MELAKUKAN PEKERJAAN DENGAN MESIN FRAIS

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "MELAKUKAN PEKERJAAN DENGAN MESIN FRAIS"

Transkripsi

1 MELAKUKAN PEKERJAAN DENGAN MESIN FRAIS Kode Kompetensi Unit M 7.7A Untuk Peserta Pendidikan dan Latihan Bidang Keahlian Teknik Mesin Program Keahlian Teknik Pemeliharaan Mekanik Mesin Industri DIREKTORAT PENDIDIKAN MENENGAH KEJURUAN DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL TAHUN 2004

2 MELAKUKAN PEKERJAAN DENGAN MESIN FRAIS UNTUK PESERTA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN BIDANG KEAHLIAN TEKNIK MESIN PROGRAM KEAHLIAN TEKNIK PEMELIHARAAN MEKANIK MESIN INDUSTRI PENYUSUN TIM LPPM ITB EDITOR 1. Drs. SISJONO. 2. IWAN KOSWARA, S.Pd. 3. HARDI SUJANA 4. V.A. SUSANTO DIREKTORAT PENDIDIKAN MENENGAH KEJURUAN DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL Teknik Pemeliharaan Mekanik Mesin Industri Melakukan Pekerjaan dengan Mesin Frais i

3 KATA PENGANTAR Buku modul ini dimaksudkan untuk memandu peserta pendidikan dan pelatihan kompetensi untuk melaksanakan tugas kegiatan belajar di tempat masing-ma-sing. Dengan demikian diklat akan berusaha untuk diharapkan setiap peserta melatih diri dalam memecahkan berbagai persoalan sesuai dengan tuntutan kom-petensi yang akan dipilih. Dalam buku modul ini diberikan kegiatan belajar, tugas-tugas dan tes formatif dimana seluruh kegiatan tersebut diharapkan dikerjakan/dilakukan secara mandiri/kelompok oleh setiap peserta diklat untuk melatih kemampuan dirinya dalam memecahkan berbagai persoalan. Dalam pelaksanaannya seluruh kegiatan ini dilakukan oleh setiap peserta/peserta diklat dengan arahan pembimbing/instruktur yang ditugaskan, dan pada akhir diklat seluruh materi dari modul ini akan diujikan secara mandiri untuk memenuhi tuntutan kompetensi dan standar pekerjaan /perusahaan. Materi pemelajaran atau bahan dari modul dan tugas-tugas ini diambil dari beberapa buku referensi yang dipilih sebagai bahan bacaan yang dianjurkan untuk memperkaya penguasaan kompetensi peserta diklat. Diharapkan setiap peserta pelatihan setelah mempelajari dan melaksanakan semua petunjuk dari modul ini secara tuntas akan mempunyai kompetensi sesuai dengan tuntutan pekerjaan sebagai tenaga pelaksana pemeliharaan mekanik mesin industri. Penyusun DAFTAR ISI Teknik Pemeliharaan Mekanik Mesin Industri Melakukan Pekerjaan dengan Mesin Frais ii

4 KATA PENGANTAR. i DAFTAR ISI ii PETA KEDUDUKAN MODUL.. iv GLOSARIUM.. BAB I. v PENDAHULUAN. 1 A. DESKRIPSI PEMBELAJARAN. B. KEMAMPUAN 2 AWAL/PRASYARAT.. 2 C. PETUNJUK PENGGUNAAN MODUL. 2 D. TUJUAN AKHIR. 6 E. UNIT KOMPETENSI. BAB II. 8 PEMELAJARAN. 11 A. RENCANA BELAJAR PESERTA DIKLAT. 11 B. KEGIATAN BELAJAR Kegiatan Belajar 1: Mesin Frais Tes Formatif 1. Teknik Pemeliharaan Mekanik Mesin Industri Melakukan Pekerjaan dengan Mesin Frais 34 iii

5 Kunci Jawaban Tes Formatif Kegiatan Belajar 2: Pengefraisan Tugas kegiatan Belajar Tes Formatif Kunci Jawaban Tes Formatif Kegiatan Belajar 3: Kepala Pembagi.. 74 Tugas Kegiatan belajar 3 88 Tes Formatif Kunci Jawaban tes Formatif Kegiatan Belajar 4: Pengefraisan Alur Spiral.. 92 Tes Formatif Kunci Jawaban Tes Formatif Kegiatan Belajar 5: Roda Gigi dan Pengefraisan Roda Gigi. 108 Tugas kegiatan Belajar Tes Formatif Kunci Jawaban Tes Formatif 5... Teknik Pemeliharaan Mekanik Mesin Industri Melakukan Pekerjaan dengan Mesin Frais 138 iv

6 6. Kegiatan Belajar 6: Pembuatan Roda Gigi dengan Generating Process Tugas Kegiatan belajar Tes Formatif Kunci Jawaban tes Formatif 6.. BAB 154 III. EVALUASI.. Tertulis. 1. Tes 156 Praktik (Performance 2. Kunci Jawaban Test) 162 Evaluasi BAB 156 IV. Akhir 163 PENUTUP. 167 DAFTAR PUSTAKA 168 Teknik Pemeliharaan Mekanik Mesin Industri Melakukan Pekerjaan dengan Mesin Frais v

7 PETA KEDUDUKAN MODUL Diagram ini menunjukkan tahapan atau tata urutan modul-modull unit kompetensi yang akan dipergunakan dalam pelatihan para peserta didik dalam kurun waktu 3 tahun dan kemungkinan multi exit-entry yang dapat diterapkan. MODUL UNIT KOMPETENSI M 18.20A M A M 18.55A SMK OPKR M 18.6A M. 7.8A SERTIFIKAT II M. 7.7A M. 9.3A M. 7.6A M. 7.5A M. 9.1A M.9.2A M.25C11 M.18.3 A M.18.2 A M.18.1A SERTIFIKAT I Kedudukan Modul Unit kompetensi prasyarat NAMA DAN KODE UNIT KOMPETENSI. Teknik Pemeliharaan Mekanik Mesin Melakukan Pekerjaan Dengan Mesin Frais iv

8 NO KODE NAMA UNIT KOMPETENSI MODUL KODE KOMPETEN 1. M.18.1A Menggunakan Perkakas Tangan. SI M.18.1A 1 2. M.18.2A Menggunakan Perkakas Tangan M.18.2A 3. M.18.3A Bertenaga. Menggunakan Perkakas Untuk Pekerjaan M.18.3A 4. M.25C11A Presisi. Mengukur Menggunakan Alat Ukur. M..25C11 5. M.9.1A Menggambar dan Membaca Sketsa M. 9.1A 6. M.9.2A Membaca Gambar teknik. M. 7.5A 7. M.9.3A Mempersiapkan Gambar Teknik Dasar. M. 9.3A 8. M.7.5A Bekerja dengan Mesin Umum. M. 7.5A 9. M. 7.6A Melakukan Pekerjaan dengan Mesin M. 7.6A 10. M. 7.7A Bubut. Melakukan Pekerjaan dengan Mesin Frais. M. 7.7A 11. M.7.8A Melakukan Pekerjaan dengan Mesin M.7.8A M.18.55A Gerinda. Membongkar, Mengganti, dan Merakit M.18.55A M.18.6A Komponen Mesin. Membongkar/Memperbaiki/Mengganti/Mer M.18.6A 14. M.18.20A akit dan Memasang Komponen. Memelihara Komponen Sistem Hidrolik. M.18.20A 15. M.8.21A Pemeliharaan dan Perbaikan Sistem M.18.21A OPKR Hidrolik. Pemeliharaan Servis Sistim Bahan Bakar OPKR Diesel Teknik Pemeliharaan Mekanik Mesin Melakukan Pekerjaan Dengan Mesin Frais v

9 DIAGRAM PRASYARAT DAN ALUR PENCAPAIAN KOMPETENSI M18.1A M18.55A M18.2A M1.3FA M18.3A M1.2FA M7.5A M9.1A M1.3FA M9.2A M1.4FA M2.5C11 A Teknik Pemeliharaan Mekanik Mesin Melakukan Pekerjaan Dengan Mesin Frais M7.6A M18.6A M7.7A M.18.20A M7.8A M18.21A M9.3A OPKR20-17B vi

10 GLOSARIUM Kompetensi: Kemampuan seseorang yang dapat diobservasi yang mencakup atas penge-tahuan, keterampilan dan sikap dalam menyelesaikan suatu pekerjaan atau tugas sesuai dengan standar kinerja yang ditetapkan. Standar Kompetensi: Kesepakatan tentang kompetensi yang diperlukan pada suatu bi-dang pekerjaan oleh seluruh stake holder di bidangnya, atau perumusan tentang kemampu-an yang harus dimiliki seseorang untuk melakukan tugas atau pekerjaan yang didasari atas pengetahuan, keterampilan dan sikap kerja sesuai dengan unjuk kerja yang dipersyaratkan. Unit Kompetensi: Uraian fungsi dan tugas atau pekerjaan yang mendukung tercapainya standar Kompetensi. Sub Kompetensi: Sejumlah fungsi tugas atau pekerjaan yang mendukung ketercapaian unit Kompetensi dan merupakan aktifitas yang dapat diamati. Kriteria unjuk kerja: Pernyataan sejauh mana sub kompetensi yang dipersyaratkan ter-sebut terukur berdasarkan pada tingkat yang diinginkan. Acuan penilaian: Pernyataan kondisi dan konteks sebagai acuan dalam melaksanakan pe-nilaian. Kompetensi kunci: Kemampuan kunci atau generic yang dibutuhkan untuk menyelesaikan suatu tugas atau pekerjaan. Teknik Pemeliharaan Mekanik Mesin Melakukan Pekerjaan dengan Mesin Frais 1

11 Keselamatan dan Kesehatan Kerja dan Lingkungan (K3L): Peraturan-peraturan yang berlaku berdasarkan pada landasan hukum yang berkaitan dengan aktifitas di lingkungan kerja, bengkel, dan industri secara spesifik maupun umum: o UU Ketenagakerjaan No.13/2003 Ps.87: Setiap perusahaan wajib menerapkan Sis-tem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3) yang terintegrasi dengan sistem manajemen perusahaan secara keseluruhan. o UU Keselamatan Kerja No. 1/1970. o Kepmennakertrans 05/Men/1996 tentang standar Sistem Manajemen K3 (SMK3): Setiap perusahaan yang mempekerjakan tenaga kerja 100 orang atau lebih mem-punyai bahaya yang ditimbulkan dari karateristik process produksinya, wajib mene-rapkan K3. o Kepmennakertrans No. 51/1999 tentang Nilai Ambang Batas Faktor Fisika di tempat kerja. o Surat edaran Mennakertrans No.1/97 tentang Nilai Ambang Batas Faktor Kimia di udara lingkungan kerja. o Konsensus WTO: Pengelolaan K3 harus memenuhi Standar global (ISO). o UU Kesehatan No.23/1992 Ps.22 tentang kesehatan lingkungan dan Ps.23 tentang kesehatan kerja. o Peraturan Menteri Perburuhan No.7/64 tentang Standar Sanitasi Industri. o Standar Potensi Bahaya Faktor biologi di udara tempat kerja (adopsi Standar Inter-nasional). Teknik Pemeliharaan Mekanik Mesin Melakukan Pekerjaan dengan Mesin Frais 2

12 BAB I PENDAHULUAN A. DESKRIPSI Modul yang berjudul Melakukan Pekerjaan Dengan Mesin Frais ini berisikan hal-hal sebagai berikut (1) Konsep dasar tentang mesin frais, konstruksi dan fungsinya. (2) Bagian-bagian utama mesin frais beserta fungsinya masingmasing. (3) Konstruksi, fungsi, dan cara kerja masing-masing komponen mesin frais. (4) Macam-macam pisau frais. (5) Pembuatan benda kerja atau komponen untuk keperluan perbaikan. (6) Pembuatan roda gigi. Setelah selesai mempelajari modul ini, peserta didik/peserta latih akan mengua-sai konsep tentang pemesinan frais sehingga mereka dapat melakukan pekerja-an-pekerjaan dengan mesin frais untuk mendukung tugasnya sebagai teknisi pe-meliharaan mekanik mesin industri. Dalam pelaksanaan pemelajaran, setiap peserta akan diberi beberapa dokumen di antaranya Buku Pedoman Belajar, Modul Unit Kompetensi dan Buku Referensi. Teknik Pemeliharaan Mekanik Mesin Melakukan Pekerjaan dengan Mesin Frais 3

13 1. Judul Modul Unit Kompentensi : Melakukan pekerjaan Dengan Mesin Frais. 2. Waktu Pembelajaran : 200 JAM. 3. Deskripsi Modul Unit Kompentensi. Modul Unit Kompetensi ini merupakan modul pemelajaran dengan tujuan mem-persiapkan seorang teknisi tenaga pelaksana pemeliharaan mekanik mesin Industri yang memiliki keterampilan melakukan pekerjaan dengan mesin frais untuk membuat komponen-komponen pengganti atau penunjang dalam melak-sanakan pekerjaannya. B. KEMAMPUAN AWAL Prasyarat atau kemampuan awal yang harus dimiliki oleh peserta pendidikan dan pelatihan sebelum mempelajari modul ini ialah peserta diklat sudah mempunyai modul-modul berikut. (1) Modul Menggunakan perkakas tangan. (2) Modul Menggunakan perkakas tangan bertenaga. (3) Modul Mengukur dengan menggunakan alat ukur. (4) Modul Menggambar dan membaca sket. (5) Modul Bekerja dengan mesin umum. C. PETUNJUK PENGGUNAAN MODUL 1. Metode Penyampaian Terdapat tiga metode penyampaian yang dapat digunakan dan hal tersebut dijelaskan di bawah ini. Dalam beberapa kasus, kombinasi metode mungkin dapat digunakan. Modul Unit Konmpetensi ini disusun sebagai sumber belajar utama dalam ketiga situasi. Teknik Pemeliharaan Mekanik Mesin Melakukan Pekerjaan dengan Mesin Frais 4

14 1.1 Belajar secara mandiri Belajar secara mandiri membolehkan setiap peserta untuk belajar secara individu, sesuai dengan kecepatan belajarnya masingmasing. Meskipun proses belajar dilaksanakan secara bebas, disarankan untuk menemui pela-tih untuk mengkonfirmasikan kemajuan dan mengatasi kesulitan belajar. 1.2 Belajar Berkelompok Belajar berkelompok memungkinkan setiap peserta untuk datang bersama secara teratur dan berpartisipasi dalam sesi belajar berkelompok. Walau-pun proes belajar memiliki prinsip sesuai dengan kecepatan belajar ma-sing-masing, sesi kelompok memberikan interaksi antara peserta, pelatih dan pakar/ahli dari tempat kerja. 1.3 Belajar Terstruktur Belajar terstruktur meliputi sesi pertemuan kelas secara formal yang dilak-sanakan oleh pelatih atau ahli lainnya. Sesi belajar ini umumnya mencakup topik tertentu. 2. Tugas-Tugas Belajar untuk Peserta Pelatihan Selesaikan seluruh tugas belajar setiap kegiatan belajar pada modul ini dengan mengikuti petunjuk di bawah ini 1. Baca dan pahami setiap tugas 2. Dapatkan sumber-sumber yang diperlukan. 3. Baca secara sekilas setiap referensi untuk memperoleh tinjauan umum isi referensi tersebut. 4. Pelajari referensi dan catat hal-hal yang penting. 5. Kerjakan tugas-tugas praktik. Teknik Pemeliharaan Mekanik Mesin Melakukan Pekerjaan dengan Mesin Frais 5

15 6. Apabila telah menyelesaikan setiap Tahapan Belajar, beri tanda ceklis ( ) pada kolom selesai. Anda akan memiliki catatan tentang ke-majuan belajar. 3. Skenario Pemecahan Masalah Skenario 1: Seandainya Anda melakukan pembongkaran suatu komponen-kom-ponen engineering dan pada saat Anda mau merakit kembali tiba-tiba ada satu komponen yang hilang atau lebih. Untuk mengatasi masalah tersebut apa yang akan anda lakukan? Skenario 2: Setelah komponen-komponen yang telah dibongkar dirakit kembali dan sudah dianalisis kerusakannya bahkan sudah dilakukan penggantian kom-ponen baru, tetapi setelah dilakukan pegujian dari hasil rakitan tersebut ternyata masih ada kelainan. Kalau Anda mengalami hal tersebut, apa yang akan anda lakukan? 4. Peran Guru/Instruktor/Pembimbing Semua orang yang terlibat secara langsung dalam kegiatan pelaksanaan modul ini, dan dapat membantu setiap peserta/peserta diklat untuk pencapaian unit kompetensi ini, Tantera Lain ialah: (1) pelatihan (2) penilai, dan (3) Teman kerja/sesama peserta pelatihan Di dalam pedoman belajar dari modul ini, istilah yang akan digunakan adalah sebagai berikut. (1) pelatih dapat mencakup instruktur/fasilitator/monitor/guru suverisor (2) peserta pelatihan dapat mencakup peserta didik/pegawai/karyawan/peserta diklat Teknik Pemeliharaan Mekanik Mesin Melakukan Pekerjaan dengan Mesin Frais 6

16 Pelatih berperan sebagai pihak yang (a). Membantu peserta diklat untuk merencanakan proses belajar. (b). Membimbing peserta diklat melalui tugas-tugas dan pelatihan yang diberikan dalam tahap belajar. (c).membantu peserta diklat untuk memahami konsep dan praktik baru dan untuk men-jawab pertanyaan peserta diklat mengenai proses belajar peserta. (d). Membantu peserta diklat untuk menentukan dan mengakses sumber tambahan lain yang Anda perlukan untuk belajar peserta diklat. (e). Mengorganisasikan kegiatan belajar kelompok jika diperlukan. (f). Merencanakan seorang ahli dari tempat kerja untuk membantu jika diperlu-kan. Penilai Penilai akan melaksanakan program pelatihan terstruktur untuk penilaian di tempat kerja. Penilai akan (a). melaksanakan penilaian apabila peserta diklat telah siap dan merencanakan proses belajar dan penilaian selanjutnya bersama dengan peserta diklat. (b). menjelaskan kepada peserta diklat mengenai bagian yang perlu untuk diperbaiki dan merundingkan rencana pelatihan selanjutnya bersama dengan peserta diklat. (c). mencatat pencapaian/perolehan kemajuan peserta diklat. Teman kerja/sesama peserta pelatihan Teman kerja dari peserta diklat/sesama peserta pelatihan juga merupakan sumber dukungan dan bantuan atau mendiskusikan proses belajar dengan mereka. Pendekatan ini dapat menjadi suatu yang berharga dalam membangun Teknik Pemeliharaan Mekanik Mesin Melakukan Pekerjaan dengan Mesin Frais semangat tim dalam lingkungan 7

17 belajar/kerja serta dapat meningkatkan pengalaman belajar peserta diklat. D. TUJUAN AKHIR Untuk mencapai tujuan akhir dalam pelaksanaan pelatihan menggunakan modul ini, setiap peserta diharuskan melalui beberapa ketentuan, di antaranya adalah Seperti berikut. 2. Unit Standar Kompetensi 1. Prasyarat pengetahuan dan keterampil-an minimum yang harus peserta miliki se-belum memulai unit ini. 3. Elemen Kompetensi merupakan dasar yang membangun unit kompetensi, yang menjelas-kan tindakan atau hasil yang dapat diperaga-kan. Elemen kompetensi menjelaskan logika terendah, dapat diidentifikasi dalam sub ke-lompok tindakan yang berbeda dan pengetahuan yang mendukung dan membangun unit kompetensi. 4. Kriteria Unjuk Kerja unjuk kerja menentukan kegiatan, keterampil-an, pengetahuan dan pemahaman yang memberikan bukti unjuk kerja yang kompeten untuk setiap elemen kompetensi. 5. Penjelasan Ruang Lingkup menjelaskan rentang konteks dimana unjuk kerja dapat dilaksanakan. Rentang membantu penilai untuk mengidentifikasi penerapan/aplikasi industri atau perusahaan tertentu terhadap unit kompetensi 6. Pedoman Penilaian menunjukkan apa yang akan diamati penilai dan mengkonfirmasikan selama process penilaian. TUJUAN AKHIR Sebagai tenaga pelaksana pemeliharaan mekanik mesin Industri atau semua jenis pekerjaan/kegiatan yang ter-cakup di dalamnya baik di bengkel maupun di industri 8 Teknik Pemeliharaan Mekanik Mesin Melakukan Pekerjaan dengan Mesin Frais

18 Teknik Pemeliharaan Mekanik Mesin Melakukan Pekerjaan dengan Mesin Frais 9

19 E. UNIT KOMPETENSI: Unit M7.7A Melakukan Pekerjaan dengan Mesin Frais Kelompok Spesialisasi kelompok A Bidang Operasi Mesin dan Proses Catatan Unit prasyarat Jalur 1 7.5A Bekerja dengan mesin umum 9.2A Membaca gambar teknik 18.1A Menggunakan perkakas tangan Elemen 7.7A.1 Memperhatikan aspek keselamatan kerja Kriteria 7.7A.1.1 Prosedur keselamatan kerja yang benar diketahui dan baju pelindung dan kaca mata pengaman dipakai. Pedoman penilai: amati bahwa kaca mata keselamatan kerja dan baju pelindung selalu dipakai. Prosedur kesela-matan kerja selalu diikuti. Pedoman penilai: pastikan bahwa pengawasan terhadap hal yang berbahaya pada saat menggunakan mesin frais dapat diidentifikasi. Elemen 7.7A.2 Menentukan persyaratan kerja Kriteria 7.7A.2.1 Memahami gambar teknik, menentukan bagian dari process dan memilih alat potong untuk menghasilkan komponen sesuai dengan spesifikasi. Teknik Pemeliharaan Mekanik Mesin Melakukan Pekerjaan dengan Mesin Frais Pedoman penilai: amati bahwa gambar dan instruksi kerja sesuai dengan spesifikasi dicapai sesuai dengan prosedur ditempat kerja. Pedoman penilai: pastikan bahwa persyaratan kerja dapat diidentifikasi, urutan pekerjaan untuk mencapai spesifikasi yang diinginkan dapat diidentifikasi. Pengaruh jenis alat potong dan geometrinya terhadap benda kerja dapat diidentifikasi. Pengaruh tipe dan geometri cutter 10

20 terhadap bahan yang berbeda dapat diberikan. Kriteria 7.7A.2.2. Parameter-parameter pemotong (penyayatan) ditentukan. Elemen 7.7A.3 Pedoman penilai: amati bahwa kecepatan potong dan pemakanan yang tepat pada pekerjaan digunakan. Pedoman penilai: pastikan bahwa kecepatan potong dan pemakanan yang sesuai telah dihitung. Akibat dari variasi kecepatan potong dan pemakanan dari rata-rata perhitungan dapat diberikan. Akibat dari macam-macam bahan pada kecepatan potong dapat diidentifikasi. Melakukan pekerjaan dengan mesin frais Kriteria 7.7A.3.1 Operasi mesin frais dilakukan untuk memproduksi komponen-komponen sesuai spesialisasi. Pedoman penilai: amati bahwa operasi di mesin frais dilakukan untuk memproduksi komponen-komponen sesuai spesifikasi. Pedoman penilai: pastikan bahwa macam-macam komponen yang dapat diproduksi dapat diidentifikasi. Kriteria 7.7A.3.2 Operasi-operasi dilaksanakan menggunakan teknik konvensional dan atau memfrais menanjak serta variasi dari pisau frais termasuk slab, gang, end, shell slot, form, slitting. Petunjuk penilai: amati bahwa pisau-pisau frais ini digunakan dalam hu-bungannya dengan teknik memfrais se-cara manual atau memfrais menanjak un-tuk menghasilkan benda-benda spesifik : -slab gang shell slot form slitting. Pedoman penilai: pastikan bahwa teknik memfrais secara manual atau memfrais menanjak dan aplikasinya dapat terbayang. Aplikasi dari tiap-tiap tipe pisau frais berikut dapat diberikan : - slab, gang, end, -slot, -form, -slitting. Kriteria 7.7A.3.3 Seluruh aksesoris standar digunakan ter- Pedoman penilai: amati bahwa bila diperlukan masing-masing aksesoris Pedoman penilai: pastikan bahwa prosedur penggunaan kepala pembagi Teknik Pemeliharaan Mekanik Mesin Melakukan Pekerjaan dengan Mesin Frais 11

21 masuk kepala pembagi dan rotary table (meja putar). Elemen 7.7A.4 mesin frais ini digunakan menurut prosedur kerja yang standar pada mesin frais: - kepala pembagi dan rotary table (meja putar). dan rotary table (meja putar) dapat diberikan. Aplikasi penggunaan kepala pembagi dan rotary table (meja putar) ketika memfrais komponen dapat diidentifikasi. Pemeriksaan komponen untuk kesesuaian terhadap spesifikasi Kriteria 7.7A.4.1 Komponen diperiksa kesesuaiannya terhadap spesifikasi menggunakan teknik, alat-alat, dan peralatan yang tepat. Pedoman penilai: amati bahwa komponen-komponen diperiksa secara visual dan dimensinya sesuai spesifikasi me-nurut prosedur kerja yang tepat. Alat ukur, teknik dan peralatan yang sesuai digunakan untuk memeriksa kesesuaian komponen dengan spesifikasi. Pedoman penilai: pastikan bahwa teknik, alat-alat dan peralatan yang sesuai untuk mengukur benda hasil frais dapat diidentifikasi. Penjelasan ruang lingkup Kerja dilakukan untuk melahirkan suatu process, praktik dan spesifikasi. Pekerjaan diaplikasikan pada jangkauan-jangkauan mesin frais termasuk tipe vertikal, horizontal dan universal, peralatan pengukuran presisi, perkakas potong dan bahan standar engineering. Alat potong dipilih menggunakan standar organisasi internasional International Standard Organisation (ISO) atau menurut prosedur operasi yang sesuai. Pekerjaan dilakukan sesuai gambar kerja, sket, spesifikasinya serta instruksi-instruksinya secara tepat. Pekerjaan dilakukan sendiri untuk menentukan standar kualitas dan keselamatan kerjanya. Teknik Pemeliharaan Mekanik Mesin Melakukan Pekerjaan dengan Mesin Frais 12

22 BAB II PEMELAJARAN A. RENCANA BELAJAR PESERTA DIKLAT Rencana belajar ini disusun oleh peserta diklat dan guru/instruktor/pembimbing bersama-sama, meliputi penentuan jenis kegiatan, tanggal, waktu dan tempat pelatihan. Apabila semuanya sudah sesuai dengan tuntutan Unit Kompetensi yang harus ditempuh maka bila ada perubahan harus terlebih dahulu disetujui oleh guru/instruktur/pembimbing. Contoh Format Rencana Belajar Peserta Diklat JENIS KEGIATA N TANGGA L WAKTU Teknik Pemeliharaan Mekanik Mesin Melakukan Pekerjaan dengan Mesin Frais TEMPAT BELAJAR ALASAN PERUBAHA N TANDA TANGA N GURU 13

23 Rencana Materi Catatan: 1). Penyajian bahan berikut pengajar, peserta dan penilai harus yakin dapat memenuhi seluruh rincian yang tertuang dalam standar kompetensi 2). Isi perencanaan merupakan kaitan antara kriteria unjuk kerja dengan pokok ketrampilan dan pengetahuan Unit Kompetensi : Melakukan Pekerjaan dengan Mesin Frais Nomor Unit Kompetensi : M 7.7.A Waktu : 200 jam pelajaran Tingkat : 2 (dua) Elemen Unit Kriteria Unjuk Kerja Kompetensi 7.7A.1 7.7A.1.1 Memperhatika Prosedur keselamatan n tindakan kerja yang benar kesela-matan diketahui dan baju kerja pelindung dan kaca Lingkup Belajar a. Prosedur keselamatan kerja b. Alat keselamatan kerja yang digunakan. Sikap Materi Utama Pemelajaran Pengetahuan Keterampilan 1) Penggunaan 1) Memahami alat keselaprosedur matan kerja keselamatan kerja 1) Menggunakan alat keselamatan kerja mata pengaman yang dipakai. Teknik Pemeliharaan Mekanik Mesin Melakukan Pekerjaan dengan Mesin Frais 14

24 Elemen Unit Kriteria Unjuk Kerja Kompetensi 7.7A.2 7.7A.2.1 Menentukan Gambar per-syaratan hami untuk kerja kan teknik guna dipa- a. Gambar kerja menentu- b. Petunjuk proses memilih Lingkup Belajar alat dan pengerjaan bantu Materi Utama Pemelajaran Pengetahuan Keterampilan 1).Memahami gambar pekerjaan 2).Memahami menghasilkan komponen Sikap petunjuk sesuai pengerjaan spesifikasi 7.7A.2.2 Parameter-parameter pemotong ditentukan. a). Kecepatan putaran mesin b). Kecepatan potong c). Kecepatan pemakanan 1).Kecepatan putaran mesin 2).Kecepatan potong 3).Kecepatan pemakanan Teknik Pemeliharaan Mekanik Mesin Melakukan Pekerjaan dengan Mesin Frais 15

25 Elemen Unit Kompetensi 7.7A.3 Melakukan peker-jaan dengan mesin frais Kriteria Unjuk Kerja Lingkup Belajar Sikap Materi Utama Pemelajaran Pengetahuan Keterampilan 7.7A.3.1 Operasi mesin frais di- a. Mengopersikan lakukan untuk memmesin frais produksi komponenkomponen sesuai spesifikasi. 7.7A.3.2 Operasi-operasi dilaka. Identifikasi pisau 1).Sikap 1) Memahami sanakan menggunakan frais menge-frais macam-mateknik konvensional b. Penggunaan pisau rata, alur, cam pisau dan atau mengefrais frais dan frais menanjak serta variasi c. Mengefrais rata, bertingkat 2) Memahami dari pisau frais termaalur, dan sesuai prosepemilihan suk slab, gang, end, bertingkat. dur. pisau frais shell slot, form, slitting. Teknik Pemeliharaan Mekanik Mesin Melakukan Pekerjaan dengan Mesin Frais 1). Mengopersikan mesin frais 1) Mengefrais rata, alur, dan ber-tingkat. 16

26 Elemen Unit Kompetensi 7.7A.4 Memeriksa komponen untuk kesesuaian terhadap spesifikasi Kriteria Unjuk Kerja 7.7A.3.3 Seluruh aksesoris standar digunakan termasuk kepala pembagi dan rotary table (meja putar). 7.7A.4.1 Komponen diperiksa kesesuaiannya terhadap spesifikasi menggunakan teknik dan alat-alat, dan peralatan yang tepat. Teknik Pemeliharaan Mekanik Mesin Melakukan Pekerjaan dengan Mesin Frais Lingkup Belajar Sikap Materi Utama Pemelajaran Pengetahuan Keterampilan a. Alat bantu pengefrais-an b. Alat pencekam benda kerja c. Alat pembagian ben-da kerja a. Memeriksa 1) komponen dan Menggunak dimensi benda kerja an alat ukur secara visual untuk b. Menggunakan alat memeriksa ukur untuk komponen/ memerik-sa benda komponen/benda kerja. kerja. 1) Memahami alat bantu pengefraisan 2) Memahami alat pencekam benda 3) Memahami alat pembagian benda 1) Menggunakan alat bantu pengefraisan 2) Menggunakan alat pencekam benda kerja 3) Menggunakan alat pembagian benda kerja 1) Memeriksa komponen dan dimensi benda kerja secara visual 2) Memeriksa komponen/ben -da kerja. 17

27 KEGIATAN BELAJAR 1. Kegiatan Belajar 1: Mesin Frais 1.1. Pengertian Umum Mesin frais adalah mengerjakan/menyelesaikan mesin suatu perkakas benda kerja untuk dengan mempergunakan pisau frais sebagai alatnya. Ditinjau dari kerjanya, mesin frais termasuk mesin perkakas yang mem-punyai gerak utama berputar. Pisau dipasang pada sumbu/arbor mesin yang didukung dengan alat pendukung arbor. Jika arbor mesin diputar oleh motor, maka pisau frais ikut berputar. Arbor mesin dapat berputar ke kanan atau ke kiri, sedangkan banyaknya putaran diatur sesuai dengan kebutuhan. Tipe mesin frais Tipe mesin frais dapat dibedakan menjadi beberapa jenis (kebanyakan yang terdapat dalam bengkel-bengkel lembaga pendidikan) yaitu (1) mesin frais mendatar (2) mesin frais tegak (3) mesin frais universal Tipe mesin frais yang lain (1) Mesin frais taret (2) Mesin frais copy (3) Mesin frais tusuk/stick Standard ukuran mesin frais Ukuran suatu mesin frais ditentukan oleh: (1) Panjang meja mesin frais Teknik Pemeliharaan Mekanik Mesin Melakukan Pekerjaan dengan Mesin Frais 18

28 (2) Jarak spindel sampai permukaan meja pada kedudukan paling bawah. (3) Jarak ke arah melintang maximum yang dapat dicapai oleh meja mesin terhadap kolomnya Mesin Frais Mendatar Mesin frais mendatar dapat digunakan untuk mengerjakan pekerjaan (1) mengefrais rata (2) mengefrais alur (3) mengefrais roda gigi lurus (4) mengefrais bentuk (5) membelah atau memotong Mesin frais mendatar adalah suatu mesin frais yang arbornya mendatar seperti gambar, sedang mejanya dapat bergerak ke arah (1) memanjang/langitudinal (2) melintang /cross slide dan naik turun Teknik Pemeliharaan Mekanik Mesin Melakukan Pekerjaan dengan Mesin Frais 19

29 Gb Mesin Frais Mendatar Adapun nama bagian-bagiannya adalah sebagai berikut A Lengan N Tuas pengunci sadel B Penyokong arbor O Alas meja C Tuas otomatis P Tuas D Nak pembatas perubah motor listrik E Meja mesin Q Alas meja F Engkol ke arah memanjang R Tuas G Tuas pengunci H Baut penyetel I Engkol ke arah melintang J Engkol untuk ke arah naik turun K Tuas pengunci meja L Tabung pendukung kecepatan pengatur kecepatan putaran mesin S Tuas penunjuk kecepatan putaran mesin T Tiang (colom) U Spindel mesin V Tuas untuk menjalankan spind M Lutut (knee) Teknik Pemeliharaan Mekanik Mesin Melakukan Pekerjaan dengan Mesin Frais 20

30 1.3. Mesin Frais Tegak Mesin frais tegak adalah suatu mesin frais dimana arbornya dipasang tegak sedang gerakan mejanya dapat ke arah (1) melintang (cross slide) (2) memanjang (Longitudinal) (3) naik-turun. Adapun nama bagian-bagian mesin ini ialah A Spindel E Engkol ke arah memanjang B Kepala F Engkol ke arah naik dan turun C Kolom G Alas mesin D Meja H Handel ke arah melintang Gb Mesin Frais Tegak Teknik Pemeliharaan Mekanik Mesin Melakukan Pekerjaan dengan Mesin Frais 21

31 1.4. Mesin Frais Universal Mesin frais universal adalah suatu mesin frais dengan kedudukan arbornya mendatar dan gerakan mejanya dapat kearah memanjang/longitudinal, melintang/cross slide, naik turun dan dapat diputar membuat sudut tertentu terhadap body mesin. Adapun nama bagian-bagian dari mesin frais ini ialah Alengan Bpenyokong arbor Ctuas otomatis Dnok pembatas meja Emeja mesin F engkol G tuas pengunci meja H baut penyetel I engkol arah melin - tang J engkol arah naik turun Ktuas pengunci L tabung pendukung dengan batang ulir M lutur tempat dudukan alas mesin Ntuas pengunci sadel O engkol meja Ptuas untuk merubah kecepatan motor listrik Rtuas pengatur putaran Stuas pengatur angka puratan T tiang Uspindel VTuas penjalan spindel XMur pengunci gerakan meja Teknik Pemeliharaan Mekanik Mesin Melakukan Pekerjaan dengan Mesin Frais 22

32 Gb.2.3. Mesin Frais Universal 1.5. Penjagaan Mesin Frais Tiap operator mesin frais harus bertanggung jawab tentang kelancaran mesin untuk dapat bekerja dengan hasil yang baik. Oleh karena itu operator perlu mengikuti petunjuk seperti di bawah in 1. Sebelum mulai menjalankan mesin, lumasilah bagian-bagian mesin yang berputar/bergerak. 2. Bersihkan bagian-bagian alas meja sebelum mulai memasang catok/benda kerja, dan juga sebelum menjalankan meja mesin.

33 3. Jaga agar bagian geser meja mesin tidak kemasukan geram atau air pen-dingin, karena dapat merusak dan dapat menyebabkan macetnya meja. Jangan menggunakan meja mesin untuk menaruh alat-alat yang berat seperti palu, kunci-kunci pengikat alat dan lainlain, dan jangan memukul benda pada alas meja mesin frais Macam-Macam Pisau Frais Hasil pengefraisan ditentukan oleh macam pisau frais yang digunakan. Adapun macam-macam pisau frais adalah sebagai berikut: a. Pisau Frais Mantel Pisau frais mantel ada 3 jenis Tipe H 1. Tipe H (keras) digunakan untuk penyayatan ringan. 2. Tipe N (normal) digunakan untuk Tipe N penyayatan normal atau sedang. 3. Tipe W (lunak) digunakan untuk Tipe W penyayatan berat. Gb. 2.4 Pisau Frais Mantel b. Pisau Frais Sudut Gb Pisau Frais Sudut Pisau ini digunakan untuk mengefrais sudut, umumnya 30 o, 45o dan 60o.

34 c. Pisau Frais Ekor Burung Gb Pisau Frais Ekor Burung Pisau frais ini digunakan untuk mengefrais alur ekor burung, pada umumnya sudut ekor burung yang dapat dibuat besarnya : 30 o, 45o dan 60o. d. Pisau frais Alur Melingkar Pisau frais ini digunakan untuk mengefrais alur pasak yang terkurung. Gb Pisau Frais Alur Melingkar e. Pisau Frais Gigi Silang (Straggered Tooth Mill) Pisau frais ini diguna-kan untuk mengefrais alur Gb Pisau Frais Gigi Silang pada benda kerja. f. Pisau frais sudut ganda Pisau ini digunakan untuk mengefrais alur V. Sudut V yang terjadi besarnya 30o, 45o dan 60o.

35 Gb Pisau frais sudut ganda g. Pisau frais radius konvex konkav Gb Pisau Frais Radius h. Pisau Frais Alur T Pisau alur T digunakan untuk mengefrais alur T seperti halnya alur T pada meja mesin frais dan skrap. Gb Pisau Frais Alur T i. Pisau Frais Jari 1. Digunakan untuk baja normal, sudut helik dan alur giginya tidak terlalu besar. 2. Digunakan untuk baja yang keras dan ulet sudut helik kecil, gigi lebih banyak. 3. Pisau dengan sudut helik dan alur gigi besar untuk baja lunak digunakan

36 4. Digunakan untuk pemakanan kasar Gb Pisau Frais Jari j. Pisau Frais Roda Gigi Pisau ini dunakan untuk pembuatan roda gigi. Gb Pisau Frais Roda Gigi k. Pisau Frais Hobbing Digunakan untuk menbuat gigi pada roda gigi yang dilaksanakan pada mesin hobbing. Gb Pisau Frais Hobbing l. Pisau Muka (Face Mill) Pisau muka yang di- tempel dan terbuat dari bahan sementit carbide Pisau ini digunakan untuk mengefrais permukaan yang rata dan luas. Gb L. Pisau muka m. Shell End-Mill

37 Pisau frais ini dapat makan pada bagian samping dan muka sehingga dapat digunakan untuk mengefrais bidang siku n. Side dan Face mill Gb m. Shell end-mill Pisau frais ini digunakan untuk pemakanan kasar pada permukaan-permukaan rata dan siku. 1.6.Penggunaan Pisau Frais Gb Side and face mill Pisau mantel digunakan untuk mengefrais : (1) permukaan datar (2) alur lebar tapi dangkal,dan (3) permukaan bertingkat 1..Pisau frais mantel beralur lurus digunakan untuk memfrais dengan pemakanan tipis. 2. Pisau frais yang beralur spiral digunakan untuk memfrais dengan pemakanan tebal pada benda kerja yang besar. Gb Penggunaan Pisau Frais Cara memilih pisau mantel ialah

38 (1) pilih diameter pisau frais sekecil mungkin. (2) untuk mengefrais bidang lebar, pilih diameter pisau yang sama dengan alur yang berlawanan. Pemasangan pisau ini harus diusahakan sedekat mungkin dengan badan mesin dan harus selalu menggunakan pasak. Pisau frais sisi dan muka digunakan untuk (1) memfrais bidang vertikal. (2) memfrais bertangga. (3) memfrais alur. (4) memfrais bidang sejajar. (5)memfrais bidang bawah pada mesin frais tegak. Cara memilih pisau frais sisi dan muka (1) Pilih diameter pisau yang terkecil. (2)Pilih jenis pisau biasa jika dibutuhkan penatalan tipis. (3)Untuk pemakanan tebal, pilih Gb Pisau Frais Sisi dan Muka pisau sisi zig zag dengan diameter yang besar. (4) Jika digunakan berpasangan, pilih sudut gigi berlawanan. Pisau frais gergaji digunakan untuk Gb Pisau Frais yang

39 (1) memotong (2) membelah (3) membuat alur sempit, dan (4) membuat alur pada sudut Cara memilih pisau frais gergaji: (1) Pilih diameter pisau sekecil mungkin. (2) Pilih gergaji sisi untuk pemotongan yang (3) dalam. (4) Periksa ketajaman mata gergaji. Pisau frais alur digunakan untuk: (1) mengefrais alur; (2) mengefrais alur pasak; (3) mengefrais bidang rata yang sempit. Cara memilih pisau frais alurialah pilih tebal pisau yang sama dengan lebar alur yang dibuat. Pisau frais muka digunakan untuk (1) Meratakan bidang atas benda kerja pada mesin vertikal. Gb Pisau frais Meratakan ujung alur atau tei (2) benda kerja pada mesin horizontal. (3)Mengefrais alur dangkal pada benda kerja. (4)Mengefrais bertangga.

40 Cara memilih pisau frais muka 1. Pilih diameter pisau yang lebih besar dari bidang benda kerja pada keduduk-an kira-kira di pertengahan bidang benda kerja. 2. Untuk pemakanan bertangga pilih diameter pisau yang lebih kecil. 3. Pilih jumlah gigi pisau yang sesuai dengan bahan yang dipotong. Gb Pisau Frais Muka Pisau jari digunakan untuk (1)Mengefrais alur (2)Mengefrais alur pasak (3)Mengefrais bidang rata pada bidang miring atau permukaan lengkung (4)Mengefrais dudukan baut (5) Memperbaiki letak lubang-lubang yang salah Gb Pisau Jari Memilih pisau jari

41 Ukuran pisau ditentukan oleh lebar alur atau diameter lubang yang dikerjakan. Gb Memilih Pisau Jari Untuk memfrais suatu alur yang berpinggir (bagian tepinya tidak difrais) sebaiknya pada batas jalur benda tersebut dibor terlebih dahulu.

42 1.7 Arah Penyayatan Pemakanan ke atas (berlawanan) Pemakanan ke atas pemakanan pada adalah mesin frais dengan arah putaran pisau frais berlawanan dengan gerakan meja. Keuntungan dari arah pemakanan ini ialah seperti berikut (1) Tidak terjadi kejutan penyayatan (2) Gaya Gb Arah pemakanan keatas penyayatan dapat terbagi an-tara pekerjaan dan pisau hingga operasi lebih aman. (3) Tekanan yang terhadap ulir ringan pembawa meja juga terhadap bautbaut penahan. (4) Meja dapat mudah bergeser dan terpengaruh akibat tak dari penyayatan pisau. (5) Geram mudah keluar (6) Ketajaman pisau lebih dapat lebih tahan lama (7) Penyayatan tebal

43 Contoh pemakanan berlawanan arah Gb Contoh pemakanan ke atas Pemakanan ke bawah (searah) Pemakanan ke bawah pemakan-an pada adalah mesin frais dimana gerakan meja frais searah dengan putaran pisau frais. Kekurangan dari cara ini ialah: (1) Kemungkinan mudah tercekam dan sukar untuk pengefraisan Gb Arah pemakanan kebawah di bagian- bagian perkerjaan. (2) Hasil rata pisau pengefraisan sukar didapat mudah yang dan selip/tidak menyatat. (3) Hanya untuk pengefraisan ringan.pengefraisan untuk menghalus de-ngan cara ini tak dapat dilaksana-kan. (4) Agak baik jika pisau frais dari baja karbon. (5) Tak mungkin dapat dipakai pada pengefraisan dengan feed dan speed tinggi. (6) Hasil pengefraisan lambat.

44 Contoh pemakanan searah 1.8. Kecepatan Potong dan Pemakanan Kecepatan potong (Cs). Gb Contoh pemakanan ke Kecepatan potong mesin frais berkaitan dengan jalan keliling pisaunya bawah yang dinyatakan dalam feet/menit atau meter/menit. Kecepatan potong yang ditempuh pisau frais tergantung pada beberapa faktor antara lainm (1) macam bahan yang dikerjakan; (2) bahan pisau frais; (3) ketahanan pisau di antara mata pengasahan. Faktor-faktor lain yang penting adalah pergantian kecepatan pisau berbanding dengan pemakanan yang diperlukan, hubungan perbandingan pemakanan dan dalamnya pemakanan juga keadaan mesin itu sendiri. TABEL2.1 KECEPATAN POTONG (CS). Mat Process CUTTING SPEED - H S S mild steel steel Roughin stee stee l T l M g C.I M Finishing stee stee l A l T Bras s BRONZ F.C E C.I S steel mild M steel Bronze C.I M C.I (S) stee l F.C Brass AL

45 m/menit Materia l Processes CUTTING SPEED CEMENTIT CARBIDES Stee l M C.I C.I Brass M S Mild Stee Bronze AL Stee l l F.C Stee Stee C.I C.I Brass l l M S Bronze T M Mild Steel AL F.C Stee l Roughing Finishing m/menit Keterangan : A = Liat C.I = Besi tuang F.C T M = Baja lunak S = Lunak = Fre-Carbon/Carbon Rendah = Ulet Menentukan kecepatan putaran mesin frais Kecepatan putaran mesin frais ditentukan oleh (1) kekerasan bahan yang dikerjakan; (2) bahan pisau; (3) diameter pisau frais yang digunakan. Besarnya putaran mesin frais dapat kita tentukan dengan rumus Cs = π D n sehingga n = Dalam hal ini n = putaran mesin dalam putaran/ menit Cs = Kecepatan potong dalam m/ menit Cs πd

46 D = diameter pisau dalam meter Contoh: Pisau frais HSS dengan diameter 100 mm, dipakai untuk mengerjakan bahan dari besi tuang dengan kecepatan potong 24 m/menit. Hitung besarnya putaran mesin yang digunakan. Penyelesaian : Cs n = n = πd 24 3, = 3,14.0,1 = 76 Rpm Jadi putaran mesin frais, n = 76 Rpm Rangkuman Kegiatan Belajar 1 Mesin frais yang berfungsi untuk membuat benda-benda kerja yang umumnya berbertuk kotak dapat juga digunakan untuk pembuatan benda kerja yang lain seperti pembuatan roda gigi dan lain-lainnya. Untuk dapat melaksanakan pekerjaan tersebut, mesin frais dilengkapi dengan bermacam-macam pisau frais dan kelengkapan lain. Dalam bekerja dengan menggunakan mesin frais, kita harus menerapkan prosedur keselamatan kerja dan pemeliharaan mesin secara benar. Tugas kegiatan belajar 1 1) Coba identifikasi mesin frais yang ada di bengkel Anda kemudian buatkan laporan yang berisi hal-hal berikut a. Nama-nama bagian dari setiap jenis mesin frais b. Jenis kelengkapan yang ada c. Jenis pisau frais yang ada d. Ukuran mesin frais

47 2)Operasikan setiap mesin frais di bawah bimbingan guru Anda, tentu saja termasuk mengoperasikan semua fungsi dari mesin tersebut. Tes Formatif Kegiatan Belajar 1 Jawablah pertanyaan-pertanyaan berikut dengan mengisi titik-titik yang tersedia 1) Mesin frais berfungsi untuk 2) Mesin frais dapat dibedakan menjadi (1).. (2).. (3). 3) Ukuran mesin frais ditentukan oleh.. 4) Pisau frais yang digunakan untuk penyayatan bidang yang lebar digunakan jenis..atau 5) Pisau frais yang dapat digunakan untuk pemakanan kedalaman ialah pisau frais.. 6) Untuk mengefrais bentuk cembung digunakan. 7) Arti dari cutting speed pisau = 35 m/menit ialah...

48 . 8) Arti dari kecepatan pemakanan 100 mm/menit ialah. 9) Besar kecilnya kecepatan potong atau cutting speed suatu pisau tergantung ari... 10) Bila pisau frais berdiameter 40 mm dan cutting speed (Cs) dari pisau tersebut adalah : 30 m/menit, maka putaran pisau seharusnya adalah..

49 Kunci Jawaban Tes Formatif 1 1) Untuk mengefrais benda kerja yang berbentuk kotak dan bentuk lain yang sesuai dengan bentuk pisau yang ada. 2) Mesin frais dibedakan menjadi (1) mesin frais horizonta; (2) mesin frais tegak; (3) mesin frais universa. 3) Ukuran mesin frais ditentukan oleh (1) panjang langkah memanjang; (2) panjang langkah melintang; (3) panjang langkah naik-turun. 4) Pisau frais mantel atau pisau frais muka (face mill) 5) Slot mill 6) Pisau frais konkaf 7) Artinya: kemampuan pisau frais menyayat sepanjang 35 m setiap menit. 8) Artinya: pisau frais melakukan penyayatan 100 mm setiap menitnya. 9) Tergantung dari jenis bahan yang disayat. 10) Besar putaran mesin n = 239 rpm

50 2. Kegiatan Belajar 2 : Pengefraisan Benda Kerja Untuk Melakukan pengefraisan benda kerja, perlu perlengkapan lain yang menunjang sehingga mesin frais dapat berfungsi. Perlengkapan tersebut seperti pemegang benda kerja, untuk pemasangan pisau frais dan lain sebagainya. 2.1 Arbor Arbor adalah alat tempat memasang/meme-gang pisau frais. 1 = penyangga 2, 3, 4, 6, 7 = kerah (arbor colar) 5 = pisau frais 8 = badan mesin Pada setiap mesin disediakan bermacamma-cam arbor dengan penggunaan yang tertentu, antara lain (1) Arbor jenis A digunakan untuk pemakanan ringan dan juga untuk benda kerja yang panjang. (2) Arbor jenis B digunakan untuk pemakanan berat/tebal. (3) Benda kerja tidak boleh terlalu panjang penyangga Gb Contoh contoh arbor se-hingga dengan melebihi badan jarak mesin. Pemasangan penyangga arbor sedapat mungkin dekat dengan pisau frais

51 2.2 Macam-Macam Arbor a. Arbor Baut Batang tirus 1 harus pada lubang ketirusan spindel mesin. Pisau frais dipasang pada ba-gian yang bulat dan dijepit dengan baut 3. Pasak 2 mencegah supaya pisau tidak selip. Arbor ini digunakan untuk memegang pisau frais sisi dan pisau frais muka. b. Arbor Tirus Arbor tirus digunakan untuk memegang pisau frais bertangkai tirus misalnya pisau frais jari, pisau frais ekor burung dan bor-bor. Pisau frais dimasukkan ke dalam Abor chuck Gb. 2.2 Macam-macam Arbor lubang chuck 1, lalu dikencangkan dengan mur 2 sehingga cakar 3 menjepit batang pisau. Chuck ini dikuncikan ke spindel dengan baut batang.

52 2.3 Pemasangan Arbor Arbor yang akan digunakan untuk pemasangan pisau frais harus dipasang pada spindel mesin frais dengan tepat agar putaran pisau dapat stabil dan sentris. Berikut ini dijelaskan cara pemasangan arbor. Cara memasang arbor pada spindel mesin (1) Stel spindel mesin pada putaran rendah. (2) Bersihkan lubang tirus spindel dan batang tirus arbor. (3) Pegang arbor kira-kira sejajar ke permukaan. (4) Pasang arbor ke spindel mesin, putar arbor untuk kelurusan pasak pembawa ke alur arbor. Cara mengunci arbor pada spindel mesin: (1) Pegang batang arbor pada dudukan spindel (A). Gb. 2.31a Memasang arbor (2) Sekrupkan batang baut pengunci secara baik ke dalam arbor (B). (3) Kemudian keraskan dengan kunci yang pas (C). Pada waktu mengeraskan baut pengunci arbor, atur putaran mesin pada kedudukan yang rendah. Cara menentukan kedudukan pisau

53 (1) Gerakkan meja mesin ke arah melintang sampai mendekati kolom mesin. (2) Periksa apakah pemegang benda kerja bebas terhadap arbor atau plen arbor. (3) Bersihkan muka kerak (colar) dan dorong sampai rapat ke plen arbor. Gb. 2.31b Menentukan Kedudukan Pisau (4) Periksa secara visual dengan melihat tonjolan bidang terluar kerak dari bidang yang dikerjakan. Cara memasang pasak pada arbor (1) Periksa kerah terluar dari arbor (2) Pasang pasak pada alur arbor (3) Periksa apakah pasak akan menonjol (4) ke dalam kerah pada tiap sisi pisau. (5) Pasang lagi kerah pada arbor sambil untuk melu-ruskan kerah ke pasak. memutar alur Gb Memasang Pasak

54 Cara memasang pisau pada arbor: (1) Periksa apakah sisi potong pisau frais menghadap ke arah putaran spindel. (2) Dorongkan pisau ke arbor mesin. (3) Putar pisau frais sampai tepat ke lubang pasak. Gb Memasang Pisau (4) Doronglah pisau sampai rapat dengan bidang kerah. (5) Lindungi tangan dengan kain pada sisi potong pisau. (6) Jika memasang pisau gergaji, lepaslah pasaknya, agar pisau dapat selip pada waktu mendapat benturan-benturan. Cara memasang lengan mesin : (1) Longgarkan mur pengunci lengan mesin. (2) Dorong lengan mesin keluar, periksa secara visual apakah penonjolan sudah sampai ujung terluar bantalan luncur. (3) Bersihkan bagian-bagian lengan mesin dan penyangga. (4) Periksa kelurusan penyangga dan lengan mesin. (5) Pasang penyangga pada lengan mesin, geserkan sampai bidang Gb Memasang Lengan Mesin

55 luar penyangga rata dengan ujung lengan mesin. (6) Kencangkan mur penyangga pada lengan mesin. (7) Geserkan lengan mesin dalam kedudukan ke tengah- tengah bantalan luncur. (8) Kunci sekrup lengan mesin dengan kuat. (9)Tempatkan kunci pas pada mur dengan handel mendekati vertikal dan keraskan per-lahan-lahan. (10) 2.4. Memasang Arbor Tirus Ke Spindel Mesin i. Cara memilih arbor : (1) Gunakan arbor sependek mungkin. (2) Keterangannya harus sama. (3) Usahakan (gunakan) sedikit mungkin sarung pengurang. ii. Cara memasang pisau di arbor (1) Bersihkan ketirusan arbor dan batang pisau. (2) Luruskan ujung pasak pisau pada alur di dalam lubang tirus da masukan dengan didorong pelangb Memasang arbor tirus ke spindel pelan.

56 (3) Ketok pisau ke dalam dengan palu lunak iii. Cara memasang arbor di spindel mesin: (1) Bersihkan kedua ketirusan. (2) Pasang pasak pembawa pada alur arbor. (3) Pegang pisau pada kedudukannya dan berikan tekanan men garah ke atas. (4) Sekrupkan baut batang tepat ke dalam arbor. (5) Keraskan baut batang dengan pengunci. (6) Putar spindel pada putaran rendah untuk mengecek kedudukan pisau. (11) 2.5. Memasang dan Melepas Pisau Jari 1. Cara memasang pisau jari : (1) Pasang pisau jari pada cakar (colet) dengan jalan menyekrupkannya. (2) Masukkan colet yang ada pisau jarinya kedalam mur arbor. (3) Pasang mur arbor perlahan-lahan sambil diputar. (4) Keraskan mur arbor dengan kunci yang baik. (5) Pada waktu mengeraskan mur arbor, putaran mesin disetel pada kecepatan rendah. Gb Memasang pisau jari

57 (6) Yakinkan bahwa pisau sudah cukup keras sebelum dipergunakan untuk penyayatan. Cara melepas pisau jari : (1) Atur handel pemilih putaran untuk putaran yang paling rendah. (2) Lepaskan mur penahan dari arbor dengan kunci khusus. (3) Tarik pisau keluar dengan melepaskan sarung dan cakar dari arbor. (4) Buka pisau frais dari cakarnya. (5) Bersihkan pisau dan cakar memasang cakar sebelum disimpan. Cara (kolet) pada arbor : (1) Pilih cakar yang ukurannya sesuai dengan batang pisau. (2) Bersihkan lubang arbor pada bagian luar cakar. Gb Melepas pisau jari (3) Tempatkan ukurannya cakar sesuai yang dengan batang pisau. (4) Bersihkan lubang arbor pada bagian luar cakar. (5) Tempatkan cakar pada arbor.

58 (6) Sekrupkan mur pada arbor sampai terasa sentuhan ringan mur pada muka cakar. Cara memasang pisau pada arbor: (1) Masukkan batang pisau ke dalam cakar. (2) Geserkan batang pisau kedalam cakar sampai ujung batang rapat pada bagian belakang arbor. (3) Pegang pisau kedudukannya dan pada kuncikan mur sekeras mungkin dengan menggunakan kunci khusus. Gb Memasng pisau pada arbor

59 2.6. Memasang Pisau Muka Cara memasang pisau muka pada arbor: (1) Pasang arbor pada spindel mesin. (2) Lepaskan sekrup pengunci dari arbor. (3) Bersihkan bagian-bagian pisau dan arbor. (4) Geserkan pisau ke spigot arbor dan putar pisau untuk memasukkan pasak pembawa ke alur pisau. (5) Rasakan apakah pasak pembawa telah masuk ke alur pisau dan menjadi satu kesatuan. Cara mengencangkan pisau pada arbor: (1) Pegang pisau pada kedudukannya dan pasang sekrup pengunci ke dalam tangan. Gb Memasang pisau arbor, kuncikan dengan

60 (2) Periksa apakah alur sekrup pengunci dan pena pengunci masih baik. (3) Pasang kunci sekrup pada alur sekrup pengunci. (4) Berikan tekanan ke atas untuk mempertahankan kunci supaya tidak lepas dari alur sekrup pengunci atau kencangkan penguncinya. (5) Pada waktu mengeraskan pisau frais, atur putaran spindel pada kedudukan terendah Macam-Macam Ragum Mesin Frais dan Pemasangannya Macam-macam ragum mesin frais yaitu: (1) Ragum biasa/tetap (2) Ragum yang dapat diputar Gb Ragum mesin (3) Ragum universal Ragum biasa/tetap digunakan untuk menjepit benda kerja yang bentuknya sederhana. Ragum ini hanya dapat dipasang sejajar atau membuat sudut 90o terhadap spindel. Ragum yang dapat diputar digunakan benda Gb Ragum putar membuat spindel. untuk kerja menjepit yang sudut dapat terhadap

61 Catok universal dua sumbu mempunyai perputaran sehingga dapat diatur letaknya secara datar dan tegak. Gb Ragum universal Cara memasang catok biasa: (1) Periksalah bahwa catok itu baik dan bersih. (2) Usahakan agar kedudukan catok di tengah-tengah sehingga meja mendapat mesin, keleluasan bergerak yang sebesar mungkin. (3) Luruskan Gb Memasang catok biasa lubang untuk baut pengikat agar bertepatan dengan alur-alur meja mesin. Cara mengeraskan catok pada meja: (1) Setelah catok itu lurus, maka masukkanlah baut pengikat ke dalam alur meja dan geser sehingga masuk ke dalam lubang pada catok. Gb Memasang catok pada mesin

62 (2) Keraskan kedua baut itu dengan hati-hati supaya kedudukan catok tidak berubah lagi Cara memasang catok dengan membuat sudut: (1) Usahakan agar kedudukan catok tidak mengganggu kebebasan gerak meja mesin. (2) Atur letak catok sehingga membuat sudut yang diperlukan. (3) Pasang baut A pada lubang catok. (4) Keraskan baut A dengan hati-hati. Baut B yang dengan Gb Memasang catok dengan sudut lubang tidak bertepatan catok dikeraskan mempergunakan dapat dengan pelat yang diganjal. Cara menggunakan catok berputar: (1) Bersihkan bagian bawah dari sadel catok itu, kemudian letakkan pada meja mesin sehingga lubang-lubang sadel bertepatan dengan alur pada meja mesin. (2) Pasang kedua baut sehingga catok terletak baik di atas meja mesin, kemudian baut dikeraskan. Gb Menggunakan catok berputar

63 (3) Catok diputar pada angka nol yang menunjukkan bahwa catok sejajar dengan meja. Catok disetel membuat sudut: (1) Putar dan longgarkan mur A dan catok di atas sadelnya sehingga membuat sudut yang diperlukan. (2) Keraskan secukupnya mur A sambil dengan hati-hati menjaga agar kedudukan catok tidak berubah lagi. Gb Penyetelan catok Cara memeriksa kesejajaran catok: (1) Letakkan blok magnit pada badan mesin. (2) Bersihkan paralel yang dipasang pada catok. (3) Kenakan pen penggerak jarum jam pada sisi paralel.

64 (4) Gerakan meja mesin sejalan dengan sisi paralel yang dipasang pada catok. (5) Pukullah catok dengan palu lunak sedikit demi sedikit, bila jarum pada jam penunjuk bergerak. (6) Gerakkan meja mesin berulang kali dan bila dari ujung ke ujung paralel jarum menunjukkan angka yang sama, maka barulah kedua baut dikeraskan dengan hati-hati agar kedudukan catok tidak berubah lagi. (7) Lepaskan blok magnet sebelum memasang benda kerja. Gb Memeriksa catok 2.8. Cara Memasang Benda Kerja Pada Catok Mesin Frais Cara memasang benda kerja pada catok mesin frais: (1) Pada waktu mengefrais, mulut catok yang tetap sedapat mungkin diusahakan untuk menahan tekanan dari pisau frais. (2) Gambar-gambar A, B, C, dan D memperlihatkan bagaimana cara-cara

65 memasang (menjepit) benda kerja pada catok mesin frais dengan baik. A. Penjepitan benda permukaan-nya kerja belum yang rata/miring, perlu diganjal dengan besi bulat. B. Penjepitan benda permukaan-nya kerja melengkung yang perlu diganjal dengan besi bulat. C. Penjepitan benda kerja yang belum rata, juga harus menggunakan ganjal besi bulat. D. Penjepitan benda kerja yang sudah rata dapat langsung pada ragum mesin frais Memfrais Balok Siku 1. Menyetel Benda Kerja Pada Ragum a. Pilih pasangan balok jajar yang cukup tinggi, sehingga pisau frais tidak me-nyentuh rahang ragum, tapi ragum cukup kuat menjepit benda kerja. b. Bersihkan rahang ragum. c. Tempatkan sisi terlicin blok pada ra-hang tetap ragum. d. Tempatkan balok jajar kira-kira di Gb Penyetelan benda kerja per-tengahan ragum. e. Pasang batang bulat sepanjang rahang dan diameternya kira-kira Gb

66 ¾, diantara rahang gerak dan balok kira-kira di-tengah-tengah balok. f. Kencangkan ragum dan ketok benda kerja untuk merapatkan blok terhadap balok jajar. g. Kencangkan ragum sambil mengetok benda kerja. 2. Memulai Penatalan a. Tempatkan balok jajar pada rumah ra-gum untuk mengarahkan air pendingin mengalir ke meja. b. Adakan penatalan secukupnya untuk memperoleh bidang yang baik, guna-kan pendingin. c. Bersihkan geram dari ragum. d. Periksa permukaan akhir. 3. Membalikkan Balok Pada Ragum a. Lepaskan balok dari ragum. b. Bersihkan ragum dan balok jajar dan bersihkan geram dari balok. c. Tempatkan sisi balok yang sudah dikerjakan ke rahang tetap ragum. d. Beri ganjal dengan besi bulat pada rahang gerak dan kencangkan seperti di atas tadi. Keselamatan Kerja - Tangan harus hati-hati bila memegang balok. (3) Pasang pelindung mesin sebelum masin dihidupkan. 4. Penatalan bidang kedua Lakukan penatalan/penyayatan bidang kedua sampai selesai.

67 Lakukan pemeriksaan permukaan dengan langkah seperti berikut: a. Bersihkan tatal dan keluarkan balok dari ragum. b. Buang bagian-bagian pinggir yang ta-jam dan bersihkan bidang yang sudah dikerjakan. c. Periksa kedua bidang yang sudah dikerjakan itu dengan siku. 5. Menatal bidang ketiga a. Pasang kembali blok pada ragum, satu sisi yang sudah dikerjakan menghadap kesisi rahang tetap, bidang lainnya yang sudah selesai dikerjakan menghadap ke balok bulat dan jajar. b. Selipkan batang kencangkan ragum. c. Ketok blok sampai rapat pada kedua balok jajar. d. Adakan penatalan sampai mencapai ukuran blok. Gb Penatalan 6. Menatal bidang keempat a. Bersihkan sisa tatal/geram, lepaskan dari ragum dan bersihkan. b. Bersihkan ragum dan balok jajar. c. Jepit kembali balok pada ragum, sisi keempat menghadap ke pisau.

68 d. Kencangkan ragum, serta ketok benda kerja sehingga rapat ke blok jajar. e. Lakukan penatalan sampai mencapai ukuran akhir. Catatan: Batang bulat tidak digunakan pada penatalan akhir. Apabila menatal bahan seperti pospor, perunggu, dan lain-lain, maka keempat sisinya harus ditatal secara kasar dengan menyisakan pada tiap sisi kira-kira 0,2 mm untuk penatalan akhir Menjepit Benda Kerja dengan Klem Ada beberapa cara penjepitan dengan klem, antara lain: 1. Menggunakan alur meja untuk menahan poros, caranya: a. Bersihkan sudut-sudut atas alur meja. b. Tempatkan poros pada alur meja c. Jepit poros sepanjang alur. 2. Menggunakan alur meja untuk menyetel benda kerja, caranya: a. Tempatkan benda kerja di tengah meja. b. Pasang balok penahan pada alur meja sedekat mungkin pada sisi benda kerja. c. Periksa apakah sisi balok penahan sudah rapat, tidak ada ruang main. Gb Penjepitan

69 d. Dorong benda kerja rapat ke balok penahan dan periksa apakah bidang bawah benda kerja rapat ke meja kerja. e. Jepit benda kerja dengan kuat f. Periksa dengan bilah ukur, apakah benda kerja rapat ke balok pena-han. 3. Menggunakan alur meja untuk menyetel kesikuan, caranya: a. Pasang balok penahan serapat mungkin pada alur meja kerja. Yakinkan bahwa balok terpasang dengan baik. b. Adakan penyikuan benda kerja terhadap sisi balok penahan Memfrais Slots dan Key Ways Slots dan key ways adalah alur atau celah pada suatu benda kerja yang mempunyai fungsi atau kegunaan masing-masing. Misalnya slot pada meja mesin frais, mesin skrap yang berupa T slot, berfungsi untuk pengikatan ragum mesin, atau pengekliman dan lain sebagainya dengan pertolongan baut T. Key ways atau alur pasak, juga key seat atau alur pasak yang berbentuk setengah lingkaran, berfungsi untuk menempatkan pasak. Pembuatan slots dan key ways dapat dilakukan dengan bermacammacam cara, tergantung dari ukuran benda kerja dan alat/mesin yang ada. 1. Memfrais slots

70 Cara pemegangan benda kerja dan pemilihan cutter tergantung dari jenis material, ukuran-ukuran benda kerja dan ukuran slot itu sendiri. a. Bermacam-macam cara menjepit atau memegang benda kerja, antara lain: (4) dengan ragum mesin (5) dengan klem (6) dengan V bloks klem (7) dengan pemegang yang spesial (8) dengan kepala pembagi dan kelengkapannya b. Cutter yang digunakan antara lain: (9) slitting saw = pisau frais celah = pisau frais gergaji (10) slotting cutter = pisau frais alur (11) end mills = pisau frais jari (12) side milling cutters = pisau frais sisi (13) dan lain sebagainya. Slitting saw terdapat bermacam-macam bentuknya seperti gambar di bawah ini. Slitting saw seperti gambar di samping merupakan standard, mempunyai ukuran tebal antara 0,75 s/d 4,5 mm diameter antara 65 s/d 200 mm. Slitting saw tersebut digunakan untuk membuat alur yang dalam dan sempit. Gambar di samping adalah slitting saw dengan samping, sudut memudahkan Gb Slitting saw dan sudut buang buang pada ini waktu

71 pemotongan slot (alur) yang dalam. Gambar di samping adalah slitting saw untuk benda-benda kerja yang lunak. Gambar di samping adalah screw slotting cutter, mempunyai gigi yang lebih halus dan tebal. Cutter antara 0,15 mm s/d 45 mm. Cutter ini hanya digunakan untuk alur yang dangkal yang tidak lebih dari 1,5 mm. c. Cara memasang cutter Cutter tersebut dipasang pada di atas arbor dapat horizontal maupun pada head vertikal. Kelurusan putaran dari pada cutter dapat dicek dengan dial indicator Gb Memasang cutter seperti terlihat pada samping. d. Menyetel benda kerja Gb Menyetel benda gambar di

72 Benda kerja harus distel terhadap cutter setepat mungkin sesuai dengan ukuran yang ditentukan. Caranya seperti pada gambar. Sebaiknya setelah distel dengan mistar baja, cutter diputar dan benda kerja disinggungkan, maka akan terdapat goresan. Besar goresan ini diukur apakah sudah tepat atau belum. e. Mengukur kedalaman alur Hal ini dapat dilakukan dengan meng-gunakan jangka sorong atau dengan mikrometer kedalaman. Gb Ukur kedalaman alur 2. Membuat alur dengan end mill (pisau frais jari) Cutter biasanya dipasang pada kepala vertikal. Benda kerja dapat dipasang dengan bermacam-macam cara sesuai dengan kondisi benda itu sendiri. Yang perlu diperhatikan adalah bila mengefrais alur yang lebih besar daripada diameter cutter yakni putaran dari cutter harus berlawanan arah dengan arah pemakanan (feeding). Bila membuat alur sebaiknya pakailah pisau frais jari dengan gigi tiga buah atau dua buah karena pisau frais ini mempunyai sebuah gigi yang menjorok ke dalam. Bila menggunakan cutter biasa maka buatlah lubang terlebih dahulu dengan menggunakan bor.

73 3. Memfrais T slots (alur bentuk T) Untuk mengefrais alur T, mula-mula dibuat alur dengan end mill sesuai dengan ukuran yang dikehendaki, kemudian alur T diselesaikan dengan menggunakan pisau frais alur T yang khusus. Pisau frais alur T atau Tee-slot cutters, adalah seolah-olah kombinasi antara side milling cutters dan end mills.tee slot cutter ini tersedia dengan diameter berukuran antara 6 mm sampai 40 mm. Cara pemasangan cutter ini sama Gb Mengefrais T-Slots dengan cara memasang pisau frais. 4. Mengefrais key ways Biasanya key ways (alur pasak) ini terdapat pada poros seperti pada arbor, adapter, poros engkol dsb. a..cara memasang (menjepit) benda kerja tergantung pada keadaan benda dengan: - ragum mesin Gb Mengefrais key ways - klem dan U blok kerja, yakni

74 - di antara dua center pada kepala pembagi Gb Cara memasang penjepit b. Cara menempatkan cutter tepat di atas garis sumbu benda kerja: - Pasang benda kerja tepat pada T slot. - Klem dengan kuat - Gunakan penyiku dan mistar baja. - Kedudukan cutter harus se-perti gambar, yakni a = b. c. Cutter yang dipakai Gb Penempatan cutter - plain milling cutter - end mill - woodruff key seat cuter

75 d..menyetel depth of cut(kedalaman pemakanan) Kedalaman dari pada alur pasak biasanya diukur pada bagian tepi sedangkan pada waktu menyetel (setting) cutter terhadap benda kerja, pertama cutter dising-gungkan pada benda kerja de-ngan demikian depth of cut dapat dihitung sbb: Depth of cut (T) = t + a a = r - r² - w² / 4 Gb Mengukur depth of cut t = dalamnya alur a = tinggi r = jari-jari poros w = lebar cutter Contoh : Akan difrais alur pasak yang mempunyai lebar 12 mm dan kedalaman 6 mm pada poros dengan diameter 50 mm. Hitung kedalaman pemakanan (depth of cut)! Jawab: a = r - r² - w²/ 4 = 25-25² - 12² / 4 = / 4 =

76 = 25-24,27 = 0,73 mm depth of cut (T) = t + a = 6 + 0,73 = 6,73 mm Jadi kedalaman pemakanan = 6,73 mm Setelah semuanya disetel menurut ketentuan, maka prosedur pemotongan adalah seperti biasa dan kerjakan dengan menggunakan cara otomatis. 5. Mengefrais key seat Pada pembuatan alur pasak setengah lingkaran (key-seat) ini digunakan wood-ruff key seat cutter yang bentuknya seperti pada gambar. Cutter ini tersedia dengan ukuran: - diameter : 6 s/d 40 mm - tebal : 1,5 s/d 6 mm Cutter tersebut merupakan Gb mengefrais key set cutter bertongkat seperti end mill. Ada juga woodruff cutter lebih dengan dari merupakan 50 diameter mm cutter tapi yang berlubang.lihat gambar di samping.

77 Dalam hal ini, cara operasinya sama saja dengan pembuatan alur, baik pemasangan benda kerja maupun pemasangan cutter dan cara settingnya. Yang perlu diperhatikan disini adalah: Karena key seat ini biasanya tidak dimulai dari ujung, maka cara untuk mendapatkan kedalaman yang dikehendaki ialah, cutter langsung melakukan pemakanan, dan ini dilakukan dengan vertikal feed (penggeseran vertikal). Untuk menjaga keselamatan maka process tidak boleh dijalankan secara otomatis. 6. Perawatan cutter Perawatan cutter perlu dilakukan untuk memperpanjang umur cutter baik umur ekonomis maupun umur teknologi. Caranya antara lain: (1)Putaran cutter sesuai dengan ketentuan. (2)Pendinginan harus cukup dan dilakukan dengan menggunakan bahan pendingin yang cocok. (3)Pembersihan harus sempurna, jangan sampai chip ikut tersimpan. (4)Penyimpanan harus baik, cutter dalam keadaan dilumas dengan oli, jangan lembab, dan sisi-sisi potong tidak boleh bertabrakan Slotting Attachment Sloting attachment adalah perlengkapan pada mesin frais yang dipasang pasang pada coloumn mesin, seperti halnya head vertikal. Dengan alat ini, mesin frais dapat berfungsi sebagai mesin tusuk (mesin stick) sehingga kita dapat menusuk (membuat) alur terutama Gb Slotting attachment

78 alur pasuk (alur dalam) seperti alur pasak pada roda gigi, roda puli dan sejenisnya. Sloting attachment seperti terlihat pada gambar disamping mengubah gerak putar menjadi gerak lurus (naik turun) dengan perantaraan blok geser (blok luncur) seperti pada mesin skrap, hanya saja langkah geser di sini cukup pendek yakni maksimum 100 mm. Langkah geser Gb Beberapa bentuk Pahat pahat slotting ini dapat diatur menurut kebutuhan. Tool post terletak pada ujung bawah ram, dan inilah yang bergerak naik turun membawa pahat dan melakukan penyayatan. Pahat dipasang langsung pada tool post atau dipasang pada tool holder (pemegang pahat) kemudian tool holder dipasang pada tool post. Bentuk pahat disesuaikan dengan bentuk alur yang akan di buat begitu pula ukuran-ukurannya. Sudut potong, sudut baji dan sudut bebas dibuat sedemikian rupa sesuai dengan pahat yang digunakan dan material yang akan dipotong. Dalam proses pemotongan alur (slotting) ini, kecepatan potong pahat (C s) diambil ±1/3 dari kecepatan potong biasa, karena di sini garis kontak lebih panjang, di samping itu pahatnya kecil. Penjepit Benda Kerja Benda kerja dapat dijepit dengan beberapa cara sesuai dengan kondisi benda kerja itu sendiri. Hal-hal yang perlu diperhatikan pada waktu penjepitan benda kerja antara lain:

79 (1) Cukup kuat. Agar pada waktu proses pegerjaan tidak berubah/bergeser. (2) Lurus. Sumbu benda kerja sejajar dengan coloum mesin (tidak miring) agar slot yang dibentuk tetap lurus. (3) Usahakan ketika pahat mencapai titik mati bawah tidak menabrak pada meja mesin. Setelah penyetelan-penyetelan selesai, maka mulailah pemotongan. Namun, dalam bekerja harus diingat tentang keselamatan kerja dan keselamatan mesin yakni: (4) Lumasilah bagian bagian yang bergerak/bergeser. (5) Pakailah alat pelindung diri seperti kacamata dan alat pelindung lainnya. (6) Bekerja dengan cermat, teliti, dan hati hati. Mengukur kedalaman slot Biasanya dalam gambar kerja, dicantumkan ukuran seperti terlihat pada gambar di-samping. Jadi mengukur-nya dengan cara cara sesuai memberi ukuran pada gambar kerja yakni diameter kedalaman alur. Gb Ukuran kedalaman slot ditambah

80 Tugas Kegiatan Belajar 2 1. Buatlah benda kerja seperti pada job sheet berikut!

81 2. Buatlah benda kerja seperti job sheet berikut! C 1 R6,25 B 1 Ø10,5 C B

82 3. Buatlah benda kerja seperti job sheet berikut! Tes Formatif Kegiatan Belajar 2

83 Jawablah soal-soal berikut dengan singkat dan jelas! 1. Sebutkan macam-macam arbor! 2. Pisau frais muka dipasang pada arbor Pisau frais jari dipasang pada arbor 4. Jelaskan cara memasang arbor panjang! 5. Jelaskan pula cara memasang pisau frais mantel pada arbornya! 6. Mengapa memasang pisau frais harus sedekat mungkin dengan spindel nose? 7. Pada waktu memasang pisau, anda harus menggunakan majun. Apa alasannya? 8. Apa fungsi penyangga arbor? 9. Apa tujuannya memasang benda kerja menggunakan parallel pad? 10. Sebutkan macam-macam ragum yang digunakan pada mesin frais! 11. Kapan anda menggunakan ragum universal? 12. Apa tujuannya menggunakan dial indicator pada waktu anda memasang ragum? 13. Pada waktu memasang benda kerja yang bagaimana anda menggunakan alat bantu besi bulat? 14. Palu dari bahan apakah yang biasa dipakai untuk pemasangan benda kerja? 15. Cairan pendingin pada process pemesinan menggunakan campuran cutting oil dan air. Berapa perbandingan campuran antara cutting oil dan air tersebut?

84 Kunci Jawaban Tes Formatif Kegiatan belajar 2 1. Arbor panjang jenis A, jenis B, arbor baut, arbor tirus. 2. Pada arbor baut. 3. Pada arbor tirus. 4. Cara memasang arbor panjang: a. Bagian tirus arbor dan lubang spindel dibersihkan. b. Bagian tirus arbor dipasang pada spindel. c. Alur pada kerah arbor dipaskan pada pasak spindel nose. d. Baut penarik arbor dipasang dari belakang spindel dan dikencangkan. e.kolar dipasang secukupnya. f. Penyangga dipasang setelah pisau frais dipasang. 5. Cara memasang pisau frais mantel: a. Arbor telah terpasang. b. Pegang pisau frais dengan majun (diameter lubang pisau sesuai dengan diameter arbor) c. Pasang kolar secukupnya, usahakan agar nantinya pisau bias dekat dengan spindel nose. d. Masukkan pisau frais ke arbor. e. Pasang pasak pada pisau dan arbor tersebut. f. Pasang kolar secukupnya. Pasang kolar penyangga. g. Pasang penyangga arbor. h. Pasang baut pengencang kencangkan secukupnya. 6. Agar pisau tidak bergetar pada waktu proses penyayatan. dan

85 7. Karena pisau frais itu tajam dan dapat melukai tangan, maka tangan perlu dilindungi dengan majun. 8. Untuk menyangga arbor agar putaran arbor pada process penyayatan stabil dan tidak bergetar. 9. Untuk mendapatkan kedataran dan untuk benda yang kecil agar menonjol di atas ragum. 10. Ragum mesin, ragum putar, ragum universal. 11. Bila benda kerja harus difrais miring menyudut kanan atau kiri dan harus sekali jepit. 12. Untuk mendapatkan kelurusan, kesejajaran dan ketegaklurusan. 13. Benda kerja yang bentuknya tidak simetris atau tidak beraturan. 14. Palu tembaga atau palu plastik. 15. Perbandingannya ialah dari 1 : 20 sampai 1 : 40.

86 3). Kegiatan Belajar 3 : Kepala Pembagi Di dalam mesin frais atau milling machine, selain mengerjakan pekerjaanpekerjaan pengefraisan rata, menyudut, membelok, mengatur dsb, dapat pula mengerjakan benda kerja yang berbidang-bidang atau bersudutsudut. Yang dimaksud benda kerja yang berbidang-bidang ialah benda kerja yang mempunyai beberapa bidang atau sudut atau alur beraturan misalnya segi banyak beraturan, batang beralur, roda gigi, roda gigi cacing, dan sebagainya. Untuk dapat mengerjakan benda-benda kerja tersebut di atas, mesin frais dileng-kapi dengan kepala pembagi dan kelengkapannya. Kepala pembagi ini berfungsi untuk membuat pembagian atau mengerjakan benda kerja yang berbidang-bidang tadi dalam sekali pencekaman. Dalam pelaksanaannya, operasi tersebut di atas ada 4 (empat) cara, yang merupakan tingkatan, yaitu: (7) pembagian langsung (direct indexing) (8) pembagian sederhana (simple indexing) (9) pembagian sudut (angel indexing) (10) pembagian differensial (differential indexing) Keempat cara tersebut memang merupakan tingkatan-tingkatan cara pengerjaan, artinya cara yang kedua lebih sukar dari pada cara yang pertama, demikian pula cara yang ketiga adalah cara yang lebih sukar dari cara yang kedua. Cara keempat adalah cara yang paling sukar dan digunakan apabila ketiga cara yang lainnya tidak dapat dilaksanakan.

87 3.1. Pembagian Langsung Yang dimaksud dengan pembagian langsung ialah cara mengerjakan benda kerja yang berbidang yang sudah pembagiannya dan cara kerjanya (cara membaginya) langsung dilakukan dengan memutar spindel nose. Untuk itu mesin frais dilengkapi dengan kepala langsung. (lihat pembagi gambar). Kepala pembagi ini mempunyai plat pembagi yang berlubanglubang yang dapat diganti dan di-pasang langsung pada spindel. Gb Kepala pembagi a. Plat pembagi dengan alur V Plat pembagi ini ada yang beralur 24 ada yang 60 dan mungkin ada yang lain. Untuk plat pembagi beralur 24 dapat dipergunakan untuk pemba-gian : 2, 3, 4, 5, 6, 10, 12, 15, 20, 30 dan 60. Gb.2.68 Plat pembagi alur V

88 Untuk mempermudah menempat-kan posisi yang baru, plat pembagi mempunyai angka jumlah pemba-gian yang dapat dibuat b..plat pembagi dengan lubanglubang. Plat pembagi ini mempunyai satu lingkaran terdapat yang pula lubang dan angka-angka menyatakan nomor lubang itu. Cara kerjanya sama dengan plat pembagi beralur V, hanya saja fungsi pengunci indeks Gb.2.69 Plat pembagi berlubang diganti dengan pen indeks. Contoh I: Bagaimana cara mengerjakan benda kerja yang mempunyai 6 bidang beraturan (segi 6 beraturan) bila plat pembagi mempunyai alur 24. Jawab: Jumlah alur = Jumlah alur = Jumlah alur V pada plat pembagi Pembagian yang dibuat 24 6 = 4 alur

89 Jadi untuk mengerjakan setiap bidang, maka spindel mase (benda kerja) diputar sebanyak 4 alur, dan pengunci indeks dimasukkan pada alur kelima bila dihitung dari tempat semula. Atau sebaiknya, pengunci indeks ditempatkan pada angka yang sesuai dengan pembagian yang dikehendaki. Contoh II: Buatlah sebuah batang dengan penampang berbentuk segi tiga beraturan. Plat pembagi dengan lubang 36. Jawab: Jumlah lubang = Jumlah alur = Jumlah lubang pada plat pembagi Pembagian yang dibuat 36 3 = 12 lubang 3.2. Pembagian Sederhana Dengan kepala pembagi langsung, jumlah pembagian dan sudut putarnya sangat terbatas. Untuk jumlah pembagian dan sudut putar banyak, digunakan kepala pembagi universal. Kepala pembagi universal Pada kepala pembagi ini, pembagi-an, atau sudut putar spindel dile-watkan melalui roda gigi cacing oleh ulir cacing tunggal. Pada umumnya, ratio roda gigi cacing dan batang ulir cacing ini ialah 1 : 40 Gb.2.70 Kepala &

90 Artinya, satu putaran roda gigi cacing memerlukan 40 putaran ulir cacing. Engkol pembagi (Indeks Crank) gunanya untuk memutar batang ulir cacing. Lengan penempat gunanya untuk menempatkan pen indeks. Pada beberapa kepala pembagi, ulir cacing dapat diputar lepas dari roda gigi cacing. Pada posisi ini dipakailah sistem pembagian langsung. Indeksing plate (piring pembagi) ialah sebuah plat baja yang mem-punyai beberapa lingkaran lubang-lubang, pada suatu lingkaran lubang-lubang dalam sama. Fungsi dari indeksing plate ini adalah untuk menempatkan pemutaran/pembagian benda kerja yang diinginkan. Dengan lubang-lubang yang ada pada indeksing plate itulah kita dapat menempatkan pembagian benda kerja sesuai dengan yang kita inginkan, makin banyak lingkaran lubang yang ada, makin banyak pula kemungkinan benda kerja yang kita bagi (kita kerjakan). Pembuatan/pembagian benda kerja yang cukup/dapat dilaksanakan dengan lubang-lubang yang ada, inilah yang disebut pembagian sederhana. Kepala pembagi universal biasanya dilengkapi dengan 3 buah plat pembagi, tetapi ada juga yang hanya mempunyai 2 buah. Jumlah lubang setiap lingkaran harus dipilih untuk pembagian yang mungkin dibuat dalam hubungannya dengan ulir cacing pada kepala pembagi. Contoh beberapa set indercing plate Mesin frais : Accera Keping I : 15; 18; 21; 29; 37; 43

91 Keping II : 16; 19; 23; 31; 39; 47 Keping III : 17; 20; 27; 33; 41; 49 Mesin frais : Brown & Sharpe Keping I : 15; 16; 17; 18; 19; 20 Keping II : 21; 23; 27; 29; 31; 33 Keping III : 37; 39; 41; 43; 47; 49 Mesin frais : Hero Keping I : 20; 27; 31; 37; 41; 43; 49; 53. Keping II : 23; 29; 33; 39; 42; 47; 51; 57. Mesin frais : Vilh Pedersen Keping I : 30; 41; 43; 48; 51; 57; 69; 81; 91; 99; 117. Keping II : 38; 42; 47; 49; 53; 59; 77; 87; 93; 111; 119. Bila diketahui angka pemindahan (ratio = 40 : 1) atau I = 40 : 1, berarti 40 putaran ulir cacing atau putaran engkol pembagi, membuat satu putaran roda gigi cacing atau benda kerja. Untuk T pembagian yang sama dari benda kerja, setiap satu bagian memerlukan: i:t = i T Ulir cacing/engkol pembagi harus diputar sebanyak: nc = 40 T = ratio T = T i n putaran c = putaran indeks crank i = angka pemindahan (ratio) T = pembagian benda kerja Ingat, bila pembagian yang dikehendaki lebih dari 40, ulir cacing diputar kurang dari satu putaran, dan bila pembagian kurang dari 40, ulir cacing diputar lebih dari satu putaran.

92 Kurang dan lebih dari satu putaran ini akan menimbulkan angka pecahan. Maka angka pecahan ini harus diubah hingga penyebutnya merupakan bilangan yang sama dengan salah satu jumlah lubang pada plat indeks. Contoh : Sebuah benda kerja akan dibagi menjadi 16 bagian yang sama. Hitung nc bila i = 40 : 1 Jawab: nc = i T = =2 16 putaran Jadi engkol pembagi diputar dua indeks putaran di penuh, atas pen lingkaran lubang yang jumlahnya 16 dan ditambah 8 lubang, untuk setiap bagian benda kerja. Gb Engkol pembagi 3.3. Lengan Penepat Memasang lengan penepat menurut jumlah lubang yang harus diputar Bila pen indeks telah dimasukkan pada lubang yang dikehendaki, lenganlengan penepat harus dipasang sejarak lubang-lubang yang akan diputar dan searah dengan putaran. (11) Masukkan pen indeks pada salah satu lubang dari lingkaran lubang yang dike-hendaki dan pasang lengan penepat yang kiri sampai menyentuh pen indeks.

93 (12) Hitunglah jumlah lubang berikutnya yang dikehendaki, searah jarum jam dan pasang lengan penepat berikutnya pada lubang tersebut, sehingga lenganlengan penepat terpasang sejarak lubang yang dikehendaki. Kuatkan lengan-lengan penepat tadi dengan baut. (13) Putar engkol pembagi searah dengan ja-rum jam sampai lubang yang berikutnya yang dikehendaki dengan pen indeks pada lubang yang telah dibatas tadi. (14) Sebelum mengerjakan pengefraisan di mulai, pindahkan lengan penepat untuk mempersiapkan lubang yang berikutnya. Catatan: Jika putaran ulir cacing/engkol pembagi, lebih atau melewati lubang yang dikehendaki, maka engkol pembagi harus diputar kembali + ½ putaran, baru diputar maju menuju lubang yang dikehendaki. Bila ini tidak dilakukan, maka backlash/spelling dari ulir cacing dan roda gigi cacing akan membuat kesalahan. Gb.2.72 Lengan penepat 3.4. Pembagian Sudut Pembagian sudut ialah pembagian benda kerja yang ditentukan oleh sudut dari pusat lingkaran sampai sudut yang dikehendaki, misalnya pada pembuatan celah atau slot pada mesin yang berhubungan satu dengan

94 yang lainnya. Untuk kepala pembagi dengan i = 40 : 1, maka setiap putaran ulir cacing memutar benda kerja 1/40 putaran. atau 1 nc = 360o = 6o 60 Rumus Umum : sudut yang diminta x ratio nc = Nc = 1 putaran benda kerja dalam derajat nc = Crank turns α. i = putaran engkol pembagi 360 o i = ratio worm gear (angka pemindahan) α =angle required (sudut yang dikehendaki) Untuk memperoleh sudut 360 o, dengan I = 40 : 1, ulir cacing atau engkol pembagi harus diputar sebanyak. nc = α.i 360o = 36o o = 4 putaran Untuk memperoleh sudut 38o, maka : α.i nc = = 360o nc = o o = 4 = 38 9 =4 9 2 putaran 4 4 putaran 9 10 Jadi 4 putaran di tambah 4 lubang pada plat Gb Engkol pembagi indeks yang berlubang 18. Bila sudut yang diminta dalam derajat dan menit,maka sudut tersebut dijadikan menit semua. Untuk ratio (i) = 40 : I nc = α 9o = α (menit) 540

95 Contoh: Diketahui: α = 61o. 20. Berapa nc? nc = α nc = (61.60 ) + 20 = 540 9o 3080 = o 61.1/3 184 = = o = 9o 9 9,3 440 = = atau 27 putaran Jadi 6 putaran penuh ditambah 22 lubang pada plat pembagi dengan lubang Pembagian Deferensial Cara pembagian diferensial ini dilakukan bila pembagian dengan caracara yang sudah dibicarakan tidak bias dilakukan, sehingga dengan cara ini kita mampu mengerjakan pembagian. Pada cara ini, plat indeks tidak dimatikan pada waktu memutar engkol pembagi. Plat indeks bergerak/ berputar, melalui roda gigi pengganti (koreksi). Gerakan tambahan ini akan dipindahkan dari poros utama melalui roda gigi pengganti dan roda gigi paying atau roda gigi heliks ke plat indeks. Posisi vertikal dan pembuatan spiral (heliks) tidak dapat dilaksanakan dengan cara pembagian diferensial. Gb.2.74 Plat indeks

96 Metoda pembagian diferensial menggunakan angka pembagi yang dapat dibagi dengan lubang-lubang yang ada pada indeksing plate. Menentukan angka pembagi (T) ini tidak dapat lebih kecil dari 13 % dan tidak lebih besar dari 17 % terhadap pembagian (T) yang dikehendaki. Langkah-langkah yang harus ditempuh dalam cara pembagian diferensial adalah sebagai berikut: 1. Menentukan angka pembagi (T ). 2. Menghitung putaran engkol pembagi nc = i T 3. Menghitung roda gigi pengganti (R). 4. Menentukan arah putaran dari plat indeks. Untuk menghitung/mencari roda gigi pengganti digunakan rumus: R = i = ik = i.ik T (T T) perhitungan antara gigi cacing dan ulir cacing perbandingan putaran roda gigi paying T = angka pembagi (perumpamaan) T = pembagian yang dikehendaki Putaran plat indeks ditentukan oleh hasil perhitungan (T T). Bila T > T, maka T T berharga positif (+), maka putaran plat indeks searah dengan putaran engkol pembagi.

97 Bila T < T, maka T T berharga negatif ( - ), maka putaran engkol pembagi. Untuk mendapatkan putaran yang berlawanan ini harus ada roda gigi antara sebagai pembalik arah. Alasan apa dan mengapa plat indeks harus ikut berputar. Hal ini dapat dijelaskan sebagai berikut. Bila engkol makin jauh diputar maka pembagian yang dibuat makin sedikit. Sebaliknya bila engkol diputar dekat, maka pembagian yang dibuat berarti makin banyak. Dengan ikut berputarnya piring pembagi berarti akan menambah atau mengurangi sudut putar engkol pembagi, yang berarti juga akan menambah atau mengurangi pembagian. Contoh: Akan dibuat roda gigi dengan jumlah gigi (T) = 49. Mesin frais diketahui : i = 40 : 1, ik = 1 : 1 Roda gigi yang ada : 24, 28, 32, 36, 40, 44, 48, 56, 64, 72, 86, 100, 127. Plat indeks : 43, 37, 29, 21, 18, 15, 47, 39, 31, 23, 19, 47, 41, 33, 27, 20, 17. Langkah 1: Menentukan angka pembagi (T ). Diambil T = 48. Langkah 2: Menghitung putaran engkol pembagi Nc = i T = = 5 = Jadi Nc = 15 lubang pada lingkaran dengan lubang 18. Langkah 3: Mencari roda gigi pengganti R = i.ik T (T T)

98 = (48 49) = -5 6 Jadi: driver : Z1 = 40 = dipasang pada poros yang satu sumbu dengan benda kerja. Driver : Z2 = 48 dipasang pada poros yang satu sumbu dengan roda gigi paying. Langkah 4: Menentukan arah putaran plat pembagi Jika T < T, maka T T negatif sehingga putaran plat pembagi berlawanan dengan putaran engkol pembagi. Jadi antara Z1 dan Z2 harus dipasang roda gigi antara untuk membalik arah. Dalam hal ini, jika engkol diputar dan plat tidak berputar maka gigi yang akan terjadi adalah 48 buah. Bila plat indeks berputar berlawanan arah berarti menam-bah sudut putar sebesar 1/48 putaran, sehingga gigi yang akan terjadi ialah X 48 = = 49 buah.

99 3.6. Pembagian diferensial sudut. Hal ini dilakukan bila dengan cara pembagian sudut biasa tidak dapat. Contoh: Sebuah benda kerja akan dibagi hingga setiap bagian membentuk sudut = 32o Disini berarti : T = o = = = Jadi T = Diambil T = nc = i T = = = nc = 4 putaran + 1 lubang pada lubang 49. nc = R = i T i.ik T = = = = (T T) = 1960 = i = ( ) =

100 R = R = = = Jadi roda gigi pengganti yang digunakan Z1 = 64 dan 100 Z2 = 28 dan 56 Karena T < T maka putaran piring pembagi berlawanan dengan putaran engkol pembagi. Tugas kegiatan belajar 3 Buatlah benda kerja segi delapan seperti job sheet berikut!

101 Tes Formatif Kegiatan Belajar 3 Selesaikanlah soal-soal berikut: 1. Akan dibuat sebuah balok persegi enam beraturan menggunakan mesin frais yang dilengkapi dengan kepala pembagi universal. Kepala pembagi dilengkapi piring pembagi dengan lubang-lubang sebagai berikut : 15, 16, 17, 19, 21, 24, 27, 30, 33, 36 16, 20, 23, 26, 29, 32, 35, 39, 42, 45 Perbandingan antara roda cacing dan batang cacing 1 : 40. Tentukan putaran engkol pembagi untuk setiap bagian segi enam tersebut. 2. Akan dibuat roda gigi dengan jumlah gigi T = 49. Mesin frais diketahui: i = 40 : 1 dan ik = 1 : 1 Roda gigi yang ada: 24, 28, 32, 40, 44, 48, 56, 64, 72, 86, 100, 127. Lubang pada pelat indeks: I : 43, 37, 29, 21, 18, 15. II: 47, 39, 31, 23, 19, 17. Tentukan langkah langkah pengerjaanya!

102 3. Untuk membuat alur yang membentuk sudut = 36 o, dengan i = 40 : 1, maka ulir cacing atau engkol pembagi harus diputar berapa putaran? (lakukan perhitungan) 4. Untuk membuat alur yang membentuk sudut = 38 o, dengan i = 40 : 1, maka ulir cacing atau engkol pembagi harus diputar berapa putaran? (lakukan perhitungan) 5. Untuk membuat sudut: = 61o.20, maka engkol pembagi harus diputar pada plat indeks, sebanyak berapa putaran? Kunci Jawaban Tes Formatif Kegiatan belajar 3 1. nc = 40 / 6 = 6 2/3. Jadi engkol pembagi diputar 6 putaran ditambah 14 bagian (lubang) pada deretan lubang 21 atau 6 putaran ditambah 18 bagian (lubang) pada deretan lubang Jawab: a. Diambil T = 48 b. nc = T i = 40 = 5 = Engkol pembagi diputar 15 lubang pada lingkaran dengan lubang 18. c. R = i.ik. (T - T) = (48 49) T 48 = 5 ( -1) = Driver : Z1 = 40 Driver : Z2 = 48 d. T < T T T = ( - ) Putaran engkol pembagi berlawanan arah dengan putaran pelat pembagi, jadi harus dengan roda gigi antara.

103 3. Untuk membuat alur yang membentuk sudut = 36 o, dengan i = 40 : 1, maka maka ulir cacing atau engkol pembagi harus diputar:. i = = 4 putaran 360o 360o 4. Untuk membuat alur yang membentuk sudut = 38 o, dengan i = 40 : 1, maka maka ulir cacing atau engkol pembagi harus diputar: nc =. i = = 38/9 = 4 2/9 = 4 4/18 putaran 360o 360o 5. Untuk membuat sudut: = 61o.20, maka: nc = (61o.60 ) + 20 = 3680 = /54 = 6 22/27 putaran 540 atau nc = / 9 = 61o.20 = 61.1/3o = 184 = 6 22/27 putaran Jadi engkol pembagi diputar 6 putaran penuh ditambah 22 lubang pada plat indeks dengan lubang 27.

104 4. Kegiatan Belajar 4 : Alur Spiral dan Cara Memfraisnya 4.1. Pengertian dan Prinsip Pengefraisan Alur Spiral (Heliks) Helik atau alur spiral ialah sua-tu alur atau garis yang melilit maju pada sebuah poros atau bidang. Bentuk helik ada beberapa ma-cam, antara lain: 1. Helik pada satu bidang seperti pegas arloji. Gb Garis alur 2. Helik pada conis (tirus) se-perti remer tirus. 3. Helik pada poros silindris seperti end mill- roda gigi helik dsb. Pertama-tama akan kita bicarakan helik pada poros silindris. Gb Segi tiga heliks

105 - Panjang kisar ialah jarak antara dua titik puncak apabila garis spiral melilit satu putaran penuh, diukur sejajar garis sumbu. - Sudut helik (sudut spiral = β) ialah sudut yang dibentuk oleh garis sumbu benda kerja dengan garis spiral (lihat gambar 2.75 & 2.76), sehingga: tan β = tan β = keliling benda kerja panjang kisar π.d LW Panjang kisar = LW = LW = Keliling lingkaran tusuk Tangent sudut heliks π.d tan β mm panjang kisar D = diameter tusuk Untuk alur spiral seperti end mill, D = diameter luar dikurangi depth of cut. Untuk roda gigi helik, D adalah diameter tusuk. β = Sudut helik (sudut spiral) sudut helik adalah penyiku sudut kisar. Prinsip pengefraisan helik adalah sebagai berikut: Dalam proses pemotongan, benda kerja bergerak maju sambil berputar, sehingga terjadilah alur yang melilit pada blank. 1..Gerak maju oleh meja mesin frais.

106 2..Gerak berputar oleh kepala pembagi, gerak ulir meja mesin frais yang dipindahkan oleh roda-roda gigi pemindah (pengganti). Gb.2.77a. Pengefraisan alur Roda-Roda spiral Gb.2.77b. Pemasangan roda gigi 4.2. Mencari/Menghitung Gigi Pengganti pengganti Apabila batang ulir meja berputar satu kali, maka meja bergeser sejauh kisar batang ulir (L1). Bila benda kerja berputar satu kali, maka meja mesin (benda kerja) harus bergeser sejauh kisar yang akan dibuat (Lw), agar terjadi heliks yang dimaksud. Untuk ini batang ulir meja harus berputar sebanyak: L2 Putaran L1 Dengan kata lain, setiap putaran batang ulir meja mesin, benda kerja membuat putaran: 1 L2 /L1 = L1 L2 Bila kepala pembagi mempunyai = 40 : 1 dan ik = 1 : 1 Maka batang cacing akan berputar sebanyak: L1 L2 x 40 x 1= L 2 x i x ik L2 putaran Biasanya: L x i x ik disebut kisar mesin (LM). Jadi LM = L x i x ik mm Roda-roda gigi pengganti dapat kita cari dengan rumus sebagai berikut : Driver DR = LM

107 Driven DN LW Driver dipasang pada batang ulir meja mesin, sedangkan driven dipasang pada poros roda gigi payung. Contoh: 1 Akan dipotong alur spiral dengan D = 80 mm, sudut heliks (β) = 16. Kisar batang ulir meja L, = 10 mm, sedangkan angka pemindahan batang cacing dan roda cacing i =40, ik =1:1 Tentukan roda-roda gigi pengganti. Penyelesaian: driver LM = driven = LW LW L1 = 10 mm LM = = 400 L2 = LW = DR DN DR DN πd tan β = 875 = = = 3,14.80 tan 16o = = 875. = 3, ,287 = 875 mm Jadi Driver = 32 dan 80 Driven = 56 dan 100 Contoh 2: Hitung roda-roda gigi pengganti untuk membuat alur spiral (end mill), dengan diameter rata-rata 50 mm, sudut spiral 10 o. Meja mesin mempunyai batang ulir meja dengan kisar 6 mm, kepala pembagi dengan Z = 40. Jawab. LW = π.d tan β = 880 mm 3,14.50 = tan 10o 3,14.50 = 0, ,176 =

108 LM = L. 40 = 6 x 40 = 240 mm DN DR = LW LM = 880 = Bila roda gigi pengganti yang tersedia adalah: 24 (2), 28, 32, 36, 40, 44, 48, 56, 64, 72, 86, 100 Maka roda-roda gigi pengganti dapat dicari: DN x = = = : DR x Jadi: Driven = 44 dan 56 Driver = 24 dan 28 Dalam praktek:roda gigi 24 dipasang pada batang ulir meja mesin roda gigi 44 dikopel satu as dengan roda gigi 28 roda gigi 56 dipasang pada poros roda gigi payung

109 Gb Pemasangan roda gigi pengganti 4.3. Pemasangan Roda Gigi a. Pemindahan tunggal (single gear train) Roda gigi penggerak (driver driving gear) diikatkan (dipasang dengan pasak) pada batang ulir meja mesin. Roda gigi yang digerakkan (driven) dipasang pada auxiliary spindel (poros roda gigi payung). Karena kedua poros dimana roda gigi tersebut diatas dipasang, mempunyai jarak yang tertentu, maka kedua roda gigi ini belum tentu dapat berhubungan. Untuk ini perlu ada roda gigi perantara (idler gear) yang dipasang pada quadrant (gunting). b. Pemindahan majemuk (compound gear trains) Pemindahan majemuk seperti : DR 1 DN 1. DR 2 DN 2 Roda gigi penggerak pertama (first driver = DR 1) dipasang pada batang ulir meja. Roda gigi yang digerakkan terakhir (DN 2) dipasang pada auxiliary spindel (poros roda gigi payung). Roda gigi penggerak kedua (second driving gear) dan roda gigi yang digerakkan pertama (first driven) dipasang satu as dan dikopel agar dapat berputar bersama-sama.

110 As tersebut dipasang pada quadrant (gunting). Roda gigi perantara (idler) mungkin diperlukan atau mungkin tidak. Perlu diingat bahwa roda gigi perantara tidak menentukan/mempengaruhi perbandingan (ratio). Gb. 2.79a. Pemasangan roda gigi single train Gb.2.80b. Compound train c. Roda gigi perantara (idler gear) Fungsi: 1. Sebagai penghubung 2. Sebagai pembalik arah putaran Bila pengefraisan menggunakan rangkaian tunggal:

111 Driver Driven - = DR DN Untuk heliks/spiral miring ke kanan, tidak digunakan roda gigi antara atau menggunakan roda gigi perantara genap. - Untuk heliks (spiral) miring ke kiri, digunakan sebuah roda gigi antara atau dengan perantara ganjil. Bila menggunakan rangkaian majemuk: Driver = Driven DR 1. DN 1 DR 2 DN 2 Dalam hal ini, bila digunakan roda gigi perantara (idler gear), hasilnya adalah kebalikan dari rangkaian tunggal. Catatan: Aturan penggunaan roda gigi perantara tersebut berlaku untuk mesin/kepala pembagi pada umumnya. Sedang kepala pembagi sering mempunyai variasi yang berbedabeda sehingga kita tidak memerlukan idler gear walaupun dalam keadaan biasa kita gunakan Mengatur Kemiringan Meja Mesin Untuk mendapatkan sudut/kemiringan alur spiral, maka meja mesin harus dimiringkan terhadap garis sumbunya. Cara memiringkan: Bila benda kerja yang dibuat mempunyai sudut heliks (sudut spiral) miring ke kanan, maka berdirilah berhadapan dengan mesin, tekan (dorong) meja mesin dengan tangan kanan hingga kedudukan meja meeting sesuai dengan sudut heliksnya. Bila benda kerja mempunyai sudut spiral miring ke kiri, maka berdirilah ber-hadapan dengan mesin, tekan (dorong) meja mesin dengan tangan kiri hingga kedudukan meja miring sesuai dengan sudut heliksnya.

112 Jadi derajat kemiringan meja sama dengan derajat sudut heliks. Gb Pengaturan kemiringan meja mesin 4.5. Pemilihan Cutter Cutter yang digunakan dalam pengefraisan heliks, tergantung pada bentuk alur yang akan dibuat. Lihat gambar berikut. Gb Pemilihan cutter Pisau frais mantel (plain cutter) dan single angle cutter

113 Lihat gambar di bawah : 4.6 Penyetelan Cutter Gb Beberapa pisau frais Untuk menyetel cutter-cutter end mill, side and face mill, pisau frais bentuk ataupun, gear cutter, kita cukup menepatkan garis senter cutter dengan garis senter (sumbu) benda kerja (lihat hand out sin ). Untuk menyetel double angle cutter yang kebanyakan digunakan untuk mengefrais alur heliks, kita harus hati-hati untuk mendapatkan sudut potong dan sudut total yang baik. a. Menyetel cutter untuk mendapatkan sudut total yang netral. Double angle cutter yang digunakan kebanyakan mempunyai sudut 48 o s/d 12o. Untuk ini penyetelannya ialah sebagai berikut: 1. Siapkan permukaan ujung blank untuk digambari (terpasang pada kepala pembagi) dan dilabur. 2. Setel high gauge setinggi senter kepala pembagi. 3. Goreskan garis horisontal, garis no. 1 (gambar a). Gb Penyetelan cutter

114 4. Kemudian putar engkol pembagi untuk mendapatkan jarak satu gigi, kemudian goreskan garis no. 2 (gambar b). 5. Untuk alur spiral kanan (RH heliks), gunakan cutter kiri (LHCutter) Putarlah benda kerja dengan engkol pembagi hingga garis no. 2 membentuk sudut 78o dengan garis horisontal (90o - 12o = 78o). Lihat gambar c. Untuk alur spiral kiri (LH heliks), gunakan cutter kanan (RH heliks). Putar kembali garis no. 1 hingga kedudukan menjadi seperti semula (horizontal), kemudian putar hingga mencapai sudut o = 102o. Lihat gambar d. 6. Geserlah meja hingga ujung benda kerja di bawah cutter dan segaris dengan sumbu vertikal cutter (lihat gambar). Gb Penyetelan cutter

115 7. Putarlah cutter (hidupkan mesin) dan naikkan meja (benda kerja), hingga cutter menyinggung benda kerja. Ingat posisi pada no. 6 ialah tetap. Catatan: a. Selama penyetelan ini roda-roda gigi pengganti dalam keadaan lepas, tidak dihubungkan satu sama lain. b. Plat indeks terkunci, mengapa demikian? c. Meja telah disetel kemiringannya sesuai dengan sudut heliks. 8. Hubungkan roda-roda gigi pengganti dan lepaskan pengunci plat indeks. 9. Lakukan proses pemotongan. b. Menyetel cutter untuk mendapatkan sudut total positif atau negatif Untuk mendapatkan sudut total positif atau negatif, pada waktu mengefrais alur heliks dengan double angle cutter (misalnya kita membuat pisau frais jari), kita harus meng-offset (memindahkan) bidang sudut cutter yang kecil kedepan atau kebelakang garis radial (garis menuju pusat). Besar penggeseran (pengofsetan) adalah : radius benda kerja dinaikkan dengan sinus sudut total yang dikehendaki. OC = R x sin γ Contoh: Hitung besar ofset cutter untuk mendapatkan sudut total (γ) = 5o positif pada diameter blank 80 mm Jawab: OC = R. sin γ = ,287 = 3,5 mm 1. Menyetel cutter untuk mendapatkan sudut total positif i. Labur permukaan ujung blank.

116 ii. Atur surface gauge/high gauge setinggi senter kepala pembagi. iii. Goreskan garis horizontal/garis pendek (gambar : a). iv. Turunkan penggores sebesar offset (3,5 mm, pada contoh di Gb Penyetelan cutter untuk atas) kemudian sudut +goreskan untuk (gambar b.). mendapat garis no. 1 v. Putar engkol pembagi hingga mendapat satu gigi dan gores hingga mendapat garis no. 2 (gambar c). vi. Untuk alur kanan, putar kembali garis No. 1 hingga horizontal, kemudian putar hingga membentuk sudut 102 o dengan garis horizontal. vii.setelah selesai penyetelan seperti tersebut di atas, posisi cutter seperti step 6 s/d 9 bagian A. 2. Menyetel cutter untuk mendapatkan sudut tatal negatif caranya sama dengan prosedur di atas, yaitu hanya menggoreskan garis no. 1 di atas garis pendek (lihat gambar). Gb Penyetelan cutter untuk sudut 4.7 Pelaksanaan Pengefraisan Alur

117 Setelah persiapan dan penyetelan seperti tersebut pada bagian-bagian terdahulu, barulah kita mulai pemotongan. 1. Atur putaran mesin (cutter) sesuai dengan cutting speed (Cs) dan ma-terial yang dipotong. Ambil sedikit lebih rendah untuk menjaga keawetan. 2. Atur feeding (kecepatan pemakanan) sesuai dengan perhitungan. Ambil pemakanan tiap gigi antara; 0,05 0,08 mm, kemudian hitung kecepatan pemakanan. F = f.n.z mm/ menit F = kecepatan pemakanan f = kecepatan pemakanan tiap gigi n = putaran cutter Z = jumlah gigi cutter 3. Kuncilah bagian-bagian yang perlu dikunci. Potonglah alur ke 1 kemudian keraskan stopper (mur/baut pembatas) setelah sampai pada kepanjangan yang dikehendaki. 4. Potonglah alur ke 1 kemudian keraskan stopper (mur /baut pembatas) setelah sampai pada kepanjangan yang dikehendaki. 5. Matikan putaran cutter, turunkan meja, baru kembalikan ke posisi semula. Hal ini dilakukan agar alur yang baru saja dibuat tidak rusak ketabrak cutter ketika ditarik kembali, karena adanya backlash pada roda gigi. Catatan: Tandai pada skala, agar pada waktu akan menaikkan meja tidak mendapat kesulitan. 6. Putar engkol pembagi untuk pemotongan gigi yang kedua. Naikkan lagi meja sedemikian rupa, sehingga kedalaman pemakanan tercapai. 7. Lakukan hal tersebut di atas hingga selesai.

118 Tes Formatif Kegiatan Belajar 4 Selesaikanlah soal-soal berikut : 1. Hitung roda roda gigi pengganti untuk membuat alur spiral dengan diameter rata rata 50 mm, sudut spiral = 10 o. Meja mesin mempunyai batang ulir meja dengan kisa 6 mm kepala pembagi dengan i : Akan dipotong alur heliks: D = 80 mm L1 = 10 mm = 16o 2 = 40 : 1 Tentukan roda-roda gigi pengganti! Kunci Jawaban Tes Formatif Kegiatan belajar 4 1. Jawab: Lw =.D = 3,14.50 = 155 tan tan 10o 0,176o = 880 mm Lm = Li.i.ik = = 240 DN = Lw = 880 = 88 DR LM Bila roda gigi pengganti ada : 24, 24, 28, 32, 36, 40, 44, 48, 56, 64, 72, 86, 100. Maka roda gigi pengganti dapat dicari: DN 88 = 44.2 = = ik = 1 : 1

119 DR Driver = 44 dan 56 Driven = 24 dan Batang ulir meja mesin Poros pada gunting (Quadran ) Poros roda gigi payung ( Kepala pembagi) Penyelesaian : LM = L1.i.ik = = 400 LW = L2 = 3,14.D = 3,14.80 = 3,14.80 tanβ tan 16 DR = 2.8 = 2 = DN ,287

120 DR = DN Driver = 32 dan 80 Driven = 56 dan 100 Driver dipasang pada batang ulir meja. Driven dipasang pada kepala pembagi. 5. Kegiatan Belajar 5 : Roda Gigi dan Pengefraisan Roda Gigi Pada hakekatnya, profil-profil gigi dapat dibentuk dengan bermacam3-macam cara, antara lain : - Dipotong - milling (15) shaping (16) planning (17) hobbing (18) Dicetak - dituang kemudian disempurnakan dengan pemotongan (19) Diroll - semacam proses kartel (knuerling). Pengerjaan akhir (finishing) dapat dilakukan dengan digerinda, lapping, bila dikehendaki. Cara-cara tersebut digunakan atau dipilih sesuai dengan faktorfaktor yang ada. Faktor-faktor tersebut adalah sebagai berikut: (20) tipe mesin yang tersedia (21) kemampuan skill yang ada pada operator (22) ketelitian yang dikehendaki (23) kekuatan roda gigi yang dikehendaki (24) jumlah roda gigi yang dikehendaki (25) kecepatan produksi yang dikehendaki

121 (26) biaya/harga Di sini hanya akan dibicarakan tentang pengefraisan roda gigi lurus (milling of spur gear). 5.1 Penentuan Besaran-Besaran Roda Gigi Roda gigi dibuat berdasarkan dimensi dan parameter-parameter yang distandarkan. Penentuan besaran dan parameter tersebut dilakukan menurut beberapa sistem yakni: (27) Sistem modul. (28) Sistem diametral pitch. (29) Sistem circular pitch. a. Sistem modul (M) Sistem ini digunakan untuk satuan metris dan untuk satuan modul (mm) yang biasanya tidak ditentukan. Modul adalah perbandingan antara diameter jarak antara dengan jumlah gigi. Jadi M = D Z mm b. Sistem diametral pitch dan circular pitch Sistem ini digunakan hampir semua roda gigi dengan satuan inchi. - Diametral pitch (DP) ialah perbandingan antara banyaknya gigi dengan diameter jarak antara dalam inchi. Jadi - M = D" Z D" = Z DP Circular pitch (CP) ialah panjang busur lingkaran jarak antara pada dua buah gigi yang berdekatan dalam satuan inchi.

122 Jadi CP. D" M = Bila : D" inchi Z CP = π. M" = M" Z inchi Persamaan dimetral pitch dengan module CP : π. D" Z π. CP : Z D" sedang DP Z DP CP Z π DP 1 Maka : M" = π. M" = π DP 25,4 DP atau M = DP Catatan: Gigi yang berbeda sistem besarannya tidak dapat bekerja sama. c. Istilah-istilah pada roda gigi 1. Pitch circle = lingkaran tusuk = lingkaran jarak antara : ialah merupakan garis lingkaran bayangan yang harus bertemu/ber- singgungan untuk sepasang roda gigi. 2. Pitch diameter : diameter jarak antara : diameter tusuk 3. Circular pitch = tusuk : panjang busur lingkaran jarak antara pada dua gigi yang berdekatan.

123 4. Addendum = tinggi kepala gigi. 5. Dedendum = tinggi kaki gigi. 6. Clearance : kelonggaran antara tinggi kaki gigi dengan tinggi kepala gigi yang saling menangkap. 7. Backlash : perbedaan antara lebar gigi yang saling menangkap pada lingkaran jarak antara. 8. Sudut tekan : sudut antara garis singgung jarak antara dengan garis tekan. 9. Garis tekan : garis yang dihasilkan dari hubungan titiktitik tekan dan melalui titik singgung lingkaran jarak antara, dua roda gigi. Gb Istilah pada roda gigi

124 d. Untuk mencari ukuran-ukuran roda gigi sistem module NAMA Jarak sumbu antara roda gigi SIMBO L a = RUMUS D1 + D2 Z = M (Z1 + Z2) Circular pitch CP = r.m Diameter jarak antara D Z.M Diameter puncak/kepala Da = D + 2.M Diameter alas/kaki Df = D (2,2 : 2,6) M Tinggi gigi seluruhnya h Da Df = = Z Z = ha + hf Tinggi kepala gigi/addendum ha = Tinggi kaki/addendum hf = Banyak gigi Z = D Modul M = M Tebal gigi b Sudut tekan α = D Z (6 : 8).M automotif (8 : 12).M penggerak umum = I.M (1,1 : 1,3).M 20o evolvente Perbandingan transmisi i = Z1 Z2

125 e. Untuk mencari ukuran roda gigi sistem diametral pitch NAMA RUMUS π Diametral pitch diukur pada lingkaran D.P = P = tusuk Addendum Add = ha = Deddendum Ded = hf = Whole depth WD=H= Clearence Tebal gigi pada lingkaran tusuk Diameter lingkaran tusuk Diameter lingkaran luar Diameter lingkaran alas C1 = P 1,25 P 2,25 P 0,25 P P Z P Da = Df = 1 1,5706 th = D= CP Z+2 P Z - 20,5 P 5.2 Gears Cutters (Pisau Frais Roda Gigi) Pisau frais roda gigi dibuat dari bahan baja carbon (carbon steel) atau baja kecepatan potong tinggi (high speed steel = H.S.S). Bentuknya sedemikian rupa sehingga hasil pemotongannya membentuk profil gigi. Ada dua tipe cutter, yaitu: a. Tipe plain Cutter tipe ini dipergunakan untuk pemotongan, pengasaran, maupun untuk penyelesaian (finishing) roda gigi dengan profil gigi kecil (modul kecil). b. Tipe stocking

126 Gigi pemotongannya mempunyai alur yang selang-seling (lihat gambar). Clip (tatal) akan terbuang sebagian dari mulai alur-alur. Karena alurnya berselang-seling maka pada benda kerja tidak akan terjadi garis-garis. Cutter tipe ini digunakan untuk pengefraisan, pengasaran, dan untuk roda gigi dengan profil gigi besar. (M : 20 : 12). Untuk finishing digunakan cutter tipe plain. Gb Pisau frais roda gigi Hal-hal yang perlu diperhatikan antara lain: 1. Meja harus benar-benar sejajar dengan column dan sedekat mungkin dengan column. 2. Dividing head dan tailstock dipasang ditengah-tengah meja, dan garis senter harus sejajar column. 3. Pasang benda kerja (bahan) dengan mandrel yang cocok dan dengan pembawa yang baik, di antara dan senter dan dichuk kelurusan dan kesikuannya. 4. Setel engkol pembagi dan masukkan pen indeks pada lubang yang dikehendaki. cermat. Pemutaran engkol pembagi harus dilakukan dengan

127 5. Pemasangan cutter pada arbor harus benar cutter tidak boleh goyang (oleng) sebab bila demikian roda gigi yang dipotong hasilnya menjadi tidak baik yakni giginya menjadi kecil. 6. Cutter harus tepat pada pertengahan benda kerja atau di atas garis senter. 7. Putaran mesin (cutter) harus sesuai dengan ketentuan, demikian pula feedingnya Beberapa Cara Menyetel Cutter Berapa cara menyetel cutter agar benar-benar tepat di atas garis senter. a. Menggunakan siku dan inside caliper (30) Letakkan siku pada meja dan singgungkan pada benda kerja. (31) Ukur tebal cutter. (32) Jarak antara siku dengan bagi-an cutter yang paling tebal adalah ½ D s/d ½ tebal cutter. Ini dapat diukur dengan inside caliper. D = diameter benda kerja. (33) Siku dapat pula di singgungkan pada mandrel. (34) Gb (35) Menggunakan siku dan inside caliper b. Dengan cara spotting the work (36) Putarlah mesin, perkiraan cutter di atas benda kerja. Gb Penyetelan dg spotting the work

128 (37) Taruh selembar kertas pada benda kerja, naikkan meja hingga cutter menyinggung kertas tersebut dan setel nomor vertikal pada angka nol. (38) Naikkan meja kira-kira 0,1 mm, hingga cutter me-nyinggung benda kerja. Gerakkan meja dengan cross feed screw secara balok-balik hingga cutter akan menggores benda kerja dan membentuk oval spot. (39) Oval spot itu menyatakan bahwa di tempat itulah posisi cutter yang benar.

129 5.4. Pemasangan Benda Kerja Harus diingat bahwa dalam proses pemotongan roda gigi, benda kerja telah dibubut dahulu sesuai dengan ukuran-ukuran yang dikehendaki. Jadi dalam mesin frais, kita tinggal memotong profil gigi saja. Cara pemasangan benda kerja ini ada bermacam-macam sesuai dengan besar kecilnya bahan, antara lain yaitu: a..pemasangan benda kerja dengan mandrel. Gb Pemasangan benda kerja dg mandrel Ini biasa dilakukan untuk roda gigi yang jari-jarinya tidak melebihi tinggi senter. Mandrel sedikit tirus, benda kerja dipasang pada mandrel dengan pres fitch, kemudian dipasang di antara dua senter kepala pembagi dengan diperkuat oleh pembawa (lead dog). b. Pemasangan dengan kepala pembagi yang diputar vertikal Ini dilakukan untuk roda gigi yang sangat besar (lebar). Benda kerja dipasang pada mandrel dengan cara dibaut. Untuk Gb Pemasangan dg kepala pembagi diputarvertikal cara ini diperlukan pendukung (steady rest) pada waktu pengefraisan. Cara

130 pemakanan menggunakan vertikal feed. c..pemasangan circular dengan attachment (meja putar) Pada cara ini benda kerja lebih tegak dan stabil serta tidak memerlukan steadyrest. Cara pembagiannya Gb Pemasangan dg circular attacment menggunakan putaran meja. Pisau frais digunakan untuk pemotongan roda gigi menurut sistem diametral pitch. Untuk inipun, setiap ukuran gigi juga mempunyai 8 buah cutter (satu set). Misalnya untuk roda gigi dengan ukuran 10P, cutter terdiri dari 8 nomor. No. Untuk gigi gigi rack Perawatan Cutter : Perawatan ini dimaksudkan untuk memperpanjang umur ekonomi maupun umur teknologi dari pada cutter. Cara-caranya antara lain adalah sebagai berikut: 1. Memasang cutter dengan cara-cara menggunakan pasak dan sebagainya. yang benar, yakni

131 2. Memberikan putaran dan feeding (pemakanan) sesuai dengan ketentuan. Hal ini supaya digunakan tabel berikut. TABEL 2.2 Cutting Speed Material Cutting speed [m/minute]??????? Cast iron Mild steel Bross Feed untuk H S S dalam m/menit Diametral pitch (P) Metric modul (M) Cost iron Mild steel ½ ,5 2 1, Pendinginan yang cukup, yang cocok dengan bahan. Besi tuang tidak didinginkan dengan cairan pendingin. 4. Pembersihan cutter yang sempurna. 5. Penyimpanan cutter dengan baik, yaitu cutter diberi minyak lumas dan sisi-sisi potong jangan sampai bertabrakan. Cutter dibuat untuk setiap ukuran, yakni untuk diametral pitch maupun un-tuk sistem modul. Setiap ukuran terdiri dari satu set yang mempunyai 8 buah cutter atau 15 buah. Tiap nomor cutter hanya dipakai untuk memotong roda gigi dengan jumlah gigi tertentu. Hal ini dibuat, mengingat bahwa roda gigi dengan jumlah gigi sedikit, profil giginya akan sedikit berbeda dengan profil gigi dari roda gigi dengan jumlah gigi banyak. Satu set cutter modul dengan 8 nomor

132 No. Cutter Untuk gigi rack Satu set cutter modul dengan 15 nomor No. Cutter 1 1½ 2 Untuk gigi ½ 3 3 ½ 4 4½ 5 5½ 6 6½ 7 7 ½ rac k Cutter yang lebih besar dari modul 10 biasanya terdiri dari 14 buah untuk tiap setnya dan tidak diberi nomor dengan angka akan tetapi dengan huruf. No. Cutter A B C D E F G H I K L M N O Untuk gigi rac k Modul-modul yang biasa dipakai dalam pembuatan roda gigi antara lain: 0,5-0,75 1-1,25 1,5 1,75-2 2,25 2,5-2,75-3 3,25 3,5 3,75 4 4,5 5-5,5 6 6,

133 1.5 Prosedur Pemotongan Prosedur pemotongan adalah sebagai berikut: 1. Setelah yakin benar bahwa posisi cutter di tengah-tengah benda kerja, geserlah meja longitudinal, naikkan meja setinggi depth of cut, yakni sebesar tinggi gigi = addendum + dedendum dan mulailah pemakanan. 2. Putarlah engkol pembagi satu putaran penuh untuk menghilangkan backlash. 3. Putarlah mesin, sentuhkan benda kerja pada cutter hingga terjadi goresan dan jauhkan kembali. 4. Putarlah engkol pembagi untuk mendapatkan satu gigi, kemudian sentuhkan lagi benda kerja pada cutter hingga terjadi goresan. Lakukan hal ini hingga benda kerja tergores sejumlah gigi yang dikehendaki. Hal ini dilakukan untuk menghindari kesalahan. Bila ternyata jumlah goresan tidak sesuai yang berarti salah, namun benda kerja belum terlanjur rusak, maka benda kerja tersebut masih dapat dibetulkan. 5. Potonglah hingga selesai satu gigi, ukurlah tebal gigi gear tooth vernier. Bila ternyata ada kekurangan, aturlah kembali depth of cut. 6. Potonglah hingga selesai secara otomatis. Catatan: Matikan mesin (putaran cutter) dihentikan bila akan menarik kembali benda kerja. Hal ini dilakukan agar cutter tidak merusak permukaan gigi yang baru saja dipotong.

134 5.6. Mengefrais Gigi Rack Rack adalah suatu batang bergerigi yang berguna untuk memindahkan gerak putar menjadi gerak lurus, biasanya pada kecepatan yang lambat atau kecepatan putaran tangan. Gerak putar dari engkol menggerakkan roda gigi pinion, dan roda gigi pinion menggerakkan batang bergerigi. ini terdapat, misalnya pada mesin bor, press dsb.????????kal induk a. Ukuran gigi rack Standard ukuran gigi rack sama dengan standard ukuran roda gigi karena rack selalu bekerjasama dengan roda gigi, atau dapat dikatakan rack adalah roda gigi dengan radius tak terhingga. Disini jarak antara pusat Gb Mengefrais gig rack dua gigi yang berdekatan pada garis tusuk aksial sama dengan axial pitch (Pz). Bila tusuk pada roda gigi pinion (Pt) = transverse pitch maka Pz= Pt=Z.m. Contoh: Berapa besar radial pitch (Pz) bila rack dengan modul (m) = 3 Jawab: Pz = Pt = π.z.m = 3,142.3 = 9,426 mm Dengan mengetahui axial pitch (Pz) ini, kita dapat memfrais gigi rack.

135 b..mengefrais batang bergerigi yang pendek. Bila batang bergerigi lebih pendek daripada pergeseran meja melintang (cross slide ), maka benda kerja dapat dipasang (dijepit) dengan ragum mesin. Untuk pembagianya digunakan skala pada cross slide dan apabila menghendaki lebih Gb Mengefrais batang bergerigi yg pendek teliti lagi dapat digunakan dial indicator. c..mengefrais batang bergerigi yang panjang. Bila batang bergerigi lebih panjang daripada pergeseran melintang, maka benda kerja dipasang memanjang sepanjang meja frais dan dilklem. Pisau frais dipasang pada rack milling attacment. Disini pembagiannya dengan pergeseran Gb Mengefrais batang bergerigi yg panjang dilakukan menggunakan memanjang (longitudinal slide).

136 d. Rack index attachment Di samping menggunakan meja kita pergeseran mesin untuk pembagian batang bergerig, pada mesin frais tertentu dilengkapi dengan alat pembagi khusus. Alat ini terdiri dari satu set roda Gb Rack index attacment gigi, plat pembagi (indeksing plate) pen indeks dan penyokong (pemegang). Alat ini dipasang pada ujung meja. e. Prosedur pemotongan (40) Pilihlah cutter yang sesuai dengan ukuran gigi yang dikehendaki. Untuk sistem modul, ambil cutter no. 8 dan utuk sistem diametral pitch ambil no. 1. (41) Pasanglah cutter dengan posisi yang benar. (42) Pasang/jepit benda kerja pada kedudukan yang benar dan chek kesejajarannya dengan menggunakan dial indikator. (43) Tandai benda kerja dengan dengan penggores di mana pengefraisan akan dimulai. (44) Tepatkan cutter pada garis tersebut dan singgungkan cutter pada benda kerja, kemudian tepatkan skala longitudinal slide pada angka/skala nol bila rack panjang dan setel skala nol pada cross slide bila rack pendek. (45) Jauhkan benda kerja dari cutter dengan memakai handel yang belum disetel.

137 (46) Naikkan meja setinggi depth of cut dari pada gigi kemudian kuncilah pergeseran meja ke arah atas. (47) Mulailah pemotongan hingga mendapat satu gigi atau dua alur dan ceklah tebal gigi dengan gear tooth wernier. (48) Bila sudah benar lanjutkan hingga selesai Roda Gigi Helik dan Cara Mengefraisnya 1. Roda gigi helik ialah roda gigi yang profil giginya dipotong (dibuat) mem-bentuk sudut dengan sumbu aksial roda gigi. Sudut itu disebut sudut helik. 2. Penggunaan: a. Memindahkan putaran/gaya dari poros yang sejajar a. Memindahkan gaya/beban yang berat Contoh: - Gear box mobil - Roda gigi penggerak katup-katup pada mesin motor - Roda gigi pengganti kecepatan tinggi dan beban berat pada mesin-mesin perkakas. c. Memindahkan putaran/gaya dari dua poros yang membentuk sudut tetapi terletak pada dua bidang yang sejajar. Sudut yang terbentuk tergantung dan sudut heliks masing-masing roda gigi, misalnya sudut heliks pertama 60 kekanan dan sudut heliks kedua 20 kekiri, maka sudut poros = 40 Contoh penggunaannya antara lain pada roda gigi pengatur saat pengapian (ignition timing gears). 3. Keuntungan heliks gear dibanding dengan spur gear (roda gigi lurus) ialah: a. Heliks gears dapat bekerja pada kecepatan tinggi.

138 b. Heliks gears lebih tenang dari pada spur gear. b. Jarak senter (sumbu) heliks gear dapat bervariasi, karena tergantung pada sudut heliks. d. Heliks gear relatif lebih kuat dari pada spur gears dari ukuran yang sama. 4. Kerugian yang dimiliki pleh heliks gear ialah: a. Heliks gears lebih mahal dari pada spur gears karena biaya produksinya lebih besar. b. Heliks gears memberikan gaya aksial (mendorong) pada bantalan. 5. Double heliks gears : Sebuah roda gigi heliks disebut sebagai double heliks gears apabila mempunyai dua arah kemiringan gigi yang berlawanan satu sama lain. Penggunaan double heliks gears antara lain untuk: a. Pemindahan putaran pada poros parallel. b. Pemindahan benda yang berat dan memiliki beban kejut. Gb Roda helic dobel c. Pemindahan benda kecepatan tinggi. Contoh aplikasi double heliks gears antara lain: - Roda gigi reduksi turbin pada kapal dan generator. - Roda gigi penggerak rol pada steel mills. pada

139 6. Pengukuran roda gigi heliks: Rumus-rumus pada roda gigi lurus berlaku juga pada roda gigi heliks, hanya saja ada beberapa perubahan dan istilah-istilah baru. a. Kisar (lead) atau panjang kisar ialah jarak antara dua titik pun-cak apabila garis spiral itu me-lilit satu putaran, diukur sejajar garis sumbu (aksial).dari gambar terlihat bahwa: π.d LW = Tan.β b. Sudut heliks (sudut spiral) ialah sudut antara sumbu aksial roda gigi dengan garis spiral (β). Gb Grafik rumus roda gigi helix c. Sudut kisar (lead engel) ialah sudut antara garis spiral dengan garis yang tegak lurus sumbu aksial. Sudut kisar merupakan komplemen dari sudut spiral. d. Normal pitch (NP) ialah jarak antara dua gigi yang berdekatan yang diukur tegak lurus garis kemiringan gigi. e. Transverse pitch (TP) ialah jarak antara dua gigi yang ber-dekatan, diukur pada garis lingkaran tusuk (pitch circle). Dari gambar, dapat kita ketahui bahwa: NP NP

140 Cos β = TP = TP Cos β atau Secant β = Secant = TP TP = NB secant β NP 1 Cos β Dalam mengukur jarak antara gigi, kita selalu mengukur garis tegak lurus kemiringan gigi. Jadi selalu normal pitch (NP). Tetapi untuk menentukan ukuran roda gigi kita menggunakan jarak antara gigi yang diukur pada pitch circle (lingkaran tusuk), sehinga rumusnya menjadi: NP = π. M TP = π.m cos β Keliling lingkaran tusuk = π. D Juga keliling lingkaran tusuk = Z. TP. Maka : D = Z. TP D = Z. D = π π.m cos β Z.M mm Rumus untuk sistem sudut cos β Kemudian ukuran lain dicari seperti pada spur gears sistem modul. Untuk sistem diametral pitch (DP): Cos β = NP TP NP = π DP TP = NP Cos β π TP = DP. Cos β Keliling lingkaran tusuk = π D Juga keliling lingkaran tusuk Z.π Z. TP = DP Cos β

141 Z.π πd = DP Cos β Z π Jadi: D = inch DP.Cos β Ukuran-ukuran yang lain seperti addendum, dedendum, tinggi gigi dan sebagainya dicari seperti pada roda gigi lurus sistem diameter pitch. 7. Pemilihan Cutter Menurut rumus di atas, ternyata untuk roda gigi heliks dengan jumlah gigi yang sama dan satuan yang sama (modul atau diametral pitch yang sama) mempunyai diameter lingkaran tusuk (pitch diameter) lebih besar. Profil gigi adalah lengkung evolvente, sedang bentuk lengkung evolvente sesuai dengan besar kecilnya lingkaran dasar. Bila lingkaran tusuk berubah, lingkaran dasar juga berubah, sehingga evolvente juga berubah. Setiap nomer dari tiap set cutter menunjukkan/memberikan profil yang berbeda sesuai dengan uraian di atas, maka cutter untuk memotong roda gigi heliks untuk jumlah gigi yang sama dengan roda gigi lurus memerlukan nomer cutter yang berbeda. Rumus di bawah inilah yang digunakan untuk mencari cutter yang sesuai. Ze = Z

142 Cos3 β Z. = Jumlah gigi yang akan dipotong Ze = Jumlah gigi equivalent untuk memilih cutter 7. Menentukan roda gigi pengganti: Untuk ini dipakai juga rumus-rumus yang berlaku pada heliks Driver DR LM = = Driven DN LW atau dibalik : Driven DN LW = = Driver DR LW 9. Contoh soal: Roda gigi heliks, modul 4 mempunyai gigi Z = 15 buah dengan sudut heliks 24o kiri. Buatlah perhitungan-perhitungan pokok untuk memotong roda gigi tersebut - Diameter tusuk (Pitch diameter) Z.M D = Cos β = Cos = 0,9135 D = 65,68 mm - Diameter lingkaran puncak (Tip diamater) Untuk ini diambil addendum = 1.M. Da = D + 2. M = 65, = 73,68 mm - Kisar benda kerja (lead to be cut) π.d LW = tan β 3, ,68 =

143 0,445 = 463,74 mm - Kisar mesin Batang ulir meja mesin : 6 mm i = 40 : 1 dan ik = 1 : 1 LM = = 240 mm - Roda gigi pengganti: Driven gear Lead of work = Driver gear Lead of machine DN LW = DR LM 436,74 = = = 4000 Untuk mencari roda gigi pengganti digunakan cara continued fraction

144 Kita ambil perbandingan : DN DR 27 = 14 9x3 7x2 (9. 4) x (3. 16) = (7. 4) x (2. 16) 36 x 48 = Jadi: = 28 x 32 = DN 1. DN 2 36 x 48 DR 1. DR 2 28 x Bila kita menggunakan roda gigi pengganti dengan ratio maka LW 14 yang terjadi: Contoh: LW LM = LW = = 462,86 terdapat kesalahan = 463,74-462,86 = 0,88 mm 0,88 Kesalahan ini kira-kira = 463,74 = 0,0019 Batas kesalahan maksimum adalah 0,0020 Jadilah hal tersebut diperbolehkan. Memilih Cutter Ze = = z Cos3 β 15 Cos3 24o 15

145 = (0,913)3 = 19,7 20 gigi Jadi kita memilih cutter seakan-akan kita akan memotong roda gigi lurus dengan jumlah gigi 20 buah. Jadi kita pilih cutter Modul M4, no Menentukan kedalaman pemakanan (depth of cut) Disini kita ambil tinggi gigi 2,25.M jadi Depth of cut = 2,25. M = 2,25 4 = 9 mm i 40 - Menentukan putaran engkol pembagi : Nc = = Z 15 - Engkol pembagi diputar 2 putaran lebih = 2 = Langkah kerja a. Siapkan alat-alat yang diperlukan, periksa keadaan mesin dan minyaki bagian-bagian yang perlu. b. Benda kerja (blank) dipasang pada mandrel dengan pengepresan, kemudian pasang diantara dua senter. Periksa kelurusan/ketegaklurusannya. c. Memasang roda gigi pengganti Pasang roda gigi pengganti seperti gambar. Gb Pemasangan roda gigi

146 Penggunaan perantara roda (idler gigi gear) tergantung pada arah heliks (spiral) dan tergantung jenis mesin. Setelah dipasang, Lakukan beberapa hal berikut: - Periksa bahwa plat indeks dalam keadaan terlepas. - Periksa putaran benda kerja dan pergeseran meja, sudah sesuai dengan yang dikehendaki ataukah belum. - Periksa kisar (lead) yang terjadi dengan cara memutar benda kerja (blank) satu putaran (dengan perantaraan memutar engkol pembagi), tandai dengan kapur atau yang lain, berapa mm perpin-dahan meja. Inilah kisar yang akan terjadi. d. Menyetel cutter Menyetel cutter dapat di atas garis senter benda kerja dengan cara se-perti mengefrais spur gear. Penyetelan cutter ini dilakukan sebelum meja dimiringkan. e. Mengatur meja mesin Miringkan meja mesin sesuai dengan sudut heliks yang dikehendaki. - Untuk heliks kanan, dorong ujung meja sebelah kanan dengan tangan kanan. - Untuk heliks kiri, dorong ujung meja sebelah kiri dengan tangan kiri f. Menyetel depth of cut

147 - Gunakan kertas tipis, tempelkan di atas benda kerja, putar cutter, naikkan meja, singgungkan cutter hingga kertas tergeser. Putar skala handel pada angka nol. - Geser benda kerja longitudinal, naikkan meja setinggi whole depth (misal: 2,25 x M). g. Proses pemotongan - Atur putaran cutter sesuai dengan diameter cutter dan materialnya. - Atur kecepatan pemakanan (feeding), dengan pemakanan tiap gigi cutter tiap putaran diambil lebih kurang 0,02 mm. - Setel pengatur stop otomatis. - Lakukan pemotongan dengan hati-hati. - Bila tiap selesai satu kali pemotongan dan akan kembali, maka mati-kan putaran cutter turunkan benda kerja, untuk menghindari cutter menabrak alur yang baru saja dipotong. Hal ini terjadi karena adanya backlash pada roda-roda gigi. - Demikianlah seterusnya Mengefrais Heliks Rack Process pengefraisan batang bergerigi heliks sama saja dengan process pengefraisan batang bergerigi lurus (spur rack gear). Hanya saja ada sedikit beberapa perubahan, antaralain: 1. Pemasangan benda kerja Benda kerja diatur (dimiringkan) sesuai dengan sudut heliks. gambar di samping. Lihat

148 Gb Pengefraisan heliks rack 2. Pemilihan Cutter Cutter yang digunakan sama dengan cutter yang digunakan pada pemo-tongan spur reach gear. Yakni No. 8 atau No. 15 untuk sistem modul dan No. 1 untuk sistem diameter pitch. Depth of cut disetel sesuai dengan tinggi gigi. 3. Pembagian gigi. Pembagian dibuat oleh crossslide untuk heliks rack pendek dan dengan longitudinal slide untuk heliks rack panjang. Yang harus diperhatikan ialah pemindahannya sebesar normal pitch (NP). Gb Pembagian gigi Sistem Modul: NP = π. M mm π Sistem diametral Pitch: NP = inch DP Contoh: Hitunglah penggeseran cross slide untuk memotong heliks rack dengan sudut heliks 24, dan dengan modul 4.

149 Jawab: NP = π. M mm = 3, = 12,566 mm Jadi penggeseran cross-slide untuk tiap kali pemotongan ialah: 12,566 mm 4. Pemotongan gigi a. Pasang benda kerja dengan kemiringan sebasar sudut heliks. b. Stel cutter untuk mendapatkan whole depth. c. Potong alur gigi yang pertama. d. Geser meja dengan menggunakan scala pada cross slide atau dengan menggunakan dial indikator, untuk memotong alur gigi yang kedua. e. Teruskan dengan cara yang sama.

150 5). Tugas kegiatan Belajar 5 Buatlah roda gigi seperti job sheet berikut!

151 Tes Formatif Kegiatan Belajar 5 Selesaikanlah soal-soal berikut! 1. Apakah fungsi roda gigi di dalam suatu mesin? 2. Sebutkan macam-macam cara untuk membuat roda gigi! 3. Untuk menyelesaikan sejumlah gigi dalam pembuatan roda gigi pada mesin frais diperlukan alat bantu. 4. Besaran gigi yang menggunakan satuan ukuran mm disebut sistem.sedangkan yang menggunakan satuan inci disebut sistem 5. Ditinjau dari konstruksinya, pisau frais dibedakan menjadi dua tipe yaitu: Tipe..untuk. Tipe..untuk 6. Apakah yang dimaksud dengan gigi rack? 7. Akan dibuat roda gigi dengan sistem modul M 2 dengan jumlah gigi 32, menggunakan mesin frais dengan angka pemindahan 40:1 yang dilengkapi kepala pembagi dengan lubang-lubang piring pembagi sebagai berikut: Keping I : 20, 27, 31, 37, 41, 43, 49, 53. Keping II: 23, 29, 33, 39, 42, 47, 51, 57 Tentukan ukuran roda gigi dan cara indeksing-nya serta cutter yang digunakan.

152 8. Seperti soal No: 7, tetapi roda gigi yang akan dibuat adalah sistem diametral pitch DP 20, dan jumlah gigi 24. Ketentuan lain seperti soal No. 7. Tentukan ukuran roda gigi dan cara indeksing-nya serta cutter yang digunakan. Kunci Jawaban Tes Formatif Kegiatan Belajar 5 1. Roda gigi berfungsi sebagai pemindah tenaga. 2. Macam-macam cara membuat roda gigi: a. Denagan pemesinan b. Dengan pengecoran c. Dengan pengerolan 3. Kepala pembagi. 4. sistem modul dan sistem diametral pitch/circular pitch 5. Tipe pisau pemotong gigi: a. Tipe plain untuk pemotongan, pengasaran, dan finishing gigigigi kecil. b. Tipe stocking untuk pengasaran dan untuk gigi yang relatif besar. 6. Gigi rack ialah gigi-gigi pada batang tetapi gigi-giginya tersebut merupakan profil gigi. 7. Jawab Ukuran roda gigi: D = Z. M = 32.2 = 64 mm Da = D + 2M = = 68 mm H = 2,16. M = 2,16. 2 = 4,32 mm Df = Da 2. H = 68 8,64 = 59,36 mm Tebal roda (b) = 10. M = 20 mm ( b = 8. M M ) Putaran engkol pembagi : Nc = 40 / 32 = 1 ¼ put. Jadi engkol pembagi diputar 1 putaran ditambah 5 bagian. Pada deretan lubang 20. Cutter yang digunakan ialah cutter modul 2 No: 5.

153 8. Jawab: D = Z / P = 24 / 20 = 1 1/5 inc Da = Z + 2 = 1 3/10 inc. P H = 2,25 / P = 2,25 / 20 = 0,1125 inc Putaran engkol pembagi Nc = 40/24 = 1 2/3 put. Jadi engkol pembagi diputar satu putaran ditambah 18 bagian. Pada deretan lubang 27. Cutter yang digunakan ialah cutter DP 20, No. 5.

154 6. Kegiatan Belajar 6 : Memotong Roda Gigi dengan Generating Process 6.1. Pengertian Pada masa modern ini, hampir semua pembuatan roda gigi dilaksanakan dengan cara generating process, karena dengan cara ini hasilnya lebih tepat, cepat, teliti dan murah. Prinsip dari mesin perkakas pembuat roda gigi duplicating, copying dan generating. a. Duplicating Roda gigi yang dihasilkan merupakan duplikat dari pisau frais roda gigi pe-motong. Jadi untuk setiap jenis/ukuran roda gigi harus ada pisau sebagai pemotongnya. Cara ini lambat, tidak ekonomis dan kurang teliti, dan biasa digunakan untuk pekerjaan repairing. b. Copying Cara ini biasa digunakan untuk membuat roda gigi payung (bevel gears) yang besar. c. Generating Profil gigi terbentuk dengan cara memutar gear blank sambil menggerakkan cutter (gerak lurus). Gerakan cutter inilah yang melakukan pemotongan. Jadi generating process ialah pemotongan gigi secara bekelanjutan, artinya dari start hingga jadi roda gigi, pemotongan berjalan kontinyu. Keuntungan cara ini ialah: - Hanya sebuah cutter yang digunakan untuk memotong bermacammacam ukuran roda gigi. - Karena ketelitian/kepresisian yang dihasilkan, cocok untuk putaran tinggi. - Pembagian (indeksing) otomatis.

155 - Biaya produksi lebih murah. Di dalam kegiatan belajar 6 ini akan dibahas: I. Generating process II. Tipe dari mesin Hobing III. Hobing spur gears (roda gigi lurus) Cara Generating Process Ada tiga macam cara pemotongan roda gigi dengan generating process: 1. Rack cutter process Cutter Bentuk cutter seperti rack gear. lihat gambar Gb Rack cutter Cara kerja : a. Cutter bergerak naik turun (panah a), gerak turun adalah gerak pema-kanan. b. Cutter naik sambil bergeser sedikit (panah b), demikian pula blank berputar (panah c). c. Pergeseran Gb Process pemotongan gigi terbatas, cutter setelah itu kembali lagi (panah d).

156 Dengan demikian berlangsung sedikit-demi sedikit hingga akhirnya kedalaman pemakanan (whole depth) tercapai. Gb a. Process pemotongan gigi Gb b. Gerakan dan benda kerja Keuntungan dari cara ini antara lain adalah: a. Sederhana b. Cukup teliti c. Alat potong (cutter) murah, karena cutter dapat digerinda setiap kali tumpul. Dapat digunakan untuk memotong roda gigi dengan jumlah gigi yang bermacam-macam dan juga dapat untuk memotong gigi heliks.

157 2. Pinion cutter process. Cutter Bentuk cutter seperti pada gambar 6.4. Profil gigi pemotongnya mengecil Gb Cutter pinion di bagian belakang untuk memberi sudut bebas. Cara kerja: a. Cutter bergerak naik turun (arah panah c) seperti slotting. Gerak turun adalah gerak pemakanan, jadi blank berhenti. b. Pada Gb Process pemotongan dengan gerakan cutter dan blank waktu gerak naik, cutter berputar satu gigi (panah B), demikian pula blank juga ber-putar satu gigi (panah A). c. Pada langkah naik, cutter sedikit menjauh supaya tidak mendobrak benda kerja, untuk ini cutter dilengkapi clapper box.

158 Gb Gerak pemakanan pinion cutter membentuk involut Demikianlah gerakan pinion cutter dan benda kerja (blank roda gigi) berlangsung berulang-ulang hingga selesai. Keuntungan dari cara ini antara lain adalah: a. Lebih sederhana, karena cutter bergeser (linier). b. Dapat untuk memotong gigi luar maupun dalam. c. Untuk memotong gigi heliks diperlukan cutter dengan heliks yang ber-lawanan. 3. Hobbing process Cutter Bentuk cutter seper-ti ulir cacing, yang untuk adalah atau ulir dipotong ulirannya untuk membentuk sisi po-tong. Ada yang mempunyai ulir tunggal (single start) Gb Hobbing cutter (potongan)

159 atau majemuk (multiple starts). Sudut kisar ditentukan pula. Cara kerja: a. Hobbing cutter memberikan aksi pemotong-an dengan jalan seperti berpu-tar, cutter pada umumnya. b. Benda kerja juga berputar tetapi diatur se- Gb Hobbing cutter demikian rupa sehingga terjadi pemotongan bentuk gigi. Hal ini diatur oleh roda gigi pengganti di dalam indexing gear bor. c. Hobbing cutter berputar kontinyu dan memberikan feeding ke bawah (searah dengan poros roda gigi yang dibuat) dan diatur, sesuai dengan kebutuhan. d. Poros hobbing cutter dimiringkan sedemikian rupa sesuai dengan kebutuhan. Kemiringan tergantung: Sudut kisar hobbing Sudut kisar roda gigi yang akan dibuat

Menentukan Peralatan Bantu Kerja Dengan Mesin Frais

Menentukan Peralatan Bantu Kerja Dengan Mesin Frais MATERI KULIAH PROSES PEMESINAN PROSES FRAIS Menentukan Peralatan Bantu Kerja Dengan Mesin Frais Kegiatan Belajar Oleh: Dwi Rahdiyanta Fakultas Teknik Universitas Negeri Yogyakarta Menentukan Peralatan

Lebih terperinci

1 Teknik Pemesinan SMK PGRI 1 Ngawi Cerdas, Kreatif, Intelek dan Wirausahawan. By: Hoiri Efendi, S.Pd

1 Teknik Pemesinan SMK PGRI 1 Ngawi Cerdas, Kreatif, Intelek dan Wirausahawan. By: Hoiri Efendi, S.Pd 1 A. PENGERTIAN TEKNIK PEMESINAN SMK PGRI 1 NGAWI TERAKREDITASI: A Jl. Rajawali No. 32, Telp./Faks. : (0351) 746081 Ngawi. Homepage: 1. www.smkpgri1ngawi.sch.id 2. www.grisamesin.wordpress.com Facebook:

Lebih terperinci

PROSES FREIS ( (MILLING) Paryanto, M.Pd.

PROSES FREIS ( (MILLING) Paryanto, M.Pd. PROSES FREIS ( (MILLING) Paryanto, M.Pd. Jur.. PT. Mesin FT UNY Proses pemesinan freis (milling) adalah penyayatan benda kerja menggunakan alat dengan mata potong jamak yang berputar. proses potong Mesin

Lebih terperinci

Merupakan bagian yang terpenting dari mesin milling. Tempat untuk mencekam alat potong. Di bagi menjadi 3 jenis :

Merupakan bagian yang terpenting dari mesin milling. Tempat untuk mencekam alat potong. Di bagi menjadi 3 jenis : Bagian Bagian Utama Mesin Milling ( Frais ) 1. Spindle utama Merupakan bagian yang terpenting dari mesin milling. Tempat untuk mencekam alat potong. Di bagi menjadi 3 jenis : a. Vertical spindle b. Horizontal

Lebih terperinci

Jumlah Halaman : 20 Kode Training Nama Modul` Simulation FRAIS VERTIKAL

Jumlah Halaman : 20 Kode Training Nama Modul` Simulation FRAIS VERTIKAL FRAIS VERTIKAL 1. TUJUAN PEMBELAJARAN a. Mahasiswa dapat memahami prinsip kerja pada Mesin Frais b. Mahasiswa dapat memahami fungsi dari Mesin Frais c. Mahasiswa dapat memahami jenis-jenis Mesin Frais

Lebih terperinci

Materi 6. Gambar 1. Ragum Biasa

Materi 6. Gambar 1. Ragum Biasa Materi 6 Memilih alat Bantu yang digunakan. Pada mesin frais banyak sekali terdapat peralatan bantu yang digunakan untuk membuat benda kerja. Antara lain : a. Mesin Vertical 1) Ragum (catok) Benda kerja

Lebih terperinci

SMK PGRI 1 NGAWI TERAKREDITASI: A

SMK PGRI 1 NGAWI TERAKREDITASI: A TEKNIK PEMESINAN SMK PGRI 1 NGAWI TERAKREDITASI: A Jl. Rajawali No. 32, Telp./Faks. : (0351) 746081 Ngawi. Homepage: 1. www.smkpgri1ngawi.sch.id 2. www.grisamesin.wordpress.com Facebook: A. Kecepatan potong

Lebih terperinci

MESIN BOR. Gambar Chamfer

MESIN BOR. Gambar Chamfer MESIN BOR Mesin bor adalah suatu jenis mesin gerakanya memutarkan alat pemotong yang arah pemakanan mata bor hanya pada sumbu mesin tersebut (pengerjaan pelubangan). Sedangkan Pengeboran adalah operasi

Lebih terperinci

SOAL LATIHAN 2 TEORI KEJURUAN PEMESINAN

SOAL LATIHAN 2 TEORI KEJURUAN PEMESINAN SOAL LATIHAN 2 TEORI KEJURUAN PEMESINAN OLEH: TIM PEMESINAN SMK PGRI 1 NGAWI CONTACT PERSON: HOIRI EFENDI, S.PD 085736430673 CERDAS, KREATIF, INTELEK, WIRAUSAHAWAN 1 Pilihlah salah satu jawaban soal berikut

Lebih terperinci

BAB III TINJAUAN PUSTAKA

BAB III TINJAUAN PUSTAKA 9 BAB III TINJAUAN PUSTAKA 3.1 PENDAHULUAN Proses manufaktur merupakan satu mata kuliah yang harus di kuasai oleh mahasiswa teknik. Oleh karenanya melakukan praktikum proses manufaktur harus dilakukan

Lebih terperinci

3. Mesin Bor. Gambar 3.1 Mesin bor

3. Mesin Bor. Gambar 3.1 Mesin bor 3. Mesin Bor 3.1 Definisi Dan Fungsi Mesin Bor Mesin bor adalah suatu jenis mesin gerakanya memutarkan alat pemotong yang arah pemakanan mata bor hanya pada sumbu mesin tersebut (pengerjaan pelubangan).

Lebih terperinci

POROS BERTINGKAT. Pahat bubut rata, pahat bubut facing, pahat alur. A. Tujuan Adapun tujuan dari pembuatan poros bertingkat ini yaitu :

POROS BERTINGKAT. Pahat bubut rata, pahat bubut facing, pahat alur. A. Tujuan Adapun tujuan dari pembuatan poros bertingkat ini yaitu : POROS BERTINGKAT A. Tujuan Adapun tujuan dari pembuatan poros bertingkat ini yaitu : Mampu mengoprasikan mesin bubut secara benar. Mampu mebubut luar sampai halus dan rata. Mampu membubut lurus dan bertingkat.

Lebih terperinci

BAB 3 PROSES FRAIS (MILLING)

BAB 3 PROSES FRAIS (MILLING) BAB 3 PROSES FRAIS (MILLING) 66 Proses pemesinan frais adalah proses penyayatan benda kerja dengan alat potong dengan mata potong jamak yang berputar. Proses penyayatan dengan gigi potong yang banyak yang

Lebih terperinci

BUKU 3 PROSES FRAIS (MILLING) Dr. Dwi Rahdiyanta

BUKU 3 PROSES FRAIS (MILLING) Dr. Dwi Rahdiyanta BUKU 3 PROSES FRAIS (MILLING) Dr. Dwi Rahdiyanta JURUSAN PENDIDIKAN TEKNIK MESIN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA 2010 1 Proses pemesinan frais adalah proses penyayatan benda kerja dengan

Lebih terperinci

BAB III Mesin Milling I

BAB III Mesin Milling I BAB III Mesin Milling I Tujuan Pembelajaran Umum : 1. Mahasiswa mengetahui tentang fungsi fungsi mesin milling. 2.Mahasiswa mengetahui tentang alat alat potong di mesin milling 3. Mahasiswa mengetahui

Lebih terperinci

SOAL LATIHAN 2 TEORI KEJURUAN PEMESINAN

SOAL LATIHAN 2 TEORI KEJURUAN PEMESINAN SOAL LATIHAN 2 TEORI KEJURUAN PEMESINAN OLEH: TIM PEMESINAN SMK PGRI 1 NGAWI CONTACT PERSON: HOIRI EFENDI, S.PD 085736430673 CERDAS, KREATIF, INTELEK, WIRAUSAHAWAN 1 Pilihlah salah satu jawaban soal berikut

Lebih terperinci

1. PENGENALAN ALAT KERJA BANGKU

1. PENGENALAN ALAT KERJA BANGKU 1. PENGENALAN ALAT KERJA BANGKU A. Tujuan 1. Menyebutkan macam-macam jenis alat tangan dan fungsinya. 2. Menyebutkan bagian-bagian dari alat-alat tangan pada kerja bangku. 3. Mengetahui bagaimana cara

Lebih terperinci

BAB IV MESIN SEKRAP. Laporan Akhir Proses Produksi ATA 2010/2011. Pengertian Mesin Sekrap

BAB IV MESIN SEKRAP. Laporan Akhir Proses Produksi ATA 2010/2011. Pengertian Mesin Sekrap BAB IV MESIN SEKRAP 4.1 Pengertian Mesin Sekrap Mesin sekrap adalah suatu mesin perkakas dengan gerakan utama lurus bolak- balik secara vertikal maupun horizontal. Mesin sekrap mempunyai gerak utama bolak-balik

Lebih terperinci

2. Mesin Frais/Milling

2. Mesin Frais/Milling 2. Mesin Frais/Milling 2.1 Prinsip Kerja Tenaga untuk pemotongan berasal dari energi listrik yang diubah menjadi gerak utama oleh sebuah motor listrik, selanjutnya gerakan utama tersebut akan diteruskan

Lebih terperinci

2. Mesin Frais Konvensional

2. Mesin Frais Konvensional 2. Mesin Frais Konvensional 2.1 Pengertian Mesin frais (milling machine) adalah mesin perkakas yang dalam proses kerja pemotongannya dengan menyayat/memakan benda kerja menggunakan alat potong bermata

Lebih terperinci

M O D U L T UT O R I A L

M O D U L T UT O R I A L M O D U L T UT O R I A L MESIN FRAIS HORIZONTAL LABORATORIUM SISTEM MANUFAKTUR TERINTEGRASI PROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA 2017/2018 DAFTAR ISI DAFTAR

Lebih terperinci

MENGGUNAKAN MESIN UNTUK OPERASI DASAR

MENGGUNAKAN MESIN UNTUK OPERASI DASAR KODE MODUL M.7.32A SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN BIDANG KEAHLIAN TEKNIK MESIN PROGRAM KEAHLIAN TEKNIK PEMBENTUKAN MENGGUNAKAN MESIN UNTUK OPERASI DASAR BAGIAN PROYEK PENGEMBANGAN KURIKULUM DIREKTORAT PENDIDIKAN

Lebih terperinci

9 perawatan terlebih dahulu. Ini bertujuan agar proses perawatan berjalan sesuai rencana. 3.2 Pengertian Proses Produksi Proses produksi terdiri dari

9 perawatan terlebih dahulu. Ini bertujuan agar proses perawatan berjalan sesuai rencana. 3.2 Pengertian Proses Produksi Proses produksi terdiri dari 8 BAB III TINJAUAN PUSTAKA 3.1 Pendahuluan Pada saat sekarang ini, perkambangan ilmu pengetahuan dan teknologi sudah sangat pesat. Sehingga membutuhkan tenaga ahli untuk dapat menggunakan alat-alat teknologi

Lebih terperinci

LAMPIARN 1.4 TEST UJI COBA INSTRUMEN. Mata Pelajaran Tingkat/Semester : XI/ Hari / Tanggal :... Waktu. : 60 menit Sifat Ujian

LAMPIARN 1.4 TEST UJI COBA INSTRUMEN. Mata Pelajaran Tingkat/Semester : XI/ Hari / Tanggal :... Waktu. : 60 menit Sifat Ujian 135 LAMPIARN 1.4 SOAL TEST UJI COBA INSTRUMEN Mata Pelajaran : Teknik Pemesinan Tingkat/Semester : XI/ Hari / Tanggal :... Waktu : 60 menit Sifat Ujian : Tutup Buku PETUNJUK UMUM 1. Tulis nama, dan kelas

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI. Pembongkaran mesin dilakukan untuk melakukan pengukuran dan. Selain itu juga kita dapat menentukan komponen komponen mana yang

BAB III METODOLOGI. Pembongkaran mesin dilakukan untuk melakukan pengukuran dan. Selain itu juga kita dapat menentukan komponen komponen mana yang BAB III METODOLOGI 3.1 Pembongkaran Mesin Pembongkaran mesin dilakukan untuk melakukan pengukuran dan mengganti atau memperbaiki komponen yang mengalami kerusakan. Adapun tahapannya adalah membongkar mesin

Lebih terperinci

MESIN FRAIS HORIZONTAL

MESIN FRAIS HORIZONTAL MESIN FRAIS HORIZONTAL A. TUJUAN PEMBELAJARAN 1. Mahasiswa dapat memahami prinsip kerja pada Mesin Frais Horizontal 2. Mahasiswa dapat memahami fungsi dari Mesin Frais Horizontal 3. Mahasiswa dapat memahami

Lebih terperinci

BAB III MESIN FRAIS. (http:\\www.google.com. Gambar-gambar Mesin. 2011) Gambar 3.1 Bentuk-bentuk Hasil Frais

BAB III MESIN FRAIS. (http:\\www.google.com. Gambar-gambar Mesin. 2011) Gambar 3.1 Bentuk-bentuk Hasil Frais BAB III MESIN FRAIS 3.1 Pengertian Mesin Frais Mesin frais adalah mesin perkakas untuk mengejakan/menyelesaikan permukaan suatu benda kerja dengan mempergunakan pisau sebagai alatnya. Pada mesin frais,

Lebih terperinci

SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG 2016 TEKNIK PEMESINAN

SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG 2016 TEKNIK PEMESINAN SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG 2016 TEKNIK PEMESINAN BAB III PEMESINAN FRAIS B. SENTOT WIJANARKA KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN DIREKTORAT JENDERAL GURU DAN TENAGA KEPENDIDIKAN 2016 BAB 3 PROSES

Lebih terperinci

FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA

FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA Semester 3 INSTRUKSI KERJA RODA GIGI LURUS 300 Menit No. LST/MES/STM320/ 01 Revisi : 01 Tgl : 04 September 2007 Hal 1 dari 3 TUJUAN Agar mahasiswa : Dapat menyiapkan bahan dasar (blank) roda gigi lurus

Lebih terperinci

Dalam menentukan ukuran utama mesin skrap ini, hal yang berpengaruh antara lain:

Dalam menentukan ukuran utama mesin skrap ini, hal yang berpengaruh antara lain: Cara Kerja Mesin Sekrap (Shaping Machine) Mesin Skrap atau biasa juga dituliskan sebagai sekrap (Shaping Machine) merupakan jenis mesin perkakas yang memiliki gerak utama yakni bolak balok secara horizontal.

Lebih terperinci

Gambarr 3.3 Downcut. Gambar 3.2 Upcut

Gambarr 3.3 Downcut. Gambar 3.2 Upcut BAB III MESIN FRAIS A. Prinsip Kerja Mesin Frais Mesin frais adalah salah satu mesin konvensional yang mampu mengerjakan penyayatan permukaan datar, sisi tegak, miring bahkan pembuatan alur dan roda gigi.

Lebih terperinci

Parameter Pemotongan pada Proses Pembubutan

Parameter Pemotongan pada Proses Pembubutan Materi 1 Parameter Pemotongan pada Proses Pembubutan Yang dimaksud dengan parameter pemotongan pada proses pembubutan adalah, informasi berupa dasar-dasar perhitungan, rumus dan tabel-tabel yang mendasari

Lebih terperinci

BAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR

BAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR BAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR 3.1 Flow Chart Pembuatan Mesin Pemotong Umbi Mulai Studi Literatur Perencanaan dan Desain Perhitungan Penentuan dan Pembelian Komponen Proses Pengerjaan Proses Perakitan

Lebih terperinci

Memprogram Mesin CNC (Dasar)

Memprogram Mesin CNC (Dasar) SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN BIDANG KEAHLIAN TEKNIK MESIN PROGRAM KEAHLIAN TEKNIK PEMESINAN Memprogram Mesin CNC (Dasar) BAGIAN PROYEK PENGEMBANGAN KURIKULUM DIREKTORAT PENDIDIKAN MENENGAH KEJURUAN DIREKTORAT

Lebih terperinci

SOAL LATIHAN 4 TEORI KEJURUAN PEMESINAN

SOAL LATIHAN 4 TEORI KEJURUAN PEMESINAN SOAL LATIHAN 4 TEORI KEJURUAN PEMESINAN OLEH: TIM PEMESINAN SMK PGRI 1 NGAWI CONTACT PERSON: HOIRI EFENDI, S.PD 085736430673 PSOAL: F018-PAKET B-08/09 1. Sebuah batang bulat dengan diameter 20 mm harus

Lebih terperinci

BAB II PENDEKATAN PEMECAHAN MASALAH. pemesinan. Berikut merupakan gambar kerja dari komponen yang dibuat: Gambar 1. Ukuran Poros Pencacah

BAB II PENDEKATAN PEMECAHAN MASALAH. pemesinan. Berikut merupakan gambar kerja dari komponen yang dibuat: Gambar 1. Ukuran Poros Pencacah BAB II PENDEKATAN PEMECAHAN MASALAH A. Identifikasi Gambar Kerja Gambar kerja merupakan alat komunikasi bagi orang manufaktur. Dengan melihat gambar kerja, operator dapat memahami apa yang diinginkan perancang

Lebih terperinci

PROSES SEKRAP ( (SHAPING) Paryanto, M.Pd. Jur. PT Mesin FT UNY

PROSES SEKRAP ( (SHAPING) Paryanto, M.Pd. Jur. PT Mesin FT UNY PROSES SEKRAP ( (SHAPING) Paryanto, M.Pd. Jur. PT Mesin FT UNY Mesin sekrap (shap machine) disebut pula mesin ketam atau serut. Mesin ini digunakan untuk mengerjakan bidang-bidang yang rata, cembung, cekung,

Lebih terperinci

MATERI KULIAH PROSES PEMESINAN PROSES GERINDA Menggerinda Alat Potong

MATERI KULIAH PROSES PEMESINAN PROSES GERINDA Menggerinda Alat Potong MATERI KULIAH PROSES PEMESINAN PROSES GERINDA Menggerinda Alat Potong Oleh: Dwi Rahdiyanta Fakultas Teknik Universitas Negeri Yogyakarta Kegiatan Belajar Menggerinda Alat Potong a. Tujuan Pemelajaran 1).

Lebih terperinci

PERKAKAS TANGAN YUSRON SUGIARTO

PERKAKAS TANGAN YUSRON SUGIARTO PERKAKAS TANGAN YUSRON SUGIARTO RAGUM berfungsi untuk menjepit benda kerja secara kuat dan benar, artinya penjepitan oleh ragum tidak boleh merusak benda kerja Untuk menghasilkan penjepitan yang kuat maka

Lebih terperinci

RENCANA IMPLEMENTASI MEMBUBUT DI LABORATORIUM PRODUKSI JURUSAN MESIN. Oleh: Nama : Dwi Pujo L NIM : Prodi : PTMSI

RENCANA IMPLEMENTASI MEMBUBUT DI LABORATORIUM PRODUKSI JURUSAN MESIN. Oleh: Nama : Dwi Pujo L NIM : Prodi : PTMSI RENCANA IMPLEMENTASI MEMBUBUT DI LABORATORIUM PRODUKSI JURUSAN MESIN Oleh: Nama : Dwi Pujo L NIM : 5201407055 Prodi : PTMSI FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG 200 I. JENIS PEKERJAAN : 1. Mebubut

Lebih terperinci

SOAL LATIHAN 6 TEORI KEJURUAN PEMESINAN

SOAL LATIHAN 6 TEORI KEJURUAN PEMESINAN SOAL LATIHAN 6 TEORI KEJURUAN PEMESINAN OLEH: TIM PEMESINAN SMK PGRI 1 NGAWI CONTACT PERSON: HOIRI EFENDI, S.Pd. 085749055673 2010 UN Paket: B 2010 1. Gambar pandangan dengan metode proyeksi sudut ketiga

Lebih terperinci

BAB III PROSES PEMBUATAN STEAM JOINT STAND FOR BENDED TR

BAB III PROSES PEMBUATAN STEAM JOINT STAND FOR BENDED TR BAB III PROSES PEMBUATAN STEAM JOINT STAND FOR BENDED TR Untuk membuat spare parts yang utuh, diperlukan komponen-komponen steam joint stand for bende tr yang mempunyai fungsi yang berbeda yang kemudian

Lebih terperinci

MATERI KULIAH CNC Memasang Cekam dan Benda kerja Mesin Frais CNC

MATERI KULIAH CNC Memasang Cekam dan Benda kerja Mesin Frais CNC 1. Kegiatan Belajar MATERI KULIAH CNC Memasang Cekam dan Benda kerja Mesin Frais CNC Oleh: Dwi Rahdiyanta Fakultas Teknik Universitas Negeri Yogyakarta Instruksi memasang cekam dan benda kerja mesin freis

Lebih terperinci

BAB VI MESIN FRIS DAN PEMOTONG FRIS

BAB VI MESIN FRIS DAN PEMOTONG FRIS BAB VI MESIN FRIS DAN PEMOTONG FRIS Mesin fris melepaskan logam ketika benda kerja dihantarkan terhadap suatu pemotong berputar seperti terlihat pada gambar 2. Gambar 2. Operasi fris sederhana. Pemotong

Lebih terperinci

Penggunaan Kepala Pembagi

Penggunaan Kepala Pembagi MATERI KULIAH PROSES PEMESINAN PROSES FRAIS Penggunaan Kepala Pembagi Oleh: Dwi Rahdiyanta Fakultas Teknik Universitas Negeri Yogyakarta Kegiatan Belajar Penggunaan Kepala Pembagi a. Tujuan Kegiatan Setelah

Lebih terperinci

SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN BIDANG KEAHLIAN TEKNIK MESIN PROGRAM KEAHLIAN TEKNIK PEMESINAN MEMPERGUNAKAN MESIN BUBUT (KOMPLEK)

SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN BIDANG KEAHLIAN TEKNIK MESIN PROGRAM KEAHLIAN TEKNIK PEMESINAN MEMPERGUNAKAN MESIN BUBUT (KOMPLEK) SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN BIDANG KEAHLIAN TEKNIK MESIN PROGRAM KEAHLIAN TEKNIK PEMESINAN MEMPERGUNAKAN MESIN BUBUT (KOMPLEK) BAGIAN PROYEK PENGEMBANGAN KURIKULUM DIREKTORAT PENDIDIKAN MENENGAH KEJURUAN

Lebih terperinci

Persiapan Kerja Bubut

Persiapan Kerja Bubut MATERI KULIAH PROSES PEMESINAN KERJA BUBUT Persiapan Kerja Bubut Kegiatan Belajar Dwi Rahdiyanta FT-UNY Persiapan-persiapan sebelum pekerjaan a. Tujuan Pembelajaran. 1.) Mahasiswa mampu memahami langkah

Lebih terperinci

MODUL 9 ALAT KERJA TANGAN DAN MESI N (MENGEBOR DAN MELUASKAN) TINGKAT X PROGRAM KEAHLI AN TEKNI K PEMANFAATAN TENAGA LI STRI K DISUSUN OLEH :

MODUL 9 ALAT KERJA TANGAN DAN MESI N (MENGEBOR DAN MELUASKAN) TINGKAT X PROGRAM KEAHLI AN TEKNI K PEMANFAATAN TENAGA LI STRI K DISUSUN OLEH : MODUL 9 ALAT KERJA TANGAN DAN MESI N () TINGKAT X PROGRAM KEAHLI AN TEKNI K PEMANFAATAN TENAGA LI STRI K DISUSUN OLEH : Drs. SOEBANDONO LEMBAR KERJA SISWA 9 Macam-macam bor Dibuat dari baja karbon tinggi

Lebih terperinci

commit to user BAB II DASAR TEORI

commit to user BAB II DASAR TEORI 3 BAB II DASAR TEORI 2.1 Kerja Bangku Kerja Bangku adalah teknik dasar yang harus dikuasai oleh seseorang dalam mengerjakan benda kerja. Pekerjaan kerja bangku menekankan pada pembuatan benda kerja dengan

Lebih terperinci

SOAL LATIHAN 3 TEORI KEJURUAN PEMESINAN

SOAL LATIHAN 3 TEORI KEJURUAN PEMESINAN SOAL LATIHAN 3 TEORI KEJURUAN PEMESINAN OLEH: TIM PEMESINAN SMK PGRI 1 NGAWI CONTACT PERSON: HOIRI EFENDI, S.PD 085736430673 SOAL NAS: F018-PAKET A-08/09 1. Sebuah poros kendaraan terbuat dari bahan St

Lebih terperinci

PBAB II MESIN BUBUT. (Laboratorium Teknik Industri Universitas Gunadarma, 2011) Gambar 2.1 Mesin Bubut

PBAB II MESIN BUBUT. (Laboratorium Teknik Industri Universitas Gunadarma, 2011) Gambar 2.1 Mesin Bubut PBAB II MESIN BUBUT 2.1 Pengertian Mesin Bubut Mesin Bubut adalah suatu mesin yang umumnya terbuat dari logam, gunanya membentuk benda kerja dengan cara menyanyat, dengan gerakan utamanya berputar. Proses

Lebih terperinci

DIAL TEKAN (DIAL GAUGE/DIAL INDICATOR)

DIAL TEKAN (DIAL GAUGE/DIAL INDICATOR) DIAL TEKAN (DIAL GAUGE/DIAL INDICATOR) Alat ukur dalam dunia teknik sangat banyak. Ada alat ukur pneumatik, mekanik, hidrolik maupun yang elektrik. Termasuk dalam dunia otomotif, banyak juga alat ukur

Lebih terperinci

PEMBAHASAN. Gambar 1.1 Guilitene Hidrolis

PEMBAHASAN. Gambar 1.1 Guilitene Hidrolis PEMBAHASAN A. Konstruksi Gunting Pemotong Plat Mesin pemotong plat mempunyai beberapa jenis, manual dengan menggunakan tuas maupun dengan tenaga hidrolis (gambar 1.1), pada mesin pemotong plat hidrolis

Lebih terperinci

BAB 7 MENGENAL PROSES FRAIS (Milling)

BAB 7 MENGENAL PROSES FRAIS (Milling) BAB 7 MENGENAL PROSES FRAIS (Milling) 189 P roses pemesinan frais (milling) adalah proses penyayatan benda kerja menggunakan alat potong dengan mata potong jamak yang berputar. Proses penyayatan dengan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil Pengujian Kedataran Meja Menggunakan Spirit Level Dengan Posisi Horizontal Dan Vertikal. Dari pengujian kedataran meja mesin freis dengan menggunakan Spirit Level

Lebih terperinci

Gambar 1.1 Hasil-hasil dari pembubutan

Gambar 1.1 Hasil-hasil dari pembubutan 1 1. MESIN BUBUT 1.1 Umum Prinsip kerja mesin bubut adalah benda kerja yang berputar, sedangkan pisau bubut bergerak memanjang dan melintang. Dari kerja ini dihasilkan sayatan dan benda kerja yang umumnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. a. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. a. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN a. Latar Belakang Dewasa ini dunia ilmu pengetahuan dan teknologi semakin hari semakin pesat perkembangannya, sehingga diharapkan setiap mahasiswa, terutama mahasiswa teknik mesin harus

Lebih terperinci

BEKERJA DENGAN MESIN BUBUT

BEKERJA DENGAN MESIN BUBUT 1 BEKERJA DENGAN MESIN BUBUT PENGERTIAN Membubut adalah proses pembentukan benda kerja dengan mennggunakan mesin bubut. Mesin bubut adalah perkakas untuk membentuk benda kerja dengan gerak utama berputar.

Lebih terperinci

PETUNJUK PRAKTIKUM TEKNOLOGI MEKANIK JURUSAN TEKNIK SISTEM PERKAPALAN

PETUNJUK PRAKTIKUM TEKNOLOGI MEKANIK JURUSAN TEKNIK SISTEM PERKAPALAN PETUNJUK PRAKTIKUM TEKNOLOGI MEKANIK JURUSAN TEKNIK SISTEM PERKAPALAN MARINE ENGINEERING DAFTAR ISI TUGAS I MEMBUBUT POROS LURUS ( 2 JAM KEGIATAN )... 2 TUGAS II MEMBUBUT BERTINGKAT ( 4 JAM KEGIATAN )...

Lebih terperinci

BAB II MESIN BUBUT. Gambar 2.1 Mesin bubut

BAB II MESIN BUBUT. Gambar 2.1 Mesin bubut BAB II MESIN BUBUT A. Prinsip Kerja Mesin Bubut Mesin bubut merupakan salah satu mesin konvensional yang umum dijumpai di industri pemesinan. Mesin bubut (gambar 2.1) mempunyai gerak utama benda kerja

Lebih terperinci

Tugas 2 Proses Produksi Mesin Frais. Jurusan Teknik Industri Sekolah Tinggi Teknologi Garut 2017

Tugas 2 Proses Produksi Mesin Frais. Jurusan Teknik Industri Sekolah Tinggi Teknologi Garut 2017 Tugas 2 Proses Produksi Mesin Frais Jurusan Teknik Industri Sekolah Tinggi Teknologi Garut 2017 Konsep Pembahasan Pengertian Mesin Frais 1 2 3 4 Cara kerja Bagian Bagian Fungsi Jenis-Jenis 5 Produk/Hasil

Lebih terperinci

Materi Kuliah PROSES GERINDA. Oleh: Dwi Rahdiyanta FT-UNY

Materi Kuliah PROSES GERINDA. Oleh: Dwi Rahdiyanta FT-UNY Materi Kuliah PROSES GERINDA Oleh: Dwi Rahdiyanta FT-UNY KEGIATAN BELAJAR 1. Kegiatan Belajar 1 : Menentukan Persyaratan Kerja a. Tujuan Pembelajaran 1 1). Peserta diklat dapat menentukan langkah kerja

Lebih terperinci

BAB II PENDEKATAN PEMECAHAN MASALAH. hasil yang baik sesuai ukuran dan dapat berfungsi sebagaimana mestinya. Ukuran poros : Ø 60 mm x 700 mm

BAB II PENDEKATAN PEMECAHAN MASALAH. hasil yang baik sesuai ukuran dan dapat berfungsi sebagaimana mestinya. Ukuran poros : Ø 60 mm x 700 mm BAB II PENDEKATAN PEMECAHAN MASALAH A. Identifikasi Gambar Kerja Gambar kerja yang baik akan memudahkan pemahaman saat melakukan pengerjaan suatu produk, dalam hal ini membahas tentang pengerjaan poros

Lebih terperinci

BAB V MESIN MILLING DAN DRILLING

BAB V MESIN MILLING DAN DRILLING BAB V MESIN MILLING DAN DRILLING 5.1 Definisi Mesin Milling dan Drilling Mesin bor (drilling) merupakan sebuah alat atau perkakas yang digunakan untuk melubangi suatu benda. Cara kerja mesin bor adalah

Lebih terperinci

SOAL LATIHAN 1 TEORI KEJURUAN PEMESINAN

SOAL LATIHAN 1 TEORI KEJURUAN PEMESINAN SOAL LATIHAN 1 TEORI KEJURUAN PEMESINAN OLEH: TIM PEMESINAN SMK PGRI 1 NGAWI CONTACT PERSON: HOIRI EFENDI, S.Pd. 085736430673 1. Gambar berikut yang menunjukkan proyeksi orthogonal. A. D. B. E. C. 2. Gambar

Lebih terperinci

MENGOPERASIKAN MESIN CNC (DASAR)

MENGOPERASIKAN MESIN CNC (DASAR) SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN BIDANG KEAHLIAN TEKNIK MESIN PROGRAM KEAHLIAN TEKNIK PEMESINAN MENGOPERASIKAN MESIN CNC (DASAR) BAGIAN PROYEK PENGEMBANGAN KURIKULUM DIREKTORAT PENDIDIKAN MENENGAH KEJURUAN DIREKTORAT

Lebih terperinci

FM-UII-AA-FKU-01/R0 MESIN BUBUT 2.1. TUJAN PRAKTIKUM

FM-UII-AA-FKU-01/R0 MESIN BUBUT 2.1. TUJAN PRAKTIKUM MODUL II 2.1. TUJAN PRAKTIKUM MESIN BUBUT 1. Mahasiswa dapat memahami prinsip kerja pada mesin bubut. 2. Mahasiswa dapat memahami fungsi dari mesin bubut. 3. Mahasiswa dapat memahami jenis-jenis mesin

Lebih terperinci

MODUL I PRAKTIKUM PROSES PRODUKSI

MODUL I PRAKTIKUM PROSES PRODUKSI MODUL I PRAKTIKUM PROSES PRODUKSI LABORATORIUM PROSES DAN SISTEM PRODUKSI LABORATORIUM TEKNOLOGI MEKANIK DEPARTEMEN TEKNIK MESIN DAN INDUSTRI FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS GADJAH MADA 2017 TATA TERTIB PRAKTIKUM

Lebih terperinci

M O D U L T UT O R I A L

M O D U L T UT O R I A L M O D U L T UT O R I A L MESIN BUBUT LABORATORIUM SISTEM MANUFAKTUR TERINTEGRASI PROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA 2017/2018 DAFTAR ISI DAFTAR ISI...

Lebih terperinci

1. Base (Dudukan) Base ini merupakan penopang dari semua komponen mesin bor. Base terletak paling bawah menempel pada lantai, biasanya dibaut.

1. Base (Dudukan) Base ini merupakan penopang dari semua komponen mesin bor. Base terletak paling bawah menempel pada lantai, biasanya dibaut. sbab I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Selaras dengan berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi, dan seiring dengan perkembangan serta kemajuan di bidang industri terutama dalam bidang permesinan, berbagai

Lebih terperinci

MODUL 10 ALAT KERJA TANGAN DAN MESI N (MENGETAP DAN MENYENAI ) TINGKAT X PROGRAM KEAHLI AN TEKNI K PEMANFAATAN TENAGA LI STRI K DISUSUN OLEH :

MODUL 10 ALAT KERJA TANGAN DAN MESI N (MENGETAP DAN MENYENAI ) TINGKAT X PROGRAM KEAHLI AN TEKNI K PEMANFAATAN TENAGA LI STRI K DISUSUN OLEH : MODUL 10 ALAT KERJA TANGAN DAN MESI N ( ) TINGKAT X PROGRAM KEAHLI AN TEKNI K PEMANFAATAN TENAGA LI STRI K DISUSUN OLEH : Drs. SOEBANDONO LEMBAR KERJA SISWA 1 0 Perangkat Tap Tap konis Tap konis di serong

Lebih terperinci

SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN BIDANG KEAHLIAN TEKNIK MESIN PROGRAM KEAHLIAN TEKNIK PEMESINAN MENGESET MESIN DAN MENGEDIT PROGRAM MESIN CNC

SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN BIDANG KEAHLIAN TEKNIK MESIN PROGRAM KEAHLIAN TEKNIK PEMESINAN MENGESET MESIN DAN MENGEDIT PROGRAM MESIN CNC SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN BIDANG KEAHLIAN TEKNIK MESIN PROGRAM KEAHLIAN TEKNIK PEMESINAN MENGESET MESIN DAN MENGEDIT PROGRAM MESIN CNC BAGIAN PROYEK PENGEMBANGAN KURIKULUM DIREKTORAT PENDIDIKAN MENENGAH

Lebih terperinci

Job Sheet. Pemesinan Frais MES 6324

Job Sheet. Pemesinan Frais MES 6324 Job Sheet Pemesinan Frais MES 6324 Jurusan Pendidikan Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Negeri Yogyakarta 2016 JOB SHEET PEMESINAN FRAIS / MES 6324 Disusun Oleh: Drs. NURDJITO, MPd. & TIM PEMESINAN

Lebih terperinci

MATERI KULIAH PROSES PEMESINAN KERJA BUBUT KOMPLEKS Ulir, Tirus, Eksentrik dan Benda Panjang

MATERI KULIAH PROSES PEMESINAN KERJA BUBUT KOMPLEKS Ulir, Tirus, Eksentrik dan Benda Panjang Kegiatan Belajar MATERI KULIAH PROSES PEMESINAN KERJA BUBUT KOMPLEKS Ulir, Tirus, Eksentrik dan Benda Panjang Dwi Rahdiyanta FT-UNY Membubut Komplek : Ulir, Tirus, Eksentrik, dan Membubut Benda a. Tujuan

Lebih terperinci

c. besar c. besar Figure 1

c. besar c. besar Figure 1 1. Yang termasuk jenis pahat tangan adalah. a. pahat tirus. d. pahat perak b. pahat alur e. pahat intan c. pahat chamfer 2. Faktor-faktor berikut harus diperhatikan agar pemasangan kepala palu agar kuat

Lebih terperinci

BAB III PERAWATAN MESIN BUBUT PADA PT.MITSUBA INDONESIA

BAB III PERAWATAN MESIN BUBUT PADA PT.MITSUBA INDONESIA BAB III PERAWATAN MESIN BUBUT PADA PT.MITSUBA INDONESIA 3.1 Mesin Bubut Mesin bubut adalah mesin yang dibuat dari logam, gunanya untuk membentuk benda kerja dengan cara menyayat, gerakan utamanya adalah

Lebih terperinci

PROSES BUBUT (Membubut Tirus, Ulir dan Alur)

PROSES BUBUT (Membubut Tirus, Ulir dan Alur) MATERI PPM MATERI BIMBINGAN TEKNIS SERTIFIKASI KEAHLIAN KEJURUAN BAGI GURU SMK PROSES BUBUT (Membubut Tirus, Ulir dan Alur) Oleh: Dr. Dwi Rahdiyanta, M.Pd. Dosen Jurusan PT. Mesin FT-UNY 1. Proses membubut

Lebih terperinci

SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN BIDANG KEAHLIAN TEKNIK MESIN PROGRAM KEAHLIAN TEKNIK PEMESINAN MEMPERGUNAKAN MESIN GERINDA

SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN BIDANG KEAHLIAN TEKNIK MESIN PROGRAM KEAHLIAN TEKNIK PEMESINAN MEMPERGUNAKAN MESIN GERINDA SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN BIDANG KEAHLIAN TEKNIK MESIN PROGRAM KEAHLIAN TEKNIK PEMESINAN MEMPERGUNAKAN MESIN GERINDA BAGIAN PROYEK PENGEMBANGAN KURIKULUM DIREKTORAT PENDIDIKAN MENENGAH KEJURUAN DIREKTORAT

Lebih terperinci

BEKERJA DENGAN MESIN BUBUT

BEKERJA DENGAN MESIN BUBUT BEKERJA DENGAN MESIN BUBUT STANDAR KOMPETENSI KERJA NASIONAL INDONESIA (SKKNI) BIDANG KOMPETENSI 1. KELOMPOK DASAR / FOUNDATION 2. KELOMPOK INTI 3. PERAKITAN (ASSEMBLY) 4. PENGECORAN DAN PEMBUATAN CETAKAN

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI Secara garis besar, pada proses perancangan kepala pembagi sederhana ini berdasar pada beberapa teori. Teori-teori ini yang akan mendasari pembuatan komponen-komponen pada kepala

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PELAKSANAAN. penggerak belakang gokart adalah bengkel Teknik Mesin program Vokasi

BAB III METODOLOGI PELAKSANAAN. penggerak belakang gokart adalah bengkel Teknik Mesin program Vokasi BAB III METODOLOGI PELAKSANAAN 3.1. Tempat Pelaksanaan Tempat yang akan di gunakan untuk perakitan dan pembuatan sistem penggerak belakang gokart adalah bengkel Teknik Mesin program Vokasi Universitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.2 Ruang Lingkup Penggunaan mesin sekrap Penggunaan alat-alat perkakas tangan

BAB I PENDAHULUAN. 1.2 Ruang Lingkup Penggunaan mesin sekrap Penggunaan alat-alat perkakas tangan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Praktek kerja bangku merupakan usaha sadar membekali individu dengan pengetahuan dan kemampuan untuk menghasilkan skill yang sesuai standar untuk bekerja di industri

Lebih terperinci

SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN BIDANG KEAHLIAN TEKNIK MESIN PROGRAM KEAHLIAN TEKNIK PEMESINAN MENGESET MESIN DAN PROGRAM MESIN NC/CNC (DASAR)

SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN BIDANG KEAHLIAN TEKNIK MESIN PROGRAM KEAHLIAN TEKNIK PEMESINAN MENGESET MESIN DAN PROGRAM MESIN NC/CNC (DASAR) SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN BIDANG KEAHLIAN TEKNIK MESIN PROGRAM KEAHLIAN TEKNIK PEMESINAN MENGESET MESIN DAN PROGRAM MESIN NC/CNC (DASAR) BAGIAN PROYEK PENGEMBANGAN KURIKULUM DIREKTORAT PENDIDIKAN MENENGAH

Lebih terperinci

BAB II PENDEKATAN PEMECAHAN MASALAH. harus mempunyai sebuah perencanaan yang matang. Perencanaan tersebut

BAB II PENDEKATAN PEMECAHAN MASALAH. harus mempunyai sebuah perencanaan yang matang. Perencanaan tersebut BAB II PENDEKATAN PEMECAHAN MASALAH Proses pembuatan rangka pada mesin pemipih dan pemotong adonan mie harus mempunyai sebuah perencanaan yang matang. Perencanaan tersebut meliputi gambar kerja, bahan,

Lebih terperinci

DASAR-DASAR METROLOGI INDUSTRI Bab VI Pengukuran Kelurusan, Kesikuan, Keparalellan, Dan Kedataran BAB VI

DASAR-DASAR METROLOGI INDUSTRI Bab VI Pengukuran Kelurusan, Kesikuan, Keparalellan, Dan Kedataran BAB VI BAB VI Tujuan : Setelah mempelajari materi pelajaran pada bab VI, diharapkan mahasiswa dapat : 1. Menjelaskan arti dari kelurusan, kesikuan, keparalelan dan kedataran. 2. Menyebutkan beberapa alat ukur

Lebih terperinci

MATERI KULIAH PROSES PEMESINAN KERJA BUBUT. Dwi Rahdiyanta FT-UNY

MATERI KULIAH PROSES PEMESINAN KERJA BUBUT. Dwi Rahdiyanta FT-UNY MATERI KULIAH PROSES PEMESINAN KERJA BUBUT Pengoperasian Mesin Bubut Dwi Rahdiyanta FT-UNY Kegiatan Belajar Pengoperasian Mesin Bubut a. Tujuan Pembelajaran. 1.) Siswa dapat memahami pengoperasian mesin

Lebih terperinci

PROSES PEMBUBUTAN LOGAM. PARYANTO, M.Pd.

PROSES PEMBUBUTAN LOGAM. PARYANTO, M.Pd. PROSES PEMBUBUTAN LOGAM PARYANTO, M.Pd. Jur.. PT. Mesin FT UNY Proses bubut adalah proses pemesinan untuk menghasilkan bagian-bagian mesin (komponen) berbentuk silindris yang dikerjakan dengan menggunakan

Lebih terperinci

SMK PGRI 1 NGAWI TERAKREDITASI: A

SMK PGRI 1 NGAWI TERAKREDITASI: A TEKNIK PEMESINAN SMK PGRI 1 NGAWI TERAKREDITASI: A Jl. Rajawali No. 32, Telp./Faks. : (0351) 746081 Ngawi. Homepage: 1. www.smkpgri1ngawi.sch.id 2. www.grisamesin.wordpress.com Facebook: MESIN BUBUT KONVENSIONAL

Lebih terperinci

Melakukan Pekerjaan Dengan Mesin Frais

Melakukan Pekerjaan Dengan Mesin Frais MATERI KULIAH PROSES PEMESINAN PROSES FRAIS Melakukan Pekerjaan Dengan Mesin Frais Oleh: Dwi Rahdiyanta Fakultas Teknik Universitas Negeri Yogyakarta Kegiatan Belajar Melakukan Pekerjaan Dengan Mesin Frais.

Lebih terperinci

Materi 3. Seting Alat potong, Benda Kerja, dan Zero Offset pada Mesin Frais CNC

Materi 3. Seting Alat potong, Benda Kerja, dan Zero Offset pada Mesin Frais CNC Materi 3 Seting Alat potong, Benda Kerja, dan Zero Offset pada Mesin Frais CNC Tujuan : Setelah mempelajari materi 3 ini mahasiswa memiliki kompetensi: Memasang benda kerja di mesin frais CNC Memilih alat

Lebih terperinci

SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN BIDANG KEAHLIAN TEKNIK MESIN PROGRAM KEAHLIAN TEKNIK PEMESINAN MENGGERINDA PAHAT DAN ALAT POTONG

SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN BIDANG KEAHLIAN TEKNIK MESIN PROGRAM KEAHLIAN TEKNIK PEMESINAN MENGGERINDA PAHAT DAN ALAT POTONG SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN BIDANG KEAHLIAN TEKNIK MESIN PROGRAM KEAHLIAN TEKNIK PEMESINAN MENGGERINDA PAHAT DAN ALAT POTONG BAGIAN PROYEK PENGEMBANGAN KURIKULUM DIREKTORAT PENDIDIKAN MENENGAH KEJURUAN DIREKTORAT

Lebih terperinci

MAKALAH PROSES PRODUKSI PEMBUATAN MEJA LIPAT

MAKALAH PROSES PRODUKSI PEMBUATAN MEJA LIPAT MAKALAH PROSES PRODUKSI PEMBUATAN MEJA LIPAT Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Kelulusan Mata Kuliah Proses Produksi Oleh : Akmal Akhimuloh 1503005 JURUSAN TEKNIK INDUSTRI SEKOLAH TINNGI TEKNOLOGI GARUT

Lebih terperinci

BEKERJA DENGAN MESIN UMUM

BEKERJA DENGAN MESIN UMUM KODE MODUL M7.5A SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN BIDANG KEAHLIAN TEKNIK MESIN PROGRAM KEAHLIAN TEKNIK GAMBAR MESIN BEKERJA DENGAN MESIN UMUM BAGIAN PROYEK PENGEMBANGAN KURIKULUM DIREKTORAT PENDIDIKAN MENENGAH

Lebih terperinci

MODUL 7 ALAT KERJA TANGAN DAN MESI N (MENGGERGAJI ) TINGKAT X PROGRAM KEAHLI AN TEKNI K PEMANFAATAN TENAGA LI STRI K DISUSUN OLEH : Drs.

MODUL 7 ALAT KERJA TANGAN DAN MESI N (MENGGERGAJI ) TINGKAT X PROGRAM KEAHLI AN TEKNI K PEMANFAATAN TENAGA LI STRI K DISUSUN OLEH : Drs. MODUL 7 ALAT KERJA TANGAN DAN MESI N ( ) TINGKAT X PROGRAM KEAHLI AN TEKNI K PEMANFAATAN TENAGA LI STRI K DISUSUN OLEH : Drs. SOEBANDONO LEMBAR KERJA SISWA 7 Bagian-bagian gergaji Gergaji terdiri dari

Lebih terperinci

MENGUASAI KERJA BANGKU MENGEBOR BENDA KERJA B.20.08

MENGUASAI KERJA BANGKU MENGEBOR BENDA KERJA B.20.08 MENGUASAI KERJA BANGKU MENGEBOR BENDA KERJA B.20.08 BAGIIAN PROYEK PENGEMBANGAN KURIIKULUM DIIREKTORAT PENDIIDIIKAN MENENGAH KEJURUAN DIIREKTORAT JENDERAL PENDIIDIIKAN DASAR DAN MENENGAH DEPARTEMEN PENDIIDIIKAN

Lebih terperinci

Pemindah Gigi Belakang JALANAN

Pemindah Gigi Belakang JALANAN (Indonesian) DM-RD0003-09 Panduan Dealer Pemindah Gigi Belakang JALANAN RD-9000 RD-6800 RD-5800 RD-4700 DAFTAR ISI PENGUMUMAN PENTING...3 UNTUK MENJAGA KESELAMATAN...4 DAFTAR ALAT YANG AKAN DIGUNAKAN...6

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI Alat-alat Pembantu Untuk Meningkatkan Produksi Pada Mesin. dan kecepatannya sayatnya setinggi-tingginya.

BAB II LANDASAN TEORI Alat-alat Pembantu Untuk Meningkatkan Produksi Pada Mesin. dan kecepatannya sayatnya setinggi-tingginya. BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Alat-alat Pembantu Untuk Meningkatkan Produksi Pada Mesin 2.1.1. Bubut Senter Untuk meningkatkan produksi, pada tahap pertama kita akan berusaha memperpendek waktu utama. Hal

Lebih terperinci

2.11 Jenis-Jenis Pemotongan/Pemakanan pada Mesin Frais Pemotongan Mendatar (Horizontal) 352

2.11 Jenis-Jenis Pemotongan/Pemakanan pada Mesin Frais Pemotongan Mendatar (Horizontal) 352 a. Pelajari dan ikuti petunjuk SOP sebelum mengoperasikan mesin frais. b. Pelajari gambar kerja untuk menentukan langkah kerja yang efektif dan efisien. c. Tentukan karakteristik bahan yang akan dikerjakan

Lebih terperinci

BAB IV PEMBUATAN DAN PENGUJIAN

BAB IV PEMBUATAN DAN PENGUJIAN BAB IV PEMBUATAN DAN PENGUJIAN 4.1. Proses Pembuatan Proses pembuatan adalah tahap-tahap yang dilakukan untuk mencapai suatu hasil. Dalam proses pembuatan ini dijelaskan bagaimana proses bahanbahan yang

Lebih terperinci

BAB VI Mesin Shaping I

BAB VI Mesin Shaping I BAB VI Mesin Shaping I Tujuan Pembelajaran Umum : 1. Mahasiswa mengetahui tentang fungsi fungsi mesin shaping. 2.Mahasiswa mengetahui tentang alat alat potong di mesin shaping. 3. Mahasiswa mengetahui

Lebih terperinci