Kata kunci: produksi bersih, proses produksi, tapioka
|
|
- Sri Tanudjaja
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 ABSTRAK ERDI SUROSO. Model Proses Produksi Industri Tapioka Ramah Lingkungan Berbasis Produksi Bersih (Studi Kasus di Provinsi Lampung). Dibimbing oleh M.H. BINTORO DJOEFRIE, UDIN HASANUDIN, dan AHMAD ARIF AMIN Industri tapioka merupakan salah satu industri yang potensial mencemari lingkungan terutama peningkatan pemanasan global sehingga memerlukan upaya perbaikan, Upaya perbaikan yang dilakukan diharapkan akan meningkatkan efisiensi proses sekaligus menurunkan biaya operasional. Tujuan penelitian ini adalah mendapatkan tahap proses pengolahan tapioka yang potensial untuk penerapan produksi bersih pabrik tapioka berdasarkan penggunaan air, energi, dan karakteristik limbah yang dihasilkan; menghasilkan alternatif perbaikan proses produksi dan pengelolaan limbah industri tapioka yang dapat meningkatkan efisiensi dan mengurangi risiko pencemaran terhadap lingkungan berdasarkan hasil analisis dan evaluasi nilai manfaat ekonomis dan lingkungan; menghasilkan model proses produksi industri tapioka ramah lingkungan berbasis produksi bersih. Hasil penelitian menunjukkan bahwa prinsip produksi bersih dapat diterapkan pada industri tepung tapioka. Proses daur ulang penggunaan air merupakan alternatif sebagai peningkatan efisiensi yang dapat dilakukan pada tahapan penggunaan limbah separator untuk proses pencucian bahan baku. Efisiensi penggunaan air produksi sebesar 923,52 m 3 hasil dari daur ulang air sisa separator sehingga akan menghemat penggunaan air bersih sebesar 27% dari total air bersih yang digunakan sebesar 3.420,43 m 3. Apabila dihitung dengan pajak pemanfaatan air bawah tanah, maka akan menghemat biaya operasional sebesar Rp ,- per hari. Pemanfaatan air limbah sebagai sumber energi baru terbarukan merupakan alternatif perbaikan efisiensi proses produksi tapioka. Energi yang dihasilkan dari konversi gas metana setara sebesar ,75 kwh/hari, sehingga bila dimanfaatkan untuk proses produksi industri tapioka sangat mencukupi dari energi yang dibutuhkan sebesar ,2 kwh/hari. Kelebihan energi industri tapioka sebesar 7.317,55 kwh/hari dikonversikan ke bahan bakar solar, maka akan setara dengan 2.195,27 liter solar/hari. Energi yang digunakan industri tapioka untuk keperluan proses pengeringan menggunakan oven sebesar ,57 kwh bila dikonversi bahan bakar solar setara 3.833,87 liter, maka kebutuhan bahan bakar solar tersebut dapat terpenuhi 100% seluruhnya. Biaya operasional yang dibutuhkan untuk membeli bahan bakar solar sebesar Rp ,- dapat dihemat dengan memanfaatkan sumber energi baru terbarukan. Kelebihan energi setelah dikurangi konsumsi energi untuk proses pengeringan sebesar 7.317,55 kwh setara dengan bahan bakar solar sebanyak 2.195,27 liter dapat dikonversikan menjadi nilai ekonomi sebesar Rp. 14,488,749,-. Kelebihan energi ini dapat digunakan untuk aktivitas lain di sekitar lokasi industri seperti aktivitas kantor, perumahan dan penerangan. Selain itu, berkurangnya gas CO 2 dari hasil dekomposisi air limbah industri tapioka adalah sebesar 4.562,84 tonco 2 e. Perusahaan akan dapat memperoleh CER (Credit Emission Reduction) dari upaya pengurangan carbon yang terlepas ke lingkungan melalui methane capture berkisar Rp ,- s/d Rp ,-. Hasil studi kelayakan ekonomi opsi produksi bersih industri tapioka dengan memanfaatkan ampas/onggok sebagai pakan ternak dengan kegiatan penggemukan sapi sebanyak 100 ekor dapat memberikan keuntungan sebesar
2 Rp ,- dengan payback periode 0,74 tahun. Penggunaan kembali air sisa proses separator untuk pencucian ubikayu memberikan nilai keuntungan penghematan biaya sebesar Rp ,- setiap bulannya. Pemanfaatan air limbah sebagai salah satu sumber energi terbarukan dalam bentuk biogas dengan sistem CIGAR memberikan manfaat yang cukup menguntungkan dengan payback periode selama 7,3 bulan. Pemanfaatan kulit, serat ubikayu untuk pupuk organik akan memberikan manfaat sebesar Rp Industri tapioka dinilai sangat menguntungkan apabila dapat menerapkan dengan baik perbaikan proses yang direkomendasikan, sehingga dampak pencemaran terhadap lingkungan dapat diminimalkan. Model proses produksi industri tapioka ramah lingkungan berbasis produksi bersih yang dihasilkan dapat memberikan solusi skenario pemanfaatan air limbah, pemanfaatan energi dari air limbah dan reduksi emisi gas. Limbah padat dapat digunakan sebagai pakan ternak, pupuk organik yang secara efektif menuju terciptanya agroindustri tapioka yang ramah lingkungan dan menurunkan dampak efek pemanasan global. Kata kunci: produksi bersih, proses produksi, tapioka
3 ABSTRACT ERDI SUROSO. Tapioka Industry Production Process Model-Based Environmentally Friendly Cleaner Production (Case Study in Lampung Province). Under the direction of M.H. BINTORO DJOEFRIE, UDIN HASANUDIN, and AHMAD ARIF AMIN. Tapioca industry is one industry that potentially polluted the environment, especially the increase of global warming that requires improvement efforts, improvements made efforts expected to improve process efficiency while lowering operational costs. The purpose of this study is to get the tapioca processing stage for potential application of clean production of tapioca factory based on the use of water, energy, and characteristics of waste generated; produce alternative production process improvement and management of industrial waste tapioca that can increase efficiency and reduce the risk of pollution to the environment based on analysis and evaluation of economic benefits and environmental values; produce a process model of environmentally friendly industrial production of tapiocabased cleaner production. The results showed that the principle of cleaner production can be applied to the tapioca starch industry. The process of recycling water used efficiency improvements as an alternative that can be performed on stage separator for use of waste raw material leaching process. Efficiency of water used for production of m 3 of recycled water from the rest of the separator so that will save fresh water use by 27% of the total water use for 3, m 3. If the tax is calculated with the use of underground water, it will save operational cost IDR.955,843 per day. Utilization of wastewater as a source of new renewable energy is an alternative to tapioca production process efficiency improvements. The energy generated from the conversion of methane equivalent of 47, kwh / day, so when used for industrial production processes of tapioca is sufficient energy required for 39,904.2 kwh / day. Excess energy for industrial tapioca 7, kwh / day is converted into diesel fuel, it will be the equivalent of 2, liters of diesel / day. Energy used tapioca industry for the drying process using an oven at 12, kwh when converted diesel fuel equivalent of 3, liters, then the diesel fuel requirements can be fulfilled 100% full. Operational costs required to purchase diesel fuel for IDR , - can be saved by making use of new renewable energy sources. Excess energy net energy consumption for the drying process of kwh equivalent to diesel fuel as much as liters could be converted into economic value of IDR. 14,488,749, -. Excess energy can be used for other activities around the location of industries such as office activities, housing and lighting. In addition, the reduction of CO 2 gases from the decomposition of the waste water industry amounted to 4, tonco2e tapioca. The company will be able to obtain CERs (Credit Emission Reduction) of reduction carbon released into the environment through methane capture ranges from IDR. 281,830, ,491,970. The results of the economic feasibility study of industrial cleaner production options by utilizing tapioca pulp / onggok as fodder to cattle fattening activities as much as 100 individuals may provide a gain of IDR.966,500,000 with a payback period of 0.74 years. Reusing water separator for the rest of the process of washing the cassava value IDR.24,851,923 advantage of cost savings per month. Utilization of wastewater as a source of
4 renewable energy in the form of biogas systems provided sufficient benefit Cigar profitable with payback period of 7.3 months. Utilization of the skin, fiber cassava for the organic fertilizer will provide benefits for IDR.79,500,000. Tapioca industries considered to be very profitable if it can apply to either the recommended process improvements, so the impact of pollution on the environment can be minimized. Tapioca production process model of environmentally friendly industrial based on production cleaner that can provide solutions resulting waste water utilization scenarios, energy utilization of waste water and reduction of gas emissions. Solid waste can be used as animal feed, organic fertilizer which effectively towards the creation of environmentally friendly agroindustry tapioca and reduce the impact of global warming effects. Keywords: cleaner production, production process, tapioka industry
5 RINGKASAN DISERTASI ERDI SUROSO. Model Proses Produksi Industri Tapioka Ramah Lingkungan Berbasis Produksi Bersih (Studi Kasus di Provinsi Lampung). Dibimbing oleh M.H. BINTORO DJOEFRIE, UDIN HASANUDIN, dan AHMAD ARIF AMIN. Industri tapioka merupakan salah satu jenis industri agro (Agro-basedindustri) berbahan baku ubikayu/singkong yang banyak tersebar di Indonesia baik skala kecil, menengah, maupun berskala besar. Provinsi Lampung merupakan salah satu sentra produksi ubikayu di Indonesia dengan total luas panen pada tahun 2009 mencapai ha, tingkat produktivitas rata-rata 24,61 ton/ha dan total produksi sebesar ton. Ubikayu (Manihot esculenta Crantz) merupakan salah satu komoditas tanaman pangan yang memiliki peranan penting dalam sistem ekonomi daerah. Produksi ubikayu yang sangat tinggi telah mendorong berdirinya lebih dari 65 industri tapioka di Propinsi Lampung. Industri tapioka dalam kegiatan produksinya memiliki rendemen berkisar 20-25% b/b dari bobot ubikayu yang diolah. Industri tapioka selalu menghasilkan limbah, baik berupa limbah padat, cair maupun gas yang sering menimbulkan bau yang tidak dikehendaki. Limbah padat berupa kulit, ampas (onggok), dan lindur (elot). Kandungan air yang cukup tinggi dalam limbah padat tapioka merupakan media yang baik untuk pertumbuhan mikroorganisme yang menyebabkan proses pembusukan limbah padat menjadi lebih cepat dan proses pembusukan ini dapat menimbulkan masalah bau busuk pada limbah padat tapioka. Air limbah industri tapioka berasal dari proses pencucian bahan baku, dan ekstraksi. Limbah organik tersebut bila dibuang langsung ke perairan umum akan menimbulkan perubahan warna air menjadi kehitaman, penurunan kadar oksigen dalam air dan menimbulkan bau busuk. Air limbah yang dihasilkan industri tapioka sekitar 4-7 m 3 /ton ubikayu yang diolah dengan konsentrasi bahan organik yang sangat tinggi. Sistem pengolahan air limbah tapioka saat ini banyak menggunakan kolam-kolam anaerobik yang memanfaatkan mikroba untuk menguraikan bahan-bahan organik dalam air limbah tersebut. Sistem kolam anaerobik selain memerlukan waktu tinggal yang lama, juga dinilai kurang ekonomis karena memerlukan areal pengolahan air limbah yang cukup luas dan tidak menghasilkan sesuatu yang bernilai ekonomi. Penerapan sistem kolam anaerobik dalam pengolahan air limbah tapioka akan menghasilkan gas berupa metana (CH 4 ). Gas metana merupakan gas rumah kaca yang memberikan kontribusi terhadap pemanasan global. Selain bersifat merusak lingkungan, gas metana dikenal umum berpotensi sebagai bahan bakar alternatif dengan nilai kalor 35,9 MJ/m 3 CH 4. Hal ini ditunjukkan dengan telah dimanfaatkannya gas metana sebagai bahan bakar alternatif antara lain dari pengolahan kotoran ternak, baik sapi maupun babi. Pemanfaatan gas metana yang dihasilkan dari air limbah agroindustri sebagai sumber energi alternatif belum banyak dikaji. Pemanfaatan gas metana yang terbentuk pada kolam anaerobik IPAL agroindustri tapioka akan memberikan manfaat yaitu menurunnya nilai COD air limbah sehingga dapat memenuhi baku mutu lingkungan, tersedianya energi alternatif, dan sekaligus berperan dalam mencegah pemanasan global dengan tidak terlepasnya gas metana ke udara. Obyek penelitian ini adalah pabrik tapioka yang mengolah ubikayu menjadi tapioka. Penelitian difokuskan pada proses pengolahan ubikayu menjadi tapioka
6 yang potensial untuk penerapan konsep produksi bersih dengan beberapa kriteria penilaian antara lain identifikasi sumber penghasil limbah, efisiensi penggunaan sumberdaya energi, daur ulang limbah dan pemanfaatan air limbah. Tujuan penelitian ini adalah mendapatkan tahap proses pengolahan tapioka yang potensial untuk penerapan produksi bersih pabrik tapioka berdasarkan penggunaan air, energi, dan karakteristik limbah yang dihasilkan; menghasilkan alternatif perbaikan proses produksi dan pengelolaan limbah industri tapioka yang dapat meningkatkan efisiensi dan mengurangi risiko pencemaran terhadap lingkungan berdasarkan hasil analisis dan evaluasi nilai manfaat ekonomis dan lingkungan; menghasilkan model proses produksi industri tapioka ramah lingkungan berbasis produksi bersih. Hasil penelitian menunjukkan bahwa prinsip produksi bersih dapat diterapkan pada industri tepung tapioka. Proses daur ulang penggunaan air merupakan alternatif sebagai peningkatan efisiensi yang dapat dilakukan pada tahapan penggunaan limbah separator untuk proses pencucian bahan baku. Efisiensi penggunaan air produksi sebesar 923,52 m 3 hasil dari daur ulang air sisa separator sehingga akan menghemat penggunaan air bersih sebesar 27% dari total air bersih yang digunakan sebesar 3.420,43 m 3. Apabila dihitung dengan pajak pemanfaatan air bawah tanah, maka akan menghemat biaya operasional sebesar Rp ,- per hari. Pemanfaatan air limbah sebagai sumber energi baru terbarukan merupakan alternatif perbaikan efisiensi proses produksi tapioka. Energi yang dihasilkan dari konversi gas metana setara sebesar ,75 kwh/hari, sehingga bila dimanfaatkan untuk proses produksi industri tapioka sangat mencukupi dari energi yang dibutuhkan sebesar ,2 kwh/hari. Kelebihan energi industri tapioka sebesar 7.317,55 kwh/hari dikonversikan ke bahan bakar solar, maka akan setara dengan 2.195,27 liter solar/hari. Energi yang digunakan industri tapioka untuk keperluan proses pengeringan menggunakan oven sebesar ,57 kwh bila dikonversi bahan bakar solar setara 3.833,87 liter, maka kebutuhan bahan bakar solar tersebut dapat terpenuhi 100% seluruhnya. Biaya operasional yang dibutuhkan untuk membeli bahan bakar solar sebesar Rp ,- dapat dihemat dengan memanfaatkan sumber energi baru terbarukan. Kelebihan energi setelah dikurangi konsumsi energi untuk proses pengeringan sebesar 7.317,55 kwh setara dengan bahan bakar solar sebanyak 2.195,27 liter dapat dikonversikan menjadi nilai ekonomi sebesar Rp. 14,488,749,-. Kelebihan energi ini dapat digunakan untuk aktivitas lain di sekitar lokasi industri seperti aktivitas kantor, perumahan dan penerangan. Selain itu, berkurangnya gas CO 2 dari hasil dekomposisi air limbah industri tapioka adalah sebesar 4.562,84 tonco 2 e. Perusahaan akan dapat memperoleh CER (Credit Emission Reduction) dari upaya pengurangan carbon yang terlepas ke lingkungan melalui methane capture berkisar Rp ,- s/d Rp ,-. Hasil studi kelayakan ekonomi opsi produksi bersih industri tapioka dengan memanfaatkan ampas/onggok sebagai pakan ternak dengan kegiatan penggemukan sapi sebanyak 100 ekor dapat memberikan keuntungan sebesar Rp ,- dengan payback periode 0,74 tahun. Penggunaan kembali air sisa proses separator untuk pencucian ubikayu memberikan nilai keuntungan penghematan biaya sebesar Rp ,- setiap bulannya. Pemanfaatan air limbah sebagai salah satu sumber energi terbarukan dalam bentuk biogas dengan sistem CIGAR memberikan manfaat yang cukup menguntungkan dengan payback periode selama 7,3 bulan. Pemanfaatan kulit, serat ubikayu untuk pupuk organik akan memberikan manfaat sebesar Rp Industri tapioka dinilai sangat
7 menguntungkan apabila dapat menerapkan dengan baik perbaikan proses yang direkomendasikan, sehingga dampak pencemaran terhadap lingkungan dapat diminimalkan. Model proses produksi industri tapioka ramah lingkungan berbasis produksi bersih yang dihasilkan dapat memberikan solusi skenario pemanfaatan air limbah, pemanfaatan energi dari air limbah dan reduksi emisi gas. Limbah padat dapat digunakan sebagai pakan ternak, pupuk organik yang secara efektif menuju terciptanya agroindustri tapioka yang ramah lingkungan dan menurunkan dampak efek pemanasan global. Kata Kunci: Produksi bersih, proses produksi, industri tapioka
MODEL PROSES PRODUKSI INDUSTRI TAPIOKA RAMAH LINGKUNGAN BERBASIS PRODUKSI BERSIH (Studi Kasus di Provinsi Lampung) ERDI SUROSO
MODEL PROSES PRODUKSI INDUSTRI TAPIOKA RAMAH LINGKUNGAN BERBASIS PRODUKSI BERSIH (Studi Kasus di Provinsi Lampung) ERDI SUROSO SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2011 PERNYATAAN MENGENAI
Lebih terperincicair (Djarwati et al., 1993) dan 0,114 ton onggok (Chardialani, 2008). Ciptadi dan
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Ubi kayu merupakan komoditi pertanian yang utama di Provinsi Lampung. Luas areal penanaman ubi kayu di Provinsi Lampung pada tahun 2009 adalah sekitar 320.344
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. berkembang pesat pada dua dekade terakhir. Produksi minyak sawit Indonesia
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Industri kelapa sawit merupakan salah satu agroindustri yang sangat potensial dan berkembang pesat pada dua dekade terakhir. Produksi minyak sawit Indonesia telah menyumbang
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Singkong merupakan salah satu komoditi pertanian di Provinsi Lampung.
1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Singkong merupakan salah satu komoditi pertanian di Provinsi Lampung. Provinsi Lampung pada tahun 2013 memiliki luas panen untuk komoditi singkong sekitar 318.107 hektar
Lebih terperinciPOTENSI PENERAPAN PRODUKSI BERSIH PADA PEMBUATAN MANISAN CARICA (Carica pubescens)
POTENSI PENERAPAN PRODUKSI BERSIH PADA PEMBUATAN MANISAN CARICA (Carica pubescens) TESIS Untuk memenuhi sebagian persyaratan Mencapai derajat Sarjana S-2 pada Program Magister Ilmu Lingkungan Faradies
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. anorganik terus meningkat. Akibat jangka panjang dari pemakaian pupuk
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kegiatan usaha tani yang intensif telah mendorong pemakaian pupuk anorganik terus meningkat. Akibat jangka panjang dari pemakaian pupuk anorganik yang berlebihan adalah
Lebih terperinciSTUDI KELAYAKAN PENGEMBANGAN BIOGAS KOTORAN SAPI SEBAGAI ENERGI ALTERNATIF RAMAH LINGKUNGAN DI KABUPATEN NGAWI (Studi Kelayakan di Kecamatan Ngawi)
STUDI KELAYAKAN PENGEMBANGAN BIOGAS KOTORAN SAPI SEBAGAI ENERGI ALTERNATIF RAMAH LINGKUNGAN DI KABUPATEN NGAWI (Studi Kelayakan di Kecamatan Ngawi) TESIS Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan industri selain memiliki dampak positif juga memiliki dampak negatif yaitu keluaran bukan produk yang berupa bahan, energi dan air yang digunakan dalam
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Industri kelapa sawit merupakan salah satu industri penghasil devisa non migas di
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Industri kelapa sawit merupakan salah satu industri penghasil devisa non migas di Indonesia dengan komoditas utama yaitu minyak sawit (Crude Palm Oil/CPO). Minyak sawit
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN Latar Belakang
17 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara agraris yang mempunyai potensi biomassa yang sangat besar. Estimasi potensi biomassa Indonesia sekitar 46,7 juta ton per tahun (Kamaruddin,
Lebih terperinciSISTEM GASIFIKASI FLUIDIZED BED BERBAHAN BAKAR LIMBAH RUMAH POTONG HEWAN DENGAN INERT GAS CO2
SISTEM GASIFIKASI FLUIDIZED BED BERBAHAN BAKAR LIMBAH RUMAH POTONG HEWAN DENGAN INERT GAS CO2 Oleh : I Gede Sudiantara Pembimbing : Prof. I Nyoman Suprapta Winaya, ST.,Masc.,Ph.D. I Gusti Ngurah Putu Tenaya,
Lebih terperinciABSTRACT SITI ROMELAH. Intensive farming practices system by continuously applied agrochemicals,
ABSTRACT SOIL QUALITY ANALYSIS AND ECONOMIC BENEFITS IN THE COW- PALM OIL INTEGRATED SYSTEM TO ACHIEVE SUSTAINABLE AGRICULTURE (CASE STUDY: KARYA MAKMUR VILLAGE, SUBDISTRICT PENAWAR AJI, TULANG BAWANG
Lebih terperinci24/05/2013. Produksi Bersih (sebuah pengantar) PENDAHULUAN. Produksi Bersih (PB) PB Merupakan pendekatan yang cost-effective
Produksi Bersih (sebuah pengantar) PENDAHULUAN Produksi Bersih (PB) United Nation Environmental Programme (UNEP) mendefinisikan produksi bersih sebagai penerapan yang kontinyu dari sebuah strategi pencegahan
Lebih terperinciPEMANFAATAN LIMBAH CAIR TAPIOKA UNTUK PENGHASIL BIOGAS SKALA LABORATORIUM. Mhd F Cholis Kurniawan
PEMANFAATAN LIMBAH CAIR TAPIOKA UNTUK PENGHASIL BIOGAS SKALA LABORATORIUM Mhd F Cholis Kurniawan SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2009 PERNYATAAN TESIS DAN MENGENAI SUMBER INFORMASI
Lebih terperinciNama : Putri Kendaliman Wulandari NPM : Jurusan : Teknik Industri Pembimbing : Dr. Ir. Rakhma Oktavina, M.T Ratih Wulandari, S.T, M.
Nama : Putri Kendaliman Wulandari NPM : 35410453 Jurusan : Teknik Industri Pembimbing : Dr. Ir. Rakhma Oktavina, M.T Ratih Wulandari, S.T, M.T TUGAS AKHIR USULAN PENINGKATAN PRODUKTIVITAS DAN KINERJA LINGKUNGAN
Lebih terperinciKinerja Pengeringan Chip Ubi Kayu
Technical Paper Kinerja Pengeringan Chip Ubi Kayu Performance of Cassava Chip Drying Sandi Asmara 1 dan Warji 2 Abstract Lampung Province is the largest producer of cassava in Indonesia. Cassava has a
Lebih terperinciBAB I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Meningkatnya kebutuhan masyarakat terhadap produk barang dan jasa mendorong tumbuhnya berbagai kegiatan industri yang memproduksi barang dan jasa untuk memenuhi kebutuhan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. tanaman yang mengandung mono/disakarida (tetes tebu dan gula tebu), bahan
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Bioetanol merupakan salah satu sumber energi alternatif yang berasal dari tanaman yang mengandung mono/disakarida (tetes tebu dan gula tebu), bahan berpati
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pendapatan negara dalam hal menyediakan lapangan pekerjaan bagi masyarakat. penting dilakukan untuk menekan penggunaan energi.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sektor industri merupakan sektor yang berperan dalam meningkatkan pendapatan negara dalam hal menyediakan lapangan pekerjaan bagi masyarakat. Namun demikian
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Industri sawit merupakan salah satu agroindustri sangat potensial di Indonesia
1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Industri sawit merupakan salah satu agroindustri sangat potensial di Indonesia dengan jumlah produksi pada tahun 2013 yaitu sebesar 27.746.125 ton dengan luas lahan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Timbulnya kelangkaan bahan bakar minyak yang disebabkan oleh ketidakstabilan harga minyak dunia, maka pemerintah mengajak masyarakat untuk mengatasi masalah energi
Lebih terperincivial, reaktor unit DBR200, HACH Spectrofotometri DR 4000, gelas ukur, box ice,
34 III BAHAN DAN METODE A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Pengelolaan Limbah Agroindustri Jurusan Teknologi Hasil Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Lampung
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. mencapai 2324,7 juta ton/tahun (Ditjenbun, 2007).
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Indonesia adalah negara yang memiliki luas perkebunan kelapa nomor satu di dunia. Luas kebun kelapa Indonesia 3,712 juta hektar (31,4% luas kebun kelapa dunia)
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang dilakukan antara lain melalui peningkatan efisiensi proses produksi,
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pengembangan agroindustri berbasis teknologi dimaksudkan untuk mewujudkan agroindustri yang memiliki daya saing secara berkesinambungan. Kesinambungan daya saing tersebut
Lebih terperinciPERANCANGAN ALAT TEKNOLOGI TEPAT GUNA UNTUK MENGURANGI DAMPAK LINGKUNGAN DAN MENINGKATKAN PENDAPATAN RUMAH PEMOTONGAN AYAM
PERANCANGAN ALAT TEKNOLOGI TEPAT GUNA UNTUK MENGURANGI DAMPAK LINGKUNGAN DAN MENINGKATKAN PENDAPATAN RUMAH PEMOTONGAN AYAM Moses Laksono Singgih dan Mera Kariana Jurusan Teknik Industri, Fakultas Teknologi
Lebih terperinciGreen House Gases Emission Reduction Potential Through Palm Oil Mill Integrated Waste Treatment
LOGO Green House Gases Emission Reduction Potential Through Palm Oil Mill Integrated Waste Treatment By: Julfi Restu Amelia, Suprihatin, Nastiti Siswi Indrasti, Udin Hasanudin, Koichi Fujie www.themegallery.com
Lebih terperinciPenerapan Life Cycle Assessment untuk Menakar Emisi Gas Rumah Kaca yang Dihasilkan dari Aktivitas Produksi Tahu
Penerapan Life Cycle Assessment untuk Menakar Emisi Gas Rumah Kaca yang Dihasilkan dari Aktivitas Produksi Tahu Jatmiko Wahyudi 1* 1 Badan Perencanaan Pembangunan Daerah, Kabupaten Pati *Email: jatmiko_tkuns@yahoo.com
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. semakin banyak di Indonesia. Kini sangat mudah ditemukan sebuah industri
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Waktu demi waktu kini industri baik industri rumahan maupun pabrik semakin banyak di Indonesia. Kini sangat mudah ditemukan sebuah industri meskipun letaknya dekat
Lebih terperinciPENGARUH LAMA WAKTU DAN TEMPERATUR TERHADAP PENINGKATAN KUALITAS BATUBARA MUDA (LIGNIT) DENGAN MENGGUNAKAN OLI BEKAS DAN SOLAR SEBAGAI STABILISATOR
TUGAS AKHIR PENGARUH LAMA WAKTU DAN TEMPERATUR TERHADAP PENINGKATAN KUALITAS BATUBARA MUDA (LIGNIT) DENGAN MENGGUNAKAN OLI BEKAS DAN SOLAR SEBAGAI STABILISATOR Diajukan untuk Memenuhi Syarat Menyelesaikan
Lebih terperinciPENERAPAN KONSEP CO-GENERATION DALAM PROGRAM SWASEMBADA DAGING SAPI PADA KAWASAN PERKEBUNAN KELAPA SAWIT
PENERAPAN KONSEP CO-GENERATION DALAM PROGRAM SWASEMBADA DAGING SAPI PADA KAWASAN PERKEBUNAN KELAPA SAWIT Benny Nafariza Program Studi Energy Security Universitas Pertahanan Indonesia email: bennynafariza@gmail.com
Lebih terperinciKAJIAN POTENSI PENGGUNAAN BY PRODUCT INDUSTRI PERTANIAN DI KABUPATEN JEMBER SEBAGAI BAHAN BAKU PEMBUATAN BIOPELLET UNTUK BAHAN BAKAR ALTERNATIF
8 Kajian Potensi Penggunaan (Andrew) KAJIAN POTENSI PENGGUNAAN BY PRODUCT INDUSTRI PERTANIAN DI KABUPATEN JEMBER SEBAGAI BAHAN BAKU PEMBUATAN BIOPELLET UNTUK BAHAN BAKAR ALTERNATIF Andrew Setiawan Rusdianto
Lebih terperinciBIOGAS DARI KOTORAN SAPI
ENERGI ALTERNATIF TERBARUKAN BIOGAS DARI KOTORAN SAPI Bambang Susilo Retno Damayanti PENDAHULUAN PERMASALAHAN Energi Lingkungan Hidup Pembangunan Pertanian Berkelanjutan PENGEMBANGAN TEKNOLOGI BIOGAS Dapat
Lebih terperinciPERENCANAAN UNIT PENGOLAHAN LIMBAH CAIR PADA PABRIK WAFER STICK DENGAN KAPASITAS PRODUKSI 7,1 TON/HARI TUGAS PERENCANAAN UNIT PENGOLAHAN PANGAN
PERENCANAAN UNIT PENGOLAHAN LIMBAH CAIR PADA PABRIK WAFER STICK DENGAN KAPASITAS PRODUKSI 7,1 TON/HARI TUGAS PERENCANAAN UNIT PENGOLAHAN PANGAN OLEH: ANGELIA DWI LESTIYANI 6103006038 PROGRAM STUDI TEKNOLOGI
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. yang dimiliki oleh suatu negara. Indonesia merupakan negara berkembang
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Perekonomian nasional tidak terlepas dari berkembangnya sumber daya alam yang dimiliki oleh suatu negara. Indonesia merupakan negara berkembang yang memiliki
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Sektor pertanian memberikan kontribusi yang besar sebagai. sumber devisa negara melalui produk-produk primer perkebunan maupun
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sektor pertanian memberikan kontribusi yang besar sebagai sumber devisa negara melalui produk-produk primer perkebunan maupun produk hasil olahannya. Berdasarkan data triwulan
Lebih terperinciPENGEMBANGAN SERBUK GERGAJI MENJADI BIO-OIL MENGGUNAKAN PROSES PIROLISIS
LAPORAN TUGAS AKHIR PENGEMBANGAN SERBUK GERGAJI MENJADI BIO-OIL MENGGUNAKAN PROSES PIROLISIS (Development of Saw Dust Into Bio-oil Using Pyrolysis Process) Diajukan sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. sebagai salah satu cara untuk memantau kinerja produksinya. Pengukuran
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Produktivitas merupakan satu hal yang sangat penting bagi perusahaan sebagai salah satu cara untuk memantau kinerja produksinya. Pengukuran produktivitas dilakukan
Lebih terperinciPEMANFAATAN KOTORAN SAPI SEBAGAI BAHAN BAKAR DALAM PROSES PENGERINGAN RAMBAK DI DAERAH BOYOLALI UNTUK MENGURANGI KETERGANTUNGAN TERHADAP MINYAK TANAH
PEMANFAATAN KOTORAN SAPI SEBAGAI BAHAN BAKAR DALAM PROSES PENGERINGAN RAMBAK DI DAERAH BOYOLALI UNTUK MENGURANGI KETERGANTUNGAN TERHADAP MINYAK TANAH Wahyu Purwo Raharjo dan Zainal Arifin Jurusan Teknik
Lebih terperinciSKRIPSI PEMURNIAN BIOGAS DARI GAS PENGOTOR CO2 DENGAN MENGGUNAKAN BUTIRAN PADAT KALSIUM HIDROKSIDA. Oleh: I MADE RAI DWIJA ANTARA
SKRIPSI PEMURNIAN BIOGAS DARI GAS PENGOTOR CO2 DENGAN MENGGUNAKAN BUTIRAN PADAT KALSIUM HIDROKSIDA Oleh: I MADE RAI DWIJA ANTARA 1104305031 JURUSAN TEKNIK MESIN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS UDAYANA 2016
Lebih terperinciPEMANFAATAN LIMBAH CAIR PABRIK KELAPA SAWIT
PEMANFAATAN LIMBAH CAIR PABRIK KELAPA SAWIT PT. Bumitama Gunajaya Agro Sampit, 23 Februari 2017 Udin Hasanudin Program Studi Teknologi Industri Pertanian, Fakultas Pertanian Pusat Penelitian dan Pengembangan
Lebih terperinciPEMANFAATAN LIMBAH PABRIK PEMBEKUAN UDANG HEADLESS BLOCK FROZEN MENJADI KITOSAN MAKALAH KOMPREHENSIF OLEH: ARNEL LUNARTO
PEMANFAATAN LIMBAH PABRIK PEMBEKUAN UDANG HEADLESS BLOCK FROZEN MENJADI KITOSAN MAKALAH KOMPREHENSIF OLEH: ARNEL LUNARTO 6103008106 PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PANGAN FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN UNIVERSITAS
Lebih terperinciZero Waste. [Prinsip Menciptakan Agro-Industri Ramah Lingkungan] Dede Sulaeman [1]
Zero Waste [Prinsip Menciptakan Agro-Industri Ramah Lingkungan] Dede Sulaeman [1] Zero Waste [Prinsip Menciptakan Agro-industri Ramah Lingkungan] April 2008 Penulis: Dede Sulaeman, ST, M.Si Subdit Pengelolaan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Peningkatan permintaan energi yang disebabkan oleh pertumbuhan populasi
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Beberapa tahun terakhir ini energi merupakan persoalan yang krusial di dunia. Peningkatan permintaan energi yang disebabkan oleh pertumbuhan populasi penduduk dan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang
BB PNDHULUN 1.1. Latar Belakang Beberapa tahun terakhir ini energi merupakan persoalan yang krusial didunia. Peningkatan permintaan energi yang disebabkan oleh pertumbuhan populasi penduduk dan menipisnya
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. dan banyak tumbuh di Indonesia, diantaranya di Pulau Jawa, Madura, Sulawesi,
II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Gambaran Umum Ubi Kayu Ubi kayu yang sering pula disebut singkong atau ketela pohon merupakan salah satu tanaman penghasil bahan makanan pokok di Indonesia. Tanaman ini tersebar
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. ini. Penyebab utama naiknya temperatur bumi adalah akibat efek rumah kaca
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perubahan iklim merupakan tantangan paling serius yang dihadapi dunia pada saat ini. Penyebab utama naiknya temperatur bumi adalah akibat efek rumah kaca yang menurut sebagian
Lebih terperinciStudi Potensi Pemanfaatan Biogas Sebagai Pembangkit Energi Listrik di Dusun Kaliurang Timur, Kelurahan Hargobinangun, Pakem, Sleman, Yogyakarta
Jurnal Sains dan Teknologi Lingkungan Volume 2, Nomor 2, Juni 2010, Halaman 83 89 ISSN: 2085 1227 Studi Potensi Pemanfaatan Biogas Sebagai Pembangkit Energi Listrik di Dusun Kaliurang Timur, Kelurahan
Lebih terperinci]BIOFIKSASI CO 2 OLEH MIKROALGA Chlamydomonas sp UNTUK PEMURNIAN BIOGAS
]BIOFIKSASI CO 2 OLEH MIKROALGA Chlamydomonas sp UNTUK PEMURNIAN BIOGAS TESIS Untuk memenuhi persyaratan mencapai derajat Sarjana S-2 Magister Teknik Kimia Rufaida Nur Rostika L4C009012 PROGRAM PASCASARJANA
Lebih terperinciPENGOLAHAN LIMBAH CAIR TAPIOKA MENGGUNAKAN KOTORAN SAPI PERAH DENGAN SISTEM ANAEROBIK SKRIPSI DIPA ALAM VEGANTARA
PENGOLAHAN LIMBAH CAIR TAPIOKA MENGGUNAKAN KOTORAN SAPI PERAH DENGAN SISTEM ANAEROBIK SKRIPSI DIPA ALAM VEGANTARA DEPARTEMEN ILMU PRODUKSI DAN TEKNOLOGI PETERNAKAN FAKULTAS PETERNAKAN INSTITUT PERTANIAN
Lebih terperinciAgustin Sukarsono *) Eddy Ernanto **)
SISTEM PRODUKSI BIOGAS YANG TERINTEGRASI (Sebuah Aplikasi Teknologi Tepat Guna melalui Pemanfaatan limbah ) Agustin Sukarsono *) Eddy Ernanto **) PENDAHULUAN Krisis bahan bakar di indonesia dewasa ini
Lebih terperinciMajalah INFO ISSN : Edisi XVI, Nomor 1, Pebruari 2014 BIOGAS WUJUD PENERAPAN IPTEKS BAGI MASYARAKAT DI TUNGGULSARI TAYU PATI
BIOGAS WUJUD PENERAPAN IPTEKS BAGI MASYARAKAT DI TUNGGULSARI TAYU PATI M. Christiyanto dan I. Mangisah ABSTRAK Tujuan dari kegiatan ini adalah peningkatan produktivitas ruminansia, penurunan pencemaran
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perkembangan aktivitas industri dan pola hidup masyarakat modern memberikan dampak terhadap meningkatnya kebutuhan masyarakat dalam konsumsi produk barang dan jasa.
Lebih terperinciOleh : Marinda Sari 1, Warji 2, Dwi Dian Novita 3, Tamrin 4
Jurnal Teknik Pertanian Lampung Vol. 2, No. 1: 43-48 MEMPELAJARI KARAKTERISTIK TEPUNG ONGGOK PADA TIGA METODE PENGERINGAN YANG BERBEDA [CHARACTERIZING OF ONGGOK FLOUR USING THREE DIFFERENT DRYING METHODS]
Lebih terperinciNo. Uraian Rata-rata/Produsen 1. Nilai Tambah Bruto (Rp) ,56 2. Jumlah Bahan Baku (Kg) 6.900,00 Nilai Tambah per Bahan Baku (Rp/Kg) 493,56
No. Uraian Rata-rata/Produsen 1. Nilai Tambah Bruto (Rp) 3.405.545,56 2. Jumlah Bahan Baku (Kg) 6.900,00 Nilai Tambah per Bahan Baku (Rp/Kg) 493,56 Tabel 11. Rata-rata Nilai Tambah per Tenaga Kerja Industri
Lebih terperinciPOTENSI PEMANFAATAN LIMBAH ORGANIK DARI PASAR TRADISIONAL DI BANDAR LAMPUNG SEBAGAI BAHAN BAKU PEMBUATAN KOMPOS DAN BIOGAS
POTENSI PEMANFAATAN LIMBAH ORGANIK DARI PASAR TRADISIONAL DI BANDAR LAMPUNG SEBAGAI BAHAN BAKU PEMBUATAN KOMPOS DAN BIOGAS POTENTIAL OF ORGANIC WASTE FROM TRADITIONAL MARKETS IN BANDAR LAMPUNG AS RAW MATERIALS
Lebih terperinciSTUDI KELAYAKAN PEMANFAATAN LIMBAH ORGANIK DARI RUMAH MAKAN SEBAGAI PRODUKSI ENERGI DENGAN MENGGUNAKAN REAKTOR BIOGAS SKALA RUMAH TANGGA
STUDI KELAYAKAN PEMANFAATAN LIMBAH ORGANIK DARI RUMAH MAKAN SEBAGAI PRODUKSI ENERGI DENGAN MENGGUNAKAN REAKTOR BIOGAS SKALA RUMAH TANGGA Mario Chris Reynaldi*), Sudarno**), Irawan Wisnu Wardhana**) Program
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang.
1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang. Perkembangan kebutuhan energi dunia yang dinamis di tengah semakin terbatasnya cadangan energi fosil serta kepedulian terhadap kelestarian lingkungan hidup, menyebabkan
Lebih terperinciPEMBUATAH BIOGAS DARI LIMBAH TAHU. Kimin Kusnadi *
Bimafika, 2011, 3, 254-258 PEMBUATAH BIOGAS DARI LIMBAH TAHU Kimin Kusnadi * Staff Pengajar Fakultas Teknik Universitas Darussalam Ambon Diterima 12-12-2010; Terbit -06-2011 ABSTRACT Manufacture of biogas
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara penghasil kakao terbesar ketiga di dunia, namun kakao
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara penghasil kakao terbesar ketiga di dunia, namun kakao yang dihasilkan sebanyak 70% diekspor dalam bentuk biji kakao (raw product). Hal ini
Lebih terperinciPENERAPAN SISTEM PERTANIAN BIOREFINERY TERPADU BERBASIS TANAMAN NANAS PT GREAT GIANT PINEAPPLE
Penerapan Sistem Pertanian Biorefinery Terpadu Berbasis Tanaman Nanas PT Great Giant Pineapple Ruslan Krisno 41 PENERAPAN SISTEM PERTANIAN BIOREFINERY TERPADU BERBASIS TANAMAN NANAS PT GREAT GIANT PINEAPPLE
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. Pupuk adalah bahan yang ditambahkan ke dalam tanah untuk menyediakan
7 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pupuk Organik Cair Pupuk adalah bahan yang ditambahkan ke dalam tanah untuk menyediakan sebagian unsur esensial bagi pertumbuhan tanaman. Peran pupuk sangat dibutuhkan oleh tanaman
Lebih terperinciIndustri petemakan dituding usaha pencemar lingkungan hidup
MENGAPA LIMBAH? Ilmu Pengetahuan berkembang idealnya kesejahteraan meningkat Desakan pembangunan pergeseran nilai dan penataan ruang lingkungan hidup (manusia, hewan, biota air, perkebunan dan industri)
Lebih terperinciPRODUKSI GAS BAHAN BAKAR DARI SABUT KELAPA DENGAN ALAT GASIFIKASI FIXED-BED TANPA TENGGOROKAN
LAPORAN TUGAS AKHIR PRODUKSI GAS BAHAN BAKAR DARI SABUT KELAPA DENGAN ALAT GASIFIKASI FIXED-BED TANPA TENGGOROKAN Oleh : 1. Juniar Sulistyowati I 8310040 2. Medina Citra Syamutia I 8310042 PROGRAM STUDI
Lebih terperinciPERBANDINGAN KONSUMSI BAHAN BAKAR ANTARA BUS DAN TRAVEL MINIBUS RUTE SEMARANG SOLO SAMPAI TAHUN 2040 MENGGUNAKAN SOFTWARE LEAP
PERBANDINGAN KONSUMSI BAHAN BAKAR ANTARA BUS DAN TRAVEL MINIBUS RUTE SEMARANG SOLO SAMPAI TAHUN 2040 MENGGUNAKAN SOFTWARE LEAP *Noviyanto Rahmat Zulem 1, MSK. Tony Suryo Utomo 2 1 Mahasiswa Jurusan Teknik
Lebih terperinciKADAR BIOETANOL LIMBAH TAPIOKA PADAT KERING DENGAN PENAMBAHAN RAGI DAN LAMA FERMENTASI YANG BERBEDA
0 KADAR BIOETANOL LIMBAH TAPIOKA PADAT KERING DENGAN PENAMBAHAN RAGI DAN LAMA FERMENTASI YANG BERBEDA SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Program Studi Pendidikan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dipancarkan lagi oleh bumi sebagai sinar inframerah yang panas. Sinar inframerah tersebut di
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pancaran sinar matahari yang sampai ke bumi (setelah melalui penyerapan oleh berbagai gas di atmosfer) sebagian dipantulkan dan sebagian diserap oleh bumi. Bagian yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Biogas merupakan salah satu energi berupa gas yang dihasilkan dari bahan-bahan organik. Biogas merupakan salah satu energi terbarukan. Bahanbahan yang dapat
Lebih terperinciXI. PENGEMBANGAN AGROINDUSTRI UBI KAYU
XI. PENGEMBANGAN AGROINDUSTRI UBI KAYU Ubi kayu menjadi salah satu fokus kebijakan pembangunan pertanian 2015 2019, karena memiliki beragam produk turunan yang sangat prospektif dan berkelanjutan sebagai
Lebih terperinciMETODOLOGI PENELITIAN
METODOLOGI PENELITIAN Kerangka Pemikiran Industri karet remah di Indonesia sebagian besar merupakan industri yang melibatkan petani karet sebagai penghasil bahan baku berupa bokar dan pabrik karet sebagai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Permasalahan energi merupakan persoalan yang terus berkembang di
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan energi merupakan persoalan yang terus berkembang di dunia. Peningkatan permintaan energi yang disebabkan oleh pertumbuhan populasi penduduk dan semakin
Lebih terperinciPEMBUATAN BIOBRIKET DARI LIMBAH BIOMASSA ABSTRAK
PEMBUATAN BIOBRIKET DARI LIMBAH BIOMASSA Nahar 1 *, Zulkifli 2, Satriananda 3 1,2,3 Email: nahar_pnl@yahoo.com ABSTRAK Untuk mengatasi kelangkaan energi terutama di pedesaaan, limbah biomassa dari tanaman
Lebih terperinciPEMANFATAAN AMPAS TAHU MENJADI BIOETANOL DENGAN PROSES FERMENTASI DAN HIDROLISA H 2 SO 4
TUGAS AKHIR PEMANFATAAN AMPAS TAHU MENJADI BIOETANOL DENGAN PROSES FERMENTASI DAN HIDROLISA H 2 SO 4 (Utilitation of Tofu Waste become Bioethanol with Fermentation Process and Hydrolysis H 2 SO 4 ) Diajukan
Lebih terperinciPengaruh Pengaturan ph dan Pengaturan Operasional Dalam Produksi Biogas dari Sampah
Pengaruh Pengaturan ph dan Pengaturan Operasional Dalam Produksi Biogas dari Sampah Oleh : Nur Laili 3307100085 Dosen Pembimbing : Susi A. Wilujeng, ST., MT 1 Latar Belakang 2 Salah satu faktor penting
Lebih terperinciPENGGUNAAN PERALATAN DENGAN TEKNOLOGI RAMAH LINGKUNGAN
PENGGUNAAN PERALATAN DENGAN TEKNOLOGI RAMAH LINGKUNGAN Oleh : Titik Purwati Widowati BALAI BESAR TEKNOLOGI PENCEGAHAN PENCEMARAN INDUSTRI Semarang, 15 Desember 2017 Pengertian Teknologi yang melindungi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Jurusan Teknik Kimia Fakultas Teknik -1- Universitas Diponegoro
BAB I PENDAHULUAN I.1. LATAR BELAKANG MASALAH Terkait dengan kebijakan pemerintah tentang kenaikan Tarif Dasar Listrik (TDL) per 1 Juli 2010 dan Bahan Bakar Minyak (BBM) per Januari 2011, maka tidak ada
Lebih terperinciSektor pertanian memberikan kontribusi yang besar sebagai. produk hasil olahannya. Berdasarkan data triwulan yang dikeluarkan
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sektor pertanian memberikan kontribusi yang besar sebagai sumber devisa negara melalui produk-produk primer perkebunan maupun produk hasil olahannya. Berdasarkan data triwulan
Lebih terperinciABSTRACT. Key words: target costing, efficiency, production costs, selling prices.
ABSTRACT Target costing is a cost accounting system in which the cost management system is carried out if the cost exceeds a predefined and performed on development stage. Generally, the result of target
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Bawang merah (Allium ascalonicum L.) merupakan komoditas hortikultura
1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Bawang merah (Allium ascalonicum L.) merupakan komoditas hortikultura berjenis umbi lapis yang memiliki banyak manfaat dan bernilai ekonomis tinggi serta
Lebih terperinciMenghitung Eco-efficiency di PT. APIE Indo Karunia
Lay, et al. / Menghitung Eco-efficiency di PT. APIE Indo Karunia / Jurnal Titra, Vol..2, No.2, Juni 2014, pp. 155-160 Menghitung Eco-efficiency di PT. APIE Indo Karunia William Sutomo Lay 1, Togar W.S.
Lebih terperinciPROGRAM STUDI DIPLOMA III TEKNIK KIMIA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2015
TUGAS AKHIR PEMBUATAN GELATIN DARI LIMBAH TULANG AYAM MENGGUNAKAN PROSES ASAM Disusun Oleh: RENNY SETYANINGSIH I 8312039 SILVIA IRIYANTI I 8312047 PROGRAM STUDI DIPLOMA III TEKNIK KIMIA FAKULTAS TEKNIK
Lebih terperinciIII. METODE PENELITIAN
III. METODE PENELITIAN 3.1. KERANGKA PEMIKIRAN KONSEPTUAL Salah satu permasalahan besar pada industri kelapa sawit adalah penanganan limbah cair pabrik kelapa sawit (LCPKS). Kondisi tersebutjuga terjadi
Lebih terperinciPENGARUH ENZIM α-amylase DALAM PEMBUATAN BIOGAS DARI LIMBAH PADAT TAPIOKA YANG MELIBATKAN EFFECTIVE MICROORGANISM (EM) DALAM ANAEROBIC DIGESTER
PENGARUH ENZIM α-amylase DALAM PEMBUATAN BIOGAS DARI LIMBAH PADAT TAPIOKA YANG MELIBATKAN EFFECTIVE MICROORGANISM (EM) DALAM ANAEROBIC DIGESTER G.A Mertahardianti dan S.R Juliastuti Pasca Sarjana Jurusan
Lebih terperinciABSTRACT ANALYSIS OF THE POTENTIAL OF PALM SHELL WASTE WHEN USED AS ACTIVED CHARCOAL IN RIAU PROVINCE BY : EDWARD SITINDAON
ABSTRACT ANALYSIS OF THE POTENTIAL OF PALM SHELL WASTE WHEN USED AS ACTIVED CHARCOAL IN RIAU PROVINCE BY : EDWARD SITINDAON Under Guidance : Drs. Hainim Kadir, M.Si and Dra. Hj. Ritayani Iyan, MS This
Lebih terperincill. TINJAUAN PUSTAKA cepat. Hal ini dikarenakan tahu merupakan makanan tradisional yang dikonsumsi
ll. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Industri Tahu Industri tahu di Indonesia merupakan salah satu industri yang berkembang cepat. Hal ini dikarenakan tahu merupakan makanan tradisional yang dikonsumsi setiap hari
Lebih terperinciNILAI PH, KANDUNGAN NITROGEN (N), PHOSFOR (P 2 O 5 ) DAN KALIUM (K 2 O) PUPUK ORGANIK CAIR DARI FESES DOMBA DENGAN EM4 DAN PENAMBAHAN CAIRAN RUMEN
NILAI PH, KANDUNGAN NITROGEN (N), PHOSFOR (P 2 O 5 ) DAN KALIUM (K 2 O) PUPUK ORGANIK CAIR DARI FESES DOMBA DENGAN EM4 DAN PENAMBAHAN CAIRAN RUMEN Skripsi untuk memenuhi sebagian persyaratan guna memperoleh
Lebih terperinciANALISIS EKONOMI PAKAN TERNAK TERFERMENTASI BERBASIS LIMBAH AGROINDUSTRI PISANG DI KABUPATEN LUMAJANG
Volume 01, No 02- Maret 2017 ANALISIS EKONOMI PAKAN TERNAK TERFERMENTASI BERBASIS LIMBAH AGROINDUSTRI PISANG DI KABUPATEN LUMAJANG ECONOMICS ANALYSIS OF FERMENTED FEED BASED ON BANANA AGROINDUSTRY WASTE
Lebih terperinciANALISIS EKONOMI PAKAN TERNAK TERFERMENTASI BERBASIS LIMBAH AGROINDUSTRI PISANG DI KABUPATEN LUMAJANG
ANALISIS EKONOMI PAKAN TERNAK TERFERMENTASI BERBASIS LIMBAH AGROINDUSTRI PISANG DI KABUPATEN LUMAJANG [ECONOMICS ANALYSIS OF FERMENTED FEED BASED ON BANANA AGROINDUSTRY WASTE IN DISTRICT OF LUMAJANG] Shanti
Lebih terperinciLAPORAN HASIL PENELITIAN HIBAH BERSAING TAHUN I
ENERGI LAPORAN HASIL PENELITIAN HIBAH BERSAING TAHUN I IMPLEMENTASI UNIT PRODUKSI BIOETHANOL: UPAYA PENINGKATAN KESEJAHTERAAN PETANI UBI KAYU DI DESA NGAJUM SUMBER PUCUNG KABUPATEN MALANG Ketua : Prof.
Lebih terperinciKesetimbangan Energi dan Manfaat dalam Aplikasi Produksi Bersih di Sistem Pengolahan Limbah Cair Industri Nanas Kaleng
Kesetimbangan Energi dan Manfaat dalam Aplikasi Produksi Bersih di Sistem Pengolahan Limbah Cair Industri Nanas Kaleng Pertiwi Andarani 1, Afni Siallagan 1, Mega Mutiara Sari 2 1 )Departemen Teknik Lingkungan,
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. peternakan tidak akan jadi masalah jika jumlah yang dihasilkan sedikit. Bahaya
4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Biogas Biogas menjadi salah satu alternatif dalam pengolahan limbah, khususnya pada bidang peternakan yang setiap hari menyumbangkan limbah. Limbah peternakan tidak akan
Lebih terperinciII. LINGKUP KEGIATAN PERUSAHAAN DAERAH PENELITIAN...22
DAFTAR ISI Halaman KATA PENGANTAR... iii DAFTAR ISI... v DAFTAR TABEL... viii DAFTAR GAMBAR/FOTO... ix DAFTAR LAMPIRAN... x INTISARI... xi ABSTRACT... xii I. PENDAHULUAN......1 1.1. Latar Belakang......1
Lebih terperinci1. PENDAHULUAN Latar Belakang
1 1. PENDAHULUAN 1. 1. Latar Belakang Salah satu tantangan pertanian Indonesia adalah meningkatkan produktivitas berbagai jenis tanaman pertanian. Namun disisi lain, limbah yang dihasilkan dari proses
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Sampah masih merupakan masalah bagi masyarakat karena perbandingan antara
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Sampah masih merupakan masalah bagi masyarakat karena perbandingan antara jumlah sampah yang dihasilkan dengan sampah yang diolah tidak seimbang. Sampah merupakan
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI
i DAFTAR ISI Halaman LEMBAR PENGESAHAN... ii LEMBAR PERSETUJUAN... iii LEMBAR PERNYATAAN... iv ABSTRAK... v ABSTRACT... vi KATA PENGANTAR... vii DAFTAR ISI... viii DAFTAR GAMBAR... x DAFTAR TABEL... xi
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pemanfaatan Limbah Cair Industri Tahu sebagai Energi Terbarukan. Limbah Cair Industri Tahu COD. Digester Anaerobik
5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tinjauan Pustaka 2.1.1. Kerangka Teori Pemanfaatan Limbah Cair Industri Tahu sebagai Energi Terbarukan Limbah Cair Industri Tahu Bahan Organik C/N COD BOD Digester Anaerobik
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Krisis energi yang terjadi secara global sekarang disebabkan oleh ketimpangan antara konsumsi dan sumber energi yang tersedia. Sumber energi fosil yang semakin langka
Lebih terperinciSTUDI PEMANFAATAN KOTORAN SAPI UNTUK GENSET LISTRIK BIOGAS, PENERANGAN DAN MEMASAK MENUJU DESA NONGKOJAJAR (KECAMATAN TUTUR) MANDIRI ENERGI.
STUDI PEMANFAATAN KOTORAN SAPI UNTUK GENSET LISTRIK BIOGAS, PENERANGAN DAN MEMASAK MENUJU DESA NONGKOJAJAR (KECAMATAN TUTUR) MANDIRI ENERGI. OLEH : Dhika Fitradiansyah Riliandi 2205 100 003 Dosen Pembimbing
Lebih terperinciKARAKTERISTIK GAS BUANG YANG DIHASILKAN DARI RASIO PENCAMPURAN ANTARA GASOLINE DAN BIOETANOL
KARAKTERISTIK GAS BUANG YANG DIHASILKAN DARI RASIO PENCAMPURAN ANTARA GASOLINE DAN BIOETANOL Laporan Akhir ini disusun sebagai salah satu syarat Menyelesaikan pendidikan S1 Terapan Jurusan Teknik Kimia
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. suatu gas yang sebagian besar berupa metan (yang memiliki sifat mudah terbakar)
3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Prinsip Pembuatan Biogas Prinsip pembuatan biogas adalah adanya dekomposisi bahan organik oleh mikroorganisme secara anaerobik (tertutup dari udara bebas) untuk menghasilkan
Lebih terperinciABSTRAK. Kata Kunci: Pengendalian Persediaan, Metode Probabilistik, Demand Variabel dan Lead Time Konstan. Universitas Kristen Maranatha.
ABSTRAK PT.X merupakan sebuah perusahaan yang bergerak dalam industri sepatu. Produk yang dihasilkan berupa sepatu khusus pria seperti casual, vantofel dan fasionable. Dalam proses produksinya, sepatu
Lebih terperinci