RESILIENSI PADA ORANG DENGAN HIV/AIDS (Resilience among ODHA) Sheldeana Putri Hardiyani Fakultas Psikologi Universitas Semarang.
|
|
- Farida Darmadi
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 RESILIENSI PADA ORANG DENGAN HIV/AIDS (Resilience among ODHA) Sheldeana Putri Hardiyani Fakultas Psikologi Universitas Semarang Abstrak Penelitian kualitatif ini bertujuan untuk mengetahui secara mendalam gambaran resiliensi yang dimiliki ODHA, dinamika resiliensinya untuk bangkit dari kesulitan hidup, dan faktor apa yang berpengaruh terhadap terbentuknya resiliensi pada ODHA. Metode utama yang digunakan adalah wawancara dan observasi dan sebagai metode pelengkap, yaitu dokumentasi. Subjek dalam penelitian ini adalah ODHA yang telah terinfeksi HIV/AIDS dan berada dalam rentang usia dewasa. Adapun informan sebanyak enam orang yang berasal dari orangtua, anak dan perawat yang memiliki hubungan dekat dengan subjek penelitian. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ODHA mampu menunjukkan resiliensi dalam menghadapi setiap kesulitan yang muncul karena terinfeksi HIV. Resiliensi pada ODHA terlihat dari adanya kesadaran emosi dan pengendalian emosi, kemampuan untuk mengontrol impuls, optimis, berpikir fleksibel dan akurat, kemampuan untuk berempati, hubungan dan pencapaian, serta keterampilan memecahkan masalah. Dinamika resiliensi ODHA dalam bangkit dari kesulitan hidupnya dapat terlihat dari waktu yang dibutuhkan untuk bangkit dari keterpurukan. ODHA membutuhkan waktu 2 bulan hingga 5 bulan untuk bangkit dari keterpurukan. Faktor yang berpengaruh terhadap terbentuknya resiliensi pada ODHA, antara lain otonomi, inisiatif, identitas, analisis sebab akibat, optimisme realistis, kemampuan mengontrol impuls, empati, efikasi diri, menggapai perilaku, dan melakukan usaha mengelola perasaan tidak nyaman. Kata Kunci : resiliensi, ODHA Abstract Key words: resilience, ODHA This qualitative research aimed to deeply understand the description of resilience among ODHA, resilience dynamics to rise from life's difficulties, and factors influenced the formation of resilience in ODHA. The main methods used are interviews and observation and documentation as a complementary method. Subjects in this study were living with HIV who have been infected with HIV / AIDS and are in the adult age range. Six informants participate, from parents, children and caregivers who have a close relationship with research subjects. The results showed that ODHA were able to show resilience facing any difficulties that arise due to HIV infection. Resilience of ODHA were seen from the emotional awareness and regulation, impulse control, optimism, flexible and accurate thinking, empathy, connecting and reaching out, as well as metacognitive. Resilience dynamics among ODHA in the rise of the difficulties of her life were seen from the time taken to rise from suffering. ODHA takes 2 months to 5 months to rise from suffering. Factors that influenced the formation of resilience in ODHA, autonomy, initiative, identity, causal analysis, realistic optimism, the ability to control impulses, empathy, self-efficacy, reaching behavior, and make an effort to manage feelings uncomfortable. 278
2 Pendahuluan Permasalahan mengenai kesehatan kini kian banyak dibicarakan di Indonesia, terlebih mengenai berbagai macam virus yang mengancam dan cara pencegahan hingga pengobatan yang dilakukan. Salah satu virus yang menjadi momok menakutkan adalah HIV (Human Immuno deficiency Virus). Virus ini menjadi virus yang sangat berbahaya karena belum ditemukan penyembuhannya. Pengobatan HIV hanya mampu menekan jumlah replikasi virus, tetapi tidak menghilangkannya. Kasus HIV/AIDS semakin meningkat di Provinsi dan Kota besar di Indonesia, tak terkecuali di Provinsi Jawa Tengah. Selama 2003 hingga 2011 tercatat jumlah penderita HIV/AIDS telah mencapai orang, dari jumlah tersebut penderita yang meninggal dunia sudah sebanyak 568 orang (Kompas 2011). Hermawanti & Widjanarko (2011: 96) mengatakan diskriminasi pernah terjadi pada pengidap HIV yang dilakukan oleh tenaga kesehatan di sebuah Rumah Sakit di Kabupaten Pati tahun Saat mengetahui bahwa pasien yang dirawat adalah seorang pengidap HIV, perawat tersebut menyebarkan informasi kepada teman-temannya sehingga memengaruhi perlakuan perawatan terhadap pasien ODHA. Bila pada umumnya tempat makan untuk pasien menggunakan piring, maka untuk pasien HIV positif diberikan kemasan sekali pakai. Perlakuan buruk perawat sebagai pihak Rumah Sakit tersebut terkesan masih menyamakan dengan pasien yang mengidap penyakit menular. Di lain pihak, Nursalam & Ninuk (2009: 2) mengungkapkan pada dasarnya perawat merupakan faktor yang berperan penting dalam pengelolaan stres, khususnya dalam memfasilitasi dan mengarahkan koping pasien yang konstruktif agar pasien dapat beradaptasi dengan sakitnya. Tingginya stigma dan diskriminasi terhadap pengidap HIV, membuat masyarakat memperlakukan ODHA sebagai orang buangan yang tidak boleh disentuh, seperti menghindari berdekatan, tidak memakai peralatan makan bersama, tidak menggunakan toilet yang sama dan bahkan menarik diri dari keberadaan pengidap HIV/AIDS. Masyarakat melakukan hal tersebut lantaran tidak mempunyai informasi yang tepat dan edukasi mengenai virus HIV, sehingga menjadi kurang bijak dalam memperlakukan ODHA. Individu yang mengetahui dirinya menjadi ODHA akan mengalami goncangan dan tekanan yang hebat. Pemikiran mengenai HIV/AIDS yang tidak bisa disembuhkan dan hanya tinggal menunggu kematian seringkali mengganggu pikiran subyek. Banyak hal yang dirasakan ODHA ketika mengetahui dirinya terinfeksi HIV/AIDS, baik secara psikologis maupun kognitif. Secara psikologis, rasa cemas, khawatir dan ketakutan akan diskriminasi dari masyarakat yang mengetahui bahwa dirinya terinfeksi HIV, menjadikan subyek memilih untuk menarik diri dari lingkungan sosial. Tekanan tersebut membuat subyek menyembunyikan identitasnya sebagai ODHA, lantaran cemas bahwa dirinya akan dihina dan dikucilkan masyarakat. Selain itu secara kognitif, pemikiran ODHA yang menganggap bahwa dengan statusnya tersebut tidak akan bisa melakukan sesuatu yang berguna dan menjadi sia-sia. Nursalam & Ninuk (2009: 2) mengatakan secara fisiologis HIV menyerang sistem kekebalan tubuh penderitanya, jika ditambah dengan stres psikososial-spiritual yang berkepanjangan pada ODHA, maka akan mempercepatterjadinya AIDS bahkan meningkatkan angka kematian. Menurut Ross (dalam Nursalam & Ninuk, 2009: 2) jika stres mencapai tahap kelelahan maka dapat menimbulkan kegagalan fungsi 279
3 sistem imun yang memperparah keadaan ODHA. Resiliensi pada dasarnya merupakan suatu konsep yang menentukan keberhasilan atau kegagalan individu dalam menghadapi masamasa sulit. Resiliensi dapat dibangun, sehingga tidak menutup kemungkinan bagi semua individu untuk memilikinya. Individu yang resilien adalah individu yang harus mengembangkan potensi positif yang ada pada dirinya, selain itu diperlukan dukungan dari keluarga, teman dan komunitas agar dapat mewujudkan potensi resiliensinya (Benard dalam Meichenbaum, 1998: 13). Resiliensi dapat dikembangkan dengan berbagai cara, yaitu dengan belajar mengenali dampak atau konsekuensi dari emosi dan perilaku, membangun kesadaran, menemukan cara untuk melangkah bangkit dari keterpurukan dan menciptakan suatu ruang untuk berpikir, menumbuhkan keyakinan yang menjadikan lebih efektif dalam pemecahan masalah, belajar untuk menghindarkan adana pemikiran bahwa bencana dapat terjadi, serta mengutamakan kecepatan tanpa memperhatikan adanya waktu yang tersedia untuk mengatasi suatu masalah (Jackson dan Watkin, 2004: 13-15). Individu yang telah divonis terjangkit HIV tentu saja merupakan sebuah tekanan tersendiri karena adanya pandangan bahwa masa depannya telah berakhir. Bagi ODHA yang mampu mengatasi kondisi tersebut kemungkinan akan tetap dapat memaksimalkan potensi dalam diri untuk mengatasi perasaan tertekan dan segera bangkit dari perasaan tertekan tersebut. Resiliensi sangat penting karena orang yang resilien mengetahui bagaimana mengembalikan mental dari suatu keterpurukan dan membaliknya menjadi sesuatu yang lebih baik, bahkan dibandingkan keadaan sebelumnya. Begitu pula pada ODHA yang resilien dipercaya akan mampu menyesuaikan diri dan mengendalikan kesulitan hidup. Desmita (2006: 227) mengungkapkan bahwa resiliensi dianggap sebagai kekuatan dasar yang menjadi pondasi dari semua karakter positif dalam membangun kekuatan emosional dan psikologikal seseorang. Tanpa adanya resiliensi, tidak akan ada keberanian, ketekunan, tidak ada rasionalitas, tidak ada insight. Sejumlah riset yang telah dilakukan meyakinkan bahwa gaya berpikir seseorang sangat ditentukan oleh resiliensinya, dan resiliensi juga menentukan keberhasilan seseorang dalam hidupnya. Dalam wawancara yang telah dilakukan kepada pembimbing Yayasan Rumah Damai sebagai tempat dukungan dan home visit bagi ODHA, diketahui bahwa terinfeksi HIV/AIDS positif dan bayangan tentang kematian bukanlah satu-satunya yang menyebabkan ODHA mengalami stres dan guncangan hebat, tetapi lebih kepada reaksi psikologis akan ketakutan terhadap stigma dan perlakuan diskriminatif dari masyarakat, sehingga banyak dari ODHA yang menutup diri mengenai statusnya. Hasil penelitian dari Tusaie dan Dyer (dalam Sholichatun, 2008: 116) menyatakan pentingnya perspektif interaktif yang bersifat dinamis untuk memahami resiliensi, sekalipun karakteristik individu yang resilien telah dieksplorasi dalam penelitian, tetapi ada sebuah kebutuhan untuk mengeksplorasi interaksi dinamis antara karakteristik tersebut dan diperlukan suatu perspektif yang bersifat holistik karena kompleksitas fakta dari konstruk resilien. Penelitian untuk mengetahui resiliensi pada ODHA ini hanya dapat diungkap dengan penelitian kualitatif, dimana penelitian ini akan membutuhkan interaksi yang dinamis dan alami kepada subjek melalui metode wawancara mendalam dan observasi. Berdasarkan pemaparan di atas dirumuskan fokus-fokus kajian yang akan diteliti, yaitu gambaran resiliensi yang dimiliki ODHA, dinamika 280
4 resiliensinya untuk bangkit dari kesulitan hidup, dan faktor apa yang berpengaruh terhadap terbentuknya resiliensi pada ODHA. Resiliensi Gortberg (1995: 3) menyatakan bahwa resiliensi adalah kapasitas universal, yang memungkinkan seseorang, kelompok atau masyarakat untuk mencegah, mengurangi atau mengatasi efek merusak yang bersumber dari kondisi yang tidak menyenangkan. Snyder & Lopez (2002: 77) menyatakan bahwa resiliensi adalah ciri atau gejala yang menggambarkan adaptasi positif dalam keadaan yang sengsara atau beresiko tinggi. Resiliensi dapat dibangun, sehingga tidak menutup kemungkinan bagi semua individu untuk memilikinya. Individu yang resilien adalah individu yang harus mengembangkan potensi positif yang ada pada dirinya, selain itu diperlukan dukungan dari keluarga, teman dan komunitas agar dapat mewujudkan potensi resiliensinya (Benard dalam Meichenbaum, 1998: 13). Resiliensi dianggap sebagai kekuatan dasar yang menjadi pondasi dari semua karakter positif dalam membangun kekuatan emosional dan psikologikal seseorang. Tanpa adanya resiliensi, tidak akan ada keberanian, ketekunan, tidak ada rasionalitas, tidak ada insight. Sejumlah riset yang telah dilakukan meyakinkan bahwa gaya berpikir seseorang sangat ditentukan oleh resiliensinya, dan resiliensi menentukan keberhasilan seseorang dalam hidupnya (Desmita, 2006: 227). Berdasarkan beberapa teori yang telah dikemukakan, dapat disimpulkan bahwa resiliensi adalah kemampuan seseorang untuk bangkit dari tekanan hidup yang telah dialami, sehingga mampu menghadapi, mencegah, meminimalkan dan bahkan menghilangkan dampak-dampak yang merugikan dari kondisi yang tidak menyenangkan atau menyengsarakan. Aspek-aspek Resiliensi Werner (dalam Desmita, 2006: 227) menyatakan aspek-aspek yang terkandung di dalam resiliensi, antara lain: a. Kecakapan untuk membentuk hubunganû hubungan (kompetensi sosial) b. Keterampilan memecahkan masalah (metakognitif) c. Keterampilan mengembangkan otonomi d. Perencanaan dan pengharapan (pemahaman tentang tujuan dan masa depan). Reivich dan Shatte (2002: 7-39) mengemukakan tujuh kemampuan yang menjadi aspek resiliensi, yaitu: a. Kesadaran emosi dan pengendalian emosi Individu resilien menunjukkan emosi ketika melalui waktu yang sulit, individu merasa sedih atau takut atau cemas sebagai bagian normal dari kehidupan. Menyadari, mendengarkan dan merespons emosi sendiri adalah salah satu kunci untuk menghadapi dan menanggapi masa sulit. b. Kemampuan untuk mengontrol impuls Menjadi resilien tidak berarti tidak bertindak atas impuls, melainkan, mengendalikan impuls. c. Optimis Optimis mencakup belajar untuk berpikirpositif tentang masa depan, bahkan ketika melakukan kesalahan. Optimis berkaitan dengan memandang situasi secara objektif, membuat keputusan secara sadar dan fokus pada kesuksesan. Individu optimis lebih bahagia, lebih terlibat dalam hubungan, lebih berhasil dalam memecahkan masalah yang dihadapi. d. Berpikir fleksibel dan akurat Untuk menjadi resilien membutuhkan pemikiran fleksibel dan akurat, serta melihat perspektif yang berbeda. Seseorang yang resilien memiliki peluang yang besar untuk menjadi sukses. Berpikir fleksibel dan akurat memungkinkan lahirnya 281
5 beberapa solusi dalam mengatasi masalah, serta memiliki rencana cadangan. e. Kemampuan untuk berempati Empati merupakan kemampuan untuk mengenali perasaan orang lain dan merespons dengan tepat. Resiliensi terlihat dari empati yang terbentuk melalui pengembangan hubungan kuat, seperti memahami perasaan atau emosi orang lain yang bersumber dari pengalaman ketika individu mengalami masa-masa sulit. f. Efikasi diri Resiliensi membawa keyakinan dalam diri dalam mencapai kesuksesan. g. Hubungan dan Pencapaian Individu resilien mampu menempatkan diri dalam hubungan dengan orang lain serta mempertahankan hubungan dalam waktu yang lama. Dalam penelitian ini aspek-aspek resiliensi yang akan diungkap untuk memperoleh gambaran tentang resiliensi pada ODHA yaitu kesadaran emosi dan pengendalian emosi (emotion awareness and regulation), kemampuan untuk mengontrol impuls (impulse control), optimis (optimism), berpikir fleksibel dan akurat (flexible & accurate thinking), kemampuan untuk berempati (empathy), efikasi diri (selfefficacy), hubungan dan pencapaian (connecting & reaching out), keterampilan memecahkan masalah (metakognitif), keterampilan mengembangkan sense of identity (otonomi), serta perencanaan dan pengharapan (pemahaman tentang tujuan dan masa depan). Orang dengan HIV/AIDS Orang dengan HIV/AIDS adalah seseorang yang telah terinfeksi HIV dan dinyatakan positif terkena AIDS. HIV adalah virus yang menyebabkan AIDS (Acquired Immuno Deficiency Syndrome), yaitu virus yang menghancurkan kekebalan tubuh seseorang. Meskipun istilah HIV/AIDS sering terdengar, namun tidak banyak yang memiliki pengetahuan mendalam mengenai kasus ini. HIV merupakan retrovirus yang menjangkiti sel-sel sistem kekebalan tubuh manusia (terutama CD4 positive T-sel dan macrophages, yang merupakan komponen utama sistem kekebalan sel) dan menghancurkan atau mengganggu fungsinya. Infeksi virus ini mengakibatkan terjadinya penurunan sistem kekebalan yang terusmenerus dan akan mengakibatkan defisiensi kekebalan tubuh. Sistem kekebalan dianggap defisien ketika sistem tersebut tidak dapat lagi menjalankan fungsinya memerangi infeksi dan penyakitpenyakit. Lantaran sistem kekebalan tubuh mulai menurun, HIV menjadi AIDS, yakni saat dimana tubuh tidak mampu lagi melawan infeksi apapun yang menyerang tubuh (David dan Joyce, 2004: 73). Sebagian besar ODHA pada awalnya tidak menyadarinya karena tidak ada gejala yang tampak segera setelah terjadi infeksi awal. Beberapa orang mengalami gangguan kelenjar yang menimbulkan efek seperti deman (disertai panas tinggi, gatal-gatal, nyeri sendi, dan pembengkakan pada limpa), yang dapat terjadi pada saat seroconversion. Seroconversion adalah pembentukan antibodi akibat HIV yang biasanya terjadi antara enam minggu dan tiga bulan setelah terjadinya infeksi. Kendatipun infeksi HIV hingga tidak disertai gejala awal, seseorang yang terinfeksi HIV sangat mudah menularkan virus tersebut kepada orang lain. Satusatunya cara untuk menentukan apakah HIV ada di dalam tubuh seseorang adalah melalui tes HIV (Hapsari, 2010). Berdasarkan pemaparan di atas diketahui bahwa orang dengan HIV/AIDS adalah seseorang yang telah terinfeksi HIV dan dinyatakan positif terkena AIDS yang mengakibatkan terjadinya penurunan sistem kekebalan secara terus-menerus dan menyebabkan defisiensi kekebalan tubuh. 282
6 Metode Penelitian Subyek yang dipilih dalam penelitian ini telah terinfeksi HIV/AIDS dan berada dalam rentang usia dewasa. Peneliti juga akan menggunakan informan penelitian untuk mendapatkan informasi mengenai resiliensi pada ODHA. Metode pengumpulan data yang akan digunakan pada penelitian kualitatif ini adalah metode wawancara, metode observasi, dan menggunakan dokumentasi. Analisis data dalam penelitian ini menggunakan metode Spradley, yaitu tidak terlepas dari keseluruhan proses penelitian sehingga menggunakan analisis triangulasi data (Moleong, 2005: 302). Hasil dan Pembahasan Hasil penelitian yang dilakukan menunjukkan bahwa ODHA mampu menunjukkan resiliensi dalam menghadapi setiap kesulitan yang muncul karena terinfeksi HIV. Resiliensi pada ODHA terlihat dari adanya kesadaran emosi dan pengendalian emosi, kemampuan untuk mengontrol impuls, optimis, berpikir fleksibel dan akurat, kemampuan untuk berempati, hubungan dan pencapaian, serta keterampilan memecahkan masalah (metakognitif). Resiliensi yang dimiliki subjek penelitian satu dan subjek penelitian dua menunjukkan adanya dinamika tersendiri. Waktu yang ditunjukkan untuk angkit dari keterpurukan oleh subjek penelitian dua yang lebih cepat dibandingkan oleh subjek penelitian satu menunjukkan subjek penelitian dua lebih memiliki daya tahan yang lebih baik dalam menghadapi berbagai permasalahan yang muncul akibat terinfeksi HIV. Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan Dewi dan Melisa (2004: 118) yang menunjukkan bahwa perempuan pada pasca masektomi memiliki resilensi yang tinggi dan depresi yang rendah. Resiliensi merupakan kemampuan untuk mengatasi kesulitan, rasa frustrasi, stres, depresi, dan segala permasalahan dalam diri individu. Hasil penelitian tersebut memberikan gambaran pentingnya resiliensi bagi individu yang berada pada kondisi yang menekan atau menimbulkan stres. Bagi ODHA, kondisi terinfeksi HIV merupakan suatu tekanan tersendiri, karena di samping harus merasakan rasa sakit secara fisik, adanya diskriminasi terhadap ODHA menjadikan sumber tekanan tersendiri. ODHA yang mampu menunjukkan resiliensi yang baik akan dapat mengatasi setiap permasalahan dan bangkit dari perasaan terpuruk akibat kondisi yang terinfeksi HIV. Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, diketahui bahwa reaksi awal yang ditunjukkan oleh masing-masing subjek setelah mengetahui dirinya terinfeksi HIV adalah tertekan hingga mengalami depresi karena subjek yang tidak melakukan kesalahan apapun, namun harus menanggung akibatnya karena tertular oleh suami. Masingmasing subjek merasa marah dan kecewa karena suami sebagai orang yang dicintai ternyata menularkan virus mematikan dalam diri subjek. Setelah mengetahui terinfeksi HIV, subjek 1 hanyak bisa berserah diri kepada Tuhan dengan tetap menjalani pengobatan yang disarankan, namun pada subjek 2 sendiri merasa takut apabila ada orang lain yang mengetahui kondisi dirinya yang terinfeksi HIV, sehingga sebisa mungkin subjek 2 berusaha agar orang lain tidak mengetahuinya. Perbedaan tingkat pendidikan pada subjek 1 dan subjek 2, dimana subjek 1 berpendidikan SMP dan subjek 2 berpendidikan SMA berpengaruh terhadap cara subjek dalam mengatasi setiap tekanan yang muncul selama menghadapi masa-masa sulit terinfeksi HIV. Kondisi tersebut terkait bagaimana subjek mengatasi permasalahan. Resiliensi pada subjek 1 tumbuh setelah subjek mendapatkan masukan dari perawat dan 283
7 teman-teman sesama ODHA agar tidak terlalu memikirkan kondisi diri yang terinfeksi HIV, sedangkan pada subjek 2 keyakinan untuk dapat bertahan menghadapi berbagai tekanan selama menjalani hari-hari terinfeksi HIV tumbuh dari adanya harapan terhadap anaknya di masa depan agar dapat memperoleh kehidupan yang lebih baik. Jackson dan Watkin (2004: 13) menyatakan bahwa resiliensi pada dasarnya penentu keberhasilan atau kegagalan individu dalam menanggapi saat sulit. Diskriminasi dari masyarakat dan beban psikologis dari ODHA dalam menjalani kehidupan merupakan hal yang berat bagi ODHA, namun pada dasarnya setiap individu memiliki kekuatan untuk bangkit dari keterpurukan, sama halnya dengan ODHA. Cobaan hidup yang berat membuat ODHA harus mampu bertahan, bangkit dan bahkan mampu mengubah keadaan yang menyengsarakan menjadi keadaan yang lebih baik dari sebelumnya. Resiliensi akan membantu ODHA dalam melewati masamasa sulit karena terinfeksi HIV sekaligus harus bertahan dengan adanya penilaian negatif dari masyarakat. Ada banyak faktor yang memengaruhi resiliensi pada ODHA diantaranya adalah otonomi, identitas, analisis sebab akibat, optimisme realistis, empati, menggapai perilaku, adanya usaha mengelola perasaan tidak nyaman, inisiatif, industri, kemampuan mengontrol impuls, serta efikasi diri. Resiliensi yang dimiliki ODHA tidak terbentuk begitu saja, namun subjek harus merasakan penderitaan karena adanya perasaan kecewa dan putus asa dengan kondisi diri yang terinfeksi HIV. Resiliensi yang dimiliki subjek yang muncul dari dorongan internal ataupun eksternal mampu menjadikan ODHA mengatasinya hingga akhirnya mampu bertahan dengan hari-hari sulit terinfeksi HIV. ODHA senantiasa sekuat tenaga berusaha agar dapat bertahan menghadapi setiap kesulitan yang muncul karena terinfeksi HIV. Resiliensi adalah kemampuan atau kapasitas insani yang dimiliki seseorang, kelompok atau masyarakat yang memungkinkannya untuk menghadapi, mencegah, meminimalkan dan bahkan menghilangkan dampak-dampak yang merugikan dari kondisi yang tidak menyenangkan atau enyengsarakan menjadi suatu hal yang wajar untuk diatasi. Bagi subyek yang resilien, resiliensi membuat hidupnya menjadi lebih kuat. Artinya, resiliensi akan membuat seseorang berhasil menyesuaikan diri dalam berhadapan dengan kondisi yang tidak menyenangkan dan bahkan dengan tekanan hebat yang inheren dalam dunia sekalipun (Desmita, 2006: 229). ODHA yang pada awalnya merasa terpukul dengan kondisi terinfeksi HIV tidak selamanya akan mengalami keterpurukan, namun berkat kegigihan dan dukungan dari berbagai pihak dapat menyesuaikan diri dengan kondisi serta berpandangan positif terhadap masa depannya. Simpulan 1. Gambaran resiliensi yang dimiliki ODHA Resiliensi pada ODHA terlihat dari adanya kesadaran emosi dan pengendalian emosi, kemampuan untuk mengontrol impuls, optimis, berpikir fleksibel dan akurat, kemampuan untuk berempati, hubungan dan pencapaian, serta keterampilan memecahkan masalah 2. Dinamika resiliensi ODHA dalam bangkit dari kesulitan hidupnya ODHA membutuhkan waktu 2 bulan hingga 5 bulan untuk bangkit dari keterpurukan. Usaha yang dilakukan ODHA untuk dapat bangkit dari keterpurukan adalah dengan mendapatkan dukungan dari orang terdekat subjek, serta lebih memikirkan masa depan anaknya sebagai sumber motivasi. 284
8 3. Faktor yang berpengaruh terhadap terbentuknya resiliensi pada ODHA Faktor yang berpengaruh terhadap terbentuknya resiliensi pada ODHA, antara lain otonomi (autonomy), inisiatif (initiative), identitas (identity), analisis sebab akibat, optimisme realistis, kemampuan mengontrol impuls, empati, efikasi diri, menggapai perilaku, dan melakukan usaha mengelola perasaan tidak nyaman. Daftar Pustaka David & Joyce Menghadapi dan Mencari Solusi Terhadap Masalah Penggunaan, Penyalahgunaan dan Adiksi Narkoba di Sekolah-Sekolah Indonesia. Desmita Psikologi Perkembangan. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. Dewi, F. I. R., & Melisa, V. D Hubungan antara Resiliensi dengan Depresi pada Perempuan Pasca Pengangkatan Payudara (Mastektomi). Jurnal Psikologi. Vol. 2. No. 2. Hal Jakarta: Fakultas Psikologi Universitas Tarumanagara. Grotberg, E.H A Guide to Promoting Resilience in Children: Strengthening the Human Spirit. Bernard Van Leer Foundation. Diunduh tanggal 19 November ml. Diunduh tanggal 4 Mei Hapsari, H ôjumlah Pengidap HIV Kota Semarang Capai 1096 Orangö. dap-hiv-kota-semarang-capai-1-096orang. html. Diunduh tanggal 4 Mei Hermawanti, P & Widjanarko, M Penerimaan Diri Perempuan Pekerja Seks yang Menghadapi Status HIV Positif di Pati Jawa Tengah. Psikobuana. Vol. 3 No. 2, Hal Jackson, R., & Watkin, C., The Resilience inventory: Seven Essential Skills for Overcoming LifeÆs Obstacles and Determining Happiness. Selection & Development Review, Vol. 20, No. 6, December Kompas Penderita HIV/AIDS di Jateng Cenderung Naikö. / /Penderita.HIV/AIDS.di.Jateng. Cenderung.Naik. Diunduh tanggal 4 Mei Meichenbaum, D How educators and nurture resilience in high risk children and ther families. Canada : Departement of psikology Univesity of water loo. Moleong, L. J Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. Nursalam, K., & Ninuk, D Asuhan Keperawatan Pada Pasien Terinfeksi HIV/AIDS. Jakarta: Salemba Medika. Reivich, K., &Shatte, A The Resilience Factor. 7 Essential Skills for Overcoming LifeÆs Inevitable Obstacles. New York: Broadway books. Yuniardi, M., & Djudiyah ôsupport Group Therapyö Untuk Mengembangkan Potensi Resiliensi Remaja Dari Keluarga ôsingle Parentö di Kota Malang. Psikobuana. Vol. 3, No 2, hal Sholichatun, Y Resilien: Gumregah Melalui Olah Rasa (Sebuah Tinjauan Kritis). Indigenous. Vol. 10 No. 1, Hal Snyder, C.R., & Lopez, S.J Positive Psychology. The Scientific and Practical Explorations of Human Strengths. United States of America: SAGE Publications 285
BAB I PENDAHULUAN. Menurut (Nugroho. T, 2010: 94) Aquired Immune Deficiency Syndrome
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Menurut (Nugroho. T, 2010: 94) Aquired Immune Deficiency Syndrome adalah penyakit yang merupakan kumpulan gejala akibat menurunnya sistem kekebalan tubuh yang
Lebih terperinciSukirno, S. Kep 1 Giat Wantoro, S. Kep 2 Nofrans Eka Saputra, S. Psi, MA 3 ABSTRACT
Resiliensi Resilience of Sukirno, S. Kep 1 Giat Wantoro, S. Kep 2 Nofrans Eka Saputra, S. Psi, MA 3 1 Departement of Nursing/Baiturrahim School of Health Science 2 Departement of Nursing/Baiturrahim School
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN I. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN I. Latar Belakang Human Immunodeficiency Virus (HIV)/Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS) pertamakali ditemukan di propinsi Bali, Indonesia pada tahun 1987 (Pusat Data dan Informasi
Lebih terperinci2016 GAMBARAN MOTIVASI HIDUP PADA ORANG DENGAN HIV/AIDS DI RUMAH CEMARA GEGER KALONG BANDUNG
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Acquired Immunodefiency Syndrome (AIDS) adalah kumpulan gejala yang timbul akibat menurunnya sistem kekebalan tubuh yang didapat, disebabkan oleh infeksi Human Immunodeficiency
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Setiap manusia pasti memiliki masalah dalam hidup. Kita juga pernah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Setiap manusia pasti memiliki masalah dalam hidup. Kita juga pernah merasakan kesedihan, kekecewaan, kegagalan serta kondisi sulit lainnya. Hal ini sesuai dengan yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. merawat dan memelihara anak-anak yatim atau yatim piatu. Pengertian yatim
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Panti Asuhan merupakan lembaga yang bergerak di bidang sosial untuk membantu anak-anak yang sudah tidak memiliki orang tua. Di dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Acquired Immune Deficiency Syndrome,
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah HIV/AIDS (Human Immuno deficiency Virus/Acquired Immune Deficiency Syndrome) merupakan masalah yang mengancam seluruh lapisan masyarakat dari berbagai kelas
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN orang orang orang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu penyakit mematikan di dunia yang kemudian menjadi wabah internasional atau bencana dunia sejak pertama kehadirannya adalah HIV/AIDS. Acquired Immuno Deficiency
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. gejala penyakit yang disebabkan oleh virus HIV ( Human Immunodeficiency
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Acquired Immuno Deficiency Syndrom (AIDS) merupakan kumpulan gejala penyakit yang disebabkan oleh virus HIV ( Human Immunodeficiency Virus) yang dapat menular dan mematikan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS) merupakan kumpulan gejala penyakit yang disebabkan oleh Human Immunodeficiency Virus (HIV). Virus HIV ditemukan
Lebih terperinciDAFTAR PUSTAKA. Arasiana, Fenty. (2008). Resiliensi Pada TKW yang Mengalami Kekerasan Fisik dan Seksual. Retrivied From
DAFTAR PUSTAKA Aprilia, Nur Fitri, (2015). Resiliensi Pada Istri yang Mengalami Kekerasan dalam Rumah Tangga (KDRT). Retrivied from Arasiana, Fenty. (2008). Resiliensi Pada TKW yang Mengalami Kekerasan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS) merupakan kumpulan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS) merupakan kumpulan gejala penyakit yang disebabkan oleh Human Immunodeficiency Virus (HIV) (Depkes. RI, 2008). Virus tersebut
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA. tekanan internal maupun eksternal (Vesdiawati dalam Cindy Carissa,
BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Resiliensi 1. Pengertian Resiliensi Istilah resiliensi diformulasikan pertama kali oleh Block dengan nama ego resilience, yang diartikan sebagai kemampuan umum yang melibatkan
Lebih terperinciRESILIENSI PADA PENYINTAS PASCA ERUPSI MERAPI. Naskah Publikasi. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan dalam Mencapai Derajat Sarjana-S1
RESILIENSI PADA PENYINTAS PASCA ERUPSI MERAPI Naskah Publikasi Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan dalam Mencapai Derajat Sarjana-S1 Diajukan oleh: ARYA GUMILANG PUTRA PRATHAMA F.100090190 FAKULTAS PSIKOLOGI
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Acquired Immune Deficiency Syndrom (AIDS) merupakan sekumpulan gejala
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Acquired Immune Deficiency Syndrom (AIDS) merupakan sekumpulan gejala penyakit yang disebabkan karena menurunnya sistem imunitas atau kekebalan tubuh yang disebabkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Sejak awal tahun 2008, masalah kesehatan seringkali menjadi topik utama
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sejak awal tahun 2008, masalah kesehatan seringkali menjadi topik utama di berbagai media cetak dan elektronik Indonesia. Mulai dari kasus mengenai gizi buruk,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang mempunyai kemampuan menggunakan RNA-nya dan DNA penjamu. imun, hal ini terjadi karena virus HIV menggunakan DNA dari CD4 + dan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Virus HIV (Human Immunodefeciency Virus) adalah retrovirus yang mempunyai kemampuan menggunakan RNA-nya dan DNA penjamu untuk membentuk virus DNA dan menginfeksi tubuh
Lebih terperinciRESILIENSI PADA PENYANDANG TUNA DAKSA PASCA KECELAKAAN
RESILIENSI PADA PENYANDANG TUNA DAKSA PASCA KECELAKAAN Rahayu Rezki Anggraeni Dosen Pembimbing Ibu Ni Made Taganing, Spsi., MPsi. Program Studi Psikologi, Fakultas Psikologi, Universitas Gunadarma, 2008
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Setiap individu di dalam hidupnya selalu berusaha untuk mencari
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Setiap individu di dalam hidupnya selalu berusaha untuk mencari kesejahteraan. Mereka mencoba berbagai cara untuk mendapatkan kesejahteraan tersebut baik secara
Lebih terperinciRESILIENSI PADA PENDERITA KANKER SERVIKS STADIUM LANJUT NASKAH PUBLIKASI
RESILIENSI PADA PENDERITA KANKER SERVIKS STADIUM LANJUT NASKAH PUBLIKASI Diajukan Kepada Fakultas Psikologi Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Memperoleh Gelar Sarjana (S-1) Psikologi Diajukan Oleh: RAYI DWI
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. coba-coba (bereksperimen) untuk mendapatkan rasa senang. Hal ini terjadi karena
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Prevalensi penyalahguna narkoba saat ini sudah mencapai 3.256.000 jiwa dengan estimasi 1,5 % penduduk Indonesia adalah penyalahguna narkoba. Data yang diperoleh
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Human Immunodeficiency Virus (HIV) adalah sejenis virus yang menyerang/menginfeksi sel darah putih yang menyebabkan turunnya kekebalan tubuh manusia. Acquired
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sosial, sehingga dapat menurunkan kualitas hidup individu. Salah satu jenis
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Menjalani kehidupan profesional di dunia modern yang serba cepat seperti saat ini merupakan sebuah tantangan hidup. Selain tuntutan untuk mampu bertahan dalam lingkungan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Penyakit menular maupun tidak menular sekarang ini terus. berkembang. Salah satu contoh penyakit yang saat ini berkembang
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penyakit menular maupun tidak menular sekarang ini terus berkembang. Salah satu contoh penyakit yang saat ini berkembang diantaranya Acquired Immuno Defesiiency
Lebih terperinciPengaruh Dukungan Sosial terhadap Resiliensi pada Ibu yang Memiliki Anak Autis Penulisan Ilmiah
Pengaruh Dukungan Sosial terhadap Resiliensi pada Ibu yang Memiliki Anak Autis Penulisan Ilmiah Nama : Gemi Arthati NPM : 13513674 Pembimbing : Mimi Wahyuni. Jurusan Psikologi 2016 Latar Belakang Masalah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. identitas dan eksistensi diri mulai dilalui. Proses ini membutuhkan kontrol yang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan Remaja adalah generasi penerus bangsa, oleh karena itu para remaja harus memiliki bekal yang baik dalam masa perkembangannya. Proses pencarian identitas
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA
BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Resiliensi 1. Definisi Resiliensi Menurut Smet (1994, dalam Desmita, 2009) istilah resiliensi pertama kali dikenalkan oleh Redl pada tahun 1969 dan digunakan untuk menggambarkan
Lebih terperinciResiliensi Orang dengan HIV/AIDS (ODHA)
Resiliensi Orang dengan HIV/AIDS (ODHA) Eva Ardana (10410133) Fakultas Psikologi Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang ABSTRAK Human Immunodeficiency Virus/Acquired Immune Deficiency Syndrome
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA
12 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Resiliensi 1. Definisi Resiliensi Istilah resiliensi berasal dari kata Latin `resilire' yang artinya melambung kembali. Awalnya istilah ini digunakan dalam konteks fisik atau
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa transisi dari masa anak-anak ke masa
BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Masalah Masa remaja merupakan masa transisi dari masa anak-anak ke masa dewasa, yang mencakup perubahan biologis, kognitif, dan sosial emosional. Pada masa ini, individu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Human Immunodeficiency Virus (HIV) (Depkes RI, 2006). Seseorang yang telah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Human Immunodeficiency Viruse (HIV) merupakan virus yang memperlemah kekebalan pada tubuh manusia. Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS) merupakan kumpulan gejala
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah
1 BAB I PENDAHULUAN Peningkatan harga diri penderita HIV/AIDS dapat dilakukan dengan memberi pelatihan. Oleh karenannya, seorang penderita HIV/AIDS atau ODHA sangat perlu diberi terapi psikis dalam bentuk
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sebutan AIDS, adalah kumpulan beberapa gejala akibat menurunnya sistem
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Acquired Immune Deficiency Syndrome atau lebih dikenal dengan sebutan AIDS, adalah kumpulan beberapa gejala akibat menurunnya sistem kekebalan tubuh yang disebabkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. perkembangan tersebut. Perkembangan tersebut juga merambah ke segala aspek
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Di tengah perkembangan jaman yang semakin maju dan sarat perubahan di segala bidang, menuntut manusia untuk berpikir dan berperilaku selaras dengan perkembangan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. semua orang, hal ini disebabkan oleh tingginya angka kematian yang disebabkan
BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penyakit kanker adalah penyakit yang sangat berbahaya bahkan dapat mengakibatkan kematian. Sampai saat ini kanker masih menjadi momok bagi semua orang, hal ini
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. membuat hal tersebut menjadi semakin bertambah buruk.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan zaman sekarang ini banyak mengalami perubahan, terutama meningkatnya jumlah kasus penyakit menular langsung di Indonesia yang cukup mengkhawatirkan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN Latar Belakang
I. PENDAHULUAN Latar Belakang Menyadarkan para wanita tuna susila tentang bahaya HIV/AIDS itu perlu dilakukan untuk menjaga kesehatan masyarakat. Hal ini penting karena para wanita tuna susila itu dapat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Konteks Penelitian (Latar Belakang Masalah) (WHO), Setiap tahun jumlah penderita kanker payudara bertambah sekitar tujuh
1 BAB I PENDAHULUAN A. Konteks Penelitian (Latar Belakang Masalah) Salah satu jenis kanker yang paling ditakuti oleh para wanita adalah kanker payudara (Rahmah, 2009). Menurut data organisasi kesehatan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Salah satu penyakit mematikan di dunia yang kemudian menjadi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Salah satu penyakit mematikan di dunia yang kemudian menjadi wabah internasional atau bencana dunia sejak pertama kehadirannya adalah HIV/AIDS.Sejak pertama
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. HIV dalam bahasa inggris merupakan singkatan dari. penyebab menurunnya kekebalan tubuh manusia.
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah HIV dalam bahasa inggris merupakan singkatan dari Human Imunno deficiency Virus dalam bahasa Indonesia berarti virus penyebab menurunnya kekebalan tubuh manusia.
Lebih terperinciH.I.V DAN KANKER; PSIKOLOGI SEPANJANG PERJALANAN PENYAKIT. Oleh: dr. Moh. Danurwendo Sudomo, Sp.Ok
H.I.V DAN KANKER; PSIKOLOGI SEPANJANG PERJALANAN PENYAKIT Oleh: dr. Moh. Danurwendo Sudomo, Sp.Ok LATAR BELAKANG Psikologi memiliki peran penting pada penyakit kronis: Mulai mengidap Adaptasi terhadap
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. itu secara fisik maupun secara psikologis, itu biasanya tidak hanya berasal
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah. Dewasa ini beragam sekali masalah yang dihadapi manusia, baik itu secara fisik maupun secara psikologis, itu biasanya tidak hanya berasal dari dalam dirinya
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Orang dengan HIV membutuhkan pengobatan dengan Antiretroviral atau
BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang HIV atau Human Immunodeficiency Virus merupakan suatu jenis virus yang menyerang sel darah putih sehingga menyebabkan kekebalan tubuh manusia menurun. AIDS atau Acquired
Lebih terperinci57 2-TRIK: Tunas-Tunas Riset Kesehatan
HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA DENGAN KEPATUHAN MINUM OBAT ANTIRETROVIRAL PADA ORANG DENGAN HIV/AIDS (ODHA) Edy Bachrun (Program Studi Kesehatan Masyarakat, STIKes Bhakti Husada Mulia Madiun) ABSTRAK Kepatuhan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Individu yang hidup pada era modern sekarang ini semakin. membutuhkan kemampuan resiliensi untuk menghadapi kondisi-kondisi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Individu yang hidup pada era modern sekarang ini semakin membutuhkan kemampuan resiliensi untuk menghadapi kondisi-kondisi kehidupan abad 21 yang penuh dengan
Lebih terperinciHIV/AIDS (Human Immunodeficiency/Acquired Immune Deficiency. Syndrome) merupakan isu sensitive dibidang kesehatan. HIV juga menjadi isu
1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang HIV/AIDS (Human Immunodeficiency/Acquired Immune Deficiency Syndrome) merupakan isu sensitive dibidang kesehatan. HIV juga menjadi isu internasional karena HIV telah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. narkoba ataupun seks bebas di kalangan remaja. Pergaulan bebas ini akan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam berita akhir-akhir ini terlihat semakin maraknya penggunaan narkoba ataupun seks bebas di kalangan remaja. Pergaulan bebas ini akan berdampak buruk terhadap
Lebih terperinciFAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2008
1 KEBERMAKNAAN HIDUP PADA ODHA (ORANG DENGAN HIV/AIDS) WANITA (STUDI KUALITATIF MENGENAI PENCAPAIAN MAKNA HIDUP PADA WANITA PASCA VONIS TERINFEKSI HIV/AIDS) Skripsi Untuk memenuhi sebagian persyaratan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. terjadi pada waktu dan tempat yang kadang sulit untuk diprediksikan. situasi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada dasarnya setiap individu pasti mengalami kesulitan karena individu tidak akan terlepas dari berbagai kesulitan dalam kehidupannya. Kesulitan dapat terjadi pada
Lebih terperinciKESEJAHTERAAN SUBJEKTIF PADA PENYANDANG KANKER PAYUDARA
KESEJAHTERAAN SUBJEKTIF PADA PENYANDANG KANKER PAYUDARA SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Dalam Mencapai Derajat Sarjana (S-1) Psikologi Diajukan oleh : Yustina Permanawati F 100 050 056 FAKULTAS
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara berkembang yang mayoritas penduduknya adalah muslim. Nilai - nilai yang ada di Indonesiapun sarat dengan nilai-nilai Islam. Perkembangan zaman
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kematian pada seseorang di seluruh dunia. National Cancer Institute (dalam
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kanker payudara adalah keganasan yang berasal dari sel kelenjar, saluran kelenjar dan jaringan penunjang payudara, tidak termasuk kulit payudara (Depkes RI,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. abad ini, dan menimbulkan kekhawatiran di berbagai belahan bumi. Pada tahun
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Human Immunodeficiency Virus (HIV) dan Acquired Immuno Deficiency Syndrome (AIDS) telah menjadi salah satu masalah kesehatan yang serius di abad ini, dan menimbulkan
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN, SARAN, DAN IMPLIKASI. Menderita penyakit yang belum ada obatnya adalah merupakan suatu
100 BAB V KESIMPULAN, SARAN, DAN IMPLIKASI A. Kesimpulan Menderita penyakit yang belum ada obatnya adalah merupakan suatu kenyataan yang harus ditanggung oleh para ODHA. Terinfeksinya ODHA dilatarbelakangi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dianggap sebagai masa topan badai dan stres, karena remaja telah memiliki
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masa remaja merupakan masa transisi ke masa dewasa. Masa ini dianggap sebagai masa topan badai dan stres, karena remaja telah memiliki keinginan bebas untuk menentukan
Lebih terperinci1 Universitas Kristen Maranatha
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Infeksi Human Immunodeficiency Virus / Acquired Immunodeficiency Syndrome atau yang kita kenal dengan HIV/AIDS saat ini merupakan global health issue. HIV/AIDS telah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Terdapat hampir di semua negara di dunia tanpa kecuali Indonesia. Sejak
digilib.uns.ac.id BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penyakit HIV dan AIDS merupakan masalah kesehatan global dewasa ini. Terdapat hampir di semua negara di dunia tanpa kecuali Indonesia. Sejak
Lebih terperinciStudi Komparatif Mengenai Resiliensi Remaja Korban Sodomi di Desa X dan di Desa Y Kabupaten Bandung
Prosiding Psikologi ISSN: 2460-6448 Studi Komparatif Mengenai Resiliensi Remaja Korban Sodomi di Desa X dan di Desa Y Kabupaten Bandung 1 Intan Pratitasari, 2 Muhammad Ilmi Hatta 1,2 Fakultas Psikologi,
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. menimbulkan berbagai masalah di masyarakat. Angka kematian HIV/AIDS di
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang HIV di Indonesia masih menjadi masalah yang serius dan komplek serta menimbulkan berbagai masalah di masyarakat. Angka kematian HIV/AIDS di Indonesia juga masih tinggi,
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang
1 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Human Immunodeficiency Virus (HIV), merupakan suatu virus yang menyerang sistem kekebalan tubuh manusia dan melemahkan kemampuan tubuh untuk melawan penyakit yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sistem imun dan menghancurkannya (Kurniawati, 2007). Acquired
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Human Immunodeficiency Virus (HIV) adalah retrovirus yang termasuk dalam famili lentivirus. HIV menyebabkan beberapa kerusakan sistem imun dan menghancurkannya (Kurniawati,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. menjangkiti sel-sel sistem kekebalan tubuh manusia (terutama sel T CD-4
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Human Immunodeficiency Virus (HIV) adalah retrovirus yang menjangkiti sel-sel sistem kekebalan tubuh manusia (terutama sel T CD-4 positif, makrofag, dan komponen komponen
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Permasalahan penyalahgunaan narkoba di Indonesia akhir-akhir ini
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Permasalahan penyalahgunaan narkoba di Indonesia akhir-akhir ini menunjukkan peningkatan yang mengkhawatirkan dan berdampak pada hilangnya satu generasi bangsa
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. menyebabkan menurunnya kekebalan tubuh manusia. 1 HIV yang tidak. terkendali akan menyebabkan AIDS atau Acquired Immune Deficiency
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang HIV atau Human Immunodeficiency Virus adalah virus yang menyebabkan menurunnya kekebalan tubuh manusia. 1 HIV yang tidak terkendali akan menyebabkan AIDS atau Acquired
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS) berarti kumpulan gejala dan
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Human Immunodeficiency Virus (HIV) merupakan virus yang menyerang sel darah putih bernama sel CD4 sehingga dapat merusak sistem kekebalan tubuh manusia dan
Lebih terperinci# kasus terbanyak ditemukan pada kelompok risiko tinggi termasuk pengguna narkoba suntik (penasun), pekerja seks dan pasangan/ pelanggannya, homoseksu
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Memiliki tubuh yang sehat dan terbebas dari segala jenis penyakit merupakan harapan bagi setiap individu, karena kesehatan merupakan salah satu aset yang sangat penting
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. adalah kebahagiaan yang menjadi tujuan seseorang. Kebahagiaan autentik
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Setiap orang pada dasarnya berusaha untuk mencapai kebahagiaan dalam hidupnya. Kebahagiaan merupakan sebuah kebutuhan dan telah menjadi sebuah kewajiban moral. Biasanya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Setiap individu akan mengalami perubahan pada dirinya baik secara fisik
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang masalah Setiap individu akan mengalami perubahan pada dirinya baik secara fisik maupun emosional. Semakin bertambahnya usia, individu akan mengalami berbagai macam
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dewasa kini banyak pola hidup yang kurang sehat di masyarakat sehingga
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dewasa kini banyak pola hidup yang kurang sehat di masyarakat sehingga menimbulkan beberapa macam penyakit dari mulai penyakit dengan kategori ringan sampai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Human Immunodeficiency Virus/Acquired Immune Deficiency Syndrome
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Human Immunodeficiency Virus/Acquired Immune Deficiency Syndrome (HIV/AIDS) merupakan salah satu penyakit infeksi menular seksual yang bersifat kronis. Menurut Direktorat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. paling penting dalam pembangunan nasional, yaitu sebagai upaya meningkatkan
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan Pendidikan merupakan kebutuhan primer dalam kehidupan manusia, aspek paling penting dalam pembangunan nasional, yaitu sebagai upaya meningkatkan kualitas
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kekebalan tubuh yang disebabkan oleh virus HIV (Human. Immunodeficiency Virus) (WHO, 2007) yang ditemukan dalam
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang AIDS (Acquired Immune Deficiency Syndrome) merupakan kumpulan gejala penyakit yang timbul akibat menurunnya sistem kekebalan tubuh yang disebabkan oleh virus HIV (Human
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. selesaikan oleh individu untuk kemudian di lanjutkan ketahapan berikutnya.
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Di dalam perkembangan hidup manusia selalu di mulai dari berbagai tahapan, yang di mulai dari masa kanak-kanak, remaja dan dewasa. Dalam setiap tahapan perkembangan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Syndrome atau yang dikenal dengan HIV/AIDS saat ini merupakan global health
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Infeksi Human Immunodeficiency Virus / Acquired Immunodeficiency Syndrome atau yang dikenal dengan HIV/AIDS saat ini merupakan global health issue. HIV/AIDS
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. ini disebabkan oleh ulah manusia itu sendiri, yaitu merupakan penyakit AIDS,
BAB I PENDAHULUAN 1 1.1 Latar Belakang Penelitian Sejak dahulu hingga saat ini terdapat penyakit yang dapat menimbulkan kesakitan secara mendalam bagi penderitanya, baik fisik maupun psikis. Penyakit ini
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar belakang. Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS) merupakan suatu kumpulan
BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar belakang Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS) merupakan suatu kumpulan gejala-gejala penyakit yang disebabkan oleh Human Immunodeficiency Virus (HIV) (Depkes RI., 2006).
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. penyakit ini. Sejarah kasus dari penyakit dan serangkaian treatment atau
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kanker merupakan salah satu jenis penyakit kronis yang mematikan di dunia. Kanker menjadi salah satu penyakit yang menakutkan bagi setiap orang. Setiap orang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kesehatan merupakan sesuatu yang sangat berharga bagi setiap manusia.
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesehatan merupakan sesuatu yang sangat berharga bagi setiap manusia. Manusia dapat menjalankan berbagai macam aktivitas hidup dengan baik bila memiliki kondisi kesehatan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. untuk jangka waktu lama dan bersifat residif (hilang-timbul). Sampai saat ini
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Fisik adalah bagian dari tubuh manusia yang mudah dilihat dengan kasat mata, termasuk bagian kulit. Kulit merupakan bagian yang terluas dari tubuh dan bagian terpenting
Lebih terperinci"#% tahun untuk membuka diri dan melakukan pemulihan bagi kesehatannya, subjek AA sudah 5 tahun hidup sebagai ODHA dan masih berusaha untuk memaafkan
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Kesimpulan yang dapat diperoleh berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : Menjalani kehidupan sebagai ODHA yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Setiap individu akan melewati tahap-tahap serta tugas perkembangan mulai dari lahir
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Setiap individu akan melewati tahap-tahap serta tugas perkembangan mulai dari lahir hingga lansia. Ketika memasuki usia dewasa awal tugas perkembangan individu
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Human Immunodeficiency Virus (HIV) adalah virus penyebab Acquired
1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Human Immunodeficiency Virus (HIV) adalah virus penyebab Acquired Immunodeficiency Syndrome (AIDS) yang merupakan masalah kesehatan global baik di negara maju maupun
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. manusia yang dianggap sebagai fase kemunduran. Hal ini dikarenakan pada
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Lanjut usia adalah salah satu periode dalam rentang kehidupan manusia yang dianggap sebagai fase kemunduran. Hal ini dikarenakan pada fase ini seorang individu
Lebih terperinciJangan cuma Ragu? Ikut VCT, hidup lebih a p sti
Ragu? Jangan cuma Ikut VCT, hidup lebih pasti Sudahkah anda mengetahui manfaat VCT* atau Konseling dan Testing HIV Sukarela? *VCT: Voluntary Counselling and Testing 1 VCT atau Konseling dan testing HIV
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penyakit systemic lupus erythematosus (SLE) atau yang biasa dikenal dengan lupus merupakan penyakit kronis yang kurang populer di masyarakat Indonesia dibandingkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN Pada bab ini akan dibahas mengenai latar belakang, rumusan masalah, tujuan umum dan tujuan khusus, manfaat penulisan ini, metode, waktu dan sistematika penulisan studi kasus ini. A. Latar
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. yang dihasilkan dari kata-kata tertulis atau lisan dan perilaku orang-orang
BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan Penelitian Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif. Bogdan dan Taylor (dalam Prastowo) mendiskripsikan penelitian kualitatif sebagai sebuah metode
Lebih terperinciFAKTOR-FAKTOR RESILIENSI PADA IBU DENGAN ANAK PENYANDANG TUNA RUNGU. Ummi Kulsum. Mahasiswa: Psikologi/ FISIP Universitas Brawijaya Malang, Jawa Timur
FAKTOR-FAKTOR RESILIENSI PADA IBU DENGAN ANAK PENYANDANG TUNA RUNGU Ummi Kulsum Mahasiswa: Psikologi/ FISIP Universitas Brawijaya Malang, Jawa Timur ABSTRACT This study aim to understand and know factors
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Penyakit kronis merupakan penyakit yang berkembang secara perlahan selama bertahuntahun,
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penyakit kronis merupakan penyakit yang berkembang secara perlahan selama bertahuntahun, namun biasanya tidak dapat disembuhkan melainkan hanya diberikan penanganan
Lebih terperinciRESILIENSI PADA MAHASISWA FAKULTAS PSIKOLOGI YANG TERLAMBAT MENYELESAIKAN SKRIPSI DI UNIVERSITAS X
RESILIENSI PADA MAHASISWA FAKULTAS PSIKOLOGI YANG TERLAMBAT MENYELESAIKAN SKRIPSI DI UNIVERSITAS X Nama NPM : 13511208 Dosen Pembimbing : Hanum Inestya Putri : Dr. Hendro Prabowo, S.Psi. BAB I : PENDAHULUAN
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. diberikan dibutuhkan sikap menerima apapun baik kelebihan maupun kekurangan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penerimaan diri dibutuhkan oleh setiap individu untuk mencapai keharmonisan hidup, karena pada dasarnya tidak ada manusia yang diciptakan oleh Allah SWT tanpa kekurangan.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Human immunodeficiency virus (HIV) adalah suatu jenis retrovirus yang memiliki envelope, yang mengandung RNA dan mengakibatkan gangguan sistem imun karena menginfeksi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Acquired Immunodeficiency Syndrome atau Acquired Immune. rusaknya sistem kekebalan tubuh manusia akibat infeksi virus HIV 1.
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Acquired Immunodeficiency Syndrome atau Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS) adalah sekumpulan gejala yang timbul karena rusaknya sistem kekebalan tubuh manusia
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Data kasus HIV/AIDS mengalami peningkatan dari tahun Menurut
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Data kasus HIV/AIDS mengalami peningkatan dari tahun 2008-2009. Menurut data per 31 Desember 2008 dari Komisi Penanggulangan AIDS Pusat, di 10 Propinsi jumlah kasus
Lebih terperinciHUBUNGAN KESEHATAN MENTAL DENGAN HIV/AIDS
KESEHATAN MENTAL HUBUNGAN KESEHATAN MENTAL DENGAN HIV/AIDS SUGIYANTO BIMBINGAN DAN KONSELING FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA Jl. Colombo, Karang Malang, Yogyakarta 55281 Website:
Lebih terperinciGAMBARAN KETANGGUHAN DIRI (RESILIENSI) PADA MAHASISWA TAHUN PERTAMA FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS RIAU
GAMBARAN KETANGGUHAN DIRI (RESILIENSI) PADA MAHASISWA TAHUN PERTAMA FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS RIAU Sherty Amelia Enikarmila Asni Daviq Chairilsyah shertyamelia@yahoo.co.id ABSTRACT : Resilience is
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sustainable Development Goals (SDGs) merupakan kelanjutan dari apa yang sudah dibangun pada Millenium Development Goals (MDGs), memiliki 5 pondasi yaitu manusia,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. perkawinan pria dan wanita. Menurut data statistik yang didapat dari BKKBN,
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Setiap orang pasti menginginkan memiliki keluarga yang bahagia. Menurut Sigmund Freud, pada dasarnya keluarga itu terbentuk karena adanya perkawinan pria dan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Kanker adalah istilah umum yang digunakan untuk satu kelompok besar penyakit
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kanker adalah istilah umum yang digunakan untuk satu kelompok besar penyakit yang dapat mempengaruhi setiap bagian dari tubuh (WHO, 2015). Menurut National
Lebih terperinciMenggunakan alat-alat tradisional yang tidak steril seperti alat tumpul. Makan nanas dan minum sprite secara berlebihan
Agar terhindar dari berbagai persoalan karena aborsi, maka remaja harus mampu menahan diri untuk tidak melakukan hubungan seks. Untuk itu diperlukan kemampuan berpikir kritis mengenai segala kemungkinan
Lebih terperinci