LATAR BELAKANG MERDEKANYA SUDAN SELATAN DALAM REFERENDUM 2011 SERTA TINJAUAN MENGENAI SUDAN DAN SUDAN SELATAN PASCA REFERENDUM

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "LATAR BELAKANG MERDEKANYA SUDAN SELATAN DALAM REFERENDUM 2011 SERTA TINJAUAN MENGENAI SUDAN DAN SUDAN SELATAN PASCA REFERENDUM"

Transkripsi

1 1 LATAR BELAKANG MERDEKANYA SUDAN SELATAN DALAM REFERENDUM 2011 SERTA TINJAUAN MENGENAI SUDAN DAN SUDAN SELATAN PASCA REFERENDUM Christin Viesta Nonitehe Ilmu Politik, Fakultas Ilmu Sosisal dan Ilmu Politik, Universitas Indonesia, Depok, Jawa Barat, Indonesia. Pembimbing penelitian: Yon Machmudi, Ph.D ABSTRAK Sudan Selatan adalah negara termuda di dunia karena baru dinyatakan kemerdekaannya pada tanggal 9 Juli 2011, pukul waktu setempat, setelah melalui proses referendum atau jajak pendapat di antara warga Sudan Selatan yang dimulai pada tanggal 9 Januari Latar belakang mengapa sampai akhirnya Sudan Selatan merdeka adalah satu hal yang menarik untuk dikaji karena banyak konflik yang terjadi di belakangnya. Jadi, penulisan artikel ini dimaksudkan untuk mengetahui mengapa akhirnya Sudan Selatan melakukan referendum dan menganalisis permasalahan yang masih harus dihadapi Sudan dan Sudan Selatan setelah terpisah satu sama lain. Dalam penelitian ini, penulis menggunakan penelitian eksplanatif, dimana analisis tersebut penulis terapkan dalam menggambarkan dan menjelaskan mengenai terjadinya konflik di Sudan hingga Sudan Selatan merdeka serta menjelaskan permasalahan yang masih harus dihadapi Sudan dan Sudan Selatan pasca referendum. Hasilnya, analisis penulis adalah kemerdekaan Sudan Selatan lahir karena adanya konflik yang didasarkan pada ketidakadilan yang dilakukan pemerintah pusat terhadap wilayah Sudan Selatan selama berpuluh-puluh tahun lamanya, dimana konflik tersebut juga bercampur dengan perselisihan paham antara warga Sudan Utara yang didominasi oleh ras Arab dan kaum muslim dan warga Sudan Selatan yang didominasi oleh ras Afrika dan kaum non-muslim. ABSTRACT The Republic of South Sudan is the youngest country in the world because the independence has been declared on July 9, 2011, at local time, after going through the process of referendum or poll among residents of South Sudan began on January 9, Background on why until the independence of South Sudan is coming is one interesting thing to study because many conflicts behind it. Writing this article is to find out why South Sudan ended a referendum and analyze the problems to be faced by Sudan and South Sudan as separate from one another. In this study, the authors used explanative research, which the authors apply this analysis to describe and explain the conflict in Sudan to South Sudan independence and explain the problems to be faced by Sudan and South Sudan after the referendum. As a result, the author analyzes the independence of South Sudan is born because of a conflict based on the injustices committed against the government of South Sudan region for decades, where the conflict is also mixed with the disagreement between the northern Sudanese Arab-dominated race and the Muslims and the people of South Sudan are dominated by the African race and the non-muslims.

2 2 1. Pendahuluan 1. 1 Latar Belakang Pada hakikatnya, ketika kita berbicara mengenai negara, tentunya tidak terlepas dari kedaulatan dimana negara tersebut merupakan wilayah yang diakui oleh warganya sebagai pemegang kekuasaan tertinggi atas diri mereka. Negara selalu terkait erat dengan keinginan rakyat untuk mencapai kesejahteraan bersama dengan cara-cara yang demokratis. Sebuah pemerintahan yang menjalankan sebuah negara diberikan otoritas untuk menjadikan aspirasi masyarakat sebagai acuan dalam pembentukan sebuah kebijakan. Pelayanan publik merupakan salah satu bentuk obligasi institusi pemerintahan yang bertanggung jawab untuk menyediakan berbagai keperluan rakyatnya, di mana di dalamnya termasuk penyediaan rasa aman terhadap seluruh lapisan masyarakat. Penyediaan rasa aman merupakan salah satu bagian penting dalam tugas sebuah pemerintahan. Ketika muncul saat dimana penyediaan tersebut tidak diaplikasikan, atau mungkin disalahgunakan oleh pemerintahan tersebut, maka konflik akan timbul. Referendum yang akhirnya mencetuskan negara Sudan Selatan sebagai negara termuda di dunia pada tanggal 9 Juli 2011, pukul waktu setempat, merupakan peristiwa puncak dari ketidakpuasan dan perasaan tidak aman rakyat Sudan Selatan terhadap pemerintah Sudan (Sebelum tanggal yang disebutkan di atas, Sudan Selatan masih bergabung dengan negara Sudan). Konflik yang terjadi di negara Sudan sendiri sebetulnya sudah berlangsung berabad-abad lamanya, dan konflik tersebut merupakan konflik yang umum terjadi di negara-negara lainnya, misalnya konflik agama. Kenyataan yang kita ketahui bahwa semua agama yang ada di dunia mengajarkan pada setiap umatnya untuk selalu saling mengasihi dan menghormati sesama pemeluk agama. Namun pada kenyataannya yang terjadi di banyak negara dan di negara Sudan pada khususnya, agama sering dijadikan dalih untuk membantai pemeluk agama yang lain. Konflik lain yang sudah lama terjadi di Sudan adalah konflik kesukuan atau ras. Konflik ini tidak jauh berbeda dengan konflik antar agama yang sering terjadi di berbagai negara dalam Afrika. Eksistensi dari berbagai suku dalam sebuah negara cenderung menghasilkan sebuah suku diabaikan, atau tidak diberikan pelayanan publik yang sama dengan suku lainnya. Maraknya konflik dan terbentuknya negara yang tidak stabil telah menyebabkan beberapa kudeta berdarah yang terjadi, hanya demi merebut suatu jabatan atau kekuasaan. Hal inilah yang tidak terlepas juga dari proses pemerintahan di negara Sudan, dimana selalu diwarnai oleh proses politik yang dinilai tidak adil oleh banyak penduduk Sudan. Seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya, konflik yang terjadi di negara Sudan begitu beragam, karena konflik yang terus bergejolak di negara Sudan ini mengakibatkan Sudan menjadi negara Afrika yang dikategorikan negara miskin dan terbelakang. Sudan dikategorikan demikian karena tidak mampu untuk mengelola sumber daya yang dimilikinya, dan hal tersebut menimbulkan ketidakseimbangan proses pembangunan dan pertumbuhan perekonomian yang tidak merata dan siginifikan, karena segala aktifitas pembangunan dan pertumbuhan itu terkonsentrasi pada konflik yang selalu terjadi di negara Sudan itu sendiri. Proses konflik yang berkepanjangan itu mengakibatkan segala kemajuan di berbagai bidang yang terjadi di negara Sudan menjadi terhambat. Hal ini jugalah yang menyebabkan ketidakpuasan sebagaian masyarakat atas sistem pemerintahan yang diberlakukan, sehingga menurut anggapan banyak masyarakat, proses sistem ini begitu menyengsarakan rakyat dan mengakibatkan kemiskinan dan ketidakberdayaan. Sistem pemerintahannya sendiri itu membuat warga negara Sudan merasa tidak mendapatkan hak-hak yang seharusnya mereka dapatkan dan tidak memperoleh kesejahteraan yang absolute. Kesejahteraan terlihat tidak merata di masyarakat dan dinilai hanya dinikmati oleh segelintir orang yang berada di dalam lingkaran kekuasaan, sehingga tidak heran, meski memiliki negara yang sangat luas dan jumlah penduduk mencapai 41 juta jiwa lebih, Sudan pada masa itu masih termasuk salah satu negara termiskin di dunia, dan rakyatnya kerap dilanda bencana kelaparan. Persoalan yang begitu kompleks ini tentu saja membuat dua wilayah ini semakin kuat untuk melakukan pemisahan dengan jalan referendum. Referendum yang dilaksanakan Sudan, sesungguhnya tidak terlepas dari konflik yang terus menerus terjadi di negara tersebut. Para pejabat Sudan berharap negara mereka tetap bersatu, namun hal inilah yang sangat sulit dicapai karena dari awal wilayah ini sudah sarat akan konflik berkepanjangan. Sejarah Sudan sebagai negara bangsa tentu saja menjadi bahan kajian yang menarik karena negara ini gagal menjaga kesatuan dan persatuannya. Bangsa Sudan yang bersifat majemuk dari segi etnik dan kepercayaan tidak mampu mengisi kemerdekaan, dimana sebagai suatu bangsa, seharusnya mereka

3 3 mempunyai tekad untuk hidup bersama-sama. Namun sayangnya hal itu tidak dapat terwujudkan. Sebaliknya, pertarungan berdasarkan garis suku dan agama merebak luas sampai menimbulkan perang saudara secara brutal. 1.2 Tujuan dan Kegunaan Penelitian Penulis melakukan penelitian ini dengan tujuan: untuk mengetahui mengapa akhirnya Sudan Selatan merdeka dan untuk mengetahui perkembangan Sudan dan Sudan Selatan setelah terpisah satu sama lain. Apabila tujuan tersebut tercapai maka penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan referensi informatif, serta bahan kajian bagi teman-teman yang berada di Departemen Ilmu Politik Universitas Indonesia, terkhusus bagi yang tertarik dengan kajian tentang negara Sudan dan konfliknya, dan diharapkan dapat menjadi media berbagi informasi, ilmu, dan pemahaman mengenai kondisi negara Sudan yang saat ini telah menghadapi sebuah fase baru pasca referendumnya dan berminat untuk mengkajinya lebih mendalam. 2. Metode Penelitian 2.1 Kerangka Teori Perbedaan sosio-kultural, politik dan ideologi antara berbagai kelompok masyarakat merupakan sebuah situasi yang sering terjadi. Akibat dari perbedaan tersebut, akan menghasilkan sebuah konflik. Konflik seringkali akan merujuk pada permusuhan antara dua kelompok orang, yang terjadi akibat perbedaan tujuan yang masing kelompok miliki. Menurut Maurice Duverger, penyebab terjadinya konflik adalah sebagai berikut: 1. Masyarakat yang kapan saja tunduk pada perubahan 2. Masyarakat yang kapan saja memelihara perpecahan 3. Masyarakat yang kapan saja menyumbang perpecahan 4. Masyarakat yang kapan saja dipaksa tunduk kepada sistem Menurut J. Dwi Narwoko, definisi konflik adalah : Konflik adalah pertikaian, perselisihan yang terjadi diantara dua pihak, dimana sebuah ekspresi heterogenitas kepentingan, nilai dan keyakinan yang muncul sebagai formula baru yang ditimbulkan oleh perubahan sosial yang muncul bertentangan dengan hambatan yang diwariskan. Konflik muncul kapan saja ketika kegiatan yang tidak cocok terjadi dimana aspek instrinsiki dan tidak mungkin dihindari dalam perubahan sosial. Menurut Karl Marx, sumber konflik itu ada yang vertikal dan ada horizontal. Sumber utama dari konflik vertikal adalah perbedaan kepentingan ataupun kelas, sedangkan konflik horizontal ada bermacam sebab yang dapat memicu pertikaian, kekerasaan, kekejaman hingga bahkan pembersihan etnis, antara lain, ideologi, agama, persoalan pribumi dan pendatang, ras, sampai masalah etnisitas Penyebab konflik ada beragam, salah satu penyebabnya disebabkan oleh struktur kekuasaan yang timpang dan tidak adil. Penyebab tersebut bisa terjadi di tingkatan antar negara (kepentingan nasional sebuah negara terganggu oleh kepentingan nasional negara lainnya), ataupun dalam tingkatan domestik negara. Pada saat sebuah pemerintahan memberlakukan kebijakan yang tidak sesuai dengan harapan/ aspirasi dari masyarakat, sebuah konflik kepentingan akan terjadi. Antar beberapa kelompok masyarakat sering terjadi hal yang serupa, dimana kelompok-kelompok masyarakat tersebut berupaya meraih keuntungan sebesar-besarnya dengan mengorbankan kelompok lainnya. Namun, di sisi lain, konflik selalu mempunyai solusi. Negara Sudan adalah negara yang menganut sistem demokrasi. Demokrasi berarti rakyat berkuasa atau government by the people. Dari rakyat, oleh rakyat, untuk rakyat. Negara yang menganut sistem demokrasi, sangat menghargai dan mengapresiasi suara yang berasal dari rakyat. Rakyat diberikan fasilitas dalam menyuarakan aspirasinya, diwajibkan untuk ikut berpartisipasi dalam penentuan berbagai kebijakan (melalui perwakilan rakyat), serta dianjurkan untuk ikut serta dalam pemilihan umum, yang nantinya akan memberikan posisi presiden kepada orang yang telah dipercaya oleh rakyat itu sendiri. Referendum merupakan salah satu solusi konflik dan bentuk demokrasi dalam sebuah negara. Referendum merupakan pemberian hak kepada rakyat, untuk memilih solusi dalam penyelesaian sebuah perkara domestik. Perbedaan dengan pemilihan umum adalah, pemilihan umum secara umum bertujuan untuk memilih perwakilan rakyat (Dewan Perwakilan Rakyat, Presiden), sedangkan dalam referendum, memungut suara demi mencari solusi yang diinginkan oleh rakyat dalam penyelesaian sebuah perkara. Rakyat diberikan pilihan iya atau tidak mengenai sebuah proposal, yang nantinya akan menentukan kebijakan apa yang rakyat merasa butuh untuk dilaksanakan oleh negara yang bersangkutan. Persyaratan yang dibutuhkan agar bisa memilih dalam sebuah referendum itu sama dengan persyaratan yang diaplikasikan dalam pemilihan

4 4 umum. Diantaranya, merupakan warga negara tempat referendum berlangsung, serta berumur minimal 18 tahun (umur relatif pada negara yang menjadi obyek). 2.2 Metode dan Teknik Dalam penelitian ini, penulis menggunakan penelitian eksplanatif, dimana analisis tersebut penulis terapkan dalam menggambarkan dan menjelaskan mengenai terjadinya konflik di Sudan hingga melakukan referendum dan menjelaskan analisis tentang negara Sudan dan Sudan Selatan itu sendiri pasca referendum yang berlangsung. Teknik pengumpulan data yang penulis gunakan dalam penelitian ini adalah telaah pustaka (library research), yaitu dengan cara mengumpulkan data dari literatur yang berhubungan dengan permasalahan yang akan dibahas, dan kemudian menganalisanya. Literatur ini berupa buku-buku, dokumen, jurnaljurnal, majalah, surat kabar, dan situs-situs internet ataupun laporan-laporan yang berkaitan dengan permasalahan yang akan penulis teliti. Dalam penelitian ini penulis menggunakan data sekunder, yang diperoleh dari berbagai literatur dan hasil olahan yang diperoleh dari berbagai sumber. Teknik analisis data yang penulis gunakan dalam penulisan ini adalah pendekatan penelitian data kualitatif, dimana permasalahan digambarkan berdasarkan fakta-fakta yang ada kemudian dihubungkan antara fakta yang satu dengan fakta yang lainnya, kemudian ditarik sebuah kesimpulan. Sementara adapun angka-angka yang bersifat kuantitatif, dalam hal ini angka-angka statistik, hanya digunakan sebagai penunjang fakta-fakta yang dipaparkan, serta fungsinya memperjelas dan memperkuat analisis kualitatif tadi. Metode penulisan yang penulis gunakan adalah metode deduktif, dimana penulis terlebih dahulu akan menggambarkan permasalahan secara umum, lalu kemudian menarik kesimpulan yang bersifat khusus. 3. Analisis Republik Sudan ditinjau dari segi geografisnya, merupakan negara terluas di Afrika yang memiliki luas sekitar km persegi. Sudan terletak di Afrika Utara dan beribukotakan Khartoum. Sudan berbatasan dengan Mesir di utara, Eritrea dan Ethiopia di timur, Kenya dan Uganda di tenggara, Kongo dan Republik Afrika Tengah di barat daya, Chad di barat, dan Libya di barat laut. Sudan meliputi daratan yang sangat luas dengan gurun sahara di sebelah utara, daerah pengunungan di wilayah Sudan Timur, dan Barat, serta rawa-rawa dan hutan hujan tropis yang sangat besar di daerah Selatan. Populasi penduduk Sudan merupakan populasi yang paling berbeda dengan negara-negara lain di benua Afrika. Hal ini dikarenakan adanya dua kebudayaan besar yaitu Arab dan orang Afrika berkulit hitam, dengan ratusan kelompok etnis, suku dan bahasa. Penduduk Sudan berasal dari berbagai macam kelompok etnis yang berbeda, yaitu etnis Afrika sebesar 52 %, Arab 39 %, Beja 6%, dan lain-lain sebanyak 3 %. Penduduk di wilayah utara Sudan mayoritas memeluk agama Islam (70%), sebanyak 5% memeluk agama Kristen dan kebanyakan berdomisili di selatan Sudan, sementara 25 % penduduk lainnya masih memegang teguh kepercayaan asli. Sebagian besar masyarakat Sudan berbahasa Arab, disamping masih juga menggunakan bahasa suku mereka seperti Nubian, Beja, Ta Bedawie, Fur, Nuban, dan juga dialek Nilotic dan Nilo-Hamitic. Populasi penduduk Sudan hingga Juli 2008 diperkirakan sebesar jiwa. Sudan merupakan negara multi agama dan multi etnis yang memiliki perbedaan kelas sosial ekonomi antara kaum Arab dan Afrika serta merupakan bangsa pengembala dan petani. Sudan atau dalam bahasa Arab Bilad as Sudan dengan nama resmi Republik Sudan dipimpin oleh Presiden Omar Hassan Al Bashir sejak 30 Juni Sejak meraih kemerdekaannya dari penjajahan Mesir dan Inggris pada 1 Januari 1956, Sudan dilanda oleh berbagai macam krisis. Pembagian negara yang tidak menjadikan etnis sebagai konsiderasi pembagian tersebut telah menyebabkan disiintegrasi yang besar dalam negara Sudan itu sendiri, yang menghasilkan perang sipil yang berlangsung puluhan tahun. Mayoritas perpecahan internal seringkali dapat ditemukan di berbagai negara dalam Afrika. Bahkan perpecahan internal ini tidak hanya sebatas perpecahan pada kesatuan rakyat sebuah negara, akan tetapi masuk kepada tingkatan konflik atau perang sipil/saudara. Perang saudara biasa terjadi akibat perbedaan paham antar kedua pihak, bahkan sampai konflik antar agama dan etnis yang tidak mampu hidup harmonis bersama dalam sebuah negara. Perpecahan internal yang terjadi di Sudan ada beberapa. Pertama, di Darfur sejak 2003, dimana pokok permasalahannya terletak pada meningkatnya gerakan-gerakan yang menentang pemerintahan pusat Omar Al-Bashiir. Pembersihan etnis terjadi, menghasilkan ratusan ribu warga meninggal, serta jutaan mengungsi ke negara tetangga. Kedua adalah kasus antara Sudan Selatan, serta Sudan Utara. Latar belakang konflik ini adalah adanya ketidakadilan dalam pemerintahan pusat, terhadap hak-hak warga di Sudan Selatan. Dari segi politik dan ekonomi, Sudan Selatan sering tidak dianggap dalam keputusan

5 5 politik, serta proliferasi ekonomi ke daerah tersebut menyebabkan ketidaksetaraan lapangan pekerjaan dan perkembangan daerah. Sering pula terjadi ekspolitasi di daerah Sudan Selatan oleh pemerintahan pusat yang berlokasi di Sudan Utara. Latar belakang konflik Sudan wilayah utara dan Sudan wilayah selatan ini adalah adanya ketidakadilan dalam pemerintahan pusat, terhadap hak-hak warga di Sudan Selatan. Dari segi politik, ketidakadilan tersebut nampak karena banyak kebijakan politik yang dianggap bersifat diskrimiminatif dari segi agama dan ras. Bukan hanya itu saja, dari segi politik dan ekonomi, Sudan Selatan sering tidak dianggap dalam keputusan politik, serta proliferasi ekonomi ke daerah tersebut menyebabkan ketidaksetaraan lapangan pekerjaan dan perkembangan daerah. Sering pula terjadi ekspolitasi di daerah Sudan Selatan oleh pemerintahan pusat yang berlokasi di Sudan Utara. Lalu seperti yang sudah disebutkan di atas bahwa seringkali dikatakan latar belakang konflik internal antara Sudan Selatan dan Utara juga berhubungan dengan diskriminasi ras dan agama oleh pemerintahan pusat. Dari segi agama, daerah Sudan Utara memiliki mayoritas penduduk beragama Islam, dan merupakan ras Arab. Sedangkan di Sudan Selatan, mayoritas penduduk beragama Kristen, dan ras Afrika. Pemerintahan pusat yang berpegang teguh pada ideologi Islam, kerap dianggap oleh penduduk Sudan wilayah selatan sebagai pemerintahan yang lebih superior dibandingkan mereka yang keturunan ras Afrika dan beragama non-muslim Kristen. Diskriminasi inilah yang dianggap menjadi salah satu sebab terjadinya konflik yang paling lama, di negara Afrika yang paling besar saat itu. Masyarakat yang merasa tertindas, terutama dalam hal kebebasan agama, serta kesempatan dalam kontribusi ekonomi negara yang tidak merata telah menyebabkan perang sipil selama bertahun-tahun di Sudan. Perang Sipil pertama berlangsung pada tahun , dilanjutkan pada perang sipil kedua tahun Merupakan perang sipil paling lama, serta paling banyak menelan korban. 3.1 Perang Sipil Pertama ( ) Perbedaan antara Sudan Selatan dan Utara sebenarnya berawal dari masa penjajahan Mesir di Sudan pada abad ke-19, dimana warga berkulit hitam seringkali dijadikan sebagai budak. Perbedaan serta jarak kesetaraan hak antara warga Arab dan kulit hitam kemudian diperlebar setelah masa penjajahan Inggris dan Mesir, dimana diskriminasi tersebut terus-menerus berlanjut. Setelah Februari 1953, diputuskan bahwa Sudan berhak atas kemerdekaan. Hal ini dilanjutkan oleh transisi kekuasaan pertama melalui pemilihan anggota parlemen tahun Partai-partai politik pun kemudian bermunculan. NUP (National Union Party) yang anggotanya mayoritas merupakan warga dari Sudan Utara, dan juga Liberal Party yang anggotanya mayoritas merupakan warga dari Sudan Selatan, merupakan beberapa contoh partai politik yang ikut bersaing dalam pemilihan tersebut. Hasilnya, mayoritas parlemen diduduki oleh anggota NUP, partai politik yang begitu menerapkan ideologi anti-unionist (berdiri sendiri, dan tidak ingin adanya integrasi dengan partai politik lainnya). Melihat keadaan tersebut, anggota Liberal Party yang terpilih dalam parlemen berusaha mengusulkan sebuah pemerintahan federal yang memberikan Sudan Selatan administratif yang berbeda dengan Sudan Utara. Hal tersebut merupakan upaya Sudan Selatan dalam membentuk sebuah pemerintahan yang benar-benar tidak diskriminatif, dan berusaha memperbaiki keadaan warga negara yang berada di Sudan Selatan. Usulan tersebut mendapatkan tanggapan yang positif oleh anggota parlemen lainnya, termasuk mayoritas anggota dari NUP. Namun, ternyata tanggapan positif tersebut hanya sebagai wacana saja, namun tidak terealisasi sampai dengan Sudan wilayah selatan mendapatkan referendum. Departemen pemerintahan serta posisi-posisi tinggi daerah di Sudan Selatan banyak yang dijabat oleh warga Sudan Utara. Dari sinilah banyak kecurigaan bahwa pemerintahan yang baru saja terbentuk, berusaha menyebarkan kekuasaannya dan Sudan Selatan termasuk dalam cakupannya. Seiring dengan berjalannya waktu, di level nasional posisi-posisi tinggi di militer, administrasi, serta kepolisian, mayoritas diduduki oleh warga negara Sudan Utara. Mengatasi kemungkinan pemerintahan yang dikendalikan oleh Sudan Utara, maka mulailah banyak gerakan bermunculan, berusaha menentang sistem pemerintahan yang terjadi pada saat itu. Menuntut kesetaraan suara politik, dan berharap agar aspirasi mereka akan pemerintahan federal dapat dijadikan konsiderasi. Namun awal mula konflik terjadi adalah pada 18 Agustus 1955 oleh sebuah unit militer yang bernama Equatoria Corps. Korps tersebut terdiri atas warga negara Sudan Selatan. Mereka menolak untuk mematuhi perintah dari pemerintah saat itu, yaitu Al-Azhari. Gerakan tersebut telah menewaskan begitu banyak pejabat dari Sudan Utara, termasuk dari militer dan kepolisian. Pada Januari 1971, mantan letnan tentara Sudan, Joseph Lagu, mengumpulkan dan menyatukan semua kelompok gerakan pemberontakan kedalam

6 6 sebuah gerakan yang disebut SSLM (Southern Sudan Liberation Movement) atau disebut Gerakan Pembebasan Sudan Selatan. Ini adalah pertama kalinya struktur komando terstruktur dengan baik untuk pencapaian tujuan bersama. Alhasil, gerakan ini melakukan berbagai macam negosiasi dengan pihak pemerintahan pusat untuk mencapai sebuah perjanjian yang dapat disepakati bersama. Seperti yang sudah disebutkan di atas, karena gerakan pemberontakan yang terjadi semakin lama semakin berhasil menekan pemerintah pusat, maka di tahun 1972, dibuatlah perjanjian antara pemerintahan pusat dan SSLM. Perjanjian ini disebut sebagai The 1972 Addis Ababa Agreement, ditandatangani oleh presiden Sudan pada saat itu (Presiden Jafaar Muhammad An-Numeiry) dan Joseph Lagu dari Anya Nya, yang pada akhirnya membawa akhir dari perang sipil pertama di Sudan ( ). Perjanjian Addis Ababa bertujuan untuk menghentikan konflik yang telah berlangsung selama 17 tahun. Perang sipil yang terjadi saat itu memang menelan begitu banyak korban, serta menghabiskan sumber daya Sudan Utara yang tergolong banyak. Sebagai bargaining power, perjanjian ini memberikan Sudan Selatan otonomi daerah, yaitu otoritas untuk menjalankan pemerintahan di daerah tersebut. Perdamaian terjadi selama beberapa tahun. Namun perjanjian Addis Ababa ternyata merupakan solusi jangka pendek dari konflik yang telah berlangsung puluhan tahun. Intergrasi yang dipaksakan tidak akan menghasilkan apa-apa. 3.2 Perang Sipil Kedua ( ) Perang sipil kedua Sudan dimulai tahun Perang sipil tersebut disebabkan oleh realisasi perjanjian Addis Ababa yang tidak sesuai harapan masyarakat di Sudan Selatan. Walaupun Addis Ababa telah mengakhiri perang saudara selama beberapa tahun, namun penyebaran Islam di Sudan secara keseluruhan tidak pernah berhenti, dan yang menjadi kontroversi utama adalah kebijakan pemerintahan Numeiri yang menerapkan hukum yang disebut September Law. Lanjutan perang saudara pertama di tahun 1955 sudah dapat diperkirakan pada saat itu. Adanya ketidakpercayaan yang terus-menerus lanjut terhadap pemerintahan pusat sejak pengaplikasian perjanjian Addis Ababa, integrasi militer Sudan Utara dan Selatan yang dipaksakan, ketidaksetaraan pengalokasian sumber daya yang dialokasikan pemerintahan pusat ke Sudan Selatan, serta kebijakan radikal yang dilakukan dalam pemerintahan Jafaar Numeiri, jelas membangkitkan minat warga di Sudan Selatan untuk melanjutkan pemberontakan yang sebetulnya bisa dihentikan pada tahun Petinggi-petinggi Anya Nya, serta kelompok gerakan pemberontak yang ada di Sudan Selatan telah tersebar ke berbagai daerah di Sudan. Yang meyakini perjanjian Addis Ababa kebanyakan masuk dalam pasukan militer nasional Sudan, dan selama beberapa tahun sejak perjanjian diterapkan, memastikan agar perjanjian tidak diingkari dan terus berjalan. Namun, beberapa kelompok yang merasa perjanjian Addis Ababa tidak memberikan jawaban atas aspirasi negara federal, serta otonomi terhadap Sudan Selatan, ternyata bersembunyi di semak-semak di daerah Sudan Selatan, bahkan sampai ke negara tetangga, Ethiopia. Salah satunya adalah Anya Nya 2. Anya Nya 2, sebelum 1980-an, tidak memperlihatkan eksistensinya dalam pergerakan pemberontakan, namun setelah itu mereka mulai bergerak. Beda Anya Nya 2 dengan Anya Nya (yang muncul pada saat perang sipil pertama Sudan), pengikut Anya Nya saat itu telah kebanyakan berada di posisi netral, dalam artian melindungi stabilitas negara, tanpa melihat adanya pihak-pihak tertentu yang mengelompokkan. Kemungkinan perang sipil semakin menguat dan yang menjadi permasalahan bagi pihak gerilya adalah jumlah. Kebanyakan pasukan Sudan Selatan pada saat itu melindungi perjanjian Addis Ababa dan ingin semakin meneguhkannya agar berjalan dengan yang disepakati. Sejak 1982, pihak pemberontak mulai melakukan komunikasi dengan pasukan Sudan Selatan tersebut. Pada tahun yang sama, pasukan yang dahulunya netral, kembali menjadi anggota kelompok pemberontakan yang baru. Bahkan, beberapa pasukan militer mulai mengunjungi markas-markas Anya Nya 2, serta kelompok pasukan gerilya lainnya di Sudan Selatan. Dengan kasus yang sama pada perang sipil pertama Sudan di tahun 1955, pada tahun 1983, pasukan gerilya tersebut memutuskan untuk berada dalam sebuah komando yang mampu mengintegrasikan kelompok pasukan gerilya, serta kelompok pemberontak secara keseluruhan. Terbentuklah kembali SPLA/M (Southern People s Liberation Army/Movement), yang berada dalam komando John Garang. Ideologi yang muncul adalah, mereka dipersatukan atas kegagalan perjanjian Addis Ababa. Usaha penyelesaian konflik sering dilakukan bukan hanya oleh kedua pihak (SPLA/M dengan Omar Al- Bashiir), namun juga oleh campur tangan pihak luar. Tahun 1993, pemimpin dari Ethiopia, Uganda, dan Kenya berusaha membentuk perjanjian perdamaian dan gencatan sejata antar kedua pihak, melalui organisasi IGAD (Intergovernmental Authority for

7 7 Development). Pada tahun 1994, IGAD berusaha mendorong prosesi dari deklarasi prinsip (Declaration of Principles) yang mengidentifikasi elemen-elemen dasar dalam pembentukan perdamaian di Sudan. Pemerintahan Sudan tidak menandatangani deklarasi tersebut pada awalnya, namun karena menghadapi banyak kekalahan di medan perang dari SPLA/M, maka deklarasi ditandatangani juga pada tahun Deklarasi tersebut bukanlah deklarasi perjanjian mengikat yang akan mengakhiri perang. Deklarasi prinsip tahun 1994 oleh IGAD merupakan fondasi dasar, beberapa elemen penting dalam perumusan sebuah perjanjian perdamaian di masa depan. Beberapa poin inti dalam deklarasi tersebut, diantaranya adalah mengakui bahwa Sudan merupakan negara multi-etnis, sehingga membutuhkan sistem pemerintahan yang dapat menghargai kenyataan tersebut melalui implementasi pemerintahan demokratis yang menghargai perbedaan agama dan etnis. Partai-partai yang terlibat dalam konflik perlu merundingkan sebuah cara agar perang sipil kedua dapat dihentikan secepatnya. Pembagian sumber daya yang setara antar Sudan Selatan dan Sudan Utara juga diharuskan, serta pendesakkan tentang dibuatnya konstitusi yang mengakui hak asasi manusia rakyat Sudan, sehingga opresi oleh pemerintahan pusat dahulunya tidak akan terulang. Tahun 2002, prosesi perdamaian dibawah perlindungan IGAD mulai memperlihatkan progress yang signifikan. Lebih tepatnya tanggal 20 Juli 2002, aktor-aktor yang terlibat dalam konflik perang sipil Sudan kedua menandatangani sebuah protocol yang disebut sebagai Machakos Protocol, di Kenya. Dalam protokol tersebut disetujui sebuah kerangka umum pemerintahan yang terdiri dari prinsip pemerintahan, proses transisi, serta struktur pemerintahan. Tidak lama setelah itu, pada Agustus 2002, pembahasan mengenai perjanjian perdamaian dilanjutkan. Akhirnya pembahasan tersebut berakhir pada penandatanganan Memorandum of Understanding pada 15 Oktober Tujuan penandatanganan memorandum tersebut adalah agar terjadi sebuah situasi yang damai selama prosesi negosiasi dalam proses. Memorandum tersebut berisi beberapa poin dasar seperti kedua pihak diharuskan untuk menahan posisi militer, menahan serangan yang dilakukan pasukan militer masing-masing pihak, menahan okupasi wilayah, membekukan semua propaganda yang mungkin akan memecahkan peperangan kembali, serta menahan semua opresi pelanggaran hak asasi manusia. Negosiasi perdamaian terus menerus berlanjut sampai kepada 19 November 2004, Dimana kedua pihak menandatangani sebuah deklarasi yang memberikan komitmen kepada kedua pihak untuk melakukan finalisasi perjanjian perdamaian komprehensif (Comprehensive Peace Agreement) sebelum Desember Akhirnya, pada Januari 2005, sebuah perjanjian perdamaian yang ditandatangani oleh pemberontak di Sudan wilayah selatan dengan pemerintahan Sudan, mengakhiri perang saudara kedua yang telah berlangsung 21 tahun. Perjanjian tersebut ditandatangani oleh pemimpin SPLA, John Garang dengan Ali Osman Taha (wakil presiden Sudan). Perjanjian perdamaian komprehensif tersebut menyetujui adanya perdamaian di antara kedua pihak. Perjanjian Perdamaian Komprehensif atau biasa disebut Naivasha Agreement merupakan hasil dari 3 tahun negosiasi perdamaian antar kedua pihak, yang difasilitasi oleh IGAD. Perjanjian tersebut berisi beberapa hal seperti tindak lanjut dari pasukan militer dari setiap kubu, otonomi daerah, kekayaan minyak, isu ekonomi, administrasi, serta Hukum Islam. Enam tahun setelah pengaplikasian perjanjian tersebut, akan diputuskan kelanjutan wilayah Sudan Selatan melalui sebuah referendum. Rakyat Sudan akan diberikan pilihan setelah 6 tahun integrasi pemerintahan kedua pihak (yaitu Januari 2011), apakah rakyat Sudan Selatan menginginkan persatuan, atau kemerdekaan. Dalam perjanjian Naivasha, pasukan militer dari Sudan wilayah selatan dan utara tetap menjadi unit militer yang terpisah satu sama lain. Langkah pertama yang dilakukan adalah penarikan pasukan pemerintahan dari Sudan wilayah selatan selama 2 setengah tahun, sedangkan pihak SPLA punya waktu 8 bulan untuk menarik pasukannya dari wilayah Sudan bagian utara. Direncanakan akan ada integrasi militer antar kedua pihak, dengan jumlah tertentu (jadi pasukan militer masing-masing pihak tidak secara langsung diintegrasikan selama 6 tahun periode integrasi pemerintahan). Walaupun akan diintegrasikan, masing-masing unit militer akan berada dalam komando yang berbeda, hanya berada dalam markas yang sama. Hasil referendum 6 tahun berikutnya, jika menghasilkan persatuan, maka integrasi militer akan dilakukan dengan jumlah yang lebih banyak. Dalam perjanjian 2005, masing-masing pihak tidak diberikan obligasi untuk menghilangkan pasukan militernya, karena mungkin masing-masing pihak menyadari, walaupun telah menyetujui gencatan senjata, namun tetap masih ada rasa ketidakpercayaan di antara kedua pihak. Hak untuk tetap memiliki unit militer dianggap sebagai sebuah mekanisme check and balance karena adanya anggapan bahwa sepanjang 6 tahun setelah diberlakukannya perjanjian CPA, selalu ada

8 8 kemungkinan salah satu pihak akan melanggar isi perjanjian yang telah disepakati, jadi jika suatu saat perang kembali pecah, kedua pihak mampu untuk melindungi diri mereka masing-masing. Walaupun tidak sempurna, Comrehensive Peace Agreement/ Naivasha telah berhasil mengakhiri perang yang berlangsung selama 21 tahun, mengambil 2 juta nyawa rakyat (mayoritas kematian diakibatkan oleh kelaparan). Dibandingkan dengan perang sipil pertama, ada beberapa hal yang menjadi penyebab perang sipil kedua Sudan berlangsung lebih lama, juga menelan lebih banyak korban dibandingkan perang sipil pertama. 3.3 Dampak Perang Sipil Sudan Perang sipil Sudan tidak hanya menganggu keamanan dan stabilitas di negaranya sendiri saja, namun juga telah mempengaruhi keamanan wilayah tetangganya, baik langsung maupun tak langsung. Saat konflik dan perang saudara berlangsung, gerakan para pemberontak juga mengancam keamanan daerah perbatasan seperti Kenya, Mesir, Ethiopia, Uganda, Chad dan Libya serta menjadikan daerah-daerah itu rawan serangan teroris dan perdagangan senjata ilegal. Seperti yang dijelaskan dalam trickle down effect, bila ada satu negara dalam regional yang bergolak maka keamanan seluruh region itu pun juga tidak stabil. Negara-negara inilah yang kemudian melakukan operasi pengawasan gencatan senjata di di wilayah selatan atas nama African Union. Selain menimbulkan masalah keamanan, pengungsi Sudan juga memunculkan masalah baru bagi negara yang menjadi kamp pengungsian sementara. Laporan PBB pada tahun 2005 menyebutkan bahwa lebih dari 2 juta orang telah menempati kamp pengungsian di wilayah Chad. Jumlah itu belum termasuk pengungsi yang tersebar di daerah lain. Bagi dunia internasional, konflik Sudan pada saat itu merupakan ancaman penurunan cadangan minyak dunia mengingat wilayahnya yang diperkirakan mengandung 600 juta sampai dengan 1 miliar barrel cadangan minyak mentah. Pada September 2004 setelah PBB memperluas misinya di AU dan memberikan sanksi pada pemerintah Sudan untuk menekannya, barulah pemerintah Sudan menyetujui perluasan misi AU walaupun kemudian mereka menolak proposal AU tentang perlindungan pada penduduk sipil dan upaya peace-keeping. 3.4 Reaksi Internasional yang Memiliki Kepentingan dengan Sudan Reaksi Amerika Serikat (AS) mempunyai kepentingan tersendiri dalam perdamaian Sudan. Jika perang tetap berlanjut, maka akses dan eksploitasi minyak yang menjanjikan di selatan akan terhambat dan dengan demikian mengancam kepentingan perusahaan AS. Untuk merespon ancaman terhadap kepentingan nasional AS pada 1990an, pemerintahan Clinton menjatuhkan sanksi berupa isolasi kepada Sudan dalam berbagai forum internasiona. Selain itu AS juga mengupayakan pemberian sanksi di luar PBB seperti boikot terhadap minyak Sudan dan pembatasan akses kapal minyak Sudan di pelabuhan AS dan Eropa karena resistensi Cina terhadap sanksi PBB yang dimotori AS. Sanksi yang diberikan ternyata malah semakin memperpanjang perang dan gagal memperbaiki keadaan. Kegagalan ini berusaha diperbaiki melalui pemerintahan Bush dengan mengirim Senator Danforth untuk menjadi mediator di Sudan. Selain mengusahakan perdamaian antara utara-selatan, Danforth juga mencari dukungan untuk penyelesaian konflik Sudan ke negara-negara tetangga dan negara donor seperti Mesir, Kenya, Inggris, Norwegia, Belanda, Swiss, Italia dan Kanada. Namun usaha Danforth ini gagal karena resistensi oleh penduduk lokal. PBB mengeluarkan Resolusi 1564 yang isinya tentang pemberian sanksi ekonomi pada pemerintah Khartoum jika tidak mau bekerja sama. Namun sanksi ini malah semakin memperlemah pertahanan Sudan untuk melindungi penduduk sipil. Cina menguasai 40 % sektor perminyakan Sudan. Selama ini Cina selalu menentang pemberian sanksi PBB kepada Sudan. Sanksi yang dijatuhkan AS dan PBB malah semakin memperkuat hubungan Cina-Sudan, terbukti dengan pengalihan ekspor Sudan menjadi 60 % ke China dan sisanya ke negara-negara Asia lainnya. Selain itu, sanksi yang dijatuhkan juga hanya memperkuat gerakan anti Barat yang didengungkan oleh beberapa negara Liga Arab. Dalam pandangan Cina, sanksi apapun yang dijatuhkan pada Sudan dilihat sebagai perang terhadap kepentingan nasional Cina, mengingat arti penting minyak Sudan bagi China dan oleh karena itu memperburuk hubungan AS-Cina. Analisis Geopolitik, dalam teorinya, The Managerial Revolution, James Burnham menjelaskan apa yang ia sebut sebagai perubahan kontrol dunia oleh negara-negara industri dalam hal ini Jerman, Jepang dan Amerika Serikat (AS)- menggantikan kontrol ideologis oleh komunisme dan liberalisme. Karena kontrol kini dipegang oleh negara-negara

9 9 industri dimana negara-negara ini mempunyai kebutuhan akan sumber energi yang semakin tinggi, maka bisa dipahami bahwa minyak kemudian menjadi komoditas strategis bagi semua negarabangsa, menggantikan rempah-rempah yang pada abad pertengahan menjadi tujuan utama penerapan strategi geopolitik negara-bangsa melalui imperialisme dan kolonialisme. Sebenarnya persediaan minyak pada saat itu cukup untuk memenuhi permintaan dunia, tetapi berbagai krisis di ladang minyak seperti Badai Ivan di teluk Meksiko, kekerasan antar etnis di Nigeria, instabilitas politik di Venezuela, produksi minyak yang tidak dimaksimalkan di Irak, dan perkembangan sektor energi Rusia yang lambat membuat banyak pihak merasa harus memastikan kebutuhan minyaknya tercukupi dengan cara mencari sumber lain. Dalam pemikiran geopolitik klasik, Mackinder menyebut Eurasia sebagai bagian penting pusat dunia. Siapa pun yang menguasai wilayah ini akan menguasai dunia. Oleh karena itu, AS meyakini bahwa pusat kompetisi geopolitik ada di Eurasia, meliputi kawasan Teluk Persia dan Laut Kaspia yang mengandung 70 persen cadangan minyak dunia. Teori-teori inilah yang menuntun para pembuat kebijakan AS dan Cina untuk beramai-ramai mencondongkan kebijakan luar negerinya ke Sudan yang berbatasan langsung dengan Teluk Persia. Apalagi berbagai data telah menunjukkan potensi eksplorasi minyak Sudan yang luar biasa. Produksi minyak Sudan mendapat prioritas eksploitasi the Western Upper Nile (WUN), yang diprediksikan mengandung cadangan 600 juta-1 miliar barrel.produksi tiap harinya mencapai barrel tiap harinya. Dari data US Energy Information Administration, produksi minyak Sudan mencapai ribu barrel tiap tahunnya dan menempati peringkat 35 negara penghasil minyak terbesar dunia. Melihat data-data di atas, penulis menganggap bahwa akan sangat sulit bagi Sudan dan Sudan Selatan (meskipun sudah berpisah) untuk menjadi akur satu dengan yang lain, jika pihak asing masih terus mencokolkan kepentingannya. 4. Referendum Referendum Sudan Selatan Berbeda dengan beberapa referendum yang biasa dilakukan, di Selandia Baru misalnya, sebagai masukan untuk pemerintahan yang sedang berkuasa, referendum Januari 2011 Sudan tersebut bersifat mengikat. Sehingga apapun hasil dari referendum tersebut, semua aktor yang terlibat diwajibkan untuk menerima kenyataan tersebut. Bedanya, dalam referendum Sudan waktu itu, rakyat Sudan Selatan diberikan dua pilihan, yaitu berpisah dari Sudan dan membentuk negara sendiri, ataupun berpisah. Kalau rakyat Sudan Selatan memilih untuk terus bersatu, berarti Sudan Selatan akan tetap menjadi bagian dari Sudan, diberikan otonomi daerah, serta akan terjadi integrasi pasukan militer kedua pihak yang lebih intensif. Kalau memilih berpisah, berarti Sudan Selatan akan membentuk sebuah pemerintahan yang baru, memiliki otoritas penuh terhadap wilayah mereka, dan tidak akan ada campur tangan apapun oleh pemerintahan pusat di Khartoum. Hasil dari referendum yang berlangsung dari 9 Januari hingga 15 januari 2011 menunjukkan 99% dari warga di Sudan Selatan memilih untuk berpisah (kemerdekaan Sudan Selatan). Dari penduduk yang memilih, hanya yang memilih untuk tetap menyatukan kedua daerah tersebut. Deklarasi kemerdekaan akan dilakukan pada tanggal 9 Juli Sebelum tanggal tersebut, Sudan Selatan, dan pemerintahan pusat diharuskan untuk melakukan negosiasi dan berusaha mencapai konsensus pada pembagian penghasilan dari oli, minyak dan berbagai pemasukan negara lainnya yang melibatkan Sudan Selatan secara teritorial. Latar belakang mayoritas penduduk Sudan Selatan yang memilih untuk berpisah dapat dianalisa oleh beberapa sebab. Pertama adalah konflik yang terus berlanjut antar kedua pihak, pasca perjanjian Naivasha di tahun Perjanjian yang ditandatangani oleh pemerintahan pusat Khartoum dengan SPLA/M ternyata tidak menjangkau semua kelompok pemberontak yang ada. Konflik berlanjut di tahun 2006, antara kelompok pemberontak (yang quantitasnya relatif kecil dibandingkan SPLA/M). Salah satu kasus yang belum diselesaikan adalah kasus kota Abyei, kota yang terletak di pertengahan Sudan Utara dan Sudan Selatan, yang dianggap sebagai kota emas. Sebagai penghasil minyak paling besar di Sudan, Abyei menjadi target konflik bersenjata di tahun 2008, yang tentu saja untuk memperebutkan daerah tersebut. Kedua, rakyat Sudan Selatan sudah lama mengalami ketidakadilan yang membawa dampak ketidakpercayaan mereka terhadap pemerintah pusat. Hal ini bisa dilihat dari bagaimana 99 % warga Sudan Selatan memilih untuk berpisah dan mendirikan Negara sendiri. Kalau saja mereka masih merasa bahwa pemerintah pusat tetap dapat mereka percaya, pasti tidak akan sebanyak itu yang memilih untuk merdeka. Ketidakadilan dan ketidakmerataan pembangunan yang mereka rasakan menyebabkan mereka tidak percaya lagi terhadap pemerintah pusat

10 10 yang berlokasi di Sudan Utara. Ketiga, dilihat dari segi psikologis, dapat dimaklumi bahwa panjangnya durasi konflik yang berlangsung di Sudan selama berpuluh-puluh tahun lamanya, menyebabkan rakyat Sudan Selatan sendiri sudah jengah dan ingin sesegara mungkin membangun pemerintahan sendiri, yang semuanya terbebas dari pengaruh Sudan Utara, dalam hal ini pemerintahan yang di Khartoum. Bebas dari pemerintahan pusat Khartoum membuat mereka dapat membangun pemerintahan sendiri tanpa harus mengikuti kebijakan yang dibuat oleh pemerintah pusat. Hasil referendum yang menghasilkan kemerdekaan, membawa kesenangan tersendiri bagi rakyat Sudan Selatan pada tanggal 9 Juli Namun, Sudan Selatan yang pada saat itu dinyatakan sebagai negara ke 193, akan menghadapi berbagai kesulitan sebagai negara baru, termasuk konflik yang sampai saat itu masih berlanjut, yakni konflik bersenjata antara Sudan Selatan dan Utara. Walaupun akan menghadapi permasalahan yang rumit, warga Sudan Selatan tetap melakukan perayaan di jalan-jalan untuk merayakan hari kemerdekaan mereka. Warga Sudan Utara, di sisi lain, mengeluarkan reaksi yang berbeda. Kegagalan untuk membentuk sebuah negara yang multi-etnis, berkurangnya pemasukan negara dari industri oli yang 75% terletak di Sudan Selatan, serta kehilangan wilayah negara yang besar mewarnai pemikiran rakyat Sudan Utara saat deklarasi kemerdekaan dilakukan, membuat sebagian warga Sudan Utara menjadi sangat kecewa dengan hasil keputusan tersebut. 5. Sudan dan Sudan Selatan Pasca Referendum. Perjanjian damai utara dan selatan untuk mengakhiri perang saudara selama 22 tahun di tahun 2005 sudah mengisyaratkan bagaimana pentingnya referendum itu sendiri. Seharusnya, dua referendum harus digelar serempak enam tahun pascaperjanjian damai. Referendum Sudan Selatan, dan Abyei. Referendum Sudan Selatan untuk menentukan apakah warganya memilih tetap bersatu dengan utara dalam wadah negara kesatuan atau merdeka menjadi negara otonom, dan eferendum di Abyei untuk memilih apakah mereka bergabung dengan wilayah utara atau selatan. Tetapi, referendum Abyei yang seharusnya diadakan berbarengan dengan referendum Sudan Selatan, ditunda pelaksanaannya. Tertundanya pelaksanaan referendum di wilayah Abyei menyimpan problem baru. Merdeka atau tidak, utara dan selatan akan tetap terlibat dalam sengketa wilayah Abyei yang dikenal sebagai padang penggembalaan yang luas dan kaya akan minyak bumi. Referendum di Abyei tertunda karena otoritas selatan yang diwakili Sudan People s Liberation Movement (SPLM) dan sekutunya, suku Dinka Ngok, masih berselisih dengan partai berkuasa, National Congress Party (NCP), terkait dengan siapa boleh ikut memilih. Abyei, sebagai daerah penghasil minyak terbesar di Sudan, terbagi menjadi dua, sebagian masuk utara dan sebagian lagi di selatan, dan hal itu menjadi titik konflik keduanya. Abyei, yang menjadi bagian dari Sudan dan Sudan Selatan masih menjadi sumber konflik saat ini, dan tak jarang menjadi konflik bersenjata. Sudan Selatan dan Utara masing-masing memiliki kepentingan dalam Abyei. Abyei menjadi salah satu daerah dimana sumber minyak tergolong banyak. Melepaskan daerah tersebut kepada negara lain, bisa menyebabkan lepasnya kesempatan bagi negara sendiri. Persediaan minyak di Abyei tidak menjadi satu-satunya sumber konflik yang terjadi, inti permasalahan memiliki nilai historis dan etnis terlibat didalamnya. Abyei merupakan rumah bagi dua kelompok etnis di Sudan, yaitu suku Dinka (dari Sudan Selatan), serta suku Arab Misseriya (Sudan Utara). Masing-masing suku tersebut ingin menjadi bagian dari negara asal suku mereka. Secara historis, suku Dinka dan suku Misseriya merupakan suku yang sangat aktif dalm perang sipil pertama dan kedua, sehingga semangat nasionalisme masing-masing suku terhadap asal mereka sangat besar. Konflik yang baru terjadi di Abyei adalah pengiriman pasukan bersenjata oleh pemerintahan Sudan ke Abyei, sehingga melakukan okupasi di wilayah tersebut, sebelum diputuskan apakah Abyei masuk dalam Sudan, ataupun Sudan Selatan penduduk Abyei mengungsi akibat okupasi yang mampu menggoyahkan perjanjian perdamaian Naivasha di tahun Pihak militer Sudan melakukan okupasi dengan menggunakan teknologi militer yang sudah sangat canggih, sehingga mengakibatkan warga Sudan Selatan tidak dapat melawan okupasi tersebut karena fasilitas militer Sudan Selatan juga sangat tidak memadai pada saat itu. Referendum sebenarnya merupakan jalan alternatif untuk menentukan apakah Abyei masuk dalam Selatan, ataupun Sudan,namun ternyata belum juga menemukan hasil. Konflik di Abyei pada tahun 2008, dimana terjadi penyerangan terhadap sebuah gereja

11 11 Katolik Fr Peter Suleiman, hampir menjadi momentum terpecahnya konflik perang sipil kembali yang sebetulnya telah disepakati perdamaiannya pada tahun Penyelesaian konflik Abyei bisa menjadi salah satu potensi perdamaian secara pasti antara Sudan dan Sudan Selatan. Pemisahan negara, terutama yang memiliki permasalahan ditinjau dari segi historis, bisa saja menghasilkan situasi yang menegangkan sejak pemisahan tersebut dilaksanakan. Sebagai contoh, kasus India dan Pakistan yang dipartisi oleh Inggris tahun Sampai saat ini, situasi yang menegangkan terus timbul di antara kedua pihak. Menghilangkan semua kondisi yang bersifat pertikaian, dan menyebabkan hubungan bilateral yang menghasilkan ketegangan sebetulnya merupakan hal yang perlu dikonsiderasikan sejak pembentukan Sudan Selatan pada 9 Juli Perebutan wilayah bukan satu-satunya faktor yang memungkinkan terjadinya konflik yang berkelanjutan antara Sudan dan Sudan Selatan. Kepemilikan minyak telah terbukti sebagai sebuah kepentingan nasional yang penting, yang juga mampu menghasilkan konflik dalam perebutan sumber daya tersebut. Secara garis besar, ¾ dari persediaan minyak di Sudan terletak di Sudan Selatan. Sebelum Sudan Selatan merdeka, hasil pendapatan dari minyak tersebut dibagi secara merata. Walaupun ¾ persediaan minyak berlokasi di Sudan Selatan, pendapatan tersebut tetap harus dibagi secara merata (persyaratan Naivasha agreement 2005), sebab semua infrastruktur dan saluran pipa dibuat oleh pemerintahan pusat Khartoum pada saat itu. Secara keseluruhan, Sudan menghasilkan sekitar barel minyak per hari. Hal tersebut menunjukkan bagaimana Sudan merupakan salah satu produsen minyak terbesar di dunia pada saat itu. Beberapa aktor penting telah menunjukkan ketertarikannya pada minyak di Sudan. Salah satunya adalah negara Cina, yang telah melakukan investasi sebanyak 15 milyar USD pada semua layanan jasa perminyakan di daerah Abyei. Cina telah menunjukkan keinginannya untuk memberikan bantuan finansial demi pembentukan infrastruktur, serta perluasan infrastruktur jalur pipa di daerah kaya akan minyak. Otomatis kepentingan nasional yang bermain pada perumusan pembagian hasil dari minyak adalah dominasi dari bisnis tersebut. Beberapa fasilitas yang telah dijanjikan oleh Cina, memberikan insentif yang besar untuk mendominasi sumber daya minyak yang ada di Sudan. Besarnya keinginan Sudan Selatan untuk menguasai industri minyak secara 100% setelah kemerdekaannya, menurut penulis tidak akan mampu terealisasi, sebab kilang minyak (pabrik yang memproses substansi natural) berada di Sudan Utara. Sehingga sumber daya alam minyak, walaupun berada dalam wilayah Sudan Selatan, tetap tidak akan berguna tanpa fasilitas yang dimiliki oleh Sudan. Sudan juga telah mengancam akan mematikan saluran pipa apabila terjadi pembagian penghasilan yang tidak adil mengenai persediaan minyak tersebut. Berbicara mengenai pembagian penghasilan dari minyak, sampai saat ini, belum menemukan titik temu antara Sudan dan Sudan Selatan. Awalnya, telah disepakati bahwa persetujuan masalah pembagian penghasilan akan dengan segera dibahas pasca kemerdekaan Sudan Selatan tanggal 9 Juli Beberapa kemungkinan yang akan dinegosiasikan oleh Sudan Selatan dalam hal persediaan minyak adalah tetap membagi penghasilan, Sudan Selatan dikenakan pembiayaan atas penggunaan infrastruktur milik pemerintah Sudan, atau Sudan Selatan membangun infrastruktur jalur pipa dengan sendiri. Kedua pihak akan mendapatkan keuntungan, namun yang menjadi permasalahan adalah pihak mana yang akan mendapatkan mayoritas keuntungannya. Permasalahan terakhir yang kedua negara perlu diselesaikan adalah masalah hutang negara Sudan. Akumulasi hutang negara Sudan (sebelum disintegrasi) adalah 36 milyar USD. Hutang tersebut didapat jauh sebelum terjadinya kemerdekaan Sudan Selatan. Yang perlu dipikirkan adalah mekanisme apa yang perlu diambil dalam penyelesaian hutang sebanyak itu, disaat negara Sudan telah pecah menjadi dua. Kemungkinan hutang dibagi dua, ataupun menganalisa siapa yang harus membayar hutang itu lebih banyak (misalnya dibuat 70-30, 40-60, atau mungkin disamakan 50-50) merupakan beberapa pertanyaan yang perlu dijawab dalam mencari mekanisme solusi hutang di Sudan. 6. Penutup Dapat disimpulkan bahwa konflik adalah sesuatu yang lazim terjadi dalam kehidupan manusia dalam berinteraksi dengan manusia yang lainnya yang disebabkan karena adanya perbedaan pemikiran, ketidaksetujuan, kontroversi dan pertentangan, antara dua pihak atau lebih secara terus menerus. Dalam teori konflik dinyatakan bahwa masyarakat cenderung melakukan konflik di antara pihak yang satu dengan pihak yang lain (dua pihak), misalnya individu dengan individu, kelompok dengan kelompok atau kelompok dengan individu.

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Pembahasan dari bab ini adalah kesimpulan dan saran yang merujuk pada jawaban-jawaban permasalahan penelitian yang telah dikaji. Berdasarkan penelitian dapat disimpulkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Humaeniah, 2013

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Humaeniah, 2013 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Konflik yang terjadi di Sudan merupakan konflik yang umum terjadi di negara lain, mulai dari konflik agama seperti yang kita ketahui semua agama yang ada di

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang dalam hal ini adalah Amerika. Setelah kemenangannya dalam Perang

BAB I PENDAHULUAN. yang dalam hal ini adalah Amerika. Setelah kemenangannya dalam Perang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah. Banyak konflik dan perang saudara yang terjadi di dunia ini tidak pernah terlepas dari unsur campur tangan dari negara negara barat yang besar dan kuat yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. internasional, negara harus memiliki syarat-syarat yang harus dipenuhi yaitu,

BAB I PENDAHULUAN. internasional, negara harus memiliki syarat-syarat yang harus dipenuhi yaitu, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Negara merupakan salah satu subjek hukum internasional. Sebagai subjek hukum internasional, negara harus memiliki syarat-syarat yang harus dipenuhi yaitu, salah satunya

Lebih terperinci

Westget Mall diperkirakan merupakan supermarket milik Israel yang sering dikunjungi orang-orang asing.

Westget Mall diperkirakan merupakan supermarket milik Israel yang sering dikunjungi orang-orang asing. Westget Mall diperkirakan merupakan supermarket milik Israel yang sering dikunjungi orang-orang asing. Balas campur tangan militer Kenya di Somalia, kelompok al Shabab menyerang sebuah mal di Nairobi,

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 119 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Kesimpulan yang penulis dapatkan dari hasil penulisan skripsi ini merupakan hasil kajian dan pembahasan dari bab-bab sebelumnya. Wilayaha Eritrea yang terletak

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN. dasawarsa terakhir ini dengan dilumpuhkannya beberapa pemimpin-pemimpin dictator

BAB V KESIMPULAN. dasawarsa terakhir ini dengan dilumpuhkannya beberapa pemimpin-pemimpin dictator BAB V KESIMPULAN Amerika serikat adalah sebagai negara adidaya dan sangat berpengaruh di dunia internasional dalam kebijakan luar negerinya banyak melakukan berbagai intervensi bahkan invasi dikawasan

Lebih terperinci

BAB 4 KESIMPULAN. 97 Universitas Indonesia. Dampak pengembangan..., Alfina Farmaritia Wicahyani, FISIP UI, 2010.

BAB 4 KESIMPULAN. 97 Universitas Indonesia. Dampak pengembangan..., Alfina Farmaritia Wicahyani, FISIP UI, 2010. BAB 4 KESIMPULAN Korea Utara sejak tahun 1950 telah menjadi ancaman utama bagi keamanan kawasan Asia Timur. Korea Utara telah mengancam Korea Selatan dengan invasinya. Kemudian Korea Utara dapat menjadi

Lebih terperinci

KEGAGALAN INTERNATIONAL CRIMINAL COURT (ICC) DALAM PENYELESAIAN KONFLIK SUDAN RESUME. Disusun oleh : PETRUS CORNELIS DEPA

KEGAGALAN INTERNATIONAL CRIMINAL COURT (ICC) DALAM PENYELESAIAN KONFLIK SUDAN RESUME. Disusun oleh : PETRUS CORNELIS DEPA KEGAGALAN INTERNATIONAL CRIMINAL COURT (ICC) DALAM PENYELESAIAN KONFLIK SUDAN RESUME Disusun oleh : PETRUS CORNELIS DEPA 151060046 JURUSAN ILMU HUBUNGAN INTERNASIONAL FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN POLITIK UNIVERSITAS

Lebih terperinci

BAB 5 PENUTUP. 5.1.Kesimpulan

BAB 5 PENUTUP. 5.1.Kesimpulan 99 BAB 5 PENUTUP 5.1.Kesimpulan Berbagai macam pernyataan dari komunitas internasional mengenai situasi di Kosovo memberikan dasar faktual bahwa bangsa Kosovo-Albania merupakan sebuah kelompok yang memiliki

Lebih terperinci

BAB IV PENUTUP. Strategi keamanan..., Fitria Purnihastuti, FISIP UI, 2008

BAB IV PENUTUP. Strategi keamanan..., Fitria Purnihastuti, FISIP UI, 2008 BAB IV PENUTUP A.Kesimpulan Sangat jelas terlihat bahwa Asia Tengah memerankan peran penting dalam strategi China di masa depan. Disamping oleh karena alasan alasan ekonomi, namun juga meluas menjadi aspek

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada tanggal 17 Februari 2008 yang lalu, parlemen Kosovo telah

BAB I PENDAHULUAN. Pada tanggal 17 Februari 2008 yang lalu, parlemen Kosovo telah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan Pada tanggal 17 Februari 2008 yang lalu, parlemen Kosovo telah memproklamasikan Kosovo sebagai Negara merdeka, lepas dari Serbia. Sebelumnya Kosovo adalah

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Pada bab terakhir dalam penulisan skripsi ini akan dituangkan kesimpulan

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Pada bab terakhir dalam penulisan skripsi ini akan dituangkan kesimpulan BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI Pada bab terakhir dalam penulisan skripsi ini akan dituangkan kesimpulan dan rekomendasi berdasarkan hasil penelitian mengenai permasalahan yang dikaji dalam skripsi ini,

Lebih terperinci

negara-negara di Afrika Barat memiliki pemerintahan yang lemah karena mereka sebenarnya tidak memiliki kesiapan politik, sosial, dan ekonomi untuk

negara-negara di Afrika Barat memiliki pemerintahan yang lemah karena mereka sebenarnya tidak memiliki kesiapan politik, sosial, dan ekonomi untuk BAB IV KESIMPULAN Sejak berakhirnya Perang Dingin isu-isu keamanan non-tradisional telah menjadi masalah utama dalam sistem politik internasional. Isu-isu keamanan tradisional memang masih menjadi masalah

Lebih terperinci

Peranan hamas dalam konflik palestina israel tahun

Peranan hamas dalam konflik palestina israel tahun Peranan hamas dalam konflik palestina israel tahun 1967 1972 Oleh: Ida Fitrianingrum K4400026 BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian seperti yang diuraikan pada

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN. Islam, telah membawa pengaruh dala etnis dan agama yang dianut.

BAB V KESIMPULAN. Islam, telah membawa pengaruh dala etnis dan agama yang dianut. BAB V KESIMPULAN Yugoslavia merupakan sebuah negara yang pernah ada di daerah Balkan, di sebelah tenggara Eropa. Yugoslavia telah menoreh sejarah panjang yang telah menjadi tempat perebutan pengaruh antara

Lebih terperinci

BAB VI. 6.1 Kesimpulan Strategi Suriah dalam menghadapi konflik dengan Israel pada masa Hafiz al-

BAB VI. 6.1 Kesimpulan Strategi Suriah dalam menghadapi konflik dengan Israel pada masa Hafiz al- 166 BAB VI 6.1 Kesimpulan Strategi Suriah dalam menghadapi konflik dengan Israel pada masa Hafiz al- Assad berkaitan dengan dasar ideologi Partai Ba ath yang menjunjung persatuan, kebebasan, dan sosialisme

Lebih terperinci

yang berperan sebagai milisi dan non-milisi. Hal inilah yang menyebabkan skala kekerasan terus meningkat karena serangan-serangaan yang dilakukan

yang berperan sebagai milisi dan non-milisi. Hal inilah yang menyebabkan skala kekerasan terus meningkat karena serangan-serangaan yang dilakukan Bab V Kesimpulan Hal yang bermula sebagai sebuah perjuangan untuk memperoleh persamaan hak dalam politik dan ekonomi telah berkembang menjadi sebuah konflik kekerasan yang berbasis agama di antara grup-grup

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Amerika Serikat masih berupa non-intervensi. Namun ketika Perang Dunia Kedua

BAB I PENDAHULUAN. Amerika Serikat masih berupa non-intervensi. Namun ketika Perang Dunia Kedua BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ketika Perang Dunia Pertama terjadi, tren utama kebijakan luar negeri Amerika Serikat masih berupa non-intervensi. Namun ketika Perang Dunia Kedua terjadi Amerika

Lebih terperinci

BAB 5 KESIMPULAN. Kebijakan nuklir..., Tide Aji Pratama, FISIP UI., 2008.

BAB 5 KESIMPULAN. Kebijakan nuklir..., Tide Aji Pratama, FISIP UI., 2008. BAB 5 KESIMPULAN Kecurigaan utama negara-negara Barat terutama Amerika Serikat adalah bahwa program nuklir sipil merupakan kedok untuk menutupi pengembangan senjata nuklir. Persepsi negara-negara Barat

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 47 TAHUN 2007 TENTANG PENGESAHAN PERJANJIAN ANTARA REPUBLIK INDONESIA DAN AUSTRALIA TENTANG KERANGKA KERJA SAMA KEAMANAN (AGREEMENT BETWEEN THE REPUBLIC OF INDONESIA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. India dan Pakistan merupakan dua negara yang terletak di antara Asia

BAB I PENDAHULUAN. India dan Pakistan merupakan dua negara yang terletak di antara Asia BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah India dan Pakistan merupakan dua negara yang terletak di antara Asia Tengah dan Asia Tenggara yang terlingkup dalam satu kawasan, yaitu Asia Selatan. Negara-negara

Lebih terperinci

BAB III PROBLEMATIKA KEMANUSIAAN DI PALESTINA

BAB III PROBLEMATIKA KEMANUSIAAN DI PALESTINA BAB III PROBLEMATIKA KEMANUSIAAN DI PALESTINA Pada bab ini penulis akan bercerita tentang bagaimana sejarah konflik antara Palestina dan Israel dan dampak yang terjadi pada warga Palestina akibat dari

Lebih terperinci

yang korup dan lemah. Berakhirnya masa pemerintahan Dinasti Qing menandai masuknya Cina ke dalam era baru dengan bentuk pemerintahan republik yang

yang korup dan lemah. Berakhirnya masa pemerintahan Dinasti Qing menandai masuknya Cina ke dalam era baru dengan bentuk pemerintahan republik yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Republik Rakyat Cina (RRC) adalah salah satu negara maju di Asia yang beribukota di Beijing (Peking) dan secara geografis terletak di 39,917 o LU dan 116,383

Lebih terperinci

1. DARI IDEOLOGI HINGGA TERORISME

1. DARI IDEOLOGI HINGGA TERORISME 1 1. DARI IDEOLOGI HINGGA TERORISME Dalam sejarahnya, manusia memang sudah ditakdirkan untuk berkompetisi demi bertahan hidup. Namun terkadang kompetisi yang dijalankan manusia itu tidaklah sehat dan menjurus

Lebih terperinci

KEBIJAKAN PEMERINTAH FILIPINA DALAM MENANGANI GERAKAN SEPARATIS MORO DI MINDANAO RESUME SKRIPSI

KEBIJAKAN PEMERINTAH FILIPINA DALAM MENANGANI GERAKAN SEPARATIS MORO DI MINDANAO RESUME SKRIPSI KEBIJAKAN PEMERINTAH FILIPINA DALAM MENANGANI GERAKAN SEPARATIS MORO DI MINDANAO RESUME SKRIPSI Disusun Oleh: TRI SARWINI 151070012 JURUSAN ILMU HUBUNGAN INTERNASIONAL FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM

BAB II GAMBARAN UMUM BAB II GAMBARAN UMUM 2.1. Jepang Pasca Perang Dunia II Pada saat Perang Dunia II, Jepang sebagai negara penyerang menduduki negara Asia, terutama Cina dan Korea. Berakhirnya Perang Dunia II merupakan kesempatan

Lebih terperinci

1 BAB I 2 PENDAHULUAN

1 BAB I 2 PENDAHULUAN 1 1 BAB I 2 PENDAHULUAN 2.1 1.1 Latar Belakang Masalah Hubungan diplomatik yang terjadi antara dua negara tentu dapat meningkatkan keuntungan antara kedua belah pihak negara dan berjalan dengan lancar.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tersebut memiliki nilai tawar kekuatan untuk menentukan suatu pemerintahan

BAB I PENDAHULUAN. tersebut memiliki nilai tawar kekuatan untuk menentukan suatu pemerintahan BAB I PENDAHULUAN A. Alasan Pemilihan Judul Kepemilikan senjata nuklir oleh suatu negara memang menjadikan perubahan konteks politik internasional menjadi rawan konflik mengingat senjata tersebut memiliki

Lebih terperinci

MUHAMMAD NAFIS PENGANTAR ILMU TEKNOLOGI MARITIM

MUHAMMAD NAFIS PENGANTAR ILMU TEKNOLOGI MARITIM MUHAMMAD NAFIS 140462201067 PENGANTAR ILMU TEKNOLOGI MARITIM Translated by Muhammad Nafis Task 8 Part 2 Satu hal yang menarik dari program politik luar negeri Jokowi adalah pemasukan Samudera Hindia sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perang atau konflik bersenjata merupakan salah satu bentuk peristiwa yang

BAB I PENDAHULUAN. Perang atau konflik bersenjata merupakan salah satu bentuk peristiwa yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perang atau konflik bersenjata merupakan salah satu bentuk peristiwa yang hampir sama tuanya dengan peradaban kehidupan manusia. Perang merupakan suatu keadaan dimana

Lebih terperinci

LATAR BELAKANG, PROSES, DARI KONFLIK ANTARA INDIA DENGAN PAKISTAN SEMPAI SAAT INI. Oleh: Yasir M Hadi

LATAR BELAKANG, PROSES, DARI KONFLIK ANTARA INDIA DENGAN PAKISTAN SEMPAI SAAT INI. Oleh: Yasir M Hadi LATAR BELAKANG, PROSES, DARI KONFLIK ANTARA INDIA DENGAN PAKISTAN SEMPAI SAAT INI Oleh: Yasir M Hadi Sebelum kita berbicara tentang masalah konflik antara India dengan Pakistan,terlebih dahulu kita harus

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. Pada dasarnya manusia tidak bisa hidup tanpa bantuan dari manusia lainnya,

I PENDAHULUAN. Pada dasarnya manusia tidak bisa hidup tanpa bantuan dari manusia lainnya, I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada dasarnya manusia tidak bisa hidup tanpa bantuan dari manusia lainnya, begitu pula halnya dengan negara, negara tidak dapat memenuhi kebutuhannya sendiri sehingga dibutuhkannya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. suatu persamaan-persamaan dan berbeda dari bangsa-bangsa lainnya. Menurut Hayes

BAB I PENDAHULUAN. suatu persamaan-persamaan dan berbeda dari bangsa-bangsa lainnya. Menurut Hayes 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Nasionalisme adalah suatu konsep dimana suatu bangsa merasa memiliki suatu persamaan-persamaan dan berbeda dari bangsa-bangsa lainnya. Menurut Hayes (Chavan,

Lebih terperinci

BAB I PERANAN LIGA ARAB DALAM USAHA MENYELESAIKAN KONFLIK DI SURIAH. Organisasi yang bertujuan untuk menciptakan perdamaian antar negara-negara

BAB I PERANAN LIGA ARAB DALAM USAHA MENYELESAIKAN KONFLIK DI SURIAH. Organisasi yang bertujuan untuk menciptakan perdamaian antar negara-negara BAB I PERANAN LIGA ARAB DALAM USAHA MENYELESAIKAN KONFLIK DI SURIAH A. Alasan Pemilihan Judul Liga Arab adalah organisasi yang beranggotakan dari negara-negara Arab. Organisasi yang bertujuan untuk menciptakan

Lebih terperinci

KETERLIBATAN INGGRIS DALAM UPAYA PENYELESAIAN PERANG SOMALIA TAHUN

KETERLIBATAN INGGRIS DALAM UPAYA PENYELESAIAN PERANG SOMALIA TAHUN KETERLIBATAN INGGRIS DALAM UPAYA PENYELESAIAN PERANG SOMALIA TAHUN 2006-2009 RESUME Oleh: Angling Taufeni 151 040 132 JURUSAN ILMU HUBUNGAN INTERNASIONAL FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. alam atau krisis kemanusiaan yang diakibatkan oleh benturan kepentingan antara para aktor

PENDAHULUAN. alam atau krisis kemanusiaan yang diakibatkan oleh benturan kepentingan antara para aktor PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bantuan luar negeri (foreign aid) digunakan saat suatu kawasan sedang dilanda bencana alam atau krisis kemanusiaan yang diakibatkan oleh benturan kepentingan antara para aktor

Lebih terperinci

internasional. Kanada juga mulai melihat kepentingannya dalam kacamata norma keamanan manusia. Setelah terlibat dalam invasi Amerika di Afghanistan

internasional. Kanada juga mulai melihat kepentingannya dalam kacamata norma keamanan manusia. Setelah terlibat dalam invasi Amerika di Afghanistan BAB V KESIMPULAN Dalam bab terakhir ini, penulis akan menyimpulkan jawaban atas pertanyaan pertama yaitu mengapa Kanada menggunakan norma keamanan manusia terhadap Afghanistan, serta pertanyaan kedua yaitu

Lebih terperinci

JURUSAN SOSIAL YOGYAKARTA

JURUSAN SOSIAL YOGYAKARTA UPAYA JEPANG DALAM MENJAGA STABILITAS KEAMANAN KAWASAN ASIA TENGGARA RESUME SKRIPSI Marsianaa Marnitta Saga 151040008 JURUSAN ILMU HUBUNGAN INTERNASIONAL FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN POLITIK UNIVERSITAS PEMBANGUNAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dapat dibagi dalam 4 daerah, yaitu Gayo Laut yang mendiami sekitar danau Laut

BAB I PENDAHULUAN. dapat dibagi dalam 4 daerah, yaitu Gayo Laut yang mendiami sekitar danau Laut BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Suku Bangsa Gayo menurut daerah kediaman dan tempat tinggalnya dapat dibagi dalam 4 daerah, yaitu Gayo Laut yang mendiami sekitar danau Laut Tawar, Gayo Linge yang

Lebih terperinci

DAFTAR PUSTAKA. Abdulgani, H. Roeslan, Ganyang Setiap Bentuk Neo-Kolonialisme yang Mengepung Republik Indonesia, dalam Indonesia, 1964-B

DAFTAR PUSTAKA. Abdulgani, H. Roeslan, Ganyang Setiap Bentuk Neo-Kolonialisme yang Mengepung Republik Indonesia, dalam Indonesia, 1964-B BAB V KESIMPULAN Jepang menjadi lumpuh akibat dari kekalahanya pada perang dunia ke dua. Namun, nampaknya karena kondisi politik internasional yang berkembang saat itu, menjadikan pemerintah pendudukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Berakhirnya Perang Dingin menyebabkan munculnya perubahan mendasar

BAB I PENDAHULUAN. Berakhirnya Perang Dingin menyebabkan munculnya perubahan mendasar BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Berakhirnya Perang Dingin menyebabkan munculnya perubahan mendasar pada bentuk konflik yang terjadi. Konflik antar negara (inter-state conflict) yang banyak terjadi

Lebih terperinci

TERJADINYA PERANG SUDAN

TERJADINYA PERANG SUDAN TERJADINYA PERANG SUDAN Oleh : Davy Nuruzzaman Abstraksi Sudan adalah sebuah negara yang terletak di benua Afrika,negara yang dikenal sebagai ladang minyak ini berbatasan dengan negara Mesir di sebelah

Lebih terperinci

2015 PERANAN SOUTH WEST AFRICA PEOPLE ORGANIZATION (SWAPO) DALAM PERJUANGAN KEMERDEKAAN NAMIBIA

2015 PERANAN SOUTH WEST AFRICA PEOPLE ORGANIZATION (SWAPO) DALAM PERJUANGAN KEMERDEKAAN NAMIBIA BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Namibia merupakan negara mandat dari Afrika Selatan setelah Perang Dunia I. Sebelumnya, Namibia merupakan negara jajahan Jerman. Menurut Soeratman (2012,

Lebih terperinci

terlalu keras kepada kelima negara tersebut. Karena akan berakibat pada hubungan kemitraan diantara ASEAN dan kelima negara tersebut.

terlalu keras kepada kelima negara tersebut. Karena akan berakibat pada hubungan kemitraan diantara ASEAN dan kelima negara tersebut. BAB V KESIMPULAN Sampai saat ini kelima negara pemilik nuklir belum juga bersedia menandatangani Protokol SEANWFZ. Dan dilihat dari usaha ASEAN dalam berbagai jalur diplomasi tersebut masih belum cukup

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dewan keamanan PBB bertugas untuk menjaga perdamaian dan keamanan antar negara dan dalam melaksanakan tugasnya bertindak atas nama negaranegara anggota PBB.

Lebih terperinci

Komunisme dan Pan-Islamisme

Komunisme dan Pan-Islamisme Komunisme dan Pan-Islamisme Tan Malaka (1922) Penerjemah: Ted Sprague, Agustus 2009 Ini adalah sebuah pidato yang disampaikan oleh tokoh Marxis Indonesia Tan Malaka pada Kongres Komunis Internasional ke-empat

Lebih terperinci

Resolusi yang diadopsi tanpa mengacu pada komite Pertanyaan dipertimbangkan oleh Dewan Keamanan pada pertemuan 749 dan750, yang diselenggarakan pada 30 Oktober 1956 Resolusi 997 (ES-I) Majelis Umum, Memperhatikan

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN. masyarakat internasional yaitu isu ekonomi perdagangan. Seiring dengan

BAB V KESIMPULAN. masyarakat internasional yaitu isu ekonomi perdagangan. Seiring dengan BAB V KESIMPULAN Penelitian ini membahas salah satu isu penting yang kerap menjadi fokus masyarakat internasional yaitu isu ekonomi perdagangan. Seiring dengan berkembangnya isu isu di dunia internasional,

Lebih terperinci

Burma mempunyai catatan tersendiri dalam sejarah Burma karena AFPFL BAB V. Kesimpulan

Burma mempunyai catatan tersendiri dalam sejarah Burma karena AFPFL BAB V. Kesimpulan sistem satu partai atau partai tunggal dalam bidang pemerintahan. Oleh karena itu, semua partai politik termasuk AFPFL dihilangkan. Ne Win menganggap bahwa banyaknya partai politik akan mengacaukan pemerintahan

Lebih terperinci

Para filsuf Eropa menyebut istilah akhir sejarah bagi modernisasi yang kemudian diikuti dengan perubahan besar.

Para filsuf Eropa menyebut istilah akhir sejarah bagi modernisasi yang kemudian diikuti dengan perubahan besar. Tiga Gelombang Demokrasi Demokrasi modern ditandai dengan adanya perubahan pada bidang politik (perubahan dalam hubungan kekuasaan) dan bidang ekonomi (perubahan hubungan dalam perdagangan). Ciriciri utama

Lebih terperinci

"Indonesia Bisa Jadi Masalah Baru Bagi Asia"

Indonesia Bisa Jadi Masalah Baru Bagi Asia H T T P : / / U S. A N A L I S I S. V I V A N E W S. C O M / N E W S / R E A D / 2 8 4 0 2 5 - I N D O N E S I A - B I S A - J A D I - M A S A L A H - B A R U - B A G I - A S I A "Indonesia Bisa Jadi Masalah

Lebih terperinci

Pidato Bapak M. Jusuf Kalla Wakil Presiden Republik Indonesia Pada Sidang Majelis Umum Perserikatan Bangsa- Bangsa Ke-71 New York, 23 September 2016

Pidato Bapak M. Jusuf Kalla Wakil Presiden Republik Indonesia Pada Sidang Majelis Umum Perserikatan Bangsa- Bangsa Ke-71 New York, 23 September 2016 Pidato Bapak M. Jusuf Kalla Wakil Presiden Republik Indonesia Pada Sidang Majelis Umum Perserikatan Bangsa- Bangsa Ke-71 New York, 23 September 2016 Bapak Presiden SMU PBB, Saya ingin menyampaikan ucapan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Yofa Fadillah Hikmah, 2016

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Yofa Fadillah Hikmah, 2016 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perang merupakan suatu konflik dua pihak atau lebih dan dapat melalui kontak langsung maupun secara tidak langsung, biasanya perang merupakan suatu hal yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menimbulkan penderitaan bagi masyarakat Korea. Jepang melakukan eksploitasi

BAB I PENDAHULUAN. menimbulkan penderitaan bagi masyarakat Korea. Jepang melakukan eksploitasi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian Sejarah Korea yang pernah berada di bawah kolonial kekuasaan Jepang menimbulkan penderitaan bagi masyarakat Korea. Jepang melakukan eksploitasi sumber

Lebih terperinci

bilateral, multilateral maupun regional dan peningkatan henemoni Amerika Serikat di dunia. Pada masa perang dingin, kebijakan luar negeri Amerika

bilateral, multilateral maupun regional dan peningkatan henemoni Amerika Serikat di dunia. Pada masa perang dingin, kebijakan luar negeri Amerika BAB V KESIMPULAN Amerika Serikat merupakan negara adikuasa dengan dinamika kebijakan politik luar negeri yang dinamis. Kebijakan luar negeri yang diputuskan oleh Amerika Serikat disesuaikan dengan isu

Lebih terperinci

memperoleh status, kehormatan, dan kekuatan dalam menjaga kedaulatan, keutuhan wilayah, serta pengaruhnya di arena global.

memperoleh status, kehormatan, dan kekuatan dalam menjaga kedaulatan, keutuhan wilayah, serta pengaruhnya di arena global. BAB V PENUTUP Kebangkitan Cina di awal abad ke-21tidak dapat dipisahkan dari reformasi ekonomi dan modernisasi yang ia jalankan. Reformasi telah mengantarkan Cina menemukan momentum kebangkitan ekonominya

Lebih terperinci

MENEGAKKAN TANGGUNG JAWAB MELINDUNGI: PERAN ANGGOTA PARLEMEN DALAM PENGAMANAN HIDUP WARGA SIPIL

MENEGAKKAN TANGGUNG JAWAB MELINDUNGI: PERAN ANGGOTA PARLEMEN DALAM PENGAMANAN HIDUP WARGA SIPIL MENEGAKKAN TANGGUNG JAWAB MELINDUNGI: PERAN ANGGOTA PARLEMEN DALAM PENGAMANAN HIDUP WARGA SIPIL Resolusi disahkan oleh konsensus* dalam Sidang IPU ke-128 (Quito, 27 Maret 2013) Sidang ke-128 Inter-Parliamentary

Lebih terperinci

merupakan salah satu anomali mengingat beberapa prasyarat tidak terpenuhi di Kashgar. Kashgar merupakan prefektur kecil di bagian selatan Xinjiang,

merupakan salah satu anomali mengingat beberapa prasyarat tidak terpenuhi di Kashgar. Kashgar merupakan prefektur kecil di bagian selatan Xinjiang, BAB V PENUTUP Kebijakan pintu terbuka pada akhir 1978 menjadi awal keterbukan Cina atas berbagai peraturan yang bersifat lebih liberal terhadap pasar. Kawasan ekonomi khusus (Special Economic Zones, SEZ)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Asia Tenggara merupakan suatu kawasan di Asia yang memiliki sekitar

BAB I PENDAHULUAN. Asia Tenggara merupakan suatu kawasan di Asia yang memiliki sekitar BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Asia Tenggara merupakan suatu kawasan di Asia yang memiliki sekitar 80% merupakan wilayah lautan. Hal ini menjadikan kawasan Asia Tenggara sebagai jalur alur

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. dalamnya. Untuk dapat mewujudkan cita-cita itu maka seluruh komponen yang

I. PENDAHULUAN. dalamnya. Untuk dapat mewujudkan cita-cita itu maka seluruh komponen yang 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perubahan suatu negara untuk menjadi lebih baik dari aspek kehidupan merupakan cita-cita dan sekaligus harapan bagi seluruh rakyat yang bernaung di dalamnya.

Lebih terperinci

Demokratisasi di Mesir (Arab Spring) Ketiga dapat dikatakan benar. Afrika Utara dan Timur Tengah mengalami proses demokrasi

Demokratisasi di Mesir (Arab Spring) Ketiga dapat dikatakan benar. Afrika Utara dan Timur Tengah mengalami proses demokrasi Rani Apriliani Aditya 6211111049 Hubungan Internasional 2011 Demokratisasi di Mesir (Arab Spring) Apa yang diprediksikan oleh Huntington dalam bukunya Gelombang Demokrasi Ketiga dapat dikatakan benar.

Lebih terperinci

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA UNDANG-UNDANG NOMOR 47 TAHUN 2007 TENTANG PENGESAHAN PERJANJIAN ANTARA DAN AUSTRALIA TENTANG KERANGKA KERJA SAMA KEAMANAN (AGREEMENT BETWEEN THE REPUBLIC OF INDONESIA AND AUSTRALIA ON THE FRAMEWORK FOR

Lebih terperinci

Amerika Tanam Pengaruh di Asia Sejak Desember 1949

Amerika Tanam Pengaruh di Asia Sejak Desember 1949 Amerika Tanam Pengaruh di Asia Sejak Desember 1949 http://forum.viva.co.id/showthread.php?t=1896354 Jika kita telisik lebih mendalam, sebenarnya kebijakan strategis AS untuk menguasai dan menanam pengaruh

Lebih terperinci

BAB IV STRATEGI PEMBANGUNAN DAERAH

BAB IV STRATEGI PEMBANGUNAN DAERAH BAB IV STRATEGI PEMBANGUNAN DAERAH 4.1. Strategi dan Tiga Agenda Utama Strategi pembangunan daerah disusun dengan memperhatikan dua hal yakni permasalahan nyata yang dihadapi oleh Kota Samarinda dan visi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang tidak pernah dijajah. Meskipun demikian, negara ini tidak luput dari

BAB I PENDAHULUAN. yang tidak pernah dijajah. Meskipun demikian, negara ini tidak luput dari BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Thailand merupakan satu-satunya negara di kawasan Asia Tenggara yang tidak pernah dijajah. Meskipun demikian, negara ini tidak luput dari permasalahan konflik dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kita. Konflik tersebut terjadi karena interaksi antar kedua negara atau lebih

BAB I PENDAHULUAN. kita. Konflik tersebut terjadi karena interaksi antar kedua negara atau lebih 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Konflik internasional antar dua negara cukup terdengar akrab di telinga kita. Konflik tersebut terjadi karena interaksi antar kedua negara atau lebih terganggu akibat

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. mengatasi konflik di Sampit, melalui analisis sejumlah data terkait hal tersebut,

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. mengatasi konflik di Sampit, melalui analisis sejumlah data terkait hal tersebut, BAB V KESIMPULAN DAN SARAN Dari analisis yang telah dilakukan terkait resolusi konflik yang dilakukan oleh pemerintah Indonesia, baik jangka pendek maupun jangka panjang guna mengatasi konflik di Sampit,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Darma Persada

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Darma Persada BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Peristiwa menyerahnya Jepang kepada sekutu pada 14 Agustus 1945 menandai berakhirnya Perang Dunia II, perang yang sangat mengerikan dalam peradaban manusia di dunia.

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 105 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN Dalam bab ini akan dibahas mengenai kesimpulan dan saran dari skripsi dengan judul GEJOLAK PATANI DALAM PEMERINTAHAN THAILAND (Kajian Historis Proses Integrasi Rakyat Patani

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Veygi Yusna, 2013

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Veygi Yusna, 2013 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kebijakan politik yang dikeluarkan oleh pemerintah biasanya menimbulkan berbagai permasalahan yang berawal dari ketidakpuasan suatu golongan masyarakat, misalnya

Lebih terperinci

LEONARD PITJUMARFOR, 2015 PELATIHAN PEMUDA PELOPOR DALAM MENINGKATKAN WAWASAN KESANAN PEMUDA DI DAERAH RAWAN KONFLIK

LEONARD PITJUMARFOR, 2015 PELATIHAN PEMUDA PELOPOR DALAM MENINGKATKAN WAWASAN KESANAN PEMUDA DI DAERAH RAWAN KONFLIK BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Indonesia dalam interaksi berbangsa dan bernegara terbagi atas lapisanlapisan sosial tertentu. Lapisan-lapisan tersebut terbentuk dengan sendirinya sebagai

Lebih terperinci

sebagai seratus persen aman, tetapi dalam beberapa dekade ini Asia Tenggara merupakan salah satu kawasan yang cenderung bebas perang.

sebagai seratus persen aman, tetapi dalam beberapa dekade ini Asia Tenggara merupakan salah satu kawasan yang cenderung bebas perang. BAB V KESIMPULAN Asia Tenggara merupakan kawasan yang memiliki potensi konflik di masa kini maupun akan datang. Konflik perbatasan seringkali mewarnai dinamika hubungan antarnegara di kawasan ini. Konflik

Lebih terperinci

Hubungan Aliansi Rusia-Iran dan Upaya Mencapai Hegemoni Rusia

Hubungan Aliansi Rusia-Iran dan Upaya Mencapai Hegemoni Rusia Hubungan Aliansi Rusia-Iran dan Upaya Mencapai Hegemoni Rusia Lebih dari dua abad lamanya Negara Rusia tidak pernah jauh dari pusat perpolitikan Iran, baik itu sebagai musuh politik dan terkadang menjadi

Lebih terperinci

H. BUDI MULYANA, S.IP., M.SI

H. BUDI MULYANA, S.IP., M.SI PENYELESAIAN SENGKETA INTERNASIONAL H. BUDI MULYANA, S.IP., M.SI Pasal 2 (3) dari Piagam PBB Semua anggota wajib menyelesaikan perselisihan internasional mereka melalui cara-cara damai sedemikian rupa

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN. bangsa Indonesia setelah lama berada di bawah penjajahan bangsa asing.

BAB I. PENDAHULUAN. bangsa Indonesia setelah lama berada di bawah penjajahan bangsa asing. BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Proklamasi kemerdekaan Indonesia tanggal 17 Agustus 1945 yang diucapkan oleh Soekarno Hatta atas nama bangsa Indonesia merupakan tonggak sejarah berdirinya

Lebih terperinci

BAB 5 KESIMPULAN. Universitas Indonesia

BAB 5 KESIMPULAN. Universitas Indonesia BAB 5 KESIMPULAN Dalam bab terakhir ini akan disampaikan tentang kesimpulan yang berisi ringkasan dari keseluruhan uraian pada bab-bab terdahulu. Selanjutnya, dalam kesimpulan ini juga akan dipaparkan

Lebih terperinci

HISTORY OF AFRICA. By: Umi Hartati, M.Pd

HISTORY OF AFRICA. By: Umi Hartati, M.Pd HISTORY OF AFRICA By: Umi Hartati, M.Pd IMPERIALISME & KOLONIALISME BENUA AFRIKA Nasib Afrika tidak di tangan bangsa Afrika sendiri, tetapi ditentukan oleh bangsa kulit putih. Pada umumnya negara-negara

Lebih terperinci

Papua akan terselamatkan secara komprehensif jika Islam diterapkan secara kaffah.

Papua akan terselamatkan secara komprehensif jika Islam diterapkan secara kaffah. Papua akan terselamatkan secara komprehensif jika Islam diterapkan secara kaffah. Potensi Papua melepaskan diri dari Indonesia cukup besar. Ini yang pernah disampaikan mantan Kepala Staf Angkatan Darat

Lebih terperinci

MENGATASI KONFLIK, NEGOSIASI, PENDEKATAN KEAMANAN BERPERSPEKTIF HAM

MENGATASI KONFLIK, NEGOSIASI, PENDEKATAN KEAMANAN BERPERSPEKTIF HAM SEMINAR DAN WORKSHOP Proses Penanganan Kasus Perkara dengan Perspektif dan Prinsip Nilai HAM untuk Tenaga Pelatih Akademi Kepolisian Semarang Hotel Santika Premiere Yogyakarta, 7-9 Desember 2016 MAKALAH

Lebih terperinci

RESUME. bagian selatan yang juga merupakan benua terkecil di dunia. Di sebelah. barat Australia berbatasan dengan Indonesia dan Papua New Guinea,

RESUME. bagian selatan yang juga merupakan benua terkecil di dunia. Di sebelah. barat Australia berbatasan dengan Indonesia dan Papua New Guinea, RESUME Australia adalah sebuah negara yang terdapat di belahan bumi bagian selatan yang juga merupakan benua terkecil di dunia. Di sebelah barat Australia berbatasan dengan Indonesia dan Papua New Guinea,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Aceh memiliki kedudukan yang sangat strategis sebagai pusat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Aceh memiliki kedudukan yang sangat strategis sebagai pusat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Aceh memiliki kedudukan yang sangat strategis sebagai pusat perdagangan. Aceh banyak menghasilkan lada dan tambang serta hasil hutan. Oleh karena itu, Belanda

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN. negara berkembang tidak selalu mengalami kegagalan karena faktor-faktor

BAB V KESIMPULAN. negara berkembang tidak selalu mengalami kegagalan karena faktor-faktor BAB V KESIMPULAN Penelitian ini telah menunjukkan bahwa pembangunan sosial di negara berkembang tidak selalu mengalami kegagalan karena faktor-faktor internal. Namun juga dapat disebabkan oleh faktor eksternal

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. I.6.1 Kelemahan Organisasi Internasional secara Internal I.6.2 Kelemahan Organisasi Internasional dari Pengaruh Aktor Eksternal...

DAFTAR ISI. I.6.1 Kelemahan Organisasi Internasional secara Internal I.6.2 Kelemahan Organisasi Internasional dari Pengaruh Aktor Eksternal... DAFTAR ISI DAFTAR ISI... i DAFTAR TABEL... iii DAFTAR GAMBAR... iii DAFTAR GRAFIK... iii DAFTAR SINGKATAN... iii ABSTRAK... iii ABSTRACT... iv BAB I PENDAHULUAN... 1 I.1 Latar Belakang... 1 I.2 Rumusan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sejak Orde Baru memegang kekuasaan politik di Indonesia sudah banyak terjadi perombakan-perombakan baik dalam tatanan politik dalam negeri maupun politik luar negeri.

Lebih terperinci

Ebook dan Support CPNS Ebook dan Support CPNS. Keuntungan Bagi Member cpnsonline.com:

Ebook dan Support CPNS   Ebook dan Support CPNS. Keuntungan Bagi Member cpnsonline.com: SEJARAH NASIONAL INDONESIA 1. Tanam paksa yang diterapkan pemerintah colonial Belanda pada abad ke-19 di Indonesia merupakan perwujudan dari A. Dehumanisasi masyarakat Jawa B. Bekerjasama dengan Belanda

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada tahun 1853, dengan kapal perangnya yang besar, Komodor Perry datang ke Jepang. Pada saat itu, Jepang adalah negara feodal yang terisolasi dari negara-negara lainnya

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI 5.1 Kesimpulan Kesimpulan ini merupakan inti pembahasan yang disesuaikan dengan permasalahan penelitian yang dikaji. Adapun kesimpulan yang dapat ditarik dari hasil penelitian

Lebih terperinci

KONFLIK & MANAJEMEN KONFLIK DI ASIA TENGGARA PASKA PERANG DINGIN DALAM PERSPEKTIF KEAMANAN TRADISIONAL DEWI TRIWAHYUNI

KONFLIK & MANAJEMEN KONFLIK DI ASIA TENGGARA PASKA PERANG DINGIN DALAM PERSPEKTIF KEAMANAN TRADISIONAL DEWI TRIWAHYUNI KONFLIK & MANAJEMEN KONFLIK DI ASIA TENGGARA PASKA PERANG DINGIN DALAM PERSPEKTIF KEAMANAN TRADISIONAL DEWI TRIWAHYUNI Introduksi Perbedaan Latar belakang sejarah, status ekonomi, kepentingan nasional,

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN. Runtuhnya Uni Soviet pada tahun 1990an merubah konstelasi politik dunia. Rusia

BAB V KESIMPULAN. Runtuhnya Uni Soviet pada tahun 1990an merubah konstelasi politik dunia. Rusia BAB V KESIMPULAN Runtuhnya Uni Soviet pada tahun 1990an merubah konstelasi politik dunia. Rusia berubah dari super power state menjadi middle-power state (negara dengan kekuatan menengah). Kebijakan luar

Lebih terperinci

RESUME. Amerika Latin merupakan salah satu wilayah di dunia. yang mengalami dinamika sosial-politik yang menarik.

RESUME. Amerika Latin merupakan salah satu wilayah di dunia. yang mengalami dinamika sosial-politik yang menarik. RESUME Amerika Latin merupakan salah satu wilayah di dunia yang mengalami dinamika sosial-politik yang menarik. Salah satu kasus yang mengemuka adalah tergulingnya presiden Honduras, Manuel Zelaya pada

Lebih terperinci

DIALOG KOREA UTARA-KOREA SELATAN DAN DAMPAKNYA TERHADAP KEAMANAN KAWASAN

DIALOG KOREA UTARA-KOREA SELATAN DAN DAMPAKNYA TERHADAP KEAMANAN KAWASAN Pusat Penelitian Badan Keahlian DPR RI Gd. Nusantara I Lt. 2 Jl. Jend. Gatot Subroto Jakarta Pusat - 10270 c 5715409 d 5715245 m infosingkat@gmail.com BIDANG HUBUNGAN INTERNASIONAL KAJIAN SINGKAT TERHADAP

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Citra Antika, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Citra Antika, 2013 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada masa ini, demokrasi merupakan salah satu pandangan dan landasan kehidupan dalam berbangsa yang memiliki banyak negara pengikutnya. Demokrasi merupakan paham

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 2006 TENTANG PENGESAHAN INTERNATIONAL CONVENTION FOR THE SUPPRESSION OF TERRORIST BOMBINGS, 1997 (KONVENSI INTERNASIONAL PEMBERANTASAN PENGEBOMAN OLEH TERORIS,

Lebih terperinci

Surat Terbuka Untuk Presiden dan Wakil Presiden Republik Indonesia Ir. H. Joko Widodo dan Drs. H. Muhammad Jusuf Kalla

Surat Terbuka Untuk Presiden dan Wakil Presiden Republik Indonesia Ir. H. Joko Widodo dan Drs. H. Muhammad Jusuf Kalla Surat Terbuka Untuk Presiden dan Wakil Presiden Republik Indonesia Ir. H. Joko Widodo dan Drs. H. Muhammad Jusuf Kalla Assalamu alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh Bapak Presiden dan Wakil Presiden yang

Lebih terperinci

Plenary Session III : State and Religion-Learning from Best Practices of each Country in Building the Trust and Cooperation among Religions

Plenary Session III : State and Religion-Learning from Best Practices of each Country in Building the Trust and Cooperation among Religions Delegasi Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia Parliamentary Event on Interfaith Dialog 21-24 November 2012, Nusa Dua, Bali Plenary Session III : State and Religion-Learning from Best Practices of

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Iran merupakan negara salah satu dengan penghasilan minyak bumi terbesar di

BAB I PENDAHULUAN. Iran merupakan negara salah satu dengan penghasilan minyak bumi terbesar di BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Iran merupakan negara salah satu dengan penghasilan minyak bumi terbesar di dunia. Negara para mullah ini menduduki posisi ke-5 didunia setelah mengalahkan negara

Lebih terperinci

PIDATO PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA PADA SIDANG MAJELIS UMUM KE-58 PERSERIKATAN BANGSA-BANGSA. New York, 23 September 2003

PIDATO PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA PADA SIDANG MAJELIS UMUM KE-58 PERSERIKATAN BANGSA-BANGSA. New York, 23 September 2003 PIDATO PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA PADA SIDANG MAJELIS UMUM KE-58 PERSERIKATAN BANGSA-BANGSA New York, 23 September 2003 Yang Mulia Ketua Sidang Umum, Para Yang Mulia Ketua Perwakilan Negara-negara Anggota,

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2008 TENTANG KEBIJAKAN UMUM PERTAHANAN NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2008 TENTANG KEBIJAKAN UMUM PERTAHANAN NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA www.bpkp.go.id PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2008 TENTANG KEBIJAKAN UMUM PERTAHANAN NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa penyelenggaraan

Lebih terperinci

: SARJANA/DIPLOMA. PETUNJUK KHUSUS Pilihlah salah satu jawaban yang saudara anggap paling tepat diantara 5 pilihan yang tersedia

: SARJANA/DIPLOMA. PETUNJUK KHUSUS Pilihlah salah satu jawaban yang saudara anggap paling tepat diantara 5 pilihan yang tersedia MATA UJIAN BIDANG TINGKAT : P.ENGETAHUAN UMUM : SEJARAH : SARJANA/DIPLOMA PETUNJUK UMUM 1) Dahulukan menulis nama dan nomor peserta pada lembar jawaban 2) Semua jawaban dikerjakan di lembar jawaban yang

Lebih terperinci