DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PERBENDAHARAAN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PERBENDAHARAAN"

Transkripsi

1 DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PERBENDAHARAAN PERA TURAN DIREKTUR JENDERAL PERBENDAHARAAN NOMOR PER-1'+/PB/2010 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PENYALURAN DANA MELALUI BANK OPERASIONAL I MITRA KERJA KANTOR PELA YANAN PERBENDAHARAAN NEGARA DIREKTUR JENDERAL PERBENDAHARAAN, Menimbang Mengingat bahwa dalam rangka pelaksanaan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 98/PMK.05/2007 tentang Petunjuk Pelaksanaan Rekening Penge/uaran Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara Bersaldo Nihil Dalam Rangka Penerapan Treasury Single Account (TSA), perlu menetapkan Peraturan Direktur Jenderal Perbendaharaan tentang Petunjuk Pelaksanaan Penyaluran Dana melalui Bank Operasional I Mitra Kerja Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara; 1. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 47 Tahun 2003, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4286); 2. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 5, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4355); 3. Undang-Undang Nomor15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 66, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4400); 4. Peraturan Pemerintah Nomor 39 Tahun 2007 tentang Pengelolaan Uang.Negara/Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 83, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4738) ; 5. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 116/PMK06/2006 tentang Pemilihan Bank Operasional I Mitra Kerja Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara; p. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 98/PMK.05/2007 tentang Pelaksanaan Rekening Pengeluaran Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara Bersaldo Nihil Da/am Rangka Penerapan Treasury Single Account (TSA); 7. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 100/PMK01/2008 tentang Organisasi dan T ata Kerja Departemen Keuangan sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 149/PMK01/2008; 8. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 101/PMK01/2008 tentang Organisasi dan Tata Kerja Instansi Vertikal Direktorat Jenderal Perbendaharaan;

2 9. Peraturan Direktur Jenderal Perbendaharaan Nomor PER-11/PB/2010 tentang Tata Cara Pengelolaan Rekening Pengeluaran Kuasa Bendahara Umum Negara Pusat; MEMUTUSKAN: Menetapkan PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERBENDAHARAAN TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PENY ALURAN DANA MELALUI BANK OPERASIONAL I MITRA KERJA KANTOR PELA YANAN PERBENDAHARAAN NEGARA. BABI KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Direktur Jenderal Perbendaharaan ini yang dimaksud dengan: 1. Kuasa Bendahara Umum Negara Pus at, yang selanjutnya disebut Kuasa BUN Pusat adalah Direktur Jenderal Perbendaharaan atau pejabat lain yang diberi kuasa. 2. Kuasa Bendahara Umum Negara di daerah, yang selanjutnya disebut Kuasa BUN di daerah adalah Kepala Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara. 3. Direktorat Pengelolaan Kas Negara adalah unit eselon II pad a Direktorat Jenderal Perbendaharaan yang mempunyai tugas menyiapkan perumusan kebijakan perencanaan, pelaksanaan, pengendalian, verifikasi dan pemberian bimbingan teknis di bidang pengelolaan kas dan program pensiun serta pelaksanaan akuntansi atas transaksi keuangan melalui Direktorat Pengelolaan Kas Negara berdasarkan kebijakan teknis yang ditetapkan Direktur Jenderal. 4. Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Perbendaharaan adalah instansi vertikal Direktorat Jenderal Perbendaharaan yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Direktur Jenderal Perbendaharaan. 5. Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara, yang selanjutnya disingkat KPPN adalah instansi vertikal Direktorat Jenderal Perbendaharaan yang memperoleh kewenangan selaku Kuasa BUN, berada dibawah dan bertanggung jawab langsung kepada Kepala Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Perbendaharaan. 6. Kas Negara adalah tempat penyimpanan uang negara yang ditentukan oleh Menteri Keuangan selaku Bendahara Umum Negara untuk menampung seluruh penerimaan negara dan membayar seluruh pengeluaran negara. 7. Rekening Kas Umum Negara, yang selanjutnya disingkat RKUN adalah rekening tempat penyimpanan uang negara yang ditentukan oleh Menteri Keuangan selaku Bendahara Umum Negara untuk menampung seluruh penerimaan negara dan membayar seluruh pengeluaran negara pad a bank sentral. t - 2-

3 8. Rekening Pengeluaran Kuasa Bendahara Umum Negara Pusat, yang selanjutnya disebut RPK-BUN-P adalah rekening yang dibuka oleh Direktur Jenderal Perbendaharaan selaku Kuasa BUN Pusat atau pejabat yang diberi kuasa di Bank Operasional Pusat. 9. Rekening Pengeluaran Kuasa Bendahara Umum Negara Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara, yang selanjutnya disebut RPKBUN KPPN adalah rekening yang dibuka oleh Kepala KPPN selaku Kuasa BUN di daerah pada Bank Operasionall. 10. Bank Operasional Pusat, yang selanjutnya disebut BO Pusat adalah bank operasional mitra kerja Kuasa BUN Pusat yang merupakan bank pusat dari Bank Operasional I atau kantor cabang yang ditunjuk dan sebagai pemegang RPK-BUN-P. 11. Bank Operasional I, yang selanjutnya disebut BO I adalah bank operasional mitra kerja Kuasa BUN di daerah yang menyalurkan dana Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) untuk pengeluaran non-gaji (termasuk kekurangan gaji dan gaji susulan), Uang Persediaan, dan dana Perhitungan Fihak Ketiga. 12. Surat Perintah Pencairan Dana, yang selanjutnya disebut SP2D, adalah surat perintah yang diterbitkan oleh Kepala KPPN selaku Kuasa BUN di daerah atau pejabat lain yang ditunjuk untuk pelaksanaan pengeluaran atas beban APBN berdasarkan Surat Perintah Membayar. 13. Surat Perintah Transfer, yang selanjutnya disingkat SPT adalah surat perintah yang diterbitkan oleh KPPN selaku Kuasa BUN di daerah untuk pemindahan dana dari BO I ke BO II dan/atau kantor pos dalam rangka penyediaan dana. 14. Rekapitulasi Penarikan Dana adalah dokumen yang dikeluarkan oleh BO Pusat yang merupakan bukti penarikan dana oleh BO I untuk pencairan SP2D non-gaji per KPPN termasuk penarikan dana untuk mengisi Rekening BO II. 15. Sistem Bank Indonesia Real Time Gross Settlement, yang selanjutnya disebut Sistem BI RTGS adalah sistem transfer dana elektronik antar peserta dalam mata uang Rupiah yang penyelesaiannya dilakukan secara seketika per transaksi secara individual. 16. Sistem Kliring Nasional Bank Indonesia, yang selanjutnya disingkat SKN BI adalah sistem kliring Bank Indonesia yang meliputi kliring debet dan kredit yang penyelesaian akhirnya dilakukan secara nasional. 17. Kliring Lokal adalah kliring antar bank di suatu wilayah kliring yaitu suatu wilayah tertentu yang memungkinkan pelaksanaan kliring dalam jadwal Kliring Lokal yang telah ditetapkan oleh Bank Indonesia. 18. Cash Management System, yang selanjutnya disingkat CMS adalah sistem informasi yang memuat data mutasi dana pada rekening RPK BUN-P dan rekening RPKBUN KPPN secara online-real time melalui sarana elektronik. 19. Hari ke~a adalah hari sebagaimana tersebut pada penanggalan yang secara resmi dinyatakan sebagai bukan hari libur/yang diliburkan oleh Pemerintah. - 3-

4 20. Keadaan Kahar (force majeure) adalah suatu kejadian yang terjadi di luar kemampuan manusia dan tidak dapat dihindarkan sehingga suatu kegiatan tidak dapat dilaksanakan atau tidak dapat dilaksanakan sebagaimana mestinya. Keadaan tersebut seperti: keadaan di luar kendali dan kemampuannya termasuk tapi tidak terbatas pada peraturan, bencana alam, kebakaran, banjir, pemogokan umum, perang (dinyatakan atau tidak dinyatakan), pemberontak~m, revolusi, makar, huru-hara, terorisme, wabah/epidemic dan diketahui secara luas BAB II TATA CARA PELAKSANAAN Bagian Kesatu Prinsip Dasar Pelaksanaan Pasal2 (1) Direktur Jenderal Perbendaharaan menunjuk bank umum yang ditugaskan sebagai Bank Operasional. (2) Penunjukan Bank Operasional sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan mengenai tata cara pengadaan barang/jasa pemerintah. (3) Ketentuan mengenai pelaksanaan pekerjaan jasa pelayanan perbankan sebagai BO I dituangkan dalam kontrak jasa pelayanan perbankan antara Direktorat Jenderal Perbendaharaan dan direksi bank yang ditunjuk sebagai BO I. Pasal3 (1) Direktur Jenderal Perbendaharaan selaku Kuasa BUN Pusat membuka RPK-BUN-P di masing-masing BO Pusat. (2) RPK-BUN-P sebagaimana dimaksud pada ayat (1) digunakan untuk menampung dana yang akan digunakan oleh KPPN untuk membiayai pengeluaran negara. (3) KPPN selaku Kuasa BUN di daerah membuka satu rekening pengeluaran dengan nama RPKBUN KPPN pada BO I. (4) RPK-BUN-P dan RPKBUN KPPN setiap akhir hari kerja harus nihil. Bagian Kedua Tata Cara Pelaksanaan pada Direktorat Pengelolaan Kas Negara Pasal4 (1) Direktorat Pengelolaan Kas Negara setiap akhir hari kerja menerima permintaan perkiraan kebutuhan dana dari KPPN untuk keperluan pengeluaran hari ke~a berikutnya.. (2) Direktorat Pengelolaan Kas Negara setiap awal hari kerja memindahbukukan/mentransfer dana dari RKUN ke RPK-BUN-P sebesar perkiraan kebutuhan dana dari KPPN. (3) Pemindahbukuan/transfer sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dilakukan pada hari berkenaan dengan tambahan tidak lebih dari 20% (dua puluh per seratus) tidak termasuk dana untuk pembayaran gaji l bulanan, Dana Alokasi Umum -4- (DAU), Subsidi, dan Belanja Pensiun. ~

5 (4) Direktorat Pengelolaan Kas Negara memindahbukukan/mentransfer dana tambahan dari RKUN ke RPK-BUN-P berdasarkan surat permintaan tambahan dana dari KPPN. (5) Pemindahbukuan/transfer dana tambahan sebagaimana dimaksud pad a ayat (4) dengan ketentuan sebagai berikut: a. pemindahbukuan/transfer dana tambahan dari RKUN ke RPK-BUN-P dalam rangka penyediaan dana tambahan keperluan KPPN pada BO I yang berlokasi di Indonesia Bagian Timur dengan waktu Indonesia Bagian Timur, dilakukan paling lambat Puku WIB; b. pemindahbukuan/transfer dana tambahan dari RKUN ke RPK-BUN-P dalam rangka penyediaan dana tambahan keperluan KPPN pada BO I yang berlokasi di Indonesia Bagian T engah dengan waktu Indonesia BagianTengah, dilakukan paling lambat Puku WIB; c. pemindahbukuan/transfer dana tambahan dari RKUN ke RPK-BUN-P dalam rangka penyediaan dana tambahan keperluan KPPN pad a BO I yang berlokasi di Indonesia Bagian Barat dengan waktu Indonesia Bagian Barat, dilakukan paling lambat Puku WIB. (6) Direktorat Pengelolaan Kas Negara melakukan pembukuan atas pemindahbukuan/transfer dana dari RKUN ke RPK-BUN-P agar berpedoman pad a Peraturan Direktur Jenderal Perbendaharaan mengenai tata cara pengelolaan rekening pengeluaran Kuasa BUN Pusat. Bagian Ketiga Tata Cara Pelaksanaan Pasal5 pada BO Pusat (1) RPK-BUN-P pad a setiap awal hari kerja menerima pengisian dana dari RKUN. (2) RPK-BUN-P menerima pengisian tambahan dana dari RKUN dengan ketentuan sebagai berikut: a. untuk RPK-BUN-P dalam rangka penyediaan dana untuk KPPN pada BO I yang berlokasi di Indonesia Bagian Timur dengan waktu Indonesia Bagian Timur paling lambat Puku WIB; b. untuk RPK-BUN-P dalam rangka penyediaan dana untuk KPPN pad a BO I yang berlokasi di Indonesia Bagian Tengah dengan waktu Indonesia Bagian Tengah paling lambat Puku WIB; c. untuk RPK-BUN-P dalam rangka penyediaan dana untuk KPPN pada BO I yang berlokasi di Indonesia Bagian Barat dengan waktu Indonesia Bagian Barat paling lambat Puku WIB. (3) Pendebetan dana pad a RPK-BUN-P dilakukan oleh BO I guna pencairan SP2D dan SPT. (4) Saldo RPK-BUN-P pad a akhir hari kerja harus dinihilkan paling cepat Puku waktu setempat dan paling lambat Puku WIS. peraturan perundang-undangan. (5) Penihilan RPK-BUN-P pada akhir tahun anggaran dilakukan sesuai r -5-

6 (4) 8agian Keempat Tata Cara Pelaksanaan pada KPPN Pasal6 (1) KPPN setiap hari menyampaikan perkiraan kebutuhan dana untuk hari berikutnya ke Direktorat Pengelolaan Kas Negara paling lambat Pukul waktu setempat. (2) Perkiraan kebutuhan dana sebagaimana dimaksud pada ayat (1) mencakup kebutuhan dana dalam rangka pencairan SP2D dan SPT termasuk kebutuhan dana untuk pencairan SP2D yang dikembalikan 80 I. (3) Penyampaian perkiraan kebutuhan dana kepada Direktorat Pengelolaan Kas Negara sebagaimana dimaksud pada ayat (1) menggunakan program aplikasi e-kirana atau sarana tercepat lainnya apabila pengiriman melalui e-kirana tidak dapat dilakukan. Pasal? (1) Dalam hal terjadi kekurangan dana, KPPN dapat mengajukan permintaan tambahan kebutuhan dana kepada Direktorat Pengelolaan Kas Negara paling lambat Pukul13.4S waktu setempat. (2) Penyampaian permintaan tambahan kebutuhan dana kepada Direktorat Pengelolaan Kas Negara sebagaimana dimaksud pada ayat (1) menggunakan program aplikasi e-kirana atau sarana tercepat lainnya apabila pengiriman melalui e-kirana tidak dapat dilakukan. PasalS (1) KPPN menerbitkan SP2D Gaji 8ulanan bertanggal1 bulan berikutnya. (2) Dalam hal tanggal 1 adalah hari libur/diliburkan, SP2D Gaji bulan berkenaan diterbitkan dan diberi tanggal hari kerja berikutnya. Pasal9 (1) KPPN menerbitkan SPT sebesar jumlah SP2D Non-Gaji untuk mengisi dana rekening pengeluaran pada kantor pos, sesuai format sebagaimana yang ditetapkan dalam Lampiran I Peraturan Direktur Jenderal Perbendaharaan ini. (2) KPPN menerbitkan SPT sebesar jumlah SP2D Gaji untuk mengisi dana rekening pengeluaran pada 80 II dan/atau kantor pos guna pembayaran gaji. (3) SPT sebagaimana dimaksud pada ayat (2) diterbitkan paling cepat 3 (tiga) hari kalender sebelum tanggal pembayaran gaji sesuai format sebagaimana yang ditetapkan dalam Lampiran II Peraturan Direktur Jenderal Perbendaharaan ini. Dalam hal 3 (tiga) hari kalender sebelum tanggal pembayaran gaji sebagaimana dimaksud pada ayat (3) adalah hari libur/diliburkan, penerbitan SPT dilakukan paling cepat pada hari kerja sebelum had, libur/dilibwkan. -6-

7 Pasal 10 (1) KPPN mengirimkan SP2D/SPT kepada BO I secara bertahap mulai Pukul 8.00 sampai dengan Puku waktu setempat. (2) KPPN mengirimkan SPT kepada BO I untuk SP2D yang dibayar melalui kantor pos secara bertahap mulai Pukul sampai dengan Pukul waktu setempat. (3) KPPN mengirimkan SP2D kepada kantor pos secara bertahap mulai Pukul sampai dengan Puku waktu setempat. (4) KPPN mengirimkan SP2D Gaji kepada BO II/kantor pos paling lambat 5 (lima) hari kalender sebelum tanggal pembayaran gaji. (5) Dalam hal terjadi pengembalian SP2D/SPT oleh BO I karena diterima oleh BO I setelah Pukul waktu setempat atau karena dananya tidak tersedia atau tidak cukup tersedia pada RPK-BUN-P sampai dengan Pukul waktu setempat, KPPN mengirimkan kembali SP2D/SPT dimaksud pada hari kerja berikutnya paling lambat Pukul waktu setempat. Pasal11 KPPN membukukan pad a masing-masing Buku Bank/Kantor Pos atas: a. SP2D yang diterbitkan; b. Advis kredit penerimaan dana pada RPKBUN KPPN/rekening BO II/rekening pengeluaran pad a kantor pos; dan c. Advis debet pengisian dana rekening BO Ilirekening pengeluaran pada kantor pos dari RPKBUN KPPN. Bagian Kelima T ata Cara Pelaksanaan pad a BO I Pasal 12 (1) BO I menerima SP2D/SPT beserta daftar pengujinya dari KPPN mulai Pukul sampai dengan Pukul waktu setempat dengan membubuhi stempel waktu pada daftar penguji/pengantar bersangkutan. (2) Atas dasar SP2D/SPT yang diterima dari KPPN, BO I segera mendebet RPK-BUN-P sebesar jumlah yang tercantum dalam SP2D/SPT berkena:::1n dan mengkreditkan untuk untung RPKBUN KPPN, dan selanjutnya dilakukan pemindahbukuan/transfer kepada yang berhak. (3) Pemindahbukuan/transfer kepada yang berhak sebagaimana dimaksud pad a ayat (2) dilakukan sesuai dengan tanggal, nomor, nama rekening, nama bank/kantor pos yang ditunjuk, dan jumlah uang yang tercantum dalam SP2D/SPT. (4) Pemindahbukuan/transfer atas dana SP2D kepada yang berhak sebagaimana dimaksud pad a ayat (2) dilakukan dengan tahapan sebagai berikut: - 7 -

8 a. SP2D yang diterima oleh BO I sampai dengan Pukul waktu setempat, dananya dipindahbukukan/ditransfer melalui BI RTGS/SKN BI ke rekening yang berhak paling lambat 2 (dua) jam sejak SP2D diterima oleh BO I; b. SP2D yang diterima oleh BO I setelah Pukul sampai dengan Pukul waktu setempat, dananya dipindahbukukan/ditransfer melalui BI RTGS/SKN 81 ke rekening yang berhak paling lambat 2 (dua) jam sejak SP2D diterima oleh BO I; c. SP2D yang diterima oleh BO I setelah Pukul sampai dengan Pukul waktu setempat, dananya dipindahbukukan/ditransfer melalui BI RTGS ke rekening yang berhak paling lambat Pukul waktu setempat. d. Pemindahbukuan/transter sebagaimana dimaksud pada huruf a, hurut b, dan hurut c hanya berlaku untuk SP2D yang disertai lampiran rekening penerima sampai dengan jumlah 100 (seratus) rekening penerima. (5) Dalam hal SP2D disertai lampiran rekening penerima diatas jumlah 100 (seratus) rekening penerima, pelaksanaan pemindahbukuan/tansfer dilakukan berdasarkan penetapan Kepala Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Perbendaharaan. (6) Penetapan sebagaimana dimaksud pada ayat (5) dilakukan dengan memperhatikan prinsip transparansi dan akuntabilitas pengelojaan keuangan negara. (7) BO I dapat mengembalikan SP2D/SPT, dalam hal SP2D/SPT berkenaan disampaikan oleh KPPN: a. setelah Puku waktu setempat untuk dicairkan pada hari kerja berkenaan; b. sebelum Puku waktu setempat untuk dicairkan pada hari kerja berkenaan, apabila sampai dengan Pukul waktu setempat pada RPK-BUN-P tidak tersedia atau tidak cukup tersedia dana untuk mencairkan SP2D/SPT dimaksud. (8) Pengembalian SP2D/SPT ke KPPN sebagaimana dimaksud pada ayat (7) dilakukan oleh BO I menggunakan surat pengantar disertai penjelasan tentang alasan pengembalian, dan tembusannya disampaikan kepada Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Perbendaharaan setempat. (9) BO I membuat advis kredit penerimaan dana atas pendebetan RPK BUN-P. (10) BO I memindahbukukan/mentranster sisa dana RPKBUN KPPN pada akhir hari kerja ke RPK-BUN-P paling cepat Pukul waktu setempat dan paling lambat Puku WIB. (11) Dalam hal terjadi. pengembalian/retur SP2D dari banklkantor pos penerima, BO I wajib mempedomani Peraturan Direktur Jenderal Perbendaharaan mengenai pengelolaan rekening pengembalian (retur) SP2D. -8-

9 BAB III IMBALAN JASA PELAYANAN Bagian Kesatu Tata Cara Pembayaran Imbalan Jasa Pelayanan Pasal 13 (1) BO I dapat diberikan imbalan atas jasa pelayanan perbankan yang diberikannya. (2) BO I dapat memberikan atau tidak mengajukan permintaan imbalan atas jasa pelayanan perbankan yang diberikan kepada Pemerintah. (3) BO I wajib menyetor ke Kas Negara, atas imbalan jasa pelayanan perbankan yang diberikan sebagaimana dimaksud pada ayat (2). Pasal14 (1) Pembayaran/penyetoran imbalan jasa pelayanan perbankan sebagai BO I sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13 dilaksanakan dengan ketentuan sebagai berikut: a. Pembayaran dilakukan berdasarkan harga satuan sebagaimana ditetapkan dalam kontrak jasa pelayanan perbankan. b. Harga satuan sebagaimana dimaksud pada huruf a sudah termasuk biaya jasa pelayanan perbankan pada BO Pusal. c. Jumlah yang dibayarkan/disetorkan adalah sebesar nilai pekerjaan, yaitu harga satuan dikalikan jumlah SP2D dan SPT yang diterbitkan oleh KPPN yang dananya telah dipindahbukukan/ditransfer oleh BO I kepada yang berhak dalam bulan berkenaan. (2) Pada setiap awal bulan paling lambat pada hari kerja kelima KPPN melaksanakan rekonsiliasi dengan BO I atas jumlah SP2D/SPT yang diterbitkan oleh KPPN dan telah dipindahbukukan/ditransfer dananya oleh BO I untuk bulan sebelumnya. (3) Hasil rekonsiliasi sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dituangkan ke dalam Berita Acara Rekonsiliasi (BAR). (4) BAR sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dibuat dalam rangkap 5 (lima) sesuai format sebagaimana ditetapkan dalam Lampiran III Peraturan Direktur Jenderal Perbendaharaan ini, dengan ketentuan sebagai berikut: a. 2 (dua) lembar untuk penatausahaan BO I, dan selanjutnya 1 (satu) lembar disampaikan ke Kantor Pusat BO I sebagai dasar mengajukan tagihan kepada Pemerintah; b. 3 (tiga) lembar untuk KPPN, selanjutnya KPPN menyampaikan 1 (satu) lembar ke Direktorat Pengelolaan Kas Negara dan 1 (satu) lembar ke Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Perbendaharaan setempal. (5) Berdasarkan BAR sebagaimana dimaksud pada ayat (3): a. Dalam hal BO I membayar imbalan jasa pelayanan perbankan sebagai BO I kepada Pemerintah, KPPN memberitahukan BO I disetor untuk bulan berkenaan; besarnya nilai pekerjaan - 9- jasa pelayanan perbankan yang harusr

10 b. Dalam hal BO I diberikan imbalan atas jasa pelayanan perbankan kepada Pemerintah, KPPN melaporkan kepada Direktur Pengelolaan Kas Negara besaran nilai pekerjaan yang berhak diterima BO I untuk bulan berkenaan dengan dilampiri BAR sebagaimana dimaksud pada ayat (4) huruf b, sesuai format sebagaimana ditetapkan dalam Lampiran IV Peraturan Direktur Jenderal Perbendaharaan ini. (6) Dalam hal BO I diberikan imbalan atas jasa pelayanan perbankan yang diberikan kepada Pemerintah, Kantor Pusat BO I mengajukan surat tagihan kepada Direktur Jenderal Perbendaharaan c.q. Direktur Pengelolaan Kas Negara. (7) Surat tagihan sebagaimana dimaksud pada ayat (6) sekurangkurangnya memuat: a. Nama dan nomor rekening penerima; b. Nama bank dimana penerima membuka rekening; c. Jumlah tagihan; dan d. Bulan dan tahun tagihan. (8) Surat tagihan sebagaimana dimaksud pada ayat (6) dan ayat (7) dilengkapi dengan dokumen: a. Kwitansi dalam rangkap 3 (tiga), asli bermaterai cukup, contoh format kwitansi sebagaimana ditetapkan dalam Lampiran V Peraturan Direktur Jenderal Perbendaharaan ini; b. Daftar Rekapitulasi SP2D/SPT sesuai dengan BAR bulan tertentu, yang dikirim oleh BO I, sesuai contoh format sebagaimana ditetapkan dalam Lampiran VI Peraturan Direktur Jenderal Perbendaharaan ini; c. Asli BAR. Bagian Kedua Penerbitan SPP, SPM, SP2D Pasal 15 (1) Direktur Pengelolaan Kas Negara menerbitkan Surat Permintaan Pembayaran (SPP) atas tagihan yang diajukan oleh BO I dan Surat Perintah Membayar Langsung (SPM-LS) sebagaimana dimaksud dalam Pasal14 ayat (6) sesuai peraturan perundang-undangan. (2) Kepala KPPN berdasarkan SPM-LS sebagaimana dimaksud pada ayat (1) menerbitkan SP2D sesuai peraturan perundang-undangan. Bagian Ketiga T ata Cara Penyetoran Pasal 16 (1) Paling lambat 5 (lima) hari ke~a setelah diterimanya surat pemberitahuan dari KPPN sebagaimana dimaksud dalam Pasal 14 ayat perbankan sebagai BO I. (5) huruf a, BO I wajib menyetor ke Kas Negara jasa pelayanar -10-

11 (2) Penyetoran sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan dengan mengisi Surat Setoran Bukan Pajak (SSBP), Bagian Anggaran Akun (Pendapatan atas Penerbitan SP2D/SPT Dalam Rangka Treasury Single Account (TSA». (3) BO I menyampaikan lembar ke-3 SSBP sebagaimana dimaksud pad a ayat (2) kepada KPPN mitra kerja. (4) KPPN berdasarkan lembar ke-3 sebagaimana dimaksud pada ayat (3) membuat dan menyampaikan Laporan PNBP Pendapatan atas Penerbitan SP2D/SPT Dalam Rangka TSA kepada Kepala Kant& Wilayah Direktorat Jenderal Perbendaharaan setiap bulan, paling lambat tanggal 15. (5) Kepala Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Perbendaharaan berdasarkan laporan sebagaimana dimaksud pada ayat (4), membuat Laporan Rekapitulasi PNBP Pendapatan atas Penerbitan SP2D/SPT Dalam Rangka TSA untuk KPPN-KPPN di wilayah kerjanya. (6) Kepala Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Perbendaharaan menyampaikan laporan sebagaimana dimaksud pad a ayat (5) kepada Direktur Jenderal Perbendaharaan c.q. Direktur Pengelolaan Kas Negara setiap bulan, paling lambat tanggal 20 atau hari kerja berikutnya jika tanggal 20 merupakan hari libur/diliburkan. BABIV LARANGAN Pasal 17 (1) KPPN dilarang mengirimkan SP2D dan/atau SPT kepada BO 1 setelah pukul waktu setempat untuk dipindahbukukan/ditransfer ke rekening yang berhak pad a hari kerja berkenaan. (2) BO I dilarang: a. membebankan biaya jasa pelayanan perbankan termasuk biaya BI RTGS/SKN BIIKliring Lokal kepada pihak yang tercantum dalam SP2D/SPT. b. menarik dana/mendebet RPK-BUN-P sebelum diterimanya SP2D/SPT dari KPPN mitra kerja. c. menariklmendebet RPK-BUN-P lebih besar dari jumlah dana yang tercantum dalam SP2D/SPT. d. melakukan tindakan baik langsung maupun tidak langsung yang dapat mengakibatkan ke?terlambatan pemindahbukuan/transfer ke rekening yang berhak

12 BABV LAPORAN Bagian Kesatu Laporan pada BO Pusat Pasal 18 (1) BO Pusat wajib membuat dan menyampaikan laporan harian kepada Direktorat Jenderal Perbendaharaan c.q. Direktorat Pengelolaan Kas Negara. (2) Laporan sebagaimana dimaksud pad a ayat (1) terdiri dari copy rekening koran harian, advis kredit pengisian dana, dan advis debet penihilan saldo RPK-BUN-P, serta Rekapitulasi Penarikan Dana per KPPN yang telah dilegalisasi. (3) Laporan sebagaimana dimaksud pada ayat (2), dikirim dengan ketentuan sebagai berikut: a. setiap akhir hari kerja dikirim melalui faksimile dan/atau ; b. paling lambat Pukul WIB hari kerja berikutnya hard copy laporan berkenaan harus sudah diterima Direktorat Pengelolaan Kas Negara. (4) Dalam hal BO Pusat tidak berkedudukan di Jakarta, laporan sebagaimana dimaksud pad a ayat (3) huruf b harus sudah diterima Direktorat Pengelolaan Kas Negara paling lambat 3 (tiga) hari kerja setelah tanggal laporan/transaksi. BagianKedua Laporan pad a BO 1 Pasal 19 (1) BO I wajib menyampaikan laporan kepada KPPN mitra ke~a. (2) Laporan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri dari: a. Laporan harian yaitu rekening koran harian, nota kredit penerimaan dana di rekening BO 1 dan Daftar Rekapitulasi Nota Debet; b. Laporan Bulanan, berupa bank statementlrekenig koran bulanan; dan c. Daftar Laporan Transfer SP2D/SPT ke rekening yang berhak dengan bukti BI RTGS/SKN BI. (3) Laporan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf a dan huruf c harus sudah diterima KPPN mitra kerja paling lambat Pukul waktu setempat hari kerja berikutnya. (4) Laporan sebagaimana dimaksud pad a ayat (2) huruf b harus sudah diterima KPPN mitra kerja pada bulan berikutnya paling lambat tanggal 5 (lima) atau hari kerja berikutnya apabila tanggal 5 merupakan hari libur/diliburkan. ( - 12-

13 Bag ian' Ketiga Laporan pad a Direktorat Pengelolaan Kas Negara Pasal 20 (1) Direktorat Pengelolaan Kas Negara membuat laporan atas terjadinya pengeluaran dana dari RKUN ke RPK-BUN-P dan dari RPK-BUN-P ke RPKBUN KPPN. (2) Laporan sebagaimana dimaksud pada pad a ayat (1) dibuat sesuai dengan Standar Akuntansi Pemerintah. (3) Direktorat Pengelolaan Kas Negara melakukan rekonsiliasi data atas kiriman dana RPK-BUN-P ke RPKBUN KPPN dengan penerimaan dana RPKBUN KPPN dari RPK-BUN-P. Bagian Keempat Laporan pada KPPN Pasal21 (1) KPPN membuat laporan atas terjadinya penerimaan dana dari RPK BUN-P ke RPKBUN KPPN dan pengeluaran dari RPKBUN KPPN ke rekening pihak ketiga. (2) Laporan pada ayat (1) dibuat sesuai dengan Standar Akuntansi Pemerintah. (3) KPPN mejakukan rekonsiliasi data atas penerimaan dana RPKBUN KPPN dengan kiriman dana dari RPK-BUN-P. BABVI GANGGUAN JARINGAN Gangguan Bagian Kesatu Jaringan Sistem BI RTGS Pasal22 (1) BO I wajib memberitahukan secara tertulis kepada KPPN apabila terjadi gangguan pada jaringan sistem BI RTGS disertai penjelasan penyebab terjadinya gangguan. (2) Dalam hal terjadi gangguan jaringan sistem BJ RTGS, BO I wajib: a. melakukan pemindahbukuan/transfer melalui SKN Bl/Kliring Lokall BO Pusat pada hari kerja bersangkutan paling lambat Pukul waktu setempat. b. memindahbukukan/mentransfer saldo RPKBUN KPPN paling cepat Pukul waktu setempat dan paling lambat Pukul waktu setempat. ' Pasal23 (1) Berdasarkan laporan BO I sebagaimana dimaksud dalam Pasal 22 ayat (1), KPPN meminta konfirmasi kepada Bank Indonesia. (2) Dalam hal konfirmasi Bank Indonesia bahwa tidak terjadi gangguan sistem jaringan sebagaimana dilaporkan 80 I, KPPN wajib: r

14 a. memberikan peringatan pertama dan/atau sanksi denda kepada BO I; b. meminta BO I untuk membuat pernyataan untuk tidak mengulangi kesalahan tersebut; c. menyampaikan tembusan surat sebagaimana dimaksud pada huruf a dan huruf b kepada Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Perbendaharaan. (3) Dalam hal BO I melakukan kesalahan yang sama untuk kedua kalinya, KPPN melaporkan hal tersebut kepada Kepala Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Perbendaharaan dan mengenakan sanksi denda kepada BO I. (4) Berdasarkan laporan KPPN sebagaimana dimaksud pada ayat (3), Kepala Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Perbendaharaan memberikan peringatan kedua kepada BO I dan melaporkan pemberian peringatan tersebut kepada Direktur Jenderal Perbendaharaan. (5) Berdasarkan laporan Kepala Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Perbendaharaan sebagaimana dimaksud pada ayat (4), Direktur Pengelolaan Kas Negara atas nama Direktur Jenderal Perbendaharaan memberikan peringatan ketiga kepada BO I dengan tembusan kepada direksi BO I. (6) Apabila dalam waktu 5 (lima) hari kerja sejak diterbitkannya peringatan ketiga sebagaimana dimaksud pada ayat (5) BO I tidak memberikan tanggapan yang memadai, Direktur Jenderal Perbendaharaan dapat melakukan pemutusan kontrak jasa layanan perbankan secara sepihak untuk BO I berkenaan. Bagian Kedua Gangguan Jaringan Sistem BI RTGS BO Pusat Pasal24 (1) Dalam hal terjadi gangguan jaringan sistem BI RTGS, BO Pusat wajib menyampaikan laporan kepada Direktur Pengelolaan Kas Negara. (2) Berdasarkan laporan BO Pusat sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Direktorat Pengelolaan Kas Negara meminta konfirmasi kepada Bank Indonesia. (3) Dalam hal konfirmasi Bank Indonesia bahwa tidak terjadi gangguan jaringan sebagaimana dilaporkan BO Pusat. Direktur Pengelolaan Kas Negara wajib: a. memberikan peringatan pertama dan/atau sanksi denda kepada BO Pusat; b. meminta BO Pusat untuk membuat pernyataan untuk tidak mengulangi kesalahan tersebut; c. menyampaikan tembusan surat sebagaimana dimaksud pada huruf a. dan huruf b. kepada Direktur Jenderal Perbendaharaan. (4) Dalam hal BO Pusat melakukan kesajahan yang sama untuk kedua kalinya, Direktur Pengelolaan Kas Negara melaporkan hal tersebut kepada Direktur Jenderal Perbendaharaan dan mengenakan sanksi lt denda kepada BO Pusat

15 (5) Berdasarkan laporan Direktur Pengelolaan Kas Negara sebagaimana dimaksud pada ayat (4), Direktur Jenderal Perbendaharaan memberikan peringatan kedua kepada BO Pusat dengan tembusan kepada direksi BO Pusal. (6) Apabila dalam waktu 5 (lima) hari kerja sejak diterbitkannya Peringatan Kedua sebagaimana dimaksud pada ayat (5) BO Pusat tidak memberikan tanggapan yang memadai, Direktur Jenderal Perbendaharaan dapat melakukan pemutusan kontrak jasa layanan perbankan secara sepihak kepada BO Pusat berkenaan. Bagian Ketiga Gangguan Jaringan Sistem Kerja Internal BO I Pasal25 (1) Dalam hal terjadi gangguan jaringan sistem kerja internal BO I, maka BO I wajib: a. menyampaikan laporan kepada KPPN disertai penjelasan mengenai penyebab terjadinya gangguan; b. menerima SP2D/SPT yang disampaikan oleh KPPN paling lambat Puku waktu setempat. c. melakukan pemindahbukuan/transfer dana SP2D/SPT kepada yang berhak pada hari kerja berkenaan melalui BO Pusat atau kantor cabang yang ditunjuk oleh BO Pusal. d. memindahbukukan/mentransfer saldo pada RPKBUN KPPN ke RPK-BUN-P paling cepat Pukul waktu setempat dan paling lambat Pukul17.30 waktu setempal. (2) Berdasarkan laporan gangguan jaringan sistem kerja internal BO I sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) huruf a, KPPN melaporkan kepada Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Perbendaharaan. (3) Berdasarkan laporan sebagaimana dimaksud pada ayat (2), Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Perbendaharaan melakukan penelitian. penelusuran, dan evaluasi serta memberitahukan hasilnya kepada KPPN. (4) Dalam melakukan penelitian, penelusuran. dan evaluasi sebagaimana dimaksud pada ayat (3), Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Perbendaharaan dapat meminta bantuan Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP). (5) Dalam hal hasil penelitian, penelusuran, dan evaluasi sebagaimana dimaksud pada ayat (4) ditemukan bahwa laporan BO I tersebut tidak benar, maka KPPN: a. memberikan peringatan pertama dan/atau sanksi denda kepada BO I', b. meminta BO I untuk membuat pernyataan tidak mengulangi kesalahan yang sama, dan tembusannya disampaikan kepada Kepala Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Perbendaharaan; c. melaporkan tindakan sebagaimana dimaksud pada huruf a. dan huruf b. kepada Kepala Kantor Wilayah Direktorat Jenderal (6) Dalam hal BO I menyampaikan laporan yang tidak benar untuk kedua _kalinya, KPPN wajib: Perbendaharaan t

16 a. melaporkan hal tersebut kepada Kepala Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Perbendaharaan; b. mengenakan sanksi denda kepada 80 I. (7) 8erdasarkan laporan sebagaimana dimaksud pada ayat (6) hurut a, Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Perbendaharaan memberikan peringatan kedua kepada 80 I dan melaporkannya kepada Direktur Jenderal Perbendaharaan. (8) 8erdasarkan laporan sebagaimana dimaksud pada ayat (7), Direktur Pengelolaan Kas Negara atas nama Direktur Jenderal Perbendaharaan memberikan peringatan ketiga kepada 80 I. (9) Apabila dalam waktu 5 (lima) hari ke~a sejak diterbitkan peringatan ketiga sebagaimana dimaksud pada ayat (8) 80 I tidak memberikan tanggapan yang memadai, Direktur Jenderal Perbendaharaan dapat melakukan pemutusan kontrak jasa layanan perbankan secara sepihak kepada 80 I berkenaan. 8agian Keempat Gangguan Jaringan Sistem Kerja Internal 80 Pusat Pasal26 (1) Dalam hal terjadi gangguan jaringan sistem kerja internal pada 80 Pusat, maka 80 Pusat wajib: a. Memberitahukan secara tertulis terjadinya gangguan kepada Direktorat Jenderal Perbendaharaan c.q. Direktorat Pengelolaan Kas Negara disertai penjejasan mengenai penyebab terjadinya gangguan. b. Memindahbukukan/mentranster saldo RPK-8UN-P ke RKUN paling cepat Pukul waktu setempat dan paling lambat Pukul waktu setempat. (2) Direktorat Pengelolaan Kas Negara, berdasarkan pemberitahuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), melakukan penelitian, penelusuran, dan evaluasi. (3) Dalam melaksanakan penelitian, penelusuran, dan evaluasi sebagaimana dimaksud pada ayat (2), Direktorat Pengelolaan Kas Negara dapat mengikutsertakan Inspektorat Jenderal Departemen Keuangan atau 8PKP. (4) Dalam hal hasil penelitian, penelusuran, dan evaluasi sebagaimana dimaksud pada ayat (3) menyatakan bahwa laporan 80 Pusat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak benar, Direktur Pengelolaan Kas Negara menetapkan peringatan pertama dan/atau sanksi denda kepada 80 Pusat. (5) Tembusan surat peringatan dan pengenaan sanksi denda sebagaimana dimaksud pada ayat (4) disampaikan kepada Direktur Jenderal Perbendaharaan. (6) Dalam hal 80 Pusat melakukan kesalahan yang sama untuk kedua kalinya, Direktur'Pengelolaan Kas Negara: a. mel.aporkankepada Direktur Jenderal Perbendaharaan; b. mengenakan sanksi denda kepada 80 Pusat. -16-

17 (7) Berdasarkan laporan sebagaimana dimaksud pada ayat (6), Direktur Jenderal Perbendaharaan memberikan peringatan kedua kepada BO Pusat. (8) Apabila dalam waktu 5 (lima) hari kerja sejak diterbitkannya peringatan kedua sebagaimana dimaksud pada ayat (7) BO Pusat tidak memberikan tanggapan yang memadai, Direktur Jenderal Perbendaharaan dapat melakukan pemutusan kontrak jasa layanan perbankan kepada BO Pusat berkenaan dan pada saat yang sarna direksi BO Pusat wajib mengganti dengan Kantor PusaUBank Cabang lainnya untuk berfungsi sebagai BO Pusat. BAB VII SURAT PERINGATAN Surat Peringatan Bagian Kesatu Pasal27 kepada BO Pusat (1) Direktur Pengelolaan Kas Negara menyampaikan surat peringatan kepada pimpinan BO Pusat, dengan ketentuan sebagai berikut: a. Surat Peringatan Pertama dalam hal tidaklterlambat menyampaikan laporan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 18 ayat (3) dan ayat (4); b. Surat Peringatan Kedua, apabila Surat Peringatan Pertama sebagaimana dimaksud pada huruf a dalam waktu 5 (lima) hari kerja tidak mendapatkan tanggapan atau tanggapan dari BO Pusat tidak menyelesaikan permasalahan. (2) Direktur Pengelolaan Kas Negara melaporkan kepada Direktur Jenderal Perbendaharaan apabila dalam waktu 5 (lima) hari ke~a BO Pusat tidak memberikan tanggapan atau tanggapan yang diberikan tidak menyelesaikan permasalahan. (3) Berdasarkan laporan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) Direktur Jenderal Perbendaharaan memberikan Surat Peringatan Ketiga kepada pimpinan BO Pusat. (4) Dalam hal pimpinan BO Pusat tidak memberikan tanggapan atau memberikan tanggapan tapi tidak menyelesaikan permasalahan dalam waktu 5 (lima) hari ke~a sejak diterbitkannya Surat Peringatan Ketiga sebagaimana dimaksud pada ayat (3), Direktur Jenderal Perbendaharaan memberitahukan kepada pimpinan BO Pusat untuk mengganti BO Pusat bersangkutan dengan BO Pusat lainnya (5) Pimpinan BO Pusat wajib mengganti BO Pusat yang lama dengan BO Pusat yang baru dalam waktu 5 (lima) hari kerja sejak surat pemberitahuan untuk mengganti BO Pusat yang lama diterima dari Direktur Jenderal Perbendaharaan. -17-

18 Bagian Kedua Surat Peringatan Pasal28 kepada BO I (1) Kepala KPPN menyampaikan Surat Peringatan Pertama kepada BO I dalam hal: a. Tidak/terlambat memberitahukan adanya penolakan/pengembalian SP2D/SPT dari BO J sebagaimana dimaksud dajam Pasal 12 ayat (7); b. Terlambat menyampaikan Japoran sebagaimana dimaksud dalam Pasal 19; c. Melakukan hal-har yang dilarang sebagaimana dimaksud dalam Pasal17 ayat (2); d. Tidak membayar imbalan jasa pelayanan perbankan sebagai BO I sesuai jumlah dan waktu yang ditetapkan oleh KPPN; e. Tidak membayar sanksi denda sesuai jumlah dan waktu yang ditetapkan; f. Tidak melaporkan terjadinya gangguan sebagaimana dimaksud dalam Pasal22 ayat (1); g. Tidak melaksanakan peraturan perundang-undangan. (2) Kepala KPPN menyampaikan laporan kepada Kepala Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Perbendaharaan apabila dalam waktu 5 (lima) hari kerja sejak diterbitkannya Surat Peringatan Pertama sebagaimana dimaksud pad a ayat (1) BO I tidak menyampaikan tanggapan atau tanggapan yang disampaikan tidak menyelesaikan permasalahan. (3) Laporan sebagaimana dimaksud pad a ayat (2) disertai dengan alasan atau pertimbangan perlunya diterbitkan Surat Peringatan Kedua. Pasal29 (1) Berdasarkan laporan KPPN sebagaimana dimaksud dalam Pasal 28, Kepala Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Perbendaharaan menerbitkan Surat Peringatan Kedua dengan tembusan kepada Direktur Jenderal Perbendaharaan dan pimpinan BO I terkait. (2) Kepala Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Perbendaharaan melaporkan kepada Direktur Jenderal Perbendaharaan apabila dalam waktu 5 (lima) hari kerja sejak diterbitkannya Surat Peringatan Kedua sebagaimana dimaksud pad a ayat (1), BO I tidak memberikan tanggapan/memberikan tanggapan tetapi tidak menyelesaikan masalah. (3) Laporan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) disertai dengan alasan atau pertimbangan perlunya diterbitkan Surat Peringatan Ketiga. Pasal30 (1) (2) Direktur Jenderal Perbendaharaan, berdasarkan laporan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 29 ayat (2), menerbitkan Surat Peringatan Ketiga kepada pimpinan BO I. Pimpinan BO I wajib melaksanakan surat peringatan tersebut pada t ayat (1) dalam waktu 5 (lima) hari kerja sejak diterimanya Surat Peringatan

19 (3) Apabila dalam waktu sebagaimana ditentukan pada ayat (2) pimpinan BO I tidak melaksanakan/menindaklanjuti/tidak memberikan tanggapan/memberikan tanggapan tetapi tidak memadai, Direktur Jenderal Perbendaharaan secara sepihak dapat memutuskan kontrak layanan jasa perbankan dengan BO I bersangkutan. (4) Sebelum pemutusan kontrak layanan jasa perbankan ditetapkan masa transisi. Pasal31 (1) Dalam hal pemutusan kontrak jasa layanan perbankan dilakukan terhadap BO I, selama masa transisi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 30 ayat (4) dilakukan pemilihan BO I pengganti sesuai peraturan perundang-undangan dengan memperhatikan unsur waktu yang terbatas. (2) Pemutusan kontrak layanan jasa perbankan dilakukan setelah BO I baru ditunjuk sesuai peraturan perundang-undangan. BAB VIII SANKSIDENDA Bagian Kesatu Sanksi Denda Kepada BO Pusat Pasal32 (1) Direktur Pengelolaan Kas Negara menetapkan sanksi denda kepada pimpinan BO Pusat dalam hal: a. BO Pusat tidak/kurang/terlambat menihilkan RPK-BUN-P. b. menihilkan RPK-BUN-P tidak sesuai dengan ketentuan sebagaimana diatur dalam Pasal 5 ayat (4). (2) Besarnya sanksi denda sebagaimana dimaksud pad a ayat (1) ditetapkan sebesar 3% (tiga per seratus) per bulan dihitung per hari termasuk hari libur/diliburkan dari/sejak saldo RPK-BUN-P yang tidak/kurang/ terlambat dinihilkan. (3) BO Pusat wajib menyetor ke Kas Negara sanksi denda sebagaimana dimaksud pada ayat (2) paling lambat 5 (lima) hari kerja sejak ditetapkan oleh Direktur Pengelolaan Kas Negara. (4) Direktur Pengelolaan Kas Negara menyampaikan Surat Peringatan Pertama kepada BO Pusat apabija dajam waktu 5 (lima) hari kerja BO Pusat tidak melaksanakan kewajibannya untuk menyetor sanksi denda sebagaimana dimaksud pad a ayat (2) dan ayat (3) ke Kas Negara, dan melaporkannya kepada Direktur Jenderal Perbendaharaan. (5) Direktur Jenderal Perbendaharaan menyampaikan Surat Peringatan Kedua kepada pimpinan BO Pusat apabila dalam waktu 5 (lima) hari kerja' sejak diterbitkan Surat Peringatan Pertama, BO Pusat tidak menyetor sanksi denda sebagaimana dimak~ud pad a ayat (2) dan. ayat (3) ke Kas Negara... r - 19-

20 (6) Dalam hal BO Pusat tidak menyetor sanksi denda sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dan ayat (3) dalam waktu 5 (lima) hari kerja sejak diterbitkan Surat Peringatan Kedua, Direktur JenderaJ Perbendaharaan berdasarkan kuasa dengan hak substitusi direksi BO Pusat sebagaimana dituangkan dalam perjanjian, berhak mendebet rekening BO Pusat pad a Bank Indonesia. (7) Pendebetan sebagaimana dimaksud pada ayat (6) dilakukan ojeh Bank Indonesia berdasarkan Surat Kuasa Direktur Jenderal Perbendaharaan. Bagian Kedua Sanksi Denda Kepada BO I PasaJ33 (1) Kepala KPPN menetapkan sanksi denda kepada BO Jmitra kerja atas: a. Keterlambatan penihilan saldo pada rekening BO I sebagaimana dimaksud dajam Pasal 12 ayat (10); b. Keterlambatan dalam melakukan pemindahbukuan/transfer ke rekening yang tercantum dalam SP2D atau SPT sebagaimana dimaksud dalam Pasal12 ayat (2), ayat (4) dan ayat (5); c. Kekurangan pemindahbukuan/transfer ke rekening yang berhak sebagaimana dimaksud pada Pasal12 ayat (3); d. Pendebetan RPK-BUN-P sebejum menerima SP2D/SPT dari KPPN mitra kerja sebagaimana dimaksud dalam Pasal 17 ayat (2) huruf b.; e. Penarikan dana dari RPK-BUN-P lebih besar dari jumlah dana yang tercantum dalam SP2D/SPT sebagaimana dimaksud dalam Pasal 17 ayat (2) huruf c; atau f. Pembebanan biaya kepada pihak yang tercantum dalam SP2D/SPT sebagaimana dimaksud dalam Pasal 17 ayat (2) huruf a. (2) Besaran sanksi denda sebagaimana dimaksud pad a ayat (1) huruf a, huruf b, dan huruf c masing-masing ditetapkan sebesar 3% (tiga per seratus) per bulan dari jumlah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a, huruf b, dan huruf c dihitung per hari termasuk hari libur/diliburkan. (3) Besaran sanksi denda sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf d ditetapkan sebesar 3% (tiga per seratus) dari jumjah yang di debet dari RPK-BUN-P sebelum menerima SP2D/SPT dari KPPN mitra kerja sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf d. (4) Besaran sanksi denda sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf e ditetapkan sebesar 3% (tiga per seratus) dari selisih lebih antara jumlah dana yang didebet dari RPK-BUN-P dengan nilai total SP2D/SPT yang disampaikan oleh KPPN mitra kerja. (5) Besaran sanksi denda sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf f ditetapkan sebesar 300% (tiga ratus per seratus) dari jumlah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf f.. (6) Tembusan penetapan sanksi denda sebagaimana dimaksud pad a ayat ~ (1), disampaikan kepada: l

21 a. Direktur Jenderal Perbendaharaan; b. Kepala Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Perbendaharaan; dan c. Pimpinan Pusat Bank Operasional. (7) BO I wajib menyetor sanksi denda sebagaimana dimaksud pad a ayat (2), ayat (3), ayat (4), dan ayat (5) ke Kas Negara dalam waktu 5 (lima) hari kerja sejak sanksi denda ditetapkan. (8) Penyetoran sanksi denda ke Kas Negara sebagaimana dimaksud pada ayat (7) dilakukan dengan menggunakan SSBP Bagian Anggaran Akun (Pendapatan Denda Pelaksanaan Rekening Pengeluaran KPPN Bersaldo Nihil Dalam Rangka Pelaksanaan TSA). BABIX KEBERATAN AT AS SANKSI DENDA Pasal34 (1) BO PusatlBO I dapat mengajukan keberatan atas sanksi denda yang ditetapkan oleh Direktur Jenderal Perbendaharaan/Kepala KPPN. (2) Pengajuan keberatan atas sanksi denda tidak membebaskan kewajiban BO PusatlBO I untuk membayar sanksi denda yang ditetapkan. (3) Pimpinan BO Pusat dapat mengajukan keberatan atas sanksi denda sebagaimana dimaksud pada ayat (1) kepada Direktur Pengelolaan Kas Negara. (4) Dalam hal keberatan atas sanksi denda sebagaimana dimaksud pad a ayat (3) ditolak oleh Direktur Pengelolaan Kas Negara, pimpinan BO Pusat dapat mengajukan keberatan kepada Direktur Jenderal Perbendaharaan. (5) Pengajuan keberatan atas sanksi denda kepada Direktur Jenderal Perbendaharaan sebagaimana dimaksud pada ayat (4) dapat dilakukan oleh BO Pusat dengan terlebih dahulu membayar sanksi denda yang ditetapkan oleh Direktur Pengelolaan Kas Negara dan melampirkan bukti setor atas sanksi denda yang telah dibayar pada surat permohonan keberatan yang diajukan. (6) Pimpinan BO I dapat mengajukan keberatan atas sanksi denda yang ditetapkan oleh KPPN. (7) Dalam hal keberatan atas sanksi denda sebagaimana dimaksud pada ayat (6) ditolak oleh Kepala KPPN, pimpinan BO I dapat mengajukan keberatan kepada Kepala Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Perbendaharaan. (8) (9) Kepala Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Perbendaharaan wajib mengambil langkah-iangkah at as keberatan yang diajukan oleh BO I sebagaimana dimaksud pada ayat (7). Dalam hal Kepala Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Perbendaharaan menolak keberatan yang diajukan oleh BO I, BO I dapat mengajukan keberatan kepada Direktur Jenderal Perbendaharaan

22 (10) Pengajuan keberatan sebagaimana dimaksud pada ayat (9) dapat dilakukan setelah BO I membayar terlebih dahulu sanksi denda yang ditetapkan oleh KPPN, dan melampirkan bukti setoran tersebut pada surat permohonan keberatan yang diajukan. (11) Keputusan Direktur Jenderal Perbendaharaan atas keberatan yang diajukan sebagaimana dimaksud pada ayat (9) bersifat final. (12) Dalam hal BO PusaUBO I telah membayar sanksi denda dan permohonan keberatannya diterima/disetujui oleh Direktur Jenderal Perbendaharaan, maka BO PusaUBO J dapat mengajukan permintaan pengembalian pembayaran denda sesuai peraturan perundangundangan. BABX CASH MANAGEMENT SYSTEM Pasal35 (1) BO PusaUBO J wajib memberikan informasi mengenai semua data transaksi pad a RPK-BUN-P dan RPKBUN KPPN secara real time kepada Kantor Pusat Direktorat Jenderal Perbendaharaan dan KPPN melalui fasilitas CMS. (2) BO PusaUBO J wajib menyediakan fasilitas CMS kepada Kantor Pusat Direktorat Jenderal Perbendaharaan dan KPPN. (3) Tata cara pemberian informasi dan penyediaan fasilitas CMS dituangkan dalam surat perjanjian. BABXI KEADAAN KAHAR (FORCE MAJEUR) Pasal36 (1) Dalam hal terjadi keadaan kahar (force majeure) yang disebabkan baik langsung maupun tidak langsung, BO Pusat, BO I, Direktorat Pengelolaan Kas Negara, dan/atau KPPN dapat dibebaskan dari tanggung jawab atas keterlambatan atau kegagalan dalam melaksanakan ketentuan Peraturan Direktur Jenderal Perbendaharaan ini. (2) Keadaan kahar (force majeure) sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus diberitahukan oleh pihak yang mengalami keadaan tersebut secara tertulis kepada pihak terkait dalam waktu paling lambat 14 (em pat belas) hari kalender setelah terjadinya keadaan kahar (force majeure). (3) Hal-hal lain yang disebabkan oleh perbuatan atau kelalaian, tidak dapat digolongkan sebagai keadaan kahar force majeure. (4) BO Pusat dan/atau BO J dapat dibebaskan dari sanksi denda apabila dapat menyampaikan bukti dari pihak yang berwenang bahwa telah te~adi keadaan kahar force majeure

23 BAB XII KETENTUAN PENUTUP Pasal37 (1) Pelaksanaan pengeluaran negara pada akhir tahun anggaran dilaksanakan sesuai peraturan perundang-undangan. (2) Semua ketentuan dalam Peraturan Direktur Jenderal Perbendaharaan Nomor PER-59/PB/2007 tentang Petunjuk Pelaksanaan Rekening Pengeluaran Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara Bersaldo Nihil dalam Rangka Penerapan Treasury Single Account (TSA) sepanjang telah diatur di dalam Peraturan Direktur Jenderal Perbendaharaan ini dinyatakan tidak berlaku. Pasal38 Peraturan Direktur Jenderal Perbendaharaan ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan. Ditetapkan di Jakarta pada tanggal 11 Mei 2010 ~4-~ ~~-'~ /...~ IR.EKTUR JENDERAL,t - 23-

24 LAMPIRAN I PERATURAN DIREiKTUR JENDERAL PERBENDAHARAAN NOMOR PER- 1~ IPB/2010 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PENYALURAN DANA MELALUI BANK OPERASIONAL I MITRA KERJA KANTOR PELAYANAN PERBENDAHARAAN NEGARA KOP SURAT Namar Sifat Lampiran Hal S-./. Segera Perintah transfer dana ke rekening Pengeluaran di Kantor Pos tanggal, bulan, tahun Yth. Pemimpin Bank. Cabang. selaku BO I mitra kerja KPPN. Menunjuk Peraturan Direktur Jenderal Perbendaharaan Nomor PER- /PB/2010 tentang Petunjuk Pelaksanaan Penyaluran Dana Melalui Bank Operasional I Mitra Kerja Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara Pasal... ayat... dengan ini diminta bantuan Saudara kiranya dapat mentransfer dana untuk mengisi rekening pengeluaran di Kantor Pos... mitra kerja KPPN... sebagai berikut: Nama Bank *) Nomor Rekening Jumlah Uang... I I Rp. (. dengan huruf ) Demikian kami sampaikan untuk dapat ditindaklanjuti sebagaimana mestinya. Atas kerjasamanya yang baik, kami ucapkan terima kasih. Kepala Kantor, Tembusan: Kepala SentraJ Giro/Kantor Pas NIP. *) Bank Umum yang ditunjuk aleh Sentral Giro/Kantor Pos DERAL, r - 24-

25 LAMPI RAN II PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERBENDAHARAAN NOMOR PER- 14 IPB/2010 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN f'enyaluran DANA MELALUI BANK OPERASIONAL I MITRA KERJA KANTOR PELAYANAN PERBENDAHARAAN NEGARA KOP SURAT Nomor Sifat Lampiran Hal S-./. Segera Perintah transfer dana ke BO II tanggal, bulan, tahun Yth. Pemimpin Bank. Cabang. selaku BO I mitra kerja KPPN. Menunjuk Peraturan Direktur Jenderal Perbendaharaan Nomor PER- IPB/2010 tentang Petunjuk Pelaksanaan Penyaluran Dana Melalui Bank Operasional I Mitra Kerja Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara Pasal... ayat..., dengan ini diminta bantuan Saudara untuk dapat mentransfer dana pembayaran gaji bulan ke Rekening Bank Operasionalll Mitra Kerja KPPN sebagai berikut: Nama Bank Nomor Rekening Jumlah Uang Mandiri Caban~. BRI Caban dst. Jumlah... den R,... R I R,... an huruf '". Demikian kami sampaikan untuk dapat ditindaklanjuti sebagaimana mestinya. Atas kerjasamanya yang baik, kami ucapkan terima kasih. Kepala Kantor, NIP

PERSYARATAN TEKNIS PENGADAAN JASA LAYANANAN PERBANKAN SEBAGAI BANK OPERASIONAL I MITRA KERJA KPPN TA 2010, 2011, DAN 2012

PERSYARATAN TEKNIS PENGADAAN JASA LAYANANAN PERBANKAN SEBAGAI BANK OPERASIONAL I MITRA KERJA KPPN TA 2010, 2011, DAN 2012 PERSYARATAN TEKNIS PENGADAAN JASA LAYANANAN PERBANKAN SEBAGAI BANK OPERASIONAL I MITRA KERJA KPPN LINGKUP DITJEN PERBENDAHARAAN TA 2010, 2011, DAN 2012 Nama Pekerjaan Metode Pengadaan Nama Paket pekerjaan

Lebih terperinci

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORATJENDERALPERBENDAHARAAN

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORATJENDERALPERBENDAHARAAN KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORATJENDERALPERBENDAHARAAN PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERBENDAHARAAN NOMOR PER- 7 /PB/2011 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PEMINDAHBUKUANITRANSFER SURAT PERINTAH

Lebih terperinci

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PERBENDAHARAAN

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PERBENDAHARAAN KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PERBENDAHARAAN PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERBENDAHARAAN NOMOR PER- 70 /PB/2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERBENDAHARAAN

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.28, 2013 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN KEUANGAN. Surat Perintah. Pencairan Dana. SPAN. Penyaluran PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 /PMK.05/2013 TENTANG PENYALURAN

Lebih terperinci

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PERBENDAHARAAN

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PERBENDAHARAAN r KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PERBENDAHARAAN PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERBENDAHARAAN NOMOR PER- 60 IPB/2010 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PENCAIRAN DANA ANGGARAN PENDAPATAN

Lebih terperinci

DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PERBENDAHARAAN PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERBENDAHARAAN NOMOR PER-10/PB/2006 TENTANG

DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PERBENDAHARAAN PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERBENDAHARAAN NOMOR PER-10/PB/2006 TENTANG DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PERBENDAHARAAN PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERBENDAHARAAN NOMOR PER-10/PB/2006 TENTANG PELAKSANAAN UJI COBA MEKANISME TREASURY SINGLE ACCOUNT

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.661, 2010 KEMENTERIAN KEUANGAN. Mata Uang Asing. Penatausahaan.

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.661, 2010 KEMENTERIAN KEUANGAN. Mata Uang Asing. Penatausahaan. BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.661, 2010 KEMENTERIAN KEUANGAN. Mata Uang Asing. Penatausahaan. PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 249/PMK.05/2010 TENTANG PENATAUSAHAAN PENERIMAAN

Lebih terperinci

249/PMK.05/2010 PENATAUSAHAAN PENERIMAAN NEGARA DALAM MATA UANG ASING

249/PMK.05/2010 PENATAUSAHAAN PENERIMAAN NEGARA DALAM MATA UANG ASING 249/PMK.05/2010 PENATAUSAHAAN PENERIMAAN NEGARA DALAM MATA UANG ASING Contributed by Administrator Monday, 27 December 2010 Pusat Peraturan Pajak Online PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR

Lebih terperinci

2017, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 5,

2017, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 5, BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1135, 2017 KEMENKEU. Sistem Penerimaan Negara Secara Elektronik PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 115/PMK.05/2017 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN

Lebih terperinci

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PERBENDAHARAAN

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PERBENDAHARAAN KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PERBENDAHARAAN PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERBENDAHARAAN NOMOR PER- 79 /PB/2011 TENTANG TATA CARA PENGELOLAAN REKENING PENGELUARAN BANK INDONESIA

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 115/PMK.05/2017 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 32/PMK.

PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 115/PMK.05/2017 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 32/PMK. PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 115/PMK.05/2017 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 32/PMK.05/2014 TENTANG SISTEM PENERIMAAN NEGARA SECARA ELEKTRONIK DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA TENTANG REKENING MILIK KEMENTERIAN NEGARA/LEMBAGA/SATUAN KERJA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA TENTANG REKENING MILIK KEMENTERIAN NEGARA/LEMBAGA/SATUAN KERJA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEUANGAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 252/PMK.05/2014 TENTANG REKENING MILIK KEMENTERIAN NEGARA/LEMBAGA/SATUAN KERJA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEUANGAN, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN

MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMORI 169/PMK.05/2009 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN PENERIMAAN DAN PENGELUARAN NEGARA PADA AKHIR TAHUN ANGGARAN DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

MENTERIKEUANGAN REPUBLlK INDONESIA SALIN AN

MENTERIKEUANGAN REPUBLlK INDONESIA SALIN AN MENTERIKEUANGAN REPUBLlK INDONESIA SALIN AN PERATURAN MENTER! KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOM OR 188/PMK. 05/2017 TENTANG TATA CARA PENYALURAN DANA SURAT PERINTAH PENCAIRAN DANA MELALUI SISTEM PERBENDAHARAAN

Lebih terperinci

2014, No Menetapkan MEMUTUSKAN: : PERATURAN MENTERI KEUANGAN TENTANG SISTEM PENERIMAAN NEGARA SECARA ELEKTRONIK. BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Da

2014, No Menetapkan MEMUTUSKAN: : PERATURAN MENTERI KEUANGAN TENTANG SISTEM PENERIMAAN NEGARA SECARA ELEKTRONIK. BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Da No.200, 2014 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENKEU. Penerimaan Negara. Elektronik. Sistem. PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32/PMK.05/2014 TENTANG SISTEM PENERIMAAN NEGARA SECARA

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 252/PMK.05/2014 TENTANG REKENING MILIK KEMENTERIAN NEGARA/LEMBAGA/SATUAN KERJA.

PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 252/PMK.05/2014 TENTANG REKENING MILIK KEMENTERIAN NEGARA/LEMBAGA/SATUAN KERJA. PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 252/PMK.05/2014 TENTANG REKENING MILIK KEMENTERIAN NEGARA/LEMBAGA/SATUAN KERJA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEUANGAN, Menimbang : a. bahwa dalam rangka pelaksanaan

Lebih terperinci

DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PERBENDAHARAAN

DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PERBENDAHARAAN DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PERBENDAHARAAN PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERBENDAHARAAN NOMOR PER- 02 /PB/2008 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PENYELESAIAN PENGEMBALIAN SURAT

Lebih terperinci

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 252/PMK.05/2014 TENTANG REKENING MILIK KEMENTERIAN NEGARA/LEMBAGA/SATUAN KERJA

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 252/PMK.05/2014 TENTANG REKENING MILIK KEMENTERIAN NEGARA/LEMBAGA/SATUAN KERJA MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 252/PMK.05/2014 TENTANG REKENING MILIK KEMENTERIAN NEGARA/LEMBAGA/SATUAN KERJA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

S U R A T E D A R A N Kepada SEMUA PESERTA SISTEM BANK INDONESIA REAL TIME GROSS SETTLEMENT DAN SISTEM KLIRING NASIONAL BANK INDONESIA DI INDONESIA

S U R A T E D A R A N Kepada SEMUA PESERTA SISTEM BANK INDONESIA REAL TIME GROSS SETTLEMENT DAN SISTEM KLIRING NASIONAL BANK INDONESIA DI INDONESIA No. 10/12/DASP Jakarta, 5 Maret 2008 S U R A T E D A R A N Kepada SEMUA PESERTA SISTEM BANK INDONESIA REAL TIME GROSS SETTLEMENT DAN SISTEM KLIRING NASIONAL BANK INDONESIA DI INDONESIA Perihal : Penetapan

Lebih terperinci

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORA T JENDERAL PERBENDAHARAAN

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORA T JENDERAL PERBENDAHARAAN L KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORA T JENDERAL PERBENDAHARAAN PERA TURAN DIREKTUR JENDERAL PERBENDAHARAAN NOMOR PER- 33 /PB/2012 TENTANG PERU BAHAN ATAS PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERBENDAHARAAN

Lebih terperinci

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PERBENDAHARAAN

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PERBENDAHARAAN KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PERBENDAHARAAN Yth. Para Kepala Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Perbendaharaan SURA T EDARAN NOMOR SE- ~9 IPB/2012 TENTANG PENGGUNAAN APLIKASI

Lebih terperinci

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32/PMK.05/2014 TENTANG SISTEM PENERIMAAN NEGARA SECARA ELEKTRONIK

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32/PMK.05/2014 TENTANG SISTEM PENERIMAAN NEGARA SECARA ELEKTRONIK MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32/PMK.05/2014 TENTANG SISTEM PENERIMAAN NEGARA SECARA ELEKTRONIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI

Lebih terperinci

2016, No c. bahwa untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas pengelolaan kas negara terkait dengan cara pelaksanaan pembayaran kegiatan yang

2016, No c. bahwa untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas pengelolaan kas negara terkait dengan cara pelaksanaan pembayaran kegiatan yang No.268, 2016 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENKEU. Pembayaran Kegiatan. Pelaksanaan. Tata Cara. Pencabutan. PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25/PMK.05/2016 TENTANG TATA CARA PELAKSANAAN

Lebih terperinci

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DI REKTORAT J EN DERAL PERBEN DAHARAAN PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERBENDAHAR/MN NOMOR PER. 26 IPBI2O11 TENTANG TATA.ARA,=*o=ior AAN REKENTNG pencerunnnn 'ADA BANK

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 115/PMK.07/2013 TENTANG TATA CARA PEMUNGUTAN DAN PENYETORAN PAJAK ROKOK

PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 115/PMK.07/2013 TENTANG TATA CARA PEMUNGUTAN DAN PENYETORAN PAJAK ROKOK PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 115/PMK.07/2013 TENTANG TATA CARA PEMUNGUTAN DAN PENYETORAN PAJAK ROKOK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang

Lebih terperinci

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 115 /PMK.07/2013 TENTANG TATA CARA PEMUNGUTAN DAN PENYETORAN PAJAK ROKOK

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 115 /PMK.07/2013 TENTANG TATA CARA PEMUNGUTAN DAN PENYETORAN PAJAK ROKOK MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 115 /PMK.07/2013 TENTANG TATA CARA PEMUNGUTAN DAN PENYETORAN PAJAK ROKOK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PERBENDAHARAAN

DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PERBENDAHARAAN DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PERBENDAHARAAN PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERBENDAHARAAN NOMOR PER-78/PB/2006 TENTANG PENATAUSAHAAN PENERIMAAN NEGARA MELALUI MODUL PENERIMAAN

Lebih terperinci

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PERBENDAHARAAN

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PERBENDAHARAAN .. KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PERBENDAHARAAN PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERBENDAHARAAN NOMOR PER- 69 /PB/2010 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PEMBAYARAN PENGEMBALIAN PENERIMAAN

Lebih terperinci

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 252/PMK.05/2014 TENTANG REKENING MILIK KEMENTERIAN NEGARA/LEMBAGA/SATUAN KERJA

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 252/PMK.05/2014 TENTANG REKENING MILIK KEMENTERIAN NEGARA/LEMBAGA/SATUAN KERJA MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 252/PMK.05/2014 TENTANG REKENING MILIK KEMENTERIAN NEGARA/LEMBAGA/SATUAN KERJA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 252/PMK.05/2014 TENTANG REKENING MILIK KEMENTERIAN NEGARA/LEMBAGA/SATUAN KERJA

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 252/PMK.05/2014 TENTANG REKENING MILIK KEMENTERIAN NEGARA/LEMBAGA/SATUAN KERJA MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 252/PMK.05/2014 TENTANG REKENING MILIK KEMENTERIAN NEGARA/LEMBAGA/SATUAN KERJA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 256/PMK.05/2010 TENTANG TATA CARA PENYIMPANAN DAN PENCAIRAN DANA CADANGAN

PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 256/PMK.05/2010 TENTANG TATA CARA PENYIMPANAN DAN PENCAIRAN DANA CADANGAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 256/PMK.05/2010 TENTANG TATA CARA PENYIMPANAN DAN PENCAIRAN DANA CADANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang

Lebih terperinci

2011, No MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN MENTERI KEUANGAN TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PEMBAYARAN GAJI PEGAWAI NEGERI, PEJABAT NEGARA, DAN PE

2011, No MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN MENTERI KEUANGAN TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PEMBAYARAN GAJI PEGAWAI NEGERI, PEJABAT NEGARA, DAN PE No.516, 2011 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIANKEUANGAN. Pembayaran Gaji Bulan September. Juklak. PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 138/PMK.05/2011 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN

Lebih terperinci

DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PERBENDAHARAAN

DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PERBENDAHARAAN DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PERBENDAHARAAN PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERBENDAHARAAN NOMOR PER- 55 /PB/2007 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERBENDAHARAAN

Lebih terperinci

MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALIN AN

MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALIN AN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALIN AN PERATURAN MENTER! KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR ll/pmk.05/2016 TENTANG PENYALURAN GAJI MELALUI REKENING PEGAWAI NEGERI SIPIL/PRAJURIT TENTARA NASIONAL INDONESIA/

Lebih terperinci

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 163/PMK.05/2013 TENTANG

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 163/PMK.05/2013 TENTANG MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 163/PMK.05/2013 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN PENERIMAAN DAN PENGELUARAN NEGARA PADA AKHIR TAHUN ANGGARAN DENGAN

Lebih terperinci

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PERBENDAHARAAN

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PERBENDAHARAAN KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PERBENDAHARAAN PERA TURAN DIREKTUR JENDERAL PERBENDAHARAAN NOMOR PER- 92 /PB/2011 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PENATAUSAHAAN PENERIMAAN NEGARA

Lebih terperinci

DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PERBENDAHARAAN

DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PERBENDAHARAAN DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PERBENDAHARAAN PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERBENDAHARAAN NOMOR PER- 43 /PB/2007 TENTANG PETUNJUK PENYALURAN DAN PENCAIRAN DANA PROGRAM KELUARGA

Lebih terperinci

MENTERIKEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALIN AN PERATURAN MENTER! KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

MENTERIKEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALIN AN PERATURAN MENTER! KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA MENTERIKEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALIN AN PERATURAN MENTER! KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 /PMK.05/2016 TENTANG TATA CARA PELAKSANAAN PEMBAYARAN KEGIATAN YANG DIBIAYAI MELALUI PENERBITAN SURAT

Lebih terperinci

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 162/PMK.05/2013 TENTANG

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 162/PMK.05/2013 TENTANG MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 162/PMK.05/2013 TENTANG KEDUDUKAN DAN TANGGUNG JAWAB BENDAHARA PADA SATUAN KERJA PENGELOLA ANGGARAN PENDAPATAN

Lebih terperinci

2017, No Pinjaman atas Beban Bagian Anggaran Kementerian Negara/Lembaga; d. bahwa Peraturan Menteri Keuangan Nomor 199/PMK.05/2011 tentang Pem

2017, No Pinjaman atas Beban Bagian Anggaran Kementerian Negara/Lembaga; d. bahwa Peraturan Menteri Keuangan Nomor 199/PMK.05/2011 tentang Pem BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1619, 2017 KEMENKEU. Pembayaran Jasa Bank Penatausaha. Penerusan Pinjaman PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 164/PMK.05/2017 TENTANG TATA CARA PEMBAYARAN

Lebih terperinci

2016, No b. bahwa dalam rangka efektifitas dan efisiensi penyelesaian pengembalian kelebihan pembayaran Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangu

2016, No b. bahwa dalam rangka efektifitas dan efisiensi penyelesaian pengembalian kelebihan pembayaran Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangu BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 491, 2016 KEMENKEU. PBB. Perdesaan dan Perkotaan. Kelebihan Bea. Pengembalian. Penyelesaian. Pencabutan. PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 51/PMK.07/2016

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA Kementerian Keuangan. Rekening. Saldo Nihil. Treasury Single Account.

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA Kementerian Keuangan. Rekening. Saldo Nihil. Treasury Single Account. No.84, 2010 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA Kementerian Keuangan. Rekening. Saldo Nihil. Treasury Single Account. PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32/PMK.05/2010 TENTANG PELAKSANAAN

Lebih terperinci

DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PERBENDAHARAAN PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERBENDAHARAAN NOMOR PER-42/PB/2006 TENTANG

DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PERBENDAHARAAN PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERBENDAHARAAN NOMOR PER-42/PB/2006 TENTANG DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PERBENDAHARAAN PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERBENDAHARAAN NOMOR PER-42/PB/2006 TENTANG PETUNJUK TEKNIS PELAKSANAAN UJI COBA REKENING PENGELUARAN

Lebih terperinci

SALINAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 82/PMK.05/2007 TENTANG

SALINAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 82/PMK.05/2007 TENTANG MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 82/PMK.05/2007 TENTANG TATA CARA PENCAIRAN DANA ATAS BEBAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA MELALUI REKENING KAS UMUM NEGARA MENTERI

Lebih terperinci

DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PERBENDAHARAAN

DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PERBENDAHARAAN DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PERBENDAHARAAN PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERBENDAHARAAN NOMOR PER- 34 /PB/2008 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PENYALURAN DAN PENCAIRAN DANA PROGRAM

Lebih terperinci

MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 226/PMK.03/2013 TENTANG

MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 226/PMK.03/2013 TENTANG MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 226/PMK.03/2013 TENTANG TATA CARA PENGHITUNGAN DAN PEMBERIAN IMBALAN BUNGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA DEPARTEMEN KEUANGAN. Rekening Penerimaan. KPPN. Penerapan. TSA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA DEPARTEMEN KEUANGAN. Rekening Penerimaan. KPPN. Penerapan. TSA No.154, 2009 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA DEPARTEMEN KEUANGAN. Rekening Penerimaan. KPPN. Penerapan. TSA PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 116/PMK.05/2009 TENTANG PELAKSANAAN UJI

Lebih terperinci

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PERBENDAHARAAN PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERBENDAHARAAN NOMOR PER- 87 1P13/2011

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PERBENDAHARAAN PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERBENDAHARAAN NOMOR PER- 87 1P13/2011 KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PERBENDAHARAAN PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERBENDAHARAAN NOMOR PER- 87 1P13/2011 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PENGELUARAN NEGARA ATAS BEBAN

Lebih terperinci

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORATJENDERALPERBENDAHARAAN

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORATJENDERALPERBENDAHARAAN KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORATJENDERALPERBENDAHARAAN Yth. 1. Para Kepala Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Perbendaharaan 2. Para Kepala Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara A. Umum

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.2007, 2014 KEMENKEU. Lembaga/Kementerian Negara. Satuan Kerja. Rekening. PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 252/PMK.05/2014 TENTANG REKENING MILIK KEMENTERIAN

Lebih terperinci

2016, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 1997 tentang Penerimaan Negara Bukan Pajak (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1997

2016, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 1997 tentang Penerimaan Negara Bukan Pajak (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1997 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1939, 2016 KEMENKUMHAM. PNBP Ditjen AHU. Sistem Pembayaran. PERATURAN MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 48 TAHUN 2016 TENTANG SISTEM PEMBAYARAN

Lebih terperinci

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 83/PMK.05/2008 TENTANG

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 83/PMK.05/2008 TENTANG MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 83/PMK.05/2008 TENTANG PENGGUNAAN ANGGARAN YANG DANANYA BERSUMBER DARI SETORAN PENERIMAAN NEGARA BUKAN PAJAK ATAS BIAYA SELEKSI

Lebih terperinci

PASAL 1 DASAR. Perjanjian kerjasama ini dibuat berdasarkan referensi yang merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari Perjanjian ini, yaitu:

PASAL 1 DASAR. Perjanjian kerjasama ini dibuat berdasarkan referensi yang merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari Perjanjian ini, yaitu: Lampiran: 5465/H/KU/2014 27 Maret 2014 PERJANJIAN KERJASAMA DINAS PENDIDIKAN KABUPATEN/KOTA*... Dengan SATUAN PENDIDIKAN... tentang PELAKSANAAN UJIAN NASIONAL SMP/MTs, SMPLB, SMA/MA, SMALB, SMK, PAKET

Lebih terperinci

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA. PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERBENDAHARAAN NOMOR PER- 35 jpbj2014 TENTANG

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA. PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERBENDAHARAAN NOMOR PER- 35 jpbj2014 TENTANG KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERBENDAHARAAN NOMOR PER- 35 jpbj2014 TENTANG PETUNJUK TEKNIS KOMPENSASI PELIMPAHAN PENERIMAAN NEGARA PADA KANTOR PELAYANANPERBENDAHARAAN

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.229,2012 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 30/PMK.08/2012 TENTANG TATA CARA PENGELOLAAN DANA CADANGAN PENJAMINAN DALAM RANGKA PELAKSANAAN ANGGARAN

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.255, 2009 DEPARTEMEN KEUANGAN. Pelimpahan Wewenang. Surat Kuasa Umum.

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.255, 2009 DEPARTEMEN KEUANGAN. Pelimpahan Wewenang. Surat Kuasa Umum. BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.255, 2009 DEPARTEMEN KEUANGAN. Pelimpahan Wewenang. Surat Kuasa Umum. PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 127/PMK.05/2009 TENTANG PELIMPAHAN WEWENANG

Lebih terperinci

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR PER - 7/PJ/2011 TENTANG TATA CARA PENGEMBALIAN KELEBIHAN PEMBAYARAN PAJAK DIREKTUR JENDERAL PAJAK,

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR PER - 7/PJ/2011 TENTANG TATA CARA PENGEMBALIAN KELEBIHAN PEMBAYARAN PAJAK DIREKTUR JENDERAL PAJAK, Menimbang : PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR PER - 7/PJ/2011 TENTANG TATA CARA PENGEMBALIAN KELEBIHAN PEMBAYARAN PAJAK DIREKTUR JENDERAL PAJAK, bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 15 Peraturan

Lebih terperinci

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 213/PMK.04/2008

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 213/PMK.04/2008 SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 213/PMK.04/2008 TENTANG TATA CARA PEMBAYARAN DAN PENYETORAN PENERIMAAN NEGARA DALAM RANGKA IMPOR, PENERIMAAN NEGARA DALAM RANGKA EKSPOR, PENERIMAAN NEGARA ATAS

Lebih terperinci

2016, No Tahun 2003 Nomor 47, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4286); 3. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendahar

2016, No Tahun 2003 Nomor 47, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4286); 3. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendahar No.1937, 2016 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENKUMHAM. PNBP. Pelayanan Jasa Hukum Ditjen AHU. Tata Cara. PERATURAN MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 46 TAHUN 2016 TENTANG

Lebih terperinci

2018, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 1997 tentang Penerimaan Negara Bukan Pajak (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1997

2018, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 1997 tentang Penerimaan Negara Bukan Pajak (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1997 No.396, 2018 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENKUMHAM. PNBP Ditjen AHU. Pencabutan. PERATURAN MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2018 XXXX TENTANG TATA CARA PEMBAYARAN

Lebih terperinci

S U R A T E D A R A N

S U R A T E D A R A N No. 8/20/DASP Jakarta, 11 Oktober 2006 S U R A T E D A R A N Kepada SEMUA PESERTA SISTEM BANK INDONESIA REAL TIME GROSS SETTLEMENT (BI-RTGS) DAN SISTEM KLIRING NASIONAL BANK INDONESIA (SKNBI) DI INDONESIA

Lebih terperinci

DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PERBENDAHARAAN

DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PERBENDAHARAAN DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PERBENDAHARAAN PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERBENDAHARAAN NOMOR PER- 14 /PB/2008 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PENYALURAN DAN PENCAIRAN DANA BANTUAN

Lebih terperinci

BAB III PENCAIRAN DAN PENYALURAN DANA

BAB III PENCAIRAN DAN PENYALURAN DANA DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PERBENDAHARAAN PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERBENDAHARAAN NOMOR PER- 22/PB/2006 TENTANG PETUNJUK PENYALURAN DAN PENCAIRAN DANA BANTUAN SOSIAL

Lebih terperinci

2016, No Mengingat : Peraturan Pemerintah Nomor 54 Tahun 2008 tentang Tata Cara Pengadaan Dan Penerusan Pinjaman Dalam Negeri (Lembaran Negara

2016, No Mengingat : Peraturan Pemerintah Nomor 54 Tahun 2008 tentang Tata Cara Pengadaan Dan Penerusan Pinjaman Dalam Negeri (Lembaran Negara No.753, 2016 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENKEU. Pinjaman. Dalam Negeri. Penarikan. Tata Cara. Pencabutan. PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 79/PMK.05/2016 TENTANG TATA CARA PENARIKAN

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.912, 2011 KEMENTERIAN SOSIAL. PNBP. Pedoman Pengelolaan. PERATURAN MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 183 TAHUN 2011 TENTANG PEDOMAN PENGELOLAAN PENERIMAAN NEGARA

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 199/PMK.05/2011 TENTANG TATA CARA PEMBAYARAN JASA BANK PENATAUSAHA PENERUSAN PINJAMAN ATAS BEBAN BAGIAN ANGGARAN KEMENTERIAN NEGARA/LEMBAGA DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORATJENDERALPERBENDAHARAAN

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORATJENDERALPERBENDAHARAAN KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORATJENDERALPERBENDAHARAAN PERA TURAN DIREKTUR JENDERAL PERBENDAHARAAN NOMOR PER- 59 /PB/2010 TENTANG TATA CARA PENERIMAAN, PEMBAGIAN, DAN PENYALURAN DANA

Lebih terperinci

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 16/PMK.03/2011 TENTANG TATA CARA PENGHITUNGAN DAN PENGEMBALIAN KELEBIHAN PEMBAYARAN PAJAK

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 16/PMK.03/2011 TENTANG TATA CARA PENGHITUNGAN DAN PENGEMBALIAN KELEBIHAN PEMBAYARAN PAJAK MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 16/PMK.03/2011 TENTANG TATA CARA PENGHITUNGAN DAN PENGEMBALIAN KELEBIHAN PEMBAYARAN PAJAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

KOP SURAT. Nomor :.../20..., Sifat :... Lampiran :... Hal : Permohonan PersetujuanPembukaan Rekening

KOP SURAT. Nomor :.../20..., Sifat :... Lampiran :... Hal : Permohonan PersetujuanPembukaan Rekening Lampiran I Surat Edaran Dirkuad SE/24/IV/2015 Tanggal 30 April2015 FORMAT SURAT PERMOHONAN PERSETUJUAN PEMBUKAAN REKENING KOP SURAT :.../20......,...... 20... Sifat :... Lampiran :... Hal : Permohonan

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 16/PMK.03/2011 TENTANG TATA CARA PENGHITUNGAN DAN PENGEMBALIAN KELEBIHAN PEMBAYARAN PAJAK

PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 16/PMK.03/2011 TENTANG TATA CARA PENGHITUNGAN DAN PENGEMBALIAN KELEBIHAN PEMBAYARAN PAJAK PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 16/PMK.03/2011 TENTANG TATA CARA PENGHITUNGAN DAN PENGEMBALIAN KELEBIHAN PEMBAYARAN PAJAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEUANGAN, Menimbang : a. bahwa guna

Lebih terperinci

DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PERBENDAHARAAN PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERBENDAHARAAN NOMOR PER- 29 /PB/2007 TENTANG TATA CARA PEMBAYARAN GAJI DAN INSENTIF PEGAWAI TIDAK

Lebih terperinci

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN SALINAN 113/PMK.04/2008, Menimbang : bahwa dalam rangka melaksanakan ketentuan Pasal 12 ayat (4) Undang-Undang Nomor 11 Tahun 1995 tentang Cukai sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 39 Tahun

Lebih terperinci

DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PERBENDAHARAAN PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERBENDAHARAAN NOMOR PER-20/PB/2006 TENTANG PETUNJUK PENYALURAN DAN PENCAIRAN DANA JAMINAN SOSIAL PENYANDANG

Lebih terperinci

2018, No Peraturan Menteri Keuangan tentang Penjualan Surat Utang Negara Ritel di Pasar Perdana Domestik; Mengingat : Undang-Undang Nomor 24 Ta

2018, No Peraturan Menteri Keuangan tentang Penjualan Surat Utang Negara Ritel di Pasar Perdana Domestik; Mengingat : Undang-Undang Nomor 24 Ta No.434, 2018 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENKEU. Penjualan SUN di Pasar Perdana Domestik. PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 31/PMK.08/2018 TENTANG PENJUALAN SURAT UTANG NEGARA

Lebih terperinci

2011, No.35 2 sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2009; c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana

2011, No.35 2 sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2009; c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.35, 2011 KEMENTERIAN KEUANGAN. Kelebihan Pembayaran Pajak. Penghitungan. Prosedur PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16/PMK.03/2011 TENTANG TATA CARA

Lebih terperinci

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PERBENDAHARAAN

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PERBENDAHARAAN KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PERBENDAHARAAN PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERBENDAHARAAN NOMOR PER- ~2 IPB/2010 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN UJI COBA MEKANISME BARU PEMBEBANAN

Lebih terperinci

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PERBENDAHARAAN

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PERBENDAHARAAN KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PERBENDAHARAAN PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERBENDAHARAAN NOMOR PER- 38 IPB/2010 TENTANG TATA CARA KOREKSI KODE BAGIAN ANGGARAN 999.06 (BELANJA

Lebih terperinci

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 194/PMK.05/2014 TENTANG

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 194/PMK.05/2014 TENTANG MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 194/PMK.05/2014 TENTANG PELAKSANAAN ANGGARAN DALAM RANGKA PENYELESAIAN PEKERJAAN YANG TIDAK TERSELESAIKAN

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA DEPARTEMEN KEUANGAN. Penyediaan Air Minum. Prosedur.

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA DEPARTEMEN KEUANGAN. Penyediaan Air Minum. Prosedur. No.515, 2009 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA DEPARTEMEN KEUANGAN. Penyediaan Air Minum. Prosedur. PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 229/PMK. 01/2009 TENTANG TATACARA PELAKSANAAN PEMBERIAN

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.563, 2012 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN KEUANGAN. Belanja. Bantuan Sosial. Kementerian/Lembaga. PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 81/PMK.05/2012 TENTANG BELANJA BANTUAN

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.2097, 2014 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENKEU. Bea Masuk. Bea Keluar. Sanksi Administrasi. Denda. Bunga. Kepabeanan. Pengembalian. Pencabutan. PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR

Lebih terperinci

Kodifikasi Peraturan Bank Indonesia. Non Bank. Hubungan Rekening Giro antara Bank Indonesia dengan Pihak Ekstern

Kodifikasi Peraturan Bank Indonesia. Non Bank. Hubungan Rekening Giro antara Bank Indonesia dengan Pihak Ekstern Kodifikasi Peraturan Bank Indonesia Non Bank Hubungan Rekening Giro antara Bank Indonesia dengan Pihak Ekstern Kodifikasi Peraturan Bank Indonesia Hubungan Non Bank dengan BI Hubungan Rekening Giro antara

Lebih terperinci

DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORA T JENDERAL PERBENDAHARAAN PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERBENDAHARAAN NOMOR PER- 49

DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORA T JENDERAL PERBENDAHARAAN PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERBENDAHARAAN NOMOR PER- 49 DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORA T JENDERAL PERBENDAHARAAN PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERBENDAHARAAN NOMOR PER- 49 IPB/2008 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN UJI COBA PELIMPAHAN REKENING PENERIMAAN

Lebih terperinci

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 274/PMK.04/2014 TENTANG

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 274/PMK.04/2014 TENTANG MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 274/PMK.04/2014 TENTANG PENGEMBALIAN BEA MASUK, BEA KELUAR, SANKSI ADMINISTRASI BERUPA DENDA, DAN/ATAU BUNGA

Lebih terperinci

NOMOR 73 /PMK.05/2008 TENTANG

NOMOR 73 /PMK.05/2008 TENTANG SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 73 /PMK.05/2008 TENTANG TATA CARA PENATAUSAHAAN DAN PENYUSUNAN LAPORAN PERTANGGUNGJAWABAN BENDAHARA KEMENTERIAN NEGARA/LEMBAGA/KANTOR/SATUAN KERJA MENTERI KEUANGAN,

Lebih terperinci

2011, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 47, Tamba

2011, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 47, Tamba No.765, 2011 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN KEUANGAN. Kredit Investasi Pemerintah. Pengelolaan. PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 193/PMK.05/2011 TENTANG KREDIT INVESTASI

Lebih terperinci

PERATURAN ANGGOTA DEWAN GUBERNUR NOMOR 20/3/PADG/2018 TENTANG LAYANAN SUB-REGISTRY BANK INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN ANGGOTA DEWAN GUBERNUR NOMOR 20/3/PADG/2018 TENTANG LAYANAN SUB-REGISTRY BANK INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA 1 PERATURAN ANGGOTA DEWAN GUBERNUR NOMOR 20/3/PADG/2018 TENTANG LAYANAN SUB-REGISTRY BANK INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA ANGGOTA DEWAN GUBERNUR BANK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa guna pengelolaan

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.2055, 2015 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENKEU. Dana Perimbangan. Pemotongan. Penundaan. Tata Cara. PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 257/PMK.07/2015 TENTANG TATA CARA PENUNDAAN

Lebih terperinci

DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PERBENDAHARAAN

DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PERBENDAHARAAN DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PERBENDAHARAAN NOMOR PER-03/PB/2008 TENTANG TATA CARA PEMOTONGAN DAN PENYETORAN PERHITUNGAN FIHAK KETIGA PEGAWAI NEGERI SIPIL DAERAH Menimbang

Lebih terperinci

PERATURAN ANGGOTA DEWAN GUBERNUR NOMOR 19/20/PADG/2017 TENTANG REKENING GIRO DI BANK INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN ANGGOTA DEWAN GUBERNUR NOMOR 19/20/PADG/2017 TENTANG REKENING GIRO DI BANK INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN ANGGOTA DEWAN GUBERNUR NOMOR 19/20/PADG/2017 TENTANG REKENING GIRO DI BANK INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA ANGGOTA DEWAN GUBERNUR BANK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa untuk mendukung

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR, PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR 1 TAHUN 20165 TENTANG PENATAUSAHAAN PENERIMAAN NEGARA BUKAN PAJAK PADA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN PENGAWAS

Lebih terperinci

2017, No Pelaporan Keuangan Pemerintah Pusat, perlu mengatur kembali ketentuan mengenai tata cara pelaksanaan rekonsiliasi dalam penyusunan La

2017, No Pelaporan Keuangan Pemerintah Pusat, perlu mengatur kembali ketentuan mengenai tata cara pelaksanaan rekonsiliasi dalam penyusunan La BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1025, 2017 KEMENKEU. Penyusunan LK lingkup BUN. Pedoman Rekonsiliasi. Pencabutan. PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 104/PMK.05/2017 TENTANG PEDOMAN

Lebih terperinci

2011, No Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lem

2011, No Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lem No.201, 2011 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN KEUANGAN. Dana Tambahan Penghasilan. Guru PNS Daerah. Pedoman. PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 72 /PMK.07/2011 TENTANG PEDOMAN

Lebih terperinci

FORMAT BERITA ACARA BESARAN PEMBEBANAN

FORMAT BERITA ACARA BESARAN PEMBEBANAN 2012, No.229 16 LAMPIRAN I PERATURAN MENTERI KEUANGAN 30/PMK.08/2012 TENTANG TATA CARA PENGELOLAAN DANA CADANGAN PENJAMINAN DALAM RANGKA PELAKSANAAN ANGGARAN KEWAJIBAN FORMAT BERITA ACARA BESARAN PEMBEBANAN

Lebih terperinci

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERBENDAHARAAN NeMeR PER- 11 IPB/2008 TENTANG

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERBENDAHARAAN NeMeR PER- 11 IPB/2008 TENTANG PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERBENDAHARAAN NeMeR PER- 11 IPB/2008 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PENYALURAN DAN PENCAIRAN DANA PENINGKATAN PRODUKSI DAN PRODUKTIVITAS PADI, JAGUNG, DAN KEDELAI MELALUI PELAKSANAAN

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDOENSIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDOENSIA, PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 250/PMK.05/2010 TENTANG TATA CARA PENCAIRAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA ATAS BEBAN BAGIAN ANGGARAN BENDAHARA UMUM NEGARA PADA KANTOR PELAYANAN

Lebih terperinci

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PERBENDAHARAAN

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PERBENDAHARAAN KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PERBENDAHARAAN PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERBENDAHARAAN NOMOR PER- 67 /PB/2010 TENTANG TUNJANGAN BERAS DALAM BENTUK NATURA DAN UANG DIREKTUR

Lebih terperinci

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA OIREKTORA-:- JENOERAL PERBENOAHARAAN

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA OIREKTORA-:- JENOERAL PERBENOAHARAAN KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA OIREKTORA-:- JENOERAL PERBENOAHARAAN PERATURAN OIREKTUR JENOERAL PERBENOAHARAAN NOMOR PER- 63.1 /PB/2010 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PEMBAYARAN TUNJANGAN KINERJA

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.807, 2016 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENKEU. PNBP. Faskes Tingkat Pertama. Pengelolaan. Tata Cara. PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 88/PMK.02/2016 TENTANG TATA CARA PENGELOLAAN

Lebih terperinci

2017, No BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Menteri ini yang dimaksud dengan: 1. Bank adalah bank umum sebagaimana dimaksud dalam Un

2017, No BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Menteri ini yang dimaksud dengan: 1. Bank adalah bank umum sebagaimana dimaksud dalam Un No.1475, 2017 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENKEU. Beban APBN Sebelum Barang/Jasa Diterima. Pencabutan. PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 145/PMK.05/2017 TENTANG TATA CARA PEMBAYARAN

Lebih terperinci