BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Kerangka Teori

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Kerangka Teori"

Transkripsi

1 digilib.uns.ac.id BAB II TINJAUAN PUSTAKA 1. Tinjauan tentang Teori Hukum a. Pengertian Teori Hukum A. Kerangka Teori Istilah teori berasal dari bahasa Inggris yaitu theory, atau dalam bahasa Belanda disebut dengan theorie. Fred N. Kerlinger (1990) memberikan pengertian bahwa teori adalah seperangkat konsep, batasan, dan proposisi yang menyajikan pandangan sistematis tentang fenomena dengan merinci hubungan-hubungan antar-variabel, dengan tujuan untuk menjelaskan dan memprediksikan gejala itu. Ada 2 (dua) hal yang terkandung pada definisi tersebut yaitu (Salim HS, 2012:7) : 1) Sebuah teori adalah seperangkat proposisi yang terdiri atas konsepkonsep yang terdefinisikan dan saling terhubung. 2) Teori menyusun antar hubungan seperangkat variabel konsep sehingga suatu pandangan sistematis mengenai fenomena-fenomena terdeskripsikan oleh variabel-variabel itu. Jan Gijssels dan Mark van Hoccke (2000) dalam Salim HS (2012) mendefinisikan teori sebagai berikut : sebuah sistem pernyataan-pernyataan (klaim-klaim), pandangan-pandangan dan pengertian-pengertian yang saling berkaitan secara logical berkenaan dengan suatu bidang kenyataan, yang dirumuskan sedemikian rupa sehingga menjadi mungkin untuk menjabarkan (menurunkan) hipotesis-hipotesis yang dapat diuji. Pengertian teori yang dipaparkan tersebut terlihat bahwa Jan Gijssels dan Mark van Hoccke memandang teori dari sistem pernyataan-pernyataan dan pengertian yang saling terkait antara satu dengan lainnya (Salim HS, 2012:8). Teori mempunyai kedudukan dan peranan yang sangat penting dalam pengembangan ilmu karena teori dapat memberikan kegunaan atau kemanfaatan, baik bagi pengembangan commit to user ilmu pengetahuan maupun untuk 16

2 digilib.uns.ac.id 17 hal-hal yang bersifat praktis (Salim HS, 2012:16). Kegunaan dan manfaat teori mencangkup pula pada ilmu hukum, sehingga dalam ilmu hukum pun dikenal adanya teori hukum. Teori hukum atau theory of law (Inggris), rechtstheorie (Belanda). Teori hukum adalah suatu keseluruhan pernyataan yang saling berkaitan dengan sistem konseptual aturan-aturan hukum dan putusanputusan hukum, dan sistem tersebut untuk sebagai penting dipositifkan (Bruggink, 1999:160). Menurut Salim HS teori hukum adalah teori yang mengkaji dan menganalisis hukum dari dimensi normatif, empiris, dan kekuatan mengikat dari hukum. Kajian teori hukum dari normatif merupakan teori yang mengkaji dan menganalisis norma-norma dan aturan-aturan hukum yang terdapat di dalam peraturan perundangundangan keputusan-keputusan pengadilan, maupun doktrin. Teori hukum dari dimensi empiris merupakan teori yang mengkaji dan menganalisis hukum dari keberlakuannya dalam masyarakat. Teori hukum dari dimensi kekuatan mengikat merupakan teori yang mengkaji dan menganalisis mengapa masyarakat mematuhi aturan hukum, konsep tentang keadilan, dan lain-lain (Salim HS, 2012:55-56). John D. Finch dalam Sudikno Mertokusumo (2011) memberikan pengertian mengenai teori hukum, sebagai berikut (Sudikno Mertokusumo, 2011:87) : Legal theory involves a study of the characteristic features essential to law and common to legal systems. One of its objects is analysis of the basic elements of law which make law distinguish it from other forms of rules and standarts. It aims to distinguish law from systems of order which can not be (or are not normally) described as legal system, and from other social phenomena. It has not proved possible to reach a final and dogmatic answer to the question what is law?. Dari pengertian tersebut maka teori hukum mengandung hal-hal yang menjadi bagian dari hukum serta unsur-unsur dasar dari hukum yang membedakan hukum dengan aturan standar lain yang bukan hukum (Munir Fuady, 2013:2). commit to user

3 digilib.uns.ac.id 18 Pengertian teori hukum juga dikemukakan oleh Van Apeldoorn dalam Sudikno Mertokusumo (2011) dikuti dalam Munir Fuady (2013), dimana teori hukum mencangkup : 1) tentang pengertian-pengertian hukum, 2) tentang obyek ilmu hukum, pembuat undang-undang, dan yurisprudensi, dan 3) tentang hubungan hukum dengan logika (Munir Fuady, 2013:2). b. Hukum dan Keadilan John Austin dalam Ishaq (2009) memberikan pengertian, hukum adalah peraturan yang diadakan untuk memberi bimbingan kepada makhluk yang berakal oleh makhluk yang berakal yang berkuasa atasnya (Ishaq, 2009:2). Merujuk pada pengertian tersebut maka Donald Black dalam Salim HS (2012) mendefinisikan hukum adalah kontrol sosial dari pemerintah. Kontrol sosial itu sendiri dibagi menjadi 2 (dua) yaitu 1) kontrol sosial dalam arti sempit, dan 2) kontrol sosial dalam arti luas. Kontrol sosial dalam arti sempit adalah aturan dan proses sosial mencoba mendorong perilaku yang baik dan berguna atau mencegah perilaku yang buruk. Sedangkan kontrol sosial dalam arti luas adalah jaringan aturan dan proses yang menyeluruh yang membawa akibat hukum terhadap perilaku tertentu (Salim HS, 2012:21). Hukum ditujukan untuk meningkatkan kebahagiaan masyarakat secara keseluruhan dengan cara melarang perbuatan-perbuatan yang mendatangkan sengsara (Peter Mahmud Marzuki, 2013:107). Disamping itu, hukum diperlukan untuk penghidupan di dalam masyarakat demi kebaikan dan ketenteraman bersama (Ishaq, 2009:6). Ajaran cita hukum (Idee des Recht) menyebutkan adanya 3 (tiga) unsur cita hukum yang harus ada secara proporsional, yaitu kepastian hukum (rechtssicherkeit), keadilan (gerechtigkeit), kemanfaatan (zweckmasigkeit). Gustav Radbruch idee des recht dalam Fence M. Wuntu (2007) sebagaimana dikutip oleh Tata Wijayanta (2014) pada commit to user

4 digilib.uns.ac.id 19 proses penegakan hukum, maka ketiga asas tersebut harus selalu ada dan terpenuhi dalam penegakan hukum (Tata Wijayanta, 2014:219). Hukum di dalam teori etis (etische theorie) sebagaimana dikemukakan oleh Aristoteles dinyatakan bahwa hukum hanya sematamata bertujuan mewujudkan keadilan. Dengan arti hukum mempunyai tugas yaitu memberi kepada setiap orang yang berhak menerimanya (Ridwan Syahrani, 1999:20). Hukum sebagai kategori moral serupa dengan keadilan, pernyataan yang ditujukan untuk pengelompokan sosial tersebut sepenuhnya benar, yang sepenuhnya mencapai tujuannya dengan memuaskan semua. Rindu akan keadilan yang dianggap secara psikologis adalah kerinduan abadi manusia akan kebahagiaan, yang tidak bisa ditemukannya sebagai seorang individu dan karenanya mencarinya dalam masyarakat. Kebahagiaan sosial dinamakan keadilan (Hans Kelsen, 2012:48). Keadilan pada dasarnya adalah sebuah kualitas yang mungkin, tetapi bukan harus, dari sebuah tatanan sosial yang menuntun terciptanya hubungan timbal balik di antara sesama manusia (Hans Kelsen, 2009:2). Keadilan adalah kebajikan utama dalam institusi sosial, sebagaimana kebenaran dalam sistem pemikiran. Suatu teori, betapapun elegan dan ekonomisnya, harus ditolak atau direvisi jika tidak benar, demikian pula hukum dan institusi, tidak peduli betapapun efisien dan rapinya, harus direformasi atau dihapuskan jika tidak adil (John Rawls, 2011:3-4). Pengertian tersebut sejalan dengan pendapat Hans Kelsen yang mengatakan bahwa keadilan dalam dimensi hukum merupakan paradigm dari segi kecocokan dengan hukum positif (undang-undang), yang maksudnya ialah jika sebuah norma umum diterapkan pada satu kasus tetapi tidak diterapkan pada kasus sejenis yang muncul, maka itu tidak adil (Hans Kelsen, 2012:48). Ciri khas keadilan dan hubungan spesialnya dengan hukum mulai muncul manakala sebagian besar kritik yang dibuat dalam tinjauan adil dan tidak adil hampir commit sama dapat to user diungkapkan dengan kata-kata fair

5 digilib.uns.ac.id 20 (berimbang) dan unfair (tidak berimbang). Dalam hal ini yang disebut sebagai berimbang atau tidak berimbang biasanya merupakan jatah atau bagian (H.L.A.Hart, 2013: ). Sebelumnya Hans Kelsen telah mengemukakan bahwa keadilan adalah situasi dimana seseorang merasakan kebahagiaan. Terkait dengan konsep tersebut menurut Jeremy Bentham hakikat kebahagiaan adalah kenikmatan dan kehidupan yang bebas dari kesengsaraan. Latar belakang manusia melalukan suatu tindakan adalah adanya keinginan untuk mendapatkan kebahagiaan yang sebesar-besarnya dan mengurangi penderitaan. Teori ini secara analogis diterapkan pada bidang hukum, sehingga baik ataupun buruknya hukum harus diukur dari baik buruknya akibat yang dihasilkan oleh penerapan hukum itu (Ridwan Syahrani, 1999:22). 2. Tinjauan tentang Upah a. Pengertian Upah Pasal 1 angka 30 Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan (Undang-Undang Ketenagakerjaan) menjelaskan bahwa upah adalah hak pekerja/buruh yang diterima dan dinyatakan dalam bentuk uang sebagai imbalan dari pengusaha atau pemberi kerja kepada pekerja/buruh yang ditetapkan dan dibayarkan menurut suatu perjanjian kerja, kesepakatan, atau peraturan perundang-undangan termasuk tunjangan bagi pekerja/buruh dan keluarganya atas suatu pekerjaan dan/atau jasa yang telah atau akan dilakukan. Berdasarkan pengertian di atas jelaslah bahwa sesungguhnya upah dibayarkan berdasarkan kesepakatan para pihak, namun untuk menjaga agar tidak terjadi upah yang diterima terlampau rendah, maka pemerintah turut serta menetapkan standar upah terendah melalui peraturan perundang-undangan (Lalu Husni, 2012:160). Pembayaran kepada tenaga kerja dapat dibedakan dalam 2 (dua) pengertian yaitu gaji dan upah. Gaji dalam pengertian sehari-hari diartikan sebagai pembayaran kepada commit pekerja to user tetap dan tenaga kerja profesional

6 digilib.uns.ac.id 21 seperti pegawai pemerintah, dosen, guru, manajer dan akuntan. Pembayaran tersebut biasanya sebulan sekali. Upah dimaksudkan sebagai pembayaran kepada pekerja kasar yang pekerjaannya selalu berpindahpindah, seperti misalnya pekerja pertanian, tukang kayu, buruh kasar dan lain sebagainya (Rini Sulistiawati, 2012:200). Upah adalah salah satu sarana yang digunakan oleh pekerja untuk meningkatkan kesejahteraanya (Asri Wijayanti, 2010:107). Pada dasarnya pembayaran tenaga kerja dapat dibedakan menjadi 2 (dua) pengertian yaitu gaji dan upah. Dalam pengertian sehari-hari gaji diartikan sebagai pembayaran kepada pekerja-pekerja tetap dan tanaga kerja professional seperti: pegawai pemerintah, dosen, guru, manajer, dan akuntan. Pembayaran tersebut biasanya dilakukan sebulan sekali. Sedangkan upah dimaksudkan sebagai pembayaran kepada pekerja-pekerja kasar yang pekerjaannya selalu berpindah-pindah seperti: pekerja pertanian, tukang kayu, tukang batu, dan buruh kasar (Sadono Sukirno, 2014:350). Teori ekonomi mengartikan upah sebagai pembayaran ke atas jasa-jasa fisik maupun mental yang disediakan oleh tenaga kerja kepada para pengusaha. Dengan demikian dalam teori ekonomi tidak dibedakan di antara pembayaran kepada pegawai tetap dengan pembayaran ke atas jasajasa pekerja kasar dan tidak tetap. Di dalam teori ekonomi kedua jenis pendapatan pekerja (pembayaran kepada para pekerja) tersebut dinamakan upah (Sadono Sukirno, 2014:351). Pada literatur ekonomi diuraikan jenis upah menurut ahli-ahli ekonomi. Upah dibedakan menjadi 2 (dua) yaitu upah uang dan upah riil. Pertama, upah uang adalah jumlah uang yang diterima para pekerja dari para pengusaha sebagai pembayaran ke atas tenaga mental atau fisik para pekerja yang digunakan dalam proses produksi. Kedua, upah riil adalah tingkat upah pekerja yang diukur dari sudut kemampuan upah tersebut membeli barang-barang dan jasa-jasa yang diperlukan untuk memenuhi kebutuhan pekerja (Sadono Sukirno, 2014:351). commit to user

7 digilib.uns.ac.id 22 Soemarso (2009) memberikan pengertian upah adalah imbalan kepada buruh yang melakukan pekerjaan kasar dan lebih banyak mengandalkan kekuatan fisik dan biasanya jumlahnya ditetapkan secara harian, satuan atau borongan (Soemarso, 2009:307). Mulyadi (2001) memberikan definisi yang berbeda dari pendapat Soemarso (2009) namun secara substantif sama yaitu upah umumnya merupakan pembayaran atau penyerahan jasa yang dilakukan oleh karyawan pelaksana (buruh) (Mulyadi, 2008:373). Pemerintah memberi perhatian yang penuh pada upah. Untuk mewujudkan penghasilan yang memenuhi penghidupan yang layak bagi kemanusiaan, dengan cara pemerintah menetapkan kebijakan pengupahan yang melindungi pekerja/buruh (Asri Wijayanti, 2010:108). Bentuk kebijakan pengupahan oleh pemerintah diatur pada Pasal 88 ayat (3) Undang-Undang Ketenagakerjaan, yang meliputi : a. upah minimum; b. upah kerja lembur; c. upah tidak masuk kerja karena berhalangan; d. upah tidak masuk kerja karena melakukan kegiatan lain di luar pekerjaannya; e. upah karena menjalankan hak waktu istirahat kerjanya; f. bentuk dan cara pembayaran upah; g. denda dan potongan upah; h. hal-hal yang dapat diperhitungkan dengan upah; i. struktur dan skala pengupahan yang proporsional; j. upah untuk pembayaran pesangon; dan k. upah untuk perhitungan pajak penghasilan. Bentuk perlindungan upah yang pertama adalah upah minimum. Pemerintah menetapkan upah minimum sebagaimana dimaksud pada Pasal 88 ayat (3) huruf a Undang-Undang Ketenagakerjaan berdasarkan kebutuhan hidup layak dan dengan memperhatikan produktivitas dan pertumbuhan ekonomi (Asri commit Wijayanti, to user 2010:109).

8 digilib.uns.ac.id 23 b. Pengertian Upah Minimum Pasal 1 angka 1 Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Nomor 7 Tahun 2013 tentang Upah Minimum (Permenakertrans tentang Upah Minimum) mengartikan bahwa upah minimum adalah upah bulanan terendah yang terdiri atas upah pokok termasuk tunjangan tetap yang ditetapkan oleh gubernur sebagai jaring pengaman. Upah Minimum (Minimum Wage) juga dapat diartikan sebagai berikut (Frederico Luiz Barbosa de Melo, and Partner, 2012:28) : The minimum wage is generally related to a survival standard which is considered basic in a given society, and has the purpose of safeguarding the income and living conditions of workers who are considered to be the most vulnerable in the labour market and that of their families. Berdasarkan Pasal 89 ayat (1) Undang-Undang Ketenagakerjaan, upah minimum terbagi menjadi 2 (dua), yaitu : a. upah minimum berdasarkan wilayah provinsi atau kabupaten/kota; b. upah minimum berdasarkan sektor pada wilayah provinsi atau kabupaten/kota. Pembagian jenis atau bentuk upah minimum tersebut lebih diperinci di dalam ketentuan Pasal 2 Permenakertrans tentang Upah Minimum yang terdiri dari : a. Upah Minimum Provinsi (UMP) atau Upah Minimum Kabupaten/Kota (UMK); b. Upah Minimum Sektoral Provinsi (UMSP) atau Upah Minimum Sektoral Kabupaten/Kota (UMSK). Definisi dari masing-masing jenis atau bentuk upah minimum tersebut telah dijelaskan di dalam Pasal 1 angka 2, angka 3, angka 4, dan angka 5 Permenakertrans tentang Upah Minimum. Pasal 1 angka 2 menjelaskan bahwa UMP commit adalah to Upah user Minimum yang berlaku untuk

9 digilib.uns.ac.id 24 seluruh kabupaten/kota di satu provinsi. Pasal 1 angka 3 menjelaskan bahwa UMK adalah Upah Minimum yang berlaku di wilayah kabupaten/kota. Pasal 1 angka 4 menjelaskan bahwa UMSP adalah Upah Minimum yang berlaku secara sektoral di satu provinsi. Kemudian yang terakhir Pasal 1 angka 5 menjelaskan UMSK adalah Upah Minimum yang berlaku secara sektoral di wilayah kabupaten/kota. Sebelum tahun 1999, upah minimum adalah tanggung jawab pemerintah pusat, dalam hal ini Menteri Tenaga Kerja yang memutuskan upah minimum tiap-tiap daerah di seluruh Indonesia. Basisnya adalah Provinsi (Daerah Tingkat Pertama), dan disebut dengan UMR (Upah Minimum Regional). Sejak diberlakukannya Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah yang sejalan dengan pelaksanaan desentralisasi dan otonomi daerah serta perimbangan keuangan antara pusat dan daerah, maka penetapan upah minimum menjadi kewenangan daerah sepenuhnya (Surya Tjandra,dkk, 2007:11-12). Kebijakan pemerintah tentang Penetapan Upah Minimum atau sekarang disebut Upah Minimum Pendapatan secara Makro-Nasional bertujuan untuk meningkatkan (Widodo Suryandono, 2014:100) : a. Pemerataan pendapatan, karena kenaikan Upah Minimum akan mempersempit kesenjangan upah pekerja terendah dan upah pekerja tertinggi. b. Daya beli pekerja, karena kenaikan Upah Minimum akan secara langsung meningkatkan daya beli pekerja, dan selanjutnya akan mendorong lajunya ekonomi rakyat. c. Perubahan struktur biaya, karena kenaikan Upah Minimum secara otomatis akan memperbaiki struktur upah terhadap struktur biaya produksi. d. Produktivitas nasional, karena kenaikan Upah Minimum akan memberikan insentif bagi pekerja untuk bekerja lebih giat untuk meningkatkan produktivitas di perusahaan, dan berkelanjutan secara nasional. commit to user

10 digilib.uns.ac.id 25 e. Etos dan disiplin kerja, karena dengan terpenuhi kebutuhan minimumnya pekerja akan berkonsentrasi dan tenang dalam bekerja sehingga akan meningkatkan semangat dan disiplin pekerja. f. Kelancaran komunikasi antara pekerja dan pengusaha, karena pekerja dan pengusaha sudah tidak disibukkan oleh kepentingan-kepentingan mendasar yang terkait dengan syarat kerja, tetapi sudah berkonsentrasi kepada pengembangan diri dan perusahaan yang memerlukan koordinasi secara harmonis. c. Komponen Upah Berdasarkan Surat Edaran Menteri Tenaga Kerja Nomor 07/MEN/1990 tentang Pengelompokan Komponen Upah dan Pendapatan Non Upah disebutkan bahwa yang termasuk Komponen Upah adalah (Lalu Husni, 2012:161) : a. Upah Pokok; merupakan imbalan dasar yang dibayarkan kepada buruh menurut tingkat atau jenis pekerjaan yang besarnya ditetapkan berdasarkan perjanjian; b. Tunjangan Tetap; suatu pembayaran yang teratur berkaitan dengan pekerjaan yang diberikan secara tetap untuk buruh dan keluarganya yang dibayarkan bersamaan dengan upah pokok seperti tunjangan anak, tunjangan kesehatan, tunjangan perumahan, tunjangan kehamilan. c. Tunjangan tidak tetap; suatu pembayaran yang secara langsung maupun tidak langsung berkaitan dengan buruh dan diberikan secara tidak tetap bagi buruh dan keluarganya serta dibayarkan tidak bersamaan dengan pembayaran upah pokok. Pasal 94 Undang-Undang Ketenagakerjaan menyebutkan bahwa komponen upah terdiri dari upah pokok dan tunjangan tetap, maka besarnya upah pokok sedikit-dikitnya 75% (tujuh puluh lima persen) dari jumlah upah pokok dan tunjangan tetap. Pembagian komponen upah biasanya terdiri dari (Rukiyah commit L dan to user Darda Syahrizal, 2013: ) :

11 digilib.uns.ac.id 26 a. Upah pokok ditambah tunjangan tetap (all in). b. Upah pokok ditambah tunjangan tetap dan tidak tetap. c. Upah tidak terbagi ke dalam komponen-komponen, gaji yang diterima pekerja adalah total keseluruhan (clean wage). Berkaitan dengan tunjangan yang diberikan perusahaan pada pekerja/buruh dibagi menjadi 2 (dua), yaitu (Rukiyah L dan Darda Syahrizal, 2013:210) : 1. Tunjangan Tetap Tunjangan tetap adalah tunjangan yang diberikan oleh perusahaan secara rutin kepada pekerja/buruh per bulan yang besarnya relative tetap. Contoh : tunjangan jabatan, tunjangan keluarga, tunjangan keahlian/profesi. 2. Tunjangan Tidak Tetap Tunjangan Tidak Tetap adalah tunjangan yang diberikan oleh perusahaan kepada pekerja/buruh dimana penghitungannya berdasarkan kehadiran atau performa kerja. Contoh : tunjangan transportasi, tunjangan makan, tunjangan insentif, biaya operasional. Pemberian upah yang tidak dalam bentuk uang dibenarkan asal tidak melebihi 25% (dua puluh lima persen) dari nilai upah yang seharusnya diterima. Imbalan/penghasilan yang diterima oleh buruh tidak selamanya disebut sebagai upah, karena dapat dimungkinkan imbalan tersebut bukan termasuk dalam komponen upah (Lalu Husni, 2012:161). 3. Tinjauan tentang Kebutuhan Hidup Layak a. Pengertian Kebutuhan Hidup Layak Selama lebih dari 40 (empat puluh) tahun sejak upah minimum pertama kali diberlakukan, Indonesia telah 3 (tiga) kali melakukan perubahan terhadap standar kebutuhan hidup sebagai dasar penetapan upah minimum. Komponen kebutuhan hidup tersebut meliputi: (1) Kebutuhan Fisik Minimum (KFM) yang berlaku mulai tahun 1969 hingga 1995; (2) Kebutuhan Hidup Minimum commit (KHM) to user yang berlaku tahun 1996 hingga

12 digilib.uns.ac.id ; dan (3) Kebutuhan Hidup Layak (KHL) yang berlaku tahun 2006 hingga saat ini yang diatur melalui Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Nomor 13 Tahun 2012 tentang Komponen dan Pelaksanaan Tahapan Pencapaian Kebutuhan Hidup Layak yang di dalamnya meliputi 60 (enam puluh) komponen hidup layak (Alldo Fellix Januardy. Upah Layak Bukan Upah Minimum;Tinjauan Upah Tenaga Kerja Dari Perspektif HAM. [3 November 2014 pukul WIB]). Bertitik tolak pada kebijakan pemerintah mengenai upah minimum, ketentuan Pasal 89 ayat (2) Undang-Undang Ketenagakerjaan yang menyatakan bahwa upah minimum tersebut harus berdasarkan Kebutuhan Hidup Layak (KHL) dan dengan memperhatikan produktivitas dan pertumbuhan ekonomi dimana upah minimum bertujuan untuk memenuhi KHL (Surya Tjandra,dkk, 2007:15). Mencermati dari perspektif historis mengenai KHL, pada tahun 2005 KHL diatur di dalam Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Nomor 17 Tahun 2005 tentang Komponen dan Pelaksanaan Tahapan Pencapaian Kebutuhan Hidup Layak, dimana pada Pasal 4 menyatakan bahwa KHL adalah standar kebutuhan yang harus dipenuhi oleh seorang buruh lajang untuk dapat hidup layak baik secara fisik, nonfisik, dan sosial, untuk kebutuhan 1 (satu) bulan, dan berlaku bagi buruh dengan masa kerja kurang dari 1 (satu) tahun (Surya Tjandra,dkk, 2007:15). Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Nomor 17 Tahun 2005 tentang Komponen dan Pelaksanaan Tahapan Pencapaian Kebutuhan Hidup Layak telah diubah dengan Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Nomor 13 Tahun 2012 tentang Komponen dan Pelaksanaan Tahapan Pencapaian Kebutuhan Hidup Layak. Pengertian KHL di dalam Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Nomor 13 Tahun 2012 tentang Komponen dan Pelaksanaan Tahapan Pencapaian Kebutuhan Hidup Layak commit dijelaskan to user pada Pasal 1 angka 1 yang

13 digilib.uns.ac.id 28 menjelaskan bahwa KHL adalah standar kebutuhan seorang pekerja/buruh lajang untuk dapat hidup layak secara fisik untuk kebutuhan 1 (satu) bulan. Nilai KHL diperoleh melalui survei harga yang dilakukan oleh tim tripartit (untuk pemerintah diwaliki oleh Badan Pusat Statistik (BPS), perwakilan pengusaha, dan perwakilan serikat buruh) (Surya Tjandra,dkk, 2007:17). Komponen KHL diuraikan pada Lampiran I Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Nomor 13 Tahun 2012 tentang Komponen dan Pelaksanaan Tahapan Pencapaian Kebutuhan Hidup Layak, dimana jumlah komponen KHL adalah 60 (enam puluh) dan terbagi menjadi 7 (tujuh) kategori atau unsur dengan rincian sebagai berikut : 1) MAKANAN DAN MINUMAN a) Beras b) Sumber Protein : (1) Daging (2) Ikan Segar (3) Telur Ayam c) Kacang-kacangan (tempe/tahu) d) Susu Bubuk e) Gula Pasir f) Minyak Goreng g) Sayuran h) Buah-buahan (setara pisang/papaya) i) Karbohidrat lain (setara tepung terigu) j) Teh atau Kopi k) Bumbu-bumbuan 2) SANDANG a) Celana Panjang/Rok/Pakaian Muslim b) Celana Pendek c) Ikat Pinggang d) Kemeja Lengan Pendek/Blus commit to user

14 digilib.uns.ac.id 29 e) Kaos Oblong/BH f) Celana Dalam g) Sarung/Kain Panjang h) Sepatu i) Kaos Kaki j) Perlengkapan Pembersih Sepatu : (1) Semir Sepatu (2) Sikat Sepatu k) Sandal Jepit l) Handuk Mandi m) Perlengkapan Ibadah : (1) Sajadah (2) Mukenah (3) Peci, dan lain-lain 3) PERUMAHAN a) Sewa Kamar b) Dipan/Tempat Tidur c) Perlengkapan Tidur : (1) Kasur Busa (2) Bantal Busa d) Seprei dan Sarung Bantal e) Meja dan Kursi f) Lemari Pakaian g) Sapu h) Perlengkapan Makan : (1) Piring Makan (2) Gelas Makan (3) Sendok dan Garpu i) Ceret Alumunium j) Wajan Alumunium commit to user

15 digilib.uns.ac.id 30 k) Panci Alumunium l) Sendok Masak m) Rice Cooker ½ liter n) Kompor dan Perlengkapannya : (1) Kompor Gas 1 tungku (2) Selang dan Regulator (3) Tabung Gas 3 kg o) Gas Elpiji p) Ember Plastik q) Gayung Plastik r) Listrik s) Bola Lampu Hemat Energi t) Air Bersih u) Sabun Cuci Pakaian v) Sabun Cuci Piring (colek) w) Seterika x) Rak Piring Portable Plastik y) Pisau Dapur z) Cermin 4) PENDIDIKAN a) Bacaan/Radio b) Ballpoint/Pensil 5) KESEHATAN a) Sarana Kesehatan : (1) Pasta Gigi (2) Sabun Mandi (3) Sikat Gigi (4) Shampoo (5) Pembalut atau Alat commit Cukur to user

16 digilib.uns.ac.id 31 b) Deodorant c) Obat Anti Nyamuk d) Potong Rambut e) Sisir 6) TRANSPORTASI a) Transport Kerja dan lainnya 7) REKREASI DAN TABUNGAN a) Rekreasi b) Tabungan (2% dari nilai 1 s/d 59) commit to user

17 digilib.uns.ac.id 32 B. Kerangka Pemikiran 1. Kesejahteraan Umum sebagai cita-cita bangsa Indonesia 2. Amanat Pasal 27 ayat (2) dan Pasal 28D ayat (2) UUD NRI Tahun 1945 Pengupahan diatur dalam ketentuan Pasal 88, Pasal 89, Pasal 90 ayat (1), dan Pasal 91 ayat (1) Undang-Undang Ketenagakerjaan Permenakertrans Nomor 7 Tahun 2013 tentang Upah Minimum Permenakertrans Nomor 13 Tahun 2012 tentang Komponen dan Pelaksanaan Tahapan Pencapaian Kebutuhan Hidup Layak 1. Regulasi dan kebijakan pengupahan belum efektif dalam mewujudkan upah layak sebab dinilai masih jauh dari kebutuhan riil pekerja/buruh; 2. UMP belum mampu mencapai KHL sebagaimana diamanatkan peraturan perundang-undangan; 3. Selisih paham antara pekerja/buruh dan pengusaha yang menimbulkan perdebatan soal UMP dan KHL yang terjadi dari tahun ke tahun. Perlu dilakukan tinjauan terhadap Permenakertrans Nomor 13 Tahun 2012 tentang Komponen dan Pelaksanaan Tahapan Pencapaian Kebutuhan Hidup Layak agar diketahui problematika dan kemudian dapat diberikan solusi Keterangan : Kesejahteraan umum sebagai cita-cita bangsa Indonesia sebagaimana termaktub dalam alinea keempat Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 (UUD NRI Tahun 1945) menjadi suatu tujuan yang harus dicapai. Cakupan pencapaian kesejahteraan adalah seluruh rakyat Indonesia pada setiap bidang kehidupan di Negara Kesatuan Republik Indonesia, tidak terkecuali dalam bidang ketenagakerjaan. Pasal 27 ayat (2) dan Pasal 28D ayat (2) UUD NRI Tahun 1945 secara commit umum to user telah mengamanatkan bahwa setiap

18 digilib.uns.ac.id 33 warga negara berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi kemanusiaan serta memperoleh imbalan yang layak, dan perilaku yang adil dalam hubungan kerja. Amanat konstitusi tersebut telah terakomodir di dalam Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan dalam konteks perlindungan upah (pengupahan) yang telah menjadi kebijakan pemerintah melalui penetapan upah minimum yang mengarah pada pencapaian Kebutuhan Hidup Layak (KHL). Pelaksanaan kebijakan tersebut didasarkan pada regulasi teknis yang diatur melalui Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi (Permenakertrans) Nomor 7 Tahun 2013 tentang Upah Minimum dan Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi (Permenakertrans) Nomor 13 Tahun 2012 tentang Komponen dan Pelaksanaan Tahapan Pencapaian Kebutuhan Hidup Layak. Regulasi teknis tersebut memiliki keterkaitan, dimana upah minimum ditetapkan berdasarkan KHL, kemudian KHL memiliki komponen-komponen sebagai rincian dari standar kebutuhan riil bagi pekerja/buruh yang ditentukan melalui survei oleh pihak-pihak yang berwenang sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Akan tetapi, pada praktik empirisnya peraturan yang berlaku sebagai kebijakan pemerintah tersebut masih menimbulkan konflik atau selisih paham antara pengusaha dengan pekerja/buruh mengenai besaran upah dan kuantitas komponen KHL, kemudian dari masing-masing pihak baik pengusaha maupun pekerja/buruh dalam konteks pengupahan sulit untuk menjadi satu paham, pada akhirnya pun mengajukan tuntutan kepada pemerintah yang diposisikan sebagai penengah. Persoalan pengupahan antara kebijakan pemerintah dengan kepentingan pengusaha dan pekerja/buruh jika diamati selalu terjadi. Mengingat bahwa kebijakan pemerintah-lah yang menentukan, maka sebagai upaya penyelesaian perselisihan mengenai upah minimum, perlu dilakukan tinjauan terhadap regulasi yang berlaku, agar diketahui seberapa jauh dan bagaimana tindak lanjut dari peraturan yang diberlakukan. commit to user

PERATURAN MENTERI NO. 17 TH 2005

PERATURAN MENTERI NO. 17 TH 2005 PERATURAN MENTERI NO. 17 TH 2005 PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR: PER-17/MEN/VIII/2005 TENTANG KOMPONEN DAN PELAKSANAAN TAHAPAN PENCAPAIAN KEBUTUHAN HIDUP LAYAK

Lebih terperinci

2012, No.707.

2012, No.707. 7 2012, No.707 2012, No.707 8 9 2012, No.707 LAMPIRAN II PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2012 TENTANG KOMPONEN DAN PELAKSANAAN TAHAPAN PENCAPAIAN KEBUTUHAN

Lebih terperinci

h: 1/12

h: 1/12 LAMPIRAN PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2012 TENTANG KOMPONEN DAN PELAKSANAAN TAHAPAN PENCAPAIAN KEBUTUHAN HIDUP LAYAK LAMPIRAN I KOMPONEN KEBUTUHAN HIDUP

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2012 TENTANG

PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2012 TENTANG MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2012 TENTANG KOMPONEN DAN PELAKSANAAN TAHAPAN PENCAPAIAN KEBUTUHAN

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2012 TENTANG

PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2012 TENTANG MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2012 TENTANG KOMPONEN DAN PELAKSANAAN TAHAPAN PENCAPAIAN KEBUTUHAN

Lebih terperinci

Hubungan Industrial. Proses Penentuan Upah, Dewan Pengupahan dan Kebutuhan Hidup Layak. Rizky Dwi Pradana, M.Si. Modul ke: Fakultas Psikologi

Hubungan Industrial. Proses Penentuan Upah, Dewan Pengupahan dan Kebutuhan Hidup Layak. Rizky Dwi Pradana, M.Si. Modul ke: Fakultas Psikologi Modul ke: Hubungan Industrial Proses Penentuan Upah, Dewan Pengupahan dan Kebutuhan Hidup Layak Fakultas Psikologi Program Studi Psikologi www.mercubuana.ac.id Rizky Dwi Pradana, M.Si Sub Bahasan 1. Proses

Lebih terperinci

MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA

MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR : PER.17/MEN/VIII/2005 TENTANG KOMPONEN DAN PELAKSANAAN TAHAPAN PENCAPAIAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan nasional berdasarkan Pancasila dan Undang Undang Dasar

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan nasional berdasarkan Pancasila dan Undang Undang Dasar 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang masalah Pembangunan ketenagakerjaan sebagai bagian integral dari pembangunan nasional berdasarkan Pancasila dan Undang Undang Dasar Republik Indonesia Tahun 1945,

Lebih terperinci

BAB III PENUTUP. Terwujudnya Kepastian Hukum Bagi Pekerja pada hakekatnya belum bejalan

BAB III PENUTUP. Terwujudnya Kepastian Hukum Bagi Pekerja pada hakekatnya belum bejalan BAB III PENUTUP A. Kesimpulan Peranan Serikat Buruh/Serikat Pekerja dalam Mencegah Pengaturan Pengupahan yang Tidak Sesuai dengan Kebijakan Pengupahan Pemerintah demi Terwujudnya Kepastian Hukum Bagi Pekerja

Lebih terperinci

Influencing Factor Determination of Fee and Prediksi UMP Provinsi of Bangka Belitung Archipelago Year 2008

Influencing Factor Determination of Fee and Prediksi UMP Provinsi of Bangka Belitung Archipelago Year 2008 JURNAL EQUITY Volume 1, No.1, Juli 2007 Halaman 46 55 46 Faktor yang mempengaruhi Penentuan Upah dan Prediksi Upah Minimum Influencing Factor Determination of Fee and Prediksi UMP Provinsi of Bangka Belitung

Lebih terperinci

Upah Hak pekerja/buruh uang imbalan termasuk tunjangan

Upah Hak pekerja/buruh uang imbalan termasuk tunjangan Pengupahan Upah Hak pekerja/buruh yang diterima dan dinyatakan dalam bentuk uang sebagai imbalan dari pengusaha atau pemberi kerja kepada pekerja/buruh yang ditetapkan dan dibayarkan menurut suatu PK,

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS FORMULASI PENENTUAN UPAH MINIMUM KOTA SURABAYA DALAM PERKPEKTIF M{ASLAH}AH

BAB IV ANALISIS FORMULASI PENENTUAN UPAH MINIMUM KOTA SURABAYA DALAM PERKPEKTIF M{ASLAH}AH BAB IV ANALISIS FORMULASI PENENTUAN UPAH MINIMUM KOTA SURABAYA DALAM PERKPEKTIF M{ASLAH}AH A. Proses Penentuan Upah Minimum Kota (UMK) Surabaya tahun 2014 Dalam proses pengupahan di kota Surabaya khusunya

Lebih terperinci

42 Kebutuhan Hidup Layak dan Pengaruhnya terhadap Penetapan Upah Minimum Provinsi Ditinjau dari Hukum Ketenagakerjaan

42 Kebutuhan Hidup Layak dan Pengaruhnya terhadap Penetapan Upah Minimum Provinsi Ditinjau dari Hukum Ketenagakerjaan KEBUTUHAN HIDUP LAYAK DAN PENGARUHNYA TERHADAP PENETAPAN UPAH MINIMUM PROVINSI DITINJAU DARI HUKUM KETENAGAKERJAAN Syarifa Mahila 1 Abstract Wages are the most vulnerable in industrial relations. Life

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ketenagakerjaan hanya pada bagaimana cara untuk menangani masalah-masalah

BAB I PENDAHULUAN. ketenagakerjaan hanya pada bagaimana cara untuk menangani masalah-masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Permasalahan mengenai tenagakerja di Indonesia merupakan masalah nasional yang memang sulit diselesaikan. Selama ini pemerintah melihat masalah ketenagakerjaan

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI NOMOR 7 TAHUN 2013 TENTANG UPAH MINIMUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI NOMOR 7 TAHUN 2013 TENTANG UPAH MINIMUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI NOMOR 7 TAHUN 2013 TENTANG UPAH MINIMUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI TENAGA KERJA DAN

Lebih terperinci

GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 65 TAHUN TAHUN 2014 TENTANG

GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 65 TAHUN TAHUN 2014 TENTANG GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 65 TAHUN 201424 TAHUN 2014 TENTANG PETUNJUK TEKNIS SURVEI KEBUTUHAN HIDUP LAYAK DAN PENTAHAPAN PENCAPAIAN KEBUTUHAN HIDUP LAYAK DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

PERLINDUNGAN DAN PENGAWASAN TENAGA KERJA (2)

PERLINDUNGAN DAN PENGAWASAN TENAGA KERJA (2) HUKUM PERBURUHAN (PERTEMUAN IX) PERLINDUNGAN DAN PENGAWASAN TENAGA KERJA (2) copyright by Elok Hikmawati 1 PENGUPAHAN Upah adalah hak pekerja/buruh yang diterima dan dinyatakan dalam bentuk uang sebagai

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Manajemen Sebelum kita membahas lebih jauh tentang Manajemen Sumber Daya Manusia, kita kaji terlebih dahulu tentang manajemen itu sendiri. Manajemen itu sendiri diartikan

Lebih terperinci

Lalu Husni, Pengantar Hukum Ketenagakerjaan Edisi Revisi, ctk. Duabelas, PT RajaGrafindo Persada, Jakarta, 2014, hlm. 234.

Lalu Husni, Pengantar Hukum Ketenagakerjaan Edisi Revisi, ctk. Duabelas, PT RajaGrafindo Persada, Jakarta, 2014, hlm. 234. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Hukum ketenagakerjaan adalah semua peraturan hukum yang berkaitan dengan tenaga kerja baik sebelum bekerja, selama atau dalam hubungan kerja, dan sesudah hubungan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Peran menurut Soerjono Soekanto (1982 : 60) adalah suatu sistem kaidah kaidah yang berisikan

TINJAUAN PUSTAKA. Peran menurut Soerjono Soekanto (1982 : 60) adalah suatu sistem kaidah kaidah yang berisikan TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Peran Peran menurut Soerjono Soekanto (1982 : 60) adalah suatu sistem kaidah kaidah yang berisikan patokan patokan perilaku, pada kedudukan kedudukan tertentu dalam masyarakat,

Lebih terperinci

PENGUPAHAN BURUH KONSTRUKSI DALAM PERSPEKTIF HUKUM KETENAGAKERJAAN

PENGUPAHAN BURUH KONSTRUKSI DALAM PERSPEKTIF HUKUM KETENAGAKERJAAN PENGUPAHAN BURUH KONSTRUKSI DALAM PERSPEKTIF HUKUM KETENAGAKERJAAN Dewi Yustiarini 1 1 Jurusan Pendidikan Teknik Sipil, Fakultas Teknik Sipil dan Kejuruan, Universitas Pendidikan Indonesia E-mail: dewiyustiarini@upi.edu

Lebih terperinci

BAB II KEADAAN UMUM PENGUPAHAN DI INDONESIA DAN TINJAUAN KEBIJAKAN PERATURAN PEMERINTAH NO.78 TAHUN 2015

BAB II KEADAAN UMUM PENGUPAHAN DI INDONESIA DAN TINJAUAN KEBIJAKAN PERATURAN PEMERINTAH NO.78 TAHUN 2015 BAB II KEADAAN UMUM PENGUPAHAN DI INDONESIA DAN TINJAUAN KEBIJAKAN PERATURAN PEMERINTAH NO.78 TAHUN 2015 2.1 Sejarah Sistem Pengupahan di Indonesia secara umum Sistem pengupahan di Indonesia mengalami

Lebih terperinci

KEPUTUSAN GUBERNUR PROVINSI PAPUA NOMOR 238 TAHUN 2006 TENTANG PENETAPAN UPAH MINIMUM DAN UPAH SEKTORAL PROVINSI PAPUA

KEPUTUSAN GUBERNUR PROVINSI PAPUA NOMOR 238 TAHUN 2006 TENTANG PENETAPAN UPAH MINIMUM DAN UPAH SEKTORAL PROVINSI PAPUA Menimbang : KEPUTUSAN GUBERNUR PROVINSI PAPUA NOMOR 238 TAHUN 2006 TENTANG PENETAPAN UPAH MINIMUM DAN UPAH SEKTORAL PROVINSI PAPUA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR PROVINSI PAPUA, a. bahwa untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kepercayaan pada diri sendiri. Pembangunan ketenagakerjaan merupakan

BAB I PENDAHULUAN. kepercayaan pada diri sendiri. Pembangunan ketenagakerjaan merupakan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masalah ketenagakerjaan adalah bagian integral dari masalah ekonomi, maka masalah pembangunan ketenagakerjaan, juga merupakan bagian dari pembangunan ekonomi,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dengan jumlah penduduk yang begitu besar, maka permasalahan yang

BAB I PENDAHULUAN. Dengan jumlah penduduk yang begitu besar, maka permasalahan yang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang masalah Indonesia merupakan negara kepulauan dengan jumlah penduduk yang sangat besar. Menurut hasil survei Departemen Perdagangan Amerika Serikat, melalui Biro Sensusnya,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kegiatannya dengan pembangunan di segala bidang kehidupan masyarakat, itu adalah demi mencapai sebuah cita-cita yaitu

BAB I PENDAHULUAN. kegiatannya dengan pembangunan di segala bidang kehidupan masyarakat, itu adalah demi mencapai sebuah cita-cita yaitu 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sebagai negara yang sedang berkembang Indonesia mengisi kegiatannya dengan pembangunan di segala bidang kehidupan masyarakat, baik itu pembangunan infrastruktur

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara yang berdasarkan atas hukum (rechtstaat), tidak

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara yang berdasarkan atas hukum (rechtstaat), tidak BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia adalah negara hukum sebagaimana yang tercantum dalam Pasal 1 ayat (3) Undang-undang Dasar Republik Indonesia Tahun 1945 yang menyatakan bahwa Negara Indonesia

Lebih terperinci

: 1. Menimbang : a. fahwa komponen dan pelaksanaan tahapan pencapaian kebutuhan hidup

: 1. Menimbang : a. fahwa komponen dan pelaksanaan tahapan pencapaian kebutuhan hidup MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI TENAGA KERIA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2012 TENTANG KOMPONEN DAN PELAKSANAAN TAHAPAN PENCAPAIAN KEBUTUHAN

Lebih terperinci

MODUL SURVEI PENGUPAHAN NASIONAL 2015 RUMAH DIAH PITALOKA (RDP)

MODUL SURVEI PENGUPAHAN NASIONAL 2015 RUMAH DIAH PITALOKA (RDP) MODUL SURVEI PENGUPAHAN NASIONAL 2015 RUMAH DIAH PITALOKA (RDP) MODUL SURVEI 3 Daftar Isi BAB I PENGANTAR SURVEI PENGUPAHAN NASIONAL... 5 A. Latar Belakang Kegiatan...5 B. Tujuan Kegiatan...7 C. Metodologi

Lebih terperinci

SISTEM PENGUPAHAN DI INDONESIA

SISTEM PENGUPAHAN DI INDONESIA SISTEM PENGUPAHAN DI INDONESIA Sistem Penentuan Upah (pengupahan) yang berlaku di Indonesia adalah sistem yang berbasis indeks biaya hidup dan Pendapatan Domestik Bruto (PDB) per Kapita sebagai proksi

Lebih terperinci

BAB III KEBIJAKAN PENGUPAHAN DI INDONESIA. A. Perumusan Kebijakan Upah Buruh di Indonesia

BAB III KEBIJAKAN PENGUPAHAN DI INDONESIA. A. Perumusan Kebijakan Upah Buruh di Indonesia BAB III KEBIJAKAN PENGUPAHAN DI INDONESIA A. Perumusan Kebijakan Upah Buruh di Indonesia Dalam situasi perburuhan yang sifat dan dinamikanya semakin kompleks, upah masih tetap menjadi persoalan utama di

Lebih terperinci

Pengupahan BAB Peraturan tentang Upah

Pengupahan BAB Peraturan tentang Upah BAB 3 Pengupahan 1. Peraturan tentang Upah Berdasarkan pada Pasal 1 (30), UU.13/2003, yang menyatakan bahwa: Upah adalah hak pekerja/buruh yang diterima dan dinyatakan dalam bentuk uang sebagai imbalan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan Nasional yang dilaksanakan oleh bangsa Indonesia bertujuan

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan Nasional yang dilaksanakan oleh bangsa Indonesia bertujuan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan Nasional yang dilaksanakan oleh bangsa Indonesia bertujuan untuk mewujudkan suatu masyarakat adil, makmur yang merata, material dan spiritual berdasarkan

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI DESEMBER 2016 TERJADI INFLASI SEBESAR 0,37 PERSEN Desember 2016 IHK Karawang mengalami kenaikan indeks. IHK dari 128,32 di Bulan November 2016 menjadi 128,80

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pekerja/buruh adalah setiap orang yang bekerja untuk orang lain karena adanya

I. PENDAHULUAN. Pekerja/buruh adalah setiap orang yang bekerja untuk orang lain karena adanya 1 I. PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Pekerja/buruh adalah setiap orang yang bekerja untuk orang lain karena adanya pekerjaan yang harus dilakukan dimana ada unsur perintah, upah dan waktu. Hubungan kerja

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. syarat mutlak dalam mencapai keberhasilan pembangunan nasional. Tujuan dari

BAB I PENDAHULUAN. syarat mutlak dalam mencapai keberhasilan pembangunan nasional. Tujuan dari BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Peningkatan kualitas sumber daya manusia (SDM) merupakan salah satu syarat mutlak dalam mencapai keberhasilan pembangunan nasional. Tujuan dari pembangunan nasional

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN. khususnya makanan, minuman, peralatan dan perlengkapan rumah

BAB IV GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN. khususnya makanan, minuman, peralatan dan perlengkapan rumah BAB IV GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN 4.1 Sejarah Singkat Perusahaan Kandis Swalayan adalah perusahaan perdagangan yang bergerak dalam bidang ritel yakni dalam bidang penyaluran barang kebutuhan seharihari khususnya

Lebih terperinci

PETUNJUK TEKNIS SURVEI KEBUTUHAN HIDUP LAYAK (KHL) DAN PENTAHAPAN PENCAPAIAN KEBUTUHAN HIDUP LAYAK (KHL)

PETUNJUK TEKNIS SURVEI KEBUTUHAN HIDUP LAYAK (KHL) DAN PENTAHAPAN PENCAPAIAN KEBUTUHAN HIDUP LAYAK (KHL) LAMPIRAN I PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 65 TAHUN 2014 TENTANG PETUNJUK TEKNIS SURVEI KEBUTUHAN HIDUP LAYAK DAN PENTAHAPAN PENCAPAIAN KEBUTUHAN HIDUP LAYAK PETUNJUK TEKNIS SURVEI KEBUTUHAN HIDUP

Lebih terperinci

KEPUTUSAN GUBERNUR PROPINSI MALUKU UTARA NOMOR 167/KPTS/MU/2006 TENTANG

KEPUTUSAN GUBERNUR PROPINSI MALUKU UTARA NOMOR 167/KPTS/MU/2006 TENTANG KEPUTUSAN GUBERNUR PROPINSI MALUKU UTARA NOMOR 167/KPTS/MU/2006 TENTANG PENETAPAN BESARNYA UPAH MINIMUM PROVINSI (UMP), UPAH MINIMUM SEKTORAL DAN SUB SEKTORAL PROVINSI MALUKU UTARA TAHUN 2007 Menimbang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PENGERTIAN, DASAR HUKUM PENANAMAN MODAL ASING DAN KESEJAHTERAAN TENAGA KERJA

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PENGERTIAN, DASAR HUKUM PENANAMAN MODAL ASING DAN KESEJAHTERAAN TENAGA KERJA BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PENGERTIAN, DASAR HUKUM PENANAMAN MODAL ASING DAN KESEJAHTERAAN TENAGA KERJA 2.1. Pengertian dan Dasar Hukum Penanaman Modal Asing 2.1.1. Pengertian Penanaman Modal Asing Kegiatan

Lebih terperinci

MEKANISME PENGUSULAN DAN PENETAPAN UPAH MINIMUM KOTA. Diana Fajarwati ABSTRACT

MEKANISME PENGUSULAN DAN PENETAPAN UPAH MINIMUM KOTA. Diana Fajarwati ABSTRACT MEKANISME PENGUSULAN DAN PENETAPAN UPAH MINIMUM KOTA Diana Fajarwati ABSTRACT Minimum regional wages is set by the government based on recommendation of the Board of Governors Wages. Minimum wage of city

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. namun dalam kultur Indonesia, "Buruh" berkonotasi sebagai pekerja rendahan,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. namun dalam kultur Indonesia, Buruh berkonotasi sebagai pekerja rendahan, BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Teori 2.1.1. Pekerja/Buruh Pada dasarnya, buruh, Pekerja, Tenaga Kerja maupun karyawan adalah sama. namun dalam kultur Indonesia, "Buruh" berkonotasi sebagai pekerja rendahan,

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 78 TAHUN 2015 TENTANG PENGUPAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 78 TAHUN 2015 TENTANG PENGUPAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 78 TAHUN 2015 TENTANG PENGUPAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa dalam rangka melaksanakan Peraturan Kepala

Lebih terperinci

BAB II MANAJEMEN PENGGAJIAN DENGAN MANAJEMEN EKONOMI ISLAM. proses pengembangan dan penerapan strategi, kebijakan, serta sistem

BAB II MANAJEMEN PENGGAJIAN DENGAN MANAJEMEN EKONOMI ISLAM. proses pengembangan dan penerapan strategi, kebijakan, serta sistem BAB II MANAJEMEN PENGGAJIAN DENGAN MANAJEMEN EKONOMI ISLAM A. Manajemen Penggajian 1. Pengertian Manajemen Penggajian Cahayani mengemukakan bahwa manajemen penggajian adalah proses pengembangan dan penerapan

Lebih terperinci

TANTANGAN PENETAPAN STANDAR UPAH MINIMUM NASIONAL DAN REGIONAL

TANTANGAN PENETAPAN STANDAR UPAH MINIMUM NASIONAL DAN REGIONAL TANTANGAN PENETAPAN STANDAR UPAH MINIMUM NASIONAL DAN REGIONAL Oleh: Haiyani Rumondang (Dirjen PHI dan Jamsos, Kemnaker) Disampaikan pada: Acara Diskusi Publik Nasional : Penguatan Jaminan Sosial dalam

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN (INFLASI/DEFLASI) KOTA TEMBILAHAN DESEMBER 2016 INFLASI 0,02 PERSEN

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN (INFLASI/DEFLASI) KOTA TEMBILAHAN DESEMBER 2016 INFLASI 0,02 PERSEN No. 01/01/1403/Th. IV, 03 Januari 2017 PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN (INFLASI/DEFLASI) KOTA TEMBILAHAN DESEMBER 2016 INFLASI 0,02 PERSEN Pada bulan 2016, Kota Tembilahan mengalami Inflasi sebesar

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 78 TAHUN 2015 TENTANG PENGUPAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 78 TAHUN 2015 TENTANG PENGUPAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 78 TAHUN 2015 TENTANG PENGUPAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 97 Undang-Undang

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 78 TAHUN 2015 TENTANG PENGUPAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 78 TAHUN 2015 TENTANG PENGUPAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 78 TAHUN 2015 TENTANG PENGUPAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang Mengingat : bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal

Lebih terperinci

GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH

GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH 1 SALINAN GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH PERATURAN GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH NOMOR 29 TAHUN 2014 T E N T A N G UPAH MINIMUM PROVINSI DAN UPAH MINIMUM SEKTORAL PROVINSI TAHUN 2015 PROVINSI KALIMANTAN TENGAH

Lebih terperinci

BAB III PENUTUP. terhadap Upah pekerja/buruh di Kebon Hotspot Cafe belum diberikan oleh pihak

BAB III PENUTUP. terhadap Upah pekerja/buruh di Kebon Hotspot Cafe belum diberikan oleh pihak 59 BAB III PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian, maka dapat disimpulkan bahwa Perlindungan terhadap Upah pekerja/buruh di Kebon Hotspot Cafe belum diberikan oleh pihak pengusaha untuk melaksanakan

Lebih terperinci

Pasal 88 s.d pasal 98 UU No. 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan;

Pasal 88 s.d pasal 98 UU No. 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan; DASAR HUKUM * UUD 1945, pasal 28 D ayat (2) : Setiap orang berhak untuk bekerja serta mendapat imbalan dan perlakuan yang adil dan layak dalam hubungan kerja Pasal 88 s.d pasal 98 UU No. 13 Tahun 2003

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. DI HARI LIBUR DI PT. MATAHARI PUTRA PRIMA Tbk (HYPERMART) BANDUNG DIHUBUNGKAN DENGAN UNDANG UNDANG NOMOR 13

BAB I PENDAHULUAN. DI HARI LIBUR DI PT. MATAHARI PUTRA PRIMA Tbk (HYPERMART) BANDUNG DIHUBUNGKAN DENGAN UNDANG UNDANG NOMOR 13 BAB I PENDAHULUAN PEMBERIAN UPAH LEMBUR TERHADAP PEKERJA YANG BEKERJA DI HARI LIBUR DI PT. MATAHARI PUTRA PRIMA Tbk (HYPERMART) BANDUNG DIHUBUNGKAN DENGAN UNDANG UNDANG NOMOR 13 TAHUN 2003 TENTANG KETENAGAKERJAAN

Lebih terperinci

PEMBERLAKUAN UMK (UPAH MINIMUM KABUPATEN/KOTA) TERHADAP KESEJAHTERAAN PEKERJA/BURUH

PEMBERLAKUAN UMK (UPAH MINIMUM KABUPATEN/KOTA) TERHADAP KESEJAHTERAAN PEKERJA/BURUH PEMBERLAKUAN UMK (UPAH MINIMUM KABUPATEN/KOTA) TERHADAP KESEJAHTERAAN PEKERJA/BURUH oleh Michele Agustine I Gusti Ketut Ariawan Hukum Perdata Fakultas Hukum Universitas Udayana ABSTRACT Wages play an important

Lebih terperinci

GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH

GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH PERATURAN GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH NOMOR 51 TAHUN 2014 TENTANG UPAH MINIMUM KABUPATEN (UMK) DAN UPAH MINIMUM SEKTORAL KABUPATEN (UMSK) TAHUN 2015 KABUPATEN BARITO UTARA DENGAN

Lebih terperinci

KEPUTUSAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR KEP.102 /MEN/VI/2004 TENTANG WAKTU KERJA LEMBUR DAN UPAH KERJA LEMBUR

KEPUTUSAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR KEP.102 /MEN/VI/2004 TENTANG WAKTU KERJA LEMBUR DAN UPAH KERJA LEMBUR MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA KEPUTUSAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR KEP.102 /MEN/VI/2004 TENTANG WAKTU KERJA LEMBUR DAN UPAH KERJA LEMBUR MENTERI

Lebih terperinci

Analisis Penggajian Pabrik Pupuk Petroganik di PT. Nito Nur Utama Tanggulangin Dalam Perspektif Prinsip Ekonomi Islam

Analisis Penggajian Pabrik Pupuk Petroganik di PT. Nito Nur Utama Tanggulangin Dalam Perspektif Prinsip Ekonomi Islam BAB IV Analisis Penggajian Pabrik Pupuk Petroganik di PT. Nito Nur Utama Tanggulangin Dalam Perspektif Prinsip Ekonomi Islam A. Analisis Manajemen Penggajian Pabrik Pupuk Petroganik PT. Nito Nur Utama

Lebih terperinci

DIPONEGORO LAW JOURNAL Volume 5, Nomor 3, Tahun 2016 Website :

DIPONEGORO LAW JOURNAL Volume 5, Nomor 3, Tahun 2016 Website : FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI BESARAN UPAH MINIMUM DI JAWA TENGAH MELALUI SUATU ANALISIS KOMPARASI (STUDI KASUS KOTA SEMARANG DAN KABUPATEN DEMAK) M. Bambang Suryoningprang, Suradi, Sonhaji Program Studi

Lebih terperinci

-2-1. Upah adalah hak pekerja/buruh yang diterima dan dinyatakan dalam bentuk uang sebagai imbalan dari pengusaha atau pemberi kerja kepada pekerja/bu

-2-1. Upah adalah hak pekerja/buruh yang diterima dan dinyatakan dalam bentuk uang sebagai imbalan dari pengusaha atau pemberi kerja kepada pekerja/bu LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.237, 2015 TENAGA KERJA. Pengupahan. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5747). PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 78 TAHUN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Negara Indonesia adalah Negara yang berdasarkan konstitusi. Di dalam

BAB I PENDAHULUAN. Negara Indonesia adalah Negara yang berdasarkan konstitusi. Di dalam BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Negara Indonesia adalah Negara yang berdasarkan konstitusi. Di dalam Konstitusi terdapat peraturan peraturan yang mengatur mengenai hak hak seorang warga Negara.

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/ INFLASI

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/ INFLASI No.01/05/Th.VIII, 2 Mei 2016 PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/ INFLASI APRIL 2016 DEFLASI KOTA MADIUN 0,08 PERSEN Pada April 2016 Kota Madiun mengalami deflasi 0,08 persen dengan Indeks Harga Konsumen

Lebih terperinci

BERITA RESMI STATISTIK

BERITA RESMI STATISTIK BERITA RESMI STATISTIK KABUPATEN WONOGIRI No. 01/02/3312/Th 2016, ruari 2016 INFLASI KABUPATEN WONOGIRI PADA BULAN JANUARI 2016 SEBESAR 0,48% Bulan uari 2016 mencatat inflasi sebesar 0,48 persen. Perekonomian

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI No. 04/15/3329/Thn XIV, 5 April 2016 PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI Bulan Kabupaten Brebes mengalami inflasi sebesar 0,30 persen Pada bulan di Kabupaten Brebes terjadi inflasi sebesar 0,30

Lebih terperinci

BAB III UPAH MENURUT UNDANG-UNDANG NOMOR 13 TAHUN 2003 TENTANG KETENAGAKERJAAN

BAB III UPAH MENURUT UNDANG-UNDANG NOMOR 13 TAHUN 2003 TENTANG KETENAGAKERJAAN BAB III UPAH MENURUT UNDANG-UNDANG NOMOR 13 TAHUN 2003 TENTANG KETENAGAKERJAAN Upah memegang peranan yang sangat penting dan merupakan suatu ciri khas suatu hubungan kerja dan juga tujuan utama dari seorang

Lebih terperinci

BERITA NEGARA. No.707, 2012 KEMENTERIAN TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI. Komponen. Tahapan. Hidup Layak.

BERITA NEGARA. No.707, 2012 KEMENTERIAN TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI. Komponen. Tahapan. Hidup Layak. BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.707, 2012 KEMENTERIAN TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI. Komponen. Tahapan. Hidup Layak. PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pada bulan akhir tahun dan bulan awal tahun umumnya kondisi di

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pada bulan akhir tahun dan bulan awal tahun umumnya kondisi di BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada bulan akhir tahun dan bulan awal tahun umumnya kondisi di Indonesia khususnya untuk daerah-daerah industri mengalami ketegangan sosial yang akan terus meningkat

Lebih terperinci

GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH

GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH 1 SALINAN GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH PERATURAN GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH NOMOR 50 TAHUN 2014 TENTANG UPAH MINIMUM KABUPATEN (UMK) DAN UPAH MINIMUM SEKTORAL KABUPATEN (UMSK) TAHUN 2015 KABUPATEN MURUNG

Lebih terperinci

GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH

GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH 1 SALINAN GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH PERATURAN GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH NOMOR 37 TAHUN 2014 TENTANG UPAH MINIMUM KABUPATEN (UMK) DAN UPAH MINIMUM SEKTORAL KABUPATEN (UMSK) TAHUN 2015 KABUPATEN LAMANDAU

Lebih terperinci

BAB II PERLINDUNGAN HAK ATAS KESEHATAN ANAK DIDIK PEMASYARAKATAN MENURUT PERATURAN PERUNDANG- UNDANGAN DI INDONESIA

BAB II PERLINDUNGAN HAK ATAS KESEHATAN ANAK DIDIK PEMASYARAKATAN MENURUT PERATURAN PERUNDANG- UNDANGAN DI INDONESIA BAB II PERLINDUNGAN HAK ATAS KESEHATAN ANAK DIDIK PEMASYARAKATAN MENURUT PERATURAN PERUNDANG- UNDANGAN DI INDONESIA A. Hak yang Berkaitan dengan Kesehatan Anak Didik Pemasyarakatan menurut Undang-undang

Lebih terperinci

BERITA RESMI STATISTIK

BERITA RESMI STATISTIK 10.01 BERITA RESMI STATISTIK BPS KABUPATEN BATANG No. 02/Th. XVII, Februari 2017 PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI Di Kabupaten Batang Bulan Januari 2017 1,04 persen Pada bulan Januari 2017 di

Lebih terperinci

GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH,

GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH, 1 SALINAN GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH PERATURAN GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH NOMOR 52 TAHUN 2015 TENTANG UPAH MINIMUM KABUPATEN DAN UPAH MINIMUM SEKTORAL KABUPATEN TAHUN 2016 KABUPATEN BARITO SELATAN DENGAN

Lebih terperinci

Inflasi tingkat Nasional sebesar 0,39 persen dengan inflasi tahun kalender 1,67 persen, dan inflasi year on year

Inflasi tingkat Nasional sebesar 0,39 persen dengan inflasi tahun kalender 1,67 persen, dan inflasi year on year Bulan Mei 2017, harga-harga di Kabupaten Pekalongan mengalami inflasi sebesar 0,49 persen, atau terjadi peningkatan indeks harga konsumen (IHK) dari 128,99 persen (IHK 2012=100) pada bulan April 2017,

Lebih terperinci

GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH

GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH 1 SALINAN GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH PERATURAN GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH NOMOR 51 TAHUN 2015 TENTANG UPAH MINIMUM KABUPATEN DAN UPAH MINIMUM SEKTORAL KABUPATEN TAHUN 2016 KABUPATEN MURUNG RAYA DENGAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pembangunan ketenagakerjaan sebagai bagian integral dari

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pembangunan ketenagakerjaan sebagai bagian integral dari BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembangunan ketenagakerjaan sebagai bagian integral dari pembangunan nasional berdasarkan Pancasila dan Undang Undang Dasar Republik Indonesia Tahun 1945, dilaksanakan

Lebih terperinci

GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH

GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH SALINAN GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH PERATURAN GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH NOMOR 39 TAHUN 2015 T E N T A N G UPAH MINIMUM PROVINSI DAN UPAH MINIMUM SEKTORAL PROVINSI TAHUN 2016 PROVINSI KALIMANTAN TENGAH

Lebih terperinci

-2- Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 1981 tentang Perlindungan Upah perlu disesuaikan dengan kebutuhan dan tuntutan keadaan. Oleh karena itu, Peratu

-2- Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 1981 tentang Perlindungan Upah perlu disesuaikan dengan kebutuhan dan tuntutan keadaan. Oleh karena itu, Peratu TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA R.I TENAGA KERJA. Pengupahan. (Penjelasan Atas Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 237). PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 78 TAHUN

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI + No.33/06/17/Th.XVII, 1 Juni PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI Pada bulan Mei, Kota Bengkulu mengalami inflasi 0,38 persen. Berdasarkan pemantauan Badan Pusat Statistik di 82 kota di Indonesia,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menjadi pemikiran selanjutnya adalah apakah besarnya upah yang diterima

BAB I PENDAHULUAN. menjadi pemikiran selanjutnya adalah apakah besarnya upah yang diterima BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia dalam hidupnya selalu berusaha untuk memenuhi kebutuhannya. Kebutuhan hidup sangatlah bervariasi, sedikit atau banyaknya adalah relatif tergantung pada kemampuan

Lebih terperinci

GUBERNUR PAPUA KEPUTUSAN GUBERNUR PAPUA NOMOR 560/382/TAHUN 2016 TENTANG UPAH MINIMUM DAN UPAH MINIMUM SEKTORAL PROVINSI PAPUA TAHUN 2017

GUBERNUR PAPUA KEPUTUSAN GUBERNUR PAPUA NOMOR 560/382/TAHUN 2016 TENTANG UPAH MINIMUM DAN UPAH MINIMUM SEKTORAL PROVINSI PAPUA TAHUN 2017 GUBERNUR PAPUA KEPUTUSAN GUBERNUR PAPUA NOMOR 560/382/TAHUN 2016 TENTANG UPAH MINIMUM DAN UPAH MINIMUM SEKTORAL PROVINSI PAPUA TAHUN 2017 GUBERNUR PAPUA, Menimbang : a. bahwa untuk meningkatkan kesejahteraan

Lebih terperinci

KOTA METRO BULAN APRIL 2017 DEFLASI SEBESAR 0,17 PERSEN

KOTA METRO BULAN APRIL 2017 DEFLASI SEBESAR 0,17 PERSEN p BPS KOTA METRO KOTA METRO BULAN APRIL 2017 DEFLASI SEBESAR 0,17 PERSEN No. 03/05/1872/Th.XVII, 2 Mei 2017 Bulan April 2017, memasuki bulan keempat di tahun 2017, Kota Metro mengalami deflasi. Kelompok

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI DI KOTA KEBUMEN BULAN JUNI 2016 INFLASI 0,51 PERSEN

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI DI KOTA KEBUMEN BULAN JUNI 2016 INFLASI 0,51 PERSEN BPS KABUPATEN KEBUMEN No. 12/07/33/05/Th. VII, 01 Juli 2016 PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI DI KOTA KEBUMEN BULAN JUNI 2016 INFLASI 0,51 PERSEN Pada bulan Juni 2016 di Kota Kebumen terjadi inflasi

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN. barang kebutuhan sehari-hari khususnya makanan (sembako) bermacam jenis

BAB IV GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN. barang kebutuhan sehari-hari khususnya makanan (sembako) bermacam jenis BAB IV GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN 4.1 Sejarah Singkat Perusahaan Perusahaan Toserba dan swalayan Fajri Mart adalah perusahaan perdagangan yang bergerak dalam bidang Ritel yakni dalam bidang penyaluran barang

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI No.01/04/Th.IX, 3 April 2017 PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI MARET 2017 DEFLASI KOTA MADIUN -0,06 PERSEN Pada Maret 2017 Kota Madiun mengalami deflasi sebesar -0,06 persen dengan Indeks Harga

Lebih terperinci

HUKUM KETENAGA KERJAAN BERDASARKAN UU NO 13 TAHUN 2003

HUKUM KETENAGA KERJAAN BERDASARKAN UU NO 13 TAHUN 2003 HUKUM KETENAGA KERJAAN BERDASARKAN UU NO 13 TAHUN 2003 PENGUSAHA PEMERINTAH UU NO 13 TAHUN 2003 UU KETENAGAKERJAAN PEKERJA MASALAH YANG SERING DIHADAPI PENGUSAHA - PEKERJA MASALAH GAJI/UMR MASALAH KESEJAHTERAAN

Lebih terperinci

Yani Pujiwati, Dewi Kania Sugiharti, dan Nia Kurniati Dosen Fakultas Hukum Universitas Padjadjaran

Yani Pujiwati, Dewi Kania Sugiharti, dan Nia Kurniati Dosen Fakultas Hukum Universitas Padjadjaran Pengenaan Pajak Penghasilan Terhadap Upah Pekerja (Yani Pujiwati, Dewi Kania Sugiharti, dan Nia Kurniati) PENGENAAN PAJAK PENGHASILAN TERHADAP UPAH PEKERJA Yani Pujiwati, Dewi Kania Sugiharti, dan Nia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. keuangan pusat-daerah masih timpang. Tidak satu pun jenis pajak pusat yang dialihkan

BAB I PENDAHULUAN. keuangan pusat-daerah masih timpang. Tidak satu pun jenis pajak pusat yang dialihkan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam penataan sistem perekonomian nasional, muncul gagasan otonomi daerah. Penerapan otonomi daerah antara lain disebabkan oleh kenyataan bahwa hubungan keuangan

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG NO. 13 TH 2003

UNDANG-UNDANG NO. 13 TH 2003 UNDANG-UNDANG NO. 13 TH 2003 BAB X PERLINDUNGAN, PENGUPAHAN, DAN KESEJAHTERAAN Bagian Kesatu Perlindungan Paragraf 1 Penyandang Cacat Pasal 67 1. Pengusaha yang mempekerjakan tenaga kerja penyandang cacat

Lebih terperinci

GUBERNUR JAWA TIMUR GUBERNUR JAWA TIMUR,

GUBERNUR JAWA TIMUR GUBERNUR JAWA TIMUR, GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 36 TAHUN 2015 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 16 TAHUN 2014 TENTANG TATA CARA PENETAPAN UPAH MINIMUM KABUPATEN/KOTA DAN

Lebih terperinci

BERITA RESMI STATISTIK

BERITA RESMI STATISTIK BERITA RESMI STATISTIK KABUPATEN WONOGIRI No. 01/02/3312/Th 2015, ruari 2015 INFLASI KABUPATEN WONOGIRI PADA BULAN JANUARI 2015 SEBESAR -0,27% Bulan uari 2015, Kabupaten Wonogiri mengalami deflasi sebesar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang mengharuskan untuk bekerja. Bekerja dilakukan untuk memenuhi. langsung atau uang untuk membeli kebutuhannya.

BAB I PENDAHULUAN. yang mengharuskan untuk bekerja. Bekerja dilakukan untuk memenuhi. langsung atau uang untuk membeli kebutuhannya. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia lahir dan hidup di dunia ini bersamaan dengan kebutuhan yang mengharuskan untuk bekerja. Bekerja dilakukan untuk memenuhi kebutuhan dengan menghasilkan

Lebih terperinci

PERATURAN GUBERNUR PROVINSI JAWA TENGAH NOMOR 561.4/78/2006 TENTANG

PERATURAN GUBERNUR PROVINSI JAWA TENGAH NOMOR 561.4/78/2006 TENTANG Membaca : PERATURAN GUBERNUR PROVINSI JAWA TENGAH NOMOR 561.4/78/2006 TENTANG UPAH MINIMUM PADA 35 (TIGA PULUH LIMA) KABUPATEN/KOTA DI PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN 2007 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN Tinjauan Pustaka Kelapa sawit didatangkan ke Indonesia pada tahun 1848 dan mulai dibudidayakan secara komersial dalam bentuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kebijakan pengupahan yang dilakukan pemerintah untuk melindungi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kebijakan pengupahan yang dilakukan pemerintah untuk melindungi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kebijakan pengupahan yang dilakukan pemerintah untuk melindungi pekerja atau buruh dituangkan dalam UU Nomor 13 tahun 2003. Undang- Undang Republik Indonesia

Lebih terperinci

KEPMEN NO. 234 TH 2003

KEPMEN NO. 234 TH 2003 KEPMEN NO. 234 TH 2003 KEPUTUSAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR : KEP.234 /MEN/2003 TENTANG WAKTU KERJA DAN ISTIRAHAT PADA SEKTOR USAHA ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL PADA

Lebih terperinci

benda di sekitar pelajaran 5

benda di sekitar pelajaran 5 benda di sekitar pelajaran 5 banyak benda yang ada di sekitar rumah seperti meja kursi gelas koran dan kacamata semua benda itu ada gunanya tahukah kamu nama dan guna benda 60 cinta berbahasa indonesia

Lebih terperinci

TINJAUAN TENTANG METODE PENGUPAHAN TERHADAP KARYAWAN DI UD. MELINDA BAKERY SURAKARTA NASKAH PUBLIKASI

TINJAUAN TENTANG METODE PENGUPAHAN TERHADAP KARYAWAN DI UD. MELINDA BAKERY SURAKARTA NASKAH PUBLIKASI TINJAUAN TENTANG METODE PENGUPAHAN TERHADAP KARYAWAN DI UD. MELINDA BAKERY SURAKARTA NASKAH PUBLIKASI Untuk memenuhi sebagian persyaratan guna mencapai derajat Sarjana Hukum pada Fakultas Hukum Universitas

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI DI KOTA KEBUMEN BULAN MARET 2017 DEFLASI 0,10 PERSEN

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI DI KOTA KEBUMEN BULAN MARET 2017 DEFLASI 0,10 PERSEN BPS KABUPATEN KEBUMEN No. 06/06/33/05/Th. VIII, 01 April 2017 PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI DI KOTA KEBUMEN BULAN MARET 2017 DEFLASI 0,10 PERSEN Pada Bulan Maret 2017 di Kota Kebumen terjadi

Lebih terperinci

Meruntuhkan Rezim Politik Upah Murah! Diskusi THE INDONESIAN FORUM Seri 23 Dilema Kebijakan Upah Minimum

Meruntuhkan Rezim Politik Upah Murah! Diskusi THE INDONESIAN FORUM Seri 23 Dilema Kebijakan Upah Minimum Meruntuhkan Rezim Politik Upah Murah! Diskusi THE INDONESIAN FORUM Seri 23 Dilema Kebijakan Upah Minimum Sabda Pranawa Djati Sekretaris Jenderal ASPEK Indonesia Hak Konstitusional Pekerja UUD Negara RI

Lebih terperinci

BERITA RESMI STATISTIK

BERITA RESMI STATISTIK BERITA RESMI STATISTIK KABUPATEN WONOGIRI No. 01/07/3312/Th 2015, 2015 INFLASI KABUPATEN WONOGIRI PADA BULAN JUNI 2015 SEBESAR 0,36% Bulan 2015, kabupaten Wonogiri mengalami inflasi sebesar 0,36 persen.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kesenjangan sosial dengan mempertimbangkan prestasi kerja dan nilai. kemanusiaan yang menimbulkan harga diri.

BAB I PENDAHULUAN. kesenjangan sosial dengan mempertimbangkan prestasi kerja dan nilai. kemanusiaan yang menimbulkan harga diri. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Menjelang era yang semakin liberal mendatang, Indonesia sebagai salah satu negara yang berkembang setidaknya harus menyiapkan upaya-upaya dini dalam mengantisipasi

Lebih terperinci

GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH

GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH SALINAN GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH PERATURAN GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH NOMOR 23 TAHUN 2016 T E N T A N G UPAH MINIMUM PROVINSI DAN UPAH MINIMUM SEKTORAL PROVINSI TAHUN 2017 PROVINSI KALIMANTAN TENGAH

Lebih terperinci