BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan jenis penelitian deskriptif dengan pendekatan

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan jenis penelitian deskriptif dengan pendekatan"

Transkripsi

1 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Bentuk Penelitian Penelitian ini menggunakan jenis penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Menurut Sugiyono, penelitian kualitatif bertujuan untukmengungkapkan informasi kualitatif sehingga lebih menekankan pada masalah proses dan makna dengan mendeskripsikan sesuatu masalah. Penelitian yang dilakukan yaitu untuk mengetahui atau menggambarkan kenyataan dari kejadian yang diteliti atau penelitian yang dilakukan terhadap variabel mandiri atau tunggal, yaitu tanpa membuat perbandingan atau menghubungkan dengan variabel lain, sehingga memudahkan penulis untuk mendapatkan data yang objektif. Dalam hal ini untuk memberikan gambaran tentang Akuntabilitas Pelayanan Publik surat izin usaha perdagangan di kantor Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu Kota Medan dengan melakukan survey terhadap pengguna surat izin usaha perdagangan dengan tujuan untuk mengumpulkan sejumlah data dan informasi dengan cara wawancara mendalam yang berkaitan dengan penelitian ini. 3.2 Lokasi Peneltian Penelitian ini dilakukan di kantor Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu Kota Medan yang ada terletak di Jalan Jenderal Besar Abdul Haris Nasution No. 32 LT II Medan.

2 3.3 Informan Penelitian Informan adalah seseorang yang benar - benar mengetahui suatu persoalan atau permasalahan tertentu yang darinya dapat diperoleh informasi yang jelas, akurat, dan terpercaya baik berupa pernyataan, keterangan atau data-data yang dapat membantu dalam memenuhi persoalan atau permasalahan. Adapun informan dalam penelitian ini, yaitu: 1. Kepala Bidang Pelayanan Perizinan. 2. Staff Bidang Pelayanan Perijinan yang berjumlah 3 orang. 3. Masyarakat pengguna Surat Ijin Usaha Perdagangan (SIUP) yang berjumlah 6 orang. 3.4 Teknik Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah teknik pengumpulan data primer dan sekunder. 1. Teknik pengumpulan data primer merupakan cara mengumpulkan informasi informasi penelitian dengan terjun langsung ke lapangan atau lokasi penelitian. Teknik ini dilakukan dengan cara: Wawancara. Wawancara dilakukan dengan memberikan beberapa pertanyaan terkait penelitian secara langsung kepada informan (tatap muka). Observasi. Pengamatan dan pencatatan yang sistematis terhadap gejala-gejala yang diteliti. Kegiatan pengamatan terhadap obyek penelitian ini untuk memperoleh keterangan data yang lebih akurat mengenai hal-hal yang diteliti serta untuk mengetahui relevansi antara jawaban responden dengan kenyataan yang terjadi di lapangan khususnya Surat Ijin Usaha Perdagangan di Kota Medan.

3 2. Teknik pengumpulan data sekunder, cara mengumpulkan informasi dengan melakukan studi kepustakaan dan mencari informasi terkait penelitian dari bahan kepustakaan. Teknik ini dilakukan dengan cara: a. Studi Dokumentasi, yaitu teknik pengumpulan data dengan menggunakan catatan-catatan atau dokumen-dokumen yang ada dilokasi penelitian atau sumber - sumber lain yang terkait dengan objek penelitian. b. Studi Kepustakaan, yaitu pengumpulan data yang diperoleh dari buku - buku, literature, internet, dan sumber-sumber lain yang berkompetensi dan memiliki keterkaitan dengan masalah penelitian. 3.5 Teknik Analisis Data Menurut Bodgan dalam Sugiyono (2007:244) mendefinisikan analisis adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan dan bahan-bahan lain, sehingga dapat mudah difahami dan temuannya dapat diinformasikan kepada orang lain. Teknik analisa data dalam penelitian ini dimulai dengan mengolah data yang diperoleh dari berbagai sumber, sampai dengan penarikan kesimpulan. Dalam melakukan analisis data penelitian, penulis mengacu kepada beberapa tahapan yang dijelaskan Miles dan Huberman (Sugiyono, 2007:334) yang terdiri dari: a. Pengumpulan informasi melalui wawancara terhadap informan yang sesuai terhadap penelitian. Proses ini dilakukan dengan observasi langsung ke lapangan untuk menunjang penelitian yang dilakukan agar mendapatkan sumber data yang diharapkan. b. Reduksi data, merupakan rangkaian proses pemilihan, penyederhanaan, pengabstrakan, dan transformasi data kasar yang muncul dari catatan catatan

4 lapangan. Rangkaian proses pengolahan data inilah yang akhirnya menghasilkan pengelompokkan dan pengkategorian data sehingga data mudah disajikan dan diverifikasi. c. Penyajian data, adalah pendeskripsian sekumpulan informasi tersusun yang memberikan kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan pengambilan tindakan. Penyajian data kualitatif pada umumnya disajikan dalam bentuk teks naratif, namun dapat juga menggunakan matriks, grafik, ataupun bagan. d. Penarikan kesimpulan atau verifikasi, merupakan tahap akhir dari rangkaian proses analisis data. Pada tahap ini data yang telah diolah dan disajikan kemudian di uji dari segi makna, kesesuaian maupun kebenarannya. Pengujian data sehingga menjadi kesimpulan yang matang harus didasarkan pada perspektif emik (informan) bukan dari perspektif etik (peneliti). 3.6 Fokus Penelitian Fokus Penelitian ini adalah: 1) Pelayanan Publik. Pelayanan publik adalah segala bentuk kegiatan pelayanan umum yang dilaksanakan oleh Instansi Pemerintah di Pusat maupun Daerah, dan di Lingkungan Badan Usaha Milik Negara/Daerah dalam bentuk barang atau jasa, baik dalam rangka upaya pemenuhan kebutuhan masyarakat maupun dalam rangka pelaksanaan ketentuan peraturan perundangundangan. 2) Akuntabilitas berarti para pengambil keputusan dalam sektor publik dan masyarakat madani memliki pertanggung jawaban (akuntabilitas) kepada publik (masyarakat umum), sebagaimana halnya kepada para pemilik (stakeholders).

5 3) Teori Akuntabilitas dari Ellwood yaitu akuntabilitas proses terkait dengan apakah prosedur yang digunakan dalam melaksanakan tugas sudah cukup baik dalam hal kecukupan sistem informasi akuntansi, sistem informasi manajemen, dan prosedur administrasi. Akuntabilitas proses termanifestasi melalui pemberian pelayanan publik dengan prosedur yang tidak rumit, biaya yang murah, jangka waktu yang cepat, serta responsivitas petugas dalam melaksanakan pelayanan publik.

6 BAB IV DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN 4.1 Gambaran Umum Pemerintahan Kota Medan Kota Medan berlokasi di pulau Sumatera, yang merupakan ibu kota dari provinsi Sumatera Utara, Indonesia. Kota ini merupakan Kota terbesar di luar pulau jawa dan kota metropolitan terbesar ketiga di Indonesia setelah Jakarta dan Surabaya. Kota Medan merupakan pintu gerbang bagi para wisatawan untuk menuju objek wisata Brastagi di daerah dataran tinggi Kabupaten Karo, objek wisata penangkaran Orang Utan di Bukit Lawang, serta Kawasan Danau Toba. GAMBAR 4.1 Peta Kota Medan, Provinsi Sumatera Utara Sumber : Kota Medan memiliki luas hektare (265,10 km2) atau 3,6% dari keseluruhan wilayah di Sumatera Utara. Dengan demikian, Kota Medan memiliki luas wilayah yang relatif kecil dengan jumlah penduduk yang lebih besar. Secara

7 geografis kota Medan terletak pada 3 30' 3 43' Lintang Utara dan 98 35' ' Bujur Timur. Untuk itu topografi kota Medan cenderung miring ke utara dan berada pada ketinggian 2,5-37,5 meter di atas permukaan laut. Secara administratif, batas wilayah Kota Medan adalah sebagai berikut : Tabel 4.1: Batas Wilayah Kota Medan Secara Administratif Utara Selat Malaka Selatan Kabupaten Deli Serdang Barat Kabupaten Deli Serdang Timur Kabupaten Deli Serdang Sumber : Kota Medan saat ini dipimpin oleh Dzulmi Eldin sebagai Walikota Kota Meda dan Akhyar Nasution sebagai Wakil Walikota Kota Medan.Wilayah Kota Medan dibagi menjadi 21 Kecamatan dan 151 Kelurahan. Tabel 4.2: Kecamatan Kecamatan di Kota Medan Kecamatan di Kota Medan Medan Amplas Medan Helvetia Medan Petisah Medan Area Medan Johor Medan Polonia Medan Barat Medan Kota Medan Selayang

8 Medan Baru Medan Labuhan Medan Sunggal Medan Belawan Medan Maimun Medan Tembung Medan Deli Medan Marelan Medan Timur Medan Denai Medan Perjuangan Medan Tuntungan Sumber : Berdasarkan Sensus Penduduk Indonesia 2015, Penduduk Medan berjumlah 2,210,624 jiwa. Kota Medan memiliki beranekaragam Suku yang menetap tinggal. Diantaranya Suku Mandailing, Suku Batak, Suku Karo, Suku Melayu, Suku Nias, Tionghoa, India dsb. Keanekaragaman yang terdapat dikota Medan dapat dilihat dari jumlah Mesjid, Gereja, dan Vihara Tionghoa yang banyak tersebar diseluruh penjuru Kota Medan. 4.2 Gambaran Umum Dinas Penanaman Modal dan Perizinan Terpadu Satu Pintu (DPMPTSP) Kota Medan Sebagai konsekuensi dari pelaksanaan otonomi daerah, Pemerintah Daerah dituntut untuk meningkatkan kinerjanya dalam rangka memberikan pelayanan kepada masyarakat. Pada hakekatnya penyelenggaraan otonomi daerah diarahkan untuk mempercepat terwujudnya kesejahteraan masyarakat melalui peningkatan pelayanan, pemberdayaan dan peran serta masyarakat, serta peningkatan daya saing daerah. Implementasi kebijakan desentralisasi dan otonomi daerah yang mulai berlaku sejak tahun 2001 mendorong semangat baru dalam penataan sistem birokrasi pemerintahan. Merujuk pada tujuannya, kebijakan otonomi pada

9 dasarnya memberikan keleluasaan kepada daerah untuk mengatur dirinya sendiri dengan tujuan akhir kesejahteraan masyarakat. Bersamaan dengan hal tersebut, ada pergeseran paradigma pembangunan dari pembangunan oleh negara menjadi pembangunan oleh masyarakat. Secara programs, melalui kebijakan otonomi daerah diharapkan muncul pusat-pusat kekuatan baru secara regional dalam sektor ekonomi, kebijakan ini menggambarkan semangat mendorong tumbuhnya pusat ekonomi baru. Di lain pihak karena adanya keterbatasan investasi di daerah menyebabkan pemerintah membuka pintu bagi masuknya investasi swasta. Untuk itu harus dilakukan serangkaian upaya yang sistematis yang mampu menciptakan iklim investasi yang business friendly. Dalam menghadapi era globalisasi yang penuh tantangan dan peluang, Pemerintah Daerah harus mampu melakukan inovasi dalam peningkatan kualitas pelayanan publik sehingga kesan birokrasi pemerintah yang lamban, berbelit-belit, tidak ramah harus dapat dihapuskan oleh pemda terkait. Sesuai dengan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah antara lain ditegaskan bahwa tujuan pemberian otonomi adalah berupaya memberikan peningkatan pelayanan dan kesejahteraan yang semakin baik kepada masyarakat, pengembangan kehidupan demokrasi, keadilan dan pemerataan. Jadi, kualitas pelayanan aparatur pemerintah kepada masyarakat merupakan indikator keberhasilan otonomi daerah. Berkaitan dengan pelayanan jasa perijinan, pemerintah melakukan terobosan yaitu dengan dikeluarkannya Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 24 Tahun 2006 tentang Pelayanan Perizinan Terpadu Satu Pintu (PPTSP) yang selanjutnya ditegaskan kembali dalam Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 20 Tahun 2008 tentang Pedoman Organisasi dan Tatakerja Unit Pelayanan Perijinan Terpadu di Daerah. Dalam Permendagri tersebut, pemerintahan kabupaten/kota

10 diwajibkan membentuk lembaga Pelayanan Perizinan Terpadu Satu Pintu atau dikenal PPTSP paling lambat 1 (satu) tahun sejak peraturan ditetapkan. Tidak sebatas formalitas kelembagaan dalam artian institusi, tapi juga lembaga dalam artian mekanisme dan nilai. Sehubungan dengan hal tersebut di atas, maka pada tahun 2009 Pemerintah Kota Medan membentuk Badan Pelayanan Perizinan Terpadu Kota Medan yang pertanggal 27 Januari berubah menjadi Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu (DPMPTSP) Kota Medan. Kesederhanaan, kepastian hukum, transparan dalam pelayanan perizinan, itulah harapan yang ingin dicapai dari dibentuknya Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu PintuKota Medan yang merupakan unit pelayanan perijinan dan nonperijinan. Dalam rangka Good Governance, maka pelayanan prima kepada masyarakat secara sederhana, jelas, aman, transparan, efisien, ekonomis, adil, dan tepat waktu mutlak harus dilaksanakan agar dapat memberikan kepuasan kepada masyarakat serta menciptakan iklim usaha yang kondusif bagi penanaman modal dan investasi dalam rangka pemberdayaan ekonomi masyarakat Kota Medan.

11 GAMBAR 4.2 DPMPTSP KOTA MEDAN Sumber : Rio Silaen, Mei 2017 Sesuai dengan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah antara lain ditegaskan bahwa tujuan pemberian otonomi adalah berupaya memberikan peningkatan pelayanan dan kesejahteraan yang semakin baik kepada masyarakat, pengembangan kehidupan demokrasi, keadilan dan pemerataan. Jadi kualitas layanan aparatur Pemerintah kepada ma syarakat merupakan indikator keberhasilan otonomi daerah. Sehubungan dengan hal tersebut diatas, maka Pemerintah Kota Medan membentuk Badan Pelayanan Perijinan Terpadu (BPPT) pada tahun 2009 dengan dasar pembentukan:

12 1. Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 2007 tentang Organisasi Perangkat Daerah; 2. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 20 Tahun 2008 tentang Pedoman Organisasi dan Tata Kerja Unit Pelayanan Perijinan Terpadu di Daerah; 3. Peraturan Daerah Kota Medan Nomor 3 Tahun 2009 tentang Pembentukan Orgainisasi dan Tata Kerja Perangkat Daerah Kota Medan. Kesederhanaan, kepastian hukum, transparan dalam pelayanan perijinan itulah harapan dari dibentuknya Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu (DPMPTSP) Kota Medan sekarang ini yang merupakan unit kerja pelayanan perijinan dan non perijinan. Dalam rangka Good Governance maka pelayanan prima kepada masyarakat secara sederhana, jelas, aman, transparan, effisien, ekonomis, adil dan tepat waktu mutlak harus dilaksanakan agar dapat memberikan kepuasan kepada masyarakat serta menciptakan iklim usaha yang kondusif bagi penanaman modal dan investasi dalam rangka pemberdayaan ekonomi masyarakat Kota Medan Dasar Hukum Pembentukan DPMPTSP Kota Medan 1. Undang-Undang No.25 Tahun 2009 Tentang Pelayanan Publik. 2. PP 41 Tahun 2007 Tentang Organisasi Perangkat Daerah. 3. Peraturan Menteri Dalam Negeri No.24 Tahun 2008 Tentang Pedoman Penyelenggaraan Pelayanan Terpadu Satu Pintu. 4. Peraturan Menteri Dalam Negeri No.20 Tahun 2008 Tentang Pedoman Organisasi dan Tata Kerja Unit Pelayanan Perijinan Terpadu di Daerah. 5. Peraturan Daerah Kota Medan No.3 Tahun 2009 Tentang Pembentukan Organisasi dan Tata Kerja Perangkat Daerah Kota Medan. 6. Perwal No.6 Tahun 2010 Tentang Rincian Tugas Pokok dan Fungsi Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu Kota Medan.

13 7. Perwal No.36 Tahun 2010 Tentang Pendelegasian sebagian Kewenangan Proses dan Penandatanganan Perijinan Kepada Kepala DPMPTSP Kota Medan. 8. PERMENPAN RB No. 35 Tahun 2012 Tentang Pedoman Penyusunan Standar Operasional Visi dan Misi Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu a. Visi : Terwujudnya Pelayanan Prima Perizinan untuk Mewujudkan Medan Kota Metropolitan yang berdaya saing, nyaman, peduli dan sejahtera. b. Misi : 1. Mewujudkan pelayanan Perijinan yang Optimal dan Professional serta kepuasan masyarakat. 2. Meningkatkan Kualitas Sumber Daya Aparatur yang Profesional 3. Meningkatkan Sistem Informasi Manajemen Pelayanan yang berbasis Infomasi Teknologi. 4. Meningkatkan peran serta masyarakat dalam pelayanan perizinan terpadu. 5. Meningkatkan hubungan kerja antar SKPD di lingkungan Pemko Medan Tugas Pokok dan Fungsi Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu Sesuai dengan Perda Kota Medan No. 3 Tahun 2009 tentang Pembentukan Organisasi dan Tata Kerja Perangkat Daerah Kota Medan Pasal 159 dan 160, tugas pokok dan fungsi Badan Pelayanan Perijinan Terpadu (DPMPTSP) Kota Medan, adalah:

14 a. Tugas pokok DPMPTSP adalah melaksanakan koordinasi dan menyelenggarakan pelayanan administrasi di bidang perijinan secara terpadu dengan prinsip koordinasi, integrasi, sinkronisasi, simplifikasi, keamanan dan kepastian. b. Adapun fungsi dari DPMPTSP adalah: Pelaksanaan penyusunan program Penyelenggaraan pelayanan administrasi perijinan Pelaksanaan koordinasi proses pelayanan perijinan Pelaksanaan administrasi pelayanan perijinan Pemantauan dan evaluasi proses pemberian pelayanan perijinan Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Walikota sesuai dengan tugas dan fungsinya Susunan Organisasi a.susunan Organisasi Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu Kota Medan adalah : 1) Kepala Dinas 2) Bagian Tata Usaha, terdiri dari : (a). Sub Bagian Umum (b). Sub Bagian Keuangan (c). Sub Bagian Kepegawaian (d). Bidang Pengolahan Data, Perencanaan dan Pengembangan (e). Bidang Promosi Penanaman Modal (f). Bidang Pengendalian Pelaksanaan Penanaman Modal, Pengaduan, Kebijakan dan Pelaporan Pelayanan

15 (g). Bidang Pelayanan Perizinan Usaha dan Tanda Daftar (h). Bidang Perizinan Tata Ruang, Perhubungan dan Lingkungan Hidup (i). Bidang Perizinan Kesehatan, Ketenagakerjaan dan Perizinan Lainnya. 3) Bidang Pelayanan Perijinan I, terdiri dari : (a). Sub Bidang Usaha (b). Sub Bidang Perdagangan dan Perindustrian 4) Bidang Pelayanan Perijinan II, terdiri dari : (a). Sub Bidang Ketentraman dan Ketertiban masyarakat 5) Bidang Pelayanan Perijinan III, terdiri dari : (a). Sub Bidang Tata Ruang (b). Sub Bidang Perhubungan (c). Sub Bidang Lingkungan Hidup 6) Bidang Pelayanan Perijinan IV, terdiri dari : (a). Sub Bidang Konstruksi (b). Sub Bidang Kesehatan dan lain-lain 7) Tim Teknis Sejumlah tenaga yang memiliki andil besar dalam proses perijinan,perhitungan retribusi dan persiapan konsep Surat Keputusan/Perijinan. 8) Kelompok Jabatan Fungsional Sejumlah tenaga pada jenjang Jabatan yang terbagi dalam berbagaikelompok sesuai dengan bidang keahlian dan ketrampilannya.

16 BAGAN 4.1 Struktur Organisasi Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu (DPMPTSP) Kota Medan Plt. KEPALA DINAS Drs. M. Syafruddin, M.Si Sekretaris Bagian Tata Usaha Sub Bagian Umum Sub Bagian Keuangan Sub Bagian Kegegawaian Kelompok Jabatan Fungsional 1. Bagian Pengolahan Data, Perencanaan dan b 3. Bidang Pelayanan Perizinan Usaha dan Tanda Daftar 5. Bidang Perizinan Tata Ruang, Perhubungan dan Lingkungan Hidup 2. Bidang Perizinan Kesehatan, Ketenagakerjaan dan Perizinan Lainnya 4. Bidang Promosi Penanaman Modal 6. Bidang Pengendalian Pelaksanaan Penanaman Modal, Pengaduan, Kebijakan dan Pelaporan Pelayanan Sumber : Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu (DPMPTSP) Kota Medan

17 4.2.5 Uraian Tugas Pokok dan Fungsi Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu Kota Medan Sesuai dengan Perda Kota Medan No. 3 Tahun 2009 tentang Pembentukan Organisasi dan Tata Kerja Perangkat Daerah Kota Medan Pasal 159 dan 160 dan Peraturan Walikota Medan Nomor 6 Tahun 2010 tentang Rincian Tugas Pokok dan Fungsi Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu (DPMPTSP) Kota Medan, maka Tugas Pokok dan Fungsi sesuai dengan Struktur Organisasi adalah : 1) Sekretariat/Badan a. Badan berkedudukan di bawah dan bertanggungjawab kepada Walikota melalui Sekretaris Daerah. b. Badan sebagaimana dimaksud didukung oleh Sekretariat yang dipimpin oleh Kepala; c. Kepala Sekretariat sebagaimana dimaksud karena jabatannya adalah Kepala Badan; (1) Badan mempunyai tugas pokok melaksanakan koordinasi dan menyelenggarakan pelayanan administrasi di bidang perijinan secara terpadu dengan prinsip koordinasi, integrasi, sinkronisasi, simplikasi, keamanan dan kepastian. (2) Fungsi Badan : Pelaksanaan penyusunan program;

18 Penyelenggaraan pelayanan administrasi perijinan; Pelaksanaan koordinasi proses pelayanan perijinan; Pelaksanaan administrasi pelayanan perijinan; Pemantauan dan evaluasi proses pemberian pelayanan perijinan; Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Walikota sesuai dengan tugas dan fungsinya. 2) Bagian Tata Usaha Bagian tata Usaha dipimpin oleh Kepala Bagian yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Kepala Badan. (1) Tugas Pokok Tugas pokok Bagian Tata Usaha melaksanakan sebagian tugas Badan lingkup ketatausahaan yang meliputi pengelolaan administrasi umum, keuangan dan penyusunan program. (2) Fungsi Penyusunan rencana, program dan kegiatan Bagian Tata Usaha; Pengelolaan administrasi Badan yang meliputi administrasi keuangan, kepegawaian,

19 tata persuratan, perlengkapan, dan rumah tangga; Pengkoordinasian penyusunan, perencanaan, dan program Badan; Pelaksanaan monitoring, evaluasi, dan pelaporan pelaksanaan Badan; Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Kepala Badan sesuai dengan tugas dan fungsinya. a) Tupoksi Sub Bagian Umum (1) Sub Bagian Umum dipimpin oleh Kepala Sub Bagian yang berada dibawah dan bertanggung jawab kepada Kepala Bagian Tata Usaha dan mempunyai tugas pokok melaksanakan sebagian tugas Bagian Tata Usaha lingkup administrasi umum; (2) Fungsi Penyusunan rencana, program dan kegiatan Sub Bagian Umum; Penyusunan bahan petunjuk teknis pengelolaan administrasi umum; Pengelolaan administrasi umum yang meliputi pengelolaan naskah dinas, penataan kearsipan, administrasi kepegawaian,

20 perlengkapan, dan penyelenggaraan kerumahtanggaan Badan; Penyiapan pertemuan/rapat-rapat Badan; Pelaporan lingkup administrasi umum; Penyiapan bahan monitoring, evaluasi, dan pelaporan pelaksanaan tugas; Pelaksanaan tugas lain yang diberikan Kepala Bagian sesuai dengan tugas dan fungsinya; 3) Tupoksi Bidang Pelayanan Perijinan I a. Bidang Pelayanan Perijinan I dipimpin oleh Kepala Bidang, yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Kepala Badan; b. Bidang Pelayanan Perijinan I mempunyai tugas pokok melaksanakan sebagian tugas Badan lingkup pelayanan perijinan yang berkaitan dengan Usaha, Perdagangan dan Perindustrian; c. Dalam melaksanakan tugas pokok, Bidang Pelayanan Perijinan menyelenggarakan fungsi : Penyusunan rencana, program dan kegiatan Bidang Pelayanan Perijinan I; Penyusunan petunjuk teknis Bidang Pelayanan Perijinan I; Pelaksanaan persiapan fasilitasi program kerja Bidang Pelayanan Perijinan I;

21 Pelaksanaan pelayanan perijinan; Pelaksanaan rapat-rapat dengan Tim Teknis yang berkaitan dengan permohonan Ijin; Pengkoordiniran pengolahan data perijinan; Pengkoordiniran pelaksanaan peninjauan lokasi/lapangan terhadap permohonan ijin dan pembuatan berita acara pemeriksaan lapangan; Pengkoordiniran pelaksanaan proses perijinan, dan persiapan konsep Surat Keputusan Perijinan; Pelaksanaan koordinasi dengan instansi/lembaga lainnya terkait bidang pelayanan perijinan; Pelaksanaan monitoring dan evaluasi serta penyusunan pelaporan kegiatan di Bidang Pelayanan Perijinan I. Pelaksanaan tugas lain yang diberikan Kepala Badan sesuai dengan tugas dan fungsinya. 4) Tupoksi Bidang Pelayanan Perijinan II a. Bidang Pelayanan Perijinan II dipimpin oleh Kepala

22 Bidang, yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Kepala Badan. b. Bidang Pelayanan Perijinan II mempunyai tugas pokok melaksanakan sebagian tugas Badan lingkup pelayanan perijinan yang berkaitan dengan ketentraman dan ketertiban masyarakat; c. Dalam melaksanakan tugas pokok, Bidang Pelayanan Perijinan II menyelenggarakan fungsi : Penyusunan rencana, program dan kegiatan Bidang Pelayanan Perijinan II; Penyusunan petunjuk teknis Bidang Pelayanan Perijinan II; Pelaksanaan persiapan fasilitasi program kerja Bidang Pelayanan Perijinan II; Pelaksanaan pelayanan perijinan; Pelaksanaan rapat-rapat dengan Tim Teknis yang berkaitan dengan permohonan Ijin; Pengkoordiniran pengolahan data perijinan; Pengkoordiniran pelaksanaan peninjauan lokasi/lapangan terhadap permohonan ijin dan pembuatan berita acara pemeriksaan lapangan; Pengkoordiniran pelaksanaan proses perijinan, perhitungan retribusi, penetapan

23 SKPD/SKRD, dan persiapan konsep Surat Keputusan Perijinan; Pelaksanaan koordinasi dengan instansi/lembaga lainnya terkait bidang pelayanan perijinan; Pelaksanaan monitoring dan evaluasi serta penyusunan pelaporan kegiatan di Bidang Pelayanan Perijinan II. Pelaksanaan tugas lain yang diberikan Kepala Badan sesuai dengan tugas dan fungsinya. 5) Tupoksi Bidang Pelayanan Perijinan III a. Bidang Pelayanan Perijinan III dipimpin oleh Kepala Bidang, yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Kepala Badan; b. Bidang Pelayanan Perijinan III mempunyai tugas pokok melaksanakan sebagian tugas Badan lingkup pelayanan perijinan yang berkaitan dengan tata ruang, perhubungan, dan lingkungan hidup; c. Dalam melaksanakan tugas pokok, Bidang Pelayanan Perijinan III menyelenggarakan fungsi : Penyusunan rencana, program dan kegiatan Bidang Pelayanan Perijinan III;

24 Penyusunan petunjuk teknis Bidang Pelayanan Perijinan III; Pelaksanaan persiapan fasilitasi program kerja Bidang Pelayanan Perijinan III; Pelaksanaan pelayanan perijinan; Pelaksanaan rapat-rapat dengan Tim Teknis yang berkaitan dengan permohonan Ijin; Pengkoordiniran pengolahan data perijinan; Pengkoordiniran pelaksanaan peninjauan lokasi/lapangan terhadap permohonan ijin dan pembuatan berita acara pemeriksaan lapangan; Pengkoordiniran pelaksanaan proses perijinan, perhitungan retribusi, penetapan SKPD/SKRD, dan persiapan konsep Surat Keputusan Perijinan; Pelaksanaan koordinasi dengan instansi/lembaga lainnya terkait bidang pelayanan perijinan; Pelaksanaan monitoring dan evaluasi serta penyusunan pelaporan kegiatan di Bidang Pelayanan Perijinan III;

25 Pelaksanaan tugas lain yang diberikan Kepala Badan sesuai dengan tugas dan fungsinya. 6) Tupoksi Bidang Pelayanan Perijinan IV a. Bidang Pelayanan Perijinan IV dipimpin oleh Kepala Bidang, yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Kepala Badan; b. Bidang Pelayanan Perijinan IV mempunyai tugas pokok melaksanakan sebagian tugas Badan lingkup pelayanan perijinan yang berkaitan dengan konstruksi, kesehatan dan lain-lain; c. Dalam melaksanakan tugas pokok, Bidang Pelayanan Perijinan IV menyelenggarakan fungsi : Penyusunan rencana, program dan kegiatan Bidang Pelayanan Perijinan IV; Penyusunan petunjuk teknis Bidang Pelayanan Perijinan IV; Pelaksanaan persiapan fasilitasi program kerja Bidang Pelayanan Perijinan IV; Pelaksanaan pelayanan perijinan; Pelaksanaan rapat-rapat dengan Tim Teknis yang berkaitan dengan permohonan Ijin; Pengkoordiniran pengolahan data perijinan;

26 Pengkoordiniran pelaksanaan peninjauan lokasi/lapangan terhadap permohonan ijin dan pembuatan berita acara pemeriksaan lapangan; Pengkoordiniran pelaksanaan proses perijinan, perhitungan retribusi, penetapan SKPD/SKRD, dan persiapan konsep Surat Keputusan Perijinan; Pelaksanaan koordinasi dengan instansi/lembaga lainnya terkait bidang pelayanan perijinan; Pelaksanaan monitoring dan evaluasi serta penyusunan pelaporan kegiatan di Bidang Pelayanan Perijinan IV; Pelaksanaan tugas lain yang diberikan Kepala Badan sesuai dengan tugas dan fungsinya. 7) Tim Teknis a. Meneliti permohonan ijin; b. Mengadakan rapat pembahasan permohonan ijin; c. Melaksanakan peninjauan lokasi/lapangan terhadap permohonan ijin apabila diperlukan; d. Melaksanakan proses perijinan, perhitungan retribusi dan persiapan konsep Surat Keputusan/Perijinan;

27 e. Memberikan saran-saran atau pertimbanganpertimbangan kepada Kepala Badan yang menyangkut pelaksanaan tugas dan fungsi Badan; f. Melaksanakan tugas lain yang diberikan oleh Kepala Badan sesuai dengan tugas dan fungsinya. 8) Kelompok Jabatan Fungsional a. Kelompok Jabatan Fungsional terdiri dari sejumlah tenaga fungsional yang diatur dan ditetapkan berdasarkan peraturan perundang-undangan; b. Setiap Kelompok Jabatan Fungsional dipimpin oleh Tenaga Fungsional Senior yang dihunjuk; c. Jumlah tenaga fungsional ditentukan berdasarkan kebutuhan dan beban kerja; d. Jenis dan jenjang jabatan fungsional diatur berdasarkan peraturan perundang-undangan Keadaan Pegawai Penyelenggara urusan pelayanan perijinan terpadu selama tahun 2017 secara kelembagaan digerakkan oleh sumberdaya kepegawaian. Adapun sumberdaya kepegawaian yang ada tahun 2017 sebanyak 137 orang dibedakan berdasarkan kualifikasi menurut pendidikan, golongan dan jabatan untuk lebih jelas dapat dilihat pada tabel terlampir.

28 4.2.7 Sarana dan Prasarana atau Fasilitas di Kantor Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu Kota Medan Sarana dan Prasaranana/ Fasilitas yang tersedia dapat menunjang tercapainya suatu tujuan organisasi yang telah ditentukan sebelumnya serta akan dapat mendukung suatu lancarnya pelaksanaan tugas tugas dan pekerjaan yang sedang ataupun yang akan dilaksanakan oleh Dinas Pendapatan Kota Medan untuk mencapainya suatu tujuan dan sasaran tersebut.berikut ini peneliti akan mengemukakan Hasil penelitian mengenai sarana dan Prasarana ( Fasilitas) di Kantor Dinas Pendapatan Kota Medan, dapat dilihat pada gambar gambar dibawah ini: GAMBAR 4.3 PUSAT INFORMASI GAMBAR 4.4 FASILITAS Sumber : Rio Silaen, Mei 2017 Sumber : Rio Silaen, Mei 2017 GAMBAR 4.5 RUANG TUNGGU GAMBAR 4.6 RUANG TUNGGU Sumber : Rio Silaen, Mei2017 Sumber : Rio Silaen, Mei2017

29 GAMBAR 4.7 FASILITAS TERHADAP PEGAWAI GAMBAR 4.8 FASILITAS TERHADAP PEGAWAI Sumber : Rio Silaen, Mei 2017 Sumber: Rio Silaen, Mei 2017 GAMBAR 4.9 CUSTOMER SERVICE Sumber : Rio Silaen, Mei 2017 GAMBAR 4.10 LOKET PENGAMBILAN IJIN Sumber: Rio Silaen, Mei 2017

30 BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN Di dalam bab ini, penulis akan menyajikan sebuah data-data yang diperoleh dari hasil Penelitian di lapangan melalui sebuah metode-metode penelitian yang telah dijelaskan pada bab terdahulu. Setelah mengumpulkan data terkait dengan Surat Ijin Usaha Perdagangan (SIUP) pada pelayanan Perijinan di Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu (DPMPTSP) Pemerintahan Kota Medan dari berbagai informan, baik informan kunci, informan utama, yakni para pelayan publik di DPMPTSP Pemko Medan selaku pihak yang menyelanggarakan dan membuat surat Ijin usaha perdagngan, serta informan tambahan dan masyarakat selaku pihak penerima pelayanan, maka dalam bab ini penulis akan menyajikan data yang telah diperoleh selama melakukan penelitian di lapangan untuk selanjutnya dapat dianalisis berdasarkan teori-teori yang telah dipaparkan pada bab sebelumnya. Adapun data yang telah dikumpulkan penulis diperoleh melalui proses wawancara terhadap beberapa informan, observasi lapangan dan pengumpulan data-data sekunder. Informan kunci terdiri dari satu orang yaitu Bapak Drs. M. Syafruddin selaku Plt. Kepala Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu Pemerintah Kota Medan. Informan utama terdiri dari Bapak Khairil Amri Pulungan selaku Pj Kepala Seksi Pemberdayaan Usaha, Bapak Ramli Siregar, dan ibu Verawati.Sementara informan tambahan terdiri dari 6 orang dari masyarakat yang sedang melakukan pengurusan Perijinandi DPMPTSP Kota

31 Medan. Pertanyaan-pertanyaan yang diajukan pada saat proses wawancara merupakan pertanyaan yang berasal dari pedoman wawancara yang telah disusun oleh penulis, namun penulis tidak hanya terpaku pada pertanyaan-pertanyaan yang ada. Dalam pelaksanaannya, pertanyaan-pertanyaaan tersebut berkembang sesuai dengan permasalahan penelitian ini. Data data dalam penelitian ini akan diuraikan dengan dibagi menjadi dua bagian yaitu, data primer dan data sekunder. Pengumpulan data primer dilakukan dengan cara melakukan wawancara dengan informan utama dan informan kunci serta melakukan wawancara langsung dengan pengguna Surat Ijin Usaha Perdagangan dan dengan melakukan observasi lapngan. Pengumpulan data Sekunder dilakukan dengan cara mengumpulkan berbagai dokumentasi yang berkaitan dengan Surat Ijin Usaha Perdagangan. Data-data diperoleh diperlukan untuk menjawab segala permasalahan secara mendalam. Dalam penyajian data metode yang digunakan dalam meneliti ini, penulis menggunakan teori Sheila Elwood. Dengan variabel yang digunakan Prosedur, Biaya, Jangka Waktu, dan Responsivitas. Data ini merupakan hasil wawancara dari Dinas Penanaman Modal dan Perijinan Terpadu Satu Pintu. Tipe wawancara yang dipilih peneliti yaitu wawancara terstruktur dimana sebelum memulai wawancara terlebih dahulu peneliti menyusun draft pertanyaan yang hendak diajukan. Adapun variabel yang digunakan untuk menganalisis Akuntabilitas Pelayanan Publik Surat Ijin Usaha Perdagangan yaitu:

32 5.1 Prosedur Prosedur merupakan kegiatan utama yang menjadi prioritas dalam melaksanakan Akuntabilitas Pelayanan Publik. Prosedur terdiri sendiri atas penyampaian informasi yang jelas kepada masyarakat, mekanisme pendaftaran, alur pelayanan Perijinan, serta pemahaman petugas pelayanan tentang akuntabilitas Informasi dan Persyaratan Terkait dengan penyampaian informasi kepada masyarakat sendiri sudah disampaikan melalui brosur yang disebar ke kecamatan-kecamatan yang ada di kota Medan, dan juga di website DPMPTSP yang tertera secara lengkap. Di DPMPTSP juga ada petugas yang khusus melayani masyarakat untuk informasi mengenai pendaftaran dan persyaratan yang dibutuhkan. Kendala dalam menyampaikan informasi ialah bagi masyarakat yang tidak bisa menggunakan internet, sehingga umumnya masyarakat datang terlebih dahulu untuk melihat persyaratan-persyaratan yang dibutuhkan lalu keesokan harinya datang lagi untuk melaksanakan proses permohonan ijin. Informasi mengenai persyaratan bisa dilihat dari internet sudah disosialisasikan melalui spanduk yang ditempel disekitar gedung lengkap beserta situsnya. (Wawancara dengan Bpk Khairil Amri Pulungan. 15 Mei 2017). Adapun persyaratan yang harus dipenuhi dalam mengurus Ijin Usaha Perdagangan adalah sebagai berikut: 1. Formulir permohonan Ijin Usaha Perdagangan. 2. Fotokopi Kartu Tanda Penduduk (KTP)

33 3. Pasfoto Penanggung Jawab perusahaan berwarna ukuran 3 x 4 sebanyak 3 lembar. 4. Fotokopi NPWP pemilik atau NPWP perusahana yang bersangkutan 5. Fotokopi BPJS Ketenagakerjaan. 6. Fotokopi Ijin Gangguan yang dilegalisir. 7. Neraca Awal Perusahaan yang ditandatangani oleh Pemohon di atas materai secukupnya. 8. Bagi Perusahaan yang berbentuk PT. Melampirkan fotokopi akte pendirian dan perubahan beserta fotokopi akte pendirian dan perubahan beserta fotokopi pengesahan dari Menteri Hukum dan HAM yang dilegalisir (khusus untuk akte notaris yang diterbitkan mulai tahun 2014 dilegalisir oleh notaris yang menerbitkan) 9. Bagi perusahaan berbentuk CV. dan Fa. melampirkan fotokopi akte pendirian dan perubahan yang telah didaftarkan di Pengadilan Negeri yang dilegalisir. 10. Bagi Badan Usaha yang berbentuk Koperasi melampirkan fotokopi akte pendirian dan perubahan beserta fotokopi pengesahan dari Dinas Koperasi setempat atas nama Menteri yang dilegalisir. 11. Melampirkan rekomendasi atau teknis dari instansi terkait yang dilegalisir bagi perusahaan yang memohon sub bidang barang dagangan yang memerlukannya. 12. Khusus untuk Kantor Cabang ditambang dengan: - Surat Permohonan Pembukaan Kantor Cabang diatas materai Fotokopi KTP Pimpinan Cabang. - Fotokopi akte pembukaan Kantor Cabang yang dilegalisir. - Fotokopi surat penunjukan Kepala Cabang yang dilegalisir. - Fotokopi IUP (Ijin Usaha Perdagangan) Pusat yang dilegalisir untuk membuka Kantor Cabang di Medan. Persyaratan Khusus memiliki syarat sebagai berikut: Khusus untuk permohonan daftar ulang dan atau peubahan: - Melampirkan Asli Ijin Terakhir Apabila SIUP rusak atau hilang, pemilik atau penanggung jawab perusahaan dapat mengajukan permohonan penggantian SIUP dengan melamirkan: 1. Surat keterangan hilang dari Kepolisian setempat 2. Fotokopi SIUP lama untuk SIUP hilang 3. SIUP asli untuk penggantian SIUP yang rusak; dan 4. Pas photo pemilik atau penanggung jawab ukuran 3 x 4 cm sebanyak 2 (dua) lembar. Persyaratan yang ditentukan dalam mengurus SIUP diatas sudah melalui beberapa tahap guna menghindari persyaratan yang merumitkan masyarakat, dan

34 persyaratan tersebut sudah yang paling tepat karena sudah mencakup semua informasi yang dibutuhkan yang terkait dengan dengan pengurusan Ijin Usaha Perdagangan. (Wawancara dengan Bpk Ramli Siregar dan ibu Verawati, 15 Mei 2017) Persyaratan yang telah ditentukan oleh DPMPTSP diatas sudah sesuai dan tidak rumit untuk dijalankan oleh masyarakat yang ingin mengurus SIUP, namun kendala yang ditemui adalah saat masyarakat yang belum bisa menggunakan internet saat ingin mengetahui informasi persyaratan, maka masyarakat harus datang dahulu ke kantor untuk mencari tahu informasi persyaratan. (Wawancara dengan masyarakat, 16 Mei 2017) Tabel 5.I Rekapitulasi Jumlah Ijin Usaha Perdagangan No. Jenis Perijinan Tahun Jumlah 1 Ijin Usaha Perdagangan Sumber: DPMPTSP, Data diatas menunjukkan data rekapitulasi Perijinan jenis ijin usaha perdagangan dari tahun 2011 sampai 2016 berjumlah 36502, artinya ada usaha yang berdiri di Kota Medan yang tentunya melalui proses di DPMPTSP, sehingga tentu pelayanan harus tetap ditingkatkan untuk tetap meningkatkan jumlah Perijinan tiap tahunnya agar tetap menjadi sumber Pendapatan Asli Daerah.

35 5.1.2 Alur Prosedur Permohonan dan Pemrosesan Ijin Alur permohonan Perijinan di DPMPTSP terdiri atas 2 tahap, yaitu kedatangan pertama dan kedatangan kedua. Kedatangan pertama terdiri atas, pemohon melakukan pelengkapan berkas yang kemudian diajukan kepada bagian informasi untuk mendapatkan nomor antrian, kemudian pemohon akan berlanjut ke bagian loket permohonan untuk mendapatkan resi tanda bukti pendaftaran, berkas pemohon akan masuk kedalam tahap proses ijin untuk mengetahui apakah ijin ditolak atau disetujui. Kedatangan kedua adalah untuk mengambil ijin yang telah di verifikasi dan di cetak oleh petugas. (Wawancara dengan Bpk Khairil Amri Pulungan, 15 Mei 2017) Informasi mengenai alur dalam proses pengurusan Perijinan sudah tertera di website, dan di papan informasi yang ada di ruang tunggu masyarakat yang ingin mengurus Perijinan. (Wawancara dengan Bpk Khairil Amri Pulungan, 15 Mei 2017). Bagan 5.I Alur Pelayanan Perijinan

36 Dalam tahap proses ijin, pemohon bisa mendapatkan informasi mengenai status Perijinannya dengan cara menggunakan SMS Gateway, pemohon hanya perlu mengirimkan sms dengan format : KODE_IJIN#NO_AGENDA(RESI)#TAHUN kemudian dikirim ke , atau masyarakat juga dapat melihat tentang informasi Perijinan mereka melalui alat touch screen yang ada di ruang tunggu, seperti yang ada pada gambar dibawah ini: Gambar 5.1 Alat Touch Screen Sumber: Rio Silaen, Mei 2017 SMS Gateway dan Touch Screen merupakan inovasi langsung dari DPMPTSP untuk meningkatkan pelayanan Perijinan ke arah yang lebih baik dan

37 memudahkan masyarakat dalam mengurus Perijinannya. (Wawancara dengan Bpk Khairil Amri Pulungan, 15 Mei 2017) Dalam tahap proses permohonan SIUP, DPMPTSP sendiri masih memperbolehkan pengurusan surat ijin melalui pihak ketiga, dengan syarat utama yaitu adanya surat ijin pengurusan dari perusahaan yang ingin membuat permohonan terhadap orang ketiga yang akan mengurus SIUP. Di DPMPTSP sendiri membuat loket tersendiri khusus untuk pelayanan terhadap perantara. DPMPTSP membuat aturan yaitu untuk masyarakat yang mengurus langsung akan tetap dilayani selama jam istirahat, sedangkan untuk perantara akan dilayani pada saat jam kerja saja. (Wawancara dengan Bpk Ramli Siregar dan ibu Verawati, 15 Mei 2017) Pelayanan proses permohonan SIUP di DPMPTSP sudah sesuai dengan alur yang telah ditetapkan oleh DPMPTSP, tidak ada penambahan kegiatan diluar dari yang telah ditetapkan di dalam alur proses permohonan Perijinan. DPMPTSP juga mengistimewakan masyarakat yang mengurus langsung Perijinannya yaitu dengan tetap melaksanakan pelayanan pada saat jam istirahat petugas, masyarakat juga dimudahkan dengan adanya sarana dan prasarana yang lengkap seperti SMS Gatewaydan alat Touch Screen yang ada di kantor DPMPTSP. (Wawancara dengan masyarakat, 17 Mei 2017) Pemahaman Konsep Akuntabilitas Publik Konsep Akuntabilitas Publik sudah disampaikan kepada setiap petugas pelayanan untuk meningkatkan standar pelayanan yang ada di DPMPTSP, petugas pelayanan yang ada di DPMPTSP sudah dianggap paham tentang konsep

38 akuntabilitas publik, karena DPMPTSP memiliki SOP yang sesuai dengan PERMENPAN RB No 35 Tahun 2012 dan melaksanakan standar pelayanan sesuai dengan KEPMENPAN No 63 Tahun (Wawancara dengan Bapak Drs. M. Syafruddin, 16 Mei 2017) Standar Pelayanan yang digunakan sesuai dengan Keputusan MENPAN Nomor 63 Tahun 2003, yaitu: a. Prosedur pelayanan Prosedur pelayanan yang dibakukan bagi pemberi dan penerima pelayanan termasuk pengaduan b. Waktu penyelesaian Waktu penyelesaian yang ditetapkan sejak saat pengajuan permohonan sampai dengan penyelesaian pelayanan termasuk pengaduan. c. Biaya pelayanan Biaya/ tarif pelayanan termasuk rinciannya yang ditetapkan dalam proses pemberian pelayanan d. Produk pelayanan Hasil pelayanan yang akan diterima sesuai dengan ketentuan yang telah ditetapkan. e. Sarana dan prasarana Penyediaan sarana dan prasarana pelayanan yang memadai oleh penyelenggara pelayanan publik f. Kompetensi petugas pemberi pelayanan Kompetensi petugas pemberi pelayanan harus ditetapkan dengan tepat berdasarkan pengetahuan, keahlian, keterampilan, sikap, dan perilaku yang dibutuhkan. SOP di DPMPTSP disusun sesuai dengan PERMENPAN RB No 35 Tahun 2012 dengan mengikuti berbagai prinsip berikut: a. Kemudahan dan kejelasan b. Efisiensi dan efektivitas

39 c. Keselerasan d. Keterukuran e. Dinamis f. Beroirentasi pada pengguna atau pihak yang dilayani g. Kepatuhan hukum h. Kepastian hukum Prinsip pelaksanaan SOP adalah sebagai berikut: a. Konsisten b. Komitmen c. Perbaikan berkelanjutan d. Mengikat dengan prosedur standar yang telah diterapkan e. Seluruh unsur memiliki peran penting f. Terdokumentasi dengan baik Berikut adalah SOP yang ada pada DPMPTSP dalam melaksanakan pelayanan Perijinan: Bagan 5.2 Skematik Proses Perijinan

40 Dalam SOP telah tertera tugas-tugas dalam melaksanakan kegiatan pelayanan Perijinan, serta tanggung jawab yang wajib dilaksanakan oleh tiap bagian yang ada di DMPTSP, dengan adanya SOP makan konsep akuntabilitas dapat diwujudkan dengan baik. (Wawancara dengan Bpk Drs. M. Syafruddin, 16 Mei 2017) Sesuai dengan SOP yang telah ditetapkan, ada 5 bidang yang bertanggung jawab dalam melaksanakan pelayanan Perijinan, Layanan Informasi, Loket Pelayanan, Bidang Pelayanan Perijinan, Sekretaris, dan Kepala Badan, dan ada Pemohon dengan hak dan tanggung jawabnya yang sudah tertera dengan jelas. Layanan Informasi: Memberikan Informasi kepada Pemohon Loket Pelayanan: - Menerima Berkas - Memeriksa kelengkapan berkas - Memberikan tanda terima (resi) kepada pemohon - Pembayaran (Jika ada) - Penyelesaian Ijin Bidang Pelayanan Perijinan: Pengolahan Data: -Input/Entri Data Pengecekan Lokasi: Cek lokasi oleh tim teknis (apabila dibutuhkan) Proses Ijin: Analisa Diterima Perhitungan SKPD/SKRD Penyiapan SK Perijinan

41 Analisa Ditolak Konsep Penolakan Sekretaris: Cek Ijin, Pemberian Nomor Ijin, Arsip Laporan dan Evaluasi Kepala Badan: Pertimbangan, Persetujuan proses SK (Ditolak atau Diterima), Acc Ijin, Tanda Tangan Ijin Petugas yang tidak melaksanakan tugas sesuai dengan yang telah ditetapkan dalam SOP akan dikenakan sanksi, yaitu berupa teguran, peringatan, dan mutasi. Sanksi diterapkan guna meningkatkan pelayanan di DMPTSP sendiri agar masyarakat tidak mengalami kesulitan saat mengurus Perijinan. (Wawancara dengan Bpk Drs. M. Syafruddin, 16 Mei 2017) Pemahaman petugas pelayanan mengenai tugas mereka yang telah tertera di SOP sudah sepenuhnya paham dan sudah sesuai porsi tugasnya masing-masing, petugas juga sudah melaksanakan SOP dengan baik. Petugas pelayanan juga merasakan dampak yang positif dengan pelaksanaan SOP yang baik yaitu seperti pelaksanaan tugas yang lebih tertata dengan rapi dan respon masyarakat yang positif akan pelayanan. (Wawancara dengan Bpk Khairil Amri, Ramli Siregar, dan ibu Verawati, 15 Mei 2017) Dalam data diatas telah disampaikan informasi mengenai informasi persyaratan, alur pelayanan Perijinan, mekanisme Perijinan, dan pemahaman petugas pelayanan mengenai akuntabilitas. Dari hasil wawancara dengan informan mengenai informasi persyaratan Perijinan didapai bahwa DPMPTSP telah menyampaikan informasi mengenai persyaratan yang ditetapkan dalam mengurus ijin usaha perdagangan, yaitu dengan cara membuat brosur, mencantumkannya di internet, atau bisa langsung datang ke kantor DPMPTSP. Dalam penyampaian

42 informasi sebagaian masyarakat sudah merasa jelas dan askes informasi mudah untuk didapat, namun ada juga masyarakat yang harus langsung datang ke kantor DPMPTSP hanya untuk menanyakan persyaratan yang dibutuhkan, dikarenakan beberapa masyarakat ada yang belum bisa menggunakan internet untuk melihat informasi persyaratan di situs DPMPTSP. Dalam alur pelayanan Perijinan telah dijelaskan bahwa masyarakat hanya perlu datang dua kali dalam mengurus ijin usaha perdagangan, kedatangan pertama yaitu untuk mengisi formulir persyaratan dan untuk menunggu nomor resi dari loket pelayanan, nomor resi ini bisa digunakan untuk melihat sudah sampai dimana ijin usaha masyarakat, dan bisa digunakan untuk melihat apakah permohonan ijin masyarakat ditolak atau di terima oleh DPMPTSP. Kedatangan kedua ialah untk mengambil surat ijin usaha perdagangan yang telah dicetak oleh DPMPTSP. Informasi mengenai alur pelayanan Perijinan ini telah disampaikan DPMPTSP dengan cara menempelkan papan informasi di ruang tunggu, dan di dalam situs DPMPTSP. Mekanisme Perijinan yang ada di DPMPTSP merupakan SOP dari DPMPTSP sendiri dan merupakan acuan DPMPTSP dalam melakukan pelayanan kepada masyarakat. Berdasarkan hasil wawancara dengan informan, bahwa SOP yang ada di DPMPTSP disusun sesuai dengan PERMENPAN RB No 35 Tahun 2012 dan standar pelayanan yang digunakan oleh DPMPTSP sesuai dengan KEPMENPAN No. 63 Tahun 2003, artinya pelayanan yang ada di DPMPTSP sudah sesuai dengan apa yang diharapkan oleh undang undang yang ada dan pelayanan yang ada juga sudah memiliki ketetapan sehingga petugas hanya perlu

43 mengikuti standar pelayanan yang ada dan dapat dipastikan tidak akan ada lagi penyimpangan dalam melakukan pelayanan. Pemahaman petugas mengenai akuntabilitas merupakan hal yang paling pokok karena hasil dari pelayanan yang baik dan sesuai dengan standar yang ditentukan akan menghasilkan akuntabilitas yang baik. Berdasarkan hasil wawancara dengan informan, petugas di DPMPTSP sudah memahami mengenai akuntabilitas, karena DPMPTSP melaksanakan segala kegiatan berdasarkan SOP yang ada dan standar pelayanan yang telah ditentukan negara. Namun DPMPTSP sendiri belum mampu untuk melaksanakan akuntabilitas secara total di bagian prosedur, karena dengan adanya perantara maka kegiatan Perijinan tidak melibatkan masyarakat dengan petugas secara langsung, melainkan adanya agen yang terlibat di antaranya. Berdasarkan hasil wawancara DPMPTSP sudah melakukan aturan yang bagus dengan menetapkan syarat yaitu surat ijin pengurusan permohonan dari perusahaan kepada perantara, namun syarat ini dirasa belum bersifat kuat, dikarenakan surat dapat dikeluarkan dengan mudah oleh pemilik perusahaan dan diberikan kepada perantara yang bukan karyawan perusahaan tersebut. Memberikan batasan waktu bagi perantara dalam melakukan pengurusan dianggap merupakan langkah yang baik guna mengurangi antusiasme masyarakat menggunakan perantara. Berdasarkan analisa penulis mengenai hasil wawancara dan hasil studi kepustakaan dapat disimpulkan bahwa prosedur yang ada di DPMPTSP telah jelas, dimulai dari penyampaian informasi, alur pelayanan, standar pelayanan, dan pemahaman akuntabilitas oleh petugas serta pemahaman SOP masing-masing

44 petugas, yang menjadi kekurangan adalah masyarakat yang belum paham mengenai penggunaan internet sehingga harus melakukan kedatangan untuk mengetahui informasi persyaratan dan belum adanya aturan yang mengikat tentang pengurusan menggunakan perantara. Hilangnya prinsip akuntabilitas dalam pelayanan dapat dilihat pada bagan berikut ini: Bagan 5.3 Aktor Dalam Pelayanan Publik Pelayanan: Negara / Pemerintah Pelayanan Masyarakat Pengguna Pelayanan Sektor Swasta Pelayanan Masyarakat Pengguna Pelayanan Sumber: Wikipedia Keterangan: Negara memberikan pelayanan langsung kepada masyarakat pengguna jasa atau produk dari pelayanan publik. Negara bisa juga memberikan wewenangnya kepada sektor swasta untuk memberikan pelayanan kepada masyarakat pengguna pelayanan. Negara / Pemerintah / Sektor Swasta Agen Perantara / Orang Ketiga Masyarakat Pengguna Pelayanan Bagan 5.4 Aktor Dalam Pelayanan Publik

45 Keterangan: Dalam bagan diatas ditunjukkan bahwa adanya perantara yang berada di antara Pemerintah dan masyarakat pengguna pelayanan, hal ini akan menyebabkan masyarakat pengguna pelayanan tidak akan menjalankan kewajibannya dalam melaksanakan kegiatan pelayanan publik, sehingga masyarakat akan bersifat pasif di sini, hal inilah yang menyebabkan terhalangnya pelaksanaan akuntabilitas di bidang pelayanan publik. 5.2 Biaya Biaya pengurusan pelayanan Perijinan usaha perdagangan yang dimaksud di sini adalah besaran biaya administrasi yang ditetapkan untuk setiap pelayanan Perijinan, sebagai imbalan atas pemberian pelayanan umum yang besaran dan tata cara pembayarannya ditetapkan oleh pejabat yang berwenang sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan. Dengan adanya kepastian akan biaya pelayanan sangat penting untuk memberikan jaminan kepada masyarakat untuk mengurus Perijinan yang dibutuhkan. DPMPTSP telah menetapkan standar biaya dalam pengurusan Perijinan yang dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 5.2 Informasi Retribusi Perijinan JENIS PERIJINAN Ijin Usaha Perdagangan Ijin Ushaa Industri Kecil dan Menengah MASA BERLAKU IJIN Selama Usaha Masih Berjalan Selama Usaha Masih Berjalan RETRIBUSI Gratis Gratis

46 Tanda Daftar Perusahaan 5 Tahun Gratis Ijin Gangguan Perusahaan Industri 1 Tahun Dipungut Retribusi Ijin Gangguan Bukan 3 Tahun Dipungut Retribusi Perusahaan Industri Ijn Optik 5 Tahun Regristasi Ulang Setiap Tahun Gratis Ijin Kerja Petugas 5 Tahun Gratis Kesehatan Ijin Pelataran Parkir 1 Tahun Gratis Ijin Reklame Khusus Reklame Kain, Berjalan dan Selebaran Ijin Usaha Jasa Konstruksi Tanda Daftar Usaha Pariwisata 30 Tahun Dipungut Pajak 3 Tahun Gratis 3 Tahun Gratis Permohonan Paralel (2-5 Jenis Ijin Dalam 1 Set Berkas) Tergantung Jenis Ijin Berdasarkan tabel standar pelayanan di atas bahwa biaya yang ditetapkan untuk pengurusan pelayanan SIUP tidak dikenakan biaya sama sekali atau gratis. Masyarakat juga tidak perlu khawatir jika dalam pengurusan Perijinan ada pengutipan liar dalam mengurus Perijinan, karena di DPMPTSP memiliki fasilitas untuk mengawasi jika adanya petugas yang melakukan tindakan pengutipan liar, yaitu melalui CCTV yang dipasang di setiap sudut ruangan. (Wawancara dengan Bpk Khairil Amri Pulungan, 15 Mei 2017) Untuk penyampaian informasi mengenai biaya yang ditetapkan dalam mengurus Perijinan, DPMPTSP menyampaikannya melalui brosur disediakan dekat dengan bagian informasi, dengan pengunguman diluar gedung secara

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Bentuk Penelitian Penelitian ini menggunakan metode deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Menurut Bungin (2007 : 68), penelitian sosial menggunakan format deskriptif kualitatif

Lebih terperinci

BAB II PROFIL PERUSAHAAN. A. Sejarah Singkat Kantor Badan Pelayanan Perijinan Terpadu Kota

BAB II PROFIL PERUSAHAAN. A. Sejarah Singkat Kantor Badan Pelayanan Perijinan Terpadu Kota BAB II PROFIL PERUSAHAAN A. Sejarah Singkat Kantor Badan Pelayanan Perijinan Terpadu Kota Medan Sesuai dengan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah diketahui bahwa tujuan pemberian

Lebih terperinci

BAB II PROFIL PERUSAHAAN. A. Sejarah Singkat Kantor Badan Pelayanan Perijinan Terpadu (BPPT) Sesuai dengan undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang

BAB II PROFIL PERUSAHAAN. A. Sejarah Singkat Kantor Badan Pelayanan Perijinan Terpadu (BPPT) Sesuai dengan undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang BAB II PROFIL PERUSAHAAN A. Sejarah Singkat Kantor Badan Pelayanan Perijinan Terpadu (BPPT) Kota Medan Sesuai dengan undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah yang menegaskan bahwa

Lebih terperinci

BAB II BADAN PELAYANAN PERIJINAN TERPADU KOTA MEDAN. diabaikan lagi, karena hal ini merupakan bagian tugas dan fungsi pemerintah.

BAB II BADAN PELAYANAN PERIJINAN TERPADU KOTA MEDAN. diabaikan lagi, karena hal ini merupakan bagian tugas dan fungsi pemerintah. BAB II BADAN PELAYANAN PERIJINAN TERPADU KOTA MEDAN A. Sejarah Ringkas Pelayanan prima dituangkan pada visi dan misi Nasional Indonesia, menunjukkan bahwa tuntutan masyarakat terhadap pelayanan prima aparatur

Lebih terperinci

BAB II PROFIL PERUSAHAAN. A. Sejarah Singkat Badan Pelayanan Perijinan Terpadu (BPPT) Kota

BAB II PROFIL PERUSAHAAN. A. Sejarah Singkat Badan Pelayanan Perijinan Terpadu (BPPT) Kota BAB II PROFIL PERUSAHAAN A. Sejarah Singkat Badan Pelayanan Perijinan Terpadu (BPPT) Kota Medan Pelayanan prima dituangkan pada visi dan misi yang menunjukkan bahwa tuntutan masyarakat terhadap pelayanan

Lebih terperinci

BAB II PROFIL PERUSAHAAN. G. Sejarah Singkat Kantor Badan Pelayanan Perijinan Terpadu Kota Medan

BAB II PROFIL PERUSAHAAN. G. Sejarah Singkat Kantor Badan Pelayanan Perijinan Terpadu Kota Medan BAB II PROFIL PERUSAHAAN G. Sejarah Singkat Kantor Badan Pelayanan Perijinan Terpadu Kota Medan Sesuai dengan undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah yang menegaskan bahwa tujuan

Lebih terperinci

BAB II BADAN PELAYANAN PERIJINAN TERPADU KOTA MEDAN. Pelayanan prima dituangkan pada visi dan misi nasional Indonesia,

BAB II BADAN PELAYANAN PERIJINAN TERPADU KOTA MEDAN. Pelayanan prima dituangkan pada visi dan misi nasional Indonesia, BAB II BADAN PELAYANAN PERIJINAN TERPADU KOTA MEDAN A. Sejarah Ringkas Pelayanan prima dituangkan pada visi dan misi nasional Indonesia, menunjukkan bahwa tuntutan masyarakat terhadap pelayanan prima aparatur

Lebih terperinci

WALIKOTA PEKANBARU PROVINSI RIAU

WALIKOTA PEKANBARU PROVINSI RIAU WALIKOTA PEKANBARU PROVINSI RIAU PERATURAN WALIKOTA PEKANBARU NOMOR 109 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI SERTA TATA KERJA DINAS PENANAMAN MODAL DAN PELAYANAN TERPADU SATU

Lebih terperinci

WALIKOTA BANJAR PERATURAN WALIKOTA BANJAR NOMOR 33 TAHUN 2012 TENTANG

WALIKOTA BANJAR PERATURAN WALIKOTA BANJAR NOMOR 33 TAHUN 2012 TENTANG WALIKOTA BANJAR PERATURAN WALIKOTA BANJAR NOMOR 33 TAHUN 2012 TENTANG TUGAS POKOK, FUNGSI DAN TATA KERJA UNSUR ORGANISASI BADAN PENANAMAN MODAL DAN PELAYANAN PERIZINAN TERPADU KOTA BANJAR DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH 2016 BAB I PENDAHULUAN

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH 2016 BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dengan disahkannya Peraturan Daerah Nomor 09 Tahun 2008 tentang Badan Pelayanan Perizinan Terpadu (BPPT) Kota Bekasi dan Peraturan Walikota Bekasi Nomor 60 Tahun 2009

Lebih terperinci

BUPATI PURBALINGGA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI PURBALINGGA NOMOR 92 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI PURBALINGGA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI PURBALINGGA NOMOR 92 TAHUN 2016 TENTANG SALINAN BUPATI PURBALINGGA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI PURBALINGGA NOMOR 92 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI, SERTA TATA KERJA DINAS PENANAMAN MODAL DAN PELAYANAN

Lebih terperinci

PERATURAN BUPATI KUNINGAN NOMOR 55 TAHUN 2016 TENTANG

PERATURAN BUPATI KUNINGAN NOMOR 55 TAHUN 2016 TENTANG PERATURAN BUPATI KUNINGAN NOMOR 55 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS POKOK, FUNGSI DAN URAIAN TUGAS, SERTA TATA KERJA DINAS PENANAMAN MODAL DAN PELAYANAN TERPADU SATU PINTU KABUPATEN

Lebih terperinci

A. PENDAHULUAN. Prinsip prinsip dari visi diatas adalah :

A. PENDAHULUAN. Prinsip prinsip dari visi diatas adalah : Lampiran : Keputusan Kepala Kantor Pelayanan Perizinan Terpadu Satu Pintu Provinsi Nusa Tenggara Timur Nomor : 503/ / KPPTSP / 2016 Tanggal : 20 Juli 2016 A. PENDAHULUAN 1. VISI Visi berkaitan dengan pandangan

Lebih terperinci

BUPATI WAY KANAN PROVINSI LAMPUNG

BUPATI WAY KANAN PROVINSI LAMPUNG -1- BUPATI WAY KANAN PROVINSI LAMPUNG PERATURAN BUPATI WAY KANAN NOMOR 46 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI, SERTA TATA KERJA DINAS KOPERASI, USAHA KECIL DAN MENENGAH KABUPATEN

Lebih terperinci

BUPATI WONOSOBO PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI WONOSOBO NOMOR 48 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI WONOSOBO PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI WONOSOBO NOMOR 48 TAHUN 2016 TENTANG SALINAN BUPATI WONOSOBO PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI WONOSOBO NOMOR 48 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI SERTA TATA KERJA DINAS PENANAMAN MODAL DAN PELAYANAN TERPADU

Lebih terperinci

PERATURAN WALIKOTA MEDAN NOMOR 14 TAHUN 2014 TENTANG

PERATURAN WALIKOTA MEDAN NOMOR 14 TAHUN 2014 TENTANG 1 PERATURAN WALIKOTA MEDAN NOMOR 14 TAHUN 2014 TENTANG PEMBENTUKAN UNIT PELAKSANA TEKNIS PELAYANAN KEBERSIHAN DAN UNIT PELAKSANA TEKNIS BANK SAMPAH PADA DINAS KEBERSIHAN KOTA MEDAN WALIKOTA MEDAN, Menimbang

Lebih terperinci

WALIKOTA TANGERANG SELATAN

WALIKOTA TANGERANG SELATAN SALINAN WALIKOTA TANGERANG SELATAN PERATURAN WALIKOTA TANGERANG SELATAN NOMOR 23 TAHUN 2011 TENTANG TUGAS POKOK, FUNGSI DAN TATA KERJA BADAN PELAYANAN PERIJINAN TERPADU KOTA TANGERANG SELATAN DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

PERATURAN BUPATI BANTUL NOMOR 84 TAHUN 2008 T E N T A N G RINCIAN TUGAS, FUNGSI DAN TATA KERJA DINAS PERIJINAN KABUPATEN BANTUL BUPATI BANTUL,

PERATURAN BUPATI BANTUL NOMOR 84 TAHUN 2008 T E N T A N G RINCIAN TUGAS, FUNGSI DAN TATA KERJA DINAS PERIJINAN KABUPATEN BANTUL BUPATI BANTUL, PERATURAN BUPATI BANTUL NOMOR 84 TAHUN 2008 T E N T A N G RINCIAN TUGAS, FUNGSI DAN TATA KERJA DINAS PERIJINAN KABUPATEN BANTUL BUPATI BANTUL, Menimbang : Mengingat : bahwa sebagai tindak lanjut Peraturan

Lebih terperinci

WALIKOTA BATU PERATURAN WALIKOTA BATU NOMOR 35 TAHUN 2013 TENTANG PENJABARAN TUGAS DAN BADAN PENANAMAN MODAL KOTA BATU

WALIKOTA BATU PERATURAN WALIKOTA BATU NOMOR 35 TAHUN 2013 TENTANG PENJABARAN TUGAS DAN BADAN PENANAMAN MODAL KOTA BATU SALINAN WALIKOTA BATU PERATURAN WALIKOTA BATU NOMOR 35 TAHUN 2013 TENTANG PENJABARAN TUGAS DAN FUNGSI BADAN PENANAMAN MODAL KOTA BATU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BATU, Menimbang : bahwa

Lebih terperinci

BUPATI BELITUNG PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN BUPATI BELITUNG NOMOR 49 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI BELITUNG PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN BUPATI BELITUNG NOMOR 49 TAHUN 2016 TENTANG SALINAN BUPATI BELITUNG PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN BUPATI BELITUNG NOMOR 49 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI, SERTA TATA KERJA DINAS PENANAMAN MODAL,

Lebih terperinci

BUPATI CIAMIS PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI CIAMIS NOMOR 51 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI CIAMIS PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI CIAMIS NOMOR 51 TAHUN 2016 TENTANG BUPATI CIAMIS PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI CIAMIS NOMOR 51 TAHUN 2016 TENTANG TUGAS, FUNGSI DAN TATA KERJA UNSUR ORGANISASI DINAS PENANAMAN MODAL DAN PELAYANAN TERPADU SATU PINTU DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KOTA CIMAHI NOMOR : 97 TAHUN : 2009 SERI : D PERATURAN DAERAH KOTA CIMAHI NOMOR : 2 TAHUN 2009 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KOTA CIMAHI NOMOR : 97 TAHUN : 2009 SERI : D PERATURAN DAERAH KOTA CIMAHI NOMOR : 2 TAHUN 2009 TENTANG LEMBARAN DAERAH KOTA CIMAHI NOMOR : 97 TAHUN : 2009 SERI : D PERATURAN DAERAH KOTA CIMAHI NOMOR : 2 TAHUN 2009 TENTANG PENYELENGGARAAN PELAYANAN TERPADU SATU PINTU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA

Lebih terperinci

BUPATI WONOSOBO PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI WONOSOBO NOMOR 77 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI WONOSOBO PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI WONOSOBO NOMOR 77 TAHUN 2016 TENTANG SALINAN BUPATI WONOSOBO PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI WONOSOBO NOMOR 77 TAHUN 2016 TENTANG RINCIAN TUGAS DINAS PENANAMAN MODAL DAN PELAYANAN TERPADU SATU PINTU KABUPATEN WONOSOBO DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR ( S O P ) TANDA DAFTAR PERUSAHAAN (TDP) PADA

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR ( S O P ) TANDA DAFTAR PERUSAHAAN (TDP) PADA STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR ( S O P ) PADA BADAN PELAYANAN PERIZINAN TERPADU TAHUN 2012 BADAN PELAYANAN PERIZINAN TERPADU STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP) Nomor : 11/SOP/429.207/2012 Tanggal : 11 Agustus

Lebih terperinci

BUPATI CILACAP PROVINSI JAWA TENGAH

BUPATI CILACAP PROVINSI JAWA TENGAH BUPATI CILACAP PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI CILACAP NOMOR 97 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI SERTA TATA KERJA DINAS PENANAMAN MODAL DAN PELAYANAN TERPADU SATU

Lebih terperinci

BUPATI BELITUNG PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN BUPATI BELITUNG NOMOR 33 TAHUN 2014 TENTANG

BUPATI BELITUNG PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN BUPATI BELITUNG NOMOR 33 TAHUN 2014 TENTANG SALINAN BUPATI BELITUNG PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN BUPATI BELITUNG NOMOR 33 TAHUN 2014 TENTANG PENJABARAN TUGAS DAN FUNGSI BADAN PENANAMAN MODAL DAN PELAYANAN PERIZINAN TERPADU KABUPATEN

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MALANG,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MALANG, SALINAN NOMOR 37/2016 PERATURAN WALIKOTA MALANG NOMOR 37 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI SERTA TATA KERJA DINAS PENANAMAN MODAL DAN PELAYANAN TERPADU SATU PINTU DENGAN

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA YOGYAKARTA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA YOGYAKARTA, WALIKOTA YOGYAKARTA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 64 TAHUN 2016 TENTANG SUSUNAN ORGANISASI, KEDUDUKAN, TUGAS, FUNGSI, DAN TATA KERJA DINAS KOPERASI, USAHA KECIL DAN MENENGAH,

Lebih terperinci

BUPATI TRENGGALEK PROVINSI JAWA TIMUR

BUPATI TRENGGALEK PROVINSI JAWA TIMUR BUPATI TRENGGALEK PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI TRENGGALEK NOMOR 27 TAHUN 2017 TENTANG PENJABARAN TUGAS DINAS PENANAMAN MODAL DAN PELAYANAN TERPADU SATU PINTU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI

Lebih terperinci

PERATURAN GUBERNUR SUMATERA BARAT NOMOR : 33 TAHUN 2015

PERATURAN GUBERNUR SUMATERA BARAT NOMOR : 33 TAHUN 2015 PERATURAN GUBERNUR SUMATERA BARAT NOMOR : 33 TAHUN 2015 TENTANG RINCIAN TUGAS POKOK, FUNGSI DAN TATA KERJA BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL DAN PELAYANAN PERIZINAN TERPADU PROVINSI SUMATERA BARAT DENGAN

Lebih terperinci

BUPATI KULON PROGO DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN BUPATI KULON PROGO NOMOR 66 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI KULON PROGO DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN BUPATI KULON PROGO NOMOR 66 TAHUN 2016 TENTANG SALINAN BUPATI KULON PROGO DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN BUPATI KULON PROGO NOMOR 66 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, FUNGSI DAN TUGAS SERTA TATA KERJA PADA DINAS PENANAMAN MODAL

Lebih terperinci

DINAS PENANAMAN MODAL DAN PELAYANAN PERIZINAN TERPADU KABUPATEN BOYOLALI

DINAS PENANAMAN MODAL DAN PELAYANAN PERIZINAN TERPADU KABUPATEN BOYOLALI KATA PENGANTAR Puji syukur kami sampaikan kehadirat Allah S.W.T yang telah melimpahkan berkah dan rahmat-nya sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan Rencana Strategis (Renstra) Dinas Penanaman Modal

Lebih terperinci

BUPATI WAY KANAN PROVINSI LAMPUNG

BUPATI WAY KANAN PROVINSI LAMPUNG -1- BUPATI WAY KANAN PROVINSI LAMPUNG PERATURAN BUPATI WAY KANAN NOMOR 49 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI SERTA TATA KERJA DINAS PEMUDA, OLAHRAGA DAN PARIWISATA KABUPATEN

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI TUGAS AKHIR. A. Sejarah Singkat Badan Pengelola Pajak dan Retribusi Daerah Kota

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI TUGAS AKHIR. A. Sejarah Singkat Badan Pengelola Pajak dan Retribusi Daerah Kota BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI TUGAS AKHIR A. Sejarah Singkat Badan Pengelola Pajak dan Retribusi Daerah Kota Medan Pada awalnya Badan Pengelola Pajak dan Retribusi Daerah Kota Medan adalah suatu sub bagian

Lebih terperinci

BUPATI WAY KANAN PROVINSI LAMPUNG

BUPATI WAY KANAN PROVINSI LAMPUNG -1- BUPATI WAY KANAN PROVINSI LAMPUNG PERATURAN BUPATI WAY KANAN NOMOR 45 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI SERTA TATA KERJA DINAS PERHUBUNGAN KABUPATEN WAY KANAN DENGAN

Lebih terperinci

BUPATI ACEH TIMUR PERATURAN BUPATI ACEH TIMUR NOMOR 01 TAHUN 2010 TENTANG

BUPATI ACEH TIMUR PERATURAN BUPATI ACEH TIMUR NOMOR 01 TAHUN 2010 TENTANG BUPATI ACEH TIMUR PERATURAN BUPATI ACEH TIMUR NOMOR 01 TAHUN 2010 TENTANG PEMBENTUKAN SUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KERJA KANTOR PELAYANAN PERIZINAN TERPADU KABUPATEN ACEH TIMUR DENGAN RAHMAT ALLAH YANG

Lebih terperinci

BUPATI SINJAI PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN BUPATI SINJAI NOMOR 71 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI SINJAI PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN BUPATI SINJAI NOMOR 71 TAHUN 2016 TENTANG BUPATI SINJAI PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN BUPATI SINJAI NOMOR 71 TAHUN 2016 TENTANG SUSUNAN ORGANISASI, KEDUDUKAN, TUGAS POKOK DAN FUNGSI SERTA TATA KERJA DINAS PENANAMAN MODAL DAN PELAYANAN TERPADU

Lebih terperinci

WALIKOTA PEKALONGAN PROVINSI JAWA TENGAH

WALIKOTA PEKALONGAN PROVINSI JAWA TENGAH WALIKOTA PEKALONGAN PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN WALIKOTA PEKALONGAN NOMOR 66 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI SERTA TATA KERJA DINAS PENANAMAN MODAL DAN PELAYANAN TERPADU

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA YOGYAKARTA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA YOGYAKARTA, WALIKOTA YOGYAKARTA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 61 TAHUN 2017 TENTANG SUSUNAN ORGANISASI, KEDUDUKAN, TUGAS, FUNGSI DAN TATA KERJA DINAS PARIWISATA KOTA YOGYAKARTA DENGAN

Lebih terperinci

BUPATI SUKOHARJO PERATURAN BUPATI SUKOHARJO NOMOR 59 TAHUN 2008

BUPATI SUKOHARJO PERATURAN BUPATI SUKOHARJO NOMOR 59 TAHUN 2008 BUPATI SUKOHARJO PERATURAN BUPATI SUKOHARJO NOMOR 59 TAHUN 2008 TENTANG PENJABARAN TUGAS POKOK, FUNGSI DAN URAIAN TUGAS JABATAN STRUKTURAL PADA KANTOR PENANAMAN MODAL KABUPATEN SUKOHARJO BUPATI SUKOHARJO,

Lebih terperinci

PERATURAN BUPATI BIMA NOMOR 11 TAHUN 2009 TENTANG

PERATURAN BUPATI BIMA NOMOR 11 TAHUN 2009 TENTANG B U P A T I B I M A PERATURAN BUPATI BIMA NOMOR 11 TAHUN 2009 TENTANG PEMBENTUKAN, SUSUNAN, KEDUDUKAN, TUGAS, FUNGSI DAN TATA KERJA KANTOR PELAYANAN PERIZINAN TERPADU KABUPATEN BIMA BUPATI BIMA, Menimbang

Lebih terperinci

SALINAN. Perangkat Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2016 Nomor 114, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5887);

SALINAN. Perangkat Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2016 Nomor 114, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5887); SALINAN BUPATI BULUNGAN PROPINSI KALIMANTAN UTARA PERATURAN BUPATI BULUNGAN NOMOR 51 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI SERTA TATA KERJA DINAS PENANAMAN MODAL DAN PELAYANAN

Lebih terperinci

BUPATI LOMBOK BARAT PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

BUPATI LOMBOK BARAT PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT BUPATI LOMBOK BARAT PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT PERATURAN BUPATI LOMBOK BARAT NOMOR 69 TAHUN 2016 TENTANG RINCIAN TUGAS, FUNGSI DAN TATA KERJA DINAS PENANAMAN MODAL DAN PELAYANAN TERPADU SATU PINTU Menimbang

Lebih terperinci

PERATURAN BUPATI KARAWANG NOMOR : 24 TAHUN 2012

PERATURAN BUPATI KARAWANG NOMOR : 24 TAHUN 2012 PERATURAN BUPATI KARAWANG NOMOR : 24 TAHUN 2012 TENTANG TUGAS POKOK, FUNGSI DAN TATA KERJA BADAN PENANAMAN MODAL DAN PELAYANAN TERPADU KABUPATEN KARAWANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KARAWANG

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KABUPATEN PURWAKARTA

BERITA DAERAH KABUPATEN PURWAKARTA BERITA DAERAH KABUPATEN PURWAKARTA NOMOR : 20 TAHUN 2007 SERI PERATURAN BUPATI PURWAKARTA NOMOR 16 TAHUN 2007 TENTANG PENJABARAN TUGAS POKOK DAN FUNGSI BADAN PENANAMAN MODAL DAN PELAYANAN TERPADU SATU

Lebih terperinci

PERATURAN BUPATI KARAWANG NOMOR : 63 TAHUN 2012

PERATURAN BUPATI KARAWANG NOMOR : 63 TAHUN 2012 PERATURAN BUPATI KARAWANG NOMOR : 63 TAHUN 2012 TENTANG RINCIAN TUGAS BADAN PENANAMAN MODAL DAN PELAYANAN TERPADU KABUPATEN KARAWANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KARAWANG, Menimbang : bahwa

Lebih terperinci

BUPATI HUMBANG HASUNDUTAN

BUPATI HUMBANG HASUNDUTAN BUPATI HUMBANG HASUNDUTAN PERATURAN DAERAH HUMBANG HASUNDUTAN NOMOR 6 TAHUN 2011 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA KANTOR PELAYANAN PERIJINAN TERPADU KABUPATEN HUMBANG HASUNDUTAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

WALIKOTA DEPOK PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN WALIKOTA DEPOK NOMOR 108 TAHUN 2016 TENTANG

WALIKOTA DEPOK PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN WALIKOTA DEPOK NOMOR 108 TAHUN 2016 TENTANG SALINAN SALINAN WALIKOTA DEPOK PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN WALIKOTA DEPOK NOMOR 108 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI SERTA TATA KERJA DINAS KOPERASI DAN USAHA MIKRO

Lebih terperinci

WALIKOTA SURAKARTA PERATURAN WALIKOTA SURAKARTA NOMOR 34 TAHUN 2008 TENTANG

WALIKOTA SURAKARTA PERATURAN WALIKOTA SURAKARTA NOMOR 34 TAHUN 2008 TENTANG WALIKOTA SURAKARTA PERATURAN WALIKOTA SURAKARTA NOMOR 34 TAHUN 2008 TENTANG PENJABARAN TUGAS POKOK, FUNGSI DAN TATA KERJA KANTOR PENANAMAN MODAL KOTA SURAKARTA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA

Lebih terperinci

BUPATI PATI PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI PATI NOMOR 57 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI SERTA

BUPATI PATI PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI PATI NOMOR 57 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI SERTA SALINAN BUPATI PATI PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI PATI NOMOR 57 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI SERTA TATA KERJA DINAS PERHUBUNGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR ( S O P ) IZIN USAHA HOTEL PADA

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR ( S O P ) IZIN USAHA HOTEL PADA STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR ( S O P ) PADA BADAN PELAYANAN PERIZINAN TERPADU TAHUN 2012 BADAN PELAYANAN PERIZINAN TERPADU STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP) Nomor : 4/SOP/429.207/2012 Tanggal : 11 Agustus

Lebih terperinci

BUPATI WAY KANAN PROVINSI LAMPUNG

BUPATI WAY KANAN PROVINSI LAMPUNG -1- BUPATI WAY KANAN PROVINSI LAMPUNG PERATURAN BUPATI WAY KANAN NOMOR 52 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI SERTA TATA KERJA SATUAN POLISI PAMONG PRAJA KABUPATEN WAY KANAN

Lebih terperinci

WALIKOTA SURABAYA PROVINSI JAWA TIMUR

WALIKOTA SURABAYA PROVINSI JAWA TIMUR WALIKOTA SURABAYA PROVINSI JAWA TIMUR SALINAN PERATURAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR 73 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, URAIAN TUGAS DAN FUNGSI SERTA TATA KERJA KECAMATAN DAN KELURAHAN KOTA

Lebih terperinci

BUPATI KOTAWARINGIN BARAT PERATURAN BUPATI KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 17 TAHUN 2009 TENTANG

BUPATI KOTAWARINGIN BARAT PERATURAN BUPATI KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 17 TAHUN 2009 TENTANG BUPATI KOTAWARINGIN BARAT PERATURAN BUPATI KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 17 TAHUN 2009 TENTANG TUGAS POKOK DAN FUNGSI DINAS KOPERASI, USAHA MIKRO, KECIL, MENENGAH DAN PASAR KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT DENGAN

Lebih terperinci

PERATURAN WALIKOTA MEDAN NOMOR 21 TAHUN 2014 TENTANG

PERATURAN WALIKOTA MEDAN NOMOR 21 TAHUN 2014 TENTANG 1 PERATURAN WALIKOTA MEDAN NOMOR 21 TAHUN 2014 TENTANG KEWAJIBAN KEPESERTAAN JAMINAN SOSIAL KETENAGAKERJAAN DALAM PEMBERIAN PELAYANAN PUBLIK TERTENTU OLEH PEMERINTAH KOTA MEDAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL ( Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul ) Nomor : 66 Tahun : 2016

BERITA DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL ( Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul ) Nomor : 66 Tahun : 2016 BERITA DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL ( Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul ) Nomor : 66 Tahun : 2016 PERATURAN BUPATI GUNUNGKIDUL NOMOR 66 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS,

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KABUPATEN MAGELANG TAHUN 2016 NOMOR 57 PERATURAN BUPATI MAGELANG NOMOR 57 TAHUN 2016 TENTANG

BERITA DAERAH KABUPATEN MAGELANG TAHUN 2016 NOMOR 57 PERATURAN BUPATI MAGELANG NOMOR 57 TAHUN 2016 TENTANG - 1009 - BERITA DAERAH KABUPATEN MAGELANG TAHUN 2016 NOMOR 57 PERATURAN BUPATI MAGELANG NOMOR 57 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI, SERTA TATA KERJA DINAS PENANAMAN MODAL

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KOTA SURAKARTA TAHUN 2011 NOMOR 50 PERATURAN WALIKOTA SURAKARTA NOMOR 15-T TAHUN 2011 TENTANG

BERITA DAERAH KOTA SURAKARTA TAHUN 2011 NOMOR 50 PERATURAN WALIKOTA SURAKARTA NOMOR 15-T TAHUN 2011 TENTANG BERITA DAERAH KOTA SURAKARTA TAHUN 2011 NOMOR 50 PERATURAN WALIKOTA SURAKARTA NOMOR 15-T TAHUN 2011 TENTANG PENJABARAN TUGAS POKOK, FUNGSI DAN TATA KERJA BADAN PENANAMAN MODAL DAN PERIZINAN TERPADU KOTA

Lebih terperinci

MEMUTUSKAN : BAB I KETENTUAN UMUM. Pasal 1

MEMUTUSKAN : BAB I KETENTUAN UMUM. Pasal 1 BUPATI HUMBANG HASUNDUTAN PROVINSI SUMATERA UTARA PERATURAN BUPATI HUMBANG HASUNDUTAN NOMOR 48 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI, SERTA TATA KERJA DINAS PENANAMAN MODAL

Lebih terperinci

BUPATI WONOSOBO PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI WONOSOBO NOMOR 64 TAHUN 2014 TENTANG

BUPATI WONOSOBO PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI WONOSOBO NOMOR 64 TAHUN 2014 TENTANG SALINAN BUPATI WONOSOBO PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI WONOSOBO NOMOR 64 TAHUN 2014 TENTANG TUGAS POKOK, FUNGSI, RINCIAN TUGAS DAN TATA KERJA BADAN PENANAMAN MODAL DAN PELAYANAN PERIZINAN TERPADU

Lebih terperinci

BUPATI KUTAI KARTANEGARA

BUPATI KUTAI KARTANEGARA ` BUPATI KUTAI KARTANEGARA PERATURAN BUPATI KUTAI KARTANEGARA NOMOR 36 TAHUN 2012 TENTANG URAIAN TUGAS PEJABAT STRUKTURAL PADA BADAN PELAYANAN PERIZINAN TERPADU KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

WALIKOTA BUKITTINGGI PROVINSI SUMATERA BARAT

WALIKOTA BUKITTINGGI PROVINSI SUMATERA BARAT 1 WALIKOTA BUKITTINGGI PROVINSI SUMATERA BARAT PERATURAN WALIKOTA BUKITTINGGI NOMOR 65 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI SERTA TATA KERJA KECAMATAN DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN SUMENEP

PEMERINTAH KABUPATEN SUMENEP PEMERINTAH KABUPATEN SUMENEP PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUMENEP NOMOR : 14 TAHUN 2011 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN PELAYANAN PERIZINAN TERPADU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SUMENEP

Lebih terperinci

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR ( S O P ) SURAT IZIN USAHA PERDAGANGAN (SIUP) PADA

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR ( S O P ) SURAT IZIN USAHA PERDAGANGAN (SIUP) PADA STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR ( S O P ) SURAT IZIN USAHA PERDAGANGAN (SIUP) PADA BADAN PELAYANAN PERIZINAN TERPADU KABUPATEN BANYUWANGI TAHUN 2012 BADAN PELAYANAN PERIZINAN TERPADU KABUPATEN BANYUWANGI

Lebih terperinci

PROVINSI KALIMANTAN TIMUR PERATURAN BUPATI PENAJAM PASER UTARA NOMOR 53 TAHUN 2016 TENTANG

PROVINSI KALIMANTAN TIMUR PERATURAN BUPATI PENAJAM PASER UTARA NOMOR 53 TAHUN 2016 TENTANG BUPATI PENAJAM PASER UTARA PROVINSI KALIMANTAN TIMUR PERATURAN BUPATI PENAJAM PASER UTARA NOMOR 53 TAHUN 2016 TENTANG STRUKTUR ORGANISASI, TATA KERJA, TUGAS POKOK, FUNGSI DAN RINCIAN TUGAS DINAS PENANAMAN

Lebih terperinci

IJIN USAHA PERDAGANGAN (IUP)

IJIN USAHA PERDAGANGAN (IUP) I. Dasar Hukum IJIN USAHA PERDAGANGAN (IUP) a) Undang-undang Nomor 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas. b) Keputusan Menteri Perindustrian dan Perdagangan Nomor 289/MPP/Kep/10/2000 tentang Ketentuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Otonomi Daerah merupakan salah satu upaya renovasi yang dilaksanakan

BAB I PENDAHULUAN. Otonomi Daerah merupakan salah satu upaya renovasi yang dilaksanakan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Otonomi Daerah merupakan salah satu upaya renovasi yang dilaksanakan pemerintah untuk menjadikan Indonesia semakin maju. Maksud dari otonomi daerah adalah hak, wewenang,

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KLATEN,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KLATEN, BUPATI KLATEN PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI KLATEN NOMOR 49 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN SUSUNAN ORGANISASI TUGAS DAN FUNGSI SERTA TATA KERJA DINAS PENANAMAN MODAL DAN PELAYANAN TERPADU SATU PINTU

Lebih terperinci

WALIKOTA PEKANBARU PROVINSI RIAU

WALIKOTA PEKANBARU PROVINSI RIAU WALIKOTA PEKANBARU PROVINSI RIAU PERATURAN WALIKOTA PEKANBARU NOMOR 108 TAHUN 2016 T E N T A N G KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI SERTA TATA KERJA DINAS KOPERASI, USAHA KECIL DAN MENENGAH

Lebih terperinci

W A L I K O T A Y O G Y A K A R T A

W A L I K O T A Y O G Y A K A R T A W A L I K O T A Y O G Y A K A R T A PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 85 TAHUN 2008 TENTANG FUNGSI, RINCIAN TUGAS DAN TATA KERJA DINAS PERIZINAN KOTA YOGYAKARTA WALIKOTA YOGYAKARTA, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KOTA BANDUNG TAHUN : 2010 NOMOR : 21 PERATURAN WALIKOTA BANDUNG NOMOR : 333 TAHUN 2010 TENTANG

BERITA DAERAH KOTA BANDUNG TAHUN : 2010 NOMOR : 21 PERATURAN WALIKOTA BANDUNG NOMOR : 333 TAHUN 2010 TENTANG BERITA DAERAH KOTA BANDUNG TAHUN : 2010 NOMOR : 21 PERATURAN WALIKOTA BANDUNG NOMOR : 333 TAHUN 2010 TENTANG RINCIAN TUGAS POKOK, FUNGSI, URAIAN TUGAS DAN TATA KERJA BADAN PELAYANAN PERIJINAN TERPADU KOTA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang berarti Undang-undang atau aturan. Dengan demikian otonomi dapat diartikan

BAB I PENDAHULUAN. yang berarti Undang-undang atau aturan. Dengan demikian otonomi dapat diartikan BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Istilah otonomi berasal dari bahasa Yunani autos yang berarti sendiri dan namos yang berarti Undang-undang atau aturan. Dengan demikian otonomi dapat diartikan sebagai

Lebih terperinci

WALIKOTA YOGYAKARTA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

WALIKOTA YOGYAKARTA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA WALIKOTA YOGYAKARTA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 68 TAHUN 2016 TENTANG SUSUNAN ORGANISASI, KEDUDUKAN, TUGAS, FUNGSI, DAN TATA KERJA SATUAN POLISI PAMONG PRAJA KOTA YOGYAKARTA

Lebih terperinci

WALIKOTA YOGYAKARTA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

WALIKOTA YOGYAKARTA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA WALIKOTA YOGYAKARTA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 77 TAHUN 2016 TENTANG SUSUNAN ORGANISASI, KEDUDUKAN, TUGAS, FUNGSI DAN TATA KERJA DINAS PENANAMAN MODAL DAN PERIZINAN

Lebih terperinci

BAB II KANTOR KECAMATAN MEDAN DENAI. Sumatera Utara pada tanggal 2 September 1992 Kecamatan Medan Denai terbentuk

BAB II KANTOR KECAMATAN MEDAN DENAI. Sumatera Utara pada tanggal 2 September 1992 Kecamatan Medan Denai terbentuk BAB II KANTOR KECAMATAN MEDAN DENAI A. Sejarah Singkat Kantor Camat Medan Denai Berdasarkan PP. 35 tahun 1992 tanggal 13 Juli 1992 dan diresmikan Gubernur Sumatera Utara pada tanggal 2 September 1992 Kecamatan

Lebih terperinci

BUPATI BANYUWANGI PROVINSI JAWA TIMUR SALINAN PERATURAN BUPATI BANYUWANGI NOMOR 59 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI BANYUWANGI PROVINSI JAWA TIMUR SALINAN PERATURAN BUPATI BANYUWANGI NOMOR 59 TAHUN 2016 TENTANG BUPATI BANYUWANGI PROVINSI JAWA TIMUR SALINAN PERATURAN BUPATI BANYUWANGI NOMOR 59 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI SERTA TATA KERJA DINAS PENANAMAN MODAL DAN PELAYANAN

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM BADAN PENGELOLA PAJAK DAN RETRIBUSI DAERAH KOTA MEDAN. A. Sejarah Badan Pengelola Pajak Dan Retribusi Daerah Kota Medan

BAB II GAMBARAN UMUM BADAN PENGELOLA PAJAK DAN RETRIBUSI DAERAH KOTA MEDAN. A. Sejarah Badan Pengelola Pajak Dan Retribusi Daerah Kota Medan BAB II GAMBARAN UMUM BADAN PENGELOLA PAJAK DAN RETRIBUSI DAERAH KOTA MEDAN A. Sejarah Badan Pengelola Pajak Dan Retribusi Daerah Kota Medan Badan Pengelola Pajak dan Retribusi Daerah Kota Medan (BP2RD)

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KOTA BOGOR TAHUN 2008 NOMOR 23 SERI D PERATURAN WALIKOTA BOGOR NOMOR 45 TAHUN 2008 TENTANG

BERITA DAERAH KOTA BOGOR TAHUN 2008 NOMOR 23 SERI D PERATURAN WALIKOTA BOGOR NOMOR 45 TAHUN 2008 TENTANG BERITA DAERAH KOTA BOGOR TAHUN 2008 NOMOR 23 SERI D PERATURAN WALIKOTA BOGOR NOMOR 45 TAHUN 2008 TENTANG TUGAS POKOK, FUNGSI, TATA KERJA DAN URAIAN TUGAS JABATAN STRUKTURAL DI LINGKUNGAN BADAN PELAYANAN

Lebih terperinci

BUPATI BIMA PERATURAN BUPATI BIMA NOMOR 16 TAHUN 2017 TENTANG URAIAN TUGAS, FUNGSI DAN TATA KERJA KECAMATAN DI KABUPATEN BIMA

BUPATI BIMA PERATURAN BUPATI BIMA NOMOR 16 TAHUN 2017 TENTANG URAIAN TUGAS, FUNGSI DAN TATA KERJA KECAMATAN DI KABUPATEN BIMA BUPATI BIMA PERATURAN BUPATI BIMA NOMOR 16 TAHUN 2017 TENTANG URAIAN TUGAS, FUNGSI DAN TATA KERJA KECAMATAN DI KABUPATEN BIMA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BIMA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan

Lebih terperinci

BUPATI KARANGANYAR PERATURAN BUPATI KARANGANYAR NOMOR 17 TAHUN 2009 TENTANG

BUPATI KARANGANYAR PERATURAN BUPATI KARANGANYAR NOMOR 17 TAHUN 2009 TENTANG BUPATI KARANGANYAR PERATURAN BUPATI KARANGANYAR NOMOR 17 TAHUN 2009 TENTANG URAIAN TUGAS DAN FUNGSI JABATAN STRUKTURAL PADA BADAN PELAYANAN PERIZINAN TERPADU KABUPATEN KARANGANYAR BUPATI KARANGANYAR, Menimbang

Lebih terperinci

PERATURAN BUPATI SUBANG NOMOR : TAHUN 2008 TENTANG TUGAS POKOK DAN FUNGSI DINAS PERINDUSTRIAN, PERDAGANGAN DAN PENGELOLAAN PASAR KABUPATEN SUBANG

PERATURAN BUPATI SUBANG NOMOR : TAHUN 2008 TENTANG TUGAS POKOK DAN FUNGSI DINAS PERINDUSTRIAN, PERDAGANGAN DAN PENGELOLAAN PASAR KABUPATEN SUBANG PERATURAN BUPATI SUBANG NOMOR : TAHUN 2008 TENTANG TUGAS POKOK DAN FUNGSI DINAS PERINDUSTRIAN, PERDAGANGAN DAN PENGELOLAAN PASAR KABUPATEN SUBANG BUPATI SUBANG, Menimbang : a. bahwa Dinas Perindustrian,

Lebih terperinci

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR ( S O P ) IZIN USAHA INDUSTRI (IUI) / IZIN PERLUASAN USAHA INDUSTRI (IPUI) PADA

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR ( S O P ) IZIN USAHA INDUSTRI (IUI) / IZIN PERLUASAN USAHA INDUSTRI (IPUI) PADA STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR ( S O P ) IZIN USAHA INDUSTRI (IUI) / IZIN PERLUASAN USAHA INDUSTRI (IPUI) PADA BADAN PELAYANAN PERIZINAN TERPADU TAHUN 2012 BADAN PELAYANAN PERIZINAN TERPADU STANDAR OPERASIONAL

Lebih terperinci

WALIKOTA YOGYAKARTA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

WALIKOTA YOGYAKARTA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA WALIKOTA YOGYAKARTA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 126 TAHUN 2017 TENTANG SUSUNAN ORGANISASI, KEDUDUKAN, TUGAS, FUNGSI DAN TATA KERJA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KOTA BOGOR. Nomor 11 Tahun 2015 Seri E Nomor 7 PERATURAN WALIKOTA BOGOR NOMOR 11 TAHUN 2015 TENTANG

BERITA DAERAH KOTA BOGOR. Nomor 11 Tahun 2015 Seri E Nomor 7 PERATURAN WALIKOTA BOGOR NOMOR 11 TAHUN 2015 TENTANG BERITA DAERAH KOTA BOGOR Nomor 11 Tahun 2015 Seri E Nomor 7 PERATURAN WALIKOTA BOGOR NOMOR 11 TAHUN 2015 TENTANG PELIMPAHAN SEBAGIAN KEWENANGAN WALIKOTA KEPADA CAMAT UNTUK MELAKSANAKAN URUSAN PEMERINTAHAN

Lebih terperinci

TANDA DAFTAR PERUSAHAAN (TDP) TERLAMPIR PEMERINTAH KOTA CILEGON DINAS PENANAMAN MODAL DAN PELAYANAN TERPADU SATU PINTU PELAYANAN PERIZINAN JASA USAHA

TANDA DAFTAR PERUSAHAAN (TDP) TERLAMPIR PEMERINTAH KOTA CILEGON DINAS PENANAMAN MODAL DAN PELAYANAN TERPADU SATU PINTU PELAYANAN PERIZINAN JASA USAHA LAMPIRAN NOMOR SOP 32 SK KEPALA DINAS PENANAMAN MODAL DAN PELAYANAN TERPADU SATU PINTU KOTA CILEGON NOMOR : 503/ /DPMPTSP/2017 TANGGAL JUNI 2017 KEPALA DINAS PENANAMAN MODAL DAN PELAYANAN TERPADU SATU

Lebih terperinci

W A L I K O T A Y O G Y A K A R T A PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 88 TAHUN 2008 TENTANG

W A L I K O T A Y O G Y A K A R T A PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 88 TAHUN 2008 TENTANG W A L I K O T A Y O G Y A K A R T A PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 88 TAHUN 2008 TENTANG FUNGSI, RINCIAN TUGAS DAN TATA KERJA DINAS KETERTIBAN KOTA YOGYAKARTA WALIKOTA YOGYAKARTA, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

PERATURAN BUPATI SRAGEN NOMOR 102 TAHUN 2016 TENTANG

PERATURAN BUPATI SRAGEN NOMOR 102 TAHUN 2016 TENTANG SALINAN PERATURAN BUPATI SRAGEN NOMOR 102 TAHUN 2016 TENTANG TUGAS DAN FUNGSI SERTA TATA KERJA DINAS PENANAMAN MODAL DAN PELAYANAN TERPADU SATU PINTU KABUPATEN SRAGEN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

BUPATI BANGKA PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG

BUPATI BANGKA PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG BUPATI BANGKA PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG SALINAN PERATURAN BUPATI BANGKA NOMOR 57 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI SERTA TATA KERJA DINAS KEPENDUDUKAN DAN PENCATATAN

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL (Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul) Nomor : 14 Tahun : 2010 Seri : E

BERITA DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL (Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul) Nomor : 14 Tahun : 2010 Seri : E BERITA DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL (Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul) Nomor : 14 Tahun : 2010 Seri : E PERATURAN BUPATI GUNUNGKIDUL NOMOR 22 TAHUN. TENTANG TATALAKSANA PELAYANAN PERIZINAN

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANJAR

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANJAR 1 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANJAR NOMOR 16 TAHUN 2007 TENTANG PEMBENTUKAN, ORGANISASI DAN TATA KERJA KANTOR PELAYANAN TERPADU SATU PINTU KABUPATEN BANJAR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANJAR,

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KABUPATEN PURWAKARTA PERATURAN BUPATI PURWAKARTA NOMOR 17 TAHUN 2007 TENTANG

BERITA DAERAH KABUPATEN PURWAKARTA PERATURAN BUPATI PURWAKARTA NOMOR 17 TAHUN 2007 TENTANG BERITA DAERAH KABUPATEN PURWAKARTA NOMOR : 21 TAHUN 2007 SERI PERATURAN BUPATI PURWAKARTA NOMOR 17 TAHUN 2007 TENTANG STANDAR PELAYANAN PADA BADAN PENANAMAN MODAL DAN PELAYANAN TERPADU SATU PINTU KABUPATEN

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA YOGYAKARTA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA YOGYAKARTA LEMBARAN DAERAH KOTA YOGYAKARTA (Berita Resmi Kota Yogyakarta) Nomor : 20 Tahun 2001 Seri D ---------------------------------------------------------------- PERATURAN DAERAH KOTA YOGYAKARTA (PERDA KOTA

Lebih terperinci

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR ( S O P ) IZIN TRAYEK PADA

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR ( S O P ) IZIN TRAYEK PADA STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR ( S O P ) PADA BADAN PELAYANAN PERIZINAN TERPADU TAHUN 2012 BADAN PELAYANAN PERIZINAN TERPADU STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP) Nomor : 3/SOP/429.207/2012 Tanggal : 11 Agustus

Lebih terperinci

WALIKOTA BATAM PROPINSI KEPULAUAN RIAU PERATURAN WALIKOTA BATAM NOMOR 62 TAHUN 2016 TENTANG TUGAS POKOK, FUNGSI DAN URAIAN TUGAS BADAN DAERAH

WALIKOTA BATAM PROPINSI KEPULAUAN RIAU PERATURAN WALIKOTA BATAM NOMOR 62 TAHUN 2016 TENTANG TUGAS POKOK, FUNGSI DAN URAIAN TUGAS BADAN DAERAH WALIKOTA BATAM PROPINSI KEPULAUAN RIAU PERATURAN WALIKOTA BATAM NOMOR 62 TAHUN 2016 TENTANG TUGAS POKOK, FUNGSI DAN URAIAN TUGAS BADAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BATAM, Menimbang

Lebih terperinci

BUPATI WAY KANAN PROVINSI LAMPUNG

BUPATI WAY KANAN PROVINSI LAMPUNG -1- BUPATI WAY KANAN PROVINSI LAMPUNG PERATURAN BUPATI WAY KANAN NOMOR 38 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI SERTA TATA KERJA DINAS KETAHANAN PANGAN KABUPATEN WAY KANAN

Lebih terperinci

PERATURAN BUPATI PANDEGLANG NOMOR 32 TAHUN 2014 TENTANG

PERATURAN BUPATI PANDEGLANG NOMOR 32 TAHUN 2014 TENTANG PERATURAN BUPATI PANDEGLANG NOMOR 32 TAHUN 2014 TENTANG RINCIAN TUGAS, FUNGSI DAN TATA KERJA BADAN PENANAMAN MODAL DAN PELAYANAN PERIZINAN TERPADU SATU PINTU (BPMPPTSP) KABUPATEN PANDEGLANG DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2016 NOMOR 76

BERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2016 NOMOR 76 BERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2016 NOMOR 76 PERATURAN BUPATI BANJARNEGARA NOMOR 76 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI SERTA TATA KERJA DINAS PENANAMAN MODAL

Lebih terperinci

BUPATI PANGANDARAN PERATURAN BUPATI PANGANDARAN NOMOR TAHUN 2014 TENTANG TUGAS, FUNGSI DAN TATA KERJA UNSUR ORGANISASI KECAMATAN

BUPATI PANGANDARAN PERATURAN BUPATI PANGANDARAN NOMOR TAHUN 2014 TENTANG TUGAS, FUNGSI DAN TATA KERJA UNSUR ORGANISASI KECAMATAN BUPATI PANGANDARAN PERATURAN BUPATI PANGANDARAN NOMOR TAHUN 2014 TENTANG TUGAS, FUNGSI DAN TATA KERJA UNSUR ORGANISASI KECAMATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PANGANDARAN, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

WALIKOTA DEPOK PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN WALIKOTA DEPOK NOMOR 111 TAHUN 2016 TENTANG

WALIKOTA DEPOK PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN WALIKOTA DEPOK NOMOR 111 TAHUN 2016 TENTANG SALINAN WALIKOTA DEPOK PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN WALIKOTA DEPOK NOMOR 111 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI SERTA TATA KERJA KECAMATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

3.4 Penentuan Isu-isu Strategis

3.4 Penentuan Isu-isu Strategis Negeri atas tugas pokok dan fungsinya dengan memperhatikan visi, misi, dan arah kebijakan Pemerintah Republik Indonesia untuk lima tahun ke depan, serta kondisi obyektif dan dinamika lingkungan strategis,

Lebih terperinci