KEADAAN UMUM WILAYAH PENELITIAN
|
|
- Doddy Kusuma
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 KEADAAN UMUM WILAYAH PENELITIAN Kondisi Biofisik Kota Sintang Geografis dan Administrasi Secara geografis letak Kota Sintang berada pada 0 o 09 LU 0 o 02 LS dan 111 o 21 BT 111 o 36 BT. Peta administrasi Kota Sintang ditunjukkan pada Gambar 2. Batas-batas administrasi Kota Sintang adalah 1) Utara: Kecamatan Binjai Hulu dan Kelam Permai, 2) Timur: Kecamatan Dedai, 3) Selatan: Kecamatan Sungai Tebelian, 4) Barat: Kecamatan Tempunak. Sumber: RDTRK Sintang 2007 Gambar 2 Batas administrasi Kota Sintang tingkat kelurahan dan desa Secara geografis letak Kota Sintang cukup strategis, yaitu di pertemuan Sungai Kapuas dengan Sungai Melawi. Seperti halnya kota-kota lain di Kalimantan, yang pada jaman dahulu sungai merupakan urat nadi perekonomian terpenting, pertemuan dua sungai ini juga merupakan tempat yang paling
2 26 strategis untuk membentuk/membangun permukiman di sekitar pertemuan sungai-sungai tersebut. Kota Sintang dengan luas 4.128,99 ha sebagai ibukota Kabupaten Sintang merupakan salah satu kota kecamatan yang berada di jalur pelayaran Sungai Kapuas. Kota ini dapat ditempuh melalui jalur sungai tersebut di samping juga dapat ditempuh melalui jalan darat sepanjang ± 395 km dari ibukota provinsi (Pontianak). Kota Sintang mencakup sebagian dari 6 wilayah kelurahan dan 1 wilayah desa dari 4 desa, 6 kelurahan, 2 desa IDT dan 143 dusun yang terdapat di wilayah Kecamatan Sintang. Secara administratif Kota Sintang mencakup tujuh wilayah kelurahan/desa yaitu kelurahan Tanjungpuri, Kapuas Kanan Hulu, Kapuas Kanan Hilir, Kapuas Kiri Hulu, Kapuas Kiri Hilir, Ladang, dan desa Baning. Kota Sintang terdiri dari tiga Bagian Wilayah Kota (BWK) sesuai dengan pembagian karena adanya aliran sungai Kapuas dan sungai Melawi. BWK A seluas 1.700,11 ha merupakan bagian barat-selatan kota yang terdiri dari Kelurahan Kapuas Kanan Hulu dan Kapuas Kanan Hilir. BWK B seluas 1.874,70 ha merupakan bagian selatan-timur kota yang terdiri dari Kelurahan Tanjungpuri, Ladang, dan Desa Baning. BWK C yang luasnya 554,18 ha merupakan bagian utara kota terdiri dari Kelurahan Kapuas Kiri Hilir dan Kapuas Kiri Hulu. Tabel 2 menunjukkan luas masing-masing BWK yang dirinci per desa/kelurahan. Tabel 2 Luas tiap bagian wilayah kota (BWK) dalam Kota Sintang No Kelurahan/Desa Luas Wilayah (Ha) (%) BWK A 1 Kapuas Kanan Hulu 1042,06 61,29 2 Kapuas Kanan Hilir 658,05 38,71 Sub Jumlah 1700,11 100,00 Keterangan BWK B 1 Tanjung Puri 918,01 48,97 2 Ladang 152,47 8,13 3 Baning 804,22 42,90 Sub Jumlah 1874,70 100,00 BWK C 1 Kapuas Kiri Hulu 281,78 50,85 2 Kapuas Kiri Hilir 272,40 49,15 Sub Jumlah 554,18 100,00 Luas wilayah terdiri dari luas darat dan perairan Total Jumlah 4128,99 Sumber: RDTRK Sintang 2007
3 27 Topografi dan Kemiringan Lahan Dilihat dari aspek topografi, Kota Sintang berada pada ketinggian antara 15 sampai 50 meter di atas permukaan laut dengan kemiringan antara 0 15% (Tabel 3). Daerah-daerah terbangun yang mempunyai ketinggian diatas 30 meter umumnya terdapat di bagian tenggara kota sebelah timur dan tenggara kawasan gambut Baning. Sedangkan pada kawasan lainnya seperti sebagian besar kawasan utara kota di wilayah Kelurahan Kapuas Kanan Hulu dan bagian barat kota di Kelurahan Kapuas Kanan Hilir serta wilayah Kelurahan Kapuas Kiri Hilir dan Kapuas Kiri Hulu merupakan kawasan-kawasan yang relatif datar. Bagian kota di sebelah timur aliran Sungai Melawi umumnya memiliki topografi yang bergelombang sampai berbukit. Tabel 3 Kemiringan lereng dan luas lahan pada masing-masing kelurahan dan Desa (Ha) No. Kelurahan/Desa 0 3 % 3 8 % 8 15 % Total (Ha) Kapuas Kanan Hulu Kapuas Kanan Hilir Tanjung Puri Ladang Baning Kota Kapuas Kiri Hulu Kapuas Kiri Hilir Total (Ha) Sumber: Bappeda Kabupaten Sintang 2009 Hidroklimatologi Sebagaimana umumnya Kabupaten Sintang, kondisi klimatologi Kota Sintang tergolong dalam tipe A menurut klasifikasi iklim Schmidt and Ferguson, karena hampir tidak memiliki bulan kering dalam setahun. Suhu di Kota Sintang umumnya berkisar antara 21 C sampai 33 C, dengan tingkat kelembaban rata-rata %, dan penyinaran matahari rata-rata 57 %. Curah hujan rata-rata tahun 2009 yang terukur dari stasiun iklim Bandara Susilo Sintang adalah 251,9 mm/bulan dengan jumlah hari hujan 17,66 hh/bulan. Curah hujan tertinggi terjadi pada bulan Januari sebesar 447,40 mm dengan jumlah hari hujan 25 hari. Sedangkan curah hujan terendah terjadi pada bulan Juni dengan sebesar 20,50 mm/bulan dengan jumlah hari hujan 6 hari. Kecepatan angin ratarata bulanan berkisar antara 3 sampai 6 knots. Tabel 4 menunjukkan data iklim di Kabupaten Sintang tahun 1995 sampai 2009.
4 28 Tabel 4 Data iklim Kabupaten Sintang tahun Unsur Iklim Tahun Curah Hujan (mm) Hari Hujan Suhu Udara ( o C) Kelembaban Udara (%) Penyinaran Matahari (%) Tekanan Udara (mb) Kecepatan Angin (knot/jam) ,6 19,8 26,6 85,9 56,2 1010,4 1, ,1 20,7 26,6 85,4 53,3 1010,1 1, ,2 17,8 27,3 85,4 77,3 1017,2 1, ,5 21,3 27,1 86,8 49,6 1010,6 1, ,8 18,9 26,7 85,7 60,8 1009,9 1, ,4 30,0 26,7 86,7 57,7 1009,9 1, ,4 18,0 26,7 86,1 58,6 1010,3 1, ,1 16,5 26,9 86,2 51,3 1011,6 1, ,3 18,0 26,9 87,6 52,0 1010,9 1, ,3 18,0 26,8 86,9 57,5 1011,8 2, ,8 19,0 26,9 86,8 53,9 1009,6 2, ,4 16,0 27,0 86,0 54,3 1011,9 1, ,4 19,0 26,8 87,2 57,2 1010,8 1, ,4 20,0 26,6 83,8 57,9 1010,9 2, ,9 17,0 27,0 83,7 55,2 1010,6 2,1 Rerata 269,2 19,3 26,8 86,0 56,9 1011,1 1,8 Sumber : BMG Susilo Sintang 2010 Jenis Tanah Tanah Kota Sintang umumnya berupa tanah aluvial, gambut, dan podsolik merah kuning. Sebaran pasti dan luas masing-masing jenis tanah ini belum diketahui secara jelas, tetapi secara umum tanah aluvial mendominasi semua wilayah yang dipengaruhi oleh pasang surut air Sungai Kapuas dan Sungai Melawi. Tanah gambut mendominasi kawasan-kawasan berawa, sedangkan wilayah lainnya didominasi oleh tanah podsolik merah kuning seperti sebagian besar bagian timur dan tenggara kota. Tanah aluvial merupakan jenis tanah dengan fisiografi dataran rendah, bahan induk dari batuan-batuan aluvial/endapan banjir. Tanah ini sedikit atau belum mengalami perkembangan profil, dangkal sampai dalam, berwarna kelabu sampai kekuningan dan kecoklatan, sering ber-glei dan bertotol kuning, coklat dan merah. Tanah podsolik merah kuning, memiliki perkembangan profil warna merah dan kuning, horison argilik, masam dan kejenuhan basa rendah. Umumnya tanah ini menempati daerah-daerah bergelombang sampai berbukit dengan ketinggian di atas 20 meter dari permukaan laut. Sebaliknya tanah ini diusahakan untuk
5 29 pertanian lahan kering atau perkebunan dengan usaha peningkatan kesuburan tanah dan usaha-usaha konservasi karena jenis tanah ini sangat peka terhadap erosi dan curah hujan yang tinggi. Potensi Lanskap Pola bentangan alam/lanskap Kota Sintang cukup menarik dan sangat potensial untuk dikembangkan menjadi elemen kuat estetika kota tanpa harus banyak merubah alamnya. Topografi dan kemiringan lahannya yang sangat variatif mampu menghindarkan kota ini dari kesan monoton yang membosankan. Yang menjadi permasalahan saat ini dari aspek lanskap ini adalah kurangnya perhatian masyarakat dalam hal pengembangan jenis-jenis vegetasi lokal, dan kurangnya kesadaran masyarakat dan pemerintah setempat bahwa Sungai Kapuas dan Sungai Melawi merupakan unsur alami yang sangat potensial sebagai kosmetika kota. Pola Penggunaan Lahan Penggunaan lahan merupakan dimensi ruang kegiatan manusia terhadap lingkungannya dalam rangka usaha memenuhi kebutuhan hidupnya, sedangkan konsentrasi manusia di suatu tempat adalah akibat adanya kesempatan untuk hidup di tempat itu yang sesuai dengan profesi yang dimiliki masyarakat yang bersangkutan. Laporan pengamatan yang dilakukan Bappeda Kabupaten Sintang pada tahun 2006 menunjukkan penggunaan lahan Kota Sintang secara umum masih didominasi oleh tanah kosong, kebun campuran, semak belukar dan hutan, baru penggunaan lahan lainnya mengikuti seperti penggunaan lahan untuk kegiatan fasilitas sosial ekonomi, perumahan dan perkantoran (Tabel 5). Tabel 5 Luas penggunaan lahan kawasan Kota Sintang No. Jenis Penggunaan Lahan Luas Ha % 1. Perumahan 276,64 6,70 2. Fasilitas sosial ekonomi 379,87 9,20 3. Tanah kosong, perkebunan dan kebun campuran 784,51 19,00 4. Hutan, semak belukar, sungai/perairan 2.254,43 54,60 5. Penggunaan lahan lainnya 433,54 10,50 Jumlah 4.128,99 100,00 Sumber: RDTRK Sintang 2007
6 30 Kependudukan Penduduk Kota Sintang pada tahun 2009 telah mencapai angka jiwa, dengan kepadatan penduduk jiwa/ha. Tabel 6 menunjukkan bahwa kelurahan Tanjung Puri dan Kapuas Kanan Hulu memiliki jumlah penduduk yang terbanyak. Hal itu terkait dengan banyaknya fasilitas kehidupan yang ada di kawasan tersebut. Selain itu, kelurahan Kapuas Kanan Hulu merupakan pusat perdagangan di Kota Sintang yang tentu saja menjadi daya tarik bagi penduduk untuk bermukim. Sedangkan kelurahan Tanjung Puri merupakan pusat pemerintahan. Tabel 6 Jumlah penduduk kota Sintang tahun 2009 No. Nama kelurahan/desa Jumlah penduduk Tanjung Puri Baning Ladang Kapuas Kanan Hulu Kapuas Kanan Hilir Kapuas Kiri Hilir Kapuas Kiri Hulu Jumlah Sumber: Kabupaten Sintang Dalam Angka 2010 Jumlah penduduk kota Sintang menurut jenis kelamin pada tahun 2009 di tampilkan pada Tabel 7. Jumlah penduduk kota menurut jenis kelamin menunjukkan jumlah yang berimbang antara penduduk laki-laki dan perempuan di tiap kelurahan. Tabel 7 Jumlah penduduk kota Sintang menurut jenis kelamin tahun 2009 No. Desa/Kelurahan Laki-laki Perempuan Jumlah 1. Tanjungpuri Baning Ladang Kapuas Kanan Hulu Kapuas Kanan Hilir Kapuas Kiri Hilir Kapuas Kiri Hulu Sumber: Kabupaten Sintang dalam Angka 2010 Tabel 8 memperlihatkan data kepadatan penduduk di Kota Sintang pada tahun Kelurahan Ladang merupakan kelurahan dengan kepadatan penduduk per km 2 dan per RT tertinggi yakni 991 jiwa per km 2 dan 495 jiwa per
7 31 RT. Kepadatan penduduk tertinggi di Kelurahan Ladang karena kelurahan ini memiliki luas area yang lebih kecil dibandingkan kelurahan lain. Tabel 8 Data kepadatan penduduk Kota Sintang tahun 2009 No. Desa/Kelurahan Luas Kepadatan Penduduk (Km 2 RT Penduduk ) Per Km 2 Per RT 1. Tanjungpuri 41, Baning 9, Ladang 5, Kapuas Kanan Hulu 32, Kapuas Kanan Hilir 19, Kapuas Kiri Hilir 20, Kapuas Kiri Hulu 25, Sumber: Kabupaten Sintang dalam Angka 2010 Kondisi Ekonomi Kemajuan ekonomi yang ditunjukkan oleh peningkatan PDRB (Produk Domestik Regional Bruto) atas harga berlaku dari tahun ke tahun belum menunjukkan perubahan yang nyata. Disamping karena terjadinya peningkatan produksi secara fisik, juga karena dipengaruhi oleh kenaikan harga dan inflasi. Untuk mengetahui laju pertumbuhan secara nyata, pengaruh inflasi harus dihilangkan. Oleh karena itu, PDRB diestimasi dengan menggunakan harga konstan sesuai dengan tingkat harga pada suatu tahun dasar yang telah ditetapkan. Dengan cara ini dapat diperkirakan laju pertumbuhan perekonomian setiap tahun atau selama periode tertentu. Besarnya pendapatan regional per kapita dalam hal ini PDRB per kapita merupakan salah satu indikator yang digunakan untuk mengukur tingkat kesejahteraan penduduk. Pada tahun 2006 pendapatan regional per kapita atas dasar harga berlaku mengalami peningkatan dari 4,03 juta rupiah menjadi 4,44 juta rupiah atau naik sebesar 10,35%, yaitu dari 2,96 juta menjadi 3,06 juta rupiah. Tabel 9 menunjukkan PDRB Kabupaten Sintang menurut harga berlaku dan menurut harga konstan.
8 32 Tabel 9 Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Atas Dasar Harga Berlaku (Juta Rupiah) Kabupaten Sintang No. Lapangan Tahun Usaha Pertanian , , , , , Petambangan & penggalian Industri pengolahan Listrik, gas & air bersih Bangunan , , , , , , , , , , , , , , , , , , , ,94 6. Perdagangan, hotel & restoran , , , , , Pengangkutan & komunikasi Keuangan, persewaan & jasa perusahaan Jasa-jasa , , , ,34 46,154, , , , , , , , , , ,32 PDRB , , , , ,48 Sumber: Kabupaten Sintang dalam Angka Kondisi Umum Kawasan Gambut Baning di Kota Sintang Kondisi Fisik Kawasan Kawasan gambut Baning di Kota Sintang merupakan kawasan hutan konservasi yang memiliki ekosistem gambut, dengan bentuk topografi datar (<1%) pada dataran rendah dan tidak berbukit-bukit dengan bentukan lahan rawa belakang sungai meander. Kawasan ini berada pada ketinggian 19,45 24,30 meter dari permukaan laut, dan merupakan bagian dari tanah datar yang diapit oleh dua sungai besar, yaitu sungai Kapuas dan sungai Melawi. Berdasarkan hasil survei lapangan dan pengumpulan data tahun 2010 yang dilakukan Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA), Kalimantan Barat, penutupan lahan di kawasan ini dibedakan menjadi 4 tipe klasifikasi penutupan lahan, yang terdiri dari hutan gambut primer, hutan sekunder, semak rawa/belukar, dan permukiman/tanah kosong (Tabel 10). Tabel 10 Jenis tutupan lahan di kawasan gambut Baning tahun 2010 No. Jenis Tutupan Lahan Hutan gambut primer Hutan sekunder Semak rawa/belukar Pemukiman/tanah kosong Sumber : Balai KSDA Kalimantan Barat 2010 Luas Ha % 115,00 54,00 42,50 1, ,35 19,95 0,
9 33 Hutan primer gambut dan hutan sekunder, kondisi penutupan lahan hutannya masih baik. Penutupan dengan vegetasi semak dan belukar merupakan ciri vegetasi yang pernah terkena pengaruh kebakaran hutan dan lahan atau telah dipengaruhi oleh kegiatan masyarakat di sekitar kawasan. Peta jenis tutupan lahan kawasan disajikan pada Gambar 3. Sumber: Hasil olahan data 2011 Gambar 3 Peta jenis penutupan lahan kawasan gambut Baning. Kondisi saat ini di sekitar kawasan dipengaruhi oleh keberadaan pemukiman masyarakat. Permukiman penduduk menyebar hampir di sekeliling kawasan, bahkan ada yang sudah berada di dalam kawasan. Dibagian kecil area di sebelah barat daya kawasan saja yang tidak terdapat pemukiman, tetapi hanya berupa semak atau belukar. Kondisi hidrologi di dalam kawasan telah dipengaruhi oleh kondisi di sekeliling kawasan. Area yang banyak terpengaruh adalah area yang berada di bagian tepi kawasan, terutama yang berdekatan dengan kawasan pemukiman atau kebun masyarakat. Gambar 4 menunjukkan peta kawasan dan lingkungan sekitarnya beserta ilustrasi kondisi kawasan.
10
11 34 Sumber: RDTRK Sintang 2007, dokumentasi 2011 Gambar 4 Kondisi penggunaan lahan di sekitar kawasan gambut Baning.
12
13 35 Kawasan gambut Baning memiliki karakter geologi berupa lumpur gambut berpasir dan berbatu. Pasir terdapat pada tipe hutan rawa kerdil dan hutan rawa terhalang. Lumpurnya terlihat pada selokan yang agak kering (terutama pada musim kering), serta batu terdapat pada hutan rawa kerdil, sedangkan gambut terdapat pada tegakan dengan ketebalan 1 2,5 m. Gambut di kawasan gambut Baning merupakan penumpukan dan penimbunan bahan organik pada dasar difersi dangkal dan pada cekungan alami, yaitu terjadinya pada cekungan DAS Kapuas dan DAS Melawi dan kawasan TWA Bukit Kelam di bagian utaranya. Ketebalan gambut merupakan hal yang sangat penting dan menentukan dalam ekosistem gambut. Sebaran ketebalan gambut dalam kawasan gambut Baning dipetakan berdasarkan jenis penutupan lahan dan hasil pengukuran di lapangan. Penelitian sebelumnya yang dilakukan Syukur (2006) di kawasan gambut Baning menunjukkan bahwa ketebalan gambut di bawah tegakan hutan gambut primer adalah 1,5 2,5 m, sedangkan di areal yang tegakannya lebih jarang adalah 1 1,5 m. Hasil pengukuran di lapangan menunjukkan ketebalan gambut di areal hutan lahan gambut primer adalah 1 2,4 m, sementara di areal yang vegetasinya lebih jarang dan berupa semak belukar adalah 0,5 1 m. Terjadinya penurunan ketebalan gambut di kawasan ini diperkirakan karena adanya parit atau saluran air yang dibangun mengelilingi kawasan. Saluran air ini mengakibatkan air yang semula tertampung dan berada di bagian tengah kawasan mengalir keluar menuju parit-parit saluran. Pengaliran air yang intensif akan mempercepat proses pelapukan gambut dan mengurangi penumpukan bahan organik, hal ini akan menyebabkan lapisan gambut akan berkurang dengan cepat. Sebaran ketebalan gambut kawasan ditampilkan pada Tabel 11. Tabel 11 Sebaran ketebalan gambut dalam kawasan gambut Baning berdasarkan jenis penutupan lahan No. Jenis Penutupan lahan Hutan gambut primer Hutan sekunder Semak rawa belukar Pemukiman Tanah kosong Sumber: Hasil olahan data 2011 Ketebalan gambut (m) 1 2,5 0,5 1 < 0,5 < 0,5 Kriteria Dalam Sedang Dangkal Dangkal Luas Hektar % ,35 42,5 19,95 1,5 0,
14 36 Data Tabel 11 menunjukkan bahwa hutan gambut primer dan hutan sekunder telah mengalami penurunan ketebalan gambut. Penurunan ketebalan gambut ini diduga karena adanya penurunan kualitas biofisik kawasan, terutama kuantitas air. Penurunan kuantitas air terjadi karena pengaliran air yang intensif sebagai akibat dibuatnya saluran/kanal yang mengelilingi kawasan. Untuk mengatasi masalah ini perlu penanganan khusus untuk menjaga kuantitas air dalam kawasan. Ketinggian permukaan air dalam kawasan sedapat mungkin dipertahankan pada level sedikit di bawah, sejajar, atau sedikit di atas permukaan gambut. Menurut Parish et al. (2008), mempertahankan ketinggian air pada level tersebut dapat mempertahankan proses pembentukan gambut. Tabel 11 dapat dipetakan menjadi peta sebaran ketebalan gambut kawasan seperti yang ditunjukkan pada Gambar 5. Sumber: Hasil olahan data 2011 Gambar 5 Sebaran ketebalan gambut kawasan gambut Baning. Kondisi hidrologi kawasan gambut Baning yang terletak di tengah Kota Sintang sangat dipengaruhi oleh topografi kota yang sangat datar dan keberadaan 2 buah sungai utama (Sungai Kapuas dan Sungai Melawi) yang melintas di tengah kota. Aliran kedua sungai ini membagi Kota Sintang menjadi 3 bagian utama. Keberadaan sungai-sungai ini sangat membantu sistem drainase
15 37 kota yang ditunjang dengan adanya banyak parit/saluran sekunder yang bermuara pada kedua sungai tersebut. Sungai Keliling dan Sungai Keriung dihubungkan oleh sebuah parit, yaitu Parit Sena yang memanjang membelah kawasan gambut Baning dan daerah rawa di sebelah tenggara kota. Dalam hutan gambut, jenis dan struktur vegetasinya memiliki perbedaan yang sangat khas untuk tiap zona ketebalan gambut. Bagian tengah hutan gambut memiliki jenis vegetasi yang tidak beragam dengan struktur yang memiliki tanda adaptasi terhadap lingkungan, seperti kulit kayu yang tebal (MacKinnon et al. 2000). Berkurangnya jenis vegetasi dan perubahan struktur ini diperkirakan karena suplai nutrisi yang kurang pada bagian tengah hutan yang memiliki lapisan gambut lebih tebal. Pada areal yang masih berhutan, dominasi vegetasi ditunjukkan oleh jenisjenis pohon seperti engkeretak (Dipterocarpus grandiflorus), rengas (Melanorhoea walicii), merpat (Sonneratia alba), mabang (Shorea panchyphylla), ubah merah (Eugenia sp.), nyatoh (Palaquium xanthochymu), dan resak (Vatica resak). Selain jenis dominasi di atas, kawasan ini juga didukung berbagai jenis lain yakni kayu malam (Dyospyros bantamensis), mahang (Macaranga pruinosa), ramin (Gonystylus bancanus), mentibu (Dactylocladus stenostachys), sempetir (Sindora mangiyii), pelaik pipit (Alstonia scolaris), jelutung (Dyera lowii), dan jambu-jambuan (Eugenia sp.). Pada daerah bekas kebakaran cenderung di dominasi ilalang, belukar, dan resam. Untuk tanaman berkayu dapat pula dijumpai jenis seperti mahang ((Macaranga pruinosa), temau (Cratoxylon aborescen), akasia (Acacia mangium), dan pelaik (Alstonia scolaris). Kawasan gambut Baning juga menyimpan berbagai jenis tanaman ornamental seperti anggrek dan kantong semar. Berdasarkan hasil eksplorasi dan kegiatan survei Balai KSDA, Kalimantan Barat, sampai saat ini telah terdata 12 jenis anggrek efipit dan terestrial serta 5 jenis kantong semar lowland yang terdapat di dalam kawasan ini, yaitu Nepenthes bicalcarata, Nepenthes ampularia, Nepenthes gracilis, Nepenthes mirabilis, dan Nepenthes raflessiana. Beberapa jenis rotan dapat dijumpai pula, antara lain, rotan dan (Khortalsia flagellaris), rotan danan (Daemonorops ruptilis), rotan jentari (Calamus mucronatus), rotan keladan (Calamus sordidus), rotan sega balau (Calamus axillaris). Jenis tumbuhan paku-pakuan (pteridopyta) yang dijumpai, antara lain, paku elang (Alsophila glauca), paku kejampa (Arcypteris irregularis), paku rajang (Asplenium nidus), dan paku besi (Elaphoglossum angulatum). Kawasan ini
16 38 memiliki beberapa jenis tumbuhan buah antara lain berangan (Catanopsis sp.), keranji (Dialliam indum), dan rambutan hutan (Nephellium sp.). Letak kawasan yang berada di tengah kota dan dikelilingi permukiman menyebabkan satwa pada kawasan ini tidak terlalu beragam. Perburuan, kebakaran hutan, pakan yang kurang, dan desakan pemukiman menyebabkan satwa dalam kawasan ini mengalami penurunan kuantitas. Berdasarkan hasil survei lapangan dan pengumpulan data Balai KSDA Kalimantan Barat (2010), untuk jenis mamalia terdapat jenis kelasi (Presbytis rubicunda) yang diperkirakan hanya tersisa 11 ekor dalam 1 kelompok dan beberapa jenis tupai. Untuk jenis aves, sering dijumpai burung-burung seperti burung Punai (Treton capelli), burung Pipit (Caloperdix oculea), burung Pergam (Streptopelia butorquata), burung Pelatuk (Dryocopus javanensis), burung Madu (Anthreptes malcensis), burung Kacer (Copyschus aularis), dan burung Bayan (Loius rattus). Untuk reptil dapat ditemukan Bunglon (Conocephalus sp.) dan Ular hijau (Trimerisurus albolabris). Pada kawasan ini juga terdapat satwa Trenggiling (Manis javanicus), tetapi jumlahnya diperkirakan tidak begitu banyak. Kondisi dan Potensi Ekowisata Kawasan Posisi kawasan gambut Baning yang berada di tengah Kota Sintang memudahkan aksesibilitas menuju ke dalam kawasan ini. Tidak mengherankan jika kawasan ini telah lama dimanfaatkan oleh masyarakat di sekitar Kota Sintang untuk menjadi tempat berekreasi. Objek wisata yang terdapat di dalam kawasan yang cukup menarik untuk diamati adalah kondisi ekosistemnya berupa hutan lahan gambut. Di samping itu, aktivitas hidup satwa dapat dinikmati oleh para pecinta lingkungan. Keberadaan flora yang beraneka ragam juga merupakan daya tarik yang patut diperhatikan. Potensi wisata yang ada di kawasan gambut Baning, antara lain, 1) tipe ekosistem hutan lahan gambut yang berada di tengah-tengah Kota Sintang; 2) keberadaan beberapa spesies satwa dan tumbuhan dilindungi seperti kantong semar (Nephentes sp), ramin (Gonystylus bancanus), dan Trenggiling (Manis javanicus); 3) adanya beberapa jenis tanaman ornamental seperti anggrek dan pakupakuan; 4) kondisi lahan rawa yang menantang untuk dijadikan jalur wisata petualangan;
17 39 5) aktivitas satwa seperti kelasi dan burung yang dapat dinikmati dengan pengamatan. Kegiatan wisata pendidikan telah banyak dilakukan di kawasan gambut Baning baik yang dilakukan oleh Balai KSDA Kalimantan Barat maupun beberapa instansi terkait, mahasiswa, dan pelajar.
KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN
KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN Luas dan Letak Wilayah Kota Sintang memiliki luas 4.587 Ha yang terdiri dari 3 Bagian Wilayah Kota (BWK) sesuai dengan pembagian aliran Sungai Kapuas dan Sungai Melawi. Pertama,
Lebih terperinciKEADAAN UMUM KABUPATEN SINTANG
KEADAAN UMUM KABUPATEN SINTANG Geografis dan Administrasi Kabupaten Sintang mempunyai luas 21.635 Km 2 dan di bagi menjadi 14 kecamatan, cakupan wilayah administrasi Kabupaten Sintang disajikan pada Tabel
Lebih terperinciKEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Letak dan Luas. Komponen fisik
KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN Letak dan Luas Daerah penelitian mencakup wilayah Sub DAS Kapuas Tengah yang terletak antara 1º10 LU 0 o 35 LS dan 109 o 45 111 o 11 BT, dengan luas daerah sekitar 1 640
Lebih terperinciIV. KONDISI UMUM PROVINSI RIAU
IV. KONDISI UMUM PROVINSI RIAU 4.1 Kondisi Geografis Secara geografis Provinsi Riau membentang dari lereng Bukit Barisan sampai ke Laut China Selatan, berada antara 1 0 15 LS dan 4 0 45 LU atau antara
Lebih terperinci28 antara 20º C 36,2º C, serta kecepatan angin rata-rata 5,5 knot. Persentase penyinaran matahari berkisar antara 21% - 89%. Berdasarkan data yang tec
BAB III KONDISI UMUM LOKASI Lokasi penelitian bertempat di Kabupaten Banjar, Kabupaten Barito Kuala, Kabupaten Kota Banjarbaru, Kabupaten Kota Banjarmasin, dan Kabupaten Tanah Laut, Provinsi Kalimantan
Lebih terperinciIV. GAMBARAN UMUM. Kabupaten Lampung Tengah adalah salah satu Kabupaten di Provinsi Lampung.
IV. GAMBARAN UMUM A. Kondisi Umum Kabupaten Lampung Tengah Kabupaten Lampung Tengah adalah salah satu Kabupaten di Provinsi Lampung. Luas wilayah Kabupaten Lampung Tengah sebesar 13,57 % dari Total Luas
Lebih terperinciIV. KONDISI UMUM 4.1 Kondisi Fisik Wilayah Administrasi
IV. KONDISI UMUM 4.1 Kondisi Fisik 4.1.1 Wilayah Administrasi Kota Bandung merupakan Ibukota Propinsi Jawa Barat. Kota Bandung terletak pada 6 o 49 58 hingga 6 o 58 38 Lintang Selatan dan 107 o 32 32 hingga
Lebih terperinci4. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN
4. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN 4.1. Kondisi Geografis Kota Makassar secara geografi terletak pada koordinat 119 o 24 17,38 BT dan 5 o 8 6,19 LS dengan ketinggian yang bervariasi antara 1-25 meter dari
Lebih terperinciKONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN
III. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN Lokasi penelitian ini meliputi wilayah Kota Palangkaraya, Kabupaten Kotawaringin Barat, Kabupaten Seruyan, Kabupaten Kotawaringin Timur, Kabupaten Katingan, Kabupaten
Lebih terperinciGAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Administrasi
GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 26 Administrasi Kabupaten Sukabumi berada di wilayah Propinsi Jawa Barat. Secara geografis terletak diantara 6 o 57`-7 o 25` Lintang Selatan dan 106 o 49` - 107 o 00` Bujur
Lebih terperinciIV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Tulang Bawang adalah kabupaten yang terdapat di Provinsi
69 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Letak dan Luas Daerah Kabupaten Tulang Bawang adalah kabupaten yang terdapat di Provinsi Lampung yang letak daerahnya hampir dekat dengan daerah sumatra selatan.
Lebih terperinciIV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN
53 IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN 4.1 Kondisi Geografis Selat Rupat merupakan salah satu selat kecil yang terdapat di Selat Malaka dan secara geografis terletak di antara pesisir Kota Dumai dengan
Lebih terperinciKONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN
39 KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN Letak Geografis dan Administrasi Kabupaten Deli Serdang merupakan bagian dari wilayah Propinsi Sumatera Utara dan secara geografis Kabupaten ini terletak pada 2º 57-3º
Lebih terperinciIV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN
63 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Keadaan Fisik Daerah Penelitian Berdasarkan Badan Pusat Statistik (2011) Provinsi Lampung meliputi areal dataran seluas 35.288,35 km 2 termasuk pulau-pulau yang
Lebih terperinci2.1 Gambaran Umum Provinsi Kalimantan Timur A. Letak Geografis dan Administrasi Wilayah
2.1 Gambaran Umum Provinsi Kalimantan Timur A. Letak Geografis dan Administrasi Wilayah Provinsi Kalimantan Timur dengan ibukota Samarinda berdiri pada tanggal 7 Desember 1956, dengan dasar hukum Undang-Undang
Lebih terperinciGAMBARAN UMUM SWP DAS ARAU
75 GAMBARAN UMUM SWP DAS ARAU Sumatera Barat dikenal sebagai salah satu propinsi yang masih memiliki tutupan hutan yang baik dan kaya akan sumberdaya air serta memiliki banyak sungai. Untuk kemudahan dalam
Lebih terperinciBAB IV. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN
BAB IV. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1. Letak Geografis Kabupaten Bandung terletak di Provinsi Jawa Barat, dengan ibu kota Soreang. Secara geografis, Kabupaten Bandung berada pada 6 41 7 19 Lintang
Lebih terperinciIV. GAMBARAN UMUM KOTA DUMAI. Riau. Ditinjau dari letak geografis, Kota Dumai terletak antara 101 o 23'37 -
IV. GAMBARAN UMUM KOTA DUMAI 4.1 Kondisi Geografis Kota Dumai merupakan salah satu dari 12 kabupaten/kota di Provinsi Riau. Ditinjau dari letak geografis, Kota Dumai terletak antara 101 o 23'37-101 o 8'13
Lebih terperinciKONDISI UMUM WILAYAH STUDI
16 KONDISI UMUM WILAYAH STUDI Kondisi Geografis dan Administratif Kota Sukabumi terletak pada bagian selatan tengah Jawa Barat pada koordinat 106 0 45 50 Bujur Timur dan 106 0 45 10 Bujur Timur, 6 0 49
Lebih terperinci3.2 Alat. 3.3 Batasan Studi
3.2 Alat Alat yang digunakan dalam penelitian ini antara lain alat tulis dan kamera digital. Dalam pengolahan data menggunakan software AutoCAD, Adobe Photoshop, dan ArcView 3.2 serta menggunakan hardware
Lebih terperinciBAB II KONDISI WILAYAH STUDI
II-1 BAB II 2.1 Kondisi Alam 2.1.1 Topografi Morfologi Daerah Aliran Sungai (DAS) Pemali secara umum di bagian hulu adalah daerah pegunungan dengan topografi bergelombang dan membentuk cekungan dibeberapa
Lebih terperinciBAB IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN
15 BAB IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Letak Sub DAS Model DAS Mikro (MDM) Barek Kisi berada di wilayah Kabupaten Blitar dan termasuk ke dalam Sub DAS Lahar. Lokasi ini terletak antara 7 59 46 LS
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
21 A. Lokasi Penelitian BAB III METODE PENELITIAN Lokasi penelitian terletak di Kecamatan Sintang Kabupaten Sintang. Secara astronomis lokasi penelitian berada pada 0 00 00 LU - 0º10 30 LU dan 111º28 30
Lebih terperinciIV. KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN
38 IV. KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1. Letak Hutan Mangrove di Tanjung Bara termasuk dalam area kawasan konsesi perusahaan tambang batubara. Letaknya berada di bagian pesisir timur Kecamatan Sangatta
Lebih terperinciBAB IV KONDISI UMUM 4.1 Letak dan Luas IUPHHK-HA CV. Pangkar Begili 4.2 Tanah dan Geologi
BAB IV KONDISI UMUM 4.1 Letak dan IUPHHK-HA CV. Pangkar Begili Secara administratif pemerintah, areal kerja IUPHHK-HA CV. Pangkar Begili dibagi menjadi dua blok, yaitu di kelompok Hutan Sungai Serawai
Lebih terperinciKONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN
23 IV. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Letak Geografis dan Batas Wilayah Kabupaten Tabalong merupakan salah satu kabupaten yang terdapat di Provinsi Kalimantan Selatan dengan ibukota Tanjung yang mempunyai
Lebih terperinciIV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Pulau Panjang (310 ha), Pulau Rakata (1.400 ha) dan Pulau Anak Krakatau (320
28 IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Letak dan Luas Kepulauan Krakatau terletak di Selat Sunda, yaitu antara Pulau Jawa dan Pulau Sumatera. Luas daratannya sekitar 3.090 ha terdiri dari Pulau Sertung
Lebih terperinciIV. HASIL DAN PEMBAHASAN
22 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Inventarisasi Tahap inventarisasi merupakan tahap yang dilakukan untuk mengumpulkan data-data yang mendukung dan dibutuhkan pada perencanaan jalur hijau jalan ini. Berdasarkan
Lebih terperinciIV. KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN
IV. KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN 4.1 Administrasi Kabupaten Bangka Tengah secara administratif terdiri atas Kecamatan Koba, Kecamatan Lubuk Besar, Kecamatan Namang, Kecamatan Pangkalan Baru, Kecamatan
Lebih terperinciKARAKTERISTIK WILAYAH STUDI. A. Kondisi Geografis LS dan BT. Beriklim tropis dengan
III. KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI A. Kondisi Geografis Secara geografis Kabupaten Tebo terletak diantara titik koordinat 0 52 32-01 54 50 LS dan 101 48 57-101 49 17 BT. Beriklim tropis dengan ketinggian
Lebih terperinciIV. KONDISI DAN GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. administratif berada di wilayah Kelurahan Kedaung Kecamatan Kemiling Kota
IV. KONDISI DAN GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Pembentukan Taman Kupu-Kupu Gita Persada Taman Kupu-Kupu Gita Persada berlokasi di kaki Gunung Betung yang secara administratif berada di wilayah Kelurahan
Lebih terperinciV KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN
V KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN 5. 1. Letak Geografis Kota Depok Kota Depok secara geografis terletak diantara 106 0 43 00 BT - 106 0 55 30 BT dan 6 0 19 00-6 0 28 00. Kota Depok berbatasan langsung dengan
Lebih terperinciIV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN
IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 4.. Luas Wilayah Kota Tasikmalaya berada di wilayah Priangan Timur Provinsi Jawa Barat, letaknya cukup stratgis berada diantara kabupaten Ciamis dan kabupaten Garut.
Lebih terperinciKONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN
KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Luas HPGW secara geografis terletak diantara 6 54'23'' LS sampai -6 55'35'' LS dan 106 48'27'' BT sampai 106 50'29'' BT. Secara administrasi pemerintahan HPGW
Lebih terperinciKEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN
KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN Situasi Wilayah Letak Geografi Secara geografis Kabupaten Tapin terletak antara 2 o 11 40 LS 3 o 11 50 LS dan 114 o 4 27 BT 115 o 3 20 BT. Dengan tinggi dari permukaan laut
Lebih terperinciGambar 5. Peta Kolonial Belanda Kota Sintang (Surnber:
Ill. KONDlSl UMUM KOTA SINTANG 3.1. Garnbaran Umurn Kota Sintang Kota Sintang terletak di pinggiran sungai, tepatnya di sebelah utara pertemuan sungai Kapuas dan Melawi. Pada awalnya kota Sintang merupakan
Lebih terperinciKONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN
IV. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Letak Geografis Kabupaten Bengkalis merupakan salah satu kabupaten di Provinsi Riau. Wilayahnya mencakup daratan bagian pesisir timur Pulau Sumatera dan wilayah kepulauan,
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN
55 HASIL DAN PEMBAHASAN Karakter Ekologis Kawasan Gambut Karakter ekologis kawasan gambut Baning yang diperhatikan adalah kondisi fisik dan vegetasi dalam kawasan. Karakter ekologis terdiri dari ketebalan
Lebih terperinciBAB III KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN
19 3.1 Luas dan Lokasi BAB III KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN Kabupaten Humbang Hasundutan mempunyai luas wilayah seluas 2.335,33 km 2 (atau 233.533 ha). Terletak pada 2 o l'-2 o 28' Lintang Utara dan
Lebih terperinciKata kunci: hutan rawa gambut, degradasi, rehabilitasi, kondisi hidrologi, gelam
Program : Penelitian dan Pengembangan Produktivitas Hutan Judul RPI : Pengelolaan Hutan Gambut Koordinator : Ir. Atok Subiakto, M.Apl.Sc Judul Kegiatan : Teknologi Rehabilitasi Hutan Rawa Gambut Terdegradasi
Lebih terperinciGambar 9. Peta Batas Administrasi
IV. KONDISI UMUM WILAYAH 4.1 Letak Geografis Wilayah Kabupaten Garut terletak di Provinsi Jawa Barat bagian Selatan pada koordinat 6 56'49'' - 7 45'00'' Lintang Selatan dan 107 25'8'' - 108 7'30'' Bujur
Lebih terperinciKONDISI UMUM. Bogor Tengah, Bogor Timur, Bogor Barat, Bogor Utara, Bogor Selatan, dan Tanah Sareal (Gambar 13).
28 IV. KONDISI UMUM 4.1 Wilayah Kota Kota merupakan salah satu wilayah yang terdapat di Provinsi Jawa Barat. Kota memiliki luas wilayah sebesar 11.850 Ha yang terdiri dari 6 kecamatan dan 68 kelurahan.
Lebih terperinciKONDISI W I L A Y A H
KONDISI W I L A Y A H A. Letak Geografis Barito Utara adalah salah satu Kabupaten di Propinsi Kalimantan Tengah, berada di pedalaman Kalimantan dan terletak di daerah khatulistiwa yaitu pada posisi 4 o
Lebih terperinciBAB IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN
BAB IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Letak dan Luas DAS/ Sub DAS Stasiun Pengamatan Arus Sungai (SPAS) yang dijadikan objek penelitian adalah Stasiun Pengamatan Jedong yang terletak di titik 7 59
Lebih terperinciBAB IV GAMBARAN UMUM PROVINSI JAWA TIMUR. Provinsi Jawa Timur membentang antara BT BT dan
BAB IV GAMBARAN UMUM PROVINSI JAWA TIMUR 4. 1 Kondisi Geografis Provinsi Jawa Timur membentang antara 111 0 BT - 114 4 BT dan 7 12 LS - 8 48 LS, dengan ibukota yang terletak di Kota Surabaya. Bagian utara
Lebih terperinciBAB IV GAMBARAN UMUM PENELITIAN. batas-batas wilayah sebagai berikut : - Sebelah Utara dengan Sumatera Barat. - Sebelah Barat dengan Samudera Hindia
BAB IV GAMBARAN UMUM PENELITIAN A. Gambaran Umum Objek Penelitian 1. Kondisi Geografis Daerah Kota Bengkulu merupakan ibukota dari Provinsi Bengkulu dengan batas-batas wilayah sebagai berikut : - Sebelah
Lebih terperinciV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN
V. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN 5.1. Letak dan Luas Wilayah Kabupaten Seluma Kabupaten Seluma merupakan salah satu daerah pemekaran dari Kabupaten Bengkulu Selatan, berdasarkan Undang-Undang Nomor 3
Lebih terperinciKEADAAN UMUM WILAYAH
40 IV. KEADAAN UMUM WILAYAH 4.1 Biofisik Kawasan 4.1.1 Letak dan Luas Kabupaten Murung Raya memiliki luas 23.700 Km 2, secara geografis terletak di koordinat 113 o 20 115 o 55 BT dan antara 0 o 53 48 0
Lebih terperinciKONDISI UMUM BANJARMASIN
KONDISI UMUM BANJARMASIN Fisik Geografis Kota Banjarmasin merupakan salah satu kota dari 11 kota dan kabupaten yang berada dalam wilayah propinsi Kalimantan Selatan. Kota Banjarmasin secara astronomis
Lebih terperinciIV. KONDISI UMUM 4.1 Letak Geografis dan Aksesibilitas
42 IV. KONDISI UMUM 4.1 Letak Geografis dan Aksesibilitas Secara geografis, perumahan Bukit Cimanggu City (BCC) terletak pada 06.53 LS-06.56 LS dan 106.78 BT sedangkan perumahan Taman Yasmin terletak pada
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Kondisi Umum Daerah aliran sungai (DAS) Cilamaya secara geografis terletak pada 107 0 31 107 0 41 BT dan 06 0 12-06 0 44 LS. Sub DAS Cilamaya mempunyai luas sebesar ± 33591.29
Lebih terperinciBAB IV KONDISI UMUM LOKASI
26 BAB IV KONDISI UMUM LOKASI 4.1 Kota Yogyakarta (Daerah Istimewa Yogyakarta 4.1.1 Letak Geografis dan Administrasi Secara geografis DI. Yogyakarta terletak antara 7º 30' - 8º 15' lintang selatan dan
Lebih terperinciPETA SUNGAI PADA DAS BEKASI HULU
KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN Sub DAS pada DAS Bekasi Hulu Berdasarkan pola aliran sungai, DAS Bekasi Hulu terdiri dari dua Sub-DAS yaitu DAS Cikeas dan DAS Cileungsi. Penentuan batas hilir dari DAS Bekasi
Lebih terperinciIV. GAMBARAN UMUM PROVINSI JAMBI. Undang-Undang No. 61 tahun Secara geografis Provinsi Jambi terletak
IV. GAMBARAN UMUM PROVINSI JAMBI 4.1 Keadaan Umum Provinsi Jambi secara resmi dibentuk pada tahun 1958 berdasarkan Undang-Undang No. 61 tahun 1958. Secara geografis Provinsi Jambi terletak antara 0º 45
Lebih terperinciGAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN
31 GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN Gambaran Geografis Wilayah Secara astronomis, wilayah Provinsi Banten terletak pada 507 50-701 1 Lintang Selatan dan 10501 11-10607 12 Bujur Timur, dengan luas wilayah
Lebih terperinciIII. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN
III. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN 3.1. Letak Geografis dan Administrasi Pemerintahan Propinsi Kalimantan Selatan memiliki luas 37.530,52 km 2 atau hampir 7 % dari luas seluruh pulau Kalimantan. Wilayah
Lebih terperinciBAB III Data Lokasi 3.1. Tinjauan Umum DKI Jakarta Kondisi Geografis
BAB III Data Lokasi 3.1. Tinjauan Umum DKI Jakarta 3.1.1. Kondisi Geografis Mengacu kepada Laporan Penyelenggaraan Pemerintah Daerah Akhir Masa Jabatan 2007 2012 PemProv DKI Jakarta. Provinsi DKI Jakarta
Lebih terperinciKEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN
KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN Administrasi Kabupaten Garut terletak di Provinsi Jawa Barat bagian Selatan pada koordinat 6º56'49'' - 7 º45'00'' Lintang Selatan dan 107º25'8'' - 108º7'30'' Bujur Timur
Lebih terperinciANALISIS DAN SINTESIS
55 ANALISIS DAN SINTESIS Lokasi Lokasi PT Pindo Deli Pulp and Paper Mills yang terlalu dekat dengan pemukiman penduduk dikhawatirkan dapat berakibat buruk bagi masyarakat di sekitar kawasan industri PT
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. beragam adat istiadat, bahasa, agama serta memiliki kekayaan alam, baik yang ada di
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara kepulauan yang cukup luas dengan penduduk yang beragam adat istiadat, bahasa, agama serta memiliki kekayaan alam, baik yang ada di
Lebih terperinciKONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN
21 KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN Kondisi Umum Fisik Wilayah Geomorfologi Wilayah pesisir Kabupaten Karawang sebagian besar daratannya terdiri dari dataran aluvial yang terbentuk karena banyaknya sungai
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. fisik lingkungan yang hampir sama dimana keragaman tanaman dan hewan dapat
4 TINJAUAN PUSTAKA Pendekatan Agroekologi Agroekologi adalah pengelompokan suatu wilayah berdasarkan keadaan fisik lingkungan yang hampir sama dimana keragaman tanaman dan hewan dapat diharapkan tidak
Lebih terperinciKEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 1990 TENTANG PENGELOLAAN KAWASAN LINDUNG PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 1990 TENTANG PENGELOLAAN KAWASAN LINDUNG PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa ruang selain merupakan sumber alam yang penting artinya bagi
Lebih terperinciKARAKTERISTIK WILAYAH. A. Kondisi Geofisik. aksesibilitas baik, mudah dijangkau dan terhubung dengan daerah-daerah lain
III. KARAKTERISTIK WILAYAH A. Kondisi Geofisik 1. Letak Geografis Desa Kepuharjo yang berada sekitar 7 Km arah Utara Kecamatan Cangkringan dan 27 Km arah timur laut ibukota Sleman memiliki aksesibilitas
Lebih terperinciBAB III PELAKSANAAN PENELITIAN
BAB III PELAKSANAAN PENELITIAN Wilayah Bodetabek Sumber Daya Lahan Sumber Daya Manusia Jenis tanah Slope Curah Hujan Ketinggian Penggunaan lahan yang telah ada (Land Use Existing) Identifikasi Fisik Identifikasi
Lebih terperinciKEADAAN UMUM WILAYAH KABUPATEN KATINGAN DAN KOTA PALANGKA RAYA
31 KEADAAN UMUM WILAYAH KABUPATEN KATINGAN DAN KOTA PALANGKA RAYA Administrasi Secara administratif pemerintahan Kabupaten Katingan dibagi ke dalam 11 kecamatan dengan ibukota kabupaten terletak di Kecamatan
Lebih terperinciV. GAMBARAN UMUM WILAYAH
V. GAMBARAN UMUM WILAYAH 5.1. Kondisi Geografis Luas wilayah Kota Bogor tercatat 11.850 Ha atau 0,27 persen dari luas Propinsi Jawa Barat. Secara administrasi, Kota Bogor terdiri dari 6 Kecamatan, yaitu
Lebih terperinciKARAKTERISTIK WILAYAH STUDI. A. Letak Geografis. 08º00'27" Lintang Selatan dan 110º12'34" - 110º31'08" Bujur Timur. Di
IV. KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI A. Letak Geografis Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta mempunyai lima Kabupaten dan satu Kotamadya, salah satu kabupaten tersebut adalah Kabupaten Bantul. Secara geografis,
Lebih terperinciGAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN
GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN Kondisi Wilayah Letak Geografis dan Wilayah Administrasi Wilayah Joglosemar terdiri dari kota Kota Yogyakarta, Kota Surakarta dan Kota Semarang. Secara geografis ketiga
Lebih terperinciBAB IV KONDISI UMUM LOKASI
24 BAB IV KONDISI UMUM LOKASI 4.1 Sejarah Kawasan Taman Wisata Alam (TWA) Punti Kayu merupakan kawasan yang berubah peruntukannya dari kebun percobaan tanaman kayu menjadi taman wisata di Kota Palembang.
Lebih terperinciBAB IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Sragi Kabupaten Lampung Selatan.
43 BAB IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Keadaan Fisik Daerah Penelitian Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Sragi Kabupaten Lampung Selatan. Kecamatan Sragi merupakan sebuah Kecamatan yang ada
Lebih terperinciBAB IV GAMBARAN UMUM WILAYAH
51 BAB IV GAMBARAN UMUM WILAYAH 4.1 Kondisi Geografis Kota Bogor 4.1.1 Letak dan Batas Wilayah Kota Bogor terletak diantara 106 derajat 43 30 BT dan 30 30 LS 6 derajat 41 00 LS serta mempunyai ketinggian
Lebih terperinciBAB III GAMBARAN UMUM KECAMATAN GUNUNGPATI
BAB III GAMBARAN UMUM KECAMATAN GUNUNGPATI Pada bab ini akan dijelaskan gambaran umum mengenai Kecamatan Gunungpati yang mencakup letak administratif Kecamatan Gunungpati, karakteristik fisik Kecamatan
Lebih terperinciBAB 3 TINJAUAN WILAYAH
P erpustakaan Anak di Yogyakarta BAB 3 TINJAUAN WILAYAH 3.1. Tinjauan Umum Daerah Istimewa Yogyakarta 3.1.1. Kondisi Geografis Daerah Istimewa Yogyakarta Daerah Istimewa Yogyakarta merupakan salah satu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Daerah Aliran Sungai (DAS) merupakan satu kesatuan ekosistem yang unsur-unsur
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Daerah Aliran Sungai (DAS) merupakan satu kesatuan ekosistem yang unsur-unsur utamanya terdiri atas sumberdaya alam tanah, air dan vegetasi serta sumberdaya
Lebih terperincidampak perubahan kemampuan lahan gambut di provinsi riau
dampak perubahan kemampuan lahan gambut di provinsi riau ABSTRAK Sejalan dengan peningkatan kebutuhan penduduk, maka kebutuhan akan perluasan lahan pertanian dan perkebunan juga meningkat. Lahan yang dulunya
Lebih terperinciBAB II DESKRIPSI DAERAH STUDI
BAB II 2.1. Tinjauan Umum Sungai Beringin merupakan salah satu sungai yang mengalir di wilayah Semarang Barat, mulai dari Kecamatan Mijen dan Kecamatan Ngaliyan dan bermuara di Kecamatan Tugu (mengalir
Lebih terperinciKONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN. Kawasan Tahura WAR mencakup luas areal ,31 ha secara geografis
19 IV. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1. Letak Geografis dan Administrasi Kawasan Tahura WAR mencakup luas areal 22.249,31 ha secara geografis terletak diantara 105⁰ 02 42,01 s/d 105⁰ 13 42,09 BT dan
Lebih terperinciBAB IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN
4.1 Letak BAB IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN Kesatuan Pemangkuan Hutan (KPH) Bojonegoro dengan luas wilayah 50.145,4 ha, secara administratif seluruh wilayahnya berada di Daerah Tingkat II Kabupaten
Lebih terperinciBAB IV KONDISI UMUM. Gambar 3 Peta Lokasi Sub-sub DAS Keyang, Slahung, dan Tempuran.
25 BAB IV KONDISI UMUM 4.1 Letak dan Luas Sub-sub DAS Keyang, Slahung, dan Tempuran (KST) terletak di Sub DAS Kali Madiun Hulu. Secara geografis Sub-sub DAS KST berada di antara 7º 48 14,1 8º 05 04,3 LS
Lebih terperinciIV. KEADAAN UMUM WILAYAH
IV. KEADAAN UMUM WILAYAH 4.1. Sejarah Kabupaten Bekasi Kabupaten Bekasi dibentuk berdasarkan Undang-Undang No.14 Tahun 1950 tentang Pembentukan Dasar-Dasar Kabupaten dalam Lingkungan Propinsi Jawa Barat
Lebih terperinciPenataan Ruang. Kawasan Budidaya, Kawasan Lindung dan Kawasan Budidaya Pertanian
Penataan Ruang Kawasan Budidaya, Kawasan Lindung dan Kawasan Budidaya Pertanian Kawasan peruntukan hutan produksi kawasan yang diperuntukan untuk kawasan hutan yang mempunyai fungsi pokok memproduksi hasil
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pembangunan. Hampir semua sektor pembangunan fisik memerlukan lahan,
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Lahan merupakan sumber daya alam yang strategis bagi segala pembangunan. Hampir semua sektor pembangunan fisik memerlukan lahan, seperti sektor pertanian,
Lebih terperinciKeputusan Presiden No. 32 Tahun 1990 Tentang : Pengelolaan Kawasan Lindung
Keputusan Presiden No. 32 Tahun 1990 Tentang : Pengelolaan Kawasan Lindung Oleh : PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Nomor : 32 TAHUN 1990 (32/1990) Tanggal : 25 JULI 1990 (JAKARTA) DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA
Lebih terperinci2.1 Geografis, Administratif, dan Kondisi Fisik. A. Kondsi Geografis
2.1 Geografis, Administratif, dan Kondisi Fisik A. Kondsi Geografis Kabupaten Bolaang Mongondow adalah salah satu kabupaten di provinsi Sulawesi Utara. Ibukota Kabupaten Bolaang Mongondow adalah Lolak,
Lebih terperinciIV. KONDISI UMUM LOKASI STUDI
IV. KONDISI UMUM LOKASI STUDI 4.1. Letak Geografis Posisi geografis Wilayah Pengembangan Kawasan Agropolitan Ciwidey menurut Peta Rupa Bumi Bakorsurtanal adalah antara 107 0 31 30 BB 107 0 31 30 BT dan
Lebih terperinci4 KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN
33 4 KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Kondisi Umum Kepulauan Seribu Wilayah Kabupaten Administrasi Kepulauan Seribu terletak di sebelah Utara Teluk Jakarta dan Laut Jawa Jakarta. Pulau Paling utara,
Lebih terperinciBAB III TINJAUAN LOKASI
BAB III TINJAUAN LOKASI 3.1 Gambaran Umum Kota Surakarta 3.1.1 Kondisi Geografis dan Administratif Wilayah Kota Surakarta secara geografis terletak antara 110 o 45 15 dan 110 o 45 35 Bujur Timur dan antara
Lebih terperinciKeberadaan lahan gambut selalu dikaitkan dengan keanekaragaman hayati yang ada di dalamnya. Kondisi lahan gambut yang unik dan khas menjadikan
Keberadaan lahan gambut selalu dikaitkan dengan keanekaragaman hayati yang ada di dalamnya. Kondisi lahan gambut yang unik dan khas menjadikan keanekaragaman hayati yang terdapat di dalamnya juga memiliki
Lebih terperinciIV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN
37 IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Sejarah Pengelolaan Kawasan Hutan Produksi Terusan Sialang Kawasan Hutan Produksi Terusan Sialang merupakan kawasan hutan produksi yang telah ditetapkan sejak tahun
Lebih terperinciIV. GAMBARAN UMUM. Gebernur Provinsi DKI Jakarta Nomor: 202 tahun Hutan Kota
23 IV. GAMBARAN UMUM A. Status Hukum Kawasan Kawasan Hutan Kota Srengseng ditetapkan berdasarkan surat keputusan Gebernur Provinsi DKI Jakarta Nomor: 202 tahun 1995. Hutan Kota Srengseng dalam surat keputusan
Lebih terperinciBAB IV KONTEKS LOKASI PENELITIAN
27 BAB IV KONTEKS LOKASI PENELITIAN 4.1 Gambaran Umum Kabupaten Kuningan 4.1.1 Kondisi Geografis Kabupaten Kuningan terletak di ujung Timur Laut Provinsi Jawa Barat yang berbatasan langsung dengan Provinsi
Lebih terperinciMILIK UKDW BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG. Sejalan dengan lajunya pembangunan di Kalimantan Barat khususnya di Kabupaten Melawi, maka sektor transportasi merupakan salah satu salah satu unsur penunjang yang
Lebih terperinciV. GAMBARAN UMUM. Kota Bogor mempunyai luas wilayah km 2 atau 0.27 persen dari
V. GAMBARAN UMUM 5.1. Kondisi Geografis Kota Bogor mempunyai luas wilayah 118 50 km 2 atau 0.27 persen dari luas propinsi Jawa barat. Secara geografis, Kota Bogor terletak diantara 106 derajat 43 30 BT-106
Lebih terperinciIV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Tanggamus merupakan salah satu kabupaten di Propinsi Lampung yang
70 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Keadaan Umum Kabupaten Tanggamus 1. Keadaan Geografis Tanggamus merupakan salah satu kabupaten di Propinsi Lampung yang merupakan hasil pemekaran dari Kabupaten
Lebih terperinciBAB IV GAMBARAN UMUM WILAYAH
BAB IV GAMBARAN UMUM WILAYAH A. Kondisi Umum Provinsi Kalimantan Barat Setelah era reformasi yang menghasilkan adanya otonomi daerah, maka daerah administrasi di Provinsi Kalimantan Barat yang telah mengalami
Lebih terperinciTanah dapat diartikan sebagai lapisan kulit bumi bagian luar yang merupakan hasil pelapukan dan pengendapan batuan. Di dala
Geografi Tanah dapat diartikan sebagai lapisan kulit bumi bagian luar yang merupakan hasil pelapukan dan pengendapan batuan. Di dala TANAH Tanah dapat diartikan sebagai lapisan kulit bumi bagian luar yang
Lebih terperinciIV. KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN
IV. KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1. Umum 4.1.1. Letak Geografis dan Batas Administrasi Kota Jambi sebagai pusat wilayah dan Ibukota Provinsi Jambi, secara geografis terletak pada koordinat 01 32 45
Lebih terperinciKEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN
KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN Letak dan Luas Wilayah Kabupaten Kepulauan Meranti secara geografis terletak pada koordinat antara sekitar 0 42'30" - 1 28'0" LU dan 102 12'0" - 103 10'0" BT, dan terletak
Lebih terperinciKONDISI UMUM PERUSAHAAN
KONDISI UMUM PERUSAHAAN Sejarah Kebun PT. National Sago Prima dahulu merupakan salah satu bagian dari kelompok usaha Siak Raya Group dengan nama PT. National Timber and Forest Product yang didirikan pada
Lebih terperinci