BAB I PENDAHULUAN. mencapai kegiatan operasional yang lebih efisien dan efektif ( Ali dan Green,

Transkripsi

1 1 BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Penelitian Perkembangan teknologi Informasi ( TI) telah banyak mempengaruhi organisasi dalam melakukan aktivitasnya. Manfaat yang diberikan oleh TI juga telah menarik organisasi di sektor publik, khususnya organisasi pemerintah, untuk mencapai kegiatan operasional yang lebih efisien dan efektif ( Ali dan Green, 2007). Penerapan TI pada organisasi pemerintah juga merupakan upaya pemerintah untuk meningkatkan pelayanan kepada masyarakat sehingga dapat meningkatkan peran masyarakat dalam pemerintahan dan dapat meningkatkan kepercayaan masyarakat ( Tolbert dan Mossberger, 2006; Marche dan Mcniven, 2003). Hasil dari penelitian yang dilakukan oleh Tolbert dan Mossberger (2006) menunjukkan bahwa penerapan TI, khususnya internet, di sektor publik telah berdampak pada peningkatan persepsi transparansi, efektivitas, respon, dan aksesbilitas terhadap pemerintah tingkat federal. Untuk pemerintah tingkat state, penerapan TI meningkatkan persepsi pengguna hanya pada respon pemerintah, sedangkan peningkatan persepsi aksesbilitas dan respon terjadi hanya pada pemerintah tingkat local, yang berakibat pada meningkatnya trust terhadap pemerintah tingkat local. Dengan menerapkan TI, organisasi pemerintah dapat merubah bentuk pelayanannya sehingga dapat menghasilkan nilai dalam transparansi dan

2 2 akuntabilitas (Marche dan Mcniven, 2003). Secara lebih dalam, penelitian Marche dan Mcniven (2003) menjelaskan hubungan penerapan teknologi dalam kegiatan pemerintahan ( e-government) sebagai bentuk mediasi antara masyarakat dan pemerintah. Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa penerapan teknologi dalam pemerintahan masih berpusat pada e-government dan belum mengarah pada e-governance. Hal ini berarti bahwa penerapan TI di pemerintah belum dapat memediasi keterlibatan masyarakat dalam pemerintahan dan penerapan TI masih berpusat pada pelaksanaan pelayanan masyarakat. Penerapan TI di sektor publik telah memberi manfaat bagi organisasi pemerintah atau masyarakat, namun dalam penerapan TI di sektor publik dimungkinkan terjadinya kegagalan. Berdasarkan penelitian di New Zealand, yang dilakukan oleh Goldfinch (2007), menunjukkan bahwa 38% proyek sistem di pemerintah berhasil, 59% bermasalah, dan 3% gagal atau dibatalkan. Hal ini menunjukkan bahwa penerapan sistem di organisasi sektor publik perlu lebih hatihati karena adanya benturan kepentingan antara birokrasi, manajerial, dan programmer. Kegagalan penerapan TI di sektor publik menunjukkan kurangnya literature penerapan TI pada sektor publik ( Goldfinch, 2007; Wanyama dan Zheng, 2011). Goldfinch (2007) menyarankan bahwa organisasi sektor publik perlu sangat hati-hati dalam menerapkan TI. Beberapa kegagalan penerapan sistem informasi yang berbasis pada TI, antara lain disebabkan oleh: teknologi yang tidak kompatibel, kurangnya pengetahuan dan pelatihan, kurangnya kemampuan manajemen, proses yang kurang terintegrasi, benturan budaya,

3 3 benturan struktur manajemen, kurangnya koordinasi sistem, politik, lingkungan. Penyebab kegagalan tersebut dapat dikelompokkan, yaitu: kegagalan proyek, kegagalan sistem, kegagalan pengguna. Dalam pengembangan sistem informasi di sektor publik, organisasi sektor publik lebih banyak menyerahkan pengembangan sistemnya pada pihak luar dari pada mengembangkan sendiri ( in-house) (Goldfinch, 2007). Permasalahan yang timbul dari pengembangan sistem yang berbasis TI di sektor publik adalah pengawasan/kontrol yang lemah atau tidak efektif, yang timbul dari kompleksitas masalah yang tinggi, perubahan lingkungan, kemampuan sumber daya manusia. Pengawasan yang efektif terhadap pengembangan sistem dan pencapaian kepuasan pengguna sistem akan mencegah kegagalan sistem yang dapat menimbulkan kerugian (Goldfinch, 2007; Yoon dan Im, 2005 ). Oleh karena itu, Goldfinch (2007) menyatakan bahwa organisasi pemerintah perlu hati-hati dalam menerapkan TI. Dalam menerapkan sistem informasi yang berbasis pada TI Pemerintah Daerah Daerah Istimewa Yogyakarta ( Pemda DIY) menggunakan Sistem Informasi Pengelolaan Keuangan Daerah (S IPKD). SIPKD adalah sistem yang dikembangkan oleh PT. USADI (provider) untuk pengelolaan keuangan pemerintah daerah agar sesuai dengan aturan Pemerintah Pusat. Dalam situs web PT. USADI ( dijelaskan bahwa SIPKD merupakan serangkaian aplikasi terpadu yang digunakan untuk meningkatkan efektifitas penerapan berbagai regulasi di bidang pengelolaan keuangan daerah dengan asas efisiensi, efektif, transparan, akuntabel, dan auditable.

4 4 SIPKD merupakan sistem yang dibangun menggunakan konsep ERP (enterprise resource planning), yang mengintegrasikan data base pemerintah kabupaten/kota dengan data base pemerintah provinsi, baik secara online atau offline. Dengan integrasi tersebut pemerintah daerah dapat dengan cepat memberikan laporan pengelolaan keuangan daerah kepada pemerintah pusat. SIPKD terdiri dari modul utama, yaitu: modul perencanaan, penganggaran, pertanggungjawaban, pelaksanaan dan tata usaha. Selain modul utama, terdapat modul pendukung lain, yaitu: modul gaji, aset, piutang dan pinjaman. Penerapan SIPKD merupakan bentuk usaha penerapan Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010 tentang Standar Akuntansi Pemerintah yang akan benar-benar diterapkan pada tahun Sekarang ini telah terdapat 171 daerah yang menerapkan SIPKD. Penerapan SIPKD oleh pemerintah daerah sekarang ini masih merupakan pilot project dari Kementrian Dalam Negeri (Kemendagri), sehingga masih hanya 171 daerah yang menerapkan SIPKD. Pada akhirnya semua pemerintah daerah diharapkan dapat menerapkan SIPKD ini ( Dari 171 daerah yang telah menggunakan SIPKD, Pemerintah Daerah Daerah Istimewa Yogyakarta ( Pemda DIY) merupakan salah satu pemda yang dipilih oleh Kemendagri sebagai pilot project. Penerapan SIPKD di Pemda DIY telah berlangsung selama 5 tahun. Penerapan SIPKD di Pemda DIY dimulai dari Pemerintah Kota Yogyakarta (Pemkot Yogyakarta) dan belum dilakukan evaluasi. Evaluasi penerapan SIPKD perlu dilakukan untuk mencapai kesuksesan dalam penerapannya.

5 5 Selama 5 tahun penerapan SIPKD, beberapa permasalahan masih dirasakan oleh para pengguna SIPKD. Perubahan cara kerja dari sistem manual menjadi sistem yang berbasis pada teknologi informasi membuat para petugas tidak mudah melakukan koreksi jika terjadi kesalahan. Keluhan terhadap layanan/fitur SIPKD dirasakan membatasi dan merepotkan pengguna SIPKD. Lamanya penanganan permasalahan yang timbul dari sistem merupakan permasalahan lain yang dihadapi pengguna SIPKD. Permasalahan dengan output/hasil SIPKD dirasakan masih ada yang kurang untuk mendukung bentuk pelaporan kegiatan diluar anggaran, sehingga masih dilakukan penyesuaian secara manual. Dari semua keluhan akibat permasalahan yang muncul, diduga disebabkan oleh penerapan SIPKD yang kurang sesuai dengan harapan penggunanya. Teori disonansi kognitif menjelaskan bahwa ketidaksesuaian harapan dengan kenyataan/kebutuhan dapat menimbulkan persepsi negatif yang berakibat penurunan kinerja. Selain itu, teori konfirmasi harapan juga menjelaskan bahwa kesesuaian harapan dengan kebutuhan akan menciptakan kepuasan yang akan berdampak positif bagi pada penerapan sistem. Dengan demikian, pemenuhan harapan dari pengguna sistem merupakan faktor yang penting untuk menciptakan kepuasan pengguna sistem yang akan berdampak pada kesuksesan penerapan suatu sistem (Fisher, 2001). Dari permasalahan yang terjadi, penelitian ini akan mengevaluasi kesuksesan penerapan SIPKD di Pemkot Yogyakarta dengan menggunakan model kesuksesan sistem dari DeLone dan McLean (2003). Dasar evaluasi dalam penelitian ini didasarkan pada asumsi bahwa pengguna SIPKD adalah rasional.

6 6 Hal itu berarti, pertama adalah apa yang ditulis dalam kuisioner merupakan refleksi dari pengalaman dalam menggunakan SIPKD sehingga dengan kuisioner yang diajukan dapat mengevaluasi penerapan SIPKD. Kedua adalah apa yang diharapkan orang dalam penelitian ini merupakan keinginan yang ingin dicapai atau diperoleh oleh orang tersebut. Dengan mengevaluasi penerapan SIPKD diharapkan penelitian ini dapat memberikan manfaat bagi Pemkot Yogyakarta untuk melakukan penilaian terhadap SIPKD dan memberikan masukan bagi PT. USADI untuk memperbaiki serta meningkatkan kualitas sistem dan layanan. I.2 Rumusan Masalah SIPKD merupakan sistem yang dibuat untuk memfasilitasi pemerintah daerah (pemda) dalam mengelola keuangan daerah dan pertanggungjawabannya. Kemendagri telah menyarankan penerapan SIPKD ini dan telah menetapkan beberapa daerah (salah satunya adalah Provinsi DIY) sebagai pilot project untuk sistem ini dapat diterapkan secara nasional. Dalam penerapan SIPKD di Pemkot Yogyakarta masih terdapat beberapa kendala. Kendala dalam sistem antara lain yaitu fitur-fitur pengendalian masih dikeluhkan pengguna karena terkesan membatasi dan merepotkan para pengguna. Masalah lain terjadi karena sistem tidak memfasilitasi pelaporan kegiatan diluar anggaran. Kendala dalam sistem menyebabkan hasil/output dari sistem tidak tepat memberikan informasi dan tidak seusai dengan kebutuhan. Hal ini menyebabkan pengguna harus mengedit laporan secara manual. Kendala dalam pelayanan terhadap pengguna sistem adalah terkait waktu proses dan penyelesaian

7 7 permasalahan teknis pada sistem yang memerlukan waktu penyelesaian yang lama jika terjadi salah input data atau masalah yang lain. Berdasar pada kendala yang terjadi pada sistem, output sistem, dan layanan terhadap pengguna sistem, maka dalam penelitian ini akan menggunakan model kesuksesan yang dibuat oleh DeLone dan McLean (2003) untuk mengevaluasi penerapan SIPKD. DeLone dan McLean (2003) telah membangun model kesuksesan sistem yang dapat digunakan untuk menilai faktor-faktor yang mempengaruhi kesuksesan suatu sistem yaitu kualitas informasi, kualitas sistem, kualitas layanan, penggunaan sistem, kepuasan pengguna. Peran kualitas sistem, informasi (output) yang dihasilkan sistem, dan layanan terhadap pengguna, akan mempengaruhi kepuasan pengguna dan penggunaan sistem, yang pada akhirnya akan mempengaruhi seberapa besar manfaat (net benefit) yang diperoleh dari sistem yang digunakan. Semakin besar net benefit maka penerapan sistem semakin berhasil. I.3 Pertanyaan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah dalam penelitian ini, maka pertanyaan penelitian dari penelitian ini adalah: faktor-faktor apa yang mempengaruhi kesuksesan penerapan SIPKD di Pemkot Yogyakarta? I.4 Tujuan Penelitian Evaluasi perlu dilakukan terhadap sistem yang diterapkan sehingga diperoleh kepuasan pengguna sistem yang akan berdampak pada kesuksesan sistem. Pada tahap pilot project ini, tanggapan atau evaluasi terhadap suatu sistem perlu dilakukan untuk menghidarkan organisasi dari kegagalan penerapan sistem

8 8 (Yoon dan Im, 2005; Goldfinch, 2007). Dengan demikian tujuan dari penelitian ini adalah mengevaluasi penerapan SIPKD di Pemkot DIY dengan menguji secara empiris faktor-faktor yang mempengaruhi kesuksesan penerapan SIPKD. I.5 Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat, yaitu: a. Bagi Pemkot Yogyakarta. Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat membantu Pemkot DIY untuk dapat mengevaluasi faktor-faktor apa yang mempengaruhi kesuksesan penerapan SIPKD, sehingga Pemkot DIY dapat melakukan penilaian terhadap SIPKD dan memberikan masukan kepada PT. USADI mengenai apa yang kurang dalam sistem ini. b. Bagi PT. USADI. Dari hasil penelitian ini, PT. USADI diharapkan dapat meningkatkan kualitas layanan bagi pengguna SIPKD. c. Bagi Kementrian Dalam Negeri. Hasil penelitian ini dapat menjadi evaluasi dan masukan terhadap penerapan SIPKD. I.6 Metodologi Penelitian Penelitian ini menggunakan teknik survei dalam pengumpulan data. Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer berupa data yang diperoleh secara langsung dari pengguna SIPKD di Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) yang ada di Pemkot DIY. Teknik pengumpulan data melalui

9 9 kuesioner yang dikirimkan yang diberikan langsung kepada pengguna (operator/petugas) SIPKD yang terdapat di setiap SKPD. Teknik pengambilan sampel adalah non probability sampling dengan teknik metode purposive sampling. Pengambilan purposive sampling dilakukan dengan mengambil sampel dari populasi berdasarkan kriteria tertentu. Dalam penelitian ini, kriteria yang digunakan adalah orang yang menggunakan SIPKD. Adapun untuk metode analisa yang digunakan adalah dengan Partial Least Square (PLS). I.7 Sistematika Penulisan Penelitian ini disusun berdasarkan sistematika penulisan sebagai berikut: Bab I: PENDAHULUAN Pada bab ini dibahas tentang latar belakang, rumusan masalah, pertanyaan penelitian, tujuan penelitian, manfaat penelitian dan sistematika penulisan. Bab II: TINJAUAN PUSTAKA Pada bab ini dibahas tentang landasan teori yang berkaitan dengan riset yang dilakukan, pengembangan hipotesis, dan pembahasan rerangka berpikir dalam penelitian ini. Bab III: METODA PENELITIAN Pada bab ini dibahas tentang populasi dan sampel penelitian, teknik pengumpulan data, serta pembahasan teknik yang akan digunakan dalam melakukan analisa data.

10 10 Bab IV: ANALISIS DATA Pada bab ini dibahas tentang gambaran umum responden, hasil pengujian hipotesis dan analisa hasil penelitian. Bab V: SIMPULAN DAN SARAN Pada bab ini dibahas tentang implikasi dan keterbatasan dari penelitian serta saran-saran perbaikan untuk penelitian selanjutnya.