BAB IV ANALISIS MODEL PENILAIAN KOMPETENSI SOSIAL PADA MATA PELAJARAN PAI DI SD NEGERI 01 GUMAWANG KEC. WIRADESA KABUPATEN PEKALONGAN

Transkripsi

1 BAB IV ANALISIS MODEL PENILAIAN KOMPETENSI SOSIAL PADA MATA PELAJARAN PAI DI SD NEGERI 01 GUMAWANG KEC. WIRADESA KABUPATEN PEKALONGAN Berdasarkan penelitian yang dilakukan pada penilaian kompetensi sosial, penulis akan menganalisis mengenai bagaimana penerapan model penilaian kompetensi sosial kelas II dan V pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI) di SD Negeri 01 Gumawang Kec. Wiradesa Kabupaten Pekalongan. Analisis ini meliputi meliputi : Analisis tentang penerapan model penilaian kompetensi sosial pada mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI) di SD Negeri 01 Gumawang Kec. Wiradesa Kabupaten Pekalongan dan Analisis tentang faktor yang menghambat guru PAI dalam menerapkan model penilaian kompetensi sosial siswa pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI) di SD Negeri 01 Gumawang Kec. Wiradesa Kabupaten Pekalongan. A. Analisis Model Penilaian Kompetensi Sosial Pada Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI) di SD Negeri 01 Gumawang Kec. Wiradesa Kabupaten Pekalongan. Kurikulum 2013 adalah suatu kurikulum yang lebih menekankan pada pendidikan karakter. Pendidikan karakter itu sendiri dimaknai sebagai pendidikan nilai, pendidikan budi pekerti, pendidikan moral, pendidikan watak, yang bertujuan mengembangkan kemampuan peserta 64

2 65 didik untuk memberikan keputusan baik buruk, memelihara apa yang baik, dan mewujudkan kebaikan itu dalam kehidupan sehari-hari dengan sepenuh hati. 1 Berdasarkan uraian diatas penilaian sikap sangatlah penting pada kurikulum 2013 yang berbasis karakter. Di SD Negeri 01 Gumawang Kec. Wiradesa Kabupaten Pekalongan guru Pendidikan Agama Islam (PAI) menggunakan metode Observasi. Observasi merupakan teknik penilaian yang dilakukan secara berkesinambungan dengan menggunakan indera, baik secara langsung, maupun tidak langsung dengan menggunakan format observasi yang berisi sejumlah indikator perilaku yang diteliti. Hal ini dilakukan saat pembelajaran maupun diluar pembelajaran. 2 Metode ini dilakukan untuk melihat sejauh mana karakter/ sikap yang ditampilkan oleh peserta didik. Dalam metode observasi ini terdapat 4 indikator yaitu BT (belum terlihat: apabila peserta didik belum memperlihatkan tanda-tanda awal perilaku yang dinyatakan dalam indikator), MT (mulai terlihat: apabila peserta didik sudah memperlihatkan tanda-tanda awal perilaku yang dinyatakan dalam indikator namun belum konsisten), MB (mulai berkembang: apabila peserta didik sudah memperlihatkan berbagai tanda perilaku yang 1 Muchlas Samani dan Hariyanto. Konsep dan Model Pendidikan Karakter. (Bandung, Remaja Rosdakarya : 2013), hlm Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar DirektoratPembinaan Sekolah Dasar Tahun 2013, Panduan Teknis Penilaian di Sekolah Dasar, hlm. 9

3 66 dinyatakan dalam indikator dan mulai konsisten), dan MK ( membudidaya : apabila peserta didik terus-menerus memperlihatkan perilaku yang dinyatakan dalam indikator secara konsisten). Keempat indikator tersebut berfungsi untuk melihat karakter yang ingin dinilai apakah karakter tersebut belum terlihat, mulai terlihat, sudah terlihat atau sudah membudaya dan menjadi kebiasaan. Jadi dalam penerapan penilaian sikap di sekolah jenis sikap yang dinilai sesuai kebutuhan atau tergantung sikap apa yang akan dinilai oleh sekolah yang bersangkutan. Sedangkan sikap-sikap yang dinilai di SD Negeri 01 Gumawang Kec. Wiradesa Kabupaten Pekalongan diantaranya sikap jujur, disiplin, bertanggung jawab, sopan santun, peduli dan percaya diri. Namun yang lebih ditekakankan disini adalah sikap jujurnya. Agar hasil penilaian sikap pada kompetensi sosial ini optimal ibu KMR selaku guru Pendidikan Agama Islam (PAI), sebelum melakukan penilaian terlebih dahulu beliau menghimbau kepada peserta didiknya bahwa besok atau lusa akan diadakan penilaian sikap pada kompetensi sosial, dan langsung menasehati peserta didiknya yang berperilaku kurang baik. Hal ini dilakukan agar peserta didiknya bisa lebih siap ketika akan dinilai dan agar hasil penilaiannya optimal. Sedangkan apabila ada peserta didik yang nilai sikap pada kompetensi sosialnya belum baik/belum memenuhi nilai standar minimal B (baik), ibu KMR memberikan bimbingan/penyuluhan dengan memberikan nasehat agar peserta didiknya bisa memperbaiki perilaku

4 67 yang kurang baik tersebut dan menyuruh kepada peserta didiknya supaya membudidayakan perilaku yang baik dalam kehidupan sehari-hari. Agar nilai sikapnya bisa memenuhi nilai standar minimal. Karena perilaku yang baik yang diajarkan kepada anak pada masa anak-anak akan menjadikan anak tersebut bisa menghadapi kehidupan yang lebih mapan dan baik lagi pada masa depannya. B. Analisis Faktor yang menghambat Guru PAI dalam Menerapkan Model Penilaian Kompetensi Sosial Siswa di SD Negeri 01 Gumawang Kec. Wiradesa Kabupaten Pekalongan. Kurikulum di Indonesia terus melakukan pergantian kurikulum. Salah satu kurikulum yang mendapat kontroversi adalah kurikulum Pergantian yang terlalu cepat dan sistem penilaian yang lebih detail membuat banyak guru mengeluh. Karena masih banyak guru yang belum memahami tentang kurikulum 2013, khususnya pada penilaiannya. Pengembangan kurikulum 2013 pada dasarnya merupakan langkah lanjutan pengembangan Kurikulum Berbasis Kompetensi yang telah dirintis pada tahun 2004 dan KTSP 2006 yang mencakup kompetensi sikap, pengetahuan, dan keterampilan secara terpadu. Pergantian atau perubahan kurikulum dilakukan dengan tujuan untuk memperbaiki kurikulum sebelumnya. Perubahan yang terlihat adalah penilaian Kurikulum 2013 menekankan pada kompetensi sikap,

5 68 berbeda dengan kurikulum sebelumnya yaitu KTSP yang menekankan pada ranah kognitif. Kurikulum 2013 lebih menekankan aspek sikap karena bertujuan untuk mengembangkan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat, sehingga peserta didik tidak hanya memiliki kecerdasan intelektual melainkan juga memiliki kecerdasan dalam kepribadiannya. Sehingga, dapat disimpulkan bahwa pelaksanaan penilaian sikap sangat diperlukan untuk membentuk karakter siswa. Dalam mengajar seorang guru selalu dihadapkan pada kondisi dimana guru tersebut menghadapi kendala atau hambatan saat proses pembelajaran atau pada saat berada diluar kelas. Jika hambatan tersebut tidak besar maka masih bisa ditangani secara langsung pada saat itu juga, namun apabila hambatan tersebut besar/perlu penanganan khusus, maka bisa dipastikan akan menganggu atau menghalangi jalannya proses pembelajaran. Jika sudah menganggu, maka hal ini harus segera ditindak lanjuti atau ditangani agar tidak menjadi suatu kebiasaan yang tidak baik nantinya. Faktor yang menghambat guru PAI dalam menerapkan model penilaian kompetensi sosial siswa di SD Negeri 01 Gumawang Kec. Wiradesa Kabupaten Pekalongan ada 5 yaitu : 1. Latar belakang peserta didik. Latar belakang peserta didik yang ada di suatu sekolah, tentunya mempunyai latar belakang berbeda-beda, ada yang mempunyai latar

6 69 belakang dari keluarga mampu maupun kurang mampu, ada yang mempunyai latar belakang dari keluarga yang harmonis, dan ada yang berasal dari keluarga yang broken home. Apabila latar belakang keluarganya baik, maka perilaku anak tersebut disekolah juga akan baik begitupun sebaliknya. 2. Karakter / kepribadian anak. Jumlah peserta didik yang cukup banyak menjadikan setiap anak/individu mempunyai karakter yang berbeda-beda ada yang mempunyai karakter baik dan ada yang karakternya kurang baik. Dengan karakter yang bermacam-macam tersebut menjadikan suatu faktor yang dapat menghalangi guru dalam menerapkan penilaian sikap secara maksimal di kelas. karena tidak mungkin bagi guru untuk bisa merubah kebiasaan perilaku/karakter yang sudah dimiliki oleh peserta didiknya. Anak yang memiliki karakter yang baik akan mudah diberi pengarahan dan bimbingan daripada anak yang sudah terbiasa dengan karakter yang kurang baik. Hal ini menyebabkan guru harus bisa memahami karakter peserta didiknya satu-persatu dan langsung memberikan bimbingan atau nasehat apabila ada anak didiknya yang berperilaku kurang baik. 3. Terbatasnya waktu untuk mengajar Penilaian kompetensi sosial pada Mata pelajaran PAI dilakasanakan 1x dalam setiap minggunya. Dengan alokasi waktu 4 x

7 70 35 menit pelajaran. Berarti dalam satu minggu peserta didik hanya mendapatkan pelajaran PAI selama 140 Menit. Dengan waktu yang ada guru PAI di SD Negeri 01 Gumawang Kec. Wiradesa Kabupaten Pekalongan merasa sangat kurang. Dengan waktu yang terbatas seorang guru harus menuntaskan pembelajaran yaitu diantaranya dengan menjelaskan materi, memberikan tugas baik itu tugas pengetahuan, ketrampilan dan sikap. Karena aspek sikap ini sudah dipegang oleh guru kelas, menjadikan ibu KMR hanya menilai aspek sikap sebulan sekali pada minggu ketiga. Sebagai formalitas saja. Karena sikap peserta didiknya biasanya juga tidak berubah secara drastis, jadi hanya diambil sampelnya saja. Penilaian sikap yang dilakukan oleh guru seharusmya dilakukan setiap kali pembelajaran, akan tetapi pada kenyataannya tidak semua guru melaksanakannya. Alasannyapun bermacam-macam, salah satunya adalah keterbatasan waktu. 4. Belum adanya petunjuk penilaian resmi dari pemerintah. Pemerintah memegang peranan penting terhadap pendidikan yang ada dalam suatu negara. namun dalam kenyataannya pada kurikulum 2013 ini masih terdapat kekurangan-kekurangan yang menjadikan guru yang mengajar di sekolah menjadi bingung atau belum begitu menguasai tentang kurikulum 2013 terutama pada penilaiannya.

8 71 Pemerintah belum mengeluarkan petunjuk resmi mengenai penilaian dalam kurikulum Pada akhirnya guru yang mengajar di kelas harus belajar atau mencari tahu sendiri tentang penilaian kurikulum 2013, khususnya pada penialian sikap. Disamping belum adanya petunjuk penilaian resmi dari pemerintah sosialisasi tentang bagaimana menerapkan penilaiannyapun belum menyeluruh pada tiap-tiap sekolah. Guru Pendidikan Agama Islam (PAI) yang ada di SD Negeri 01 Gumawang memperoleh informasi tentang penilaian sikap kurikulum 2013 tersebut dari buku paket guru yang diterbitkan oleh Kemendikbud yang cuma ada di internet dan dari kelompok kerja guru (KKG) kecamatan dan kabupaten yang diadakan seminggu sekali pada hari Sabtu. Walaupun guru di SD Negeri 01 Gumawang sudah memperoleh informasi dan menerapakan tentang penilaian sikap pada kurikulum 2013, namun dalam pelaksanananya belum begitu maksimal. 5. Belum adanya buku paket guru dari Kemendikbud. Buku paket guru merupakan suatu pedoman yang dijadikan guru dalam melakukan proses belajar mengajar. Belum diterbitkannya buku paket guru tersebut merupakan suatu hambatan yang dihadapi guru dalam mengajar. Walaupun buku paket guru bukan satu-satunya yang dijadikan pedoman bagi guru untuk menilai peserta didiknya, namun buku

9 72 tersebut cukup membantu guru sebagai salah satu pedoman penilaian, karena didalamnya terdapat beberapa materi dan contoh penilaian yang berguna bagi guru, maka guru harus mengusahakan supaya dapat memperolehnya. Untuk itu guru yang ada di SD Negeri 01 Gumawang memperoleh buku paket guru tersebut dengan mendownload dari internet kemudian di print dan dijilid sendiri.