BAB I PENDAHULUAN. Produsen material rumah mulai dari tingkat perorangan, home industry, sampai
|
|
- Lanny Hermanto
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 10 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Rumah memiliki andil besar dalam perkembangan dunia bisnis properti. Produsen material rumah mulai dari tingkat perorangan, home industry, sampai perusahaan besar hidup dan berkembang karena kebutuhan akan rumah selalu meningkat. Hal ini bisa dilihat mulai dari pengumpulan batu, pasir, pengrajin bata merah, pembuat kusen yang dilakukan oleh perorangan sampai perusahaan tertentu. Rumah sebagai bangunan yang paling banyak dibangun diantara jenis bangunan lainnya sebab rumah merupakan kebutuhan pokok manusia yang memberikan sumber penghidupan. Rumah juga menghidupi dan menciptakan lapangan kerja bagi masyarakat pekerja bangunan, bagi tenaga ahi bangunan dari arsitektur, bagi para pengembang properti. Bisnis rumah juga merupakan bisnis yang tidak pernah usang, sebab rumah selalu diperlakukan manusia selamanya. 1 Rumah juga memberikan peluang kehidupan kepada berbagai lapisan pelaku usaha perumahan mulai dari perorangan sampai perusahaan. Hal ini dapat dilihat dari banyaknya pihak-pihak untuk berinvetasi untuk berbisnis membangun rumah. Pembangunan rumah dilakukan dengan berbagai bentuk atau jenis, bentuk atau jenis-jenis tersebut terbagi dari berbagai macam seperti, jenis rumah tunggal; rumah tinggal berbentuk rumah tapak berdiri sendiri atau terpisah dengan rumah lainnya, rumah tinggal kopel; jenis rumah tinggal tunggal yang disekat sama besar hlm Fredric Han, Jadi Konglomerat di Bisnis Properti (Jakarta: Pustaka Ananda Srva, 2013)
2 11 antara sisi kiri dan kanan rumah, dan biasanya rumah tinggal kopel ini untuk disewakan pemiliknya guna menghemat lahan bangunan, rumah bandar; rumah tapak berbentuk rumah gandeng dengan penambahan tempat parkir di dalam bangunannya, rumah berpekarangan dalam; rumah tapak yang memiliki perkarangan di dalam rumah. 2 Jenis-jenis rumah tersebut dibangun berdasarkan selera ataupun kebutuhan dari si pemilik, dan bisa saja jenis-jenis rumah terbaru bermunculan berdasarkan tingkat kebutuhan si pemilik. Berdasarkan Pasal 21 Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2011 tentang Perumahan dan Kawasan Pemukiman rumah (selanjutnya disebut UU Perumahan dan Kawasan Pemukiman rumah) terbagi dari beberpa jenis yaitu, rumah komersial, rumah umum, rumah swadaya, rumah khusus, rumah negara. Properti adalah semua bangunan yang ada diatas permukaan bumi yang menjulang ke angkasa yang melekat secara permanen baik secara alamiah maupun dengan campur tangan manusia. Properti perumahan termasuk tempat tinggal pribadi. 3 Rumah bukan hanya bermanfaat sebagai tempat berlindung dan bernaung bagi penghuninya, tetapi rumah juga merupakan sumber kehidupan bagi pelaku usaha yang berkaitan dengan bahan material, jasa konstruksi dan sebagainya. 4 Rumah juga merupakan bagian kebutuhan pokok manusia yang diperlukan selamanya, maka akan memberikan serta merupakan sumber kehidupan berbagai 2 R. Serfianto D. Purnomo dan Cita Yustisia Serfiani, Buku Pintar Investasi Properti (Jakarta: Gramedia Purtaka Utama, 2013), hlm R. Serfianto Dibyo Purnomo, Iswi Hariyani, dan Cita Yustisia Serfiyani, Kitab Hukum Bisnis Properti (Yogyakarta: Pustaka Yustisia, 2011), hlm Ibid.
3 12 lapisan pelaku usaha. Oleh karena itu, tidak heran dengan semakin banyaknya orang yang memiliki dana untuk menginvestasikan nya ke bisnis properti. Properti biasa dihubungkan dengan bangunan, ruko, rumah dan sejenisnya. Potensi pertumbuhan properti lebih disebabkan oleh adanya keinginan dari pada konsumen yang ingin membeli tempat tinggal di tengah kota. 5 Bisnis properti semakin marak dan diminati oleh banyak kalangan belakangan ini, hal ini dikarenakan adanya kemanfaatan dari properti itu sendiri. 6 Perkembangan sektor properti di Indonesia akhir-akhir kian pesat, sejalan dengan kondisi ekonomi makro yang terus tumbuh, sektor properti pun ikut berkembang. Jika program pengadaan perumahaan dapat direalisasikan, maka efeknya akan lebih menggigit untuk menggerakkan ekonomi nasional. Pemerintah sebenarnya punya alat untuk menggerakkan sektor properti, jika pemerintah dapat merealisasikan target 7,5 juta unit rumah untuk rakyat hingga tahun 2014 maka efeknya tentu akan luar biasa. Demikian pula pihak swasta yang terus mengembangkan kota-kota baru di sekitar kota besar. 7 Sektor properti mampu mendorong permintaan sektor bangunan sebesar 55%, begitu juga terhadap sektor industri barang dari logam (6%), perdagangan (5%), pengilangan minyak bumi (3.5%), penambangan dan penggalian lain (3,5%). Demikian juga dengan sektor properti yang mampu menyerap tenaga 5 Tanpa nama, Artikel Properti, dalam http: // artikel properti. blogspot. com/2012/10/pengertian-properti-definisi-properti.html (diunduh pada tanggal 29 Juni 2014). 6 Supriyadi Amir, Free Properti Dalam 17 Hari (Jakarta: Laskar Aksara, 2013), hlm Yuliana Rini DY, Mendorong Sektor Properti, Kompas, Senin, 18 Agustus 2014, hlm. 12.
4 13 kerja. Jika satu unit rumah dikerjakan 10 orang untuk 50,000 unit rumah maka akan mampu mengurangi pengangguran yang ada. 8 Pengembangan properti tidak lepas dari peran developer (pengembang). Developer dapat pula bekerja untuk membangun atau mengubah perumahan atau bangunan yang sudah ada sehingga menjadi perumahan/bangunan yang lebih baru, lebih baik dan memiliki nilai ekonomis yang lebih tinggi. 9 Dalam mewujudkan keinginannya membangun perumahan, pengembang pada umumnya memakai jasa kontraktor untuk membangun rumah/bangunan sesuai perencanaan yang dibuat oleh pengembang. Rumah-rumah yang sudah selesai dibangun selanjutnya dijual oleh pengembang kepada masyarakat yang membutuhkan. Kontraktor hanya bertanggung jawab memasarkan rumah. Developer adalah pelaku kegiatan yang diarahkan untuk memenuhi kebutuhan konsumen akan rumah tinggal dan atau ruang usaha dengan cara pengalihan hak atas produk tersebut dari perusahaan kepada konsumen melalui proses yang telah ditentukan. 10 Developer disebut juga sebagai badan usaha yang berbadan hukum, mempunyai kantor yang tetap, memiliki izin usaha dan terdaftar pada pemerintahan sesuai dengan undang-undang yang berlaku. Peran developer pada saat ini semakin dibutuhkan dengan banyaknya kebutuhan masyarakat untuk mendapatkan rumah tinggal. Daerah perkotaan hingga pedesaan, developermengembangkan usahanya dengan meraup banyak keuntungan. Dengan menyikapi secara dingin mengenai pihak-pihak yang pro 8 Frederic Han, Op. cit., hlm Ibid., hlm Ibid.
5 14 maupun kontra terkait usaha developer dalam usaha pengembangan rumah tinggal, pihak-pihak yang diuntungkan terus menjalankan usahanya. Tanggung jawab developer terhadap pihak yang telah melakukan jual beli rumah tinggal seharusnya dilakukan secara maksimal mengingat setiap fasilitas yang ada di rumah tinggal tersebut memang layak untuk dihuni baik secara keselamatan hingga pada akibat hukumnya. Suatu keharusan apabila developermemberikan tempat tinggal yang layak kepada pembeli (konsumen) khususnya rumah tinggal tersebut memang secara halal atau menurut undangundang memang baik untuk ditempati. Oleh karena itu, pembeli rumah tinggal yang beritikad baik seharusnya dilindungi oleh undang-undang atas tindakan developer nakal dan tidak bertanggung jawab apabila secara nyata telah melakukan kecurangan dan akibatnya merugikan pemilik rumah (konsumen). Adanya itikad tidak baik dari seorang developer terhadap fasilitas yang diberikan kepada konsumen merupakan bentuk suatu kesalahan ataupun pelanggaran hukum. Konsumen sebagai pihak yang dirugikan dalam hal ini telah mengeluarkan sejumlah uang untuk menikmati fasilitas rumah, akan tetapi pihak developeryang tidak bertanggung jawab telah merugikan konsumen itu sendiri. Developer memiliki kewajiban dalam hal memberikan pelayanan terbaik kepada konsumen apalagi terhadap fasilitas penggunaan listrik. Sebuah rumah di dalam perumahan sudah seharusnya memiliki aliran listrik apalagi perumahan tersebut berada di wilayah perkotaan, maka tidak seharusnya apabila aliran listrik tidak ada.
6 15 Masalah-masalah terkait dengan tanggung jawab developer perumahan tentu saja menjadi kajian yang menarik sehingga dalam hal ini sangat perlu dan penting untuk diteliti untuk melihat sejauh mana peraturan-peraturan yang ada dapat memberikan kepastian hukum dan perlindungan hukum terhadap pembelian rumah dalam suatu perumahan tanpa adanya fasilitas yang pada prinsipnya harus disediakan oleh developer (pengembang). B. Perumusan Masalah 1. Bagaimanakah pengaturan perlindungan konsumen menurut Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen? 2. Bagaimanakah hubungan hukum antara developer perumahan, pemilik rumah dan PT. PLN Persero dalam kawasan perumahan menurut Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen? 3. Bagaimankah tanggung jawab developer perumahan terhadap konsumen perumahan atas pemutusan listrik secara sepihak yang dilakukan oleh PT. PLN Persero dalam putusan MA. No. 53 PK/Pdt/Sus.BPSK/2013? C. Tujuan dan Manfaat Penulisan 1. Tujuan penulisan a. Untuk mengetahui pengaturan perlindungan konsumen menurut Undang- Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen; b. Untuk mengetaui hubungan hukum antara developer perumahan, pemilik rumah dan PT. PLN Persero dalam kawasan perumahan menurut Undang- Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen;
7 16 c. Untuk mengetahui tanggung jawab developer perumahan terhadap konsumen perumahan atas pemutusan listrik secara sepihak yang dilakukan oleh PT. PLN Persero dalam putusan MA. No. 53 PK/Pdt/Sus.BPSK/ Manfaat penulisan a. Manfaat teoritis Memberikan pengetahuan yang besar bagi penulis sendiri hapusnya pertanggungjawaban pelaku usaha jasa terhadap kerugian yang dialami oleh konsumen di Indonesia dalam pembangunan ilmu pengetahuan dalam bidang ilmu hukum ekonomi, khususnya yang berkaitan dengan peralihan hukum perlindungan konsumen; b. Manfaat praktis 1) Memberikan kontribusi terhadap masyarakat untuk dapat mengetahui tanggung jawab developer perumahan terhadap konsumen perumahan atas pemutusan listrik secara sepihak yang dilakukan oleh PT. PLN Persero; 2) Memberikan masukan terhadap perkembangan ilmu pengetahuan khususnya hukum perusahaan dan juga memberikan pemahaman pada pihak terkait seperti; praktisi hukum, praktisi legal corporate, dan juga mahasiswa diharapkan memberikan manfaat yang cukup luas. D. Keaslian Penulisan Skripsi dengan judul Tanggung jawab developer perumahan terhadap konsumen perumahan atas pemutusan listrik secara sepihak yang dilakukan oleh
8 17 PT. PLN Persero (studi putusan MA. No. 53 PK/Pdt/Sus.BPSK/2013) ini disusun berdasarkan pengumpulan bahan-bahan baik berupa bahan pustaka, undangundang, peraturan perlindungan konsumen, maupun peraturan lainnya yang berkaitan dengan perlindungan konsumen dan lembaga lainnya, yang diperoleh dari perpustakaan, media cetak, serta media elektronik. Sehubungan dengan keaslian judul ini, penulis telah melakukan pemeriksaan pada perpustakaan Fakultas Hukum untuk membuktikan bahwa judul skripsi ini belum pernah ditulis oleh orang lain di lingkungan Universitas Sumatera Utara maupun di lingkungan universitas/perguruan tinggi lainnya dalam wilayah Republik Indonesia. Apabila di kemudian hari, ternyata terdapat judul yang sama atau telah ditulis oleh orang lain dalam berbagai tingkat kesarjanaan sebelum skripsi ini dibuat, maka hal tersebut dapat dimintakan pertanggungjawaban. E. Tinjauan Pustaka Pengembang perumahaan (real estate developer) atau biasa juga disingkat dengan pengembang (developer) adalah orang-perseorangan atau perusahaan yang bekerja mengembangkan suatu kawasan pemukiman menjadi perumahan yang layak huni dan memiliki nilai ekonomis sehingga dapat dijual kepada masyarakat. Pengembang dapat terdiri dari orang perorangan maupun perusahaan, baik perusahaan yang berbadan hukum (CV atau Firma) maupun perusahaan yang sudah berbadan hukum (PT atau Koperasi). 11 Di Indonesia pengembang bernaung 11 R. Serfianto Dibyo Purnomo, Iswi Hariyani, dkk, Kitab Hukum Bisnis Properti (Yogyakarta: Pustaka Yustisia, 2011), hlm. 11.
9 18 dalam dua asosiasi perusahaan pengembang perumahan, yaitu REI (Persatuan Perusahaan Real Estate Indonesia) dan APERSI (Asosiasi Pengembang Perumahan dan Permukiman Seluruh Indonesia). 12 yaitu: 13 Pelaku dalam bisnis properti dapat diklasifikasikan menjadi 3 (tiga) pihak, 1. Penanam modal Kepemilikan proyek properti ini dapat dikelola secara kerja sama dengan pihak lain atau investor, perusahaan maupun yayasan dana pensiun, serta individu; 2. Pemberi pinjaman Sumber pemberi pinjaman ini bisa dari pihak bank, lembaga keuangan nonbank, dan individu yang meminjamkan dana untuk pembiayaan suatu proyek usaha developer; 3. Pemakai Pihak yang membeli aset kepemilikan dari proyek investor tersebut akan dibuatkan bukti kepemilikan dalam bentuk sertifikat. Pasal 1 angka 1 Undang-Undang Nomor. 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen (selanjutnya disebut UUPK), perlindungan konsumen adalah segala upaya yang menjamin adanya kepastian hukum untuk memberi perlindungan kepada konsumen. Tujuan perlindungan konsumen: 1. Meningkatkan kesadaran, kemampuan dan kemandirian konsumen untuk melindungi diri; 12 Ibid. 13 Property Puls Indonesia, Strategi Membangun Bisnis Developer Property, cetakan ke-2 (Jakarta: Ufuk Publishing House, 2011), hlm. 18.
10 19 2. Mengangkat harkat dan martabat konsumen dengan cara menghindarkannya dari ekses negatif pemakaian barang dan/atau jasa; 3. Meningkatkan pemberdayaan konsumen dalam memilih, menentukan dan menuntut hak-haknya sebagai konsumen; 4. Menciptakan sistem perlindungan konsumen yang mengandung unsur kepastian hukum, keterbukaan informasi serta akses untuk memperoleh informasi; 5. Menumbuhkan kesadaran pelaku usaha, sehingga tumbuh sikap jujur dan bertanggungjawab dalam penyediaan barang dan/atau jasa yang berkualitas. Pelaku usaha dilarang membuat atau mencantumkan 8 (delapan) klausula baku yang menyatakan: 1. Pengalihan tanggung jawab pelaku usaha; 2. Pelaku usaha berhak menolak penyerahan kembali barang yang dibeli konsumen; 3. Pelaku usaha berhak menolak penyerahan kembali uang atas pembayaran barang yang dibeli konsumen; 4. Pemberian kuasa dari konsumen kepada pelaku usaha untuk melakukan segala tindakan sepihak atas barang yang dibeli konsumen secara angsuran; 5. Mengatur perihal pembuktian atas hilangnya kegunaan barang atau pemanfaatan jasa yang dibeli konsumen; 6. Memberi hak kepada pelaku usaha untuk mengurangi manfaat jasa atau mengurangi harta kekayaan konsumen yang menjadi objek jual beli jasa; 7. Tunduknya konsumen kepada peraturan yang berupa aturan baru, yang dibuat
11 20 sepihak oleh pelaku usaha; 8. Konsumen memberi kuasa kepada pelaku usaha untuk pembebanan hak: tanggungan, gadai, jaminan terhadap barang yang dibeli konsumen secara angsuran. F. Metode Penelitian 1. Spesifikasi penelitian Penelitian yang dipergunakan dalam menyelesaikan skripsi ini bersifat deskriptif yang mengacu kepada penelitian hukum normatif yaitu menguji, mengkaji ketentuan-ketentuan tentang hapusnya pertanggungjawaban pelaku usaha jasa terhadap kerugian yang dialami oleh konsumen. Adapun metode pendekatan yang digunakan adalah metode pendekatan yuridis. Penelitian normatif dapat dikatakan juga dengan penelitian sistematik hukum sehingga bertujuan mengadakan identifikasi terhadap pengertianpengertian pokok/dasar dalam hukum, yakni masyarakat hukum, subyek hukum, hak dan kewajiban, peritiwa hukum, hubungan hukum dan obyek hukum Data penelitian Sumber data adalah subjek dari mana data dapat diperoleh. 15 Sumber data dapat dari data primer dan data sekunder. Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah sumber data sekunder, dimana data yang diperoleh secara tidak langsung. 14 Soerjono Soekanto, Penelitian Hukum Normatif: Suatu Tinjauan Singkat, cetakan ketigabela (Jakarta: RajaGrafindo Persada, 2011), hlm Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktik (Rineka Cipta: Jakarta, 2010), hlm.172.
12 21 a. Bahan hukum primer Diperoleh melalui Undang-Undang Nomor 8 Tahun1999 Tentang Perlindungan Konsumen, Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2011 tentang Perumahan dan Kawasan Pemukiman, Kitab Undang-Undang Hukum Perdata, Kitab Undang-Undang Hukum Dagang; b. Bahan hukum sekunder Bahan hukum sekunder berupa karya-karya ilmiah, berita-berita serta tulisan dan buku yang ada hubungannya dengan permasalahan yang diajukan; c. Bahan hukum tertier Bahan hukum tertier berupa bahan-bahan yang memberikan petunjuk maupun penjelasan terhadap bahan hukum primer dan bahan hukum sekunder seperti Kamus Hukum dan Kamus Bahasa Indonesia dan lain sebagainya. 3. Teknik pengumpulan data Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penulisan skripsi adalah dengan studi dokumen dengan penelusuran pustaka (library research) yaitu mengumpulkan data dari informasi dengan bantuan buku, karya ilmiah dan juga perundang-undangan yang berkaitan dengan materi penelitian. Menurut M. Nazil dalam bukunya yang berjudul Metode Penelitian, dikemukakan bahwa studi kepustakaan adalah teknik pengumpulan data dengan mengadakan studi
13 22 penelaahan terhadap buku-buku, literatur-literatur, catatan-catatan dan laporanlaporan yang ada hubungannya dengan masalah yang dipecahkan Analisis data Penelitian hukum normatif yang menelaah data sekunder menyajikan data berikut dengan analisisnya. 17 Metode analisis data yang dilakukan adalah dengan metode kualitatif dengan penarikan kesimpulan secara deduktif. Metode penarikan kesimpulan pada dasarnya ada dua, yaitu metode penarikan kesimpulan secara deduktif dan induktif. Metode penarikan kesimpulan secara deduktif adalah suatu proposisi umum yang kebenarannya telah diketahui dan berakhir pada suatu kesimpulan (pengetahuan baru) yang bersifat lebih khusus. 18 Metode penarikan kesimpulan secara induktif adalah proses berawal dari proposisi-proposisi khusus (sebagai hasil pengamatan) dan berakhir pada skesimpulan (pengetahuan baru) berupa asas umum. 19 G. Sistematika Penulisan BAB I PENDAHULUAN Bab ini diawali dengan latar belakang penelitian, yang berisi alasanalasan penulis mengambil judul sebagaimana tercantum diatas. Uraianuraian dalam bab ini ditujukan sebagai penjelasan awal mengenai terminologi-terminologi yang digunakan untuk mengemukakan permasalahan dalam mengidentifikasi masalah sebagai proses 16 M. Nazil, Metode Penelitian (Ghalia Indonesia: Jakarta), hlm Soerjono Soekanto, Op.cit., hlm Bambang Sunggono, Metode Penelitian Hukum (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2007), hlm Ibid., hlm. 10.
14 23 signifikasi pembahasan. Disamping itu untuk mempertegas pembahasan dicantum pula maksud dan tujuan serta kegunaan penelitian. BAB II PENGATURAN PERLINDUNGAN KONSUMEN MENURUT UNDANG-UNDANG NOMOR 8 TAHUN 1999 TENTANG PERLINDUNGAN KONSUMEN Bab ini menjelaskan bagaimana pengaturan perlindungan konsumen menurut Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen di Indonesia. Dalam bab ini akan membahas secara normatif bagaimana landasan hukum pengaturan perlindungan konsumen hak dan kewajiban konsumen dan pelaku usaha, perbuatan yang dilarang bagi pelaku usaha, klausula Baku, dan tanggungjawab pelaku usaha di Indonesia. BAB III HUBUNGAN HUKUM ANTARA DEVELOPER PERUMAHAN, PEMILIK RUMAH DAN PT. PLN PERSERO DALAM KAWASAN PERUMAHAN MENURUT UNDANG- UNDANG NOMOR 8 TAHUN 1999 TENTANG PERLINDUNGAN KONSUMEN Bab ini menjelaskan hubungan hukum antara developer perumahan, pemilik rumah dan PT. PLN Persero dalam kawasan perumahan menurut Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen. Bab ini juga menjelaskan Perjanjian jual beli rumah dalam kawasan perumahan, Pengadaan fasilitas listrik oleh PT. PLN Persero dalam kawasan perumahan, hubungan hukum antara developer
15 24 perumahan, pemilik rumah dan PT. PLN Persero dalam kawasan perumahan menurut Undang-Undang nomor 8 tahun 1999 tentang perlindungan konsumen. BAB IV TANGGUNG JAWAB DEVELOPER PERUMAHAN TERHADAP KONSUMEN PERUMAHAN ATAS PEMUTUSAN LISTRIK SECARA SEPIHAK YANG DILAKUKAN OLEH PT. PLN PERSERO (PUTUSAN MA. NO.53 PK/Pdt.Sus.BPSK/2013) Bab ini menjelaskan Tanggung jawab developer perumahan terhadap konsumen perumahan atas pemutusan listrik secara sepihak yang dilakukan oleh PT. PLN Persero (Studi Putusan MA. No. 53 PK/Pdt/Sus.BPSK/2013). Bab ini juga berisi kewenangan PT. PLN Persero dalam pemutusan listrik secara sepihak di kawasan perumahan, upaya hukum yang dilakukan konsumen perumahan untuk mendapatkan haknya sebagai pemilik rumah atas pemutusan listrik secara sepihak oleh PT. PLN Persero, tanggungjawab developer perumahan terhadap konsumen perumahan atas pemutusan listrik secara sepihak yang dilakukan oleh PT. PLN Persero (Studi Putusan MA.No.53PK/Pdt/Sus.BPSK/2013). BAB V PENUTUP Bab ini berisi kesimpulan yang dikemukakan berdasarkan permasalahan yang telah dibahas dan dianalisis, dalam bab ini juga dikemukakan berbagai saran dari penulis atas penelitian yang dilakukan.
BAB I PENDAHULUAN. Bank menurut pengertian umum dapat diartikan sebagai tempat untuk
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bank menurut pengertian umum dapat diartikan sebagai tempat untuk menyimpan dan meminjam uang. Namun, pada masa sekarang pengertian bank telah berkembang sedemikian
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. tertentu yang dilingkupi oleh aspek hukum, tehnis dan ekonomi. 1 Badan usaha
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Badan usaha adalah sebuah organisasi yang bergerak dalam bidang usaha tertentu yang dilingkupi oleh aspek hukum, tehnis dan ekonomi. 1 Badan usaha dengan perusahaan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pembangunan dan perkembangan perekonomian pada umumnya dan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembangunan dan perkembangan perekonomian pada umumnya dan khususnya di bidang perindustrian dan perdagangan telah menghasilkan berbagai variasi barang dan/atau
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. muncul dalam memperlancar arus barang dan lalu lintas orang yang timbul sejalan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Peran pelaku usaha ekspedisi selama ini dianggap sangat membantu dalam mempermudah pengiriman barang dari satu tempat ke tempat yang lain. Pentingya untuk saling melengkapi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. hidup untuk masyarakat dan dirinya dalam menampakkan jati diri.
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perumahan merupakan kebutuhan utama atau primer yang harus dipenuhi oleh manusia. Perumahan tidak hanya dapat dilihat sebagai sarana kebutuhan hidup, tetapi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. mempunyai kebutuhan yang tidak terbatas dan. beragam,baikitukebutuhanprimer,kebutuhansekunder maupunkebutuhan tersier.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Setiap manusia mempunyai kebutuhan yang tidak terbatas dan beragam,baikitukebutuhanprimer,kebutuhansekunder maupunkebutuhan tersier. Oleh karena itu manusia selalu berusaha
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. konsumen di Indonesia. Menurut pasal 1 ayat (2) Undang-Undang No 8 tahun
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pelaku usaha dan konsumen adalah dua pihak yang saling memerlukan. Konsumen memerlukan barang dan jasa dari pelaku usaha guna memenuhi keperluannya. Sementara
Lebih terperinciTINJAUAN YURIDIS PERJANJIAN SEWA MENYEWA RUMAH DINAS ANTARA KARYAWAN PT
TINJAUAN YURIDIS PERJANJIAN SEWA MENYEWA RUMAH DINAS ANTARA KARYAWAN PT. KERETA API INDONESIA (PERSERO) DIVISI REGIONAL II SUMATERA BARAT DENGAN PIHAK KETIGA SKRIPSI Diajukan Sebagai Salah Satu Persyaratan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. melayani masyarakat yang ingin menabungkan uangnya di bank, sedangkan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Bank merupakan salah satu lembaga keuangan yang mempunyai peranan penting dalam masyarakat. Oleh karena itu hampir setiap orang pasti mengetahui mengenai peranan bank
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia, (Jakarta: Kencana, 2006), hal. 51. Grafindo Persada, 2004), hal. 18. Tahun TLN No. 3790, Pasal 1 angka 2.
1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Aktivitas bisnis merupakan fenomena yang sangat kompleks karena mencakup berbagai bidang baik hukum, ekonomi, dan politik. Salah satu kegiatan usaha yang
Lebih terperinciPENDAHULUAN. penyimpanan uang demi kepentingan pribadi atau pun badan usaha, akan tetapi saat
PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bank merupakan suatu lembaga yang mana dulunya dimanfaatkan untuk penyimpanan uang demi kepentingan pribadi atau pun badan usaha, akan tetapi saat ini peran bank bukan hanya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. serta penerapan perjanjian standar yang merugikan konsumen. 1
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan dan perkembangan perekonomian umumnya dan khususnya di bidang perindustrian dan perdagangan nasional telah menghasilkan berbagai variasi barang dan/atau
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dengan pelaku usaha yang bergerak di keuangan. Usaha keuangan dilaksanakan oleh perusahaan yang bergerak di bidang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada hakekatnya setiap orang berhak mendapatkan perlindungan dari hukum. Hampir seluruh hubungan hukum harus mendapat perlindungan dari hukum. Oleh karena itu terdapat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pasca krisis moneter 1998, pemerintah giat melakukan privatisasi dan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pasca krisis moneter 1998, pemerintah giat melakukan privatisasi dan mengakhiri berbagai praktek persaingan tidak sehat. Fungsi regulasi usaha dipisahkan dari
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. ditingkatkan, agar tersedia tenaga listrik dalam jumlah yang cukup dan merata. tahun jumlah masyarakat semakin bertambah banyak.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Listrik memegang peranan yang sangat penting dalam kehidupan. Dapat dikatakan bahwa listrik telah menjadi sumber energi utama dalam setiap kegiatan baik di rumah tangga
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Masyarakat Indonesia pada umumnya sudah mengenal siapa itu konsumen. 2
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masyarakat Indonesia pada umumnya sudah mengenal siapa itu konsumen. 2 Konsumen sebagaimana yang dikenal dalam bahasa Indonesia merupakan serapan dari bahasa asing,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini perkembangan era globalisasi yang semakin pesat berpengaruh
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dewasa ini perkembangan era globalisasi yang semakin pesat berpengaruh terhadap semakin banyaknya kebutuhan masyarakat akan barang/ jasa tertentu yang diikuti
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. terjangkau didalam perumahan yang sehat, aman, harmonis, dan berkelanjutan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Setiap orang berhak hidup sejahtera lahir batin, bertempat tinggal, dan mendapatkan lingkungan hidup yang baik dan sehat, rumah merupakan kebutuhan dasar manusia mempunyai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Dalam dunia usaha yang memiliki persaingan usaha yang sangat ketat
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam dunia usaha yang memiliki persaingan usaha yang sangat ketat menuntut para pelaku ekonomi untuk mempertahankan usahanya. Pelaku usaha yang mengikuti trend
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN TENTANG PERLINDUNGAN KONSUMEN. Bagi para ahli hukum pada umumnya sepakat bahwa arti konsumen
BAB II TINJAUAN TENTANG PERLINDUNGAN KONSUMEN A. Pengertian Konsumen Bagi para ahli hukum pada umumnya sepakat bahwa arti konsumen adalah, pemakai terakhir dari benda dan jasa yang diserahkan kepada mereka
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Dewasa ini, perkembangan aktivitas bisnis merupakan fenomena yang sangat kompleks karena mencakup berbagai bidang baik hukum, ekonomi, dan politik. Dalam kehidupan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PERLINDUNGAN KONSUMEN DAN PELAKU USAHA
BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PERLINDUNGAN KONSUMEN DAN PELAKU USAHA 2.1 Perlindungan Hukum Perlindungan hukum adalah segala bentuk upaya pengayoman terhadap harkat dan martabat manusia serta pengakuan
Lebih terperinciSTIE DEWANTARA Perlindungan Konsumen Bisnis
Perlindungan Konsumen Bisnis Hukum Bisnis, Sesi 8 Pengertian & Dasar Hukum Konsumen adalah setiap orang pemakai barang dan/atau jasa yang tersedia dalam masyarakat, baik bagi kepentingan diri sendiri,
Lebih terperinciLex Privatum, Vol. IV/No. 1/Jan/2016
KAJIAN YURIDIS TENTANG PERJANJIAN BAKU ANTARA KREDITUR DAN DEBITUR MENURUT UNDANG-UNDANG NOMOR 8 TAHUN 1999 TENTANG PERLINDUNGAN KONSUMEN 1 Oleh : Glen Wowor 2 ABSTRAK Penelitian ini dialkukan bertujuan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. jenis dan variasi dari masing-masing jenis barang dan atau jasa yang akan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan perekonomian yang pesat telah menghasilkan berbagai jenis dan variasi dari masing-masing jenis barang dan atau jasa yang akan dikonsumsi. Barang dan atau
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. manusia untuk dikelola, digunakan, dan dipelihara sebaik-baiknya sebagai sumber
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tanah merupakan anugerah Tuhan Yang Maha Esa yang diberikan kepada manusia untuk dikelola, digunakan, dan dipelihara sebaik-baiknya sebagai sumber kehidupan dan penghidupan.
Lebih terperinciBAB I P E N D A H U L U A N. pihak yang mengadakan perjanjian pengangkutan laut ini. Tetapi karena
BAB I P E N D A H U L U A N A. Latar Belakang Mengikuti perkembangan dari perekonomian yang moderen, adanya pengangkutan merupakan salah satu sarana yang cukup penting dalam menunjang pembangunan ekonomi,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pembangunan kesehatan bertujuan untuk meningkatkan kesadaran,
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan kesehatan bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemajuan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang optimal
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Dan perlu dibina serta dikembangkan demi kelangsungan dan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perumahan dan pemukiman merupakan kebutuhan dasar manusia dan mempunyai peranan yang sangat strategis dalam pembentukan watak serta pribadi bangsa. Dan perlu dibina
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Pengertian Perlindungan Konsumen, Konsumen, dan Pelaku Usaha
9 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Perlindungan Konsumen 1. Pengertian Perlindungan Konsumen, Konsumen, dan Pelaku Usaha Hukum Perlindungan Konsumen menurut Az. Nasution adalah hukum konsumen yang memuat asas-asas
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. barang dan jasa, serta fasilitas pendukung lainnya sebagai pelengkap yang dibutuhkan
BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Perkembangan dunia usaha di Indonesia semakin ketat akan persaingannya, banyak perusahaan-perusahaan tumbuh berkembang dengan menawarkan beberapa pelayanan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Indonesia. Hal janji adalah suatu sendi yang amat penting dalam Hukum
BAB I PENDAHULUAN Hukum perjanjian adalah bagian dari Hukum Perdata yang berlaku di Indonesia. Hal janji adalah suatu sendi yang amat penting dalam Hukum Perdata, karena Hukum Perdata banyak mengandung
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Banyak makanan import yang telah masuk ke Indonesia tanpa disertai
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Banyak makanan import yang telah masuk ke Indonesia tanpa disertai informasi yang jelas pada kemasan produknya. Pada kemasan produk makanan import biasanya
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. seperti perlengkapan rumah, transportasi dan lain-lain 1.
BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kebutuhan adalah keinginan manusia untuk memiliki dan menikmati kegunaan barang atau jasa yang dapat memberikan kepuasan bagi jasmani dan rohani demi kelangsungan hidup.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perumahan merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia. Bagi
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perumahan merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia. Bagi sebagian besar masyarakat Indonesia, kata rumah menjadi suatu kebutuhan yang sangat mahal, padahal
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kebutuhan hidupnya. Dalam memenuhi segala kebutuhan hidup, akal dan pikiran. Ia memerlukan tangan ataupun bantuan dari pihak lain.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia adalah makhluk ciptaan Tuhan Yang Maha Esa yang paling tinggi derajatnya dibandingkan dengan makhluk ciptaan Tuhan lainnya. Hal ini dikarenakan manusia diberikan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang masalah. Tanah merupakan permukaan bumi yang memiliki dua dimensi dengan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang masalah Tanah merupakan permukaan bumi yang memiliki dua dimensi dengan adanya dua satuan ukur yaitu panjang dan lebar. Tanpa disadari oleh manusia, tanah mempunyai
Lebih terperinciBAB III TANGGUNG JAWAB PENYELENGGARAAN JASA MULTIMEDIA TERHADAP KONSUMEN. A. Tinjauan Umum Penyelenggaraan Jasa Multimedia
BAB III TANGGUNG JAWAB PENYELENGGARAAN JASA MULTIMEDIA TERHADAP KONSUMEN A. Tinjauan Umum Penyelenggaraan Jasa Multimedia Penyelenggaraan jasa multimedia adalah penyelenggaraan jasa telekomunikasi yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pembangunan nasional yang dilaksanakan selama ini merupakan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan nasional yang dilaksanakan selama ini merupakan upaya pembangunan yang berkesinambungan dalam rangka mewujudkan masyarakat yang adil dan makmur berdasarkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pelaksanaan pembangunan dalam segala bidang selalu ditingkatkan dari waktu ke
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Negara Indonesia merupakan negara yang sedang berkembang sehingga pelaksanaan pembangunan dalam segala bidang selalu ditingkatkan dari waktu ke waktu. Pembangunan yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. publik terhadap kehidupan anak anak semakin meningkat. Semakin tumbuh dan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Di Indonesia, dalam beberapa tahun terakhir ini perhatian pemerintah dan publik terhadap kehidupan anak anak semakin meningkat. Semakin tumbuh dan berkembangnya organisasi
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. hal. 2. diakses 06 September Universitas Indonesia
1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan dunia dalam era globalisasi ini semakin menuntut tiap negara untuk meningkatkan kualitas keadaan politik, ekonomi, sosial dan budaya mereka agar
Lebih terperinciBAB III TINJAUAN YURIDIS MENGENAI KLAUSULA BAKU DALAM PERJANJIAN KARTU KREDIT BANK MANDIRI, CITIBANK DAN STANDARD CHARTERED BANK
44 BAB III TINJAUAN YURIDIS MENGENAI KLAUSULA BAKU DALAM PERJANJIAN KARTU KREDIT BANK MANDIRI, CITIBANK DAN STANDARD CHARTERED BANK 3.1 Hubungan Hukum Antara Para Pihak Dalam Perjanjian Kartu Kredit 3.1.1
Lebih terperinciIII. METODE PENELITIAN. digunakan pendekatan secara yuridis normatif dan yuridis empiris.
III. METODE PENELITIAN A. Pendekatan Masalah Proses pengumpulan dan penyajian sehubungan dengan penelitian ini maka digunakan pendekatan secara yuridis normatif dan yuridis empiris. 1. Pendekatan Yuridis
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Rumah adalah bangunan yang berfungsi sebagai tempat tinggal atau
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Rumah adalah bangunan yang berfungsi sebagai tempat tinggal atau hunian dan sarana pembinaan keluarga. Rumah merupakan kebutuhan dasar dan mempunyai fungsi yang sangat
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Badan Pusat Statistik dan United Nations Population Fund tahun 2015 jumlah
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Negara Indonesia merupakan negara dengan jumlah penduduk yang besar, berdasarkan data yang dihimpun oleh Badan Perencanaan Pembangunan Nasional, Badan Pusat Statistik
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perumahan merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia. Namun bagi sebagian besar masyarakat Indonesia, kata rumah menjadi sebutan yang teramat mahal, padahal
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. rangka peningkatan dan pemerataan kesejahteraan rakyat. 1 Bidang perumahan
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan perumahan dan pemukiman merupakan upaya untuk memenuhi salah satu kebutuhan dasar manusia, sekaligus untuk meningkatkan mutu lingkungan kehidupan, memberi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. untuk memperlancar roda pembangunan, dan sebagai dinamisator hukum
9 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hukum dan pembangunan merupakan dua variabel yang selalu sering mempengaruhi antara satu sama lain. Hukum berfungsi sebagai stabilisator yang mempunyai peranan menciptakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Perkembangan perbankan kini telah menjadi hal yang kian penting dalam
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan perbankan kini telah menjadi hal yang kian penting dalam kehidupan masyarakat, dalam setiap sendi-sendi kehidupan masyarakat kini tidak lagi terpisah dengan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pesat, sehingga produk yang dihasilkan semakin berlimpah dan bervariasi.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan di bidang teknologi dewasa ini meningkat dengan pesat, sehingga produk yang dihasilkan semakin berlimpah dan bervariasi. Mulai dari barang kebutuhan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. masyarakat, dengan secara tepat dan cepat menyalurkan dana tersebut pada
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Fungsi utama bank dalam suatu perekonomian adalah untuk memobilisasi dana masyarakat, dengan secara tepat dan cepat menyalurkan dana tersebut pada penggunaan atau investasi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. perindustrian dan perdagangan nasional telah menghasilkan berbagai variasi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan dan perkembangan perekonomian khususnya dibidang perindustrian dan perdagangan nasional telah menghasilkan berbagai variasi barang dan/atau jasa yang dapat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang. Salah satu upaya pemerintah Indonesia dalam rangka mewujudkan
9 BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Salah satu upaya pemerintah Indonesia dalam rangka mewujudkan kesejahteraan rakyat yang adil dan makmur sebagaimana diamanatkan oleh Pancasila dan Undang-Undang Dasar
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. macam variasi barang maupun jasa. Banyaknya variasi barang maupun jasa
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Di era globalisasi ini perkembangan di berbagai bidang tumbuh dengan pesat. Perkembangan ekonomi salah satunya. Perkembangan ekonomi ini membawa banyak pengaruh juga
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan berkembangnya jumlah penduduk, kebutuhan akan tanah terus
12 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan Tanah ditempatkan sebagai suatu bagian penting bagi kehidupan manusia. Seiring dengan berkembangnya jumlah penduduk, kebutuhan akan tanah terus meningkat.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. ataupun pekerjaan. Baik pekerjaan yang diusahakan sendiri maupun bekerja pada orang lain.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam menjalani kehidupan ini manusia mempunyai kebutuhan yang beraneka ragam, untuk memenuhi semua kebutuhan tersebut manusia dituntut untuk melaksanakan suatu usaha
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Istilah perjanjian baku berasal dari terjemahan bahasa Inggris, yaitu standard
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Istilah perjanjian baku berasal dari terjemahan bahasa Inggris, yaitu standard contract. Perjanjian baku merupakan perjanjian yang ditentukan dan telah dituangkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. melahirkan suatu perikatan. Perikatan lahir dari sebuah perjanjian, tetapi ada juga
BAB I PENDAHULUAN I.I LATAR BELAKANG MASALAH Menurut Prof R. Subekti Perjanjian adalah sumber terpenting yang melahirkan suatu perikatan. Perikatan lahir dari sebuah perjanjian, tetapi ada juga perikatan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Hal ini dapat kita lihat dalam praktek sehari-hari, banyaknya peminat dari
BAB I PENDAHULUAN H. Latar Belakang Dalam dunia perdagangan kita mengenal berbagai macam perjanjian, salah satu diantaranya adalah Perjanjian Sewa Beli. Perjanjian ini timbul dalam praktek karena adanya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Koperasi merupakan sesuatu yang sangat menarik untuk dikaji secara
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Koperasi merupakan sesuatu yang sangat menarik untuk dikaji secara ilmiah, karena koperasi merupakan sebagian dari tata perekonomian masyarakat Indonesia. Undang-undang
Lebih terperinciIII. METODE PENELITIAN. 1. Pendekatan Yuridis Normatif (library Research)
44 III. METODE PENELITIAN A. Pendekatan Masalah Berdasarkan klasifikasi penelitian hukum baik yang bersifat normatif maupun yang bersifat empiris serta ciri-cirinya, maka pendekatan masalah yang digunakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. Perkembangan dunia dewasa ini ditandai dengan arus globalisasi di segala
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan Perkembangan dunia dewasa ini ditandai dengan arus globalisasi di segala bidang yang membawa pengaruh cukup besar bagi perkembangan perekonomian Indonesia.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. untuk mewujudkan masyarakat yang adil dan makmur. Dalam rangka. merata di segala bidang, salah satunya adalah bidang ekonomi.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan nasional merupakan rangkaian upaya pembangunan yang berkesinambungan, meliputi seluruh kehidupan masyarakat, bangsa, dan negara untuk melaksanakan tugas
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. aktifitasnya yang berupa tanah. Tanah dapat berfungsi tidak saja sebagai lahan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam kehidupannya, baik sebagai individu maupun sebagai makhluk sosial, manusia tentu memerlukan lahan atau tempat sebagai fondasi untuk menjalankan aktifitasnya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. berbagai usaha yang terus berkembang di segala bidang. Usaha yang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan ekonomi yang semakin maju harus menjamin perlindungan dalam dunia usaha. Perkembangan tersebut memunculkan berbagai usaha yang terus berkembang di segala
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Peranan notaris..., E. Paramitha Sapardan, FH UI, hlm. 1. Universitas Indonesia
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perseroan dalam pengertian umum adalah perusahaan atau organisasi usaha. Sedangkan perseroan terbatas adalah salah satu bentuk organisasi usaha atau badan usaha yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. suatu usaha/bisnis. Tanpa dana maka seseorang tidak mampu untuk. memulai suatu usaha atau mengembangkan usaha yang sudah ada.
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perbankan dalam kehidupan dewasa ini bukanlah merupakan sesuatu yang asing lagi. Bank tidak hanya menjadi sahabat masyarakat perkotaan, tetapi juga masyarakat perdesaan.
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Listrik adalah kebutuhan dasar, strategis dan vital bagi setiap orang khususnya di Indonesia. Listrik adalah tonggak awal menuju peradaban manusia yang lebih
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. berkembang adanya karena dilengkapi oleh ketentuan-ketentuan perdagangan
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Globalisasi Ekonomi dan liberalisasi perdagangan semakin berkembang adanya karena dilengkapi oleh ketentuan-ketentuan perdagangan internasional yang memberikan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kebutuhan papan adalah kebutuhan tempat tinggal untuk tidur,
13 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kebutuhan papan adalah kebutuhan tempat tinggal untuk tidur, beristirahat, dan berlindung dari hujan atau terik matahari. Ini menjadi salah satu kebutuhan dasar manusia
Lebih terperinciIII.METODE PENELITIAN. permasalahan-permasalahan yang timbul di dalam gejala bersangkutan. 1
43 III.METODE PENELITIAN Penelitian hukum pada dasarnya merupakan suatu kegiatan ilmiah yang didasarkan pada metode, sistematika dan pemikiran tertentu, yang bertujuan untuk mempelajari satu atau beberapa
Lebih terperinciPERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP KONSUMEN ATAS PENERAPAN KLAUSULA EKSONERASI DALAM PERJANJIAN BAKU
PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP KONSUMEN ATAS PENERAPAN KLAUSULA EKSONERASI DALAM PERJANJIAN BAKU Oleh : Anak Agung Ketut Junitri Paramitha I Nengah Suharta Bagian Hukum Bisnis Fakultas Hukum Universitas Udayana
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Perkembagan Indonesia dewasa ini dalam berbagai bidang sangat pesat,
2 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembagan Indonesia dewasa ini dalam berbagai bidang sangat pesat, yang merupakan cita-cita proklamasi kemerdekaan Republik Indonesia yaitu untuk mewujudkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. maupun antar negara, sudah sedemikian terasa ketatnya. 3
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Era globalisasi dan pasar bebas belum berjalan sepenuhnya. Akan tetapi aroma persaingan antar perusahaan barang maupun jasa, baik di dalam negeri maupun antar negara,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang sedang berlangsung di Indonesia. Hak atas kekayaan intelektual yang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perlindungan hak kekayaan intelektual sanagt penting bagi pembangunan yang sedang berlangsung di Indonesia. Hak atas kekayaan intelektual yang dilindungi di Indonesia
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dirugikan. Begitu banyak dapat dibaca berita-berita yang mengungkapkan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perlindungan atas kepentingan konsumen tersebut diperlukan, mengingat bahwa dalam kenyataannya pada umumnya konsumen selalu berada dipihak yang dirugikan. Begitu banyak
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kemudian diiringi juga dengan penyediaan produk-produk inovatif serta. pertumbuhan ekonomi nasional bangsa Indonesia.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kegiatan usaha di sektor jasa keuangan pada saat sekarang ini sedang mengalami perkembangan dan kemajuan, hal itu dapat terlihat dari besarnya antusias masyarakat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. perkembangan zaman, UUD 1945 telah empat kali mengalami perubahan. atau amandemen. Di dalam bidang hukum, pengembangan budaya hukum
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 (UUD 1945) adalah hukum dasar di Negara Republik Indonesia. Seiring perkembangan zaman, UUD 1945 telah empat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kebutuhan tersebut maka setiap manusia mengkonsumsi atau menggunakan
BAB I PENDAHULUAN Setiap manusia mempunyai kebutuhan yang beragam dalam kehidupannya sebagai individu maupun sebagai makhluk sosial, namun manusia tidak mampu memenuhi setiap kebutuhannya tersebut secara
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Koperasi merupakan salah satu bentuk badan usaha yang sesuai dengan. badan usaha penting dan bukan sebagai alternatif terakhir.
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1. Perkembangan perekonomian nasional yang dihadapi dunia usaha termasuk koperasi dan usaha kecil menengah saat ini sangat cepat dan dinamis. Koperasi merupakan salah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. bersifat terbuka, perdagangan sangat vital bagi upaya untuk meningkatkan
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Perdagangan merupakan sektor jasa yang menunjang kegiatan ekonomi antar anggota masyarakat dan antar bangsa. Bagi Indonesia dengan ekonominya yang bersifat terbuka,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. negara tersebut menimbulkan hak dan kewajiban bagi negara yang dapat dinilai
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Tujuan negara Indonesia 1 sebagaimana tercantum dalam alinea keempat Pembukaan Undang Undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945 (UUD 1945) diwujudkan oleh sebuah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kembali kepada masyarakat. Selain itu, bank juga memberikan jasa-jasa keuangan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dan menjalankan usahanya terutama dari dana masyarakat dan kemudian menyalurkan kembali kepada masyarakat.
Lebih terperinciMETODE PENELITIAN. Pendekatan masalah yang digunakan dalam proses pengumpulan dan penyajian
III. METODE PENELITIAN A. Pendekatan Masalah Pendekatan masalah yang digunakan dalam proses pengumpulan dan penyajian sehubungan dengan penelitian ini adalah pendekatan secara yuridis normatif dan yuridis
Lebih terperinciSKRIPSI. iyah Surakarta. Oleh : NIM
SKRIPSI KLAUSULA EKSONERASI DAN KONSUMEN (Studi Terhadap Perjanjian Laundry di Gonilan, Kartasura, Sukoharjo) Disusun dan Diajukan untuk Melengkapii Tugas-tugas dan Syarat-syarat Guna Mencapai Derajat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. berjudul Tentang Sewa-Menyewa yang meliputi Pasal 1548 sampai dengan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perjanjian sewa-menyewa diatur di bab VII Buku III KUHPerdata yang berjudul Tentang Sewa-Menyewa yang meliputi Pasal 1548 sampai dengan Pasal 1600 KUHPerdata. Defenisi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Jaminan atau agunan yang diajukan atau yang diberikan oleh debitur
9 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Jaminan atau agunan yang diajukan atau yang diberikan oleh debitur kepada Bank berupa tanah-tanah yang masih belum bersertifikat atau belum terdaftar di Kantor Pertanahan.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sangat vital dalam kehidupan masyarakat, hal ini didasari beberapa faktor
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Negara Indonesia merupakan daratan yang terdiri dari beribu-ribu pulau besar dan kecil serta berupa perairan yang terdiri dari sebagian besar laut dan sungai,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. untuk memenuhi kebutuhan sendiri maupun untuk masyarakat". untuk kebutuhan sendiri atau untuk masyarakat.
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pasal 1 ayat (2) Undang-Undang No. 13 tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan menyatakan, "Tenaga kerja adalah setiap orang yang mampu melakukan pekerjaan guna
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Dengan semakin meningkatnya jumlah penduduk di indonesia, maka
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Dengan semakin meningkatnya jumlah penduduk di indonesia, maka kebutuhan masyarakat akan rumah semakin meningkat. Pembangunan perumahan merupakan salah satu upaya untuk
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Munculnya berbagai lembaga pembiayaan dewasa ini turut memacu
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Munculnya berbagai lembaga pembiayaan dewasa ini turut memacu roda perekonomian masyarakat. Namun sayangnya pertumbuhan institusi perekonomian tersebut tidak
Lebih terperinciBAB I A. LATAR BELAKANG
BAB I A. LATAR BELAKANG Dalam kehidupan sehari-hari, manusia memerlukan sebidang tanah baik digunakan untuk membangun rumah maupun dalam melakukan kegiatan untuk memenuhi kebutuhan hidup seperti pertanian,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. akan berkaitan dengan istri atau suami maupun anak-anak yang masih memiliki
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kehidupan manusia penuh dengan ketidakpastian. Ketidakpastian tersebut biasanya berhubungan dengan takdir dan nasib manusia itu sendiri yang telah ditentukan oleh Tuhan.
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perumahan dan pemukiman merupakan kebutuhan dasar manusia selain sandang dan pangan. Sudah sewajarnya jika setiap manusia mempunyai tempat tinggal yang layak sehingga
Lebih terperinciPembangunan nasional merupakan pencerminan kehendak untuk terusmenerus. terpadu, terarah, dan berkesinambungan dalam rangka mewujudkan suatu
Pembangunan nasional merupakan pencerminan kehendak untuk terusmenerus meningkatkan kemakmuran dan kesejahteraan rakyat Indonesia secara adil dan merata dalam segala aspek kehidupan serta diselenggarakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Dalam zaman modern ini segala sesuatu memerlukan kecepatan dan
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Dalam zaman modern ini segala sesuatu memerlukan kecepatan dan ketepatan, maka jasa angkutan udara sangatlah tepat karena ia merupakan salah satu transportasi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang. Manusia dalam kehidupannya sehari-hari memiliki kebutuhankebutuhan
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Manusia dalam kehidupannya sehari-hari memiliki kebutuhankebutuhan yang harus dipenuhi, seperti kebutuhan akan sandang, pangan, dan papan.dalam usaha untuk memenuhi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kemajuan perekonomian Indonesia baik dibidang perbankan, industri, real estate, properti, eksport import dan lain sebagainya menumbuhkan banyak perusahaan-perusahaan
Lebih terperinciLD NO.14 PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN GARUT NOMOR 14 TAHUN 2012 TENTANG PENANAMAN MODAL I. UMUM
I. UMUM PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN GARUT NOMOR 14 TAHUN 2012 TENTANG PENANAMAN MODAL 1. Pembangunan daerah merupakan bagian integral dari pembangunan nasional, sebagai upaya terus menerus
Lebih terperinci