Pengalaman Perawat Dalam Menangani Pasien Dengan Fraktur Femur di Instalasi Gawat Darurat Rumah Sakit Ortopedi Prof. DR. R. Soeharso Surakarta
|
|
- Suhendra Hartono
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN STIKES KUSUMA HUSADA SURAKARTA 2017 Pengalaman Perawat Dalam Menangani Pasien Dengan Fraktur Femur di Instalasi Gawat Darurat Rumah Sakit Ortopedi Prof. DR. R. Soeharso Surakarta 1) Nur Aktifa, 2) Wahyu Rima Agustin, 3) Ratih Dwilestari Puji Utami 1)Mahasiswi Program Studi Sarjana Keperawatan STIKES Kusuma Husada 2), 3) Dosen Program Studi Sarjana Keperawatan STIKES Kusuma Husada Abstrak Penanganan fraktur femur tidak ditangani secara cepat, maka akan menyebabkan kehilangan darah hingga satu liter, sehingga bila terjadi fraktur femur bilateral dapat mengancam nyawa karena adanya gangguan sirkulasi. Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui pengalaman perawat dalam menangani pasien dengan fraktur femur di Instalasi Gawat Darurat Rumah Sakit Ortopedi Prof. DR. R. Soeharso Surakarta. Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif dengan pendekatan interpretative phenomenological analysis (IPA). Teknik sampling yang digunakan dalam penelitian ini adalah purposive sampling dengan sampel 3 perawat IGD RSO Prof. DR. R. Soeharso Surakarta. Penelitian ini menggunakan teknik indepth interview dengan menggunakan tujuh analisa model Colaizzi yang menghasilkan 16 tema yaitu (1) triage, (2) primary survey, (3) secondary survey, (4) data subyektif, (5) data obyetif, (6) diagnosa prioritas, (7) intervensi mandiri perawat, (8) intervensi kolaborasi, (9) teknik manajemen nyeri, (10) imobilisasi fraktur, (11) pemberian obat analgetik, (12) penanganan fraktur, (13) evaluasi obyektif, (14) evaluasi subyektif, (15) respon emosional, dan (16) prinsip penanganan pasien. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa seluruh partisipan telah melakukan tindakan dalam menangani pasien dengan fraktur femur dengan tepat. Berdasarkan hal tersebut diharapkan tenaga medis melakukan pengkajian asuhan keperawatan yang komprehensif terutama pada pasien dengan fraktur femur dan diharapkan pelayanan kepada pasien gawat darurat meningkat. Kata Kunci: Penanganan, Perawat, Fraktur Femur. Daftar Pustaka : 42 ( ) 1
2 STUDY PROGRAM OF NURSING STIKES KUSUMA HUSADA SURAKARTA 2017 Nurse Experience in Handling Patients with Fractures Femur at the Emergency Installation of Orthopaedic Hospital Prof. DR. R. Soeharso of Surakarta 1) Nur Aktifa, 2) Wahyu Rima Agustin, 3) Ratih Dwilestari Puji Utami 1) Student in Nursing Study STIKES Kusuma Husada Surakarta 2), 3) Lecturer of Study Program of Nursing STIKES Kusuma Husada Surakarta Abstract Treatment of femoral fracture is not treated quickly, it will cause a loss of up to one liter of blood, so that in case of bilateral femur fractures can be life threatening because of their impaired circulation. This research was conducted with the aim to know the experiences of nurses in treating patients with femur fractures at the Emergency Installation Orthopaedic Hospital Prof. DR. R. Soeharso Surakarta. This research used the qualitative method with the interpretative phenomenological analysis (IPA). The samples of research were 3 nurses employed at the Emergency Installation of Orthopaedic Hospital and were taken by using the purposive sampling. The data research were collected through in-depth interview and analyzed by using the Collaizi s method which produced 15 themes namely: (1) triage, (2) primary survey, (3) secondary survey, (4) subjektive data, (5) objective data, (6) diagnosis priority, (7) intervention of selft-nurses, (8) collaboration intervension, (9) techniques of pain management, (10) immobilization of fractures, (11) administration of analgesic drugs, (12) treatment of fractures, (13) objective evaluation, (14) subjective evaluation, (15) emotional response, and (16) patient handling principles. The results of all the participants did their role in handing the femur fractures patien appropriately. Therefore, the nurse are expected to do a comprehensive nursing care assessment especially to the femur fractures and services to the emergency patients are increased. Keywords: Handling, Nurse, Femur Fracture. References: 42 ( ) 2
3 PENDAHULUAN Fraktur femur merupakan hilangnya kontiunitas tulang paha tanpa atau disertai adanya kerusakan jaringan lunak (otot, kulit, jaringan saraf dan pembuluh darah). Fraktur femur disebut terbuka apabila terdapat hubungan langsung antara tulang dengan udara luar. Kondisi ini secara umum disebabkan oleh trauma langsung pada paha (Helmi, 2012). Badan kesehatan dunia World Health Organization (WHO) mencatat pada tahun terdapat lebih dari 5,6 juta orang meninggal dunia dan 1,3 juta orang menderita fraktur akibat kecelakaan lalu lintas. Menurut Depkes RI 2011, dari sekian banyak kasus fraktur di Indonesia, fraktur pada ekstremitas bawah akibat kecelakaan memiliki prevalensi yang paling tinggi di antara lainnya yaitu sekitar 46,2%. Dari orang dengan kasus fraktur ekstremitas bawah akibat kecelakaan, orang mengalami fraktur pada tulang femur, orang mengalami fraktur cruris, orang mengalami fraktur tibia, 970 orang mengalami fraktur pada tulang-tulang kecil di kaki dan 336 orang mengalami fraktur fibula. Peran perawat adalah peran sebagai pelaksana layanan keperawatan (care provider), pengelola (manager), pendidik (educator) bagi individu, keluarga dan masyarakat, serta sebagai peneliti dan pengembang ilmu keperawatan (Asmadi, Pelayanan gawat darurat merupakan pelayanan professional yang didasarkan pada ilmu dan metodologi yang berbentuk bio-psiko-sosiospritual yang komprehensif ditujukan kepada klien atau pasien yang mempunyai masalah aktual dan potensial, mengancam kehidupan, terjadi secara mendadak atau tidak diperkirakan (Maryuani, 2009). Ketepatan dan kecepatan pertolongan yang diberikan oleh perawat pada pasien yang datang ke IGD memerlukan kompetensi sehingga menjamin suatu penanganan di Instalasi Gawat Darurat dengan penanganan yang tepat oleh perawat (Kristanty, 2002). Menurut Kneale (2011) penanganan fraktur dengan tepat merupakan hal yang penting untuk mencegah terjadinya komplikasi dari fraktur itu sendiri. Di antara komplikasi yang mungkin timbul antara lain syok, sindrom emboli lemak, dan sindrom kompartemen. Salah satu komplikasi yang sering terjadi yaitu resiko sindrom kompartemen, dimana kondisi yang mengancam anggota tubuh dan jiwa yang dapat diamati ketika tekanan perfusi dibawah jaringan yang tertutup mengalami penurunan. Jika tidak teratasi maka tubuh akan mengalami nekrosis jaringan dan gangguan fungsi permanen dan jika semakin berat dapat terjadi kematian. 3
4 Hasil wawancara yang dilakukan pada saat studi pendahuluan pada tanggal 25 Juli 2016 dengan Kepala Ruang Instalasi Gawat Darurat Rumah Sakit Ortopedi Prof. DR. R. Soeharso Surakarta bahwa dalam menangani pasien dengan fraktur femur yang dilakukan adalah pasien datang dengan keluhan karena nyeri pada paha dan tindakan yang pertama kali dilakukan adalah dilihat ada tidaknya cedera lain yang menyertai setelah itu dilakukan pemasangan spalk. Salah satu perawat di ruang Instalasi Gawat Darurat Rumah Sakit Ortopedi Prof. DR. R. Soeharso mengatakan, pemasangan skin traksi dinilai sangat efektif pada saat menangani pasien dengan fraktur femur dan mengajarkan pasien untuk melakukan teknik relaksasi dimana pasien mengeluhkan nyeri pada daerah yang sakit dan penatalaksanaan lebih lanjut ditangani oleh dokter. Dalam menangani pasien fraktur femur perawat juga mengalami kendala khususnya pada anak-anak karena pada saat melakukan tindakan pasien menangis dan merasa takut. Perawat di ruang Instalasi Gawat Darurat Rumah Sakit Ortopedi Prof. DR. R. Soeharso mengatakan dalam menangani pasien dengan fraktur femur harus cepat dikarenakan jika tidak ditangani dengan segera akan mengancam nyawa. Berdasarkan latar belakang tersebut peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang Pengalaman Perawat Dalam Menangani Pasien Dengan Fraktur Femur di Instalasi Gawat Darurat Rumah Sakit Ortopedi Prof. DR. R. soeharso Surakarta. Tujuan Penelitian Tujuan umum dari penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui pengalaman perawat dalam menangani pasien dengan fraktur femur di Instalasi Gawat Darurat Rumah Sakit Ortopedi Prof. DR. R. Soeharso Surakarta dengan pelaksanaan. Tujuan Khusus dari penelitian ini adalah untuk: 1. Mengidentifikasi bagaimana perawat melakukan pengkajian pada pasien fraktur femur. 2. Mengidentifikasi bagaimana perawat merumuskan diagnosa keperawatan pada pasien fraktur femur. 3. Mengidentifikasi bagaimana perawat melakukan intervensi pada pasien fraktur femur. 4. Mengidentifikasi bagaimana perawat melakukan implementasi pada pasien fraktur femur. 5. Mengidentifikasi bagaimana perawat melakukan evaluasi pada pasien fraktur femur. 6. Mengidentifikasi harapan perawat dalam melakukan asuhan 4
5 keperawatan pada pasien fraktur femur. METODOLOGI PENELITIAN Penelitian ini dilakukan pada bulan Januari sampai dengan Februari Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan pendekatan interpretative phenomenological analysis (IPA). Teknik pengumpulan data yang digunakan pada penelitian ini adalah wawancara mendalam (indepth interview). Analisis data yang digunakan ialah analisis Collazi. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Penelitian ini menghasilkan 16 tema yaitu: 1. Triage triage merupakan pemilahan pasien untuk menentukan kegawatan dan prioritas pasien. Pada penelitian ini didapatkan triage berupa Prioritas 1, Prioritas 2. Prioritas 3, dan Prioritas 4. Triage adalah suatu sistem seleksi dan pemilihan pasien untuk menentukan tingkat kegawatan dan prioritas penanganan pasien (Depkes RI, 2005). Sistem triage merupakan salah satu penerapan sistem manajemen risiko di unit gawat darurat sehingga pasien yang datang mendapatkan penanganan dengan cepat dan teapat sesuai dengan menggunakan sumber daya yang tersedia. Triage pada dasarnya memiliki 4 kategori warna dan Patient Acuity Category Scale (PACS) yaitu kategori merah untuk P1 (gawat darurat) dengan respon time 0-5 menit, kategori kuning atau P2 (gawat tidak darurat/ darurat tidak gawat) dengan respon time 5-15 menit, kategori hijau atau P3 (tidak gawat dan tidak darurat) dengan respon time menit, kategori hitam atau P0 (meninggal sebelum sampai di IGD/ DOA Death of Arrival) respon time menit (Depkes, 2004). Berdasarkan hal tersebut triage yang dilakukan partisipan yaitu memilah pasien sesuai dengan prioritas. Dalam hal ini triage yang digunakan di IGD Rumah Sakit Ortopedi Prof. DR. R. Soeharso Surakarta yaitu PACS (Patient Acuity Category Scale) dengan kategori merah untuk P1 (gawat darurat), kategori kuning atau P2 (gawat tidak darurat/ darurat tidak gawat), kategori hijau atau P3 (tdak gawat dan tidak darurat), dan kategori hitam atau P0 (meninggal) Sedangkan 5
6 menurut teori triage merupakan suatu sistem seleksi dan pemilihan pasien untuk menentukan tingkat kegawatan dan prioritas penanganan pasien. Hal ini sesuai dengan yang diungkapkan oleh partisipan. 2. Primary survey primary survey yang dilakukan oleh beberapa partisipan merupakan pengkajian airway, breathing, circulation, disability, dan exposure. Primary survey adalah kegiatan yang komprehensif dan menghasilkan kumpulan data mengenai status kesehatan klien, kemampuan klien untuk mengelola kesehatan dan perawatan terhadap dirinya sendiri, serta hasil konsultasi medis (terapis) atau profesi kesehatan lainnya (Taylor Lillis dan Le Mone, 1996 dalam Nursalam, 2008). Tahapan pengkajian primer meliputi: Airway yaitu mengecek jalan nafas dengan tujuan menjaga jalan nafas disertai kontrol servikal, Breathing yaitumengecek pernafasan dengan mengelola pernafasan agar oksigenasi adekuat, Circulation yaitu mengecek sistem sirkulasi disertai kontrol perdarahan, Disability yaitu mengecek status neurologis, Exposure, environmental controlyaitu buka baju penderita tapi cegah hipotermi. Sedangkan menurut teori terdapat 5 pengkajian pada tahap primary survey, meliputi airway, breathing, circulation, disability, dan exposure. Berarti pada tahap ini partisipan sudah melakukan tindakan secara menyeluruh, sehingga dapat mencegah terjadinya syok hipovelemik, embolik lemak. 3. Secondary survey secondary survey merupakan pemeriksaan penunjang. Pemeriksaan penunjang dilakukan saat kita melakukan pengkajian pada pasien fraktur femur untuk mengetahui cedera yang diderita oleh pasien. Secondary survey merupakan penanganan lanjutan setelah dilakukan primary survey. Pemeriksaan secara lengkap dilakukan secara head to toe, dari depan hingga belakang. Secondary survey hanya dilakukan setelah kondisi pasien mulai stabil, dalam artian tidak mengalami syok atau tanda-tanda syok mulai membaik (Nursalam, 2011). Pemeriksaan secondary survey dibagi dalam beberapa tahap yaitu F: Full set of vital sign. Perawat melakukan pemeriksaan vital sign, lima intervensi (monitori jantung, pemasangan NGT, pemasangan 6
7 kateter urine, pemeriksaan laboratorium darah, monitoring saturasi oksigen), mensupport system dari keluarga, G: Give comfort measure, pada tahap ini dilakukan tindakan farmakologi dan non farmakologi untuk pengurangan nyeri dan kecemasan pasien, H: History and head to toe, disini tindakan yang dilakukan adalah History menggunakan prinsip SAMPLE yaitu S: Subyektif (keluhan utama), A: Allergies (adakah alergi terhadap makanan atau obat-obatan), M: Medication (obat-obat yang sedang dikonsumsi), P: Past medical history (riwayat penyakit), L: Last oral intake (masukan oral terakhir, apakah benda padat atau cair), E: Event (riwayat masuk rumah sakit) (Price, 2005). 4. Data Obyektif dan Data Subyektif data obyektif dan data subyektif merupakan dari anamnesa dan hasil pemeriksaan yang dirumuskan pada permasalahan-permasalahan yang timbul pada pasien. Pada penelitian ini didapatkan dari data obyektif dan data subyektif. Data obyektif dan data subyektif merupakan hasil pengkajian yang dilakukan saat wawancara kepada pasien, pengkajian fisik, observasi, review rekam medik atau keperawatan, dan hasil diagnostik serta kolaborasi dengan teman sejawat, sehingga data yang diperoleh digunakan untuk dasar perumusan diagnosa pasien. Dengan adanya data obyektif dan subyektif untuk perumusan diagnosa perawat akan lebih jelas menentukan tindakan (Nursalam, 2011). Perumusan diagnosa yaitu yang hanya terdiri atas bagian respons klien. Di dalam bukunya stolte hanya menampilkan diagnosa keperawatan dengan respon klien karena kondisi spesifik klien yang timbul dari kondisi klien yangnyata tidak diidentifikasi. Apabila perawat dapat menidentifikasi kondisi khusus yang mempengaruhi respons klien, maka dapat dituliskan diagnosa dua bagian terdiri dari data obyektif dan data subyektif. Di dalam data obyektif berisi data dari hasil observasi melalui pemeriksaan fisik klien sedangkan data subyektif berisi data klien melalui anamnesis (wawancara) yang merupakan ungkapan langsung sedangkan (Stole, 2004). Hasil penelitian ini sama dengan teori yang menyatakan bahwa data obyektif dan data subyektif merupakan dasar perumusan diagnosa dengan wawancara kepada 7
8 pasien, pengkajian fisik sampai riwayat pasien sehingga data yang didapatkan dijadikan acuan partisipan untuk menjadi dasar merumuskan diagnosa. 5. Diagnosa Prioritas bahwa mengdiagnosa pasien dengan fraktur femur memiliki berbagai hal salah satunya adalah nyeri yang ditandai dengan adanya pergeseran fragmen tulang. Dan salah satu partisipan juga menyatakan bahwa kerusakan mobilitas dan resiko infeksi. Pada penelitian ini didapatkan tema diagnosa aktual yang memiliki 1 kategori yaitu diagnosa aktual. Pada diagnosa kerusakan mobilitas dimasukkan ke dalam diagnosa aktual. Jenis diagnosa merupakan pernyataan yang menguraikan respon aktual dan potensial terhadap masalah kesehatan yang perawat mempunyai izin dan berkompeten untuk mengatasinya (Carpenito, 2002). Jenis diagnosa disini dibagi menjadi dua yaitu diagnosa aktual dan diagnosa resiko. Diagnosa aktual adalah diagnosa yang telah divalidasikan melalui batasan karakteristik mayor yang diidentifikasi atau menjelaskan masalah nyata saat ini sesuai dengan data klinik yang ditemukan. Sedangkan diagnosa resiko merupakan keputusan klinis tentang individu, keluarga atau komunitas yang sangat rentan untuk mengalami masalah dibandingkan individu atau menjelaskan masalah kesehatan nyata akan terjadi jika tidak dilakukan intervensi (Carpenito, 2002). Diagnosa keperawatan yang muncul pada pasien fraktur femur antara lain kerusakan mobilitas fisik berhubungan dengan cedera jaringan sekitar fraktur, kerusakan rangka neuromuskuler, nyeri berhubungan dengan spasme otot, pergeseran fragmen tulang, kerusakan integritas jaringan berhubungan dengan fraktur terbuka, bedah perbaikan, resiko tinggi infeksi berhubungan dengan tempat masuknya mikroorganisme sekunder terhadap pembedahan, alat fiksasi infasif (Musliha, 2010). Pernyataan partisipan tersebut belum sesuai dengan teori yang menyatakan bahwa diagnosis yang utama pada pasien fraktur femur adalah kerusakan mobilitas fisik berhubungan dengan cedera jaringan sekitar fraktur. 6. Intervensi Mandiri Perawat bahwa intervensi perawat merupakan 8
9 keadaan dimana partisipan menentukan rencana tindakan secara mandiri. Para partisipan menyatakan bahwa kaji skala nyeri, pantau tandatanda vital, atur posisi pasien, serta ajarkan teknik relaksasi adalah sebagai intervensi mandiri perawat yang dapat dimasukkan dalam intervensi keperawatan khususnya pada passion fraktur femur. Tindakan manajemen nyeri meliputi farmakologi dan non farmakologi. Manajemen nyeri adalah salah satu bagian dari displin ilmu medis yang berkaitan dengan upaya-upaya menghilangkan nyeri atau pain relief (Pratintya, 2014). Beberapa manajemen nyeri keperawatan adalah mengatur posisi fisiologis dan imobilisasi ekstremitas yang mengalami nyeri, mengistirahatkan pasien, kompres, manajemen lingkungan, teknik relaksasi nafas dalam, teknik distraksi, manajemen sentuhan (Muttaqiin, 2011). Terapi non farmakologi dapat digunakan sebagai pelengkap untuk mendapatkan efek pengobatan farmalologi yang lebih baik. Berdasarkan hal tersebut ungkapan partisipan sesuai dengan teori intervensi mandiri perawat. 7. Intervensi Kolaborasi intervensi kolaborasi merupakan dimana partisipan melakukan kolaborasi obat. Hal ini dilakukan untuk mengurangi nyeri yang dirasakan oleh pasien fraktur femur. Selain itu kolaborasi pemberian obat turut dilakukan pada intervensi kolaborasi, beberapa obat diberikan diantaranya yaitu analgetik dan antiinflamasi nonsteroid (AINS). Intervensi kolaborasi merupakan suatu proses didalam pemecahan masalah yang merupakan awal tentang suatu apa yang dilakukan, bagaimana dilakukan, kapan dilakukan, siapa yang melakukan dari semua tindakan keperawatan (Dermawan, 2012). Pemberian analgetik sangat penting untuk menurunkan keluhan nyeri pasien. meskipun begitu, penyebab dari munculnya nyeri merupakan hal yang penting untuk dicari agar bisa ditentukan terapi khusus untuk penyebab nyeri tersebut (Zairin Noor, 2016). Berdasarkan hal tersebut partisipan menyatakan bahwa intervensi kolaborasi dengan pemberian kolaborasi obat merupakan suatu terapi untuk mengurangi rasa nyeri yang dirasakan oleh pasien fraktur femur. 9
10 8. Teknik Manajemen Nyeri implementasi merupakan suatu tindakan partisipan yaitu teknik manajemen nyeri. Teknik manajemen nyeri dilakukan untuk mengurangi rasa nyeri yang dirasakan oleh pasien fraktur femur. Menurut Brunner & Suddarth (2002) dalam buku Lukman (2013), teknik relaksasi nafas dalam dapat mengendalikan nyeri dengan meminimalkan aktivitas simpatik dalam sistem saraf otonom. Relaksasi melibatkan otot dan respirasi dan tidak membutuhkan alat lain sehingga mudah dilakukan kapan saja atau sewaktu-waktu. Prinsip yang mendasari penurunan oleh teknik relaksasi terletak pada fisiologi sistem saraf otonom yang merupakan bagian dari sistem saraf perifer yang mempertahankan homeostatis lingkungan internal individu. Hal ini sesuai dengan yang diungkapkan oleh partisipan. 9. Imobilisasi Fraktur imobiliasi fraktur merupakan suatu tindakan yaitu pemasangan skin traksi yang bertujuan untuk mencegah terjadinya gerakan yang berlebihan pada daerah fraktur. Imobilisasi fraktur tujuannya adalah meluruskan ekstremitas yang cedera dalam posisi seanatomis mungkin dan mencegah gerakan yang berlebihan pada daerah fraktur. Hal ini akan tercapai dengan melakukan traksi untuk meluruskan ekstremitas dan dipertahankan dengan alat imobilisasi. Pemakaian bidai yang benar akan membantu menghentikan perdarahan, mengurangi nyeri, dan mencegah kerusakan jaringan lunak lebih lanjut. Imobilisasi harus mencakup sendi di atas dan di bawah fraktur (Zairin Noor, 2016). Menurut teori mengungkapkan bahwa imobilisasi fraktur untuk meluruskan ekstremitas yang cedera dalam posisi seanatomis mungkin dan mencegah gerakan yang berlebihan pada fraktur, hal ini sesuai dengan yang diungkapkan oleh partisipan. 10. Pemberian Obat Analgetik pemberian obat analgetik merupakan kolaborasi dengan dokter pemberian obat. Pemberian analgetik juga perlu untuk pengurangan nyeri. Implementasi kolaborasi merupakan tindakan keperawatan atau dasar kerjasama tim keperawatan atau dengan tim kesehatan lainnya seperti dokter. 10
11 Contohnya dalam pemberian obat oral, obat injeksi, infus, kateter urine, dan lain-lain. Serta respon klien setelah pemberian merupakan tanggung jawab dan menjadi perhatian perawat (Haryanto, 2007). Dalam buku Carpenito (2002), menyatakan bahwa implementasi kolaborasi merupakan tindakan perawat dalam pemberian obat karena perawat merupakan mata rantai terakhir dalam proses keperawatan. Hal ini sesuai dengan teori yang menyatakan bahwa pemberian obat analgetik atau implementasi kolaborasi merupakan pemberian obat-obatan dengan terapi analgetik. 11. Penanganan Fraktur bahwa penanganan fraktur merupakan penanganan yang harus segera ditangani. Dalam penanganan fraktur terdapat beberapa tindakan penanganan fraktur berupa penanganan fraktur dewasa dan penanganan fraktur anak. Penanganan fraktur pada anak merupakan mayoritas fraktur anak dan remaja akan ditangani dengan reduksi tertutup dan pembalutan dengan gips atau traksi. Ada perbedaan yang mendasar antara fraktur pada anak dan fraktur pada orang dewasa, perbedaan tersebut terletak pada anatomi, biomekanik, dan fisiologi tulang (Zairin Noor, 2016). Sedangkan penanganan fraktur pada lansia yang telah mengalami fraktur, dapat dilakukan dengan mendeteksi penyakit secara dini dan pengobatan yang cepat dan tepat. Pada teori mengungkapkan bahwa penanganan fraktur dewasa dilakukan tindakan operatif, sedangkan penanganan fraktur anak dilakukan atau ditangani dengan reduksi tertutup dan pembalutan dengan gips atau traksi, hal ini sesuai dengan yang diungkapkan oleh partisipan. 12. Data Obyektif dan Data Subyektif evaluasi obyektif dan evaluasi subyektif merupakan observasi ulang kepada pasien dan mengkaji vital sign apakah ada perkembangan. Evaluasi merupakan kriteria pencapaian yang diharapkan dan merupakan kegiatan penting pada pasien (Urden, 2000). Tipe evaluasi adalah langkah terakhir dalam proses pembuatan keputusan. Perawat mengumpulkan, menyortir dan menganalisa data untuk menetapkan apakah tujuan sudah tercapai, rencana memerlukan modifikasi atau alternative baru yang 11
12 harus dipertimbangkan (Hidayat, 2008). Tipe evaluasi terdapat dua jenis yaitu evaluasi subyektif dan evaluasi obyektif. Mengevaluasi pencapaian tujuan dari interaksi yang telah dilaksanakan adalah pengertian dari evaluasi obyektif. Brammer dan McDonald (1996) menyatakan bahwa meminta klien untuk menyimpulkan tentang apa yang telah didiskusikan merupakan sesuatu yang sangat berguna pada tahap ini. Pengertian evaluasi subyektif merupakan menanyakan perasaan klien setelah berinteraksi dengan perawat (Sears, 2004). 13. Respon Emosional bahwa respon emosional yang rasa empati yaitu iba kepada pasien fraktur femur jika tidak cepat ditolong. Faktor yang mempengaruhi respon emosional adalah empati, kasihan, rasa bersalah, rasa tanggung jawab, dan kepuasan diri. Respon emosional seseorang yang muncul dipengaruhi berbagai faktor seperti organ biologis, psikoeduktif dan sosiokultural. Respon emosi bergerak dari emosional responsive sampai depresi. Perasaan yang muncul pada partisipan. respon emosional pada umumnya disifatkan sebagi keadaan yang ada pada individu atau organisme pada suatu waktu, dengan kata lain respon emosional disifatkan sebagai suatu keadaaan kejiwaan pada organisme atau individu sebagai akibat adanya peristiwa atau persepsi yang dialami oleh organime tertentu (Walgito, 2003). 14. Penanganan Fraktur bahwa prinsip penanganan pasien didasari pada kemampuan para partisipan. Partisipan menjelaskan bahwa kemampuan masing-masing partisipan adalah modal utama dalam penanganan pasien. Kemampuan partisipan yaitu kecepatan dan ketepatan dalam melakukan tindakan pada pasien fraktur femur karena penanganan pasien fraktur femur dilakukan secara cepat dan tepat untuk menyelamatkan pasien. Prinsip penanganan pasien merupakan memprioritaskan kondisi yang memerlukan tindakan segera, terkadang tindakan yang dapat dilakukan bersama dengan pengkajian. Pada prinsipnya perawat gawat darurat membutuhkan penanganan cepat dan tepat, kerja yang terus-menerus, jumlah pasien yang relatif banyak dan mobilitas tinggi. Kecepatan dan kualitas 12
13 penolong merupakan prinsip utama dalam melakukan tindakan (Krisanty, 2009). Salah satu indikator keberhasilan penanggulangan medik penderita gawat darurat adalah kecepatan memberikan pertolongan yang memadai kepada penderita gawat darurat baik pada keadaan KESIMPULAN 1. Mengidentifikasi bagaimana perawat melakukan pengkajian pada pasien fraktur femur.berdasarkan analisa yang telah dilakukan dalam penelitian didapatkan 3 tema yaitu triage, primary survey, dan secondary survey. 2. Mengidentifikasi bagaimana perawat merumuskan diagnosa keperawatan pada pasien fraktur femur.berdasarkan analisa yang telah dilakukan dalam penelitian didapatkan 3 tema yaitu data subyektif, data obyektif, dan diagnose prioritas. 3. Mengidentifikasi bagaimana perawat melakukan intervensi pada pasien fraktur femur.berdasarkan analisa yang telah dilakukan dalam penelitian didapatkan 2 tema yaitu intervensi mandiri perawat, dan intervensi kolaborasi. rutin sehari-hari atau sewaktu tanggap atau respon time sangat tergantung kepada kecepatan yang bersedia serta kualitas pemberian pertolongan untuk menyelamatkan nyawa atau mencegah cacat sejak ditempat kejadian, dalam perjalanan hingga pertolongan rumah sakit (Wilde, 2009). 4. Mengidentifikasi bagaimana perawat melakukan implementasi pada pasien fraktur femur.berdasarkan analisa yang telah dilakukan dalam penelitian didapatkan 4 yaitu teknik manajemen nyeri, imobilisasi fraktur, pemberian obat analgetik, dan penanganan fraktur. 5. Mengidentifikasi bagaimana perawat melakukan evaluasi pada pasien fraktur femur. Berdasarkan analisa yang telah dilakukan dalam penelitian didapatkan 2 yaitu evaluasi obyektif dan evaluasi subyektif. 6. Mengidentifikasi harapan perawat dalam melakukan asuhan keperawatan pada pasien fraktur femur.berdasarkan analisa yang telah dilakukan dalam penelitian didapatkan 2 yaitu respon emosional, dan prinsip penanganan pasien. 13
14 SARAN 1. Bagi rumah sakit Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan acuan bagi perawat dalam pengkajian askep yang komprehensif dalam menangani pasien dengan fraktur femur. Dan menentukan langkah-langkah dalam meningkatkan ketrampilan perawat menangani fraktur femur dan diharapkan pelayanan kepada pasien gawat darurat meningkat. 2. Bagi institusi pendidikan Hasil penelitian ini diharapkan dapat memperkaya literatur ilmu keperawatan di bidang kegawatdaruratan khususnya ortopedi dan dapat diterapkan dalam proses pembelajaran atau praktik gawat darurat. 3. Bagi peneliti lain Bagi peneliti lain diharapkan dapat menambah pengetahuan tentang penanganan fraktur femur dan menjadikan hasil penelitian ini untuk referensi atau acuan peneliti lainnya dengan metode yang berbeda yang berhubungan dengan penanganan fraktur femur. 4. Bagi peneliti Dapat menambah pengalaman secara langsung bagi peneliti dalam melaksanakan penelitian serta menambah pengetahuan tentang pengalaman perawat dalam menangani pasien dengan fraktur femur. DAFTAR PUSTAKA Departemen Kesehatan RI Pedoman pelayanan gawat darurat. Jakarta. Direktorat Jenderal Pelayanan Medik Rumah Sakit Khusus dan Swasta. Departemen Kesehatan, Profil Kesehatan Indonesia (Online). Hhtp:// ds/publikasi/profil%20kesehatan%2 0indoneis% pdf.diaskes tanggal 28 Januari Dermawan Keperawatan Perencanaan Konsep dan Kerangka Kerja. Yogjakarta. Gosyem Publishing. Gilbon, N Australasian triage scale. Australia. Emergency Department. Haryanto Konsep Dasar Keperawatan dan Pemetaan Konsep. Jakarta. Salemba Medika. Helmi, Zairin Noor Buku Saku Kedaruratan di Bidang Bedah Ortopedi. Salemba Medika. Jakarta. Hidayat Psikologi dalam ilmu keperawatan. Surabaya. Holder Patient assessment routine medical care primary dan 14
15 secondary survey. San Mateo Country EMS Agency. Kristanty. dkk Asuhan Keperawatan Gawat Darurat. Jakarta. Trans Info Medika. Musliha Keperawatan Gawat Darurat. Nuha Medika. Yogyakarta. Muttaqin Arif Asuhan Keperawatan Gangguan Sistem Integumen. Jakarta. Salemba Medika. Nursalam Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan Pedoman Skripsi, Tesis, dan Instrumen Penelitian Keperawatan. Jakarta. Salemba Medika. Price Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit. Volume 1. Edisi 6. Jakarta. EGC. Tanto, Chris et al Kapita Selekta Kedokteran, Ed. 4, Media Aesculapius, Jakarta. Saryono & Anggraeni, MD Metodologi Penelitian Kualitatif Dalam Bidang Kesehatan. Nuha Medika, Yogyakarta. Smeltzer, Suzanne C & Bare, Brenda G Brunner & Suddarth s textbook of medical surgical nursing 8 th ed. (Agung Waluyo et. al., penerjemah). Phliladelphia. Lippincott. Stole, K.M Diagnosa Keperawatan Sejahtera (E. Novietari, Terj). Jakarta. EGC. Sugiyono Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitaf, Kualitatif, dan R&D). Alfabeta. Bandung. Sutopo HB. (2006). Metodelogi penelitian kualitatif. Universitas Sebelas Maret. Surakarta. Walgito, Bimo Psikologi Sosial. Jakarta. C.V. Andi offset. Wilde, E. T Do Emergency Medical System Response Time Matter for Health Outcomes? New York. Colombia University. Yuanita Syaiful, Sigit Hendro Rahcmawan, Efektifitas Relaksasi Nafas Dalam dan Distraksi Baca Menurunkan Nyeri Pasca Operasi Pasien Fraktur Femur. Journals of Community. Vol: 5, No.2. Zairin Noor Buku Ajar Gangguan Muskuloskeletal. Salemba Medika. Jakarta. 15
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Fraktur atau patah tulang adalah terputusnya kontinuitas tulang atau tulang rawan umumnya di karenakan rudapaksa (Mansjoer, 2008). Dikehidupan sehari hari yang semakin
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Nyeri adalah pengalaman sensori dan emosional yang tidak menyenangkan akibat
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Nyeri adalah pengalaman sensori dan emosional yang tidak menyenangkan akibat dari kerusakan jaringan yang aktual maupun potensial (Brunner & Suddarth, 2005).
Lebih terperinciPANDUAN SKRINING PASIEN RSU BUNDA JEMBRANA
PANDUAN SKRINING PASIEN RSU BUNDA JEMBRANA 2015 BAB I DEFINISI Skrining merupakan pemeriksaan sekelompok orang untuk memisahkan orang yang sehat dari orang yang memiliki keadaan fatologis yang tidak terdiagnosis
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. paripurna (komprehensif), penyembuhan penyakit (kuratif), dan pencegahan
BAB 1 PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Undang-undang No. 44 Tahun 2009, rumah sakit adalah bagian integral dari suatu organisasi sosial dan kesehatan dengan fungsi menyediakan pelayanan paripurna (komprehensif),
Lebih terperinciHUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DENGAN KETERAMPILAN PERAWAT DALAM MELAKUKAN TINDAKAN BANTUAN HIDUP DASAR (BHD) DI RSUD KABUPATEN KARANGANYAR
HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DENGAN KETERAMPILAN PERAWAT DALAM MELAKUKAN TINDAKAN BANTUAN HIDUP DASAR (BHD) DI RSUD KABUPATEN KARANGANYAR Umi Nur Hasanah 1), Yeti Nurhayati 2), Rufaida Nur Fitriana 3)
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Response time merupakan waktu tanggap yang dilakukan kepada pasien saat pasien tiba sampai mendapat tanggapan atau respon dari petugas Instalasi Gawat Darurat dengan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 50% kematian disebabkan oleh cedera kepala dan kecelakaan kendaraan. selamat akan mengalami disabilitas permanen (Widiyanto, 2007).
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Trauma merupakan penyebab utama kematian pada populasi di bawah 45 tahun, dan merupakan penyebab kematian nomor 4 di dunia. Lebih dari 50% kematian disebabkan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Fraktur adalah terputusnya kontinuitas tulang, retak atau patahnya tulang yang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Fraktur adalah terputusnya kontinuitas tulang, retak atau patahnya tulang yang utuh, yang biasanya disebabkan oleh trauma /ruda paksa atau tenaga fisik yang ditentukan
Lebih terperinciOleh. Lila Fauzi, Anita Istiningtyas 1, Ika Subekti Wulandari 2. Abstrak
PROGRAM STUDI S-1 KEPERAWATAN STIKES KUSUMA HUSADA SURAKARTA 2015 FAKTOR FAKTOR INTRINSIK YANG MEMPENGARUHI MOTIVASI PERAWAT DALAM PENANGANAN PASIEN CEDERA KEPALA DI INSTALASI GAWAT DARURAT RSUD KARANGANYAR
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Otak merupakan organ yang sangat vital bagi seluruh aktivitas dan fungsi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Otak merupakan organ yang sangat vital bagi seluruh aktivitas dan fungsi tubuh, karena di dalam otak terdapat berbagai pusat kontrol seperti pengendalian fisik, intelektual,
Lebih terperinciMetodologi Asuhan Keperawatan
Metodologi Asuhan Keperawatan A. Pendahuluan Peran sebagai pemberi asuhan keperawatan dapat dilakukan perawat dengan memperhatikan keadaan kebutuhan dasar manusia yang dibutuhkan melalui pemberian pelayanan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pelayanan kesehatan kegawatdaruratan merupakan hak asasi sekaligus kewajiban yangharus diberikan perhatian penting oleh setiap orang (Depkes RI, 2004). Pemerintah dan
Lebih terperincimaupun sebagai masyarakat profesional (Nursalam, 2013).
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Keperawatan sebagai bagian integral dari pelayanan kesehatan, menuntut perawat bekerja secara profesional yang didasarkan pada standar praktik keperawatan dan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. langsung, kelelahan otot, atau karena kondisi-kondisi tertentu seperti
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan kota-kota di Indonesia telah mencapai tingkat perkembangan kota yang pesat dan cukup tinggi. Kecelakan merupakan salah satu faktor penyebab kematian terbesar
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. dengan tangan terentang. Sebagian besar fraktur tersebut ditangani dalam unit
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Fraktur ekstremitas atas cukup sering terjadi, biasanya disebabkan karena jatuh dengan tangan terentang. Sebagian besar fraktur tersebut ditangani dalam unit rawat
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Pelayanan gawat darurat (emergency care) adalah bagian dari pelayanan
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Penatalaksanaan Pelayanan Gawat Darurat 2.1.1. Pengertian Pelayanan gawat darurat (emergency care) adalah bagian dari pelayanan kedokteran yang dibutuhkan oleh penderita dalam
Lebih terperinciLAPORAN PENDAHULUAN. PADA PASIEN DENGAN KASUS CKR (Cedera Kepala Ringan) DI RUANG ICU 3 RSUD Dr. ISKAK TULUNGAGUNG
LAPORAN PENDAHULUAN PADA PASIEN DENGAN KASUS CKR (Cedera Kepala Ringan) DI RUANG ICU 3 RSUD Dr. ISKAK TULUNGAGUNG A. DEFINISI CKR (Cedera Kepala Ringan) merupakan cedera yang dapat mengakibatkan kerusakan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. kesehatan yaitu bertekad untuk meningkatkan kesehatan masyarakat secara
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan kesehatan merupakan bagian integral dari pembangunan nasional, sehingga pemerintah telah mencanangkan visi dalam bidang pelayanan kesehatan yaitu bertekad
Lebih terperinciPEMERINTAH PROVINSI JAWA TIMUR
PEMERINTAH PROVINSI JAWA TIMUR DINAS KESEHATAN UPT RUMAH SAKIT KUSTA SUMBERGLAGAH Dsn. Sumberglagah, Ds. Tanjungkenongo Pacet, Mojokerto Telp (0321) 690441, 690106 Fax.(0321) 690137 Kode Pos 61374 KEPUTUSAN
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Keadaan Gawat Darurat bisa terjadi kapan saja, siapa saja dan dimana saja.
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Keadaan Gawat Darurat bisa terjadi kapan saja, siapa saja dan dimana saja. Kondisi ini menuntut kesiapan petugas kesehatan untuk mengantisipasi kejadian itu. Bila
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Fraktur dapat terjadi pada semua tingkat umur (Perry & Potter, 2005).
BAB 1 PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang mendapatkan peringkat kelima atas kejadian kecelakaan lalulintas di dunia. Kecelakaan lalulintas dapat menyebabkan berbagai dampak, baik
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Lanjut usia (Lansia) adalah seseorang yang berusia di atas 60 tahun (UU 13
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Lanjut usia (Lansia) adalah seseorang yang berusia di atas 60 tahun (UU 13 Tahun 1998). Secara biologis penduduk lansia adalah penduduk yang mengalami proses penuaan
Lebih terperinci- Nyeri dapat menyebabkan shock. (nyeri) berhubungan. - Kaji keadaan nyeri yang meliputi : - Untuk mengistirahatkan sendi yang fragmen tulang
3. PERENCANAAN TINDAKAN PERAWATAN NO DIAGNOSA KEPERAWATAN Gangguan rasa nyaman TUJUAN DAN HASIL YANG DIHARAPKAN Tujuan : RENCANA TINDAKAN - Kaji keadaan nyeri yang meliputi : RASIONAL - Nyeri dapat menyebabkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Menurut WHO (World Health Organization), rumah sakit adalah bagian
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menurut WHO (World Health Organization), rumah sakit adalah bagian integral dari suatu organisasi sosial dan kesehatan dengan fungsi menyediakan pelayanan paripurna
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. diakhiri dengan penutupan dan penjahitan luka. Sayatan atau luka yang dihasilkan
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembedahan atau operasi adalah semua tindakan pengobatan yang menggunakan cara invasif dengan membuka atau menampilkan bagian tubuh yang akan ditangani dan pada umumnya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Keperawatan merupakan salah satu profesi yang terlibat dalam. yang didasarkan pada ilmu dan kiat keperawatan, berbentuk pelayanan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Keperawatan merupakan salah satu profesi yang terlibat dalam pembangunan nasional di bidang kesehatan. Keperawatan adalah suatu bentuk pelayanan profesional yang merupakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sebagian besar penyakit yang menyebabkan penderita mencari pertolongan
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Gangguan pada saluran pencernaan (gastrointestinal) merupakan sebagian besar penyakit yang menyebabkan penderita mencari pertolongan medik. Kasus pada sistem gastrointestinal
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. langsung, kelelahan otot, atau karena kondisi-kondisi tertentu seperti
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan kota-kota di Indonesia telah mencapai tingkat perkembangan kota yang pesat dan cukup tinggi. Kecelakan merupakan salah satu faktor penyebab kematian terbesar
Lebih terperinciMahasiswa Program Studi S-1 Keperawatan STIKes Kusuma Husada Surakarta. Dosen Program Studi S-1 Keperawatan STIKes Kusuma Husada Surakarta ABSTRAK
PENGALAMAN PERAWAT DALAM PENANGANAN PADA ANAK DENGAN KEJANG DEMAM DI RUANG IGD RSUD KARANGANYAR Gregorius Christian Wibisono 1), Wahyuningsih Safitri 2), Rufaida Nur Fitriana 3) 1 Mahasiswa Program Studi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. IGD hendaknya berdasarkan dengan sistem triage. Triage adalah cara
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan terapi komplementer akhir-akhir ini menjadi sorotan banyak negara. Terapi komplementer dikenal dengan terapi tradisional yang digabungkan dalam pengobatan
Lebih terperinciKARYA TULIS ILMIAH. Oleh RATRI DYAH SABATIANA NPM
STUDI KASUS PADA Sdr A UMUR 21 TAHUN YANG MENGALAMI MASALAH KEPERAWATAN NYERI AKUT DENGAN DIAGNOSA MEDIS POST ORIF ANTEBRACHII DEXTRA DI RUANG FLAMBOYAN RSUD GAMBIRAN KOTA KEDIRI KARYA TULIS ILMIAH Oleh
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. secara profesional. Rumah sakit sebagai salah satu sistem pelayanan, rehabilitasi medik, dan pelayanan perawatan.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Rumah sakit merupakan institusi pelayanan yang sangat komplek, padat profesi dan padat modal. Agar rumah sakit dapat melaksanakan pelayanan dengan baik, harus dikelola
Lebih terperinciDitetapkan Tanggal Terbit
ASSESMEN ULANG PASIEN TERMINAL STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL Pengertian Tujuan Kebijakan Prosedur O1 dari 04 Ditetapkan Tanggal Terbit dr. Radhi Bakarman, Sp.B, FICS Direktur medis Asesmen ulang pasien
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dalam kehidupan manusia sebagai alat pergerakan yang membantu manusia untuk
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tulang merupakan bagian tubuh manusia yang memiliki peran penting dalam kehidupan manusia sebagai alat pergerakan yang membantu manusia untuk melakukan aktivitas sehari-harinya.
Lebih terperinciPANDUANTRIASE RUMAH SAKIT
PANDUANTRIASE RUMAH SAKIT BAB I PENDAHULUAN... Definisi Triase adalah cara pemilahan penderita untuk menentukan prioritas penanganan pasien berdasarkan tingkat kegawatanya dan masalah yang terjadi pada
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Ambulasi adalah aktifitas berjalan (Kozier, 1995 dalam Asmadi, 2008).
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ambulasi adalah aktifitas berjalan (Kozier, 1995 dalam Asmadi, 2008). Pelaksanaan ambulasi secara dini sangat penting karena ambulasi dini merupakan tindakan pengembalian
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. fisik yang dapat menyebabkan terjadinya fraktur. Kebanyakan fraktur
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam kehidupan masyarakat ada beberapa kegiatan atau aktivitas fisik yang dapat menyebabkan terjadinya fraktur. Kebanyakan fraktur disebabkan oleh trauma dimana terdapat
Lebih terperinci1 GAMBARAN PERILAKU PERAWAT DALAM PENCEGAHAN TERJADINYA FLEBITIS DI RUANG RAWAT INAP RS. BAPTIS KEDIRI
1 GAMBARAN PERILAKU PERAWAT DALAM PENCEGAHAN TERJADINYA FLEBITIS DI RUANG RAWAT INAP RS. BAPTIS KEDIRI DESCRIPTION OF NURSE IN THE PREVENTION OF BEHAVIOR IN THE EVENT OF PLEBITIS INPATIENT KEDIRI BAPTIST
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A.Latar Belakang. Menurut Badan Pusat Statistik BPS (2010), diketahui jumlah penduduk
BAB I PENDAHULUAN A.Latar Belakang Menurut Badan Pusat Statistik BPS (2010), diketahui jumlah penduduk indonesia mencapai 237 juta jiwa lebih, setelah merdeka hingga sampai tahun 2010 telah dilakukan enam
Lebih terperinciBAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Gamping, Sleman, Yogyakarta. RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta. dimana milik Pimpinan Pusat Muhammadiyah.
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Deskripsi Lokasi Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Instalasi Gawat Darurat RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta Unit II yang berlokasi di
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. aktivitas sel tubuh melalui impuls-impuls elektrik. Perjalanan impuls-impuls
BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sistem persarafan terdiri dari otak, medulla spinalis, dan saraf perifer. Struktur ini bertanggung jawab mengendalikan dan mengordinasikan aktivitas sel tubuh melalui
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sistem pelayanan perawatan kesehatan berubah dengan cepat sesuai dengan perubahan kebutuhan kesehatan masyarakat dan harapan-harapannya. Seiring dengan perkembangan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. terabaikan oleh lembaga pemerintahan. Menurut undang-undang no 22 tahun 2009
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kecelakaan lalu lintas merupakan masalah kesehatan utama yang sering terabaikan oleh lembaga pemerintahan. Menurut undang-undang no 22 tahun 2009 tentang Lalu Lintas
Lebih terperinciSKRIPSI. Diajukan Oleh : PARYANTO J
PERBEDAAN TINGKAT KECEMASAN PASIEN PRE OPERATIF SELAMA MENUNGGU JAM OPERASI ANTARA RUANG RAWAT INAP DENGAN RUANG PERSIAPAN OPERASI RUMAH SAKIT ORTOPEDI SURAKARTA SKRIPSI Diajukan Oleh : PARYANTO J.210
Lebih terperinciBAB IV PEMBAHASAN DAN SIMPULAN
BAB IV PEMBAHASAN DAN SIMPULAN A. Pembahasan Pada bab ini penulis akan membahas tentang kesenjangan teori dan proses asuhan keperawatan yang dilakukan pada tanggal 7-9 Agustus 2014 di Ruang Prabu Kresna
Lebih terperinciPORTOFOLIO KASUS MEDIK
PORTOFOLIO KASUS MEDIK Oleh: dr. Sukron Nanda Firmansyah PENDAMPING: dr. Moch Jasin, M.Kes Portofolio Kasus No. ID dan Nama Peserta : dr. SukronNanda Firmansyah No. ID dan Nama Wahana: RSU Dr. H. Koesnadi
Lebih terperinciSKRIPSI EFEKTIFITAS PEMBIDAIAN BACK SLAB CAST DAN SPALK TERHADAP PENURUNAN INTENSITAS NYERI PADA PASIEN FRAKTUR EKSTREMITAS BAWAH
SKRIPSI EFEKTIFITAS PEMBIDAIAN BACK SLAB CAST DAN SPALK TERHADAP PENURUNAN INTENSITAS NYERI PADA PASIEN FRAKTUR EKSTREMITAS BAWAH Studi dilakukan di Triage IGD RSUP Sanglah Denpasar Oleh : GUSTI PUTU ALIK
Lebih terperinciGAMBARAN PENGETAHUAN DAN SIKAP PASIEN FRAKTUR TENTANG TEHNIK RELAKSASI NAFAS DALAM DI RSUD RADEN MATTAHER JAMBI TAHUN 2014
GAMBARAN PENGETAHUAN DAN SIKAP PASIEN FRAKTUR TENTANG TEHNIK RELAKSASI NAFAS DALAM DI RSUD 1* Bejo, 2 Wahyudin 1,2 Akademi Keperawatan Prima Jambi *Korespondensi penulis : santosobejo43@yahoo.com ABSTRAK
Lebih terperinciAsuhan Kebidanan Koprehensif..., Dhini Tri Purnama Sari, Kebidanan DIII UMP, 2014
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Asuhan kebidanan komprehensif merupakan suatu pemeriksaan yang dilakukan secara lengkap dengan adanya pemeriksaan laboratorium dan konseling. Asuhan kebidanan komprehensif
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pasien yang masuk ke Instalasi Gawat Darurat (IGD) rumah sakit tentunya
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pasien yang masuk ke Instalasi Gawat Darurat (IGD) rumah sakit tentunya butuh pertolongan yang cepat dan tepat, untuk itu perlu adanya standar dalam memberikan pelayanan
Lebih terperinciRENDAHNYA PERAN PERAWAT DALAM PEMENUHAN KEBUTUHAN NUTRISI PADA PASIEN LOW NURSE S ROLE IN MEETING THE NEEDS OF NUTRITION TO PATIENTS ABSTRAK
Jurnal STIKES Vol. 6 No. 2, Desember 2013 RENDAHNYA PERAN PERAWAT DALAM PEMENUHAN KEBUTUHAN NUTRISI PADA PASIEN LOW NURSE S ROLE IN MEETING THE NEEDS OF NUTRITION TO PATIENTS M. Saiful Anwar Selvia David
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. industrilisasi tentunya akan mempengaruhi peningkatan mobilisasi masyarakat
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Negara Indonesia merupakan Negara berkembang dan menuju industrilisasi tentunya akan mempengaruhi peningkatan mobilisasi masyarakat terutama dalam bidang penggunaan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. penatalaksanaanpatah tulang, sebab seringkali penanganan patah tulang ini. kekerasan yang timbul secara mendadak (Syaiful, 2009).
1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Seiring dengan perkembangan jaman, salah satu dampak kemajuan teknologi adalah semakin padatnya arus lalu lintas dewasa ini mengakibatkan meningkatnya angka kecelakaan
Lebih terperinciBAB I DEFINISI A. PENGERTIAN
BAB I DEFINISI A. PENGERTIAN Pelayanan yang beresiko tinggi merupakan pelayanan yang memerlukan peralatan yang kompleks untuk pengobatan penyakit yang mengancam jiwa, resiko bahaya pengobatan, potensi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Stroke atau cedera serebrovaskuler (CVA) adalah ketidaknormalan fungsi sistem
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Stroke atau cedera serebrovaskuler (CVA) adalah ketidaknormalan fungsi sistem saraf pusat (SSP) yang disebabkan oleh gangguan kenormalan aliran darah ke otak. Stroke
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. menentukan waktu tanggap di sebuah Rumah Sakit. Faktor-faktor tersebut
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A.Landasan Teori 1.Ketersediaan perawat dan dokter jaga IGD Hendrik et al. (2006) menyatkan bahwa ada beberapa faktor yang menentukan waktu tanggap di sebuah Rumah Sakit. Faktor-faktor
Lebih terperinciRENCANA PEMBELAJARAN SEMESTER KEGAWATDARURATAN TRAUMA SEMESTER VI TA. 2016/ 2017
POLITEKNIK KESEHATAN RS dr SOEPRAOEN PROGRAM STUDI KEPERAWATAN RENCANA PEMBELAJARAN SEMESTER KEGAWATDARURATAN TRAUMA SEMESTER VI TA. 2016/ 2017 PJMK KEGAWATDARURATAN TRAUMA Ardhiles Wahyu K, S.Kep Ners
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pada zaman modern ini banyak ibu yang memilih melakukan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada zaman modern ini banyak ibu yang memilih melakukan persalinan dengan operasi atau sectio caesarea hal ini disebabkan karena ibu memandang persalinan dengan sectio
Lebih terperinciJURNAL PENELITIAN KEPERAWATAN
ISSN 2407-7232 JURNAL PENELITIAN KEPERAWATAN Volume 1, No. 2, Agustus 2015 Perilaku Pemeliharaan Kesehatan dan Perilaku Kesehatan Lingkungan Berpengaruh dengan Kejadian ISPA pada Balita Tugas Keluarga
Lebih terperinciBuku 3: Bahan Ajar Pertemuan Ke - 3
UNIVERSITAS GADJAH MADA SEKOLAH VOKASI DIPLOMA REKAM MEDIS Buku 3: Bahan Ajar Pertemuan Ke - 3 DESAIN FORMULIR REKAM MEDIS Ganjil/III/VMR 2103 oleh Savitri Citra Budi, SKM.M.P.H Didanai dengan dana BOPTN
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan Surat Keputusan Menteri No HK.02.02/MENKES/390/2014
BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Berdasarkan Surat Keputusan Menteri No HK.02.02/MENKES/390/2014 tentang Pedoman Penetapan Rumah Sakit X merupakan RS Nasional, yang mengampu tujuh RS di Jawa Barat dan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Citra diri merupakan sebuah keadaan dalam pikiran tentang diri. Anda, kehilangan citra dirinya dan merasa buruk tentang diri mereka
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang. Citra diri merupakan sebuah keadaan dalam pikiran tentang diri Anda, kehilangan citra dirinya dan merasa buruk tentang diri mereka sendiri karena kegagalan dan kekecewaan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. jumlah penduduk Indonesia sampai tahun ini mencapai 237,56 juta orang (Badan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Jumlah penduduk di Indonesia setiap tahunya mengalami peningkatan, total jumlah penduduk Indonesia sampai tahun ini mencapai 237,56 juta orang (Badan pusat statistik,
Lebih terperinciRencana Program Kegiatan Pembelajaran Semester Keperawatan Gawat Darurat Fakultas Kedokteran
Rencana Program Kegiatan Pembelajaran Semester Keperawatan Gawat Darurat Fakultas Kedokteran Nama Kuliah Kode/SKS Semester Status Mataajar : Keperawatan Gawat Darurat : KPA 4350 / 2 SKS : 8 (Delapan) :
Lebih terperinciMODEL TEORI KENYAMANAN (COMFORT) OLEH KATHARINE KOLCABA. By: Setiadi
MODEL TEORI KENYAMANAN (COMFORT) OLEH KATHARINE KOLCABA By: Setiadi Asumsi-asumsi Perawat Menyediakan kenyamanan ke pasien dan keluarga-keluarga mereka melalui intervensi dengan orientasi pengukuran kenyamanan
Lebih terperinciARTIKEL EFEKTIVITAS PENGGUNAAN TEKNIK RELAKSASI NAFAS DALAM TERHADAP PENURUNAN TINGKAT KECEMASAN PASIEN PRE OPERASI DI RUANG CEMPAKA RSUD UNGARAN
ARTIKEL EFEKTIVITAS PENGGUNAAN TEKNIK RELAKSASI NAFAS DALAM TERHADAP PENURUNAN TINGKAT KECEMASAN PASIEN PRE OPERASI DI RUANG CEMPAKA RSUD UNGARAN OLEH : NOVANA AYU DWI PRIHWIDHIARTI 010214A102 PROGRAM
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Unit Gawat Darurat menurut Australlian College For Emergency Medicine
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Unit Gawat Darurat menurut Australlian College For Emergency Medicine (ACEM) adalah unit klinis inti dalam rumah sakit yang menangani keadaan pasien di instalasi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. (dipengaruhi oleh susunan saraf otonom) (Syaifuddin, 2006). Pembuluh
1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Kardiovaskuler merupakan sebuah organ yang terdiri dari otot dan bekerja menyerupai otot polos, yaitu bekerja di luar kemauan kita (dipengaruhi oleh susunan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang
1 BAB I PENDAHULUAN Dalam bab ini penulis akan menguraikan tentang latar belakang, rumusan masalah, tujuan serta manfaat, waktu dan metode yang digunakan sebagai acuan dalam melaksanakan asuhan keperawatan.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Rumah sakit merupakan salah satu bentuk sarana kesehatan, yang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Rumah sakit merupakan salah satu bentuk sarana kesehatan, yang diselenggarakan oleh pemerintah dan atau masyarakat yang berfungsi untuk melakukan upaya pelayanan kesehatan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. mencakup seluruh siklus hidup manusia. kesehatan agar keperawatan mampu menjadi ilmu aplikasi yang memiliki dasar
1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Keperawatan adalah suatu bentuk pelayanan professional yang merupakan bagian integral dari pelayanan kesehatan yang didasari pada ilmu dan kiat keperawatan dengan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Bandung. Rumah sakit X merupakan rumah sakit swasta yang cukup terkenal di
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Rumah sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna yang menyediakan pelayanan rawat inap,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dengan kondisi akut yang membutuhkan pertolongan segera (Ashour et al,
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Menurut World Health Organization rumah sakit adalah suatu organisasi sosial berfungsi sebagai pemberi pelayanan baik secara preventif, kuratif, maupun komperehensif
Lebih terperinciPENGARUH NAFAS DALAM MENGGUNAKAN PERNAFASAN DIAFRAGMA TERHADAP NYERI SAAT PERAWATAN LUKA PASIEN POST OPERASI DI RUMAH SAKIT SARI ASIH SERANG
PENGARUH NAFAS DALAM MENGGUNAKAN PERNAFASAN DIAFRAGMA TERHADAP NYERI SAAT PERAWATAN LUKA PASIEN POST OPERASI DI RUMAH SAKIT SARI ASIH SERANG 2013 Armi STIKes Widya Dharma Husada Tangerang, Indonesia Program
Lebih terperinciGAMBARAN TINGKAT NYERI PASIEN DI INSTALASI GAWAT DARURAT RS PKU MUHAMMADIYAH BANTUL. Karya Tulis Ilmiah
GAMBARAN TINGKAT NYERI PASIEN DI INSTALASI GAWAT DARURAT RS PKU MUHAMMADIYAH BANTUL Karya Tulis Ilmiah Disusun untuk Memenuhi Sebagai Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Keperawatan pada Program Studi Ilmu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. sakit antara lain pelayanan rawat inap, rawat jalan, dan gawat darurat (Undangundang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Rumah sakit adalah sebuah institusi pelayanan kesehataan yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna, baik itu yang dimiliki oleh pemerintah
Lebih terperinciJUMLAH PASIEN MASUK RUANG PERAWATAN INTENSIF BERDASARKAN KRITERIA PRIORITAS MASUK DI RSUP DR KARIADI PERIODE JULI - SEPTEMBER 2014
JUMLAH PASIEN MASUK RUANG PERAWATAN INTENSIF BERDASARKAN KRITERIA PRIORITAS MASUK DI RSUP DR KARIADI PERIODE JULI - SEPTEMBER 2014 Vanesha Sefannya Gunawan 1, Johan Arifin 2, Akhmad Ismail 3 1 Mahasiswa
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. York pada tanggal 30 Mei Pada tanggal 17 Agustus tahun yang sama,
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kecelakaan sepeda motor yang tercatat pertama kali terjadi di New York pada tanggal 30 Mei 1896. Pada tanggal 17 Agustus tahun yang sama, tercatat terjadi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Efusi pleura Di Ruang Inayah RS PKU Muhamadiyah Gombong.
BAB I PENDAHULUAN A. JUDUL Asuhan Keperawatan Pemenuhan Kebutuhan Oksigenasi Pada Tn S : Efusi pleura Di Ruang Inayah RS PKU Muhamadiyah Gombong. B. LATAR BELAKANG Efusi pleura adalah suatu keadaan dimana
Lebih terperinciBAB 7 KESIMPULAN DAN SARAN
BAB 7 KESIMPULAN DAN SARAN 7.1 Kesimpulan Berdasarkan uraian pada hasil penelitian dan pembahasan dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut: 1. Sebagian besar klien Ca mammae mendapatkan dukungan keluarga
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. akan mengalami penurunan toleransi terhadap aktivitas fisik, penurunan kualitas
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kematian mendadak hingga saat ini masih menjadi penyebab utama kematian. WHO menjelaskan bahwa sebagian besar kematian mendadak dilatarbelakangi oleh penyakit kardiovaskuler
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Era globalisasi yang sedang terjadi sekarang ini permasalahan yang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Era globalisasi yang sedang terjadi sekarang ini permasalahan yang dihadapi dalam pelayanan kesehatan di Indonesia adalah pemberian pelayanan kesehatan yang bermutu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. khusus yang ditujukan untuk observasi, perawatan dan terapi pasien-pasien yang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Intensive Care Unit (ICU) menurut Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 1778/MENKES/SK/XII/2010 adalah suatu bagian dari rumah sakit yang mandiri (instalasi di bawah direktur
Lebih terperinciASUHAN KEBIDANAN IBU HAMIL PADA NY. S UMUR 31 TAHUN DI RSUD KARANGANYAR
ASUHAN KEBIDANAN IBU HAMIL PADA NY. S UMUR 31 TAHUN G2P1A0 UMUR KEHAMILAN 10+2 MINGGU DENGAN BLIGHTED OVUM DI RSUD KARANGANYAR KARYA TULIS ILMIAH Diajukan Untuk Menyusun sebagian Persyaratan Ujian Akhir
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sementara di tahun 2011 terdapat korban. Korban luka ringan pada
BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Kecelakaan lalu lintas menjadi masalah yang seringkali terjadi di negara berkembang seperti Indonesia. Angka kecelakaan selama tahun 2012 tercatat 7.817 kasus atau turun
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. menggunakan sistem simbol (Wilkinson, 2012) keseluruhan terhenti. Hal ini disebabkan oleh aterosklerosis yaitu
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG KASUS Hambatan komunikasi verbal adalah penurunan, keterlambatan, atau tidak adanya kemampuan untuk menerima, memproses, menghantarkan, dan menggunakan sistem simbol
Lebih terperinciHUBUNGAN KETEPATAN PELAKSANAAN TRIASE DENGAN TINGKAT KEPUASAN KELUARGA PASIEN DI INSTALASI GAWAT DARURAT RSUP PROF. DR. R. D.
HUBUNGAN KETEPATAN PELAKSANAAN TRIASE DENGAN TINGKAT KEPUASAN KELUARGA PASIEN DI INSTALASI GAWAT DARURAT RSUP PROF. DR. R. D. KANDOU MANADO Meggy Sukma S. Sumarno Amatus Yudi Ismanto Yolanda Bataha Program
Lebih terperinciASUHAN KEPERAWATAN PADA Tn. P DENGAN GANGGUAN SISTEM MUSKULOSKELETAL : POST ORIF FIBULA SINISTRA DI RUANG ANGGREK RUMAH SAKIT UMUM DAERAH SUKOHARJO
ASUHAN KEPERAWATAN PADA Tn. P DENGAN GANGGUAN SISTEM MUSKULOSKELETAL : POST ORIF FIBULA SINISTRA DI RUANG ANGGREK RUMAH SAKIT UMUM DAERAH SUKOHARJO Disusun oleh : FAJAR MUKHLIS GUNAWAN J.200.090.057 KARYA
Lebih terperinciDAFTAR RIWAYAT HIDUP. : Jl Dame No.59 SM Raja Km 10 Medan-Amplas : TK Panglima Angkasturi, Medan : SD Negeri , Medan
LAMPIRAN 1 DAFTAR RIWAYAT HIDUP Nama Lengkap : Chintya Pratiwi Putri Tempat/ Tanggal Lahir : Medan/ 23 Juli 1992 Jenis Kelamin Agama Alamat : Perempuan : Islam : Jl Dame No.59 SM Raja Km 10 Medan-Amplas
Lebih terperinciPROGRAM KERJA UNIT IGD TAHUN 2017 BAB I PENDAHULUAN
PROGRAM KERJA UNIT IGD TAHUN 2017 BAB I PENDAHULUAN Pelayanan kesehatan adalah upaya yang diselenggarakan oleh suatu organisasi untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan, mencegah dan menyembuhkan penyakit
Lebih terperinciLAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN DENGAN GANGGUAN PEMENUHAN KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN LATIHAN Di Ruang Dahlia 2 RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta
LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN DENGAN GANGGUAN PEMENUHAN KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN LATIHAN Di Ruang Dahlia 2 RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta Tugas Mandiri Stase Praktek Keperawatan Dasar Disusun
Lebih terperinciProfesi _Keperawatan Medikal Bedah_cempaka
PNEUMOTHORAX A. Definisi Pneumotoraks adalah suatu kondisi adanya udara dalam rongga pleura akibat robeknya pleura (Price & Willson, 2003). Pneumotoraks terjadi ketika pleura parietal ataupun visceral
Lebih terperinciKONSEP KEGAWATDARURATAN I
KONSEP KEGAWATDARURATAN I BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Asuhan keperawatan gawat darurat adalah rangkaian kegiatan praktek keperawatan gawat darurat yang diberikan kepada klien oleh perawat yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kendaraan bermotor di seluruh dunia pada tahun 2013 mencapai 1,2 juta jiwa dan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada era globalisasi dimana kemajuan teknologi semakin berkembang khususnya dalam bidang transportasi, masyarakat modern menempatkan transportasi sebagai kebutuhan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. disebabkan oleh Salmonella Typhi yang masih dijumpai secara luas di berbagai
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Demam Typhoid merupakan suatu penyakit infeksi sistemik yang disebabkan oleh Salmonella Typhi yang masih dijumpai secara luas di berbagai negara berkembang yang terutama
Lebih terperinciPMR WIRA UNIT SMA NEGERI 1 BONDOWOSO Materi 3 Penilaian Penderita
Saat menemukan penderita ada beberapa hal yang harus dilakukan untuk menentukan tindakan selanjutnya, baik itu untuk mengatasi situasi maupun untuk mengatasi korbannya. Langkah langkah penilaian pada penderita
Lebih terperinciFILOSOFI, KONSEP HOLISTIK & PROSES KEPERAWATAN KEGAWATAN & KEKRITISAN Oleh: Sri Setiyarini, SKp.
FILOSOFI, KONSEP HOLISTIK & PROSES KEPERAWATAN KEGAWATAN & KEKRITISAN Oleh: Sri Setiyarini, SKp. Definisi Keperawatan Dawat Darurat: Pelayanan profesional yg didasarkan pada ilmu kqperawatan gawat darurat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. tulang dan ditentukan sesuai jenis dan luasnya (Brunner & Suddarth,
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Cedera merupakan kerusakan fisik pada tubuh manusia yang diakibatkan oleh kekuatan yang tidak dapat ditoleransi dan tidak dapat diduga sebelumnya (WHO, 2004).
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Diperkirakan 80% populasi akan mengalami nyeri punggung bawah pada
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Diperkirakan 80% populasi akan mengalami nyeri punggung bawah pada suatu saat dalam hidup mereka. Kerusakan punggung dan tulang belakang, suatu masalah kesehatan
Lebih terperinci