AUDITORAT UTAMA KEUANGAN NEGARA V AUDITORAT UTAMA KEUANGAN NEGARA VI PANDUAN PEMERIKSAAN LAPORAN KEUANGAN PEMERINTAH DAERAH

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "AUDITORAT UTAMA KEUANGAN NEGARA V AUDITORAT UTAMA KEUANGAN NEGARA VI PANDUAN PEMERIKSAAN LAPORAN KEUANGAN PEMERINTAH DAERAH"

Transkripsi

1 BADAN PEMERIKSA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA PANDUAN PEMERIKSAAN LAPORAN KEUANGAN PEMERINTAH DAERAH AUDITORAT UTAMA KEUANGAN NEGARA V AUDITORAT UTAMA KEUANGAN NEGARA VI Jakarta, Mei 2011

2 NOTA DINAS BERSAMA No.144/ND/ XVIII/05/2011 No.168/ND/XIX/05/2011 Jakarta,3 Mei 2011 Kepada Yth Dari Lampiran Perihal : Para Kepala Perwakilan : Tortama V dan Tortama VI : satu buku : Penyampaian Buku Panduan Pemeriksaan LKPD Bersama ini kami sampaikan Buku Panduan Pemeriksaan Laporan Keuangan Pemerintah Daerah (LKPD) untuk dimanfaatkan oleh para pemeriksa di lingkungan perwakilan BPK RI dalam pelaksanaan pemeriksaan LKPD. Sesuai Undang-Undang No.15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan Negara memberikan kewenangan kepada BPK untuk melakukan pemeriksaan atas pengelolaan dan tanggung jawab keuangan Negara dalam bentuk pemeriksaan keuangan, pemeriksaan kinerja, dan pemeriksaan dengan tujuan tertentu di dalamnya termasuk pemeriksaan atas LKPD. Pemeriksaan atas LKPD wajib dilakukan oleh BPK sejak tahun 2006 sesuai dengan UU No. 17 Tahun 2003 Tentang Keuangan Negara. Buku Panduan Pemeriksaan LKPD disusun dalam rangka untuk menjamin bahwa pemeriksaan LKPD dapat berjalan lebih efektif dan efisien serta memenuhi standar pemeriksaan, yaitu melalui : 1. Keseragaman metodologi pemeriksaan LKPD; 2. Pemeriksaan yang lebih terstruktur dan terdokumentasi; 3. Perencanaan yang lebih matang; 4. Keseragaman dalam penanganan suatu masalah; 5. Koordinasi dan pengendalian yang lebih efektif; 6. Pemenuhan quality control dan quality assurance; dan 7. Pelaksanaan dan pelaporan tepat waktu Sistimatika Buku Panduan Pemeriksaan LKPD terdiri dari : BAB 1 BAB 2 BAB 3 BAB 4 Pendahuluan Prosedur Analisa Pemahaman dan Penilaian Resiko Materialitas & Tolerable Error

3 BAB 5 Uji Petik Pemeriksaan (Audit Sampling) BAB 6 Kertas Kerja Pemeriksaan BAB 7 Formulasi Temuan Pemeriksaan LKPD BAB 8 Penyusunan LHP SPI dan Kepatuhan BAB 9 Panduan Penyusunan Opini BAB 10 Pengendalian dan Penjaminan Mutu BAB 11 Perencanaan Pemeriksaan (Pemeriksaan Interim & Pemeriksaan Pendahuluan) BAB 12 Pemeriksaan atas BLUD BAB 13 Frequently Asked Questions (FAQ) Panduan ini bukan merupakan pengganti dari Petunjuk Pelaksanaan (Juklak) dan Petunjuk Teknis (Juknis) pemeriksaan yang telah diterbitkan oleh BPK, akan tetapi merupakan operasionalisasi dari juklak dan juknis terkait, dengan tujuan untuk mempermudah pengaplikasiannya dalam pemeriksaan LKPD. Buku ini juga dapat dijadikan rujukan sementara atas hal-hal yang belum diatur atau belum ditetapkan dalam juklak dan juknis pemeriksaan. Buku panduan ini pada dasarnya hanya memuat hal-hal praktis yang diperlukan dalam pemeriksaan LKPD, sehingga tidak memuat semua hal yang berkaitan dengan pemeriksaan. Oleh karena itu perlu diingatkan kepada setiap pemeriksa untuk tetap memahami seluruh perangkat lunak yang telah ditetapkan oleh BPK berkaitan dengan pemeriksaan keuangan. Panduan ini akan terus dikembangkan seiring dengan penerbitan juklak dan juknis oleh BPK, adanya permasalahan yang dihadapi pemeriksa di lapangan, perkembangan dalam pengelolaan dan pemeriksaan keuangan daerah, serta perkembangan ilmu akuntansi dan auditing pada umumnya. Para pemeriksa diharapkan dapat berperan aktif dalam penyempurnaan panduan ini. Demikan Buku Panduan ini disusun untuk dapat dipergunakan dengan sebaikbaiknya. Tortama V Tortama VI Sutrisno NIP Abdul Latief Tembusan (sebagai laporan): 1. Yth Anggota V; 2. Yth. Anggota VI.

4 Panduan Pemeriksaan LKPD BAB 1 PENDAHULUAN Bab 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Belakang Pemeriksaan atas Laporan Keuangan Pemerintah Daerah (LKPD) merupakan salah satu tugas pokok BPK sebagai pelaksanaan Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan Negara dan Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2006 tentang Badan Pemeriksa Keungan. LKPD merupakan pertanggungjawaban kepala daerah, yaitu gubernur/bupati/walikota atas pelaksanaan APBD tahun anggaran tertentu. LKPD tersebut disusun dengan menggunakan suatu sistem akuntansi keuangan daerah dan berdasarkan Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP). Pemeriksaan atas LKPD merupakan jenis pemeriksaan keuangan yang dilakukan oleh BPK dengan tujuan memberikan pernyataan opini tentang tingkat kewajaran informasi yang disajikan dalam LKPD. Sesuai dengan penjelasan Pasal 16 ayat (1) UU No. 15 tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan Negara, opini merupakan pernyataan profesional pemeriksa mengenai kewajaran informasi keuangan yang disajikan dalam laporan keuangan yang didasarkan pada kriteria (i) kesesuaian dengan standar akuntansi pemerintahan, (ii) kecukupan pengungkapan (adequate disclosures), (iii) kepatuhan terhadap peraturan perundang-undangan, dan (iv) efektivitas sistem pengendalian intern. Oleh karena itu, pemeriksa diharapkan untuk fokus mengarahkan prosedur pemeriksaannya terhadap tujuan pemeriksaan tersebut. Untuk membantu pencapaian kualitas pemeriksaan sebagaimana dipersyaratkan dalam Standar Pemeriksaan Keuangan Negara (SPKN), Panduan Pemeriksaan LKPD ini disusun sebagai pelengkap petunjuk pelaksanaan (juklak) dan petunjuk teknis (juknis) pemeriksaan yang telah ada di BPK. Panduan Pemeriksaan LKPD ini merupakan pengembangan dari kebijakan umum pemeriksaan LKPD yang dikeluarkan setiap tahun dan mengadopsi sumber literatur lainnya yang relevan dengan kondisi pemeriksaan LKPD, diantaranya Panduan Pemeriksaan LKPP/LKKL (Buku Merah). Dengan adanya Panduan Pemeriksaan LKPD ini, para pemeriksa diharapkan dapat: 1) Melaksanakan prosedur pemeriksaan yang diperlukan dalam pemeriksaan LKPD dengan menggunakan pendekatan pemeriksaan berbasis risiko (Risk Based Audit Approach) secara memadai. BADAN PEMERIKSA KEUANGAN 1

5 Panduan Pemeriksaan LKPD Bab 1 Pendahuluan 2) Memiliki persamaaan cara pandang dan persepsi terkait permasalahan yang ditemukan dalam pemeriksaan LKPD, yang pada akhirnya akan meningkatkan kualitas pemeriksaan atas LKPD. 1.2 Tahapan Pemeriksaan LKPD Pemeriksaan atas LKPD merupakan jenis pemeriksaan keuangan yang bertujuan untuk memberikan opini atas kewajaran laporan keuangan tersebut dalam semua hal yang material sesuai dengan SAP. Dalam proses pemeriksaan tersebut, patokan yang digunakan adalah Standar Pemeriksaan Keuangan Negara (SPKN) yang memberlakukan juga Standar Profesional Akuntan Publik (SPAP), serta tujuan dan harapan penugasan. Selain itu, proses pemeriksaan berpedoman juga pada Panduan Manajemen Pemeriksaan (PMP). Berdasarkan metodologi pemeriksaan LKPD sebagaimana diatur dalam Petunjuk Teknis Pemeriksaan atas LKPD sesuai Keputusan BPK Nomor 56a/K/I- XX.2/9/2007, tahapan pemeriksaan LKPD meliputi tahapan perencanaan pemeriksaan, pelaksanaan pemeriksaan lapangan, dan pelaporan hasil pemeriksaan yang secara ringkas meliputi 24 langkah, yaitu: Perencanaan Pemeriksaan 1) Pemahaman Tujuan Pemeriksaan dan Harapan Penugasan 2) Pemenuhan Kebutuhan Pemeriksa 3) Pemahaman atas Entitas 4) Pemantauan Tindak Lanjut Laporan Hasil Pemeriksaan Sebelumnya 5) Pemahaman Sistem Pengendalian Intern 6) Pemahaman dan Penilaian Risiko 7) Penetapan Materialitas Awal dan Kesalahan Tertolerir 8) Penentuan Metode Uji Petik 9) Pelaksanaan Prosedur Analitis Awal 10) Penyusunan Program Pemeriksaan dan Program Kerja Perorangan BADAN PEMERIKSA KEUANGAN 2

6 Panduan Pemeriksaan LKPD Bab 1 Pendahuluan Pelaksanaan Pemeriksaan Lapangan 11) Pelaksanaan Pengujian Analitis Terinci 12) Pengujian Sistem Pengendalian Intern 13) Pengujian Substantif atas Transaksi dan Saldo Akun 14) Penyelesaian Penugasan: Reviu Kewajiban Kontinjensi, Reviu Kontrak Jangka Panjang, Identifikasi Kejadian Setelah Tanggal Neraca 15) Penyusunan Ikhtisar Koreksi 16) Penyusunan Konsep Temuan Pemeriksaan 17) Pembahasan dengan Pejabat Entitas yang Berwenang 18) Perolehan Tanggapan Resmi dan Tertulis 19) Penyampaian Temuan Pemeriksaan Pelaporan Hasil Pemeriksaan 20) Penyusunan Konsep Laporan Hasil Pemeriksaan 21) Pembahasan Konsep Laporan Hasil Pemeriksaan dengan Penanggung Jawab Pemeriksaan 22) Penyampaian dan Pembahasan Konsep Laporan Hasil Pemeriksaan dengan Pejabat Entitas yang Berwenang 23) Perolehan Surat Representasi 24) Penyusunan Konsep Akhir dan Penyampaian Laporan Hasil Pemeriksaan Seluruh tahapan Pemeriksaan LKPD tersebut telah diuraikan dalam Petunjuk Teknis Pemeriksaan atas LKPD. Panduan Pemeriksaan LKPD ini memberikan penjelasan lebih lanjut terhadap tahapan dan permasalahan penting yang sering muncul dalam Pemeriksaan LKPD. BADAN PEMERIKSA KEUANGAN 3

7 Panduan Pemeriksaan LKPD Bab 1 Pendahuluan 1.3 Sistematika Panduan Pemeriksaan LKPD Panduan Pemeriksaan LKPD ini dimaksudkan sebagai acuan dalam melaksanakan pemeriksaan atas LKPD oleh Perwakilan BPK di seluruh Indonesia. Panduan Pemeriksaan LKPD ini terdiri dari 13 bab, yakni 1 bab tentang pendahuluan, 11 bab yang menguraikan metodologi pemeriksaan LKPD beserta konsep dan teori auditing yang mendasarinya, dan 1 bab yang menguraikan solusi dan kebijakan atas permasalahan-permasalahan yang sering muncul dalam pemeriksaan LKPD Frequently Asked Question (FAQ). Panduan Pemeriksaan LKPD ini juga dilengkapi dengan lampiran yang berisi formulir dan contoh format yang terkait dengan pembahasan masing-masing bab. Lampiran ini merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari Panduan Pemeriksaan LKPD. Seperti dijelaskan sebelumnya hal-hal yang dibahas dalam Panduan Pemeriksaan LKPD hanyalah hal-hal penting atau prosedur yang sering muncul dalam Pemeriksaan LKPD dan pemeriksa biasanya menemukan kesulitan dalam melaksanakannya. Oleh karena itu, urutan antar bab dalam Panduan Pemeriksaan LKPD ini tidak dapat dibaca sebagai urutan pemeriksaan. Pemeriksa diharapkan membaca dan memahami bab yang relevan dengan pelaksanaan prosedur pemeriksaan terkait. Sebagai contoh: Saat pemeriksaan, dalam Program Pemeriksaan (P2) pemeriksa diminta untuk melakukan analisis risiko. Untuk itu, pemeriksa dapat langsung membaca Bab III mengenai Pemahaman dan Penilaian Risiko. Demikian juga, apabila pemeriksa mendapatkan kesulitan untuk memutuskan perlakuan terhadap suatu kasus yang ditemui dalam pemeriksaan di lapangan, pemeriksa dapat langsung mencarinya di Bab XIII yang memuat FAQ. Panduan Pemeriksaan LKPD ini disusun dengan sistematika sebagai berikut. Bab 1 : Pendahuluan Bab ini menjelaskan secara singkat mengenai latar belakang dikeluarkannya Panduan Pemeriksaan LKPD, tahapan pemeriksa dan LKPD dan sistematika Panduan Pemeriksaan LKPD. Bab 2 : Prosedur Analitis Bab ini memberikan panduan bagi pemeriksa dalam melakukan prosedur analitis (analytical procedures) dalam setiap tahapan pemeriksaan, mencakup gambaran umum prosedur analitis dan pelaksanaan prosedur analitis. BADAN PEMERIKSA KEUANGAN 4

8 Panduan Pemeriksaan LKPD Bab 1 Pendahuluan Bab 3 : Pemahaman dan Penilaian Risiko Bab ini memberikan panduan kepada pemeriksa tentang pemahaman dan penilaian risiko, mencakup gambaran umum risiko dan cara pengisian tabel penilaian risiko. Bab 4 : Materialitas dan Tolerable Error Bab ini menjelaskan tentang gambaran umum materialitas, hubungan materialitas dan risiko, dan konsep materialitas. Bab 5 : Uji Petik Pemeriksaan (Audit Sampling) Bab ini memaparkan tentang gambaran umum uji petik, penentuan cakupan (coverage) pemeriksaan dan satker yang akan diperiksa, dan uji petik pemeriksaan. Bab 6 : Kertas Kerja Pemeriksaan (KKP) Bab ini menguraikan tentang gambaran umum, fungsi dan manfaat dokumentasi pemeriksaan, lingkup dokumentasi pemeriksaan, syarat dan unsur-unsur dokumentasi pemeriksaan, dan tahapan pendokumentasian pemeriksaan LKPD. Bab 7 : Formulasi Temuan Pemeriksaan LKPD Untuk mempermudah penulisan temuan dan pengklasifikasiannya, para pemeriksa dapat membaca bab ini, yang memuat tentang gambaran umum, panduan umum penulisan TP LKPD, temuan sistem pengendalian intern, temuan kepatuhan, panduan penulisan temuan berulang atau temuan hasil pemeriksaan sebelumnya, dan dilengkapi dengan contoh temuan yang sering muncul dalam pemeriksaan LKPD. Bab 8 : Penyusunan Laporan Hasil Pemeriksaan atas SPI dan Kepatuhan Bab ini berhubungan erat dengan Bab VII dan menjelaskan mengenai penyusunan LHP SPI dan LHP Kepatuhan terhadap Peraturan Perundang-undangan, yang mencakup uraian tentang laporan hasil pemeriksaan keuangan, laporan hasil pemeriksaan atas sistem pengendalian intern, laporan hasil pemeriksaan atas kepatuhan terhadap peraturan perundang-undangan, dan pengungkapann unsur temuan pemeriksaan. BADAN PEMERIKSA KEUANGAN 5

9 Panduan Pemeriksaan LKPD Bab 1 Pendahuluan Bab 9 : Panduan Penyusunan Opini Salah satu tahap penting dalam Pemeriksaan LKPD adalah menetapkan opini Bab ini akan memberikan panduan sistematis bagi Penanggung Jawab dan Tim Reviu dalam menetapkan opini pemeriksaan. Bab ini memuat penjelasan tentang gambaran umum, dasar pertimbangan pemberian opini, jenis opini, mekanisme dan matriks perumusan opini, pertimbangan temuan dalam menentukan opini, mengukur salah saji atau potensi kesalahan yang terjadi, dan format dan contoh opini. Bab 10 : Pengendalian dan Penjaminan Mutu Untuk meningkatkan kualitas pemeriksaan, Quality Assurance terhadap pemeriksaan mutlak dilakukan. Bab ini akan memberikan panduan terhadap hal tersebut. Bab 11 : Perencanaan Pemeriksaan LKPD: Pemeriksaan Interim dan Pemeriksaan Pendahuluan Bab ini memberikan penjelasan tentang pemeriksaan interim dan pemeriksaan pendahuluan atas LKPD, mencakup gambaran umum, tahapan pemeriksaan interim dan pendahuluan, dan penyusunan program pemeriksaan rinci. Bab 12 : Pemeriksaan atas BLUD Bab ini memberikan panduan dalam melakukan pemeriksaan BLUD dan pengaruhnya terhadap LKPD, mencakup gambaran umum BLUD, tujuan pemeriksaan satuan kerja BLUD pada LKPD, pengelolaan dan pelaporan keuangan BLUD, dan prosedur pemeriksaan tambahan atas satuan kerja BLUD sebagai entitas akuntansi. Bab 13 : Frequently Asked Questions (FAQ) REFERENSI LAMPIRAN Bab ini menjelaskan tentang berbagai macam permasalahan yang ditemukan dalam pemeriksaan LKPD dan solusi/kebijakan atas permasalahan tersebut. BADAN PEMERIKSA KEUANGAN 6

10 Panduan Pemeriksaan LKPD Bab 2 Prosedur Analitis BAB 2 PROSEDUR ANALITIS 2.1 Gambaran Umum Prosedur analitis merupakan evaluasi terhadap informasi keuangan yang dibuat dengan mempelajari hubungan yang masuk akal antara data keuangan yang satu dengan data keuangan lainnya atau antara data keuangan dengan data non keuangan. Asumsi dasar penerapan prosedur analitis adalah bahwa hubungan yang masuk akal di antara data dapat diharapkan tetap ada dan berlanjut, kecuali jika timbul kondisi yang sebaliknya. Kondisi tertentu yang dapat menimbulkan penyimpangan dalam hubungan ini mencakup antara lain, peristiwa atau transaksi yang tidak biasa, perubahan akuntansi, perubahan usaha, fluktuasi acak, atau salah saji. Secara umum, pelaksanaan prosedur analitis dilakukan dengan tahapantahapan sebagai berikut. 1) Pemeriksa terlebih dahulu melakukan pemahaman hubungan keuangan yang bisa diperoleh dengan dimilikinya pemahaman tentang auditee dan proses bisnis utama dari auditee. 2) Mengembangkan harapan atas data yang tercatat atau perbandingan yang seharusnya terjadi antar data terkait. Pengembangan harapan ini berdasarkan hasil pemahaman hubungan keuangan yang masuk akal. Dalam mengembangkan harapan, pemeriksa harus secara hati-hati mempertimbangkan faktor-faktor yang secara signifikan mempengaruhi data maupun perbandingan yang akan diukur. 3) Membandingkan data atau perbandingan data yang tercatat dengan harapan yang dikembangkan, serta menelusuri penyebab penyimpangan signifikan yang terjadi. Contoh harapan yang dikembangkan dengan risiko salah saji yang harus ditelusuri tersebut adalah sebagai berikut. BADAN PEMERIKSA KEUANGAN 1

11 Panduan Pemeriksaan LKPD Bab 2 Prosedur Analitis Tabel 2.1 Harapan yang dikembangkan dengan risiko salah saji Akun Data yang digunakan Harapan Risiko salah saji Realisasi Penerimaan LRA, BKU dan Rekening Kas Daerah Realisasi Penerimaan = Total nilai kredit Rekening Kasda pengembalian belanja pada tahun berjalan Kurang/lebih saji penerimaan Realisasi Belanja LRA, BKU Realisasi belanja = (Total SP2D) + (Total SP3) SP2D UP SP2D TUP (total pengembalian sisa belanja) Kurang/lebih saji belanja Kas di Bendahara Pengeluaran Neraca, BKU Saldo Kas di Bendahara Pengeluaran = saldo UP + jumlah pinjaman yang belum di SP2D kan Kurang/lebih saji Kas di Bendahara Pengeluaran Kas Lainnya dan Setara Kas Neraca, BKU Potongan pajak yang belum disetor + SP2D LS ke bendahara yang belum diberikan kepada yang berhak + bunga jasa giro Kurang saji kas lainnya dan setara kas Kas di Bendahara Penerimaan Neraca, BKU, SBS Kas di Bendahara Penerimaan = Saldo kas di BKU Kurang/lebih saji Kas di Bendahara Penerimaan Aset Tetap LRA, Neraca, (Belanja Modal + penambahan dari hasil inventarisasi) = (So Aset Tetap per 31 Des 200X) (So Aset Tetap per 31 Des 200X-1) +/- mutasi masuk/keluar Hibah aset tetap yang tidak diungkapkan, penghapusan AT tidak diungkapkan, salah pengelompokkan anggaran, aset tetap kurang/ lebih saji Neraca, Daftar Inventaris Barang Daerah Total aset tetap menurut Daftar Inventaris Barang Daerah intrakomptabel = total aset tetap di Neraca Aset yang dilaporkan tidak ada, aset tetap diperoleh dari hibah belum dicatat di neraca Kesalahan kompilasi BADAN PEMERIKSA KEUANGAN 2

12 Panduan Pemeriksaan LKPD Bab 2 Prosedur Analitis Akun Data yang digunakan Harapan Risiko salah saji Utang Panjang Bagian Utang Panjang Jangka dan Lancar Jangka LRA Neraca dan Penambahan/penurunan Utang Jangka Panjang dan Bagian Lancar Utang Jangka Panjang = Penambahan/penurunan Pembiayaan Lebih/kurang saji akun utang atau akun pembiayaan, kekurangan pengungkapan atas selisih yang mungkin terjadi Utang PFK Neraca dan LAK Utang PFK = saldo utang PFK tahun sebelumnya + penerimaan non Anggaran PFK (diluar penerimaan karena kesalahan rekening) pengeluaran non anggaran PFK (diluar pengeluaran karena kesalahan rekening) Lebih/kurang saji utang PFK, selisih fisik dan catatan SiLPA 2.2 Tujuan Prosedur Analitis Tujuan prosedur analitis terkait erat dengan waktu pelaksanaannya. Prosedur analitis bisa digunakan pada saat perencanaan pemeriksaan, pelaksanaan pemeriksaan lapangan, dan pada saat pelaporan. Berikut tujuan dan proses yang dilaksanakan di masing-masing tahapan tersebut. 1) Pada tahap perencanaan pemeriksaan, prosedur analitis membantu pemeriksa dalam memahami entitas termasuk transaksi dan kejadian pada tahun berjalan. Selain itu, prosedur analitis membantu perencanaan sifat, saat, dan lingkup prosedur audit dalam menentukan rencana, desain, dan pengujian materialitas sehingga saldo-saldo akun atau transaksi yang memberikan sinyal adanya risiko inheren dan risiko pengendalian dapat teridentifikasi. Penyimpangan yang terjadi menunjukkan risiko terjadinya salah saji. Untuk itu, pemeriksa diharuskan melakukan evaluasi atas penyimpangan tersebut untuk melihat apakah dibutuhkan perluasan prosedur pemeriksaan terkait siklus atau akun tertentu. 2) Pada tahap pelaksanaan pemeriksaan lapangan, prosedur analitis ditujukan untuk memperoleh bukti tentang asersi tertentu yang berhubungan dengan saldo akun atau jenis transaksi. Selain itu, hasil prosedur analitis di tahapan ini bisa digunakan untuk menilai kecukupan pengungkapan atas setiap perubahan BADAN PEMERIKSA KEUANGAN 3

13 Panduan Pemeriksaan LKPD Bab 2 Prosedur Analitis pada akun laporan keuangan yang diperiksa. Di tahap ini, prosedur analitis biasanya dilakukan dengan melakukan analisis data pendukung laporan keuangan baik data keuangan maupun data non keuangan. 3) Pada tahap pelaporan, prosedur analitis dilakukan sebagai reviu menyeluruh informasi keuangan. Hal ini diperlukan untuk memastikan bahwa akun-akun dalam Laporan Keuangan yang berkaitan baik secara vertikal maupun horizontal sudah sinkron dan tidak diperlukan lagi bukti tambahan untuk memastikan kewajaran laporan keuangan. 2.3 Pelaksanaan Prosedur Analitis Ada tiga cara melakukan prosedur analitis dalam pemeriksaan LKPD, yaitu analisis data, tehnik prediktif dan analisis rasio dan tren dengan uraian sebagai berikut Analisis data Analisis data dilakukan dengan menguji ketepatan penjumlahan antar akun dan kecukupan pengungkapannya. Pengujian ketepatan penjumlahan antar akun dan kecukupan pengungkapannya bertujuan untuk mengetahui kesesuaian dan menilai kebenaran angka-angka dalam laporan keuangan. Melalui analisis, dapat diketahui apakah terdapat kesalahan jurnal ataupun kesalahan klasifikasi akun sehingga dapat dilakukan koreksi atas laporan keuangan dimaksud. Setelah BPK menerima laporan keuangan secara resmi dari Pemerintah Daerah, pemeriksa harus terlebih dahulu melakukan pengujian mengenai ketepatan penjumlahan akun-akun dalam laporan keuangan maupun penjumlahan rinciannya di catatan atas laporan keuangan (CaLK). Penjumlahan rincian di CaLK juga harus dipastikan sesuai dengan jumlah yang dicantumkan di laporan keuangan. Pengujian juga meliputi analisis vertikal dan analisis horizontal untuk mengetahui apakah terdapat kesalahan atau ketidaksinkronan dalam laporan keuangan sehingga dapat diperoleh pertimbangan untuk dilanjutkan dengan pengujian substantif. Perlu diingat bahwa pada saat melakukan prosedur analitis, harus diperoleh keyakinan bahwa seluruh transaksi yang terjadi pada satu tahun anggaran tercermin dalam laporan keuangan pemerintah daerah tahun anggaran tersebut. Hal tersebut harus tercermin dalam LRA, Neraca, LAK dan/atau Catatan atas Laporan Keuangan (CaLK). BADAN PEMERIKSA KEUANGAN 4

14 Panduan Pemeriksaan LKPD Bab 2 Prosedur Analitis Misalnya : 1) Penerimaan di bendahara penerimaan yang belum disetorkan ke kas daerah pada akhir tahun anggaran harus tercermin dalam kas di bendahara penerimaan dan pendapatan yang ditangguhkan pada Neraca per 31 Desember. 2) Penerimaan hutang pemerintah daerah, harus tercermin dalam penerimaan pembiayaan pada LRA dan pengakuan hutang pada Neraca per 31 Desember. 3) Adanya pengakuan Utang Perhitungan Pihak Ketiga/PFK harus tercermin dalam saldo Kas di Neraca per 31 Desember dan dijelaskan dalam CaLK. Analisis data dilakukan dengan menguji hubungan antar akun-akun dalam Neraca dan LRA, baik vertikal (akun-akun dalam Neraca/LRA) maupun horisontal. Untuk lebih memudahkan prosedur analitis, dapat dilakukan dalam file excel yang ada di CD terlampir Analisis Vertikal Analisis dilakukan dengan melihat hubungan akun dalam satu jenis laporan keuangan saja yaitu analisis antar akun Neraca saja atau antar akun LRA saja. Tujuannya yaitu untuk menentukan keseimbangan dan kebenaran saldo tiap akun dalam LRA dan dalam Neraca. Analisis ini dilakukan dengan menjaga keseimbangan antar jurnal kolorali dalam satu laporan, sehingga dapat dipastikan bahwa tiap akun dalam laporan keuangan telah disajikan dengan angka yang benar dan seimbang Analisis vertikal dalam LRA Analisis vertikal dalam LRA diperlukan untuk memastikan bahwa akun-akun dalam LRA telah disajikan dengan angka yang benar sesuai dengan persamaan dibawah ini: Uraian Tabel 2.2 Analisis vertikal dalam LRA Persamaan SiLPA tahun berjalan harus sama dengan total pendapatan dikurangi total belanja ditambah total penerimaan pembiayaan kemudian dikurangi dengan total pengeluaran pembiayaan. SiLPA = Total Pendapatan Total Belanja + Total Penerimaan Pembiayaan Total Pengeluaran Pembiayaan BADAN PEMERIKSA KEUANGAN 5

15 Panduan Pemeriksaan LKPD Bab 2 Prosedur Analitis Analisis vertikal dalam Neraca Analisis vertikal dalam neraca diperlukan untuk memastikan bahwa akunakun dalam Neraca telah disajikan dengan angka yang benar dan disajikan secara seimbang untuk akun-akun yang saling berhubungan. Tabel 2.3 Analisis vertikal dalam Neraca Uraian Aset harus sama dengan total kewajiban ditambah dengan total ekuitas. SiLPA di neraca harus sama dengan kas di kas daerah ditambah kas di bendahara pengeluaran ditambah setara kas ditambah investasi jangka pendek kemudian dikurangi utang PFK. Kas di bendahara pengeluaran harus sama dengan sisa Uang Persediaan yang belum disetor ditambah dengan utang PFK di bendahara pengeluaran. Pendapatan yang ditangguhkan harus sama dengan kas di bendahara penerimaan ditambah dengan penerimaan di bendahara pengeluaran. Piutang harus sama dengan EDL-cadangan piutang. Persediaan harus sama dengan EDLcadangan persediaan Kewajiban jangka pendek, kecuali utang PFK, harus sama dengan EDL-dana yang harus disediakan untuk pembayaran utang jangka pendek. Investasi jangka panjang harus sama dengan EDI - diinvestasikan dalam investasi jangka panjang. Aset tetap harus sama dengan EDIdiinvestasikan dalam aset tetap. Persamaan Aset = Kewajiban + Ekuitas Dana SiLPA di Neraca = Kas di Kas Daerah + Kas di Bendahara Pengeluaran + Setara Kas + Investasi Jangka Pendek Utang PFK Kas di Bendahara Pengeluaran = Sisa Uang Persediaan yang Belum Disetor + Utang PFK di Bendahara Pengeluaran Pendapatan Ditangguhkan = Kas di Bendahara Penerimaan + Penerimaan di Bendahara Pengeluaran *) Penerimaan di Bendahara pengeluaran harus diungkapkan dalam CaLK Piutang = EDL - Cadangan Piutang Persediaan = EDL Cadangan Persediaan Kewajiban Jangka Pendek (kecuali Utang PFK) = EDL - Dana yang Harus Disediakan untuk Pembayaran Utang Jangka Pendek Investasi Jangka Panjang = EDI Diinvestasikan Dalam Investasi Jangka Panjang Aset Tetap = EDI Diinvestasikan Dalam Aset Tetap BADAN PEMERIKSA KEUANGAN 6

16 Panduan Pemeriksaan LKPD Bab 2 Prosedur Analitis Uraian Aset lainnya harus sama dengan EDIdiinvestasikan dalam aset lainnya. Dana cadangan harus sama dengan EDCdiinvestasikan dalam dana cadangan. Kewajiban jangka panjang harus sama dengan dana yang harus disediakan untuk pembayaran utang jangka panjang. Persamaan Aset Lainnya = EDI Diinvestasikan Dalam Aset Lainnya Dana Cadangan = EDC Diinvestasikan dalam Dana Cadangan Kewajiban Jangka Panjang = Dana yang Harus Disediakan untuk Pembayaran Utang Jangka Panjang Analisis vertikal dalam LAK Tabel 2.4 Analisis vertikal dalam LAK Uraian Arus kas bersih dari aktivitas operasi harus sama dengan arus masuk kas dari aktivitas operasi dikurangi arus keluar kas dari aktivitas operasi. Arus kas bersih dari aktivitas investasi aset nonkeuangan harus sama dengan arus masuk kas dari aktivitas investasi aset nonkeuangan dikurangi arus keluar dari aktivitas investasi aset nonkeuangan. Arus kas bersih dari aktivitas pembiayaan harus sama dengan arus masuk kas dari aktivitas pembiayaan dikurangi arus keluar dari aktivitas pembiayaan. Arus kas bersih dari aktivitas nonanggaran harus sama dengan arus masuk kas dari aktivitas nonanggaran ditambah arus keluar kas dari aktivitas nonanggara. Kenaikan/ penurunan kas harus sama dengan arus kas bersih dari aktivitas operasi ditambah arus kas bersih dari aktivitas investasi aset nonkeuangan ditambah arus kas bersih dari aktivitas pembiayaan ditambah arus kas bersih dari aktivitas nonanggaran. Persamaan Arus Kas Bersih dari Aktivitas Operasi = Arus Masuk Kas dari Aktivitas Operasi - Arus Keluar Kas dari Aktivitas Operasi Arus Kas Bersih dari Aktivitas Investasi Aset Non Keuangan = Arus Masuk Kas dari Aktivitas Investasi Aset Non Keuangan - Arus Keluar Kas dari Aktivitas Investasi Aset Non Keuangan Arus Kas Bersih dari Aktivitas Pembiayaan = Arus Masuk Kas dari Aktivitas Pembiayaan - Arus Keluar Kas dari Aktivitas Pembiayaan Arus Kas Bersih dari Aktivitas Non Anggaran = Arus Masuk Kas dari Aktivitas Non Anggaran + Arus Keluar Kas dari Aktivitas Non Anggaran Kenaikan/Penurunan Kas = Arus Kas Bersih dari Aktivitas Operasi + Arus Kas Bersih dari Aktivitas Investasi Aset Non Keuangan + Arus Kas Bersih dari Aktivitas Pembiayaan + Arus Kas Bersih dari Aktivitas Non Anggaran BADAN PEMERIKSA KEUANGAN 7

17 Panduan Pemeriksaan LKPD Bab 2 Prosedur Analitis Uraian Saldo akhir kas di BUD harus sama dengan saldo awal kas di BUD ditambah kenaikan/ penurunan kas. Saldo akhir kas harus sama dengan saldo akhir di BUD ditambah saldo akhir kas di bendahara pengeluaran ditambah saldo akhir kas di bendahara penerimaan. Persamaan Saldo Akhir Kas di BUD = Saldo Awal Kas di BUD + Kenaikan/Penurunan Kas Saldo Akhir Kas = Saldo Akhir di BUD + Saldo Akhir Kas di Bendahara Pengeluaran + SaldoAkhir Kas di Bendahara Penerimaan Analisis Horizontal Analisis Horizontal dilakukan dengan melihat hubungan antar akun Neraca dengan akun LRA ataupun kesesuaian dengan nilai yang disajikan dalam Laporan Arus Kas (LAK) dan apakah sudah cukup diungkapkan dalam CaLK. Tujuan dilakukan analisis horizontal adalah untuk menentukan keseimbangan dan kebenaran saldo tiap akun dalam Neraca, LRA, dan Laporan Arus Kas serta kecukupan pengungkapan dalam CaLK Analisis horizontal antara LRA dan Neraca Analisis horizontal antara LRA dan Neraca diperlukan untuk memastikan bahwa akun-akun yang ada di LRA yang berhubungan dengan akun-akun di Neraca telah disajikan secara benar dan sesuai. Tabel 2.5 Analisis horizontal antara LRA dan Neraca Uraian SiLPA di LRA harus sama dengan EDL-SiLPA di neraca. SiLPA di LRA harus sama dengan kas di kas daerah ditambah kas di bendahara pengeluaran ditambah setara kas ditambah investasi jangka pendek kemudian dikurangi dengan utang PFK di neraca. Pengeluaran Pembiayaan untuk Penyertaan Modal Daerah (LRA) harus tercermin dalam penambahan Nilai Penyertaan Modal Daerah (Neraca) Persamaan SiLPA (LRA) = EDL SiLPA (Neraca) SiLPA (LRA) = Kas di Kas Daerah + Kas di Bendahara Pengeluaran + Setara Kas + Investasi Jangka Pendek Utang PFK (Neraca) Pengeluaran pembiayaan untuk Penyertaan Modal Daerah (LRA) = penambahan nilai penyertaan modal pemerintah daerah (Neraca). BADAN PEMERIKSA KEUANGAN 8

18 Panduan Pemeriksaan LKPD Bab 2 Prosedur Analitis Uraian Penerimaan pembiayaan pinjaman jangka panjang harus sama dengan utang jangka panjang ditambah bagian lancar utang jangka panjang tahun berkenaan dikurangi utang jangka panjang tahun sebelumnya. SiLPA (LRA) tahun sebelumnya harus sama dengan penerimaan pembiayaan-penggunaan SiLPA (LRA) tahun berjalan dan sama dengan EDL-SiLPA di neraca tahun sebelumnya. Persamaan Penerimaan Pembiayaan Pinjaman Jangka Panjang (LRA) = Utang Jangka Panjang + Bagian Lancar Utang Jangka Panjang Tahun berkenaan Utang Jangka Panjang Tahun sebelumnya (Neraca) SiLPA Tahun sebelumnya (LRA) = Penerimaan Pembiayaan Penggunaan SiLPA Tahun berjalan (LRA) = EDL SiLPA Tahun Sebelumnya (Neraca) Catatan : Persamaan ini berlaku jika Pemda mencatat seluruh SiLPA tahun sebelumnya sebagai penerimaan pembiayaan di tahun berjalan Analisis horizontal antara LRA dan LAK Selisih antara Realisasi Belanja Modal (LRA) Perubahan Aset Tetap dalam Neraca (Aset Tetap Tahun Berkenaan Aset Tetap Tahun lalu) harus dijelaskan dalam CaLK Teliti apakah pengungkapan selisih dalam CaLK sudah cukup memadai. Analisis horizontal antara LRA dan LAK diperlukan untuk memastikan bahwa akun-akun yang ada di LRA yang berhubungan dengan akun-akun di LAK telah disajikan secara benar dan sesuai. Uraian Tabel 2.6 Analisis horizontal antara LRA dan LAK Arus kas masuk dari aktivitas operasi (LAK) harus sama dengan total pendapatan daerah (LRA) dikurangi pendapatan asli daerah lainnya yang berasal dari penjualan aset tetap dan aset lainnya. Arus kas keluar dari aktivitas operasi harus sama dengan belanja operasi ditambah belanja tak terduga (di LRA). Persamaan Arus Kas Masuk Dari Aktivitas Operasi (LAK) = Total Pendapatan Daerah (LRA) Pendapatan Asli Daerah Lainnya yang Berasal dari Penjualan Aset Tetap dan Aset Lainnya (LRA) *) Arus Kas Keluar Dari Aktivitas Operasi = Belanja Operasi + Belanja Tak Terduga (di LRA) *) BADAN PEMERIKSA KEUANGAN 9

19 Panduan Pemeriksaan LKPD Bab 2 Prosedur Analitis Uraian Arus kas masuk dari aktivitas investasi (LAK) harus sama dengan pendapatan asli daerah yang berasal dari penjualan aset tetap dan aset lainnya (di LRA). Arus kas keluar dari aktivitas investasi (LAK) harus sama dengan belanja modal (di LRA). Arus kas masuk dari aktivitas pembiayaan (LAK) harus sama dengan penerimaan pembiayaan di LRA (selain penggunaan SiLPA). Arus kas keluar dari aktivitas pembiayaan (LAK) harus sama dengan pengeluaran pembiayaan di LRA. Persamaan Arus Kas Masuk Dari Aktivitas Investasi (LAK) = Pendapatan Asli Daerah Yang Berasal Dari Penjualan Aset Tetap dan Aset Lainnya (di LRA) Arus Kas Keluar Dari Aktivitas Investasi (LAK) = Belanja Modal (di LRA) Arus Kas Masuk Dari Aktivitas Pembiayaan (LAK) = Penerimaan Pembiayaan Di LRA (Selain Penggunaan SiLPA) Arus Kas Keluar Dari Aktivitas Pembiayaan (LAK) = Pengeluaran Pembiayaan di LRA *) Penyimpangan dari persamaan pada tabel diatas dapat diperbolehkan antara lain karena: 1) Pada LRA terdapat pengakuan pendapatan dan belanja non-cash basis sehubungan adanya transaksi pendapatan hibah dalam bentuk barang; 2) Dalam hal terdapat pengembalian belanja (contra post), LAK mungkin menyajikan arus kas secara bruto sedangkan LRA menyajikan belanjanya secara netto; Analisis horizontal antara Neraca dan LAK Analisis horizontal antara LRA dan Neraca diperlukan untuk memastikan bahwa akun-akun yang ada di LRA yang berhubungan dengan akun-akun di Neraca telah disajikan secara benar dan sesuai. Tabel 2.7 Analisis horizontal antara Neraca dan LAK Uraian Saldo akhir kas tahun lalu (LAK) harus sama dengan saldo awal kas tahun berkenaan (LAK), saldo akhir kas di neraca tahun lalu, dan saldo awal kas di neraca tahun berjalan. Saldo akhir kas di neraca tahun berjalan harus sama dengan saldo akhir kas di LAK tahun berjalan. Persamaan Saldo Akhir Kas Tahun Lalu (LAK) = Saldo awal Kas Tahun Berkenaan (LAK) = Saldo Akhir Kas Tahun lalu (Neraca) = Saldo Awal Kas Tahun Berjalan (Neraca) Apabila terdapat selisih haru diungkapkan dalam CaLK Saldo Akhir Kas Tahun Berjalan (Neraca) = Saldo Akhir Kas Tahun Berjalan (LAK) Apabila terdapat selisih harus diungkapkan dalam CaLK BADAN PEMERIKSA KEUANGAN 10

20 Panduan Pemeriksaan LKPD Bab 2 Prosedur Analitis Uraian Utang PFK di neraca harus sama dengan utang PFK di BUD ditambah utang PFK di bendahara pengeluaran. Saldo utang PFK di neraca tahun berjalan harus sama dengan saldo utang PFK di neraca tahun sebelumnya ditambah penerimaan PFK tahun berjalan dikurangi pengeluaran PFK tahun berjalan di LAK. Persamaan Utang PFK (Neraca) = Utang PFK di BUD + Utang PFK pada Bendahara Pengeluaran Saldo Utang PFK tahun berjalan (neraca) = Saldo Utang PFK Tahun sebelumnya (Neraca) + Penerimaan PFK Tahun berjalan Pengeluaran PFK Tahun Berjalan (LAK) Apabila terdapat selisih maka selisih tersebut adalah utang PFK yang ada di bendahara pengeluaran Apabila terdapat selisih, pemeriksa agar menelusuri penyebab selisih tersebut, yang antara lain dapat disebabkan oleh : 1. Kesalahan penjumlahan 2. Penambahan aset di neraca tidak sama dengan jumlah belanja modal di LRA, hal tersebut bisa dikarenakan adanya aset yang berasal dari hibah berupa barang ataupun adanya kapitalisasi. Untuk tujuan analisis rumus-rumus di atas dapat dikembangkan dalam formula analisis dalam program excel (terlampir dalam compact disk) sehingga pemeriksa hanya perlu menginput satu kali untuk keseluruhan pengujian dalam tabel di atas Teknik prediktif Teknik prediktif bisa dilakukan dengan membandingkan realisasi dan anggaran akun-akun di laporan realisasi anggaran. Perbedaan signifikan yang terjadi bisa menjadi indikasi permasalahan yang seharusnya diungkapkan pada catatan atas laporan keuangan. Selain itu, teknik prediktif dapat juga dilakukan dengan menghitung jumlah tertentu dan membandingkan dengan catatan-catatan atau rumusan lain untuk mengetahui adanya indikasi permasalahan yang akan diuji lebih lanjut dalam pengujian substantif. Contoh teknik ini adalah membandingkan dana transfer yang diterima oleh daerah dengan data transfer dari Pemerintah Pusat. Contoh lain adalah membandingkan penerimaan Pajak Hotel suatu pemda dengan Penerimaan Pajak Hotel di Pemerintah daerah yang lain bila informasi spesifik terkait dengan hal tersebut kita ketahui. BADAN PEMERIKSA KEUANGAN 11

21 Panduan Pemeriksaan LKPD Bab 2 Prosedur Analitis Analisis rasio dan trend Analisa rasio dan trend merupakan kegiatan untuk menganalisa data keuangan dan atau non keuangan dalam periode tertentu untuk mengetahui perubahan signifikan dalam realisasi anggaran dan posisi keuangan. Contoh analisa rasio dan trend adalah membandingkan belanja tertentu dengan belanja lain atau belanja tertentu tahun sebelumnya Analisis Rasio Analisis rasio dilakukan dengan menguji hubungan antar akun di dalam laporan keuangan. Beberapa rasio keuangan yang dapat digunakan untuk mengukur akuntabilitas pemerintah daerah yaitu. 1) Rasio Kemandirian Keuangan Rasio ini menunjukkan kemampuan pemerintah daerah dalam membiayai sendiri kegiatan pemerintahan, pembangunan, dan pelayanan kepada masyarakat, yang diformulasikan sebagai berikut. RKK = Pendapatan Asli Daerah Bantuan Keuangan dari Pemerintah Pusat/Provinsi dan Pinjaman X 100% Berdasarkan formula di atas dapat diketahui sejauh mana ketergantungan pemerintah daerah terhadap sumber dana ekstern. Semakin tinggi rasio ini berarti tingkat ketergantungan daerah terhadap bantuan pihak ekstern (terutama pemerintah pusat dan propinsi) semakin rendah, demikian pula sebaliknya. Rasio ini juga menggambarkan tingkat partisipasi masyarakat dalam pembangunan daerah. Semakin tinggi rasio ini berarti semakin tinggi partisipasi masyarakat dalam membayar pajak dan retribusi daerah yang merupakan komponen dari PAD. 2) Rasio efisiensi Rasio ini menggambarkan perbandingan antara besarnya biaya yang dikeluarkan untuk memperoleh pendapatan asli daerah dengan realisasi pendapatan asli daerah yang diterima, yang diformulasikan sebagai berikut. Rasio Efisiensi = Realisasi Biaya dikeluarkan untuk memperoleh PAD Realisasi Penerimaan PAD X 100% BADAN PEMERIKSA KEUANGAN 12

22 Panduan Pemeriksaan LKPD Bab 2 Prosedur Analitis Dengan rasio tersebut diketahui kesesuaian nilai realisasi biaya pemungutan PAD dengan ketentuan serta apakah terdapat indikasi pemborosan dalam pengeluaran biaya pemungutan PAD. Selain itu, rasio yang dapat digunakan untuk menilai alokasi dana yang dilakukan pemerintah daerah diketahui dengan rasio antara belanja langsung dengan total belanja serta rasio antara belanja tidak langsung dengan total belanja. Dengan rasio ini diketahui apakah dana pemda sebagian besar digunakan sebagian besar untuk pembangunan yang akan memberi manfaat jangka panjang bagi masyarakat atau untuk belanja habis pakai seperti belanja pegawai Analisis Trend Analisis trend adalah analisis yang dilakukan dengan membandingkan akun yang sama untuk periode lebih dari dua tahun, sehingga diperoleh gambaran mengenai kecenderungan dari suatu akun dalam laporan keuangan pemerintah daerah. Analisis kecenderungan ini umumnya digunakan dalam membuat prediksi keuangan. Misalnya prediksi pencapaian pajak daerah pada tahun yang diperiksa berdasarkan data atau informasi kecenderungan pencapaian pajak daerah beberapa periode yang lalu. Analisis trend tersebut dapat dilakukan dengan menggunakan tabel, perhitungan matematis dalam prosentase ataupun diagram untuk mengetahui kecenderungan dari akun-akun dalam Neraca dan LRA. Analisis tren mengidentifikasi pola-pola dari kecenderungan (perubahanperubahan yang terjadi dalam beberapa periode yang telah lalu) sebagai dasar dari evaluasi dan prediksi keadaan atau perubahan di masa sekarang. BADAN PEMERIKSA KEUANGAN 13

23 Panduan Pemeriksaan LKPD Lampiran Bab 2 A. Analisis Vertikal Analisis yang dilakukan dengan melihat hubungan akun dalam satu jenis laporan keuangan, yaitu analisis antar akun Neraca saja, LRA saja 1. Analisis vertikal dalam LRA No Entitas Opini 2009 Opini 2008 Total Pendapatan Total Belanja Penerimaan Pembiayaan LRA Pengeluaran Pembiayaan SiLPA SiLPA = Total Pendapatan -Total Belanja + Total Penerimaan Pembiayaan - Total Pengeluaran Pembiayaan Reviu Keterangan (Penjelasan Selisih) (hasil = 0) Pemkab Siliwangi WDP WDP , , , , ,00 2 Pemkot Majapahit WDP WDP , , , , ,00 3 Pemkab Diponegoro WDP WDP , , , , ,00 4 Pemkab Ratulangi WDP WDP , , , , ,00 5 Pemkab Mangkurat WDP WDP , , , , ,00 *) jika terjadi selisih, telusuri lebih lanjut penyebab terjadinya selisih dimaksud BADAN PEMERIKSA KEUANGAN 1

24 Panduan Pemeriksaan LKPD Lampiran Bab 2 2. Analisis vertikal dalam Neraca Neraca (Evaluasi 1) No Entitas Opini 2009 Opini 2008 Aset Kewajiban Ekuitas Aset = Kewajiban + Ekuitas Reviu Keterangan (Penjelasan Selisih) (hasil = 0) Pemkab Siliwangi WDP WDP , , ,46-2 Pemkot Majapahit WDP WDP , , ,80-3 Pemkab Diponegoro WDP WDP , , ,93-4 Pemkab Ratulangi WDP WDP , , ,86-5 Pemkab Mangkurat WDP WDP , , ,89 - *) jika terjadi selisih, telusuri lebih lanjut penyebab terjadinya selisih dimaksud BADAN PEMERIKSA KEUANGAN 2

25 Panduan Pemeriksaan LKPD Lampiran Bab 2 Neraca (Evaluasi 2) No Entitas Opini 2009 Opini 2008 Kas di Kasda Kas di Bend Pengeluaran Aset Lancar Setara Kas (Deposito 0-3 bln) Investasi jangka Pendek Kewajiban Kas di Kasda + Kas di Bend Pengeluaran + setara Kas + Investasi Jangka Pendek + Kas di BLUD - Utang PFK ( )-22 Ekuitas Dana Lancar Kas di BLU Utang PFK Silpa (hasil = 0) Revi u Keterangan (Penjelasan Selisih) Pemkab Siliwangi WDP WDP , , , , ,00 ( ,00) P Terdapat kesalahan pada pengakuan pencairan bunga dana cadangan yang diakui sebagai pendapatan lain-lain PAD yang sah (LRA) dan Kas di Bendahara Penerimaan (Neraca). Pencairan tersebut dijurnal pada kas di bendahara penerimaan karena kas baru di transfer ke kas daerah per 6 Januari Pemkot Majapahit WDP WDP , , , , , ,0 0 3 Pemkab Diponegoro 4 Pemkab Ratulangi 5 Pemkab Mangkurat ,00 selisih sebesar Rp79.398,00 merupakan Jasa giro di bendahara pengeluaran WDP WDP , , , , ,00 ( ,50) Selisih merupakan Kas di BLUD yang dicatat sebagai kas di bendahara penerimaan sebesar Rp ,50, yang sebesar Rp ,50 diantaranya adalah utang PFK BLUD WDP WDP , , , , ,00 - WDP WDP , , , , , , ,00 selisih sebesar Rp ,00 merupakan Jasa giro di bendahara pengeluaran *) jika terjadi selisih, telusuri lebih lanjut penyebab terjadinya selisih dimaksud BADAN PEMERIKSA KEUANGAN 3

26 Panduan Pemeriksaan LKPD Lampiran Bab 2 Neraca CaLK No Entitas Opini 2009 Opini 2008 Kas di Bendahara Pengeluaran Sisa Uang Persediaan di Bendahara Pengeluaran yang belum disetor Utang PFK di Bendahara Pengeluaran kas di Bendahara Pengeluaran = Sisa UP yang belum disetor + Utang PFK di Bendahara Pengeluaran Reviu Keterangan (Penjelasan Selisih) (hasil = 0) Pemkab Siliwangi WDP WDP , , ,00-2 Pemkot Majapahit WDP WDP , ,00 Jasa Giro di Bendahara Pengeluaran yang belum disetor ke Kas daerah per 31 desember Pemkab Diponegoro WDP WDP , , Pemkab Ratulangi WDP WDP , Pemkab Mangkurat WDP WDP , , ,00 Jasa Giro di Bendahara Pengeluaran yang belum disetor ke Kas daerah per 31 desember 2010 *) jika terjadi selisih, telusuri lebih lanjut penyebab terjadinya selisih dimaksud, salah satu penyebab antara lain adalah adanya jasa giro di bendahara pengeluaran BADAN PEMERIKSA KEUANGAN 4

27 Panduan Pemeriksaan LKPD Lampiran Bab 2 Neraca CaLK No Entitas Opini 2009 Opini 2008 Pendapatan di Tangguhkan Kas di Bendahara Penerimaan Penerimaan di Bendahara Pengeluaran Pendapatan di Tangguhkan = Kas di Bendahara Penerimaan + Penerimaan di Bendahara Pengeluaran Reviu Keterangan (Penjelasan Selisih) (hasil = 0) Pemkab Siliwangi WDP WDP ,00 - ( ,00) Terdapat kesalahan pada pengakuan pencairan bunga dana cadangan yang diakui sebagai pendapatan lain-lain PAD yang sah (LRA) dan Kas di Bendahara Penerimaan (Neraca). Pencairan tersebut dijurnal pada kas di bendahara penerimaan karena kas baru di transfer ke kas daerah per 6 Januari Pemkot Majapahit WDP WDP , , ,00-3 Pemkab Diponegoro WDP WDP ,00 - ( ,00) merupakan kas pada RSUD, yang dicatat sebagai bagian dari SILPA 4 Pemkab Ratulangi WDP WDP , , Pemkab Mangkurat WDP WDP , ,00 - *) jika terjadi selisih, telusuri lebih lanjut penyebab terjadinya selisih dimaksud BADAN PEMERIKSA KEUANGAN 5

28 Panduan Pemeriksaan LKPD Lampiran Bab 2 Analisis Vertikal - Pasangan di Neraca Evaluasi 1 Evaluasi 2 No Entitas Aset Lancar Ekuitas Dana Lancar 3-4 (Hasil=0) Reviu Keterangan (penjelasan Selisih) Aset Lancar Ekuitas Dana Lancar Piutang Cadangan Piutang Persediaan Cadangan Persediaan 7-8 (hasil=0) Reviu Keterangan (penjelasan Selisih) Pemkab Siliwangi , ,00-2 Pemkot Majapahit , , , ,84-3 Pemkab Diponegoro , , , ,33-4 Pemkab Ratulangi , , , ,00-5 Pemkab Mangkurat , , , ,10 - *) jika terjadi selisih, telusuri lebih lanjut penyebab terjadinya selisih dimaksud BADAN PEMERIKSA KEUANGAN 6

29 Panduan Pemeriksaan LKPD Lampiran Bab 2 Evaluasi 3 Evaluasi 4 Entitas Investasi investasi jk pjg Ekuitas Dana Investasi diinvestasikan dlm investasi jk pjg (hasil=0) Reviu Keterangan (penjelasan Selisih) Aset Tetap Ekuitas Dana Investasi diinvestasikan dlm aset tetap (hasil=0) Reviu Keterangan (penjelasan Selisih) Pemkab Siliwangi , , , ,32 - Pemkot Majapahit , , , ,30 - Pemkab Diponegoro , , , ,77 - Pemkab Ratulangi , , , ,00 - Pemkab Mangkurat , , , ,69 - *) jika terjadi selisih, telusuri lebih lanjut penyebab terjadinya selisih dimaksud BADAN PEMERIKSA KEUANGAN 7

30 Panduan Pemeriksaan LKPD Lampiran Bab 2 Evaluasi 5 Evaluasi 6 No Entitas Dana Cadangan Ekuitas Dana Cadangan diinvestasikan dlm Dana Cadangan (hasil=0) Reviu Keterangan (penjelasan Selisih) Aset lainnya Ekuitas Dana Investasi diinvestasikan dlm aset lainnya (hasil=0) Reviu Keterangan (penjelasan Selisih) Pemkab Siliwangi , ,00-2 Pemkot Majapahit , ,11-3 Pemkab Diponegoro , ,00-4 Pemkab Ratulangi , ,00-5 Pemkab Mangkurat , ,00 - *) jika terjadi selisih, telusuri lebih lanjut penyebab terjadinya selisih dimaksud BADAN PEMERIKSA KEUANGAN 8

31 Panduan Pemeriksaan LKPD Lampiran Bab 2 Evaluasi 7 Evaluasi 8 No Entitas Jumlah Kewajiban Jangka Pendek Utang PFK Ekuitas Dana lancar Dana yang harus disediakan untuk pembayaran utang jangka pendek (hasil=0) Reviu Keterangan (penjelasan Selisih) Jumlah Kewajiban Jangka Panjang Ekuitas Dana Investasi Dana yang harus disediakan untuk pembayaran utang jangka panjang (hasil=0) Reviu Keterangan (penjelasan Selisih) Pemkab Siliwangi , ,00 ( ,00) Pemkot Majapahit ,00 - ( ,00) ,00 ( ,00) - 3 Pemkab Diponegoro , ,50 ( ,50) ( ,50) Dana yang harus disediakan untuk pembayaran utang jangka pendek masih memperhitungkan Utang PFK di RSUD sebesar Rp ,00 (Lakukan koreksi) 4 Pemkab Ratulangi , ,00 ( ,00) ,00 ( ,00) - 5 Pemkab Mangkurat ,00 - ( ,00) ,49 ( ,49) - *) jika terjadi selisih, telusuri lebih lanjut penyebab terjadinya selisih dimaksud BADAN PEMERIKSA KEUANGAN 9

32 Panduan Pemeriksaan LKPD Lampiran Bab 2 Analisis Vertikal - Laporan Arus Kas LAK(Evaluasi 1) LAK(Evaluasi 2) No Entitas Arus Kas Masuk dari Aktivitas Operasi Arus Kas Keluar dari Aktivitas Operasi Arus Kas Bersih Aktivitas Operasi Arus Kas Bersih Aktivitas Operasi = Arus Masuk kas - Arus Keluar dari aktivitas Operasi Reviu Keterangan (Penjelasan Selisih) Arus Kas Masuk dari Aktivitas Investasi Aset Non Keuangan Arus Kas Keluar dari Aktivitas Investasi Aset Non Keuangan Arus Kas Bersih Aktivitas Investasi Aset Non Keuangan Arus Kas Bersih Aktivitas Investasi Aset Non Keuangan= Arus Masuk kas - Arus Keluar dari aktivitas Investasi Aset Non Keuangan Reviu Keterangan (Penjelasan Selisih) (hasil = 0) (hasil = 0) Pemkab Siliwangi , , , , ,00 ( ,00) - 2 Pemkot Majapahit , , , , ,00 ( ,00) - 3 Pemkab Diponegoro , , , ,00 ( ,00) - 4 Pemkab Ratulangi , , , ,00 ( ,00) - 5 Pemkab Mangkurat , , , , ,00 ( ,00) - *) jika terjadi selisih, telusuri lebih lanjut penyebab terjadinya selisih dimaksud BADAN PEMERIKSA KEUANGAN 10

33 Panduan Pemeriksaan LKPD Lampiran Bab 2 No Entitas Arus Kas Masuk dari Aktivitas Pembiayaan Arus Kas Keluar dari Aktivitas Pembiayaan LAK(Evaluasi 3) Arus Kas Bersih Aktivitas Pembiayaan Arus Kas Bersih Aktivitas Investasi Aset Non Keuangan= Arus Masuk kas - Arus Keluar dari aktivitas Investasi Aset Non Keuangan (hasil = 0) Reviu Keterangan (Penjelasan Selisih) Arus Kas Masuk dari Aktivitas Non Anggaran LAK(Evaluasi 4) Arus Kas Keluar dari Aktivitas Non Anggaran Arus Kas Bersih Aktivitas Non Anggaran Arus Kas Bersih Aktivitas Non Anggaran = Arus Masuk kas - Arus Keluar dari aktivitas Non Anggaran (hasil = 0) Reviu Keterangan (Penjelasan Selisih) 1 Pemkab Siliwangi , , , , ,00 ( ,00) - 2 Pemkot Majapahit ,90 ( ,90) , , Pemkab Diponegoro , , , , , Pemkab Ratulangi ,00 ( ,00) , , Pemkab Mangkurat ,00 ( ,00) , ,00 ( ,00) - *) jika terjadi selisih, telusuri lebih lanjut penyebab terjadinya selisih dimaksud BADAN PEMERIKSA KEUANGAN 11

34 Panduan Pemeriksaan LKPD Lampiran Bab 2 No Entitas Arus Kas bersih dari Aktivitas Operasi Arus Kas bersih dari Aktivitas Investasi Non Keuangan LAK(Evaluasi 5) Arus Kas bersih dari Aktivitas Pembiayaan Arus Kas bersih dari Aktivitas Non Anggaran Kenaikan/Penurunan kas Kenaikan/Penuru nan Kas = Arus Kas Bersih dari Aktivitas Operasi+Arus Kas Bersih dari Aktivitas Investasi Non Anggaran +Arus Kas Bersih dari Aktivitas Pembiayaan + Arus Kas Bersih dari Aktivitas Non Anggaran (hasil = 0) Re viu Keterangan (Penjelasan Selisih) Saldo akhir kas di BUD Saldo awal kas di BUD Neraca (Evaluasi 2) Kenaikan/Penuruna n Kas Saldo Akhir Kas di BUD = Saldo Awal Kas di BUD + Kenaikan/penurun an kas (hasil = 0) Pemkab ,00 ( ,00) ,00 ( ,00) ( ,00) , ,00 ( ,00) - Siliwangi 2 Pemkot ,90 ( ,00) ( ,90) ,00 ( ,00) kenaikan/pen , , ,00 ( ,00) Majapahit urunan kas di BLUD 3 Pemkab ,00 ( ,00) ,00 - ( ,00) , ,00 ( ,00) - Diponegoro 4 Pemkab ,00 ( ,00) ( ,00) - ( ,00) , ,00 ( ,00) - Ratulangi 5 Pemkab Mangkurat ,00 ( ,00) ( ,00) ( ,00) ( ,00) , ,00 ( ,00) - *) jika terjadi selisih, telusuri lebih lanjut penyebab terjadinya selisih dimaksud Re viu Keteran gan (Penjela san Selisih) BADAN PEMERIKSA KEUANGAN 12

35 Panduan Pemeriksaan LKPD Lampiran Bab 2 Analisis Horizontal Analisis yang dilakukan dengan melihat hubungan antar akun neraca dengan LRA ataupun kesesuaian dengan nilai yang disajikan dalam LAK 1. Analisis horizontal antara Neraca LRA Hubungan akun di Neraca dan LRA No Entitas Evaluasi 1 Reviu Evaluasi 2 LRA Neraca Ket LRA LRA Neraca Ket Silpa EDL - Silpa 3-4 Penerimaan Pembiayaan (Penggunaan silpa tahun berjalan) Silpa tahun lalu EDL silpa tahun Lalu Reviu Keterangan (penjelasan selisih) 1 Pemkab Siliwangi , , , , , Pemkot Majapahit , , , , ,00 ( ,00) ( ,00) selisih disebabkan adanya koreksi SiLPA tahun sebelumnya sebesar Rp ,00 dan kenaikan/penurunan di BLUD sebesar Rp ,00 3 Pemkab Diponegoro , , , , , Pemkab Ratulangi , , , , , Pemkab Mangkurat , , , , , ,72 ( ,07) selisih sebesar Rp ,72 adalah saldo akhir tahun lalu Kas di BLUD Gunung Jati *) jika terjadi selisih, telusuri lebih lanjut penyebab terjadinya selisih dimaksud BADAN PEMERIKSA KEUANGAN 13

36 Panduan Pemeriksaan LKPD Lampiran Bab 2 Evaluasi 3 LRA Neraca Ket CaLK Selisih No Entitas Realisasi Blj Modal Aset tetap Aset tetap tahun lalu D Aset tetap (12-13) blj modal - D Aset tetap (11-14) Menjelaskan selisih kolom Reviu Keterangan Pemkab Siliwangi , , , , Pemkot Majapahit , , , , , ,00 3 Pemkab Diponegoro , , , , , ,00 4 Pemkab Ratulangi , , , ,00 ( ,00) - ( ,00) 5 Pemkab Mangkurat , , , , , ,00 *) jika terjadi selisih, telusuri lebih lanjut penyebab terjadinya selisih dimaksud BADAN PEMERIKSA KEUANGAN 14

37 Panduan Pemeriksaan LKPD Lampiran Bab 2 2. Analisis horizontal antara LAK NERACA Cek kebenaran saldo awal dan saldo akhir di LAK Cek Kebenaran saldo kas di LAK dan di neraca Evaluasi 1 Evaluasi 2 Evaluasi 3 LAK LAK Neraca CaLK Neraca LAK (Non Anggaran) CALK No Entitas Saldo akhir kas tahun lalu Apabila selisih diungkapkan dalam Reviu 3-4 CaLK atau Temuan Saldo awal kas Pemeriksaan Saldo akhir kas Saldo kas (ada/tidak) 7-8 Apabila selisih, lihat penjelasan di CaLK (ada/tidak) Reviu Utang PFK Tahun Berjalan Saldo PFK BUD PFK di Bendahara Pengeluaran (hasil = 0) Reviu Keterangan Pemkab Siliwangi , , , , ,00 ( ,00) , ,00 Pemerintah Kabupaten Siliwangi memasukan utang PFK Bendahara Pengeluaran tahun lalu sebesar Rp ,00 (Neraca) ke Pengeluaran PFK BUD (LAK/Aktivitas Non Anggaran) dan memasukan PFK Bendahara Pengeluaran tahun berjalan sebesar Rp ,00 (Neraca) ke Penerimaan PFK BUD (LAK/Aktivitas Non Anggaran) Pemkot Majapahit Pemkab Diponegoro Pemkab Ratulangi Pemkab Mangkurat , , , , , , , , , , , , ,00 ( ,00) , ,00 ( ,00) , , , ,00 ( ,72) selisih sebesar Rp ,72 adalah akhir tahun lalu Kas di BLUD Gunung Jati *) jika terjadi selisih, telusuri lebih lanjut penyebab terjadinya selisih dimaksud , , ,00 - ( ,00) ,00 BADAN PEMERIKSA KEUANGAN 15

38 Panduan Pemeriksaan LKPD Lampiran Bab 2 LRA LAK Cek: kebenaran dan akurasi angka-angka dalam LAK dibandingkan dengan LRA LAK LRA Ket LRA LAK LAK Ket Ket No Entitas Arus kas masuk aktivitas operasi arus kas masuk aktivitas investasi pendapatan Reviu Realisasi Belanja (Tidak termasuk belanja transfer) Belanja Transfer atau Belanja Bagi hasil Belanja Modal Arus kas keluar dari aktivitas operasi arus kas keluar dari aktivitas investasi Reviu (7+8) Penjelasan selisih Pemkab Siliwangi , , , , , , , , Pemkot Majapahit , , , , , , , , Pemkab Diponegoro , , , , , , Pemkab Ratulangi , , , , , , ,00 ( ,00) adanya sisa uyhd sebesar Rp ,00 di bendahara pengeluaran yang dimasukkan di dalam arus kas keluar dari aktivitas operasi 5 Pemkab Mangkurat , , , , , , ,00 - *) jika terjadi selisih, telusuri lebih lanjut penyebab terjadinya selisih dimaksud BADAN PEMERIKSA KEUANGAN 16

39 Panduan Pemeriksaan LKPD Lampiran Bab 2 LRA LAK Cek: kebenaran dan akurasi angka-angka dalam LAK dibandingkan dengan LRA 1 LAK LRA Ket No Entitas Arus kas masuk aktivitas operasi arus kas masuk aktivitas investasi pendapatan Reviu Pemkab Siliwangi , , ,00-2 Pemkot Majapahit , , ,00-3 Pemkab Diponegoro , ,00-4 Pemkab Ratulangi , ,00-5 Pemkab Mangkurat , , ,00 - *) jika terjadi selisih, telusuri lebih lanjut penyebab terjadinya selisih dimaksud BADAN PEMERIKSA KEUANGAN 17

40 Panduan Pemeriksaan LKPD Lampiran Bab 2 LRA LAK LAK Ket Ket No Entitas Reviu Realisasi Belanja (Tidak Belanja Transfer atau Arus kas keluar dari arus kas keluar dari termasuk belanja Belanja Modal (7+8) Penjelasan selisih Belanja Bagi hasil aktivitas operasi aktivitas investasi transfer) 3 Reviu Pemkab Siliwangi , , , , , Pemkot Majapahit , , , , , Pemkab Diponegoro , , , , Pemkab Ratulangi , , , , ,00 ( ,00) adanya sisa uyhd sebesar Rp ,00 di bendahara pengeluaran yang dimasukkan di dalam arus kas keluar dari aktivitas operasi 5 Pemkab Mangkurat , , , ,00 - *) jika terjadi selisih, telusuri lebih lanjut penyebab terjadinya selisih dimaksud BADAN PEMERIKSA KEUANGAN 18

41 Panduan Pemeriksaan LKPD Lampiran Bab 2 4 CaLK LRA LAK Ket No Entitas Lain-lain PAD yg sah, penjualan aset arus kas masuk dari aktivitas investasi Reviu Keterangan Pemkab Siliwangi , ,00 - ^^ 2 Pemkot Majapahit , ,00 - ^^ 3 Pemkab Diponegoro ^^ 4 Pemkab Ratulangi ^^ 5 Pemkab Mangkurat , ,00 - ^^ *) jika terjadi selisih, telusuri lebih lanjut penyebab terjadinya selisih dimaksud BADAN PEMERIKSA KEUANGAN 19

42 Panduan Pemeriksaan LKPD Bab 3 Pemahaman dan Penilaian Risiko BAB 3 PEMAHAMAN DAN PENILAIAN RISIKO 3.1 Gambaran Umum Pendekatan Pemeriksaan Berbasis Risiko (Risk Based Audit Approach - RBAA) digunakan di BPK dalam pelaksanaan Pemeriksaan Keuangan termasuk Pemeriksaan LKPD. Penggunaan pendekatan ini sangat penting di BPK di antaranya mengingat keterbatasan waktu pemeriksaan sesuai ketentuan perundang-undangan dan jumlah auditor di beberapa Perwakilan terkait dengan pesatnya penambahan entitas pemeriksaan. Dengan RBAA, Perwakilan dapat lebih memaksimalkan sumber daya yang ada dalam Pemeriksaan LKPD dengan tetap mematuhi ketentuan perundang-undangan. Tim Pemeriksa nantinya dapat memfokuskan prosedur pemeriksaan yang lebih lengkap terhadap suatu area berisiko tinggi, sementara itu untuk area berisiko rendah hanya digunakan prosedur pemeriksaan sederhana seperti memeriksa kebenaran mutasi. Dalam pelaksanaannya, Pemeriksa akan mendokumendasikan penilaian risiko seperti formulir yang disajikan pada Lampiran 3.3. Formulir Penilaian Risiko ini digunakan untuk menetapkan akun-akun berisiko tinggi, medium dan rendah. Adapun akhir dari aktifitas penilaian risiko adalah suatu program pemeriksaan yang telah memiliki strategi pemeriksaan berdasarkan risiko akun atau siklus akun. Walaupun dalam formulir tersebut banyak kolom yang harus di isi, tetapi praktik RBAA dalam menentukan area berisiko tinggi secara sederhana dilakukan dengan menganalisis: 1) apakah akun tersebut signifikan (melebihi TE)? dan 2) apakah kesalahan penyajian besar kemungkinan akan terjadi (ditunjukkan dari hasil pengujian internal control)?. Apabila salah satu dari kedua hal ini diindikasikan memiliki nilai High (risiko tinggi), maka akun dan siklus akunnya dikategorikan berisiko tinggi dan akan menjadi perhatian dalam pemeriksaan. Sementara itu penjelasan penilaian risiko secara teori dapat di baca pada penjelasan berikut ini. Pemeriksa selalu menghadapi ketidakpastian (risiko) dalam melaksanakan pemeriksaan. Misalnya, ketidakpastian terhadap ketepatan bukti, efektivitas pengendalian internal auditee, dan ketidakpastian apakah laporan keuangan telah disajikan secara wajar setelah pemeriksaan selesai dilaksanakan. Pemeriksa yang dapat memperhitungkan risiko tersebut dengan tepat dalam pelaksanaan pemeriksaannya merupakan kunci untuk mencapai hasil pemeriksaan yang bermutu. BADAN PEMERIKSA KEUANGAN 1

43 Panduan Pemeriksaan LKPD Bab 3 Pemahaman dan Penilaian Risiko Dalam pemeriksaan keuangan, kita mengenal ada empat jenis risiko yaitu sebagai berikut. 1) Risiko Pemeriksaan yang Dapat Diterima (Acceptable Audit Risk (AAR)) Risiko pemeriksaan adalah risiko yang timbul karena pemeriksa, tanpa disadari, tidak memodifikasi opininya sebagaimana mestinya atas suatu laporan keuangan yang mengandung salah saji material. Dalam mempertimbangkan risiko pemeriksaan untuk laporan keuangan secara keseluruhan, pemeriksa harus mempertimbangkan risiko salah saji material yang terkait dengan laporan keuangan dan berpotensi mempengaruhi asersi. Pemeriksa juga harus mempertimbangkan risiko pada level yang lebih rinci melalui serangkaian pemeriksaan yang meliputi pemeriksaan atas saldo akun, kelas transaksi, ataupun atas kecukupan pengungkapan (disclosure). Risiko pemeriksaan pada tingkat saldo akun, kelas transaksi, dan pengungkapan (disclosure), meliputi: (1) Risiko bahwa asersi terkait saldo, kelas transaksi, atau pengungkapan mengandung salah saji yang mungkin material terhadap laporan keuangan ketika digabungkan dengan salah saji pada saldo, kelas transaksi, atau pengungkapan yang lain (risiko bawaan dan risiko pengendalian). (2) Risiko bahwa pemeriksa tidak mampu mendeteksi salah saji (risiko deteksi). Model risiko pemeriksaan dapat diformulasikan seperti berikut. AAR = IR X CR X DR Ket: AAR : Risiko Pemeriksaan yang Dapat Diterima IR : Risiko Bawaan CR : Risiko Pengendalian DR : Risiko Deteksi BADAN PEMERIKSA KEUANGAN 2

44 Panduan Pemeriksaan LKPD Bab 3 Pemahaman dan Penilaian Risiko 2) Risiko Bawaan (Inherent Risk (IR)) Risiko bawaan adalah kerentanan suatu saldo akun atau golongan transaksi terhadap suatu salah saji material, dengan asumsi bahwa tidak terdapat pengendalian yang terkait. Setiap saldo atau golongan transaksi memiliki risiko bawaan yang berbedabeda sehingga salah saji dapat terjadi pada saldo atau golongan transaksi tertentu yang berbeda dengan saldo atau golongan transaksi yang lain. Risiko bawaan dapat terjadi pada keseluruhan akun atau akun-akun tertentu dalam laporan keuangan. Pemeriksa dapat mengidentifikasi risiko bawaan tersebut pada langkah-langkah dalam tahap perencanaan pemeriksaan yaitu pemahaman tujuan pemeriksaan dan harapan penugasan; pemahaman entitas; pemantauan tindak lanjut; dan prosedur analitis awal. Penilaian terhadap risiko bawaan oleh pemeriksa biasanya tidak berubah selama tidak ditemukan fakta-fakta baru selama proses pemeriksaan. Namun jika selama proses pemeriksaan ditemukan fakta-fakta baru yang mempengaruhi penilaian risiko bawaan, maka pemeriksa harus merevisi Risiko Bawaan yang telah ditetapkan dengan melakukan penyesuaian berdasarkan kecukupan bukti-bukti pemeriksaan. 3) Risiko Pengendalian (Control Risk (CR)) Risiko pengendalian adalah risiko bahwa suatu salah saji material yang dapat terjadi dalam suatu asersi tidak dapat dicegah atau dideteksi secara tepat waktu oleh pengendalian internal entitas. Risiko ini merupakan fungsi efektivitas desain dan operasi pengendalian intern untuk mencapai tujuan entitas yang relevan dengan penyusunan laporan keuangan entitas. Risiko pengendalian akan selalu ada karena keterbatasan bawaan dalam setiap pengendalian internal. Agar dapat menilai risiko pengendalian dengan tepat, pemeriksa harus memahami pengendalian internal entitas dan melaksanakan prosedur pengujian pengendalian untuk menentukan apakah pengendalian tersebut telah berjalan dengan efektif. Pemeriksa menilai keseluruhan tingkat risiko pengendalian setiap asersi atas masing-masing akun atau kelompok transaksi. Penilaian terhadap risiko pengendalian untuk asersi tertentu membutuhkan pengalaman dan pertimbangan (judgement) khusus, terutama jika terdapat perbedaan penilaian risiko untuk proses-proses yang mendasari asersi tersebut. BADAN PEMERIKSA KEUANGAN 3

45 Panduan Pemeriksaan LKPD Bab 3 Pemahaman dan Penilaian Risiko 4) Risiko Deteksi (Detection Risk (DR)) Risiko deteksi adalah risiko bahwa pemeriksa tidak dapat mendeteksi salah saji material yang terdapat dalam suatu asersi. Risiko deteksi merupakan fungsi efektivitas prosedur pemeriksaan dan penerapannya oleh pemeriksa. Risiko ini timbul karena ketidakpastian yang ada pada saat pemeriksa tidak memeriksa 100% saldo akun atau golongan transaksi, dan sebagian lagi karena ketidakpastian lain yang ada, walaupun saldo akun atau golongan transaksi tersebut diperiksa 100%. 3.2 Cara Pengisian Formulir Penilaian Risiko Penilaian risiko merupakan prosedur terakhir dari tahap perencanaan sebelum penyusunan program pemeriksaan terinci. Namun hasil dari penilaian risiko ini akan terus disesuaikan dengan kondisi yang ditemui Tim Pemeriksa di lapangan. Besaran risiko ini juga akan dipertimbangkan pada saat pengambilan opini atas laporan keuangan. Tahapan penilaian risiko sebagai berikut. 1) Tentukan AAR Pemeriksa dapat menetapkan AAR melalui pendekatan kualitatif dan kuantitatif. Pendekatan kualitatif dengan menetapkan AAR dengan tiga kategori yaitu: (1) Tingkat risiko pemeriksaan yang dapat diterima rendah. (2) Tingkat risiko pemeriksaan yang dapat diterima sedang. (3) Tingkat risiko pemeriksaan yang dapat diterima tinggi. Sedangkan penilaian AAR dengan pendekatan kuantitatif dilakukan dengan merujuk pada pedoman penilaian risiko ASOSAI khususnya untuk entitas sektor publik. Pedoman tersebut mengklasifikasikan AAR dalam tiga tingkat risiko berdasarkan ciri-ciri entitas yang diperiksa yaitu: (1) Tingkat AAR sebesar 5%, artinya tingkat keyakinan pemeriksa atas opininya sebesar 95% (AAR = 1 - tingkat keyakinan). Tingkat ini berlaku untuk entitas pada umumnya atau sebagian besar entitas yang diperiksa. (2) Tingkat AAR sebesar 3%, artinya tingkat keyakinan pemeriksa atas opininya sebesar 97%. Tingkat ini dinilai cukup memadai untuk beberapa entitas sektor publik yang sangat sensitif atau berisiko tinggi. BADAN PEMERIKSA KEUANGAN 4

46 Panduan Pemeriksaan LKPD Bab 3 Pemahaman dan Penilaian Risiko (3) Tingkat AAR sebesar 1%, artinya tingkat keyakinan pemeriksa atas opininya sampai 99%. Tingkat ini berlaku bagi beberapa entitas sektor publik dengan ciri-ciri sebagai berikut: (1)) Entitas sektor publik tersebut mempunyai pengguna eksternal yang sangat ekstensif perhatiannya terhadap laporan keuangan entitas tersebut, dan/atau (2)) Entitas sektor publik tersebut cukup rentan akan terjadinya salah saji material dan secara politik sensitif dan/atau adanya harapan publik atas kewajaran laporan keuangan entitas publik tersebut sehingga pemeriksa membutuhkan tingkat keyakinan yang sangat tinggi. Adapun cara penentuan berapa besar tingkat AAR adalah dengan menggunakan pembobotan nilai terhadap faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat AAR yaitu: (1) Nilai 9-14 : tingkat AAR = rendah (1%) (2) Nilai : tingkat AAR = menengah (3%) (3) Nilai : tingkat AAR = tinggi (5%) Cara menetapkan AAR dengan menilai faktor-faktor yang mempengaruhinya diilustrasikan pada Lampiran 3.1. Pemeriksa harus menentukan AAR berdasarkan identifikasi kondisi entitas yang diperiksa dan juga informasi penting lainnya yang berkaitan. Pemeriksa juga perlu mempertimbangkan harapan penugasan atas entitas yang diperiksa apalagi jika entitas tersebut mempunyai stakeholders yang luas. Hasil penetapan AAR ini digunakan untuk penghitungan tingkat materialitas awal dan TE pada tahap berikutnya. 2) Menghitung materialitas awal dan menghitung tolerable error (TE) Perhitungan materialitas awal dan TE ini hanya untuk setiap akun yang disajikan pada laporan keuangan, bukan untuk akun pada ledger karena akan terlalu banyak akun yang dihitung. Cara perhitungan besaran materialitas awal dan TE ini dapat dilihat pada Bab IV Materialitas dan Tolerable Error. 3) Identifikasikan dan beri penilaian IR untuk level entitas dan akun/siklus Pemeriksa menilai IR yang terkait dengan entitas, akun/kelompok akun tertentu dengan asersi laporan keuangan terkait. Analisis atas IR pada level entitas BADAN PEMERIKSA KEUANGAN 5

47 Panduan Pemeriksaan LKPD Bab 3 Pemahaman dan Penilaian Risiko dilakukan melalui Matriks Risiko Bisnis (Business Risk Matrix (BRM)) sebagaimana yang diatur pada Konsep Juknis Penilaian Risiko. Sedangkan analisis IR pada level akun/kelompok akun dilakukan melalui Matriks Penilaian Risiko. IR yang ditetapkan dalam Matriks Penilaian Risiko ini merupakan hasil dari analisis faktor-faktor yang mempengaruhi akun/kelompok akun tersebut. Faktor-faktor yang mempengaruhi akun-akun tertentu dalam rangka penilaian IR tersebut merupakan hasil pemahaman tujuan pemeriksaan dan harapan penugasan, pemantauan tindak lanjut hasil pemeriksaan sebelumnya, dan prosedur analitis awal. Faktor-faktor tersebut meliputi: (1) Sifat bisnis/industri klien (2) Hasil pemeriksaan sebelumnya (3) Integritas personel kunci (4) Penugasan pertama vs penugasan berulang (5) Hubungan dengan pihak-pihak terkait (6) Jenis-jenis transaksi (rutin/non rutin) dan tingkat kompleksitasnya (7) Dorongan dan motivasi klien (8) Tingkat subyektivitas atas pertimbangan-pertimbangan yang disyaratkan oleh standar akuntansi (9) Tingkat kerentanan terhadap pencurian/penyalahgunaan aset (10) Faktor-faktor terkait dengan salah saji dikarenakan adanya kecurangan terhadap laporan keuangan Cara menetapkan tingkat risiko bawaan dengan menilai faktor-faktor yang mempengaruhinya diilustrasikan pada Lampiran ) Identifikasikan dan beri penilaian CR untuk masing-masing akun dan Siklus terkait Pada pemeriksaan pertama kali, pemeriksa dapat melakukan dokumentasi sistem pengendalian untuk mengidentifikasi pengendalian-pengendalian yang diterapkan entitas dalam rangka memitigasi risiko bawaaan yang telah diidentifikasi diatas. Berdasarkan dokumentasi tersebut, pemeriksa melakukan analisis mengenai disain sistem yang ada dan menguji efektivitas pelaksanaannya. BADAN PEMERIKSA KEUANGAN 6

48 Panduan Pemeriksaan LKPD Bab 3 Pemahaman dan Penilaian Risiko Pemberian nilai awal atas risiko pengendalian dengan ukuran kualitatif dilakukan dengan panduan sebagai berikut: (1) Jika tingkat kelemahan pengendalian adalah material maka secara umum pemeriksa dapat menyimpulkan bahwa risiko pengendalian awal adalah tinggi; (2) Jika tingkat kelemahan pengendalian adalah signifikan maka secara umum pemeriksa dapat menyimpulkan bahwa risiko pengendalian awal adalah sedang; dan (3) Risiko pengendalian disimpulkan rendah jika tidak terdapat kelemahan pengendalian atau terdapat kelemahan pengendalian akan tetapi tingkat kelemahan pengendaliannya adalah sangat rendah, terdapat pengendalian pengganti (compensating controls). Sedangkan penilaian risiko pengendalian secara kuantitatif dapat menggunakan pedoman sebagai berikut: Tabel 3.1 Pedoman Penentuan Risiko Pengendalian Pedoman Penentuan Risiko Pengendalian Penilaian Subyektif Level Risiko Rentang Risiko Pengendalian Keyakinan auditor sangat terjamin Rendah 30% Keyakinan auditor cukup terjamin Sedang 70% Keyakinan auditor tidak terjamin Tinggi 100% Sumber: Dimodifikasi dari AICPA Statistical Sampling Sub Committe (1983) Pemeriksa menilai bahwa pengendalian intern adalah efektif, maka penilaian risiko pengendalian sebesar 30%. Apabila pemeriksa menilai risiko pengendalian adalah rendah, pemeriksa perlu melaksanakan test of controls untuk mengkonfirmasikan bahwa pengendalian telah beroperasi secara efektif sepanjang periode. Pemeriksa mengevaluasi kecukupan dari bukti yang sudah diperoleh serta apakah bukti ini mendukung penilaian "rendah". Jika pemeriksa menyimpulkan bahwa bukti-bukti pemeriksaan tidak mendukung penilaian ini, pemeriksa mempertimbangkan kembali evaluasinya atas efektivitas pengendalian. Jika pengendalian ditemukan ternyata tidak efektif, pemeriksa menilai risiko pengendalian sebagai "tinggi". BADAN PEMERIKSA KEUANGAN 7

49 Panduan Pemeriksaan LKPD Bab 3 Pemahaman dan Penilaian Risiko Penilaian Sedang menunjukkan bahwa keyakinan pemeriksa cukup terjamin atas efektivitas pengendalian intern dengan risiko pengendalian sebesar 70%. Pemeriksa menyimpulkan bahwa desain dari pengendalian adalah efektif, tetapi pemeriksa tidak melakukan test of controls untuk mengkonfirmasikan efektifitas pelaksanaannya sepanjang periode. Pemeriksa juga mempertimbangkan apakah pelaksanaan walkthrough yang dilakukan oleh pemeriksa terhadap pengendalian memberikan bukti yang cukup untuk menilai risiko sebagai "sedang". Jika pemeriksa menyimpulkan bahwa bukti tidak mendukung penilaian ini, pemeriksa mempertimbangkan untuk mendapatkan bukti-bukti tambahan untuk mendukung penilaian sedang, atau menilai risiko pengendalian sebagai "tinggi". Penilaian risiko pengendalian ini tidak berlaku untuk akun-akun atau asersi-asersi yang dipengaruhi oleh transaksi-transaksi yang bersifat estimasi, seperti penyusutan, penyisihan piutang ragu-ragu. Penilaian Tinggi menunjukkan bahwa keyakinan pemeriksa tidak terjamin atas efektivitas pengendalian intern dengan rentang risiko pengendalian sebesar 100%. Pemeriksa menilai risiko pengendalian sebagai tinggi ketika (1) bukti pemeriksaan mengindikasikan bahwa pengendalian tidak efektif, atau (2) setelah memperoleh pemahaman yang memadai mengenai proses entitas yang diperiksa: (1) Pemeriksa meyakini bahwa pengendalian tidak efektif, atau (2) Pemeriksa sudah mengidentifikasi prosedur-prosedur uji substantif yang efisien dan efektif yang diyakini penting untuk mendukung saldo akun terkait. 5) Buat simpulan risiko gabungan Risiko gabungan merupakan risiko bawaan setelah dikurangi dengan bagian dari risiko bawaan yang bisa dimitigasi oleh pengendalian intern yang efektif. Untuk mengisi risiko gabungan, maka gunakan matriks berikut ini sebagai panduan: BADAN PEMERIKSA KEUANGAN 8

50 Panduan Pemeriksaan LKPD Bab 3 Pemahaman dan Penilaian Risiko Gambar 3.1 Matriks Risiko Gabungan RISIKO GABUNGAN/RESIDUAL RISK INHERENT RISK / IR High Medium Low CONTROL RISK\CR High H H M Medium H M L Low M L L 6) Tetapkan besaran risiko deteksi Risiko deteksi yang ditetapkan akan dipengaruhi oleh ketiga risiko lain dalam model yaitu risiko pemeriksaan yang diterima (AAR), risiko bawaan (IR), dan risiko pengendalian (CR). Berubahnya salah satu unsur risiko dalam model tersebut, akan merubah risiko deteksi yang ditetapkan. Risiko deteksi ditetapkan untuk menentukan berapa banyak bukti substantif yang akan dikumpulkan oleh pemeriksa. Banyaknya bukti yang akan dikumpulkan berbanding terbalik dengan risiko deteksi yang ditetapkan pemeriksa. Jika risiko deteksi yang ditetapkan kecil, maka bukti yang harus dikumpulkan besar/banyak. Meningkatnya risiko pemeriksaan yang diterima, akan mengakibatkan risiko deteksi yang direncanakan juga akan meningkat, dan bukti pemeriksaan yang direncanakan menurun. Meningkatnya risiko bawaan dan risiko pengendalian, akan mengakibatkan risiko deteksi yang direncanakan menurun dan bukti pemeriksaan yang direncanakan meningkat. Demikian sebaliknya. Penjelasan lebih lengkap mengenai hubungan masing-masing risiko dengan jumlah bukti pemeriksaan yang direncanakan dapat dilihat pada tabel berikut. Tabel 3.2 Hubungan masing-masing risiko dengan jumlah bukti pemeriksaan Kondisi AAR IR CR DR Jumlah Bukti Pemeriksaan 1 Tinggi Rendah Rendah Tinggi Rendah 2 Rendah Rendah Rendah Moderat Moderat 3 Rendah Tinggi Tinggi Rendah Tinggi 4 Moderat Moderat Moderat Moderat Moderat 5 Tinggi Rendah Moderat Moderat Moderat BADAN PEMERIKSA KEUANGAN 9

51 Panduan Pemeriksaan LKPD Bab 3 Pemahaman dan Penilaian Risiko Hubungan antara AR, IR, CR dan DR secara kuantitatif akan mempengaruhi lingkup pengujian terinci. Hubungan tersebut dapat diilustrasikan sebagai berikut. Tabel 3.3 Pengaruh masing-masing risiko terhadap lingkup pengujian terinci AR IR CR DR Lingkup Pengujian Materialitas 5% 30% L 30% L 56% H Terbatas Tinggi 5% 30% L 70% M 24% M Moderate Moderate 5% 30% L 100% H 17% M Moderate Moderate 5% 70% M 30% L 24% M Moderate Moderate 5% 70% M 70% M 10% M Moderate Moderate 5% 70% M 100% H 7% L Mendalam Rendah 5% 100A% H 30% L 17% M Moderate Moderate 5% 100% H 70% M 7% L Mendalam Rendah 5% 100% H 100% H 5% L Mendalam Rendah 3% 30% L 30% L 33% M Moderate Moderate 3% 30% L 70% M 14% M Moderate Moderate 3% 30% L 100% H 10% M Moderate Moderate 3% 70% M 30% L 14% M Moderate Moderate 3% 70% M 70% M 6% L Mendalam Rendah 3% 70% M 100% H 4% L Mendalam Rendah 3% 100% H 30% L 10% M Moderate Moderate 3% 100% H 70% M 4% L Mendalam Rendah 3% 100% H 100% H 3% L Mendalam Rendah 1% 30% L 30% L 11% M Moderate Moderate 1% 30% L 70% M 5% L Mendalam Rendah 1% 30% L 100% H 3% L Mendalam Rendah BADAN PEMERIKSA KEUANGAN 10

52 Panduan Pemeriksaan LKPD Bab 3 Pemahaman dan Penilaian Risiko AR IR CR DR Lingkup Pengujian Materialitas 1% 70% M 30% L 5% L Mendalam Rendah 1% 70% M 70% M 2% L Mendalam Rendah 1% 70% M 100% H 1% L Mendalam Rendah 1% 100% H 30% L 3% L Mendalam Rendah 1% 100% H 70% M 1% L Mendalam Rendah 1% 100% H 100% H 1% L Mendalam Rendah Range untuk DR : L : 1 9 M : H : ) Identifikasi strategi pemeriksaan yang akan dilakukan, serta buat link risiko yang teridentifikasi ke program pemeriksaan. Strategi pemeriksaan untuk menentukan sifat, saat, dan seberapa jauh prosedur pengujian substantif, didasarkan pada masing-masing tingkat risiko deteksi yang berbeda, contohnya: Strategi pemeriksaan pada tingkat DR yang rendah Sifat: Pengujian pemeriksaan atas seluruh asersi signifikan dengan menggunakan prosedur pemeriksaan sebagai berikut. Pemeriksaan fisik atas saldo akhir (1) Reviu eksternal dokumen (2) Konfirmasi (3) Reperfomance Saat: Seluruh pekerjaan yang signifikan dilaksanakan pada akhir tahun. Luas lingkup: Pengujian yang lebih luas (ekstensif/luas atas akun atau transaksi yang signifikan. BADAN PEMERIKSA KEUANGAN 11

53 Panduan Pemeriksaan LKPD Bab 3 Pemahaman dan Penilaian Risiko Strategi pemeriksaan pada tingkat risiko deteksi yang tinggi Sifat: Pengujian pemeriksaan dengan menggunakan prosedur pemeriksaan sebagai berikut. Pemeriksaan fisik (dilakukan pada tahap interim date) (1) Prosedur analitis (2) Pengujian substantif atas transaksi dan saldo Saat: dilaksanakan pada interim dan akhir tahun Luas lingkup: Pengujian yang lebih terbatas atas akun atau transaksi. Penilaian risiko ini didokumentasikan dalam Formulir Penilaian Risiko pada tahap perencanaan, yaitu: Tabel 3.4 Formulir penilaian resiko No Akun Saldo (Rp) Signifi kansi Siklus terkait INHERENT RISK Identi fikasi H/M/L CONTROL RISK Identi fikasi H/M/L Risiko Gabungan Berikut petunjuk pengisian masing-masing kolom formulir penilaian risiko. Kolom 1 (Nomor) Diisi dengan nomor urut. Kolom 2 (Akun) Diisi dengan nama akun pada laporan keuangan. Misalnya : group akun Aset Tetap terdiri dari Sub Akun Tanah, Bangunan, Jalan, Peralatan dan Mesin, serta Konstruksi dalam Pengerjaan. Maka kolom 2 akan diisi dengan Sub Akun Tanah, Bangunan, Jalan, Peralatan dan Mesin, dan Konstruksi dalam Pengerjaan. BADAN PEMERIKSA KEUANGAN 12

54 Panduan Pemeriksaan LKPD Bab 3 Pemahaman dan Penilaian Risiko Kolom 3 (Saldo) Diisi dari Laporan Keuangan Audited dari periode sebelumnya, dan nantinya harus disesuaikan dengan kondisi Laporan Keuangan Unaudited periode yang diperiksa. Kolom 4 (Signifikansi) Signifikansi akun ditentukan dengan kriteria kuantitatif dan judgement professional pemeriksa dengan pertimbangan sebagai berikut. (1) Kriteria kuantitatif adalah planning materiality. Jika saldo akun lebih besar daripada 50% planning materiality, maka akun tersebut signifikan. Misalnya : saldo akun piutang Rp60miliar. Planning materiality adalah Rp100miliar, maka akun piutang signifikan secara kuantitatif (lebih besar dari 50% x Rp100miliar). (2) Saldo akun mungkin berada dibawah 50% dari planned materiality, tetapi akun tersebut dapat menjadi signifikan berdasarkan pertimbangan nilai transaksi yang besar dan judgement professional pemeriksa. Misalnya: Akun Kas pada Bendahara Pengeluaran yang bersaldo Rp23juta ditetapkan sebagai akun signifikan walaupun planned materiality sebesar Rp500miliar. Penetapan ini karena risiko Kas pada Bendahara Pengeluaran tinggi sehingga adanya kemungkinan kesalahan yang tinggi pada akun kas ini. Kolom 5 (Siklus Terkait) Diisi dengan kegiatan-kegiatan/transaksi yang akan menambah atau mengurangi nilai akun terkait. Misal: (1) Akun Kas dipengaruhi transaksi/kegiatan penerimaan (+) dan pengeluaran (-); (2) Akun Piutang dipengaruhi oleh penerbitan Surat Ketetapan Pajak Daerah (SKPD) yang belum dibayar (+), pelunasan SKPD (-) dan penghapusan piutang (-); (3) Akun aktiva tetap dapat dipengaruhi oleh transaksi/kegiatan pembelian (+), pembangunan (+), penghapusan (-), penjualan (-), revaluasi (+/-) dan inventarisasi (+/-); dan lain-lain. Kolom 6 (Inherent Risk : Identifikasi) Untuk mengidentifikasi inherent risk pada kolom ini, hubungkan kegiatankegiatan/transaksi yang mempengaruhi akun sesuai yang tercantum dalam kolom 5 dan sifat/karakteristik dari akun dengan kemungkinan kesalahan-kesalahan dalam pelaksanaan kegiatan-kegiatan/transaksi tersebut sebelum mempertimbangkan adanya pengendalian. BADAN PEMERIKSA KEUANGAN 13

55 Panduan Pemeriksaan LKPD Bab 3 Pemahaman dan Penilaian Risiko Misalnya : (1) Akun Kas. Apa yang mungkin salah dalam transaksi penerimaan kas. Mungkin dapat terjadi penerimaan kas kurang daripada seharusnya, penerimaan kas tidak disetor ke Kas Negara dan tidak dicatat, atau salah rekening. Kemudian apa yang mungkin salah dalam transaksi pengeluaran kas? Mungkin fiktif, dicuri, terlalu besar, dan lain-lain. (2) Akun aktiva tetap (tanah). Apa yang mungkin salah dalam pembelian tanah? Mungkin tanah dalam sengketa, nilai pembelian lebih besar daripada seharusnya, dll. Apa yang mungkin salah dalam revaluasi? Mungkin revaluasi tidak sesuai dengan harga wajar, ada aset yang tidak direvaluasi atau hanya menggunakan nilai historisnya, dll. Kolom 7 (Inherent Risk : H/M/L) Simpulan (High, Medium, Low) berdasarkan pertimbangan pengaruhnya akun dan siklus terkait ke LK, signifikansi, dan kemungkinan keterjadiannya. Selain itu risiko bawaan pada akun-akun dipengaruhi oleh faktor-faktor seperti sifat bisnis entitas (semakin banyak satker maka semakin tinggi risiko bawaan), jenis transaksi rutin/non rutin, hubungan dengan pihak tertentu dan faktor kecurangan serta penyalahgunaan aset. Dengan menggunakan pendekatan COSO maka lingkungan pengendalian yang buruk akan mengakibatkan inherent risk cenderung tinggi. Untuk akun yang dikategorikan signifikan, dapat dipertimbangkan inherent risk cenderung medium sampai high. Kolom 8 (Control Risk : Identifikasi) Kelemahan yang diidentifikasi bisa berupa ketiadaan sistem yang memadai ataupun ketidakefektifan pelaksanaan pengendalian. Untuk pemeriksaan selanjutnya, cara paling sederhana mengidentifikasikan control risk adalah dengan melihat temuan hasil pemeriksaan sebelumnya. Kolom 9 (Control Risk : H/M/L) Simpulan (High, Medium, Low) berdasarkan kelemahan yang ditemukan dari hasil reviu dan test serta temuan sebelumnya. Tingkat risiko pengendalian bisa langsung dinyatakan tinggi apabila berdasarkan hasil reviu tidak terdapat disain pengendalian yang memadai atau terdapat temuan tahun lalu yang belum selesai ditindaklanjuti oleh entitas. BADAN PEMERIKSA KEUANGAN 14

56 Panduan Pemeriksaan LKPD Bab 3 Pemahaman dan Penilaian Risiko Namun, pemeriksa tidak bisa langsung menetapkan risiko pengendalian yang rendah tanpa melakukan pengujian atas pengendalian (test of control). Pengujian pengendalian ini dilakukan untuk memastikan efektivitas disain pengendalian. Kesimpulan Control Risk : (1) Low bila pengendalian didisain dan dilaksanakan secara efektif (tidak ada temuan SPI). (2) Medium bila pengendalian didisain dan dilaksanakan, tapi kita tidak cukup yakin menyatakan telah beroperasi efektif (ada temuan SPI tetapi tidak material). (3) High bila pengendalian tidak efektif (Temuan SPI material, baik disain maupun operasinya). Kolom 10 (Risiko Gabungan) Isi kolom ini dengan nilai risiko gabungan yang telah diperoleh. Kolom 11 (Risiko Deteksi) Risiko deteksi merupakan risiko bahwa pemeriksa tidak dapat mendeteksi salah saji material pada saat melaksanakan prosedur substantif. Semakin tinggi risiko deteksi, semakin rendah efektifitas pelaksanaan prosedur substantif. Sebaliknya, semakin rendah risiko deteksi, semakin tinggi efektivitas pelaksanaan prosedur substantif. Risiko deteksi berbanding terbalik dengan risiko gabungan. Semakin tinggi risiko gabungan, maka semakin rendah risiko deteksi. Demikian sebaliknya. Dengan mempertimbangkan risiko pemeriksaan yang dapat terima dan risiko gabungan tersebut di atas maka dapat ditentukan risiko deteksi. Secara kualitatif, hubungan antara risiko deteksi dan risiko gabungan adalah sebagai berikut. Tabel 3.5 Hubungan risiko deteksi dan risiko gabungan Risiko Gabungan High Medium Low Risiko Deteksi Low Medium High BADAN PEMERIKSA KEUANGAN 15

57 Panduan Pemeriksaan LKPD Bab 3 Pemahaman dan Penilaian Risiko Kolom 12 (Strategi Pemeriksaan) Sesuai risk based audit maka penentuan strategi pemeriksaan didasarkan pada tingkat risiko deteksi pada suatu akun. Semakin rendah risiko deteksi maka semakin tinggi efektivitas prosedur substantif yang dilaksanakan. Dengan demikian, pemeriksa bisa mengalokasikan sebagian besar sumber daya baik dari jumlah pemeriksa, cakupan dan kedalaman prosedur pemeriksaan substantif atas akun tersebut. Tabel 3.6 Tabel strategi pemeriksaan umum Risiko Deteksi Rendah Medium Tinggi Menjadi fokus pemeriksaan. Strategi Pemeriksaan Umum Tidak atau sedikit mengandalkan pengendalian. Pengujian Substantif mendalam. Pilih apakah mengutamakan substantif saldo atau transaksi, atau dua-duanya dengan intensitas yang sama. Berdasarkan kondisi yang ada, pilih juga penekanan pada asersi tertentu yang paling berpengaruh, misalnya eksistensi, atau kepemilikan, sesuai dengan keadaan. Prioritas pertama untuk alokasi sumber daya (jumlah dan kualitas) Prosedur analitis dan uji akurasi tetap harus dilakukan. Walaupun tidak menjadi fokus, tetapi harus ada perhatian yang cukup. Sebagian mengandalkan pengendalian. Pengujian substantif tidak terlalu mendalam. Pilih apakah mengutamakan substantif saldo atau transaksi. Berdasarkan kondisi yang ada, pilih juga penekanan pada asersi tertentu yang paling berpengaruh, misalnya eksistensi, atau kepemilikan, sesuai dengan keadaan. Sample menengah. Prioritas kedua untuk alokasi sumber daya (jumlah dan kualitas). Prosedur analitis dan uji akurasi tetap harus dilakukan. Tidak menjadi fokus pemeriksaan. Dapat mengandalkan pengendalian. Pengujian substantif terbatas atau tidak dilakukan. Bila dilakukan dapat hanya substantif saldo saja. BADAN PEMERIKSA KEUANGAN 16

58 Panduan Pemeriksaan LKPD Bab 3 Pemahaman dan Penilaian Risiko Sampel kecil atau tidak diuji. Prioritas ketiga atau tidak diuji. Prosedur analitis dan uji akurasi merupakan prosedur utama. Strategi diatas merupakan strategi umum. Pemeriksa dapat menambahkan strategi lain yang lebih spesifik sesuai dengan pertimbangan profesional masing-masing. Misalnya: untuk akun aset tetap dengan risiko revaluasi tidak wajar, pemeriksa mengusulkan penggunaan tenaga ahli appraisal dari luar BPK atau dari pemeriksa BPK yang sudah tersertifikasi penilai aset. Kolom 13 (Reff Program Pemeriksaan / P2) Diisi dengan refference pada program pemeriksaan. Misalnya reff pada program langkah 1.a.1, sesuai dengan indeks di program. Contoh pengisian Formulir Penilaian Risiko dapat dilihat pada Lampiran 3.4. BADAN PEMERIKSA KEUANGAN 17

59 Panduan Pemeriksaan LKPD Lampiran 3.1 BPK RI Pemeriksaan atas LKPD...(1) Tahun..(2) No. Indeks : (3) Dibuat oleh : (4) Direviu oleh : (5) Disetujui oleh : (6) Penetapan Nilai Risiko Pemeriksaan yang Dapat Diterima No Faktor Kriteria Kondisi 1 Geografis 2 Nilai aset 3 4 Anggaran yang dikelola Tingkat ketergantungan pengguna terhadap laporan keuangan entitas 5 Jumlah satker 6 Hasil pemeriksaan tahun sebelumnya 7 Going concern Keterjangkauan terhadap entitas. Semakin sulit suatu entitas untuk dijangkau, maka bobot penilaiannya semakin kecil. Besarnya nilai aset dibandingkan dengan entitas sejenis. Semakin besar nilai aset entitas, maka bobot penilaiannya semakin kecil. Besarnya anggaran yang dikelola dibandingkan dengan entitas sejenis. Semakin besar nilai anggaran entitas, maka maka bobot penilaiannya kecil. Semakin tinggi tingkat ketergantungan pengguna atas laporan keuangan entitas, maka bobot penilaiannya kecil. Semakin banyak jumlah satker yang dimiliki suatu entitas pelaporan, maka bobot penilaiannya semakin kecil. Semakin buruk hasil pemeriksaan tahun sebelumnya, maka bobot penilaiannya semakin kecil. Semakin rendah tingkat kepastian going concernnya, maka bobot penilaiannya semakin kecil. Sulit terjangkau 1 Bobot Penilaian Sedang 2 Sedang 2 Sangat tergantung Sedikit 3 1 Baik 2 Tinggi 3 BADAN PEMERIKSA KEUANGAN 1

60 Panduan Pemeriksaan LKPD Lampiran 3.1 No Faktor Kriteria Kondisi 8 9 Integritas manajemen Sistem informasi yang digunakan Bobot Penilaian Semakin rendah tingkat integritas manajemennya, maka bobot penilaiannya Tinggi 3 semakin kecil. Semakin buruk sistem informasi entitas, maka bobot penilaiannya semakin Baik 2 kecil. Sub Total TOTAL 19 Kesimpulan Tingkat AAR Sedang (3%) Untuk setiap faktor pengukur, terdapat 3 skor sebagai ukuran nilai dari pengaruh faktor terhadap risiko pemeriksaan yang dapat diterima. Nilai 1 (satu) mewakili nilai risiko pemeriksaan terendah, dan nilai 3 (tiga) mewakili nilai risiko pemeriksaan tertinggi. Skor nilai untuk masing-masing faktor pengukur diberikan dengan dasar perbandingan kriteria dan kondisi yang ada serta menggunakan penilaian profesional. Skor nilai total untuk keseluruhan faktor kemudian dijumlahkan. Berdasarkan jumlah nilai tersebut, ditentukan 3 kategori tingkat risiko pemeriksaan dalam 3 rentang nilai sebagai berikut: Keterangan: 9 14 : Rendah (1%) : Sedang (3%) : Tinggi (5%) (1) : Diisi dengan entitas yang diperiksa. (2) : Diisi dengan tahun yang diperiksa. (3) : Diisi dengan nomor indeks. (4) : Diisi dengan nama dan paraf pembuat KKP serta tanggal pembuatan KKP tersebut. (5) : Diisi dengan nama dan paraf yang mereviu KKP serta tanggal reviu KKP tersebut. (6) : Diisi dengan nama dan paraf yang menyetujui KKP serta tanggal persetujuan KKP tersebut. BADAN PEMERIKSA KEUANGAN 2

61 Panduan Pemeriksaan LKPD Lampiran 3.2 BPK RI Pemeriksaan atas LKPD...(1) Tahun..(2) No. Indeks : (3) Dibuat oleh : (4) Direviu oleh : (5) Disetujui oleh : (6) Penetapan Nilai Risiko Bawaan No. Faktor-faktor Spesifik akun Kriteria Input Akun-akunnya Siklus Terkait 1. Sifat bisnis/industri entitas. Semakin kompleks struktur bisnis entitas maka semakin tinggi risiko bawaan akun-akun tertentu. 2. Hasil pemeriksaan sebelumnya. Semakin banyak temuan pada tahun sebelumnya atas akun tersebut, maka semakin tinggi risiko bawaannya. 3. Integritas personel kunci. Semakin rendah kompetensi dan pengalaman personil entitas, maka semakin tinggi risiko bawaannya. 4. Penugasan pertama vs penugasan berulang. Penugasan pertama pemeriksaan atas suatu entitas akan cenderung ditetapkan risiko bawaan yang lebih tinggi daripada entitas yang telah diperiksa sebelumnya. Pemahaman entitas. Pemantauan tindak lanjut pemeriksaan sebelumnya. Pemahaman entitas. Pemahaman entitas Pemantauan tindak lanjut pemeriksaan sebelumnya. Aset tetap masih ada permasalahan hukum; Persediaan masih belum di stock opname Akun kas diketahui sangat rentan karena bendaharanya belum memiliki keahlian akuntansi yang memadai. Bobot Penilaian Siklus pencatatan Aset Tetap dan Persediaan Siklus kas BADAN PEMERIKSA KEUANGAN 1

Prosedur Analitis dalam Pemeriksaan Keuangan

Prosedur Analitis dalam Pemeriksaan Keuangan Prosedur Analitis dalam Pemeriksaan Keuangan DI SUSUN OLEH Kelompok 1 1.Abdillah Hanif (01) 2.Andias Setyo Perdana (04) 3.Arief Rahman Hakim (06) 4.Hani Nur Fadhilah (14) 5.Lily Arini Nasution (19) 6.Muhammad

Lebih terperinci

November 13 th,

November 13 th, 1. Analisis Laporan Keuangan Pengertian : Suatu proses yang penuh pertimbangan dalam rangka membantu mengevaluasi posisi keuangan dan hasil operasi perusahaan pada masa kini dan masa lalu dengan tujuan

Lebih terperinci

Contoh prosedur analitis pada BUMN JS

Contoh prosedur analitis pada BUMN JS L1 Uraian Contoh prosedur analitis pada BUMN JS 31 Desember 2010 31 Desember 2009 Audited Audited Common Size Financial Analysis Analisa Tren Aset Investasi : Bank Investasi 3,232,648,835 8,480,212,018

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. untuk menerapkan akuntabilitas publik. Akuntabilitas publik dapat diartikan sebagai bentuk

BAB I PENDAHULUAN. untuk menerapkan akuntabilitas publik. Akuntabilitas publik dapat diartikan sebagai bentuk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Meningkatnya tuntutan masyarakat terhadap penyelenggaraan pemerintahan yang baik (Good Governance Government) telah mendorong pemerintah pusat dan pemerintah daerah

Lebih terperinci

BAB VI PENYUSUNAN LAPORAN KEUANGAN PPKD

BAB VI PENYUSUNAN LAPORAN KEUANGAN PPKD BAB VI PENYUSUNAN LAPORAN KEUANGAN PPKD A. KERANGKA HUKUM Laporan Keuangan adalah produk akhir dari proses akuntansi yang telah dilakukan. Laporan Keuangan yang disusun harus memenuhi prinsipprinsip yang

Lebih terperinci

BADAN PEMERIKSA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA LAPORAN HASIL PEMERIKSAAN ATAS LAPORAN KEUANGAN

BADAN PEMERIKSA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA LAPORAN HASIL PEMERIKSAAN ATAS LAPORAN KEUANGAN Lampiran I BADAN PEMERIKSA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA LAPORAN HASIL PEMERIKSAAN ATAS LAPORAN KEUANGAN Berdasarkan Undang-undang Nomor 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan

Lebih terperinci

KEBIJAKAN AKUNTANSI PELAPORAN KEUANGAN

KEBIJAKAN AKUNTANSI PELAPORAN KEUANGAN LAMPIRAN I PERATURAN BUPATI PATI NOMOR 75 TAHUN 2016 TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS PERATURAN BUPATI PATI NOMOR 25 TAHUN 2014 TENTANG KEBIJAKAN AKUNTANSI PEMERINTAH DAERAH KEBIJAKAN AKUNTANSI PELAPORAN KEUANGAN

Lebih terperinci

AKUNTANSI DI SATUAN KERJA

AKUNTANSI DI SATUAN KERJA AKUNTANSI DI SATUAN KERJA 37 37 Modul Akuntansi Pemerintah Daerah 38 38 BAB III AKUNTANSI DI SATUAN KERJA TUJUAN INSTRUKSIONAL UMUM Setelah mempelajari materi Akuntansi di SATUAN KERJA Pemerintah Daerah

Lebih terperinci

BULETIN TEKNIS NOMOR 01 PELAPORAN HASIL PEMERIKSAAN ATAS LAPORAN KEUANGAN PEMERINTAH

BULETIN TEKNIS NOMOR 01 PELAPORAN HASIL PEMERIKSAAN ATAS LAPORAN KEUANGAN PEMERINTAH Keputusan BPK RI Nomor : /K/I-XIII./ / Tanggal: September Badan Pemeriksa Keuangan Republik Indonesia BULETIN TEKNIS NOMOR 0 PELAPORAN HASIL PEMERIKSAAN ATAS LAPORAN KEUANGAN PEMERINTAH 0 0 0 WTP WDP TW

Lebih terperinci

ANGGARAN SETELAH PERUBAHAN 2015 (Rp)

ANGGARAN SETELAH PERUBAHAN 2015 (Rp) LAPORAN REALISASI ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH UNTUK TAHUN YANG BERAKHIR SAMPAI DENGAN 31 DESEMBER 2015 DAN 2014 NO URAIAN REFF ANGGARAN SETELAH PERUBAHAN 2015 REALISASI 2015 LEBIH/ (KURANG)

Lebih terperinci

GUBERNUR KALIMANTAN BARAT

GUBERNUR KALIMANTAN BARAT GUBERNUR KALIMANTAN BARAT PERATURAN GUBERNUR KALIMANTAN BARAT NOMOR 8 TAHUN 2012 TENTANG KEBIJAKAN AKUNTANSI PEMERINTAH PROVINSI KALIMANTAN BARAT DAFTAR ISI Halaman DAFTAR ISI... iii Peraturan Gubernur

Lebih terperinci

Akuntansi sektor publik memiliki peran utama untuk menyiapkan laporan. keuangan sebagai salah satu bentuk pelaksanaan akuntabilitas publik.

Akuntansi sektor publik memiliki peran utama untuk menyiapkan laporan. keuangan sebagai salah satu bentuk pelaksanaan akuntabilitas publik. 2.1 Akuntansi Pemerintahan Akuntansi sektor publik memiliki peran utama untuk menyiapkan laporan keuangan sebagai salah satu bentuk pelaksanaan akuntabilitas publik. Akuntansi dan lap oran keuangan mengandung

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. hal pengelolaan keuangan dan aset daerah. Berdasarkan Permendagri No. 21 Tahun

BAB 1 PENDAHULUAN. hal pengelolaan keuangan dan aset daerah. Berdasarkan Permendagri No. 21 Tahun BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kewajiban penyelenggaraan Pemerintahan Daerah telah diatur dalam Undang-Undang No. 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah termasuk dalam hal pengelolaan keuangan

Lebih terperinci

PEMERINTAH KOTA SEMARANG NERACA PER 31 DESEMBER 2014 DAN 2013 (Audited)

PEMERINTAH KOTA SEMARANG NERACA PER 31 DESEMBER 2014 DAN 2013 (Audited) ASET PEMERINTAH KOTA SEMARANG NERACA PER 3 DESEMBER 24 DAN 23 (Audited) 24 23 Kenaikan /Penurunan (Rp) (Rp) (Rp) ASET LANCAR Kas di Kas Daerah - - - Bank 3,926,359,944 656,5,79,88 (345,23,79,936) Deposito

Lebih terperinci

KOREKSI KESALAHAN, PERUBAHAN KEBIJAKAN AKUNTANSI, PERUBAHAN ESTIMASI AKUNTANSI, DAN OPERASI YANG TIDAK DILANJUTKAN

KOREKSI KESALAHAN, PERUBAHAN KEBIJAKAN AKUNTANSI, PERUBAHAN ESTIMASI AKUNTANSI, DAN OPERASI YANG TIDAK DILANJUTKAN KOREKSI KESALAHAN, PERUBAHAN KEBIJAKAN AKUNTANSI, PERUBAHAN ESTIMASI AKUNTANSI, DAN OPERASI YANG TIDAK DILANJUTKAN Koreksi Kesalahan 332. Kesalahan penyusunan laporan keuangan dapat disebabkan oleh keterlambatan

Lebih terperinci

Petunjuk Teknis Reviu Laporan Keuangan

Petunjuk Teknis Reviu Laporan Keuangan 1 Petunjuk Teknis Reviu Laporan Keuangan Disampaikan oleh: Mohamad Hardi, Ak. MProf Acc., CA Inspektur I Kementerian Ristek Dikti Pada Rapat Koordinasi Pengawasan 2 Februari 2017 1. PELAPORAN KEUANGAN

Lebih terperinci

KULIAH UMUM PENYUSUNAN LAPORAN KEUANGAN PEMDA

KULIAH UMUM PENYUSUNAN LAPORAN KEUANGAN PEMDA KULIAH UMUM PENYUSUNAN LAPORAN KEUANGAN PEMDA SKENARIO PENYUSUNAN LK PEMDA 1. Penyusunan Neraca Awal 2. Transaksi Anggaran dan Realisasi 3. Penyusunan Laporan Keuangan A. PENYUSUNAN NERACA AWAL SKENARIO

Lebih terperinci

PEMERINTAH KOTA SEMARANG NERACA PER 31 DESEMBER 2014 DAN 2013 (Audited)

PEMERINTAH KOTA SEMARANG NERACA PER 31 DESEMBER 2014 DAN 2013 (Audited) ASET PEMERINTAH KOTA SEMARANG NERACA PER 31 DESEMBER 2014 DAN 2013 (Audited) 2014 2013 Kenaikan /Penurunan (Rp) (Rp) (Rp) ASET LANCAR Kas di Kas Daerah - - - Bank 310,926,359,944 656,050,079,880 (345,123,719,936)

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISA HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV ANALISA HASIL DAN PEMBAHASAN A. Analisis Kualitatif 1. Basis Akuntansi Di dalam catatan atas laporan keuangan Pemerintah Kota Depok telah disebutkan bahwa laporan keuangan Pemerintah Kota Depok

Lebih terperinci

BADAN PEMERIKSA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA LAPORAN HASIL PEMERIKSAAN ATAS LAPORAN KEUANGAN

BADAN PEMERIKSA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA LAPORAN HASIL PEMERIKSAAN ATAS LAPORAN KEUANGAN BADAN PEMERIKSA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA LAPORAN HASIL PEMERIKSAAN ATAS LAPORAN KEUANGAN Berdasarkan Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan Negara

Lebih terperinci

KEBIJAKAN AKUNTANSI NOMOR 5 LAPORAN ARUS KAS

KEBIJAKAN AKUNTANSI NOMOR 5 LAPORAN ARUS KAS LAMPIRAN BV. : PERATURAN GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH NOMOR : 20 TAHUN 2014 TANGGAL : 30 MEI 2014 KEBIJAKAN AKUNTANSI NOMOR 5 LAPORAN ARUS KAS A. PENDAHULUAN Tujuan 1. Tujuan Kebijakan Akuntansi Laporan

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN BANGKA TENGAH NERACA KOMPARATIF

PEMERINTAH KABUPATEN BANGKA TENGAH NERACA KOMPARATIF PEMERINTAH KABUPATEN BANGKA TENGAH NERACA KOMPARATIF PER 31 DESEMBER 2014 DAN 2013 No. URAIAN Ref 2014 2013 (dalam rupiah) 1 ASET 5.1.1 2 ASET LANCAR 5.1.1.1 3 Kas di Kas Daerah 5.1.1.1.1 102.915.303.038,76

Lebih terperinci

STANDAR AKUNTANSI PEMERINTAHAN PERNYATAAN NO. 03 LAPORAN ARUS KAS

STANDAR AKUNTANSI PEMERINTAHAN PERNYATAAN NO. 03 LAPORAN ARUS KAS LAMPIRAN V PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2005 TANGGAL 13 JUNI 2005 STANDAR AKUNTANSI PEMERINTAHAN PERNYATAAN NO. 03 LAPORAN ARUS KAS Paragraf-paragraf yang ditulis dengan huruf

Lebih terperinci

PENGANTAR. PEMERINTAH KABUPATEN BINTAN NERACA PER 31 Desember 2014 dan 2013

PENGANTAR. PEMERINTAH KABUPATEN BINTAN NERACA PER 31 Desember 2014 dan 2013 PENGANTAR Dalam rangka memenuhi prinsip transparansi dan akuntabilitas pengelolaan keuangan daerah sesuai dengan PP 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah dan Permendagri 13 Tahun 2006 tentang

Lebih terperinci

PROGRAM S-1 AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS SUMATERA UTARA DEPARTEMEN AKUNTANSI

PROGRAM S-1 AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS SUMATERA UTARA DEPARTEMEN AKUNTANSI PROGRAM S-1 AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS SUMATERA UTARA DEPARTEMEN AKUNTANSI Perihal Kepada Yth : Pemilihan Judul Skripsi : Ketua Departemen Akuntansi Program S-1 Extensi FE-USU Di- Medan Dengan

Lebih terperinci

Penjurnalan dalam Akuntansi Pemerintahan

Penjurnalan dalam Akuntansi Pemerintahan Penjurnalan dalam Akuntansi Pemerintahan A. Akuntansi Pendapatan Pendapatan diakui pada saat kas diterima pada rekening Kas Umum Daerah. Seperti diuraikan di atas bahwa penerimaan pendapatan dapat dilakukan

Lebih terperinci

NERACA ASET = KEWAJIBAN + EKUITAS DANA

NERACA ASET = KEWAJIBAN + EKUITAS DANA NERACA NERACA ADALAH LAPORAN YANG MENGGAMBARKAN POSISI KEUANGAN SUATU ENTITAS PELAPORAN MENGENAI ASET, KEWAJIBAN, DAN EKUITAS DANA PADA TANGGAL PELAPORAN., DALAM PERSAMAAN AKUNTANSI DAPAT DIRUMUSKAN: ASET

Lebih terperinci

STANDAR AKUNTANSI PEMERINTAHAN PERNYATAAN NO.

STANDAR AKUNTANSI PEMERINTAHAN PERNYATAAN NO. LAMPIRAN V PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN 00 TANGGAL 1 JUNI 00 STANDAR AKUNTANSI PEMERINTAHAN PERNYATAAN NO. 0 LAPORAN ARUS KAS DAFTAR ISI Paragraf PENDAHULUAN-------------------------------------------------------------------------

Lebih terperinci

LAPORAN ARUS KAS I. PENDAHULUAN I.1 Tujuan

LAPORAN ARUS KAS I. PENDAHULUAN I.1 Tujuan LAMPIRAN IV PERATURAN BUPATI MALUKU TENGGARA NOMOR 2.a TAHUN 2010 TENTANG KEBIJAKAN AKUNTANSI LAPORAN ARUS KAS I. PENDAHULUAN I.1 Tujuan 1. Tujuan Kebijakan Akuntansi laporan arus kas adalah mengatur penyajian

Lebih terperinci

UU no 17 tahun 2003 tentang keuangan negara UU no 1 tahun 2004 perbendaharaan negara UU no15 tahun 2004 tentang PPTKN UU no 33 tahun 2004 Tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah

Lebih terperinci

BADAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KEUANGAN KEMENTERIAN KEUANGAN RI

BADAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KEUANGAN KEMENTERIAN KEUANGAN RI BADAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KEUANGAN KEMENTERIAN KEUANGAN RI Laporan Keuangan Audited Untuk Periode Yang Berakhir 31 Desember 2012 Jalan Purnawarman Nomor 99, Kebayoran Baru Jakarta DAFTAR ISI Kata

Lebih terperinci

- 9 - PERENCANAAN REVIU LAPORAN KEUANGAN PEMERINTAH DAERAH

- 9 - PERENCANAAN REVIU LAPORAN KEUANGAN PEMERINTAH DAERAH - 9 - LAMPIRAN I : PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR : 4 TAHUN 2008 TANGGAL : 17 Januari 2008 PERENCANAAN REVIU LAPORAN KEUANGAN PEMERINTAH DAERAH A. PENDAHULUAN Sebagai salah satu bentuk pertanggungjawaban

Lebih terperinci

ANGGARAN SETELAH PERUBAHAN 2014 REALISASI (Rp)

ANGGARAN SETELAH PERUBAHAN 2014 REALISASI (Rp) LAPORAN REALISASI ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH UNTUK TAHUN YANG BERAKHIR SAMPAI DENGAN 31 DESEMBER 2014 DAN 2013 NO URAIAN REFF ANGGARAN SETELAH PERUBAHAN 2014 REALISASI 2014 LEBIH/ (KURANG)

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. Berdasarkan hasil pembahasan pada bab sebelumnya, maka hasil. 1. LKPD yang mencapai tingkat artikulasi LKPD 100% sebanyak 7 LKPD

BAB V PENUTUP. Berdasarkan hasil pembahasan pada bab sebelumnya, maka hasil. 1. LKPD yang mencapai tingkat artikulasi LKPD 100% sebanyak 7 LKPD BAB V PENUTUP 5.1 Simpulan Berdasarkan hasil pembahasan pada bab sebelumnya, maka hasil penelitian ini dapat disimpulkan sebagai berikut: 1. LKPD yang mencapai tingkat artikulasi LKPD 100% sebanyak 7 LKPD

Lebih terperinci

SISTEM AKUNTANSI PEMERINTAH DAERAH DAN PERTANGGUNGJAWABAN PELAKSANAAN APBD

SISTEM AKUNTANSI PEMERINTAH DAERAH DAN PERTANGGUNGJAWABAN PELAKSANAAN APBD LAMPIRAN IV : PERATURAN BUPATI SRAGEN NOMOR : 7 TAHUN 2012 TANGGAL : 8 MARET 2012 SISTEM AKUNTANSI PEMERINTAH DAERAH DAN PERTANGGUNGJAWABAN PELAKSANAAN APBD I. SISTEM AKUNTANSI SKPD A. Prosedur Akuntansi

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. tugas pembantuan dengan prinsip otonomi seluas-luasnya dalam sistem dan. daerah sebagai penyelenggara pemerintah daerah.

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. tugas pembantuan dengan prinsip otonomi seluas-luasnya dalam sistem dan. daerah sebagai penyelenggara pemerintah daerah. BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pemerintah Daerah Pemerintah Daerah merupakan penyelenggara seluruh urusan pemerintahan oleh pemerintah daerah dan DPRD menurut azas otonomi dan tugas pembantuan dengan prinsip

Lebih terperinci

TATA CARA PELAKSANAAN KEBIJAKAN AKUNTANSI PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN SUBANG BAB I PENDAHULUAN

TATA CARA PELAKSANAAN KEBIJAKAN AKUNTANSI PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN SUBANG BAB I PENDAHULUAN TATA CARA PELAKSANAAN KEBIJAKAN AKUNTANSI PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN SUBANG BAB I PENDAHULUAN I.1. Tujuan dan Ruang Lingkup Bab ini bertujuan untuk memberikan pemahaman secara garis besar mengenai dasar-dasar

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN DAERAH KABUPATEN TEMANGGUNG NOMOR 7 TAHUN 2013 TENTANG PERTANGGUNGJAWABAN PELAKSANAAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH KABUPATEN TEMANGGUNG TAHUN ANGGARAN 2012 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

2. Klasifikasi Belanja a). Jenis Belanja - Belanja operasi dirinci menjadi belanja pegawai, belanja barang 3 = membuat klasifikasi dengan lengkap

2. Klasifikasi Belanja a). Jenis Belanja - Belanja operasi dirinci menjadi belanja pegawai, belanja barang 3 = membuat klasifikasi dengan lengkap LAMPIRAN KETERANGAN PEMBOBOTAN PENGUKURAN TINGKAT KEPATUHAN Detail kategori Laporan Realisasi Anggaran: 1. Klasifikasi Pendapatan - Pendapatan asli daerah 3 = memenuhi ketiga klasifikasi - Transfer yang

Lebih terperinci

PROVINSI BANTEN PERATURAN WALIKOTA TANGERANG SELATAN NOMOR 10 TAHUN 2014 TENTANG KEBIJAKAN AKUNTANSI PEMERINTAH DAERAH

PROVINSI BANTEN PERATURAN WALIKOTA TANGERANG SELATAN NOMOR 10 TAHUN 2014 TENTANG KEBIJAKAN AKUNTANSI PEMERINTAH DAERAH PROVINSI BANTEN PERATURAN WALIKOTA TANGERANG SELATAN NOMOR 10 TAHUN 2014 TENTANG KEBIJAKAN AKUNTANSI PEMERINTAH DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA TANGERANG SELATAN, Menimbang : bahwa untuk

Lebih terperinci

BUPATI SIDOARJO PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI SIDOARJO NOMOR 49 TAHUN 2015 TENTANG SISTEM AKUNTANSI PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN SIDOARJO

BUPATI SIDOARJO PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI SIDOARJO NOMOR 49 TAHUN 2015 TENTANG SISTEM AKUNTANSI PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN SIDOARJO BUPATI SIDOARJO PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI SIDOARJO NOMOR 49 TAHUN 2015 TENTANG SISTEM AKUNTANSI PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN SIDOARJO DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SIDOARJO, Menimbang

Lebih terperinci

PERENCANAAN REVIU LAPORAN KEUANGAN PEMERINTAH DAERAH

PERENCANAAN REVIU LAPORAN KEUANGAN PEMERINTAH DAERAH LAMPIRAN VI PERATURAN GUBERNUR NUSA TENGGARA BARAT NOMOR TAHUN 2014 TENTANG STANDAR AUDIT DAN REVIU ATAS LAPORAN KEUANGAN BAGI APIP PEMERINTAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT PERENCANAAN REVIU LAPORAN KEUANGAN

Lebih terperinci

LAPORAN HASIL PEMERIKSAAN ATAS LAPORAN KEUANGAN

LAPORAN HASIL PEMERIKSAAN ATAS LAPORAN KEUANGAN EXPOSURE DRAFT PERNYATAAN STANDAR PEMERIKSAAN (PSP) NOMOR : 0.0 TANGGAL : NOPEMBER 00 LAPORAN HASIL PEMERIKSAAN ATAS LAPORAN KEUANGAN BADAN PEMERIKSA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA KOMITE STANDAR PEMERIKSAAN

Lebih terperinci

BUPATI BANGKA SELATAN PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG

BUPATI BANGKA SELATAN PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG BUPATI BANGKA SELATAN PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGKA SELATAN NOMOR 3 TAHUN 2015 TENTANG PERTANGGUNGJAWABAN PELAKSANAAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH TAHUN

Lebih terperinci

jtä ~Éàt gtá ~ÅtÄtçt cüéä Çá ]tãt UtÜtà

jtä ~Éàt gtá ~ÅtÄtçt cüéä Çá ]tãt UtÜtà - 1 - jtä ~Éàt gtá ~ÅtÄtçt cüéä Çá ]tãt UtÜtà PERATURAN WALIKOTA TASIKMALAYA NOMOR 42 TAHUN 2015 TENTANG BAGAN AKUN STANDAR PADA PEMERINTAH KOTA TASIKMALAYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA TASIKMALAYA,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.2. MAKSUD DAN TUJUAN PENYUSUNAN LAPORAN KEUANGAN

BAB I PENDAHULUAN 1.2. MAKSUD DAN TUJUAN PENYUSUNAN LAPORAN KEUANGAN BAB I PENDAHULUAN 1.1. UMUM Catatan Atas Laporan Keuangan merupakan komponen laporan keuangan yang berkedudukan menggantikan Nota Perhitungan Anggaran, sebagaimana yang dimaksud dan diatur dalam Peraturan

Lebih terperinci

6. Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun

6. Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN TEMANGGUNG NOMOR 9 TAHUN 2015 TENTANG PERTANGGUNGJAWABAN PELAKSANAAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH KABUPATEN TEMANGGUNG TAHUN ANGGARAN 2014 DENGAN

Lebih terperinci

BAB V PENYUSUNAN LAPORAN KEUANGAN SKPD

BAB V PENYUSUNAN LAPORAN KEUANGAN SKPD BAB V PENYUSUNAN LAPORAN KEUANGAN SKPD A. Kerangka Hukum Laporan Keuangan adalah produk akhir dari proses akuntansi yang telah dilakukan. Laporan Keuangan yang disusun harus memenuhi prinsipprinsip yang

Lebih terperinci

STANDAR AKUNTANSI PEMERINTAHAN PERNYATAAN NO. 03 LAPORAN ARUS KAS

STANDAR AKUNTANSI PEMERINTAHAN PERNYATAAN NO. 03 LAPORAN ARUS KAS STANDAR AKUNTANSI PEMERINTAHAN PERNYATAAN NO. 0 LAPORAN ARUS KAS PSAP No. 0 Laporan Arus Kas 0 STANDAR AKUNTANSI PEMERINTAHAN NO. 0 LAPORAN ARUS KAS Paragraf-paragraf yang ditulis dengan huruf tebal dan

Lebih terperinci

LAPORAN REALISASI ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH

LAPORAN REALISASI ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH PEMERINTAH KOTA TEGAL LAPORAN REALISASI ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH UNTUK TAHUN YANG BERAKHIR SAMPAI DENGAN 31 DESEMBER 2014 DAN 2013 NO. URUT URAIAN ANGGARAN 2014 REALISASI 2014 (%) REALISASI

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.40, 2015 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENKEU. Laporan Keuangan. Pemerintah Daerah. Standar Reviu. PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40/PMK.09/2014 TENTANG STANDAR REVIU ATAS

Lebih terperinci

PEMERINTAH KOTA PADANG PANJANG LAPORAN ARUS KAS UNTUK TAHUN YANG BERAKHIR SAMPAI DENGAN 31 DESEMBER 2013 DAN 2012.

PEMERINTAH KOTA PADANG PANJANG LAPORAN ARUS KAS UNTUK TAHUN YANG BERAKHIR SAMPAI DENGAN 31 DESEMBER 2013 DAN 2012. PEMERINTAH KOTA PADANG PANJANG LAPORAN ARUS KAS UNTUK TAHUN YANG BERAKHIR SAMPAI DENGAN 31 DESEMBER 2013 DAN 2012 No. Uraian 2013 2012 1 Arus Kas dari Aktivitas Operasi 2 Arus Masuk Kas 3 Pendapatan Pajak

Lebih terperinci

C. PENJELASAN ATAS POS- POS NERACA

C. PENJELASAN ATAS POS- POS NERACA C. PENJELASAN ATAS POS POS NERACA C.1. PENJELASAN UMUM NERACA . Penjelasan atas pospos neraca

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI A. Reviu Laporan Keuangan Pasal 9 Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara menyatakan bahwa menteri/pimpinan lembaga sebagai pengguna anggaran/pengguna barang kementerian

Lebih terperinci

Laporan Anggaran dan Realisasi Pendapatan dan Belanja Kabupaten Aceh Utara Tahun Anggaran 2006

Laporan Anggaran dan Realisasi Pendapatan dan Belanja Kabupaten Aceh Utara Tahun Anggaran 2006 43 Lampiran 1 Laporan Anggaran dan Realisasi Pendapatan dan Belanja Kabupaten Aceh Utara Tahun Anggaran 2006 No. Uraian Anggaran Setelah Perubahan Realisasi I PENDAPATAN DAERAH 1.142.122.565.100 1.153.474.367.884

Lebih terperinci

LAPORAN OPERASIONAL. Kebijakan Akuntansi Pemerintah Daerah Kabupaten Subang 60

LAPORAN OPERASIONAL. Kebijakan Akuntansi Pemerintah Daerah Kabupaten Subang 60 LAPORAN OPERASIONAL Tujuan Laporan Operasional 284. Tujuan penyusunan Laporan Operasional adalah untuk melengkapi pelaporan dari siklus akuntansi berbasis akrual (full accrual accounting cycle). Sehingga

Lebih terperinci

BAB IV PROSEDUR AKUNTANSI PEJABAT PENGELOLA KEUANGAN DAERAH (PPKD)

BAB IV PROSEDUR AKUNTANSI PEJABAT PENGELOLA KEUANGAN DAERAH (PPKD) BAB IV PROSEDUR AKUNTANSI PEJABAT PENGELOLA KEUANGAN DAERAH () A. KERANGKA HUKUM Prosedur akuntansi pada SKPKD sebagai meliputi serangkaian proses mulai dari pencatatan, pengikhtisaran, sampai dengan pelaporan

Lebih terperinci

LAPORAN REALISASI ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH

LAPORAN REALISASI ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH PEMERINTAH KABUPATEN KLATEN LAPORAN REALISASI ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH UNTUK TAHUN YANG BERAKHIR SAMPAI DENGAN 31 DESEMBER 2015 DAN 2014 NO. URUT URAIAN ANGGARAN REALISASI REF (%) 2015 2015

Lebih terperinci

PELAKSANAAN EVALUASI RANCANGAN PERATURAN DAERAH

PELAKSANAAN EVALUASI RANCANGAN PERATURAN DAERAH LAMPIRAN PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2017 TENTANG PEDOMAN EVALUASI RANCANGAN PERATURAN DAERAH TENTANG PERTANGGUNGJAWABAN PELAKSANAAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA

Lebih terperinci

PERATURAN BUPATI PEMALANG TENTANG KEBIJAKAN AKUNTANSI

PERATURAN BUPATI PEMALANG TENTANG KEBIJAKAN AKUNTANSI PERATURAN BUPATI PEMALANG TENTANG KEBIJAKAN AKUNTANSI Pemerintah Kabupaten Pemalang @2014 BUPATI PEMALANG PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI PEMALANG NOMOR 19 TAHUN 2014 TENTANG KEBIJAKAN AKUNTANSI

Lebih terperinci

Catatan Atas Laporan Keuangan merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari laporan keuangan ini 1

Catatan Atas Laporan Keuangan merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari laporan keuangan ini 1 LAPORAN KEUANGAN 1. NERACA KOMPARATIF PEMERINTAH KABUPATEN AGAM N E R A C A PER 31 DESEMBER 2014 DAN 2013 (AUDITED) NO. U R A I A N 2,014.00 2,013.00 1 ASET 2 ASET LANCAR 3 Kas di Kas Daerah 109,091,924,756.41

Lebih terperinci

Anda layak terpilih menjadi Anggota Dewan dari Daerah Pemilihan Jember & Lumajang.

Anda layak terpilih menjadi Anggota Dewan dari Daerah Pemilihan Jember & Lumajang. Modal Calon Eksekutif & Legislatif Jember & Lumajang Gegapgempita dan hingar-bingar kampanye pemilu 2009 tengah berlangsung saat ini di seluruh penjuru Negara RI. Semua Caleg menunjukkan prestise mempublikasikan

Lebih terperinci

BUPATI JEMBRANA PERATURAN BUPATI JEMBRANA NOMOR 9 TAHUN 2014

BUPATI JEMBRANA PERATURAN BUPATI JEMBRANA NOMOR 9 TAHUN 2014 BUPATI JEMBRANA PERATURAN BUPATI JEMBRANA NOMOR 9 TAHUN 2014 TENTANG KEBIJAKAN AKUNTANSI PEMERINTAH KABUPATEN JEMBRANA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI JEMBRANA, Menimbang : a. bahwa sebagai tindak

Lebih terperinci

BUPATI TRENGGALEK PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI TRENGGALEK NOMOR 66 TAHUN 2014 TENTANG KEBIJAKAN AKUNTANSI PEMERINTAH KABUPATEN TRENGGALEK

BUPATI TRENGGALEK PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI TRENGGALEK NOMOR 66 TAHUN 2014 TENTANG KEBIJAKAN AKUNTANSI PEMERINTAH KABUPATEN TRENGGALEK BUPATI TRENGGALEK PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI TRENGGALEK NOMOR 66 TAHUN 2014 TENTANG KEBIJAKAN AKUNTANSI PEMERINTAH KABUPATEN TRENGGALEK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TRENGGALEK, Menimbang:

Lebih terperinci

2018, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2008 tentang Kementerian Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 166,

2018, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2008 tentang Kementerian Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 166, No.173, 2018 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENDAGRI. Reviu Atas Laporan Keuangan Pemerintah Daerah Berbasis Akrual. Pencabutan. PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2017

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN BLITAR LAPORAN REALISASI ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH UNTUK TAHUN YANG BERAKHIR SAMPAI DENGAN 31 DESEMBER 2014 DAN 2013

PEMERINTAH KABUPATEN BLITAR LAPORAN REALISASI ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH UNTUK TAHUN YANG BERAKHIR SAMPAI DENGAN 31 DESEMBER 2014 DAN 2013 LAMPIRAN I : PERATURAN DAERAH NOMOR : 1 TAHUN 2015 TANGGAL : 24 AGUSTUS 2015 PEMERINTAH KABUPATEN BLITAR LAPORAN REALISASI ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH UNTUK TAHUN YANG BERAKHIR SAMPAI DENGAN

Lebih terperinci

CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN (CALK) DINAS PENDIDIKAN KAB TEMANGGUNG 2014 BAB I PENDAHULUAN

CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN (CALK) DINAS PENDIDIKAN KAB TEMANGGUNG 2014 BAB I PENDAHULUAN 1 CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN (CALK) DINAS PENDIDIKAN KAB TEMANGGUNG 2014 BAB I PENDAHULUAN Berkaitan dengan pengelolaan keuangan daerah, Dinas Pendidikan Kabupaten Temanggung dalam penyusunan dan pelaksanaan

Lebih terperinci

BAB XV SISTEM AKUNTANSI LAPORAN KONSOLIDASIAN

BAB XV SISTEM AKUNTANSI LAPORAN KONSOLIDASIAN BAB XV SISTEM AKUNTANSI LAPORAN KONSOLIDASIAN A. UMUM Laporan keuangan konsolidasi adalah laporan keuangan gabungan dari seluruh laporan keuangan PPKD dan laporan keuangan SKPD menjadi satu laporan keuangan

Lebih terperinci

KEBIJAKAN AKUNTANSI NOMOR 05 LAPORAN ARUS KAS

KEBIJAKAN AKUNTANSI NOMOR 05 LAPORAN ARUS KAS LAMPIRAN VI PERATURAN BUPATI POLEWALI MANDAR NOMOR : 29 TAHUN 2014 TANGGAL : 27 OKTOBER 2014 KEBIJAKAN AKUNTANSI NOMOR 05 LAPORAN ARUS KAS Paragraf-paragraf yang ditulis dengan huruf tebal dan miring adalah

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN ACEH BARAT DAYA NERACA Per 31 Desember 2015 dan 2014

PEMERINTAH KABUPATEN ACEH BARAT DAYA NERACA Per 31 Desember 2015 dan 2014 A. NERACA NERACA Per 31 Desember 2015 dan 2014 Uraian Reff 2015 2014 ASET G.5.1.1 ASET LANCAR G.5.1.1.1 Kas di Kas Daerah G.5.1.1.1.1 135.348.133.135,77 93.099.242.994,09 Kas di Bendahara Pengeluaran G.5.1.1.1.2

Lebih terperinci

draft BUPATI PROBOLINGGO PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI PROBOLINGGO NOMOR : 87 TAHUN 2016 TENTANG SISTIM PROSEDUR AKUNTANSI PENDAPATAN DAERAH

draft BUPATI PROBOLINGGO PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI PROBOLINGGO NOMOR : 87 TAHUN 2016 TENTANG SISTIM PROSEDUR AKUNTANSI PENDAPATAN DAERAH SALINAN draft BUPATI PROBOLINGGO PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI PROBOLINGGO NOMOR : 87 TAHUN 2016 TENTANG SISTIM PROSEDUR AKUNTANSI PENDAPATAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PROBOLINGGO,

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENKEU. BLU. Laporan. Standar Akuntansi. Penyajian.

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENKEU. BLU. Laporan. Standar Akuntansi. Penyajian. No.1818, 2015 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENKEU. BLU. Laporan. Standar Akuntansi. Penyajian. PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 217/PMK.05/2015 TENTANG PERNYATAAN STANDAR AKUNTANSI

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN INDRAGIRI HULU NERACA Per 31 Desember 2015 dan 2014

PEMERINTAH KABUPATEN INDRAGIRI HULU NERACA Per 31 Desember 2015 dan 2014 PEMERINTAH KABUPATEN INDRAGIRI HULU NERACA Per 31 Desember 2015 dan 2014 URAIAN Cat. NERACA 2015 2014 1 2 3 4 ASET 5.5.1 ASET LANCAR 5.5.1.a Kas 5.5.1.a. 124,037,218,752.14 381,022,519,212.75 Kas di Kas

Lebih terperinci

STANDAR AKUNTANSI PEMERINTAHAN PERNYATAAN NO.

STANDAR AKUNTANSI PEMERINTAHAN PERNYATAAN NO. LAMPIRAN II.0 PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN 00 TANGGAL 1 JUNI 00 STANDAR AKUNTANSI PEMERINTAHAN PERNYATAAN NO. 0 LAPORAN ARUS KAS www.djpp.d DAFTAR ISI Paragraf PENDAHULUAN ------------------------------------------------------------------------

Lebih terperinci

BERITA DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

BERITA DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT 1 BERITA DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT NOMOR 34 TAHUN 2014 PERATURAN GUBERNUR NUSA TENGGARA BARAT NOMOR 34 TAHUN 2014 TENTANG SISTEM DAN PROSEDUR AKUNTANSI PEMERINTAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

Lebih terperinci

STANDAR AKUNTANSI PEMERINTAHAN BERBASIS AKRUAL PERNYATAAN NO. 03 LAPORAN ARUS KAS

STANDAR AKUNTANSI PEMERINTAHAN BERBASIS AKRUAL PERNYATAAN NO. 03 LAPORAN ARUS KAS STANDAR AKUNTANSI PEMERINTAHAN BERBASIS AKRUAL PERNYATAAN NO. 0 LAPORAN ARUS KAS KOMITE STANDAR AKUNTANSI PEMERINTAHAN DESEMBER 00 DAFTAR ISI Paragraf PENDAHULUAN --------------------------------------------------------------

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN BLITAR

PEMERINTAH KABUPATEN BLITAR 5.6 Penjelasan Pos-Pos Laporan Arus Kas Laporan Arus Kas menyajikan informasi arus penerimaan dan pengeluaran kas selama Tahun 2015 dan 2014 meliputi Arus Kas dari Aktivitas Operasi, Aktivitas Investasi,

Lebih terperinci

LAPORAN ARUS KAS STANDAR AKUNTANSI PEMERINTAHAN BERBASIS AKRUAL PERNYATAAN NO. 03 PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

LAPORAN ARUS KAS STANDAR AKUNTANSI PEMERINTAHAN BERBASIS AKRUAL PERNYATAAN NO. 03 PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA LAMPIRAN I.0 PERATURAN PEMERINTAH NOMOR TAHUN 00 TANGGAL OKTOBER 00 STANDAR AKUNTANSI PEMERINTAHAN BERBASIS AKRUAL PERNYATAAN NO. 0 LAPORAN ARUS KAS Lampiran I.0 PSAP 0 (i) DAFTAR ISI Paragraf PENDAHULUAN

Lebih terperinci

PEMERINTAH PROVINSI JAWA TIMUR LAPORAN REALISASI ANGGARAN UNTUK TAHUN YANG BERAKHIR SAMPAI DENGAN 31 DESEMBER 2015 DAN 2014

PEMERINTAH PROVINSI JAWA TIMUR LAPORAN REALISASI ANGGARAN UNTUK TAHUN YANG BERAKHIR SAMPAI DENGAN 31 DESEMBER 2015 DAN 2014 1. LAPORAN REALISASI ANGGARAN PEMERINTAH PROVINSI JAWA TIMUR LAPORAN REALISASI ANGGARAN UNTUK TAHUN YANG BERAKHIR SAMPAI DENGAN 31 DESEMBER 2015 DAN 2014 No. Uraian Anggaran Setelah Perubahan 2015 2014

Lebih terperinci

Selamat sore dan salam sejahtera bagi kita semua

Selamat sore dan salam sejahtera bagi kita semua SAMBUTAN DALAM RANGKA PENYAMPAIAN LAPORAN HASIL PEMERIKSAAN BADAN PEMERIKSA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA KEPADA DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN TOLIKARA, KABUPATEN SUPIORI DAN KABUPATEN MIMIKA

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KOTA BEKASI

LEMBARAN DAERAH KOTA BEKASI LEMBARAN DAERAH KOTA BEKASI NOMOR : 6 2017 SERI : A PERATURAN DAERAH KOTA BEKASI NOMOR 06 TAHUN 2017 TENTANG LAPORAN PERTANGGUNGJAWABAN PELAKSANAAN ANGGARANPENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH TAHUN ANGGARAN

Lebih terperinci

LAPORAN KEUANGAN 2014

LAPORAN KEUANGAN 2014 1. LAPORAN REALISASI ANGGARAN LAPORAN KEUANGAN 2014 PEMERINTAH PROVINSI SUMATERA SELATAN LAPORAN REALISASI ANGGARAN UNTUK TAHUN ANGGARAN YANG BERAKHIR TANGGAL 31 DESEMBER 2014 DAN 2013 (dalam rupiah) Uraian

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KABUPATEN MAJALENGKA NOMOR : 1 TAHUN 2014 BUPATI MAJALENGKA PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI MAJALENGKA NOMOR 1 TAHUN 2014

BERITA DAERAH KABUPATEN MAJALENGKA NOMOR : 1 TAHUN 2014 BUPATI MAJALENGKA PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI MAJALENGKA NOMOR 1 TAHUN 2014 BERITA DAERAH KABUPATEN MAJALENGKA SALINAN NOMOR : 1 TAHUN 2014 BUPATI MAJALENGKA PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI MAJALENGKA NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG KEBIJAKAN AKUNTANSI BERBASIS AKRUAL DI LINGKUNGAN

Lebih terperinci

GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 13 TAHUN 2018

GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 13 TAHUN 2018 GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 13 TAHUN 2018 TENTANG SISTEM AKUNTANSI BADAN LAYANAN UMUM DAERAH PADA UNIT PELAKSANA TEKNIS PENGELOLAAN AIR LIMBAH DINAS PEKERJAAN UMUM DAN PENATAAN RUANG GUBERNUR

Lebih terperinci

Anggaran Realisasi Realisasi Cat

Anggaran Realisasi Realisasi Cat PEMERINTAH KABUPATEN INDRAGIRI HULU LAPORAN REALISASI ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH Untuk Tahun yang Berakhir Sampai dengan 31 Desember 2016 dan 2015 Anggaran Realisasi Realisasi Uraian % Rasio

Lebih terperinci

BUPATI BENGKULU TENGAH

BUPATI BENGKULU TENGAH BUPATI BENGKULU TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN BENGKULU TENGAH NOMOR 14 TAHUN 2011 TENTANG PERTANGGUNGJAWABAN PELAKSANAAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH KABUPATEN BENGKULU TENGAH TAHUN ANGGARAN

Lebih terperinci

BADAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KEUANGAN KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

BADAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KEUANGAN KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA BADAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KEUANGAN KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA BADAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KEUANGAN KEMENTERIAN KEUANGAN RI Laporan Keuangan Untuk Periode Yang Berakhir 31 Desember

Lebih terperinci

BUPATI WONOSOBO PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN WONOSOBO NOMOR 4 TAHUN 2014

BUPATI WONOSOBO PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN WONOSOBO NOMOR 4 TAHUN 2014 BUPATI WONOSOBO PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN WONOSOBO NOMOR 4 TAHUN 2014 TENTANG PERTANGGUNGJAWABAN PELAKSANAAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH KABUPATEN WONOSOBO TAHUN ANGGARAN

Lebih terperinci

Laporan Keuangan Pemerintah Daerah. Teori, Praktik, dan Permasalahan

Laporan Keuangan Pemerintah Daerah. Teori, Praktik, dan Permasalahan Laporan Keuangan Pemerintah Daerah Teori, Praktik, dan Permasalahan Laporan Keuangan Pemerintah Daerah Teori, Praktik, dan Permasalahan Dr. H. Moermahadi S. Djanegara, SE, Ak, MM,,CA, CPA KESATUAN PRESS

Lebih terperinci

PENJELASAN SINGKAT MODUL PERTANGGUNGJAWABAN (SIPKD R4) oleh Hadi Wiratmono pada 05 Juli 2010 jam 18:23

PENJELASAN SINGKAT MODUL PERTANGGUNGJAWABAN (SIPKD R4) oleh Hadi Wiratmono pada 05 Juli 2010 jam 18:23 PENJELASAN SINGKAT MODUL PERTANGGUNGJAWABAN (SIPKD R4) oleh Hadi Wiratmono pada 05 Juli 2010 jam 18:23 1. HUBUNGAN ANTAR MODUL Untuk menggunakan modul pertanggungjawaban, terlebih dahulu kita pastikan

Lebih terperinci

PERATURAN GUBERNUR KALIMANTAN SELATAN NOMOR 029 TAHUN 2014 TENTANG KEBIJAKAN AKUNTANSI PEMERINTAH DAERAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN BERBASIS AKRUAL

PERATURAN GUBERNUR KALIMANTAN SELATAN NOMOR 029 TAHUN 2014 TENTANG KEBIJAKAN AKUNTANSI PEMERINTAH DAERAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN BERBASIS AKRUAL PERATURAN GUBERNUR KALIMANTAN SELATAN NOMOR 029 TAHUN 2014 TENTANG KEBIJAKAN AKUNTANSI PEMERINTAH DAERAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN BERBASIS AKRUAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR KALIMANTAN

Lebih terperinci

Pelaksanaan teknik penelusuran angka dapat dilakukan dengan beberapa tahapan sebagai berikut:

Pelaksanaan teknik penelusuran angka dapat dilakukan dengan beberapa tahapan sebagai berikut: 23 B. TEKNIK PENELUSURAN ANGKA Dalam melaksanakan reviu, tim reviu perlu menelusuri angka-angka yang disajikan dalam laporan keuangan ke buku atau catatan-catatan yang digunakan untuk meyakini bahwa angka-angka

Lebih terperinci

3(0(5,17$+.$%83$7(1 +8/8 681*$, 87$5$ 7$+81

3(0(5,17$+.$%83$7(1 +8/8 681*$, 87$5$ 7$+81 /$325$1.(8$1*$1 3(0(5,17$+.$%83$7(1 +8/8 681*$, 87$5$ 7$+81 $8',7(' D / ϮϬϭϲ BUPATI HULU SUNGAI UTARA KATA PENGANTAR Dengan memanjatkan puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Kuasa, kami atas nama Pemerintah

Lebih terperinci

WALIKOTA LANGSA PERATURAN WALIKOTA LANGSA NOMOR 21 TAHUN 2014 TENTANG SISTEM AKUNTANSI PEMERINTAH KOTA LANGSA BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM

WALIKOTA LANGSA PERATURAN WALIKOTA LANGSA NOMOR 21 TAHUN 2014 TENTANG SISTEM AKUNTANSI PEMERINTAH KOTA LANGSA BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM SALINAN WALIKOTA LANGSA PERATURAN WALIKOTA LANGSA NOMOR 21 TAHUN 2014 TENTANG SISTEM AKUNTANSI PEMERINTAH KOTA LANGSA BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DENGAN RAHMAT ALLAH YANG MAHA KUASA WALIKOTA LANGSA, Menimbang

Lebih terperinci

WALIKOTA MAGELANG PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KOTA MAGELANG NOMOR 2 TAHUN 2016 TENTANG

WALIKOTA MAGELANG PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KOTA MAGELANG NOMOR 2 TAHUN 2016 TENTANG WALIKOTA MAGELANG PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KOTA MAGELANG NOMOR 2 TAHUN 2016 TENTANG PERTANGGUNGJAWABAN PELAKSANAAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH TAHUN ANGGARAN 2015 DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

STANDAR REVIU LAPORAN KEUANGAN PEMERINTAH DAERAH

STANDAR REVIU LAPORAN KEUANGAN PEMERINTAH DAERAH LAMPI RAN PERATURAN MENTER! KEUANGAN NOMOR 8 / PMK09 /.2:015 TENTANG STANDAR REVJU ATAS LAPORAN KEUANGAN PEMERINTAH DAERAH MENTEHII

Lebih terperinci

PEMERIKSAAN ATAS LAPORAN KEUANGAN PEMERINTAH KABUPATEN KOTA... TAHUN ANGGARAN 2015

PEMERIKSAAN ATAS LAPORAN KEUANGAN PEMERINTAH KABUPATEN KOTA... TAHUN ANGGARAN 2015 PEMERIKSAAN ATAS LAPORAN KEUANGAN PEMERINTAH KABUPATEN KOTA... TAHUN ANGGARAN 2015 a. ANALISIS VERTIKAL 1) Analisis vertikal dalam LRA SiLPA tahun berjalan harus sama dengan total pendapatan dikurangi

Lebih terperinci

-1- CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN

-1- CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN -1- LAMPIRAN IX PERATURAN BUPATI TANGERANG NOMOR 75 TAHUN 2017 TENTANG KEBIJAKAN AKUNTANSI PEMERINTAH KABUPATEN TANGERANG CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN A. PENDAHULUAN 1. Tujuan Tujuan kebijakan akuntansi

Lebih terperinci

BERITA DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

BERITA DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT BERITA DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT NOMOR 33 TAHUN 2014 PERATURAN GUBERNUR NUSA TENGGARA BARAT NOMOR 33 TAHUN 2014 TENTANG KEBIJAKAN AKUNTANSI PEMERINTAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

Pelaksanaan teknik penelusuran angka dapat dilakukan dengan beberapa tahapan sebagai berikut:

Pelaksanaan teknik penelusuran angka dapat dilakukan dengan beberapa tahapan sebagai berikut: 23 B. TEKNIK PENELUSURAN ANGKA Dalam melaksanakan reviu, tim reviu perlu menelusuri angka-angka yang disajikan dalam laporan keuangan ke buku atau catatan-catatan yang digunakan untuk meyakini bahwa angka-angka

Lebih terperinci