BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Kepercayaan Diri. kepercayaan diri adalah kombinasi dari self esteem dan self-efficacy.

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Kepercayaan Diri. kepercayaan diri adalah kombinasi dari self esteem dan self-efficacy."

Transkripsi

1 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kepercayaan Diri 1. Pengertian Kepercayaan diri Ignoffo (1999) secara sederhana mendefenisikan kepercayaan diri berarti memiliki keyakinan terhadap diri sendiri. Menurut Neill (Hadi & Putri, 2005) kepercayaan diri adalah kombinasi dari self esteem dan self-efficacy. Lauster (Fasikhah, 1994), menyatakan bahwa kepercayaan diri merupakan suatu sikap atau perasaan yakin atas kemampuan diri sendiri sehingga orang yang bersangkutan tidak terlalu cemas dalam tindakan-tindakannya, dapat merasa bebas untuk melakukan hal-hal yang disukainya dan bertanggung jawab atas perbuatannya, hangat dan sopan dalam berinteraksi dengan orang lain, dapat menerima dan menghargai orang lain, memiliki dorongan untuk berprestasi serta dapat mengenal kelebihan dan kekurangannya. Kepercayaan diri adalah sikap positif seorang individu yang merasa memiliki kompetensi atau kemampuan untuk mengembangkan penilaian positif baik terhadap dirinya maupun lingkungan (Jacinta, 2002). Menurut Hasan (Iswidharmanjaya, 2004) menyatakan kepercayaan diri adalah percaya akan kemampuan sendiri yang memadai dan menyadari kemampuan yang dimiliki, serta dapat memanfaatkan secara tepat. Coopersmith (Nazwali, 1996) menjelaskan bahwa ketika individu lebih aktif, mempunyai perilaku yang bertujuan, bersemangat dalam menjalankan 11

2 12 kehidupan sehari-hari baik yang bersifat individual maupun yang bersifat kelompok cenderung memiliki kepercayaan diri yang tinggi. Sedangkan menurut Hakim (2002) menjelaskan kepercayaan diri yaitu sebagai suatu keyakinan seseorang terhadap segala aspek kelebihan yang dimilikinya dan keyakinan tersebut membuatnya merasa mampu untuk dapat mencapai berbagai tujuan dalam hidupnya. Menurut Uqshari (2005) kepercayaan diri adalah keyakinan seorang individu akan kemampuan yang dimiliki sehingga merasa puas dengan keadaan dirinya. Kepercayaan diri bukan merupakan sesuatu yang sifatnya bawaan tetapi merupakan sesuatu yang terbentuk dari interaksi. Waterman (Sakinah, 2005) mengatakan bahwa untuk menumbuhkan kepercayaan diri diperlukan situasi yang memberikan kesempatan untuk berkompetisi, karena menurut Markus dan Wurf (Sakinah, 2005) seseorang belajar tentang dirinya sendiri melalui interaksi langsung dan komparasi sosial. Dari interaksi langsung dengan orang lain akan diperoleh informasi tentang diri dan dengan melakukan komparasi sosial seseorang dapat menilai dirinya sendiri bila dibandingkan dengan orang lain. Seseorang akan dapat memahami diri sendiri dan akan tahu siapa dirinya yang kemudian akan berkembang menjadi percaya diri. Kepercayaan diri memiliki kaitan yang erat dengan self-eficacy. Bandura (1997) menyatakan self eficacy adalah penilaian mengenai seberapa baik seseorang dapat menampilkan perilaku yang dibutuhkan untuk mengatasi situasi atau tugas tertentu.

3 13 Dalam dunia olahraga istilah kepercayaan diri lebih dikenal dengan sebutan sport-confidence. Vealley (1986) mendefenisikan sport-confidence sebagai keyakinan individu mengenai kemampuannya untuk berhasil dalam olahraga. Menurut Singer (Setyobroto, 2005), percaya diri adalah perasaan bahwa dirinya memiliki kemampuan untuk melakukan apa yang harus dilakukan. Sedangkan Anshel (1991) menyatakan bahwa : sport confidence is a state, a transitory and situational belief or deegree of certainty at one particular moment about one s ability to be successfull in sport. Berdasarkan uraian di atas maka dapat disimpulkan bahwa kepercayaan diri adalah perasaan yakin akan kemampuan diri sendiri yang mencakup penilaian dan penerimaan yang baik terhadap dirinya secara utuh, bertindak sesuai dengan apa yang diharapkan oleh orang lain sehingga individu dapat diterima oleh orang lain maupun lingkungannya. Penerimaan ini meliputi penerimaan secara fisik dan psikis. 2. Karakteristik Kepercayaan diri Menurut Ignoffo (1999), terdapat beberapa karakteristik yang menggambarkan individu yang memiliki kepercayaan diri yaitu : a. Memiliki cara pandang yang positif terhadap diri. b. Yakin dengan kemampuan yang dimiliki. c. Melakukan sesuatu sesuai dengan apa yang dipikirkan. d. Berpikir positif dalam kehidupan. e. Bertindak mandiri dalam mengambil keputusan. f. Memiliki potensi dan kemampuan.

4 14 Menurut Hakim (2002) mengungkapkan beberapa ciri-ciri orang yang memiliki kepercayaan diri adalah : a. Selalu bersikap tenang dan tidak mudah menyerah. b. Mempunyai potensi dan kemampuan yang memadai. c. Mampu menetralisasi ketegangan yang muncul pada situasi tertentu. d. Memiliki kondisi mental dan fisik cukup menunjang penampilan. e. Memiliki kecerdasan yang cukup. f. Memiliki tingkat pendidikan formal yang cukup. g. Memiliki keahlian dan keterampilan yang menunjang kehidupannya, misal keterampialn bahasa asing. h. Memiliki kemampuan sosialisasi. i. Memiliki latar belakang pendidikan keluarga yang baik. j. Memiliki pengalaman hidup yang menempah mentalnya menjadi kuat dan tahan dalam menghadapi berbagai cobaan. k. Selalu bersikap positif dalam menghadapi berbagai masalah. l. Mampu menyesuaikan diri dan berkomunikasi dalam berbagai situasib. Penilaian negatif 3. Aspek-aspek Kepercayaan diri Berdasarkan model sport confidence yang dikembangkannya, vealley dan Knight (Horn, 2008) mengidentifikasi tiga aspek dalam sport-confidence: a. Physical skills and Training (Latihan dan Keterampilan Fisik)

5 15 Merupakan tingkat keyakinan atau kepercayaan atlet bahwa dirinya memiliki kemahiran dan keterampilan fisik yang dibutuhkan untuk mencapai kesusksesan. b. Cognitive Efficiency (Efisiensi Kognitif) Merupakan tingkat keyakinan atau kepercayaan atlet bahwa dirinya mampu memfokuskan diri, mampu memelihara konsentrasi dan membuat keputusan untuk mencapai kesuksesan. c. Resilience (Keuletan) Merupakan tingkat keyakinan atau kepercayaan atlet bahwa dirinya mampu memfokuskan diri kembali setelah berbuat kesalahan, mampu segera bangkit setelah penampilan yang buruk, mampu mengatasi keraguan masalah dan penurunan untuk mencapai kesuksesan. 4. Faktor-faktor yang mempengaruhi Kepercayaan diri Vealey, dkk (1998) menemukan sembilan sumber atau faktor yang mempengaruhi kepercayaan diri atlet olahraga atau sport confidence, yaitu : a. Mastery, yaitu informasi yang diterima oleh individu tentang kemampuan diri yang dimilikinya, dapat berupa persuasi verbal dari orang lain sehingga individu mempercayai dirinya sendiri bahwa ia mampu mengatasi masalah. b. Demonstration of Ability, yaitu keyakinan bahwa dirinya dapat menunjukkan kemampuan pada orang lain dan dapat membuktikan bahwa ia memiliki kemampuan yang lebih baik karena berhasil mengalahkan lawan. c. Physical / Mental preparation, yaitu kesiapan secara fisik dan kesiapan secara mental yang dirasakan oleh atlet.

6 16 d. Physical Self-presentation, yaitu perasaan-perasaan individu yang positif mengenai tubuh fisik atau citra tubuhnya, sehingga berpengaruh positif terhadap perasaan individu tentang dirinya secara umum. e. Social Support, yaitu dukungan yang menguntungkan yang diperoleh individu dari lingkungan sosialnya, berbentuk ungkapan, penghargaan, ungkapan cinta kasih, pemberian informasi, pemberian saran secara verbal maupun nonverbal. f. Coaches Leadership, yaitu kemampuan pelatih yang meliputi aspek pembuatan keputusan, teknik memotovasi, memberikan umpan balik, dan mengarahkan kelompok atau suatu regu dengan penuh percaya diri. g. Vicarious experiences, yaitu adanya observasi kemudian meniru penampilan orang lain yang nantinya akan diterapkan kedirinya sendiri. h. Environmental Confort, yaitu kenyamanan kondisi fisik lingkungan yang dihadapi atlet, seperti : cuaca, tempat bertanding, dan fasilitas yang ada untuk mendukung pertandingan atau latihan. i. Situational favorableness, yaitu perasaan bahwa situasi pertandingan sesuai dengan keinginannya, misalnya saat pihak panitia pelaksana pertandingan turut mendukung atlet yang bersangkutan. Menurut Feltz (1984) ada enam elemen atau sumber yang mempengaruhi kepercayaan diri, yaitu: hasil yang pernah dicapai, terlibat dengan keberhasilan orang lain, persuasi verbal, pengalaman imagery, kondisi fisiologis, dan kondisi emosional. Keenam sumber inilah yang kemudian membentuk keyakinan dan selanjutnya mempengaruhi penampilan kinerja olahraga.

7 17 Bandura (Satiadarma, 2000) mengemukakan bahwa keyakinan atau kepercayaan diri seseorang bersumber pada empat hal utama yaitu: hasil yang pernah dicapai, model perilaku, persuasi verbal, dan gugahan emosional. Keempat sumber ini yang kemudian membentuk kepercayaan diri untuk selanjutnya mempengaruhi performa olahraga. Hasil yang pernah dicapai Ada model prilaku Persuasi Verbal Kepercayaan Diri Performa Olahraga Gugahan Emosional Gambar 1. : Hubungan sumber kepercayaan diri dan performa olahraga B. Kecemasan Bertanding 1. Pengertian Kecemasan Bertanding Kecemasan adalah kondisi emosi negatif ditandai perasaan gugup, kuatir, takut dan diikuti oleh aktivasi atau arousal dalam tubuh (Weinberg & Gould, 1995 dalam Jarvis, 2006). Bisa dikatakan bahwa kecemasan adalah arousal yang tidak nyaman. Cemas adalah kombinasi antara intensitas perilaku dan arah dari emosi yang lebih bersifat negatif (Bird, 1986). Kecemasan merupakan suatu respon yang disebabkan oleh adanaya ancaman yang sumbernya tidak diketahui, samar-samar dan bersifat internal (Kaplan dkk, 1997). Selanjutnya dijelaskan bahwa kecemasan merupakan suatu sinyal yang menyadarkan dan memperingatkan seseorang akan adanya bahaya

8 18 yang mengancam dan memungkinkan seseorang untuk mengambil tindakan dan menghindari ancaman tersebut. Menurut Daradjat (1990) Kecemasan adalah manifestasi dari berbagai proses emosi yang bercampur baur, yang terjadi ketika seseorang mengalami tekanan perasaaan (frustasi) dan pertentangan batin (konflik). Kecemasan itu memiliki segi yang disadari seperti rasa takut, terkejut, tidak berdaya, rasa berdosa atau bersalah, terancam dan sebagainya. Juga ada segi-segi yang terjadi di luar kesadaran dan tidak bisa menghindari perasaan yang tidak menyenangkan itu. Rasa cemas itu terdapat dalam semua gangguan dan penyakit jiwa, dan ada bermacam-macam pula. Kecemasan menurut Greenberg & Padesky (Ekowarni & Hinggar Ganari, 2009) merupakan suatu keadaan khawatir, gugup atau takut, ketika berhadapan dengan pengalaman yang sulit dalam kehidupan seseorang dan menganggap bahwa sesuatu yang buruk akan terjadi. Menurut Atkinson (1996) kecemasan adalah emosi yang tidak menyenangkan yang ditandai dengan istilah-istilah seperti Kekhawatiran, keprihatinan, dan rasa takut, yang kadang-kadang di alami dalam tingkat yang berbeda-beda. Kecemasan adalah ketakutan yang tidak nyata, suatu perasaan terancam sebagai tanggapan terhadap sesuatau yang sebenarnya tidak mengancam (Sobur, 2003). Kecemasan adalah suatu keadaan emosional yang mempunyai ciri ketegangan fisiologis, perasaan tegang yang tidak menyenangkan, dan perasaaan aprehensif bahwa sesuatu yang buruk akan terjadi (Nevid, 2003). Menurut Barlow dan Durand (2006) Kecemasan adalah keadaan suasana-hati yang

9 19 ditandai oleh afek negatif dan gejala-gejala ketegangan jasmaniah dimana seseorang mengantisipasi kemungkinan datangnya bahaya atau kemalangan dimasa yang akan datang dengan perasaan khawatir. Kecemasan mungkin melibatkan perasaan, perilaku, dan respons-respons fisiologis. Asosiasi Psikiater Amerika berpendapat anxiety (kecemasan) adalah keadaan suasana perasaan (mood) yang ditandai oleh gejala-gejala jasmaniah seperti ketegangan fisik dan kekhawatiran tentang masa depan (Barlow dan Durand, 2006). Menurut Freud (Barlow & Durand, 2006) salah satu pokok pertama yang memfokuskan diri pada makna penting kecemasan, membedakan kecemasan obyektif dan kecemasan neurotis. Freud memandang kecemasan obyektif sebagai respon yang realistis terhadap bahaya eksternal yang maknanya sama dengan rasa takut. Dia yakin bahwa kecemasan neorotis timbul dari konflik tak sadar dalam diri individu. Karena konflik tidak disadari individu tidak mengetahui alasan kecemasannya (Barlow dan Durand, 2006). Dari beberapa pernyataan mengenai definisi kecemasan tersebut, penelitian ini mencoba melihat kecemasan yang terjadi pada atlet. Kecemasan yang akan diukur yakni kecemasan bertanding. Kecemasan bertanding termasuk kedalam konsep diri state anxiety. Jarvis (2006) mengatakan bahwa state anxiety atau bisa juga dikatakan sebagai A-state merupakan suatu kecemasan yang dirasakan berdasarkan situasi dan peristiwa yang dihadapi. Sehingga state anxiety ini sangat dipengaruhi oleh situasi dan kondisi lingkungan yang akan menyebabkan tinggi dan rendahnya kecemasan yang dihadapi oleh seseorang. Contohnya, seorang atlet akan merasa sangat

10 20 tegang dalam sebuah perebutan gelar juara dunia. Akan tetapi,tidak begitu tegang ketika menjalani pertandingan dalam kejuaraan nasional. Adapun hal-hal lain yang dirasakan ketika berada pada kondisi cemas yang dilihat dari sisi kognitif dan somatik. Dari sisi kognitif akan adanya fikiran fikiran cemas seperti kuatir, ragu-ragu, bayangan kekalahan atau perasaan malu. Sedangkan dari sisi somatik, akan terlihat tanda-tanda seperti perut mual, keringat dingin, kepala terasa berat, muntah-muntah, pupil mata melebar, otot menegang dan sebagainya. Kedua sisi kecemasan ini terjadi secara bersamaan, artinya ketika seorang atlet atau pemain sepakbola mempunyai keragu-raguan saat akan dan sedang bertanding, maka dalam waktu yang bersamaan dia akan mengalami kecemasan somatik, yakni dengan adanya perubahan-perubahan fisiologis (Komarudin, 2013). Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud kecemasan pada seorang atlet ialah perasaan yang dirasa sebagai ancaman atas penampilan dan kepercayaan diri pada satu situasi dan kondisi tertentu. Adapun respon yang dirasa ketika atlet merasakan kecemasan yakni tubuh merasa tegang, perasaan tidak nyaman akan situasi tertentu, jantung berdegup kencang, dan tidak dapat berkonsentrasi. Sehingga, ketika atlet merasakan kecemasan, biasanya gejala-gejala tersebut muncul sebagai respon akan perasaan yang dianggap sebagai ancaman atas penampilan atlet. 2. Macam Macam Kecemasan Konsep kecemasan pada dasarnya banyak dipengaruhi oleh teori perkembangan Sigmund Freud. Kecemasana sebagai suatu tanda terhadap

11 21 adanya keadaaan yang membahayakan. Kecemasan yang menggagnggu tersebut berusaha dihilangkan dengan cara penyesuaian diri yang efektif. Reaksi-reaksi yang dilakukan individu berbeda-beda. Manusia akan berusaha menghilangkan kecemasan dengan menggunakan mekanisme pertahanan (defence mechanism) (Suryabrata,1993) Biasanya reaksi individu terhadap ancaman ketidaksenangan dan pengrusakan yang belum dihadapinya ialah menjadi cemas atau takut. Orang yang merasa terancam umumnya adalah orang yang penakut. Kalau ego mengontrol soal ini, maka orang lalu menjadi dikejar oleh kecemasan atau ketakutan (Suryabrata, 1993). Sigmund Freud (Zeviera, 2007) mengemukakan adanya tiga macam kecemasan, yaitu: a. Kecemasan Realitas Dari ketiga macam kecemasan itu yang paling pokok adalah kecemasan atau ketakutan yang realistis, atau takut akan bahaya-bahaya di dunia luar, kedua kecemasan yang lain diasalkan dari kecemasan yang realistis ini (Suryabrata, 2007) b. Kecemasan Neorotis Kecemasan neorotis adalah kecemasan kalau-kalau instink-instik tidak dapat dikendalikan dan menyebabkan orang berbuat sesuatau yang dapat dihukum. kecemasan ini sebenarnya mempunyai dasar di dalam realitas, karena dunia sebagaimana diawali oleh orang tua dan lain-lain orang yang memegang kekuasaan itu menghukum anak yang melakukan tindakan impulsif.

12 22 c. Kecemasan Moral adalah kecemasan kata hati Kecemasan ini akan dirasakan ketika ancaman datang dari luar, dari dunia fisik,tetapi dari dunia sosial super ego yang telah terinternalisasikan ke dalam diri kita. kecemasan moral ini adalah kata lain dari rasa mal, rasa bersalah atau rasatakut mendapat sanksi. 3. Gejala Gejala Kecemasan Gejala-gejala kecemasan yang bersifat fisik diantaranya adalah : jari tangan dingin, detak jantung makin cepat, berkeringat dingin, kepala pusing, nafsu makan berkurang, tidur tidak nyenyak, dada sesak. Gejala yang bersifat mental adalah : ketakutan merasa akan ditimpa bahaya, tidak dapat memusatkan perhatian, tidak tenteram, ingin lari dari kenyataan (Siti Sundari, 2004). Menurut Martaniah (2001) kecemasan menghasilkan respon fisik maupun psikologis diantaranya: Fisik : perut seakan diikat, Jantung berdebar lebih keras, berkeringat, nafas tersengal. Psikologis : merasa tertekan, menjadi sangat waspada karena takut terhadap bahaya, sulit rileks, dan juga sulit merasa enak dalam segala situasi. Sementara Nevid (2003) membagi gejala kecemasan menjadi 3 yakni : a. Fisik Tangan atau anggota tubuh gemetar, banyak berkeringat, sulit berbicara, suara yang bergetar, panas dingin, wajah memerah, merasa lemas, pusing, sering buang air kecil, pening atau pingsan, jari-jari atau anggota tubuh yang menjadi dingin. b. Behavioral

13 23 Perilaku menghindar, perilaku melekat dan dipenden, perilaku terguncang c. Kognitif Kekhawatiran tentang sesuatu, perasaan terganggu atau ketakutan terhadap sesuatu yang terjadi dimasa depan, keyakinan bahwa sesuatu yang mengerikan akan terjadi, khawatir terhadap hal-hal sepele, berfikir harus bisa kabur dari keramaian, pikiran terasa bercampuk aduk, sulit memfokuskan fikiran, berfikir semuanya tidak bisa lagi dikendalikan. 4. Dimensi Kecemasan Bertanding Dimensi dari kecemasan berolahraga terlihat dari skala yang akan digunakan dalam penelitian ini. Skala yang digunakan yakni The Competitive State Anxiety Inventory 2 (CSAI-2) yang dibuat oleh Martens, Vealey, dan Burton (1990). Dalam skala tersebut, pertanyaan dibagi kedalam tiga jenis yakni Cognitive Anxiety, Somatic Anxiety, dan Self-Confidence. Ketiga jenis tersebutlah yang menjadi dimensi dari kecemasan olahraga terutama dari state anxiety. Cognitive Anxiety atau kecemasan kognitif didefinisikan sebagai kekhawatiran atau pikiran negatif individu atau kekhawatiran tentang kinerja, serta gangguan perhatian dan kurang konsentrasi. Somatic Anxiety atau kecemasan somatik dapat diidentifikasi sebagai gejala reaksi fisik yang mungkin terjadi pada individu yang meliputi keringat berlebihan, peningkatan denyut jantung, badan gemetar atau tegang (Martens, Valey, dan Burton, 1990), sedangkan self confidence berarti kepercayaan diri. Selain daripada itu, adapun

14 24 prediksi bahwa kecemasan somatik seharusnya menurun setelah pertandingan dimulai atau ketika atlet tersebut bertanding, akan tetapi kecemasan kognitif akan tetap terasa apabila seorang atlet memiliki kepercayaan diri yang rendah. Berdasarkan prediksi tersebut, terlihat bahwa ketiganya sama-sama berkaitan dalam hal kecemasan berolahraga. C. Hubungan Kecemasan Bertanding dan Kepercayaan diri Atlet Perasaan cemas merupakan perasaan yang dapat mengganggu seseorang ketika dihadapkan pada satu situasi. Pertandingan olahraga merupakan satu dari sekian banyak situasi yang dapat menimbulkan kecemasan bagi individu yang berperan didalamnya. Perasaan cemas dalam pertandingan olahraga umumnya dirasakan langsung oleh atlet, dimana kecemasan pada atlet dapat dilihat dari 3 dimensi yakni kognitif, somatik, dan kepercayaan diri. Kecemasan dari dimensi kognitif akan terasa ketika seorang atlet merasakan kekhawatiran atau pikiran negatif individu atau kekhawatiran tentang kinerja ketika bertanding, serta gangguan perhatian dan kurang konsentrasi ketika bertanding. Kecemasan dari dimensi somatik akan terasa pada reaksi fisik seperti keringat berlebihan, peningkatan denyut jantung, badan gemetar atau tegang. Dimensi kecemasan yang terakhir yakni kepercayaan diri, percaya diri atau tidaknya seorang atlet akan mempengaruhi penampilan dan mempengaruhi juga tingkat kecemasan ketika bertanding. Ketiga dimensi kecemasan tersebut sama dengan ketiga dimensi yang ada pada alat ukur yang akan digunakan pada penelitian ini, yakni Competitive State Anxiety Inventory-2 (CSAI-2) yang dibuat oleh Martens, Vealey, dan Burton

15 25 (1990). Dari ketiga dimensi tersebut, banyak kejadian atlet atau lebih tepatnya pemain sepakbola mengalami kecemasan dari sisi kognitif, dimana kekhawatiran akan penampilan yang kurang memuaskan ketika bertanding yang menghasilkan pemain tersebut banyak melakukan kesalahan, hal tersebut juga terjadi karena kurangnya konsentrasi dan banyaknya pikiran akan kemenangan di pertandingan tersebut juga turut menjadi beban bagi para pemain yang bertanding. Ketika kognitif mereka sudah dilanda cemas, maka akan muncul gejala-gejala fisiologis lainnya, seperti peningkatan denyut jantung, keringat berlebih, dan tegang yang mengakibatkan mudah lelahnya pemain sepakbola tersebut, dan ketika perasaanperasaan cemas itu melanda, akan menghasilkan penampilan bertanding yang kurang memuaskan baik bagi klub, pelatih, maupun bagi yang mendukung atau suporter. Selain daripada dimensi-dimensi kecemasan yang dapat mengukur cemas atau tidaknya seorang atlet bertanding, adapun hal-hal yang dapat mempengaruhi tingkat kecemasan seorang atlet ketika bertanding. Seorang atlet akan cenderung merasa cemas ketika dihadapkan pada pertandingan yang sifatnya begitu penting untuk mendapatkan kemenangan, selain itu juga harapan yang diberikan oleh lingkungan sekitar menjadikan satu penyebab besarnya kemungkinan seorang atlet merasa cemas. Selain daripada itu, faktor dari atlet itu sendiri turut berperan. Trait Anxiety atau sifat bawaan yang dimiliki atlet terhadap kecemasan dan kekhawatiran atlet itu sendiri terhadap perasaan cemasnya menjadi faktor dari dalam diri atlet yang memungkinkan untuk memunculkan perasaan cemas baik sebelum bertanding maupun ketika bertanding. Selain itu kecemasan bertanding diyakini memiliki

16 26 hubungan yang negatif dengan kepercayaan diri atlet. Koivula, Hassmen, & Fallby (2002) menegaskan pernyataan tersebut dengan penelitiannya yang menghubungkan kecemasan bertanding dan kepercayaan diri atlet. Dalam olahraga kepercayaan diri (self confidence) menjadi salah satu faktor penentu suksesnya seorang atlet. Salah satu modal utama yang dibutuhkan atlet saat bertanding adalah kepercayaan diri atas kemampuannya untuk mencapai hasil yang baik (Besharat, 2011). Masalah kurang atau hilangnya rasa kepercaaan diri terhadap kemampuan diri sendiri cenderung mengakibatkan atlet tampil di bawah kemampuannya. Kepercayaan diri (self Confidence) menunjuk pada penilaian seseorang terhadap kemampuannya sendiri, baik kemampuan dalam mengatasi masalah, mencapai target, menumbuhkan motivasi dan dalam menghadapi lingkungan yang tidak menentu. Apabila seseorang mempunyai kepercayaan diri (self confidence) yang tinggi, maka ia akan mengarahkan semua potensi dan sumber daya yang dimiliki baik fisik maupun psikologis untuk mencapai hasil yang optimal atau sesuai dengan harapan mereka (Idruss & Rohmiati, 2008). Kepercayaan diri (self confidence) juga menunjuk pada seberapa besar usaha yang akan diberikan untuk mencapai hasil kerja yang optimal, khususnya dalam menghadapi tugas-tugas dari lingkungannya. Situasi pertandingan akan direspon oleh orang yang mempunyai kepercayaan diri yang tinggi dengan sikap dan perilaku yang positif, sehingga performa atlet akan terus meningkat. Kepercayaan diri (self confidence) dalam menghadapi suatu keadaan dipengaruhi oleh tingginya kecemasan yang dialami seseorang pada

17 27 keadaan tertentu (Espejel, 2013), dalam hal ini keadaan menghadapi pertandingan. Semakin rendah kecemasan yang dimiliki atlet, maka atlet semakin memiliki kepercayaan diri walaupun dalam menghadapi keadaan yang tertekan yaitu menghadapi pertandingan. Sehingga atlet dapat menampilkan performa yang terbaik, begitu juga sebaliknya, atlet yang memiliki kecemasan yang tinggi, mereka akan merasa kurang percaya diri dalam menghadapi situasi yang mereka anggap sebagai sebuah tekanan. Setiap komptetisi olahraga memiliki pengaruh terhadap kepercayaan diri. Proses yang berlangsung selama kompetisi merupakan proses kecemasan bertanding yang terjadi dalam diri individu sebagai akibat dari situasi kompetisi yang sebenarnya. Atlet yang tampil pada kompetisi olahraga tingkat tinggi secara umum menunjukkan tingkat kecemasan bertanding yang lebih tinggi dari pada atlet yang tampil pada kompetisi tingkat bawah (Yulianto, 2006). Hasil studi lain menunjukkan bahwa kecemasan bertanding meningkat ketika presentasi kemungkinan menang menurun. Berdasarkan paparan di atas, dapat dikatakan bahwa kepercayaan diri (self confidence) berhubungan erat dengan kecemasan bertanding. Kepercayaan pada diri atlet dapat menurunkan kecemasan bertanding pada atlet baik sebelum bertandingan maupun saat sedang bertanding, begitu pula sebaliknya, kecemasan bertanding yang tinggi dapat menurunkan tingkat kepercayaan diri pada kemampuan yang dimiliki.

18 28 D. Hipotesis Hipotesis dalam penelitian ini adalah adanya hubungan negatif antara kecemasan bertanding dan kepercayaan diri atlet olahraga.

BAB II KAJIAN TEORETIK. 1. Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis. a. Pengertian Kemampuan Pemecahan Masalah

BAB II KAJIAN TEORETIK. 1. Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis. a. Pengertian Kemampuan Pemecahan Masalah BAB II 6 KAJIAN TEORETIK A. Deskripsi Konseptual 1. Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis a. Pengertian Kemampuan Pemecahan Masalah Menurut Gibson (1996) Kemampuan (ability) adalah kapasitas individu untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. diperhatikan, seperti waktu latihan, waktu makan, dan waktu istirahat pun diatur

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. diperhatikan, seperti waktu latihan, waktu makan, dan waktu istirahat pun diatur BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Menjadi seorang atlet diperlukan kerja keras dari awal sampai akhir, seperti persiapan saat latihan yang keras, mempersiapkan kondisi fisik dan tubuh mereka,

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Self Efficacy 2.1.1 Pengertian Self Efficacy Self efficacy berasal dari teori Bandura (1997) yaitu teori kognisi belajar sosial. Teori kognisi belajar sosial mengacu pada kemampuan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TEORITIS. atau ancaman atau fenomena yang sangat tidak menyenangkan serta ada

BAB II TINJAUAN TEORITIS. atau ancaman atau fenomena yang sangat tidak menyenangkan serta ada BAB II TINJAUAN TEORITIS A. Kecemasan 1. Defenisi Kecemasan adalah keadaan yang menggambarkan suatu pengalaman subyektif mengenai ketegangan mental kesukaran dan tekanan yang menyertai suatu konflik atau

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Setiap orang cenderung pernah merasakan kecemasan pada saat-saat

BAB I PENDAHULUAN. Setiap orang cenderung pernah merasakan kecemasan pada saat-saat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Setiap orang cenderung pernah merasakan kecemasan pada saat-saat tertentu, dan dengan tingkat yang berbeda-beda. Kecemasan merupakan salah satu bentuk emosi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. bila dihadapkan pada hal-hal yang baru maupun adanya sebuah konflik.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. bila dihadapkan pada hal-hal yang baru maupun adanya sebuah konflik. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kecemasan pada dasarnya menyertai di setiap kehidupan manusia terutama bila dihadapkan pada hal-hal yang baru maupun adanya sebuah konflik. Sebenarnya kecemasan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Kecemasan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Kecemasan BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kecemasan 1. Definisi Kecemasan Kecemasan atau anxietas adalah status perasaan tidak menyenangkan yang terdiri atas respon-respon patofisiologis terhadap antisipasi bahaya yang

Lebih terperinci

2016 HUBUNGAN ANTARA KECEMASAN SEBELUM BERTANDING DENGAN PERFORMA ATLET PADA CABANG OLAHRAGA BOLA BASKET

2016 HUBUNGAN ANTARA KECEMASAN SEBELUM BERTANDING DENGAN PERFORMA ATLET PADA CABANG OLAHRAGA BOLA BASKET BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Olahraga tim yang berkembang dalam masyarakat saat ini salah satunya adalah bolabasket. Olahraga bolabasket sudah mengalami banyak perubahan dari pertama lahirnya

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. 2.1 Kecemasan Menghadapi Ujian Nasional Pengertian Kecemasan Menghadapi Ujian

BAB II LANDASAN TEORI. 2.1 Kecemasan Menghadapi Ujian Nasional Pengertian Kecemasan Menghadapi Ujian BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Kecemasan Menghadapi Ujian Nasional 2.1.1 Pengertian Kecemasan Menghadapi Ujian Kecemasan adalah perasaan campuran berisikan ketakutan dan keprihatinan mengenai masa-masa mendatang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TEORI

BAB II TINJAUAN TEORI BAB II TINJAUAN TEORI A. Teori 1. Kecemasan Situasi yang mengancam atau yang dapat menimbulkan stres dapat menimbulkan kecemasan pada diri individu. Atkinson, dkk (1999, p.212) menjelaskan kecemasan merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Mohammad Zepi Prakesa, 2016

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Mohammad Zepi Prakesa, 2016 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sejak zaman dahulu, olahraga telah dikenal sebagai aktivitas yang mempunyai berbagai manfaat baik bagi pelaku olahraga maupun orang lain yang menonton. Perkembangan

Lebih terperinci

LAMPIRAN A. Data Try Out A-1DATA TRY OUT KECEMASAN BERBICARA DI DEPAN KELAS A-2DATA TRY OUT BERPIKIR POSITIF

LAMPIRAN A. Data Try Out A-1DATA TRY OUT KECEMASAN BERBICARA DI DEPAN KELAS A-2DATA TRY OUT BERPIKIR POSITIF 52 LAMPIRAN A Data Try Out A-1DATA TRY OUT KECEMASAN BERBICARA DI DEPAN KELAS A-2DATA TRY OUT BERPIKIR POSITIF 53 LAMPIRAN A-1 Data Try Out KECEMASAN BERBICARA DI DEPAN KELAS 54 55 LAMPIRAN A-2 Data Try

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pendidikan rakyatnya rendah dan tidak berkualitas. Sebaliknya, suatu negara dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pendidikan rakyatnya rendah dan tidak berkualitas. Sebaliknya, suatu negara dan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan mempunyai peran yang penting bagi peningkatan kualitas sumber daya manusia. Suatu bangsa akan tertinggal dari bangsa lain apabila pendidikan rakyatnya

Lebih terperinci

PENGARUH BIMBINGAN BELAJAR TERHADAP KECEMASAN SISWA DALAM MENGHADAPI UJIAN NASIONAL. Skripsi

PENGARUH BIMBINGAN BELAJAR TERHADAP KECEMASAN SISWA DALAM MENGHADAPI UJIAN NASIONAL. Skripsi PENGARUH BIMBINGAN BELAJAR TERHADAP KECEMASAN SISWA DALAM MENGHADAPI UJIAN NASIONAL Skripsi Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Dalam Mencapai Derajat Sarjana S-1 Psikologi Diajukan oleh : Amila Millatina

Lebih terperinci

KECEMASAN DALAM OLAHRAGA. Nur Azis Rohmansyah. PJKR, FPIPSKR, Universitas PGRI Semarang

KECEMASAN DALAM OLAHRAGA. Nur Azis Rohmansyah. PJKR, FPIPSKR, Universitas PGRI Semarang KECEMASAN DALAM OLAHRAGA Nur Azis Rohmansyah PJKR, FPIPSKR, Universitas PGRI Semarang nurazisrohmansyah30@gmail.com Abstrak Kecemasan merupakan gejala psikologis yang ditandai dengan rasa khawatir, gugup,

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA KEPERCAYAAN DIRI DENGAN KECEMASAN MENGHADAPI PERSALINAN PADA IBU HAMIL PRIMIGRAVIDA TRISEMESTER KE-III DI RSNU TUBAN

HUBUNGAN ANTARA KEPERCAYAAN DIRI DENGAN KECEMASAN MENGHADAPI PERSALINAN PADA IBU HAMIL PRIMIGRAVIDA TRISEMESTER KE-III DI RSNU TUBAN HUBUNGAN ANTARA KEPERCAYAAN DIRI DENGAN KECEMASAN MENGHADAPI PERSALINAN PADA IBU HAMIL PRIMIGRAVIDA TRISEMESTER KE-III DI RSNU TUBAN Munfi atur Rofi ah (09410176) Fakultas Psikologi Universitas Islam Negeri

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSI DENGAN KECEMASAN SEBELUM MENGHADAPI PERTANDINGAN PADA ATLET FUTSAL NASKAH PUBLIKASI

HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSI DENGAN KECEMASAN SEBELUM MENGHADAPI PERTANDINGAN PADA ATLET FUTSAL NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSI DENGAN KECEMASAN SEBELUM MENGHADAPI PERTANDINGAN PADA ATLET FUTSAL NASKAH PUBLIKASI Diajukan oleh : Rachmad Darmawan F100090178 FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menerus merupakan aspek yang harus dibina dalam olahraga. sampai sasaran perilaku. McClelland dan Burnham (2001), motivasi

BAB I PENDAHULUAN. menerus merupakan aspek yang harus dibina dalam olahraga. sampai sasaran perilaku. McClelland dan Burnham (2001), motivasi BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dalam dunia olahraga, motivasi berprestasi, lebih populer dengan istilah competitiveness merupakan modal utama dalam mencapai keberhasilan penampilan. Tidak mengherankan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. A. Wanita

BAB II LANDASAN TEORI. A. Wanita 8 BAB II LANDASAN TEORI A. Wanita 1. Defenisi Wanita Murad (dalam Purwoastuti dan Walyani, 2005) mengatakan bahwa wanita adalah seorang manusia yang memiliki dorongan keibuan yang merupakan dorongan instinktif

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. dengan data numerikal (angka) yang diolah dengan metode statistika. Pada

BAB III METODE PENELITIAN. dengan data numerikal (angka) yang diolah dengan metode statistika. Pada BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian Jenis penelitian ini termasuk jenis penelitian kuantitatif yang analisisnya dengan data numerikal (angka) yang diolah dengan metode statistika. Pada dasarnya,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. menempuh berbagai tahapan, antara lain pendekatan dengan seseorang atau

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. menempuh berbagai tahapan, antara lain pendekatan dengan seseorang atau BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dewasa awal adalah masa dimana seseorang memperoleh pasangan hidup, terutama bagi seorang perempuan. Hal ini sesuai dengan teori Hurlock (2002) bahwa tugas masa

Lebih terperinci

PENERAPAN IPTEKS TINGKAT KECEMASAN (ANXIETY) ATLET DALAM MENGIKUTI PERTANDINGAN OLAHRAGA. Indah Verawati

PENERAPAN IPTEKS TINGKAT KECEMASAN (ANXIETY) ATLET DALAM MENGIKUTI PERTANDINGAN OLAHRAGA. Indah Verawati TINGKAT KECEMASAN (ANXIETY) ATLET DALAM MENGIKUTI PERTANDINGAN OLAHRAGA Indah Verawati Abstrak Pada saat pertandingan, atlet diharapkan memiliki jasmani yang sehat dan kuat. Harapan tersebut akan tercapai

Lebih terperinci

Kecemasan atau dalam Bahasa Inggrisnya anxiety berasal dari Bahasa Latin. angustus yang berarti kaku, dan ango, anci yang berarti mencekik.

Kecemasan atau dalam Bahasa Inggrisnya anxiety berasal dari Bahasa Latin. angustus yang berarti kaku, dan ango, anci yang berarti mencekik. Pengertian Kecemasan Kecemasan atau dalam Bahasa Inggrisnya anxiety berasal dari Bahasa Latin angustus yang berarti kaku, dan ango, anci yang berarti mencekik. Menurut Freud (dalam Alwisol, 2005:28) mengatakan

Lebih terperinci

BAB 2 Tinjauan Pustaka

BAB 2 Tinjauan Pustaka BAB 2 Tinjauan Pustaka 2.1. Kecemasan 2.1.1. Definisi Menurut Kaplan, Sadock, dan Grebb (Fausiah&Widury, 2007), kecemasan adalah respons terhadap situasi tertentu yang mengancam, dan merupakan hal yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. berbunyi mens sana en corpore sano yang artinya dalam tubuh yang sehat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. berbunyi mens sana en corpore sano yang artinya dalam tubuh yang sehat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Olahraga sudah menjadi suatu kebutuhan dalam kehidupan manusia sehari-hari, sebab dengan olahraga manusia mendapatkan kesenangan dan kepuasan batin, selain itu

Lebih terperinci

#### SELAMAT MENGERJAKAN ####

#### SELAMAT MENGERJAKAN #### Apakah Anda mahasiswa Fakultas Ekonomi Unika? Apakah Anda berstatus sebagai mahasiswa aktif? Semester berapakah Anda saat ini? Dengan Hormat, (Ya/ Bukan) (Ya/ Tidak) (Empat/ Enam) Disela-sela kesibukan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Prokrastinasi. Prokrastinasi berasal dari bahasa Latin procrastination dari kata pro yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Prokrastinasi. Prokrastinasi berasal dari bahasa Latin procrastination dari kata pro yang BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Prokrastinasi 1. Pengertian Prokrastinasi Prokrastinasi berasal dari bahasa Latin procrastination dari kata pro yang artinya maju, ke depan, bergerak maju dan crastinus yang

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORITIS

BAB II LANDASAN TEORITIS 12 BAB II LANDASAN TEORITIS A. Kecemasan 1. Pengertian Kecemasan Suatu keadaan yang mengancam keberadaan kehidupan seseorang, akan menimbulkan suatu perasaan yang tidak menyenangkan pada diri orang tersebut.

Lebih terperinci

ITEM KECEMASAN WANITA MENGHADAPI MENOPAUSE

ITEM KECEMASAN WANITA MENGHADAPI MENOPAUSE ITEM KECEMASAN WANITA MENGHADAPI MENOPAUSE 1. Psikologis, ditunjukkan dengan adanya gejala: gelisah atau resah, was-was atau berpikiran negatif, khawatir atau takut, merasa akan tertimpa bahaya atau terancam,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Setiap orang cenderung pernah merasakan kecemasan pada saat-saat tertentu

I. PENDAHULUAN. Setiap orang cenderung pernah merasakan kecemasan pada saat-saat tertentu I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah 1. Latar Belakang Setiap orang cenderung pernah merasakan kecemasan pada saat-saat tertentu dengan tingkat yang berbeda - beda. Kecemasan merupakan salah satu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. manusia menjadi sehat dan kuat secara jasmani maupun rohani atau dalam istilah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. manusia menjadi sehat dan kuat secara jasmani maupun rohani atau dalam istilah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Olahraga merupakan sesuatu yang penting dalam kehidupan manusia. Olahraga yang dilakukan dengan rutin dan tidak berlebihan akan membuat manusia menjadi sehat

Lebih terperinci

ANXIETY. Joko Purwanto. Oleh : FAKULTAS ILMU KEOLAHRAGAAN UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA

ANXIETY. Joko Purwanto. Oleh : FAKULTAS ILMU KEOLAHRAGAAN UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA ANXIETY Oleh : Joko Purwanto FAKULTAS ILMU KEOLAHRAGAAN UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA OLAHRAGA Kegiatan yang melibatkan aspek mental atau aspek psikis Man in Movement Proses Psiko-fisik A. Ketegangan &

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Kompetensi Bidan. melaksanakan tugas dan peran dengan mengintegrasikan pengetahuan,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Kompetensi Bidan. melaksanakan tugas dan peran dengan mengintegrasikan pengetahuan, BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kompetensi Bidan 1. Pengertian Kompetensi Bidan Kompetensi merupakan kemampuan individu untuk melaksanakan tugas dan peran dengan mengintegrasikan pengetahuan, keterampilan,

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 KecemasanPada Mahasiswa Dalam Menyusun Proposal Skripsi 2.1.1 Pengertian kecemasanmahasiswa dalam menyusun proposal Skripsi Skripsi adalah tugas di akhir perkuliahan yang harus

Lebih terperinci

KECEMASAN MEMPENGARUHI PERFORMA ATLET DALAM BERTANDING. Oleh: Galih Dwi Pradipta. S.Pd, M.Or (UNIVERSITAS PGRI SEMARANG)

KECEMASAN MEMPENGARUHI PERFORMA ATLET DALAM BERTANDING. Oleh: Galih Dwi Pradipta. S.Pd, M.Or (UNIVERSITAS PGRI SEMARANG) KECEMASAN MEMPENGARUHI PERFORMA ATLET DALAM BERTANDING Oleh: Galih Dwi Pradipta. S.Pd, M.Or (UNIVERSITAS PGRI SEMARANG) ABSTRAK Kecemasan sebagai salah satu kajian psikologis yang unik dan menarik yang

Lebih terperinci

kelas, yang bukan disebabkan oleh kurangnya pengetahuan akan tetapi

kelas, yang bukan disebabkan oleh kurangnya pengetahuan akan tetapi BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kecemasan Berbicara 1. Pengertian Kecemasan Berbicara Kecemasan adalah suatu keadaan aprehensi atau keadaan kekhawatiran yang mengeluh bahwa sesuatu yang buruk akan segera terjadi.

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI Pengertian Kecemasan Komunikasi Interpersonal. individu maupun kelompok. (Diah, 2010).

BAB II KAJIAN TEORI Pengertian Kecemasan Komunikasi Interpersonal. individu maupun kelompok. (Diah, 2010). BAB II KAJIAN TEORI 2.1. Kecemasan Komunikasi Interpersonal 2.1.1. Pengertian Kecemasan Komunikasi Interpersonal Burgoon dan Ruffner (1978) kecemasan komunikasi interpersonal adalah kondisi ketika individu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dihadapinya, baik masalah pribadi maupun masalah yang ada di sekitar lingkungan

BAB I PENDAHULUAN. dihadapinya, baik masalah pribadi maupun masalah yang ada di sekitar lingkungan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Era Modern ini permasalahan dan problem hidup yang dihadapi individu semakin kompleks. Setiap kehidupan manusia tidak luput dari berbagai masalah yang dihadapinya,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dengan disertai berbagai keluhan fisik. Atkinson (2001) menyatakan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dengan disertai berbagai keluhan fisik. Atkinson (2001) menyatakan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Setiap orang pernah merasakan kecemasan dalam hidupnya, misalnya cemas menghadapi masalah, cemas saat menghadapi ujian, dan lain-lain. Kecemasan menggambarkan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Teori yang akan dibahas dalam bab ini adalah teori mengenai self-efficacy dan

BAB 2 LANDASAN TEORI. Teori yang akan dibahas dalam bab ini adalah teori mengenai self-efficacy dan BAB 2 LANDASAN TEORI Teori yang akan dibahas dalam bab ini adalah teori mengenai self-efficacy dan prestasi belajar. 2.1 Self-Efficacy 2.1.1 Definisi self-efficacy Bandura (1997) mendefinisikan self-efficacy

Lebih terperinci

Dampak Kecemasan pada Atlet Bola Basket Sebelum Memulai Pertandingan

Dampak Kecemasan pada Atlet Bola Basket Sebelum Memulai Pertandingan 1 Dampak Kecemasan pada Atlet Bola Basket Sebelum Memulai Pertandingan Indra Darma Sitepu E-mail: pieblux@gmail.com Fakultas Ilmu Keolahragaan Universitas Negeri Medan Abstrak Tujuan penelitian ini adalah

Lebih terperinci

BAB II. KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN dan HIPOTESIS

BAB II. KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN dan HIPOTESIS BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN dan HIPOTESIS 2.1. Kajian Pustaka 2.1.1. Definisi Kecemasan Kecemasan (anxiety) adalah variabel penting dari hampir semua teori kepribadian.kecemasan sebagai dampak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masa kanak-kanak, masa remaja, masa dewasa yang terdiri dari dewasa awal,

BAB I PENDAHULUAN. masa kanak-kanak, masa remaja, masa dewasa yang terdiri dari dewasa awal, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia akan mengalami perkembangan sepanjang hidupnya, mulai dari masa kanak-kanak, masa remaja, masa dewasa yang terdiri dari dewasa awal, dewasa menengah,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Qodriannisa Puspaningrum, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Qodriannisa Puspaningrum, 2013 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Tingkat konsentrasi yang tinggi pada atlet memiliki peranan penting untuk dilatihkan guna menunjang penampilan yang baik pada atlet serta dapat meningkatkan

Lebih terperinci

NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN KECERDASAN EMOSI DENGAN KECEMASAN MENGHADAPI PERTANDINGAN OLAH RAGA

NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN KECERDASAN EMOSI DENGAN KECEMASAN MENGHADAPI PERTANDINGAN OLAH RAGA NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN KECERDASAN EMOSI DENGAN KECEMASAN MENGHADAPI PERTANDINGAN OLAH RAGA Oleh : YOCE REZA FREDIAN RAVAIE RA. RETNO KUMOLOHADI. FAKULTAS PSIKOLOGI DAN ILMU SOSIAL BUDAYA UNIVERSITAS

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Kecemasan 2.1.1 Pengertian kecemasan Kecemasan adalah perasaan campuran berisikan ketakutan dan keprihatinan mengenai masa-masa mendatang tanpa sebab khusus untuk ketakutan-ketakutan

Lebih terperinci

commit to user 6 BAB II LANDASAN TEORI A. Landasan Teori 1. Kepercayaan Diri a. Pengertian Kepercayaan diri adalah salah satu aspek kepribadian yang

commit to user 6 BAB II LANDASAN TEORI A. Landasan Teori 1. Kepercayaan Diri a. Pengertian Kepercayaan diri adalah salah satu aspek kepribadian yang 6 BAB II LANDASAN TEORI A. Landasan Teori 1. Kepercayaan Diri a. Pengertian Kepercayaan diri adalah salah satu aspek kepribadian yang paling penting pada seseorang. Kepercayaan diri merupakan atribut yang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. ditandai efek negatif dan gejala-gejala ketegangan jasmaniah seseorang yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. ditandai efek negatif dan gejala-gejala ketegangan jasmaniah seseorang yang 10 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kecemasan 1. Pengertian Kecemasan Menurut Durand & Barlow (2006), kecemasan adalah keadaan suasana hati yang ditandai efek negatif dan gejala-gejala ketegangan jasmaniah seseorang

Lebih terperinci

DAFTAR PUSTAKA. Anastasi, A. dan Urbina, S Tes Psikologi. Edisi Bahasa Indonesia. Jilid 1. Alih Bahasa : Imam, R.H. Jakarta : Prenhallindo.

DAFTAR PUSTAKA. Anastasi, A. dan Urbina, S Tes Psikologi. Edisi Bahasa Indonesia. Jilid 1. Alih Bahasa : Imam, R.H. Jakarta : Prenhallindo. DAFTAR PUSTAKA Anastasi, A. dan Urbina, S. 1997. Tes Psikologi. Edisi Bahasa Indonesia. Jilid 1. Alih Bahasa : Imam, R.H. Jakarta : Prenhallindo. Apollo. 2007. Hubungan antara Konsep Diri dengan Kecemasan

Lebih terperinci

bagaimana seseorang melihat atau memahami dirinya (sense of self) serta

bagaimana seseorang melihat atau memahami dirinya (sense of self) serta 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Mahasiswa adalah orang yang belajar di perguruan tinggi, baik di universitas, institut atau akademi. Mereka yang terdaftar sebagai murid di perguruan tinggi

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR 6 II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR A. Tinjauan Pustaka 1. Pengertian Belajar Belajar merupakan suatu proses aktif dalam memperoleh pengalaman atau pengetahuan baru sehingga menyebabkan perubahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kecemasan merupakan suatu keadaan tegang dimana kita termotivasi untuk melakukan sesuatu dan memperingatkan individu bahwa adanya ancaman yang membahayakan individu

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. digunakan dalam penelitian ini. Adapun desain yang dilakukan adalah

BAB III METODE PENELITIAN. digunakan dalam penelitian ini. Adapun desain yang dilakukan adalah BAB III METODE PENELITIAN A. Rancangan Penelitian Penelitian ini menggunakan jenis penelitian deskriptive dengan pendekatan kuantitatif karena dari beberapa metode penelitian yang ada, peneliti merasa

Lebih terperinci

LAMPIRAN A SKALA PENELITIAN A-1 KECEMASAN SOSIAL FACEBOOKER A-2 HARGA DIRI

LAMPIRAN A SKALA PENELITIAN A-1 KECEMASAN SOSIAL FACEBOOKER A-2 HARGA DIRI 68 69 LAMPIRAN A SKALA PENELITIAN A-1 KECEMASAN SOSIAL FACEBOOKER A-2 HARGA DIRI 70 Identitas Subyek Jenis Kelamin : Laki-laki / Perempuan Fakultas : PETUNJUK PENGISIAN 1. Bacalah seluruh pernyataan berikut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Dewasa ini, olahraga merupakan hal sangat penting bagi kesehatan tubuh.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Dewasa ini, olahraga merupakan hal sangat penting bagi kesehatan tubuh. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dewasa ini, olahraga merupakan hal sangat penting bagi kesehatan tubuh. Dengan berolahraga badan akan terasa segar dan sehat. Banyak macam olah raga yang dapat dilakukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. bahwa manusia itu pada hakikatnya zoo politicon yang berarti manusia adalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. bahwa manusia itu pada hakikatnya zoo politicon yang berarti manusia adalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hampir semua orang memahami bahwa keberadaan dan perkembangan manusia sejak lahir hingga tua membutuhkan komunikasi. Aristoteles menyatakan bahwa manusia itu pada hakikatnya

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. mungkin menjadi sungguh-sungguh berbahagia atau sukses tanpa

BAB II KAJIAN PUSTAKA. mungkin menjadi sungguh-sungguh berbahagia atau sukses tanpa BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kepercayaan Diri 1. Pengertian Kepercayaan Diri Menurut Peale(dalam Aaron, 2005), seseorang pastilah tidak mungkin menjadi sungguh-sungguh berbahagia atau sukses tanpa memiliki

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kampus UIN Maulana Malik Ibrahim (MMI) Malang sebagai kampus. berbasis Islam menerapkan beberapa kebijakan yang ditujukan untuk

BAB I PENDAHULUAN. Kampus UIN Maulana Malik Ibrahim (MMI) Malang sebagai kampus. berbasis Islam menerapkan beberapa kebijakan yang ditujukan untuk BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kampus UIN Maulana Malik Ibrahim (MMI) Malang sebagai kampus berbasis Islam menerapkan beberapa kebijakan yang ditujukan untuk mencetak lulusan yang tidak saja

Lebih terperinci

BAB I PENGANTAR. A. Latar Belakang Masalah. dimainkan dari anak usia sekolah dasar hingga para karyawan di instansi instansi.

BAB I PENGANTAR. A. Latar Belakang Masalah. dimainkan dari anak usia sekolah dasar hingga para karyawan di instansi instansi. BAB I PENGANTAR A. Latar Belakang Masalah Olahraga bola basket di Indonesia hingga saat ini terus berkembang, mulai dimainkan dari anak usia sekolah dasar hingga para karyawan di instansi instansi. Perkembangan

Lebih terperinci

Hamilton Rating Scale For Anxiety (HARS) HAMILTON RATING SCALE FOR ANXIETY (HARS)

Hamilton Rating Scale For Anxiety (HARS) HAMILTON RATING SCALE FOR ANXIETY (HARS) 61 Lampiran 1. Hamilton Rating Scale For Anxiety (HARS) HAMILTON RATING SCALE FOR ANXIETY (HARS) Nomor Responden : Nama Responden : Tanggal Pemeriksaan : Skor : 0 = tidak ada 1 = ringan 2 = sedang 3 =

Lebih terperinci

Pedologi. Gangguan Kecemasan (Anxiety Disorder) Maria Ulfah, M.Psi., Psikolog. Modul ke: Fakultas PSIKOLOGI. Program Studi Psikologi

Pedologi. Gangguan Kecemasan (Anxiety Disorder) Maria Ulfah, M.Psi., Psikolog. Modul ke: Fakultas PSIKOLOGI. Program Studi Psikologi Modul ke: Fakultas PSIKOLOGI Pedologi Gangguan Kecemasan (Anxiety Disorder) Maria Ulfah, M.Psi., Psikolog Program Studi Psikologi www.mercubuana.ac.id Pengertian Kecemasan : Kecemasan (anxiety) dapat diartikan

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA KEPERCAYAAN DIRI DENGAN KECEMASAN DALAM MENYUSUN PROPOSAL SKRIPSI

HUBUNGAN ANTARA KEPERCAYAAN DIRI DENGAN KECEMASAN DALAM MENYUSUN PROPOSAL SKRIPSI Hubungan Antara Kepercayaan Diri dengan Kecemasan dalam Menyusun Proposal Skripsi (Pindho Hary Kristanto, dkk.) HUBUNGAN ANTARA KEPERCAYAAN DIRI DENGAN KECEMASAN DALAM MENYUSUN PROPOSAL SKRIPSI Pindho

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang mana anggapan salah mengenai khalayak menjadi hantu yang menakutkan

BAB I PENDAHULUAN. yang mana anggapan salah mengenai khalayak menjadi hantu yang menakutkan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Manusia adalah makhluk individu dan makhluk sosial. Sejak manusia dilahirkan, manusia membutuhkan pergaulan dengan manusia lainnya. Hal ini berarti bahwa manusia tidak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Bara Yusuf Saeful Putra, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Bara Yusuf Saeful Putra, 2013 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Futsal menjadi salah satu cabang olahraga permainan yang cukup populer dan banyak diminati oleh berbagai kalangan di dunia. Hal ini terlihat dari antusiasme

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG MASALAH. Olahraga merupakan suatu kegiatan yang melibatkan fisik dan mental

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG MASALAH. Olahraga merupakan suatu kegiatan yang melibatkan fisik dan mental BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG MASALAH Olahraga merupakan suatu kegiatan yang melibatkan fisik dan mental seseorang. Olahraga bisa dilakukan oleh setiap orang, baik tua atau muda, lakilaki maupun

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ketika akan mengikuti sebuah kompetisi, sudah sepantasnya apabila seorang atlet melakukan latihan rutin sebagai persiapan dalam menghadapi pertandingan. Secara bertahap,

Lebih terperinci

TINGKAT KECEMASAN ATLET SEBELUM, PADA SAAT ISTIRAHAT DAN SESUDAH PERTANDINGAN

TINGKAT KECEMASAN ATLET SEBELUM, PADA SAAT ISTIRAHAT DAN SESUDAH PERTANDINGAN TINGKAT KECEMASAN ATLET SEBELUM, PADA SAAT ISTIRAHAT DAN SESUDAH PERTANDINGAN Program Studi Ilmu Keolahragaan Departemen Pendidikan Kesehahatan Dan Rekreasi Fakultas Pendidikan Olahraga Dan Kesehatan Universitas

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Dewasa Awal. yang berarti tumbuh menjadi kedewasaan. Akan tetapi, kata adult

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Dewasa Awal. yang berarti tumbuh menjadi kedewasaan. Akan tetapi, kata adult 1 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Dewasa Awal 1. Pengertian Dewasa Awal Istilah adult berasal dari kata kerja Latin, seperti juga istilah adolescenceadolescere yang berarti tumbuh menjadi kedewasaan. Akan tetapi,

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Pengertian Self Efficacy Konsep mengenai self efficacy ini pada dasarnya melibatkan banyak kemampuan yang terdiri dari aspek kegiatan sosial dan kemampuan untuk bertingkah laku.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. besar siswa hanya berdiam diri saja ketika guru meminta komentar mereka mengenai

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. besar siswa hanya berdiam diri saja ketika guru meminta komentar mereka mengenai BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kegiatan presentasi maupun diskusi biasanya melibatkan guru dan siswa maupun siswa dengan siswa dalam suatu proses belajar mengajar, di dalam kegiatan presentasi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Perilaku Diet Pada Mahasiswi 1. Pengertian perilaku diet pada mahasiswi Gunarsa (1993, h. 19) mengatakan bahwa rentangan usia remaja berlangsung antara 12-21 tahun, yang dibagi

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI A. Siswa 1. Pengertian Siswa Peserta didik atau siswa merupakan sebutan untuk anak didik pada jenjang pendidik dasar dan juga menengah. Siswa merupakan satu-satunya subjek yang menerima

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Olahraga di Indonesia sedang mengalami perkembangan yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Olahraga di Indonesia sedang mengalami perkembangan yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Olahraga di Indonesia sedang mengalami perkembangan yang pesat. Masyarakat mulai sadar bawah olahraga adalah sarana untuk menjaga dan meningkat kesehatan. Olahraga

Lebih terperinci

PENGARUH PELATIHAN RELAKSASI TERHADAP KECEMASAN PADA ATLET KARATE

PENGARUH PELATIHAN RELAKSASI TERHADAP KECEMASAN PADA ATLET KARATE PENGARUH PELATIHAN RELAKSASI TERHADAP KECEMASAN PADA ATLET KARATE Skripsi Untuk memenuhi sebagian persyaratan dalam mencapai derajat Sarjana S-1 Disusun Oleh: Fahrur Azhar Ghazalba F 100 040 023 FAKULTAS

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENGOLAHAN DATA DAN ANALISIS DATA

BAB IV HASIL PENGOLAHAN DATA DAN ANALISIS DATA BAB IV HASIL PENGOLAHAN DATA DAN ANALISIS DATA A. Hasil Pengolahan Data Pengolahan data dalam suatu penelitian merupakan suatu hal yang sangat penting dan mutlak untuk dilakukan. Data yang terkumpul dari

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Proses belajar mengajar merupakan aktivitas yang paling penting dalam

I. PENDAHULUAN. Proses belajar mengajar merupakan aktivitas yang paling penting dalam 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah 1. Latar Belakang Proses belajar mengajar merupakan aktivitas yang paling penting dalam keseluruhan upaya pendidikan. Siswa dengan segala karakteristiknya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang digilib.uns.ac.id BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK) dari waktu ke waktu mengalami kemajuan yang sangat pesat. Hal ini berdampak bagi setiap aspek kehidupan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TEORI

BAB II TINJAUAN TEORI BAB II TINJAUAN TEORI A. Kecemasan 1. Pengertian Kecemasan merupakan pengalaman manusia yang universal, suatu respon emosional yang tidak baik dan penuh kekhawatiran. Suatu rasa yang tidak terekspresikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kehidupan sehari-hari manusia. Nevid (2005) berpendapat bahwa kecemasan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kehidupan sehari-hari manusia. Nevid (2005) berpendapat bahwa kecemasan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kecemasan adalah reaksi normal terhadap stressor yang membantu seorang individu untuk menghadapi situasi yang menuntut motivasi untuk mengatasinya, tetapi ketika

Lebih terperinci

SKRIPSI Diajukan Kepada Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Derajat Sarjana S1 Psikologi

SKRIPSI Diajukan Kepada Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Derajat Sarjana S1 Psikologi HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI SISWA TERHADAP PEMBERIAN PUNISHMENT OLEH GURU DENGAN KECEMASAN DI DALAM KELAS PADA SISWA KELAS VII SEKOLAH LANJUTAN TINGKAT PERTAMA (SLTPN) 1 DAWE KUDUS SKRIPSI Diajukan Kepada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mempelajari perilaku. Maka dari itu olahraga merupakan bidang yang tidak bisa

BAB I PENDAHULUAN. mempelajari perilaku. Maka dari itu olahraga merupakan bidang yang tidak bisa BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Olahraga memunculkan perilaku, sedangkan psikologi adalah ilmu yang mempelajari perilaku. Maka dari itu olahraga merupakan bidang yang tidak bisa dilepaskan dari kajian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Olahraga adalah sebuah aktivitas olah tubuh yang memiliki banyak sisi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Olahraga adalah sebuah aktivitas olah tubuh yang memiliki banyak sisi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Olahraga adalah sebuah aktivitas olah tubuh yang memiliki banyak sisi positif. Selain bermanfaat untuk kesehatan jasmani, olahraga juga merupakan tempat atau

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. emosional dengan adanya ciri-ciri seperti keterangsangan fisiologis, perasaan

BAB II LANDASAN TEORI. emosional dengan adanya ciri-ciri seperti keterangsangan fisiologis, perasaan BAB II LANDASAN TEORI A. KECEMASAN AKADEMIS 1. Pengertian Kecemasan Akademis Nevid (2005) menjelaskan bahwa kecemasan sebagai salah satu keadaan emosional dengan adanya ciri-ciri seperti keterangsangan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Self-confidence atau percaya diri adalah sejauhmana anda punya keyakinan terhadap

BAB II LANDASAN TEORI. Self-confidence atau percaya diri adalah sejauhmana anda punya keyakinan terhadap BAB II LANDASAN TEORI A. Self Confidence 1. Pengertian self confidence Self-confidence atau percaya diri adalah sejauhmana anda punya keyakinan terhadap penilaian anda atas kemampuan anda dan sejauh mana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pencak silat merupakan budaya dan seni beladiri warisan bangsa yang

BAB I PENDAHULUAN. Pencak silat merupakan budaya dan seni beladiri warisan bangsa yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pencak silat merupakan budaya dan seni beladiri warisan bangsa yang mempunyai nilai luhur. Dalam perkembanganya hingga saat ini pencak silat sudah dipertandingkan

Lebih terperinci

Rachmawati et, al / HUBUNGAN ANTARA KEPERCAYAAN DIRI DENGAN

Rachmawati et, al / HUBUNGAN ANTARA KEPERCAYAAN DIRI DENGAN Hubungan antara Kepercayaan Diri dengan Kecemasan Menghadapi Pertandingan Pada Atlet Karate Unit Kegiatan Mahasiswa Institut Karate-do Indonesia Universitas Sebelas Maret (UKM INKAI UNS) Correlation between

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Beberapa teori akan dipaparkan dalam bab ini sebagai pendukung dari dasar

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Beberapa teori akan dipaparkan dalam bab ini sebagai pendukung dari dasar BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Beberapa teori akan dipaparkan dalam bab ini sebagai pendukung dari dasar pelitian. Berikut adalah beberapa teori yang terkait sesuai dengan penelitian ini. 2.1 Anxiety (Kecemasan)

Lebih terperinci

PENERAPAN PSIKOLOGI OLAHRAGA DAN BEBERAPA PETUNJUK PRAKTIS DALAM PELATIHAN OLAHRAGA. Oleh: KOMARUDIN

PENERAPAN PSIKOLOGI OLAHRAGA DAN BEBERAPA PETUNJUK PRAKTIS DALAM PELATIHAN OLAHRAGA. Oleh: KOMARUDIN PENERAPAN PSIKOLOGI OLAHRAGA DAN BEBERAPA PETUNJUK PRAKTIS DALAM PELATIHAN OLAHRAGA Oleh: KOMARUDIN FISIK TEKNIK PRESTASI TAKTIK MENTAL PSIKOLOGI OLAHRAGA KONSEP PSIKOLOGI OLAHRAGA Ilmu yang mempelajari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Latihan mental merupakan unsur yang sangat penting hampir diseluruh

BAB I PENDAHULUAN. Latihan mental merupakan unsur yang sangat penting hampir diseluruh BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Latihan mental merupakan unsur yang sangat penting hampir diseluruh cabang olahraga. Dengan demikian latihan mental perlu mendapat perhatian yang sangat penting untuk

Lebih terperinci

2015 HUBUNGAN KECERDASAN EMOSIONAL DENGAN KEMAMPUAN MENGENDALIKAN EMOSI DAN MOTIVASI PADA ATLET FUTSAL PUTERI UKM UPI

2015 HUBUNGAN KECERDASAN EMOSIONAL DENGAN KEMAMPUAN MENGENDALIKAN EMOSI DAN MOTIVASI PADA ATLET FUTSAL PUTERI UKM UPI BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Futsal adalah permainan yang cepat dan dinamis, oleh karena itu apabila ingin mendapatkan permainan yang diharapkan dalam permainan tersebut, sebaiknya tidak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Olahraga merupakan aktifitas fisik yang sering kali dilakukan dengan tujuan menunjang kesehatan. Ada pula yang dilakukan dengan tujuan kesenangan atau rekreasi.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sepakbola merupakan salah satu cabang olahraga yang sudah mendunia.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sepakbola merupakan salah satu cabang olahraga yang sudah mendunia. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sepakbola merupakan salah satu cabang olahraga yang sudah mendunia. Olahraga ini digemari tidak hanya oleh laki-laki, tetapi juga perempuan dan dari berbagai

Lebih terperinci

I. TINJAUAN PUSTAKA. Dalam tinjauan pustaka akan diuraikan lebih jelas tentang: a) kecemasan yang meliputi:

I. TINJAUAN PUSTAKA. Dalam tinjauan pustaka akan diuraikan lebih jelas tentang: a) kecemasan yang meliputi: I. TINJAUAN PUSTAKA Dalam tinjauan pustaka akan diuraikan lebih jelas tentang: a) kecemasan yang meliputi: pengertian kecemasan, faktor penyebab terjadinya kecemasan, jenis kecemasan, tanda dan gejala

Lebih terperinci

#### Selamat Mengerjakan ####

#### Selamat Mengerjakan #### Mohon pilih yang sesuai dengan identitas Anda, dengan cara melingkarinya. Apakah Anda Mahasiswa Fak. Psikolgi Unika? Apa Anda telah menempuh masa kuliah lebih dari lima tahun? Apakah Anda Tidak pernah

Lebih terperinci

Kata Pengantar. Jawaban dari setiap pernyataan tidak menunjukkan benar atau salah, melainkan hanya pendapat dan persepsi saudara/i belaka.

Kata Pengantar. Jawaban dari setiap pernyataan tidak menunjukkan benar atau salah, melainkan hanya pendapat dan persepsi saudara/i belaka. LAMPIRAN Kata Pengantar Melalui kuesioner ini, kami dari Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Maranatha bermaksud untuk melakukan penelitian mengenai Derajat kecemasan pada siswa kelas XI SMA Santa

Lebih terperinci

LAMPIRAN. Lampiran 1. Kuesioner Penelitian KUESIONER. 1. Jenis Kelamin : 2. Usia : Hamilton Rating Scale for Anxiety (HRS-A)

LAMPIRAN. Lampiran 1. Kuesioner Penelitian KUESIONER. 1. Jenis Kelamin : 2. Usia : Hamilton Rating Scale for Anxiety (HRS-A) LAMPIRAN Lampiran 1. Kuesioner Penelitian KUESIONER DATA UMUM RESPONDEN NOMOR PIN: 1. Jenis Kelamin : 2. Usia : Hamilton Rating Scale for Anxiety (HRS-A) Silakan anda memberi tanda di kolom isi sesuai

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Adapun teori-teori yang dijelaskan adalah teori mengenai

TINJAUAN PUSTAKA. Adapun teori-teori yang dijelaskan adalah teori mengenai 13 II. TINJAUAN PUSTAKA Dalam bab ini, peneliti akan menjelaskan teori yang digunakan dalam penelitian. Adapun teori-teori yang dijelaskan adalah teori mengenai kecemasan yang meliputi: kecemasan tes,

Lebih terperinci

ANALISIS KECEMASAN MAHASISWA PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING FKIP UNLAM BANJARMASIN DALAM MENGHADAPI UJIAN AKHIR SEMESTER.

ANALISIS KECEMASAN MAHASISWA PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING FKIP UNLAM BANJARMASIN DALAM MENGHADAPI UJIAN AKHIR SEMESTER. Al Ulum Vol.60 No.2 April 2014 halaman 4-9 4 ANALISIS KECEMASAN MAHASISWA PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING FKIP UNLAM BANJARMASIN DALAM MENGHADAPI UJIAN AKHIR SEMESTER Ali Rachman* ABSTRAK Kecemasan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Untuk meningkatkan suatu prestasi maksimal tidak hanya diperlukan

BAB 1 PENDAHULUAN. Untuk meningkatkan suatu prestasi maksimal tidak hanya diperlukan 1 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Untuk meningkatkan suatu prestasi maksimal tidak hanya diperlukan latihan fisik, teknik, taktik yang baik tetapi juga latihan mental. Perkembangan latihan mental baru

Lebih terperinci