The Governance Programme
|
|
- Iwan Setiawan
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 The Governance Programme Workshop Pembuatan Undang-Undang Dasar dalam Revolusi: Kasus Libya Andrew ARATO New School for Social Research, New York Menyenangkan sekali bisa ikut berpartisipasi dalam panel ini, dan untuk mengomentari makalah luar biasa karya Profesor Suliman Ibrahim, dengan presentasi meyakinkannya yang berisi fakta-fakta yang akan saya kemukakan di sini. Tentu saja saya diundang untuk berpartisipasi bukan sebagai pakar tentang Libya, tapi sebagai seseorang yang dapat membawa pengalaman komparatif yang lebih luas untuk topik tersebut. 1 Saya ingin memulai dengan membandingkan apa yang disebut sebagai revolusi tahun 1989 dengan Revolusi Arab tahun Menurut pandangan saya, revolusi tahun 1089, terlepas dari nomenklatur internasional, bersamaan dengan transisi di Afrika Selatan, adalah proses pasca revolusi yang bergantung pada kontinuitas hukum, negosiasi komprehensif, dan bentuk pembuatan UUD demokratis multi tahap. Dibandingkan dengan majelis konstituen yang berdaulat, unsur pembuat UUD khas mereka adalah meja bundar, yang melibatkan kehadiran dan kesepakatan akhir dari kekuatan politik yang sebelumnya ditentang di masyarakat. Saya mengacu pada proses pembuatan UUD sebagai pasca berdaulat, karena tidak pada tahap mana pun suatu badan, gerakan, institusi, atau pemimpin mengklaim diri mewakili dan mewujudkan kehendak rakyat yang berdaulat. Sebaliknya, pada tahun 2011, pemerintah sementara dan di beberapa majelis konstituen negara setidaknya berusaha untuk berbicara sendiri atas nama masyarakat secara keseluruhan. Ini adalah revolusi sejati yang melibatkan perpecahan hukum, bentuk klasik kekuatan ganda yang benar-benar ditekankan oleh mahasiswa dan peserta Revolusi Rusia 100 tahun yang lalu. Seperti yang akan saya prediksi berdasarkan pengalaman sejarah (dan juga teori Hannah Arendt di On Revolution) revolusirevolusi ini berhasil dalam melaksanakan tindakan pembebasan, namun mengalami kesulitan dalam membangun UUD yang demokratis. Sejauh ini hanya satu yang berhasil dalam usaha seperti itu, Tunisia. Di tempat lain, di Mesir, dua UUD yang dibuat secara tidak demokratis dan sangat tidak baik muncul, sementara di Suriah, Yaman dan Libya perang saudara yang terus berlanjut tanpa konsolidasi konstitusional telah menjadi hasil utama, sejauh ini. Namun, menurut tesis pertama saya di sini, revolusi tahun 2011 berlangsung dalam konteks sejarah internasional yang ditandai dengan pencapaian normatif pasca revolusioner dari masa transformasi sebelumnya. Ini berarti usaha tersebut, bahkan dalam revolusi untuk mengimpor dan mencangkokkan elemen serta fitur paradigma pasca revolusi. Hal ini dilakukan dengan baik di Tunisia, yaitu negosiasi dan kesepakatan awal telah menempatkan kekuatan revolusioner dan reformis utama di jalan yang seringkali sulit mencapai kesepakatan dan 1 Saya telah menulis tentang politik UUD di Eropa Tengah, Afrika Selatan, Irak, dan baru-baru ini di Amerika Latin, serta di dua negara Arab yang berdekatan dengan Libya, yaitu Mesir dan Tunisia. Lihat Civil Society, Constitution and Legitimacy (2000), Constitution Making under Occupation (2006); Post Sovereign Constitution making (2016), dan Adventures of the Constituent Power (2017).
2 kompromi. Operasi impor kurang berhasil di Mesir, baik yang berhubungan dengan proses maupun hasilnya. 2 Libya telah dan tetap menjadi negara yang sangat berbeda bila dibandingkan kedua negara tetangga ini. Saya tidak dapat dan tidak perlu membahas semua perbedaan secara keseluruhan, kecuali untuk menekankan tiga elemen: sifat unik dari rezim otoriter sebelumnya, karakter yang kurang terintegrasi dari tiga wilayah utama negara ini, dan peran penting Intervensi internasional dalam keberhasilan kekuatan pembebasan juga cukup beragam. Meskipun demikian, terlepas dari perbedaan-perbedaan ini, di Libya ada proses revolusioner serupa dengan yang di Tunisia dan Mesir, yang ditandai dengan jeda hukum sepenuhnya serta adanya organ revolusioner unik yang tidak bersatu, Dewan (Interim) Transisi Nasional Sementara. Badan yang ditunjuk sendiri ini memulai prosesnya dengan Deklarasi Konstitusional Interim (DKI) Maret 2011 (diulang pada bulan Agustus 2011), masih dalam keadaan kekuasaan ganda. Deklarasi ini berisi peraturan pembuatan UUD (pasal 30) yang kemudian diamandemen oleh badan terpilih baru, Kongres Nasional Umum (KNU) sendiri didirikan di bawah seperangkat peraturan yang sama. Dan di sini juga, di Libya, ada upaya signifikan untuk impor atau transplantasi gagasan pasca revolusi atau pasca kedaulatan di tengah pembuatan UUD revolusioner. Yaitu sebagai berikut ini: 1. Deklarasi Konstitusional Interim (DKI), yang lebih berkembang daripada kebanyakan dokumen revolusioner, menetapkan bentuk pembatasan bahkan pada otoritas legislatif peralihan, dan dalam hal ini merupakan usaha untuk membangun konstitusionalisme selama masa transisi itu sendiri. 2. Mahkamah Agung, sebuah institusi yang diwarisi dari rezim sebelumnya yang independensinya telah dikonfirmasi (atau lebih tepatnya: ditetapkan) oleh ICD (pasal 32), menjadi pemain yang perannya dimaksudkan sebagai penegakan hukum atas peraturan transisi melawan pemegang kekuasaan. 3. Sehubungan dengan transisi revolusioner sebelumnya, ada upaya yang lebih bertekad untuk mempertahankan komponennya (Konstituante atau Majelis Perumus UUD atau MPUUD) secara akurat dan organ legislatif (yang pertama adalah Dewan Nasional Umum dan kemudian Dewan Perwakilan Rakyat) terpisah dan dibedakan, dengan MPUUD menolak setiap usaha untuk mengambil alih semua kekuatan. 4. Bahkan jika tidak pada awalnya, negosiasi komprehensif berperan dalam upaya mengatasi kesulitan besar yang muncul dalam proses transisi. Sayangnya, di Libya, fitur pasca kedaulatan membuat proyek 2 dan 3 mengguncang proyek konstitusionalis 1, sementara membuat proyek 4 sangat sulit. Jadi, di Mesir (berlawanan dengan Tunisia), kombinasi unsur revolusioner dan pasca kedaulatan tidak koheren dan tidak stabil. Terlepas dari perbedaan latar belakang dan antagonisme yang digambarkan dengan sangat baik dalam makalah Ibrahim, bahwa bahkan mungkin mereka sendiri telah mengesampingkan prosesnya sejauh ini, saya yakin ketidakpercayaan tersebut didasarkan pada dua pilihan buruk pada tingkat politik konstitusional. Yang pertama, jelas, adalah pilihan KNU untuk memilih majelis perwakilan kedua, Dewan Perwakilan Rakyat (DPR), ketika dirinya terhalang oleh konflik internal tajam. Secara pribadi saya bersimpati dengan kekuatan liberal dan sekuler yang mencari langkah ini, dan yang berhasil memilih dewan yang lebih sesuai dengan yang mereka sukai. Namun saya perhatikan bahwa pemilihan 2 Lihat Adventures bab 4 2
3 dengan konsekuensi mayoritas utama bukanlah cara yang baik untuk menyelesaikan konflik mendasar mengenai sifat negara yang bukan hanya berhubungan dengan Islam VS sekularisme, tapi juga federalisme VS cita-cita kesatuan. Bagaimana pun juga hasilnya mengakibatkan perpanjangan kekuasaan ganda klasik di sebuah negara, memiliki dua badan legislatif (bagian KNU yang menolak untuk bubar, dan DPR) dan dua pemerintah yang didasarkan pada keduanya, belum lagi masing-masing tentara dan milisi pendukung. Pilihan buruk kedua memperparah yang pertama. Atas dasar teknis (benar atau tidak) Mahkamah Agung Libya membatalkan pemilihan Dewan Perwakilan Rakyat, dan beberapa amandemen yang menjadi dasar pemilihannya. Mungkin ini adalah upaya untuk memperbaiki pilihan buruk pertama, tapi ini tidak membantu. Setelah pemilihan yang lebih baru dan konsekuensi distribusinya, usaha pembubaran tidak akan berjalan lebih baik di Libya daripada di Mesir, yaitu hal serupa diupayakan oleh Mahkamah Agung Konstitusional (dalam kasus melawan mayoritas Islam). Seperti terhadap Mesir, kedua badan legislatif (dan yang lebih buruk lagi: dua pemerintah) terus beroperasi, keduanya memiliki legitimasi yang jauh lebih rendah, dan bukannya melakukan operasi militer yang merusak satu sama lain berdasarkan dua bagian negara itu (Tripolitania di Barat dan Cyrenaica di Timur, dengan beberapa milisi berjuang berusaha mengendalikan wilayah yang ketiga, Fezzan di Selatan). Namun, tidak satu pun dari kekuatan ini dapat membangun monopoli atas kekuatan kekerasan, bahkan di wilayah kecil dan kota terpisah. Ini adalah tesis kedua saya bahwa dua pilihan buruk, dengan membuka kembali dualitas atau multiplisitas kekuasaan, namun saat ini di antara atau di tengah kekuatan baru, membuat tugas untuk menegosiasikan solusi yang bisa didukung oleh hampir semua orang pada dasarnya sangat sulit. Proses pembebasan, dalam terminologi Arendt, diperlukan untuk mengatasi kekuatan rezim lama yang terdiskreditkan dan hancur, serta relatif mudah dengan bantuan internasional. Namun proses UUD kini saling terkait satu sama lain, dengan kredit pembebasan, sepenuhnya menganggap benar legitimasi dan aspirasi mereka sendiri. Lebih buruk lagi, saat ini para aktor internasional mendukung sisi yang berbeda sesuai dengan kepentingan dan nilai mereka masing-masing. Meski demikian, benar untuk mencoba negosiasi komprehensif bahkan meski sangat disesalkan sekarang dari urutan terbaik, yaitu di tengah bukan di awal. Dan secara formal pada bulan Juli 2015, babak perundingan terpenting di bawah pengawasan UNSMIL, yang membawa ke Perjanjian Shkirat, 3 sepertinya berhasil. Kedua legislatif digabungkan dalam skema baru (DPR dan Dewan Negara), dan sebuah Pemerintahan Baru untuk Kesepakatan Nasional dibentuk pada bulan Januari Sayangnya, banyak komponen dari masingmasing pihak politik yang menolak untuk mengakui pengaturan baru ini, hasilnya, bisa dibilang bahwa kini Libya memiliki tiga pemerintahan yang saling bertikai satu sama lain. Hanya Majelis Penyusun Konstitusional tampaknya telah bertahan dari anarki politik secara utuh, yang masih dibedakan dari masing-masing legislatif. Dan seperti yang ditunjukkan oleh makalah Ibrahim dengan baik, badan ini berhasil menghasilkan beberapa rancangan, melibatkan peningkatan konsensus meskipun terdapat boikot dan protes. Ibrahim sangat optimis tentang kemungkinan hasilnya. Saya kurang begitu yakin. 4 Benar, saya tidak setuju, berbeda dari yang sepertinya ia pikir, bahwa solusinya bisa berasal dari badan perumus UUD Laporan penting tentang draf sebelumnya, oleh Komisi Ahli Hukum Internasional: Deficiencies-Publications-Reports-2015-ENG.pdf 3
4 umum. Menurut saya, UUD hanya bisa dibuat setelah struktur negara disepakati, dan ditetapkan. Alasan pesimisme saya tidak begitu banyak kaitannya dengan konsep dan banyaknya masalah mereka. Setidaknya rancangan-rancangan ini memadai. Namun, bahkan jika referendum diadakan berdasarkan salah satu dari rancangan tersebut, dan 2/3 dukungan yang dibutuhkan dapat dicapai - sangat besar jika - bagaimana kepatuhan terhadap hasilnya harus ditegakkan di bawah kondisi perpecahan dan konflik yang ada sekarang? Saya kembali ke masalah urutan. Jika kesepakatan di bawah sponsorisasi internasional dan dengan potensi penegakan hukum PBB telah dihasilkan di awal prosesnya, masalah struktur negara dapat ditangani secara terpisah pada tahap pertama. Sementara solusi semacam federalisme, berdasarkan pada pemerintahan mandiri konstitusional regional yang kuat bersamaan dengan tingkat integrasi ekonomi yang cukup untuk menjamin beberapa kesamaan hak sumber daya akan sama, baik nanti maupun sekarang, sekarang jauh lebih sulit dicapai daripada sebelumnya. Di tahun 2011, pertanyaannya adalah tentang devolusi, apa yang disebut oleh A. Stepan dan J. Linz sebagai federalisme "bergandengan bersama". 5 Perubahan semacam itu dalam keadaan tidak kompak sebelumnya bahkan dapat dicapai dengan pengakuan besar ke wilayah-wilayah dan provinsi-provinsi, karena otoritas yang signifikan dipegang oleh pusat yang telah memiliki lembaga-lembaga untuk diandalkan. Begitu kita mencapai tingkat desentralisasi yang tinggi, di tengah perang sipil, dengan semakin terkonsolidasinya institusi lokal dan regional, menjadi pertanyaan untuk membuat "federasi bersama" dalam terminologi para penulis ini. Tugas seperti itu sulit bahkan dalam kondisi homogenitas sosial, linguistik, religius, dan politis. Dalam masyarakat yang sangat terbelah seperti Libya sekarang, tugas ini menjadi semakin hebat. Ini adalah tesis ketiga dan terakhir saya, jika meyakinkan, perlu diakui oleh semua pihak, termasuk para aktor internasional yang terlibat. Ini adalah apa yang versi federalisme yang lebih terdesentralisasi dapat kerjakan sekarang sebagai bentuk "bersatu". Saya menyadari bahwa ada banyak pendukung negara yang lebih bersatu di Libya, yang bahkan jika mereka dapat menerima sebentuk devolusi asli sejak dini, berpikir bahwa mereka tidak dapat hidup dengan bentuk yang lebih terdesentralisasi dengan UUD regional, dan relatif sedikit kekuasaan yang dilindungi dalam pemerintah pusat. Mereka mungkin ingin berjuang sampai mati melawan solusi semacam itu. Tapi sampai mati mereka cenderung berkelahi. Dan pada akhirnya mereka yang bertahan akan lebih mungkin mendapatkan petisi daripada jenis federasi mana pun. Sangat berbahaya untuk mencoba meyakinkan dengan mengandalkan contoh di bawah dekolonisasi, tapi saya tidak dapat memikirkan hal yang lebih baik. India Tahun 1930'an, 6 Undang-undang Pemerintah India (1937) menawarkan federasi yang cukup berimbang ke seluruh India Inggris, termasuk negara kepangeranan Namun, kesepakatan tersebut dikecam, sebagai upaya Kolonial lain untuk memecah dan menaklukkannya, oleh kaum nasionalis termasuk Nehru yang cukup berhati-hati dan paham. Delapan tahun dengan banyak pergulatan berlalu, setelah masing-masing pihak, Muslim dan Hindu, menjadi lebih terdiferensiasi dan terkonsolidasi, penguasa kolonial menawarkan proposal yang jauh lebih terdesentralisasi, Rencana Misi Kabinet. Ini pun ditolak setelah awalnya diterima dengan 5 Stepan, Alfred, Juan J. Linz, dan Yogendra Yadav. Membuat negara-bangsa: Demokrasi India dan multinational lainnya. JHU Press, Saya dapat saja menggunakan Irlandia dan juga Mandat Palestina untuk membuat pernyataan yang sama. Menurut pendapat saya, federalisme akan menjadi jawaban dalam kedua kasus tersebut, dan sebaliknya hasilnya adalah dua partisi yang gagal. 4
5 keyakinan yang sangat buruk, partisi menjadi satu-satunya pilihan dalam bentuk yang diinginkan oleh kedua belah pihak. Semua pihak kalah. Sayang sekali pelajarannya sederhana, jika sulit untuk diikuti. Ketika sampai pada solusi federal, penting untuk memilih versi yang tepat, pada saat yang tepat. Ya, solusi negosiasi terhadap perang sipil masih dapat dilakukan di Libya, terutama di bawah pengaruh, pengawasan, dan penegakan hukum internasional. Namun, hal itu tidak didasarkan pada partisipasi yang lebih banyak dari bawah, namun atas kesepakatan para elit yang terpenting. Ya, federasi desentralisasi dengan redistribusi ekonomi masih mungkin dilakukan. Terserah pada orang Libia untuk meyakinkan satu sama lain tentang versi yang dapat mereka jalani, bahkan jika hanya yang terbaik kedua atau ketiga. Dalam situasi seperti ini, menargetkan yang terbaik hanya dapat menghasilkan kebalikannya, perang saudara yang terus berkelanjutan, dan semua prajurit menjadi lelah, partisi di antara unit-unit yang cenderung mengonsolidasikan bentuk otoriter militer. 5
BAB I PENDAHULUAN. internasional, negara harus memiliki syarat-syarat yang harus dipenuhi yaitu,
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Negara merupakan salah satu subjek hukum internasional. Sebagai subjek hukum internasional, negara harus memiliki syarat-syarat yang harus dipenuhi yaitu, salah satunya
Lebih terperinciKonstitusi Rancangan Rusia untuk Suriah: Pertimbangan tentang Pemerintahan di Kawasan Tersebut
Konstitusi Rancangan Rusia untuk Suriah: Pertimbangan tentang Pemerintahan di Kawasan Tersebut Leif STENBERG Direktur, AKU- Dalam makalah berikut ini, saya akan mengambil perspektif yang sebagiannya dibangun
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN DAN SARAN
119 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Kesimpulan yang penulis dapatkan dari hasil penulisan skripsi ini merupakan hasil kajian dan pembahasan dari bab-bab sebelumnya. Wilayaha Eritrea yang terletak
Lebih terperinciMENGANALISIS SISTEM PEMERINTAHAN DI BERBAGAI NEGARA
MENGANALISIS SISTEM PEMERINTAHAN DI BERBAGAI NEGARA A. SISTEM PEMERINTAHAN PARLEMENTER Sistem pemerintahan di mana kepala pemerintahan dipegang oleh presiden dan pemerintah tidak bertanggung jawab kepada
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. The Constitution is made for men, and not men for the Constitution. (Soekarno, dalam pidato tanggal 17 Agustus 1959)
BAB I PENDAHULUAN The Constitution is made for men, and not men for the Constitution. (Soekarno, dalam pidato tanggal 17 Agustus 1959) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 selanjutnya
Lebih terperinciA BOON OR A BANE. P r o j e c t FOR DEMOCRACY? i t a i g k a a n. Amr Hamzawy and Nathan J. Brown. Berkah atau Kutukan Buat Demokrasi?
l Edisi 011, September 2011 A BOON OR A BANE P r o j e c t FOR DEMOCRACY? i t a i g k a a n D Amr Hamzawy and Nathan J. Brown Berkah atau Kutukan Buat Demokrasi? Review Paper oleh Nur Iman Subono 1 Edisi
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN DAN SARAN
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Pembahasan dari bab ini adalah kesimpulan dan saran yang merujuk pada jawaban-jawaban permasalahan penelitian yang telah dikaji. Berdasarkan penelitian dapat disimpulkan
Lebih terperinciPeranan hamas dalam konflik palestina israel tahun
Peranan hamas dalam konflik palestina israel tahun 1967 1972 Oleh: Ida Fitrianingrum K4400026 BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian seperti yang diuraikan pada
Lebih terperinciBAB VI. 6.1 Kesimpulan Strategi Suriah dalam menghadapi konflik dengan Israel pada masa Hafiz al-
166 BAB VI 6.1 Kesimpulan Strategi Suriah dalam menghadapi konflik dengan Israel pada masa Hafiz al- Assad berkaitan dengan dasar ideologi Partai Ba ath yang menjunjung persatuan, kebebasan, dan sosialisme
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pada tanggal 17 Februari 2008 yang lalu, parlemen Kosovo telah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan Pada tanggal 17 Februari 2008 yang lalu, parlemen Kosovo telah memproklamasikan Kosovo sebagai Negara merdeka, lepas dari Serbia. Sebelumnya Kosovo adalah
Lebih terperinciH. BUDI MULYANA, S.IP., M.SI
PENYELESAIAN SENGKETA INTERNASIONAL H. BUDI MULYANA, S.IP., M.SI Pasal 2 (3) dari Piagam PBB Semua anggota wajib menyelesaikan perselisihan internasional mereka melalui cara-cara damai sedemikian rupa
Lebih terperincinegara-negara di Afrika Barat memiliki pemerintahan yang lemah karena mereka sebenarnya tidak memiliki kesiapan politik, sosial, dan ekonomi untuk
BAB IV KESIMPULAN Sejak berakhirnya Perang Dingin isu-isu keamanan non-tradisional telah menjadi masalah utama dalam sistem politik internasional. Isu-isu keamanan tradisional memang masih menjadi masalah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 selanjutnya
BAB I PENDAHULUAN Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 selanjutnya disingkat UUD 1945 1 telah mengalami perubahan sebanyak empat kali, yakni Perubahan Pertama pada tahun 1999, Perubahan
Lebih terperinciREPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL
REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL SAMBUTAN MENTERI NEGARA PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/KEPALA BAPPENAS Pada Penandatanganan MoU
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Pada bab terakhir dalam penulisan skripsi ini akan dituangkan kesimpulan
BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI Pada bab terakhir dalam penulisan skripsi ini akan dituangkan kesimpulan dan rekomendasi berdasarkan hasil penelitian mengenai permasalahan yang dikaji dalam skripsi ini,
Lebih terperinciKelebihan dan Kelemahan Pelaksanaan Sistem Pemerintahan Negara Republik Indonesia
Kelebihan dan Kelemahan Pelaksanaan Sistem Pemerintahan Negara Republik Indonesia Sistem pemerintahan negara Indonesia telah mengalami beberapa perubahan. Semuanya itu tidak terlepas dari sifat dan watak
Lebih terperinciBAB I PERANAN LIGA ARAB DALAM USAHA MENYELESAIKAN KONFLIK DI SURIAH. Organisasi yang bertujuan untuk menciptakan perdamaian antar negara-negara
BAB I PERANAN LIGA ARAB DALAM USAHA MENYELESAIKAN KONFLIK DI SURIAH A. Alasan Pemilihan Judul Liga Arab adalah organisasi yang beranggotakan dari negara-negara Arab. Organisasi yang bertujuan untuk menciptakan
Lebih terperinciSTATUTA INSTITUT INTERNASIONAL UNTUK DEMOKRASI DAN PERBANTUAN PEMILIHAN UMUM*
STATUTA INSTITUT INTERNASIONAL UNTUK DEMOKRASI DAN PERBANTUAN PEMILIHAN UMUM* Institut Internasional untuk Demokrasi dan Perbantuan Pemilihan Umum didirikan sebagai organisasi internasional antar pemerintah
Lebih terperinciPOLITIK & SISTEM POLITIK
POLITIK & SISTEM POLITIK Departemen Administrasi & Kebijakan Kesehatan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia Prof. Drh. Wiku Adisasmito, M.Sc., Ph.D. Kesehatan merupakan hak semua warga negara
Lebih terperinciKEHIDUPAN POLITIK PADA MASA DEMOKRASI TERPIMPIN
KEHIDUPAN POLITIK PADA MASA DEMOKRASI TERPIMPIN Nama : DIMAS DWI PUTRA Kelas : XII MIPA 3 SMAN 1 SUKATANI 2017/3018 Gagalnya usaha untuk kembali ke UUD 1945 dengan melalui Konstituante dan rentetan peristiwa-peristiwa
Lebih terperinciKomunisme dan Pan-Islamisme
Komunisme dan Pan-Islamisme Tan Malaka (1922) Penerjemah: Ted Sprague, Agustus 2009 Ini adalah sebuah pidato yang disampaikan oleh tokoh Marxis Indonesia Tan Malaka pada Kongres Komunis Internasional ke-empat
Lebih terperinciBAB V PENUTUP. Tesis ini berupaya untuk memberikan sebuah penjelasan mengenai
BAB V PENUTUP Tesis ini berupaya untuk memberikan sebuah penjelasan mengenai hubungan antara kebangkitan gerakan politik Islam dalam pergolakan yang terjadi di Suriah dengan persepsi Amerika Serikat, yang
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Dalam masa diadakan perluasan untuk menemukan daerah daerah baru, dan
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam masa diadakan perluasan untuk menemukan daerah daerah baru, dan masalah timbul pada masa ini masalah yang cukup rumit misalnya; timbulnya gerakan gerakan
Lebih terperinciPada pokoknya Hukum Internasional menghendaki agar sengketa-sengketa antar negara dapat diselesaikan secara damai he Hague Peace
Pasal 2 (3) dari Piagam PBB - Semua anggota wajib menyelesaikan perselisihan internasional mereka melalui cara-cara damai sedemikian rupa sehingga perdamaian, keamanan dan keadilan internasional tidak
Lebih terperinciPara filsuf Eropa menyebut istilah akhir sejarah bagi modernisasi yang kemudian diikuti dengan perubahan besar.
Tiga Gelombang Demokrasi Demokrasi modern ditandai dengan adanya perubahan pada bidang politik (perubahan dalam hubungan kekuasaan) dan bidang ekonomi (perubahan hubungan dalam perdagangan). Ciriciri utama
Lebih terperinciBAHAN KULIAH 10 SOSIOLOGI PEMBANGUNAN
BAHAN KULIAH 10 SOSIOLOGI PEMBANGUNAN TEORI DEPENDENSI Dr. Azwar, M.Si & Drs. Alfitri, MS JURUSAN SOSIOLOGI FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS ANDALAS Latar Belakang Sejarah Teori Modernisasi
Lebih terperinciMAKALAH PERBANDINGAN SISTEM PEMERINTAHAN NEGARA
Makalah Perbandingan Sistem Pemerintahan Negara MAKALAH PERBANDINGAN SISTEM PEMERINTAHAN NEGARA RUSDIANTO KARIM SMA NEGERI 1 BONTOMARANNU TAHUN AJARAN 2011-2012 BAB I PENDAHULUAN Sistem pemerintahan suatu
Lebih terperinciSistem Pemerintahan Presidensial vs Parlementer. Teguh Kurniawan
Sistem Pemerintahan Presidensial vs Parlementer Teguh Kurniawan http://staff.blog.ui.edu/teguh1 Sistem Pemerintahan Sistem pemerintahan presidensial model Amerika Sistem pemerintahan parlementer/ sistem
Lebih terperinci1. Menjelaskaan kekuasaan dalam pelaksanaan konsitusi.
1. Menjelaskaan kekuasaan dalam pelaksanaan konsitusi. Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia adalah lembaga (tinggi) negara yang baru yang sederajat dan sama tinggi kedudukannya dengan Mahkamah Agung
Lebih terperinciWORKSHOP Penyusunan Buku Kelompok Rentan. Yogyakarta, Juni 2010 MAKALAH. Otda & Konflik Tata Ruang Publik. Oleh: Wawan Mas udi JPP Fisipol UGM
WORKSHOP Penyusunan Buku Kelompok Rentan Yogyakarta, 21-22 Juni 2010 MAKALAH Otda & Konflik Tata Ruang Publik Oleh: Wawan Mas udi JPP Fisipol UGM Otda & Konflik Tata Ruang Publik Wawan Mas udi JPP Fisipol
Lebih terperincie. Senat diharuskan ada, sedangkan DPR akan terdiri dari gabungan DPR RIS dan Badan Pekerja KNIP;
UUDS 1950 A. Sejarah Lahirnya Undang-Undang Sementara 1950 (UUDS) Negara Republik Indonesia Serikat yang berdiri pada 27 Desember 1949 dengan adanya Konferensi Meja Bundar, tidak dapat bertahan lama di
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. Perkembangan pasca- perang dingin ini juga mempunyai implikasi strategis baik
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Hubungan Internasional Runtuhnya Uni Soviet sebagai negara komunis utama pada tahun 1990-an memunculkan corak perkembangan Hubungan Internasional yang khas. Perkembangan pasca-
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Muslim dalam pembagian India-Pakistan dalam kurun waktu Merujuk
BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI 5.1. Kesimpulan Penulis pada bagian ini akan memaparkan beberapa kesimpulan yang menjadi poin utama dalam pembahasan mengenai peranan Partai Kongres dan Liga Muslim dalam
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. praktik ketatanegaraan Indonesia. Setiap gagasan akan perubahan tersebut
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Bergulirnya reformasi yang terjadi di Indonesia pada tahun 1998 membawa dampak banyak perubahan di negeri ini, tidak terkecuali terhadap sistem dan praktik ketatanegaraan
Lebih terperinciKEWARGANEGARAAN NEGARA DAN SISTEM PEMERINTAHA. Syahlan A. Sume. Modul ke: Fakultas FEB. Program Studi MANAJEMEN.
KEWARGANEGARAAN Modul ke: NEGARA DAN SISTEM PEMERINTAHA by Fakultas FEB Syahlan A. Sume Program Studi MANAJEMEN www.mercubuana.ac.id 1. Latar Belakang Perlunya Negara Setiap manusia mempunyai negara, Mengapa?
Lebih terperinciA. Pengertian Orde Lama
A. Pengertian Orde Lama Orde lama adalah sebuah sebutan yang ditujukan bagi Indonesia di bawah kepemimpinan presiden Soekarno. Soekarno memerintah Indonesia dimulai sejak tahun 1945-1968. Pada periode
Lebih terperinciSMP. 1. Jaminan terhadap hak-hak asasi manusia dan warga negara 2. Susunan ketatanegaraan suatu negara 3. Pembagian & pembatasan tugas ketatanegaraan
JENJANG KELAS MATA PELAJARAN TOPIK BAHASAN SMP VIII (DELAPAN) PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN (PKN) KONSTITUSI YANG PERNAH BERLAKU A. Konstitusi yang pernah berlaku di Indonesia Konstitusi (Constitution) diartikan
Lebih terperinciSENGKETA INTERNASIONAL
SENGKETA INTERNASIONAL HUKUM INTERNASIONAL H. Budi Mulyana, S.IP., M.Si Indonesia-Malaysia SENGKETA INTERNASIONAL Pada hakikatnya sengketa internasional adalah sengketa atau perselisihan yang terjadi antar
Lebih terperinciPEMILU. Oleh : Nur Hidayah
PEMILU Oleh : Nur Hidayah A. PENGERTIAN PEMILU Merupakan salah satu sarana pelaksanaan kedaulatan rakyat yang berdasarkan pada demokrasi perwakilan. Pemilu diartikan sebagai mekanisme penyeleksian dan
Lebih terperinciDemokratisasi di Mesir (Arab Spring) Ketiga dapat dikatakan benar. Afrika Utara dan Timur Tengah mengalami proses demokrasi
Rani Apriliani Aditya 6211111049 Hubungan Internasional 2011 Demokratisasi di Mesir (Arab Spring) Apa yang diprediksikan oleh Huntington dalam bukunya Gelombang Demokrasi Ketiga dapat dikatakan benar.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dewan keamanan PBB bertugas untuk menjaga perdamaian dan keamanan antar negara dan dalam melaksanakan tugasnya bertindak atas nama negaranegara anggota PBB.
Lebih terperinciDi sisi lain, penulis juga hendak bercerita tentang perjuangan mengungkap keadilan. Kendatipun tradisi impunitas telah menjadi borok dalam kehidupan
Bab 5 Kesimpulan Persidangan Rios Montt merupakan pars pro toto dari dinamika perlawanan terhadap impunitas di Guatemala. Kasus ini memilliki potensi yang besar untuk mengembalikan kepercayaan masyarakat
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN. dasawarsa terakhir ini dengan dilumpuhkannya beberapa pemimpin-pemimpin dictator
BAB V KESIMPULAN Amerika serikat adalah sebagai negara adidaya dan sangat berpengaruh di dunia internasional dalam kebijakan luar negerinya banyak melakukan berbagai intervensi bahkan invasi dikawasan
Lebih terperinciRESUME SKRIPSI. Dalam pergaulan internasional setiap negara tidak. bisa melepaskan diri dari hubungan atau kerjasama antar
RESUME SKRIPSI Dalam pergaulan internasional setiap negara tidak bisa melepaskan diri dari hubungan atau kerjasama antar negara yang melintasi batas negara. Sebagian besar negara-negara di dunia saling
Lebih terperinciRANI PURWANTI KEMALASARI SH.MH. Modul ke: Fakultas EKONOMI DAN BISNIS. Program Studi MANAJEMEN.
Modul ke: MATA KULIAH : KEWARGANEGARAAN MODUL 2 NEGARA DAN SISTEM PEMERINTAHAN SUMBER : BUKU ETIKA BERWARGANEGARA, PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN DI PERGURUAN TINGGI. ( DITERBITKAN OLEH UMB GRAHA ILMU ) Fakultas
Lebih terperinciINSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 TAHUN 1976 PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA
INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 TAHUN 1976 PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Menimbang : Bahwa dipandang perlu untuk memberikan petunjuk-petunjuk pengarahan bagi Delegasi Pemerintah Republik Indonesia
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. untuk rakyat (Abraham Lincoln). Demokrasi disebut juga pemerintahan rakyat
BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Demokrasi adalah suatu pemerintahan dari rakyat, oleh rakyat, dan untuk rakyat (Abraham Lincoln). Demokrasi disebut juga pemerintahan rakyat sebagai bentuk pemerintahan
Lebih terperinciPidato Bapak M. Jusuf Kalla Wakil Presiden Republik Indonesia Pada Sidang Majelis Umum Perserikatan Bangsa- Bangsa Ke-71 New York, 23 September 2016
Pidato Bapak M. Jusuf Kalla Wakil Presiden Republik Indonesia Pada Sidang Majelis Umum Perserikatan Bangsa- Bangsa Ke-71 New York, 23 September 2016 Bapak Presiden SMU PBB, Saya ingin menyampaikan ucapan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sistem politik-demokratik modern. Pemilu bahkan telah menjadi salah satu
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pemilihan umum (pemilu) merupakan salah satu instrumen terpenting dalam sistem politik-demokratik modern. Pemilu bahkan telah menjadi salah satu parameter
Lebih terperinciMASA REPUBLIK INDONESIA SERIKAT
MASA REPUBLIK INDONESIA SERIKAT Nama Kelompok 1. Anisa Khafida (14144600207) 2. Rahardhika Adhi Negara (14144600182) 3. Zafitria Syahadatin (14144600195) a) Strategi perjuangan bangsa Indonesia secara
Lebih terperinciTinjauan Konstitusional Penataan Lembaga Non-Struktural di Indonesia 1
Tinjauan Konstitusional Penataan Lembaga Non-Struktural di Indonesia 1 Hamdan Zoelva 2 Pendahuluan Negara adalah organisasi, yaitu suatu perikatan fungsifungsi, yang secara singkat oleh Logeman, disebutkan
Lebih terperinciPada periode keempat ini Joint Parliamentary Commission berubah menjadi Mercosur Parliament yang secara resmi meminta delegasi dari tiap parlemen di n
BAB IV KESIMPULAN Regionalisme Mercosur merupakan regionalisme yang telah mengalami proses yang panjang dan dinamis. Berbagai peristiwa dan upaya negara anggotanya terhadap organisasi ini telah menjadikannya
Lebih terperinciLampiran. Timeline Konflik Yang Terjadi Di Suriah Kekerasan di kota Deera setelah sekelompok remaja
Lampiran Timeline Konflik Yang Terjadi Di Suriah Maret 2011 Kekerasan di kota Deera setelah sekelompok remaja membuat graffiti politik, puluhan orang tewas ketika pasukan keamanan menindak Demonstran Mei
Lebih terperinciSKRIPSI. Diajukan Guna Memenuhi Sebagai Salah Satu Persyaratan Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Hukum. Oleh : Nama : Adri Suwirman.
ANALISIS PUTUSAN MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 006/PUU-IV TAHUN 2006 TERHADAP UNDANG-UNDANG NOMOR 27 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI KEBENARAN DAN REKONSILIASI SKRIPSI Diajukan Guna Memenuhi Sebagai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. adanya pemerintah yang berdaulat dan terakhir yang juga merupakan unsur untuk
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Negara adalah suatu organisasi yang terdiri dari masyarakat yang mempunyai sifat-sifat khusus antara lain sifat memaksa, dan sifat monopoli untuk mencapai tujuannya.
Lebih terperinciDEMOKRASI : ANTARA TEORI DAN PELAKSANAANNYA. Mengetahui teori demokrasi dan pelaksanaanya di Indonesia RINA KURNIAWATI, SHI, MH.
Modul ke: DEMOKRASI : ANTARA TEORI DAN PELAKSANAANNYA Mengetahui teori demokrasi dan pelaksanaanya di Indonesia Fakultas FAKULTAS RINA KURNIAWATI, SHI, MH Program Studi http://www.mercubuana.ac.id DEFINISI
Lebih terperinciPENDAHULUAN. kendatipun disebut sebagai karya agung yang tidak dapat terhindar dari
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tanggal 18 Agustus 1945 para pemimpin bangsa, negarawan pendiri NKRI dengan segala kekurangan dan kelebihannya telah berhasil merumuskan konstitusi Indonesia
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. India dan Pakistan merupakan dua negara yang terletak di antara Asia
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah India dan Pakistan merupakan dua negara yang terletak di antara Asia Tengah dan Asia Tenggara yang terlingkup dalam satu kawasan, yaitu Asia Selatan. Negara-negara
Lebih terperinciBAB V PENUTUP KESIMPULAN. Rangkaian perjalanan sejarah yang panjang terhadap upaya-upaya dan
BAB V PENUTUP KESIMPULAN Rangkaian perjalanan sejarah yang panjang terhadap upaya-upaya dan Strategi Republik Kosovo dalam Proses Mencapai Status Kedaulatannya pada Tahun 2008 telah berlangsung sejak didirikannya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Utara merupakan kejadian tunggal yang tidak dipengaruhi oleh faktor-faktor lain
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Berdasarkan pendekatan monodisipliner sejarah, peristiwa konflik Irlandia Utara merupakan kejadian tunggal yang tidak dipengaruhi oleh faktor-faktor lain
Lebih terperinciAgen-Agen Perubahan dan Aksi Tanpa Kekerasan
Agen-Agen Perubahan dan Aksi Tanpa Kekerasan Oleh Hardy Merriman Aksi tanpa kekerasan menjadi salah satu cara bagi masyarakat pada umumnya, untuk memperjuangkan hak, kebebasan, dan keadilan. Pilihan tanpa
Lebih terperinciBAB V PENUTUP. A. Kesimpulan. Berdasarkan rumusan masalah yang telah dibentuk maka ditarik tiga. kesimpulan, yakni:
363 BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan rumusan masalah yang telah dibentuk maka ditarik tiga kesimpulan, yakni: 1. Pasca amandemen konstitusi kekuasaan presiden terdiri dari tiga pola sebagaimana
Lebih terperinciSUSUNAN PEMERINTAHAN VERTIKAL DAN HORIZONTAL MATERI PERKULIAHAN HUKUM TATA NEGARA
SUSUNAN PEMERINTAHAN VERTIKAL DAN HORIZONTAL MATERI PERKULIAHAN HUKUM TATA NEGARA SISTEM PEMERINTAHAN SISTEM PEMERINTAHAN Sistem Pemerintahan di seluruh dunia terbagi dalam empat kelompok besar: Sistem
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pemilu 1955 merupakan pemilihan umum pertama dengan sistem multi partai yang dilakukan secara terbuka,
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pemilu 1955 merupakan pemilihan umum pertama dengan sistem multi partai yang dilakukan secara terbuka, bebas dan jujur.tetapi pemilihan umum 1955 menghasilkan
Lebih terperinciPOKOK BAHASAN IX GOOD GOVERNANCE
POKOK BAHASAN IX GOOD GOVERNANCE A. Definisi dan Pengertian Tata pemerintahan yang baik (good governance) merupakan konsep yang kini sangat populer di Indonesia. Pembicaraan tentang good governance tidak
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN. serangan Paris oleh kaum Islamis dengan pandangan-pandangan SYRIZA terhadap
BAB V KESIMPULAN Pada Pemilihan di Yunani lalu, kampanye formal berlangsung pendek dan dimulai pada awal Januari, yang dilakukan segera setelah dua pihak berkuasa gagal memiliki kandidat untuk upacara
Lebih terperinciIndonesia akan menyelenggarakan pilpres setelah sebelumnya pilleg. Akankah ada perubahan di Indonesia?
{mosimage} Hafidz Abdurrahman Ketua DPP Hizbut Tahrir Indonesia Tak lama lagi, rakyat Indonesia akan kembali berpesta dalam demokrasi. Setelah beberapa waktu lalu diminta memilih wakil rakyat, kini rakyat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Di zaman modern sekarang ini, hampir semua negara mengklaim menjadi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Di zaman modern sekarang ini, hampir semua negara mengklaim menjadi penganut paham demokrasi. Seperti dapat diketahui dari penelitian Amos J. Peaslee pada tahun 1950,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. memerlukan perppu (peraturan pemerintah pengganti undang-undang). 1 Karena
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) diberitakan kemungkinan bakal menjadi calon tunggal dalam pemilihan presiden tahun 2009. Kemungkinan calon tunggal dalam pilpres
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. di dunia berkembang pesat melalui tahap-tahap pengalaman yang beragam disetiap
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sejarah institusi yang berperan melakukan kegiatan pengujian konstitusional di dunia berkembang pesat melalui tahap-tahap pengalaman yang beragam disetiap
Lebih terperinciDalam pandangan Ikhwan, mereka mempunyai hubungan bersahabat sejak era pendiri kerajaan, Raja Abdul Aziz al Saud, bahkan sampai saat ini.
Pengantar: Kerajaan Arab Saudi mengelompokkan Ikhwanul Muslimin sebagai kelompok teroris, sama dengan Al Qaeda, dan lainnya. Ada apa di balik semua ini? Adakah negara lain punya peran? Simak pembahasannya
Lebih terperinciDUA BELAS FAKTA DAN KEKELIRUAN TENTANG KONVENSI MUNISI TANDAN (Convention on Cluster Munitions)
Fakta dan Kekeliruan April 2009 DUA BELAS FAKTA DAN KEKELIRUAN TENTANG KONVENSI MUNISI TANDAN (Convention on Cluster Munitions) Kekeliruan 1: Bergabung dengan Konvensi Munisi Tandan (CCM) menimbulkan ancaman
Lebih terperinciPERAN POLITIK MILITER DI INDONESIA
PERAN POLITIK MILITER DI INDONESIA Materi Kuliah Sistem Politik Indonesia [Sri Budi Eko Wardani] Alasan Intervensi Militer dalam Politik FAKTOR INTERNAL FAKTOR EKSTERNAL 1. Nilai dan orientasi perwira
Lebih terperinciKEKUASAAN PEMERINTAH NEGARA MENURUT UUD NRI 1945 PERKEMBANGAN DAN DINAMIKANYA
KEKUASAAN PEMERINTAH NEGARA MENURUT UUD NRI 1945 PERKEMBANGAN DAN DINAMIKANYA HERLAMBANG P. WIRATRAMAN FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS AIRLANGGA SISTEM KETATANEGARAAN 2017 POIN DISKUSI Memahami teori kekuasaan
Lebih terperinciPENDAHULUAN Setelah Indonesia merdeka tanggal 17 Agustus 1945, Belanda masih merasa mempunyai kekuasaan atas Hindia Belanda yaitu negara bekas
PENDAHULUAN Setelah Indonesia merdeka tanggal 17 Agustus 1945, Belanda masih merasa mempunyai kekuasaan atas Hindia Belanda yaitu negara bekas jajahan masih di bawah kekuasaan Kerajaan Belanda. Setelah
Lebih terperinciBAB 5 KESIMPULAN. Kebijakan nuklir..., Tide Aji Pratama, FISIP UI., 2008.
BAB 5 KESIMPULAN Kecurigaan utama negara-negara Barat terutama Amerika Serikat adalah bahwa program nuklir sipil merupakan kedok untuk menutupi pengembangan senjata nuklir. Persepsi negara-negara Barat
Lebih terperinciSISTEM PEMERINTAHAN INDONESIA SUYATO
SISTEM PEMERINTAHAN INDONESIA SUYATO LATAR BELAKANG Latar belakang Indonesia merupakan sebuah negara yang memiliki sistem pemerintahan presidenssil. Sistem pemerintahan mempunyai sistem dan tujuan untuk
Lebih terperinciPENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN
PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN Modul ke: DEMOKRASI ANTARA TEORI DAN PELAKSANAANNYA Fakultas TEKNIK Martolis, MT Program Studi Teknik Mesin TUJUAN INSTRUKSIONAL KHUSUS 1. MENYEBUTKAN PENGERTIAN, MAKNA DAN MANFAAT
Lebih terperinciPENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN
Modul ke: PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN Negara dan Sistem Pemerintahan Fakultas EKONOMI DAN BISNIS Ikhwan Aulia Fatahillah, SH., MH. Program Studi Manajemen Bagian Isi Pengertian Negara Menurut Para Ahli
Lebih terperinciPEMILIHAN PRESIDEN DAN WAKIL PRESIDEN BERDASARKAN SISTEM PRESIDENSIL
PEMILIHAN PRESIDEN DAN WAKIL PRESIDEN BERDASARKAN SISTEM PRESIDENSIL SUMONO, SH Abstrak Pemilihan Presiden dan Wakil Presiden merupakan perwujudan demokrasi dalam sistem presidensiil. Namun sistem presidensiil
Lebih terperinciPENINGKATAN NILAI PARTISIPASI PEMILIH
Policy Brief [05] Kodifikasi Undang-undang Pemilu Oleh Sekretariat Bersama Kodifikasi Undang-undang Pemilu MASALAH Demokrasi bukanlah bentuk pemerintahan yang terbaik, namun demokrasi adalah bentuk pemerintahan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. menimbulkan penderitaan bagi masyarakat Korea. Jepang melakukan eksploitasi
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian Sejarah Korea yang pernah berada di bawah kolonial kekuasaan Jepang menimbulkan penderitaan bagi masyarakat Korea. Jepang melakukan eksploitasi sumber
Lebih terperinciSambutan Presiden RI pada Pembukaan Konferensi ke-7 Hakim Mahkamah Konstitusi Asia, 13 Juli 2010 Selasa, 13 Juli 2010
Sambutan Presiden RI pada Pembukaan Konferensi ke-7 Hakim Mahkamah Konstitusi Asia, 13 Juli 2010 Selasa, 13 Juli 2010 SAMBUTAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA PADA ACARA PERESMIAN PEMBUKAAN KONFERENSI KE-7
Lebih terperinciPENGUATAN SISTEM DEMOKRASI PANCASILA MELALUI INSTITUSIONALISASI PARTAI POLITIK Oleh: Muchamad Ali Safa at (Dosen Fakultas Hukum Universitas Brawijaya)
PENGUATAN SISTEM DEMOKRASI PANCASILA MELALUI INSTITUSIONALISASI PARTAI POLITIK Oleh: Muchamad Ali Safa at (Dosen Fakultas Hukum Universitas Brawijaya) Apakah Sistem Demokrasi Pancasila Itu? Tatkala konsep
Lebih terperinciBADAN YUDIKATIF, BADAN LEGISLATIF DAN BADAN EKSEKUTIF
BADAN YUDIKATIF, BADAN LEGISLATIF DAN BADAN EKSEKUTIF Oleh Kelompok 3 : Tondy Nugroho 153112350750001 Umayah Arindah 153112350750002 Mario Risdantino M. 153112350750005 Ketua Kelompok Tri Nadyagatari 153112350750006
Lebih terperinciMengapa HT terus mendesak pemerintah mengirimkan tentara perang melawan Israel?
Hafidz Abdurrahman Ketua Lajnah Tsaqafiyah DPP HTI Inggris melakukan berbagai upaya untuk mendudukkan Yahudi di Palestina namun selalu gagal. Tapi setelah khilafah runtuh dan ruh jihad mati barulah negara
Lebih terperinciNEGARA SISTEM PEMERINTAHAN KEKUASAAN, WEWENANG, LEGITIMASI LEMBAGA POLITIK
NEGARA SISTEM PEMERINTAHAN KEKUASAAN, WEWENANG, LEGITIMASI LEMBAGA POLITIK IDENTIFIKASI MANUSIA HIDUP : 1. CONFORMITAS KERJASAMA 2. ANTAGONISTIS PERTENTANGAN Negara organisasi dalam suatu wilayah dapat
Lebih terperinciNegara Federasi dan Negara Kesatuan
Negara Federasi dan Negara Kesatuan Federasi berasal dari kata Latin foedus yang berarti perjanjian atau persetujuan. Dalam federasi atau negara serikat (bondstaat, Bundesstaat), dua atau lebih kesatuan
Lebih terperinciBAB 1 PENGANTAR Latar Belakang. demokrasi sangat tergantung pada hidup dan berkembangnya partai politik. Partai politik
BAB 1 PENGANTAR 1.1. Latar Belakang Partai politik merupakan sebuah institusi yang mutlak diperlukan dalam dunia demokrasi, apabila sudah memilih sistem demokrasi dalam mengatur kehidupan berbangsa dan
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN. Bab ini merupakan kesimpulan dari penulisan skripsi yang berjudul MILITER
145 BAB V KESIMPULAN Bab ini merupakan kesimpulan dari penulisan skripsi yang berjudul MILITER DAN POLITIK DI INDONESIA (Studi Tentang Kebijakan Dwifungsi ABRI Terhadap Peran-peran Militer di Bidang Sosial-Politik
Lebih terperinciBAB II OTONOMI KHUSUS DALAM SISTEM PEMERINTAHAN NEGARA MENURUT UUD A. Pemerintah Daerah di Indonesia Berdasarkan UUD 1945
BAB II OTONOMI KHUSUS DALAM SISTEM PEMERINTAHAN NEGARA MENURUT UUD 1945 A. Pemerintah Daerah di Indonesia Berdasarkan UUD 1945 Dalam UUD 1945, pengaturan tentang pemerintah daerah diatur dalam Bab VI pasal
Lebih terperinciPANCASILA DALAM KAJIAN SEJARAH PERJUANGAN BANGSA INDONESIA
Modul ke: Fakultas FAKULTAS TEKNIK PANCASILA DALAM KAJIAN SEJARAH PERJUANGAN BANGSA INDONESIA ERA KEMERDEKAAN BAHAN TAYANG MODUL 3B SEMESTER GASAL 2016 RANI PURWANTI KEMALASARI SH.MH. Program Studi Teknik
Lebih terperinciSarana utama memulai & mengembangkan hubungan internasional. Bentuk semua perbuatan hukum dan transaksi masyarakat internasional
Perjanjian Internasional Sarana utama memulai & mengembangkan hubungan internasional Bentuk semua perbuatan hukum dan transaksi masyarakat internasional Sarana menetapkan kewajiban pihak terlibat dalam
Lebih terperinciPERSPEKTIF DALAM HUBUNGAN INTERNASIONAL REALISM DAN NEO REALISM
PERSPEKTIF DALAM HUBUNGAN INTERNASIONAL REALISM DAN NEO REALISM Sebelum PD I studi Hubungan Internasional lebih banyak berorientasi pada sejarah diplomasi dan hukum internasional Setelah PD I mulai ada
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Menjamurnya lembaga negara, termasuk keberadaan komisi negara
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Menjamurnya lembaga negara, termasuk keberadaan komisi negara independen, sebetulnya adalah konsekuensi logis dari redistribusi kekuasaan negara yang terjadi
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA. semua warga menikmati kebebasan untuk berbicara, kebebasan berserikat,
BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Demokrasi di Indonesia Definisi demokrasi menurut Murod (1999:59), sebagai suatu policy di mana semua warga menikmati kebebasan untuk berbicara, kebebasan berserikat, mempunyai
Lebih terperinciManifesto Aidit dalam Peranan Koperasi Dewasa Ini
Manifesto Aidit dalam Peranan Koperasi Dewasa Ini Ilustrasi: Moh. Dzikri Handika Melalui buku Peranan Koperasi Dewasa Ini (PKDI), Aidit secara tegas meletakkan koperasi sebagai gerakan sosial dan ekonomi
Lebih terperinciDUKUNGAN ARAB SAUDI TERHADAP PEMERINTAHAN ALI ABDULLAH SALEH DALAM REVOLUSI RAKYAT YAMAN RESUME
DUKUNGAN ARAB SAUDI TERHADAP PEMERINTAHAN ALI ABDULLAH SALEH DALAM REVOLUSI RAKYAT YAMAN RESUME Disusun oleh Veny Tristiana 151090042 PRODI ILMU HUBUNGAN INTERNASIONAL FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN POLITIK
Lebih terperinciSISTEM POLITIK INDONESIA
NAMA : VINA RACHMAYA NIM : 124 674 042 PRODI : S1 ILMU ADMINISTRASI NEGARA 2012 KELAS : B SISTEM POLITIK INDONESIA A. Pengertian Sistem, Politik, dan Sistem Politik a. Sistem Sistem menurut pamudji (1981:4)
Lebih terperinciKONSOLIDASI DEMOKRASI UNTUK KEMAKMURAN RAKYAT
REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL SAMBUTAN MENTERI NEGARA PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/KEPALA BAPPENAS Pada Seminar DEMOKRASI UNTUK
Lebih terperinci