Akhir tahun 2005, dipersidangan ke-26 tepatnya pada tanggal (21/12), Majelis

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Akhir tahun 2005, dipersidangan ke-26 tepatnya pada tanggal (21/12), Majelis"

Transkripsi

1

2 KontraS KontraS (Komisi Untuk Orang Hilang dan Korban Tindak Kekerasan) dibentuk untuk menangani persoalan penculikan beberapa aktivis yang diduga berhubungan dengan kegiatan politik yang mereka lakukan. Dalam perjalanannya KontraS tidak hanya menangani masalah penculikan dan penghilangan orang secara paksa tapi juga diminta oleh masyarakat korban untuk menangani berbagai bentuk kekerasan yang terjadi baik secara vertikal di Aceh dan Papua maupun secara horizontal seperti di Maluku, Sambas, Sampit dan Poso. Selanjutnya, ia berkembang menjadi organisasi yang independen dan banyak berpartisipasi dalam membongkar praktek kekerasan dan pelanggaran hak asasi manusia sebagai akibat dari penyalahgunaan kekuasaan. KontraS diprakarsai oleh beberapa LSM dan satu organisasi mahasiswa, yakni: AJI, CPSM, ELSAM, KIPP, PIP- HAM, LPHAM, YLBHI dan PMII Badan Pekerja: Usman, Edwin, Sri, Ndrie, Nining, Abu, Victor, Sinung, Haris, Harits, Islah, Papang, Bonang, Helmi, Nur ain, Bobby, Rintar, Ati, Dini, Guan Lee, Agus, Rohman, Heri. Federasi Kontras Mouvty, Ori, Gianmoko, Bustami, Asiyah (Aceh), Oslan (Sumatera Utara), Pieter Ell (Papua). Badan Pekerja Kontras dibantu oleh relawan-relawan yang tersebar di seluruh Indonesia Redaksi Berita KontraS menerima kritik, saran dan tulisan untuk Berita KontraS Salam Dari Borobudur Akhir tahun 2005, dipersidangan ke-26 tepatnya pada tanggal (21/12), Majelis Hakim persidangan kasus terbunuhnya Munir menjatuhkan hukuman 14 tahun pada terdakwa Pollycarpus B Priyanto. Saat itu dengan bersuara lantang Polly menyatakan tidak bersalah dan menganggap putusan majelis tidak adil bagi dirinya. Sedang tim hukum Polly menyatakan akan naik banding akan putusan tersebut.polly boleh saja berteriak, marah atau apapun. Namun, bukti yang ada menunjukkan bahwa dirinya memang ikut terlibat dalam konspirasi pembunuhan ini. Polly memang hanya salah satu bagian dari tim yang tergabung dalam skenario pembunuhan ini. Pertanyaannya siapa dalang pembunuh Munir? Atau siapa otak dari pembunuhan keji ini? Sejumlah tanggapan baik dari presiden SBY, Anggota DPR, dan Kapolri sendiri serta masyarakat umum dan mereka yang peduli akan persoalan ini mengalir. Sebagian besar, khususnya kita dan sahabat Munir lainnya kecewa. Kecewa, karena kembali negara tidak mampu menunjukkan dirinya untuk mampu mengungkap siapa dalang sesungguhnya dari sang pembunuh. Dan ada kata lain, terlebih untuk aparat hukum, mereka wajib mengungkap kasus ini hingga tuntas. Opini dan pendapat dari berbagai kalangan ini kami jadikan berita utama. Sementara, sejumlah kekerasan di berbagai daerah jadi sebuah kisah luka lain yang ada di rubrik berita daerah. Di akhir tahun, Sulawesi seakan menjadi daerah yang tak hentinya dirundung kekerasan. Di Jeneponto, Sulawesi Selatan, militer masih melakukan kekerasan terhadap masyarakat sipil. Seorang nelayan yang selama ini melakukan pembelaan terhadap konservasi lingkungan hidup, juga ditembak polisi ketika berusaha untuk menyelamatkan terumbu karang di Pulau Selayar, Sumatera Selatan. Di Salena, Sulawesi Tengah, sejumlah orang yang diduga mengikuti aliran sesat disiksa di tahanan dalam rangka mencari informasi. Akhir tahun ditutup dengan bom yang kembali meledak di kota Palu. Peristiwa itu menyebabkan orang 7 orang meninggal serta 43 orang mengalami luka-luka. Dalam rubrik rempah-rempah, peringatan peristiwa Semanggi II, temu korban dan Hari HAM internasional menjadi berita dalam rubrik rempah-rempah. Akhirnya. Kita memang harus tetap berjuang bersama dan bersatu untuk mendorong, mendesak negara, khususnya aparat hukum agar pembunuh dan otak sang dalang dapat ditemukan serta diadili. Karena hukum harus ditegakkan dan kebenaran harus diperjuangkan. Redaksi Berita KontraS Diterbitkan oleh: KontraS (Komisi Untuk Orang Hilang dan Korban Tindak Kekerasan). Penanggung Jawab: Usman Hamid Pemimpin Redaksi: Indria Fernida Redaktur Pelaksana: Hanny Sukmawati, Sidang Redaksi: Haris Azhar, Nining Nurhaya, Edwin Partogi dan Mufti Makaarim dan Ali Nur syahid. Layout: Segitiga comm Alamat Redaksi: Jl. Borobudur No. 14 Menteng Jakarta Pusat 10320, Indonesia. Telp: , Fax: beritakontras@yahoo.com, website: KontraS sebuah lembaga Advokasi, yang berdiri bersama para korban & keluarga korban untuk membela hak asasi manusia dan menentang segala bentuk kekerasan, menerima segala jenis bantuan yang bersifat tidak mengikat dan memiliki konsekuensi dalam bentuk apapun yang akan menghambat, mengganggu dan berakibat pada berubahnya substansi dan atau pelaksanaan visi dan misi organisasi. Bantuan dapat dikirimkan ke rekening atas nama KontraS di BII Cab. Proklamasi No. Rek Atau dapat dikirim langsung ke alamat redaksi. Untuk informasi lebih lanjut, hubungi Nining di atau beritakontras@yahoo.com 2

3 BERITA UTAMA Munir Garuda dan Intelejen SBY : Ada Konsfirasi dalam kasus Munir Melalui surat ini sekali lagi saya ingin letakkan harapan di meja Majelis Hakim yang hijau. Tetapi bukan saya hanya berharap, saya telah berjanji untuk memperjuangkan harapan itu. Karenanya saya tidak akan berhenti dan tidak akan pernah berhenti sampai kasus ini terungkap dan mampu menjawab pertanyaan keadilan saya dan anak-anak kami, Alif- Diva yang juga berharap dimasanya nanti kebiadaban ini tidak terulang. (surat Suciwati yang dibacakan di depan majelis hakim PN Jakarta Pusat) Hari itu, 20 Desember 2005, adalah sidang terakhir kasus Munir dengan agenda pembacaan putusan. Majelis Hakim yang diketuai Cicut Sutiarso menyatakan terdakwa Pollycarpus telah terbukti secara sah dan menyakinkan bersalah melakukan perbuatan pidana turut melakukan pembunuhan berencana dan turut melakukan pemalsuan surat. Majelis Hakim menjatuhi terdakwa Pollycarpus hukuman penjara 14 tahun, atas keputusan ini Polly mengajukan banding dan menolak vonis. Sementara Jaksa Penuntut Umum (JPU) juga menyatakan banding karena tuntutan mereka, yakni hukuman seumur hidup tidak dikabulkan oleh majelis hakim. Akan tetapi, seperti berkas tuntutan yang dibacakan oleh Majelis Hakim secara bergantian sebelum vonis Polly diberikan, disebutkan bahwa Polly merupakan salah satu orang yang terlibat dalam konspirasi pembunuhan almarhum Munir. Artinya, Polly tidak sendiri merencanakan pembunuhan ini. Majelis hakim juga menemukan rekonstruksi dan temuantemuan yang berbeda dengan Jaksa Penuntut Umum, diantaranya motivasi Pollycarpus untuk membunuh Munir. Dalam pertimbangan majelis hakim, motif tersebut didasarkan pada pesan saksi Muchdi kepada Adnan Buyung Nasution agar Munir diperingatkan untuk tidak terlalu vokal, dan hubungan telepon antara Pollycarpus dengan Muchdi PR yang frekuensinya tidak kurang dari 27 kali. Atas dasar itu majelis hakim meyakini bahwa Pollycarpus juga mempunyai kegiatan yang sama dengan Muchdi (tidak ingin Munir vokal mengkritisi pemerintah) yakni ada pihak-pihak yang tidak senang terhadap Munir. Pembuktian motivasi Pollycarpus versi JPU yang didasarkan kepada kesaksian Hian Tian (Polly aktivis NKRI) dikesampingkan Majelis hakim dengan pertimbangan saksi tidak dihadirkan dan keteranganya disangkal terdakwa. Sementara dari hasil rekonstruksi proses peracunan menurut Majelis hakim, arsen masuk melalui mie goreng yang ditaburkan Pollycarpus di saat Oedi dan Yeti (pramugari/pramugara Garuda) berada di pantry, menyiapkan meal service. Saat penyiapan welcome drink penumpang masih lalu lalang sehingga tidak ada kesempatan menabur arsen di orange juice. Penaburan arsen terjadi pada saat penyiapan meal service, saat sabuk pengaman telah digunakan semua penumpang dan lampu dipadamkan. Mondar-mandirnya terdakwa, berdiri di bar premium dan di toilet bisnis dijadikan petunjuk tersendiri bagi majelis hakim. Dari hasil temuan dan rekonstruksi tersebut, majelis hakim menyatakan masih ada pihak-pihak lain yang terlibat dalam pembunuhan Munir.M uch di PR, Yety dan Oedi adalah orang-orang yang dengan tegas dinyatakan Hakim memiliki keterlibatan dengan kasus pembunuhan Munir. Dalam pertimba ngannya Majelis hakim menyatakan bahwa Polly Suciwati carpus turut serta melakukan pembunuhan, sehingga harus dilakukan penyelidikan yang sunguh-sungguh oleh institusi yang berwenang terhadap pihak-pihak lain yang jelas terindikasi terlibat pembunuhan Munir. Sementara itu, majelis hakim juga menyatakan peran turut serta Pollycarpus dalam tindak pidana pemalsuan surat. Dalam hal ini Ramelgia Anwar juga harus dimintai pertanggungjawaban sebagai orang yang membuat surat palsu tersebut. Tetap Berjuang Mengejar Dalang Menanggapi putusan tersebut, Suciwati isteri Munir, mengatakan akan terus mencari keadilan dan mengejar dalang pembunuhan Pollycarpus. Menurutnya, tertangkapnya Polly lalu dijatuhi hukuman 14 tahun artinya sama saja bagi dirinya, karena Pollycarpus hanya pelaku lapangan. Dengan tegas Suciwati mengatakan akan terus dan tetap berjuang mengejar siapa dalang pembunuh suami Munir. Suciwati menyakini bahwa Pollycarpus tidak melakukan perbuatan pidana sendirian. Pembunuhan terhadap suaminya, adalah hasil konspirasi politik. Persoalannya bukan kecewa atau tidak dengan vonis tapi pencarian dalang sesungguhnya harus dilaksanakan secepat mungkin. sedang Pollycarpus memang harus dihukum, tapi dia bagian kecil dari konspirasi besar. Ia-pun meminta aparat penegak hukum melanjutkan penyelidikan. Suciwati mengungkapkan bahwa Majelis Hakim sendiri sudah mengatakan bahwa ada konspirasi dengan bukti percakapan telepon penjabat intelijen. 3

4 BERITA UTAMA Sebetulnya sudah jelas siapa yang ada dibelakang itu, tinggal polisi yang harus konsekuen untuk menggali informasi ini dengan menyidik langsung, ujar Suciwati. Sementara itu Persiden SBY sendiri mengakui bahwa kasus yang terkait dengan adanya konspirasi ada kalanya tidak mudah diungkap aparat penegak hukum. Namun, Presiden tetap berkomitmen untuk terus mengungkap kasus kematian Munir. Terlebih, bila kita ingat, Presiden sendiri pernah mengatakan bahwa pengungkapan kasus pembunuhan Munir sebagai test of our history. Disisi lain Presiden juga meminta Polri bekerjasama dengan aparat negara lainnya, yang selama ini terkait dengan penyidikan kasus pembunuhan Munir, seperti Badan Intelijen Negara (BIN) dan Kejaksaan Agung. Lewat juru bicara Kepresiden Andi Malarangeng Presiden SBY meminta agar sistem harus bekerja, Polri, Kejaksaan, bahkan BIN harus jalan bersama memperkuat kinerja mengungkap kasus Munir. Presiden telah meminta setiap lembaga dan aparat negara untuk terus mengungkapnya kasus ini. Lebih lanjut Presiden menga takan bahwa semua yang terlibat dalam kasus Munir diluar Pollycarpus harus diproses dan dinyatakan bersalah, jika memang bukti hukum mem perkuatnya. Mereka harus mendapat hukuman. Pertim bangan pengadilan dan bukti yang terungkap selama proses pengadilan itu hendaknya menjadi rujukan bagi Polri, kejaksaan, termasuk BIN, untuk menelurusinya kembali. Disisi lain, Presiden SBY mengatakan tidak mau lagi ikut mencampuri vonis 14 tahun terhadap Pollycarpus. Presiden menganggap tidak tepat kalau sampai mencampuri putusan pengadilan dan sebaiknya diserahkan kembali pada mekanisme hukum. Saya sudah memberikan dorongan dari apa yang berkembang dalam masyarakat luas. Selebihnya masukan dalam hukum acara pidana dalam proses penegakan hukum yang benar. Menurutnya, yang bisa dilakukan adalah memerintahkan Kapolri dan Jaksa Agung untuk terus memproses penegakan hukum dengan baik, adil dan tuntas. Pernyataan lain dikemukakan oleh Kepala BIN Syamsir Siregar. Ia menilai pengadilan gagal mengungkap otak pembunuh Munir. Dirinya melihat bahwa kinerja tim penyidik tidak maksimal dalam kasus ini. Seperti pengiyakan pernyataan Syamsir ini dan menganggap lemahnya kinerja di dalam tubuh penyidik, Kepala Polisi Sutanto meminta Pollycarpus terbuka pada penyidik Polri. Kami mohon kepada masyarakat dan Pollycarpus untuk terbuka kepada kami, supaya kami tahu mengenai hal itu yang sesungguhnya. Sutanto juga kembali menegaskan komitmennya untuk mengungkap kasus kematian aktivis hak asasi manusia Munir. Polisi akan bekerja secara optimal meski menghadapi sejumlah hambatan. Namun, Susanto mengakui polisi kesulitan membongkar kasus tersebut. Alasannya, peristiwa terbunuhnya Munir sudah sangat lama (sekitar satu tahun tiga bulan yang lalu, tepatnya 7 September 2004). Penuhi Hak Korban Sejumlah penyataan lain paska keputusan hukuman Polly terus dikeluarkan. Anggota Komisi I Dewan Perwakilan Rakyat Ade Daud Nasution, mendesak Presiden SBY segera menuntaskan kasus pembunuhan Munir. Menurutnya, apabila negara tak segera menuntaskan kasus ini, dikhawatirkan akan menjadi isu internasional. Menurutnya saat ini sudah ada 100 anggota Kongres AS yang meminta kasus Munir ini dibuka seluas-luasnya. Sementara duapuluh dua LSM Perempuan Indonesia dan Luar Negeri menghargai pernyataan dan upaya Presiden mendorong penyelesaian kasus Munir. Namun, mereka berharap itu bukan hanya sekedar pernyataan atau lips service saja, tetapi benar-benar konkrit diwujudkan dalam langkah dan tindakan tegas Presiden. Untuk itu mereka mendesak presiden agar mempercepat mulainya pemeriksaan pelaku lain dalam kasus pembunuhan Munir. Hal ini dianggap mendesak karena pada tanggal 20 Desember lalu, vonis Majelis Hakim menyebutkan bahwa Pollycarpus tidak sendiri, melainkan berkomplot (konspirasi) dengan pelaku lain yang lebih memiliki motif membunuh Munir. Sidang Pollycarpus di PN Jakarta Pusat Mereka juga mendesak agar Presiden SBY sebagai Kepala Pemerintah wajib memenuhi hak-hak korban dan keluarga korban Munir, yakni Suciwati dan dua anaknya Soultan Alief Allende dan Diva Suu Kyi Larasati, mengingat kasus Munir sebagai hasil penyalagunaan kekuasaan didalam tubuh Garuda Indonesia dan BIN. Sejak kematian Munir, belum ada perhatian dari pemerintah terhadap masa depan Suciwati dan anak-anaknya. Disisi lain mereka kecewa dan menyesalkan penyataan Presiden yang menampik kemungkinan membentuk tim baru serupa dengan Tim Pencari Fakta. Padahal, tanpa dibentuknya TPF Munir, konspirasi pembunuhan Munir mustahil diketahui. Untuk itu, mereka meminta Presiden SBY menindaklanjuti rekomendasi TPF dengan membentuk sebuah komisi khusus guna investigasi lebih jauh dan audit performa penyidik Polri yang menangani langsung kasus Munir. Demi penegakan kebenaran dan keadilan, kasus Munir harus diusut sampai keakar-akarnya. Jangan sampai ada pihak-pihak yang berlindung dibalik kekuasaan dan kekuatan politiknya hingga lolos dari hukuman. Penyelesaian kasus ini harus menjadi bukti komitmen negara menegakkan HAM dan memutus rantai impunitas di Indonesia. 4

5 BERITA UTAMA Komite Aksi Solidaritas untuk Munir (KASUM) yang terus memonitor perkembangan kasus ini melihat bahwa pasca vonis terhadap Pollycarpus yang diputuskan sebagai bagian dari konspirasi pembunuhan aktivis HAM Munir, tidak diimbangi dengan keseriusan pemerintah, yakni Kepolisian RI untuk memulai penyidikan lebih lanjut terhadap para pelaku lainnya. Padahal, Amar Putusan Majelis Hakim PN Jakarta Pusat sudah jelas bahwa terdapat kospirasi dan disebutkan secara eksplisit nama-nama pelaku lain yang terlibat didalamnya, misalnya, Oedi Irianto, Yeti Susmiarti, Ramlegia Anwar, Indra Setiawan dan Muchdi PR. Komunikasi telepon antara Pollycarpus dengan Muchdi PR sendiri dinilai Majelis Hakim telah membicarakan secara intensif pembunuhan Munir. Muchdi dinilai lebih memilki motif membunuh Munir. Hal lainnya yang disoroti oleh KASUM, bahwa pengadilan untuk menjerat mereka yang terlibat perlu segera dilakukan dalam waktu dekat, mengingat kondisi bentuk birokrasi pengungkapan kasus ini tidak efisien, dimana para pelaku diproses satu-persatu dan tidak dalam satu proses pengadilan. Sehingga membutuhkan kerja cepat untuk menghindarkan terjadinya obstruction of justice, yakni segala tindakan yang menghalangi penegakan hukum, termasuk penguluran waktu yang memberi ruang bagi pelaku untuk mengkonsolidasikan dirinya dan terhindar jeratan hukum. Kasum juga mendesak Presiden untuk memerintahkan Kapolri segera memanggil dan memeriksa serta menahan para pelaku lain yang menurut Majelis Hakim terlibat konspirasi pembunuhan Munir. Sementara pencapaian tindakan diatas hanya mungkin berjalan bila Presiden SBY membentuk Tim Kepresidenan dengan mandat kuat dan rinci untuk meneruskan temuan TPF Kasus Munir. Secepatnya pula Presiden memerintahkan Kapolri melakukan perombakan di internal Kepolisian demi terwujudnya proses penyidikan berkas kasus Munir II dan Presiden segera pula memerintahkan Kepala BIN untuk melakukan operasi kontra intelijen demi mengungkap konspirasi yang terjadi dalam tubuh BIN saat ini. KASUM mengingatkan dengan tegas bahwa Presiden bertanggunjawab atas kasus ini dan tidak berhenti hanya sampai dengan turut menegaskan adanya konspirasi (21/ 12/2005). Namun, dibutuhkan tindakan yang serius dan konkrit untuk mengawal pengungkapan dalang pembunuhan Munir.*** Presiden SBY dalam Kasus Munir: Jangan Seperti Jenderal yang Tinggalkan Prajurit Majelis Hakim Pengadilan Negeri Jakarta, Pusat, 20 Desember 2005, menyatakan Terdakwa Pollycarpus Budihari Priyanto terbukti secara sah dan meyakinkan bersalah dalam tindak pidana pembunuhan berencana atas Munir dan pemalsuan surat tugas. Majelis Hakim juga secara tegas menyebut nama-nama lain, khususnya Muchdi PR yang berkomplot (konspirasi) dengan Pollycarpus membunuh Munir. Muchdi dinilai sebagai orang yang lebih memiliki motif untuk membunuh Munir. Vonis diatas membawa kasus pembunuhan Munir memasuki babak baru yang krusial. Kami sangat menghormati komitmen dan kerja keras para jaksa dan hakim dalam upaya mereka mengungkap kasus ini. Harus kami nyatakan bahwa meskipun Majelis Hakim telah menjatuhkan vonis pada 14 tahun pada Terdakwa Pol1ycarpus Budihari Priyanto, namun Pollycarpus hanyalah pelaku 1apangan yang tidak akan me1akukan tindakannya jika tidak ada otak pelaku di belakangnya. Bagi kami, sejarah penegakan hukum kasus-kasus pelanggaran HAM dan penuntasan kasus-kasus kekerasan yang menimpa Pembela HAM di Indonesia masih diwarnai kekelaman, sebab hingga saat ini masih belum ada satu proses peradilan yang dengan serius menyeret dan mengadili para pelaku mulai dari pelaku lapangan hingga dalangnya. Ini jelas menunjukkan bahwa impunity masih berakar kuat di Indonesia. Presiden Susilo Bambang Yudhoyono pemah menyatakan komitmennya kepada seluruh rakyat Indonesia bahwa penuntasan kasus Munir adalah merupakan bukti keberhasilan penegakan hukum masa pemerintahannya. Oleh karena itu, kami ingatkan kembali kepada Presiden, bahwa kasus Munir masih jauh dari selesai. Jauh dari keadilan. Pengungkapan kasus kematian Munir tidak bisa diserahkan kepada sistem yang normal, karena aparat polisi di dalam sistem ini tidak memiliki cukup tekad dan kepercayaan diri. Oleh karena itu, mulai hari ini, perjuangan kami ke depan untuk mengungkap kasus Munir adalah perjuangan politik. Kami mengulangi desakan kami kepada Presiden Susilo Bambang Yudhoyono untuk tidak membiarkan kasus Munir ditangani secara setengah-setengah. Presiden membentuk Tim Kepresidenan dengan mandat yang kuat, jelas dan rinci demi meneruskan temuan- temuan TPF Munir khususnya untuk mengaudit kinerja kepolisian dan melakukan penyelidikan di dalam tubuh Badan Intelijen Negara. Keadilan dalam kasus Munir masih disandera oleh kekuatan-kekuatan gelap yang berkuasa di atas hukum. Presiden perlu menyatakan di sisi mana sekarang dia berdiri diantara kekuatan-kekuatan gelap itu atau bersama kami di tengah-tengah terang keadilan. Jakarta, 21 Desember 2005 KH ABDURRAHMAN WAHID 5

6 BICARA KONSPIRASI KETAKUTAN DALAM KASUS MUNIR Oleh: John Muhammad Pada 20 Desember 2005, Majelis Hakim Pengadilan Negeri Jakarta Pusat memutuskan Pollycarpus Budihari Priyanto bersalah dan terlibat perbuatan pidana yang dilakukan secara berkawan atau berkomplot (conspiracy) yang berakibat hilangnya jiwa Munir (7/9/2005). Itu sebabnya, Majelis Hakim mengganjar Pollycarpus dengan hukuman penjara selama 14 tahun dan bukan seumur hidup seperti yang dituntut oleh Jaksa Penuntut. Majelis Hakim menilai tuntutan hukuman Jaksa Penuntut terlalu berat mengingat masih harus diselidiki siapa dan siapa saja yang turut serta dalam pembunuhan Munir. Ada konspirasi dan Pollycarpus bukan pelaku tunggal. Itulah pokok putusan Majelis Hakim. Setahun sebelumnya, tepatnya pada 23 Desember 2004, DPR RI melalui Rapat Paripurna memutuskan membentuk Tim Pemantau Kasus Munir. Pada hari yang sama, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) juga mengesahkan pembentukan Tim Pencari Fakta (TPF) Munir. Tim ini bertugas untuk mendampingi Tim Penyelidik Polri yang dibentuk sejak 8 September 2004, yakni sehari setelah Munir meninggal. Tidak hanya itu, dukungan internasional pun juga turut mengalir. Perwakilan Parlemen Eropa disela kunjungannya di Indonesia (26/7/05), sempat mempertanyakan kelambanan pengungkapan kasus Munir pada Komisi I DPR RI. Sekitar 70 anggota Kongres AS, termasuk mantan kandidat Presiden AS Denis Kucinich dan Patrick J. Kennedy (keponakan Mantan Presiden AS John F. Kennedy) melalui surat bersamanya, mendesak Presiden SBY agar segera menuntaskan kasus ini (27/10/05). Desakan yang sama juga dilakukan, Pelapor Khusus Sekjen PBB untuk Perkembangan Pembela HAM, Hina Jilani dan Pelapor Khusus PBB untuk Kemandirian Pengacara dan Hakim, Leandro Despouy (23/ 11/2005). Itu belum termasuk dukungan organisasi non pemerintah (LSM) dunia, seperti perwakilan LSM perempuan sedunia (15/12/05), Yayasan Northcote Parkinson Fund (4/10/05) berupa penghargaan Civil Courage Prize atau Keberanian Sipil, yang juga diberikan pada Min Ko Naing (aktivis oposisi Birma) dan Anna Politkovskaya (jurnalis Rusia yang diduga keras diracun oleh Agen Rahasia Rusia) dan Times Asia Magazine kepada Suciwati, Istri Munir melalui penghargaan sebagai salah satu Asia s Heroes 2005 (5/10/05). Dan semua kabar ini akhirnya bermuara pada kesimpulan: ini kasus luar biasa. Segala macam perhatian dan dukungan yang datang rasanya sudah lebih dari cukup. Lantas apa sebab hingga kini belum juga terbongkar konspirasi tersebut? Konspirasi macam apa yang membuat simpati sebesar itu menjadi tak berarti? Apapun konspirasi itu, yang pasti ia telah membuat Presiden SBY enggan mengumumkan hasil temuan TPF Munir (20/7/ 05) dan menolak membentuk ulang Tim Independen Kasus Munir (23/12/05). Konspirasi itu juga telah membuat Jaksa Agung dan Kapolri belum mau menggunakan wewenangnya untuk meminta rekaman hubungan telekomunikasi antara Pollycarpus dan salah satu terduga Muchdi PR sesuai dengan Undang-Undang No. 36/1999 (26/1/06). Konspirasi itu juga yang membuat Ketua Majelis Hakim Cicut Sutiarso segan menegaskan amar putusannya sebagai court of order (perintah pengadilan) setelah didatangi oleh Muchdi PR bersama pembela hukumnya Tim Pengacara Muslim (20/2/06). Pada akhirnya, persekongkolan tersebut mampu mengganjal dugaan keterkaitan pejabat Badan Intelijen Negara (BIN) dan Maskapai Penerbangan Garuda dan hanya sekedar jadi pergunjingan umum. Tidak ada perkembangan yang mengarah pada penyelidikan lanjut terhadap para terduga seperti AM Hendropriyono (mantan Kepala BIN), Muchdi PR (mantan Deputi V/Penggalangan BIN), Nurhadi Djazuli (mantan Sesma BIN), Bambang Irawan (Agen BIN), Indra Setiawan (Mantan Dirut Garuda), Ramelgia Anwar (VP Corporate Security Garuda), Rohanil Aini (Flight Operation Support Officer Garuda Airways), Oedi Irianto (Senior Pramugara) dan Yeti Susmiarti (Senior Pramugari). Jadi, permufakatan jahat (menurut TPF), perkawanan (menurut Tuntutan dan Dakwaan Jaksa) atau konspirasi (menurut Putusan Majelis Hakim) ternyata tidak saja membunuh Munir. Ia juga menciptakan kondisi yang tidak pasti (uncertainly condition) dalam upaya pengungkapan kebenaran dan mengganjal perwujudan keadilan untuk Munir. Ketidakpastian tentu akan mengundang ketidakpercayaan dan ketidakpercayaan adalah tingkatan pertama dari ketakutan (first degree of fear). Pada tingkatan ketakutan selanjutnya, menurut Joanna Bourke (Fear: A Cultural History, 2005), ketidakpercayaan akan berubah menjadi paranoia lalu ia akan memuncak menjadi teror. Ketakutan semacam ini seperti dikatakan oleh Corey Robin (Fear: The History of Political Idea, 2004) adalah perangkat politik, sebuah instrumen dari kebijakan elit (penguasa). Ia bisa diciptakan atau sengaja dibiarkan. Kita mudah lupa, bahwa Munir dalam sosok gagasan dan tindakan yang bertumpu pada keberanian yang luar biasa menyongsong kebenaran serta keadilan dalam konsistensi yang tinggi, sesungguhnya belum mati. Kalaupun mati, kita turut membunuhnya. Munir dalam sosok itu benar-benar mati jika kita diam - membiarkan. Tepatnya, saat kasusnya tidak terungkap dan racun yang sebenarnya sudah kadung merebak, yaitu sebuah message of terror kepada masyarakat: Stop kritik negara! Menteng, Maret

7 BICARA TABEL PERBANDINGAN PROSES HUKUM No Data Tim Pencari Fakta Berkas Perkara (Penyelidik Polri) Tuntutan (Jaksa Penuntut) Putusan (Majelis Hakim) 1 Produk Laporan Akhir Berkas Perkara untuk Pollycarpus Budihari Priyanto Surat Tuntutan Pidana untuk Pollycarpus Budihari Priyanto Putusan Perkara Pidana untuk Pollycarpus Budihari Priyanto BP Pollycarpus Budihari Priyanto merupakan BP bersifat BAP Optimal atau memang belum memenuhi syarat hukum P21. Berarti dimaksudkan untuk tidak menutup kemungkinan adanya orang lain yang lebih tepat untuk bertanggungjawab baik sebagai pelaku langsung, turut serta, maupun menyuruh melakukan. BP Pollycarpus Budihari Priyanto merupakan BP yang disusun secara terpisah (splitzing), yakni menempatkan Pollycarpus sebagai pembantu dalam pembunuhan berencana terhadap korban Munir. Adapun rujukannya adalah Teori dualistis yang memisahkan antara pertanggungjawaban pidana dengan tindak pidana. 2 Kesimpulan Umum Munir tewas akibat pembunuhan oleh permufakatan jahat Munir tewas akibat tindak pidana pembunuhan berencana yang dilakukan secara bersama-sama Munir tewas akibat tindak pidana pembunuhan berencana yang dilakukan secara bersama-sama. Munir tewas akibat perbuatan pidana yang dilakukan secara berkawan atau berkomplot (conspiracy) yang berakibat hilangnya jiwa orang lain. 3 Motivasi (Dugaan) Operasi Intelijen dari beberapa kalangan di BIN. Kepala BIN saat itu, Hendropriyono pernahd digugat Munir. Pollycarpus bagian dari operasi tersebut. Tidak ditegaskan. Pollycarpus BP (secara pribadi) karena mencintai NKRI, tidak menyenangi kegiatan (kritik) yang dilakukan Munir kepada Pemerintah. Pollycarpus BP bersama dengan Muchdi PR dan pihak-pihak lainnya menghendaki Munir agar tidak vokal. 4 Kesimpulan Keterlibatan Pollycarpus Aktor perencana operasi Aktor penyedia fasilitas bagi terlaksananya operasi (Primair) Pembantuan Pembunuhan Berencana - (Pasal 340 KUHP jo Pasal 56 ke-1e KUHP) (Subsidair) Pembantuan Pembunuhan Dengan Sengaja (Pasal 338 KUHP jo Pasal 56 ke- 1e KUHP) Telah Melakukan, Menyuruh Melakukan atau Turut Melakukan Perbuatan Dengan Sengaja dan Direncanakan Terlebih Dahulu Menghilangkan Jiwa Orang Lain (Pasal 340 KUHP jo Pasal 55 ayat (1) ke-1 KUHP) Telah Melakukan, Menyuruh Melakukan atau Turut Melakukan Perbuatan Dengan Sengaja dan Direncanakan Terlebih Dahulu Menghilangkan Jiwa Orang Lain (Pasal 340 KUHP jo Pasal 55 ayat (1) ke-1 KUHP) Aktor pelaksana operasi (Lebih Subsidair Lagi) Menganjurkan Untuk Membuat Surat Palsu dan Menggunakan Surat Palsu (Pasal 263 ayat (1) KUHP jo Pasal 55 ayat (1) ke-2e KUHP dan Pasal 263 ayat (2) KUHP) Telah Melakukan, Menyuruh Melakukan atau Turut Melakukan Perbuatan Dengan Sengaja Memakai Surat Palsu atau yang Dipalsukan Seolah- Olah Asli dan Pemakaian Surat Itu Dapat Menimbulkan Kerugian (Pasal 263 ayat (1) KUHP jo Pasal 55 ayat (1) ke- 1 KUHP) Telah Melakukan, Menyuruh Melakukan atau Turut Melakukan Perbuatan Dengan Sengaja Memakai Surat Palsu atau yang Dipalsukan Seolah-Olah Asli dan Pemakaian Surat Itu Dapat Menimbulkan Kerugian (Pasal 263 ayat (1) KUHP jo Pasal 55 ayat (1) ke-1 KUHP) 5 Media Peracunan (Tidak ditegaskan: Jus Jeruk atau Mie Goreng.) Masuk melalui mulut atau oral. (Cenderung) Jus Jeruk (Cenderung) Jus Jeruk Mie Goreng 6 Pelaku Pollycarpus BP (Terduga) Pollycarpus BP (Tsk) Pollycarpus BP (Tsk) - Pollycarpus BP (Terpidana) Oedi Irianto (Terduga) Yeti Susmiarti (Terduga) Ramelgia Anwar (Terduga) Rohanil Aini (Terduga) Muchdi PR (Terduga) Indra Setiawan (Terduga) Hendropriyono (Terduga) Bambang Irawan (Terduga) Oedi Irianto (Tsk) - Pelaku Pembunuhan Yeti Susmiarti (Tsk) - Pelaku Pembunuhan Ramelgia Anwar (Tsk) - Pelaku Pemalsuan Surat Rohanil Aini (Tsk) - Pelaku Pemalsuan Surat Oedi Irianto (Tsk) - Pelaku Pembunuhan Yeti Susmiarti (Tsk) - Pelaku Pembunuhan Oedi Irianto (Tsk) - Pelaku Pembunuhan Yeti Susmiarti (Tsk) - Pelaku Pembunuhan Ramelgia Anwar - Pelaku Pemalsuan Surat Rohanil Aini - Pelaku Pemalsuan Surat Muchdi PR - Memiliki pekerjaan dan tujuan yang sama dengan terpidana Sumber : Kasum 7

8 SUARA KORBAN Emon Dari kekerasan Fisik sampai Pelecehan Seksual Ketika terjadi demo massa menolak pemberlakuan TPST Bojong, lakilaki yang bernama lengkap Emon ini turut pula menjadi korban penangkapan sewenang-wenang. Mulai saat ditangkap, dipenjara, Emon tak henti menerima segala bentuk kekerasan fisik dan teror, bahkan Emon juga harus mendapat siksaan lain yang tak mengenal batas perikemanusiaan. Emon harus mendapatkan pelecehan seksual yang dilakukan oleh aparat saat ia dipenjara. Waktu kejadian sekitar jam 10-an, sesudah lari dari lokasi TPST, Emon menuju prapatan Bojong. Disitu kita sempat makan dulu, lalu kita menuju rumah Mang Yana. Ternyata ada polisi di sana. Kamu ikut ya? Polisi itu bertanya dengan keras. Tidak kami tidak ikut. Namun alasan Emon tidak diperdulikan. Emon langsung ditangkap, sambil dipukul dan ditendang di leher. Ia dilempar saat akan mau dimasukkan ke mobil. Saat itu saya merasa ingin pingsan, ucap Emon. Emon kembali menuturkan kisah yang ingin ditutupnya ini. Setelah ditangkap, bersama teman lainnya, Emon dibawa ke kantor WGS. Disana sudah banyak warga lain yang ditangkap. Emon dan warga lainnya dibariskan, diikat untuk dipaksa naik ke mobil. Di sana penyiksaan terus terjadi. Kita mau jalan ke Polres. Saat ditanya siapa di sini yang bisa nyanyi? temanteman menunjuk saya. Dari WGS sampai Polres saya dipaksa tidak pernah berhenti menyanyi. Pernah berhenti sedikit saya langsung dipukul dengan tameng. Apalagi posisi Emon paling pojok jadi tidak bisa bergerak. Kami diinjak-injak, digeplak, ditendang, pokoknya pukulan itu tidak ada habishabisnya sepanjang perjalanan, ujar Emon. Sebelum turun dari mobil mereka dibawa ke suatu tempat, tetapi Emon sendiri mengaku tidak tahu dimana ia berada. Yang ia tahu disitu banyak wartawan. Mereka disini hingga larut malam. Satu persatu mereka dibawa ke kantor dan ditanya (interogasi-red). Mau pakai kuasa hukum atau tidak?, kami katakan mau. Kata mereka ada pembela kita dari PBHI atau Waktu kita kedatangan beberapa orang DPR, kami diancam. Awas kalau kalian bicara kalian dipukul polisi. Mereka mengancam kalau sampai kami mengaku kami akan dicari. Walaupun kalian sudah bebas dari sini kami akan terus cari kalian. Demo menentang TPST Bojong YLBHI. Setelah itu kami melihat CD peristiwa penyerbuan itu. Lalu kami dipaksa untuk menyebutkan siapa-siapa yang ada di VCD itu. Kalau tidak menyebutkan, telinga kami dibakar pakai rokok, ada pula yang kakinya dipencet. Karena saking panasnya Emon terpaksa menyebutkan salah satu nama yang ada dalam VCD. Setelah proses BAP itu, Emon menuturkan dirinya serta warga lainnya diphoto. Mereka dikenakan pasal 170. Sesudah itu mereka dimasukan ke sel. Ada dua sel. Yang jaga sel itu selalu bergantian. Salah satu polisi yang jaga, Tubagus kembali bertanya kenapa kalian ikut demo? Kalian itu orangorang bodoh, katanya. Kalian itu bisa usaha di situ. Sambil dipukul, sesudah itu kami dikeluarkan, dimasukan ke ruang 8

9 SUARA KORBAN yang dikatakan ruang AC. Tetapi yang dimaksud ruang yang tidak ada atapnya. Disitu kami ditendang, dipukul pakai gespernya yang dia pakai, tutur Emon lagi. Selama lebih kurang 18 hari Emon dan warga lainnya ditahan, dan selama itu pula semua bentuk kekerasan fisik dan segala bentuk kekerasan tak henti diterimanya, baik siang atau malam hari. Waktu kita kedatangan beberapa orang DPR, kami diancam. Awas kalau kalian bicara kalian dipukul polisi. Mereka mengancam kalau sampai kami mengaku kami akan dicari. Walaupun kalian sudah bebas dari sini kami akan terus cari kalian. Yang mengancam sepertinya ketuanya, karena mereka tidak pakai baju dinas. Setelah para anggota DPR itu pulang, kami dikumpulkan kembali, lalu kita ditampar dan ditendang sampai mental ke meja. Pak Ending giginya copot karena ditonjok. Dia juga ditendang, ujar Emon. Ada sebuah kisah lain yang harus Emon terima. Emon mengaku seorang aparat yang bernama ES (aparat Polres Bogor) menyuruh dirinya melakukan perbuatan yang tidak senonoh (pelecehan seksual-red).. Awalnya Emon dan dua rekannya disuruh mengenakan celana dalam saja. Lalu kita disuruh ciuman sesama cowok(emon berhenti seperti tidak sanggup meneruskan ceritanya ). Mungkin karena perilaku saya kayak cewek, dianggap saya tidak normal mereka menyuruh sayamelakukan hal- hal yang tidak senonoh, dan saya dipukul sama ES ketika saya tidak menurutinya. Meski selama ditahan di Penjara Paledang Emon mengaku tidak ada penyiksaan, tetapi tempat penahannya sangat tidak terjamin. Untuk tidur saja mereka tidak bisa terlentang. Satu kamar 150 orang, jadi kita tidak tidur, duduk, jongkok begitu saja. Emon pun bercerita, bahwa ada satu warga lainnya yang ditangkap bernama Ace. Awalnya, Emon juga tak ingin bercerita tentang bentuk penyiksaan paling keji yang harus diterima Ace. Si Ace dikeluarkan dari sel dimasukkan ke ruang AC kemudian dia disuruh buka celana, lalu dibakarlah punyanya (alat kelaminnya-red). Seingat Emon yang melakukan kekerasan ini aparat yang bernama Tubagus. Emon menuturkan dalam 18 hari itu penyiksaan yang ia terima tak pernah ada hentinya. Setelah 18 hari ditahan di Polres Bogor, mereka dioper ke Penjara Paledang. Dalam perjalanan mereka kembali diborgol. Sesudah sampai di Pejara Paledang mereka harus menjalani pemeriksaan kembali. Emon berkisah, tidak semua warga Bojong yang ditahan disini disiksa, semua tergantung kepala kamarnya (kepala pengawas sel-red). Ketika ditanya Kamu kasus apaan? Kami jawab kasus demo kang ternyata kalau kasus demo warga selamat dari pemukulan. Di sini ada istilah pembayaran kamar. Kalau kita membayar sekitar 300 ribu, 400 ribu, 500 ribu atau jutaan ke atas maka kita bisa tidur agak enakan. Masalah kesehatan dan kebersihan sangat memprihatinkan. Salah seorang kawan, Hermawan punya penyakit berak-berak, mencret, panas, demamnya tinggi. Badannya kecil, sangat kecil banget, tetapi tidak diberi obat yang bagus, obatnya itu-itu juga. Kalau kami mandi, bukannya malah bagus ke kulit tetapi malah jelek, malah gatal-gatal. Makannya pagi cuma nasi satu kepal saja. Kalau sore nasinya kurang matang, ujar Emon lagi. Dengan kondisi penjara ini, Emon bercerita ada beberapa warga yang sakit, Adang Hermawan, Pak Ejan dan Edi bin Ejan. Meski mereka mendapat pengobatan tapi obat yang diberikan hanya itu-itu saja. Di Penjara Paledang, Emon divonis 3 bulan 15 hari. Meski selama ditahan di Penjara Paledang emon mengaku tidak ada penyiksaan, tetapi tempat penahannya sangat tidak terjamin. Untuk tidur saja mereka tidak bisa terlentang. Satu kamar 150 orang, jadi kita tidak tidur, duduk, jongkok begitu saja. Jadi di situ kenapa banyak penyakit, di situ ada TBC, dan Adang pernah batuk berdahak darahnya keluar. Pak Ejan juga seperti itu, bahkan dia pernah diinfus, ujar Emon. Setelah mengalami segala bentuk kekerasan, penyiksaan sampai pelecehan seksual, akhirnya pada tanggal 22 April 2005, Emon dibebaskan. Sesudah dibebaskan Emon dan teman-teman dikenai wajib lapor. Emon dibebaskan bersama Nenin, Adang, Edi, Edi Bolot, Nazaruddin. Beberapa teman (warga) lainnya divonis beda-beda. Sebelum dibebaskan polisi yang membebaskan mengatakan Jadi kalian jangan terlalu ikut campur masalah seperti itu, jangan ulangi lagi. Kini Emon hanya bisa berharap agar TPST Bojong cepat ditutup. Emon juga berharap kasus yang ada ini bisa diselesaikan secepatnya. *** Salah satu korban Kasus TPST Bojong 9

10 JEJAK KASUS SANG PEJUANG Empat Belas Tahun untuk Pollycarpus Sepanjang November hingga pertengahan Desember, sidang marathon Munir masih diisi dengan agenda pemeriksaan saksi. Menurut saksi ahli racun dan forensik memastikan penyebab kematian aktivis HAM, Munir, adalah keracunan arsenik akut dengan kadar yang sangat tinggi. Namun, mereka tak dapat memastikan jenis makanan atau minuman yang meracuni Munir. Inilah yang menjadi point penting dalam sidang lanjutan Pollycarpus. Saksi ahli toxiologi Universitas Indonesia, Ridla Bakri, menyatakan bahwa kandungan arsenik dalam tubuh Munir sangat tinggi. Darah Munir mengandung 3,1 miligram per liter arsenik (kadar minimal dalam tubuh, 0,1 miligram per liter) dan di dalam urine terkandung 4,8 miligram per liter arsenik (kadar minimal dalam tubuh, 0.3 miligram per liter). Tingginya kadar racun dalam tubuh Munir, menurut Ridla, juga terlihat dari masih didapatinya arsenik dalam darah. Padahal, normalnya arsenik akan hilang/tidak terdeteksi setengah jam setelah peracunan, jelasnya. Ridla juga memperkirakan arsen yang diberikan kepada Munir berupa serbuk putih yang dicampur ke dalam makanan dan minuman yang dikonsumsi korban. Cara itu paling mudah karena serbuk arsenik tak akan menimbulkan rasa dan bau jika dicampur makanan dan minuman. Arsen baru bereaksi bertemu dengan senyawa protein di dalam tubuh sehingga menimbulkan bau napas seperti bawang putih. Cairan lambung pun berubah menjadi kehijauan. Sementara ahli forensik, Budi Sampurno mengatakan, gejala pertama keracunan arsen muncul paling cepat 10 menit dan paling lama 90 menit setelah masuk ke dalam tubuh. Reaksi rata-rata berkisar antara setengah hingga satu jam. Demo di Komnas HAM Undangan BIN Atas informasi inilah, Ridla memperkirakan bahwa racun tersebut diberikan dalam penerbangan Jakarta-Singapura atau Bandara Changi, Singapura, saat pesawat transit. Sedang berdasarkan diskusi dengan para ahli di Belanda, arsenik tidak mungkin diberikan di Jakarta. Informasi yang ada juga dikatakan bahwa di Changi, Munir sudah mulas-mulas, dan pada saat boarding di Singapura Munir sudah minta obat untuk meredakan gejala mulas yang dirasakannya. Sementara saksi aktivis Human Right Working Group yang juga kawan dekat Munir, Choirul Anam, mengatakan bahwa satu bulan sebelum berangkat ke Amsterdam, Munir mendapat undangan dari salah satu penjabat Badan Intelijen Negara. Akan tetapi, undangan tidak resmi tersebut tidak dipenuhi Munir. Anam menyebutkan bahwa undangan tersebut disampaikan melalui orang ketiga (namun Anam tidak menyebut nama pihak ketiga tersebut). Menurut orang tersebut, penjabat BIN hendak berdiskusi mengenai situasi demokrasi dan politik Indonesia saat itu. Namun, Munir tidak bersedia datang karena undangan tersebut bersifat tidak resmi atau tanpa surat tertulis. 10

11 JEJAK KASUS SANG PEJUANG Mengenai siapa yang mengetahui Munir akan berangkat ke Amsterdam, Anam menjelaskan, selain teman-teman dekat, keberangkatan Munir juga diketahui orang luar. Suciwati sendiri pernah bercerita bahwa beberapa hari sebelum keberangkatan ada orang yang menanyakan kepastian keberangkatan Munir. Dua puluh tujuh kali telepon ke Pollycarpus Sementara itu, setelah dua kali panggilan Jaksa Penuntut Umum diabaikan, mantan Kepala Deputi V Badan Intelijen Negara Muchdi PR akhirnya datang ke persidangan. Ia mengaku tidak kenal dan tidak pernah berhubungan dengan terdakwa Pollycarpus. Akan tetapi, Muchdi mengakui dan tidak menolak data hasil print out seperti disebut dalam Berita Acara Pemeriksaan (BAP), yang menunjukkan adanya 27 kali hubungan komunikasi dari nomor telepon genggam miliknya dengan nomor telepon genggam milik Pollycarpus. Meski Muchdi membenarkan nomor tersebut adalah nomor miliknya sejak tahun 1995, namun ia mengungkapkan bahwa nomor tersebut bukan atas namanya. Dirinya menyebutkan bahwa siapa saja boleh dan bisa memakai nomor itu; bisa supir, ajudan, asisten, atau teman-teman dekatnya. Muchdi juga mengatakan jarang memegang nomor telepon tersebut. Seharusnya ini menjadi sebuah temuan penting, karena telepon atau nomor telepon adalah sesuatu yang sifatnya sangat pribadi. Artinya, sangat tidak mungkin, orang sekelas Muchdi membiarkan nomor atau telepon pribadinya dipergunakan untuk kepentingan lain atau oleh orang lain, terlebih oleh supirnya sendiri. Saat Majelis Hakim bertanya apakah Muchdi pernah memperingatkan Munir karena terlalu vokal terhadap pemerintah, seperti yang ada di BAP, Muchdi mengatakan tidak kenal Munir secara pribadi. Saya hanya tahu dia dari kontras. Memang benar saat tahap penyelidikan saya ditanya apa yang akan saya lakukan kalau menghadapi tokoh vokal seperti Munir. Saya bilang, saya coba peringatkan orang itu lewat para seniornya, tutur Muchdi. Selanjutnya dalam keterangan selanjutnya, Muchdi mengakui dirinya pernah berbicara dengan Adnan Buyung Nasution, meski tidak mengingat lagi kapan pembicaraan tersebut, karena momennya tidak resmi dan disampaikan secara bergurau. Suasana persidangan Munir di PN Jakarta Pusat Mucdhi juga mengakui sudah tidak mengingat bagaimana tanggapan dari Adnan saat itu. Berikutnya, Mucdhi mengakui Munir sebagai sosok aktivis yang kritis dan vokal terhadap pemerintah. Ketika menjelaskan arti kata vokal, ia mengatakan, siapapun bisa vokal, bahkan seorang pengawai pemerintah atau anggota DPR. Namun, Muchdi menolak anggapan Munir menjadi salah satu target operasi BIN akibat sikap vokalnya itu. Mucdhi juga mengaku tidak pernah mendengar atau melihat BIN memiliki atau membuat daftar nama orangorang vokal. Ia juga membantah anggapan Pollycarpus adalah agen yang direkrut BIN. Polly Menyangkal BAP Pada sidang yang digelar (18/11) terdakwa Pollycarpus menyangkal sejumlah keterangan pada BAP. Selain menyangkal kenal dan pernah menghubungi nomor telepon Munir sebelum keberangkatannya ke Belanda, Polly juga menyangkal telah meminta Munir pindah tempat duduk dalam penerbangan Jakarta-Singapura. Menurut Polly, dirinya memang sempat menawari Munir pindah. Akan tetapi, hal itu dia lakukan sekadar berbasabasi. Namun, Munir malah langsung pindah tempat duduk sendiri sebelum ada persetujuan. Polly mengungkapkan, saat dirinya bertanya ke Brahmani Hastawati (pramugari senior Garuda) apakah Munir bisa dipindahkan tempat duduknya, ternyata Munir sudah langsung pindah sendiri. Polly mengaku tidak mempermasalahkan hal itu tersebut karena tidak merugikan dirinya. 11

12 JEJAK KASUS SANG PEJUANG Pernyataan dan penyangkalan Polly ini jelas berbeda dengan keterangan Brahmani, yang mengatakan Pollycarpus meminta Munir dipindah dalam penerbangan Jakarta-Singapura. Selanjutnya, kepada Majelis, Pollycarpus menganggap hal itu menguntungkan perusahaan karena pada prinsipnya perusahaan selalu berupaya memberikan kepuasaan kepada penumpang melalui pelayanan secara maksimal. Dituntut Seumur Hidup Jaksa Penuntut Umum Domu F Sihite dalam sidang yang digelar pada Kamis (1/12), menuntut terdakwa Pollycarpus dengan hukuman seumur hidup, karena terbukti telah merencanakan pembunuhan.tuntutan ini langsung disambut tepuk tangan dari hampir seluruh hadirin yang selalu memadati persidangan kasus Munir ini. Jaksa Penuntut Umum menegaskan bahwa unsur menghilangkan nyawa orang lain, unsur perencanaan, dan unsur melakukan atau menyu ruh melakukan terpenuhi. Selain pembunuhan, Polly carpus juga dituntut karena menggunakan surat tugas palsu. Tuntutan tersebut sebagaimana pasal 340 KUHP jo pasal 55 ayat (1) dan pasal 263 ayat (2) KUHP jo pasal 55. Sejumlah fakta yang terung kap di persidangan mendu kung tuntutan JPU. Diantaranya adalah Pollycarpus menelpon ke rumah Munir untuk memastikan keberangkatan Munir ke Amster dam. Selain itu, ia terbang ke Singapura pada hari yang sama dengan keberangkatan Munir tanpa surat tugas, dan perubahan jadwal penerba ngan serta perubahan tempat duduk atas inisiatif dirinya sendiri. Unsur menghilangkan nyawa orang lain, menurut jaksa, terbukti dengan adanya racun arsenik Nubuat Labirin Luka kadar tinggi dalam tubuh Munir. Hasil visum dan otopsi menguatkan hal tersebut. pendapat ahli racun dari segi notoire feiten untuk menganalisis lebih jauh masuknya arsen ke lambung Munir. Berdasarkan keterangan itu, dapat dibuktikan racun masuk melalui perantara makanan cair. Berdasarkan uraian yuridis diatas, maka terdakwa terbukti melakukan tindak pidana. Dalam unsur yang memberatkan, terdakwa telah mengingkari kejujuran dan kebenaran untuk menghindar dari tanggungjawab yang memberatkannya. Pembuktian Jaksa Lemah Akan tetapi, jaksa penuntut umum dinilai gagal mem buktikan keterlibatan Polly carpus dalam pembu nuhan berencana terhadap Munir. Jaksa dinilai tidak mampu mengungkap motif pembu nuhan dan pelaku peracunan. Jaksa juga di anggap gagal membuktikan kon spirasi antara Pollycarpus Kematian Munir terus menyisakan tanya. Tanya itu muncul dalam sejumlah puisi yang terangkum dalam buku Nubuat Labirin Luka, antologi puisi dari 46 orang sastrawan untuk Munir. Buku kumpulan puisi ini diluncurkan di pusat dokumentasi Sastra HB Jasssin, Taman Ismail Marzuki Jakarta, pertengahan Desember lalu. Bukan hanya penyair atau penulis seperti Yonathan Rahardjo, Eka Budianta, atau Saut Situmorang yang menuliskan puisinya, tetapi juga buruh migran di Hongkong, seperti Anandwy, Anik Sulistyawati dan Mega Vristian. Sebelumnya, November 2005, buku ini juga diluncurkan di Taman Victoria Hong Kong. Suciwati, dalam lawatannya ke Hong Kong setelah mendapatkan penghargaan dari Asian Heroes Majalah Times melakukan diskusi terbuka dengan Buruh Migran Indonesia di Hong Kong. Dalam diskusi itu, lebih dari 300 orang BMI menandatangani petisi kepada Presiden RI untuk menuntut penyelesaian kasus ini.*** Jaksa Tetap Bersikukuh dan Oedi Irianto serta Yeti Susmiarti (pramugara dan pramugari garuda) dalam pembunuhan tersebut. Hal tersebut dikemukakan dalam Pledoi tim penasehat hukum Pollycarpus. Jaksa juga tak menyebutkan secara jelas perantara Pollycarpus dalam pembunuhan Munir. Tidak jelas apakah dituntut sebagai pelaku (eksekutor) atau pelaku pembantu yang menyuruh Oedi atau Yeti memasukkan arsen. Tim penasehat hukum Pollycarpus menambahkan, jaksa telah memanipulasi sejumlah fakta persidangan dan menambah fakta-fakta yang tidak terungkap dalam persidangan sebagai dasar tuntutan. Sedangkan Pollycarpus dalam Pledoinya merasa telah dikor bankan dalam peristiwa kematian Munir. Namun, ia tetap tidak menyebutkan pihak-pihak yang mengorbankan dirinya. Ia menolak jika dituduh mem bunuh salah satu penum pang pesawat yang telah meng hidupinya dan keluarganya. Mengenai proses peracunan yang tidak terungkap dalam persidangan, jaksa mengemukakan pasal 184 Ayat (2) Kitab Undang-undang Hukum Acara Pidana yang menyebutkan bahwa segala sesuatu yang telah diketahui umum tak perlu dibuktikan/notoire feiten. Jaksa menganalisis Dalam replik yang diajukan JPU, mereka tetap bersikukuh terdakwa Pollycarpus adalah pelaku pembunuhan terhadap Munir. Kepergian Polly ke Singapura jelas terkesan direkayasa, hingga hal inilah yang memperkuat keyakinan tersebut. 12

13 JEJAK KASUS SANG PEJUANG JPU menegaskan adanya alat bukti berupa surat yang dikeluarkan Minister van Justitie Nederlands Forensich Institut pada tanggal 8 Desember 2004 yang menjelaskan kematian Munir akibat racun arsen. Alat bukti lain yaitu keterangan saksi diantaranya Suciwati, yang menyatakan Pollycarpus sempat memastikan keberangkatan Munir. Tentang kata-kata terdakwa jika betul saya sedang merencanakan pembunuhan mosok saya menelpon korban dan menyebut nama asli. Menurut JPU penyebutan nama asli justru untuk mengesankan terdakwa sebagai orang baik yang tidak akan dicurigai Munir, dan menjadi tanda tanya untuk apa terdakwa menghubungi Munir padahal terdakwa tidak ada hubungan apapun dengan Munir Jaksa juga menyoroti kesaksian Oedi Irianto dan Yeti Susmiarti (pramugari garuda airlines) yang sempat melihat Pollycarpus mondar-mandir di sekitar pantry termasuk curhat Polly pada mereka dalam rangka menyamakan persepsi jika ditanyakan polisi jadi kesaksian. Juga kesaksian Ramelgia Anwar (Vice President Corporate Security PT Garuda); serta Karmal Fauza Sembiring (chief pilot), yang membantah telah menugaskan Pollycarpus ke Singapura; merupakan bukti yang lain. Jaksa juga menguatkan rekayasa keberangkatan Polly ke Singapura pada tanggal 6 September 2004, bersamaan dengan keberangkatan Munir ke Amsterdam. Hal itu dinilai janggal karena Pollycarpus yang seharusnya terbang ke Beijing pada 5-8 September 2004 telah mengubah jadwal terbangnya. Pada saat itu ia memilih stand by di Jakarta karena akan mengikuti sarasehan. Namun, Pollycarpus meminta Rohainil Aini (sekretaris chief pilot) mengubah jadwal terbang dengan alasan ditugaskan Ramelgia Anwar ke Singapura untuk mengecek peristiwa dumping fuel (pembuangan bahan bakar) pada 6 September. Walaupun dalam kesaksiannya, Ramelgia mengaku tidak pernah menugaskan Polly ke Singapura pada tanggal tersebut. Termasuk pula laporan yang dibuat oleh Pollycarpus setelah pulang dari Singapura. Yang ingin dibuktikan bukan diterima tidaknya laporan tugas terdakwa, tetapi bagaimana laporan tersebut membuktikan adanya manipulasi keterangan terdakwa karena tidak pernah ada dumping fuel di Singapura, dan laporan tidak proporsional karena hanya berdasarkan wawancara dengan seorang teknisi yang tidak diketahui namanya. Dan di dalam persidangan tidak ada seorangpun saksi yang menyatakan pihak Garuda menerima dan membenarkan laporan terdakwa tentang dumping fuel. Berangkat dari semua keterangan yang telah dibeberkan di atas, JPU memohon Majelis Hakim menolak nota pembelaan terdakwa dan penasehat hukum dan menyatakan tetap pada tuntutannya. Menanggapi replik itu, Pollycarpus dan Penasehat hukumnya bermaksud menanggapi secara lisan. Namun, niat tersebut dibatalkan setelah hakim mengingatkan agar mudah didokumentasikan untuk membuatnya secara tertulis. Untuk itu, Penasehat hukum Polly mengajukan dupliknya. Menagih Janji Presiden Sementara itu, saat persidangan akan sampai pada putusan vonis Pollycarpus, ada banyak kalangan mempertanyakan keseriusan Presiden untuk menyelesaikan kasus ini. Todung Mulya Lubis, Ahmad Syafii Maarif, Abdurrahman Wahid dan Asmara Nababan, kembali mempertanyakan keseriusan Presiden SBY dalam menangani kasus pembunuhan politik terhadap Munir paska berakhirnya TPF Kasus Munir. Lewat penyataan pers yang dikeluarkan tersebut, mereka sekaligus menagih Presiden yang berjanji untuk mengadakan investigasi yang tuntas, menegakkan hukum secara objektif dan tidak melindungi siapapun yang terlibat. Mereka juga mempertanyakan pengusutan lanjutan Polri paska berakhirnya TPF yang tidak jelas hasilnya. Apalagi mantan Ketua TPF yang memimpin tim penyidik baru justru menyatakan, tim Munir telah dibubarkan dua bulan lalu (14/12). Sementara Kadispenum Mabes Polri menyatakan penyidikan kasus Munir hendak dihentikan bila tidak ditemukan bukti baru di persidangan (13/12). Dua pernyataan ini saling bertolak belakang. Selanjutnya, mereka menyoroti bahwa penyelesaian secara hukum dalam persidangan hanya akan berhenti pada Pollycarpus sebagai pelaku tunggal pembunuhan. Persidangan gagal mengungkapkan aktor utama dibalik pembunuhan Munir akibat keengganan menghadirkan bukti-bukti yang memadai termasuk saksi-saksi penting dalam pembunuhan Munir. Padahal, jika kondisi tersebut dibiarkan, mustahil kasus pembunuhan Munir dapat dituntaskan sebab arah pengungkapan kasus ini justru bergerak menuju ke titik nol. Dihentikannya pengusutan lebih lanjut atas kasus pembunuhan Munir juga merupakan bentuk pelecehan atas tuntutan keadilan publik. Karena itu, sudah seharusnya Presiden SBY mengambil tindakan konkrit dan tidak berdiam diri melihat perkembangan kasus ini. 14 Tahun untuk Polly Setelah 5 bulan, pada 20 Desember 2005 akhirnya Majelis Hakim memberikan putusan pada sidang kasus Munir. Majelis Hakim menyatakan terdakwa Pollycarpus, telah terbukti secara sah dan meyakinkan melakukan tindak pidana pembunuhan berencana serta pemalsuan surat secara bersama-sama. Sementara hal-hal yang memberatkan terdakwa Pollycarpus, diantaranya adalah, tindak pidana dilakukan secara berkomplot (konspirasi). Selain itu, selama masa penyelidikan dan persidangan, terdakwa memberi keterangan 13

14 JEJAK KASUS SANG PEJUANG dengan berbelit dan menyimpan kebenaran yang diketahuinya. Dalam putusannya, Majelis Hakim yang diketuai oleh Cicut Sutiarso mengungkapkan bahwa ada kesepakatan untuk menghilangkan jiwa Munir dalam pembicaraan telepon, bila menghubungkan perilaku terdakwa selama penerbangan Jakarta-Singapura dan intensitas kontak telepon. Sementara itu, Majelis hakim menemukan rekonstruksi dan temuan-temuan yang berbeda dengan Jaksa Penuntut Umum, diantaranya motivasi Pollycarpus untuk membunuh Munir. Dalam pertimbangan majelis hakim, motif tersebut didasarkan pada pesan saksi Muchdi kepada Rekonstruksi Proses Peracunan Menurut Majelis hakim, arsen masuk melalui mie goreng yang ditaburkan Pollycarpus di saat Oedi dan Yeti berada di pantry, menyiapkan meal service. Saat penyiapan welcome drink penumpang masih lalu lalang sehingga tidak ada kesempatan menabur arsen di orange juice. Penaburan arsen terjadi pada saat penyiapan meal service, saat sabuk pengaman telah digunakan semua penumpang dan lampu dipadamkan. Mondar-mandirnya terdakwa, berdiri di bar premium dan di toilet bisnis dijadikan petunjuk tersendiri bagi majelis hakim. Dari hasil temuan dan rekonstruksi, majelis hakim menyatakan masih ada pihak-pihak lain yang terlibat dalam pembunuhan Munir. Muchdi PR, Yety dan Oedi adalah orang-orang yang Pada 17/11/2005 bertepatan dengan sidang Munir yang menghadirkan saksi Mantan Kepala Deputi V BIN Muchdi PR, di pelataran parkir gedung Pengadilan Negeri Jakarta Pusat terjadi aksi penyerangan secara fisik dan intimidasi terhadap keluarga korban pelanggaran HAM dan aktivis KontraS oleh sekelompok massa sesaat sebelum Mucdhi PR memberikan kesaksiannya. Karena Muchdi PR telah dua kali mangkir dari panggilan JPU untuk hadir sebagai saksi di persidangan, aktifis KontraS menggelar aksi disamping pengadilan Negeri Jakarta Pusat. Mereka membentangkan spanduk yang bertuliskan Panggil Paksa Mucdhi PR dan Nurhadi. Selain itu ada pula poster yang bergambar Munir dan tulisan kertas karton, yang antara lain berbunyi Kalau ada Hendro kenapa hanya Poly, Polly jangan mau dikambinghitamkan BIN, SBY & JK tak serius usut kasus Munir. Semua tahu BIN dalangnya, usut tuntas kasus Munir jangan hanya Polly saja dan lain-lain.saat salah satu aktivis KontraS menyampaikan orasi pembuka, sambil meneriakkan panggilan paksa Mucdhi dan Nurhadi, tiba-tiba datang sekitar tiga puluh orang, yang mengaku dari Komite Mahasiswa Indonesia Timur (KOMIT) mendatangi massa aksi. Mereka merampas secara paksa peralatan aksi, menginjak-injak poster alm. Munir sampai poster hancur, merobek selebaran, membuang spanduk, merampas toa sambil mengeluarkan kata-kata kotor. Termasuk juga memaksa ibu-ibu korban pelanggaran HAM untuk membuka kaos bergambar Munir yang dikenakannya. KOMIT juga melakukan pemukulan dengan menggunakan gulungan kertas koran yang didalamnya terdapat benda keras kepada tiga orang aktivis Kontras, yaitu Chrisbiantoro, M Daud dan Paul. KontraS tidak terkejut dengan adanya aksi ini dan sudah bisa menduga sebelumya. Hal ini seperti sebuah pola dimana pada saat momentum penting suatu kasus berjalan, terjadi penyerangan dengan gaya premanistik. Keterangan Muhcdi di persidangan sangat penting untuk membuka hubungan antara Pollycarpus dengan BIN. Adanya aksi ini semakin menegaskan bahwa kasus Munir memang merupakan pembunuhan politik. Sesuatu yang tidak masuk di akal ketika KontraS mengelar poster dan membagikan selebaran yang menyatakan bahwa Mucdhi PR dan Nurhadi Djazuli -keduanya mantan petinggi BIN- merupakan tokoh kunci dalam kasus pembunuhan Munir. Tidak mengherankan pula penyerangan ini bisa terjadi karena kehadiran kelompok penyerang dalam sidang kasus Munir dengan terdakwa Pollycarpus sangat intens menghadiri persidangan. Mereka sejak awal telah mengawasi persidangan dan turut membagikan selebaran yang isinya ingin mengacaukan skenario bahwa Munir meninggal karena sebuah konspirasi politik. Adnan Buyung Nasution agar Munir diperingatkan untuk tidak terlalu vokal, dan hubungan telepon antara Pollycarpus dengan Muchdi PR yang frekuensinya tidak kurang dari 27 kali. Atas dasar itu majelis hakim meyakini bahwa Pollycarpus juga mempunyai kegiatan yang sama dengan Muchdi (tidak ingin Munir vokal mengkritisi pemerintah) yakni ada pihak-pihak yang tidak senang terhadap Munir. Pembuktian motivasi Pollycarpus versi JPU yang didasarkan kepada kesaksian Hian Tian (Polly aktivis NKRI) dikesampingkan Majelis hakim dengan pertimbangan saksi tidak dihadirkan dan keteranganya disangkal terdakwa. dengan tegas dinyatakan Hakim memiliki keterlibatan dengan kasus pembunuhan Munir. Dalam pertimbangannya Majelis hakim menyatakan bahwa Pollycarpus turut serta melakukan pembunuhan, sehingga harus dilakukan penyelidikan yang sunguh-sungguh oleh institusi yang berwenang terhadap pihakpihak lain yang jelas terindikasi terlibat pembunuhan Munir. Sementara itu, majelis hakim juga menyatakan peran turut serta Pollycarpus dalam tindak pidana pemalsuan surat. Dalam hal ini Ramelgia Anwar juga harus dimintai pertanggungjawaban sebagai orang yang membuat surat palsu tersebut. Meski semua dakwaan terbukti, majelis hakim hanya menghukum terdakwa 14

15 JEJAK KASUS SANG PEJUANG 14 tahun penjara dengan pertimbangan peranan turut serta Pollycarpus dan masih ada pihak lain yang harus dimintai pertanggungjawaban. Sementara itu mendengar putusan yang dibacakan oleh Majelis Hakim, terdakwa Pollycarpus dengan lantang dan emosional menyatakan menolak keputusan hakim. Di luar persidangan, Assegaf, kuasa hukum Polly menyatakan akan banding dan akan melaporkan hakim ke Komisi Yudisial atas putusan Majelis hakim. Assegaf menganggap Majelis Hakim telah memaksakan putusannya. Putusan majelis hakim melampaui dakwaan (racun masuk di dalam makanan), tidak ada pembuktian Pollycarpus terlibat pembunuh serta fakta tentang peracunan melalui mie. Presiden, Ada Konspirasi Juru Bicara Kepresiden Andi Mallarangeng mengatakan setelah mendengar putusan pengadilan berikut pertimbangan hukumnya, Presiden langsung membulatkan tekad untuk terus mengungkap kasus tewasnya Munir. Sistem harus bekerja, Polri, Kejaksaan, bahkan BIN harus jalan bersama memperkuat kinerja mengungkap kasus Munir. Memang kasus konspirasi tidak gampang diungkapkan, tetapi Presiden telah meminta setiap lembaga dan aparat negara untuk terus mengungkapkannya, jelas Andi. Lebih lanjut Andi mengatakan, menurut Presiden semua yang terlibat dalam kasus Munir di luar Pollycarpus harus diproses dan dinyatakan bersalah jika memang bukti hukum memperkuatnya. Semua harus mendapat hukuman. Sementara pertimbangan pengadilan dan bukti yang terungkap selama proses pengadilan itu hendaknya menjadi rujukan bagi Polri, kejaksaan, termasuk BIN, untuk menelusurinya kembali. Jangan Mengulur Waktu Delapan hari setelah Majelis Hakim menjatuhkan vonis 14 tahun untuk Polly, Komite Aksi Solidaritas Untuk Munir (KASUM) melihat bahwa paska vonis terhadap Pollycarpus yang ditetapkan sebagai bagian dari konspirasi pembunuhan aktivis HAM Munir, ternyata tidak ditanggapi serius oleh pemerintah terutama pihak Kepolisian RI untuk memulai penyidikan lebih lanjut terhadap para pelaku lainnya. KASUM menyatakan, mandat amar putusan Majelis Hakim Jakarta Pusat sangat jelas bahwa terdapat konspirasi dan disebutkan secara eksplisit nama-nama pelaku lain yang terlibat didalamnya, misal Oedi Irianto, Yeti Susmiarti, Ramelgia Anwar, dan Muchdi PR. Termasuk komunikasi antara Pollycarpus dengan Demo di Komnas HAM Muchdi PR yang dinilai membicarakan secara insentif pembunuhan Munir, sehingga memiliki motif membunuh Munir. KASUM juga menilai kondisi bentuk birokrasi pengungkapan kasus ini tidak efisien, dimana para pelaku diproses satupersatu dan tidak dalam satu proses pengadilan. Akibatnya dibutuhkan kerja cepat untuk menghindarkan terjadi obstruction of justice, yakni segala tindakan yang menghalangi penegakan hukum, termasuk penguluran waktu yang memberi ruang bagi pelaku untuk mengkonsolidasikan dirinya dan terhindar dari jeratan hukum. Berangkat dari kondisi yang dipaparkan itu, KASUM mendesak Presiden untuk memerintahkan Kapolri segera memanggil dan memeriksa serta menahan para pelaku lain yang menurut Majelis Hakim terlibat konspirasi pembunuhan Munir. KASUM juga mendesak Presiden SBY membentuk tim dengan mandat yang kuat dan rinci untuk meneruskan temuan Tim Pencari fakta (TPF) kasus Munir serta memerintahkan Kepala Polri Jenderal (Pol) Sutanto merombak jajaran kepolisian untuk mewujudkan proses penyidikan kasus ini. Presiden juga didesak memerintahkan Kepala BIN Mayjen TNI (Purn) Syamsir Siregar melakukan operasi kontra intelijen untuk mengungkap konspirasi di tubuh BIN. Sementara 22 LSM Perempuan Indonesia dan Luar Negeri lewat siaran pers-nya juga mendesak Presiden SBY mengusut tuntas kasus Munir secara adil, pelakunya dihukum, dan hak-hak korban dipulihkan. Mereka juga meminta Presiden SBY sebagai Kepala Pemerintahan wajib memenuhi hak-hak korban dan keluarga korban Munir, yakni Suciwati serta dua anaknya Soultan Alief 15

16 JEJAK KASUS SANG PEJUANG Allende dan Diva Suu Kyi Larasati. Karena, sejak kematian Munir, belum ada perhatian dari pemerintah terhadap masa depan Suciwati dan anak-anaknya. Mereka juga menyesalkan pernyataan Presiden yang menampik kemungkinan membentuk tim baru serupa TPF. Padahal, tanpa dibentuknya TPF Munir, konspirasi pembunuhan Munir mustahil diketahui. Terakhir, demi penegakan kebenaran dan keadilan, kasus Munir harus diusut sampai ke akar-akarnya. Jangan sampai ada pihak-pihak yang berlindung dibalik kekuasaan dan kekuatan politiknya hingga lolos dari hukuman. Penyelesaian kasus ini harus menjadi bukti komitmen negara menegakan HAM dan memutus rantai impunitas di Indonesia. Sementara itu, anggota Komisi I Dewan Perwakilan Rakyat Ade Daud Nasution mendesak Presiden SBY segera menuntaskan kasus pembunuhan Munir ini. Menurutnya, apabila pemerintah tak segera menuntaskan kasus ini, dikhawatirkan akan menjadi isu internasional, lantaran sudah ada 100 anggota Kongres AS yang meminta kasus Munir ini dibuka seluas-luasnya. Disisi lain, di tengah maraknya pernyataan berbagai pihak agar pemerintah lebih serius lagi menangani kasus Munir, Pollycarpus mengadukan majelis hakim yang mengadili perkaranya ke Komisi Yudisial. Menurut A.Wirawan Adnan, pengacara Polly, pertimbangan majelis hakim menghukum Pollycarpus 14 tahun penjara hanya berdasarkan asumsi. Asumsi itu antara lain, menurut Adnan, Majelis Hakim menyatakan bahwa Munir dibunuh dengan racun arsenik melalui mie goreng. Pertimbangan itu, menurut dia, sangat tidak profesional. Sebab, dalam persidangan tidak terdapat adanya mie goreng, melainkan orange juice. Sedang Irawady Joenoes, anggota Komisi Yudisial, mengatakan akan mempelajari terlebih dulu pengaduan tersebut **. Mengapa orang dilenyapkan, mengapa orang pengecut diagungkan? Mengapa dunia demikian penuh ketidakadilan? TKN di makam Munir Temu Kebudayaan Nusantara (TKN) yang diadakan pada Jumat (9/12) mengusulkan agar makam pejuang hak asasi manusia, Munir, dibangun untuk dijadikan obyek wisata ziarah. Pendapat ini juga mengemuka, agar masyarakat dan generasi muda datang untuk mengenang, belajar, dan tertulari semangat perjuangan Munir yang demikian langka pada zamannya. Rombongan TKN yang dihadiri oleh 200 peserta komunitas rakyat berbagai daerah ini berlangsung selama dua hari di Wana Wisata Coba Talun, Dusun Wonorejo, Kota Batu. Rombongan juga menziarahi makam almarhum Munir di pemakaman Sisir Kota Batu. Rombongan dihadiri oleh Aak Abdullah Al Kudus, Ketua Solidaritas Buruh Migran Indonesia Jawa Timur, seniman asal Surabaya Henri Nurcahyo, dan Santo dari Komunitas rakyat gusuran bantaran Kali Ciliwung Jakarta. Protes penziarahan komunitas peserta TKN di pemakaman Munir menjadi penuh haru oleh isak tangis para peserta meski banyak dari mereka ternyata baru pertama kali datang ke Batu dan pertama kali pula melihat makam Munir. Mengapa orang dilenyapkan, mengapa orang pengecut diagungkan? Mengapa dunia demikian penuh ketidakadilan? tutur Santo dari komunitas pinggir Kali Ciliwung. Santo melakukan happening art disepanjang perjalanan dari tepi pemakaman hingga makam Munir. Suasana haru, sementara diantara peserta meniup seruling nada rendah dan nada tinggi, mengiringi lagu Gugur Bunga sepanjang jalan kaki menuju makam Munir.*** 16

17 BERITA DAERAH Proyeksi Penegakan HAM Aceh Pasca MoU Penandatanganan Mou di Helsinki 15 Agustus tahun lalu membawa harapan baru akan masa depan Aceh yang lebih cerah. Harapan akan sebuah kehidupan yang jauh dari konflik, kekerasan dan segala bentuk pertikaian yang telah terjadi berpuluh-puluh tahun lamanya. Sementara itu, persoalan menyangkut tema Hak Asasi Manusia (HAM) diatur secara khusus pada poin Dua Nota Kesepahaman antara Pemerintah RI dan Gerakan Aceh Merdeka (GAM). Ada tiga sub poin kesepakatan, yaitu; pertama, pemerintah akan mematuhi Kovenan Internasional Hak Sipil Politik dan Ekonomi, Sosial, dan Budaya. Kedua, sebuah Pengadilan HAM akan dibentuk untuk Aceh dan, ketiga, Komisi Kebenaran dan Rekonsiliasi (KKR) akan dibentuk di Aceh oleh KKR Indonesia dengan tugas merumuskan dan menentukan upaya rekonsiliasi. Namun, bila dilihat secara rinci seluruh substansi MOU, terlihat betapa minimnya penjelasan tentang tema HAM, dibandingkan dengan tema lainnya. Ini bisa menunjukkan bahwa tema HAM adalah kesepakatan yang paling sulit dilaksanakan, khususnya berkaitan dengan pelanggaran HAM di masa lalu. Ini juga mengingat pengalaman ditempat lain pada fase perdamaian awal, dimana situasi rekonsiliasi lebih dikedepankan daripada keadilan. Apalagi Pengadilan HAM merupakan isu paling sensitif bagi TNI. Bahkan, resistensi ini semakin tinggi meski ada tekanan dari komunitas internasional, seperti yang ditunjukkan pada kasus pelanggaran HAM Timor Timur. Secara teknis dari perspektif hukum positif Indonesia, pembentukan Pengadilan HAM di Aceh tidak menjadi masalah karena telah memiliki UU 26/2000 tentang Pengadilan HAM. Dimana, untuk kasus-kasus yang ditangani juga bersifat retroaktif/berlaku surut. Untuk kasus yang terjadi sebelum UU ini berlaku digelar lewat pengadilan HAM ad hoc,, seperti yang terjadi pada kasus Timor Timur dan Tanjung Priok. Sementara bila kasus terjadi sesudah tahun 2000 digelar lewat Pengadilan HAM permanen, seperti yang terjadi untuk kasus Abepura. Pemberlakuan asas rektroaktif ini kembali ditegaskan oleh putusan Mahkamah Konstitusi/MK (Perkara No.065/PUU- II/2004) ketika menolak gugatan Abilio Soares. Namun ada beberapa hal yang mesti dicermati. Pertama, tidak dijelaskan secara rinci apakah pengadilan HAM yang dimaksud dalam konteks hukum positif Indonesia atau dalam konteks tribunal internasional. Kedua, muncul perbedaan pendapat kasus apa yang akan diselesaikan lewat mekanisme pengadilan HAM dalam konteks MoU GAM- RI. Pihak GAM menginginkan semua kasus masa lalu (asas retroaktif) sementara RI menginginkan hanya kasus yang terjadi pasca nota kesepahaman damai ini. Selain itu patut pula diperhatikan bahwa upaya mendorong penyelesaian kasus pelanggaran berat HAM masa lalu di Aceh lewat Pengadilan HAM juga harus mempertimbangkan bagaimana kasus-kasus tersebut memenuhi kulifikasi pro justicia. Sejauh mana barang bukti, saksi, dan korban masih tersedia pasca bencana tsunami. Selain itu tergantung juga sejauh mana kualitas advokasi adanya laporan investigasi dan data lainnya. Apakah lewat KKR? Mekanisme KKR yang dimaksud dalam MoU ini adalah KKR nasional yang hingga saat ini masih dalam proses akhir seleksi (Presiden harus memilih 21 dari 42 nama yang tersedia). Perlu diingat bahwa mekanisme KKR bukanlah mekanisme hukum/yudisial. Jadi tidaklah mungkin berharap adanya keadilan dalam bentuk penghukuman bagi pelaku. Yang mungkin, adalah pengungkapan kebenaran atas kasus-kasus pelanggaran berat HAM masa lalu. Problemnya, dari 42 calon anggota (nanti dipilih 21) hanya sedikit yang bisa merepresentasikan Aceh. Maksudnya, tidak ada kandidiat yang track record, kompetensi dan komitmen khusus akan masalah Aceh. Namun, apapun kondisi dan kendala yang ada, perkembangan MoU RI-GAM, bisa kita maknai bahwa KKR yang akan terbentuk seharusnya digarap secara serius (oleh semua pihak) karena ada kebutuhan khusus soal Aceh. Karena, secara prinsipil dalam konteks hukum positif RI, mekanisme Pengadilan HAM dan KKR merupakan mekanisme yang substitusif (saling alternatif satu sama lain) dan bukan komplementer. Jadi pilihan untuk menyelesaikan kasus pelanggaran berat HAM masa lalu hanya bisa menggunakan salah satunya. Bila semangat rekonsiliasi yang dikedepankan, mungkin langkah kompromi yang bisa diambil untuk menyelesaikan pelanggaran HAM di Aceh adalah dengan menggunakan mekanisme KKR untuk semua kasus di bawah tahun 200 dan menggunakan Pengadilan HAM untuk semua kasus di atas tahun 2000.*** 17

18 BERITA DAERAH Aksi Brutal Aparat TNI di Jeneponto Aksi kekerasan dan main serang kembali dilakukan oleh aparat militer. Kali ini giliran warga di Kabupaten Jenepoto, Sulawesi Selatan yang harus menerima kekerasan dari para aparat ini. Aksi penyerangan ini merupakan buntut tabrakan di jalan poros Jeneponto-Makassar Kilometer 80, 26 November Haerudin dan Sirajudin dari Batalyon Yonif 700 Raider menabrak mobil milik seorang lurah di Janeponto, Syaiful Mustafa. Mereka terlibat adu mulut karena anggota TNI tersebut enggan bertanggungjawab. Anggota TNI ini lalu dipukuli sekelompok pemuda hingga akhirnya peristiwa tersebut dibalas dengan penyerangan aparat di desa tersebut. Sekitar pukul 1 dini hari 29 November 2005, sekelompok tentara dari Batalyon 700 dibantu ratusan warga dari desa lain menyerang 3 buah desa, yaitu Desa Karama, Desa Bonto Gaddong dan Desa Ujung Moncong. Lima orang warga desa dan seorang polisi terluka. Mereka merusak 82 rumah dan warung milik warga rusak, juga delapan mobil, dua sepeda motor, serta peralatan rumah tangga berupa lemari, kursi, tempat tidur, televisi, lemari es, komputer, dan lain-lainya. Salah seorang warga desa, Syaiful harus dirawat di Rumah Sakit Labuang Baji di Makasar. Semantara, Brigjen Syafrie dirawat di Rumah Sakit Polisi Bayangkara Makasar. Ia dianiaya oleh polisi ketika berusaha untuk menghentikan penyerangan. Pangdam Wirabuana, mayjen Arief Budi Sampurno berjanji akan memeriksa komandan Batalyon Yonif 700 Raider Letkol Sapto Agutono dan anggotanya. Ia berjanji akan melakukan penyelidikan atas kasus ini dengan membawa pelaku ke pengadilan militer. Pengadilan Umum KontraS mengecam serangan kekerasan Batalyon 700 raider terhadap warga sipil dan kerusakan berat yang harus Aksi brutal ini juga menunjukkan bahwa residu doktrin militer yang belum berubah (l es print de corps). Aparat TNI masih merasa sebagai warga negara kelas satu yang memiliki keistimewaan (priveledge) dan kebal hukum. ditanggung warga akibat aksi brutal dari para aparat ini.hal ini jelas reaksi yang berlebihan dan tak bisa ditoleransi. Kontras berpendapat bahwa apa yang terjadi merupakan tindak pidana umum dan pelanggaran serius terhadap hak asasi manusia, karenanya masalah ini harus diselesaikan lewat pengadilan umum. Namun, Kontras memandang, bahwa penyelesaian melalui tindakan disiplin ataupun peradilan militer bertentangan dengan Pasal 3 Tap MPR RI No.VII/2000 tentang Peran TNI dan Polri dan Pasal 65 UU No.34/2004 tentang TNI. Hal ini secara langsung menunjukkan lambatnya revisi UU Pengadilan militer sebagai pelaksana TAP tersebut. Idealnya, pengadilan militer hanya dapat diberlakukan untuk desersi, membocorkan rahasia militer, insubordinasi dan membahayakan pertahanan di wilayah tempur. Aksi brutal ini juga menunjukkan bahwa residu doktrin militer yang belum berubah (l es print de corps). Aparat TNI masih merasa sebagai warga negara kelas satu yang memiliki keistimewaan (priveledge) dan kebal hukum. Kekerasan masih dilihat sebagai jalan penyelesaian masalah. Apalagi hanya sedikit kasus serupa yang dikoreksi melalui mekanisme dan prosedur hukum yang fair. Karenanya, Kontras meminta TNI mampu menghormati proses penyidikan kepolisian. Termasuk penyelidikan Komnas HAM bila ditemukan adanya dugaaan pelanggaran HAM berat. Untuk itu seharusnya DPR dan Pemerintah harus segera merevisi UU Peradilan Militer. Hal ini penting untuk memutus impunity yang selama ini berlindung dibalik mekanisme hukum militer.*** 18

19 BERITA DAERAH Premanisme di Kontu-Muna Kawasan hutan Patu-Patu, Kontu, Muna, Sulawesi Tenggara merupakan wilayah adat orang Watuputih yang telah dihuni oleh masyarakat jauh sebelum tahun 1945.Mereka telah hidup dan melakukan pemanfaatan serta pengolahan wilayah tersebut secara arif sesuai dengan nilai adat masyarakat. Namun, Pemda Muna kemudian mengklaim bahwa wilayah Patu-Patu dan Kontu merupakan bagian dari kawasan lindung Jompi. Selanjutnya, Pemda Muna menuduh masyarakat Patu-Patu telah melakukan pelanggaran berupa penyerobotan wilayah hutan lindung atau dituduh sebagai perambah hutan. pondok-pondok. Akibat kekerasan ini lima warga lukaluka dan 15 rumah dibakar, 20 pondok/rumah dibakar, dan sebagian warga mengalami trauma yang mendalam dan ketakutan terutama pada permpuan dan anak-anak. Aksi tanpa perikemanusiaan ini terus terjadi selama satu minggu. Sejak tahun itu, Pemda dalam hal ini Bupati Muna Ridwan beserta perangkatnya telah melakukan teror psikologis, yang menghen daki masyarakat segera keluar dari kawasan yang diklaim sebagai wilayah hutan lindung oleh Pemda. Pada tanggal 28 Januari 2003, Pemda telah melakukan perusakan tanaman masyarakat berupa padi, semang ka dan lain-lain. Pembakaran 25 rumah pen duduk, penangkapan terha dap 4 orang warga secara sewe nangwenang, dan intimi dasi. Setelah itu, pada 20 Novem ber 2003, operasi gabungan yang di lakukan oleh polisi kehu tanan, Pemkab Muna, dan polisi, meng mengakibatkan 16 orang warga Kontu ditahan di Polres Muna, dan lima rumah warga dibakar. Tak ada tawarmenawar lagi, semua bentuk penggusuran dengan menggunakan caracara premanisme dan kriminalisasi terhadap rakyat harus segera dihentikan dan mengembalikan hak-hak masyarakat adat Kontu untuk keberlanjutan kehidupannya. Penggusuran dengan menggu nakan cara-cara kekerasan nampaknya tidak berhenti sampai disini. Meski Komnas HAM pada bulan Februari 2004 pernah langsung turun ke lapangan untuk melakukan pemantuan kasus ini. Namun, aksi kekerasan kembali terjadi pada 29 November Sekitar 50 orang preman bayaran Pemda Muna yang memakai penutup wajah dengan meng gunakan parang dan chainsaw (mesin pemotong) merusak kebun dan membakar Dari perjalanan kasus penggusuran tanah masyarakat adat Kontu ini jelas terlihat rentetan panjang kekerasan yang mengarah pada kejahatan yang dilakukan secara sistematis oleh Pemda Muna. Jelas pula terlihat bahwa Pemda Muna telah mela kukan pelanggaran berat terhadap hak-hak rakyatnya sendiri untuk mendapatkan sumber-sumber kehi dupan rakyat dan mendapatkan kehidupan yang aman dan tenang. Sebuah kejatan terencana telah dilakukan. Kontras dan sejumlah LSM mengecam keras tindak keke rasan dan kriminalisasi yang dilakukan oleh Pemda Muna pada warga adat Kontu-Muna. Tak ada tawar-menawar lagi, semua bentuk penggusuran dengan menggunakan cara-cara premanisme dan krimi nalisasi terhadap rakyat harus segera dihentikan dan mengembalikan hakhak masyarakat adat Kontu untuk keberlanjutan kehidupannya. Yang paling penting, aparat kepolisian harus segera menindak tegas Pemda Muna yang secara terang-terangan telah melakukan kekerasan dan intimidasi terhadap warga Kontu. Aparat juga harus mampu mem berikan jaminan keamanan terhadap kehidupan masyarakat adat Kontu. Hukum harus segera dijalankan dan tak ada perbedaaan untuk siapapun yang melakukan pelanggaran.*** 19

20 BERITA DAERAH Pemekaran Wilayah Tergantung Keinginan Masyarakat Penyelesaian masalah Irian Jaya Barat (Irjabar) dan pemekaran Propinsi Papua menjadi propinsipropinsi harus dengan undang-undang, bukan peraturan pengganti undang-undang (Perpu). UU itu dibahas dan disahkan DPR dan presiden. Pandangan itu dikemukan Pengamat masalah Papua dari Universitas Cendrawasih (Uncen) Jayapura, Bambang Sugiono, Bupati Sorong Dr John P Wanane, SH,Msi dan sekretaris Dewan Adat Papua (DAP) Fadel Al Hamid. UU itu harus disusun bersama antara pemerintah pusat, pemerintah propinsi Papua, Irjabar, Majelis rakyat Papua (MRP) dan Dewan Perwakilan Rakyat Papua (DPRD). Tentu saja harus pula mengacu Undang-undang No.21 Tahun 2001 tentang Otonomi Khusus bagi Propinsi dan Peraturan Pemerintah Nomor 54 Tahun 2004 tentang Majelis Rakyat Papua. Sementara itu Majelis Rakyat Papua (MRP) akan menanyakan langsung kepada seluruh rakyat Papua, apakah mereka menginginkan pemekaran wilayah disana. Dan apa pun keinginan masyarakat Papua, termasuk jika mereka tidak ingin peme karan, akan disampaikan MRP kepada pemerintah. Hal ini ditegaskan oleh Ketua MRP Agus Alua. Ia menjelaskan bahwa pada tanggal Januari 2006 nanti, MRP akan mengun jungi sejumlah wilayah di kawasan Kepala Burung, seperti di Fakfak, Mano krawi, dan Sorong. Keda tangan mereka untuk men cari masukan dari mas yarakat tentang isu pemekaran. Langkah ini sengaja ditempuh mengi ngat isu pemekaran juga merebak di wilayah ini dimana masyarakat menginginkan ada pemekaran seperti Irian Jaya Barat. Agus Alua menjelaskan bahwa usulan pemekaran ini sudah diatur didalam Undang-undang Nomor 21/2001 tentang Otonomi Khusus bagi propinsi Papua. Didalam UU itu disebutkan bahwa usulan pemekaran akan dibahas dan dikaji oleh DPR Papua. Setelah itu DPR Papua bersama Gubernur meminta pertimbangan MRP. Jika hasil dari kunjungan kami rakyat Papua tidak mau pemekaran kami akan sampaikan itu, ujarnya. Persoalannya, ujar Agus, saat ini belum ada pejabat pengganti Gubernur Papua JP Salosa yang meninggal dunia beberapa waktu lalu. Agar pemekaran tidak melanggar UU, harus ada caretaker Gubernur Papua. Karenanya, menurut Agus, pemerintah akan menjadwal ulang agenda pemekaran Papua. Untuk membahas penjadwalan ulang itu akan dibentuk suatu tim kecil. Tim ini akan bertemu di Jakarta pada Sementara itu Presidium Dewan Papua dan Dewan Adat Papua bersama seluruh elemen Papua akan melakukan rekonsiliasi, Januari-Mei Rekonsiliasi ini merupakan amanat Kongres Papua II, Mei-Juni Sekretaris PDP Thaha Alhamid mengatakan seluruh kekuatan dan potensi masyarakat akan disatukan untuk memperju angkan amanat Kongkres Papua II. Semua orang Papua termasuk pejabat daerah, harus bersatu membangun Papua baru yang aman, damai dan sejahtera. Menurutnya, banyak pejabat Jakarta tak tahu persoalan Papua, tetapi bertindak tahu dan Demo Warga Papua di Jakarta membuat pernyataan mengenai Papua. Di Jakarta semua Departemen ada desk Papua, tetapi mereka hanya meraba-raba Papua seperti orang buta meraba kerbau, kemudian membuat kesimpulan sendiri yang lalu dipakai untuk mengatasi masalah Papua, ujar Thaha.*** 20

21 Segera Bentuk TGPF Poso BERITA DAERAH Luka dan luka. Barangkali hanya itu yang masih tersisa bagi warga Poso saat ini. Meski sudah tujuh tahun sejak konflik Poso pertama meletus di tahun 1998, disusul konflik Poso kedua tahun 2000, Poso hanya berteman teror, kekerasan, penderitaan dan luka. Sabtu, 31 Desember Kembali Poso digoyak bom. Sebuah ledakan high-explosive telah merenggut 7 korban tewas dan 43 korban luka-luka. Peledakan ini seperti sebuah perayaan ritual karena modus ini selalu terjadi di Sulawesi Tengah menjelang hari-hari besar, terutama di Poso dan Palu (kerap pula terjadi di hari raya Idul Fitri, Natal dan Tahun Baru). Peristiwa ini kembali membuktikan kegagalan pola pengamanan Polri dan kerja Badan Intelijen Negara, terutama di Sulawesi Tenggara yang beberapa tahun belakang selalu menjadi target operasi kekerasan. Termasuk kekerasan dalam pengamanan hari-hari besar di Indonesia. Selain itu, kekerasan demi kekerasan ini tidak dapat dijadikan pembenaran bagi institusi dan aparat negara melakukan tindak kekerasan dalam penanganan kekerasan di Palu dan Poso. Termasuk harus ditolaknya perluasan wewenang BIN untuk menangkap seseorang yang diduga sebagai pelaku kekerasan. Oleh karenanya KontraS menyatakan bahwa pola pengamanan dan penegakan hukum yang dilakukan oleh Polri sudah tidak memadai lagi untuk menghentikan dan menyelesaikan model-model kekerasan yang terjadi di Sulawesi Tengah seperti pengeboman dan pembunuhan misterius. Kekerasan demi kekerasan yang terjadi di Poso dan Palu sudah sepatutnya diperlakukan dengan cara luar biasa. Untuk itu, Presiden harus segera membentuk Tim Gabungan Pencari fakta (TGPF). TGPF untuk penyelesaian Poso harus terdiri dari individuindividu yang kredibel, independen dan berpengalaman serta memperhatikan perwakilan masyarakat, terutama masyarakat poso dan Palu. TGPF ini harus difokuskan membongkar jaringan dan jenjang pelaku kekerasan yang terjadi di Palu dan Poso, sejak 1998 lalu. Poso Center Sementara itu, untuk membantu dan sekaligus mengawasi pemerintah dalam mengungkap sejumlah kasus kekerasan bersenjata di Poso, 22 lembaga swadaya masyarakat di Sulawesi Tengah membentuk Poso Center. Lembaga ini akan bekerja selama enam bulan dan akan menyusun laporan komprehensif soal kekerasan di Poso. Pengungkapan kasus-kasus kekerasan di Poso tidak bisa hanya diserahkan kepada Satuan Tugas Penanganan Poso karena satgas diperkirakan akan mendapat kesulitan dalam mengungkap dugaan keterlibatan sejumlah penjabat dan aparat keamanan dalam kasus kekerasan di Poso. Termasuk adanya area-area tertentu yang sulit dimasuki Satgas Poso, misalnya kalau menyangkut instansi pemerintahan atau instansi keamanan. Nantinya, Poso Center ini akan pula melakukan investigasi pada dugaan keterlibatan pejabat pemerintah atau aparat keamanan. Bila, TGPF tidak juga dibentuk, temuan Poso Center akan diberikan kepada pemerintah pusat dan DPR untuk ditindaklanjuti sampai tuntas.*** Matriks Kekerasan Menjelang Hari Besar di Poso dan Palu ( ) Idul Fitri dan Tahun Baru No. Tanggal Tahun Kejadian Nopember 24 Desember 26 Desember 2003 Penyerangan ke desa Beteleme, Penyerangan Desa Saatu, Pinedapa Poso Pesisir. Percobaan Pemboman dalam mobil jurusan sayo-kawua - poso, Peledakan BOM di jembatan II Poso antara kelurahan Gebang Rejo dan Lembomawo 3. 8 November 13 November (1 hari menjelang Idul fitri) 12 Desember - Pukul wita - Pukul wita 27 Desember 29 Desember 31 Desember 2004 Penembakan di kelurahan Tegal Rejo Poso Peledakan BOM di depan Pasar Sentral Poso, Peledakan BOM dan penembakan di gereja Imanuel, terjadi penembakan di Gereja Anugerah Masomba, Palu dua kali Peledakan Bom terjadi di desa Sayo Peledakan Bom di Kelurahan Ronononcu, Poso Kota, Poso. 2 kalipeledakan Bom: - Jalan Pulau Bali - Jalan Pulau Kalimantan (dekat Gereja Pantekosta Jemaat Bethani) Oktober 3 November 31 Desember 2005 Mutilasi 3 siswa. Penemuan Bom dan Teror (ancaman). Peledakan Bom di Pasar Daging Maesa Sumber : monitoring dan Investigasi LPSHAM dan KontraS (update 2005) 21

22 BERITA DAERAH Tewasnya Pejuang Terumbu Karang Peristiwa kekerasan terjadi saat masyarakat berjuang menjaga ekosistem terumbu karang Pulau Tambolongan, Mudain, seorang nelayan, tewas ditembak oleh aparat keamanan. Kekerasan ini telah menimbulkan ketakutan dan trauma, khususnya bagi isteri dan anak-anak para korban dan masyarakat pulau Tambolongan pada umumnya. Selama ini, Mudain (55 thn) adalah seorang laki-laki yang dikenal sangat gigih menjaga dan melindungi terumbu karang di Pulau Tambolongan Kabupaten Selayar. Berkali-kali ia dan masyarakat menangkap kapal yang menggunakan cara-cara merusak dalam penangkapan ikan (destructive fishing) yaitu dengan menggunakan bom. Namun usaha ini berkali-kali pula tak membuahkan hasil dan kembali terjadi, lantaran aparat keamanan dan Badan Perwakilan Desa (BPD) selalu melepaskan pelaku destructive fishing tersebut. Kegigihan Mudain dan orang-orang pulau Tambolongan yang juga punya kesadaran untuk melindungi terumbu karang, membuat para pelaku destructive fishing gerah dan terganggu. Dalam upaya melindungi terumbu karang itu, Minggu (20/11) Mudain tewas ditembak oleh aparat. Padahal jelas-jelas masyarakat atau Mudain hanya ingin menjaga terumbu karang di pulau Tambolongan. Peristiwa penembakan ini berawal dari perkelahian (15/11) tiga orang warga Tambolongan yang kembali menghadang armada nelayan dari Pulau Polassi di Perairan Taka Nambolaki. Awak armada terdiri dari Firman dan enam orang kawannya yang akan melakukan pengeboman ikan. Dalam perjalanan, terjadi aksi perkelahian antara warga Tambolangan dengan kelompok Firman. Firman diduga tewas akibat bomnya sendiri setelah berusaha melakukan perlawanan terhadap warga Tambolongan. Sementara enam orang kawan Firman yang telah tertangkap terpaksa melompat ke laut untuk menyelamatkan diri. Dalam aksi perkelahian tersebut ketiga warga Tambolongan mengalami luka berat (salah satunya anak Mudain). Selanjutnya, warga Tambolongan menarik kapal Firman ke tepi pulau dan kemudian dibakar. Keesokan harinya tim Kepolisian Resort yang dipimpin langsung AKBP. Indra Lutrianto bergerak menuju Pulau Tambolongan menggunakan kapal patroli polisi milik Polsek Pasimarannu.Pukul 15.30, tim ini tiba di Tambolangan dan disambut baik oleh masyarakat Tambolongan. Tim ini tidak melakukan penangkapan melainkan menuju ke kuburan Firman, selanjutnya tim tersebut menuju ke rumah Firman di Polassi. Tim ini juga melakukan pemeriksaan terhadap dua rekan Firman di Polassi. Tewasnya Mudain Minggu (20/12), pukul Wita. Sekitar satu pelaton anggota Polres Selayar ditambah sedikitnya 10 personil Polisi Air Polda Sulsel bergerak menuju Pulau Tambolongan menggunakan kapal KP. Pallawa dan kapal milik Polsek Pasimarannu. Kedua kapal yang dipimpin langsung oleh Kapolres Selayar AKBP. Bayu Eka Ridarianto berlabuh di sebelah barat Pulau Tambolongan. Seorang warga Tambolongan menjemput dengan menancapkan sebuah bendera putih ke tanah (pertanda tak akan ada perlawanan dari masyarakat Tambolongan). Namun terdengar bunyi tembakan pertama menyusul tembakan secara berentetan yang ditembakkan oleh Tim Penyergap. Kemudian 39 warga diamankan dengan dilucuti bajunya dan tangan mereka diikat dengan tali. Dalam peristiwa tersebut, sempat pula Kapolres Selayar merampas kamera tv dengan alasan aksi penyergapan ini tak boleh diliput. Dari situ aparat kepolisian melempar kaca jendela rumah Mudain, kemudian mereka masuk. Selang beberapa saat terdengar suara tembakan disusul teriakan keras dari dalam rumah Mudain. Dari informasi warga, diketahui Mudain tewas di tempat. Selanjutnya jasad Mudain diseret keluar rumah melalui tangga depan yang tinggi. Darah mengucur dari tubuh Mudain yang kemudian dinaikkan dalam gerobak dan dibawa ke bibir pantai. Peristiwa ini disaksikan langsung oleh istri dan anak Mudain serta warga Tambolangan. Di sore harinya, tim penyergapan melakukan penyisiran di beberapa ruas jalan di Dusun Lembang untuk mencari selongsong peluru. Sebanyak satu ember peluru berhasil diamankan. Setelah itu tim penyergap menggali kuburan Firman dan mayatnya diangkat kemudian dimasukkan dalam kantong mayat berwarna kuning. Hal yang sama dilakukan pada mayat Mudain. Kedua mayat ini kemudian dievakusi ke kapal. Buntut dari penyengapan tersebut, hingga kini 39 orang warga Pulau Tambolongan masih mendekam di kantor tahanan Polres Selayar. Sementara itu pihak keluarga korban telah mendatangi Kantor DPRD Kabupaten Selayar untuk mempertanyakan kasus mereka. Penyelidikan Menyeluruh Kontras menilai, dalam melakukan operasi Kepolisian Resort Selayar Sulawesi Selatan patut diduga melakukan tindakan diluar hukum, dengan melakukan pembunuhan langsung terhadap korban tanpa melalui prosedur mekanisme hukum yang berlaku. Patut diduga Kepolisian Resort Selayar memberikan dukungan terhadap destructive fishing. Hal ini ditunjukkan dengan dibiarkannya pelaku pemboman ikan bebas melakukan aksi diwilayah perairan Pulau Tambolongan. Justru masyarakat yang membantu Pemerintah dan Aparat Kepolisan menjaga kelestarian Lingkungan Laut disekitar perairan Pulau Tambolongan menjadi korban. Untuk itu (KontraS) mendesak pihak-pihak terkait untuk melakukan penyelidikan menyeluruh guna mengungkap keterlibatan Kepolisian Resort Selayar dalam melindungi Destructive Fishing. Kontras juga mendesak Kapolri melakukan penyelidikan terhadap tindakan Kapolres Selayar beserta jajarannya dalam melakukan operasi penangkapan terhadap Sdr. Mudain dan penahanan terhadap warga Pulau Tambolongan serta membawa pelaku ke pengadilan.*** 22

23 BERITA DAERAH Penyiksaan Dengan Dalih Ajaran Sesat Kekerasan tanpa adanya sebuah proses hukum yang baik terulang kembali. Dengan mengusung ajaran sesat terhadap kelompok Mahdi, sebelas orang warga Dusun Selena harus mengalami penyiksaan tanpa perikemanusiaan. Sedang warga adat Dusun Selena lainnya, terpaksa meninggalkan desanya sendiri, lantaran stigma yang terlanjur disebarkan. Sebelas orang yang diduga terlibat dalam bentrokan di Dusun Selena, Kecamatan Palu Barat (25/10), yang mengakibatkan tiga orang polisi tewas, kini menjadi tahanan Polda Sulawesi Tengah. Para korban, yaitu Sahidu (30), Hasanudin (40), Bambang (21), Lei (35), Nanga (17), Masuna (48), Kahar (21), Raya (29), Asani (45) and Olimin (21), merupakan petani dari Desa Salena, Kelurahan Buluri, Kota Palu, Sulawesi Tengah. Penyiksaan dilakukan sejak 27 Oktober 2005 oleh aparat kepolisian Polda Sulawesi Tengah, di ruang tahanan Polda Sulawesi Tengah. Pada 27 dan 28 Oktober 2005, 312 orang warga desa Salena menyerahkan diri ke Polda Sulawesi Tengah. Mereka kemudian diperiksa dalam tindak pidana pembunuhan terhadap 3 orang aparat polisi beberapa hari sebelumnya. Sepuluh orang diantaranya ditahan dalam penahan yang khusus. Mereka dipukuli berkali-kali di sekujur tubuh dengan menggunakan senjata dan ditendang dengan sepatu boots. Aparat kepolisian juga memaksa mereka untuk melakukan push up dan melepaskan pakaian. Aparat hukum ini mengancam akan menembak bila mereka teriak. Yang paling tidak mengenal rasa kemanusiaan, mereka dipaksa untuk saling memegang kemaluan. Makanan yang diberikan pada pukul dan 21.00, hanya dimasukkan kedalam tong sampah, lalu para tahanan tersebut dipaksa untuk memakannya. Dusun Salena sendiri kini kosong ditinggal warganya yang lari ke hutan. Dusun ini pun telah dijarah habis oleh masyarakat dari Kelurahan Buluri dan Kelurahan Tipo. Tindakan kekerasan penjarahan oleh masyarakat dari kampung lain ini terutama dipicu oleh berita yang tidak seimbang tentang keberadaan Mahdi tersebut. Tidak Ada Ajaran Sesat Mahdi adalah nama orang yang menjadi guru silat di Dusun Salena dan memiliki kemampuan untuk mengobati orang sakit. Sampai saat ini, tidak ada layanan kesehatan yang memadai dari Negara Bai masyarakat adat Dusun Salena sehingga kemampuan Mahdi sangat dibutuhkan. Tidak ada ajaran sesat yang diajarkan dan dipraktekkan oleh pengikut perguruan silat Mahdi. Sampai saat ini, Mahdi hanya melakukan kegiatan perguruan silat dan praktek penyembuhan tradisional. Berita tentang ajaran sesat yang dibawa Mahdi tidak berasal dari masyarakat Dusun Salena melainkan dari pihak luar dan terutama dari aparat kepolisian.masyarakat Dusun Salena adalah masyarakat yang beragama, hingga kini mereka masih taat menjalankan agama Islam. Mereka juga sangat menghormati adat istiadat yang diwariskan secara turun temurun. Masyarakat adat Dusun Salena sampai saat ini tidak mengerti alasan sesungguhnya mengapa aparat Kepolisian mendatangi kampung mereka dan mencari Madi.Hanya sebagian dari warga Dusun Salena yang menjadi murid silat Mahdi dan tidak ada keluhan dari warga lainnya tentang perguruan silat Mahdi. Beranjak dari masalah yang ada diatas, harusnya Pemerintah Pusat dan Daerah, aparat Kepolisian Negara Republik Indonesia, Otoritas Agama-Agama besar, dan segenap lapisan masyarakat dan media segera proaktif mendorong pulihnya situasi di Salena dan mencegah berkembangnya kekerasan oleh negara maupun oleh kelompok masyarakat lain terhadap warga Dusun Salena melalui pemberitaan yang proporsional tentang situasi yang sesungguhnya. Harusnya Pemda bisa jadi pengayom masyarakat adat, terutama warga yang sangat kurang mendapat pelayanan sosial dari negara, termasuk didalamnya tidak mencarmpuri urusan agama dan kepercayaan masyakat adat maupun masyarakat umum, sejauh tidak terjadi pemaksaan dan kekerasan terhadap warga masyarakat lain oleh sekelompok masyarakat penganut ajaran dan kepercayaan tertentu. Negara juga harusnya menjamin kebebasan mengekspresikan agama, kepercayaan dan budaya/adat istiadat masyarakat adat, sepanjang tidak mengganggu hak asasi orang atau kelompok orang lain melalui tindakan pemaksaan dan atau kekerasan sebagaimana diatur dalam UUD 1945 dan UU No 39 Tahun 1999 Tentang Hak Asasi Manusia. Termasuk menjernihkan pemberitaan yang simpang siur seputar kasus ini, dengan mendesak semua pihak agar sebelum pemberitaan diblow up harus didahului sebuah investigasi yang mendalam. Komnas HAM harus segera melakukan investigasi secara mendalam dan obyektif atas kasus ini. Seluruh rangkaian peristiwa kekerasan dan diskriminsi yang dialami oleh masyarakat adat Dusun Salena mencerminkan prasangka-prasangka sosial yang terus berkembang di masyarakat umum terhadap kelompokkelompok masyarakat adat di kawasan pegunungan. Dengan tingkat pendidikan yang rendah, akses ke ruang publik yang sulit serta ritual-ritual kepercayaan suku yang masih dijalankan, menjadi alasan stigmasi atas mereka sebagai kelompok-kelompak yang tidak normal, sesat dan berbagai terminologi minor yang mendiskreditkan keberadaan mereka. Peristiwa ini juga mencerminkan tiadanya perlindungan dan pelayanan sosial yang memadai dari negara kepada kelompok-kelompok minoritas di Indonesia, khususnya minoritas etnis, agama dan kepercayaan.*** 23

24 BERITA DAERAH Kongres Petanipun Dibubarkan Para Petani Awu, Lombok tengah ini sedang menghadiri pertemuan Internasional Petani yang telah mendapat izin sebelumnya. Namun, lantaran menolak acara yang tiba-tiba dibubarkan aparat melancarkan tembakan kearah mereka. Selanjutnya, kebrutalan dan kekerasan diperlihatkan aparat, akibatnya 33 orang menjadi korban. Bentrokan antara petani dan polisi kembali terjadi pada Ahad (18/9). Kekerasan yang dilakukan oleh aparat kepolisian ini dilakukan terhadap puluhan petani yang sedang mengadakan pertemuan Internasional Petani, yang diadakan oleh Serikat Tani di Tanah Awu ini juga dihadiri oleh Federasi Serikat Petani Indonesia dan Serikat Internasional La Via Campesina. Pertemuan tersebut diadakan di tanah bakal Airport Lombok Airport di Tanah Awu. Serikat Tani ini menolak pembangunan bandara internasional Lombok Baru di Lombok Tengah. Aksi kebrutalan polisi terjadi ketika aparat kepolisian ingin menarik para petani yang berada di areal yang akan dijadikan Bandar Udara Lombok Baru, Penuejak, Lombok Tengah, TNB. Masa petani menolak acara dibubarkan.lalu, setelah terdengar tembakan peringatan beberapa kali polisi menembak kearah kerumunan, merobohkan tenda dan panggung. Akibat aksi brutal aparat polisi ini, sebanyak 33 orang menjadi korban. Kepala Kepolisian Negara RI Jenderal (Pol) Sutanto menye salkan penganiayaan yang dilakukan polisi terhadap se sejumlah petani di Desa Tanak Awu, Lombok Tengah, Nusa Tenggara Barat, (18/ 9). Sutanto berjanji menuntaskan kasus ini, antara lain dengan membentuk tim. menyatakan bahwa Komnas HAM sangat menyesalkan penganiayaan polisi terhadap petani dalam peristiwa pembubaran rapat umum petani tersebut. Komnas HAM sangat menyesalkan penyiksaan sejumlah peserta rapat umum petani di Tanak Awu, oleh aparat polisi karena bertentangan dengan HAM, khususnya hak untuk bebas dari penyiksaan, sebagaimana diatur dalam Pasal 33 (1) Undang-undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang HAM, ujar Billah. setelah terdengar tembakan peringatan beberapa kali polisi menembak kearah kerumunan, merobohkan tenda dan panggung. Komnas HAM menyesalkan tindakan aparat polisi yang melalaikan tugas kewajiban pemerintah melindungi, mene gakkan, dan memenuhi HAM, khususnya hak sipil dan hak politik. Polisi tidak melakukan hal itu, tetapi justru sebaliknya, membubarkan acara. Hal itu bertentangan dengan hak politik warga negara sebagaimana diatur dalam Pasal 24 (1) UU No 39/ Padahal, pertemuan itu sendiri sebelumnya telah mendapat izin. Surat izin diterbitkan Mabes Polri, Badan Intelijen Keamanan, ber nomor surat SI/YANMIN/785/ IX/2005/BAINTELKAM. Surat ber tanggal 12 September 2005 itu ditandatangani kepala Badan Intelijen Keamanan Kabid Yanmin Kombes JA Nardji. Izin tersebut kemudian dicabut. Pencabutan izin ini dinilai janggal oleh Billah. Menurut Sutanto, seharusnya benturan diatas tidak perlu terjadi lagi. Sebenarnya, Polri sudah tidak ingin lagi melakukan tindakan represif seperti ini. Ke depan, tidak ada lagi pola seperti itu, karena memang kita hindari. Kita akan lebih mengedepankan tindakan preventif, tegas Sutanto. Sementara itu Komisioner Hak Politik Komnas HAM Bilah, Guna menyelidiki peristiwa ini, Komnas HAM akan mengirim dua tim untuk melakukan pengusutan. Tim pertama akan meneliti prosedur yang dilakukan polisi untuk membubarkan pertemuan petani. Tim kedua akan menangani kasus pembebasan tanah milik petani yang dilakukan PT Angkasa Pura I pada Disini akan diteliti apakah petani yang sudah membebaskan tanahnya sudah memperoleh keadilan.*** 24

25 REMPAH - REMPAH Healing Wounds Mending Scars Berbagi Pengalaman bersama Korban Pelanggaran HAM di Indonesia Bertemu dengan sesama korban menjadi kebutuhan dan hal yang membahagiakan bagi korban pelanggaran HAM. Mengetahui bahwa mereka tidak sendirian dan memiliki banyak kawan dapat menimbulkan semangat dan kebahagiaan tersendiri. Karena itu AFAD bekejasama dengan IKOHI, KontraS, ICMC dan Yayasan Pulih mengadakan satu acara rehabilitasi psikologis yang diadakan di daerah Bandungan, Semarang, Jawa Tengah. Acara bertajuk Healing Wounds Mending Scars, Sharing Experience of the Victims of Human Rights in Indonesia ini diadakan pada 29 November hingga 2 Desember Acara ini diikuti oleh 30 orang korban, yang terdiri dari korban 65, Talangsari, Penculikan aktivis 96-97, yang berdomisili di wilayah Jawa Tengah dan Jawa Timur. Foto: Dok Kontras Acara yang berlangsung selama tiga hari ini diisi dengan permainan, diskusi kelompok, berolahraga bersama serta mengikuti pendidikan psikologis (psycoeducation). Pendidikan psikologis yang diberikan berkaitan dengan trauma dan cara penanganannya secara sederhana. Hal-hal yang disampaikan juga termasuk seperti apa gejalagejala orang yang mengalami traumatik dan apa- apa yang dapat memicu timbulnya trauma dan pengaruhnya pada fisik dan emosi serta cara menangani trauma. Foto: Dok Kontras Selain itu, mereka juga mempelajari pendidikan psikologis EFT (emotional freedom therapy), yaitu dengan menekan beberapa titik di bagian muka, leher dan pundak dengan mengatakan hal-hal positif seperti, meskipun saya susah saya akan baik-baik saja. Acara juga diisi dengan malam solidaritas, dimana setiap kelompok memberikan hiburan bagi kelompok lain. Hiburan atau pentas ini berupa nyanyian, wayang, teaterikal, membaca puisi. Pada acara ini semua peserta diharapkan dapat merasakan kebahagiaan dan kebersamaan dalam malam solidaritas korban. Pada kegiatan ini peserta bergembira, berbahagian dan saling menghibur dan menguatkan agar tetap tegar dalam menghadapi persoalannya tanpa melupakan solidaritas yang harus dibangun diantara mereka. Pada hari terakhir, peserta diajak untuk menemukan kembali harapan hidup dalam rencana ke depan. Hal ini dilakukan agar peserta dapat melihat bahwa masih banyak harapan kedepan yang terbentang walaupun memang sulit menjalani hidup dengan kondisi yang mereka alami.*** 25

26 REMPAH - REMPAH Peringatan Peristiwa Semanggi I : Komitmen SBY-JK Setengah Hati Peristiwa tragedi Semanggi I sudah berjalan tujuh lamanya. Enam orang tunas muda gugur di tangan alat represi kekuasaan (TNI/Polri). Mereka berjuang menuntaskan cita-cita reformasi. Hingga kini tragedi Semanggi I tetap terhambat penyelesaian hukumnya oleh Kejaksaan Agung dan DPR. Hampir seluruh institusi negara ini justru mempromosikan dan men-demo mendedemoralisasi-diri sebagai lembaga pelanggeng impunity atau pelindung penjahat HAM. Idelogi negara hukum yangs seharusnya dipegang teguh dan menjadi acuan justru dijadikan perisai untuk mempertahankan kekuasaan. Hal ini terlihat jelas tatkala Kejaksaaan Agung dan Komnas HAM bolak-balik mengembalikan berkas penyelidikan tanpa ada kejelasan penyelesaian. Sementar DPR belum juga mencabut rekomendasi Pansus 1999 yang menyatakan tidak adanya pelanggaran HAM berat dalam kasus Trisakti Semanggi. Peringatan tragedi Semanggi I di Jakarta Dalam kasus Semanggi I, tampak jelas semangat esprit de corps, berusaha menyelamatkan sesama prajurit dari jerat hukum. Upaya itu dapat ditangkap dari penjelasan bahwa peluru yang mengenai para korban bukan berasal dari senjata standar ABRI dan tidak cukup alat bukti untuk memperkarakan secara hukum. Pembelaan terpola sebagai pelemparan tanggungjawab di pundak para pelaku penambakan, bukan pada para jendral pimpinan militer. Pembelaan dilakukan dengan mencari celah-celah kelemahan legal-formal dan diperdaya dengan kesediaan menyatakan bahwa pelanggaran HAM berat tidak terjadi dalam peristiwa Trisakti, Semanggi I, dan Semanggi II serta menyarankan penyelesaian melalui pengadilan militer (bukan Pengadilan HAM ad hoc). Panitia Bersama Peringatan Tragedi Semanggi I yang terdiri dari beberapa LSM, pada 13 November 2005 (tepat tujuh tahun Peristiwa Semanggi I) melakukan aksi long march dari Bundaran HI ke Universitas Atmajaya. Panitia Bersama Peringatan Tragedi Semanggi I menyatakannya demi anak-anak tercinta, demi kawan-kawan seperjuangan yang telah gugur dalam perjuangan reformasi untuk mewujudkan demokrasi di negeri ini, demi keadilan bagi seluruh korban pelanggaran HAM dimanapun, demi demokrasi dan penegakan hukum, serta perlindungan nilainilai kemanusiaan. Diantaranya; mendesak Presiden RI untuk membersihkan lembaga-lembaga penegak hukum dari pejabat yang tidak memiliki komitmen terhadap penagakan HAM dan merusak citra lembaga penegak hukum. Mereka juga mendesak DPR untuk segara mencabut Rekomendasi Pansus DPR RI tentang Kasus Trisakti, Semanggi I dan Semanggi II (TSS) yang akan menyatakan bahwa dalam peristiwa itu tidak terjadi pelanggaran HAM berat. Serta mendesak DPR agar meminta Presiden menerbitkan Keppres pembentukan Pengadilan HAM ad hoc untuk penuntasan Kasus Trisakti, Semanggi I dan Semanggi II. Mereka juga menolak impunitas (pengampuan) terhadap para pelaku pelanggar HAM serta menolak komando Teritorial TNI. Salah satu langkah penting yang bisa dilakukan untuk penyelesaian kasus Tragedi Semanggi I adalah melalui langkahlangkah terobosan Presiden dan DPR agar rentetan pelanggaran berat HAM masa lalu dapat dituntaskan secara adil dan menyeluruh. Bila langkah-langkah tersebut tidak ditempuh, maka hal ini menunjukkan bahwa bahwa satu tahun rejim SBY JK berkuasa hanya menghasilkan pelanggengan impunitas dan melestarikan bentuk-bentuk kejahatan Negara terhadap rakyat. *** 26

27 REMPAH - REMPAH Dari Peringatan Hari HAM Se-Dunia NEGARA HARUS MEMENUHI HAK-HAK WARGA NEGARANYA Hak Asasi Manusia (HAM) yang diperingati setiap 10 Desember merupakan momentum bagi seluruhrakyatuntuk menuntut negara dalam penghormatan, perlindungan dan peme nuhan HAM. Persoalan-persoalan HAM yang terjadi di Indonesia tak pernah terselesaikan, seperti kasus 65, Tanjung Priok, Trisakti, Semanggi, penculikan, penangkapan, bahkan pembunuhan terhadap aktivisaktivis pro demokrasi seperti Munir. Bahkan setiap tahun terus bertambah jumlahnya. Sementara itu, kebijakan yang selama ini dikeluarkan oleh pemerintah dari Orde Baru hingga sekarang, belum juga menghormati HAM secara komprehensif. Terlihat masih adanya perundang-undangan yang diskriminatif, tidak memihak rakyat, tidak adanya jaminan atas kebebasan beragama dan berkepercayaan, dan masih berlangsungnya praktekpraktek kekerasan serta politik pembiaran. Hal ini mencerminkan buruknya penegakan hak asasi di Indonesia ini. Pemenuhan hak- hak rakyat seperti pendidikan, perumahan, upah yang layak, kesehatan adalah kewajiban yang hendaknya segera diwujudkan. Meski diakhir tahun pemerintah Indonesia meratifikasi konvenan hak sipil politik dan hak-hak ekonomi, sosial dan budaya, yang merupakan-dua konvenan utama HAM, namun belum ada realisasi kongkrit dalam pemajuan, perlindungan dan pemenuhan Hak Asasi Manusia. Pembenahan institusional dan aparatus penegak hukum juga belum menjadi agenda utama. Sementara itu, Pemerintahan SBY-Kalla maupun pemerintahan sebelumnya masih mengabaikan HAM, dengan tidak memenuhi hak-hak korban pelanggaran HAM, pelestarian impunitas dan kecenderungan untuk melupakan serta memaafkan para pelanggar berat HAM melalui Komisi Kebenaran dan Rekonsiliasi. Bebasnya para pelanggar HAM di kasus Timor Leste, Tanjung Priok, Abepura dan kasus-kasus pelanggaran HAM yang lain, adalah bentuk nyata dari kegagalan SBY-JK dalam penegakan HAM di Indonesia. Berangkat dari kondisi tersebut, Forum 10 Desember dalam rangka peringatan hari HAM mengeluarkan pernyataannya, diantaranya; meminta penghapusan impunitas dan memberikan hukuman yang setimpal atas para pelanggar HAM Aceh, Papua, Tanjung Priok, Talang Sari, Trisakti, Semanggi I & II, Tragedi Mei 98, Tragedi 65, Timor Leste, dan kasus-kasus HAM lainnya. Menghapuskan dan memutuskan rantai stigma atas berjuta-juta korban tragedi 1965, memulihkan hak-hak ekonomi, sosial, dan budaya para korban yang mengalami pemenjaraan, pembunuhan, pemecatan dan berbagai tindakan penghukuman lainnya Demo Hari HAM di Jakarta yang tidak sah dan mengadili mantan Presiden Soeharto sebagai aktor utama pelanggaran berat HAM tragedi 1965 ke mahkamah Internasional. Forum juga meminta segera mengusut tuntas dan menemukan dalang pembunuh Munir, serta berikan perlindungan bagi aktivis pembela HAM disemua level. Selanjutnya negara juga harus menjamin kebebasan berekspresi, beragama dan berkepercayaan dengan menetapkan UU yang tidak diskriminatif. Negara juga harus menghapuskan UU yang melegalkan terjadinya buruh kontrak dan perbudakan modern, buka lapangan pekerja untuk rakyat seluas-luasnya, memenuhi hak atas lingkungan yang bersih dan sehat untuk rakyat, memenuhi pendidikan gratis, ilmiah, demokratis dan bervisi kerakyatan sekarang juga dan menolak privatisasi air, kembalikan hak atas tanah terhadap petani, perumahan bagi rakyat serta menghapuskan praktek penggusuran. Puncak peringatan hari HAM yang jatuh pada tanggal 10 Desember, dihadiri sekitar lima ratus peserta yang terdiri dari mahasiswa, Lembaga Swadaya Masyarakat, Forum Kebebasan Beragama dan masyarakat umum. Peserta melakukan pawai akbar dari bunderan Hotel Indoensia di Jalan Thamrin menuju Istana Negara. Acara diperingati dalam bentuk orasi, musik, puisi dan happening art. *** 27

28 28

Monitoring Persidangan Pembunuhan Munir

Monitoring Persidangan Pembunuhan Munir Monitoring Persidangan Pembunuhan Munir Persidangan XXV Pengadilan Negeri Jakarta Pusat Jakarta, Selasa 20 Desember 2005 Materi: Pembacaan Putusan Waktu: 10.00 -. 13.00 Wib Tempat: Pengadilan Negeri Jakarta

Lebih terperinci

Monitoring Persidangan Pembunuhan Munir

Monitoring Persidangan Pembunuhan Munir Monitoring Persidangan Pembunuhan Munir Persidangan XXIV PN Jakarta Pusat Jakarta, Senin 12 Desember 2005 Materi: Pembacaan Replik Waktu: 14.00 -. 14.30 Wib Tempat: Pengadilan Negeri Jakarta Pusat, lantai

Lebih terperinci

P U T U S A N EKSAMINASI PUBLIK ATAS PROSES HUKUM KASUS PEMBUNUHAN MUNIR

P U T U S A N EKSAMINASI PUBLIK ATAS PROSES HUKUM KASUS PEMBUNUHAN MUNIR P U T U S A N EKSAMINASI PUBLIK ATAS PROSES HUKUM KASUS PEMBUNUHAN MUNIR Ketua Anggota Anggota Anggota Anggota Majelis Eksaminasi DR. Rudy Satriyo Mukantardjo, S.H., M.H. Prof. Soetandyo Wignjosoebroto,

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2006 TENTANG PERLINDUNGAN SAKSI DAN KORBAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2006 TENTANG PERLINDUNGAN SAKSI DAN KORBAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA DISTRIBUSI II UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2006 TENTANG PERLINDUNGAN SAKSI DAN KORBAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa salah satu alat

Lebih terperinci

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG PERLINDUNGAN SAKSI DAN KORBAN

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG PERLINDUNGAN SAKSI DAN KORBAN RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG PERLINDUNGAN SAKSI DAN KORBAN (yang telah disahkan dalam Rapat Paripurna DPR tanggal 18 Juli 2006) RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2006 TENTANG PERLINDUNGAN SAKSI DAN KORBAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2006 TENTANG PERLINDUNGAN SAKSI DAN KORBAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2006 TENTANG PERLINDUNGAN SAKSI DAN KORBAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa salah satu alat bukti yang

Lebih terperinci

{mosimage} Ahmad Wirawan Adnan Anggota Tim Pengacara Muslim (TPM)

{mosimage} Ahmad Wirawan Adnan Anggota Tim Pengacara Muslim (TPM) {mosimage} Ahmad Wirawan Adnan Anggota Tim Pengacara Muslim (TPM) Sepak terjang mafia peradilan mudah dirasakan tapi sulit dibuktikan. Mereka sangat lihai dalam memainkan perkara. Ini karena mereka memiliki

Lebih terperinci

Monitoring Persidangan Pembunuhan Munir

Monitoring Persidangan Pembunuhan Munir Monitoring Persidangan Pembunuhan Munir Persidangan I PN Jakarta Pusat Jakarta, 9 Agustus 2005 Materi: Pembacaan Dakwaan Waktu: 10.05 11.00 Wib Tempat: Pengadilan Negeri Jakarta Pusat, lantai II, ruang

Lebih terperinci

Monitoring Persidangan Pembunuhan Munir

Monitoring Persidangan Pembunuhan Munir Monitoring Persidangan Pembunuhan Munir Persidangan XXIII PN Jakarta Pusat Jakarta, Selasa 12 Desember 2005 Materi: Pembacaan Pledoi Waktu: 10.10 11.30 Wib Tempat: Pengadilan Negeri Jakarta Pusat, lantai

Lebih terperinci

Monitoring Persidangan Pembunuhan Munir

Monitoring Persidangan Pembunuhan Munir Monitoring Persidangan Pembunuhan Munir Persidangan XXV PN Jakarta Pusat Jakarta, Rabu 14 Desember 2005 Materi: Duplik Waktu: 13.40. 14 Wib Tempat: Pengadilan Negeri Jakarta Pusat, lantai II Komisi Untuk

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2006 TENTANG PERLINDUNGAN SAKSI DAN KORBAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2006 TENTANG PERLINDUNGAN SAKSI DAN KORBAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2006 TENTANG PERLINDUNGAN SAKSI DAN KORBAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang Mengingat : a. bahwa salah satu alat

Lebih terperinci

Dengan Persetujuan Bersama. DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA dan PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA MEMUTUSKAN:

Dengan Persetujuan Bersama. DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA dan PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA MEMUTUSKAN: RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN TENTANG PERLINDUNGAN SAKSI DAN KORBAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa salah satu alat bukti

Lebih terperinci

PENDIDIKAN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN by DANIEL ARNOP HUTAPEA, S.Pd PERTEMUAN KE-3

PENDIDIKAN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN by DANIEL ARNOP HUTAPEA, S.Pd PERTEMUAN KE-3 PENDIDIKAN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN by DANIEL ARNOP HUTAPEA, S.Pd PERTEMUAN KE-3 Pelanggaran HAM Menurut Undang-Undang No.39 tahun 1999 pelanggaran hak asasi manusia adalah setiap perbuatan seseorang

Lebih terperinci

Hukum Acara Pidana Untuk Kasus Kekerasan Seksual

Hukum Acara Pidana Untuk Kasus Kekerasan Seksual Hukum Acara Pidana Untuk Kasus Kekerasan Seksual Hukum Acara Pidana dibuat adalah untuk melaksanakan peradilan bagi pengadilan dalam lingkungan peradilan umum dan Mahkamah Agung dengan mengatur hak serta

Lebih terperinci

Monitoring Persidangan Pembunuhan Munir

Monitoring Persidangan Pembunuhan Munir Monitoring Persidangan Pembunuhan Munir Persidangan IV PN Jakarta Pusat Jakarta, 30 Agustus 2005 Materi: Pembacaan Putusan Sela Waktu: 10.20-11. 15 Wib Tempat: Pengadilan Negeri Jakarta Pusat, lantai II,

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 22 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI YUDISIAL

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 22 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI YUDISIAL UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 22 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI YUDISIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang

Lebih terperinci

PERLINDUNGAN SAKSI DAN KORBAN

PERLINDUNGAN SAKSI DAN KORBAN RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG PERLINDUNGAN SAKSI DAN KORBAN Hasil PANJA 12 Juli 2006 Dokumentasi KOALISI PERLINDUNGAN SAKSI Hasil Tim perumus PANJA, santika 12 Juli

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2006 TENTANG PERLINDUNGAN SAKSI DAN KORBAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2006 TENTANG PERLINDUNGAN SAKSI DAN KORBAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2006 TENTANG PERLINDUNGAN SAKSI DAN KORBAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa salah satu alat bukti yang

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2003 TENTANG MAHKAMAH KONSTITUSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2003 TENTANG MAHKAMAH KONSTITUSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2003 TENTANG MAHKAMAH KONSTITUSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa Negara Kesatuan Republik Indonesia merupakan

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2004 TENTANG PENGHAPUSAN KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2004 TENTANG PENGHAPUSAN KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA UNDANG-UNDANG NOMOR 23 TAHUN 2004 TENTANG PENGHAPUSAN KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN, Menimbang : a. bahwa setiap warga negara berhak mendapatkan rasa aman dan

Lebih terperinci

TINJAUAN TERHADAP LANGKAH JAKSA PENUNTUT UMUM DALAM MEMBUKTIKAN PERKARA TINDAK PIDANA PEMBUNUHAN BERENCANA YANG MENGGUNAKAN RACUN

TINJAUAN TERHADAP LANGKAH JAKSA PENUNTUT UMUM DALAM MEMBUKTIKAN PERKARA TINDAK PIDANA PEMBUNUHAN BERENCANA YANG MENGGUNAKAN RACUN Jurnal Skripsi TINJAUAN TERHADAP LANGKAH JAKSA PENUNTUT UMUM DALAM MEMBUKTIKAN PERKARA TINDAK PIDANA PEMBUNUHAN BERENCANA YANG MENGGUNAKAN RACUN Disusun oleh : 1.Laurensius Geraldy Hutagalung Dibimbing

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 24 TAHUN 2003 TENTANG MAHKAMAH KONSTITUSI

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 24 TAHUN 2003 TENTANG MAHKAMAH KONSTITUSI UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 24 TAHUN 2003 TENTANG MAHKAMAH KONSTITUSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 22 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI YUDISIAL

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 22 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI YUDISIAL UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 22 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI YUDISIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang:

Lebih terperinci

KEJAKSAAN NEGERI JAKARTA PUSAT UNTUK KEADILAN SURAT DAKWAN

KEJAKSAAN NEGERI JAKARTA PUSAT UNTUK KEADILAN SURAT DAKWAN KEJAKSAAN NEGERI JAKARTA PUSAT UNTUK KEADILAN SURAT DAKWAN NO. REG. PERKARA : PDM- / JKT.PST/072005 A. IDENTITAS TERDAKWA Nama Lengkap : POLLYCARPUS BUDIHARI PRIYANTO Tempat Lahir : Solo. Umur/Tgl Lahir

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA Teks tidak dalam format asli. Kembali: tekan backspace LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.98, 2003 (Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4316) UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA

Lebih terperinci

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN TENTANG HUKUM ACARA PIDANA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN TENTANG HUKUM ACARA PIDANA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN TENTANG HUKUM ACARA PIDANA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa negara Republik Indonesia adalah

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2003 TENTANG MAHKAMAH KONSTITUSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2003 TENTANG MAHKAMAH KONSTITUSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, 1 of 24 UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2003 TENTANG MAHKAMAH KONSTITUSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa Negara Kesatuan Republik Indonesia

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2004 TENTANG PENGHAPUSAN KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2004 TENTANG PENGHAPUSAN KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2004 TENTANG PENGHAPUSAN KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa setiap warga negara

Lebih terperinci

P U T U S A N Nomor : 223/Pid.B/2014/PN.BKN

P U T U S A N Nomor : 223/Pid.B/2014/PN.BKN P U T U S A N Nomor : 223/Pid.B/2014/PN.BKN DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA Pengadilan Negeri Bangkinang yang memeriksa dan mengadili perkara-perkara pidana dengan acara pemeriksaan biasa

Lebih terperinci

kliping ELSAM KLP: RUU KKR-1999

kliping ELSAM KLP: RUU KKR-1999 KLP: RUU KKR-1999 KOMPAS - Senin, 28 Jun 1999 Halaman: 1 Penulis: FER/AS Ukuran: 5544 RUU HAM dan Komnas HAM: Jangan Hapuskan Pelanggaran HAM Orba Rancangan Undang-Undang (RUU) tentang Hak Asasi Manusia

Lebih terperinci

b. bahwa Komisi Yudisial mempunyai peranan penting dalam usaha mewujudkan

b. bahwa Komisi Yudisial mempunyai peranan penting dalam usaha mewujudkan UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI YUDISIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa Negara Kesatuan Republik Indonesia adalah

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.727, 2012 LEMBAGA PERLINDUNGAN SAKSI DAN KORBAN. Tata Cara. Pendampingan. Saksi. PERATURAN LEMBAGA PERLINDUNGAN SAKSI DAN KORBAN NOMOR 2 TAHUN 2012 TENTANG TATA CARA

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 22 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI YUDISIAL

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 22 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI YUDISIAL www.bpkp.go.id UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 22 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI YUDISIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK

Lebih terperinci

DRAFT 16 SEPT 2009 PERATURAN KOMISI PENGAWAS PERSAINGAN USAHA NOMOR TAHUN 2009 TENTANG TATA CARA PENANGANAN PERKARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

DRAFT 16 SEPT 2009 PERATURAN KOMISI PENGAWAS PERSAINGAN USAHA NOMOR TAHUN 2009 TENTANG TATA CARA PENANGANAN PERKARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA DRAFT 16 SEPT 2009 PERATURAN KOMISI PENGAWAS PERSAINGAN USAHA NOMOR TAHUN 2009 TENTANG TATA CARA PENANGANAN PERKARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KOMISI PENGAWAS PERSAINGAN USAHA, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 24 TAHUN 2003 TENTANG MAHKAMAH KONSTITUSI

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 24 TAHUN 2003 TENTANG MAHKAMAH KONSTITUSI UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 24 TAHUN 2003 TENTANG MAHKAMAH KONSTITUSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, www.bpkp.go.id

Lebih terperinci

13. KESIMPULAN. Majelis Hakim Yang Terhormat

13. KESIMPULAN. Majelis Hakim Yang Terhormat 13. KESIMPULAN Majelis Hakim Yang Terhormat Maksud saya menuliskan Pembelaan saya sendiri adalah untuk menyampaikan kebenaran dengan cara yang mudah dipahami, dengan demikian agar tidak ada lagi keraguan

Lebih terperinci

KASUS PELANGGARAN HAM BERAT 1965*

KASUS PELANGGARAN HAM BERAT 1965* MASALAH IMPUNITAS DAN KASUS PELANGGARAN HAM BERAT 1965* Oleh MD Kartaprawira Bahwasanya Indonesia adalah Negara Hukum, dengan jelas tercantum dalam Pasal 1 ayat 3 UUD 1945. Siapa pun tidak bisa mengingkari.

Lebih terperinci

Monitoring Pengadilan Persidangan Pembunuhan Munir. Persidanganan VIII

Monitoring Pengadilan Persidangan Pembunuhan Munir. Persidanganan VIII Monitoring Pengadilan Persidangan Pembunuhan Munir Persidanganan VIII Materi: Pemeriksaan Saksi Eddy Santoso dan Akhirina Pengadilan Negeri Jakarta Pusat Jakarta, 28 September 2005 Waktu: 10.20 12.30 WIB

Lebih terperinci

PENGADILAN TINGGI MEDAN

PENGADILAN TINGGI MEDAN P U T U S A N Nomor 374/PID.SUS/2016/PT.MDN DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA Pengadilan Tinggi Medan yang memeriksa dan mengadili perkara-perkara pidana dalam pengadilan tingkat Banding,

Lebih terperinci

Briefing Pers Menyongsong Pembentukan Pengadilan HAM Ad Hoc Untuk Kasus Penghilangan Orang Secara Paksa 1997/1998

Briefing Pers Menyongsong Pembentukan Pengadilan HAM Ad Hoc Untuk Kasus Penghilangan Orang Secara Paksa 1997/1998 Briefing Pers Menyongsong Pembentukan Pengadilan HAM Ad Hoc Untuk Kasus Penghilangan Orang Secara Paksa 1997/1998 Lembaga Studi dan Advokasi Masyarakat (ELSAM) Jakarta, 7 November 2009 I. Pendahuluan Menjelang

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI YUDISIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI YUDISIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI YUDISIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa Negara Kesatuan Republik Indonesia adalah

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 24 TAHUN 2003 TENTANG MAHKAMAH KONSTITUSI

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 24 TAHUN 2003 TENTANG MAHKAMAH KONSTITUSI UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 24 TAHUN 2003 TENTANG MAHKAMAH KONSTITUSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang:

Lebih terperinci

PERATURAN LEMBAGA PERLINDUNGAN SAKSI DAN KORBAN NOMOR 2 TAHUN 2012 TENTANG TATA CARA PENDAMPINGAN SAKSI LEMBAGA PERLINDUNGAN SAKSI DAN KORBAN

PERATURAN LEMBAGA PERLINDUNGAN SAKSI DAN KORBAN NOMOR 2 TAHUN 2012 TENTANG TATA CARA PENDAMPINGAN SAKSI LEMBAGA PERLINDUNGAN SAKSI DAN KORBAN PERATURAN LEMBAGA PERLINDUNGAN SAKSI DAN KORBAN NOMOR 2 TAHUN 2012 TENTANG TATA CARA PENDAMPINGAN SAKSI LEMBAGA PERLINDUNGAN SAKSI DAN KORBAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KETUA LEMBAGA PERLINDUNGAN

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PIMPINAN LEMBAGA PERLINDUNGAN SAKSI DAN KORBAN,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PIMPINAN LEMBAGA PERLINDUNGAN SAKSI DAN KORBAN, PERATURAN LEMBAGA PERLINDUNGAN SAKSI DAN KORBAN NOMOR 1 TAHUN 2011 TENTANG PEDOMAN PELAYANAN PERMOHONAN PERLINDUNGAN PADA LEMBAGA PERLINDUNGAN SAKSI DAN KORBAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PIMPINAN

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 22 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI YUDISIAL

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 22 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI YUDISIAL UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 22 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI YUDISIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang

Lebih terperinci

TIGA TAHUN DIBUNUHNYA MUNIR (2004-2007)

TIGA TAHUN DIBUNUHNYA MUNIR (2004-2007) TIGA TAHUN DIBUNUHNYA MUNIR (2004-) SEKAPUR SIRIH Tulisan ini dibuat untuk melengkapi informasi tentang perkembangan kasus Munir yang telah dituangkan dalam buku Bunuh Munir! yang diterbitkan KontraS beberapa

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PIMPINAN LEMBAGA PERLINDUNGAN SAKSI DAN KORBAN REPUBLLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PIMPINAN LEMBAGA PERLINDUNGAN SAKSI DAN KORBAN REPUBLLIK INDONESIA, PERATURAN LEMBAGA PERLINDUNGAN SAKSI DAN KORBAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2011 TENTANG PEDOMAN PELAYANAN PERMOHONAN PERLINDUNGAN PADA LEMBAGA PERLINDUNGAN SAKSI DAN KORBAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 31 TAHUN 2014 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 13 TAHUN 2006 TENTANG PERLINDUNGAN SAKSI DAN KORBAN

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 31 TAHUN 2014 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 13 TAHUN 2006 TENTANG PERLINDUNGAN SAKSI DAN KORBAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 31 TAHUN 2014 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 13 TAHUN 2006 TENTANG PERLINDUNGAN SAKSI DAN KORBAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

Ia menjadi pesakitan dengan tuduhan kepemilikan peluru secara ilegal. Persidangan pun berlangsung layaknya drama murahan.

Ia menjadi pesakitan dengan tuduhan kepemilikan peluru secara ilegal. Persidangan pun berlangsung layaknya drama murahan. Ia menjadi pesakitan dengan tuduhan kepemilikan peluru secara ilegal. Persidangan pun berlangsung layaknya drama murahan. Setelah diculik, disiksa dan dijebak dengan ransel berisi sejumlah peluru dan ditahan

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2004 TENTANG PENGHAPUSAN KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2004 TENTANG PENGHAPUSAN KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2004 TENTANG PENGHAPUSAN KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, bahwa setiap warga negara berhak mendapatkan

Lebih terperinci

RANCANGAN KESIMPULAN/KEPUTUSAN

RANCANGAN KESIMPULAN/KEPUTUSAN RANCANGAN LAPORAN SINGKAT RAPAT INTERNAL TIMUS KOMISI III DPR-RI DALAM RANGKA PEMBAHASAN RANCANGAN KITAB UNDANG-UNDANG HUKUM PIDANA --------------------------------------------------- (BIDANG HUKUM, HAM

Lebih terperinci

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN TENTANG HUKUM ACARA PIDANA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN TENTANG HUKUM ACARA PIDANA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN TENTANG HUKUM ACARA PIDANA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa negara Republik Indonesia adalah

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI YUDISIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI YUDISIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI YUDISIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa Negara Kesatuan Republik Indonesia adalah

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI YUDISIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI YUDISIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI YUDISIAL Menimbang: DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, a. bahwa Negara Kesatuan Republik Indonesia adalah

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.293, 2014 POLHUKAM. Saksi. Korban. Perlindungan. Perubahan. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5602) UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NO. 31 TAHUN 1999 TENTANG PEMBERANTASAN TINDAK PIDANA KORUPSI BAB I

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NO. 31 TAHUN 1999 TENTANG PEMBERANTASAN TINDAK PIDANA KORUPSI BAB I UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NO. 31 TAHUN 1999 TENTANG PEMBERANTASAN TINDAK PIDANA KORUPSI BAB I Pasal 1 Dalam undang-undang ini yang dimaksud dengan: 1. Korporasi adalah kumpulan orang dan atau kekayaan

Lebih terperinci

Monitoring Persidangan Pembunuhan Munir

Monitoring Persidangan Pembunuhan Munir Monitoring Persidangan Pembunuhan Munir Persidangan III PN Jakarta Pusat Jakarta, 23 Agustus 2005 Materi: Pendapat JPU atas Nota Keberatan (Eksepsi) Tim Penasehat Hukum Terdakwa Pollycarpus Budihari Priyanto

Lebih terperinci

*14671 UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA (UU) NOMOR 4 TAHUN 2004 (4/2004) TENTANG KEKUASAAN KEHAKIMAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

*14671 UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA (UU) NOMOR 4 TAHUN 2004 (4/2004) TENTANG KEKUASAAN KEHAKIMAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Copyright (C) 2000 BPHN UU 4/2004, KEKUASAAN KEHAKIMAN *14671 UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA (UU) NOMOR 4 TAHUN 2004 (4/2004) TENTANG KEKUASAAN KEHAKIMAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

Monitoring Persidangan Pembunuhan Munir

Monitoring Persidangan Pembunuhan Munir Monitoring Persidangan Pembunuhan Munir Persidangan XVIII PN Jakarta Pusat Jakarta, 16 November 2005 Materi: Pemeriksaan Saksi ahli pidana Chairul Huda Waktu: 11.oo 12. 00 Wib Tempat: Pengadilan Negeri

Lebih terperinci

MEMBONGKAR KONSPIRASI KASUS MUNIR

MEMBONGKAR KONSPIRASI KASUS MUNIR MEMBONGKAR KONSPIRASI KASUS MUNIR Hingga tahun berakhir, penanganan hukum atas pembunuhan aktifis HAM Munir belum mampu mengadili aktor utamanya. Melainkan baru mampu membawa Pollycarpus, seorang copilot

Lebih terperinci

dengan aparatnya demi tegaknya hukum, keadilan dan perlindungan harkat dan martabat manusia. Sejak berlakunya Undang-undang nomor 8 tahun 1981

dengan aparatnya demi tegaknya hukum, keadilan dan perlindungan harkat dan martabat manusia. Sejak berlakunya Undang-undang nomor 8 tahun 1981 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Negara Indonesia adalah merupakan negara hukum yang demokratis berdasarkan Pancasila dan Undang-undang Dasar 1945 bukan berdasarkan atas kekuasaan semata. Indonesia

Lebih terperinci

Perkembangan Kasus Perjadin Mantan Bupati Jembrana: Terdakwa Bantah Tudingan Jaksa

Perkembangan Kasus Perjadin Mantan Bupati Jembrana: Terdakwa Bantah Tudingan Jaksa Perkembangan Kasus Perjadin Mantan Bupati Jembrana: Terdakwa Bantah Tudingan Jaksa balinewsnetwork.com Mantan Bupati Jembrana, I Gede Winasa membantah tudingan Jaksa Penuntut Umum (JPU) yang menyebut dirinya

Lebih terperinci

P U T U S A N Nomor 322/Pid.B/2015/ PN BJ. DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA. : Stabat; : ELIEZER SIREGAR Als.

P U T U S A N Nomor 322/Pid.B/2015/ PN BJ. DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA. : Stabat; : ELIEZER SIREGAR Als. P U T U S A N Nomor 322/Pid.B/2015/ PN BJ. DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA Pengadilan Negeri Binjai yang memeriksa perkara-perkara pidana pada Peradilan tingkat pertama dengan acara pemeriksaan

Lebih terperinci

2016, No Gubernur, Bupati, dan Wali Kota menjadi Undang- Undang; b. bahwa Pasal 22B huruf a dan huruf b Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2016 tent

2016, No Gubernur, Bupati, dan Wali Kota menjadi Undang- Undang; b. bahwa Pasal 22B huruf a dan huruf b Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2016 tent No.1711,2016 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BAWASLU.Pemilihan.Gubernur.Bupati.Walikota.Pelanggaran Administrasi. PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2016 TENTANG

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2000 TENTANG PENGADILAN HAK ASASI MANUSIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2000 TENTANG PENGADILAN HAK ASASI MANUSIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA Menimbang : UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2000 TENTANG PENGADILAN HAK ASASI MANUSIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, a. bahwa hak asasi manusia merupakan

Lebih terperinci

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR...TAHUN... TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 24 TAHUN 2003 TENTANG MAHKAMAH KONSTITUSI

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR...TAHUN... TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 24 TAHUN 2003 TENTANG MAHKAMAH KONSTITUSI RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR...TAHUN... TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 24 TAHUN 2003 TENTANG MAHKAMAH KONSTITUSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

Bab XXVIII : Kejahatan Jabatan

Bab XXVIII : Kejahatan Jabatan Bab XXVIII : Kejahatan Jabatan Pasal 413 Seorang komandan Angkatan Bersenjata yang menolak atau sengaja mengabaikan untuk menggunakan kekuatan di bawah perintahnya, ketika diminta oleh penguasa sipil yang

Lebih terperinci

Monitoring Persidangan Pembunuhan Munir

Monitoring Persidangan Pembunuhan Munir Monitoring Persidangan Pembunuhan Munir Persidangan VI Pengadilan Negeri Jakarta Pusat Jakarta, 13 September 2005 Materi: Pemeriksaan Saksi Ramelgia Anwar Waktu: 10.25 12. 25 Wib Tempat: Pengadilan Negeri

Lebih terperinci

PERATURAN KOMISI PENGAWAS PERSAINGAN USAHA NOMOR 1 TAHUN 2006 TENTANG TATA CARA PENANGANAN PERKARA DI KPPU KOMISI PENGAWAS PERSAINGAN USAHA

PERATURAN KOMISI PENGAWAS PERSAINGAN USAHA NOMOR 1 TAHUN 2006 TENTANG TATA CARA PENANGANAN PERKARA DI KPPU KOMISI PENGAWAS PERSAINGAN USAHA PERATURAN KOMISI PENGAWAS PERSAINGAN USAHA NOMOR 1 TAHUN 2006 TENTANG TATA CARA PENANGANAN PERKARA DI KPPU KOMISI PENGAWAS PERSAINGAN USAHA Menimbang : a. bahwa dalam rangka meningkatkan transparansi dan

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2006 TENTANG BANTUAN TIMBAL BALIK DALAM MASALAH PIDANA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2006 TENTANG BANTUAN TIMBAL BALIK DALAM MASALAH PIDANA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2006 TENTANG BANTUAN TIMBAL BALIK DALAM MASALAH PIDANA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa negara Republik

Lebih terperinci

PERATURAN KETUA LEMBAGA PERLINDUNGAN SAKSI DAN KORBAN NOMOR 6 TAHUN 2010 TENTANG TATA CARA PEMBERIAN PERLINDUNGAN SAKSI DAN KORBAN

PERATURAN KETUA LEMBAGA PERLINDUNGAN SAKSI DAN KORBAN NOMOR 6 TAHUN 2010 TENTANG TATA CARA PEMBERIAN PERLINDUNGAN SAKSI DAN KORBAN PERATURAN KETUA LEMBAGA PERLINDUNGAN SAKSI DAN KORBAN NOMOR 6 TAHUN 2010 TENTANG TATA CARA PEMBERIAN PERLINDUNGAN SAKSI DAN KORBAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KETUA LEMBAGA PERLINDUNGAN SAKSI DAN

Lebih terperinci

STANDAR PELAYANAN PENGADILAN (SPP) DALAM LINGKUNGAN PERADILAN MILITER

STANDAR PELAYANAN PENGADILAN (SPP) DALAM LINGKUNGAN PERADILAN MILITER STANDAR PELAYANAN PENGADILAN (SPP) DALAM LINGKUNGAN PERADILAN MILITER I. KETENTUAN UMUM A. Tujuan 1. Meningkatkan kualitas pelayanan pengadilan bagi prajurit TNI dan masyarakat pencari keadilan. 2. Meningkatkan

Lebih terperinci

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG PERAMPASAN ASET TINDAK PIDANA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG PERAMPASAN ASET TINDAK PIDANA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG PERAMPASAN ASET TINDAK PIDANA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa sistem dan mekanisme

Lebih terperinci

STANDAR PELAYANAN PENGADILAN (SPP) DALAM LINGKUNGAN PERADILAN MILITER

STANDAR PELAYANAN PENGADILAN (SPP) DALAM LINGKUNGAN PERADILAN MILITER STANDAR PELAYANAN PENGADILAN (SPP) DALAM LINGKUNGAN PERADILAN MILITER I. KETENTUAN UMUM A. Tujuan 1. Meningkatkan kualitas pelayanan pengadilan bagi prajurit TNI dan masyarakat pencari keadilan. 2. Meningkatkan

Lebih terperinci

P U T U S A N NOMOR : 430/PID/2012/PT-MDN DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

P U T U S A N NOMOR : 430/PID/2012/PT-MDN DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA 1 P U T U S A N NOMOR : 430/PID/2012/PT-MDN DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA ----- PENGADILAN TINGGI MEDAN, yang memeriksa dan mengadili perkara perkara pidana dalam tingkat banding, telah

Lebih terperinci

BUPATI PURBALINGGA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURBALINGGA NOMOR 1 TAHUN 2017 TENTANG BANTUAN HUKUM UNTUK MASYARAKAT MISKIN

BUPATI PURBALINGGA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURBALINGGA NOMOR 1 TAHUN 2017 TENTANG BANTUAN HUKUM UNTUK MASYARAKAT MISKIN SALINAN BUPATI PURBALINGGA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURBALINGGA NOMOR 1 TAHUN 2017 TENTANG BANTUAN HUKUM UNTUK MASYARAKAT MISKIN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PURBALINGGA,

Lebih terperinci

RUU Perlindungan Korban dan Saksi Draft Sentra HAM UI dan ICW, Juni 2001 RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA TENTANG

RUU Perlindungan Korban dan Saksi Draft Sentra HAM UI dan ICW, Juni 2001 RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA TENTANG !"#$%&'#'(&)*!"# $%&#'''(&)((* RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA TENTANG PERLINDUNGAN KORBAN DAN SAKSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Menimbang : a. bahwa sistem

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2003 TENTANG MAHKAMAH KONSTITUSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2003 TENTANG MAHKAMAH KONSTITUSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2003 TENTANG MAHKAMAH KONSTITUSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa Negara Kesatuan Republik Indonesia merupakan

Lebih terperinci

Analisis Kasus. 1

Analisis Kasus.  1 ANALISA TERHADAP PUTUSAN KASUS PERBUATAN TIDAK MENYENANGKAN ATAS TERDAKWA HIDAYAT LUKMAN ALIAS TEDDY Desita Sari, S.H., Indah Lisa Diana, S.H dan Alfian Pada masa reformasi seperti sekarang ini, media

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 2004 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 14 TAHUN 1985 TENTANG MAHKAMAH AGUNG

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 2004 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 14 TAHUN 1985 TENTANG MAHKAMAH AGUNG UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 2004 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 14 TAHUN 1985 TENTANG MAHKAMAH AGUNG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang:

Lebih terperinci

KASUS TINDAK PIDANA KORUPSI PENINGKATAN JALAN NANTI AGUNG - DUSUN BARU KECAMATAN ILIR TALO KABUPATEN SELUMA

KASUS TINDAK PIDANA KORUPSI PENINGKATAN JALAN NANTI AGUNG - DUSUN BARU KECAMATAN ILIR TALO KABUPATEN SELUMA KASUS TINDAK PIDANA KORUPSI PENINGKATAN JALAN NANTI AGUNG - DUSUN BARU KECAMATAN ILIR TALO KABUPATEN SELUMA http://www.beritasatu.com 1 Bengkulu - Kepala Polda Bengkulu, Brigjen Pol. M. Ghufron menegaskan,

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2002 TENTANG PEMBERANTASAN TINDAK PIDANA TERORISME

PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2002 TENTANG PEMBERANTASAN TINDAK PIDANA TERORISME PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2002 TENTANG PEMBERANTASAN TINDAK PIDANA TERORISME PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa dalam mewujudkan tujuan

Lebih terperinci

BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA

BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2016 TENTANG TATA CARA PENANGANAN PELANGGARAN ADMINISTRASI TERKAIT LARANGAN MEMBERIKAN

Lebih terperinci

Kekerasan fisik sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 huruf a adalah perbuatan yang mengakibatkan rasa sakit, jatuh sakit, atau luka berat.

Kekerasan fisik sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 huruf a adalah perbuatan yang mengakibatkan rasa sakit, jatuh sakit, atau luka berat. 1 UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2004 TENTANG PENGHAPUSAN KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa setiap warga

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 31 TAHUN 2014 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 13 TAHUN 2006 TENTANG PERLINDUNGAN SAKSI DAN KORBAN

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 31 TAHUN 2014 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 13 TAHUN 2006 TENTANG PERLINDUNGAN SAKSI DAN KORBAN SALINAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 31 TAHUN 2014 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 13 TAHUN 2006 TENTANG PERLINDUNGAN SAKSI DAN KORBAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2004 TENTANG KEKUASAAN KEHAKIMAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2004 TENTANG KEKUASAAN KEHAKIMAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2004 TENTANG KEKUASAAN KEHAKIMAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa kekuasaan kehakiman menurut Undang-Undang

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2004 TENTANG KEKUASAAN KEHAKIMAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2004 TENTANG KEKUASAAN KEHAKIMAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2004 TENTANG KEKUASAAN KEHAKIMAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa kekuasaan kehakiman menurut Undang-Undang

Lebih terperinci

TUGAS AKHIR KULIAH PENDIDIKAN PANCASILA KASUS HAM, MUNIR

TUGAS AKHIR KULIAH PENDIDIKAN PANCASILA KASUS HAM, MUNIR TUGAS AKHIR KULIAH PENDIDIKAN PANCASILA KASUS HAM, MUNIR NAMA : BASUKI RAHMAD NIM : 11.12.5950 KELOMPOK : PERSATUAN JURUSAN : S1 SISTEM INFORMASI DOSEN : Drs. Muhammad Idris P, MM KATA PENGANTAR Puji dan

Lebih terperinci

BAB II PENGATURAN PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP SAKSI DALAM TINDAK PIDANA PEMBUNUHAN BERENCANA

BAB II PENGATURAN PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP SAKSI DALAM TINDAK PIDANA PEMBUNUHAN BERENCANA BAB II PENGATURAN PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP SAKSI DALAM TINDAK PIDANA PEMBUNUHAN BERENCANA A. Undang Undang Nomor 31 Tahun 2014 Tentang Perlindungan Saksi dan Korban Undang - undang ini memberikan pengaturan

Lebih terperinci

Perpajakan 2 Pengadilan Pajak

Perpajakan 2 Pengadilan Pajak Perpajakan 2 Pengadilan Pajak 12 April 2017 Benny Januar Tannawi Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia 1 Daftar isi 1. Susunan Pengadilan Pajak 2. Kekuasaan Pengadilan Pajak 3. Hukum Acara 2 Susunan Pengadilan

Lebih terperinci

SIARAN PERS LEMBAGA BANTUAN HUKUM (LBH) PADANG Nomor : 03/S.Pers/LBH-PDG/II/2017 tentang

SIARAN PERS LEMBAGA BANTUAN HUKUM (LBH) PADANG Nomor : 03/S.Pers/LBH-PDG/II/2017 tentang SIARAN PERS LEMBAGA BANTUAN HUKUM (LBH) PADANG Nomor : 03/S.Pers/LBH-PDG/II/2017 tentang CATATAN AWAL TAHUN FAIR TRIAL TUMPULKAH HUKUM TERHADAP APARAT PELAKU KEKERASAN? Gambar 1 jumlah kasus 2010-2016

Lebih terperinci

Direktori Putusan Pengadilan Negeri Sibolga pn-sibolga.go.id P U T U S A N NO. 13/PID.B/2014/PN.SBG

Direktori Putusan Pengadilan Negeri Sibolga pn-sibolga.go.id P U T U S A N NO. 13/PID.B/2014/PN.SBG P U T U S A N NO. 13/PID.B/2014/PN.SBG DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA Pengadilan Negeri Sibolga yang mengadili perkara-perkara pidana pada peradilan tingkat pertama telah menjatuhkan

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 27 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI KEBENARAN DAN REKONSILIASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 27 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI KEBENARAN DAN REKONSILIASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 27 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI KEBENARAN DAN REKONSILIASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa pelanggaran hak asasi manusia

Lebih terperinci

LAMPIRAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 1994 TENTANG PENGESAHAN PERJANJIAN EKSTRADISI ANTARA REPUBLIK INDONESIA DAN AUSTRALIA

LAMPIRAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 1994 TENTANG PENGESAHAN PERJANJIAN EKSTRADISI ANTARA REPUBLIK INDONESIA DAN AUSTRALIA LAMPIRAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 1994 TENTANG PENGESAHAN PERJANJIAN EKSTRADISI ANTARA REPUBLIK INDONESIA DAN AUSTRALIA PERJANJIAN EKSTRADISI ANTARA REPUBLIK INDONESIA DAN AUSTRALIA

Lebih terperinci

2018, No Dewan Perwakilan Daerah, dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 42 Tahun 2014 tentang P

2018, No Dewan Perwakilan Daerah, dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 42 Tahun 2014 tentang P No.29, 2018 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA LEGISLATIF. MPR. DPR. DPD. DPRD. Kedudukan. Perubahan. (Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 6187) UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA

Lebih terperinci

PANDUAN PENDAMPINGAN DAN WAWANCARA TERHADAP KORBAN PERDAGANGAN ANAK:

PANDUAN PENDAMPINGAN DAN WAWANCARA TERHADAP KORBAN PERDAGANGAN ANAK: PANDUAN PENDAMPINGAN DAN WAWANCARA TERHADAP KORBAN PERDAGANGAN ANAK: 1 The Regional Support Office of the Bali Process (RSO) dibentuk untuk mendukung dan memperkuat kerja sama regional penanganan migrasi

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 27 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI KEBENARAN DAN REKONSILIASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 27 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI KEBENARAN DAN REKONSILIASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 27 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI KEBENARAN DAN REKONSILIASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa pelanggaran hak asasi

Lebih terperinci

P U T U S A N Nomor 260/PID.B/2014/PT.PBR. sebagai berikut dibawah ini dalam perkara atas nama Terdakwa : Nama lengkap : DEWI VIRGINIA LAKOLO ;

P U T U S A N Nomor 260/PID.B/2014/PT.PBR. sebagai berikut dibawah ini dalam perkara atas nama Terdakwa : Nama lengkap : DEWI VIRGINIA LAKOLO ; P U T U S A N Nomor 260/PID.B/2014/PT.PBR DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA; Pengadilan Tinggi Pekanbaru yang memeriksa dan mengadili perkaraperkara pidana dalam peradilan tingkat banding,

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 2004 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN PERATURAN TATA TERTIB DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 2004 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN PERATURAN TATA TERTIB DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 2004 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN PERATURAN TATA TERTIB DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa sebagai pelaksanaan

Lebih terperinci

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 15 TAHUN 2003 TENTANG PENETAPAN PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG NOMOR 1 TAHUN 2002 TENTANG

Lebih terperinci