BANDUNG - JAWA BARAT RENCANA STRATEGIS BALAI BESAR KSDA JAWA BARAT TAHUN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BANDUNG - JAWA BARAT RENCANA STRATEGIS BALAI BESAR KSDA JAWA BARAT TAHUN"

Transkripsi

1 KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN DIREKTORAT JENDERAL KONSERVASI SUMBER DAYA ALAM DAN EKOSISTEM BALAI BESAR KONSERVASI SUMBER DAYA ALAM JAWA BARAT Jl. Gedebage Selatan No. 117 Rancasari Telp Fax BANDUNG - JAWA BARAT RENCANA STRATEGIS BALAI BESAR KSDA JAWA BARAT TAHUN

2 BANDUNG, DESEMBER 2015 DIPA 029 TAHUN ANGGARAN 2015

3 KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN DIREKTORAT JENDERAL KONSERVASI SUMBER DAYA ALAM DAN EKOSISTEM BALAI BESAR KONSERVASI SUMBER DAYA ALAM JAWA BARAT Alamat : Jl. Gede Bage Selatan No. 117 Rancasari Telp. / Fax. (022) Bandung RENCANA STRATEGIS BALAI BESAR KONSERVASI SUMBER DAYA ALAM JAWA BARAT TAHUN BANDUNG, DESEMBER 2015

4

5

6

7 KATA PENGANTAR Dokumen Rencana Strategis (Renstra) Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam Jawa Barat (Balai Besar KSDA Jawa Barat) disusun, menandai berakhirnya periode Pembangunan Jangka Menegah Tahap II ( ) dan menyambut Tahap III ( ). Keberhasilan Pembangunan Jangka Menegah Tahap II dapat menjadi modal dan pijakan yang mantap untuk meneruskan pembangunan selanjutnya. Semoga apa yang telah dicapai menjadi penanda yang dapat kita petik untuk dijadikan pelajaran apa yang akan kita lakukan lima tahun mendatang. Sejak penggabungan antara Kementerian Kehutanan dan Kementerian Lingkungan Hidup menjadi Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, maka terjadi reorganisasi dalam tubuh kementerian. Balai Besar KSDA Jawa Barat yang selama ini melaksanakan satu program yaitu Perlindungan Hutan dan Konservasi Sumber Daya Alam maka sejak reorganisasi ini mengemban 3 program yaitu Program Konservasi Sumber Dalam Alam dan Ekosistem, Program Penegakan Hukum Lingkungan Hidup dan Kehutanan serta Program Pengendalian Perubahan Iklim. Hal ini disebabkan ada tugas fungsi Direktorat Konservasi Sumber Daya Alam dan Ekosistem (ex. Direktorat Jenderal Perlindungan Hutan dan Konservasi Alam) yaitu Penyidikan dan Perlindungan Hutan yang setelah penggabungan kementerian masuk ke Direktorat Jenderal Penegakan Hukum Lingkungan Hidup dan Kehutanan, serta tugas fungsi Direktorat Pengendalian Kebakaran Hutan menjadi satu dengan Direktorat Jenderal Pengendalian Perubahan Iklim. Renstra Balai Besar KSDA Jawa Barat ini telah mengacu pada Renstra Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan Tahun serta baru mengacu pada Rencana Strategis Direktorat Jenderal Konservasi Sumber Daya ALam dan Ekosistem (Ditjen KSDAE) karena sampai saat dokumen selesai disusun, Renstra Direktorat Jenderal Penegakan Hukum Lingkungan Hidup dan Kehutanan (Ditjen PHLHK) serta Direktorat Pengendalian Perubahan Iklim (Ditjen PPI) belum diterbitkan. Disadari bahwa Dokumen Renstra ini masih belum sempurna, karena perubahan kebijakan dan restrukturisasi organisasi dampak penggabungan Kementerian Kehutanan dan Kementerian Lingkungan Hidup yang sampai saat ini masih dalam proses pembahasan. Rencana Strategis BBKSDA Jabar i

8 Kepada para pihak yang telah berpartisipasi dalam penyusunan dokumen perencanaan tahunan ini kami sampaikan ucapan terima kasih dan penghargaan atas kesediaannya meluangkan waktu, tenaga dan pemikiran. Bandung, Desember 2015 Kepala Balai Besar, Dr. Ir. Sylvana Ratina, M.Si NIP Rencana Strategis BBKSDA Jabar ii

9 DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... i DAFTAR ISI... iii DAFTAR TABEL... v DAFTAR GAMBAR... vi RINGKASAN EKSEKUTIF... vii BAB I. PENDAHULUAN... 1 A. Kondisi Umum Kelembagaan Kawasan Konservasi Keanekaragaman Hayati dan Jasa Lingkungan Sumber Daya Manusia Sarana Prasarana... 6 B. Pencapaian Renstra Kejadian konflik dan tekanan terhadap kawasan konservasi menurun 1% Pengelolaan eksosistem esensial sebagai daerah penyangga meningkat 2% Pendapatan masyarakat sekitar kawasan konservasi meningkat 6% Populasi jenis terancam punah meningkat sesuai ketersediaan habitat sebesar 0,6% Penangkaran dan pemanfaatan keanekaragaman hayati meningkat sebesar 1% Kasus tindak pidana kehutanan tahun berjalan dapat terselesaikan sebesar 15% Tunggakan kasus tindak pidana kehutanan dapat terselesaikan sebesar 5% Rencana Strategis BBKSDA Jabar iii

10 8. Terselesaikannya kasus perambahan hutan konservasi sebesar 4% Menurunnya kawasan hutan konservasi yang terbakar sebesar 10% Meningkatnya pengusahaan pariwisata alam yang diikuti dengan peningkatan PNBP sebesar 20% Meningkatnya peran serta Kader Konservasi, Kelompok Pecinta Alam, dan Kelompok Swadaya Masyarakat sebesar 2% Meningkatnya pengembangan promosi, informasi dan jasa lingkungan sebanyak 1 Kegiatan Meningkatnya kapasitas kelembagaan dengan klasifikasi lengkap Tersusunnya program dan anggaran serta laporan evaluasi dan keuangan Meningkatnya Profesionalisme Tenaga Fungsional POLHUT, PEH, dan Penyuluh Kehutanan BAB II. VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN A. Visi, Misi dan Tujuan B. Sasaran BAB III. ARAH KEBIJAKAN DAN STRATEGI A. Arah Kebijakan Pembangunan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan B. Arah Kebijakan Pembangunan Bidang KSDAE BAB IV. TARGET KINERJA DAN KERANGKA PENDANAAN A. Target Kinerja B. Kerangka Pendanaan C. Partisipasi dan Kerjasama Para Pihak BAB V. PENUTUP Rencana Strategis BBKSDA Jabar iv

11 DAFTAR TABEL Tabel 1 : Nama, Luas, dan Lokasi Kawasan Konservasi... 3 Tabel 2 : Jenis Aset yang dimiliki BBKSDA Jawa barat s/d 31 Desember Tabel 3 : Kawasan Ekosistem Esensial lingkup Balai Besar KSDA Jabar Tabel 4 : Hasil Monev Pendapatan Masyarakat Tabel 5 : Estimasi Populasi Owa Jawa dan Elang Jawa Tahun Tabel 6 : Penanganan Kasus Pelanggaran Kehutanan Tahun Tabel 7 : Data Kejadian Kebakaran Hutan Tahun 2011 s/d 2014 di Kawasan Konservasi Lingkup Balai Besar KSDA Jawa Barat Tabel 8 : Indikator Kinerja Program Konservasi Sumber Daya Alam dan Ekosistem Tabel 9 : Indikator Kinerja dan Target Kegiatan Pengembangan Konservasi Sumber Daya Alam dan Ekosistem Tahun Pada Balai Besar KSDA Jawa Barat Tabel 10 : Perkiraan Kebutuhan anggaran dalam rangka pelaksanaan rencana strategis Tahun Pada Balai Besar KSDA Jawa Barat Rencana Strategis BBKSDA Jabar v

12 DAFTAR GAMBAR Gambar 1 : Struktur Organisasi Balai Besar KSDA Jabar... 3 Gambar 2 : Tren Jumlah Penangkar Lingkup Balai Besar KSDA Jabar Gambar 3 : Luas Kawasan terbakar tahun Lingkup Balai Besar KSDA Jabar.. 21 Gambar 4 : Tren Kenaikan PNBP tahun Lingkup Balai Besar KSDA Jabar Gambar 5 : Formulasi Strategi dengan Analisa SWOT Gambar 6 : Visi Misi Pembangunan Nasional dan Nawacita Gambar 7 : Upaya Pokok dan Tujuan Pembangunan BIdang KSDAE Gambar 8 : Milestone Capaian Sasaran Program KSDAE Rencana Strategis BBKSDA Jabar vi

13 RINGKASAN EKSEKUTIF Sasaran Rencana Strategis Balai Besar KSDA Jawa Barat tahun adalah tercapainya penurunan konflik dan tekanan terhadap kawasan konservasi (CA, SM, TWA) sebanyak 5 %, tercapainya peningkatan populasi species prioritas utama terancam punah (Elang Jawa, dan Owa Jawa) sebesar 3 % dari baseline data sesuai kondisi biologis dan ketersediaan habitat, terselesaikannya kasus baru tindak pidana kehutanan/tipihut (illegal logging, perambahan, perdagangan TSL ilegal, penambangan ilegal, kebakaran hutan) pada tahun berjalan minimal sebesar 75 %, tercapainya penurunan luas kawasan konservasi yang terbakar sebesar 10% setiap tahun, tercapainya peningkatan pengusahaan pariwisata alam sebesar 60 % dibanding tahun 2008, dan tercapainya tertib dukumen anggaran dan pelaporan 10 dokumen/judul per tahun. Sampai dengan akhir periode Renstra , realisasai capaian kinerja masing-masing sasaran strategis adalah : 1. Penurunan konflik dan tekanan terhadap kawasan konservasi (CA, SM, TWA) sebesar 81,33 %; 2. Peningkatan populasi species prioritas utama terancam punah (Elang Jawa dan Owa Jawa ) sebesar 139,79 %; 3. Kasus baru tindak pidana kehutanan/tipihut (illegal logging, perambahan, perdagangan TSL ilegal, penambangan ilegal, kebakaran hutan) pada tahun berjalan terselesaikan berturut-turut sebesar 100 %, 100 %, 43,85 %, 100 % dan 100 %; 4. Penurunan luas kawasan konservasi yang terbakar berturut-turut sebesar 100%, 0 %, - 156,58 %, 2679,58 %, ,67 %; 5. Peningkatan pengusahaan pariwisata alam sebesar 100 %; 6. Tertib dukumen anggaran dan pelaporan sebesar 10 dokumen/judul per tahun. Capaian kinerja tersebut menunjukkan bahwa dari keenam target sasaran strategis yang ditetapkan, lima target sasaran strategis dapat tercapai. Adapun target sasaran strategis yang tidak tecapai adalah tercapainya penurunan luas kawasan konservasi yang terbakar. Sejak penggabungan antara Kementerian Kehutanan dan Kementerian Lingkungan Hidup menjadi Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, maka terjadi reorganisasi dalam tubuh kementerian. BBKSDA Jawa Barat yang selama ini melaksanakan satu program Rencana Strategis BBKSDA Jabar vii

14 yaitu Perlindungan Hutan dan Konservasi Sumber Daya Alam maka sejak reorganisasi ini mengemban 3 program yaitu Program Konservasi Sumber Dalam Alam dan Ekosistem, Program Penegakan Hukum Lingkungan Hidup dan Kehutanan serta Program Pengendalian Perubahan Iklim. Hal ini disebabkan ada tugas fungsi Direktorat Konservasi Sumber Daya Alam dan Ekosistem (ex. Direktorat Jenderal Perlindungan Hutan dan Konservasi Alam ) yaitu Penyidikan dan Perlindungan Hutan yang setelah penggabungan kementerian masuk ke Direktorat Jenderal Penegakan Hukum Lingkungan Hidup dan Kehutanan, serta tugas fungsi Direktorat Pengendalian Kebakaran Hutan menjadi satu dengan Direktorat Jenderal Pengendalian Perubahan Iklim. Renstra Balai Besar KSDA Jawa Barat ini telah mengacu pada Renstra Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan Tahun serta baru mengacu pada Rencana Strategis Direktorat Jenderal Konservasi Sumber Daya ALam dan Ekosistem (Ditjen KSDAE) karena sampai saat dokumen selesai disusun, Renstra Direktorat Jenderal Penegakan Hukum Lingkungan Hidup dan Kehutanan (Ditjen PHLHK) serta Direktorat Pengendalian Perubahan Iklim (Ditjen PPI) belum diterbitkan. Balai Besar KSDA Jabar menetapkan Indikator Kinerja Kegiatan (IKK) sebagai acuan pelaksanaan kegiatan. Penetapan IKK mengacu pada IKK ditetapkan Ditjen KSDAE dan disesuaikan dengan potensi dan permasalahan pada BBKSDA Jabar menggunakan analisis SWOT. Indikator Kinerja Kegiatan (IKK) Tahun sebagai berikut : 1. Jumlah dokumen perencanaan penataan kawasan konservasi yang tersusun dan mendapat pengesahan sebanyak 10 Dokumen Blok. 2. Jumlah rekomendasi hasil evaluasi kesesuaian fungsi Kawasan konservasi untuk 6 unit KSA, KPA dan TB. 3. Jumlah paket data dan informasi kawasan konservasi yang valid dan reliable pada 50 KSA, KPA dan TB. 4. Jumlah KPHK pada kawasan konservasi non taman nasional yang terbentuk sebanyak 9 Unit KPHK. 5. Jumlah kerjasama pembangunan strategis dan kerjasama penguatan fungsi pada kawasan konservasi sebanyak 10 PKS. 6. Jumlah kawasan konservasi yang ditingkatkan efektivitas pengelolaannya hingga memperoleh nilai indeks METT minimal 70 poin pada minimal 24 unit KSA, KPA dan TB di Wilayah BBKSDA Jabar. Rencana Strategis BBKSDA Jabar viii

15 7. Jumlah dokumen perencanaan pengelolaan kawasan konservasi yang tersusun dan mendapat pengesahan sebanyak 10 Dokumen Rencana Pengelolaan. 8. Luas kawasan konservasi terdegradasi yang dipulihkan kondisi ekosistemnya seluas 1300 Ha. 9. Jumlah desa di daerah penyangga kawasan konservasi yang dibina sebanyak 2 Desa selama 5 tahun. 10. Jumlah KPHK pada kawasan konservasi non taman nasional yang beroperasi 9 Unit. 11. Jumlah pelaksanaan kegiatan perlindungan dan pengamanan kawasan konservasi di 2 Provinsi. 12. Persentase peningkatan populasi 25 jenis satwa terancam punah prioritas sesuai The IUCN Red List of Threatened Species sebesar 10% sesuai baseline data tahun Jumlah penambahan jenis satwa liar dan tumbuhan alam yang dikembangbiakkan pada lembaga konservasi sebanyak 10 spesies dari baseline tahun Besaran PNBP dari hasil pemanfaatan satwa liar dan tumbuhan alam sebesar Rp 0,5 M. 15. Jumlah ketersediaan data dan informasi sebaran keanekaragaman spesies dan genetik yang valid dan reliable pada 1 wilayah biogeografi. 16. Jumlah unit pusat pengembangbiakan dan suaka satwa (sanctuary) spesies terancam punah yang terbangun sebanyak 2 unit. 17. Jumlah kunjungan wisata ke kawasan konservasi minimal sebanyak 0,1 juta orang wisatawan mancanegara selama 5 tahun. 18. Jumlah kunjungan wisata ke kawasan konservasi minimal sebanyak 1,5 juta orang wisatawan nusantara selama 5 tahun. 19. Jumlah unit usaha pemanfaatan pariwisata alam di kawasan konservasi bertambah sebanyak 50 Unit dari baseline tahun Jumlah pemanfaatan jasa lingkungan air yang beroperasi di kawasan konservasi bertambah sebanyak 6 Unit. 21. Jumlah pemanfaatan energi air dari kawasan konservasi untuk keperluan mini/micro hydro power plant bertambah sebanyak minimal 3 unit. 22. Jumlah kemitraan pemanfaatan jasa lingkungan panas bumi yang beroperasi di kawasan konservasi sebanyak minimal 1 unit. 23. Jumlah Kader Konservasi (KK), Kelompok Pecinta Alam (KPA), Kelompok Swadaya Masyarakat/ Kelompok Profesi (KSM/KP) yang berstatus aktif sebanyak 900 Orang. Rencana Strategis BBKSDA Jabar ix

16 24. Nilai SAKIP Direktorat Jenderal KSDA dan Ekosistem minimal 78,00. Untuk mendukung pelaksanaan Renstra dibutuhan alokasi anggaran diperkirakan sebesar Rp Anggaran tersebut dipergunakan untuk : 1. Gaji dan Tunjangan serta Operasional Perkantoran sebesar Rp ,- 2. Pengadaan Sarana Prasarana sebesar Rp ,- dan 3. Belanja Kinerja sebesar Rp ,- Kebutuhan anggaran tersebut masih bersifat sementara/ indikatif, dalam pelaksanaannya disesuaikan dengan ketersediaan anggaran. Pendanaan untuk mewujudkan Indikator Kinerja Kegiatan tersebut bersumber dari APBN serta partisipasi dan kerjasama dengan Mitra Kerja Balai Besar KSDA Jawa Barat. o0o Rencana Strategis BBKSDA Jabar x

17 BAB I. PENDAHULUAN A. Kondisi Umum 1. Kelembagaan Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam Jawa Barat (Balai Besar KSDA Jawa Barat) merupakan Unit Pelaksana Teknis (UPT) yang melaksanakan tugas teknis di bidang konservasi sumber daya alam hayati dan ekosistemnya yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Direktorat Jenderal Konservasi Sumber Daya Alam dan Ekosistem (Ditjen KSDAE). Berdasarkan Peraturan Menteri Kehutanan nomor P.51/Menhut II/2009 tentang Perubahan Pertama Permenhut nomor P.02/Menhut-II/2007 tentang Organisasi dan Tata Kerja Unit Pelaksana Teknis Konservasi Sumber Daya Alam, BBKSDA Jabar mempunyai tugas melaksanakan penyelenggaraan konservasi sumber daya alam hayati dan ekosistemnya, dan pengelolaan kawasan cagar alam, suaka margasatwa, taman wisata alam, dan taman buru, koordinasi teknis pengelolaan taman hutan raya dan hutan lindung serta konservasi tumbuhan dan satwa liar di luar kawasan konservasi berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Dalam melaksanakan tugas tersebut, Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam menyelenggarakan fungsi : a. Penataan blok, penyusunan rencana kegiatan, pemantauan dan evaluasi pengelolaan kawasan cagar alam, suaka margasatwa, taman wisata alam, dan taman buru serta konservasi tumbuhan dan satwa liar di dalam dan di luar kawasan konservasi; b. Pengelolaan kawasan cagar alam, suaka margasatwa, taman wisata alam, dan taman buru, serta konservasi tumbuhan dan satwa liar di dalam dan di luar kawasan konservasi; c. Koordinasi teknis pengelolaan taman hutan raya dan hutan lindung; d. Penyidikan, perlindungan dan pengamanan hutan, hasil hutan, dan tumbuhan dan satwa liar di dalam dan di luar kawasan konservasi; e. Pengendalian kebakaran hutan; f. Promosi, informasi konservasi sumber daya alam hayati dan ekosistemnya; Rencana Strategis BBKSDA Jabar

18 g. Pengembangan bina cinta alam serta penyuluhan konservasi sumber daya alam hayati dan ekosistemnya; h. Kerja sama pengembangan konservasi sumber daya alam hayati dan ekosistemnya serta pengembangan kemitraan; i. Pemberdayaan masyarakat sekitar kawasan konservasi; j. Pengembangan dan pemanfaatan jasa lingkungan dan pariwisata alam; k. Pelaksanaan urusan tata usaha dan rumah tangga. Sesuai dengan Peraturan Menteri Kehutanan tersebut, Balai Besar KSDA Jawa Barat termasuk ke dalam tipologi A dengan susunan terdiri dari: a. Bagian Tata Usaha, terdiri dari: a.1. Subag Umum a.2. Subag Perencanaan dam Kerja sama a.3. Sub Bag Data Evaluasi, Pelaporan, dan Humas b. Bidang Teknis Konservasi Sumber Daya Alam, terdiri dari: b.1. Seksi Perlindungan, Pengawetan, dan Pemetaan b.2. Seksi Pemanfaatan dan Pelayanan c. Bidang KSDA Wilayah I, berkedudukan di Bogor terdiri: c.1. Seksi KSDA Wilayah I Serang c.2. Seksi KSDA Wilayah II Bogor d. Bidang KSDA Wilayah II, berkedudukan di Soreang terdiri: d.1. Seksi KSDA Wilayah III Soreang d.2. Seksi KSDA Wilayah IV Purwakarta e. Bidang KSDA Wilayah III, berkedudukan di Ciamis terdiri: e.1. Seksi KSDA Wilayah V Garut e.2. Seksi KSDA Wilayah VI Tasikmalaya Sebagai tindak lanjut dari Permenhut tersebut, guna meningkatkan efektivitas pelaksanaan tugas pokok dan fungsi BBKSDA Jabar, maka ditetapkan 22 (dua puluh dua) Resort KSDA Wilayah yang tersebar di Wilayah SKW dan merupakan jabatan non struktural melalui Surat Keputusan Kepala Balai Nomor No.SK.169/BBKSDA.JABAR.1/2014 tanggal 17 Juli Struktur Organisasi Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam Jawa Barat seperti terlihat pada Gambar 1. Rencana Strategis BBKSDA Jabar

19 Gambar 1 : Struktur Organisasi Balai Besar KSDA Jabar 2. Kawasan Konservasi Balai Besar KSDA Jabar diberi tugas untuk memangku dan mengelola 50 kawasan konservasi dengan total luas ,60 ha yang terdiri dari 30 kawasan Cagar Alam(CA) dengan luas ,04 ha, 2 (dua) Suaka Margasatwa (SM) dengan luas ,50 ha, dan 16 Taman Wisata Alam (TWA) dengan luas 4.625,36 ha serta 1 Taman Buru (TB) dengan luas ,70 ha. Tabel 1 : Nama, Luas, dan Lokasi Kawasan Konservasi No. Nama kawasan Konservasi Luas (Ha) Kabupaten /Kota TWA Pulau Sangiang 528,15 Serang 2. TWA Laut Pulau Sangiang 720,00 Serang 3. CA Rawa Danau 3.542,70 Serang 4. CA Gunung Tukung Gede 1.519,50 Serang 5. CA Pulau Dua 8,00 Serang 6. TWA Gunung Pancar 447,50 Bogor 7. TWA Sukawayana 25,15 Sukabumi 8. TWA Telaga Warna 4,60 Bogor Rencana Strategis BBKSDA Jabar

20 No. Nama kawasan Konservasi Luas (Ha) Kabupaten /Kota TWA Jember 52,10 Cianjur 10. SM Cikepuh 8.070,10 Sukabumi 11. CA Gunung Simpang ,31 Bandung/Cianjur 12. CA Sukawayana 32,48 Sukabumi 13. CA Telaga Warna 487,86 Bogor 14. CA Cadas Malang 19,64 Cianjur 15. CA Bojonglarang Jayanti Cianjur 16. CA Takokak Cianjur 17. CA Dungus Iwul 9.01 Bogor 18. CA Cibanteng 549,95 Sukabumi 19. CA Tkbn.Perahu (Pel.Ratu) Sukabumi 20. CA Arca Domas 1.00 Bogor 21. CA Yan Lapa 35,26 Bogor 22. TWA Cimanggu 162,47 Bandung 23. TWA Telaga Patengan 60,79 Bandung 24. TWA Ganung Tampomas 1.250,00 Sumedang 25. TB Gn.Masigit-Kareumbi ,70 Sumedang 26. CA Gunung Tilu 7.479,80 Bandung 27. CA Telaga Patengan 120,71 Bandung 28. CA Cigenteng Cipanji 10,00 Bandung 29. CA Malabar 8,30 Bandung 30. CA Gunung Jagat 133,65 Sumedang 31. TWA Gn.Tangkuban Parahu 344,39 Bandung-Subang 32. CA. Gn.Tangkuban Parahu 1.204,40 Bandung-Subang 33. CA. Yunghun 0,69 Bandung-Subang 34. CA Gunung Burangrang 2.766,15 Purwakarta 35. TWA Kamojang 481,00 Garut 36. TWA Papandayan 225,00 Garut 37. TWA Telaga Bodas 27,88 Garut 38. TWA Gunung Guntur 250,00 Garut 39. CA Leuweung Sancang 2.313,90 Garut 40. CA Laut Leuweung Sancang 1.150,00 Garut 41. CA Kamojang 7.805,00 Garut 42. CA Papandayan 6.807,00 Garut 43. CA Telaga Bodas 258,95 Garut 44. CA Nusa Gede Panjalu 8,64 Ciamis 45. CA Pananjung Pangandaran 454,62 Ciamis 46. CA Laut Pananjung Pangandaran 470,00 Ciamis 47. SM Gunung Sawal 5.567,37 Ciamis 48. SM Laut Sindangkerta 90,00 Tasikmalaya Rencana Strategis BBKSDA Jabar

21 No. Nama kawasan Konservasi Luas (Ha) Kabupaten /Kota TWA Linggarjati 8,92 Kuningan 50. TWA Pananjung Pangandaran 34,32 Ciamis TOTAL ,34 3. Keanekaragaman Hayati dan Jasa Lingkungan Kegiatan keanekaragaman hayati dan jasa lingkungan yang telah dilakukan antara lain pemanfaatan TSL melalui pelayanan penangkaran dan peredaran TSL. Sampai dengan akhir tahun 2014, di wilayah kerja BBKSDA Jabar tercatat 122 unit penangkar (69 penangkar satwa dilindungi dan 53 penangkar satwa tidak dilindungi), 87 unit pemegang izin edar (43 pengedar luar negeri dan 44 pengedar dalam negeri) dan 3 unit Lembaga Konservasi, 6 unit Pusat Penyelamat Satwa. Penerimaan PNBP selama tahun yang diperoleh dari pemanfaatan TSL adalah sebesar Rp ,-. Disamping kegiatan pemanfaatan TSL, juga telah dilakukan penyelamatan satwa yang dilindungi undang-undang diantaranya melalui pelepasan liaran serta penempatan satwa dilindungi pada lembaga-lembaga konservasi. Disamping kegiatan pemanfaatan TSL, juga telah dilakukan penyelamatan satwa yang dilindungi undang-undang diantaranya melalui pelepasan liaran serta penempatan satwa dilindungi pada lembagalembaga konservasi. Di wilayah kerja BBKSDA Jabar selama tahun telah terjadi konflik antara satwa dengan manusia yag penanggulangan yang dilakukan dengan menangkap satwa menggunakan obat bius dan kandang jebakan serta mengikutsertakan Lembaga Konservasi. Penanggulangan ini masih bersifat sementara, sehingga masih diperlukan adanya tindak lanjut terhadap penanganan tersebut, antara lain dengan mencari penyebab konflik. Pemanfaatan jasa lingkungan di BBKSDA Jabar terdiri berupa pemanfaatan wisata alam terdapat 9 pemegang izin yaitu terdiri dari IPPA 6 unit, IUPSWA 3 unit dan IUJWA 78 unit, serta pemegang ijin prinsip 2 unit. Untuk kegiatan bina cinta alam telah dilakukan pembentukan/pembinaan terhadap Kader Konservasi (KK) dan Kelompok Cinta Alam (KPA) serta penilaian Rencana Strategis BBKSDA Jabar

22 terhadap KK/KPA dalam upaya Konservasi Sumber Daya Alam untuk diusulkan dalam lomba Pekan Penghijauan dan Konservasi Alam Nasional (PPKAN). Sampai dengan tahun 2014 jumlah kader konservasi sebanyak 220 kader dan jumlah kelompok pecinta alam sebanyak 37 kelompok. 4. Sumber Daya Manusia Pegawai lingkup BBKSDA Jabar sampai dengan Desember 2014 sebanyak 287 orang (PNS sebanyak 261 orang, Tenaga Kontrak (upah bulanan) sebanyak 26 orang) dengan jenjang pendidikan S3 sebanyak 1 orang, S2 sebanyak 17 orang, S1 sebanyak 43 orang, S0/D3 sebanyak 17 orang, SLTA sebanyak 168 orang, SLTP sebanyak 7 orang dan SD sebanyak 8 orang. orang. 5. Sarana Prasarana Sampai dengan akhir tahun 2014 BBKSDA Jabar telah dilengkapi dengan sarana prasarana antara lain beberapa tanah, peralatan, dan mesin, serta gedung dan bangunan dengan nilai aset sebesar Rp dengan rincian terdiri dari : Tabel 2 : Jenis Aset yang dimiliki BBKSDA Jawa barat s/d 31 Desember 2014 No Uraian Jumlah Satuan Nilai Aset (Rp) 1. Tanah M Peralatan dan mesin Unit Gedung dan Bangunan 207 Unit Jalan irigasi dan jaringan 8 Unit Aset Tetap Lainnya 88 Unit B. Pencapaian Renstra Sebagaimana dijelaskan dalam Renstra BBKSDA Jabar tahun , bahwa pembangunan kehutanan bidang KSDA yang harus dilaksanakan BBKSDA Jaar termasuk ke dalam fungsi lingkungan hidup, program Konservasi Keanekaragaman Hayati dan Perlindungan Hutan, dengan kegiatan Pengembangan Pengelolaan Konservasi Sumber Daya Alam. Dalam melaksanakan program dan kegiatan tersebut, BBKSDA Jabar telah menetapkan 6 sasaran strategis yang harus dicapai selama kurun waktu Sebagai tolok ukur pencapaian sasaran strategis tersebut ditetapkan 6 (enam) Indikator Kinerja Utama (IKU) dan 5 (lima) Indikator Kinerja Kegiatan (IKK) yang harus diukur setiap akhir tahun. Pengukuran akan diawali dengan menyusun dokumen Penetapan Kinerja (PK) yang disusun awal tahun. Rencana Strategis BBKSDA Jabar

23 Berdasarkan hasil pengukuran kinerja yang ditetapkan dalam dokumen Penetapan Kinerja BBKSDA Jabar, diperoleh capaian kinerja masing-masing sasaran strategis tahun sebagai berikut : 1. Kejadian konflik dan tekanan terhadap kawasan konservasi menurun 1% Konflik dan tekanan terhadap kawasan konservasi masih kerap terjadi. Hal ini tentunya memberikan dampak yang cukup serius terhadap upaya perlindungan tumbuhan dan satwa liar beserta ekosistemnya secara in-situ. Kejadian seperti perambahan kawasan merupakan contoh klasik konflik dan tekanan terhadap kawasan konservasi. Faktor penyebabnya sendiri sangat kompleks, tetapi pada umumnya disebabkan oleh faktor ekonomi dan sosial kemasyarakatan seperti relatif masih rendahnya tingkat pendapatan dan pendidikan masyarakat di sekitar kawasan konservasi serta rendahnya kesadartahuan masyarakat akan pentingnya kawasan konservasi. Di samping itu, masih lemahnya penegakan hukum terhadap pelaku juga menjadi faktor lain yang menyebabkan masih maraknya aktivitas illegal di kawasan konservasi. Legalitas kawasan konservasi yang dikelola BBKSDA Jabar juga menjadi salah satu faktor pemicu konflik dan tekanan terhadap kawasan konservasi. Sebagian kawasan konservasi masih dalam status penunjukkan yang ditandai belum adanya kejelasan mengenai tata batas ataupun tata batas yang belum temu gelang. Hal tersebut seringkali menjadi titik lemah para petugas di lapangan dalam mengatasi konflik tenurial. Sampai dengan tahun 2013 kawasan yang ditetapkan baru 11 kawasan. Tahun 2014 bertambah 14 kawasan konservasi, sehingga masih terdapat 25 kawasan konservasi yang belum ditetapkan. Secara khusus, kejadian konflik dan tekanan terhadap kawasan konservasi lingkup Balai Besar KSDA Jawa Barat didominasi oleh aktivitas perambahan kawasan. Pada tahun 2014, secara keseluruhan terdapat 14 (empat belas) kawasan konservasi yang mengalami konflik dan tekanan utamanya berupa perambahan kawasan. Keempat belas kawasan tersebut adalah Suaka Margasatwa (SM) Cikepuh, CA Gunung Simpang, CA Gunung Tilu, CA Kamojang, CA Papandayan, TWA Pulau Sangiang, TWA Carita, CA Rawa Danau, TWA Gunung Pancar, TWA Rencana Strategis BBKSDA Jabar

24 Cimanggu, CA Leuweung Sancang, Taman Buru (TB) Masigit Kareumbi, CA Tukung Gede, dan SM Gunung Sawal. Kawasan konservasi terakhir yang disebutkan (SM Gunung Sawal) merupakan kawasan yang semula di dalamnya tidak terdapat perambahan. Namun semenjak areal petak 67 seluas 68,76 ha yang semula dikelola oleh Perhutani dan digunakan oleh masyarakat (untuk lahan pertanian, perkebunan, dan pemukiman) jadi kawasan konservasi diserahkan pengelolaannya ke Balai Besar KSDA Jawa Barat, maka areal tersebut menjadi areal konflik. Untuk mengatasi kejadian konflik dan tekanan terhadap kawasan konservasi yang dikelola Balai Besar KSDA Jawa Barat, pada tahun 2014 telah dilaksanakan kegiatan-kegiatan sebagai berikut. 1. Pengelolaan kawasan berbasis resort, dengan jumlah anggaran sebesar Rp ,-. Kegiatan ini ditekankan pada beberapa aspek pengelolaan kawasan konservasi, di antaranya pengecekan/pemeliharaan pal batas kawasan; 2. Monitoring dan evaluasi kerjasama pengelolaan kawasan, dengan jumlah anggaran sebesar Rp ,-. 3. Penyusunan rencana pengelolaan kawasan di TWA Papandayan, dengan jumlah anggaran sebesar Rp ,-. 4. Penataan blok pengelolaan kawasan di TWA Linggarjati, dengan jumlah anggaran sebesar Rp ,-. 5. Restorasi kawasan konservasi, termasuk di dalamnya monitoring dan evaluasi rehabilitasi partisipatif, pengkayaan tanaman demplot rehabilitasi, pelatihan monev rehabilitasi, dengan anggaran sebesar ,-. Total anggaran guna mendukung pencapaian sasaran ini sebesar Rp ,- dengan realisasi sebesar Rp ,- (98,4%). Di samping itu, pada tahun 2014 Balai Besar KSDA Jawa Barat telah melakukan upaya percepatan penetapan kawasan konservasi lingkup Balai Besar KSDA Jawa Barat yang tata batasnya telah temu gelang, mengingat legalitas kawasan juga berperan penting meminimalisir konflik dan tekanan terhadap kawasan. Hasilnya, pada tahun 2014 sebanyak 14 (empat belas) kawasan konservasi telah ditetapkan melalui Surat Keputusan Menteri Kehutanan. Kawasan-kawasan tersebut adalah : Rencana Strategis BBKSDA Jabar

25 1. CA Leuweung Sancang 2. TWA Sukayana 3. CA Sukawayana 4. CA Gunung Tilu 5. CA Tangkuban Parahu 6. TWA Tangkuban Parahu 7. SM Gunung Sawal 8. TWA Linggarjati 9. CA Gunung Jagat 10. CA Rawa Danau 11. CA Gunung Tukung Gede 12. SM Cikepuh 13. CA Cibanteng 14. CA Nusa Gede Panjalu Berikut ini beberapa proses penyelesaian terhadap penanganan konflik dan tekanan terhadap beberapa kawasan konservasi lingkup Balai Besar KSDA Jawa Barat. 1. Di Suaka Margasatwa (SM) Cikepuh semula terdapat sekitar 300 ha kawasan yang dirambah, saat ini sudah berkurang seluas 58 ha (19,3%). 2. Perambahan di CA Rawa Danau yang semula mencapai 851 ha, saat ini telah berhasil ditangani seluas 28 ha (3,29%). 3. Perambahan di TB Masigit Kareumbi yang semula seluas 3 ha, berhasil ditangani seluas 2,42 ha (80,67%). Informasi tersebut di atas menunjukkan bahwa upaya-upaya yang dilakukan oleh Balai Besar KSDA Jawa Barat untuk mengurangi konflik dan tekanan terhadap kawasan konservasi telah memperlihatkan hasil, walaupun belum optimal. Dari total tekanan kawasan konservasi berupa perambahan seluas 1.723,68 ha, berhasil ditangani seluas 88,42 ha (5,1%). Dengan melihat kondisi saat ini (yang mengindikasikan bahwa jumlah konflik dan tekanan terhadap kawasan sudah berkurang dilihat dari jumlah luasan perambahan dan penyelesaian kasus lainnya), maka indikator konflik dan tekanan terhadap kawasan konservasi dapat dilhat dari indikator berkurangnya Rencana Strategis BBKSDA Jabar

26 luas kawasan konservasi yang dirambah, dari semula 1.723,68 ha turun menjadi 1.635,26 ha. Dengan demikian, target pencapaian sasaran sebesar 1% berhasil dicapai. Oleh karena itu, persentase pencapaian sasaran adalah sebesar 100%. 2. Pengelolaan eksosistem esensial sebagai daerah penyangga meningkat 2% Upaya pengelolaan ekosistem esensial menjadi salah satu perhatian dalam isu pembangunan yang berkeadilan. Instruksi Presiden RI No 3 Tahun 2010 tentang Program Pembangunan yang berkeadilan mengamanatkan untuk meningkatkan pengelolaan dan pendayagunaan ekosistem esensial sebagai sistem penyangga kehidupan melalui program konservasi keanekaragaman hayati dan perlindungan. Menjawab Instruksi Presiden RI tersebut, Balai Besar KSDA Jawa Barat telah menginisiasi pengelolaan kawasan ekosistem esensial di tiga lokasi, sebagaimana terlihat pada Tabel berikut ini. Tabel 3 : Kawasan Ekosistem Esensial lingkup Balai Besar KSDA Jabar No Nama Lokasi Potensi EE 1. Mangrove Bulak Setra 2. Pelestarian Penyu Batu Hiu 3. Karst Cukang Taneuh Desa Babakan, Kec. Pangandaran, Kab. Pangandaran Desa Ciliang, Kec. Parigi, Kab. Pangandaran Desa Batukaras dan Desa Kertayasa, Kec. Cijulang, Kab. Pangandaran Hutan Mangrove dan hutan pantai Hutan Pantai, P. pantai 70 Km dengan L 50 m Hutan Pantai yang berada di Lahan Karst Luas (Ha) Berbagai upaya untuk membangun dan mengelola kawasan ekosistem esensial ini telah dilakukan bersama dengan stakeholders, terutama Pemerintah Daerah setempat. Beberapa jenis kegiatan yang telah dilaksanakan dari awal sampai saat ini antara lain : Identifikasi, Inventarisasi dan Validasi data Ekosistem; Sosialisasi dan Koordinasi Pengelolaan Ekosistem Esensial; Penyusunan Kesepakatan Pengelolaan Ekosistem Esensial; Pembentukan Forum; Rencana Strategis BBKSDA Jabar

27 Monitoring dan Evaluasi Pengelolaan Ekosistem Essensial; Rapat Koordinasi Pengelolaan Ekosistem Essensial; Bantuan Biaya Pemeliharaan Sarana Penangkaran dan pakan tukik; Penyusunan Rencana Aksi Pengelolaan Eksosistem Esensial di Kabupaten Pangandaran. Pada akhirnya, pengelolaan ekosistem esensial harus menjadi perhatian semua pihak, utamanya pemerintah daerah setempat karena ekosistem esensial yang telah ditunjuk berada di luar kawasan konservasi. Namun demikian, sinergi dengan Kementerian Kehutanan cq Balai Besar KSDA Jawa Barat perlu terus ditingkatkan, khususnya dalam menjalankan Rencana Aksi Pengelolaan Eksosistem Esensial di Kab. Pangandaran untuk mendukung terwujudnya ekosistem esensial sebagai sistem penyangga kehidupan sebagaimana diamanatkan oleh Intruksi Presiden RI No 3 Tahun Walaupun pada tahun 2014 tidak tersedia anggaran untuk sasaran ini (karena mengalami penghematan), dengan melihat proses yang sudah berjalan dengan baik dan concern dari semua pihak, maka target yang telah dibebankan pada sasaran kedua ini sebesar 2% dapat tercapai. Dengan demikian, persentase pencapaian sasaran untuk kegiatan ini adalah 100%. 3. Pendapatan masyarakat sekitar kawasan konservasi meningkat 6% Fungsi kawasan konservasi sebagai perlindungan perlindungan sistem penyangga kehidupan, pengawetan keanekaragaman jenis tumbuhan dan satwa beserta ekosistemnya, serta pemanfaatan secara lestari sumber daya alam hayati dan ekosistemnya, saat ini menghadapi ancaman yang sangat serius. Betapa tidak, hutan konservasi yang merupakan benteng terakhir hutan di Indonesia, ternyata belum lepas dari berbagai aktivitas ilegal seperti perambahan, pembalakan liar, perburuan satwa liar, dan sebagainya. Kondisi masyarakat sekitar kawasan konservasi yang pada umumnya adalah petani tradisional dengan beberapa karakteristik seperti lemah dari sisi ekonomi, pengetahuan, keterampilan, serta memiliki akses terbatas terhadap permodalan, informasi, dan teknologi semakin menempatkan kawasan konservasi pada posisi yang sulit. Masih tingginya tingkat ketergantungan masyarakat terhadap kawasan konservasi menyebabkan masyarakat kerap kali melakukan interaksi Rencana Strategis BBKSDA Jabar

28 negatif dengan kawasan konservasi untuk memenuhi kebutuhan hidup mereka. Sebagai contoh, sebagian masyarakat menggunakan kawasan konservasi sebagai area bercocok tanam, mengambil kayu sebagai bahan bakar dan bahan bangunan, ataupun menebang kayu hanya untuk kegiatan berladang. Jika kegiatan tersebut tidak dihentikan, akan semakin memperparah kerusakan kawasan konservasi. Menjawab kondisi masyarakat tersebut di atas, Balai Besar KSDA Jawa Barat telah melakukan berbagai upaya di antaranya dengan membentuk Model Desa Konservasi dengan Grand Design baru. Dalam hal ini MDK dijadikan sebagai instrumen dalam penangananan permasalahan kawasan konservasi melalui pendekatan sosial. Hal ini dikarenakan pendekatan yang bersifat represif dirasakan belum dapat mengatasi permasalahan kawasan secara optimal. Pada tahun 2013, melalui proyek ICWRMIP (hibah dari Asian Development Banj) berhasil dibentuk 12 MDK yang masing-masing memiliki Master Plan untuk rencana kegiatan kelompok lima tahun kedepan (termasuk di dalamnya kegiatan usaha ekonomi produktif) dan masing-masing diberikan bantuan modal sebesar Rp ,-. Masing-masing desa juga mendapatkan pendampingan dari para fasilitator desa serta berbagai jenis pelatihan untuk meningkatkan keterampilan masyarakat. Pada tahun 2014, sesuai dengan komitmen dari ADB, melalui proyek ICWRMIP akan diberikan modal tahap kedua sebesar Rp ,- kepada masingmasing desa. Sebelum bantuan tersebut diberikan, telah dilakukan monitoring dan evaluasi untuk mengetahui sejauh mana kegiatan MDK berlangsung ditinjau dari aspek administrasi, teknis, maupun kelembagaan. Berdasarkan hasil monitoring dan evaluasi, hanya ada 10 (sepuluh) desa yang masih layak untuk diberikan bantuan modal lebih lanjut. Sementara 1 (satu) desa menolak bantuan yang akan diberikan dan 1 (satu) desa dianggap tidak memiliki pengaruh signifikan terhadap kawasan (sehingga tidak diberi bantuan tahap kedua). Sepuluh MDK yang mendapatkan bantuan tahap kedua, juga mendapatkan pendampingan dari fasilitator desa serta bimbingan teknis dari Balai Besar KSDA Jawa Barat. Jumlah anggaran yang tersedia untuk kegiatan MDK ini sebesar Rp ,- dengan realisasi sebesar Rp ,- (70,88%). Rencana Strategis BBKSDA Jabar

29 Selain itu, melalui anggaran yang berasal dari APBN telah dibentuk sebanyak 6 (enam) MDK. Keenam MDK ini juga dibimbing untuk menyusun master plan serta menjalani beberapa pelatihan untuk menguatkan kelembagaan dan kemampuan teknis mereka. Seperti halnya MDK yang dibentuk dari proyek ICWRMIP, keenam MDK ini juga mendapatkan bantuan modal sebesar Rp ,-. Melalui anggaran yang berasal dari APBN, juga telah dilakukan monitoring dan evaluasi pemberdayaan masyarakat yang difokuskan pada peningkatan pendapatan masyarakat sebagai dampak kegiatan pemberdayaan masyarakat yang telah dilaksanakan. Monev mengacu pada Instrumen Pendapatan Masyarakat di Daerah Penyangga Kawasan Konservasi yang diterbitkan oleh Direktorat Kawasan Konservasi dan Bina Hutan Lindung. Dalam petunjuk tersebut, jumlah desa yang dijadikan sampel minimal sebanyak 1 (satu) desa. Namun demikian, Balai Besar KSDA Jawa Barat mencoba untuk menggali pendapatan masyarakat di 12 (dua belas) desa yang telah diberikan bantuan modal. Hasilnya menunjukkan bahwa tidak semua desa yang dimonev dapat tergambarkan peningkatan penghasilannya. Hal ini dikarenakan beberapa usaha produktif di beberapa desa belum berjalan sebagaimana mestinya. Sementara beberapa desa sudah dapat diukur peningkatan penghasilannya sebagaimana terlihat pada Tabel berikut ini. Tabel 4 : Hasil Monev Pendapatan Masyarakat No. Nama Desa MDK Populasi (Orang) Jumlah KK Rata-Rata Pendapatan (Rp) Peningkatan Pendapatan (Rp) Persentase Peningkatan (%) 1. Desa Tanjungwangi ,2 2. Desa Jayagiri ,1 3. Desa ,9 Pasanggrahan 4. Desa ,74 Sakambang Rerata ,25 7,24 Keterangan : Rerata yang ditampilkan merupakan rerata kelompok Berdasarkan Tabel di atas, rata-rata pendapatan meningkat sebesar Rp atau meningkat sebesar 7,24%. Peningkatan pendapatan sebesar 7,24% tersebut dicapai melalui usaha produktif yang telah dijalankan oleh anggota Rencana Strategis BBKSDA Jabar

30 kelompok MDK. Sebagai contoh, kelompok MDK Pasanggrahan telah berhasil meningkatkan pendapatan mereka melalui usaha pembuatan gula aren. Sedangkan di Desa Sakambang, anggota kelompok menekuni usaha pembuatan kerajinan dari bambu. Dengan melihat hasil monev tersebut yang menunjukkan bahwa pendapatan masyarakat meningkat sebesar 7,24%, maka target sebesar 6% terlampaui. Dengan demikian, capaian untuk sasaran ini sebesar 121%. Adapun total anggaran yang tersedia untuk sasaran ini sebesar Rp ,- dengan realisasi sebesar Rp ,- (77,64%). 4. Populasi jenis terancam punah meningkat sesuai ketersediaan habitat sebesar 0,6% Keanekaragaman hayati merupakan kekayaan alam yang tak ternilai harganya. Indonesia dikenal sebagai negara Biodiversity karena memiliki potensi keanekaragaman hayati yang tinggi. Kondisi ini salah satunya dapat dilihat di Provinsi Jawa Barat dan Banten yang memiliki flora dan fauna khas bahkan beberapa jenis endemik. Namun sampai saat ini ketersediaan data base kawasan dalam hal potensi flora dan fauna masih sangat kurang. Hampir seluruh kawasan konservasi di Provinsi Jawa Barat dan Banten belum memiliki data mengenai potensi flora dan fauna yang terbaru (up to date). Pada tahun 2014, telah dilakukan beberapa jenis kegiatan untuk mengungkap potensi flora dan fauna serta pembinaan habitat satwa yang berada di kawasan konservasi lingkup Balai Besar KSDA Jawa Barat, yaitu: 1) Monitoring potensi Owa Jawa di CA Gunung Tilu, CA Leuweung Sancang, dan CA Burangrang; 2) Monitoring potensi Elang Jawa di CA/TWA Tangkuban Parahu, CA/TWA Kamojang, dan SM Gunung Sawal; 3) Identifikasi home range Elang Jawa di TWA Talaga Warna; 4) Pembinaan Habitat Penyu di SM. Cikepuh, SM. Sindang Kerta dan TWA. Pulau Sangiang; 5) Fasilitasi Pelestarian Penyu di Pantai Batu Hiu. Adapun alokasi anggaran untuk seluruh kegiatan tersebut adalah sebesar Rp ,- dengan realisasi anggaran sebesar Rp ,- (97,32%). Rencana Strategis BBKSDA Jabar

31 Penghitungan peningkatan populasi satwa liar terancam punah yang menjadi indikator kinerja Balai Besar KSDA Jawa Barat difokuskan pada jenis Owa jawa (Hylobatesh moloch) di CA Gunung Tilu dan Elang jawa (Spizaetus bartelsii) di CA/TWA Talaga Warna. Berikut jumlah populasi jenis tersebut tahun seperti dapat terlihat pada Tabel berikut ini. Tabel 5 : Estimasi Populasi Owa Jawa dan Elang Jawa Tahun No. Jenis Satwa 1. Owa jawa di CA Gunung Tilu 2. Elang jawa di CA/TWA Talaga Warna TAHUN Apabila dibandingkan dengan tahun awal 2010, pada tahun 2014 populasi Owa Jawa naik sebesar 24%. Sedangkan populasi Elang Jawa pada tahun 2014 telah mengalami peningkatan sebesar lebih dari 100% dibandingkan tahun 2010, walaupun mengalami penurunan jika dibandingkan dengan tahun Dengan demikian, persentase pencapaian sasaran adalah sebesar 150% dengan serapan anggaran sebesar 97,32%. Keberhasilan pencapaian sasaran ini tidak terlepas dari terpantau serta terjaganya kawasan tersebut sehingga masih dapat memberikan daya dukung yang optimal bagi perkembangan populasi kedua jenis satwa terancam punah tersebut. 5. Penangkaran dan pemanfaatan keanekaragaman hayati meningkat sebesar 1% Keberhasilan kegiatan konservasi sumber daya alam hayati dan ekosistemnya tidak terlepas dari bagaimana mengendalikan cara-cara pemanfaatannya untuk menjamin terpeliharanya keanekaragaman sumber daya genetik dan ekosistemnya. Dalam memanfaatkan TSL harus selalu memegang prinsip menghindari bahaya kepunahan atau menghindari penurunan potensi pertumbuhan populasinya atara lain melalui kegiatan penangkaran. Kegiatan penangkaran sebagai salah satu upaya pemanfaatan TSL merupakan kegiatan perbanyakan melalui pengembangbiakan dan pembesaran TSL dengan tetap mempertahankan kemurnian jenisnya. Untuk mewujudkan peningkatan Rencana Strategis BBKSDA Jabar

32 pemanfaatan dan penangkaran keanekaragaman hayati secara lestari, beberapa kegiatan berikut ini telah dilakukan, yaitu : 1. Pembinaan teknis penangkaran TSL; 2. Workshop penangkaran TSL; 3. Pembinaan teknis pengedar TSL; 4. Pengelolaan demplot penangkaran Penyu semi alamiah di SM Cikepuh dan SM Sindangkerta; 5. Penanganan gangguan satwa liar. Anggaran untuk melaksanakan seluruh kegiatan tersebut dialokasikan sebesar Rp ,- dengan realisasi sebesar Rp ,- (99,24%). Kegiatan-kegiatan tersebut di atas, utamanya pembinaan teknis penangkaran dan pembinaan teknis pengedar TSL telah memberikan pengaruh signifikan terhadap perkembangan penangkar yang terdaftar di Balai Besar KSDA Jawa Barat. Hal tersebut dapat dilihat pada trend peningkatan jumlah penangkar dari tahun ke tahun seperti dapat terlihat pada Gambar 2 berikut ini. Gambar 2 : Tren Jumlah Penangkar Lingkup Balai Besar KSDA Jabar Berdasarkan Gambar 2 tersebut di atas, terjadi peningkatan jumlah penangkar dari tahun 2013 ke tahun 2014 sebanyak 19 penangkar atau sebesar 18%. Dengan demikian, target peningkatan jumlah penangkar sebesar 1% berhasil terlampaui sehingga capaian realisasi sasaran sebesar 150% dengan serapan anggaran sebesar 99,24%. Rencana Strategis BBKSDA Jabar

33 6. Kasus tindak pidana kehutanan tahun berjalan dapat terselesaikan sebesar 15% Dalam rangka meningkatkan upaya perlindungan dan pengamanan di dalam maupun di luar kawasan konservasi, Balai Besar KSDA Jawa Barat melaksanakan berbagai jenis kegiatan di antaranya: 1. Pengumpulan bahan dan keterangan; 2. Kegiatan intelejen; 3. Operasi pengamanan kawasan; 4. Pemeliharaan sarana prasarana pengamanan hutan; 5. Penyelesaian kasus tindak pidana bidang kehutanan; 6. Koordinasi pengamanan hutan lingkup Balai Besar KSDA Jawa Barat; 7. Penyusunan rencana penanganan perambahan. Kegiatan operasi pengamanan ini dilaksanakan oleh Bidang Wilayah/Seksi Wilayah dan disupervisi oleh Bidang Teknis KSDA, baik berupa operasi rutin, gabungan maupun operasi intelejen. Keseluruhan kegiatan yang berkaitan dengan pengamanan serta penyelesaian kasus tindak pidana kehutanan mendapat porsi anggaran pada tahun 2014 sebesar Rp ,- dengan realisasi anggaran sebesar Rp ,- (81,35%). Selama tahun 2014 Balai Besar KSDA Jawa Barat telah melaksanakan kegiatan intelejen di wilayah kerja yang meliputi Provinsi Jawa Barat dan Banten. Disamping itu juga dilaksanakan pengumpulan bahan dan keterangan (pulbaket) dari kegiatan operasi intelijen dan hasil pengecekan di lapangan. Kegiatan Operasi Intelejen dan Pulbaket dilaksanakan antara lain di CA Gunung Simpang, CA Takokak, CA/TWA Patengan, CA Gunung Jagat, dan beberapa lokasi eksitu. Dari kegiatan tersebut dapat diperoleh bukti-bukti kejahatan kehutanan dan diharapkan dapat menggiring para pelaku kejahatan kehutanan ke Pengadilan. Berdasarkan register perkara TIPIHUT tahun 2014 tercatat ada 11 (sebelas) kasus tindak pidana kehutanan terdiri atas 5 (lima) kasus pencurian kayu, 1 (satu) kasus pencurian kulit kayu sulibra, 3 (tiga) kasus illegal trading TSL, dan 2 (dua) kasus pembakaran hutan. Kondisi penyelesaian kasus tahun 2014 dapat dilihat pada Tabel berikut ini. Rencana Strategis BBKSDA Jabar

34 Tabel 6 : Penanganan Kasus Pelanggaran Kehutanan Tahun 2014 Jmlh Kondisi Saat Ini No. Jenis Pelanggaran Kasus Penyelidikan P 21 Vonis 1. Illegal logging Illegal trading Pencurian kulit kayu Pembakaran hutan JUMLAH Berdasarkan Tabel tersebut di atas, dari 11 (sebelas) kasus yang ditangani, 3 (tiga) kasus sampai pada tahap vonis, 5 (lima) kasus sudah pada tahap P21, dan 3 (tiga) kasus masih dalam penyelidikan. Jika yang menjadi acuan penyelesaian kasus adalah kasus yang sudah pada tahap P21 dan vonis, artinya ada 8 (delapan) kasus atau 72,7% kasus tahun berjalan yang berhasil diselesaikan. Jumlah ini melebihi target yang direncanakan, yaitu 15% sehingga realisasi sasaran mencapai 150% dengan serapan anggaran sebesar 81,35%. Keberhasilan pencapaian sasaran ini di antaranya dikarenakan semakin aktif dan profesionalnya para Penyidik Pegawai Negeri Sipil (PPNS) pada Balai Besar KSDA Jawa Barat dalam melakukan penyidikan suatu kasus. Di samping itu, koordinasi yang intens dengan pihak kepolisian dan kejaksaan setempat juga menjadi faktor lain yang menyebabkan tercapainya sasaran ini. 7. Tunggakan kasus tindak pidana kehutanan dapat terselesaikan sebesar 5% Proses penegakan hukum dalam hal ini penyelesaian kasus merupakan bagian penting dalam upaya menjaga kelestarian SDA Hayati dan Ekosistemnya. Berbagai kegiatan operasi pengamanan yang dilakukan tidak akan berarti banyak jika proses hukum selanjutnya tidak tertangani dengan baik. Namun demikian, tidak semua kasus yang ada dapat tertangani seluruhnya sehingga ada beberapa kasus yang tertunggak untuk diselesaikan pada tahun berikutnya. Adapun kegiatan dan anggaran yang digunakan untuk penyelesaian tunggakan kasus tindak pidana kehutanan merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari kegiatan dan anggaran untuk mencapai sasaran 7. Rencana Strategis BBKSDA Jabar

35 Berdasarkan register perkara TIPIHUT tahun 2014 tercatat ada 3 (tiga) tunggakan kasus tahun Dari 3 (tiga) tunggakan kasus tesebut, yang berhasil diselesaikan sampai vonis sebanyak 1 (satu) kasus atau sebesar 33,3%. Jumlah ini melebihi target yang direncanakan, yaitu 5% sehingga persen pencapaian sasaran mencapai 150%. 8. Terselesaikannya kasus perambahan hutan konservasi sebesar 4% Masalah perambahan di dalam kawasan konservasi memang masih sering terjadi. Ada beberapa faktor yang dapat memicu maraknya Ilegal mining (penambangan liar) dan perambahan hutan, yaitu faktor ekonomi dan sosial masyarakat, serta oleh kebijakan pemekaran wilayah yang kurang menghitung daya dukung kawasan. Hal ini tentu saja akan membuat tekanan terhadap hutan semakin berat. Akibatnya hutan Indonesia tidak terkecuali kawasan konservasi semakin mengalami kerusakan dan dial ihfungsikan. Lemahnya pengawasan serta kurang tegasnya penegakan hukum kehutanan diduga juga menjadi faktor penting dalam mengatasi permasalahan perambahan ini. Untuk itu Balai Besar KSDA Jawa Barat berkomitmen untuk mengatasi segala permasalahan hukum terkait perambahan. Adapun jenis kegiatan dan anggaran yang digunakan untuk penyelesaian kasus perambahan hutan konservasi merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari kegiatan dan anggaran untuk mencapai sasaran 7. Berdasarkan data yang ada, pada awal tahun 2014 tercatat ada sekitar 1.723,68 ha kawasan yang menjadi lokasi perambahan. Namun demikian, pada akhir tahun 2014 sebanyak 88,42 ha atau 5,1% berhasil diselesaikan. Persentase penurunan luasan perambahan ternyata melebihi target awal yang ditetapkan, yaitu sebesar 4% sehingga realisasi sasaran mencapai 130%. 9. Menurunnya kawasan hutan konservasi yang terbakar sebesar 10% Menurunnya kebakaran hutan adalah sasaran yang harus dicapai, keberhasilan dalam pengendalian kebakaran hutan merupakan keberhasilan konservasi yang paling penting. Kawasan konservasi yang sering terjadi kebakaran hutan adalah kawasan hutan konservasi Suaka Margasatwa Cikepuh, CA Bojonglarang Jayanti, CA. Kamojang dan TB. Masigit Kareumbi. Rencana Strategis BBKSDA Jabar

36 Untuk mencapai target menurunnya luas kawasan hutan konservasi yang terbakar, pada tahun 2014 Balai Besar KSDA Jawa Barat melaksanakan beberapa kegiatan antara lain: 1. Rapat koordinasi teknis pengendalian kebakaran hutan; 2. Pelatihan fisik dan peningkatan daya tahan tubuh; 3. Pembinaan masyarakat peduli api; 4. Pemeliharaan sarana prasarana pengendalian kebakaran hutan; 5. Posko siaga kebakaran hutan; 6. Pelaksanaan apel siaga kebakaran hutan; 7. Monitoring hotspot; 8. Koordinasa dengan para pihak; 9. Sosialisasi pengurangan resiko bahaya kebakaran hutan; 10. Operasi pengendalian dan pemadaman kebakaran hutan; 11. Pemeliharaan sarana dan prasarana pengendalian kebakaran hutan. Adapun Jumlah anggaran yang dialokasikan untuk kegiatan pencegahan dan pengendalian kebakaran hutan sebesar Rp ,- dengan realisasi sebesar Rp ,- (88,99%). Tabel 7 dan Gambar 2 berikut ini memperlihatkan luas kebakaran hutan selama tahun 2011 sampai dengan tahun Tabel 7 : Data Kejadian Kebakaran Hutan Tahun 2011 s/d 2014 di Kawasan Konservasi Lingkup Balai Besar KSDA Jawa Barat No. Jenis Satwa TAHUN CA Bojonglarang 11, Jayanti 2. CA Leuweung 5, Sancang 3. CA Cibanteng ,5 4. CA Rawa Danau SM Cikepuh 861, ,7 76,1 6. TWA Papandayan TWA Kamojang TWA Gunung - 94,5-200 Guntur 9. TB Masigit 94 65,5-11,97 Kareumbi 10. TWA Gunung Tampomas - - 1,5 - Total 1.068, ,2 303,57 51 Rencana Strategis BBKSDA Jabar

37 Gambar 3 : Luas Kawasan terbakar tahun Lingkup Balai Besar KSDA Jabar Berdasarkan Gambar 3 di atas, luas kawasan yang terbakar antara berfluktuasi. Namun demikian, tampak jelas bahwa peningkatan luas kawasan yang terbakar secara signifikan terjadi pada tahun 2012, dari semula ha pada tahun 2012 menjadi pada tahun Kondisi sebaliknya terjadi pada tahun 2013, dengan kawasan yang terbakar hanya seluas 242 ha, menurun sebanyak 1.483,8 ha dibandingkan tahun sebelumnya. Pada tahun 2014, luas kawasan yang terbakar kembali meningkat sebesar 61,37 ha. Di sisi lain, target pada tahun 2014 adalah menurunnya luas kebakaran hutan sebanyak 10% dari tahun Dengan melihat kondisi tersebut, maka target yang telah ditetapkan tidak dapat tercapai sehingga realisasi capaian sasaran 0%. Ketidakberhasilan dalam upaya menurunkan luas kawasan yang terbakar disebabkan oleh beberapa faktor, di antaranya: belum optimalnya sistem deteksi dini kebakaran hutan; lokasi kebakaran hutan yang relatif sulit dijangkau dan diperparah dengan kurangnya ketersediaan air; musim kemarau yang lebih lama dibandingkan dengan tahun Rencana Strategis BBKSDA Jabar

38 10. Meningkatnya pengusahaan pariwisata alam yang diikuti dengan peningkatan PNBP sebesar 20% Kegiatan pariwisata alam memiliki prospek besar di dalam memberikan income bagi negara, baik melalui pengeluaran/belanja para wisatawan maupun penerimaan langsung dari karcis masuk, pungutan Izin Pengusahaan Pariwisata Alam (IPPA) dan Pungutan Usaha Pariwisata Alam (PUPA). Penerimaan secara langsung dari kegiatan pariwisata alam tersebut merupakan salah satu sumber Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP), yaitu penerimaan negara yang tidak berasal dari penerimaan perpajakan namun masuk dalam struktur Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN). Sebagai salah satu sumber PNBP bidang PHKA, kegiatan pariwisata alam layak untuk mendapatkan perhatian. Untuk itu, pada tahun 2014 beberapa kegiatan telah dilakukan untuk mendukung peningkatan PNBP dari pariwisata alam, di antaranya: 1. Bimbingan Teknis Pengembangan Wisata Alam; 2. Monitoring dan Evaluasi Pengusahaan Pariwisata Alam oleh Pemegang IPPA; 3. Rapat Koordinasi Wisata Alam; 4. Peningkatan Pelayanan Pengunjung Pada Hari Raya dan Hari Libur Nasional; 5. Identifikasi Potensi Wisata di TWA Tampomas; 6. Penatausahaan karcis masuk TWA; 7. Pembinaan petugas pengelola PNBP; 8. Peningkatan pengelolaan PNBP; 9. Pengembangan sarpras khusus wisata alam. Adapun jumlah anggaran yang telah dialokasikan untuk melaksanakan kegiatan tersebut di atas sebesar Rp ,- dengan realisasi sebesar Rp ,- (96,17%). Sasaran yang hendak dicapai pada tahun 2014 dari berbagai kegiatan yang telah dilaksanakan adalah meningkatnya jumlah PNBP sebesar 20% dari tahun Gambar 4 berikut ini memperlihatkan jumlah PNBP mulai tahun 2011 sampai dengan tahun Rencana Strategis BBKSDA Jabar

39 Gambar 4 : Tren Kenaikan PNBP tahun Lingkup Balai Besar KSDA Jabar Berdasarkan Gambar 4 tersebut di atas, dalam rentang waktu jumlah PNBP terlihat relatif stagnan. Pada periode tersebut, PNBP mengalami peningkatan namun sangat tidak signifikan. Tidak mengherankan jika pada periode tersebut realisasi sasaran tidak tercapai karena peningkatannya di bawah 5%. Kenaikan secara drastis justru terjadi pada tahun PNBP yang semula berjumlah Rp ,- pada tahun 2013, meningkat menjadi ,- pada tahun 2014 atau mengalami lonjakan sebesar 109%. Tentunya, kenaikan ini jauh melampaui target kenaikan PNBP yang telah ditetapkan, yaitu sebesar 20%. Dengan kondisi tersebut, maka realisasi pencapaian sasaran sebesar 150% dengan realisasi anggaran sebesar 96,17%. Tercapainya sasaran peningkatan PNBP dari kegiatan wisata alam tidak terlepas dari diterbitkannya Peraturan Pemerintah No. 12 Tahun 2014 tentang tentang Jenis dan Tarif atas Jenis PNBP yang berlaku pada Kementerian Kehutanan sebagai pengganti Peraturan Pemerintah Nomor 59 Tahun 1998 tentang Tarif Atas Jenis Penerimaan Negara Bukan Pajak yang Berlaku pada Departemen Kehutanan dan Perkebunan. Di dalam PP No. 12 Tahun 2014 ini, terdapat beberapa revisi terhadap harga karcis masuk ke dalam kawasan konservasi. Rencana Strategis BBKSDA Jabar

40 Penetapan rayon pada kawasan TWA lingkup BBKSDA Jawa Barat juga mengalami perubahan. Sebelumnya, seluruh kawasan TWA lingkup BBKSDA Jawa Barat berada pada rayon I dengan harga harga karcis masuk sebesar Rp2.000/orang/hari. Saat ini, seluruh TWA termasuk rayon III dengan harga tiket masuk sebesar Rp5.000/orang/hari, kecuali TWA Pangandaran dan TB Masigit Kareumbi yang masuk ke rayon II dengan tiket masuk sebesar Rp /orang/hari. Dengan adanya peningkatan harga karcis, perubahan rayonisasi, serta peningkatan jumlah pengunjung, maka sangat wajar terjadi peningkatan PNBP dari kegiatan wisata alam di TWA Lingkup Balai Besar KSDA Jawa Barat pada tahun 2014 secara fenomenal dan jauh melebihi target yang telah ditetapkan. 11. Meningkatnya peran serta Kader Konservasi, Kelompok Pecinta Alam, dan Kelompok Swadaya Masyarakat sebesar 2% Kader konservasi dan Kelompok Pecinta Alam merupakan salah satu mitra Balai Besar KSDA Jawa Barat dalam pengelolaan kawasan konservasi. Kader konservasi dan Kelompok Pecinta Alam merupakan generasi muda yang diharapkan dapat memiliki pemahaman mengenai konservasi sehingga dapat mengaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari terutama dalam hal pelestarian lingkungan. Kader konservasi dan Kelompok Pecinta Alam lebih jauh lagi diharapkan menjadi agen perubah yang dapat menularkan pengetahuan tentang pentingnya menjaga kelestarian alam kepada masyarakat luas. Dengan demikian, diharapkan semakin banyak masyarakat yang memiliki kesadartahuan tentang pentingnya konservasi bagi masa depan generasi yang akan datang. Kegiatan yang biasanya dilaksanakan terkait dengan kader konservasi, kelompok pecinta alam, dan kelompok swadaya masyarakat antara lain: 1. Pembinaan kader konservasi dan pecinta alam; 2. Fasilitasi kader konservasi dan pecinta alam pada kegiatan Gempala Tk. Nasional; 3. Dukungan operasional tenaga penyuluh; 4. Evaluasi peran serta kader konservasi dan pecinta alam. Rencana Strategis BBKSDA Jabar

41 Namun demikian, pada tahun 2014 beberapa kegiatan tersebut di atas tidak dapat dilaksanakan seperti pembinaan kader dan pecinta alam (karena mengalami penghematan) serta fasilitasi kader konservasi pada kegiatan Gempala Tk. Nasional (karena anggaran turun di akhir tahun). Sementara untuk evaluasi peran serta kadeer konservasi dan pecinta alam tetap dilakukan karena kegiatan tersebut merupakan kegiatan rutin dalam menilai kader konservasi dan pecinta alam terbaik di tingkat provinsi. Dikarenakan mengalami penghematan, anggaran untuk kegiatan hanya berjumlah Rp ,- dengan realisasi sebesar Rp ,- (63,96%). Terlepas dari itu semua, peran para kader konservasi dalam turut serta membangun kawasan konservasi semakin meningkat. Tercatat ada 6 (enam) orang kader konservasi yang tergabung dalam FK3I terlibat secara aktif di dalam pengembangan Model Desa Konservasi sebagai fasilitator. Peran mereka sangat krusial dalam membimbing dan membina masyarakat, terutama dalam menguatkan kelembagaan MDK. Di samping itu, ada pula 2 (dua) orang anggota KPA Pajar Rimbawana yang secara aktif memberikan pendidikan konservasi dan lingkungan kepada masyarakat, terutama anak sekolah dengan mendirikan semacam taman bacaan konservasi dan memberikan penyuluhan ke sekolahsekolah. Dengan melihat kondisi tersebut di atas, selama tahun 2014, peran serta kader konservasi mengalami peningkatan sebesar 2,2% dari jumlah 360 orang, yaitu sekitar 8 orang. Peningkatan ini melebihi target yang ditetapkan yaitu 2%, sehingga persen pencapaian sasaran mencapai 110% dengan realisasi anggaran sebesar 63,96%. Keberhasilan tersebut, tidak terlepas dari berbagai upaya yang telah dilakukan oleh Balai Besar KSDA Jawa Barat, di antaranya: 1. Hampir setiap tahun Balai Besar KSDA Jawa Barat senantiasa melaksanakan kegiatan pembinaan kader konservasi dan pecinta alam; 2. Pelibatan kader konservasi di dalam even-even yang dilaksanakan oleh Balai Besar KSDA Jawa Barat; 3. Adanya motivasi berupa penetapan Kader Konservasi dan Pecinta Alam terbaik lingkup Balai Besar KSDA Jawa Barat setiap tahunnya. Rencana Strategis BBKSDA Jabar

42 12. Meningkatnya pengembangan promosi, informasi dan jasa lingkungan sebanyak 1 Kegiatan Balai Besar KSDA Jawa Barat mengelola sebanyak 50 kawasan konservasi yang tersebar di Provinsi Jawa Barat dan Banten. Tentunya, masing-masing kawasan konservasi memiliki potensi dan karakteristik tersendiri, baik berupa flora, fauna, maupun ekosistemnya. Potensi yang dimiliki oleh masing-masing kawasan sudah selayaknya disebarluaskan agar masyarakat secara luas mengetahui bahwa kawasan konservasi di samping memiliki fungsi yang penting sebagai perlindungan sistem penyangga kehidupan, juga memiliki pesona dan keindahan alam tersendiri sehingga dapat menggugah masyarakat untuk bangga dan turut melestarikannya. Oleh karena itu, pengembangan promosi, informasi dan jasa lingkungan dalam pengelolaan kawasan konservasi diperlukan. Beberapa kegiatan terkait dengan promosi dan informasi yang dilaksanakan pada tahun 2014 di antaranya: 1. Kegiatan pameran promosi wisata alam tingkat nasional; 2. Penyebaran informasi melalui media cetak dan elektronik. Adapun anggaran untuk kegiatan ini sebesar Rp ,- dengan realisasi anggaran sebesar Rp ,- (80,99%). Diharapkan melalui penyebaran informasi tersebut, dapat memberikan pemahaman kepada masyarakat luas mengenai kawasan konservasi. Di samping itu, kunjungan masyarakat ke kawasan konservasi, khususnya taman wisata alam dapat meningkat dari tahun ke tahun. Kegiatan penyebaran informasi dan promosi dapat dilaksanakan sehingga capaian sasarannya sebesar 100% dengan realisasi anggaran sebesar 80,99%. 13. Meningkatnya kapasitas kelembagaan dengan klasifikasi lengkap Balai Besar KSDA Jawa Barat merupakan Unit Pelaksana Teknis Departemen Kehutanan yang wilayah pengelolaannya meliputi Provinsi Jawa Barat dan Banten. Kelembagaan Balai Besar KSDA Jawa Barat secara lengkap terdiri dari : 1. Bagian Tata Usaha, berkedudukan di Bandung 2. Bidang Teknis KSDA, berkedudukan di Bandung Rencana Strategis BBKSDA Jabar

43 3. Bidang Wilayah I s/d III, berkedudukan di Bogor, Soreang, Ciamis. 4. Sub Bagian Umum, Sub Bagian Perencanaan & Kerjasama, Sub Bagian Data, Evlap & Humas, berkedudukan di Bandung 5. Seksi Pemanfaatan & Pelayanan, Seksi Perlindungan, Pengawetan dan Perpetaan, berkedudukan di Bandung 6. Seksi Konservasi Wilayah I s/d VI, berkedudukan di Serang, Bogor, Soreang, Purwakarta, Garut dan Tasikmalaya. 7. Dengan adanya implementasi Resort Based Management (RBM), pada tahun 2013 telah ditetapkan 22 resort pengelolaan wilayah yang tersebar di setiap seksi konservasi wilayah. Sumber daya manusia (PNS, Honorer, Pegawai Harian) yang tersedia untuk mendukung pelaksanaan tugas, fungsi, dan kewenangan Balai Besar KSDA Jawa Barat per Desember 2014 adalah sebanyak 287 orang. Sampai dengan akhir tahun 2014 semua gaji, tunjangan dan honor sudah dibagikan kepada seluruh pegawai lingkup Balai Besar KSDA Jawa Barat. Pada tahun 2014 PNS lingkup Balai Besar KSDA Jawa Barat juga menerima gaji ke-13 dan kenaikan gaji sebesar 6%. Pemberian gaji ke-13 dan kenaikan gaji ini dilakukan dalam rangka meningkatkan kesejahteraan dan meringankan biaya hidup Pegawai Negeri, Pejabat Negara, dan Penerima Pensiun/Tunjangan sebagaimana diatur dalam Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 53 Tahun 2014 tentang Pemberian Gaji/Pensiun/Tunjangan Bulan Ketiga Belas dalam Tahun Anggaran 2014 kepada Pegawai Negeri, Pejabat Negara, dan Penerima Pensiun/Tunjangan. Di samping itu, PNS Balai Besar KSDA Jawa Barat juga mendapatkan tunjangan kinerja sesuai dengan jabatan yang diembannya. Pada tahun 2014 juga telah dibangun berbagai sarana dan prasarana dalam rangka menunjang tupoksi di antaranya adalah: 1. Pengadaan komputer, 10 unit; 2. Pengadaan printer, 10 unit; 3. Pengadaan perlengkapan pos terpadu di CA Rawa Danau, 1 Paket; 4. Pengadaan perlengkapan meubelair kantor balai, 1 paket; 5. Pembangunan Dapur untuk Kantor Resor Pulau Sangiang, 1 paket; Rencana Strategis BBKSDA Jabar

44 6. Pemagaran dan Penataan Landscape Rumah Dinas SKW V di Garut, 1 paket; 7. Pembuatan Pos Jaga di CA. Junghuhn, 1 paket. Total anggaran yang disediakan untuk mendukung pencapaian sasaran ini sebesar Rp ,- dengan realisasi sebesar Rp ,- (93,21%). Jumlah anggaran yang besar bisa dipahami mengingat di dalamnya termasuk gaji dan honor pegawai, pemeliharaan kendaraan dan bangunan, serta pengadaan/ pembangunan sarana prasarana penunjang tupoksi. Dengan melihat semakin baiknya kelengkapan kelembagaan Balai Besar KSDA Jawa Barat, maka sasaran berupa peningkatan kapasitas kelembagaan dengan klasifikasi lengkap telah teralisasi sehingga capaian sasaran ini sebesar 100% dengan realisasi anggaran sebesar 93,21%. 14. Tersusunnya program dan anggaran serta laporan evaluasi dan keuangan Dokumen perencanaan yang meliputi Rencana Kerja (RO/RK, RKT dan RKAKL) serta Rencana Strategis merupakan dokumen yang mendukung kelancaran pelaksanaan Tupoksi Balai Besar KSDA Jawa Barat sebagai pengelola kawasan konservasi di Provinsi Jawa Barat dan Banten. Dengan perencanaan yang matang maka pelaksanaan kegiatan akan berjalan dengan lancar. Sementara itu, dokumen Data Informasi dan Evaluasi yang meliputi Laporan Tahunan, Statistika, dan Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) merupakan pelaporan dan pertanggungjawaban kegiatan yang telah dilaksanakan. Dokumen tersebut diperlukan sebagai bahan evaluasi dan peningkatan kinerja di tahun mendatang. Guna mendukung pencapaian sasaran yang telah ditetapkan, pada tahun 2014 telah dilaksanakan beberapa kegiatan berikut ini: 1. Penyusunan Laporan Keuangan & Barang Tingkat Satuan Kerja; 2. Penyusunan Laporan Keuangan & Barang Tingkat Wilayah; 3. Penyusunan Laporan BMN; 4. Penyusunan Laporan SPIP; 5. Pembinaan persuratan dan kearsipan; Rencana Strategis BBKSDA Jabar

45 6. Penyusunan Renstra ; 7. Penyusunan Rencana Operasional/Petunjuk Operasional; 8. Penyusunan RKA-KL Tahun 2015; 9. Penyusunan RENJA Tahun 2015; 10. Dukungan pengelolaan barang milik negara; 11. Dukungan pelaksanaan sistem pengendalian intern satuan kerja; 12. Penyusunan laporan tahunan 2013; 13. Penyusunan statististik tahun 2013; 14. Penyusunan LAKIP tahun 2013; 15. Monitoring dan evaluasi kegiatan tahun Total anggaran yang dialokasikan untuk mendukung pencapaian sasaran ini adalah sebesar Rp ,- dengan realisasi sebesar Rp ,bb- (88,21%). Dengan melihat bahwa seluruh output yang diharapkan dapat tercapai dengan baik, maka sasaran telah dapat dicapai sebesar 100% dengan realisasi anggaran sebesar 88,21%. 15. Meningkatnya Profesionalisme Tenaga Fungsional POLHUT, PEH, dan Penyuluh Kehutanan Meningkatnya profesionalisme tenaga fungsional POLHUT, PEH, dan Penyuluh Kehutanan mutlak diperlukan dalam pengelolaan kawasan. Sebagai ujung tombak pengelolaan kawasan di lapangan, tenaga fungsional wajib memiliki profesionalisme dan keahlian yang terus ditingkatkan melalui kegiatan pendidikan, pelatihan, seminar, dan penugasan. Masing-masing kelompok jabatan fungsional tersebut memiliki koordinator dan wakil untuk memudahkan dalam pengorganisasian. Pada tahun 2014, ada beberapa jenis pelatihan yang diikuti oleh pegawai Balai Besar KSDA Jawa Barat di antaranya adalah inhouse training aplikasi database RBM, diklatpim II, diklatpim III, dan diklatpim IV. Pelatihanpelatihan tersebut bertujuan untuk meningkatkan kemampuan teknis para pejabat fungsional dalam mengelola kawasan konservasi. Khusus untuk Polhut, telah diselenggarakan Latihan Menembak untuk meningkatkan kemampuan menggunakan senjata para pejabat fungsional Polhut sebagai bekal dalam melaksanakan Tupoksi di lapangan. Di samping itu, guna meningkatkan motivasi seluruh pegawai Balai Besar KSDA Jawa Barat dalam menjalankan tupoksinya masing-masing, telah diselenggarakan pembinaan pegawai di Pangandaran. Rencana Strategis BBKSDA Jabar

46 Pegawai Balai Besar KSDA Jawa Barat juga ada yang pada saat ini sedang melaksanakan Tugas Belajar. Tercatat sedikitnya 4 (empat) orang pegawai Balai Besar KSDA Jawa Barat yang saat ini sedang menempuh pendidikan jenjang strata 2 (S2), baik di dalam maupun luar negeri. Tentunya hal tersebut merupakan satu keuntungan tersendiri bagi organisasi Balai Besar KSDA Jawa Barat karena akan memiliki lebih banyak pegawai dengan tingkat pendidikan lebih tinggi. Guna mendukung peningkatan profesionalisme pegawai, khususnya tenaga fungsional di Balai Besar KSDA Jawa Barat, juga telah dilaksanakan kegiatan pemutakhiran data pegawai serta bimbingan teknis penyusunan Dupak dan penilaian Dupak jabatan fungsional. Adapun anggaran untuk keseluruhan kegiatan tersebut sebesar Rp ,- dengan realisasi anggaran sebesar Rp ,- (99,72%). Mengingat banyaknya pelatihan dalam rangka peningkatan kemampuan dan profesionalisme pejabat fungsional, maka sasaran ini telah tercapai 100% sehingga persen pencapaian sasaran mencapai 100% dengan realisasi anggaran 99,72%. Berdasarkan hasil idnetifikasi terhadap potensi dan permasalahan baik dari internal maupun exsternal, maka dalam rangka penyusunan rencana strategis Balai Besar KSDA Jawa Barat dapat dipetakan beberapa factor yang menjadi keuatan, kelemahan, peluang dan ancaman dan beberapa gambaran strategi yang dapat dilakukan dengan sebagaimana tertera dalam gambar berikut : Rencana Strategis BBKSDA Jabar

47 Eksternal Internal Kekuatan (S = Strengths) 1. Potensi jasa lingkungan dan wisata alam di kawasan konservasi sangat tinggi Rencana Strategis BBKSDA Jabar Kelemahan (W = Weaknesses) 1. Promosi pemanfaatan jasa lingkungan dan wisata alam di kawasan konservasi belum optimal 2. Pengelolaan dan pengawasan pemanfaaatan TSL masih lemah 2. Potensi dan pemanfaatan TSL cukup tinggi 3. Jumlah SDM memadai 3. Kualitas SDM dalam penegakan hukum tipihut masih terbatas 4. Kawasan konservasi memiliki potensi yang tinggi 4. Pengelolaan kawasan konservasi dan kawasan esensial belum optimal Peluang (O = Opportunities) Strategi S - O Strategi W - O 1. Dukungan stakeholder dan minat masyarakat dalam pemanfaatan jasa lingkungan dan wisata tinggi 2. Dukungan stakeholder dan minat masyarakat dibidang pelestarian dan pemanfaatan TSL cukup tinggi 3. Dukungan kelembagaan dan peraturan 1. Mengembangkan potensi jasa lingkungan dan wisata dengan melibatkan stakeholder dan masyarakat 2. Mengembangkan potensi dan pemanfaatan TSL dengan melibatkan stakeholder dan masyarakat 3. Mengoptimalkan SDM dalam penegakan 1. Memberikan peran kepada stakeholder dan masyarakat untuk melakukan promosi pemanfaatan jasa lingkungan dan wisata alam yang lebih luas dan intensif 2. Memanfaatkan peraturan perundangan untuk pengawasan pemanfaatan TSL 3. Memanfaatkan peraturan perundangan untuk perundangan dibidang tipihut cukup kuat tipihut penegakan tipihut 4. Dukungan stakeholder dalam pengelolaan 4. Memanfaaatkan dukungan stakeholder 4. Memberikan peran kepada berbagai pihak kawasan konservasi dan kawasan esensial pengelolaan kawasan konservasi dan dalam pengelolaan kawasan konservasi dan cukup tinggi kawasan esensial kawasan essensial Ancaman (T = Threats) Strategi S A Strategi W - T 1. Konflik kepentingan antara stakeholder terkait pemanfaatan jasa lingkungan dan wisata alam cukup tinggi 2. Maraknya perburuan dan perdagangan TSL illegal 1. Meningkatkan koordinsi dan sinkronisasi program jasa lingkungan dan wisata alam 2. Melakukan sosialisasi lebih intensif untuk menekan perburuan dan perdagangan TSL serta mempertahankan potensi TSL yang ada 1. Melakukan sosialisasi untuk menekan dan meminimalisir konflik kepentingan antar stakeholder dalam pemanfaatan jasa lingkungan dan wisata alam 2. Meningkatkan pengawasan dan penegakan hukum

48 3. Tekanan masyarakat terhadap kawasan konservasi sangat tinggi 4. Dokumen pengelolaan kawasan konservasi belum lengkap 3. Mengoptimalkan peran SDM untuk melakukan pencegahan dan pengamanan kawasan konservasi 4. Memanfaatkan SDM untuk menyusun dokumen pengelolaan kawasan konservasi Gambar 5 : Formulasi Strategi dengan Analisa SWOT 3. Meningkatkan kualitas dan kuantitas SDM dalam penegakan hukum tipihut 4. Meningkatkan keterlibatan masyarakat dalam pengelolaaan kawasan konservasi dan kawasan essensial Rencana Strategis BBKSDA Jabar

49 BAB II. VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN A. Visi, Misi dan Tujuan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) Tahun merupakan periode ketiga dari Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN) Tahun RPJMN Tahun , sebagaimana ditetapkan dalam Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 2015, menegaskan kembali bahwa pelaksanaan pembangunan Indonesia harus sesuai dengan ideologi bangsa, yaitu Pancasila dan Trisakti. Ideologi tersebut harus menjadi penuntun, penggerak, pemersatu, dan sekaligus sebagai bintang pengarah. Dengan mempertimbangkan masalah pokok bangsa, tantangan pembangunan yang dihadapi, serta capaian pembangunan selama ini, maka Presiden Republik Indonesia menetapkan visi pembangunan nasional tahun , yaitu Terwujudnya Indonesia yang Berdaulat, Mandiri dan Berkepribadian Berlandaskan Gotong Royong. Untuk mewujudkan pencapaian visi tersebut, pembangunan dilaksanakan dengan misi : 1. Mewujudkan keamanan nasional yang mampu menjaga kedaulatan wilayah, menopang kemandirian ekonomi dengan mengamankan sumber daya maritim, dan mencerminkan kepribadian Indonesia sebagai negara kepulauan; 2. Mewujudkan masyarakat maju, berkeseimbangan dan demokratis berlandaskan negara hukum; 3. Mewujudkan politik luar negeri bebas-aktif dan memperkuat jati diri sebagai negara maritim; 4. Mewujudkan kualitas hidup manusia Indonesia yang tinggi, maju dan sejahtera; 5. Mewujudkan bangsa yang berdaya-saing; 6. Mewujudkan Indonesia menjadi negara maritim yang mandiri, maju, kuat, dan berbasiskan kepentingan nasional; serta 7. Mewujudkan masyarakat yang berkepribadian dalam kebudayaan Adapun norma pembangunan yang harus diperhatikan dan diterapkan dalam RPJMN Tahun adalah: 1. Membangun untuk meningkatkan kualitas hidup manusia dan masyarakat; Rencana Strategis BBKSDA Jabar

50 2. Setiap upaya peningkatan kesejahteraan, kemakmuran, dan produktivitas tidak boleh menciptakan ketimpangan yang makin melebar yang dapat merusak keseimbangan pembangunan. Perhatian khusus diberikan pada peningkatan produktivitas rakyat lapisan menengah-bawah, tanpa menghalangi, menghambat, mengecilkan dan mengurangi keleluasaan pelakupelaku besar untuk terus menjadi agen pertumbuhan. Hal ini dimaksudkan untuk menciptakan pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan; 3. Aktivitas pembangunan tidak boleh merusak, menurunkan daya dukung lingkungan dan mengganggu keseimbangan ekosistem. Visi dan misi pembangunan tahun menjadi peta jalan seluruh kementerian dan/atau lembaga penyelenggara negara dalam merancang arah pembangunan, sasaran, dan strategi yang akan dilaksanakannya. Prioritas dalam jalan perubahan menuju Indonesia yang berdaulat secara politik, mandiri dalam bidang ekonomi, dan berkepribadian dalam kebudayaan, dirumuskan dalam sembilan agenda prioritas pembangunan tahun Sembilan agenda prioritas yang lebih dikenal dengan sebutan Nawa Cita tersebut, diuraikan sebagaimana dalam Gambar berikut. Gambar 6 : Visi Misi Pembangunan Nasional dan Nawacita Rencana Strategis BBKSDA Jabar

51 B. Sasaran Berdasarkan uraian rencana pelaksanaan Nawa Cita, tugas dan fungsi Direktorat Jenderal KSDAE terutama tertuang dalam agenda ketujuh. Nawa Cita juga menguraikan sub agenda dan sasaran yang menjadi amanat bagi Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan. Berangkat dari pandangan, harapan dan permasalahan yang ada, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan merumuskan tujuan pembangunan tahun , yaitu memastikan kondisi lingkungan berada pada toleransi yang dibutuhkan untuk kehidupan manusia dan sumberdaya berada rentang populasi yang aman, serta secara paralel meningkatkan kemampuan sumberdaya alam untuk memberikan sumbangan bagi perekonomian nasional. Berdasarkan tujuan pembangunan lingkungan hidup dan kehutanan, peran utama Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan pada tahun , yaitu: (1) Menjaga kualitas LH yang memberikan daya dukung, pengendalian pencemaran, pengelolaan DAS, keanekaragaman hayati serta pengendalian perubahan iklim; (2) Menjaga luasan dan fungsi hutan untuk menopang kehidupan, menyediakan hutan untuk kegiatan sosial, ekonomi rakyat, dan menjaga jumlah dan jenis flora dan fauna serta endangered species; (3) memelihara kualitas lingkungan hidup, menjaga hutan, dan merawat keseimbangan ekosistem dan keberadaan sumberdaya. Untuk memastikan manifestasi dari peran Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan dalam pembangunan nasional, dirumuskan sasaran strategis yang menjadi panduan dan pendorong arsitektur kinerja tahun Sasaran strategis dimaksud, yaitu: 1. Menjaga kualitas lingkungan hidup untuk meningkatkan daya dukung lingkungan, ketahanan air dan kesehatan masyarakat, dengan indikator kinerja Indeks Kualitas Lingkungan Hidup berada pada kisaran 66,5-68,6, angka pada tahun 2013 sebesar 63,12. Anasir utama pembangun dari besarnya indeks ini yang akan ditangani, yaitu air, udara dan tutupan hutan; 2. Memanfaatkan potensi sumberdaya hutan dan lingkungan hutan secara lestari untuk meningkatkan ekonomi dan kesejahteraan masyarakat yang berkeadilan, dengan indikator kinerja peningkatan kontribusi SDH dan LH terhadap devisa dan PNBP. Komponen pengungkit yang akan ditangani yaitu produksi hasil hutan, baik kayu maupun non kayu (termasuk tumbuhan dan satwa liar) dan ekspor; serta Rencana Strategis BBKSDA Jabar

52 3. Melestarikan keseimbangan ekosistem dan keanekaragaman hayati serta keberadaan SDA sebagai sistem penyangga kehidupan untuk mendukung pembangunan berkelanjutan, dengan indikator kinerja derajat keberfungsian ekosistem meningkat setiap tahun. Kinerja ini merupakan agregasi berbagai penanda (penurunan jumlah hotpsot kebakaran hutan dan lahan, peningkatan populasi spesies terancam punah, peningkatan kawasan ekosistem esensial yang dikelola oleh para pihak, penurunan konsumsi bahan perusak ozon, dan lainlain). Direktorat Jenderal KSDAE yang bertugas menyelenggarakan perumusan dan pelaksanaan kebijakan di bidang pengelolaan konservasi sumberdaya alam dan ekosistemnya, secara ekplisit dalam Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1990 diamanatkan untuk melaksanakan perlindungan, pengawetan, dan pemanfaatan ekosistem, spesies dan sumberdaya genetik untuk mewujudkan kelestarian sumberdaya alam hayati serta keseimbangan ekosistemnya. Sasaran akhir yang ingin dicapai adalah kekayaan keanekaragaman hayati dapat berfungsi dalam mendukung upaya peningkatan kesejahteraan dan mutu kehidupan manusia, berasaskan keserasian dan keseimbangan sebagaimana Gambar 6. Dengan demikian maka sasaran yang ingin dicapai oleh Direktorat Jenderal KSDAE adalah kawasan konservasi dan keanekaragaman hayati terpelihara dan terlindungi serta dimanfaatkan secara lestari untuk mendukung peningkatan kesejahteraan masyarakat dan mutu kehidupan manusia. Namun demikian, untuk menyesuaikan dengan Rencana Strategis Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, maka rumusan tersebut dibagi menjadi dua bagian, yaitu dari sisi pemanfaatan nilai keekonomian kawasan konservasi dan keanekaragaman hayati, serta dari sisi upaya perlindungan dan pengawetan kawasan konservasi dan keanekaragaman hayati itu sendiri. Dari 3 sasaran strategis Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, Direktorat Jenderal KSDAE akan berperan dalam mewujudkan dua sasaran strategis, yaitu : 1. Memanfaatkan potensi SDH dan LH secara lestari untuk meningkatkan ekonomi dan kesejahteraan masyarakat yang berkeadilan (sasaran strategis kedua); 2. Melestarikan keseimbangan ekosistem dan keanekaragaman hayati serta keberadaan SDA sebagai sistem penyangga kehidupan untuk mendukung pembangunan berkelanjutan (sasaran strategis ketiga). Rencana Strategis BBKSDA Jabar

53 Peran dalam pencapaian sasaran strategis kedua akan dibuktikan dan diukur dengan besaran penerimaan devisa negara dan penerimaan negara bukan pajak dari pemanfaatan jasa lingkungan kawasan konservasi serta pemanfaatan satwa liar dan tumbuhan alam. Adapun peran dalam pencapaian sasaran strategis ketiga antara lain akan dibuktikan dan diukur dengan peningkatan nilai indeks efektivitas pengelolaan kawasan konservasi (METT) serta peningkatan populasi 25 jenis satwa liar terancam punah prioritas. Gambar 7 : Upaya Pokok dan Tujuan Pembangunan BIdang KSDAE Balai Besar KSDA Jawa Barat sebagai salah satu Unit Pelaksana Teknis Direktorat Jenderal KSDAE akan mengimplementasilan sasaran akan akan dicapai oleh Direktorat Jenderal KSDAE di Wilayah Provinsi Jawa Barat dan Banten. Rencana Strategis BBKSDA Jabar

Perkembangan Luas Kawasan Hutan di Jawa Barat Berdasarkan Fungsinya Tahun 2003 s/d Tahun 2003 (Ha)

Perkembangan Luas Kawasan Hutan di Jawa Barat Berdasarkan Fungsinya Tahun 2003 s/d Tahun 2003 (Ha) Tabel 1.1. Perkembangan Luas Kawasan Hutan di Jawa Barat Berdasarkan Fungsinya Tahun 2003 s/d 2005 No Fungsi Kawasan Tahun 2003 Tahun 2004 Tahun 2005 Keterangan I Kawasan Produksi & Lindung 627.499,78

Lebih terperinci

RENCANA KERJA BALAI BESAR KSDA JAWA BARAT TAHUN 2017

RENCANA KERJA BALAI BESAR KSDA JAWA BARAT TAHUN 2017 RENCANA KERJA BALAI BESAR KSDA JAWA BARAT TAHUN 2017 BALAI BESAR KONSERVASI SUMBER DAYA ALAM JAWA BARAT BANDUNG, OKTOBER 2016 DIPA 029 TAHUN ANGGARAN 2016 KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN DIREKTORAT

Lebih terperinci

TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA UNIT PELAKSANA TEKNIS KONSERVASI SUMBER DAYA ALAM MENTERI KEHUTANAN,

TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA UNIT PELAKSANA TEKNIS KONSERVASI SUMBER DAYA ALAM MENTERI KEHUTANAN, PERATURAN MENTERI KEHUTANAN NOMOR : P. 02/Menhut-II/2007 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA UNIT PELAKSANA TEKNIS KONSERVASI SUMBER DAYA ALAM MENTERI KEHUTANAN, Menimbang : a. bahwa Keputusan Menteri Kehutanan

Lebih terperinci

Pembangunan KSDAE di Eko-Region Papua Jakarta, 2 Desember 2015

Pembangunan KSDAE di Eko-Region Papua Jakarta, 2 Desember 2015 Pembangunan KSDAE di Eko-Region Papua Jakarta, 2 Desember 2015 Papua terdiri dari Provinsi Papua Barat dan Provinsi Papua dengan luas total 42,22 juta ha merupakan provinsi terluas dengan jumlah penduduk

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN NOMOR : P.19/Menhut-II/2004 TENTANG KOLABORASI PENGELOLAAN KAWASAN SUAKA ALAM DAN KAWASAN PELESTARIAN ALAM

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN NOMOR : P.19/Menhut-II/2004 TENTANG KOLABORASI PENGELOLAAN KAWASAN SUAKA ALAM DAN KAWASAN PELESTARIAN ALAM MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI KEHUTANAN NOMOR : P.19/Menhut-II/2004 TENTANG KOLABORASI PENGELOLAAN KAWASAN SUAKA ALAM DAN KAWASAN PELESTARIAN ALAM MENTERI KEHUTANAN, Menimbang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hidup Indonesia terdapat dalam Pembukaan UUD 1945 alinea keempat. Kaedah

BAB I PENDAHULUAN. hidup Indonesia terdapat dalam Pembukaan UUD 1945 alinea keempat. Kaedah 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kaedah dasar yang melandasi pembangunan dan perlindungan lingkungan hidup Indonesia terdapat dalam Pembukaan UUD 1945 alinea keempat. Kaedah dasar ini selanjutnya

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN NOMOR : P. 03/Menhut-II/2007 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA UNIT PELAKSANA TEKNIS TAMAN NASIONAL MENTERI KEHUTANAN,

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN NOMOR : P. 03/Menhut-II/2007 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA UNIT PELAKSANA TEKNIS TAMAN NASIONAL MENTERI KEHUTANAN, PERATURAN MENTERI KEHUTANAN NOMOR : P. 03/Menhut-II/2007 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA UNIT PELAKSANA TEKNIS TAMAN NASIONAL MENTERI KEHUTANAN, Menimbang : a. bahwa Keputusan Menteri Kehutanan Nomor

Lebih terperinci

PEDOMAN UMUM PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MANDIRI KEHUTANAN BAB I PENDAHULUAN

PEDOMAN UMUM PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MANDIRI KEHUTANAN BAB I PENDAHULUAN Lampiran Peraturan Menteri Kehutanan Nomor : P.16/Menhut-II/2011 Tanggal : 14 Maret 2011 PEDOMAN UMUM PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MANDIRI KEHUTANAN BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pedoman

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia memiliki tanah air yang kaya dengan sumber daya alam dan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia memiliki tanah air yang kaya dengan sumber daya alam dan BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Indonesia memiliki tanah air yang kaya dengan sumber daya alam dan ekosistemnya. Potensi sumber daya alam tersebut semestinya dikembangkan dan dimanfaatkan sebesar-besarnya

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 108 TAHUN 2015 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 28 TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN KAWASAN SUAKA ALAM DAN KAWASAN PELESTARIAN ALAM DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.330, 2015 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA LINGKUNGAN HIDUP. Pengelolaan. Pelestarian. Suaka. Kawasan. Perubahan. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5798) PERATURAN

Lebih terperinci

KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL KONSERVASI SUMBER DAYA ALAM DAN EKOSISTEM NOMOR : SK. 128/ KSDAE/ SET/ KUM.1/3/2018 TENTANG

KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL KONSERVASI SUMBER DAYA ALAM DAN EKOSISTEM NOMOR : SK. 128/ KSDAE/ SET/ KUM.1/3/2018 TENTANG KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL KONSERVASI SUMBER DAYA ALAM DAN EKOSISTEM NOMOR : SK. 128/ KSDAE/ SET/ KUM.1/3/2018 TENTANG PEMETAAN PROSES BISNIS LINGKUP DIREKTORAT JENDERAL KONSERVASI SUMBER DAYA ALAM DAN

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.150, 2011 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN KEHUTANAN. PNPM Mandiri. Pedoman. PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR P.16/MENHUT-II/2011 TENTANG PEDOMAN UMUM PROGRAM NASIONAL

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 108 TAHUN 2015 TENTANG

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 108 TAHUN 2015 TENTANG PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 108 TAHUN 2015 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 28 TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN KAWASAN SUAKA ALAM DAN KAWASAN PELESTARIAN ALAM DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

2017, No c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan Menteri Lingkungan Hidup

2017, No c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan Menteri Lingkungan Hidup BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1938, 2017 KEMEN-LHK. Penugasan bidang LHK kepada 33 Gubernur. PERATURAN MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR P.66/MENLHK/SETJEN/KUM.1/12/2017

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. dari penunjukan kawasan konservasi CA dan SM Pulau Bawean adalah untuk

I. PENDAHULUAN. dari penunjukan kawasan konservasi CA dan SM Pulau Bawean adalah untuk I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Suaka Alam Pulau Bawean ditunjuk dengan Surat Keputusan Menteri Pertanian No. 76/Kpts/Um/12/1979 tanggal 5 Desember 1979 meliputi Cagar Alam (CA) seluas 725 ha dan Suaka

Lebih terperinci

Burung Cekakak Tunggir-hijau, Sulawesi. Orang Utan, Kalimantan. Burung Cendrawasih, Papua

Burung Cekakak Tunggir-hijau, Sulawesi. Orang Utan, Kalimantan. Burung Cendrawasih, Papua 2017 LAPORAN KINERJA DIREKTORAT JENDERAL KSDAE Burung Cekakak Tunggirhijau, Sulawesi Orang Utan, Kalimantan Jakarta, Februari 2018 Burung Cendrawasih, Papua Direktorat Jenderal KSDAE merupakan instansi

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN. 2.1 Gambaran Umum Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN. 2.1 Gambaran Umum Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN 2.1 Gambaran Umum Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam 2.1.1 Sejarah Singkat Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam Balai Besar KSDA Jawa Timur merupakan salah satu

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Keberadaan burung pemangsa (raptor) memiliki peranan yang sangat penting dalam suatu ekosistem. Posisinya sebagai pemangsa tingkat puncak (top predator) dalam ekosistem

Lebih terperinci

RENCANA PENELITIAN INTEGRATIF PENGELOLAAN KAWASAN KONSERVASI TAHUN

RENCANA PENELITIAN INTEGRATIF PENGELOLAAN KAWASAN KONSERVASI TAHUN RENCANA PENELITIAN INTEGRATIF PENGELOLAAN KAWASAN KONSERVASI TAHUN 05-09 Prof. DR. M. Bismark, MS. LATAR BELAKANG Perlindungan biodiversitas flora, fauna dan mikroorganisme menjadi perhatian dunia untuk

Lebih terperinci

sebagai Kawasan Ekosistem Esensial)

sebagai Kawasan Ekosistem Esensial) UU No 5 tahun 1990 (KSDAE) termasuk konsep revisi UU No 41 tahun 1999 (Kehutanan) UU 32 tahun 2009 (LH) UU 23 tahun 2014 (Otonomi Daerah) PP No 28 tahun 2011 (KSA KPA) PP No. 18 tahun 2016 (Perangkat Daerah)

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Hutan menurut fungsi pokoknya dibagi menjadi tiga yaitu hutan konservasi, hutan lindung dan hutan produksi (Dephut, 2009). Hutan konservasi sendiri didefinisikan kawasan

Lebih terperinci

REALISASI KEGIATAN DIPA 29 BALAI BESAR KONSERVASI SUMBER DAYA ALAM SULAWESI SELATAN TAHUN 2007

REALISASI KEGIATAN DIPA 29 BALAI BESAR KONSERVASI SUMBER DAYA ALAM SULAWESI SELATAN TAHUN 2007 REALISASI KEGIATAN DIPA 29 BALAI BESAR KONSERVASI SUMBER DAYA ALAM SULAWESI SELATAN TAHUN 2007 No Realisasi 1. 03.01.09 PROGRAM PEMANTAPAN KEAMANAN DALAM NEGERI 09.4003 Perlindungan dan pengamanan Hutan

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Banteng (Bos javanicus) merupakan salah satu jenis satwa liar yang dilindungi menurut Peraturan Pemerintah Nomor 7 Tahun 1999 tentang Pengawetan Jenis Tumbuhan dan Satwa

Lebih terperinci

GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 71 TAHUN 2011 TENTANG RINCIAN TUGAS POKOK DINAS KEHUTANAN PROVINSI BALI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 71 TAHUN 2011 TENTANG RINCIAN TUGAS POKOK DINAS KEHUTANAN PROVINSI BALI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 71 TAHUN 2011 TENTANG RINCIAN TUGAS POKOK DINAS KEHUTANAN PROVINSI BALI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BALI, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN NOMOR : P.19/Menhut-II/2004 TENTANG KOLABORASI PENGELOLAAN KAWASAN SUAKA ALAM DAN KAWASAN PELESTARIAN ALAM

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN NOMOR : P.19/Menhut-II/2004 TENTANG KOLABORASI PENGELOLAAN KAWASAN SUAKA ALAM DAN KAWASAN PELESTARIAN ALAM MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI KEHUTANAN NOMOR : P.19/Menhut-II/2004 TENTANG KOLABORASI PENGELOLAAN KAWASAN SUAKA ALAM DAN KAWASAN PELESTARIAN ALAM MENTERI KEHUTANAN, Menimbang

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa dengan telah

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa dengan telah

Lebih terperinci

(2) Untuk melaksanakan tugas pokok sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Kepala Balai Pengelolaan Taman Hutan Raya Banten mempunyai fungsi sebagai berik

(2) Untuk melaksanakan tugas pokok sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Kepala Balai Pengelolaan Taman Hutan Raya Banten mempunyai fungsi sebagai berik BAB XXXVIII BALAI PENGELOLAAN TAMAN HUTAN RAYA BANTEN PADA DINAS KEHUTANAN DAN PERKEBUNAN PROVINSI BANTEN Pasal 173 Susunan Organisasi Balai Pengelolaan Taman Hutan Raya Banten terdiri dari : a. Kepala

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Menteri Kehutanan No. 134/Menhut-II/2004 tentang Perubahan fungsi

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Menteri Kehutanan No. 134/Menhut-II/2004 tentang Perubahan fungsi 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Taman Nasional (TN) Gunung Merapi ditetapkan berdasarkan Keputusan Menteri Kehutanan No. 134/Menhut-II/2004 tentang Perubahan fungsi Kawasan Hutan Lindung, Cagar

Lebih terperinci

KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN. Direktorat Pemolaan dan Informasi Konservasi Alam TAHUN

KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN. Direktorat Pemolaan dan Informasi Konservasi Alam TAHUN KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN Direktorat Pemolaan dan Informasi Konservasi Alam TAHUN 2015-2019 Tahun 2015 KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN PERATURAN DIREKTUR PEMOLAAN DAN INFORMASI

Lebih terperinci

Lampiran 3. Interpretasi dari Korelasi Peraturan Perundangan dengan Nilai Konservasi Tinggi

Lampiran 3. Interpretasi dari Korelasi Peraturan Perundangan dengan Nilai Konservasi Tinggi I. Keanekaragaman hayati UU No. 5, 1990 Pasal 21 PP No. 68, 1998 UU No. 41, 1999 Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya. Pengawetan keanekaragaman hayati serta ekosistemnya melalui Cagar Alam

Lebih terperinci

SAMBUTAN MENTERI KEHUTANAN PADA ACARA FINALISASI DAN REALISASI MASTERPLAN PUSAT KONSERVASI KEANEKARAGAMAN HAYATI (PPKH) Pongkor, Selasa, 23 April 2013

SAMBUTAN MENTERI KEHUTANAN PADA ACARA FINALISASI DAN REALISASI MASTERPLAN PUSAT KONSERVASI KEANEKARAGAMAN HAYATI (PPKH) Pongkor, Selasa, 23 April 2013 SAMBUTAN MENTERI KEHUTANAN PADA ACARA FINALISASI DAN REALISASI MASTERPLAN PUSAT KONSERVASI KEANEKARAGAMAN HAYATI (PPKH) Pongkor, Selasa, 23 April 2013 Assalamu alaikum warahmatullahi wabarakatuh. Yang

Lebih terperinci

VI. PERATURAN PERUNDANGAN DALAM PELESTARIAN ELANG JAWA

VI. PERATURAN PERUNDANGAN DALAM PELESTARIAN ELANG JAWA VI. PERATURAN PERUNDANGAN DALAM PELESTARIAN ELANG JAWA Pencapaian tujuan kelestarian jenis elang Jawa, kelestarian habitatnya serta interaksi keduanya sangat ditentukan oleh adanya peraturan perundangan

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN. 2.1 Sejarah Singkat Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam (BBKSDA) Jawa Timur

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN. 2.1 Sejarah Singkat Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam (BBKSDA) Jawa Timur BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN 2.1 Sejarah Singkat Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam (BBKSDA) Jawa Timur Balai Besar KSDA Jawa Timur merupakan salah satu dari 8 (delapan) Balai Besar KSDA di Indonesia

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. keanekaragaman hayati Indonesia menduduki posisi kedua setelah Columbia

I. PENDAHULUAN. keanekaragaman hayati Indonesia menduduki posisi kedua setelah Columbia I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Hutan Indonesia seluas 126,8 juta hektar yang merupakan kelompok hutan tropis ketiga terbesar di dunia setelah Brasil dan Zaire, mempunyai fungsi utama sebagai paru-paru

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Semoga Allah SWT selalu meridoi setiap usaha kita, amin.

KATA PENGANTAR. Semoga Allah SWT selalu meridoi setiap usaha kita, amin. KATA PENGANTAR Sebagaimana diatur dalam Peraturan Menteri Kehutanan No. P.0/Menhut-II/007 tentang Organisasi dan Tata Kerja Unit Pelaksana Teknis Konservasi Sumber Daya Alam, Unit Pelaksana Teknis Konservasi

Lebih terperinci

BAB III AKUNTABILITAS KINERJA

BAB III AKUNTABILITAS KINERJA BAB III AKUNTABILITAS KINERJA Laporan Kinerja Dinas Kehutanan Provinsi Jawa Timur dibuat sesuai ketentuan yang terkandung dalam Peraturan Presiden Nomor 29 Tahun 2014 tentang Sistem Akuntabilitas Kinerja

Lebih terperinci

GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH

GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH PERATURAN GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH NOMOR 32 TAHUN 2008 TENTANG TUGAS POKOK DAN FUNGSI DINAS KEHUTANAN PROVINSI KALIMANTAN TENGAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR

Lebih terperinci

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 84 TAHUN 2016 TENTANG

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 84 TAHUN 2016 TENTANG GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 84 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, URAIAN TUGAS DAN FUNGSI SERTA TATA KERJA DINAS KEHUTANAN PROVINSI JAWA TIMUR DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

Laporan Penelitian Implementasi Undang-Undang No. 18 Tahun 2013 dalam Penanggulangan Pembalakan Liar

Laporan Penelitian Implementasi Undang-Undang No. 18 Tahun 2013 dalam Penanggulangan Pembalakan Liar Laporan Penelitian Implementasi Undang-Undang No. 18 Tahun 2013 dalam Penanggulangan Pembalakan Liar Ketua : Marfuatul Latifah, S.H.I, L.LM Wakil Ketua : Sulasi Rongiyati, S.H., M.H. Sekretaris : Trias

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.22, 2008 DEPARTEMEN KEHUTANAN. KAWASAN. Pelestarian.Suaka Alam. Pengelolaan. Pedoman.

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.22, 2008 DEPARTEMEN KEHUTANAN. KAWASAN. Pelestarian.Suaka Alam. Pengelolaan. Pedoman. BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.22, 2008 DEPARTEMEN KEHUTANAN. KAWASAN. Pelestarian.Suaka Alam. Pengelolaan. Pedoman. PERATURAN MENTERI KEHUTANAN Nomor : P.41 /Menhut-II/2008 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN

Lebih terperinci

GUBERNUR BANTEN PERATURAN GUBERNUR BANTEN NOMOR 14 TAHUN 2013

GUBERNUR BANTEN PERATURAN GUBERNUR BANTEN NOMOR 14 TAHUN 2013 GUBERNUR BANTEN PERATURAN GUBERNUR BANTEN NOMOR 14 TAHUN 2013 TENTANG RINCIAN TUGAS, FUNGSI DAN TATA KERJA ORGANISASI PERANGKAT DAERAH PROVINSI BANTEN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANTEN,

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN, PERATURAN MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR P.43/MENLHK/SETJEN/KUM.1/6/2017 TENTANG PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DI SEKITAR KAWASAN SUAKA ALAM DAN KAWASAN PELESTARIAN ALAM DENGAN

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN NOMOR : P.14/Menhut-II/2007 TENTANG TATACARA EVALUASI FUNGSI KAWASAN SUAKA ALAM, KAWASAN PELESTARIAN ALAM DAN TAMAN BURU

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN NOMOR : P.14/Menhut-II/2007 TENTANG TATACARA EVALUASI FUNGSI KAWASAN SUAKA ALAM, KAWASAN PELESTARIAN ALAM DAN TAMAN BURU MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI KEHUTANAN NOMOR : P.14/Menhut-II/2007 TENTANG TATACARA EVALUASI FUNGSI KAWASAN SUAKA ALAM, KAWASAN PELESTARIAN ALAM DAN TAMAN BURU MENTERI KEHUTANAN,

Lebih terperinci

2017, No Peraturan Menteri; d. bahwa dalam rangka optimalisasi penanganan barang bukti tindak pidana lingkungan hidup dan kehutanan perlu diatu

2017, No Peraturan Menteri; d. bahwa dalam rangka optimalisasi penanganan barang bukti tindak pidana lingkungan hidup dan kehutanan perlu diatu No.642, 2017 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMEN-LHK. Penanganan Barang Bukti Tindak Pidana Lingkungan Hidup dan Kehutanan. Pencabutan. PERATURAN MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA

Lebih terperinci

KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN DIREKTORAT JENDERAL KONSERVASI SUMBER DAYA ALAM DAN EKOSISTEM

KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN DIREKTORAT JENDERAL KONSERVASI SUMBER DAYA ALAM DAN EKOSISTEM KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN DIREKTORAT JENDERAL KONSERVASI SUMBER DAYA ALAM DAN EKOSISTEM PERATURAN DIREKTUR JENDERAL KONSERVASI SUMBER DAYA ALAM DAN EKOSISTEM NOMOR : P. 11/KSDAE/SET/KSA.0/9/2016

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki hutan tropis terbesar di dunia. Luas kawasan hutan di Indonesia saat ini mencapai 120,35 juta ha. Tujuh belas persen

Lebih terperinci

GUBERNUR ACEH PERATURAN GUBERNUR ACEH NOMOR 20 TAHUN 2013 TENTANG

GUBERNUR ACEH PERATURAN GUBERNUR ACEH NOMOR 20 TAHUN 2013 TENTANG GUBERNUR ACEH PERATURAN GUBERNUR ACEH NOMOR 20 TAHUN 2013 TENTANG SUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KERJA UNIT PELAKSANA TEKNIS DINAS PADA DINAS KEHUTANAN ACEH GUBERNUR ACEH, Menimbang : a. bahwa dengan ditetapkannya

Lebih terperinci

BUPATI TASIKMALAYA PERATURAN BUPATI TASIKMALAYA NOMOR 35 TAHUN 2008 TENTANG

BUPATI TASIKMALAYA PERATURAN BUPATI TASIKMALAYA NOMOR 35 TAHUN 2008 TENTANG BUPATI TASIKMALAYA PERATURAN BUPATI TASIKMALAYA NOMOR 35 TAHUN 2008 TENTANG RINCIAN TUGAS UNIT DI LINGKUNGAN DINAS KEHUTANAN DAN PERKEBUNAN KABUPATEN TASIKMALAYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI

Lebih terperinci

PERATURAN GUBERNUR KALIMANTAN SELATAN NOMOR 022 TAHUN 2017 TENTANG TUGAS, POKOK, FUNGSI, DAN URAIAN TUGAS DINAS KEHUTANAN PROVINSI KALIMANTAN SELATAN

PERATURAN GUBERNUR KALIMANTAN SELATAN NOMOR 022 TAHUN 2017 TENTANG TUGAS, POKOK, FUNGSI, DAN URAIAN TUGAS DINAS KEHUTANAN PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN GUBERNUR KALIMANTAN SELATAN NOMOR 022 TAHUN 2017 TENTANG TUGAS, POKOK, FUNGSI, DAN URAIAN TUGAS DINAS KEHUTANAN PROVINSI KALIMANTAN SELATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR KALIMANTAN

Lebih terperinci

PERATURAN BUPATI MUSI RAWAS NOMOR 58 TAHUN 2008 T E N T A N G PENJABARAN TUGAS POKOK DAN FUNGSI DINAS KEHUTANAN KABUPATEN MUSI RAWAS

PERATURAN BUPATI MUSI RAWAS NOMOR 58 TAHUN 2008 T E N T A N G PENJABARAN TUGAS POKOK DAN FUNGSI DINAS KEHUTANAN KABUPATEN MUSI RAWAS PERATURAN BUPATI MUSI RAWAS NOMOR 58 TAHUN 2008 T E N T A N G PENJABARAN TUGAS POKOK DAN FUNGSI DINAS KEHUTANAN KABUPATEN MUSI RAWAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI MUSI RAWAS, Menimbang : a.

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 1999 TENTANG PENGAWETAN JENIS TUMBUHAN DAN SATWA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang :

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 1999 TENTANG PENGAWETAN JENIS TUMBUHAN DAN SATWA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 1999 TENTANG PENGAWETAN JENIS TUMBUHAN DAN SATWA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa tumbuhan dan satwa adalah bagian dari sumber daya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ekosistemnya. Pada Undang-Undang No. 5 Tahun 1990 tentang Konservasi

BAB I PENDAHULUAN. ekosistemnya. Pada Undang-Undang No. 5 Tahun 1990 tentang Konservasi BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Hutan konservasi adalah kawasan hutan dengan ciri khas tertentu, yang mempunyai fungsi pokok pengawetan keanekaragaman tumbuhan dan satwa serta ekosistemnya. Pada

Lebih terperinci

2. Seksi Pengembangan Sumberdaya Manusia; 3. Seksi Penerapan Teknologi g. Unit Pelaksana Teknis Dinas; h. Jabatan Fungsional.

2. Seksi Pengembangan Sumberdaya Manusia; 3. Seksi Penerapan Teknologi g. Unit Pelaksana Teknis Dinas; h. Jabatan Fungsional. BAB XVII DINAS KEHUTANAN DAN PERKEBUNAN Bagian Kesatu Susunan Organisasi Pasal 334 Susunan organisasi Dinas Kehutanan dan Perkebunan terdiri dari: a. Kepala Dinas; b. Sekretaris, membawahkan: 1. Sub Bagian

Lebih terperinci

Oleh: Ir. Agus Dermawan, M.Si. Direktur Konservasi Kawasan dan Jenis Ikan

Oleh: Ir. Agus Dermawan, M.Si. Direktur Konservasi Kawasan dan Jenis Ikan Oleh: Ir. Agus Dermawan, M.Si. Direktur Konservasi Kawasan dan Jenis Ikan DIREKTORAT KONSERVASI KAWASAN DAN JENIS IKAN DIREKTORAT JENDERAL KELAUTAN, PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL KEMENTERIAN KELAUTAN DAN

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN 3.1. Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian ini dilaksanakan mulai bulan April sampai dengan Juni 2012. Tempat yang menjadi lokasi penelitian, yaitu Sekretariat Direktorat Jenderal

Lebih terperinci

MATRIK 2.3 RENCANA TINDAK PEMBANGUNAN KEMENTERIAN/ LEMBAGA TAHUN 2011

MATRIK 2.3 RENCANA TINDAK PEMBANGUNAN KEMENTERIAN/ LEMBAGA TAHUN 2011 MATRIK 2.3 RENCANA TINDAK PEMBANGUNAN KEMENTERIAN/ LEMBAGA TAHUN 2011 KEMENTERIAN/LEMBAGA : KEMENTERIAN KEHUTANAN 1. Peningkatan Pemanfaatan Hutan Produksi Peningkatan investasi usaha pemanfaatan hutan

Lebih terperinci

RENCANA STRATEGIS SKPD DINAS KEHUTANAN DAN PERKEBUNAN KABUPATEN KARANGASEM

RENCANA STRATEGIS SKPD DINAS KEHUTANAN DAN PERKEBUNAN KABUPATEN KARANGASEM RENCANA STRATEGIS SKPD DINAS KEHUTANAN DAN PERKEBUNAN KABUPATEN KARANGASEM 2016-2020 Tugas Pokok : Fungsi : Visi : Misi : Melaksanakan urusan pemerintahan daerah di bidang kean dan 1. Merumuskan kebijakan

Lebih terperinci

ALAM. Kawasan Suaka Alam: Kawasan Pelestarian Alam : 1. Cagar Alam. 2. Suaka Margasatwa

ALAM. Kawasan Suaka Alam: Kawasan Pelestarian Alam : 1. Cagar Alam. 2. Suaka Margasatwa UPAYA DEPARTEMEN KEHUTANAN DALAM ADAPTASI PERUBAHAN IKLIM DIREKTORAT JENDERAL PERLINDUNGAN HUTAN DAN KONSERVASI ALAM DEPARTEMEN KEHUTANAN FENOMENA PEMANASAN GLOBAL Planet in Peril ~ CNN Report + Kenaikan

Lebih terperinci

PELESTARIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN IV

PELESTARIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN IV xxxxxxxxxx Kurikulum 2006/2013 Geografi K e l a s XI PELESTARIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN IV Tujuan Pembelajaran Setelah mempelajari materi ini, kamu diharapkan memiliki kemampuan

Lebih terperinci

C. BIDANG KEHUTANAN SUB SUB BIDANG SUB BIDANG URAIAN

C. BIDANG KEHUTANAN SUB SUB BIDANG SUB BIDANG URAIAN C. BIDANG KEHUTANAN SUB BIDANG SUB SUB BIDANG URAIAN 1 2 3 1. Inventarisasi Hutan Penyelenggaraan inventarisasi hutan produksi dan hutan lindung dan skala Daerah Aliran Sungai (DAS) dalam wilayah daerah.

Lebih terperinci

C. BIDANG KEHUTANAN SUB SUB BIDANG SUB BIDANG URAIAN

C. BIDANG KEHUTANAN SUB SUB BIDANG SUB BIDANG URAIAN C. BIDANG KEHUTANAN SUB BIDANG SUB SUB BIDANG URAIAN 1 2 3 1. Inventarisasi Hutan Penyelenggaraan inventarisasi hutan produksi dan hutan lindung dan skala Daerah Aliran Sungai (DAS) dalam wilayah daerah.

Lebih terperinci

BUPATI JOMBANG PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN JOMBANG NOMOR 9 TAHUN 2014 TENTANG PERLINDUNGAN DAN PELESTARIAN TUMBUHAN DAN SATWA

BUPATI JOMBANG PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN JOMBANG NOMOR 9 TAHUN 2014 TENTANG PERLINDUNGAN DAN PELESTARIAN TUMBUHAN DAN SATWA BUPATI JOMBANG PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN JOMBANG NOMOR 9 TAHUN 2014 TENTANG PERLINDUNGAN DAN PELESTARIAN TUMBUHAN DAN SATWA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI JOMBANG, Menimbang

Lebih terperinci

BUPATI MUSI RAWAS PERATURAN BUPATI MUSI RAWAS NOMOR 58 TAHUN 2008 T E N T A N G

BUPATI MUSI RAWAS PERATURAN BUPATI MUSI RAWAS NOMOR 58 TAHUN 2008 T E N T A N G BUPATI MUSI RAWAS PERATURAN BUPATI MUSI RAWAS NOMOR 58 TAHUN 2008 T E N T A N G PENJABARAN TUGAS POKOK DAN FUNGSI DINAS KEHUTANAN KABUPATEN MUSI RAWAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI MUSI RAWAS,

Lebih terperinci

LAPORAN KINERJA [ LKj ] Direktorat Pemolaan dan Informasi Konservasi Alam Direktorat Jenderal KSDAE Tahun 2016

LAPORAN KINERJA [ LKj ] Direktorat Pemolaan dan Informasi Konservasi Alam Direktorat Jenderal KSDAE Tahun 2016 KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN DIREKTORAT JENDERAL KONSERVASI SUMBER DAYA ALAM DAN EKOSISTEM DIREKTORAT PEMOLAAN DAN INFORMASI KONSERVASI ALAM Jl. Ir. H. Juanda No. 15 Bogor, Telp/Faks (0251)

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P.6/Menhut-II/2012 TENTANG

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P.6/Menhut-II/2012 TENTANG PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P.6/Menhut-II/2012 TENTANG PELIMPAHAN SEBAGIAN URUSAN PEMERINTAHAN (DEKONSENTRASI) BIDANG KEHUTANAN TAHUN 2012 KEPADA 33 GUBERNUR PEMERINTAH PROVINSI

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 28 TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN KAWASAN SUAKA ALAM DAN KAWASAN PELESTARIAN ALAM

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 28 TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN KAWASAN SUAKA ALAM DAN KAWASAN PELESTARIAN ALAM PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 28 TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN KAWASAN SUAKA ALAM DAN KAWASAN PELESTARIAN ALAM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang:

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang

BAB I. PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang BAB I. PENDAHULUAN I.. Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki perhatian cukup tinggi terhadap pengelolaan sumber daya alam (SDA) dengan menetapkan kebijakan pengelolaannya harus

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA DEPARTEMEN KEHUTANAN. Dekonsentrasi. Pemerintah. Provinsi.

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA DEPARTEMEN KEHUTANAN. Dekonsentrasi. Pemerintah. Provinsi. 13, 2009 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA DEPARTEMEN KEHUTANAN. Dekonsentrasi. Pemerintah. Provinsi. PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA Nomor : P.5/Menhut-II/2009 TENTANG PELIMPAHAN SEBAGIAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Hampir separuh wilayah daratnya berupa hutan. Untuk itu pemerintah

BAB I PENDAHULUAN. Hampir separuh wilayah daratnya berupa hutan. Untuk itu pemerintah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Republik Indonesia adalah sebuah negara yang kaya akan hutan. Hampir separuh wilayah daratnya berupa hutan. Untuk itu pemerintah berupaya memaksimalkan fungsi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. b. penyelenggaraan urusan pemerintahan dan pelayanan umum bidang kehutanan;

BAB I PENDAHULUAN. b. penyelenggaraan urusan pemerintahan dan pelayanan umum bidang kehutanan; BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dinas Kehutanan Provinsi Jawa Tengah dibentuk berdasarkan : 1. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Kewenangan Perintah, Pemerintah

Lebih terperinci

STATISTIK KEHUTANAN JAWA BARAT TAHUN 2016

STATISTIK KEHUTANAN JAWA BARAT TAHUN 2016 PEMERINTAH PROPINSI JAWA BARAT D I N A S K E H U T A N A N Jalan Soekarno-Hatta No. 751 Bandung Telp./Fax. (022) 7304031 email : dishut@jabarprov.go.id website : www.dishut.jabarprov.go.id BANDUNG STATISTIK

Lebih terperinci

KEMENTERIAN KEHUTANAN DIREKTORAT JENDERAL PERLINDUNGAN HUTAN DAN KONSERVASI ALAM BALAI TAMAN NASIONAL BUKIT BAKA BUKIT RAYA

KEMENTERIAN KEHUTANAN DIREKTORAT JENDERAL PERLINDUNGAN HUTAN DAN KONSERVASI ALAM BALAI TAMAN NASIONAL BUKIT BAKA BUKIT RAYA KEMENTERIAN KEHUTANAN DIREKTORAT JENDERAL PERLINDUNGAN HUTAN DAN KONSERVASI ALAM BALAI TAMAN NASIONAL BUKIT BAKA BUKIT RAYA Jalan Dr. Wahidin Sudirohusodo No. 75 Telp. / Fax ( 0565 ) 23521 Sintang 78611

Lebih terperinci

BAB 2 Perencanaan Kinerja

BAB 2 Perencanaan Kinerja BAB 2 Perencanaan Kinerja 2.1 Rencana Strategis Tahun 2013-2018 Rencana Stategis Dinas Kean Provinsi Jawa Tengah Tahun 2013-2018 mengacu pada Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Provinsi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Faktor kepuasan kerja dijelaskan oleh Umam (2010) bahwa terdapat dua indikator yaitu adanya ciri-ciri instrinsik dan ekstrinsik dari suatu pekerjaan yang menentukan

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P.49/Menhut-II/2014 TENTANG

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P.49/Menhut-II/2014 TENTANG PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P.49/Menhut-II/2014 TENTANG TATA CARA PELAKSANAAN EVALUASI KESESUAIAN FUNGSI KAWASAN SUAKA ALAM DAN KAWASAN PELESTARIAN ALAM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 91 TAHUN 2017 TENTANG RENCANA PENGELOLAAN JANGKA PANJANG TAMAN HUTAN RAYA R.

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 91 TAHUN 2017 TENTANG RENCANA PENGELOLAAN JANGKA PANJANG TAMAN HUTAN RAYA R. GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 91 TAHUN 2017 TENTANG RENCANA PENGELOLAAN JANGKA PANJANG TAMAN HUTAN RAYA R. SOERJO DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAWA TIMUR, Menimbang

Lebih terperinci

BIDANG KEHUTANAN. SUB BIDANG SUB SUB BIDANG PEMERINTAHAN KABUPATEN OKU 1. Inventarisasi Hutan

BIDANG KEHUTANAN. SUB BIDANG SUB SUB BIDANG PEMERINTAHAN KABUPATEN OKU 1. Inventarisasi Hutan BB. BIDANG KEHUTANAN SUB BIDANG SUB SUB BIDANG PEMERINTAHAN KABUPATEN OKU 1. Inventarisasi Hutan 2. Pengukuhan Produksi, Hutan Lindung, Kawasan Suaka Alam dan Penyelenggaraan inventarisasi hutan produksi

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P.35/MENLHK/SETJEN/KUM.1/3/2016 TENTANG TATA CARA PENYUSUNAN RENCANA PENGELOLAAN PADA KAWASAN SUAKA ALAM DAN KAWASAN PELESTARIAN

Lebih terperinci

STUDI EVALUASI PENETAPAN KAWASAN KONSERVASI TAMAN NASIONAL BUKIT TIGAPULUH (TNBT) KABUPATEN INDRAGIRI HULU - RIAU TUGAS AKHIR

STUDI EVALUASI PENETAPAN KAWASAN KONSERVASI TAMAN NASIONAL BUKIT TIGAPULUH (TNBT) KABUPATEN INDRAGIRI HULU - RIAU TUGAS AKHIR STUDI EVALUASI PENETAPAN KAWASAN KONSERVASI TAMAN NASIONAL BUKIT TIGAPULUH (TNBT) KABUPATEN INDRAGIRI HULU - RIAU TUGAS AKHIR Oleh: HERIASMAN L2D300363 JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS TEKNIK

Lebih terperinci

URAIAN TUGAS BALAI PERBENIHAN DAN PROTEKSI TANAMAN KEHUTANAN DAN PERKEBUNAN KEPALA BALAI

URAIAN TUGAS BALAI PERBENIHAN DAN PROTEKSI TANAMAN KEHUTANAN DAN PERKEBUNAN KEPALA BALAI URAIAN TUGAS BALAI PERBENIHAN DAN PROTEKSI TANAMAN KEHUTANAN DAN PERKEBUNAN KEPALA BALAI (1) Balai Perbenihan dan Proteksi Tanaman Kehutanan dan Perkebunan mempunyai tugas pokok membantu kepala dinas dalam

Lebih terperinci

PEDOMAN RETENSI ARSIP SEKTOR PEREKONOMIAN URUSAN KEHUTANAN

PEDOMAN RETENSI ARSIP SEKTOR PEREKONOMIAN URUSAN KEHUTANAN LAMPIRAN PERATURAN KEPALA ARSIP NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2015 TENTANG PEDOMAN RETENSI ARSIP SEKTOR PEREKONOMIAN URUSAN KEHUTANAN PEDOMAN RETENSI ARSIP SEKTOR PEREKONOMIAN URUSAN KEHUTANAN

Lebih terperinci

A. Bidang. No Nama Bidang Nama Seksi. 1. Bidang Perencanaan dan Pemanfaatan Hutan. - Seksi Perencanaan dan Penatagunaan Hutan

A. Bidang. No Nama Bidang Nama Seksi. 1. Bidang Perencanaan dan Pemanfaatan Hutan. - Seksi Perencanaan dan Penatagunaan Hutan Lampiran Surat Kepala Dinas Kehutanan dan Perkebunan Provinsi Banten Nomor : 522/ /Hutbun.1/2016 Tanggal : Nopember 2016 Perihal : Kajian Pembentukan UPTD Urusan Kehutanan pada Dinas Lingkungan Hidup dan

Lebih terperinci

BUPATI MADIUN SALINAN PERATURAN BUPATI MADIUN NOMOR 36 TAHUN 2008 TENTANG TUGAS POKOK DAN FUNGSI DINAS KEHUTANAN DAN PERKEBUNAN BUPATI MADIUN,

BUPATI MADIUN SALINAN PERATURAN BUPATI MADIUN NOMOR 36 TAHUN 2008 TENTANG TUGAS POKOK DAN FUNGSI DINAS KEHUTANAN DAN PERKEBUNAN BUPATI MADIUN, BUPATI MADIUN SALINAN PERATURAN BUPATI MADIUN NOMOR 36 TAHUN 2008 TENTANG TUGAS POKOK DAN FUNGSI DINAS KEHUTANAN DAN PERKEBUNAN BUPATI MADIUN, Menimbang : a. bahwa dalam rangka pelaksanaan ketentuan Pasal

Lebih terperinci

AA. PEMBAGIAN URUSAN PEMERINTAHAN BIDANG KEHUTANAN SUB SUB BIDANG. PEMERINTAHAN DAERAH KABUPATEN/KOTA 1. Inventarisasi Hutan SUB BIDANG

AA. PEMBAGIAN URUSAN PEMERINTAHAN BIDANG KEHUTANAN SUB SUB BIDANG. PEMERINTAHAN DAERAH KABUPATEN/KOTA 1. Inventarisasi Hutan SUB BIDANG - 563 - AA. PEMBAGIAN URUSAN AN KEHUTANAN PROVINSI 1. Inventarisasi Hutan prosedur, dan kriteria inventarisasi hutan, dan inventarisasi hutan kawasan suaka alam, kawasan pelestarian alam, taman buru dan

Lebih terperinci

OPTIMALISASI PENERIMAAN NEGARA BUKAN PAJAK (PNBP) BIDANG PHKA

OPTIMALISASI PENERIMAAN NEGARA BUKAN PAJAK (PNBP) BIDANG PHKA OPTIMALISASI PENERIMAAN NEGARA BUKAN PAJAK (PNBP) BIDANG PHKA Disampaikan oleh: Ir. Herry Prijono, MM Dalam Rapat Koordinasi Pengembangan Pemanfaatan Jasa Lingkungan dan Wisata Alam Tahun 2014 Tanggal

Lebih terperinci

PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA

PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA MENUJU PENGELOLAAN TAMAN NASIONAL MANDIRI: PENGELOLAAN BERBASIS RESORT, DI TAMAN NASIONAL ALAS PURWO, KABUPATEN BANYUWANGI, JAWA TIMUR Bidang Kegiatan : PKM Artikel Ilmiah

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA MOR : P.25/Menhut-II/2013 TENTANG PELIMPAHAN SEBAGIAN URUSAN PEMERINTAHAN (DEKONSENTRASI) BIDANG KEHUTANAN TAHUN 2013 KEPADA 33 GUBERNUR PEMERINTAH PROVINSI

Lebih terperinci

SAMBUTAN MENTERI KEHUTANAN PADA PEMBUKAAN RAPAT KOORDINASI TEKNIS PEMBANGUNAN KEHUTANAN BIDANG BINA PRODUKSI KEHUTANAN (Jakarta, 14 Juli 2010)

SAMBUTAN MENTERI KEHUTANAN PADA PEMBUKAAN RAPAT KOORDINASI TEKNIS PEMBANGUNAN KEHUTANAN BIDANG BINA PRODUKSI KEHUTANAN (Jakarta, 14 Juli 2010) SAMBUTAN MENTERI KEHUTANAN PADA PEMBUKAAN RAPAT KOORDINASI TEKNIS PEMBANGUNAN KEHUTANAN BIDANG BINA PRODUKSI KEHUTANAN (Jakarta, 14 Juli 2010) Para pejabat Eselon I dan II Lingkup Dephut yang saya hormati,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Alam Hayati dan Ekosistemnya dijelaskan bahwa suaka margasatwa, adalah

I. PENDAHULUAN. Alam Hayati dan Ekosistemnya dijelaskan bahwa suaka margasatwa, adalah I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Undang-undang Nomor 5 tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya dijelaskan bahwa suaka margasatwa, adalah kawasan suaka alam yang mempunyai

Lebih terperinci

RENCANA KINERJA TAHUNAN

RENCANA KINERJA TAHUNAN 2015 RENCANA KINERJA TAHUNAN DINAS KEHUTANAN PROVINSI LAMPUNG Bandar Lampung, 2015 i KATA PENGANTAR Alhamdulillahirabbil alamin, puji syukur Kami kehadirat Allah SWT, atas rahmat dan ridhonya, penyusunan

Lebih terperinci

hakikatnya adalah bagian integral dari pembangunan nasional yang berkelanjutan sebagai pengamalan Pancasila;

hakikatnya adalah bagian integral dari pembangunan nasional yang berkelanjutan sebagai pengamalan Pancasila; Menimbang : UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 1990 TENTANG KONSERVASI SUMBER DAYA ALAM HAYATI DAN EKOSISTEMNYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, a. bahwa sumber

Lebih terperinci

SUB BIDANG SUB SUB BIDANG PEMERINTAHAN DAERAH

SUB BIDANG SUB SUB BIDANG PEMERINTAHAN DAERAH - 140 - AA. PEMBAGIAN URUSAN PEMERINTAHAN BIDANG KEHUTANAN 1. Inventarisasi Hutan 1. Penyelenggaraan inventarisasi hutan produksi dan hutan lindung dan skala DAS dalam daerah. 2. Penunjukan Kawasan Hutan,

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 1999 TENTANG PENGAWETAN JENIS TUMBUHAN DAN SATWA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang :

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 1999 TENTANG PENGAWETAN JENIS TUMBUHAN DAN SATWA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 1999 TENTANG PENGAWETAN JENIS TUMBUHAN DAN SATWA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa tumbuhan dan satwa adalah bagian dari sumber daya

Lebih terperinci

Dr. Ir. H. NAHARDI, MM. Kepala Dinas Kehutanan Daerah Provinsi Sulawesi Tengah

Dr. Ir. H. NAHARDI, MM. Kepala Dinas Kehutanan Daerah Provinsi Sulawesi Tengah Dr. Ir. H. NAHARDI, MM. Kepala Dinas Kehutanan Daerah Provinsi Sulawesi Tengah 1 Pengelolaan Taman Hutan Raya (TAHURA) Pengertian TAHURA Taman Hutan Raya adalah Kawasan Pelestarian Alam (KPA) Untuk tujuan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kawasan Konservasi Kawasan konservasi dalam arti yang luas, yaitu kawasan konservasi sumber daya alam hayati dilakukan. Di dalam peraturan perundang-undangan Indonesia yang

Lebih terperinci

2016, No d. bahwa Organisasi dan Tata Kerja Unit Pelaksana Teknis Taman Nasional sebagaimana dimaksud dalam huruf a, sudah tidak sesuai dengan

2016, No d. bahwa Organisasi dan Tata Kerja Unit Pelaksana Teknis Taman Nasional sebagaimana dimaksud dalam huruf a, sudah tidak sesuai dengan BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.204, 2016 KEMEN-LHK. UPT Taman Nasional. Orta. Pencabutan. PERATURAN MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR P.7/MENLHK/SETJEN/OTL.0/1/2016 TENTANG

Lebih terperinci

BAB II. GAMBARAN PELAYANAN SKPD

BAB II. GAMBARAN PELAYANAN SKPD BAB II. GAMBARAN PELAYANAN SKPD 2.1. Tugas, Fungsi dan Struktur Organisasi Dinas Kehutanan Provinsi Jawa Timur dibentuk berdasarkan Peraturan Daerah Jawa Timur Nomor 9 Tahun 2008 tentang Organisasi dan

Lebih terperinci

PELESTARIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN III

PELESTARIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN III xxxxxxxxxx Kurikulum 2006/2013 Geografi K e l a s XI PELESTARIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN III Tujuan Pembelajaran Setelah mempelajari materi ini, kamu diharapkan memiliki kemampuan

Lebih terperinci