RESUME USHUL FIQH DAN QAWAIDH FIQQIYAH PERTEMUAN 1 7

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "RESUME USHUL FIQH DAN QAWAIDH FIQQIYAH PERTEMUAN 1 7"

Transkripsi

1 PERTEMUAN 1 RESUME USHUL FIQH DAN QAWAIDH FIQQIYAH USHUL FIQH DAN QAWA ID FIQHIYYAH Definisi Ushul Fiqh PERTEMUAN 1 7.(الفقه) dan fiqih (أصول) tersusun dari dua kata, yaitu ushul (أصول الفقه) Ushul fiqih Pengertian ushul (أصول) secara bahasa: Ushul (أصول) merupakan jamak (bentuk plural/majemuk) dari kata ashl (أصل) yang berarti dasar, pondasi atau akar. Pengertian fiqih (الفقه) secara bahasa:.(الفهم) secara bahasa berarti pemahaman (الفقه) Fiqih Pengertian fiqih (الفقه) secara istilah: Fiqih (الفقه) menurut istilah mutasyarri in (ahli syari ah) adalah ilmu tentang hukum- العلم terperinci( hukum syar i yang bersifat amaliyah yang digali dari dalil-dalil yang hukum- Ruang lingkup fiqih terbatas pada.(باألحكام الشرعية العملية المستنبطة من األدلة التفصيلية hukum yang bersifat aplikatif dan furu iy (cabang) dan tidak membahas perkaraperkara i tiqad (keyakinan). :(أصول الفقه) Pengertian ushul fiqih Menurut Dr. Wahbah az-zuhaili hafizhahullah: kaidah-kaidah yang dengannya seorang mujtahid bisa mencapai istinbath (penggalian hukum) terhadap hukum-hukum syar i dari dalil-dalilnya yang terperinci. Perbedaan Ushul Fiqh dengan Fiqh Ushul Fiqh Fiqh Objek metodologi penetapan hukum fiqh sedangkan objek kajian fiqh hukum yang berhubungan dengan perbuatan manusia beserta dalildalilnya yang terperinci

2 Konsentrasi metode yang digunakan dalam deduksi beberapa peraturan yang terdapat di dalam sumber pengetahuan dari peraturan detail hukum Islam dalam berbagai cabangnya Objek dan Pokok Pembahasan Ushul Fiqh Adapun yang menjadi obyek pembahasan ushul fiqih adalah : 1. Menjelaskan macam-macam hukum dan jenis-jenis hukum seperti wajib, haram, sunnat, makruh, dan mubah. 2. Menjelaskan macam-macam dalil dan permasalahannya. 3. Menjelaskan cara mengeluarkan hukum dari dalil-dalilnya. 4. Menjelaskan ijtihad dan cara-caranya. Jadi yang menjadi obyek pembahasan ushul fiqh itu adalah perbuatan mukallaf dari sagi dapat diterapkan kepadanya hukum-hukum syari at serta syari at yang bersifat kully dari segi dapat ditarik daripadanya hukum yang bersifat kully (umum) pula,sedangkan yang menjadi pokok pembahasannya adalah : 1. Hukum,yang didalamnya meliputi wajib,sunnat,makruh,mubah,haram,hasan,qabih, ada,qada,shahih,fasid,dan lainlain. 2. Adillah,yaitu dalil-dalil qur an,sunnah,ijma,dan qiyas. 3. Jalan-jalan serta cara-cara beristimbath (turuqul istimbath). 4. Mustambith,yaitu mujthid dengan syarat-syaratnya. Ushul Fiqh berfokus pada sumber hukum Islam, metode yang diturunkan dari sumber materi Syariah dan juga mengatur praktek dari ijtihad. Sumber dari syariah ada dua: wahyu (revelation) dan bukan wahyu (non revelation). Dimana wahyu menghasilkan fakta dasar dan indikasi yang dapat diturunkan peraturan mendetail darinya. Sedangkan yang bukan wahyu menghasilkan metodologi dan petunjuk prosedural untuk meyakinkan pemenuhan yang benar dari sumber wahyu. Tujuan dan Manfaat Ushul Fiqh Menurut Prof Dr. Amir Syarifuddin, tujuan yang hendak dicapai dari ilmu ushul fiqh ialah untuk dapat menerapkan kaidah-kaidah terhadap dalil syara yang terinci agar sampai kepada hukum-hukum syara yang bersifat amali, yang ditunjuk oleh dalil-dalil itu.

3 Dua maksud mengetahui ushul fiqh: (1) Bila kita telah mengetahui metode ushul fiqh, maka bila suatu ketika kita menghadap suatu masalah baru yang tidak mungkin ditemukan dalam kitab fiqh terdahulu, maka kita akan mencari jawaban hukum terhadap masalah baru itu dengan cara menerapkan kaidah-kaidah hasil rumusan ulama terdahulu (2) Bila kita menghadapi masalah hukum fiqh yang terurai dalam kitab-kitab fiqh, tetapi mengalami kesukaran dalam penerapannya, kita bisa merumuskan kaidah baru yang memungkinkan timbulnya rumusan baru dalam fiqh. Pendekatan Ilmu Ushul Fiqh Ada tiga pendekatan ilmu ushul fiqh yaitu: (1) teoritis (ushul al-shafiiyah atau tariqah al-mutakallimin); berfokus pada tampilan prinsip. (2) deduktif (ushul al-hanafiyyah atau tariqah al-fuqaha); lebih cenderung mengembangkan sebuah sintesis diantara prinsip dan persyaratan dari kasus parsial. (3) gabungan dari teoritis dan deduktif Adillah shar iyyah dan ahkam Adillah shar iyyah dan ahkam adalah hukum atau nilai yang mengatur hal yang dilakukan oleh mukallaf. Ahkam diturunkan dari adillah. Ahkam memiliki arti membuktikan atau menetapkan satu hal dalam menghargai yang lainnya dimana bisa berbentuk afirmatif atau negatif. Jadi, ketika kita mengatakan bahwa air itu tidak dingin atau matahari itu tidak terbit, ada hukum di dalam kasus ini. (Kamali) Hukum adalah arti juridis yang digunakan untuk menetapkan sesuatu nilai seperti sebuah kewajiban (wujub), rekomendasi (nadb), atau perintah atau larangan dalam menghormati keberlakuan kecakapan seseorang dalam melakukan perbuatan hukum. Sedangkan secara terminologis, menurut jumhur ushuliyyin, hukum yaitu: Khitab (Kalam) Allah yang berhubungan dengan perbuatan seseorang mukallaf, baik berupa iqtidha (perintah, larangan, anjuran untuk mengerjakan atau anjuran untuk meninggalkan), takhyir (kebolehan bagi orang mukallaf untuk memilih antara melakukan dan tidak melakukan) atau wadhi (ketentuan yang menetapkan sesuatu sebagai sebab, syarat atau mani (penghalang)).

4 Menurut fuqaha, pengertian hukum adalah tuntutan dari khitab (firman) Allah yang berhubungan dengan perbuatan-perbuatan seorang mukallaf. Sedangkan kata syara secara harfiyah artinya membuat peraturan undang-undang, membuka, memulai, menjelaskan, menerangkan, jalan ke tempat mata air, atau tempat yang dilalui air sungai, atau peraturan, sesuai dengan firman Allah dalam Qur-an surat al-jatsiyah ayat 18. Pembagian Hukum Syara 1. Hukum Taklifi Ketentuan-ketentuan Allah dan Rasulullah yang berhubungan langsung dengan perbuatan mukallaf, baik dalam bentuk perintah (anjuran untuk melakukan), larangan (anjuran untuk tidak melakukan) atau dalam bentuk memilih antara berbuat atau tidak berbuat. 2. Hukum Wadh i Khitabullah yang Ia menjadikan sesuatu itu sebagai sebab, syarat, dan mani (sesuatu yang menjadi penghalang kecakapan untuk melakukan hukum taklifi), sah dan fasad (rusak). Hukum Taklifi Hukum taklifi ini terbagi kepada lima bagian yaitu; ijab (wajib), nadb (sunat), tahrim (haram), karahah (makruh), dan ibahah (mubah). Ijab adalah firman yang menuntut melakukan suatu perbuatan dengan tuntutan pasti. Misalnya firman Allah dalam surat Al-Baqarah [2]:43: Dan dirikanlah shalat, tunaikanlah zakat, dan ruku lah beserta orang-orang yang ruku. Pembagian wajib berdasarkan orang yang dibebani kewajiban hukum : 1. Wajib Aini (fardhu Ain). Yaitu kewajiban yang disebabkan kepada setiap orang yang sudah baligh berakal (mukallaf) tanpa kecuali. Kewajiban seperti ini tidak bisa gugur, kecuali dilakukannya sendiri. Misalnya kewajiban melaksanakan shalat lima kali sehari semalam 2. Wajib Kifa i (Fardhu Kifayah). Yaitu kewajiban yang dibebankan kepada seluruh mukallaf, namun bilamana telah dilaksanakan oleh sebagian umat Islam, maka kewajiban itu sudah terpenuhi sehingga orang yang tidak ikut melaksanakannya tidak lagi diwajibkan untuk melaksanakannya. Misalnya pelaksanaan shalat jenazah. 3. Wajib muayyan. Yaitu suatu kewajiban dimana yang menjadi objeknya adalah tertentu tanpa ada pilihan lain. Misalnya seperti kewajiban puasa Ramadhan, kewajiban shalat lima waktu sehari semalam.

5 4. Wajib mukhayyar. Yaitu suatu kewajiban dimana objeknya boleh dipilih antara beberapa alternatif. Misalnya, kewajiban membayar kafarat yang telah dijelaskan dalam Qur-an surat al-maidah ayat 89. Ayat tersebut menjelaskan bahwa orang yang melanggar sumpah, dikenakan kafarat. Jenis kafaratnya boleh memilih antara beberapa macam kafarat tersebut. Pembagian wajib berdasarkan waktu pelaksannanya : 1. Wajib mutlaq. Yaitu kewajiban yang tidak ditentukan waktu pelaksanaannya, dengan arti tidak salah bila waktu pelaksaannya ditangguhkan sampai waktu yang ia sanggup melaksanakannya. Misalnya mengqadha puasa Ramadhan yang tertinggal karena uzur. Ia wajib melakukannya, dan dapat dilakukan kapan saja ia mempunyai kesanggupan. 2. Wajib Muwaqqat. Yaitu kewajiban yang pelaksanaannya dibatasi oleh waktu tertentu dan tidak sah dilakukan di luar waktu yang telah ditentukan itu. Contohnya puasa Ramadhan, dilaksanakan bulan Ramadhan dan ibadah haji dilaksanakan pada bulan-bulan tertentu saja. Pembagian wajib berdasarkan jumlah atau kadar yang ditentukan : 1. Wajib Muhaddad. Yaitu kewajiban yang telah ditentukan kadarnya, misalnya kadar zakat fitrah, kadar (nishab) zakat maal. 2. Wajib Ghairu Muhaddad. Yaitu kewajiban yang pelaksanaannya yang tidak ditentukan ukurannya, misalnya, nafkah untuk keluarga tidak ditentukan kadarnya, tergantung kemampuan suami. Nadb adalah firman Allah yang menuntut melakukan suatu perbuatan dengan perbuatan yang tidak pasti, tetapi hanya berupa anjuran untuk berbuat. Misalnya, firman Allah surat Al-Baqarah [2]:282: Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu bermu amalah tidak secara tunai untuk waktu yang ditentukan, hendaknya kamu menuliskannya. Pembagian sunnah dari selalu atau tidak Nabi melakukannya : 1. Sunnah Muakkad. Yaitu sunnah-sunnah yang selalu dikerjakan oleh Nabi Muhammad, di samping ada keterangan bahwa perbuatan itu, bukan perbuatan fardhu, contohnya shalat witir. 2. Sunnah Ghairu Muakkad. Yaitu sunnah yang dilakukan oleh Nabi Muhammad tetapi tidak terus menerus dilakukan, contohnya memberi sedekah kepada fakir miskin Pembagian sunnah berdasarkan kemungkinan meninggalkan perbuatan :

6 1. Sunnah Huda yaitu: pelaksanaannya dimaksudkan sebagai penyempurna atau pelengkap kewajiban agama, seperti adzan dan sholat berjama ah. Orang yang sengaja meninggalkannya dianggap sesat dan berdosa, sehingga apabila penduduk suatu daerah sepakat untuk meninggalkannya, maka mereka boleh diperangi. 2. Sunnah Zaidah (sunnah tambahan), yaitu hal-hal yang dikerjakan nabi saw., berupa hal-hal biasa yang bersifat akhlak; seperti etika makan, minum, tidur dan memakai pakaian. Apabila mukallaf melakukannya adalah lebih baik, sedang bila ia meninggalkannya, maka hal itu tidak berpengaruh apa-apa yaitu tidak berkaitan dengan makruh dan keburukan. 3. Nafal, yaitu yang ditetapkan sebagai tambahan atas fardlu, wajib dan sunnah, seperti shalat tathawwu (sunnah yang dilakukan secara individu). Contohnya seorang melakukan sholat sunnah empat rakaat sebelum dzuhur. Seseorang yang melakukannya akan mendapatkan pahala dan tak ada hukuman dan teguran bagi yang meninggalkannya. Tahrim adalah firman yang menuntut untuk tidak melakukan sesuatu perbuatan dengan tuntutan yang pasti. Misalnya, firman Allah dalam surat Al-Maidah ayat 3: Diharamkan bagimu (memakan) bangkai, darah, dan daging babi. Pembagian haram : 1. Haram li-dzatihi. Yaitu perbuatan yang diharamkan oleh Allah karena bahaya tersebut terdapat pada perbuatan itu sendiri, seperti haramnya makan bangkai, minum khamr, berzina dan mencuri. Bahaya perbuatan tersebut berhubungan langsung dengan lima hal yang harus dijaga (adh-daruriyat al-khamas) yaitu badan, keturunan, harta benda, akal dan agama. 2. Haram li-ghairihi. Yaitu perbuatan yang dilarang oleh syara, dimana adanya larangan tersebut bukan terletak pada perbuatan itu sendiri, tetapi perbuatan itu dapat menimbulkan haram lidzatihi, contohnya jual beli barang-barang secara riba diharamkan, karena dapat menimbulkan riba, yang diharamkan dzatiah-nya. Makruh adalah firman Allah yang menuntut untuk tidak melakukan suatu perbuatan dengan tuntutan yang tidak pasti, tetapi hanya berupa anjuran untuk tidak berbuat. Misalnya firman Allah dalam surat Al-Maidah ayat 101: Janganlah kamu menanyakan (kepada Nabimu) hal-hal yang jika diterangkan kepadamu niscaya menyusahkanmu. Mubah dalah firman Allah yang memberi kebebasan kepada mukalaf untuk melakukan atau tidak melakukan sesuatu perbuatan. Misalnya, firman Allah dalam surat Al-Baqarah ayat 235: Dan tidak ada dosa bagi kamu meminang wanita-wanita itu dengan sindiran.

7 Hukum Wadh i a. Sebab, adalah suatu hukum yang dijadikan syar i sebagai tanda adanya hukum. Misalnya dalam firman Allah dalam surat al-isra: 78, b. syarat, adalah sesuatu yang berada diluar hukum syara tetapi keberadaan hukum syara bergantung kepadanya. Misalnya firman Allah dalam surat an-nisa: 6 c. Mani (penghalang), adalah sifat yang keberadaannya menyebabkan tidak ada hukum atau tidak ada sebab. Misalnya dalam hadis nabi yang berbunyi: Pembunuh tidak memdapat waris. Hadis tersebut menunjukkan bahwa pembunuhan sebagai penghalang untuk mendapatkan warisan. d. Shahih, adalah suatu hukum yang sesuai dengan tuntutan syara, yaitu terpenuhnya sebab, syarat dan tidak ada mani. e. Bathal, adalah terlepasnya hukum syara dari ketentuan yang ditetapkan dan tidak ada akibat hukum yang ditimbulkannya. Misalnya: memperjualbelikan minuman keras. Akad ini dipandang batal, karena minuman keras tidak bernilai harta dalam pandangan syara. f. Pengertian Azimah secara bahasa berarti kemauan yang kuat. Menurut istilah adalah Suatu ungkapan tentang hukum-hukum yang disyari atkan Allah sejak semula, tidak berkaitan dengan suatu peristiwa baru. Contoh : Hukum shalat Dhuhur 4 raka at adalah hukum asal, itu disebut azimah. Hukum makan bangkai adalah haram adalah hukum asal, itu adalah azimah. g. Pengertian Rukhshah menurut bahasa berarti mudah dan gampang. Menurut istilah rukhshah berarti suatu nama bagi hukum yang disyari atkan karena adanya peristiwa baru yang keluar dari hukum asal karena ada udzur. Contoh : menjama dua shalat karena ada udzur safar (perjalanan) dan hujan; menqashar shalat bagi musafir; boleh makan bangkai bagi orang yang dalam keadaan darurat. Hukum-hukum ini keluar dari hukum asal, dan yang mempengaruhinya adalah karena ada udzur. Mahkum fiih, Mahkum Alaih dan ahliyah Definisi mahkum fih menurut Abdul Wahab Khallaf yaitu: perbuatan mukallaf yang berhubungan dengannya hukum syar i. Menurut Syaikh Muhammad Khudari Biek, Mahkum alaih yaitu mukallaf (orang yang dibebani hukum atau subjek hukum). Sedangkan definisi Mahkum alaih menurut Abdul Wahab Khallaf yaitu: Seorang mukallaf yang berhubungan dengan kemampuan mengerjakan hukum syari.

8 Pengertian Ahliyyah =>> Secara etimologi ahliyyah berarti kecakapan menangani suatu urusan =>> Secara terminologi, para ahli ushul fiqh mendefenisikan ahliyyah dengan suatu sifat yang dimiliki seseorang, yang dijadikan ukuran oleh syari untuk menentukan seseorang telah cakap dikenai tuntutan syara Pembagian Ahliyyah 1. Ahliyyah Al-wujub adalah kecakapan seseorang menerima hak-hak yang menjadi haknya, tetapi belum cakap untuk dibebani seluruh kewajibannya. Para ulama ushul membagi lagi Ahliyyah Al-wujub kepada dua bagian: =>> Ahliyyah Al-wujub An-Naqishah yaitu ketika seseorang masih berada dalam kandunga ibunya(janin). =>> Ahliyyah Al-wujub Al-Kamilah yaitu kecakapan menerima hak bagi seorang anak yang telah lahir, sampai ia dinyatakan baligh dan berakal, sekalipun akalnya masih kurang seperti orang gila. 2.Ahliyyah Al-Ada adalah kecakapan bertindak hukum seseorang yang telah dianggap sempurna untuk bertanggung jawab atas seluruh perbuatannya, baik yang bersifat positif maupun negatif. Para ulama ushul membagi lagi Ahliyyah Al-ada kepada dua bagian: =>>Adimul ahliyah li al-ada (tidak memiliki kecakapan untuk bertindak) yaitu manusia sejak lahir sampai mencapai tamyiz sekitar umur 7 tahun. =>>Ahliyah al-ada al-naqishah (kecakapan bertindak tidak sempurna) yaitu cakap berbuat hukum secara lemah yaitu manusia yang telah mencapai usia tamyiz (kira-kira 7 tahun) sampai batas dewasa. =>>Ahliyah al-ada al-kamilah, yaitu kecakapan bertindak secara sempurna yaitu seseorang yang telah mencapai usia dewasa (usia baligh). Awaridh al-ahliyah Awaridh Samawiyah. Yaitu penghalang yang datangnya bukan dari diri manusia, dan bukan pula dari kemauannya tetapi memang datangnya dari Allah Ta ala. Diantaranya : Al-Junun (gila) Usia Kanak-Kanak An-Naum (tidur) Al- Ittah (lemah akalnya) An-Nisyan (lupa) Al-Khata (kesalahan) Al-Ikrah (dipaksa) Al-Ighma (pingsan) Al-Maradh (sakit) Haidh dan Nifas Al-Maut (Mati)

9 Awaridh Muktasabah. Yaitu penghalang yang terjadi dengan kehendak manusia, baik dari dirinya sendiri maupun dari luar dirinya. Diantaranya : As-Sakr (mabuk) Al-Hazl (bergurau) As-Safah (Bodoh) As-Safar (Perjalanan) PERTEMUAN 2 SUMBER UTAMA HUKUM ISLAM : AL QUR AN DAN SUNNAH Pengertian Al-Qur an dan Hadist Secara etimologis, kata Al Qur an merupakan isim mashdar dari fi il madli قرأ yang artinya membaca, menelaah, mempelajari. Pengertian Al Qur an secara terminologis Menurut Istilah Ahli Usul Fiqh Dan Ahli Fiqh adalah kalam Allah, yang menjadi mukjizat, yang diturunkan kepada nabi SAW, yang dituliskan di mushaf, yang dinukilkan secara mutawatir, dan dipandang sebagai ibadah bagi yang membacanya. Sunnah secara etimologis yaitu perjalanan hidup, jalan/cara, tabiat, syariah, yang jamaknya adalah al-sunnan. Pengertian hadist secara etimologis memiliki arti kabar, kejadian, sesuatu yang baru, perkataan, hikayat dan cerita. Pengertian hadist secara terminologis adalah sesuatu yang diriwayatkan dari Rasulullah SW, baik berupa perkataan, perbuatan dan ketetapannya setelah beliau diangkat menjadi Nabi. Pembagian sunnah dilihat dari materi dan isinya, terbagi kepada : 1. Sunnah Qauliyah (ucapan), yaitu ucapan Nabi yang didengar oleh sahabat beliau dan disampaikan kepada orang lain. 2. Sunnah Fi liyah (perbuatan), yaitu perbutan yang dilakukan oleh Nabi Muhammad SAW yang dilihat atau diketahui oleh sahabat, kemudian disampaikan kepada orang lain dengan ucapannya. 3. Sunnah Taqririyah, yaitu perbuatan seorang sahabat atau ucapannya yang dilakukan di hadapan atau sepengetahuan Nabi, tetapi tidak ditanggapi atau dicegah oleh Nabi. Diamnya Nabi itu disampaikan oleh sahabat yang menyaksikan kepada orang lain dengan ucapannya. Pembagian hadits dilihat dari jumlah perawi terbagi kepada :

10 1. Hadist Mutawatir, yaitu hadist yang diriwayatkan oleh sejumlah banyak perawi yang secara kebiasaan tidak mungkin mereka bersepakat untuk berdusta sejak tingkat awal sanad sampai akhir sanad. Hadist mutawatir terbagi menjadi 2 bagian, yaitu : i. Mutawatir lafdzi, yaitu hadist yang disepakati oleh para perawi, bahwa ia mutawatir dari segi lafal dan makna. ii. Mutawatir maknawi, yaitu hadist yang disepakati para perawi dari segi maknanya, tidak lafalnya, sehingga maknanya menjadi terputus, meskipun lafalnya tidak sampai ke derajat putus. Contohnya hadist tentang mengusap sepatu (khuf). 2. Hadist Masyhur, yaitu hadist yang diriwayatkan oleh banyak sahabat, tetapi tidak sebanyak orang yang meriwayatkan hadist mutawatir, kemudian menyamai tingkatan mutawatir pada masa-masa sahabat dan pada masa-masa sesudahnya. 3. Hadist Ahad, yaitu hadist yang diriwayatkan oleh satu orang atau dua orang atau lebih, yang tidak terpenuhinya syarat masyhur dan mutawatir. Pembagian hadits dilihat dari penerimaan dan penolakan : 1. Hadist shahih, yaitu hadist yang sanadnya muttasshil (bersambung) sampai kepada Nabi Muhammad SAW., melalui rawi-rawi dengan karakteristik moral yang baik ( adl) dan tingkat kapasitas intelektual yang mumpuni, tanpa ada kejanggalan dan cacat, baik dalam matan maupun sanadnya. 2. Hadist hasan, yaitu hadist yang diriwayatkan oleh perawi yang adil, tapi tidak begitu kuat hafalannya, bersambung sanadnya, dan tidak terdapat illah, serta kejanggalan dalam matannya. Hadist hasan termasuk hadist maqbul. Biasanya hadist ini dijadikan hujjah untuk hal-hal yang tidak terlalu berat atau terlalu penting. 3. Hadist dha if, ialah hadist yang tidak bersambung sanadnya dan diriwayatkan oleh orang yang tidak adil dan tidak dhobit, syadz dan cacat. Menurut Imam Nawawi, yaitu hadist yang tidak memenuhi kualifikasi hadist shahih maupun hadist hasan. Dilihat dari gugurnya perawi, maka hadist dibagi menjadi : Hadist yang terputus sanadnya Mu allaq : hadist yang dari permulaan sanadnya gugur seorang rowi atau lebih, dengan berturut-turut Mursal Mudallas Munqathi Mu dhal : Hadits yang gugur pada akhir sanadnya setelah tabi in. : Hadits yang menyembunyikan cacat dalam sanad, : satu hadist yang di tengah sanadnya gugur seorang rowi atau beberapa rowi, tetapi tidak berturut-turut. : hadist yang ditengah sanadnya gugur dua rowi atau lebih dengan berturutturut. Hadist yang cacat perawinya

11 Maudhu Matruk : hadits dusta yang dibuat-buat dan dinisbahkan kepada rasulullah(perawi berdusta) : hadits yang diriwayatkan oleh periwayat yang tertuduh sebagai pendusta. Mungkar : hadits yang seakan mengingkari atau berlawanan dengan hadits lain yang lebih kuat. Mu allal : hadits yang setelah dilihat dengan lebih teliti terdapat cacat atau aib yang menggugurkan kesahihannya, meskipun secara dhohir terlihat selamat dari cacat tersebut. Mudhthorib : hadist yang diriwayatkan dengan berbagai riwayat versi beragam yang mempunyai kekuatan yang sama atau berimbang, yang tidak memungkinkan untuk digabungkan ( al-jam ) antara keduanya, dan tidak memungkinkan pula ditarjih (dipilih) salah satu dari keduanya. Munqalib/maqlub : hadis yang diriwayatkan dengan cara menganti kata-kata lain baik pada sanad maupun muatannya Mudraj : hadis yang bentuk sanadnya diubah atau ke dalam matannya dimasukkan sesuatu kata atau dua kalimat yang sebetulnya bukan bagian dari hadis tersebut tanpa ada tanda pemisah. Syadz : hadits yang diriwayatkan oleh seorang yang tsiqoh namun bertentangan dengan hadits lain yang riwayatnya lebih kuat dan perawinya lebih tsiqoh Nasikh dan Mansukh Secara etimologis, nasakh berarti membatalkan, dan menghapus, sedangkan menurut Al- Barizi, nasakh secara etimologis berarti mengganti. Secara terminologis, nasakh yaitu pembatalan mengamalkan hukum syara oleh dalil yang datang kemudian. 2 pendapat ulama tentang nasakh, yaitu: Pendapat yang menerima Karena ada nash Al-Qur an yang menjelaskan adanya nasakh, yaitu dalam surat Al Baqarah ayat 106 : Ayat mana saja yang kami nasakh kan, atau kami jadikan manusia lupa kepadanya, kami datangkan yang lebih baik daripadanya atau yang sebanding dengannya. Tidakkah kamu mengetahui bahwa sesungguhnya Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu. Karena terkadang ada dua dalil yang seakan-akan bertentangan dan keduanya tidak bisa digabung dan/atau dikompromikan.

12 Allahlah yang membuat syariat, maka Allah pulalah yang berhak menghapus, membatalkan, atau menggantinya. Hal ini dijelaskan dalam surat An-Nahl ayat 101 : Dan apabila kami letakkan suatu ayat di tempat ayat yang lain sebagai penggantinya, padahal Allah lebih mengetahui apa yang diturunkannya, mereka berkata : sesungguhnya kamu adalah orang-orang yang mengada-adakan saja, bahkan kebanyakan mereka tiada mengetahui Pendapat yang menolak Surat Al-Kahfi ayat 27 : Dan bacakanlah apa yang diwahyukan kepadamu, yaitu kepada kitab Tuhanmu (Al Qur an). Tidak ada (seorangpun) yang dapat merobah kalimat-kalimat Nya. Dan kamu tidak akan dapat menemukan tempat berlindung selain daripada nya. Kalau ada nasakh dalam Al-Qur an akan mengakibatkan hilangnya sifat kemukjizatan Allah. Sesungguhnya dua ayat yang bertentangan dapat dikompromikan, karena yang demikian itu hanya berbeda di dalam lafalnya saja, tetapi intinya (makna) sama. Tidak ada hikmah dan manfaatnya dalam nasakh. Macam-Macam Nasakh A. Abdul Wahab Khallaf membagi nasakh kepada : Nasakh sharih (nasakh yang jelas), yaitu nasakh yang telah diterangkan dengan jelas dalam nash.contoh dalam surat Al Anfal ayat : Nasakh Al Dhamani, yaitu Allah tidak menerangkan dengan jelas, bahwa ayat itu telah dihapus secara zahir seakan-akan bertentangan, dan tidak mungkin dikompromikan kedua dalil tersebut, maka solusinya ayat yang datang belakangan dihapus (di nasakh) dengan ayat yang datang kemudian. Contoh yang terdapat dalam surat Al Baqarah ayat 180 B. Berdasarkan Muhammad bin Sholeh al Utsaimin : Yang di nasakh adalah hukumnya, lafalnya tetap. Contoh nya terdapat dalam surat Al Anfal ayat 65-66: Lafalnya telah di nasakh, tetapi hukumnya tetap berlaku.contohnya adalah ayat tentang hukuman rajam. Lafal ayat tersebut telah di-nasakh, akan tetapi hukumnya tetap berlaku Yang di nasakh hukumnya dan lafalnya.contohnya, perkataan Aisyah tentang persusuan :Menurut Aisyah r.a., dahulu tatkala Al Qur an diturunkan, sepuluh kali susuan itu menyebabkan mahram, kemudian dihapus menjadi lima kali susuan C. Dalam pembagian lain, nasakh dibagi lagi menjadi :

13 Al Qur an me-nasakh Al Qur an. Contohnya terdapat dalam surat Al Baqarah ayat 187 Sunnah me-nasakh Al Qur an Al Qur an me-nasakh Sunnah Syarat-syarat terjadinya nasakh, yaitu : Nash yang seakan-akan bertentangan tidak bisa digabungkan atau dikompromikan. Harus diketahui mana nash yang datang lebih dahulu, dan mana nash yang datang kemudian. Nash yang datang lebih dahulu disebut mansukh dan ayat yang datang kemudian disebut nasikh. Nash nya harus shahih, karena menurut jumhur ulama, nasikh harus lebih kuat dari mansukh atau semisal/sederajat dengannya. Sehingga menurut mereka dalil mutawatir tidak bisa di-nasakh dengan dalil ahad, walaupun dalil ahad itu shahih. Yang disebut matan ialah materi atau lafazh hadits itu sendiri, yang penulisannya ditempatkan setelah sanad dan sebelum rawi. Secara temionologis,difinisi sanad ialah : silsilah orang-orang yang mehubungkan kepada matan hadis. Ta arudh Secara etimologis, ta arudh berarti bertentangan. Secara terminologis, ta arudh berarti pertentangan dua dalil, antara satu dalil berbeda/bertentangan dengan dalil lainnya. Unsur-unsur Ta arudh: Bahwa dalil yang bertentangan memiliki tingkatan kekuatan yang sama, dalam arti yang satu tidak lebih kuat dari yang lain, misalnya sama-sama ayat Al Qur an, samasama hadist mutawatir, atau sama-sama hadis ahad. Hukum yang lahir dari kedua dalil tersebut saling bertentangan, misalnya dalil yang satu menunjuk haram, dalil yang satu menunjuk halal. Dalil yang bertentangan tersebut memiliki kesamaan dari segi waktu munculnya. Dengan demikian, pertentangan tidak terjadi jika terdapat perbedaan waktu datangnya dalil. Dalil yang bertentangan memiliki kesamaan baik pada segi materinya maupun pada segi sifatnya. Misalnya, tingkat kejelasan makna kedua dalil tersebut sama-sama pada tingkat mujmal, atau sama-sama pada tingkat zahir. Cara menyelesaikan Ta arudh : Terjadi perbedaan pendapat mengenai urutan metode penyelesaian dalil ta arudh. Menurut Hanafiyah dan Hanabilah : Nash wa Mansukh Tarjih al jam u wal tarjih Tasaqut ad Dalalain

14 Sedangkan menurut Syafi iyah dan Malikiyyah, yang juga terdapat dalam kitab Wahbah az Zuhaili : al jam u wal tarjih Tarjih Nash wa Mansukh Tasaqut ad Dalalain Contoh dalil Al Qur an yang bertentangan (ta arudh) adalah; و ال ذ ين ي ت و ف و ن م نك م و ي ذ ر ون أ ز و اج ا ي ت ر ب ص ن ب أ نف س ه ن أ ر ب ع ة أ ش ه ر و ع ش ر ا ف إ ذ ا ب ل غ ن أ ج ل ه ن ف ال ج ن ا ح ع ل ي ك م ف يم ا ف ع ل ن ف ي أ نف س ه ن ب ال م ع ر وف و هللا ب م ا ت ع م ل ون خ ب ير }234{ "Orang-orang yang meninggal dunia di antaramu dengan meninggalkan istri-istri (hendaklah para istri itu) menangguhkan dirinya (ber'iddah) empat bulan sepuluh hari...." (Al-Baqarah: 234) Dan firman Allah swt. Lainnya و الالئ ي ي ئ س ن م ن ال م ح يض م ن ن س ائ ك م إ ن ار ت ب ت م ف ع د ت ه ن ث الث ة أ ش ه ر و الالئ ي ل م ي ح ض ن ح م ل ه ن و م ن ي ت ق ا لل ي ج ع ل ل ه م ن أ م ر ه ي س ر ا }4 } و أ والت األح م ال أ ج ل ه ن أ ن ي ض ع ن.. Dan perempuan-perempuan yang hamil, waktu iddah mereka itu ialah sampai mereka melahirkan kandungannya. " (At Thalaq: 4) 1. Dengan menggabungkan dan mengkompromikan (al jam u wal al taufiq) Ayat pertama bersifat umum, yaitu setiap perempuan yang ditinggal mati suaminya, baik hamil atau tidak hamil wajib beriddah selama empat bulan sepuluh hari. Ayat kedua juga bermakna umum, yaitu setiap wanita hamil yang ditinggal mati suaminya atau bercerai hidup wajib beriddah sampai melahirkan kandungannya. Dengan demikian, sepintas terbaca dari kedua ayat tersebut saling bertentangan. Namun pertentangan itu, seperti dikemukakan oleh Abdul Karim Zaidan, ahli usul fiqh dari irak, dapat dikompromikan sehingga keduanya berfungsi. Keduanya dikompromikan dengan menyatakan bahwa iddah perempuan hamil yang ditinggal mati suaminya adalah masa terpanjang dari dua bentuk iddah yang disebut oleh kedua ayat di atas, yaitu sampai melahirkan atau 4 bulan 10 hari. Artinya jika perempuan itu melahirkan sebelum samapai 4 bulan 10 hari sejak suaminya meninggal, maka iddahnya menunggu 4 bulan 10 hari, dan jika sampai 4 bulan 10 hari, perempuan itu belum juga melahirkan, maka iddahnya sampai ia melahirklan. 2. Mentarjih : adalah menguatkan salah satu dari dua dalil yang bertentangan. Contoh dalil yang perlu ditarjih ف إ ذ ا ب ل غ ن أ ج ل ه ن ف أ م س ك وه ن ب م ع ر وف أ و ف ار ق وه ن ب م ع ر وف ك ان ي ؤ م ن ب ا ل ل و ال ي و م اآلخ ر و م ن ي ت ق ا ل ل ي ج ع ل ل ه م خ ر ج ا و أ ش ه د وا ذ و ي ع د ل م ن ك م و أ ق يم وا الش ه اد ة ل ل ذ ل ك م ي وع ظ ب ه م ن

15 dan persaksikanlah dengan dua saksi yang adil diantara kamu (At Thalaq :2) Dan firman Allah swt. Lainnya و ال ذ ين ي ر م ون ال م ح ص ن ات ث م ل م ي أ ت وا ب أ ر ب ع ة ش ه د اء ف اج ل د وه م ث م ان ين ج ل د ة و ال ت ق ب ل وا ل ه م ش ه اد ة أ ب د ا و أ ول ئ ك ه م ال ف اس ق و ن.dan janganlah kamu menerima kesaksian mereka buat selama-lamany... (An Nur : 4) Ayat pertama adalah nash yang mufassar, mengandung kemungkinan bahwa kesaksian orang yang menuduh orang lain bebuat zina tanpa bukti, apabila telah bertaubat. Karena setelah bertaubat, orang tersebut termasuk kategori orang adil. Sedangkan ayat kedua merupakan nash yang muhkam, karena ada penegasan kata selama-lamanya. Konsekuansinya kesaksian penuduh zina tetap tidak dapat diterima selama-lamanya. Meskipun ia telah bertaubat dan diakui keadilan sikapnya. Dengan demikian keduanya saling bertentangan. Akan tetapi mengingat ayat pertama termasuk mufassar dan ayat kedua termasuk muhkam, maka yang pertama dikalahkan oleh yang kedua. Berdasarkan pentarjihan itu, kesaksian orang tersebut tetap ditolak. 3. Dengan metode al nasakh : Meneliti mana diantara kedua dalil itu yang lebih dahulu turun atau di tetapkan, jika tidak ada peluang untuk mentarjih. Jika diketahui, maka dalil yang terdahulu dianggap telah di-nasikh oleh dalil yang kemudian. 4. Tasaaqut ad-dalalain. Jika tidak mungkin diketahui mana yang terdahulu, maka kedua dalil itu tidak dapat digunakan. Dalam keadaan demikian, seorang mujtahid hendaklah merujuk kepada dalil lain yang lebih rendah bobotnya seperti hadits, qiyas atau ijma ulma. PERTEMUAN 3 ATURAN INTERPRETASI TEKS: MENURUNKAN HUKUM DARI SUMBER-NYA Pengertian Tafsir dan Ta wil Secara bahasa tafsir berasal dari kata Al-Fasru yaitu menyingkap sesuatu yang ditutup. Menurut Az-Zarkasyi, Tafsir adalah ilmu untuk memahami Kitabullah yang diturunkan kepada Muhammad, menerangkan makna-maknanya serta mengeluarkan hukum dan hikmah-hikmahnya. Secara bahasa ta wil berasal dari kata a-u-l yang berarti kembali ke asal. Atas dasar ini maka ta wil al-kalam (penakwilan terhadap suatu kalimat), Dan menurut istilah adalah suatu makna yang menjadi tempat kembali perkataan pembicara, atau suatu makna yang kepadanya suatu kalam dikembalikan. Tafsir memiliki arti penjelasan sedangkan Ta wil memiliki arti interpretasi yang mengandung kiasan. Tafsir pada bertujuan untuk menjelaskan arti dari teks tertentu dan menurunkan hukum darinya dalam batasan-batasan kata dan kalimat di dalamnya(eksplisit). Sedangkan Ta wil, memiliki arti harfiah dalam kata-kata dan

16 kalimat yang dibaca sebuah arti tersembunyi dimana selalu berdasarkan alasan yang spekulatif dan ijtihad(implisit). tafsir adalah apa yang telah jelas di dalam Kitabullah atau tertentu (pasti) dalam Sunnah yang sahih karena maknanya telah jelas dan gamblang. Sedangkan ta wil adalah apa yang disimpulkan para ulama Metode Istinbath Hukum Melalui Pendekatan Bahasa Metode istinbath hukum melalui pendekatan bahasa, meliputi pokok bahasan sebagai berikut: Lafal dari segi shighat taklif Terbagi atas 1. Amr( Perintah) Amr / perintah yaitu lafadz yang menunjukan permintaan dari pihak yang lebih tinggi kepada pihak yang lebih rendah. Shighat-shigat yang menunjukan amr adalah sebagai berikut : a) Fi il amr, seperti dalam ayat al-qur an : ياأيها الذين أمنوا هللا اتقوا هللا حق تقاته وال تموتن إال وأنتم مسلمون Lafadz اتقوا adalah fi il amr yang berarti bertakwalah, yang berarti perintah atau kewajiban bertakwa kepada allah b) Sighat mudhari' yang disertai lam amr seperti dalam ayat al-qur an : لينفق ذو سعة من سعته Lafadz adalahلينفق fi il mudhari' yang disertai lam amr yang berarti perintah atau kewajiban orang kaya untuk menginfakan sebagian hartanya. c) Sighat jumlah khobariyah yang bermakna permintaan (thalab), seperti dalam ayat al-qur an : والوالدات يرضعن أوالدهن حولين كاملين Lafadz يرضعن adalah sighat jumlah khobariyah yang berarti perintah atau kewajiban bagi setiap keluarga atau ibu (menyusui) untuk menyusui anak selama 2 tahun. Dilalah Amr (makna setiap ungkapan perintah) Menurut mayoritas ulama, kaidah ushul / ketentuan yang berlaku adalah: Setiap amr (ungkapan perintah) menunjukan makna wajib, selama tidak ada dalil yang menunjukan makna selain wajib. 2. Nahi(Larangan) Nahyi / larangan yaitu lafadz yang menunjukan larangan untuk dikerjakan. Shigat-shigat yang menunjukan nahyi adalah sebagai berikut :

17 a. Fi il nahyi (la taf'al), seperti dalam ayat al-qur an : وال تأكلوا أموالكم بينكم بالباطل Lafadz تأكلوا adalahوال fi il nahyi yang berarti larangan memakan harta dengan cara bathil. b. Lafadz tahrim, seperti dalam ayat al-qur an : حرمت عليكم الميتة والدم... Lafadz berartiحرمت larangan untuk memakan bangkai, darah... c. Nafyu al Hal (tidak halal untuk dilakukan), seperti dalam ayat al-qur an: ياأيها الذين أمنوا ال يحل لكم أن ترثوا النساء كرها Lafadz يحل ituال berarti maknanya larangan. d. Perintah untuk meninggalkan suatu pekerjaan, seperti dalam ayat al- Qur an : فاجتنبوا الرجس من األوثان واجتنبوا قول الزور Lafadz فاجتنبوا itu berarti larangan berkata kotor. Dilalah Nahi (makna setiap ungkapan perintah) : Menurut mayoritas ulama, kaidah ushul yang beraku adalah setiap Nahyi menunjukan makna haram dan larangan melakukan hal dilarang selama tidak ada dalil yang menunjukan makna lain Lafal dari segi kandungan pengertian 1. Am Secara etimologis, am berarti mencakup dan meliputi. Sedangkan secara terminologis (istilah) ushul fiqig, yaitu: Lafal yang meliputi semua pengertian yang patut baginya pada satu kata. Shighat-shigatnya adalah sebagai berikut : كل seperti: عامة كافة :كل جميع معشر معاشر Lafadz-lafadz Jama' seperti امرئ بما كسب رهين قد أفلح المؤمنون seperti: Lafadz Jama' dengan alif lam atau idhafah, والسارق والسارقة seperti: Lafadz mufrad dengan alif lam atau idhafah, فاقطعوا أيديهما ال وصية seperti: Lafaz Nakirah dalam siyaq nafi atau nahi atau syart, لوارث وأحل لكم ما وراء ذلكم: seperti Asma Mausuhulah seperti, ma, man, alladzi, فمن شهد منكم الشهر فليصمه: dalam Asma Syarth seperti, Ai, Aina, seperti أين ما كنتم تدعون من دون هللاseperti Asma istifham seperti, mata, madza, 2. Khas dan Takhshish

18 Secara etimologis, khas (khusus) yaitu lawan dari umum. Sedangkan secara terminologis yaitu: Lafal yang menunjukkan atas sesuatu yang terbatas dengan orang tertentu atau bilangan tertentu, seperti nama-nama, istilah dan bilangan. Secara etimologis, takhshish yaitu lawan dari ta mim. Sedangkan secara terminologis, takhshish yaitu: Mengeluarkan bagian dari anggota (satuan) yang umum. Dalil takhshish terbagi kepada dua macam, yaitu: Muttashil (bersambung) yaitu yang tidak berdiri sendiri Munfashil (terpisah) yaitu yang berdiri sendiri Kaidah ushul yang berlakua untuk lafadz jama adalah Lafadz menunjukan makna umum selama belum ada pengkhususan (takhshih). Jika ada nash yang mentakhsisnya, maka makna yang jadi rujukan adalah nash yang mentakhsisnya. 3. Mutlaq Lafadz Muthlaq yaitu lafadz yang menunjukan makna umum (yang tidak tertentu dan tidak disifati). 4. Muqayyad Lafadz Muqayyad yaitu lafadz yang menunjukan makna tertentu dan disifati. Seperti طالب مجد (pelajar yang sugguh-sungguh). Dilalah muthlak dan muqayyad Lafadz mutlak bermakna muthlaq (umum) sebelum ada yang membatasinya. Lafadz muqayad bermakna khusus sebelum ada penghapusan batasan tersebut. Lafal dari segi kejelasan artinya 1. Nash : Lafal yang menunjukkan artinya sebagai dalil yang tidak ada kemungkinan untuk ditakwil. 2. Zahir : Lafal yang mengandung dua kemungkinan makna, namun salah satu di antara keduanya lebih jelas. 3. Mujmal : Lafal yang tidak diketahui maksudnya kecuali dengan bantuan lafal lain. Terkadang dari aspek ketentuannya, sifatnya atau kadarnya. 4. Mubayyan: Lafal yang dapat dipahami maksudnya, terkadang dengan makna aslinya atau setelah dijelaskan maknanya. 5. Mufassar : Suatu lafal yang menunjukkan dengan sendirinya makna yang terinci, yang tidak mungkin ditakwil. 6. Muhkam : Suatu lafal yang menunjukkan atas maknanya yang tidak mungkin menerima pembatalan, pergantian dan takwil, karena dalilnya telah jelas dengan sendirinya Lafal dari segi tidak terang artinya

19 1. Khafi : Lafal yang menunjukkan maknanya sebagai dalil yang jelas, tetapi dalam praktik maknanya atas sebagian satuan mengandung kesamaran yang membutuhkan kepada analisa dan pemiki 2. Musykil : Bentuk lafal yang tidak menunjukkan kepada maksudnya, tetapi dapat diketahui melalui Qarinah (indikasi) luar yang menjelaskan maksudnya. 3. Mutasyabih : Lafal yang tidak ditunjukkan oleh lafalnya itu sendiri kepada maksudnya itu dan tidak terdapat indikasi luar yang menerangkannya, hanya Allah yang mengetahuinya dan lafal tersebut tidak bisa diinterpretasikan. 4. Musytarak : Lafal yang digunakan untuk dua arti atau lebih dengan penggunaan yang bermacam-macam PERTEMUAN 4 ATURAN INTERPRETASI TEKS: al-dalalat (Implikasi Tekstual) Dengan referensi dari aturan Al Qur an dan Sunnah, ulama ushul fiqh membedakan beberapa bentuk dari arti/makna yang mungkin disampaikan oleh suatu nash. Hanafi membedakan 4 level arti/makna, yaitu ibarah al-nass, isharah al-nass, dalalah alnass, iqtida' al- Ibarah al-nashs dikenal juga dengan mantuq sharih dalam kalangan Hanafiyah.Mantuq sharih, yaitu sesuatu yang diucapkan secara tegas. Contohnya dalam surat An-Nisa ayat 3 Dalalah al-isyarah yaitu suatu pengertian yang ditunjukkan oleh suatu redaksi, namun bukan pengertian aslinya, tetapi merupakan suatu kemestian atau konsekuensi dari hukum yang ditunjukkan oleh redaksi itu.contohnya dalam surat Al-Ahqaf ayat 15 Dalalat al nashsh berasal dari analogi dan identifikasi dari illah yang biasa terjadi di antara makna yang eksplisit dan makna yang berasal dari indikasi. Beberapa ulama menyebutkan bahwa Dalalat al nashsh sama dengan qiyas jali. Dalalah al-iqtidha, yaitu pengertian kata yang disisipkan secara tersirat (dalam pemahaman) pada redaksi tertentu yang tidak bisa dipahami secara lurus kecuali dengan adanya penyisipan itu. Dalalah al-iqtidha terbagi kepada tiga macam, yaitu : 1) Suatu lafal yang mengungkapkan tunjukan maknanya yang tersembunyi bersifat wajib agar makna lafal tersebut menjadi benar. Contohnya hadist Rasulullah SAW : Tidak ada wasiat kepada ahli waris (HR. Bukhari) lafal tersebut penunjukkan maknanya tidak jelas. Oleh karena itu, agar penunjukkan makna lafal itu menjadi sempurna, harus ditunjukkan maknanya yang tersembunyi, yaitu sah, sehingga berbunyi :

20 Tidak sah wasiat kepada ahli waris 2) Suatu lafal yang tunjukan maknanya yang tersembunyi wajib dikemukakan berdasarkan konsekuensi pertimbangn logis. Contohnya dalam surat Yusuf ayat 82: Dan tanyalah (penduduk) negeri yang kami berada disitu, dan kafilah yang kami datang bersamanya, dan sesungguhnya kami adalah orang-orang yang benar. Dalam ayat di atas, diperintahkan untuk bertanya kepada negeri, padahal negeri itu tidak bisa ditanya karena benda mati. Agar tunjukan makna lafal ini dapat dipahami dengan benar, harus dimunculkan makna yang tidak terungkap pada lahirnya, yaitu kata penduduk negeri sehingga berbunyi tanyalah penduduk negeri 3) Suatu lafal yang tunjukan maknanya wajib ditakdirkan berdasarkan konsekuensi syara Contohnya dalam surat Al-Baqarah ayat 178 Logika terbalik (Mafhum al-mukhalafah) Mafhum al-mukhalafah yaitu pengertian kebalikan dari pengertian lafal yang diucapkan. Ulama ushul membagi Mafhum al-mukhalafah kepada: Mafhum ash-shifah (Implication of the Attribute) Contohnya : Zakat binatang ternak, apabila telah mencapai 40 ekor kambing (HR. Malik dan Abu Daud) Hadist di atas menggunakan lafal (yang diternak di padang rumput lepas tanpa perlu diambilkan makanannya), jika dipahami secara mafhum mukhalafah, maka binatang ternak (yang diambilkan makanannya), maka tidak ada kewajiban menzakatkan ternak kambing yang ma lunah*. hadist di atas menurut jumhur ulama menunjukkan dua hukum. Pertama, hukum yang ditarik melalui mantuq, yaitu berupa kewajiban membayar zakat ternak kambing assimah. Kedua, hukum yang ditarik melalui mafhum mukhalafahnya, yaitu tidak ada kewajiban menzakatkan ternak yang ma lufah (yang diambilkan makanannya). Hukum yang disebut kedua ini, yaitu tidak wajib menzakatkan kambing yang ma lunah, disepakati sebagian ulama Hanafiah. Mafhum al-ghayah (Implication of the Extent) Contohnya yaitu surat Al-Baqarah ayat 187 : Dan makan minumlah hingga terang bagimu benang putih dari benang hitam, yaitu fajar. Contoh lainnya, yaitu : Tidak wajib mengeluarkan zakat sampai mencapai setahun Mafhum asy syarat (Implication of the Condition)

21 Contohnya dalam surat Ath-Thalaq ayat 6 Mafhum al- adad (Implication of the Stated Number) Contohnya yaitu surat An Nur ayat 2: Perempuan yang berzina dal laki-laki yang berzina, maka deralah tiap-tiap seorang dari keduanya seratus kali dera, dan janganlah belas kasihan kepada keduanya mencegah kamu untuk (menjalankan) agama Allah, jika kamu beriman kepada Allah, dan hari akhirat, dan hendaklah (pelaksanaan) hukuman mereka disaksikan oleh sekumpulan orang-orang yang beriman. Berdasarkan mafhum al-adad yang terdapat pada ayat di atas, maka tidak sah deraan yang kurang atau lebih dari 100 kali. Mafhum laqab Contohnya hadist berikut : Janganlah kalian menjual emas dengan emas kecuali sama-sama jenisnya (HR Muslim) Secara mafhum laqab, boleh jual beli sejenis, bila bukan emas. QIYAS PERTEMUAN 5 Pegertian Qiyas Qiyas memiliki arti mengukur panjang dan lebar atau kualitas dari sesuatu. Qiyas adalah perluasan dari nilai syariah dari kasus asli (asl) kepada kasus baru disebabkan kasus baru memiliki penyebab efektif yang sama dengan kasus asli. Rukun-Rukun Qiyas Kasus asli (asl) : Dimana sebuat peraturan diberikan dalam teks yang dicari oleh analogi untuk memperluas kepada sebuah kasus baru Asl mempunyai dua arti. Pertama merujuk kepada sumber (Quran dan sunnah). Kedua arti dari Asl itu subjek sesuatu yang diberi peraturan Kasus baru (far ) : Dimana sebuah peraturan dibutuhkan Kasus baru harus memenuhi 3 kondisi ini: 1. Kasus baru tidak boleh teratasi oleh Quran dan sunnah ataupun Ijma.

22 2. Penyebab efektif dari analogi harus dapat diaplikasikan kepada kasus baru dengan jalan yang sama yang dilakukan pada kasus asli. 3. Aplikasi qiyas kepada kasus baru harus tidak menghasilkan perubahan dalam hukum yang ada di Quran dan sunnah (qiyas tidak boleh melawan aturan yang ada di Quran dan sunnah) Penyebab efektif (illah): Dimana sebuah atribut (wasf) dari asl dan ditemukan sebagai hal yang umum untuk kasus asal dan kasus baru Kondisi penyebab efektif harus mengikuti 5 hal: 1. Berdasarkan pendapat jumhur ulama, illah harus sebuah atribut yang konstan (mundabit) yang dapat diaplikasikan ke semua kasus tanpa dipengaruhi oleh perbedaan orang, waktu, tempat dan keterbatasan. 2. Penyebab efektif harus jelas (zahir), bukan sesuatu yang tidak jelas seperti kesengajaan, goodwill, dan lain-lain. 3. Illah harus merupakan atribut yang tepat dan mempunyai hubungan yang beralasan kepada hukum dari Quran dan sunnah. 4. Illah harus sesuatu yang membutuhkan objek (muta addi) 5. Harus bukan sebuah atribut yang melawan Quran dan sunnah. Peraturan (hukm) : Mengatur kasus asli yang diperluas menjadi kasus baru Hukm harus memenuhi 4 kondisi ini: 1. Hukm harus merupakan sebuah peraturan syariah yang bersifat praktis 2. Hukm harus rasional atau dapat dimengerti alasan atau penyebab diberlakukannya 3. Hukm harus tidak terbatas pada situasi pengecualian atau pernyataan parsial dari suatu urusan. 4. Hukum dari teks harus merepresentasikan asal dari peraturan umum dari qiyas pada tempat pertama. Ilustrasi Qiyas

23 Ayat tersebut secara eksplisit melarang meminum khamr. Apabila pelarangan ini diperluas dengan analogi kepada obat-obatan terlarang, empat pilar analogi dalam contoh ini akan menjadi: Asl :Minum Khamr Far :Konsumsi obat-obatan terlarang Illah :Efek memabukkan Hukm :Pelarangan Jenis-Jenis Qiyas 1. Analogi yang superior (Qiyas al-awla).contoh dalam QS: al-isra ayat Analogi persamaan (Qiyas al-musawi). Contoh dalam QS: an-nisa ayat 2 yang melarang manusia untuk memakan harta anak yatim. 3. Analogi yang inferior (Qiyas al-adna). Contoh dalam QS: al-maidah ayat 90 tentang larangan minum kahamr dengan illat memabukkan. 4. Analogi yang jelas (Qiyas Jali). Contoh dalam QS : an-nisa ayat 101 tentang diperbolehkannya mengqashar shalat dalam bepergian baik untuk laki-laki maupun perempuan. 5. Analogi yang tersembunyi (Qiyas Khafi). Bukti (Hujjiyyah) Qiyas Ayat yang mendukung adanya qiyas, salah satunya QS: an-nisa ayat 150 Sebuah penilaian yang diberikan harus berdasarkan oetunjuk yang Allah jelaskan. Quran selalu mengindikasikan rasionalisasi dari hukum itu sendiri. Contohnya zakat mengurangi konsentrasi kekayaan di orang-orang tertentu. Ada dua jenis indikasi dalam sunnah: Pandangan Pertama: Qiyas adalah sebuah bentuk ijtihad yang tervalidasi dalam hadits Muadz bin Jabal. Sunnah menghasilkan fakta bahwa Rasulullah terpaksa menggunakan penalaran analogis ketika beliau tidak menemukan wahyu pada kasus tertentu.

24 Qiyas hanya digunakan apabila tidak ada peraturan eksplisit yang ditemukan di dalam sumber, sehingga pertanyaan bagaimana jika ada konflik yang timbul antara nash dan qiyas, bukan sebuah pertanyaan yang relevan. Pandangan kedua : Dimana dipegang oleh Imam Malik, juga mengeluarkan kemungkinan adanya konflik diantara qiyas dan nash tapi tidak menolak bahwa ada kemungkinan teks yang spekulatif dengan qiyas. Berdasarkan pandangan ini, analogi menjadi konflik dengan keumuman dari Quran. Hanafi berpendapat bahwa keumuman adalah implikasi definitif (qat I al-dalalah) dimana qiyas bersifat spekulatif. Ijtihad Secara etimologis menurut Loweis Ma luf, ijtihad adalah bersungguh-sungguh sehabis usaha. Ijtihad adalah pengerahan daya nalar secara maksimal, usaha ijtihad dilakukan oleh orang yang telah mencapai derajat tertentu di bidang kelilmuan disebut faqih, produk atau usaha yang diperoleh dari ijtihad adalah dugaan kuat tentang hukum yang bersifat amaliah, ijtihad ditempuh dengan cara-cara istinbath. Para ahli ushul fiqih sepakat bahwa lapangan ijtihad hanya berlaku dalam kasus yang tidak terdapat dalam nash atau yang terdapat dalam teks Quran dan sunnah yang masuk ke dalam kategori zhanni al-dalalat. Syarat-Syarat Berijtihad Menurut Prof. Satria Efendi M. Zein, syarat yang harus dimiliki oleh seorang mujtahid: Mengerti dengan makna-makna yang dikandung oleh ayat-ayat dalam Quran baik secara bahasa maupun secara istilah Mengetahui hadits-hadits hukum baik secara bahasa maupun dalam pemakaian syara Mengetahui ayat atau hadits mana yang tidak berlaku lagi Mempunyai pengetahuan masalah yang menjadi ijma Mengetahui seluk beluk qiyas Menguasai bahasa Arab serta ilmu yang berhubungan Menguasai ushul fiqih Mengetahui maqashid syariah Tingkatan Ijtihad

25 Menurut Abu Zahrah, mujtahid terbagi menjadi beberapa tingkatan yaitu: Mujtahid mustaqil (independen). Mujtahid ini adalah tingkatan tertinggi, seseorang harus memenuhi syarat-syarat diatas. Contoh orang dalam tingkatan ini adalah imam mujtahid yang empat orang. Mujtahid muntashib fi al-mazhab. Mujtahid tingkat ini mampu merumuskan sendiri akan tetapi berpegang pada mazhab tertentu. Contoh: Qadhi Abu Yusuf Mujtahid fi al-mazhab. Tingkatan mujtahid yang bertaqlid pada imam mujtahid tertentu. Mujtahid fi al-tarjih (ijtihad intiaq i). Mujtahid yang kegiatannya memperbandingkan berbagai mazhab atau pendapat dan mempunyai kemampuan mentarjih salah satu pendapat terkuat dengan metode tarjih. Pembagian Ijtihad dari Proses Kerja Menurut al-syatibi, ijtihad dilihat dari segi proses kerjanya dapat dibagi menjadi dua bentuk: Ijtihadi istinbathi yaitu upaya untuk meneliti illah yang dikandung oleh nash. Ijtihad tatbiqi yaitu upaya untuk meneliti suatu masalah dimana hukum hendak diidentifikasi dan diterapkan sesuai dengan ide yang dikandung oleh nash. Ijtihad yang kedua ini disebut tahqiq al-manat, berfokus pada mengaitkan kasus-kasus yang muncul dengan kandungan makna yang ada di dalam nash Pembagian Ijtihad dari Mujtahid dalam melakukan Ijtihad\ Pertama, kelompok tradisional yaitu usaha menggali hukum yang lebih berorientasi pada ungkapan-ungkapan yang tersurat dalam Quran dan Sunnah. Kelompok ini biasanya disebut dengan ahl al-hadits. Kedua, kelompok rasional, yaitu upaya menggali dan menetapkan hukum yang lebih berorientasi kepada akal. Hal ini didasarkan kepada pemahaman bahwa hukum merupakan sesuatu yang kepentingannya dapat ditelaah dengan memerhatikan aspekaspek kemaslahatan. Kelompok ini biasanya disebut dengan ahl ar-ra yi Metode Ijtihad Ijtihad Bayani. Yaitu metode analisis kebahasaan untuk memberikan penjelasanpenjelasan terhadap makna teks Quran dan Sunnah.

26 Ijtihad Ta lili/qiyasi. Yaitu memberi segala daya kesungguhan untuk memperoleh suatu hukum yang tidak ada padanya nash qath i, nash dzanni dan tidak ada pula ijma. Ijtihad Istishlahi. Yaitu memberikan segala daya kesungguhan untuk memperoleh hukum-hukum syara dengan jalan menerapkan kaidah-kaidah kulliyah. Hukum Melakukan Ijtihad dan Fatwa Orang yang mampu melakukan ijtihad maka ia berkewajiban berijtihad (berfatwa). Karena itu mufti berkewajiban, ketika ia satu-satunya yang ada di lokasi tertentu, untuk mengeluarkan fatwa dan mengajar kapan saja ia diminta untuk melakukan itu. Berdasarkan keterangan diatas maka hukum berfatwa adalah fardhu kifayah. Produk Ijtihad Taqlid Fiqih Qanun (Undang-Undang) Qadha i (Putusan Pengadilan) Fatwa (Pendapat Hukum) Secara etimologis taqlid yaitu meletakkan sesuatu di lehernya dengan mengitarinya seperti kalung. Secara terminologis yaitu Mengikuti perkataan seseorang yang perkataannya bukan hujjah. Dalam masalah taqlid dalam bidang furu iyah, Ibnu Subki mengelompokkan umat kepada 4 kelompok: Orang awam yang tidak mempunyai keahlian sama sekali Orang alim namun belum mencapai tingkat mujtahid Orang yang mampu melakukan ijtihad namun baru sampai ke tingkat dugaan kuat (zhann) Mujtahid PERTEMUAN 6 METODE PENETAPAN HUKUM LAINNYA

Sunnah menurut bahasa berarti: Sunnah menurut istilah: Ahli Hadis: Ahli Fiqh:

Sunnah menurut bahasa berarti: Sunnah menurut istilah: Ahli Hadis: Ahli Fiqh: AL-HADIS KOMPETENSI DASAR: Menganalisis kedudukan dan fungsi al-hadis dalam agama Islam. Mengidentifikasi berbagai karakteristik yang berkaitan dengan al-hadis INDIKATOR: Mendeskripsikan kedudukan dan

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS KETENTUAN KHI PASAL 153 AYAT (5) TENTANG IDDAH BAGI PEREMPUAN YANG BERHENTI HAID KETIKA MENJALANI MASA IDDAH KARENA MENYUSUI

BAB IV ANALISIS KETENTUAN KHI PASAL 153 AYAT (5) TENTANG IDDAH BAGI PEREMPUAN YANG BERHENTI HAID KETIKA MENJALANI MASA IDDAH KARENA MENYUSUI BAB IV ANALISIS KETENTUAN KHI PASAL 153 AYAT (5) TENTANG IDDAH BAGI PEREMPUAN YANG BERHENTI HAID KETIKA MENJALANI MASA IDDAH KARENA MENYUSUI A. Analisis Perhitungan Iddah Perempuan Yang Berhenti Haid Ketika

Lebih terperinci

Pendidikan Agama Islam

Pendidikan Agama Islam Pendidikan Agama Islam Modul ke: Sumber Ajaran Islam Fakultas PSIKOLOGI Program Studi Psikologi www.mercubuana.ac.id Dian Febrianingsih, M.S.I Pengantar Ajaran Islam adalah pengembangan agama Islam. Agama

Lebih terperinci

Ijma menurut Abu Zahra adalah kesepakatan semua mujtahid muslim dari masa ke masa setelah wafat Rasulullah tentang hukum syara dalam beberapa kasus.

Ijma menurut Abu Zahra adalah kesepakatan semua mujtahid muslim dari masa ke masa setelah wafat Rasulullah tentang hukum syara dalam beberapa kasus. 1. Jelaskan dengan singkat beberapa hal berikut a. Ushul Fiqh Ushul Fiqh adalah metode istinbath hukum atau metodologi sumber hukum fiqh yang berdasarkan dari Al quran dan As sunnah. Atau pengertian ushul

Lebih terperinci

Materi Kajian Kitab Kuning TVRI Edisi Ramadhan. Tema: Mengganti Puasa Yang Ditinggalkan

Materi Kajian Kitab Kuning TVRI Edisi Ramadhan. Tema: Mengganti Puasa Yang Ditinggalkan 06-06-2017 11 Ramadhan Materi Kajian Kitab Kuning TVRI Edisi Ramadhan Tema: Mengganti Puasa Yang Ditinggalkan Al-Bukhari 1814, 1815 Narasumber: DR. Ahmad Lutfi Fathullah, MA Video kajian materi ini dapat

Lebih terperinci

UNTUK KALANGAN SENDIRI

UNTUK KALANGAN SENDIRI SHALAT GERHANA A. Pengertian Shalat gerhana dalam bahasa arab sering disebut dengan istilah khusuf (الخسوف) dan jugakusuf (الكسوف) sekaligus. Secara bahasa, kedua istilah itu sebenarnya punya makna yang

Lebih terperinci

Kepada Siapa Puasa Diwajibkan?

Kepada Siapa Puasa Diwajibkan? Kepada Siapa Puasa Diwajibkan? Kamis, 27 Oktober 2005 17:17:15 WIB Oleh Syaikh Abdul Azhim bin Badawi al-khalafi Para ulama telah sepakat bahwa puasa wajib atas seorang mus-lim yang berakal, baligh, sehat,

Lebih terperinci

Qawaid Fiqhiyyah. Niat Lebih Utama Daripada Amalan. Publication : 1436 H_2015 M

Qawaid Fiqhiyyah. Niat Lebih Utama Daripada Amalan. Publication : 1436 H_2015 M Qawaid Fiqhiyyah ن ي ة ال م ر ء أ ب ل غ م ن ع م ل ه Niat Lebih Utama Daripada Amalan Publication : 1436 H_2015 M Sumber: Majalah as-sunnah, Ed. 01 Thn.XVIII_1435H/2014M, Rubrik Qawaid Fiqhiyyah Download

Lebih terperinci

KOMPETENSI DASAR: INDIKATOR:

KOMPETENSI DASAR: INDIKATOR: AL-RA YU/IJTIHAD KOMPETENSI DASAR: Menganalisis kedudukan dan fungsi al-ra yu atau Ijtihad dalam agama Islam. Mengidentifikasi berbagai karakteristik yang berkaitan dengan al-ra yu/ijtihad INDIKATOR: Mendeskripsikan

Lebih terperinci

Pengertian Istilah Hadis dan Fungsi Hadis

Pengertian Istilah Hadis dan Fungsi Hadis Pertemuan ke-2 U L U M U L H A D I S Pengertian Istilah Hadis dan Fungsi Hadis Ainol Yaqin Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam IAIN Sultan Maulana Hasanuddin Banten Outline Pengertian Istilah : Hadis, Sunnah,

Lebih terperinci

Materi Kajian Kitab Kuning TVRI Edisi Ramadhan. Tema: Yang Diizinkan Tidak Berpuasa

Materi Kajian Kitab Kuning TVRI Edisi Ramadhan. Tema: Yang Diizinkan Tidak Berpuasa 05-06-2017 10 Ramadhan Materi Kajian Kitab Kuning TVRI Edisi Ramadhan Tema: Yang Diizinkan Tidak Berpuasa Al-Bukhari 1811, 1812 Tirmidzi 648, 649 Narasumber: DR. Ahmad Lutfi Fathullah, MA Video kajian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sepanjang riwayat yang sampai kepada kita bahwa qiyas itu diberikan kepada Nabi saw, dan disamping itu ada pula beberapa riwayat yang sampai kepada kita, bahwa qiyas

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK JUAL BELI BARANG SERVIS DI TOKO CAHAYA ELECTRO PASAR GEDONGAN WARU SIDOARJO

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK JUAL BELI BARANG SERVIS DI TOKO CAHAYA ELECTRO PASAR GEDONGAN WARU SIDOARJO BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK JUAL BELI BARANG SERVIS DI TOKO CAHAYA ELECTRO PASAR GEDONGAN WARU SIDOARJO A. Analisis Praktik Jual Beli Barang Servis Di Toko Cahaya Electro Pasar Gedongan

Lebih terperinci

PENGERTIAN TENTANG PUASA

PENGERTIAN TENTANG PUASA PENGERTIAN TENTANG PUASA Saumu (puasa), menurut bahasa Arab adalah menahan dari segala sesuatu, seperti menahan makan, minum, nafsu, menahan berbicara yang tidak bermanfaat dan sebagainya. Menurut istilah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ajaran yang sangat sempurna dan memuat berbagai aspek-aspek kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. ajaran yang sangat sempurna dan memuat berbagai aspek-aspek kehidupan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sebagai agama pembawa rahmat bagi seluruh alam, Islam hadir dengan ajaran yang sangat sempurna dan memuat berbagai aspek-aspek kehidupan manusia. Islam tidak

Lebih terperinci

A. Analisis Tentang Tata Cara Akad Manusia tidak bisa tidak harus terkait dengan persoalan akad

A. Analisis Tentang Tata Cara Akad Manusia tidak bisa tidak harus terkait dengan persoalan akad BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTEK ARISAN JAJAN DENGAN AKAD MUDHARABAH DI TAMBAK LUMPANG KELURAHAN SUKOMANUNGGAL KECAMATAN SUKOMANUNGGAL SURABAYA A. Analisis Tentang Tata Cara Akad Manusia tidak

Lebih terperinci

BAB IV KONSEP SAKIT. A. Ayat-ayat al-qur`an. 1. QS. Al-Baqarah [2]:

BAB IV KONSEP SAKIT. A. Ayat-ayat al-qur`an. 1. QS. Al-Baqarah [2]: BAB IV KONSEP SAKIT A. Ayat-ayat al-qur`an 1. QS. Al-Baqarah [2]: 155 156...و ب ش ر الص اب ر ين ال ذ ين إ ذ ا أ ص اب ت ه م م ص يب ة ق ال وا إ ن ا ل ل و و إ ن ا إ ل ي و ر اج عون. "...Dan sampaikanlah kabar

Lebih terperinci

SUMBER AJARAN ISLAM. Erni Kurnianingsih ( ) Nanang Budi Nugroho ( ) Nia Kurniawati ( ) Tarmizi ( )

SUMBER AJARAN ISLAM. Erni Kurnianingsih ( ) Nanang Budi Nugroho ( ) Nia Kurniawati ( ) Tarmizi ( ) SUMBER AJARAN ISLAM Erni Kurnianingsih (10301241001) Nanang Budi Nugroho (10301241012) Nia Kurniawati (10301241026) Tarmizi (10301249002) Dasar penggunaan sumber agama islam di dasarkan ayat al-qur an

Lebih terperinci

SUNNAH SEBAGAI SUMBER AJARAN ISLAM

SUNNAH SEBAGAI SUMBER AJARAN ISLAM SUNNAH SEBAGAI SUMBER AJARAN ISLAM HADIS - SUNNAH Etimologis: Hadis : perkataan atau berita. Sunnah : jalan yang dilalui atau tradisi yang dilakukan. Sunnah Nabi: jalan hidup Nabi. Terminologis Hadis:

Lebih terperinci

KEWAJIBAN PUASA. Publication: 1435 H_2014 M. Tafsir Surat al-baqarah ayat

KEWAJIBAN PUASA. Publication: 1435 H_2014 M. Tafsir Surat al-baqarah ayat KEWAJIBAN PUASA Tafsir Surat al-baqarah/2 ayat 183-184 رحمه هللا Imam Ibnu Katsir asy-syafi i Publication: 1435 H_2014 M KEWAJIBAN PUASA Tafsir Surat al-baqarah ayat 183-184 رحمه هللا Oleh: Imam Ibnu Katsir

Lebih terperinci

Kerangka Dasar Agama dan Ajaran Islam

Kerangka Dasar Agama dan Ajaran Islam Kerangka Dasar Agama dan Ajaran Islam Istilah addin al-islam Tercantum dalam Al-Qur an Surat al-maaidah (5) ayat 3, mengatur hubungan manusia dengan Allah (Tuhan), yang bersifat vertikal, hubungan manusia

Lebih terperinci

BAB IV JUAL BELI SEPATU SOLID DI KECAMATAN SEDATI SIDOARJO DALAM PERSPEKTIF MASLAHAH MURSALAH

BAB IV JUAL BELI SEPATU SOLID DI KECAMATAN SEDATI SIDOARJO DALAM PERSPEKTIF MASLAHAH MURSALAH 90 BAB IV JUAL BELI SEPATU SOLID DI KECAMATAN SEDATI SIDOARJO DALAM PERSPEKTIF MASLAHAH MURSALAH A. Tinjauan Tentang Jual Beli Sepatu Solid di Kecamatan Sedati Sidoarjo Dengan mengikuti empat mazhab fiqh

Lebih terperinci

KAIDAH FIQH. Perubahan Sebab Kepemilikan Seperti Perubahan Sebuah Benda. حفظو هللا Ustadz Ahmad Sabiq bin Abdul Lathif Abu Yusuf

KAIDAH FIQH. Perubahan Sebab Kepemilikan Seperti Perubahan Sebuah Benda. حفظو هللا Ustadz Ahmad Sabiq bin Abdul Lathif Abu Yusuf KAIDAH FIQH ت ب د ل س ب ب ال م ل ك ك ت ب د ل ال ع ي Perubahan Sebab Kepemilikan Seperti Perubahan Sebuah Benda حفظو هللا Ustadz Ahmad Sabiq bin Abdul Lathif Abu Yusuf Publication: 1437 H_2016 M Perubahan

Lebih terperinci

BAB II TEORI TENTANG ASH SHIHHAH WA AL BUTHLAN. sehat, tidak sakit, sembuh, benar dan selamat. 1

BAB II TEORI TENTANG ASH SHIHHAH WA AL BUTHLAN. sehat, tidak sakit, sembuh, benar dan selamat. 1 17 BAB II TEORI TENTANG ASH SHIHHAH WA AL BUTHLAN A. Shihhah (Sah) Kata shihhah berasal dari bahasa Arab yang secara bahasa berarti sehat, tidak sakit, sembuh, benar dan selamat. 1 Adapun dalam istilah

Lebih terperinci

Bolehkah melaksanakan perkawinan seorang perempuan dengan seorang laki laki yang bapak keduanya saudara sekandung, yaitu seayah dan seibu?

Bolehkah melaksanakan perkawinan seorang perempuan dengan seorang laki laki yang bapak keduanya saudara sekandung, yaitu seayah dan seibu? "kemal pasa", k_pasa03@yahoo.com Pertanyaan : Bolehkah melaksanakan perkawinan seorang perempuan dengan seorang laki laki yang bapak keduanya saudara sekandung, yaitu seayah dan seibu? Jawaban : Tidak

Lebih terperinci

KOMPETENSI DASAR INDIKATOR:

KOMPETENSI DASAR INDIKATOR: AL-QURAN KOMPETENSI DASAR Menganalisis kedudukan dan fungsi al-quran dalam agama Islam Mengidentifikasi berbagai karakteristik yang melekat pada al-quran INDIKATOR: Mendeskripsikan kedudukan dan fungsi

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM DAN UU PERLINDUNGAN KONSUMEN NOMOR 8 TAHUN 1999 TERHADAP JUAL BELI BARANG REKONDISI

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM DAN UU PERLINDUNGAN KONSUMEN NOMOR 8 TAHUN 1999 TERHADAP JUAL BELI BARANG REKONDISI BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM DAN UU PERLINDUNGAN KONSUMEN NOMOR 8 TAHUN 1999 TERHADAP JUAL BELI BARANG REKONDISI A. Analisis Praktik Jual Beli Barang Rekondisi 1. Proses Jual Beli Praktik jual beli barang

Lebih terperinci

TugasUshul Fiqh Al Ahkam

TugasUshul Fiqh Al Ahkam TugasUshul Fiqh Al Ahkam Nama kelompok : Nining Maesaroh Nursa adah Tb. Hanzalah EKONOMI SYARIAH 2/E FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM UIN SULTAN MAULANA HASANUDINBANTEN 2017 A. Pengertian Al - AhkamDalamUshulFiqih

Lebih terperinci

KELOMPOK 1 : AHMAD AHMAD FUAD HASAN DEDDY SHOLIHIN

KELOMPOK 1 : AHMAD AHMAD FUAD HASAN DEDDY SHOLIHIN KELOMPOK 1 : AHMAD AHMAD FUAD HASAN DEDDY SHOLIHIN A. Al-Qur an Sebagai Sumber Ajaran Islam Menurut istilah, Al-Qur an adalah firman Allah yang berupa mukjizat, diturunkan kepada Nabi Muhammad Saw, ditulis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berpasang-pasangan termasuk di dalamnya mengenai kehidupan manusia, yaitu telah

BAB I PENDAHULUAN. berpasang-pasangan termasuk di dalamnya mengenai kehidupan manusia, yaitu telah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Allah SWT telah menciptakan segala sesuatunya di dunia ini dengan berpasang-pasangan termasuk di dalamnya mengenai kehidupan manusia, yaitu telah diciptakan-nya

Lebih terperinci

APA PEDOMANMU DALAM BERIBADAH KEPADA ALLAH TA'ALA?

APA PEDOMANMU DALAM BERIBADAH KEPADA ALLAH TA'ALA? APA PEDOMANMU DALAM BERIBADAH KEPADA ALLAH TA'ALA? Publication : 1436 H_2015 M Apa Pedomanmu dalam Beribadah Kepada Allah Ta'ala? Disalin dari Majalah as-sunnah Ed.05 Thn.XIX_1436H/2015M e-book ini didownload

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TENTANG PENGELOLAAN ZAKAT MELALUI LAYANAN M-ZAKAT DI PKPU (POS KEADILAN PEDULI UMAT) SURABAYA

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TENTANG PENGELOLAAN ZAKAT MELALUI LAYANAN M-ZAKAT DI PKPU (POS KEADILAN PEDULI UMAT) SURABAYA BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TENTANG PENGELOLAAN ZAKAT MELALUI LAYANAN M-ZAKAT DI PKPU (POS KEADILAN PEDULI UMAT) SURABAYA A. Analisis Dari Segi Penerimaan Zakat Zakat melalui sms (short message service)

Lebih terperinci

KAIDAH FIQH. Yang Ikut Itu Hukumnya Sekedar Mengikuti. حفظو هللا Ustadz Ahmad Sabiq bin Abdul Lathif Abu Yusuf. Publication: 1437 H_2016 M

KAIDAH FIQH. Yang Ikut Itu Hukumnya Sekedar Mengikuti. حفظو هللا Ustadz Ahmad Sabiq bin Abdul Lathif Abu Yusuf. Publication: 1437 H_2016 M KAIDAH FIQH الت اب ع ت ب ع Yang Ikut Itu Hukumnya Sekedar Mengikuti حفظو هللا Ustadz Ahmad Sabiq bin Abdul Lathif Abu Yusuf Publication: 1437 H_2016 M Yang Ikut Itu Hukumnya Sekedar Mengikuti حفظو هللا

Lebih terperinci

KAIDAH FIQH. Sebuah Ijtihad Tidak Bisa Dibatalkan Dengan Ijtihad Lain. حفظه هللا Ustadz Ahmad Sabiq bin Abdul Lathif Abu Yusuf

KAIDAH FIQH. Sebuah Ijtihad Tidak Bisa Dibatalkan Dengan Ijtihad Lain. حفظه هللا Ustadz Ahmad Sabiq bin Abdul Lathif Abu Yusuf KAIDAH FIQH ا ل ج ت ه اد ل ي ن ق ض ب ل ج ت ه اد Sebuah Ijtihad Tidak Bisa Dibatalkan Dengan Ijtihad Lain حفظه هللا Ustadz Ahmad Sabiq bin Abdul Lathif Abu Yusuf Publication: 1438 H_2017 M Sebuah Ijtihad

Lebih terperinci

Materi Kajian Kitab Kuning TVRI Edisi Ramadhan

Materi Kajian Kitab Kuning TVRI Edisi Ramadhan 26-06-2017 Materi Kajian Kitab Kuning TVRI Edisi Ramadhan Tema: Qodho Puasa Yang Ditinggalkan Bukhari 310, 1814, 1815 Muslim 508 Narasumber: DR. Ahmad Lutfi Fathullah, MA Video kajian materi ini dapat

Lebih terperinci

Materi Kajian Kitab Kuning TVRI Edisi Ramadhan

Materi Kajian Kitab Kuning TVRI Edisi Ramadhan 30-05-2017 Materi Kajian Kitab Kuning TVRI Edisi Ramadhan Tema: Fiqh Tarawih Al-Bukhari 1869-1873 Narasumber: DR. Ahmad Lutfi Fathullah, MA Donasi Pusat Kajian Hadis Salurkan sedekah jariyah Anda untuk

Lebih terperinci

MEMBATALKAN PUASA. HAL-HAL YANG MEMBATALKAN PUASA Yang membatalkan puasa ada enam perkara : 1. Makan dan minum Firman Allah SWT :

MEMBATALKAN PUASA. HAL-HAL YANG MEMBATALKAN PUASA Yang membatalkan puasa ada enam perkara : 1. Makan dan minum Firman Allah SWT : MEMBATALKAN PUASA HAL-HAL YANG MEMBATALKAN PUASA Yang membatalkan puasa ada enam perkara : 1. Makan dan minum ل م ط اخل ي ب ت ي وا حىت ارش وا و و ي ض الا ج ر ف د م ن ال س و ط الا ي م ن اخل Makan minumlah

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PELAKSANAAN SEWA MENYEWA POHON UNTUK MAKANAN TERNAK

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PELAKSANAAN SEWA MENYEWA POHON UNTUK MAKANAN TERNAK BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PELAKSANAAN SEWA MENYEWA POHON UNTUK MAKANAN TERNAK Praktik sewa menyewa pohon yang terjadi di Desa Mayong merupakan suatu perjanjian yang sudah lama dilakukan dan

Lebih terperinci

Makalah Syar u Man Qoblana

Makalah Syar u Man Qoblana Makalah Syar u Man Qoblana Disusun Guna Memenuhi Mata Kuliah : Ushul Fiqih Dosen Pengampu : Misbah Khoirudin Zuhri, MA. Di Susun Oleh: 1. Ludia Nur Annisa (1604026142) 2. Dina Zulfahmi (1604026152) PROGRAM

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP HAK KHIYA>R PADA JUAL BELI PONSEL BERSEGEL DI COUNTER MASTER CELL DRIYOREJO GRESIK

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP HAK KHIYA>R PADA JUAL BELI PONSEL BERSEGEL DI COUNTER MASTER CELL DRIYOREJO GRESIK BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP HAK KHIYA>R PADA JUAL BELI PONSEL BERSEGEL DI COUNTER MASTER CELL DRIYOREJO GRESIK A. Analisis terhadap Mekanisme Hak Khiya>r pada Jual Beli Ponsel Bersegel Akad merupakan

Lebih terperinci

Perzinahan dan Hukumnya SEPUTAR MASALAH PERZINAHAN DAN AKIBAT HUKUMNYA

Perzinahan dan Hukumnya SEPUTAR MASALAH PERZINAHAN DAN AKIBAT HUKUMNYA Perzinahan dan Hukumnya SEPUTAR MASALAH PERZINAHAN DAN AKIBAT HUKUMNYA Pertanyaan Dari: Ny. Fiametta di Bengkulu (disidangkan pada Jum at 25 Zulhijjah 1428 H / 4 Januari 2008 M dan 9 Muharram 1429 H /

Lebih terperinci

Al-Hadits Tuntunan Nabi Mengenai Islam. Presented By : Saepul Anwar, M.Ag.

Al-Hadits Tuntunan Nabi Mengenai Islam. Presented By : Saepul Anwar, M.Ag. Al-Hadits Tuntunan Nabi Mengenai Islam Presented By : Saepul Anwar, M.Ag. Pengertian Hadits Sunnah : Segala sesuatu yang disandarkan kepada Rasulullah SAW baik berupa perkataan, perbuatan,taqrir (peretujuan),

Lebih terperinci

MAKNA DUA KALIMAT SYAHADAT DAN KONSEKUENSINYA

MAKNA DUA KALIMAT SYAHADAT DAN KONSEKUENSINYA MAKNA DUA KALIMAT SYAHADAT DAN KONSEKUENSINYA Jama ah Jum at rahimakumullah Setiap muslim pasti bersaksi, mengakui bahwa Muhammad adalah hamba dan Rasulullah, tapi tidak semua muslim memahami hakikat yang

Lebih terperinci

Iman Kepada KITAB-KITAB

Iman Kepada KITAB-KITAB Iman Kepada KITAB-KITAB رمحو هللا Syaikh Muhammad bin Shalih al-utsaimin Publication : 1437 H, 2016 M Iman Kepada KITAB-KITAB Oleh : Syaikh Muhammad bin Shalih al-utsaimin Disalin dari Kitab 'Aqidah AhlusSunnah

Lebih terperinci

Al-Qur an Al hadist Ijtihad

Al-Qur an Al hadist Ijtihad Al-Qur an Al hadist Ijtihad Al-Qur'an sebagai kitab suci umat Islam adalah firman Allah yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW untuk disampaikan kepada seluruh umat manusia hingga akhir zaman (Saba'

Lebih terperinci

Qawa id Fiqhiyah. Pertengahan dalam ibadah termasuk sebesar-besar tujuan syariat. Publication: 1436 H_2014 M

Qawa id Fiqhiyah. Pertengahan dalam ibadah termasuk sebesar-besar tujuan syariat. Publication: 1436 H_2014 M Qawa id Fiqhiyah ال ع د ل ف ال ع ب اد ات م ن أ ك ب م ق اص د الش ار ع Pertengahan dalam ibadah termasuk sebesar-besar tujuan syariat Publication: 1436 H_2014 M ال ع د ل ف ال ع ب اد ا ت م ن أ ك ب م ق اص

Lebih terperinci

Hadits-hadits Shohih Tentang

Hadits-hadits Shohih Tentang Hadits-hadits Shohih Tentang KEUTAMAAN PERNIAGAAN DAN PENGUSAHA MUSLIM حفظو هللا Ustadz Muhammad Wasitho Abu Fawaz, Lc Publication : 1436 H_2015 M Hadits-hadits Shohih Tentang Keutamaan Perniagaan dan

Lebih terperinci

KOMPETENSI INTI (KI) KOMPETENSI DASAR (KD)

KOMPETENSI INTI (KI) KOMPETENSI DASAR (KD) BAB 6 Ushul Fikih KOMPETENSI INTI (KI) KI-1. Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya. KI-2. Menghayati dan mengamalkan perilaku jujur, disiplin, tanggungjawab, peduli (gotong royong, kerja

Lebih terperinci

Mengabulkan DO A Hamba-Nya

Mengabulkan DO A Hamba-Nya Janji ALLAH عز وجل untuk Mengabulkan DO A Hamba-Nya Tafsir Surat al-baqarah/2 ayat 186 رحمو هللا Imam Ibnu Katsir asy-syafi i Publication: 1435 H_2014 M Janji Allah Untuk Mengabulkan Do'a Hamba-Nya Tafsir

Lebih terperinci

Manzhumah Al-Baiquniyyah: Matan dan Terjemah Pustakasyabab.blogspot.com

Manzhumah Al-Baiquniyyah: Matan dan Terjemah Pustakasyabab.blogspot.com 0 Judul Asli: ح ا ث يم ي ح ا ظ Penulis: )أ ع ( ػ ش ت ذ ذ ت فر ح ا ثيم ي ا ذ شمي ا شافؼي ذ )ا ر ف : 1080 ( Penerbit Asli: داس ا غ ي شش ا ر صيغ الطبعة األولى 1420 ه - 1999 م Edisi Terjemah: Manzhumah al-baiquniyyah:

Lebih terperinci

KAIDAH FIQH. Disyariatkan Mengundi Jika Tidak Ketahuan Yang Berhak Serta Tidak Bisa Dibagi. حفظه هللا Ustadz Ahmad Sabiq bin Abdul Lathif Abu Yusuf

KAIDAH FIQH. Disyariatkan Mengundi Jika Tidak Ketahuan Yang Berhak Serta Tidak Bisa Dibagi. حفظه هللا Ustadz Ahmad Sabiq bin Abdul Lathif Abu Yusuf KAIDAH FIQH ت ش ر ع ال ق ر ع ة إ ذ ا ج ه ل ال م س ت ح ق و ت ع ذ ر ت ال ق س م ة Disyariatkan Mengundi Jika Tidak Ketahuan Yang Berhak Serta Tidak Bisa Dibagi حفظه هللا Ustadz Ahmad Sabiq bin Abdul Lathif

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK JUAL BELI SAWAH BERJANGKA WAKTU DI DESA SUKOMALO KECAMATAN KEDUNGPRING KABUPATEN LAMONGAN

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK JUAL BELI SAWAH BERJANGKA WAKTU DI DESA SUKOMALO KECAMATAN KEDUNGPRING KABUPATEN LAMONGAN BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK JUAL BELI SAWAH BERJANGKA WAKTU DI DESA SUKOMALO KECAMATAN KEDUNGPRING KABUPATEN LAMONGAN A. Analisis dari Aspek Akadnya Sebagaimana yang telah penulis jelaskan

Lebih terperinci

KOMPETENSI DASAR: INDIKATOR:

KOMPETENSI DASAR: INDIKATOR: SYARIAH - IBADAH KOMPETENSI DASAR: Menganalisis kedudukan dan fungsi Syariah dan Rukun Islam Menganalisis fungsi masing-masing unsur dari Rukun Islam bagi kehidupan umat Islam INDIKATOR: Mendeskripsikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Seabagai penganut agama islam orang muslim mempunyai tendensi da landasan dalam menjalani kehidupan sehari - hari, baik yang berkaitan dengan ubudiyah munakahah, jinayah,

Lebih terperinci

Materi Kajian Kitab Kuning TVRI Edisi Ramadhan

Materi Kajian Kitab Kuning TVRI Edisi Ramadhan 31-05-2017 Materi Kajian Kitab Kuning TVRI Edisi Ramadhan Tema: Yang Membatalkan Puasa Al-Bukhari 1797, 1800, 1815 Tirmidzi 652-653 Narasumber: DR. Ahmad Lutfi Fathullah, MA Donasi Pusat Kajian Hadis Salurkan

Lebih terperinci

االخاص (Khusus) A. Pengertian lafal Khash (khusus)

االخاص (Khusus) A. Pengertian lafal Khash (khusus) A. Pengertian lafal Khash (khusus) االخاص (Khusus) Lafal khash adalah lafal yang menunjuk pada satu individu seperti muhammad, atau menunjuk pada satu jenis seperti رجل (laki-laki), atau مائل sepuluh,

Lebih terperinci

KRITERIA MASLAHAT. FATWA MAJELIS ULAMA INDONESIA Nomor: 6/MUNAS VII/MUI/10/2005 Tentang KRITERIA MASLAHAT

KRITERIA MASLAHAT. FATWA MAJELIS ULAMA INDONESIA Nomor: 6/MUNAS VII/MUI/10/2005 Tentang KRITERIA MASLAHAT 40 KRITERIA MASLAHAT FATWA MAJELIS ULAMA INDONESIA Nomor: 6/MUNAS VII/MUI/10/2005 Tentang KRITERIA MASLAHAT Majelis Ulama Indonesia (MUI), dalam Musyawarah Nasional MUI VII, pada 19-22 Jumadil Akhir 1426

Lebih terperinci

MAKALAH SUMBER HUKUM DAN AJARAN ISLAM

MAKALAH SUMBER HUKUM DAN AJARAN ISLAM MAKALAH SUMBER HUKUM DAN AJARAN ISLAM Mata Kuliah : Pendidikan Agama 1 Dosen Pembimbing : Siti Istianah, S.Sos.i Disusun Oleh : Kelompok 6 : 1 Achmad Nikko Vanessa NPM : 2014 4350 1985 2 Ecky Kharisma

Lebih terperinci

KAIDAH FIQH PENGGABUNGAN HUKUMAN DAN KAFFAROH. Publication 1437 H_2016 M. Kaidah Fiqh Penggabungan HUKUMAN dan KAFFAROH

KAIDAH FIQH PENGGABUNGAN HUKUMAN DAN KAFFAROH. Publication 1437 H_2016 M. Kaidah Fiqh Penggabungan HUKUMAN dan KAFFAROH KAIDAH FIQH ت د ا خ ل ال ح د و د و ال ك ف ار ا ت PENGGABUNGAN HUKUMAN DAN KAFFAROH حفظه هللا Ustadz Ahmad Sabiq Abu Yusuf Publication 1437 H_2016 M Kaidah Fiqh Penggabungan HUKUMAN dan KAFFAROH خفظه هللا

Lebih terperinci

IDDAH DALAM PERKARA CERAI TALAK

IDDAH DALAM PERKARA CERAI TALAK BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP TIDAK DITETAPKANNYA NAFKAH IDDAH DALAM PERKARA CERAI TALAK (STUDI ATAS PUTUSAN NOMOR 2542/PDT.G/2015/PA.LMG) A. Pertimbangan Hukum Hakim yang Tidak Menetapkan Nafkah

Lebih terperinci

Kaidah Fiqh BERSUCI MENGGUNAKAN TAYAMMUM SEPERTI BERSUCI MENGGUNAKAN AIR. Publication in CHM: 1436 H_2015 M

Kaidah Fiqh BERSUCI MENGGUNAKAN TAYAMMUM SEPERTI BERSUCI MENGGUNAKAN AIR. Publication in CHM: 1436 H_2015 M Kaidah Fiqh الط ه ار ة ا بت ي م ام ك ال ط ه ار اة ب ل م ا اء BERSUCI MENGGUNAKAN TAYAMMUM SEPERTI BERSUCI MENGGUNAKAN AIR حفظه هللا Ustadz Ahmad Sabiq Abu Yusuf Publication in CHM: 1436 H_2015 M Kaidah

Lebih terperinci

Materi Kajian Kitab Kuning TVRI Edisi Ramadhan

Materi Kajian Kitab Kuning TVRI Edisi Ramadhan 03-06-2017 Materi Kajian Kitab Kuning TVRI Edisi Ramadhan Tema: Kesalahan Besar Di Bulan Ramadhan Al-Bukhari 1799-1801 Narasumber: DR. Ahmad Lutfi Fathullah, MA Donasi Pusat Kajian Hadis Salurkan sedekah

Lebih terperinci

BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PEMBERIAN WASIAT DENGAN KADAR LEBIH DARI 1/3 HARTA WARISAN KEPADA ANAK ANGKAT

BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PEMBERIAN WASIAT DENGAN KADAR LEBIH DARI 1/3 HARTA WARISAN KEPADA ANAK ANGKAT BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PEMBERIAN WASIAT DENGAN KADAR LEBIH DARI 1/3 HARTA WARISAN KEPADA ANAK ANGKAT A. Analisis Terhadap Pemberian Wasiat Dengan Kadar Lebih Dari 1/3 Harta Warisan Kepada

Lebih terperinci

SIFAT WUDHU NABI. 2. Kemudian berkumur-kumur (memasukkan air ke mulut lalu memutarnya di dalam dan kemudian membuangnya)

SIFAT WUDHU NABI. 2. Kemudian berkumur-kumur (memasukkan air ke mulut lalu memutarnya di dalam dan kemudian membuangnya) SIFAT WUDHU NABI Apabila seorang muslim mau berwudhu, maka Hendaknya ia berniat di dalam hatinya, kemudian membaca Basmalah, sebab Rasulullah bersabda: ال و ض و ء ل م ن ل ي ذ ك ر اس م الل ه ع ل ي ه "Tidak

Lebih terperinci

PENJELASAN MIND MAP AL 'AM DAN AL KHÂSH

PENJELASAN MIND MAP AL 'AM DAN AL KHÂSH PENJELASAN MIND MAP AL 'AM DAN AL KHÂSH A. AL 'AM 1. Definisi Al 'Amm a. Bahasa Menurut Al- Am secara bahasa adalah : الشا مل artinya yang mencakup. (Al- Utsaimin, 2007) b. Istilah Secara Istilah Al- Amm

Lebih terperinci

waka>lah. Mereka bahkan ada yang cenderung mensunnahkannya dengan

waka>lah. Mereka bahkan ada yang cenderung mensunnahkannya dengan BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP TRADISI PENITIPAN BERAS DI TOKO BERAS DI DUSUN BANYUURIP DESA SUMBERINGIN KECAMATAN SANANKULON KABUPATEN BLITAR A. Analisis Terhadap Tradisi Penitipan Beras Di Toko

Lebih terperinci

ISLAM IS THE BEST CHOICE

ISLAM IS THE BEST CHOICE KULIAH FAJAR MASJID AL-BAKRI TAMAN RASUNA KUNINGAN - JAKARTA SELATAN ISLAM IS THE BEST CHOICE Disusun oleh : Agus N Rasyad Sabtu, 16 Maret 2013 INTRODUCTION BEBERAPA CIRI KETETAPAN HATI, BAHWA ISLAM PILIHAN

Lebih terperinci

BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP IMPLEMENTASI HUTANG PUPUK DENGAN GABAH DI DESA PUCUK KECAMATAN DAWARBLANDONG KABUPATEN MOJOKERTO

BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP IMPLEMENTASI HUTANG PUPUK DENGAN GABAH DI DESA PUCUK KECAMATAN DAWARBLANDONG KABUPATEN MOJOKERTO BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP IMPLEMENTASI HUTANG PUPUK DENGAN GABAH DI DESA PUCUK KECAMATAN DAWARBLANDONG KABUPATEN MOJOKERTO A. Tinjauan Hukum Islam Terhadap Implementasi Hutang Pupuk dengan Gabah

Lebih terperinci

Materi Kajian Kitab Kuning TVRI Edisi Ramadhan

Materi Kajian Kitab Kuning TVRI Edisi Ramadhan 04-06-2017 Materi Kajian Kitab Kuning TVRI Edisi Ramadhan Tema: Puasa Buat Orang Yang Berpergian Al-Bukhari 1805, 1806, 1807, 1808, 1810 Narasumber: DR. Ahmad Lutfi Fathullah, MA Donasi Pusat Kajian Hadis

Lebih terperinci

MENTASHARUFKAN DANA ZAKAT UNTUK KEGIATAN PRODUKTIF DAN KEMASLAHATAN UMUM

MENTASHARUFKAN DANA ZAKAT UNTUK KEGIATAN PRODUKTIF DAN KEMASLAHATAN UMUM 15 MENTASHARUFKAN DANA ZAKAT UNTUK KEGIATAN PRODUKTIF DAN KEMASLAHATAN UMUM Komisi Fatwa Majelis Ulama Indonesia dalam sidangnya pada tanggal 8 Rabi ul Akhir 1402 H, bertepatan dengan tanggal 2 Februari

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS TERHADAP JUAL BELI IKAN BANDENG DENGAN PEMBERIAN JATUH TEMPO DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM

BAB IV ANALISIS TERHADAP JUAL BELI IKAN BANDENG DENGAN PEMBERIAN JATUH TEMPO DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM BAB IV ANALISIS TERHADAP JUAL BELI IKAN BANDENG DENGAN PEMBERIAN JATUH TEMPO DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM A. Analisis terhadap aplikasi jual beli ikan bandeng dengan pemberian jatuh tempo. Jual beli ikan

Lebih terperinci

KAIDAH FIQH. "Mengamalkan dua dalil sekaligus lebih utama daripada meninggalkan salah satunya selama masih memungkinkan" Publication: 1436 H_2015 M

KAIDAH FIQH. Mengamalkan dua dalil sekaligus lebih utama daripada meninggalkan salah satunya selama masih memungkinkan Publication: 1436 H_2015 M KAIDAH FIQH إ ع م ال الد ل ي ل ي أ و ل م ن إ ه ال أ ح د ه ا م ا أ م ك ن "Mengamalkan dua dalil sekaligus lebih utama daripada meninggalkan salah satunya selama masih memungkinkan" Publication: 1436 H_2015

Lebih terperinci

Pengasih dan Pembenci, keduanya hukumnya haram. Pertanyaan: Apakah hukumnya menyatukan pasangan suami istri dengan sihir?

Pengasih dan Pembenci, keduanya hukumnya haram. Pertanyaan: Apakah hukumnya menyatukan pasangan suami istri dengan sihir? Pengasih dan Pembenci, keduanya hukumnya haram Pertanyaan Apakah hukumnya menyatukan pasangan suami istri dengan sihir? Jawaban ni hukumnya haram dan tidak boleh. ni dinamakan athaf (pengasih, pelet),

Lebih terperinci

Materi Kajian Kitab Kuning TVRI Edisi Ramadhan. Tema: Anjuran Mencari Malam Lailatul Qadar

Materi Kajian Kitab Kuning TVRI Edisi Ramadhan. Tema: Anjuran Mencari Malam Lailatul Qadar 14-06-2017 19 Ramadhan Materi Kajian Kitab Kuning TVRI Edisi Ramadhan Tema: Anjuran Mencari Malam Lailatul Qadar Al-Bukhari 1876-1880, 1884 Narasumber: DR. Ahmad Lutfi Fathullah, MA Video kajian materi

Lebih terperinci

BAB V ANALISIS. 1. Pendapat ulama yang Melarang Keluar Rumah dan Berhias Bagi Wanita Karier.

BAB V ANALISIS. 1. Pendapat ulama yang Melarang Keluar Rumah dan Berhias Bagi Wanita Karier. BAB V ANALISIS Seperti yang telah diuraikan pada bab sebelumnya bahwa terdapat perbedaan pendapat di membolehkan keluar rumah dan berhias bagi wanita karier dan ada yang melarang keluar rumah dan berhias

Lebih terperinci

PAKET FIQIH RAMADHAN (ZAKAT FITRAH)

PAKET FIQIH RAMADHAN (ZAKAT FITRAH) PAKET FIQIH RAMADHAN (ZAKAT FITRAH) Zakat fitrah berfungsi untuk menyucikan orang yang berpuasa dari perbuatan sia-sia dan ucapan kotor dan untuk memberi makan orang-orang miskin. Diriwayatkan dari Ibnu

Lebih terperinci

Puasa Tatawwu' atau Puasa Sunat

Puasa Tatawwu' atau Puasa Sunat Normal 0 false false false EN-US X-NONE AR-SA Puasa Tatawwu' atau Puasa Sunat Editor: Edi Candra, Lc. M.E.I. Sumber: Fiqh Islami wa Adillatuhu Tatawwu' adalah upaya pendekatan diri kepada Allah Ta'ala

Lebih terperinci

Materi Kajian Kitab Kuning TVRI Edisi Ramadhan

Materi Kajian Kitab Kuning TVRI Edisi Ramadhan 29-05-2017 Materi Kajian Kitab Kuning TVRI Edisi Ramadhan Tema: Fiqh Iftor Al-Bukhari 1818-1822 Narasumber: DR. Ahmad Lutfi Fathullah, MA Donasi Pusat Kajian Hadis Salurkan sedekah jariyah Anda untuk membantu

Lebih terperinci

dan kepada kaum perempuan (sesama) mereka (QS an-nur [24]: 31).

dan kepada kaum perempuan (sesama) mereka (QS an-nur [24]: 31). Aurat? Sapa hayo yang... Nah, sobat UKKImuslimah, kita Aurat bagi wanita di hadapan lelaki asing, yang bukan mahramnya, adalah seluruh badannya. Ini diambil dari nash al-quran yang menyatakan: و لا ی ب

Lebih terperinci

KAIDAH FIQH. Pengakuan Adalah Sebuah Hujjah yang Terbatas. Publication 1437 H_2016 M. Kaidah Fiqh Pengakuan adalah Sebuah Hujjah yang Terbatas

KAIDAH FIQH. Pengakuan Adalah Sebuah Hujjah yang Terbatas. Publication 1437 H_2016 M. Kaidah Fiqh Pengakuan adalah Sebuah Hujjah yang Terbatas KAIDAH FIQH ا إ ل قإر ار ح ج ة ق اص ر ة Pengakuan Adalah Sebuah Hujjah yang Terbatas حفظه هللا Ustadz Ahmad Sabiq Abu Yusuf Publication 1437 H_2016 M Kaidah Fiqh Pengakuan adalah Sebuah Hujjah yang Terbatas

Lebih terperinci

KUNCI MENGENAL ISLAM LEBIH DALAM

KUNCI MENGENAL ISLAM LEBIH DALAM MODUL PENGENALAN KAIDAH BAHASA ARAB DASAR BAHASA ARAB KUNCI MENGENAL ISLAM LEBIH DALAM Diterbitkan oleh: MA HAD UMAR BIN KHATTAB YOGYAKARTA bekerjasama dengan RADIO MUSLIM YOGYAKARTA 1 ال م ف ر د ات (Kosakata)

Lebih terperinci

FATWA MAJELIS ULAMA INDONESIA Nomor 4 Tahun 2003 Tentang PENGGUNAAN DANA ZAKAT UNTUK ISTITSMAR (INVESTASI)

FATWA MAJELIS ULAMA INDONESIA Nomor 4 Tahun 2003 Tentang PENGGUNAAN DANA ZAKAT UNTUK ISTITSMAR (INVESTASI) 24 Penggunaan Dana Zakat Untuk Istitsmar (Inventasi) FATWA MAJELIS ULAMA INDONESIA Nomor 4 Tahun 2003 Tentang PENGGUNAAN DANA ZAKAT UNTUK ISTITSMAR (INVESTASI) Majelis Ulama Indonesia, setelah MENIMBANG

Lebih terperinci

Iman Kepada Kitab-Kitab Allah Syaikh Dr. Abdul Aziz bin Muhammad Alu Abdul Lathif

Iman Kepada Kitab-Kitab Allah Syaikh Dr. Abdul Aziz bin Muhammad Alu Abdul Lathif Iman Kepada Kitab-Kitab Allah Syaikh Dr. Abdul Aziz bin Muhammad Alu Abdul Lathif Publication : 1436 H, 2015 M Beriman Kepada Kitab-Kitab Allah Oleh : Syaikh Dr. Abdul Aziz bin Muhammad Alu Abd. Lathif

Lebih terperinci

Fatwa Tentang Tata Cara Shalat Witir. Pertanyaan: Bagaimana tatacara mengerjakan shalat witir yang paling utama? Jawaban: Segala puji bagi Allah I.

Fatwa Tentang Tata Cara Shalat Witir. Pertanyaan: Bagaimana tatacara mengerjakan shalat witir yang paling utama? Jawaban: Segala puji bagi Allah I. Fatwa Tentang Tata Cara Shalat Witir Pertanyaan: Bagaimana tatacara mengerjakan shalat witir yang paling utama? Jawaban: Segala puji bagi Allah I. Shalat witir merupakan ibadah yang paling agung di sisi

Lebih terperinci

YANG HARAM UNTUK DINIKAHI

YANG HARAM UNTUK DINIKAHI YANG HARAM UNTUK DINIKAHI حفظه هللا Ustadz Kholid Syamhudi, Lc Publication : 1437 H_2016 M RINGHASAN FIKIH ISLAM: Yang Haram Untuk Dinikahi حفظه هللا Oleh : Ustadz Kholid Syamhudi Disalin dari web Beliau

Lebih terperinci

Materi Kajian Kitab Kuning TVRI Edisi Ramadhan. Narasumber: DR. Ahmad Lutfi Fathullah, MA Video kajian materi ini dapat dilihat di

Materi Kajian Kitab Kuning TVRI Edisi Ramadhan. Narasumber: DR. Ahmad Lutfi Fathullah, MA Video kajian materi ini dapat dilihat di 11-06-2017 16 Ramadhan Materi Kajian Kitab Kuning TVRI Edisi Ramadhan Tema: Fiqh Tadarus Al Qur an Al-Bukhari 4635-4637, 4643, 4644 Narasumber: DR. Ahmad Lutfi Fathullah, MA Video kajian materi ini dapat

Lebih terperinci

ف ان ت ه وا و ات ق وا الل ه ا ن الل ه ش د يد ال ع ق اب

ف ان ت ه وا و ات ق وا الل ه ا ن الل ه ش د يد ال ع ق اب 7 Aliran yang menolak sunah/hadis rasul Komisi Fatwa Majelis Ulama Indonesia dalam sidangnya di Jakarta pada Tanggal 16 Ramadhan 1403 H. bertepatan dengan tanggal 27 Juni 1983 M., setelah : Memperhatikan

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK PENGEMBALIAN SISA PEMBAYARAN DI KOBER MIE SETAN SEMOLOWARU

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK PENGEMBALIAN SISA PEMBAYARAN DI KOBER MIE SETAN SEMOLOWARU BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK PENGEMBALIAN SISA PEMBAYARAN DI KOBER MIE SETAN SEMOLOWARU A. Analisis Terdahap Praktik Pengembalian Sisa Pembayaran Di Kober Mie Setan Semolowaru Dalam transaksi

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PANDANGAN TOKOH AGAMA ISLAM TENTANG SEWA POHON MANGGA

BAB IV ANALISIS TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PANDANGAN TOKOH AGAMA ISLAM TENTANG SEWA POHON MANGGA BAB IV ANALISIS TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PANDANGAN TOKOH AGAMA ISLAM TENTANG SEWA POHON MANGGA Sebagaimana penelitian yang dilakukan di lapangan dan yang menjadi obyek penelitian adalah pohon mangga,

Lebih terperinci

"Jadilah orang yang wara' niscaya engkau menjadi manusia yang paling beribadah"

Jadilah orang yang wara' niscaya engkau menjadi manusia yang paling beribadah Sifat Wara' ك ن و ر ع ا ت ك ن ا ع ب د الن اس "Jadilah orang yang wara' niscaya engkau menjadi manusia yang paling beribadah" Sesungguhnya orang yang mengenal Rabb-nya dan menempatkan-nya sebagaimana mestinya,

Lebih terperinci

Materi Kajian Kitab Kuning TVRI Edisi Ramadhan. Tema: Orang Yang Meninggal Namun Berhutang Puasa

Materi Kajian Kitab Kuning TVRI Edisi Ramadhan. Tema: Orang Yang Meninggal Namun Berhutang Puasa 07-06-2017 12 Ramadhan Materi Kajian Kitab Kuning TVRI Edisi Ramadhan Tema: Orang Yang Meninggal Namun Berhutang Puasa Al-Bukhari 1816, 1817, 563 Narasumber: DR. Ahmad Lutfi Fathullah, MA Video kajian

Lebih terperinci

Tafsir Depag RI : QS Al Baqarah 284

Tafsir Depag RI : QS Al Baqarah 284 Tafsir Depag RI : QS 002 - Al Baqarah 284 ل ل ه م ا ف ي الس م او ات و م ا ف ي ال ا ر ض و ا ن ت ب د وا م ا ف ي ا ن ف س ك م ا و ت خ ف وه ي ح اس ب ك م ب ه الل ه ف ي غ ف ر ل م ن ي ش اء و ي ع ذ ب م ن ي ش اء

Lebih terperinci

FATWA DEWAN SYARI'AH NASIONAL NO: 81/DSN-MUI/III/2011 Tentang

FATWA DEWAN SYARI'AH NASIONAL NO: 81/DSN-MUI/III/2011 Tentang Fatwa Pedoman Asuransi Syariah 1 FATWA DEWAN SYARI'AH NASIONAL NO: 81/DSN-MUI/III/2011 Tentang PENGEMBALIAN KONTRIBUSI TABARRU BAGI PESERTA ASURANSI YANG BERHENTI SEBELUM MASA PERJANJIAN BERAKHIR ا ا رل

Lebih terperinci

BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP KLAIM ASURANSI DALAM AKAD WAKALAH BIL UJRAH

BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP KLAIM ASURANSI DALAM AKAD WAKALAH BIL UJRAH BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP KLAIM ASURANSI DALAM AKAD WAKALAH BIL UJRAH A. Analisis Terhadap Klaim Asuransi Dalam Akad Wakalah Bil Ujrah. Klaim adalah aplikasinya oleh peserta untuk memperoleh

Lebih terperinci

Syarah Istighfar dan Taubat

Syarah Istighfar dan Taubat Syarah Istighfar dan Taubat Publication : 1438 H_2017 M SYARAH ISTIGHFAR DAN TAUBAT Disalin dari: Syarah Do'a dan Dzikir Hishnul Muslim oleh Madji bin Abdul Wahhab Ahmad, dengan koreksian Syaikh Dr. Sa'id

Lebih terperinci

KAIDAH FIQH. Sama saja antara orang yang merusak milik orang lain baik dengan sengaja, tidak tahu, ataupun lupa

KAIDAH FIQH. Sama saja antara orang yang merusak milik orang lain baik dengan sengaja, tidak tahu, ataupun lupa KAIDAH FIQH اإل ت ل ف ي س ت و ي ف ي ه الم ت ع م د و ال ج اه ل و الن اس ي Sama saja antara orang yang merusak milik orang lain baik dengan sengaja, tidak tahu, ataupun lupa حفظه هللا Ustadz Ahmad Sabiq

Lebih terperinci

(الإندونيسية بالغة) Wara' Sifat

(الإندونيسية بالغة) Wara' Sifat (الإندونيسية بالغة) Wara' Sifat ك ن و ر ع ا ت ك ن ا ع ب د الن اس "Jadilah orang yang wara' niscaya engkau menjadi manusia yang paling beribadah" Sesungguhnya orang yang mengenal Rabb-nya dan menempatkan-nya

Lebih terperinci

AL QUR AN SEBAGAI PEDOMAN BAGI MANUSIA

AL QUR AN SEBAGAI PEDOMAN BAGI MANUSIA AL QUR AN SEBAGAI PEDOMAN BAGI MANUSIA definisi al Qur an Al Qur an adalah: (1) Kalamullah, (2) yang menjadi mu jizat yang diturunkan ke dalam hati Nabi Muhammad SAW, (3) diriwayatkan kepada kita secara

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP KEBOLEHAN PENDAFTARAN PENCATATAN PERKAWINAN PADA MASA IDDAH

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP KEBOLEHAN PENDAFTARAN PENCATATAN PERKAWINAN PADA MASA IDDAH 65 BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP KEBOLEHAN PENDAFTARAN PENCATATAN PERKAWINAN PADA MASA IDDAH A. Analisis Hukum Islam terhadap Alasan Kebolehan Pendaftaran Pencatatan Perkawinan pada Masa Iddah Sha@ri

Lebih terperinci