RISALAH RAPAT HARMONISASI PENYUSUNAN RPM TENTANG REGISTRASI PELANGGAN JASA TELEKOMUNIKASI

Transkripsi

1 RISALAH RAPAT HARMONISASI PENYUSUNAN RPM TENTANG REGISTRASI PELANGGAN JASA TELEKOMUNIKASI A. UMUM Surat : 43/SJ.4/HK.02.01/ 04/2016, 29 April 2016 Undangan Hari/Tanggal : 3 s.d. 4 Mei 2016 P u k u l : s.d. Selesai Tempat : Gedung BPRTIK Pustiknas Kominfo Jl. KertaMukti No. 10 Tangerang Selatan banten Pimpinan Rapat : Kabag Peraturan Perundang-undangan Biro Hukum. Peserta Rapat : Direktur Pengendalian Ditjen PPI, Perwakilan Kabag Hukum dan Kerja Sama Setditjen PPI, Kasubbag PUU I Biro Hukum, Kasubbag PUU II Biro Hukum, dan staf Biro Hukum. B. PENDAHULUAN Rapat Harmonisasi membahas dan memfinalisasi substansi dan legislative drafting RPM Kominfo tentang Registrasi Pelanggan Jasa Telekomunikasi; namun dikarenakan perwakilan dari KRT-BRTI tidak hadir maka terdapat substansi yang merupakan masukan dari KRT-BRTI yang dilakukan perubahan. C. PEMBAHASAN 1. Beberapa latar belakang pembentukan RPM Kominfo tentang Registrasi Pelanggan Jasa Telekomunikasi antara lain sebagai berikut: a. Tidak tertibnya proses registrasi pelanggan prabayar, seperti banyaknya sms SPAM, penawaran Kredit Tanpa Agunan, SMS Penipuan, iklan baris pornografi, pengalihan trafik internasional yang didasarkan pada tarif lokal sehingga merugikan industri

2 telekomunikasi yang pada akhirnya Pemasukan Negara Bukan Pajak berkurang sehingga merugikan keuangan negara. b. Ketentuan registrasi pelanggan jasa telekomunikasi sebagaimana diatur dalam Peraturan Menteri Komunikasi dan Informatika Nomor 23/M.KOMINFO/10/2005 tentang Registrasi terhadap Pelanggan Jasa Telekomunikasi dipandang sudah tidak sesuai lagi dengan perkembangan sehingga perlu diganti. 2. Beberapa substansi mendasar yang akan diatur dalam RPM Kominfo tentang Registrasi Pelanggan Jasa Telekomunikasi antara lain sebagai berikut: a. Seluruh Registrasi yang akan dilakukan tersambung ke data kependudukan sehingga calon pengguna bisa mendaftar secara mandiri. Selain registrasi menggunakan KTP nantinya juga akan menggunakan Kartu Keluarga untuk menjamin keamanan informasi. b. Registrasi secara mandiri hanya maksimal terhadap 3 Nomor MSISDN atau nomor Pelanggan untuk setiap NIK pada setiap Penyelenggara Jasa Telekomunikasi, jika registrasi untuk keperluan tertentu seperti komunikasi M2M yang kebutuhannya melebihi 3 (tiga) Nomor MSISDN maka registrasi melalui gerai milik Penyelenggara Jasa Telekomunikasi atau gerai milik Mitra. c. Untuk menjamin keamanan data informasi pengguna data, maka Penyelenggara Jasa Telekomunikasi wajib memiliki sertifikasi di bidang keamanan informasi paling rendah ISO dalam pengelolaan data pelanggan. 3. Tanggapan dan masukan terhadap batang tubuh: a. Bagian menimbang huruf a, frasa kondisi saat ini setelah kata perkembangan dihapus karena dianggap tidak perlu. b. Dasar Mengingat: penambahan dasar hukum Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2014 tentang Administrasi Pemerintahan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 292, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5601). c. Bab I Ketentuan Umum, definisi Penyelenggara Telekomunikasi dan Penyelenggaraan Jasa Telekomunikasi dihilangkan karena tidak ada penyebutan dan pengaturannya dalam batang tubuh.

3 d. Bab III, perubahan judul yang sebelumnya Registrasi Pelanggan Pascabayar diubah sehingga menjadi Registrasi Pelanggan Pascabayar dan Korporasi karena isi pasal didalamnya yakni Pasal 12 mengatur tentang Registrasi Pelanggan Pascabayar dan Pasal 13 mengatur tentang Registrasi Pelanggan Korporasi sehingga terdapat penambahan 1 pasal yakni Pasal 13 yang mengatur Registrasi Pelanggan Korporasi. e. Pasal 14`ayat (1), ketentuan jangka waktu registrasi ulang Penyelenggara Jasa Telekomunikasi paling lambat 12 (dua belas) bulan terhitung sejak PM Kominfo tentang Registrasi Pelanggan Jasa Telekomunikasi mulai dihilangkan dan dimasukkan ke dalam Pasal 23 huruf b Bab X Ketentuan Peralihan. f. Pasal 14 ayat (2) dan ayat (3), dipecah dan dimasukkan menjadi pasal berikutnya yakni Pasal 15. g. Pasal 17 ayat (5) huruf d, mengenai kewajiban penyerahan identitas Pelanggan oleh Penyelenggara Jasa Telekomunikasi kepada pejabat Negara atau Instansi yang diberikan kewenangan berdasarkan Undang-Undang dihilangkan karena pejabat negara sebagaimana dimaksud pada ayat ini dinilai sama kewenangan dan tusinya dengan Penyidik yang diatur dalam huruf b. h. Pasal 17 ayat 2, mengenai hal yang harus dilampirkan pada laporan data Pelanggan Prabayar yang wajib disampaikan oleh Penyelenggara Jasa Telekomunikasi kepada BRTI ditambahkan identitas penanggung jawab. i. Bab VII Pengawasan dan Pengendalian, pengawasan dan pengendalian yang sebelumnya dilaksanakan oleh BRTI diubah menjadi dilaksanakan oleh Direktur Jenderal Pengendalian Pos dan Informatika Ditjen PPI karena berdasarkan Pasal 4 Undang-Undang No. 36 Tahun 1999 tentang Telekomunikasi, Pembinaan telekomunikasi yang meliputi penetapan kebijakan, pengaturan, pengawasan dan pengendalian dilakukan oleh Pemerintah. Selain itu, berdasarkan Pasal 345 PM Kominfo No. 1 Tahun 2016 tentang Organisasi dan Tata Laksana Kementerian Komunikasi dan Informatika, Direktorat Pengendalian Pos dan Informatika salh satunya bertugas untuk melakukan perumusan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria, dan pemberian bimbingan teknis dan supervisi, serta

4 pemantauan,mevaluasi, dan pelaporan di bidang pengendalian penyelenggaraan pos dan informatika. j. Bab VIII, Ketentuan Lain-Lain, diubah menjadi sebagai berikut: Pasal 20 Penyelenggara Jasa Telekomunikasi wajib mencantumkan tulisan Registrasi Dilakukan melalui Gerai atau Layanan Lain yang Disediakan Penyelenggara dengan huruf kapital berukuran minimal 12 point pada kemasan Kartu Perdana yang diproduksi setelah Peraturan Menteri ini mulai berlaku. Pasal 21 Penyelenggara Jasa Telekomunikasi wajib melakukan sosialisasi tata cara Registrasi. k. Bab IX, Sanksi Administratif, diubah sehingga menjadi sebagai berikut: Pasal 22 Pelanggaran terhadap Pasal 2, Pasal 9 ayat (2) huruf b dan c, Pasal 11 ayat (3), Pasal 11 ayat (4), Pasal 14 ayat (1), Pasal 15 ayat (2), Pasal 16 ayat (1), Pasal 17 ayat (1), Pasal 17 ayat (2), Pasal 17 ayat (3), Pasal 17 ayat (4), Pasal 17 ayat (5), Pasal 17 ayat (6), Pasal 17 ayat (7), Pasal 18 ayat (1), Pasal 20, dan Pasal 21 dikenai sanksi administratif yang dapat berupa: a. teguran tertulis; b. denda administratif; c. pemberhentian sementara; dan/atau d. pencabutan izin. Jakarta, 04 Mei 2016 Mengetahui, Pembuat Risalah, Mengetahui Sariaty Dinar Silalahi, Kasubag PUU I: Prananto A.N, Staf PUU: Hanifan Niffari, Staf PUU: Ibrahim Jamal

5 Hukum Kabag PUU, Biro

6