SURVEI PERSEPSI GURU NON PENJASORKES TERHADAP KINERJA GURU PENJASORKES SMA SE- KECAMATAN BUMIAYU KABUPATEN BREBES TAHUN 2009

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "SURVEI PERSEPSI GURU NON PENJASORKES TERHADAP KINERJA GURU PENJASORKES SMA SE- KECAMATAN BUMIAYU KABUPATEN BREBES TAHUN 2009"

Transkripsi

1 SURVEI PERSEPSI GURU NON PENJASORKES TERHADAP KINERJA GURU PENJASORKES SMA SE- KECAMATAN BUMIAYU KABUPATEN BREBES TAHUN 2009 Skripsi Diajukan dalam rangka penyelesaian studi strata 1 Untuk memperoleh gelar sarjana pendidikan Oleh Rojikin JURUSAN PENDIDIKAN JASMANI KESEHATAN DAN REKREASI FAKULTAS ILMU KEOLAHRAGAAN UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG 2009

2 SARI Rojikin Survei Persepsi Guru Non Pendidikan Jasmani, Olahraga, dan Kesehatan Terhadap Kinerja Guru Pendidikan Jasmani, Olahraga, dan Kesehatan Tingkat SMA di Kecamatan Bumiayu Kabupaten Brebes. Penelitian ini dilatar belakangi karena adanya rumor negatif tentang kinerja guru pendidikan jasmani yang hal tersebut hanya beredar dari mulutkemulut yang belum tahu kebenaran secara pasti maka peneliti dengan latar belakang diatas ingin melakaukan penelitian dengan maksud untuk mengetahui kinerja guru pendidikan jasmani, olahraga, dan kesehatan dengan hasil yang akurat dan valid. Dalam Penelitian ini permasalahan yang diangkat adalah bagaimana persepsi guru non pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan terhadap kinerja guru pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan tingkat SMA di Kecamatan Bumiayu Kabupaten Brebes. Sedangkan penelitian ini bertujuan untuk mengetahui persepsi guru non pendidikan jasmani, olahraga, dan kesehatan terhadap kinerja guru pendidikan jasmani, olahraga, dan kesehatan tingkat SMA di Kecamatan Bumiayu Kabupaten Brebes. Penelitian ini menggunakan metode survei. Metode pengumpulan data menggunakan angket untuk memperoleh informasi persepsi guru non pendidikan jasmani, olahraga, dan kesehatan terhadap guru pendidikan jasmani, olahraga, dan kesehatan. Populasi dalam penelitian ini adalah persepsi guru non pendidikan jasmani, olahraga, dan kesehatan terhadap kinerja guru pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan yang berjumlah tiga sekolahan dengan jumlah guru bukan pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan sebanyak 117 orang. Pengambilan sampel dengan teknik total sampling yaitu dengan mengambil seluruh guru mata pelajaran selain guru penjasorkes di SMA di Kecamatan Bumiayu Kabupaten Brebes. Data penelitian ini dianalisis dengan menggunakan metode analisis deskriptif persentase. Hasil penelitian menunjukan bahwa persepsi guru non pendidikan jasmani terhadap guru pendidikan jasmani SMA di Kecamatan Bumiayu Kabupaten Brebes Tahun 2009 mempunyai persepsi yang baik. Hal ini disebabkan guru telah memiliki kualifikasi kompetensi yang baik, yang meliputi kompetensi kepribadian yang memenuhi kriteria sangat baik, kompetensi pedagogik yang memenuhi kriteria baik, kompetensi profesional yang memenuhi kriteria baik, dan kompetensi sosial yang memenuhi kriteria baik Berdasarkan hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa persepsi guru non pendidikan jasmani terhadap guru pendidikan jasmani tingkat SMA di Kecamatan Bumiayu. Peneliti menyarankan kepada guru penjasorkes untuk lebih meningkatkan kinerja guru pendidikan jasmani, olahraga, dan, kesehatan serta lebih meningkatkan mutu pelaksanaan proses pendidikan jasmani, olahraga, dan kesehatan tingkat SMA di Kecamatan Bumiayu Kabupaten Brebes, maka guruguru harus lebih kreatif dan inovatif dalam mengajar sehingga semua kurikulum dapat diajarkan kepada siswa dan mencapai tujuan pembelajaran yang ingin dicapai. Serta menambah sarana dan prasarana yang dapat menunjang pembelajaran pendidikan jasmani, olahraga, dan kesehatan. ii

3 HALAMAN PENGESAHAN Skripsi ini telah dipertahankan dihadapan sidang Panitia Ujian Skripsi Fakultas Ilmu Keolahragaan Universitas Negeri Semarang pada : Hari : Jumat Tanggal : 28 Agustus 2009 Ketua Panitia, Sekretaris, Drs. M. Nasution, M.Kes. Drs. Hermawan Pamot Raharjo, M.Pd NIP NIP DEWAN PENGUJI Ketua, Drs. Cahyo Yuwono, M. Pd. NIP Anggota I, Dra. Heny Setyawati, M.Si. NIP Anggota II, Drs. Zaeni, M.Pd NIP iii

4 MOTTO DAN PERSEMBAHAN MOTTO : Sesungguhnya alloh tidak akan mengubah keadaan suatu kaum kecuali bila mereka sendiri yang mengubah keadaannya (Surat Ar-Rad : 11). Alloh kelakakan memberikan kelapangan sesudah kesempitan (kesusahan) (QS.Ath Thalaq[65] : 7). Jadikan setiap masalah menjadi sarana efektif untuk mengevaluasi dan memperbaiki diri (Abdullah Gymnastiar,2001:30). Selalu berdoa dan bekerja keras untuk menjadi yang lebih baik (penulis). Meskipun sulit tidak ada yang tidak mungkin (penulis). PERSEMBAHAN : Bapak ibu yang selalu saya banggakan terima kasih untuk segala kasih sayang, dukungan, dan doa yang tidak ternilai. Kakaku tersayang (ka Agus dan ka Erna) yang selalu mendukung dan memotivasi saya. Adiku tersayang (ad Andi dan ad Eril).. Teman-temanku yang selalu membantu (PJKR A) iv

5 KATA PENGANTAR Segala puji syukur penulis panjatkan kehadirat alloh S.W.T. yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul Survei Persepsi Guru Non Penjasorkes terhadap Kinerja Guru Penjasorkes SMA Se- Kecamatan Bumiayu Kabupaten Brebes tahun Keberhasilan penulis dalam menyusun skripsi ini atas bantuan dan dorongan dari berbagai pihak, sehingga pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada yang terhormat : 1. Bapak Rektor Universitas Negeri Semarang. 2. Bapak Dekan Fakultas Ilmu Keolahragaan Universitas Negeri Semarang. 3. Bapak Ketua Jurusan Pendidikan Jasmani Kesehatan dan Rekreasi FIK UNNES yang telah memberikan kesempatan dan kemudahan dalam penyususnan skripsi ini. 4. Ibu Dra. Heny Setyawati, M.Si pembimbing utama yang telah sabar dan teliti dalam memberikan petunjuk, dorongan dan semangat sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.. 5. Bapak Drs. Zaeni, M.Pd pembimbing pendamping yang yang telah memberikan bimbingan dan arahan dalam penyusuna skripsi ini 6. Segenap Bapak/Ibu dosen Jurusan PJKR FIK Universitas Negeri Semarang yang telah memberikan bekal ilmu pengetahuan. 7. Staf tata usaha fakultas dan jurusan yang telah membantu dalam penyusunan sakripsi ini. v

6 8. Kepala Dinas Pendidikan Kebupaten Brebes yang telah memberikan ijin penelitian dalam skripsi ini. 9. Seluruh Kepala Sekolah SMA di Kecamatan Bumiayu Kabupaten Brebes yang telah memberikan ijin penelitian. 10. Segenap Guru Penjasorkes SMA di Kecamatan Bumiayu Kebupaten Brebes yang telah membantu penelitian dari awal sampai akhir. 11. Semua sahabat dan rekan yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah membantu memperlancar selama proses hingga terselesaikannya skripsi ini. Dan atas segala bantuan yang telah diberikan kepada penulis dan penulis doakan semoga bantuan dan amal saudara mendapat berkah yang melimpah dari Allah S.W.T. Akhirnya penulis berharap semoga dengan adanya laporan ini bermanfaat bagi peneliti dan dan para pembaca semua. Semarang, Juni 2009 Penulis vi

7 DAFTAR ISI JUDUL... i SARI... ii HALAMAN PEMBIMBING... iii MOTTO DAN PERSEMBAHAN... iv KATA PENGANTAR... v DAFTAR ISI... vii DAFTAR TABEL... x DAFTAR GAMBAR... xi DAFTAR LAMPIRAN... xii BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Permasalahan Tujuan Penelitian Manfaat Penelitian Penegasan Istilah BAB II LANDASAN TEORI Persepsi Tinjauan persepsi Pengertian Persepsi Proses terjadinya persepsi vii

8 2.1.4 Fungsi dan Sifat-sifat Dunia Persepsi Faktor yang Mempengrauhi Persepsi Pendidikan Jasmani Pengertian Pendidikan Jasmani, kesehatan, dan olahraga Tujuan dan Fungsi Penjasorkes Kurikulum Pendidikan Jasmani Proses Belajar Mengajar Penjasorkes Kinerja Guru Pengertian Kinerja Kinerja Guru Komponen Kinerja Guru Kriteria Kinerja Guru Faktor yang mempengaruhi Kinerja Guru Jenis-jenis Kompetensi Guru BAB III METODOLOGI PENELITIAN Jenis Penelitian Populasi Instrumen Penelitian Teknik Pengumpulan Data Analisis Uji Instrumen Validitas Reliabilitas Metode Analisis Data viii

9 3.7 Sistematika Skripsi BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Hasil Penelitian Kepribadian Sebagai Pendidik Kompetensi Paedagogik Kompetensi Profesional Sebagai Pendidik Kompetensi Sosial Sebagai Pendidik Pembahasan BAB V KESIMPULAN DAN ASARAN Kesimpulan Saran DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN ix

10 DAFTAR TABEL Tabel : 1. Kriteria Analisis deskriptif Persentase Gambaran umum persepsi guru non pendidikan jasmani terhadap guru pendidikan jasmani Gambaran umum kepribadian guru sebagai pendidik Gambaran kompetensi pedagogik Gambaran kompetensi profesional guru pendidikan jasmani sebagai Pendidik Gambaran kompetensi sosial guru pendidikan jasmani sebagai penddik x

11 DAFTAR GAMBAR Daftar gambar : 1. Proses Terjadinya Persepsi Gambaran umum persepsi guru non pendidikan jasmani terhadap guru pendidikan jasmani Gambaran kepribadian guru sebagai pendidik Gambaran kompetensi pedagogik Gambaran kompetensi profesional guru pendidikan jasmani sebagai Pendidik Gambaran kompetensi sosial guru pendidikan jasmani sebagai pen- Didik Diagram umum persepsi guru non pendidikan jasmani, olahraga, dan kesehatan terhadap kinerja guru pendidikan jasmani, olahraga, dan kesehatan yang meliputi empat asfek 69 xi

12 DAFTAR LAMPIRAN Lampiran : 1. Usul Penelitian Surat Penetapan Dosen Pembimbing dari Fakultas Surat Penetapan Dosen Pembimbing dari Jurusan Surat Rekomendasi Ijin Penelitian dari Dinas Pendidikan Kabupaten Brebes Surat Keterangan Sudah Melakukan Penelitian SMA N 1 6. Surat Keterangan Sudah Melakukan Penelitian SMA BU NU Bumiayu Surat Keterangan Sudah Melakukan Penelitian SMA Islam Bumiayu Daftar Nama Guru Non Penjasorkes SMP N Se-Kecamatan Bumiayu Kisi-kisi Kuesioner Persepsi Guru Bidang Studi Non- Penjasorkes Terhadap Kompetensi Guru Penjasorkes Kuesioner Persepsi Guru Bidang Studi Non- Penjasorkes terhadap Kompetensi Guru Penjasorkes Perhitungan Validitas Kuesioner Perhitungan Reliabilitas Kuesioner Dokumentasi Penelitian xii

13 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah usaha sadar yang dengan sengaja dirancang untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Pendidikan bertujuan untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia. Pada hakekatnya pendidikan merupakan suatu hak pada individu anak bangsa untuk dapat menikmatinya. Keberadaan pendidikan yang sangat penting tersebut telah diakui dan sekaligus memiliki legalitas yang sangat kuat sebagaimana yang tertuang dalam UUD dasar 1945 pasal 31 ayat (1) yang menyatakan bahwa : setiap warga negara berhak mendapatkan pendidikan. Dalam Undang-Undang Republik Indonesia tentang Sistem Pendidikan Nasional Nomor 2 tahun 1989, menyatakan bahwa Pendidikan Nasional bertujuan mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia indonesia seutuhnya, yaitu manusia yang beriman dan bertaqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan berbudi pekerti luhur. Memiliki pengetahuan dan kesehatan jasmani dan rohani serta kepribadian yang mantap dan mandiri serta bertangung jawab masyarakat dan kebangsaan. Dalam GBHN tentang pendidikan ditekankan pula bahwa pembinaan dan pengembangan pendidikan merupakan bagian dari peningkatan kualitas manusia Indonesia yang bertujuan pada peningkatan kesehatan jasmani dan 1

14 2 rohani seluruh masyarakat, pemupukan watak, disiplin, dan sportifivitas serta pengembangan prestasi olahraga dapat meningkatkan rasa kebangsaan nasional. Salah satu usaha untuk meningkatkan kualitas sumberdaya manusia adalah melalui proses pembelajaran disekolah. Dalam usaha untuk meningkatkan kualitas sumber daya pendidikan, guru merupakan sumber daya manusia yang harus dibina dan di kembangkan terus menerus. Pembinaan guru dilaksanakan melalui program pendidikan pra- jabatan (preservice education) maupun program dalam jabatan (inservice education). Tidak semua guru yang dididik di lembaga pendidikan terlatih dengan baik dan berkualitas (well training and well qulified) potensi sumberdaya guru itu perlu terus menerus bertambah dan berkembang agar dapat melakukan fungsinya secara profesional (Piet Sahertian, 2000 : 1) Dalam intensifikasi pendidikan sebagai suatu proses pembinaan manusia yang berlangsung seumur hidup, peranan pendidikan jasmani, olahraga, dan kesehatan mempunyai peranan yang sangat penting karena memberikan kesempatan kepada siswa untuk terlibat langsung dalam aneka pengalaman belajar melalui aktivitas jasmani, bermain, dan olahraga yang dilakukan secara sistematis pembekalan pengalaman belajar itu diarahkan untuk membina sekaligus membentuk gaya hidup sehat dan aktif sepanjang hayat (Depdiknas 2003 : 5 ). Selain itu pengembangan dibidang pendidikan jasmani adalah upaya yang amat menentukan dalam rangka meningkatkan kualitas manusia. Salah

15 3 satu upaya itu adalah mewujudkan bentuk manusia indonesia yang sehat, kuat, terampil dan bermoral. Dan pembinaan pendidikan jasmani diarahkan guna membentuk jasmani yang sehat dan mental yang baik, agar daripadanya dapat dihasilkan manusia yang kreatif dan produktif. Adapun istilah penggunaan pendidikan jasmani, olahraga, dan kesehatan atau disebut juga dengan penjasorkes mengalami banyak perubahan pada awalnya digunakan istilah pendidikan jasmani kemudian seiring dengan perkembangan pendidikan istilah pendidikan jasmani diganti dengan pendidikan jasmani dan kesehatan atau yang disebut juga dengan penjaskes dan sekarang digunakan istilah penjasorkes. Banyak sekali batasan-batasan yang dikemukakan dalam berbagai pengertian tentang pendidikan jasmani. Jika rohani dan jasmani dipandang sebagai dua bagian yang terpisah, maka pendidikan jasmani adalah untuk jasmani. Namun pandangan demikian sudah ditingggalkan dan organisme manusia secara wajar dan alami sekarang dilihat dalam satu kesatuan individu hingga pendidikan jasmani adalah pendidikan melalui jasmani. Yang bertujuan untuk membentuk manusia secara menyeluruh atau seutuhnya (Abdulkadir Ateng, 1992 ). Pendidikan jasmani, olahraga, dan kesehatan merupakan bagian integral dari pendidikan yang menyeluruh memiliki tujuan yang meliputi empat asfek antara lain asfek fisik, kognitif, afektif, dan psikomotor. Melihat pendidikan jasmani, olahraga, dan kesehatan baik dari segi pencapaian tujuan maupun yang ingin dicapai, maka perlu adanya peninjauan yang lebih

16 4 mendalam tentang pendidikan jasmani, olahraga, dan kesehatan supaya nanti tujuan pendidikan jasmani, olahraga, dan kesehatan tersebut benar-benar memenuhi sasaran, untuk itu dalam proses pelaksanaan pendidikan jasmani, olahraga, dan kesehatan baik dari segi penyampaian materi, bahan pengajaran, guru, sarana dan prasarana maupun siswa perlu dikaji lebih mendalam lagi. Pendidikan jasmani, olahraga, dan kesehatan adalah suatu proses pembelajaran melaui aktivitas jasmani yang didesain untuk meningkatkan kesegaran jasmani, mengembangkan keterampilan motorik, pengetahuan dan perilaku hidup sehat dan aktif, sikap positif, dan kecerdasan emosi (Depdiknas :2004 ). Pendidikan jasmani merupakan bagian penting dari proses pendidikan. Artinya, pendidikan jasmani bukan hanya dekorasi atau ornamen yang ditempel pada program sekolah sebagai alat untuk membuat anak sibuk. Tetapi pendidikan jasmani adalah bagian penting dari pendidikan. Melalui pendidikan jasmani yang diarahkan dengan baik, siswa akan mengembangkan keterampilan yang berguna bagi pengisian waktu senggang, terlibat dalam aktivitas yang kondusif untuk mengembangkan hidup sehat, berkembang secara sosial, dan menyumbang pada kesehatan fisik dan mentalnya. Meskipun pendidikan jasmani menawarkan pada siswa untuk bergembira, tidaklah tepat untuk mengatakan pendidikan jasmani diselenggarakan semata-mata agar siswa bergembira dan bersenang-senang.

17 5 Bila demikian seolah-olah pendidikan jasmani hanyalah sebagai mata pelajaran selingan, tidak berbobot, dan tidak memiliki tujuan yang bersifat mendidik. Pendidikan jasmani merupakan wahana pendidikan yang memberikan kesempatan pada siswa untuk mempelajari hal-hal yang penting. Untuk itu, pelajaran penjasorkes tidak kalah pentingnya dengan pelajaran lain seperti : Matematika, Bahasa, IPS, IPA dan lain-lain. Untuk mencapai semua itu maka guru penjasorkes harus memiliki kinerja yang baik. Banyak faktor- faktor yang mempengaruhi dalam proses pencapaian kinerja guru secara optimal diantaranya adalah motivasi, persepsi, dan fasilitas. Motivasi merupakan daya pendorong yang mengakibatkan seseorang anggota organisasi mau dan rela untuk mengerahkan kemampuannya dalam bentuk keahlian atau keterampilan tenaga dan waktunya untuk menyelenggarakan berbagai kegiatan yang menjadi tanggung jawabnya dan menunaikan kewajibannya, dalam rangka pencapaian tujuan dan berbagai sasaran organisasi yang telah ditentukan sebelumnya (Sondang, 2004:138). Selain motivasi faktor lain yang mempengaruhi kinerja guru pendidikan jasmani yaitu persepsi, persepsi dimulai dari pengamatan dan penangkapan mengenal objek-objek dan faktafakta melalui pengamatan panca indra, selanjutnya dengan adanya persepsi yang baik dari guru lain terhadap kinerja guru pendidikan jasmani, olahraga, dan kesehatan, diharapkan guru dapat meningkatkan kinerjanya dalam pembelajaran. Selain dua faktor diatas, fasilitas juga sangat berperan dalam

18 6 tujuan proses pembelajaran, dengan adanya fasilitas yang memadai maka seorang guru akan lebih mudah dalam melakukan proses pembelajaran pendidikan jasmani, olahraga, dan kesehatan juga akan berjalan dengan lancar. fasilitas merupakan salah satu peran yang penting dalam pencapai tujuan dan meningkatkan kinerja guru. Pendidikan berlangsung seumur hidup dan dilaksanakan dalam lingkungan rumah tangga, sekolah, dan masyarakat karena itu maka pendidikan adalah tanggung jawab bersama antar keluarga, masyarakat, dan pemerintah. Pendidikan juga menjangkau luar sekolah yaitu pendidikan yang bersifat kemasyarakatan, latihan keterampilan dan pemberantasan buta huruf dengan mendayagunakan fasilitas yang ada. Sehubungan dengan itu maka untuk mencapai suatu realisasi dan tujuan pendidikan nasional perlu adanya partisipasi seluruh lapisan masyarakat termasuk guru. Peran guru menjadi penentu kualitas bangsa dan sebagai tenaga profesional kependidikan yang mempunyai tanggung jawab yang sangat besar dalam berhasil atau tidaknya program pendidikan tergantung dari kinerja guru itu sendiri. Berdasarkan observasi yang dilaksanakan tanggal 8 sampai 9 Januari di SMA N 1 Bumiayu, di SMA BU NU Bumiayu, di SMA Islam Bumiayu (wawancara dengan guru). Bahwa belakangan ini banyak sorotan yang berkaitan dengan terus menurunnya kualitas pembelajaran pendidikan jasmani, olahraga, dan kesehatan di sekolah dan guru menjadi penyebabnya.

19 7 Masalah ini yang masih dipertanyakan. Apa benar guru penjasorkes penyebabnya, karena fenomena yang terjadi dikalangan guru SMA Se- Kecamatan Bumiayu mengatakan bahwa adanya pendapat yang pro dan kontra dari para guru selain mata pelajaran penjasorkes kaitannya dengan kinerja guru mata pelajaran penjasorkes. Sebagian besar kalangan guru yang suka ( pro) terhadap kinerja guru penjasorkes mengemukakan pendapat bahwa kinerja guru penjasorkes sebenaranya sudah baik dan sama dengan mata pelajaran lainnya. Mereka sudah menjalankan tugas pokoknya dan tugas lainnya sebagai seorang guru secara profesional. Dalam hal ini mereka sudah menguasai materi yang akan diajarkan, merencanakan pembelajaran dibuktikan dengan membuat rancangan pembelajaran sebelum mereka mengajar, melaksanakan serta mengawasi proses pembelajaran. Mungkin saja dalam proses pembelajaran guru penjasorkes berbeda dengan guru mata pelajaran yang lain. Hal ini tentunya harus bisa dimaklumi. Mengapa demikian karena : 1. Disiplin ilmu yang berbeda antara guru penjasorkes dengan guru mata pelajaran lain. 2. Kuantitas waktu yang berbeda dalam proses pembelajaran. 3. Sarana dan prasarana yang berbeda dalam proses pembelajaran, terutama jika proses pembelajaran penjasorkes dilaksanakan di luar kelas (lapangan).

20 8 4. Kostum guru yang berbeda antara guru penjasorkes dengan guru mapel lain, terutama jika proses pembelajaran penjasorkes dilaksanakan diluar kelas (lapangan). Adapun sebagian kecil kalangan guru yang tidak suka ( kontra ) terhadap kinerja guru mata pelajaran penjasorkes mengemukakan pendapat, bahwa untuk menjadi seorang guru mapel penjasorkes sangatlah mudah, semua orang bisa tidak perlu memiliki disiplin ilmu yang khusus. Mereka menyatakan demikian karena pada kenyataannya dilapangan setiap proses pembelajaran penjasorkes. Hanya seperti itu saja, monoton, membosankan, dan tidak ada perkembangan yang kreatif dari guru penjasorkes dalam proses pembelajaran. Contohnya mereka melihat langsung di lapangan setiap pembelajaran penjasorkes siswa hanya diajak ke suatu tempat dalam hal ini contohnya lapangan bola voli dan diberi bola voli begitu saja, kemudian siswa dibiarkan bermain dengan guru penjasorkesnya hanya mengawasi dari jauh di tempat yang teduh. Pendapat ini mungkin benar tetapi kita tidak bisa berargument secara mutlak dan memfonis salah semua guru penjasorkes khususnya di SMA sekecamatan Bumiayu tentang kinerja guru penjasorkes seperti contoh yang dikemukakan di atas. Jikapun ada guru penjasorkes yang demikian, mungkin guru tersebut belum memahami hakekat dan tujuan penjasorkes yang sesungguhnya.

21 9 Agus S. Suryobroto (2001:71) mengatakan bahwa guru pendidikan jasmani, olahraga, dan kesehatan yang baik dalam proses pembelajaran pendidikan jasmani, olahraga, dan kesehatan harus : 1. Menyiapkan diri dalam hal fisik dan mental. 2. Menyiapkan materi pelajaran sesuai GBPP dan membuat satuan pembelajaran. 3. Menyiapkan alat, perkakas, dan fasilitas agar terhindar dari bahaya dan kecelakaan. 4. Mengatur formasi siswa sesuai dengan tujuan, materi, sarana dan prasarana, metode dan jumlah siswa. 5. Mengoreksi siswa secara individual dan secara klasikal. 6. Mengevaluasi secara formatif dan sumatif. Bertitik tolak dari pokok pikiran dan pendapat dari masyarakat yang telah dipaparkan didepan, maka timbullah salah satu pertanyaan bagaimana kinerja guru pendidikan jasmani, olahraga, dan kesehatan. Untuk itu penulis tertarik mengadakan penelitian dengan judul : survei persepsi guru non penjasorkes terhadap kinerja guru penjasorkes se-kecamatan bumiayu kabupaten brebes tahun Permasalahan Kedudukan guru sebagai pelaksana kurikulum disekolah yaitu, mampu mengetahui dan menerapkan program pengajaran pada siswa, mengarahkan jalannya proses belajar dengan baik bertanggung jawab terhadap terlaksananya kurikulum disekolah sehingga dalam hal ini kinerja

22 10 seorang guru harus memiliki kinerja yang baik, dari uraian di atas muncul permasalahan yaitu : Bagaimana persepsi guru non penjasorkes SMA Sekecamatan Bumiayu terhadap kinerja guru pendidikan jasmani, olahraga, dan kesehatan Tujuan Penelitian Berdasarkan penelitian yang akan dicapai maka tujuan pelaksanaan penelitian ini adalah untuk mengetahui Persepsi Guru non Penjasorkes Terhadap Kinerja Guru Pendidikan Jasmani, Olahraga, dan Kesehatan dalam Proses Pembelajaran Pendidikan jasmani, olahraga, dan kesehatan di SMA di Kecamatan Bumiayu Tahun Manfaat Penelitian Adapun manfaat yang ingin di capai dari penelitian ini adalah : 1. Bagi pihak sekolah, informasi ini nantinya dapat dijadikan sebagai bahan masukan dalam mengambil langkah-langkah melaksanakan pembelajaran guru pendidikan jasmani, olahraga, dan kesehatan. 2. Memberikan informasi kepada guru dalam peningkatan pengetahuan dan profesional dalam meningkatkan mutu pendidikan. 3. Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan evaluasi bagi guru pendidikan jasmani sehingga kedepannya diharapkan seorang guru pendidikan jasmani memiliki kinerja yang baik. Sehingga pelaksanaan proses pembelajaran akan berjalan dengan lancar, bervariasi dan menarik serta tujuan pembelajaran dapat tercapai secara maksimal.

23 11 4. Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan masukan untuk prodi PJKR tentang kekurangan dan kelebihan kinerja guru pendidikan jasmani, olahraga, dan kesehatan. 5. Sebagai bahan informasi untuk penelitian lebih lanjut yang mempunyai relevansi. 6. Berguna bagi pembaca yaitu dapat menjadi sumber ilmu pengetahuan dan teknologi dalam peningkatan kinerja guru pendidikan jasmani, olahraga, dan kesehatan. 7. Memberikan informasi kepada masyarakat agar bisa menilai guru dalam melaksanakan proses pembelajaran Penegasan Istilah Sehubungan dengan judul di atas agar tidak terjadi salah penafsiran istilah yang tidak tepat dan orang lain yang berkepentingan dalam penelitian mempunyai persepsi yang sama dengan peneliti, maka penulis memberikan batasan istilah sebagai berikut : Persepsi Jalaluddin Rahmat (2003 : 51) mengemukakan pendapatnya bahwa persepsi adalah pengalaman tentang objek, peristiwa atau hubunganhubungan yang diperoleh dengan menyimpulkan informasi dan menafsirkan pesan. Sedangkan menurut Desideranto dalam psikologi komunikasi (Jalaluddin Rahmat, 2003 : 51) persepsi adalah penafsiran suatu objek, peristiwa atau informasi yang dilandasi oleh pengalaman hidup seseorang yang melakukan penafsiran itu.

24 Penjasorkes Pendidikan jasmani, olahraga, dan kesehatan menurut Soepartono (2000:1) merupakan pendidikan yang menggunakan aktivitas fisik sebagai media utama untuk mencapai tujuan. Bentuk-bentuk aktivitas yang digunakan oleh anak sekolah adalah bentuk gerak olahraga sehingga kurikulum pendidikan jasmani di sekolah diajarkan menurut cabang-cabang olahraga. Menurut Abdul Gofur (1983:6): Pendidikan jasmani adalah suatu proses pendidikan seseorang sebagai perorangan ataupun sebagai anggota masyarakat yang dilakukan secara sadar dan sistematik melalui kegiatan jasmani yang intensif dalam rangka memperoleh peningkatan dan keterampilan jasmani, pertumbuhan kecerdasan dan pembentukan watak. Menurut Nikon dan Jewett (1980:27) pendidikan jasmani adalah satu tahap atau aspek dari proses pendidikan keseluruhan yang berkenaan dengan perkembangan dan penggunaan kemampuan gerak individu yang dilakukan atas kemampuan sendiri serta bermanfaat dan dengan reaksi atau respon yang terkait langsung dengan mental, emosi, dan sosial. Menurut Rusli Lutan dan Soepartono (2000:200), pendidikan jasmani, olahraga, dan kesehatan merupakan bagian integral dari pendidikan melalui aktivitas jasmani yang bertujuan untuk meningkatkan individu secara organik, neuromuscular, intelektual, dan emosional. Menurut Rusli Lutan (2003 : 14) pendidikan jasmani, olahraga, dan kesehatan merupakan bagian dari proses pendidikan secara keseleruhan.

25 13 Nadisah (1992: 15) mengemukakan bahwa pendidikan jasmani, olahraga, dan kesehatan adalah bagian dari pendidikan (secara umum) yang berlangsung melalui aktivitas yang melibatkan mekanisme gerak tubuh manusia dan menghasilkan pola-pola perilaku pada individu yang bersangkutan. Pendidikan jasmani, olahraga, dan kesehatan adalah mata pelajaran yang merupakan bagian pendidikan keseluruhan yang dalam proses pembelajarannya mengutamakan aktivitas jasmani dan kebiasaan hidup sehat menuju pada pertumbuhan dan pengembangan jasmani, mental, sosial, dan emosional yang selaras, serasi dan seimbang (Suplemen GBPP: tahun 1994). Pendidikan jasmani, olahraga, dan kesehatan adalah upaya pendidikan yang diluar sekolah (masyarakat, klinik atau lingkungan). Dengan kata lain pendidikan kesehatan adalah segala bentuk upaya sengaja dan berencana yang mencakup kombinasi metode untuk memfasilitaskan perilaku untuk beradaptrasi yang kondusif bagi kesehatan (Departemen Pendidikan Nasional, Suplemen GBPP, 2000:16). Pendidikan jasmani, olahraga, dan kesehatan adalah proses pendidikan yang memanfaatkan aktivitas jasmani dan direncanakan secara sistematik bertujuan untuk meningkatkan individu secara organik, neuromaskuler, perseptual, kognitif, sosial, dan emosional (Depdiknas, 2003:6).

26 kinerja Kinerja adalah kiat atau prosedur kerja yang dilaksanakan oleh guru dalam melaksanakan tugas dan kewajibannya yaitu mengajar baik pada intern sekolah maupun ekstern sekolah sesuai dengan kurikulum yang telah ditetapkan sehingga menghasilkan tujuan yang diprogramkan (Moh.Uzer Usman :1951:4) Kinerja Guru Kinerja guru adalah kiat atau prosedur kerja yang dilaksanakan oleh guru dalam melaksanakan tugas dan kewajibannya yaitu mengajar baik intrakurikuler maupun ekstrakurikuler sesuai dengan kurikulum yang ditetapkan ( Moh.Uzer Usman, 1995 : 4 ).

27 15 BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Persepsi Tinjauan Persepsi Sejak individu dilahirkan, sejak itu pula individu secara langsung berhubungan dengan dunia luar. Individu secara langsung menerima stimulus atau rangsang dari luar disamping dari dalam dirinya sendiri. Individu mengenali dunia dengan menggunakan alat inderanya. Melalui stimulus yang diterimanya, individu akan mengalami persepsi. Persepsi merupakan suatu proses yang didahului oleh penginderaan, yaitu merupakan proses berujud diterimanya stimulus oleh individu melalui alat reseptornya. Stimulus yang diteruskan ke pusat susunan syaraf yaitu otak, dan terjadilah proses psikologis, sehingga individu mengalami persepsi. Ada beberapa syarat terjadinya persepsi yaitu, adanya obyek persepsi, alat indera atau reseptor yang merupakan alat untuk menerima stimulus, dan adanya perhatian Pengertian Persepsi Membahas istilah persepsi akan dijumpai banyak batasan atau definisi tentang persepsi yang dikemukakan oleh para ahli, antara lain oleh : Jalaludin Rahmat (2003 : 51) mengemukakan pendapatnya bahwa persepsi adalah pengalaman tentang obyek, peristiwa atau hubungan-hubungan yang diperoleh dengan menyimpulkan informasi dan menafsirkan pesan. Persepsi setiap individu dapat sangat berbeda walaupun yang diamati benar-benar sama. Hal 15

28 16 ini menurut Krech dkk, karena setiap individu dalam menghayati atau mengamati sesuatu obyek sesuai dengan berbagai faktor yang determinan yang berkaitan dengan individu tersebut. Ada empat faktor determinan yang berkaitan dengan persepsi seseorang individu yaitu, lingkungan fisik dan sosial, struktural jasmaniah, kebutuhan dan tujuan hidup, pengalaman masa lampau. Menurut Desideranto dalam Psikologi Komunikasi Jalaluddin Rahmat (2003 : 51) persepsi adalah penafsiran suatu obyek, peristiwa atau informasi yang dilandasi oleh pengalaman hidup seseorang yang melakukan penafsiran itu. Dengan demikian dapat dikatakan juga bahwa persepsi adalah hasil pikiran seseorang dari situasi tertentu. Muhyadi (1989:233) mengemukakan bahwa persepsi adalah proses stimulus dari lingkungannya dan kemudian mengorganisasikan serta menafsirkan atau suatu proses dimana seseorang mengorganisasikan dan menginterpretasikan kesan atau ungkapan indranya agar memilih makna dalam konteks lingkungannya. Sarwono (1986:238) mengartikan persepsi merupakan proses yang digunakan oleh seseorang individu untuk menilai keangkuhan pendapatnya sendiri dan kekuatan dari kemampuan-kemampuannya sendiri dalam hubungannya dengan pendapatpendapat dan kemampuan orang lain. Pengertian persepsi menurut Bimo Walgito (2002:88) adalah pengorganisasian, penginterpretasian terhadap stimulus yang diterima oleh organisme atau individu sehingga merupakan sesuatu yang berarti dan merupakan aktivitas integrated dalam diri individu. De Vito (1997:75) mengartikan persepsi adalah proses ketika kita menjadi sadar akan banyaknya stimulus yang mempengaruhi indra kita. Yusuf (1991:108)

29 17 menyebut persepsi sebagai pemaknaan hasil pengamatan. Sedangkan menurut Mar'at (1982:23) persepsi merupakan proses pengamatan seseorang yang berasal dari komponen kognisi. Dari beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan persepi adalah kecakapan untuk melihat, memahami kemudian menafsirkan suatu stimulus sehingga merupakan sesuatu yang berarti dan menghasilkan penafsiran. Lain dari itu persepsi merupakan pengalaman terdahulu yang sering muncul dan menjadi suatu kebiasaan. Hal tersebut dibarengi adanya pernyataan populer bahwa "manusia adalah korban kebiasaan" karena 90 % dari pengalaman sensoris merupakan hal yang sehari-hari dipersepsi dengan kebiasaan yang didasarkan pada pengalaman terdahulu yang diulang-ulang. Sehingga mempersepsi situasi sekarang tidak lepas dari adanya stimulus terdahulu. Berbagai batasan tentang persepsi di atas, dapat disimpulkan bahwa persepsi adalah sebagai proses mental pada individu dalam usahanya mengenal sesuatu yang meliputi aktivitas mengolah suatu stimulus yang ditangkap indera dari suatu obyek, sehingga didapat pengertian dan pemahaman tentang stimulus tersebut. Persepsi merupakan dinamika yang terjadi dalam diri individu disaat ia menerima stimulus dari lingkungannnya. Dalam proses persepsi individu akan mengadakan penyeleksian apakah stimulus itu berguna atau tidak baginya, serta menentukan apa yang terbaik untuk dilakukan. Berdasarkan atas pengertian dan faktor-faktor yang mempengaruhinya, maka persepsi berkaitan dengan tingkah laku. Oleh sebab itu individu atau siswa yang persepsinya

30 18 positif tentang suatu obyek, maka ia akan bertingkah laku positif pula tentang obyek tersebut. Persepsi siswa tentang pelajaran pendidikan jasmani akan mempengaruhi motivasi belajar siswa dalam belajar yang positif. Apabila siswa memiliki persepsi yang positif atau baik terhadap mata pelajaran tersebut, maka ia akan memiliki motivasi belajar yang baik atau positif, demikian juga sebaliknya Proses Terjadinya Persepsi Proses terjadinya persepsi dapat dijelaskan sebagi berikut. Objek menimbulakan stimulus dan stimulus mengenai alat indra atau reseptor, perlu di ketahui bahwa antara objek dan stimulus itu menjadi satu, misalnya dalam hal tekanan mengenai kulit, sehingga akan terasa tekanan tersebut. Proses stimulus mengenai alat indra merupakan proses kelamaan atau proses fisik. Stimulus yang diterima oleh indra kita diteruskan oleh syaraf sensorik ke otak. Proses ini yang disebut proses fisiologis. Kemudian terjadilah proses di otak sebagai proses kesadaran sehingga individu menyadari apa yang dilihat, apa yang didengar, dan apa yang diraba. Proses yang terjadi dalam otak atau pusat syaraf kesadaran inilah yang disebut sebagai proses psikologis. Dengan demikian dapat dikemukakan taraf terakhir dari proses persepsi adalah individu menyadari tentang apa yang dia lihat, dia dengar, atau dia raba yaitu stimulus yang diterima melalui alat indara. Proses ini merupakan proses terakhir dari persepsi dan merupakan persepsi dapat diambil dari berbagai macam bentuk.

31 19 Dalam proses persepsi, perlu adanya perhatian sebagai langkah persiapan dalam persepsi itu. Hal tersebut karena keadaan menunjukan bahwa individu tidak hanya dikenai stimulus saja, tetapi individu dikenai berbagai macam stimulus yang ditimbulkan oleh keadaan sekitarnya. Namun demikian tidak semua stimulus mendapatkan respon individu untuk dipersepsi. Secara sistematis hal tersebut dapat di kemukakan sebagai berikut : St St St St Respon Fi Fi Fi Fi Gambar 2.1 Proses terjadinya persepsi (Bimo Walgito, 2002:72) Keterangan gambar : St = Stimulus Fi = Faktor intern (Faktor dalam termasuk perhatian) SP = Struktur pribadi individu Skema tersebut memberikan gambaran individu menerima rangsang dari berbagai macam stimulus yang datang dari lingkungannya. Tetapi tidak semua

32 20 stimulus akan diperhatikan atau akan diberi respon. Individu mengadakan seleksi terhadap stimulus yang mengenainya, dan disini berperan perhatian. Salah satu pandangan yang dianut secara luas menyatakan bahwa psikologis, sebagai telaah ilmiah, berhubungan dengan unsur dan proses yang merupakan perantara rangsangan dari luar organisme dengan tanggapan fisik organisme yang dapat diamati terhadap rangsangan. Menurut rumusan ini, yang dikenal dengan teori rangsangan-tanggapan (stimulus- respon), persepsi merupakan bagian dari keseluruhan proses yang menghasilkan tanggapan setelah rangsangan diterapkan kepada manusia. Sub proses psikologis lainnya yang mungkin adalah pengenalan, perasaan, dan penalaran. Seperti dinyatakan dalam bagan berikut ini, persepsi dan kognisi diperlukan dalam semua kegiatan psikologis. Bahkan diperlukan bagi orang yang paling sedikit terpengaruh atau sadar akan adanya rangsangan, menerima dan dengan suatu cara menahan dampak dari rangsangan Fungsi dan Sifat-Sifat Dunia Persepsi Penelitian tentang persepsi mencakup 2 fungsi utama 1. Lokalisasi atau menetukan letak suatu objek. 2. Pengenalan yakni menentukan jenis objek tersebut Sifat-sifat umum dunia persepsi 1. Dunia persepsi mempunyai sifat-sifat ruang. Objek-objek yang dipersepsi itu meruang, berdimensi ruang. Kita mengenal relasi-relasi serta penentuan-penentuan yang berhubungan dengan atas-bawah, kiri-kanan, depan-belakang, dekat-jauh.

33 21 2. Dunia persepsi mempunyai dimensi waktu Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Persepsi Proses terbentuknya persepsi sangat kompleks, dan ditentukan oleh dinamika yang terjadi dalam diri seseorang ketika ia mendengar, mencium, melihat, merasa, atau bagaimana dia memandang suatu obyek dalam melibatkan aspek psikologis dan panca inderanya. David Krech dan Ricard Crutcfield dalam Jalaludin Rahmat (2003:59), menyatakan bahwa faktor-faktor yang menentukan persepsi dapat dibagi menjadi dua yaitu : faktor fungsional dan faktor srtuktural Faktor Fungsional Faktor fungsional adalah faktor yang berasal dari kebutuhan, pengalaman masa lalu dan hal-hal lain yang termasuk apa yang kita sebut sebagai faktor-faktor personal. Faktor fungsional yang menentukan persepsi adalah obyek-obyek yang memenuhi tujuan individu yang melakukan persepsi Faktor Struktural Faktor struktural adalah faktor-faktor yang berasal semata-mata dari sifat stimulus fisik terhadap efek-efek saraf yang ditimbulkan pada sistem saraf individu. Faktor-faktor stuktural yang menentukan persepsi menurut teori Gestalt bila kita ingin memahami suatu peristiwa kita tidak dapat meneliti faktor-faktor yang terpisah tetapi memandangnya dalam hubungan keseluruhan. Tertarik tidaknya individu untuk memperhatikan stimulus dipengaruhi oleh dua faktor yaitu, faktor internal (kebiasaan, minat, emosi dan keadaan

34 22 biologis) dan faktor eksternal (intensitas, kebaruan, gerakan, dan pengulangan stimulus). 1) Faktor eksternal a. Gerakan, seperti organisme lain, bahwa manusia secara visual tertarik pada obyek-obyek yang bergerak. Contohnya kita senang melihat huruf dalam display yang bergerak menampilkan nama barang yang diiklankan. b. Intensitas stimuli, dimana kita akan memperhatikan stimuli yang lebih menonjol dari stimuli yang lain. c. Kebaruan (novelty), bahwa hal-hal baru, yang luar biasa, yang berbeda akan lebih menarik perhatian. d. Perulangan, hal-hal yang disajikan berkali-kali, bila disertai dengan sedikit variasi, akan menarik perhatian. Disini unsur "familiarity" (yang sudah kita kenal) berpadu dengan unsur-unsur "novelty" (yang baru kita kenal). Perulangan juga mengandung unsur sugesti yang mempengaruhi bawah sadar kita. 2) Faktor internal a. Kebiasaan, kecendeungan untuk mempertahankan pola berfikir tertentu, atau melihat masalah hanya dari satu sisi saja, atau kepercayaan yang berlebihan dan tanpa kritis pada pendapat otoritas. b. Minat, suatu kondisi yang terjadi apabila seseorang melihat ciri-ciri atau arti sementara situasi yang dihubungkan dengan keinginan atau kebutuhannya sendiri.

35 23 c. Emosi, sebagai manusia yang utuh, kita tidak dapat mengesampingkan emosi, walaupun emosi bukan hambatan utama. Tetapi bila emosi itu sudah mencapai intensitas yang begitu tinggi akan mengakibatkan stress, yang menyebabkan sulit berfikir efisien. d. Keadaan biologis, misalnya keadaan lapar, maka seluruh fikiran didominasi oleh makanan. Sedangkan bagi orang yang kenyang akan menaruh perhatian pada hal-hal lain. Kebutuhan biologis menyebabkan persepsi yang berbeda Pendidikan Jasmani Pengertian Pendidikan Jasmani, Olahraga, dan Kesehatan Pendidikan jasmani, olahraga, dan kesehatan menurut Soepartono (2000:1) merupakan pendidikan yang menggunakan aktivitas fisik sebagai media utama untuk mencapai tujuan. Bentuk-bentuk aktivitas yang digunakan oleh anak sekolah adalah bentuk gerak olahraga sehingga kurikulum pendidikan jasmani di sekolah diajarkan menurut cabang-cabang olahraga. Menurut Abdul Gofur (1983:6): Pendidikan jasmani adalah suatu proses pendidikan seseorang sebagai perorangan ataupun sebagai anggota masyarakat yang dilakukan secara sadar dan sistematik melalui kegiatan jasmani yang intensif dalam rangka memperoleh peningkatan dan keterampilan jasmani, pertumbuhan kecerdasan dan pembentukan watak. Menurut Nikon dan Jewett (1980:27) pendidikan jasmani adalah satu tahap atau aspek dari proses pendidikan keseluruhan yang berkenaan dengan perkembangan dan penggunaan kemampuan gerak individu yang dilakukan

36 24 atas kemampuan sendiri serta bermanfaat dan dengan reaksi atau respon yang terkait langsung dengan mental, emosi dan sosial. Menurut Rusli Lutan dan Soepartono (2000:200), pendidikan jasmani, olahraga, dan kesehatan merupakan bagian integral dari pendidikan melalui aktivitas jasmani yang bertujuan untuk meningkatkan individu secara organik, neuromuscular, intelektual dan emosional. Pendidikan jasmani, olahraga, dan kesehatan adalah mata pelajaran yang merupakan bagian pendidikan keseluruhan yang dalam proses pembelajarannya mengutamakan aktivitas jasmani dan kebiasaan hidup sehat menuju pada pertumbuhan dan pengembangan jasmani, mental sosial dan emosional yang selaras, serasi, dan seimbang (Suplemen GBPP: tahun 1994). Pendidikan kesehatan olahraga dan kesehatan adalah upaya pendidikan yang diluar sekolah (masyarakat, klinik atau lingkungan). Dengan kata lain pendidikan kesehatan adalah segala bentuk upaya sengaja dan berencana yang mencakup kombinasi metode untuk memfasilitaskan perilaku untuk beradaptasi yang kondusif bagi kesehatan (Departemen Pendidikan Nasional, Suplemen GBPP, 2000:16). Thomas D. Wood dalam Nadisah (19%: 17) mengatakan bahwa pendidikan kesehatan adalah sejumlah pengalaman di sekolah atau dimana saja yang berpengaruh baik terhadap kebiasaan, sikap dan pengetahuan yang berkenaan dengan kesehatan individu, masyarakat dan bangsa. Sedangkan menurut Detinisi Terminologi (Committee of Terminology, 1951) dalam Nadisah (1992: 17) pendidikan kesehatan adalah proses pemberian

37 25 pengalaman-pengalaman belajar dengan maksud untuk mempengaruhi pengetahuan, sikap dan perbuatan yang berkenaan dengan kesehatan individu atau kelompok. Berdasarkan uraian tersebut diatas dapat dikatakan bahwa pendidikan jasmani dan kesehatan sebagai bagian pendidikan secara keseluruhan yang prosesnya menggunakan aktivitas jasmani atau gerak sebagai alat-alat pendidikan maupun sebagai tujuan yang hendak dicapai adalah menanamkan sikap dan kebiasaan hidup sehat dengan memanfaatkan pengetahuan dan pengalaman tentang kesehatan, baik yang diperoleh secara formal melalui program sekolah ataupun pengetahuan dan pengalaman yang diperoleh diluar sekolah. Pendidikan jasmani, mempunyai peran dalam pembinaan dan pengembangan individu maupun kelompok dalam pemantapan pertumbuhan dan perkembangan jasmani, mental, sosial, serta emosional yang selaras dan seimbang Tujuan dan Fungsi Pendidikan jasmani, olahraga, dan kesehatan Tujuan pendidikan jasmani Menurut Depdiknas (2003:2) menyatakan tujuan pendidikan jasmani, olahraga, dan kesehatan sebagai berikut : 1. Meletakan landasan karakter yang kuat melalui nilai dalam pendidikan jasmani, olahraga, dan kesehatan. 2. Membangun landasan kepribadian yang kuat, sikap cinta damai, sikap sosial dan toleransi dalam kontek kemajemukan budaya etnis dan agama.

38 26 3. Menumbuhkan kemampuan berfikir kritis melalui tugas- tugas pembelajaran pendidikan jasmani, olahraga, dan kesehatan. 4. Mengembangkan sikap sportif, jujur, disiplin, bertanggung jawab, kerja sama, percaya diri dan demokratis melalui aktivitas jasmani. 5. Mengembangkan keterampilan gerak dan keterampilan teknik serta strategi berbagai permainan dan olahraga, aktivitas pengembangan, senam,aktivitas ritmik, akuatik, dan pendidikan luar sekolah. 6. Mengembangkan keterampilan pengelolaan diri dalam upaya pengembangan dan pemeliharaan kebugaran jasmani serta pola hidup sehat melalui berbagai aktivitas jasmani. 7. Mengembangkan keterampilan untuk menjaga keselamatan diri sendiri dan orang lain. 8. Mengetahui dan memahami konsep aktivitas jasmani sebagai aktivitas jasmani sebagai informasi untuk mencapai kesehatan, kebugaran, dan pola hidup sehat. 9. Mampu mengisi waktu luang dengan aktivitas jasmani yang bersifat rekreatif Fungsi pendidikan jasmani, olahraga, dan kesehatan Fungsi dari pendidikan jasmani, olahraga, dan kesehatan sebagai berikut: 1) Merangsang pertumbuhan dan perkembangan jasmani yang serasi, selaras dan seimbang.

39 27 2) Meningkatkan perkembangan sikap, mental, sosial, dan emosional yang serasi, selaras dan seimbang. 3) Memberikan kemampuan untuk menjelaskan manfaat pendidikan jasmani dan kesehatan dan memenuhi hasrat bergerak. 4) Meningkatkan perkembangan (aktivitas sistem peredaran darah, pencernaan, pernafasan dan syarat. 5) Memberikan kemampuan untuk memelihara dan meningkatkan kesegaran jasmani dan kesehatan. Batasan pendidikan jasmani, olahraga, dan kesehatan yang dilakukan oleh UNESCO dalam International Charter of Physical Education and Sport yang dikutip Abdulkadir Ateng (1993:8), suatu proses pendidikan seseorang sebagai individu ataupun seorang anggota masyarakat yang melakukan secara sadar dan sistematik melalui berbagai kegiatan jasmani dalam rangka memperoleh peningkatan kemampuan dan ketrampilan jasmani, kecerdasan dan pembentukan watak. Menurut Rajsdrop yang dikutip oleh Abdulkadir Ateng (1993:20), Pendidikan jasmani adalah suatu aspek dari pendidikan total, karena itu selalu berurusan dengan manusia secara integral. Pendidika jasmani adalah pergaulan paedagogi dalam dunia gerak dan pengalaman jasmani. Sementara dalam Garis-garis Besar Program Pengajaran yang diterbitkan oleh Departemen Pendidikan dan Kebudayaan (1999:2) disebutkan bahwa pendidikan jasmani adalah suatu bagian dari pendidikan keseluruhan yang mengutamakan aktivitas jasmani dan pembinaan hidup sehat untuk

40 28 pertumbuhan dan perkembangan jasmani, mental, sosial dan emosional yang serasi, selaras dan seimbang Kurikulum Pendidikan Jasmani Menurut Haryanto ( 1997 : 5) pendidikan disekolah adalah suatu interaksi antara pendidikan dan terdidik menguasai tujuan-tujuan pendidikan. Untuk mencapai tujuan yang diharapkan tentunya diperlukan suatu metode dan alat yang dianggap sesuai. Untuk itu perlu suatu landasan yang kokoh untuk memberi arah yang jelas dalam pendidikan. Maka disusunlah kurikulum disekolah yang mempunyai tujuan yang Jelas dengan bahan-bahan yang disusun secara sistematis dan cermat. Secara sederhana guru-guru pada umumnya mengartikan kurikulum sebagai seperangkat rencana dan dan pengaturan isi dan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan belajar mengajar di Sekolah. Dalam hal tersebut, kurikulum minimal menyangkut tiga hal, yaitu: 1. Persoalan rencana atau program pendidikan dan pengajaran. 2. Persoalan pengaturan isi dan bahan ajar pada setiap jenjang pendidikan. 3. Pedoman atau cara dalam kegiatan belajar mengajar. Menurut Rusty Ahmad (1988:6) dalam arti luas bahwa kurikulum adalah seperangkat pengalaman yang mempunyai arti dan terarah untuk mencapai tujuan tertentu dibawah pengawasan sekolah. Dengan kata lain kurikulum adalah piranti dasar dari proses pendidikan. Menurut J.L Loyd dan Delmas F. Millar yang dikutip oleh Nasution (2006:6) kurikulum adalah serangkaian komponen metode belajar mengajar,

41 29 cara mengevaluasi kemajuan siswa dan seluruh perubahan pada tenaga pengajar, bimbingan dan penyuluhan, supervisi, administrasi, waktu, jumlah ruang, dana serta pilihan pelajaran. Menurut J. Salen Saylor dan William. M Alexander yang dikutip oleh Nasution (2006:4) kurikulum meliputi segala pengalaman yang disajikan oleh sekolah agar anak mencapai tujuan yang ditentukan oleh guru. Tujuan ini akan dicapai melalui berbagi pengalaman, baik pengalaman disekolah maupun diluar sekolah. Menurut Harold. B Albert cs yang dikutip oleh Nurhasan (2000:1) memandang kurikulum sebagai " all the activities that are provide for the student by the school ". Dengan kurikulum dimaksud segala kegiatan yang disajikan oleh sekolah di dalam kelas dan di luar kelas. Berdasarkan struktur program jumlah pelajaran pendidikan jasmani dan kesehatan, masing-masing kelas dua jam pelajaran setiap minggu termasuk tes dan ulangan / ujian Proses Belajar Mengajar Pendidikan Jasmani Olahraga dan kesehatan Guru Pendidikan Jasmani,Olahraga, dan Kesehatan Guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah (UU No. 14/2005 : pasal 1).

42 30 Pendidikan jasmani merupakan bagian penting dari proses pendidikan. Artinya, penjasorkes bukan hanya dekorasi atau ornamen yang ditempel pada program sekolah sebagai alat untuk membuat anak sibuk. Tetapi penjasorkes adalah bagian penting dari pendidikan. Melalui penjasorkes yang diarahkan dengan baik, anak-anak akan mengembangkan keterampilan yang berguna bagi pengisian waktu senggang, terlibat dalam aktivitas yang kondusif untuk mengembangkan hidup sehat, berkembang secara sosial, dan menyumbang pada kesehatan fisik dan mentalnya. Secara umum pendidikan jasmani dapat didefinisikan sebagai proses pendidikan melalui aktivitas jasmani, permainan atau olahraga yang terpilih untuk mencapai tujuan pendidikan. Pengajaran dilaksanakan oleh tenaga tenaga profesional dan tenaga tenaga non profesional bertingkat tingkat persiapannya. Tingkat profesionalisasi itu didasarkan pada kemampuan khusus, pengalaman, latar belakang akademis, ijazah, dan gelar yang dimilikinya. Profesi guru merupakan bidang pekerjaan khusus yang tentunya tidak bisa dilakukan oleh sembarangan orang dan hanya bisa dilaksanakan oleh orang-orang terdidik yang sudah disiapkan untuk menekuni bidang pendidikan. Pekerjaan khusus tersebut dilaksanakan dengan prinsip-prinsip: 1. Memiliki bakat, minat, panggilan jiwa dan idealisme. 2. Memiliki komitmen untuk meningkatkan mutu pendidikan, keimanan, ketakwaan, dan akhlak mulia, 3. Memiliki kualitas akademik dan latar belakang pendidikan sesuai dengan bidang tugasnya,

43 31 4. Memiliki kompetensi yang diperlukan sesuai dengan bidang tugasnya, 5. Memiliki tanggungjawab atas pelaksanaan tugas keprofesionalan, 6. Memperoleh penghasilan yang ditentukan sesuai dengan prestasi kerja, 7. Memiliki kesempatan untuk mengembangkan keprofesionalan secara berkelanjutan dengan belajar sepanjang hayat, 8. Memiliki jaminan perlindungan hukum dalam melaksanakan tugas keprofesionalan, dan 9. Memiliki organisasi profesi yang mempunyai kewenangan mengatur halhal yang berkaitan dengan tugas profesi guru. Sebagai profesi guru wajib memiliki kualifikasi akademik, kompetensi, sertifikat pendidik, sehat jasmani, dan rohani, serta memiliki kemampuan untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional. Kualifikasi akademik yang disyaratkan bagi guru adalah guru harus mempunyai pendidikan sarjana atau diploma empat. Sedangkan kompetensi guru yang dipersyaratkan adalah kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi sosial, dan kompetensi profesional yang diperoleh melalui pendidikan profesi. Guru adalah jabatan professional yang memerlukan berbagai keahlian khusus. Sebagai suatu profesi, maka harus memenuhi kriteria profesional, (hasil lokakarya pembinaan Kurikulum Pendidikan Guru UPI Bandung) sebagai berikut : 1. Fisik Sehat jasmani dan rohani

44 32 Tidak mempunyai cacat tubuh yang bisa menimbulkan ejekan atau cemoohan atau rasa kasihan dari anak didik. 2. Mental / kepribadian Berkepribadian / berjiwa Pancasila. Mampu menghayati GBHN. Mencintai bangsa dan sesama manusia dan rasa kasih sayang kepada anak didik. Berbudi pekerti luhur. Berjiwa kreatif, dapat memanfaatkan rasa pendidikan yang ada secara maksimal. Mampu menyuburkan sikap demokrasi dan penuh tenggang rasa. Mampu mengembangkan kreativitas dan tanggungjawab yang besar akan tugasnya. Mampu mengembangkan kecerdasan yang tinggi. Bersifat terbuka, peka, dan inovatif. Menunjukkan rasa cinta kepada profesinya. Ketaatannya akan disiplin. Memiliki sense of humor. 3. Keilmiahan / pengetahuan Memahami ilmu yang dapat melandasi pembentukan pribadi. Memahami ilmu pendidikan dan keguruan dan mampu menerapkannya dalam tugasnya sebagai pendidik.

45 33 Memahami, menguasai, serta mencintai ilmu pengetahuan yang akan diajarkan. Memiliki pengetahuan yang cukup tentang bidang bidang yang lain. Senang membaca buku buku ilmiah. Mampu memecahkan persoalan secara sistematis, terutama yang berhubungan dengan bidang studi. Memahami prinsip prinsip kegiatan belajar mengajar. 4. Keterampilan Mampu berperan sebagai organisator proses belajar mengajar. Mampu menyusun bahan pelajaran atas dasar pendekatan struktural, interdisipliner, fungsional, behavior, dan teknologi. Mampu menyusun garis garis besar program pembelajaran (GBPP). Mampu memecahkan dan melaksanakan teknik teknik mengajar yang baik dalam mencapai tujuan pendidikan. Memahami dan mampu melaksanakan kegiatan dan pendidikan luar sekolah. Kompetensi professional guru, selain berdasarkan pada bakat guru, unsur pengalaman dan pendidikan memegang peranan yang sangat penting. Pendidikan guru, sebagai suatu usaha yang berencana dan sistematis melalui berbagai program yang dikembangkan oleh LPTK dalam rangka usaha peningkatan kompetensi guru ( Oemar Hamalik, 2002 : ). Jabatan guru adalah suatu jabatan profesi. Guru dalam tulisan ini adalah guru yang melakukan fungsinya di sekolah. Dalam pengertian

46 34 tersebut, telah terkandung suatu konsep bahwa guru profesional yang bekerja melaksanakan fungsi dan tujuan sekolah harus memiliki kompetensi kompetensi yang dituntut agar guru mampu melaksanakan tugasnya dengan sebaik baiknya. Tanpa mengabaikan kemungkinan adanya perbedaan lingkungan sosial kultural dari setiap institusi sekolah sebagai indikator, maka guru yang dinilai kompeten secara profesional apabila : 1. Guru tersebut mampu mengembangkan tanggungjawab dengan sebaik baiknya. 2. Guru tersebut mampu melaksanakan peranan peranannya secara berhasil. 3. Guru tersebut mampu bekerja dalam usaha mencapai tujuan pendidikan (tujuan instruksional) sekolah. 4. Guru tersebut mampu melaksanakan peranannya dalam program mengajar dan belajar dalam kelas. Karakteristik itu akan kita tinjau dari berbagai segi tanggungjawab guru, fungsi, dan peranan guru, tujuan pendidikan sekolah, dan peranan guru dalam proses belajar mengajar ( Oemar Hamalik, 2002 : ). Keberhasilan guru melaksanakan peranannya dalam bidang pendidikan sebagian besar terletak pada kemampuannya melaksanakan beragai peranan yang bersifat khusus dalam situasi mengajar dan belajar. Berdasarkan studi literatur terhadap pandangan Adams & Dickey dalam bukunya Basic Princiles of Student Teaching, dapat ditarik kesimpulan bahwa paling tidak terdapat 13 peranan guru di dalam kelas

47 35 (dalam situasi belajar mengajar). Tiap peranan menuntut berbagai kompetensi atau keterampilan mengajar. Dalam tulisan ini hanya akan menyebut salah satu keterampilan yang dipandang inti untuk masing masing peranan tersebut. 1. Guru sebagai pengajar, menyampaikan ilmu pengetahuan, perlu memiliki keterampilan memberikan informasi kepada kelas. 2. Guru sebagai pemimpin kelas, perlu memiliki keterampilan cara memimpin kelompok kelompok murid. 3. Guru sebagai pembimbing, perlu memiliki keterampilan cara mengajarkan dan mendorong kegiatan belajar siswa. 4. Guru sebagai pengatur lingkungan, perlu memiliki keterampilan mempersiapkan dan menyediakan alat dan arahan pelajaran. 5. Guru sebagai partisipan, perlu memiliki keterampilan cara memberikan saran, mengarahkan pemikiran kelas, dan memberikan penjelasan. 6. Guru sebagai ekspeditur, perlu memiliki keterampilan cara menyelidiki sumber sumber masyarkat yang akan digunakan. 7. Guru sebagai perencana, perlu memiliki keterampilan cara memilih, dan meramu bahan pelajaran secara profesional. 8. Guru sebagai supervisor, perlu memiliki keterampilan mengawasi kegiatan anak dan ketertiban kelas. 9. Guru sebagai motivator, perlu memiliki keterampilan mendorong motivasi belajar anak.

48 Guru sebagai perannya, perlu memiliki keterampilan cara bertanya merangsang kelas berpikir dan cara memecahkan masalah. 11. Guru sebagai pengajar, perlu memiliki keterampilan cara memberikan penghargaan terhadap anak anak yang berprestasi. 12. Guru sebagai evaluator, perlu memiliki keterampilan cara menilai anak anak secara objektif, kontinyu, dan komprehensif. 13. Guru sebagai konselor, perlu memiliki keterampilan cara membantu anak anak yang mengalami kesulitan tertentu. Pandangan klasik yang lain mengenai pengetahuan ialah yang dikemukakan oleh Aristotales, dan yang kemudian dikembangkan pula melalui aliran empirisme John Locke. Menurut pandangan empirisme, pengetahuan bukanlah telah ada dalam pikiran murid murid berupa idea. Tetapi pengetahuan murid itu diperoleh dari dunia luar dirinya. Pandangan ini menganggap bahwa jiwa murid murid berfungsi sebagai wadah yang dapat diisi dengan ilmu pengetahuan. Sehubungan dengan itu maka guru yang baik adalah orang yang tahu benar pengetahuan yang diajarkannya. Dan murid hanya bersikap menerima dengan pasif saja apa yang diajarkan oleh gurunya. Pandangan seperti tersebut di atas terjelma di sekolah sekolah tradisional, sehingga mengajar pada sekolah sekolah tradisional itu menampakkan ciri ciri sebagai berikut ini : 1. Mengajar berpusat pada bahan pelajaran. 2. Mengajar berpusat pada guru.

49 37 3. Metode mengajar ialah ceramah. Konsep modern tentang mengajar mencakup hal hal sebagai berikut ini : 1. Belajar adalah mengalami. 2. Belajar ialah memecahkan masalah ( problem solving ). 3. Pengajaran tertuju pada pengembangan segenap aspek kepribadian. 4. Dalam proses pengajaran murid yang aktif. 5. Dalam proses pengajaran peranan minat penting. Definisi mengajar yang umumnya dipahami dan digunakan berbunyi sebagai berikut : mengajar ialah usaha menyajikan pengetahuan oleh seorang kepada orang lain. Rumusan batasan demikian, menurut Smith (1960 : 87) terutama digunakan oleh orang - orang yang berpendapat bahwa pengajaran adalah sebagai usaha mengembangkan daya berpikir, yang berarti bahwa pikiran murid akan berkembang apabila kepadanya disajikan informasi mengenai fakta dan teori. Sesuai dengan batasan seperti itu maka mengajar bersifat kegiatan berceramah dan memberikan penjelasan. Definisi mengajar yang mendukung pandangan bahwa seseorang yang belajar terlibat dalam kegiatan problem solving adalah misalnya seperti yang dirumuskan oleh John bubacher ( 1967 ) berbunyi : Mengajar merupakan usaha mengatur dan mempengaruhi situasi yang mengandung rintangan, dimana seorang individu ingin mengatasi rintangan itu dan ia belajar dari pengalamannya itu. Dalam hal ini mengajar berarti melibatkan dan membimbing murid dalam proses memecahkan masalah yang dihadapinya.

50 38 Dibawah ini akan dikemukakan beberapa pinsip mengajar yang bertolak dari pandangan modern ( untuk membedakannya dengan yang tradisional ) mengenai mengajar. Seperti telah disebutkan, pandangan modern itu telah tumbuh sebagai akibat adanya perubahan dalam cara memandang hakekat manusia ( guru, murid, dan masyarakat ) serta kehidupan ini, yang mempunyai implikasi pada proses mengajar belajar. Beberapa prinsip yang mendapat perhatian dalam pengajaran modern adalah sebagai berikut : 1. Pengajaran haruslah bertolak dari filsafat hidup bangsa. 2. Pengajaran harus bertujuan untuk mengubah dan mengembangkan pola pola tingkah laku murid. 3. Pengajaran harus bertolak dari kurikulum yang menjangkau keperluan anak dan masyarakat. 4. Pengajaran harus memperhatikan setiap murid dan mendorong perkembangan semua potensi mereka sepenuhnya. 5. Pengajaran hendaknya menjadikan masyarakat sumber untuk belajar. 6. Pengajaran modern bertolak dari keyakinan bahwa belajar adalah proses mengalami. 7. Pengajaran modern mementingkan kreativitas murid. 8. Pengajaran modern bertolak dari kenyataan bahwa murid murid berbeda satu sama lain. 9. Pengajaran modern bertolak dari anggapan bahwa murid merupakan organisma yang aktif dan beraksi secara menyeluruh.

51 Penilaian yang kontinyu dan menilai diri sendiri adalah prinsip yang penting dalam pengajaran modern. 11. Pengajaran akan lebih berhasil membuat pengalaman murid saling berhubungan apabila diadakan korelasi antara mata pelajaran. 12. Pengajaran akan lebih berhasil apabila dibantu dengan alat alat peraga dan menggunakan berbagai sumber. 13. Pengajaran harus memberi kesempatan yang cukup bagi murid untuk bekerjsama dalam kelompok disamping belajar individual. 14. Dalam proses pengajaran motivasi adalah penting. Disamping fungsi guru yang utama yaitu mengajar, seorang guru mempunyai pula sejumlah fungsi yang lain, yaitu : 1. Mengajar. 2. Membimbing. 3. Mengerjakan tugas tugas administrasi. 4. Melakukan tugas tugas dalam hubungan dengan masyarakat. 5. Melakukan kegiatan kegiatan profesional. Kode etik guru Indonesia Kode etik guru Indonesia dapat dirumuskan sebagai himpunan nilainilai dan norma-norma profesi guru yang tersusun dengan baik dan sistematis dalam suatu system yang utuh dan bulat. Fungsi kode etik guru Indonesia adalah sebagai landasan moral dan pedoman tingkah laku setiap guru dalam menunaikan tugas pengabdiannya sebagi guru, baik di dalam maupun di luar sekolah serta dalam kehidupan sehari-hari di

52 40 masyarakat.dengan demikian, maka kode etik guru Indonesia merupakan alat yang amat penting untuk pembentukan sikap profesional para anggota profesi keguruan. Dalam kongres PGRI XVI tahun 1989 di Jakarta menyebutkan kode etik guru Indonesia adalah sebagi berikut : Guru Indonesia menyadari, bahwa pendidikan adalah bidang pengabdian terhadap Tuhan Yang Maha Esa, Bangsa, dan Negara, serta kemanusiaan pada umumnya. Guru Indonesia yang berjiwa pancasila dan setiap pada Undang-undang Dasar 1945, turut bertanggung jawab atas terwujudnya cita-cita Proklamasi kemerdekaan Republik Indonesia 17 agustus oleh sebab itu, guru Indonesia terpanggil untuk menunaikan karyanya dengan berpedoman pada dasar-dasar sebagai berikut : 1. Guru berbakti membimbing peserta didik untuk membentuk manusia Indonesia seutuhnya yang berjiwa pancasila. 2. Guru memiliki dan melaksanakan kejujuran professional. 3. Guru berusaha memperoleh informasi tentang pesarta didik sebagai bahan melakukan bimbingn dan pembinaan. 4. Guru menciptakan suasana sekolah sebaik-baiknya yang menunjang memelihara hubungan baik dengan orang tua murid dan masyarakat sekitarnya untuk membina peran serta dan tangguung jawab bersama terhadap pendidikan. 6. Guru secara pribadi dan bersama-sama mengembangkan dan meningkatkan mutu dan martabat profesinya.

53 41 7. Guru memelihara hubungan seprofesi, semangat kekeluargaan, dan kesetiakawanan sosial. 8. Guru secara bersama-sama memelihara dan meningkatkan mutu organisasi PGRI sebagi sarana perjuangan dan pengabdian. 9. Guru melaksanakan segala kebijaksanaan pemerintah dalam bidang pendidikan. (Made Pidarta, 2000 : 56) Pengertian Belajar Kegiatan belajar tidak hanya dilingkungan sekolah tapi bisa juga di lingkungan keluarga atau masyarakat karena belajar merupakan suatu proses dari tidak tau menjadi tahu baik secara sengaja atau tidak sengaja, contoh yang di sengaja adalah kita belajar di sekolah sedangkan untuk yang tidak disengaja adalah dari pengalaman yang kita dapat, sedangkan menurut Gagne dan Berliner yang dikutip oleh Catharina Tri Anni (2004 :2) belajar adalah merupakan proses dimana suatu organisme mengubah perilakunya karena hasil dari pengalaman. suatu aktivitas psikis atau mental yang berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungan yang menghasilkan perubahan dalam pengetahuan, pemahaman, ketrampilan, nilai dan sikap. Perubahan itu relative atau konstan dan berbekas. Catharina Tri Anni (2004 :2) mengemukakan bahwa belajar merupakan proses penting bagi perubahan perilaku manusia dan ia cukup mencakup segala sesuatu yang dipikirkan dan dikerjakan. Belajar memegang peranan penting di dalam perkembangan, kebiasaan, sikap, keyakinan, tujuan, kepribadian, dan bahkan persepsi manusia. Oleh karena itu dengan menguasai prinsip-prinsip

54 42 dasar tentang belajar, seseorang mampu memahami bahwa aktivitas belajar itu memegang peranan penting dalam proses psikologis Pengertian mengajar Kata mengajar identik dengan seorang guru dimana guru dipercaya sebagai mediator dalam proses belajar menghafal. Mengajar dapat diberi arti bermacam-macam tergantung pandangan yang mendefinisikan. Secara tradisional mengajar diartikan sebagai penyampaian pengetahuan pada anak, Dalam hal ini memberi kesan bahwa mengajar itu yang lebih aktif adalah pengajar atau guru. Pengajar aktif memberi informasi ilmu pengetahuan dan pengalaman, sedangkan pelajar tinggal siap untuk menerima materi yang diberikan (Hartanti, 1997 :26). Menurut Raka Joni yang dikutip oleh Hartanti (1997 : 27) mengajar adalah penciptaan suatu sistem lingkungan yang memungkinkan terjadinya proses mengajar, merupakan salah satu tanggung jawab guru atau pengajar, sedangkan unsur-unsur yang lain berfungsi sebagai pendukungnya, seperti kelengkapan sarana dan prasarana juga sangat menentukan. Para pengajar dituntut untuk bekerja ekstra keras dan penuh kesungguhan, sebab ditangan para pengajar inilah akan tercipta manusia-manusia yang lebih cerdas, terampil dan berbudi pekerti luhur. Belajar yang di maksud dengan sistem lingkungan di sini adalah kesatuan yang terorganisir antara komponen-komponen pengajar untuk mencapai tujuan pengajaran yang telah dirumuskan.

55 43 Proses belajar mengajar mata pelajaran pendidikan jasmani dan kesehatan akan berjalan dengan lancar bilamana pelajar dan pengajar samasama aktif dalam melakukan kegiatan. ss Belajar merupakan kegiatan yang paling utama bagi para siswa, dimana guru sebagai tenaga pengajarnya membimbing dan mendidik siswa agar lebih baik dari sebelumnya. Proses belajar mengajar merupakan rangkaian integral dari dua kegiatan, yaitu kegiatan belajar mengajar yang dilakukan oleh pengajar. Kedua kegiatan berlangsung secara terpadu dan bersama-sama untuk mencapai suatu tujuan. Proses belajar mengajar akan dapat terlaksana dengan baik dan berhasil apabila didukung oleh tenaga pengajar yang trampil, sumber daya yang memadai dan sarana prasarana yang mendukung, ketiganya merupakan satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan, terlebih lagi mengenai sarana dan prasarana untuk kegiatan belajar mengajar dimana unsur yang satu ini sangat menunjang kelancaran proses belajar mengajar, terlebih lagi pengajaran pendidikan jasmani dimana pelajaran ini sangat ditentukan oleh sarana dan prasarana yang mendukung agar proses belajar mengajar dapat berjalan dengan lancar. 2.3 Kinerja Pengertain Kinerja Kinerja adalah kiat atau prosedur kerja yang dilaksanakan oleh guru dalam melaksanakan tugas dan kewajibannya yaitu mengajar baik pada intern

56 44 sekolah maupun ekstern sekolah sesuai dengan kurikulum yang telah ditetapkan sehingga menghasilkan tujuan yang diprogramkan (Moh.Uzer Usman :1951:4). Kinerja adalah proses sistematika untuk menilai prilaku atau hasil kerja dalam kurun waktu tertentu yang akan menjadi dasar kebaikan dalam pembangunan (Jiwo Wungu,2003:31) Kinerja Guru Kinerja guru adalah kiat atau prosedur yang dilaksanakan oleh guru dalam melaksanakan tugas dan kewajiban yaitu mengajar baik intrakurikuler maupun ekstrakurikuler sesuai dengan kurikulum yang diterapkan sehingga menghasilkan tujuan yang ditetapkan. Dalam penelitian ini kinerja guru diidentikan dengan kompetensi guru, yaitu kemampuan guru baik yang kuantitatif maupuna yang kulitatif ( Moh.Uzer Usman, 1995 : 4 ). Guru menjadi salah satu faktor yang menentukan keberhasilan siswa. Guru sangat berperan dalam meningkatkan proses belajar mengajar, maka dari itu seorang guru dituntut untuk memiliki berbagai kompetensi dasar dalam proses belajar mengajar. Dalam kaitannya dengan kinerja guru dalam melaksanakan belajar mengajar, maka dapat dikemukakan Tugas Keprofesionalan Guru menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2005 pasal 20 (a) tentang Guru dan Dosen adalah merencanakan pembelajaran, melaksanakan proses pembelajaran yang bermutu, serta menilai dan mengevaluasi hasil pembelajaran.

57 45 Kinerja guru yang baik tentunya tergambar pada penampilan mereka baik penampilan kemampuan akademik maupun kemampuan profesi menjadi guru artinya mampu mengelola pengajaran di dalam kelas dan mendidik siswa di luar kelas dengan sebaik-baiknya. Dalam berbagai literatur pengembangan sumber daya manusia digunakan berbagai istilah untuk mendefinisikan mengenai kinerja pegawai menurut jiwo wungu ( 2003 ; 31 ) di jelaskan bahwa kinerja merupakan proses sistematik untuk menilai segenap perilaku kerja dalam kurun waktu tertentu yang akan menjadi dasar penetapan kebijakan dan pengembangan. Sedangkan menurut Dessler ( 1992 : 516 ) menyatakan bahwa kinerja hampir sama dengan prestasi kerja yaitu perbandiangan antara hasil kerja yang secara nyata dengan standar kerja yang ditetapkan. Dalam hal ini kinerja lebih memfokuskan pada hasil kerjanya. Selain itu istilah kinerja diterjemahkan dari kata performance yang juga berarti prestasi kerja pelaksanaan kerja, pencapaian kerja atau hasil kerja / unjuk kerja / penampilan kerja. Kinerja pada dasarnya adalah apa yang dilakukan atau tidak dilakukan karyawan. Dari penjelasan diatas maka dapat disimpulkan bahwa kinerja yang dimaksud disini adalah penilaian dari hasil kedisiplinan dan kompetensi professional guru ( penjasorkes ) yang diperlihatkan dalam proses kegiatan belajar mengajar Komponen Kinerja Guru Komponen kinerja guru terdiri atas 3 hal,

58 46 1. Perencanaan Pengajaran, indikatornya ; (1) merencanakan pengelolaan kegiatan pembelajaran ; (2) merencanakan pengorganisasian bahan atau sumber pengajaran ; (3) merencanakan pengelolaan kelas ; (4) merencanakan penggunaan alat dan metode pengajaran ; (5) merencanakan penilaian prestasi siswa untuk kepentingan pengajaran (Moh.Uzer Usman, 2000 : ). 2. Pelaksanaan Pengajaran, indikatornya meliputi : (1) memulai pelajaran ; (2) memotivasi siswa untuk melibatkan dalam kegiatan belajar mengajar ; (3) menggunakan alat / media pengajaran ; (4) memberikan kesempatan kepada siswa untuk terlibat secara aktif ; (5) memberikan penguatan ; (6) mengakhiri pelajaran. 3. Evaluasi Pengajaran, indikatornya meliputi : (1) sejauhmana siswa memahami pelajaran yang telah dipelajarinya ; (2) sejauhmana tujuan pendidikan telah tercapai, apakah siswa sudah menunjukan prestasi belajar belajar yang diharapkan, atau apakah siswa sudah memperhatikan perubahan-perubahan dalam tingkah laku dan sikap Kriteria Kinerja Guru Baik buruknya kinerja guru dapat diukur melalui indikator kedisiplinan dan kompetensi profesional yang dimilikinya. Kedisiplinan dapat diartikan ketertiban atau keselarasan tingkah laku menurut peraturan yang sudah ditetapkan. Dalam hal ini guru harus disiplin dalam proses belajar mengajarnya yang meliputi : perencanaan pengajaran, pelaksanaan pengajaran, dan evaluasi.

59 47 Kompetensi guru merupakan kemampuan seseorang guru dalam melaksanakan kewajiban secara bertanggungjawab dan layak (Moh.uzer Usman, 2000 : 14 ). Dalam hal ini dimaksudkan guru mampu dalam melaksanakan kewajiban dalam proses belajar mengajar yang meliputi : perencanaan pengajaran, pelaksanaan pengajaran, evaluasi pembelajaran. Tugas utama guru adalah mengajar, mendidik, dan melatih siswa. Dimensi kompetensi profesinonal guru yang terkait langsung dengan pembelajaran antara lain meliputi 5 hal yang dikemukakan (Moh. Uzer Usman 2006 : 17) adalah : 1. Menguasai landasan kependidikan 2. Menguasai bahan pelajaran 3. Menguasai program pengajaran 4. Melaksanakan program pengajaran 5. Menilai hasil proses belajar yang dilaksanakan. Dari pendapat diatas dapat dinyatakan bahwa berdasarkan kedisiplinan dan kompetensi profesional yang dimiliki guru maka kinerja guru dapat dikategorikan menjadi 3 kriteria yaitu : 1. Kinerja baik, yaitu baik dalam perencanaan pekerjaan, baik dalam pelaksanaan pekerjaan, dan baik dalam pencapaian hasil. 2. Kinerja cukup baik, yaitu cukup dalam perencanaan pekerjaan, cukup baik dalam pelaksanaan pekerjaan, dan cukup baik dalam pencapaian hasil. 3. Kinerja buruk, yaitu buruk dalam perencanaan pekerjaan, buruk dalam pelaksanaan pekerjaan, dan buruk baik dalam pencapaian hasil.

60 Faktor yang Mempengaruhi Kinerja Guru Faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja guru, diantaranya adalah disiplin kerja, kemampuan atau kompetensi profesional, motivasi guru, dan kreatifitas guru yang bersangkutan ( Mangkunegara, 1996 : 67 ). Disiplin kelas atau sekolah adalah ketertiban dimana para guru, staf sekolah dan siswa yang tergabung dalam kelas atau sekolah, tunduk kepada peraturan-peraturan yang telah ditetapkan dengan senang hati (Soekarto Indra Fachrudi, 1989 : 108). Pada pembelajaran pendidikan jasmani, olahraga, dan kesehatan diperlukan adanya disiplin baik guru maupun siswa. Guru diharapkan dapat mempelopori disiplin sekolah, artinya guru memberi contoh terlebih dahulu tentang sikap disiplin dalam proses pembelajaran sesuai dengan peraturan dan norma sekolah (Aswandi Bahar,1989 : 149). Dalam peraturan pemerintah nomor 19 tahun 2005 bab 4 pasal 28 ayat 1-3 menyebut bahwa (1) pendidik harus memiliki kualifikasi akademik dan kompetensi sebagai agen pembelajaran, sehat jasmani dan rohani, serta memiliki kemampuan untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional (2) kualifikasi akademik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah tingkat pendidikan nasional yang harus dipenuhi oleh seorang pendidik yang dibuktikan dengan ijazah dan / sertifikat keahlian yang relevan sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku (3) kompetensi sebagai agen pembelajaran pada jenjang pendidikan dasar dan menengah serta pendidikan usia anak dini meliputi kompetensi paedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi profesional dan kompetensi sosial.

61 49 Sedangkan kompetensi profesional dapat diartikan sebagi seperangkat kemampuan atau keahlian yang harus dimiliki oleh seorang guru sebagai tenaga profesional kependidikan yang diperoleh melalui pengalaman pendidikan dan pelatihan dalam kurun waktu tertentu (Rusli Ibrahim, 2006 : 1). Sikap guru yang professional akan mempengaruhi keberhasilan dalam proses belajar mengajar ini sangat dibutuhkan dalam eraglobalisasi dengan berbagai kemajuan khususnya kemajuan ilmu dan teknologi yang berpengaruh terhadap pendidikan (Usman, 2006 : 1). Oleh karena itu, guru yang merupakan salah satu faktor yang sangat menunjang bagi keberhasilan pendidikan disekolah harus melaksanakan kinerjanya dengan kompetensi yang baik dan disiplin kerja yang tinggi agar memperoleh hasil yang maksimal Jenis-jenis kompetensi kinerja guru Kompetensi kinerja guru di bagi menjadi dua, yaitu: a. Kompetensi pribadi 1. Mengembangkan kepribadian a) Bertaqwa kepada Tuhan YME. b) Berperan dalam masyarakat sebagai warga Negara yang berjiwa Pancasila. c) Mengembangkan sikap-sikap terpuji yang dipersyaratkan bagi persyaratan guru. 2. Berinteraksi dan berkomunikasi

62 50 a) Berinteraksi dengan sejawat dengan meningkatkan kemampuan profesional. b) Berinteraksi dengan masyarakat lembaga-lembaga kemasyarakatan yaitu berkaitan dengan pendidikan. c) Melaksanakan bimbingan dan penyuluhan. d) Melaksanakan administrasi sekolah. 3. Melaksanakan penelitian sederhana untuk keperluan pengajaran. a) Mengkaji konsep dasar penelitian ilmiah. b) Melaksanakan penelitian sederhana. b. Kompetensi professional 1. Menguasai landasan pendidikan. a) Mengenal tujuan pendidikan untuk mencapai tujuan pendidikan nasional. b) Mengenal fungsi sekolah dalam masyarakat. c) Mengenal prinsip-prinsip psikologi pendidikan yang dapat dimanfaatkan dalam proses belajar mengajar. 2. Menguasai bahan pengajaran. a) Menguasai bahan belajar kurikulum pendidikan dasar dan menengah. b) Menguasai bahan pengajaran. 3. Menyusun program pengajaran. a) Menetapkan bahan pembalajaran. b) Memilih dan mengembangkan bahan pembelajaran.

63 51 c) Memilih dan mengembangkan strategi belajar mengajar. d) Memilih dan mengembangkan media pengajaran yang sesuai. 4. Melaksanakan program pengajaran. a) Menciptakan iklim belajar mengajar yang tepat. b) Mengatur ruangan belajar. c) Mengelola interaksi belajar megajar. 5. Menilai hasil dan proses belajar mengajar yang telah dilaksanakan. a) Menilai prestasi murid untuk kepentingan pengajaran. b) Menilai proses belajar mengajar yang telah dilaksanakan (Moh. Uzer Usman, 2007:16-19).

64 52 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Jenis penelitian. Dalam penelitian ini metode yang digunakan sejak tahap awal persiapan sampai tahap akhir yaitu: menggunakan metode kuantitaif. 3.2 Populasi MenuruSuharsimi Arikunto (2002:108) populasi merupakan keseluruhan subjek penelitian. Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa populasi merupakan keseluruhan subjek penelitian, dimana populasi yang akan diteliti dalam penelitian ini adalah guru SMA Se-Kecamatan Bumiayu Kabupaten Brebes terhadap kinerja guru pendidikan jasmani, olahraga, dan kesehatan yang berjumlah tiga sekolah dengan jumlah guru non penjas 117 orang. Pada penelitian ini terdapat populasi 117 orang guru non penjasorkes. Jadi penggunaan sampel menggunakan teknik total sampling yaitu dengan mengambil seluruh guru mata pelajaran selain guru penjasorkes di SMA di Kecamatan Bumiayu Kabupaten Brebes. 3.3 Instrumen Penelitian Langkah-langkah penyusunan instrumen dalam penelitian ini adalah pembatasan materi yang digunakan untuk penyusunan instrumen yang mengacu pada ruang lingkup persepsi guru non penjas SMA Se-Kecamatan Bumiayu terhadap kinerja guru pendidikan jasmani, olahraga, dan kesehatan. 52

65 53 Dalam tahap ini angket yang telah disusun akan diungkap aspek-aspek antara lain : (1) Kepribadian Guru Sebagai Pendidik, (2) kompetensi pedagogik, (3) kompetensi profesi profesional sebagi pendidik, (4) kompetensi sosial sebagai pendidik. 3.4 Teknik Pengumpulan Data Faktor penting dalam penelitian yang berhubungan dengan data adalah metode pengumpulan data. Teknik pengumpulan data yang dipakai dalam penelitian ini adalah : 1. Metode kuesioner atau angket. Angket atau kuesioner adalah dapat dipandang sebagai suatu teknik penelitian yang banyak mempunyai kesamaan dengan wawancara, dalam pelaksanaanya angket di laksanakan secara tetulis, oleh karena itu angket sering disebut wawancara tertulis (Moh. Ali, 1984:87). Angket adalah sejumlah pertanyaan tertulis yang digunakan untuk memperoleh informasi dari responden dalam arti laporan tentang pribadinya atau hal-hal yang ia ketahui (Suharsimi Arikunto, 2002:128). Kuesioner dapat dibedakan menjadi tiga macam menurut sifat jawaban yang diinginkan, yaitu: a. Angket tertutup terdiri atas pertanyaan pernyataan dengan jumnlah tertentu sebagai pilihan. b. Angket terbuka, angket ini memberikan kesempatan penuh untuk memberikan jawaban menurut apa yang dirasa oleh responden.

66 54 c. Kombinasi angket tertutup dan terbuka, angket ini merupakan percampuran dua angket tersebut, disamping ada pertanyaan terbuka di dalam kuesioner juga terdapat pertanyaan tertutup (Nasaution, 2006:129). Dilihat dari beberapa jenis angket atau kuesioner diatas, dalam penelitian ini peneliti memilih angket tertutup dimana responden tinggal memilih jawaban yang sesuai dengan kondisinya. Angket diberikan secara langsung kepada responden, hal ini dilakukan supaya terjamin bahawa angket itu semua akan kembali dalam keadaan terisi selain itu untuk mengatasi masalah-masalah mengenai pertanyaan-pertanyaan yang kurang dipahami oleh responden. 2. Metode dokumentasi. Metode dokumentasi adalah metode pengumpulan data mengenai suatu hal yang berupa catatan, taranskrip, legger dan sebagainya. (Suharsimi Arikunto,1997:97) Analisis Uji Instrumen. Guna menjamin kualitas dari instrumen yang akan digunakan untuk penelitian maka insterumen penelitian tersebut perlu diujicobakan, dengan tujuan untuk deketahui apakah instrumen tersebut dapat digunakan untuk pengambilan data atau tidak. Instrumen yang baik adalah instrumen yang dapat terpenuhinya syarat validitas dan reliabilitas yang baik Validitas Validitas adalah ukuran yang menunjukan tingkat kualitas atau kesahihan instrumen. (Suharsimi Arikunto,1997:146). Untuk mengukur

67 55 validitas digunakan rumus korelasi product moment yang dikemukakan oleh Pearson sebagai berikut : Rumus Produck Moment : r xy N XY X Y N X X N Y Y Keterangan : 2 r xy = Koefisien korelasi X Y N = Skor butir soal = Skor total yang benar dari tiap subyek = Jumlah subyek (Arikunto,2002:146) Suatu butir angket dinyatakan valid apabila memiliki harga r xy >r tabel pada taraf signifikansi 5% Reliabilitas Reliabilitas adalah ketepatan atau ketelitian suatu alat evaluasi. Suatu alat evaluasi yang dikatakan reliabel jika tes tersebut dapat dipercaya, konsisten atau stabil dan produktif. Rumus yang digunakan untuk menghitung reliabilitas angket adalah rumus Alpha yaitu : Rumus Alpha : r 2 k b 2 k Keterangan :

68 56 r 11 : Realibilitas instrumen K : Banyaknya butir pertanyaan atau butir soal : Jumlah varian butir 2 b 2 1 : Varian total (Arikunto, 2002:171) Untuk mencari varians butir dengan rumus. 2 X 2 X N N 2 Keterangan X = varians tiap butir = jumlah skor butir N = jumlah responden (Suharsimi Arikunto, 1998:171). 3.6 Metode Analisis Data. Analisis data atau pengolahan dan merupakan satu langkah penting dalam penelitian. Dalam pelaksanaanya terdapat dua bentuk analisis data berdasarkan jenis data, bahwa apabila data telah terkumpul, maka dikualifikasikan menjadi dua kelompok data, yaitu data kualitatif digunakan pada analisis non statistik dan data kuantitatif digunakan pada analisis statistik (Suharsimi Arikunto, 1997:245). Langkah analisis data adalah sebagai berikut :

69 57 a. Data dari angket yang didapat berupa data kualitatif. Agar data tersebut dapat dianalisis maka harusalah diubah menjadi data kuantitatif (Suharsimi Arikunto, 2002:96). Menguantitatifkan jawaban item pertanyaan dengan memberikan tingkat skor untuk masing-masing jawaban sebagi berikut : Jawaban option ya diberi skor 3 Jawaban option tidak diberi skor 2 Jawaban option tidak tahu diberi skor 1 b. Menghitung frekuensi untuk tiap-tiap kategori jawaban yang ada pada masing-masing-masing variabel atau subvariabel. c. Dari perhitungan dalam rumus, akan dihasilkan angka dalam bentuk presentase. Adapun rumus untuk menghitung analisis Deskriptif presentase (DP) adalah n DP = x100% N Keterangan : DP = Deskriftif presentase (%) n = Skor empirik (skor yang diperoleh) N = skor ideal / jumlah total nilai responden (Mohamad Ali, 1993:186). d. Analisis data penelitian disesuaikan dengan tujuan penelitian, sehingga digunakan analisis presentase. Hasil analisis dipresentasikan dengan tabel kriteria deskriptif, kemudian di tafsirkan dengan kalimat yang bersifat kualitatif. Langkah-langkah perhitungan :

70 58 1. Menentukan skor tertingi. 2. Menentukan skor terendah 3. Menentukan persentase tertinggi = 100% 4. Menentukan angka persentase = 25% 5. Rentang persentase : 100%-25%=75% 6. Interval kelas persentase : 75%:4=18,75% Untuk mengetahui tingkat kriteria tersebut, selanjutnya skor yang diperoleh (dalam %) dengan analisis deskriptif persentase dikonsultasikan dengan table kriteria. No Persentase Kriteria ,25% - 100% 62,5% - 81,25% 43,75% - 62,5% 25% - 43,75% Sangat Baik Baik Cukup Baik Kurang Baik Tabel 3.1 Kriteria Analisis deskriptif Persentase. 3.7 Sistematika Skripsi Sistematika Skripsi yang terdiri dari : Bab I : Pendahuluan yang terdiri dari: latar belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, penegasan istilah, dan sistematika skripsi. Bab II : Landasan teori.

71 59 Bab III Bab IV Bab V : Metode penelitian yang meliputi: populasi, sampel, variabel penelitian, metode pengumpulan data, instrumen penelitian, dan teknik analisis data. : Hasil penelitian dan pembahasan. : Penutup yang terdiri dari simpulan dan saran.

72 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian Hasil penelitian persepsi guru non pendidikan jasmani, olahraga, dan kesehatan terhadap guru pendidikan jasmani, olahraga, dan kesehatan tingkat SMA di Kecamatan Bumiayu Kabupaten Brebes Tahun 2009 yang dilakukan pada seluruh guru SMA di Kecamatan Bumiayu Kabupaten Brebes dengan jumlah 117 guru. Pengumpulan data dengan menggunakan metode angket dan dokumentasi. Berdasarkan angket penelitian didapat hasil sebagai berikut. Tabel 4.1 Gambaran umum persepsi guru non pendidikan jasmani terhadap guru pendidikan jasmani No Kategori Interval Kepercayaan Jumlah Sampel Persentase (%) Rata-rata 1 Sangat Baik 81.26% - 100% % 2 Baik 62.51% % % 75,81 3 Cukup 43.76% % % 4 Kurang 25.00% % % 76,58% Jumlah ,00% Sumber: Lampiran Data hasil penelitian tentang persepsi guru non pendidikan jasmani, olahraga, dan kesehatan terhadap guru pendidikan jasmani, olahraga, dan kesehatan tingkat SMA Se Kecamatan Bumiayu Kabupaten Brebes diatas dapat diubah menjadi data grafik yang ditunjukan pada gambar grafik berikut. 60

73 61 presentase Diagram umum persepsi guru non penjasoorkes terhadap kinerja guru penjasorkes 60.00% 53.85% 50.00% 35.90% 40.00% 30.00% 20.00% 10.26% 10.00% 0.00% 0.00% Sangat Baik Baik Cukup Kurang kriteria Gambar 4.1 Diagram persepsi guru non penjasorkes terhadap guru penjasorkes Berdasarkan data distribusi frekuensi di atas menunjukan bahwa persepsi guru non pendidikan jasmani, olahraga, dan kesehatan terhadap guru pendidikan jasmani, olahraga, dan kesehatan tingkat SMA Se Kecamatan Bumiayu Kabupaten Brebes tahun 2009 sebagian besar menunjukan kriteria baik, terbukti dengan jumlah 117 guru, sebanyak 42 guru memenuhi kriteria sangat baik yang berarti sebanyak 35.90% dari seluruh guru yang ada menunjukan sangat baik. Dan sebanyak 63 guru memenuhi kriteria baik yang berarti sebanyak 53.85% dari keseluruhan guru SMA Se Kecamatan Bumiayu Kabupaten Brebes menunjukkan kriteria baik. Dan sebanyak 12 guru memenuhi kriteria cukup yang berarti sebanyak 10.26% dari keseluruhan guru SMA Se Kecamatan Bumiayu Kabupaten Brebes menunjukkan kriteria cukup. Persepsi guru SMA Se Kecamatan Bumiayu Kabupaten Brebes yang menunjukkan kriteria kurang tidak ada atau dengan kata

74 62 lain 0 %. Gambaran persepsi guru non pendidikan jasmani, olahraga, dan kesehatan terhadap pendidikan jasmani, olahraga, dan kesehatan tingkat SMA di Kecamatan Bumiayu Kabupaten Brebes Tahun 2009 dari masing-masing kompetensi dapat disajikan sebagai berikut Kepribadian Guru Sebagai Pendidik Dari hasil penelitian menunjukan bahwa secara umum persepsi guru non pendidikan jasmani terhadap guru pendidikan jasmani tingkat SMA Se- Kecamatan Bumiayu Kabupaten Brebes tentang kepribadian guru pendidikan jasmani, olahraga, dan kesehatan sebagai pendidik mempunyai tingkat persepsi sangat baik. Untuk lebih jelasnya diperlihatkan pada tabel berikut. Tabel 4.2 Gambaran umum kepribadian guru sebagai pendidik No Kategori Interval Kepercayaan Jumlah Sampel Persentase (%) Rata-rata 1 Sangat Baik 81.26% - 100% % 2 Baik 62.51% % % 17,78 3 Cukup 43.76% % % 4 Kurang 25.00% % % 78,28% Jumlah % Sumber: Lampiran Berdasarkan data distribusi frekuensi di atas menunjukan bahwa persepsi guru non pendidikan jasmani, olahraga, dan kesehatan terhadap guru pendidikan jasmani tingkat SMA di Kecamatan Bumiayu Kabupaten Brebes Tahun 2009 sebagian besar menunjukan sangat baik, terbukti dengan jumlah 117 guru,

75 63 sebanyak 52 guru memenuhi kriteria sangat baik yang berarti sebanyak 44.44% dari seluruh guru yang ada menunjukan kriteria sangat baik, terdapat sebanyak 52 guru memenuhi baik yang berarti sebanyak 44.44% dari keseluruhan guru SMA di Kecamatan Bumiayu Kabupaten Brebes menunjukkan kriteria baik. Sedangkan 13 guru yang lain memenuhi kriteria cukup yang berarti sebanyak 11.11% dari seluruh guru berada pada kriteria yang cukup. Persepsi guru SMA di Kecamatan Bojong Kabupaten Brebes yang menunjukkan kriteria kurang sekali tidak ada atau dengan kata lain 0 %. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar berikut ini. Diagram umum kepribadian guru penjasorkes sebagai pendidik Presentase 45.00% 40.00% 35.00% 30.00% 25.00% 20.00% 15.00% 10.00% 5.00% 0.00% 44.44% 44.44% 11.11% 0.00% Sangat Baik Baik Cukup Kurang Kriteria Gambar 4.2 Diagram umum kepribadian guru pendidikan jasmani sebagai pendidik Kompetensi Pedagogik Dari hasil penelitian menunjukan bahwa secara umum persepsi guru non pendidikan jasmani, olahraga, dan kesehatan terhadap pendidikan jasmani, olahraga, dan kesehatan tingkat SMA di Kecamatan Bumiayu tentang

76 64 kompetensi pedagogik guru pendidikan jasmani mempunyai tingkat yang baik. Untuk lebih jelasnya diperlihatkan pada tabel berikut. Tabel 4.3 Gambaran kompetensi pedagogik No Kategori Interval Kepercayaan Jumlah Sampel Persentase (%) Rata-rata 1 Sangat Baik 81.26% - 100% % 2 Baik 62.51% % % 18,17 3 Cukup 43.76% % % 4 Kurang 25.00% % % 75,71% Jumlah % Sumber: Lampiran Terlihat dari tabel diatas bahwa persepsi guru non pendidikan jasmani, olahraga, dan kesehatan terhadap guru pendidikan jasmani, olahraga, dan kesehatan tingkat SMA Se- Kecamatan Bumiayu Kabupaten Brebes tahun 2009 sebagian besar menunjukan kriteria baik, terbukti dengan jumlah 117 guru, sebanyak 47 guru memenuhi kriteria sangat baik yang berarti sebanyak 40.17% dari seluruh guru yang ada menunjukan kriteria sangat baik Dan sebanyak 50 guru memenuhi kriteria baik yang berarti sebanyak 42.74% dari keseluruhan guru SMA Se- Kecamatan Bumiayu Kabupaten Brebes menunjukkan kriteria baik. Sedangkan 18 guru yang lain memenuhi kriteria cukup yang berarti sebanyak 15.38% dari seluruh guru berada pada kriteria yang cukup. Guru SMA Se Kecamatan Bumiayu Kabupaten Brebes yang memberikan persepsi kurang yakni ada 2 guru yang berarti sebanyak 1.71% dari seluruh guru berada pada kriteria yang kurang. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar berikut ini.

77 65 Diagram kompetensi pedagogik Presentase 45.00% 40.00% 35.00% 30.00% 25.00% 20.00% 15.00% 10.00% 5.00% 0.00% 40.17% 42.74% 15.38% 1.71% Sangat Baik Baik Cukup Kurang Kriteria Gambar 4.3 Diagram kompetensi pedagogik Kompetensi Profesional Sebagai Pendidik Dari hasil penelitian menunjukan bahwa secara umum persepsi guru non pendidikan jasmani, olahraga, dan kesehatan terhadap guru pendidikan jasmani, olahraga, dan kesehatan tingkat SMA Se-Kecamatan Bumiayu tentang kompetensi profesional guru pendidikan jasmani sebagai pendidik mempunyai tingkat yang baik. Untuk lebih jelasnya diperlihatkan pada tabel berikut. Tabel 4.4 Gambaran kompetensi profesional guru pendidikan jasmani sebagai pendidik No Kategori Interval Kepercayaan Jumlah Sampel Persentase (%) Rata-rata 1 Sangat Baik 81.26% - 100% % 2 Baik 62.51% % % 24,75 3 Cukup 43.76% % % 4 Kurang 25.00% % % 78,35% Jumlah % Sumber: Lampiran

78 66 Terlihat dari tabel diatas bahwa persepsi guru non pendidikan jasmani, olahraga, dan kesehatan terhadap pendidikan jasmani, olahraga, dan kesehatan tingkat SMA Se Kecamatan Bumiayu Kabupaten Brebes tahun 2009 sebagian besar menunjukan kriteria baik, terbukti dengan jumlah 117 guru, sebanyak 42 guru memenuhi kriteria sangat baik yang berarti sebanyak 35.90% dari seluruh guru yang ada menunjukan kriteria sangat baik. Dan sebanyak 51 guru memenuhi kriteria baik yang berarti sebanyak 43.59% dari keseluruhan guru SMA Se Kecamatan Bumiayu Kabupaten Brebes menunjukkan kriteria baik. Dan sebanyak 23 Guru SMA Se- Kecamatan Bumiayu Kabupaten Brebes yang memberikan persepsi cukup yang berarti sebanyak 19.66% dari seluruh guru yang ada menunjukan kriteria cukup. Dan 1 guru yang memberikan persepsi kurang yang berarti sebanyak yang berarti sebanyak 0.85% dari seluruh guru yang ada menunjukan kriteria kurang. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar berikut ini. Diagram kompetensi profesional guru penjasorkes sebagi pendidik Presentase 45.00% 40.00% 35.00% 30.00% 25.00% 20.00% 15.00% 10.00% 5.00% 0.00% 43.59% 35.90% 19.66% 0.85% Sangat Baik Baik Cukup Kurang Kriteria Gambar 4.4 Diagram kompetensi profesional guru pendidikan jasmani sebagai pendidik

79 Kompetensi Sosial Sebagai Pendidik Dari hasil penelitian menunjukan bahwa secara umum persepsi guru pendidikan jasmani, olahraga, dan kesehatan terhadap guru pendidikan jasmani, olahraga, dan kesehatan tingkat SMA Se-Kecamatan Bumiayu Kabupaten Brebes tentang kompetensi sosial guru pendidikan jasmani sebagai pendidik mempunyai tingkat yang baik. Untuk lebih jelasnya diperlihatkan pada tabel berikut. Tabel 4.5 Gambaran kompetensi sosial guru pendidikan jasmani sebagai pendidik No Kategori Interval Kepercayaan Jumlah Sampel Persentase (%) Rata-rata 1 Sangat Baik 81.26% - 100% % 2 Baik 62.51% % % 14,10 3 Cukup 43.76% % % 4 Kurang 25.00% % % 76,58% Jumlah % Sumber: Lampiran Terlihat dari tabel diatas bahwa persepsi guru non pendidikan jasmani, olahraga, dan kesehatan terhadap pendidikan jasmani, olahraga, dan kesehatan tingkat SMA Se- Kecamatan Bumiayu Kabupaten Brebes 2008 sebagian besar menunjukan kriteria baik, terbukti dengan jumlah 117 guru, sebanyak 49 guru memenuhi sangat baik yang berarti sebanyak 41.88% dari seluruh guru yang ada menunjukan sangat baik. Dan sebanyak 52 guru memenuhi kriteria baik yang berarti sebanyak 44.44% dari keseluruhan guru SMA Se- Kecamatan Bumiayu Kabupaten Brebes menunjukkan kriteria baik. Dan sebanyak 15 guru memenuhi

80 68 kriteria cukup yang berarti sebanyak 12.82% dari keseluruhan guru SMA Se- Kecamatan Bumiayu Kabupaten Brebes menunjukkan kriteria cukup. Sedangkan 1 guru yang lain memenuhi kriteria kurang yang berarti sebanyak 0.85% dari seluruh guru berada pada kriteria yang kurang. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar berikut ini. Diagram kompetensi sosial guru penjasorkes Presentase 45.00% 40.00% 35.00% 30.00% 25.00% 20.00% 15.00% 10.00% 5.00% 0.00% 41.88% 44.44% 12.82% 0.85% Sangat Baik Baik Cukup Kurang Kriteria Gambar 4.5 Diagram kompetensi sosial guru pendidikan jasmani sebagai pendidik Hasil penelitian persepsi guru non pendidikan jasmani, olahraga, dan kesehatan terhadap guru pendidikan jasmani, olahraga, dan kesehatan tingkat SMA di Kecamatan Bumiayu Kabupaten Brebes Tahun 2009 yang dilakukan pada seluruh guru SMA di Kecamatan Bumiayu Kabupaten Brebes yang meliputi empat asfek yakni 1) kepribadian guru sebagai pendidik, 2) kompetensi pedagogik, 3) kompetensi profesional sebagai pendidik, dan 4) kompetensi sosial sebagai pendidik. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada diagram berikut ini.

81 69 Diagram umum persepsi guru non pendidikan jasmani, olahraga, dan kesehatan terhadap kinerja guru pendidikan jasmani, olahraga, dan kesehatan yang meliputi empat asfek. Dari hasil penelitian diketahui bahwa secara umum persepsi guru non pendidikan jasmani, olahraga, dan Kesehatan terhadap kinerja guru pendidikan jasmani, olahraga, dan kesehatan asfek kompetensi sosial sebagai pendidik termasuk dalam kriteria baik dengan presentase 78,34%. Hal ini disebabkan karena sebagian besar persepsi dari guru non pendidikan jasmani, olahraga, dan kesehatan memandang bahwa guru pendidikan jasmani, olahraga, dan kesehatan memiliki kompetensi sosial yang baik dimana kompetensi sosial adalah kemampuan guru untuk berkomunikasi dan berinterkasi secara efektif dan efisien dengan peserta didik, sesama guru, orang tua/wali peserta didik, dan masyarakat sekitar. kompetensi sosial guru sebagai pendidik mempunyai kategori yang baik dikarenakan guru pendidikan jasmani, olahraga, dan Kesehatan mampu

82 70 berkomunikasi dengan peserta didik, maka guru dapat melaksanakan proses pembelajaran dengan baik sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai. Guru pendidikan jasmani, olahraga, dan Kesehatan mempu berkomunikasi dengan baik antar sesama guru dan staf karyawan serta semua warga sekolah sehingga terjalin hubungan yang baik, harmonis dan mampu bekerja sama dengan baik. Serta guru pendidikan jasmani, olahraga, dan Kesehatan mampu berkomunikasi dengan orang tua/wali peserta didik maka guru pendidikan jasmani, olahraga, dan kesehatan dapat memberikan informasi kepada orang tua/wali atau sebaliknya tentang perkembangan siswa selama mengikuti pembelajaran pendidikan jasmani, olahraga, dan Kesehatan. sehingga proses pembelajaran dapat berjalan dengan baik sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai. Sedangkan kompetensi terendah yakni kompetensi professional sebagai pendidik dengan presentase 75,00%. Akan tetapi presentase 75.00% termasuk dalam kriteria yang baik. Dari hasil penelitian asfek kompetensi professional guru sebagai pendidik berada dibwah ketiga asfek kompetensi sosial sebagai pendidik, kepribadian, dan pedagogik. Hal ini disebabkan karena sebagian guru non pendidikan jasmani, olahraga, dan Kesehatan memandang bahwa sebagian guru pendidikan jasmani, olahraga, dan Kesehatan masih kurang menguasai materi secara luas dan mendalam. Serta sebagian guru non pendidikan jasmani, olahraga, dan Kesehatan masih memandang bahwa guru pendidikan jasmani, olahraga, dan Kesehatan kurang mampu mengoprasikan komputer dan internet untuk memperoleh informasi secara cepat dan efisien. Kemampuan penguasaan materi pelajaran merupakan suatu hal yang sangat penting yang harus dimiliki oleh

83 71 seorang guru khususnya guru pendidikan jasmani, olahraga, dan kesehatan. Dengan menguasai materi pelajaran dengan baik maka proses pembelajaran dapat berlangsung dengan baik pula. 4.2 Pembahasan Persepsi adalah pengalaman tentang obyek, peristiwa atau hubunganhubungan yang diperoleh dengan menyimpulkan informasi dan menafsirkan pesan. (Jalaludin Rahmat,2003 : 51). Sedangkan kinerja adalah kiat atau prosedur kerja yang dilaksanakan oleh guru dalam melaksanakan tugas dan kewajibannya yaitu mengajar baik pada intern sekolah maupun ekstern sekolah sesuai dengan kurikulum yang telah ditetapkan sehingga menghasilkan tujuan yang diprogramkan (Moh.Uzer Usman :1951:4). Persepsi merupakan penafsiran suatu objek, peristiwa atau potensi individu yang dilandasi oleh pengalaman hidup seseorang yang yang melakukan penafsiran itu. Persepsi merupakan suatu proses yang didahului oleh penginderaan yaitu merupakan proses berwujud diterimanya stimulus oleh individu melalui alat reseptornya. Stimulus yang diteruskan kepusat susunan syaraf yaitu otak, dan terjadilah proses psikologis, sehingga individu mengalami persepsi. Guru non pendidikan jasmani, olahraga, dan kesehatan yang memiliki persepsi positif terhadap guru pendidikan jasmani, olahraga, dan kesehatan akan mempengaruhi kinerja guru pendidikan jasmani, olahraga, dan kesehatan yang baik pula, akan tetapi apabila guru non pendidikan jasmani, olahraga, dan kesehatan memiliki persepsi yang negatif maka hal ini akan mempengaruhi kinerja guru pendidikan jasmani, olahraga, dan kesehatan

84 72 kearah yang buruk pula. Ini membuktikan bahwa persepsi guru non pendidikan jasmani terhadap guru pendidikan jasmani sangat berpengaruh terhadap kinerja guru dan kinerja guru tersebut akan mempengaruhi keberhasilan dalam proses mengajar. Berdasarkan hasil penelitian ini menunjukan bahwa persepsi guru non pendidikan jasmani terhadap guru pendidikan jasmani, olahraga dan kesehatan tingkat SMA Se- Kecamatan Bumiayu Kabupaten Brebes Tahun Persepsi yang mempertanyakan kinerja guru pendidikan jasmani, olahraga, dan kesehatan dalam melaksanakan tugas mengajar serta kualitas dan kinerja guru Penjasorkes yang masih diragukan hanyalah sebuah asumsi, opini, dan pandangan masyarakat yang perlu dibuktikan kebenarannya melalui penelitian. Penelitian ini menunjukan bahwa persepsi guru non pendidikan jasmani, olahraga dan kesehatan terhadap guru pendidikan jasmani, olahraga, dan kesehatan tingkat SMA Negeri di Kecamatan Bumiayu Kabupaten Brebes Tahun 2009 menunjukan kriteria baik. Hal ini ditunjukan dari : 1) persepsi guru non pendidikan jasmani terhadap guru pendidikan jasmani tentang kepemilikan kepribadian sebagai pendidik dalam kategori sangat baik, 2) persepsi guru non pendidikan jasmani, olahraga, dan kesehatan terhadap guru pendidikan jasmani, olahraga, dan kesehatan tentang kepemilikan kompetensi pedagogik dalam kategori baik, 3) persepsi guru non pendidikan jasmani, olahraga, dan kesehatan terhadap guru pendidikan jasmani, olahraga, dan kesehatan tentang kepemilikan kompetensi profesional sebagai pendidik dalam kategori baik, dan 4) persepsi guru non pendidikan jasmani, olahraga, dan kesehatan terhadap

85 73 guru pendidikan jasmani, olahraga, dan kesehatan tentang kepemilikan kompetensi sosial sebagai pendidik dalam kategori baik Kepribadian seabagai Pendidik Persepsi non guru pendidikan jasmani, olahraga, dan kesehatan terhadap kinerja guru pendidikan jasmani, olahraga, dan kesehatan tentang kepemilikan kepribadian sebagai pendidik dalam ketegori sangat baik. Hal ini disebabkan karena sebagian guru non pendidikan jasmani, olahraga, dan kesehatan menjawab guru pendidikan jasmani, olahraga, dan kesehatan memiliki perilaku yang berkaitan dengan kepribadian mantab dan stabil, kepribadian dewasa, arif, berwibawa dan memiliki akhlak mulia dan dapat menjadi teladan. Oleh karena itu, guru pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan sebaiknya dapat memberikan teladan yang baik pada siswanya terkait dengan kompetensi memiliki kepribadian sebagi pendidik. Sangat baiknya persepsi guru non pendidikan jasmani, olahraga, dan kesehatan terhadap kepemilikan kepribadian sebagai pendidik pada guru pendidikan jasmani, olahraga, dan kesehatan tingkat SMA Se- Kecamatan Bumiayu Kabupaten Brebes tentunya berdampak positif pada guru pendidikan jasmani, olahraga, dan kesehatan dan keberhasilan proses pembelajaran pendidikan jasmani, olahraga, dan kesehatan. Baik buruknya persepsi guru non pendidikan jasmani, olahraga, dan kesehatan terhadap kinerja guru pendidikan jasmani, olahraga, dan kesehatan dalam asfek kepribadian sebagai pendidik sangat tergantung pada keadaan guru itu sendiri. Oleh karena itu dalam rangka mempertahankan dan meningkatkan

86 74 persepsi guru non pendidikan jasmani, olahraga, dan kesehatan pada guru pendidikan jasmani, olahraga, dan kesehatan pada asfek kepribadian sebagai pendidik yang telah sangat baik maka upaya yang dapat dilakukan adalah menjaga dan mempertahankan kepribadian sebagai pendidik sebagai upaya untuk kualitas proses pembelajaran pendidikan jasmani, olahraga, dan kesehatan. Walaupun secara umum persepsi guru non pendidikan jasmani, olahraga, dan kesehatan terhadap kinerja guru Pendidikan jasmani, olahraga, dan kesehatan tingkat SMA Se-Kecamatan Bumiayu Kabupaten Brebes pada asfek kepribadian sebagai pendidik mempunyai kriteria sangat baik. Masih terdapat beberapa guru non pendidikan jasmani, olahraga, dan kesehatan yang memberikan persepsi dengan kategori kurang yaitu 0.00%. oleh karena kepribadian sebagi pendidik hendaknya telah dimiliki oleh semua guru pendidikan jasmani, olahraga, dan kesehatan agar kedepannya proses pembelajaran pendidikan jasmani, olahraga, dan kesehatan mampu mencapai tujuan yang direncanakan Kompetensi Pedagogik. Kompetensi pedagogik adalah kemampuan untuk mengelola pembelajaran peserta didik. Persepsi guru non pendidikan jasmani, olahraga, dan kesehatan terhadap kinerja guru pendidikan jasmani, olahraga, dan kesehatan asfek kompetensi pedagogik termasuk dalam kriteria baik. Hal ini disebabkan karena sebagian besar guru pendidikan jasmani, olahraga, dan kesehatan telah mampu merancang pembelajaran, melaksanakan

87 75 pembelajaran, dan mengevaluasi hasil belajar dengan baik. Selain ketiga hal tersebut guru Pendidikan jasmani, olahraga, dan kesehatan juga telah mampu memahami peserta didik dan mengembangkan peserta didik. Tidak dapat dipungkiri walaupun persepsi guru non pendidikan jasmani, olahraga, dan kesehatan terhadap kinerja guru pendidikan jasmani, olahraga, dan kesehatan asfek kompetensi pedagogik secara umum dalam kriteria baik, akan tetapi masih ada guru yang non pendidikan jasmani, olahraga, dan kesehatan yang memberikan persepsi dengan kriteria kurang. Kondisi tersebut perlu disadari oleh guru pendidikan jasmani, olahraga, dan kesehatan agar kedepannya pembelajaran pendidikan jasmani, olahraga, dan kesehatan dapat diperhatikan secara baik. Sebagian kecil guru memandang bahwa guru pendidikan jasmani, olahraga dan kesehatan belum mampu melaksanakan pembelajaran yang baik terkait dengan memahami peserta didik, merancang pembelajaran, melaksaanakan pembelajaran, evaluasi hasil belajar dan mengembangkan peserta didik. Oleh karena itu, guru pendidikan jasmani, olahraga, dan kesehatan sebaiknya lebih meningkatkan kompetensi pedagogik yang ada sekarang ini. Guru pendidikan jasmani, olahraga, dan kesehatan harus dapat melaksanakan pembelajaran pendidikan jasmani, olahraga, dan kesehatan maupun menunjang keberhasilan pembelajaran mata pelajaran yang lain. Guru pendidikan jasmani, olahraga, dan kesehatan harus lebih memahami peserta didik, merancang pembelajaran yang baik dan menarik, melaksanakan pembelajaran yang baik dan bervariasi, melakukan evaluasi

88 76 hasil belajar yang teratur, serta mampu mengembangkan peserta didik untuk menjadi lebih baik lagi Kompetensi Profesional sebagai Pendidik Kemampuan penguasaan materi secara luas dan mendalam merupakan pengertian dari kompetensi profesional sebagai pendidik. Persepsi guru non pendidikan jasmani, olahraga, dan kesehatan terhadap kinerja guru pendidikan jasmani, olahraga, dan kesehatan asfek kompetensi profesional sebagai pendidik termasuk dalam kriteria baik. Hal ini disebabkan sebagian guru pendidikan jasmani, olahraga, dan kesehatan mengetahui tentang media elektronik, misalnya guru pendidikan jasmani, olahraga, dan kesehatan mampu mengoprasikan komputer dan internet untuk memperoleh informasi secara cepat dan efisien. Kemampuan penguasaan materi pelajaran merupakan suatu hal yang sangat penting yang harus dimiliki oleh seorang guru khususnya guru pendidikan jasmani, olahraga, dan kesehatan. Dengan menguasai materi pelajaran dengan baik maka proses pembelajaran dapat berlangsung dengan baik pula. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa suatu proses pembelajaran tidak dapat berjalan dengan baik tanpa adanya penguasaan materi yang baik dari guru pendidikan jasmani, olahraga, dan kesehatan. Meskipun dari hasil penelitian secara umum persepsi guru non pendidikan jasmani, olahraga, dan kesehatan mempunyai persepsi yang baik, akan tetapi masih terdapat guru non pendidikan jasmani, olahraga, dan kesehatan yang memberikan persepsi kurang terhadap guru pendidikan jasmani, olahraga, dan kesehatan

89 77 asfek kompetensi profesional. Hal ini merupakan suatu nilai kurang sehingga perlu adanya perbaikan sesegera mungkin karena kompetensi profesional sebagai pendidik merupakan hal vital dan harus dimengerti oleh setiap guru khususnya guru pendidikan jasmani, olahraga, dan kesehatan. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa persepsi guru pendidikan jasmani, olahraga, dan kesehatan terhadap kinerja guru pendidikan jasmani, olahraga, dan kesehatan SMA Se-Kecamatan Bumiayu Kabupaten Brebes dalam kompetensi profesional sebagai pendidik termasuk baik sebagian guru non pendidikan jasmani, olahraga, dan kesehatan memandang bahwa pendidikan jasmani, olahraga, dan kesehatan telah memiliki kompetensi profesional sebagai pendidik yang baik terkait dengan menguasai bidang studi secara luas dan mendalam. Walaupun secara umum persepsi guru non pendidikan jasmani, olahraga, dan kesehatan terhadap kinerja guru pendidikan jasmani, olahraga, dan kesehatan tingkat SMA Se-Kecamatan Bumiayu Kabupaten Brebes pada asfek kompetensi profesional sebagai pendidik mempunyai kriteria baik. Namun masih ada guru non pendidikan jasmani, olahraga, dan kesehatan yang memberikan persepsi dengan kategori kurang. oleh karena itu, guru pendidikan jasmani, olahraga, dan kesehatan untuk lebih meningkatkan kompetensi profesional sebagai yang telah dimiliki, termasuk meningkatkan penguasaan bidang studi secara luas dan mendalam. Dengan penguasaan materi yang baik diharapkan dapat meningkatkan kemampuan

90 78 siswa dan memperlancar kegiatan belajar mengajar pendidikan jasmani, olahraga, dan kesehatan Kompetensi Sosial sebagai Pendidik Selain kompetensi pedagogik dan kompetensi profesional, seseorang guru juga harus memiliki kompetensi dalam bidang sosial. Yang dimaksud dengan kompetensi sosial adalah kemampuan guru untuk berkomunikasi dan berinterkasi secara efektif dan efisien dengan peserta didik, sesama guru, orang tua/wali peserta didik, dan masyarakat sekitar. Dari hasil penelitian diketahui bahwa secara umum persepsi guru non pendidikan jasmani, olahraga, dan Kesehatan terhadap kinerja guru pendidikan jasmani, olahraga, dan kesehatan asfek kompetensi sosial sebagai pendidik termasuk dalam kriteria baik.. Komunikasi merupakan suatu hal yang sangat penting, karena dengan adanya komunikasi yang baik, misalnya dengan peserta didik, maka guru dapat melaksanakan proses pembelajaran dengan baik sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai. Dengan adanmya komunikasi yang baik dengan orang tua/wali peserta didik maka guru pendidikan jasmani, olahraga, dan kesehatan dapat memberikan informasi kepada orang tua/wali atau sebaliknya tentang perkembangan siswa selama mengikuti pembelajaran pendidikan jasmani, olahraga, dan Kesehatan. Selain itu komunikasi yang baik dengan sesama guru akan menimbulkan susasana yang harmonis antra guru non pendidikan jasmani, olahraga, dan Kesehatan dan guru pendidikan

91 79 jasmani, olahraga, dan Kesehatan sehingga proses pembelajaran dapat berjalan dengan baik sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai. Hasil penelitian ini menunjukan bahawa persepsi guru non pendidikan jasmani, olahraga, dan kesehatan terhadap kinerja guru pendidikan jasmani, olahraga, dan kesehatan SMA Se-Kecamatan Bumiayu Kabupaten Brebes dalam kompetensi sosial sebagai pendidik termasuk dalam ketegori baik. Sebagian besar guru memandang bahwa guru pendidikan jasmani, olahraga, dan kesehatan telah mampu bersosialisasi dengan baik terkait dengan berkomunikasi secara efektif dan bergaul secara efektif. Walaupun secara umum persepsi guru non pendidikan jasmani, olahraga, dan kesehatan terhadap kinerja guru pendidikan jasmani, olahraga, dan kesehatan tingkat SMA Se-Kecamatan Bumiayu Kabupaten Brebes pada asfek kompetensi sosial sebagai pendidik telah baik. Oleh karena itu, guru pendidikan jasmani, olahraga, dan kesehatan sebaiknya lebih meningkatkan lagi komunikasi dan bergaul dengan teman, sesama guru maupun orang tua murid agar dapat membantu proses pembelajaran maupun tugas-tugas sebagai guru pengampu mata pelajaran pendidikan jasmani, olahraga, dan kesehatan.

92 BAB V SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Simpulan Penelitian tentang Persepsi Guru Non Pendidikan Jasmani, Olahraga, dan Kesehatan Terhadap Guru Pendidikan Jasmani, Olahraga, dan Kesehatan Tingkat SMA di Kecamatan Bumiayu Kabupaten Brebes Tahun 2009 yang telah dilakukan beberapa waktu yang lalu menghasilkan beberapa persepsi yang berbeda-beda. Berdasarkan hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa persepsi guru non pendidikan jasmani, olahraga, dan kesehatan terhadap kinerja guru pendidikan jasmani, olahraga, dan kesehatan tingkat SMA di Kecamatan Bumiayu Kabupaten Brebes Tahun 2009 menunjukkan kriteria baik. Hal ini disebabkan guru pendidikan jasmani, olahraga, dan Kesehatan memiliki kualifikasi kompetensi yang baik, yang meliputi kompetensi kepribadian yang memenuhi kriteria sangat baik, kompetensi pedagogik yang memenuhi kriteria baik, kompetensi profesional kriteria baik, dan kompetensi sosial yang memenuhi kriteria baik. 5.2 Saran Berdasarkan hasil penelitian ini penyusun menyarankan sebagai berikut : 1. Untuk mempertahankan dan lebih meningkatkan mutu pelaksanaan proses pendidikan jasmani, olahraga, dan kesehatan tingkat SMA di Kecamatan Bumiayu Kabupaten Brebes Tahun 2009, maka guru-guru pendidikan 80

93 81 jasmani, olahraga, dan kesehatan harus lebih kreatif dan inovatif dalam mengajar sehingga semua kurikulum dapat diajarkan kepada siswa. 2. Untuk mempertahankan dan lebih meningkatkan mutu pendidikan jasmani, olahraga, dan kesehatan tingkat SMA di Kecamatan Bumiayu Kabupaten Brebes Tahun 2009, maka diharapakan adanya perhatian dari sekolah, guru, dan siswa untuk lebih memperhatikan proses pembelajarannya sehingga tercipta suasana pembelajaran yang dinamis. 3. Untuk menunjang proses pembelajaran, untuk mempermudah mencapai tujuan dari pembelajaran dan meningkatkan mutu pendidikan jasmani, olahraga, dan kesehatan tingkat SMA di Kecamatan Bumiayu Kabupaten Brebes Tahun 2009, maka diharapakan adanya perhatian dari sekolah, untuk lebih memperhatikan dan menambah sarana dan prasarana penunjang pembelajaran pendidikan jasmani, olahraga, dan kesehatan. 4. Untuk lebih meningkatkan mutu pendidikan jasmani, olahraga, dan kesehatan tingkat SMA di Kecamatan Bumiayu Kabupaten Brebes Tahun 2009, maka diharapakan untuk guru mata pelajaran pendidikan jasmani, olahraga, dan kesehatan untuk selalu belajar memahami dan mencari solusi untuk menciptakan pembelajaran yang menarik dan bervariasi. Serta selalu melakukan evaluasi karena dari evaluasi itu akan dapat di ketahui seberapa besar keberhasilan pembelajaran yang sudah dilakukan, untuk dijadikan panduan selanjutnya.

94 DAFTAR PUSTAKA Abdulkadir Ateng Asas dan Landasan Pendidikan Jasmani, Jakarta:Depdikbud. Alek Sobur Psikologi Umum, Bandung: CV Pustaka Setia Prosedur Penelitian. PT Asdi Mahasatya : Jakarta. Bimo Walgito Psikologi Sosial. Yogyakarta: Andi. Catharina Tri Anni Psikologi Belajar. Semarang: UPT UNNES Press. Depdiknas, Pedoman Khusus Model Pendidikan Jasmani, Jakarta,Depdiknas Standar Kompetensi Mata Pelajaran Penjas. Jakarta: Depdiknas , Standar Kompetensi Mata Pelafaran Pendidikan Jasmani Sekolah Dasar dan Madrasah Ibtidaiyah, Jakarta, Depdiknas. Engkos Kosasih Teknik dan Program Latihan. Jakarta: Balai Pustaka, FIK UNNES Pedoman Penulisan Skripsi Mahasiswa Program Strata I. Semarang: FIK UNNES. Jalaludin Rahmat Psikologi Komunikasi, bandung : PT Remaja Rosdakarya. Muhammad Ali Penelitian Kependidikan Prosedur dan Strategy. Bandung. Angkasa. Muhammad Uzer Usman Menjadi Guru Profesional. Remaja Rosda Karya : Bandung. Mar'at, Sikap Manusia, Perubahan serta Pengukurannya. Ghalia Indonesia : Bandung. Nadisah, Pengembangan Kurikulum Pendidikan Jasmani dan Kesehatan. Bandung: Dirjen Dikti.. Nasution S Teknologi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara , Asas-asas Kurikulum, Jakarta, Bumi Aksara. 82

95 83 Oemar Hamalik Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara Pidarta, Made Landasan Kependidikan. Jakarta: Rineka Cipta Rusli Lutan Asas-Asas Pendidikan Jasmani. Jakarta : Direktorat Jendral. Sondang F Siagan Teori Motivasi dan Aplikasinya. Rineka Cipta: Jakarta Sudarwan Danim Ilmu-ilmu Perilaku. Jakarta. Bumi Aksara. Suharsimi Arikunto Prosedur Penelitian. PT Rineka Cipta : Jakarta. Sukintaka Teori Bermain Pendidikan Jasmani. Yogyakarta: Esa Grafika Solo. Soepartono, Sarana dan Prasarana Olahraga. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional. Sutrisno Hadi Metodologi Research.Yayasan Penerbit Fakultas Psikologi UGM: Yogyakarta.

96 LAMPIRAN-LAMPIRAN

97 84

98 85 DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG FAKULTAS ILMU KEOLAHRAGAAN Kampus Sekaran Gunungpati Semarang Telp Fax FIK UNNES K E P U T U S A N DEKAN FAKULTAS ILMU KEOLAHRAGAAN UNTVERSITAS NEGER1 SEMARANG NOMOR : 07 / FIK / 2009 TENTANG PENETAPAN DOSEN PEMBIMBING SKRIPSI SEMESTER GENAP TAHUN AKADEMIK 2008/2009 DEKAN FAKULTAS ILMU KEOLAHRAGAAN UNIVERSITAS NEGER1 SEMARANG Menirnbang Mengingat Bahwa untuk memperlancar mahasiswa FIK membuat Skripsi, maka perlu menetapkan dosen-dosen FIK UNNES untuk menjadi pembimbing. 1. Undang-undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional (Tambahan Lembaran Negara RI No. 4301, penjelasan atas Lembaran Negara RI Tahun 2003, Nomor 78) ; 2. Peraturan Pemerintah No. 60/1999 tentang Pendidikan Tinggi; 3, SK Rektor UNNES No. 162/0/2004 tentang penyelenggaraan Pendidikan UNNES; 4. SK Rektor UNNES No. 164/0/2004 tentang Pedoman penyusunan Skripsi Mahasiswa Strata Satu (SI) Universitas Negeri Semarang; 5. SK Rektor UNNES No. 125/P/2003 tanggal 17 Oktober 2003 tentang pengangkatan Dekan Fakultas Ilmu Keolahragaan UNNES. Memperhatikan Usul Ketua Jurusan Pendidikan Jasmani Kesehatan dan Rekreasi ( PJKR) tanggal, 15 April 2009 MEMUTUSKAN Menetapkan PERTAMA Menunjuk dan menugaskan kepada : KEDUA KETIGA KEEMPAT 1. Nama : Dra. Heny Setyawati, M.Si NIP : Pangkat/Golongan Penata/ IlIc Jabatan Lektor Mata Kuliah Psikologi Olahraga, Sebagai Pembimbing Utama 2. Nama : Drs. Zaeni, M.Pd NIP : Pangkat/Golongan Penata/ IIIc Jabatan Lektor Mata Kuliah Pendidikan Gerak Renang Sebagai Pembimbing Pendamping Untuk membimbing mahasiswa penyusun skripsi Nama : ROJIKIN Nim : Jurusan : Pendidikan Jasmani Kesehatan dan Rekreasi Pelaksanaan Tugas mulai tanggal penetapan Surat Keputusan ini sampai dengan berakhirnya semester genap tahun Akademik 2008/2009. Membuat laporan kepada Dekan, apabila tugas telah selesai Keputusan ini mulai berlaku sejak tanggal ditetapkan dengan ketentuan sebagai berikut a. Apabila mahasiswa belum dapat menyelesaikan skripsinya dalam satu semester SK ini harap diperbaharui untuk semester yang akan datang dengan pembimbing tetap/sama dengan SK yang diterbitkan ini. b. Apabila dikemudian hari terdapat kekeliruan dalam Surat Keputusan ini akan.

99 86 c. DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG FAKULTAS ILMU KEOLAHRAGAAN JURUSAN PJKR Kampus Sekaran Gunungpati Semarang Telp Fax FIK UNNES Com Nomor :230/PJKR/IV/2009 Lampiran H - Usul Penetapan Pembimbing 29April 2009 Yth. Dekan Fakultas Ilmu Keolahragaan UNNES Kampus Sekaran Gunungpati di S E M A R A N G. Merujuk Keputusan Rektor Universitas Negeri Semarang (UNNES) Nomor 73/1995 tentang Pedoman Penyusunan Skripsi Mahasiswa Program S1 Pasal 7 mengenai Penentuan Pembimbing, dengan ini says usulkan : 1. Nama : Dra. Heny Setyawati, M.Si NIP : Pangkat/Golongan Penata / IIIc Jabatan Lektor Mata Kuliah Psikologi Olahraga Sebagai Pembimbing Utama 2. Nama : Drs. Zaeni, M.Pd NIP : F Pangkat/Golongan Penata / IIlc Jabatan Lector Mata Kuliah Pendidikan Gerak Renang Sebagai Pembimbing Pendamping dalam penyusunan skripsi oleh mahasiswa Nama : ROJIKIN NIM : Program Studi : Pendidikan Jasmani Kesehatan dan Rekreasi

100 87 TEMA : SURVEI PERSEPSI GURU NON PENJAS TERHADAP KINERJA GURU PENJAS SMA SE KECAMATAN BUMIAYU TAHUN PELAJARAN 2008/2009 "

101 88

102 89

103 90

104 91

105 92

106 93

107 94

108 95

109 96

110 97

111 98 ANALISIS VALIDITAS DAN RELIABILITAS ANGKET PENELITIAN NO. RESPONDEN NO ITEM UC UC UC UC UC UC UC UC UC UC UC UC UC UC UC UC UC UC UC UC UC UC UC UC UC UC UC UC UC UC UC UC UC UC UC UC UC UC UC UC UC UC UC

112 44 UC UC UC UC UC UC UC UC UC UC UC UC UC UC UC UC UC UC UC UC UC UC UC UC UC UC UC UC UC UC UC UC UC UC UC UC UC UC UC UC UC UC UC UC UC UC UC UC

113 UC UC UC UC UC UC UC UC UC UC UC UC UC UC UC UC UC UC UC UC UC UC UC UC UC UC X Kriteria Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid σ i 2 X 2 r xy

114 101 (lanjutan) NO ITEM

115

116 xr Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid xr

117 104 (lanjutan) NO ITEM Y Y

118

119 σ Vali Vali Vali Vali Vali Vali Vali Vali Vali Vali Vali Vali d d d d d d d d d d d Σσ i 2 d r PERHITUNGAN VALIDITAS ANGKET Rumus: r xy N XY - X Y N X 2 X 2 N Y 2 Y 2 Kriteria Butir angket valid jika rxy > r table

120 107 No Kode X Y X 2 Y 2 XY 1 E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E

121 E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E

122 E E E E E E E E E E E E E E E E E E Dengan menggunakan rumus tersebut diperoleh : r xy = = Karena r xy =0.429 > maka dapat disimpulkan bahwa angket tersebut valid

123 110 Perhitungan Reliabilitas Instrumen Rumus: Keterangan: k : Banyaknya butir pertanyaan atau butir soal σ 2 t : Varian total σ 2 b : Jumlah varian butir Kriteria Apabila r 11 > r tabel, maka instrumen tersebut reliabel. Perhitungan 1. Varians total 2. Varians butir σ 2 = t = σ 2 b 1 = = σ 2 b 2 = = σ 2 b 3 = =

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI A. Kajian Teori 1. Pengertian Persepsi Membahas istilah persepsi akan dijumpai banyak batasan atau definisi tentang persepsi yang dikemukakan oleh para ahli, antara lain oleh: Jalaludin

Lebih terperinci

PERSEPSI SISWA SMK PANCA BHAKTI BANJARNEGARA TERHADAP PELAJARAN PENDIDIKAN JASMANI SKRIPSI

PERSEPSI SISWA SMK PANCA BHAKTI BANJARNEGARA TERHADAP PELAJARAN PENDIDIKAN JASMANI SKRIPSI PERSEPSI SISWA SMK PANCA BHAKTI BANJARNEGARA TERHADAP PELAJARAN PENDIDIKAN JASMANI SKRIPSI Diajukan dalam rangka penyelesaian studi Strata I untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Disusun Oleh : Nama

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan Jasmani, Olahraga, dan Kesehatan merupakan bagian integral dari pendidikan secara keseluruhan, bertujuan untuk mengembangkan aspek kebugaran jasmani, keterampilan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Garam Beryodium Garam beryodium adalah suatu inovasi yang ditawarkan kepada konsumen atau setiap keluarga untuk mencegah kekurangan yodium sebagai upaya jangka panjang (Depkes

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. penggalaman tentang objek, peristiwa, atau hubungan-hubungan yang

BAB II KAJIAN PUSTAKA. penggalaman tentang objek, peristiwa, atau hubungan-hubungan yang BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Hakikat Persepsi Persepsi menurut Jalaludin Rahmad (2009: 51), adalah penggalaman tentang objek, peristiwa, atau hubungan-hubungan yang diperoleh dengan menyimpulkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan aspek penting dalam pelaksanaan pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan aspek penting dalam pelaksanaan pembangunan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan aspek penting dalam pelaksanaan pembangunan di Negara kita, sehingga pemerintah memberikan perhatian yang besar terhadap pendidikan. Hal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. globalisasi seperti sekarang ini akan membawa dampak diberbagai bidang

BAB I PENDAHULUAN. globalisasi seperti sekarang ini akan membawa dampak diberbagai bidang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan zaman yang semakin modern terutama pada era globalisasi seperti sekarang ini akan membawa dampak diberbagai bidang kehidupan. Hal ini menuntut adanya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan pembelajaran pengetahuan, keterampilan, dan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan pembelajaran pengetahuan, keterampilan, dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan pembelajaran pengetahuan, keterampilan, dan kebiasaan sekelompok orang yang diturunkan dari satu generasi ke generasi berikutnya melalui

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Asep Saputra, 2014 Universitas Pendidikan Indonesia repository.upi.edu

BAB 1 PENDAHULUAN. Asep Saputra, 2014 Universitas Pendidikan Indonesia repository.upi.edu BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada dasarnya Manusia dalam melaksanakan fungsi-fungsi kehidupan tidak lepas dan tidak akan lepas dari pendidikan, karena pendidikan berfungsi untuk meningkatkan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. belakang dan wawasan setiap individu berbeda-beda, sehingga. mengandung 3 komponen yang membentuk sikap, yaitu:

BAB II KAJIAN PUSTAKA. belakang dan wawasan setiap individu berbeda-beda, sehingga. mengandung 3 komponen yang membentuk sikap, yaitu: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Deskripsi Teori 1. Hakikat Pandangan Proses pengamatan individu terhadap objek akan melibatkan pengalaman dan perasaannya dalam memberikan pandangan. Latar belakang dan wawasan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pendidikan jasmani pada dasarnya merupakan pendidikan melalui. aktivitas jasmani yang dijadikan sebagai media untuk mencapai

I. PENDAHULUAN. Pendidikan jasmani pada dasarnya merupakan pendidikan melalui. aktivitas jasmani yang dijadikan sebagai media untuk mencapai 1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan jasmani pada dasarnya merupakan pendidikan melalui aktivitas jasmani yang dijadikan sebagai media untuk mencapai perkembangan individu secara menyeluruh.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Konteks penelitian. Pendidikan jasmani, olahraga, dan kesehatan pada dasarnya merupakan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Konteks penelitian. Pendidikan jasmani, olahraga, dan kesehatan pada dasarnya merupakan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Konteks penelitian Pendidikan jasmani, olahraga, dan kesehatan pada dasarnya merupakan bagian integral dari sistem pendidikan secara keseluruhan, bertujuan untuk mengembangkan apsek

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan mencakup pengajaran dan pelaksanaan nilai-nilai, isi pendidikan ialah

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan mencakup pengajaran dan pelaksanaan nilai-nilai, isi pendidikan ialah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan mencakup pengajaran dan pelaksanaan nilai-nilai, isi pendidikan ialah tindakan-tindakan yang membawa anak didik kita mengalami dan menghayati nilai-nilai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN yaitu mencerdaskan kehidupan bangsa. Ini merupakan proses yang

BAB I PENDAHULUAN yaitu mencerdaskan kehidupan bangsa. Ini merupakan proses yang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pendidikan diselenggarakan dalam rangka memenuhi amanat UUD 1945 yaitu mencerdaskan kehidupan bangsa. Ini merupakan proses yang sangat kompleks sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan jasmani merupakan bagian integral dari sistem pendidikan secara keseluruhan. Oleh karena itu, pelaksanaan pendidikan jasmani harus diarahkan pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan jasmani sebagai bagian integral dari proses pendidikan secara

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan jasmani sebagai bagian integral dari proses pendidikan secara BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan jasmani sebagai bagian integral dari proses pendidikan secara keseluruhan. Karena dengan pendidikan jasmani dapat mengembangkan aspek kebugaran jasmani, keterampilan

Lebih terperinci

terhadap kepribadian pelakunya. Kegiatan yang untuk menggunakan tubuh secara menyeluruh dalam bentuk permainan atau pertandingan/ perlombaan

terhadap kepribadian pelakunya. Kegiatan yang untuk menggunakan tubuh secara menyeluruh dalam bentuk permainan atau pertandingan/ perlombaan Konsep Dasar Pendidikan Jasmani dan Olahraga Olahraga adalah kegiatan fisik manusia yang berpengaruh terhadap kepribadian pelakunya. Kegiatan yang menuntut kegiatan fisik tertentu untuk menggunakan tubuh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. manusia yang dilakukan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Seperti halnya

BAB I PENDAHULUAN. manusia yang dilakukan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Seperti halnya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah sebuah usaha yang tidak terlepas dari kehidupan manusia yang dilakukan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Seperti halnya dengan kebutuhan lainnya,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan pengembangan potensi ilmiah yang ada pada diri manusia secara. terjadi. Dalam rangka pembangunan manusia Indonesia seutuhnya,

BAB I PENDAHULUAN. dan pengembangan potensi ilmiah yang ada pada diri manusia secara. terjadi. Dalam rangka pembangunan manusia Indonesia seutuhnya, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada hakekatnya pendidikan merupakan suatu pembentukan dan pengembangan kepribadian manusia secara menyeluruh, yakni pembentukan dan pengembangan potensi ilmiah

Lebih terperinci

PERSEPSI GURU NON PENJASORKES TERHADAP KINERJA GURU PENJASORKES TINGKAT SEKOLAH DASAR DI KECAMATAN PECALUNGAN KABUPATEN BATANG TAHUN 2008/2009 SKRIPSI

PERSEPSI GURU NON PENJASORKES TERHADAP KINERJA GURU PENJASORKES TINGKAT SEKOLAH DASAR DI KECAMATAN PECALUNGAN KABUPATEN BATANG TAHUN 2008/2009 SKRIPSI PERSEPSI GURU NON PENJASORKES TERHADAP KINERJA GURU PENJASORKES TINGKAT SEKOLAH DASAR DI KECAMATAN PECALUNGAN KABUPATEN BATANG TAHUN 2008/2009 SKRIPSI Diajukan dalam rangka penyelesaian studi Strata I

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memperkuat kepribadian, dan mempertebal semangat kebersamaan agar dapat

BAB I PENDAHULUAN. memperkuat kepribadian, dan mempertebal semangat kebersamaan agar dapat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan suatu proses yang sangat penting untuk meningkatkan kecerdasan, keterampilan, mempertinggi budi pekerti, memperkuat kepribadian, dan mempertebal

Lebih terperinci

istiadat serta kebutuhan pembangunan terutama di sekolah-sekolah.

istiadat serta kebutuhan pembangunan terutama di sekolah-sekolah. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembangunan nasional dibidang pendidikan adalah upaya untuk mencerdaskan kehidupan bangsa dan meningkatkan manusia Indonesia dalam mewujudkan masyarakat yang

Lebih terperinci

2015 PERBEDAAN MINAT SISWA SMK NEGERI 13 DAN SMK FARMASI BUMI SILIWANGI KOTA BANDUNG DALAM AMATA PELAJARAN PENDIDIKAN JASMANI OLAHRAGA DAN KESEHATAN

2015 PERBEDAAN MINAT SISWA SMK NEGERI 13 DAN SMK FARMASI BUMI SILIWANGI KOTA BANDUNG DALAM AMATA PELAJARAN PENDIDIKAN JASMANI OLAHRAGA DAN KESEHATAN BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Manusia merupakan makhluk sosial yang saling berinteraksi satu dengan yang lainnya. Sebagai makhluk sosial, manusia tidak dapat hidup tanpa bantuan orang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menghadapi perkembangan ini dan harus berfikiran lebih maju. Ciri-ciri

BAB I PENDAHULUAN. menghadapi perkembangan ini dan harus berfikiran lebih maju. Ciri-ciri 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Majunya perkembangan IPTEK pada era globalisasi sekarang ini membuat dunia terasa semakin sempit karena segala sesuatunya dapat dijangkau dengan sangat mudah.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang terpenting dalam meningkatkan kualitas maupun kompetensi manusia, agar

BAB I PENDAHULUAN. yang terpenting dalam meningkatkan kualitas maupun kompetensi manusia, agar BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan upaya yang dilakukan untuk mengembangkan dan menggali potensi yang dimiliki oleh manusia untuk menghasilkan sumber daya manusia yang berkompeten.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tanah air, mempertebal semangat kebangsaan serta rasa kesetiakawanan sosial.

BAB I PENDAHULUAN. tanah air, mempertebal semangat kebangsaan serta rasa kesetiakawanan sosial. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah proses yang dapat mengubah obyeknya. Pendidikan nasional harus dapat mempertebal iman dan taqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, meningkatkan kualitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan yang berkembang di Indonesia dilaksanakan oleh dua lembaga pendidikan yang berbeda, namun memiliki tujuan yang sama. Lembaga pendidikan tersebut adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dijangkau dengan sangat mudah. Adanya media-media elektronik sebagai alat

BAB I PENDAHULUAN. dijangkau dengan sangat mudah. Adanya media-media elektronik sebagai alat 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Majunya perkembangan IPTEK pada era globalisasi sekarang ini membuat dunia terasa semakin sempit karena segala sesuatunya dapat dijangkau dengan sangat mudah.

Lebih terperinci

AKTIVITAS PENDIDIKAN JASMANI ADAPTIF SEBAGAI PENGEMBANGAN KETERAMPILAN GERAK ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS (ABK) 1

AKTIVITAS PENDIDIKAN JASMANI ADAPTIF SEBAGAI PENGEMBANGAN KETERAMPILAN GERAK ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS (ABK) 1 AKTIVITAS PENDIDIKAN JASMANI ADAPTIF SEBAGAI PENGEMBANGAN KETERAMPILAN GERAK ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS (ABK) 1 Addriana Bulu Baan 2 POR FKIP Universitas Tadulako Palu ABSTRAK Pendidikan Jasmani Olahraga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Purnama Sidiq Nugraha, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Purnama Sidiq Nugraha, 2013 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan memainkan peranan yang sangat penting dalam menjamin kelangsungan suatu Bangsa, karena pendidikan merupakan wahana untuk meningkatkan dan mengembangkan

Lebih terperinci

prilaku hidup sehat peserta didik, dalam kehidupan sehari-hari (Suroto, 2009).

prilaku hidup sehat peserta didik, dalam kehidupan sehari-hari (Suroto, 2009). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Persaingan dalam berbagai bidang kehidupan dewasa ini semakin ketat, yang menuntut manusia untuk bisa menjadi yang terbaik dalam persaingan ini supaya dapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan dalam kehidupan suatu negara memegang peranan yang. sangat penting untuk menjamin kelangsungan hidup negara dan bangsa.

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan dalam kehidupan suatu negara memegang peranan yang. sangat penting untuk menjamin kelangsungan hidup negara dan bangsa. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan dalam kehidupan suatu negara memegang peranan yang sangat penting untuk menjamin kelangsungan hidup negara dan bangsa. Pendidikan merupakan wahana

Lebih terperinci

KEMAMPUAN GURU DAN MOTIVASI SISWA SERTA SARANA DAN PRASARANA DALAM PEMBELAJARAN PENJASORKES KELAS IV DAN V DI SD NEGERI 22 ANDALAS PADANG

KEMAMPUAN GURU DAN MOTIVASI SISWA SERTA SARANA DAN PRASARANA DALAM PEMBELAJARAN PENJASORKES KELAS IV DAN V DI SD NEGERI 22 ANDALAS PADANG Jurnal Pendidikan Rokania Vol. II (No. 1/2017) 90-97 91 KEMAMPUAN GURU DAN MOTIVASI SISWA SERTA SARANA DAN PRASARANA DALAM PEMBELAJARAN PENJASORKES KELAS IV DAN V DI SD NEGERI 22 ANDALAS PADANG Oleh Nia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dan Pembukaan UUD 1945 dilatarbelakangi oleh realita permasalahan kebangsaan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dan Pembukaan UUD 1945 dilatarbelakangi oleh realita permasalahan kebangsaan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembangunan karakter yang merupakan upaya perwujudan amanat Pancasila dan Pembukaan UUD 1945 dilatarbelakangi oleh realita permasalahan kebangsaan yang berkembang

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS TINDAKAN. Pengertian penjasorkes telah didefinisikan secara bervariasi oleh beberapa

BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS TINDAKAN. Pengertian penjasorkes telah didefinisikan secara bervariasi oleh beberapa BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS TINDAKAN 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hakikat Penjasorkes Pengertian penjasorkes telah didefinisikan secara bervariasi oleh beberapa pakar. Para pakar penjasorkes cenderung

Lebih terperinci

PENGARUH DISIPLIN BELAJAR TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN GEOGRAFI KELAS X IS SMA NEGERI 5 TEGAL TAHUN AJARAN 2014/2015 SKRIPSI

PENGARUH DISIPLIN BELAJAR TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN GEOGRAFI KELAS X IS SMA NEGERI 5 TEGAL TAHUN AJARAN 2014/2015 SKRIPSI PENGARUH DISIPLIN BELAJAR TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN GEOGRAFI KELAS X IS SMA NEGERI 5 TEGAL TAHUN AJARAN 2014/2015 SKRIPSI Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Oleh: Safitri

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sempurna sehingga ia dapat melaksanakan tugas sebagai manusia. Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. sempurna sehingga ia dapat melaksanakan tugas sebagai manusia. Pendidikan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah suatu proses untuk mendewasakan manusia. Melalui pendidikan manusia dapat tumbuh dan berkembang secara wajar dan sempurna sehingga ia dapat

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan suatu usaha untuk mengembangkan kepribadian dan kemampuan

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan suatu usaha untuk mengembangkan kepribadian dan kemampuan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan suatu usaha untuk mengembangkan kepribadian dan kemampuan yang dilakukan di dalam maupun di luar sekolah yang berlangsung seumur hidup.tujuan Pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan sangat penting bagi manusia untuk menunjang dalam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan sangat penting bagi manusia untuk menunjang dalam 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan sangat penting bagi manusia untuk menunjang dalam kehidupannya. Dimana pendidikan merupakan usaha agar manusia dapat mengembangkan potensi yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. karena belajar merupakan kunci untuk memperoleh ilmu pengetahuan. Tanpa

BAB I PENDAHULUAN. karena belajar merupakan kunci untuk memperoleh ilmu pengetahuan. Tanpa BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Menuntut ilmu adalah kewajiban setiap manusia yang telah dimulai sejak dari buaian hingga liang lahat. Oleh sebab itu, setiap manusia wajib untuk belajar baik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan Jasmani (penjas) merupakan bagian integral dari pendidikan secara keseluruhan, bertujuan untuk mengembangkan aspek kebugaran jasmani, keterampilan

Lebih terperinci

SKRIPSI. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Pendidikan Akuntansi. Disusun Oleh:

SKRIPSI. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Pendidikan Akuntansi. Disusun Oleh: PENGARUH INTENSITAS BELAJAR SISWA DAN PARTISIPASI DALAM KEGIATAN OSIS TERHADAP PRESTASI BELAJAR AKUNTANSI PADA SISWA KELAS XI SMA NEGERI 1 TERAS BOYOLALI TAHUN PELAJARAN 2009/2010 SKRIPSI Untuk Memenuhi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. melalui pendidikan sekolah. Pendidikan sekolah merupakan kewajiban bagi seluruh. pendidikan Nasional pasal 3 yang menyatakan bahwa:

BAB I PENDAHULUAN. melalui pendidikan sekolah. Pendidikan sekolah merupakan kewajiban bagi seluruh. pendidikan Nasional pasal 3 yang menyatakan bahwa: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan salah satu hal yang paling penting untuk mempersiapkan kesuksesan dimasa depan. Pendidikan bisa diraih dengan berbagai cara salah satunya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Secara umum pendidikan mampu manghasilkan manusia sebagai individu dan

BAB I PENDAHULUAN. Secara umum pendidikan mampu manghasilkan manusia sebagai individu dan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Visi, misi, dan tujuan pendidikan nasional harus mencerminkan kemampuan sistem pendidikan nasional untuk mengakomodasi berbagi tuntutan peran yang multidimensional.

Lebih terperinci

PENGARUH MINAT BELAJAR DAN LINGKUNGAN SEKOLAH TERHADAP PRESTASI BELAJAR EKONOMI PADA SISWA. KELAS VIII MTs MUHAMMADIYAH WARU TAHUN AJARAN 2013/2014

PENGARUH MINAT BELAJAR DAN LINGKUNGAN SEKOLAH TERHADAP PRESTASI BELAJAR EKONOMI PADA SISWA. KELAS VIII MTs MUHAMMADIYAH WARU TAHUN AJARAN 2013/2014 PENGARUH MINAT BELAJAR DAN LINGKUNGAN SEKOLAH TERHADAP PRESTASI BELAJAR EKONOMI PADA SISWA KELAS VIII MTs MUHAMMADIYAH WARU TAHUN AJARAN 2013/2014 JURNAL PUBLIKASI Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan

Lebih terperinci

2016 MOTIVASI KETERLIBATAN SISWA DALAM MENGIKUTI KEGIATAN EKSTRAKURIKULER OLAHRAGA DI SMA LABORATORIUM PERCONTOHAN UPI BANDUNG

2016 MOTIVASI KETERLIBATAN SISWA DALAM MENGIKUTI KEGIATAN EKSTRAKURIKULER OLAHRAGA DI SMA LABORATORIUM PERCONTOHAN UPI BANDUNG BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kegiatan olahraga yang dilakukan dengan benar sangat bermanfaat bagi kehidupan manusia, olahraga tidak hanya dijadikan sebagai salah satu kegiatan untuk menyalurkan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. 2.1 Hakikat Pendidikan Jasmani, Olahraga dan Kesehatan di Sekolah Dasar

BAB II KAJIAN PUSTAKA. 2.1 Hakikat Pendidikan Jasmani, Olahraga dan Kesehatan di Sekolah Dasar BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Hakikat Pendidikan Jasmani, Olahraga dan Kesehatan di Sekolah Dasar 2.1.1 Hakikat Pendidikan Jasmani di Sekolah Dasar Pendidikan jasmani pada hakikatnya adalah proses pendidikan

Lebih terperinci

UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG

UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG PERSEPSI GURU NON PENJASORKES TERHADAP KINERJA GURU PENJASORKES SEKOLAH DASAR DABIN I DAN II UPTD PENDIDIKAN KECAMATAN UNGARAN TIMUR KABUPATEN SEMARANG SKRIPSI Diajukan dalam rangka penyelesaian studi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan pada dasarnya merupakan rekonstruksi aneka pengalaman dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan pada dasarnya merupakan rekonstruksi aneka pengalaman dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan pada dasarnya merupakan rekonstruksi aneka pengalaman dan peristiwa yang dialami individu agar segala sesuatu yang baru menjadi lebih terarah dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dasar/bekal ilmu untuk menghadapi tantangan dimasa yang akan datang dan

BAB I PENDAHULUAN. dasar/bekal ilmu untuk menghadapi tantangan dimasa yang akan datang dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan proses untuk meningkatkan martabat manusia yang memungkinkan potensi diri (afektif, kognitif, psikomotor) berkembang secara optimal. Pendidikan

Lebih terperinci

PERSEPSI DAN MINAT MEMILIH PROGRAM STUDI PPKN FIS UNNES PADA SISWA SMA KELAS XII DI KECAMATAN JERUKLEGI KABUPATEN CILACAP SKRIPSI

PERSEPSI DAN MINAT MEMILIH PROGRAM STUDI PPKN FIS UNNES PADA SISWA SMA KELAS XII DI KECAMATAN JERUKLEGI KABUPATEN CILACAP SKRIPSI PERSEPSI DAN MINAT MEMILIH PROGRAM STUDI PPKN FIS UNNES PADA SISWA SMA KELAS XII DI KECAMATAN JERUKLEGI KABUPATEN CILACAP SKRIPSI Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. individu terutama dalam mewujudkan cita-cita pembangunan bangsa dan negara.

BAB 1 PENDAHULUAN. individu terutama dalam mewujudkan cita-cita pembangunan bangsa dan negara. BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan berperan penting bagi perkembangan dan perwujudan diri individu terutama dalam mewujudkan cita-cita pembangunan bangsa dan negara. Undang-Undang Nomor 20

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. pembangunan disegala bidang demi tercapainya tujuan bangsa, oleh karena itu

BAB 1 PENDAHULUAN. pembangunan disegala bidang demi tercapainya tujuan bangsa, oleh karena itu 1 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan mempunyai peranan yang sangat penting dalam proses pembangunan disegala bidang demi tercapainya tujuan bangsa, oleh karena itu pendidikan seharusnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan jasmani adalah proses pendidikan yang menggunakan aktivitas fisik sebagai aspek pembelajaran utamanya. Dalam proses pembelajaran pendidikan jasmani, pertumbuhan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan jasmani pada hakikatnya adalah proses pendidikan yang

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan jasmani pada hakikatnya adalah proses pendidikan yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan jasmani pada hakikatnya adalah proses pendidikan yang memanfaatkan aktivitas fisik untuk menghasilkan perubahan holistik dalam kualitas individu,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pendidikan di Indonesia dikatakan berhasil apabila pendidikan yang. 20 tahun 2003 terdapat tujuan pendidikan nasional yaitu untuk

I. PENDAHULUAN. Pendidikan di Indonesia dikatakan berhasil apabila pendidikan yang. 20 tahun 2003 terdapat tujuan pendidikan nasional yaitu untuk 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan di Indonesia dikatakan berhasil apabila pendidikan yang dilaksanakan sesuai dengan tujuan dari pendidikan nasional. Dalam UU RI No. 20 tahun 2003 terdapat

Lebih terperinci

PERSEPSI GURU NON PENJASORKES TERHADAP KOMPETENSI GURU PENJASORKES DI SMP SEDERAJAT SE KECAMATAN TUNJUNGAN KABUPATEN BLORA TAHUN 2008/2009

PERSEPSI GURU NON PENJASORKES TERHADAP KOMPETENSI GURU PENJASORKES DI SMP SEDERAJAT SE KECAMATAN TUNJUNGAN KABUPATEN BLORA TAHUN 2008/2009 PERSEPSI GURU NON PENJASORKES TERHADAP KOMPETENSI GURU PENJASORKES DI SMP SEDERAJAT SE KECAMATAN TUNJUNGAN KABUPATEN BLORA TAHUN 2008/2009 SKRIPSI Diajukan dalam rangka Penyelesaian studi Strata 1 Untuk

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIK PENGALAMAN LAPANGAN 2 DI SMP NEGERI 6 SEMARANG

LAPORAN PRAKTIK PENGALAMAN LAPANGAN 2 DI SMP NEGERI 6 SEMARANG LAPORAN PRAKTIK PENGALAMAN LAPANGAN 2 DI SMP NEGERI 6 SEMARANG Disusun oleh : Nama : Yermia Yuda Prayitno NIM : 4201409025 Program studi : Pendidikan Fisika FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

Lebih terperinci

BAB III PEMBAHASAN 3.1 Karakteristik Kompetensi Profesional yang Harus Dimiliki Guru

BAB III PEMBAHASAN 3.1 Karakteristik Kompetensi Profesional yang Harus Dimiliki Guru BAB III PEMBAHASAN 3.1 Karakteristik Kompetensi Profesional yang Harus Dimiliki Guru Guru adalah pejabat profesional, sebab mereka diberi tunjangan profesional. Namun, walaupun mereka secara formal merupakan

Lebih terperinci

SKRIPSI. Disajikan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Jurusan Pendidikan Jasmani Kesehatan dan Rekreasi.

SKRIPSI. Disajikan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Jurusan Pendidikan Jasmani Kesehatan dan Rekreasi. PERSEPSI GURU NON PENDIDIKAN JASMANI, OLAHRAGA DAN KESEHATAN (PENJASORKES) TERHADAP KINERJA GURU PENDIDIKAN JASMANI, OLAHRAGA DAN KESEHATAN (PENJASORKES) SD NEGERI DI DABIN VII KECAMATAN BREBES TAHUN 2009

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah wahana untuk mengembangkan dan melestarikan. dan moral yang berakar pada budaya bangsa Indonesia yang

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah wahana untuk mengembangkan dan melestarikan. dan moral yang berakar pada budaya bangsa Indonesia yang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan adalah wahana untuk mengembangkan dan melestarikan nilai luhur dan moral yang berakar pada budaya bangsa Indonesia yang diharapkan dapat diwujudkan dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai Negara yang berkembang dengan jumlah penduduk besar, wilayah

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai Negara yang berkembang dengan jumlah penduduk besar, wilayah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang masalah Sebagai Negara yang berkembang dengan jumlah penduduk besar, wilayah yang luas dan komplek, Indonesia harus bisa menentukan prioritas atau pilihan pembangunan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Nasional RI No. 20 Tahun 2003 adalah sebagai berikut :

I. PENDAHULUAN. Nasional RI No. 20 Tahun 2003 adalah sebagai berikut : I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tujuan pendidikan nasional menurut Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional RI No. 20 Tahun 2003 adalah sebagai berikut : Untuk meningkatkan kualitas manusia yang beriman,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bangsa. Suatu bangsa bisa dikatakan telah maju apabila seluruh warga negaranya

BAB I PENDAHULUAN. bangsa. Suatu bangsa bisa dikatakan telah maju apabila seluruh warga negaranya 1 1.1 Latar belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN Pendukung utama bagi tercapainya sasaran pembangunan manusia Indonesia yang bermutu adalah pendidikan yang bermutu. Dengan pendidikan yang bermutu kita bisa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masa depan dengan segala potensi yang ada. Oleh karena itu hendaknya dikelola baik

BAB I PENDAHULUAN. masa depan dengan segala potensi yang ada. Oleh karena itu hendaknya dikelola baik BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan memegang peranan penting dalam mempersiapkan sumber daya manusia yang berkualitas. Pendidikan juga merupakan kunci bagi suatu bangsa untuk bisa meraih

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Fakhry Brillian Hidayat, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Fakhry Brillian Hidayat, 2013 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan suatu kegiatan yang dilakukan dengan tujuan tertentu. Ini berarti bahwa pendidikan merupakan usaha menuju kepada tujuan yang dicita-citakan.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. menentukan arah kemajuan suatu bangsa. Dengan pendidikan yang berjalan

BAB 1 PENDAHULUAN. menentukan arah kemajuan suatu bangsa. Dengan pendidikan yang berjalan BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan wahana yang sangat penting dan sangat menentukan arah kemajuan suatu bangsa. Dengan pendidikan yang berjalan baik akan menghasilkan sumber

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Salah satu tujuan pembangunan nasional negara kita adalah pembangunan di bidang pendidikan. Pendidikan nasional sebagai salah satu sistem dari supra sistem

Lebih terperinci

SANTI BBERLIANA SIMATUPANG,

SANTI BBERLIANA SIMATUPANG, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam menjalani kehidupannya setiap individu wajib menempuh pendidikan di lembaga formal maupun lembaga non formal. Sesuai dengan yang diperintahkan oleh pemerintah

Lebih terperinci

ANALISIS TUJUAN MATA PELAJARAN Mata Pelajaran : Pendidikan Agama Islam. Ranah Kompetensi K A P

ANALISIS TUJUAN MATA PELAJARAN Mata Pelajaran : Pendidikan Agama Islam. Ranah Kompetensi K A P Mata Pelajaran : Pendidikan Agama Islam 1. Menumbuhkembangkan akidah melalui pemberian, pemupukan, dan pengembangan pengetahuan, penghayatan, pengamalan, pembiasaan, serta pengalaman peserta didik tentang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan jasmani merupakan bagian integral dari sistem pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan jasmani merupakan bagian integral dari sistem pendidikan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan jasmani merupakan bagian integral dari sistem pendidikan secara keseluruhan, bertujuan untuk mengembangkan aspek kesehatan, kebugaran jasmani, keterampilan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual

I. PENDAHULUAN. secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendidikan menurut Undang-undang Sisdiknas adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di Indonesia terus

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di Indonesia terus BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di Indonesia terus berkembang. Persaingan semakin ketat dan masyarakat dituntut untuk dapat bersaing dalam menghadapi tantangan

Lebih terperinci

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRESTASI BELAJAR KEWIRAUSAHAAN SISWA KELAS XII SMK NASIONAL BERBAH TAHUN AJARAN 2012/2013

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRESTASI BELAJAR KEWIRAUSAHAAN SISWA KELAS XII SMK NASIONAL BERBAH TAHUN AJARAN 2012/2013 FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRESTASI BELAJAR KEWIRAUSAHAAN SISWA KELAS XII SMK NASIONAL BERBAH TAHUN AJARAN 2012/2013 ARTIKEL Oleh: MARET ADI PURWANTO 08503244036 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN TEKNIK MESIN

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Persepsi a. Pengertian Persepsi Persepsi pada hakikatnya adalah proses kognitif yang dialami oleh setiap orang di dalam memahami informasi tentang lingkungannya,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan

BAB I PENDAHULUAN. belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bangsa Indonesia tengah menghadapi suatu masa dimana terjadinya

BAB I PENDAHULUAN. Bangsa Indonesia tengah menghadapi suatu masa dimana terjadinya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bangsa Indonesia tengah menghadapi suatu masa dimana terjadinya transformasi struktur ekonomi nasional dari struktur ekonomi agraris ke arah struktur ekonomi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi telah membawa perubahan dihampir semua aspek kehidupan manusia, termasuk dalam pendidikan formal. Pendidikan merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan merupakan bagian yang melengkapi dari pendidikan secara keseluruhan, bertujuan untuk mengembangkan aspek kebugaran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Keberhasilan pembelajaran pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. Keberhasilan pembelajaran pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keberhasilan pembelajaran pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan (Penjasorkes) di sekolah dipengaruhi oleh berbagai faktor, antara lain: prasarana dan sarana, dana,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tujuan Pendidikan Nasional adalah mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia Indonesia seutuhnya, yaitu manusia yang beriman dan bertaqwa terhadap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. produktif. Di sisi lain, pendidikan dipercayai sebagai wahana perluasan akses.

BAB I PENDAHULUAN. produktif. Di sisi lain, pendidikan dipercayai sebagai wahana perluasan akses. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan aspek penting bagi perkembangan sumber daya manusia, sebab pendidikan merupakan wahana atau salah satu instrumen yang digunakan bukan saja

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Kata media berasal dari bahasa latin yaitu medium yang secara harfiah berarti

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Kata media berasal dari bahasa latin yaitu medium yang secara harfiah berarti BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Media Kartu Bergambar 2.1.1 Pengertian Media Kartu Bergambar Kata media berasal dari bahasa latin yaitu medium yang secara harfiah berarti perantara. Dengan demikian media dapat

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pendidikan sebagai suatu proses pembinaan manusia yang berlangsung seumur

I. PENDAHULUAN. Pendidikan sebagai suatu proses pembinaan manusia yang berlangsung seumur I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan sebagai suatu proses pembinaan manusia yang berlangsung seumur hidup dengan kata lain di mulai dari sejak dini hingga akhir hayat. Pendidikan adalah semua kegiatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan moral yang berakar pada budaya bangsa Indonesia yang. negara, dan makhluk ciptaan Tuhan Yang Maha Esa. Perilaku-perilaku yang

BAB I PENDAHULUAN. dan moral yang berakar pada budaya bangsa Indonesia yang. negara, dan makhluk ciptaan Tuhan Yang Maha Esa. Perilaku-perilaku yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan adalah wahana untuk mengembangkan dan melestarikan nilai luhur dan moral yang berakar pada budaya bangsa Indonesia yang diharapkan dapat diwujudkan dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mencakup seluruh proses hidup dan segenap bentuk interaksi individu dengan

BAB I PENDAHULUAN. mencakup seluruh proses hidup dan segenap bentuk interaksi individu dengan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan salah satu unsur penting yang memiliki peran dalam membentuk dan mengembangkan kualitas pribadi bangsa. Pendidikan dapat mencakup seluruh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan pondasi utama dalam upaya memajukan bangsa. Suatu bangsa dapat dikatakan maju apabila pendidikan di negara tersebut dapat mengelola sumber

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Ridwan Firdaus, 2014

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Ridwan Firdaus, 2014 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pembelajaran merupakan kegiatan yang formal yang dilakukan di sekolah. Dalam pembelajaran ini terjadi kegiatan belajar mengajar. Sagala (2007:61) menjelaskan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan. Hal ini berarti bahwa siswa harus belajar sesuatu dari padanya.

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan. Hal ini berarti bahwa siswa harus belajar sesuatu dari padanya. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan jasmani yang berpangkal dari gerak manusia, serta mengarah pada kepribadian yang bulat dan kreatif dari manusia adalah dasar dari segala pendidikan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan nasional dilaksanakan dalam rangka pembangunan manusia

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan nasional dilaksanakan dalam rangka pembangunan manusia BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan nasional dilaksanakan dalam rangka pembangunan manusia Indonesia seutuhnya dan seluruh masyarakat indonesia. Pembangunan yang dimaksud disini adalah pembangunan

Lebih terperinci

Sasaran dan. Pengembangan Sikap Profesional. Kompetensi Dasar

Sasaran dan. Pengembangan Sikap Profesional. Kompetensi Dasar Sasaran dan Pengembangan Sikap Kompetensi Dasar Mahasiswa mampu memahami Sasaran dan Pengembangan Sikap Indikator: Pengertian Sikap Guru Pengertian Kinerja Guru Sasaran Sikap Guru Pengembangan Sikap Kinerja

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perhatian, baik pemerintah maupun masyarakat Indonesia. Olahraga ini

BAB I PENDAHULUAN. perhatian, baik pemerintah maupun masyarakat Indonesia. Olahraga ini BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bulutangkis merupakan salah satu cabang olahraga yang cukup mendapat perhatian, baik pemerintah maupun masyarakat Indonesia. Olahraga ini berkembang seiring

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional (Sisdiknas) No.

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional (Sisdiknas) No. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Berdasarkan Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional (Sisdiknas) No. 20 Tahun 2003 pasal 1.1, menyatakan bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tanpa pendidikan manusia tidak akan bisa mencapai cita-cita yang mulia.

BAB I PENDAHULUAN. tanpa pendidikan manusia tidak akan bisa mencapai cita-cita yang mulia. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan salah satu aspek penting dalam hidup manusia, tanpa pendidikan manusia tidak akan bisa mencapai cita-cita yang mulia. Pendidikan merupakan

Lebih terperinci

PENGARUH SARANA PRASARANA PENJAS DAN GAYA KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH TERHADAP KINERJA GURU PENJAS

PENGARUH SARANA PRASARANA PENJAS DAN GAYA KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH TERHADAP KINERJA GURU PENJAS PENGARUH SARANA PRASARANA PENJAS DAN GAYA KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH TERHADAP KINERJA GURU PENJAS (Studi pada Guru Penjasorkes SD di UPTD Pendidikan Kecamatan Cimaragas) Oleh Hendrik Rubianto 82351112018

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. belajar dan proses pembelajaran untuk peserta didik secara aktif mengembangkan

BAB I PENDAHULUAN. belajar dan proses pembelajaran untuk peserta didik secara aktif mengembangkan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran untuk peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan dan teknologi tersebut diperlukan sumber daya manusia yang

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan dan teknologi tersebut diperlukan sumber daya manusia yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di Indonesia terus berkembang. Agar dapat mengikuti dan meningkatkan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIK PENGALAMAN LAPANGAN 2 DI SMA NEGERI 4 SEMARANG. Disusun oleh : Nama : Rizal Akhmad Prasetyo NIM : Jurusan/Prodi : HKn/PPKn

LAPORAN PRAKTIK PENGALAMAN LAPANGAN 2 DI SMA NEGERI 4 SEMARANG. Disusun oleh : Nama : Rizal Akhmad Prasetyo NIM : Jurusan/Prodi : HKn/PPKn LAPORAN PRAKTIK PENGALAMAN LAPANGAN 2 DI SMA NEGERI 4 SEMARANG Disusun oleh : Nama : Rizal Akhmad Prasetyo NIM : 3301409100 Jurusan/Prodi : HKn/PPKn FAKULTAS ILMU SOSIAL UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG 2012

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pendidikan Jasmani adalah proses pendidikan seseorang sebagai. dan pembentukan watak. Pendidikan Jasmani pada dasarnya merupakan

I. PENDAHULUAN. Pendidikan Jasmani adalah proses pendidikan seseorang sebagai. dan pembentukan watak. Pendidikan Jasmani pada dasarnya merupakan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan Jasmani adalah proses pendidikan seseorang sebagai perseorangan maupun sebagai anggota masyarakat yang dilakukan secara sadar dan sistematik melalui berbagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah salah satu bentuk perwujudan kebudayaan manusia

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah salah satu bentuk perwujudan kebudayaan manusia BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah salah satu bentuk perwujudan kebudayaan manusia yang dinamis dan sarat perkembangan, karena itu perubahan atau perkembangan pendidikan adalah

Lebih terperinci