KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORATJENDERALPERBENDAHARAAN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORATJENDERALPERBENDAHARAAN"

Transkripsi

1 KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORATJENDERALPERBENDAHARAAN PERA TURAN DIREKTUR JENDERAL PERBENDAHARAAN NOMOR PER- 59 /PB/2010 TENTANG TATA CARA PENERIMAAN, PEMBAGIAN, DAN PENYALURAN DANA BAGI HASIL PAJAK BUM I DAN BANGUNAN DIREKTUR JENDERAL PERBENDAHARAAN Menimbang a. bahwa tugas dan fungsi Direktorat Jenderal Perbendaharaan adalah merumuskan serta melaksanakan kebijakan dan standardisasi teknis di bidang perbendaharaan negara sesuai dengan kebijakan yang ditetapkan oleh Menteri Keuangan, dan berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku; b. bahwa sesuai dengan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 126/PMK.07/2010 tentang Pelaksanaan dan Pertanggungjawaban Anggaran Transfer ke Daerah, perlu ditetapkan peraturan pelaksanaannya; c. bahwa Dana Bagi Hasil Pajak Bumi dan Bangunan merupakan alokasi dana Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara untuk daerah berdasarkan angka persentase tertentu sesuai realisasi penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan guna mendanai kebutuhan daerah dalam rangka pelaksanaan desentralisasi; d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, b, dan c, perlu menetapkan Peraturan Direktur Jenderal Perbendaharaan tentang Tata Cara Penerimaan, Pembagian, dan Penyaluran Dana Bagi Hasil Pajak Bumi dan Bangunan; Mengingat 1. Peraturan Pemerintah Nomor 55 Tahun 2005 tentang Dana Perimbangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 137, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4575); 2. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 134/PMK.06/2005 tentang Pedoman Pembayaran Dalam Pelaksanaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara; 3. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 126/PM K.07/2010 tentang Pelaksanaan dan Pertanggungjawaban Anggaran Transfer ke Daerah; 4. Keputusan Menteri Keuangan Nomor 83/KMK.04/2000 tentang Pembagian dan Penggunaan Biaya Pemungutan Pajak Bumi dan Bangunan; 5. Peraturan Direktur Jenderal Perbendaharaan Nomor PER-66/PB/2005 tentang Pendapatan Mekanisme dan Belanja Pelaksanaan Negara; Pembayaran atas Beban Anggaran If

2 Memperhatikan Surat Direktur Dana Perimbangan Direktorat Jenderal Perimbangan Keuangan Nomor S-123/PK.2/2009 tanggal 14 Mei 2009 Hal Penyampaian Besaran Prosentase Biaya Pemungutan PBB (BP PBB) Bagian Provinsi, Kabupaten/Kota. MEMUTUSKAN: Menetapkan PERATURAN DIREKTUR 'JENDERAL PERBENDAHARAAN TENTANG TATA CARA PENERIMAAN, PEMBAGIAN, DAN PENYALURAN DANA BAGI HASIL PAJAK BUMI DAN BANGUNAN. BABI KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Direktur Jenderal Perbendaharaan ini yang dimaksud dengan: 1. Bank/Pos Persepsi Pajak Bumi dan Bangunan adalah Bank Umum yang ditunjuk oleh Menteri Keuangan selaku Bendahara Umum Negara (BUN) menjadi mitra Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara yang menerima penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan (tidak termasuk penerimaan negara yang berasal dari impor dan ekspor). 2. Bank Persepsi adalah bank umum yang ditunjuk oleh BUN/Kuasa BUN untuk menerima setoran penerimaan negara bukan dalam rangka ekspor dan impor, yang meliputi penerimaan pajak, cukai dalam negeri, dan penerimaan bukan pajak. 3. Dana Bagi Hasil yang selanjutnya disingkat DBH adalah dana yang bersumber dari pendapatan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara yang dialokasikan kepada daerah dalam rangka pelaksanaan desentralisasi. 4. Dana Bagi Hasil Pajak Bumi dan Bangunan Bagian Daerah yang selanjutnya disebut DBH PBB Bagian Daerah adalah Bagian PBB sebesar 16,2% untuk Provinsi dan Bagian PBB sebesar 64,8% untuk Kabupaten/Kota, termasuk Biaya Pemungutan PBB (BP PBB) Bagian Daerah; 5. Bendahara Umum Negara yang selanjutnya disebut BUN adalah pejabat yang diberi tugas untuk melaksanakan fungsi bendahara umum negara. 6. Rekening Kas Umum Negara adalah rekening tempat penyimpanan uang negara yang ditentukan oleh Menteri Keuangan selaku Bendahara Umum Negara untuk menampung seluruh penerimaan negara dan membayar seluruh pengeluaran negara pada Bank Sentral {

3 7. Subrekening Kas Umum Negara Kuasa Bendahara Umum Negara Pusat yang selanjutnya disebut SUBRKUN Kuasa BUN Pusat adalah rekening nomor di Bank Indonesia. 8. Subrekening Kas Umum Negara Kuasa Bendahara Umum Negara di Daerah yang selanjutnya disebut SUBRKUN Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara (KPPN) adalah rekening nomor x di Bank Indonesia. 9. Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran yang selanjutnya disebut DIPA atau dokumen lain yang dipersamakan dengan DIPA adalah dokumen pelaksanaan anggaran yang dibuat oleh Menteri/Pimpinan Lembaga atau Satuan Kerja (Satker) serta disahkan oleh Direktur Jenderal Perbendaharaan atau Kepala Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Perbendaharaan atas nama Menteri Keuangan dan berfungsi sebagai dasar untuk melakukan tindekan yang mengakibatkan pengeluaran negara dan pencairan dana atas beban APBN serta dokumen pendukung kegiatan akuntansi pemerintah. 10. Kuasa Bendahara Umum Negara di Daerah yang selanjutnya disebut Kuasa BUN di Daerah adalah Kepala KPPN. 11. Direktorat Pengelolaan Kas Negara adalah unit eselon II pada Direktorat Jenderal Perbendaharaan yang mempunyai tugas menyiapkan perumusan kebijakan perencanaan, pelaksanaan, pengendalian, verifikasi dan pemberian bimbingan teknis dibidang pengelolaan kas dan program pensiun serta pelaksanaan akuntansi atas transaksi keuangan melalui Direktorat Pengelolaan Kas Negara berdasarkan kebijakan teknis yang ditetapkan oleh Direktur Jenderal. 12. Direktorat Sistem Perbendaharaan adalah unit eselon II pada Direktorat Jenderal Perbendaharaan yang mempunyai tugas menyiapkan perumusan kebijakan, pengkajian, evaluasi, standardisasi, penyusunan, sosialisasi, pembinaan, bimbingan teknis peraturan dan proses bisnis, melakukan analisis, perancangan, pengembangan dan evaluasi sistem aplikasi komputer, melaksanakan pengelolaan basis data, distribusi data, dukungan teknologi informasi, dan pemberian bimbingan teknis, serta pembinaan profesi di bidang perbendaharaan. 13. Direktorat Akuntansi dan Pelaporan Keuangan adalah unit eselon II pada Direktorat Jenderal Perbendaharaan yang mempunyai tugas melaksanakan pengembangan sistem akuntansi Pemerintah Pusat, penyelenggaraan akuntansi pusat, pembinaan akuntansi kementerian/lembaga, penyusunan laporan keuangan Pemerintah Pusat, penyajian informasi perkembangan realisasi anggaran, posisi asset dan kewajiban Pemerintah, serta penyusunan statistik keuangan Pemerintah dan melaksanakan analisa laporan keuangan Pemerintah. 14. Direktorat Jenderal Perimbangan Keuangan adalah unit ese/on I Kementerian Keuangan yang mempunyai tugas merumuskan serta melaksanakan kebijakan dan standardisasi teknis di bidang perimbangan keuangan antara Pemerintah Pusat dan Daerah sesuai dengan kebijakan yang ditetapkan oleh Menteri Keuangan, dan berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku. 15. Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Perbendaharaan adalah instansi vertikal Direktorat Jenderal Perbendaharaan yang berada di bawah dan Perbendaharaan. bertanggung jawab - 3 -langsung kepada Direktur Jenderalt

4 16. Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara yang selanjutnya disingkat KPPN adalah instansi vertikal Direktorat Jenderal Perbendaharaan yang berada di bawah dan bertanggungjawab langsung kepada Kepala Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Perbendaharaan. 17. Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara Kantor Bank Indonesia Induk yang selanjutnya disebut KPPN KBI Induk adalah KPPN yang bermitra dan berlokasi satu kota dengan Kantor Bank Indonesia dan menerima pelimpahan penerimaan negara dari KPPN Non KBI. 18. Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara Non Kantor Bank Indonesia yang selanjutnya disebut KPPN Non KBI adalah KPPN yang tidak berlokasi satu kota dengan KBI. 19. Pengguna Anggaran/Kuasa Pengguna Anggaran yang selanjutnya disebut PAlKPA adalah Menteri Keuangan atau kuasanya yang bertanggung jawab atas pengelolaari anggaran transfer ke daerah. 20. Surat Kuasa KPA yang selanjutnya disebut SK-KPA adalah surat yang diterbitkan oleh Direktur Jenderal Perimbangan Keuangan selaku KPA untuk menunjuk Pejabat di KPPN sebagai Pejabat Pembuat Komitmen (PPK)/Penerbit SPP dan Pejabat PenerbitiPenanda tangan SPM serta menunjuk Pejabat di Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Perbendaharaan untuk melakukan perubahan atau revisi DIPA sesuai ketentuan. 21. Surat Permintaan Pembayaran yang selanjutnya disingkat SPP adalah suatu dokumen yang dibuat/diterbitkan oleh Seksi Bank Giro Pos selaku PPK/Penerbit SPP berdasarkan Surat Kuasa penunjukan oleh Direktur Jenderal Perimbangan Keuangan selaku Kuasa Pengguna Anggaran. 22. Surat Perintah Membayar yang selanjutnya disingkat SPM adalah dokumen yang diterbitkan oleh PAlKPA atau pejabat lain yang ditunjuk untuk mencairkan dana yang bersumber dari DIPA atau dokumen lain yang dipersamakan. 23. Surat Perintah Pencairan Dana yang selanjutnya disebut SP2D adalah surat perintah yang diterbitkan oleh KPPN selaku Kuasa BUN di daerah untuk pelaksanaan pengeluaran atas beban Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara berdasarkan SPM. 24. Laporan Harian Penerimaan yang selanjutnya disingkat LHP adalah laporan harian penerimaan negara yang dibuat oleh Bank/Pos Persepsi PBB setiap hari kerja yang berisi Rekapitulasi Penerimaan, Rekapitulasi Nota Kredit dan Nota Debet Pelimpahan/Completion Advice, Daftar Nominatif Penerimaan dan Bukti Penerimaan Negara (BPN) beserta Arsip Data Komputer. 25. Arsip Data Komputer yang selanjutnya disingkat ADK adalah arsip data berupa disket atau media penyimpanan digital lainnya yang berisikan data transaksi, data buku besar, dan/atau data lainnya. 26. Surat Ketetapan Pembagian Dana Bagi Hasil Pajak Bumi dan Bangunan selanjutnya disebut SKP DBH PBB adalah SKP DBH PBB yang dibuat melalui sarana aplikasi untuk alokasi per Kabupaten/Kota dan dirinci untuk Bagian Pemerintah Pusat, Bagian Provinsi, dan Bagian Kabupaten/Kota termasuk Biaya Pemungutan PBB. -4 -

5 27. Sank Operasional I yang selanjutnya disebut SO I adalah Sank Operasional mitra kerja KPPN selaku Kuasa BUN di daerah yang bertugas menyalurkan dana belanja non gaji bulanan (termasuk kekurangan gaji dan gaji susulan), uang persediaan, dan Dana Perhitungan Fihak Ketiga (PFK), serta penyaluran dana gaji bulanan melalui BO II/Kantor Pos. 28. Bank Operasionalill PBB Kabupaten/Kota yang selanjutnya disebut BO III PBB Kabupaten/Kota adalah bank operasional mitra kerja KPPN selaku Kuasa BUN di daerah yang bertugas menyalurkan dan/atau memindahbukukan DBH PBS per Kabupaten/Kota berdasarkan SP2D dan Surat Perintah Transfer. 29. Surat Permohonan Transfer adalah surat permohonan transfer yang diterbitkan Subbagian Umum KPPN kepada Seksi Pencairan Dana dalam rangka transfer DBH PBB Bagian Pemerintah Pusat dan BP PBB Bagian Direktorat Jenderal Pajak. 30. Surat Perintah Transfer yang selanjutnya disingkat SPT adalah surat perintah yang diterbitkan oleh KPPN selaku Kuasa BUN di daerah dalam rangka memindahbukukan Dana Bagi HasH Pajak Bumi dan Bangunan Bagian Pemerintah Pusat termasuk Biaya Pemungutan Pajak Bumi dan Bangunan Bagian Direktorat Jenderal Pajak dari rekening BO III PBB ke SUBRKUN KPPN KB!. 31. Hari Kerja adalah hari sebagaimana terse but pada penanggalan yang secara resmi dinyatakan sebagai bukan hari libur/yang diliburkan oleh Pemerintah. BAB II RUANG LlNGKUP Pasal2 Tata cara penerimaan, pembagian, dan penyaluran DBH PBB termasuk SP PBB yang diatur dalam Peraturan Direktur Jenderal Perbendaharaan ini, meliputi: a. Persentase pembagian DBH PSB antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah. b. Persentase SP PBB antara Direktorat Jenderal Pajak dan Pemerintah Daerah. c. Persentase BP PBB antara Pemerintah Daerah Provinsi dan Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota. d. Mekanisme Penerimaan dan Pelimpahan PBB melalui Rekening Penerimaan PBB pada Bank/Pos Persepsi PBB. e. Mekanisme Pembagian DBH PBS termasuk BP PBB di KPPN. f. Mekanisme Penyaluran DBH PBB termasuk BP PBB atas beban BO III PBB Kabupaten/Kota. g. Mekanisme Penyaluran DBH PBB termasuk BP PBB sektor Pertambangan Migas dan Panas Bumi Kabupaten/Kota atas beban BO I mitra kerja KPPN Jakarta II. h. Perubahan/revisi DIPA DBH PBB Bagian Daerah dan BP PBB Bagian Daerah di Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Perbendaharaan

6 I. Rekonsiliasi dan pelaporan data realisasi penerimaan dan penyaluran DBH PBB termasuk BP PBB. BAB III PRINSIP DASAR Pasal 3 (1) Rekening Penerimaan sebagaimana dimaksud calam Pasal 2 huruf d yang digunakan dalam pelaksanaan penerimaan PBB adalah rekening Kuasa BUN pad a Bank/Pos Persepsi PBB dan dioperasikan sebagai rekening penerimaan PBB. (2) Seluruh penerimaan PBB di Bank/Pos Persepsi PBB wajib dilimpahkan ke BO III PBB setiap hari Jumat atau hari kerja berikutnya apabila hari Jumat adalah hari libur/yang diliburkan. (3) Penerimaan PBB yang wajib dilimpahkan ke BO III PBB sebagaimana dimaksud pada ayat (2) adalah seluruh penerimaan PBB yang diterima hari Kamis minggu sebelumnya setelah pukul waktu setempat sampai dengan hari Kamis minggu berkenaan pukul waktu setempat. (4) Atas penerimaan pelimpahan PBB sebagaimana dimaksud pada ayat (3), BO III PBB Kabupaten/Kota mentransfer/memindahbukukan DBH PBB termasuk BP PBB berdasarkan SP2D dan SPT yang disampaikan KPPN mitra kerja BO III PBB Kabupaten/Kota, setiap hari Jumat atau hari kerja berikutnya apabila hari Jumat adalah hari libur/yang diliburkan. (5) Bank/Pos Persepsi PBB dilarang mengenakan biaya kepada wajib pajak dalam memberikan layanan penerimaan setoran penerimaan negara selaku Bank/Pos Persepsi PBB. (6) Penyaluran DBH PBB Bagian Daerah termasuk BP PBB Bagian Daerah dan DBH PBB Bagian Pemerintah Pusat serta BP PBB Bagian Direktorat Jenderal Pajak dilaksanakan oleh Kuasa BUN melalui penerbitan SP2D dan SPT oleh KPPN atas beban BO III PBB masing-masing Kabupaten/Kota berdasarkan SPM dan surat permohonan transfer yang disampaikan Subbagian Umum KPPN. (7) Penyaluran DBH PBB sektor Pertambangan Migas dan Panas Bumi Bagian Daerah serta BP PBB sektor Pertambangan Migas dan Panas Bum; Bagian Oaerah difaksanakan o(eh Kuasa BUN me(a(ui penerbitan SP2D oleh KPPN Jakarta II atas beban BO I Mitra kerja KPPN Jakarta II berdasarkan SPM yang disampaikan Direktorat Jenderal Perimbangan Keuangan. -6 -

7 BABIV PERSENTASE PEMBAGIAN OBH PBB TERMASUK BP PBB Pasal 4 (1) Penerimaan PBB dibagi dengan imbangan sebagai berikut: a. 10% (sepuluh per seratus) untuk Pemerintah Pusat; b. 90% (sembilan puluh per seratus) untuk Oaerah. (2) Bagian 90% untuk Oaerah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b dibagi dengan rincian sebagai berikut: a. 16,2% (enam belas koma dua per seratus) untuk Oaerah Provinsi yang bersangkutan; b. 64,8% (enam puluh em pat koma delapan,:..er seratus) untuk Oaerah Kabupaten/Kota yang bersangkutan; c. 9% (sembilan per seratus) untuk Biaya Pemungutan. (3) Khusus untuk OKI Jakarta, bagian 90% untuk daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b diatur sebagai berikut: a. 81% (delapan puluh satu per seratus) untuk Oaerah Provinsi; b. 9% (sembi Ian per seratus) untuk Biaya Pemungutan. Pasal5 (1) Peruntukan BP PBB sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (2) huruf c dan ayat (3) huruf b, adalah: a. Untuk Oirektorat Jenderal Pajak; b. Untuk Oaerah. (2) Peruntukan BP PBB untuk Oaerah sebagaimana dimaksud pad a ayat (1) huruf b adalah: a. untuk Oaerah Provinsi; b. untuk Oaerah Kabupaten/Kota. (3) Imbangan pembagian BP PBB antara Oirektorat Jenderal Pajak dan Oaerah didasarkan pada besar kecilnya peranan masing-masing dalam melakukan kegiatan operasional pemungutan PBB. (4) Pembagian BP PBB didasarkan pada 5 (lima) sektor objek pajak, yaitu: a. Sektor Pedesaan; b. Sektor Perkotaan; c. Sektor Perkebunan; d. Sektor Perhutanan; dan e. Sektor Pertambangan. (5) Persentase Pembagian BP PBB sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (2) huruf c dan ayat (3) huruf b antara Oirektorat Jenderal Pajak dan Oaerah per objek sektor penerimaan adalah: a. Objek pajak sektor Pedesaan, 10% (sepuluh per seratus) Bagian Oirektorat Bagian Daerah; Jenderal Pajak dan 90% (sembilan puluh per seratus), I - 7 -

8 b. Objek pajak sektor Perkotaan, 20% (dua puluh per seratus) Bagian Direktorat Jenderal Pajak dan 80% (delapan puluh per seratus) Bagian Daerah; c. Objek pajak sektor Perkebunan, 60% (enam puluh per seratus) bagian Direktorat Jenderal Pajak dan 40% (empat puluh per seratus) Bagian Daerah; d. Objek pajak sektor Perhutanan, 65% (enam puluh lima per seratus) bagian Direktorat Jenderal Pajak dan 35% (tiga puluh lima per seratus) Bagian Daerah; dan e. Objek pajak sektor Pertambangan, 70% (tujuh puluh per seratus) bagian Direktorat Jenderal Pajak dan 30% (tiga puluh per seratus) Bagian Daerah. (6) Persentase pembagian BP PBB Bagian Daerah sebagaimana dimaksud pad a ayat (5) dibagi antara Daerah Provinsi dan Daerah Kabupaten/Kota per objek sektor penerimaan berdasarkan daftar persentase pembagian yang disampaikan oleh Direktur Jenderal Perimbangan Keuangan sebagaimana ditetapkan dalam Lampiran I Peraturan Direktur Jenderal Perbendaharaan ini. Pasal6 (1) Persentase pembagian DBH PBB Sektor Pedesaan, Sektor Perkotaan, Sektor Perkebunan, Sektor Perhutanan dan Sektor Pertambangan, langsung ditransfer/pemindahbukuan kepada yang berhak, sebagai berikut: a. 10% (sepuluh per seratus) dari saldo penerimaan PBB kepada Rekening SUBRKUN KPPN KBI pada Bank Indonesia sebagai penerimaan untuk Pemerintah Pusat; b. 16,2% (enam be/as koma dua per seratus) dari saldo penerimaan PBB kepada Rekening Kas Daerah Provinsi; c. 64,8% (enam puluh empat koma delapan per seratus) dari saldo penerimaan PBB kepada Rekening Kas Daerah Kabupaten/Kota; d. 9% (sembilan per seratus) dari saldo penerimaan PBB untuk Biaya Pemungutan PBB ke rekening: 1) SUBRKUN KPPN KBI, untuk Direktorat Jenderal Pajak sebesar: a) 10% (sepuluh per seratus) untuk Objek pajak sektor Pedesaan; b) 20% (dua puluh per seratus) untuk Objek pajak sektor Perkotaan; c) 60% (enam puluh per seratus) untuk objek pajak sektor Perkebunan; d) 65% (enam puluh lima per seratus) untuk objek pajak sektor Perhutanan; dan e) 70% (tujuh puluh per seratus) untuk objek pajak sektor Pertambangan. 2) Kas Daerah Provinsi dan Kas Daerah Kabupaten/Kota untuk Bagian Daerah sebesar: a) 90% (sembilan puluh per seratus) untuk objek pajak sektor Pedesaan; - 8 -

9 b) 80% (delapan puluh per seratus) untuk objek pajak sektor Perkotaan; c) 40% (empat puluh per seratus) untuk objek pajak sektor Perkebunan; d) 35% (tiga puluh lima perseratus) untuk objek pajak sektor Perhutanan; dan e) 30% (tiga puluh per seratus) untuk objek pajak sektor Pertambangan. dengan persentase pembagian BP PBB Bagian Oaerah dibagi antara Oaerah Provinsi dan Oaerah Kabupaten/Kota per objek sektor penerimaan berdasarkan daftar persentase pembagian yang disampaikan oleh Oirektur Jenderal Perimbangan Keuangan. (2) Khusus untuk OKI Jakarta, Pembagian OBH PBB ditransfer/ dipindahbukukan kepada yang berhak, sebagai berikut: a. 10% (sepuluh per seratus) dari saldo penerimaan PBB kepada Rekening SUBRKUN KPPN KBI pada Bank Indonesia sebagai penerimaan untuk Pemerintah Pusat; b. 81% (delapan puluh satu per seratus) dari saldo penerimaan PBB kepada Rekening Kas Oaerah Provinsi; c. 9% (sembilan per seratus) dari saldo penerimaan PBB untuk BP PBB ke rekening: 1) SUBRKUN KPPN KBI, untuk Oirektorat Jenderal Pajak sebesar: a) 10% (sepuluh per seratus) untuk Objek pajak sektor Pedesaan; b) 20% (dua puluh per seratus) untuk Objek pajak sektor Perkotaan; c) 60% (enam puluh per seratus) untuk objek pajak sektor Perkebunan; d) 65% (enam puluh lima per seratus) untuk objek pajak sektor Perhutanan; dan e) 70% (tujuh puluh per seratus) untuk objek pajak sektor Pertambangan. 2) Kas Oaerah Provinsi sebesar: a) 90% (sembilan puluh per seratus) untuk objek pajak sektor Pedesaan; b) 80% (delapan puluh per seratus) untuk objek pajak sektor Perkotaan; c) 40% (empat puluh per seratus) untuk objek pajak sektor Perkebunan; d) 35% (tiga puluh lima perseratus) untuk objek pajak sektor Perhutanan; dan e) 30% (tiga puluh per seratus) untuk objek pajak sektor Pertambangan. dengan persentase pembagian BP PBB Bagian Oaerah Provinsi OKI Jakarta per objek sektor penerimaan berdasarkan daftar persentase l pembagian Keuangan. yang disampaikan oleh Direktur Jenderal Perimbangan t - 9 -

10 BAB V KEWAJIBAN PARA STAKEHOLDER Pasal? Direktorat Jenderal Pajak berkewajiban: a. Pad a setiap triwulan menyampaikan permintaan transfer PBB Sektor Pertambangan Minyak Bumi dan Gas Bumi (Migas) dan Panas Bumi per Kabupaten/Kota kepada Direktur Jenderal Anggaran. b. Pad a setiap triwulan menyediakan data dan melaksanakan rekonsiliasi data realisasi penyaluran DBH PBB Bagian Daerah termasuk BP PBB Bagian Daerah bersama Direktorat Jenderal Perbendaharaan c.q. Direktorat Akuntansi dan Pelaporan Keuangan dan Direktorat Jenderal Perimbangan Keuangan. Pasal8 Direktorat Jenderal Anggaran berkewajiban mengajukan permintaan penyelesaian pembayaran PBB Sektor Pertambangan Migas dan Panas Bumi kepada Direktorat Jenderal Perbendaharaan c.q. Direktorat Pengelolaan Kas Negara dan tembusan disampaikan kepada Direktorat Jenderal Perimbangan Keuangan c.q. Direktorat Dana Perimbangan berdasarkan permintaan transfer sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7. Pasal9 Direktorat Jenderal Perimbangan Keuangan berkewajiban: (1) Pada setiap awal tahun anggaran, menunjuk Kepala Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Perbendaharaan dengan Surat Kuasa untuk melakukan perubahan atau revisi DIPA DBH PBB Bagian Daerah dan BP PBB Sagian Daerah. (2) Pad a setiap awal tahun anggaran, menunjuk Pejabat di KPPN dengan Surat Kuasa, yaitu: a. Kepala Seksi Bank/Giro Pos sebagai Verifikator, menerbitkan/ menandatangani SPP, menerbitkan dan menandatangani SKP DBH PBS dan menerbitkan konsep Surat Permohonan Transfer DBH PBB Bagian Pemerintah Pusat dan BP PSB Bagian Direktorat Jenderal Pajak. b. Kepala Subbagian Umum sebagai Pejabat yang berwenang sebagai verifikator/penguji SPP dan SKP, menerbitkan dan menandatangani SPM DBH PBB Bagian Daerah dan BP PBB Bagian Daerah dan penandatangan Surat Permohonan Transfer DBH PBB Bagian Pemerintah Pusat dan BP PSB Bagian Direktorat Jenderal Pajak. (3) Sersama Direktorat Sistem Perbendaharaan Direktorat Jenderal Perbendaharaan, membangun jaringan komunikasi data antara Direktorat Jenderal Perimbangan Keuangan dengan Direktorat Sistem Perbendaharaan. (4) M;gas Menerb;lkan dan Panas SKPBurnt DBH PBB lermasuk BP PBB Seklor Pertambangan It - 10-

11 (5) Menerbitkan dan menyampaikan SPM DBH PBB Sektor Pertambangan Migas dan Panas Bumi termasuk BP PBB sektor Pertambangan Migas dan Panas Bumi Bagian Daerah kepada KPPN Jakarta II. (6) Menyampaikan daftar dan data Nomor Rekening Kas Umum Daerah ProvinsilKabupaten/Kota kepada Kepala KPPN seluruh Indonesia. (7) Menyampaikan rekapitulasi penyaluran DBH PBB Sektor Pertambangan Migas dan Panas Bumi per Provinsi dan Kabupaten/Kota kepada Direktorat Jenderal Pajak. (8) Menyelenggarakan Penatausahaan, Akuntansi dan Pelaporan Keuangan atas pelaksanaan penyaluran DBH PBB termasuk BP PBB. Pasal10 Direktorat Pelaksanaan Anggaran Direktorat Jenderal Perbendaharaan berkewajiban menyampaikan DIPA DBH PBB Bagian Daerah per provinsi dengan rincian Kabupaten/Kota kepada Kepala Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Perbendaharaan dan KPPN seluruh Indonesia. Pasal 11 Direktorat Pengelolaan Kas Negara berkewajiban: a. Dalam hal diperlukan, ketentuan lebih lanjut terkait pelaksanaan Peraturan Direktur Jenderal Perbendaharaan ini dapat diatur melalui surat atau Surat Edaran Direktur Jenderal Perbendaharaan. b. Menerbitkan surat permintaan pemindahbukuan kepada Bank Indonesia untuk mentransfer pembayaran PBB Sektor Pertambangan Migas dan Panas Bumi dari Rekening pada Bank Indonesia ke Rekening Bank Persepsi mitra kerja KPPN Jakarta II. Pasal 12 Direktorat Sistem Perbendaharaan berkewajiban: a. Menyiapkan sarana aplikasi yang mendukung kelancaran Penyaluran dan pelaporan DBH PBB termasuk BP PBB, yaitu: 1) Sarana aplikasi di KPPN: a) Aplikasi untuk membuat SKP DBH PBB termasuk BP PBB per Kabupaten/Kota. b) Aplikasi penerbitan SPP untuk DBH PBB termasuk BP PBB Bagian Daerah. c) Aplikasi penerbitan SPM untuk DBH PBB termasuk BP PBB Bagian Daerah. d) Aplikasi penerbitan SP2D untuk DBH PBB termasuk BP PBB Bagian Daerah. e) Aplikasi penerbitan Surat Permohonan Transfer. f) Aplikasi penerbitan SPT. g) Aplikasi realisasi penyaluran DBH PBB termasuk BP PBB Bagian Daerah. -II -

12 2) Sarana aplikasi di Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Perbendaharaan: a) Aplikasi DIPAIRevisi DIPA untuk DBH PBB dan BP PBB Bagian Daerah. b) Aplikasi Pelaporan rekapitulasi DBH PBB termasuk BP PBB dari KPPN lingkup Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Perbendaharaan. c) Aplikasi pelaporan realisasi Pagu DIPA DBH PBB termasuk BP PBB Bagian Daerah. 3) Sarana aplikasi di Direktorat Pengelolaan Kas Negara: Aplikasi Pelaporan rekapitulasi DBH PBB termasuk BP PBB dari Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Perbendaharaan seluruh Indonesia. 4) Sarana aplikasi di Direktorat Pelaksanaan Anggaran: Aplikasi DIPAIRevisi DIPA untuk DBH PBB termasuk BP PBB Bagian Daerah. b. Melakukan update aplikasi sesuai kebutuhan KPPN, Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Perbendaharaan, dan Direktorat Pengelolaan Kas Negara dalam rangka kelancaran penyaluran dan ketertiban pelaporan DBH PBB dan BP PBB. Pasal13 Direktorat Akuntansi dan Pelaporan Keuangan berkewajiban: a. Menyediakan data dan melaksanakan rekonsiliasi data penyaluran DBH PBB termasuk BP PBB bersama Direktorat Jenderal Pajak dan Direktorat Jenderal Perimbangan Keuangan setiap triwulan. b. Menerbitkan akun baru yang terkait penerimaan dan penyaluran DBH PBB termasuk BP PBB berdasarkan permintaan pihak-pihak terkait. Pasal 14 Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Perbendaharaan berkewajiban: a. Melakukan perubahan atau revisi DIPA DBH PBB Bagian Daerah dan BP PBB Bagian Daerah berdasarkan surat kuasa dari Direktorat Jenderal Perimbangan Keuangan. b. Menyampaikan laporan realisasi pagu DIPA DBH PBB Bagian Daerah dan BP PBB Bagian Daerah secara triwulanan kepada Direktorat Jenderal Perimbangan Keuangan. KPPN berkewajiban: Pasal15 a. Menatausahakan penerimaan PBB sesuai ketentuan. b. Menerbitkan SKP, SPP, dan SPM. c. Menerbitkan SP2D DBH PBB termasuk BP PBB Bagian Daerah atas beban BO III PBB Kabupaten/Kota {

13 d. Menerbitkan SP2D DBH PBB Migas dan Panas Bumi termasuk BP PBB atas beban BO I Mitra kerja KPPN Jakarta II berdasarkan SPM yang disampaikan Direktarat Jenderal Perimbangan Keuangan. e. Menerbitkan SPT untuk DBH PBB Bagian Pemerintah Pusat dan DBH BP PBB Bagian Direktarat Jenderal Pajak. f. Menyampaikan copy SPM dan SP2D beserta rekapitulasinya kepada Direktarat Jenderal Perimbangan Keuangan. Pasal16 Bank/Pas Persepsi PBB berkewajiban: 1. Menyampaikan laparan atas penerimaan setaran PBB dalam bentuk LHP kepada KPPN mitra kerja setiap hari kerja dengan ketentuan sebagai berikut: a. LHP berisi penerimaan PBB yang diterima setelah pukul waktu setempat pada hari kerja sebelumnya sampai dengan penerimaan pukul waktu setempat hari kerja yang bersangkutan; b. LHP disampaikan ke KPPN paling lambat pada pukul waktu setempat hari kerja berikutnya. 2. Melimpahkan salda rekening Bank/Pas Persepsi PBB ke BO III PBB paling lambat pukul waktu setempat setiap hari Jumat atau hari kerja berikutnya apabila hari Jumat adalah hari libur/yang diliburkan untuk penerimaan PBB yang diterima Bank/Pas Persepsi PBB hari Kamis minggu sebelumnya setelah pukul waktu setempat sampai dengan hari Kamis minggu berkenaan pukul waktu setempat. Pasal17 BO III PBB berkewajiban: a. Menerima pelimpahan Penerimaan PBB Sektar Pedesaan, Sektar Perkataan, Sektar Perkebunan, Sektar Perhutanan, dan Sektar Pertambangan setiap hari Jumat atau hari kerja berikutnya apabila hari Jumat adalah hari libur/yang diliburkan dari Bank/Pas Persepsi PBB. b. Menyampaikan Nata Kredit Penerimaan PBB dan Rekening Karan BO III PBB kepada KPPN mitra kerja. c. Menerima SP2D dan SPT dari KPPN mitra kerja. d. Mentransfer DBH PBB dan BP PBB dari BO III PBB ke rekening Kas Daerah Provinsi dan rekening Kas Daerah Kabupaten/Kata berdasarkan SP2D yang disampaikan KPPN mitra kerja. e. Memindahbukukan DBH PBB Bagian Pemeritah Pusat dan BP PBB l Bagian Direktarat Jenderal Pajak dari BO III PBB ke SUBRKUN KPPN KBI berdasarkan SPT yang disampaikan KPPN mitra kerja

14 BABVI MEKANISME PENERIMAAN DAN PELIMPAHAN PBB Pasal 18 (1) Bank/Pos Persepsi PBB wajib menerima setiap setoran penerimaan PBB dari Wajib Pajak baik nasabah maupun bukan nasabah pada setiap hari kerja tanpa melihat nilai nominal pembayaran. (2) Bank/Pos Persepsi PBB wajib menatausahakan penerimaan PBB yang diterima sebagaimana dimaksud pada ayat (1) sesuai ketentuan. Pasal 19 (1) Bank/Pos Persepsi PBB wajib melimpahkan seluruh penerimaan PBB pada rekening penerimaan PBB setiap hari Jumat atau hari kerja berikutnya apabila hari Jumat adalah hari libur/yang diliburkan paling lambat pukul waktu setempat. (2) Penerimaan PBB sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi penerimaan PBB yang diterima hari Kamis minggu sebelumnya setelah puku waktu setempat sampai dengan hari Kamis minggu berkenaan pukul waktu setempat. (3) Pelimpahan penerimaan PBB sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) dilakukan langsung ke BO III PBB Kabupaten/Kota mitra kerja KPPN. Pasal20 Mekanisme Penerimaan PBB Sektor Pedesaan dan Sektor Perkotaan pada Bank/Pos Persepsi PBB: a. Bank Umum selaku bank Tempat Pembayaran (TP) menerima setoran PBB Sektor Pedesaan dan Sektor Perkotaan dari Wajib Pajak yang telah ditetapkan oleh Direktorat Jenderal Pajak sesuai ketentuan. b. Bank Umum selaku bank Tempat Pembayaran (TP) setiap hari Jumat atau hari kerja berikutnya apabila hari Jumat adalah hari libur/yang diliburkan melimpahkan penerimaan PBB Sektor Pedesaan dan Sektor Perkotaan ke Bank/Pos Persepsi PBB sesuai ketentuan. c. Bank/Pos Persepsi PBB memberikan NTPN dan NTB/NTP atas penerimaan PBB Sektor Pedesaan dan Sektor Perkotaan sesuai ketentuan. d. Penerimaan PBB Sektor Pedesaan dan Sektor Perkotaan diakui pada sa at masuk ke kas negara dan mendapatkan NTPN dan NTB/NTP. e. Atas penerimaan pelimpahan sebagaimana dimaksud pada huruf b, Bank/Pos Persepsi PBB wajib melimpahkan penerimaan PBB ke dan harus telah diterima di BO III PBB paling lambat pukul waktu setempat setiap hari Jumat atau hari kerja berikutnya apabila hari Jumat adalah hari libur/yang diliburkan. f. Pelimpahan penerimaan PBB sebagaimana dimaksud pada huruf e adalah seluruh penerimaan PBB sebagaimana dimaksud dalam Pasal 19 ayat (2). - ]4 -

15 Pasal21 Mekanisme penerimaan PBB Sektor Perhutanan, Sektor Perkebunan, dan Sektor Pertambangan selain Pertambangan Migas dan Panas Bumi pada Bank/Pos Persepsi PBB: a. Bank/Pas Persepsi PBB menerima setman penerimaan PBB Sektor Perhutanan, Sektor Perkebunan dan Sektor Pertambangan selain Pertambangan Migas dan Panas Bumi dari Wajib Pajak. b. Bank/Pas Persepsi PBB memberikan NTPN dan NTB/NTP atas penerimaan PBB sebagaimana dimaksud pada huruf a. c. Penerimaan PBB sebagaimana dimaksud pada huruf a diakui pada saat masuk ke kas negara dan telah mendapatkan NTPN dan NTB/NTP. d. Bank/Pas Persepsi PBB wajib melimpahkan penerimaan PBB ke dan harus telah diterima di BO III PBB paling lambat pukul waktu setempat setiap hari Jumat atau hari kerja berikutnya apabila hari Jumat adalah hari libur/yang diliburkan. e. Pelimpahan PBB sebagaimana dimaksud pada huruf d adalah seluruh penerimaan PBB sebagaimana dimaksud dalam Pasal 19 ayat (2). Pasal22 Mekanisme penerimaan PBB Sektor Pertambangan Migas dan Panas Bumi: a. Penerimaan setoran PBB sektor Pertambangan Migas dan Panas Bumi di Rekening Pemerintah Lainnya di Bank Indonesia. b. Bank Indonesia memindahbukukan Penerimaan PBB sektor Pertambangan Migas dan Panas Bumi dari Rekening Pemerintah Lainnya di Bank Indonesia ke Rekening Bank Persepsi mitra kerja KPPN Jakarta II berdasarkan Permintaan pemindahbukuan dari Direktur Jenderal Perbendaharaan/Direktur Pengelolaan Kas Negara. c. Bank Persepsi mitra kerja KPPN Jakarta II memberikan NTPN dan NTB atas penerimaan PBB Sektor Pertambangan Migas dan Panas Bumi. d. setelah menerima pemindahbukuan sebagaimana dimaksud pada huruf b, pada akhir hari kerja, Bank Persepsi mitra kerja KPPN Jakarta II wajib melimpahkan penerimaan PBB sektor Pertambangan Migas dan Panas Bumi ke dan harus telah diterima di rekening SUBRKUN KPPN Jakarta II di Bank Indonesia paling lambat pukuf waktu setempat. e. Rekening SUBRKUN KPPN Jakarta II di Bank Indonesia pada saat yang sama menerima pemindahbukuan sebagaimana dimaksud pada huruf d, melimpahkan penerimaan PBB sektor Pertambangan Migas dan Panas Bumi ke SUBRKUN Kuasa BUN Pusat Nomor di Bank Indonesia sesuai keten!uan. t

16 f. SUBRKUN Kuasa BUN Pusat Nomor di Bank Indonesia pada saat yang sama menerima pemindahbukuan sebagaimana dimaksud pada huruf e, melimpahkan penerimaan PBB ke Rekening Kas Umum Negara Nomor sesuai ketentuan. Pasal 23 (1) Bank/Pos Persepsi PBB yang menerima penerimaan PBB wajib menyampaikan LHP kepada KPPN mitra kerjanya paling lambat pukul waktu setempat hari kerja berikutnya. (2) LHP berisi penerimaan PBB yang diterima setelah pukul waktu setempat pada hari kerja sebelumnya sampai dengan pukul hari kerja yang bersangkutan. (3) Bank/Pos Persepsi PBB wajib menyampaikan Nota Debet, Nota Transfer Pelimpahan, dan Rekening Koran atas pelimpahan penerimaan PBB ke BO III PBB kepada KPPN dan tembusan disampaikan kepada KPP Pratama setempat. Pasal 24 Penerimaan PBB dibukukan dengan kode: 1. Akun untuk penerimaan PBB Sektor Pedesaan. 2. Akun untuk penerimaan PBB Sektor Perkotaan. 3. Akun untuk penerimaan PBB Sektor Perkebunan. 4. Akun untuk penerimaan PBB Sektor Perhutanan. 5. Akun untuk penerimaan PBB sektor Pertambangan selain PBB Pertambangan Migas dan Panas Bumi. 6. Akun untuk penerimaan PBB.sektor Pertambangan Migas dan Panas Bumi. BAB VII MEKANISME PELAKSANAAN PEMBAGIAN DBH PBB 01 KPPN Pasal25 (1) Berdasarkan Surat Kuasa Direktur Jenderal Perimbangan Keuangan, Kepala Seksi Bank/Giro Pos berkewajiban: a. Menerbitkan SKP DBH PBB dan DBH BP PBB yang memuat alokasi per Kabupaten/Kota berdasarkan data penerimaan PBB yang diterima KPPN melalui LHP Bank/Pos Persepsi PBB, dengan format sebagaimana tercantum pada Lampiran II Peraturan Direktur Jenderal Perbendaharaan ini, dengan prosedur sebagai berikut: 1) Menerbitkan SKP DBH PBB sebagai dasar pembagian DBH PBB termasuk BP PBB per Kabupaten/Kota melalui aplikasi. 2) SKP DBH PBB dan BP PBB sebagaimana dimaksud pada angka 1) dibuat dengan persentase pembagian PBB Pasal 6. sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 ayat (5) dan ayat (6) dan (.

17 3) Meneliti dan menganalisa kesesuaian SKP DBH PBB termasuk BP PBB dengan Nota Debet pelimpahan dari Bank/Pos Persepsi PBB dan Nota Kredit penerimaan pelimpahan BO III PBB. 4) Apabila telah sesuai, Kepala Seksi Bank/Giro Pos menerbitkan dan menandatangani SKP DBH PBB termasuk BP PBB sebanyak 2 (dua) rangkap, dengan peruntukan: (a) Sebagai lampiran SPP DBH PBB termasuk BP PBB; dan (b) Pertinggal. b. Menerbitkan dan menandatangani SPP DBH PBB Bagian Daerah termasuk BP PBB Bagian Daerah berdasarkan SKP DBH PBB termasuk BP PBB. c. Menerbitkan dan memaraf konsep Surat Permohanan Transfer DBH PBB Bagian Pemerintah Pusat dan BP PBB Bagian Direktorat Jenderal Pajak dengan format sebagaimana tercantum pada Lampiran III Peraturan Direktur Jenderal Perbendaharaan ini. d. Menyampaikan SPP dan konsep Surat Permohonan Transfer kepada Kepala Subbagian Umum selaku Pejabat PenerbitlPenandatangan SPM DBH PBB paling lambat 2 (dua) hari kerja sebelum hari Jumat atau hari kerja berikutnya apabila hari Jumat adalah hari libur/yang diliburkan, dengan dilampiri: 1) SKP DBH PBB termasuk BP PBB; 2) Nota Debet pelimpahan Bank/Pos Persepsi PBB; dan 3) Nota Kredit penerimaan BO III PBB. e. Penerbitan SPP dan konsep Surat Permohonan Transfer sebagaimana dimaksud pada huruf b dan huruf c, diterbitkan untuk 1 (satu) kabupaten/kota, dengan rincian kepada penerima yang berhak sesuai ketentuan. (2) Berdasarkan Surat Kuasa Direktur Jenderal Perimbangan Keuangan, Kepala Subbagian Umum berkewajiban: a. Meneliti dan melakukan verifikasi/pengujian SPP DBH PBB Bagian Daerah termasuk BP PBB Bagian Daerah dengan mencocokkan persentase pembagian, jumlah uang, rekening tujuan SPP dengan SKP DBH PBB termasuk BP PBB, Nota Debet pelimpahan Bank/Pos Persepsi PBB dan Nota Kredit penerimaan BO III PBB. b. Meneliti dan melakukan verifikasi/pengujian konsep Surat Permohonan Transfer DBH PBB Bagian Pemerintah Pusat dan BP PBB Bagian Direktorat Jenderal Pajak dengan mencocokkan persentase pembagian, jumlah uang, rekening tujuan dengan SKP DBH PBB termasuk BP PBB, Nota Debet pelimpahan Bank/Pos Persepsi PBB dan Nota Kredit penerimaan BO III PBB. c. Menerbitkan dan menandatangani SPM DBH PBB Bagian Daerah termasuk BP PBB Bagian Daerah sebanyak 2 (dua) rangkap bilamana SPM telah benar, dengan peruntukan : 1) lembar ke-1 disampaikan kepada Seksi Pencairan Dana; dan 2) lembar ke-2 pertinggal di Subbagian Umum KPPN. d. Menandatangani Surat Permohonan Transfer DBH PBB Bagian sebanyak 2 (dua) rangkap, dengan peruntukan: Pemerintah Pusat dan BP PBB Bagian Direktorat Jenderal Pajak (

18 1) lembar ke-1 disampaikan kepada Seksi Bank/Giro Pos selaku BUN. 2) lembar ke-2 pertinggal di Subbagian Umum KPPN. e. Penerbitan SPM dan Surat Permohonan Transfer sebagaimana dimaksud pada huruf c dan huruf d, diterbitkan untuk 1 (satu) kabupaten/kota, dengan rincian penerima kepada yang berhak sesuai ketentuan. (3) Berdasarkan SPM yang diterima dari Kepala Subbagian Umum, Seksi Pencairan Dana berkewajiban: a. Melakukan pengujian SPM DBH PBB Bagian Daerah termasuk BP PBB Bagian Daerah sesuai ketentuan. b. Menerbitkan SP2D bilamana SPM yang diajukan telah memenuhi syarat sesuai ketentuan dan diberi tanggal hari Jumat atau hari kerja berikutnya apabila hari Jumat adalah hari libur/yang diliburkan, dengan peruntukan: 1) lembar ke-1 disampaikan kepada BO III PBB; 2) lembar ke-2 disampaikan kepada penerbit SPM yang telah dibubuhi cap "Telah diterbitkan SP2D Tanggal Nomor ". 3) lembar ke-3 sebagai pertinggal di Seksi Verifikasi dan Akuntansi KPPN dilengkapi dengan lembar ke-1 SPM dan dokumen pendukungnya. (4) Berdasarkan Surat Permohonan Transfer yang diterima dari Subbagian Umum KPPN sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf d, Seksi Bank/Giro Pos selaku BUN berkewajiban: a. Melakukan monitoring ketersediaan dana pada BO III PBB. b. Menerbitkan SPT dan ditandatangani Kepala KPPN dengan diberi tanggal pada hari Jumat atau hari kerja berikutnya apabila hari Jumat adalah hari libur/yang diliburkan dengan format sebagaimana tercantum pada Lampiran IV Peraturan Direktur Jenderal Perbendaharaan ini, dengan peruntukan: 1) lembar ke-1 disampaikan kepada BO III PBB; 2) lembar ke-2 sebagai pertinggal di Seksi Bank/Giro Pos. Pasal 26 SPM sebagaimana dimaksud dalam Pasal 25 ayat (2) huruf c menggunakan kode: 1. Akun untuk DBH PBB Bagian Provinsi. 2. Akun untuk DBH PBB Bagian Kabupaten/Kota. 3. Akun untuk BP PBB Bagian Provinsi. 4. Akun untuk BP PBB Bagian Kabupaten/Kota t

19 BABVIII MEKANISME PELAKSANAAN PENYALURAN PBB ATAS BEBAN BO III PBB KABUPATEN/KOTA Pasal27 Berdasarkan SP2D dan SPT yang diterima dari KPPN, BO III PBB berkewajiban: a. Mentransfer DBH PBB Bagian Daerah termasuk BP PBB Bagian Daerah dari Rekening BO III PBB ke Rekening Kas Daerah Provinsi dan Rekening Kas Daerah Kabupaten/Kota yang tercantum pada SP2D. b. Memindahbukukan DBH PBB Bagian Pemerintah Pusat termasuk BP PBB Bagian Direktorat Jenderal Pajak dari Rekening BO III PBB ke SUBRKUN KPPN KBI sebagaimana tercantum pada SPT. BAB IX MEKANISME PELAKSANAAN PENYALURAN PBB SEKTOR PERTAMBANGAN MIGAS DAN PANAS BUMI Pasal28 Penyaluran DBH PBB Bagian Daerah termasuk BP PBB Bagian Daerah sektor Pertambangan Migas dan Panas Bumi dilaksanakan oleh KPPN Jakarta II sebagai berikut: a. Direktorat Jenderal Pajak menyampaikan permintaan pemindahbukuan pembayaran PBB sektor Pertambangan Migas dan Panas Bumi per kabupaten/kota kepada Direktorat Jenderal Anggaran setiap triwulan. b. Berdasarkan permintaan pemindahbukuan sebagaimana dimaksud pada huruf a, Direktorat Jenderal Anggaran mengajukan permintaan penyelesaian pembayaran PBB sektor Pertambangan Migas dan Panas Bumi kepada Direktorat Jenderal Perbendaharaan c.q. Direktorat Pengelolaan Kas Negara dan tembusan disampaikan kepada Direktorat Jenderal Perimbangan Keuangan c.q. Direktorat Dana Perimbangan. c. Berdasarkan permintaan penyelesaian pembayaran PBB sebagaimana dimaksud pada huruf b, Direktorat Pengelolaan Kas Negara meminta Bank Indonesia untuk melakukan pemindahbukuan pembayaran PBB sektor Pertambangan Migas dan Panas Bumi dari Rekening Pemerintah Lainnya ke Rekening Bank Persepsi mitra kerja KPPN Jakarta". d. Bank Persepsi mitra kerja KPPN Jakarta " setelah menerima pemindahbukuan sebagaimana dimaksud pada huruf c, pada akhir hari kerja wajib melimpahkan penerimaan PBB sektor Pertambangan Migas dan Panas Bum; ke dan harus telah diterima di rekening SUBRKUN KPPN Jakarta II di Bank Indonesia paling lambat puku WIB r

20 e. Rekening SUBRKUN KPPN Jakarta II di Bank Indonesia pada saat yang sama menerima pelimpahan sebagaimana dimaksud pada huruf d, melimpahkan penerimaan PBB sektor Pertambangan Migas dan Panas Bumi ke SUBRKUN Kuasa BUN Pusat Nomor di Bank Indonesia sesuai ketentuan. f. SUBRKUN Kuasa BUN Pusat Nomor di Bank Indonesia pada saat yang sama menerima pelimpahan sebagaimana dimaksud pada huruf e, melimpahkan penerimaan ke Rekening Kas Umum Negara Nomor sesuai ketentuan. g. Berdasarkan tembusan surat permintaan penyelesaian pembayaran DBH PBB sektor Pertambangan Migas dan Panas Bumi sebagaimana dimaksud pada huruf b, Direktorat Jenderal Perimbangan Keuangan menerbitkan SKP DBH PBB sektor Pertambangan Migas dan Panas Bumi yang memuat alokasi per Kabupaten/Kota seluruh Indonesia. h. Berdasarkan SKP DBH PBB sektor Pertambangan Migas dan Panas Bumi, Direktorat Jenderal Perimbangan Keuangan menerbitkan dan menyampaikan SPM DBH PBB termasuk BP PBB sektor Pertambangan Migas dan Panas Bumi Bagian Daerah kepada KPPN Jakarta II, dengan dilampiri: 1) SKP DBH PBB termasuk BP PBB Sektor Pertambangan Migas dan Panas Bumi dengan format sebagaimana tercantum pada Lampiran V Peraturan Direktur Jenderal Perbendaharaan ini. 2) Surat pernyataan Tanggung Jawab Mutlak (SPTJM) dari Direktur Jenderal Perimbangan Keuangan atau pejabat lain yang ditunjuk mengenai tanggung jawab terhadap kebenaran transfer DBH PBB Sektor Pertambangan Migas dan Panas Bumi dengan format sebagaimana tercantum pada Lampira,n VI Peraturan Direktur Jenderal Perbendaharaan ini. i. Berdasarkan SPM yang disampaikan Direktorat Jenderal Perimbangan Keuangan, KPPN Jakarta II berkewajiban: a. Melakukan pengujian SPM DBH PBB termasuk BP PBB sektor Pertambangan Migas dan Panas Bumi Bagian Daerah sesuai ketentuan. b. Menerbitkan SP2D atas beban BO I bilamana SPM yang diajukan telah memenuhi syarat sesuai ketentuan, dengan peruntukan: 1) lembar ke-1, kepada BO I mitra kerja KPPN Jakarta II. 2) lembar ke-2, kepada penerbit SPM yang dilampiri SPM yang telah dibubuhi cap "Telah diterbitkan SP2D Tanggal..... Nomor. ". 3) lembar ke-3, sebagai pertinggal di Seksi Verifikasi dan Akuntansi KPPN dilengkapi dengan lembar ke-1 SPM dan dokumen pendukungnya

21 Pasal29 SKP DBH PBB termasuk BP PBB sebagaimana dimaksud dalam Pasal 28 huruf h angka 1), memuat alokasi DBH PBB Bagian Daerah untuk sektor Pertambangan Migas dan Panas Bumi per Kabupaten/Kota yang dirinci untuk Bagian Pemerintah Pusat, Bagian Provinsi, Bagian Kabupaten/Kota termasuk BP PBB untuk Bagian Daerah, dan Bagian Direktorat Jenderal Pajak. BABX DIPA DANA BAGI HASIL PBB BAGIAN DAERAH Pasal 30 DIPA DBH PBB Bagian Daerah dan BP PBB Bagian Daerah per Provinsi yang telah ditetapkan oleh Direktur Jenderal Perimbangan Keuangan dan disahkan oleh Direktur Jenderal Perbendaharaan, disampaikan oleh Direktorat Pelaksanaan Anggaran kepada Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Perbendaharaan dan KPPN. Pasal 31 Pada setiap awal tahun anggaran, Direktur Jenderal Perimbangan Keuangan sebagai Kuasa Pengguna Anggaran Transfer ke Daerah memberikan Surat Kuasa kepada Kepala Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Perbendaharaan untuk melakukan perubahan/revisi DIPA DBH PBB Bagian Daerah dan Biaya Pemungutan Bagian Daerah. Pasal32 Perubahan atau revisi DIPA sebagaimana dimaksud dalam Pasal 31, dilakukan dalam hal realisasi penyaluran DBH PBB Bagian Daerah dan BP DBH PBB Bagian Daerah dalam 1 (satu) tahun anggaran lebih besar dari pagu DIPA dan diberi tanggal akhir tahun anggaran berkenaan. Pasal33 (1) Kepala Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Perbendaharaan sebagai instansi vertikal Direktorat Jenderal Perbendaharaan melakukan penelaahan perubahan/revisi DIPA sebagaimana dimaksud dalam Pasal 31, berdasarkan realisasi pembayaran DBH PBB Bagian Daerah dan BP PBB Bagian Daerah di daerahnya dan melakukan pengesahan perubahan/revisi DIPA sesuai ketentuan. (2) Pengesahan perubahan/revisi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan dengan menerbitkan Surat Pengesahan sesuai ketentuan dan diberi tanggal akhir tahun t

22 BABXI PENATAUSAHAAN AKUNTANSI DAN PELAPORAN DBH PBB Pasal34 (1) Direktorat Jenderal Perimbangan Keuangan menyelenggarakan penatausahaan, akuntansi, dan pelaporan keuangan atas pelaksanaan penyaluran DBH PBB dan DBH Biaya Pemungutan PBB. (2) Direktorat Jenderal Perbendaharaan, Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Perbendaharaan, dan KPPN tidak melakukan penyusunan Laporan Keuangan atas penyaluran DBH PBB dan DBH BP PBB. Pasal35 Penerimaan DBH PBB yang diterima pada akhir tahun anggaran dibukukan sebagai penerimaan tahun anggaran berkenaan dan disalurkan kepada yang berhak pada awal tahun anggaran berikutnya. Pasal 36 (1) KPPN menatausahakan penerimaan dan penyaluran DBH PBB sesuai ketentuan. (2) Pencatatan atas pelimpahan penerimaan PBB dari Bank/Pos Persepsi PBB ke BO III PBB, KPPN melakukan: a. Pencatatan pengeluaran pelimpahan di Bank/Pos Persepsi dengan kode akun b. Pencatatan penerimaan pelimpahan di BO III dengan kode akun (3) Berdasarkan SPT yang diterbitkan KPPN Non KBI, pencatatan atas pengeluaran/penerimaan kiriman uang DBH PBB Bagian Pemerintah Pusat dan BP PBB Bagian Direktorat Jenderal Pajak dari BO III PBB KPPN Non KBI ke Rekening SUBRKUN KPPN KBI diatur sebagai berikut: a. KPPN Non KBI mencatat pengeluaran kiriman uang di BO III dengan kode akun b. KPPN KBI mencatat penerimaan kiriman uang di SUBRKUN KPPN dengan kode akun (4) Berdasarkan SPT yang diterbitkan KPPN KBI, pencatatan atas pengeluaran/penerimaan pemindahbukuan DBH PBB Bagian Pemerintah Pusat dan BP PBB Bagian Direktorat Jenderal Pajak dari BO III PBB ke rekening SUBRKUN KPPN diatur sebagai berikut: a. KPPN KBI mencatat pengeluaran pemindahbukuan di BO III dengan kode akun b. KPPN dengan KBI mencatat kode akun penerimaan pemindahbukuan di SUBRKUN t\

23 BAB XII REKONSILIASI Pasal37 (1) Direktorat Jenderal Perbendaharaan c.q. Direktorat Akuntansi dan Pelaporan Keuangan, Direktorat Jenderal Pajak, dan Direktorat Jenderal Perimbangan Keuangan c.q. Direktorat Dana Perimbangan melakukan rekonsiliasi data realisasi penerimaan dan penyaluran DBH PBB termasuk BP PBB dan membuat Berita Acara Rekonsiliasi dengan format sebagaimana tercantum pada Lampiran VII Peraturan Direktur Jenderal Perbendaharaan ini. (2) Rekonsiliasi data sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan setiap triwulan paling lambat pada minggu ketiga setelah triwulan berkenaan berakhir. (1) Kepala KPPN berkewajiban: BAB XIII PELAPORAN Pasal38 a. Menyampaikan copy SPM dan SP2D atas realisasi penyaluran DBH PBB Bagian Daerah dan BP PBB Bagian Daerah beserta rekapitulasi SPM dan SP2D kepada Direktur Jenderal Perimbangan Keuangan secara triwulanan paling lambat 10 hari kerja setelah triwulan berkenaan berakhir. b. Menyampaikan laporan realisasi penerimaan, pembagian dan penyaluran DBH PBB kepada Kepala Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Perbendaharaan dengan menggunakan sarana elektronik secara bulanan paling lambat 5 hari kerja setelah bulan berkenaan berakhir dengan format sebagaimana tercantum pada Lampiran VIII dan Lampiran IX Peraturan Direktur Jenderal Perbendaharaan ini (2) Kepala Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Perbendaharaan berkewajiban: a. Melaporkan realisasi pagu DIPA DBH PBB Bagian Daerah dan BP PBB Bagian Daerah kepada Direktur Jenderal Perimbangan Keuangan secara triwulan paling lambat 15 hari kerja setelah triwulan berkenaan berakhir dengan menggunakan sarana elektronik, dengan format laporan sebagaimana tercantum pada Lampiran X Peraturan Direktur Jenderal Perbendaharaan ini. b. Menyampaikan rekapitulasi laporan realisasi penerimaan, pembagian, dan penyaluran DBH PSS kepada Direktorat Jenderal Perbendaharaan C.q. Direktorat Pengelolaan Kas Negara dengan menggunakan sarana elektronik, paling lambat 15 hari kerja bulan berikutnya dengan format sebagaimana tercantum pada Lampiran In!. XI dan Lampiran XII Peraturan Direktur Jenderal Perbendaharaan (

24 (3) Direktorat Pengelolaan Kas Negara, berkewajiban membuat rekapitulasi laporan DSH PSS termasuk SP PSS yang diterima dari Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Perbendaharaan menggunakan sarana aplikasi dengan format sebagaimana tercantum pad a Lampiran XIII, Lampiran XIV, dan Lampiran XV Peraturan Direktorat Jenderal Perbendaharaan ini. MONITORING SAS XIV Pasal39 DAN EVALUASI (1) Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Perbendaharaan melakukan monitoring dan evaluasi atas pelaksanaan penerimaan dan penyaluran DSH PSS termasuk SP PSS yang penyalurannya dilakukan dengan mekanisme KPPN menerbitkan SP2D atas beban SO III PSS masing-masing Kabupaten/Kota. (2) Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Perbendaharaan dapat membentuk Tim Monitoring dan Evaluasi untuk melakukan monitoring dan evaluasi atas pelaksanaan penerimaan dan penyaluran DSH PSS termasuk SP PSS; (3) Dalam hal hasil monitoring dan evaluasi ditemukan pelanggaran oleh Sank/Pas Persepsi PSS dan SO III PSS, dibuatkan Serita Acara Pemeriksaan. (4) Serita Acara sebagaimana dimaksud pad a ayat (3) dibuat rangkap 3 (tiga), lembar asli disampaikan kepada Direktorat Pengelolaan Kas Negara, lembar ke-2 untuk Sank/Pas Persepsi PSS atau SO III PSS Kabupaten/Kota yang bersangkutan, serta lembar ke-3 sebagai pertinggal di Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Perbendaharaan. SAS XV SANKSI Pasal40 (1) Sank/Pas Persepsi PSS mitra kerja KPPN dikenakan sanksi denda atas: a. Pengenaan biaya kepada wajib pajak atas Jasa Pelayanan Perbankan yang diberikan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat (5), dikenakan sanksi denda sebesar 300% (tiga ratus per seratus) dari jumlah biaya yang dipungut. b. Kurang atau terlambat melimpahkan penerimaan PSS sesuai waktu yang telah ditentukan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 19, Pasal 20, Pasal 21, dan Pasal 22 dikenakan sanksi denda sebesar 1%0(satu per seribu) per hari dari jumlah yang kurang atau terlambat dilimpahkan untuk jumlah hari keterlambatan termasuk hari libur dan hari yang ditetapkan sebagai hari libur/yang diliburkan

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 126 /PMK.07/2010 TENTANG PELAKSANAAN DAN PERTANGGUNGJAWABAN ANGGARAN TRANSFER KE DAERAH

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 126 /PMK.07/2010 TENTANG PELAKSANAAN DAN PERTANGGUNGJAWABAN ANGGARAN TRANSFER KE DAERAH MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 126 /PMK.07/2010 TENTANG PELAKSANAAN DAN PERTANGGUNGJAWABAN ANGGARAN TRANSFER KE DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI

Lebih terperinci

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORATJENDERALPERBENDAHARAAN

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORATJENDERALPERBENDAHARAAN KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORATJENDERALPERBENDAHARAAN Yth. 1. Para Kepala Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Perbendaharaan 2. Para Kepala Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara A. Umum

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 115/PMK.07/2013 TENTANG TATA CARA PEMUNGUTAN DAN PENYETORAN PAJAK ROKOK

PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 115/PMK.07/2013 TENTANG TATA CARA PEMUNGUTAN DAN PENYETORAN PAJAK ROKOK PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 115/PMK.07/2013 TENTANG TATA CARA PEMUNGUTAN DAN PENYETORAN PAJAK ROKOK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang

Lebih terperinci

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 115 /PMK.07/2013 TENTANG TATA CARA PEMUNGUTAN DAN PENYETORAN PAJAK ROKOK

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 115 /PMK.07/2013 TENTANG TATA CARA PEMUNGUTAN DAN PENYETORAN PAJAK ROKOK MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 115 /PMK.07/2013 TENTANG TATA CARA PEMUNGUTAN DAN PENYETORAN PAJAK ROKOK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PERBENDAHARAAN

DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PERBENDAHARAAN DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PERBENDAHARAAN PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERBENDAHARAAN NOMOR PER-78/PB/2006 TENTANG PENATAUSAHAAN PENERIMAAN NEGARA MELALUI MODUL PENERIMAAN

Lebih terperinci

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 04/PMK.07/2008 TENTANG PELAKSANAAN DAN PERTANGGUNGJAWABAN ANGGARAN TRANSFER KE DAERAH MENTERI KEUANGAN,

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 04/PMK.07/2008 TENTANG PELAKSANAAN DAN PERTANGGUNGJAWABAN ANGGARAN TRANSFER KE DAERAH MENTERI KEUANGAN, MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 04/PMK.07/2008 TENTANG PELAKSANAAN DAN PERTANGGUNGJAWABAN ANGGARAN TRANSFER KE DAERAH MENTERI KEUANGAN, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 21/PMK.07/2009 TENTANG PELAKSANAAN DAN PERTANGGUNGJAWABAN ANGGARAN TRANSFER KE DAERAH MENTERI KEUANGAN,

PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 21/PMK.07/2009 TENTANG PELAKSANAAN DAN PERTANGGUNGJAWABAN ANGGARAN TRANSFER KE DAERAH MENTERI KEUANGAN, PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 21/PMK.07/2009 TENTANG PELAKSANAAN DAN PERTANGGUNGJAWABAN ANGGARAN TRANSFER KE DAERAH MENTERI KEUANGAN, Menimban g : a. bahwa dalam rangka meningkatkan efisiensi pelaksanaan

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.255, 2009 DEPARTEMEN KEUANGAN. Pelimpahan Wewenang. Surat Kuasa Umum.

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.255, 2009 DEPARTEMEN KEUANGAN. Pelimpahan Wewenang. Surat Kuasa Umum. BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.255, 2009 DEPARTEMEN KEUANGAN. Pelimpahan Wewenang. Surat Kuasa Umum. PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 127/PMK.05/2009 TENTANG PELIMPAHAN WEWENANG

Lebih terperinci

DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORA T JENDERAL PERBENDAHARAAN PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERBENDAHARAAN NOMOR PER- 49

DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORA T JENDERAL PERBENDAHARAAN PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERBENDAHARAAN NOMOR PER- 49 DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORA T JENDERAL PERBENDAHARAAN PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERBENDAHARAAN NOMOR PER- 49 IPB/2008 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN UJI COBA PELIMPAHAN REKENING PENERIMAAN

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1469, 2013 KEMENTERIAN KEUANGAN. Anggaran. Transfer. Pelaksanaan. Pertanggungjawaban. PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 183/PMK.07/2013 TENTANG PELAKSANAAN

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 228/PMK.05/2010 TENTANG MEKANISME PELAKSANAAN DAN PERTANGGUNGJAWABAN ATAS PAJAK DITANGGUNG PEMERINTAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEUANGAN

Lebih terperinci

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PERBENDAHARAAN

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PERBENDAHARAAN r KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PERBENDAHARAAN PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERBENDAHARAAN NOMOR PER- 60 IPB/2010 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PENCAIRAN DANA ANGGARAN PENDAPATAN

Lebih terperinci

DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PERBENDAHARAAN PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERBENDAHARAAN NOMOR PER- 29 /PB/2007 TENTANG TATA CARA PEMBAYARAN GAJI DAN INSENTIF PEGAWAI TIDAK

Lebih terperinci

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 163/PMK.05/2013 TENTANG

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 163/PMK.05/2013 TENTANG MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 163/PMK.05/2013 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN PENERIMAAN DAN PENGELUARAN NEGARA PADA AKHIR TAHUN ANGGARAN DENGAN

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.912, 2011 KEMENTERIAN SOSIAL. PNBP. Pedoman Pengelolaan. PERATURAN MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 183 TAHUN 2011 TENTANG PEDOMAN PENGELOLAAN PENERIMAAN NEGARA

Lebih terperinci

Written by JiNN Tuesday, 17 September :43 - Last Updated Wednesday, 25 September :53

Written by JiNN Tuesday, 17 September :43 - Last Updated Wednesday, 25 September :53 NAMA JABATAN: Kepala Seksi Bank IKHTISAR JABATAN:Melakukan penyelesaian transaksi pencairan dana, fungsi cash management, penerbitan Daftar Tagihan, pengelolaan rekening Kuasa BUN dan Bendahara serta penatausahaan

Lebih terperinci

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 252/PMK.05/2014 TENTANG REKENING MILIK KEMENTERIAN NEGARA/LEMBAGA/SATUAN KERJA

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 252/PMK.05/2014 TENTANG REKENING MILIK KEMENTERIAN NEGARA/LEMBAGA/SATUAN KERJA MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 252/PMK.05/2014 TENTANG REKENING MILIK KEMENTERIAN NEGARA/LEMBAGA/SATUAN KERJA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PERBENDAHARAAN

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PERBENDAHARAAN KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PERBENDAHARAAN KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL PERBENDAHARAAN NOMOR KEP- 205 IPB/2010 TENTANG PENUNJUKAN BANK OPERASIONAL III PAJAK BUM I DAN BANGUNAN

Lebih terperinci

2013, No Menetapkan : Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 130, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5049); 2. Peraturan Bersama Men

2013, No Menetapkan : Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 130, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5049); 2. Peraturan Bersama Men BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.129, 2013 KEMENTERIAN KEUANGAN. Pengembalian Penerimaan Negara. Bea Hak Atas Tanah dan Bagunan. Pedoman. PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 27/PMK.05/2013

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 252/PMK.05/2014 TENTANG REKENING MILIK KEMENTERIAN NEGARA/LEMBAGA/SATUAN KERJA.

PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 252/PMK.05/2014 TENTANG REKENING MILIK KEMENTERIAN NEGARA/LEMBAGA/SATUAN KERJA. PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 252/PMK.05/2014 TENTANG REKENING MILIK KEMENTERIAN NEGARA/LEMBAGA/SATUAN KERJA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEUANGAN, Menimbang : a. bahwa dalam rangka pelaksanaan

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDOENSIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDOENSIA, PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 250/PMK.05/2010 TENTANG TATA CARA PENCAIRAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA ATAS BEBAN BAGIAN ANGGARAN BENDAHARA UMUM NEGARA PADA KANTOR PELAYANAN

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.2070, 2014 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENKEU. APBN. Otoritas Jasa Keuangan. Tata Cara. PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 269/PMK.05/2014 TENTANG TATA CARA PENYEDIAAN, PENCAIRAN,

Lebih terperinci

SALINAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 82/PMK.05/2007 TENTANG

SALINAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 82/PMK.05/2007 TENTANG MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 82/PMK.05/2007 TENTANG TATA CARA PENCAIRAN DANA ATAS BEBAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA MELALUI REKENING KAS UMUM NEGARA MENTERI

Lebih terperinci

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 252/PMK.05/2014 TENTANG REKENING MILIK KEMENTERIAN NEGARA/LEMBAGA/SATUAN KERJA

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 252/PMK.05/2014 TENTANG REKENING MILIK KEMENTERIAN NEGARA/LEMBAGA/SATUAN KERJA MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 252/PMK.05/2014 TENTANG REKENING MILIK KEMENTERIAN NEGARA/LEMBAGA/SATUAN KERJA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA TENTANG REKENING MILIK KEMENTERIAN NEGARA/LEMBAGA/SATUAN KERJA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA TENTANG REKENING MILIK KEMENTERIAN NEGARA/LEMBAGA/SATUAN KERJA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEUANGAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 252/PMK.05/2014 TENTANG REKENING MILIK KEMENTERIAN NEGARA/LEMBAGA/SATUAN KERJA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEUANGAN, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

2 2. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 115/PMK.07/2013 tentang Tata Cara Pemungutan dan Penyetoran Pajak Rokok; MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN MENT

2 2. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 115/PMK.07/2013 tentang Tata Cara Pemungutan dan Penyetoran Pajak Rokok; MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN MENT BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.791, 2015 KEMENKEU. Pajak Rokok. Pemungutan. Penyetoran. Tata Cara. Perubahan. PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 102/PMK.07/2015 TENTANG PERUBAHAN

Lebih terperinci

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 252/PMK.05/2014 TENTANG REKENING MILIK KEMENTERIAN NEGARA/LEMBAGA/SATUAN KERJA

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 252/PMK.05/2014 TENTANG REKENING MILIK KEMENTERIAN NEGARA/LEMBAGA/SATUAN KERJA MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 252/PMK.05/2014 TENTANG REKENING MILIK KEMENTERIAN NEGARA/LEMBAGA/SATUAN KERJA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

228/PMK.05/2010 MEKANISME PELAKSANAAN DAN PERTANGGUNGJAWABAN ATAS PAJAK DITANGGUNG PEMERINTAH

228/PMK.05/2010 MEKANISME PELAKSANAAN DAN PERTANGGUNGJAWABAN ATAS PAJAK DITANGGUNG PEMERINTAH 228/PMK.05/2010 MEKANISME PELAKSANAAN DAN PERTANGGUNGJAWABAN ATAS PAJAK DITANGGUNG PEMERINTAH Contributed by Administrator Monday, 20 December 2010 Pusat Peraturan Pajak Online PERATURAN MENTERI KEUANGAN

Lebih terperinci

DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PERBENDAHARAAN PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERBENDAHARAAN NOMOR PER- 54 /PB/2007 TENTANG PETUNJUK PENCAIRAN DAN PENYALURAN DANA PENGUATAN MODAL

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.229,2012 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 30/PMK.08/2012 TENTANG TATA CARA PENGELOLAAN DANA CADANGAN PENJAMINAN DALAM RANGKA PELAKSANAAN ANGGARAN

Lebih terperinci

94/PMK.07/2012 PENYALURAN DANA BAGI HASIL PAJAK BUMI DAN BANGUNAN SEKTOR PERDESAAN DAN PERKOTAAN ATA

94/PMK.07/2012 PENYALURAN DANA BAGI HASIL PAJAK BUMI DAN BANGUNAN SEKTOR PERDESAAN DAN PERKOTAAN ATA 94/PMK.07/2012 PENYALURAN DANA BAGI HASIL PAJAK BUMI DAN BANGUNAN SEKTOR PERDESAAN DAN PERKOTAAN ATA Contributed by Administrator Tuesday, 12 June 2012 Pusat Peraturan Pajak Online PERATURAN MENTERI KEUANGAN

Lebih terperinci

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PERBENDAHARAAN

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PERBENDAHARAAN KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PERBENDAHARAAN Yth. Para Kepala Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Perbendaharaan SURA T EDARAN NOMOR SE- ~9 IPB/2012 TENTANG PENGGUNAAN APLIKASI

Lebih terperinci

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 162/PMK.05/2013 TENTANG

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 162/PMK.05/2013 TENTANG MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 162/PMK.05/2013 TENTANG KEDUDUKAN DAN TANGGUNG JAWAB BENDAHARA PADA SATUAN KERJA PENGELOLA ANGGARAN PENDAPATAN

Lebih terperinci

MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 183 TAHUN 2011 TENTANG

MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 183 TAHUN 2011 TENTANG SALINAN MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 183 TAHUN 2011 TENTANG PEDOMAN PENGELOLAAN PENERIMAAN NEGARA BUKAN PAJAK KEMENTERIAN SOSIAL REPUBLIK INDONESIA

Lebih terperinci

DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PERBENDAHARAAN

DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PERBENDAHARAAN DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PERBENDAHARAAN PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERBENDAHARAAN NOMOR PER- 43 /PB/2007 TENTANG PETUNJUK PENYALURAN DAN PENCAIRAN DANA PROGRAM KELUARGA

Lebih terperinci

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PERBENDAHARAAN DIREKTORA T PENGELOLAAN KAS NEGARA

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PERBENDAHARAAN DIREKTORA T PENGELOLAAN KAS NEGARA KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PERBENDAHARAAN DIREKTORA T PENGELOLAAN KAS NEGARA GEDUNG PRIJADI PRAPTOSUHARDJO I LANTAI IV JALAN LAPANGAN BANTENG TIMUR NO. 2-4 JAKARTA 10710

Lebih terperinci

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA TENTANG PEMBAGIAN HASIL PENERIMAAN PAJAK BUMI DAN BANGUNAN ANTARA PEMERINTAH PUSAT DAN DAERAH

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA TENTANG PEMBAGIAN HASIL PENERIMAAN PAJAK BUMI DAN BANGUNAN ANTARA PEMERINTAH PUSAT DAN DAERAH MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 34/PMK.03/2005 TENTANG PEMBAGIAN HASIL PENERIMAAN PAJAK BUMI DAN BANGUNAN ANTARA PEMERINTAH PUSAT DAN DAERAH

Lebih terperinci

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIANOMOR 277/PMK.05/2014TENTANG RENCANA PENARIKAN DANA, RENCANA PENERIMAAN DANA, DAN PERENCANAAN KAS

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIANOMOR 277/PMK.05/2014TENTANG RENCANA PENARIKAN DANA, RENCANA PENERIMAAN DANA, DAN PERENCANAAN KAS MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIANOMOR 277/PMK.05/2014TENTANG RENCANA PENARIKAN DANA, RENCANA PENERIMAAN DANA, DAN PERENCANAAN KAS DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORATJENDERALPERBENDAHARAAN

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORATJENDERALPERBENDAHARAAN KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORATJENDERALPERBENDAHARAAN PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERBENDAHARAAN NOMOR PER- 7 /PB/2011 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PEMINDAHBUKUANITRANSFER SURAT PERINTAH

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.2007, 2014 KEMENKEU. Lembaga/Kementerian Negara. Satuan Kerja. Rekening. PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 252/PMK.05/2014 TENTANG REKENING MILIK KEMENTERIAN

Lebih terperinci

2016, No b. bahwa dalam rangka efektifitas dan efisiensi penyelesaian pengembalian kelebihan pembayaran Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangu

2016, No b. bahwa dalam rangka efektifitas dan efisiensi penyelesaian pengembalian kelebihan pembayaran Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangu BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 491, 2016 KEMENKEU. PBB. Perdesaan dan Perkotaan. Kelebihan Bea. Pengembalian. Penyelesaian. Pencabutan. PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 51/PMK.07/2016

Lebih terperinci

BAB III PENCAIRAN DAN PENYALURAN DANA

BAB III PENCAIRAN DAN PENYALURAN DANA DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PERBENDAHARAAN PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERBENDAHARAAN NOMOR PER- 22/PB/2006 TENTANG PETUNJUK PENYALURAN DAN PENCAIRAN DANA BANTUAN SOSIAL

Lebih terperinci

KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORATJENDERALPERBENDAHARAAN PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERBENDAHARAAN NOMOR PER- 45) /PB/2010 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PENGESAHAN BEA MASUK DITANGGUNG

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA Kementerian Keuangan. Rekening. Saldo Nihil. Treasury Single Account.

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA Kementerian Keuangan. Rekening. Saldo Nihil. Treasury Single Account. No.84, 2010 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA Kementerian Keuangan. Rekening. Saldo Nihil. Treasury Single Account. PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32/PMK.05/2010 TENTANG PELAKSANAAN

Lebih terperinci

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PERBENDAHARAAN

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PERBENDAHARAAN .. KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PERBENDAHARAAN PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERBENDAHARAAN NOMOR PER- 69 /PB/2010 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PEMBAYARAN PENGEMBALIAN PENERIMAAN

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.573, 2013 KEMENTERIAN KEUANGAN. Pajak Bumi dan Bangunan. Sektor Pertambangan. Penatausahaan. PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 76/PMK.03/2013 TENTANG

Lebih terperinci

DANA BAGI HASIL YANG BERSUMBER DARI PENERIMAAN PAJAK BUMI DAN BANGUNAN

DANA BAGI HASIL YANG BERSUMBER DARI PENERIMAAN PAJAK BUMI DAN BANGUNAN DANA BAGI HASIL YANG BERSUMBER DARI PENERIMAAN PAJAK BUMI DAN BANGUNAN Dgchuank.blogspot.com I. PENDAHULUAN Dalam rangka menciptakan suatu sistem perimbangan keuangan yang proporsional, demokratis, adil,

Lebih terperinci

2017, No BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Menteri ini, yang dimaksud dengan: 1. Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara yang selanju

2017, No BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Menteri ini, yang dimaksud dengan: 1. Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara yang selanju No.287, 2017 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENKEU. DAU Non Tunai. DBH. Konversi. Pencabutan. PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18/PMK.07/2017 /PMK.07/2015 TENTANG KONVERSI PENYALURAN

Lebih terperinci

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 219/PMK.05/2009 TENTANG

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 219/PMK.05/2009 TENTANG MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 219/PMK.05/2009 TENTANG TATA CARA PEMBAYARAN JASA BANK DALAM RANGKA PENATAUSAHAAN PENERUSAN PINJAMAN LUAR NEGERI DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

PERSYARATAN TEKNIS PENGADAAN JASA LAYANANAN PERBANKAN SEBAGAI BANK OPERASIONAL I MITRA KERJA KPPN TA 2010, 2011, DAN 2012

PERSYARATAN TEKNIS PENGADAAN JASA LAYANANAN PERBANKAN SEBAGAI BANK OPERASIONAL I MITRA KERJA KPPN TA 2010, 2011, DAN 2012 PERSYARATAN TEKNIS PENGADAAN JASA LAYANANAN PERBANKAN SEBAGAI BANK OPERASIONAL I MITRA KERJA KPPN LINGKUP DITJEN PERBENDAHARAAN TA 2010, 2011, DAN 2012 Nama Pekerjaan Metode Pengadaan Nama Paket pekerjaan

Lebih terperinci

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PERBENDAHARAAN

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PERBENDAHARAAN KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PERBENDAHARAAN PERA TURAN DIREKTUR JENDERAL PERBENDAHARAAN NOMOR PER- 92 /PB/2011 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PENATAUSAHAAN PENERIMAAN NEGARA

Lebih terperinci

DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PERBENDAHARAAN

DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PERBENDAHARAAN DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PERBENDAHARAAN PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERBENDAHARAAN NOMOR PER- 34 /PB/2008 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PENYALURAN DAN PENCAIRAN DANA PROGRAM

Lebih terperinci

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 83/PMK.05/2008 TENTANG

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 83/PMK.05/2008 TENTANG MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 83/PMK.05/2008 TENTANG PENGGUNAAN ANGGARAN YANG DANANYA BERSUMBER DARI SETORAN PENERIMAAN NEGARA BUKAN PAJAK ATAS BIAYA SELEKSI

Lebih terperinci

DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PERBENDAHARAAN

DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PERBENDAHARAAN DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PERBENDAHARAAN PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERBENDAHARAAN NOMOR PER- 02 /PB/2008 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PENYELESAIAN PENGEMBALIAN SURAT

Lebih terperinci

2016, No (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 278, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5767); MEMUTUSKAN: Menetap

2016, No (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 278, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5767); MEMUTUSKAN: Menetap No.882, 2016 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENKEU. Non Tunai. Dana Bagi Hasil. Dana Alokasi Umum. PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 93/PMK.07/2016 TENTANG KONVERSI PENYALURAN DANA

Lebih terperinci

DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PERBENDAHARAAN PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERBENDAHARAAN NOMOR PER-10/PB/2006 TENTANG

DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PERBENDAHARAAN PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERBENDAHARAAN NOMOR PER-10/PB/2006 TENTANG DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PERBENDAHARAAN PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERBENDAHARAAN NOMOR PER-10/PB/2006 TENTANG PELAKSANAAN UJI COBA MEKANISME TREASURY SINGLE ACCOUNT

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.953, 2015 KEMENSETNEG. Hibah. Pengelolaan. PERATURAN MENTERI SEKRETARIS NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2015 TENTANG PENGELOLAAN HIBAH DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN

Lebih terperinci

DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PERBENDAHARAAN PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERBENDAHARAAN NOMOR PER- 15/PB/2006 TENTANG MEKANISME PEMBAYARAN/PENYALURAN DAN PELAPORAN DANA PENYESUAIAN

Lebih terperinci

2 1. Dana Operasional Menteri/Pimpinan Lembaga yang selanjutnya disebut dengan Dana Operasional adalah dana yang disediakan bagi Menteri/Pimpinan Lemb

2 1. Dana Operasional Menteri/Pimpinan Lembaga yang selanjutnya disebut dengan Dana Operasional adalah dana yang disediakan bagi Menteri/Pimpinan Lemb No.2052, 2014 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENKEU. Pelaksanaan. Dana Operasional Menteri. Anggaran. Tata Cara. Pencabutan. PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 268/PMK.05/2014 TENTANG

Lebih terperinci

1 of 6 18/12/ :12

1 of 6 18/12/ :12 1 of 6 18/12/2015 16:12 MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 217/PMK.02/2011 TENTANG TATA CARA PENYEDIAAN ANGGARAN, PENGHITUNGAN, PEMBAYARAN,

Lebih terperinci

2011, No.35 2 sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2009; c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana

2011, No.35 2 sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2009; c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.35, 2011 KEMENTERIAN KEUANGAN. Kelebihan Pembayaran Pajak. Penghitungan. Prosedur PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16/PMK.03/2011 TENTANG TATA CARA

Lebih terperinci

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 269/PMK.05/2014 TENTANG

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 269/PMK.05/2014 TENTANG MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 269/PMK.05/2014 TENTANG TATA CARA PENYEDIAAN, PENCAIRAN, PENYALURAN, DAN PERTANGGUNGJAWABAN DANA ANGGARAN

Lebih terperinci

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 81/PMK.07/2013 TENTANG TATA CARA PENGELOLAAN DANA DARURAT

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 81/PMK.07/2013 TENTANG TATA CARA PENGELOLAAN DANA DARURAT MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 81/PMK.07/2013 TENTANG TATA CARA PENGELOLAAN DANA DARURAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEUANGAN

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 244/PMK.07/2010 TENTANG ALOKASI SEMENTARA DANA BAGI HASIL PAJAK BUMI DAN BANGUNAN TAHUN ANGGARAN 2011 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEUANGAN

Lebih terperinci

NOMOR 73 /PMK.05/2008 TENTANG

NOMOR 73 /PMK.05/2008 TENTANG SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 73 /PMK.05/2008 TENTANG TATA CARA PENATAUSAHAAN DAN PENYUSUNAN LAPORAN PERTANGGUNGJAWABAN BENDAHARA KEMENTERIAN NEGARA/LEMBAGA/KANTOR/SATUAN KERJA MENTERI KEUANGAN,

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.28, 2013 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN KEUANGAN. Surat Perintah. Pencairan Dana. SPAN. Penyaluran PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 /PMK.05/2013 TENTANG PENYALURAN

Lebih terperinci

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 16/PMK.03/2011 TENTANG TATA CARA PENGHITUNGAN DAN PENGEMBALIAN KELEBIHAN PEMBAYARAN PAJAK

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 16/PMK.03/2011 TENTANG TATA CARA PENGHITUNGAN DAN PENGEMBALIAN KELEBIHAN PEMBAYARAN PAJAK MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 16/PMK.03/2011 TENTANG TATA CARA PENGHITUNGAN DAN PENGEMBALIAN KELEBIHAN PEMBAYARAN PAJAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PERBENDAHARAAN

DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PERBENDAHARAAN DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PERBENDAHARAAN PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERBENDAHARAAN NOMOR PER- 14 /PB/2008 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PENYALURAN DAN PENCAIRAN DANA BANTUAN

Lebih terperinci

-2- No.1927, 2015 Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2002 tentang Surat Utang Negara; 2. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan N

-2- No.1927, 2015 Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2002 tentang Surat Utang Negara; 2. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan N BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1927, 2015 KEMENKEU. Dana. Bagi Hasil. Alokasi Umum. Penyaluran. Konversi. PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 235/PMK.07/2015 TAHUN 2015 TENTANG KONVERSI

Lebih terperinci

MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 102/PMK. 07/2015 TENTANG

MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 102/PMK. 07/2015 TENTANG SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 102/PMK. 07/2015 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 115/PMK.07/2013 TENTANG TATA CARA PEMUNGUTAN DAN PENYETORAN PAJAK ROKOK DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PERBENDAHARAAN

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PERBENDAHARAAN KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PERBENDAHARAAN PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERBENDAHARAAN NOMOR PER- 79 /PB/2011 TENTANG TATA CARA PENGELOLAAN REKENING PENGELUARAN BANK INDONESIA

Lebih terperinci

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA. PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERBENDAHARAAN NOMOR PER- 35 jpbj2014 TENTANG

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA. PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERBENDAHARAAN NOMOR PER- 35 jpbj2014 TENTANG KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERBENDAHARAAN NOMOR PER- 35 jpbj2014 TENTANG PETUNJUK TEKNIS KOMPENSASI PELIMPAHAN PENERIMAAN NEGARA PADA KANTOR PELAYANANPERBENDAHARAAN

Lebih terperinci

PENATAUSAHAAN PNBP PADA SATUAN KERJA

PENATAUSAHAAN PNBP PADA SATUAN KERJA BAB IV PENATAUSAHAAN PNBP PADA SATUAN KERJA A. KEWAJIBAN SATUAN KERJA DALAM PENATAUSAHAAN PNBP Setiap kementerian negara/lembaga wajib melaksanakan penatausahaan dan akuntansi piutang PNBP yang menjadi

Lebih terperinci

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 71/PMK.07/2011 TENTANG

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 71/PMK.07/2011 TENTANG MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 71/PMK.07/2011 TENTANG PEDOMAN UMUM DAN ALOKASI TUNJANGAN PROFESI GURU PEGAWAI NEGERI SIPIL DAERAH KEPADA DAERAH PROVINSI, KABUPATEN,

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 242/PMK.03/2014 TENTANG TATA CARA PEMBAYARAN DAN PENYETORAN PAJAK

PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 242/PMK.03/2014 TENTANG TATA CARA PEMBAYARAN DAN PENYETORAN PAJAK PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 242/PMK.03/2014 TENTANG TATA CARA PEMBAYARAN DAN PENYETORAN PAJAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang :

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 256/PMK.05/2010 TENTANG TATA CARA PENYIMPANAN DAN PENCAIRAN DANA CADANGAN

PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 256/PMK.05/2010 TENTANG TATA CARA PENYIMPANAN DAN PENCAIRAN DANA CADANGAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 256/PMK.05/2010 TENTANG TATA CARA PENYIMPANAN DAN PENCAIRAN DANA CADANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.661, 2010 KEMENTERIAN KEUANGAN. Mata Uang Asing. Penatausahaan.

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.661, 2010 KEMENTERIAN KEUANGAN. Mata Uang Asing. Penatausahaan. BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.661, 2010 KEMENTERIAN KEUANGAN. Mata Uang Asing. Penatausahaan. PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 249/PMK.05/2010 TENTANG PENATAUSAHAAN PENERIMAAN

Lebih terperinci

DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PERBENDAHARAAN

DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PERBENDAHARAAN DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PERBENDAHARAAN NOMOR PER-03/PB/2008 TENTANG TATA CARA PEMOTONGAN DAN PENYETORAN PERHITUNGAN FIHAK KETIGA PEGAWAI NEGERI SIPIL DAERAH Menimbang

Lebih terperinci

DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PERBENDAHARAAN PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERBENDAHARAAN NOMOR PER-20/PB/2006 TENTANG PETUNJUK PENYALURAN DAN PENCAIRAN DANA JAMINAN SOSIAL PENYANDANG

Lebih terperinci

MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN

MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMORI 169/PMK.05/2009 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN PENERIMAAN DAN PENGELUARAN NEGARA PADA AKHIR TAHUN ANGGARAN DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.2055, 2015 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENKEU. Dana Perimbangan. Pemotongan. Penundaan. Tata Cara. PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 257/PMK.07/2015 TENTANG TATA CARA PENUNDAAN

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 199/PMK.05/2011 TENTANG TATA CARA PEMBAYARAN JASA BANK PENATAUSAHA PENERUSAN PINJAMAN ATAS BEBAN BAGIAN ANGGARAN KEMENTERIAN NEGARA/LEMBAGA DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

2017, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 5,

2017, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 5, BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.990, 2017 KEMENKEU. Administrasi Pengelolaan Hibah. Pencabutan. PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 99/PMK.05/2017 TENTANG ADMINISTRASI PENGELOLAAN HIBAH

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 1165, 2014 KEMENKEU. Dana Iuran. Jaminan Pemeliharaan Kesehatan. DPR. DPRD. BPK. KY. Hakim MK. Hakim Agung. Menteri, Wakil Menteri. Pejabat Tertentu. Pertanggungjawaban.

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1973, 2014 KEMENKEU. Pajak. Penyetoran. Pembayaran. Tata Cara. PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 242 /PMK.03/2014 TENTANG TATA CARA PEMBAYARAN DAN

Lebih terperinci

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 162/PMK.05/2013 TENTANG

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 162/PMK.05/2013 TENTANG MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 162/PMK.05/2013 TENTANG KEDUDUKAN DAN TANGGUNG JAWAB BENDAHARA PADA SATUAN KERJA PENGELOLA ANGGARAN PENDAPATAN

Lebih terperinci

2015, No Mengingat : 1. Peraturan Pemerintah Nomor 102 Tahun 2015 tentang Asuransi Sosial Prajurit Tentara Nasional Indonesia, Anggota Kepoli

2015, No Mengingat : 1. Peraturan Pemerintah Nomor 102 Tahun 2015 tentang Asuransi Sosial Prajurit Tentara Nasional Indonesia, Anggota Kepoli No. 2006, 2015 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENKEU. Dana Iuran. Jaminan. Kecelakaan Kerja. Kematian. TNI. POLRI. ASN. Lingkungan KEMHAN dan POLRI. Penyediaan. Pencairan. Pertanggungjawaban PERATURAN

Lebih terperinci

2011, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 47, Tamba

2011, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 47, Tamba No.765, 2011 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN KEUANGAN. Kredit Investasi Pemerintah. Pengelolaan. PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 193/PMK.05/2011 TENTANG KREDIT INVESTASI

Lebih terperinci

1 of 6 18/12/ :13

1 of 6 18/12/ :13 1 of 6 18/12/2015 16:13 MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 218/PMK.02/2011 TENTANG TATA CARA PENYEDIAAN ANGGARAN, PENGHITUNGAN, PEMBAYARAN,

Lebih terperinci

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK LAMPIRAN SURAT EDARAN NOMOR SE-08/PJ/2013 TENTANG

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK LAMPIRAN SURAT EDARAN NOMOR SE-08/PJ/2013 TENTANG KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK LAMPIRAN SURAT EDARAN NOMOR SE-08/PJ/2013 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR PER-05/PJ/2013 TENTANG TATA

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 45 TAHUN 2013 TENTANG TATA CARA PELAKSANAAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 45 TAHUN 2013 TENTANG TATA CARA PELAKSANAAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 45 TAHUN 2013 TENTANG TATA CARA PELAKSANAAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang:

Lebih terperinci

2017, No menetapkan Peraturan Menteri Keuangan tentang Tata Cara Pembayaran Tunjangan Kinerja Pegawai pada Kementerian Negara/Lembaga; Menging

2017, No menetapkan Peraturan Menteri Keuangan tentang Tata Cara Pembayaran Tunjangan Kinerja Pegawai pada Kementerian Negara/Lembaga; Menging No.865, 2017 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENKEU. Tunjangan Kinerja Pegawai. PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 80/PMK.05/2017 TENTANG TATA CARA PEMBAYARAN TUNJANGAN KINERJA PEGAWAI

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 16/PMK.03/2011 TENTANG TATA CARA PENGHITUNGAN DAN PENGEMBALIAN KELEBIHAN PEMBAYARAN PAJAK

PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 16/PMK.03/2011 TENTANG TATA CARA PENGHITUNGAN DAN PENGEMBALIAN KELEBIHAN PEMBAYARAN PAJAK PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 16/PMK.03/2011 TENTANG TATA CARA PENGHITUNGAN DAN PENGEMBALIAN KELEBIHAN PEMBAYARAN PAJAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEUANGAN, Menimbang : a. bahwa guna

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 150/PMK.02/2011 TENTANG TATA CARA PENYEDIAAN, PENGHITUNGAN, PEMBAYARAN, DAN PERTANGGUNGJAWABAN SUBSIDI BERAS BAGI MASYARAKAT BERPENDAPATAN RENDAH DENGAN

Lebih terperinci

2013, No MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN PEMERINTAH TENTANG TATA CARA PELAKSANAAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA. BAB I KETENTUAN UMU

2013, No MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN PEMERINTAH TENTANG TATA CARA PELAKSANAAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA. BAB I KETENTUAN UMU No.103, 2013 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEUANGAN NEGARA. Pelaksanaan. APBN. Tata Cara. (Penjelesan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5423) PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 45 TAHUN 2013 TENTANG TATA CARA PELAKSANAAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 45 TAHUN 2013 TENTANG TATA CARA PELAKSANAAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 45 TAHUN 2013 TENTANG TATA CARA PELAKSANAAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.85, 2009 DEPARTEMEN KEUANGAN. Mekanisme. Pertanggungjawaban. Bea Masuk. Pelaksanaan.

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.85, 2009 DEPARTEMEN KEUANGAN. Mekanisme. Pertanggungjawaban. Bea Masuk. Pelaksanaan. BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.85, 2009 DEPARTEMEN KEUANGAN. Mekanisme. Pertanggungjawaban. Bea Masuk. Pelaksanaan. PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 87/PMK.05/2009 TENTANG MEKANISME

Lebih terperinci

2011, No Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4437) sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir

2011, No Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4437) sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.200, 2011 KEMENTERIAN KEUANGAN. Tunjangan Profesi Guru. PNS. Daerah. Pedoman Umum. PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 71/PMK.07/2011 TENTANG PEDOMAN

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1610, 2013 KEMENTERIAN KEUANGAN. Dana Iuran. Jaminan Kesehatan. Penyediaan. Pencairan Pertanggungjawaban. Tata Cara. PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 156 /PMK.07/2007 TENTANG

PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 156 /PMK.07/2007 TENTANG PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 156 /PMK.07/2007 TENTANG PENETAPAN ALOKASI KURANG BAYAR DANA BAGI HASIL PAJAK TAHUN ANGGARAN 2005 DAN 2006 YANG DIALOKASIKAN DALAM ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA

Lebih terperinci