RSI PERTOLONGAN PADA KERACUNAN STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL. No.Dokumen B Tanggal Terbit : Halaman 1 dari 8 Ditetapkan, Direktur.

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "RSI PERTOLONGAN PADA KERACUNAN STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL. No.Dokumen B Tanggal Terbit : Halaman 1 dari 8 Ditetapkan, Direktur."

Transkripsi

1 1 dari 8 Pengertian Tujuan Kebijakan Kebijakan. dr. H. Soeparman Sidik Masuknya bahan beracun memulai saluran cerna, saluran pernafasan, kulit maupun pembuluh darah. 1. Meningkatnya mutu Pelayanan Rumah Sakit. Meningkatnya mutu Pelayanan Kegawat Daruratan 3. Meningkatnya Keselamatan Pasien 4. Meningkatnya Kepuasan Pasien 5. Sebagai acuan dalam penatalaksanaan keracunan Dokter jaga UGD boleh melakukan tindakan medis untuk tujuan resusitasi (Sesuai SK No : F-3.96/SK.KORS/IX/011 tanggal 14 September 011 Lampiran C tentang Kebijakan Kompetensi Dokter Jaga UGD) 1. KERACUNAN INSEKTISIDA. Seperti: Baygon, Raid, Morten, dan lain-lain Seperti pasien yang datang karena keracunan, maka yang harus dilakukan adalah: 1. Petugas jaga menganamneses; cari penyebab dan berapa banyak yang ditelan.. Petugas jaga menilai kesadarannya, observasi tanda-tanda vital. 3. Petugas jaga melakukan tindakan: a. Bebaskan jalan nafas, beri oksigen 3 4 lt/menit. b. Pasang infuse Dextrose 5 % /RD/RL. c. Berikan injeksi SA mg IV setiap 15 menit, dan diulangi sampai ada gejala atropinisasi: 1. Muka merah.. Mulut kering. 3. Takikardi. 4. Midriasis. 5. Isap lendir yang berlebihan dengan suction. d. Cegah dan perlambat terjadinya absorbs dengan melakukan: 1. Beri minum susu yang banyak.. Bila susu belum tersedia, beri air putih sebanyakbanyaknya. 3. Rangsang supaya muntah, dengan cara; merangsang pharynx dan belakang lidah dengan tongspatel. 4. Bila kesadaran pasien menurun, maka cepat lakukan pemasangan NGT (Naso Gastric Tube). e. Lakukan lavage/bilas lambung dengan susu cair, kalau tidak ada atau belum tersedia berikan air hangat 38 0 C sebanyak 300 cc.

2 dari 8 Prosedur f. Miringkan pasien ke sebelah kiri agak setengah terlungkup, pertahankan posisi ini selama prosedur berlangsung. g. Mulut dihisap dengan suction catheter, mencegah terjadinya aspirasi pada saat pasien muntah. h. Lavage lambung inidilakukan terus sampai bersih, yang terbukti dari susu tidak mengandung minyak lagi atau air sudah jernih. Prosedur ini tidak boleh ditunda-tunda, harus segera dilaksanakan. Kalau susu/air hangat belum tersedia, lakukan dengan air biasa dulu. Dan pada akhir prosedur, lambung harus kosong dan NGT sementara jangan dilepas dulu. Pada waktu melakukan bilas lambung, secara simultan dapat diberikan mucolitik, Mylanta sirup, atau injeksi Tagamet/Ulsicur 1 amp IV yang diencerkan dan diberikan secara perlahan-lahan. Selain itu cegah pasien agar tidak bertambah kedinginan,tetapi jangan diberi kompres panas, cukup diberi selimut saja. Setelah kegawatan pasien telah diatasi, maka dianjurkan pada pasien/ keluarga untuk dirawat.. KERACUNAN PADA KULIT. 1. Guyur/ semprot tubuh/ kulit yang kena kontaminasi dengan air yang mengalir.. Bersihkan kulit seluruhnya dangan sempurna memakai sabun dan air. 3. Jangan memakai zat-zat sebagai antidotum. 3. KERACUNAN INHALASI. Zat-zat yang dapat menimbulkan keracunan inhalasi, antara lain: 1. Carbodioksida (CO).. Cyanida. 3. Bensin. 4. Dan macam-macam pelarut organic Petugas jaga melakukan tindakan: 1. Bawa segera korban ke udara bebas/ segar, longgarkan pakaian pakaian yang ketat. Observasi tanda-tanda vital (T, S, N, P).. Beri oksigen 3 4 lt/menit. 3. Lakukan pernafasan buatan kalau ada tanda-tanda cyanosis atau pernafasan kurang memadai. a. Berdasarkan jalan nafas. b. Buang sumbatan di mulut.

3 3 dari 8 Prosedur c. Dagu tarik ke belakang, kepala ditengadahkan (se-ekstensi mungkin). 4. Bila terjadi bronchospasme, berikan aminophylin 1 amp IV pelan pelan dan lanjutkan dengan Dex 5% + 1 amp Aminophylin dengan kecepatan tetesan 10 tetes/ menit, atau disesuaikan dengan kebutuhan. 5. Observasi kembali tanda-tanda vital. Bila terjadi hipotensis selai Dex 5 % dapat diberikan cairan RL/RD. 6. Kemungkinan beri terapi Oradexon 5 10 mg IV tiap 6 jam, selama 4 jam pertama. 7. Rekam EKG. 8. Kemudian konsulkan ke dokter UPI, penyakit dalam, dan jantung 9. Bila keadaan pasien ringan, lakukan observasi minimal 3 jam setelah masa kegawatannya telah lewat. 4. GIGITAN BINATANG Ada beberapa cara yang diterima manusia dari hewan: 1. Gigitan : anjing, ular, kera, dll.. Sengatan : semut, tawon, kalajengking. 3. Kontak pasif : ulat bulung. 4. Semprotan : serangga. Oleh karena itu sikap yang harus diambil, yaitu bagaimana menghadapi manusianya dan bagaimana menhadapi binatangnya (bila ada). Anamnesa: 1. Binatangnya. a. Apakah tempat tinggal endemic Rabies/ tidak? b. Apakah keadaan binatang pada waktu menggigit: 1) Sedang beranak. ) Dalam keadaan terangsang. 3) Vaksinasi yang masih berlaku.. gigitannya a. Jenis luka. b. Banyak luka dan dekat/tidak pada CNS. c. Vaksinasi yang diterima.

4 4 dari 8 Prosedur Petugas jaga melakukan tindakan: 1. Tindakan debridement pada luka. Bila lukanya parah dan terdapat jaringan yang nekrosis, maka buang jaringan yang nekrosis atau jaringan yang akan nekrosis. Kemudian luka dicuci dengan air sabun atau larutan HO dan luka jangan dijahit.. Tutup luka tersebut, tetapi jangan terlalu tebal untuk menghindari kontaminasi dengan kotoran. 3. Anjurkan pada pasien untuk dirujuk ke rumah sakit yang mempunyai serum nti rabies seperti RSUD DR Saiful Anwar Malang 5. GIGITAN/ PATUKAN ULAR Keracunan akut karena gigitan ular, paling sering terjadi di daerah tropis dan subtropics. Derajat keracunan akibat gigitan ular tergantung pada: 1. Kekuatan racun (tergantung jenis ular).. Kenali sifat racunnya, seperti: a. Bersifat Neurotoksik, b. Bersifat Haemotoksik, c. Bersifat kardiotoksin, ng. d. Bersifat Cytolytik, Jenis ular Cobra termasuk jenis neurotoksik yang hebat, sedangkan ancistrodon (ular tanah) menyebabkan haemolysis yang hebat. Gejalanya: 1. Tanda-tanda bekas taring, laserasi.. Bengkak dan kemerahan kadang-kadang bulae/ vaksikular. 3. Sakit kepala, enek dan muntah. 4. Demam, keringat dingin. 5. * Untuk bisa bersifat Neurotoksik, mengakibatkan: a. Kelumpuhan otot pernafasan. b. Kardiovaskuler terganggu c. Kesadaran menurun sampai koma Untuk bisa yang bersifat hemolytic: a. Luka bekas patukan yang terus berdarah. b. Haematoma pada tiap suntikan IM. c. Haemturia. d. Haemoptisis/ haematemesis.

5 5 dari 8. dr. H. Soeparman Sidik Petugas jaga melakukan tindakan. Prinsipnya: 1. Menghalangi penyerapan dan penyebaran bisa.. Menetralkan bisa. 3. Mengobati komplikasi. Pertolongan yang diberikan: 1. Tourniquet dengan pita lebar untuk mencegah aliran getah bening. Pita dilepas bila anti telah diberikan.. Imobilisasi penderita, terutama daerah bekas gigitan/ patukan. 3. Bersihkan luka dengan air garam fisiologi dan air garam biasa atau air steril. 4. Incisi. Lakukan incise menyilang antara 0,5 0,5 cm dalamnya, lalu tekan sampai darahnya keluar (hisap darahnya degan alat penghisap), hal ini akan menghilangkan sampai 0 %, bila dilakukan kurang dari 30 menit Kemudian segera kirim ke rumah sakit yang mempunyai persediaan ABU (Anti Bisa Ular). Catatan: Untuk gigitan yang bersifat haemolotik, jangan dilakukan incisi sebab menyebabkan pendarahan hebat. 6. RACUN YANG TER/DISUNTIKKAN (OVER DOSIS) Penatalaksanaan adalah: 1. Petugas jaga meletakkan/terlentangkan pasien pelan-pelan.. Petugas jaga memasang Torniquet sebelah proksimal dari lokasi suntikan dan nadi sebelah distal harus tetap teraba, minimal harus dapat dirasakan oleh pasien sendiri. Lepaskan turniket tiap 15 menit selama1 menit. 3. Petugas jaga mengompres tempat suntikan dengan es. Pada prinsipnya, penanganan kasus ini adalah: 1. Cegah/ kurangi/ hambat proses absorsinya.. Kurangi efek racun itu. 3. Kenalilah berat ringannya/ serius atau kegawatannya, sehingga dapat ditentukan tentang pengobatan selanjutnya.

6 6 dari 8 Prosedur Unit Terkait Pada kasus keracunan, ada 3 kemungkinan yang harus dihadapi dalam keracunan, yaitu: - Keracunan diketahui jenisnya. - Racun tidak diketahui jenisnya. - Tidak diketahui sakitnya apa, sehingga pada DD/ harus dimasukkan keracunan. Unit Gawat Darurat, Rawat Inap/UPI, SMF Medis, SMF Umum, Rumah Sakit Rujukan

7 Nama Zat Antihistamin Perkiraan Dosis Letal.. Tanda dan Gejalanya Depresi SSP sampai koma, kejang, disusul dengan depresi pernafasan. Mulut kering dan takhi-kardi Aspirin 0 30 mg Hipervetilasi, keringat, muntah,kesadaran delirium, kejang, dan koma. Akhirnya depresi pernafasan. Insektisida Jengkol Setiap dosis berbahaya Keracunan lewat oral, inhalasi dan kontak kulit, kuat, muntah, diare, hiper salivasi. dll. Kolik ureter dan renal hematuri, oliguria, kadang-kadang anuria dengan bahaya Uremi. 7 dari 8 dr. H. Soeparman Sidik Terapi Simtomatik: perhatikan pernafasannya. Bila kejang beri anti konvulsi. Simtomatik: awasi pernafasan. Beri susu. Bilas lambung dengan nabikorbonat. Beri vitamin K bila terdapat. Anti konvulsi tidak diberikan. Bersihkan jalan nafas. Berikan segera mg SA IV, diulang tiap menit, sampai terlihat muka merah, hipersalivasi berhenti dan bradikardi dan kult tidak berkeringat lagi. Observasi perderita terus menerus dan bila gejala kembali, diulang kembali pemberian atropin. Natrium bikorbona 4x g peroral. Bila ada anuria pengobatan tersebut di atas tidak berguna. Obatilah sebagai penderita uremia.

8 8 dari 8.. dr. H. Soeparman Sidik Kamfer g oral Kejang Simtomatik: luminal mg IM. Karbonmono Sakit kepala, depresi nafas Pernafasan buatan dengan O ksid dan syok murni di bawah tekanan Minyak tanah Reaksi obat Sianida (racun singkong) ml. Asirasi dalam paru-paru paling berbahaya iritasi saluran cerna, depresi SSp dengan depresi nafas. Muntah: aspirasi dengan akibat dispnea, asfiksia, udem paru dan kadang-kadang kejang. sendok teh bila teraspirasi. Bermacam-macam reaksi kulit obat, udem anginoneeoritik, reaksi anafilak-tik dan lain-lain. Mual, muntah, pernafasan cepat, delirium, sianosis dan koma. (oronasal mask). Bilas lambung tidak boleh. Simtomatik saja. Berikan O under pressure bila ada udem paru. Antibiotika Beri 0,3 ml adrenalin subcutan, harus diulang setiap 7 10 menit sampai ada perbaikan. Beri segera 50 ml na tiosufa 5 % IV.

9 ALKOHOL B dari 1 Pengertian Tujuan Kebijakan Keracunan akibat mengkonsusi alkohol yang berlebihan. 1. Meningkatnya mutu Pelayanan Rumah Sakit. Meningkatnya mutu Pelayanan Kegawat Daruratan 3. Meningkatnya Keselamatan Pasien 4. Meningkatnya Kepuasan Pasien 5. Sebagai acuan dalam memberikan pertolongan pada keracunan alcohol. Dokter jaga UGD boleh melakukan tindakan medis untuk tujuan resusitasi (Sesuai SK No : F-3.96/SK.KORS/IX/011 tanggal 14 September 011 Lampiran C tentang Kebijakan Kompetensi Dokter Jaga UGD) Prosedur Anamnesis : Informasi mengenai jumlah dan jenis minuman yang dikonsumsi Pemeriksaan fisik : Emosi labil, kulit kemerahan, muntah, depresi pernafasan, stupor-koma. Penatalaksanaan: 1. Petugas jaga memebaskan jalan nafas dari benda asing (muntahan). Petugas jaga memberikan oksigen sesuai dengan kebutuhan 3. Emesis dan bilas lambung dengan air/nahco3 5%. 4. Petugas jaga memasang Infus glukosa untuk menghindari hipoglikemia. Unit Terkait Unit Gawat Darurat, Rawat Inap/UPI, SMF Medis, SMF Umum

10 OPIAT B dari Pengertian Keracunan akibat penggunaan obat golongan opiat; morfin petidin,heroin opium, pentazokain, kodein, loperamid, dextrometorfan. Tujuan 1. Meningkatnya mutu Pelayanan Rumah Sakit. Meningkatnya mutu Pelayanan Kegawat Daruratan 3. Meningkatnya Keselamatan Pasien 4. Meningkatnya Kepuasan Pasien 5. Sebagai acuan dalam pemberian pertolongan pada keracunan opiat. Kebijakan Dokter jaga UGD boleh melakukan tindakan medis untuk tujuan resusitasi (Sesuai SK No : F-3.96/SK.KORS/IX/011 tanggal 14 September 011 Lampiran C tentang Kebijakan Kompetensi Dokter Jaga UGD) Prosedur Anamnesis : Informasi mengenai seluruh obat yang digunakan sisa obat yang ada. Pemeriksaan fisik : Pupil miosis - pin point, depresi nafas, penurunan kesadaran, nadi lemah, hipotensi, tanda edema paru, needle track sign, sianosis, Lab spasme saluran cerna dan bilier, kejang. : Opiate urine positif atau kadar dalam darah tinggi. 1. Petugas jaga memberikan penanganan kegawatan : resusitasi A-B-C (airway,breathing,circulation) dengan memperhatikan prinsip kewaspadaan universal: - Bebaskan jalan nafas. - Berikan oksigen sesuai dengan kebutuhan. - Pasang infus dan beri cairan sesuai dengan kebutuhan.. Petugas jaga memberikan antidote nalokson - Tanpa hipoventilasi: dosis awal diberikan 0,4mg IV pelan-pelan atau diencerkan. - Dengan hypoventilasi: dosis awal diberikan nalokson 1- mg IV pelan-pelan atau diencerkan. - Bila tidak ada respon, diberikan nalokson 1- mg IV tiap 5-10 menit hingga timbul respon (perbaikan kesadaran hilangnya depresi pernafasan, dilatasi pupil) atau telah mencapai dosis maksimal 10 mg. Bila tetap tak ada respon, diagnosis opiate perlu dikaji ulang. - Efek nalokson berkurang dalam 0-40 menit dan pasien dapat jatuh kedalam keadaan overdosis kembali sehingga perlu pemantauan ketat tanda vital, kesadaran dan perubahan pupil selama 4 jam untuk pencegahan dapat diberikan drip nalokson satu ampul dalam 500 ml d5% atau nacl 0.9% diberikan dalam 4-6 jam.

11 OPIAT B dari Prosedur - Simpan sampel urine untuk pemeriksaan opiate urine dan lakukan rontgen thoraks. - Pertimbangkan pemasangan ETT bila: pernafasan tak adekuat setelah pemberian nalakson yang optimal. - Pasien dipuasakan 6 jam untuk menghindari aspirasi akibat spasme pilorik bila diperlukan dapat pasang NGT untuk mencegah aspirasi atau bilas lambung. - Activated charcoal, dapat diberikan pada intoksikasi peroral dengan memberikan 40 ml cairan dengan 30 gram charcoal dapat diberikan sampai 100 gram. - Bila terjadi kejang dapat diberikan diazepam IV 5-10 mg dan dapat diulang bila perlu. Unit Terkait Unit Gawat Darurat, Rawat Inap/UPI, SMF Medis

12 PERTOLONGAN PADA SYOK ANAFILAKTIK B dari Pengertian Tujuan Kebijakan Prosedur. dr. H. Soeparman Sidik Keadaan akut yang potensial mengancam jiwa. Gejala dapat timbul segera sampai beberapa jam setelah terpapar allergen. Kecepatan onset tergantung rute paparan. gejala kliniknya sangat bervariasi, mulai dari mual, nyeri kepala, urtikaria, angioedema, batuk, sesak, muntah, takikardia, disritmia, sampai hipotensi. 1. Meningkatnya mutu Pelayanan Rumah Sakit. Meningkatnya mutu Pelayanan Kegawat Daruratan 3. Meningkatnya Keselamatan Pasien 4. Meningkatnya Kepuasan Pasien 5. Sebagai acuan dalam penatalaksanaan syok anafilaktik. Dokter jaga UGD boleh melakukan tindakan medis untuk tujuan resusitasi (Sesuai SK No : F-3.96/SK.KORS/IX/011 tanggal 14 September 011 Lampiran C tentang Kebijakan Kompetensi Dokter Jaga UGD) 1. Petugas jaga memberikan O 3 5 liter/menit melalui kanula hidung atau masker, intubasi Endotrakheal bila perlu, bila intubasi sulit dilakukan karena adanya spasme laring ataupun angioedema dapat dilakukan cricothyroidotomy.. Petugas jaga memasang touniquet pada daerah proximal tempat suntikan atau sengatan serangga, setiap 10 menit dan ikatan dilonggarkan selam 1 menit. 3. Petugas jaga sesegera mungkin memberikan injeksi adrenalin (1:1000)0,3 0,5 ml SC di lengan atas atau paha dan 0,1 0,3 ml IC pada daerah kontra lateral mesukan alergen (injeksi/sengatan binatang):dapat diulang setiap menit kalau perlu (anak-anak 0,01 mg/kg BB). Hati-hati pada penderita usia lanjut atau penderita dengan riwayat Hipertensi dan Penyakit Jantung Koroner. 4. Petugas jaga memberikan diphenhydramine (Delladryl ) 50 mg IM atau IV perlahan-lahan 5 10 menit, diulang setiap 6 jam bila perlu. Obat ini diberikan bersamaan dengan adrenalin bukan obat pengganti adrenalin. 5. Petugas jaga memberikan dexamethasone 5 10 mg Hydrocortisone mg IV, dapat diulang setiap 4 6 jam kalau perlu. Obat ini diberikan bersamaan dengan Andrenalin bukan obat pengganti andrenalin. 6. Petugas jaga memberikan infus Dextrose 5 % atau PZ ml bolus pada jam pertama bila Hipotensi (anak-anak: 0 ml/kg BB) untuk mempertahankan Tensi Sistolik minimal 00 mm hg (anak-anak). 7. Prosedur 1,,3,6 dapat dikerjakan secara simultan.

13 PERTOLONGAN PADA SYOK ANAFILAKTIK B dari Prosedur Unit Terkait. dr. H. Soeparman Sidik 8. Petugas jaga meletakkan pasien dalam posisi datar dengan kaki lebih tinggi, kemudian dapat ditambahkan obat-obatan vasopressor, bila syok tetap bertahan. 9. Dopamin: 1 5 ampul dalam 500 ml Dextrose 5 %; tetesan dapat dimulai dengan tetes per menit sampai tekanan darah meningkat, atau 10. Norepinephrine (noradrenaline, levarterenol): 4 8 ampul dalam 500 ml dextrose 5 % dalam tetesan intravena sampai tekanan meningkat. 11. Aminophyllin 4 7 mg/kg BB dilarutkan dengan larutan garan faali diberikan IV perlahan-lahan 15 0 menit, dapat diteruskan 0, 1, mg/kg BB/jam. 1. KEADAAN KHUSUS Bila pemberian bahan kontras sangat diperlukan untuk keperluan diagnostik maka pada pasien golongan resiko tinggi dapat diberikan prednison 00 mg IV sesaat sebelum bahan kontras disuntikkan dan diteruskan pemberiannya tiap 4 jam sampai prosedur pemeriksaan selesai dan sampai bahan kontras telah diekskresikan seluruhnya dari tubuh. Selain itu diberikan juga Diphenhydramine 500 mg IV 1 jam sebelum diberikan bahan kontras. Dapat juga ditambah dengan pemberian Ephedrin 5 mg per oral, bertujuan untuk mencegah pelepasan mediator dengan jalan mengaktifkan reseptor alfa dan beta pada terget organ. Unit Gawat Darurat, Rawat Inap/UPI, SMF Medis, SMF Umum

KEDARURATAN LINGKUNGAN

KEDARURATAN LINGKUNGAN Materi 14 KEDARURATAN LINGKUNGAN Oleh : Agus Triyono, M.Kes a. Paparan Panas Panas dapat mengakibatkan gangguan pada tubuh. Umumnya ada 3 macam gangguan yang terjadi td&penc. kebakaran/agust.doc 2 a. 1.

Lebih terperinci

TOKSIKOLOGI BEBERAPA ISTILAH. Toksikologi Toksisitas Toksin / racun Dosis toksik. Alfi Yasmina. Sola dosis facit venenum

TOKSIKOLOGI BEBERAPA ISTILAH. Toksikologi Toksisitas Toksin / racun Dosis toksik. Alfi Yasmina. Sola dosis facit venenum TOKSIKOLOGI Alfi Yasmina BEBERAPA ISTILAH Toksikologi Toksisitas Toksin / racun Dosis toksik Sola dosis facit venenum 1 KLASIFIKASI Berdasarkan cara: Self-poisoning Attempted poisoning Accidental poisoning

Lebih terperinci

11/9/2011 TOKSIKOLOGI. Alfi Yasmina BEBERAPA ISTILAH. Toksikologi Toksisitas Toksin / racun Dosis toksik. Sola dosis facit venenum

11/9/2011 TOKSIKOLOGI. Alfi Yasmina BEBERAPA ISTILAH. Toksikologi Toksisitas Toksin / racun Dosis toksik. Sola dosis facit venenum TOKSIKOLOGI Alfi Yasmina BEBERAPA ISTILAH Toksikologi Toksisitas Toksin / racun Dosis toksik Sola dosis facit venenum 1 KLASIFIKASI Berdasarkan cara: Self-poisoning Attempted poisoning Accidental poisoning

Lebih terperinci

Pusat Hiperked dan KK

Pusat Hiperked dan KK Pusat Hiperked dan KK 1. Gangguan pernafasan (sumbatan jalan nafas, menghisap asap/gas beracun, kelemahan atau kekejangan otot pernafasan). 2. Gangguan kesadaran (gegar/memar otak, sengatan matahari langsung,

Lebih terperinci

SYOK ANAFILAKTIK. No.Revisi : 0. Halaman :1 dari 4

SYOK ANAFILAKTIK. No.Revisi : 0. Halaman :1 dari 4 SYOK ANAFILAKTIK No Dokumen : SOP No.Revisi : 0 TanggalTerbit : Halaman :1 dari 4 1. Pengertian Syok anafilaktik atau anafilaksis adalah reaksi alergi yang tergolong berat karena dapat mengancam nyawa

Lebih terperinci

KEDARURATAN LAIN DIABETES HIPOGLIKEMIA

KEDARURATAN LAIN DIABETES HIPOGLIKEMIA DIABETES HIPOGLIKEMIA GEJALA TANDA : Pusing Lemah dan gemetar Lapar Jari dan bibir kebas Pucat Berkeringat Nadi cepat Mental bingung Tak sadar DIABETES HIPOGLIKEMIA PERTOLONGAN PERTAMA ; Bila tak sadar

Lebih terperinci

MINYAK BIJI GANJA CANNABIS SATIVA SEED OIL

MINYAK BIJI GANJA CANNABIS SATIVA SEED OIL MINYAK BIJI GANJA CANNABIS SATIVA SEED OIL 1. N a m a Golongan Essential Oil Sinonim / Nama Dagang (3) Cannabis chinense; Cannabis indica; Hempseed oil Nomor Identifikasi Nomor CAS : 68956-68-3 (1,7) Nomor

Lebih terperinci

NEONATUS BERESIKO TINGGI

NEONATUS BERESIKO TINGGI NEONATUS BERESIKO TINGGI Asfiksia dan Resusitasi BBL Mengenali dan mengatasi penyebab utama kematian pada bayi baru lahir Asfiksia Asfiksia adalah kesulitan atau kegagalan untuk memulai dan melanjutkan

Lebih terperinci

PREEKLAMPSIA - EKLAMPSIA

PREEKLAMPSIA - EKLAMPSIA PREEKLAMPSIA - EKLAMPSIA Dr. Budi Iman Santoso, SpOG(K) Dept. Obstetri dan ginekologi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia RS. Dr. Cipto Mangunkusumo Jakarta PREEKLAMPSIA - EKLAMPSIA GEJALA DAN TANDA

Lebih terperinci

PERTOLONGAN PERTAMA PADA KECELAKAAN

PERTOLONGAN PERTAMA PADA KECELAKAAN PERTOLONGAN PERTAMA PADA KECELAKAAN Tujuan 1. Menyelamatkan jiwa korban 2. Meringankan penderitaan korban serta mencegah bahaya lanjut akibat kecelakaan 3. Mempertahankan daya tahan korban sampai pertolongan

Lebih terperinci

Materi 13 KEDARURATAN MEDIS

Materi 13 KEDARURATAN MEDIS Materi 13 KEDARURATAN MEDIS Oleh : Agus Triyono, M.Kes Pengertian Kedaruratan medis adalah keadaan non trauma atau disebut juga kasus medis. Seseorang dengan kedarutan medis dapat juga terjadi cedera.

Lebih terperinci

DAFTAR OBAT EMERGENSI UNIT GAWAT DARURAT (UGD)

DAFTAR OBAT EMERGENSI UNIT GAWAT DARURAT (UGD) PEMERINTAH KABUPATEN PINRANG PUSKESMAS SALO KEC. WATANG SAWITTO Alamat : Jl. Salo Telp. (0421) 924 101, 91212 Pinrang DAFTAR OBAT EMERGENSI UNIT GAWAT DARURAT (UGD) Dosis Dewasa Epinephrin Sulfas Atropin

Lebih terperinci

Bahan Berbahaya penyebab keracunan

Bahan Berbahaya penyebab keracunan NIKEN ANDALASARI Bahan Berbahaya penyebab keracunan: 1. Pestisida (insektisida, rodentisida, herbisida) 2. Bahan kimia industri 3. Bahan kimia rumah tangga (pemutih, detergen, anti karat, dsb) 4. Overdosis

Lebih terperinci

Derajat 2 : seperti derajat 1, disertai perdarah spontan di kulit dan atau perdarahan lain

Derajat 2 : seperti derajat 1, disertai perdarah spontan di kulit dan atau perdarahan lain Demam berdarah dengue 1. Klinis Gejala klinis harus ada yaitu : a. Demam tinggi mendadak tanpa sebab yang jelas, berlagsung terus menerus selama 2-7 hari b. Terdapat manifestasi perdarahan ditandai dengan

Lebih terperinci

PENGANTAR KESEHATAN. DR.dr.BM.Wara K,MS Klinik Terapi Fisik FIK UNY. Ilmu Kesehatan pada dasarnya mempelajari cara memelihara dan

PENGANTAR KESEHATAN. DR.dr.BM.Wara K,MS Klinik Terapi Fisik FIK UNY. Ilmu Kesehatan pada dasarnya mempelajari cara memelihara dan PENGANTAR KESEHATAN DR.dr.BM.Wara K,MS Klinik Terapi Fisik FIK UNY PENGANTAR Ilmu Kesehatan pada dasarnya mempelajari cara memelihara dan meningkatkan kesehatan, cara mencegah penyakit, cara menyembuhkan

Lebih terperinci

Jenis Bahaya Dan Cara Penanganan Kecelakaan Yang Terjadi Laboratorium Biologi

Jenis Bahaya Dan Cara Penanganan Kecelakaan Yang Terjadi Laboratorium Biologi Jenis Bahaya Dan Cara Penanganan Kecelakaan Yang Terjadi Laboratorium Biologi Kecelakaan kerja adalah kejadian yang tidak terduga dan tidak diharapkan. Biasanya kecelakaan menyebabkan, kerugian material

Lebih terperinci

SELENIUM ASPARTAT SELENIUM ASPRATATE

SELENIUM ASPARTAT SELENIUM ASPRATATE SELENIUM ASPARTAT SELENIUM ASPRATATE 1. N a m a Golongan Mineral Sinonim/Nama Dagang (1,2) Tidak tersedia. Selenium aspartat merupakan komposisi dari sodium selenite, l-aspartic acid, dan protein sayur

Lebih terperinci

CARA MENGATASI GIGITAN ULAR

CARA MENGATASI GIGITAN ULAR CARA MENGATASI GIGITAN ULAR Waingapu, 18 Pebruari 2016 SAMPOERNA RESCUE 1 PEMBAHASAN Cara Mengatasi Gigitan Ular Berbisa Cara Mengatasi Gigitan Ular Tidak Berbisa Memahami Ular dan Gigitannya 2 MENGENAL

Lebih terperinci

PAPARAN PESTISIDA DI LINGKUNGAN KITA

PAPARAN PESTISIDA DI LINGKUNGAN KITA PAPARAN PESTISIDA DI LINGKUNGAN KITA Penjelasan gambar Zat aktif + pencampur Pestisida Sebagian besar pestisida digunakan di pertanian,perkebunan tetapi bisa digunakan di rumah tangga Kegunaan : - Mencegah

Lebih terperinci

OBAT OBAT EMERGENSI. Oleh : Rachmania Indria Pramitasari, S. Farm.,Apt.

OBAT OBAT EMERGENSI. Oleh : Rachmania Indria Pramitasari, S. Farm.,Apt. OBAT OBAT EMERGENSI Oleh : Rachmania Indria Pramitasari, S. Farm.,Apt. PENGERTIAN Obat Obat Emergensi adalah obat obat yang digunakan untuk mengembalikan fungsi sirkulasi dan mengatasi keadaan gawat darurat

Lebih terperinci

CEDERA KEPALA, LEHER, TULANG BELAKANG DAN DADA

CEDERA KEPALA, LEHER, TULANG BELAKANG DAN DADA Materi 12 CEDERA KEPALA, LEHER, TULANG BELAKANG DAN DADA Oleh : Agus Triyono, M.Kes A. CEDERA KEPALA Pengertian : Semua kejadian pada daerah kepala yang dapat mengakibatkan terganggunya fungsi otak baik

Lebih terperinci

Preeklampsia dan Eklampsia

Preeklampsia dan Eklampsia Preeklampsia dan Eklampsia P2KS PROPINSI SUMATERA UTARA 1 Tujuan Membahas praktek terbaik untuk mendiagnosis dan menatalaksana hipertensi, pre-eklampsia dan eklampsia Menjelaskan strategi untuk mengendalikan

Lebih terperinci

KERACUNAN AKIBAT PENYALAH GUNAAN METANOL

KERACUNAN AKIBAT PENYALAH GUNAAN METANOL KERACUNAN AKIBAT PENYALAH GUNAAN METANOL Metanol adalah bentuk paling sederhana dari alkohol yang biasa digunakan sebagai pelarut di industri dan sebagai bahan tambahan dari etanol dalam proses denaturasi

Lebih terperinci

EMBOLI AIR KETUBAN. Emboli air ketuban dapat menyebabkan kematian yang tiba-tiba sewaktu atau beberapa waktu sesudah persalinan.

EMBOLI AIR KETUBAN. Emboli air ketuban dapat menyebabkan kematian yang tiba-tiba sewaktu atau beberapa waktu sesudah persalinan. EMBOLI AIR KETUBAN A. Pengertian Emboli air ketuban adalah terdapatnya air ketuban dalam aliran darah ibu (Maclean,2003:25). Emboli air ketuban merupakan komplikasi tidak dapat diduga,sangat berbahaya

Lebih terperinci

PENDAHULUAN TOKSIKOLOGI DASAR 4/15/2013. H M Bakhriansyah, dr., M.Kes., M.Med.Ed Farmakologi PSPD FK UNLAM Banjarmasin. Pembagian keracunan:

PENDAHULUAN TOKSIKOLOGI DASAR 4/15/2013. H M Bakhriansyah, dr., M.Kes., M.Med.Ed Farmakologi PSPD FK UNLAM Banjarmasin. Pembagian keracunan: TOKSIKOLOGI DASAR H M Bakhriansyah, dr., M.Kes., M.Med.Ed Farmakologi PSPD FK UNLAM Banjarmasin PENDAHULUAN Pembagian keracunan: Cara Self poisoning Attempted suicide Accidental poisoning Homicidal poisoning

Lebih terperinci

DIARE AKUT. Berdasarkan Riskesdas 2007 : diare merupakan penyebab kematian pada 42% bayi dan 25,2% pada anak usia 1-4 tahun.

DIARE AKUT. Berdasarkan Riskesdas 2007 : diare merupakan penyebab kematian pada 42% bayi dan 25,2% pada anak usia 1-4 tahun. DIARE AKUT I. PENGERTIAN Diare akut adalah buang air besar lebih dari 3 kali dalam 24 jam dengan konsistensi cair dan berlangsung kurang dari 1 minggu. Kematian disebabkan karena dehidrasi. Penyebab terbanyak

Lebih terperinci

P3K Posted by faedil Dec :48

P3K Posted by faedil Dec :48 P3K Posted by faedil011-06 Dec 2009 20:48 PENDAHULUAN 1. Ketrampilan Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan (PPPK) merupakan salah satu kegiatan kepramukaan yang memberikan bekal peserta didik dalam hal pengalaman:

Lebih terperinci

MENGATASI KERACUNAN PARASETAMOL

MENGATASI KERACUNAN PARASETAMOL MENGATASI KERACUNAN PARASETAMOL Pendahuluan Parasetamol adalah golongan obat analgesik non opioid yang dijual secara bebas. Indikasi parasetamol adalah untuk sakit kepala, nyeri otot sementara, sakit menjelang

Lebih terperinci

Pertolongan Pertama. pada Keracunan Pestisida

Pertolongan Pertama. pada Keracunan Pestisida INDONESIA Peranan CropLife Indonesia Pertolongan Pertama Dalam Meminimalkan Pemalsuan Pestisida pada Keracunan Pestisida CROPLIFE INDONESIA - vegimpact Deddy Djuniadi Executive Director CropLife Indonesia

Lebih terperinci

BAB 10 PENANGGULANGAN KERACUNAN

BAB 10 PENANGGULANGAN KERACUNAN Penanggulangan Keracunan 110 BAB 10 PENANGGULANGAN KERACUNAN Kompetensi Dasar: 1. Menjelaskan penanganan racun dan penyebabnya 2. Menjelaskan penanganan efek dan gejala keracunan 3. Menjelaskan peran serta

Lebih terperinci

JENIS GANGGUAN ELEKTROLIT

JENIS GANGGUAN ELEKTROLIT A.HIPERKALEMIA a. pengertian JENIS GANGGUAN ELEKTROLIT Hiperkalemia (kadar kalium darah yang tinggi b. penyebab 1.pemakaian obat tertentu yang menghalangi pembuangan kalium oleh ginjal misalnya spironolakton

Lebih terperinci

1 PEMBERIAN NEBULIZER 1.1 Pengertian

1 PEMBERIAN NEBULIZER 1.1 Pengertian Pengertian Suction adalah : Tindakan menghisap lendir melalui hidung dan atau mulut. Kebijakan : Sebagai acuan penatalaksanaan tindakan penghisapan lendir, mengeluarkan lendir, melonggarkan jalan nafas.

Lebih terperinci

Pola buang air besar pada anak

Pola buang air besar pada anak Diare masih merupakan masalah kesehatan nasional karena angka kejadian dan angka kematiannya yang masih tinggi. Balita di Indonesia ratarata akan mengalami diare 23 kali per tahun. Dengan diperkenalkannya

Lebih terperinci

PMR WIRA UNIT SMA NEGERI 1 BONDOWOSO Materi 3 Penilaian Penderita

PMR WIRA UNIT SMA NEGERI 1 BONDOWOSO Materi 3 Penilaian Penderita Saat menemukan penderita ada beberapa hal yang harus dilakukan untuk menentukan tindakan selanjutnya, baik itu untuk mengatasi situasi maupun untuk mengatasi korbannya. Langkah langkah penilaian pada penderita

Lebih terperinci

Dalam bentuk tablet, kaplet, pil, sirup, kapsul, atau puyer. Kelemahannya : Aksinya lambat, tidak dapat digunakan pada keadaan gawat.

Dalam bentuk tablet, kaplet, pil, sirup, kapsul, atau puyer. Kelemahannya : Aksinya lambat, tidak dapat digunakan pada keadaan gawat. Dalam bentuk tablet, kaplet, pil, sirup, kapsul, atau puyer. Kelemahannya : Aksinya lambat, tidak dapat digunakan pada keadaan gawat. Waktu absorsinya 30-45 menit, efek puncak setelah 1-1,5 jam. Rasa dan

Lebih terperinci

PETIDIN, PROPOFOL, SULFAS ATROPIN, MIDAZOLAM

PETIDIN, PROPOFOL, SULFAS ATROPIN, MIDAZOLAM PETIDIN, PROPOFOL, SULFAS ATROPIN, MIDAZOLAM Annisa Sekar 1210221051 PEMBIMBING : dr.daris H.SP, An PETIDIN Merupakan obat agonis opioid sintetik yang menyerupai morfin yang dapat mengaktifkan reseptor,

Lebih terperinci

Penyebab, gejala dan cara mencegah polio Friday, 04 March :26. Pengertian Polio

Penyebab, gejala dan cara mencegah polio Friday, 04 March :26. Pengertian Polio Pengertian Polio Polio atau poliomyelitis adalah penyakit virus yang sangat mudah menular dan menyerang sistem saraf. Pada kondisi penyakit yang bertambah parah, bisa menyebabkan kesulitan 1 / 5 bernapas,

Lebih terperinci

BANTUAN HIDUP DASAR (BHD) DAN RESUSITASI JANTUNG PARU (RJP)

BANTUAN HIDUP DASAR (BHD) DAN RESUSITASI JANTUNG PARU (RJP) BANTUAN HIDUP DASAR (BHD) DAN RESUSITASI JANTUNG PARU (RJP) Artikel ini merupakan sebuah pengetahuan praktis yang dilengkapi dengan gambar-gambar sehingga memudahkan anda dalam memberikan pertolongan untuk

Lebih terperinci

Pelayanan Kesehatan bagi Anak. Bab 7 Gizi Buruk

Pelayanan Kesehatan bagi Anak. Bab 7 Gizi Buruk Pelayanan Kesehatan bagi Anak Bab 7 Gizi Buruk Catatan untuk fasilitator Ringkasan kasus Joshua adalah seorang anak laki-laki berusia 12 bulan yang dibawa ke rumah sakit kabupaten dari rumah yang berlokasi

Lebih terperinci

ASUHAN KEPERAWATAN GAWAT DARURAT:KERACUNAN

ASUHAN KEPERAWATAN GAWAT DARURAT:KERACUNAN ASUHAN KEPERAWATAN GAWAT DARURAT:KERACUNAN Posted: 20 Juli 2011 in Askep Gawat Darurat 0 KERACUNAN A. Pengertian Racun adalah zat yang ketika tertelan, terisap, diabsorbsi, menempel pada kulit atau dihasilkan

Lebih terperinci

IDENTIFIKASI BAHAYA B3 DAN PENANGANAN INSIDEN B3

IDENTIFIKASI BAHAYA B3 DAN PENANGANAN INSIDEN B3 1 dari 7 STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL (SPO) Tanggal terbit Ditetapkan, Direktur RS. Dedy Jaya Brebes PENGERTIAN TUJUAN KEBIJAKAN PROSEDUR dr. Irma Yurita 1. Identifikasi bahaya B3 (Bahan Berbahaya dan

Lebih terperinci

PENCEGAHAN KERACUNAN SECARA UMUM

PENCEGAHAN KERACUNAN SECARA UMUM PENCEGAHAN KERACUNAN SECARA UMUM Peredaran bahan kimia semakin hari semakin pesat, hal ini disamping memberikan manfaat yang besar juga dapat menimbulkan masalah yang tak kalah besar terhadap manusia terutama

Lebih terperinci

PERTOLONGAN PERTAMA PADA KECELAKAAN

PERTOLONGAN PERTAMA PADA KECELAKAAN PERTOLONGAN PERTAMA PADA KECELAKAAN Pengertian P3K Pertolongan sementara yang diberikan kepada seseorang yang menderita sakit atau kecelakaan sebelum mendapat pertolongan dari dokter. Sifat dari P3K :

Lebih terperinci

Ditetapkan Tanggal Terbit

Ditetapkan Tanggal Terbit ASSESMEN ULANG PASIEN TERMINAL STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL Pengertian Tujuan Kebijakan Prosedur O1 dari 04 Ditetapkan Tanggal Terbit dr. Radhi Bakarman, Sp.B, FICS Direktur medis Asesmen ulang pasien

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah DBD merupakan penyakit menular yang disebabkan virus dengue. Penyakit DBD tidak ditularkan secara langsung dari orang ke orang, tetapi ditularkan kepada manusia

Lebih terperinci

TATA CARA PEMBERIAN VAKSIN ANTI RABIES DAN SERUM ANTI RABIES

TATA CARA PEMBERIAN VAKSIN ANTI RABIES DAN SERUM ANTI RABIES RABIES DAN SERUM RABIES Halaman 1 / 5 1. Pengertian o Tata cara pemberian vaksin anti rabies adalah cara pemberian vaksin anti rabies yang dapat dilakukan untuk mencegah terjadinya Rabies atau Penyakit

Lebih terperinci

Mengapa disebut sebagai flu babi?

Mengapa disebut sebagai flu babi? Flu H1N1 Apa itu flu H1N1 (Flu babi)? Flu H1N1 (seringkali disebut dengan flu babi) merupakan virus influenza baru yang menyebabkan sakit pada manusia. Virus ini menyebar dari orang ke orang, diperkirakan

Lebih terperinci

MANAJEMEN TERPADU BALITA SAKIT MODUL - 2 PENILAIAN DAN KLASIFIKASI ANAK SAKIT UMUR 2 BULAN SAMPAI 5 TAHUN

MANAJEMEN TERPADU BALITA SAKIT MODUL - 2 PENILAIAN DAN KLASIFIKASI ANAK SAKIT UMUR 2 BULAN SAMPAI 5 TAHUN MANAJEMEN TERPADU BALITA SAKIT MODUL - 2 PENILAIAN DAN KLASIFIKASI ANAK SAKIT UMUR 2 BULAN SAMPAI 5 TAHUN PENDAHULUAN Seorang ibu akan membawa anaknya ke fasilitas kesehatan jika ada suatu masalah atau

Lebih terperinci

PROSEDUR PEMBERIAN MEDIKASI (OBAT)

PROSEDUR PEMBERIAN MEDIKASI (OBAT) PROSEDUR PEMBERIAN MEDIKASI (OBAT) A. Definisi Prosedur dan pemeriksaan khusus dalam keperawatan merupakan bagian dari tindakan untuk mengatasi masalah kesehatan yang dilaksanakan secara rutin. Perawatan

Lebih terperinci

PERAWATAN NEONATAL ESENSIAL PADA SAAT LAHIR

PERAWATAN NEONATAL ESENSIAL PADA SAAT LAHIR PERAWATAN NEONATAL ESENSIAL PADA SAAT LAHIR 1. Penilaian Awal Untuk semua bayi baru lahir (BBL), dilakukan penilaian awal dengan menjawab 4 pertanyaan: Sebelum bayi lahir: Apakah kehamilan cukup bulan?

Lebih terperinci

ASUHAN BAYI BARU LAHIR DAN NEONATUS

ASUHAN BAYI BARU LAHIR DAN NEONATUS ASUHAN BAYI BARU LAHIR DAN NEONATUS Asuhan segera pada bayi baru lahir Adalah asuhan yang diberikan pada bayi tersebut selama jam pertama setelah persalinan. Aspek-aspek penting yang harus dilakukan pada

Lebih terperinci

PERTOLONGAN PERTAMA GAWAT DARURAT. Klinik Pratama 24 Jam Firdaus

PERTOLONGAN PERTAMA GAWAT DARURAT. Klinik Pratama 24 Jam Firdaus PERTOLONGAN PERTAMA GAWAT DARURAT Klinik Pratama 24 Jam Firdaus Pendahuluan serangkaian usaha pertama yang dapat dilakukan pada kondisi gawat darurat dalam rangka menyelamatkan seseorang dari kematian

Lebih terperinci

PANDUAN PENANGANAN, PENGGUNAAN DAN PEMBERIAN DARAH DAN PRODUK DARAH RUMAH SAKIT PERTAMINA BINTANG AMIN LAMPUNG

PANDUAN PENANGANAN, PENGGUNAAN DAN PEMBERIAN DARAH DAN PRODUK DARAH RUMAH SAKIT PERTAMINA BINTANG AMIN LAMPUNG PANDUAN PENANGANAN, PENGGUNAAN DAN PEMBERIAN DARAH DAN PRODUK DARAH RUMAH SAKIT PERTAMINA BINTANG AMIN LAMPUNG 2 0 1 5 BAB I DEFINISI Transfusi darah adalah pemindahan darah dari donor ke dalam peredaran

Lebih terperinci

PARASETAMOL ACETAMINOPHEN

PARASETAMOL ACETAMINOPHEN PARASETAMOL ACETAMINOPHEN 1. IDENTIFIKASI BAHAN KIMIA 1.1. Golongan (1) Derivatif Para-Aminophenol 1.2. Sinonim/Nama Dagang (1,2,3) Acetominophen; 4 -Hydroxyacetanilide; p-acetylaminophenol; P-Acetamidophenol;

Lebih terperinci

Dr. Ade Susanti, SpAn Bagian anestesiologi RSD Raden Mattaher JAMBI

Dr. Ade Susanti, SpAn Bagian anestesiologi RSD Raden Mattaher JAMBI Dr. Ade Susanti, SpAn Bagian anestesiologi RSD Raden Mattaher JAMBI Mempunyai kekhususan karena : Keadaan umum pasien sangat bervariasi (normal sehat menderita penyakit dasar berat) Kelainan bedah yang

Lebih terperinci

PRAKTIKUM 10 AUSKULTASI PARU, SUCTION OROFARINGEAL, PEMBERIAN NEBULIZER DAN PERAWATAN WSD

PRAKTIKUM 10 AUSKULTASI PARU, SUCTION OROFARINGEAL, PEMBERIAN NEBULIZER DAN PERAWATAN WSD PRAKTIKUM 10 AUSKULTASI PARU, SUCTION OROFARINGEAL, PEMBERIAN NEBULIZER DAN PERAWATAN WSD Sebelum melakukan percobaan, praktikan menonton video tentang suction orofaringeal dan perawatan WSD. Station 1:

Lebih terperinci

ASFIKSIA PADA BAYI BARU LAHIR. Dosen Pengasuh : Dr. Kartin A, Sp.A.

ASFIKSIA PADA BAYI BARU LAHIR. Dosen Pengasuh : Dr. Kartin A, Sp.A. ASFIKSIA PADA BAYI BARU LAHIR Dosen Pengasuh : Dr. Kartin A, Sp.A. BATASAN Asfiksia pada bayi baru lahir (BBL) adalah kegagalan napas secara spontan dan teratur pada saat lahir atau beberapa saat setelah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN DEFINISI ETIOLOGI

BAB I PENDAHULUAN DEFINISI ETIOLOGI BAB I PENDAHULUAN Banyaknya jenis status epileptikus sesuai dengan bentuk klinis epilepsi : status petitmal, status psikomotor dan lain-lain. Di sini khusus dibicarakan status epileptikus dengan kejang

Lebih terperinci

GANGGUAN NAPAS PADA BAYI

GANGGUAN NAPAS PADA BAYI GANGGUAN NAPAS PADA BAYI Dr R Soerjo Hadijono SpOG(K), DTRM&B(Ch) Jaringan Nasional Pelatihan Klinik Kesehatan Reproduksi BATASAN Frekuensi napas bayi lebih 60 kali/menit, mungkin menunjukkan satu atau

Lebih terperinci

PT. BANGKITGIAT USAHA MANDIRI

PT. BANGKITGIAT USAHA MANDIRI PT. BANGKITGIAT USAHA MANDIRI NO. PSM/AGR-KBN/10 Status Dokumen No. Distribusi DISAHKAN Pada tanggal 07 Mei 2012 Dimpos Giarto Valentino Tampubolon Direktur Utama Hal 1 dari 8 SEJARAH PERUBAHAN DOKUMEN

Lebih terperinci

RENCANA TERAPI A PENANGANAN DIARE DI RUMAH (DIARE TANPA DEHIDRASI)

RENCANA TERAPI A PENANGANAN DIARE DI RUMAH (DIARE TANPA DEHIDRASI) RENCANA TERAPI A PENANGANAN DIARE DI RUMAH (DIARE TANPA DEHIDRASI) JELASKAN KEPADA IBU TENTANG 4 ATURAN PERAWATAN DI RUMAH: BERI CAIRAN TAMBAHAN a. Jelaskan kepada ibu: - Pada bayi muda, pemberian ASI

Lebih terperinci

TEORI PENYEBAB PENYAKIT 2. By: Syariffudin

TEORI PENYEBAB PENYAKIT 2. By: Syariffudin TEORI PENYEBAB PENYAKIT 2 By: Syariffudin Definisi Teori Penyebab Penyakit Teori penyebab penyakit memiliki pengertian sebuah teori yang mempelajari gejala-gejala timbulnya penyakit karena adanya ketidakseimbangan

Lebih terperinci

Dehidrasi. Gejala Dehidrasi: Penyebab Dehidrasi:

Dehidrasi. Gejala Dehidrasi: Penyebab Dehidrasi: Dehidrasi Pengertian, Gejala, Penyebab, Pengobatan, Pencegahan Pengertian: Dehidrasi adalah kondisi ketika tubuh kehilangan lebih banyak cairan daripada yang didapatkan, sehingga keseimbangan gula-garam

Lebih terperinci

Diabetes tipe 1- Gejala, penyebab, dan pengobatannya

Diabetes tipe 1- Gejala, penyebab, dan pengobatannya Diabetes tipe 1- Gejala, penyebab, dan pengobatannya Apakah diabetes tipe 1 itu? Pada orang dengan diabetes tipe 1, pankreas tidak dapat membuat insulin. Hormon ini penting membantu sel-sel tubuh mengubah

Lebih terperinci

PROSEDUR TINDAKAN PEMBERIAN SUNTIKAN ( INJEKSI )

PROSEDUR TINDAKAN PEMBERIAN SUNTIKAN ( INJEKSI ) SOP INJEKSI PROSEDUR TINDAKAN PEMBERIAN SUNTIKAN ( INJEKSI ) A. INJEKSI INTRA VENA Injeksi ini dilakukan dengan menyuntikkan obat kedalam pembuluh darah vena Injeksi intravena diberikan jika diperlukan

Lebih terperinci

THE AIM OF ANAESTHESIA IS SAFETY THE SAFETY IS AN ACCIDENT PREVENTION, AN ACCIDENT PREVENTION BEGINS WITH A METICULOUS (GOOD) PREOPERATIVE EVALUATION

THE AIM OF ANAESTHESIA IS SAFETY THE SAFETY IS AN ACCIDENT PREVENTION, AN ACCIDENT PREVENTION BEGINS WITH A METICULOUS (GOOD) PREOPERATIVE EVALUATION Pemeriksaan pra bedah (pre operative evaluation) THE AIM OF ANAESTHESIA IS SAFETY THE SAFETY IS AN ACCIDENT PREVENTION, AN ACCIDENT PREVENTION BEGINS WITH A METICULOUS (GOOD) PREOPERATIVE EVALUATION Dr.

Lebih terperinci

Obat merupakan sebuah substansi yang diberikan kepada manusia atau binatang sebagai perawatan atau pengobatan, gangguan yang terjadi di dalam tubuhnya

Obat merupakan sebuah substansi yang diberikan kepada manusia atau binatang sebagai perawatan atau pengobatan, gangguan yang terjadi di dalam tubuhnya Obat merupakan sebuah substansi yang diberikan kepada manusia atau binatang sebagai perawatan atau pengobatan, bahkan pencegahan terhadap berbagai gangguan yang terjadi di dalam tubuhnya .1 PRINSIP PENGOBATAN

Lebih terperinci

MODUL PRAKTIK KLINIK KETRAMPILAN DASAR KEBIDANAN

MODUL PRAKTIK KLINIK KETRAMPILAN DASAR KEBIDANAN MODUL PRAKTIK KLINIK KETRAMPILAN DASAR KEBIDANAN 2015 A K A D E M I K E B I D A N A N G R I Y A H U S A D A S U R A B A Y A KETERAMPILAN KLINIK INJEKSI I. DISKRIPSI MODUL Pendahuluan Tujuan Metode Penuntun

Lebih terperinci

ASUHAN KEPERAWATAN DEMAM TIFOID

ASUHAN KEPERAWATAN DEMAM TIFOID ASUHAN KEPERAWATAN DEMAM TIFOID Definisi: Typhoid fever ( Demam Tifoid ) adalah suatu penyakit umum yang menimbulkan gejala gejala sistemik berupa kenaikan suhu dan kemungkinan penurunan kesadaran. Etiologi

Lebih terperinci

Pelayanan Kesehatan bagi Anak. Bab 5 Diare. Catatan untuk instruktur

Pelayanan Kesehatan bagi Anak. Bab 5 Diare. Catatan untuk instruktur Pelayanan Kesehatan bagi Anak Bab 5 Diare Catatan untuk instruktur Fabian adalah anak usia 2 tahun yang dibawa ke rumah sakit kabupaten dari desa terpencil dengan diare dan tanda dehidrasi berat. Selama

Lebih terperinci

PERTOLONGAN PERTAMA PADA KECELAKAAN DI TEMPAT KERJA

PERTOLONGAN PERTAMA PADA KECELAKAAN DI TEMPAT KERJA PERTOLONGAN PERTAMA PADA KECELAKAAN DI TEMPAT KERJA Latar belakang: Sumber bahaya di tempat kerja Disadari tapi tidak dimengerti Dapat mengakibatkan cedera terhadap pekerja (manusianya) Adanya kecelakaan

Lebih terperinci

MACAM-MACAM PENYAKIT. Nama : Ardian Nugraheni ( C) Nifariani ( C)

MACAM-MACAM PENYAKIT. Nama : Ardian Nugraheni ( C) Nifariani ( C) Nama : Ardian Nugraheni (23111307C) Nifariani (23111311C) MACAM-MACAM PENYAKIT A. Penyakit DBD (Demam Berdarah Dengue) 1) Pengertian Terjadinya penyakit demam berdarah dengue disebabkan oleh virus dengue

Lebih terperinci

EMBOLI CAIRAN KETUBAN

EMBOLI CAIRAN KETUBAN EMBOLI CAIRAN KETUBAN DEFINISI Sindroma akut, ditandai dyspnea dan hipotensi, diikuti renjatan, edema paru-paru dan henti jantung scr cepat pd wanita dlm proses persalinan atau segera stlh melahirkan sbg

Lebih terperinci

AMONIUM PARA-MOLIBDAT AMMONIUM PARA-MOLYBDATE

AMONIUM PARA-MOLIBDAT AMMONIUM PARA-MOLYBDATE AMONIUM PARA-MOLIBDAT AMMONIUM PARA-MOLYBDATE 1. N a m a Golongan Garam anorganik Sinonim / Nama Dagang Molybdate (MO7O24 (6-), Hexaammonium; Molybdic Acid (H6MO7O24), Hexamonium Salt; Ammonium Molybdate

Lebih terperinci

BAB I KONSEP DASAR. Berdarah Dengue (DBD). (Aziz Alimul, 2006: 123). oleh nyamuk spesies Aedes (IKA- FKUI, 2005: 607 )

BAB I KONSEP DASAR. Berdarah Dengue (DBD). (Aziz Alimul, 2006: 123). oleh nyamuk spesies Aedes (IKA- FKUI, 2005: 607 ) BAB I KONSEP DASAR A. Pengertian DHF adalah penyakit yang disebabkan oleh virus Dengue, sejenis virus yang tergolong arbovirus dan masuk ke tubuh penderita melalui gigitan nyamuk Aedes Aegypti betina.

Lebih terperinci

MODUL KETERAMPILAN KLINIK ASUHAN KEBIDANAN

MODUL KETERAMPILAN KLINIK ASUHAN KEBIDANAN MODUL KETERAMPILAN KLINIK ASUHAN KEBIDANAN AKADEMI KEBIDANAN GRIYA HUSADA SURABAYA PROGRAM STUDI D-III KEBIDANAN TAHUN 2013 i KATA PENGANTAR Dengan memanjadkan puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa

Lebih terperinci

MONITORING DAN ASUHAN KEPERAWATANA PASIEN POST OPERASI

MONITORING DAN ASUHAN KEPERAWATANA PASIEN POST OPERASI MONITORING DAN ASUHAN KEPERAWATANA PASIEN POST OPERASI Oleh : Furkon Nurhakim INTERVENSI PASCA OPERASI PASE PASCA ANESTHESI Periode segera setelah anesthesi à gawat MEMPERTAHANKAN VENTILASI PULMONARI Periode

Lebih terperinci

MANUAL PROSEDUR TATALAKSANA HIPOGIKEMIA & HIPERGLIKEMIA HIPOGLIKEMI & TATALAKSANANYA

MANUAL PROSEDUR TATALAKSANA HIPOGIKEMIA & HIPERGLIKEMIA HIPOGLIKEMI & TATALAKSANANYA MANUAL PROSEDUR TATALAKSANA HIPOGIKEMIA & HIPERGLIKEMIA Tujuan Umum: Mahasiswa mampu melakukan tindakan kolaboratif untuk mengatasi hipoglikemia dan hiperglikemia dengan tepat. Tujuan Khusus: Setelah mengikuti

Lebih terperinci

Asfiksia. Keadaan dimana bayi baru lahir tidak dapat bernapas secara spontan dan teratur

Asfiksia. Keadaan dimana bayi baru lahir tidak dapat bernapas secara spontan dan teratur Asfiksia Keadaan dimana bayi baru lahir tidak dapat bernapas secara spontan dan teratur 1 Tujuan Menjelaskan pengertian asfiksia bayi baru lahir dan gawat janin Menjelaskan persiapan resusitasi bayi baru

Lebih terperinci

Jika ciprofloxacin tidak sesuai, Anda akan harus minum antibiotik lain untuk menghapuskan kuman meningokokus.

Jika ciprofloxacin tidak sesuai, Anda akan harus minum antibiotik lain untuk menghapuskan kuman meningokokus. CIPROFLOXACIN: suatu antibiotik bagi kontak dari penderita infeksi meningokokus Ciprofloxacin merupakan suatu antibiotik yang adakalanya diberikan kepada orang yang berada dalam kontak dekat dengan seseorang

Lebih terperinci

Curiculum vitae. Dokter umum 1991-FKUI Spesialis anak 2002 FKUI Spesialis konsultan 2008 Kolegium IDAI Doktor 2013 FKUI

Curiculum vitae. Dokter umum 1991-FKUI Spesialis anak 2002 FKUI Spesialis konsultan 2008 Kolegium IDAI Doktor 2013 FKUI Curiculum vitae Nama : DR.Dr. Setyo Handryastuti, SpA(K) Tempat/tanggal lahir : Jakarta 27 Januari 1968 Pekerjaan : Staf pengajar Departemen Ilmu Kesehatan Anak FKUI-RSCM Pendidikan : Dokter umum 1991-FKUI

Lebih terperinci

Manfaat Minum Air Putih

Manfaat Minum Air Putih Manfaat Minum Air Putih "Teman-teman, mungkin banyak dari kita yang malas minum air putih...padahal manfaatnya banyak banget...yuks kita kupas manfaatnya!" Sekitar 80% tubuh manusia terdiri dari air. Otak

Lebih terperinci

Kebutuhan cairan dan elektrolit

Kebutuhan cairan dan elektrolit Kebutuhan cairan dan elektrolit Cairan adalah suatu kebutuhan pokok dan sebagian besar tubuh manusia terdiri dari cairan. Bila tubuh kehilangan cairan dalam jumlah yang besar maka akan terjadi perubahan

Lebih terperinci

By: Kelompok 2 Amelia Leona Ayu Afriza Cindy Cesara Dety Wahyuni Fitri Wahyuni Ida Khairani Johan Ricky Marpaung Silvia Syafrina Ibrahim

By: Kelompok 2 Amelia Leona Ayu Afriza Cindy Cesara Dety Wahyuni Fitri Wahyuni Ida Khairani Johan Ricky Marpaung Silvia Syafrina Ibrahim By: Kelompok 2 Amelia Leona Ayu Afriza Cindy Cesara Dety Wahyuni Fitri Wahyuni Ida Khairani Johan Ricky Marpaung Silvia Syafrina Ibrahim Flu adalah suatu infeksi saluran pernapasan atas. Orang dengan daya

Lebih terperinci

MANAJEMEN TERPADU BALITA SAKIT MODUL - 3 MENENTUKAN TINDAKAN DAN MEMBERI PENGOBATAN

MANAJEMEN TERPADU BALITA SAKIT MODUL - 3 MENENTUKAN TINDAKAN DAN MEMBERI PENGOBATAN MANAJEMEN TERPADU BALITA SAKIT MODUL - 3 MENENTUKAN TINDAKAN DAN MEMBERI PENGOBATAN Oleh : Dr. Azwar Djauhari MSc Disampaikan pada : Kuliah Blok 21 Kedokteran Keluarga Tahun Ajaran 2011 / 2012 Program

Lebih terperinci

SOP RESUSITASI BAYI BARU LAHIR

SOP RESUSITASI BAYI BARU LAHIR Status Revisi : 00 Halaman : 1 dari 6 Disiapkan Oleh: Diperiksa Oleh: Disetujui Oleh: Ka. Laboratorium Gugus Kendali Mutu Ka. Prodi Pengertian : Usaha dalam memberikan ventilasi yang adekuat, pemberian

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Pada hari Sabtu tanggal 22 Maret 2014 pukul WIB Ny Y datang ke

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Pada hari Sabtu tanggal 22 Maret 2014 pukul WIB Ny Y datang ke digilib.uns.ac.id BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. HASIL I. PENGUMPULAN/PENYAJIAN DATA DASAR Pada hari Sabtu tanggal 22 Maret 2014 pukul 22.07 WIB Ny Y datang ke RSUD Sukoharjo dengan membawa

Lebih terperinci

ATROPIN OLEH: KELOMPOK V

ATROPIN OLEH: KELOMPOK V ATROPIN OLEH: KELOMPOK V ATROPIN ATROPIN 0,25 MG/ML INJEKSI GOLONGAN : K KANDUNGAN : Atropine sulfat DOSIS : 250-1000 µg secara subkutan. KEMASAN : Injeksi 0,25 mg/ml x 30 ampul @1 ml SEDIAAN : ampul inj.im/iv/sk

Lebih terperinci

AMONIUM OKSALAT MONOHIDRAT AMMONIUM OXALATE MONOHYDRATE

AMONIUM OKSALAT MONOHIDRAT AMMONIUM OXALATE MONOHYDRATE AMONIUM OKSALAT MONOHIDRAT AMMONIUM OXALATE MONOHYDRATE 1. N a m a Golongan Asam organik, garam (1) Sinonim / Nama Dagang (1) Ammonium binoxalate monohydrate; Oxalic acid, monoammonium salt, monohydrate;

Lebih terperinci

Konsep Dasar Pemberian Obat. Basyariah Lubis, SST, MKes

Konsep Dasar Pemberian Obat. Basyariah Lubis, SST, MKes Konsep Dasar Pemberian Obat Basyariah Lubis, SST, MKes PENGERTIAN OBAT Obat adalah senyawa atau campuran senyawa untuk mengurangi gejala atau menyembuhkan penyakit. JENIS DAN BENTUK OBAT 1. Obat obatan

Lebih terperinci

ETT. Ns. Tahan Adrianus Manalu, M.Kep.,Sp.MB. SATU dalam MEDISTRA membentuk tenaga keperawatan yang Profesional dan Kompeten

ETT. Ns. Tahan Adrianus Manalu, M.Kep.,Sp.MB. SATU dalam MEDISTRA membentuk tenaga keperawatan yang Profesional dan Kompeten ETT. Ns. Tahan Adrianus Manalu, M.Kep.,Sp.MB SATU dalam MEDISTRA membentuk tenaga keperawatan yang Profesional dan Kompeten Pendahuluan Endotracheal Tube (ETT) adalah sejenis alat yang digunakan di dunia

Lebih terperinci

Hal-hal yang Perlu Diwaspadai untuk Menghindari Keracunan Kafein dalam Minuman

Hal-hal yang Perlu Diwaspadai untuk Menghindari Keracunan Kafein dalam Minuman Hal-hal yang Perlu Diwaspadai untuk Menghindari Keracunan Kafein dalam Minuman Banyak orang terpikat untuk mengonsumsi minuman berenergi. Dengan publikasi/promosi yang menarik, minuman berenergi dapat

Lebih terperinci

OBAT KARDIOVASKULER. Obat yang bekerja pada pembuluh darah dan jantung. Kadar lemak di plasma, ex : Kolesterol

OBAT KARDIOVASKULER. Obat yang bekerja pada pembuluh darah dan jantung. Kadar lemak di plasma, ex : Kolesterol OBAT KARDIOVASKULER Kardio Jantung Vaskuler Pembuluh darah Obat yang bekerja pada pembuluh darah dan jantung Jenis Obat 1. Obat gagal jantung 2. Obat anti aritmia 3. Obat anti hipertensi 4. Obat anti angina

Lebih terperinci

Data Keracunan Rumah Sakit Tahun

Data Keracunan Rumah Sakit Tahun HINDARKAN ANAK-ANAK DARI BAHAYA KERACUNAN DI LINGKUNGAN RUMAH TANGGA Rumah hendaknya merupakan tempat yang paling aman bagi seluruh keluarga. Namun apabila kita perhatikan sekelilingnya baru kita sadari

Lebih terperinci

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN GANGGUAN. SISTEM IMUNITAS

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN GANGGUAN. SISTEM IMUNITAS ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN GANGGUAN. SISTEM IMUNITAS Asuhan Keperawatan Pada Pasien dengan Gangguan Sistem Immunitas Niken Andalasari Sistem Imunitas Sistem imun atau sistem kekebalan tubuh

Lebih terperinci

Materi Penyuluhan Konsep Tuberkulosis Paru

Materi Penyuluhan Konsep Tuberkulosis Paru 1.1 Pengertian Materi Penyuluhan Konsep Tuberkulosis Paru Tuberkulosis (TB) adalah penyakit infeksi menular yang disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis. Tuberkulosis paru adalah penyakit infeksi kronis

Lebih terperinci

Gejala Diabetes pada Anak yang Harus Diwaspadai

Gejala Diabetes pada Anak yang Harus Diwaspadai Gejala Diabetes pada Anak yang Harus Diwaspadai Gejala diabetes sering kali tidak terlihat secara jelas di awalnya. Kadang kita baru sadar atau terindikasi diabetes ketika sudah mengalami komplikasi diabetes.

Lebih terperinci

KOMPLIKASI PHLEBOTOMY

KOMPLIKASI PHLEBOTOMY NAMA NIM/SMT : HALUMMA FADHILAH : P17434113014/ IVA ANALIS KOMPLIKASI PHLEBOTOMY A. Pendarahan Komplikasi pendarahan lebih sering terjadi pada pengambilan darah alteri. Pengambilan darah kapiler lebih

Lebih terperinci

LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN PADIA PASIEN GANGGUAN KEBUTUHAN SUHU TUBUH (HIPERTERMI)

LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN PADIA PASIEN GANGGUAN KEBUTUHAN SUHU TUBUH (HIPERTERMI) LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN PADIA PASIEN GANGGUAN KEBUTUHAN SUHU TUBUH (HIPERTERMI) A. Masalah Keperawatan Gangguan kebutuhan suhu tubuh (Hipertermi) B. Pengertian Hipertermi adalah peningkatan

Lebih terperinci

PERTOLONGAN PERTAMA PADA KECELAKAAN

PERTOLONGAN PERTAMA PADA KECELAKAAN KARYA TULIS PERTOLONGAN PERTAMA PADA KECELAKAAN Disusun Oleh: Tito Sucipto, S.Hut., M.Si. NIP. 19790221 200312 1 001 DEPARTEMEN KEHUTANAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 2009 KATA PENGANTAR

Lebih terperinci