BAB I PENDAHULUAN. Semua manusia itu pastilah mempunyai KAHAYANG (keinginan), mulai

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB I PENDAHULUAN. Semua manusia itu pastilah mempunyai KAHAYANG (keinginan), mulai"

Transkripsi

1 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Semua manusia itu pastilah mempunyai KAHAYANG (keinginan), mulai dari hal yang kecil sampai pada tingkat khayalan yang terkadang tidak bisa dijangkau dengan logika. KAHAYANG yang menggebu-ngebu dan tidak dibarengi dengan kesadaran akan batas kemampuan, hanya akan menjerumuskan pada kesesatan yang menghalalkan segala cara untuk mendapatkannya. Tak ada yang salah ketika orang mempunyai ambisi, tetapi yang menjadi tidak baik ketika ambisi itu menjadi ambisius. KAHAYANG memang harus dimiliki oleh setiap manusia, karena akan menjadi cambuk atau semangat untuk terus hidup secara manusiawi. Kita tidak boleh hanya pasrah, tetapi harus terus berikhtiar baik dalam bentuk tindakan ataupun do a, namun tindakan ini haruslah terus berada di jalan yang benar, jalan yang diperintakan oleh pemilik kehidupan, jangan sampai menghalalkan segala cara. Di sisi lain, kita tidak boleh menyerah, tetap berprasangka baik, hargai proses, karena proses itu merupakan pembelajaran yang berharga dan tidak lupa tetap bersyukur terhadap apa yang didapatkan, meskipun yang sudah dicapai belum sesuai dengan keinginan. Tak ada manusia yang bisa memenuhi kebutuhannya sendiri, ia selalu memerlukan bantuan orang lain. Kebutuhan itu fitrah bagi manusia sebagai hamba Tuhan yang memliki kekurangan dan selalu membutuhkan orang lain

2 2 dalam berbagai keperluannya. Pola hidup semakin tak terbendung dengan berbagai kebutuhan yang ditandai juga dengan semakin meningkatnya kebutuhan manusia itu sendiri. Pada zaman dulu kebanyakan orang mungkin masih bisa menahan hasrat keinginannya dalam berbagai keperluan, tetapi sekarang sangat bertolak belakang. Munculnya keinginan karena merasa butuh sesuatu, oleh karenanya manusia dengan segala daya upayanya untuk bisa memenuhi kebutuhan tersebut. Sekaitan dengan keinginan tersebut, muncul harapan agar kebutuhannya bisa terpuaskan. Rasa puas itu tiap orang berbeda-beda, dikarenakan harapan orang yang satu dengan yang lain juga berbeda. Ada yang mengharapkan keinginannya bisa tercapai cukup sedikit dan dengan itu dia sudah bisa sangat merasa bersyukur, sedangkan yang lain berharap agar keinginannya tercapai harus mendapat banyak agar dia meluapkan rasa puasnya dengan berbagai macam kegiatan. Harapan dan keinginan bisa menjadi satu kesatuan, tergantung dari mana memandang sudut ukurnya. Akan tetapi, pada prinsipnya keinginan dan harapan harus disadari oleh manusia, karena lebih sadar dengan fitrahnya memerlukan sesuatu dan agar bisa mencapai yang diinginkannya. Namun apabila keinginan tidak sesuai dengan harapan sejatinya setiap manusia memiliki berbagai rencana masa depan, baik dalam hal prestasi belajar, pekerjaan, karir, jodoh maupun rencana-rencana yang menjadi impian setiap insan. Kenyataanya, Allah telah mencatat mulai dari jabang bayi berusia 4 bulan dalam rahim seorang ibu, ketika roh manusia ditiupkan, tentang usianya, hidupnya, rezekinya, jodohnya, kebahagiaan kah, kesedihan kah hingga maut

3 3 yang menjadikan calon manusia itu berakhir dengan baik (husnul hotimah) atau kah berakhir dalam keburukan (suul khotimah). Setelah Allah mentakdirkan bayi tersebut lahir ke dunia, maka atas janjinya pada Allah SWT, ia pun menjalankan rutinitas kehidupannya hingga akhir maut menjelang. Sebagai manusia yang masih menempuh separuh perjalanan hidup di dunia penuh ujian, adakalanya kita temukan liku-liku hidup sebagai ujian di pertengahan, baik kebahagiaan maupun kepedihan. Masalah yang diluar kendali manusia akan membuat manusia sadar, bahwa dirinya pun makhluk kecil tak berdaya berada dalam pengawasan Allah, bahkan nyawa yang dimiliki pun hanya sebuah titipan. Setiap manusia memiliki cita-cita hidup, mendapat kemuliaan di jalan-nya. Ketika sebuah harapan dan cita-cita hidup tak sesuai dengan apa yang digariskan, maka hendaknya berkaca bahwa semua yang dijalani ini adalah episode kehidupan yang mesti dilalui. Secara umum, KAHAYANG menyiratkan kekurangan atau kemiskinan karena manusia tidak akan pernah merasa puas akan apa yang sudah didapatkannya. Begitu pula yang dialami oleh penata secara pribadi saat ini sedang mempunyai keinginan (kahayang; Sunda), yaitu mendambakan kehadiran sosok ayah yang telah hilang dari kehidupan keluarga, seperti yang dijelaskan oleh Rizki Muliani Nasution dalam bukunya berjudul Cinta Untuk Ayah menjelaskan, bahwa: Kasih sayang dan pengertian kepada anak sangat penting dalam suatu keluarga. Tidak semua hal bisa di nilai dengan uang. Apapun keadaan yang kita alami, jangan pernah lupa untuk berdoa dan berserah diri kepada tuhan (2013: 117).

4 4 Bagi penata, sosok ayah tidak kalah pentingnya dengan sosok seorang ibu, Pada dasarnya seorang anak bisa terlahir kedunia dikarenakan adanya ayah dan ibu. Dalam hal ini, ayah dan ibu memiliki peran yang berbeda, namun memiliki tujuan yang sama. Seorang ayah berperan sebagai pemimpin keluarga tidaklah mudah, ayah harus bisa menafkahi, mendidik, dan melindungi keluarganya dengan penuh rasa tanggung jawab yang sangat besar, sedangkan peran ibu ta at dan patuh terhadap suami, mendidik dan menjaga anak agar menjadi anak yang berbakti terhadap diri sendiri, orang tua, agama, dan negaranya. Mengenai peran orang tua ini Eidelweis Almira dalam bukunya berjudul Papah, Kasih Sayang Yang Terlupakan menjelaskan, sebagai berikut: Seorang ayah tak akan begitu nampak cintanya. Ia selalu menyembunyikan cintanya di balik kelembutan ibu. Rindunya senantiasa terpendam di balik ketegasannya. Kasihnya akan terlihat setelah ia tiada. Kasih sayang yang sejati di balik kekerasannya, mendidik, menjadikan anak-anaknya manusia. Pesannya akan tersimpan saat kita mengenang kalimat-kalimat pedasnya untuk kita sebagai anak yang selalu ingin dijaga dan diayominya. Sayangnya begitu yang bisa berarti dan berguna. Cintanya sangat utuh bisa kita rasakan ketika ia telah meninggalkan kita selamanya (2013: 240). Hidup ini ternyata penuh dinamika, itulah yang penata rasakan ketika ayah sudah tidak lagi hidup bersama keluarga karena konflik berkepanjangan dengan ibu yang diakhiri oleh perceraian di antara mereka. Maka sebagai anak, penata hanya mampu memendam berbagai perasaan/emosi yang tidak mampu dikeluarkan dihadapan keluarga; marah, benci, iri, kesal, kasihan, tetapi juga sekaligus rindu kepadanya. Namun, semua itu hanya bergejolak dalam hati, dan akhirnya penata memilih jalan sendiri. Pengalaman hidup tersebut, bagi penata memiliki arti tersendiri dalam menjalani kehidupan sebagai anak dalam sebuah keluarga. Begitu penting

5 5 kehadiran sosok seorang ayah, bagaimanapun keadaannya, karena kehilangan sosoknya begitu sangat menyakitkan. Nilai kemanusiaan inilah yang menjadi sumber inspirasi sekaligus mengilhami penata untuk membuat sebuah karya tari yang diberi judul KAHAYANG. Judul karya tari KAHAYANG ini merupakan majas hiperbola untuk menggambarkan betapa besarnya keinginan penata untuk mendapat kasih sayang ayah, tetapi tidak pernah berhasil. Berbagai gejolak perasaan itulah yang akan penata ekspresikan melalui karya penciptaan tari dalam ujian tugas akhir ini, dengan menggunakan metode pendekatan garap penciptaan konsep tradisi. Melalui garapan karya tari KAHAYANG ini, penata ingin menyampaikan pesan, bahwa tidak semua KAHAYANG bisa diraih. Karya tari ini akan menjadi sebuah koreografi yang ekspresi pengungkapan geraknya tidak secara naratif, tetapi lebih merupakan ungkapan emosi-emosi yang bersifat ekspresif dengan tetap mempertahankan konvensikonvensi atau ketetapan sebagai sebuah struktur dari sebuah koreografi tari. Akan tetapi pengertian koreografi terungkap bermacam-macam maknanya dan juga tergantung kepentingan atau penempatannya, sehingga terkadang muncul kesalah pahaman di dalam mengartikan dan menempatkannya. Dalam hal ini Iyus Rusliana dalam bukunya berjudul Khasanah Tari Wayang mengatakan, bahwa : Pengertian koreografi dibatasi secara khas, yaitu koreografi diartikan atau untuk menunjukkan kekayaan gerak yang tersusun dan telah membentuk menjadi sebuah garapan tari (2001: 41).

6 6 Istilah tari memiliki makna dan definisi yang luas, hal ini disebabkan oleh kehadiran tari dalam kehidupan manusia kiranya sudah sangat lama dan memiliki fungsi yang berbeda-beda tergantung dari masyarakat tempat tari itu tumbuh. Maka tidak heran apabila banyak ahli-ahli tari yang membuat pengertian atau definisi tentang tari dengan penjabaran yang berbeda namun memiliki makna yang hampir sama, salah satunya adalah sebagaimana yang disampaikan oleh R.M Soedarsono dalam bukunya berjudul Pemahaman Tentang Karya Tari, bahwa: Tari adalah ekspresi jiwa manusia yang diungkapkan melalui gerak tubuh yang ritmis dan indah (2007: 24). Dari pernyataan ini sudah jelas bahwa unsur utama dari tari adalah tubuh, tari dapat diibaratkan sebagai bahasa gerak yang merupakan alat ekspresi manusia sebagai media komunikasi yang universal. B. Rumusan Masalah Berdasarkan pemaparan di atas, maka masalah yang dirumuskan adalah sebagai berikut: 1. Bagaimana ide/gagasan itu dapat diwujudkan ke dalam sebuah karya tari yang berjudul KAHAYANG? 2. Bagaimana dimensi nilai itu diungkapkan secara integral dalam karya tari yang berjudul KAHAYANG? Atas dasar rumusan masalah tersebut, penata akan mencoba untuk memberi makna dan pesan kemanusiaan di dalam karya tari yang akan digarap. Maka dari itu diharapakn karya tari yang berjudul KAHAYANG dapat memberikan pencerahan kepada siapapun yang mengapresiasinya.

7 7 C. Tujuan Penciptaan Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah tersebut di atas, maka yang menjadi tujuan dari pencipataan karya tari ini adalah sebagai berikut: 1. Terwujudnya ide/gagasan itu ke dalam sebuah karya tari yang berjudul KAHAYANG. 2. Tersampaikannya dimensi nilai dalam proses komunikasi estetik dari karya tari yang berjudul KAHAYANG terhadap publik apresiator, sehingga di dalamnya terjadi sebuah proses pencerahan. D. Metode Pendekatan Garap Untuk mencapai visualisasi garap seperti dimaksud, maka dalam proses pembentukannya penata akan menggunakan metode pendekatan penciptaan konsep tradisi, yaitu dengan melakukan penggalian sumber-sumber tradisi untuk selanjutnya disusun ke dalam struktur bangunan koreografi tari kelompok nontematik. Oleh karenanya, penyusunan dinamika irama dramatik dibangun dari berbagai ungkapan ekspresi tubuh dalam dimensi suasana yang beragam dan dengan menitikberatkan olahan tenaga, ruang dan waktu. Berkaitan dengan masalah struktur ini secara gerak penata memilih pola gerak tari yang diambil dari pola gerak cannon, saling mengisi, gerak rampak, kontras, fokus dan dimasukan pengolahan tempo, irama, dinamika gerak, penebalan dan penipisan gerak, peninggian level, penggunaan level tinggi, tengah, rendah yang diolah sedemikian rupa sehingga mendapatkan koreografi yang menjadi struktur dramatik untuk setiap adegan pada penciptaan karya tari KAHAYANG.

8 8 Adapun yang menjadi fokus garap, yaitu diambil dari nilai kehidupan manusia, sosok anak yang memiliki keinginan atau KAHAYANG atas kehadiran seorang ayah, dengan berbagai gejolak perasaan; marah, benci, kesal, iri, kasihan, penyesalan, tetapi juga sekaligus rindu, yang hanya mampu dipendam dalam hatinya. Oleh karena itu, KAHAYANG sebagai sebuah judul karya tari akan digarap dengan menghadirkan 5 (lima) orang penari putri. Kelima penari tersebut, terkadang muncul sebagai visualisasi anggota keluarga, dan pada bagian lain muncul sebagai visualisasi ungkapan emosi-emosi. E. Tinjauan Pustaka Untuk menghindari terjadinya penjiplakan karya seni, maka penata melakukan telahan terhadap beberapa karya tari yang telah digarap dalam ujian tugas akhir oleh para mahasiswa terdahulu yang sekarang sudah menjadi alumni tentunya. Beberapa skripsi karya seni penciptaan yang ditemukan, antara lain: 1. Skripsi karya seni penciptaan berjudul Fatherlessness, karya Sherly Lucia, lulus tahun 2013, Jurusan Seni Tari STSI Bandung. Berisi tentang seseorang yang kehilangan figur seorang ayah yang mengakibatkan hilangnya sifat percaya diri atau rendah hati dan ternyata buku ini sangat mendukung pada tulisan/garapan penata; 2. Skripsi karya seni penciptaan berjudul Kaniaya, karya Rahmawati Rahayu, lulus tahun 2013, Jurusan Seni Tari STSI Bandung. Berisi tentang pesan moral untuk kaum laki-laki agar lebih menghargai posisi wanita

9 9 seperti ibunya sendiri dan ternyata buku ini sangat mendukung pada tulisan/garapan penata. Berdasarkan apresiasi penata terhadap beberapa karya penciptaan tari, baik yang menggunakan pendekatan penciptaan konsep tradisi maupun yang nontradisi tetapi memiliki topik garap yang sama, ternyata berbeda dengan konsep dan visualisasi garap yang sedang dilakukan oleh penata. Oleh karenanya, karya tari dengan judul KAHAYANG dengan pendekatan garap penciptaan konsep tradisi yang dikerjakan oleh penata dapat dikatakan orisinal atau berbeda dengan karya tari yang sudah ada. Walaupun demikian, mengingat keterbatasan penata dalam ilmu pengetahuan dan pengalaman, maka untuk pengayaan wacana dalam tulisan ini diperlukan berbagai sumber literatur sebagai acuan, yaitu antara lain: 1. Buku berjudul Komposisi Tari, karya Jacqueline Smith, (terj. Ben Suharto), terbit tahun Berisi tentang bagaimana seorang pencipta tari membuat karya secara strukturnya dan ternyata buku ini sangat mendukung pada tulisan/garapan penata; 2. Buku berjudul Menari Menurut Kata Hati karya Alma M. Hawkin, terbit tahun Berisi tentang bagaimana cara menciptakan karya tari dengan beberapa tahap yang harus sangat penting untuk dilakukan sebelum menciptakan sebuah karya tari dan ternyata buku ini sangat mendukung pada tulisan/garapan penata; 3. Buku Novel berjudul Papah, Kasih Sayang Yang Terlupakan, karya Eidelweis Almira, terbit tahun Berisi tentang diamnya seorang ayah

10 10 merupakan kasih sayang yang tulus dari seorang ayah dan seorang ayah tidak akan pernah membenci anak-anaknya walaupun anaknya tidak pernah menganggap kasih sayang yang diberikan oleh ayah dan ternyata buku novel ini sangat mendukung pada tulisan/garapan penata; 4. Buku Novel berjudul Cinta Untuk Ayah, karya Rizki Muliasni Nasution, terbit tahun Berisi tentang bahwa kasih sayang kepada anaknya itu sangatlah penting, dan jangan biarkan keegoisan menguasai kita sampaisampai lupa dengan perasaan anaknya dan ternyata buku ini sangat mendukung pada tulisan/garapan penata; 5. Buku berjudul Pemahaman Tentang Karya Tari, karya R.M Soedarsono, terbit tahun Berisi tentang pemahaman menciptakan sebuah karya tari dan ternyata buku ini sangat mendukung pada tulisan/garapan penata; 6. Buku berjudul Khasanah Tari Wayang karya Iyus Rusliana, terbit tahun Berisi tentang bagaimana cara mendeskripsikan tulisan tentang garapan yang akan dibuat dan ternyata buku ini sangat mendukung pada tulisan/garapan penata; 7. Buku berjudul Mencipta Lewat Tari karya Alma M. Hawkin, terbit tahun Berisi tentang bagaimana cara menjadi seorang koreografer yang kreatif dan ternyata buku ini sangat mendukung pada tulisan/garapan penata.

11 11 F. Rancangan / Sketsa Garap Adapun rancangan/sketsa garap pada penciptaan karya tari KAHAYANG dibagi menjadi 3 aspek, yaitu: Desain Koreografi, Desain Karawitan Tari dan Desain Artistik Tari yang di dalamnya meliputi Rias Busana, Proferti dan Setting 1. Desain Koreografi Secara koreografis struktur dibangun dengan mengolah tiga dimensi utama, yaitu; tenaga, ruang, dan waktu. Pengolahan atau garap dimensi tenaga diekpresikan melalui pola gerak cannon, saling mengisi, gerak rampak, kontras, fokus, dengan variaasi gerak mengalir/mengalun, bertenanga, patah-patah (stakato). Pengolahan dimensi ruang dijelajahi melalui motip gerak yang terbuka lebar, tertutup mengkerut, alur gerak yang panjang, alur gerak yang pendek, garap leveling; level tinggi, tengah, rendah, dan sebagainya.pengolahan waktu dijelajahi melalui pengaturan tempo, irama, dinamika gerak, dan sebagainya.ketiga dimensi itu diolah sedemikian rupa, sehingga mendapatkan koreografi yang menjadi struktur dramatik untuk setiap adegan.akan yang menciptakan kekuatan-kekuatan rasa KAHAYANG yang begitu memuncak.fokus garap di atas akan dibagi menjadi 3 bagian, yaitu : 1.1 Bagian awal: Menggambarkan perasaan rindu yang mendalam terhadap sosok seorang ayah. Diawali dengan tampilnya siluet sebagai simbolisasi figur ayah (ketika rindu siluet ini sebagai bayangannya), 2 penari stand by di center stage dengan posisi saling membelakangi, posisi pose, masuk siluet sebagai simbolisasi figur ayah dan bergerak perlahan merasakan kerinduan yang amat besar akan sosok ayah.

12 12 Keduanya menari dengan gerakan yang sama, tetapi berlawanan seperti pada hukum cermin. Pada momen tertentu yang dilakukan oleh penari yang menghadap penonton, penari yang membelakangi penonton keluar dalam posisi berdiri sebagai simbolisasi keluarnya perasaan rindu akan sosok ayah. Kemudian muncul penari yang 1 untuk symbol keluarnya perasaan marah akan keadaan, dan dilanjutkan dengan masuknya 2 orang penari sebagai symbol keluarnya perasaan iri hati terhadap situasi dan keadaan lingkungan sekitar. Pada waktu tertentu koreografi dan musik dibuat kontras dan berlawanan. Kelima penari terus bergerak bervariasi, baik dalam pengolahan tenaga, ruang, maupun waktu/tempo dan irama dengan intensitas gerak yang berbeda, begitu pula dengan pengolahan gerak kelompok yang berbeda pula. 1.2 Bagian tengah: Menggambarkan perasaan pemberontakan penata terhadap kahayang akan adanya sosok seorang ayah dalam kehidupan penata. Penata sebenarnya tidak menginginkan situasi seperti ini, penata butuh sesosok ayah sebagai panutan, pemimpin serta tempat mencurahkan segala isi hati. Namun, penata sadar akan keadaan yang dihadapi selama ini, keluarga yang tidak harmonis serta kurangnya komunikasi antar keluarga membuat penata harus memilih jalan sendiri. Figur ayah tak pernah mampu hadir, dan yang ada hanyalah sosok ibu, itupun kehadirannya tak pernah jelas/utuh. Oleh karenanya, pada bagian ini digambarkan sosok ibu, karena bagaimanapun juga sebelum memutuskan untuk jalan sendiri, penata harus

13 13 meminta restu dan ijin kepada ibu, walau berat namun penata harus tetap berjalan. Dinamika irama secara koreografis meningkat lebih cepat temponya sebagai bentuk pemberontakan hati, namun tidak selalu dalam tempo cepat terkadang tempo turun. Pada adegan 2 ini suasananya pemberontakan hati. 1.3 Bagian akhir: Kecewa, marah, iri hati, sedih pun tidak ada gunanya karena pada siapa penata harus mengadu tidak ada yang bisa dilakukan. KAHAYANG kini hanyalah harapan yang tidak akan pernah bisa tercapai sampai kapanpun, sehingga akhirnya memutuskan untuk jalan sendiri tanpa memilih salah satu dari jalan kehidupan ayah ataupun ibu. 2. Desain Musik Tari Pemilihan garap karawitan untuk mendukung koreografi tari dilandasi berbagai pertimbangan dan kesesuaian dengan kebutuhan garapan, karena tidak setiap musik sesuai untuk kebutuhan tari.selain itu, musik dalam garapan tari memilki dwifungsi, yaitu: musik yang membungkus/parallel/linier gerakan dan musik yang fungsinya sebagai ilustrasi serta menghidupkan kekuatan suasana dalam membangun struktur irama dramatik karya tari. Oleh karenanya dalam mengeksplorasi musik, penata tari bersama penata musik terlebih dahulu mendiskusikan konsep garap termasuk memasukkan inspirasi penata supaya musik yang dihasilkan sesuai dengan suasana yang diusung. Berdasarkan hasil diskusi tersebut, maka disepakati bahwa garak music karawitan tari akan menggunakan 1 set gamelan berlaras P/S (pelog/salendro)

14 14 ditambah kendang jaipongan, kecrek, terbang dan suling, rebab, serta vokal sebagai musik ilustrasi pada beberapa adegan yang perlu diperkuat. 3. Desain Artistik Tari Adapun desain artistik tari dibagi menjadi 3 aspek, yaitu; RiasBusana, Proferti dan Setting. 3.1 Rias-Busana Rias yang digunakan yaitu rias cantik sebagai dengan ketebalan dan warna memakai warna rias panggung. Adapun busana yang digunakan tidak akan terlepas dari konsep tradisi yang akan dikembangkan menjaadi sesuatu yang unik. 3.2 Setting Setting terutama difokuskan pada penataan penonjolan penyinaran pada sektor-sektor area pentas tertentu, yaitu pada upright, upleft, downright, downleft, dead center dengan penyinaran tanpa medium. Penyajian garapan ini dituangkan dalam panggung proscenium. Tujuannya adalah memberikan kedalaman dimensi ruang, sehinggapenampilan sosok penarinya tidak menjadi datar. Dalam penciptaan karya tari KAHAYANG ini menggunakan setting siluet yang merupakan simbolisasi figur seorang ayah (ketika rindu siluet ini sebagai bayangannya). Didalam siluet 1 orang laki-laki yang duduk di atas kursi goyang yang berada di atas 2 buah level dan menggunakan baju kampret sambil pegang parudan rokok. Tujuannya agar bagian awal yang dimana suasananya sedang merindukan ayah bisa lebih dimengerti oleh yang mengapresiasi.

BAB I PENDAHULUAN. dan teknik yang berkaitan dengan komposisinya (analisis bentuk at au penataan

BAB I PENDAHULUAN. dan teknik yang berkaitan dengan komposisinya (analisis bentuk at au penataan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Seni tari sebagai ekspresi manusia yang bersifat estetis, kehadirannya tidak bersifat independen. Dilihat secara tekstual, tari dapat dipahami dari bentuk dan teknik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang. Kreativitas merupakan satu proses pemikiran yang memunculkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang. Kreativitas merupakan satu proses pemikiran yang memunculkan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Kreativitas merupakan satu proses pemikiran yang memunculkan sebuah ide atau gagasan baru. Kreativitas harus ditinjau dari segi pribadi yang kreatif, proses yang kreatif

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. suatu bahasa. Puisi juga merupakan cara penyampaian tidak langsung seseorang

BAB I PENDAHULUAN. suatu bahasa. Puisi juga merupakan cara penyampaian tidak langsung seseorang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Puisi merupakan ungkapan perasaan yang dihayati oleh penyairnya ke dalam suatu bahasa. Puisi juga merupakan cara penyampaian tidak langsung seseorang terhadap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kehidupan sehari-hari, kita ketahui terdapat beberapa jenis seni yang di

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kehidupan sehari-hari, kita ketahui terdapat beberapa jenis seni yang di BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam kehidupan sehari-hari, kita ketahui terdapat beberapa jenis seni yang di antaranya adalah Seni Rupa, Seni Musik, Seni Tari, dan Seni Teater. Beberapa jenis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menjadi tidak baik dan menimbulkan konflik. Dan sahabat juga harus berani

BAB I PENDAHULUAN. menjadi tidak baik dan menimbulkan konflik. Dan sahabat juga harus berani BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Sahabat itu bagaikan api, cahayanya bisa menerangi ruang gelap disekitarnya. Akan tetapi jika api itu tidak dikendalikan dengan baik, maka api tersebut bisa membawa

Lebih terperinci

MATERI 2 PENCIPTAAN DAN PENATAAN TARI

MATERI 2 PENCIPTAAN DAN PENATAAN TARI MATERI 2 PENCIPTAAN DAN PENATAAN TARI A. Pengertian Tari Batasan konsep tetang tari banyak dikemukakan oleh beberapa ahli, tetapi perlu diingat bahwa batasan yang dikemukakan seseorang berkaitan dengan

Lebih terperinci

DESKRIPSI KARYA SENI MONUMENTAL Judul Karya Seni Monumental (kriya Seni): Predator. Pencipta I Made Sumantra, S.Sn, M.Sn

DESKRIPSI KARYA SENI MONUMENTAL Judul Karya Seni Monumental (kriya Seni): Predator. Pencipta I Made Sumantra, S.Sn, M.Sn DESKRIPSI KARYA SENI MONUMENTAL Judul Karya Seni Monumental (kriya Seni): Predator Pencipta I Made Sumantra, S.Sn, M.Sn FAKULTAS SENI RUPA DAN DESAIN INSTITUT SENI INDONESIA DENPASAR 2017 DESKRIPSI KARYA

Lebih terperinci

Desain Estetik Dalam Komposisi Tari Berpasangan Oleh: Lilin Candrawati.S.

Desain Estetik Dalam Komposisi Tari Berpasangan Oleh: Lilin Candrawati.S. Desain Estetik Dalam Komposisi Tari Berpasangan Oleh: Lilin Candrawati.S. A. Latar Belakang Desain mempunyai pengertian kerangka, bentuk, rancangan, sedangkan estetik adalah keindahan. Tari adalah cabang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Ibu adalah wanita yang telah melahirkan seseorang. Sebutan ibu mungkin

BAB I PENDAHULUAN. Ibu adalah wanita yang telah melahirkan seseorang. Sebutan ibu mungkin 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ibu adalah wanita yang telah melahirkan seseorang. Sebutan ibu mungkin terdengar biasa di telinga, sebutan yang sepintas telah biasa didengar di berbagai tempat

Lebih terperinci

BAB VI KESIMPULAN. Berdasarkan hasil penelitian Lagu gedé dalam Karawitan. Sunda Sebuah Tinjauan Karawitanologi, diketahui keunggulan

BAB VI KESIMPULAN. Berdasarkan hasil penelitian Lagu gedé dalam Karawitan. Sunda Sebuah Tinjauan Karawitanologi, diketahui keunggulan BAB VI KESIMPULAN A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian Lagu gedé dalam Karawitan Sunda Sebuah Tinjauan Karawitanologi, diketahui keunggulan musikal lagu gedé tidak dapat diragukan. Kompleksitas musik

Lebih terperinci

2016 TARI JAIPONG ACAPPELLA KARYA GOND O D I KLINIK JAIPONG GOND O ART PROD UCTION

2016 TARI JAIPONG ACAPPELLA KARYA GOND O D I KLINIK JAIPONG GOND O ART PROD UCTION BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pada dasarnya seni hadir sebagai bahasa yang dipergunakan untuk berkomunikasi, dan kehadirannya selalu dibutuhkan oleh manusia di mana pun mereka berada dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra tidak akan terlepas dari imajinasi pengarang. Karya sastra

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra tidak akan terlepas dari imajinasi pengarang. Karya sastra BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Karya sastra tidak akan terlepas dari imajinasi pengarang. Karya sastra merupakan sebuah ciptaan yang disampaikan secara komunikatif untuk tujuan estetika

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tentang pernikahan menyatakan bahwa pernikahan adalah: berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa. (UU RI Nomor 1 Tahun 1974 Pasal 1

BAB I PENDAHULUAN. tentang pernikahan menyatakan bahwa pernikahan adalah: berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa. (UU RI Nomor 1 Tahun 1974 Pasal 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG MASALAH Undang-Undang Republik Indonesia (UU RI) Nomor 1 tahin 1974 pasal 1 tentang pernikahan menyatakan bahwa pernikahan adalah: Ikatan lahir dan batin antara seorang

Lebih terperinci

TARI KAWUNG ANTEN KARYA GUGUM GUMBIRA

TARI KAWUNG ANTEN KARYA GUGUM GUMBIRA 1 A. LatarBelakangPenelitian BAB I PENDAHULUAN Jawa Barat merupakansalahsatupusat mempunyaikebudayaankeseniansunda, keseniantersebutdapatmempengaruhimasyarakatjawa Barat khususnya Kota Bandung.BanyaksekalikeanekaragamankesenianSunda

Lebih terperinci

TEKNIK GERAK BODY CONTACT PADA KARYA TARI GREGET NYALAMI

TEKNIK GERAK BODY CONTACT PADA KARYA TARI GREGET NYALAMI TEKNIK GERAK BODY CONTACT PADA KARYA TARI GREGET NYALAMI Oleh Fahmida Yuga Pangestika 12020134047 fahmidayuga@yahoo.com Dosen Pembimbing: Dra. Jajuk Dwi Sasanadjati, M.Hum ABSTRAK Salaman merupakan sebuah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Perkembangan kesenian yang terjadi di Indonesia dipengaruhi oleh beberapa faktor, salah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Perkembangan kesenian yang terjadi di Indonesia dipengaruhi oleh beberapa faktor, salah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan kesenian yang terjadi di Indonesia dipengaruhi oleh beberapa faktor, salah satunya adalah masuknya budaya barat yang ikut mempengaruhi perubahan serta perkembangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tari merupakan ekspresi jiwa manusia yang diubah oleh imajinasi dan diberi media gerak sehingga menjadi bentuk gerak yang simbolisasinya sebagai ungkapan dari si pencipta.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Desain grafis pada awalnya hanya terbatas pada media cetak dwi matra

BAB I PENDAHULUAN. Desain grafis pada awalnya hanya terbatas pada media cetak dwi matra BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG PENCIPTAAN Desain grafis pada awalnya hanya terbatas pada media cetak dwi matra saja. Karena perkembangan teknologi bahkan sudah masuk ke dunia multimedia (diantaranya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Widdy Kusdinasary, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Widdy Kusdinasary, 2013 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Banten sebagai bagian dari negara Kesatuan Republik Indonesia, memiliki keanekaragaman bentuk dan jenis seni pertujukan. Seni pertunjukan yang tumbuh dan berkembang

Lebih terperinci

BAB III METODE PENCIPTAAN. A. Implementasi Teoritik

BAB III METODE PENCIPTAAN. A. Implementasi Teoritik BAB III METODE PENCIPTAAN A. Implementasi Teoritik 1. Tematik Ide dalam proses penciptaan karya seni dapat diperoleh dari hasil pengalaman pribadi maupun pengamatan lingkungan. Kemudian, melalui proses

Lebih terperinci

BAB II SENI TARI DAN UNSUR VISUAL

BAB II SENI TARI DAN UNSUR VISUAL BAB II SENI TARI DAN UNSUR VISUAL 2.1. Seni dan Tari 2.1.1. Pengertian Seni Seni dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (1991: 915) didefinisikan sebagai keahlian membuat karya yang bermutu dilihat dari segi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. umum musik yang meliputi pitch, dinamika, kualitas sonik dari timbre dan

BAB I PENDAHULUAN. umum musik yang meliputi pitch, dinamika, kualitas sonik dari timbre dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Seni tidak dapat dilepaskan dari kehidupan manusia, sebab selalu hadir dan berkembang di tengah-tengah kehidupan manusia itu sendiri. Seni berkembang dari perasaan manusia,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. proses pembaharuan atau inovasi yang ditandai dengan masuknya gagasan-gagasan baru dalam

BAB I PENDAHULUAN. proses pembaharuan atau inovasi yang ditandai dengan masuknya gagasan-gagasan baru dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Seni karawitan sebagai salah satu warisan seni budaya masa silam senantiasa mengalami proses pembaharuan atau inovasi yang ditandai dengan masuknya gagasan-gagasan

Lebih terperinci

pergelaran wayang golek. Dalam setiap pergelaran wayang golek, Gending Karatagan berfungsi sebagai tanda dimulainya pergelaran.

pergelaran wayang golek. Dalam setiap pergelaran wayang golek, Gending Karatagan berfungsi sebagai tanda dimulainya pergelaran. BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Gending Karatagan wayang adalah gending pembuka pada pergelaran wayang golek. Dalam setiap pergelaran wayang golek, Gending Karatagan berfungsi sebagai tanda dimulainya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. seni juga mengalami perkembangan. Seni bahkan menyatu dengan kemajuankemajuan

BAB I PENDAHULUAN. seni juga mengalami perkembangan. Seni bahkan menyatu dengan kemajuankemajuan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Seni adalah salah satu sarana hiburan bagi masyarakat. Baik itu seni musik, seni rupa, seni tari maupun seni teater. Seiring dengan kemajuan zaman, seni juga

Lebih terperinci

BAB I DEFINISI OPERASIONAL. Seni merupakan salah satu pemanfaatan budi dan akal untuk menghasilkan

BAB I DEFINISI OPERASIONAL. Seni merupakan salah satu pemanfaatan budi dan akal untuk menghasilkan 1 BAB I DEFINISI OPERASIONAL A. LATAR BELAKANG MASALAH Seni merupakan salah satu pemanfaatan budi dan akal untuk menghasilkan karya yang dapat menyentuh jiwa spiritual manusia, karya seni merupakan suatu

Lebih terperinci

KOMPOSISI TARI 1. Gerak Tari

KOMPOSISI TARI 1. Gerak Tari KOMPOSISI TARI Ada sebagian orang yang mengatakan bahwa komposisi identik dengan lantai atau posisi penari di atas pentas. Namun ada pula yang mengatakan bahwa komposisi tari adalah segala sesuatu yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tari wayang adalah salah satu genre atau rumpun tari yang terdapat di Jawa Barat. Tari wayang sendiri merupakan tari yang menceritakan tokoh atau peristiwa yang terdapat

Lebih terperinci

Kata kunci : Tari Srimpi Guitar, koreografi

Kata kunci : Tari Srimpi Guitar, koreografi TARI SRIMPI GUITAR KARYA TIEN KUSUMAWATI (KAJIAN KOREOGRAFI) Rizky Putri Septi Handini Dra. Veronica Eny Iryanti, M.Pd. Mahasiswa Jurusan Sendratasik, Fakultas Bahasa dan Seni, Universitas Negeri Semarang

Lebih terperinci

Islami. Pernikahan Dalam Islam

Islami. Pernikahan Dalam Islam Islami Pernikahan Dalam Islam Pernikahan merupakan ikatan diantara dua insan yang mempunyai banyak perbedaan, baik dari segi fisik, asuhan keluarga, pergaulan, cara berfikir (mental), pendidikan dan lain

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dengan kata lain, seorang aktor harus menampilkan atau. mempertunjukan tingkah laku yang bukan dirinya sendiri.

BAB I PENDAHULUAN. Dengan kata lain, seorang aktor harus menampilkan atau. mempertunjukan tingkah laku yang bukan dirinya sendiri. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Membawakan peran atau akting dapat diartikan menampilkan atau mempertunjukan tingkah laku terutama diatas pentas. Berbuat seolaholah, berpura pura menjadi seseorang,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. merupakan impian setiap manusia, sebab perkawinan dapat membuat hidup

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. merupakan impian setiap manusia, sebab perkawinan dapat membuat hidup BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkawinan merupakan unsur penting dalam kehidupan manusia. Tujuan perkawinan adalah mendapatkan kebahagiaan, cinta kasih, kepuasan, dan keturunan. Menikah dan

Lebih terperinci

Falsafah hidup masyarakat jawa dalam pertunjukan musik gamelan. Falsafah hidup masyarakat jawa dalam pertunjukan musik gamelan.zip

Falsafah hidup masyarakat jawa dalam pertunjukan musik gamelan. Falsafah hidup masyarakat jawa dalam pertunjukan musik gamelan.zip Falsafah hidup masyarakat jawa dalam pertunjukan musik gamelan Falsafah hidup masyarakat jawa dalam pertunjukan musik gamelan.zip letak georafisnya Gamelan salendro biasa digunakan untuk mengiringi pertunjukan

Lebih terperinci

JURNAL JEGHEH. Gagasan yang menjiwai karya ini adalah telah tentang seorang ibu.

JURNAL JEGHEH. Gagasan yang menjiwai karya ini adalah telah tentang seorang ibu. 1 JURNAL JEGHEH Gagasan yang menjiwai karya ini adalah telah tentang seorang ibu. Gagasan tersebut di ambil dari pengalaman pribadi ketika melihat seorang ibu yang sabar. Konsep yang ingin disampaikan

Lebih terperinci

S I L A B U S MATA KULIAH SENI ANAK USIA DINI II. Oleh : INDRA YENI, S.Pd., M.Pd. NIP

S I L A B U S MATA KULIAH SENI ANAK USIA DINI II. Oleh : INDRA YENI, S.Pd., M.Pd. NIP Universitas Negeri Padang Silabus (Kurikulum 2013) S I L A B U S MATA KULIAH SENI ANAK USIA DINI II Oleh : INDRA YENI, S.Pd., M.Pd. NIP. 19710330.200604.2.001 Reviewer : Prof. Dr. NURHIZRAH GISTITUATI,

Lebih terperinci

BAB III PROSES DAN TEKNIK PENCIPTAAN

BAB III PROSES DAN TEKNIK PENCIPTAAN BAB III PROSES DAN TEKNIK PENCIPTAAN Sebuah karya seni dapat terlihat dari dorongan perasaan pribadi pelukis. Menciptakan karya seni selalu di hubungkan dengan ekspresi pribadi senimannya. Hal itu di awali

Lebih terperinci

Teknik dan Kriteria Evaluasi Pendidikan Seni Tari Dewi Karyati dan Maman Tocharman

Teknik dan Kriteria Evaluasi Pendidikan Seni Tari Dewi Karyati dan Maman Tocharman Modul IV Teknik dan Kriteria Evaluasi Pendidikan Seni Tari Dewi Karyati dan Maman Tocharman Pendahuluan Penilaian di bidang pendidikan, merupakan salah satu kewajiban mutlak yang harus dilakukan oleh setiap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. menciptakan manusia sebagai makhluk hidup-nya, akan tetapi makhluk hidup

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. menciptakan manusia sebagai makhluk hidup-nya, akan tetapi makhluk hidup BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia merupakan makhlik hidup ciptaan Allah SWT. Allah SWT tidak menciptakan manusia sebagai makhluk hidup-nya, akan tetapi makhluk hidup ciptaan Allah yang lain adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemberian materi pembelajaran sejarah bangsa sejak belia dapat menumbuhkan semangat nasionalisme sejak dini. Berdasarkan pendapat Nuraeni dikutip Gemari edisi 88 (2008

Lebih terperinci

Zaman sekarang susah ya cari yang serius Semua cowok itu sama aja, suka nyakitin

Zaman sekarang susah ya cari yang serius Semua cowok itu sama aja, suka nyakitin Senandung cinta yang suci, biarlah ia selalu hadir dalam setiap kidung do a. Menjadikan cinta sedekat kening dengan sajadah sujud. Meyakini semua ketetapan-nya ialah suatu kepasrahan dalam diri, ketabahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. rias, tata busana, pentas, setting, lighting, dan property. Elemen-elemen tari dapat

BAB I PENDAHULUAN. rias, tata busana, pentas, setting, lighting, dan property. Elemen-elemen tari dapat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Seni tari merupakan ungkapan perasaan manusia yang dilahirkan melalui gerakgerak tubuh manusia. Maka dapat dilihat bahwa hakikat tari adalah gerak. Disamping gerak sebagai

Lebih terperinci

ARTIKEL TENTANG SENI TARI

ARTIKEL TENTANG SENI TARI NAMA : MAHDALENA KELAS : VII - 4 MAPEL : SBK ARTIKEL TENTANG SENI TARI A. PENGERTIAN SENI TARI Secara harfiah, istilah seni tari diartikan sebagai proses penciptaan gerak tubuh yang berirama dan diiringi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia kaya akan beraneka ragam seni dan budaya, hampir setiap suku

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia kaya akan beraneka ragam seni dan budaya, hampir setiap suku BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia kaya akan beraneka ragam seni dan budaya, hampir setiap suku bangsa di Indonesia memiliki seni dan budaya tradisional masing-masing yang kemudian secara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN Perkembangan merupakan perubahan ke arah kemajuan menuju terwujudnya hakekat manusia yang bermartabat atau berkualitas. Usia lahir sampai dengan pra sekolah

Lebih terperinci

PENERAPAN TARI RANTAK PADA PEMEBELAJARAN SENI TARI SEBAGAI UPAYA MENINGKATKAN KERJASAMA SISWA DI SMPN 9 BANDUNG

PENERAPAN TARI RANTAK PADA PEMEBELAJARAN SENI TARI SEBAGAI UPAYA MENINGKATKAN KERJASAMA SISWA DI SMPN 9 BANDUNG 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pendidikan merupakan usaha sadar membentuk manusia menuju kedewasaannya, baik secara mental, intelektual maupun emosional. Pendidikan juga sebagai sarana

Lebih terperinci

BAB IV PENUTUP. suatu biara atau tempat ibadah. 1 Biarawati memilih untuk hidup selibat

BAB IV PENUTUP. suatu biara atau tempat ibadah. 1 Biarawati memilih untuk hidup selibat BAB IV PENUTUP A. Kesimpulan Biarawati adalah perempuaan yang sukarela meninggalkan kehidupan duniawi dan memfokuskan hidupnya untuk kehidupan agama di suatu biara atau tempat ibadah. 1 Biarawati memilih

Lebih terperinci

2015 PENCIPTAAN KARAKTER SUPERHERO SEBAGAI SUMBER GAGASAN BERKARYA SENI LUKIS

2015 PENCIPTAAN KARAKTER SUPERHERO SEBAGAI SUMBER GAGASAN BERKARYA SENI LUKIS BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penciptaan Tokoh pahlawan atau superhero Indonesia sepertinya sudah lama sekali hilang di dunia perfilman dan media lainnya di tanah air. Tidak bisa dipungkiri, hal

Lebih terperinci

BAB III GAGASAN BERKARYA

BAB III GAGASAN BERKARYA BAB III GAGASAN BERKARYA 3.1 Tafsiran Tema Karya untuk Tugas Akhir ini mempunyai tema besar Ibu, Kamu dan Jarak. Sebuah karya yang sangat personal dan dilatar belakangi dari pengalaman personal saya. Tema

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. seni. Hal ini disebabkan seni dalam sastra berwujud bacaan atau teks sehingga

BAB I PENDAHULUAN. seni. Hal ini disebabkan seni dalam sastra berwujud bacaan atau teks sehingga BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Nilai seni dalam sebuah karya tidak selalu berwujud pada benda tiga dimensi saja. Adapun kriteria suatu karya dapat dikatakan seni jika karya tersebut memiliki

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. karya sastra yang dihasilkan para pengarang. juga perlu membacanya. Memberikan sebuah bacaan yang bernilai sastra

BAB I PENDAHULUAN. karya sastra yang dihasilkan para pengarang. juga perlu membacanya. Memberikan sebuah bacaan yang bernilai sastra BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dunia sastra di Indonesia mengalami perkembangan dan kemajuan yang sangat pesat. Berkembangnya sastra berarti pula berkembangnya hasil karya sastra yang dihasilkan

Lebih terperinci

Kata Kunci : In Control, Keseimbangan, Liris

Kata Kunci : In Control, Keseimbangan, Liris Keseimbangan Dalam Gerak Liris Pada Karya Tari In Control Oleh : Nihayah 12020134020 Email: nihayah09@gmail.com Dosen Pembimbing: Dra Jajuk Dwi Sasanadjati, M.Hum Abstrak Karya tari In Control merupakan

Lebih terperinci

2015 TARI KREASI DOGDOG LOJOR DI SANGGAR MUTIARA PAWESTRI PELABUHAN RATU KABUPATEN SUKABUMI

2015 TARI KREASI DOGDOG LOJOR DI SANGGAR MUTIARA PAWESTRI PELABUHAN RATU KABUPATEN SUKABUMI BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Seni pertunjukan merupakan ekspresi dan kreasi seniman serta masyarakat pemiliknya yang senantiasa hidup dan berkembang seiring dinamika atau perubahan zaman. Mengingat

Lebih terperinci

PENDIDIKAN SENI TARI ANAK USIA DINI MELALUI STIMULUS BERKREASI TARI NUSANTARA

PENDIDIKAN SENI TARI ANAK USIA DINI MELALUI STIMULUS BERKREASI TARI NUSANTARA 1 PENDIDIKAN SENI TARI ANAK USIA DINI MELALUI STIMULUS BERKREASI TARI NUSANTARA I Gusti Komang Aryaprastya Abstrak. Anak usia dini merupakan sosok insan yang masih memiliki sifat bermain yang sangat tinggi,

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN

BAB V PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN BAB V PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN A. Keharmonisan Pada Pasangan Menikah Yang Belum Mempunyai Keturunan. Keluarga harmonis merupakan keluarga yang penuh dengan ketenangan, ketentraman, kasih sayang, keturunan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. tanggung jawab atas kesejahteraan anak, baik jasmani, kesehatan, rohani serta

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. tanggung jawab atas kesejahteraan anak, baik jasmani, kesehatan, rohani serta BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Anak merupakan makhluk kecil ciptaan Allah SWT yang telah diamahkan pada sepasang suami - isteri untuk menjalankan perannya sebagi figur sebagai orangtua. Anak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I.1

BAB I PENDAHULUAN I.1 BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Masalah Gambaran kehidupan masyarakat Indonesia yang beragam menjadikan kesenian sebagai salah satu perwujudan jati diri bangsa Indonesia yang memiliki ciri khas. Kesenian

Lebih terperinci

Standar Kompetensi (SK) dan Kompetensi Dasar (KD) Mata Pelajaran Seni Musik Sumber: KTSP 2006

Standar Kompetensi (SK) dan Kompetensi Dasar (KD) Mata Pelajaran Seni Musik Sumber: KTSP 2006 (SK) dan (KD) Mata Pelajaran Sumber: KTSP 2006 52. Mata Pelajaran Seni Budaya dan Keterampilan untuk Sekolah Dasar (SD)/Madrasah Ibtidaiyah (MI) A. Latar Belakang Muatan seni budaya dan keterampilan sebagaimana

Lebih terperinci

BAB IV KOMPOSISI PENTAS. STANDAR KOMPETENSI : Mahasiswa mampu memahami dan mengetahui hakikat Komposisi Pentas

BAB IV KOMPOSISI PENTAS. STANDAR KOMPETENSI : Mahasiswa mampu memahami dan mengetahui hakikat Komposisi Pentas BAB IV KOMPOSISI PENTAS STANDAR KOMPETENSI : Mahasiswa mampu memahami dan mengetahui hakikat Komposisi Pentas KOMPETENSI DASAR: Menyebutkan pengertian komposisi Menjelaskan Aspek-aspek motif Komposisi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Diana Susi, 2013

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Diana Susi, 2013 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Jawa Barat merupakan salah satu provinsi di Indonesia yang kaya akan keanekaragaman seni khususnya bidang seni tari. Kekayaan Seni tari yang saat ini berkembang di berbagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Manusia merupakan makhluk hidup sosial yang tidak dapat hidup sendiri dan saling membutuhkan satu sama lain, selain makhluk sosial manusia juga membutuhkan yang namanya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Reggi Juliana Nandita, 2015

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Reggi Juliana Nandita, 2015 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Tari Jaipong telah mengalami perkembangan yang begitu pesat, terlihat dari tarian yang ditampilkan oleh penari wanita, gerak yang semula hadir dengan gerak-gerak

Lebih terperinci

MENGAPRESIASI KARYA SENI LUKIS

MENGAPRESIASI KARYA SENI LUKIS SENI BUDAYA MENGAPRESIASI KARYA SENI LUKIS Nama : Alfina Nurpiana Kelas : XII MIPA 3 SMAN 84 JAKARTA TAHUN AJARAN 2016/2017 Karya 1 1. Bentuk, yang merupakan wujud yang terdapat di alam dan terlihat nyata.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Penelitian ini mengambil judul Perancangan Buku Referensi Karakteristik

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Penelitian ini mengambil judul Perancangan Buku Referensi Karakteristik BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian ini mengambil judul Perancangan Buku Referensi Karakteristik Tata Rias Tari Surabaya Dengan Teknik Fotografi Sebagai Sarana Informasi Masyarakat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Proses realisasi karya seni bersumber pada perasaan yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Proses realisasi karya seni bersumber pada perasaan yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Proses realisasi karya seni bersumber pada perasaan yang merupakan bentuk ungkapan atau ekspresi keindahan. Setiap karya seni biasanya berawal dari ide atau

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penciptaan Karya

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penciptaan Karya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penciptaan Karya Pada dasarnya manusia punya dua sifat bahkan multi complex 1 baik sifat atau pemikirannya, walaupun pada dasarnya mampu bersosialisasi tapi cenderung

Lebih terperinci

BABII KEHIDUPAN SENI BUDAYA

BABII KEHIDUPAN SENI BUDAYA BABII KEHIDUPAN SENI BUDAYA 2.1. Pengertian Seni Pengertian Seni sering dikaitkan dengan keindahan atau kesenangan tertentu. Batasan yang diketahui ataupun kesenangan tertentu. Batasan yang diketahui pada

Lebih terperinci

BAB 5 SIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI

BAB 5 SIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI BAB 5 SIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI 5.1 Simpulan Secara umum simpulan dari hasil penelitian ini adalah bahwa pertunjukan kesenian terbang merupakan bentuk pertunjukan yang sudah ada sejak jaman para

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan masyarakat. Musik juga menjadi warna tersendiri yang dapat

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan masyarakat. Musik juga menjadi warna tersendiri yang dapat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Konteks Penelitian Musik adalah salah satu bagian yang tidak dapat terpisahkan dalam elemen kehidupan masyarakat. Musik juga menjadi warna tersendiri yang dapat menghipnotis, membawa

Lebih terperinci

2014 TARI WAYANG HIHID DI SANGGAR ETNIKA DAYA SORA KOTA BOGOR

2014 TARI WAYANG HIHID DI SANGGAR ETNIKA DAYA SORA KOTA BOGOR 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latarbelakang Penelitian Bentuk kesenian yang lahir dan aktivitas masyarakat suatu daerah tidak akan lepas dari kebiasaan hidup masyarakat daerah tersebut, sehingga seni yang dilahirkan

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN. menggunakan teori struktur novel Robert Stanton yang meliputi fakta-fakta cerita,

BAB V KESIMPULAN. menggunakan teori struktur novel Robert Stanton yang meliputi fakta-fakta cerita, BAB V KESIMPULAN Berdasarkan analisis pada novel Nadira karya Leila S. Chudori dengan menggunakan teori struktur novel Robert Stanton yang meliputi fakta-fakta cerita, tema, dan hubungan antarunsur, diperoleh

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN. yang terkandung dalam novel tersebut sebagai berikut.

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN. yang terkandung dalam novel tersebut sebagai berikut. BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN 5.1 Simpulan Berdasarkan analisis data pada Bab IV, dapat disimpulkan bahwa novel Sebelas Patriot merupakan novel yang berlatar belakang kecintaan terhadap tanah air,

Lebih terperinci

BAB. I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang

BAB. I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang BAB. I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Pada hakikatnya manusia diciptakan berpasang-pasangan antara laki-laki dan perempuan untuk dapat melanjutkan generasi manusia secara turun-temurun. Untuk itu, antara

Lebih terperinci

BAB 4 KONSEP DESAIN. 4.1 Landasan Teori/Metode Teori membuat Komik. Dalam bukunya, Scott McCloud mengatakan bahwa komik adalah

BAB 4 KONSEP DESAIN. 4.1 Landasan Teori/Metode Teori membuat Komik. Dalam bukunya, Scott McCloud mengatakan bahwa komik adalah 14 BAB 4 KONSEP DESAIN 4.1 Landasan Teori/Metode 4.1.1 Teori membuat Komik Dalam bukunya, Scott McCloud mengatakan bahwa komik adalah Gambar-gambar dan lambing-lambang yang terjukstaposisi dalam turutan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tari adalah gerak-gerak dari seluruh bagian tubuh manusia yang disusun selaras

I. PENDAHULUAN. Tari adalah gerak-gerak dari seluruh bagian tubuh manusia yang disusun selaras 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tari adalah gerak-gerak dari seluruh bagian tubuh manusia yang disusun selaras dengan irama musik serta mempunyai maksud tertentu. Tari juga merupakan ekspresi jiwa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Seiring dengan pesatnya perkembangan informasi di era globalisasi ini, komunikasi menjadi sebuah kegiatan penting. Informasi sangat dibutuhkan dalam mendukung

Lebih terperinci

TARI KIPAS MEGA DALAM RANGKA PAMERAN BATIK DI BENTARA BUDAYA YOGYAKARTA 18 JULI 2009 OLEH : WENTI NURYANI

TARI KIPAS MEGA DALAM RANGKA PAMERAN BATIK DI BENTARA BUDAYA YOGYAKARTA 18 JULI 2009 OLEH : WENTI NURYANI TARI KIPAS MEGA DALAM RANGKA PAMERAN BATIK DI BENTARA BUDAYA YOGYAKARTA 18 JULI 2009 OLEH : WENTI NURYANI A. PENDAHULUAN Ketika jaman terus berkembang karena kemajuan dalam bidang ilmu pengetahuan dan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 23 BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi dan Subjek Penelitian 1. Lokasi Penelitian Lokasi penelitian dilaksanakan di Padepokan Jugala yang beralamat di Kopo No. 15 jl.astana Anyar Kota Bandung. Adapun alasan

Lebih terperinci

KOMPETENSI 10 EKSPRESI HATI. Standar Kompetensi Mengungkapkan keindahan alam dan pengalaman melalui kegiatan menulis kreatif puisi.

KOMPETENSI 10 EKSPRESI HATI. Standar Kompetensi Mengungkapkan keindahan alam dan pengalaman melalui kegiatan menulis kreatif puisi. KOMPETENSI 10 EKSPRESI HATI A. PUISI Standar Kompetensi Mengungkapkan keindahan alam dan pengalaman melalui kegiatan menulis kreatif puisi. Kompetensi Dasar 1. Menulis kreatif puisi berkenaan dengan keindahan

Lebih terperinci

TEKNIK EDITING II. Pertemuan 2. Yosaphat Danis Murtiharso, S.Sn., M.Sn. Modul ke: Fakultas Ilmu Komunikasi. Program Studi Broadcasting

TEKNIK EDITING II. Pertemuan 2. Yosaphat Danis Murtiharso, S.Sn., M.Sn. Modul ke: Fakultas Ilmu Komunikasi. Program Studi Broadcasting Modul ke: TEKNIK EDITING II Fakultas Ilmu Komunikasi Program Studi Broadcasting www.mercubuana.ac.id Pertemuan 2 Yosaphat Danis Murtiharso, S.Sn., M.Sn LOGIKA EDITING DRAMA Dalam melakukan editing film

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berperan penting atau tokoh pembawa jalannya cerita dalam karya sastra.

BAB I PENDAHULUAN. berperan penting atau tokoh pembawa jalannya cerita dalam karya sastra. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Karya sastra memuat perilaku manusia melalui karakter tokoh-tokoh cerita. Hadirnya tokoh dalam suatu karya dapat menghidupkan cerita dalam karya sastra. Keberadaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Nova Silvia, 2014

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Nova Silvia, 2014 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masyarakat Indonesia terdiri dari ratusan suku bangsa yang masingmasing memiliki kekhasan atau keunikan tersendiri.kekhasan dan keunikan itulah yang pada dasarnya

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. KESIMPULAN. Pupuh Balakbak Raehan merupakan salah satu pupuh yang terdapat dalam

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. KESIMPULAN. Pupuh Balakbak Raehan merupakan salah satu pupuh yang terdapat dalam BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. KESIMPULAN Pupuh Balakbak Raehan merupakan salah satu pupuh yang terdapat dalam album rekaman Pupuh Raehan volume 1 sanggian Yus Wiradiredja. Pupuh Balakbak Raehan mulai diperkenalkan

Lebih terperinci

NILAI MORAL DALAM NOVEL RINDU KARYA TERE LIYE DAN SKENARIO PEMBELAJARANNYA DI KELAS XII SMA

NILAI MORAL DALAM NOVEL RINDU KARYA TERE LIYE DAN SKENARIO PEMBELAJARANNYA DI KELAS XII SMA NILAI MORAL DALAM NOVEL RINDU KARYA TERE LIYE DAN SKENARIO PEMBELAJARANNYA DI KELAS XII SMA Oleh: Eka Destiani Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas Muhammadiyah Purworejo Ekadestiani0@gmail.com

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian ARIF RAMDAN, 2014

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian ARIF RAMDAN, 2014 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Budaya merupakan suatu pola hidup yang menyeluruh. Budaya juga bersifat abstrak, bebas, dan luas. Sehingga berbagai aspek budaya turut menentukan perilaku

Lebih terperinci

KOMPETENSI DASAR SENI BUDAYA DAN PRAKARYA SEKOLAH DASAR KELAS I - VI

KOMPETENSI DASAR SENI BUDAYA DAN PRAKARYA SEKOLAH DASAR KELAS I - VI SENI BUDAYA DAN PRAKARYA SEKOLAH DASAR KELAS I - VI KELAS I KOMPETENSI INTI 1. Menerima dan menjalankan ajaran agama yang dianutnya. 2. Memiliki perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab, santun, peduli,

Lebih terperinci

BAB IV KESIMPULAN. putri menggunakan properti dhodhog. Tari Reog Dhodhog mulai dikenal oleh

BAB IV KESIMPULAN. putri menggunakan properti dhodhog. Tari Reog Dhodhog mulai dikenal oleh BAB IV KESIMPULAN Tari Reog Dhodhog Kasmaran merupakan tari kerakyatan yang ditarikan berpasangan oleh duabelas penari, terdiri dari enam penari putra dan enam penari putri menggunakan properti dhodhog.

Lebih terperinci

ADJOURNING BAB I PENDAHULUAN

ADJOURNING BAB I PENDAHULUAN ADJOURNING BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kelompok merupakan kesatuan unit yang terkecil dalam masyarakat. Individu merupakan kesatuan dari kelompok tersebut. Anggota kelompok tersebut merupakan individu-individu

Lebih terperinci

INDIKATOR ESENSIAL Menjelaskan karakteristik peserta. didik yang berkaitan dengan aspek fisik,

INDIKATOR ESENSIAL Menjelaskan karakteristik peserta. didik yang berkaitan dengan aspek fisik, NO KOMPETENSI UTAMA KOMPETENSI INTI 1 Pedagogik 1. Menguasai karakteristik peserta didik dari aspek fisik, moral, spiritual, sosial, kultural, emosional, dan intelektual. 2. Menguasai teori belajar dan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Konsepsi manusia seutuhnya merupakan konsepsi ideal kemanusiaan yang terletak pada

I. PENDAHULUAN. Konsepsi manusia seutuhnya merupakan konsepsi ideal kemanusiaan yang terletak pada I. PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG DAN MASALAH 1. Latar Belakang Konsepsi manusia seutuhnya merupakan konsepsi ideal kemanusiaan yang terletak pada pengertian kemandirian yaitu bahwa manusia dengan keutuhan

Lebih terperinci

BAB IV PENUTUP. Gerak miwir, cangkah, sagah, ongkrok, dan liukan badan merupakan fokus gerak

BAB IV PENUTUP. Gerak miwir, cangkah, sagah, ongkrok, dan liukan badan merupakan fokus gerak BAB IV PENUTUP A. Kesimpulan Karya tari Isun Hang Gandrung merupakan sebuah karya tari yang terinspirasi oleh kesenian Gandrung Banyuwangi khususnya Gandrung Marsan. Gerak miwir, cangkah, sagah, ongkrok,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia diciptakan oleh Tuhan sebagai makhluk yang paling sempurna. Ada yang membedakan manusia dengan makhluk lain yaitu manusia dilengkapi dengan akal budi.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Fotografi merupakan teknik yang digunakan untuk mengabadikan momen penting dalam kehidupan sehari-hari. Karena melalui sebuah foto kenangan demi kenangan dalam

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS KARYA. serta proses berkarya, dihasilkan visualisasi dari tema visualisasi ekspresi

BAB IV ANALISIS KARYA. serta proses berkarya, dihasilkan visualisasi dari tema visualisasi ekspresi BAB IV ANALISIS KARYA Melalui proses penemuan ide, pengamatan, pengkajian, pemahaman, serta proses berkarya, dihasilkan visualisasi dari tema visualisasi ekspresi perempuan sejumlah 14 karya. Masing-masing

Lebih terperinci

CAWAN DALAM GARAPAN TARI

CAWAN DALAM GARAPAN TARI Arifni Netrirosa Cawan dalam Garapan Tari CAWAN DALAM GARAPAN TARI Arifni Netrirosa Cawan dalam Garapan Tari merupakan karya tari hasil pengembangan dari etnis Tapanuli Utara. Tapanuli Utara sebagai salah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra sebagai karya seni bersifat kreatif, artinya sebagai hasil

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra sebagai karya seni bersifat kreatif, artinya sebagai hasil BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Karya sastra sebagai karya seni bersifat kreatif, artinya sebagai hasil ciptaan manusia yang berupa karya bahasa. Dari zaman ke zaman sudah banyak orang menciptakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian A. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN Sumedang memang dikenal memiliki beraneka ragam kesenian tradisional berupa seni pertunjukan yang biasa dilaksanakan dalam upacara adat daerah, upacara selamatan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kesenian tradisional pada akhirnya dapat membangun karakter budaya

BAB I PENDAHULUAN. Kesenian tradisional pada akhirnya dapat membangun karakter budaya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kesenian tradisional pada akhirnya dapat membangun karakter budaya tertentu. Sebuah pernyataan tentang kesenian Jawa, kesenian Bali, dan kesenian flores, semuanya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan satu hal yang penting bagi semua warga Negara, karena lewat pendidikan manusia dididik agar dapat mengembangkan potensi dirinya dan memiliki

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan mengikuti pendidikan lebih lanjut. Dalam meningkatkan hal tersebut,

BAB I PENDAHULUAN. dan mengikuti pendidikan lebih lanjut. Dalam meningkatkan hal tersebut, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tujuan pendidikan menengah adalah meningkatkan kecerdasan, pengetahuan, kepribadian, akhlak mulia, serta keterampilan untuk hidup mandiri dan mengikuti pendidikan

Lebih terperinci

SILABUS MATA KULIAH PENDIDIKAN SENI TARI DRAMA

SILABUS MATA KULIAH PENDIDIKAN SENI TARI DRAMA SILABUS MATA KULIAH PENDIDIKAN SENI TARI DRAMA DOSEN AI SUTINI, M.PD NIP.197409092006042001 CM.PRD-PGSD-01-03 UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR KAMPUS CIBIRU BANDUNG 2015 SILABUS

Lebih terperinci