PENGEMBANGAN INSTRUMEN KOGNITIF LITERASI SAINS PADA POKOK BAHASAN TEKANAN DI KELAS VIII SMP KOTA BANJARMASIN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PENGEMBANGAN INSTRUMEN KOGNITIF LITERASI SAINS PADA POKOK BAHASAN TEKANAN DI KELAS VIII SMP KOTA BANJARMASIN"

Transkripsi

1 PENGEMBANGAN INSTRUMEN KOGNITIF LITERASI SAINS PADA POKOK BAHASAN TEKANAN DI KELAS VIII SMP KOTA BANJARMASIN Zainab, Mustika Wati, Sarah Miriam Program Studi Pendidikan Fisika FKIP ULM Banjarmasin Abstrak: Instrumen kognitif literasi sains masih terbilang baru dan belum banyak dikembangkan sehingga kemampuan literasi sains siswa yang masih rendah. Untuk itu dilakukan pengembangan instrument kognitif literasi sains yang bertujuan untuk mendiskripsikan (1) validitas instrument kognitif (2) reliabilitas instrument kognitif (3) tingkat kesukaran instrument kognitif dan (4) daya pembeda instrument kognitif. Penelitian pengembangan ini mengacu pada model pengembangan yang diadaptasi Borg and Gall. Pada tahap analisis kebutuhan serta pengumpulan data dilakukan analisis kebutuhan, kajian literatur dan observasi lapangan. Hasil analisis menunjukkan bahwa sangat dibutuhkannya instrumen kognitif literasi sains agar kemampuan literasi sains siswa menjadi lebih baik. Produk penelitian yang dikembangkan berupa instrumen kognitif untuk soal uraian. Teknik analisis data berupa validasi instrumen kognitif, reliabilitas instrumen kognitif, tingkat kesukaran instrumen kognitif dan daya pembeda. Hasil instrumen kognitif literasi sains menunjukkan bahwa (1) validitas instrumen kognitif yang dikembangkan tergolong dalam kategori baik (2) reliabilitas instrumen yang dikembangkan memiliki reliabel yang tinggi (3) tingkat kesukaran memiliki kriteria soal yang proporsional yaitu sukar 25%, sedang 50% dan mudah 25% (4) daya pembeda pada uji coba pemakaian soal yang diterima 58,4%, soal yang diterima tetapi perlu diperbaiki 33,3%, dan soal yang dibuang 8,3%. Maka dapat disimpulkan bahwa pengembangan instrumen kognitif literasi sains dapat digunakan sebagai evaluasi dalam pembelajaran. Kata kunci: Instrumen kognitif, Literasi sains. Abstract: The cognitive instrument of science literature still relatively new and not yet widely developed so student s skill of sains literacy still low. For that further, investigated to the development cognitive instruments of sains literacy who has aimed to describe: (1) Validity of cognitive instruments, (2) reliability of cognitive instruments, (3) level of difficulty of cognitive instruments, and (4) distinguishing capacity of cognitive instruments. This development research refered to the development model which was adapted by Borg and Gall. In the analysis step, the needs and callecting the data were done by anylizing the nessesary, literature review and field observation. The analysis result showed that the cogvitive instrument of science literature was needed so that the science literature ability of students became better. The reseach product which was developed was cognitive instrument for the descriptin questions. The techniques of analysis were cognitive nstrument, cognitive instrument reliability, difficulty evel of cognitive instrument and distinguishing capacity. The result of science literature cognitive instrument showed that (1) the validity of cognitive instrument which was developed classified in good category, (2) the developed instrument realibility had high reliable, (3) level of difficulty has proportional question criteria that is 25 % of difficult, 50 % of medium and 25 % of easy, and (4) the distinguishing capacity in the use of problem test can received is 58,4%, the questions which had recieved but need to be fix was 33,3% and omitted questions were 113

2 8,3%. It can be concluded that the cognitive instrument development of science literature can be used as evaluation in learning activity. Key words: Cognitive instrument, Science literature. PENDAHULUAN Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional yaitu salah satu upaya untuk menyelenggarakan pendidikan nasional tersebut prinsip yang harus diperhatikan salah satunya adalah pendidikan diselenggarakan dengan mengembangkan budaya membaca, menulis, dan berhitung bagi segenap warga masyarakat. Kemudian dalam undang-undang No.20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional tersebut, maka ditetapkan peraturan pemerintah No.19 tahun 2005 tentang standar nasional pendidikan. Dalam peraturan ini pada Bab I tentang ketentuan umum pasal 1 ayat (11) dan pada Bab II pasal 2 ayat (1) dijelaskan bahwa terdapat standar penilaian pendidikan adalah standar nasional pendidikan yang berkaitan dengan mekanisme, prosedur, dan instrumen penilaian hasil belajar peserta didik. Permasalahan lainnya adalah dalam hal kemampuan literasi sains, literasi sains yaitu kemampuan untuk memahami pengetahuan sains yang masih sangat rendah skor yang dicapai bangsa Indonesia dalam PISA (Programme for International Student Assesment) pada tahun 2006, 2009, 2012, dan 2015 berturut-turut adalah 395, 383, 382, dan 403 dengan rata-rata skor umum untuk keseluruhan negara adalah 500. Dari hasil pencapaian skor diatas bahwa kemampuan bangsa kita masih berada dibawah rata-rata atau kemampuan literasi bangsa kita dalam kategori literasi sains yang rendah. Hasil PISA yang rendah tersebut tentunya disebabkan oleh banyak faktor. Pertama rendahnya kemampuan literasi sains yang disebabkan oleh keterbiasaan dalam pembelajaran IPA yang mengabaikan pentingnya kemampuan peserta didik dalam membaca dan menulis sains sebagai kompetensi yang harus dimiliki (Rohmi, 2015). Kedua, siswa pada umumnya kurang terlatih dalam menyelesaikan soal-soal dengan karakteristik seperti soal-soal yang menerapkan literasi sains. Berdasarkan dari hasil observasi yang ditemukan bahwa pembalajaran IPA yang dilakukan sudah menerapkan literasi sains sebelum pembelajaran dilakukan, tetapi pada instrumen penilaian belum mengarah pada 114

3 pengetahuan literasi sains dan juga dalam menyampaikan pembelajaran guru masih tidak memulai dengan menghadirkan fenomena-fenomena ilmiah, akibatnya peserta didik kesulitan dalam mengaitkan konsep yang telah dipelajari dengan fenomena yang ada dalam kehidupan sehari-hari. Kemudian soal-soal yang diberikan masih terbatas pada soal-soal yang menuntut ingatan dan konsep, akibatnya peserta didik tidak terbiasa mengerjakan soal-soal yang mengarah pada pengukuran literasi sains. Berdasarkan uraian di atas, instrumen penilaian dapat digunakan untuk mengukur ketercapaian literasi sains siswa. Kemudian, hasil penilaian tersebut menjadi pertimbangan dalam merancang kurikulum pendidikan IPA dengan tujuan meningkatkan literasi sains, karena tidak semua peserta didik akan melanjutkan atau berminat menjadi ilmuan, namun mereka perlu dibekali cara-cara berpikir ilmiah agar dapat menjelaskan suatu fenomena secara ilmiah, mengevaluasi dan merancang penyelidikan ilmiah, serta mampu menginterpretasi data dan bukti-bukti secara ilmiah. Oleh karena itu peneliti mengembangkan instrumen kognitif literasi sains pada pokok bahasan tekanan di kelas VIII SMP kota Banjarmasin. Berdasarkan latar belakang yang telah dijelaskan di atas dapat dirumuskan masalah secara umum yaitu Bagaimana kualitas instrumen kognitif literasi sains pada pokok bahasan tekanan di kelas VIII SMP kota Banjarmasin?. Adapun tujuan dari penelitian ini secara umum yaitu Mendiskripsikan kualitas instrumen kognitif literasi sains pada pokok bahasan tekanan di kelas VIII SMP kota Bajarmasin. KAJIAN PUSTAKA Gall (2003) menyatakan penelitian pengembangan merupakan proses/metode yang digunakan untuk memvalidasi dan mengembangkan suatu produk yang berfungsi untuk memvalidasi dan menggembangkan produk itu sendiri. Matondang (2009) menyatakan instrumen merupakan alat ukur yang digunakan untuk mengukur atau mengumpulkan data dari suatu variabel. Ciri-ciri tes yang baik, yaitu diantaranya adalah: (1) Validitas Sebuah tes dikatakan valid apabila tes tersebut sesuai dengan keadaan nyatanya. Matondang (2009) menyatakan bahwa validitas isi merupakan sejauh mana pengujian dilakukan atas isinya untuk mewakili secara proporsional sampel yang diberikan tes. 115

4 (2) Reliabilitas Tes yang dapat dipercaya jika memberikan sebuah hasil yang akan tetap, walaupun dilakukan tes yang berulang-ulang. Widodo (2006) mengemukakan bahwa reliabilitas adalah ketepatan atau keakuratan dari suatu tes yang akan di ukur. (3) Tingkat kesukaran Rofiah (2013) menyatakan bahwa tingkat kesukaran merupakan sukar atau mudahnya dari sebuah tes. (4) Daya pembeda Daya pembeda yaitu kemampuan dari butir soal yang dapat membedakan antara siswa yang sudah memahami pelajaran dengan siswa yang belum belum memahami pelajaran (Syamsudin, 2012). Susongko (2010) tes uraian merupakan tes yang memberikan kebebasan untuk siswa menjawab dengan menggunakan nalarnya sendiri. Tes uraian bertujuan untuk mengukur pemahaman konsep siswa (Efendi, 2013). Mardapi (2012) merumuskan, Ranah kognitif merupakan kemampuan intelektual yang berkaitan erat dengan aspek pengetahuan. Menurut taksonomi Bloom, ranah kognitif dibagi dan disusun secara hirarkis ada 6 tahapan yaitu (1) pengetahuan, (2) pemahaman, (3) penerapan, (4) analisis, (5) evaluasi, dan (6) kreasi. Literasi sains merupakan istilah yang digunakan secara luas sebagai karakteristik penting yang harus dimiliki oleh setiap masyarakat modern yang meliputi tujuan pendidikan sains (Rohmi, 2015). Menurut Toharudin (2011) Literasi sains merupakan kemampuan seseorang untuk memahami, mengomunikasikan, serta menerapkan pengetahuan sains untuk memecahkan masalah dalam mengambil keputusan berdasarkan dari petimbangan sains. Kemudian menurut pendapat Hurd dalam Rohmi (2015) mengatakan bahwa, Literasi sains merupakan kemampuan untuk memahami proses sains dan mendapatkan informasi ilmiah secara bermakna yang tersedia dikehidupan sehari-hari. Literasi sains (scientific literacy) kini menjadi tuntutan untuk dikuasai oleh setiap individu baik dalam kehidupan sehari-hari maupun dalam dunia pekerjaan (Admoko, 2017). Berdasarkan beberapa definisi literasi diatas maka dapat disimpulkan bahwa literasi merupakan suatu kemampuan menggunakan konsep sains untuk mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari, menjelaskan fenomena ilmiah serta menggambarkan fenomena tersebut berdasarkan buktibukti ilmiah. Aspek konteks sains dalam 116

5 penilaian literasi sains PISA adalah keterlibatan siswa dalam berbagai situasi yang disajikan dalam bentuk isu-isu yang berkaitan dengan sains dan teknologi memerlukan tiga domain kompetensi spesifik. Kompetensi tersebut didefinisikan literasi sains PISA 2015, yaitu menjelaskan fenomena secara ilmiah, mengevaluasi dan merancang penyelidikan ilmiah, menginterpretasi data dan bukti secara ilmiah. Teori tes modern atau Item Response Theory (IRT) bertujuan untuk memperbaiki kelemahan yang ada pada teori tes klasik (CTT), yaitu keterkaitan parameter item terhadap kelompok peserta didik dan parameter kemampuan peserta didik terhadap parameter item (Aminah, 2013). Model IRT yang digunakan pada pengembangan instrumen penilaian kognitif yakni model logistik satu parameter atau juga disebut dengan model Rasch, model logistik ini memiliki satu parameter item yaitu indeks kesukaran lokasi butir. Pada pengukuran IRT taraf kesukaran butir dikaitkan langsung dengan karakteristik butir. METODE PENELITIAN Desain penelitian pengembangan ini menggunakan model adaptasi Borg and Gall (2003). Secara visual dapat dilihat pada gambar 1 berikut. 117

6 Prosedur pengembangan yang dilaksanakan pada penelitian ini hanya sampai sembilan tahapan. Adapun tahaptahap pengembangannya adalah sebagai berikut: (1) Analisis kebutuhan Analisis kebutuhan pada penelitian ini untuk mengetahui instrumen penilaian yang digunakan oleh guru dalam pembelajaran IPA. (2) Pengumpulan data Pada tahap pengumpulan data setelah ditemukan potensi dan masalah dalam penelitian pengembangan maka kemudian melakukan mengumpulkan data. Pengumpulan data ini dilakukan dengan wawancara terhadap guru IPA kelas VIII di SMP Negeri 24, 27, dan 28 Banjarmasin. Informasi yang didapatkan dari kegiatan wawancara adalah terkait instrumen penilaian yang digunakan oleh guru IPA dalam penilaian. Kemudian, hasil wawancara dianalisis dan dilakukan studi pustaka sebagai pengumpulan data untuk menyelesaikan permasalahan yang ada agar instrumen kognitif yang dikembangkan sesuai dengan yang diharapkan. (3) Desain Produk Dari hasil pada tahap pengumpulan data yang diperoleh maka peneliti mendesain produk yang akan dikembangkan berdasarkan kompetensi dasar dan indikator yang sesuai pada pokok bahasan tekanan dengan literasi sains, dan kurikulum yang digunakan adalah KTSP, sehingga peneliti mendesain produk berupa kisi-kisi yang dikembangkan yaitu instrumen kognitif literasi sains pada pokok bahasan tekanan di kelas VIII SMP. (4) Validasi desain Pada tahap validasi desain ini merupakan proses rancangan desain yang dilakukan oleh pakar yaitu 2 orang dosen, dan 1 orang guru IPA dengan memberi penilaian berdasarkan pemikiran rasional tanpa uji coba lapangan. (5) Perbaikan desain Pada tahap ini peneliti memperbaiki instrumen yang telah dibuat dan menyempurnakannya sebelum diujicobakan ke lapangan, yang mana dalam hal ini instrumen sudah divalidasi oleh validator dan diperbaiki sesuai saran-saran dari validator berdasarkan lembar validasi dari validator. (6) Uji coba produk Tahap uji coba produk ini yang mana instrumen sudah di validasi oleh validator dan sudah diperbaiki oleh peneliti, kemudian instrumen 118

7 diujicobakan ke peserta didik dalam skala kecil yaitu berjumlah 30 orang peserta didik pada kelas VIII D di SMP Negeri 24 Banjarmasin, setelah melakukan uji coba dalam skala kecil ini kemudian hasilnya dianalisis dengan menggunakan Microsoft Excel, dengan analisis tersebut maka akan diketahui soalsoal yang dapat diterima dan soalsoal yang tidak dapat diterima atau soal harus digugurkan. (7) Revisi produk Setelah dilakukan uji coba kecil, kemudian instrumen diperbaiki kembali berdasarkan hasil perhitungan melalui Microsoft Excel yang mana dapat diketahui soal yang diterima, untuk soal-soal yang diterima kemudian dapat diujicobakan pada skala besar atau uji coba pemakaian. (8) Uji coba pemakaian Uji coba pemakaian yang dilakukan disekolah SMPN 24, 27, dan 28 Banjarmasin yang berjumlah sebanyak 229 orang siswa, pada ini yaitu dilakukannya pengujian instrumen untuk menilai produk instrumen tersebut layak atau tidaknya dan mempunyai keunggulan di lapangan atau tidak, sehingga pada tahap ini akan terlihat hasil dari instrumen yang diujicobakan untuk uji coba pemakaian. (9) Revisi produk akhir Revisi produk akhir dilakukan untuk memperbaiki kekurangankekurangan yang masih ada terdapat pada instrumen setelah dilakukan uji coba skala besar. Revisi ini dilakukan untuk memperbaiki kembali instrumen yang telah dikembangkan kemudian disesuaikan dengan keadaan dilapangan. Penelitian dilaksanakan satu kali pertemuan (2x40 menit) dengan subjek siswa kelas VIII SMPN 24, 27, dan 28 Banjarmasin. Waktu penelitian dilaksanakan dari bulan Januari-Juli Adapun pengumpulan data berupa tes yaitu soal uraian dan non tes berupa wawancara. Teknik Analisis Data Analisis validitas soal berdasarkan hasil validasi pakar dengan menggunakan lembar validasi hasil ratarata dari akademisi dan praktisi, adapun kriteria baik (2,8 < X 3,4) dan relibilitas tinggi (0,80 r ). Analisis hasil validasi uji coba produk dengan menggunakan rumus product moment dengan angka kasar. Kemudian diinterpretasikan dengan nilai 119

8 koefisien korelasi dari Ratumanan (2011). Analisis hasil uji pemakaian dengan menggunakan pemodelan Rasch yang dilihat valid atau tidaknya suatu butir soal dilihat dari nilai MNSQ (Mean Square Fit Statistic) yang diterima 0,5< MNSQ< 1,5), nilai ZSTD (Standarized Fit Statistic) yang diterima (-2,0 < ZSTD < +2,0), dan nilai korelasi pengukuran yang terletak antara 0,4 0,85 (Sumintono dan Widhiarso, 2015). Pada umumnya untuk mengukur reliabilitas tes berbentuk soal uraian dengan pemodelan rasch ditunjukkan dengan nilai separasi individu dan nilai separasi butir serta nilai Alpha Cronbach. Adapun kriteria untuk menginterprestasikan nilai separasi individu dan separasi butir berdasarkan kriteria dari Sumintono dan Widhiarso. Rumus yang digunakan untuk menentukan tingkat kesukaran soal objektif adalah sebagai berikut: TK = Jumlah siswa menjawab benar butir soal Jumlah siswa yang mengikuti tes (1) Dengan kriteria sukar (0,00 TK 0,30), sedang (0,30 TK 0,70), dan mudah (0,70 TK 1,00). Pada pemodelan rasch tingkat kesukaran soal dilihat dari nilai logit yang terdapat pada kolom pengukuran soal. Nilai logit yang tinggi menunjukkan bahwa tingkat kesukaran soal juga tinggi. Pada pengukuran soal juga terdapat infomasi nilai deviasi standar. Jika nilai dikombinasikan dengan nilai rata-rata logit, tingkat kesukaran butir-butir soal dapat dikelompokkan berdasarkan tingkat kesukaran yaitu sulit (> 0,48), sedang (0,48 TK 0,48), dan rendah (< 0,48). Adapun rumus yang digunakan untuk mengetahui daya pembeda soal adalah sebagai berikut: Mean kelompok atas Mean kelompok bawah DP = (2) Skor maksimum soal Tabel 1. Kriteria daya pembeda soal Daya pembeda Kriteria 0,40 DP 1,00 Soal diterima 0,30 DP < 0,40 Soal diterima, tetapi perlu diperbaiki 0,20 DP < 0,30 Soal diperbaiki 0,00 DP < 0,20 Soal tidak dipakai/dibuang (Rusilowati, 2014) HASIL DAN PEMBAHASAN Validasi desain yang bertujuan untuk memperbaiki instrumen kognitif literasi sains yang dikembangkan agar dapat diketahui kualitas dari instrumen tersebut. Instrumen kognitif literasi sains tersebut divalidiasi oleh 2 akademisi dan 1 praktisi yang didapatkan hasil rerata adalah 0,34 dengan kategori sangat baik dan reliabilitas 0,81 dengan kategori sangat tinggi. 120

9 Uji coba produk atau uji coba empirik dilakukan di kelas VIII D SMPN 24 Banjarmasin yang sudah mendapatkan materi tekanan dan telah selesai dipelajari, uji coba produk ini berjumlah sebanyak 30 orang siswa. Adapun hasilnya dapat dilihat pada tabel berikut. Tabel 2. Hasil validitas dan reliabilitas uji coba empirik No. Kriteria Nomor Soal 1 Sangat tinggi 2, 6, 7, 13, 15, 16 2 Tinggi 1, 3, 5, 8, 10, 11 3 Rendah 4 4 Sangat 9, 12 rendah 5 Tidak valid 14 Reliabilitas 0,82 Keterangan Reliabilitas tinggi Berdasarkan hasil yang didapatkan pada uji coba produk yaitu soal yang memiliki validitas sangat tinggi yaitu pada butir soal 2, 6, 7, 13, 15, dan 16, untuk soal yang memiliki validitas tinggi yaitu pada butir soal 1, 3, 5, 8, dan 10, kemudian untuk soal yang memiliki validitas rendah, sangat rendah, dan tidak valid secara berturut-turut pada nomor soal 4, 9, 12 dan 14. Soal yang memiliki validitas rendah, sangat rendah, dan tidak valid harus dibuang atau tidak diujicobakan karena soal tersebut tidak memadai untuk mengukur apa yang hendak diukur yakni mengukur literasi sains siswa. Astuti, dkk (2012) melakukan penelitian pengembangan instrumen autentik berbasis literasi sains pada materi sistem Ekskresi yang menunjukkan bahwa instrumen valid dan reliabel. Tabel 3. Hasil analisis tingkat kesukaran No. Kriteria Nomor soal 1 Sukar 14 2 Sedang 1, 2, 5, 6, 7, 8, 10, 13, 15 dan 16 3 Mudah 3, 4, 9, 11 dan 12 Dari 16 butir soal yang tergolong soal sukar adalah butir soal nomor 14 yang memiliki ranah kognitif C3 yang mana pada soal ini ternyata siswa susah memahami ada juga kemungkinan siswa sudah lupa dengan materi yang telah diberikan, sedangkan untuk soal-soal yang lainnya tergolong sedang dan mudah. Jika dipersentasekan butir soal yang tergolong sukar yaitu 6,25%, butir soal yang tergolong sedang sebesar 62,5%, dan butir soal yang tergolong mudah 31,25%. Berdasarkan hasil tersebut dapat diketahui bahwa soal yang tergolong sedang lebih banyak daripada soal yang tergolong sukar dan mudah, hal ini menunjukkan bahwa butir soal dapat dikatakan proporsional artinya soal banyak tergolong sedang dari pada sukar dan mudah. 121

10 Tabel 4 Hasil perhitungan daya pembeda No. Kriteria Nomor soal 1 Dapat diterima 2, 6, 8, 11, 13, 15, dan 16 2 Dapat diterima, 1, 3, 5, 7, dan tetapi perlu 10 diperbaiki 3 Dibuang 4, 9, 12, dan 14 Pada soal nomor 4, 9, 12 dan 14 harus dibuang karena nilai daya pembeda kurang dari 0,20. Hal ini disebabkan karena antara siswa yang kelompok rendah dan kelompok tinggi memperoleh nilai yang hampir sama pada butir soal tersebut, hal ini menyebabkan soal tersebut kurang baik. Seperti yang dikemukakan oleh Rusilowati (2014) bahwa tes yang kurang bagus apabila diujikan kepada anak berprestasi tinggi hasilnya rendah, tetapi bila diberikan kepada anak yang lemah hasilnya lebih tinggi atau bila diberikan dengan kategori keduanya hasilnya sama. Dari soal yang dibuang berjumlah 4 soal maka yang diuji cobakan berjumlah 12 soal. Uji coba pemakaian yang dilakukan di SMPN 24, 27, dan 28 Banjarmasin dengan subjek siswa berjumlah 229 orang, kemudian hasil yang didapatkan di analisis dengan pemodelan Rasch, dapat dilihat pada tabel berikut. Entry Numbe r Tabel 5. Kesesuaian Butir MNS Q Outfit ZST D Pt- Measure Correlatio n 1 2,56 8,4 0,14 9 2,01 6,5 0,65 3 1,40 1,9 0, ,28 2,2 0,63 4 1,04 0,3 0,58 5 1,10 1,0 0, ,07 0,5 0,70 2 0,89-1,1 0,49 6 0,88-1,1 0,61 7 0,71-1,9 0,65 8 0,47-4,2 0, ,51-3,2 0,69 Dari tabel outfit MNSQ, nilai outfit ZSTD, dan nilai Point Measure Correlation menunjukkan bahwa tidak ada butir soal yang berada diluar kriteria secara bersamaan yang artinya semua butir soal dapat dikatakan baik, hal ini sesuai dengan pernyataan Bambang dan Sumintono (2014) bahwa butir soal yang memiliki nilai outfit MNSQ, nilai outfit ZSTD, dan nilai Point Measure Correlation secara bersamaan diluar kriteria dikatakan tidak misfit. maka soal tersebut dapat Tabel 6. Butir Soal Bias No. Soal Probabilitas 1 0, , , , , , ,

11 Lanjutan Tabel 6 9 0, , , ,9749 Berdasarkan tabel 6 terdapat soal yang bias yaitu yang memiliki nilai yang kurang dari 5%, dari hasil yang diperoleh tersebut bahwa pada butir soal nomor 3 yang memiliki probabilitas yaitu sebesar 0,0058, artinya nilai probabilitas tersebut kurang dari 5% maka butir soal nomor 3 adalah bias. Maka produk akhir instrument kognitif literasi sains berjumlah 11 soal. Hasil validitas person yaitu 0,74 yang mana hal ini menunjukkan bahwa reliabilitas person dengan kategori cukup. Kemudian untuk nilai separation bernilai 3, butir soal mampu mengelompokkan responden menjadi 3 kelompok yaitu sekolah tinggi, sedang dan rendah. Kemudian untuk nilai reliabilitas item 0,99 dapat dikategorikan sangat istimewa. Adapun nilai separation butir ada 14 kelompok butir yang diidentifikasi. Interaksi antara person dan butir-butir soal secara keseluruhan dinyatakan dengan nilai sebesar 0,83 dan dikategorikan bagus sekali. Dari nilai tersebut dapat disimpulkan bahwa konsistensi jawaban siswa cukup dan kualitas butir-butir soal dalam aspek reliabilitasnya istimewa. Kemudian untuk nilai rata-rata infit MNSQ dan outfit MNSQ untuk person nilai rataratanya secara berurutan adalah 0,96 dan 1,10 nilai idealnya adalah 1,00 (makin mendekati 1,00 makin baik) sehingga dapat disimpulkan bahwa kualitas baik, kemudian untuk infit ZSTD dan outfit ZSTD, nilai rata-rata pada tabel person adalah -0,1 dan 0,1 maka dapat disimpulkan bahwa kualitasnya sedang. 60% 40% 20% 0% Tingkat kesukaran butir soal Sukar Sedang Mudah Gambar 2 Grafik tingkat kesukaran Dari grafik diatas terlihat bahwa sebaran tingkat kesukaran soal dari yang tergolong sukar sampai yang mudah terlihat bahwa sebaran soal yang banyak yaitu pada soal yang tergolong sedang, hal ini secara keseluruhan soal yang tergolong sedang lebih banyak daripada soal yang tergolong sukar dan mudah. Tabel 7 Hasil perhitungan daya pembeda No. Kriteria Nomor soal 1 Dapat diterima 2, 4, 7, 8, 9, 10, dan 12 2 Dapat diterima, tetapi perlu diperbaiki 1, 5, 6, dan 11 3 Dibuang 3 Pada butir soal nomor 3 harus dibuang karena nilai daya pembeda kurang dari 0,20. Hal ini disebabkan 123

12 karena antara siswa yang kelompok rendah dan kelompok tinggi memperoleh nilai yang hampir sama pada butir soal tersebut, hal ini menyebabkan soal tersebut kurang baik. Seperti yang dikemukakan oleh Rusilowati (2014) bahwa tes yang kurang bagus apabila diujikan kepada anak berprestasi tinggi hasilnya rendah, tetapi bila diberikan kepada anak yang lemah hasilnya lebih tinggi atau bila diberikan dengan kategori keduanya hasilnya sama. Dari soal yang dibuang berjumlah 1 soal. Adapun persentasi tingkat abilitas siswa secara keseluruhan yaitu sebagai berikut. Tabel 8. No Tingkat Abilitas Siswa Persentase tingkat abilitas kognitif literasi sains siswa Persentase Keseluruhan Sekolah Tinggi Sedang Rendah 1. Tinggi 50% 57% 32% 6% 2. Sedang 45% 22% 48% 50% 3. Rendah 5% 21% 21% 44% Dari tabel diatas dapat dilihat persentase tingkat abilitas siswa dari persentasi keseluruhan yang paling besar adalah pada tingkat abilitas siswa tinggi dibandingkan abilitas siswa sedang dan rendah. Dari tabel juga diketahui bahwa tingkat akreditasi menentukan siswa yang memiliki abilitas tinggi, sedang dan rendah. SIMPULAN Berdasarkan pada hasil pengembangan dan uji coba, maka diperoleh simpulan bahwa: instrumen kognitif literasi sains pada pokok bahasan tekanan memiliki kualitas yang baik sehingga dapat digunakan untuk siswa kelas VIII SMP Kota Banjarmasin. Hal ini didukung oleh: (1) Instrumen kognitif literasi sains yang dikembangkan adalah valid berdasarkan lembar validasi, uji coba produk dan program rasch (nilai outfit MNSQ, outfit ZSTD dan korelasi pengukuran butir). (2) Instrumen kognitif literasi sains yang dikembangkan memiliki reliabilitas yang memiliki kategori sangat baik berdasarkan lembar validasi, uji coba produk dan program rasch (nilai separation item dengan kategori istimewa dan alpha cronbach dengan kategori bagus sekali). (3) Tingkat kesukaran instrumen kognitif literasi sains yang dikembangkan memiliki kriteria soal yang proporsional yaitu sukar 25%, sedang 50% dan mudah 25%. (4) Daya pembeda instrumen kognitif literasi sains pada uji coba pemakaian soal yang diterima 58,4%, soal yang diterima tetapi perlu diperbaiki 33,3%, dan soal yang dibuang 8,3%. 124

13 DAFTAR PUSTAKA Admoko, S. (2017). Penerapan Perangkat Model Discovery Learning pada Materi Pemanasan Global untuk Melakukan Kemampuan Literasi Sains Siswa SMP Kelas VII Yaumi. Astuti, Puji Widi, Andreas Priyono Budi Prasetyo, dan Enni Suwarsi Rahayu. (2012). Pengembangan Instrumen Asesmen Autentik Berbasis Literasi Sains pada Materi Sistem Ekskresi. Jurnal Ilmu Kependidikan Vol 41 No 1 Hal Efendi, N. (2013). Pengaruh Pembelajaran Reciprocal Teaching dipadukan Think Pair Share Terhadap Peningkatan Kemampuan Metakognitif Belajar Biologi Siswa SMA berkemampuan akademik berbeda di Kabupaten Sidoarjo. Jurnal Santiaji Pendidikan (JSP), 3(2), Gall, M. D., Gall, J. P., and Brog, W. R. (2003). Educational Research. Boston: Library of Congress Cataloging-in-Publicational Data. Mardapi, Djemari. (2012). Pengukuran Penilaian & Evaluasi Pendidikan. Yogyakarta: Nuha Medika. Matondang, Z. (2009). Validitas dan reliabilitas suatu instrumen penelitian. Jurnal Tabularasa, 6(1), Rohmi, Puspo. (2015). Penerapan Levels Of Inquiry untuk Meningkatkan Domain Kompetensi dan Pengetahuan Sains Siswa SMP pada Tema Pencemaran Lingkungan. Makalah. Universitas Indonesia. Perpustakaan Upi. Rusilowati, Ani. (2014). Pengembangan Instrumen Penilaian. Semarang. Unnes Press. Sumintono, B., & Widhiarso, W. (2015). Aplikasi Pemodelan Rasch pada Assesment Pendidikan. Cimahi: Trim Komunikata Susongko, P. (2010). Perbandingan Keefektifan Bentu Tes Uraian dan Testlet Dengan Penerapan Graded Response Models (GRM). Jurnal Penelitian dan Evaluasi Pendidikan Tahun 14, Nomor 2, 2010, hh. 269, 288. Syamsudin, S. (2012). Pengukuran Daya Pembeda, Taraf Kesukaran, dan Pola Jawaban Test (Analisis Butir Soal). At-Tajdid: Jurnal Ilmu Tarbiyah, 1(2), Toharudin, Uus, Sri Hendrawati dan Andrian Rustaman. (2011). Membangun Literasi Sains Peserta Didik. Humaniora: Bandung. Widodo, P. B. (2006). Reliabilitas dan validitas konstruk skala konsep diri untuk mahasiswa Indonesia. Jurnal Psikologi Undip, 3(1), 1-9. Rofiah, E., Aminah, N. S., & Ekawati, E. Y. (2013). Penyusunan Instrumen tes kemampuan berpikir tingkat tinggi fisika pada siswa SMP. Jurnal Pendidikan Fisika, 1(2). 125

BAB III METODE PENELITIAN. Kelas Eksperimen : O X O... Kelas Kontrol : O O (Sugiyono, 2013)

BAB III METODE PENELITIAN. Kelas Eksperimen : O X O... Kelas Kontrol : O O (Sugiyono, 2013) BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Berdasarkan permasalahan yang telah dikemukakan sebelumnya, jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian kuasi eksperimen. Pada kuasi eksperimen, subjek

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN BUTIR SOAL TES UNTUK MENGUKUR KETERCAPAIAN SCIENCE PROCESS SKILL PESERTA DIDIK SMP KELAS VII POKOK BAHASAN KALOR DAN PERPINDAHANNYA

PENGEMBANGAN BUTIR SOAL TES UNTUK MENGUKUR KETERCAPAIAN SCIENCE PROCESS SKILL PESERTA DIDIK SMP KELAS VII POKOK BAHASAN KALOR DAN PERPINDAHANNYA Pengembangan Butir Soal... (Indah Annisa Diena) 1 PENGEMBANGAN BUTIR SOAL TES UNTUK MENGUKUR KETERCAPAIAN SCIENCE PROCESS SKILL PESERTA DIDIK SMP KELAS VII POKOK BAHASAN KALOR DAN PERPINDAHANNYA DEVELOPMENT

Lebih terperinci

Abstrak. Abstract. Wijayanti, et al., Analisis Butir Soal Objektif UAS...

Abstrak. Abstract. Wijayanti, et al., Analisis Butir Soal Objektif UAS... 1 ANALISIS BUTIR SOAL BJEKTIF UAS SEMESTER GENAP KELAS VII PADA MATA PELAJARAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL (IPS) TAHUN PELAJARAN 2013/2014 DI SMP NEGERI 3 BALUNG Hani Wijayanti, Bambang Hari, Hety Mustika

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini adalah penelitian pengembangan (research and

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini adalah penelitian pengembangan (research and BAB III METODE PENELITIAN Pada bab III peneliti akan membahas mengenai jenis penelitian, subjek penelitian, prosedur penelitian dan pengembangan, instrument penelitian, teknik pengumpulan data dan teknik

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN INSTRUMEN ASESMEN PEMBELAJARAN PADA MATERI GERAK MELINGKAR BERATURAN BERBASIS MEDIA AUDIO VISUAL DI MAN YOGYAKARTA I

PENGEMBANGAN INSTRUMEN ASESMEN PEMBELAJARAN PADA MATERI GERAK MELINGKAR BERATURAN BERBASIS MEDIA AUDIO VISUAL DI MAN YOGYAKARTA I Pengembangan Instrumen Asesmen. (R.M Mirwan Sabiq) 425 PENGEMBANGAN INSTRUMEN ASESMEN PEMBELAJARAN PADA MATERI GERAK MELINGKAR BERATURAN BERBASIS MEDIA AUDIO VISUAL DI MAN YOGYAKARTA I THE DEVELOPMENT

Lebih terperinci

ANALISIS BUTIR ULANGAN HARIAN BIOLOGI KELAS XI IPA 3 SMA KARTIKA III-1 BANYUBIRU MENGGUNAKAN KORELASI POINT BISERIAL

ANALISIS BUTIR ULANGAN HARIAN BIOLOGI KELAS XI IPA 3 SMA KARTIKA III-1 BANYUBIRU MENGGUNAKAN KORELASI POINT BISERIAL ANALISIS BUTIR ULANGAN HARIAN BIOLOGI KELAS XI IPA 3 SMA KARTIKA III-1 BANYUBIRU MENGGUNAKAN KORELASI POINT BISERIAL Risya Pramana Situmorang 1, Andriyani Dea 2, Susanti Pudjihastuti 3, Lenni Oktarina

Lebih terperinci

ANALISIS KEMAMPUAN PESERTA DIDIK DENGAN MODEL RASCH

ANALISIS KEMAMPUAN PESERTA DIDIK DENGAN MODEL RASCH ANALISIS KEMAMPUAN PESERTA DIDIK DENGAN MODEL RASCH Khotimah Marjiastuti dan Sri Wahyuni Universitas Negeri Yogyakarta khotimahmarjiastuti@ymail.com spdf_sri09@yahoo.com Abstrak Kajian ini bertujuan untuk

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN Bab ini berisi penjabaran rinci mengenai metode penelitian pengembangan instrumen penilaian otentik untuk mengukur keterampilan proses sains pada pembelajaran reaksi eksoterm

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 35 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Penelitian ini dilaksanakan menggunakan metode penelitian kuasi eksperimen pada pendekatan kuantitatif. Menurut Ruseffendi (2010: 52) pada metode kuasi

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini ialah metode penelitian

III. METODE PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini ialah metode penelitian 46 III. METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini ialah metode penelitian pengembangan (Research and Development) dari Borg dan Gall. Penelitian pengembangan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN digilib.uns.ac.id 33 BAB III METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian 1. Tempat Penelitian Penelitian pengembangan penilaian ini dilakukan di lima Sekolah Menengah Atas Negeri di Surakarta Propinsi

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Dalam bab ini akan diuraikan hal-hal yang berkaitan dengan metode

BAB III METODE PENELITIAN. Dalam bab ini akan diuraikan hal-hal yang berkaitan dengan metode BAB III METODE PENELITIAN Dalam bab ini akan diuraikan hal-hal yang berkaitan dengan metode penelitian, desain penelitian, instrumen penelitian, proses pengembangan instrumen penelitian, teknik pengumpulan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian pengembangan. Metode penelitian pengembangan memuat tiga

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian pengembangan. Metode penelitian pengembangan memuat tiga BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian pengembangan. Metode penelitian pengembangan memuat tiga komponen utama, yaitu:

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN SOAL PILIHAN GANDA SISTEMIK PADA MATA PELAJARAN KIMIA SMA/MA KELAS XI SEMESTER 2

PENGEMBANGAN SOAL PILIHAN GANDA SISTEMIK PADA MATA PELAJARAN KIMIA SMA/MA KELAS XI SEMESTER 2 PENGEMBANGAN SOAL PILIHAN GANDA SISTEMIK PADA MATA PELAJARAN KIMIA SMA/MA KELAS XI SEMESTER 2 Erfan Priyambodo dan Marfuatun Jurusan Pendidikan Kimia FMIPA Universitas Negeri Yogyakarta, erfan@uny.ac.id

Lebih terperinci

Analisis Respon Siswa Terhadap Soal PISA Konten Shape and Space Dengan Rasch Model

Analisis Respon Siswa Terhadap Soal PISA Konten Shape and Space Dengan Rasch Model SEMINAR NASIONAL MATEMATIKA DAN PENDIDIKAN MATEMATIKA UNY 2015 Analisis Respon Siswa Terhadap Soal PISA Konten Shape and Space Dengan Rasch Model Suryo Purnomo 1, Dafik 2 PM -163 Magister Pendidikan Matematika,

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan metode pre experimental (Sugiyono, 2009).

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan metode pre experimental (Sugiyono, 2009). 48 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode dan Desain Penelitian Penelitian ini menggunakan metode pre experimental (Sugiyono, 2009). Desain yang digunakan adalah The One-Group Pretest-Posttest Design

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN Penelitian ini dilaksanakan untuk mengembangkan instrumen penilaian otentik yang valid dan reliabel dalam menilai pengetahuan dan keterampilan praktikum siswa SMK. Setelah itu,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Model Penelitian dan Pengembangan Penelitian ini termasuk dalam penelitian pengembangan dengan mengembangkan instrumen penilaian hasil belajar kognitif matematika berdasarkan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. proses atau langkah-langkah untuk mengembangkan suatu produk baru atau

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. proses atau langkah-langkah untuk mengembangkan suatu produk baru atau BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode penelitian yang digunakan yaitu Penelitian dan Pengembangan atau Research and Development. Penelitian dan pengembangan adalah suatu proses atau

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 50 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peningkatan kemampuan komunikasi matematis dan berpikir kritis siswa yang memperoleh pembelajaran matematika

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN ALAT PENILAIAN BERBASIS KETERAMPILAN GENERIK SAINS PADA PRAKTIKUM STRUKTUR HEWAN

PENGEMBANGAN ALAT PENILAIAN BERBASIS KETERAMPILAN GENERIK SAINS PADA PRAKTIKUM STRUKTUR HEWAN PENGEMBANGAN ALAT PENILAIAN BERBASIS KETERAMPILAN GENERIK SAINS PADA PRAKTIKUM STRUKTUR HEWAN Rahma Widiantie 1, Lilis Lismaya 2 1,2 Program Studi Pendidikan Biologi FKIP Universitas Kuningan Email: rahmawidiantie@gmail.com

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 55 BAB III METODE PENELITIAN A. Metode dan Desain Penelitian Penelitian ini menguji penerapan model pembelajaran Learning Cycle 7e berbantuan komputer dalam pembelajaran fisika terhadap penguasaan konsep

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN DAN ANALISIS BUTIR SOAL KIMIA BERBASIS HOTS MENGGUNAKAN MODEL RASCH

PENGEMBANGAN DAN ANALISIS BUTIR SOAL KIMIA BERBASIS HOTS MENGGUNAKAN MODEL RASCH PENGEMBANGAN DAN ANALISIS BUTIR SOAL KIMIA BERBASIS HOTS MENGGUNAKAN MODEL RASCH Disajikan dalam Mathematics & Science Teachers Training Kamis,16 November 2017 Johnsen Harta, M.Pd Dosen Prodi Pendidikan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Desain Penelitian Fraenkel & Wallen (2008: 261) mengatakan bahwa penelitian eksperimen adalah cara terbaik untuk mengetahui sebab-akibat dan hubungan antara berbagai

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Tujuan penelitian ini adalah ingin mengetahui pengaruh pembelajaran inkuiri terbimbing dengan pendekatan concrete-representational-abstract (ITCRA) terhadap

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. penelitian deskriptif analisis. Metode penelitian ini diambil karena berkesesuaian

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. penelitian deskriptif analisis. Metode penelitian ini diambil karena berkesesuaian 38 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian deskriptif analisis. Metode penelitian ini diambil karena berkesesuaian

Lebih terperinci

BAB III METODELOGI PENELITIAN

BAB III METODELOGI PENELITIAN BAB III METODELOGI PENELITIAN A. Metode dan Desain Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kuasi eksperimen (Quasi experiment), yaitu penelitian yang secara khas meneliti mengenai

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Definisi Operasional Berikut ini diuraikan beberapa definisi operasional dari istilah yang terkait dalam permasalahan penelitian ini, di antaranya: 1. Pengembangan tes tertulis

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 33 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen semu (quasi experiment). Adapun desain penelitian yang digunakan mengacu

Lebih terperinci

THE QUALITY OF TRYOUTS ITEM ANALYSIS FOR EVERY SENIOR HIGH SCHOOL CLASS XII IN PEKANBARU BY USING ITEM ANALYSIS PROGRAM

THE QUALITY OF TRYOUTS ITEM ANALYSIS FOR EVERY SENIOR HIGH SCHOOL CLASS XII IN PEKANBARU BY USING ITEM ANALYSIS PROGRAM 1 THE QUALITY OF TRYOUTS ITEM ANALYSIS FOR EVERY SENIOR HIGH SCHOOL CLASS XII IN PEKANBARU BY USING ITEM ANALYSIS PROGRAM Jenlifita Marla Putri 1, Muhammad Nasir 2, Azhar 3 Email:jenlifitamarlap.utie@gmail.com

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 24 BAB III METODE PENELITIAN Dalam bab ini akan diuraikan mengenai hal-hal yang berkaitan dengan metode penelitian, desain penelitian, populasi dan sampel penelitian, teknik pengumpulan data, prosedur

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Metode dan Desain Penelitian Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah metode pre- experiment. Pre-Experiment yaitu metode penelitian yang hanya menggunakan satu kelas

Lebih terperinci

Edu Geography 2 (1) (2013) Edu Geography.

Edu Geography 2 (1) (2013) Edu Geography. Edu Geography 2 (1) (2013) Edu Geography http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/edugeo PENGEMBANGAN TES PILIHAN GANDA YANG BERKUALITAS PADA MATA PELAJARAN GEOGRAFI KELAS XI IPS SEMESTER GENAP SMA NEGERI

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Paradigma Penelitian Penelitian ini dilaksanakan berdasarkan analisis terhadap beberapa permasalahan dalam mata pelajaran IPA di SMK sebagai kelompok mata pelajaran adaptif.

Lebih terperinci

ANALISIS SOAL UJIAN KELAS VII SEMESTER GANJIL MATA PELAJARAN IPA TERPADU SMP NEGERI 12 PADANG TAHUN PELAJARAN 2014/2015 JURNAL

ANALISIS SOAL UJIAN KELAS VII SEMESTER GANJIL MATA PELAJARAN IPA TERPADU SMP NEGERI 12 PADANG TAHUN PELAJARAN 2014/2015 JURNAL ANALISIS SOAL UJIAN KELAS VII SEMESTER GANJIL MATA PELAJARAN IPA TERPADU SMP NEGERI 12 PADANG TAHUN PELAJARAN 2014/2015 JURNAL DELVI NURFITRIANI NIM.10010070 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI SEKOLAH TINGGI

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di SMP Negeri 28 Bandar Lampung.

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di SMP Negeri 28 Bandar Lampung. 19 III. METODE PENELITIAN A. Populasi dan Sampel Penelitian ini dilakukan di SMP Negeri 28 Bandar Lampung. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VIII yang terdistribusi ke dalam delapan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah kuasi

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah kuasi BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode penelitian yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah kuasi eksperimen. Menurut Panggabean (1996:27) penelitian ini bertujuan untuk memperoleh

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi dan Subjek Populasi/Sampel Penelitian Lokasi pada penelitian ini yaitu sekolah SMA Negeri 1 Bandung yang berlokasi di Jl. Ir Juanda no 93. Subjek dari penelitian ini

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN PERANGKAT ASESMEN AUTENTIK PADA PEMBELAJARAN DENGAN PENDEKATAN SCIENTIFIC MATERI EKSPONEN DAN LOGARITMA

PENGEMBANGAN PERANGKAT ASESMEN AUTENTIK PADA PEMBELAJARAN DENGAN PENDEKATAN SCIENTIFIC MATERI EKSPONEN DAN LOGARITMA PENGEMBANGAN PERANGKAT ASESMEN AUTENTIK PADA PEMBELAJARAN DENGAN PENDEKATAN SCIENTIFIC MATERI EKSPONEN DAN LOGARITMA Putriyani S STKIP Muhammadiyah Enrekang, Jalan Jend. Sudirman No. 17 Enrekang, Kab.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 15 BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif. Menurut Arikunto (2006), penelitian deskriptif bertujuan untuk menggambarkan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. 3.1 Metode Penelitian dan Desain Penelitian. mengumpulkan data penelitiannnya (Arikunto, 2006: 160).

BAB III METODE PENELITIAN. 3.1 Metode Penelitian dan Desain Penelitian. mengumpulkan data penelitiannnya (Arikunto, 2006: 160). BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian dan Desain Penelitian Metode penelitian adalah cara yang digunakan oleh peneliti dalam mengumpulkan data penelitiannnya (Arikunto, 2006: 160). Dalam penelitian

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN Pada bab ini akan dipaparkan mengenai model yang digunakan dalam penelitian dan pengembangan, prosedur dalam pengembangannya, subjek yang menjadi penelitian, teknik pengumpulan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Pendekatan Penelitian Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif kuantitatif. Penelitian ini tidak menguji hipotesa atau tidak menggunakan hipotesa, melainkan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah metode quasi

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah metode quasi BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Metode dan Desain Penelitian Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah metode quasi eksperiment (eksperimen semu). Metode ini digunakan karena pada penelitian ini

Lebih terperinci

UJI INSTRUMEN SOAL KOGNITIF

UJI INSTRUMEN SOAL KOGNITIF UJI INSTRUMEN SOAL KOGNITIF Sebelum instrument digunakan dalam pengambilan data penelitian, maka sebaiknya instrument dilakukan beberapa uji agar instrument yang digunakan memberikan hasil yang lebih akurat.

Lebih terperinci

ANALISIS BUTIR SOAL UJIAN AKHIR SEMESTER GASAL MATA PELAJARAN EKONOMI AKUNTANSI

ANALISIS BUTIR SOAL UJIAN AKHIR SEMESTER GASAL MATA PELAJARAN EKONOMI AKUNTANSI Analisis Butir Soal...(Fitriani Fajar Sahwan) 1 ANALISIS BUTIR SOAL UJIAN AKHIR SEMESTER GASAL MATA PELAJARAN EKONOMI AKUNTANSI AN ANALYSIS OF THE FINAL EXAMINATION ITEMS OF ACCOUNTING ECONOMIC COURSE

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dirancang untuk mengungkapkan ada tidaknya hubungan

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dirancang untuk mengungkapkan ada tidaknya hubungan 42 BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini dirancang untuk mengungkapkan ada tidaknya hubungan sebab-akibat antara model dan pendekatan pembelajaran yang dikembangkan dengan kemampuan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Bab ini membahas mengenai hal-hal yang berkaitan dengan metode dan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Bab ini membahas mengenai hal-hal yang berkaitan dengan metode dan BAB III METODOLOGI PENELITIAN Bab ini membahas mengenai hal-hal yang berkaitan dengan metode dan desain penelitian, lokasi dan subjek penelitian, instrumen penelitian, teknik analisis instrumen, teknik

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini diarahkan sebagai pijakan dalam peningkatan kualitas

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini diarahkan sebagai pijakan dalam peningkatan kualitas BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian Penelitian ini diarahkan sebagai pijakan dalam peningkatan kualitas pembelajaran, yakni menitikberatkan pada pengembangan kerangka model e- learning yang

Lebih terperinci

ANALISIS SOAL UJIAN SEMESTER II IPA/BIOLOGI KELAS VIII MTsN KOTA SOLOK TAHUN PELAJARAN 2012/2013

ANALISIS SOAL UJIAN SEMESTER II IPA/BIOLOGI KELAS VIII MTsN KOTA SOLOK TAHUN PELAJARAN 2012/2013 ANALISIS SOAL UJIAN SEMESTER II IPA/BIOLOGI KELAS VIII MTsN KOTA SOLOK TAHUN PELAJARAN 2012/2013 E - JURNAL Oleh: SILVIA NELFITA NIM: 08010169 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Untuk menghindari kesalahan dalam penafsiran beberapa istilah yang

BAB III METODE PENELITIAN. Untuk menghindari kesalahan dalam penafsiran beberapa istilah yang BAB III METODE PENELITIAN A. Definisi Operasional Untuk menghindari kesalahan dalam penafsiran beberapa istilah yang digunakan dalam penelitian ini, maka perlu penjelasan beberapa istilah tersebut agar

Lebih terperinci

Perencanaan. Siklus I. Pengamatan. Perencanaan. Siklus III. Pengamatan. Perencanaan. Pengamatan. Hasil Penelitian

Perencanaan. Siklus I. Pengamatan. Perencanaan. Siklus III. Pengamatan. Perencanaan. Pengamatan. Hasil Penelitian 47 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Penelitian Tindakan Kelas 3.1.1. Pengertian Penelitian Tindakan Kelas Penelitian tindakan kelas (PTK) adalah sebuah penelitian yang dilakukan di kelas dengan jalan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan model penelitian dan pengembangan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan model penelitian dan pengembangan BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini menggunakan model penelitian dan pengembangan pendidikan (educational research and development) seperti yang dikembangkan oleh Thiagarajan

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN SOAL TES POTENSI AKADEMIK NUMERIK PENERIMAAN SISWA BARU SMP BERBANTUAN MEDIA BERBASIS WIRELESS APPLICATION PROTOCOL JAVA 2 MICRO EDITION

PENGEMBANGAN SOAL TES POTENSI AKADEMIK NUMERIK PENERIMAAN SISWA BARU SMP BERBANTUAN MEDIA BERBASIS WIRELESS APPLICATION PROTOCOL JAVA 2 MICRO EDITION PENGEMANGAN SOAL TES POTENSI AKADEMIK NUMERIK PENERIMAAN SISWA ARU SMP ERANTUAN MEDIA ERASIS WIRELESS APPLICATION PROTOCOL JAVA 2 MICRO EDITION (J2ME) Indra Riswanto 26 Abstract : Tes Potensi Akademik

Lebih terperinci

PEMBELAJARAN DENGAN MODEL INKUIRI PADA MATERI KIMIA SEKOLAH MENENGAH ATAS

PEMBELAJARAN DENGAN MODEL INKUIRI PADA MATERI KIMIA SEKOLAH MENENGAH ATAS PEMBELAJARAN DENGAN MODEL INKUIRI PADA MATERI KIMIA SEKOLAH MENENGAH ATAS Rachmat Sahputra Dosen Pendidikan Kimia FKIP Universitas Tanjungpura Pontianak rahmat_ui@yahoo.com Abstract: Learning with the

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian

METODE PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian 1. Tempat penelitian Penelitian dilaksanaan di SMP Negeri 1 Sragen yang beralamat Jalan Raya Sukowati No. 162 Sragen, Kabupaten Sragen. 2. Waktu penelitian

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. dibuat beberapa definisi operasional sebagai berikut:

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. dibuat beberapa definisi operasional sebagai berikut: 41 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. DEFINISI OPERASIONAL Agar tidak meluasnya beberapa pengertian dalam penelitian ini, maka dibuat beberapa definisi operasional sebagai berikut: 1. Asesmen Portofolio

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN PENILAIAN KETERAMPILAN PROSES SAINS BERBASIS KELAS PADA PEMBELAJARAN KIMIA

PENGEMBANGAN PENILAIAN KETERAMPILAN PROSES SAINS BERBASIS KELAS PADA PEMBELAJARAN KIMIA PENGEMBANGAN PENILAIAN KETERAMPILAN PROSES SAINS BERBASIS KELAS PADA PEMBELAJARAN KIMIA Nahadi 1, Wiwi Siswaningsih 2, dan Entin Watiningsih 3 1, 2 Dosen Jurusan Pendidikan Kimia FPMIPA, Universitas Pendidikan

Lebih terperinci

ANALISIS DESKRIPTIF SOAL MATEMATIKA PADA SELEKSI PENERIMAAN PESERTA DIDIK BARU SMA/SMK TAHUN AJARAN 2012/2013 DAN 2013/2014 KABUPATEN JEMBER

ANALISIS DESKRIPTIF SOAL MATEMATIKA PADA SELEKSI PENERIMAAN PESERTA DIDIK BARU SMA/SMK TAHUN AJARAN 2012/2013 DAN 2013/2014 KABUPATEN JEMBER ANALISIS DESKRIPTIF SOAL MATEMATIKA PADA SELEKSI PENERIMAAN PESERTA DIDIK BARU SMA/SMK TAHUN AJARAN 2012/2013 DAN 2013/2014 KABUPATEN JEMBER Devira Ayu Nurandari 34, Toto Bara Setiawan 35, Arika Indah

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Tujuan penelitian ini adalah untuk mendapatkan gambaran tentang cara-cara yang dapat digunakan untuk merancang rencana pembelajaran yang melatihkan literasi

Lebih terperinci

(Luhut Panggabean, 1996: 31)

(Luhut Panggabean, 1996: 31) BAB III METODE PENELITIAN A. Metode dan Desain Penelitian Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen semu (kuasi eksperimen), yaitu penelitian yang dilaksanakan pada

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif. Penelitian deskriptif ini hanya

III. METODE PENELITIAN. jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif. Penelitian deskriptif ini hanya III. METODE PENELITIAN A. Pendekatan dan Jenis Penelitian Dalam penelitian ini pendekatan yang digunakan adalah pendekatan kualitatif dan jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif. Penelitian deskriptif

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Dalam bab ini diuraikan mengenai hal-hal yang berkaitan dengan metode

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Dalam bab ini diuraikan mengenai hal-hal yang berkaitan dengan metode BAB III METODOLOGI PENELITIAN Dalam bab ini diuraikan mengenai hal-hal yang berkaitan dengan metode dan desain penelitian, populasi dan sampel penelitian, instrumen penelitian yang digunakan, analisis

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN INSTRUMEN TES LITERASI SAINTIFIK UNTUK SISWA KELAS XI MIA SMA/MA

PENGEMBANGAN INSTRUMEN TES LITERASI SAINTIFIK UNTUK SISWA KELAS XI MIA SMA/MA PENGEMBANGAN INSTRUMEN TES LITERASI SAINTIFIK UNTUK SISWA KELAS XI MIA SMA/MA Sunarno Prayogo* dan Hadi Suwono Jurusan Biologi, FMIPA, Universitas Negeri Malang Jl. Semarang No. 5 Malang 65145 *Email:

Lebih terperinci

2015 EFEKTIVITAS PEND EKATAN SAINTIFIK D ALAM MENINGKATKAN HASIL D AN MOTIVASI BELAJAR SISWA SMP

2015 EFEKTIVITAS PEND EKATAN SAINTIFIK D ALAM MENINGKATKAN HASIL D AN MOTIVASI BELAJAR SISWA SMP BAB III Metodologi Penelitian A. Jenis Penelitian Pada penelitian ini hanya terdapat kelas eksperimen tanpa adanya kelas kontrol, sehingga penelitian ini termasuk jenis pre-experimental design (Sugiyono,

Lebih terperinci

Laily Anisa Nurhidayati 38, Susanto 39, Dafik 40

Laily Anisa Nurhidayati 38, Susanto 39, Dafik 40 PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN MATEMATIKA BERDASARKAN STRATEGI PQ4R (PREVIEW, QUESTION, READ, REFLECT, RECITE, REVIEW) DENGAN TEKNIK MIND MAPPING PADA SUB POKOK BAHASAN HIMPUNAN KELAS VII Laily Anisa

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN PENUNTUN TUGAS KINERJA PRAKTIKUM MAHASISWA DI LABORATORIUM BIOLOGI

PENGEMBANGAN PENUNTUN TUGAS KINERJA PRAKTIKUM MAHASISWA DI LABORATORIUM BIOLOGI Prosiding Seminar Nasional Volume 02, Nomor 1 ISSN 2443-1109 PENGEMBANGAN PENUNTUN TUGAS KINERJA PRAKTIKUM MAHASISWA DI LABORATORIUM BIOLOGI Fitriyah Karmila 1, Khaerati 2 Universitas Cokroaminoto Palopo

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian yang dilakukan adalah metode deskriptif.

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian yang dilakukan adalah metode deskriptif. BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode penelitian yang dilakukan adalah metode deskriptif. Metode deskriptif merupakan suatu metode dalam meneliti status sekelompok manusia, suatu obyek,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini berbentuk Penelitian Tindakan Kelas, yaitu suatu bentuk

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini berbentuk Penelitian Tindakan Kelas, yaitu suatu bentuk BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian Penelitian ini berbentuk Penelitian Tindakan Kelas, yaitu suatu bentuk investigasi yang bersifat reflektif partisipatif, kolaboratif dan spiral, yang bertujuan

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN MATEMATIKA DENGAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL SETTING KOOPERATIF TIPE TWO STAY TWO STRAY

PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN MATEMATIKA DENGAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL SETTING KOOPERATIF TIPE TWO STAY TWO STRAY PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN MATEMATIKA DENGAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL SETTING KOOPERATIF TIPE TWO STAY TWO STRAY SUB POKOK BAHASAN PERSEGI PANJANG DAN PERSEGI KELAS VII SMP Ahmad Rif an F 33, Dinawati.

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN INSTRUMEN PENILAIAN KETERAMPILAN PROSES SAINS PADA MATA PELAJARAN FISIKA

PENGEMBANGAN INSTRUMEN PENILAIAN KETERAMPILAN PROSES SAINS PADA MATA PELAJARAN FISIKA PENGEMBANGAN INSTRUMEN PENILAIAN KETERAMPILAN PROSES SAINS PADA MATA PELAJARAN FISIKA Kartika Santi Hendar Sudrajad dan Yennita Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan- Universitas Riau Email: kartika_fisika08@yahoo.co.id

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian pengembangan. Metode penelitian pengembangan memuat 3 komponen utama yaitu

Lebih terperinci

ANALISIS BUTIR SOAL UJIAN AKHIR MATA PELAJARAN EKONOMI AKUNTANSI

ANALISIS BUTIR SOAL UJIAN AKHIR MATA PELAJARAN EKONOMI AKUNTANSI Analisis Butir Soal (Oktawuri Prihantiwi dan M. Djazari, M.Pd) 1 ANALISIS BUTIR SOAL UJIAN AKHIR MATA PELAJARAN EKONOMI AKUNTANSI AN ANALYSIS OF THE FINAL EXAMINATION ITEMS OF ACCOUNTING ECONOMIC Oleh:

Lebih terperinci

PENILAIAN BERBASIS KELAS UNTUK PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN IPA BIOLOGI SMP

PENILAIAN BERBASIS KELAS UNTUK PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN IPA BIOLOGI SMP PENILAIAN BERBASIS KELAS UNTUK PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN IPA BIOLOGI SMP Arnetis, Mariani Natalina dan Sri Ayuni Program Studi Pendidikan Biologi Jurusan PMIPA FKIP Universitas Riau Pekanbaru

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan produk berupa bahan ajar berbasis literasi kuantitatif. Penelitian ini merupakan bagian dari Research and

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 33 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode dan Desain Penelitian Metode penelitian yang digunakan adalah quasy experiment. Alasan penggunaan metode ini karena sulit dilakukan pengontrolan variabel sehingga

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen, karena penelitian yang digunakan adalah hubungan sebab akibat yang didalamnya ada dua

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 41 BAB III METODE PENELITIAN A. DESAIN PENELITIAN Penelitian ini bertujuan untuk menguji pendekatan pembelajaran MEAs terhadap peningkatan literasi matematis siswa. Berdasarkan pertimbangan bahwa kelas

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Definisi Operasional Untuk menghindari salah penafsiran variabel yang digunakan dalam penelitian ini, berikut ini adalah penjelasan operasionalnya: 1. Model Pembelajaran

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 35 BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan metode penelitian yang digunakan adalah metode penelitian korelasional. Metode penelitian merupakan

Lebih terperinci

Kata Kunci: mobile learning berbasis android, hasil belajar ranah kognitif, minat belajar

Kata Kunci: mobile learning berbasis android, hasil belajar ranah kognitif, minat belajar Pengembangan Mobile Learning Berbasis. (Tutut Sari Handayani) 384 PENGEMBANGAN MOBILE LEARNING BERBASIS ANDROID SEBAGAI MEDIA PEMBELAJARAN PADA MATERI FLUIDA STATIS UNTUK MENINGKATKAN MINAT DAN HASIL BELAJAR

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN Pada bab ini akan dikemukakan mengenai metode penelitian yang digunakan meliputi lokasi dan subjek penelitian, desain penelitian, instrumen penelitian, proses pengembangan instrumen,

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN TES KETERAMPILAN PROSES SAINS MATERI FLUIDA STATIS KELAS X SMA/MA

PENGEMBANGAN TES KETERAMPILAN PROSES SAINS MATERI FLUIDA STATIS KELAS X SMA/MA PENGEMBANGAN TES KETERAMPILAN PROSES SAINS MATERI FLUIDA STATIS KELAS X SMA/MA Adelia Alfama Zamista 1*), Ida Kaniawati 2 1 Mahasiswa Universitas Pendidikan Indonesia, Jalan Dr. Setiabudhi, Bandung, 40154

Lebih terperinci

ANALISIS SOAL UJIAN KELAS X SEMESTER II MATA PELAJARAN BIOLOGI MAN I PADANG TAHUN PELAJARAN 2014/2015 ARTIKEL E-JURNAL

ANALISIS SOAL UJIAN KELAS X SEMESTER II MATA PELAJARAN BIOLOGI MAN I PADANG TAHUN PELAJARAN 2014/2015 ARTIKEL E-JURNAL ANALISIS SOAL UJIAN KELAS X SEMESTER II MATA PELAJARAN BIOLOGI MAN I PADANG TAHUN PELAJARAN 2014/2015 ARTIKEL E-JURNAL Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (STRATA

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. kualitatif yaitu untuk menggambarkan kesalahan-kesalahan yang dilakukan siswa

METODE PENELITIAN. kualitatif yaitu untuk menggambarkan kesalahan-kesalahan yang dilakukan siswa 19 III. METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif kualitatif yaitu untuk menggambarkan kesalahan-kesalahan yang dilakukan siswa

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode B A B I I I. M e t o d o l o g i P e n e l i t i a n 5 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode dan Desain Penelitian Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kuasi eksperimen.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 41 BAB III METODE PENELITIAN A. Definisi Operasional Untuk menghindari penafsiran yang berbeda maka diperlukan penjelasan mengenai beberapa istilah yang digunakan dalam penelitian melalui definisi operasional

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Pengembangan (Research and Development/ R & D). Penelitian dan

BAB III METODE PENELITIAN. Pengembangan (Research and Development/ R & D). Penelitian dan 29 BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode penelitian yang digunakan yaitu metode Penelitian dan Pengembangan (Research and Development/ R & D). Penelitian dan pengembangan adalah suatu proses

Lebih terperinci

EFEKTIVITAS PEMANFAATAN LABORATORIUM IPA DALAM PEMBELAJARAN FISIKA DI SMA YAPIS MANOKWARI

EFEKTIVITAS PEMANFAATAN LABORATORIUM IPA DALAM PEMBELAJARAN FISIKA DI SMA YAPIS MANOKWARI Prosiding Seminar Nasional Volume 03, Nomor 1 ISSN 2443-1109 EFEKTIVITAS PEMANFAATAN LABORATORIUM IPA DALAM PEMBELAJARAN FISIKA DI SMA YAPIS MANOKWARI Gilang Cempaka 1, Mujasam 2, Sri Wahyu Widyaningsih

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. pengembangan atau Research and Development (R&D). Menurut Sugiyono

BAB III METODE PENELITIAN. pengembangan atau Research and Development (R&D). Menurut Sugiyono BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Desain penelitian ini menggunakan pendekatan penelitian dan pengembangan atau Research and Development (R&D). Menurut Sugiyono (2013), metode penelitian dan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi dan Sampel Penelitian Lokasi penelitian terletak di salah satu SMP Negeri di kota Bandung. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VIII tahun ajaran

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Untuk menghindari perbedaan penafsiran dan memudahkan dalam

BAB III METODE PENELITIAN. Untuk menghindari perbedaan penafsiran dan memudahkan dalam 28 BAB III METODE PENELITIAN A. Definisi Operasional Untuk menghindari perbedaan penafsiran dan memudahkan dalam memahami serta mendapatkan pengertian yang jelas tentang judul Kajian Penggunaan Pembelajaran

Lebih terperinci

Jurnal Pendidikan MIPA Pancasakti

Jurnal Pendidikan MIPA Pancasakti JPMP 1 (1) (2017) 58-64 Jurnal Pendidikan MIPA Pancasakti http://e-journal.ups.ac.id/index.php/jpmp email: adminjpmp@upstegal.ac.id PENYUSUNAN SKALA MINAT BELAJAR MATEMATIKA DENGAN PENERAPAN MODEL RASCH

Lebih terperinci

Pengembangan Soal Biologi Berbasis Literasi Sains untuk Siswa SMA Kelas X Semester 1

Pengembangan Soal Biologi Berbasis Literasi Sains untuk Siswa SMA Kelas X Semester 1 Pengembangan Soal Biologi Berbasis Literasi Sains untuk Siswa SMA Kelas X Semester 1 Zulyusri 1), Ramadhan Sumarmin 2), Miswati 3) 1), 2) Staf Pengajar Jurusan Biologi, Universitas Negeri Padang 3) Alumni

Lebih terperinci

O 1 X O 2 Pre-test Treatment Post-test

O 1 X O 2 Pre-test Treatment Post-test 24 A. Metode dan Desain Penelitian BAB III METODE PENELITIAN Metode penelitian merupakan suatu cara, alat, atau teknik tertentu yang digunakan dalam mengumpulkan data untuk suatu kepentingan penelitian.

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN MEDIA PEMBELAJARAN KIMIA BERBASIS MASALAH DIPADUKAN BUDAYA LOKAL PAPUA

PENGEMBANGAN MEDIA PEMBELAJARAN KIMIA BERBASIS MASALAH DIPADUKAN BUDAYA LOKAL PAPUA PENGEMBANGAN MEDIA PEMBELAJARAN KIMIA BERBASIS MASALAH DIPADUKAN BUDAYA LOKAL PAPUA DEVELOPMENT OF PROBLEM BASED LEARNING IN CHEMISTRY LEARNING MEDIA THAT COMBINES THE PAPUAN LOCAL CULTURE Achmad Rante

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Terkait dengan tujuan penelitian ini yang mengabaikan variabel luar yang

BAB III METODE PENELITIAN. Terkait dengan tujuan penelitian ini yang mengabaikan variabel luar yang BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian dan Desain Penelitian Terkait dengan tujuan penelitian ini yang mengabaikan variabel luar yang dapat mempengaruhi hasil eksperimen maka digunakan metode quasi

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN BERBASIS PEMBELAJARAN MATEMATIKA REALISTIK POKOK BAHASAN KUBUS DAN BALOK

PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN BERBASIS PEMBELAJARAN MATEMATIKA REALISTIK POKOK BAHASAN KUBUS DAN BALOK PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN BERBASIS PEMBELAJARAN MATEMATIKA REALISTIK POKOK BAHASAN KUBUS DAN BALOK Raifi Wulandari 37, Sunardi 38, Arika Indah K 39 Abstract. The research aims to know the process

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN BAHAN AJAR KOMIK BERBASIS PENDIDIKAN KARAKTER UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH PADA MATERI SEGIEMPAT

PENGEMBANGAN BAHAN AJAR KOMIK BERBASIS PENDIDIKAN KARAKTER UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH PADA MATERI SEGIEMPAT PENGEMBANGAN BAHAN AJAR KOMIK BERBASIS PENDIDIKAN KARAKTER UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH PADA MATERI SEGIEMPAT Diana Puspita Sari 1, Bagus Ardi Saputro FPMIPATI, Universitas PGRI Semarang

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah research and development

III. METODE PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah research and development III. METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah research and development atau penelitian pengembangan. Metode ini memadukan penelitian dan pengembangan secara

Lebih terperinci