ABSTRAK. : Pengetahuan, Sikap, Pekerjaan, ASI Eksklusif. PENDAHULUAN

Transkripsi

1 S E K O L A H T I NG G I I L M U SY EDZ N A SA I K E S E H AT A N T I K A Volume 7, Nomor 2, Desember 2016 Jurnal Medika Saintika Jurnal Medika Saintika FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF PADA BAYI 7-12 BULAN DI KELURAHAN LUBUK MINTURUN WILAYAH KERJA PUSKESMAS AIR DINGIN PADANG Ramah Hayu Stikes Syedza Saintika ABSTRAK Data Dinas Kesehatan Kota Padang Tahun 2014 menunjukan cakupan pemberian ASI Eksklusif hanya 52,57% bayi yang diberikan ASI secara Eksklusif. Dari 22 puskesmas yang ada, Puskesmas Air Dingin merupakan cakupan ASI eksklusif yang terendah yaitu 52,57% dan masih jauh dari target Nasional yaitu 80%. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi ibu menyusui dalam pemberian ASI Eksklusif pada bayi. Desain Penelitian ini adalah analitik dengan pendekatan Cross Sectional. Populasi penelitian adalah semua ibu menyusui yang mempunyai bayi umur 7-12 bulan di Kelurahan Lubuk Minturun Wilayah Kerja Puskesmas Air Dingin yang berjumlah 76 orang dengan cara teknik Total Sampling. Pengumpulan data menggunakan kuesioner melalui angket. Analisis data deskriptif dilakukan secara univariat dan analisis uji statistik dilakukan secara bivariat menggunakan uji chi-squre. Dari penelitian ini didapatkan bahwa 65,8% responden tidak memberikan ASI Eksklusif, 56,6% responden memiliki tingkat pengetahuan yang rendah, 63,2% responden memiliki sikap yang negatif, 60,5% responden bekerja. Secara uji statistik didapatkan bahwa dari 43 orang ibu yang memiliki tingkat pengetahuan rendah terdapat 33 (66,0%) orang ibu yang tidak memberikan ASI Eksklusif, dan 10 (38,5%) orang ibu yang memberikan ASI Eksklusif, di dapatkan bahwa p value =0,040 (p<0,05), dari 48 orang ibu yang memiliki sikap negatif terdapat 36 (72,2%) orang ibu yang tidak memberikan ASI Eksklusif, dan 12 (46,2%) orang ibu yang memberikan ASI Eksklusif,di dapatkan bahwa p value =0,049 (p<0,05), dari 46 orang ibu yang bekerja terdapat 35 (70,0%) orang ibu yang tidak memberikan ASI Eksklusif, dan11 (42,3%) orang ibu yang memberikan ASI Eksklusif, di dapatkan bahwa p value =0,049 (p<0,05). Ada hubungan yang bermakna antara tingkat pengetahuan, sikap, dan pekerjaan ibu dengan pemberian ASI Eksklusif. Untuk meningkatkan pengetahuan ibu, maka ibu harus aktif mengikuti penyuluhan yang ada dilingkungannya, khususnya pada ibu yang mempunyai bayi, dan bertukar pikiran dengan sesama ibu agar bisa meningkatkan kesadaran bahwa pentingnya pemberian ASI Eksklusif. Disarankan pada tenaga kesehatan Puskesmas Air Dingin untuk dapat memberikan informasi atau penyuluhan kesehatan tentang pentingnya pemberian ASI Eksklusif pada bayi. Kata Kunci : Pengetahuan, Sikap, Pekerjaan, ASI Eksklusif. PENDAHULUAN Pembangunan Sumber Daya Manusia (SDM) tidak terlepas dari upaya kesehatan khususnya upaya untuk meningkatkan kesehatan ibu dan bayi, karena itu pembangunan SDM harus di mulai sejak dini yakni pada saat janin 55

2 masih dalam kandungan dan awal masa pertumbuhannya. Dengan demikian maka kesehatan bayi baru lahir kurang dari satu bulan (neonatal) menjadi sangat penting karena akan menentukan apakah generasi kita yang akan datang dalam keadaan sehat dan berkualitas serta mampu menghadapi tantangan globalisasi (Depkes, 2010). Sebagai tolak ukur keberhasilan kesehatan bayi, maka salah satu indikator terpenting untuk menilai kualitas pelayanan obstetri dan genekologi disuatu wilayah adalah dengan melihat Angka Kematian Bayi (AKB) di wilayah tersebut. Angka kematian bayi di seluruh dunia setiap tahun mencapai empat juta. Menurut hasil laporan Institute for Health Metrics and Evaluation (IHME), Amerika Serikat merupakan negara dengan kematian anak dibawah usia lima tahun tertinggi di Dunia, di tahun 2013 tercatat angka kematian anak di bawah lima tahun di negara ini mencapai 4,9 kematian per anak, atau dua kali lipat dari angka kematian anak di islandia yang terhitung paling rendah di dunia (Sativa, 2014). Angka Kematian Bayi (AKB) merupakan salah satu indikator derajat kesehatan di suatu negara, salah satu upaya menurunkan AKB adalah dengan Pemberian Air Susu Ibu (ASI) Eksklusif. ASI merupakan nutrisi terbaik pada awal usia kehidupan bayi. ASI ibarat emas yang diberikan gratis oleh tuhan karena ASI adalah cairan hidup yang dapat menyesuaikan kandungan zatnya yang dapat memenuhi kebutuhan gizi bayi (Suryoprajogo, 2009). Pentingnya pemberian ASI Eksklusif terlihat dari peran dunia World Healt Organization (WHO) mengeluarkan Standar Pertumbuhan Anak yang kemudian diterapkan diseluruh dunia yang isinya adalah menekankan pentingnya pemberian ASI saja kepada bayi sejak lahir sampai usia 6 bulan. Setelah itu, barulah bayi mulai diberikan makanan pendamping ASI sambil tetap disusui hingga usianya mencapai 2 tahun. Menurut riset WHO pada tahun 2012 menyebut bahwa kurang dari 15% bayi di seluruh dunia diberi ASI eksklusif selama 4 bulan dan seringkali pemberian makanan pendamping ASI tidak sesuai dan tidak aman. Milennium Development Goals (MDGs) merupakan deklarasi milennium yang diikuti oleh 189 negara pada saat Koferensi Tingkat Tinggi (KTT) Milennium Perserikatan Bangsabangsa (PBB) di New York pada bulan September tahun 2000 termasuk Pemerintah Indonesia. Deklarasi berisi 8 tujuan MDGs yang mana salah satu tujuan no 4 Indikator Menurunkan Angka Kematian Anak yaitu mengurangi dua pertiga tingkat kematian belita di tahun Angka 56

3 Kematian Bayi (AKB) berdasarkan data Survei Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) per 1000 kelahiran hidup dan target MDGs 23 per 1000 kelahiran hidup. Salah satu cara mengurangi AKB adalah dengan Standar Emas Makanan Bayi antara lain Pemberian ASI Eksklusif 6 bulan. Data SDKI 2012 Pemberian ASI 0-1 bulan 50,8%, umur 2-3 bulan sebesar 48,9%, dan ASI Eksklusif sebesar 30,4% sedangkan target Nasional sebesar 80% (SDKI,2012). Berbagai studi dan pengamatan menunjukan selama dasarwarsa terakhir ini ada kecendrungan penurunan pemberian ASI (53,4%) dan meningkatkan Makanan Pendamping ASI (MP-ASI) berupa susu formula seperti dilaporkan oleh Depkes RI tahun Data Dinas Kesehatan Kota Padang Tahun 2014 menunjukan cakupan pemberian ASI Eksklusif hanya 52,57% bayi yang diberikan ASI secara Eksklusif. Dari 22 puskesmas yang ada, Puskesmas Air Dingin merupakan cakupan ASI eksklusif yang terendah yaitu 52,57% dan masih jauh dari target Nasional yaitu 80%. Masih rendahnya pemberian ASI eksklusif disebabkan oleh beberapa faktor, antara lain : a). ASI yang kurang; b). Bayi yang rewel/cengeng; c). Ibu yang bekerja; d). Kepercayaan masyarakat yang tidak mendukung; e). Pengetahuan tentang ASI yang kurang; f). Ibu sakit/tidak bisa menyusui serta g). Gencarnya promosi susu formula. Faktor sosial ekonomi juga merupakan salah faktor resiko ketidak berhasilan pemberian ASI ekslusif (Ludvigeson, 2005). Menurut teori model precede yang terdapat dalam Notoatmodjo (2010). Perilaku seseorang dipengaruhi oleh tiga faktor yaitu, faktor predisposisi (pengetahuan, sikap, karakteristik dan demografi), faktor pendukung (pelatihan, sosialisasi) dan faktor pendukung (dukungan petugas, dan dukungan keluarga). Faktor-faktor ini dapat berupa faktor internal dari ibu sendiri yaitu faktor predisposisi, maupun faktor eksternal yaitu faktor pendukung dan pendorong. Rendahnya pemberian ASI Eksklusif oleh ibu menyusui di Indonesia disebabkan oleh faktor internal dan eksternal. Faktor internal meliputi rendahnya pengetahuan dan sikap ibu, dan faktor eksternal meliputi kurangnya dukungan keluarga, masyarakat, petugas kesehatan maupun pemerintah, gencarnya promosi susu formula, faktor sosial budaya serta kurangnya ketersediaan fasilitas pelayanan kesehatan ibu dan anak (Prasetyono, 2009). Para pemegang kepentingan bidang kesehatan menyimpulkan bahwa sebab dasar rendahya cakupan ASI 57

4 adalah akses bayi terhadap ASI Eksklusif yang rendah ( Anonim, 2012). Akses yang rendah tersebut sangat dipengaruhi oleh potensi spesifik ibu sebagai figur utama, yaitu perilaku ibu. Hasil kajian beberapa variabel dalam kaitannya dengan prilaku ibu menyimpulkan bahwa pengetahuan, sikap, dan kepercayaan berpengaruh terhadap keputusan ibu untuk memberikan ASI Eksklusif pada bayinya. Hasil penelitian yang didapatkan oleh Nana Yulianah (2013) di Wilayah Kerja Puskesmas Sidoarjo, menunjukan bahwa pemberian ASI eksklusif masih tergolong sangat rendah (12,5%), sebagian besar tingkat pengetahuan ibu kurang (64,4%) dan ada hubungan antara tingkat pengetahuan dengan pemberian ASI eksklusif, Sikap ibu terhadap ASI ekslusif sebagian besar masih negatif (71,2%) dan ada hubungan sikap dengan pemberian ASI eksklusif. Penelitian yang dilakukan berdasarkan survei awal di Kelurahan Lubuk Minturun Wilayah Kerja Puskesmas Air Dingin pada tanggal 12 Februari Dari hasilwawancaraterhadap10 orang ibu menyusui didapatkan 6 orang ibu mengatakan tidak tahu sampai kapan bayi diberi ASI Eksklusif dan 4 orang ibu lainnya mengatakan bayinya sudah diberi susu formula sejak umur 2 bulan karena ibu tidak dapat memberikan ASI dengan alasan ibu bekerja. Berdasarkan uraian diatas maka peneliti melakukan penelitian tentang Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pemberin Asi Eksklusif Pada Bayi 7-12 Bulan Di Kelurahan Lubuk Minturun Wilayah Kerja Puskesmas Air Dingin. METODE Jenis penelitian ini adalah analitik dengan pendekatan cross sectional. Penelitian analitik adalah suatu metode penelitian yang dilakukan dengan tujuan utama untuk membuat gambaran atau deskriptif tentang suatu keadaan secara okjektif sekaligus melihat hubungan antara variabel-variabel yang diteliti. Populasi penelitian adalah semua ibu menyusui yang mempunyai bayi umur 7 12 bulan yang ada di Kelurahan Lubuk Minturun di wilayah kerja Puskesmas Air Dingin sebanyak 76 orang. Pengumpulan data dilakukan dengan teknik wawancara dan angket dengan menggunakan kuesioner. HASIL DAN PEMBAHASAN Tabel 1. Distribusi Frekuensi Pemberian ASI Eksklusif Pada Bayi 7-12 Bulan Di Kelurahan Lubuk Minturun Wilayah Kerja No Pemberian ASI Jumlah % 58

5 Eksklusif 1. Tidak Ya Jumlah Berdasarkan tabel 1 terdapat 65.8% responden tidak memberikan ASI Eksklusif dan 34.2% yang memberikan ASI Eksklusif Tabel 2. Distribusi Frekuensi Tingkat Pengetahuan Ibu Tentang Pemberian ASI Eksklusif Pada Bayi 7-12 Bulan Di Kelurahan Lubuk Minturun Wilayah Kerja No Tingkat Pengetahuan Jumlah % 1. Rendah Tinggi Jumlah Berdasarkan tabel 2 terdapat bahwa 56.6% responden memiliki pengetahuan yang rendah tentang pemberian ASI Eksklusif dan 43.4% tingkat pengetahuan tinggi. Tabel 3. Distribusi Frekuensi Sikap Ibu Tentang Pemberian ASI Di Kelurahan Lubuk Minturun Wilayah Kerja No Sikap Jumlah % 1. Positif Negatif Jumlah Berdasarkan tabel 3 terdapat bahwa 63.2% responden memiliki sikap yang negatif terhadap pemberian ASI Eksklusif dan 36.8% sikap positif terhadap pemberian ASI Eksklusif. Tabel 4. Distribusi Frekuensi Pekerjaan Ibu Tentang Pemberian ASI Eksklusif Di Kelurahan Lubuk Minturun Wilayah Kerja No Pekerjaan Jumlah % 1. Bekerja Tidak Bekerja Jumlah Tabel 5. Distribusi Frekuensi Hubungan Tingkat Pengetahuan dengan Pemberian ASI Eksklusif Pada Bayi 7-12 Di Kelurahan Lubuk Minturun Wilayah Kerja 59

6 No Tingkat Pengetahuan Pemberian ASI Eksklusif Jumlah Tidak Ya f % F % f % 1 Rendah Tinggi Jumlah Berdasarkan tabel 5 dapat dilihat bahwa dari 43 orang ibu yang memiliki tingkat pengetahuan rendah terdapat 66.0% orang ibu yang tidak memberikan ASI Eksklusif dan 38.5% ibu memberikan ASI Eksklusif. Sedangkan dari 33 orang ibu yang berpengetahuan tinggi terdapat 34.0% yang tidak memberikan ASI Eksklusif dan 61.5% memberikan ASI Eksklusif. Setelah dilakukan uji statistik chi square didapatkan ada hubungan yang bermakna antara antara tingkat pengetahuan dengan pemberian ASI Eksklusif di Kelurahan Lubuk Minturun Wilayah Kerja Puskesmas Air Dingin Padang (p < 0,05). Hasil penelitian ini sebanding dengan penelitian yang yang didapatkan oleh Elmi Putri Yanti (2013) di Kelurahan Limau Manis Selatan Wilayah Kerja Puskesmas Pauh, menunjukan bahwa ada hubungan antaratingkat pengetahuan dengan pemberian ASI Eksklusif. Pengetahuan tentang ASI Eksklusif adalah segala sesuatu yang diketahui ibu menyusui tentang ASI Eksklusif. Pengetahuan ibu tentang ASI Eksklusif dapat mempengaruhi ibu dalam memberikan ASI Eksklusif. Semakin baik pengetahuan ibu tentang ASI Eksklusif, maka seorang ibu akan memberikan ASI Eksklusif pada anaknya. Begitu juga sebaliknya, semakin rendah pengetahuan ibu tentang ASI Eksklusif, maka semakin sedikit pula peluang ibu dalam memberikan ASI Eksklusif (Suharyono, 2009). Notoatmodjo membagi pengetahuan menjadi 6 tindakan yaitu tahu, memahami, aplikasi, analisa, sintesis, dan evaluasi. Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya. Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar objek yang diketahui, dan dapat di interpretasikan secara benar. Orang yang telah paham terhadap objek atau materi harus dapat menjelaskan, menyebutkan contoh penyimpulan, meramalkan dan sebagainya terhadap objek yang dipelajari. Aplikasi di artikan sebagai 60

7 suatu kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi dan kondisi yang ril (sebenarnya). Menurut asumsi Penelitidimana disimpulkan bahwa faktor pendidikan dan pengetahuan yang rendah yang dimiliki ibu tersebut di karenakan kurangnya informasi tentang pemberian ASI Eksklusif yang diperoleh ibu, hal ini disebabkan karena jarangnya ibu untuk mengikuti penyuluhan-penyuluhan yang ada di kelurahan lubuk minturun puskesmas Air Dingin Padang, selain itu kurangnya minat baca ibu terutama terhadap majalah-majalah kesehatan. Tidak adanya tindakan ibu tersebut sehingga ibu merasa canggung dan tidak mengetahuai tindakan apa seharusnya ibu lakukan dalam pemberian ASI Eksklusif pada bayi, dan adanya kecendrungan bahwa semakin tinggi tingkat pengetahuan yang dimiliki ibu maka akan diikuti pula dengan semakin tingginya kesadaran ibu untuk memberikan ASI secara Eksklusif. Tabel 6. Distribusi Frekuensi Sikap Bidan Praktek Mandiri dengan Pengisian Partograf secara Lengkap di Wilayah Kerja Puskesmas Lubuk Buaya. No Sikap Pemberian ASI Eksklusif Jumlah Tidak Ya F % f % F % 1 Negatif Positif Jumlah Berdasarkan tabel 6 dapat dilihat bahwa dari 48 orang ibu yang memiliki sikap negatif terdapat 72.0% orang ibu yang tidak memberikan ASI Eksklusif dan 46.2% yang memberikan ASI Ekskluaif. Sedangkan dari 28 orang ibu yang bersikap positif terdapat 28.0% yang tidak memberikan ASI Eksklusif dan 53.8% yang memberikan ASI Eksklusif. Setelah dilakukan uji statistik chi square didapatkan ada hubungan yang bermakna antara antara sikap dengan pemberian ASI Eksklusif di Kelurahan Lubuk Minturun Wilayah Kerja Puskesmas Air Dingin Padang (p < 0,05). Hasil penelitian ini sebanding dengan penelitian sebelumnya yang di dapatkan oleh Nana Yulianah (2013) di Wilayah Kerja Puskesmas Sidoarjo, menunjukan bahwa ada hubunga sikap dengan pemberian ASI Eksklusif. 61

8 Sikap ibu terhadap pemberian ASI Eksklusif berbeda satu sama lain. Sebagian mempunyai sikap positif (favorable) dan sebagian lagi bersikap negatif (unfavorable). Ibu akan memutuskan untuk memberikan ASI Eksklusif. Tindakan ibu dalam memberikan ASI Eksklusif di dasari oleh kepercayaan yang mereka miliki terhadap akibat tidak memberikan ASI tersebut, sehingga menimbulkan perasaan dalam berprilaku serta mempunyai kecendrungan untuk berprilaku positif untuk memberikan ASI Eksklusif. Asumsi peneliti menyimpulkan bahwa banyaknya ibu memiliki sikap Volume 7, Nomor 2, Desember 2016 yang negatif tentang pemberian ASI Eksklusif pada bayi, ini disebabkan karena ibu beranggapan bahwa ibu merasa lebih mudah memberikan susu formula dibandingkan memberikan ASI pada bayinya, dengan demikian prilaku sikap tentu akan sangat berhubungan terhadap pemberian ASIEksklusif pada bayi, sebab ibu yg memiliki prilaku sikap yang baik akan memberikan yang terbaik untuk perkembangan pada bayinya, ini menunjukan bahwa adanya kecendrungan yang makin positif sikap yang dimiliki ibu maka akan diikuti pula semangkin tingginya kesadaran ibu untuk memberikan ASI secara Eksklusif. Tabel 7. Distribusi Frekuensi Hubungan Pekerjaan Ibu dengan Pemberian ASI Eksklusif Pada Bayi 7-12 Bulan Di Kelurahan Lubuk Minturun Wilayah Kerja No Pekerjaan Pemberian ASI Eksklusif Jumlah Tidak Ya f % f % F % 1 Bekerja Tidak Bekerja Jumlah Berdasarkan tabel 5.9 dapat dilihat bahwa dari 46 orang ibu yang bekerja terdapat 70.0% yang tidak memberikan ASI Eksklusif dan 42.3% yang memberikan ASI Eksklusif. Sedangkan dari 30 orang ibu yang tidak bekerja terdapat 30.0% yang tidak memberikan ASI Eksklusif dan 57.7% yang memberikan ASI Eksklusif. Setelah dilakukan uji statistik chi square didapatkan ada hubungan yang bermakna antara pekerjaan dengan pemberian ASI Eksklusif di Kelurahan Lubuk Minturun Wilayah Kerja 62

9 Hasil penelitian ini sebanding dengan penelitian sebelumnya yang di dapatkan oleh Nursima (2013) di Wilayah Kerja Puskesmas Kinali. Menunjukan bahwa ada hubungan pekerjaan ibu dengan pemberian ASI Eksklusif. Menyusui atau memberikan ASI Eksklusif pada ibu yang berkerja memang tidak mudah. Butuh kebulatan tekad dan kemampuan menghadapi cobaan dan berbagai kendala yang ada. Seorang ibu bekerja akan menghabiskan waktunya di kantor, bekerja juga merupakan sumber ketegangan dan stress yang besar bagi para ibu bekerja. Mulai dari peraturan kerja yang kaku, bos yang tidak bijak sana, beban kerja yang berat, ketidak adilan yang dirasakan ditempat kerja, rekan-rekan yang sulit bekerja sama, waktu kerja yang sangat panjang, ataupun ketidak nyamanan psikologis yang di alami akibat dari problem sosial-politis ditempat kerja. Situasi demikian akan membuat ibu menjadi amat lelah, sementara kehadirannya masih sangat dinantikan oleh keluarga di rumah. Kelelahan psikis dan fisik itulah yang sering membuat mereka sensitif dan emosional, baik terhadap anak-anak maupun terhadap suami(zindy, 2008). Bila sudah bekerja, kadang ibu tidak mau direpotkan dengan kegiatan dalam memompa ASI di tempat bekerja. Bahkan sebagian ibu memilih mementingkan diri sendiri, dengan alasan mengganggu keindahan tubuh akhirnya ASI tidak diberikan. Di tempat bekerja, banyak kantor atau institusi kerja tidak mendukung program pemberian ASI. Tidak ada upaya penyiapan ruangan khusus untuk tempat menyusui atau memompa ASI saat ibu bekerja, di tempat umum seperti plasa, pertokoan atau bandara banyak tidak tersedia tempat khusus untuk menyusui bayi, apa lagi di daerah perkotaan harga sewa lahan yang sangat tinggi tampaknya para pengusaha tidak relakeuntungannya diberikan untuk tempat untuk kepentingan pemberian ASI pada bayi (Judarwanto, 2006). Menurut asumsi peneliti menunjukan bahwa adanya hubungan pekerjaan dengan pemberian ASI Eksklusif. Ini disebabkan karena banyaknya ibu bekerja yang tidak memberikan ASI Eksklusif pada bayinya, karena ibu terlalu sibuk dengan pekerjaannya dan mengganti ASI Eksklusif dengan susu formula. Hal ini terlihat dari hasil penelitian dimana ibu beranggapan bahwa susu formula adalah makanan yang baik untuk anaknya,dan sebagianibubekerja juga beranggapan bahwa Air Susu Ibu juga menyebabkan bayinya mencret. Hal ini disebabkan karenakurangnya pemahaman ibu tentang pemberian ASI Eksklusif, maka dianjurkan kepada ibu yang bekerja untuk sering mengikuti kegiatan yang 63

10 ada di Kelurahan Lubuk Minturun Wilayah kerja Puskesmas Air Dingin seperti penyuluhan tentang cara memerah atau memompa ASI pada ibu yang bekerjasupaya bayinya mendapatkan ASI Eksklusif, dan menyimpan ASI yang sudah di perah kedalam plizer kemudian di panaskan dalam suhu yang normal lalu diberikan pada bayi. KESIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan di Wilayah Kerja Puskesmas Air Dingin Padang, maka dapat disimpulkan bahwa: 1. Lebih dari separoh (65,8) ibu menyusui yang mempunyai bayi 7-12 bulan tidak memberikan ASI Eksklusif di Kelurahan Lubuk Minturun Wilayah Kerja 2. Lebih dari separoh (63,2%) ibu menyusui yang mempunyai bayi 7-12 bulan memiliki tingkat pengetahuan yang rendah di Kelurahan Lubuk Minturun Wilayah Kerja Puskesmas Air Dingin Padang. 3. Lebih dari separoh (63,2%) ibu menyusui yang mempunyai bayi 7-12 bulan memiliki sikap yang negatif di Kelurahan Lubuk Minturun Wilayah Kerja 4. Lebih dari separoh (60,5%) ibu menyusui yang mempunyai bayi 7-12 bulan memiliki pekerjaan di Kelurahan Lubuk Minturun Wilayah Kerja Puskesmas Air Dingin Padang. 5. Terdapat hubungan yang bermakna antara tingkat pengetahuan dengan pemberian ASI Eksklusif di Kelurahan Lubuk Minturun Wilayah Kerja 6. Terdapat hubungan yang bermakna antara sikap dengan pemberian ASI Eksklusif di Kelurahan Lubuk Minturun Wilayah Kerja Puskesmas Air Dingin Padang. 7. Terdapat hubungan yang bermakna antara pekerjaan dengan pemberian ASI Eksklusif di Kelurahan Lubuk Minturun Wilayah Kerja DAFTAR PUSTAKA Arikunto, Suharsimis, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek.cccccJakarta: Rineka Cipta Ari Setiawan Saryono, Metodologi penelitian KEBIDANAN DIII, DIV,S1 dan cccccs2. Yogyakarta : Nuha Medika Azwar Saifuddin, Pengantar Ilmu Medic Teoritis. Bandung Mandar Maju Depkes, Indonesia Sehat Jakarta : Depkes RI,

11 Dinas Keesehatan Kota Padang, Cakupan Pemberian Asi Ekslusif DiKota cccccadang Tahun 2014 Fifi Indramukti, Faktor Yang Berhubungan Dengan Praktik InisiasiMenyusui Dini (IMD) Pada Ibu Pasca Bersalin Normal. Unnes Journalof Public Health Laporan Tahunan Puskesmas Air Dingin Padang Padang, Data AsicccccEkslusif Goksen, Theory reasoning action tentang prilaku pemberian ASI Eksklusif. cccccjakarta. Judarwanto, Asuhan Kebidanan pada Ibu Nifas. Yogyakarta : Nuha Medika Ludvigsson, Effectof Familial Distress on Growth and Maturation ofgiris: a Longitudinal Study, American Journal of Human Biology, vol. 13, issue 6, November, pp Maryunani,dkk,2012.AsuhanKegawatDa ruratandalamkebidanan,transin fo cccmedia, Jakarta Maryunani, Inisiasi Menyusui Dini, ASI Ekslusif dan ManajemenLaktasi. cccccjakarta : TIM Markum,2007.IlmuKesehatanAnak.Jakar ta : FKUI Notoatmodjo, Promosi Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta Notoatmodjo, 2010.Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta Notoatmodjo, Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta Nursima, Faktor-faktor yang mempengaruhi ASI Eksklusif pada Usia 0-6 cccccbulan di Puskesmas Kinali Tahun Prasetyono, DS BukuPintar ASI Ekslusif.Jogjakarta : Diva Press RISKESDAS, Riset Kesehatan Dasar,Badan PenelitiandanPengembangan Kesehatan. Kementrian Kesehatan RI Sativa, 2012.Pengantar Ilmu Kesehatan Anak untuk Pendidikan Kebidanan.Jakarta:cccccSalemb a Medika Sejatiningsih, ASI Petunjuk Bagi Tenaga Kesehatan. Jakarta : EGC Sudarti, Asuhan Kebidanan Neonatus, Bayi dan Anak Belita.Yogyakarta : cccccnuha Medika Suryoprajogo,2009.Kejadian Menyusui.Jogjakarta : Keyword Suharyono,2003.Mengenal Anak dan Mensikapi ASI Ekslusif. Jakarta :SalembacccccMadika Swamurni, Buku ajar Gizi Untuk Kebidanan. Yogyakarta : NuhaMedika Yanti, Putri Elmi, Hubungan Tingkat Pengetahuan dan Sosial Ekonomi cccccterhadap Pemberian ASI Eksklusif di Kelurahan Limau Manis Selatan Wilayah ccccckerja Puskesmas pauh Tahun 2013 Yuliana Nana, Hubungan Tingkat Pengetahuan dengan Pemberian ASI ccccceksklusif di Puskesmas Sidoarjo tahun Yuliarti, Nurheti, Konsep Dasar Menyusui Bayi. Yogyakarta : AndiYogyakarta 65