokter/ petugas kesehatan b. Tidak teratur menelan paduan OAT, c. Menghentikan pengobatan secara sepihak sebelum waktunya d. Gangguan penyerapan obat 3. Program Pengendalian TB, yaitu karena : a. Persediaan OAT yang kurang b. Kualitas OAT yang disediakan rendah (Pharmaco-vigillance). Mekanisme terjadinya resistensi:
4 13 Seorang pasien TB paru dengan kavitas yang berukuran sedang (diameter: 2,5 cm) biasanya mengandung basil TB >10 8, yang diantaranya sudah terdapat: - 1 basil yang resisten terhadap rifampisin (R) basil yang resisten terhadap INH (H) basil yang resisten terhadap streptomisin (S) basil yang resisten terhadap etambutol (E). - 0 basil yang resisten terhadap H dan R. - 0 basil yang resisten terhadap H dan R dan E. Dengan demikian, sebelum mendapatkan/dimulainya pengobatan, populasi basil dalam tubuh pasien sudah mengandung basil yang resisten. Bila pasien yang bersangkutan diobati hanya dengan INH saja, maka dalam beberapa bulan basil TB yang peka terhadap INH mati. Sedangkan basil yang resisten terus berkembang sehingga terbentuk populasi baru dengan komposisi seperti dibawah ini: basil resisten terhadap INH. - 1 basil resisten terhadap rifampisin (R) basil resisten terhadap streptomisin (S) basil resisten terhadap etambutol (E). Bila selanjutnya pasien tersebut diobati dengan INH dan rifampisin saja, maka dalam beberapa bulan akan terjadi semua basil TB yang peka terhadap INH dan Rifampisin akan mati, sedangkan basil TB yang resisten akan terus berkembang.
5 14 Hasil pemeriksaan mikroskopis dahak akan tetap BTA positif dan menjadi pasien TB MDR. Keadaan seperti ini biasa disebut sebagai fenomena fall and rise, yang artinya pada beberapa minggu setelah pengobatan, hasil pemeriksaan mikroskopis dahak telah berupa menjadi negatif, karena banyak basil TB yang masih peka terhadap OAT telah mati. Namun beberapa saat kemudian hasil pemeriksaan mikroskopis dahak akan menjadi positif kembali karena basil yang resiten berkembang terus dan jumlahnya bertambah banyak. Menurut Program Nasional, terdapat 9 kriteria pasien yang menjadi suspek TB-MDR yaitu: 1. Kasus TB kronik; 2. Gagal pengobatan kategori 2; 3. Pasien dengan riwayat OAT baik lini pertama maupun lini kedua (fluorokuinolon, aminoglikosid misalnya kanamisin); 4. Gagal pengobatan kategori 1; 5. Pasien dengan BTA tetap positif setelah pengobatan sisipan; 6. Pasien kambuh 7. Pasien pengobatan ulang setelah lalai pengobatan (default); 8. Pasien TB dan petugas yang kontak erat dengan pasien TB resistan OAT; 9. Pasien ko-infeksi TB-HIV
6 Strategi Diagnosis TB MDR Pemeriksaan laboratorium untuk uji kepekaan M.tuberculosis dilakukan dengan metode standar yang tersedia di Indonesia: a. Metode konvensional Menggunakan media padat (Lowenstein Jensen/ LJ) atau media cair(mgit). b. Tes Cepat (Rapid Test). Menggunakan cara Hain atau Gene Xpert. Pemeriksaan uji kepekaan M.tuberculosis yang dilaksanakan adalah pemeriksaan untuk obat lini pertama dan lini kedua Prosedur Dasar Diagnostik untuk Suspek TB MDR a. Pemeriksaan biakan dan uji kepekaan M.tuberculosis untuk OAT lini kedua bersamaan dengan OAT lini pertama: Kasus TB kronis Pasien TB yang mempunyai riwayat pengobatan TB Non DOTS Suspek TB yang mempunyai riwayat kontak erat dengan kasus TBXDR konfirmasi. b. Pemeriksaan uji kepekaan M.tuberculosis untuk OAT lini kedua setelah terbukti menderita TB MDR : Pasien TB pengobatan kategori 2 yang tidak konversi Pasien pengobatan kategori 1 yang gagal Pasien TB pengobatan kategori 1 yang tidak konversi setelah pemberian sisipan
7 16 Pasien kambuh (relaps), kategori 1 dan kategori 2 Pasien yang berobat kembali setelah lalai berobat/default, kategori 1 dan kategori 2 Suspek TB yang mempunyai riwayat kontak erat dengan pasien TB MDR Pasien koinfeksi TB-HIV yang tidak respon terhadap pemberian OAT c. Pemeriksaan uji kepekaan M.tuberculosis untuk OAT lini kedua atas indikasi khusus : Setiap pasien yang hasil biakan tetap positif pada atau setelah bulan ke empat pengobatan menggunakan paduan obat standar yang digunakan pada pengobatan TB MDR. Pasien yang mengalami rekonversi biakan menjadi positif kembali setelah pengobatan TB MDR bulan ke empat. Sambil menunggu hasil uji kepekaan M.tuberculosis di laboratorium rujukan TB MDR, maka suspek TB MDR akan tetap meneruskan pengobatan sesuai dengan pedoman penanggulangan TB Nasional ditempat asal rujukan, kecuali pada kasus kronik, pengobatan sementara tidak diberikan. Suspek TB MDR tersebut akan diberikan penyuluhan tentang pengendalian infeksi.
8 Gambar 2.1. Alur Penegakan Diagnosis TB Resistan Obat 17
9 18 Keterangan : a. Pasien terduga TB resistan obat akan mengumpulkan 3 spesimen dahak, 1 dahak untuk Gene Xpert (sewaktu pertama) dan 2 dahak (sewaktu-pagi/pagi-sewaktu) ke Laboratorium rujukan TB MDR untuk dilakukan pemeriksaan sediaan apus sputum BTA, pemeriksaan biakan dan identifikasi kuman. b. Jika didapatkan hasil pemeriksaan biakan dan identifikasi positif Mycobacterium tuberculosis, maka akan dilanjutkan dengan pemeriksaan uji kepekaan. Hasil dari uji kepekaan ini dapat berupa MDR, mono-resisten, poli-resisten atau sensitif seluruh lini pertama Klasifikasi Penyakit dan Tipe Pasien TB MDR Klasifikasi Penyakit TB MDR (berdasarkan lokasi) : a. Paru Apabila kelainan ada di dalam parenkhim paru. b. Ekstra Paru Apabila kelainan ada di luar parenkhim paru. Bila dijumpai kelainan di Paru dan juga di luar paru maka pasien akan diregistrasi sebagai pasien TB MDR dengan klasifikasi TB MDR Paru. Tipe pasien TB MDR diregistrasi sesuai dengan pengelompokkan riwayat sebelumnya sebagai berikut :
10 19 Tabel 2.1. Tipe Pasien TB MDR Diregistrasi Sesuai dengan Pengelompokkan Riwayat Sebelumnya Tipe Pasien Keterangan a. Pasien Baru Pasien yang belum pernah mendapat pengobatan dengan OAT atau pernah di obati menggunakan OAT kurang dari 1 bulan b. Pengobatan Ulangan Pasien yang mendapatkan pengobatan ulang karena : Kasus Kambuh (relaps): Yaitu pasien TB yang sebelumnya pernah mendapatkan pengobatan TB lini pertama atau lini kedua dan telah dinyatakan sembuh atau pengobatan lengkap, didiagnosis kembali dengan hasil pemeriksaan dahak mikroskopis dan biakan positif. Pasien kembali setelah putus berobat (loss to follow up) Yaitu pasien yang kembali berobat setelah putus berobat paling sedikit 2 bulan dengan pengobatan TB lini pertama atau lini kedua serta hasil pemeriksaan dahak menunjukkan BTA positif. Kasus Gagal Pengobatan Kategori 2: Yaitu pasien yang hasil pemeriksaan dahaknya tetap positif atau kembali menjadi positif pada pengobatan dengan OAT lini pertama kategori 2. Hal ini ditunjang dengan rekam medis dan atau riwayat pengobatan TB sebelumnya. Kasus Gagal Pengobatan Kategori 1 : Yaitu pasien yang hasil pemeriksaan dahaknya tetap positif atau kembali menjadi positif pada pengobatan dengan OAT lini pertama kategori 1. c. Transfer in Pasien TB Resistan Obat yang sudah diobati dan sudah diregister di RS Rujukan/Sub Rujukan lain. d. Lain-lain Pasien TB yang riwayat pengobatan sebelumnya tidak jelas atau tidak dapat dipastikan
11 20 Tantangan dalam pengelolaan pasien TB MDR lebih besar dari pada pasien TB yang bukan MDR. Oleh karena itu semua komponen DOTS harus dilaksanakan dengan lebih cermat, agar faktor risiko untuk terjadinya TB MDR tidak muncul. Faktor risiko TB MDR seperti: 1. Riwayat Pengobatan TB sebelumnya yang tidak berhasil: a. Kambuh b. Gagal c. Kronik 2. Kontak erat dengan pasien TB MDR 3. Bertempat tinggal/lahir di tempat dengan prevalensi TB MDR tinggi 4. Gagal konversi pada pengobatan dengan OAT lini pertama, 5. Infeksi HIV 6. Pencegahan dan pengendalian infeksi yang tidak adekuat Strategi Pengobatan Pasien TB MDR Pada dasarnya strategi pengobatan pasien TB MDR mengacu kepada strategi DOTS. a. Semua pasien yang sudah terbukti sebagai TB MDR dipastikan dapat mengakses pengobatan TB MDR yang baku dan bermutu. b. Paduan OAT untuk pasien TB MDR adalah paduan standar yang mengandung OAT lini kedua. Paduan OAT tersebut dapat disesuaikan bila terjadi perubahan hasil uji kepekaan M.tuberculosis dengan paduan baru yang ditetapkan oleh TAK
12 21 (tim ahli klinis).bila diagnosis TB MDR telah ditegakkan, maka sebelum memulai pengobatan harus dilakukan persiapan awal. Pada persiapan awal yang dilakukan adalah melakukan pemeriksaan penunjang yang bertujuan untuk mengetahui data awal berbagai fungsi organ (ginjal, hati, jantung) dan elekrolit. Jenis pemeriksaan penunjang yang dilakukan adalah sama dengan jenis pemeriksaan untuk pemantauan efek samping obat PMO (Pengawas Menelan Obat) Pasien TB Resistan Obat memerlukan pemantauan secara ketat dan rutin untuk melihat reaksi terhadap pengobatan yang telah diberikan dan untuk mengetahui efek samping dari pengobatan. Oleh karena diperlukan kepatuhan yang tinggi dalam pengobatan, maka diperlukan seorang Pengawas Menelan Obat (PMO) untuk memantau pengobatan dan mengingatkan pemeriksaan yang perlu dilakukan. PMO adalah petugas kesehatan yang membantu mengawasi pasien TB Resistan Obat selama masa pengobatan hingga sembuh. Peran PMO dalam pengobatan adalah: 1) Memastikan pasien menelan obat sesuai aturan sejak awal pengobatan sampai sembuh, yaitu: - Membuat kesepakatan antara PMO dan pasien mengenai lokasi dan waktu menelan obat. - PMO dan pasien harus menepati kesepakatan yang sudah dibuat. - Pasien menelan obat dengan disaksikan oleh PMO.
13 22 2) Memberikan dukungan moral kepada pasien agar dapat menjalani pengobatan secara lengkap dan teratur, yaitu: - Meyakinkan kepada pasien bahwa TB MDR bisa disembuhkan dengan minum obat secara lengkap dan teratur. - Memotivasi pasien untuk tetap minum obatnya saat mulai bosan. - Mendengarkan setiap keluhan pasien, menghiburnya dan menumbuhkan rasa percaya diri. - Menjelaskan manfaat bila pasien menyelesaikan pengobatan agar pasien tidak putus berobat. 3) Mengingatkan pasien TB Resistan Obat datang ke Fasyankes untuk mendapatkan obat dan periksa ulang dahak sesuai jadwal, yaitu: - Mengingatkan pasien datang ke Fasyankes untuk mendapatkan obat berdasarkan jadwal pada kartu identitas pasien (TB.02 MDR). - Memastikan bahwa pasien sudah mengambil obat. - Mengingatkan pasien jadwal periksa ulang dahak berdasarkan yang tertera pada kartu identitas pasien (TB.02 MDR). - Memastikan bahwa pasien sudah melakukan periksa ulang dahak. 4) Menemukan dan mengenali gejala-gejala efek samping OAT dan menghubungi Fasyankes - Menanyakan apakah pasien mengalami keluhan setelah menelan OAT. - Mendampingi pasien ke Fasyankes bila mengalami efek samping obat. - Menenangkan pasien bahwa keluhan yang dialami bisa ditangani.
14 23 5) Memberikan penyuluhan tentang TB MDR kepada keluarga pasien atau orang yang tinggal serumah, yaitu tentang: - TB MDR adalah penyakit menular, cara penularan TB MDR, gejala-gejala TB MDR dan cara pencegahannya, - TB MDR disebabkan oleh kuman, tidak disebabkan oleh guna-guna atau kutukan dan bukan penyakit keturunan, - TB MDR dapat terjadi karena pasien TB tidak minum obat tuberkulosis secara teratur, - TB MDR dapat disembuhkan dengan berobat lengkap dan teratur, - Pengobatan diberikan dalam 2 tahap, yaitu: tahap awal dan lanjutan, yang lamanya berkisar19-24 bulan, - Obat TB MDR harus diminum sekaligus pada waktu yang sama setiap harinya, - Tidak ada obat lain untuk mengobati TB MDR, - Pentingnya pengawasan agar pasien berobat secara lengkap dan teratur, - Kemungkinan terjadinya efek samping obat dan perlunya segera meminta pertolongan ke Fasyankes. 6) Mengidentifikasi adanya kontak erat dengan pasien TB Resisten Obat dan apa yang harus dilakukan terhadap kontak erat tersebut Pencegahan terhadap Terjadinya Resistensi OAT 1. Standarisasi pemberian regimen yang efektif 2. Penerapan strategi DOTS dan pemakaian obat FDC
15 24 3. Penyediaan suatu pedoman terapi terhadap TB 4. Dasar pengobatan TB oleh klinisi berdasarkan pedoman terpai sesuai evidence based. 5. Tes kepekaan bakteri Mycobacterium Tuberculosis 6. Pengelompokkan kasus TB secara tepat 7. Regimen obat yang adekuat untuk semua kategori pasien 8. Identifikasi dini dan pengobatan yang adekuat untuk kasus TB resisten 9. Integrasi program DOTS dengan pengobatan resisten TB akan bekerja sinergis untuk menghilangkan sumber penularan. 10. Pengendalian infeksi Manajemen Program TB Resistan Obat Manajemen program TB resistan Obat (Programmatic Management of Drug Resistant Tuberculosis) atau MTPTRO (Manajemen Terpadu Pengendalian TB Resisten Obat) merupakan program yang sistematis, komprehensif dan terpadu sesuai kerangka kerja DOTS dalam mengendalikan perkembangan TB kebal obat agar tidak menjadi masalah kesehatan masyarakat, dengan kegiatan utama : a. Pencegahan terjadinya TB resistan obat b. Penemuan secara dini c. Tatalaksana kasus TB resistan obat yang bermutu mengacu kepada strategi DOTS dan ISTC (International Standard for TB Care) d. Pengurangan risiko penularan dan e. Pencegahan timbulnya TB resistan obat ekstensif (extensively drugs resistant/xdr)
16 25 Komponen dalam program Manajemen Terpadu Pengendalian TB Resistan Obat adalah : 1. Komitmen politik yang berkesinambungan Komitmen politis yang berkesinambungan sangat penting untukmenerapkan dan mempertahankan komponen DOTS lainnya.dibutuhkan investasi dan komitmen yang berkesinambungan untuk menjamin kondisi yang mendukung terintegrasinya manajemen kasustb Resistan Obat ke dalam program TB nasional. Kondisi yang mendukung tersebut diantaranya adalah pengembangan infrastruktur, pengembangan Sumber Daya Manusia, kerja sama lintas program dan lintas sektor, dukungan dari kebijakan-kebijakan pengendalian TB untuk pelaksanaan program secara rasional, termasuk tersedianya OAT lini kedua dan sarana pendukung lainnya.selain itu, Program Pengendalian TB Nasional harus diperkuat untuk mencegah meningkatnya kejadian TB MDR dan timbulnya TB XDR. 2. Strategi penemuan pasien TB Resistan Obat yang rasional melalui pemeriksaan biakan dan uji kepekaan. Diagnosis yang akurat dan tepat waktu adalah landasan utama dalam Program Pengendalian TB Nasional, termasuk mempertimbangkan perkembangan teknologi yang sudah ada maupun baru. Resistansi obat harus didiagnosis secara tepat sebelum dapat diobati secara efektif. Proses penegakan diagnosis TB Resistan Obat adalah pemeriksaan apusan dahak secara mikroskopis, biakan, dan uji kepekaan yang dilakukan di laboratorium rujukan yang sudah tersertifikasi oleh laboratorium supra nasional.
17 26 3. Pengelolaan pasien TB Resistan Obat yang baik menggunakan strategi pengobatan yang tepat dengan OAT lini kedua.untuk mengobati pasien TB Resistan Obat, diperlukan paduan OAT lini kedua dan lini satu yang masih sensitif dan berkualitas dengan panduan pengobatan yang tepat. OAT lini kedua lebih rumit dalam pengelolaannya antara lain penentuan paduan obat, dosis, cara pemberian, lama pemberian, perhitungan kebutuhan, penyimpanan dan sebagainya. Selain itu, harga OAT lini dua jauh lebih mahal, potensi yang dimiliki lebih rendah, efek samping lebih banyak dan lebih berat daripada OAT lini pertama. Strategi pengobatan yang tepat adalah pemakaian OAT secara rasional, pengobatan didampingi pengawas menelan obat yang terlatih yaitu petugas kesehatan. Pengobatan didukung oleh pelayanan TB MDR dengan keberpihakan kepada pasien, serta adanya prosedur tetap untuk mengawasi dan mengatasi kejadian efek samping obat. 4. Jaminan ketersediaan OAT lini kedua berkualitas yang tidak terputus. Pengelolaan OAT lini kedua lebih rumit daripada OAT lini pertama. Hal ini disebabkan oleh beberapa hal, antara lain : waktu kadaluarsa yang lebih singkat, cara penghitungan kebutuhan pemakaian yang berdasar kebutuhan per individual pasien, jangka waktu pemberian yang berbeda sesuai respons pengobatan, beberapa obat memerlukan cara penyimpanan khusus yang tidak memungkinkan untuk dikemas dalam sistem paket. Kerumitan tersebut memerlukan upaya tambahan dari petugas farmasi/ petugas kesehatan yang terlibat dalam pengelolaan
18 27 OAT lini kedua di setiap jenjang, dimulai dari perhitungan kebutuhan, penyimpanan, sampai persiapan pemberian OAT kepada pasien. Untuk menjamin tidak terputusnya pemberian OAT, maka stok OAT harus tersedia dalam jumlah cukup untuk minimal 6 bulan sebelum obat diperkirakan habis. OAT lini kedua yang digunakan harus berkualitas dan sesuai standar WHO. 5. Pencatatan dan pelaporan secara baku Prosedur penegakan diagnosis TB Resistan Obat memerlukan waktu yang bervariasi (tergantung metode yang dipakai), masa pengobatan yang panjang dan tidak sama lamanya, banyaknya jumlah OAT yang ditelan, efek samping yang mungkin ditimbulkan, merupakan hal-hal yang menyebabkan perbedaan antara pencatatan pelaporan program. Hasil pencatatan dan pelaporan diperlukan untuk analisis kohort, untuk menghitung indikator antara dan laporan hasil pengobatan. Sejak tahun 2012 RSUP H.Adam Malik telah menjadi Rumah Sakit rujukan TB MDR dan telah menemukan suspek sebanyak 556 orang dan 79 penderita TB MDR. Namun dalam masa pengobatan banyak pasien yang droup out, gagal dan meninggal. Dan saat ini yang sedang menjalani pengobatan sebanyak 52 orang. Pasien tersebut berasal dari beberapa kabupaten/kota yang ada di Sumatera Utara Perilaku Konsep Perilaku Perilaku merupakan respon atau reaksi seseorang terhadap stimulus (rangsangan dari luar).perilaku juga dapat dikatakan sebagai totalitas penghayatan
19 28 dan aktivitas seseorang yang merupakan hasil bersama antara beberapa faktor. Sebagian besar perilaku manusia adalah operant response yang berarti respons yang timbul dan berkembang kemudian diikuti oleh stimulus tertentu yang disebut reinforcing stimulation atau dengan adanya stimulasi akan memperkuat respons. Oleh karena itu untuk membentuk perilaku perlu adanya suatu kondisi tertentu yang dapat memperkuat pembentukan perilaku. Dari segi biologis, perilaku adalah suatu kegiatan atau aktivitas organisme (makhluk hidup) yang bersangkutan.oleh sebab itu, dari sudut pandang biologis semua makhluk hidup mulai dari tumbuh-tumbuhan, binatang sampai dengan manusia itu berperilaku, karena mempunyai aktivitas masing-masing. Sehingga yang dimaksud dengan perilaku manusia, pada hakikatnya adalah tindakan atau aktivitas dari manusia itu sendiri yang mempunyai bentangan yang sangat luas, antara lain: berjalan, berbicara, menangis, tertawa, bekerja, kuliah, menulis, membaca, dan sebagainya. Dari uraian ini dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud perilaku (manusia) adalah semua kegiatan atau aktivitas manusia, baik yang dapat diamati langsung, maupun yang tidak dapat diamati oleh pihak luar (Notoatmodjo, 2003). Menurut Skiner dalam Notoatmodjo (2003), bahwa perilaku merupakan respon atau reaksi seseorang terhadap stimulus atau rangsangan. Dilihat dari bentuk respon terhadap stimulus ini maka perilaku dapat dibedakan menjadi 2 (dua) : 1. Perilaku Tertutup (Covert Behavior)
20 29 Respon atau reaksi terhadap stimulus ini terbatas pada perhatian, persepsi, pengetahuan atau kesadaran, dan sikap yang terjadi pada orang yang menerima stimulus tersebut, dan belum dapat diamati secara jelas oleh orang lain. 2. Perilaku Terbuka (Overt Behavior) Respons terhadap stimulus ini sudah jelas dalam bentuk tindakan atau praktek (practice), yang dengan mudah dapat diamati atau dilihat oleh orang lain (Notoatmodjo, 2003) Faktor-faktor yang Memengaruhi Perilaku Notoatmodjo (2003), menyatakan bahwa faktor-faktor yang membedakan respons terhadap stimulus yang berbeda disebut juga determinan perilaku, yang dapat dibedakan menjadi dua yakni : a) Determinan atau faktor internal, yakni karakteristik individu yang bersangkutan yang bersifat bawaan, misalnya : tingkat kecerdasan, tingkat emosional, jenis kelamin, dan lain-lain. b) Determinan atau faktor eksternal, yakni lingkungan fisik, sosial, budaya, ekonomi, politik. Faktor lingkungan ini sering merupakan faktor yang dominan yang mewarnai perilaku seseorang. Menurut WHO (World Health Organisation) dalam Notoatmodjo (2005), alasan seseorang berperilaku tertentu adalah karena pengetahuan, persepsi, sikap, kepercayaan-kepercayaan, dan penilaian seseorang terhadap objek Aspek-aspek Perilaku Aspek-aspek perilaku terdiri dari tiga bagian, sebagai berikut:
21 30 a. Pengetahuan, adalah aspek perilaku yang merupakan hasil tahu, dimana ini terjadi bila seseorang melakukan penginderaan terhadap objek tertentu. Perilaku yang didasari oleh pengetahuan akan lebih langgeng dari pada perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan. Rogers (1974) dalam Notoatmodjo (2003), dari hasil penelitiannya mengungkapkan bahwa sebelum orang mengadopsi perilaku baru, dalam dirinya orang tersebut terjadi proses berurutan, yaitu: a. Awareness (kesadaran), dimana orang tersebut menyadari dalam arti mengetahui terlebih dahulu terhadap stimulus (obyek). b. Interest, dimana orang mulai tertarik kepada stimulus. c. Evaluation, orang sudah mulai menimbang-nimbang terhadap baik tidaknya stimulus tersebut bagi dirinya. d. Trial, dimana orang telah mulai mencoba perilaku baru. e. Adoption, dimana subyek telah berperilaku baru sesuai dengan pengetahuan, kesadaran dan sikapnya terhadap stimulus. b. Sikap, merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari seseorang terhadap stimulus atau objek. Sikap belum merupakan tindakan atau aktivitas, tetapi merupakan predisposisi tindakan suatu perilaku.sikap ini terdiri dari berbagai tingkatan seperti menerima, merespon, menghargai dan bertanggungjawab. Menurut Fishbein dan Ajzen dalam Dayakisni dan Hudaniah (2003), sikap sebagai predisposisi yang dipelajari untuk merespon secara konsisten dalam cara tertentu berkenaan dengan objek tertentu. Sherif & Sherif dalam Dayakisni & Hudaniah (2003) menyatakan bahwa sikap menentukan keadaan dan kekhasan perilaku
22 31 seseorang dalam hubungannya dengan stimulus manusia atau kejadian-kejadian tertentu. Sikap merupakan suatu keadaan yang memungkinkan timbulnya suatu perbuatan atau tingkah laku. Azwar (2007), menggolongkan definisi sikap dalam tiga kerangka pemikiran: a. Kerangka pemikiran yang diwakili oleh para ahli psikologi seperti Louis Thurstone, Rensis Likert dan Charles Osgood dalam Azwar (2007). Menurut mereka sikap adalah suatu bentuk evaluasi atau reaksi perasaan. Sikap seseorang terhadap suatu objek adalah perasaan mendukung atau memihak (favorable) maupun perasaan tidak mendukung atau tidak memihak (unfavorable) pada objek tersebut. b. Kerangka pemikiran ini diwakili oleh ahli seperti Chave, Bogardus, LaPierre, Mead dan Gordon Allport dalam Azwar (2007),. Menurut kelompok pemikiran ini sikap merupakan semacam kesiapan untuk bereaksi terhadap suatu objek dengan cara-cara tertentu. Kesiapan yang dimaksud merupakan kecenderungan yang potensial untuk bereaksi dengan cara tertentu apabila individu dihadapkan pada suatu stimulus yang menghendaki adanya respon. c. Kelompok pemikiran ini adalah kelompok yang berorientasi pada skema triadik (triadic schema). Menurut pemikiran ini suatu sikap merupakan konstelasi komponen kognitif, afektif dan konatif yang saling berinteraksi di dalam memahami, merasakan dan berperilaku terhadap suatu objek. Sikap dapat bersifat positif dan dapat pula bersifat negatif, (1) sikap positif adalah apabila timbul persepsi yang positif terhadap stimulus yang diberikan dapat
23 32 berkembang sebaik-baiknya karena orang tersebut memiliki pandangan yang positif terhadap stimulus yang telah diberikan. (2) sikap negatif apabila terbentuk persepsi negatif terhadap stimulus yang telah diberikan. Struktur sikap menurut Kothandapani (dalam Azwar, 2007) dibagi menjadi 3 komponen yang saling menunjang. Ketiga komponen tersebut pembentukan sikap, yaitu sebagai komponen kognitif (kepercayaan), emosional (perasaan) dan komponen konatif (tindakan). c. Tindakan, adalah sesuatu yang dilakukan. Suatu sikap belum otomatis terwujud dalam suatu tindakan (overt behaviour). Untuk terwujudnya sikap agar menjadi perbuatan yang nyata diperlukan faktor pendukung atau suatu kondisi yang memungkinkan antara lain adalah fasilitas. Tindakan ini juga memiliki beberapa tingkatan yaitu : persepsi (perception), respon terpimpin (guided respons), mekanisme (mecanism), adaptasi (adaptation). Pengukuran perilaku dapat dilakukan secara tidak langsung, yakni dengan wawancara terhadap kegiatankegiatan yang telah dilakukan beberapa jam, hari, atau buan yang lalu (recall). Pengukuran juga dapat dilakukan secara langsung yakni dengan mengobservasi tindakan atau kegiatan responden. Perilaku manusia merupakan refleksi dari berbagai gejala kejiwaan, seperti keinginan, minat, kehendak, pengetahuan, emosi, berpikir, sifat, motivasi, reaksi dan sebagainya, namun demikian sulit dibedakan refleksi dan gejala kejiwaan yang mana seseorang itu berperilaku tertentu. Apabila kita telusuri lebih lanjut, gejala kejiwaan
24 33 yang tercermin dalam perilaku manusia itu adalah pengalaman, keyakinan, sarana fisik, sosio masyarakat dan sebagainya (Notoatmodjo, 2005) Perilaku Kesehatan Dalam hal perilaku kesehatan, respons atau reaksi manusia yang bersifat pasif, yaitu meliputi pengetahuan, persepsi dan sikap dan yang bersifat aktif adalah tindakan yang nyata atau practice. Sedangkan aspek stimulusnya meliputi 4 unsur pokok, yaitu sakit dan penyakit, sistem pelayanan kesehatan dan lingkungan (Notoatmodjo, 2003). Becker,(1979) mengklarifikasikan perilaku yang berhubungan dengan kesehatan (health related behaviour)sebagai berikut : - Perilaku kesehatan (health behaviour), yaitu hal-hal yang berkaitan dengan tindakan atau kegiatan seseorang dalam memelihara dan meningkatkan kesehatannya. - Perilaku sakit (the sick role behaviour) yaitu segala tindakan atau kegiatan yang dilakukan seseorang yang merasa sakit, untuk merasakan dan mengenal keadaan kesehatannya atau rasa sakit, termasuk kemampuan atau pengetahuan individu untuk mengidentifikasi penyakit, penyebab penyakit, serta usaha-usaha mencegah penyakit tersebut. Green (1980) mengindentifikasi bahwa perilaku kesehatan dipengaruhi oleh tiga faktor sebagai berikut : - Faktor presdisposisi (Presdisposing factors), yaitu : pengetahuan, sikap, nilai dan persepsi
25 34 - Faktor kemungkinan (Enabling factors), yaitu : ketersediaan sumber daya, keterjangkauan, keterampilan petugas. - Faktor penguat (Reinforcing factors), yaitu : sikap dan perilaku petugas kesehatan, dan petugas lain (keluarga), teman sebaya/sejawat, orang tua dan lainlain. Dari teori Green di atas dapat diperkirakan bahwa salah satu cara untuk merubah perilaku adalah dengan melakukan intervensi terhadap faktor predisposisi, yaitu dengan merubah pengetahuan, sikap, nilai dan persepsi terhadap masalah kesehatan melalui kegiatan pendidikan kesehatan Faktor Intrinsik dan Ekstrinsik yang Memengaruhi terjadinya TB MDR Kajian epidemiologi untuk masalah kesehatan memusatkan perhatian dalam tiga hal yaitu penyakit atau efek suatu kejadian, faktor resiko dan agent penyakit (Murti,1995). Faktor risiko adalah faktor-faktor atau keadaan yang memengaruhi perkembangan suatu penyakit atau status kesehatan. Istilah memengaruhi disini adalah menimbulkan resiko lebih besar pada individu untuk terjadi suatu status kesehatan/penyakit pada masyarakat. Menurut paratiknya (2003) faktor risiko pada tingkat individu dikenal dua macam, yaitu : a. Faktor risiko yang berasal dari dalam organisme (faktor risiko intrinsik). b. Faktor resiko yang berasal dari luar/lingkungan (faktor risiko ekstrinsik) Skema berikut dapat menjelaskan hubungan faktor risiko dengan organisme dan efek.
26 35 Gambar 2.2. Skema Faktor Risiko pada Individu Faktor risiko intrinsik adalah tingkat kepekaan individu terhadap suatu penyakit atau kepekaan/respon individu terhadap perubahan perilaku, seperti perilaku berobat penderita TB dapat mencakup pengetahuan, sikap dan persepsinya terhadap sakit dan penyakit TB tersebut. Faktor risiko ekstrinsik adalah faktor faktor lingkungan yang memudahkan individu terjangkit suatu penyakit atau perubahan perilaku. Dari uraian di atas memungkinkan pengelompokkan faktor faktor yang dapat menyebabkan seseorang untuk berperilaku tertentu di masyarakat. Begitu juga halnya dengan faktor yang memengaruhi perilaku penderita TB menjadi resisten terhadap isoniazid dan rifampicin yaitu : Faktor Risiko Intrinsik Beberapa faktor yang diduga dapat memengaruhi kepatuhan penderita tuberkulosis di dalam menjalani pengobatan bahkan menghentikan pengobatan sebelum waktunya antara lain:
27 36 a. Umur Di Negara berkembang, mayoritas yang terinfeksi TB adalah golongan usia dibawah 50 tahun, namun dinegara maju prevalensi justru tinggi pada usia yang lebih tua. Pada usia tua, TB mempunyai gejala dan tanda yang tidak spesifik sehingga sulit terdiagnosis, sering terjadi reaktivasi fokus dorman, selain itu berkaitan dengan perkembangan faktor komorbid yang dihubungkan dengan penurunan cell mediated immunity seperti pada keganasan, penggunaan obat immunosupresif dan faktor ketuaan. Umur merupakan faktor predisposisi terjadinya perubahan perilaku yang dikaitkan dengan kematangan fisik dan psikis dari penderita TB paru. Pada usia tua angka ketidakteraturan berobat lebih tinggi disebabkan karena lupa dan kepasrahan mereka terhadap sakit yang diderita (Ratnawati, 2000). Akibat dari ketidakteraturan berobat inilah yang menjadi pemicu terjadinya resistan terhadap obat TB. b. Jenis Kelamin Secara epidemiologi dibuktikan terdapat perbedaan antara laki-laki dan perempuan dalam hal prevalensi infeksi, progresivity penyakit, insidens dan kematian akibat TB, perkembangan penyakit juga mempunyai perbedaan antara laki-laki dan perempuan yaitu perempuan mempunyai penyakit yang lebih berat pada saat datang ke rumah sakit, perempuan lebih sering datang terlambat datang ke pelayanan kesehatan, hal ini mungkin berhubungan dengan aib dan rasa malu lebih dirasakan pada perempuan dibanding laki-laki. Selain itu dalam hal pengobatan laki-laki cenderung teratur berobat dibanding dengan wanita, ini mungkin didasari rasa tanggung jawab terhadap keluarga sehingga dia dapat menyelesaikan pengobatannya.
28 37 c. Pendidikan Pendidikan berkaitan dengan pengetahuan penderita. Pendidikan rendah mengakibatkan pengetahuan rendah. Rendahnya pendidikan seorang penderita TB dapat memengaruhi seseorang untuk mencari pelayanan kesehatan. Masih banyak penderita TB berhenti berobat karena keluhan sakit sudah hilang, padahal penyakitnya belum sembuh. Ini terjadi karena kurangnya pemahaman tentang apa yang telah disampaikan oleh petugas kesehatan sehingga mengakibatkan kuman TB resisten terhadap obat TB. Faktor pendidikan erat kaitannya dengan kepatuhan penderita TB berobat dan minum obat secara teratur (Wirdani, 2000). d. Pekerjaan Jenis pekerjaan tertentu berpengaruh terhadap ketidakteraturan berobat penderita TB. Hal ini disebabkan oleh kesibukan dan keadaan ekonomi dan lebih diperparah oleh pekerjaan diluar kota (jauh) sehingga penderita tidak sempat untuk mengambil OAT ke fasilitan pelayanan kesehatan yang mengakibatkan penderita tidak teratur menelan OAT sehingga mengakibatkan kuman TB kebal terhadap OAT. e. Pengetahuan Akibat dari rendahnya pengetahuan pasien TB yang disebabkan oleh pendidikan rendah atau bila berpendidikan tinggi mungkin disebabkan oleh pengetahuan penderita tentang tuberkulosis masih kurang sehingga sering seorang penderita tuberkulosis menghentikan pengobatannya karena merasa penyakitnya sudah sembuh karena sudah tidak ada batuk, nafsu makan meningkat serta berat badan sudah bertambah sehingga penderita menghentikan pengobatannya sebelum
29 38 sampai waktunya. Pengetahuan masyarakat tentang TB yang masih rendah ini tentu saja diperlukan upaya promosi dan advokasi yang lebih intens untuk meningkatkan pengetahuan, sikap dan praktek masyarakat terhadapat TB (Litbangkes SPTBC 2004). f. Sikap Lamanya waktu pengobatan TB dapat menimbulkan perasaan bosan, kecemasan, depresi, terisolasi, penolakan dan perasaan tidak berguna karena kehilangan pekerjaan serta tidak dapat aktif lagi secara sosial, merasa dikucilkan hal ini dapat mengakibatkan penderita TB tidak teratur menelan OAT, tidak mematuhi anjuran dokter bahkan menghentikan pengobatan secara sepihak hal ini juga dapat menyebabkan terjadinya TB MDR g. Efek Samping Obat Sebagian besar penderita TB dapat menyelesaikan pengobatan tanpa efek samping. Namun sebagian kecil dapat mengalami efek samping ringan dan berat. (Depkes, 2011). Penderita TB yang mengeluhkan efek samping obat dari OAT cendrung untuk tidak patuh dalam rangkaian pengobatannya yaitu tiga kali lipat bila dibanding dengan mereka yang tidak mengeluhkan efek samping, (Syaumaryadi, 2000). Akibat efek samping tersebut penderita TB menghentikan pengobatannya secara sepihak.
30 Faktor Risiko Ekstrinsik a. Pengawas Menelan Obat ( PMO). Menurut Depkes RI (2006) agar kesembuhan penderita dapat dicapai dengan baik, perlu dilakukan pengawasan langsung menelan obat, terutama pada pengobatan tahap awal (intensif). Untuk melakukan pengawasan tersebut perlu ditunjuk PMO bagi setiap penderita. Penunjukan PMO ini perlu didiskusikan dengan penderita dengan penjelasan bahwa PMO itu penting. Penunjukan PMO harus dengan persetujuan penderita agar pelaksanaan pengawasan menelan obat dapat berjalan sesuai dengan yang diharapkan. Bagi PMO yang menjalankan perannya dengan baik akan membuat penderita menjadi teratur dalam pengobatan dan sebaliknya jika PMO tidak menjalankan perannya dengan baik penderita menjadi tidak teratur dalam pengobatannya. Tugas PMO bukanlah untuk mengganti kewajiban penderita mengambil obat ke fasilitas pelayanan kesehatan tetapi peran PMO mencakup : 1) Memastikan pasien menelan obat sesuai aturan sejak awal pengobatan sampai sembuh 2) Mendampingi pasien pada saat kunjungan konsultasi ke fasyankes dan memberikan dukungan moral kepada pasien agar dapat menjalani pengobatan secara lengkap dan teratur 3) Mengingatkan pasien TB datang ke fasyankes untuk mendapatkan obat dan periksa ulang dahak sesuai jadwal
31 40 4) Menemukan dan mengenali gejala-gejala efek samping OAT dan menghubungi fasyankes 5) Memberikan penyuluhan tentang TB kepada keluarga pasien atau orang yang tinggal serumah 6) Mengidentifikasi adanya kontak erat dengan pasien TB dan apa yang harus dilakukan terhadap kontak erat tersebut b. Kualitas OAT Kualitas dan mutu OAT yang baik akan memperoleh efek yang baik terhadap hasil pengobatan dibanding dengan mutu yang kurang baik. OAT diberikan dalam bentuk kombinasi dari beberapa jenis, dalam jumlahcukup dan dosis tepat selama 6 8 bulan sesuai dengan kategori pengobatan dan hindari penggunaan monoterapi sehingga menurunkan resiko terjadinya resistensi obat ganda dan mengurangi kesalahan penulisan resep. Paduan OAT ini disediakan dalam bentuk paket dengan tujuan untuk memudahkan pemberian obat dan menjamin ketersediaan obat sampai pengobatan selesai. WHO dan International Union Against Tuberculosis and Lung Disease ( IUATLD) merekomendasikan OAT standar dalam strategi DOTS dimana diharuskan adanya komponen kesinambungan persedian OAT jangka pendek dengan mutu yang terjamin ( Kemenkes RI,2011). c. Keterlambatan Diagnosis Elemen penting dalam program penanggulangan tuberkulosis (TB) adalah diagnosis dini dan pemberian terapi yang cepat dan tepat. Hal ini terutama penting pada kasus-kasus dengan basil tahan asam (BTA) positif, karena bila terlambat
32 41 mendiagnosis dan memberi terapi, dapat menjadi sumber penularan dan meningkatkan periode penularan dalam masyarakat. Disamping itu, dapat menyebabkan penyakit lebih berat, komplikasi lebih banyak dan angka kematian meningkat.masa infeksius yang terlalu panjang akibat keterlambatan diagnosis juga akan menyebabkan penyebaran galur resistensi obat. Penyebaran ini tidak hanya pada pasien di rumah sakit tetapi juga pada petugas rumah sakit, asrama, penjara dan keluarga pasien d. Perilaku Petugas Kesehatan Kegiatan petugas kesehatan dalam program TB meliputi mulai penemuanm penderita, pemeriksaan laboratorium, pengobatan dan pencatatan & pelaporan (Kemenkes RI, 2011). Apabila perilaku petugas itu dijalankan dengan penuh rasa tanggung jawab, ramah tamah, penderita segera diobati tanpa menunggu berlamalama, diperiksa oleh dokter, penderita merasa dihargai, penderita diberi penyelasan/penyuluhan pentingnya berobat teratur dan aktif dalam berbagai masalah yang mungkin timbul dalam masa pengobatan penderita, maka penderita merasa puas sehingga memungkinkan penderita untuk berobat teratur. Sikab bersahabat petugas kesehatan akan cenderung membuat pasien merasa nyaman untuk datang kembali sehingga penderita tetap melanjutkan pengobatan sampai selesai. e. Jarak ke Fasilitas Pelayanan Kesehatan Jarak rumah penderita yang jauh dengan fasilitas pelayanan kesehatan sering menjadi masalah kelangsungan keteraturan pengobatan, juga kemampuan orang untuk berjalan menuju ke tempat pelayanan. Jarak tempat tinggal yang jauh dengan
33 42 fasilitas pelayanan kesehatan berhubungan dengan biaya yang dikeluarkan untuk ongkos dan waktu yang digunakan, hal ini akan mempengaruhi ketidak teraturan berobat penderita, (Armaidi Darmawan, 2002). f. Pendapatan Walaupun sarana kesehatan yang disediakan pemerintah biayanya relatih murah, namun masih banyak diantara penduduk Indonesia terutama yang bermukim di pedesaan tidak dapat menjangkau biaya tersebut. Biasanya mereka akan pergi ke rumah sakit atau puskesmas kalau sudah dalam keadaan gawat. Mereka yang berobat ke rumah sakit ini tidak jarang terjadi ketidaksanggupan menembus obat karena ketiadaan dana (Gani, 1999). g. Ketersediaan OAT Ketersediaan OAT yang bermutu sangat diperlukan untuk menjamin penderita dapat menyelesaikan pengobatan sampai selesai. satu paket untuk satu pasien dalam satu masa pengobatan. Penyediaan obat yang tidak reguler, kadang-kadang berhenti pengirimannya sampai berbulan-bulan akan menyebabkan terjadinya resistensi kuman TB. h. Ketidakteraturan Berobat Ketidakteraturan berobat merupakan penyebab utama kegagalan pengobatan, kekambuhan dan resistensi obat. Untuk memastikan kepatuhan penderita terhadap paket pengobatan dan untuk menekan risiko efek samping strategi DOTS perlu dilaksanakan pada semua penderita TB.
34 Landasan Teori Berdasarkan kemenkes RI dan Priyanti Z Soepandi faktor yang memengaruhi terjadinya TB MDR adalah : Gambar 2.3. Kerangka Teori
35 Kerangka Konsep Variabel Bebas Faktor intrinsik : - Pendidikan - Pekerjaan - Pengetahuan - Sikap - Efek Samping Obat Variabel Terikat TB MDR Faktor ekstrinsik : - PMO - Kualitas OAT - Keterlambatan diagnosis - Perilaku Petugas Kesehatan - Jarak ke Fasyankes - Pendapatan - Ketersediaan OAT - Ketidakteraturan berobat Gambar 2.4. Kerangka Konsep Penelitian
BAB I PENDAHULUAN. Tuberkulosis (TB) merupakan salah satu penyakit paling mematikan di
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tuberkulosis (TB) merupakan salah satu penyakit paling mematikan di dunia. World Health Organization (WHO) memperkirakan sepertiga dari populasi dunia telah terinfeksi
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Penyakit Tuberculosis Paru (TB Paru) merupakan salah satu penyakit yang
BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar belakang Penyakit Tuberculosis Paru (TB Paru) merupakan salah satu penyakit yang telah lama dikenal dan sampai saat ini masih merupakan masalah kesehatan di berbagai negara di
Lebih terperinciMULTI DRUG RESISANT TUBERCULOSIS (MDR-TB): PENGOBATAN PADA DEWASA
MULTI DRUG RESISANT TUBERCULOSIS (MDR-TB): PENGOBATAN PADA DEWASA Sumardi Divisi Pulmonologi, Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUGM / KSM Pulmonologi RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta Abstract Tuberculosis treatment
Lebih terperinciPeran ISTC dalam Pencegahan MDR. Erlina Burhan Departemen Pulmonologi dan Ilmu Kedokteran Respirasi FKUI RSUP Persahabatan
Peran ISTC dalam Pencegahan MDR Erlina Burhan Departemen Pulmonologi dan Ilmu Kedokteran Respirasi FKUI RSUP Persahabatan TB MDR Man-made phenomenon Akibat pengobatan TB tidak adekuat: Penyedia pelayanan
Lebih terperinciPanduan OAT yang digunakan di Indonesia adalah:
SOP PENATALAKSANAAN TB PARU 1. Pengertian Tuberkulosis (TB) adalah penyakit menular langsung yang disebabkan oleh kuman TB yaitu Mycobacterium tuberculosis. 2. Tujuan Untuk menyembuhkan pasien, mencegah
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Resistansi M.tuberculosis terhadap OAT adalah keadaan di mana bakteri
8 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 TB MDR 2.1.1 Pengertian Resistansi M.tuberculosis terhadap OAT adalah keadaan di mana bakteri tersebut sudah tidak dapat lagi dimusnakan dengan OAT. TB resistan OAT pada dasarnya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tuberkulosis (TB) adalah penyakit yang disebabkan oleh infeksi bakteri Mycobacterium tuberculosis yang paling sering mengenai organ paru-paru. Tuberkulosis paru merupakan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Menurut WHO (World Health Organization) sejak tahun 1993
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Menurut WHO (World Health Organization) sejak tahun 1993 memperkirakan sepertiga dari populasi dunia telah terinfeksi Mycobacterium tuberculosis. Tuberkulosis masih
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. TB (Mycobacterium tuberculosis). Sebagian besar bakteri TB menyerang paru, tetapi
1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tuberkulosis adalah penyakit menular langsung yang disebabkan oleh bakteri TB (Mycobacterium tuberculosis). Sebagian besar bakteri TB menyerang paru, tetapi dapat
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Tuberkulosis (TB) adalah suatu penyakit infeksi menular yang disebabkan
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tuberkulosis (TB) adalah suatu penyakit infeksi menular yang disebabkan oleh kuman Mycobacterium tuberculosis. Penularan langsung terjadi melalui aerosol yang mengandung
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Organisasi Kesehatan Dunia/World Health Organization (WHO) memperkirakan
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tuberkulosis (TB) merupakan salah satu penyakit paling mematikan di dunia. Organisasi Kesehatan Dunia/World Health Organization (WHO) memperkirakan sepertiga dari
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Mycobacterium tuberculosis. Sumber infeksi TB kebanyakan melalui udara, yaitu
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tuberkulosis (TB) adalah penyakit infeksi menular yang disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis. Sumber infeksi TB kebanyakan melalui udara, yaitu melalui inhalasi
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tuberkolusis 1. Definisi Tuberkulosis adalah suatu penyakit menular yang paling sering (sekitar 80%) terjadi di paru-paru. Penyebabnya adalah suatu basil gram positif tahan asam
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. menular (dengan Bakteri Asam positif) (WHO), 2010). Tuberkulosis merupakan masalah kesehatan global utama dengan tingkat
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit Tuberkulosis (TB) merupakan masalah kesehatan yang penting saat ini. WHO menyatakan bahwa sekitar sepertiga penduduk dunia tlah terinfeksi kuman Tuberkulosis.
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. Tuberkulosis paru adalah penyakit yang disebabkan oleh Mycobacterium
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi Tuberkulosis Tuberkulosis paru adalah penyakit yang disebabkan oleh Mycobacterium Tuberculosis, yakni kuman aerob yang dapat hidup terutama di paru atau di berbagai
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. penting untuk terbentuknya tindakan seseorang. Berdasarkan penelitian
10 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pengetahuan Pengetahuan merupakan hasil tahu, dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap sesuatu. Pengetahuan merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembangunan kesehatan sebagai salah satu upaya pembangunan nasional diarahkan guna tercapainya kesadaran, kemauan dan kemampuan untuk hidup sehat setiap penduduk
Lebih terperinciDIAGNOSIS DAN FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TERJADINYA TB-MDR. Priyanti Z Soepandi
DIAGNOSIS DAN FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TERJADINYA TB-MDR Priyanti Z Soepandi Departemen Pulmonologi & Ilmu kedokteran Respirasi FKUI-RS Persahabatan, Jakarta PENDAHULUAN Di Indonesia, TB merupakan masalah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. I.1.Latar Belakang. Tuberkulosis (TB) masih menjadi masalah utama. kesehatan global. TB menyebabkan kesakitan pada jutaan
BAB I PENDAHULUAN I.1.Latar Belakang Tuberkulosis (TB) masih menjadi masalah utama kesehatan global. TB menyebabkan kesakitan pada jutaan manusia tiap tahunnya dan menjadi penyebab kematian kedua dari
Lebih terperinciLampiran 1. Universitas Sumatera Utara
Lampiran 1 110 Lampiran 2 111 112 Lampiran 3 KUESIONER PENELITIAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI KINERJA PETUGAS TB (TUBERCULOSIS) DI RUMAH SAKIT YANG TELAH DILATIH PROGRAM HDL (HOSPITAL DOTS LINGKAGE)
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Di Indonesia, TB merupakan masalah utama kesehatan masyarakat. Jumlah pasien TB di Indonesia merupakan ke-3 terbanyak di dunia setelah India dan Cina dengan jumlah
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengawas Menelan Obat (PMO) Salah satu komponen DOTS (Directly Observed Treatment Short- Course) dalam stategi penanggulangan tuberkulosis paru adalah pengobatan paduan OAT jangka
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit Tuberkulosis adalah penyakit infeksi menular yang masih tetap merupakan masalah kesehatan masyarakat di dunia. Penyakit ini termasuk salah satu prioritas nasional
Lebih terperinciPENANGANAN DAN PENCEGAHAN TUBERKULOSIS. Edwin C4
PENANGANAN DAN PENCEGAHAN TUBERKULOSIS Edwin 102012096 C4 Skenario 1 Bapak M ( 45 tahun ) memiliki seorang istri ( 43 tahun ) dan 5 orang anak. Istri Bapak M mendapatkan pengobatan TBC paru dan sudah berjalan
Lebih terperinci2016 GAMBARAN MOTIVASI KLIEN TB PARU DALAM MINUM OBAT ANTI TUBERCULOSIS DI POLIKLINIK PARU RUMAH SAKIT DUSTIRA KOTA CIMAHI
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Menurut Depertemen Kesehatan RI (2008) Tuberkulosis (TB) merupakan penyakit infeksi menular yang disebabkan oleh Mycobacterium Tuberculosis. Sampai saat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG
BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Tuberkulosis (TB) merupakan penyakit menular bahkan bisa menyebabkan kematian, penyakit ini menyebar melalui droplet orang yang telah terinfeksi basil tuberkulosis
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. kronis yang disebabkan oleh bakteri Mycobacterium tuberkulosis yang bersifat
2.1 Tuberkulosis (TB) Paru 2.1.1 Definisi TB Paru BAB II TINJAUAN PUSTAKA TB paru adalah penyakit yang ditimbulkan karena adanya infeksi akut atau kronis yang disebabkan oleh bakteri Mycobacterium tuberkulosis
Lebih terperinciIdentifikasi Faktor Resiko 1
IDENTIFIKASI FAKTOR RESIKO TERJADINYA TB MDR PADA PENDERITA TB PARU DI WILAYAH KERJA KOTA MADIUN Lilla Maria.,S.Kep. Ners, M.Kep (Prodi Keperawatan) Stikes Bhakti Husada Mulia Madiun ABSTRAK Multi Drug
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tuberkulosis 1. Definisi Tuberkulosis (TB) adalah penyakit menular langsung yang disebabkan oleh kuman TB (mycobacterium tuberculosis). Sebagian besar kuman TB menyerang paru,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Mycobacterium tuberculosis complex (Depkes RI, 2008). Tingginya angka
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tuberkulosis (TB) paru yaitu salah satu penyakit menular yang menyerang organ paru-paru. Tuberkulosis adalah salah satu penyakit yang tertua yang dikenal oleh manusia
Lebih terperinciPeran ISTC dalam Pencegahan MDR. Erlina Burhan. Departemen Pulmonologi dan Ilmu Kedokteran Respirasi. FKUI-RS Persahabatan
Peran ISTC dalam Pencegahan MDR Erlina Burhan Departemen Pulmonologi dan Ilmu Kedokteran Respirasi FKUI-RS Persahabatan TB-MDR pada dasarnya adalah suatu fenomena buatan manusia (man-made phenomenon),
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. masyarakat di dunia, terutama di negara-negara berkembang termasuk Indonesia.
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tuberkulosis (TB) sampai saat ini masih menjadi masalah kesehatan masyarakat di dunia, terutama di negara-negara berkembang termasuk Indonesia. Penyakit ini merupakan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. Mycobacterium tuberculosis dan menular secara langsung. Mycobacterium
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Etiologi dan Patogenesis Tuberkulosis Paru Tuberkulosis paru adalah penyakit infeksi kronis yang disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis dan menular secara langsung. Mycobacterium
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Tuberkulosis atau TB (singkatan yang sekarang ditinggalkan adalah TBC)
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tuberkulosis atau TB (singkatan yang sekarang ditinggalkan adalah TBC) adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh bakteri Mycobacterium Tuberculosis. Pada tahun
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. disebabkan oleh bakteri mycobacterium tuberculosis. Bakteri ini
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penyakit Tuberkulosis (TB) adalah suatu penyakit infeksi yang disebabkan oleh bakteri mycobacterium tuberculosis. Bakteri ini berbentuk batang dan bersifat tahan asam,
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. secara global masih menjadi isu kesehatan global di semua Negara (Dave et al, 2009).
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tuberkulosis Paru sampai saat ini masih menjadi masalah utama kesehatan masyarakat dan secara global masih menjadi isu kesehatan global di semua Negara (Dave et al, 2009).
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Tuberkulosis (TB) merupakan salah satu masalah kesehatan utama yang
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Tuberkulosis (TB) merupakan salah satu masalah kesehatan utama yang dihadapi oleh masyarakat dunia. Saat ini hampir sepertiga penduduk dunia terinfeksi kuman
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. seluruh dunia. Jumlah kasus TB pada tahun 2014 sebagian besar terjadi di Asia
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tuberkulosis masih menjadi masalah kesehatan di dunia. 1,5 juta orang meninggal akibat tuberkulosis pada tahun 2014. Insiden TB diperkirakan ada 9,6 juta (kisaran 9,1-10
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. kuman Mycobacterium tuberculosis. Sebagian besar kuman TB menyerang paru
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Tuberkulosis 2.1.1.1 Definisi Tuberkulosis adalah suatu penyakit infeksi menular yang disebabkan kuman Mycobacterium tuberculosis. Sebagian besar kuman
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tuberkulosis paru (TB) adalah penyakit menular langsung yang disebabkan oleh kuman TB (mycobacterium tuberculosis). Sebagian besar kuman TB menyerang paru tetapi dapat
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. konsumen dengan provider (penyedia pelayanan). Pemanfaatan pelayanan kesehatan
10 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pemanfaatan Pelayanan Kesehatan Donabedian (2005), pemanfaatan pelayanan kesehatan adalah interaksi antara konsumen dengan provider (penyedia pelayanan). Pemanfaatan pelayanan
Lebih terperinciUNTUK PENGOBATAN TUBERKULOSIS DI UNIT PELAYANAN KESEHATAN
CV. Kharisma CMYK s+op PETUNJUK PENGGUNAAN OBAT ANTI TUBERKULOSIS FIXED DOSE COMBINATION (OAT-FDC) UNTUK PENGOBATAN TUBERKULOSIS DI UNIT PELAYANAN KESEHATAN Departemen Kesehatan Republik Indonesia Jakarta
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kepatuhan menurut Trostle dalam Simamora (2004), adalah tingkat perilaku
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kepatuhan Berobat Kepatuhan berasal dari kata patuh yang berarti taat, suka menuruti, disiplin. Kepatuhan menurut Trostle dalam Simamora (2004), adalah tingkat perilaku penderita
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Menurut World Health Organization (WHO) Tahun 2011, kesehatan adalah suatu
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesehatan merupakan salah satu aspek penting yang dicari oleh semua orang. Menurut World Health Organization (WHO) Tahun 2011, kesehatan adalah suatu keadaan sehat yang
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. (Mycobacterium tuberculosis). Sebagian besar kuman TB tidak hanya menyerang
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tuberkulosis Tuberkulosis adalah penyakit menular yang disebabkan oleh kuman TB (Mycobacterium tuberculosis). Sebagian besar kuman TB tidak hanya menyerang paru, tetapi juga
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dari golongan penyakit infeksi. Pemutusan rantai penularan dilakukan. masa pengobatan dalam rangka mengurangi bahkan kalau dapat
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Penyakit tuberkulosis (TB Paru) sampai saat ini masih masih menjadi masalah kesehatan masyarakat, dimana hasil Survai Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) tahun 1995 menunjukan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Kegiatan penanggulangan Tuberkulosis (TB), khususnya TB Paru di
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kegiatan penanggulangan Tuberkulosis (TB), khususnya TB Paru di Indonesia telah dimulai sejak diadakan Simposium Pemberantasan TB Paru di Ciloto pada tahun 1969. Namun
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. ditakuti karena menular. Menurut Robins (Misnadiarly, 2006), tuberkulosis adalah
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tuberkulosis (TB) merupakan suatu penyakit yang sudah cukup lama dan tersebar di seluruh dunia. Penyakit tuberkulosis dikenal oleh masyarakat luas dan ditakuti karena
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. untuk mencapai kualitas hidup seluruh penduduk yang lebih baik. Oleh banyak
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan secara umum sering diartikan sebagai upaya multidimensi untuk mencapai kualitas hidup seluruh penduduk yang lebih baik. Oleh banyak negara, pembangunan
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. penyakit infeksius yang menyerang paru-paru yang secara khas ditandai oleh
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 1. Tuberkulosis 1.1. Pengertian Tuberkulosis (TB) adalah penyakit infeksius, yang terutama menyerang penyakit parenkim paru (Brunner & Suddarth, 2002). Tuberkulosis adalah suatu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Tuberkulosis (TB) merupakan penyakit infeksi kronis yang masih menjadi
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tuberkulosis (TB) merupakan penyakit infeksi kronis yang masih menjadi masalah di Dunia. Hal ini terbukti dengan masuknya perhatian terhadap penanganan TB dalam MDGs.
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. masyarakat dunia. Setiap tahunnya, TB Paru menyebabkan hampir dua juta
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang TB Paru adalah salah satu masalah kesehatan yang harus dihadapi masyarakat dunia. Setiap tahunnya, TB Paru menyebabkan hampir dua juta kematian, dan diperkirakan saat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. oleh kuman TB (Mycobacterium Tuberculosis). Sebagian besar kuman TB
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tuberkulosis atau TB adalah penyakit menular langsung yang disebabkan oleh kuman TB (Mycobacterium Tuberculosis). Sebagian besar kuman TB menyerang paru, tetapi dapat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tuberkulosis (TB) adalah suatu penyakit infeksi menular yang disebabkan oleh bakteri Mycobacterium tuberculosis, yang dapat menyerang berbagai organ, terutama paru-paru.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. bahwa penyakit tuberkulosis merupakan suatu kedaruratan dunia (global
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG World Organization Health (WHO) sejak tahun 1993 mencanangkan bahwa penyakit tuberkulosis merupakan suatu kedaruratan dunia (global emergency). Hal ini dikarenakan tuberkulosis
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Penyakit Tuberkulosis paru merupakan penyakit infeksi yang masih menjadi
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penyakit Tuberkulosis paru merupakan penyakit infeksi yang masih menjadi masalah kesehatan Masyarakat. Tuberkulosis (TB) adalah suatu penyakit infeksi yang disebabkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. jumlah kematian per tahun. Kematian tersebut pada umumnya
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penyakit Tuberkulosis (TB) paru adalah penyakit infeksi menular yang masih menjadi masalah kesehatan dunia, dimana WHO melaporkan bahwa setengah persen dari
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit menular merupakan masalah kesehatan yang belum dapat diselesaikan sampai saat ini, salah satu penyakit menular tersebut adalah Tuberkulosis. Tuberkulosis
Lebih terperinciBAB I. Treatment, Short-course chemotherapy)
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tuberkulosis (TB), penyakit menular langsung yang disebabkan oleh kuman Mycobacterium Tuberculosis, sejak ditemukan di abad 20 telah menjadi masalah kegawatdaruratan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penyakit Tuberkulosis merupakan penyakit yang mudah menular dimana dalam tahun-tahun terakhir memperlihatkan peningkatan dalam jumlah kasus baru maupun jumlah angka
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Diagnosis yang tepat, pemilihan obat serta pemberian obat yang benar dari tenaga kesehatan ternyata belum cukup untuk menjamin keberhasilan suatu pengobatan jika tidak
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. utama. The World Health Organization (WHO) dalam Annual Report on Global
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tuberkulosis (TB) masih merupakan masalah kesehatan global yang utama. The World Health Organization (WHO) dalam Annual Report on Global TB Control 2003 menyatakan
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA. pemeriksaan dahak penderita. Menurut WHO dan Centers for Disease Control
BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Aspek Epidemiologi Penyakit Tuberkulosis Penularan TB tergantung dari lamanya kuman TB berada dalam suatu ruangan, konsentrasi kuman TB di udara serta lamanya menghirup udara,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam rangka mencapai tujuan Nasional di bidang kesehatan diperlukan suatu tatanan yang mencerminkan upaya bangsa Indonesia untuk mencapai derajat kesehatan yang optimal
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tuberkulosis (TB), merupakan penyakit kronis yang disebabkan oleh kuman Mycobacterium tuberculosis dan tetap menjadi salah satu penyakit menular mematikan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Tuberkulosis merupakan penyakit yang disebabkan oleh bakteri Mycobacterium tuberculosis. Penyakit ini menyerang segala usia maupun jenis kelamin. Gambaran penyakit ini
Lebih terperinciKERANGKA ACUAN KEGIATAN PROGRAM TB PARU. Tuberkulosis adalah penyaki tmenular langsung yang disebabkan oleh kuman
Kode Pos - 64451 PEMERINTAH KABUPATEN NGANJUK DINAS KESEHATAN DAERAH UPTD PUSKESMAS TANJUNGANOM Jl. A Yani No.25 Telp. (0358) 772800 Email : pkm.tanjunganom@gmail.com TANJUNGANOM KERANGKA ACUAN KEGIATAN
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. menggunakan desain cross-sectional. Pengambilan data dilakukan secara
BAB III METODE PENELITIAN A. Rancangan Penelitian Penelitian ini berupa deskriptif non eksperimental dengan menggunakan desain cross-sectional. Pengambilan data dilakukan secara retrospektif berdasarkan
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Sulianti (2004) Tuberculosis adalah penyakit menular yang disebabkan oleh
9 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Tuberkulosis 1. Pengertian Tuberkulosis Menurut Sulianti (2004) Tuberculosis adalah penyakit menular yang disebabkan oleh kuman Tuberkulosis Mycobakterium tuberculosa. Sebagian
Lebih terperinciKERANGKA ACUAN PROGRAM TB PARU UPTD PUSKESMAS BANDA RAYA KECAMATAN BANDA RAYA
KERANGKA ACUAN PROGRAM TB PARU UPTD PUSKESMAS BANDA RAYA KECAMATAN BANDA RAYA I. PENDAHULUAN Tuberkulosis ( TB ) merupakan masalah kesehatan masyarakat di dunia terutama negara yang sedang berkembang.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Tuberkulosis merupakan infeksi yang disebabkan oleh bakteri. Mikobakterium tuberculosis dan kadang-kadang oleh Mikobakterium bovis
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tuberkulosis merupakan infeksi yang disebabkan oleh bakteri Mikobakterium tuberculosis dan kadang-kadang oleh Mikobakterium bovis dan Africanum. Organisme ini disebut
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tuberkulosis 1. Definisi Tuberkulosis (TB) adalah penyakit menular langsung yang disebabkan oleh kuman TB (mycobacterium tuberculosis). Sebagian besar kuman TB menyerang paru,
Lebih terperinciABSTRAK EFEK SAMPING PENGOBATAN TUBERKULOSIS DENGAN OBAT ANTI TUBERKULOSIS KATAGORI 1 PADA FASE INTENSIF
ABSTRAK EFEK SAMPING PENGOBATAN TUBERKULOSIS DENGAN OBAT ANTI TUBERKULOSIS KATAGORI 1 PADA FASE INTENSIF Tuberkulosis merupakan penyakit menular langsung yang disebabkan oleh kuman mycobacterium tuberculosis.
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. Penyakit ini tersebar ke seluruh dunia. Pada awalnya di negara industri
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tuberkulosis (TB) 2.1.1 Distribusi Penyakit Penyakit ini tersebar ke seluruh dunia. Pada awalnya di negara industri penyakit tuberkulosis menunjukkan kecenderungan yang menurun
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. LANDASAN TEORI Tuberkulosis A.1 Definisi Tuberkulosis adalah penyakit yang disebabkan oleh infeksi Mycobacterium tuberculosis. Bakteri ini ditemukan pertama kali oleh Robert
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. Tuberkulosis adalah penyakit menular yang disebabkan oleh
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tuberkulosis (TB) Tuberkulosis adalah penyakit menular yang disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis, yang sebagian besar (80%) menyerang paruparu.mycobacterium tuberculosis
Lebih terperinciTema Lomba Infografis Community TB HIV Care Aisyiyah 2016
Tema Lomba Infografis Community TB HIV Care Aisyiyah 2016 TEMA 1 : Tuberkulosis (TB) A. Apa itu TB? TB atau Tuberkulosis adalah Penyakit menular yang disebabkan oleh kuman Mycobacterium Tuberkulosis. Kuman
Lebih terperinciDilihat dari bentuk respon terhadap stimulus ini, maka perilaku dapat dibedakan menjadi dua (Notoatmodjo, 2003) :
KONSEP PERILAKU A. Pengertian Perilaku Perilaku adalah tindakan atau aktivitas dari manusia itu sendiri yang mempunyai bentangan yang sangat luas antara lain : berjalan, berbicara, menangis, tertawa, bekerja,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. bakterituberkulosis tersebut (Kemenkes RI,2012). Jumlah prevalensi TB di
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tuberkulosis (TB) adalah penyakit menular yang disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis. Penyakit ini menyebar melalui droplet atau percikan dahak yang menyebar
Lebih terperinciPEDOMAN MANAJEMEN TERPADU PENGENDALIAN TUBERKULOSIS RESISTAN OBAT BAB I PENDAHULUAN
2013, No.285 6 LAMPIRAN PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2013 TENTANG PEDOMAN MANAJEMEN TERPADU PENGENDALIAN TUBERKULOSIS RESISTAN OBAT PEDOMAN MANAJEMEN TERPADU PENGENDALIAN
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. menyerang paru, tetapi dapat juga mengenai organ tubuh lainnya (World
BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Tuberkulosis (TB) adalah penyakit menular yang disebabkan oleh kuman TB (Mycobacterium Tuberculosis). Sebagian besar kuman TB menyerang paru, tetapi dapat
Lebih terperinciMengapa Kita Batuk? Mengapa Kita Batuk ~ 1
Mengapa Kita Batuk? Batuk adalah refleks fisiologis. Artinya, ini adalah refleks yang normal. Sebenarnya batuk ini berfungsi untuk membersihkan tenggorokan dan saluran napas. Atau dengan kata lain refleks
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang yakni
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tuberkulosis adalah penyakit infeksi yang terutama disebabkan oleh bakteri Mycobacterium tuberculosis, sebagian kecil oleh bakteri Mycobacterium africanum dan Mycobacterium
Lebih terperinciPENERAPAN STRATEGI DOTS DI RUMAH SAKIT HBS MODUL F HDL 1
PENERAPAN STRATEGI DOTS DI RUMAH SAKIT HBS MODUL F HDL 1 RUMAH SAKIT PERLU DOTS? Selama ini strategi DOTS hanya ada di semua puskesmas. Kasus TBC DI RS Banyak, SETIDAKNYA 10 BESAR penyakit, TETAPI tidak
Lebih terperinciI. Daftar pertanyaan untuk Informan Staf bidang Pengendalian Masalah Kesehatan (PMK) Dinas Kesehatan Kota Medan a. Identitas Informan
LAMPIRAN PEDOMAN WAWANCARA MENDALAM ( IN DEPTH INTERVIEW ) ANALISIS PELAKSANAAN STRATEGI DOTS PLUS PADA PROGRAM PENANGGULANGAN TB MDR DI PUSKESMAS TELADAN TAHUN 06 I. Daftar pertanyaan untuk Staf bidang
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. bakteri berbentuk batang yang dikenal dengan nama Mycobacterium
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Tuberculosis merupakan penyakit infeksi yang disebabkan oleh bakteri berbentuk batang yang dikenal dengan nama Mycobacterium Tuberculosis (ahmad, 2010). Penyakit
Lebih terperinciBAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. dilakukan secara retrospektif berdasarkan rekam medik dari bulan Januari
1. Sampel Penelitian BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Sampel pada penelitian ini sebanyak 126 pasien. Pengambilan data dilakukan secara retrospektif berdasarkan rekam medik dari bulan Januari Juni
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. tersebut terdapat di negara-negara berkembang dan 75% penderita TB Paru adalah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit tuberkulosis paru selanjutnya disebut TB paru merupakan penyakit menular yang mempunyai angka kesakitan dan kematian yang tinggi. Menurut World Health Organization
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tuberkulosis adalah penyakit menular yang disebabkan oleh bakteri Mycobacterium tuberculosis yang pada umumnya menyerang jaringan paru, tetapi dapat menyerang organ
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. berhasil disembuhkan. Apalagi diakibatkan munculnya pandemi HIV/AIDS di dunia
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Situasi Tuberkulosis (TB) paru di dunia masih buruk dan banyak yang tidak berhasil disembuhkan. Apalagi diakibatkan munculnya pandemi HIV/AIDS di dunia yang menambah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Sampai saat ini penyakit Tuberkulosis Paru ( Tb Paru ) masih menjadi
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Sampai saat ini penyakit Tuberkulosis Paru ( Tb Paru ) masih menjadi masalah kesehatan yang utama di dunia maupun di Indonesia. Penyakit Tuberkulosis merupakan penyebab
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Upaya penanggulangan tuberkulosis dimulai pada awal tahun 1990-an Word Health Organization (WHO) dan International Union Against TB and Lung Diseases (IUALTD) telah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Diperkirakan sekitar 2 miliar atau sepertiga dari jumlah penduduk dunia telah
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Diperkirakan sekitar 2 miliar atau sepertiga dari jumlah penduduk dunia telah terinfeksi oleh kuman Mycobacterium tuberculosis pada tahun 2007 dan ada 9,2 juta penderita
Lebih terperinciPenemuan PasienTB. EPPIT 11 Departemen Mikrobiologi FK USU
Penemuan PasienTB EPPIT 11 Departemen Mikrobiologi FK USU 1 Tatalaksana Pasien Tuberkulosis Penatalaksanaan TB meliputi: 1. Penemuan pasien (langkah pertama) 2. pengobatan yang dikelola menggunakan strategi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. batang (basil) yang dikenal dengan nama Mycobacterium tuberculosis, yang sebagian besar
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Tuberkulosis (TB) merupakan salah satu penyebab kematian utama yang diakibatkan oleh infeksi. Tuberkulosis adalah penyakit menular langsung yang disebabkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang. Tuberkulosis (TBC) adalah penyakit menular. langsung yang disebabkan oleh Mycobacterium
BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Tuberkulosis (TBC) adalah penyakit menular langsung yang disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis yang sebagian besar menyerang paru-paru tetapi juga dapat mengenai
Lebih terperinciKARAKTERISTIK PASIEN TUBERCULOSIS MULTI DRUG RESISTANCE DI KOTA SURABAYA TAHUN
KARAKTERISTIK PASIEN TUBERCULOSIS MULTI DRUG RESISTANCE DI KOTA SURABAYA TAHUN 2009-2013 SKRIPSI OLEH : Steven Hermantoputra NRP : 1523011019 FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS KATOLIK WIDYA MANDALA SURABAYA
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. meminum obatnya secara teratur dan tuntas. PMO bisa berasal dari keluarga,
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teori 1. Pengawas Minum Obat (PMO) a. Pengertian PMO Menurut Depkes RI (1999) PMO adalah seseorang yang ditunjuk dan dipercaya untuk mengawasi dan memantau penderita
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penanggulangan Tuberkulosis (TB) di Indonesia sudah berlangsung sejak zaman penjajahan Belanda namun terbatas pada kelompok tertentu. Setelah perang kemerdekaan, TB
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. dan termasuk salah satu sasaran Millennium Development Goals (MDGs) dalam
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan Tuberkulosis (TB) merupakan salah satu masalah utama kesehatan masyarakat dan termasuk salah satu sasaran Millennium Development Goals (MDGs) dalam pemberantasan
Lebih terperinci