WOW! PENGALAMAN PERTAMAKU

Transkripsi

1 WOW! PENGALAMAN PERTAMAKU

2 Sanksi Pelanggaran Pasal 72 Undang-undang Nomor 19 Tahun 2002 Tentang Hak Cipta: (1) Barangsiapa dengan sengaja dan tanpa hak mengumumkan atau memperbanyak ciptaan pencipta atau memberi izin untuk itu, dapat dipidana dengan pidana penjara masing-masing paling singkat 1 (satu) bulan dan/atau denda paling sedikit Rp ,00 (satu juta rupiah), atau pidana penjara paling lama 7 (tujuh) tahun dan/atau denda paling banyak Rp ,00 (lima miliar rupiah) (2) Barangsiapa dengan sengaja menyiarkan, memamerkan, mengedarkan, atau menjual kepada umum suatu ciptaan atau barang hasil pelanggaran hak cipta atau hak terkait, dapat dipidana dengan penjara paling lama 5 (lima) tahun dan/atau denda paling banyak Rp ,00 (lima ratus juta rupiah)

3 WOW! PENGALAMAN PERTAMAKU FIAN AND FRIENDS Penerbit

4 WOW! PENGALAMAN PERTAMAKU Fian And Friends Copyright CV Zukzez express Penerbit Zukzez express Jalan Pelita Komplek Pinus Baru Blok C No 2 RT 01 RW 01 Banjarbaru, Kalimantan Selatan Editor : Ery Layouter : Tim Zukzez express Desain Sampul : Didi Akhdiassalam Pertama kali diterbitkan dalam bahasa Indonesia Oleh Penerbit Zukzez express Banjarbaru, 2013 Hak cipta dilindungi oleh undang-undang Dilarang memperbanyak sebagian atau seluruh isi buku ini tanpa izin tertulis dari Penerbit Cetakan Pertama : Maret 2013 ISBN :

5 GERBANG PENGALAMAN PLIS HANI DON KRAY! 1 JADI KETUA OSIS 7 FIRST BE A MODERATOR 13 PKL DADAKAN 19 KERUDUNG DAN IBUKU 25 MENJADI GURU YANG SEBENARNYA 35 AKSI HEROIK PERTAMAKU 43 MENGHADIRI PAGELARAN SENI 53 PERTAMA KALI BERPIDATO 61 NYUSUN SKRIPSI 67 SALAH UNDANGAN 75 MENAPAKI GOA BULUH KUMBUNG 83 JATUH YANG INSPIRATIF 89 4 JAM UNTUK 4 MENIT 95 BERKEMAH VS MENANGIS DI KUBURAN TUA 103 AYAH, IBU AKU TERBANG! 111 i

6 PINTU PENGALAMAN Assalamu alaikum. wr. wb. Bismillahirrahmaanirrahiim. PROyek buku bersama (PROKUMA) apaan nih? Ini adalah sentuhan manis dari anak bangsa Indonesia. Dimana kita membuat buku bersama-sama di sini. Yakin? Yeaaah yakin dong, membuat buku itu gampang kok. Semua ini tentu dengan memakai ketentuanketentuan yang berlaku. PROKUMA jenisnya berbedabeda, karena banyak inovasi yang diolah di sini. Tematema dan jenis yang disuguhi bakalan berkreasi sesuai dengan mood si pendiri grup. Bedanya PROKUMA dengan yang lainnya adalah, ini grup didesain secara kebermanfaatan dan menuangkan ilmu yang dipunyai si penulis untuk menginspirasi pembacanya. Jadi, bukan tulisan sembarang (walaupun sebenarnya masih dibilang pemula, hehe). Selain itu juga, hasil royalti buku yang terjual 100% disumbangkan kepada mereka yang membutuhkan. Jadi, berkarya plus beramal sama dengan berprestasi. Asyik kan? PROKUMA mempunyai season, yaitu dengan menggunakan disc. Diawali dari disc 1 dengan ala-ala yang unik sampai disc terakhir (wallahualam sampai berapa). Oleh sebab itu, saya sebagai pendiri grup ini, memohon dengan sangat Anda bisa ikut berpartisipasi. Kapan lagi toh berkarya (berdakwah lewat tulisan), ii

7 kemudian menuangkannya di sebuah buku yang luar biasa. Siapa sih yang nggak senang kalau tulisannya dibukukan, hehe... Oke, buat yang berminat ikutan nulis buku bersama teman-teman PROKUMA lainnya silakan search di facebook dengan keyword PROyek buku bersama Selamat kepada 16 penulis (termasuk saya sendiri) yang telah berkolaborasi menuliskan pengalaman pertamanya yang asyik, seru, dan akan menjadi catatan kenangan tak terlupakan di sebuah buku yang berjudul WOW! PENGALAMAN PERTAMAKU di Prokuma disc 8 ini. Semoga bermanfaat dan membuat semangat lagi untuk berkarya. Jangan jadikan ini final, tapi jadikanlah ini sebagai langkah awal. Doanya ya, mudah-mudahan grup ini booming seketika. Aamiin Mari berkarya! Allahu akbar!!! Salam Santun, Muhammad Ery Zulfian (Pendiri Grup PROyek buku besama) iii

8

9 Plis Hani Don Kray! Vita Ananda Marzuki Ini tentang pengalaman pertama, ketika waktu terperangkap dalam jenak yang sulit dipahami oleh saya, seorang anak kecil yang biasa-biasa saja. Betapa banyak juga pengalaman pertama yang terjadi di fase-fase awal kehidupan yang dipilihkan Tuhan untuk saya, yaitu sebagai manusia, seperti pertama kali meminum susu kaleng, pertama kali berjalan, pertama kali tumbuh gigi atau pertama kali berhasil pipis di tempat yang benar (?). Yang kemudian saya ceritakan di sini adalah bagian yang menurut saya paling menarik. Dan nanti, di akhir tulisan ini saya tergoda sekali mendefinisikan sebuah kata: Perubahan. Ilmiah banget euy! Sesuatu yang terjadi namun lewat saya sadari. Yang seperti mencerna atau bernafas terjadi di alam bawah sadar. Terdengar pasif, namun sesungguhnya tidak sama sekali. Orang-orang biasa seperti saya biasanya seringkali mengalami kejadian konyol alamiah yang memalukan sekaligus menyedihkan, haha. Begini ceritanya, saya berumur tiga tahun ketika pertama kali menyadari bahwa saya dibawa ibu saya ke sebuah studio foto, bukan untuk 1

10 disunat tentunya, melainkan untuk difoto. Dua tahun sebelumnya setiap pergantian umur, ibu saya selalu membelikan baju baru dan mengabadikan gambar diri saya dalam sebuah negatif film. Begitu pula tahun ke-tiga ini. Namun sepertinya dua tahun sebelumnya saya belum tahu-menahu apa yang terjadi, sehingga saya tak sadar bahwa saya telah bertemu dengan fotografer dan difoto olehnya. Maka foto saya di dua tahun pertama itu berhasil mulus-mulus saja. Nah, ketika umur saya tiga tahun itu, entah apa yang terjadi pada diri saya. Saya baru mengerti bahwa orang di depan saya waktu itu adalah A Chi, sang fotografer. Saya begitu ketakutan, tidak mau sama sekali difoto. Ibu membujuk, saya malah berteriak histeris. Jadilah adegan take picture dengan baju baru yang seharusnya membahagiakan itu berubah menjadi adegan kejar-kejaran antara saya kecil yang marginal dengan tukang foto asal Cina yang baik hati itu. Akhirnya, didapatlah foto saya, berdiri terpencil di pojok pintu dengan muka memerah karena menangis histeris. Mengharukan sekali! Saya berumur hampir lima tahun ketika duduk di bangku TK nol besar (TK B sekarang). Tanpa pernah merasakan duduk di bangku TK nol kecil, jadilah hari pertama duduk di TK nol besar itu adalah hari pertama saya menganyam pendidikan formal. Sebelum cukup umur untuk masuk TK nol besar, hampir setiap hari saya merengek minta sekolah. Alhasil, seringkali ibu saya harus mengantar saya ke sebuah TK atau SD untuk menemani saya merasakan euforia memakai seragam sekolah (entah waktu itu dapat seragam dari mana). Tentu di sana saya tidak boleh masuk kelas, jadi saya 2

11 hanya melihat-lihat saja. Just wait and see. Namun mengherankan, ketika tiba giliran saya benar-benar masuk sekolah, sesuatu yang aneh terjadi. Siapa yang mengira sebelumnya, jika seorang anak kecil yang ngebet sekali ingin sekolah, tiba-tiba lagi-lagi menangis tersedu-sedu di hari pertama masuk sekolah. Saya yang marginal, menangis karena takut ditinggal ibu. Takut ibu pulang duluan. Padahal ibu ada, berjanji tak kemanamana. Ini jadi menyedihkan karena seingat saya, temanteman saya baik-baik saja. Hanya saya yang pakai acara menangis segala. Sekarang, saya jadi berterimakasih tak hingga pada ibu yang akhirnya menemani saya sekolah selama setahun penuh di TK nol besar, pulang pergi mengantar saya berjalan kaki ke TK yang jaraknya kurang lebih 1,5 km dari rumah kami. Tak kalah mengharukan! Lagi. Saya berumur enam tahun dan duduk di bangku kelas 1 sekolah dasar negeri yang tidak cukup terkenal. Ini adalah pengalaman pertama saya disuntik di sekolah. Sepertinya sampai sekarang, masih ada kebijakan itu, yaitu upaya pemerintah untuk membebaskan anakanak pribumi dari berbagai macam penyakit seperti tetanus, cacar atau polio dengan cara melakukan vaksinasi. Maka datanglah beberapa orang petugas medis dari dinas kesehatan untuk menyuntikkan vaksin ke lengan anak-anak SD satu-persatu, termasuk saya. Maka inilah tragedi yang cukup memilukan bagi saya kecil yang begitu marginal itu. Saya menangis, satu-satunya yang menangis karena ketakutan disuntik. Hari itu, di sekolah kampung SD Negeri Melayu IX yang sama marginalnya seperti saya, tidak ada seorang anak pun yang menangis di depan umum, semua maju ke depan dan disuntik 3

12 dengan gagah berani. Hanya saya! Hanya saya yang menangis meraung-raung ketakutan pada jarum suntik. Maka hari itu saya dipegangi dua orang guru dan disuntik di tempat duduk. Oh! Betapa menyedihkannya saya waktu itu. Sangat mengharukan! Apakah ada lagi pengalaman pertama yang mengharukan (baca: mengerikan)? Baiklah itu dulu. Namun tentunya saya jadi miris, mengingat menangis karena kejadian-kejadian seperti di atas terlihat sangatlah tidak keren. Jika kini saya menjadi narcissus yang tergilagila pada ke-keren-an dirinya sendiri lalu menjadi hobi difoto, saya meredamnya dengan mengingat pengalaman pertama ketika difoto umur tiga tahun waktu itu. Jika sekarang saya keranjingan berkelana, bahkan saya sering melakukannya sendirian, saya bersyukur jika ingat dahulu saya adalah anak yang mudah gentar. Jika sekarang saya tak perlu khawatir pada jarum suntik maka saya berterimaksih kepada Allah Yang Maha Bijaksana atas karunia-nya berupa madu, habbatussauda, dan sari kurma, karena sekarang saya jadi lebih herbalis, memilih thibbun-nabawi sebagai penyembuhan, sehingga saja tak perlu berurusan dengan dokter terlebih jarum suntik, tapi tentu saja sebagai ummat Rasulullah, saya berusaha membiasakan diri dengan bekam (hijamah), sungguh! Tentang perubahan tadi. Ini jadi menarik. Kapan tepatnya saya berubah tabiat dari ketakutan difoto lalu menjadi narsis, dari ketakutan ditinggalkan di tempat baru lalu menjadi traveler, dari ketakutan pada jarum suntik menjadi suka berbekam. Pasti ada alasan dan proses tersendiri. Namun ternyata, dalam hal ini saya menjadi orang yang seringkali tertegun. Menyadari 4