BAB III METODE PENELITIAN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB III METODE PENELITIAN"

Transkripsi

1 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Bentuk Penelitian Penelitian ini menggunakan metode deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Menurut Bungin (2007 : 68), penelitian sosial menggunakan format deskriptif kualitatif bertujuan untuk menggambarkan, meringkaskan berbagai kondisi, situasi, atau fenomena realitas sosial yang ada di masyarakat yang menjadi objek penelitian dan berupaya menarik realitas itu ke permukaan sebagai suatu ciri, karakter, sifat, model, tanda, atau gambaran tentang kondisi, situasi, ataupun fenomena tertentu. Dengan demikian, penelitian ini akan menjelaskan gambaran realitas dari masalah yang akan dideskripsikan oleh peneliti dengan menggunakan data-data yang ada. 3.2 Lokasi Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Jalan Jenderal Besar A.H. Nasution, Gedung Dinas Pendapatan Kota Medan No. 32 lantai 2 & 3, Kota Medan, Sumatera Utara. 3.3 Informan Penelitian Sesuai dengan penjelasan diatas, bentuk penelitian ini adalah deskriptif kualitatif. Hendarso menjelaskan bahwa penelitian kualitatif tidak dimaksudkan untuk membuat generalisasi dari hasil penelitian yang dilakukan sehingga subjek penelitian yang telah tercermin dalam fokus penelitian ditentukan secara sengaja atau bertujuan. Subjek penelitian inilah yang akan menjadi informan yang akan memberikan berbagi informasi yang diperlukan selama proses penelitian. Informan penelitian adalah orang-orang yang memberikan informasi yang diperlukan selama proses penelitian. Menurut Bagong (2005) informan peneliti meliputi beberapa macam yaitu: 39

2 1. Informan Kunci (Key Informan) yaitu mereka yang mengetahui dan memiliki berbagai informasi pokok yang diperlukan oleh peneliti. Adapun yang menjadi informan kunci dalam penelitian ini adalah Kepala Dinas Penanaman Modal dan Perizinan Terpadu Satu Pintu Kota Medan. 2. Informan Utama adalah mereka yang terlibat langsung dalam interaksi sosial yang diteliti. Adapun yang menjadi informan utama dalam penelitian ini adalah pelaksana kebijakan yaitu Pegawai Dinas Penanaman Modal dan Perizinan Terpadu Satu Pintu Kota Medan. 3. Informan Tambahan yaitu mereka yang memberikan informasi walaupun tidak terlibat dalam interaksi social yang diteliti. Dalam hal ini akademisi, dan pihakpihak yang berkepentingan. 4. Responden adalah masyarakat yang mengurus izin di Dinas Penanaman Modal dan Perizinan Terpadu Satu Pintu Kota Medan yang mengetahui dan memiliki berbagai informasi pokok yang diperlukan dalam penelitian. 3.4 Teknik Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data yang akan digunakan adalah : 1. Teknik pengumpulan data primer Teknik pengumpulan data primer adalah pengumpulan data yang dilakukan secara langsung pada lokasi penelitian. Pengumpulan data primer dapat dilakukan melalui berbagai cara yaitu : a. Wawancara mendalam, yaitu proses pengumpulan data yang dilakukan secara langsung dengan pihak terkait untuk memperoleh informasi yang dibutuhkan dengan cara melakukan Tanya jawab sambil bertatap muka antara pewawancara dengan informan atau 40

3 orang yang diwawancarai, dengan atau tanpa menggunakan pedoman wawancara. b. Observasi yaitu teknik pengumpulan data dengan pengamatan secara langsung objek penelitian dengan mencatat gejala-gelaja yang di temukan dilapangan untuk mempelajari data-data yang diperlukan sebagai acuan yang berkenaan dengan topik penelitian. c. Instrumen Data (Angket) Anget atau kuesioner merupakan alat teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberikan seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden untuk dijawabnya. Kuesioner merupakan teknik pengumpulan data yang efisien bila peneliti tahu pasti variabel yang akan diukur dan tahu apa yang bisa diharapkan dari responden (Iskandar, 2008: 77). 2. Teknik pengumpulan data sekunder Teknik pengumpulan data sekunder adalah teknik pengumpulan data yang dilakukan melalui kepustakaan yang dapat mendukung data primer dapat dilakukan melalui instrumen berikut : a. Dokumentasi Dokumentasi merupakan teknik pengumpulan data dengan menggunakan catatan atau foto-foto dan rekaman, yang ada di lokasi penelitian serta sumbersumber lain yang relevan dengan objek penelitian. b. Studi Kepustakaan Studi kepustakaan merupakan teknik pengumpulan data dengan menggunakan berbagai literatur seperti buku, karya ilmiah dan lainnya yang berkenaan dengan penelitian ini. 41

4 3.5 Teknik Analisis Data Setelah data primer dan data sekunder diperoleh, maka dilakukan analisis data dengan menelaah seluruh data yang terkumpul, mempelajari data, menelaah dan menyusunnya dalam satuan-satuan, yang kemudian dikategorikan pada tahap berikutnya dan memeriksa keabsahan serta menafsirkannya dengan analisis sesuai dengan kemampuan daya nalar peneliti untuk membuat kesimpulan penelitian (Moleong, 2006 : 274). Menurut Miles dan Huberman (dalam Sugiyono, 2007 : 243), terdapat beberapa langkah yang harus dilalui dalam melakukan analisis data yaitu sebagai berikut : 1. Organisasi Data Adalah susunan komponen-komponen (unit-unit kerja) dalam organisasi. Struktur organisasi menunjukkan bagaimana fungsi-fungsi atau kegiatan-kegiatan yang berbeda-beda tersebut diintegrasikan (koordinasi). Selain itu, struktur organisasi yang berbeda-beda tersebut terintegrasikan (koordinasi). Selain daripada itu, struktur organisasi juga menunjukkan spesialisasi-spesialisasi pekerjaan, saluran perintah dan penyampaian laporan. 2. Reduksi Data Reduksi dapat diartiakan sebagai proses pemilihan, pemusatan perhatian pada penyederhanaan, pengabstrakan dan transformasi data kasar yang muncul dari catatan-catatan tertulis dilapangan. Reduksi data berlangsung secara terus menerus sejalan pelaksanaan penelitian berlangsung. Tentu saja proses reduksi data ini tidak harus menunggu data terkumpul semuanya dahulu baru melaksanakan analisis namun dapat dilakukan sejak data masih sedikit sehingga selain meringankan keraj peneliti juga memudahkan peneliti dalam melakukan kategorisasi data yang telah ada. Jika hal tersebut telah dilakukan data akan secara mudah dimasukkan dalam kelompok-kelompok yang telah dibuat oleh peneliti. 42

5 Dalam artian reduksi data adalah merangkum dan memfokuskan hal-hal yang penting dalam penelitian dengan mencari tema dan pola hingga memberikan gambaran yang jelas, dan mempermudah peneliti untuk mencari data selanjutnya dan mencarinya bila diperlukan. Intepretasi Data. Kesimpulan awal yang dikemukakan masih bersifat sementara dan akan berubah bila tidak ditemukan bukti-bukti yang kuat yang mendukung pada tahap pengumpulan data berikutnya. Tetapi apabila kesimpulan yang dikemukakan pada tahap awal, didukung oleh bukti-bukti yang valid dan konsisten pada saat peneliti kembali ke lapangan mengumpulkan data, maka kesimpulan yang dikemukakan merupakan kesimpulan yang kredibel. 43

6 BAB IV DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN 4.1 Gambaran Umum Pemerintahan Kota Medan Kota Medan berlokasi di pulau sumatera, yang merupakan ibu kota dari provinsi sumatera utara, Indonesia. Kota ini merupakan Kota terbesar di luar pulau jawa dan kota metropolitan terbesar ketiga di Indonesia setelah Jakarta dan Surabaya. Kota Medan merupakan pintu gerbang bagi para wisatawan untuk menuju objek wisata Brastagi di daerah dataran tinggi Kabupaten Karo, objek wisata penangkaran Orang Utan di Bukit Lawang, serta Kawasan Danau Toba. GAMBAR 4.1 Peta Kota Medan, Provinsi Sumatera Utara Sumber : 44

7 Kota Medan memiliki luas hektare (265,10 km2) atau 3,6% dari keseluruhan wilayah di Sumatera Utara. Dengan demikian, Kota Medan memiliki luas wilayah yang relatif kecil dengan jumlah penduduk yang lebih besar. Secara geografis kota Medan terletak pada 3 30' 3 43' Lintang Utara dan 98 35' ' Bujur Timur. Untuk itu topografi kota Medan cenderung miring ke utara dan berada pada ketinggian 2,5-37,5 meter di atas permukaan laut. Secara administratif, batas wilayah Kota Medan adalah sebagai berikut : Tabel 1: Batas Wilayah Kota Medan Secara Administratif Utara Selat Malaka Selatan Kabupaten Deli Serdang Barat Kabupaten Deli Serdang Timur Kabupaten Deli Serdang Sumber : Kota Medan saat ini dipimpin oleh Dzulmi Eldin sebagai Walikota Kota Meda dan Akhyar Nasution sebagai Wakil Walikota Kota Medan.Wilayah Kota Medan dibagi menjadi 21 Kecamatan dan 151 Kelurahan. 45

8 Tabel 2: Kecamatan Kecamatan di Kota Medan Kecamatan di Kota Medan Medan Amplas Medan Helvetia Medan Petisah Medan Area Medan Johor Medan Polonia Medan Barat Medan Kota Medan Selayang Medan Baru Medan Labuhan Medan Sunggal Medan Belawan Medan Maimun Medan Tembung Medan Deli Medan Marelan Medan Timur Medan Denai Medan Perjuangan Medan Tuntungan Sumber : Berdasarkan Sensus Penduduk Indonesia 2015, Penduduk Medan berjumlah 2,210,624 jiwa. K ota Medan memiliki beranekaragam Suku yang menetap tinggal. Diantaranya Suku Mandailing, Suku Batak, Suku Karo, Suku Melayu, Suku Nias, Tionghoa, India dsb. Keanekaragaman yang terdapat dikota Medan dapat dilihat dari jumlah Mesjid, Gereja, dan Vihara Tionghoa yang banyak tersebar diseluruh penjuru Kota Medan. 46

9 3.2 Gambaran Umum Dinas Penanaman Modal dan Perizinan Terpadu Satu Pintu (DPMPTSP) Kota Medan Sebagai konsekuensi dari pelaksanaan otonomi daerah, Pemerintah Daerah dituntut untuk meningkatkan kinerjanya dalam rangka memberikan pelayanan kepada masyarakat. Pada hakekatnya penyelenggaraan otonomi daerah diarahkan untuk mempercepat terwujudnya kesejahteraan masyarakat melalui peningkatan pelayanan, pemberdayaan dan peran serta masyarakat, serta peningkatan daya saing daerah. Implementasi kebijakan desentralisasi dan otonomi daerah yang mulai berlaku sejak tahun 2001 mendorong semangat baru dalam penataan sistem birokrasi pemerintahan. Merujuk pada tujuannya, kebijakan otonomi pada dasarnya memberikan keleluasaan kepada daerah untuk mengatur dirinya sendiri dengan tujuan akhir kesejahteraan masyarakat. Bersamaan dengan hal tersebut, ada pergeseran paradigma pembangunan dari pembangunan oleh negara menjadi pembangunan oleh masyarakat. Secara strategis, melalui kebijakan otonomi daerah diharapkan muncul pusat-pusat kekuatan baru secara regional dalam sektor ekonomi, kebijakan ini menggambarkan semangat mendorong tumbuhnya pusat ekonomi baru. Di lain pihak karena adanya keterbatasan investasi di daerah menyebabkan pemerintah membuka pintu bagi masuknya investasi swasta. Untuk itu harus dilakukan serangkaian upaya yang sistematis yang mampu menciptakan iklim investasi yang business friendly. Dalam menghadapi era globalisasi yang penuh tantangan dan peluang, Pemerintah Daerah harus mampu melakukan inovasi dalam peningkatan kualitas pelayanan publik sehingga kesan birokrasi pemerintah yang lamban, berbelit-belit, tidak ramah harus dapat dihapuskan oleh pemda 47

10 terkait. Sesuai dengan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah antara lain ditegaskan bahwa tujuan pemberian otonomi adalah berupaya memberikan peningkatan pelayanan dan kesejahteraan yang semakin baik kepada masyarakat, pengembangan kehidupan demokrasi, keadilan dan pemerataan. Jadi, kualitas pelayanan aparatur pemerintah kepada masyarakat merupakan indikator keberhasilan otonomi daerah. Berkaitan dengan pelayanan jasa perijinan, pemerintah melakukan terobosan yaitu dengan dikeluarkannya Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 24 Tahun 2006 tentang Pelayanan Perizinan Terpadu Satu Pintu (PPTSP) yang selanjutnya ditegaskan kembali dalam Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 20 Tahun 2008 tentang Pedoman Organisasi dan Tatakerja Unit Pelayanan Perijinan Terpadu di Daerah. Dalam Permendagri tersebut, pemerintahan kabupaten/kota diwajibkan membentuk lembaga Pelayanan Perizinan Terpadu Satu Pintu atau dikenal PPTSP paling lambat 1 (satu) tahun sejak peraturan ditetapkan. Tidak sebatas formalitas kelembagaan dalam artian institusi, tapi juga lembaga dalam artian mekanisme dan nilai. Sehubungan dengan hal tersebut di atas, maka pada tahun 2009 Pemerintah Kota Medan membentuk Badan Pelayanan Perizinan Terpadu Kota Medan yang pertanggal 27 Januari berubah menjadi Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu (DPMPTSP) Kota Medan. Kesederhanaan, kepastian hukum, transparan dalam pelayanan perizinan, itulah harapan yang ingin dicapai dari dibentuknya Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu Kota Medan yang merupakan unit pelayanan perijinan dan nonperijinan. Dalam rangka Good Governance, maka pelayanan prima kepada masyarakat secara sederhana, jelas, aman, transparan, efisien, ekonomis, adil, dan tepat waktu mutlak harus dilaksanakan agar dapat memberikan kepuasan kepada 48

11 masyarakat serta menciptakan iklim usaha yang kondusif bagi penanaman modal dan investasi dalam rangka pemberdayaan ekonomi masyarakat Kota Medan. GAMBAR 1.10 DPMPTSP KOTA MEDAN Sumber : Yenny Silitonga, Januari 2017 Sesuai dengan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah antara lain ditegaskan bahwa tujuan pemberian otonomi adalah berupaya memberikan peningkatan pelayanan dan kesejahteraan yang semakin baik kepada masyarakat, pengembangan kehidupan demokrasi, keadilan dan pemerataan. Jadi kualitas layanan aparatur Pemerintah kepada ma syarakat merupakan indikator keberhasilan otonomi daerah. Sehubungan dengan hal tersebut diatas, maka Pemerintah Kota Medan membentuk Badan Pelayanan Perijinan Terpadu (BPPT) pada tahun 2009 dengan dasar pembentukan: 49

12 1. Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 2007 tentang Organisasi Perangkat Daerah; 2. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 20 Tahun 2008 tentang Pedoman Organisasi dan Tata Kerja Unit Pelayanan Perijinan Terpadu di Daerah; 3. Peraturan Daerah Kota Medan Nomor 3 Tahun 2009 tentang Pembentukan Orgainisasi dan Tata Kerja Perangkat Daerah Kota Medan. Kesederhanaan, kepastian hukum, transparan dalam pelayanan perijinan itulah harapan dari dibentuknya Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu (DPMPTSP) Kota Medan sekarang ini yang merupakan unit kerja pelayanan perijinan dan non perijinan. Dalam rangka Good Governance maka pelayanan prima kepada masyarakat secara sederhana, jelas, aman, transparan, effisien, ekonomis, adil dan tepat waktu mutlak harus dilaksanakan agar dapat memberikan kepuasan kepada masyarakat serta menciptakan iklim usaha yang kondusif bagi penanaman modal dan investasi dalam rangka pemberdayaan ekonomi masyarakat Kota Medan Dasar Hukum Pembentukan DPMPTSP Kota Medan 1. Undang-Undang No.25 Tahun 2009 Tentang Pelayanan Publik. 2. PP 41 Tahun 2007 Tentang Organisasi Perangkat Daerah. 3. Peraturan Menteri Dalam Negeri No.24 Tahun 2008 Tentang Pedoman Penyelenggaraan Pelayanan Terpadu Satu Pintu. 4. Peraturan Menteri Dalam Negeri No.20 Tahun 2008 Tentang Pedoman Organisasi dan Tata Kerja Unit Pelayanan Perijinan Terpadu di Daerah. 5. Peraturan Daerah Kota Medan No.3 Tahun 2009 Tentang Pembentukan Organisasi dan Tata Kerja Perangkat Daerah Kota Medan. 6. Perwal No.6 Tahun 2010 Tentang Rincian Tugas Pokok dan Fungsi Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu Kota Medan. 50

13 7. Perwal No.36 Tahun 2010 Tentang Pendelegasian sebagian Kewenangan Proses dan Penandatanganan Perijinan Kepada Kepala DPMPTSP Kota Medan Visi dan Misi Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu a. Visi : Terwujudnya Pelayanan Prima Perizinan untuk Mewujudkan Medan Kota Metropolitan yang berdaya saing, nyaman, peduli dan sejahtera. b. Misi : 1. Mewujudkan pelayanan Perijinan yang Optimal dan Professional serta kepuasan masyarakat. 2. Meningkatkan Kualitas Sumber Daya Aparatur yang Profesional 3. Meningkatkan Sistem Informasi Manajemen Pelayanan yang berbasis Infomasi Teknologi. 4. Meningkatkan peran serta masyarakat dalam pelayanan perizinan terpadu. 5. Meningkatkan hubungan kerja antar SKPD di lingkungan Pemko Medan Tugas Pokok dan Fungsi Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu Sesuai dengan Perda Kota Medan No. 3 Tahun 2009 tentang Pembentukan Organisasi dan Tata Kerja Perangkat Daerah Kota Medan Pasal 159 dan 160, tugas pokok dan fungsi Badan Pelayanan Perijinan Terpadu (DPMPTSP) Kota Medan, adalah: a. Tugas pokok DPMPTSP adalah melaksanakan koordinasi dan menyelenggarakan pelayanan administrasi di bidang perijinan 51

14 secara terpadu dengan prinsip koordinasi, integrasi, sinkronisasi, simplifikasi, keamanan dan kepastian. b. Adapun fungsi dari DPMPTSP adalah: Pelaksanaan penyusunan program Penyelenggaraan pelayanan administrasi perijinan Pelaksanaan koordinasi proses pelayanan perijinan Pelaksanaan administrasi pelayanan perijinan Pemantauan dan evaluasi proses pemberian pelayanan perijinan Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Walikota sesuai dengan tugas dan fungsinya Susunan Organisasi a. Susunan Organisasi Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu Kota Medan adalah : 1) Kepala Dinas 2) Bagian Tata Usaha, terdiri dari : (a). Sub Bagian Umum (b). Sub Bagian Keuangan (c). Sub Bagian Kepegawaian (d). Bidang Pengolahan Data, Perencanaan dan Pengembangan (e). Bidang Promosi Penanaman Modal (f). Bidang Pengendalian Pelaksanaan Penanaman Modal, Pengaduan, Kebijakan dan Pelaporan Pelayanan (g). Bidang Pelayanan Perizinan Usaha dan Tanda Daftar (h). Bidang Perizinan Tata Ruang, Perhubungan dan 52

15 Lingkungan Hidup (i). Bidang Perizinan Kesehatan, Ketenagakerjaan dan Perizinan Lainnya. 3) Bidang Pelayanan Perijinan I, terdiri dari : (a). Sub Bidang Usaha (b). Sub Bidang Perdagangan dan Perindustrian 4) Bidang Pelayanan Perijinan II, terdiri dari : (a). Sub Bidang Ketentraman dan Ketertiban masyarakat 5) Bidang Pelayanan Perijinan III, terdiri dari : (a). Sub Bidang Tata Ruang (b). Sub Bidang Perhubungan (c). Sub Bidang Lingkungan Hidup 6) Bidang Pelayanan Perijinan IV, terdiri dari : (a). Sub Bidang Konstruksi (b). Sub Bidang Kesehatan dan lain-lain 7) Tim Teknis Sejumlah tenaga yang memiliki andil besar dalam proses perijinan,perhitungan retribusi dan persiapan konsep Surat Keputusan/Perijinan. 8) Kelompok Jabatan Fungsional Sejumlah tenaga pada jenjang Jabatan yang terbagi dalam berbagaikelompok sesuai dengan bidang keahlian dan ketrampilannya. 53

16 STRUKTUR 1.2 Struktur Organisasi Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu (DPMPTSP) Kota Medan Plt. KEPALA DINAS Drs. M. Syafruddin, M.Si Sekretaris Bagian Tata Usaha Sub Bagian Umum Sub Bagian Keuangan Sub Bagian Kegegawaian Kelompok Jabatan Fungsional 1. Bagian Pengolahan Data, Perencanaan dan b 3. Bidang Pelayanan Perizinan Usaha dan Tanda Daftar 5. Bidang Perizinan Tata Ruang, Perhubungan dan Lingkungan Hidup 2. Bidang Perizinan Kesehatan, Ketenagakerjaan dan Perizinan Lainnya 4. Bidang Promosi Penanaman Modal 6. Bidang Pengendalian Pelaksanaan Penanaman Modal, Pengaduan, Kebijakan dan Pelaporan Pelayanan Sumber : Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu (DPMPTSP) Kota Medan 54

17 4.4.4 Uraian Tugas Pokok dan Fungsi Dinas Pendapatan Kota Medan Sesuai dengan Perda Kota Medan No. 3 Tahun 2009 tentang Pembentukan Organisasi dan Tata Kerja Perangkat Daerah Kota Medan Pasal 159 dan 160 dan Peraturan Walikota Medan Nomor 6 Tahun 2010 tentang Rincian Tugas Pokok dan Fungsi Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu (DPMPTSP) Kota Medan, maka Tugas Pokok dan Fungsi sesuai dengan Struktur Organisasi adalah : 1) Sekretariat/Badan a. Badan berkedudukan di bawah dan bertanggungjawab kepada Walikota melalui Sekretaris Daerah. b. Badan sebagaimana dimaksud didukung oleh Sekretariat yang dipimpin oleh Kepala; c. Kepala Sekretariat sebagaimana dimaksud karena jabatannya adalah Kepala Badan; (1) Badan mempunyai tugas pokok melaksanakan koordinasi dan menyelenggarakan pelayanan administrasi di bidang perijinan secara terpadu dengan prinsip koordinasi, integrasi, sinkronisasi, simplikasi, keamanan dan kepastian. (2) Fungsi Badan : Pelaksanaan penyusunan program; 55

18 Penyelenggaraan pelayanan administrasi perijinan; Pelaksanaan koordinasi proses pelayanan perijinan; Pelaksanaan administrasi pelayanan perijinan; Pemantauan dan evaluasi proses pemberian pelayanan perijinan; Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Walikota sesuai dengan tugas dan fungsinya. 2) Bagian Tata Usaha Bagian tata Usaha dipimpin oleh Kepala Bagian yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Kepala Badan. (1) Tugas Pokok Tugas pokok Bagian Tata Usaha melaksanakan sebagian tugas Badan lingkup ketatausahaan yang meliputi pengelolaan administrasi umum, keuangan dan penyusunan program. (2) Fungsi Penyusunan rencana, program dan kegiatan Bagian Tata Usaha; Pengelolaan administrasi Badan yang meliputi administrasi keuangan, kepegawaian, 56

19 tata persuratan, perlengkapan, dan rumah tangga; Pengkoordinasian penyusunan, perencanaan, dan program Badan; Pelaksanaan monitoring, evaluasi, dan pelaporan pelaksanaan Badan; Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Kepala Badan sesuai dengan tugas dan fungsinya. a) Tupoksi Sub Bagian Umum (1) Sub Bagian Umum dipimpin oleh Kepala Sub Bagian yang berada dibawah dan bertanggung jawab kepada Kepala Bagian Tata Usaha dan mempunyai tugas pokok melaksanakan sebagian tugas Bagian Tata Usaha lingkup administrasi umum; (2) Fungsi Penyusunan rencana, program dan kegiatan Sub Bagian Umum; Penyusunan bahan petunjuk teknis pengelolaan administrasi umum; Pengelolaan administrasi umum yang meliputi pengelolaan naskah dinas, penataan kearsipan, administrasi kepegawaian, 57

20 perlengkapan, dan penyelenggaraan kerumahtanggaan Badan; Penyiapan pertemuan/rapat-rapat Badan; Pelaporan lingkup administrasi umum; Penyiapan bahan monitoring, evaluasi, dan pelaporan pelaksanaan tugas; Pelaksanaan tugas lain yang diberikan Kepala Bagian sesuai dengan tugas dan fungsinya; 3) Tupoksi Bidang Pelayanan Perijinan I a. Bidang Pelayanan Perijinan I dipimpin oleh Kepala Bidang, yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Kepala Badan; b. Bidang Pelayanan Perijinan I mempunyai tugas pokok melaksanakan sebagian tugas Badan lingkup pelayanan perijinan yang berkaitan dengan Usaha, Perdagangan dan Perindustrian; c. Dalam melaksanakan tugas pokok, Bidang Pelayanan Perijinan menyelenggarakan fungsi : Penyusunan rencana, program dan kegiatan Bidang Pelayanan Perijinan I; Penyusunan petunjuk teknis Bidang Pelayanan Perijinan I; Pelaksanaan persiapan fasilitasi program kerja Bidang Pelayanan Perijinan I; 58

21 Pelaksanaan pelayanan perijinan; Pelaksanaan rapat-rapat dengan Tim Teknis yang berkaitan dengan permohonan Ijin; Pengkoordiniran pengolahan data perijinan; Pengkoordiniran pelaksanaan peninjauan lokasi/lapangan terhadap permohonan ijin dan pembuatan berita acara pemeriksaan lapangan; Pengkoordiniran pelaksanaan proses perijinan, dan persiapan konsep Surat Keputusan Perijinan; Pelaksanaan koordinasi dengan instansi/lembaga lainnya terkait bidang pelayanan perijinan; Pelaksanaan monitoring dan evaluasi serta penyusunan pelaporan kegiatan di Bidang Pelayanan Perijinan I. Pelaksanaan tugas lain yang diberikan Kepala Badan sesuai dengan tugas dan fungsinya. 4) Tupoksi Bidang Pelayanan Perijinan II a. Bidang Pelayanan Perijinan II dipimpin oleh Kepala 59

22 Bidang, yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Kepala Badan. b. Bidang Pelayanan Perijinan II mempunyai tugas pokok melaksanakan sebagian tugas Badan lingkup pelayanan perijinan yang berkaitan dengan ketentraman dan ketertiban masyarakat; c. Dalam melaksanakan tugas pokok, Bidang Pelayanan Perijinan II menyelenggarakan fungsi : Penyusunan rencana, program dan kegiatan Bidang Pelayanan Perijinan II; Penyusunan petunjuk teknis Bidang Pelayanan Perijinan II; Pelaksanaan persiapan fasilitasi program kerja Bidang Pelayanan Perijinan II; Pelaksanaan pelayanan perijinan; Pelaksanaan rapat-rapat dengan Tim Teknis yang berkaitan dengan permohonan Ijin; Pengkoordiniran pengolahan data perijinan; Pengkoordiniran pelaksanaan peninjauan lokasi/lapangan terhadap permohonan ijin dan pembuatan berita acara pemeriksaan lapangan; Pengkoordiniran pelaksanaan proses perijinan, perhitungan retribusi, penetapan 60

23 SKPD/SKRD, dan persiapan konsep Surat Keputusan Perijinan; Pelaksanaan koordinasi dengan instansi/lembaga lainnya terkait bidang pelayanan perijinan; Pelaksanaan monitoring dan evaluasi serta penyusunan pelaporan kegiatan di Bidang Pelayanan Perijinan II. Pelaksanaan tugas lain yang diberikan Kepala Badan sesuai dengan tugas dan fungsinya. 5) Tupoksi Bidang Pelayanan Perijinan III a. Bidang Pelayanan Perijinan III dipimpin oleh Kepala Bidang, yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Kepala Badan; b. Bidang Pelayanan Perijinan III mempunyai tugas pokok melaksanakan sebagian tugas Badan lingkup pelayanan perijinan yang berkaitan dengan tata ruang, perhubungan, dan lingkungan hidup; c. Dalam melaksanakan tugas pokok, Bidang Pelayanan Perijinan III menyelenggarakan fungsi : Penyusunan rencana, program dan kegiatan Bidang Pelayanan Perijinan III; 61

24 Penyusunan petunjuk teknis Bidang Pelayanan Perijinan III; Pelaksanaan persiapan fasilitasi program kerja Bidang Pelayanan Perijinan III; Pelaksanaan pelayanan perijinan; Pelaksanaan rapat-rapat dengan Tim Teknis yang berkaitan dengan permohonan Ijin; Pengkoordiniran pengolahan data perijinan; Pengkoordiniran pelaksanaan peninjauan lokasi/lapangan terhadap permohonan ijin dan pembuatan berita acara pemeriksaan lapangan; Pengkoordiniran pelaksanaan proses perijinan, perhitungan retribusi, penetapan SKPD/SKRD, dan persiapan konsep Surat Keputusan Perijinan; Pelaksanaan koordinasi dengan instansi/lembaga lainnya terkait bidang pelayanan perijinan; Pelaksanaan monitoring dan evaluasi serta penyusunan pelaporan kegiatan di Bidang Pelayanan Perijinan III; 62

25 Pelaksanaan tugas lain yang diberikan Kepala Badan sesuai dengan tugas dan fungsinya. 6) Tupoksi Bidang Pelayanan Perijinan IV a. Bidang Pelayanan Perijinan IV dipimpin oleh Kepala Bidang, yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Kepala Badan; b. Bidang Pelayanan Perijinan IV mempunyai tugas pokok melaksanakan sebagian tugas Badan lingkup pelayanan perijinan yang berkaitan dengan konstruksi, kesehatan dan lain-lain; c. Dalam melaksanakan tugas pokok, Bidang Pelayanan Perijinan IV menyelenggarakan fungsi : Penyusunan rencana, program dan kegiatan Bidang Pelayanan Perijinan IV; Penyusunan petunjuk teknis Bidang Pelayanan Perijinan IV; Pelaksanaan persiapan fasilitasi program kerja Bidang Pelayanan Perijinan IV; Pelaksanaan pelayanan perijinan; Pelaksanaan rapat-rapat dengan Tim Teknis yang berkaitan dengan permohonan Ijin; Pengkoordiniran pengolahan data perijinan; 63

26 Pengkoordiniran pelaksanaan peninjauan lokasi/lapangan terhadap permohonan ijin dan pembuatan berita acara pemeriksaan lapangan; Pengkoordiniran pelaksanaan proses perijinan, perhitungan retribusi, penetapan SKPD/SKRD, dan persiapan konsep Surat Keputusan Perijinan; Pelaksanaan koordinasi dengan instansi/lembaga lainnya terkait bidang pelayanan perijinan; Pelaksanaan monitoring dan evaluasi serta penyusunan pelaporan kegiatan di Bidang Pelayanan Perijinan IV; Pelaksanaan tugas lain yang diberikan Kepala Badan sesuai dengan tugas dan fungsinya. 7) Tim Teknis a. Meneliti permohonan ijin; b. Mengadakan rapat pembahasan permohonan ijin; c. Melaksanakan peninjauan lokasi/lapangan terhadap permohonan ijin apabila diperlukan; d. Melaksanakan proses perijinan, perhitungan retribusi dan persiapan konsep Surat Keputusan/Perijinan; 64

27 e. Memberikan saran-saran atau pertimbanganpertimbangan kepada Kepala Badan yang menyangkut pelaksanaan tugas dan fungsi Badan; f. Melaksanakan tugas lain yang diberikan oleh Kepala Badan sesuai dengan tugas dan fungsinya. 8) Kelompok Jabatan Fungsional a. Kelompok Jabatan Fungsional terdiri dari sejumlah tenaga fungsional yang diatur dan ditetapkan berdasarkan peraturan perundang-undangan; b. Setiap Kelompok Jabatan Fungsional dipimpin oleh Tenaga Fungsional Senior yang dihunjuk; c. Jumlah tenaga fungsional ditentukan berdasarkan kebutuhan dan beban kerja; d. Jenis dan jenjang jabatan fungsional diatur berdasarkan peraturan perundang-undangan Keadaan Pegawai dan Fasilitas Kerja a) Keadaan Pegawai Penyelenggara urusan pelayanan perijinan terpadu selama tahun 2013 secara kelembagaan digerakkan oleh sumberdaya kepegawaian. Adapun sumberdaya kepegawaian yang ada pada akhir Oktober tahun 2013 sebanyak 83 orang dibedakan berdasarkan kualifikasi menurut pendidikan, golongan dan jabatan untuk lebih jelas dapat dilihat pada tabel sebagai berikut : 65

28 4.2.5 Sarana dan Prasarana atau Fasilitas di Kantor Dinas Pendapatan Kota Medan Sarana dan Prasaranana/ Fasilitas yang tersedia dapat menunjang tercapainya suatu tujuan organisasi yang telah ditentukan sebelumnya serta akan dapat mendukung suatu lancarnya pelaksanaan tugas tugas dan pekerjaan yang sedang ataupun yang akan dilaksanakan oleh Dinas Pendapatanm Kota Medan untuk mencapainya suatu tujuan dan sasaran tersebut. Berikut ini peneliti akan mengemukakan Hasil penelitian mengenai sarana dan Prasaranan ( Fasilitas) di Kantor Dinas Pendapatan Kota Medan, dapat dilihat pada gambar gambar dibawah ini: GAMBAR 2.1 PUSAT INFORMASI GAMBAR 2.2 FASILITAS Sumber : Yenny Silitonga, Januari 2017 Sumber : Yenny Silitonga, Januari 2017 GAMBAR RUANG TUNGGU GAMBAR RUANG TUNGGU Sumber : Yenny Silitonga, Januari 2017 Sumber : Yenny Silitonga, Januari

29 GAMBAR FASILITAS TERHADAP PEGAWAI GAMBAR FASILITAS TERHADAP PEGAWAI Sumber : Yenny Silitonga, Januari 2017 Sumber : Yenny Silitonga, Januari 2017 GAMBAR CUSTUMOR SERVICE GAMBAR LOKET PENGAMBILAN IJIN Sumber : Yenny Silitonga, Januari 2017 Sumber : Yenny Silitonga, Januari 2017 GAMBAR RUANG SMS GATEWAY GAMBAR MONITOR SMS GATEWAY Sumber : Yenny Silitonga, Januari 2017 Sumber : Yenny Silitonga, Januari

30 BAB IV PENYAJIAN DATA Di dalam bab ini, penulis akan menyajikan sebuah data-data yang diperoleh dari hasil Penelitian di lapangan melalui sebuah metode-metode penelitian yang telah dijelaskan pada bab terdahulu. Setelah mengumpulkan data terkait dengan implementasi kebijakan SMS Gateway pada pelayanan perijinan di Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu (DPMPTSP) Pemerintahan Kota Medan dari berbagai informan, baik informan kunci, informan utama, yakni para pelayan publik di DPMPTSP Pemko Medan selaku pihak yang merumuskan dan mengimplementasikan SMS Gateway dalam penyelenggaraan pelayanan perijinan, serta informan tambahan dan responden yakni masyarakat sebagai responden selaku pihak penerima pelayanan, maka dalam bab ini penulis akan menyajikan data yang telah diperoleh selama melakukan penelitian di lapangan untuk selanjutnya dapat dianalisis berdasarkan teori-teori yang telah dipaparkan pada bab sebelumnya. Adapun data yang telah dikumpulkan penulis diperoleh melalui proses wawancara terhadap beberapa informan dan melakukan observasi (pengamatan secara langsung). Informan kunci terdiri dari satu orang yaitu Bapak Drs. M. Syafruddin selaku Plt. Kepala Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu Pemerintah Kota Medan. Informan utama terdiri dari Bapak Yance Safriardhana, A.Md selaku staf pada Sub Bagian Umum, Bapak Kurniawan selaku Pj. Kepala Sub Bagian Kepegawaian dan Mas Rian Siregar selaku tenaga 68

31 ahli dibidang informasi. Sementara informan tambahan terdiri dari 3 orang dari masyarakat yang sedang melakukan pengurusan perizinan di DPMPTSP Pemko Medan, yaitu Bapak Dedi Syamsur Nasution, Bapak Muhammad Taufik, dan Ibu Hernawati Limbong. Pertanyaan-pertanyaan yang diajukan pada saat proses wawancara merupakan pertanyaan yang berasal dari pedoman wawancara yang telah disusun oleh penulis, namun penulis tidak hanya terpaku pada pertanyaanpertanyaan yang ada. Dalam pelaksanaannya, pertanyaan-pertanyaaan tersebut berkembang sesuai dengan permasalahan penelitian ini. Data data dalam penelitian ini akan diuraikan dengan dibagi menjadi dua bagian yaitu, data primer dan data sekunder. Pengumpulan data primer dilakukan dengan cara melakukan wawancara dengan informan utama dan informan kunci serta melakukan wawancara langsung dengan pengguna jasa SMS Gateway. Pengumpulan data Sekunder dilakukan dengan cara mengumpulkan berbagai dokumentasi seperti dokumen yang berkaitan dengan Implementasi UU No. 32 Thn 2004 tentang pemerintahan daerah, maka hak dan tanggungjawab pemerintah daerah makin tinggi baik itu dalam pengelolaan sumber daya alam, manusia dan potensi yang ada. Data-data diperoleh diperlukan untuk menjawab segala permasalahan secara mendalam. Dalam penyajian data metode yang digunakan dalam meneliti ini, menggunakan metode implementasi George C Edwards III. Dengan variabel yang digunakan komunikasi, sumber daya, disposisi dan struktur birokrasi. Data ini merupakan hasil wawancara dari Dinas Penanaman Modal dan Perizinan Terpadu Satu Pintu. Tipe wawancara yang dipilih peneliti yaitu wawancara terstruktur dimana sebelum memulai wawancara terlebih dahulu 69

32 peneliti menyusun draft pertanyaan yang hendak diajukan. Adapun indikator yang digunakan untuk menganalisis implementasi kebijakan dalam penelitian ini yaitu: A. KOMUNIKASI Sebelum suatu kebijakan diimplementasikan, pelaksana kebijakan harus menyadari bahwa suatu keputusan telah dibuat dan perintah untuk melaksanakannya telah dibuat. Salah satunya dapat dilihat dari komunikasi yang terjalin diantara pelaksana kebijakan dalam hal penyampaian keputusan serta sosialisasi keputusan bagi subyek keputusan yang telah dibuat. Seperti kita ketahui bahwa Program SMS Gateway ini guna peningkatan pelayanan publik di Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu (DPMPTSP) Pemerintah Kota Medan merupakan bagian yang menjadi prioritas saat ini. Menurut hasil wawancara dengan beberapa pegawai di DPMPTSP Kota Medan. Adapun hasil wawancaranya seperti dibawah ini. Seperti yang diketahui bahwa Program SMS Gateway mulai dilaksanakan pada tahun Dalam hal ini penulis menanyakan tentang sejauh mana pemahaman pegawai DPMPTSP Medan tentang SMS Gateway dan dalam waktu pelaksanaan program. Berikut pemaparan hasil wawancara dengan Bapak Drs. Syafruddin, M.Si selaku Plt. Kepala Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu (DPMPTSP) Pemerintah Kota Medan melalui stafnya. Program SMS Gateway ini kami berangkat dari kebutuhan masyarakat akan perizinana dimana kembali lagi guna peningkatan kualitas pelayanan publik kami membuat program ini. Kami membuat tentu dengan peencanaan yang matang, dan samapai sekarang SMS Gateway ini tetap berjalan. (Wawancara Febuari 2017) 70

33 Pernyataan senada juga disampaikan oleh Staf Sub Bagian Umum, Bapak Yance Safriardhana, A.Md, berikut pernyataannya: Peningkatan pelayanan publik di Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu (DPMPTSP) Pemerintah Kota Medan merupakan bagian yang menjadi prioritas saat ini. Setelah pengembangan sistem secara keseluruhan telah selesai dan telah digunakan sejak tahun 2012, maka saat ini konsentrasi dari Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu Pemerintah Kota Medan adalah untuk meningkatkan pelayanan publik kepada para pemohon dan pihak-pihak terkait yang membutuhkan data dan informasi dari DPMPTSP Pemerintah Kota Medan. Jadi dengan adanya program SMS Gateway ini pemohon sudah terbantu dengan asas efektif dan efisiensi waktu, dan sejauh ini program ini sudah berjalan dengan baik. (Wawancara Febuari 2017) Pernyataan serupa juga disampaikan oleh Mas Rian Siregar, selaku tenaga ahli di bidang informasi, berikut pernyataannya: Salah satu rencana peningkatan pelayanan tersebut setelah pengembangan website DPMPTSP utama dan mobile serta pusat pelayanan digital di kantor DPMPTSP, SMS Gateway merupakan pelayanan lanjutan yang dibangun untuk lebih meningkatkan pelayanan kepada para pemohon untuk mendapatkan data dan informasi yang mereka butuhkan. Dengan adanya SMS Gateway ini rasa saya cukup membantu para pemohon, tetapi sampai saat ini belum banyak yang menggunakan SMS Gateway ini karenakan ada beberapa faktor. (Wawancara Febuari 2017) 71

34 Lalu pertanyaan-pertanyaan yang diajukan kepada para informan tentu terkait dengan strategi DPMPTSP Kota Medan dalam meningkatkan kualitas pelayanan perizinan.. Pertanyaan-pertanyaan yang diajukan juga terkait dengan strategi DPMPTSP Kota Medan dalam meningkatkan pelayanan perijinan lebih diarahkan kepada Kepala dan Pegawai DPMPTSP Kota Medan, karena beliau merupakan informan kunci yang mempunyai andil besar dalam merumuskan strategi di dalam Dinas tersebut. Hal pertama sekali yang ditanyakan oleh penulis terkait dengan masalah yang diangkat dalam penelitian ini adalah mengenai apa kiat-kiat menurut Bapak dalam menumbuhkembangkan profesionalisme kerja oleh DPMPTSP Kota Medan dalam rangka meningkatkan kualitas pelayanan perijinan, Bapak Drs. M. Syafruddin, M.Si mengatakan : Banyak strategi yang telah kami buat untuk meningkatkan menumbuhkembangkan pelayanan perijinan di DPMPTSP Pemko Medan ini, terutama strategi yang berkaitan dengan upaya mewujudkan visi, misi, tujuan dan sasaran Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu Pemerintah Kota Medan. Itu ada tercantum dalam Rencana Strategi DPMPTSP Pemko Medan Tahun Strategi yang sudah kami buat untuk meningkatkan pelayanan perijinan yaitu : menambah fasilitas di bidang administrasi perkantoran, meningkatkan sarana dan prasarana bagi pegawai, melakukan pembinaan kedisiplinan pegawai, meningkatkan kapasitas sumber daya aparatur, mengembangkan sistem laporan capaian kinerja dan keuangan, dan memperbaiki manajemen dalam pelayanan perijinan. Dengan begitu profesionalisme kerja akan meningkat. (Wawancara Febuari 2017) 72

35 Pertanyaan serupa penulis ajukan kepada Bapak YanceSafriardhana, A.md, berikut penjelasan beliau. Menurut hemat saya, sebaiknya adanya The Right Man On The Right Place, sehingga profesionalisme dan sebagainya berjalan dengan baik. (Wawancara Febuari 2017) Setiap strategi diciptakan sesuai dengan kebutuhan dan tujuan yang ingin dicapai. Strategi diciptakan untuk selanjutnya dapat dilaksanakan agar kebutuhan dan tujuan yang telah ditetapkan dapat tercapai. Keberhasilan suatu strategi bergantung pada tahap pelaksanaannya. Penulis kemudian menanyakan tentang bagaimana proses pelaksanaan strategi di DPMPTSP Kota Medan, dan beliau, Plt Kepala Dinas melalui Staf nya mengatakan : Proses pelaksanaan strategi berjalan dengan cukup lancar. Dalam hal ini peran dari para Kepala Bidang sangat dibutuhkan untuk melakukan koordinasi dan pengawasan terhadap anggota-anggota yang bekerja di bidangnya masing-masing agar mampu melaksanakan strategistrategi tersebut secara efektif. Adapun hal-hal yang telah dilaksanakan oleh DPMPTSP Kota Medan terkait dengan strategi yang sudah dibuat yaitu: menerapkan sistem teknologi informasi, menerapkan pemrosesan izin secara paralel, membuka loket pada jam istirahat, memasang CCTv untuk memantau kinerja seluruh pegawai dan mencegah adanya pungutan liar di DPMPTSP Kota Medan, menyediakan website DPMPTSP Pemko Medan, meningkatkan target penerbitan izin perhari, menyelesaikan proses perizinan dalam waktu yang cepat dan sesuai dengan SOP yang ada, meningkatkan retribusi pendapatan asli daerah (PAD). (Wawancara 73

36 Febuari 2017) Implementasi suatu program tentunya tidak terlepas dari orang-orang yang berperan sebagai implementor (pelaksana). Kualitas dari setiap implementor sangat dibutuhkan agar tujuan dan sasaran dari pelaksanaan suatu strategi dapat tercapai secara maksimal. Terkait dengan hal tersebut, penulis menanyakan tentang siapa saja orang-orang yang berperan sebagai implementor (pelaksana) dalam menjalankan program yang telah dibuat di DPMPTSP Kota Medan, beliau mengatakan: Banyak pihak yang terkait dalam melaksanakan strategi yang telah dibuat di DPMPTSP Kota Medan ini. Pihak pelaksana utama tentunya kami sendiri yakni seluruh pegawai DPMPTSP Kota Medan mulai dari jabatan tertinggi seperti saya selaku Plt Kepala Dinas dan para Kepala Bidang, serta semua anggota dari tiap bidang. Namun dalam melaksanakan tugas pokok dan fungsi, kami juga turut dibantu oleh Tim Teknis dari jajaran satuan kerja perangkat daerah (SKPD) yang terdiri dari dinasdinas teknis terkait perizinan seperti: Dinas Pertamanan, Dinas Perindustrian dan Perdagangan, Dinas Pekerjaan Umum, dan dinas terkait lainnya. Dalam menjalankan strategi tentunya dibutuhkan kerjasama yang baik antara pembuat strategi dan kebijakan dengan orang-orang yang bekerja sebagai pelaksana strategi. Kemudian penulis menanyakan apakah dalam menciptakan koordinasi dan hierarki yang strategis yang sudah dijalankan di DPMPTSP Kota Medan berhasil diterapkan dengan baik, beliau mengatakan : Saya menilai bahwa strategi yang sudah kami buat untuk 74

37 meningkatkan kinerja pelayanan di DPMPTSP Kota Medan ini berhasil dengan baik. Hal itu bisa dilihat dari kemampuan dari setiap pegawai di Dinas ini untuk melaksanakan strategi yang telah dibuat, mereka dapat melakukannya dengan baik. Bukti dari keberhasilan strategi tersebut juga tampak dari meningkatnya kinerja dari setiap pegawai disini dan masyarakat yang pernah melakukan pengurusan izin disini tampaknya puas dengan pelayanan kami dikarenakan kami mampu mengelola perizinan yang sedang diurus mereka dalam jangka waktu yang singka.. (Wawancara Febuari 2017) Suatu strategi dapat berjalan secara efektif apabila ukuran-ukuran dan tujuan-tujuan dari strategi yang telah diciptakan dapat dipahami secara jelas oleh setiap individu yang terlibat dalam pencapaian tujuan dari strategi tersebut. Kejelasan mengenai ukuran dan tujuan strategi sangat perlu dikomunikasikan secara tepat oleh pembuat strategi dengan para implementor (pelaksana). Komunikasi yang terjalin dengan baik antara semua personil yang terlibat dalm pelaksanaan strategi akan mendorong kepada pencapaian tujuan secara lebih optimal. Dalam hal ini penulis menanyakan mengenai bagaimana proses komunikasi yang terjalin antara orang-orang yang berperan dalam merumuskan strategi dengan para implementor (pelaksana) strategi di DPMPTSP Kota Medan dan bagaimana proses komunikasi yang terjalin antara DPMPTSP Kota Medan dengan masyarakat, beliau mengatakan : Komunikasi antara pembuat strategi dengan para pelaksana strategi di DPMPTSP Kota Medan ini terjalin dengan sangat baik, dikarenakan strategi yang telah dibuat dikomunikasikan secara langsung 75

38 kepada seluruh pegawai sehingga mereka yang berperan sebagai pelaksana strategi dapat memahami dengan jelas dan akurat mengenai apa yang hendak dilaksanakan terkait dengan strategi yang sudah dibuat. Peran dari Kepala Bidang sangat dibutuhkan disini sebagai sumber informasi bagi para anggota bidang dan sebagai penggkoordinir kinerja bidang masingmasing. Kalau untuk masyarakat yang datang kesini, kami selalu berusaha melayani mereka dengan maksimal. Para pegawai disini juga diwajibkan untuk mau memberi informasi yang jelas kepada masyarakat yang datang mengurus ijin kesini. Namun walaupun begitu masih ada juga masalah yang harus kami hadapi dengan masyarakat. Sampai sekarang masih ada warga Kota Medan yang usahanya masih beroperasi tapi tidak punya ijin. Mungkin itu juga salah kami yang masih kurang sosialisasi. Makanya didalam strategi DPMPTSP Kota Medan yang sudah berlangsung 5 tahun ini, sosialisasi adalah salah satu strategi yang wajib kami jalankan. B. SUMBERDAYA Implementasi kebijakan yang dilakukan dengan jelas dan konsisten tidak menjadi suatu jaminan kebijakan tersebut akan berhasil dilaksanakan dengan baik. Walaupun isi kebijakan sudah dikomunikasikan secara jelas dan konsisten, tetapi apabila implementor kekurangan sumberdaya untuk melaksanakan, implementasi tidak akan berjalan efektif. Sumberdaya tersebut dapat berwujud sumberdaya manusia, sumber daya finansial, dan fasilitas DPMPTSP. Sumberdaya adalah faktor penting untuk implementasi kebijakan agar efektif. Tanpa adanya sumber daya, kebijakan hanya tinggal 76

39 di kertas menjadi dokumen saja. Untuk mengetahui kondisi sumber daya di DPMPTSP Medan maka pertama penulis menanyakan mengenai kondisi pegawai DPMPTSP Medan dalam pelaksanaan Programnya, berikut pernyataan Bapak Plt. Kepala Dinas DPMPTSP: Kondisi pegawai di DPMPTSP Kota Medan sudah memadai. Pegawai disini ada 137 pegawai dengan kualifikasi pendidikan yang berkaitan. Dahulunya kami Badan Pelayanan Perizinan Terpadu memiliki jumlah pegawai 87, sekarang karena dilebur dengan Dinas Penanaman Modal maka sekarang DPMPTSP berjumlah 137. (Wawancara Febuari 2017) Apabila isi dari program sudah dikomunikasikan secara jelas, tetapi implementor kekurangan sumberdaya untuk melaksanakan, maka strategi tidak akan berjalan secara efektif. Sumberdaya dapat berwujud sumberdaya manusia dan sumberdaya finansial. Komponen sumberdaya meliputi jumlah staf, keahlian dari para pelaksana, dan fasilitas-fasilitas pendukung seperti dana dan sarana prasarana. Penulis kemudian menanyakan mengenai sumberdaya yang dibutuhkan DPMPTSP Kota Medan agar program yang telah dibuat dapat dilaksanakan dengan baik, beliau mengatakan : Kalau saya menilai, sebenarnya sumberdaya yang dibutuhkan untuk melaksanakan strategi-strategri dan program-program di DPMPTSP Kota Medan ini sudah terpenuhi, walaupun masih ada pegawai yang belum memberikan kinerjanya secara maksimal namun itu hanya sebagian kecil saja. Karena kami disini bekerja dengan berpedoman pada Standard Operating Procedures yang ada, sehingga setiap pegawai yang bekerja disini dituntut untuk mampu melaksanakan pekerjaannya masing-masing 77

40 sesuai dengan Standard Operating Procedures yang dimiliki oleh DPMPTSP Kota Medan. Jumlah staf disini yang masih agak kurang, di unit bagian yang melakukan pengecekan lokasi ijin. Namun, pada saat rekrutmen pegawai dibuka bagi DPMPTSP Kota Medan, kami akan menempatkan orang-orang terbaik untuk menempati unit-unit bagian yang masih kekurangan staf pegawai. (Wawancara Febuari 2017) Salah satu faktor yang mempengaruhi efektivitas pelaksanaan suatu program adalah sikap implementor. Jika implementor setuju dengan isi dari strategi yang dirumuskan, maka implementor akan menjalankannya dengan baik. Namun apabila terjadi penolakan terhadap bagian-bagian dari isi strategi maka secara otomatis strategi itu nantinya tidak akan berjalan dengan efektif. Terkait dengan hal tersebut, penulis menanyakan tentang sikap dan respon dari para implementor (pelaksana) terhadap program-program yang dijalankan di DPMPTSP Kota Medan, beliau mengatakan : Para pelaksana strategi di DPMPTSP Kota Medan ini secara keseluruhan mendukung penuh strategi-strategi yang telah dibuat dan mereka juga berupaya melaksanakannya secara maksimal. Belum ada pernah saya dengar penolakan-penolakan terhadap strategi yang sudah dibuat, dikarenakan strategi yang dibuat semuanya adalah demi kemajuan DPMPTSP Kota Medan dan kepuasan bagi masyarakat yang melakukan pengurusan ijin. (Wawancara Febuari 2017) Dari keterangan tersebut diketahui bahwa kondisi pegawai DPMPTSP Kota Medan dari segi kuantitas dan kualitas sudah cukup memadai. Adapun jumlah pegawai DPMPTSP saat ini berjumlah 137 orang dengan penempatan 78

41 kerja sesuai dengan kualifikasi pendidikan dan pengalaman masing-masing pegawai. Adapun rincian komposisi pegawai DPMPTSP Kota Medan, terlampir: Selain sumber daya manusia, sumber daya finansial juga merupakan hal pokok yang harus dimiliki organisasi untuk menjalankan berbagai kebijakan yang ada. Dalam hal ini penulis menanyakan bagaimana kondsi anggaran dalam pelaksanaan Program, terutama program SMS Gateway ini: Anggaran dalam melaksanakan program ini, semua sudah terlampir dalam renstra atau rencana strategis kami. C. DISPOSISI Disposisi merupakan watak dan karakteristik yang dimiliki oleh implementor dalam mengimplimentasikan suatu kebijakan. Sikap yang dimiliki oleh implementor sangat berpengaruh pada proses pelaksanaan kebijakan seperti komitmen, kejujuran, dan sifat demokratis. Salah satu faktor yang mempengaruhi efektifitas implementasi kebijakan adalah sikap implementor. Jika implementor setuju dengan bagian-bagian isi dari kebijakan maka mereka akan melaksanakan dengan senang hati tetapi jika pandangan mereka berbeda dengan pembuat kebijakan maka proses implementasi akan mengalami banyak masalah. Dalam hal ini penulis ingin menggali bagaimana respon dan sikap implementor yakni Pegawai DPMPTSP Kota Medan dengan dikeluarkannya Program. Berdasarkan wawancara dengan Staf Ahli, Mas Rian Siregar, beliau mengatakan bahwa DPMPTSP Kota Medan senantiasa mematuhi dan 79

42 melaksanakan tanggungjawabnya dalam menyelenggarakan pelayanan perijinan dan selalu menggandeng Tim Teknis yang berasal dari dinas-dinas teknis terkait dalam menerbitkan sebuah ijin, sebab DPMPTSP Kota Medan juga tidak bias menerbitkan ijin apabila tidak didukung dari Tim Teknis. Kemudian penulis menanyakan apakah DPMPTSP Kota Medan melibatkan Tim Teknis ketika meninjau lapangan, beliau mengatakan : Ya, tentu saja mereka ikut ketika melakukan pengecekan lapangan sebab salah satu persyaratan kelengkapan berkasnya adalah adanya rekomendasi dari instansi teknis terkait. Ketika berkas sudah dinyatakan lengkap, maka kami dari DPMPTSP Kota Medan akan mengundang Tim Teknis untuk ikut melakukan pengecekan lapangan. Merekalah nantinya yang akan melihat bagaimana kondisi di lapangan, apakah sesuai dengan yang dimohonkan atau tidak. (Wawancara Febuari 2017) D. STRUKTUR BIROKRASI Struktur organisasi pelaksana kebijakan memiliki pengaruh yang signifikan terhadap implementasi kebijakan. Salah satu dari aspek struktur yang penting dari setiap organisasi adalah adanya prosedur operasi yang standar (standard operating procedures atau SOP). SOP menjadi pedoman bagi setiap implementor dalam bertindak. Struktur organisasi yang panjang akan cenderung melemahkan pengawasan dan menimbulkan red-tape yaitu prosedur birokrasi yang rumit dan kompleks, yang mana ini pada gilirannya menyebabkan aktivitas organisasi tidak fleksibel. Dalam hal ini penulis 80

43 menanyakan bagaimana struktur organisasi yang ada pada DPMPTSP Kota Medan dalam kaitannya dengan pelaksanaan program SMS Gateway berikut pernyataan Bapak Plt. Kepala Dinas DPMPTSP Kota Medan: Struktur organisasi juga turut memberikan pengaruh yang besar terhadap pelaksanaan suatu strategi. Struktur organisasi yang panjang cenderung memberikan pengaruh yang negatif terhadap pelaksanaan strategi terutama dalam hal pengawasan. Penulis kemudian menanyakan tentang struktur organisasi DPMPTSP Kota Medan, beliau mengatakan : Struktur organisasi DPMPTSP Kota Medan ini sama sekali tidak rumit, karena hanya terdiri atas Kepala Dinas, Sekretaris, Bagian Tata Usaha yang terdiri atas 3 sub bagian (sub bagian umum, keuangan, dan kepegawaian), kelompok jabatan fungsional, Bagian Pelayanan Perijinan yang terdiri atas 4 bidang (bidang usaha, perdangan dan industri, bidang ketenteraman dan ketertiban, bidang tata ruang, perhubungan, dan lingkungan hidup, bidang konstruksi dan kesehatan), kini setelah peleburan menjadi 6 bidang, yaitu, bidang pengolahan data, perencanaan dan pengembangan lalu bidang promosi penanaman modal lalu bidang pengendalian pelaksanaan penanaman modal, pengaduan, kebijakan dan pelaporan pelayanan lalu bidang pelayanan perizinan usaha dan tanda daftar lalu bidang perizinan tata ruang, perhubungan dan lingkungan hidup lalu yang terakhir bidang perizinan kesehatan, ketenagakerjaan dan perizinan lainnya, serta Tim Teknis yang anggotanya gabungan dari pegawai DPMPTSP Kota Medan bersama jajaran satuan kerja perangkat daerah (SKPD) terkait. Strategi yang telah dibuat di Badan ini pun 81

44 dilaksanakan oleh bidang masing-masing sesuai dengan Standard Operating Procedures (SOP) dan tugas pokok dan fungsi bidang masingmasing. (Wawancara Febuari 2017) Dalam proses perumusan strategi maupun pada tahap pelaksanaannya, biasanya terdapat kendala yang sedikit banyak memberikan pengaruh terhadap tujuan dan sasaran yang hendak dicapai. Strategi yang telah dirumuskan sebaiknya sesuai dengan sasaran dan tujuan yang ditetapkan agar pada tahap pelaksanaan, strategi tersebut benar-benar memberikan dampak yang dapat dilihat pada pencapaian sasaran dan tujuan. Terkait dengan hal tersebut, penulis menanyakan tentang kendala-kendala yang dihadapi oleh DPMPTSP Kota Medan selama proses merumuskan strategi ataupun maupun pada tahap pelaksanaan program dan beliau mengatakan : Kami tidak begitu menemui kendala yang besar saat merumuskan strategi ataupun pada saat melaksanakan program itu. Kendala sudah pasti ada, namun tidak sampai mengganggu tujuan dan sasaran yang ingin kami capai. Hanya saja masih ada Kepala Bidang maupun anggotanya yang belum mampu memberikan sumbangsih ide-ide pemikiran yang terbaik sebagai solusi atas masalah-masalah yang dihadapi DPMPTSP Kota Medan ini, masih ada yang hanya bergantung pada pemikiran dan keputusan dari pimpinan saja. Namun, hal itu hanya terjadi sesekali saja. Pada tahap pelaksanaan strategi dan pengimplementasian program, semua pegawai disini mampu untuk melakukannya dengan baik. Walaupun masih ada beberapa anggota yang belum menunjukkan performa kerja terbaiknya, namun hal itu masih dapat dikontrol secara langsung oleh Kepala 82

45 Bidangnya masing-masing. Strategi yang kami buat tentunya harus benarbenar sinkron dengan sasaran dan tujuan yang ingin dicapai, agar strategi itu bisa memberikan dampak yang positif untuk kemajuan DPMPTSP Kota Medan ini. (Wawancara Febuari 2017) Pada tahap implementasi, suatu strategi direalisasikan secara operasional dalam bentuk program dan kegiatan. Berbagai program dan kegiatan yang dibentuk harus sesuai dan berkaitan erat dengan strategi yang telah dirumuskan agar strategi tersebut benar-benar dapat dilaksanakan secara efektif. Terkait dengan pembahasan mengenai program dan kegiatan DPMPTSP Kota Medan, penulis melakukan wawancara untuk informan utama yang pertama. Penulis kemudian menanyakan tentang program dan kegiatan apa saja yang sudah dilaksanakan di DPMPTSP Kota Medan terkait dengan strategi yang telah dibuat demi meningkatkan kualitas pelayanan perijinan, beliau mengatakan : Banyak program dan kegiatan yang sudah kami laksanakan di DPMPTSP Kota Medan ini terkait dengan strategi yang kami buat untuk meningkatkan kualitas pelayanan perijinan. Hal utama yang telah kami lakukan yaitu pelaksanaan kebijakan penyederhanaan pelayanan perizinan di DPMPTSP Kota Medan ini. Selama ini kami sudah berupaya secara maksimal untuk memberikan pelayanan perizinan yang terbaik yaitu dengan mempersingkat pengurusan izin yang dilakukan masyarakat baik dari segi waktu, proses, prosedur yang harus dilengkapi, dan juga meminimalisir biaya pengurusan perizinan. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat program dan kegiatan yang sudah kami jalankan pada Rencana Strategis DPMPTSP Pemko Medan Tahun , disitu kamu bisa melihat secara lengkap 83

46 apa-apa saja program kegiatan yang sudah kami lakukan untuk meningkatkan pelayanan perizinan. (Wawancara Febuari 2017) Sesuai dengan hasil wawancara, adapun program dan kegiatan yang secara operasional telah dilaksanakan oleh DPMPTSP Kota Medan terkait dengan strategi dalam meningkatkan pelayanan perizinan yang tertuang dalam Rencana Strategi Badan Pelayanan Perizinan Terpadu Pemerintah Kota Medan Tahun sebagai berikut : 1. Program Pelayanan Administrasi Perkantoran Program ini bertujuan untuk meningkatkan kelancaran pelayanan administrasi yang ada pada DPMPTSP Pemko Medan dengan kegiatankegiatan berupa : penyediaan jasa tenaga administrasi/teknis perkantoran, penyediaan jasa komunikasi dan telekomunikasi, penyediaan jasa administrasi keuangan, penyediaan jasa kebersihan kantor, penyediaan alat tulis kantor, penyediaan barang cetakan dan penggandaan, penyediaan komponen instalasi listrik/penerangan bangunan kantor, penyediaan bahan bacaan dan peraturan perundangundangan, penyediaan makanan dan minuman, pelaksanaan rapat-rapat koordinasi dan konsultasi ke luar daerah. 2. Program Peningkatan Sarana dan Prasarana Aparatur Program ini bertujuan untuk pengadaan peralatan dan perlengkapan kantor serta pemeliharaan gedung dan peralatan kantor dalam rangka meningkatkan kinerja proses pelayanan kepada masyarakat dengan kegiatan-kegiatan berupa : pengadaan perlengkapan gedung kantor, pengadaan peralatan gedung kantor, pengadaan mebeleur, pengadaan komputer dan perlengkapannya, pemeliharaan 84

47 secara rutin dan berkala terhadap gedung kantor, kendaraan dinas/operasional, perlengkapan gedung kantor, dan peralatan gedung kantor. 3. Program Peningkatan Disiplin Aparatur Program ini bertujuan untuk meningkatkan semangat dan kinerja pegawai dalam melakukan pelayanan kepada masyarakat dengan kegiatan-kegiatan berupa : pengadaan pakaian dinas beserta perlengkapannya dan pengadaan pakaian khusus untuk dikenakan pada hari-hari tertentu. 4. Program Peningkatan Kapasitas Sumberdaya Aparatur Program ini bertujuan untuk meningkatkan kualitas dan profesionalitas aparatur guna mencapai pelayanan perizinan yang prima, dimana kegiatannya meliputi : sosialisasi peraturan perundang-undangan yang dimulai tahun 2012 di Badan Pelayanan Perizinan Terpadu Pemerintah Kota Medan. 5. Program Peningkatan Pengembangan Sistem Laporan Capaian Kinerja Keuangan Program ini bertujuan untuk meningkatkan kualitas perencanaan kerja serta sistem pelaporan kinerja dan keuangan dengan kegiatan-kegiatan berupa : penyusunan laporan capaian kinerja dan ikhtisar realisasi kinerja SKPD, penyusunan laporan keuangan akhir tahun, penyusunan rencana kerja dan anggaran SKPD, penyusunan buku produk perizinan di DPMPTSP Pemko Medan, penyusunan laporan tahunan pelayanan perizinan terpadu pada DPMPTSP Pemko Medan, dan penyusunan Rencana Strategis. 6. Program Peningkatan Kualitas Manajemen Pelayanan Perijinan Program ini bertujuan untuk meningkatkan pelayanan perizinan di DPMPTSP Pemko Medan, dimana kegiatan-kegiatannya berupa : penyusunan dan pengembangan 85

48 sistem informasi perizinan, sosialisasi peraturan dan perundangan tentang perizinan, kegiatan penerbitan resetifikasi tahun ke-3 ISO 9001:2008, service excellent tahunan guna meningkatkan pelayanan perizinan di DPMPTSP Pemko Medan, penyusunan SOP sesuai dengan standar pelayanan yang ditetapkan pada Peraturan Menteri Pemberdayaan Aparatur Negara Nomor 35 dan 36 Tahun 2012, sertifikasi ISO 27001:2005 tentang Informasi Security Management System (SMS), penyusunan media informasi berupa SMS Gateway untuk mempermudah masyarakat melihat proses perizinan yang sedang diurus, surveilance audit tahunan dan maintenance ISO 9001:2008 serta survey indeks kepuasan masyarakat, melakukan kajian analisis tahunan terhadap kegiatan usaha di Kota Medan, dan pembuatan buku saku prosedur perizinan yang dimulai pada tahun Setiap organisasi memiliki prinsip-prinsip yang dijadikan sebagai pedoman sehingga setiap kegiatan dalam organisasi dapat berjalan dengan lancar tanpa adanya hambatan yang cukup berat. Demikian halnya dengan penyelenggaraan pelayanan perijinan di DPMPTSP Kota Medan berpedoman pada prinsip-prinsip yang dijadikan sebagai acuan sehingga dapat membantu DPMPTSP Kota Medan dalam menyelenggarakan pelayanan perijinan sebagaimana mestinya. Demi mewujudkan pelayanan publik yang berkualitas, DPMPTSP Kota Medan memiliki asas yang menjadi landasan utama dalam penyelenggaraan pelayanan perijinan. Penerapan dari asas-asas ini disesuaikan dengan substansi dari pelayanan publik itu sendiri sehingga dapat mewujudkan tata pemerintahan yang baik dan kualitas pelayanan publik yang prima. Adapun asas penyelenggaraan pelayanan perijinan yang menjadi landasan bagi DPMPTSP 86

49 Kota Medan, yaitu : 1. Transparan 2. Akuntabel 3. Partisipatif 4. Kesamaan Hak 5. Efisien 6. Efektif 7. Keseimbangan antara Hak dan Kewajiban 8. Profesional Untuk mengetahui informasi terkait penerapan asas-asas diatas dalam penyelenggaraan pelayanan perijinan di DPMPTSP Pemko Medan, penulis mencoba melakukan penelusuran yang dituang dalam bentuk rangkaian pertanyaan melalui wawancara dengan Bapak Yance Safriardhana, A.Md, SP selaku Kepala Sub Bagian Umum di DPMPTSP Kota Medan. Pada saat proses wawancara, penulis berupaya mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang relevan dengan konteks yang dibahas yaitu mengenai asas yang menjadi landasan bagi DPMPTSP Kota Medan dalam menyelenggarakan pelayanan perijinan. Berikut akan disajikan hasil wawancara penulis terkait penerapan asas-asas penyelenggaraan pelayanan perijinan di DPMPTSP Pemko Medan. 1. Transparan Asas transparansi dalam pelayanan publik berarti pelayanan publik bersifat terbuka, mudah dan dapat diakses oleh semua pihak yang membutuhkan dan disediakan secara memadai serta mudah untuk dimengerti. Berdasarkan hasil pengamatan, DPMPTSP Kota Medan memberikan pelayanan secara terbuka 87

50 kepada masyarakat yang melakukan pengurusan ijin, dimana badan ini memperlihatkan secara jelas SOP (System Operational Procedures) pada bagian front office kantor dengan tujuan agar para pemohon ijin yang datang kesana dapat memahami mekanisme dan alur proses pelayanan perijinan di DPMPTSP Kota Medan. Keterbukaan DPMPTSP Kota Medan dalam melaksanaan pelayanan perijinan dapat dilihat pada bagan berikut ini : Gambar 4.1 Mekanisme dan Alur Proses Pelayanan Perijinan DPMPTSP Kota Medan Sementara itu, DPMPTSP Kota Medan juga menyediakan selebaranselebaran yang berisi tentang informasi lengkap mengenai syarat-syarat dari 88

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan jenis penelitian deskriptif dengan pendekatan

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan jenis penelitian deskriptif dengan pendekatan BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Bentuk Penelitian Penelitian ini menggunakan jenis penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Menurut Sugiyono, penelitian kualitatif bertujuan untukmengungkapkan

Lebih terperinci

BAB II PROFIL PERUSAHAAN. A. Sejarah Singkat Kantor Badan Pelayanan Perijinan Terpadu Kota

BAB II PROFIL PERUSAHAAN. A. Sejarah Singkat Kantor Badan Pelayanan Perijinan Terpadu Kota BAB II PROFIL PERUSAHAAN A. Sejarah Singkat Kantor Badan Pelayanan Perijinan Terpadu Kota Medan Sesuai dengan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah diketahui bahwa tujuan pemberian

Lebih terperinci

BAB II BADAN PELAYANAN PERIJINAN TERPADU KOTA MEDAN. diabaikan lagi, karena hal ini merupakan bagian tugas dan fungsi pemerintah.

BAB II BADAN PELAYANAN PERIJINAN TERPADU KOTA MEDAN. diabaikan lagi, karena hal ini merupakan bagian tugas dan fungsi pemerintah. BAB II BADAN PELAYANAN PERIJINAN TERPADU KOTA MEDAN A. Sejarah Ringkas Pelayanan prima dituangkan pada visi dan misi Nasional Indonesia, menunjukkan bahwa tuntutan masyarakat terhadap pelayanan prima aparatur

Lebih terperinci

BAB II PROFIL PERUSAHAAN. A. Sejarah Singkat Kantor Badan Pelayanan Perijinan Terpadu (BPPT) Sesuai dengan undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang

BAB II PROFIL PERUSAHAAN. A. Sejarah Singkat Kantor Badan Pelayanan Perijinan Terpadu (BPPT) Sesuai dengan undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang BAB II PROFIL PERUSAHAAN A. Sejarah Singkat Kantor Badan Pelayanan Perijinan Terpadu (BPPT) Kota Medan Sesuai dengan undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah yang menegaskan bahwa

Lebih terperinci

BAB II PROFIL PERUSAHAAN. A. Sejarah Singkat Badan Pelayanan Perijinan Terpadu (BPPT) Kota

BAB II PROFIL PERUSAHAAN. A. Sejarah Singkat Badan Pelayanan Perijinan Terpadu (BPPT) Kota BAB II PROFIL PERUSAHAAN A. Sejarah Singkat Badan Pelayanan Perijinan Terpadu (BPPT) Kota Medan Pelayanan prima dituangkan pada visi dan misi yang menunjukkan bahwa tuntutan masyarakat terhadap pelayanan

Lebih terperinci

BAB II BADAN PELAYANAN PERIJINAN TERPADU KOTA MEDAN. Pelayanan prima dituangkan pada visi dan misi nasional Indonesia,

BAB II BADAN PELAYANAN PERIJINAN TERPADU KOTA MEDAN. Pelayanan prima dituangkan pada visi dan misi nasional Indonesia, BAB II BADAN PELAYANAN PERIJINAN TERPADU KOTA MEDAN A. Sejarah Ringkas Pelayanan prima dituangkan pada visi dan misi nasional Indonesia, menunjukkan bahwa tuntutan masyarakat terhadap pelayanan prima aparatur

Lebih terperinci

BAB II PROFIL PERUSAHAAN. G. Sejarah Singkat Kantor Badan Pelayanan Perijinan Terpadu Kota Medan

BAB II PROFIL PERUSAHAAN. G. Sejarah Singkat Kantor Badan Pelayanan Perijinan Terpadu Kota Medan BAB II PROFIL PERUSAHAAN G. Sejarah Singkat Kantor Badan Pelayanan Perijinan Terpadu Kota Medan Sesuai dengan undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah yang menegaskan bahwa tujuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang berarti Undang-undang atau aturan. Dengan demikian otonomi dapat diartikan

BAB I PENDAHULUAN. yang berarti Undang-undang atau aturan. Dengan demikian otonomi dapat diartikan BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Istilah otonomi berasal dari bahasa Yunani autos yang berarti sendiri dan namos yang berarti Undang-undang atau aturan. Dengan demikian otonomi dapat diartikan sebagai

Lebih terperinci

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH 2016 BAB I PENDAHULUAN

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH 2016 BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dengan disahkannya Peraturan Daerah Nomor 09 Tahun 2008 tentang Badan Pelayanan Perizinan Terpadu (BPPT) Kota Bekasi dan Peraturan Walikota Bekasi Nomor 60 Tahun 2009

Lebih terperinci

PERATURAN WALIKOTA MEDAN NOMOR 14 TAHUN 2014 TENTANG

PERATURAN WALIKOTA MEDAN NOMOR 14 TAHUN 2014 TENTANG 1 PERATURAN WALIKOTA MEDAN NOMOR 14 TAHUN 2014 TENTANG PEMBENTUKAN UNIT PELAKSANA TEKNIS PELAYANAN KEBERSIHAN DAN UNIT PELAKSANA TEKNIS BANK SAMPAH PADA DINAS KEBERSIHAN KOTA MEDAN WALIKOTA MEDAN, Menimbang

Lebih terperinci

A. PENDAHULUAN. Prinsip prinsip dari visi diatas adalah :

A. PENDAHULUAN. Prinsip prinsip dari visi diatas adalah : Lampiran : Keputusan Kepala Kantor Pelayanan Perizinan Terpadu Satu Pintu Provinsi Nusa Tenggara Timur Nomor : 503/ / KPPTSP / 2016 Tanggal : 20 Juli 2016 A. PENDAHULUAN 1. VISI Visi berkaitan dengan pandangan

Lebih terperinci

WALIKOTA PEKANBARU PROVINSI RIAU

WALIKOTA PEKANBARU PROVINSI RIAU WALIKOTA PEKANBARU PROVINSI RIAU PERATURAN WALIKOTA PEKANBARU NOMOR 109 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI SERTA TATA KERJA DINAS PENANAMAN MODAL DAN PELAYANAN TERPADU SATU

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Otonomi Daerah merupakan salah satu upaya renovasi yang dilaksanakan

BAB I PENDAHULUAN. Otonomi Daerah merupakan salah satu upaya renovasi yang dilaksanakan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Otonomi Daerah merupakan salah satu upaya renovasi yang dilaksanakan pemerintah untuk menjadikan Indonesia semakin maju. Maksud dari otonomi daerah adalah hak, wewenang,

Lebih terperinci

BUPATI CILACAP PROVINSI JAWA TENGAH

BUPATI CILACAP PROVINSI JAWA TENGAH BUPATI CILACAP PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI CILACAP NOMOR 97 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI SERTA TATA KERJA DINAS PENANAMAN MODAL DAN PELAYANAN TERPADU SATU

Lebih terperinci

PERATURAN BUPATI KARAWANG NOMOR : 24 TAHUN 2012

PERATURAN BUPATI KARAWANG NOMOR : 24 TAHUN 2012 PERATURAN BUPATI KARAWANG NOMOR : 24 TAHUN 2012 TENTANG TUGAS POKOK, FUNGSI DAN TATA KERJA BADAN PENANAMAN MODAL DAN PELAYANAN TERPADU KABUPATEN KARAWANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KARAWANG

Lebih terperinci

BUPATI KARANGANYAR PERATURAN BUPATI KARANGANYAR NOMOR 17 TAHUN 2009 TENTANG

BUPATI KARANGANYAR PERATURAN BUPATI KARANGANYAR NOMOR 17 TAHUN 2009 TENTANG BUPATI KARANGANYAR PERATURAN BUPATI KARANGANYAR NOMOR 17 TAHUN 2009 TENTANG URAIAN TUGAS DAN FUNGSI JABATAN STRUKTURAL PADA BADAN PELAYANAN PERIZINAN TERPADU KABUPATEN KARANGANYAR BUPATI KARANGANYAR, Menimbang

Lebih terperinci

Tahun 2015 tentang Penanggulangan Kemiskinan. BAB III : Analisis Proses Penyusunan Peraturan Daerah Kota

Tahun 2015 tentang Penanggulangan Kemiskinan. BAB III : Analisis Proses Penyusunan Peraturan Daerah Kota Dalam bab ini akan diuraikan tentang profil Kota Medan, profil Bappeda Kota Medan, serta uraian isi dari Peraturan daerah Kota Medan Nomor 5 Tahun 2015 tentang Penanggulangan Kemiskinan. BAB III : Analisis

Lebih terperinci

WALIKOTA BATU PERATURAN WALIKOTA BATU NOMOR 35 TAHUN 2013 TENTANG PENJABARAN TUGAS DAN BADAN PENANAMAN MODAL KOTA BATU

WALIKOTA BATU PERATURAN WALIKOTA BATU NOMOR 35 TAHUN 2013 TENTANG PENJABARAN TUGAS DAN BADAN PENANAMAN MODAL KOTA BATU SALINAN WALIKOTA BATU PERATURAN WALIKOTA BATU NOMOR 35 TAHUN 2013 TENTANG PENJABARAN TUGAS DAN FUNGSI BADAN PENANAMAN MODAL KOTA BATU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BATU, Menimbang : bahwa

Lebih terperinci

PERATURAN BUPATI KARAWANG NOMOR : 63 TAHUN 2012

PERATURAN BUPATI KARAWANG NOMOR : 63 TAHUN 2012 PERATURAN BUPATI KARAWANG NOMOR : 63 TAHUN 2012 TENTANG RINCIAN TUGAS BADAN PENANAMAN MODAL DAN PELAYANAN TERPADU KABUPATEN KARAWANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KARAWANG, Menimbang : bahwa

Lebih terperinci

BUPATI CIAMIS PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI CIAMIS NOMOR 51 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI CIAMIS PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI CIAMIS NOMOR 51 TAHUN 2016 TENTANG BUPATI CIAMIS PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI CIAMIS NOMOR 51 TAHUN 2016 TENTANG TUGAS, FUNGSI DAN TATA KERJA UNSUR ORGANISASI DINAS PENANAMAN MODAL DAN PELAYANAN TERPADU SATU PINTU DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

PERATURAN BUPATI KUNINGAN NOMOR 55 TAHUN 2016 TENTANG

PERATURAN BUPATI KUNINGAN NOMOR 55 TAHUN 2016 TENTANG PERATURAN BUPATI KUNINGAN NOMOR 55 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS POKOK, FUNGSI DAN URAIAN TUGAS, SERTA TATA KERJA DINAS PENANAMAN MODAL DAN PELAYANAN TERPADU SATU PINTU KABUPATEN

Lebih terperinci

BUPATI KOTAWARINGIN BARAT PERATURAN BUPATI KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 17 TAHUN 2009 TENTANG

BUPATI KOTAWARINGIN BARAT PERATURAN BUPATI KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 17 TAHUN 2009 TENTANG BUPATI KOTAWARINGIN BARAT PERATURAN BUPATI KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 17 TAHUN 2009 TENTANG TUGAS POKOK DAN FUNGSI DINAS KOPERASI, USAHA MIKRO, KECIL, MENENGAH DAN PASAR KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT DENGAN

Lebih terperinci

BAB II KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN. tantangan pembangunan kota yang harus diatasi. Perkembangan kondisi Kota

BAB II KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN. tantangan pembangunan kota yang harus diatasi. Perkembangan kondisi Kota BAB II KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN A. Gambaran Umum Pemerintah Kota Medan Gambaran umum kondisi kota Medan memuat perkembangan kondisi Kota Medan sampai saat ini, capaian hasil pembangunan kota sebelumnya

Lebih terperinci

BUPATI BELITUNG PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN BUPATI BELITUNG NOMOR 33 TAHUN 2014 TENTANG

BUPATI BELITUNG PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN BUPATI BELITUNG NOMOR 33 TAHUN 2014 TENTANG SALINAN BUPATI BELITUNG PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN BUPATI BELITUNG NOMOR 33 TAHUN 2014 TENTANG PENJABARAN TUGAS DAN FUNGSI BADAN PENANAMAN MODAL DAN PELAYANAN PERIZINAN TERPADU KABUPATEN

Lebih terperinci

3.4 Penentuan Isu-isu Strategis

3.4 Penentuan Isu-isu Strategis Negeri atas tugas pokok dan fungsinya dengan memperhatikan visi, misi, dan arah kebijakan Pemerintah Republik Indonesia untuk lima tahun ke depan, serta kondisi obyektif dan dinamika lingkungan strategis,

Lebih terperinci

DINAS PENANAMAN MODAL DAN PELAYANAN PERIZINAN TERPADU KABUPATEN BOYOLALI

DINAS PENANAMAN MODAL DAN PELAYANAN PERIZINAN TERPADU KABUPATEN BOYOLALI KATA PENGANTAR Puji syukur kami sampaikan kehadirat Allah S.W.T yang telah melimpahkan berkah dan rahmat-nya sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan Rencana Strategis (Renstra) Dinas Penanaman Modal

Lebih terperinci

BUPATI BELITUNG PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN BUPATI BELITUNG NOMOR 49 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI BELITUNG PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN BUPATI BELITUNG NOMOR 49 TAHUN 2016 TENTANG SALINAN BUPATI BELITUNG PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN BUPATI BELITUNG NOMOR 49 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI, SERTA TATA KERJA DINAS PENANAMAN MODAL,

Lebih terperinci

BAB II BADAN PENGELOLA KEUANGAN DAERAH (BPKD) KOTA MEDAN. bagian keuangan kota Medan terdiri dari 5 sub bagian yaitu : anggaran,

BAB II BADAN PENGELOLA KEUANGAN DAERAH (BPKD) KOTA MEDAN. bagian keuangan kota Medan terdiri dari 5 sub bagian yaitu : anggaran, 6 BAB II BADAN PENGELOLA KEUANGAN DAERAH (BPKD) KOTA MEDAN A. Sejarah Ringkas Perusahaan BPKD dahulu masih berupa unit kerja yang kecil yaitu bagian keuangan sekretariat daerah kota Medan dengan tugas

Lebih terperinci

Menetapkan : PERATURAN BUPATI TENTANG URAIAN TUGAS DAN FUNGSI JABATAN STRUKTURAL PADA BADAN PENANAMAN MODAL DAN PELAYANAN TERPADU SATU PINTU

Menetapkan : PERATURAN BUPATI TENTANG URAIAN TUGAS DAN FUNGSI JABATAN STRUKTURAL PADA BADAN PENANAMAN MODAL DAN PELAYANAN TERPADU SATU PINTU PERATURAN BUPATI KARANGANYAR NOMOR 10 TAHUN 2015 TENTANG URAIAN TUGAS DAN FUNGSI JABATAN STRUKTURAL PADA BADAN PENANAMAN MODAL DAN PELAYANAN TERPADU SATU PINTU BUPATI KARANGANYAR, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

BUPATI SINJAI PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN BUPATI SINJAI NOMOR 71 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI SINJAI PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN BUPATI SINJAI NOMOR 71 TAHUN 2016 TENTANG BUPATI SINJAI PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN BUPATI SINJAI NOMOR 71 TAHUN 2016 TENTANG SUSUNAN ORGANISASI, KEDUDUKAN, TUGAS POKOK DAN FUNGSI SERTA TATA KERJA DINAS PENANAMAN MODAL DAN PELAYANAN TERPADU

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Bandung, Januari 2015 KEPALA BADAN PENANAMAN MODAL DAN PERIJINAN TERPADU PROVINSI JAWA BARAT

KATA PENGANTAR. Bandung, Januari 2015 KEPALA BADAN PENANAMAN MODAL DAN PERIJINAN TERPADU PROVINSI JAWA BARAT KATA PENGANTAR Sebagai tindaklanjut dari Instruksi Presiden Nomor 7 Tahun 1999 Tentang Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah, yang mewajibkan bagi setiap pimpinan instansi pemerintah untuk mempertanggungjawabkan

Lebih terperinci

REVISI RENCANA STRATEGIS

REVISI RENCANA STRATEGIS REVISI RENCANA STRATEGIS TAHUN 2013 S/D 2018 DINAS PENANAMAN MODAL DAN PELAYANAN TERPADU SATU PINTU KABUPATEN GIANYAR 1 KATA PENGANTAR Revisi III Renstra Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu

Lebih terperinci

BUPATI PURBALINGGA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI PURBALINGGA NOMOR 92 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI PURBALINGGA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI PURBALINGGA NOMOR 92 TAHUN 2016 TENTANG SALINAN BUPATI PURBALINGGA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI PURBALINGGA NOMOR 92 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI, SERTA TATA KERJA DINAS PENANAMAN MODAL DAN PELAYANAN

Lebih terperinci

WALIKOTA BANJAR PERATURAN WALIKOTA BANJAR NOMOR 33 TAHUN 2012 TENTANG

WALIKOTA BANJAR PERATURAN WALIKOTA BANJAR NOMOR 33 TAHUN 2012 TENTANG WALIKOTA BANJAR PERATURAN WALIKOTA BANJAR NOMOR 33 TAHUN 2012 TENTANG TUGAS POKOK, FUNGSI DAN TATA KERJA UNSUR ORGANISASI BADAN PENANAMAN MODAL DAN PELAYANAN PERIZINAN TERPADU KOTA BANJAR DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KOTA BEKASI

BERITA DAERAH KOTA BEKASI BERITA DAERAH KOTA BEKASI NOMOR : 33 2015 SERI : E PERATURAN WALIKOTA BEKASI NOMOR 33 TAHUN 2015 TENTANG PEDOMAN PENYELENGGARAAN PELAYANAN ADMINISTRASI TERPADU KECAMATAN DI KOTA BEKASI DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN PURBALINGGA NOMOR 34 TAHUN 2005

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN PURBALINGGA NOMOR 34 TAHUN 2005 LEMBARAN DAERAH KABUPATEN PURBALINGGA NOMOR 34 TAHUN 2005 PEMERINTAH KABUPATEN PURBALINGGA NOMOR 34 TAHUN 2005 TENTANG SUSUNAN ORGANISASI DAN TATAKERJA KECAMATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI

Lebih terperinci

PERATURAN GUBERNUR SUMATERA BARAT NOMOR : 33 TAHUN 2015

PERATURAN GUBERNUR SUMATERA BARAT NOMOR : 33 TAHUN 2015 PERATURAN GUBERNUR SUMATERA BARAT NOMOR : 33 TAHUN 2015 TENTANG RINCIAN TUGAS POKOK, FUNGSI DAN TATA KERJA BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL DAN PELAYANAN PERIZINAN TERPADU PROVINSI SUMATERA BARAT DENGAN

Lebih terperinci

BAB III OBJEK DAN METODOLOGI PENELITIAN

BAB III OBJEK DAN METODOLOGI PENELITIAN BAB III OBJEK DAN METODOLOGI PENELITIAN III.1. Objek Penelitian III.1.1. Gambaran Umum Kota Tangerang III.1.1.1. Proses Terbentuknya Kota Tangerang Pembangunan kota administratif Tangerang secara makro

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANJAR

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANJAR 1 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANJAR NOMOR 16 TAHUN 2007 TENTANG PEMBENTUKAN, ORGANISASI DAN TATA KERJA KANTOR PELAYANAN TERPADU SATU PINTU KABUPATEN BANJAR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANJAR,

Lebih terperinci

WALIKOTA DEPOK PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN WALIKOTA DEPOK NOMOR 77 TAHUN 2016

WALIKOTA DEPOK PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN WALIKOTA DEPOK NOMOR 77 TAHUN 2016 SALINAN WALIKOTA DEPOK PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN WALIKOTA DEPOK NOMOR 77 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI SERTA TATA KERJADINAS PENANAMAN MODAL DAN PELAYANAN TERPADU

Lebih terperinci

BADAN PENANAMAN MODAL DAN PELAYANAN PERIZINAN TERPADU SATU PINTU KABUPATEN KEDIRI

BADAN PENANAMAN MODAL DAN PELAYANAN PERIZINAN TERPADU SATU PINTU KABUPATEN KEDIRI BADAN PENANAMAN MODAL DAN PELAYANAN PERIZINAN TERPADU SATU PINTU KABUPATEN KEDIRI 1. VISI BPM-P2TSP KAB. KEDIRI Visi merupakan cara pandang jauh ke depan dari suatu lembaga/institusi yang harus dibawa

Lebih terperinci

BAB V RENCANA PROGRAM, KEGIATAN, INDIKATOR KINERJA, KELOMPOK SASARAN DAN PENDANAAN INDIKATIF

BAB V RENCANA PROGRAM, KEGIATAN, INDIKATOR KINERJA, KELOMPOK SASARAN DAN PENDANAAN INDIKATIF BAB V RENCANA PROGRAM, KEGIATAN, INDIKATOR KINERJA, KELOMPOK SASARAN DAN PENDANAAN INDIKATIF Dalam upaya pencapaian Visi Misi Badan Pelayanan Perizinan Terpadu dan Penanaman Modal Kabupaten Lamandau, serta

Lebih terperinci

BAB II BADAN PENGELOLA KEUANGAN DAERAH (BPKD) KOTAMEDAN. kecil yaitu bagian keuangan sekretariat daerah kota Medan dengan tugas

BAB II BADAN PENGELOLA KEUANGAN DAERAH (BPKD) KOTAMEDAN. kecil yaitu bagian keuangan sekretariat daerah kota Medan dengan tugas BAB II BADAN PENGELOLA KEUANGAN DAERAH (BPKD) KOTAMEDAN A. Sejarah Ringkas Instansi Badan Pengelola Keuangan Daerah dahulu masih berupa unit kerja yang kecil yaitu bagian keuangan sekretariat daerah kota

Lebih terperinci

WALIKOTA DEPOK PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN WALIKOTA DEPOK NOMOR 108 TAHUN 2016 TENTANG

WALIKOTA DEPOK PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN WALIKOTA DEPOK NOMOR 108 TAHUN 2016 TENTANG SALINAN SALINAN WALIKOTA DEPOK PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN WALIKOTA DEPOK NOMOR 108 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI SERTA TATA KERJA DINAS KOPERASI DAN USAHA MIKRO

Lebih terperinci

MEMUTUSKAN : PERATURAN WALIKOTA TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS, FUNGSI, DAN TATA KERJA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH

MEMUTUSKAN : PERATURAN WALIKOTA TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS, FUNGSI, DAN TATA KERJA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH PERATURAN WALIKOTA PADANG NOMOR 88 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS, FUNGSI, DAN TATA KERJA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA PADANG,

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KABUPATEN PURWAKARTA

BERITA DAERAH KABUPATEN PURWAKARTA BERITA DAERAH KABUPATEN PURWAKARTA NOMOR : 20 TAHUN 2007 SERI PERATURAN BUPATI PURWAKARTA NOMOR 16 TAHUN 2007 TENTANG PENJABARAN TUGAS POKOK DAN FUNGSI BADAN PENANAMAN MODAL DAN PELAYANAN TERPADU SATU

Lebih terperinci

BUPATI WONOSOBO PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI WONOSOBO NOMOR 77 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI WONOSOBO PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI WONOSOBO NOMOR 77 TAHUN 2016 TENTANG SALINAN BUPATI WONOSOBO PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI WONOSOBO NOMOR 77 TAHUN 2016 TENTANG RINCIAN TUGAS DINAS PENANAMAN MODAL DAN PELAYANAN TERPADU SATU PINTU KABUPATEN WONOSOBO DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

BUPATI LOMBOK BARAT PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

BUPATI LOMBOK BARAT PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT BUPATI LOMBOK BARAT PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT PERATURAN BUPATI LOMBOK BARAT NOMOR 69 TAHUN 2016 TENTANG RINCIAN TUGAS, FUNGSI DAN TATA KERJA DINAS PENANAMAN MODAL DAN PELAYANAN TERPADU SATU PINTU Menimbang

Lebih terperinci

BUPATI BARITO UTARA PROVINSI KALIMANTAN TENGAH

BUPATI BARITO UTARA PROVINSI KALIMANTAN TENGAH BUPATI BARITO UTARA PROVINSI KALIMANTAN TENGAH PERATURAN BUPATI BARITO UTARA NOMOR 17 TAHUN 2017 TENTANG TUGAS DAN URAIAN TUGAS JABATAN PADA DINAS PENANAMAN MODAL DAN PELAYANAN TERPADU SATU PINTU KABUPATEN

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM KANTOR DINAS PENDAPATAN KOTA MEDAN. A. Sejarah Singkat Dinas Pendapatan Kota Medan

BAB II GAMBARAN UMUM KANTOR DINAS PENDAPATAN KOTA MEDAN. A. Sejarah Singkat Dinas Pendapatan Kota Medan BAB II GAMBARAN UMUM KANTOR DINAS PENDAPATAN KOTA MEDAN A. Sejarah Singkat Dinas Pendapatan Kota Medan Pada mulanya Dinas Pendapatan Kota Medan adalah suatu sub bagian pada bagian keuangan yang mengelola

Lebih terperinci

PEMERINTAH DAERAH KOTA SAMARINDA

PEMERINTAH DAERAH KOTA SAMARINDA PEMERINTAH DAERAH KOTA SAMARINDA PERATURAN DAERAH KOTA SAMARINDA NOMOR : 9 TAHUN 2008 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA SEKRETARIAT DAERAH KOTA SAMARINDA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA SAMARINDA,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Perencanaan adalah suatu proses untuk menentukan tindakan masa depan yang tepat, melalui urutan pilihan, dengan memperhitungkan sumber daya yang tersedia. Perencanaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Rencana kerja adalah dokumen rencana yang memuat program dan kegiatan yang diperlukan untuk mencapai sasaran pembangunan, dalam bentuk kerangka regulasi dan kerangka

Lebih terperinci

BAB II PROFIL BADAN PENGELOLA KEUANGAN DAERAH (BPKD) KOTA MEDAN. kerja yang kecil yaitu bagian keuangan sekretariat daerah Kota Medan dengan

BAB II PROFIL BADAN PENGELOLA KEUANGAN DAERAH (BPKD) KOTA MEDAN. kerja yang kecil yaitu bagian keuangan sekretariat daerah Kota Medan dengan BAB II PROFIL BADAN PENGELOLA KEUANGAN DAERAH (BPKD) KOTA MEDAN A. Sejarah Ringkas Badan Pengelola Keuangan Daerah (BPKD) dahulu masih berupa unit kerja yang kecil yaitu bagian keuangan sekretariat daerah

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KOTA BEKASI

BERITA DAERAH KOTA BEKASI BERITA DAERAH KOTA BEKASI NOMOR : 80 2016 SERI : D PERATURAN WALI KOTA BEKASI NOMOR 80 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS POKOK DAN FUNGSI SERTA TATA KERJA PADA DINAS PENANAMAN MODAL

Lebih terperinci

WALIKOTA PADANG PROVINSI SUMATERA BARAT

WALIKOTA PADANG PROVINSI SUMATERA BARAT WALIKOTA PADANG PROVINSI SUMATERA BARAT PERATURAN WALIKOTA PADANG NOMOR 37 TAHUN 2015 TENTANG PENJABARAN TUGAS POKOK DAN FUNGSI BADAN PENANAMAN MODAL DAN PELAYANAN TERPADU SATU PINTU Menimbang DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

WALIKOTA TANGERANG SELATAN

WALIKOTA TANGERANG SELATAN SALINAN WALIKOTA TANGERANG SELATAN PERATURAN WALIKOTA TANGERANG SELATAN NOMOR 29 TAHUN 2011 TENTANG TUGAS POKOK, FUNGSI DAN TATA KERJA INSPEKTORAT KOTA TANGERANG SELATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KOTA BOGOR. Nomor 11 Tahun 2015 Seri E Nomor 7 PERATURAN WALIKOTA BOGOR NOMOR 11 TAHUN 2015 TENTANG

BERITA DAERAH KOTA BOGOR. Nomor 11 Tahun 2015 Seri E Nomor 7 PERATURAN WALIKOTA BOGOR NOMOR 11 TAHUN 2015 TENTANG BERITA DAERAH KOTA BOGOR Nomor 11 Tahun 2015 Seri E Nomor 7 PERATURAN WALIKOTA BOGOR NOMOR 11 TAHUN 2015 TENTANG PELIMPAHAN SEBAGIAN KEWENANGAN WALIKOTA KEPADA CAMAT UNTUK MELAKSANAKAN URUSAN PEMERINTAHAN

Lebih terperinci

W A L I K O T A Y O G Y A K A R T A

W A L I K O T A Y O G Y A K A R T A W A L I K O T A Y O G Y A K A R T A PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 85 TAHUN 2008 TENTANG FUNGSI, RINCIAN TUGAS DAN TATA KERJA DINAS PERIZINAN KOTA YOGYAKARTA WALIKOTA YOGYAKARTA, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

PELAYANAN PEMBUATAN SURAT IZIN MENDIRIKAN BANGUNAN DI BADAN PELAYANAN PERIZINAN TERPADU (BP2T) KOTA PONTIANAK

PELAYANAN PEMBUATAN SURAT IZIN MENDIRIKAN BANGUNAN DI BADAN PELAYANAN PERIZINAN TERPADU (BP2T) KOTA PONTIANAK PELAYANAN PEMBUATAN SURAT IZIN MENDIRIKAN BANGUNAN DI BADAN PELAYANAN PERIZINAN TERPADU (BP2T) KOTA PONTIANAK Oleh : SEPTI ORLANDINA NIM. E21108071 Program Studi Ilmu Administrasi Negara Fakultas Ilmu

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 57 TAHUN 2007 TENTANG PETUNJUK TEKNIS PENATAAN ORGANISASI PERANGKAT DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 57 TAHUN 2007 TENTANG PETUNJUK TEKNIS PENATAAN ORGANISASI PERANGKAT DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 57 TAHUN 2007 TENTANG PETUNJUK TEKNIS PENATAAN ORGANISASI PERANGKAT DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI DALAM NEGERI, Menimbang Mengingat : a. bahwa dalam

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 57 TAHUN 2007 TENTANG PETUNJUK TEKNIS PENATAAN ORGANISASI PERANGKAT DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 57 TAHUN 2007 TENTANG PETUNJUK TEKNIS PENATAAN ORGANISASI PERANGKAT DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 57 TAHUN 2007 TENTANG PETUNJUK TEKNIS PENATAAN ORGANISASI PERANGKAT DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI DALAM NEGERI, Menimbang Mengingat : a. bahwa dalam

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Kediri, Januari Kepala DPM-PTSP Kabupaten Kediri. Drs. INDRA TARUNA. ttd.

KATA PENGANTAR. Kediri, Januari Kepala DPM-PTSP Kabupaten Kediri. Drs. INDRA TARUNA. ttd. KATA PENGANTAR Puji syukur kita panjatkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat Rahmat dan Hidayah-Nya, Laporan Standar Pelayanan Minimal (SPM) Bidang Pemerintah Kabupaten Kediri Tahun

Lebih terperinci

Walikota Tasikmalaya

Walikota Tasikmalaya Walikota Tasikmalaya Provinsi Jawa Barat alikota PERATURAN WALIKOTA TASIKMALAYA NOMOR 64 TAHUN 2016 TENTANG TUGAS POKOK DAN RINCIAN TUGAS UNIT DINAS PENANAMAN MODAL DAN PELAYANAN TERPADU SATU PINTU KOTA

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI TUGAS AKHIR. A. Sejarah Singkat Badan Pengelola Pajak dan Retribusi Daerah Kota

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI TUGAS AKHIR. A. Sejarah Singkat Badan Pengelola Pajak dan Retribusi Daerah Kota BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI TUGAS AKHIR A. Sejarah Singkat Badan Pengelola Pajak dan Retribusi Daerah Kota Medan Pada awalnya Badan Pengelola Pajak dan Retribusi Daerah Kota Medan adalah suatu sub bagian

Lebih terperinci

RENCANA KINERJA TAHUNAN SEKRETARIAT JENDERAL TAHUN 2012

RENCANA KINERJA TAHUNAN SEKRETARIAT JENDERAL TAHUN 2012 RENCANA KINERJA TAHUNAN SEKRETARIAT JENDERAL TAHUN 2012 SEKRETARIAT JENDERAL KEMENTERIAN PERTANIAN 2011 KATA PENGANTAR Sesuai dengan INPRES Nomor 7 Tahun 1999, tentang Akuntabilits Kinerja Instansi Pemerintah

Lebih terperinci

WALIKOTA TANGERANG SELATAN

WALIKOTA TANGERANG SELATAN SALINAN WALIKOTA TANGERANG SELATAN PERATURAN WALIKOTA TANGERANG SELATAN NOMOR 23 TAHUN 2011 TENTANG TUGAS POKOK, FUNGSI DAN TATA KERJA BADAN PELAYANAN PERIJINAN TERPADU KOTA TANGERANG SELATAN DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

BUPATI BANYUWANGI PERATURAN BUPATI BANYUWANGI NOMOR 63 TAHUN 2011 TENTANG

BUPATI BANYUWANGI PERATURAN BUPATI BANYUWANGI NOMOR 63 TAHUN 2011 TENTANG BUPATI BANYUWANGI PERATURAN BUPATI BANYUWANGI NOMOR 63 TAHUN 2011 TENTANG RINCIAN TUGAS, FUNGSI DAN TATA KERJA BADAN PELAYANAN PERIZINAN TERPADU KABUPATEN BANYUWANGI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI

Lebih terperinci

BAB II BADAN PELAYANAN PERIJINAN TERPADU PROVSU. dengan sebutan Badan atau Kantor dan selanjutnya pada pasal 2 ayat 2

BAB II BADAN PELAYANAN PERIJINAN TERPADU PROVSU. dengan sebutan Badan atau Kantor dan selanjutnya pada pasal 2 ayat 2 BAB II BADAN PELAYANAN PERIJINAN TERPADU PROVSU A. Sejarah Singkat. Pada pasal 2 ayat 1 peraturan Menteri Dalam Negeri. Nomor 20 Tahun 2008 tentang Pedoman Organisasi dan Tata Kerja Unit Pelayanan Perizinan

Lebih terperinci

WALIKOTA BLITAR PROVINSI JAWA TIMUR

WALIKOTA BLITAR PROVINSI JAWA TIMUR WALIKOTA BLITAR PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN WALIKOTA BLITAR NOMOR 56 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI SERTA TATA KERJA INSPEKTORAT DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KOTA CIMAHI NOMOR : 97 TAHUN : 2009 SERI : D PERATURAN DAERAH KOTA CIMAHI NOMOR : 2 TAHUN 2009 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KOTA CIMAHI NOMOR : 97 TAHUN : 2009 SERI : D PERATURAN DAERAH KOTA CIMAHI NOMOR : 2 TAHUN 2009 TENTANG LEMBARAN DAERAH KOTA CIMAHI NOMOR : 97 TAHUN : 2009 SERI : D PERATURAN DAERAH KOTA CIMAHI NOMOR : 2 TAHUN 2009 TENTANG PENYELENGGARAAN PELAYANAN TERPADU SATU PINTU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA

Lebih terperinci

BUPATI TRENGGALEK PROVINSI JAWA TIMUR

BUPATI TRENGGALEK PROVINSI JAWA TIMUR BUPATI TRENGGALEK PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI TRENGGALEK NOMOR 27 TAHUN 2017 TENTANG PENJABARAN TUGAS DINAS PENANAMAN MODAL DAN PELAYANAN TERPADU SATU PINTU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI

Lebih terperinci

Renstra 2014 H a l a m a n 1 BAB I PENDAHULUAN

Renstra 2014 H a l a m a n 1 BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Pembangunan daerah merupakan satu kesatuan dengan pembangunan nasional, yang pelaksanaannya tetap dan senantiasa memperhatikan kondisi, potensi dan sumber daya daerah

Lebih terperinci

BUPATI KAYONG UTARA PERATURAN BUPATI KAYONG UTARA NOMOR 17 TAHUN 2012 TENTANG

BUPATI KAYONG UTARA PERATURAN BUPATI KAYONG UTARA NOMOR 17 TAHUN 2012 TENTANG BUPATI KAYONG UTARA PERATURAN BUPATI KAYONG UTARA NOMOR 17 TAHUN 2012 TENTANG TUGAS POKOK, FUNGSI, URAIAN TUGAS DAN TATA KERJA KANTOR PELAYANAN PERIZINAN TERPADU SATU PINTU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

PEMERINTAH KOTA SALATIGA DAFTAR INFORMASI PUBLIK RINGKASAN RENCANA KERJA BADAN PELAYANAN PERIZINAN TERPADU DAN PENANAMAN MODAL KOTA SALATIGA

PEMERINTAH KOTA SALATIGA DAFTAR INFORMASI PUBLIK RINGKASAN RENCANA KERJA BADAN PELAYANAN PERIZINAN TERPADU DAN PENANAMAN MODAL KOTA SALATIGA PEMERINTAH KOTA SALATIGA DAFTAR INFORMASI PUBLIK RINGKASAN RENCANA KERJA BADAN PELAYANAN PERIZINAN TERPADU DAN PENANAMAN MODAL KOTA SALATIGA TAHUN 2017 1 PERENCANAAN KINERJA 2.1. PERENCANAAN STRATEGIS

Lebih terperinci

PERATURAN BUPATI BIMA NOMOR 11 TAHUN 2009 TENTANG

PERATURAN BUPATI BIMA NOMOR 11 TAHUN 2009 TENTANG B U P A T I B I M A PERATURAN BUPATI BIMA NOMOR 11 TAHUN 2009 TENTANG PEMBENTUKAN, SUSUNAN, KEDUDUKAN, TUGAS, FUNGSI DAN TATA KERJA KANTOR PELAYANAN PERIZINAN TERPADU KABUPATEN BIMA BUPATI BIMA, Menimbang

Lebih terperinci

BUPATI HUMBANG HASUNDUTAN

BUPATI HUMBANG HASUNDUTAN BUPATI HUMBANG HASUNDUTAN PERATURAN DAERAH HUMBANG HASUNDUTAN NOMOR 6 TAHUN 2011 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA KANTOR PELAYANAN PERIJINAN TERPADU KABUPATEN HUMBANG HASUNDUTAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

PERATURAN WALIKOTA MEDAN NOMOR 1 TAHUN 2012 TENTANG RINCIAN TUGAS POKOK DAN FUNGSI BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KOTA MEDAN

PERATURAN WALIKOTA MEDAN NOMOR 1 TAHUN 2012 TENTANG RINCIAN TUGAS POKOK DAN FUNGSI BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KOTA MEDAN PERATURAN WALIKOTA MEDAN NOMOR 1 TAHUN 2012 TENTANG RINCIAN TUGAS POKOK DAN FUNGSI BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KOTA MEDAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MEDAN, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA YOGYAKARTA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA YOGYAKARTA, WALIKOTA YOGYAKARTA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 61 TAHUN 2017 TENTANG SUSUNAN ORGANISASI, KEDUDUKAN, TUGAS, FUNGSI DAN TATA KERJA DINAS PARIWISATA KOTA YOGYAKARTA DENGAN

Lebih terperinci

PERATURAN BUPATI PANDEGLANG NOMOR 32 TAHUN 2014 TENTANG

PERATURAN BUPATI PANDEGLANG NOMOR 32 TAHUN 2014 TENTANG PERATURAN BUPATI PANDEGLANG NOMOR 32 TAHUN 2014 TENTANG RINCIAN TUGAS, FUNGSI DAN TATA KERJA BADAN PENANAMAN MODAL DAN PELAYANAN PERIZINAN TERPADU SATU PINTU (BPMPPTSP) KABUPATEN PANDEGLANG DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

WALIKOTA YOGYAKARTA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

WALIKOTA YOGYAKARTA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA WALIKOTA YOGYAKARTA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 76 TAHUN 2016 TENTANG SUSUNAN ORGANISASI, KEDUDUKAN, TUGAS, FUNGSI DAN TATA KERJA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. penyelenggaraan pemerintah yang baik ( good governance ) yang merupakan. salah satu isu yang sangat mengemuka.

BAB 1 PENDAHULUAN. penyelenggaraan pemerintah yang baik ( good governance ) yang merupakan. salah satu isu yang sangat mengemuka. BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG MASALAH Reformasi dan otonomi daerah membawa perubahan yang besar terhadap seluruh aspek kehidupan masyarakat dan juga perubahan terhadap jalannya pemerintahan. Salah

Lebih terperinci

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP) PELAYANAN PERMOHONAN DATA KEPENDUDUKAN

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP) PELAYANAN PERMOHONAN DATA KEPENDUDUKAN STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP) PELAYANAN PERMOHONAN DATA KEPENDUDUKAN PADA DINAS KEPENDUDUKAN DAN TAHUN 2013 6 DINAS KEPENDUDUKAN DAN STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP) PELAYANAN PERMOHONAN DATA KEPENDUDUKAN

Lebih terperinci

BUPATI SUKOHARJO PERATURAN BUPATI SUKOHARJO NOMOR 59 TAHUN 2008

BUPATI SUKOHARJO PERATURAN BUPATI SUKOHARJO NOMOR 59 TAHUN 2008 BUPATI SUKOHARJO PERATURAN BUPATI SUKOHARJO NOMOR 59 TAHUN 2008 TENTANG PENJABARAN TUGAS POKOK, FUNGSI DAN URAIAN TUGAS JABATAN STRUKTURAL PADA KANTOR PENANAMAN MODAL KABUPATEN SUKOHARJO BUPATI SUKOHARJO,

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KOTA SORONG

PERATURAN DAERAH KOTA SORONG SALINAN WALIKOTA SORONG PERATURAN DAERAH KOTA SORONG NOMOR 11 TAHUN 2013 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN PELAYANAN PERIZINAN TERPADU, PENANAMAN MODAL DAN INVESTASI KOTA SORONG DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN TIMUR NOMOR 11 TAHUN 2008 TENTANG PEMBENTUKAN ORGANISASI DAN TATA KERJA LEMBAGA YANG DIBENTUK DENGAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN TERSENDIRI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

BAB III OBYEK LAPORAN KKL. diberdayakan, antara lain menyangkut Sumber Daya Air, Sumber Daya Alam dan

BAB III OBYEK LAPORAN KKL. diberdayakan, antara lain menyangkut Sumber Daya Air, Sumber Daya Alam dan BAB III OBYEK LAPORAN KKL 3.1 Gambaran Umum Provinsi Jawa Barat Letak Geografis Provinsi Jawa Barat salah satu provinsi si Indonesia yang memiliki alan dan pemandangan yang indah serta memiliki berbagai

Lebih terperinci

BUPATI CIAMIS PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI CIAMIS NOMOR 63 TAHUN 2016

BUPATI CIAMIS PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI CIAMIS NOMOR 63 TAHUN 2016 BUPATI CIAMIS PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI CIAMIS NOMOR 63 TAHUN 2016 TENTANG TUGAS, FUNGSI DAN TATA KERJA UNSUR ORGANISASI KECAMATAN DAN KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI CIAMIS,

Lebih terperinci

WALIKOTA BLITAR PROVINSI JAWA TIMUR

WALIKOTA BLITAR PROVINSI JAWA TIMUR WALIKOTA BLITAR PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN WALIKOTA BLITAR NOMOR 67 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI SERTA TATA KERJA DINAS KOPERASI DAN USAHA MIKRO DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

BUPATI KULON PROGO DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN BUPATI KULON PROGO NOMOR 66 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI KULON PROGO DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN BUPATI KULON PROGO NOMOR 66 TAHUN 2016 TENTANG SALINAN BUPATI KULON PROGO DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN BUPATI KULON PROGO NOMOR 66 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, FUNGSI DAN TUGAS SERTA TATA KERJA PADA DINAS PENANAMAN MODAL

Lebih terperinci

GUBERNUR KALIMANTAN UTARA

GUBERNUR KALIMANTAN UTARA 1 GUBERNUR KALIMANTAN UTARA PERATURAN GUBERNUR KALIMANTAN UTARA NOMOR 10 TAHUN 2014 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA INSPEKTORAT, BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH, SATUAN POLISI PAMONG PRAJA DAN LEMBAGA

Lebih terperinci

BUPATI PENAJAM PASER UTARA PROVINSI KALIMANTAN TIMUR

BUPATI PENAJAM PASER UTARA PROVINSI KALIMANTAN TIMUR 9 BUPATI PENAJAM PASER UTARA PROVINSI KALIMANTAN TIMUR PERATURAN BUPATI PENAJAM PASER UTARA NOMOR 42 TAHUN 2014 TENTANG TUGAS POKOK, FUNGSI DAN RINCIAN TUGAS BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KABUPATEN

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MALANG,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MALANG, S A L I N A N NOMOR 1/D, 2008 PERATURAN DAERAH KOTA MALANG NOMOR 5 TAHUN 2008 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA SEKRETARIAT DAERAH, SEKRETARIAT DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH DAN STAF AHLI DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

WALIKOTA PEKALONGAN PROVINSI JAWA TENGAH

WALIKOTA PEKALONGAN PROVINSI JAWA TENGAH WALIKOTA PEKALONGAN PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN WALIKOTA PEKALONGAN NOMOR 66 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI SERTA TATA KERJA DINAS PENANAMAN MODAL DAN PELAYANAN TERPADU

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BELITUNG TIMUR NOMOR 9 TAHUN 2012 TENTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BELITUNG TIMUR NOMOR 9 TAHUN 2012 TENTANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN BELITUNG TIMUR NOMOR 9 TAHUN 2012 TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN BELITUNG TIMUR NOMOR 18 TAHUN 2008 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA INSPEKTORAT, BADAN

Lebih terperinci

TENTANG WALIKOTA BEKASI,

TENTANG WALIKOTA BEKASI, BERITA DAERAH KOTA BEKASI NOMOR : 35 2010 SERI : D PERATURAN WALIKOTA BEKASI NOMOR 35 TAHUN 2010 TENTANG TUGAS, FUNGSI DAN TATA KERJA SERTA RINCIAN TUGAS JABATAN PADA SEKRETARIAT DAERAH KOTA BEKASI DENGAN

Lebih terperinci

1 SALINAN GUBERNUR PROVINSI MALUKU PERATURAN DAERAH PROVINSI MALUKU NOMOR 22 TAHUN 2014 TENTANG

1 SALINAN GUBERNUR PROVINSI MALUKU PERATURAN DAERAH PROVINSI MALUKU NOMOR 22 TAHUN 2014 TENTANG 1 SALINAN GUBERNUR PROVINSI MALUKU PERATURAN DAERAH PROVINSI MALUKU NOMOR 22 TAHUN 2014 TENTANG PEMBENTUKAN ORGANISASI DAN TATA KERJA SEKRETARIAT DAERAH PROVINSI MALUKU DAN SEKRETARIAT DEWAN PERWAKILAN

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL ( Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul ) Nomor : 66 Tahun : 2016

BERITA DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL ( Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul ) Nomor : 66 Tahun : 2016 BERITA DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL ( Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul ) Nomor : 66 Tahun : 2016 PERATURAN BUPATI GUNUNGKIDUL NOMOR 66 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS,

Lebih terperinci

WALIKOTA YOGYAKARTA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

WALIKOTA YOGYAKARTA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA WALIKOTA YOGYAKARTA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 77 TAHUN 2016 TENTANG SUSUNAN ORGANISASI, KEDUDUKAN, TUGAS, FUNGSI DAN TATA KERJA DINAS PENANAMAN MODAL DAN PERIZINAN

Lebih terperinci

NASKAH PUBLIKASI. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1. Pendidilam Pancasila dan Kewarganegaraan

NASKAH PUBLIKASI. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1. Pendidilam Pancasila dan Kewarganegaraan PROFESIONALISME KINERJA PERANGKAT KELURAHAN DALAM MEMBERIKAN PELAYANAN PUBLIK (Studi Kasus di Kelurahan Bolong Kecamatan Karanganyar Kabupaten Karanganyar Tahun 2013) NASKAH PUBLIKASI Untuk Memenuhi Sebagian

Lebih terperinci