BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan teknologi yang sangat pesat sejak tahun 1960 menjadikan penginderaan jauh sebagai salah
|
|
- Sukarno Gunawan
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan teknologi yang sangat pesat sejak tahun 1960 menjadikan penginderaan jauh sebagai salah satu teknologi yang sangat menjanjikan dalam ilmu kebumian. Teknologi penginderaan jauh pada masa itu sudah menjadi solusi berbagai macam persoalan seperti misalnya pengelolaan sumberdaya alam, perkiraan cuaca, tata ruang, mitigasi bencana, hingga militer/pemerintahan (NASA 1972, dalam Bakosurtanal 2007). Semakin bertambah tahun perkembangan teknologi penginderaan jauh semakin baik mulai dari pembenahan interiornya seperti wahana, sensor, jenis citra, dan liputan serta perkembangan aplikasinya yang semakin banyak bidang penggunaannya dan yang menggunakannya (Sutanto, 1997). Bidang penggunaan penginderaan jauh mulai merambah bidang kesehatan untuk menyelesaikan masalah kesehatan sebenarnya sudah dimulai sejak tahun 1854 yaitu Dr. John Snow melakukan penelitian bahwa lokasi dapat mempengaruhi kesehatan. John Snow berasumsi bahwa permukiman yang berada di dekat jalan memiliki risiko yang lebih besar terkena penyakit Cholera daripada permukiman yang berada jauh dari jalan. Hasil dari penelitian yang dilakukan John Snow dipetakan dan dilakukan analisis. Dari sinilah John Snow ditetapkan menjadi Bapak Epidemiologi (Timmreck, 2005). Epidemiologi dapat diartikan sebagai ilmu yang mempelajari distribusi, pola, dan determinan-determinan frekuensi penyakit serta status kesehatan pada populasi manusia (Slamet, 2000). Dalam mempelajari distribusi dan pola suatu penyakit maka sangat diperlukan analisis spasial agar dapat mencari faktor penyebab serta hubungan sebab akibat terjadinya suatu penyakit pada suatu kelompok penduduk tertentu. Analisis spasial ini nantinya akan dapat menjawab pertanyaan penyakit apa yang terjadi? Kapan terjadinya? Dimana tempat kejadiannya? Mengapa bisa terjadi? dan Bagaimana penanganannya?. Analisis Spasial merupakan bagian dari Sistem Informasi Geografis. Sistem Informasi Geografis (SIG) sendiri adalah sebuah sistem berbasis komputer yang memiliki empat kemampuan untuk menangani data bereferensi geografis yaitu pemasukan, pengelolaan atau manajeman data, manipulasi, dan analisis 1
2 serta keluaran yang secara spasial terkait dengan muka bumi (Aronoff, 1989). Oleh karena itu, SIG dapat digunakan untuk melakukan pemodelan spasial suatu penyakit yang mendekati keadaan sebenarnya. Beberapa teknik analisis spasial yang dapat digunakan dalam melakukan pemodelan suatu penyakit misalnya spatial measurement, spatial statistics, buffer analysis, spatial aggregration, spatial overlay and joins (Briggs R, 2002). Melalui SIG sebagai alat analisis dan Penginderaan Jauh sebagai media untuk mengekstraksi faktor-faktor penentu risiko kejadian suatu penyakit, maka pengawasan beberapa penyakit terkait lingkungan dapat dilakukan. Seperti misalnya malaria, demam berdarah (DBD), diare, kanker, kolera, ISPA, TBC, dan yang lainnya (Achmadi, 2011). World Health Organization (WHO) menyatakan bahwa kurang lebih 13 juta anak balita di dunia meninggal setiap tahun dan sebagian besar kematian tersebut terdapat di negara berkembang (Departemen Kesehatan 1998). Berdasarkan data dari Departemen Kesehatan RI tahun 2010 angka kematian bayi adalah 90,3 per kelahiran hidup. Ini berarti dari bayi yang dilahirkan hidup, lebih dari 90 orang diantaranya meninggal dunia sebelum mencapai umur 1 tahun. Sedangkan angka kematian balita di Indonesia adalah 17,8 per balita, yang berarti dari balita yang ada di Indonesia lebih dari 17 orang diantaranya meninggal dunia sebelum umur 5 tahun oleh berbagai sebab. Menurut penelitian yang dilakukan pada tahun 2010, 22.1% sebab kematian bayi di Indonesia adalah akibat ISPA. Sedangkan data tahun 2011 menunjukkan bahwa hampir 40% kematian anak berumur 2 tahun sampai 5 tahun juga disebabkan oleh ISPA. ISPA juga sering berada pada daftar 10 penyakit terbanyak di rumah sakit (Munir, 2013). Oleh karena itu, ISPA hingga saat ini masih menjadi momok yang menyeramkan karena akibat terburuknya adalah kematian. Menurut Departemen Kesehatan RI tahun 1998 istilah ISPA merupakan suatu keadaan dimana kuman penyakit berhasil menyerang alat-alat tubuh yang dipergunakan untuk bernafas yaitu mulai dari hidung, hulu kerongkongan, batang tenggorokan sampai ke paru-paru, dan berlangsung tidak lebih dari 14 hari. Selama bertahun-tahun ISPA merupakan masalah kesehatan anak dan penyumbang terbesar kematian balita (Said, 2006). 2
3 Penyebab ISPA terdiri dari 300 jenis bakteri, virus, dan ricketsia yang penularannya melalui kontak langsung dengan penderita atau melalui udara pernafasan. Gejala umumnya yaitu sulit bernafas, batuk, pilek, sakit telinga, demam, dan sakit tenggorokan. (Departemen Kesehatan RI, 2005) Menurut UU No. 24 tahun 2007 ISPA merupakan wabah penyakit karena terjadi bertahun-tahun di suatu tempat (dalam penelitian ini di Kecamatan Purwokerto Timur). Wabah penyakit sendiri merupakan bencana Non Alam, disebut bencana karena kerugian yang didapat adalah kematian. Faktor Risiko yang mempengaruhi terjadinya ISPA menurut Departemen Kesehatan Republik Indonesia tahun 2005 terdiri dari dua faktor besar yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal terdiri dari umur kurang dari 2 bulan(terkait sistem kekebalan tubuh), berat badan lahir rendah (BBLR, menentukan pertumbuhan, perkembangan fisik dan mental pada balita, pembentukan zat anti kekebalan kurang sempurna), laki-laki (anak laki-laki lebih gemar bermain di ruangan yang kumuh, berdebu dan banyak main di luar rumah, lebih banyak kontak dengan lingkungan & orang lain serta banyaknya penelitian yang menyatakan bahwa persentase anak laki-laki lebih banyak yang terkena ISPA daripada anak perempuan), status gizi (gizi yang kurang akan lebih mudah terserang ISPA karena daya tahan tubuh kurang), defisiensi vitamin A (peningkatan titer antibodi), membedong anak/menyelimuti berlebihan (khusus pada anak yang sudah terserang ISPA jika dibedong akan membuat anak semakin susah bernafas, penyakitnya akan semakin berat), pemberian makanan tambahan terlalu dini (anak akan minum ASI lebih sedikit dan ibupun memproduksi ASI lebih sedikit, nutrisi anak tidak terpenuhi). Sedangkan faktor eksternalnya yaitu kepadatan tempat tinggal, ASI eksklusif, imunisasi, polusi udara, ventilasi dan pencahayaan kurang memadai, serta sosial ekonomi. Seiring dengan perkembangan teknologi penginderaan jauh yang menghasilkan data citra penginderaan jauh mulai dari resolusi spasial rendah hingga tinggi, data penginderaan jauh yang baik digunakan untuk studi perkotaan adalah citra resolusi spasial tinggi. Hal ini dikarenakan citra resolusi spasial tinggi dapat menampilkan objek dengan detail dan jelas, sehingga kenampakan di wilayah perkotaan yang tidak terlalu luas namun memiliki kenampakan yang cukup kompleks dapat terekam dengan baik. Salah satu citra yang memiliki 3
4 resolusi spasial tinggi adalah Pleiades. Citra satelit Pleiades ini memiliki spesifikasi hampir mirip dengan seniornya yaitu Quickbird, namun Pleiades muncul dengan resolusi spasial yang lebih tinggi yaitu 0,5m untuk Pankromatik, dan 2m untuk Multispektral Kejadian ISPA lebih sering terjadi di daerah perkotaan daripada di pedesaan. Seorang anak yang tinggal di daerah pedesaan akan mengalami kejadian ISPA sebanyak 5-8 episode setahun, sedangkan bila tinggal di pedesaan sebesar 3-5 episode. (WHO, 1992 dalam Sejak tahun memperlihatkan bahwa penyakit ISPA berada di urutan pertama dari 10 besar penyakit di Kabupaten Banyumas (Dinas Kesehatan Kabupaten Banyumas, 2013). Menurut Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Banyumas, sebanyak balita terkena ISPA tahun 2014 ini, dan sebanyak 530 penderita berada di Kecamatan Purwokerto Timur. (Suara Merdeka, 8 September 2014). Hal ini menjadi sesuatu yang harus diperhatikan mengingat jumlah dan kepadatan penduduk di Kabupaten Banyumas masih terkonsentrasi di Kecamatan Purwokerto Timur yaitu sebanyak jiwa/km² pada tahun Tabel 1.1 Sepuluh Besar Penyakit Terbanyak di Kabupaten Banyumas No. Penyakit Jumlah Penderita 1 ISPA Dispepsia Dermatitis Artritis Rheumatoid Hipertensi Diare Pharingitis Febris Asma Cepalgia 540 Sumber : Dinas Kesehatan Kabupaten Banyumas 2014 Selain alasan tersebut, di atas, dilihat dari pola pergerakan kendaraan regional, Kota Purwokerto berada pada lintasan antara Kota Tegal dan Cilacap yang merupakan Pusat Wilayah Pembangunan III dan IV Jawa Tengah (Triyanto, 2014). Hal ini memunculkan peluang kota Purwokerto sebagai kota pertukaran 4
5 barang dan jasa yang pada akhirnya mempunyai pengaruh yang besar bagi perkembangan kota itu sendiri. Namun, pada saat ini tumbuh dan berkembangnya sarana dan prasarana perdagangan, jasa transportasi, perhotelan, dan permukimanpermukiman baru masih dalam tahap penyeimbangan di seluruh Kota Purwokerto karena pembangunan-pembangunan tersebut sampai saat ini banyak terdapat di Kecamatan Purwokerto Timur dan Selatan. Dengan kondisi penduduk yang sangat padat, permukiman yang padat, dan sarana-prasarana yang berkembang pesat maka tidak heran jika Kecamatan Purwokerto Timur menduduki peringkat pertama yang memiliki jumlah penderita ISPA paling banyak di Kabupaten Banyumas. Grafik 1.1. Grafik 10 Besar Penyakit di Kabupaten Banyumas BESAR PENYAKIT DI KABUPATEN BANYUMAS TAHUN Sumber : PKDR Dinas Kesehatan Kab. Banyumas Rumusan Masalah dan Pertanyaan Penelitian Upaya penanganan penyakit berbasis lingkungan dalam dunia kesehatan saat ini umumnya masih menggunakan dua metode yaitu metode retrospektif dan prospektif, sebagaimana lazimnya studi epidemiologi lingkungan (Achmadi, 2011). Kedua metode ini saling terkait yang intinya berupaya menggali faktorfaktor risiko yang berperan atau memberikan kontribusi terhadap kejadian penyakit pada seseorang atau kelompok penduduk, baik yang ada dalam lingkungan maupun yang ada di dalam diri manusia. Upaya ini sudah cukup baik dilakukan dalam mencegah penyakit dan mengendalikan faktor risiko. Namun 5
6 metode ini masih belum bisa menggambarkan keadaan secara spasial, sehingga pertanyaan-pertanyaan apa, dimana, kapan, mengapa, dan bagaimana tidak dapat dijawab secara detail. Oleh karena itu dalam melakukan upaya pencegahan suatu penyakit yang berbasis lingkungan sangat diperlukan analisis secara spasial. Analisis spasial untuk mengetahui zonasi tingkat risiko terhadap penyakit ISPA dilakukan dengan menggunakan teknologi penginderaan jauh dan SIG. Penginderaan jauh digunakan sebagai alat untuk menyadap variabel-variabel yang mempengaruhi risiko terjadinya penyakit ISPA dan SIG sebagai alat yang digunakan untuk melakukan analisis spasial bagaimana hubungan antara setiap variabel dengan kejadian penyakit ISPA serta untuk menentukan daerah yang berisiko terhadap penyakit ISPA. Namun keduanya tidak dapat berjalan tanpa adanya data spasial yang digunakan untuk menyadap informasi variabel-variabel penentu risiko ISPA. Data spasial yang digunakan untuk menyadap variabel penentu risiko ISPA sebaikanya memiliki resolusi spasial yang tinggi, karena ISPA sering terjadi di daerah perkotaan yang memiliki kenampakan rumit dan detail sehingga apabila menggunakan citra dengan resolusi spasial tinggi kenampakan rumit dan detail tersebut dapat terekam. Satelit Pleiades yang diluncurkan pada 16 Desember 2012 merupakan satelit penginderaan jauh yang menghasilkan produk berupa citra penginderaan jauh yang memiliki resolusi spasial 0,5m untuk pankromatik, dan 2m untuk multispektral. Sehingga diharapkan dengan adanya satelit ini dapat menggantikan penggunaan foto udara untuk berbagai kajian pengelolaan sumber daya seperti studi penggunaan lahan dan perencanaan kota, termasuk kajian lingkungan, penyakit dan kesehatan masyarakat. Citra Pleiades memiliki keunggulan dalam resolusi spasial yang tinggi, efesiensi dan akurasi sehingga sangat tepat digunakan untuk inventarisasi kondisi lingkungan di daerah perkotaan yang memiliki kenampakan yang detail dan sangat rumit. Perkembangan penyakit ISPA di Kota Purwokerto setiap tahunnya selalu mengalami peningkatan jumlah penderita, menurut Kepala Dinas Kesehatan dan Kesejahteraan Sosial (DKSS) Kabupaten Banyumas, dr. Khoirul Mufied didampingi Kasi Pemberantasan Penyakit Menular, drg. Kholid Khan, menjelaskan beberapa penyakit meningkat karena siklus tahunan, dengan penyakit yang selalu menduduki peringkat pertama yaitu ISPA sejumlah
7 orang pada tahun 2014 dengan persentase kenaikan jumlah penderita 19% dalam lima tahun terakhir. (PKDR Yankes Dinas Kesehatan Kabupaten Banyumas, 2014). Hingga saat ini upaya untuk pengendalian penyakit ISPA sendiri, dari Departemen Kesehatan menerapkan pendekatan Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS) di Unit Pelayanan Kesehatan Dasar. Mulai dari pencatatan identitas penderita sampai penangananan (kapasitas) yang dilakukan masih berbentuk analisis tabular dan grafik. Selain itu, Departemen Kesehatan sejak tahun 2010 juga sudah menerapkan langkah-langkah dalam diagnosis penyakit berbasis lingkungan (Achmadi, 2011) yaitu : a. Inisiasi : Penentuan Prioritas dan Wilayah b. Pengumpulan Data c. Observasi Variabel yang Berperan d. Analisis e. Modelling f. Pengembangan Alternatif Solusi Pengendalian atau Pencegahan Langkah-langkah ini sudah cukup baik, namun yang menjadi titik permasalahan adalah variabel penentu risiko penyakit hanya digunakan untuk membuat model secara biostatistik saja, sehingga pola spasial antara sebaran penyakit dan keterkaitan variabel-variabel penentu risiko penyakit sulit diketahui. Apabila diketahui pola spasialnya maka akan lebih memudahkan petugas kesehatan dalam pemantauan, pencegahan, dan pengendalian penyakit termasuk penyakit ISPA di Kecamatan Purwokerto Timur. Selain itu yang perlu diingat adalah dalam menentukan zonasi tingkat risiko bencana di suatu daerah menurut ITC (2011) adalah dimulai dengan menentukan bahaya yang ada terlebih dahulu, kemudian kerentanan terhadap bencana, dan kapasitas/kemampuan dalam menghadapi suatu bencana. Hal ini sering kali terlupakan dalam penelitian risiko terhadap wabah penyakit khususnya meskipun sudah menggunakan analisis spasial dalam penelitiannya. Berdasarkan uraian di atas, maka muncul beberapa pertanyaan penelitian sebagai berikut : 1. Bagaimanakah kemampuan citra Pleiades dalam menyadap parameterparameter lingkungan perkotaan yang terkait kejadian penyakit ISPA? 7
8 2. Bagaimanakah zonasi tingkat bahaya/hazard (H) dan zonasi tingkat kerentanan (V) terhadap penyakit ISPA di Kecamatan Purwokerto Timur sebagai input penilaian zonasi tingkat risiko terhadap penyakit ISPA? 3. Apakah dengan adanya kapasitas (C) dapat mengurangi kerentanan terhadap penyakit ISPA? 4. Bagaimanakah cara melakukan analisis untuk mengetahui zona-zona di wilayah perkotaan Purwokerto Timur yang berisiko terhadap penyakit ISPA berdasarkan analisis bahaya, kerentanan, dan kapasitas? Permasalahan tersebut di atas dapat dijawab dengan melakukan penelitian yang berjudul Pemanfaatan Citra Satelit Pleiades dan Sistem Informasi Geografis untuk Penentuan Zonasi Tingkat Risiko Penyakit Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA), Kasus di Kecamatan Purwokerto Timur, Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah) 1.3 Tujuan Penelitian 1. Mengkaji kemampuan citra Pleiades untuk menyadap parameterparameter lingkungan permukiman terkait penyakit ISPA. 2. Menentukan zonasi tingkat bahaya (H) dan zonasi tingkat kerentanan (V) terhadap penyakit ISPA di Kecamatan Purwokerto Timur 3. Memetakan nilai kapasitas (C) sebagai upaya pengendalian penyakit ISPA berdasarkan kondisi bahaya dan kerentanan. 4. Menyusun peta zonasi tingkat risiko terhadap penyakit ISPA di Kecamatan Purwokerto Timur berdasarkan kondisi kerawanan, kerentanan dan kapasitas/kemampuan Ruang Lingkup Penelitian Dalam penelitian ini, kondisi wabah penyakit ISPA yang terjadi adalah tahun di Kecamatan Purwokerto Timur, Kabupaten Banyumas, namun yang data yang digunakan hanya data tahun 2013 dan 2014 karena data di tahun tersebut sudah komputerisasi serta lengkap dan kasus terkini. Penelitian ini membahas kemampuan Citra Pleiades dan Penginderaan Jauh serta SIG untuk mengetahui zonasi tingkat risiko penyakit ISPA dilihat dari parameter-parameter lingkungan terkait ISPA, data kejadian penyakit ISPA, bahaya, kerentanan, dan kapasitas (ITC, 2011) sesuai dengan konsep risiko 8
9 terhadap bencana yang sering dilupakan dalam penelitian risiko terhadap wabah penyakit, karena wabah penyakit ISPA merupakan salahsatu bencana yaitu bencana nonalam (UU No.24 tahun 2007). Penelitian mengenai wabah penyakit ISPA melihat dari data kejadian penderita (frekuensi terkena sakit) dalam satu tahun, aspek temporal dalam musim penghujan, pancaroba, ataupun kemarau diabaikan. Data primer (citra Pleiades) yang digunakan adalah perekaman bulan Agustus, tidak menutup kemungkinan untuk perekaman bulan lain digunakan dan hasil penelitian berbeda. Penderita ISPA yang data jumlah dan alamatnya digunakan dalam penelitian ini adalah seluruh kalangan umur, tidak dibedakan berdasarkan apapun. Selain itu, sumber kejadian ISPA tidak hanya virus namun juga bakteri, namun pada penelitian ini kedua sumber itu tidak diperhatikan atau dianggap sama Manfaat Penelitian 1. Penelitian ini diharapkan mampu menjadi referensi untuk penelitian Penginderaan Jauh di bidang kesehatan 2. Penelitian ini diharapkan mampu menjadi masukan dalam pengendalian penyakit ISPA di Kecamatan Purwokerto Timur 3. Aplikasis data penginderaan jauh dan sistem informasi geografis dalam bidang kesehatan. 9
BAB I PENDAHULUAN. balita di dunia, lebih banyak dibandingkan dengan penyakit lain seperti
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) adalah pembunuh utama balita di dunia, lebih banyak dibandingkan dengan penyakit lain seperti AIDS, malaria, dan campak. Infeksi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. (saluran atas) hingga alveoli (saluran bawah) termasuk jaringan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) adalah penyakit infeksi akut yang menyerang salah satu bagian dan atau lebih dari saluran nafas mulai dari hidung (saluran atas)
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Masa balita merupakan kelompok umur yang rawan gizi dan rawan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masa balita merupakan kelompok umur yang rawan gizi dan rawan terhadap penyakit. Salah satu penyebab terbesar kematian pada anak usia balita di dunia adalah pneumonia.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Balita. Pneumonia menyebabkan empat juta kematian pada anak balita di dunia,
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penyakit Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) khususnya Pneumonia masih merupakan penyakit utama penyebab kesakitan dan kematian bayi dan Balita. Pneumonia
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. disebut infeksi saluran pernapasan akut (ISPA). ISPA merupakan
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Penyakit saluran pernapasan akut yang mengenai saluran pernapasan atas atau bawah, biasanya menular, yang disebabkan oleh agen infeksius disebut infeksi saluran pernapasan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. saluran pernapasan sehingga menimbulkan tanda-tanda infeksi dalam. diklasifikasikan menjadi dua yaitu pneumonia dan non pneumonia.
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Infeksi saluran pernapasan akut (ISPA) adalah penyakit yang disebabkan oleh masuknya kuman atau mikroorganisme kedalam saluran pernapasan sehingga menimbulkan tanda-tanda
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Infeksi saluran pernafasan akut (ISPA) adalah infeksi yang menyerang saluran nafas mulai dari hidung sampai alveoli termasuk organ di sekitarnya seperti sinus, rongga
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Di bumi terdapat kira-kira 1,3 1,4 milyar km³ air : 97,5% adalah air laut, 1,75% berbentuk es dan 0,73% berada di daratan sebagai air sungai, air danau, air tanah,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pertambahan penduduk daerah perkotaan di negara-negara berkembang,
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pertambahan penduduk daerah perkotaan di negara-negara berkembang, termasuk Indonesia, masih cukup tinggi. Salah satu penyebab adanya laju pertambahan penduduk
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ISPA adalah proses infeksi akut berlangsung selama 14 hari, yang disebabkan oleh mikroorganisme dan menyerang salah satu bagian, dan atau lebih dari saluran napas, mulai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. daya manusia yang produktif secara sosial dan ekonomis. Pencapaian tujuan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tujuan pembangunan bidang kesehatan menurut Undang-Undang No. 36 tahun 2009 tentang Kesehatan adalah meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi
Lebih terperinciBAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Pneumonia adalah penyakit batuk pilek disertai nafas sesak atau nafas cepat,
BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pneumonia adalah penyakit batuk pilek disertai nafas sesak atau nafas cepat, penyakit ini sering menyerang anak balita, namun juga dapat ditemukan pada orang dewasa,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Ilmu dan seni untuk memperoleh informasi tentang obyek, daerah atau fenomena untuk menganalisis data yang diperoleh dengan menggunakan alat tanpa kontak langsung dengan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sampai dengan lima tahun. Pada usia ini otak mengalami pertumbuhan yang
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Anak dibawah lima tahun atau balita adalah anak berada pada rentang usia nol sampai dengan lima tahun. Pada usia ini otak mengalami pertumbuhan yang sangat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang disebabkan oleh virus atau bakteri dan berlangsung selama 14 hari.penyakit
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) adalah infeksi saluran pernapasan yang disebabkan oleh virus atau bakteri dan berlangsung selama 14 hari.penyakit ISPA merupakan
Lebih terperinciBAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Pneumonia adalah penyakit batuk pilek disertai nafas sesak atau nafas cepat,
BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pneumonia adalah penyakit batuk pilek disertai nafas sesak atau nafas cepat, penyakit ini sering menyerang anak balita, namun juga dapat ditemukan pada orang dewasa,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. (mordibity) dan angka kematian (mortality). ( Darmadi, 2008). Di negara
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakancg Pada negara-negara berkembang seperti halnya Indonesia, penyakit infeksi masih merupakan penyebab utama tingginya angka kesakitan (mordibity) dan angka kematian (mortality).
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang paling banyak diderita oleh masyarakat. Sebagian besar dari infeksi
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Infeksi saluran pernafasan akut (ISPA) merupakan salah satu penyakit yang paling banyak diderita oleh masyarakat. Sebagian besar dari infeksi saluran pernafasan hanya
Lebih terperinciBAB 1 : PENDAHULUAN. kesehatan salah satunya adalah penyakit infeksi. Masa balita juga merupakan masa kritis bagi
BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indikator derajat kesehatan masyarakat di Indonesia salah satunya di lihat dari angka kematian dan kesakitan balita. Masa balita merupakan kelompok yang rawan akan
Lebih terperinci7-13% kasus berat dan memerlukan perawatan rumah sakit. (2)
1 BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ISPA merupakan Penyakit infeksi akut yang menyerang salah satu bagian atau lebih dari saluran nafas mulai dari hidung (saluran atas) hingga alveoli (saluran bawah)
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. menimbulkan berbagai spektrum penyakit dari tanpa gejala atau infeksi ringan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) adalah penyakit saluran pernapasan atas atau bawah, yang disebabkan oleh agen infeksius yang dapat menimbulkan berbagai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Di dalam Rencana Pembangunan Kesehatan Menuju Indonesia sehat 2010 (RPKMIS), masyarakat Indonesia di masa depan yang ingin dicapai melalui pembangunan kesehatan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penginderaan jauh dan Sistem Informasi Geografis (SIG) merupakan satu bidang keilmuan dalam geografi yang dapat dimanfaatkan untuk menyadap data tentang faktor-faktor
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. penyakit, namun penyakit sering datang tiba-tiba sehingga tidak dapat dihindari.
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesehatan merupakan prioritas utama manusia dalam menjalani kehidupan. Setiap orang berharap mempunyai tubuh yang sehat dan kuat serta memiliki kekebalan tubuh yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) adalah infeksi akut yang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) adalah infeksi akut yang melibatkan organ saluran pernapasan bagian atas dan saluran pernapasan bagian bawah. Infeksi ini disebabkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. mewujudkan sumber daya manusia yang berkualitas di masa yang akan datang.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah bayi dan balita merupakan suatu hal yang sangat penting dan harus mendapat perhatian, karena akan sangat menentukan dalam upaya mewujudkan sumber daya manusia
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. menjadi masalah kesehatan bayi dan anak. Penyakit tersebut disebabkan oleh
BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit campak merupakan salah satu penyakit menular yang masih menjadi masalah kesehatan bayi dan anak. Penyakit tersebut disebabkan oleh virus golongan Paramyxovirus.
Lebih terperinciBAB V PEMBAHASAN. balita yang menderita ISPA adalah kelompok umur bulan yaitu
BAB V PEMBAHASAN A. Karakteristik Responden Hasil penelitian pada tabel 4.1 menunjukkan bahwa sebagian besar balita yang menderita ISPA adalah kelompok umur 12-23 bulan yaitu sebanyak 23 balita (44,2%).
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Epidemiologi perubahan vektor penyakit merupakan ancaman bagi kesehatan manusia, salah satunya adalah demam berdarah dengue (DBD). Dengue hemorraghic fever (DHF) atau
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Tabel Tinjauan pencapaian MDG s Di Indonesia
1. 1.Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Millenium Development Goals (MDGs) merupakan deklarasi hasil kesepakatan kepala negara dan perwakilan dari 189 negara PBB yang menghasilkan delapan tujuan utama yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penginderaan jauh merupakan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni perolehan informasi objek di permukaan Bumi melalui hasil rekamannya (Sutanto,2013). Objek di permukaan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pneumonia merupakan penyakit infeksi akut saluran pernafasan yang mengenai jaringan paru-paru (alveoli). Penyakit ini merupakan infeksi serius yang dapat menyebabkan
Lebih terperinciDEA YANDOFA BP
SKRIPSI HUBUNGAN STATUS GIZI DAN PEMBERIAN ASI PADA BALITA TERHADAP KEJADIAN PNEUMONIA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS AMBACANG KECAMATAN KURANJI PADANG TAHUN 2011 Penelitian Keperawatan Anak DEA YANDOFA BP.07121016
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. (laki-laki, perempuan, tua, muda, miskin, kaya, dan sebagainya) (Misnadiarly,
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tuberkulosis (TBC) adalah penyakit infeksi menular yang disebabkan oleh Mycobacterium Tuberculosis dan bersifat kronis serta bisa menyerang siapa saja (laki-laki,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Banyak orang di Indonesia telah meremehkan penyakit tuberkulosis paru atau yang dahulu sering disebut TBC yang kini menjadi sebutan TB Paru. Tuberkulosis Paru merupakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sebagai pandemik yang terlupakan atau the forgotten pandemic. Tidak
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pneumonia merupakan penyakit pembunuh utama pada balita di dunia, kasus tersebut lebih banyak jika dibandigkan dengan gabungan penyakit AIDS, malaria dan campak. Di
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) adalah penyakit infeksi akut yang menyerang salah satu bagian atau lebih dari saluran nafas mulai dari hidung hingga alveoli,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang World Health Organization (WHO) memperkirakan insidens Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) di negara berkembang dengan angka kematian balita di atas 40 per 1000 kelahiran
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kesehatan di seluruh dunia. Sampai tahun 2011 tercatat 9 juta kasus baru
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tuberkulosis paru (TB paru) merupakan masalah utama bidang kesehatan di seluruh dunia. Sampai tahun 2011 tercatat 9 juta kasus baru TB, dan lebih dari 2 juta orang meninggal
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. terjadinya wabah campak yang cukup besar. Pada tahun kematian
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sejak tahun 1970 penyakit campak menjadi perhatian khusus saat terjadinya wabah campak yang cukup besar. Pada tahun 1999-2005 kematian akibat penyakit campak sebanyak
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Balita 2.1.1 Definisi Balita Anak balita adalah anak yang telah menginjak usia di atas satu tahun atau lebih popular dengan pengertian anak usia di bawah lima tahun (Muaris
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bayi dibawah lima tahun adalah kelompok yang memiliki sistem kekebalan tubuh yang masih rentan terhadap berbagai penyakit (Probowo, 2012). Salah satu penyakit
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sering dijumpai pada anak-anak maupun orang dewasa di negara
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pneumonia merupakan salah satu dari infeksi saluran napas yang sering dijumpai pada anak-anak maupun orang dewasa di negara berkembang. Pneumonia adalah salah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dewasa ini perkembangan fisik penggunaan lahan terutama di daerah perkotaan relatif cepat dibandingkan dengan daerah perdesaan. Maksud perkembangan fisik adalah penggunaan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. (Infeksi Saluran Pernafasan Akut). Saat ini, ISPA merupakan masalah. rongga telinga tengah dan pleura. Anak-anak merupakan kelompok
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesehatan merupakan hak setiap orang. Masalah kesehatan sama pentingnya dengan masalah pendidikan, perekonomian, dan lain sebagainya. Usia balita dan anak-anak merupakan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang
1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) masih merupakan masalah kesehatan masyarakat yang penting di Indonesia. ISPA dapat diklasifikasikan menjadi infeksi saluran
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. terutama pada bagian perawatan anak (WHO, 2008). kematian balita di atas 40 per 1000 kelahiran hidup adalah 15%-20%
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Infeksi saluran pernafasan akut (ISPA) merupakan penyebab utama morbiditas dan mortalitas penyakit menular di dunia. Hampir empat juta orang meninggal setiap tahun.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Demam berdarah dengue (DBD) adalah penyakit akibat virus yang ditularkan oleh vektor nyamuk dan menyebar dengan cepat. Data menunjukkan peningkatan 30 kali lipat dalam
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Nigeria masing-masing 6 juta episode (Kemenkes RI, 2011). (15%-30%). Berdasarkan hasil penelitian Khin, dkk tahun 2003 di Myanmar
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) merupakan salah satu masalah kesehatan di dunia saat ini dan sering terjadi pada anak - anak. Insidens menurut kelompok umur
Lebih terperinciFAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN TERJADINYA ISPA PADA BAYI (1-12 BULAN) DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS RAJABASA INDAH BANDAR LAMPUNG TAHUN 2013
JURNAL KEBIDANAN Vol 1, No 2, Juli 2015: 57-62 FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN TERJADINYA ISPA PADA BAYI (1-12 BULAN) DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS RAJABASA INDAH BANDAR LAMPUNG TAHUN 2013 Ana Mariza
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang. Salah satu ruang lingkup epidemiologi ialah mempelajari faktor-faktor yang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Salah satu ruang lingkup epidemiologi ialah mempelajari faktor-faktor yang mempengaruhi frekuensi dan penyebaran masalah kesehatan pada manusia. Adapun masalah kesehatan
Lebih terperinciBAB I LATAR BELAKANG
BAB I LATAR BELAKANG A. Latar Belakang Masalah Pneumonia adalah infeksi saluran pernapasan akut bagian bawah yang mengenai parenkim paru. Menurut anatomi, pneumonia pada anak dibedakan menjadi pneumonia
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan data dari World Health Organization (WHO), diare adalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Berdasarkan data dari World Health Organization (WHO), diare adalah penyebab nomor satu kematian balita di seluruh dunia. Sementara United Nations for Children and Funds
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN UKDW. trakea bahkan paru-paru. ISPA sering di derita oleh anak anak, baik di negara
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Salah satu penyakit yang dialami siswa dimana merupakan salah satu masalah kesehatan yang menonjol di masyarakat adalah penyakit Infeksi Saluran Pernafasan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Mycobacterium Tuberculosis dan paling sering menginfeksi bagian paru-paru.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit Tuberkulosis (TB) adalah penyakit yang disebabkan oleh bakteri Mycobacterium Tuberculosis dan paling sering menginfeksi bagian paru-paru. Penyebaran penyakit
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. lima tahun pada setiap tahunnya, sebanyak dua per tiga kematian tersebut
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) dikenal sebagai salah satu penyebab kematian utama pada bayi dan anak balita di negara berkembang. ISPA menyebabkan empat dari
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Mycobacterium tuberculosis merupakan kuman penyebab penyakit Tuberkulosis yang sampai saat ini masih menjadi salah satu masalah kesehatan masyarakat di dunia walaupun
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pneumonia sering ditemukan pada anak balita,tetapi juga pada orang dewasa
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pneumonia sering ditemukan pada anak balita,tetapi juga pada orang dewasa dan pada kelompok usia lanjut. Penyakit ini dapat menyebabkan kematian jika tidak segera diobati.
Lebih terperinciBAB 1 : PENDAHULUAN. peningkatan kualitas sumber daya manusia dan kualitas hidup yang lebih baik pada
BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia sebagai salah satu negara yang menanda tangani Tujuan Pembangunan Millenium Developmen Goals (MDGs) berkomitmen mewujudkan peningkatan kualitas sumber daya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. penyakit infeksi yang disebabkan oleh Mycobacterium Tuberculosis. Penyakit ini
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG TB paru merupakan penyakit infeksi kronik dan menular yang erat kaitannya dengan keadaan lingkungan dan prilaku masyarakat. Penyakit TB paru merupakan penyakit infeksi
Lebih terperinciHUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU DENGAN UPAYA PENCEGAHAN ISPA PADA BALITA DI PUSKESMAS NGORESAN SURAKARTA
HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU DENGAN UPAYA PENCEGAHAN ISPA PADA BALITA DI PUSKESMAS NGORESAN SURAKARTA SKRIPSI Disusun oleh: WAHYU PURNOMO J 220 050 027 FAKULTAS ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
16 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan kesehatan yang merupakan bagian integral dari pembangunan nasional diselenggarakan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Tujuan pembangunan nasional bidang kesehatan yang tercantum dalam
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tujuan pembangunan nasional bidang kesehatan yang tercantum dalam Sistem Kesehatan Nasional (SKN) yaitu terciptanya kemampuan untuk hidup sehat bagi setiap penduduk
Lebih terperinciBAB 1 : PENDAHULUAN. dalam kehidupannya. Millenium Development Goal Indicators merupakan upaya
BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesehatan adalah dasar fundamental bagi pembangunan manusia. Tanpa memandang status sosial semua orang menjadikan kesehatan sebagai prioritas utama dalam kehidupannya.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. disebabkan oleh mikroorganisme termasuk common cold, faringitis (radang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Infeksi saluran pernafasan akut (ISPA) merupakan penyebab utama morbiditas dan mortalitas penyakit menular di dunia.ispa menyebabkan hampir 4 juta orang meninggal setiap
Lebih terperinciJurnal Ilmiah STIKES U Budiyah Vol.1, No.2, Maret 2012
HUBUNGAN PENGETAHUAN, STATUS IMUNISASI DAN KEBERADAAN PEROKOK DALAM RUMAH DENGAN PENYAKIT INFEKSI SALURAN PERNAFASAN AKUT PADA BALITA DI PUSKESMAS PEUKAN BADA KABUPATEN ACEH BESAR AGUSSALIM 1 1 Tenaga
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kota akan selalu berhubungan erat dengan perkembangan lahan baik dalam kota itu sendiri maupun pada daerah yang berbatasan atau daerah sekitarnya. Selain itu lahan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Batasan anak balita adalah setiap anak yang berada pada kisaran umur
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Batasan anak balita adalah setiap anak yang berada pada kisaran umur 12-59 bulan (Kemenkes RI, 2015: 121). Pada usia ini, balita masih sangat rentan terhadap berbagai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang
1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Perkembangan Kawasan Perkotaan Yogyakarta (KPY) baik dari segi jumlah penduduk dan infrastrukturnya membuat Kawasan Perkotaan Yogyakarta menjadi magnet yang menarik
Lebih terperinciGAMBARAN PENGETAHUAN IBU BALITA TENTANG PENYAKIT ISPA DI PUSKESMAS PEMBANTU SIDOMULYO WILAYAH KERJA PUSKESMAS DEKET KECAMATAN DEKET KABUPATEN LAMONGAN
GAMBARAN PENGETAHUAN IBU BALITA TENTANG PENYAKIT ISPA DI PUSKESMAS PEMBANTU SIDOMULYO WILAYAH KERJA PUSKESMAS DEKET KECAMATAN DEKET KABUPATEN LAMONGAN Novita Fitrianingrum, Ati ul Impartina, Diah Eko Martini.......ABSTRAK.......
Lebih terperinciHUBUNGAN STATUS GIZI DAN STATUS IMUNISASI DENGAN KEJADIAN ISPA PADA BALITA
HUBUNGAN STATUS GIZI DAN STATUS IMUNISASI DENGAN KEJADIAN ISPA PADA BALITA Erni Yuliastuti Poltekkes Kemenkes Banjarmasin Jurusan Kebidanan email : yuliastutierni @ymail.com Abstrak Latar Belakang : Infeksi
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Definisi Pneumonia Pneumonia adalah infeksi akut yang mengenai jaringan paru-paru (alveoli). Terjadinya pneumonia pada anak seringkali bersamaan dengan terjadinya proses infeksi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sistem Informasi Geografis (SIG) merupakan salah satu sistem informasi yang dapat dipakai sebagai alat untuk melakukan analisis data sehingga dihasilkan gambaran yang
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. pencapaian tumbuh kembang bayi tidak optimal. utama kematian bayi dan balita adalah diare dan pneumonia dan lebih dari 50%
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sampai saat ini penyakit diare masih menjadi masalah kesehatan dunia terutama di Negara berkembang. Besarnya masalah tersebut terlihat dari tingginya angka kesakitan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. keberhasilan pembangunan bangsa. Untuk itu diselenggarakan pembangunan
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kesehatan adalah hak asasi manusia dan sekaligus investasi untuk keberhasilan pembangunan bangsa. Untuk itu diselenggarakan pembangunan kesehatan secara menyeluruh
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dewasa ini sebagian besar masyarakat di dunia telah memahami mengenai arti penting kesehatan, baik kesehatan diri sendiri maupun kesehatan lingkungan. Arti penting
Lebih terperinciLaporan Skripsi BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang PENDAHULUAN Perkembangan teknologi saat ini sudah sangat pesat, teknologi merupakan metode ilmiah untuk mencapai tujuan praktis ataupun keseluruhan sarana untuk menyediakan barang-barang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Arah kebijaksanaan dalam bidang kesehatan yang diamanatkan dalam ketetapan MPR R.I No. IVMPR/1999 tentang GBHN 1999/2004 salah satunya adalah meningkatkan mutu sumber
Lebih terperinciSalah satu upaya pencegahan pneumonia yang berhubungan dengan lingkungan adalah dengan menciptakan lingkungan hidup yang baik.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pneumonia adalah merupakan infeksi saluran nafas bagian bawah yang merupakan masalah kesehatan dunia karena angka kematiannya tinggi di perkirakan terjadi lebih 2 juta
Lebih terperinciGAMBARAN PENGETAHUAN IBU TENTANG ISPA DI PUSKESMAS DESA DAYEUH KOLOT KABUPATEN BANDUNG
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan di bidang kesehatan sebagai bagian dari pembangunan nasional yang ditata dalam Sistem Kesehatan Nasional diarahkan untuk mencapai derajat kesehatan yang
Lebih terperinciTabel 1.1 Tabel Jumlah Penduduk Kecamatan Banguntapan Tahun 2010 dan Tahun 2016
BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Tempat tinggal merupakan salah satu aspek penting dalam kehidupan karena merupakan salah satu kebutuhan primer manusia. Tempat tinggal menjadi sarana untuk berkumpul,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. prasarana kesehatan saja, namun juga dipengaruhi faktor ekonomi,
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Derajat kesehatan masyarakat Indonesia ditentukan oleh banyak faktor, tidak hanya ditentukan oleh pelayanan kesehatan dan ketersediaan sarana prasarana kesehatan saja,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Campak merupakan penyakit pernafasan yang mudah menular yang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Campak merupakan penyakit pernafasan yang mudah menular yang menjadi masalah kesehatan bayi dan anak. Virus campak menular melalui udara ketika penderita batuk atau
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Infeksi saluran pernafasan akut (ISPA) merupakan penyakit yang. menular serta dapat menimbulkan berbagai spektrum penyakit
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Infeksi saluran pernafasan akut (ISPA) merupakan penyakit yang menyerang salah satu bagian dan atau lebih dari saluran pernafasan mulai dari hidung hingga alveoli
Lebih terperinciEko Heryanto Dosen Program Studi S.1 Kesehatan Masyarakat STIKES Al-Ma arif Baturaja ABSTRAK
Volume 1, Nomor 1, Juni 2016 HUBUNGAN STATUS IMUNISASI, STATUS GIZI, DAN ASI EKSKLUSIF DENGAN KEJADIAN ISPA PADA ANAK BALITA DI BALAI PENGOBATAN UPTD PUSKESMAS SEKAR JAYA KABUPATEN OGAN KOM ERING ULU TAHUN
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. terbanyak yang diderita oleh anak-anak, baik di negara berkembang maupun di
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) adalah penyakit terbanyak yang diderita oleh anak-anak, baik di negara berkembang maupun di negara maju.insidens menurut
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pneumonia adalah penyebab utama kematian anak di dunia. Pneumonia diperkirakan membunuh sekitar 1,2 juta anak usia dibawah lima tahun (balita) dalam setiap tahunnya,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penggunaan lahan merupakan hasil kegiatan manusia baik yang berlangsung secara siklus atau permanen pada sumberdaya lahan alami maupun buatan guna terpenuhinya kebutuhan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. terbesar baik pada bayi maupun pada anak balita. 2 ISPA sering berada dalam daftar
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Munculnya ancaman kesehatan dalam bentuk penyakit menular membuat langkah pencegahan dan pengendalian infeksi di fasilitas pelayanan kesehatan sama sekali tidak boleh
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Udara yang berada di bumi merupakan komponen yang tak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia. Penggunaannya akan tidak terbatas selama udara mengandung unsur-unsur
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. gejala atau infeksi ringan sampai penyakit yang parah dan. parenkim paru. Pengertian akut adalah infeksi yang berlangsung
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Infeksi saluran pernapasan akut (ISPA) adalah penyakit akut saluran pernapasan atas atau bawah, biasanya menular, yang dapat menimbulkan spektrum penyakit yang berkisar
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat di Indonesia yang jumlah penderitanya cenderung meningkat dan penyebarannya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perkembangan teknologi penginderaan jauh yang semakin pesat menyebabkan penginderaan jauh menjadi bagian penting dalam mengkaji suatu fenomena di permukaan bumi sebagai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Permasalahan gizi yang sering terjadi di seluruh negara di dunia adalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan gizi yang sering terjadi di seluruh negara di dunia adalah kekurangan energi protein seperti merasmus, kwarsiorkor, dan stunting. Kekurangan energi protein
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Republik Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar di dunia. Indonesia memiliki kurang lebih 17.508 pulau (Indonesia.go.id). Wilayah Indonesia didominasi laut dengan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Jumlah penduduk di Indonesia terus bertambah setiap tahun. Laju pertumbuhan penduduk Indonesia tidak menunjukkan peningkatan, justru sebaliknya laju pertumbuhan penduduk
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dan Angka Kematian Balita (AKABA/AKBAL). Angka kematian bayi dan balita
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kelangsungan Hidup anak ditunjukkan dengan Angka Kematian bayi (AKB) dan Angka Kematian Balita (AKABA/AKBAL). Angka kematian bayi dan balita Indonesia adalah tertinggi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Infeksi saluran pernapasan akut (ISPA) merupakan masalah kesehatan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Infeksi saluran pernapasan akut (ISPA) merupakan masalah kesehatan yang penting karena menjadi penyebab pertama kematian balita di Negara berkembang.setiap tahun ada
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. tercapainya bangsa yang maju, mandiri, dan sejahtera. Salah satu ciri
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan yang ingin dicapai bangsa Indonesia adalah tercapainya bangsa yang maju, mandiri, dan sejahtera. Salah satu ciri bangsa yang maju adalah mempunyai derajat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. terjangkau oleh daya beli masyarakat (Pasal 3, Undang-undang No. 14 Tahun 1992
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Transportasi jalan diselenggarakan dengan tujuan untuk mewujudkan lalu lintas dan angkutan jalan dengan selamat, aman, cepat, tertib dan teratur, nyaman dan efisien,
Lebih terperinci