BAB 4 ANALISIS DAN PEMBAHASAN. 4.1 Penerapan Prinsip Kehati-hatian Pada Prosedur Permohonan, Analisa

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB 4 ANALISIS DAN PEMBAHASAN. 4.1 Penerapan Prinsip Kehati-hatian Pada Prosedur Permohonan, Analisa"

Transkripsi

1 BAB 4 ANALISIS DAN PEMBAHASAN 4.1 Penerapan Prinsip Kehati-hatian Pada Prosedur Permohonan, Analisa dan Evaluasi, Persetujuan, Pemberian/Pencairan, Pemantauan dan Penyelamatan Pembiayaan Jumlah petugas pembiayaan di BMI Roxy adalah 8 petugas, yang terdiri dari 6 petugas bagian Relationship Manager dan 2 petugas bagian Unit Support Pembiayaan / Legal. Kuesioner diajukan ke 5 petugas pembiayaan yang mewakili 62,5% dari jumlah petugas pembiayaan yang ada. 5 petugas tersebut terdiri dari 4 petugas bagian Relationship Manager dan 1 petugas bagian Unit Support Pembiayaan/Legal. Setiap kuesioner terdiri dari 27 pertanyaan (lampiran 1). Total pertanyaan untuk 5 petugas berarti = 27 x 5 = 135 pertanyaan. Hasil kuesioner adalah 131 jawaban Ya dan 4 jawaban Tidak, yang berarti 97,04% Ya dan 2,96% Tidak. Terdapat 2 responden yang menjawab tidak pada pertanyaan Apakah petugas bank melakukan analisis mengenai dampak lingkungan (AMDAL) untuk jenis usaha dan kegiatan tertentu yang mengacu pada Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup dalam menilai prospek usahanya?. 2 responden tersebut memberikan keterangan bahwa analisa AMDAL dilakukan konsultan untuk mendapatkan persetujuan dari pihak instansi terkait. Hal ini berarti BMI Roxy sudah menerapkan prinsip kehati- 55

2 hatian yaitu dengan memakai jasa konsultan untuk melakukan analisis AMDAL. Terdapat 2 responden yang menjawab tidak pada pertanyaan Apakah petugas bank yang melakukan analisis terhadap data yang sudah disiapkan mempunyai pengetahuan untuk melakukan analisa tersebut yang menyangkut berbagai aspeknya dan mampu bersikap objektif? kedua responden tersebut memberikan keterangan bahwa secara teknis Relationship Manager Financing (RMF) tidak menguasai semua jenis usaha akan tetapi RMF harus mengetahui critical point setiap usaha. Hal ini berarti BMI Roxy sudah menerapkan prinsip kehati-hatian walaupun tidak menguasai semua jenis usaha, namun mengetahui critical point dari setiap usaha. Kesimpulannya adalah dari data responden yang telah dijawab oleh petugas pembiayaan BMI Roxy, dapat disimpulkan bahwa BMI Roxy sudah menerapkan prinsip kehati-hatian pada prosedur permohonan, analisa dan evaluasi, persetujuan, pemberian/pencairan, pemantauan dan penyelamatan pembiayaan sesuai dengan peraturan UU no.10 Tahun 1998 tentang Perbankan, UU no 21 Tahun 2008 Tentang Perbankan syariah, PBI no.10/16/pbi/2008 tanggal 25 septermber 2008 tentang pelaksanaan prinsip syariah dalam kegiatan penghimpunan Dana dan Penyaluran Dana serta Pelayanan Jasa Syariah, PBI no 13/13/PBI/2011 tanggal 24 Maret 2011 tentang Penilaian Kualitas Aktiva Bagi Bank Umum Syariah dan Unit Usaha syariah. 56

3 4.1.1 Penerapan Prinsip Kehati-hatian pada Prosedur Permohonan Pembiayaan 1. Petugas kompeten Petugas pembiayaan BMI Roxy yang menangani proses permohonan pembiayaan ditangani oleh RMF. RMF harus mengetahui hal-hal berikut: a. Mengetahui karakteristik produk pembiayaan sehingga dapat memberikan keterangan yang jelas kepada calon debitur. b. Mengetahui jenis kebutuhan pembiayaan modal kerja yang diperlukan oleh debitur; c. Mengetahui prosedur dan syarat-syarat pembiayaan serta data yang dipenuhi calon debitur berkaitan dengan pembiayaan tersebut. Petugas kompeten yang menangani pembiayaan, bisa dilihat dari latar belakang pendidikan serta training yang pernah diperoleh. Berdasarkan hasil wawancara dengan Bapak Bayu Bridani petugas RMF, training yang diperoleh adalah Sales skill, Basic Syariah Financing, Financing Training, Risk Management Training, Support Training. 2. Dokumen Untuk permohonan pembiayaan baru harus berdasarkan adanya permohonan pembiayaan secara tertulis dari calon debitur dan mengisi lengkap Formulir Aplikasi Permohonan Pembiayaan dan ditandatangani oleh pemohon disertai dengan dokumen-dokumen untuk kelengkapan permohonan pembiayaan. RMF mengecek dan meneliti kelengkapan dari persyaratan dokumen-dokumen yang dibutuhkan untuk proses selanjutnya. Tabel 4.1 Tabel standar dokumen legal 57

4 No Jenis Dokumen (Dokumen Nasabah fotocopy setelah dicek dengan Perorangan aslinya harus diberi stempel sesuai asli oleh Cabang) 1 Asli formulir aplikasi diisi lengkap dan benar 2 Fotocopy KTP calon nasabah dan suami/istri 3 Fotocopy kartu keluarga (KK) 4 Fotocopy surat nikah 5 KTP yang belum jatuh tempo dari setiap pengurus badan usaha dan pihak badan usaha yang mempunyai hak untuk melakukan transaksi dengan bank 6 Fotocopy surat keterangan domisili 7 Fotocopy surat izin usaha (SIUP, SITU, TDP, HO, SIUJK, dll) 8 Fotocopy NPWP Pribadi, SPT Pribadi 9 Fotocopy NPWP Perusahaan dan Pengurus 10 Fotocopy Akta Pendirian/Anggaran dasar dan perubahannya 11 Fotocopy pengesahan dari Instansi yang berwenang 12 Fotocopy perizinan dari instansi terkait 13 Fotocopy rekening tabungan/giro (R/K) 3 bulan Badan Usaha (Badan hukum dan Non Badan Hukum 58

5 terakhir 14 Laporan Keuangan Perusahaan (Neraca dan L/R) dan/atau Fotocopy bukti/catatan transaksi bisnis. (sumber: hasil wawancara) 3. Kontrol Dokumen Kontrol dokumen pada tahapan permohonan pembiayaan adalah pemeriksaaan kelengkapan syarat-syarat permohonan pembiayaan. RMF harus mengecek dokumen fotocopy dengan dokumen asli untuk meyakini kebenaran data yang disampaikan calon debitur/debitur dalam permohonan pembiayaan. Setelah dicek dengan aslinya, maka diberikan stempel sesuai asli oleh RMF Penerapan Prinsip Kehati-hatian pada Prosedur Analisis dan Evaluasi Pembiayaan 1. Petugas kompeten a. RMF dan Unit Support Pembiayaan yang menganalisa dan mengevaluasi permohonan pembiayaan harus bersikap obyektif, jujur dan cermat. b. RMF dan Unit Support Pembiayaan mengetahui bahwa dalam menganalisa dan mengevaluasi pembiayaan, tidak boleh dipengaruhi oleh pihak manapun yang dapat mempengaruhi penilaian. c. RMF dan Unit Support Pembiayaan mempunyai pengetahuan, sesuai dengan bidangnya yang digunakan dalam melakukan analisis. RMF melakukan inisiasi, solisitasi, trade checking, mencari informasi pembeli/ penjual/ bowheer/ pesaing, verifikasi data/informasi, 59

6 kunjungan setempat (on the spot), sedangkan Unit Support Pembiayaan mensupport bagian RMF untuk melakukan trade checking, bank checking, personal checking, penilaian barang jaminan dengan bantuan Appraisal Independent (apabila diperlukan), analisa yuridis. Tahapan pengumpulan data, adalah sebagai berikut: - Inisiasi a. Tahapan: 1. Penetapan Target Market Dalam menetapkan target market petugas bank perlu memperhatikan Sektor Ekonomi yang memiliki prospek bisnis yang baik sehingga posisi Bank tergolong aman dan menguntungkan dalam membiayai sektor tersebut. Kriteria bisnis yang aman dan menguntungkan antara lain : Bisnis yang sedang tumbuh (sunrise industry) Bisnis yang tidak terkena resesi Bisnis yang didukung oleh regulasi pemerintah Bisnis yang mempunyai pasar yang jelas 2. Penetapan sektor bisnis Adapun sektor ekonomi yang dapat dibiayai antara lain : Pertanian, Perburuan & Sarana Pertanian Pertambangan Industri Pengolahan 60

7 Listrik, Gas & Air Konstruksi Perdagangan, Restoran dan Hotel Pengangkutan, Pergudangan & Komunikasi Jasa-jasa dunia usaha Jasa-jasa sosial / masyarakat Lain-lain b. Penghimpunan informasi Penghimpunan informasi dapat dilakukan dengan ta aruf dan wawancara. Ta aruf adalah proses awal perkenalan antara Relationship Manager Financing (RMF) dengan nasabah melalui proses wawancara. Dalam wawancara tersebut RMF akan memperoleh data-data sementara tentang kondisi nasabah pemohon pembiayaan dan RMF memeriksa ulang kembali kelengkapan dan kebenaran data-data tadi. Dalam proses wawancara tersebut akan terlihat juga sikap atau komitmen serta konsistensi keabsahan data yang disampaikan secara tertulis oleh nasabah. Data tertulis tersebut sebagai acuan bagi RMF, sebab banyak terjadi perbedaan akurasi data atau pemalsuan antara data tertulis dengan data hasil wawancara. Selanjutnya masih dalam proses ta aruf, diperlukan adanya data standar nasabah bagi setiap RMF yang ingin melakukan wawancara. Dari data standar itu pula para RMF bisa mengambil kesimpulan secara tepat apakah permohonan pembiayaan tersebut dapat dilanjutkan atau ditolak. 61

8 Secara garis besar dalam wawancara tersebut harus mencakup hal-hal antara lain: Kelengkapan data pemohon. Penjelasan data-data pendukung. Pemeriksaan kembali kebenaran dan konsistensi data pemohon - Solisitasi Solisitasi adalah kegiatan dalam rangka memperoleh data nasabah melalui proses mengunjungi dan mendapatkan informasi data calon nasabah. Hasil solisitasi disajikan dalam bentuk laporan kunjungan (call report). Dalam menjalankan solisitasi, RMF harus mempunyai nilai standar tentang informasi yang akan diperoleh, sehingga diperoleh data yang objektif, tidak bersifat relatif dan tidak spekulatif. Adapun standar informasi yang dimaksud adalah : Informasi Umum a. Informasi yang diperoleh adalah tentang eksistensi perusahaan itu sendiri, bertujuan untuk mendapatkan gambaran tentang operasi bisnis secara keseluruhan termasuk filosofi bisnis perusahaan, sasaran yang ingin dicapai, rencana kerja, sejarah perusahaan, para pendiri dan pemegang saham, serta prospek masa depan perusahaan. b. Jumlah staf atau karyawan, tingkat pendidikan rata-rata, sistem penggajian, dan jaminan sosial lain. 62

9 Informasi Kebutuhan Nasabah Bidang usaha yang dijalankan, rekan bisnis perusahaan, teknologi yang digunakan, franchising management assistances (waralaba) atau perjanjian bisnis dengan pihak ketiga yang lain (bila ada), prospek masa depan bidang usaha. Informasi Kemampuan Pembayaran Kembali a. Informasi mengenai kemampuan membayar kewajiban (repayment) umumnya tergantung dari kondisi dan hasil produksi itu sendiri, seperti cara pemasaran, perusahaan pesaing, kekuatan dan kelemahan perusahaan calon nasabah dibandingkan dengan perusahaan pesaing, distribusi produk, strategi penjualan yang diterapkan, hasil penjualan tertinggi yang pernah dicapai, piutang dagang. b. Sumber pengadaan bahan baku atau bahan dagangan, cara pengadaan bahan baku, ciri khusus bahan baku. c. Sistem pelaporan kegiatan usaha dan keuangan yang telah diaudit oleh kantor akuntan atau sesuai dengan ketentuan Bank Muamalat. d. Adanya alternatif sumber pengembalian yang lain. Informasi Jaminan Dalam menghimpun informasi jaminan Unit Support Pembiayaan (USP) wajib memperhatikan hal-hal sebagai berikut: 63

10 a. Jenis jaminan yang diajukan, nilai pasar jaminan, pemilik jaminan dan marketable. b. Kemudahan memonitor jaminan, termasuk lokasi jaminan itu berada serta jenis dan sifat fisika kimianya. c. Status hukum jaminan tersebut termasuk asuransi. Jaminan dinilai dengan bantuan dari konsultan dari Kantor Jasa Penilai Publik (KJPP) independent (jika diperlukan). Berdasarkan hasil wawancara, hasil penilaian jaminan akan dijadikan pertimbangan bagi Komite Pembiayaan dalam memberikan keputusan. Informasi Hubungan Perbankan dan Lembaga Keuangan Lainnya Dalam menghimpun informasi hubungan perbankan dan lembaga keuangan lainnya wajib memperhatikan hal-hal sebagai berikut : a. Hubungan dengan bank lain yang pernah memberikan pembiayaan sebelumnya dan tujuan penggunaan pembiayaan serta term dan kondisi fasilitas. b. Dari informasi di atas akan terlihat struktur pendanaan operasi perusahaan. Bila nasabah telah berhubungan dengan lembaga keuangan perbankan maka dapat dilengkapi dengan persyaratan pembiayaan, jangka waktu pembiayaan, agunan pembiayaan dan kondite calon nasabah pada lembaga keuangan perbankan yang lama. 64

11 c. Hasil informasi dibandingkan dengan posisi di Neraca dan Rugi Laba serta agar diketahui mengapa nasabah tersebut ingin berhubungan dengan Bank Muamalat - Laporan Kunjungan Laporan Kunjungan (Call Report / On The Spot (OTS)) adalah laporan kunjungan ke lokasi usaha nasabah yang dibuat oleh Relationship Manager Financing (RMF) dan diketahui atasannya, sebagai dasar untuk proses pembiayaan selanjutnya. Laporan OTS sekurang-kurangnya harus berisikan : 1. Hari dan Tanggal Kunjungan. 2. Nama Kru pengelola pembiayaan yang melakukan kunjungan. 3. Tempat / lokasi kunjungan. 4. Nama orang (berikut jabatannya) yang dimintakan informasi. 5. Tujuan kunjungan. 6. Hasil dan Kesimpulan Kunjungan. 7. Tanda tangan pejabat / pengelola yang melakukan kunjungan. Berdasarkan hasil wawancara dengan Bapak Bayu Bridani petugas RMF BMI Roxy, hasil analisa akan dinilai didalam Form Pemeringkat Nasabah (FPN). Form Pemeringkatan Nasabah (FPN) berisi pemeringkatan nasabah berdasarkan score 1-5, hal yang dinilai adalah Business condition 25%, 1. Industry risk 2. The age of business 65

12 3. Marketing : - Competition, - Customer relationship, product quality, price &image 4. Continuity of business: - Product diversification - Continuity of stock supply by and relationship with suppliers/producers Management 30% 5. Management Experiences - Experiences on management and/or related business - Managerial skill, desicion making, clearity of organization & existence of succession program - Financial planning & control ability - Entrepeneurship, profit & growth oriented and result driven 6. Integrity and reputation 7. Quality of financial statements Financial 45%. 8. Future performance of cash flow 9. Past Financial Performance Unit support pembiayaan (USP) dan Relationship Manager Financing (RMF) masing-masing melakukan penilaian dalam FPN. Apabila terjadi perbedaan dengan hasil penilaian, maka USP dan RMF memberikan alasan, dan menjadi pertimbangan bagi komite pembiayaan. 66

13 Selanjutnya Relationship Manager Financing (RMF) akan membuat Memorandum Usulan Pembiayaan (MUP). Berdasarkan hasil wawancara, MUP berisi: - Analisa Pembiayaan (Analisa Kualitatif dan Kuantitatif) Dalam melakukan analisa kelayakan pembiayaan ditentukan oleh kelayakan usaha nasabah sebagai sumber utama pelunasan pembiayaan (first way out) dan kelayakan agunan sebagai sumber pelunasan kedua (second way out) apabila sumber pelunasan yang utama tidak berjalan. Proses analisa kelayakan usaha dilakukan dengan menggunakan beberapa tata cara analisa yang meliputi: a. Analisa Aspek-aspek Perusahaan b. Analisa Laporan Keuangan c. Evaluasi Kebutuhan Dana / Pembiayaan d. Analisa Kesuaian Aspek Syariah e. Struktur Fasilitas Pembiayaan - Analisa jaminan - Analisa risiko - Evaluasi kebutuhan dana - Penetapan struktur fasilitas 2. Prosedur Otorisasi: Dari penjelasan diatas, dapat dilihat prosedur otorisasi dalam proses analisis dan evaluasi permohonan pembiayaan yang menyangkut penerapan prinsip kehati-hatian melalui berbagai tahap dan melalui otorisasi pihak yang berwenang: 67

14 - RMF melakukan verifikasi keakuratan dan keabsahan data, informasi (termasuk bank checking) serta dokumen yang terkait dengan usulan pembiayaan dan diketahui oleh Business Manager (BM). - Unit Support Pembiayaan melakukan verifikasi data/informasi calon debitur, verifikasi kelengkapan seluruh dokumen meliputi dokumen dalam safe keeping, financing document, dan file pembiayaan yang dipersyaratkan. 3. Dokumen dan data yang memadai Dokumen dan data yang dijadikan acuan sebagai dasar untuk analisis dan evaluasi harus terjamin ketepatan, kebenaran dan kelengkapan sehingga hasil analisis dan evaluasi menjadi tepat dan bisa dijadikan bahan pertimbangan dalam memberikan kredit Penerapan Prinsip Kehati-hatian pada Prosedur Persetujuan Pembiayaan Berikut penerapannya, adalah sebagai berikut: 1. Berdasarkan hasil wawancara, Bank akan memberi keputusan perihal layak/tidaknya calon nasabah untuk diberikan pembiayaan melalui jalur sebagai berikut: Disetujui oleh petugas kompeten yang berwenang: FRS (Financing Risk Staff) untuk limit cabang atau FRO (Financing Risk Officer) untuk limit area manager (apabila diperlukan); Financing Risk Asesor, untuk plafond pembiayaan yang kewenangan untuk memutus persetujuannya diatas kewenangan Pimpinan Cabang dan Area Manager (wajib); dan 68

15 Komite Pembiayaan (petugas yang memiliki limit wewenang plafond). 2. Apabila calon nasabah dinyatakan layak, bank akan memberikan Surat Persetujuan Pembiayaan kepada calon nasabah. 3. Apabila nasabah dinyatakan tidak layak, maka bank akan segera mengkonfirmasikan kepada nasabah dan mengeluarkan Surat Penolakan Pembiayaan. Jika disetujui, maka dilanjutkan dengan tahap pengikatan pembiayaan dan pengikatan jaminan: 1. Apabila nasabah telah dinyatakan layak dan disetujui untuk diberikan pembiayaan,nasabah diminta datang ke bank untuk melakukan pengikatan. 2. Bank akan mengecek seluruh keaslian dokumen jaminan; 3. Nasabah akan melakukan pengikatan pembiayaan dan jaminan dengan notaris rekanan bank; 4. Setelah pengikatan dilakukan, bank menyimpan asli dokumen jaminan Setelah tahap pengikatan pembiayaan dan pengikatan jaminan, dilanjutkan dengan tahap pembayaran biaya-biaya sebelum pencairan, seperti: 1. Sebelum pencairan fasilitas pembiayaan nasabah wajib menyediakan dana minimal sebesar seluruh biaya-biaya yang timbul di rekening nasabah; 2. Biaya yang timbul antara lain (hasil keterangan kuesioner): a. Biaya administrasi 1% dari total plafond, dikenakan secara proporsional pada saat penarikan; b. Biaya asuransi jiwa; c. Asuransi kebakaran; 69

16 d. Asuransi pembiayaan (bila disyaratkan); e. Biaya notaris 1 permil dari total plafond; f. Biaya jasa penilai independent; dan g. Biaya materai Penerapan Prinsip Kehati-hatian pada Prosedur Pencairan/Pemberian Pembiayaan Realisasi pencairan dana berdasarkan hasil wawancara: a. Nasabah debitur hanya bisa melakukan pencairan bila semua dokumentasi pembiayaan telah diisi dan ditandatangani secara lengkap dan setelah seluruh biaya yang timbul didebet oleh bank, maka bank akan mencairkan dana terlebih dahulu ke rekening nasabah sebagai bukti bahwa nasabah berhutang dan selanjutnya ditransfer/ditransaksikan sesuai dengan kebutuhan pembiayaan. b. Nasabah wajib menggunakan dana tersebut untuk pemenuhan kebutuhan modal kerja sesuai dengan tujuan pengajuannya Penerapan Prinsip Kehati-hatian pada Prosedur Pemantauan dan Penyelamatan Pembiayaan 1. Petugas kompeten a. RMF harus mampu mengungkapkan secara jelas hal-hal yang mempengaruhi kemampuan pemohon dalam membayar kembali pembiayaan baik dana yang berasal dari hasil usaha yang dibiayai maupun dari sisi agunan pembiayaannya. 70

17 b. RMF yang menangani nasabah debitur tersebut harus mempunyai pengetahuan yuridis yang baik mengenai akad dan penguasaan jaminan. 2. Pemeriksaan secara independent (sumber: hasil wawancara dengan Bapak Bayu Bridani petugas RMF): a. RMF wajib melakukan monitoring terhadap pembayaran kewajiban nasabah dan monitoring terhadap penggunaan dana fasilitas pembiayaan nasabah minimal 2 bulan sekali (keterangan dari kuesioner). Monitoring dapat dilakukan secara : (1) On Desk : memantau ketepatan pembayaran angsuran, atau (2) On site : misalnya monitoring ke lokasi proyek untuk memantau progress pelaksanaan proyek. Kewajiban nasabah yang dimaksud diatas adalah: 1. Nasabah membayar sesuai dengan tanggal angsuran pembayaran kewajiban dan jadwal angsur yang telah disepakati; 2. Angsuran akan didebet oleh bank dari rekening nasabah. 3. Perubahan jadwal angsur untuk tujuan penyehatan pembiayaan bermasalah beserta persetujuannya mengikuti ketentuan yang berlaku. Jika nasabah tidak membayar angsuran sesuai tanggal yang disepakati maka dikenakan denda. Berikut tarif denda keterlambatan pembayaran angsuran berdasarkan hasil wawancara: Tabel

18 Tarif denda keterlambatan pembayaran angsuran No Jumlah Angsuran Jumlah Denda 1 < Rp ,- Rp Rp < Rp Rp Rp < Rp Rp Rp < Rp Rp Rp < Rp Rp Rp < Rp Rp Rp < Rp Rp >Rp Rp Denda tersebut diatas dikenakan ke nasabah setiap bulan sesuai dengan besarnya angsuran dari nasabah. Denda akan terdebet secara otomatis dari rekening nasabah ke rekening penampungan bank jika ada keterlambatan 1 hari sejak dari jatuh tempo tanggal angsuran. Dan akan dikembalikan lagi denda keterlambatan tsb jika nasabah membayar angsuran sebelum masuk ke awal bulan berikutnya. Denda keterlambatan diharamkan untuk menjadi pendapatan bank, akan tetapi akan disalurkan ke lembaga Baitul Mal Muamalat yang khusus menghimpun dan menyalurkan dana ZISWAF (Zakat, Infak, Sedekah dan Wakaf). b. Fasilitas pembiayaan dinyatakan lunas apabila: (1) lunas sesuai jangka waktu pembiayaan; atau (2) nasabah melunasi sebelum jatuh tempo fasilitas pembiayaan c. Setelah pembiayaan nasabah lunas maka bank akan melakukan pelepasan jaminan. d. Dalam mengatasi pembiayaan yang menunggak masih merupakan tanggung jawab RMF yang berkoordinasi dengan petugas remedial pusat. Langkah-langkah yang dilakukan untuk mengatasi pembiayaan 72

19 yang menunggak adalah dengan cara meningkatkan kualitas pembiayaan khususnya kolektibilitasnya dengan cara penjadwalan kembali (resheduling), penataan kembali (restructuring), persyaratan kembali (reconditioning), melakukan pencairan jaminan, atau jalan terakhir write off. Kesimpulan: Dari hasil kuesioner dan penjelasan diatas, bisa disimpulkan bahwa BMI Roxy telah menerapkan prinsip kehati-hatian dengan memenuhi UU no.10 Tahun 1998 tentang Perbankan, UU no.21 Tahun 2008 Tentang Perbankan Syariah, PBI no.10/16/pbi/2008 Tentang Prinsip Syariah dalam kegiatan penghimpunan Dana dan Penyaluran Dana serta Pelayanan Jasa Syariah, PBI no.13/13/pbi/2011 Tentang Penilaian Kualitas Aktiva Bagi Bank Umum Syariah dan Unit Usaha Syariah dalam prosedur permohonan, analisa dan evaluasi, persetujuan, pemberian/pencairan, pemantauan dan penyelamatan. 4.2 Kebijakan Pembiayaan BMI Roxy BMI Roxy mempunyai kebijakan yang berpedoman pada SK Dir Bank Indonesia No.27/162/Kep/Dir tanggal 31 Maret 1995 dan SE Bank Indonesia No.27/7/UPPB tanggal 31 Maret 1995, agar pemberian pembiayaan dapat dilaksanakan secara konsisten dan berdasarkan azas-azas pembiayaan yang sehat, maka diperlukan suatu kebijakan pembiayaan yang tertulis. Berdasarkan SK Dir BI tersebut, Bank Umum wajib memiliki kebijakan perkreditan/pembiayaan bank secara tertulis yang disetujui oleh dewan komisaris bank dengan sekurang-kurangnya memuat dan mengatur hal-hal pokok sebagai berikut: 1. Prinsip kehati-hatian dalam pembiayaan; 73

20 2. Organisasi dan manajemen pembiayaan; 3. Kebijakan persetujuan pembiayaan; 4. Dokumentasi dan administrasi pembiayaan; 5. Pengawasan pembiayaan; 6. Penyelesaian pembiayaan bermasalah. Sedangkan pada Kebijakan Umum Penanaman Dana BMI Roxy terdapat: 1. Prinsip kehati-hatian; 2. Organisasi dan manajemen; 3. Kebijakan Segmentasi; 4. Kebijakan Umum Persetujuan; 5. Dokumentasi dan administrasi; 6. Pengawasan; 7. Penyelesaian Pembiayaan Bermasalah; 8. Manajemen Risiko. Dari uraian diatas, bisa dilihat bahwa BMI Roxy sudah memenuhi ketentuan yang ditetapkan SK Dir Bank Indonesia No.27/162/Kep/Dir tanggal 31 Maret Penerapan Prinsip Kehati-hatian BMI Roxy, sbb: a. Prinsip pokok kehati-hatian b. Pembiayaan pihak terkait dan nasabah besar c. Pembiayaan risiko tinggi d. Pembiayaan yang dihindari e. Penilaian kualitas pembiayaan f. Kriteria pejabat pembiayaan 74

21 g. Kode etik pejabat pembiayaan h. Penerapan prinsip mengenal nasabah Penerapan Prinsip Kehati-hatian BMI Roxy Prinsip Pokok Kehati-hatian Berdasarkan ketentuan Bank Muamalat, Penerapan Prinsip Pokok Kehati-hatian pada BMI Roxy adalah: - Prosedur pembiayaan yang sehat dan sesuai syariah - Pembiayaan yang mendapat perhatian khusus - Penyelamatan/penyehatan pembiayaan - Penyelesaian pembiayaan bermasalah (Hapus Buku dan Hapus Tagih) - Penyelesaian Jaminan Pembiayaan Pihak Terkait dan Nasabah Besar Untuk menganalisis pembiayaan pihak terkait dan nasabah besar,penulis memakai acuan peraturan PBI No.8/13/PBI/2006 tanggal 5 oktober 2006 tentang perubahan atas PBI No.7/3/PBI/2005 tanggal 20 januari 2005 tentang Batas Maksimum Pemberian Kredit Bank Umum. Pasal 4 : Seluruh portofolio Penyediaan Dana kepada Pihak Terkait dengan Bank ditetapkan paling tinggi 10% (sepuluh perseratus) dari Modal Bank. Pasal 11 (1) : Penyediaan Dana kepada 1 (satu) peminjam yang bukan merupakan Pihak Terkait ditetapkan paling tinggi 20% (dua puluh perseratus) dari modal Bank. 75

22 Pasal 11 (2) : Penyediaan Dana kepada 1 (satu) kelompok peminjam yang bukan Pihak Terkait ditetapkan paling tinggi 25% (dua puluh lima perseratus) dari Modal Bank. Penerapan di BMI Roxy: 1. BMI Roxy telah mempunyai ketetapan mengenai batas maksimum pemberian pembiayaan seperti pada penjelasan BMPP (batas maksimum pemberian pembiayaan. 2. BMI Roxy mempunyai BMPP sesuai dengan ketentuan yaitu Pihak terkait adalah 10% dari modal, BMPP tidak terkait 1 peminjam adalah 20% dari modal dan BMPP tidak terkait 1 kelompok peminjam adalah 25% dari modal. Bank Muamalat selalu berupaya untuk melaksanakan prinsip penyaluran pembiayaan yang sehat serta melaksanakan prudential Banking dalam pemberian pembiayaan. Sebagai salah satu wujud implementasinya adalah dengan menetapkan batas maksimum penyaluran pembiayaannya dengan lebih konservatif yaitu maksimum plafond pembiayaan yang diberikan adalah 70% (tujuh puluh persen) dari BMPP yang ditetapkan oleh Bank Indonesia. Setiap bulannya, Corporate Banking Support Division (CBSD) telah menghitung dan menetapkan serta menegaskan hal ini kepada unit terkait, mengenai besarnya maksimum pembiayaan yang dapat diberikan, yang dihitung berdasarkan posisi modal Bank pada bulan sebelumnya. Kesimpulan : BMI Roxy sudah memenuhi peraturan PBI No.8/13/PBI/2006 tanggal 5 oktober 2006 tentang perubahan atas PBI No.7/3/PBI/2005 tanggal 20 januari 2005 tentang Batas Maksimum Pemberian Kredit Bank Umum. 76

23 Pembiayaan Risiko Tinggi Untuk menganalisis Pembiayaan Risiko Tinggi, penulis menggunakan acuan UU No.10 Tahun 1998, pasal 29 ayat 2,3,4. Ayat 2: Bank wajib memelihara tingkat kesehatan bank sesuai dengan ketentuan kecukupan modal, kualitas aset, kualitas manajemen, likuiditas, rentabilitas, solvabilitas, dan aspek lain yang berhubungan dengan usaha bank, dan wajib melakukan kegiatan usaha sesuai dengan prinsip kehati-hatian. Ayat 3: Dalam memberikan kredit atau pembiayaan berdasarkan Prinsip Syariah dan melakukan kegiatan usaha lainnya, bank wajib menempuh cara-cara yang tidak merugikan bank dan kepentingan nasabah yang mempercayakan dananya kepada bank. Ayat 4: Untuk kepentingan nasabah, bank wajib menyediakan informasi mengenai kemungkinan timbulnya risiko kerugian sehubungan dengan transaksi nasabah yang dilakukan melalui bank. Penerapan: Ayat 2: Untuk melihat tingkat kesehatan bank, dapat dilihat dari rasio Bank Muamalat Indonesia (BMI) tahun 2012 dibandingkan dengan ratarata Bank Umum Syariah (BUS) 2012: Rasio BMI diambil dari Laporan Keuangan tahun 2012 Rasio BUS diambil dari Statistik Perbankan Indonesia tahun 2012 Aspek Solvabilitas (rasio permodalan) - CAR BMI tahun 2012= 11,57% 77

24 - CAR rata-rata BUS = 14,14% - CAR minimum yang diwajibkan oleh Bank Indonesia adalah 8%. Semakin tinggi rasio CAR maka semakin baik kemampuan bank tersebut untuk menanggung risiko dari setiap kredit/pembiayaan/ aktiva produktif beresiko. Rasio CAR BMI lebih kecil jika di bandingkan dengan rata-rata BUS, yang berarti rasio CAR BMI lebih jelek dibandingkan dengan rasio CAR rata-rata BUS. Namun begitu rasio CAR BMI sudah memenuhi kriteria yang diwajibkan oleh Bank Indonesia yakni diatas 8%. Aspek Rentabilitas (Earning) - ROA (return on assets) BMI sebesar 1,54% - ROA (return on assets) rata-rata BUS adalah 1,94% Semakin besar ROA suatu bank, semakin besar pula tingkat keuntungan yang dicapai bank tersebut dari segi penggunaan aset, sehingga kemungkinan suatu bank dalam kondisi bermasalah semakin kecil. ROA BMI lebih kecil dari rata-rata ROA rata-rata BUS, itu artinya ROA BMI kurang bagus sehingga perlu lebih efisien dalam penggunaan assetnya. Rasio Efisiensi (Rasio Biaya Operasional/ BOPO) - BOPO BMI = 84,48% - BOPO rata-rata BUS = 76,35% Semakin kecil rasio ini berarti semakin efisien biaya operasional yang dikeluarkan bank yang bersangkutan sehingga kemungkinan suatu bank dalam kondisi bermasalah semakin kecil. 78

25 Dari penjelasan diatas, rasio BOPO BMI melebihi rata-rata BUS, ini berarti kualitas BOPO BMI lebih jelek dibanding rata-rata BUS. FDR (Financing to Deposit Ratio) - FDR BMI = 94,15% - FDR rata-rata BUS = 120,65% Semakin tinggi rasio ini berarti semakin rendahnya kemampuan likuiditas bank yang bersangkutan sehingga kemungkinan suatu bank dalam kondisi bermasalah semakin besar. Dalam hal ini, FDR BMI lebih kecil dari FDR rata-rata BUS, ini berarti rasio FDR BMI lebih baik dibanding rata-rata industri BUS. NPF (Non Performing Financing) - NPF BMI = 2,09% - NPF rata-rata BUS = 2,26% Semakin rendah persentase rasio NPF maka semakin baik kualitas pinjaman dari lembaga tersebut. Dalam hal ini, NPF BMI lebih kecil dari NPF rata-rata BUS, ini berarti kualitas pinjaman BMI lebih baik. Kesimpulan: Dari segi tingkat kesehatan BMI yang ditinjau dari rasio: - CAR lebih jelek dibanding rasio CAR BUS, namun CAR BMI sudah memenuhi kriteria yang ditetapkan Bank Indonesia yakni diatas 8%. - ROA dan BOPO lebih jelek dibanding rata-rata BUS. Hal ini perlu lebih efisien dalam penggunaan asset yang dimiliki dan lebih berhemat dalam pengeluaran biaya operasionalnya. 79

26 - Rasio FDR, NPF Bank Muamalat Indonesia sudah lebih baik dibanding rata-rata BUS. Dalam rangka meningkatkan efektivitas penilaian tingkat kesehatan bank diperlukan penyempurnaan penilaian tingkat kesehatan bank dengan pendekatan risiko.berdasarkan hasil wawancara, jenis-jenis risiko yang mungkin terjadi terkait dengan pemberian fasilitas pembiayaan modal kerja adalah : - Risiko pembiayaan, - Risiko operasional - Risiko legal, - Risiko pasar Dari segi kualitas manajemen, bisa dilihat dari Good Corporate Governance Report tahun 2012 BMI dalam hasil assessment, secara umum dapat dilihat di tabel berikut: Tabel 4.3 hasil assessment No Faktor Peringkat(a) Bobot (b) Nilai (a)x(b) 1 Pelaksanaan tugas dan tanggung jawab % Dewan Komisaris 2 Pelaksanaan tugas dan tanggung jawab Direksi % Kelengkapan dan pelaksanaan tugas % 0.2 komite 4 Pelaksanaan tugas dan tanggung jawab Dewan Pengawas Syariah % Pelaksanaan prinsip syariah dalam % 0.05 kegiatan penghimpunan dana dan penyaluran dana serta pelayanan jasa 6 Penanganan benturan kepentingan % Penerapan fungsi kepatuhan Bank % Penerapan fungsi audit intern % Penerapan fungsi audit ekstern %

27 10 Batas Maksimum Penyaluran Dana % Transparansi kondisi keuangan dan non keuangan, laporan pelaksanaan GCG dan pelaporan internal % 0.15 Nilai Komposit 100% 1.15 Predikat: sangat baik Kesimpulan: Dari segi aspek manajemen bisa dilihat dari seluruh faktor pelaksanaan GCG tersebut diatas, diperoleh hasil nilai komposit penilaian (self asessment) pelaksanaan tata kelola perusahaan (GCG) tahun 2012 sebesar 1,15 (satu koma satu lima) dengan predikat sangat baik. Nilai ini berarti lebih baik bila dibandingkan dengan hasil perhitungan nilai komposit hasil self assessment GCG tahun 2011 yaitu 1,3 (satu koma tiga) dan 1,7 (satu koma tujuh) berdasarkan hasil evaluasi Bank Indonesia dengan predikat Baik. Dalam melakukan kegiatan usaha sesuai dengan prinsip kehatihatian, BMI Roxy mempunyai daftar pembiayaan risiko tinggi. Daftar tersebut adalah daftar pengecualian dan daftar sektor usaha yang perlu perhatian yang diperbaharui pertahun untuk memberikan gambaran mengenai perubahan level toleransi bank. Artinya, fasilitas pembiayaan tidak akan diberikan kepada klien yang beroperasi disalah satu dari sektor industri yang termasuk dalam daftar pengecualian. Ayat 3: BMI Roxy berhati-hati serta memberikan penilaian konservatif dalam pengambilan keputusan untuk pemberian fasilitas pembiayaan kepada klien yang beroperasi di sektor usaha yang termasuk dalam daftar sektor usaha yang perlu perhatian. Dalam hal adanya calon klien yang beroperasi di sektor usaha yang termasuk dalam daftar sektor usaha yang perlu perhatian, Relationship Manager Financing (RMF) harus 81

28 mendiskusikan dengan Head or Deputy sales dalam hal kelanjutan permintaan pembiayaan klien. Ayat 4: RMF memberikan informasi secara lisan kepada debitur mengenai kemungkinan timbulnya risiko kerugian nasabah dimaksudkan agar akses untuk memperoleh informasi perihal transaksi kegiatan usaha yang dilakukan debitur melalui bank. Kesimpulan: dari uraian penerapan diatas, bisa disimpulkan bahwa BMI Roxy mempunyai daftar pembiayaan risiko tinggi (daftar pengecualian dan daftar sektor usaha yang perlu perhatian) dan sudah memenuhi pasal 29 ayat 2,3, Pembiayaan yang Dihindari Dalam menganalisis pembiayaan yang dihindari, penulis menggunakan acuan UU no. 21 Tahun 2008 Tentang Perbankan Syariah yaitu: Pasal 2: Perbankan syariah dalam melakukan kegiatan usahanya berdasarkan Prinsip Syariah, demokrasi ekonomi, dan prinsip kehati-hatian. Penerapan di BMI Roxy adalah: Dalam menerapkan prinsip kehati-hatian, BMI Roxy mempunyai kriteria untuk pembiayaan yang dihindari, sebagai berikut: - Pembiayaan tidak sesuai syariah - Pembiayaan untuk spekulasi - Pembiayaan tanpa informasi keuangan yang tidak memadai - Pembiayaan pada sektor usaha yang tidak dikuasai 82

29 - Pembiayaan kepada nasabah yang bermasalah Kesimpulan: BMI Roxy sudah melakukan kegiatan usahanya sesuai dengan pasal 2 UU no.21 tahun 2008 tentang Perbankan Syariah yaitu Perbankan syariah dalam melakukan kegiatan usahanya berdasarkan Prinsip Syariah, demokrasi ekonomi, dan prinsip kehati-hatian. Jika tidak menerapkan pasal 2, maka digolongkan sebagai pembiayaan yang dihindari seperti yang dikemukakan diatas Penilaian Kualitas Pembiayaan Dalam penilaian kualitas aktiva, penulis mengacu pada peraturan PBI No.13/13/PBI/2011 pasal 8 ayat 1 dan 2 yaitu: 1. Penilaian atas kualitas Aktiva Produktif dalam bentuk Pembiayaan dilakukan berdasarkan faktor-faktor sebagai berikut: a. Prospek usaha; b. Kinerja (performance) nasabah; c. Kemampuan membayar 2. Kualitas Aktiva Produktif dalam bentuk pembiayaan digolongkan menjadi Lancar, Dalam Perhatian Khusus, Kurang Lancar, diragukan dan Macet. Penerapannya: 1. Dalam melakukan penilaian terhadap kualitas aktiva produktif dalam bentuk pembiayaan, BMI Roxy melakukan penilaian atas: a. Prospek usaha, yang terdiri atas: 83

30 - Potensi pertumbuhan usaha - Kondisi pasar dan posisi nasabah dalam persaingan - Kualitas manajemen (independensi, pengalaman, serta kompetensi) dan permasalahan tenaga kerja - Dukungan dari grup atau afiliasi - Upaya yang dilakukan nasabah dalam rangka memelihara lingkungan hidup (sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku) b. Kinerja (performance) nasabah, terdiri atas: - Perolehan laba - Struktur permodalan - Arus kas - Sensitivitas terhadap risiko pasar c. Kemampuan membayar - Ketepatan pembayaran pokok dan bagi hasil - Ketersediaan dan keakuratan informasi keuangan nasabah - Kelengkapan dokumen pembiayaan - Kepatuhan terhadap perjanjian pembiayaan - Kesesuaian penggunaan fasilitas. - Kesesuaian penggunaan fasilitas 2. Dalam melakukan penilaian terhadap kualitas aktiva produktif, dapat dilihat dari laporan keuangan BMI tahun 2012, kualitas aktiva produktif terdiri atas 5 golongan yaitu: Lancar (L), Dalam Perhatian Khusus (DPK), Kurang Lancar (KL), diragukan (D) dan Macet (M). 84

31 Kesimpulan: dalam melakukan penilaian terhadap kualitas aktiva produktif, BMI Roxy sudah sesuai dengan PBI No.13/13/PBI/ Kriteria Pejabat Pembiayaan BMI Roxy menerapkan kriteria pejabat pembiayaan sesuai dengan yang ditetapkan BMI, sebagai berikut: - Profesional, - Amanah, - Obyektif, - Cermat, - Taat azas terhadap peraturan Kesimpulan : dengan adanya ketetapan kriteria pejabat pembiayaan, maka prinsip kehati-hatian dipastikan sudah diterapkan dalam diri pejabat pembiayaan untuk mendukung proses pembiayaan dari awal sampai akhir Kode Etik Pejabat Pembiayaan Dalam menganalisa kode etik Pejabat Pembiayaan, BMI Roxy mengacu pada Kode etik Institut Bankir Indonesia (IBI). Isi dari Kode etik IBI,sebagai berikut: 1. Seorang bankir patuh dan taat pada ketentuan perundang-undangan dan peraturan yang berlaku. 2. Seorang bankir melakukan pencatatan yang benar mengenai segala transaksi yang bertalian dengan kegiatan banknya. 3. Seorang bankir menghindarkan diri dari persaingan yang tidak sehat. 85

32 4. Seorang bankir tidak menyalahgunakan wewenangnya untuk kepentingan pribadi. 5. Seorang bankir menghindarkan diri dari keterlibatan pengambilan keputusan dalam hal terdapat pertentangan kepentingan. 6. Seorang bankir menjaga kerahasiaan nasabah dan banknya. 7. Seorang bankir memperhitungkan dampak yang merugikan dari setiap kebijakan yang ditetapkan banknya terhadap keadaan ekonomi, sosial, dan lingkungan. 8. Seorang bankir tidak menerima hadiah atau imbalan yang memperkaya diri pribadi maupun keluarganya. 9. Seorang bankir tidak melakukan perbuatan tercela yang dapat merugikan citra profesinya. Penerapan: Kode etik pejabat pembiayaan BMI Roxy mengacu pada Kode etik IBI, sebagai berikut: 1. Patuh dan taat kepada ketentuan perundang-undangan dan peraturanperaturan penanaman dana yang berlaku, baik ekstern maupun intern. 2. Melakukan pencatatan mengenai setiap kegiatan transaksi yang terjalin dengan kegiatan banknya. 3. Menghindarkan diri dari persaingan yang tidak sehat. 4. Tidak menyalahgunakan wewenangnya untuk kepentingan pribadi 5. Menghindarkan diri dari keterlibatan dalam pengambilan keputusan dalam hal terdapat pertentangan kepentingan. 6. Menjaga kerahasiaan nasabah dan banknya. 86

33 7. Memperhitungkan dampak yang merugikan dari setiap kebijakan yang ditetapkan bank terhadap kegiatan ekonomi, sosial, dan lingkungan. 8. Tidak menerima hadiah atau imbalan apapun yang dapat memperkaya diri pribadi maupun keluarganya sehingga mempengaruhi pendapat profesionalnya dalam penilaian atau keputusan penanaman dana. 9. Tidak melakukan perbuatan tercela yang dapat merugikan citra profesinya Kesimpulan : BMI Roxy menerapkan kode etik pejabat pembiayaan yang mengacu kepada kode etik Institut Bankir Indonesia (IBI) Penerapan Prinsip Mengenal Nasabah Dalam penerapan prinsip mengenal nasabah, BMI Roxy menerapkan proses inisiasi, solisitasi untuk lebih mengenal nasabah dan setelah pembiayaan diberikan secara berkesinambungan mengadakan pemantauan terhadap nasabah pembiayaan. Kesimpulan Penerapan Prinsip Kehati-hatian dalam Kebijakan Pembiayaan telah sesuai dengan SK Dir Bank Indonesia No.27/162/Kep/Dir tanggal 31 Maret 1995 dan SE Bank Indonesia No.27/7/UPPB tanggal 31 Maret 1995, PBI No.8/13/PBI/2006 tanggal 5 Oktober 2006 tentang perubahan atas PBI No.7/3/PBI/2005 tanggal 20 Januari 2005 tentang Batas Maksimum Pemberian Kredit Bank Umum, UU no.10 Tahun 1998 tentang Perbankan, UU no 21 Tahun 2008 Tentang Perbankan syariah, PBI no 13/13/PBI/2011 tanggal 24 Maret 2011 tentang Penilaian Kualitas Aktiva Bagi Bank Umum Syariah dan Unit Usaha syariah, Kode Etik Institut Bankir Indonesia dan ketentuan-ketentuan yang ditetapkan oleh Bank Muamalat Indonesia (BMI). 87

34 4.3 Hasil Pengawasan Dewan Pengawas Syariah (DPS) Berdasarkan GCG report 2012, sebagai bahan pertanggung-jawaban pelaksanaan tugasnya di BMI, DPS menyampaikan Laporan Pengawasan setiap 6 (enam) bulan kepada Manajemen Bank Muamalat, untuk selanjutnya laporan tersebut di sampaikan oleh Manajemen kepada Bank Indonesia. Laporan Pengawasan DPS Semester I Tahun 2012 telah disampaikan kepada Bank Indonesia melalui surat No. 2215/BMI/DIR/VIII/2012 tanggal 8 Agustus 2012 dan Laporan Pengawasan DPS Semester II Tahun 2012 telah disampaikan kepada Bank Indonesia melalui surat no. 563/BMI/DIR/II/2013 tanggal 18 Februari Dewan Pengawas Syariah telah melakukan pemeriksaan secara sampling ke cabang-cabang Bank Muamalat dalam pelaksanaan operasional, kegiatan pengumpulan dana dan penyaluran dana terkait pelaksanaan hukumhukum syariah. Hal ini dilakukan untuk meyakinkan bahwa opini pelaksanaan hukum syariah yang selama ini diberikan telah sesuai dengan aspek-aspek syariah dan telah dijalankan dengan baik di cabang-cabang Bank Muamalat dan tidak ada pelanggaran aspek-aspek syariah tersebut. Kesimpulan : Laporan hasil pengawasan Dewan Pengawas Syariah BMI, dinyatakan telah cukup memenuhi ketentuan yang berlaku dan tidak ada pelanggaran aspek-aspek syariah tersebut. 88

UU no 21 Tahun 2008 Tentang Perbankan syariah. PBI no.10/16/pbi/2008 tanggal 25 September 2008 tentang pelaksanaan prinsip

UU no 21 Tahun 2008 Tentang Perbankan syariah. PBI no.10/16/pbi/2008 tanggal 25 September 2008 tentang pelaksanaan prinsip L1 LAMPIRAN 1 (halaman 42) Kuesioner disusun berdasarkan: UU no.10 Tahun 1998 tentang Perbankan UU no 21 Tahun 2008 Tentang Perbankan syariah PBI no.10/16/pbi/2008 tanggal 25 September 2008 tentang pelaksanaan

Lebih terperinci

Created by Simpo PDF Creator Pro (unregistered version) 36 BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

Created by Simpo PDF Creator Pro (unregistered version)  36 BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN 36 BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN A. Tahapan Proses Pembiayaan Istishna Berikut ini adalah tahapan proses pembiayaan istishna yang diterapkan oleh PT. Bank Muamalat Indonesia, Tbk terhadap para calon

Lebih terperinci

PENERAPAN PRINSIP KEHATI-HATIAN DALAM PEMBIAYAAN MODAL KERJA PADA PT.BANK MUAMALAT INDONESIA,TBK CABANG ROXY

PENERAPAN PRINSIP KEHATI-HATIAN DALAM PEMBIAYAAN MODAL KERJA PADA PT.BANK MUAMALAT INDONESIA,TBK CABANG ROXY PENERAPAN PRINSIP KEHATI-HATIAN DALAM PEMBIAYAAN MODAL KERJA PADA PT.BANK MUAMALAT INDONESIA,TBK CABANG ROXY Yunita, Iswandi Universitas Bina Nusantara Jl. Kebon Jeruk Raya No. 27 Kebon Jeruk - Jakarta

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN A. Sistem Bagi Hasil Cara perhitungan bagi hasil yang dilakukan oleh PT Bank Muamalat Indonesia, Tbk sesuai dengan PSAK 105 dan 106, yaitu menggunakan metode bagi pendapatan

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN 42 BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN A. Sistem Bagi Hasil Bank Muamalat Indonesia sebagai bank syariah dengan sistem bagi hasil dirancang untuk terbinanya kebersamaan dalam menanggung risiko usaha dan

Lebih terperinci

BAB 4 ANALISIS DAN BAHASAN. 4.1 Evaluasi Pengendalian Internal atas Pembiayaan Musyarakah Pada PT

BAB 4 ANALISIS DAN BAHASAN. 4.1 Evaluasi Pengendalian Internal atas Pembiayaan Musyarakah Pada PT BAB 4 ANALISIS DAN BAHASAN 4.1 Evaluasi Pengendalian Internal atas Pembiayaan Musyarakah Pada PT Bank Muamalat Indonesia Tbk Dalam penelitian ini, penulis melakukan evaluasi pengendalian internal atas

Lebih terperinci

DAFTAR ISI 1. BAB I KEBIJAKAN UMUM BAB II PRINSIP KEHATI-HATIAN DALAM PERKREDITAN ATAU PEMBIAYAAN... 14

DAFTAR ISI 1. BAB I KEBIJAKAN UMUM BAB II PRINSIP KEHATI-HATIAN DALAM PERKREDITAN ATAU PEMBIAYAAN... 14 -8- LAMPIRAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 42 /POJK.03/2017 TENTANG KEWAJIBAN PENYUSUNAN DAN PELAKSANAAN KEBIJAKAN PERKREDITAN ATAU PEMBIAYAAN BANK BAGI BANK UMUM -9- DAFTAR ISI 1. BAB I KEBIJAKAN

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN. nasabahnya. Pada bab ini akan diuraikan beberapa hal tentang pembiayaan

BAB IV HASIL PENELITIAN. nasabahnya. Pada bab ini akan diuraikan beberapa hal tentang pembiayaan 60 BAB IV HASIL PENELITIAN Pembiayaan merupakan salah satu diantara produk yang ditawarkan pada bank syariah. Di Bank Syariah Mandiri Cabang Solok, pembiayaan warung mikro syariah merupakan diantara produk

Lebih terperinci

KUALITAS ASET PRODUKTIF DAN PEMBENTUKAN PENYISIHAN PENGHAPUSAN ASET PRODUKTIF BPR

KUALITAS ASET PRODUKTIF DAN PEMBENTUKAN PENYISIHAN PENGHAPUSAN ASET PRODUKTIF BPR LAMPIRAN I PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR XX/POJK.03/2018 TENTANG KUALITAS ASET PRODUKTIF DAN PEMBENTUKAN PENYISIHAN PENGHAPUSAN ASET PRODUKTIF BPR PEDOMAN STANDAR KEBIJAKAN PERKREDITAN BANK PERKREDITAN

Lebih terperinci

2. Bagaimanakah pelaksanaan (di Kantor Pusat dan Kantor Cabang) kebijakan perkreditan tersebut?

2. Bagaimanakah pelaksanaan (di Kantor Pusat dan Kantor Cabang) kebijakan perkreditan tersebut? Questioner 1. Apakah Bank BTN memiliki kebijakan perkreditan Bank? Ya, Bank BTN memiliki kebijakan perkreditan bank. Sesuai dengan ketentuan Bank Indonesia melalui SK Direktur BI No.27/162/KEP./Dir. tgl

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. keuangan yang pada akhirnya akan berpengaruh terhadap laporan keuangan.

BAB II KAJIAN PUSTAKA. keuangan yang pada akhirnya akan berpengaruh terhadap laporan keuangan. BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Pengertian Perlakuan Akuntansi Perlakuan akuntansi adalah standar yang melandasi pencatatan suatu transaksi yang meliputi pengakuan, pengukuran atau penilaian

Lebih terperinci

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 8/19/PBI/2006 TENTANG KUALITAS AKTIVA PRODUKTIF DAN PEMBENTUKAN PENYISIHAN PENGHAPUSAN AKTIVA PRODUKTIF

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 8/19/PBI/2006 TENTANG KUALITAS AKTIVA PRODUKTIF DAN PEMBENTUKAN PENYISIHAN PENGHAPUSAN AKTIVA PRODUKTIF PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 8/19/PBI/2006 TENTANG KUALITAS AKTIVA PRODUKTIF DAN PEMBENTUKAN PENYISIHAN PENGHAPUSAN AKTIVA PRODUKTIF BANK PERKREDITAN RAKYAT GUBERNUR BANK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN. A. Pelaksanaan Pembiayaan Dana Berputar (PDB) pada Bank Syariah. Dalam menyalurkan dana pembiayaan, Bank Syariah Mandiri memiliki

BAB IV PEMBAHASAN. A. Pelaksanaan Pembiayaan Dana Berputar (PDB) pada Bank Syariah. Dalam menyalurkan dana pembiayaan, Bank Syariah Mandiri memiliki BAB IV PEMBAHASAN A. Pelaksanaan Pembiayaan Dana Berputar (PDB) pada Bank Syariah Mandiri KC Lubuk Sikaping Dalam menyalurkan dana pembiayaan, Bank Syariah Mandiri memiliki prosedur pembiayaan yang meliputi

Lebih terperinci

KESEHATAN DAN RAHASIA BANK

KESEHATAN DAN RAHASIA BANK KESEHATAN DAN RAHASIA BANK Kesehatan Bank Yaitu kemampuan suatu bank untuk melakukan kegiatan operasional perbankan secara normal dan mampu memenuhi semua kewajibannya dengan baik dengan cara-cara yang

Lebih terperinci

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 15/3/PBI/2013 TENTANG TRANSPARANSI KONDISI KEUANGAN BANK PERKREDITAN RAKYAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 15/3/PBI/2013 TENTANG TRANSPARANSI KONDISI KEUANGAN BANK PERKREDITAN RAKYAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 15/3/PBI/2013 TENTANG TRANSPARANSI KONDISI KEUANGAN BANK PERKREDITAN RAKYAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa dalam rangka menciptakan

Lebih terperinci

PEDOMAN PENYUSUNAN STANDARD OPERATING PROCEDURE ADMINISTRASI KREDIT PEMILIKAN RUMAH DALAM RANGKA SEKURITISASI

PEDOMAN PENYUSUNAN STANDARD OPERATING PROCEDURE ADMINISTRASI KREDIT PEMILIKAN RUMAH DALAM RANGKA SEKURITISASI Lampiran Surat Edaran Bank Indonesia No. 12/ 38 /DPNP tanggal 31 Desember 2010 PEDOMAN PENYUSUNAN STANDARD OPERATING PROCEDURE ADMINISTRASI KREDIT PEMILIKAN RUMAH DALAM RANGKA SEKURITISASI Lampiran Surat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perantara keuangan antara pihak yang memiliki dana dan pihak yang

BAB I PENDAHULUAN. perantara keuangan antara pihak yang memiliki dana dan pihak yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bank adalah lembaga financial intermediary yang berfungsi sebagai perantara keuangan antara pihak yang memiliki dana dan pihak yang memerlukan dana serta sebagai

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. kegunaannya penelitian ini termasuk penelitian deskriptif, yaitu penelitian yang

BAB III METODE PENELITIAN. kegunaannya penelitian ini termasuk penelitian deskriptif, yaitu penelitian yang BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian ini menurut analisis data termasuk penelitian kuantitatif, yaitu penelitian yang menganalisis data berbentuk angka. Sedangkan menurut kegunaannya

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Mekanisme Pelaksanaan Produk Pembiayaan KPR pada Bank Jateng Syariah Kredit Pemilikan Rumah (KPR) adalah suatu fasilitas kredit yang diberikan oleh perbankan kepada

Lebih terperinci

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 7/47/PBI/2005 TENTANG TRANSPARANSI KONDISI KEUANGAN BANK PERKREDITAN RAKYAT SYARIAH GUBERNUR BANK INDONESIA,

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 7/47/PBI/2005 TENTANG TRANSPARANSI KONDISI KEUANGAN BANK PERKREDITAN RAKYAT SYARIAH GUBERNUR BANK INDONESIA, PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 7/47/PBI/2005 TENTANG TRANSPARANSI KONDISI KEUANGAN BANK PERKREDITAN RAKYAT SYARIAH GUBERNUR BANK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa berdasarkan Undang-Undang Nomor 7 Tahun

Lebih terperinci

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 13/14/PBI/2011 TENTANG PENILAIAN KUALITAS AKTIVA BAGI BANK PEMBIAYAAN RAKYAT SYARIAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 13/14/PBI/2011 TENTANG PENILAIAN KUALITAS AKTIVA BAGI BANK PEMBIAYAAN RAKYAT SYARIAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 13/14/PBI/2011 TENTANG PENILAIAN KUALITAS AKTIVA BAGI BANK PEMBIAYAAN RAKYAT SYARIAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa kelangsungan

Lebih terperinci

- 1 - LAMPIRAN SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 7 /SEOJK.03/2016 TENTANG STANDAR PELAKSANAAN FUNGSI AUDIT INTERN BANK PERKREDITAN RAKYAT

- 1 - LAMPIRAN SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 7 /SEOJK.03/2016 TENTANG STANDAR PELAKSANAAN FUNGSI AUDIT INTERN BANK PERKREDITAN RAKYAT - 1 - LAMPIRAN SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 7 /SEOJK.03/2016 TENTANG STANDAR PELAKSANAAN FUNGSI AUDIT INTERN BANK PERKREDITAN RAKYAT - 2 - PEDOMAN STANDAR PELAKSANAAN FUNGSI AUDIT INTERN BANK

Lebih terperinci

2016, No Indonesia ke Otoritas Jasa Keuangan; g. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a sampai dengan huruf f, perlu

2016, No Indonesia ke Otoritas Jasa Keuangan; g. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a sampai dengan huruf f, perlu No.298, 2016 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEUANGAN OJK. Syariah. Unit Usaha. Bank Umum. Manajemen Risiko. (Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5988) PERATURAN OTORITAS

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI A. Pengertian Akuntansi Syariah BAB II LANDASAN TEORI Menurut Kieso (2002: 2), akuntansi bisa didefinisikan secara tepat dengan menjelaskan tiga karakteristik penting dari akuntansi yaitu pengidentifikasian,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. negeri mengalami kebangkrutan dan yang masih mampu survive-pun sulit untuk

BAB I PENDAHULUAN. negeri mengalami kebangkrutan dan yang masih mampu survive-pun sulit untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Lembaga keuangankhususnya sektor perbankan merupakan institusi masyarakat yang diharapkan mampu memperlancar roda perekonomian suatu negara. Hal ini ditunjukkan

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN. pembiayaan untuk beragam keperluan, baik produktif (investasi dan modal

BAB IV PEMBAHASAN. pembiayaan untuk beragam keperluan, baik produktif (investasi dan modal BAB IV PEMBAHASAN A. Prosedur Pembiayan BSM Oto di Bank Syariah Mandiri Kantor Cabang Batusangkar Perbankan syariah menjalankan fungsi yang sama dengan perbankan konvensional, yaitu sebagai lembaga intermediasi

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI NEGARA KOPERASI DAN USAHA KECIL DAN MENENGAH REPUBLIK INDONESIA. NOMOR : 35.3/Per/M.KUKM/X/2007 TENTANG

PERATURAN MENTERI NEGARA KOPERASI DAN USAHA KECIL DAN MENENGAH REPUBLIK INDONESIA. NOMOR : 35.3/Per/M.KUKM/X/2007 TENTANG PERATURAN MENTERI NEGARA KOPERASI DAN USAHA KECIL DAN MENENGAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 35.3/Per/M.KUKM/X/2007 TENTANG PEDOMAN PENILAIAN KESEHATAN KOPERASI JASA KEUANGAN SYARIAH DAN UNIT JASA KEUANGAN

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Bank 2.1.1 Pengertian Bank Dictionary of Banking and financial service by Jerry Rosenberg dalam Taswan (2010) menyatakan bahwa yang dimaksud bank adalah lembaga yang menerima simpanan

Lebih terperinci

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 23 /POJK.04/2016 TENTANG REKSA DANA BERBENTUK KONTRAK INVESTASI KOLEKTIF

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 23 /POJK.04/2016 TENTANG REKSA DANA BERBENTUK KONTRAK INVESTASI KOLEKTIF - 1 - OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 23 /POJK.04/2016 TENTANG REKSA DANA BERBENTUK KONTRAK INVESTASI KOLEKTIF DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

- 1 - OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN

- 1 - OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN - 1 - OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 62 /POJK.03/2016 TENTANG TRANSFORMASI LEMBAGA KEUANGAN MIKRO KONVENSIONAL MENJADI BANK PERKREDITAN RAKYAT

Lebih terperinci

MEMORANDUM USULAN PEMBIAYAAN/FINANCING PROPOSAL (Corporation) Nama Nasabah : Cabang : Tanggal UP : No. UP :

MEMORANDUM USULAN PEMBIAYAAN/FINANCING PROPOSAL (Corporation) Nama Nasabah : Cabang : Tanggal UP : No. UP : L1 MEMORANDUM USULAN PEMBIAYAAN/FINANCING PROPOSAL (Corporation) Nama Nasabah : Cabang : Tanggal UP : No. UP : I. Tujuan Pembiayaan II. Latar Belakang Nasabah a. Legalitas Nasabah b. Susunan Pemegang Saham

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN. A. Pengertian pembiayaan mikro dan prosedur pembiayaan mikro. menambah modal usaha nasabah dengan harapan agar usahanya lebih

BAB IV PEMBAHASAN. A. Pengertian pembiayaan mikro dan prosedur pembiayaan mikro. menambah modal usaha nasabah dengan harapan agar usahanya lebih BAB IV PEMBAHASAN A. Pengertian pembiayaan mikro dan prosedur pembiayaan mikro Pembiayaan mikro adalah pembiayaan yang diberikan oleh pihak bank kepada nasabah yang sudah mempunyai usaha lebih dari 2 tahun

Lebih terperinci

RANCANGAN SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR /SEOJK.03/2016 TENTANG RENCANA BISNIS BANK PEMBIAYAAN RAKYAT SYARIAH

RANCANGAN SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR /SEOJK.03/2016 TENTANG RENCANA BISNIS BANK PEMBIAYAAN RAKYAT SYARIAH Yth. Direksi Bank Pembiayaan Rakyat Syariah di tempat. RANCANGAN SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR /SEOJK.03/2016 TENTANG RENCANA BISNIS BANK PEMBIAYAAN RAKYAT SYARIAH Sehubungan dengan berlakunya

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Kajian Pustaka 2.1.1 Tingkat Kesehatan Bank Berdasarkan Peraturan Bank Indonesia Nomor 6/10/PBI/2004, tingkat kesehatan bank adalah hasil penilaian kualitatif

Lebih terperinci

2 d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, huruf b, dan huruf c, perlu menetapkan Peraturan Otoritas Jasa Keuangan tentan

2 d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, huruf b, dan huruf c, perlu menetapkan Peraturan Otoritas Jasa Keuangan tentan No.197, 2015 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEUANGAN. OJK. Kehati-hatian. Perekonomian Nasional. Bank Umum. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5734). PERATURAN OTORITAS

Lebih terperinci

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 8/20/PBI/2006 TENTANG TRANSPARANSI KONDISI KEUANGAN BANK PERKREDITAN RAKYAT GUBERNUR BANK INDONESIA,

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 8/20/PBI/2006 TENTANG TRANSPARANSI KONDISI KEUANGAN BANK PERKREDITAN RAKYAT GUBERNUR BANK INDONESIA, PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 8/20/PBI/2006 TENTANG TRANSPARANSI KONDISI KEUANGAN BANK PERKREDITAN RAKYAT GUBERNUR BANK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa berdasarkan Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA DEWAN KOMISIONER OTORITAS JASA KEUANGAN,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA DEWAN KOMISIONER OTORITAS JASA KEUANGAN, SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 42 /POJK.03/2017 TENTANG KEWAJIBAN PENYUSUNAN DAN PELAKSANAAN KEBIJAKAN PERKREDITAN ATAU PEMBIAYAAN BANK BAGI BANK UMUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

Yth: 1. Direksi Bank Umum Syariah 2. Direksi Bank Umum Konvensional yang Memiliki Unit Usaha Syariah di tempat

Yth: 1. Direksi Bank Umum Syariah 2. Direksi Bank Umum Konvensional yang Memiliki Unit Usaha Syariah di tempat Yth: 1. Direksi Bank Umum Syariah 2. Direksi Bank Umum Konvensional yang Memiliki Unit Usaha Syariah di tempat SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR /SEOJK.03/2015 TENTANG TRANSPARANSI DAN PUBLIKASI

Lebih terperinci

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 13/14/PBI/2011 TENTANG PENILAIAN KUALITAS AKTIVA BAGI BANK PEMBIAYAAN RAKYAT SYARIAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 13/14/PBI/2011 TENTANG PENILAIAN KUALITAS AKTIVA BAGI BANK PEMBIAYAAN RAKYAT SYARIAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 13/14/PBI/2011 TENTANG PENILAIAN KUALITAS AKTIVA BAGI BANK PEMBIAYAAN RAKYAT SYARIAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa kelangsungan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Prosedur Pengajuan Pembiayaan Murabahah di PT BPRS PNM Binama Semarang Dalam proses pengajuan pembiayaan murabahah di PT BPRS PNM Binama Semarang, terdapat beberapa

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN A. Penerapan Pembiayaan Mudharabah berdasarkan PSAK No. 105 dan PAPSI 2003. 1. Kebijakan umum pembiayaan mudharabah PT Bank Syariah Mandiri menetapkan sektor-sektor

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 1995 TENTANG PELAKSANAAN KEGIATAN USAHA SIMPAN PINJAM OLEH KOPERASI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 1995 TENTANG PELAKSANAAN KEGIATAN USAHA SIMPAN PINJAM OLEH KOPERASI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 1995 TENTANG PELAKSANAAN KEGIATAN USAHA SIMPAN PINJAM OLEH KOPERASI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa untuk meningkatkan pendapatan

Lebih terperinci

GUBERNUR BANK INDONESIA,

GUBERNUR BANK INDONESIA, PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 9/6/PBI/2007 TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 7/2/PBI/2005 TENTANG PENILAIAN KUALITAS AKTIVA BANK UMUM GUBERNUR BANK INDONESIA, Menimbang: a.

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS TERHADAP FAKTOR-FAKTOR PEMBIAYAAN BERMASALAH PRODUK KPR AKAD DAN PENYELESAIANNYA

BAB IV ANALISIS TERHADAP FAKTOR-FAKTOR PEMBIAYAAN BERMASALAH PRODUK KPR AKAD DAN PENYELESAIANNYA 102 BAB IV ANALISIS TERHADAP FAKTOR-FAKTOR PEMBIAYAAN BERMASALAH PRODUK KPR AKAD MURA@BAH}AH DAN PENYELESAIANNYA A. Analisis Faktor-Faktor Pembiayaan Bermasalah Produk KPR Akad Mura@bah}ah Faktor-faktor

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN 50 BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN A. Analisis Kualitatif 1. Kebijakan Kredit PT Bank CIMB Niaga,Tbk Obyek penelitian adalah Kebijakan Kredit PT Bank CIMB Niaga,Tbk kebijakan kredit tersebut mengatur

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 9 TAHUN 1995 TENTANG PELAKSANAAN KEGIATAN USAHA SIMPAN PINJAM OLEH KOPERASI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 9 TAHUN 1995 TENTANG PELAKSANAAN KEGIATAN USAHA SIMPAN PINJAM OLEH KOPERASI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 9 TAHUN 1995 TENTANG PELAKSANAAN KEGIATAN USAHA SIMPAN PINJAM OLEH KOPERASI Menimbang : PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, a. bahwa untuk meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan

Lebih terperinci

PERATURAN ANGGOTA DEWAN GUBERNUR NOMOR 19/8/PADG/2017 TENTANG PEMBIAYAAN LIKUIDITAS JANGKA PENDEK SYARIAH BAGI BANK UMUM SYARIAH

PERATURAN ANGGOTA DEWAN GUBERNUR NOMOR 19/8/PADG/2017 TENTANG PEMBIAYAAN LIKUIDITAS JANGKA PENDEK SYARIAH BAGI BANK UMUM SYARIAH 1 PERATURAN ANGGOTA DEWAN GUBERNUR NOMOR 19/8/PADG/2017 TENTANG PEMBIAYAAN LIKUIDITAS JANGKA PENDEK SYARIAH BAGI BANK UMUM SYARIAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA ANGGOTA DEWAN GUBERNUR BANK INDONESIA,

Lebih terperinci

A. KESEHATAN BANK 1. Pengertian 2. Dasar Hukum Penilaian Tingkat Kesehatan Bank 3. Pentingnya Tingkat Kesehatan Bank

A. KESEHATAN BANK 1. Pengertian 2. Dasar Hukum Penilaian Tingkat Kesehatan Bank 3. Pentingnya Tingkat Kesehatan Bank A. KESEHATAN BANK 1. Pengertian Kesehatan bank merupakan kemampuan suatu bank untuk melakukan kegiatan operasional perbankan secara normal dan mampu memenuhi semua kewajibannya dengan baik dan sesuai dengan

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.53, 2016 KEUANGAN OJK. Bank. Manajemen Risiko. Penerapan. Pencabutan. (Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5861). PERATURAN OTORITAS

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2016 TENTANG PENCEGAHAN DAN PENANGANAN KRISIS SISTEM KEUANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2016 TENTANG PENCEGAHAN DAN PENANGANAN KRISIS SISTEM KEUANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2016 TENTANG PENCEGAHAN DAN PENANGANAN KRISIS SISTEM KEUANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa untuk mewujudkan

Lebih terperinci

: FEBRINA GINTING NPM : PEMBIMBING : Dr. SRI SUPADMINI, SE., MM

: FEBRINA GINTING NPM : PEMBIMBING : Dr. SRI SUPADMINI, SE., MM SISTEM AKUNTANSI PEMBERIAN KREDIT USAHA MIKRO PADA PT BANK MANDIRI (PERSERO), TBK CABANG MMU JAKARTA PULOGADUNG NAMA : FEBRINA GINTING NPM : 42211783 PEMBIMBING : Dr. SRI SUPADMINI, SE., MM LATAR BELAKANG

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. Halaman KATA PENGANTAR... i DAFTAR ISI... iii DAFTAR TABEL... vi DAFTAR GAMBAR... viii DAFTAR LAMPIRAN... ix

DAFTAR ISI. Halaman KATA PENGANTAR... i DAFTAR ISI... iii DAFTAR TABEL... vi DAFTAR GAMBAR... viii DAFTAR LAMPIRAN... ix DAFTAR ISI Halaman KATA PENGANTAR... i DAFTAR ISI... iii DAFTAR TABEL... vi DAFTAR GAMBAR... viii DAFTAR LAMPIRAN... ix I. PENDAHULUAN... 1 1.1 Latar Belakang... 1 1.2 Rumusan Masalah... 4 1.3 Tujuan Penelitian...

Lebih terperinci

PERATURAN DIREKSI LEMBAGA PENGELOLA DANA BERGULIR KOPERASI DAN USAHA MIKRO, KECIL DAN MENENGAH NOMOR: 011/PER/LPDB/2011 TENTANG

PERATURAN DIREKSI LEMBAGA PENGELOLA DANA BERGULIR KOPERASI DAN USAHA MIKRO, KECIL DAN MENENGAH NOMOR: 011/PER/LPDB/2011 TENTANG KEMENTERIAN KOPERASI DAN USAHA KECIL DAN MENENGAH R.I. LEMBAGA PENGELOLA DANA BERGULIR KOPERASI DAN USAHA MIKRO, KECIL DAN MENENGAH ( LPDB-KUMKM ) PERATURAN DIREKSI LEMBAGA PENGELOLA DANA BERGULIR KOPERASI

Lebih terperinci

Kuisioner Pengendalian Internal Terhadap Musyarakah

Kuisioner Pengendalian Internal Terhadap Musyarakah L 1 Kuisioner Pengendalian Internal Terhadap Musyarakah No Pertanyaan Ya Tidak Keterangan 1 Lingkungan pengendalian Apakah terdapat struktur organisasi, pembagian tugas dan wewenang dan tanggung jawab?

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

BAB V SIMPULAN DAN SARAN BAB V SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Simpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang penulis lakukan pada Bank Artha Graha Cabang Kopo Bandung mengenai analisis kinerja perusahaan dalam menunjang efektivitas

Lebih terperinci

SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR /SEOJK.05/2017 TENTANG TINGKAT KESEHATAN KEUANGAN PERUSAHAAN MODAL VENTURA

SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR /SEOJK.05/2017 TENTANG TINGKAT KESEHATAN KEUANGAN PERUSAHAAN MODAL VENTURA Yth. Direksi Perusahaan Modal Ventura di tempat. SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR /SEOJK.05/2017 TENTANG TINGKAT KESEHATAN KEUANGAN PERUSAHAAN MODAL VENTURA Sesuai dengan amanat ketentuan Pasal

Lebih terperinci

TENTANG RENCANA BISNIS BANK PEMBIAYAAN RAKYAT SYARIAH

TENTANG RENCANA BISNIS BANK PEMBIAYAAN RAKYAT SYARIAH - 1 - Yth. Direksi Bank Pembiayaan Rakyat Syariah di tempat. SALINAN SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 53 /SEOJK.03/2016 TENTANG RENCANA BISNIS BANK PEMBIAYAAN RAKYAT SYARIAH Sehubungan dengan

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2016 TENTANG PENCEGAHAN DAN PENANGANAN KRISIS SISTEM KEUANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2016 TENTANG PENCEGAHAN DAN PENANGANAN KRISIS SISTEM KEUANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2016 TENTANG PENCEGAHAN DAN PENANGANAN KRISIS SISTEM KEUANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa untuk mewujudkan

Lebih terperinci

BUPATI PAKPAK BHARAT

BUPATI PAKPAK BHARAT BUPATI PAKPAK BHARAT PERATURAN BUPATI PAKPAK BHARAT NOMOR 11 TAHUN 2012 TENTANG PEDOMAN TEKNIS PERKUATAN PERMODALAN USAHA BAGI MASYARAKAT MELALUI KREDIT NDUMA PAKPAK BHARAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 37 /POJK.03/2016 TENTANG RENCANA BISNIS BANK PERKREDITAN RAKYAT DAN BANK PEMBIAYAAN RAKYAT SYARIAH

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 37 /POJK.03/2016 TENTANG RENCANA BISNIS BANK PERKREDITAN RAKYAT DAN BANK PEMBIAYAAN RAKYAT SYARIAH - 2 - OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 37 /POJK.03/2016 TENTANG RENCANA BISNIS BANK PERKREDITAN RAKYAT DAN BANK PEMBIAYAAN RAKYAT SYARIAH DENGAN

Lebih terperinci

OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA RANCANGAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN TENTANG PENGAWASAN PT PERMODALAN NASIONAL MADANI (PERSERO)

OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA RANCANGAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN TENTANG PENGAWASAN PT PERMODALAN NASIONAL MADANI (PERSERO) OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA RANCANGAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR /POJK.05/2017 TENTANG PENGAWASAN PT PERMODALAN NASIONAL MADANI (PERSERO) DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA DEWAN

Lebih terperinci

OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA ITAS JASA K OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN INDONESIA SA PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 11/POJK.03/2015 TENTANG KETENTUAN KEHATI-HATIAN DALAM RANGKA STIMULUS PEREKONOMIAN NASIONAL

Lebih terperinci

- 2 - PASAL DEMI PASAL Pasal 1 Angka 1 sampai dengan angka 13 Cukup jelas.

- 2 - PASAL DEMI PASAL Pasal 1 Angka 1 sampai dengan angka 13 Cukup jelas. PENJELASAN ATAS PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 11/ 33 /PBI/2009 TENTANG PELAKSANAAN GOOD CORPORATE GOVERNANCE BAGI BANK UMUM SYARIAH DAN UNIT USAHA SYARIAH UMUM Seiring dengan perkembangan industri perbankan

Lebih terperinci

RANCANGAN POJK TENTANG PENERAPAN MANAJEMEN RISIKO BAGI BANK PEMBIAYAAN RAKYAT SYARIAH

RANCANGAN POJK TENTANG PENERAPAN MANAJEMEN RISIKO BAGI BANK PEMBIAYAAN RAKYAT SYARIAH RANCANGAN POJK TENTANG PENERAPAN MANAJEMEN RISIKO BAGI BANK PEMBIAYAAN RAKYAT SYARIAH RANCANGAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR XX/POJK.03/2018 TENTANG PENERAPAN MANAJEMEN RISIKO BAGI BANK PEMBIAYAAN

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 9 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Landasan Teori Landasan teori sangat mutlak diperlukan dalam sebuah penelitian karena di dalam kerangka teori penelitian akan mempunyai dasar yang jelas untuk menganalisa

Lebih terperinci

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 12/ 21 /PBI/2010 TENTANG RENCANA BISNIS BANK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANK INDONESIA,

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 12/ 21 /PBI/2010 TENTANG RENCANA BISNIS BANK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANK INDONESIA, PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 12/ 21 /PBI/2010 TENTANG RENCANA BISNIS BANK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa dalam rangka mengarahkan kegiatan operasional

Lebih terperinci

KERANGKA PEMIKIRAN III.

KERANGKA PEMIKIRAN III. III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1.Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Pengendalian Kredit Bank Pada penyaluran kredit bank, perlu diperhatikan beberapa aspek yang terkait dengan nasabah penerima kredit untuk

Lebih terperinci

INTERNAL CONTROL QUESTIONNAIRES PADA PENGENDALIAN INTERN ATAS PEMBERIAN KREDIT PADA KOPERERASI PATRA. Pemberian Kredit

INTERNAL CONTROL QUESTIONNAIRES PADA PENGENDALIAN INTERN ATAS PEMBERIAN KREDIT PADA KOPERERASI PATRA. Pemberian Kredit L1 INTERNAL CONTROL QUESTIONNAIRES PADA PENGENDALIAN INTERN ATAS PEMBERIAN KREDIT PADA KOPERERASI PATRA Pemberian Kredit No Pertanyaan Ya Tidak Keterangan 1 Apakah koperasi memiliki standar operasional

Lebih terperinci

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 11/ 33 /PBI/2009 TENTANG PELAKSANAAN GOOD CORPORATE GOVERNANCE BAGI BANK UMUM SYARIAH DAN UNIT USAHA SYARIAH

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 11/ 33 /PBI/2009 TENTANG PELAKSANAAN GOOD CORPORATE GOVERNANCE BAGI BANK UMUM SYARIAH DAN UNIT USAHA SYARIAH PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 11/ 33 /PBI/2009 TENTANG PELAKSANAAN GOOD CORPORATE GOVERNANCE BAGI BANK UMUM SYARIAH DAN UNIT USAHA SYARIAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA, GUBERNUR BANK INDONESIA, Menimbang:

Lebih terperinci

PASAL DEMI PASAL. Pasal 1 Cukup jelas. Pasal 2 Cukup jelas.

PASAL DEMI PASAL. Pasal 1 Cukup jelas. Pasal 2 Cukup jelas. - 1 - PENJELASAN ATAS PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 62 /POJK.03/2016 TENTANG TRANSFORMASI LEMBAGA KEUANGAN MIKRO KONVENSIONAL MENJADI BANK PERKREDITAN RAKYAT DAN LEMBAGA KEUANGAN MIKRO SYARIAH

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA Pengertian dan Peran Bank

II. TINJAUAN PUSTAKA Pengertian dan Peran Bank 5 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian dan Peran Bank Bank secara sederhana dapat diartikan sebagai lembaga keuangan yang menghimpun dana dari masyarakat dan menyalurkannya kembali dana tersebut ke masyarakat,

Lebih terperinci

ANALISIS KINERJA KEUANGAN DAN KESEHATAN BANK. Muniya Alteza

ANALISIS KINERJA KEUANGAN DAN KESEHATAN BANK. Muniya Alteza ANALISIS KINERJA KEUANGAN DAN KESEHATAN BANK Muniya Alteza Laporan Keuangan Bank Tujuan pembuatan laporan keuangan bank: 1. Memberikan informasi keuangan tentang jumlah aktiva da jenis aktiva yang dimiliki

Lebih terperinci

PEDOMAN DAN TATA TERTIB KERJA KOMITE AUDIT

PEDOMAN DAN TATA TERTIB KERJA KOMITE AUDIT PEDOMAN DAN TATA TERTIB KERJA 2013 DAFTAR ISI LEMBAR PERSETUJUAN DAN PENGESAHAN REKAM JEJAK PERUBAHAN A PENDAHULUAN... 1 1. Latar Belakang... 1 2. Tujuan... 1 3. Ruang Lingkup... 1 4. Landasan Hukum...

Lebih terperinci

FREQUENTLY ASKED QUESTIONS (FAQs) PERATURAN BANK INDONESIA NO.15/3/DKBU/2013 TENTANG TRANSPARANSI KONDISI KEUANGAN BANK PERKREDITAN RAKYAT

FREQUENTLY ASKED QUESTIONS (FAQs) PERATURAN BANK INDONESIA NO.15/3/DKBU/2013 TENTANG TRANSPARANSI KONDISI KEUANGAN BANK PERKREDITAN RAKYAT FREQUENTLY ASKED QUESTIONS (FAQs) PERATURAN BANK INDONESIA NO.15/3/DKBU/2013 TENTANG TRANSPARANSI KONDISI KEUANGAN BANK PERKREDITAN RAKYAT 1. Apa latar belakang penerbitan Peraturan Bank Indonesia (PBI)

Lebih terperinci

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 13/ 6 /PBI/2011 TENTANG

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 13/ 6 /PBI/2011 TENTANG PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 13/ 6 /PBI/2011 TENTANG TINDAK LANJUT PENANGANAN TERHADAP BANK PEMBIAYAAN RAKYAT SYARIAH DALAM STATUS PENGAWASAN KHUSUS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANK INDONESIA,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I.1

BAB I PENDAHULUAN I.1 BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Pembangunan nasional dilaksanakan dengan tujuan untuk meningkatkan kesejahteraan kehidupan rakyat Indonesia. Untuk mewujudkan suatu pembangunan yang berhasil maka diperlukan

Lebih terperinci

SURAT EDARAN. Kepada SEMUA BANK PERKREDITAN RAKYAT DI INDONESIA. Perihal : Fasilitas Pendanaan Jangka Pendek Bagi Bank Perkreditan Rakyat

SURAT EDARAN. Kepada SEMUA BANK PERKREDITAN RAKYAT DI INDONESIA. Perihal : Fasilitas Pendanaan Jangka Pendek Bagi Bank Perkreditan Rakyat No. 10/ 45 /DKBU Jakarta, 12 Desember 2008 SURAT EDARAN Kepada SEMUA BANK PERKREDITAN RAKYAT DI INDONESIA Perihal : Fasilitas Pendanaan Jangka Pendek Bagi Bank Perkreditan Rakyat Sehubungan dengan ditetapkannya

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANK INDONESIA, PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 13/9/PBI/2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 10/18/PBI/2008 TENTANG RESTRUKTURISASI PEMBIAYAAN BAGI BANK SYARIAH DAN UNIT USAHA SYARIAH DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

DAFTAR PERTANYAAN WAWANCARA. 1. Apa Visi, Misi PT.Bank BRI Cabang Krakatau Medan? Visi BRI : Menjadi bank komersial terkemuka yang selalu mengutamakan

DAFTAR PERTANYAAN WAWANCARA. 1. Apa Visi, Misi PT.Bank BRI Cabang Krakatau Medan? Visi BRI : Menjadi bank komersial terkemuka yang selalu mengutamakan DAFTAR PERTANYAAN WAWANCARA 1. Apa Visi, Misi PT.Bank BRI Cabang Krakatau Medan? Visi BRI : Menjadi bank komersial terkemuka yang selalu mengutamakan kepuasan nasabah. Misi BRI : 1. Melakukan kegiatan

Lebih terperinci

- 2 - Mengingat: 1. Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1992 Nomor 31, Tambahan Lembaran Nega

- 2 - Mengingat: 1. Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1992 Nomor 31, Tambahan Lembaran Nega PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 8/3/PBI/2006 TENTANG PERUBAHAN KEGIATAN USAHA BANK UMUM KONVENSIONAL MENJADI BANK UMUM YANG MELAKSANAKAN KEGIATAN USAHA BERDASARKAN PRINSIP SYARIAH DAN PEMBUKAAN KANTOR

Lebih terperinci

PERATURAN ANGGOTA DEWAN GUBERNUR NOMOR 19/6/PADG/2017 TENTANG PINJAMAN LIKUIDITAS JANGKA PENDEK BAGI BANK UMUM KONVENSIONAL

PERATURAN ANGGOTA DEWAN GUBERNUR NOMOR 19/6/PADG/2017 TENTANG PINJAMAN LIKUIDITAS JANGKA PENDEK BAGI BANK UMUM KONVENSIONAL PERATURAN ANGGOTA DEWAN GUBERNUR NOMOR 19/6/PADG/2017 TENTANG PINJAMAN LIKUIDITAS JANGKA PENDEK BAGI BANK UMUM KONVENSIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA ANGGOTA DEWAN GUBERNUR BANK INDONESIA, Menimbang

Lebih terperinci

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 10/ 35 /PBI/2008 TENTANG FASILITAS PENDANAAN JANGKA PENDEK BAGI BANK PERKREDITAN RAKYAT

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 10/ 35 /PBI/2008 TENTANG FASILITAS PENDANAAN JANGKA PENDEK BAGI BANK PERKREDITAN RAKYAT PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 10/ 35 /PBI/2008 TENTANG FASILITAS PENDANAAN JANGKA PENDEK BAGI BANK PERKREDITAN RAKYAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa berhubung

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS IMPLEMENTASI AKAD MURABAHAH DALAM PEMBIAYAAN KENDARAAN DI KOPERASI SIMPAN PINJAM (KOSPIN) JASA LAYANAN SYARIAH BULAKAMBA

BAB IV ANALISIS IMPLEMENTASI AKAD MURABAHAH DALAM PEMBIAYAAN KENDARAAN DI KOPERASI SIMPAN PINJAM (KOSPIN) JASA LAYANAN SYARIAH BULAKAMBA BAB IV ANALISIS IMPLEMENTASI AKAD MURABAHAH DALAM PEMBIAYAAN KENDARAAN DI KOPERASI SIMPAN PINJAM (KOSPIN) JASA LAYANAN SYARIAH BULAKAMBA A. Mekanisme Akad Murabahah Dalam Pembiayaan Kendaraan Pembiayaan

Lebih terperinci

No.6/ 23 /DPNP Jakarta, 31 Mei S U R A T E D A R A N Kepada SEMUA BANK UMUM YANG MELAKSANAKAN KEGIATAN USAHA SECARA KONVENSIONAL DI INDONESIA

No.6/ 23 /DPNP Jakarta, 31 Mei S U R A T E D A R A N Kepada SEMUA BANK UMUM YANG MELAKSANAKAN KEGIATAN USAHA SECARA KONVENSIONAL DI INDONESIA No.6/ 23 /DPNP Jakarta, 31 Mei 2004 S U R A T E D A R A N Kepada SEMUA BANK UMUM YANG MELAKSANAKAN KEGIATAN USAHA SECARA KONVENSIONAL DI INDONESIA Perihal: Sistem Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Umum.

Lebih terperinci

No.12/ 32 /DPbS Jakarta, 18 November 2010 S U R A T E D A R A N. Kepada SEMUA BANK UMUM SYARIAH DAN UNIT USAHA SYARIAH DI INDONESIA

No.12/ 32 /DPbS Jakarta, 18 November 2010 S U R A T E D A R A N. Kepada SEMUA BANK UMUM SYARIAH DAN UNIT USAHA SYARIAH DI INDONESIA 1 No.12/ 32 /DPbS Jakarta, 18 November 2010 S U R A T E D A R A N Kepada SEMUA BANK UMUM SYARIAH DAN UNIT USAHA SYARIAH DI INDONESIA Perihal: Rencana Bisnis Bank Umum Syariah dan Unit Usaha Syariah Sehubungan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Keseimbangan antara idealisme usaha dan nilai-nilai rohani inilah yang

BAB I PENDAHULUAN. Keseimbangan antara idealisme usaha dan nilai-nilai rohani inilah yang BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Bank Syariah Mandiri hadir sebagai bank yang mengkombinasikan idealisme usaha dengan nilai-nilai rohani yang melandasi operasinya. Keseimbangan antara idealisme usaha

Lebih terperinci

ATAS RANCANGAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN

ATAS RANCANGAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN RANCANGAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR /POJK.03/2018 TENTANG KUALITAS ASET PRODUKTIF DAN PEMBENTUKAN PENYISIHAN PENGHAPUSAN ASET PRODUKTIF BANK PERKREDITAN RAKYAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

APLIKASI STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP) USAHA SIMPAN PINJAM KOPERASI DALAM PENILAIAN KESEHATAN KSP/ USP KOPERASI

APLIKASI STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP) USAHA SIMPAN PINJAM KOPERASI DALAM PENILAIAN KESEHATAN KSP/ USP KOPERASI APLIKASI STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP) USAHA SIMPAN PINJAM KOPERASI DALAM PENILAIAN KESEHATAN KSP/ USP KOPERASI TUJUAN PEMBELAJARAN 1. TUJUAN UMUM PEMBELAJARAN Diharapkan peserta mengerti dan memahami

Lebih terperinci

KETENTUAN UMUM PENYELENGGARA DANA PERLINDUNGAN PEMODAL

KETENTUAN UMUM PENYELENGGARA DANA PERLINDUNGAN PEMODAL KETENTUAN UMUM PENYELENGGARA DANA PERLINDUNGAN PEMODAL OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 50 /POJK.04/2016 TENTANG PENYELENGGARA DANA PERLINDUNGAN

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.120, 2010 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA PERBANKAN. BI. Bank Umum. Rencana Bisnis. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5162) PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 12/ 21

Lebih terperinci

PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 28/POJK.05/2014 TENTANG PERIZINAN USAHA DAN KELEMBAGAAN PERUSAHAAN PEMBIAYAAN

PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 28/POJK.05/2014 TENTANG PERIZINAN USAHA DAN KELEMBAGAAN PERUSAHAAN PEMBIAYAAN OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 28/POJK.05/2014 TENTANG PERIZINAN USAHA DAN KELEMBAGAAN PERUSAHAAN PEMBIAYAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 6/25/PBI/2004 TENTANG RENCANA BISNIS BANK UMUM GUBERNUR BANK INDONESIA,

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 6/25/PBI/2004 TENTANG RENCANA BISNIS BANK UMUM GUBERNUR BANK INDONESIA, PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 6/25/PBI/2004 TENTANG RENCANA BISNIS BANK UMUM GUBERNUR BANK INDONESIA, Menimbang : Mengingat : a. bahwa dalam rangka meningkatkan good corporate governance, bank perlu

Lebih terperinci

BAB I. KETENTUAN UMUM

BAB I. KETENTUAN UMUM BAB I. KETENTUAN UMUM 1 1 Otoritas Jasa Keuangan, yang selanjutnya disingkat OJK, adalah lembaga yang independen yang mempunyai fungsi, tugas, dan wewenang pengaturan, pengawasan, pemeriksaan, dan penyidikan

Lebih terperinci

2 BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Otoritas Jasa Keuangan ini yang dimaksud dengan: 1. Perusahaan adalah perusahan pembiayaan dan perusaha

2 BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Otoritas Jasa Keuangan ini yang dimaksud dengan: 1. Perusahaan adalah perusahan pembiayaan dan perusaha LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.363, 2014 OJK. Perusahaan Pembiyaan. Kelembagaan. Perizinan Usaha. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5637) PERATURAN OTORITAS JASA

Lebih terperinci

PROSEDUR PENETAPAN CALON ANGGOTA DEWAN KOMISARIS DAN DIREKSI DAN KOMITE LEVEL KOMISARIS

PROSEDUR PENETAPAN CALON ANGGOTA DEWAN KOMISARIS DAN DIREKSI DAN KOMITE LEVEL KOMISARIS PROSEDUR PENETAPAN CALON ANGGOTA DEWAN KOMISARIS DAN DIREKSI DAN LEVEL KOMISARIS Tanggal Efektif Berlaku : 15 November 2013 Page 1/13 DAFTAR ISI 1.0. LATAR BELAKANG 3 2.0. MAKSUD DAN TUJUAN 3 3.0. DASAR

Lebih terperinci

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 1 /POJK.05/ TENTANG PERIZINAN USAHA DAN KELEMBAGAAN LEMBAGA PENJAMIN

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 1 /POJK.05/ TENTANG PERIZINAN USAHA DAN KELEMBAGAAN LEMBAGA PENJAMIN OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 1 /POJK.05/20172017 TENTANG PERIZINAN USAHA DAN KELEMBAGAAN LEMBAGA PENJAMIN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA DEWAN

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN Variabel Penelitian dan Definisi Operasional. Definisi operasional dalam acuan penelitian ini adalah :

BAB III METODE PENELITIAN Variabel Penelitian dan Definisi Operasional. Definisi operasional dalam acuan penelitian ini adalah : BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional Definisi operasional dalam acuan penelitian ini adalah : 1. Tingkat Kesehatan Bank Kesehatan bank adalah dapat diartikan sebagai

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pengertian perbankan secara umum menurut Undang-Undang No.10 Tahun 1998

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pengertian perbankan secara umum menurut Undang-Undang No.10 Tahun 1998 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Perbankan Syariah Pengertian perbankan secara umum menurut Undang-Undang No.10 Tahun 1998 adalah segala sesuatu yang menyangkut tentang bank yang mencakup kelembagaan,

Lebih terperinci

2018, No Republik Indonesia Nomor 5253); MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN TENTANG PERUSAHAAN PEMBIAYAAN SEKUNDER PERUMA

2018, No Republik Indonesia Nomor 5253); MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN TENTANG PERUSAHAAN PEMBIAYAAN SEKUNDER PERUMA LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.40, 2018 KEUANGAN OJK. Perumahan. Pembiayaan Sekunder. Perusahaan. (Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 6192) PERATURAN OTORITAS JASA

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI NEGARA KOPERASI DAN USAHA KECIL DAN MENENGAH REPUBLIK INDONESIA. NOMOR : 14/Per/M.KUKM/XII/2009 TENTANG

PERATURAN MENTERI NEGARA KOPERASI DAN USAHA KECIL DAN MENENGAH REPUBLIK INDONESIA. NOMOR : 14/Per/M.KUKM/XII/2009 TENTANG PERATURAN MENTERI NEGARA KOPERASI DAN USAHA KECIL DAN MENENGAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 14/Per/M.KUKM/XII/2009 TENTANG Draft Htl Maharani Agustus 2008 PERUBAHAN ATAS PERATURAN MENTERI NEGARA KOPERASI

Lebih terperinci