BAB II TINJAUAN PUSTAKA
|
|
- Dewi Halim
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teori 1. Pengetahuan a. Pengetahuan Pengetahuan adalah hasil tahu yang terjadi melalui proses sensoris khususnya mata dan telinga terhadap objek tertentu. Pengetahuan merupakan dominan yang sangat penting untuk terbentuknya prilaku terbuka (sunaryo, 2004). Menurut Notoatodjo (2007) Dari pengalaman dan penelitian ternyata perilaku yang di dasari oleh pengetahuan akan lebih langgeng dari pada perilaku yang tidak di dasari oleh pengetahuan. Sebelum orang mengadopsi perilaku baru di dalam diri seseorang terjadi proses yang berurutan yaitu: 1) Awareness (kesadaran) dimana orang tersebut menyadari dalam arti mengetahui terlebih dahulu terhadap stimulus (objek). 2) Intrest (merasa tertarik) terhadap stimulus atau objek tersebut. Disini sikap subjek sudah mulai timbul. 3) Evaluation (menimbang nimbang) terhadap baik atau tidaknya stimulus tersebut bagi dirinya. 4) Trial sikap dimana subjek mulai mencoba melakukan sesuatu sesuai dengan apa yang dikehendaki stimulus.
2 5) Adaption dimana subjek telah berperilaku baru sesuai dengan pengetahuan, kesadaran dan sikap terhadap stimulus. b. Tingkat pengetahuan Menurut Notoatmodjo (2007) ada 6 tingkat pengetahuan, yaitu: 1) Tahu (know) Tahu diartikan sebagai mengingat suatu meteri yang telah dipelajari sebelumnya. 2) Memahami (comprehension) Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui, dan dapat menginterprestasikan materi tersebut secara benar. 3) Aplikasi/penerpan (aplikation) Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi real (sebenarnya). 4) Analisis (analysis) Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjelaskan materi atau suatu objek ke dalam komponen-komponen, tetapi masih di dalam suatu stuktur organisasi, dan masih ada kaitannya satu sama lain.
3 5) Sintesi (syntesis) Sintesis menujuk kepada suatu kemampuan untuk meletkkan atau menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru. 6) Evaluasi (evaluation) Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan jastifikasi atau penelitian terhadap suatu materi atau objek. c. Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan 1) Faktor internal a) Pendidikan Pendidikan adalah upaya memberikan pengetahuan, sehingga terjadi perubahan perilaku positif yang meningkat (Arikunto, 2005). b) Umur Semakin cukup umur, tingkat kematangan dan kekuatan seseorang akan lebih matang dalam berfikir (Wawan, 2010). c) Pekerjaan Pekerjaan adalah kegiatan yang disukai maupun tidak disukai tetap dilakukan untuk menunjang kehidupan baik dirinya sendiri maupun keluarganya.
4 d) Media massa/informasi Informasi yang didapatkan baik dari pendidikan forma maupun non formal dapat memberikan pengaruh jangka pendek (immedate impact) sehingga menghasilkan perubahan atau peningkatan pengetahuan. 2) Faktor Ekaternal a) Lingkungan Lingkungan sangat berpengaruh terhadap pengetahuan seseorang. Lingkungan biasanya terdiri dari keluarga atau teman serta tetangga yang sangat mempengaruhi pengetahuan seseorang dalam menentukan prilaku. Karena prilaku yang didasari oleh pengetahuan akan bersifat langsung dari pada prilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan (Arikunto, 2005). b) Budaya Budaya di masyarakat akan sangat mempengaruhi pengetahuan seseorang. Budaya merupakan sikap dan kepercayaan masyarakat disituasi daerah. Jadi apabila suatu daerah mempunyai budaya yang bernilai positif maka pengetahuan masyarakat juga akan ikut baik (Nursalam, 2009).
5 c) Sosial Ekonomi Sosial ekonomi seseorang atau masyarakat sangat berpengaruh terhadap pengetahuan. Masyarakat yang sosial ekonominya rendah biasanya tingkat pengetahuannya juga masih kurang atau rendah (Nursalam, 2009) d. Kriteria tingkat pengetahuan Menurut Dewi dan Wawan (2010) yang dikutip dari Arikunta 2006 pengetahuan seseorang dapat diintepretasikan dengan skala yang bersifat kualitatif, yaitu: 1) Baik : hasil presentase 76 % - 100% 2) Cukup : hasil presentase 56% - 75% 3) Kurang : hasil presentase > 56% 2. Perilaku a. Pengertian Perilaku adalah kegiatan atau aktivitas manusia baik yang dapat diamati langsung maupun yang tidak dapat diamati langsung, maupun tidak langsung dapat diamati dari pihak luar (Notoatmodjo, 2010). b. Jenis prilaku Menurut maulana (2009) perilaku dapat dilihat dari bentuk respons terhadap stimulus, maka perilaku manusia dibagi menjadi dua yaitu :
6 1) Perilaku tertutup ( covert behaviar ) Respon atau reaksi yang bersifat tertutup atau terselubung. Sikap yang terjadi pada orang yang menerima stimulus tersebut dan bisa diamati secara jelas oleh orang lain, dikerenakan respon atau reaksi terhadap stimulus masih terbatas pada perhatian, persepsi, pengatahuan/kesadaran. 2) Perilaku terbuka (overt behaviar ) Bentuk perilaku ini sudah dalam bentuk tindakan atau praktik. Respons seseorang terhadap stimulus dalam bentuk tindakan yang nyata atau terbuka. 3. Hubungan pengetahuan dengan perilaku Prilaku merupakan suatu kegiatan atau aktivitas organisme yang bersangkutan. Perilaku manusa adalah suatu aktivitas daripada manusia itu sendiri. prilaku kesehatan pada dasarnya adalah suatu respon seseorang terhadap stimulasi yang berkaitan dengan sakit dan penyakit, sistem pelayanan kesehatan, makanan, serta lingkungan. Belum (1986) menyatakan ada 4 faktor yang mempengaruhi derajat kesehatan pada manusia yaitu genetik, lingkungan pelayanan kesehatan, dan perilaku (Notoatmodjo,2007). Menurut teori lawrence dalam Notoatmodjo (2012). Ada 3 faktor yang mempengaruhi perubahan prilaku individu maupun kelompok sebagai berikut:
7 1) Faktor yang mempermudah (predisposing factor), yang mencakup pengetahuan, sikap, kepercayaan, norma social, dan unsur lain yang terdapat dalam diri individu maupun masyarakat yang berkaitan dengan kesehatan. 2) Faktor pemungkin (Enabling factor ), yang mencakup ketersediaan sarana dan prasarana, misalnya air bersih, tempat pembuangan sampah, dll. Termasuk juga fasilitas pelayanan kesehatan seperti puskesmas, rumah sakit, poliklinik, posyandu, polindes, pos obat desa, dokter, dan bidan. Fasilitas ini pada hakikatnya mendukung atau memungkinkan terwujudnya prilaku kesehatan. 3) Faktor pendorong (reinforcing factor), yaitu faktor yang memperbuat perubahan prilaku seseorang yang dikarenakan adanya sikap suami, orang tua, tokoh masyarakat atau petugas kesehatan. 4. Remaja a. Pengertian Remaja (adolescence) adalah suatu masa peralihan dari kanak kanak menuju masa dewasa, yang dimulai pada saat terjadinya kematangan seksual yaitu antara usia 11 atau 12 tahun sampai dengan 20 tahun (Soetjiningsih, 2007). b. Perkembangan pada masa remaja Menurut widiastuti (2009) berdasarkan sifat atau ciriciri perkembangan masa (rentang waktu) remaja ada tiga yaitu:
8 1) Masa remaja awal (10-12 tahun) a) Tempat dan memang merasa lebih dekat dengan teman sebaya b) Tampak dan merasa igin bebas c) Tampak dan memang lebih banyak memperhatikan keadaan tubuhnya dan mulai berpikir yang khayal (abstrak) 2) Masa remaja tengah (13-15 tahun) a) Tampak dan merasa ingin mencari identitas diri b) Ada keiginan untuk berkencan atau tertarik pada lawan jenis c) Timbul perasaan cinta yang mendalam d) Kemampuan berpikir abstrak (menghayal) makin berkembang e) Berkayal mengenai hal-hal yang berkaitan dengan seks 3) Masa remaja akhir (16-19 tahun) a) Menampakkan pengungkapan kebebasan diri b) Dalam mencari teman sebaya lebih selaktif c) Memiliki citra (gambaran, keadaan, peranan) terhadap dirinya d) Dapat mewujutkan perasaan cinta e) Memiliki kemampuan berfikir khayal atau abstrak
9 5. Keputihan a. Definisi keputihan Keputihan yang dalam bahasa kedokteran disebut fluor albus, tidak selalu berarti suatu penyakit, jika hanya muncul pada masa-masa tertentu dan tidak terus menerus. Disebut keputihan karena dari vagina keluar cairan yang berlerbihan tapi bukan darah dan biasanya sangat mengganggu ( Wekasari, 2010). Leukorea (white discharge, flour albus, keputihan) adalah nama gejala yang diberikan kepada cairan yang dikeluarkan dari alat-alat genetal yang tidak berupa darah yang sering dijumpai pada penderita ginekologi (Sarwono, 2007). Keputihan adalah keluarnya cairan selain darah dari liang vagina diluar kebiasaan, baik berbau ataupun tidak, serta disertai rasa gatal setempat penyebab keputihan dapat secara normal (fisiologis) yang dipengaruhi oleh hormon tertentu (Kusmiran, 2011). b. Jenis keputihan Keputihan dapat dibedakan menjadi 2 yaitu keputihan yang fisiologi dan yang patologi. Keputihan fisiologi terdiri atas cairan yang kadang kadang berupa muncus yang mengandung banyak epitel dengan leukosit yang jarang, sedang pada keputihan patologis terdapat bayak leukosit (Wiknjosastro, 2008).
10 c. Klasifikasi keputihan 1) Keputihan fisiologis Keputihan fisiologis adalah cairan yang berupa mucus yang mengandung banyak epitel dengan leukosit yang jarang. Tanda tandanya sebagai berikut: a) Cairan dari vagina berwarna bening. b) Tidak berwarna, tidak berbau dan tidak gatal. c) Jumlah cairan bisa sedikit, bisa cukup banyak. Keputihan fisiologis biasanya ditemukan pada: a) Bayi baru lahir sampai umur kira-kira 10 hari. b) Waktu sekitar menarcehe karena mulai terdapat pengaruh hormon ekstrogen. c) Pada waktu dewasa saat dirangsang, sebelum melakukan hubungan seksual yang disebabkan oleh pengeluaran dari dinding vagina. d) Sebelum dan sesudah menstruasi, serta waktu sekitar ovulasi. 2) Keputihan patologi Keputihan patologi adalah cairan yang keluar mengandung banyak leukosit. Tanda tandanya sebagai berikut: a) Keluar cairannya berlebihan seperti menstruasi b) Cairannya kental dan berbau busuk c) Berwarna kuning hingga kehijauan d) Menimbulakan rasa gatal sekitar vagina
11 e) Muncul rasa panas pada vagina ( Wiknjosatro, 2007) d. Penyebab utama keputihan Menurut ayuningsih (2009) penyebab keputihan yaitu : 1) Prilaku tidak higienis : air cebok tidak bersih, celana dalam tidak menyerap keringat, penggunaan pembalut yang kurang baik. 2) Stres sehingga daya tahan tubuh rendah. 3) Menurut indri (2004), infeksi adalah keputihan karena bakteri hemoflus vaginalis, parasit penyebab infeksi yaitu trikomnas dan jamur berasal dari golongan candida atau monilia. 4) Benda asing dalam vagina yaitu akibat pemakaian tampon, spiral, dan alat kontrasepsi lain yang dimaksukkan kedalam vagina. 5) Penyakit organkandungan yaitu keganasan misalnya tumor. 6) Kelelahan akibat berkerja terlalu keras. 7) Gangguan hormon yaitu perubahan hormon akibat siklus menstruasi atau kehamilan. 8) Pola hidup tidak sehat yaitu membersihkan vagina setelah buang air atau tidak mengetahui cara vulva hygene. e. Tindakan pencegahan keputihan Menurut Wijayanti (2009), ada beberapa cara untuk menghindari terjadinya keputihan, antara lain:
12 1) Personal hygene yaitu kebersihan pada alat kelamin wanita berati bersih dari kotoran seperti membasuh vagina dengan air hagat, cuci tangan sebelum menyentuh vagina. 2) Bersihkan organ intim dengan pembersih yang tidak merusak kestabilan ph di sekitar vagina. Salah satunya produk pembersih yang terbuat dari bahan dasar susu. Produk seperti ini mampu menjaga keseimbangan ph sekaligus meningkatkan pertumbuhan flour normal dan menekan pertumbuhan bakteri yang tidak bersahabat. Sabun antiseptic umumnya bersifat keras, sehingga tidak menguntungkan bagi kesehatan vagina dalam jangka panjang. 3) Hindari pemakaian bedak/deodoran vagina yang tujuannya agar vagina harum dan kering sepanjang hari. Bedak memiliki partikel-partikel halus yang mudah terselip di sana-sini dan akhirnya mengundang jamur dan bakteri bersarang di vagia. 4) Gunakan celana dalam yang kering. Seandainya basah atau lembab, usahakan cepat mengganti dengan yang bersih dan belum di pakai. 5) Gunakan celana dalam yang bahannya menyerap keringat, seperti katun. 6) Pakaian luar juga di perhatikan. Celana jeans tidak dianjurkan karena pori-porinya sangat rapat. 7) Ketika haid sering-sering untuk berganti pembalut.
13 8) Panthyliner sebaiknya digunakan pada saat keputihan bayak saja atau pada saat berpergian, dan sebaiknya jangan menimbulkan iritasi kulit. f. Pengobatan keputihan Menurut ayuningsih (2009) pengobatan keputihan terdiri dari: 1) Jika keputihan masih ringan, bisa menggunakan sabun atau larutan antiseptik khusus pembilas vagina seperlunya. Penggunaan berlebihan akan mematikan flora normal dan menggangu keasaman vagina. Konsultasi kedokter sehingga akan diperoleh pengobatan paling tepat untuk mengatasi gangguan keputihan patologis dan infeksi sesuai dengan penyebabnya. Jenis obat dapat berupa sediaan oral berupa teblet atau kapsul, topikl seperti kram yang di oleskan dan uvula yang langsung dimasukkan keliang vagina. 2) Bagi yang sudah berkeluarga, lakukan pemeriksaan bersama pasangan. 3) Jika masih belumsembuh, lakukan uji resistensi obat dan mengganti dengan obat lain ada kemungkinan kuman ternyata resisten terhadap obat yang diberikan. 4) Penderita yang sudah menikah dan melakukan hubungan seksual secara rutin. 5) Jika positif terkena virus, bisa dilakukan pemeriksaan mulut rahim. Sebagai penunjang dilakukan pula tes urin dan tes darah.
14 6) Melakukan pola hidup sehat agar daya tahan tubuh mendukung proses pengobatan. 6. Personal hygiene a. Definisi personal hygiene Personal hygiene berawal dari bahasa yunani, berasal dari kata personal yang artinya perseorangan dan hygine berarti sehat. Dari peryataan tersebut dapat di artikan bahwa kebersihan perorangan atau personal hygiene adalah suatu tindakan untuk memelihara kebersihan dan kesehatan seseorang untuk kesejahteraan, baik fisik maupun psikisnya (Laily dan sulistyo, 2012)., b. Jenis -jenis personal hygiene 2) Perawatan kulit kepala dan rambut 3) perawatan mata 4) perawatan hidung 5) perawatan telinga 6) perawatan kuku kaki dan tangan 7) perawatan genetalia 8) perawatan kulit seluruh tubuh 9) perawatan tubuh secara keseluruhan c. Manfaat 1) Meningkatkan derajat kesehatan seseorang 2) Memelihara kebersihan diri seseorang
15 3) Memperbaiki personal hygiene yang kurang 4) Pencegahan penyakit 5) Meningkatkan percaya diri seseorang 6) Menciptakan keindahan d. Faktor faktor yang mempengaruhi personal hygiene 1) Body image Gambaran individu terhadap dirinya sangat mempengaruhi kebersihan diri. 2) Status sosial ekonomi Personal hygiene memerlukan data dan bahan seperti sabun,pasta gigi, shampo, alat mandi yang semuanya memerlukan uang untuk menyediakannya. 3) Pengetahuan Pengetahuan personal hyginene sangat penting karena pengetahuan yang baik dapat meningkatkan kesehatan 4) Budaya Disebagian masyarakat misalnya jika ada individu yang sakit tertentu maka tidak boleh di mandikan. 5) Kebisaan seseorang Ada kebiasaan seseorang menggunakan produk tertentu dalam perawatan diri. 6) Kondisi fisik
16 Pada kondisi sakit kemampuan merawat diri berkurang dan perlu bantuan untuk melakukannya. (Tarwono dan Wartonah, 2004). 7. Perawatan organ kewanitaan Perawatan yang dapat dilakukan untuk mencegah bakteri jahat yang tumbuh kembali dalam vagina, yang menyebabkan terjadinya keputihan yaitu: a. Membersihkan alat kelamin dengan benar yaitu selalu membersihkan dari arah depan ke belakang setelah berkemih ataupun buang air besar. Bila ke arah kebalikannya maka infeksi bakteri akan mudah masuk ke vagina dan menyebabkan infeksi. b. Selalu keringkan daerah vagina sebelum berpakian. c. Memilih pakian dalam yang terbuat dari katun. d. Mencukur sebagian rambut pubis untuk menghindari kelembaban yang berlebihan di daerah vagina. e. Menghindari faktor infeksi seperti berganti-ganti pasangan seksual, serta pemeriksaan ginekologi secara teratur. f. Memperhatikan keseimbangan makanan dalam tubuh agar menjaga kestabilan ph dalam vagina tetapi terjadi (Ririn,2005). 8. Pendidikan kesehatan (penyuluhan) a. Pengertian Pendidikan kesehatan adalah proses perubahan perilaku yang dinamis, dimana perubahan tersebut bukan sekedar proses
17 tranfer materi atau teori seseorang ke orang lain dan bukan pula seperangkat prosedu, akan tetapi perubahan tersebut terjadi karena adanya kesadaran dari dalam diri individu, kelompok atau masyarakat sediri (Mubarak, 2006). Penyuluhan kesehatan adalah kegiatan penambahan pengetahuan yang dilakukan dengan penyebaran pesan dan malakukan keyakinan atas pentingnya kesehatan, sehingga masyarakat tidak hanya sadar, tahu, mengerti, tetapi dapat berbuat sesuatu dan mengetahui apa yang harus dilakukan (Setiawan, 2010). Penyuluhan merupakan terjemahan dari konseling yaitu bagian dari bimbingan, baik sebagai layanan maupun sebagi teknik. Penyuluhan merupakan suatu jenis layanan yang merupakan bagian terpadu dari bimbingan. Penyuluhan dapat diartikan sebagai hubungan timbal balik antara dua orang atau individu, dimana yang seorang menjadi penyuluh berusaha membantu yang lain (klien) untuk mencapai pengertian dirinya sendiri dalam hubungan dengan masalah yang dihadapi pada waktu yang akan datang (Machfoedz, 2005). Penyuluhan kesehatan adalah suatu kegiatan atau usaha menyapaikan pesan kesehatan pada masyarakat, kelompok, atau individu dengan harapan mendapatkan pengetahuan kesehatan (Notoatmodjo, 2005).
18 b. Tujuan pendidikan kesehatan Tujuan utama penyuluhan kesehatan menurut Setiawan (2010) adalah : 1) Mengubah prilaku individu, keluarga, kelompok, masyarakat dalam bidang kesehatan sebagai sesuatu yang bernilai dan bermanfaat di mata masyarakat. 2) Terbentuknya perilaku sehat dan status kesehatan yang optimal pada individu, keluarga, kelompok dan masyarakat sesuai dengan konsep hidup sehat baik fisik, mental maupun social sehingga dapat menurunkan angka kesehatan. c. Sasaran penyuluhan Sasaran penyuluhan adalah sebagai berikut : 1) Individu Yaitu individu yang mempunyai permasalahan dengan keperawatan dan kesehatan yang dapat dilakukan di rumah sakit, klinik, puskesmas dan tempat pelayanan kesehatan lainnya (Notoatmodjo, 2005). 2) Keluarga Yaitu keluarga binaan yang mempunyai permasalahan kesehatan yang tergolong dalam resiko tinggi Menurut Notoatmodjo (2005). 3) Masyarakat
19 Masyarakat dalam kelompok tertentu, seperti wanita, pemuda, dan remaja. Termasuk dalam kelompok khusus ini adalah kelompok lembaga pendidikan mulai dari TK sampai perguruan tinggi, sekolah agama, swasta maupun negeri (Machfoedz, 2005). d. Metode penyuluhan kesehatan Menurut Machfoedz (2005) metode penyuluhan yang digunakan pada aplikasi pendidikan kesehatan adalah belajar mengajar. Pada garis besarnya metode tersebut dibagi 2 macam, antara lain : 1) Metode Klinik Metode ini didasari pada satu atau one way method. Pendidik aktif dan peserta didik posif. Kelemahannya, sulit dievaluasi keberhasilannya. Contohnya siaran radio, tulisan dimedia cetak, tv, filem. 2) Metode Sokratik Metode ini adalah metode dua arah two-waytraffic method. Dengan demikian peserta didik dapat aktif dan kreatif. Contohnya diskusi kelompok, diskusi panel, role playing, demotrasi dan lain-lain. e. Metode pendidikan kesehatan Menurut Machfoedz (2005), media pendidikan kesehatan adalah alat bantu pendidikan untuk menyampaikan
20 kesehatan karena alat-alat tersebut dapat digunakan untuk mempermudah penerimaan pesan-pesan kesehatan bagi masyarakat.
21 1. Kerangka Teori Faktor predisposisi: a. Pendidikan b. Umur c. Pekerjaan d. Media masa Faktor pemungkinan: penyuluhan Pengetahuan tentang perawatan genetalia Faktor penguat: a. Sikap petugas b. Perilaku petugas Gambaran 2.1 Kerangka Teori Sumber: Modifikasi Teori Perilaku Lawrence Green (Notoatmodjo,2005)
22 2. Kerangka Konsep Variabel Bebas Variabel Terikat Penyuluhan Pengetahuan tentang perawatan genetalia Gambar 2.2 Kerangka Konsep 3. Hipotesis Ada perbedaan pengetahuan tentang perawatan genetalia sebelum dan sesudah diberikan penyuluhan pada remaja putri yang mengalami keputihan.
GAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN REMAJA PUTRI TENTANG FLOUR ALBUS FISIOLOGI DAN FLOUR ALBUS PATOLOGI DI SMK NEGERI 2 ADIWERNA KABUPATEN TEGAL
GAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN REMAJA PUTRI TENTANG FLOUR ALBUS FISIOLOGI DAN FLOUR ALBUS PATOLOGI DI SMK NEGERI 2 ADIWERNA KABUPATEN TEGAL Nikmatul Rifqiyah 1, Nilatul Izah 2 Email: izzah_naila@yahoo.co.id
Lebih terperinciHubungan Personal Hygiene Organ Reproduksi dengan Kejadian Keputihan pada Remaja Siswi Smk N 1 Sumber Kecamatan Sumber Kabupaten Rembang
Hubungan Personal Hygiene Organ Reproduksi dengan Kejadian Keputihan pada Remaja Siswi Smk N 1 Sumber Kecamatan Sumber Kabupaten Rembang Yuli Irnawati 1, Vivi Nur Setyaningrum 2 1,2 DIII Kebidanan, Akbid
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. secara utuh, tidak semata-mata bebas dari penyakit atau kecacatan dalam semua hal
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesehatan reproduksi adalah suatu keadaan sejahtera fisik, mental, dan sosial secara utuh, tidak semata-mata bebas dari penyakit atau kecacatan dalam semua hal yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pemahaman masyarakat tentang seksualitas masih amat kurang sampai saat ini. Kurangnya pemahaman ini amat jelas yaitu dengan adanya berbagai ketidaktahuan yang
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. artinya berarti tumbuh atau tumbuh menjadi dewasa. Masa. menjalani proses terjadi pertumbuhan dan perkembangan
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Remaja 2.1.1 Definisi Remaja Kata remaja berasal dari bahasa latin adolescere yang artinya berarti tumbuh atau tumbuh menjadi dewasa. Masa remaja juga sering disebut sebagai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kelamin) (Manuaba Ida Bagus Gde, 2009: 61). Wanita yang mengalami
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keputihan adalah cairan putih yang keluar dari liang senggama secara berlebihan. Keputihan dapat dibedakan dalam beberapa jenis diantaranya keputihan normal (fisiologis)
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masa remaja mengalami perkembangan fisiologis, psikososial, kognitif, moral dan perkembangan seksual. Perubahan fisiologis pada masa remaja merupakan hasil aktivitas
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. perkembangan. Pertumbuhan merupakan perubahan secara fisiologis sebagai
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam perjalanan hidup, manusia mengalami pertumbuhan dan perkembangan. Pertumbuhan merupakan perubahan secara fisiologis sebagai hasil dari proses pematangan fungsi-fungsi
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Fluor albus (leukorea, vaginal discharge, keputihan) adalah salah satu
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Fluor albus (leukorea, vaginal discharge, keputihan) adalah salah satu gejala gangguan kesehatan yang dikeluhkan wanita (Prawirohardjo, 2008). Fluor albus adalah cairan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teori 1. Remaja a. Pengertian Remaja atau adolescenc (Inggris ), berasal dari bahasa latin adolescere yang berarti tumbuh kearah kematangan. Kematangan yang dimaksud
Lebih terperinci2016 GAMBARAN PENGETAHUAN REMAJA MADYA (13-15 TAHUN) KELAS VII DAN VIII TENTANG PERSONAL HYGIENE PADA SAAT MENSTRUASI DI SMPN 29 BANDUNG
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendidikan tentang kesehatan reproduksi merupakan masalah penting yang perlu mendapatkan perhatian dari semua pihak. Pada masa remaja, pertumbuhan fisik dan seksualnya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Kesehatan merupakan hal yang penting dan patut. bagi kehidupan seorang pria maupun wanita.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesehatan merupakan hal yang penting dan patut menjadi perhatian masyarakat secara umum dan individu secara khusus. Kesehatan reproduksi juga merupakan salah satu unsur
Lebih terperinciBAB V PEMBAHASAN. A. Lama Penggunaan KB IUD dan Kejadian Keputihan. 1 tahun masing-masing adalah sebanyak 15 responden (50%), sehingga total
BAB V PEMBAHASAN A. Lama Penggunaan KB IUD dan Kejadian Keputihan Dalam penelitian ini, peneliti membagi responden menjadi 2 bagian yang sama dalam hal lama penggunaan KB IUD. Lama penggunaan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. kognitif, moral, maupun sosial (Mahfiana&Yuliani,2009:1). Pada masa ini
BAB 1 PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Masa remaja adalah masa transisi sebagai proses dalam mempersiapkan diri meninggalkan dunia anak-anak untuk memasuki dunia orang dewasa. Pada masa ini terjadi banyak
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN TEORI
8 BAB II TINJAUAN TEORI A. Tinjauan Teori 1. Remaja a. Pengertian Remaja adalah masa peralihan dari masa anak dengan masa dewasa, ada yang memberi istilah puberty (Inggris), puberteit (Belanda), pubertas
Lebih terperinciSURAT PERNYATAAN EDITOR BAHASA INDONESIA. Judul : Tingkat Pengetahuan Remaja Putri Kelas X SMA AL AZHAR Medan
SURAT PERNYATAAN EDITOR BAHASA INDONESIA Nama : RABITA NIM : 095102004 Judul : Tingkat Pengetahuan Remaja Putri Kelas X SMA AL AZHAR Medan Tentang Perawatan Alat Genitalia Eksterna Tahun 2010 Menyatakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kondisi inilah akan mudah terkena infeksi jamur. Keputihan yang terjadi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian tentang kesehatan reproduksi menunjukkan bahwa 75% wanita di dunia pasti mengalami keputihan paling tidak sekali seumur hidup dan 45% diantaranya dapat mengalami
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN TEORI
BAB II TINJAUAN TEORI A. Tinjauan Teori 1. Keputihan a. Pengertian Keputihan Keputihan yang dalam bahasa kedokteran disebut fluor albus, tidak selalu berarti suatu penyakit, jika hanya muncul pada masa-masa
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sosial secara utuh, yang tidak semata-mata bebas dari penyakit atau kecacatan
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesehatan reproduksi adalah suatu keadaan sejahtera fisik, mental, dan sosial secara utuh, yang tidak semata-mata bebas dari penyakit atau kecacatan dalam semua hal
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. lingkungan, remaja adalah masa transisi dari kanan-kanak menuju dewasa
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perilaku adalah tanggapan atau reaksi terhadap rangsangan atau lingkungan, remaja adalah masa transisi dari kanan-kanak menuju dewasa dalam masa transisi ini perilaku
Lebih terperinciHUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN REMAJA TENTANG KEPUTIHAN DENGAN KEJADIAN KEPUTIHAN DI SMK NEGERI 3 KABUPATEN PURWOREJO. Asih Setyorini, Deni Pratma Sari
HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN REMAJA TENTANG KEPUTIHAN DENGAN KEJADIAN KEPUTIHAN DI SMK NEGERI 3 KABUPATEN PURWOREJO Asih Setyorini, Deni Pratma Sari ABSTRAK Perubahan pada masa remaja adalah hormon reproduksi
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. mengenal usia. Keputihan juga dapat menimbulkan rasa tidak nyaman yang dapat
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Keputihan merupakan keluhan yang sering menyerang wanita dan tidak mengenal usia. Keputihan juga dapat menimbulkan rasa tidak nyaman yang dapat mempengaruhi kepercayaan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. menghadapi resiko resiko kesehatan reproduksi. Kegiatan kegiatan seksual
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesehatan reproduksi merupakan masalah yang penting untuk mendapatkan perhatian terutama dikalangan masyarakat. Masa remaja diwarnai oleh pertumbuhan, perubahan,
Lebih terperinciHUBUNGAN ANTARA PERILAKU GENITAL HYGIENE DENGAN KEJADIAN FLUOR ALBUS PADA REMAJA PUTRI
HUBUNGAN ANTARA PERILAKU GENITAL HYGIENE DENGAN KEJADIAN FLUOR ALBUS PADA REMAJA PUTRI Dwi Wahyu Wulan S, SST., M.Keb Ira Rahayu Tiyar Sari, SST Prodi Kebidanan Bangkalan Poltekkes Kemenkes Surabaya ABSTRAK
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. bahasa aslinya disebut adolescence, berasal dari. bahasa latin adolescere yang artinya tumbuh kembang untuk mencapai
BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Remaja yang dalam bahasa aslinya disebut adolescence, berasal dari bahasa latin adolescere yang artinya tumbuh kembang untuk mencapai kematangan. Fase remaja merupakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kesehatan sistem reproduksi termasuk kebersihan daerah genetalia, khususnya
BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG MASALAH Masa remaja merupakan masa seorang remaja harus memperhatikan kesehatan sistem reproduksi termasuk kebersihan daerah genetalia, khususnya bagi remaja putri.
Lebih terperinciJurnal Keperawatan, Volume XI, No. 1, April 2015 ISSN
PENELITIAN HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN PERSONAL HYGIENE DENGAN KEJADIAN KEPUTIHAN (FLUOR ALBUS) PADA REMAJA PUTRI Nurlaila*, Mardiana Z* *Dosen Jurusan Kebidanan Tanjungkarang Fluor albus dapat menimbulkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sosial secara utuh yang tidak semata-mata bebas dari penyakit atau kecacatan,
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesehatan reproduksi adalah suatu keadaan sejahtera fisik, mental dan sosial secara utuh yang tidak semata-mata bebas dari penyakit atau kecacatan, dalam segala hal
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. kesehatan secara optimal (Nursalam, 2008). kesehatan sebagai berikut : a. mengubah pengetahuan;
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pendidikan Kesehatan 1. Pengertian Pendidikan kesehatan merupakan suatu usaha atau kegiatan untuk membantu individu, keluarga, atau masyarakat dalam meningkatkan kemampuan atau
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Peran Ibu a. Definisi Ibu Ibu menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah wanita yang telah melahirkan seseorang, maka anak harus menyayangi ibu, sebutan untuk
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. proses) yang dimiliki oleh remaja baik secara fisik, mental, emosional dan
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan tentang kesehatan reproduksi perlu mendapatkan perhatian dari semua pihak. Upaya untuk menuju reproduksi yang sehat sudah harus dimulai terutama
Lebih terperinciBAB V PEMBAHASAN. uji statistik hubungan antara pengetahuan tentang hygiene organ reproduksi
BAB V PEMBAHASAN Hasil penelitian yang diperoleh meliputi karakteristik responden dan hasil uji statistik hubungan antara pengetahuan tentang hygiene organ reproduksi dengan kejadian keputihan pada akseptor
Lebih terperinciHUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DENGAN CARA PENCEGAHAN FLOUR ALBUS
HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DENGAN CARA PENCEGAHAN FLOUR ALBUS DI SMK AHMAD YANI GURAH KEDIRI Susi Erna Wati, S.Kep.,Ns.M.Kes Prodi DIII Keperawatan Fakultas Ilmu Kesehatan UN PGRI Kediri susierna@unpkediri.ac.id
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Peran Perawat 1. Pengertian Peran Peran pada dasarnya adalah seperangkat tingkah laku yang diharapkan oleh orang lain terhadap seseorang, sesuai kedudukannya dalam suatu sistem.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. periode transisi dari masa anak menuju masa dewasa. Dalam masa remaja ini
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masa remaja merupakan suatu masa perkembangan manusia dan merupakan periode transisi dari masa anak menuju masa dewasa. Dalam masa remaja ini terjadi pacu tumbuh (growth
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. World Health Organization (WHO) mendefinisikan kesehatan adalah suatu
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah World Health Organization (WHO) mendefinisikan kesehatan adalah suatu kondisi sejahtera jasmani, rohani, dan sosial-ekonomi, bukan hanya bebas dari penyakit
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Personal hygiene berasal dari bahasa yunani yaitu personal yang artinya
1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Personal hygiene berasal dari bahasa yunani yaitu personal yang artinya perorangan dan hygiene berarti sehat. Kebersihan seseorang adalah suatu tindakan untuk memelihara
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kebersihan pada saat menstruasi adalah cara yang sangat penting bagi wanita untuk memelihara tingkat kebersihan selama menstruasi. Kebiasaan menjaga kebersihan, termasuk
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pertama (1 kegagalan dalam kehamilan). Meskipun alat kontrasepsi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Metode kontrasepsi jangka panjang IUD (Intra Uterine Device) atau AKDR (Alat kontrasepsi Dalam Rahim) merupakan salah satu jenis alat kontrasepsi yang sangat populer
Lebih terperinciHUBUNGAN PERAWATAN GENETALIA DENGAN KEJADIAN KEPUTIHAN PADA SANTRIWATI PONDOK PESANTREN AL IMAN SUMOWONO KABUPATEN SEMARANG
HUBUNGAN PERAWATAN GENETALIA DENGAN KEJADIAN KEPUTIHAN PADA SANTRIWATI PONDOK PESANTREN AL IMAN SUMOWONO KABUPATEN SEMARANG Anggun Mita Arismaya*, Ari Andayani **, Moneca Diah L *** Fakultas Ilmu Kesehatan,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pada masa remaja bisa meningkat terutama dalam bidang repoduksi dikarenakan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kesehatan reproduksi termasuk salah satu dari masalah remaja yang perlu mendapatkan perhatian oleh semua kalangan (Soetjiningsih, 2004). Berbagai masalah pada
Lebih terperinciKata kunci: kontrasepsi hormonal, pengetahuan perawatan organ reproduksi, keputihan. Cairan tersebut bervariasi dalam PENDAHULUAN
HUBUNGAN PENGGUNAAN KONTRASEPSI HORMONAL DAN PENGETAHUAN IBU TENTANG PERAWATAN ORGAN REPRODUKSI DENGAN KEJADIAN KEPUTIHAN DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS PEKAUMAN BANJARMASIN Ahmad Syahlani 1, Dwi Sogi Sri
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
DAFTAR ISI Halaman HALAMAN JUDUL... i PERNYATAAN KEASLIAN PENELITIAN... ii LEMBAR PERSETUJUAN... iii HALAMAN PENGESAHAN... iv KATA PENGANTAR... v ABSTRAK... vii ABSTRAC... viii DAFTAR ISI... ix DAFTAR
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN TEORI. a. Pengertian Kanker Leher Rahim
7 BAB II TINJAUAN TEORI A. Tinjauan Teori 1. Kanker Serviks a. Pengertian Kanker Leher Rahim Kanker adalah pertumbuhan abnormal dari suatu sel atau jaringan dimana sel atau jaringan tersebut tumbuh dan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Remaja berasal dari kata latin adolensence yang berarti tumbuh menjadi
1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Remaja berasal dari kata latin adolensence yang berarti tumbuh menjadi dewasa. Istilah adolensence mempunyai arti yang lebih luas lagi yang mencakup kematangan mental,
Lebih terperinciDinamika Kesehatan, Vol. 2 No. 2 Desember 2016 Herawati, et. al., Hubungan Pekerjaan & Vulva...
Dinamika Kesehatan, Vol. 2 No. 2 Desember 2016 Herawati, et. al., Hubungan Pekerjaan & Vulva... HUBUNGAN PEKERJAAN DAN VULVA HYGIENE DENGAN KEJADIAN KEPUTIHAN PADA IBU HAMIL DI PUSKESMAS SUNGAI BILU BANJARMASIN
Lebih terperinciHUBUNGAN PENGETAHUAN REMAJA PUTRI KELAS 2 TENTANG VULVA HYGIENE DENGAN KEPUTIHAN DI MTs MASHLAHIYAH KRECEK BADAS
HUBUNGAN PENGETAHUAN REMAJA PUTRI KELAS 2 TENTANG VULVA HYGIENE DENGAN KEPUTIHAN DI MTs MASHLAHIYAH KRECEK BADAS Sukatmi*, Nikmaturohmah.** *) Dosen Akper Pamenang Pare Kediri **) Perawat Puskesmas Badas
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. biak dan ekosistem di vagina terganggu sehingga menimbulkan bau tidak sedap
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tinggal di daerah tropis yang panas membuat kita sering berkeringat. Keringat ini membuat tubuh lembab, terutama pada organ seksual dan reproduksi yang tertutup dan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Remaja adalah masa peralihan dari anak-anak ke dewasa yang ditandai
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pengetahuan (Knowledge) adalah hasil tahu dari manusia, yang sekedar menjawab pertanyaan What, misalnya apa air, apa manusia, apa alam, dan sebagainya (Notoatmodjo,
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Keputihan 1. Definisi keputihan Prawirdjoharjo (2007) menjelaskan, keputihan (disebut juga leukorea, white discharge, fluor albus) adalah nama gejala yang diberikan kepada
Lebih terperinciHUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN TENTANG VULVA HYGIENE DENGAN KEJADIAN LEUKOREA PADA REMAJA PUTRI
HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN TENTANG VULVA HYGIENE DENGAN KEJADIAN LEUKOREA PADA REMAJA PUTRI Mimatun Nasihah* dan Sofia Nihayati** *Dosen Program Studi Diploma III Kebidanan Universitas Islam Lamongan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. hormone yang dikendalikan oleh kelenjar hipofisis anterior yang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Remaja merupakan masa peralihan dari masa kanak-kanak menuju dewasa. Pada periode ini remaja mengalami pubertas. Selama pubertas, remaja mengalami perubahan hormonal
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
1 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teori 1. Pernikahan Usia Dini/ Usia Muda a. Pengertian Pernikahan usia muda adalah pernikahan yang dilakukan pada wanita dengan usia kurang dari 16 tahun dan pada
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN TEORI
BAB II TINJAUAN TEORI A. Pengetahuan 1. Pengertian pengetahuan Notoatmodjo ( 2012) mengemukakan bahwa pengetahuan adalah merupakan hasil tahu dan ini terjadi setelah orang mengadakan penginderaan terhadap
Lebih terperinciHUBUNGAN PEKERJAAN DAN VULVA HYGIENE DENGAN KEJADIAN KEPUTIHAN PADA IBU HAMIL DI PUSKESMAS SUNGAI BILU BANJARMASIN
HUBUNGAN PEKERJAAN DAN VULVA HYGIENE DENGAN KEJADIAN KEPUTIHAN PADA IBU HAMIL DI PUSKESMAS SUNGAI BILU BANJARMASIN Husnul Khatimah 1, Dede Mahdiyah 1, Anita Herawati 1 1 AKBID Sari Mulia Banjarmasin *Korespondensi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. berupa lendir jernih, tidak berwarna dan tidak berbau busuk (Putu, 2009).
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Keputihan (flour albus, leukorhea, atau white discharge) merupakan gejala yang berupa cairan yang dikeluarkan dari alat-alat genital yang tidak berupa darah
Lebih terperinciRisna Triyani dan Ardiani S. Akademi Kebidanan Estu Utomo Boyolali ABSTRAK
HUBUNGAN PEMAKAIAN PEMBERSIH VAGINA DENGAN KEJADIAN KEPUTIHAN PADA REMAJA PUTRI Risna Triyani dan Ardiani S. Akademi Kebidanan Estu Utomo Boyolali Email : Ardiani.sulistiani@yahoo.com ABSTRAK Salah satu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pematangan organ reproduksi manusia dan sering disebut dengan masa pubertas. Masa
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menurut Depkes RI (2003) masa remaja merupakan masa transisi yang ditandai oleh adanya perubahan fisik, emosi, dan psikis. Pada masa remaja terjadi pematangan organ
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pola Asuh 1. Pengertian Pola asuh orang tua adalah sikap atau perilaku orang tua dalam berinteraksi dengan anak-anaknya. Perilaku yang bersifat relatif dan konsisten dari waktu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dari kesehatan secara umum, sehingga upaya untuk mempertahankan. kondisi sehat dalam hal kesehatan reproduksi harus didukung oleh
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kesehatan reproduksi merupakan masalah penting untuk mendapatkan perhatian. Perlu disadari bahwa kesehatan reproduksi tidak dapat dipisahkan dari kesehatan secara
Lebih terperinciPerilaku Vulva Hygiene Berhubungan dengan Kejadian Keputihan pada Remaja Putri Kelas XII SMA GAMA 3 Maret Yogyakarta
Jurnal Ners dan Kebidanan Indonesia JOURNAL NERS AND MIDWIFERY INDONESIA Perilaku Vulva Hygiene Berhubungan dengan Kejadian Keputihan pada Remaja Putri Kelas XII SMA GAMA 3 Maret Yogyakarta Ana Fatkhuli
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. berperilaku sehat, salah satunya adalah perilaku perineal hygiene. Perilaku
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesehatan reproduksi merupakan unsur dasar yang penting dalam kesehatan umum, baik pada laki-laki maupun perempuan. Menurut Efendi dan Makhfudli (2009), kesehatan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. & Wartonah, 2006). Pengertian lain personal hygiene menurut Departemen
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Personal hygiene atau kebersihan diri berasal dari bahasa Yunani yakni suatu tindakan dalam menjaga kebersihan dan kesehatan individu dengan tujuan untuk mencapai kesejahteraan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. orang melakukan penginderaan terhadap suatu obyek tertentu. Pengideraan
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teori 1. Pengetahuan a. Pengertian Pengetahuan merupakan hasil dari tahu dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu obyek tertentu. Pengideraan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Menstruasi merupakan ciri khas kedewasaan seorang wanita, terjadi
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menstruasi merupakan ciri khas kedewasaan seorang wanita, terjadi perubahan-perubahan siklik dari alat kandungannya sebagai persiapan untuk kehamilan. Pada masa remaja
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. gangguan pada saluran reproduksi (Romauli&Vindari, 2012). Beberapa masalah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesehatan alat-alat reproduksi berperan penting dalam menunjang terlaksananya fungsi reproduksi yang optimal pada wanita. Dengan alat reproduksi yang sehat, wanita
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. sikap dan tekad kemandirian manusia dan masyarakat Indonesia dalam rangka
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan Nasional pada hakekatnya bertujuan untuk menumbuhkan sikap dan tekad kemandirian manusia dan masyarakat Indonesia dalam rangka meningkatkan kualitas sumber
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN TEORI Pengertian pengetahuan
BAB II TINJAUAN TEORI 2.1 Pengetahuan 2.1.1 Pengertian pengetahuan Pengetahuan merupakan hasil dari tahu yang setelah seseorang melakukan penginderaan terhadap suatu objek, baik melalui indra penglihatan,
Lebih terperinciBAB IV HASIL PENELITAN DAN PEMBAHASAN Gambaran Partisipan Penelitian
BAB IV HASIL PENELITAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Gambaran Partisipan Penelitian 4.1.1. Lokasi Penelitian SMK Tarunatama merupakan sekolah dengan status swasta yang berada di bawah naungan Yayasan Sion Salatiga
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Remaja Masa remaja adalah masa transisi dari masa kanak-kanak ke masa dewasa yang ditandai dengan perkembangan biologis, psikologis, moral, dan agama (Sarwono, 2012). Pada masa
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Remaja berasal dari kata latin adolensence yang berarti tumbuh atau
BAB 1 PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Remaja berasal dari kata latin adolensence yang berarti tumbuh atau tumbuh menjadi dewasa. Istilah adolensence mempunyai arti yang lebih luas lagi yang mencakup kematangan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. jernih yang keluar, bercampur dengan bakteri, sel-sel vagina yang terlepas dan
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dalam kondisi normal, kelenjar pada serviks menghasilkan suatu cairan jernih yang keluar, bercampur dengan bakteri, sel-sel vagina yang terlepas dan sekresi dari kelenjar
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Feminine hygiene merupakan cara menjaga dan merawat kebersihan organ kewanitaan bagian luar. Salah satu cara membersihkannya adalah dengan membilas secara benar. Penggunaan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN TEORI
BAB II TINJAUAN TEORI A. Tinjauan Teori 1. Pendidikan Kesehatan a. Pengertian Pendidikan Kesehatan Pendidikan kesehatan merupakan segala upaya untuk direncanakan untuk mempengaruhi orang lain baik individu,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. adanya penyakit yang harus diobati (Djuanda, Adhi. dkk, 2005).
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Keputihan (fluor albus) merupakan gejala yang sangat sering dialami oleh sebagian besar wanita. Gangguan ini merupakan masalah kedua sesudah gangguan haid. Padahal,
Lebih terperinciPerilaku kesehatan pada garis besarnya dikelompokkan menjadi 2 yakni (Notoatmodjo, 2003):
2.3 macam-macam perilaku kesehatan Perilaku dapat diberi batasan sebagai suatu tanggapan individu terhadap rangsangan yang berasal dari dalam maupun luar diri individu tersebut. Secara garis besar bentuk
Lebih terperinciGAMBARAN PENGETAHUAN, SIKAP, PERILAKU, DAN LINGKUNGAN SISWI SMU SANTA ANGELA TERHADAP KESEHATAN REPRODUKSI
LAMPIRAN 1 GAMBARAN PENGETAHUAN, SIKAP, PERILAKU, DAN LINGKUNGAN SISWI SMU SANTA ANGELA TERHADAP KESEHATAN REPRODUKSI Jawablah pertanyaan-pertanyaan di bawah ini dengan lingkari pada jawaban yang paling
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. perubahan, munculnya berbagai kesempatan, dan seringkali mengahadapi resikoresiko
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesehatan reproduksi merupakan masalah yang penting untuk mendapatkan perhatian terutama dikalangan remaja. Masa remaja diwarnai oleh pertumbuhan, perubahan, munculnya
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Pada keadaan fisiologis vagina dihuni oleh flora normal. Flora
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG PENELITIAN Pada keadaan fisiologis vagina dihuni oleh flora normal. Flora normal tersebut antara lain Corynebacterium ( batang positif gram ), Staphylococcus ( kokus
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Keputihan (leukorhea, white discharge atau flouralbus) merupakan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keputihan (leukorhea, white discharge atau flouralbus) merupakan gejala yang berupa cairan yang dikeluarkan dari alat-alat genital yang tidak berupa darah (Hutabarat,
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. segala hal yang berkaitan dengan fungsi, peran dan proses reproduksi yang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kesehatan Reproduksi remaja adalah suatu kondisi atau keadaan sehat secara menyeluruh baik kesejahteraan fisik, mental dan sosial yang utuh dalam segala hal
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pekerja Seks Komersiil Umumnya telah diketahui bahwa sumber utama penularan penyakit hubungan seks adalah pekerja seks komersial, dengan kata lain penularan lewat prostitusi.
Lebih terperinciA. Pengertian Defisit Perawatan Diri B. Klasifikasi Defisit Perawatan Diri C. Etiologi Defisit Perawatan Diri
A. Pengertian Defisit Perawatan Diri Kurang perawatan diri adalah gangguan kemampuan untuk melakukan aktifitas perawatan diri (mandi, berhias, makan, toileting) (Maslim, 2001). Kurang perawatan diri adalah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang disebut sebagai masa pubertas. Pubertas berasal dari kata pubercere yang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Masa remaja merupakan masa yang begitu penting dalam hidup manusia, karena pada masa tersebut terjadi proses awal kematangan organ reproduksi manusia yang disebut sebagai
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. manusia, dan sering disebut masa peralihan. Tanda - tanda remaja pada
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masa remaja adalah transisi yang ditandai oleh adanya perubahan fisik, emosi dan psikis. Masa remaja juga merupakan masa pematangan organ reproduksi manusia, dan sering
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
4 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengetahuan 2.1.1. Definisi Pengetahuan Dalam kamus besar bahasa Indonesia (2002), disebutkan bahwa istilah pengetahuan berasal dari kata dasar tahu yaitu paham, maklum, mengerti.
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Definisi Menurut dr. Sugi Suhandi, spesialis Kebidanan dan Penyakit Kandungan RS Mitra Kemayoran Jakarta, keputihan (flour albus) adalah cairan yang berlebihan yang keluar dari
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Keputihan 1. Pengertian Keputihan adalah suatu keluhan berupa pengeluaran cairan dari saluran kelamin wanita yang berlangsung lama, berulang, bernanah, berdarah sewaktu, berbau
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Keputihan 1. Pengertian keputihan Keputihan dikalangan medis dikenal dengan istilah leukore atau fluor albus, yaitu keluarnya cairan dari vagina (Ababa, 2003). Leukore adalah
Lebih terperinciUPAYA PENCEGAHAN FLUOR ALBUS PADA WANITA USIA SUBUR DI INSTALASI RAWAT JALAN RS BAPTIS KEDIRI
Upaya Pencegahan Fluor Albus pada Wanita Usia Subur di Instalasi Rawat Jalan RS. Baptis Kediri UPAYA PENCEGAHAN FLUOR ALBUS PADA WANITA USIA SUBUR DI INSTALASI RAWAT JALAN RS BAPTIS KEDIRI EFFORTS OF FLUOR
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. semasa hidup dan dapat dipergunakan sewaktu-waktu sebagai alat penyesuaian diri,
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengetahuan Pengetahuan adalah hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Pengetahuan juga dapat didefenisikan sebagai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Gaya hidup merupakan prilaku seseorang yang ditunjukkan dalam aktifitas kesehariannya. Gaya hidup sangat berpengaruh terhadap pola pikir, tingkah laku, dan kesehatan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Keputihan (Leukore/fluor albus) merupakan cairan yang keluar dari vagina.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Keputihan (Leukore/fluor albus) merupakan cairan yang keluar dari vagina. Dalam keadaan biasa, cairan ini tidak sampai keluar namun belum tentu bersifat patologis (berbahaya).
Lebih terperinciI II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV
LAMPIRAN No Kegiatan Desember Januari Februari Maret April Mei Juni I II III I V I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV 1 Pengajuan masalah penelitian 2 BAB I Pendahulua
Lebih terperinciPERILAKU PERSONAL HYGIENE REMAJA PUTERI PADA SAAT MENSTRUASI PERSONAL HYGIENE BEHAVIOR FEMALE TEENAGER WHEN TO MENSTRUATING
Perilaku Personal Hygiene Remaja Puteri pada Saat Menstruasi PERILAKU PERSONAL HYGIENE REMAJA PUTERI PADA SAAT MENSTRUASI PERSONAL HYGIENE BEHAVIOR FEMALE TEENAGER WHEN TO MENSTRUATING STIKES RS. Baptis
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Keputihan atau fluor albus merupakan salah satu masalah yang banyak
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Keputihan atau fluor albus merupakan salah satu masalah yang banyak dikeluhkan wanita mulai dari usia muda sampai usia tua. Lebih dari sepertiga penderita yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kehidupan seorang remaja. Menstruasi merupakan indikator kematangan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menstruasi pertama (menarche) merupakan peristiwa penting dalam kehidupan seorang remaja. Menstruasi merupakan indikator kematangan seksual pada remaja putri. Usia rata-rata
Lebih terperinciAtnesia Ajeng, Asridini Annisatya Universitas Muhammadiyah Tangerang ABSTRAK
HUBUNGAN ANTARA FAKTOR PREDISPOSISI DENGAN KEJADIAN KEPUTIHAN PADA REMAJA PUTRI DI SMPN 2 TELUKNAGA TANGERANG Atnesia Ajeng, Asridini Annisatya Universitas Muhammadiyah Tangerang Email : atnesia.ajeng@gmail.com
Lebih terperinciPERBEDAAN TINGKAT PENGETAHUAN PERAWATAN KEPUTIHAN PRA TRAINING DAN POST TRAINING PADA SISWI SMP NEGERI 2 JAKEN KABUPATEN PATI.
JurnalIlmuKebidanandanKesehatan(Journa l of Midwifery Science and Health) AkbidBaktiUtamaPati ISSN: 2087-4154 Vol. 7 No. 2 Juli 2016 On-line http://akbidbup.ac.id/jurnal-2/ PERBEDAAN TINGKAT PENGETAHUAN
Lebih terperinciBeberapa Penyakit Organ Kewanitaan Dan Cara Mengatasinya
Beberapa Penyakit Organ Kewanitaan Dan Cara Mengatasinya Organ seksual pada wanita, seperti rahim, vagina, dan payudara, masing-masing mempunyai fungsi tersendiri. Kadangkala fungsi organ-organ tersebut
Lebih terperinci