MAKALAH KEPERAWATAN PENCERNAAN 2 Asuhan Keperawatan pada Klien dengan Gaya Hidup: Bulimia Nervosa. Dosen Pendamping:

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "MAKALAH KEPERAWATAN PENCERNAAN 2 Asuhan Keperawatan pada Klien dengan Gaya Hidup: Bulimia Nervosa. Dosen Pendamping:"

Transkripsi

1 MAKALAH KEPERAWATAN PENCERNAAN 2 Asuhan Keperawatan pada Klien dengan Gaya Hidup: Bulimia Nervosa Dosen Pendamping: Ika Nur Pratiwi, S.Kep, Ns., M.Kep Disusun oleh: Kelompok 3 Vonny Nurul Khasanah Retty Merdianti Evi Nur Laili R. K Senja Putrisia Fajar E Thali ah Jihan N Bella Nabila W. K Ayu Tria Kartika P Kelas A PROGRAM STUDI PENDIDIKAN NERS FAKULTAS KEPERAWATAN UNIVERSITAS AIRLANGGA SURABAYA 2016

2 KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena dengan rahmad-nya kami dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul Asuhan Keperawatan pada Klien dengan Gaya Hidup: Bulimia Nervosa. Tanpa ridho-nya mungkin kami tidak dapat menyelesaikan tugas ini tepat pada waktunya. Makalah ini disusun agar para pembaca dapat mengetahui gangguan gaya hidup dan menambah ilmu pengetahuan tentang bulimia nervosa. Makalah ini disusun oleh penyusun dengan sebenar-benarnya. Penyusun mengucapkan terima kasih kepada dosen pembimbing mata kuliah Keperawatan Pencernaan 2 dan teman-teman yang telah membantu penyusun sehingga makalah ini dapat terselesaikan dengan baik. Semoga makalah ini dapat memberikan wawasan yang lebih luas kepada pembaca. Walaupun makalah ini memiliki kelebihan dan kekurangan. Penyusun menyadari bahwa makalah ini tidaklah sempurna. Oleh karena itu, kritik yang dapat membangun dari para pembaca sangat diharapkan penyusun. Terima kasih. Surabaya, 2 Mei 2016 Penyusun 2

3 DAFTAR PUSTAKA HALAMAN SAMPUL...i KATA PENGANTAR...ii DAFTAR PUSTAKA...iii BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Rumusan Masalah Tujuan Tujuan Umum Tujuan Khusus...2 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Definisi Etiologi Patofisiologi Manifestasi Klinis Pemeriksaan Diagnostik Penatalaksanaan Komplikasi Prognosis Pencegahan Asuhan Keperawatan Umum...22 BAB 3 TINJAUAN KASUS BULIMIA NERVOSA Tinjauan Kasus Pengkajian Pemeriksaan Fisik Analisa Data WOC Diagnosa Keperawatan Intervensi Keperawatan Evaluasi...37 BAB 4 KESIMPULAN Kesimpulan Saran...38 DAFTAR PUSTAKA...39 Lampiran 1. Format Pengkajian Keperawatan...i 3

4 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Manusia hidup tidak lepas dari kebutuhan dasarnya. Makanan merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia. Makanan dibutuhkan oleh tubuh sebagai sumber energi untuk menjalankan kegiatan sehari-hari dan tetap produktif. Dunia kesehatan mulai mengenal sebuah kelainan makan sejak tahun 1979 pada zaman mesir kuno. Pada saat itu, ilmuwan merekomendasikan pencucian perut sekali setiap bulan dalam 3 hari untuk mempertahankan kesehatan. Praktik tersebut berlawanan dari kepercayaan bahwa penyakit manusia disebabkan oleh makanan itu sendiri. Kelainan tersebut disebut dengan bulimia nervosa. Bulimia lebih sering dialami oleh wanita dibandingkan oleh pria, sama halnya dengan gangguan makan pada umumnya. Penelitian memperkirakan terdapat sekitar 8 dari 100 wanita yang mengidap kelainan ini. Sebagian besar dialami oleh wanita pada usia tahun (Alodokter.com, 2015). Bulimia nervosa mengenai 2% sampai 3% dari kelompok yang sama. Wanita 10 kali lebih mungkin untuk terkena gangguan makan daripada pria. Gangguan ini lebih prevalen di budaya barat, walaupun kejadiannya meningkat di budaya Asia. Sebuah survei dari 496 remaja dilaporkan lebih dari 12% pernah mengalami bentuk kelainan makan ketika mereka berusia 20 tahun (LeMone, 2008). Kriteria utama yang mengindikasikan bulimia adalah siklus makan yang berlebihan lalu mengeluarkan kalori ekstra dengan paksa dari tubuh. Kemudian disertai dengan asumsi negatif tentang bentuk tubuh dan berat badan. Langkah pengobatan untuk bulimia umumnya membutuhkan waktu dan tenaga yang tidak sedikit. Dukungan penuh dari teman serta keluarga juga berperan penting. Karena itu, pengidap serta keluarga dianjurkan untuk bersabar dalam menjalaninya (Alodokter.com, 2015). 1.2 Rumusan Masalah 1. Apa definisi dari bulimia nervosa? 2. Bagaimana etiologi dari bulimia nervosa? 3. Bagiaman patofisiologi dari bulimia nervosa? 4. Bagaimana manifestasi klinis dari bulimia nervosa? 1

5 1.3 Tujuan 5. Apa saja pemeriksaan diagnostik bulimia nervosa? 6. Bagaimana penatalaksanaan dan pencegahan dari bulimia nervosa? 7. Apa saja komplikasi yang ditimbulkan dari bulimia nervosa? 8. Bagaimana prognosis dari bulimia nervosa? 9. Apa saja pencegahan yang dapat dilakukan untuk menghindari bulimia nervosa? 10. Bagaimana asuhan keperawatan untuk pasien dengan gangguan bulimia nervosa? Tujuan Umum Mahasiswa dapat memahami konsep teori dan asuhan keperawatan pasien dengan gangguan sistem pencernaan, khususnya bulimia nervosa serta dapat memahami dan menerapkan perannya sebagai perawat dalam pencegahan dan penanganan masalah gastrointestinal terutama masalah bulimia nervosa Tujuan Khusus 1. Konsep teori a) Mengetahui definisi dari bulimia nervosa. b) Mengetahui etiologi dari bulimia nervosa. c) Mengetahui patofisiologi dan WOC dari bulimia nervosa. d) Mengetahui manifestasi klinis dari bulimia nervosa. e) Mengetahui pemeriksaan diagnostik dari bulimia nervosa. f) Mengetahui penatalaksanaan dan pencegahan dari bulimia nervosa. g) Mengetahui komplikasi dari bulimia nervosa. h) Mengetahui prognosis dari bulimia nervosa. i) Dapat menjelaskan proses keperawatan pada pasien bulimia nervosa. j) Dapat memberikan asuhan keperawatan pada pasien bulimia nervosa. 2. Asuhan keperawatan pasien a) Menjelaskan tentang pengkajian pasien dengan bulimia nervosa. b) Menjelaskan tentang diagnosis keperawatan pasien dengan bulimia nervosa. c) Menjelaskan intervensi tindakan keperawatan kepada pasien dengan bulimia nervosa. d) Menjelaskan hasil evaluasi keperawatan kepada pasien dengan bulimia nervosa. 2

6 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi Bulimia nervosa adalah penyakit kurang serius dan sangat berbeda dari penyakit lainnya. Klien dengan bulimia nervosa cenderung untuk menjaga berat badan yang relatif normal, tetapi melakukannya dengan cara makan berlebihan (bingeing) dan memuntahkan (purging) isi lambung untuk mencegah kenaikan berat badan. Telah dinyatakan bahwa bulimia nervosa adalah bentuk dari penyakit depresi (Black Joyce, 2014). Bulimia nervosa adalah gangguan yang ditandai dengan sering makan berlebih dan induksi muntah diri sendiri terkait dengan hilangnya kontrol yang berkaitan dengan makan dan perhatian terus-menerus dengan citra tubuh. Individu dengan bulimia nervosa mungkin memiliki berat badan normal dengan tinggi badan, atau berat badan mereka dapat berfluktuasi dengan makan sebanyak-banyaknya dan memuntahkannya. Mereka juga mungkin menyalahgunakan obat pencahar, diuretik, olahraga, atau obatobatan diet. Mereka mungkin memiliki tanda-tanda yang sering muntah, seperti kelenjar ludah bengkak, pembuluh darah pecah di mata, dan masalah gigi. Individu dengan bulimia nervosa bersusah payah untuk menyembunyikan kebiasaan makan abnormal. Bulimia meningkat dalam insiden dan bahkan mungkin lebih umum daripada anoreksia nervosa (Lewis, 2011). Bulimia nervosa adalah kompulsif makan dengan induksi diri muntah, yang umumnya dikenal sebagai binge-purge. Persentase yang tinggi dari pasien dengan bulimia adalah perempuan muda. Pasien dengan bulimia biasanya makan sejumlah besar makanan di satu duduk dan kemudian pembersihan makanan dengan sengaja merangsang muntah sehingga berat badan tidak naik. Obat pencahar juga kadang-kadang digunakan oleh pasien bulemia untuk membersihkan tubuh dari makanan dan menghindari kenaikan berat badan. Olahraga berlebihan juga dapat digunakan untuk mengontrol berat badan. 2.2 Etiologi Penyebab Bulimia nevosa dapat dijelaskan dengan pendekatan beberapa jenis model (Sherli, 2010) yaitu: 1. Model adikasi Bulimia Nervosa diyakini sebagai adiksi terhadap makanan dan tingkah laku. Hal ini berhubungan dengan pengobatan Bulimia Nervosa yang menekankan pada penghentian, dukungan sosial dan mencegah 3

7 kekambuhan, dimana metode ini mirip dengan pengobatan adiksi terhadap alkohol maupun obat-obatan. 2. Model keluarga Gangguan makan pada remaja berhubungan dengan sistem interaksi antara keluarga. Oleh karena itu fokus pengobatan penderita bulimia nervosa adalah disfungsi interaksi dalam keluarga. Penderita bulimia nervosa pada umumnya memiliki riwayat kekerasan fisik maupun seksual semasa kanak-kanak. 3. Model sosial budaya Publikasi media tentang hubungan antara tubuh yang langsing dengan karier yang sukses telah merangsang para remaja untuk melakukan diet supaya tubuhnya menjadi langsing. Banyak remaja yang gagal mencapai keaadaan ini dan akhirnya menjadi penderita bulimia nervosa. 4. Model kognitif dan tingkah laku Bulimia nervosa merupakan implementasi tingkah laku yang irasional tentang bentuk tubuh, berat badan, diet dan kepercayaan diri. Fokus pengobatan adalah mengidentifikasi disfungsi ini dan membantu menumbuhkan keyakinan yang rasional. Penderita diberikan jadwal makan yang jelas dan teratur. 5. Model psikodinamik Bulimia nervosa merupakan usaha untuk mengendalikan atau menghindari dampak perasaan yang tertekan, implusif dan kecemasan. Pengobatan psikodinamik adalah mencari proses yang mendasari penderita bulimia nervosa terutama gambaran psikososialnya. Penyebab pastinya tidak diketahui, tetapi faktor-faktor yang diduga berperan dalam terjadinya bulimia nervosa (Silvia, 2009) adalah : 1. Faktor psikososial Berupa perkembangan individu, dinamika keluarga, tekanan sosial untuk berpenampilan kurus serta perjuangan untuk mendapatkan identitas diri. 2. Faktor genetik Adanya bukti bahwa bulimia banyak didapat pada penderita dengan riwayat keluarga gangguan depresi dan kecemasan, serta lebih banyak pada kembar monozigot dibandingkan dizigot. 3. Faktor biologik Penurunan sintesis, uptake dan turnover serotonin serta penurunan sensitivitas reseptor serotonin post sinaptik. Berdasarkan studi ditemukan fakta bahwa genetik, hormon dan bahan kimia yang terdapat di otak berpengaruh terhadap efek perkembangan dan pemulihan bulimia. 4. Faktor budaya 4

8 Kebanyakan orang menilai bahwa cantik identik dengan kurus dan terkadang kondisi tersebut menjadi suatu tuntutan kerja.anggapan ini pun menjadi budaya yang berkembang di masyarakat. 5. Perasaan pribadi Penderita bulimia senantiasa berputus asa terhadap dirinya sendiri, tidak percaya diri sehingga mereka diet dengan cara menggunakan pil diet bahkan memuntahkan makanan. Penilaian orang terhadapa dirinya menyebabkan kecemasan dan tekanan yang dapat menyebabkan stress sehingga untuk mengatasinya mereka cenderung ke arah bulimia. Faktor lain yang mendorong timbulnya bulimia nervosa adalah masalah keluarga, pubertas, gangguan adaptasi, lingkungan dan penerimaan teman sebaya, media dan masyarakat serta krisis identitas. Bulimia juga sering dihubungkan dengan depresi. Kebanyakan, penderita bulimia berasal dari keluarga yang tidak bahagia, umumnya mereka memiliki orang tua yang gemuk, atau mereka sendiri kegemukan pada masa kanak-kanak. Namun hingga kini masih belum jelas apakah gangguan emosional ini sebagai sebab atau akibat dari bulimia. 2.3 Patofisiologi Bertahun-tahun ukuran dan berat badan wanita akan meningkat sesuai dengan peningkatan status nutrisi. Tetapi hal tersebut juga memicu persuasi media yang mengajak wanita untuk menjadi kurus. Proyek media ini menyalahi ideal kesehatan dan menyebabkan wanita dan remaja berusaha untuk mempunyai tubuh yang kurus. Ketika memasuki masa remaja, khususnya masa pubertas, remaja menjadi sangat sensitif atas pertambahan berat badan mereka. Terjadi perubahan fisiologis tubuh yang terkadang mengganggu. Hal ini lebih sering dialami oleh remaja putri daripada remaja pria. Bagi remaja putri, mereka mengalami pertambahan jumlah jaringan lemak sehingga mereka akan mudah untuk gemuk apabila mengkonsumsi makanan yang berkalori tinggi. Kalau dahulu makan apapun tidak berefek bagi berat badan, tapi setelah masa pubertas (biasanya ditandai dengan menstruasi), baru makan coklat dua potong beratnya sudah tambah 1 kg. Pada kenyataannya kebanyakan wanita ingin terlihat langsing dan kurus karena mereka beranggapan bahwa menjadi kurus akan membuat mereka bahagia, sukses dan populer. Sementara apabila tubuh gendut, memakai baju apapun rasanya seperti sedang memakai karung terigu. Akhirnya, lingkungan sekitar juga ikut mempengaruhi. Semakin sering diejek gendut maka dietnya semakin gencar. Maka tidak mengherankan apabila ketidakpuasan seseorang dengan tubuhnya akan mengembangkan masalah pada gangguan makan. Remaja dengan gangguan makan seperti di atas 5

9 memiliki masalah dengan body imagenya. Artinya, mereka sudah memiliki suatu mind set (pemikiran yang sudah terpatri di otak) bahwa tubuh mereka tidak ideal. Mereka mempersepsikan tubuhnya gemuk, banyak lemak yang intinya tidak sedap untuk dipandang dan tidak menarik seperti tubuh orang lain. Akibat pemikiran yang sudah terpatri ini, seorang remaja akan selalu melihat tubuh mereka gemuk padahal kenyataannya justru berat badan mereka semakin turun hingga akhirnya mereka menjadi sangat kurus. Mereka akan dihantui perasaan bersalah ketika mereka makan banyak karena hal itu akan menyebabkan berat badannya naik. Masalah ini akhirnya menyebabkan remaja menjadi tidak percaya diri dan sulit untuk menerima kondisi dirinya. Mereka beranggapan bahwa kepercayaan diri akan tumbuh kalau mereka juga memiliki tubuh yang sempurna. Pengidap kemudian merasa bersalah, menyesal, dan membenci diri sendiri sehingga akan memaksa tubuh untuk mengeluarkan semua asupan kalori yang telah masuk. Cara ini umumnya dilakukan dengan memaksa diri untuk muntah atau menggunakan obat pencahar untuk memicu proses buang air besar. Pengidap bulimia setidaknya mengalami siklus ini lebih dari dua kali dalam seminggu selama minimal tiga bulan (WangMuba, 2009). 2.4 Manifestasi Klinis Indikasi utama bahwa seseorang mengidap bulimia adalah mengonsumsi makanan secara berlebihan, meski pengidap tidak merasa lapar. Proses ini dapat terpicu oleh masalah emosional, seperti stres atau depresi. Beberapa gejala yang ditimbulkan dari bulimia nervosa (Alodokter.com, 2015): a. Sangat terpaku pada berat badan serta bentuk tubuh, terkadang hingga terasa tidak masuk akal b. Selalu beranggapan negatif terhadap bentuk tubuhnya sendiri c. Takut gemuk atau merasa kegemukan (berolahraga berlebihan) d. Sering lepas kendali saat makan, misalnya terus makan sampai sakit perut atau makan dengan porsi berlebihan e. Menghindari makan di tempat-tempat umum atau di depan orang lain f. Sering bergegas ke kamar mandi setelah makan g. Memaksakan diri untuk muntah, terutama dengan memasukkan jari ke kerongkongan h. Memiliki gigi dan gusi yang rusak i. Menggunakan obat pencahar, diuretik, atau enema setelah makan. 6

10 j. Menggunakan suplemen atau produk herba untuk menurunkan berat badan. Tanda dan gejala umum yaitu pusing, pening (light headedness), palpitasi (karena dehidrasi, hipotensi, mungkin hipokalemia), bradycardia atau tachycardia, hipotermia, dan hipotensi (sering dikaitkan dengan dehidrasi). Gejala gastrointestinal seperti iritasi faring, nyeri perut (lebih umum pada orang-orang yang menginduksi dirinya untuk muntah), darah dalam muntahan (dari iritasi esofagus, dan dari air mata yang sebenarnya mungkin berakibat fatal), kesulitan menelan, perut kembung, sembelit, dan obstipasi. Gejala lain yang terkait termasuklah inflamasi kronis dan sakit tenggorokan, pembengkakan kelenjar di leher dan di bawah rahang, robekan enamel gigi dan meningkatnya kepekaan dan kerusakan gigi akibat daripada pemaparan terhadap asam perut, penyakit refluks gastroesofagus, intestinal distress dan iritasi akibat penyalahgunaan obat cuci perut, masalah pada ginjal akibat penyalahgunaan obat diuretik, dan dehidrasi berat karena kekurangan cairan dari tubuh. Bulimia Nervosa beberapa ciri khas yaitu binge eating, purging, dan body image disertai dengan gangguan psikologis berupa depresi. Ciri penting dari bulimia nervosa adalah suatu episode, dimana terjadi perilaku meraih makanan yang tidak terkontrol dengan jumlah yang besar dalam periode waktu yang singkat. Pasien sadar dengan gangguan kebiasaan makannya. Mereka biasanya tidak menyadari rasa lapar selama pesta makan dan tidak berhenti makan walaupun merasa kenyang. Mereka merasa takut dengan ketidakmampuan berhenti makan secara sadar dan melaporkan bahwa pesta makan hanya berhenti ketika terjadi nausea atau nyeri abdomen yang berat, atau ketika diinterupsi dengan tertidur, atau ketika mereka menginduksi vomiting (Soetjiningsih, 2007). 1) Binge Eating Gambaran Klinis BN digolongkan pada orang yang mengalami episode konsumsi makanan dengan jumlah yang sangat banyak (misalnya, binge-eating) secara rekuren dan sering, dan merasakan kurangnya penguasaan terhadap makan. Binge eating artinya mengkonsumsi makanan yang banyak dalam periode waktu yang singkat. Pada saat episode binge terjadi kehilangan kendali terhadap makanan. Penderita bulimia nervosa dapat mengkonsumsi makanan sekitar kkal per episode binge. Epidode binge sering timbul pada waktu yang sama setiap hari atau timbul sebagai akibat rangsangan emosional seperti depresi, jemu atau marah dan 7

11 kemudian diikuti oleh periode puasa berkepanjangan.mengkonsumsi makanan biasanya didahului muntah dengan kira-kira satu tahun. Episode makan berlebihan yang berulang. Episode ini ditandai dengan kedua hal berikut ini: 1) Makan, dalam periode waktu tertentu (misalnya dalam 2 jam), jumlah makan jauh lebih besar daripada yang dimakan kebanyakan orang pada periode waktu yang sama dan dalam keadaan atau situasi yang sama. Selama mengkonsumsi makanan pasien memakan makanan yang manis, tinggi kalori, dan biasanya lembut atau lunak, seperti cake dan kue kering. Beberpa pasien lebih menyukai makanan yang besar tanpa memandang rasanya. 2) Perasaan hilang kendali terhadap makan selama episode tersebut (misalnya merasa tidak dapat menghentikan makan atau mengendalikan apa atau berapa banyak yang dimakannya). Makanan dimakan secara sembunyi-sembunyi dan secara cepat, dan kadang-kadang tidak dikunyah. Episode makan berlebihan seperti ini : 1) Makan lebih cepat dari normal. 2) Makan sampai merasa sangat kenyang hingga terasa tidak nyaman. 3) Makan makanan dengan jumlah besar meskipun secara fisik tidak lapar. 4) Makan sendirian karena malu akan banyaknya makanan yang dimakannya. 5) Merasa jijik dengan dirinya sendiri, depresi, atau sangat bersalah setelah makan berlebihan. Pesta makan seringkali diikuti dengan perasaan depresi dimana pasien merasa sedih, kesepian, hampa, dan terisolasi, atau rasa cemas dengan ketegangan yang luar biasa. Perasaan ini biasanya membaik selama pesta makan, namun setelah itu pasien dilaporkan mengalami perasaan depresi dengan mengkritik dan meremehkan diri serta timbul perasaan bersalah. Pesta makan biasanya dilakukan secara rahasia yang dilakukan selama beberapa menit sampai beberapa jam (seringkali kurang dari 2 jam). Kebanyakan pesta makan terjadi secara spontan, namun beberapa telah direncanakan. Frekuensi pesta makan berkisar dari kadang-kadang (sekali atau dua kali sebulan) sampai berkali-kali dalam sehari. Kuantitas jumlah makanan bervariasi namun selalu besar. 2) Purging Penderita Bulimia Nervosa menempuh beberapa cara menolak dampak dari makanan yang berlebihan. Bisanya setelah perilaku binge eating yang diikuti dengan perilaku mengkompensasi binge dengan 8

12 menyingkirkan makanan yang dimakan (misalnya, muntah, penggunaan obat cuci perut atau diuretik yang berlebihan). Paling sering adalah dengan cara memuntahkan makanan dengan jalan merangsang faring atau secara spontan atau dengan menggunakan sirup ipecac. Muntah yang sering terjadi dan biasanya diinduksi dengan memasukkan jari ke dalam tenggorokan, walaupun beberapa pasien mampu untuk muntah atas kehendaknya sendiri. Muntah menurunkan nyeri abdomen dan perasaan penuh dan memungkinkan pasien terus makan tanpa takut akan mengalami kenaikan berat badan. Disamping itu, cara lainnya adalah menggunakan laksan, diuretic dan enema serta dengan jalan melakukan latihan fisik yang berlebihan. Self-induced vomiting sangat sering namun bukanlah ciri untuk diagnosis. Beberapa pasien setelah pesta makan melakukan puasa dalam periode waktu yang lama, dan olahraga yang berat. Muntah dilakukan dengan menggunakan emetik seperti sirup ipecac untuk menginduksi muntah dengan mengaktifkan gag refleks. Luka pada punggung tangan juga dapat muncul akibat menstimulasi gag refleks. Muntah juga dilakukan berulang sampai pasien berpikir bahwa mereka telah mengeluarkan makanan sebanyak mungkin. Penyalahgunaan laksatif umum dikaitkan dengan bulimia nervosa, penggunaan diuretik bukanlah hal yang tidak biasa. Jika muntah terlalu banyak, dehidrasi dan ketidakseimbangan elektrolit dapat menjadi kasus yang darurat. Kematian akibat dilatasi dan rupture gaster pernah dilaporkan. 3) Body Image Penderita Bulimia Nervosa memiliki persepsi yang keliru tentang berat badan dan bentuk tubuhnya. Mereka merasa kelebihan berat badan atau gemuk, meskipun pada kenyataannya berat badannya dalam batas normal. Sebagian besar pasien bulimia nervosa dalam rentang berat badan yang normal, tetapi beberapa pasien khawatir terhadap citra tubuh dan penampilannya, khawatir terhadap tanggapan orang lain terhadap dirinya, dan khawatir terhadap daya tarik seksualnya. Sebagian besar pasien bulimia nervosa aktif secara seksual, dibandingkan dengan pasien anoreksia nervosa yang tidak tertarik terhadap seks. Pika dan perebutan selama makan kadangkadang ditemukan dalam riwayat pasien bulimia nervosa. Pasien dengan bulimia nervosa sadar akan perilakunya dan seringkali melakukan hal yang besar untuk merahasiakannya. Mereka sangatlah khawatir mengenai penampilan fisik, dengan harga diri yang bergantung pada ukuran dan bentuk tubuh. Penyesuaian seksual yang terganggu, mulai dari pergaulan bebas sampai ke aktivitas seksual yang terbatas. Beberapa gejala lain berkaitan dengan buruknya kontrol impuls yang sering pada 9

13 penderita bulimia nervosa, seperti penggunaan alkohol, penyalahgunaan obat, mencuri, memutilasi diri sendiri, dan percobaan bunuh diri. Kebanyakan pasien mengalami fluktuasi berat badan. Beberapa gejala yang berkaitan dengan bulimia nervosa mencakup edema pada ekstremitas, sakit kepala, nyeri tenggorokan, pembengkakan glandula parotis dan glandula salivatorius lainnya, erosi pada enamel gigi dan karies berat, merasa kembung, nyeri abdomen, lethargi dan fatigue. Dizziness, syncope, dan seizure dapat muncul jika muntah yang berat. Menstruasi yang irregular umum terjadi, namun amenorea tidak terus menerus. Orang yang menderita BN dapat jatuh kepada golongan dengan berat badan yang normal sesuai dengan umur mereka. Persepsi yang keliru ini menyebabkan penderita Bulimia Nervosa berusaha menurunkan berat badannya. Sebaliknya pada saat tertentu terjadi kehilangan kontrol terhadap pembatasan makan, sehingga timbuk episode binge eating. Seperti AN, mereka juga mempunyai ketakutan untuk pertambahan berat badan, dan sangat nekad untuk mengurangi berat badan, merasa ketidakbahagiaan hebat atas ukuran dan bentuk tubuh. Kebiasaannya, perilaku bulimik adalah rahasia, karena selalu disertai dengan perasaan jijik dan malu. Siklus perilaku binging dan penyingkiran ini selalunya berulang selama beberapa kali dalam seminggu. Kebanyakan perubahan kondisi fisik adalah akibat dari aspek penyingkiran penyakit, termasuklah ketidakseimbangan elektrolit, masalah gastrointestinal, dan masalah berkaitan dengan rongga mulut dan gigi. 4) Depresi Gejala psikologis penderita Bulimia Nervosa adalah depresi. Mirip dengan AN, orang yang menderita BN juga mempunyai penyakit psikologis seperti depresi, ansietas dan/atau permasalahan penyalahgunaan zat. Depresi sering kali mengikuti episode dan disebut penderitaan setelah pesta makan (postbinge anguish). Biasanya, pasien dengan BN merasa malu dengan perbuatannya sendiri dan cenderung untuk merahsiakannya daripada keluarga dan teman-teman. Pengalaman episode binge eating dan purging menimbulkan rasa bersalah, penyesalan yang dalam, dan perasaa malu. Sebaliknya keadaan depresi juga menyebabkan timbulnya gangguan makan dan episode binge. Bulmina nervosa terdapat pada pasien dengan gangguan mood dan gangguan kendali impuls. Bulimia nervosa juga terjadi pada orang dengan resiko tinggi untuk gangguan terkait zat serta berbagai gangguan kepribadian. Pasien bulimia nervosa juga mengalami gangguan ansietas, gangguan bipolar I, dan gangguan disosiatif, serta riwayat penganiayaan 10

14 seksual. Gangguan mood sering terjadi pada pasien dengan BN dan simptom cemas dan tegang (tension) sering dialami. Kebanyakan pasien dengan bulimia nervosa mengalami depresi ringan dan sesetengah mengalami gangguan mood dan perilaku yang serius seperti cobaan membunuh diri dan penyalahgunaan alkohol dan obat-obatan terlarang. Biasanya, pasien dengan bulimia nervosa merasa malu dengan perbuatannya sendiri dan cenderung untuk merahasiakannya dari keluarga dan temanteman (Chavez dan Insel, 2007). Pada pemeriksaan status mental dapat ditemukan: a) Penampilan: pasien biasanya rapi, berpakaian yang baik, dan menunjukkan atensi pada hal yang rinci. Dandanan seringkali teliti dan selanjutnya memperlihatkan bahwa pasien fokus pada penampilan personal. b) Tingkah laku: pasien biasanya tidak memiliki pergerakan yang abnormal, namun perasaan cemas terlihat dari pergolakan psikomotor. Perpindahan biasanya spontan, dan pasien umumnya kooperatif dan dapat melaksanakan tugas yang diperintahkan. c) Sikap terhadap pemeriksa: pasien umumnya mencegah kontak mata karena malu d) Mood dan afek: pasien seringkali memperlihatkan perasaan depresi dan dapat juga berupa kecemasan e) Pembicaraan: isi dan artikulasi biasanya normal f) Proses pikir: pasien mungkin memiliki proses pikiran linear dan sampai pada tujuan yang diarahkan g) Isi pikir: pikiran cenderung berputar disekitar makanan dan kekhawatiran tentang bentuk tubuh dan berat badan. h) Kelainan persepsi: delusi dan halusinasi biasanya tidak ada i) Ide bunuh diri: ide untuk bunuh diri biasa ditemukan terutama pada pasien dengan mood depresi. j) Ide pembunuhan: ide pembunuhan tidak berhubungan untuk diagnosis bulimia nervosa k) Kognisi: pasien pada umumnya sadar, dan berorientasi pada sekitar mereka. l) Daya nilai: pasien umumnya menunjukkan daya nilai yang buruk mengenai perawatan diri dan pengobatannya. Strategi penurunan berat badan seperti muntah yang diinduksi sendiri, penyalahgunaan laksatif, dan diuretic seringkali dianggap sebagai metode yang sah dan sesuai untuk mengatur berat badan. m) Tilikan: tilikan pada pasien bulimia nervosa bervariasi. 11

15 12

16 2.5 Pemeriksaan Diagnostik Uji Laboratorium dan diagnostik yang dapat dilakukan pada pasien dengan bulimia nervosa menurut American Psychiatric Association (APA, 2013) adalah sebagai berikut : 1. Pemeriksaan fisik yang menyeluruh Pemeriksaan fisik dapat memberikan petunjuk penting menunjukkan adanya bulimia nervosa, terutama untuk menyingkirkan subtipe gangguan tersebut. Pada pemeriksaan, dokter mungkin mencari tanda-tanda komplikasi medis dimana termasuk juga erosi gigi, jaringan parut atau abrasi pada kuku-kuku jari, dan kelenjar parotis bengkak. 2. Uji kadar elektrolit serum Para penderita bulimia dengan berat badan normal atau overweight (gemuk) mungkin tidak memiliki kelainan laboratorium yang signifikan. Kelainan laboratorium menjadi lebih umum dengan penurunan berat badan. Tingkat elektrolit yang paling mungkin akan terpengaruh. Kelainan cairan dan elektrolit seperti hipokalemia (yang dapat memprovokasi aritmia jantung), hipokloremia, dan hiponatremia. Hilangnya asam lambung melalui muntah dapat menyebabkan alkalosis metabolik (peningkatan serum bikarbonat), dehidrasi melalui pencahar dan diuretik dapat menyebabkan asidosis metabolik. 3. Kadar amilase serum meningkat Beberapa individu dengan bulimia nervosa menunjukkan peningkatan sedang pada amilase serum yang mencerminkan peningkatan isoenzim ludah. Tingkat amilase tinggi mungkin menunjukkan bahwa pasien telah muntah. Dalam beberapa kasus, maka akan diperlukan untuk menyingkirkan penyebab organik kadar amilase tinggi atau muntah, seperti pankreatitis. Ketika difraksinasi menjadi komponen-komponen serum dan saliva, peningkatannya terkadang tidak proporsional, dengan amilase saliva tinggi melebihi amilase pankreas pada pasien yang telah muntah. Karena itu tes difraksinasi mungkin bermanfaat untuk digunakan sebagai alat bantu diagnostik dalam kasus dimana muntah ditolak dan memonitor terus muntah pada pasien yang menjalani pengobatan. 4. Evaluasi faktor-faktor psikologis Pemeriksaan psikiatrik lengkap dengan memperhatikan depresi yang merundungi bersama, anoreksia nervosa, penyalahgunaan zat/obat (contoh: kokain, alkohol, ampetamin, sedative, dan pil diet), dan gangguan 13

17 kepribadian. Lakukan pula evaluasi pasien untuk impulsivitas dan kecenderungan bunuh diri. Gejala psikopatologinya terdiri dari ketakutan yang luas biasa akan kegemukkan dan penderita mengatur sendiri batasan yang ketat dari ambang berat badannya, sangat dibawah berat badan sebelum sakit dianggap berat badan yang sehat dan optimal. Seringkali, tetapi tidak selalu, ada riwayat episode anoreksia nervosa sebelumnya, interval antara kedua gangguan tersebut berkisar antara beberapa bulan sampai beberapa tahun. Episode sebelumnya ini dapat jelas terungkap, atau dalam bentuk ringan yang tersembunyi dengan kehilangan berat badan yang sedang dan atau suatu fase sementara dari amenore. Bulimia nervosa harus dibedakan dari gangguan depresif, walaupun penderita bulimia sering mengalami gejala-gejala depresi. 2.6 Penatalaksanaan Pada beberapa kasus, ketika makan berlebih tidak terkendali, tetapi pasien rawat jalan tidak berhasil, atau pasien menunjukkan gejala psikiatrik tambahan seperti bunuh diri dan penyalahgunaan zat, rawat inap di rumah sakit mungkin perlu dilakukan. Di samping itu, pada kasus mengeluarkan makanan kembali yang berat, gangguan metabolik dan elektrolit yang ditimbulkan mungkin sangat memerlukan rawat inap di rumah sakit. Penatalaksanaan bulimia nervosa menurut (Sadock, 2010): 1. Psikoterapi Umumnya dokter melakukan terapi kognitif, yang bertujuan merubah persepsi dan cara berpikir pasien mengenai tubuhnya. Dokter mendorong pasien untuk berpikir secara benar terhadap dirinya sehingga menjadi lebih obyektif melihat suatu masalah, dan menghilangkan sikap serta reaksi yang salah terhadap makanan. a) Memberi kepercayaan kepada pasien sehingga pasien mau bekerjasama dalam pengobatan. b) Menghentikan kebiasaan makan yang salah dan episode muntah serta diare: Hal ini dapat dilakukan dengan membatasi jumlah dan jenis makanan pasien bulimia nervosa. Namun sedikit sulit bila pasien tinggal dirumah tanpa pengawasan. c) Usaha-usaha yang dapat dilakukan untuk mempertahankan keadaan yang sudah membaik: 14

18 a. Setelah pengobatan biasanya pasien akan mengulangi kebiasaannya untuk makan lagi, maka kita jangan menentangnya, tapi kita anggap bahwa hal itu merupakan respon yang fisiologis. b. Agar pasien mau makan, maka kita katakankepadanya bahwa rasa lapar yang timbul itu, karena tubuhnya memerlukan nutrisi. c. Kalau pengobatan berhasil, maka pasien akan mengurangi ketergantungan terhadap kebiasaan jeleknya dan gejala depresinya akan teratasi, ini dapat berlangsung untuk beberapa bulan. d. Oleh karena kebiasaan makan yang jelek pada bulimua nervosa ini mudah berulang kembali, maka pengobatan yang paling efektif adalah dengan memberikan rasa paercaya diri kepada pasien terhadap penampilan dan berat badannya. 2. Farmakoterapi Untuk penderita bulimia umumnya diberikan obat-obatan jenis antidepresan bersama dengan pengobatan psikoterapi. Obat yang diberikan umumnya dari jenis trisiklik seperti imipramine (dengan merek dagang Tofranil) dan desipramine hydrochloride (Norpramin); atau jenis selective serotonin reuptake inhibitors (SSRIs) seperti fluoxetine (Antiprestin, Courage, Kalxetin, Nopres, dan Prozac), sertraline (Zoloft), dan paroxetine (Seroxat). 3. Terapi psikis Terapi bulimia biasanya meliputi konseling dan terapi tingkah laku. Sebagian besar gangguan makan permasalahannya bukanlah pada makanan itu sendiri, tetapi pada kepercayaan diri dan persepsi diri. Terapi akan efektif jika ditujukan pada penyebabnya, bukan pada gangguan makannya. Terapi individu, dikombinasikan dengan terapi kelompok dan terapi keluarga seringkali sangat membantu. Terapi kelompok adalah terapi dimana penderita penyakit yang sama saling membagi pengalaman mereka. 4. Terapi nutrisi Ahli gizi dapat mengatur jadwal makan, memberikan penjelasan mengenai tujuan terapi nutrisi, pentingnya diet sehat dan akibat buruk dari pola makan yang salah terhadap kesehatan. Pengaturan diet untuk penderita bulimia nervosa dilakukan secara bertahap tergantung tingkat keparahan serta ada tidaknya komplikasi dengan penyakit penyerta. Selain dengan pengaturan makan yang sehat dan berimbang diperlukan juga olahraga secara tepat dan teratur. 15

19 5. Terapi Oral 2.7 Komplikasi a) Untuk mencegah erosi dan karies pada gigi, pasien dianjurkan tidak menyikat gigi lagi setelah muntah, namun berkumur dengan sodium fluorida 0,05%, alkaline mineral water, sodium bikarbonat, atau magnesium hidroksida untuk menetralkan asam pada rongga mulut. b) Mengurangi konsumsi makanan yang mengandung gula atau karbohidrat, sebab akan meningkatkan resiko terjadinya karies. c) Mengunyah permen karet rendah gula untuk meningkatkan produksi saliva sintetik seperti glosodane d) Gunakan pasta gigi, obat kumur, atau gel yang mengandung flourida untuk mengurangi rasa sensitif pada gigi dan sebagai pertahanan terhadap karies. e) Menyikat gigi tiga kali sehari setelah melakukan flossing untuk mengurangi plak pada gigi. Jika tidak segera ditangani, bulimia bisa memicu komplikasi yang serius dan bahkan berakibat fatal. Frekuensi muntah yang sering terjadi akan merusak gigi (akibat asam lambung) dan memicu pembengkakan kelenjar air liur. Demikian pula dengan sakit tenggorokan serta bau mulut. Kekurangan nutrisi juga termasuk komplikasi serius akibat bulimia. Komplikasi ini dapat memicu dehidrasi, sulit untuk hamil karena siklus menstruasi yang tidak teratur, kulit dan rambut yang kering, kuku yang rapuh, gagal ginjal, serta gagal jantung. Sementara penggunaan obat pencahar yang tidak terkendali dapat mengakibatkan kerusakan pada organorgan pencernaan serta mengganggu keseimbangan kadar senyawa alami tubuh. Ketidakseimbangan ini berpotensi memicu kelelahan, lemas, detak jantung yang tidak teratur, serta kejang (Alodokter.com, 2015). Komplikasi medis lainnya seperti dilatasi gaster akut yang dapat berakibat rupture gaster. Selain itu robekan mallory-weiss pada esophagus, rupture esophagus, refluks esophagitis, dan cardiomiopaty sebagai akibat sekunder dari penggunaan ipecac. Toksisitas ipecac juga berhubungan dengan skeletal myopathy, kronik hipokalemia. Xerosis berkaitan dengan dehidrasi kronik. Penggunaan laksatif berlebihan dapat menyebabkan risiko konstipasi kronik, cathartic colon dengan pseudo-hischprung syndrome, dan komplikasi lainnya. Berikut efek yang ditimbulkan terhadap tubuh dan dan masalah dalam beberapa aspek (Wildes, 2010): 16

20 (Gambar 1. Efek Bulimia Nervosa terhadap Tubuh) 1) G ig i Beberapa kelainan pada rongga mulut telah dilaporkan termasuk erosi gigi, mengurangi laju aliran saliva, hipersensitivitas gigi, karies gigi, penyakit periodontal, dan xerostomia (mulut kering). Erosi gigi biasanya terjadi pada permukaan lingual dari gigi rahang atas. Meskipun gigi mandibular juga dapat terpengaruh, mereka diyakini agak terlindung, dari paparan asam lambung, oleh lidah. Erosi dapat terlihat pada awal enam bulan setelah terjadinya induksi muntah sendiri yang bersifat reguler. (Gambar 2. Karies Gigi dan Erosi Gigi) Peningkatan frekuensi karies gigi telah dilaporkan sebagai konsekuensi dari makan berlebihan makanan yang mengandung karbohidrat, peningkatan konsumsi minuman berkarbonasi, kebersihan mulut yang buruk, selain paparan asam. Gingivitis (penyakit gusi) dan penyakit periodontal mungkin akibat dari paparan berulang terhadap asam lambung. Hal ini menyebabkan iritasi gusi kronis dan perdarahan. Xerostomia ditemui pada pasien dengan self-induced muntah itu diduga berhubungan dengan laju aliran saliva berkurang. 17

21 Pembesaran kelenjar ludah telah berkorelasi dengan peningkatan kadar amilase serum. Kelenjar parotis bilateral yang merupakan kelenjar yang paling sering terlibat, tetapi pembesaran submandibula juga dapat dilihat. Ini wajah "Jenis tupai" yang umumnya terjadi 3-4 hari setelah penghentian self-induced muntah. Kelenjar parotis dan submandibular seringkali membesar secara simetris dan juga terasa sedikit nyeri. dan sialadenosis (non-inflamatory saliva glands enlargement) sekitar 10-66% yang biasanya disebabkan oleh kelainan sistemik seperti diabetes mellitus, alakoholik, anoreksia nervosa dan bullimia nervosa. Tidak seperti anoreksia nervosa, pada bulimia nervosa tidak terjadi gangguan densitas mineral tulang, hanya saja gangguan densitas tulang ini tergantung pada usia menarche, amenorrhhea, dan berat badan (semakin kurus semakin beresiko). Hipertropi parotid dan submandibular bisa terjadi akibat kebiasaan muntah, malnutrisi, dan disfungsi autonom. Cara utama untuk mencegah terjadinya pembesaran kelenjar tersebut adalah tidak menginduksi muntah, dengan demikian ukuran kelenjar parotis dan submandibular akan berkurang secara perlahan dalam beberapa bulan. Terapi lain yang bisa dilakukan adalah kompres hangat pada kelenjar tersebut, mencoba menggunakan pilocarpin oral untuk menstimulasi pengeluaran air liur. (Gambar 3. Pembengkakan Kelenjar Parotis akibat Bulimia Nervosa) 2) Tenggorokan Self-induced muntah dapat menyebabkan kerusakan pada sfingter esofagus, mempengaruhi area dari faring dan laring. Muntahan kandungan asam mungkin bersentuhan dengan pita suara dan sekitarnya, mengakibatkan suara serak, disfagia, batuk kronis, sensasi terbakar di tenggorokan atau sakit tenggorokan berulang. 3) Jantung Komplikasi jantung lebih sering terjadi pada AN dibandingkan dengan BN, manifestasi klinis yang didapatkan berupa palpitasi yang disebabkan oleh sinus takikardia yang merupakan efek dari hipokalemia, hipomagnesaemia, dan dehidrasi yang terjadi. Dehidrasi akibat episode berulang dari muntah yang dapat mengakibatkan hipotensi, dan ortostatik. Meskipun pasien akan sering menggunakan jari-jari mereka atau benda untuk menginduksi muntah, beberapa mungkin kembali menggunakan 18

22 ipecac, sirup sebelumnya digunakan untuk mengobati ingestions toksik akut. Pasien dengan bulimia yang terlibat dalam self-induced muntah mungkin menyalahgunakan obat ini. Bahan aktif ipecac adalah emetine yang memiliki paruh yang panjang dan akibatnya dapat terakumulasi untuk tingkat beracun dengan konsumsi kronis. Toksisitas Emetine dapat mengakibatkan kerusakan permanen miosit jantung yang mengakibatkan gagal jantung kongestif berat, aritmia ventrikel, dan kematian jantung mendadak. 4) Paru-paru Pada pasien yang membersihkan melalui self-induced muntah, aspirasi makanan dimuntahkan adalah sebuah kemungkinan. Dengan demikian, pada orang dewasa muda yang sehat dengan gangguan pernapasan dengan onset tiba-tiba, self-induced muntah dengan aspirasi harus dipertimbangkan. Komplikasi paru lain dari self-induced muntah adalah pneumomediastinum, yang merupakan diseksi udara melalui dinding alveolar, karena muntah. 5) Elektrolit Episode muntah berulang dapat menyebabkan dehidrasi dan peningkatan regulasi sekresi Rennin-Angiotensin-Aldosteron. Aldosteron disekresikan oleh kelenjar adrenal dan hasilnya terjadi peningkatan penyerapan natrium bikarbonat dan retensi air untuk mengurangi kecenderungan terhadap dehidrasi, hipotensi dan penurunan volume dari muntah berulang. Hal ini menghasilkan alkalosis metabolik dan nilai-nilai kalium serum rendah. Secara bersama-sama, fenomena ini disebut sebagai sindrom pseudo-bartter. Kehilangan kalium tambahan yang berasal dari muntahan yang sebenarnya. Melalui kalium serum yang rendah mungkin penanda khusus untuk self-induced muntah dari bulimia, tidak sensitif. Sebagian besar pasien dengan bulimia, yang hanya kadang-kadang muntah, akan memiliki elektrolit serum yang normal, berbeda dengan mereka yang muntah berlebihan atau mereka yang melakukannya secara teratur untuk program berkepanjangan. Tabel 4. Perubahan elektrolit PURGING MODE Diuretics Laxatives (short-term) SODIUM POTTASIUM CHLORIDE BICARBO NATE Decreased or normal Decreased or normal Decreased Decreased Increased Decreased Increased Decreased 19

23 Laxatives (long-term) Decreased or normal Decreased Decreased Increased Decreased or Vomiting Decreased Decreased Increased normal 6) Kulit Masalah dermatologi ditemukan pada pasien bulimia nervosa, walaupun kurang dipedulikan, termasuk Russell s sign terdapat penebalan atau scar pada punggung tangan yang disebabkan oleh penekanan jari terhadap gigi saat menginduksi muntah, lesi tersebut bisa menjadi permanen. Tanda ini biasanya terlihat pada stadium awal penyakit ini. Pada pasien kronis, cara menginduksi muntah biasanya dilakukan dengan menekan abdomen. Perbuatan melukai diri sendiri terkadang terlihat pada pasien dengan BN, contohnya menusuk diri dengan jarum, membakar kulit dengan api rokok. Pasien dengan berat badan yang cukup rendah mungkin menunjukkan manifestasi dermatologi karena kelaparan termasuk alopecia, xerosis, hipertrikosis lanuginosa, cheilosis, carotenoderma, pruritus, dan kerapuhan kuku. Pasien dengan self-induced muntah akan sering melakukannya, secara mekanis dengan memasukkan jari-jari mereka ke dalam mulut mereka. Seiring waktu, pengenalan tangan ke dalam mulut menghasilkan trauma berulang dan kulit lecet pada tangan. (Gambar 4. Trauma berulang pada Kulit tangan) 7) Masalah gastrointestinal Gangguan traktus gastrointestinal bisa terjadi pada penderita bulimia, seperti perut kembung, flatulensi, konstipasi, keterlambatan pengosongan lambung (peristaltik menurun), GERD, Mallory Weiss tears syndrome, Rectal prolaps, dan apabila hal ini terjadi terutama pada kaum wanita maka bulimia nervosa bisa dijadikan differensial diagnosa. Ipeca sering digunakan oleh pasien bulimia untuk menginduksi muntah. Namun obat ini memiliki efek samping yang cukup besar yakni kardiomiopati. Dental enamel erosi dan gigi yang sensitif terhadap suhu panas dan dingin pada makanan 20

24 maupun minuman merupakan hal yang biasa ditemukan pada BN. Asam lambung menyebabkan enamel menjadi lebih lembut secara bertahap. Pasien harus diajarkan cara untuk mengurangi kerusakan enamel dengan cara membersihkan mulut setelah muntah, yaitu dengan alkalinisasi mulut dengan berkumur menggunakan soda kue yang dilarutkan dalam air dan menunggu selama 30 menit terlebih dahulu baru dibersihkan. Cairan panas dan dingin harus dihindari apabila menyebabkan nyeri pada gigi. Sebaiknya berkonsultasi dengan dokter gigi, penyakit gusi juga sering didapatkan pada pasien ini. Sebagai catatan, eritema pada konjungtiva, yang seringkali disertai dengan perdarahan subkonjungtiva dapat terjadi akibat dari muntah. Hal ini terjadi karena terjadinya elevasi pada penekanan vena saat muntah.batu empedu juga harus dipertimbangkan sebagai diagnosis diferensial pada AN dan BN yang datang dengan keluhan muntah atau nyeri perut kuadran kanan atas. Nyeri tersebut disebabkan oleh batu empedu, yang angka kejadiannya meningkat pada pasien yang mengalami penurunan berat badan. USG merupakan cara untuk menyingkirkan keberadaaan dari batu empedu tersebut. Konstipasi, tidak jarang terdapat pada pasien BN. Pasien mengeluhkan perut kembung dan susah buang air besar, sering kali pasien mengatasinya dengan mengkonsumsi laksative. Hal tersebut justru dapat memperbukruk konstipasinya. Tidak jarang pasien justru mengkonsumsi laksative dengan pertimbangan bahwa dengan mengkonsumsi laksative maka berat badan akan semakin berkurang, sedangkan laksative memiliki efek samping terhadap motilitas kolon. Secara umum, dengan usaha pengembalian berat badan dan memperbanyak makan secara bertahap maka usus akan mengalammi perbaikan dalam waktu 3 minggu. Penatalaksanaan untuk konstipasi itu sendiri adalah dengan edukasi terhadap pasien agar minum air yang banyak 6-8 gelas perhari, serat dalam jumlah yang rendah yaitu 10 gram perhari, laktulosa jenis sintetik nonabsorbsi disakarida, ml satu sampai dua kali perhari, kita juga perlu mempberi tahu bahwa walaupun pemberian laktulosa tersebut berasa sangat manis, pasien tidak perlu cemas akan penambahan kalori yang mungkin terjadi, karena obat tersebut tidak diabsobsi. Muntah yang dipaksakan dapat merusak permukaan esofagus, biasanya paling banyak terjadi pada sambungan antara esofagus dan lambung. Kadang terdapat muntah darah berwarna merah segar, yang dibarengi dengan isi lambung. Hal ini disebut Boerhaave s sindrom yaitu ruptur pada dinding esofagus yang merupakan dampak dari muntah yang dipaksakan, kondisi seperti ini jarang ditemukan, namun sangat 21

25 berbahaya.ruminative behavior merupakan regurgitasi isi lambung yang dilakukan secara sadar, yaitu pengunyahan dan penelanan makanan, kemudian dikunyah lagi, dan ditelan lagi, hal ini akan menyebabkan terjadinya erosi gigi, aspirasi, dan Barrett s esofagus. 8) Masalah Endokrin Hanya setengah dari pasien bulimia yang mengalami gangguan menstruasi termasuk amenore dan oligomenore. Wanita dengan bulimia dan gangguan menstruasi disebabkan oleh karena gangguan release hormon gonadotropin dan leptin. 2.8 Prognosis Pemantauan jangka panjang pada para pasien Bulimia nervosa mengungkap bahwa 70 persen memperoleh kesembuhan, meskipun sekitar 10 persen tetap sepenuhnya somatik. Melakukan intervensi segera setelah diagnosis ditegakkan berhubungan dengan prognosis yang lebih baik. Pasien Bulimia nervosa yang lebih sering makan berlebihan dan muntah, komorbid dengan penyalahgunaan zat, atau memiliki riwayat depresi memiliki prognosis lebih buruk disbanding pasien tanpa fakto-faktor tersebut (Novia, 2016). Secara keseluruhan, bulimia nervosa tampaknya memiliki prognosis yang lebih baik dibandingkan anoreksia nervosa. Dalam jangka pendek, pasien bulimia nervosa yang mampu melibatkan diri dalam pengobatan telah dilaporkan lebih dari 50 % yang mengalami perbaikan. Prognosis bulimia nervosa tergantung kepada keparahan sequele mencahar, yaitu apakah pasien mengalami gangguan elektrolit dan sampai derajat mana muntah yang sering mengakibatkan esofagitis, amilasemia, pembesaran kelenjar liur dan karies gigi. Pada beberapa kasus yang tidak diobati, remisi spontan terjadi dalam satu sampai dua tahun (Sadock, 2010). Prognosis bulimia nervosa tampak lebih baik daripada anoreksia nervosa. Pada salah satu studi, hampir 60% klien bulimia nervosa mencapai hasil yang baik, 29% klien mencapai hasil menengah, dan 10% dilaporkan hasil buruk. Klien bulimia nervosa pada studi ini memiliki 1,1% tingkat mortalitas, yang lebih dari 5 kali lebih rendah dari klien anoreksia nervosa. Pada studi yang lain, 74% klien bulimia nervosa mencapai kesembuhan penuh dibandingkan 1 per 3 dari klien anoreksia nervosa. Kesembuhan parsial diwujudkan oleh 99% klien bulimia nervosa. Hal ini dinilai bahwa 1 per 3 individu dapat diperkirakan kambuh (Reel, 2013). 22

26 2.9 Pencegahan Tindakan pencegahan yang dapat dilakukan yaitu dengan mengamati ada-tidaknya gejala pada keluarga maupun orang-orang terdekat. Ketika beberapa gejala ditemui dapat dilakukan pendekatan secara interpersonal, berempati dan mendorong untuk makan dan berolahraga secara normal, serta memberitahukan dampak negatif bulimia. penderita bulimia tidak dapat sembuh dengan sendirinya oleh karena itu tindakan pertolongan yang harus segera diberikan yaitu disarankan untuk berkonsultasi langsung ke para ahli kesehatan. Secara umum penderita penyakit ini jarang hingga perlu dirawat di rumah sakit, kecuali keadaannya sudah terjadi komplikasi yang parah. Pengobatan pun akan berbeda antar orang. Kesesuaian dengan seseorang belum tentu akan sesuai pula dengan orang lain. Selama pengobatannya diperlukan kelompok terapis dari berbagai keahlian, yang dapat membantu pasien dalam menghadapi masalah medis, psikologis, dan gizi. Pencegahan terjadinya bulimia nervosa terdiri atas tiga bagian (Soetjiningsih, 2007): 1) Program pencegahan primer Pencegahan ini langsung ditujukan pada populasi berisiko tinggi seperti murid wanita SMP untuk mencegah timbulnya gangguan makan pada mereka yang asimtomatik. Pencegahan yang dilakukan dapat berupa program pendidikan mengenai sikap dan perilaki terhadap remaja. 2) Program pencegahan sekunder Pencegahan ini bertujuan untuk deteksi dan intervensi dini, dengan memberikan pendidikan pada petugas kesehatan di pusat pelayanan kesehatan primer. Selain untuk mencegah terjadinya gangguan makan berupa bulimia nervosa dapat juga dilakukan dengan beberapa cara, diantaranya a) Rajin berkonsultasi dengan dokter. b) Tingkatkan rasa percaya diri. c) Tingkatkan dinamika lingkungan. Usahakan agar tercipta suasana yang nyaman dan kondusif di lingkungan keluarga atau pekerjaan. d) Bersikap realistis. Jangan mudah percaya pada apa yang digambarkan oleh media tentang berat dan bentuk badan ideal. 3) Diet yang dianjurkan. Pengaturan diet untuk penderita Bulimia Nervosa dilakukan secara bertahap tergantung tingkat keparahan serta ada tidaknya komplikasi dengan penyakit penyerta. Kebutuhan energi disesuaikan dengan umur dan jenis kelamin, dihitung berdasarkan berat badan ideal, bukan berat badan yang sebenarnya. Selain dengan pengaturan makan yang sehat dan berimbang diperlukan juga olahraga secara tepat dan teratur. Olahraga yang teratur 23

27 dapat menormalkan kembali kerja kelenjar yang abnormal sehingga akan diperoleh kadar serotonin yang sesuai dengan kebutuhan penderita Asuhan Keperawatan Umum 1. Pengkajian a) Identitas klien: Meliputi nama, umur, jenis kelamin, suku/bangsa, agama, pendidikan, pekerjaan, tanggal masuk, tanggal pengkajian, nomor register, diagnosa medik, alamat, semua data mengenai identitaas klien tersebut untuk menentukan tindakan selanjutnya. b) Keluhan utama: Merupakan keluhan yang paling utama yang dirasakan oleh klien saat pengkajian. Biasanya keluhan utama yang klien rasakan jarang diungkapkan klien. Klien biasa mengungkapkan bahwa dia tidak menderita bulimia nervosa dengan tanda binge dan purge. c) Riwayat kesehatan sekarang: Merupakan pengembangan diri dari keluhan utama melalui metode PQRST, paliatif atau provokatif (P) yaitu focus utama keluhan klien, quality atau kualitas (Q) yaitu bagaimana binge dan purge dirasakan oleh klien, regional (R) yaitu menjalar binge dan purge kemana, Safety (S) yaitu posisi yang bagaimana yang dapat mengurangi binge dan purge atau klien merasa nyaman dan Time (T) yaitu sejak kapan klien merasakan binge dan purge tersebut. d) Riwayat kesehatan yang lalu: Perlu dikaji apakah klien pernah menderita penyakit sama atau pernah di riwayat sebelumnya, kapan waktu terjadinya, dan penangan yang dilakukan sendiri sebelum di rawat. Klien bulimia nervosa sering berfokus pada cara menyenangkan orang lain dan menghindari konflik. Klien dengan bulimia sering memiliki perilaku impulsif seperti penyalahgunaan zat dan pencurian, ansietas, depresi, dan gangguan keperibadian. e) Riwayat kesehatan keluarga: Mengkaji ada atau tidaknya keluarga klien pernah menderita penyakit bulimia nervosa. 2. Pemeriksaan fisik a) Penampilan Umum: Mengkaji tentang berat badan dan tinggi badan klien. catat kehilangan berat badan 15% dibawah normal atau lebih. Klien bulimia nervosa dapat kelebihan berat badan atau kekurangan berat badan, tetapi biasanya mendekati berat badan 24

28 yang diharapkan sesuai dengan usia dan ukuran tubuhnya. Penampilan umum klien tidak luar biasa, dan klien tampak terbuka dan mau berbicara. b) Kesadaran: Kesadaran mencakup tentang kualitas dan kuantitas keadaan klien. Klien bulimia malu dengan perilaku makan berlebihan dan pengurasan. Klien mengakui bahwa perilaku tersebut abnormal dan berusaha keras untuk menyembunyikanya dari orang lain. Klien merasa lepas kendali dan tidak mampu merubah perilaku tersebut meskipun klien mengakui perilaku tersebut sebagai hal yang patologis. c) Tanda-tanda Vital: Mengkaji mengenai tekanan darah, suhu, nadi dan respirasi (TPRS). d) Sistem Gastrointestinal: Mengkaji tentang keadaan gigi, mulut dan abdomen. Biasanya pada klien bulimia nervosa dapat terlihat karies gigi, lidah kotor, membran mukosa kering dan perut agak cekung atau semua ini bisa tidak terlihat karena terjadi dengan dirahasiakan oleh klien e) Nutrisi: Dikaji tentang intake dan output nutrisi, porsi makan, nafsu makan, pola makan dan aktifitas setelah makan kliem. Klien bulimia makan berlebihan (binge) dan melakukan pengurasan (purge). Klien mengakui bahwa perilaku tersebut abnormal dan berusaha keras untuk menyembunyikanya dari orang lain. f) Cairan : Dikaji tentang intake cairan yang berkurang dan output cairan berlebih, keseimbangan cairan dan elektrolit (natrium, kalsium, albumin), turgor kulit tidak elastis dan membran mukosa kering. g) Aktivitas: Dikaji tentang aktivitas sehari-hari, kesulitan mengatur pola makan binge, mencegah terjadinya pengurasan (purge) dan kekuatan otot. Hal membuat klien dapat cepat lelah karena kekurangan asupan nutrisi dan cairan yang cukup. h) Aspek psikologis: Kaji tentang emosi, pengetahuan terhadap penyakit, dan suasana hati klien. Klien yang mengalami gangguan makan mempunyai mood yang labil, biasanya berhubungan dengan perilaku makan atau diet klien. Klien dengan bulimia nervosa pada awalnya senang dan gembira, seolah-olah tidak ada yang salah. Wajah yang menyenangkan biasanya hilang saat klien menunjukkan perilaku makan berlebihan dan pengurasan (memuntahkan kembali makanan), dan klien mungkin 25

29 menunjukkan emosi yang intens mengenai perasaan bersalah, merasa malu. Klien merasa lepas kendali dan tidak mampu mengubah perilaku tersebut walaupun perilaku tersebut sebagai hal yang patologis. Hal ini menyebabkan klien bulimia nervosa menjalani hidup yang rahasia seperti dengan diam-diam makan secara berlebihan namun setelah itu sembunyi-sembunyi untuk memuntahkan kembali makanannya dengan bantuan penggunaan laksatif. Perilaku klien tersebut dapat menganggu peran klien dalam keluarga maupun lingkungan. 26

30 3. WOC 4. Diagnosa Keperawatan 1) Kekurangan volume cairan dan elektrolit tubuh berhubungan dengan output yang berlebih. 2) Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan rangsangan muntah sendiri, penggunaan laktasif berlebihan. 3) Gangguan citra tubuh berhubungan dengan rasa takut kegemukan yang tidak wajar. 27

31 5. Intervensi Keperawatan No. Diagnosa Keperawatan 1. Kekurangan volume cairan tubuh berhubungan kehilangan cairan yang berlebih (00027) Tujuan dan Kriteria Hasil Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam kekurangan volume cairan tubuh dapat teratasi Kriteria Hasil: NOC: Fluid Balance Tekanan darah normal Tekanan nadi normal Intake dan output seimbang Membrane mukosa lembab Turgor kulit baik Serum elektrolit dalam tubuh seimbang Hasil laboratorium : Na: meq/l Ca: 4-5 meq/l K : meq/l Intervensi Keperawatan NIC: Fluid/ Electrolyte Management 1) Monitor tanda-tanda vital 2) Perhatikan membrane buccal, sclera, dan kulit untuk indikasi adanya perubahan keseimbangan cairan dan elektrolit 3) Monitor adanya kehilangan cairan (seperti: pendarahan, muntah, diare, takipnea) 4) Monitor level serum elektrolit 5) Monitor adanya tanda dan gejala yang memperburuk kondisi dehidrasi 6) Monitor specimen laboratorium untuk memonitor perubahan cairan atau level elektrolit ( seperti: hematocrit, BUN, protein, sodium dan level potassium) 7) Monitor berat badan setiap hari 8) Monitor intake dan output cairan 9) Kaji riwayat pasien atau orang terdekat sehubungan lamanya dari muntah 28

32 10) Berikan cairan sesuai indikasi 11) Dukung pemberian cairan secara oral 12) Menjamin ketepatan aliran intravena yang berisi elektrolit. 2. Ketidakseimbang an nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan rangsangan muntah sendiri, penggunaan laktasif berlebihan (00002) Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam kebutuhan tubuh dapat terpenuhi. Kriteria Hasil: NOC: Nutritional Status Intake nutrient adekuat Intake makanan adekuat Intake cairan adekuat Berat badan dalam rentang normal NIC: Eating Disorder Management Nutrition Management 1) Tentukan status nutrisi klien dan kemampuan klien terhadap kebutuhan nutrisi 2) identifikasi alergi makanan atau intoleransi makanan pada klien 3) menentukan nilai kalori dan tipe kebutuhan nutrient bagi klien 4) dukung lingkungan yang optimal dalam 29

33 mengonsumsi makanan (bersih, ventilasi yang baik, dan bebas dari bau yang tajam) 5) monitor kalori dan intake nutrisi 6) monitor berat badan klien agar berat badan klien dalam rentang yang normal 7) monitor perilaku klien berhubungan dengan makan, kehilangan berat badan 8) bantu klien untuk mendiskusikan pilihan makanan 9) bantu klien untuk memodifikasi perilaku untuk mengurangi kehilangan berat badan 10) Bantu klien untuk memperbaiki perilaku klien dalam makan yang berlebihan d 11) Sediakan dukungan (seperti terapi relaksasi, kesempatan untuk mengatakan yag dirasakan) sesuai dengan penggabungan pola makan yang baru, perubahan gambar tubuh, dan perubahan gaya hidup. 12) Batasi penggunaan waktu di kamar mandi ketika sedang tidak dalam proses observasi. 13) Mendampingi klien ke kamar mandi selama ditunjuk waktu untuk 30

34 3. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan rasa takut kegemukan yang tidak wajar (00118) Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 7x24 jam gangguan citra tubuh dapat terpenuhi. Kriteria Hasil: NOC: Body Image Gambaran dalam diri sendiri Kecocokan antara realitas tubuh, ideal tubuh, dan penampakan tubuh Kepuasan dengan penampilan tubuh Penyesuaian perubahan status kesehatan observasi berikut makanannya. 14) kolaborasikan dengan ahli gizi mengenai kebutuhan kalori dan tipe kalori bagi klien. NIC: Body Images Enhancement 1) Tentukan harapan gambaran klien berdasarkan rentang perkembangan. 2) Kaji klien untuk penampilan fisik tersendiri dari perasaan sebagai individu. 3) Monitor pernyataan yang mengidentifikasikan persepsi gambar tubuh yang prihatin terhadap bentuk tubuh dan berat badan. 4) Memberikan kesempatan mendiskusikan persepsi pasien tentang/gambaran diri dan kenyataan situasi individu 5) Menumbuhkan rasa kepercayaan diri pada diri klien. 31

35 BAB 3 TINJAUAN KASUS BULIMIA NERVOSA 3.1 Tinjauan Kasus Nn. R (18 tahun) dibawa ibunya ke poliklinik 22 April Ibu mengatakan khawatir karena Nn. R terlihat semakain kurus, padahal menurut ibu Nn. R makan sangat banyak sekali melebihi orang dewasa yang lain. Kemarin ibu melihat Nn. R muntah-muntah setelah makan yang banyak. Ibu takut Nn.R mengalami penyakit tertentu. Di kamar klien ditemukan obat pencahar, klien mengakui sering meminum obat tersebut sehingga frekuensi BAB meningkat hingga 3-5 kali perhari dengan konsistensi cair. Perawat melakukan pengkajian dan didapatkan data TB 165 cm, BB 46 kg, TD: 100/60mmhg, N: 80x/mnt (lemah), P: 16x/mnt, S: 36,5 C. Klien terlihat pucat, mukosa mulut kering. Klien mengakui kebiasaan makannya yang banyak dan sengaja memuntahkannya, klien ingin mencapai berat badan yang ideal karena menurut klien saat ini badannya gemuk. 3.2 Pengkajian a. Identitas Pasien Nama Jenis Kelamin Usia Agama Tempat tinggal Pekerjaan Diagnosa Klinis : Nona R : Perempuan : 18 tahun : Islam : Surabaya : Siswa SMA : Bulimia Nervosa b. Keluhan Utama Pasien muntah dengan sengaja setelah makan berlebihan c. Riwayat Penyakit Sekarang 32

36 Nn. R datang ke Poliklinik pada tanggal 22 April 2016 dengan keluhan muntah dengan sengaja setelah makan berlebih dan di kamar klien ditemukan obat pencahar yang diakui sering diminum obatnya sehingga frekuensi BAB meningkat hingga 3-5 kali perhari dengan konsistensi cair. d. Riwayat Penyakit Dahulu: Tidak ada data e. Riwayat Penyakit Keluarga: Tidak ada data f. Riwayat Psikososial Klien mengakui kebiasaan makannya yang banyak dan sengaja memuntahkannya, klien ingin mencapai berat badan yang ideal karena menurut klien saat ini badannya gemuk. 3.3 Pemeriksaan Fisik a. B1 (Breath) : Bradipnea (16x/menit) b. B2 (Blood) : Hipotensi (100/60 mmhg), N = 80x/menit (lemah), S = 36,5 o C c. B3 (Brain) : tidak ada masalah. d. B4 (Bladder) : Tidak ada masalah e. B5 (Bowel) : berat badan 46 kg dan tinggi badan 165 cm. IMT sebesar 16,59 (berat badan kurang), makan dalam porsi berlebih seperti orang dewasa, setelah makan dimuntahkan dengan sengaja, frekuensi BAB meningkat hingga 3-5 kali perhari dengan konsistensi cair f. B6 (Bone) : terlihat pucat, mukosa mulut kering. 3.4 Analisa Data Sumber Data Etiologi Masalah Keperawatan Data Subjektif : 1) Ibu klien mengatakan klien muntah-muntah setelah makan yang banyak 2) Klien mengatakan sering meminum obat pencahar Episode berulang makanan berlebih dalam waktu yang cepat Diikuti dengan sejumlah perilaku (kompensasi) Kekurangan Volume Cairan 33

37 3) Klien mengatakan kebiasaan makannya yang banyak dan sengaja memuntahkannya untuk mencegah penambahan berat badan Data Objektif : 1) Klien nampak pucat 2) Mukosa mulut kering 3) frekuensi BAB meningkat hingga 3-5 kali perhari dengan konsistensi cair 4) TD: 100/60mmhg 5) N: 80x/mnt (lemah) Muntah yang diinduksi sendiri Output cairan berlebih Dehidrasi Data Subjektif : 1) Ibu klien mengatakan melihat klien muntah-muntah setelah makan banyak 2) Klien mengatakan sering meminum obat pencahar 3) Klien mengatakan kebiasaan makannya yang banyak dan sengaja memuntahkannya Kekurangan volume cairan Episode berulang makanan berlebih dalam waktu yang cepat Diikuti dengan sejumlah perilaku (kompensasi) untuk mencegah penambahan berat badan Ketidakseimbangan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh Data Objektif : Muntah yang diinduksi 34

38 1) TB 165 cm 2) BB 46 kg maka 3) IMT : 16,54 (Berat badan kurang) 4) frekuensi BAB meningkat hingga 3-5 kali perhari 5) Nona R tampat pucat 6) Mukosa mulut kering Data Subjektif : 1) Klien mengatakan ingin mencapai berat badan yang ideal karena menurut klien saat ini badannya gemuk Data Objektif : 1) TB 165 cm 2) BB 46 kg maka 3) IMT : 16,54 (Berat badan kurang) sendiri Nutrisi kurang dari kebutuhan Kebiasaan makan berlebih Merasa berat badan tidak ideal Rasa takut kegemukan yang tidak wajar Gangguan citra tubuh Gangguan citra tubuh 3.5 WOC Faktor Psikologis ( Disforia, stress atau perasaan negatif terhadap citra tubuhnya) Faktor Sosial Peran sebagai Pelajar SMA yang memiliki tekanan dari teman sebaya untuk memiliki tubuh ideal Kesulitan dalam mengendalikan stimulus makan berlebih MK: Ketidakseimbangan Penggunaan obat Melakukan Episode makan upaya secara kompensasi berlebihan untuk Asupan Tubuh Nutrisi nutrisi semakin Kurang tidak kurus pencahar mempertahankan dari dalam waktu yang bentuk Melakukan MK: Output cepat tubuh Kekurangan cairan rangsangan (bingeing) yang Kebutuhan Tubuh BULIMIA NERVOSA adekuat (BMI= 16,5) ideal muntah Volume berlebihan sendiri Cairan 35 Merasa Rasa malu takut dan akan tidak percaya penambahan MK: diri Gangguan terhadap berat bentuk badan Citra tubuhnya Diri

39 3.6 Diagnosa Keperawatan 1) Kekurangan volume cairan (00027) berhubungan dengan gangguan psikologi, memuntahkan makanan dengan sengaja secara berlebih 2) Ketidakseimbangan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh (00002) berhubungan dengan kekurangan intake makanan untuk proses digesti, memuntahkan makanan dengan sengaja secara berlebihan. 3) Gangguan citra tubuh (00118) berhubungan dengan persepsi rasa takut kegemukan yang tidak wajar. 3.7 Intervensi Keperawatan Kekurangan volume cairan (00027) berhubungan dengan gangguan psikologi, memuntahkan makanan dengan sengaja secara berlebih. Domain : 2 Class : 5 NOC NIC Setelah dilakukan intervensi selama 2x24 jam klien menunjukkan keseimbangan cairan dan hidrasi yang baik dengan kriteria hasil : Fluid balance (0601), indikator : 1) TD = 120/8 0 mmh g ( ) 2) HR = x/ Manajemen cairan/elektrolit (2080) : 1) Monitor kadar elektrolit serum dalam batas normal 2) Berikan cairan sesuai dengan kebutuhan 3) Kurangi intake makanan dan minuman yang mengadung efek diuretik atau laksatif 4) Pertahankan kepatenan intake dan output cairan seimbang 5) Periksa membran bukal, sklera, dan kulit klien sebagain indikasi 36

40 Hydration (0602), indikator : menit teraba kuat ( ) 3) CRT < 2 detik ( ) 4) Turgo r kulit baik ( ) (5) 5) Memb ran muko sa lemba b ( ) (5) 1) Intake cairan adekuat (060215) (5) 2) Haluaran urin baik (060211) (5) 3) Perfusi jaringan baik (060217) (5) kekurangan cairan dan/atau elektrolit Terapi (IV) intra vena (4200) : 1) Verifikasi kebutuhan terapi IV klien 2) Jelaskan prosedur terapi IV 3) Pertahankan tindakan aseptik 4) Monitor kelebihan cairan dan reaksi fisik klien terhadap terapi IV 5) Berikan obat-obatan IV sesuai intruksi dokter 6) Catat intake dan output cairan klien 7) Monitor tanda dan gejala klien akibat plebitis atau infeksi daerah insersi Manajemen shock : cairan (4258) 1) Monitor tanda dehidrasi berat 2) Monitor tanda dan gejala shock hipovolemik 3) Posisikan pasien untuk regulasi perfusi optimal 4) Berikan oksigen dan/atau ventilasi mekanik sesuai kebutuhan Monitor TTV (6680) : 1) Monitor TD, HR, RR, Temperatur dalam batas 37

41 normal 2) Catat apabila ada perubahan mendadak 3) Cek TTV secara periodik Manajemen muntah (1570) : 1) Catat keluaran muntah (warna, konsistensi, kekuatan saat muntah) 2) Kontrol faktor lingkungan yang dapat menyebabkan klien muntah 3) Kurangi faktor perssonal klien yang dapat meningkatkan muntah 4) Berikan posisi untuk mencegah klien muntah 5) Berikan dukungan fisik dan kenyamanan selama klien muntah 6) Tunggu hingga 30 menit dan kemudian berikan intake cairan kepada klien 7) Monitor adanya kerusakan esofagus dan faring posterior jika muntah terjadi dalam jangka waktu yang lama Ketidakseimbangan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh (00002) berhubungan dengan kekurangan intake makanan untuk proses digesti, memuntahkan makanan dengan sengaja secara berlebihan Domain : 2 38

42 Class : 1 NOC NIC Setelah dilakukan intervensi selama 2x24 jam klien menunjukkan status nutrisi yang baik dengan kriteria : Utrition status : fluid and food intake (1004), indikator : 1) Intake nutrisi adekuat (100401) (5) 2) Intake makanan adekuat (100402) (5) 3) Intake cairan adekuat (100408) (5) 4) Energi untuk ADL mencukupi (100403) (5) 5) Tinggi/Berat badan ideal (100405) (5) 6) Hidrasi baik (100411) (5) Knowledge : Weight management (1841), indikator : 1) Mengetahui strategi mengatur BB ideal (184101) (5) 2) Mengetahui hubungan antara diet, olahraga, dan BB (184105) (5) Manajemen nutrisi (1100) : 1) Identifikasi alergi atau intoleransi klien terhadap makanan tertentu 2) Instruksikan klien tentang pemenuhan kebutuhan nutrisi 3) Jelaskan tentang kebutuhan kalori klien dan kebutuhan nutrisinya 4) Berikan pilihan makanan sesuai dngan kebutuhan 5) Dampingi klien saat mengkonsumsi makanan 6) Berikan lingkungan yang optimal kepada klien saat mengkonsumsi makanan 7) Pastikan makanan disajikan dalam keadaan yang baik 8) Kolaborasi dengan ahli gizi 9) Sarankan keluarga klien untuk memenuhi kebutuhan nutrisi sesuai keinginan dan kebutuhan klien 10) Pastikan makanan yang dikonsumsi tinggi serat 39

43 3) Mengetahui keadaan emosional yang memicu konsumsi makan tidak sehat (184113) (5) dan kalori 11) Monitor kenaikan maupun penurunan berat badan klien Manajemen berat badan (1260) 1) Diskusikan dengan klien hubungan antara diet, olahraga dan berat badan 2) Diskusikan dngan klien kondisi medik yang dapat mempengaruhi BB 3) Diskusikan dengan klien tentang kebiasaan dan faktor keturunan yang mempengaruhi BB 4) Jelaskan kepada klien bahaya overweight dan underweight 5) Berikan dukungan klien untuk merubah kebiasaan makan 6) Berikan apresiasi kepada klien jika mampu meraih tujuan jangka pendek dan jangka panjang BB ideal Gangguan citra tubuh (00118) berhubungan dengan persepsi rasa takut kegemukan yang tidak wajar Domain : 6 Class : 3 NOC NIC 40

44 Setelah dilakukan intervensi selama 3x24 jam klien menunjukkan perbaikan citra tubuh dengan kriteria hasil : Body image (1200), indikator: 1) Klien menyatakan penerimaan dirinya sendiri(120005) (5) 2) Mengetahui gambaran dalam dirinya (120001) (5) 3) Mengetahui realita dirinya, idela dirinya, dan keinginannya (120002) (5) Weight : Body Mass (1006), indikator : 1) BB ideal (100601) (5) Identity (1202), indikator : 1) Percaya diri (120213) (5) 2) Mampu menurunkan konflik intrapersonal dan interpersonal (120211) (5) 3) Mampu memahami perbedaan antara satu manusia dengan yang lain (120205) (5) 4) Mampu memerangi citra negatif dalam dirinya (120210) (5) Meningkatkan citra tubuh (5220) 1) Buat hubungan teraupetik perawat/pasien 2) Tingkatkan konsep diri tanpa penilaian moral 3) Sadari reaksi sendiri terhadap perilaku pasien 4) Libatkan dalam program pengembangan pribadi 5) Anjurkan konsultasi pada konsultan citra diri 6) Gunkan pendektan psikoterapi,daripada terapi penafsiran 7) Membantu pasien untuk memisahkan penampilan fisik dari perasaan nilai pribadi, yang sesuai 8) Mematau setiap perubahan yang terjadi yang mungkin mempengaruhi persepsi citra tubuh klien Meningkatkan kepercayaan diri (5400) 1) Buat pernyataan positif tentang pasien 2) Dorong pasien untuk menghargai hidup sendiri dengan cara lebih sehat dengan membuat keputusan sendiri dan menerima diri sendiri 3) Berikan pasien kesempatan untuk menggambarkan dirinya sendiri 4) Membantu pasien untuk menguji 41

45 kembali persepsi negatif dari dirinya 5) Memfasilitasi lingkungan dan kegiatan yang akan meningkatkan harga diri 3.8 Evaluasi Evaluasi keperawatan yang diharapkan ada pada Nona R setelah dilakukan asuhan keperawatan, meliputi hal-hal sebagai berikut : 1) Pernyataan motivasi kuat untuk memenuhi kebutuhan cairan dan elektrolit dan pasien dapat mempertahankan status keseimbangan volume dan cairan yang adekuat. 2) Pernyataan motivasi kuat untuk memenuhi kebutuhan nutrisinya dan pasien dapat mempertahankan status nutrisi yang adekuat. 3) Pasien tidak lagi mengalami gangguan citra tubuh dan merasa percaya diri dengan apa yang ada pada dirinya. 42

46 BAB 4 KESIMPULAN 4.1 Kesimpulan Bulimia atau bulimia nervosa adalah gangguan makan yang serius dan berpotensi mengancam jiwa. Gangguan mental ini bisa terkait dengan rasa rendah diri tingkat ekstrem, kecanduan minuman keras, depresi, serta kecenderungan menyakiti diri sendiri. Pengidap bulimia akan melahap makanan dalam jumlah berlebihan, kemudian mengeluarkannya dari tubuh secara paksa dengan muntah atau menggunakan obat pencahar. Cara yang tidak sehat ini dilakukan oleh pengidap untuk melenyapkan kalori berlebih yang telah dikonsumsi agar berat badannya tetap terjaga. Penanganannya bisa dilakukan dengan psikoterapi, terapi nutrisi, terapi psikis, terapi oral, dan farmakologi. Jika tidak segera ditangani, bulimia bisa memicu komplikasi yang serius dan bahkan berakibat fatal. 4.2 Saran Sebagai seorang perawat kita diharapkan mampu memahami dan mengetahui masalah yang berhubungan dengan gangguan sistem pencernaan pada pasien, agar perawat mampu melakukan asuhan keperawatan pada klien tersebut. Sebagai salah satu tenaga kesehatan yang sering berinteraksi dengan pasien, perawat harus mampu memenuhi kebutuhan pasien, salah satunya adalah kebutuhan yang berhubungan dengan sistem pencernaan. Perawat bisa memberikan edukasi kesehatan agar kejadian ini tidak terulang atau kambuh pada klien yang sama

47 DAFTAR PUSTAKA Alodokter.com: Bulimia Diakses online pada 24 April American Psychiatric Association Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders, Fifth Edition (DSM-5 ). Arlington, VA, American Psychiatric Association Angelia, Silvia Bulimia nervosa. Diakses online pada 17 April 2016 Black Joyce M, Hawks Jane Hokanson Keperawatan Medikal Bedah Manajemen Klinis untuk Hasil yang Diharapkan Edisi 8. Singapore: Elsevier Bulechek, Gloria M., [et al.]. (2013). Nursing Interventions Classification (NIC), Sixth Edition. United States of America: Mosby Elsevier FKM-UI, Gizi dan Kesehatan Masyarakat. Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada. Herdman, T.H. & Kamitsuru, S. (Eds.). (2014). NANDA International Nursing Diagnoses: Definitions & Classification, , Tenth Edition. Oxford: Wiley Blackwell LeMone Priscilla, Burke Karen Medical Surgical Nursing Critical Thinking in Client Care. United States of America: Pearson Lewis, Dirksen Medical Surgical Nursing Assessment and Management of Clinical Problems Eight Edition. United States of America: Elsevier Mosby Menita, Sherli Bulimia Nervosa. Diakses online pada 17 April 2016 Moorhead, Sue., [et al.]. (2013). Nursing Outcomes Classification (NOC): measurement of health outcomes, Fifth Edition. United States of America: Mosby Elsevier Nurfitriana, Novia. Psikologi Abnormal: Bulimia. Diakses online pada https: psikologiabnormal.wikispaces.com/bulimia, 17 April 2016 Reel, Justine J Eating Disorders: An Encyclopedia of Causes, Treatment, and Prevention. Greenwood-ABC-CLIO: California Sadock, Benjamin J Kaplan & Sadock Buku Ajar Psikiatri Klinis Edisi 2. Jakarta : EGC 44

48 Soetjiningsih Tumbuh Kembang Remaja dan Permasalahannya. Jakarta : CV. Sagung Seto Wildes JE, Marcus MD, et all The Treatment of Eating Disorders A clinical Handbook. New York: The Guilford Press 45

49 Lampiran 1. Format Pengkajian Keperawatan PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS KEPERAWATAN UNIVERSITAS AIRLANGGA FORMAT PENGKAJIAN KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH Tanggal MRS : Jam Masuk : WIB Tanggal Pengkajian : No. RM : xx.xx Jam Pengkajian : WIB Hari rawat ke : 1 Diagnosa Masuk : Bulimia Nervosa IDENTITAS 1. Nama Pasien : Nn.R 2. Umur : 18 tahun 3. Suku/ Bangasa : Jawa/Indonesia 4. Agama : Islam 5. Pendidikan : Siswa SMA 6. Pekerjaan : Pelajar 7. Alamat : Surabaya 8. Sumber Biaya : BPJS KELUHAN UTAMA Pasien muntah dengan sengaja setelah makan berlebihan RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG Riwayat Penyakit Sekarang: Nn. R datang ke Poliklinik pada tanggal 22 April 2016 dengan keluhan muntah dengan sengaja setelah makan berlebih dan di kamar klien ditemukan obat pencahar yang diakui sering diminum obatnya. RIWAYAT PENYAKIT DAHULU Pernah dirawat: ya tidak kapan:- diagnosa: - 1. Riwayat penyakit kronik : tidak ada Riwayat kontrol : tidak ada Riwayat penggunaan obat : tidak ada 2. Riwayat alergi : tidak ada Obat ya tidak jenis:- O Makanan ya tidak jenis:- V Lain-lain ya tidak jenis:- 1

RESENSI FILM MISS CONGENIALITY

RESENSI FILM MISS CONGENIALITY K A M I S, 1 6 D E S E M B E R 2 0 1 0 GANGGUAN MAKAN - "BULIMIA NERVOSA" RESENSI FILM MISS CONGENIALITY Dalam film ini seorang agen FBI yang bernama Hart (Sandra Bullock) ditugaskan untuk menyamar sebagai

Lebih terperinci

BULIMIA NERVOSA. 1. Frekuensi binge eating

BULIMIA NERVOSA. 1. Frekuensi binge eating Kesehatan remaja sangat penting untuk kemajuan suatu bangsa. Hal ini disebabkan karena remaja yang sehat akan melahirkan anak yang sehat, generasi yang sehat, dan manula yang sehat. Sedangkan remaja yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Kebutuhan dasar manusia untuk bertahan hidup salah satunya adalah pemenuhan nutrisi terhadap tubuh karena dalam hierarki Maslow kebutuhan fisiologis salah satunya yaitu

Lebih terperinci

EATING DISORDERS. Silvia Erfan

EATING DISORDERS. Silvia Erfan EATING DISORDERS Silvia Erfan Tingkat Kemampuan 2: mendiagnosis dan merujuk Lulusan dokter mampu membuat diagnosis klinik terhadap penyakit tersebut dan menentukan rujukan yang paling tepat bagi penanganan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Bulimia nervosa adalah suatu ganguan makan yang ditandai oleh peningkatan periode binge-eating yang diikuti dengan berbagai metode purging untuk mengimbangi kebiasaan

Lebih terperinci

Eksistensi Bulimia Nervosa Pada Remaja Dekade Ini Oleh: Ni Made Karisma Wijayanti

Eksistensi Bulimia Nervosa Pada Remaja Dekade Ini Oleh: Ni Made Karisma Wijayanti Eksistensi Bulimia Nervosa Pada Remaja Dekade Ini Oleh: Ni Made Karisma Wijayanti Gangguan Makan sebagai Gangguan Kejiwaan Kebutuhan dasar manusia untuk bertahan hidup salah satunya adalah pemenuhan nutrisi

Lebih terperinci

Manusia merupakan makhluk hidup yang selalu berkembang mengikuti tahaptahap. perkembangan tertentu. Manusia hams melewati satu tahap ke tahap

Manusia merupakan makhluk hidup yang selalu berkembang mengikuti tahaptahap. perkembangan tertentu. Manusia hams melewati satu tahap ke tahap BABI PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia merupakan makhluk hidup yang selalu berkembang mengikuti tahaptahap perkembangan tertentu. Manusia hams melewati satu tahap ke tahap

Lebih terperinci

LAPORAN PENDAHULUAN GANGGUAN PEMENUHAN KEBUTUHAN NUTRISI DI RS ROEMANI RUANG AYUB 3 : ANDHIKA ARIYANTO :G3A014095

LAPORAN PENDAHULUAN GANGGUAN PEMENUHAN KEBUTUHAN NUTRISI DI RS ROEMANI RUANG AYUB 3 : ANDHIKA ARIYANTO :G3A014095 LAPORAN PENDAHULUAN GANGGUAN PEMENUHAN KEBUTUHAN NUTRISI DI RS ROEMANI RUANG AYUB 3 NAMA NIM : ANDHIKA ARIYANTO :G3A014095 PROGRAM S1 KEPERAWATAN FIKKES UNIVERSITAS MUHAMMADIAH SEMARANG 2014-2015 1 LAPORAN

Lebih terperinci

Gangguan makan. Anorexia nervosa Bulimia nervosa Gangguan binge-eating Reverse anorexia

Gangguan makan. Anorexia nervosa Bulimia nervosa Gangguan binge-eating Reverse anorexia Gangguan makan Gangguan makan Menjelaskan etiologi dan faktor-faktor yang menyebabkan gangguan makan Menjelaskan gambaran klinik gangguan makan anoreksia dan bulimia Menjelaskan prinsip pengelolaan pasien

Lebih terperinci

37.3% Anorexia Nervosa

37.3% Anorexia Nervosa S E S I 1 Penelitian oleh Makino et al (2004), prevalensi AN meningkat tiap tahun. Lebih tinggi pada negara barat 37.3% Anorexia Nervosa Penelitian oleh Ahmad Syafiq (2008) di Jakarta pada remaja periode

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Gangguan makan digambarkan sebagai gangguan berat dalam perilaku makan dan perhatian yang berlebihan tentang berat dan bentuk badan. Onsetnya biasanya pada usia remaja. Menurut DSM-IV,

Lebih terperinci

Diabetes tipe 2 Pelajari gejalanya

Diabetes tipe 2 Pelajari gejalanya Diabetes tipe 2 Pelajari gejalanya Diabetes type 2: apa artinya? Diabetes tipe 2 menyerang orang dari segala usia, dan dengan gejala-gejala awal tidak diketahui. Bahkan, sekitar satu dari tiga orang dengan

Lebih terperinci

Bulimia A. PENDAHULUAN. 1. Definisi Bulimia

Bulimia A. PENDAHULUAN. 1. Definisi Bulimia Bulimia A. PENDAHULUAN 1. Definisi Bulimia Bulimia merupakan bahasa latin dari sebuah kata Yunani boulimia, yang artinya extreme hunger alias lapar yang amat sangat. Ini sesuai dengan gambaran para bulimics

Lebih terperinci

Kanker Usus Besar. Bowel Cancer / Indonesian Copyright 2017 Hospital Authority. All rights reserved

Kanker Usus Besar. Bowel Cancer / Indonesian Copyright 2017 Hospital Authority. All rights reserved Kanker Usus Besar Kanker usus besar merupakan kanker yang paling umum terjadi di Hong Kong. Menurut statistik dari Hong Kong Cancer Registry pada tahun 2013, ada 66 orang penderita kanker usus besar dari

Lebih terperinci

Mengatur Berat Badan. Mengatur Berat Badan

Mengatur Berat Badan. Mengatur Berat Badan Mengatur Berat Badan Pengaturan berat badan adalah suatu proses menghilangkan atau menghindari timbunan lemak di dalam tubuh. Hal ini tergantung pada hubungan antara jumlah makanan yang dikonsumsi dengan

Lebih terperinci

Komplikasi Diabetes Mellitus Pada Kesehatan Gigi

Komplikasi Diabetes Mellitus Pada Kesehatan Gigi Komplikasi Diabetes Mellitus Pada Kesehatan Gigi Komplikasi diabetes mellitus pada kesehatan gigi masalah dan solusi pencegahannya. Bagi penderita diabetes tipe 2 lebih rentan dengan komplikasi kesehatan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Berbagai penelitian mengenai penyimpangan perilaku makan telah banyak

BAB 1 PENDAHULUAN. Berbagai penelitian mengenai penyimpangan perilaku makan telah banyak BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Berbagai penelitian mengenai penyimpangan perilaku makan telah banyak dilakukan dan menunjukkan hasil yang cukup mencengangkan. Sebuah penelitian kohort berbasis rumah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lum masa dewasa dari usia tahun. Masa remaja dimulai dari saat pertama

BAB I PENDAHULUAN. lum masa dewasa dari usia tahun. Masa remaja dimulai dari saat pertama BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Remaja didefinisikan oleh WHO sebagai suatu periode pertumbuhan dan perkembangan manusia yang terjadi setelah masa anak-anak dan sebe lum masa dewasa dari usia 10-19

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada masa sekarang ini depresi menjadi jenis gangguan jiwa yang paling sering dialami oleh masyarakat (Lubis, 2009). Depresi adalah suatu pengalaman yang menyakitkan

Lebih terperinci

Awal Kanker Rongga Mulut; Jangan Sepelekan Sariawan

Awal Kanker Rongga Mulut; Jangan Sepelekan Sariawan Sariawan Neng...! Kata-kata itu sering kita dengar pada aneka iklan suplemen obat panas yang berseliweran di televisi. Sariawan, gangguan penyakit pada rongga mulut, ini kadang ditanggapi sepele oleh penderitanya.

Lebih terperinci

Skizofrenia. 1. Apa itu Skizofrenia? 2. Siapa yang lebih rentan terhadap Skizofrenia?

Skizofrenia. 1. Apa itu Skizofrenia? 2. Siapa yang lebih rentan terhadap Skizofrenia? Skizofrenia Skizofrenia merupakan salah satu penyakit otak dan tergolong ke dalam jenis gangguan mental yang serius. Sekitar 1% dari populasi dunia menderita penyakit ini. Pasien biasanya menunjukkan gejala

Lebih terperinci

Kanker Payudara. Breast Cancer / Indonesian Copyright 2017 Hospital Authority. All rights reserved

Kanker Payudara. Breast Cancer / Indonesian Copyright 2017 Hospital Authority. All rights reserved Kanker Payudara Kanker payudara merupakan kanker yang paling umum diderita oleh para wanita di Hong Kong dan negara-negara lain di dunia. Setiap tahunnya, ada lebih dari 3.500 kasus kanker payudara baru

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. yang kemudian, secara normal, terjadi setiap bulan selama usia reproduktif.

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. yang kemudian, secara normal, terjadi setiap bulan selama usia reproduktif. 17 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Walaupun perempuan, umumnya, memiliki umur harapan hidup (UHH) lebih tinggi daripada pria, mereka menghadapi masalah kesehatan yang lebih rumit. Secara kodrati, perempuan mengalami

Lebih terperinci

aureus, Stertococcus viridiansatau pneumococcus

aureus, Stertococcus viridiansatau pneumococcus Analisis Data No Data Etiologi Masalah 1. Data Subjektif : Gangguan sekresi saliva Nyeri Penghentian/Penurunan aliran Nyeri menelan pada rahang saliva bawah (kelenjar submandibula) Nyeri muncul saat mengunyah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Antidepresan adalah terapi obat-obatan yang diberikan pada penderita gangguan depresif. Gangguan depresif adalah salah satu gangguan kesehatan jiwa yang paling sering

Lebih terperinci

HIPONATREMIA. Banyak kemungkinan kondisi dan faktor gaya hidup dapat menyebabkan hiponatremia, termasuk:

HIPONATREMIA. Banyak kemungkinan kondisi dan faktor gaya hidup dapat menyebabkan hiponatremia, termasuk: HIPONATREMIA 1. PENGERTIAN Hiponatremia adalah suatu kondisi yang terjadi ketika kadar natrium dalam darah adalah rendah abnormal. Natrium merupakan elektrolit yang membantu mengatur jumlah air di dalam

Lebih terperinci

Kenali Penyakit Periodontal Pada Anjing

Kenali Penyakit Periodontal Pada Anjing Kenali Penyakit Periodontal Pada Anjing Mungkin Anda sudah sering mendengar istilah "penyakit periodontal". Namun, apakah Anda sudah memahami apa arti istilah itu sebenarnya? Kata 'periodontal' berasal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. merupakan penyakit yang sangat mengganggu aktivitas sehari hari, yang bisa

BAB I PENDAHULUAN. merupakan penyakit yang sangat mengganggu aktivitas sehari hari, yang bisa BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Gastritis merupakan radang pada jaringan dinding lambung yang disebabkan oleh faktor iritasi, infeksi dan ketidakteraturan dalam pola makan misalnya makan terlalu banyak

Lebih terperinci

Diabetes tipe 1- Gejala, penyebab, dan pengobatannya

Diabetes tipe 1- Gejala, penyebab, dan pengobatannya Diabetes tipe 1- Gejala, penyebab, dan pengobatannya Apakah diabetes tipe 1 itu? Pada orang dengan diabetes tipe 1, pankreas tidak dapat membuat insulin. Hormon ini penting membantu sel-sel tubuh mengubah

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 1 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kecemasan 2.1.1 Definisi Kecemasan adalah sinyal peringatan; memperingatkan akan adanya bahaya yang akan terjadi dan memungkinkan seseorang mengambil tindakan untuk mengatasi

Lebih terperinci

A. Pengertian Defisit Perawatan Diri B. Klasifikasi Defisit Perawatan Diri C. Etiologi Defisit Perawatan Diri

A. Pengertian Defisit Perawatan Diri B. Klasifikasi Defisit Perawatan Diri C. Etiologi Defisit Perawatan Diri A. Pengertian Defisit Perawatan Diri Kurang perawatan diri adalah gangguan kemampuan untuk melakukan aktifitas perawatan diri (mandi, berhias, makan, toileting) (Maslim, 2001). Kurang perawatan diri adalah

Lebih terperinci

Hesti Lestari Bagian Ilmu Kesehatan Anak FK Unsrat RSUP Prof dr R.D. Kandou Manado

Hesti Lestari Bagian Ilmu Kesehatan Anak FK Unsrat RSUP Prof dr R.D. Kandou Manado Hesti Lestari Bagian Ilmu Kesehatan Anak FK Unsrat RSUP Prof dr R.D. Kandou Manado Genetik Nutrisi dengan kualitas dan kuantitas sesuai kebutuhan Lingkungan Tumbuh kembang Optimal 3 } perilaku makan adalah

Lebih terperinci

GANGGUAN MAKAN BULIMIA NERVOSA

GANGGUAN MAKAN BULIMIA NERVOSA GANGGUAN MAKAN BULIMIA NERVOSA Oleh : Mohammad Haniif Satrio Legowo NPM : 11310229 FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MALAHAYATI BANDAR LAMPUNG 2013 KATA PENGANTAR Puji dan Syukur Penulis Panjatkan ke Hadirat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Bulimia nervosa merupakan kondisi psikiatri yang mempengaruhi banyak remaja dan wanita dewasa muda. Gangguan tersebut adalah karakeristik makan sebanyak-banyaknya dan tahap

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSAKA 4 BAB 2 TINJAUAN PUSAKA 2.1. Definisi Prematuritas didefinisikan sebagai anak yang baru lahir belum berkembang dengan berat lahir rendah yang lahir sebelum 37 minggu kehamilan. Bayi prematur yang memiliki

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kehidupan seseorang mengalami masa kanak-kanak, remaja dan dewasa. Masa remaja merupakan masa peralihan dari masa kanak-kanak menjadi dewasa, pada masa ini seseorang

Lebih terperinci

BAB I KONSEP DASAR A.

BAB I KONSEP DASAR A. BAB I KONSEP DASAR A. Pengertian Gastroenteritis adalah radang dari lambung dan usus yang memberikan gejala diare dengan atau tanpa muntah (muntah berak) (Junaedi, dkk. 1995:585). Diare adalah buang air

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sangat cepat. Perubahan dari bentuk tubuh kanak-kanak pada umumnya ke

BAB I PENDAHULUAN. sangat cepat. Perubahan dari bentuk tubuh kanak-kanak pada umumnya ke BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Masa remaja merupakan masa dimana seseorang mengalami perubahan sangat cepat. Perubahan dari bentuk tubuh kanak-kanak pada umumnya ke arah bentuk tubuh orang

Lebih terperinci

Obat Diabetes Paling Ampuh

Obat Diabetes Paling Ampuh Obat diabetes paling ampuh merupakan hal yang paling dicari oleh orang-orang penderita diabetes mellitus. Beragam obat diabetes pun banyak ditawarkan di publik. Baik obat herbal diabetes rumahan yang dapat

Lebih terperinci

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. Sakit perut berulang menurut kriteria Apley adalah sindroma sakit perut

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. Sakit perut berulang menurut kriteria Apley adalah sindroma sakit perut BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1.Sakit Perut Berulang Sakit perut berulang menurut kriteria Apley adalah sindroma sakit perut berulang pada remaja terjadi paling sedikit tiga kali dengan jarak paling sedikit

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. tidak enak perut bagian atas yang menetap atau episodik disertai dengan keluhan

BAB 1 PENDAHULUAN. tidak enak perut bagian atas yang menetap atau episodik disertai dengan keluhan BAB 1 PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Dispepsia merupakan kumpulan gejala berupa keluhan nyeri, perasaan tidak enak perut bagian atas yang menetap atau episodik disertai dengan keluhan seperti rasa penuh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. siklus sel yang khas yang menimbulkan kemampuan sel untuk tumbuh tidak

BAB I PENDAHULUAN. siklus sel yang khas yang menimbulkan kemampuan sel untuk tumbuh tidak BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kanker merupakan suatu penyakit yang ditandai dengan kelainan siklus sel yang khas yang menimbulkan kemampuan sel untuk tumbuh tidak terkendali (pembelahan sel melebihi

Lebih terperinci

Kanker Prostat. Prostate Cancer / Indonesian Copyright 2017 Hospital Authority. All rights reserved

Kanker Prostat. Prostate Cancer / Indonesian Copyright 2017 Hospital Authority. All rights reserved Kanker Prostat Kanker prostat merupakan tumor ganas yang paling umum ditemukan pada populasi pria di Amerika Serikat, dan juga merupakan kanker pembunuh ke-5 populasi pria di Hong Kong. Jumlah pasien telah

Lebih terperinci

Tips Mengatasi Susah Buang Air Besar

Tips Mengatasi Susah Buang Air Besar Susah buang air besar atau lebih dikenal dengan nama sembelit merupakan problem yang mungkin pernah dialami oleh anda sendiri. Banyak yang menganggap sembelit hanya gangguan kecil yang dapat hilang sendiri

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Semua perempuan mengalami menstruasi setiap bulan. Ada beberapa gangguan yang dialami oleh perempuan berhubungan dengan menstruasi diantaranya hipermenore, hipomenore,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan kesehatan di Indonesia saat ini dihadapkan pada dua

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan kesehatan di Indonesia saat ini dihadapkan pada dua BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan kesehatan di Indonesia saat ini dihadapkan pada dua masalah, di satu pihak penyakit menular masih merupakan masalah kesehatan masyarakat yang belum

Lebih terperinci

Dehidrasi. Gejala Dehidrasi: Penyebab Dehidrasi:

Dehidrasi. Gejala Dehidrasi: Penyebab Dehidrasi: Dehidrasi Pengertian, Gejala, Penyebab, Pengobatan, Pencegahan Pengertian: Dehidrasi adalah kondisi ketika tubuh kehilangan lebih banyak cairan daripada yang didapatkan, sehingga keseimbangan gula-garam

Lebih terperinci

ETIOLOGI : 1. Ada 5 kategori virus yang menjadi agen penyebab: Virus Hepatitis A (HAV) Virus Hepatitis B (VHB) Virus Hepatitis C (CV) / Non A Non B

ETIOLOGI : 1. Ada 5 kategori virus yang menjadi agen penyebab: Virus Hepatitis A (HAV) Virus Hepatitis B (VHB) Virus Hepatitis C (CV) / Non A Non B HEPATITIS REJO PENGERTIAN: Hepatitis adalah inflamasi yang menyebar pada hepar (hepatitis) dapat disebabkan oleh infeksi virus dan reaksi toksik terhadap obat-obatan dan bahan kimia ETIOLOGI : 1. Ada 5

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. organ, khususnya mata, ginjal, saraf, jantung dan pembuluh darah (America

BAB 1 PENDAHULUAN. organ, khususnya mata, ginjal, saraf, jantung dan pembuluh darah (America BAB 1 PENDAHULUAN 1.Latar Belakang Penyakit Diabetes Melitus (DM) adalah penyakit yang ditandai dengan peningkatan kadar gula darah yang terus menerus dan bervariasi, penyakit metabolik yang dicirikan

Lebih terperinci

Inilah 10 Gejala Serangan Jantung di Usia Muda

Inilah 10 Gejala Serangan Jantung di Usia Muda Inilah 10 Gejala Serangan Jantung di Usia Muda Nyeri di Sekitar Dada Charles mengungkapkan bahwa salah satu gejala utama dari adanya risiko serangan jantung adalah adanya rasa nyeri di sekitar dada. Tak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Istilah obsesi menunjuk pada suatu idea yang mendesak ke dalam pikiran.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Istilah obsesi menunjuk pada suatu idea yang mendesak ke dalam pikiran. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Istilah obsesi menunjuk pada suatu idea yang mendesak ke dalam pikiran. Istilah kompulsi menunjuk pada dorongan atau impuls yang tidak dapat ditahan untuk melakukan

Lebih terperinci

glukosa darah melebihi 500 mg/dl, disertai : (b) Banyak kencing waktu 2 4 minggu)

glukosa darah melebihi 500 mg/dl, disertai : (b) Banyak kencing waktu 2 4 minggu) 14 (polidipsia), banyak kencing (poliuria). Atau di singkat 3P dalam fase ini biasanya penderita menujukan berat badan yang terus naik, bertambah gemuk karena pada fase ini jumlah insulin masih mencukupi.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Data demografi menunjukkan bahwa populasi remaja mendominasi jumlah

BAB I PENDAHULUAN. Data demografi menunjukkan bahwa populasi remaja mendominasi jumlah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Data demografi menunjukkan bahwa populasi remaja mendominasi jumlah penduduk di dunia. Menurut World Health Organization (WHO) pada tahun 2007 sekitar seperlima

Lebih terperinci

1. Mitos: Menyikat gigi beberapa kali sehari merugikan enamel.

1. Mitos: Menyikat gigi beberapa kali sehari merugikan enamel. 1. Mitos: Menyikat gigi beberapa kali sehari merugikan enamel. Fakta: Mungkin saja sebagian mitos ini benar. Biasanya, itu sudah cukup untuk menyikat gigi dua kali sehari, tapi jika Anda memiliki kesempatan

Lebih terperinci

SATUAN ACARA PENYULUHAN MENGENAI OBESITAS

SATUAN ACARA PENYULUHAN MENGENAI OBESITAS SATUAN ACARA PENYULUHAN MENGENAI OBESITAS Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Promosi Kesehatan Disusun oleh : Gita Ayu Mayacita P17320112028 2- C POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTERIAN KESEHATAN

Lebih terperinci

Pelayanan Kesehatan bagi Anak. Bab 7 Gizi Buruk

Pelayanan Kesehatan bagi Anak. Bab 7 Gizi Buruk Pelayanan Kesehatan bagi Anak Bab 7 Gizi Buruk Catatan untuk fasilitator Ringkasan kasus Joshua adalah seorang anak laki-laki berusia 12 bulan yang dibawa ke rumah sakit kabupaten dari rumah yang berlokasi

Lebih terperinci

Kanker Paru-Paru. (Terima kasih kepada Dr SH LO, Konsultan, Departemen Onkologi Klinis, Rumah Sakit Tuen Mun, Cluster Barat New Territories) 26/9

Kanker Paru-Paru. (Terima kasih kepada Dr SH LO, Konsultan, Departemen Onkologi Klinis, Rumah Sakit Tuen Mun, Cluster Barat New Territories) 26/9 Kanker Paru-Paru Kanker paru-paru merupakan kanker pembunuh nomor satu di Hong Kong. Ada lebih dari 4.000 kasus baru kanker paru-paru dan sekitar 3.600 kematian yang diakibatkan oleh penyakit ini setiap

Lebih terperinci

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA. Kedaruratan psikiatri adalah sub bagian dari psikiatri yang. mengalami gangguan alam pikiran, perasaan, atau perilaku yang

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA. Kedaruratan psikiatri adalah sub bagian dari psikiatri yang. mengalami gangguan alam pikiran, perasaan, atau perilaku yang BAB II. TINJAUAN PUSTAKA II.1. Kedaruratan Psikiatri Kedaruratan psikiatri adalah sub bagian dari psikiatri yang mengalami gangguan alam pikiran, perasaan, atau perilaku yang membutuhkan intervensi terapeutik

Lebih terperinci

PMS semakin berat setelah melahirkan beberapa anak, terutama bila pernah mengalami kehamilan dengan komplikasi seperti toksima.

PMS semakin berat setelah melahirkan beberapa anak, terutama bila pernah mengalami kehamilan dengan komplikasi seperti toksima. Menjelang haid atau menstruasi biasanya beberapa wanita mengalami gejala yang tidak nyaman, menyakitkan, dan mengganggu. Gejala ini sering disebut dengan sindrom pra menstruasi atau PMS, yakni kumpulan

Lebih terperinci

Leukemia. Leukemia / Indonesian Copyright 2017 Hospital Authority. All rights reserved

Leukemia. Leukemia / Indonesian Copyright 2017 Hospital Authority. All rights reserved Leukemia Leukemia merupakan kanker yang terjadi pada sumsum tulang dan sel-sel darah putih. Leukemia merupakan salah satu dari sepuluh kanker pembunuh teratas di Hong Kong, dengan sekitar 400 kasus baru

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Halusinasi adalah gangguan terganggunya persepsi sensori seseorang,dimana tidak terdapat stimulus. Pasien merasakan stimulus yang sebetulnya tidak ada. Pasien merasa

Lebih terperinci

Pengertian Irritable Bowel Syndrome (IBS)

Pengertian Irritable Bowel Syndrome (IBS) Pengertian Irritable Bowel Syndrome (IBS) Apakah IBS itu? Irritable bowel syndrome (IBS), juga dikenal sebagai "kejang usus besar," adalah gangguan umum. Sementara kebanyakan orang mengalami masalah pencernaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan pola konsumsi makanan, sehingga banyak timbul masalah kesehatan, salah

BAB I PENDAHULUAN. dan pola konsumsi makanan, sehingga banyak timbul masalah kesehatan, salah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Timbulnya suatu penyakit berpengaruh terhadap perubahan gaya hidup dan pola konsumsi makanan, sehingga banyak timbul masalah kesehatan, salah satunya gangguan pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dalam kehidupan remaja, karena remaja tidak lagi hanya berinteraksi dengan keluarga

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dalam kehidupan remaja, karena remaja tidak lagi hanya berinteraksi dengan keluarga BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Lingkungan sering menilai seseorang berdasarkan pakaian, cara bicara, cara berjalan, dan bentuk tubuh. Lingkungan mempunyai pengaruh yang sangat besar dalam

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Konstipasi adalah kelainan pada sistem pencernaan yang ditandai dengan

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Konstipasi adalah kelainan pada sistem pencernaan yang ditandai dengan BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Konstipasi adalah kelainan pada sistem pencernaan yang ditandai dengan adanya tinja yang keras sehingga buang air besar menjadi jarang, sulit dan nyeri. Hal ini disebabkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Muti ah, 2016

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Muti ah, 2016 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Kejang demam adalah kejang yang terjadi karena adanya suatu proses ekstrakranium tanpa adanya kecacatan neurologik dan biasanya dialami oleh anak- anak.

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Remaja dan Model

TINJAUAN PUSTAKA Remaja dan Model TINJAUAN PUSTAKA Remaja dan Model Masa remaja merupakan jalan panjang yang menjembatani periode kehidupan anak dan orang dewasa, yang berawal pada usia 9-10 tahun dan berakhir di usia 18 tahun. Pertumbuhan

Lebih terperinci

Apa Obat Diabetes Untuk Komplikasi Neuropati Otonom?

Apa Obat Diabetes Untuk Komplikasi Neuropati Otonom? Apa Obat Diabetes Untuk Komplikasi Neuropati Otonom? Apa Obat Diabetes Untuk Komplikasi Neuropati Otonom? Neuropati otonom Neuropati otonom mempengaruhi saraf otonom, yang mengendalikan kandung kemih,

Lebih terperinci

STROKE Penuntun untuk memahami Stroke

STROKE Penuntun untuk memahami Stroke STROKE Penuntun untuk memahami Stroke Apakah stroke itu? Stroke merupakan keadaan darurat medis dan penyebab kematian ketiga di Amerika Serikat. Terjadi bila pembuluh darah di otak pecah, atau yang lebih

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Gigi merupakan salah satu bagian dari rongga mulut yang digunakan untuk pengunyahan. Jumlah gigi geligi sangat menentukan efektifitas pengunyahan dan penelanan yang merupakan langkah

Lebih terperinci

Hipertensi (Tekanan Darah Tinggi)

Hipertensi (Tekanan Darah Tinggi) Hipertensi (Tekanan Darah Tinggi) Data menunjukkan bahwa ratusan juta orang di seluruh dunia menderita penyakit hipertensi, sementara hampir 50% dari para manula dan 20-30% dari penduduk paruh baya di

Lebih terperinci

FORMAT PENGKAJIAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA LANSIA AKADEMI KEPERAWATAN PANTI WALUYA MALANG

FORMAT PENGKAJIAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA LANSIA AKADEMI KEPERAWATAN PANTI WALUYA MALANG FORMAT PENGKAJIAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA LANSIA AKADEMI KEPERAWATAN PANTI WALUYA MALANG 1. IDENTITAS KLIEN Nama : Jenis Kelamin : Umur : Suku : Alamat : Agama : Pendidikan : Status Perkawinan : Tanggal

Lebih terperinci

Mengapa disebut sebagai flu babi?

Mengapa disebut sebagai flu babi? Flu H1N1 Apa itu flu H1N1 (Flu babi)? Flu H1N1 (seringkali disebut dengan flu babi) merupakan virus influenza baru yang menyebabkan sakit pada manusia. Virus ini menyebar dari orang ke orang, diperkirakan

Lebih terperinci

Kehamilan Resiko Tinggi. Oleh Dokter Muda Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran Universitas Andalas 2013

Kehamilan Resiko Tinggi. Oleh Dokter Muda Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran Universitas Andalas 2013 Kehamilan Resiko Tinggi Oleh Dokter Muda Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran Universitas Andalas 2013 Kehamilan adalah masa di mana seorang wanita membawa embrio atau fetus di dalam tubuhnya.

Lebih terperinci

Penyebab, gejala dan cara mencegah polio Friday, 04 March :26. Pengertian Polio

Penyebab, gejala dan cara mencegah polio Friday, 04 March :26. Pengertian Polio Pengertian Polio Polio atau poliomyelitis adalah penyakit virus yang sangat mudah menular dan menyerang sistem saraf. Pada kondisi penyakit yang bertambah parah, bisa menyebabkan kesulitan 1 / 5 bernapas,

Lebih terperinci

ASUHAN KEPERAWATAN DEMAM TIFOID

ASUHAN KEPERAWATAN DEMAM TIFOID ASUHAN KEPERAWATAN DEMAM TIFOID Definisi: Typhoid fever ( Demam Tifoid ) adalah suatu penyakit umum yang menimbulkan gejala gejala sistemik berupa kenaikan suhu dan kemungkinan penurunan kesadaran. Etiologi

Lebih terperinci

Contoh Penghitungan BMI: Obesitas atau Overweight?

Contoh Penghitungan BMI: Obesitas atau Overweight? Obesitas yang dalam bahasa awam sering disebut kegemukan merupakan kelebihan berat badan sebagai akibat dari penimbunan lemak tubuh yang berlebihan. Obesitas dapat menurunkan rasa percaya diri seseorang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Ginjal memiliki peranan yang sangat vital sebagai organ tubuh

BAB I PENDAHULUAN. Ginjal memiliki peranan yang sangat vital sebagai organ tubuh BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ginjal memiliki peranan yang sangat vital sebagai organ tubuh manusia terutama dalam sistem urinaria. Pada manusia, ginjal berfungsi untuk mengatur keseimbangan cairan

Lebih terperinci

TEKANAN DARAH TINGGI (Hipertensi)

TEKANAN DARAH TINGGI (Hipertensi) TEKANAN DARAH TINGGI (Hipertensi) DEFINISI Tekanan Darah Tinggi (hipertensi) adalah suatu peningkatan tekanan darah di dalam arteri. Secara umum, hipertensi merupakan suatu keadaan tanpa gejala, dimana

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. disatu pihak masih banyaknya penyakit menular yang harus ditangani, dilain pihak

BAB 1 : PENDAHULUAN. disatu pihak masih banyaknya penyakit menular yang harus ditangani, dilain pihak BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu masalah kesehatan masyarakat di Indonesia yang sedang kita hadapi saat ini dalam pembangunan kesehatan adalah beban ganda penyakit, yaitu disatu pihak

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Glukosa Darah Karbohidrat merupakan sumber utama glukosa yang dapat diterima dalam bentuk makanan oleh tubuh yang kemudian akan dibentuk menjadi glukosa. Karbohidrat yang dicerna

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menurut Sukarmin (2012) gastritis merupakan peradangan yang mengenai mukosa lambung. Peradangan ini dapat mengakibatkan pembengkakan mukosa lambung sampai terlepasnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. metabolisme gula akibat kurangnya sekresi hormon insulin sehingga terjadi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. metabolisme gula akibat kurangnya sekresi hormon insulin sehingga terjadi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Diabetes melitus atau lebih dikenal dengan istilah penyakit kencing manis merupakan suatu bentuk penyakit yang disebabkan oleh adanya gangguan metabolisme gula

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. DM tipe 2 berkaitan dengan beberapa faktor yaitu faktor resiko yang tidak dapat diubah dan

BAB I PENDAHULUAN. DM tipe 2 berkaitan dengan beberapa faktor yaitu faktor resiko yang tidak dapat diubah dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Diabetes mellitus (DM) merupakan suatu penyakit yang prevalensinya semakin meningkat dari tahun ketahun dan merupakan penyakit kronis yang memerlukan terapi medis secara

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teori 1. Kecemasan a. Pengertian Kecemasan Kecemasan sangat berkaitan dengan perasaan tidak pasti dan tidak berdaya. Keadaan emosi ini tidak memiliki objek yang spesifik.

Lebih terperinci

Fungsi Makanan Dalam Perawatan Orang Sakit

Fungsi Makanan Dalam Perawatan Orang Sakit P e n g e r t i a n D i e t DASAR DIETETIK M u s l i m, M P H l m u D i e t I Cabang ilmu gizi yang mengatur pemberian makan pada kelompok/perorangan dalam keadaan sehat/sakit dengan memperhatikan syarat

Lebih terperinci

BAB 2 TINJUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJUAN PUSTAKA BAB 2 TINJUAN PUSTAKA 2.1 Overweight 2.1.1 Definisi Overweight Overweight dan obesitas merupakan dua hal yang berbeda. Overweight adalah berat badan yang melebihi berat badan normal, sedangkan obesitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menular (PTM) yang menjadi masalah kesehatan masyarakat, baik secara

BAB I PENDAHULUAN. menular (PTM) yang menjadi masalah kesehatan masyarakat, baik secara BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Diabetes Mellitus (DM) merupakan kategori penyakit tidak menular (PTM) yang menjadi masalah kesehatan masyarakat, baik secara global, regional, nasional maupun lokal.

Lebih terperinci

PERSOALAN DEPRESI PADA REMAJA

PERSOALAN DEPRESI PADA REMAJA Artikel PERSOALAN DEPRESI PADA REMAJA Mardiya Depresi merupakan penyakit yang cukup mengganggu kehidupan. Saat ini diperkirakan ratusan juta jiwa penduduk di dunia menderita depresi. Depresi dapat terjadi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 2004, didapatkan bahwa prevalensi karies di Indonesia mencapai 85%-99%.3

BAB I PENDAHULUAN. 2004, didapatkan bahwa prevalensi karies di Indonesia mencapai 85%-99%.3 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit infeksi gigi yang sering dialami oleh masyarakat Indonesia adalah karies.1 Menurut World Health Organization (WHO) karies gigi merupakan masalah kesehatan

Lebih terperinci

UPT Balai Informasi Teknologi LIPI Pangan & Kesehatan Copyright 2009

UPT Balai Informasi Teknologi LIPI Pangan & Kesehatan Copyright 2009 BAB V KOLESTEROL TINGGI Kolesterol selalu menjadi topik perbincangan hangat mengingat jumlah penderitanya semakin tinggi di Indonesia. Kebiasaan dan jenis makanan yang dikonsumsi sehari-hari berperan penting

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Saluran pencernaan (gastrointestinal, GI) dimulai dari mulut sampai anus. Fungsi saluran pencernaan adalah untuk ingesti dan pendorongan makanan, mencerna makanan, serta

Lebih terperinci

REACHING YOUR ULTIMATE BEAUTY GOALS THROUGH BALANCED NUTRITION Beta Sindiana Dewi

REACHING YOUR ULTIMATE BEAUTY GOALS THROUGH BALANCED NUTRITION Beta Sindiana Dewi REACHING YOUR ULTIMATE BEAUTY GOALS THROUGH BALANCED NUTRITION Beta Sindiana Dewi BODY IMAGE (CITRA TUBUH) Citra tubuh adalah persepsi dan sikap seseorang tentang dirinya sendiri, juga bagaimana ia menganggap

Lebih terperinci

LAPORAN PENDAHULUAN Konsep kebutuhan mempertahankan suhu tubuh normal I.1 Definisi kebutuhan termoregulasi

LAPORAN PENDAHULUAN Konsep kebutuhan mempertahankan suhu tubuh normal I.1 Definisi kebutuhan termoregulasi LAPORAN PENDAHULUAN I. Konsep kebutuhan mempertahankan suhu tubuh normal I.1 Definisi kebutuhan termoregulasi Termoregulasi adalah suatu pengaturan fisiologis tubuh manusia mengenai keseimbangan produksi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. produktif dan kreatif sesuai dengan tahap perkembangannya (Depkes, 2010).

BAB 1 PENDAHULUAN. produktif dan kreatif sesuai dengan tahap perkembangannya (Depkes, 2010). BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Remaja adalah harapan bangsa, sehingga tak berlebihan jika dikatakan bahwa masa depan bangsa yang akan datang akan ditentukan pada keadaan remaja saat ini. Remaja yang

Lebih terperinci

Kanker Rahim - Gejala, Tahap, Pengobatan, dan Resiko

Kanker Rahim - Gejala, Tahap, Pengobatan, dan Resiko Kanker Rahim - Gejala, Tahap, Pengobatan, dan Resiko Apakah kanker rahim itu? Kanker ini dimulai di rahim, organ-organ kembar yang memproduksi telur wanita dan sumber utama dari hormon estrogen dan progesteron

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kualitas yang melayani, sehingga masalah-masalah yang terkait dengan sumber

BAB I PENDAHULUAN. kualitas yang melayani, sehingga masalah-masalah yang terkait dengan sumber 1 BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Masalah Fungsi utama Rumah Sakit yakni melayani masyarakat yang membutuhkan pelayanan kesehatan. Seiring dengan berjalannya waktu dan semakin majunya teknologi kedokteran,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Ginjal Ginjal merupakan organ ekskresi utama pada manusia. Ginjal mempunyai peran penting dalam mempertahankan kestabilan tubuh. Ginjal memiliki fungsi yaitu mempertahankan keseimbangan

Lebih terperinci

HUBUNGAN KADAR GULA DARAH DENGAN KECEMASAN PADA PASIEN DIABETES MELLITUS DI RUMAH SAKIT ISLAM SURAKARTA

HUBUNGAN KADAR GULA DARAH DENGAN KECEMASAN PADA PASIEN DIABETES MELLITUS DI RUMAH SAKIT ISLAM SURAKARTA HUBUNGAN KADAR GULA DARAH DENGAN KECEMASAN PADA PASIEN DIABETES MELLITUS DI RUMAH SAKIT ISLAM SURAKARTA SKRIPSI Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Meraih Gelar Sarjana Keperawatan Oleh: NAMA :Twenty

Lebih terperinci

Dr.Or. Mansur, M.S. Dr.Or. Mansur, M.S

Dr.Or. Mansur, M.S. Dr.Or. Mansur, M.S PENTINGNYA CAIRAN Dr.Or. Mansur, M.S Dr.Or. Mansur, M.S mansur@uny.ac.id Fungsi air dan elektrolit 1. Mempertahankan keseimbangan cairan 2. Hilangnya kelebihan air terjadi selama aktivitas 3. Dehidrasi

Lebih terperinci