BAB 3 HIPOTESIS PENELITIAN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB 3 HIPOTESIS PENELITIAN"

Transkripsi

1 21 BAB 3 HIPOTESIS PENELITIAN 3.1 Kerangka Konsep Restorasi klas II MOD resin komposit Bulk Fill yang mengandung monomer AUDMA dan AFM Restorasi klas II MOD resin komposit Bulk Fill yang diaktivasi sonic Ketahanan Fraktur Restorasi klas II MOD resin Komposit Bulk Fillyang diperkuat short fiber 3.2 Hipotesis Penelitian Dari uraian diatas maka terdapat hipotesis pada penelitian ini yaitu : 1. Ada pengaruh resin komposit bulk fill yang berbeda pada restorasi klas II MOD gigi premolar maksila terhadap ketahanan fraktur. 2. Ada perbedaan pengaruhresin komposit bulk fill yang berbeda pada restorasi klas II MOD gigi premolar maksila terhadap ketahanan fraktur.

2 22 BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN 4.1 Jenis dan Desain Penelitian Jenis Penelitian Eksperimental laboratorium Desain penelitian Postest Only Control Group Design 4.2 Lokasi dan Waktu Penelitian Lokai Penelitian 1. Departemen Konservasi Gigi FKg USU 2. Laboratorium LIDA USU 3. Laboratorium Uji Mekanis Fakultas MIPA USU Waktu Penelitian September 2016 April Populasi dan Sampel Populasi Gigi premolar maksila dengan apikal yang sudah tertutup sempurna yang telah diekstraksi untuk keperluan orthodonti ataupun yang sudah diekstraksi karena mobiliti Sampel Gigi premolar maksila yang telah diekstraksi dan diperoleh dari praktek dokter gigi dengan kriteria inklusi sebagai berikut : 1. Gigi premolar maksila 2. Tidak ada fraktur mahkota dan belum pernah direstorasi

3 23 3. Mahkota masih utuh dan tidak ada karies Besar Sampel Jumlah sampel dihitung dengan menggunakan rumus rancangan eksperimental murni sebagai berikut : (n-1) (r-1) 15 (n-1) (3-1) 15 2n n 17 n 8,5 n = 10 (pembulatan keatas) Keterangan : r = jumlah perlakuan dalam penelitian n = jumlah sampel Besar sampel untuk masing-masing kelompok menurut perhitungan di atas adalah 10. Jumlah keseluruhan gigi premolar rahang atas adalah 30 sampel yang dibagi secara acak ke dalam tiga kelompok perlakuan yaitu : Kelompok 1 : Restorasi kavitas klas II MOD dengan resin komposit Filtek Bulk fill (3M ESPE) Kelompok 2 : Restorasi kavitas klas II MOD dengan resin komposit Bulk fillsonicfill(kerr) Kelompok 3: Restorasi kavitas klas II dengan resin kompositbulk fill everx (GC) + Filtek Bulk fill (3M ESPE) 4.4 Variabel dan Defenisi Operasional Variabel Penelitian Variabel Bebas Restorasi klas II MOD resin komposit bulk fill

4 Variabel Tergantung Ketahanan fraktur gigi yang telah direstorasi Variabel Terkendali Desain dan ukuran preparasi kavitas klas II MOD premolar( ukuran kedalaman kavitas sebesar 3 mm diukur dari lantai pulpa dam 4 mm pada kedalaman setentang gingival yang diukur dari margin cavosurvace palatal dengan axial wall 1 mm. Dinding axial bukal dan palatal dibuat parallel sama dengan yang lain) Aplikasi sistem adhesive (total etch two step) Teknik insersi (bulk sistem) Jenis dan bentuk mata bur (diamond bur : fissure diamond bur, round bur) Ketajaman mata bur ( 1 bur untuk 3 gigi) Sumber sinar (LED) Waktu penyinaran light cured ( 20 detik) Jarak penyinaran dengan bahan restorasi (0 1 mm) Arah penyinaran light cured (tegak lurus terhadap permukaan bahan restorasi) Intensitas sinar ( mw/cm 2 ) Panjang gelombang ( nm) Variabel Tidak Terkendali Masa jangka waktu pencabutan gigi premolar sampai diberi perlakuan Keberadaan smear layer Kontraksi polimerisasi resin komposit Pembentukan hybrid layer Besar gigi dan variasi struktur anatomi gigi Kandungan kolagen di dalam gigi

5 Identifikasi Variabel Peneliti Variabel Bebas I. Restorasi klas II MOD resin komposit Bulk Fill yang mengandung monomer AUDMA dan AFM II. Restorasi klas II MOD resin komposit Bulk Fill yang diaktivasi sonic III. Restorasi klas II MOD resin Komposit Bulk-Fill yang diperkuat short fiber Variabel Terkendali Desain dan ukuran preparasi kavitas klas II MOD premolar( ukuran kedalaman kavitas sebesar 3 mm diukur dari lantai pulpa dam 4 mm pada kedalaman setentang gingival yang diukur dari margin cavosurvace palatal dengan axial wall 1 mm. Dinding axial bukal dan palatal dibuat parallel sama dengan yang lain) Aplikasi sistem adhesive (total etch two step) Teknik insersi (bulk sistem) Jenis dan bentuk mata bur (diamond bur : fissure diamond bur, round bur) Ketajaman mata bur ( 1 bur untuk 3 gigi) Sumber sinar (LED) Waktu penyinaran light cured ( 20 detik) Jarak penyinaran dengan bahan restorasi (0 1 mm) Arah penyinaran light cured (tegak lurus terhadap permukaan bahan restorasi) Intensitas sinar (1600 mw/cm 2 ) Panjang gelombang ( nm) Variabel Tergantung Ketahanan fraktur gigi yang telah direstorasi Variabel Tidak Terkendali Masa jangka waktu pencabutan premolar diberi perlakuan gigi sampai Keberadaan smear layer Kontraksi polimerisasi komposit resin Pembentukan hybrid layer Besar gigi dan variasi anatomi gigi struktur Kandungan kolagen di dalam gigi

6 Defenisi Operasional Tabel 1. Defenisi Operasional Variabel Bebas Defenisi Cara Ukur Alat Ukur Skala Operasional Ukur Restorasi kavitas Restorasi pada Memberikan Kaliper, Nominal klas II MOD kavitas yang tanda pada probe dengan resin melibatkan bagian oklusal komposit Filtek bidang mesio- gigi premolar Bulk fill (3M oklusal-distal atas yang telah ESPE) yang dipreparasi menggunakan dengan bahan resin menggunakan komposit yang caliper dan mengandung diaplikasikan monomer resin komposit AUDMA dan dengan AFM dan mengikuti diletakkan secara ketentuan pabrik bulk. Restorasi kavitas Restorasi pada Memberikan Kaliper, Nominal klas II MOD kavitas yang tanda pada probe dengan resin melibatkan bagian oklusal komposit Bulk bidang mesio- gigi premolar fillsonicfill(kerr) oklusal-distal atas yang telah yang dipreparasi menggunakan dengan bahan resin menggunakan komposit yang caliper dan

7 27 diaktifasi sonic diaplikasikan dan diletakkan resin komposit secara bulk. dengan mengikuti ketentuan pabrik Restorasi kavitas Restorasi pada Memberikan Kaliper, Nominal klas II dengan kavitas yang tanda pada probe resin melibatkan bagian oklusal kompositbulk fill bidang mesio- gigi premolar everx (GC) + oklusal-distal atas yang telah Filtek Bulk fill yang dipreparasi (3M ESPE) menggunakan dengan bahan resin menggunakan komposit yang caliper dan diperkuat short diaplikasikan fiber dan resin komposit diletakkan secara dengan bulk. mengikuti ketentuan pabrik Variabel Defenisi Cara Ukur Hasil Alat Skala Tergantung Operaional Ukur Ukur Ukur Ketahanan Ketahanan gigi Sampel Newton Torse s Ratio fraktur yang telah diletakkan Electronic direstorasi pada balok System dengan resin basis akrilik Universal komposit bulk- sehingga Testing

8 28 fill terhadap loadyang diberikan dalam kecepatan 1mm/menit hingga terjadi fraktur. Kemudian dicatat nilai tertinggi yang muncul pada layar sampel dapat berdiri terhadap poros gigi dan diberi compressive load melalui zig load pada alat uji. Machine 4.5 Metode Pengumpulan Data Alat Penelitian Masker (Diapro) Sarung tangan (Everglv, USA) Jangka untuk mengukur outline form Kaliper untuk pengukuran outline form Probe untuk membantu pengukuran (BPUNC 15 Osung) Cetakan kaca balok gips ukuran 15cm x 2,5 cm x 2,5 cm Pot Akrilik Spuit 10 ml untuk cetakan akrilik Mikromotor (strong 270b, korea) High speed dental handpiece (NSK,Japan) Round &Fissure diamond bur (Dia bur) Mata bur polish (Dia bur) Finishing bur (Dia bur) LED light curing unit (Coxo DB-686 DELI LED Lamp)

9 29 SonicFill handpiece (Kerr, Europe) Bonding aplikator (Prime Bond, Dentsply) Pinset, semen stopper, probe, sonde lurus (Dentica) Instrument plastis (Caredent, UK) Greater Curve matrix (Halodent, USA) Termometer (Fisher, Germany) Waterbath (Memmert, Germany) Stopwatch (Diamond, Germany) Beaker glass (Pyrex,Germany) Rubber bowl Spatula plastik Alat uji ketahanan fraktur Torsee s Electronic System Universal Testing Machine Japan Wedges Gun untuk mengeluarkan resin komposit everx bulk fill dari kapsulnya Beaker glass(pyreex, Germany) Termometer (Fisher, Germany) Water bath (Memmert, Germany) Stopwatch (Diamond, Germany) Penggaris

10 30 Gambar 8. a. Bur, b. Wedges, c. Matriks, d. Bonding aplikator,e. Light cure f. Bur finishing, g. Waterbath,h.Bur silicone, i. Bubuk akrilik Bahan Penelitian 30 gigi premolar rahang atas yang telah dicabut untuk perawatan ortodonti Saline untuk penyimpanan sampel penelitian Resin komposit Filtek bulk-fill (3M ESPE) shade A3 Resin komposit bulk filleverx (GC) Resin komposit bulk fill sonicfill (Kerr) Bahan ahesif Single Bond 2 (3M ESPE) Bahan etsa Self curing acrylic (Hillon) Vaselin Gips untuk penanaman gigi Gips untuk penanaman gigi (Super gips)

11 31 a b c d e Gambar 9.a.Etsa, b.bahan Bonding, c. Resin komposit Filtek Bulk Filld. Resin Komposit Bulk Fill Sonic Fill, e. Resin komposit Bulk Fill everx Prosedur Penelitian a. Persiapan Sampel Sampel yang digunakan sebanyak 36 buah gigi premolar maksila yang telah diekstraksi untuk keperluan ortodonti yang dibersihkan dengan scaler kemudian direndam dalam larutan saline. Kemudian sampel dikelompokkan menjadi tiga kelompok berjumlah 12 sampel dan ditanam dalam balok gips untuk memudahkan dilakukan preparasi dan restorasi. Sampel yang diberikan perlakuan sebanyak 10 sampel di dalam tiap balok gips, 2 sampel lain diujung sebelah kiri dan kanan ditambahkan agar dalam merestorasi gigi semua sampel penelitian menerima perlakuan yang sama.

12 32 Gambar 10. Penanaman sampel pada balok gips yang berukuran 15cm x 2 cm x 2,5 cm b. Perlakuan Sampel 1. Preparasi sampel Preparasi pada penelitian mengikuti penelitian Fahad F dan Majeed MAR pada tahun Bentuk outline form desain kavitas klas II mesio oklusal distal (MOD) gigi premolar atas mengggunakan pensil dengan bantuan caliper untuk mendapat ukuran yang akurat dengan ukurankedalaman kavitas sebesar 3 mm diukur dari lantai pulpa dam 4 mm pada kedalaman setentang gingival yang diukur dari margin cavosurvace palatal dengan axial wall 1 mm. Dinding axial bukal dan palatal dibuat parallel sama dengan yang lain.preparasi kavitas menggunakan high speed handpiece dan menggunakan fissure diamond bur dan preparasi dimulai pada enamel permukaan oklusal.

13 33 Gambar 11. Desain preparasi kavitas klas II MOD gigi premolar Restorasi Sampel Kelompok 1 : Pasang matriks pada kedua bagian proksimal, lalu aplikasi etsa dengan menggunakan mikro brush selama 15 detik, kemudian bilas dengan air dan struktur gigi dipertahankan agar tetap lembab (moist). Selanjutnya aplikasi bahan bonding selama 10 detik dengan menggunakan mikro brushsehingga akan berpenetrasi ke dalam struktur yang ireguler lalu di blowingringan selanjutnya disinar selama 20 detik untuk proses polimerisasi menggunakan LED light curing.aplikasi Filtek Bulk fill (3M ESPE) sebagai restorasi dengan teknik bulksetebal 4 mm, diukur menggunakan probe dan sinari selama 20 detik. Kelompok 2 : Pasang matriks pada kedua bagian proksimal,lalu aplikasi etsa dengan menggunakan mikro brush selama 15 detik, kemudian bilas dengan air dan struktur gigi dipertahankan agar tetap lembab (moist).selanjutnya aplikasi bahan bonding selama 10 detik dengan menggunakan mikro brushsehingga akan berpenetrasi ke dalam struktur yang ireguler lalu di blowing ringan selanjutnya disinar selama 20 detik untuk proses polimerisasi menggunakan LED light

14 34 curing.aplikasi resin komposit Bulk Fil lsonicfill (Kerr) dengan teknik bulk sedalam 4 mm dan sinari selama 20 detik. Kelompok 3 : Pasang matriks pada kedua bagian proksimal,lalu aplikasi etsa dengan menggunakan mikro brush selama 15 detik, kemudian bilas dengan air dan struktur gigi dipertahankan agar tetap lembab (moist). Selanjutnya aplikasikan bonding selama 10 detik lalu di blowing ringan selanjutnya disinar selama 20 detik untuk proses polimerisasi menggunakan LED light curing. Aplikasi resin komposit bulk fill everx Posterior (GC) dengan teknik bulk setebal 3 mm, diukur menggunakan probe dan disinari selama 20 detik. Selanjutnya untuk tahap akhir aplikasikan resin komposit Filtek Bulk fill(3m ESPE) setebal 1 mm dan kemudian sinari selama 20 detik Gambar 12.a.Pemasangan matriks, b. Aplikasi etsa 15 detik, c. Aplikasi bonding, d. Penyinaran 20 detik.

15 35 3. Finishing dan Polishing Setelah gigi selesai direstorasi, seluruh sampel dilakukan conturing dan finishing. Pemolisan restorasi dilakukan menggunakan fine finishing bur untuk membuang restorasi resin komposit yang berlebihan kemudian lakukan pemolisan dengan menggunakan bur silicone pada seluruh permukaan restorasi. 4. Water Storage dan Termocycling Seluruh sampel yang telah direstorasi dimasukkan kedalam wadah dengan larutan saline dan direndam selama 24 jam. Selanjutnya lakukan proses termocycling dengan memasukkan sampel ke dalam baker glass yang berisi air es selama 20 detik dengan temperature 5 C lalu pindahkan dengan jeda waktu 5 detik ke waterbath dengan temperature 55 C lakukan berulang sebanyak 500 kali. 1 A B Gambar 13. Proses thermocycling A. Sampel direndam dalam air suhu 5º C, B. Sampel direndam dalam waterbath bersuhu 55ºC dilakukan sebanyak 500 putaran. 5. Penanaman Sampel ke Dalam Cetakan Akrilik Gigi ditanam pada balok akrilik self curing yang dicetak degan menggunakan spuit 10ml yang telah diolesi dengan vaseline sebelumnya. Gigi ditanam 2 mm di bawah cement enamel junction untuk menyerupai kedudukan

16 36 gigi pada tulang alveolar. Setelah akrilik hampir mengeras akrilik dikeluarkan dari spuit. Setelah itu dibuat balok basis akrilik yang terbuat dari cetakan kaca. Gambar 14. Penanaman sampel ke dalam cetakan akrilik Balok akrilik Tempat Sampel akrilik diletakkan Gambar 15. Balok akrilik yang berguna sebagai penyangga atau tempat sampel diletakkan sewaktu akan dilakukan uji ketahanan

17 37 6. Proses Uji Ketahanan Fraktur Proses uji tekan dilakukan di laboratorium Uji mekanis Fakultas MIPA USU untuk mengetahui kekuatan ketahanan fraktur dari sampel. Sampel diletakkan pada balok basis akrilik kemudian dilakukan uji tekan pada bagian tengah restorasi tegak lurus menggunakan Torsee s Universal Testing Machine.Sampel ditekan dari arah oklusal dengan beban maxsimal 200 KN kecepatan 1mm/menit sampai terjadi fraktur. Data yang diperoleh berupa load dalam satuan Kgf dan kemudian satuan diubah ke Newton. Zig Sampel Balok Akrilik Gambar 16. Aplikasi load pada uji fraktur dilakukan penekanan dibagian tengah restorasi untuk mensimulasikan keadaan oklusi sentrik. 4.6 Pengolahan dan Analisis Data Data yang diperoleh dianalisi secara statistic dengan menggunakan uji One Way Anova dengan derajat kepercayaan 95 % dan tingkat kemaknaan α = 0,05 untuk melihat ada tidaknya perbedaan antara kelompok.uji Post Hoc LSD dilakukan untuk menentukan nilai signifikan dari setiap kelompok.

18 38 BAB 5 HASIL PENELITIAN 5.1 Hasil Penelitian Penelitian ini merupakan jenis penelitian eksperimental dengan desain penelitian postest only control group design. Pada penelitian ini sampel yang digunakan adalah gigi premolar atas dengan menetapkan beberapa kriteria yaitu tidak ada fraktur mahkota, ukuran mahkota gigi yang tidak berbeda secara ekstrim, belum pernah direstorasi, mahkota masih utuh dan tidak ada karies. Jumlah gigi yang digunakan adalah sebanyak 30 buah gigi yang dibagi secara random ke dalam tiga kelompok perlakuan yaitu kelompok Filtek Bulk Fill (3M ESPE), kelompok Sonicfill (Kerr), dan kelompok everx (GC)+ Filtek Bulk Fill (3M ESPE). Pada penelitian ini matriks yang digunakan Greater Curve Tofflemire (Halodent) yang dapat memberikan adaptasi marginal servical yang rapat pada restorasi sehingga mencegah overhanging. Uji ketahanan fraktur dilakukan dengan menggunakan alat Torsee s Universal Testing Machine dan data yang diperoleh berupa load dalam satuan kilogram force (Kgf) dan kemudian dikonversikan kedalam satuan Newton. 5.2 Analisis Hasil Penelitian Untuk mengetahui perbedaan ketahanan fraktur pada kelompok perlakuan digunakan uji one way ANOVA dengan derajat kemaknaan α = 0,05. Uji normalitas dilakukan untuk mengetahui apakah data telah terdistribusi normal atau tidak dan diperoleh hasil p>0,05. Selanjutnya dilakukan uji homogenitas varian terhadap data dan diperoleh hasil p>0,05 yang menunjukkan varian data keempat kelompok tersebut homogen. Dengan demikian data yang diperoleh telah memenuhi syarat dan dapat dilakukan uji ANOVA. Data deskriptif uji ANOVA dengan perhitungan derajat kemaknaan α = 0,05 menunjukkan nilai rerata setiap kelompok. Tabel 2 memperlihatkan nilai rerata

19 39 dari nilai ketahanan fraktur dan standar deviasi dari masing-masing kelompok. Terlihat bahwa resin komposit kelompok III yaitu everx bulk fill (GC) memiliki ketahanan fraktur yang tertinggi (882,94±64,41 N), kelompok II yaitu sonicfill bulk fill (kerr) (856,48±101,35 N) dan kelompok I filtek bulk fill (3M ESPE) (812,15±66,89 N). Tabel 2. Data deskriptif yang menunjukkan nilai rerata dari simpangan baku dari uji ANOVA pada pengukuran ketahanan fraktur restorasi resin komposit pada kelompok I,II, dan III. Kelompok Ketahanan Fraktur (Newton) x±sd P I Restorasi resin kompositbulk fill yang mengandung monomer AUDMA dan AFM II Restorasi resin komposit bulk fill yang diaktivasi sonic III Restorasi resin komposit bulk fill yang diperkuat short fiber 812,15±66,89 856,48±101,35 882,94±64, Hasil uji anova menunjukkan bahwa nilai p=0,151>p=0,05 secara statistik tidak berbeda signifikan pada ketahanan fraktur terhadap seluruh kelompok perlakuan (Tabel 2).

20 Mean of Load (Newton) I 2II 3III Gambar 17. Grafik menunjukkan rerata nilai ketahanan fraktur restorasi resin komposit Dari gambar 15 terlihat kelompok III (EverX Bulk Fill) memiliki nilai rerata ketahanan fraktur tertinggi yaitu 882,94 N kemudian diperingkat kedua yaitu kelompok II (Sonicfill) dengan nilai rerata sebesar 856,48 N selanjutnya kelompok I (Filtek Bulk Fill) di urutan ke 3 dimana nilai yang di dapat sebesar 812,15 N. Tabel 3.Tabel Least Significant Differences (LSD) pada pengukuran ketahanan fraktur restorasi resin komposit pada kelompok I,II, dan III. (I) Kelompok Perlakuan (J) Kelompok Perlakuan Mean Difference (I-J) Sig. Filtek Bulk Fill Sonicfill Bulk Fill EverX Bulk Fill Sonicfill Bulk Fill Filtek Bulk Fill EverX Bulk Fill EverX Bulk Fill Filtek Bulk Fill Sonicfill Bulk Fill Hasil uji LSD menunjukkan tidak terdapat perbedaan yang signifikan antar ketiga kelompok perlakuan (p > 0,05) (Tabel 3).

21 41 BAB 6 PEMBAHASAN Penelitian ini merupakan jenis penelitian eksperimental dengan desain penelitian postest only control group design. Pada penelitian ini sampel yang digunakan adalah gigi premolar atas dengan menetapkan beberapa kriteria yaitu tidak ada fraktur mahkota, ukuran mahkota gigi yang tidak berbeda secara ekstrim, belum pernah direstorasi, mahkota masih utuh dan tidak ada karies. Jumlah gigi yang digunakan adalah sebanyak 30 buah gigi yang dibagi secara random ke dalam tiga kelompok perlakuan yaitu kelompok Filtek Bulk Fill (3M ESPE), kelompok Sonicfill (Kerr), dan kelompok everx (GC)+ Filtek Bulk Fill (3M ESPE). Pada penelitian ini matriks yang digunakan Greater Curve Tofflemire (Halodent) yang dapat memberikan adaptasi yang lebih baik pada restorasi sehingga mencegah overhanging. Berdasarkan hasil yang diperoleh setelah dilakukan uji tekan pada ketiga kelompok, secara deskriptif didapat nilai rerata kelompok restorasi EverX bulk fill (GC) yang paling tinggi kemudian disusul oleh Sonicfill bulk fill (Kerr) dan diurutan terakhir Filtek bulk fill (3M ESPE). Tetapi hasil penelitian ini tidak berbeda secara statistic, ditunjukkan dari hasil uji one way ANOVA pada ketiga kelompok perlakuan dengan nilai p>0,05. Penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian yang didapat oleh Vahid AN dkk (2015) yang meneliti ketahanan fraktur pada gigi premolar pertama maksila yang dipreparasi klas II MOD dan direstorasi dengan resin komposit bulk fill, hasilnya menunjukkan bahwa everx (GC) memiliki nilai ketahanan fraktur yang paling tinggi dibanding resin komposit lainnya. 1 EverX bulk fill (GC) pada penelitian ini mempunyai nilai fraktur terbesar karena kandungannya yang terdiri dari kombinasi matriks resin, short e-glass fiber filler, dan pengisi particular anorganik.resin komposit yang mengandung

22 42 fiber terbukti mengontrol stress pada saat penyusutan polimerisasi oleh fiber, mengurangi kebocoran mikro marginal yang juga akan meningkatkan ketangguhan retak serta mengurangi polimerisasi penyusutan. 1 Hal ini juga didukung oleh penelitian Aboueill H dkk (2015) yang menemukan bahwa fiber yang ada pada resin komposit dapat sebagai crack stopper ketika diberikan tekanan dan pengamatan lain yang dapat ditemukan resin komposit yang mengandung fiber tetap melekat bahkan setelah kegagalan sampel dan pembentukan garis retak. 12,28 Sonicfill (Kerr) merupakan resin komposit yang memiliki volume shrinkage yang lebih rendah, yaitu sekitar 1,6% serta stress polimerisasi yang rendah. Bahan yang terdapat pada SDR memiliki keunggulan karena memiliki kadar filler yang tinggi yaitu 83% dan dimana bahan ini mengurangi shrinkage polimerisasi maupun meningkatkan kekuatan bahan. 10 Shrinkage polimerisasi yang rendah meminimalisasi terbentuknya celah atau gap sehingga mengurangi terjadinya crack yang dapat menimbulkan fraktur. 9,14 Hal ini juga sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Fahad F (2014) mengungkapkan tenaga ultasonik pada sonik fill mampu menurunkan viskositas komposit sonicfill sampai 87% meningkatkan sifat adhesi resin komposit. 29 Ibarra ET dkk (2015) juga memiliki pernyataan yang sama pada penelitiannya tentang Teknik vibrasi ultrasonik dapat menyebabkan aliran resin komposit merata dan padatsehingga memungkinkan material dari restorasi tersebut dapat mengalir dan beradaptasi dengan mudah pada dinding kavitas tanpa terbentuknya gelembung udara. 30 Filtek bulkfill (3M ESPE) merupakan resin komposit yang menggunakan dua jenis monomer yang apabila dikombinasikan dapat mengurangi shrinkage. Monomer pertama yaitu AUDMA (aromatic dimethacrylate) akan mengurangi kelompok resin reaktif, ini akan mengurangi shrinkage volumetric. Monomer kedua yaitu AFM (addition fragmentation monomer) akan membelah proses fragmentasi yang sedang berlangsung sehingga akan memberikan efek relaksasi pada saat polimerisasi terjadi sehingga akan mengurangi stress. Hal ini didukung oleh penelitian Hambire UV

23 43 et al (2012) yang menemukan bahwa resin komposit ini dapat menyerap stress akibat load yang diberikan dengan cara pecah menjadi fragment-fragment kecil dan terpisah dari struktur cluster utama dan hal ini akan meningkatkan resistensi terhadap fraktur. 22,31 Melalui hasil deskriptif dapat dilihat bahwa resin komposit bulk fill yang mengandung fiber memiliki ketahanan fraktur yang lebih tinggi dibandingkan resin komposit bulk fill lainnya. Meskipun analisis one way ANOVA tidak menunjukkan hasil yang signifikan. Perbedaan yang tidak signifikan ini mungkin terjadi akibat beberapa faktor lain yang juga mempengaruhi. Kesulitan dalam mencari sampel penelitian yaitu gigi premolar maksila yang masih fresh juga mempengaruhi dalam mengukur suatu ketahanan fraktur dari tambalan karena gigi yang telah lama dicabut akan terjadi perubahan struktur gigi. Struktur dentin yang terdiri atas bahan anorganik, organic dan air dapat berubah. Kandungan bahan anorganik dentin seperti kalsium, hidroksiapatit dan lain-lain akan berkurang banyak pada gigi yang telah dicabut. Kandungan bahan organic seperti kolagen akan mengalami penurunan pada gigi yang telah lama dicabut. Perubahan struktur gigi tersebut akan mempengaruhi ikatan kimiawi antara gigi dengan resin komposit. 37 Jefferson dkk(2013) melakukan penelitian ketahanan fraktur gigi premolar dengan mengontrol semua bentuk dan variasi gigi yang menjadi sampel.gigi yang menjadi sampel diamati dibawah mikroskop untuk memastikan sampel bebas karies dan crack. Pada penelitian ini, variasi bentuk tonjol, posisi tonjol maupun tinggi tonjol premolar atas yang menjadi sampel juga tidak dikontrol. Selain itu adanya kemungkinan micro crack yang sudah ada sebelumnya juga tidak dikontrol karena pada penelitian ini sampel yang digunakan tidak diamati di bawah mikroskop untuk memastikan tidak adanya micro crack. 32 Pada penelitian ini gigi yang digunakan tidak dikendalikan usianya apakah didapat dari pasien yang sudah tua ataupun muda karena usia merupakan faktor penting dalam menentukan ketahanan fraktur suatu gigi sehingga hal ini

24 44 dapat mempengaruhi hasil pada penelitian ini. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Noronha et al (2011) menemukan bahwa ketahanan fraktur gigi premolar atas pada usia muda tahun berkisar 77,5 Kgf sedangkan pada usia tua 60 tahun berkisar 128,9 Kgf, perbedaan ketahanan fraktur yang jauh ini disebabkan oleh susunan enamel rods pada usia muda yang berbentuk tegak lurus sedangkan pada usia tua berbentuk miring dimana perbedaan ini akan menentukan ketahanan fraktur suatu gigi. 33 Fahad F (2014) menyatakan bahwa dalam meneliti ketahanan fraktur pada gigi juga bisa dilapisi foil di permukaan akar yang ditandai 2 mm dibawah cementoenamel junction untuk mendapatkan simulasi jaringan periodonsium. 29 Franca et al (2005) menyatakan bahwa dalam meneliti ketahanan fraktur pada gigi, permukaan akar gigi harus dilapisi wax setinggi 2 mm di bawah cementoenamel junction untuk mensimulasikan jaringan periodonsium. 34 Dalam penelitian ini wax ataupun foil tidak digunakan untuk melapisi akar gigi sehingga tidak mensimulasikan jaringan periodonsium sehingga kemungkinan dapat mempengaruhi hasil yang didapat. Proses uji tekan juga bisa mempengaruhi hasil penelitian yang dapat menyebabkan perbedaan yang tidak signifikan. Pada penelitian ini alat uji tekan yang digunakan adalah Universal Testing Machine dimana alat ini tidak bisa mensimulasikan kondisi yang sepenuhnya sama dengan kondisi rongga mulut meskipun beberapa kondisi telah dilakukan untuk mensimulasikan lingkungan rongga mulut, hal ini disebabkan karena untuk menganalisis kemampuan material dari sistem restorasi sepanjang proses penggunaannya lebih dibutuhkan cylic stress yang memberikan load yang berulang-ulang sehingga didapat dinamic load yang dapat mensimulasikan tekanan pengunyahan yang lebih baik. Pada penelitian ini Universal Testing Machine hanya memberikan load pada satu arah dan satu titik sehingga tidak mensimulasikan gaya sebenarnya yang terjadi pada proses mastikasi. 1,35 Pada penelitian ini dilakukan proses thermocycling dengan suhu 5 dan 55 karena merupakan suhu yang paling mirip dengan kondisi rongga

25 45 mulut, kemudian dilakukan proses thermocycling sebanyak 500 kali yang setara dengan penggunaan selama 20 sampai 25 hari di dalam rongga mulut. Meskipun demikian namun hasil uji belum menunjukkan nilai yang signifikan, oleh karena itu penelitian lebih lanjut perlu dilakukan langsung pada rongga mulut. Jika dilihat dari hasil deskriptif, ketahanan fraktur resin komposit bulk fill everx (GC) lebih besar dibandingkan bulk fill lainnya. Akan tetapi setelah diuji dengan one way ANOVA, dihasilkan nilai p>0,05 yang berarti tidak ada perbedaan yang signifikan pada setiap kelompok. Jumlah sampel yang semakin banyak mempengaruhi keakuratan hasil penelitian jika diuji secara analisis one way ANOVA. Pada penelitian ini ada beberapa variabel yang tidak dapat dikendalikan dimulai dari sampel yang tidak diketahui jangka waktu pencabutan sampai diberikan perlakuan, sampel yang tidak dilakukan pemeriksaan dibawah mikroskop atau loop untuk melihat micro crack nya, faktor kandungan bahan orgnaik dan anorganik pada gigi setelah dilakukan pencabutan, usia gigi dan lain lain yang hal tersebut kemungkinan dapat menyebabkan tidak ada perbedaan ketahanan fraktur yang signifikan pada ketiga bahan.

26 46 BAB 7 KESIMPULAN DAN SARAN 7.1 Kesimpulan Pada penelitian ini tidak ada pengaruh penggunaan resin komposit bulk fill yang berbeda sebagai restorasi terhadap ketahanan fraktur pada restorasi klas II MOD. Akan tetapi penggunaan resin komposit bulk fill memiliki keuntungan dalam aplikasi klinis karena mempermudah proses restorasi dan menghemat waktu aplikasi. Selain itu resin komposit bulk fill dapat mengurangi shrinkage dan memiliki adaptasi bahan yang lebih baik sehingga dapat meningkatkan ketahanan restorasi. 7.2 Saran 1. Agar menggunakan sampel gigi yang masih fresh atau tidak dalam waktu yang lama gigi telah dilakukan pencabutan sehingga hasil penelitian yang diperoleh menjadi lebih akurat dan dapat memberikan gambaran terhadap situasi sebenarnya. 2. Agar dilakukan pemeriksaan sampel gigi dibawah mikroskop atau menggunakan loop sebelum dijadikan sampel penelitian untuk memastikan tidak ada micro crack pada sampel gigi.

BAB III METODE PENELITIAN. tentang Pengaruh Lama Pengaplikasian Bahan Bonding Total-Etch Terhadap

BAB III METODE PENELITIAN. tentang Pengaruh Lama Pengaplikasian Bahan Bonding Total-Etch Terhadap 23 BAB III METODE PENELITIAN A. Desian Penelitian Jenis dari penelitian ini adalah Eksperimental Laboratoris. Alasan menggunakan jenis penelitian ini adalah karena penulis melakukan peneletian tentang

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara 15 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Resin komposit merupakan material restorasi sewarna gigi yang pada awalnya hanya digunakan sebagai bahan restorasi gigi anterior. Sampai saat ini resin komposit

Lebih terperinci

BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN. Simple Random Sampling. itu direndam dalam larutan fisiologis. Silinder dengan diameter 4 mm dan tinggi 4 mm

BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN. Simple Random Sampling. itu direndam dalam larutan fisiologis. Silinder dengan diameter 4 mm dan tinggi 4 mm BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN 4.1 Jenis Penelitian Jenis Penelitian yang dilakukan adalah penelitian eksperimental dengan rancangan penelitian The Post Test-Only Control Design Group. 4.2 Sampel Penelitian

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. mekanis dari bahan restorasi, kekuatan mekanis dari gigi, estetik, dan bentuk jaringan

BAB 1 PENDAHULUAN. mekanis dari bahan restorasi, kekuatan mekanis dari gigi, estetik, dan bentuk jaringan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemilihan bahan restorasi dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu kekuatan mekanis dari bahan restorasi, kekuatan mekanis dari gigi, estetik, dan bentuk jaringan gigi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Jenis bahan restorasi di bidang kedokteran gigi semakin banyak tersedia dengan berbagai macam karakteristik, yaitu komposisi, sifat, struktur, kelebihan dan kekurangan.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahan restorasi resin komposit pertama sekali diperkenalkan oleh Bowen pada tahun 1962. 1 Resin komposit merupakan suatu bahan restorasi yang memiliki banyak kelebihan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini adalah eksperimental laboratoris murni. b. Semen ionomer kaca tipe 1 (Fuji I, GC, Japan)

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini adalah eksperimental laboratoris murni. b. Semen ionomer kaca tipe 1 (Fuji I, GC, Japan) BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Jenis penelitian ini adalah eksperimental laboratoris murni. B. Identifikasi Variabel 1. Variabel Pengaruh a. Self adhesif semen (RelyX TM U200, 3M ESPE,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini adalah eksperimental laboratoris murni. b. Adhesif semen konvensional (Fuji I merk GIC).

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini adalah eksperimental laboratoris murni. b. Adhesif semen konvensional (Fuji I merk GIC). BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Jenis penelitian ini adalah eksperimental laboratoris murni B. Identifikasi Variabel 1. Variabel pengaruh a. Adhesif semen (RelyX TM U200, 3M ESPE, USA) b.

Lebih terperinci

SKRIPSI. Diajukan untuk memenuhi tugas dan melengkapi syarat memperoleh gelar Sarjana Kedokteran Gigi. Oleh : MARGARETH ZWEITA NIM :

SKRIPSI. Diajukan untuk memenuhi tugas dan melengkapi syarat memperoleh gelar Sarjana Kedokteran Gigi. Oleh : MARGARETH ZWEITA NIM : PERBEDAAN PENGARUH TEKNIK DRY-BONDING, WATER WET-BONDING DAN ETHANOL WET BONDING PADA RESTORASI KLAS II RESIN KOMPOSIT NANOHYBRID TERHADAP CELAH MIKRO (IN VITRO) SKRIPSI Diajukan untuk memenuhi tugas dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 1

BAB I PENDAHULUAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Desain kavitas Kelas II konvensional berbentuk box dan bahan restorasi resin komposit tidak selalu kompatibel karena (1) kebocoran tepi gingival (gingival marginal),

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. Resin komposit merupakan salah satu restorasi estetik yang paling populer

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. Resin komposit merupakan salah satu restorasi estetik yang paling populer I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan Resin komposit merupakan salah satu restorasi estetik yang paling populer digunakan oleh dokter gigi, terutama untuk merestorasi gigi anterior karena memiliki

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. masalah estetik namun juga melibatkan fungsi dari gigi yang akan direstorasi

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. masalah estetik namun juga melibatkan fungsi dari gigi yang akan direstorasi I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan Seiring dengan meningkatnya ekspektasi pasien, seorang dokter gigi dalam mengambil keputusan untuk merestorasi gigi tidak hanya mempertimbangkan masalah estetik

Lebih terperinci

BAB 4 METODE PENELITIAN. 4.1 Jenis Penelitian Penelitian ini adalah eksperimental laboratorik.

BAB 4 METODE PENELITIAN. 4.1 Jenis Penelitian Penelitian ini adalah eksperimental laboratorik. 23 BAB 4 METODE PENELITIAN 4.1 Jenis Penelitian Penelitian ini adalah eksperimental laboratorik. 4.2 Sampel Penelitian dan Bahan Uji Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah gigi premolar manusia

Lebih terperinci

PENGARUH PREPARASI BEVEL PADA RESTORASI KLAS I RESIN KOMPOSIT BERBASIS SILORANE TERHADAP CELAH MIKRO (PENELITIAN IN VITRO)

PENGARUH PREPARASI BEVEL PADA RESTORASI KLAS I RESIN KOMPOSIT BERBASIS SILORANE TERHADAP CELAH MIKRO (PENELITIAN IN VITRO) PENGARUH PREPARASI BEVEL PADA RESTORASI KLAS I RESIN KOMPOSIT BERBASIS SILORANE TERHADAP CELAH MIKRO (PENELITIAN IN VITRO) SKRIPSI Diajukan untuk memenuhi tugas dan melengkapi syarat memperoleh gelar Sarjana

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. Restorasi resin komposit telah menjadi bagian yang penting di dunia

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. Restorasi resin komposit telah menjadi bagian yang penting di dunia 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan Restorasi resin komposit telah menjadi bagian yang penting di dunia kedokteran gigi seiring dengan perkembangan pada sistem dental adhesive, meningkatnya

Lebih terperinci

BPSL BLOK K NAMA : NIM : KLP BUKU PANDUAN SKILL LAB ILMU KEDOKTERAN GIGI ANAK (IKGA) SEMESTER V TAHUN AKADEMIK

BPSL BLOK K NAMA : NIM : KLP BUKU PANDUAN SKILL LAB ILMU KEDOKTERAN GIGI ANAK (IKGA) SEMESTER V TAHUN AKADEMIK BPSL BUKU PANDUAN SKILL LAB ILMU KEDOKTERAN GIGI ANAK (IKGA) SEMESTER V TAHUN AKADEMIK 2016-2017 BLOK 2.5.11K NAMA : NIM : KLP PROGRAM STUDI KEDOKTERAN GIGI FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI UNIVERSITAS BRAWIJAYA

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. daerah servikal gigi sesuai dengan kualitas estetik dan kemampuan bahan tersebut

BAB 1 PENDAHULUAN. daerah servikal gigi sesuai dengan kualitas estetik dan kemampuan bahan tersebut BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Resin komposit secara luas telah digunakan untuk merestorasi lesi karies di daerah servikal gigi sesuai dengan kualitas estetik dan kemampuan bahan tersebut untuk berikatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. digunakan dikedokteran gigi. Bahan restorasi ini diminati masyarakat karena

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. digunakan dikedokteran gigi. Bahan restorasi ini diminati masyarakat karena BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Resin komposit merupakan salah satu bahan restorasi yang sering digunakan dikedokteran gigi. Bahan restorasi ini diminati masyarakat karena memiliki nilai estetis yang

Lebih terperinci

PERBEDAAN TENSILE BOND STRENGTH PADA RESIN

PERBEDAAN TENSILE BOND STRENGTH PADA RESIN PERBEDAAN TENSILE BOND STRENGTH PADA RESIN KOMPOSIT NANOHYBRID MENGGUNAKAN SISTEM ADHESIF TOTAL-ETCH DAN SELF-ETCH PADA RESTORASI KLAS I (PENELITIAN IN VITRO) SKRIPSI Diajukan untuk memenuhi tugas dan

Lebih terperinci

BAB 5 HASIL PENELITIAN

BAB 5 HASIL PENELITIAN 22 BAB 5 HASIL PENELITIAN Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat kebocoran mikro pada tumpatan GIC Fuji IX, GIC Fuji II, dan GIC Fuji II LC. Kebocoran mikro tersebut dapat terdeteksi dengan terlihatnya

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. kebutuhan masyarakat dewasa ini. Akhir-akhir ini bahan restorasi resin komposit

PENDAHULUAN. kebutuhan masyarakat dewasa ini. Akhir-akhir ini bahan restorasi resin komposit I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahan restorasi yang baik dan dapat mengembalikan estetik merupakan kebutuhan masyarakat dewasa ini. Akhir-akhir ini bahan restorasi resin komposit sangat populer

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. memuaskan. Meningkatnya penggunaan resin komposit untuk restorasi gigi

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. memuaskan. Meningkatnya penggunaan resin komposit untuk restorasi gigi xv I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Resin komposit merupakan salah satu restorasi estetik yang paling populer digunakan oleh dokter gigi, karena memiliki warna yang sangat estetis dan memuaskan.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini adalah ekperimental laboratoris murni.

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini adalah ekperimental laboratoris murni. BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian ini adalah ekperimental laboratoris murni. B. Sampel Penelitian Sampel penelitian adalah gigi premolar post ektraksi yang bersih dari karies

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. Gigi yang telah dilakukan perawatan saluran akar lebih mudah mengalami

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. Gigi yang telah dilakukan perawatan saluran akar lebih mudah mengalami I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan Gigi yang telah dilakukan perawatan saluran akar lebih mudah mengalami fraktur dibandingkan gigi dengan pulpa yang masih vital. Hal ini terutama disebabkan

Lebih terperinci

LAMPIRAN 1 ALUR PIKIR

LAMPIRAN 1 ALUR PIKIR LAMPIRAN 1 ALUR PIKIR Bowen (1960) memperkenalkan resin komposit dengan karakteristik warna serupa gigi asli, tetapi memiliki kelemahan, yaitu adanya pengerutan polimerisasi yang dapat mengakibatkan terbentuknya

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. Teknologi restorasi estetik mengalami perkembangan yang sangat pesat

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. Teknologi restorasi estetik mengalami perkembangan yang sangat pesat 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan Teknologi restorasi estetik mengalami perkembangan yang sangat pesat beberapa tahun terakhir. Teknologi bahan restorasi berkembang dari aspek kualitas dan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. A. LATAR BELAKANG Beberapa dekade terakhir dalam kedokteran gigi konservatif resin

BAB 1 PENDAHULUAN. A. LATAR BELAKANG Beberapa dekade terakhir dalam kedokteran gigi konservatif resin BAB 1 PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Beberapa dekade terakhir dalam kedokteran gigi konservatif resin komposit mulai banyak digunakan sebagai bahan restorasi anterior maupun posterior karena permintaan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. akar. 4 Pasak telah digunakan untuk restorasi pada perawatan endodonti lebih dari 100

BAB 1 PENDAHULUAN. akar. 4 Pasak telah digunakan untuk restorasi pada perawatan endodonti lebih dari 100 akar. 4 Pasak telah digunakan untuk restorasi pada perawatan endodonti lebih dari 100 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Restorasi gigi pada perawatan endodonti yang mengabaikan integritas dari struktur

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. karena memiliki warna yang hampir mirip dengan warna gigi asli dan kekuatan

BAB I PENDAHULUAN. karena memiliki warna yang hampir mirip dengan warna gigi asli dan kekuatan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bahan restorasi yang memiliki nilai estetis yang tinggi merupakan keinginan masyarakat saat ini. Penggunaan resin komposit sebagai bahan restorasi di bidang kedokteran

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. beberapa tahun terakhir sejalan dengan tuntutan pasien dalam hal estetik. 27 Dewasa

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. beberapa tahun terakhir sejalan dengan tuntutan pasien dalam hal estetik. 27 Dewasa BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Penggunaan bahan restorasi estetik mengalami peningkatan yang pesat dalam beberapa tahun terakhir sejalan dengan tuntutan pasien dalam hal estetik. 27 Dewasa ini, bahan restorasi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. bahan restorasi yang cepat dan mudah untuk diaplikasikan, dapat melekat dengan

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. bahan restorasi yang cepat dan mudah untuk diaplikasikan, dapat melekat dengan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan Gigi desidui berada pada rongga mulut dalam waktu yang singkat tetapi ketika terjadi karies, gigi desidui perlu mendapatkan perhatian khusus terutama dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. gigi berlubang (karies gigi). Pasien datang dengan kondisi gigi berlubang yang

BAB I PENDAHULUAN. gigi berlubang (karies gigi). Pasien datang dengan kondisi gigi berlubang yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penyakit gigi dan mulut yang sering dialami oleh masyarakat adalah gigi berlubang (karies gigi). Pasien datang dengan kondisi gigi berlubang yang terjadi pada

Lebih terperinci

Universitas Sumatera Utara

Universitas Sumatera Utara Lampiran 1. Alur Pikir Resin komposit merupakan tumpatan sewarna gigi yang mempunyai tiga kombinasi dimensional dari paling sedikit dua senyawa kimia (silica dan metaakrilat) dengan penghubung (silane)

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. telah banyak perbaikan yang dicapai dalam hal warna dan daya tahan terhadap

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. telah banyak perbaikan yang dicapai dalam hal warna dan daya tahan terhadap BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Dewasa ini, material restorasi resin komposit telah menjadi pilihan bagi para dokter gigi untuk merestorasi lesi karies pada gigi anterior sesuai dengan kualitas estetik dan kemampuan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. Selama beberapa tahun terakhir, perawatan endodontik cukup sering

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. Selama beberapa tahun terakhir, perawatan endodontik cukup sering I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan Selama beberapa tahun terakhir, perawatan endodontik cukup sering dilakukan. Perawatan saluran akar merupakan salah satu jenis perawatan endodontik yang bertujuan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. menggantikan gigi hilang. Restorasi ini dapat menggantikan satu atau lebih gigi

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. menggantikan gigi hilang. Restorasi ini dapat menggantikan satu atau lebih gigi I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Gigi tiruan cekat adalah restorasi yang kuat dan retentif berguna untuk menggantikan gigi hilang. Restorasi ini dapat menggantikan satu atau lebih gigi hilang dengan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. restorasi resin komposit tersebut. Material pengisi resin komposit dengan ukuran

BAB 1 PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. restorasi resin komposit tersebut. Material pengisi resin komposit dengan ukuran BAB 1 PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Bahan restorasi di bidang kedokteran gigi yang saat ini banyak digunakan adalah resin komposit. Hal ini berhubungan dengan estetik yang didapatkan dari restorasi resin

Lebih terperinci

4.6 Identifikasi Variabel dan Definisi Operasional Identifikasi variabel Variabel bebas : - Varnis - Bonding agent Variabel terikat :

4.6 Identifikasi Variabel dan Definisi Operasional Identifikasi variabel Variabel bebas : - Varnis - Bonding agent Variabel terikat : BAB 4 METODE PENELITIAN 4.1 Jenis Penelitian Uji eksperimental laboratorik 4.2 Subjek Penelitian SIK Tipe 2 4.3 Tempat Penelitian Klinik Konservasi Gigi FKG UI Laboratorium Material Gigi FKG UI 4.4 Waktu

Lebih terperinci

dengan konsep minimal invasive dentistry, yaitu tindakan perawatan dengan

dengan konsep minimal invasive dentistry, yaitu tindakan perawatan dengan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan teknologi adhesif dibidang kedokteran gigi berkaitan erat dengan konsep minimal invasive dentistry, yaitu tindakan perawatan dengan mengutamakan konservasi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. dilakukan pada masa kini. Setiap tahap perawatan saluran akar sangat menentukan

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. dilakukan pada masa kini. Setiap tahap perawatan saluran akar sangat menentukan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan Perawatan saluran akar merupakan perawatan endodontik yang paling banyak dilakukan pada masa kini. Setiap tahap perawatan saluran akar sangat menentukan keberhasilannya

Lebih terperinci

Adaptasi marginal restorasi Kelas 2 menggunakan bahan adhesif

Adaptasi marginal restorasi Kelas 2 menggunakan bahan adhesif Adaptasi marginal restorasi Kelas 2 menggunakan bahan adhesif Sillas Duarte Jr, DDS, MS, PhD1 / José Roberto Cury Saad, DDS, MS, PhD2 Tujuan: Kontrol microleakage merupakan tantangan bagi restorasi komposit

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian Jenis penelitian ini adalah eksperimental laboratoris dengan rancangan penelitian pretest and posttest control group design. 3.2 Tempat dan Waktu Penelitian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. efisiensi pengunyahan, meningkatkan pengucapan dan memperbaiki estetika

BAB I PENDAHULUAN. efisiensi pengunyahan, meningkatkan pengucapan dan memperbaiki estetika BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tujuan utama perawatan kedokteran gigi adalah untuk mempertahankan atau meningkatkan mutu kehidupan pasien kedokteran gigi. Tujuan ini dapat dicapai dengan mencegah

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. langsung pada kavitas gigi dalam sekali kunjungan. Restorasi tidak langsung

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. langsung pada kavitas gigi dalam sekali kunjungan. Restorasi tidak langsung I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perawatan restorasi gigi ada dua macam, yaitu restorasi langsung dan restorasi tidak langsung. Restorasi langsung adalah restorasi gigi yang dapat dibuat langsung

Lebih terperinci

SKRIPSI. Diajukan untuk memenuhi tugas dan melengkapi syarat guna. memperoleh gelar Sarjana Kedokteran Gigi. Oleh : IDELIA GUNAWAN NIM :

SKRIPSI. Diajukan untuk memenuhi tugas dan melengkapi syarat guna. memperoleh gelar Sarjana Kedokteran Gigi. Oleh : IDELIA GUNAWAN NIM : PENGARUH PENAMBAHAN KITOSAN NANO BLANGKAS TERHADAP FLEXURAL STRENGTH RESTORASI KAVITAS KLAS II (SITE 2 SIZE 2) MINIMAL INTERVENSI SEMEN IONOMER KACA MODIFIKASI RESIN NANO PENELITIAN IN VITRO SKRIPSI Diajukan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. yang paling sering digunakan dibidang kedokteran gigi restoratif. Selain segi

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. yang paling sering digunakan dibidang kedokteran gigi restoratif. Selain segi I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan Material komposit sudah digunakan dibidang kedokteran gigi untuk merestorasi gigi sejak Bowen memperkenalkannya pada awal tahun 1960an (Joshi, 2008). Sejak

Lebih terperinci

BAB 4 METODE PENELITIAN

BAB 4 METODE PENELITIAN BAB 4 METODE PENELITIAN 4.1. Jenis Penelitian Jenis penelitian adalah penelitian eksperimental laboratorik 4.2. Sampel Penelitian dan Bahan Uji Sampel yang digunakan adalah resin pit dan fissure sealant

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Perkembangan bahan adhesif telah menyebabkan restorasi resin komposit lebih dapat

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Perkembangan bahan adhesif telah menyebabkan restorasi resin komposit lebih dapat BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Sistem adhesif dalam kedokteran gigi telah dipakai selama 30 tahun terakhir. Perkembangan bahan adhesif telah menyebabkan restorasi resin komposit lebih dapat diandalkan dan bertahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN BAB II PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN BAB II PEMBAHASAN BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sistem adhesif dalam kedokteran gigi telah dipakai selama 30 tahun terakhir. Perkembangan bahan adhesif telah menyebabkan restorasi resin komposit lebih dapat diandalkan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. baik restorasi indirek maupun pasak. Dibandingkan semen konvensional, semen

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. baik restorasi indirek maupun pasak. Dibandingkan semen konvensional, semen I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penggunaan semen resin semakin berkembang luas sebagai bahan sementasi baik restorasi indirek maupun pasak. Dibandingkan semen konvensional, semen resin mempunyai

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. sering terjadi. Penyakit ini dapat menyerang seluruh lapisan masyarakat dalam

BAB 1 PENDAHULUAN. sering terjadi. Penyakit ini dapat menyerang seluruh lapisan masyarakat dalam BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Karies gigi merupakan masalah penyakit infeksi gigi dan mulut yang paling sering terjadi. Penyakit ini dapat menyerang seluruh lapisan masyarakat dalam berbagai kelompok

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. Resin komposit merupakan bahan restorasi gigi yang telah lama digunakan

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. Resin komposit merupakan bahan restorasi gigi yang telah lama digunakan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan Resin komposit merupakan bahan restorasi gigi yang telah lama digunakan untuk menggantikan jaringan gigi yang hilang dan mampu memodifikasi warna serta kontur

Lebih terperinci

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2010

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2010 PENGARUH PENGGUNAAN LIGHT-EMITTING DIODE LIGHT CURING UNIT DAN HALOGEN LIGHT CURING UNIT TERHADAP MICROLEAKAGE DENGAN JARAK PENYINARAN 0 MM DAN 5 MM PADA RESTORASI KLAS V (PENELITIAN IN VITRO) SKRIPSI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ultrasonik digunakan sebagai dasar ultrasonic scaler (Newman dkk.,

BAB I PENDAHULUAN. ultrasonik digunakan sebagai dasar ultrasonic scaler (Newman dkk., BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Gelombang ultrasonik adalah gelombang suara dengan frekuensi lebih tinggi daripada kemampuan pendengaran telinga manusia yaitu di atas 20.000 Hz (Sujono, 1985). Dalam

Lebih terperinci

BAB 4 METODE PENELITIAN Jenis Penelitian Penelitian eksperimental laboratoris dengan rancangan cohort study.

BAB 4 METODE PENELITIAN Jenis Penelitian Penelitian eksperimental laboratoris dengan rancangan cohort study. BAB 4 METODE PENELITIAN 4.1. Jenis Penelitian Penelitian eksperimental laboratoris dengan rancangan cohort study. 4.2. Kriteria Sampel Penelitian 4.2.1. Jenis Sampel Spesimen resin pit & fissure sealant

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. peneliti memberi perlakuan terhadap sampel penelitian, dan perubahan yang

BAB III METODE PENELITIAN. peneliti memberi perlakuan terhadap sampel penelitian, dan perubahan yang BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini adalah jenis penelitian ekperimental laboratoris, dimana peneliti memberi perlakuan terhadap sampel penelitian, dan perubahan yang akan timbul

Lebih terperinci

VI. PREPARASI GIGI PEGANGAN (ABUTMENT)

VI. PREPARASI GIGI PEGANGAN (ABUTMENT) VI. PREPARASI GIGI PEGANGAN (ABUTMENT) Untuk dapat memahami dan mengerjakan preparasi pada gigi pegangan / pilar / abutment dengan benar, perlu kiranya pemahaman terlebih dahulu mengenai beberapa macam

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dari gigi dan mencegah kerusakan selanjutnya (Tylman, 1970).

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dari gigi dan mencegah kerusakan selanjutnya (Tylman, 1970). I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Gigi tiruan cekat adalah suatu gigi tiruan sebagian yang dilekatkan secara tetap pada satu atau lebih gigi penyangga untuk mengganti satu atau lebih gigi yang hilang.

Lebih terperinci

BAB 2 BAHAN ADHESIF. Kata adhesi berasal dari bahasa latin adhaerere yang berarti menyatukan

BAB 2 BAHAN ADHESIF. Kata adhesi berasal dari bahasa latin adhaerere yang berarti menyatukan BAB 2 BAHAN ADHESIF Salah satu material restorasi yang sering dipakai pada bidang keokteran gigi adalah resin komposit. Bahan resin komposit tersebut berikatan dengan struktur gigi melalui bahan adhesif.

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Kemajuan ilmu dan teknologi di bidang kedokteran gigi semakin berkembang terutama pada bahan komposit dan bahan adhesif. Sejalan dengan perkembangan tersebut, masyarakat juga telah

Lebih terperinci

PENGARUH SISTEM DAN WAKTU POLISHING TERHADAP KEBOCORAN MIKRO PADA RESTORASI KLAS V RESIN KOMPOSIT NANOHYBRID

PENGARUH SISTEM DAN WAKTU POLISHING TERHADAP KEBOCORAN MIKRO PADA RESTORASI KLAS V RESIN KOMPOSIT NANOHYBRID PENGARUH SISTEM DAN WAKTU POLISHING TERHADAP KEBOCORAN MIKRO PADA RESTORASI KLAS V RESIN KOMPOSIT NANOHYBRID SKRIPSI Diajukan untuk memenuhi tugas dan melengkapi syarat guna memperoleh gelar Sarjana Kedokteran

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Telaah Pustaka 1. Ortodontik Ortodontik berasal dari Bahasa Yunani, ortho yang berarti lurus atau teratur, dan odons berarti gigi. Sehingga, ortodontik merupakan spesialisasi

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 20 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Jenis bahan restorasi dibidang kedokteran gigi semakin banyak tersedia dengan berbagai macam karakteristik. Perkembangan bahan restorasi kedokteran gigi dimulai ketika Bowen (1960)

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Semen ionomer kaca banyak dipilih untuk perawatan restoratif terutama

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Semen ionomer kaca banyak dipilih untuk perawatan restoratif terutama I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Semen ionomer kaca banyak dipilih untuk perawatan restoratif terutama restorasi pada daerah yang tidak mendapat tekanan besar (Zoergibel dan Illie, 2012). Terlepas dari

Lebih terperinci

PENGARUH JENIS FIBER PADA PASAK FABRICATED FIBER REINFORCED COMPOSITE TERHADAP KETAHANAN FRAKTUR AKAR

PENGARUH JENIS FIBER PADA PASAK FABRICATED FIBER REINFORCED COMPOSITE TERHADAP KETAHANAN FRAKTUR AKAR TESIS PENGARUH JENIS FIBER PADA PASAK FABRICATED FIBER REINFORCED COMPOSITE TERHADAP KETAHANAN FRAKTUR AKAR PROGRAM STUDI ILMU KONSERVASI Diajukan oleh ; drg. Pradnya Widyo Septodika (12 / 338285 / PKG

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Klinik Bedah Rumah Sakit Hewan Universitas Airlangga, dan Klinik Gigi

BAB III METODE PENELITIAN. Klinik Bedah Rumah Sakit Hewan Universitas Airlangga, dan Klinik Gigi BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Fisika Material Departemen Fisika Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Airlangga, Klinik Bedah Rumah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. adhesif atau bonding sistem (Puspitasari, 2014). Sistem mekanik yang baik

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. adhesif atau bonding sistem (Puspitasari, 2014). Sistem mekanik yang baik BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Resin komposit semakin populer karena memiliki estetis yang baik. Tumpatan resin komposit tidak dapat berikatan secara alami dengan struktur gigi, ikatan ini diperoleh

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. Perawatan saluran akar merupakan salah satu perawatan untuk

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. Perawatan saluran akar merupakan salah satu perawatan untuk I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan Perawatan saluran akar merupakan salah satu perawatan untuk mempertahankan gigi dalam rongga mulut serta mengembalikan keadaan gigi agar dapat diterima secara

Lebih terperinci

PERBEDAAN COMPRESSIVE STRENGTH DUA JENIS SEMEN IONOMER KACA YANG BERBEDA PADA KAVITAS KLAS II DENGAN PRINSIP MINIMAL INTERVENSI (PENELITIAN IN VITRO)

PERBEDAAN COMPRESSIVE STRENGTH DUA JENIS SEMEN IONOMER KACA YANG BERBEDA PADA KAVITAS KLAS II DENGAN PRINSIP MINIMAL INTERVENSI (PENELITIAN IN VITRO) PERBEDAAN COMPRESSIVE STRENGTH DUA JENIS SEMEN IONOMER KACA YANG BERBEDA PADA KAVITAS KLAS II DENGAN PRINSIP MINIMAL INTERVENSI (PENELITIAN IN VITRO) SKRIPSI Diajukan untuk memenuhi tugas dan melengkapi

Lebih terperinci

PERUBAHAN WARNA PADA LEMPENG RESIN AKRILIK POLIMERISASI PANAS SETELAH PERENDAMAN DALAM EKSTRAK DAUN JAMBU BIJI 30%

PERUBAHAN WARNA PADA LEMPENG RESIN AKRILIK POLIMERISASI PANAS SETELAH PERENDAMAN DALAM EKSTRAK DAUN JAMBU BIJI 30% PERUBAHAN WARNA PADA LEMPENG RESIN AKRILIK POLIMERISASI PANAS SETELAH PERENDAMAN DALAM EKSTRAK DAUN JAMBU BIJI 30% SKRIPSI Diajukan untuk memenuhi tugas dan melengkapi syarat memperoleh gelar Sarjana Kedokteran

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. tambahan dengan menggunakan sistem pasak dan inti untuk retorasi akhirnya. Pasak

BAB 1 PENDAHULUAN. tambahan dengan menggunakan sistem pasak dan inti untuk retorasi akhirnya. Pasak BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Gigi yang telah dilakukan perawatan endodonti sering membutuhkan retensi tambahan dengan menggunakan sistem pasak dan inti untuk retorasi akhirnya. Pasak digunakan

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN. 3.1 Jenis Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental laboratories.

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN. 3.1 Jenis Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental laboratories. BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental laboratories. 3.2 Desain Penelitian Desain yang digunakan pada penelitian ini adalah Post test with control

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN. seperti semula sehingga dapat berfungsi kembali. Hal ini menunjukkan bahwa

BAB IV PEMBAHASAN. seperti semula sehingga dapat berfungsi kembali. Hal ini menunjukkan bahwa BAB IV PEMBAHASAN Menurut Roberson (2006) tujuan dari restorasi adalah membentuk gigi seperti semula sehingga dapat berfungsi kembali. Hal ini menunjukkan bahwa restorasi setelah perawatan endodontik yang

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. akar, mencegah kontaminasi sistem saluran akar dengan saliva, menghambat

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. akar, mencegah kontaminasi sistem saluran akar dengan saliva, menghambat I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pemakaian tumpatan sementara sangat diperlukan dalam bidang kedokteran gigi. Tujuan tumpatan sementara adalah menutup rongga jalan masuk saluran akar, mencegah

Lebih terperinci

BAB 4 METODE PENELITIAN

BAB 4 METODE PENELITIAN BAB 4 METODE PENELITIAN 4.1. Jenis Penilitian Desain: Eksperimental Laboratorik 4.2. Spesimen Spesimen diambil dari gigi yang diekstraksi dari beberapa klinik di Jakarta. Spesimen gigi terdiri dari delapan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Restorasi dengan menggunakan resin komposit dapat menghasilkan warna yang menyerupai gigi asli. 2,4 Tetapi kelemahan dari bahan ini adalah sering terjadinya shrinkage selama polimerisasi,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini adalah eksperimental laboratoris.

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini adalah eksperimental laboratoris. BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Jenis penelitian ini adalah eksperimental laboratoris. B. Tempat dan Waktu Penelitian 1. Tempat Penelitian uji kekerasan email dilaksanakan di Laboratorium

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sistem stomatognasi dalam kedokteran gigi merupakan ilmu yang di

BAB I PENDAHULUAN. Sistem stomatognasi dalam kedokteran gigi merupakan ilmu yang di BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sistem stomatognasi dalam kedokteran gigi merupakan ilmu yang di dalamnya mempertimbangkan hubungan antara gigi geligi, rahang, persendian temporomandibula, kraniofasial,

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITAN. 3.1 Jenis Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen laboratories

BAB 3 METODOLOGI PENELITAN. 3.1 Jenis Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen laboratories 20 BAB 3 METODOLOGI PENELITAN 3.1 Jenis Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen laboratories 3.2 Desain Penelitian Desain yang digunakan untuk penelitian ini adalah Posttest design 3.3

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Ortodonsia merupakan bagian dari ilmu kedokteran gigi yang bertujuan

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Ortodonsia merupakan bagian dari ilmu kedokteran gigi yang bertujuan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ortodonsia merupakan bagian dari ilmu kedokteran gigi yang bertujuan memperbaiki keadaan gigi maupun rahang yang menyimpang dari kondisi normal (Graber dan Swain, 1985).

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA TEORI BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA TEORI II.1 Tinjauan Pustaka Bahan tumpat gigi merupakan material kedokteran gigi yang digunakan untuk menumpat gigi yang telah berlubang. Bahan tumpat gigi yang paling

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. praktek kedokteran giginya adalah keterampilan. Keterampilan menghasilkan

BAB I PENDAHULUAN. praktek kedokteran giginya adalah keterampilan. Keterampilan menghasilkan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Modal utama yang harus dimiliki seorang dokter gigi dalam menjalankan praktek kedokteran giginya adalah keterampilan. Keterampilan menghasilkan restorasi yang sesuai

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Kekuatan Tekan Resin Komposit Nanosisal telah selesai dilakukan. Penelitian

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Kekuatan Tekan Resin Komposit Nanosisal telah selesai dilakukan. Penelitian BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian mengenai Pengaruh Jumlah Volume Filler Wt% Terhadap Kekuatan Tekan Resin Komposit Nanosisal telah selesai dilakukan. Penelitian ini menggunakan 20 buah cetakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Putih kekuning-kuningan, kuning keabu-abuan, dan putih keabu-abuan. warna atau yang dinamakan diskolorisasi gigi (Grossman, 1995).

BAB I PENDAHULUAN. Putih kekuning-kuningan, kuning keabu-abuan, dan putih keabu-abuan. warna atau yang dinamakan diskolorisasi gigi (Grossman, 1995). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Putih kekuning-kuningan, kuning keabu-abuan, dan putih keabu-abuan merupakan warna gigi normal manusia. Warna gigi ini ditentukan oleh warna dentin yang melapisi di

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 5 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Bahan restorasi yang digunakan untuk menggantikan struktur jaringan keras gigi yang hilang harus memiliki karakteristik yang mendekati gigi asli. Salah satu bahan restorasi estetik

Lebih terperinci

KEKUATAN IMPAK RESIN AKRILIK POLIMERISASI PANAS SETELAH PERENDAMAN DALAM LARUTAN TABLET PEMBERSIH GIGITIRUAN

KEKUATAN IMPAK RESIN AKRILIK POLIMERISASI PANAS SETELAH PERENDAMAN DALAM LARUTAN TABLET PEMBERSIH GIGITIRUAN KEKUATAN IMPAK RESIN AKRILIK POLIMERISASI PANAS SETELAH PERENDAMAN DALAM LARUTAN TABLET PEMBERSIH GIGITIRUAN SKRIPSI Diajukan untuk memenuhi tugas dan melengkapi Syarat memperoleh gelar Sarjana Kedokteran

Lebih terperinci

Restorasi Sandwich Semen Ionomer Kaca Dengan Resin Komposit. Nevi Yanti. Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara

Restorasi Sandwich Semen Ionomer Kaca Dengan Resin Komposit. Nevi Yanti. Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara Restorasi Sandwich Semen Ionomer Kaca Dengan Resin Komposit Nevi Yanti Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara BAB I PENDAHULUAN Beberapa tahun belakangan ini, penggunaan resin komposit telah

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. 3.1 Jenis Penelitian Jenis penelitian ini adalah penelitian eksperimental laboratorium.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. 3.1 Jenis Penelitian Jenis penelitian ini adalah penelitian eksperimental laboratorium. BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian Jenis penelitian ini adalah penelitian eksperimental laboratorium. 3.2 Desain Penelitian Desain penelitian ini adalah post test only group design 3.3

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Restorasi resin komposit telah menjadi bagian yang penting di dalam kedokteran gigi seiring dengan perkembangan pada sistem dental adhesive. Selain itu kebutuhan masyarakat akan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat Indonesia. Hasil studi morbiditas SKRT-Surkesnas menunjukkan penyakit gigi menduduki urutan pertama (60% penduduk)

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat Indonesia. Hasil studi morbiditas SKRT-Surkesnas menunjukkan penyakit gigi menduduki urutan pertama (60% penduduk) BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penyakit gigi dan mulut merupakan penyakit yang tersebar luas di masyarakat Indonesia. Hasil studi morbiditas SKRT-Surkesnas 2001 menunjukkan penyakit gigi menduduki

Lebih terperinci

Lampiran 1 Format Data Hasil Pengukuran Ketahanan Fraktur Load

Lampiran 1 Format Data Hasil Pengukuran Ketahanan Fraktur Load 97 Lampiran 1 Format Data Hasil Pengukuran Ketahanan Fraktur Load Load Kelompok No. Kgf Newton Stroke Kelompok No. Kgf Newton Stroke Sampel Sampel A 1 143,8 1409,24 5,60 C 1 170,3 1668,94 5,75 2 135,4

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Pengaruh Lama Pengaplikasian Bahan Bonding

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Pengaruh Lama Pengaplikasian Bahan Bonding 34 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian Penelitian tentang Pengaruh Lama Pengaplikasian Bahan Bonding Total-Etch Terhadap Kekuatan Tarik Resin Komposit Nanofill pada Dentin pada gigi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. modifikasi polyacid), kompomer, giomer (komposit modifikasi glass filler),

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. modifikasi polyacid), kompomer, giomer (komposit modifikasi glass filler), I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Restorasi gigi dapat dilakukan dengan beberapa macam bahan. Bahan restorasi di kedokteran gigi sangat beragam dan terus mengalami perkembangan, diantaranya amalgam, resin

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. kedokteran gigi mengembangkan berbagai jenis material restorasi sewarna gigi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. kedokteran gigi mengembangkan berbagai jenis material restorasi sewarna gigi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ilmu dan teknologi di bidang kedokteran gigi semakin berkembang. Seiring dengan perkembangan tersebut, masyarakat pun semakin sadar akan pentingnya faktor estetika.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pada gigi yang umumnya berakibat pada kehilangan gigi dan dapat menimbulkan

BAB I PENDAHULUAN. pada gigi yang umumnya berakibat pada kehilangan gigi dan dapat menimbulkan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Karies gigi yang tidak dirawat dapat menyebabkan infeksi pulpa dan abses pada gigi yang umumnya berakibat pada kehilangan gigi dan dapat menimbulkan beberapa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Dewasa ini resin komposit banyak digunakan dalam kedokteran gigi khususnya dalam ilmu konservasi gigi untuk dijadikan bahan restorasi gigi anterior dan posterior yang

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Desain Penelitian Penelitian ini menggunakan jenis penelitian eksperimental laboratoris dan dengan desain penelitian post-test only control group. B. Sampel Penelitian

Lebih terperinci

BAB 4 METODE PENELITIAN JENIS PENELITIAN Desain: EKSPERIMENTAL LABORATORIK. Kontrol. Perlakuan larutan remineralisasi + Xylitol 20%

BAB 4 METODE PENELITIAN JENIS PENELITIAN Desain: EKSPERIMENTAL LABORATORIK. Kontrol.  Perlakuan larutan remineralisasi + Xylitol 20% 19 BAB 4 METODE PENELITIAN 4.1. JENIS PENELITIAN Desain: EKSPERIMENTAL LABORATORIK 4.2. SPESIMEN Spesimen diambil dari gigi yang diekstraksi dari beberapa klinik di Jakarta. Spesimen gigi terdiri dari

Lebih terperinci

DENTINO JURNAL KEDOKTERAN GIGI Vol I. No 2. September 2016 KEBOCORAN MIKRO AKIBAT EFEK SUHU TERHADAP PENGERUTAN KOMPOSIT NANOHYBRID

DENTINO JURNAL KEDOKTERAN GIGI Vol I. No 2. September 2016 KEBOCORAN MIKRO AKIBAT EFEK SUHU TERHADAP PENGERUTAN KOMPOSIT NANOHYBRID 108 DENTINO JURNAL KEDOKTERAN GIGI Vol I. No 2. September 2016 Laporan Penelitian KEBOCORAN MIKRO AKIBAT EFEK SUHU TERHADAP PENGERUTAN KOMPOSIT NANOHYBRID Gusti Gina Permata Sari, M. Yanuar Ichrom Nahzi,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pada jaringan keras dan akan terus berlangsung sampai jaringan dibawahnya.

BAB I PENDAHULUAN. pada jaringan keras dan akan terus berlangsung sampai jaringan dibawahnya. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Karies gigi adalah proses penghancuran atau perlunakan dari email maupun dentin. Proses tersebut terjadi karena demineralisasi yang progresif pada jaringan keras dan

Lebih terperinci